prospek geoekonomi as
DESCRIPTION
prospek geoekonomi Amerika SerikatTRANSCRIPT
Era Brilliana L. (071002008) Putri Kurniati (071012053)
Dian Kartika Putri (071012090)
Prospek Geoekonomi Amerika Serikat
Paska krisis finanasial global tahun 2008 peran Amerika Serikat sebagai pemegang
supremasi dunia dalam konteks politik dan ekonomi mendapatkan tantangan serius. Dengan
kondisi ekonomi domestik yang mengalami pertumbuhan semakin rendah bahkan minus
mulai tahun 2008 menimbulkan pertanyaan sekaligus keresahan yang mengarah pada konsep
deklinasi. Dari telaah literature sejak 1990 (paska perang dingin dimana dengan jatuhnya
Unisoviet maka terbentuk polar tunggal dengan Amerika Serikat sebagai pemegang kekuatan
utama) telah banyak diprediksi oleh banyak akademisi terkait deklinasi yang menyebabkan
baik shifting of Global Power to another actor ataupun kemungkinan runtuhnya Amerika
Serikat. Antara lain Bound to Lead oleh Joseph Nye (1990) mengibaratkan Amerika Serikat
seperti boneka yang terbuat dari tanah liat yang tampak kuat namun mengalami kecacatan di
dalam yang menyebabkan tidak mampu berdiri tegap bila dalam sirkumstansi yang ‘panas’.
Adapula Paul Kennedy (1987) dalam Rise and Fall of the Great Power, dengan fokus pada
sistem perekonomian AS yang terbuka menyebabkannya mudah terafeksi oleh relasi finansial
yang masuk dan keluar, serta Fergusson dengan konsep Chimerica yang skeptis dengan
keberlangsungan US Global Power dalam kacamata ketergantuangan finansial AS terhadap
China yang kelak menjadi rival yang destruktif. Pertanyaan yang kemudian muncul dari
literature tesebut adalah benarkah deklinasi perekonomian Amerika Serikat terjadi sebagai
akibat volatilitas struktur finansial dan keberadaan aktor-aktor baru seperti China dengan
angka pertumbuhan ekonomi yang menyaingi AS.
Untuk menganalisis prospek Amerika Serikat akan terlebih dahulu dilakukan
verifikasi terkait benarkah deklinasi peran Amerika Serikat dalam ekonomi global terjadi,
diikuti pertanyaan penjelas terkait fenomena apa yang menyebabkan konsep deklinasi
menjadi sorotan. Dengan teridentifikasinya penyebab ‘deklinasi ekonomi’ tersebut kemudian
prospek dapat diarahkan pada solusi yang mungkin diberlakukan untuk menaggulangi.
Terakhir dilanjutkan dengan melihat sejauh manakah Amerika Serikat telah memberikan
pengaruh global sehingga mampukah aktor-aktor baru seperti the new emerging economies
menyaingi Amerika Serikat .
Sebelum lebih lanjut memaparkan data-data ekonomi, konsep deklinasi yang tengah
dipersepsikan terjadi di Amerika Serikat perlu dimaknai terlebih dahulu. Pertama, deklinasi
sebagai shifting hegemonic power sebagaimana yang telah terjadi dari UK ke AS paska
perang dunia kedua, yang kemudian scenario yang mungkin adalah AS digantikan oleh
China. Kedua, deklinasi hanya sebagai turunnya general belief bahwa AS tidak lagi mampu
menjangkar ekonomi dunia sebagai konsekuensi dari krisis finansial 2008 dan munculnya
kekuatan- kekuatan ekonomi baru. Namun kelak akan kembali menemukan momentum untuk
stabil dan kembali rising. Yang kemudian skenarionya adalah kekuatan-kekuatan ekonomi
baru hanya akan menjadi challengers of economic power di tengah problem domestik yang
terjadi. Sehingga terbentuknya multipolar (penjangkar kekuatan ekonomi tidak lagi tunggal
oleh Amerika Serikat) namun terdapat pemain-pemain baru yang meskipun perannya
semakin signifikan tidak menghapuskan nama Amerika Serikat sebagai pemain kunci
perekonomian dunia.
