prospek penerimaan 2021 otoritas pajak buru empat …

1
11 Selasa, 23 Maret 2021 PROSPEK PENERIMAAN 2021 OTORITAS PAJAK BURU EMPAT SEKTOR Bisnis, JAKARTA — Otoritas pajak memprioritaskan perburuan ke empat sektor pada tahun ini, yakni informasi dan komunikasi, makanan dan minuman, perdagangan, serta farmasi dan kesehatan. Keempatnya dianggap tahan banting di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Tegar Arief [email protected] D alam dokumen Pendalaman Pa- jak 2021 yang diperoleh Bisnis, keempat sektor tersebut menjadi fokus pengujian kepatuhan ma- terial pada tahun ini. Ditjen Pajak Kementerian Keu- angan juga menyusun pentahap- an sektor prioritas hingga empat tahun ke depan sejalan dengan prospek cerah pemulihan ekonomi nasional. (Lihat infografik). Adapun langkah strategis yang akan dilakukan adalah penyusunan dan sosialisasi bimtek sektoral, pemetaan wajib pajak di setiap Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Pajak Pratama (KPP), dan penggunaan compliance risk mana- gement (CRM) untuk menentukan risiko dan prioritas wajib pajak. Selain itu juga pengumpulan dan pemanfaatan data, analisis dan tindak lanjut Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Informasi Keuangan (P2DK), serta analisis kebutuhan data eksternal dan penentuan prioritas data pihak ketiga yang mendukung fokus sektoral pada tahun ini. “Di samping optimalisasi pengga- lian potensi sektor nasional, Kanwil dan KPP harus memetakan dan mengoptimalkan potensi sektoral di wilayahnya masing-masing,” tulis dokumen Ditjen Pajak yang dikutip Bisnis, Senin (22/3). Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Neil- maldrin Noor tidak menjawab per- tanyaan yang disampaikan Bisnis terkait dengan fokus pemburuan tersebut. Hal yang pasti, sektoral yang disasar oleh otoritas pajak pada tahun ini sejalan dengan rencana yang termuat di dalam Laporan Kinerja Ditjen Pajak 2020. Dalam laporan itu, ada tiga sektor yang menjadi prioritas pada 2021 yakni makanan dan minuman, far- masi, serta alat kesehatan. Terkait dengan hal ini, Neil memberikan komentar bahwa penggalian po- tensi dilakukan melalui perluasan basis pajak. “Penggalian potensi pada prin- sipnya merupakan perluasan tax base, untuk sektor-sektor yang tidak terdampak negatif pada masa pandemi. Dapat dilakukan melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan pemanfaatan data,” kata Neil. Pengamat Pajak Center for In- donesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar mengatakan, arah kebijakan Ditjen Pajak itu sejalan dengan kondisi ekonomi terkini di mana keempat sektor yang disasar mampu bertahan di tengah resesi. Menurutnya, khusus untuk in- formasi dan komunikasi, farma- si, serta kesehatan justru terkena sentimen positif selama pandemi Covid-19. Adapun sektor makanan dan minuman menurutnya sudah mulai melakukan ekspansi. “Data perbankan juga menun- jukkan demikian, restrukturisasi sektor makanan dan minuman sudah berkurang drastis,” kata dia. Sementara itu, untuk sektor ke- sehatan menurutnya perlu hati- hati. Dia menyarankan kepada pemerintah untuk menelaah lebih dalam penggalian di sektor ini agar tidak kontraproduktif dengan penanganan pandemi. PESIMISTIS Akan tetapi, Fajry pesimistis pemerintah mampu merealisasikan target penerimaan pajak pada ta- hun ini yang mencapai Rp1.229,6 triliun jika hanya mengandalkan keempat sektor tersebut. Kunci dari pencapaian target pajak pada tahun ini menurut- nya adalah penanganan Covid-19 yang salah satunya mencakup vaksinasi, serta berburu sumber pajak baru, terutama orang pribadi nonkaryawan. Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menambahkan, sektor teknologi dan informasi merupakan alternatif tambahan yang bisa dimajukan untuk sektor unggulan terkait dengan peneri- maan pajak. Hanya saja, perlu dipahami bahwa dalam proses pemulihan ekonomi memang pemerintah ja- ngan sampai terburu-buru dalam melakukan konsolidasi fiskal, yang akhirnya mendorong pemberian intensif dalam mengejar pajak. VAKSINASI MASSAL Efek Terasa Paruh Kedua Bisnis, JAKARTA — Efektivitas vaksinasi terhadap ekonomi nasional diprediksi bakal mulai terasa pada paruh kedua tahun ini. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan saat ini prioritas pemerintah melakukan penanganan di bidang kesehatan. Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi akan terjadi pada kuartal III/2021 ketika jangkauan vaksinasi lebih luas, dan me- ningkat pada kuartal IV/2021 hingga 2022. “Itu yang mendorong pertumbuhan eko- nomi kita jauh lebih baik dibandingkan dengan 2020,” kata dia, Senin (22/3). Namun di sisi lain, pemerintah menyadari bahwa kesehatan tidak mampu berperan sendiri dalam memulihkan ekonomi. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang digenjot adalah mendorong daya beli. Hal ini karena konsumsi berperan 57% terhadap ekonomi nasional. Dari jumlah tersebut 80% merupakan kontribusi ma- syarakat menengah ke atas. Kelompok ini cenderung menahan belanja karena kondisi yang belum pasti. Oleh karena itu, vaksinasi dilakukan. Dengan demikian, permintaan akan meningkat sehingga beriringan pula dengan pasokan yang juga naik. “Karena kita sadar kalau kesehatan [ka- sus positif] meningkat, tidak mungkin bisa memulihkan ekonomi kita,” ujarnya. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) men- catat pertumbuhan ekonomi telah berjalan sesuai dengan target pemerintah. Kepala Departemen Komunikasi BI Er- win Haryono mengatakan untuk mendu- kung pemulihan ekonomi nasional, otoritas moneter akan mengoptimalkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif. “Juga akselerasi pendalaman pasar uang, dukungan kebijakan internasional, serta digitalisasi sistem pembayaran,” kata dia. Erwin menjelaskan bahwa BI menempuh langkah-langkah kebijakan sebagai tindak lanjut sinergi kebijakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam paket ke- bijakan terpadu untuk peningkatan pem- biayaan dunia usaha. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan lalu, BI memutuskan mempertahan- kan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,50%, suku bunga deposit facility 2,75%, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25%. (Jaffry Prabu Prakoso) Kanwil dan KPP harus memetakan dan mengoptimalkan potensi sektoral di wilayahnya masing-masing. Empat Sektor Otoritas pajak bakal memburu penerimaan di empat sektor pada tahun ini, yakni informasi dan komunikasi, perdagangan, makanan minuman, serta jasa kesehatan. Hal ini disebabkan karena keempat sektor itu diyakini bakal kembali pulih setelah tertekan akibat pandemi Covid-19 sepanjang tahun lalu. Fokus Pengujian Kepatuhan Material 2021 2022 2023 2024 - Informasi dan komunikasi - Jasa keuangan elektronik - Pertambangan - Real estat dan industri - Makanan dan minuman - Pertanian, perikanan, dan kehutanan - Akomodasi pendukungnya - Perdagangan - Konstruksi - Tekstil - Farmasi dan kesehatan - Pakaian Jadi Potensi Recovery Sektoral Pajak 6,87% 67,47% 25,73% PDB 9,62% 49,13% 41,25% - Angkutan udara - Jasa keuangan - Infokom - Perdagangan otomotif - Industri batu bara & migas - Industri Mamin - Real estate - Industri tembakau - Jasa kesehatan - Perdagangan nonotomotif Keterangan Lambat Menengah Cepat Sumber: Ditjen Pajak Kementerian Keuangan BISNIS/AMIRA YASMIN PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA Tbk (“Perseroan”) PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA - Jakarta, 23 Maret 2021 Direksi Perseroan MAKROEKONOMI

