provinsi sulawesi utara - bi.go.id · kegiatan sektor ini antara lain didorong oleh meningkatnya...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV – 2007 Kantor Bank Indonesia Manado
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
0
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai
tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank
Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai
”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi
ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan
masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter
yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun
dalam bentuk Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, yang
berisi kajian dan analisis meliputi tingkat inflasi, PDRB, dan kinerja produksi kegiatan dunia
usaha, perbankan dan sistem pembayaran serta keuangan daerah secara triwulanan.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 31 Desember 2007
BANK INDONESIA MANADO
Jeffrey Kairupan Pemimpin
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
1
Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTITF halaman 4
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 19
Sisi Permintaan halaman 20
Sisi Penawaran halaman 29
Analisis LQ (Location Quatient) halaman 38
Analisis Shift Share Provinsi Sulawesi Utara halaman 40
Box 1 : Geliat KBI Manado untuk Menyelaraskan Program Pemberdayaan
Sektor Riil di Sulawesi Utara
halaman 43
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 45
Inflasi Tahunan (Y.o.Y) halaman 45
Inflasi Bulanan (Q-t-Q) halaman 51
Inflasi Zona Sulampua halaman 54
Box 2 : Pembentukan Forum Diskusi Inflasi
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008
halaman 56
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 60
Fungsi Intermediasi halaman 61
Risiko Kredit halaman 70
Perkembangan Bank Umum Syariah halaman 75
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 76
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Halaman 78
Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi halaman 78
Keuangan Daerah Sulawesi Utara (Kab/Kota/Provinsi) halaman 81
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 84
Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 84
Penemuan Uang Palsu halaman 87
Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 88
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 90
Pengangguran halaman 91
Kemiskinan halaman 94
Rasio Gini halaman 95
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 95
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
2
PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH halaman 97
Pertumbuhan Ekonomi halaman 97
Inflasi halaman 105
LAMPIRAN halaman 107
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 112
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431-866933 Email : [email protected]
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
Relatif terjaganya stabilitas nasional berimplikasi positif bagi
kelanjutan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Selama Q4-
2007, perekonomian diperkirakan tumbuh 7,21% (y.o.y), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama
tahun sebelumnya. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan akan
didorong oleh kegiatan konsumsi dan investasi sedangkan dari sisi
penawaran, sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR
merupakan lokomotif pertumbuhan. Peningkatan konsumsi
khususnya konsumsi rumah tangga selama triwulan antara lain
didorong oleh meningkatnya kebutuhan menjelang dan pada saat
perayaan hari-hari besar keagamaan (lebaran dan natal) serta
perayaan Tahun Baru 2008. Sedangkan, peningkatan konsumsi
perusahaan dan pemerintah dipicu oleh meningkatnya jumlah
realisasi belanja perusahaan dan pemerintah menjelang
berakhirnya Tahun Anggaran 2008. Sementara itu, kinerja
perdagangan luar negeri selama triwulan laporan juga
memperlihatkan perkembangan yang cukup baik tercermin kondisi
net ekspor walaupun terus dibayang-bayangi oleh peningkatan
impor khususnya yang berasal dari antar pulau/provinsi. Secara
agregat, perekonomian Sulawesi Utara sepanjang Tahun 2007
diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,42% (y.o.y), lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan
hanya sebesar 6,3% (y.o.y)
Perekonomian Sulawesi Utara selama Q4-2007 diperkirakan tumbuh 7,21% (y.o.y)…
Laju perubahan harga (inflasi) Kota Manado menunjukkan tren
peningkatan. Hingga Desember 2007, inflasi Kota Manado tercatat
sebesar 10,13% (y.o.y) meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya yang
masing-masing tercatat 7,82% (y.o.y) dan 5,09 (y.o.y). Demikian
pula bila dibandingkan laju inflasi Zona Sulampua dan Nasional
yang masing-masing tercatat sebesar 7,40% (y.o.y) dan 6,59%
Laju perubahan harga atau inflasi Kota Manado menunjukkan tren peningkatan. Hingga Desember 2007, inflasi Kota Manado tercatat sebesar 10,13% (y.o.y)…
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
4
(y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado masih lebih tinggi. Sumber-
sumber tekanan inflasi Kota Manado berasal dari sisi permintaan,
penawaran dan impor.
PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL
Selama Q4-2007, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan
tumbuh 7,21% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya yang
masing-masing tercatat 6,46% (y.o.y) dan 6,82% (y.o.y).
Kegiatan konsumsi tumbuh 4,67% (y.o.y) dengan kontribusi
sebesar 3,15% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum.
Meningkatnya kegiatan konsumsi tersebut terjadi baik pada
konsumsi swasta (rumah tangga dan perusahaan) maupun
pemerintah. Peningkatan kegiatan konsumsi rumah tangga
diantaranya disebabkan oleh terdapatnya perayaan hari besar
keagamaan (lebaran dan natal) serta Tahun Baru 2008.
Peningkatan konsumsi rumah tangga dapat pula dikonfirmasi
melalui hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado,
dimana selama triwulan laporan indeks kondisi ekonomi
memperlihatkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sedangkan perkembangan konsumsi pemerintah antara lain dapat
dikonfirmasi dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah
provinsi yang hingga akhir Q4-2007 diperkirakan telah mencapai
92,61% atau sebesar Rp760,36 milliar. Meningkatnya realisasi
belanja pemerintah tak lepas dari akan segera berakhirnya tahun
anggaran 2007 yang mendorong pemerintah untuk segera
merealisasikan berbagai kegiatan dan program yang telah
direncanakan sebelumnya.
Kegiatan konsumsi tumbuh 4,67% (y.o.y) dengan kontribusi 3,15%. Berdasarkan komponen pembentuknya, peningkatan konsumsi terjadi baik pada konsumsi swasta maupun pemerintah…
Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur dan krisis listrik yang terjadi di sebagian besar wilayah, kegiatan investasi tumbuh significant sebesar 23,35% (y.o.y) dengan kontribusi 4,59%...
Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur dan krisis listrik yang
terjadi di sebagian besar wilayah, kegiatan investasi yang tercermin
dari nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada
triwulan laporan tumbuh significant sebesar 23,35% (y.o.y)
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
5
dengan kontribusi 4,59%. Perkembangan kegiatan investasi antara
lain dapat dikonfirmasi dari perkembangan indeks penjualan
eceran khususnya bahan bangunan yang mengalami kenaikan
indeks dari 188,23 pada triwulan lalu menjadi 207,99 pada
triwulan laporan. Hal ini seiring pula dengan kenyataan yang ada
bahwa nilai dan volume penjualan semen pada 3 (tiga) distributor
utama di Sulawesi Utara dilaporkan mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan lalu.
Kegiatan ekspor tumbuh rendah yaitu sebesar 0,23% (y.o.y)
dengan kontribusi 0,11%. Namun demikian pencapaian ini masih
lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang justru
mengalami kontraksi. Perkembangan ekspor yang cukup baik
tersebut ternyata masih terus dibayang-bayangi oleh tingginya
kegiatan impor. Hal yang menggembirakan adalah sebagian besar
barang impor tersebut merupakan barang modal yang umumnya
diperuntukkan bagi kegiatan investasi. Berdasarkan jenisnya,
komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk bahan
makanan (baik nabati maupun hewani) serta minyak nabati dan
hewani (animal or vegetable fats and oils) diantaranya kopra,
minyak kelapa dan ikan dengan negara tujuan utama adalah
Belanda, China dan USA.
Kegiatan ekspor tumbuh rendah yaitu sebesar 0,23% (y.o.y) dengan kontribusi 0,11%. Namun demikian, pencapaian ini masih lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya…
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan
disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Hampir seluruh sektor
mencatat perkembangan yang positif melebihi kinerja di triwulan
sebelumnya. Menurut kontribusinya, sektor pertanian, bangunan
dan PHR (perdagangan, hotel dan restoran) merupakan lokomotif
pertumbuhan.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya…
Sektor pertanian tumbuh 7,48% (y.o.y) dengan andil 1,52% yang disumbangkan oleh seluruh sub sektor pembentuknya…
Sektor pertanian tumbuh 7,48% (y.o.y) dengan andil 1,52% yang
disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada dengan laju
pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub sektor tanaman bahan
makanan dan sub sektor peternakan. Peningkatan sub sektor
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
6
tanaman bahan makanan antara lain didorong oleh keberhasilan
program revitalisasi pertanian tercermin dari peningkatan jumlah
realisasi kredit jagung dimana s.d. posisi November 2007 telah
mencapai jumlah ± Rp11,5 milliar yang membiayai sebanyak 3.065
petani dan 198 kelompok tani.
Perkembangan sektor bangunan secara konsisten terus
memperlihatkan perkembangan yang cukup baik. Selama triwulan
laporan, sektor ini tumbuh 8,76% (y.o.y) dengan kontribusi
sebesar 1,37%. Pertumbuhan sektor bangunan antara lain dapat
dikonfirmasi dengan perkembangan indeks penjualan bahan
bangunan berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) dan data
penjualan semen oleh 3 (tiga) distributor utama yang cenderung
meningkat. Pertumbuhan sektor ini antara lain tercermin dari
meningkatnya aktivitas pembangunan sektor properti antara lain
mal, apartemen, hotel dan perumahan.
Perkembangan sektor bangunan secara konsisten terus memperlihatkan perkembangan yang cukup baik…
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) merupakan salah satu sektor yang konsisten mencatat pertumbuhan cukup tinggi sebesar 8,10% (y.o.y)…
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) merupakan
salah satu sektor yang konsisten mencatat pertumbuhan
yang cukup tinggi yaitu sebesar 8,21% (y.o.y) dengan
kontribusi 1,37%. Perkembangan sektor ini antara lain dapat
dikonfirmasi dengan indeks Penjualan Eceran yang
memperlihatkan kenaikan indeks dari 143,96 di akhir Q3-
2007 menjadi 167,71 pada akhir Q4-2007. Meningkatnya
kegiatan sektor ini antara lain didorong oleh meningkatnya
permintaan masyarakat selama bulan puasa, hari raya
keagamaan (lebaran dan natal) serta perayaan Tahun Baru
2008. Perkembangan sektor PHR ternyata seiring pula
dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing,
tingkat hunian hotel dan lama menginap wisatawan lokal
dan manca negara
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
7
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 7,22% (y.o.y)
dengan kontribusi 0,95%. Menurut sub sektornya, pertumbuhan
sektor ini didukung oleh sub sektor pengangkutan maupun sub
sektor komunikasi yang masing-masing tumbuh 7,25% (y.o.y) dan
6,93% (y.o.y). Perkembangan sub sektor angkutan antara lain
dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan kendaraan yang
menunjukkan peningkatan serta data perkembangan jumlah
kendaraan bermotor. Selain itu, perkembangan sub sektor
angkutan juga dapat dikonfirmasi dengan jumlah pemakaian
bahan bakar minyak (BBM) yang menunjukkan peningkatan.
Sementara itu, pertumbuhan sub sektor komunikasi antara lain
tercermin dari pesatnya penggunaan sarana telepon seluler (mobile
phone) oleh masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya
wilayah jangkauan. Hal ini antara lain terbukti dari pesatnya
pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di
beberapa lokasi terisolir.
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 7,22% (y.o.y) dengan kontribusi 0,95%...
Sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 6,58% (y.o.y) yang
disumbangkan oleh sub sektor listrik maupun air bersih yang
masing-masing sebesar 6,82% (y.o.y) dan 5,67% (y.o.y). Hal ini tak
terlepas dari mulai beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTPB) Lahendong berkapasitas 20 MW pada pertengahan
Desember 2007.
Sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 6,58% (y.o.y) yang disumbangkan oleh sub sektor listrik maupun air bersih…
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh
significant selama triwulan laporan mencapai 8,03% (y.o.y).
Berdasarkan sub sektornya, seluruh sektor mencatat pertumbuhan
positif dengan sub sektor bank merupakan penyumbang terbesar.
Hal ini tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan
fasilitas perbankan antara berupa pembukaan kantor cabang baru
dan penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri) yang
memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat
dalam berinteraksi.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh significant selama triwulan laporan mencapai 8,03% (y.o.y)…
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
8
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Laju perubahan harga atau inflasi Kota Manado hingga Desember
2007 sebesar 10,13% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu yang masing-
masing tercatat 7,82% (y.o.y) dan 5,09% (y.o.y). Dibandingkan
kota-kota lainnya di Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua),
inflasi tahunan Kota Manado relatif tinggi yaitu tertinggi ketiga
setelah inflasi Kota Ternate (10,43%) dan Kota Jayapura (10,34%).
Berdasarkan sumbangannya, Kota Makassar dan Kota Manado
memberikan sumbangan tertinggi yaitu masing-masing sebesar
2,40% dan 1,77% terhadap laju inflasi Zona Sulampua yang
tercatat sebesar 7,40% (y.o.y), sedangkan kota penyumbang inflasi
terendah adalah Kota Gorontalo dengan andil sebesar 0,44%.
Laju perubahan harga atau inflasi Kota Manado ingá Desember 2007 sebesar 10,13% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya…
Sumber-sumber tekanan inflasi Kota Manado berasal dari sisi
permintaan, penawaran dan impor. Dari sisi permintaan, faktor
seasonal berupa perayaan hari besar keagamaan (lebaran dan
natal) serta Tahun Baru 2008 menyebabkan meningkatnya
kebutuhan masyarakat khususnya untuk kelompok bahan
makanan. Dari sisi penawaran, tekanan harga bersumber dari
terganggunya pasokan beberapa komoditi antara lain beras, ikan
dan bumbu-bumbuan serta belum berjalan baiknya proses konversi
minyak tanah ke elpiji. Terganggunya pasokan beras antara lain
disebabkan oleh pergeseran masa tanam dan panen yang
mengakibatkan berkurangnya stock sedangkan terganggunya
pasokan ikan dan bumbu-bumbuan, lebih disebabkan oleh kurang
bersahabatnya iklim/cuaca selama triwulan laporan dimana
cenderung hujan dengan disertai angin kencang. Akibatnya para
petani dan nelayan mengalami kesulitan untuk bercocok tanam
dan melakukan kegiatan melaut. Selain itu, dampak kenaikan
harga minyak internasional yang terus menunjukkan tren hingga
hampir menyentuh level psikologis sebesar USD 100 per barel
menyebabkan meningkatnya harga barang khususnya yang banyak
mengandung komponen impor. Sementara itu, tekanan inflasi
Sumber-sumber tekanan inflasi Kota Manado berasal dari sisi permintaan, penawaran dan impor…
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
9
selama triwulan laporan bersumber pula dari administered prices.
Kebijakan pemerintah untuk menaikan tarif angkutan kapal
penyeberangan antar provinsi rata-rata sebesar 18-20 persen per
tanggal 1 Desember 2007 menyebabkan biaya transportasi laut
meningkat selama triwulan laporan.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan pada Q4-2007 (posisi November 2007) cukup
baik tercermin dari meningkatnya total aset, kredit dan DPK, yang
disertai oleh perbaikan rasio fungsi intermediasi (LDR) dan kualitas
kredit (NPL). Kecenderungan menurunnya suku bunga acuan (BI
rate) hingga ke level 8,0 % per Desember 2007 telah diikuti oleh
penurunan suku bunga deposito 1 bulan dan kredit masing-masing
sebesar 7,03% dan 15,23%. Tingkat bunga ini relatif lebih rendah
dibandingkan posisi akhir triwulan sebelumnya, dimana suku
bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit saat itu masing-
masing sebesar 7,13% dan 15,33%.
Kinerja perbankan pada Q4-2007 (posisi November 2007) cukup baik tercermin dari meningkatnya total aset, kredit dan DPK yang disertai oleh perbaikan rasio fungsi intermediasi (LDR) dan kualitas kredit (NPL)…
Dari sisi jumlah dana yang dihimpun, penurunan suku bunga yang
diikuti dengan penurunan plapond simpanan yang dijamin oleh LPS
(Lembaga Penjamin Simpanan) tidak serta merta menurunkan DPK
yang dihimpun perbankan. Sampai dengan November 2007,
jumlah DPK mencapai Rp6,55 triliun atau meningkat 0,78%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kredit tumbuh
4,19% mencapai jumlah Rp6.33 triliun. Berdasarkan sektor
ekonominya, penyaluran kredit produktif terutama ditujukan untuk
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dengan pangsa
32,64%, diikuti sektor jasa dunia usaha, pertanian dan konstruksi.
Berdasarkan lajunya, sektor pertanian mencatat pertumbuhan
tertinggi sebesar 29,35% mencapai jumlah Rp257 milliar. Hal ini
tak lepas dari keberhasilan program revitalisasi pertanian yang
dicanangkan oleh pemerintah daerah berupa pengembangan
komoditi jagung dan rumput laut yang mendapat dukungan
masyarakat perbankan.
Sampai dengan November 2007, jumlah DPK mencapai Rp6,55 triliun atau meningkat 0,78% dibandingkan triwulan sebelumnya…
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
10
Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio
Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat dari 93,46% di akhir
triwulan sebelumnya menjadi 96,63% pada November 2007.
Meningkatnya rasio LDR ini terutama disebabkan oleh
pertumbuhan kredit yang lebih significant dibandingkan
pertumbuhan dana. Peningkatan jumlah kredit ini ternyata juga
diiringi dengan membaiknya kualitas kredit yang disalurkan
tercermin dari menurunnya rasio kredit bermasalah (NPL) dari
6,29% pada triwulan sebelumnya menjadi 4,56%.
Fungsi intermerdiasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat dari 93,46% di akhir triwulan sebelumnya menjadi 96,63% pada November 2007…
Pangsa kredit UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) terhadap total kredit turun 2,83% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 61,59% atau sebesar Rp3.636 milliar…
Pangsa kredit UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) terhadap
total kredit turun 2,83% dibandingkan triwulan sebelumnya
menjadi 61,59% atau sebesar Rp3.636 milliar. Namun demikian
berdasarkan nominalnya, total kredit UMKM pada November 2007
meningkat 0,09% dibandingkan triwulan sebelumnya dimana
sebagian besar peningkatan tersebut terjadi untuk jenis kredit kecil
dan menengah, masing-masing sebesar 8,21% dan 2,32%.
Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit UMKM masih
belum merata dan lebih banyak terfokus pada Kota Manado yang
menyerap 67,95% dari total kredit UMKM yang disalurkan di
wilayah Sulawesi Utara. Salah satu hal yang menjadi kendala dari
penyaluran kredit UMKM adalah masih relatif tingginya rasio kredit
bermasalah (NPL) UMKM khususnya pada jenis kredit mikro dan
kecil.
Kiprah perbankan syariah masih relatif kecil tercermin dari total
asset perbankan syariah yang kurang dari 5% total asset
perbankan secara keseluruhan. Adapun jumlah perbankan syariah
di wilayah Sulawesi Utara baru 2 (dua) bank yaitu Bank Syariah
Mandiri dan Bank Muamalat. Dibandingkan triwulan sebelumnya,
total aset perbankan syariah sedikit mengalami penurunan (2,01%)
menjadi Rp77,70 milliar. Namun, dana yang berhasil dihimpun
(DPK) mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp50,83 milliar
Kiprah perbankan syariah masih relatif kecil tercermin dari total aset perbankan syariah yang kurang dari 5% dari total asset perbankan secara keseluruhan…
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
11
atau naik 4,73%. Dari jumlah dana sebesar Rp50,83 milliar, baru
sebagain kecil yang disalurkan kembali kepada masyarakat
tercermin dari rendahnya rasio FDR (Finance to Deposit Ratio) yang
hanya sebesar 22,54% atau hanya sebesar Rp11,45 milliar.
Jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah
kerja Bank Indonesia Manado tercatat sebanyak 16 BPR yang
keseluruhannya merupakan jenis bank konvensional. Kinerja BPR
selama triwulan laporan cukup baik tercermin dari peningkatan
total aset, DPK, kredit serta membaiknya kualitas kredit. Total aset
BPR hingga November 2007 tercatat sebesar Rp160 milliar, dengan
jumlah dana dan kredit masing-masing sebesar Rp120 milliar dan
Rp131 milliar. Membaiknya kinerja BPR secara umum diiringi pula
dari membaiknya fungsi intermediasi perbankan tercermin dari
rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) seebsar 91,73% dan kualitas
kredit tercermin dari menurunnya rasio NPL (Non Performing Loan)
dari 4,10% pada akhir triwulan lalu menjadi 3,89% di akhir
triwulan laporan. Namun demikian, secara keseluruhan pangsa BPR
masih jauh lebih kecil dibandingkan bank umum.
Kinerja BPR di Sulawesi Utara cukup menggembirakan, tercermin dari meningkatnya aset, DPK dan kredit serta membaiknya kualitas kredit…
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH (APBD)
Dari waktu ke waktu, alokasi dana pembangunan bagi masyarakat
di wilayah Sulawesi Utara baik yang berasal dari pemerintah pusat
maupun daerah terus mengalami peningkatan. Hampir seluruh
kabupaten/kota bahkan provinsi pada Tahun 2007 ini mengalami
kenaikan anggaran dalam APBD bila dibandingkan tahun lalu. Dari
sisi nominal, persentase kenaikan APBD tertinggi dialami oleh Kab.
Talaud dan Kab. Minahasa, sedangkan terendah terjadi pada
tingkat provinsi dan Kab. Bolmong (untuk penerimaan) dan Kab.
Sangihe dan Kab. Bolmong (untuk belanja daerah). Secara
gabungan (seluruh kab/kota/provinsi), besarnya target penerimaan
APBD Sulawesi Utara di Tahun 2007 mencapai Rp4,38 Triliun
dengan target belanja daerah sebesar Rp4,49 Trilliun. Dengan
Dari waktu ke waktu, alokasi dana pembangunan bagi masyarakat di wilayah Sulawesi Utara yang berasal dari pemerintah pusat maupun daerah mengalami peningkatan...
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
12
demikian terdapat selisih kekurangan sebesar Rp110 milliar yang
nantinya akan dibiayai melalui pos pembiayaan daerah.
Di tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD-P di Tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp791,77 milliar atau meningkat 21,18% dibandingkan tahun sebelumnya…
Di tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD-P di Tahun
2007 ditetapkan sebesar Rp791,77 milliar atau meningkat 21,18%
dibandingkan tahun sebelumnya sedangkan dari sisi pengeluaran
ditetapkan sebesar Rp821,06 milliar atau meningkat 25,66%
dibandingkan tahun sebelumnya. Selama triwulan laporan, kinerja
keuangan daerah mengalami perkembangan yang sangat
significant dibandingkan triwulan sebelumnya. Bila sampai akhir
triwulan sebelumnya jumlah realisasi penerimaan baru mencapai
80,04% dari jumlah Rp791,77 milliar maka hingga 31 Desember
2007, diperkirakan jumlah realisasi mencapai 97,69%, atau
mencapai jumlah Rp773,47 milliar. Demikian pula dengan kinerja
pengeluaran pemerintah yang mencatat kenaikan realisasi dari
58,93% menjadi 92,61% atau berjumlah Rp760,36 milliar.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan aliran uang kartal di Bank Indonesia Manado selama triwulan laporan berada pada kondisi net outflow...
Perkembangan aliran uang kartal di Kantor Bank Indonesia
Manado selama triwulan laporan berada dalam kondisi net outflow
yang berarti aliran uang keluar (outflow) lebih besar dibandingkan
uang masuk (inflow). Hal ini merupakan pola musiman dimana
selama triwulan laporan berlangsung beberapa even yang
mendorong peningkatan penggunaan uang kartal di masyarakat
antara lain terdapatnya hari raya keagamaan (natal dan tahun
baru) serta perayaan menyambut Tahun Baru 2008. Selain itu
meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah dalam
membiayai berbagai proyek yang ada menjelang berakhirnya tutup
tahun anggaran 2007, turut memberikan andil bagi peningkatan
penggunaan uang kartal di masyarakat.
Aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami
kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aliran uang masuk
naik lebih dari 140% menjadi Rp225,51 milliar sedangkan aliran
Aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya...
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
13
uang keluar naik lebih dari 552% menjadi Rp928,43 milliar. Secara
netto, aliran uang kartal di khasanah Bank Indonesia Manado
dalam keadaan net outflow sebesar Rp675,92 milliar meningkat
cukup significant dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp62,86 milliar. Selama triwulan laporan, net outflow
tertinggi terjadi di Bulan Desember 2007 sebesar Rp603,14 milliar,
sedangkan di Bulan Oktober 2007 hanya sebesar Rp90,32 milliar.
Kondisi berbeda terjadi pada di Bulan November 2007 yang justru
mengaami net inflow sebesar Rp17,54 millar. Besarnya net flow
yang terjadi pada Bulan Desember 2007 disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat untuk
bertransaksi berkenaan dengan terdapatnya hari raya keagamaan
(lebaran dan natal) serta perayaan Tahun Baru 2008 selama
triwulan laporan.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia pada
triwulan laporan sebanyak 15 lembar atau turun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 29 lembar.
Berdasarkan jumlah lembarannya, jenis pecahan Rp100.000,- dan
Rp50.000,- merupakan jenis pecahan yang paling banyak
dipalsukan masing-masing sebesar 33,33% dari keseluruhan
lembar uang palsu yang ditemukan. Berkurangnya jumlah
penemuan uang palsu disebabkan pelaku pemalsuan uang sudah
semakin sempit pergerakannya sehubungan dengan meningkatnya
pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah
yang secara konsisten disosialisasikan. Selain itu, peran serta aktif
masyarakat bersama dengan pihak kepolisian telah berhasil
membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia pada triwulan laporan sebanyak 15 lembar atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya...
Perkembangan kliring lokal (tunai) selama triwulan laporan sedikit
menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
tercermin dari rata-rata nominal kliring penyerahan harian yang
naik tipis sebesar 0,26% menjadi Rp25,45 milliar per hari
walaupun dari segi rata-rata lembar warkat yang dikliringkan justru
Perkembangan kliring lokal (tunai) selama triwulan laporan sedikit menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya…
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
14
mengalami penurunan sebesar 4,63% menjadi 1.347 lembar per
hari. Meningkatnya rata-rata nominal kliring penyerahan tersebut
disebabkan oleh meningkatnya aktivitas masyarakat saat perayaan
hari besar keagamaan dan persiapan tahun baru 2008 serta
terdapatnya hari libur bersama selama triwulan laporan.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Secara umum tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara di Tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang lebih baik…
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara di
Tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya tercermin dari menurunnya
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Namun, membaiknya angka
ketenagakerjaan tersebut, masih terus dibayang-bayangi oleh
menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat tercermin dari
tingginya angka kemiskinan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya, paling tidak kondisi ini berlangsung hingga Maret
2007. Salah satu program kerja pemerintah daerah yang
diperkirakan cukup memberikan dampak positif bagi berkurangnya
TPT adalah Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan oleh
pemerintah provinsi yang mendapat dukungan dari masyarakat
perbankan khususnya dari sisi pembiayaan.
Perkembangan tingkat pengangguran memperlihatkan
perkembangan yang menurun, tercermin dari Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) yang turun menjadi 12,35% di Tahun
2007 dari sebelumnya sebesar 14,62% di Tahun 2006. Beberapa
sektor/lapangan usaha yang banyak digeluti dan menyerap banyak
tenaga kerja diantaranya adalah sektor pertanian, perdagangan
dan jasa. Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja /TPAK
menunjukkan peningkatan menjadi sebesar 61,97% dari
sebelumnya 59,20%. Meningkatnya TPAK ini disebabkan oleh
pertambahan jumlah penduduk yang memperoleh pekerjaan yang
lebih cepat dibandingkan pertambahan jumlah penduduk berusia
15 tahun ke atas.
Perkembangan tingkat pengangguran memperlihatkan perkembangan yang menurun, tercermin dari angka TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka)…
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
15
Sementara itu, angka kemiskinan belum menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan paling tidak hingga Maret
2007 bahkan cenderung meningkat dibandingkan periode-periode
sebelumnya. Bila pada Februari 2004, angka kemiskinan baru
tercatat sebesar 192,2 ribu orang dengan persentase 8,93%
terhadap total penduduk maka pada Maret 2007 angka tersebut
sudah jauh bertambah menjadi 250 ribu orang dengan rasion
11,42%. Berdasarkan wilayahnya, sebagian besar penduduk miskin
tersebut berada di daerah pedesaan sedangkan sisanya berada
diperkotaan. Struktur kemiskinan ini sedikit demi sedikit mulai
mengalami pergeseran dimana bila Februari 2004 hampir 81,32%
penduduk miskin merupakan orang-orang yang tinggal di desa
maka pada Maret 2007 prosentase tersebut terus berkurang
hingga hanya 68,40%. Dengan demikian, peningkatan jumlah
penduduk miskin secara significant lebih banyak terjadi di wilayah
perkotaan dibandingkan pedesaan.
Sementara itu, angka kemiskinan belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan paling tidak hingga Maret 2007…
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan mendatang
diperkirakan akan mengalami perlambatan dibandingkan Q4 -
2007. Hal ini merupakan siklus musiman dimana laju pertumbuhan
ekonomi akan mencapai puncaknya di akhir tahun dan kembali
menurun di awal tahun. Beberapa faktor penyebab hal tersebut
adalah : kembali normalnya tingkat konsumsi masyarakat setelah
sebelumnya meningkat berkenaan dengan perayaan hari-hari besar
keagamaan dan tahun baru 2008, belum optimalnya operasional
perusahaan sehubungan dengan kembali normalnya permintaan
dan masih kecilnya realisasi belanja pemerintah daerah akibat
sebagian besar proyek masih dalam tahap perencanaan dan
tender. Walaupun demikian, perkembangan ekonomi pada Q1-
2008 diperkirakan akan tetap tumbuh positif sebesar 6,2% (y.o.y),
atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 5,41% (y.o.y). Secara tahunan,
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami perlambatan dibandingkan Q4-2007…
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
16
laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di Tahun 2008
diperkirakan sebesar 6,60% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
Tahun 2007 lalu yang diperkirakan berada pada kisaran 6,42%
(y.o.y).
