prospek penerapan teknologi informasi dalam …

15
PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA: SEBUAH STUDI PERBANDINGAN TERHADAP BELANDA DAN KOREA SELATAN Jason Tigris, Suparjo Sujadi Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, banyak negara yang menggunakan teknologi dalam melaksanakan mekanisme pendaftaran tanah. Skripsi ini membahas mengenai prospek penerapan teknologi informasi dalam sistem pendaftaran tanah di Indonesia. Pembahasan pertama adalah mengenai sejarah singkat dan sistem pendaftaran tanah di Indonesia beserta contoh mekanisme pendaftaran tanah konvensional. Pembahasan kedua adalah mengenai sejarah dan sistem pendaftaran tanah di Belanda dan Korea Selatan dan bagaimana mekanisme pendaftaran tanah di kedua negara tersebut yang sudah dilaksanakan dengan bantuan teknologi informasi. Pembahasan terakhir adalah mengenai perbandingan kondisi pendaftaran tanah di Indonesia dan kedua negara tersebut, dampak, implikasi dan hambatan dari penerapan teknologi informasi dalam sistem pendaftaran tanah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana prospek dan kesiapan dari penerapan teknologi informasi dalam pendaftaran tanah di Indonesia baik dari sisi hukum maupun sisi non-hukum. Penilitian ini menggunakan metode penelitian normatif empiris dimana data penelitian ini sebagian besar diperoleh melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa hambatan yang dihadapi dalam penerapan teknologi informasi ke dalam sistem pendaftaran di Indonesia. Kedua negara yang telah berhasil menerapkan teknologi informasi tersebut bekerja melalui perencaanan yang mendalam dan bertahap untuk menjamin kesuksesan penggunaan teknologi informasi dalam sistem pendaftaran tanah masing-masing negara tersebut. POSSIBILITY OF INFORMATION TECHNOLOGY APPLICATION IN INDONESIA;S LAND REGISTRATION: A COMPARATIVE STUDY ON NETHERLANDS AND SOUTH KOREA Abstract With the constant development of information technology, many countries are using technology to assist the mechanism of land registration. This thesis discusses the prospects for the application of information technology in Indonesia’s land registration system. The first discussion is about a brief history and land registration system in Indonesia along with examples of conventional land registration mechanism that is currently being used. The second discussion is about the history and land registration system in Netherlands and South Korea respectively and how the mechanism of land registration in those two countries have been carried out with the help of information technology. The final part is a comparison between land registration condition in Indonesia and both countries, the impact, implications Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA: SEBUAH STUDI

PERBANDINGAN TERHADAP BELANDA DAN KOREA SELATAN

Jason Tigris, Suparjo Sujadi

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia

[email protected]

Abstrak

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, banyak negara yang menggunakan teknologi dalam melaksanakan mekanisme pendaftaran tanah. Skripsi ini membahas mengenai prospek penerapan teknologi informasi dalam sistem pendaftaran tanah di Indonesia. Pembahasan pertama adalah mengenai sejarah singkat dan sistem pendaftaran tanah di Indonesia beserta contoh mekanisme pendaftaran tanah konvensional. Pembahasan kedua adalah mengenai sejarah dan sistem pendaftaran tanah di Belanda dan Korea Selatan dan bagaimana mekanisme pendaftaran tanah di kedua negara tersebut yang sudah dilaksanakan dengan bantuan teknologi informasi. Pembahasan terakhir adalah mengenai perbandingan kondisi pendaftaran tanah di Indonesia dan kedua negara tersebut, dampak, implikasi dan hambatan dari penerapan teknologi informasi dalam sistem pendaftaran tanah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana prospek dan kesiapan dari penerapan teknologi informasi dalam pendaftaran tanah di Indonesia baik dari sisi hukum maupun sisi non-hukum. Penilitian ini menggunakan metode penelitian normatif empiris dimana data penelitian ini sebagian besar diperoleh melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa hambatan yang dihadapi dalam penerapan teknologi informasi ke dalam sistem pendaftaran di Indonesia. Kedua negara yang telah berhasil menerapkan teknologi informasi tersebut bekerja melalui perencaanan yang mendalam dan bertahap untuk menjamin kesuksesan penggunaan teknologi informasi dalam sistem pendaftaran tanah masing-masing negara tersebut.

POSSIBILITY OF INFORMATION TECHNOLOGY APPLICATION IN INDONESIA;S LAND REGISTRATION: A COMPARATIVE STUDY ON

NETHERLANDS AND SOUTH KOREA

Abstract With the constant development of information technology, many countries are using technology to assist the mechanism of land registration. This thesis discusses the prospects for the application of information technology in Indonesia’s land registration system. The first discussion is about a brief history and land registration system in Indonesia along with examples of conventional land registration mechanism that is currently being used. The second discussion is about the history and land registration system in Netherlands and South Korea respectively and how the mechanism of land registration in those two countries have been carried out with the help of information technology. The final part is a comparison between land registration condition in Indonesia and both countries, the impact, implications