Krisis 2008 Sebagai Siklus Naik Turun Ekonomi Amerika Serikat
Konsep deklinasi menjadi sorotan bagi peranan Amerika Serikat dalam perekonomian
global sejak krisis finansial serta krisis ekonomi melanda Amerika Serikat pada tahun 2008.
Krisis 2008 memiliki berbagai akar permasalahan yang kemudian terakumulasi menjadi satu
yang menyebabkan dollar sebagai mata uang yang dijadikan hard currencies dalam
perdagangan internasional mengalami depresiasi..Tabel berikut menunjukkan penurunan
index dollar sejauh 33% dalam indeks nilai tukar dan merupakan yang terburuk sejak 1970
dimana AS mulai menjadi jangkar perekonomian dunia.
(source: research.stiolouised.org 2012)
Kepercayaan tinggi masyarakat dunia pada dollar. Hingga penghujung abad ke-20 dollar
masih menjadi mata uang yang tergolong sangat kuat. Kuatnya dollar tersebut padahal juga
diikuti dengan defisit tertinggi di dunia mata uang ini dalam sejarah, suku bunga yang relatif
rendah, serta tingkat inflasi yang begitu tinggi bahkan lebih tinggi dibanding gabungan Eropa
dan Jepang.
Terkait problem deklinasi ekonomi Amerika Serikat George Friedman (2009) dalam
bukunya yang berjudul The Next 100 years mengatakan bahwa krisis 2008 merupakan
bagian dari krisis yang akan datang yang diprediksikan tahun 2020. Hal ini kemudian
dijelaskannya bahwa perekonomian AS mempunyai suatu siklus 50 tahun yang telah
berlangsung selama 220 tahun dan saat ini (2013) AS sedang berada dalam siklus ke 5
(Friedman, 2009). Siklus ini selalu diawali dengan adanya Kepresidenan yang baik dan
berakhir pada kepresidenan yang gagal. Siklus Washington berakhir dengan John Quincy
Adams, Jackson berakhir dengan Ulysses S. Grant, Hayes dengan Herbert Hoover, FDR
dengan Jimmy Carter. Perubahan ekonomi di AS dan krisisnya merupakan struggle antara
kelas dominan yang sedang turun yang berhubungan dengan muculnya model sistem
ekonomi baru dan munculnya kelas baru (Friedman, 2009). Pola perubahan ini disebutkan
akann kemudian berakhir pada siklus kelima tahun 2030an, dimana pada tahun 2020an akan
mengalami peningkatan ekonomi yang disertai dengan ketegangan sosial (Friedman, 2009).
Ditandai dengan adanya baby-boomers 2010an, kemudian harga sumber energi yang
menurun, dan kemudian meningkatnya produktifitasdan inovasi dan menekan harga saham
dan real estate yang ditandai dengan krisis 2008 yang disebut George Friedman (2009)
sebagai pertanda awal dari krisis yang lebih besar.