OUTLOOK INFLASI REGIONAL Tekanan harga di Kota Manado pada triwulan mendatang diperkirakan masih akan tetap tinggi…
Tekanan harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih akan
cukup tinggi. Sumber tekanan inflasi diperkirakan berasal dari sisi
penawaran, sedangkan dari sisi permintaan relatif stabil karena
tidak adanya even hari raya/kegiatan lainnya yang significant.
Kondisi iklim yang cenderung hujan disertai angin kencang
diperkirakan akan menyebabkan terganggunya distribusi dan
pasokan barang baik yang melewati jalur darat, laut dan udara.
Kondisi demikian, diperkirakan akan berdampak pula baik bagi
para nelayan dan petani khususnya kesulitan dalam melaut dan
mencari ikan dan kemungkinan kegagalan panen akibat banjir dan
tanah longsor. Sementara itu, dampak kenaikan harga minyak
dunia yang telah melebihi level psikologis sebesar USD 100 per
barel diperkirakan akan berdampak bagi perekonomian nasional
dan regional Sulawesi Utara. Kenaikan harga minyak dunia ini akan
menyebabkan meningkatnya harga barang khususnya yang
memiliki kandungan bahan impor yang tinggi. Selain itu,
kelangkaan minyak tanah akibat tidak berjalan baiknya kebijakan
konversi energi dari minyak tanah ke LPG diperkirakan akan
menyebabkan lonjakan harga khususnya terhadap bahan-bahan
kebutuhan pokok. Dengan memperhatikan besaran inflasi selama
tahun 2007 serta sumber-sumber tekanan inflasi pada triwulan
mendatang maka diperkirakan laju inflasi Kota Manado pada
triwulan mendatang akan lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan hasil survei yang
dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado, diantaranya
Survei Penjualan Eceran (SPE) dimana sebagian besar responden
optimis bahwa harga barang/jasa pada 3-6 bulan mendatang akan
mengalami kenaikan bahkan dengan level yang lebih tinggi
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
17
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini
tercermin dari meningkatnya indeks ekspektasi harga untuk 3
bulan y.a.d dari level 154 di akhir Tahun 2006 naik ke level 156
pada Desember 2007. Demikian pula indeks ekspektasi harga
untuk 6 bulan y.a.d yang naik dari level 156 di akhir Tahun 2006
naik ke level 160 pada Desember 2007.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
18
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kestabilitan ekonomi makro dan sistem keuangan nasional yang tetap terjaga hingga
triwulan IV-2007, menunjukkan ketahanan fundamental ekonomi nasional yang semakin
membaik dalam menghadapi meningkatnya tekanan eksternal khususnya yang bersumber
dari dampak lanjutan dari kasus subprime mortgage, melambungnya harga minyak dunia
dan gejolak pasar keuangan yang belum mereda. Berbagai indikator ekonomi makro dan
sistem keuangan nasional menunjukkan perbaikan kinerja. Walaupun pada bulan November
dan Desember 2007 terjadi peningkatan tekanan eksternal sebagai dampak dari
peningkatan harga minyak dunia yang sempat menyentuh angka psikologis sebesar USD
100 per barrel, namun secara keseluruhan masih dapat dikendalikan dan tidak berdampak
terlalu jauh bagi perekonomian nasional.
Relatif terjaganya stabilitas nasional tersebut berimplikasi positif bagi kelanjutan
pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Dalam triwulan IV-2007, perekonomian
diperkirakan tumbuh sebesar 7,21% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Secara agregat sepanjang Tahun 2007, perekonomian Sulawesi Utara
diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,42% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan hanya sebesar 6,3% (y.o.y).
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh kegiatan konsumsi
dan investasi. Peningkatan konsumsi khususnya konsumsi rumah tangga antara lain
disebabkan oleh terdapatnya perayaan hari-hari besar keagamaan (lebaran dan natal)
selama triwulan laporan serta perayaan Tahun Baru 2008 sementara peningkatan konsumsi
perusahaan dan pemerintah berkenaan dengan akan berakhirnya tahun anggaran 2008
yang mendorong perusahaan dan pemerintah segera merealisasikan berbagai program dan
kegiatannya. Peningkatan investasi tercermin dari maraknya pembangunan pusat
perbelanjaaan, hotel, properti, dll. Selain itu meningkatnya realisasi belanja modal
pemerintah menjelang berakhirnya tahun anggaran juga turut memberikan andil bagi
peningkatan kegiatan investasi.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
19
Dari sisi penawaran, berdasarkan sektornya, sebagian besar sektor menunjukkan
perkembangan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat, sektor pertanian,
sektor bangunan dan sektor PHR memberikan andil yang paling dominan. Perkembangan
sektor pertanian selama Tahun 2007 tak terlepas dari keberhasilan program revitalisasi
pertanian yang dijalankan oleh pemerintah daerah yang mendapat dukungan pula dari
masyarakat perbankan Sulawesi Utara khususnya dari sisi pembiayaan.
A. SISI PERMINTAAN
Perekonomian Sulawesi Utara selama Q4-2007 relatif cukup baik tercermin dari laju
pertumbuhan sebesar 7,21% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan
periode yang sama tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ini terutama disumbangkan oleh
kegiatan konsumsi dan investasi walaupun terus dibayang-bayangi oleh meningkatnya
impor. Namun demikian, secara umum nilai perdagangan Sulawesi Utara selama triwulan
laporan masih berada pada kondisi surplus perdagangan yang berarti kontribusi ekspor
(baik antar negara maupun antar pulau) masih lebih besar dibandingkan impor.
Tabel 1.1.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (Persen)
2006
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Konsumsi 4.76 -5.31 2.37 2.80 2.90 3.39 4.67 3.50
Konsumsi Swasta 4.05 -11.97 2.15 2.30 2.52 2.59 3.97 2.88
Konsumsi Pemerintah 6.27 9.65 2.80 3.78 3.67 5.08 5.94 4.71
PMTB 13.11 11.52 14.70 8.52 15.56 24.75 23.35 18.64
Stok -22.00 83.09 81.72 -29.84 9.24 133.30 20.84 15.03
Ekspor 0.85 48.69 19.46 14.28 12.41 -0.91 0.23 5.59
Impor 2.81 28.37 21.54 10.59 12.17 4.25 2.16 6.71
PDRB 4.90 6.82 6.16 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42
2007200720062005JENIS PENGGUNAAN
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.2. Kontribusi per Kegiatan Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Sulawesi Utara (Persen)
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Konsumsi 3.51 -4.04 -0.17 1.91 2.03 2.43 3.15 2.42
Konsumsi Swasta 2.03 -6.30 -0.84 1.05 1.19 1.25 1.72 1.33
Konsumsi Pemerintah 1.49 2.26 0.67 0.87 0.84 1.17 1.43 1.10
PMTB 2.20 2.17 2.66 1.62 2.99 5.05 4.59 3.65
Stok -0.23 0.30 0.64 -0.72 0.16 1.16 0.13 0.20
Ekspor 0.36 16.91 7.85 5.86 5.35 -0.44 0.11 2.53
Impor 0.94 8.52 4.83 3.26 4.14 1.74 0.78 2.39
PDRB 4.90 6.82 6.16 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42
20052006 2007
20072006JENIS PENGGUNAAN
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
20
1. Konsumsi
Kegiatan konsumsi masih merupakan lokomotif pertumbuhan Sulawesi Utara yang dari
waktu ke waktu kontribusinya terus menunjukkan peningkatan. Tercatat laju pertumbuhan
konsumsi selama triwulan laporan sebesar 4,67% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 3,15%
terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Berdasarkan komponen pembentuknya,
konsumsi swasta yang mencakup rumah tangga dan perusahaan menyumbangkan hampir
54% dari total konsumsi, sedangkan sisanya berasal dari konsumsi pemerintah. Tercatat
konsumsi rumah tangga tumbuh 3,72% pada triwulan laporan. Beberapa faktor pendorong
meningkatnya konsumsi rumah tangga diantaranya adalah terdapatnya perayaan hari besar
keagamaan (lebaran dan natal) serta Tahun Baru 2008. Demikian pula halnya dengan
perkembanga konsumsi pemerintah yang dari waktu ke waktu terus mengalami
peningkatan yaitu dari laju 5,08% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya naik menjadi 5,94%
(y.o.y). Hal ini antara lain dapat dikonfirmasi dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah
provinsi yang hingga akhir Q4-2007 diperkirakan mencapai 92,61% atau sebesar Rp760,36
milliar. Bahkan belanja modal yang pada triwulan sebelumnya baru terealisasi sebesar
33,95% maka hingga akhir Q4-2007 telah terealisasi sebesar 85,40% atau sebesar
Rp129,63 milliar. Hal ini tak terlepas dari akan segera berakhirnya tahun anggaran 2007
yang mendorong pemerintah untuk segera merealisasikan berbagai kegiatan dan program
yang telah direncanakan sebelumnya.
Peningkatan konsumsi rumah tangga antara lain tercermin dari hasil Survey Ekspektasi
Konsumen (SEK) Kota Manado, dimana selama triwulan laporan indeks kondisi ekonomi
memperlihatkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Bila pada akhir triwulan
lalu indeks kondisi ekonomi masih berada pada level 112,67 maka pada akhir triwulan
laporan ini naik hingga ke level 124,50. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum
tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi mengalami peningkatan (angka
indeks > 100 berarti optimis). Berdasarkan variabel penyusunnya, meningkatnya indeks
tersebut terutama tercermin dari meningkatnya indeks penghasilan dari 103 di akhir
triwulan sebelumnya naik ke level 148,5 di akhir triwulan laporan dan indeks ketersedian
lapangan kerja yang meningkat dari 103,5 naik menjadi 115,5 di akhir triwulan laporan
(indeks > 100 berarti pesimis). Satu-satunya variabel penyusun indeks kondisi ekonomi yang
mengalami penurunan adalah indeks pembelian bahan tahan lama (durable goods) yang
mengalami penurunan dari level 131,5 menjadi 109,50 yang berarti tidak tepat melakukan
pembelian durable goods saat ini karena adanya ekspektasi meningkatnya harga barang
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
21
kebutuhan pokok. Dapat disimpulkan bahwa membaiknya kondisi ekonomi selama triwulan
laporan lebih dikarenakan penilaian masyarakat bahwa tingkat penghasilan dan
ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih baik dibandingkan 3 bulan lalu. Adapun
perbaikan tingkat penghasilan ini diperkirakan sebagai dampak dari meningkatnya harga-
harga produk pertanian dan perkebunan di pasaran dunia seperti cengkeh, kopra dan pala
serta dampak dari pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan meningkatnya pemberian
kredit selama triwulan laporan.
Grafik 1.2.
Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini . Grafik 1.1.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
60
70
80
90
100
110
120
130
J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D
2005 2006 2007
60
80
100
120
140
160
J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D
Penghasilan Saat IniPembelian Barang Tahan LamaKetersediaan Lap. Kerja
2005 2006 2007
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
2. Investasi
Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur dan krisis listrik yang terjadi, kegiatan investasi
yang tercermin dari nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan
laporan tumbuh 23,35% (y.o.y) dengan kontribusi 4,59% terhadap laju pertumbuhan
ekonomi secara umum. Perkembangan kegiatan investasi antara lain dapat dikonfirmasi dari
perkembangan indeks penjualan eceran khususnya bahan bangunan yang mengalami
kenaikan indeks dari level 188,23 pada akhir triwulan sebelumnya menjadi 207,99 pada
triwulan laporan. Hal ini seiring pula dengan perkembangan data volume penjualan semen
pada 3 (tiga) distributor utama di Sulawesi Utara yang mengalami kenaikan 6,78%
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
22
Grafik 1.3. Indeks Penjualan Bahan Bangunan
Grafik 1.4. Penjualan Semen di 3 Distributor Utama (Ton)
-
50
100
150
200
250
J F MAM J J A S O N D J F MAM J J A S O N D J F MAM J J A S O N D
Indeks Bangunan
20062005 2007
134,
700
126,
150
118,
000
112,
600
98,6
00
82,0
00
73,8
00
72,5
00
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07*)
Sumber : Disperindag Provinsi Sulut Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE)
Guna lebih menggairahkan iklim investasi, pemerintah provinsi/kabupaten/kota di Sulawesi
Utara telah mengambil beberapa langkah strategis khususnya berkaitan dengan
pembenahan sarana dan prasarana jalan dan air bersih. Selain itu telah dikeluarkan pula
berbagai kebijakan pemerintah daerah guna mendukung terciptanya iklim yang kondusif
untuk berinvestasi antara lain kemudahan pengurusan perijinan, perpajakan dan lainnya.
Salah satu contoh kemudahan perijinan yang diberikan oleh pemerintah
provinsi/kabupaten/kota adalah pemberian insentif berupa keringanan perpajakan/retribusi
bagi pada investor yang ingin menanamkan modalnya di sepanjang Danau Tondano dan
Kawasan Boulevard.
Nilai TransaksiGrafik 1.5.
Pertumbuhan Kredit Investasi (%)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : Direktorat Statistik *) s.d. November 2
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
J F M AM J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N
(%)
20062005 2007
146
13,0
39
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
2000 2001 2
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
Grafik 1.6. Impor Barang Modal (USD)
Moneter Bank Indonesia 007
6,23
8
11,3
3716,6
73
36,9
07
4,04
6
60,4
74
002 2003 2004 2005 2006 2007*)
23
Kredit sebagai salah satu sumber pembiayaan investasi masih relatif kecil walaupun selama
triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang membaik di mana bila pada akhir
triwulan sebelumnya tumbuh 20,97% (y.o.y) maka pada akhir triwulan laporan tumbuh
26,17% (y.o.y) dengan jumlah baki debet sebesar Rp651 milliar. Namun, hal yang
menggembirakan adalah struktur impor Sulawesi Utara ternyata hampir seluruhnya
merupakan jenis barang modal yang banyak digunakan dalam kegiatan investasi. Barang-
barang modal ini antara lain dalam bentuk mesin, perkakas dan peralatan lain. Sampai
dengan posisi November 2007, nilai impor barang modal tercatat sebesar USD61,22 juta
atau telah lebih dari 65,84% dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya yang hanya
sebesar USD36,91 juta
3. Ekspor – Impor
Perkembangan nilai tambah kegiatan ekspor dan impor selama triwulan laporan terus
menunjukkan peningkatan. Secara gabungan (antar provinsi maupun antar negara),
transaksi perdagangan selalu berada pada kondisi surplus. Surplus perdagangan ini
terutama berasal dari transaksi perdagangan luar negeri, sedangkan untuk transaksi
perdagangan antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan
karena hampir 70% barang konsumsi masih didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Utara
terutama dari Provinsi Jawa Timur dan Makassar (seperti beras, bawang merah dan cabe).
Membaiknya kinerja perdagangan selama triwulan laporan antara lain didukung oleh relatif
stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar US walaupun masih dibayang-bayangi oleh tren
meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan harga minyak dunia dan tingginya inflasi
dalam negeri.
Kegiatan ekspor selama triwulan laporan tumbuh 0,23% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar
0,11%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang justru mengalami kontraksi.
Pertumbuhan ekspor tersebut diiringi pula oleh peningkatan kegiatan impor khususnya
terhadap barang/komoditi yang berasal dari provinsi lain sebagaimana tercermin laju
pertumbuhan impor sebesar 2,16% (y.o.y). Sementara itu, kinerja ekspor luar negeri s.d.
November 2007 mencapai nilai USD506,91 juta dengan volume 815,2 ribu ton. Pencapaian
nilai ekspor tersebut telah melampaui posisi akhir tahun lalu yang tercatat sebesar
USD273,36 juta dengan volume 620,59 ribu ton.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
24
Grafik 1.7.
Nilai dan Volume Ekspor Sulawesi Utara
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*
Nilai (Juta USD) - y kiri
Volume (Ribu Ton) - y kanan
-
100
200
300
400
500
600
700
800
Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4*-07
Nilai (Juta USD) - y kiri
Vo lume (Ribu Ton) - y kanan
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2007
Menurut jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk kelompok
bahan makanan (baik nabati maupun hewani) dan kelompok minyak nabati dan hewani
(animal or vegetable fats and oils) antara lain kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut Oil
(VCO) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah Belanda, USA dan China. Dengan
demikian, kegiatan perdagangan luar negeri Sulawesi Utara terutama bertumpu pada
kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya atau berupa bahan mentah/baku. Oleh karena
itu perkembangan industri pengolahan harus mendapat dukungan pemerintah daerah agar
komoditi yang diekspor tidak semata-mata mengandalkan bahan mentah/baku namun juga
bahan setengah jadi/barang jadi sehingga nilai tambahnya menjadi lebih tinggi, serta
menambah penyediaan lapangan kerja baru.
Tabel 1.3. Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara
(dalam ribu USD)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2007
KELOMPOK KOMODITI 2003 2004 2005 2006 2007*)
F 59,ood and Live Animals 488 95,367 112,762 68,547 112,913Beverages and Tobacco 0 39 0 6 - Crude Materials, Ineble 4,757 7,624 13,127 4,280 2,105 Mineral Fuels, Lubricants etc 0 0 0 - - Animal & Vegetable Oil & Fats 69,520 142,611 245,181 186,296 387,108 Chemical 420 165 2,436 2,492 3,900 Manufactured Goods 500 1,999 1,094 1,611 566 Machinery & Transport Eqp 56 125 25 87 145 Misc. Manufactured Articles 253 225 378 234 182 Commodities & Transaction Nes 0 0 7,290 9,810 -
TOTAL 134,995 248,155 382,294 273,363 506,919 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. November 2007
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
25
Tabel 1.4. Negara Tujuan Utama Ekspor Sulawesi Utara
(dalam ribu USD)
No. Negara Tujuan Nilai Perdagangan
Tahun 2006Share No. Negara Tujuan
Nilai Perdagangan Tahun 2007*)
Share
1 China 78,203 28.61 1 Belanda 214,070 42.23 2 Amerika Serikat 46,976 17.18 2 Amerika Serikat 62,135 12.26 3 Belanda 43,670 15.98 3 China 57,397 11.32 4 India 14,998 5.49 4 Korea Selatan 51,636 10.19 5 Korea Selatan 12,806 4.68 5 India 24,821 4.90 6 Filipina 11,618 4.25 6 Jerman 19,663 3.88 7 Negara Lainnya 65,093 23.81 7 Negara Lainnya 77,197 15.23
273,363 100.00 506,919 100.00 TotalTotal Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. November 2007
Membaiknya kinerja ekspor luar negeri diiringi pula dengan masih tingginya nilai realisasi
impor non migas. Sampai dengan November 2007, nilai impor dari luar negeri tercatat
USD61,22 juta dengan volume 25,48 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan pencapaian akhir
tahun sebelumnya. Di satu sisi, besarnya nilai impor mencerminkan masih tingginya tingkat
ketergantungan terhadap barang/jasa yang berasal dari negara lain namun berdasarkan
strukturnya, sebagian besar barang yang diimpor tersebut merupakan barang modal.
Grafik 1.8.
Nilai dan Volume Im or Sulawesi Utara p
-
5
10
15
20
25
30
35
40
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*(10)
10
30
50
70
90Nilai (Juta USD) - y kiri
Volume (Ribu Ton) - y kanan
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. November 2007
Berdasarkan komposisinya, struktur impor Sulawesi Utara sejak Tahun 2006 hingga
November 2007 sedikit berbeda bila dibandingkan Tahun 2005. Bila sebelum Tahun 2005
kegiatan impor lebih didominasi oleh kelompok komoditi bahan makanan yaitu gula dan
produk olahannya (sugars dan sugar confectionery) maka sejak Tahun 2006 hingga
November lebih didominasi oleh barang-barang modal (mesin, perkakas, alat transportasi,
dlsb-nya). Meningkatnya komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan
material ini mengindikasikan meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
26
Tabel 1.5. Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara Berdasarkan SITC (dalam USD)
KELOMPOK KOMODITI 2003 2004 2005 2006 2007*)
Food and Live Animals 6,201 2,411 5,035 5,061 6,401 Beverages and Tobacco 0 - - - 1 Crude Materials, Ineble 26 114 0 6 575 Mineral Fuels, Lubricants etc - - - - - Animal & Vegetable Oil & Fats 1,194 15 160 717 - Chemical 445 340 166 975 1,000 Manufactured Goods 1,842 297 101 7,678 349 Machinery & Transport Eqp 1,475 803 715 21,833 52,472 Misc. Manufactured Articles 179 185 65 643 418 Commodities & Transaction Nes - - - - -
TOTAL 11,363 4,165 6,242 36,912 61,216 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. November 2007
Berdasarkan negara asal barangnya, impor Sulawesi Utara sepanjang Tahun 2007 terutama
berasal dari negara USA, Perancis dan Vietnam. Sedikit berbeda dibandingkan tahun
sebelumnya dimana impor lebih banyak berasal dari negara Filipina, Malaysia dan Vietnam.
Tabel 1.6.
Negara Asal Impor Sulawesi Utara (dalam ribu USD)
No. Negara AsalNilai Impor Tahun 2006
Share No. Negara AsalNilai Impor
Tahun 2007*)Share
1 Filipina 11,448 31.01 1 Amerika Serikat 42,260 69.03 2 Malaysia 5,108 13.84 2 Perancis 8,040 13.13 3 Vietnam 1,691 4.58 3 Vietnam 3,979 6.50 4 Australia 1,273 3.45 4 Thailand 2,408 3.93 5 Jerman 635 1.72 5 Singapore 1,464 2.39 6 Negara Lainnya 16,757 45.40 6 Negara Lainnya 3,064 5.00
36,912 100.00 61,216 100.00 Total Total
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2007
Secara netto, nilai perdagangan luar negeri Sulawesi Utara berada pada kondisi surplus
perdagangan yang berarti nilai ekspor masih jauh lebih besar dibandingkan nilai impor.
Sejak Januari s.d. November 2007, surplus perdagangan (net ekspor) tercatat sebesar
USD343,46 ribu, melampaui pencapaian tahun sebelumnya sebesar USD236,45 ribu.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
27
Grafik 1.9.Nilai Perdagangan Ekspor dan Impor Sulawesi Utara
-
100
200
300
400
500
600
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*)
Nilai Ekspor Nilai Impor Net Ekspor
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d.November 2007
Perkembangan kegiatan perdagangan antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan aktivitas
bongkar muat barang melalui pelabuhan Bitung yang menunjukkan peningkatan baik untuk
perdagangan luar negeri maupun perdagangan dalam negeri. Berdasarkan strukturnya,
terrlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih didominasi oleh kegiatan ekspor
sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya. Sedangkan untuk perdagangan dalam
negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan muat yang
berarti lebih banyak barang-barang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara dibandingkan
barang yang keluar. Dengan demikian, benar adanya bahwa tingkat ketergantungan
Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara masih cukup tinggi.
Tabel 1.7.
Neraca Perdagangan Dalam dan Luar Negeri di Pelabuhan Bitung
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
Perdagangan Luar Negeri
a. Impor Ton 31,933 57,180 9,978 28,807 553 5,674 45,012
b. Ekspor Ton 122,968 447,500 122,517 144,217 83,247 134,118 484,099
Jumlah Ton 154,901 504,680 132,495 173,024 83,800 139,792 529,111
a. Bongkar Ton 697,064 2,310,395 549,669 730,104 672,918 608,128 2,560,819
b. Muat Ton 212,791 803,014 220,222 216,884 261,877 205,159 904,142
Jumlah Ton 909,855 3,113,409 769,891 946,988 934,795 813,287 3,464,961
Total 1,064,756 3,618,089 902,386 1,120,012 1,018,595 953,079 3,994,072
Perdagangan Dalam Negeri
1
2
No.20072006
Total 2007Total 2006JENIS KEGIATAN
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) s.d. 12 Desember 2007
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
28
B. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada Q4-2007 disumbangkan oleh seluruh
sektor yang ada. Hampir seluruh sektor mencatat perkembangan positif yang melebihi
kinerja pada triwulan sebelumnya. Menurut kontribusinya, sektor pertanian, bangunan dan
PHR (perdagangan, hotel dan restoran) merupakan lokomotif pertumbuhan.
Tabel 1.8.
Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Dalam Perekonomian Sulawesi Utara 2006
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Pertanian 6.15 4.71 4.67 4.28 8.29 6.09 7.48 6.62Pertambangan & Penggalian -0.72 7.84 7.27 7.27 7.36 7.65 7.94 7.58
Industri Pengolahan 2.23 7.62 6.86 4.24 5.18 6.32 7.46 5.86
Listrik, Gas & Air Bersih 13.82 5.85 5.28 6.23 5.95 6.43 6.58 6.31
Bangunan 5.06 7.65 6.97 6.52 6.89 7.53 8.76 7.51
PHR 7.41 9.72 7.78 6.31 6.39 8.10 8.21 7.37
Pengangkutan & Komunikasi 5.83 6.46 5.56 6.78 6.50 6.90 7.22 6.88
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 5.64 10.80 10.03 6.25 7.84 8.05 8.03 7.58
Jasa-Jasa 2.79 3.81 4.21 3.76 2.95 3.15 3.37 3.30
PDRB 4.90 6.82 6.16 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42
200720072006SEKTORAL 2005
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.9.
Kontribusi Masing-Masing Sektor Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Pertanian 1.32 0.97 1.02 0.91 1.85 1.35 1.52 1.42
Pertambangan & Penggalian -0.04 0.41 0.38 0.37 0.39 0.41 0.42 0.40
Industri Pengolahan 0.18 0.55 0.53 0.34 0.39 0.51 0.54 0.45
Listrik, Gas & Air Bersih 0.10 0.04 0.04 0.05 0.04 0.05 0.05 0.05
Bangunan 0.79 1.19 1.08 1.03 1.04 1.23 1.37 1.18
PHR 1.06 1.58 1.13 0.83 0.93 1.16 1.37 1.09
Pengangkutan & Komunikasi 0.68 0.85 0.65 0.80 0.73 0.70 0.95 0.80
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 0.36 0.65 0.64 0.42 0.52 0.55 0.50 0.50
Jasa-Jasa 0.46 0.58 0.69 0.64 0.49 0.50 0.50 0.53
PDRB 4.90 6.82 6.16 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42
200720072006
20062005LAPANGAN USAHA
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
1. Pertanian
Sektor pertanian tumbuh 7,48% (y.o.y) pada triwulan laporan dengan andil sebesar 1,52%
terhadap laju pertumbuhan secara umum. Berdasarkan sub sektornya, laju pertumbuhan
sektor pertanian disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada dengan laju pertumbuhan
tertinggi dialami oleh sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor peternakan
masing-masing sebesar 12,46% dan 10,17%. Perkembangan sub sektor tanaman bahan
makanan sepanjang Tahun 2007 tak terlepas dari dukungan program revitalisasi pertanian
yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi tercermin dari meningkatnya jumlah realisasi
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
29
kredit jagung dimana s.d. posisi November 2007 telah mencapai jumlah ± Rp11,50 milliar
untuk membiayai 3.065 petani dan 198 kelompok tani.
Dibandingkan triwulan sebelumnya, sub sektor tanaman bahan makanan, peternakan dan
kehutanan mencatat laju yang lebih tinggi sedangkan sub sektor perkebunan dan perikanan
sedikit lebih rendah. Perkembangan sub sektor tanaman bahan makanan antara lain dapat
dikonfirmasi dengan data perkembangan komoditi beras dan jagung yang walaupun
berdasarkan data sementara (bersumber dari Dinas Pertanian) relatif sedikit lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya namun secara keseluruhan hingga akhir Tahun 2007
diperkirakan jumlah produksi beras akan mencapai 282.910 ton, lebih tinggi dibandingkan
jumlah produksi tahun sebelumnya yang hanya 282.038 ton. Demikian pula halnya dengan
perkembangan jumlah produksi tanaman jagung yang diperkirakan sepanjang Tahun 2007
akan mengalami peningkatan sebesar 24,06% dibandingkan tahun sebelumnya atau
mencapai jumlah 301.131 ton.
Pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi merasa optimis bahwa
pencapaian produksi beras dan jagung di Tahun 2007 akan lebih baik dibandingkan Tahun
2006 sehingga target produksi beras sebesar 305,71 ribu ton dan target produksi jagung
sebesar 407,96 ribu ton akan dapat tercapai. Hal ini hanya akan mungkin tercapai apabila
petani dengan dibantu oleh pemerintah daerah dan pihak perbankan (dari sisi pembiayaan)
secara kontinu dan bersama-sama berusaha meningkatkan produktifitasnya melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian.
Tabel 1.10.
Luas Panen, Produksi Gabah dan Produksi Beras
Q1 Q2 Q3 Q4*)
Luas Panen (Ha) 94,946 90,717 28,861 24,299 27,702 23,343 104,205
Produksi Gabah (Ton) 432,624 454,903 117,747 97,993 127,429 116,169 459,338
Produksi Beras (Ton) 268,227 282,038 70,648 58,796 80,280 73,186 282,910
20072007*)20062005
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sulut, diolah
Tabel 1.11. Luas Panen dan Produksi Jagung
Q1 Q2 Q3 Q4*)
Luas Panen (Ha) 71,644 82,185 29,085 25,899 38,112 28,748 93,096
Produksi Pipilan Kering (Ton) 195,305 242,711 86,653 80,208 134,270 103,463 301,131
20072007*)2005 2006
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternaikan Provinsi Sulut, diolah
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
30
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian khususnya sub
sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan sedikit menunjukkan perkembangan yang
lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat, penyaluran kredit pada sektor
pertanian tumbuh sangat significant sebesar 62,93% bila dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Namun demikian, pangsa kredit pertanian masih relatif kecil
dibandingkan jumlah keseluruhan total kredit yang berhasil disalurkan atau hanya sebesar
4,45%. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain
disebabkan belum maksimalnya dukungan perbankan dalam membiayai program revitalisasi
pertanian yaitu masih terbatas pada BPD Sulut (karena sudah memiliki skim penjaminan
kredit dengan Askrindo) dan Bank Mandiri (khusus membiayai pedagang pengumpul).
