pp kebijakan psda - jurnal 2

16
Review jurnal : Guess who’s (not) coming for dinner: Expanding the terms of public involvement in sustainable forest management Oleh : Tri Veronica Hartini P2PA11016 Amalia Indah Kartika P2PA11025 KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM

Upload: tri-veronica-hartini

Post on 31-Oct-2014

68 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

Review jurnal : Guess who’s (not) coming for dinner:

Expanding the terms of public involvement in sustainable forest

management

Oleh :Tri Veronica Hartini P2PA11016Amalia Indah Kartika P2PA11025

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM

Page 2: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

PENGANTAR

Berbagai bentuk keterlibatan kalangan instansi pemerintah,perusahaan kehutanan, dan masyarakat kehutanan munculuntuk mengatasi isu-isu perencanaan dan manajemen hutan.

Masalah pengelolaan hutan untukmewujudkan hutan berkelanjutan

di Kanada merupakan temakebijakan publik sejak tahun

1990an.

Komite Penasehat Pengelolaan Hutan

Page 3: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

sarana berbasismasyarakat

masyarakat lokalsekitar hutanbersama denganorang yang terlibat dalamsektor kehutanan

Berpartisipasi dalam diskusi tentangpengelolaan hutan dan memberikanmasukan dalam pengambilankeputusan lokal

Masalah : keterlibatan masyarakat masih diragukan benar-benar

adil dan efektif atau tidak

Komite PenasehatPengelolaan Hutan

Page 4: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

• Pengelolaan hutan di Kanada dipengaruhi oleh 3 unsur, yaitu gender,kelas, dan identitas rasial.

• Ketiga unsur tersebut berperan penting dalam menciptakan pengelolaanhutan yang berkelanjutan.

• Namun, ketiga unsur tersebut juga menjadi kelemahan dalam prosespengelolaan .

Kehutanan : divisi kerja yang kuat dalampembedaan peran gender.

Secara historis, kehutanan dikaitkan dengan bentuk maskulinitas tertentu,kerja fisik dan berbahaya, membutuhkan jam kerja yang panjang, sertakemampuan utuk menyesuaikan diri terhadap keadaan yang sulit di hutan.

Dengan adanya teknologi baru dan praktik pengambilan keputusandiharapkan perempuan lebih berperan aktif dalam upaya pengelolaanhutan. Namun, faktanya perempuan dengan tingkat pendidikan formalyang lebih tinggi daripada rekan pria tetap mengalami marjinalisasi,diskriminasi, dan pengucilan, baik dalam posisi buruh maupun karyawanbergaji.

1. Gender

Page 5: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

2. Kelas

Perempuan yang bekerja berdasarkan gaji lebih cenderunguntuk menyesuaikan diri dengan kepentingan perusahaandibandingkan dengan buruh perempuan.

Baik buruh maupun karyawan bergaji memposisikan diriterlepas dari pekerja perempuan Aborigin (pendudukasli/pribumi).

Cont’d...

Kelas tidak hanya sekedar gender maupun etnis, melainkanlebih dianggap sebagai proses posisi sosial yangdinegosiasikan dengan hubungan lain, misal tingkat sosial-ekonomi dan tingkat pendidikan.

Page 6: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

Istilah untuk menggambarkanbagaimana sebuah kelompok sosialdigambarkan dengan atribut tertentu.

3. Identitas Rasial

Identitas rasial menekankan marjinalisasi yang berlangsung terhadaporang-orang pribumi serta untuk menghormati perspektif bahwa merekabukan hanya sekedar kelompok etnis.

Orang pribumi memiliki hubungan yang lebih kuat dengan hutandibandingkan kelompok lainnya dan juga memiliki hak yang berbedasehubungan dengan sumberdaya lingkungan yang diartikulasikan dalamperjanjian, konstitusi, dan pertimbangan hukum.

Pemerintah dan perusahaan kehutanan telah berusaha meningkatkanpartisipasi orang pribumi dalam pekerjaan di kehutanan, perencanaanpenggunaan lahan kepemilikan, dan pengambilan keputusan pengelolaanhutan.

Namun, Perbandingan profil kerja menunjukkan bahwa masyarakat First Nation dan perempuan terkonsentrasi pada pekerjaan dan industri yang dibayar rendah daripada orang-orang non First Nation dan pria.

Cont’d...

Page 7: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

• Ketiga unsur tersebut sangat penting karenamempengaruhi tiga poin penting dalam upayapengelolaan hutan berkelanjutan di Kanada, yaitu :1. siapa yang akan memiliki akses,2. kontrol/kepemilikan atas apa, dan3. aset lokal.

Cont’d...

Page 8: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

1.• Siapa yang memperoleh akses

HASIL DAN DISKUSI

2.• Nilai-nilai, pengetahuan, dan

perspektif

3.• Bagaimana partisipan berperilaku

dan berbagi pengetahuan

Page 9: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

• Pendekatan partisipatif yang digunakan di Kanada biasanyadigambarkan sebagai model berbasis kepentingan.

• Keanggotaan dalam komite diambil dari penduduk pria dengantingkat pendidikan dan pendapatan di atas rata-rata, pendudukyang pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan hutan,dan sedikit perwakilan dari penduduk berpendapatan rendah.

• Orang pribumi memperoleh nominal representasi sebagaistakeholder, walaupun representasi tersebut belum sebandingdengan populasi mereka di wilayah tersebut.

• Orang pribumi memiliki posisi yang tidak lazim dalam politik,karena pengadilan telah membenarkan bahwa mereka adalahpemilik kepentingan yang sah atas tanah dan sumberdaya, namundiperebutkan dan diklaim.

