5 psda _ manajemen banjir
DESCRIPTION
Pengembangan sumber daya airTRANSCRIPT
PSDA – MANAJEMEN BANJIRMAYA AMALIA,ST, M.Eng
Manajemen Banjir Dalam pengelolaan sumber daya air,
manajemen banjir juga berarti: Mengharmonisasikan dan mengintegrasikan
konservasi sumber daya air (dalam penataan ruang merupakan kawasan lindung),
Pendaya-gunaan sumber daya air (dalam penataan ruang merupakan kawasan budi daya) dan
Pengendalian daya rusak air (dalam penataan ruang merupakan gabungan pengelolaan antara kawasan lindung dan kawasan budi daya).
Sistem Pengendalian Banjir Pada penyusunan sistem pengendalian banjir perlu adanya
evaluasi dan analisis atau memperhatikan hal-hal yang meliputi antara lain:
Analisis cara pengendalian banjir yang ada pada daerah tersebut/yang sedang berjalan.
Evaluasi dan analisis daerah genangan banjir, termasuk data kerugian akibat banjir.
Evaluasi dan analisis tata guna tanah di daerah studi, terutama di daerah bawah/dataran banjir.
Evaluasi dan analisis daerah pemukiman yang ada maupun perkembangan yang akan datang.
Memperhatikan potensi dan pengembangan sumber daya air di masa mendatang.
Memperhatikan pemanfaatan sumber daya air yang ada termasuk bangunan yang ada.
Hal-hal yang umum terjadi diantara perencanaan dan implementasi diantaranya meliputi:
Desain tidak dapat dilaksanakan karena pertimbangan (misal) sosial.
Biaya yang diusulkan tidak dapat dipenuhi secara optimal karena keterbatasan dana.
Waktu pelaksanaan terlalu lama setelah perencanaan selesai sehingga sering terjadi perubahan-perubahan fisik di lapangan yang cukup signifikan.
Implementasi dibuat bertahap dengan jangka waktu yang lama sehingga perencanaan tidak sesuai lagi dan sering tidak dilakukan updating perencanaan.
Pelaksanaan Pengendalian Banjir a. Penentuan skala prioritas masing-masing
kegiatan dan tahap pelaksanaan pengendalian banjir. Urutan/prioritas tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan maupun kondisi setempat, namun secara umum dapat dijelaskan:
Penanggulangan banjir pada suatu sungai, yang dilakukan pada tingkat awal adalah merupakan pekerjaan darurat, untuk perbaikan tanggul untuk mengatasi banjir tahunan.
Pengendalian banjir tahap berikutnya, berupa pekerjaan yang lebih besar, biasanya berupa perbaikan alur, yang merupakan pengendalian jangka pendek.
Pada tahap berikutnya dilakukan pekerjaan jangka menengah yang merupakan pekerjaan pengendalian banjir seperti pembuataan alur pengendali banjir, retarding basin, rekonstruksi bangunan pengendali banjir dan termasuk pekerjaan pengaturan sungai.
Pada tahap akhir yang merupakan pengendalian jangka panjang yang dikaitkan dengan pengembangan sumber air, dengan membangun waduk serbaguna, yang diantaranya berfungsi untuk pengendalian banjir.
b. Antisipasi pengendalian banjir pada masa pelaksanaan
Perlu adanya antisipasi pengendalian banjir pada masa pelaksanaan. Hal ini diharapkan dari pelaksanaan bertahap sudah dapat
meningkatkan debit banjir yang dapat dikendalikan dan bangunan-bangunan yang ada sebelum pekerjaan selesai secara keseluruhan tidak mengalami kerusakan.
Pada bangunan-bangunan pengatur banjir perlu adanya aturan operasi sementara sebelum seluruh bangunan pengendalian selesai dibangun, untuk menghindari adanya kegagalan.
Pada akhirnya semua bangunan pengendalian banjir akan berfungsi secara optimal setelah seluruh bangunan dibangun sesuai sistem dan target waktu penyelesaian.