Selain itu, perbankan masih mengangap bahwa penyaluran kredit pada sektor pertanian
memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan sektor ekonomi lainnya karena sangat
bergantung pada iklim/cuaca.
Grafik 1.10.Pertumbuhan Kredit Pertanian
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
J F MAM J J A S O N D J F M AM J J A S O N D J F MAM J J A S O N
(%)
20062005 2007
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
2. Sektor Bangunan
Perkembangan sektor bangunan secara konsisten terus menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Selama Q4-2007, sektor bangunan tumbuh 8,76% (y.o.y) dengan
kontribusi sebesar 1,37% terhadap laju pertumbuhan secara umum. Andil sektor ini
merupakan yang tertinggi kedua setelah sektor pertanian bersama-sama dengan sektor PHR
yang memberikan kontribusi sebesar 1,37%. Perkembangan sektor ini antara lain tercermin
dari meningkatnya aktivitas pembangunan sektor properti antara lain Mal Manado Town
Square, Mal Boulevard, ITC (Elektronik Centre), perhotelan, ruko dan komplek perumahan.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
31
Perkembangan sektor bangunan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan
bahan bangunan melalui Survei Penjualan Eceran (SPE) dan data penjualan semen oleh 3
(tiga) distributor utama. Berdasarkan tren yang ada, terlihat bahwa indeks penjualan bahan
bangunan terus mengalami kenaikan hingga ke level 207,99 pada akhir triwulan laporan.
Hal ini diperkuat lagi dengan data penjualan semen oleh 3 (tiga) distributor utama yang
volume penjualannya terus meningkat hingga mencapai 134,7 ribu ton di akhir Q4-2007.
Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit di sektor bangunan sampai akhir Q4-2007 mencapai
Rp284,75 milliar atau meningkat 29,48% dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Namun demikian, alokasi kredit sektor bangunan ini relatif kecil bila
dibandingkan dengan fakta perkembangan sektor bangunan di Sulawesi Utara. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan sektor-sektor properti di Sulawesi Utara
sebagian besar lebih didominasi oleh pembiayaan di luar sektor perbankan bahkan ada
diantaranya yang menggunakan pembiayaan mandiri.
Grafik 1.12.
Perkembangan Penjualan Semen di 3 (tiga) Distributor Utama (Ton)
Grafik 1.11.
Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Bangunan dan Pertumbuhan Kredit Konstruksi (%)
-
50
100
150
200
250
J F M A M J J A S ON D J F M A M J J A S O N D J F M AM J J A S O N D
Pertumbuhan Kredit Konstruksi (%)Indeks Bangunan
20062005 2007
134,
700
126,
150
118,
000
112,
600
98,6
00
82,0
00
73,8
00
72,5
00
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07*)
Sumber : Survei Penjualan Eceran dan LBU Bank Umum Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) merupakan salah satu sektor yang konsisten
mencatat laju pertumbuhan yang cukup tinggi, tercermin dari laju pertumbuhan sebesar
8,21% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 1,37% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara
umum. Meningkatnya kegiatan sektor ini selama triwulan laporan antara lain didorong oleh
meningkatnya permintaan masyarakat selama bulan puasa, hari raya keagamaan (lebaran
dan natal) serta perayaan Tahun Baru 2008. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan
sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub perdagangan besar dan
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
32
eceran, sub sektor restoran serta sub sektor hotel dengan kontribusi tertinggi
disumbangkan oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran.
Tabel 1.12. Jumlah Wisatawan Asing ke Sulawesi Utara
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
Wisman (Orang) 11,934 16,778 14,528 15,902 3,983 3,186 3,984 5,175 4,890 17,235
Pertumbuhan (y.o.y) 6.62 40.59 -13.41 9.46 4.82 9.82 -4.37 6.66 22.77 8.38
20062003 2004 2006 2007*)
20072005
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.13. Perkembangan Jumlah Wisatawan
Grafik 1.14. Tingkat Hunian Hotel Berbintang
Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran seiring pula dengan meningkatnya
jumlah kunjungan wisatawan asing, tingkat hunian hotel berbintang serta lama menginap
para wisatawan selama triwulan laporan. Tercatat jumlah kunjungan wisatawan asing
selama triwulan laporan berjumlah 4.890 orang atau naik 22,77% dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya. Demikian pula halnya dengan tingkat hunian hotel
berbintang yang mengalami kenaikan dari 42,96% pada Q4-2006 menjadi 44,76% pada
Q4-2007 serta rata-rata lama menginap tamu dalam negeri dari 1,73 hari pada Q4-2006
menjadi 2,76 hari pada Q4-2007.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
2003 2004 2005 2006 2007
-6
-3
0
30
60
90
120Jumlah Wisman (Orang)Pertumbuhan Tahunan (%)
0
0
0
10
20
30
40
50
60
2005 2006 2006 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 2007*)
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
33
Grafik 1.16. Pertumbuhan Kredit di Sektor Perdagangan,
Hotel & Restoran Grafik 1.15.
Rata-Rata Lama Menginap Wisatawan
-
1.0
Perkembangan sub sektor perdagangan dan sub sektor restoran sejalan dengan
bermunculannya restoran, rumah makan, ruko serta mal di Kota Manado. Dari segi
pembiayaan, sektor PHR merupakan terbesar kedua (setelah sektor konsumsi) yang
mendapat dukungan dari perbankan sebesar Rp1.894 milliar atau meningkat 35,90%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran cukup berperan bagi
perkembangan ekonomi Sulawesi Utara. Pertumbuhan di sektor perdagangan, hotel dan
restoran juga dapat dikonfirmasi dari Indeks Penjualan Eceran yang memperlihatkan
kenaikan nilai indeks dari 143,96 di akhir Q3-2007 menjadi 167,71 pada akhir Q4-2007.
4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi selama Q4-2007 tumbuh 7,22% (y.o.y) dengan
kontribusi sebesar 0,95% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Kinerja sektor
ini lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelum yang hanya tumbuh 6,90% (y.o.y). Menurut
sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi didukung baik oleh sub
sektor pengangkutan maupun sub sektor komunikasi yang masing-masing tumbuh 7,25%
(y.o.y) dan 6,93% (y.o.y). Perkembangan sub sektor angkutan antara lain dapat
dikonfirmasikan dengan indeks penjualan kendaraan dari Survey Penjualan Eceran (SPE)
dimana terjadi kenaikan indeks (walaupun dalam kondisi pesimis) dari 42,66 di akhir Q3-
2007 naik menjadi 49,38 pada akhir Q4-2007. Peningkatan indeks penjualan kendaraan
seiring pula dengan data perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Sulawesi Utara
yang dari waktu ke waktu menunjukkan tren peningkatan hingga mencapai jumlah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
2.0
0
0
05.
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N
(%)
2005 2006 2007
Tamu Asing Tamu Dalam Negeri
4.
3.
2003 2004 2005 2006 2007
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
34
105.845 unit pada Juli 2007 dengan rincian : 32.267 unit kendaraan roda 4 (empat) dan
73.758 unit kendaraan roda 2 (dua).
Grafik 1.17.Indeks Penjualan Kendaraan
Sumber : Survei Penjualan Eceran -
20
40
60
80
100
120
J F M A M J J A S O N D J F M AM J J A S O N D J F M AM J J A S O N D2005 2006 2007
Perkembangan sektor pengangkutan juga dapat dikonfirmasi dengan jumlah pemakaian
bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis non industri. Selama Q3-2007 (sampai dengan
Agutus 2007), tercatat penggunaan BBM non industri sebanyak 78 ribu Kilo Liter dan
diperkirakan akan melampaui jumlah yang digunakan pada triwulan sebelumnya sebesar
129 ribu Kilo Liter.
Tabel 1.13.
Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Sulawesi Utara
No Rincian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Total*)
A RODA 41 Milik Instansi Pemerintah 112 89 133 185 126 184 136 965 2 Milik Pribadi/Perorangan 3,630 3,951 3,522 3,445 3,983 3,527 3,802 25,860 3 Milik Perusahaan Swasta 688 745 821 801 839 723 825 5,442
Jumlah Roda 4 4,430 4,785 4,476 4,431 4,948 4,434 4,763 32,267
B RODA 21 Milik Instansi Pemerintah 196 196 230 258 270 349 328 1,827 2 Milik Pribadi/Perorangan 9,686 8,966 10,009 10,386 11,097 10,554 11,049 71,747 3 Milik Perusahaan Swasta - 4
Jumlah Roda 2 9,882 18,732 19,191 19,506 21,266 19,771 20,904 73,578
Total 14,312 23,517 23,667 23,937 26,214 24,205 25,667 105,845 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara *) s.d. Juli 2007
Tabel 1.14. Jumlah Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulawesi Utara
(dalam KL)
Industri Non Industri Industri Non Industri Industri Non Industri1 Premium 93 43,741 92 46,261 73 33,011 2 Minyak Tanah 35 26,979 35 28,013 185 19,987 3 Solar 27,965 38,273 11,839 54,729 19,200 25,091
28,093 108,993 11,966 129,003 19,458 78,089
Q3*-2007
TOTAL
Q2-2007JENIS BBM
Q1-2007
Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara *) s.d Agustus 2007
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
35
Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular (Mobile Phone) oleh
masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain
terbukti pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di
beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan
pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan
fitur-futur baru semakin memudahkan dan memanjakan para pengguna jasa
telekomunikasi.
Grafik 1.18.Pertumbuhan Kredit Sektor Transportasi
-40
-20
0
20
40
60
80
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N
(%)
2005 20072006
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi didukung pula oleh
penyaluran kredit di sektor ini yang tercatat secara tahunan mengalami pertumbuhan
sebesar 61,13% mencapai jumlah Rp68,49 milliar.
5. Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa dengan pangsa sebesar 14,28% pada Q4-2007 merupakan salah satu
sektor dengan pangsa terbesar dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara. Sektor ini
tumbuh relatif lambat yaitu sebesar 3,137% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 0,50%
terhadap laju pertumbuhan secara umum. Berdasarkan sub sektor pembentuknya, seluruh
sub sektor mengalami pertumbuhan positif dengan pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub
sektor jasa swasta sebesar 7,20% (y.o.y) sehubungan terdapatnya libur panjang selama
triwulan laporan di mulai dari libur lebaran, natal dan tahun baru khususnya untuk jasa
hiburan dan rekreasi. Sementara itu, sub sektor jasa pemerintahan tumbuh 1,65% (y.o.y)
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 1,57% (y.o.y).
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
36
6. Sektor Lainnya
Pertumbuhan sektor industri pengolahan selama Tahun 2007 secara perlahan menunjukkan
peningkatan. Sektor yang sebagian besar berupa industri pengolahan kayu dan ikan
tumbuh 7,46% (y.o.y) selama triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya tumbuh 6,32% (y.o.y). Namun demikian ke depan diperkirakan
perkembangan sektor ini akan mengalami tantangan sehubungan dengan terus merangkak
naiknya harga minyak dunia yang berdampak pada naiknya biaya produksi.
Di tengah-tengah keterbatasan pasokan listrik selama ini, sektor listrik, gas dan air bersih
tumbuh 6,58% (y.o.y) selama triwulan laporan. Hal ini tak terlepas dari mulai beroperasinya
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong berkapasitas 20 MW pada
pertengahan Desember 2007. Menurut sub sektor pembentuknya, laju pertumbuhan ini
disumbangkan baik oleh sub sektor listrik maupun sub sektor air bersih masing-masing
sebesar 6,82% (y.o.y) dan 5,67% (y.o.y). Namun demikian, berdasarkan data yang
bersumber dari PLN Cab. Sulawesi Utara, sampai dengan November 2007, kinerja
kelistrikan justru mengalami penurunan tercermin dari menurunnya konsumsi listrik sebagai
dampak dari seringnya pemadaman akibat terbatasnya daya listrik PLN.
Grafik 1.20
Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Grafik 1.19.
Konsumsi Listrik di Sulawesi Utara
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N
Ribu
10,000
11,000
12,000
13,000
14,000
15,000
16,000
17,000
Social, Household dan Public (Left Axis)
Bussiness and Industry (Right Axis)
2006 2007
40
45
50
55
60
65
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N2006 2007
Sumber : PT. PLN Kanwil Sultenggo Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan listrik oleh masyarakat dan
berbagai perusahaan/unit bisnis di wilayah Sulut belumlah mampu dipenuhi seluruhnya oleh
PT. PLN Sulutenggo. Hal ini antara lain tercermin dari tingginya daftar tunggu
penyambungan dan penambahan daya aliran listrik yang hingga akhir Desember 2007
masih tercatat sebesar 31,85 MW. Ketidakmampuan PLN untuk memenuhi permintaan
masyarakat/unit usaha tersebut disebabkan masih terbatasnya pembangunan infrastruktur
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
37
kelistrikan baru yang diperkirakan baru akan dipenuhi pada Tahun 2009 y.a.d. Di sisi lain,
rata-rata biaya pokok penyedian listrik adalah sebesar Rp1.771/kwh (selama Tahun 2006)
atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga jualnya yang hanya sebesar 611/kwh. Hal ini
menyebabkan kurang tertariknya investor baru untuk menanamkan modalnya khususnya di
sektor kelistrikan. Selain itu, rata-rata beban puncak yang mampu dilayani oleh PLN untuk
wilayah Sulawesi Utara sebesar 80-90 MW padahal kebutuhan yang ada melebihi jumlah
tersebut sehingga menyebabkan terjadinya pemadaman bergilir di beberapa tempat.
Kondisi ini akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi barang akibat penggunaan
mesin-mesin diesel yang relatif ongkos yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi.
Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 7,94% (y.o.y) selama triwulan laporan
dengan kontribusi sebesar 0,42% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum.
Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor
yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian.
Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian
ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala
besar.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan perkembangan yang
sangat significant selama triwulan laporan dengan pencapaian sebesar 8,03% (y.o.y)
dengan kontribusi sebesar 0,50%. Berdasarkan sub sektornya, seluruh sektor mencatat
pertumbuhan positif dengan sub sektor bank merupakan penyumbang terbesar. Hal ini
tercermin pula dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara
lain : pembukaan kantor cabang baru dan penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri)
yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi.
C. Analisis LQ (Location Quatient)
Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah diantaranya dapat
dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur
perekonomian wilayah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur
perekonomian suatu wilayah pada gilirannya akan dapat dilakukan lebih efektif dengan cara
penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif dalam wilayah tersebut. Pendekatan Analisis LQ (Location Quatient) dan Shift-
Share merupakan salah satu dari alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
38
sektor basis dan kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur
perekonomian suatu wilayah. Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan
dengan rasio kontribusi sektor pada salah satu bagian wilayah terhadap kontribusi sektor
yang sama dalam wilayah, pada hakekatnya tidak terlepas dari aspek kontribusi.
Pendekatan sektor unggulan sebagai pemicu laju pertumbuhan perekonomian Sulawesi
Utara dengan demikian didahului oleh seleksi kontribusi sektor tersebut sebelum rasio LQ.
Data yang berasal dari Biro Pusat Statistik (BPS) se-provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua
(SULAMPUA) menunjukkan bahwa dalam periode 2 (dua) tahun terakhir yaitu Tahun 2005
dan 2006, komponen dominan pembentuk PDRB SULAMPUA berasal dari sektor pertanian
(28,94%), diikuti sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor jasa-jasa dan sektor-sektor lainnya. Kondisi yang tidak berbeda terjadi di
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara dimana sektor pertanian tetap menjadi lokomotif
pertumbuhan.
Tabel 1.15. Share Rata-Rata Sektor-Sektor Pada PDRB Sulampua, Sulsel dan Sulut
Periode Tahun 2005 s.d. 2006
No Sektor Sulampua Sulsel Sulut
1 Pertanian 28.94 30.58 21.87
2 Pertambangan dan Penggalian 17.59 10.03 5.23
3 Industri Pengolahan 9.19 14.12 7.64
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.69 0.96 0.76
5 Bangunan 6.46 4.66 15.61
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 12.98 14.85 14.38
7 Pengangkutan dan Komunikasi 7.64 7.55 11.73
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
4.66 5.92 6.61
9 Jasa-Jasa 11.85 11.33 16.17
Total 100.00 100.00 100.00
Hasil perhitungan koefisien LQ terhadap lima sektor yang menjadi kontributor utama
terhadap PDRB Sulawesi Utara, tercatat bahwa terdapat dua sektor yang merupakan sektor
basis (rasio LQ>1) di Sulawesi Utara dibandingkan dengan di Sulawesi Selatan yaitu sektor
jasa-jasa dan sektor angkutan dan telekomunikasi. Sedangkan sektor lainnya yaitu sektor
pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan
merupakan sektor non basis (rasio LQ≤1). Selanjutnya, bila dibandingkan dengan potensi di
SULAMPUA yang meliputi gabungan provinsi-provinsi di Sulawesi, Maluku dan Papua, dari
lima sektor dominan di Sulawesi Utara, tercatat sebanyak tiga sektor yang merupakan
sektor basis yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa dan sektor
angkutan dan telekomunikasi (Tabel 1.17). Hasil ini, bila dibandingkan tahun sebelumnya,
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
39
terjadi penurunan kompetitiveness Sulawesi Utara dibandingkan SULAMPUA khususnya
pada sektor industri pengolahan karena bila di Tahun 2005, sektor industri pengolahan
masih menjadi sektor basis namun di Tahun 2006 ini tidak lagi bersama-sama dengan
sektor pertanian.
Tabel 1.16. Nilai LQ Sektor-Sektor Unggulan Provinsi Sulawesi Utara
Terhadap Provinsi Sulawesi Selatan dan SULAMPUA (Basis Tahun 2006)
Share Tahun 2006 LQ SULUT terhadap
SULSEL SULAMPUA No. Sektor-Sektor
Dominan SULUT SULSEL SULAMPUA 2005 2006 2005 2006
1 Pertanian 21.94 30.24 29.55 0.89 0.73 0.95 0.74
2 PHR 14.44 14.84 13.38 0.71 0.97 1.00 1.08
3 Jasa-Jasa 15.99 11.62 12.32 1.20 1.38 1.25 1.30
4 Angkut dan Komunikasi 11.74 7.54 7.89 1.83 1.56 1.88 1.49
5 Industri Pengolahan 7.61 14.16 9.42 0.75 0.54 1.15 0.81
D. Analisis Shift Share Provinsi Sulawesi Utara
Analisis shift share merupakan salah satu metode yang lazim digunakan untuk menganalisis
pertumbuhan wilayah. Dengan menggunakan metode ini, akan dapat diketahui penyebab
utama pertumbuhan dan potensi peningkatan pertumbuhan pada masa mendatang. Pada
dasarnya, analisis Shift Share membagi pertumbuhan wilayah dalam tiga komponen antara
lain pertama, komponen potensi (share) yang menjelaskan bahwa share wilayah yang diteliti
dibandingkan dengan share wilayah referensi. Kedua, bauran komponen (component mix)
yang menjelaskan kecepatan relatif pertumbuhan wilayah dibandingkan wilayah referensi.
Dalam bauran komponen akan ditampilkan sektor-sektor dalam wilayah yang memiliki
pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama pada wilayah referensi. Ketiga,
component competitive menjelaskan relatifitas keunggulan kompetitif suatu sektor dalam
wilayah dibandingkan wilayah referensi. Sektor yang memiliki keunggulan kompetitif berarti
memiliki keunggulan bagi perkembangan sektor bersangkutan.
Tabel 1.17.
Laju Pertumbuhan Tahun 2006 Sektor-Sektor Dominan di Sulut, Sulsel dan Sulampua
Laju Pertumbuhan 2006 No. Sektor Ekonomi
SULUT SULSEL SULAMPUA
1 Pertanian 6.58 4.73 5.79
2 Perdagangan, Hotel & Restoran 6.68 6.83 7.97
3 Jasa-Jasa 3.57 12.63 9.84
4 Angkutan dan Telekomunikasi 6.05 6.99 8.25
5 Industri Pengolahan 5.18 7.70 6.68
Laju Pertumbuhan Total 5.87 7.08 1.46
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
40
Laju pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara di Tahun 2006 tercatat 5,87%, relatif lebih
rendah bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan Provinsi Sulawesi Selatan (7,08%)
namun masih jauh lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan SULAMPUA yang tercatat
sebesar 1,46%. Relatif rendahnya laju pertumbuhan SULAMPUA disebabkan kontraksi yang
terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian hingga mencapai 22,14% dibandingkan
Tahun 2005 (menurunnya jumlah hasil produksi Freeport di Timika – Papua, antara lain
akibat cukup tingginya frekuensi demo yang telah mengganggu produksi pertambangan).
Di sisi lain, dengan melakukan pengamatan yang lebih dalam terhadap struktur komponen
pembentuk PDRB SULAMPUA, terlihat bahwa pangsa/share sektor pertambangan dan
pengggalian ini sangat dominan di wilayah Sulampua yaitu mencapai 17,59% (tabel 1.16)
atau kedua terbesar setelah sektor pertanian dengan pangsa sebesar 28,94%.
Guna melakukan penghitungan shiftshare, terlebih dahulu dilakukan identifikasi sektor-
sektor dominan yang kurang lebih memiliki pangsa sama/mirip antara wilayah yang hendak
dibandingkan dengan daerah referensinya. Selanjutnya, dengan melakukan perbandingan
terhadap lima sektor dominan di Sulawesi Utara dengan sektor yang sama di Sulawesi
Selatan dan SULAMPUA, menggunakan analisa shift share, diperoleh kesimpulan bahwa
pada Tahun 2006, sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor di Sulawesi Utara yang
relatif lebih prospektif bila dibandingkan dengan Sulawesi Selatan dan SULAMPUA,
tercermin dari rasio RPs yang lebih besar dari 1 (Tabel 1.19 dan Tabel 1.20). Keadaan ini
berbeda bila dibandingkan dengan periode Tahun 2005 dimana hampir seluruh sektor
dominan di Sulawesi Utara tidak ada yang lebih prospektif bila dibandingkan dengan
Sulawesi Selatan dan SULAMPUA kecuali sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Tabel 1.18.
Perkembangan Rasio RPs, RPr dan RPr/RPs Sulawesi Utara Terhadap Sulawesi Selatan
RPs RPr RPr/RPs No. SULUT vs SULSEL
2005 2006 2005 2006 2005 2006
1 Pertanian 0.84 1.39 0.84 0.67 1.00 0.48
2 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.85 0.98 1.20 0.96 1.42 0.99
3 Jasa-Jasa 0.54 0.28 0.77 1.78 1.43 6.31
4 Angkutan dan Telekomunikasi 0.91 0.87 1.25 0.99 1.38 1.14
5
Sekt
or
Industri Pengolahan 0.69 0.67 1.06 1.09 1.54 1.62
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
41
Tabel 1.19. Rasio RPs, RPr dan RPr/RPs
Sulawesi Utara Terhadap SULAMPUA RPs RPr RPr/RPs
No. SULUT vs SULSEL 2005 2006 2005 2006 2005 2006
1 Pertanian 0.93 1.14 0.57 3.97 0.62 3.49
2 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.30 0.84 0.60 5.46 0.47 6.51
3 Jasa-Jasa 0.68 0.36 0.47 6.74 0.70 18.58
4 Angkutan dan Telekomunikasi 0.75 0.73 1.16 5.65 1.55 7.71
5
Sekt
or
Industri Pengolahan 0.82 0.78 0.68 4.58 0.83 5.90
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
42
BOX 1. GELIAT KBI MANADO UNTUK MENYELARASKAN PROGRAM PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL DI SULAWESI UTARA
Sektor riil perlu selalu menjadi perhatian bank sentral, terutama karena perkembangan yang
kurang sehat dapat mengganggu kestabilan ekonomi yang menjadi fokus dari bank sentral.
Gubernur Bank Indonesia dalam acara Banker’s Dinner 2008 : “ Bank Indonesia telah mengambil
langkah-langkah yang secara langsung terkait dengan pemberdayaan sektor riil tanpa keluar dari
khittahnya sebagai penjaga gawang stabilitas, baik dalam bentuk peningkatan peran Bank Indonesia
dalam policy advisory maupun dalam fasilitasi pengembangan perekonomian rakyat”.
Terkait dengan pemberdayaan sektor riil dengan kebijakan fasilitasi, Bank Indonesia telah
menggulirkan program pilot project Tim Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah
(TFPPED) sebagai upaya untuk mengembangkan perekonomian daerah. KBI Manado sebagai salah 1
dari 8 KBI program pilot project telah berhasil mengimplementasikan percepatan pemberdayaan
ekonomi daerah melalui peningkatan fungsi intermediasi perbankan.
Suatu teladan baik bercermin dari geliat KBI Manado untuk menyelaraskan program
pemberdayaan sektor riil di daerah dengan kegiatan Revitalisasi Pertanian di Sulawesi Utara Tahun
2007. TFPPED Sulut berupaya mengsukseskan program Revitalisasi Pertanian Komoditi Jagung dan
Rumput Laut, yang merupakan bagian dari Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Sulawesi Utara Tahun 2005-2010. Tujuan kegiatan untuk meningkatkan
produktivitas Jagung dan Rumput Laut, meningkatkan Lapangan Kerja, Pengentasan Kemiskinan dan
Bergeraknya Sektor Riil. Tim ini mendapat Legalitas dengan SP Gubernur No.500/1191/Sekr.
tertanggal 4 Mei 2007 tentang Pembentukan Task Force Pemberdayaan Percepatan Ekonomi Daerah
(TFPPED) di SULUT. Surat penunjukan ini mempercayakan Pemimpin BI Manado sebagai Ketua
Pelaksana Harian Program Revitalisasi Pertanian di Sulawesi Utara.
Kegiatan ini diawali dengan koordinasi antara Bank Indonesia, Pejabat Pemda
Propinsi/Kabupaten/Kota, Dinas-Dinas Terkait, Bank dan Non Bank, Akademisi serta Stakeholder
lainnya, untuk menentukan skim pembiayaan dan indikator program. Upaya yang dilakukan untuk
skim pembiayaan diarahkan pada skim penjaminan dari Bank Sulut dan Skim kredit Pelayanan
Pembiayaan Pertanian (SP3) Departemen Pertanian tahun 2007, kemudian PT. Bank Sulut ditunjuk
sebagai Bank Pelaksana. Selain itu disepakati Indikator keberhasilan program revitalisasi pertanian
diukur dari Produktivitas komoditas jagung, penyaluran kredit dan % NPL. Langkah bijak ini
tentunya tidak lepas dari niat BI untuk menggerakkan sektor Riil di daerah Sulawesi Utara yang masih
terkendala.
Hasil Implementasi Program revitalisasi pertanian untuk komoditi Jagung posisi Desember
tahun 2007 ternyata dapat melampaui target yang disepakati dalam indikator keberhasilan program.
Hasil capaian produktivitas Jagung sebesar 3,577 ton/ha dari target 3,5 ton/ha. Indikator
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
43
pembiayaan Bank Sulut dari target Rp.3 milliar ternyata Realisasi Kredit dapat mencapai Rp. 10,4
milliar dengan luas lahan yang dibiayai seluas 3.9 ribu ha untuk 2.853 petani/UKM yang terdiri dari
2.032 anggota UKM dalam 170 kelompok dan 818 anggota UKM perorangan serta 3 anggota UKM
pedagang/pengumpul. Sedangkan Bank Syariah Mandiri dengan kejeliannya membaca peluang
mampu memanfaatkan kondisi ini, sehingga mampu merealisasikan kredit komoditas Jagung di
Kab. Minahasa Tenggara sebanyak Rp. 442 juta, untuk luasan lahan sebesar 114 ha.
Sementara itu, untuk komoditi rumput laut sampai posisi Desember tahun 2007 ternyata
target produktifitas sebesar 2 ton/ha tercapai. Namun untuk realisasi kredit baru terkait program
revitalisasi Rumput Laut dengan target ekspansi kredit sebesar Rp.3 milliar belum dapat
termanfaatkan. Realisasi kredit Bank Sulut hanya mencapai Rp.420 juta untuk 84 anggota UKM
dalam 15 kelompok dengan luas lahan 46 ha. Peranan Bank Indonesia berhasil menfasilitali
pembiayaan sektor riil, namun pada komoditi Rumput Laut masih terkendala, sehingga Business Plan
Perbankan (ekspansi kredit) belum terserap seluruhnya.
Non performing loan (NPL) kegiatan revitalisasi pertanian nampaknya melampaui target,
posisi bulan Desember dari Laporan Bank Sulut untuk komoditas Jagung sebesar Rp. 3,2 milliar
sedangkan Rumput Laut sebesar Rp. 49 juta - sehingga total NPL untuk revitalisasi Pertanian sebesar
Rp. 3,3 milliar.- Nilai nominal NPL untuk program revitalisasi Pertanian ini sangat kecil kontribusinya
terhadap total NPL 2007 yang mencapai 248 M. Secara sektoral (y.o.y) NPL sektor Pertanian
mengalami perbaikan, dari 13,62 persen turun menjadi 9,31 persen jauh dibawah jika dibandingkan
dengan NPL. Turunnya NPL dari sektor Pertanian tahun 2007 di propinsi Sulawesi Utara, tidak lepas
dari geliat KBI Manado untuk mengerakan sektor pertanian karena lebih dari 90 persen kehidupan
masyarakat Sulut bergantung pada sektor pertanian.
Suksesnya KBI Manado menfasilitasi dan mengimplementasikan program revitalisasi
pertanian lewat kegiatan TFPPED Sulut, diharapkan menjadi dasar berpijak untuk “Meretas Jalan
Stabilitas, Mengawal Pembangunan Ekonomi di daerah Nyiur Melambai”. Semoga, pengabdian
mulia dari KBI Manado untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tani di pedesaan akan sukses
selalu dan mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
44
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
A. INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y)
Laju perubahan harga atau yang lebih umum dikenal dengan inflasi Kota Manado
menunjukkan tren peningkatan. Hingga Desember 2007, inflasi tahunan (y.o.y) Kota
Manado tercatat 10,13% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan
periode yang yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 7,82%
(y.o.y) dan 5,09% (y.o.y). Demikian pula bila dibandingkan laju inflasi Zona Sulampua dan
Nasional yang masing-masing sebesar 7,40% (y.o.y) dan 6,59% (y.o.y), maka laju inflasi
Kota Manado relatif lebih tinggi yang mencerminkan tekanan harga di Kota Manado dari
permintaan maupun penawaran relatif lebih besar dibandingkan kota-kota lainnya.