Terjadinya akumulasi permasalahan ekonomi di awal tahun 2000-an di Amerika
Serikat ini pada dasarnya telah diprediksi sebelumnya melalui Kondratiev wave (K wave)
yang menunjukkan adanya gelombang naik-turun dalam periode waktu tertentu. Quigley
(2012 dalam http://www.financialsense.com/ diakses pada 24 September 2013) mencoba
mengaitkan naik-turunnya ekonomi Amerika Serikat dengan menggunakan K wave dimana
berdasar pada gelombang tersebut selalu ada empat fase yang terus berulang yang disebut
spring, summer, autumn, dan winter. Kondisi ekonomi Amerika Serikat yang menurun pada
awal 2000-an telah diprediksi melalui K wave ini dimana Amerika Serikat akan menghadapi
perubahan kondisi dari resesi menjadi depresi ekonomi pada tahun 2013 yang setidaknya
akan terus berlangsung hingga 2017 atau 2020 untuk kemudian dapat bangkit kembali. Hal
berbeda disampaikan oleh Bill Clinton (2011) bahwa ekonomi Amerika Serikat yang
melemah pada tahun 2008 setidaknya membutuhkan waktu sekitar 5 tahun untuk pemulihan
jangka panjang yang mana hal tersebut berarti dimulai pada tahun 2013. (GAMBAR
KONDRATIVE CYCLE)
Prospek Amerika Serikat akan kembali cerah jika dapat bangkit dari krisis 2008. Dan
untuk menanggulangi dampak krisis tersebut terhadap prospek ekonomi Amerika Serikat hal
yang paling dibutuhkan adalah bagaimana uang dapat terus berputar di pasar Amerika
Serikat. Fokus utamanya untuk mengakhiri permasalahan persewaan di Amerika Serikat. Dan
menurut Clinton (2011) deklinasi ekonomi di 2008 akan kembali menemukan titik stabilitas
untuk kembali mendapatkan nilai pertumbuhan ekonomi adalah jika Amerika Serikat
menerapkan cara-cara sebagai berikut. Cara yang pertama adalah dengan menurunkan suku
bunga cicilan kepada pemilik rumah yang melakukan tunggakan. Dengan cicilan yang lebih
rendah, pemilik dapat membayar dalam jangka waktu yang lebih panjang dengan
kesepakatakan ketika rumah dapat ditawar lebih tinggi oleh pembeli dan laku terjual dengan
harga yang lebih tinggi pemilik yang menunggak tersebut harus membagi keuntungan
penjualan dengan agen perumahan yang bersangkutan. Cara kedua yang dapat dilakukan
adalah dengan memberlakukan penukaran terhadap perizinan rumah menjadi izin kontrak
bagi pemilik rumah yang tidak dapat melakukan pembayaran hingga batas waktu tertentu
dalam jangka tahunan atau hingga kondisi ekonomi membaik untuk membeli kembali rumah
tersebut. Dengan cara ini, pemilik menjadi pihak yang mengontrak rumah tersebut dengan
kewajiban untuk membayar pajak, asuransi, dan perawatan rumah. Cara ketiga yang
ditawarkan adalah menemukan pekerjaan bagi pemilik rumah yang tidak bekerja. Hal
tersebut penting karena jika pemilik tidak memiliki pekerjaan maka opsi yang muncul
kemudian adalah menggunakan sistem sewa dan tidak lagi membeli rumah. Cara keempat,
pemerintah diharapkan memberi insentif supaya pemegang jasa perumahan dapat membentuk
sewa terhadap rumah dan harga yang rendah untuk cicilan rumah agar rumah yang kosong
karena pemilik yang tidak sanggup membayar segera terisi. Cara terakhir yang disampaikan
untuk mengatasi permasalahan perumahan sekaligus pengangguran di Amerika Serikat
adalah dengan turut menyediakan fasilitas pemeriksaan energi dan retrofit pada rumah yang
disewakan. Dengan retrofit penyimpanan energi dapat mencapai 20% namun penyewa rumah
tetap harus membayar sewa dengan harga normal hingga biaya pemasangan retrofit tersebut
terpenuhi. Produksi dan pemasangan retrofit ini yang kemudian dapat menyerap tenaga kerja
dengan melakukan kerja sama dengan pihak kontraktor.
Dengan melihat prediksi baik berdasar K wave maupun berdasar prediksi yang
disampaikan oleh Clinton, Amerika Serikat diprediksi mampu bangkit kembali dari krisis
2008 lalu. Hanya saja untuk kembali mencapai full employment tentu dibutuhkan waktu yang
lebih lama. Selain itu, keberhasilan dari usaha mengakhiri depresi ekonomi 2008 banyak
dipengaruhi oleh keputusan pemerintah Amerika Serikat sendiri. Dikatakan oleh Clinton
bahwa pemerintah yang saat ini didominasi oleh Demokrat harus berupaya untuk
menggandeng pihak konserfatif untuk memperlancar kebijakan ekonomi yang hendak
diambil oleh pemerintah. Selain itu, jika pemerintah lebih berfokus untuk mengatasi
permasalahan cicilan rumah terlebih dahulu disbanding untuk mengutamakan masalah
pengangguran maka perekonomian dapat membaik dengan lebih cepat.
