makalah penerapan teknologi informasi

6
Penerapan Teknologi Informasi dalam rangka Membuka Informasi ke Pusat-Pusat Pertumbuhan Gatot Hari Priowirjanto 1 Direktur SEAMEO – SEAMOLEC (Southeast Asean Minister of Education Organization Regional Open Distance Learning Centre) [email protected] , [email protected] Abstraksi Program pemanfaatan dan pengembangan Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat ini merupakan sebuah program yang amat dibutuhkan oleh seluruh departemen di Indonesia. Tidak dapat disangsikan lagi, bahwa untuk mencapai tujuan pemberantasan kemiskinan, kebodohan, pengangguran dan keterbelakangan serta kesenjangan pengetahuan, maka Teknologi Informasi adalah salah satu jalan utama. Kondisi geografis Indonesia juga menjdi sebuah tantangan yang luar biasa besar untuk mencapai hal tersebut, dimana akbat perbedaan yang sangat signifikan dari segi geografis maka masyarakat terkotak-kotak menjadi masyarakat yang terdepan dan tertinggal. Pengalaman Departemen Pendidikan Nasional dalam mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi serta infrastruktur yang telah dibangun diharapkan dapat bermanfaat untuk Departemen lain, khususnya Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal dalam menjembatani permasalahan yang ada. Melalui infrastruktur yang telah dibangun selama ini, diharapkan daerah yang termasuk dalam Kabupaten Daerah Teringgal dapat menyusul ketertinggalannya dan mampu terhubung untuk memperoleh informasi seluas-luasnya, tidak hanya di Indonesia bahkan hingga ke Asia maupun Dunia. Hal ini akan menjadikan Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lain dalam pemanfaatan dan pengembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi dan mencapai taraf kesejahteraan yang tinggi. Kata Kunci: pendidikan, infrastruktur , pemanfaatan teknologi informasi. 1. PENDAHULUAN Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, baik dari segi jumlah penduduk, luas wilayah, kekayaan alam dan sumber daya yang dimiliki. Namun, kebesaran ini juga membawa beberapa tantangan di dalam mengelola seluruh sumberdaya yang ada dan untuk membawa negara ini semakin maju. Salah satu contoh tantangan adalah kondisi geografis negara Indonesia yang membentang dari Barat ke Timur, yang terdiri atas 14.000 pulau besar dan kecil serta diselingi dengan laut dan selat. Kondisi ini pasti menyulitkan pelaksanaan beberapa program pemerintah yang membutuhkan kecepatan dan keluasan. Salah satu program utama yang mengalami tantangan ini adalah dunia pendidikan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, maka keadilan, kemaksuran dan kesejahteraan soasial adalah hak mutlak bagi warganegara Indonesia, dimana menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut. Berbagai daya dan upaya dikerahkan untuk memenuhi amat tersebut dan melibatkan seluruh alat yang dapat dimanfaatkan, termasuk pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dikembangkan merupakan sebuah alat di dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial, dimana di dalam pengembangannya terbagi atas beberapa hal, yaitu infrastruktur, SDM dan konten. Ketiga hal tersebut dilaksanakan secara paralel, karena satu sama lain harus saling mendukung untuk dapat menjadi sebuah alat yang lengkap untuk mendukung tujuan tersebut 2. PEMBAHASAN Pertumbuhan perekonomian suatu negara amat bergantung pada perkembangan pendidikan yang berarti amat bergantung pada akses terhadap informasi secara luas bagi Makalah dibawakan pada: Seminar Optimalisasi Networking dalam Pengembangan Teaching Factory VEDC Malang – 18 Desember 2008 1

Upload: ayounkze

Post on 14-Jun-2015

1.846 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Penerapan Teknologi Informasi

Penerapan Teknologi Informasi dalam rangka Membuka Informasi ke Pusat-Pusat Pertumbuhan

Gatot Hari Priowirjanto1 Direktur SEAMEO – SEAMOLEC (Southeast Asean Minister of Education Organization Regional Open Distance

Learning Centre)

[email protected], [email protected]

