psda - konservasi tanah dan air secara mekanis 2
DESCRIPTION
psdaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 LATAR BELAKANG
Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memperbaiki, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi hidrologis dan kualitas tanah, menjaga kelestarian sumber air,
meningkatkan sumber daya alam serta memperbaiki kwalitas lingkungan hidup serta
meningkatkan taraf hidup masyarakat baik disekitarnya maupun di luar daerah tersebut.
Erosi merupakan penyebab paling utama menurunnya kualitas tanah. Dampak dari erosi itu
sendiri adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan
menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya
kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan
air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan
pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya
sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai.
Kerusakan sifat fisik tanah, baik yang diakibatkan oleh proses erosi maupun
pengolahan tanah yang tidak intensif, juga seringkali menjadi penyebab penurunan
produktivitas lahan. Oleh karena itu berbagai tindakan yang dapat menekan erosi,
sedimentasi dan juga banjir, dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah, dan mengurangi
dampak negatif dari pengolahan tanah, merupakan usaha yang diperlukan dalam pelestarian
tanah sebagai salah satu sumberdaya lahan pangan.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas makalah ini menjelaskan
bagaimana cara untuk mengkonservasi tanah dan air di Indonesia dengan konservasi metode
mekanik.
1.4 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalh memaparkan secara jelas metode-metode mekanik yang
diteraapkan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PRINSIP DASAR KONSERVASI MEKANIK
Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi
alam, sehingga yang dimaksud dengan konservasi tanah dan air adalah upaya memperbaiki,
mempertahankan, dan meningkatkan kualitas tanah (fisik, kimia) dan air sebagai sarana untuk
tercapainya peningkatan tarap hidup manusia.
Secara umum sebuah konservasi tanah dan air selalu bertujuan untuk mencapai kualitas
kehidupan manusia yang meningkat sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan
yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang namun secara
khusus konservasi tanah dan air adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan serta
menurunkan/menghilangkan dampak negatif pengelolaan lahan seperti erosi, sedimentasi dan
banjir,berikut prinsip-prinsip dasar dalam pengkonservasian tanah dan air :
Mengusahakan agar kapasitas infiltrasi tanah tetap besar sehingga jumlah aliran
permukaan dapat dikurangi
Mengurangi laju aliran permukaan sehingga daya pengikisannya terhadap
permukaan rendah dan material yang terbawa aliran dapat diendapkan.
Mengusahakan agar daya tahan tanah terhadap daya tumbuk atau penghancuran
agregat tanah oleh butir hujan tetap ada.
Mengusahakan agar pada bagian-bagian tertentu dari tanah dapat menjadi
penghambat atau menahan partikel yang terangkut aliran permukaan agar terjadi
pengendapan yang tidak jauh dari tempat pengikisan.
Sesuai dengan prinsip di atas maka hal yang harus dilakukan adalah:
Penutupan tanah agar terlindung dari daya dispersi air hujan
Perbaikan dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran
agregat.
Pengaturan aliran permukaan sehingga mengalir dengan kekuatan yang tidak
merusak
Penghambatan aliran permukaan dan menambah kapasitas infiltrasi.
Dalam usaha konservasi tanah dan air terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan,
antara lain :
Konservasi secara mekanis
Konservasi secara vegetative
Konservasi secara agronomis
Konservasi secara kimiawi.
Namun dalam makalah ini yang kami bahas hanya mencakup konservasi secara mekanis.
Teknik konservasi tanah secara mekanis atau disebut juga sipil teknis adalah upaya
menciptakan fisik lahan atau merekayasa bidang olah lahan pertanian hingga sesuai dengan
prinsip konservasi tanah sekaligus konservasi air. Prinsip yang dilakukan pada konservasi secara
mekanis adalah :
Mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga daya kikis dan daya angkutnya
melemah
Memperluas aliran permukaan untuk meresap ke dalam tanah.