1. Siapa yang memperoleh akses

Page 10: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

Cont’d...

Untuk memahami bagaimana memperoleh akses, respondendiminta untuk menunjukkan mengapa mereka berpartisipasi dalamkomite.

Partisipasi pada komite penasehat sering ditentukan oleh merekayang memegang kepentingan ekonomi tertentu.

Mereka yang mendapat penghasilan dari hutan (bekerja di hutan), dan mereka yang merupakan bagian dari domain terorganisir(serikat & jaringan lingkungan) lebih mungkin untuk mendapatkanakses ke penasehat komite hutan.

Mereka yang memiliki kepentingan sosial dalam masyarakatkehutanan (terkait dengan isu-isu seperti kesehatan masyarakat dankesejahteraan) kemungkinan tidak akan dianggap stakeholder danmereka tetap dikecualikan dari keikutsertaan berpartisipasi.

Page 11: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

2. Nilai-nilai, pengetahuan, dan perspektif

Gender, kelas dan identitas rasial juga membentuk nilai-nilai danperspektif yang di bawa ke meja komite penasehat pengelolaan hutan.

• Penelitian menunjukkan bahwa perempuan mengekspresikanperhatian yang lebih tinggi daripada pria untuk masalah lingkungandan perlindungan hutan .

• Perempuan juga biasanya mengekspresikan kehendak dan kepedulianterhadap risiko lingkungan seperti perubahan iklim.

• Pengetahuan perempuan mengenai spesies konservasi dan hutanberbeda dari laki-laki dan mereka merasakan dampak sosial daripengelolaan hutan secara berbeda dari laki-laki .

Wanita muda dengan pendidikan formal yang tingkat tinggi menunjukkansikap yang paling positif terhadap pelestarian dari semua responden .

Page 12: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

• Masyarakat pribumi juga membawa campuran kekhawatiran untukkelompok sosial mereka, mulai dari keinginan untuk meningkatkan aksesmereka terhadap perekonomian, perlindungan lahan tradisional, danpraktek penggunaan lahan.

• Keterputusan antara sistem pengetahuan tradisional dan Barat telahmengakibatkan kerugian yang merupakan kontributor penting untuk budayapenduduk pribumi.

• Mereka menganggap bahwa kerugian ini terjadi akibat kegagalan sistemketatapemerintahan Barat untuk dimengerti, dan tidak terkaitnya nilai-nilaiserta pengetahuan masyarakat pribumi dalam proses manajemen sumberdaya alam.

• Selain itu, perempuan memiliki dukungankuat untuk nilai intrinsik (yaitu merekamenghargai hutan untuk kepentingan dirisendiri daripada untuk nilaipenggunaannya), sedangkan laki-lakimenganggap nilai utilitarian lebih tinggi.

Cont’d...

Page 13: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

3. Bagaimana partisipan berperilaku danberbagi pengetahuan

• Pengetahuan terletak pada berbagai praktik sosial dan budaya.• Baik transmisi maupun penerimaan informasi merupakan pengetahuan yang

dibentuk oleh jenis kelamin seseorang, kelas dan identitas rasial.• Pertukaran pengetahuan menunjukkan bahwa posisi kelas antara orang yang

berpendidikan formal dan non-formal membatasi pengetahuan mereka dalammengambil tindakan.

• Perempuan percaya bahwa mereka kurang berpengaruh karena mereka tidakmemiliki pendidikan formal atau pengalaman dalam industri kehutanan,meskipun mereka biasanya memiliki tingkat pendidikan formal yang lebih tinggidaripada laki-laki di pedesaan .

• Akibatnya, ketika wanita, orang Aborigin dan anggota kelompok termarjinalkanlainnya yang berpartisipasi dalam komite penasihat, mungkin menghadapinorma-norma budaya yang menentukan apakah cara-cara yang mereka cobauntuk berbagi pengetahuan dianggap dapat diterima atau tidak.

Page 14: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

KESIMPULAN

Ada beberapa cara untuk dapat memperluas keterlibatan publik danmencapai keterlibatan yang lebih tepat dan adil, al :1. Pendekatan sipil yang mencakup metode seperti pemetaan sumber

daya partisipatif, perencanaan berbasis masyarakat dan penyelidikanapresiatif.

2. Adanya peluang berakar dalam demokrasi deliberatif sepertipemungutan suara deliberatif.

Kedua hal ini menunjukkan kebutuhan untuk mengadopsi strategi yangmembangun kepercayaan, yang mungkin memerlukan pergerakanmelampaui kenyamanan metode Barat untuk cara-cara baru berpartisipasi.

Strategi-strategi ini juga menyiratkan pergeseran fokus untuk memungkinkandiskusi yang lebih luas tentang nilai-nilai normatif yang terkait denganpengelolaan hutan lestari daripada dimensi teknis dari isu-isu tertentu.

Page 15: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

Adanya partisipasi masyarakatlokal di Kanada dalam pengelolaanhutan yang berkelanjutandianggap belum adil dan tidakefektif karena masih dipengaruhioleh ketidaksetaraan gender,kelas, dan identitas rasial.

Fokus terpadu pada berbagai sumber ketidaksetaraan seperti gender,kelas dan identitas rasial membantu untuk menciptakan peluang bagikonsep yang lebih inklusif dan analisis, dan kebijakan akhirnya lebihinklusif dan praktek-praktek yang akan menempatkan nilai yang samapada kontribusi dari perempuan dan laki-laki, dan semua kelompok sosialtanpa mengistimewakan salah satu kelompok tertentu.

Cont’d...

Page 16: Pp Kebijakan PSDA - Jurnal 2

Terima kasih…

Sekian