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 2: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

and constraints of the application of information technology in land registration system in Indonesia. This study aims to examine how the prospects and readiness of the applitcation of technology in Indonesia’s land registration system both in legal and non-legal terms. This research uses normative empirical methods where most of the data is acquired through library research. The results showed that there are some obstacles encountered in the application of information technology into the Indonesia’s land registration system. The two countries that have successfully implemented the information technology in their respective land registration system done it through extensive research and planning to ensure the success of technology usage. Keywords: Land Registration, Information Technology, Indonesia, Netherlands, South Korea, Comparative Study, Land Registration System, Land Registration History. 1. Pendahuluan

Pendaftaran tanah adalah rangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah

secara terus menerus, berkesinambungan

dan teratur, meliputi pengumpulan,

pengolahan, pembukuan, dan penyajian

serta pemeliharaan data fisik dan data

yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,

mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-

satuan rumah susun, termasuk pemberian

surat tanda bukti haknya bagi bidang

bidang tanah yang sudah ada haknya dan

hak milik atas satuan rumah susun serta

hak-hak tertentu yang membebaninya.

Alasan utama dari adanya pendaftaran

tanah di Indonesia adalah untuk menjamin

kepastian hukum. Pernyataan ini diperkuat

dalam ketentuan Pasal 19 ayat 1 Undang-

Undang Pokok Agraria yang menyatakan:

“Untuk menjamin kepastian hukum oleh

Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di

seluruh wilayah Indonesia menurut

ketentuan-ketentuan yang diatur dengan

Peraturan Pemerintah”

Ketentuan tersebut diatas merupakan

keharusan dan kewajiban bagi Pemerintah

untuk mengatur dan menyelenggarakan

pendaftaran tanah. (Bachtiar Effendie,

1993) Sebagai bentuk nyata dari pasal

tersebut maka dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang

Pendaftaran Tanah dengan harapan

menjamin kepastian hukum hak-hak atas

tanah di Indonesia. Proses

penyelenggaraan pendaftaran tanah dapat

dilihat di dalam Pasal 2 Undang-Undang

Pokok Agraria dengan mengadakan:

(1)Pengukuran, pemetaan dan pembukuan

tanah; (2) Pendaftaran hak-hak atas tanah

dan peralihannya; (3) Pemberian surat-

surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai

alat pembuktian yang kuat

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 3: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

Jika dilihat dari ketentuan di dalam Pasal

19 Undang-Undang Pokok Agraria, maka

dapat kita simpulkan bahwa tujuan dari

pendaftaran tanah adalah untuk

menyediakan data-data penggunaan tanah

untuk pemerintah ataupun masyarakat dan

memberi jaminan kepastian hukum

terhadap hak-hak atas tanah. Pasal 11

Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997

menyatakan bahwa: “Pelaksanaan

pendaftaran tanah meliputi kegiatan

pendaftaran tanah untuk pertama kali dan

pemeliharaan data pendaftaran tanah.”

Pasal 12 Peraturan Pemerintah No 24

Tahun 1997 menjelaskan kegiatan

pendaftaran tanah pertama kali yang

dimaksud meliputi: (1) Pengumpulan dan

pengelolaan data fisik; (2)Pengumpulan

dan pengolahan data yuridis serta

pembukuan haknya; (3) Penerbitan

sertipikat; (4) Penyajian data fisik dan

data yuridis; (5) Penyimpanan daftar

umum dan dokumen. Pasal 13 Peraturan

Pemerintah No 24 Tahun 1997

menjelasakan kegiatan pemeliharaan data

pendaftaran tanah meliputi:

(1)Pendaftaran peralihan dan

pembebanan hak; (2) Pendaftaran

perubahan data pendaftaran tanah

lainnya.

Seiring berkembangnya teknologi

informasi, beberapa negara sudah mulai

menggunakan sistem elektronik dalam

proses pendaftaran tanah negaranya. Salah

satu contoh pengguna sistem elektronik

dalam pendaftaran kadaster adalah negara

Belanda. Sejak tahun 2003, semakin

banyak data yang di copy dengan scan dan

disimpan secara elektronik sebagai dasar

register publik digital yang dimasukkan ke

dalam Undang-Undang dan disetujui

Parlemen Belanda pada tahun 2005 (Arie

Hutagalung, 2012). Penggunaan sistem

kadaster elektronik tersebut

memungkinkan penduduk untuk

mengakses data-data seperti informasi

kepemilikan tanah, harga jual, hipotek,

akta-akta terkait dan hal-hal lain yang

berhubungan dengan tanah tersebut secara

online. Sistem pendaftaran tanah di

Belanda dapat dibagi menjadi dua yaitu

arsip publik terkait pendaftaran hak atas

tanah dan sistem pendaftaran tanah yang

menyediakan informasi-informasi terkait

tanah yang terdaftar tersebut. Berdasarkan

tinjauan diatas dapat dilihat bahwa

kemajuan teknologi informasi dapat

diterapkan dalam sistem pendaftaran tanah

sehingga mempermudah pemerintah dan

masyarakat dalam mengolah serta

mengakses data-data terkait pendaftaran

tanah.