Grafik 2.1.
Inflasi Manado, Zona Sulampua dan Nasional (Y.o.Y)
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Manado
Sulampua
Nasional
2006 2007
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber-sumber tekanan inflasi Kota Manado berasal dari sisi permintaan, penawaran dan
impor. Dari sisi permintaan, faktor seasonal berupa perayaan hari besar keagamaan (lebaran
dan natal) serta Tahun Baru 2008 menyebabkan meningkatnya kebutuhan masyarakat
khususnya untuk kelompok bahan makanan. Dari sisi penawaran, tekanan harga bersumber
dari terganggunya pasokan beberapa komoditi antara lain beras, ikan dan bumbu-bumbuan
serta belum berjalan baiknya proses konversi minyak tanah ke elpiji. Terganggunya pasokan
beras antara lain disebabkan oleh pergeseran masa tanam dan panen yang mengakibatkan
berkurangnya stock sedangkan terganggunya pasokan ikan dan bumbu-bumbuan, lebih
disebabkan oleh kurang bersahabatnya iklim/cuaca selama triwulan laporan dimana
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
45
cenderung hujan dengan disertai angin kencang. Akibatnya para petani dan nelayan
mengalami kesulitan untuk bercocok tanam dan melakukan kegiatan melaut. Selain itu,
dampak kenaikan harga minyak internasional yang terus menunjukkan tren hingga hampir
menyentuh level psikologis sebesar USD 100 per barel menyebabkan meningkatnya harga
barang khususnya yang banyak mengandung komponen impor. Sementara itu, tekanan
inflasi selama triwulan laporan bersumber pula dari administered prices. Kebijakan
pemerintah untuk menaikan tarif angkutan kapal penyeberangan antar provinsi rata-rata
sebesar 18-20 persen per tanggal 1 Desember 2007 menyebabkan biaya transportasi laut
meningkat selama triwulan laporan.
Inflasi Menurut K
Mar JunBahan Makanan 23.25 22.43Makanan Jadi 8.12 7.25Perumahan 9.18 11.25Sandang 8.82 10.15Kesehatan 6.75 3.67Pendidikan 11.08 11.02Transportasi 30.72 30.31
Umum 16.08 15.98
Kelompok2006
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumbangan Inflasi Me
Mar JunBahan Makanan 8.26 6.85Makanan Jadi 1.67 2.07Perumahan 4.58 4.56Sandang 0.18 0.23Kesehatan 0.29 0.22Pendidikan 0.23 0.22Transportasi 2.57 2.44
Umum 17.78 16.59
Kelompok2006
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Menurut kelompoknya, penyumbang utam
bahan makanan dengan andil sebesar 7,0
yang tercatat sebesar 10,13% (y.o.y) atau
andil sebesar 4,67% . Kelompok bahan m
harga tertinggi yaitu sebesar 21,14% (y.o
disumbangkan oleh sub kelompok padi-pa
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
Tabel 2.1.
elompok Barang/Jasa (Y.o.Y)
Sep Des Mar Jun Sep Des23.31 13.52 13.33 12.89 14.05 21.14
5.28 5.23 7.9 6.62 7.75 4.52 9.95 -1.6 2.94 2.38 4.78 5.34 8.55 4.06 3.59 2.19 3.92 7.39 3.74 1.41 7.39 8.87 10.13 12.12 3.64 1.38 1.56 1.70 1.61 3.15
30.47 0.12 0.9 1.16 1.17 1.18 15.15 5.09 6.98 6.47 7.82 10.13
2007
n
.
Tabel 2.2.urut Kelompok Barang/Jasa (Y.o.Y)
Sep Des Mar Jun Sep Des7.23 4.17 4.33 4.11 4.67 7.04 0.95 0.87 1.30 1.11 1.27 0.75 2.17 -0.35 0.62 0.51 1.00 1.11 0.59 0.26 0.23 0.15 0.25 0.48 0.16 0.06 0.29 0.34 0.38 0.46 0.20 0.07 0.08 0.08 0.08 0.15 3.86 0.02 0.13 0.17 0.17 0.17
15.15 5.09 6.98 6.47 7.82 10.13
2007
a inflasi pada Desember 2007 adalah kelompok
4% terhadap laju inflasi tahunan Kota Manado
naik dibandingkan triwulan sebelumnya dengan
akanan tercatat pula mengalami laju perubahan
y). Berdasarkan sub kelompoknya, andil terbesar
dian, umbi-umbian dan hasilnya dengan komoditi
46
utama yang mengalami kenaikan harga cukup significant sekaligus berandil cukup besar
yaitu beras, minyak goreng dan susu cair kemasan.
Penyumbang berikutnya adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
dengan andil sebesar 1,11% dengan laju sebesar 5,43% (y.o.y) atau naik dibandingkan
triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 1,00%. Berdasarkan sub kelompoknya,
sumbangan tertinggi dialami oleh sub kelompok biaya tempat tinggal antara lain semen,
sewa rumah, kontrak rumah dengan laju inflasi sebesar 7,17% (y.o.y), lebih tingi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,48%. Kecenderung naiknya harga pada
kelompok perumahan tersebut khususnya bahan bangunan dipicu oleh terus naiknya harga
minyak dunia secara umum yang berdampak pada meningkatnya biaya produksi dan
sulitnya mendapatkan kapal untuk transportasi akibatnya banyak yang telah dijual ke China.
Selain itu tingginya permintaan yang tercermin dari maraknya pembangunan pusat
perbelanjaan, hotel, ruko dan mal serta meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur
milik pemerintah menjelang even World Ocean Conference Tahun 2009 menyebabkan
harga-harga komoditi pada kelompok perumahan terus bergerak naik.
Tekanan harga pada kelompok perumahan air, listrik, gas dan bahan bakar juga disebabkan
oleh sempat terganggunya pasokan gas elpiji ke wilayah Sulawesi Utara. Akibatnya, harga
eceran tabung gas elpiji mengalami kenaikan yang cukup significant yaitu rata-rata sebesar
50%. Untuk tabung 12 kg naik dari Rp90.000,- menjadi Rp135.000,- sedangkan tabung 50
kg naik dari Rp460.000,- menjadi Rp600.000,- per tabung. Harga ini jauh lebih tinggi
dibandingkan harga eceran tabung gas elpji di jawa yang hanya berkisar pada harga
Rp60.000,- s.d. Rp70.000,- untuk ukuran tabung 12 kg. Tingginya harga tersebut
disebabkan belum ada depot elpiji di wilayah Sulawesi Utara sehingga kebutuhan tabung
gas elpiji harus dipasok dari Makassar – Sulsel sehingga komponen biaya transpor dari
Makassar ke Manado menjadi mahal yaitu sekitar Rp80.000,- per tabung ukuran 12 kg. Hal
ini masih ditambah lagi dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh Pertamina
Makassar terkait pembatasan pengangkutan gas elpiji ke Manado khususnya untuk
memenuhi unsur keamanan sehingga pasokan relatif terbatas akhir-akhir ini. Terkait dengan
hal tersebut, Pertamina Manado berencana menggandeng pihak swasta untuk membangun
depot elpiji di Wangurer Bitung. Diharapkan pada Januari 2008 depot tersebut telah selesai
sehingga biaya angkut menjadi murah.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
47
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan sumbangan sebesar
0,75% terhadap laju inflasi Kota Manado secara umum yang tercatat sebesar 10,13%
(y.o.y). Berdasarkan sub kelompoknya, kenaikan harga yang terjadi pada kelompok ini
terutama disumbangkan oleh sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya serta
sub kelompok ikan segar. Di antara komoditi yang termasuk dalam sub kelompok padi-
padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, beras merupakan penyumbang inflasi tertinggi
dimana lebih dari 30% inflasi Kota Manado disumbangkan oleh komoditi ini. Salah satu
faktor penyebab meningkatnya harga beras adalah akibat musim penghujan selama
triwulan laporan yang menyebabkan kesulitan pengeringan padi. Dampak selanjutnya
adalah turunya produksi penggilingan yang mengakibatkan berkurangnya pasokan beras.
Sedangkan kenaikan harga pada sub kelompok ikan segar lebih disebabkan oleh
terganggunya kegiatan melaut para nelayan sehubungan dengan perubahan iklim dan
cuaca.
Kelompok penyumbang inflasi berikutnya adalah kelompok sandang yang memberikan
andil sebesar 0,48% dengan laju inflasi sebesar 7,39% (y.o.y). Berdasarkan sub kelompok
pembentuknya, sumbangan inflasi pada kelompok ini disumbangkan baik oleh sub
kelompok sandang laki-laki, wanita, dan anak-anak serta barang pribadi dan sandang
lainnya. Salah satu komoditi yang tercatat mengalami kenaikan harga significant dan
memberikan sumbangan yang cukup besar adalah emas perhiasan. Kenaikan harga emas ini
lebih disebabkan oleh kekhawatiran penguatan harga minyak yang akan mendorong inflasi
dan sebagai perlindungan dari melemahnya pasar kredit AS.
Selanjutnya adalah kelompok kesehatan dengan sumbangan sebesar 0,46% dan laju inflasi
sebesar 12,12% (y.o.y). Kenaikan harga pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh
sub kelompok jasa kesehatan dan perawatan jasmani dan kosmetik. Kecenderungan terus
meningkatnya biaya kesehatan menyebabkan semakin meningkatnya beban hidup
khususnya bagi masyarakat kecil. Kenaikan tarif dokter umum, dokter specialis dan tarif
laboratorium merupakan beberapa bentuk pelayanan kesehatan yang sering mengalami
kenaikan harga.
Kelompok lainnya, yaitu kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, dan
kelompok pendidikan pada triwulan laporan merupakan kelompok barang/jasa dengan
sumbangan inflasi relatif rendah yaitu masing-masing sebesar 0,17% dan 0,15% dengan
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
48
laju inflasi masing-masing sebesar 1,18% (y.o.y); dan 3,15% (y.o.y). Berdasarkan
komoditinya, kenaikan harga yang terjadi pada sub kelompok transport diantaranya adalah
tarif angkutan udara yang mengalami kenaikan harga hingga 25%. Kenaikan tarif tersebut
terjadi karena tingginya animo masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi udara saat
berlangsungnya hari libur nasional yang cukup panjang. Faktor lainnya adalah dampak
kenaikan fuel surcharge secara bertahap oleh maskapai penerbangan sehingga
menyebabkan naiknya harga tiket pesawat. Sedangkan pada kelompok pendidikan,
kenaikan harga pada umumnya terjadi pada sub kelompok peralatan dan perlengkapan
pendidikan sedangkan sub kelompok jasa pendidikan relatif tidak terjadi kenaikan harga.
Selanjutnya dengan melakukan disagregasi inflasi, andil volatile food terhadap
pembentukan harga Kota Manado secara umum menunjukkan peningkatan. Bila di akhir
Tahun 2006, share volatile food tercatat hanya sebesar 14,32% dari laju inflasi sebesar
7,54% maka di akhir tahun ini meningkat hingga mencapai pangsa sebesar 62,19%
terhadap laju perubahan harga secara umum yang ter`catat sebesar 10,13%. Dengan
demikian terdapat perbedaan struktur inflasi dimana bila pada akhir Tahun 2006 dampak
kebijakan pemerintah berupa kenaikan harga BBM masih dirasakan oleh sebagian besar
masyarakat maka di akhir tahun 2007, kenaikan harga yang terjadi lebih disebabkan oleh
terus bergerak naiknya harga bahan makanan akibat terganggunya pasokan dan jalur
distribusi disamping cenderung meningkatnya permintaan masyarakat akibat meningkatnya
daya beli masyarakat sehubungan dengan membaiknya harga komoditi pertanian di pasar
dunia.
Berbeda dengan akhir triwulan sebelumnya dimana inflasi inti lebih mendominasi inflasi
Kota Manado maka pada akhir triwulan laporan, laju inflasi Kota Manado lebih didominasi
oleh inflasi volatile food. Secara tahunan, andil inflasi volatile food pada Desember 2007
sebesar 6,30% dengan laju sebesar 23,01% (y.o.y), meningkat dibandingkan akhir triwulan
sebelumnya yang hanya menyumbang 3,46% dengan laju sebesar 12,56% (y.o.y).
Sedangkan andil inflasi inti tercatat sebesar 3,40% dengan laju 6,78% (y.o.y), sedikit lebih
rendah dibandingkan akhir triwulan lalu dengan andil sebesar 3,81% dan laju 7,65%
(y.o.y). Sementara itu, berkenaan dengan tidak adanya kebijakan harga yang diambil oleh
pemerintah menyebabkan andil inflasi untuk kelompok administered prices cenderung tidak
banyak mengalami perubahan yaitu sebesar 0,42% dengan laju 1,89% (y.o.y). Adapun
tekanan harga yang terjadi pada kelompok administered prices terutama terjadi di tingkat
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
49
pengecer antara lain untuk komoditi rokok kretek (3,23%), rokok kretek filter (4,83%),
rokok putih (3,03%), angkutan laut (0,00%) dan tarif telepon (5,80%).
Tabel 2.3.
Disagregasi Inflasi (Y.o.Y)
Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil1 Inflasi Inti 2.77 1.46 5.78 2.92 5.61 2.84 7.65 3.81 6.78 3.402 Inflasi Administered 18.53 5.00 2.82 0.65 2.36 0.54 2.40 0.54 1.89 0.423 Inflasi Volatile Food 5.33 1.08 12.83 3.42 11.71 3.08 12.56 3.46 23.01 6.30
7.54 7.54 6.98 6.98 6.47 6.47 7.82 7.82 10.13 10.13Inflasi IHK
No. Disagregasi InflasiDes-06 Mar-07 Jun-07 Sep-07 Des-07
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Menurut komoditinya, penyumbang tertinggi inflasi tahunan Kota Manado pada Desember
2007 adalah beras, cakalang, bawang merah, malalugis dan minyak goreng. Sementara
komoditi dengan sumbangan deflasi tertinggi diantaranya adalah cabe rawit, daun bawang,
kangkung, bawang putih dan cabe merah.
No. Kelompok Komoditi Bobot Laju Inflasi
Y.o.Y Sumbangan
Y.o.Y
1 Beras 0.096 35.37 3.38
2 Cakalang 0.018 66.49 1.20
3 Bawang Merah 0.006 102.73 0.66
4 Malalugis 0.010 49.84 0.50
5 Minyak Goreng 0.014 32.34 0.45
6 Deho 0.010 27.25 0.28
7 Sewa Rumah 0.028 9.30 0.26
8 Tude 0.016 13.32 0.22
9 Tomat Buah 0.002 137.96 0.22
10 Jeruk Nipis/Limau 0.003 59.56 0.19
7.36
10.13
Sumbangan 10 komoditi dengan andil inflasi tertinggi
Laju Inflasi Umum
Tabel 2.4.Komoditi Penyumbang Inflasi Tertinggi
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 2.5.
Komoditi Penyumbang Deflasi Tertinggi
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
No. Kelompok Komoditi Bobot Laju Deflasi
Y.o.Y Sumbangan
Y.o.Y
1 Cabe Rawit 0.012 -66.64 -0.82
2 Daun Bawang 0.009 -17.93 -0.16
3 Kangkung 0.006 -24.23 -0.16
4 Bawang Putih 0.004 -31.98 -0.13
5 Cabe Merah 0.005 -25.73 -0.13
6 Mujair 0.006 -14.55 -0.09
7 Daging Ayam Ras 0.009 -4.69 -0.04
8 Pisang 0.008 -5.59 -0.04
9 Cumi-Cumi 0.001 -31.23 -0.04
10 Sprey 0.002 -10.53 -0.03
-1.64
10.13
Sumbangan 10 komoditi dengan andil deflasi terbesar
Laju Inflasi Umum
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
50
B. INFLASI TRIWULANAN (Q.t.Q)
Laju inflasi triwulanan Kota Manado kembali mengalami peningkatan selama triwulan
laporan. Tercatat laju inflasi pada triwulan laporan sebesar 3,46% (q.t.q), sedikit lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-
masing tercatat 3,45% (q.t.q) dan 1,29% (q.t.q). Laju perubahan harga ini juga lebih tinggi
dibandingkan laju inflasi nasional maupun Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua)
yang tercatat masing-masing sebesar 2,09% (q.t.q) dan 1,83% (q.t.q).
Berdasarkan faktor penyebabnya, sumber tekanan inflasi selama triwulan laporan berasal
baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Dari sisi permintaan, hampir bersamaannya
perayaan hari lebaran dan natal dilanjutkan dengan berbagai persiapan masyarakat terkait
dengan perayaan tahun baru 2008 menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan
masyarakat khususnya pada kelompok bahan makanan yang pada tahap lanjut
menyebabkan kenaikan harga akibat stock yang cenderung terbatas. Sedangkan dari sisi
penawaran, datangnya musim penghujan yang disertai angin kencang menyebabkan para
petani dan nelayan mengalami kesulitan untuk bercocok tanam dan melaut. Hal ini telah
memicu naiknya harga komoditi padi, bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran (antara lain
beras, bawang merah, tomat sayur, tomat buah, cabe rawit dan jeruk nipis/limau) dan
komoditi ikan (antara lain ikan malalugis dan cakalang) . Selain itu, kenaikan harga minyak
internasional telah membawa pengaruh bagi peningkatan harga komoditi lainnya
diantaranya adalah emas dan semen.
Grafik 2.2.
Inflasi Manado, Zona Sulampua dan Nasional (Q.t.Q)
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Manado
Sulampua
Nasional
2006 2007
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
51
Dengan melakukan disagregasi inflasi, sumber tekanan inflasi pada triwulan laporan
terutama berasal dari kelompok volatile food dengan andil sebesar 2,84% dengan laju
perubahan harga sebesar 9,86% (q.t.q), meningkat dibandingkan akhir triwulan
sebelumnya tercatat 7,88% (q.t.q) dengan andil 2,17%. Penyumbang inflasi berikutnya
adalah kelompok barang dan jasa yang termasuk dalam inflasi inti (core inflation) dengan
andil 0,62% dan laju perubahan harga sebesar 1,25% (q.t.q). Sedangkan kelompok barang
dan jasa yang termasuk dalam inflasi administered cenderung tidak banyak mengalami
perubahan harga sehubungan tidak adanya kebijakan tata niaga yang dikeluarkan
pemerintah selama triwulan laporan khususnya yang berkaitan dengan harga komoditi,
adapun kenaikan harga yang terjadi pada kelompok administered lebih banyak terjadi di
tingkat pengecer.
Disagr
Inflasi Andil Inflasi1 Inflasi Inti 2.08 1.04 2.642 Inflasi Administered 0.48 0.11 1.633 Inflasi Volatile Food 0.52 0.14 6.02
1.29 1.29 3.34Inflasi IHK
Des-06 MarNo. Disagregasi Inflasi
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Menurut kelompok barang/jasa, meningka
terutama terjadi pada kelompok bahan mak
dan andil 2,77%, meningkat dibandingka
7,44% (q.t.q). Penyumbang inflasi berikutn
0,29% dan laju inflasi sebesar 1,44% (q.t.
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,61%. B
harga lebih tinggi pada triwulan laporan
kelompok bahan makanan, sandang, k
mengalami laju perubahan harga lebih rend
dan transportasi.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
Tabel 2.6.egasi Inflasi (Q.t.Q)
Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil1.33 0.23 0.11 2.52 1.26 1.25 0.620.37 0.21 0.05 0.06 0.01 -0.01 0.001.65 -2.10 -0.59 7.88 2.17 9.86 2.843.34 -0.43 -0.43 3.45 3.45 3.46 3.46
Des-07-07 Jun-07 Sep-07
tnya tekanan harga selama triwulan laporan
anan dengan laju inflasi sebesar 7,94% (q.t.q)
n triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
ya adalah kelompok perumahan dengan andil
q), sedkit lebih rendah dibandingkan triwulan
eberapa kelompok yang mengalami kenaikan
dibandingkan triwulan sebelumnya adalah
esehatan dan pendidikan sedangkan yang
ah adalah kelompok makanan jadi, perumahan
52
Inflasi Menurut K
Mar Jun
Bahan Makanan 6.97 -1.8
Makanan Jadi 0.48 1.7
Perumahan -3.61 0.9Sandang 1.17 1.9
Kesehatan -0.17 -0.1
Pendidikan 0.62 0.3
Transportasi -0.07 0.1
Umum 1.52 0.0
Kelompok
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diola
Sumbangan Inflasi Men
Mar Jun
Bahan Makanan 2.15 -0.5
Makanan Jadi 0.08 0.2
Perumahan -0.80 0.1
Sandang 0.08 0.1
Kesehatan -0.01 0.0
Pendidikan 0.03 0.0
Transportasi -0.01 0.0
Umum 1.52 0.0
Kelompok
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan komoditinya, penyumbang
laporan terutama berasal dari kelompo
adalah beras, bawang merah, ikan m
deflasi tertinggi juga berasal dari kel
kankung, daun bawang, ikan bubara dan
No.Kelompok Komoditi
1 Bawang Merah 2 Malalugis 3 Cakalang 4 Beras 5 Tomat Sayur 6 Tomat Buah 7 Cabe Rawit 8 Emas Perhiasan 9 Jeruk Nipis/Limau
10 Semen
Sumbangan 10 komoditi deLaju Inflasi Umum
Sepuluh Komoditi
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA)Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utar
Tabel 2.7.
elompok Barang/Jasa (Q.t.Q)
Sep Des Mar Jun Sep Des
0 6.34 1.62 6.79 -2.18 7.44 7.94
3 0.12 2.84 3.02 0.52 1.18 -0.24
0 0.26 0.91 0.83 0.36 2.61 1.446 0.24 0.64 0.71 0.59 1.94 3.99
0 0.44 1.23 5.72 1.27 1.61 3.06
2 0.32 0.12 0.80 0.44 0.23 1.63
4 0.04 0.01 0.71 0.40 0.04 0.02
5 2.15 1.29 3.34 -0.43 3.45 3.46
2006 2007
h
Tabel 2.8.urut Kelompok Barang/Jasa (Q.t.Q)
Sep Des Mar Jun Sep Des
8 2.02 0.54 2.26 -0.75 2.78 2.77
8 0.02 0.47 0.50 0.09 -0.04 -0.04
9 0.06 0.19 0.17 0.07 0.29 0.29
3 0.02 0.04 0.05 0.04 0.25 0.25
0 0.02 0.05 0.22 0.05 0.12 0.12
2 0.02 0.01 0.04 0.02 0.08 0.07
2 0.01 0.00 0.10 0.06 0.00 0.00
5 2.15 1.29 3.34 -0.43 3.45 3.46
2006 2007
inflasi tertinggi Kota Manado selama triwulan
k bahan makanan dan perumahan diantaranya
alalugis, ikan cakalang. Sedangkan penyumbang
ompok bahan makanan diantaranya ikan tude,
ikan mujair.
Bobot Laju Inflasi
Q.t.Q Sumbangan
Q.t.Q
0.007 86.54 0.5640.009 50.21 0.4750.024 16.80 0.4060.118 3.04 0.3590.002 146.27 0.2990.001 233.33 0.2440.002 56.91 0.1400.006 15.20 0.0890.004 20.00 0.0780.007 9.58 0.067
2.723.46
ngan andil inflasi tertinggi
Tabel 2.9. Penyumbang Inflasi Tertinggi
53
a, diolah
Tabel 2.10.
Sepuluh Komoditi Penyu bang Deflasi Tertinggi m
No.Kelompok Komoditi
Bobot Laju Inflasi
Q.t.Q Sumbangan
Q.t.Q
1 Tude 0.020 -12.04 -0.242 Kangkung 0.005 -15.69 -0.093 Daun Bawang 0.007 -9.42 -0.074 Bubara 0.005 -12.48 -0.065 Mujair 0.005 -7.47 -0.046 Bawang Putih 0.003 -11.11 -0.037 Gula Pasir 0.017 -1.74 -0.038 Minuman Ringan 0.005 -4.63 -0.029 Kopi Bubuk 0.004 -3.51 -0.01
10 Pisang 0.007 -1.94 -0.01
-0.613.46
Sumbangan 10 komoditi dengan andil deflasi terbesarLaju Inflasi Umum
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
C. INFLASI ZONA SULAMPUA (SULAWESI, MALUKU DAN PAPUA)
Laju perubahan harga Zona Sulampua sampai akhir triwulan laporan menunjukkan
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sampai akhir triwulan laporan, laju inflasi
tahunan zona tercatat sebesar 7,40% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan
sebelumnya sebesar 7,07% (y.o.y). Dibandingkan dengan angka inflasi nasional sebesar
6,59% (y.oy), laju perubahan harga zona ini juga relatif masih lebih tinggi.
Tabel 2.11.
Perkembangan Harga di Zona Sulampua dan Nasional
Q3-07 Q4-07
1 Manado 5.10 6.98 6.50 7.85 10.16 1.77
2 Palu 8.68 6.63 5.55 5.94 8.13 0.76
3 Makassar 7.21 6.67 5.10 6.98 5.71 2.40
4 Kendari 10.57 10.72 9.73 7.43 7.53 0.52
5 Gorontalo 7.53 3.54 5.06 5.97 7.02 0.44
6 Ambon 4.79 5.62 3.07 6.03 5.84 0.47
7 Ternate 5.12 4.97 7.17 6.77 10.43 0.46
8 Jayapura 9.51 11.74 9.20 8.08 10.34 0.57
7.07 6.93 5.86 6.98 7.40 7.40
No. SumbanganQ2-07Q1-07Q4-06KOTA
SULAMPUA
Sumber : Direktorat Statistik Moneter, Bank Indonesia
Sementara itu, berdasarkan kota-kota pembentuknya, sebagian kota di wilayah zona
mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan inflasi zona maupun nasional. Kota
Ternate tercatat mengalami inflasi tertinggi sebesar 10,43% (y.o.y) disusul berikutnya Kota
Jayapura dan Kota Manado masing-masing sebesar 10,34% (y.o.y) dan 10,16% (y.o.y).
Inflasi terendah dialami Kota Makassar sebesar 5,71 (y.o.y). Berdasarkan sumbangannya,
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
54
Kota Makassar dan Kota Manado memberikan sumbangan yang tertinggi yaitu masing-
masing sebesar 2,40% dan 1,77% terhadap laju inflasi zona yang tercatat sebesar 7,40%
(y.o.y), sedangkan kota penyumbang inflasi terendah adalah Kota Gorontalo dengan andil
sebesar 0,44%.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
55
BOX 2. PEMBENTUKAN FORUM DISKUSI INFLASI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2008
A. Latar Belakang
Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan
Inflasi daerah memegang peran yang penting mengingat kontribusinya yang relatif
besar bagi inflasi nasional
Sumber tekanan inflasi di daerah dipengaruhi oleh karakteristik ekonomi masing-
masing
Upaya pengendalian inflasi tidak saja menjadi kebutuhan Bank Indonesia, tetapi
juga Pemerintah Daerah dan Institusi terkait di daerah
Ruang penurunan suku bunga kebijakan moneter (BI rate) semakin terbatas.
B. Tujuan
Sasaran pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) yang tinggi perlu di topang dengan
kestabilan dan rendahnya inflasi daerah
Mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional
Meningkatkan kerjasama dan komitmen kelembagaan di daerah dalam
mengendalikan inflasi di daerah
C. Tugas
Melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya inflasi baik dari sisi
penawaran, permintaan maupun nilai tukar
Mengambil tindakan dan mengeluarkan kebijakan yang diperlukan sebagai tindak
lanjut dari upaya pengendalian harga disesuaikan dengan faktor penyebabnya
Melakukan antisipasi terhadap kemungkinan meningkatnya ekspektasi inflasi yang
disebabkan oleh berbagai faktor baik lokal maupun yang berasal dari luar daerah.
D. Kelembagaan dan Struktur Tim
Forum Diskusi Inflasi Daerah (High Level)
Forum Diskusi Inflasi Daerah (High Level) terbentuk dilatarbelakangi oleh
kecenderungan meningkatnya harga barang dan jasa serta diperlukannya kondisi
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
56
ekonomi yang stabil dan kondusif dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Utara.
Anggota :
1. Gubernur Provinsi (Pembina)
2. Sekretaris Daerah c.q. Asisten II (Ketua)
3. Pemimpin Bank Indonesia (Wakil Ketua)
4. Kepala Bappeda (Anggota)
5. Kepala Biro Perekonomian (Anggota)
6. Kepala Dinas (Anggota)
- Dinas Perindustrian dan Perdagangan - Dinas Pertanian
- Dinas Perikanan dan Kelautan - Dinas Perkebunan
7. Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tugas :
1. Menerima laporan tentang evaluasi sumber dan potensi tekanan inflasi daerah
2. Mengambil keputusan kebijakan yang akan ditempuh terkait pengendalian
inflasi daerah
3. Mengevaluasi efektivitas kebijakan terkait pengendalian inflasi daerah
4. Mengusulkan kepada pemerintah pusat terkait upaya pengendalian inflasi
Tim Teknis
Anggota :
1. Pejabat di Bidang Ekonomi Moneter KBI Manado
2. Pejabat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas
Perikanan dan Kelautan, Dolog, Badang Ketahanan Pangan.