Kriteria Perencanaan Pengendalian Banjir
1. Jangka waktu tahun penyelesaian 2. Bagian alur sungai yang
dikeruk/diperbaiki 3. Periode ulang debit banjir (skala
perencanaan). 4. Debit pengendalian banjir5. Alternatif pengendalian banjir 6. Pertimbangan teknis rencana perbaikan
sungai dan alur pengendali banjir
Pertimbangan kondisi alur sungai diantaranya adalah:
1. Alur pengendali banjir. 2. Elevasi muka air banjir memanjang
sungai. 3. Profil memanjang dasar sungai. 4. Penampang melintang sungai.
Alur pengendali banjir Pelaksanaan pengerukan dan pelebaran
alur sungai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Lahan yang tersedia di kanan kiri sungai. Penggunaan lahan di sekitar sungai. Bentuk penampang. Pertimbangan debit dominan dan banjir.
Profil memanjang dasar sungai Pada dasarnya dasar sungai harus stabil
terhadap erosi maupun sedimentasi, dengan memperhatikan beberapa hal:
Desain dasar sungai pada prinsipnya mengikuti kemiringan yang ada yang sudah relatif stabil.
Dipertimbangkan terhadap bangunan yang ada di sepanjang sungai.
Dipertimbangkan terhadap muka air tanah. Meminimumkan pekerjaaan galian dan
timbunan.
Penampang melintang sungai Bentuk penampang melintang sungai dapat
direncanakan dengan penampang tunggal maupun ganda, dengan mempertimbangkan:
Bahwa penampang ganda dari penampang melintang sungai efektif untuk mengalirkan debit banjir di bagian hilir.
Stabilitas alur dan stabilitas lereng tanggul/talud sungai. Penampang melintang ganda bagian bawah direncanakan
pada debit dengan periode ulang 1.01 tahun, yaitu sebagai debit dominan yang ada di sungai yang bersangkutan. Biasanya diambil debit periode ulang 2 tahun (Q2).
Dengan menggunakan bantaran akan menambah stabilitas tanggul.
Metode Pengendalian Banjir Pada dasarnya kegiatan pengendalian
banjir adalah suatu kegiatan yang meliputi aktifitas sebagai berikut:
Mengenali besarnya debit banjir. Mengisolasi daerah genangan banjir. Mengurangi tinggi elevasi air banjir.
Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi/daerah pengendaliannya
Bagian hulu: yaitu dengan membangun dam pengendali banjir yang dapat memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir, pembuatan waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf banjir dan penghijauan di Daerah Aliran Sungai.
Bagian hilir: yaitu dengan melakukan perbaikan alur sungai dan tanggul, sudetan pada alur yang kritis, pembuatan alur pengendali banjir atau flood way, pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin dsb.
Teknis penanganan pengendalian banjir, yaitu:
Pengendalian banjir secara teknis (metode struktur).
Pengendalian banjir secara non teknis (metode non-struktur).
Metode Struktur Bangunan Pengendali Banjir
Bendungan/waduk (dam) Kolam retensi Pembuatan check dam (penangkap sedimen)
Bangunan pengurang kemiringan sungai Groundsill Retarding basin Pembuatan polder
Bendungan Bendungan adalah bangunan yang
berupa urugan tanah, urugan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk (PP No 37 Tahun 2010).
Fungsi bendungan diantaranya adalah:
Untuk menampung air sungai Mengelola dan mengatur air dalam waduk Pengelolaan sumber daya air. Penyediaan air baku (raw water) Salah satu sumber untuk penyediaan air
bersih dan air minum Penyediaan air irigasi Pengendalian banjir Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
Secara teknis perencanaan untuk dam pengendalian banjir adalah sebagai berikut:
a. Metode pengaturan banjir
b. Ratio penurunan debit banjir pada dam pengendali banjir
c. Alokasi kapasitas untuk pengendalian banjir
Waduk Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk
sebagai akibat dibangunnya bendungan (PP No 37 Tahun 2010).
Beberapa faktor yang diperhatikan dalam waduk pengendalian banjir adalah: Fungsi waduk untuk pengendali banjir Alokasi volume untuk pengendalian banjir Biaya operasional dan pemeliharaan Pintu pengendali banjir Pola inflow-outflow hydrograph Kondisi muka air waduk
Waduk mempunyai spillway dua tipe yaitu:
waduk mempunyai spillway dengan puncak (crest) tetap
waduk mempunyai spillway dengan crest tidak tetap
Kolam Retensi/Penampungan (Retention Basin)
kolam penampungan (retention basin) berfungsi untuk menyimpan sementara debit sungai sehingga puncak banjir dapat dikurangi, retention berarti penyimpanan .