Sedangkan untuk jenis-jenis konservasi tanah dan air secara mekanis dibagi menjadi 2 yaitu
untuk pengendalian erosi dan pengendalian sedimentasi, dan untuk tiap jenis pengendalian
terdapat beberapa cara yang bias dilakukan, seprti berikut :
Pengendali erosi : teras gulud, teras buntu (rorak), teras kredit, teras individu, teras
kebun, teras datar, teras batu, teras bangku
Pengendali sedimentasi : Terjunan, penendali jurang, pengendali sisi jalan,
pengendali tebing jalan, pengendali tebing sungai,
2.2 PENGENDALIAN EROSI
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya)
akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di
bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup. Erosi dapat menyebabkan penurunan
kemampuan tanah dalam menyerap air (infiltrasi) sehingga mengakibatkan peningkatan limpasan
air permukaan yang dapat menyebabkan banjir, selain itu butiran tanah yang terlimpas lama
kelamaan akan mengendap di dalam sungai dan menyebabkan pendangkalan sungai dan akan
mengganggu jalur transportasi air. Oleh karena itu kita dapat melakukan beberapa pencegahan
dan juga perbaikan dalam menanggulangi erosi tersebut. Berikut beberapa cara dan
penjelasannya :
2.2.1 Teras Gulud
Teras guludan adalah suatu teras yang membentuk guludan yang dibuat melintang lereng dan
biasanya dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 10-15 %. Sepanjang guludan
sebelah dalam terbentuk saluran air yang landai sehingga dapat menampung sedimen hasil
erosi. Saluran tersebut juga berfungsi untuk mengalirkan aliran permukaan dari bidang
olah menuju saluran pembuang air. Kemiringan dasar saluran 0,1%. Teras guludan hanya
dibuat pada tanah yang bertekstur lepas dan permeabilitas tinggi. Jarak antar teras guludan
10 meter tapi pada tahap berikutnya di antara guludan dibuat guludan lain sebanyak 3-5
jalur dengan ukuran lebih kecil. (Sukartaatmadja, 2004)
2.2.2 Rorak (teras saluran)
Rorak adalah lubang-lubang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat pada
bidang olah dan sejajar dengan garis kontur. Fungsi rorak adalah untuk menjebak dan
meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimendari bidang olah.
1. Rorak dapat dibuat pada bagian lereng atas dari areal tanaman
2. Rorak dapat diisi dengan mulsa slot untuk mengurangi sedimentasi dan meningkatkan
kesuburan tanah
3. Pembuatan rorak dapat mengakibatkan pengurangan luas lahan sebesar 3 – 10 %
4. Sedimen yang tertampung dalam rorak buntu dapat dipergunakan untuk membumbun
tanaman
2.2.3 Teras Kredit (ridge teras)
Teras kredit merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah atau
batu sejajar kontur, bidang olah tidak diubah dari kelerengan tanah asli. Teras kredit
merupakan gabungan antara saluran dan guludan menjadi satu (Priyono, et al., 2002).
Teras kredit biasanya dibuat pada tempat dengan kemiringan lereng antara 3
sampai 10 persen, dengan cara membuat jalur tanaman penguat teras (lamtoro, kaliandra,
gamal) yang ditanam mengikuti kontur. Jarak antara larikan 5 sampai 12 meter. Tanaman
pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah akibat erosi dari sebelah atas
larikan. Lama kelamaan permukaan tanah bagian atas akan menurun, sedangkan bagian
bawah yang mendekat dengan jalur tanaman akan semakin tinggi. Proses ini berlangsung
terus-menerus sehingga bidang olah menjadi datar atau mendekati datar. (Sukartaatmadja,
2004).
1. Teras Kredit merupakan bangunan KTA berupa guludan tanah sejajar kontur, bidang
olah tidak diubah dari kelerengan tanah asli.
2. Tidak cocok diterapkan pada tanah yang peka longsor
3. Sedimen yang tertampung dapat dikembalikan pada bidang oleh atau untuk
meninggikan guludan
4. Arah pengolahan tanah dimulai dari bagian lereng bawah
5. Mengakibatkan pengurangan luas lahan 10 – 20 %
2.2.4 Teras Individu
Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30 – 50 % yang
direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di daerah yang curah hujannya
terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik sehingga memungkinkan pembuatan teras
individu.
Teras dibuat berdiri sendiri untuk setiap tanaman (pohon) sebagai tempat
pembuatan lobang tanaman. Ukuran teras individu disesuaikan dengan kebutuhan masing
– masing jenis komoditas. Cara dan teknik pembuatan teras individu cukup sederhana
yaitu dengan menggali tanah pada tempat rencana lubang tanaman dan menimbunnya ke
lereng sebelah bawah sampai datar sehingga bentuknya seperti teras bangku yang
terpisah. Tanah di sekeliling teras individu tidak diolah (tetap berupa padang rumput) atau
ditanami dengan rumput atau tanaman penutup tanah. (Sukartaatmadja, 2004).