Abstraksi

Program pemanfaatan dan pengembangan Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat ini merupakan sebuah program yang amat dibutuhkan oleh seluruh departemen di Indonesia. Tidak dapat disangsikan lagi, bahwa untuk mencapai tujuan pemberantasan kemiskinan, kebodohan, pengangguran dan keterbelakangan serta kesenjangan pengetahuan, maka Teknologi Informasi adalah salah satu jalan utama. Kondisi geografis Indonesia juga menjdi sebuah tantangan yang luar biasa besar untuk mencapai hal tersebut, dimana akbat perbedaan yang sangat signifikan dari segi geografis maka masyarakat terkotak-kotak menjadi masyarakat yang terdepan dan tertinggal. Pengalaman Departemen Pendidikan Nasional dalam mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi serta infrastruktur yang telah dibangun diharapkan dapat bermanfaat untuk Departemen lain, khususnya Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal dalam menjembatani permasalahan yang ada. Melalui infrastruktur yang telah dibangun selama ini, diharapkan daerah yang termasuk dalam Kabupaten Daerah Teringgal dapat menyusul ketertinggalannya dan mampu terhubung untuk memperoleh informasi seluas-luasnya, tidak hanya di Indonesia bahkan hingga ke Asia maupun Dunia. Hal ini akan menjadikan Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lain dalam pemanfaatan dan pengembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi dan mencapai taraf kesejahteraan yang tinggi.

Kata Kunci: pendidikan, infrastruktur , pemanfaatan teknologi informasi.

1. PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, baik dari segi jumlah penduduk, luas wilayah, kekayaan alam dan sumber daya yang dimiliki.

Namun, kebesaran ini juga membawa beberapa tantangan di dalam mengelola seluruh sumberdaya yang ada dan untuk membawa negara ini semakin maju. Salah satu contoh tantangan adalah kondisi geografis negara Indonesia yang membentang dari Barat ke Timur, yang terdiri atas 14.000 pulau besar dan kecil serta diselingi dengan laut dan selat.

Kondisi ini pasti menyulitkan pelaksanaan beberapa program pemerintah yang membutuhkan kecepatan dan keluasan. Salah satu program utama yang mengalami tantangan ini adalah dunia pendidikan.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, maka keadilan, kemaksuran dan kesejahteraan soasial adalah hak mutlak bagi warganegara Indonesia, dimana menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut.

Berbagai daya dan upaya dikerahkan untuk memenuhi amat tersebut dan melibatkan seluruh alat yang dapat dimanfaatkan, termasuk pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dikembangkan merupakan sebuah alat di dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial, dimana di dalam pengembangannya terbagi atas beberapa hal, yaitu infrastruktur, SDM dan konten. Ketiga hal tersebut dilaksanakan secara paralel, karena satu sama lain harus saling mendukung untuk dapat menjadi sebuah alat yang lengkap untuk mendukung tujuan tersebut

2. PEMBAHASAN

Pertumbuhan perekonomian suatu negara amat bergantung pada perkembangan pendidikan yang berarti amat bergantung pada akses terhadap informasi secara luas bagi

Makalah dibawakan pada: Seminar Optimalisasi Networking dalam Pengembangan Teaching FactoryVEDC Malang – 18 Desember 2008

1

Page 2: Makalah Penerapan Teknologi Informasi

penduduk negara tersebut. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan antara negara Korea Selatan dengan Brazil pada kurun waktu yang sama.

Dari tabel dan perbandingan di atas terlihat jelas bahwa pada tahun 1960 kedua negara berada pada posisi yang sama. Dimana Brazil berada pada titik rendah ekonomi serta Korea Selatan masih hancur akibat perang saudara dengan Korea Utara. Namun, dalam waktu 40 tahun, segera terlihat perubahan yang cukup mencolok, dimana GDP per-kapita dari Korea Selatan langsung melejit meninggalkan Brazil.

Di sisi lain, terlihat bahwa perkembangan GDP yang amat pesat tersebut tidak terjadi begitu saja, tetapi disebabkan juga dengan pergeseran pendidikan minimal bagi penduduknya. Pada tahun 1960, kedua negara berada pada jumlah yang sama, yaitu 80% penduduknya hanya menamatkan sekolah dasar. Namun, 40 tahun kemudian, Korea Selatan jauh melejit meninggalkan Brazil, dimana pendidikan terendah penduduknya sebagian besar berada pada pendidikan tinggi.

Apa yang dapat ditarik dari hal tersebut ?

Dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, maka akses terhadap informasi serta ilmu pengetahuan akan semakin besar, yang akan mendorong peningkatan kesejahteraan penduduk ke arah yang lebih tinggi juga.

Inilah yang harus dipelajari oleh Indonesia lebih jauh lagi.