Jika dikaitkan dengan teori yang disampaikan oleh Kondratiev bahwa kondisi
ekonomi bahwa terjadi siklus dalam kondisi ekonomi Amerika Serikat kondisi munculnya
krisis yang disebabkan oleh investasi rumah dan saham maka prosepek ekonomi Amerika
Serikat ke depan masih pada masa pelemahan ekonomi. Menurunnya kondisi ekonomi
Amerika Serikat ini berkaitan dengan angka kredit yang terus meningkat yang masih dalam
upaya perbaikan kondisi pasca krisis 2008. Krisis yang terjadi saat ini dapat dikatakan
sebagai akibat dari pemerintahan yang kurang baik. Ketika pemerintah dapat berkolaborasi
dengan baik antara Demokrat dan Konserfatif untuk menghasilkan kebijakan ekonomi yang
mampu memicu pertumbuhan produksi dan investasi di Amerika Serikat untuk
mengembalikan peredaran uang. Untuk saat ini, pemerintah Amerika Serikat lebih baik
mengakhiri permasalahan kredit perumahan terlebih dahulu baru kemudian memikirkan
solusi untuk menurunkan angka pengangguran di Amerika Serikat. Namun kedepannya
Amerika Serikat perlu untuk berhati-hati dengan pemicu krisis yang sama misalnya terkait
suku bunga pinjaman yang mampu menstimulus kegiatan ekonomi dan perputaran uang di
Amerika Serikat.
Penantang Baru
Joseph S. Nye Jr (2002) menyatakan dalam bukunya yang berjudul “The Paradox of
American Power: why the world’s only superpower cant go it alone” menyatakan bahwa
keberadaan atau munculnya sebuah kekuatan yang besar nantinya pasti akan memunculkan
ketakutan (Anxieties) dan challenge dari negara lain. Negara-negara yang mempunyai
kemungkinan untuk menjadi new challengers dari Amerika Serikat diantaranya adalah China.
Menurut The Asian Development Bank (1997 dalam Nye, 2002), dengan Cina
sebagai pemimpin pertumbuhan ekonomi di Asia, dimana pada tahun 1820 Asia menyuplai
3//5 dari produksi dunia, dan walaupun sempat menurun karena adanya kompetitor dari
Amerika dan Eropa, Asia akan kembali menguasai produk dunia pada tahun 2025, dibuktikan
dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat (CIA World Fact Book, 2000 dalam
Nye, 2002).Tingkat pertumbuhan ekonomi China sendiri adalah sekitar 8-9% tiap tahunnya,
dan telah berlipat ganda menjadi 3 kali lipat dalam dua dekade terakir pada abad ke 20. Pada
awal abad ke 21 perekonomian Amerika serikat mempunyai 2 kali lipat besarnya dari China
(CIA World Fact Book, 2000 dalam Nye, 2002). Dengan pertumbuhan perekonomian 6%
pertahun, sedangakan Amerika Serikat hanya 2% pertahun, dikalkulasikan keduanya akan
mempunyai besar perekonomian yang sama pada tahun 2020. Meski tinggi secara prosentase
pertumbuhan ekonomi, besaran GDP China masih lebih rendah dibandingkan Amerika
Serikat yang telah lebih dulu terbang di angka 42.707 jauh melampaui China yang hanya
seperenam dari GDP AS. 1
Akan tetapi, peningkatan ekonomi ini tidak kemudian menjadikan hal yang mudah
bagi China untuk menjadi lebih unggul dari ekonomi AS. hal ini dikarenakan walaupun besar
perekonomian keduanya sama nantinya pada 2020, keduanya memiliki komposisi yang
berbeda yang dapat dilihat melalui Pendapatan perkapita yang tidak sama walaupun besar
perekonomian yang sama dikarenakan jumlah penduduk dan disparitas ekonomi di China
yang lebih tinggi (Nye, 2002). 2
1 Lampiran 12 Lampiran 2
(source : The Economist 2013)
Pendapatan perkapita kedua negara akan bernilai sama kira-kira tahun 2056 atau
2095. Belum lagi permasalahan ekonomi di dalam internal China yang berupa inefesiensi
badan usaha milik negara, sistem finansial yang masih lemah, dan juga infrastruktur yang
belum memadai. Robert Kagan (1997 dalam Nye, 2002) mengatakan, bahwa walaupun China
tidak dapat menggantikan posisi AS di dunia dalam jangka pendek, setidaknya China mampu
dan mempunyai kemungkinan yang cukup besar untuk menggantikan posisi dan pengaruh AS
di Asia Timur.