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 4: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

Dalam kesempatan ini penulis tertarik

untuk membahas prospek penggunaan

teknologi informasi sebagai sarana

penunjang sistem pendaftaran tanah di

Indonesia. Seiring berkembangnya

teknologi di masa sekarang, sistem

pendaftaran tanah di Indonesia sudah

seharusnya dapat menggunakan sarana

teknologi informasi dalam membantu

proses pendaftaran tanah sebagaimana

yang sudah diterapkan di negara-negara

lain seperti Belanda dan Korea Selatan

maupun sistem teknologi informasi yang

sudah diterapkan oleh Menkumham dalam

hal pengesahan akta perseroan secara

online. Penerapan teknologi informasi

dalam sistem pendaftaran tanah tentu saja

harus memperhatikan hukum telematika

dan pertanahan yang ada di Indonesia.

Penulis juga akan mengkaji kelebihan,

kelemahan dan dampak dari penerapan

teknologi informasi dalam sistem

pendaftaran tanah di Indonesia baik dari

sisi hukum formil maupun dari sisi

birokrasi di Badan Pertanahan Nasional /

Kementrian Agraria dan Tata Ruang

Berdasarkan hal-hal yang telah dijabarkan

sebelumnya di latar belakang, maka

muncul pertanyaan-pertanyaan yang

menjadi pokok permasalahan dari

penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana

penerapan teknologi informasi dalam

mekanisme pendaftaran tanah di negara

lain ; (2) Bagaimana prospek dari

penggunaan teknologi informasi dalam

proses pendaftaran tanah di Indonesia.

Penelitian ini secara umum memiliki

tujuan untuk mengkaji probabilitas

penerapan teknologi informasi sebagai

sarana yang membantu mekanisme

pendaftaran tanah pertama kali yang sudah

berjalan di Indonesia. Sedangkan secara

khusus, penelitian ini memiliki tujuan

untuk: (1) Menguraikan berdasarkan

ketentuan peraturan perundangan,

mekanisme pendaftaran tanah yang ada

dan contoh penerapan teknologi informasi

dalam pendaftaran tanah di negara lain

bagaimana teknologi informasi dapat

membantu mekanisme pendaftaran tanah.;

(2) Menganalisa prospek dari penggunaan

teknologi informasi di dalam sistem

pendaftaran tanah Indonesia berdasarkan

peraturan perundangan yang ada dan

pendapat ahli maupun birokrat terkait.

2. Metode Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis adalah penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif mengkaji

pelaksanaan atau implementasi ketentuan

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 5: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

hukum positif dan kontrak secara faktual

pada setiap peristiwa hukum tertentu yang

terjadi dalam masyarakat guna mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Dalam

penelitian ini terdapat dua tahap kajian

yaitu (1) Tahap pertama adalah kajian

mengenai hukum normatif yang berlaku;

(2) Tahap kedua adalah penerapan pada

peristiwa in concreto guna mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Penerapan

tersebut dapat diwujudkan melalui

perbuatan nyata dan dokumen hukum.

Hasil penerapan akan menciptakan

pemahaman realisasi pelaksanaan

ketentuan hukum normatif yang dikaji

telah dijalankan atau tidak.(Abdulkadir

Muhammad, 2004)

Dikarenakan penggunaan kedua tahapan

tersebut, maka penelitian hukum normatif

membutuhkan data primer dan data

sekunder. Penulis menggunakan bahan-

bahan kepustakaan sebagai data untuk

menganalisa penerapan teknologi

informasi di dalam sistem pendaftaran

tanah baik itu yang sudah berjalan maupun

prospek penerapannya di Indonesia.

Wawancara yang dilakukan oleh penulis

hanya bertujuan untuk memperkuat

analisis penulis dan bukan sebagai data

utama dalam penyusunan skripsi. Penulis

juga tidak melakukan penelitian lapangan

dengan meneliti norma hukum adat

maupun norma hukum tidak tertulis

lainnya. Penggunaan metode penelitian

normative empiris ini dilator belakangi

kesesuaian teori dengan metode penelitian

yang diperlukan oleh penulis dalam

penyusunan skripsi.

Penelitian ini berdasarkan sifatnya

merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu

penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena

yang ada baik fenomena alamiah ataupun

buatan manusia. Jenis penelitian deskriptif

yang digunakan oleh penulis dalam

penyusunan skripsi ini adalah studi

perbandingan (comparative study) yaitu

membandingkan persamaan dan perbedaan

yang dapat digunakan untuk menganalisa

penyebab timbulnya persitiwa tertentu.

Dari hasil perbandingan tersebut dapat

ditarik kesimpulan faktor yang

menyebabkan timbulnya gejala pada objek

yang diteliti. Pada penelitian hukum

normatif, bahan pustaka merupakan data

dasar yang digolongkan sebagai data

sekunder. Data sekunder memiliki ciri-ciri

umum sebagai berikut: (1) Data sekunder

pada umunya ada dalam keadaan siap; (2)

Bentuk dan isi data sekunder telah

dibentuk dan diisi oleh peneliti-peneliti

terdahulu; (3) Data sekunder dapat

diperoleh tanpa terikat atau dibatasi oleh

waktu dan tempat. (Soerjono Soekanto,

2006)

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 6: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

Data primer adalah data yang harus

diperoleh peneliti melalui penelitian

langsung terhadap faktor-faktor yang

menjadi latar belakang penelitiannya. Oleh

karena itu, data primer seringkali menjadi

data dasar penelitian hukum empiris.