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11Selasa, 23 Maret 2021

PROSPEK PENERIMAAN 2021

OTORITAS PAJAK BURU EMPAT SEKTORBisnis, JAKARTA — Otoritas pajak memprioritaskan perburuan ke empat sektor pada tahun ini, yakni informasi dan komunikasi, makanan dan minuman, perdagangan, serta farmasi dan kesehatan. Keempatnya dianggap tahan banting di tengah tekanan

ekonomi akibat pandemi Covid-19.Tegar Arief

[email protected]

Dalam dokumen Pendalaman Pa-jak 2021 yang diperoleh Bisnis, keempat sektor tersebut menjadi

fokus pengujian kepatuhan ma-terial pada tahun ini.

Ditjen Pajak Kementerian Keu-angan juga menyusun pentahap-an sektor prioritas hingga empat tahun ke depan sejalan dengan prospek cerah pemulihan ekonomi nasional. (Lihat infografi k).

Adapun langkah strategis yang akan dilakukan adalah penyusunan dan sosialisasi bimtek sektoral, pemetaan wajib pajak di setiap Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Pajak Pratama (KPP), dan penggunaan compliance risk mana-gement (CRM) untuk menentukan risiko dan prioritas wajib pajak.

Selain itu juga pengumpulan dan pemanfaatan data, analisis dan tindak lanjut Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Informasi Keuangan (P2DK), serta analisis kebutuhan data eksternal

dan penentuan prioritas data pihak ketiga yang mendukung fokus sektoral pada tahun ini.

“Di samping optimalisasi pengga-lian potensi sektor nasional, Kanwil dan KPP harus memetakan dan mengoptimalkan potensi sektoral di wilayahnya masing-masing,” tulis dokumen Ditjen Pajak yang dikutip Bisnis, Senin (22/3).

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Neil-maldrin Noor tidak menjawab per-tanyaan yang disampaikan Bisnis terkait dengan fokus pemburuan tersebut.

Hal yang pasti, sektoral yang disasar oleh otoritas pajak pada tahun ini sejalan dengan rencana yang termuat di dalam Laporan Kinerja Ditjen Pajak 2020.

Dalam laporan itu, ada tiga sektor yang menjadi prioritas pada 2021 yakni makanan dan minuman, far-masi, serta alat kesehatan. Terkait dengan hal ini, Neil memberikan komentar bahwa penggalian po-tensi dilakukan melalui perluasan

basis pajak.“Penggalian potensi pada prin-

sipnya merupakan perluasan tax base, untuk sektor-sektor yang tidak terdampak negatif pada masa pandemi. Dapat dilakukan melalui intensifi kasi, ekstensifi kasi, dan pemanfaatan data,” kata Neil.

Pengamat Pajak Center for In-donesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar mengatakan, arah kebijakan Ditjen Pajak itu sejalan dengan kondisi ekonomi terkini di mana keempat sektor yang disasar mampu bertahan di tengah resesi.

Menurutnya, khusus untuk in-formasi dan komunikasi, farma-si, serta kesehatan justru terkena sentimen positif selama pandemi Covid-19. Adapun sektor makanan dan minuman menurutnya sudah mulai melakukan ekspansi.

“Data perbankan juga menun-jukkan demikian, restrukturisasi sektor makanan dan minuman sudah berkurang drastis,” kata dia.

Sementara itu, untuk sektor ke-sehatan menurutnya perlu hati-hati. Dia menyarankan kepada

pemerintah untuk menelaah lebih dalam penggalian di sektor ini agar tidak kontraproduktif dengan penanganan pandemi.

PESIMISTISAkan tetapi, Fajry pesimistis

pemerintah mampu merealisasikan target penerimaan pajak pada ta-hun ini yang mencapai Rp1.229,6 triliun jika hanya mengandalkan keempat sektor tersebut.

Kunci dari pencapaian target pajak pada tahun ini menurut-nya adalah penanganan Covid-19 yang salah satunya mencakup vaksinasi, serta berburu sumber pajak baru, terutama orang pribadi nonkaryawan.

Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menambahkan, sektor teknologi dan informasi merupakan alternatif tambahan yang bisa dimajukan untuk sektor unggulan terkait dengan peneri-maan pajak.