Selain China negara yang dapat menjadi saingan atau muncul sebagai kekuatan baru
yang mengancam AS saat ini adalah Jepang. Jepang mempunyai perekonomian terbesar
kedua didunia setelah AS, industri yang modern, dan merupakan negara dengan pengguna
internet terbesar kedua setelah AS, serta juga negara di Asia dengan persenjataan militer yang
paling canggih dan modern (Nye, 2002). Jepang juga mempunyai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi sejak tahun 1950an dengan pertumbuhan perthaunnya 10% hingga
1974. Hal itu menyebabkan Jepang menguasai 15% dari produksi dunia dan menjadi negara
dengan perekonomian terbesar kedua didunia, negara creditor terbesar didunia, serta menjadi
negara yang memberikan bantuan luar negeri terbesar di dunia (Nye, 2002). Jepang juga
merupakan negara Non-western pertama yang berhasil beradaptasi terhadap globalisasi
melalui restorasi Meiji-nya. Akan tetapi Jepang mempunyai kekurangan dalam hal geografis
dan populasi yang tidak akan setara dengan AS (Nye, 2002).
Negara lain yang dapat menjadi saingan dari AS adalah Rusia. Rusia dapat menjadi
rival yang diperhitungkan jika Rusia beraliansi dengan China seperti pada tahun 1950an , dan
juga kedua negara tersebut juga telah menjalin hubungan strategic partnership pada 1996 dan
juga friendship and cooperation pada tahun 2001 (Nye, 2002). Rusia juga masih mempunyai
kekuatan dari persenjataan misil dan nuklir yang cukup untuk menghancurkan AS, didukung
lagi dengan populasi dan tingkat pendidikan masyarakatnya yang cukup tinggi, serta sumber
daya alam yang cukup banyak (Nye, 2002). Rusia juga tidak lagi berada dibawah ideologi
komunis dan sistem pemerintahan yang sentralistik, hal ini didukung oleh kekuatan residu
dari kejayaan Uni Soviet serta juga adanya aliansi potensial dengan negara India. Akan tetapi
untuk setara atau berada diatas AS terutama dalam hal ekonomi, bahkan pertumbuhan
ekonomi paling baik dengan pertumbuhan ekonomi 5% pertahun, Rusia baru akan
mempunyai perekonomian sebesar 1/5 dari perekonomian AS pada tahun 2015 (Nye, 2002).
Selain China, Jepang, Rusia sebenarnya terdapat juga beberapa negara lain yang
dapat menjadi saingan dari AS seperti India dan juga Uni Eropa (EU). India mempunyai
kapabilitas populasi dan militer yang cukup besar serta juga pertumbuhan ekonomi yang terus
meningkat, akan tetapi permasalaham internal seperti kemiskinan dan tingkat sumberdaya
manusia dan teknologi yang masih rendah menjadi permasalahan yang terlebih dulu harus
dihadapi (Nye, 2002). Perekonomiannya dilihat dari GDP masih setengah dari GDP China
dan 20% dari GDP AS, dan butuh hingga 2077 untuk setara dengan GDP AS (Nye, 2002).