Wilayah yang digunakan untuk kolam penampungan biasanya di daerah dataran rendah atau rawa.
Pembuatan Check Dam (Penangkap Sedimen)
Check dam adalah bangunan kecil temporer atau tetap yang dibangun melintang saluran/sungai untuk memperkecil kemiringan dasar memanjang sungai sehingga bisa mereduksi kecepatan air, erosi dan membuat sedimen bisa tinggal di bagian hulu bangunan. Sehingga bangunan ini bisa menstabilkan saluran atau sungai.
Contoh check dam
Bangunan Pengurang Kemiringan Sungai
Bangunan ini bisa berupa drop structure atau groundsill. Manfaatnya adalah bisa mengurangi kecepatan air, dan untuk groundsill juga dapat mencegah scouring pada hilir bendung atau pilar jembatan.
contoh drop structure
Contoh groundsill
Retarding Basin Retarding basin adalah suatu kawasan
(cekungan) yang didesain dan dioperasikan untuk tampungan (storage) sementara sehingga bisa mengurangi puncak banjir dari suatu sungai.
Contoh retarding basin
Langkah-langkah atau pertimbangan teknis yang harus diperhatikan:
Pola hidrograf inflow dan outflow banjir dengan adanya retarding basin.
Daerah cekungan/depresi yang akan dipakai kolam penampungan banjir sementara.
Tanggul kolam penampungan banjir sementara.
Bangunan pintu banjir sementara.
Pembuatan Polder Polder adalah sebidang tanah yang
rendah, dikelilingi oleh embankment baik bisa berupa tanah urugan/timbunan atau tanggul pasangan beton atau batu kali yang membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan, yang berarti tidak ada kontak dengan air dari daerah luar polder selain yang dialirkan melalui saluran buatan manusia bisa berupa saluran terbuka atau pipa.
Polder di Semarang
Manfaat lain dari Polder
Sistem Perbaikan dan Pengaturan Sungai
Metode struktur pengendalian banjir untuk sistem jaringan sungai diantaranya adalah:
River improvement (perbaikan/peningkatan sungai)
Tanggul Sudetan (by pass/short-cut) Floodway Sistem Drainasi Khusus
River Improvement Usaha untuk memperbesar kapasitas
pengaliran sungai. Dimaksudkan untuk menampung debit
banjir yang terjadi untuk dialirkan ke hilir atau laut, sehingga tidak terjadi limpasan
Hal-hal penting dalam river improvement diantaranya adalah:
1. Perencanaan penampang melintang sungai.
2. Hidrologi dan hidraulika banjir. 3. Elevasi, talud dan lebar tanggul. 4. Stabilitas terhadap erosi dan longsoran. 5. Perkuatan tebing sungai (revetment). 6. Efek pengaruh back water akibat
bangunan dan pasang surut.
Tanggul sungai yang diperkuat
Hubungan debit dengan tinggi jagaan dan lebar tanggul
Sudetan (by pass/short-cut) Sudetan (by pass) adalah saluran yang
digunakan untuk mengalihkan sebagian atau seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada daerah yang dilindungi.
Sungai yang bermeander
Hidrograf sebelum dan sesudah shortcut (sudetan)
Floodway Floodway berfungsi untuk mengalirkan
sebagian debit banjir pada waktu banjir, sehingga debit banjir pada alur sungai lama akan berkurang dan akan menurunkan tingkat resiko banjir.
Beberapa faktor yang harus menjadi perhatian dalam pembuatan floodway adalah:
Alur lama yang melewati kota sulit untuk diperbaiki sesuai dengan debit desain, karena kesulitan lahan yang sudah penuh pemukiman.
Alur lama berbelok-belok terlalu jauh, untuk menuju ke laut, sehingga dari segi hidrolis tidak menguntungkan.
Terdapat jalur untuk alur baru yang menguntungkan (lebih pendek), dengan menggunakan sungai kecil yang ada.
Pembebasan lahan pada alur floodway tidak mengalami kesulitan.