Berikutnya akan saya paparkan perjalanan pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional

Beberapa program pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi khususnya Infrasruktur adalah:

Jaringan Internet (Jarnet)

Jaringan Informasi Sekolah (JIS)

Wide Area Network Kota (WAN Kota)

Information and Communication Technology Center (ICT Center)

Indonesia Higher Education Network (Inherent)

Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas)

Southeast Asian Education Network (SEA EduNet)

2.1 Jaringan Internet (2000)Sebelum tahun 1999 sebenarnya secara parsial Departemen Pendidikan Nasional telah banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan maupun menjalankan program yang berhubungan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), utamanya untuk sarana komunikasi antar institusi dan otomatisasi pendataan. Beberapa diantaranya adalah pembuatan mailing list untuk komunikasi langsung antara pusat dengan daerah, menggalakkan pembuatan web site bagi sekolah untuk penyebaran informasi bagi sekolah tersebut serta penyusunan berbagai program pendataan berbasis TIK.

Namun, untuk pengembangan infrastruktur secara nasional dan dalam jumlah besar dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) pada tahun 2000 dalam sebuah program yang disebut dengan Jaringan Internet atau Jarnet.

Latar belakang program ini adalah untuk mendukung pemercepatan internetisasi sekolah-sekolah di Indonesia khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK. Hal ini karena SMK mulai diwajibkan untuk memiliki alamat email dan juga diminta untuk memiliki web site untuk sarana promosi sekolah masing-masing.

Tujuan dari program ini adalah: Mempercepat pelaksanaan Internetisasi di SMK

Negeri dan Swasta. Meningkatkan komunitas antar SMK. Mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana

yang dimiliki. Menyediakan sarana mendapatkan informasi

terkini dan media pembelajaran bagi warga sekolah dan masyarakat umum.

Menyediakan media promosi sekolah dalam rangka peningkatan minat/animo masyarakat terhadap SMK.

Makalah dibawakan pada: Seminar Optimalisasi Networking dalam Pengembangan Teaching FactoryVEDC Malang – 18 Desember 2008

2

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000

Rea

l GDP

per

cap

ita (2

000

US$

)

South Korea

BrazilDifference in output due to growth in labor and capital in Korea

Difference in output due to TFP growth or knowledge accumulation in Korea

Page 3: Makalah Penerapan Teknologi Informasi

Menjadikan jarnet bagian dari unit produksi agar mengembangkan warnet di sekolah.

Bantuan Jarnet ini dimaksudkan agar digunakan untuk pengadaan peralatan dan pelatihan pemasangan jaringan lokal (LAN) di sekolah.

Program pengembangan Jaringan Internet diperuntukkan bagi semua SMK Negeri/ Swasta di Kabupaten/Kota. Sampai dengan tahun 2003 terdapat 744 SMK yang sudah memiliki jaringan Internet melalui program Jarnet ini.

2.2 Jaringan Informasi Sekolah (2001 - 2002)Senyampang dengan mulai menjamurnya kebutuhan terhadap internet yang diakibatkan oleh program Jarnet, maka kebutuhan infrastruktur dan sarana komunikasi juga semakin meningkat. Khusus mengenai infrastruktur, sebagian besar sekolah yang ada di kabupaten dan kota hanya memiliki komputer yang memiliki spesifikasi yang amat rendah. Bahkan banyak yang tidak memiliki harddisk.

Disisi lain, perkembangan TIK yang cukup pesat membutuhkan SDM yang handal, juga membutuhkan sarana komunikasi dan diskusi bagi penggiat TIK di satu daerah, agar para guru yang memiliki hobi yang sama dapat berkumpul secara teratur setiap bulan untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan di dalam bidang TIK. Untuk berkumpul ini juga dibutuhkan sebuah lokasi yang representatif, yang memiliki sarana dan prasarana dalam bidang TIK serta dapat dijadikan sebuah sekretariat.

Dengan dasar inilah, Depdiknas pusat mencoba untuk memacu hal tersebut dengan “memberikan kail” berupa bantuan untuk pelatihan awal dan merangsang pembentukan sekretariat TIK dan pelatihan untuk “PC Cloning” di masing-masing kabupaten/kota.

Program inilah yang disebut dengan Jaringan Informasi Sekolah atau disingkat JIS.

Peserta JIS ini tidak terbatas kepada SMK saja, namun diikuti oleh seluruh SLTA di daerah tersebut, SLTP dan beberapa SD. Syarat utama untuk ikut di dalam JIS adalah memiliki minat terhadap TIK

Hasil yang diharapkan dari program ini adalah:

Hingga tahun 2003, telah terbentuk 154 JIS di seluruh Indonesia. Ini merupakan embrio pengembangan SDM untuk program TIK yang sejak program ini digulirkan menjadi lebih cepat lagi pengembangannya

2.3 Wide Area Notwork (WAN) Kota (2002-2003)Perkembangan kebutuhan akan TIK sejak bergulirnya program Jarnet dan JIS semakin besar, utamanya kebutuhan terhadap koneksi internet yang digunakan untuk mempercepat proses pengiriman data dan informasi dari daerah ke pusat serta untuk proses pembelajaran.