2.2.5 Teras Kebun
Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara 30 – 50 %
yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman perkebunan. Pembuatan teras
hanya dilakukan pada jalur tanaman sehingga pada areal tersebut terdapat lahan yang
tidak diteras dan biasanya ditutup oleh vegetasi penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras
dan jarak antar jalur teras disesuaikan dengan jenis komoditas. Dalam pembuatan teras
kebun, lahan yang terletak di antara dua teras yang berdampingan dibiarkan tidak diolah.
(Sukartaatmadja, 2004).
Dalam Yuliarta, et. al., 2002, dijelaskan bahwa teras kebun merupakan bangunan
konservasi tanah berupa teras yang dibuat hanya pada bagian lahan yang akan ditanami
tanaman tertentu, dibuat sejajar kontur dan membiarkan bagian lainnya tetap seperti
keadaan semula, biasanya ditanami tanaman penutup tanah. Teras ini dibuat pada lahan
dengan kemiringan 10 – 30 %, tetapi dapat dilakukan sampai kemiringan 50 % jika tanah
cukup stabil / tidak mudah longsor.
1. Tanah urugan dipadatkan dan permukaan tanah dibuat miring ke arah dalam +/- 1 %
2. Dibawah talud dibuat selokan teras atau saluran buntu dengan panjang 2 m, lebar 20
cm dan dalam 10 cm
2.2.6 Teras Datar
Teras datar atau teras sawah (level terrace) adalah bangunan konservasi tanah
berupa tanggul sejajar kontur, dengan kelerengan lahan tidak lebih dari 3 % dilengkapi
saluran di atas dan di bawah tanggul (Yuliarta, 2002).
1. Tanah digali menurut garis kontur dan tanah galiannya ditimbunkan ke tepi luar
2. Teras dibuat sejajar dengan garis kontur
3. Dilengkapi saluran air, baik dibawah maupun di atas guludan
4. Lebar guludan atas 0,37 – 0,5 M, lebar dasar guludan bawah menyesuaikan kemiringan guludan
5. Guludan ditanami rumput makanan ternak
2.2.7 Teras Batu
Teras batu adalah penggunaan batu untuk membuat dinding dengan jarak yang
sesuai di sepanjang garis kontur pada lahan miring. Tujuannya adalah: (a) memanfaatkan
batu-batu yang ada di permukaan tanah agar lahan dapat dimanfaatkan sebagai bidang
olah, (b) mengurangi kehilangan tanah dan air serta untuk menangkap tanah yang
meluncur dari bagian atas sehingga secara bertahap dapat terbentuk teras bangku dan
hillslide ditches, (c) mengurangi kemiringan lahan untuk memberi bidang olah,
konservasi tanah dan mekanisasi pertanian. (Priyono, et al, 2002).
2.2.8 Teras Bangku
Teras bangku adalah bangunan teras yang dibuat sedemikian rupa sehingga bidang
olah miring ke belakang (reverse back slope) dan dilengkapi dengan bangunan pelengkap
lainnya untuk menampung dan mengalirkan air permukaan secara aman dan terkendali.
(Sukartaatmadja, 2004).
Teras bangku adalah serangkaian dataran yang dibangun sepanjang kontur pada
interval yang sesuai. Bangunan ini dilengkapi dengan saluran pembuangan air (SPA) dan
ditanami dengan rumput untuk penguat teras. Jenis teras bangku ada yang miring ke luar
dan miring ke dalam (Priyono, et al., 2002)
1. Lebar ; tergantung dari besarnya lereng, kedalaman tanah, tanaman dan pola
tanamnya. Lebar teras bangku miring keluar biasanya tidak melebihi setengah dari
jarak antar hillside ditches.
2. Tampingan; Rasio tampingan atas dengan lereng adalah 1 : 0,5 dan rasio tampingan
bawah dengan lereng adalah 1 : 1 – 0,5.