Dalam pengumpulan data primer, penulis

menggunakan wawancara karena dengan

menggunakan metode tersebut penulis

dapat mengumpulkan informasi yang

relevan dari pihak-pihak yang terkait

dengan studi kasus tersebut. Pada

pngumpulan data sekunder, penulis

menggunakan metode studi kepustakaan.

Studi kepustakaan (bibliography study)

merupakan pengkajian informasi tertulis

mengenai hukum yang berasal dari

berbagai sumber dan dipublikasikan secara

luas. Informasi tertulis tersebut lazim

disebut sebagai bahan hukum (law

material). Bahan hukum tersebut dapat

diklasifikasikan menjadi tiga golongan,

yaitu: (1)Bahan hukum primer adalah

bahan hukum memiliki kekuatan mengikat

secara umum (perundang-undangan atau

mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-

pihak berkepentingan; (2)Bahan hukum

sekunder adalah bahan hukum yang

memberi penjelasan terhadap bahan hukum

primer; (3)Bahan hukum tersier adalah

bahan hukum yang memberi penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder.

Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan bahan hukum primer yaitu

peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan pendaftaran tanah dan

teknologi informasi serta bahan hukum

sekunder baik literatur, jurnal hukum,

media cetak atau elektronik. Kemudian,

data-data yang diperoleh akan dianalisis

dan dikaji secara kualitatif oleh penulis

3. Hasil dan Pembahasan Badan Pertanahan Nasional / Kementerian

Agraria dan Tata ruang sebenarnya sudah

memanfaatkan teknologi informasi dalam

proses pendaftaran tanah khususnya dalam

bidang pemeliharaan data pendaftaran

tanah. Penggunaan teknologi informasi ini

dimulai dengan adanya Kegiatan

Komputerisasi Kantor Pertanahan atau

dikenal juga dengan nama Land Office

Computerization

Penggunaan teknologi informasi sudah

sepatutnya dilaksanakan dalam mekanisme

pelayanan pertanahan karena tak dapat lagi

dipungkiri prosedur pelayanan pertanahan

secara manual yang masih mengandalkan

sistem tatap muka memakan waktu yang

cukup banyak dan banyak terjadi

kesalahan berupa inkonsistensi data-data

pertanahan. Infrastruktur untuk

melaksanakan penerapan teknologi

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 7: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

informasi dalam prosedur pelayanan

pertanahan sebetulnya sudah ada dan bisa

dilihat dari penggunaan teknologi

informasi untuk menyimpan data-data

pertanahan. Namun hal yang lebih penting

disini adalah sumber daya manusia dalam

menggunakan teknologi informasi tersebut

yaitu dalam hal ini adalah petugas dan

pejabat kantor-kantor pertanahan. Selama

ini penerapan teknologi informasi di

Indonesia umumnya terhambat masalah

kurang memadianya sumber daya manusia

sehingga penggunaan teknologi informasi

dalam pelayanan pertanahan juga harus

diikuti dengan pengembangan sumber

daya manusia itu sendiri. Aspek

pengembangan tersebut meliputi:

(1) Pendidikan dan Pelatihan ; (2)

Akreditasi keahlian; (3) Pembinaan dan

pengembangan karir. (Tubagus Haedar Ali,

1997)

Selain pengembangan sumber daya

manusia itu sendiri, perlu ditinjau juga asas

kepastian hukum dari penggunaan

teknologi informasi atas pendaftaran tanah

karena salah satu tujuan utama dari

pendaftaran tanah itu sendiri adalah untuk

memberikan jaminan kepastian hukum.

Berdasarkan Pasal 5 UU No.11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik dijelaskan bahwa informasi

elektronik dan atau dokumen elektronik

dan atau hasil cetaknya merupakan alat

bukti hukum yang sah. Permasalahan

hukum yang sering muncul dalam

penggunaan teknologi informasi adalah

pembuktian dan perbuatan hukum yang

dilakukan secara elektronik. Kegiatan

melalui sistem elektronik atau dikenal

dengan sebutan cyberspace merupakan

suatu tindakan hukum yang nyata.

Kegiatan dalam cyberspace merupakan

kegiatan virtual yang memiliki dampak

sangat nyata walaupun alat bukti yang ada

dalam bentuk elektronik.