Hanya saja, perlu dipahami bahwa dalam proses pemulihan

ekonomi memang pemerintah ja-ngan sampai terburu-buru dalam melakukan konsolidasi fi skal, yang akhirnya mendorong pemberian intensif dalam mengejar pajak.

VAKSINASI MASSAL

Efek TerasaParuh KeduaBisnis, JAKARTA — Efektivitas vaksinasi

terhadap ekonomi nasional diprediksi bakal mulai terasa pada paruh kedua tahun ini.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan saat ini prioritas pemerintah melakukan penanganan di bidang kesehatan.

Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi akan terjadi pada kuartal III/2021 ketika jangkauan vaksinasi lebih luas, dan me-ningkat pada kuartal IV/2021 hingga 2022.

“Itu yang mendorong pertumbuhan eko-nomi kita jauh lebih baik dibandingkan dengan 2020,” kata dia, Senin (22/3).

Namun di sisi lain, pemerintah menyadari bahwa kesehatan tidak mampu berperan sendiri dalam memulihkan ekonomi. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang digenjot adalah mendorong daya beli.

Hal ini karena konsumsi berperan 57% terhadap ekonomi nasional. Dari jumlah tersebut 80% merupakan kontribusi ma-syarakat menengah ke atas. Kelompok ini cenderung menahan belanja karena kondisi yang belum pasti. Oleh karena itu, vaksinasi dilakukan. Dengan demikian, permintaan akan meningkat sehingga beriringan pula dengan pasokan yang juga naik.

“Karena kita sadar kalau kesehatan [ka-sus positif] meningkat, tidak mungkin bisa memulihkan ekonomi kita,” ujarnya.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) men-catat pertumbuhan ekonomi telah berjalan sesuai dengan target pemerintah.

Kepala Departemen Komunikasi BI Er-win Haryono mengatakan untuk mendu-kung pemulihan ekonomi nasional, otoritas moneter akan mengoptimalkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif.

“Juga akselerasi pendalaman pasar uang, dukungan kebijakan internasional, serta digitalisasi sistem pembayaran,” kata dia.

Erwin menjelaskan bahwa BI menempuh langkah-langkah kebijakan sebagai tindak lanjut sinergi kebijakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam paket ke-bijakan terpadu untuk peningkatan pem-biayaan dunia usaha.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan lalu, BI memutuskan mempertahan-kan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,50%, suku bunga deposit facility 2,75%, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25%. (Jaffry Prabu Prakoso)

“Kanwil dan KPP harus memetakan dan mengoptimalkan potensi sektoral di wilayahnya masing-masing.

Empat SektorOtoritas pajak bakal memburu penerimaan di empat sektor pada tahun ini, yakni informasi dan komunikasi, perdagangan, makanan minuman, serta jasa kesehatan.Hal ini disebabkan karena keempat sektor itu diyakini bakal kembali pulih setelah tertekan akibat pandemi Covid-19 sepanjang tahun lalu.

Fokus Pengujian Kepatuhan Material

2021 2022 2023 2024- Informasi dan komunikasi - Jasa keuangan elektronik - Pertambangan - Real estat dan industri - Makanan dan minuman - Pertanian, perikanan, dan kehutanan - Akomodasi pendukungnya- Perdagangan - Konstruksi - Tekstil - Farmasi dan kesehatan - Pakaian Jadi

Potensi Recovery Sektoral

Pajak 6,87% 67,47% 25,73%PDB 9,62% 49,13% 41,25% - Angkutan udara - Jasa keuangan - Infokom - Perdagangan otomotif - Industri batu bara & migas - Industri Mamin - Real estate - Industri tembakau - Jasa kesehatan - Perdagangan nonotomotif Keterangan Lambat Menengah Cepat

Sumber: Ditjen Pajak Kementerian Keuangan

BISNIS/AMIRA YASMIN

PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA Tbk

(“Perseroan”) PEMANGGILAN

RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA

-

Jakarta, 23 Maret 2021

Direksi Perseroan

MAK RO E KONOM I