sehingga untuk menjadi rival yang diperhitungkan bagi AS, India perlu berkoalisi dengan
Russia dan China (Nye, 2002). Sedangkan EU, perekonomian, populasi dan kekuasaan atas
ekspor dunia EU keseluruhan setara dengan AS, sedangkan militer EU mempunyai
persenjataan, nuklir, dan tentara yang lebih banyak dari AS (Nye, 2002). Akan tetapi untuk
menjadi rival setara dari AS, EU butuh untuk menyatukan secara politis dan socio-cultural
untuk bertindak sebagai satu kesatuan (Nye, 2002). Selain itu juga kemampuan EU akan
bergantung pada bagaimana menyikapi keberadaan NATO dan juga ketergantungan EU
dalam kerjasama ekonomi dengan AS (Nye, 2002).
Jika geopolitik dimaknai sebagai kombinasi antara geological features dengan human
activity yang dapat mengubah nilai dari suatu “tempat” (Grygiel 2006). Dengan tempat disini
memasukkan juga makna dari pesebaran pengaruh dimana space tidak hanya melingkupi
batas-batas territorial namun pula pengaruh ekstrateritorial. Sehingga dalam struktur relasi
kekuatan dapat dianalisa kondisi kontemporernya terkait di mana dia akan memproyeksikan
kekuatan dan pengaruhnya serta memberikan arah dan petunjuk geografis yang jelas untuk
kebijakan luar negeri dan universalisasi ideology sebagai dampak linear dari kekuatan politis.
Dengan pendekatan geopolitik inilah yang akan mendukung analisis terkait pengaruh
Amerika Serikat yang sulit untuk tergantikan, yakni investasinya pada stuktur geostrategi
yang dimanifestasi dalam military expenditure. Jangkar militer yang ditanamkan basisnya di
lebih dari 700 wilayah di dunia 3menjadikan peranan sentral sebagai superpower sulit untuk
digantikan. Hal ini menyebabkan beban anggaran militer menjadi berat dengan tidak
stabilnya perekonomian domestik.
(Source : CBO historical Spending 2013)
Kesimpulan
Sehingga bisa disimpulkan bahwa, deklinasi yang terjadi paska 2008 adalah deklinasi
sebagai turunnya general belief bahwa Amerika Serikat tidak lagi mampu menjangkar
ekonomi dunia sebagai konsekuensi dari krisis finansial 2008 dan munculnya kekuatan-
kekuatan ekonomi baru. Namun kelak akan kembali menemukan momentum untuk stabil dan
kembali rising, sebab krisis 2008 adalah bagian dari siklus 50 tahunan AS. Terdapat beberapa
negara dan kumpulan negara yang sebenarnya mempunyai kemungkinan besar untuk menjadi
Challenger bagi kekuatan AS, yaitu China, Jepang, Rusia, India, dan juga EU. Akan tetapi
pada umumnya semua negara tersebut membutuhkan perkembangan yang lebih lanjut baik
dalam perbaikan, ekonomi, politik, infrastruktur dan aspek aspek lain untutk menjadi rival
yang diperhitungkan. Akan tetapi juga tidak dipungkiri juga, bahwa dari sisi aspek ekonomi,
dominasi AS terhadap pasar dunia mau tidak mau akan juga mengalami akhir. Nye (2002)
juga menyatakan bahwa dengan adanya globalisasi yang menjadi stimulasi pertumbuhan 3 Lampiran 3
ekonomi melalui pasar dunia, dan peningkatan teknologi yang pesat akan membuat AS
dengan pertumbuhan ekonomi 2.5 % per tahun sedangkan negara berkembang lain tumbuh
sekitar 4 sampai 5.5 % pertahun, AS mau tidak mau akan berkurang dominasinya, walaupun
AS masih akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar akan tetapi tidak menjadi
terlalu menjadi mendominasi ekonomi dunia. Mengutip pernyataan Politikus dari Canada
Kim Nossal (1999 dalam Nye, 2002) sebagai kesimpulan bahwa:
“Unless the United States suffers a major catastrophe (and one, moreover, that does
not also affect other major powers), there is only one way that the relative balance of power
capabilities between the United States and the other major powers extant at the turn of the
millennium will change: very slowly, and over many decades.”