3. Pejabat dari BPS Provinsi Sulawesi Utara
4. Instansi Terkait dan Asosiasi
Tugas :
1. Memonitor dan melaporkan sumber/potensi tekanan inflasi daerah
2. Mengusulkan rekomendasi kebijakan yang akan ditempuh
3. Melaksanakan tugas yang diamanahkan oleh TPI daerah
Sekretariat : KBI
Anggota :
a. Staf di Bidang Ekonomi Moneter KBI Manado
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
57
b. PTU/sekretaris
Tugas :
1. Melakukan administrasi umum dan keuangan
2. Memonitor pergerakan harga di daerah
3. Menyiapkan sarana pendukung dan kelengkapan rapat
E. Waktu Pelaksanaan :
Forum diskusi inflasi daerah dilaksanakan secara terjadwal setiap dua bulan sekali
yaitu pada tanggal 15 Februari 2008, 14 April 2008, 15 Juni 2008, 15 Agustus 2008, 15
Oktober 2008 dan 14 Desember 2008, dimana sehari sebelumnya tim teknis telah
mengadakan pertemuan awal untuk selanjutnya berbagai keputusan/rekomendasi
dibawa pada Forum Diskusi Inflasi pada tanggal-tanggal yang telah ditetapkan di
atas. Selain itu, forum diskusi inflasi dapat pula diselenggarakan secara adhoc sesuai
dengan perkembangan dan situasi yang ada pada saat itu.
F. Monitoring, Pelaporan dan Anggaran
Forum Diskusi Inflasi Daerah
Tim Teknis Sekretariat
Kegiatan a. Pertemuan Triwulanan
(sehari setelah tim teknis
mengadakan rapat)
b. Pertemuan ad hoc
a. Komunikasi antar anggota Tim
b. Diskusi triwulanan (minggu I
setiap awal triwulan)
c. Mendiskusikan sumber inflasi
daerah dan merekomendasikan
kebijakan
d. Pertemuan Adhoc
a. Memonitor pergerakan harga barang
dan menganalisis sumber serta faktor
penyebabnya
b. Menyiapkan administrasi
pertemuan/diskusi
c. Menyusun laporan
Laporan a. Isi laporan : kegiatan dan
kebijakan yang telah
dilaksanakan, usulan
kebijakan dan evaluasi
pencapaian hasil
b. Periode triwulanan
c. Ditujukan kepada Gubernur
Prov dan DG Bidang Moneter
cc. DKM
a. Menyiapkan laporan diskusi Tim
Teknis
b. Laporan Diskusi triwulanan
c. Ditujukan kepada TPID High Level
a. Laporan hasil monitoring harga dan
faktor penyebab kenaikan harga
b. Laporan untuk rekomendasi langkah-
langkah yang perlu ditempuh
c. Laporan penggunaan anggaran
Anggaran Diusulkan dibebankan kepada :
BI dan Pemda melalui APBD
Diusulakn dibebankan kepada : BI
dan Pemda melalui APBD
a. Dibebankan kepada BI
b. Sekretariat di KBI
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
58
G. Uraian Tugas Tim Teknis
Dinas/Instansi Fungsi Tugas
Asisten II Koordinator Melakukan koordinasi terhadap dinas-dinas dibawahnya khususnya berkaitan dengan implementasi/tindak lanjut dari rekomendasi hasil Forum Diskusi
Bank Indonesia Wakil Koordinator/Anggota Fasilitator sekaligus sebagai pemateri tetap dalam mempresentasikan perkembangan harga-harga barang dan jasa dan perkembangannya ke depan. Mengendalikan terbentuknya ekspektasi inflasi di masyarakat
Dinas Pertanian Anggota Melakukan identifikasi terhadap kemungkinan terjadinya pengurangan produktivitas akibat pengaruh musim/iklim, kurangnya insentif bagi petani, hama, dan pengurangan lahan, kebijakan baru, dll sekaligus melakukan langkah-langkah antisipatif dan preventif ya
Dinas Perikanan dan Kelautan Anggota Melakukan identifikasi terhadap kemungkinan terganggunya pasokan ikan dan hasil laut lainnya akibat pengaruh musim/iklim, kurangnya insentif bagi nelayan, kejahatan di laut, kebijakan baru, dll sekaligus melakukan langkah-langkah antisipatif dan preventif
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Anggota Memantau perkembangan harga di pasar dan melakukan Operasi Pasar terhadap komoditi-komoditi tertentu yang mengalami kenaikan harga berdasarkan hasil keputusan Forum Diskusi Inflasi. Meminimalisir terjadinya spekulasi dan penimbunan barang dengan memberikan sangsi hukum yang tegas
Bulog Divre II Anggota Memastikan ketersediaan stock beras di pasaran sekaligus melihat pola permintaan masyarakat Sulawesi Utara
BPS Anggota Melakukan penghitungan angka inflasiBadan Ketahanan Pangan Anggota Memastikan ketersediaan stock pangan di pasaran sekaligus melihat
pola permintaan masyarakat Sulawesi UtaraAsosiasi Usaha Bidang Kepomas Anggota Memberikan informasi mengenai berbagai kendala yang dihadapi
dan informasi lainnyaKepolisian Anggota Melakukan penindakan berdasarkan informasi berkaitan dengan
kegiatan illegal/penyalahgunaanDinas Perhubungan Anggota Memberikan informasi berkaitan dengan kendala dan kemajuan
pembangunan infrastruktur baik di darat, laut dan udara
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
59
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada Q4-2007 (posisi November 2007) cukup
baik tercermin dari meningkatnya total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
berhasil dihimpun, disertai membaiknya berbagai rasio fungsi intermediasi (LDR) dan
kualitas kredit (NPL). Meningkatnya rasio LDR disebabkan oleh pertumbuhan kredit lebih
significant dibandingkan pertumbuhan dana. Faktor penyebab meningkatnya permintaan
kredit selama triwulan laporan antara lain adalah tingginya kebutuhan dana oleh
masyarakat menjelang perayaan hari raya lebaran, natal dan tahun baru. Meningkatnya
fungsi intermediasi perbankan diiringi pula oleh membaiknya kualitas kredit walaupun hal
ini lebih disebabkan oleh meningkatnya jumlah realisasi kredit baru tercermin dari nilai
nominal NPL (Non Performing Loan) yang relatif tidak ada perubahan namun secara
persentase menurun. Sementara itu, relatif lambatnya pertumbuhan DPK disebabkan oleh
meningkatnya realisasi penggunaan anggaran pemerintah daerah khususnya untuk
membiayai pembangunan proyek-proyek yang telah direncanakan menjelang berakhirnya
tahun anggaran 2007. Hal ini paling tidak tercermin dari penurunan jumlah giro di sistem
perbankan. Belum lagi ditambah dengan kecenderungan menurunnya tingkat suku bunga
acuan Bank Indonesia (BI rate) hingga ke level 8% yang sedikit banyak mempengaruhi
preferensi masyarakat untuk memanfaatkan perbankan sebagai sarana berinvestasi
khususnya tercermin dari penurunan jumlah deposito. Namun demikian, preferensi
masyarakat untuk menabung tidak mengalami perubahan yang berarti bahkan cenderung
meningkat tercermin dari kenaikan jumlah tabungan. Hal ini menunjukkan meningkatnya
motif berjaga-jaga masyarakat khususnya menjelang dan selama perayaan hari besar
keagamaan (lebaran, natal dan Tahun Baru 2008)
Tabel 3.1.
Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
Total Aset 7,418 7,914 8,141 8,820 8,958 9,319 9,905 10,016
Tumbuh Y.o.Y (%) 23.96 25.92 22.96 16.35 20.76 17.76 21.67 13.56
DPK (Rp Miliar) 5,066 5,324 5,450 6,018 5,985 6,436 6,504 6,555 Tumbuh Y.o.Y (%) 16.01 18.58 12.46 14.94 18.14 20.88 19.34 8.92Kredit (Rp Miliar) 4,307 4,620 4,792 5,071 5,179 5,638 6,079 6,334 Tumbuh Y.o.Y (%) 24.39 25.10 22.84 22.99 20.25 22.04 26.85 24.90 LDR (%) 85.02 86.78 87.93 84.26 86.53 87.61 93.46 96.63 NPL (%) 5.78 5.71 6.08 4.84 5.12 4.91 6.29 4.56 Share UMKM 63.01 62.84 62.17 59.69 62.19 64.42 63.86 61.87 NPL UMKM (%) 8.22 10.11 8.8 7.91 8.23 7.62 7.11 6.92
2007Komponen
2006
Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
60
A. FUNGSI INTERMEDIASI
1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Secara umum respon perbankan di Sulawesi Utara terhadap kebijakan moneter yang
diambil Bank Indonesia cukup baik. Kontinuitas penurunan BI Rate hingga ke level 8,0% per
tanggal 6 Desember 2007 ternyata diikuti oleh pergerakan penurunan suku bunga deposito
1 Bulan dan kredit yang masing-masing tercatat sebesar 7,03% dan 15,23%. Tingkat
bunga ini relatif lebih rendah bila dibandingkan posisi akhir triwulan sebelumnya, dimana
suku bunga deposito 1 Bulan dan kredit masing-masing tercatat sebesar 7,13% dan
15,33%. Sepanjang kurun waktu Januari s.d. Desember 2007, rata-rata suku bunga
deposito 1 Bulan berada pada posisi 7,62% sedangkan suku bunga tertimbang kredit
berada pada besaran 15,87% atau turun dibandingkan rata-rata tingkat suku bunga tahun
lalu. Namun demikian secara umum terlihat bahwa penurunan suku bunga dana ternyata
lebih sensitif terhadap BI Rate dibandingkan dengan penurunan suku bunga pinjaman.
Grafik 3.1. Perkembangan Suku Bunga
6
8
10
12
14
16
18
20
2006 2007
BI Rate KreditDeposito 1 B ln Penjaminan Dep. 1 Bulan
Sumber : Laporan LBU
2. Penyerapan Dana Masyarakat
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan terus
menunjukkan peningkatan. Terus menurunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate)
hingga ke level 8,0% per 6 Desember 2007 (turun 25 bps dibandingkan posisi Bulan
November 2007) serta menurunnya plapond simpanan yang dijamin oleh Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) tidak serta merta menurunkan minat masyarakat untuk tetap
mempercayakan penempatan dananya baik untuk kepentingan transaksi maupun investasi.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
61
Sampai dengan November 2007, total DPK yang dihimpun perbankan mencapai Rp6,55
triliun atau naik sebesar 0,78% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya.
Grafik 3.2.
Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Sulawesi Utara (Rp. Milliar)
997
1,02
4
1,01
1
1,10
2
1,31
1
1,36
5
1,35
82,01
7
2,08
5
2,05
2
2,21
5
2,25
6
1,25
7 2,12
0
2,14
1
2,13
0
2,14
5
2,07
4
2,18
3
3,07
7
2,99
8
2,99
4
2,73
9
2,68
7
6,55
5
6,01
8
5,45
0
5,98
5 6,50
4
6,43
6
5,32
4
5,06
6
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2006 2007
Giro Deposito
Tabungan DPK
Berdasarkan jenisnya, penempatan dana dalam sistem perbankan didominasi oleh jenis
tabungan dengan pangsa 46,94%, mencapai jumlah Rp3.077 miliar, berikutnya deposito
32,34% atau Rp2.120 milliar dan giro 20,72% atau sebesar Rp1.358 milliar. Dibandingkan
triwulan sebelumnya, tabungan mencatat pertumbuhan positif sebesar 2,63%, berbeda
dibandingkan jenis giro dan deposito yang justru mengalami penurunan 0,48% dan 1,02%.
Secara umum, selama triwulan laporan, preferensi masyarakat dalam menggunakan sistem
perbankan tidak mengalami perubahan yang significant. Hal ini dikarenakan masyarakat
menganggap sistem perbankan sudah sangat baik dan memiliki resiko yang paling kecil
dibandingkan jenis instrumen investasi lainnya. Adapun penyebab menurunnya giro
diperkirakan sebagai dampak dari meningkatnya realisasi pembangunan proyek-proyek
pemerintah menjelang berakhirnya tahun anggaran.
Berdasarkan kelompok bank penghimpun dana, bank pemerintah menyerap hampir
63,95% dari seluruh DPK sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta. Pangsa DPK yang
dimiliki bank pemerintah ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 63,88%. Hal ini tak terlepas pula dari gencarnya promosi yang dilakukan
bank-bank pemerintah dalam menjaring nasabahnya. Berdasarkan laju pertumbuhannya,
bank pemerintah mengalami pertumbuhan sebesar 0,88% demikian pula dengan bank
swata yang juga mengalami kenaikan sebesar 0,59%. Berdasarkan kepemilikannya, dana
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
62
yang dimiliki pemerintah daerah baik provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp914 milliar
atau turun sebesar 2,45% dibandingkan triwulan sebelumnya sedangkan dana milik swasta
justru mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp5.640 milliar atau naik sebesar 1,32%.
Grafik 3.3. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun
(Rp. Milliar)
Grafik 3.4. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan
(Rp. Milliar)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2006 2007
Pemerintah Swasta Total DPK
-
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan jumlah DPK, sebesar
75,10% atau Rp4.923 milliar berasal dari dari bank-bank yang berlokasi di Kota Manado,
sedangkan Kota Bitung sebesar 7,57%. Lainnya adalah Kabupaten Minahasa dengan
pangsa 6,96%, Kabupaten Bolaang Mongondow (5,40%) dan Kabupaten Sangihe –
Talaud (4,97%). Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan
jaringan kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu
sentra pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktifitas
pembangunan daerah yang lebih terfokus di sekitar Manado.
Grafik 3.5. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota s.d. November 2007 (%)
Grafik 3.6. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (%)
1,000
000
3,000
4,000
000
000
000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
7,
6,
5,
2,
2006 2007Bank Pemerintah Bank Swasta Total DPK
7.57%
75.10%
6.96%5.40%
4.97%
Minahasa Bolmong Sangihe Talaud
Manado Bitung
-14.
42
34.8
2
-0.3
0
11.3
5 14.5
5
10.4
1
9.7
-3.5
-5.4
1.1
1.0
1.12.1
-3.4
4.5
0.8
0.0 0.8
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Minahasa Bolmong Sangihe
Talaud
Manado Bitung Total
Q4-06 Q3-07 Q4*-07
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
63
Berdasarkan laju pertumbuhan dana secara triwulanan, tercatat beberapa kabupaten dan
kota mencatat pertumbuhan positif sedangkan lainnya mengalami penurunan.
Kabupaten/kota yang mengalami pertumbuhan dana adalah kabupaten Minahasa (2,09%)
dengan jumlah DPK sebesar Rp456 milliar, Kabupaten Sangihe Talaud (4,48%) dengan
jumlah DPK sebesar Rp326 milliar, dan Kota Manado (0,82%) dengan jumlah DPK sebesar
4.923 milliar. Sedangkan daerah yang mengalami penurunan adalah Kabuparen Bolaang
Mongondow (-3,41%) dengan jumlah DPK Rp354 milliar dan Kota Bitung (-0,04%) dengan
jumlah DPK Rp496 milliar.
3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan berjalan cukup baik. Dibandingkan
triwulan sebelumnya, ekspansi kredit mencapai 4,19% yaitu mencapai jumlah Rp6.334
milliar. Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan kredit dalam triwulan ini hampir
merata dialami baik oleh kredit modal kerja, investasi dan konsumsi masing-masing tumbuh
pada kisaran 3,5% – 5,5%. Secara umum perkembangan kredit selama triwulan laporan
tidak berbeda jauh dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan sektor ekonominya,
peningkatan kredit paling significant terjadi pada sektor jasa sosial/kemasyarakatan yang
tumbuh 14,21% dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya sebesar Rp257 milliar.
Namun demikian menurut pangsanya penyaluran kredit pada sektor pertanian masih relatif
kecil yaitu hanya sebesar 4,35% dari total keseluruhan kredit yang berhasil disalurkan.
Grafik 3.7.Panyaluran Kredit di Provinsi Sulawesi Utara
(Rp. Milliar)
1,53
3
1,63
1
1,64
7
1,76
0
1,88
3
2,01
4
2,24
5
2,35
3
380
451
512
549
554
601
619
651
2,39
4
2,53
8
2,63
3
2,76
3
2,74
2
3,02
4
3,21
5
3,33
0
6,079
4,3074,620 4,792
5,0715,179
5,638
6,334
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2006 2007
Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
64
Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar
ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), mencapai 29,18% dari total
kredit sebesar Rp5.903. Dibandingkan triwulan sebelumnya, kredit yang disalurkan pada
sektor PHR meningkat 4,07%. Hal ini berkenaan dengan meningkatnya aktivitas
perdagangan pada saat puasa, jelang persiapan hari raya lebaran. Selain itu masih
berlangsungnya masa liburan sekolah dan tahun ajaran baru pada awal triwulan laporan
turut pula mendorong peningkatan kredit pada sektor ini. Sementara itu, sektor lainnya
yang cukup besar menyerap kredit adalah sektor jasa dunia usaha, sektor pertanian dan
sektor konstruksi yang masing-masing menyerap sebesar 4,85%; 4,35% dan 4,29% dari
total kredit yang disalurkan.
Dilihat dari pertumbuhannya, kredit sektor pertanian mengalami kenaikan tertinggi yaitu
sebesar 29,35% dibandingkan triwulan sebelumnya mencapai jumlah Rp257 milliar.
Peningkatan kredit di sektor pertanian ini (Baca Box 1 : Revitalisasi Pertanian) mencerminkan
keberhasilan program revitalisasi pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah daerah
berupa pengembangan komoditi jagung dan rumput laut yang turut pula mendapat
dukungan pembiayaan dari perbankan. Sektor lainnya yang mengalami peningkatan
pembiayaan adalah sektor konstruksi yang naik tipis sebesar 1,51% mencapai jumlah
Rp254 milliar. Lainnya adalah sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa dunia
usaha yang tumbuh masing-masing sebesar 8,77% dan 3,46%.
Grafik 3.9.
Pangsa Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Q4-2007 (%)
Grafik 3.8. Panyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
(Rp Milliar)
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2006 2007
Pertanian Konstruksi PHR Lainnya (Konsumsi)
Pertanian4.86%
Lainnya (Konsumsi)
57.59%
Konstruksi4.91%
PHR32.64%
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
65
Berdasarkan kelompok bank, hingga saat ini bank umum milik pemerintah masih terus
mendominasi penyaluran kredit di Sulawesi Utara dibandingkan dengan bank umum swasta
nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan kredit hingga triwulan laporan
mencapai Rp4.552 milliar dengan pangsa mencapai 71,87% sedangkan selebihnya
disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp1.782 milliar. Meskipun bank swasta
mencatat pangsa yang lebih kecil dibandingkan bank pemerintah, namun dilihat dari sisi
pertumbuhan bank swasta justru mengalami pertumbuhan yang lebih significant
dibandingkan triwulan lalu yaitu sebesar 5,61%, sedangkan bank pemerintah hanya
tumbuh sebesar 3,65%.
Grafik 3.10.Panyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
(Rp. Milliar)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2006 2007
Bank Pemerintah Bank Swasta
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari jumlah kredit yang berhasil disalurkan sebesar
Rp5.903 milliar, 64,53% atau sebesar Rp3.809 milliar diserap oleh kota Manado hal ini
tidak lepas dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota Manado sebagai
sentra pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Selanjutnya, diikuti oleh Kabupaten Minahasa
sebesar 12,05% atau sebesar Rp711 milliar, Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar
9,31% atau Rp549 milliar, Kota Bitung 7,92% atau sebesar Rp467 milliar dan yang
terendah adalah di Kabupaten Sangihe – Talaud 6,19% atau sebesar Rp365 milliar.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
66
Grafik 3.11. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota
Q4*-2007 (%) Grafik 3.12.
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
12.01%
9.14%
6.20%
64.80%
7.85%
Minahasa Bolaang Mongondow
Sangihe Talaud Manado
Bitung
5.33
3.44
4.87
6.33
6.39
5.83
5.67 6.
30 6.82
8.15
11.0
0
7.81
4.89
1.76 2.
50
4.70
3.26
4.19
-
2
4
6
8
10
12
Minahasa Bolmong SangiheTalaud
Manado Bitung Total
Q4-06 Q3-07 Q4*-07
Berdasarkan pertumbuhannya, seluruh kabupaten dan kota di Sulawesi Utara selama
triwulan laporan mencatat pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya. Daerah yang mencatat pertumbuhan tertinggi adalah Kota Minahasa sebesar
4,89% diikuti Kota Manado (4,70%) sedangkan Kabupaten Bolaang Mongindow mencatat
pertumbuhan terendah sebesar 1,78%.
Fungsi intermediasi perbankan selama triwulan laporan telah berjalan baik tercermin dari
rasio Loan To Deposit (LDR) yang meningkat dari 93,46% di akhir triwulan sebelumnya
menjadi 96,63% pada triwulan laporan. Terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan
diperkirakan akan terus berlanjut mengingat program kredit revitalisasi pertanian masih
akan berjalan guna mendukung program pemerintah daerah. Berdasarkan wilayah
administrasinya, hampir seluruh kabupaten/kota mengalami peningkatan rasio LDR
dibandingkan triwulan laporan sebelumnya terkecuali Kabupaten Minahasa. Sampai akhir
triwulan laporan, LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar 164,68% atau
turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 168,39%, sedangkan
terendah adalah kota Manado sebesar 76,85% atau naik sedikit dibanding triwulan
sebelumnya yang tercatat 75,09%.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
67
Grafik 3.13.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
50
100
150
200
Minahasa Bolmong SangiheTalaud
Manado Bitung
Q4-06 Q3-07 Q4*-07
Namun demikian, membaiknya fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya
terdistribusi secara merata untuk seluruh sektor ekonomi yang ada. Hal ini merupakan
konsekuensi dari sikap kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit serta faktor risiko
yang cukup tinggi di beberapa sektor. Guna lebih mendorong perkembangan
perekonomian secara nasional maupun regional didukung oleh relatif membaiknya kondisi
makro ekonomi, Bank Indonesia sejak September 2007 ini telah menurunkan suku bunga
(BI rate) sebesar 25 bps menjadi 8,0% yang bertahan hingga akhir triwulan laporan.
Kebijakan tersebut diharapkan mampu menjadi stimulus dan insentif bagi perekonomian
meskipun kebijakan tersebut perlu juga didukung dengan kebijakan di bidang fiskal,
investasi dan sektor riil.
4. Kredit UMKM
Sampai dengan akhir triwulan laporan, pangsa kredit UMKM (usaha mikro, kecil dan
menengah) mengalami penurunan sebesar 2,83% menjadi 61,59% terhadap total kredit
yang disalurkan atau berjumlah Rp3.636 milliar. Tercatat kredit UMKM meningkat 0,09%
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebagian besar dalam bentuk kredit kecil dan
menengah masing-masing sebesar 8,21% dan 2,32%. Sedangkan penyaluran kredit mikro
justru mengalami penurunan cukup significant sebesar 37,15% menjadi hanya Rp234
milliar.
Menurut pangsanya, penyaluran kredit UMKM masih didominasi pada kredit menengah
dengan porsi sebesar 60,33% sedangkan pangsa kredit mikro dan kecil hanya sebesar
6,43% dan 33,23%. Kecilnya porsi kredit mikro dan kecil terutama disebabkan oleh cukup
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
68
tingginya rasio kredit bermasalah untuk kedua jenis kredit tersebut yaitu masing-masing
sebesar 22,12% dan 9,66%, jauh dari batas toleransi Bank Indonesia sebesar 5%.
Sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik yaitu sebesar 4,91%.
Grafik 3.14. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Rp. Milliar)
Grafik 3.15. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (Rp. Milliar)
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Mikro 165 185 190 190 216 372 237 246
cil 808 852 877 892 1,026 1,116 1,355 1,309 Ke
Menengah 1,741 1,866 1,911 1,945 1,979 2,144 2,289 2,364
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2006 2007
-
25
50
75
100
125
150
175
200
225
250
Mikro 39 55 44 41 47 49 50 51
Kecil 104 137 111 99 112 114 222 110
Menengah 80 102 106 99 106 114 105 110
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2006 2007
Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit UMKM masih belum merata dan lebih
banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 67,95%
dari total kredit UMKM yang disalurkan di wilayah Sulawesi Utara, diikuti kota dan
kabupaten lainnya yang rata-rata memiliki pangsa pada kisaran kurang dari 9%.
Distribusi Kredit UMK )
70.54%
MinahasaManado
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDAProvinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
Grafik 3.16.M Berdasarkan Kabupaten/Kota (%
0.23% 10.49%
11.72%
7.02%
Bolmong Sangihe-TalaudBitung
) 69
Berdasarkan laju pertumbuhannya, penyaluran kredit UMKM di Kabupaten Sangihe Talaud
merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 39,42% jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang justru mengalami penurunan, disusul Kabupaten Minahasa (7,93%) dan
kota serta kabupaten lainnya yang rata-rata hanya tumbuh tidak lebih dari 1,8%. Satu-
satunya daerah administrasi yang mengalami penurunan kredit UMKM adalah Kota Manado
yang turun 3,05% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya.
Grafik 3.17.Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
5.38
4.10
46.36
8.03
1.56
5.80
5.14
1.91
0.42
8.501.87
19.62
0.33
3.30
3.92
-2.17
36.84
3.11
-10 0 10 20 30 40 50
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
Total
Q4-06 Q3-07 Q4*-07
(%)
B. RISIKO KREDIT
1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), perkembangan rasio kelonggaran tarik
kredit bank umum November 2007 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu dari 6,70% menjadi 6,85%. Hal ini menunjukkan perbankan sudah
menjalankan fungsi intermediasi perbankannnya dengan baik namun terkendala oleh
kondisi sektor riil yang belum juga kondusif khususnya berkaitan dengan masih terdapatnya
beberapa peraturan daerah yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
70
Grafik 3.18.Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
(Persen)
6.96%
7.39%
6.66%
6.92%
7.64%
6.96%
6.70%
6.85%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2006 2007
5.0%
6.0%
7.0%
8.0%
9.0%Plafond Outstanding Ratio
*) s.d. November 2007
2. Net Interest Margin (NIM)
Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah
dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net Interest Margin (NIM) dari waktu ke
waktu sepanjang Tahun 2007 menunjukkan peningkatan. Hal ini berarti bahwa pendapatan
bunga (antara lain dalam bentuk kredit dan penempatan antar bank) lebih besar
dibandingkan dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito).
Jumlah NIM (Net Interet Margin) sampai dengan November 2007 sebesar Rp636 milliar,
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp508 milliar. Hal ini seiring dengan
peningkatan kredit yang relatif lebih significant dibandingkan peningkatan dana sehingga
berdampak pada peningkatan pendapatan bunga. Pada sisi yang lain, repons penurunan
suku bunga acuan (BI rate) ternyata lebih cepat diikuti oleh pergerakan suku bunga
simpanan dibandingkan suku bunga kredit sehingga beban bunga yang ditanggung bank
relatif menurun lebih cepat. Dengan demikian, dampak kebijakan moneter lebih dinikmati
oleh bank dari pada masyarakat karena penurunan suku bunga kredit relatif lambat.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
71
-
200
400
600
800
1,000
Rp. M
iliar
Pend.Bunga 209 435
Biaya Bunga 83 166
NIM 126 269
Q1 Q2
2
Net Inter
3. Rasio BOPO
Tingkat efisiensi perbankan yang an
peningkatan dibandingkan triwulan seb
biaya operasional dengan pendapatan o
efisiensi operasional perbankan relatif
yang turun menjadi 70,83% dibandi
72,83%.
Rasio BPendapatan
121.81
87.2879.97
-
200
400
600
800
1,000
1,200
Q1 Q2 Q3
2006
Rp Miliar
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDAProvinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
Grafik 3.19. est Margin Bank Umum
625 872 236 476 731 907
254 337 83 151 224 271
371 535 154 325 508 636
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
006 2007
tara lain diukur dengan rasio BOPO mengalami
elumnya. Rasio BOPO adalah perbandingan antara
perasional. Sampai dengan November 2007, tingkat
meningkat tercermin dari rasio BOPO bank umum
ngkan triwulan sebelumnya yang tecatat sebesar
Grafik 3.20. iaya Operasional dan Operasional Bank Umum
79.90
74.81
76.60 72.83
70.83
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2007
-
20
40
60
80
100
120
140
Rasio
BO PO
Rasio
) 72
4. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan laba dengan asset
yang dimilikinya. Sampai dengan akhir triwulan laporan, rasio ROA bank umum tercatat
3,23% atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat hanya sebesar
2,46%. Peningkatan ini disebabkan beberapa hal antara lain meningkatnya asset yang
dimiliki diimbangi dengan kemampuan menghasilkan laba yang antara lain dengan memacu
fee based income serta penawaran berbagai produk inovatif perbankan. Tercatat asset bank
umum mencapai Rp10,01 triliun atau naik sebesar 1,12% dibandingkan triwulan
sebelumnya, demikian pula dengan laba yang dihasilkan meningkat hingga 32,65%,
menjadi sebesar Rp323 milliar.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*Aset (Rp Juta) 7,417 7,915 8,141 8,820 8,958 9,319 9,905 10,016 L/R (Rp Juta) 58 133 183 205 72 132 244 323 ROA 0.78 1.68 2.25 2.32 0.81 1.41 2.46 3.23
20072006
Tabel 3.2. ROA (Return On Asset) Bank Umum
5. Sensitivitas Resiko Pasar
Sensitivitas terhadap resiko pasar adalah tingkat kepekaan aset (aktiva produktif seperti
ABA, Surat Berharga dan Kredit) maupun liabilities terhadap volatilitas suku bunga. Aset
dan liabilities dimaksud adalah aktiva maupun passiva yang sensitive terhadap perubahan
suku bunga. Tingkat sensitivitas dipengaruhi oleh struktur on/off balance sheet antara lain :
jenis, karakteristik, jangka waktu, besaran dan rating instrument. Tingkat sensitivitas yang
tinggi dapat dilihat dari besarnya perubahan yang diakibatkan oleh volatilitas suku bunga
dan nilai tukar. Pendekatan yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas
tersebut adalah pendekatan melalui perhitungan Net Portofolio Value (NPV), yaitu
mengetahui perubahan economic value dari suatu portofolio. Pendekatan lain yang dapat
digunakan adalah pendekatan earning, yaitu pendekatan untuk menghitung potensial profit
dan loss dari suatu portofolio. Mengingat dalam perhitungan sensitivitas terhadap resiko
pasar juga menetapkan potensial loss terhadap ekses modal maka pendekatan yang relevan
untuk mengukur tingkat sensitivitas adalah pendekatan earning.
