prostodonsia kasus kel7

7
TUGAS KASUS PROSTODONSIA Rio Aditya 8290 Kiki Maharani 8292 Andini Resa A.R 8294 Lea Marcellina 8296 Kalisa Primadewi 8298 Shinta Dwicahya 8300 Magista Lutfia I 8302 Mira Zoraya 8304 Gerisa Agdelia 8306 Lukita Wardani 8308 Fauzia K. 8310 Dana Restuati 8312 Astiarini 8314 Annisa Rosalisa 8316 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010

Upload: maria-triananingsih

Post on 30-Jun-2015

246 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: prostodonsia kasus kel7

TUGAS KASUS PROSTODONSIA

Rio Aditya 8290Kiki Maharani 8292Andini Resa A.R 8294Lea Marcellina 8296Kalisa Primadewi 8298Shinta Dwicahya 8300Magista Lutfia I 8302Mira Zoraya 8304Gerisa Agdelia 8306Lukita Wardani 8308Fauzia K. 8310Dana Restuati 8312Astiarini 8314Annisa Rosalisa 8316

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2010

Page 2: prostodonsia kasus kel7

Kasus:

Seorang pasien wanita usia 40 tahun dating ke RSGM Prof. Soedomo ingin memperbaiki

penampilan. Gigi incisivus lateralis kiri atas telah dicabut 3 hari yang lalu, pasien tidak

mau terlalu banyak gigi yang dikurangi. Overjet 2 mm, overbite 2 mm.

A. Rencana Perawatan

Langkah-langkah perawatan gigi tiruan cekat :

1. Anamnesis : menggali informasi berupa data diri pasien, keluhan pasien dan

perawatan yang diinginkan oleh pasien dengan bahasa pasien.

Wanita usia 40 tahun dengan gigi incisivus lateralis kiri atas telah dicabut 3 hari

yang lalu, ingin memperbaiki penampilan dan tidak mau terlalu banyak gigi yang

dikurangi.

2. Pemeriksaan klinis : pemeriksaan rongga mulut yang meliputi gigi, jaringan lunak,

daerah tanpa gigi, jaringan periodontal, pemeriksaan oklusi serta artikulasi

3. Pemeriksaan model studi pasien : Overjet 2 mm, overbite 2 mm

4. Eksplorasi gigi abutmen dan gigi tetangga

5. Penentuan rencana perawatan

Rencana perawatan untuk pasien tersebut diatas adalah dengan menggunakan gigi

tiruan cekat tipe jembatan konektor panjang. Gigi yang hilang adalah gigi anterior rahang

atas maka estetis sangat diperhatikan, sehingga bahan pontic yang akan digunakan adalah

porselen. Gigi posterior yang digunakan sebagai gigi abutment adalah premolar 2 dengan

menggunakan bahan porcelain fused to metal.

Jembatan konektor panjang mempunyai bentuk yang tidak biasa karena konektor

yang menghubungkan gigi abutment dengan pontic relatif panjang dan lentur. Kelenturan

tersebut berfungsi untuk mengurangi daya yang diterima pontic, apabila tidak lentur

konektor tersebut akan sangat merugikan gigi abutment karena akan terjadi suatu bentuk

ungkitan yang pada prinsipnya selalu dicegah pada pembuatan jembatan yang biasa

(konvensional)

Page 3: prostodonsia kasus kel7

Indikasi penggunaan jembatan konektor panjang

1. bila estetik sangat diperlukan

gigi yang dipakai sebagai penyangga adalah gigi posterior, sehingga warna

logam tidak akan mengganggu estetika penderita.