Pasal 6 UU No. 11 Tahun 2008 juga

menjelaskan bahwa jika ada ketentuan lain

selain yang mensyaratkan bahwa suatu

informasi harus berbentuk tertulis atau asli,

informasi elektronik dan atau dokumen

elektronik tetap dianggap sah sepanjang

informasi yang terdapat di dalamnya dapat

diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya

dan dapat dipertanggungjawabkan

sehingga menerangkan suatu keadaan. Jadi

sebetulnya Indonesia sudah memiliki dasar

hukum yang jelas terkait kekuatan

dokumen-dokumen elektronik. Penerapan

teknologi informasi dalam pendaftaran

tanah juga perlu memperhatikan hukum

pertanahan yang ada. Sampai sejauh ini,

belum ada peraturan perundangan yang

dapat mengakomodasi penggunaan

teknologi informasi dalam mekanisme

pendaftaran tanah

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 8: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

Mengambil contoh dari program KLIS di

Korea Selatan, beberapa faktor yang harus

diperhatikan dalam penerapan teknologi

informasi di bidang pendaftaran tanah

adalah politik, ekonomi, sosial budaya,

level informasi, kesadaran akan informasi

pertanahan diantara pejabat pertanahan dan

perilaku penggunaan tanah oleh

masyarakat umum. (Jong Taek Park,

2013). Secara spesifik hal paling penting

yang perlu diperhatikan adalah hubungan

antara lembaga pemerintahan pusat dan

pemerintah-pemerintah daerah. Hal lain

yang dapat menjamin kesuksesan atau

kegagalan dari penerepan teknologi

informasi adalah kesiapan level informasi

negara tersebut. Beberapa negara memiliki

kondisi informasi yang sangat rendah

seperti kurangnya akses terhadap komputer

dan jaringan internet sehingga untuk dapat

menjalankan program teknologi informasi

harus dikaji secara mendalam.

Dukungan-dukungan lain seperti adanya

peraturan perundang-undangan yang siap

menerima penggunaan teknologi informasi

di bidang hukum, distribusi teknologi,

sosialisasi penggunaan teknologi informasi

dan tingkat pendidikan masyarakat sangat

berperan terhadap kesuksesan penerapan

teknologi informasi di bidang pendaftaran

tanah. Bagaimana data-data pertanahan

tersebut akan diperbaharui dan bagaimana

para pihak yang menjalankan teknologi

tersebut sehari-hari harus dicermati secara

baik-baik sebelum mengambil keputusan

besar digitalisasi pendaftaran tanah secara

sepenuhnya. Hal yang sering terabaikan

namun merupakan masalah cukup penting

khususnya di negara berkembang seperti

Indonesia adalah masalah pendanaan.

Penerapan teknologi informasi dalam

pendaftaran tanah tentunya memerlukan

biaya yang tidak sedikit. Biaya-biaya

tersebut antara lain meliputi

pengembangan software, pusat data,

pelatihan dan pendidikan petugas

pertanahan dan PPAT selaku pemeran aktif

dalam mekanisme pendaftaran tanah dan

sosialisasi kepada masyarakat umum.

Kesuksesan program penerapan teknologi

informasi di Korea Selatan dan Belanda

terjadi karena adanya perencanaan secara

mendalam. Variabel-variabel yang dapat

mempengaruhi proyek penerapan

teknologi informasi dicermati dan

direfleksikan secara mendalam saat tahap

perencanaan. Indonesia tidak bisa secara

langsung meniru proyek penerapan

teknologi informasi dari negara asing

karena perbedaan tingkat ekonomi, politik

dan sosial budaya antara negara asing dan

Indonesia menyebabkan besar

kemungkinan gagalnya proyek tiruan.

Mekanisme pendaftaran tanah berbasis

teknologi informasi haruslah

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 9: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

memperhatikan asas-asas diatas. Karena

pada konsepnya penerapan teknologi

informasi tersebut bersifat menunjang

mekanisme yang sudah ada. Penerapan

teknologi informasi dalam pendaftaran

tanah bertentangan dengan pandangan

umum bahwa pendanaan pendaftaran tanah

perlu diberikan kepada administrasi

pemerintahan pertanahan itu sendiri untuk

mengembangkan sistem pertanahan suatu

negara. Birokrasi pemerintah pada

umumnya merupakan sumber dan bukan

solusi dari permasalahan yang timbul

dalam pendaftaran tanah. Solusi dari

permasalahan dan inefisiensi pendaftaran

tanah dapat diselesaikan dengan cara

memberi pendanaan dan mengembangkan

sistem elektronik, pusat-pusat data, teknik

pemetaan yang hemat biaya dan strategi

politik yang melawan kepentingan-

kepentingan kelompok tertentu seperti

politisi, tuan tanah, pengacara dan birokrat

yang mengambil keuntungan dari

inefisiensi birokrasi pertanahan. (Peter F.

Schaefer dan Clayton Schaefer, 2013)

Berdasarkan wawancara dengan petugas

Badan Pertanahan Nasional / Kementrian

Agraria dan Tata Ruang bidang PPAT

wilayah Jakarta Pusat (narasumber tidak

disebutkan namanya atas permintaaan

sendiri), kondisi yang selama ini menjadi

hambatan dalam pelaksanaan mekanisme

pendaftaran tanah secara efektif dan efisien

adalah kurangnya jumlah sumber daya

manusia yang memadai. Narasumber juga

menjelaskan bahwa dalam prakteknya,

petugas loket kantor pertanahan umumnya

merupakan pekerja tidak tetap ataupun

magang sehingga tidak memiliki

kualifikasi yang memadai. Hal ini terjadi

karena kurangnya petugas tetap di dalam

lembaga pertanahan itu sendiri. Akibat

yang timbul adalah pintu administrasi

pertanahan tidak dilaksanakan oleh sumber

daya manusia yang memadai sehingga

memperlambat mekanisme pendaftaran

tanah yang sudah ada.