Dalam hal ini diperlukan identifikasi secara tepat atas aset, kewajiban, dan rekening
administratif yang mengandung risiko suku bunga dan nilai tukar baik aktivitas fungsional
tertentu maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Setelah itu dilakukan perhitungan gap
position suku bunga maupun nilai tukar. Semakin besar bank memelihara gap position
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
73
maka semakin tinggi potensial profit dan loss bank. Oleh karena itu diperlukan besaran gap
yang sesuai dengan strategi yang diambil dikaitkan dengan perkiraan arah suku bunga
(interest rate forecast), tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan yang dimaksud
(degree of confidential) dan preferensi tingkat resiko yang akan diambil (risk appetite).
Sensitivitas asets dan liabilities ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan
suku bunga, sedangkan perubahan NIM dipengaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat
sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada
karakterisitik instrumen keuangan yang membentuk portofolio bank tersebut, antara lain
jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed).
Portofolio Inte
di
Q1 Q21 Penempatan pada Bank Indonesia 552,916 767,138 2 Penempatan pada Bank Lain 281,119 141,849 3 Surat Berharga yang Dimiliki 9,976 9,976 4 Kredit yang Diberikan 4,306,993 4,620,068 5 Tagihan Lainnya 3,626 1,245
5,154,630 5,540,276
Q1 Q21 Giro 997,277 1,023,568 2 Tabungan 2,050,409 2,214,895 3 Simpanan Berjangka 2,017,265 2,085,151 4 Kewajiban kepada Bank Indonesia 5,102 5,955 5 Kewajiban kepada Bank Lain 79,648 100,648 6 Surat Berharga yang Diterbitkan 212,106 211,303 7 Pinjaman yang Diterima 15,892 15,248 8 Kewajiban Lainnya 41,527 44,503 9 Setoran Jaminan 6,919 9,158
5,426,145 5,710,429-271,515 -170,153
No. Passiva20
20
RSA
RSLGAP (Total Aktiva-Total Passiva)
No. Aktiva
Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah
Perilaku bank sejak Tahun 2006 s.d. Q2
berarti RSA < RSL. Dengan demikian, ban
biaya bunga akan lebih besar dibandingk
suku bunga acuan / BI rate berada pada le
berubah menjadi positif gap yang berarti R
Memperhatikan kondisi assets dan liabil
laporan menunjukkan kebijakan RSA > RS
terjadi penurunan suku bunga (BI Rate) ma
Sebaliknya, apabila suku bunga naik maka
interest expense lebih besar dari pada peni
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
Tabel 3.3. rest Instrument Perbankan Sulawesi Utara
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4* 611,100 564,726 875,527 695,867 594,361 445,865 261,055 405,220 218,982 179,788 325,513 406,647
9,976 9,976 9,995 21,515 20,964 45,000 4,791,660 5,071,246 5,178,783 5,638,381 6,078,692 6,333,681 1,249 2,766 2,829 2,777 2,823 2,784
5,675,040 6,053,934 6,286,116 6,538,328 7,022,353 7,233,977
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*1,010,842 1,256,987 2,144,720 1,311,101 1,364,753 1,358,267 2,256,146 2,686,854 2,738,769 2,994,238 2,998,019 3,076,877 2,183,205 2,074,072 2,144,720 2,130,479 2,141,467 2,119,527
5,526 4,458 4,991 5,091 5,102 5,129 135,217 248,739 118,066 176,283 217,312 312,703 211,851 211,498 208,094 208,732 211,454 210,269
13,084 12,565 11,621 12,265 12,062 11,546 47,161 52,047 66,914 62,041 54,701 86,369 10,190 13,232 11,871 9,950 10,368 10,710
5,873,222 6,560,452 7,449,766 6,910,180 7,015,238 7,191,397-198,182 -506,518 -1,163,650 -371,852 7,115 42,580
06 2007
06 2007
-2007 menumpuk kebijakan negatif gap yang
k akan merugi bila SBI turun karena penurunan
an penurunan pendapatan bunga. Namun saat
vel 8,25% di awal Q3-2007 maka kebijakan bank
SA > RSL.
ities perbankan Sulawesi Utara selama triwulan
L. Apabila diasumsikan pada triwulan mendatang
ka diperkirakan pendapatan bank akan menurun.
pendapatan akan meningkat karena peningkatan
ngkatan interest income.
74
C. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH
Secara umum, kiprah perbankan syariah di Sulawesi Utara masih relatif sangat kecil, antara
lain tercermin dari total aset perbankan syariah yang kurang dari 5% total asset perbankan
secara keseluruhan. Adapun jumlah perbankan syariah di wilayah Sulawesi Utara baru 2
(dua) bank yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat.
Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4*-07
Aset 58,764 61,670 63,291 68,815 73,559 79,172 79,295 77,700
DPK 28,161 26,653 27,372 39,442 46,454 48,115 48,542 50,837
Pembiayaan 6,664 7,174 6,437 6,224 6,694 8,881 9,449 11,458
FDR (%) 23.66 26.92 23.52 15.78 14.41 18.46 19.47 22.54
Tabel 3.4. Indikator Kinerja Bank Umum Syariah
(Rp Milliar)
Dibandingkan triwulan sebelumnya, total aset perbankan syariah sedikit mengalami
penurunan (2,01%) menjadi Rp77,70 milliar. Namun, dana yang berhasil dihimpun (DPK)
mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp50,83 milliar atau naik 4,73%. Dari jumlah
dana sebesar Rp50,83 milliar, baru sebagain kecil yang disalurkan kembali kepada
masyarakat tercermin dari rendahnya rasio FDR (Finance to Deposit Ratio) yang hanya
sebesar 22,54% atau hanya sebesar Rp11,45 milliar.
Secara sektoral, sebagian besar pembiayaan pada triwulan laporan diberikan kepada sektor
produktif yaitu investasi dan modal kerja yang masing-masing memiliki share 53,9% dan
31,76% sedangkan sisanya di sektor konsumsi. Namun demikian, dari ketiga sektor
tersebut justru pembiayaan di sektor konsumsi mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu
2,79% dibandingkan pembiayaan modal kerja dan investasi yang hanya tumbuh sebesar
2,02% dan 1,11% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, berdasarkan jenisnya, sebagian besar dana pihak ketiga disimpan dalam
bentuk dana investasi terikat sebesar 96,45% sedangkan sisanya dalam bentuk dana
simpan wadiah. Berdasarkan komponen pembentuknya, dana investasi terikat ini meliputi
tabungan deposito mudarabah yang selama triwulan laporan meningkat hingga lebih dari
100% mencapai jumlah Rp13,41 milliar dan tabungan mudharabah yang juga mengalami
kenaikan sebesar 6,85% mencapai jumlah Rp14,99 milliar.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
75
D. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja
Bank Indonesia Manado tercatat sebanyak 20 BPR yang seluruhnya merupakan bank
konvensional dengan rincian sebanyak 16 BPR dengan jumlah kantor 34 unit beroperasi di
Sulawesi Utara sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 9 unit beroperasi di Gorontalo.
Indikator Utama B
Di Sulaw
Q1
Total Aset 112
Dana Pihak Ketiga 77
Deposito 54
Tabungan 23
Kredit Jenis Penggunaan 84
Modal Kerja 24
Investasi 7
Konsumsi 54
Kredit Sektor 84
Pertanian 2
Perindustrian 1
Perdagangan, Hotel & Restoran 20
Jasa-jasa 9
Lain-lain 53
Loan to Deposit Ratio (LDR) 91.56
Non Performing Loan (NPL)
Nominal 5
Rasio (Persen) 5.57
Komponen
Sumber : Bank Indonesia Manado, LBPR
Selama triwulan laporan, kinerja BPR di
tercermin dari peningkatan total asset, D
asset BPR hingga November 2007 tercata
Ketiga) sebesar Rp120 milliar dan jumlah
sebagian besar DPK disimpan dalam bent
sebesar Rp87 milliar, sedangkan sisanya
kredit yang disalurkan sebagian besar m
selanjutnya kredit modal kerja denga
Dibandingkan dengan akhir triwulan
pertumbuhan tertinggi mencapai 3,43%
kerja yang tumbuh sebesar 2,89% dan 1,
pertumbuhan ekonomi daerah yang masi
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
Tabel 3.5. ank Perkreditan Rakyat (BPR) esi Utara (Rp Milliar)
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
123 126 137 145 149 156 160
74 74 97 102 111 118 120
52 52 66 76 81 33 87
22 22 31 26 30 83 33
90 94 106 111 122 127 131
25 25 25 26 26 29 29
9 9 11 11 12 12 12
56 60 70 74 84 86 89
90 94 106 111 122 127 131
2 2 2 2 2 3 3
1 1 1 1 1 1 1
19 19 19 19 19 20 21
11 11 13 13 12 13 12
58 62 72 76 87 90 94
82.44 78.58 90.92 92.57 91.41 93.36 91.73
5 5 5 5 5 5 5
5.61 5.41 4.45 4.27 4.52 4.10 3.89
2006 2007
Sulawesi Utara cukup menggembirakan, hal ini
PK, kredit serta membaiknya kualitas kredit. Total
t Rp160 milliar, dengan jumlah DPK (Dana Pihak
kredit sebesar Rp131 milliar. Berdasarkan jenisnya,
uk deposito dengan pangsa sebesar 72,62% atau
dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya,
erupakan kredit konsumsi dengan pangsa 68%,
n pangsa 22% dan sisanya kredit investasi.
sebelumnya, jenis kredit konsumsi mencatat
berikutnya kredit investasi investasi dan modal
43%. Peningkatan kredit konsumsi seiring dengan
h bertumpu pada sektor konsumsi serta berbagai
76
kemudahan yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit dibandingkan bank umum
walaupun bunga yang diberikan relatif lebih tinggi.
Fungsi intermediasi berjalan cukup baik, tercermin dari rasio LDR (Loan To Deposit Ratio)
BPR yang mencapai 91,73%. Baiknya performa fungsi intermediasi BPR diimbangi pula
dengan membaiknya kualitas kredit tercermin dari menurunnya rasio NPL (Non Performing
Loan) dari 4,10% pada akhir triwulan lalu menjadi 3,89% sampai akhir triwulan laporan.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
77
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Dari waktu ke waktu, alokasi dana pembangunan bagi masyarakat di seluruh wilayah
Sulawesi Utara baik yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
mengalami kecenderungan meningkat. Hampir seluruh kabupaten/kota bahkan provinsi di
Tahun 2007 ini mengalami kenaikan anggaran dalam APBD bila dibandingkan Tahun 2006.
Dari sisi nominal, persentase kenaikan APBD tertinggi dialami oleh Kab. Talaud dan Kab.
Minahasa, sedangkan kenaikan terendah dialami di tingkat provinsi dan Kab. Bolmong (dari
penerimaan) dan Kab. Sangihe dan Kab. Bolmong (dari sisi pengeluaran). Secara gabungan
(seluruh kab/kota/provinsi), besarnya target penerimaan APBD Sulawesi Utara di Tahun
2007 mencapai Rp4,38 Triliun dengan target belanja sebesar Rp4,49 Trilliun. Dengan
demikian terdapat selisih kekurangan sebesar Rp110 milliar yang nantinya akan dibiayai
melalui pos pembiayaan daerah.
A. KEUANGAN DAERAH DI TINGKAT PROVINSI
Pada tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD-P di Tahun 2007 ditetapkan sebesar
Rp791,77 milliar atau meningkat sebesar 21,18% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sedangkan dari sisi pengeluaran ditetapkan sebesar Rp821,06 milliar atau meningkat
25,66% dibandingkan Tahun 2006 lalu. Kinerja keuangan daerah selama triwulan laporan
mengalami perkembangan yang sangat significant bila dibandingkan triwulan sebelumnya.
Bila sampai akhir triwulan sebelumnya jumlah realisasi penerimaan baru mencapai 80,04%
dari jumlah Rp791,77 milliar maka hingga 31 Desember 2007, diperkirakan jumlah realisasi
mencapai 97,69%, atau mencapai jumlah Rp773,47 milliar. Demikian pula dengan kinerja
pengeluaran pemerintah yang mencatat kenaikan realisasi dari 58,93% menjadi 92,61%
atau berjumlah Rp760,36 milliar. Secara umum kinerja keuangan daerah selama triwulan
laporan relatif cukup baik.
1. Penerimaan Daerah
Realisasi penerimaan daerah hingga akhir triwulan laporan diperkirakan mencapai Rp773,49
milliar dengan rasio pencapaian sebesar 97,69% terhadap target awal tahun sebesar
Rp791,77 milliar. Berdasarkan komponennya, realisasi penerimaan daerah ini terutama
berasal dari dana perimbangan pusat dan daerah dengan pangsa 61,70% diikuti
Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan pangsa 30,33% dan sisanya penerimaan lain-lain.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
78
Sementara itu, kinerja pemerintah provinsi dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-
aset yang dimiliki daerah menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hal ini antara lain
tercermin dari pencapaian realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) yang mencapai 96,04%
sebesar Rp230,68 milliar. Namun demikian, pencapaian PAD tersebut masih relatif kecil bila
dibandingkan kebutuhan dana pembangunan tercermin dari rasio kemandirian fiskal daerah
(perbandingan PAD terhadap total belanja) yang hanya sebesar 30,33% yang berarti
kegiatan ekonomi dan sosial di Sulawesi Utara sebagian besar digerakkan oleh dana
perimbangan pusat.
2. Belanja Daerah
Menurut komponennya, belanja daerah meliputi belanja tidak langsung dan belanja
langsung. Hingga akhir triwulan laporan, jumlah realisasi belanja daerah telah mencapai
Rp760,36 milliar dengan pencapaian sebesar 92,61%, khusus belanja modal realisasi baru
mencapai 85,40% dari target sebesar Rp151,80 milliar. Belum optimalnya pencapaian
belanja daerah ini terutama disebabkan belum seluruhnya proyek-proyek pembangunan
yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Selain
itu, terdapatnya kekhawatiran pejabat pelaksana proyek di daerah berkenaan dengan
penegakan hukum yang dirasa berlebihan oleh aparat menyebabkan proses pelaksanaan
proyek berjalan lambat. Hal lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah masih relatif
kecilnya pangsa belanja modal terhadap komponen belanja daerah yang tidak lebih dari
15%. Dengan demikian sebagian besar belanja daerah masih diperuntukkan bagi belanja
pegawai semata berupa pembayaran gaji, tunjangan, dlsbnya.
3. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi
terhadap pos-pos dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel
PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa
2,83% terhadap nilai tambah kegiatan pengeluaran pemerintah sedangkan terhadap
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) hanya memberikan pangsa 0,31%. Relatif
rendahnya dampak stimulus fiskal terhadap sektor riil tersebut disebabkan penyajiaan data
APBD secara detail dan lengkap baru dapat diperoleh pada tingkat provinsi. Sedangkan di
tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
79
pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD
provinsi hanya memberikan kontribusi sebesar 3,28% terhadap PDRB Sulawesi Utara.
Tabel 4.1.
Stimulus Fiskal APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil Perkiraan s.d. 31 Desember 2007
(Dalam Milliar Rp)
Nominal % Realisasi % PDRB
a. Konsumsi Pemerintah 631.26 669.27 630.73 94.24 2.67 742.18 1. Belanja Pegawai 314.75 311.99 286.33 91.78 1.21 377.62 2. Belanja Barang dan Jasa 181.86 205.33 194.50 94.73 0.82 191.56 2. Belanja Bantuan Sosial 55.70 64.98 64.98 100.00 0.28 54.00 3. Belanja Bagi Hasil 65.95 70.95 70.95 100.00 0.30 90.00 4. Belanja Bantuan Keuangan 7.00 11.00 11.00 100.00 0.05 20.00
5. Belanja Tidak Terduga 6.00 5.02 2.97 59.20 0.01 9.00 b. Pembentukan Modal Tetap Bruto 147.58 151.80 129.63 85.40 0.55 123.463
Belanja Modal 147.58 151.80 129.63 85.40 0.55 123.463c. Jumlah I + II 778.84 821.06 760.36 92.61 3.22 865.64
APBD T.A. 2008
Perkiraan Realisasi APBD 31-12-2007 APBD-P 2007 Uraian APBD 2007
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara *) PDRB Q1 s.d. Q4 2007 (Harga Berlaku)
Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar
sampai dengan 31 Desember 2007 diperkirakan berada pada kondisi kontraksi yang berarti
jumlah penerimaan pemerintah lebih besar dibandingkan pengeluarannya.
Tabel 4.2.
Dampak APBD Provinsi Terhadap Uang Beredar Perkiraan s.d. 31 Desember 2007
(Dalam Milliar Rp)
Nominal % Realisasi % thd PDRB
A. PENERIMAAN RUPIAH 733.08 791.77 773.47 97.69 3.28 847.37 Pendapatan Asli Daerah 217.85 240.20 230.68 96.04 0.98 239.05 1. Pajak Daerah 178.33 199.79 191.78 95.99 0.81 199.60 2. Retrebusi 4.92 5.31 4.91 92.50 0.02 5.09 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 26.70 26.87 26.91 100.16 0.11 27.00 4. Lain-lain 7.91 8.23 7.08 86.03 0.03 7.35 Dana Perimbangan 488.23 488.57 486.28 99.53 2.06 608.33 1. Bagi Hsl. Pajak dan Bkn Pajak 41.23 41.57 39.24 94.40 0.17 47.33 2. Dana Alokasi Umum 447.00 447.00 447.04 100.01 1.90 532.92 3. Dana Alokasi Khusus 0.00 0.00 0.00 - 0.00 28.08 Lain-Lain Pendapatan yang Sah 27.00 63.00 56.50 89.68 0.24
B. PENGELUARAN RUPIAH 778.84 821.06 760.36 92.61 3.22 865.638Konsumsi Pemerintah 631.26 669.27 630.73 94.24 2.67 742.18 1. Belanja Pegawai 314.75 311.99 286.33 91.78 1.21 377.62 2. Belanja Barang dan Jasa 181.86 205.33 194.50 94.73 0.82 191.56 2. Belanja Bantuan Sosial 55.70 64.98 64.98 100.00 0.28 54.00 3. Belanja Bagi Hasil 65.95 70.95 70.95 100.00 0.30 90.00 4. Belanja Bantuan Keuangan 7.00 11.00 11.00 100.00 0.05 20.00 5. Belanja Tidak Terduga 6.00 5.02 2.97 59.20 0.01 9.00 Pembentukan Modal Tetap Bruto 147.58 151.80 129.63 85.40 0.55 123.46 Belanja Modal 147.58 151.80 129.63 85.40 0.55 123.46
C. SURPLUS/ (DEFISIT) -45.75 -29.29 13.10
APBD 2007URAIANAPBD-P
T.A. 2007APBD
T.A. 2008
Perkiraan Realisasi APBD 31-12-2007
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara *) PDRB Q1 s.d Q4 2007 (Harga Berlaku)
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
80
B. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH SELURUH KABUPATEN/KOTA/PROVINSI
DI SULAWESI UTARA
Perkembangan kinerja keuangan daerah di seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi
Utara mencakup 3 kotamadya, 6 kabupaten dan 1 provinsi yaitu Kota Manado, Kota
Bitung, Kota Tomohon, Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Selatan, Kab. Minahasa Utara, Kab.
Bolaang Mongondow, Kab. Kep. Talaud, Kab. Kep. Tahuna dan Provinsi Sulawesi Utara.
1. Kinerja APBD Seluruh Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2006
Dari sisi penerimaan, realisasi penerimaan daerah sampai dengan akhir Tahun 2006 telah
mencapai Rp 3.643 milliar atau 99,13% terhadap target awal tahun yang ditetapkan
sebesar Rp3.675 milliar (untuk seluruh kab/kota/provinsi). Adapun target penerimaan
daerah tertinggi berasal dari Provinsi Sulawesi Utara sebesar Rp644 milliar sedangkan yang
terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp221 milliar.
Berdasarkan pencapaiannya, dari seluruh kab/kota/provinsi yang ada, rasio realisasi
penerimaan daerah tertinggi sampai dengan akhir Tahun 2006 dicapai oleh Kab. Minahasa
yaitu sebesar 101,31% dari target yang ditetapkan di awal tahun. Sementara itu, Kab.
Bolmong tercatat sebagai daerah dengan pencapaian penerimaan terendah yaitu hanya
sebesar 88,85%.
Grafik 4.1. Target dan Realisasi Penerimaan dalam APBD Tahun 2006
Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara
-100200300400500600700800
Prov
. Sul
ut
Kot
a M
anad
o
Kot
a Bi
tung
*)
Kot
a To
moh
on *
)
Kab
. Min
ahas
a
Kab
. Min
sel *
)
Kab
. Min
ut
Kab
. Bol
mon
g
Kab
. Tal
aud
*)
Kab
. San
gihe
*)
Miliar Rp
80
85
90
95
100
105
110%Target Realisasi %
*) Diasumsikan Seluruh Target Penerimaan Tercapai 100%
Dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi sampai dengan akhir Tahun 2006 untuk seluruh
kab/kota/provinsi di Sulawesi Utara diperkirakan telah mencapai Rp 3.505 milliar atau
92,61% dari target pembelanjaan yang ditetapkan di awal tahun yaitu sebesar Rp3.785
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
81
milliar. Belanja daerah ini meliputi belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik,
belanja bagi hasil dan batuan keuangan, serta belanja tidak tersangka. Tercatat, Provinsi
Sulawesi Utara memiliki rencana belanja tertinggi yaitu sebesar Rp677 milliar sedangkan
yang terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp224 milliar.
Grafik 4.2. Target dan Realisasi Pengeluaran dalam APBD Tahun 2006
Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara
-100200
300400
500600700
800
Prov
. Sul
ut
Kot
a M
anad
o
Kot
a Bi
tung
*)
Kot
a To
moh
on *
)
Kab
. Min
ahas
a
Kab
. Min
sel *
)
Kab
. Min
ut
Kab
. Bol
mon
g
Kab
. Tal
aud
*)
Kab
. San
gihe
*)
Miliar Rp
-
20
40
60
80
100
120%Target Realisasi %
*) Diasumsikan Seluruh Target Penerimaan Tercapai 100%
2. Target APBD Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2007
Dari tahun ke tahun jumlah dana pembangunan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara
memperlihatkan peningkatan. Hal ini cukup menggembirakan sebab di satu sisi
mengindikasikan terus bertambahnya jumlah alokasi dana (baik yang berasal dari pusat
maupun daerah) bagi kepentingan masyarakat Sulawesi Utara. Namun di sisi yang lain
menuntut seluruh komponen masyarakat Sulawesi Utara untuk lebih bertanggung jawab
dalam pemanfaatan dana-dana tersebut.
Berdasarkan hasil rekapitulasi data APBD seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi Utara,
dibandingkan Tahun 2006 yang lalu, target penerimaan dan belanja daerah untuk Tahun
2007 secara total mengalami kenaikan masing-masing sebesar 19,28% dan 18,60%.
Berdasarkan wilayah administratifnya, persentase kenaikan anggaran penerimaan tertinggi
dialami oleh Kabupaten Talaud dan Kabupaten Minahasa masing-masing sebesar 41,02%
dan 23,88%, sedangkan yang terendah dialami pada tingkat provinsi sebesar 13,82% dan
Kab. Bolmong sebesar 12,20%. Dari sisi belanja daerah, persentase kenaikan anggaran
belanja tertinggi tercatat pada kabupaten minahasa dan kabupaten Talaud masing-masing
sebesar 28,28% dan 27,37% sedangkan yang terendah dialami oleh Kabupaten Bolmong
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
82
dan Kabupaten Sangihe masing-masing sebesar 14,15% dan 14,67%. Dengan
membandingkan seluruh target penerimaan dan belanja daerah di tingkat kab/kota/provinsi
untuk Tahun 2007 dan Tahun 2006, Kabupaten Talaud dan Kabupaten Sangihe tercatat
sebagai daerah yang dengan performance APBD yang terbaik. Hal ini dilandasi oleh
besarnya laju kenaikan penerimaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan
belanja daerah untuk kedua daerah tersebut. Secara gabungan (seluruh kab/kota/provinsi),
besarnya target penerimaan APBD Sulawesi Utara di Tahun 2007 mencapai Rp4,38 Triliun
dengan target belanja sebesar Rp4,49 Trilliun. Dengan demikian terdapat selisih kekurangan
sebesar Rp110 milliar yang akan dibiayai melalui pos pembiayaan daerah.
Tabel 4.3.
Rekapitulasi Target Penerimaan dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara (dalam Milliar Rp)
Penerimaan APBD
2006 2007 % Kenaikan
1 Prov. Sulut 644.08 733.08 13.82
2 Kota Manado 468.69 546.52 16.61
3 Kota Bitung 270.42 322.29 19.18
4 Kota Tomohon 221.81 267.79 20.73
5 Kab. Minahasa 358.98 444.71 23.88
6 Kab. Minsel 339.60 407.17 19.90
7 Kab. Minut 290.47 342.70 17.98
8 Kab. Bolmong 481.59 540.35 12.20
9 Kab. Talaud 249.59 351.97 41.02
10 Kab. Sangihe 350.37 427.56 22.03
Total 3,675.58 4,384.14 19.28
Tabel 4.4. Rekapitulasi Rencana Belanja dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara
(dalam milliar Rp)
Belanja APBD
2006 2007 % Kenaikan
1 Prov. Sulut 677.21 778.84 15.01
2 Kota Manado 470.11 546.52 16.26
3 Kota Bitung 264.77 321.23 21.33
4 Kota Tomohon 224.98 269.82 19.93
5 Kab. Minahasa 360.18 458.76 27.37
6 Kab. Minsel 340.26 407.17 19.67
7 Kab. Minut 299.37 354.96 18.57
8 Kab. Bolmong 496.98 567.33 14.15
9 Kab. Talaud 276.97 355.31 28.28
10 Kab. Sangihe 375.07 430.10 14.67
Total 3,785.89 4,490.04 18.60
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
83
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
A. Perkembangan Aliran Uang Kartal
Perkembangan aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado selama
triwulan laporan berada dalam kondisi net outflow yang berarti aliran uang keluar (outflow)
lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (inflow). Hal ini merupakan pola musiman
dimana selama triwulan laporan berlangsung beberapa even yang mendorong peningkatan
penggunaan uang kartal di masyarakat antara lain terdapatnya hari raya keagamaan (natal
dan tahun baru) serta perayaan menyambut tahun baru 2008. Selain itu meningkatnya
realisasi belanja perusahaan dan belanja pemerintah dalam membiayai berbagai kegiatan
dan proyek yang ada menjelang berakhirnya tutup tahun anggaran 2007, turut
memberikan andil bagi peningkatan penggunaan uang kartal di masyarakat.
Secara umum, sama seperti periode-periode sebelumnya sepanjang Tahun 2007, aliran
uang masuk dan keluar ke/dari khasanah Bank Indonesia Manado jumlahnya relatif lebih
rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.. Hal ini dikarenakan sejak Desember Tahun
2006, Bank Indonesia telah mengimplementasikan kebijakan Focus Group dimana hanya
uang lusuh dan tidak layak edar saja yang masuk ke Bank Indonesia, sedangkan uang yang
masih layak edar dikelola oleh beberapa bank dalam sebuah group. Hal ini dengan harapan
akan terjadi interaksi yang intens antar bank sehingga mendorong efesiensi dan efektifitas
manajemen pengedaran uang baik di bank umum maupun di Bank Indonesia.
Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
84
-500
0
500
1,000
1,500
2,000
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2005 2006 2007
Inf lowOutf lowNet Flow
Grafik 5.1.
(Rp Milliar)
Aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami kenaikan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Aliran uang masuk naik lebih dari 140% menjadi Rp225,51 milliar
sedangkan aliran uang keluar naik lebih dari 552% menjadi Rp928,43 milliar. Secara netto,
aliran uang kartal di khasanah Bank Indonesia Manado dalam keadaan net outflow sebesar
Rp675,92 milliar meningkat cukup significant dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar Rp62,86 milliar. Selama triwulan laporan, net outflow tertinggi terjadi di
Bulan Desember 2007 sebesar Rp603,14 milliar, sedangkan di Bulan Oktober 2007 hanya
sebesar Rp90,32 milliar. Kondisi berbeda terjadi pada di Bulan November 2007 yang justru
mengalami net inflow sebesar Rp17,54 millar. Besarnya net flow yang terjadi pada Bulan
Desember 2007 disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat untuk
bertransaksi berkenaan dengan terdapatnya hari raya keagamaan (lebaran dan natal) serta
perayaan Tahun Baru 2008 selama triwulan laporan.
Sementara itu, Bank Indonesia juga berupaya memelihara kualitas uang kartal yang
diedarkan, melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk
pemusnahan terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Dibandingkan triwulan
sebelumnya, rasio PTTB terhadap aliran uang kartal yang masuk mengalami penurunan
sangat besar menjadi sebesar 1,48% dengan jumlah nominal 4 milliar dari sebelumnya
sebesar 69,02% dengan jumlah nominal Rp63 milliar. Menurunnya jumlah PTTB terhadap
inflow ini terjadi sehubungan dengan kebijakan pembukaan kegiatan setoran yang lebih
diperuntukkan untuk menyerap kelebihan stock uang di khasanah bank-bank yang ada
dibandingkan upaya pemberian tanda tidak berharga (PTTB). Sebagaimana diketahui,
penerapan Focus Group (FG) oleh Bank Indonesia bertujuan agar uang yang disetorkan
kembali ke Bank Indonesia merupakan uang yang benar-benar sudah tidak layak lagi untuk
diedarkan atau digunakan. Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan
kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat setempat (fit to transaction) yang
lokasinya jauh dari Manado, Kantor Bank Indonesia Manado secara berkala melaksanakan
kegiatan kas titipan di Gorontalo dan Tahuna bekerjasama dengan salah satu bank umum
di wilayah tersebut.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
85
Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
(Persen) 2005
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Inflow 1,294 1,087 1,000 1,234 1,048 428 129 105 253
PTTB 106 107 365 168 106 255 118 63 4
Rasio 8.15 9.87 36.50 13.63 10.07 59.56 91.75 60.02 1.48
20072006
Kegiatan kas titipan di Gorontalo selama triwulan laporan berada pada kondisi net outflow
sebesar Rp7,98 milliar yang berarti aliran uang kartal yang keluar dari khasanah kas titipan
lebih besar dibandingkan aliran masuk. Kondisi ini tidak berbeda dibandingkan triwulan
sebelumnya yang juga mengalami net outflow sebesar Rp28,30 milliar. Outflow yang terjadi
selama triwulan laporan terjadi berkenaan dengan meningkatnya kebutuhan uang kartal
sehubungan dengan terdapatnya perayaan hari raya keagamaan (lebaran dan natal) serta
Tahun Baru 2008.