2. bila gigi tetangga tidak cocok untuk digunakan sebagai gigi abutment

a. karena struktur giginya terlalu lemah untuk penyangga

b. karena bentuk anatomis gigi masih sangat baik dan bagus sehingga

sayang untuk dipreparasi dan digunakan sebagai penyangga

c. karena terdapat celah yang lebar diantara gigi anterior sehingga

jembatan akan tampak menyolok, jika jembatan ini menutup sebagian

dari celah tersebut

d. bila gigi tidak dapat menjamin retensi yang baik

Kontraindikasi:

1. bila penderita terlalu muda dan mahkota klinis nya pendek

2. bila gigi tetangganya juga memerlukan mahkota tiruan

3. bila bentuk palatum tidak cocok untuk ikut mendukung beban vertikal, karena

palatum terlalu tinggi

4. bila calon gigi abutment tidak mempunyai gigi lawan, sehingga dapat

berekstrusi dan dampaknya akan lebih terasa pada pontic.

CARA PEMBUATAN JEMBATAN KONEKTOR PANJANG

Hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan jembatan konektor panjang adalah

konektor jangan terlalu pendek, karena dapat mengurangi kelenturan. Jembatan ini untuk

kepentingan estetika, terutama untuk menggantikan kehilangan gigi yang berpengaruh

pada estetika penderita.

Bila gigi incisivus lateral kiri atas hilang, maka pilihan gigi yang direncanakan

sebagai abutment adalah premolar kedua pada kuadran yang sama. Jarak antara sadel dan

gigi abutment harus cukup jauh, sehingga menjamin tidak terganggunya pelenturan

konektor dalam fungsi kunyah. Makin pendek jarak tersebut, makin tegar batang

konektornya, makin besar kemungkinan terjadi kegagalan pada ikatan semennya.

Page 4: prostodonsia kasus kel7

Pada prinsipnya, dipilih gigi abutment yang retensinya besar tapi tidak menampakkan

warna logamnya. Dalam kasus ini, dapat dipilih mahkota berbahan porcelain fused to

metal.

Jika operator menyayangkan pengambilan permukaan labial premolar kedua,

karena masih sangat mulus dan mahkota klinisnya cukup tinggi, maka dapat

dipertimbangkan pembuatan suatu mahkota ¾ sebagai retainer. Di sini perlu diusahakan

untuk menyembunyikan warna logamnya. Hal ini dapat dilakukan jika pengambilan

jaringan keras bagian mesial gigi abutment tersebut terbatas pada daerah yang lebih

masuk ke dalam ruang interdental.

Karena pada sebelah bukal gigi abutment berupa mahkota ¾ tersebut tidak

memiliki dinding bukal, mahkota retensi pertlu ditambah dengan pembuatan groove yang

cukup masuk ke dalam dentin dan dinding groove dapat menahan pergerseran gigi

abutment ke palatal.

B. Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan dari pemakaian jembatan konektor panjang adalah estetika pada

penderita yang dapat diperoleh dalam waktu relatif singkat. Pemilihan bahan dari

pontic yang berupa porselen memiliki keuntungan yaitu efek yang baik terhadap

jaringan lunak, disamping itu juga memiliki estetis sangat baik, Warna stabil, Tidak

mudah aus, Tidak berbau, Tidak bereaksi dengan cairan mulut dan menimbulkan

reaksi alergi

Kerugian dari pemakaian jembatan konektor mayor adalah terkadang konektor

dapat melengkung tanpa mau kembali lagi. Hal ini sering disebabkan oleh kelelahan

dari bahan tyang dipakai. Untuk bahan emas rata-rata hal itu terjadi setelah

pemakaian selama 4-5 tahun

Page 5: prostodonsia kasus kel7

DAFTAR PUSTAKA

Allan, D. N., Foreman, D. C., 1994, Crown and Bridge Prostodontics an Illustrated

Handbook, Jakarta : Hipokrates

Prajitno, H. R., 1991, Ilmu Geligi Tiruan Jembatan : Pengetahuan Dasar dan Rancangan

Pembuatan, Jakarta : EGC

Rosenstiel, S. F., Land, M. F., Fujimoto, J., 1994, Contamporary Fixed Prosthodontics.

2nd edition, St Louis : Mosby

Snoek, P. A., Plasmans, P. J., Kayser, A. F., 1984, Geligi yang Rusak dan Perawatannya

dengan Cara Mahkota dan Jembatan, Jakarta : Bina Cipta