Kondisi dan solusi dari kurangnya sumber

daya manusia ini juga dijelaskan dalam

wawancara oleh PPAT dan Notaris

Buntario Tigris Darmawang. Menurut

beliau, mekanisme pendaftaran tanah saat

ini yang masih menggunakan sistem tatap

muka tidak efektif karena menghabiskan

waktu yang cukup banyak. Kondisi lain

yang ditemukan adalah kurangnya petugas

pertanahan yang memberikan pelayanan

pertanahan sehingga sering diganti oleh

petugas tidak tetap ataupun petugas

magang. Mekanisme pendaftaran tanah

yang sekarang juga rawan dengan korupsi

oleh pejabat pertanahan. Solusi yang

dijelaskan oleh beliau adalah pembagian

tugas Badan Pertanahan Nasional kepada

PPAT dalam hal pendaftaran tanah

sehingga menggeser peran Badan

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 10: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

Pertanahan Nasional menjadi pengawas

dan memberikan PPAT beban kerja dalam

pelaksanaan pendaftaran tanah. Sistem ini

merupakan sistem yang dilaksanakan

dalam pendaftaran tanah di negara

Belanda.

Kondisi diatas sesuai dengan apa yang

dituangkan dalam teori sistem hukum oleh

Lawrence M. Friedman. Teori sistem

hukum Friedman menyatakan bahwa

kesuksesan penegakan hukum itu

bergantung pada tiga unsur yaitu struktur

hukum, substansi hukum dan budaya

hukum yang ada di dalam masyarakat.

(Lawrence Friedman, 1997). Struktur

hukum terdiri dari unsur-unsur seperti

jumlah dan ukuran pengadilan, jurisdiksi

pengadilan, prosedur lembaga penegakan

hukum yang diikuti oleh aparat

dibawahnya. Secara singkat struktur

hukum adalah lembaga hukum yang

memiliki tujuan untuk menjalankan hukum

yang ada. Substansi hukum adalah

peraturan nyata, norma dan pola perilaku

dari aparat yang berada dalam sistem

hukum. Penekanan dalam substansi hukum

ini berada di hukum nyata bukan sekadar

peraturan yang tertulis di buku-buku.

Unsur terakhir dalam sistem hukum

Friedman adalah budaya hukum. Friedman

menyatakan bahwa budaya hukum adalah

sikap masyarakat terhadap hukum dan

sistem hukum. Sikap ini merupakan

suasana pemikiran dan kekuatan sosial

yang menentukan bagaimana hukum

digunakan, dihindari ataupun disalah

gunakan.

Selain penerapan teknologi informasi

dalam mekanisme pendaftaran tanah,

penerapan teknologi informasi juga dapat

dilakukan dalam hal pengukuran bidang

tanah. Teknologi yang ada sekarang seperti

GPS dan Peta 3 Dimensi dapat

dimanfaatkan secara langsung untuk

mengukur bidang tanah secara jelas dan

akurat. Sebagai contoh negara Belanda

sejak tahun 2000 menggunakan sistem

GPS RTK (real time kinematics) dalam

melakukan pengukuran bidang tanah untuk

pendaftaran tanah. Pengamatan terhadap

penggunaan teknologi GPS dalam

pengukuran bidang tanah di Belanda

menunjukkan bahwa 25% dari survey

pertanahan dapat dilakukan secara lebih

efektif menggunakan teknologi GPS

dibanding pengukuran konvensional.

4. Kesimpulan Penerapan teknologi informasi dalam

sistem pendaftaran di Indonesia tidak dapat

dilaksanakan secara langsung. Penerapan

tersebut memerlukan adanya perencaan

yang mendalam karena infrastruktur yang

ada saat ini belum dapat mengakomodasi

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 11: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

penerapan teknologi informasi. Mengambil

contoh komparasi dari negara Belanda dan

Korea Selatan, Indonesia memerlukan

suatu peraturan perundangan sebagai dasar

hukum penerapan teknologi informasi

dalam mekanisme pendaftaran tanah.

Bentuk peraturan perundangan tersebut

dapat dilihat dalam penerapan teknologi

informasi SABH (Sistem Administrasi

Badan Hukum) yang dilaksanakan oleh

Kementrian Hukum dan HAM.

Perencanaan penerapan teknologi

informasi dalam pendaftaran tanah harus

memperhatikan kondisi politik, ekonomi

dan sosial budaya dari negara setempat

sehingga Indonesia tidak dapat secara

langsung meniru program yang ada.

Negara Belanda dan Korea Selatan sukses

menerapkan penggunaan teknologi

informasi karena dilakukan dengan

perencanaan yang mendalam dan

pelaksanaan secara tahap demi tahap.

Penggunaan teknologi informasi dalam

bidang pertanahan akan memberikan

kemajuan yang pesat dan meningkatkan

kualitas pelayanan di bidang pertanahan.

Salah satu hambatan yang muncul dalam

usaha penerapan teknologi informasi

adalah kurangnya sumber daya manusia

yang memadai baik dari sisi kualitas dan

kuantitas di lembaga pertanahan Indonesia.