Grafik 5.3.
Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo (Rp Milliar)
307.
09
258.
04 303.
15
111.
56
522.
47
365.
74 413.
10
437.
31
548.
97
329.
62
261.
81
293.
17
103.
67
526.
97
283.
74
404.
00 465.
60
556.
96
22.5
3
3.77
-9.9
7
-7.8
9
4.50
-82.
01
-9.1
0
28.3
0
7.98
-200
-100
0
100
200
300
400
500
600
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2005 2006 2007
Inflow
Outflow
Netflow
Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net outflow (terkecuali di
awal tahun). Demikian pula yang terjadi selama triwulan laporan dimana posisi kas titipan
Tahuna mengalami net outflow sebesar Rp7,98 milliar. Keadaan ini sama dengan yang
dialami pada triwulan yang sama tahun sebelumnya dimana pada saat itu kas titipan
Tahuna mengalami net outflow sebesar Rp4,50 milliar. Tinggginya angka outflow selama
triwulan laporan antara lain disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : (1) Perayaan hari raya
keagamaan (lebaran dan natal) serta perayaan Tahun Baru 2008 (2) Pemekaran wilayah
dimana sebelumnya kegiatan kas titipan sebagian besar hanya melayani 2 (dua) wilayah
yaitu Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Talaud maka saat ini telah terbentuk
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
86
kabupaten baru yaitu Kabupaten Sitaro (Siau, Tagulandang dan Biaro) yang telah
menyebabkan meningkatnya kebutuhan anggaran di wilayah tersebut.
Grafik 5.4.
Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp Milliar)
33
.03
28.1
7
13.7
3 22.8
2
54.2
8
47.8
2
12.2
1
27.8
3 37.2
9
54.6
5
30.7
0 41.4
5 55.2
7
94.2
7
33.5
5
73.9
6
62.0
1
106.
66
21.6
2
2.53
27.7
1
32.4
6
39.9
9
-14.
27
61.7
6
34.1
7
69.3
7
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2006 2007
Inflow
Outflow
Netflow
Posisi kas gabungan Kantor Bank Indonesia Manado sampai dengan akhir triwulan laporan
tercatat sebesar Rp882 milliar turun dibandingkan posisi kas gabungan pada akhir triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,75 triliun. Menurunnya posisi kas gabungan
disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat khususnya selama
liburan panjang dalam rangka perayaan hari besar keagamaan dan Tahun Baru 2008.
Berdasarkan perhitungan rata-rata outflow dan kegiatan PTTB selama tahun 2006 dan
dengan mengambil asumsi tidak ada remise masuk ke Kantor Bank Indonesia Manado,
posisi kas gabungan tersebut diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan likuiditas antara 2
sampai 3 bulan mendatang.
B. Penemuan Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia pada triwulan laporan
sebanyak 15 lembar atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak
29 lembar. Berdasarkan jumlah lembarannya, jenis pecahan Rp100.000,- dan Rp50.000,-
merupakan jenis pecahan yang paling banyak dipalsukan yaitu masing-masing sebesar
33,33% dari total keseluruhan lembar uang palsu yang ditemukan. Berkurangnya jumlah
penemuan uang palsu disebabkan pelaku pemalsuan uang sudah semakin sempit
pergerakannya sehubungan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ciri-
ciri keaslian uang rupiah yang secara intensif disosialisasikan oleh KBI Manado. Selain itu,
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
87
peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian telah berhasil membongkar
sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
Berkaitan dengan komitmen untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri
keaslian uang rupiah, Bank Indonesia Manado telah secara berkala melaksanakan kegiatan
sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat perbankan, dunia pendidikan,
instansi pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat umum terhadap ciri-ciri keaslian uang
Rupiah sehingga diharapkan memiliki kemampuan untuk membedakan mana uang rupiah
asli dan yang dipalsukan. Melalui kontinuitas pelaksanaan kegiatan tersebut di tahun-tahun
mendatang, diharapkan tingkat peredaran uang palsu semakin rendah. Selain itu, berkaitan
dengan proses penanganan hukumnya, Bank Indonesia Manado juga menjalin kerjasama
dengan instansi penegak hukum antara lain dengan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara.
Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
(Lembar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
- Rp100.000,- 3 3 16 529 44 13 9 10 12 22 2 7 5
- Rp50.000,- 4 9 73 480 87 18 14 33 22 105 38 14 5
- Rp20.000,- 1 4 6 10 74 6 8 19 41 23 1 4 3
- Rp10.000,- - - - 4 13 2 - 2 9 7 3 4 1
- Rp5.000,- - - - 1 2 - - 2 - - - - 1
- Rp1.000,- - - - - - - - - - - - - -
Total 8 16 95 1,024 220 39 31 66 84 157 44 29 15
200720052004Pecahan 2002
20062003 2006
Sumber : Bank Indonesia Manado
C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)
Selama triwulan laporan, jumlah lembar warkat kliring maupun jumlah nominal warkat
kliring mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya tercermin dari rata-rata
nominal kliring penyerahan secara harian selama triwulan laporan yang mengalami
kenaikan tipis sebesar 0,26% menjadi Rp25,45 milliar, walaupun dari segi rata-rata lembar
warkat yang dikliringkan justru mengalami penurunan sebesar 4,63% menjadi 1.347
lembar per hari.
Meningkatnya rata-rata nominal kliring penyerahan tersebut disebabkan oleh meningkatnya
aktivitas masyarakat saat perayaan hari besar keagamaan dan persiapan tahun baru dan
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
88
terdapatnya hari libur bersama selama triwulan laporan. Sementara itu, rata-rata penolakan
lembar bilyet cek dan Bilyet Giro (BG) kosong tercatat sebesar 0,49% dari total lembar
warkat yang dikliringkan atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya
0,29%. Demikian pula dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari 0,38% menjadi
0,54% dari total nominal cek dan BG yang dikliringkan.
Tabel 5.2.
Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di KBI Manado
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Lembar 104,810 84,463 93,075 88,942 73,802 75,010 84,817 90,390 75,426 Nominal (Rp Milliar) 1,552 1,185 1,287 1,339 1,221 1,354 1,428 1,625 1,425
Lembar 1,773 1,361 1,502 1,412 1,407 1,209 1,368 1,412 1,347
Nominal (Rp Milliar) 26.26 19.13 20.73 21.26 23.15 21.88 23.02 25.39 25.45
Lembar (%) 0.44 0.40 0.43 0.12 0.50 0.37 0.29 0.29 0.49
Nominal (%) 0.54 0.35 0.50 0.27 0.74 0.35 0.28 0.38 0.54
Perputaran Kliring
Rata-Rata Harian
Rata-Rata Penolakan Cek dan BG Kosong
KETERANGAN2005 2006 2007
Sumber : Bank Indonesia Manado
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
89
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara di Tahun 2007
menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya tercermin
dari menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Namun, membaiknya angka
ketenagakerjaan tersebut, masih terus dibayang-bayangi oleh menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat tercermin dari tingginya angka kemiskinan dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya, paling tidak kondisi ini berlangsung hingga Maret 2007. Salah satu
program kerja pemerintah daerah yang diperkirakan cukup memberikan dampak positif
bagi berkurangnya TPT adalah Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan oleh
pemerintah provinsi yang mendapat dukungan dari masyarakat perbankan khususnya dari
sisi pembiayaan.
Tahun 2006 lalu, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang
kurang berkualitas. Kondisi ini terjadi seiring dengan meningkatnya angka kemiskinan dan
pengangguran di tengah-tengah laju pertumbuhan yang terjadi (Paradoc of Growth).
Keadaan ini dapat terjadi akibat percepatan pertumbuhan angkatan kerja yang jauh
melebihi tingkat penyerapannya di dunia kerja serta masih belum seluruhnya masyarakat
menikmati keberhasilan pembangunan khususnya bagi masyarakat yang berada di bawah
batas garis kemiskinan. Kondisi ini masih diperparah lagi dengan dampak kebijakan
pemerintah untuk menaikkan harga BBM di akhir Tahun 2005 lalu yang berdampak sangat
besar terhadap masyarakat dan juga pelaku usaha sehingga terpaksa melakukan
pengurangan jumlah tenaga kerja (downsizing). Bahkan tak jarang ada beberapa
perusahaan yang terpaksa menghentikan usahanya karena tidak lagi mampu menanggung
tingginya biaya operasional yang tinggi.
Pada perkembangan selanjutnya, pemerintah daerah Sulawesi Utara di awal Tahun 2007
telah mencanangkan kembali program revitalisasi pertanian. Pada tahap awal program ini
lebih difokuskan pada pengembangan tanaman jagung dan rumput laut. Berbagai
kemudahan diberikan oleh pemda antara lain dalam bentuk pemberian bantuan pupuk dan
benih secara gratis kepada petani/kelompok tani yang prospektif. Program revitalisasi
pertanian ini ternyata mendapat dukungan pula dari masyarakat perbankan di Sulawesi
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
90
Utara dengan fasilitasi Bank Indonesia Manado. Wujud dari peran serta perbankan antara
lain adalah pembentukkan skim kredit jagung dan rumput laut dengan bunga yang relatif
rendah. Selain itu dibentuk pula pola penjaminan bagi usaha kecil (UMKM) yang melibatkan
Askrindo, BPD Sulut dan Pemda Sulut. Seluruh usaha ini sedikit banyak ternyata telah
menampakkan hasil, paling tidak tercermin dari menurunnya Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) dari 14,62% di akhir Tahun 2006 menjadi 12,35% pada Agustus 2007.
A. PENGANGGURAN
Perkembangan tingkat pengangguran di Sulawesi Utara memperlihatkan perkembangan
yang menurun, tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang turun menjadi
12,35% di Tahun 2007 dari sebelumnya sebesar 14,62% di Tahun 2006. Beberapa
sektor/lapangan usaha yang banyak digeluti dan menyerap banyak tenaga kerja di Sulawesi
Utara diantaranya adalah sektor pertanian, perdagangan dan jasa. Namun demikian, dari
segi jumlah, angka pengangguran dirasakan masih cukup tinggi yaitu sebanyak 127 ribu
orang dari jumlah sebesar 1,03 juta penduduk Sulawesi Utara yang termasuk dalam
kelompok angkatan kerja. Berdasarkan definisinya, seluruh penduduk berusia 15 tahun ke
atas yang telah bekerja atau sedang mencari kerja digolongkan ke dalam angkatan kerja
sedangkan penduduk berusia 15 tahun ke atas yang masih sekolah dan ibu rumah tangga
masuk dalam kelompok bukan angkatan kerja.
Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/TPAK (rasio angkatan kerja dibandingkan
dengan jumlah penduduk 15 tahun ke atas) di Tahun 2007 tercatat sebesar 61,97% atau
naik dibandingkan akhir tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 59,20%. Meningkatnya
TPAK ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang memperoleh pekerjaan yang
lebih cepat dibandingkan pertambahan jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas.
Tabel 6.1.
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Sulawesi Utara
2004 2005 2006 2007 *)
Penduduk 15 Thn ke atas 1,756,509 1,601,686 1,639,268 1,672,655
Angkatan Kerja 984,152 998,398 970,415 1,036,499
Mencari Kerja 107,410 140,275 141,865 127,996
Bekerja 797,347 858,093 828,550 908,503
Bukan Angkatan Kerja 782,357 603,288 668,853 636,156
TPAK 56.03 62.33 59.20 61.97
TPT 10.91 14.05 14.62 12.35 *) Agustus 2007
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
91
Berdasarkan persebarannya, dari jumlah sebanyak 13 kabupaten dan kota di Sulawesi
Utara, tercatat jumlah angkatan kerja terbanyak terdapat di Kota Manado sebanyak
206.622 orang, diikuti oleh Kabupaten Minahasa sebesar 154.204 orang dan Kabupaten
Bolmong sebesar 89.623 orang. Demikian pula berdasarkan jumlah pekerjanya, Kota
Manado tercatat memiliki jumlah pekerja terbanyak sebesar 166.262 orang diikuti Kota
Manado (181.833 orang) dan Kabupaten Minahasa (132.261 orang). Namun demikian,
walaupun berdasarkan jumlah angkatan kerja dan pekerjanya Kabupaten Bolmong memiliki
jumlah terbanyak, berdasarkan rasio TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) Kabupaten
Bolmong justru berada di urutan ke 3 terendah dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi
Sulawesi Utara setelah Kota Bitung dan Kabupaten Kepulauan Talaud masing-masing
dengan rasio 61,83% dan 62,73%.
Grafik 6.1.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Tabel 6.2. Angkatan Kerja di Kab/Kota
Se – Sulawesi Utara Tahun 2007
7.33
11.4
6 15.1
6
9.17
9.37
13.6
8
7.39
7.71 9.
30
19.5
3
13.8
5
9.84
9.55 12
.35
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Bolm
ong
Min
ahas
a
Sang
ihe
Kep
. Tal
aud
Min
sel
Min
ut
Bolm
ong
Uta
ra
Kep
. Sita
ro
Mitr
a
Man
ado
Bitu
ng
Tom
ohon
Kot
aK
otam
obag
uSu
law
esi
Uta
ra
(%)TPT TPAKKabupaten/Kota Bekerja Pengangguran
Jumlah Angkatan Kerja
Bolmong 83,050 6,573 89,623 Minahasa 136,535 17,669 154,204 angihe 43,045 7,691 50,736
Kep. Talaud 37,791 3,815 41,606 insel 70,067 7,244 77,311 inut 69,620 11,030 80,650 mong Utara 50,636 4,039 54,675
ep. Sitaro 31,532 2,633 34,165 itra 53,165 5,449 58,614 anado 166,262 40,360 206,622 tung 67,847 10,911 78,758 omohon 37,088 4,049 41,137 ota Kotamobagu 61,865 6,533 68,398
Sulawesi Utara 908,503 127,996 1,036,499
S
MMBolKMMBiTK
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
92
Sementara itu, jumlah pengangguran terbanyak terdapat di Kota Manado sebanyak 40.360
orang, disusul Kabupaten Minahasa sebanyak 17.669 orang dan Kabupaten Minahasa
Utara sebanyak 11.030 orang, sedangkan terendah tercatat di Kabupaten Kep. Talaud
sebanyak 3.815 orang. Namun demikian, berdasarkan rasio Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT), Kota Manado tercatat yang tertinggi yaitu sebesar 19,53% diikuti Kota Bitung
sebesar 13,85% dan Kabupaten Minahasa Utara sebesar 13,68%. Adapun wilayah yang
memiliki rasio TPT terendah adalah Kabupaten Bolmong sebesar 7,33%. Hal ini berarti
kemampuan penyerapan tenaga kerja Kabupaten Bolmong lebih besar dibandingkan
daerah lainnya di Sulawesi Utara. Rasio TPT adalah perbandingan jumlah pengangguran di
suatu wilayah terhadap jumlah angkatan kerjanya.
Tabel 6.3. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Pencari Kerja
No. Rincian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Keterangan
1 Tenaga Kerja Indonesia 63 69 39 28 43 38 54 48 35 12 54 59 542 2 Jumlah Kasus PHK 92 115 126 132 111 91 105 87 118 123 96 130 1,326 3 Jumlah Pegawai yang di PHK 58 43 39 28 77 63 59 62 44 28 17 35 553 4 Jumlah Pencari Kerja yang
Terdaftar (Ribu)78 63 77 71 79 82 83 81 78 81 73 68 912
1 Tenaga Kerja Indonesia 17 26 17 29 41 79 84 293 2 Jumlah Kasus PHK 136 158 196 167 132 144 156 1,089 3 Jumlah Pegawai yang di PHK 56 68 58 83 64 72 68 469 4 Jumlah Pencari Kerja yang
Terdaftar (Ribu)81 99 107 121 140 144 164 855
Tahun 2006
Tahun 2007
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara
Sementara itu, jumlah tenaga kerja yang berasal dari Sulawesi Utara dan bekerja di Luar
Negeri (LN) s.d. posisi Juli 2007 cenderung tidak banyak mengalami perubahan
dibandingkan tahun sebelumnya. Bila pada akhir Tahun 2006 sebanyak 542 orang tenaga
kerja asal Sulawesi Utara yang bekerja di LN maka hingga pertengahan Tahun 2007 hanya
sebanyak 293 orang atau kurang dari 50% pencapaian tahun sebelumnya. Selain itu, citra
ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga semakin menurun dengan meningkatnya kasus PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja) dan jumlah pegawai yang di PHK. Bila hingga akhir Tahun
2006, jumlah kasus PHK sebanyak 1.326 kasus dengan jumlah pegawai yang mengalami
PHK sebanyak 553 orang maka hingga pertengahan Tahun 2007, jumlah tersebut telah
melebihi 50% pencapaian Tahun 2006 yaitu sebanyak 1.089 kasus dengan jumlah pegawai
yang mengalami PHK sebanyak 469 orang.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
93
B. KEMISKINAN
Hingga Maret 2007, angka kemiskinan di Sulawesi Utara belum menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan bahkan cenderung meningkat dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya. Bila pada Februari 2004, angka kemiskinan baru tercatat sebesar 192,2
ribu orang dengan persentase 8,93% terhadap total penduduk Sulawesi Utara maka pada
Maret 2007, angka tersebut sudah jauh bertambah menjadi 250 ribu orang dengan rasio
11,42%. Berdasarkan wilayahnya, sebagian besar penduduk miskin tersebut berada di
daerah pedesaan sedangkan sisanya berada di perkotaan. Struktur kemiskinan ini sedikit
demi sedikit mulai mengalami pergeseran dimana bila pada Februari 2004 hampir 81,32%
penduduk miskin Sulawesi Utara merupakan orang-orang yang tinggal di desa maka pada
Maret 2007 prosentase tersebut terus berkurang hingga hanya 68,40%. Dengan demikian,
peningkatan jumlah penduduk miskin secara significant lebih banyak terjadi di wilayah
perkotaan dibandingkan di wilayah pedesaan.
Dibandingkan angka kemiskinan nasional, persentase penduduk miskin di Sulawesi Utara
relatif masih jauh lebih rendah baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Sebagai
ilustrasi, persentase angka kemiskinan di Sulawesi Utara pada Maret 2007 tercatat 11,42%
sedangkan angka kemiskinan nasional sebesar 16,58%. Namun demikian, angka
kemiskinan secara nasional cenderung tidak banyak mengalami perubahan yaitu berada
pada kisaran 16% dari total penduduk Indonesia, sedangkan angka kemiskinan di Sulawesi
Utara terus meningkat dari 8,93% pada Februari 2004 naik hingga 11,42% pada Maret
2007. Namun demikian, implementasi program revitalisasi pertanian oleh pemerintah
daerah di awal Tahun 2007 yang mendapat dukungan pula dari masyarakat perbankan
diharapkan akan mampu menurunkan angka kemiskinan Sulawesi Utara pada akhir Tahun
2007 ini.
Tabel 6.4.
Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa
Kota Desa Kota & Desa Kota Desa Kota & DesaSulawesi Utara 35.9 156.3 192.2 4.37 11.76 8.93 Indonesia 11,369.0 24,777.9 36,146.9 12.13 20.11 16.66
Sulawesi Utara 46.4 155.0 201.4 4.96 12.70 9.34 ▲Indonesia 13,297.4 23,504.7 36,802.1 12.48 20.63 16.69 ▲Sulawesi Utara 61.2 171.4 232.6 6.52 14.01 10.76 ▲Indonesia 13,568.4 23,820.9 37,389.3 12.68 20.84 16.90 ▲Sulawesi Utara 79.0 171.0 250.0 8.31 13.80 11.42 ▲Indonesia 13,559.3 23,609.0 37,168.3 12.52 20.37 16.58
Ket
2006
2005
eb 2004
Persentase Penduduk MiskinPeriode
Jumlah Penduduk Miskin (000 Orang)
Jul
Jul
Mar 2007▼
F
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
94
C. Rasio Gini
Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan
membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis
diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka
tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan
apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.
Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap.
Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah dibandingkan indeks gini
Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian berdasarkan strukturnya,
persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi
menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor yang mempengaruhi
peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM yang menyebabkan
kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena yang menarik adalah
terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah
dan 20% teratas.
Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara
40% populasi dengan pendapatan terendah
40% populasi dengan pendapatan moderat
20% populasi dengan pendapatan tertinggi
Rasio Gini 40% populasi dengan pendapatan terendah
40% populasi dengan pendapatan moderat
20% populasi dengan pendapatan tertinggi
Rasio Gini
Sulawesi Utara 20.03 39.27 40.70 0.32 21.19 37.57 41.24 0.32
Provinsi 2005 2007
D. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2006 adalah
sebesar 74,4, meningkat 0,2 poin dari angka IPM 2005 yang sebesar 74,2. Peningkatan ini
ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,7 tahun menjadi 71,8 tahun dan rata-
rata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.100,- menjadi Rp616.900,-. Adapun komponen
penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah
dan rata-rata pengeluaran riil per kapita.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
95
Tabel 6.6. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Sulawesi Utara
Komponen IPM 2002 2004 2005 2006
Angka Harapan Hidup 70.9 71.0 71.7 71.8 Angka Melek Huruf 98.8 99.1 99.3 99.3 Rata-Rata Lama Sekolah 8.6 8.6 8.8 8.8 Pengeluaran Riil/Kapita (000 Rp) 587.9 611.9 616.1 616.9 IPM 71.3 73.4 74.2 74.4 Peringkat Nasional 2 2 2 2
Berdasarkan wilayah administrasinya, perkembangan komponen IPM di kota/kabupaten di
Sulawesi Utara dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kota Manado memiliki angka harapan hidup tertinggi yaitu 72 tahun sedangkan
terendah di Kota Bitung yang tercatat 69,6 tahun.
Persentase angka melek hurup hampir merata di seluruh daerah dengan rata-rata
99,08%. Namun terdapat 3 (tiga) daerah dengan persentase melek huruf berada di
bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe dan
Talaud.
Kabupaten Bolmong memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu selama 7,3 tahun
sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama 10,5 tahun.
Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp623
ribu dan terendah di Minahasa Selatan sebesar Rp587 ribu.
Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara
kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2004 – 2005, IPM Provinsi
Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional.
Tabel 6.7. Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2004-2005
2004 2005 2004 2005Bolaang Mongondow 70.7 71.6 121 105 Minahasa 73.5 74.0 47 46 Minahasa Selatan 71.2 71.5 96 113 Minahasa Utara 72.7 73.7 69 57 Kepulauan Sangihe 72.8 73.4 67 64 Kepulauan Talaud 71.8 72.3 80 87 Manado 75.9 76.3 8 12 Bitung 73.2 73.6 56 59 Tomohon 72.9 73.3 63 67 Sulawesi Utara 73.4 74.2 2 2 Indonesia 68.7 69.6
KAB/KOTAIPM Ranking Nasional
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
96
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
A. PERKIRAAN EKONOMI
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami
perlambatan dibandingkan Q4 - 2007. Hal ini merupakan siklus musiman dimana laju
pertumbuhan ekonomi akan mencapai puncaknya di akhir tahun dan kembali menurun di
awal tahun. Beberapa faktor penyebab hal tersebut adalah : kembali normalnya tingkat
konsumsi masyarakat setelah sebelumnya meningkat berkenaan dengan perayaan hari-hari
besar keagamaan dan tahun baru 2008, belum optimalnya operasional perusahaan
sehubungan dengan kembali normalnya permintaan dan masih kecilnya realisasi belanja
pemerintah daerah akibat sebagian besar proyek masih dalam tahap perencanaan dan
tender. Walaupun demikian, perkembangan ekonomi pada Q1-2008 diperkirakan akan
tetap tumbuh positif sebesar 6,2% (y.o.y), atau lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,41% (y.o.y). Secara tahunan, laju
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di Tahun 2008 diperkirakan sebesar 6,60% (y.o.y),
lebih tinggi dibandingkan Tahun 2007 lalu yang diperkirakan berada pada kisaran 6,42%
(y.o.y).
Beberapa asumsi dan faktor yang mendasari perkiraan tersebut diantaranya adalah (1) tetap
tingginya ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi, tingkat penghasilan dan
ketersediaan lapangan kerja pada 3-6 bulan mendatang sebagaimana tercermin dari hasil
Survey Ekspekyasi Konsumen (SEK) Kota Manado (2) meningkatnya konsumsi dan investasi
sejalan dengan membaiknya tingkat penghasilan dan berjalannya fungsi intermediasi
perbankan (3) dari sisi fiskal, meningkatnya jumlah dana yang dialokasikan dari pusat ke
daerah sebagaimana tercermin dari jumlah dana perimbangan Tahun 2008 yang mencapai
jumlah Rp4,33 triliun atau naik 16,54% dibandingkan Tahun 2007 lalu (3) meningkatnya
kinerja ekspor luar negeri khususnya komoditi primer seiring dengan kelanjutan program
revitalisasi pertanian yang dicanangkan pemerintah daerah 4) pembangunan berbagai
proyek berkaitan dengan persiapan pelaksanaan WOC (World Ocean Conference) pada
Tahun 2009 diperkirakan akan turut memberikan andil bagi percepatan pembangunan.
Di samping berbagai faktor pendorong tersebut, terdapat pula beberapa faktor yang
beresiko akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi di triwulan-triwulan mendatang
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
97
diantaranya adalah ketidakpastian harga minyak mentah dunia, rencana kenaikan
administered price seperti harga BBM yang berpotensi memperburuk ekspektasi inflasi
masyarakat, serta kurang berjalan baiknya transisi penggunaan LPG menggantikan minyak
tanah yang akan mendorong kenaikan harga barang dan jasa.
1. Prospek Permintaan Agregat
Tingkat konsumsi masyarakat Sulawesi Utara pada triwulan mendatang diperkirakan akan
mengalami tekanan sebagai dampak meningkatnya harga minyak internasional yang diiringi
oleh kenaikan harga dan ongkos produksi di dalam negeri. Namun demikian, laju
pertumbuhan konsumsi diperkirakan masih tetap positif sebagaimana tercermin dari indeks
ekspektasi konsumen yang menunjukkan tren peningkatan walaupun sempat mengalami
koreksi sedikit pada akhir tahun. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 200
kepala keluarga di Kota Manado terungkap bahwa masyarakat Kota Manado memandang
bahwa kondisi perekonomian Sulawesi Utara pada 3-6 bulan mendatang masih tetap cukup
baik. Berdasarkan komponen pembentuknya, ekspektasi peningkatan pendapatan berada
pada level optimisme tertinggi yaitu sebesar 152 (indeks > 100 berarti optimis) berikutnya
adalah ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dan ekspektasi ekonomi masing-masing
berada pada level 131 dan 129. Sementara itu, salah satu even yang diperkirakan akan
mendorong laju konsumsi pada triwulan mendatang adalah berlangsungnya pesta tahun
baru China yang perayaannya diperkirakan akan lebih semarak dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya.
Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber : Survey Ekspektasi Konsumen Kota Manado
60
80
100
120
140
160
180
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D
Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Lapangan Kerja
20072006
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
98
Dari sisi belanja fiskal, meningkatnya alokasi DIPA ke Sulawesi Utara dari Pemerintah Pusat
yang mencapai jumlah Rp 4,33 triliun di Tahun 2008 atau naik 16,54% diperkirakan akan
meningkatkan sumbangan belanja pemerintah daerah dalam PDRB Sulawesi Utara.
Berdasarkan komponen penyusunannya, DIPA sebagian besar disalurkan dalam bentuk DAU
(Dana Alokasi Umum) dengan pangsa sebesar 79,2% sedangkan sisanya dalam bentuk DAK
(Dana Alokasi Khusus) dan DBH (Dana Bagi Hasil) masing-masing dengan pangsa 15,6%
dan 15,2%.
Tabel 7.2. Infrastruktur Penunjang WOC
Jenis Kegiatan TargetRencana Biaya (dlm Milliar Rp)
Pekerjaan Umum
Pembangunan Jln Manado-Mapanget 11.8 km 66.0
Pembangunan Jembatan Soekarno 491 m 180.0
Pengembangan Air Minum 40 ltr/det 15.0
Pembangunan Jalan Boulevard II 4 km 40.0
Pembangunan Drainase dalam kota 25 km 19.5
Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai Tondano 1 km 7.5
Pembangunan Jalan Ring Road II 7,7 km 146.4
Pembangunan Jembatan Sario 25 m 7.5
Saringan Sampah Hidrolik 3 lokasi 70.0
Pembangunan RS Taraf Internasional 1 unit 150.0
Total 701.9
Perhubungan
Perluasan Apron Bandara Sam Ratulangi 29.622 M2 50.0
Perluasan Terminal Penumpang Bandara 9.000 M2 73.4
Perluasan Lapangan Parkir Bandara 8.500 M2 6.7
Pengadaan Garbarata 2 unit 8.0
Pemasangan Eskalator 2 unit 3.0
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Bunaken 6.0
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Manado 6.0
Pengadaan Kapal Penyeberangan Manado-Bunaken 5.0
Total 158.1
Grand Total 859.99
Di tengah-tengah terbatasnya sarana infrastruktur khususnya listrik, jalan dan jembatan,
kegiatan investasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan tumbuh lebih baik dengan
magnitude yang masih tetap terbatas. Rencana pembangunan Grand Kawanua
International City dengan nilai investasi ± Rp1,25 trillun yang peletakan batu pertamanya
direncanakan pada awal Tahun 2008 diperkirakan akan memberikan nilai tambah yang
cukup besar bagi kegiatan investasi. Pembangunan Grand Kawanua International City
tersebut nantinya akan mengambil konsep hunian di tengah kota dengan berbagai sarana
dan prasarana pendukung diantaranya adalah rumah sakit internasional, gedung
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
99
convention centre yang mampu menampung lebih dari 3000 orang, lapangan golf 18 hole,
pusat bisnis serta Hotel Accord (berbintang 5). Selain itu, berbagai bentuk kegiatan
pembangunan dalam rangka penyelenggaraan World Ocean Conference (WOC) Tahun
2008 juga akan memberikan andil bagi pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah
pembangunan jalan, perluasan bandara, pembangunan drainase, dll yang keseluruhan
dananya mencapai Rp859,9 milliar baik yang bersumber dari APBD maupun APBN.