Referensi:
Buku
Brown.Stuart.2013. Dellusion of decline.London: Pallgrave McMillan
Clinton, Bill, 2011. Back to Work: Why We Need Smart Government for a Strong Economy.
New York:Knopf.
Dadkhah, Kamran,2009.The Evolution of Macroeconomic Theory and Policy.New York :
Springer.
Friedman,George. 2009. The Next 100 years. New York: DoubleDay Publishing Group
Nye, Joseph S. 2002. The Paradox of American Power:why the world’s only superpower cant
go it alone. New York: Oxford University Press
Nye Joseph. 2008. Power to Lead. New York : Oxford University Press.
Stiglitz, Joseph E,2010.Freefall: America, Free Market, and the Sinking of the World
Economy. New York:W. W. Norton & Company, Inc.
Todd,Emanuel. 2006. After the Empire. Colombia University press.
Jurnal Online
Frank, Andre Gunder. East and West [pdf] tersedia dalam
http://drr.lib.athabascau.ca/files/glst/205/frank2.pdf (diakses pada 24 September
2013)
Kupchan,Charles. 2002.The End Of The American Era. [pdf] tersedia dalam
http://humannature.com/nibbs/03 /kupchan.pdf (diakses pada 24 September 2013)
Lake, David. British and American hegemony compared: lesson for the current era of
decline. New York : Pinter Publisher. [pdf] tersedia dalam
http://weber.ucsd.edu/~dlake/Reprints/ Hegemony%20Compared.pdf (diakses pada
24 September 2013)
Artikel Online
Desai,Radhika. 2013. Geopolitical Economy. [online] tersedia dalam
http://us.macmillan.com/geopoliticaleconomy/RadhikaDesai (diakses pada 24
September 2013)
Gamble, Andrew. 2002. Hegemony and Decline: Britain and the United States. [online]
tersedia dalam https://www.mtholyoke.edu/acad/intrel/ipe/gamble.htm (diakses pada
24 September 2013)
Kaplan, Robert.2008. U.S. Hegemony May Be in Decline, but Only to a Degree. [online]
tersedia dalam http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2008/12/16
/AR2008121602480.html (diakses pada 24 September 2013)
Kupchan, Charles. 2012. The Decline of the West: Why America Must Prepare for the End of
Dominance. [online] tersedia dalam http://www.theatlantic.com/international/
archive/2012/03/the-decline-of-the-west-why-america-must-prepare-for-the-end-of-
dominance/254779/ (diakses pada 24 September 2013)
Matteo,Daniel. 2008. The 2008 economic crisis and the decline of US hegemony: Myth or
Reality. [online] tersedia dalam http://www.academia.edu/2331915/
The_2008_economic_crisis_and_the_decline_of_US_hegemony_Myth_or_Reality
(diakses pada 24 September 2013)
McNeill,William. 1997. Decline of the West. [online] tersedia dalam
http://www.nybooks.com/articles/archives/1997/jan/09/decline-of-the-west/?
pagination=false (diakses pada 24 September 2013)
Nye,joseph. 1990. Bound To Lead: The Changing Nature Of American Power. [online]
tersedia dalam http://www.foreignaffairs.com/articles/45528/gaddis-smith/bound-to-
lead-the-nature-power (diakses pada 24 September 2013)
Quigley, Christopher, 2012. Kondratieff Waves and the Greater Depression of 2013 – 2020,
[online] tersedia dalam http://www.financialsense.com/contributors/christopher-
quigley/kondratieff-waves-and-the-greater-depression-of-2013-2020 (diakses pada 24
September 2013)
Lampiran 1
Komparasi data ekonomi Amerika Serikat dan China 2010
Lampiran 2
Lampiran 3
Basis Militer Amerika Serikat di dunia