Kondisi ini ditemukan setelah dilakukan

wawancara dengan berbagai pihak yang

berinteraksi sehari-hari dengan mekanisme

pendaftaran tanah. Penerapan teknologi

informasi memerlukan sumber daya

manusia yang memiliki kualifikasi

keahlian dan jika sistem informasi tersebut

sudah berjalan secara sepenuhnya maka

kondisi kurangnya jumlah sumber daya

manusia dapat diatasi. Sistem berbasis

elektronik juga menghindari terjadinya

praktik-praktik pungutan liar yang

dilakukan oleh oknum-oknum tidak

bertanggung jawab. Hal ini terjadi karena

sistem elektronik akan merubah birokrasi

pertanahan di bidang mekanisme sehingga

lebih menjamin transparansi mekanisme

pendaftaran tanah.

Kekurangan dari penerapan teknologi

informasi adalah perlu biaya yang cukup

besar di muka karena kurangnya

infrastruktur teknologi di Indonesia yang

dapat mendukung program elektronisasi

pendaftaran tanah. Hambatan muncul

dalam upaya meyakinkan pejabat-pejabat

terkait untuk memberikan alokasi dana

dalam elektronisasi pendaftaran tanah.

Studi komparatif dari Korea Selatan sudah

menunjukkan bahwa penggunaan

teknologi informasi dalam pendaftaran

tanah memberikan penghematan uang yang

signifikan dalam jangka panjang.

Pendanaan teknologi informasi untuk

pendaftaran tanah bertentangan dengan

pandangan klasik yang menyatakan bahwa

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 12: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

untuk memajukan suatu lembaga

diperlukan pendanaan kepada birokrasi

terkait. Kondisi ini sulit diterapkan di

Indonesia karena birokrasi yang ada

khususnya di bidang pertanahan masih

belum tertata secara baik.

Salah satu implikasi yang muncul adalah

terjadinya pergeseran sistem publikasi

pertanahan di Indonesia ke arah positif.

Hal ini terjadi karena dengan adanya

teknologi informasi pemerintah dapat

menjamin kebenaran data-data pertanahan

yang ada sehingga sertifikat alat bukti

pertanahan berubah kedudukannya dari

alat bukti yang kuat menjadi alat bukti

yang mutlak. Indonesia harus siap secara

hukum untuk mengakomodasi perubahan

ini karena berdasarkan Undang-Undang

Pokok Agraria, sertifikat tanah adalah alat

bukti kuat sehingga perlu adanya suatu

peraturan perundangan yang mengatur

pergeseran ini. Dampak yang muncul atas

pergeseran ini adalah sertifikat alat bukti

tanah tidak dapat dibatalkan di muka

pengadilan tetapi bagi pihak yang

dirugikan akibat terbitnya sertifikat ini

hanya dapat diberikan ganti rugi oleh

Pemerintah.

5. Daftar Acuan Buku Ali, Tubagus Haedar, Kajian Kebijakan

Makro Teknologi dan

Informasi,Jakarta:BPN,1997

Chomzah, Ali Achmad, Hukum Agraria

Pertanahan Indonesia Jilid 2, Jakarta:

Prestasi Pustakarya 2004

Effendie, Bachtiar, Pendaftaran Tanah di

Indonesia dan Peraturan Pelaksananya,

Bandung: Penerbit Alumni, 1993

Friedman, Lawrence M., “American Law:

An Introduction”, cet.2, New York: W.W

Norton and Company, 1997

Gautama, Sudargo dan G.Sukahar Badwi,

“Tafsiran Undang-Undang Pokok

Agraria”, Bandung: Alumni, 1989

Harsono, Boedi, Hukum Agraria Indonesia

: Sejarah Pembentukan Undang-Undang

Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya,

Jakarta : Penerbit Djambatan, 2008

Hutagalung, Arie S. dkk. “Hukum

Pertanahan di Belanda dan Indonesia”,

Bali: Pustaka Larasan, 2012

Makarim, Edmond, Tanggung Jawab

Hukum Penyelenggara Sistem

Elektronik,Jakarta: Rajagrafindo, 2010

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 13: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan

Penelitian Hukum, Cet. 1, Bandung: PT.

Citra Adya Bakti, 2004

Parlindungan, A.P. “Pendaftaran Tanah

Indonesia”, Bandung: Mandar Maju, 1999

Santoso, Urip, Hukum Agraria, Jakarta:

Kencana, 2012

Santoso, Urip, Pendaftaran dan Peralihan

Hak atas Tanah, Jakarta: Kencana, 2010

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji,

Penelitian Hukum Normatif: Suatu

Tinjauan Singkat, Cet. 8, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2006

Sutedi, Adrian, Peralihan Hak atas Tanah

dan Pendaftarannya, Jakarta: Sinar

Grafika,2008

Artikel

Buku Petunjuk Pengoperasian Aplikasi

Notaris SABH, 6

Cara Kerja Sistem Administrasi Badan

Hukum

SABH, SABH-NG Menjawab Tantangan

Zaman, Diapresiasi Banyak Negara,

Renvoi (Nomor 7/79, Desember, Th

07/2009).