Dari sisi pembiayaan, sumber pembiayaan investasi selain bersumber dari dana pribadi juga
berasal dari pemerintah baik APBN dan APBD, kredit perbankan, lembaga keuangan non
bank, eksternal, serta sumber pembiayaan lainnya. Mengacu Dana Alokasi Khusus yang
disalurkan oleh pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2008, jumlah dana yang
dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasana di Sulawesi Utara mencapai jumlah
Rp673 milliar atau meningkat 15,56% dibandingkan alokasi tahun sebelumnya. Sementara
itu, terus meningkatnya pangsa kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi yang
rata-rata pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan kredit konsumsi juga cukup
memberikan optimisme bahkan kegiatan investasi di waktu mendatang akan lebih baik. Hal
ini antara lain didukung oleh terus bergerak turunnya tingkat suku bunga.
Tabel 7.3. Dana Alokasi Khusus Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007 dan 2008
No. Jenis Penggunaan 2007 2008 Share
1 Pendidikan 144.25 202.48 30.06 2 Kesehatan 99.09 107.75 16.00 3 Kependudukan 11.03 1.64 4 Jalan 93.92 128.97 19.15 5 Irigasi 43.05 65.88 9.78 6 Air Minum & Penyehatan Lingkungan 27.28 32.18 4.78 7 Kelautan dan Perikanan 30.78 30.77 4.57 8 Pertanian 46.94 46.94 6.97 9 Prasarana Pemerintahan 7.67 34.81 5.17 10 Lingkungan Hidup 8.65 8.63 1.28 11 Kehutanan 4.08 0.61
Total 501.63 673.50 100.00
Sumber : DPJPKPD, Depkeu
2. Prospek Penawaran Agregat
Berdasarkan sektornya, diperkirakan sebagian besar sektor pada triwulan mendatang akan
mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan Tahun 2007 lalu. Tercatat, sektor
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
100
pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan Restoran) masih
menjadi lokomotif pertumbuhan Sulawesi Utara.
Tabel 7.4. Perkiraan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menggunakan Metode Dekomposisi
Berdarsarkan Sektor Ekonomi
*) Angka Perkiraan Bank Indonesia Manado (Metode Smoothing dan Arima)
Q1 Q2 Q3 Q4*) Total Q1 TotalPertanian 6.15 4.67 4.28 8.29 6.09 7.48 6.62 6.41 6.36 Pertambangan dan Penggalian -0.72 7.27 7.27 7.36 7.65 7.94 7.58 7.71 7.30 Industri Pengolahan 2.23 6.86 4.24 5.18 6.32 7.46 5.86 3.95 2.74 Listrik, Gas dan Air Bersih 13.82 5.28 6.23 5.95 6.43 6.58 6.31 4.62 6.66 Bangunan 5.06 6.97 6.52 6.89 7.53 8.76 7.51 6.36 6.45 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.41 7.78 6.31 6.39 8.10 8.21 7.37 5.70 7.72 Pengangkutan dan Komunikasi 5.83 5.56 6.78 6.50 6.90 7.22 6.88 6.10 7.01 Keu. Persewaan dan Jasa Perusahaan 5.64 10.03 6.25 7.84 8.05 8.03 7.58 6.49 9.46 Jasa-Jasa 2.79 4.21 3.76 2.95 3.15 3.37 3.30 6.80 6.15
PDRB 4.90 6.16 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42 6.20 6.60
20052007 2008**)
2006LAPANGAN USAHA
Sektor pertanian pada Q1-2008 diprediksikan tumbuh 6,41% (y.o.y) seiring dengan
keberhasilan panen dan meningkatnya jumlah produksi hasil pertanian. Selain itu,
meningkatnya peran dan perhatian pemerintah di sektor pertanian di Tahun 2008 tercermin
pula dari meningkatnya alokasi dana bagi pembangunan dan perbaikan sarana irigasi yang
mencapai jumlah Rp102,74 milliar baik yang bersumber dari APBN maupun APBD. Secara
rinci, penanganan irigasi melalui APBN terbagi 2 (dua) yaitu pembangunan dengan alokasi
dana Rp28,35 milliar untuk 10 daerah irigasi dan rehabilitasi jaringan sebanyak 6 lokasi
dengan dana Rp8,51 milliar. Sedangkan penanganan irigasi melalui APBD kabupaten, kota
dan provinsi se-Sulawesi Utara mencapai jumlah Rp65,87 milliar.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
101
Tabel 7.5. Penanganan Irigasi Provinsi Melalui DAK (Dana Alokasi Umum) 2008
1 Noongan 1286 Langowan 438 2 Lahendong 1059 Ratahan 94 3 Ranoyapo 2059 Tompaso Baru 650 4 Ranombolay 1157 Tombatu 430 5 Talawaan-Meras 1705 Minut 400 6 Buyat 769 Buyat-Ratatotok 190 7 Katulidan Sintakan 650 Passi-Kotamobagu 170 8 Tombolikat Sita 1076 Kotabunan 250 9 Pusian Molong 1171 Dumoga Timur 150
10 Lolak-Pinogaluman-Monanow 2040 Lolak 200 11 Tangaton-Tumubui-Pangai-Yuyag 1476 Lolayan 250
1 Buko Tuntung 1166 Pinogaluman 342 3,564
LokasiLuas (Ha) Volume (Ha)No.
Total
Rehabilitasi
Peningkatan
Kegiatan
Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi I
Tabel 7.6.
Proyek Irigasi di Sulawesi Utara Sumber Dana APBN 2008
No. Kegiatan Lokasi Alokasi (Milliar)
1 Bakan (lanjutan) Bolmong 2.25 2 Torosik (lanjutan) Bolmong 2.00 3 Lolak (lanjutan) Bolmong 2.00 4 Otam (lanjutan) Bolmong 1.75 5 Nunuk (bendung & jaringan) Talaud 8.25 6 Pinaingan Talaud 1.75 7 Halabolu Bolmong 1.85 8 Bontane (lanjutan) Talaud 4.00 9 Bowonbaru (lanjutan) Talaud 2.00
10 Lalue (lanjutan) Talaud 2.50 28.35
1 Maelang Bolmong 1.50 2 Ayong Bolmong 2.00 3 Pusian Bolmong 1.84 4 Salongo Bolmong 0.80 5 Moayat Bolmong 1.37 6 Noongan Minahasa 1.00
8.51
Pembangunan
Total
Total
Rehabilitasi Jaringan
Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi I
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada Q1-2008 diperkirakan tumbuh 5,70%
(y.o.y). Selain didorong oleh perbaikan permintaan, bisnis ritel pada periode-periode
mendatang juga diperkirakan semakin prospektif seiring dengan kecenderung menurunya
tingkat suku bunga hingga le level 8%. Sementara itu, sub sektor hotel dan restoran juga
diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan adanya perbaikan citra pariwisata dan
berbagai promosi yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah Sulawesi Utara khususnya
berkenaan dengan telah ditetapkannya Kota Manado sebagai tempat penyelenggaraan
World Ocean Conference Tahun 2009 dan visi Kota Manado sebagai Kota Pariwisata Tahun
2010. Berdasarkan informasi, di Tahun 2008 paling tidak rencananya akan dibangun
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
102
sebanyak 7 (tujuh) hotel baru sebagai bentuk persiapan menjelang pelaksanaan WOC
Tahun 2009.
Optimisme perkembangan sektor PHR pada triwulan mendatang juga tercermin dari indeks
ekspektasi penjualan dalam 3-6 bulan y.a.d berdasarkan Survei Penjualan Eceran Kota
Manado. Dari awal tahun hingga akhir Tahun 2007, indeks ekspektasi penjualan
menunjukkan tren peningkatan walaupun sedikit mengalami penurunan pada Desember
2007. Namun, secara umum pedagang menilai bahwa prospek penjualan dan bisnis pada 3-
6 bulan mendatang masih cukup baik ter`cermin dari nilai indeks di atas 100 (level optimis).
Grafik 7.3 Ekspektasi Penjualan 3 dan 6 Bulan y.a.d
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
J F M A M J J A S O N D
3 bln yad
6 bln yad
2007
Sumber : Survei Penjualan Eceran Kota Manado
Sektor bangunan pada Q1-2008 diperkirakan tumbuh 6,36% (y.o.y) tercermin dari terus
berlangsungnya pembangunan mal, hotel, apartemen, IT center dan kompleks perumahan..
Selain di dukung oleh meningkatnya permintaan, tumbuhnya sektor bangunan juga
disebabkan oleh kecenderungan menurunnya suku bunga yang terjadi sejak pertengahan
tahun hingga akhir Tahun 2007 hingga menyentuh level 8%. Namun demikian ke depan
diperkirakan penurunan tingkat suku bunga sedikit tertahan sehubungan dengan tingginya
angka inflasi dan tekanan harga minyak yang terus merangkak naik. Kondisi ini dipertegas
lagi dengan hasil Survey Ekspektasi Konsumen Kota Manado yang menunjukkan pesimisme
bahwa suku bunga kredit pada 3 s.d. 6 bulan mendatang akan mengalami penurunan.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
103
Grafik 7.4. Ekspektasi Suku Bunga Kredit 3 dan 6 Bulan y.a.d
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D
3 bulan yad
6 bulan yad
2006 2007
Sumber : Survei Ekspektasi Konsumen Kota Manado
Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh 6,10% (y.o.y) dalam triwulan
mendatang. Peningkatan sub sektor komunikasi antara lain ditandai dengan terus
berlangsungnya pembangunan menara BTS (Base Tranceiver System) oleh provider
telekomunikasi yang ada di Sulawesi Utara hingga mampu memberikan kenyamanan
pelanggan dalam berkomunikasi khususnya di daerah-daerah yang selama ini terisolir.
Selain itu, penawaran berbagai produk dan tarif yang semakin kompetitif serta hadirnya
provider telekomunikasi baru diperkirakan akan meramaikan persaingan jasa telekomunikasi
yang telah ada selama ini. Sedangkan kinerja sub sektor pengangkutan diperkirakan akan
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pada saat itu intensitas
dan frekuensi masyarakat yang melakukan perjalan meningkat sehubungan dengan
terdapatnya berbagai even perayaan hari raya keagamaan dan perayaan Tahun Baru 2008.
Sementara itu, perkembangan sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh sebesar
3,95% (y.o.y), lebih rendah dibandinkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun
sebelumnya. Terus merangkak naiknya harga minyak dunia hingga ke level yang belum
pernah dicapai sebelumnya yaitu sebesar USD 100 diperkirakan akan menjadi salah satu
faktor penghambat pertumbuhan sektor ini. Berdasarkan jenisya, pangsa utama sektor
industri pengolahan di Sulawesi Utara adalah industri pengolah ikan dan industri
pengolahan hasil bumi (pertanian).
Sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan mendatang diperkirakan akan tumbuh
sebesar 4,62% (y.o.y). Krisis listrik yang sempat terjadi selama Tahun 2007 sudah mulai
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
104
teratasi (khususnya di akhir Tahun 2007) setelah terselesaikannya pengerjaan proyek
pipanisasi panas bumi dalam pembangunan PLP Lahendong III dengan kapasitas 20 MW.
Tabel 7.5. Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik di
Provinsi Sulawesi Utara
No. Nama Kapasitas (MW)Tahun
Pembangunan
1 PLTP Lahendong III 20 MW 2008
2 Fuel Cell Tahap I 50 MW 2008
3 PLTM Mobuya 3 MW 2008
4 PLTA Poigar II 50 MW 2009
5 Fuelcell Tahap II 50 MW 2009
6 Solar Cell 1 MW 2009
7 PLTU Amurang 110 MW 2010
8 PLTP Lahendong IV 20 MW 2010 Sumber : Kanwil PLN Sulutenggo
Sektor keuangan diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,49% (y.o.y) pada triwulan
mendatang. Salah satu sub sektor yang memberikan kontribusi cukup besar adalah
perbankan. Kemungkinan kebijakan Bank Indonesia berupa penurunan perhitungan Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) bagi kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 50% menjadi 30%
diharapkan akan mendorong pertumbuhan kredit khususnya pada kelompok UMKM.
Sementara itu, Net Interest Margin (NIM) diperkirakan meningkat, didorong oleh tren
penurunan suku bunga simpanan yang lebih cepat daripada suku bunga kredit.
B. OUTLOOK INFLASI
Tekanan harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih akan cukup tinggi. Sumber
tekanan inflasi diperkirakan berasal dari sisi penawaran, sedangkan dari sisi permintaan
relatif stabil karena tidak adanya even hari raya/kegiatan lainnya yang significant. Kondisi
iklim yang cenderung hujan disertai angin kencang diperkirakan akan menyebabkan
terganggunya distribusi dan pasokan barang baik yang melewati jalur darat, laut dan udara.
Kondisi demikian, diperkirakan akan berdampak pula baik bagi para nelayan dan petani
khususnya kesulitan dalam melaut dan mencari ikan dan kemungkinan kegagalan panen
akibat banjir dan tanah longsor. Sementara itu, dampak kenaikan harga minyak dunia yang
telah melebihi level psikologis sebesar USD 100 per barel diperkirakan akan berdampak bagi
perekonomian nasional dan regional Sulawesi Utara. Kenaikan harga minyak dunia ini akan
menyebabkan meningkatnya harga barang khususnya yang memiliki kandungan bahan
impor yang tinggi. Selain itu, kelangkaan minyak tanah akibat tidak berjalan baiknya
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
105
kebijakan konversi energi dari minyak tanah ke LPG diperkirakan akan menyebabkan
lonjakan harga khususnya terhadap bahan-bahan kebutuhan pokok.
Dengan memperhatikan besaran inflasi selama tahun 2007 serta sumber-sumber tekanan
inflasi pada triwulan mendatang maka diperkirakan laju inflasi Kota Manado pada triwulan
mendatang akan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini
sejalan dengan hasil survei yang dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado,
diantaranya Survei Penjualan Eceran (SPE) dimana sebagian besar responden optimis bahwa
harga barang/jasa pada 3-6 bulan mendatang akan mengalami kenaikan bahkan dengan
level yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin
dari meningkatnya indeks ekspektasi harga untuk 3 bulan y.a.d dari level 154 di akhir Tahun
2006 naik ke level 156 pada Desember 2007. Demikian pula indeks ekspektasi harga untuk
6 bulan y.a.d yang naik dari level 156 di akhir Tahun 2006 naik ke level 160 pada
Desember 2007.
Grafik 7.5.
Perkembangan Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D
3 bulan yad
6 bulan yad
2006 2007
Sumber : Survei Penjualan Eceran Kota Manado
Selain berbagai faktor eksternal, meningkatnya tekanan harga pada triwulan mendatang
juga dipengaruhi oleh masih terdapatnya kebutuhan pokok yang harus sepenuhnya
didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Utara. Beberapa komoditi tersebut diantaranya
adalah gula pasir, mentega, susu kental manis, dan terigu.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
106
LAMPIRAN I TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
MAKRO EKONOMIIndeks Harga Konsumen Kota Manado 141.48 146.21 145.58 150.61 155.82 Laju Inflasi Kota 5.10 6.98 6.47 7.82 10.13PDRB - harga konstan (milliar Rp) 3,868,494 13,529,641 3,185,696 3,505,500 3,559,655 4,147,362 14,398,214 - Pertanian 783,925 2,907,713 673,982 794,135 789,431 842,561 3,100,110 - Pertambangan & Penggalian 203,453 711,538 166,577 187,860 191,426 219,602 765,466 - Industri Pengolahan 279,688 1,043,744 256,273 262,846 285,263 300,553 1,104,935 - Listrik, Gas, & Air Bersih 27,456 101,997 25,854 26,247 27,067 29,263 108,431 - Bangunan 604,149 2,121,243 507,146 529,264 586,962 657,073 2,280,445 - Perdagangan, Hotel & Restoran 644,976 2,002,518 423,756 510,778 517,630 697,918 2,150,083 - Pengangkutan & Komunikasi 509,450 1,576,976 381,957 392,552 364,742 546,220 1,685,471 - Keuangan, Persewaan & Jasa 242,478 893,374 216,960 236,250 245,942 261,938 961,091 - Jasa 572,919 2,170,537 533,190 565,569 551,191 592,233 2,242,183 Pertumbuhan PDRB (y.o.y %) 6.82 6.16 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42 Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 9.31 273.36 9.23 16.06 16.06 388.98 92.64 Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 18.80 620.59 13.61 22.46 22.46 703.56 127.38 Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 0.00 36.91 0.03 52.13 4.43 4.62 61.22 Volume Impor Non Migas (ribu ton) 0.01 11.90 0.00 0.15 11.30 14.02 25.48
2007INDIKATOR2006
20062007
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
107
LAMPIRAN II TABEL INDIKATOR PERBANKAN TERPILIH
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
PERBANKANBank Umum :Total Aset (Rp Triliun) 8,820 8,958 9,319 9,905 10015.954DPK (Rp Triliun) 6,018 5,985 6,436 6,504 6554.671- Tabungan (Rp Triliun) 2,687 2,739 2,994 2,998 3076.877- Giro (Rp Triliun) 1,257 1,102 1,311 1,365 1358.267- Deposito (Rp Triliun) 2,074 2,145 2,130 2,141 2119.527Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan Bank Pelap 5,071 5,179 5,638 6,079 6,334 - Modal Kerja 1,760 1,883 2,014 2,245 2352.95- Konsumsi 2,763 2,742 3,024 3,215 3329.714- Investasi 549 554 601 619 651.017- LDR 84.27 86.52 87.61 87.61 87.61 NPL Gross (%) 4.84 5.12 4.91 6.29 4.56 Kredit UMKM (Rp Triliun) 3,027 3,221 3,632 3,882 4,064 Kredit Mikro ( < Rp50 juta) (Rp Triliun) 190 216 372 237 248 Kredit Kecil ( Rp50 juta < X ≤ Rp500 Juta) (R 892 1,026 1,116 1,355 1,344 Kredit Menengah (Rp500 Juta < X ≤ Rp5 m 1,945 1,979 2,144 2,289 2,471 NPL UMKM Gross (%) 7.91 8.23 7.62 9.70 5.67
BPR :Total Aset (Rp Triliun) 137 145 149 156 160 DPK (Rp Triliun) 97 102 111 118 120 - Tabungan (Rp Triliun) 31 26 30 33 33 - Deposito (Rp Triliun) 66 76 81 83 87 Kredit (Rp Trilun) 106 111 122 127 131 - Modal Kerja 25 26 26 29 29 - Konsumsi 70 74 84 86 89 - Investasi 11 11 12 12 12 Kredit UMKM (Rp Triliun) 106 111 122 127 131 Rasio NPL Gross (%) 4.45 4.27 4.52 4.10 3.89 LDR 109.99 108.03 109.39 93.36 91.73
Bank SyariahTotal Aset (Rp Milliar) 68,815 73,559 79,172 79,295 77,700 DPK (Rp Milliar) 39,442 46,454 48,115 48,542 50,837 Pembiayaan 6,224 6,694 8,881 9,449 11,458 FDR 15.78 14.41 18.46 19.47 22.54
2007INDIKATOR
2006
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
108
LAMPIRAN III LAPORAN SURVEI KANTOR BANK INDONESIA MANADO
SURVEI KONSUMEN (SK)
Survey Konsumen merupakan hasil kerjasama Bank Indonesia Manado dengan Lembaga Penelitian Universitas Klabat (UNKLAB) dengan jumlah responden sebanyak 200 orang. Ruang lingkup SK meliputi ekspektasi konsumen sektor rumah tangga mengenai kondisi perekonomian perkembangan harga, kondisi keuangan konsumen, dan rencana konsumsi (pembelanjaan) konsumen. Informasi yang diperoleh dari hasil survei digunakan sebagai prompt indicator mengenai tendensi/arah permintaan konsumen. Hasil Survey Konsumen (SK) pada Desember2007 secara umum memperlihatkan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Jika pada September 2007 angka indeks berada pada level 112,67 maka pada Desmeber 2007 tercatat sebesar 124,50. Berdasarkan variabel penyusunya, kenaikan indeks tersebut terutama tercermin dari peningkatan indeks penghasilan dari level 103 ke level 148,5 di akhir triwulan laporan serta indeks ketersediaan lapangan kerja yang meningkat dari level 103,5 naik ke level 115,5 di akhir triwulan laporan (indeks > 100 berarti optimis). Satu-satunya variabel penyusun indeks kondisi ekonomi yang mengalami penurunan adalah indeks pembelian bahan tahan lama (durable goods) yang mengalami penurunan dari level 113,5 menjadi 109,50.
SURVEI PENJUALAN ECERAN (SPE)
Survey Penjualan Eceran merupakan hasil kerjasama Bank Indonesia Manado dengan Universitas De La Salle Manado dengan jumlah responden sebanyak 50 pedagang/penjual eceran. Ruang lingkup SPE meliputi penjualan di tingkat eceran dan seluruh barang, yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok sesuai Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), dan ekspektasi terhadap tingkat harga dan suku bunga kredit. Informasi yang diperoleh dari hasil survei digunakan untuk melihat pergerakan dan kecenderungan pengeluaran masayarakat (consumption spending) serta sebagai salah satu indikator dini perkembangan perekonomian, khususnya dari sisi permintaan. Hasil SPE pada Desember 2007 secara umum menunjukkan kenaikan indeks bila dibandingkan posisi akhir September 2007. Bila pada September 2007, nilai indeks riil penjualan eceran Kota Manado berada pada level 143,96 maka pada Desember 2007 meningkat hingga ke level 167,71. Berdasarkan kategorinya (KLUI), hampir seluruh kelompok komoditi mengalami peningkatan indeks dibandingkan triwulan sebelumnya dengan kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok perlengkapan rumah tangga dan textile sedangkan yang kenaikan terendah terjadi pada kelompok peralatan tulis.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
109
SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL (SHPR)
Ruang lingkup SHPR meliputi harga jual rumah, harga jual tanah, jumlah rumah yang dibangun dan jumlah rumah yang dijual oleh perusahaan pengembang perumahan (primary market) yang melakukan transaksi penjualan. Informasi yang diperoleh dari hasil survei digunakan untuk melihat perkembangan harga dan kuantitas properti residensial, baik yang terjadi pada triwulanan berjalan maupun harganya untuk triwulan mendatang. Pengolahan data hasil survei dilakukan dengan membandingkan harga dari kuantitas properti triwulan berjalan dengan periode sebelumnya yang disajikan dalam bentuk indeks harga properti residensial. Perkembangan indeks harga properti residensial ini juga digunakan sebagai salah satu komponen penghitung dalam penelitian inflasi harga aset. Kegiatan pengembang rumah mengalami perkembangan yang cukup berarti selama periode survei tahun 2007, terutama kegiatan pengembang rumah tipe sedang, dimana share masing-masing tipe rumah terhadap seluruh bangunan rumah yang dibangun oleh pengembang didominasi rumah tipe kecil hingga 54% diikuti rumah tipe sedang 30% dan rumah tipe besar 16%. Sementara itu, harga jual rumah naik antara 3% sd. 5%. Faktor-faktor yang memicu penyebab kenaikan harga disebabkan oleh mahalnya harga bahan bangunan serta adanya penambahan fasilitas umum dan khusus, sementara pengembang harus menaikkan upah pekerja. Faktor lain yang cukup signifikan memicu kenaikan harga jual rumah adaldh pengurusan perizinan yang mahal dan harga BBM yang tinggi, serta dipicu tingginya harga tanah.
SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA (SKDU) Ruang lingkup SKDU meliputi kegiatan dunia usaha seperti produksi, investasi, penyerapan tenaga kerja, termasuk ekspektasi mengenai hal tersebut di setiap sektor ekonomi (sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor industri pengolahan, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa). Pengolahan data hasil survei menggunakan metode saldo bersih dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun”. Hasil net balance setiap sektor kemudian dikalikan dengan bobot sektor yang dihitung dari pangsa sektor tersebut, sehingga diperoleh saldo bersih tertimbang (SBT). Perkembangan kegiatan dunia usaha pada Q4-2007 mengalami peningkatan yang significant dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari kenaikan nilai SBT dari 33,92 di Q3-2007 menjadi 42,16 di Q4-2007. Sementara itu, pada triwulan mendatang diperkirakan kegiatan usaha masih akan mengalami perkembangan yang cukup baik tercermin dari nilai SBT sebesar 7,11. Dari 9 (sembilan) sektor, hampir sebagian besar sektor akan mengalami perkembangan usaha yang positif dengan nilai SBT tertinggi dialami oleh sektor pengangkutan dan komunikasi. Adapun sektor yang diperkirakan akan mengalami kontraksi pada triwulan mendatang adalah sektor PHR dan jasa-jasa.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
110
SURVEI PERSEPSI PASAR (SPP)
Ruang lingkup SPP meliputi perkiraan responden terhadap perkembangan beberapa indikator ekonomi dan perkiraan perkembangan ekonomi secara umum yang diperoleh berdasarkan perkiraan perkembangan beberapa indikator ekonomi. SPP bertujuan untuk mendapatkan informasi dini dari responden tentang perkiraan kondisi ekonomi dan indikator-indikator ekonomi pada triwulan maupun tahun yang akan datang. Persepsi responden mengenai kondisi ekonomi makro pada tahun 2007 diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun 2006. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi, stabilnya nilai tukar rupiah dan berkurangnya jumlah pengangguran. Namun, tingkat kemiskinan belum menunjukkan perbaikan yang berarti.
SURVEI PRODUKSI (SP)
Ruang lingkup SP Survei Produksi dilaksanakan secara bulanan (dimulai pada bulan Januari 1998). Populasi adalah perusahaan besar dan menengah yang beroperasi di wilayah Indonesia. Sampel sebesar 10 responden dipilih secara purposive sampling. Pengkategorian skala usaha didasarkan atas jumlah tenaga kerja. Survei Produksi dilaksanakan hanya pada sektor industri pengolahan, meliputi subsektor makanan, minuman dan tembakau (ISIC 31), tekstil, pakaian jadi dan kulit (ISIC 32), kayu, rotan dan rumput-rumputan (ISIC 33), kertas, percetakan dan penerbitan (ISIC 34), kimia, minyak bumi, batubara, karet dan plastic (ISIC 35), barang galian bukan logam (ISIC 36), logam dasar (ISIC 37), alat angkutan, mesin dan peralatannya (ISIC 38) dan subsektor industri pengolahan lainnya (ISIC 39).
Kapasitas produksi terpakai untuk sektor industri pengolahan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan ini memang masih berada dibawah kapasitas produksi terpasang. Meski begitu ada responden yang meningkatkan kapasitas terpasang dengan menambah mesin baru untuk memenuhi permintaan atau keperluan menambah stock sehingga mempengaruhi penggunaan kapasitas produksi terpakai. Ada pula responden yang beralasan adanya kinerja mesin yang tidak optimal, bahan baku yang langka, waktu produksi yang terbuangt akibat banyak hari libur, menyebabkan penggunaan kapasitas produksi pada triwulan laporan kali ini tidak maksimal.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
111
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan
bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan
melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan
indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya,
inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari
permintaan.
Food Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga dari jenis barang-
barang makanan.
Administered Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga sekelompok barang
yang harganya diatur/ dikendalikan oleh pemerintah, seperti: BBM,
Tarif listrik, telpon, dll.
Traded Inflation Inflasi yang diukur berdasarkan perubahan harga kategori barang
yang dapat diperdagangkan secara international.
Inflation Month to Month Perbandingan atau nisbah indeks harga konsumen pada bulan yang
diukur dengan IHK pada bulan sebelumnya (inflasi bulanan), dan
sering disingkat (m-t-m)
Inflasi Year to Date Inflasi kumulatif merupakan inflasi yang mengukur perbandingan
harga (nisba) perubahan harga indeks konsumen bulan
bersangkutan dibandingkan akhir bulan pada tahun sebelumnya,
sehingga merupakan angka total dan disingkat (y-t-d)
Inflasi Year on Year Atau inflasi tahunan adalah Inflasi yang mengukur perbandingan
harga (nisbah) perubahan harga indeks konsumen bulan
bersangkutan dibandingkan IHK pada bulan yang sama tahun
sebelumnya, atau sering disingkat (Y-o-Y)
Inflasi Quarter to Quarter Atau inflasi triwulan adalah inflasi yang mengukur perbandingan
harga (nisbah)/perubahan indeks harga konsumen pada akhir
triwulan yang bersangkutan dibandingkan IHK akhir triwulan
sebelumnya, atau sering disebut (q-t-q)
PDB dan PDRB Atau produk domestik bruto, sedangkan untuk skala daerah
(kota/kebupaten) disebut PDRB (produk domestik regional bruto)
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit),
terdiri dari uang kartal dan uang giral
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
112
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan
indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal,
uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata
uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas
moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada
bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank
umum dan masyarakat dibank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas
pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman
uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo
yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah
pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan
bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus
dibayar.
NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah,
dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5)
menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi kredit Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar
debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain
dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi
kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang
mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada
dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang
dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai
bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow and inflow.
PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk
menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang
disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan
segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007
113