Tidak mengganggu pemanfaatan sumber daya air yang ada.
Dampak negatif (sosial ekonomi) diupayakan sekecil mungkin.
Contoh Floodway
Sistem Drainasi Khusus Sistem drainase khusus biasanya
digunakan untuk situasi berikut: Daerah perkotaan dimana drainase alami
tidak memadai. Digunakan untuk melindungi daerah pantai
dari pengaruh gelombang. Daerah genangan/bantaran banjir dengan
bangunan flood wall/dinding penahan banjir.
Metode Non-Struktur Contoh aktifitas penanganan tanpa
bangunan adalah sebagai berikut: Pengelolaan DAS. Pengaturan tata guna lahan. Pengendalian erosi. Pengembangan dan pengaturan daerah
banjir. Penanganan kondisi darurat. Peramalan dan sistem peringatan banjir. Asuransi.
Pengelolaan DAS Pengelolaan DAS mencakup aktifitas-aktifitas berikut ini:
Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS Penanaman vegetasi untuk mengendalikan atau
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan erosi tanah. Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi
tahan air yang tepat, sepanjang tanggul drainasi, saluran-saluran dan daerah lain untuk pengendalian aliran yang berlebihan atau erosi tanah.
Mengatur secara khusus bangunan-bangunan pengendali banjir (misal chek-dam) sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.
Pengelolaan khusus untuk mengatisipasi aliran sedimen yang dihasilkan dari kegiatan gunung berapi yang dikenal dengan nama debris flow.
Contoh bagian wilayah suatu DAS yang mulai dirubah tata guna lahannya
Pelanggaran sempadan karena kebutuhan infrastruktur kota
Sempadan sungai hanya berupa tembok pemisah dengan pemukiman
Contoh sempadan sungai di kota yang baik
Sasaran tersebut harus didukung oleh aktifitas-aktifitas lainnya, seperti:
Pembatasan penebangan hutan dan kebijakan-kebijakan yang mencakup atau menganjurkan penghutanan kembali daerah-daerah yang telah rusak.
Rangsangan atau dorongan, untuk mengembangkan tanaman yang tepat dan menguntungkan secara ekonomi (misal cacao, turi, jambu mete, lamtoro gung, buah-buahan). Dengan kata lain pohon tak ditebang tapi diambil buahnya
Pemilihan cara penanaman yang dapat memperlambat aliran dan erosi. Pertanian bergaris (sistim hujan), dan metode teras (bertingkat) sehingga
mengurangi pengaliran dan erosi tanah dari daerah pertanian. Tidak ada pertanian atau kegiatan-kegiatan pengembangan lain di
sepanjang bantaran sungai. Minimal daerah penyangga atau daerah vegetasi yang tidak boleh
terganggu di sepanjang jalan air, dapat mengacu pada tabel di bawah ini.
Hubungan Debit Dan Lebar Penyangga
Pengaturan Tata Guna Lahan Pengaturan tata guna lahan di DAS dimaksudkan
untuk mengatur penggunaan lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang yang ada. Hal ini untuk menghindari penggunaan lahan yang tidak terkendali.
Pada dasarnya pengaturan penggunaan lahan di DAS dimaksudkan untuk:
Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidak menimbulkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Untuk menekan laju erosi daerah aliran sungai yang berlebihan, sehingga dapat menekan laju sedimentasi pada alur sungai di bagian hilir.
Pengendalian Erosi Pengendalian erosi pada prinsipnya
merupakan tindakan-tindakan untuk mencegah dan mengendalikan erosi baik di DAS maupun di tebing sungai.
Terasering
Buffer strip (garis penyangga)
Rotasi penanaman (perubahan pola tanam)
Crop cover atau penutupan lahan (dengan tanaman lebat) mengurangi erosi
Pengembangan dan Pengaturan Daerah Banjir/Genangan
Dua tahapan yang perlu dilaksanakan, kaitannya dengan program pengendalian banjir adalah sebagai berikut ini: Tahap I: Melarang adanya pemanfaatan di
daerah bantaran banjir, seperti pendirian gedung, rumah ataupun pengusahaan tanaman.
Tahap II: Pengaturan pengendalian penggunaan lahan untuk mengurangi kerusakan-kerusakan yang disebabkan banjir.