Sinaga, Syamsudin Manan ,

“Penyederhanaan Prosedur Pengesahan

Perseroan Terbatas Dalam Rangka

Menggairahkan Iklim Investasi di

Indonesia,” Makalah Acara Rapat Pleno

Ikatan Notaris Indonesia, Medan, 30 Maret

2007

BPN CIMSA IG. A.I.E., Komputerisasi

BPN (Land Office Computerization) Fase

2B LOC 2B “LOC 2b Office Application

Development), (Jakarta: CIMSA Ig. A.I.E,

2006, 3-4

Skripsi dan Tesis

Nazirwan, “Cyber Pelayanan Pemeliharaan

Data Pendaftaran Tanah Secara Online di

Kantor Pertanahan Administrasi Jakarta

Barat”, Tesis Magister Kenotariatan

Universitas Indonesia, Depok,2012

Peraturan Perundangan

Belanda, Cadastre Act, Bulletin of Acts,

Orders and Decrees, 1991, No.571

Indonesia, Undang-Undang Pokok

Agraria.,UU No. 5 Tahun 1960, LN No.

104 Tahun 1960. TLN No. 2043,

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 14: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

_______, Penjelasan Undang-Undang

Republik Indonesia tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik. UU No.11 Tahun

2008, LNRI Tahun 2008 No.58, TLN

No.4843

________, Peraturan Pemerintah

Pendaftaran Tanah, PP No.10 Tahun

1961, LN No. 28 Tahun 1961. TLN No.

2171

________, Peraturan Pemerintah

Pendaftaran Tanah, PP No.24 Tahun

1997, LN No. 59 Tahun 1997. TLN No.

3696

________, Lampiran Peraturan

Pemerintah tentang Jenis Penerimaan

Negara Bukan Pajak yang berlaku pada

Badan Pertanahan Nasional, PP No.13

Tahun 2010, LN RI Tahun 2010 No.18,

TLN RI No.5100

Korea Selatan, Real Estate Registration

Act, Act No.9401, 2009.

Internet

Dainith, John, "IT", A Dictionary of

Physics, Oxford University Press, 2009,

diakses 5 Oktober 2015

Publications, FIG, “FIG Statement on the

Cadastre”, , diakses 5 Oktober 2015,

http://www.fig.net/resources/publications/f

igpub/pub11/figpub11.asp#6.4

http://site.bpn.go.id/o/Layanan-

Pertanahan.aspx , diakses 10 November

2015

http://www.kadaster.nl/web/english.htm,

diakses tanggal 15 November 2015

http://www.eurocadastre.org/pdf/310107_

Netherlans_TEXT.pdf, diakses tanggal 15

November 2015

http://koreanlii.or.kr/w/index.php/Real_pro

perty, diakses tanggal 26 November 2015

http://www.doingbusiness.org/data/explore

economies/korea/registering-property/,

diakses tanggal 27 November 2015

http://yusril.ihzamahendra.com/2008/11/17

/penjelasan-tentang-sisminbakum/,

diakses tanggal 7 November 2015 Pukul

16.00 WIB

http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/9631 ,

diakses tanggal 1 Januari 2015

Jurnal

Henssen, J.L.G. dan Williamson, I.P.

“Land registration, cadastre and its

interaction; a world perspective”,

Proceedings XIX FIG Congress,

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016

Page 15: PROSPEK PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM …

Commission 7, Paper 701.1, Helsinki 1990,

20

Jang, Bong-Bae dan June-Hwan KOH,

Cadastre 2014 – A Case Study from South

Korea, 2

Park, Jong Taek dan Joungyoon Chun, The

Establishment of Korea Land Information

System, 2013 Modularization of Korea’s

Development Experience (April 2014), 68-

75

Saxena, Naresh C, Updating Land

Records: Is Computerisation Sufficient,

Economic and Political Weekly Vol.40

No.4, Januari 2005, 321

Schaefer, Peter F dan Clayton Schaefer,

An Innovative Approach to Land

Registration in the Developing World:

Using Technology to Bypass the

Bureaucracy, Policy Analysis No.765, 3

Desember 2014, 10

Tembom, Emmanuel, Johnson Kampamba

dan Bipuso Nkwae, Land Registration in a

Digital Envinronment,FIG Congress 2014,

Kuala Lumpur: FIG Publications,2014. 5-6

Vos, Jacques, “The Digitalization of Land

Registration in the Netherlands: Paving

The Road For Cross Border Practices” ,

Ponencias y Comunicaciones

presentadasal XVII Congreso

Internacional de Derecho Registral, 2013,

1

Wakker, Willem Jan, Paul van der Molen

dan Christian Lemmen, “Land registration

and cadastre in the Netherlands, and the

role of cadastral boundaries: The

application of GPS technology in the

survey of cadastral boundaries.” Journal of

Geospatial Engineering, Vol. 5, No.1

(June 2003), 4-8

Youngho,Lee, 2006, The Role of Cadastral

Information for the Good Land

Administration in South Korea,3

Zevenbergen, Jaap,”A Systems Approach

to Land Registration and Cadastre”,

Nordic Journal of Surveying and Real

Estate Research, Vol.1, 2004, 1

Prospek Penerapan ..., Jason Octavio Tigris, FH UI, 2016