3. Tampingan teras bangku miring ke luar harus ditutup rumput secara rapat dan merata.
2.3 PENGENDALIAN SEDIMENTASI
Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik
yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh
air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam
air atau dalam bentuk larutan kimia. Sedangkan sedimentasi adalah suatu proses pengendapan
material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedimen yang
menumpuk tinggi dapat menghalangi kelancaran suatu transportasi dan juga aliran waduk, oleh
karena itu dibutuhkan penyelesaian-penyelesaian dengan cara tertentu, diantaranya:
2.3.1 Bangunan Terjunan Air (drop structure)
Bangunan terjunan adalah bangunan yang dibuat di tempat tertentu memotong
saluran, dimana aliran air setelah melewati bangunan tersebut akan merupa terjunan.
Bangunan terjunan perlu dibangun pada daerah berbukit dimana kemiringan saluran dibatasi,
agar tidak terjadi suatu gerusan. Selain itu pada saluran terbuka bangunan tersebut berfungsi
untuk mengubah kemiringan saluran yang pada awalnya cukup curam agar menjadi landai,
dimana pada keadaan tersebut kecepatan aliran akan berubah menjadi kecepatan aliran tidak
kritis. Secara keseluruhan bangunan terjun juga dapat berfungsi untuk :
Mengendalikan erosi pada selokan dan sungai.
Mengendalikan tinggi muka air pada saluran.
Mengendalikan kecuraman saluran alam maupun buatan.
Mengendalikan air yang keluar, pada spillway atau pipa.
Persyaratan Teknis :
1. Kemiringan lereng : > 3 %
2. Jenir erosi : erosi jurang
3. Penggunaan lahan : tanaman semusim
2.3.2 Pengendali Jurang (guly plug)
Pengendali jurang adalah bendungan kecil yang lolos air yang dibuat pada parit-
parit melintang alur parit dengan konstruksi batu, kayu ataupun bambu. Bangunan ini
dibangun pada lahan iritis dan potensial iritis, kemiringannya lebih dari 30% dan terjadi
erosi parit atau alur, sedimentasi dan curah hujan yang tinggi, pengelolaan lahan intensif
atau terbuka, serta kemiringan alur maksimal 5%. Bangunan ini dibuat bertujuan untuk :
Untuk memperbaiki lahan yang rusak akibat gerusan air yang mengakibatkan
terjadinya jurang/parit
Mencegah bertambahnya luas kerusakan lahan akibat melebarnya jurang/parit
Mengendalikan erosi, lumpur/sedimen & air dari daerah atas
Memperbaiki kondisi tata air daerah sekitarnya
Persyaratan Teknis :
1. Kemiringan lereng : +/- 30 %
2. Jenis erosi : erosi jurang/parit
3. Daerah kritis dengan tangkapan air maksimal 10 Ha
4. Lebar dan kedalaman jurang/alur/parit maksimal 3 x 3 m
5. Panjang jurang/alur/parit maksimal 250 m
6. Kemiringan jurang/alur/parit maksimal 5 %
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah sebenarnya konservasi lahan diarahkan untuk
memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hidrologis dan kualitas tanah,
menjaga kelestarian sumber air, untuk memperbaiki kwalitas lingkungan hidup serta
meningkatkan taraf hidup masyarakat baik disekitarnya maupun di luar daerah tersebut.
Konservasi tanah dan air terdiri dari 4 jenis yaitu secara mekanis, vegetative, agronomis dan
secara kimawi. Dalam pengkonservasian secara mekanis dibagi menjadi 2 yaitu pengendalian
erosi dan pengendalian sedimentasi. Masing-masing jenis teknik konservasi tanah mekanik
mempunyai kelebihan dan kekurangan,sehingga diperlukan strategi yang tepat dalam
penerapannya agar dapat mengoptimalkan kelebihan dan meminimalkan kekuranga nnya. Tidak
semua teknik konservasi tanah mekanik dapat diterapkan untuk semua kondisi lahan, melainkan
bersifat spesifik lokasi. Teknik konservasi tanah mekanik dirasa akan jauh lebih efektif bila
dipadukan dengan teknik konservasi tanah vegetatif.
DAFTAR PUSTAKA
http://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/teras-2/
Seta, Ananto Kusuma. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air. Kalam Mulia Jakarta.
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
KONSERVASI TANAH SECARA MEKANIS
Muh. Bachtiar R (105060107111019)
Danny Zuan A (105060100111053)
Dodik Prasetyo (105060103111001)
Helmy Qathafie (105060100111062)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2012/2013