Namun disisi lain, harga internet di Indonesia yang masih amat mahal menjadi pemikiran utama dari sekolah-sekolah tersebut. Untuk bisa membiayai operasional sehari-hari saja masih amat sulit, apalagi harus menyisihkan dana setiap bulan untuk biaya internet.

(Gambar 1. Sistem Jaringan WAN Kota)

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dikembangkanlah program WAN Kota, yang mencoba menghubungkan jaringan lokal di semua sekolah yang berada pada satu wilayah dan kemudian memasang koeksi internet pada salah satu simpul di daerah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan biaya internet yang seharusnya hanya diatnggung oleh satu sekolah menjadi tanggungan bersama. Ini akan meringankan dan memudahkan sekolah-sekolah tersebut untuk turut serta menikmati koneksi internet.

Hingga tahun 2003, telah terbentuk 31 WAN Kota di Indonesia.

2.4 ICT Center (2004 - 2006)Program WAN Kota yang telah dikembangkan pada tahun 2002 hingga tahun 2003 akhirnya dirasakan hanya menitikberatkan kepada aspek perangkat keras dan jaringan saja, sedangkan pengembangan TIK tidak hanya terdiri atas kedua aspek tersebut. Pengembangan SDM juga hanya berputar kepada institusi yang menjadi lokasi WAN Kota, sehingga mulai dipikirkan untuk memperluas fungsi dan tugas dari WAN Kota menjadi sebuah institusi lain yang mampu menjadi pusat TIK di daerah dan bermanfaat secara luas bagi masyarakat di sekitarnya.

Berdasarkan pemikiran inilah, lahir sebuah program dan institusi dengan nama Information and Communication Technology (ICT) Center yang berfungsi sebagai Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten/Kota.

Untuk mempersenjatai fungsi tersebut, maka ICT Center dibentuk dengan infrastruktur yang melebihi WAN Kota, karena fungsu utamanya bukan hanya sekedar menghubungkan LAN di da satu wilayah saja, melainkan meluas kepada fungsi Capacity Bulding.

Makalah dibawakan pada: Seminar Optimalisasi Networking dalam Pengembangan Teaching FactoryVEDC Malang – 18 Desember 2008

3

Client

Client

BTS

ClientClient

Page 4: Makalah Penerapan Teknologi Informasi

Perangkat yang diberikan kepada masing-masing ICT Center adalah satu set tower dan perangkat server 2,4 Ghz untuk membagi koneksi internet yang dimiliki, satu atau dua paket laboratorium komputer, dan perangkat pendukung jaringan lainnya, seperti VoIP Phone, Router, Switch dan lain-lain. Khusus ICT Center tahun 2005 malah diberikan bantuan koneksi selama 6 bulan melalui VSAT dengan bandwidth 128 Kbps 1:1 dengan ISP Indosat M2.

Hingga tahun 2008 ini, total ICT Center di seluruh Indonesia adalah 430 Unit

2.5 Inherent (2006 - 2007)Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi juga turut menggeliat di dalam pengembangan TIK dan tidak kalah dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Sebenarnya, sejak tahun 90-an, sudah banyak perguruan tinggi yang secara parsial maupun kelompok kecil telah mengembangkan infrastruktur TIK di kampus masing-masing. Yang amat terkenal adalah ITB dengan berbagai risetnya untuk bidang internet dan jaringan lokal.

Secara nasional, infrastruktur yang dibangun untuk menghubungkan seluruh perguruan tinggi dibangun pada tahun 2006, dalam bentuk program Indonesian Higher Education Network atau Inherent.

Program INHERENT menghubungkan 32 perguruan tinggi sebagai backbone utama dimana perguruan tinggi lainnya dapat terhubung ke PT backbone tersebut apabila hendak terhubung dalam satu sistem jaringan.

(Gambar 2. Sistem Jaringan INHERENT)

Karena tujuan utama dari sistem ini adalah untuk riset dan pengembangan, maka jalur data yang disiapkan cukup besar, bahkan mencapai 155 Mbps dengan link yang terkecil mencapai 2 Mbps.

2.6 Jejaring Pendidikan Nasional (2006 - sekarang )

Program ICT Center dan WAN Kota yang dibangun hingga tahun 2006 telah berhasil membangun jaringan lokal di dalam masing-masing kabupaten kota, serta telah membentuk komunitas di dalam bidang TIK.

Selanjutnya, untuk menggabungkan seluruh ICT Center, WAN Kota dan Institusi pendidikan lainnya di seluruh Indonesia, pada tahun 2006 dikembangkan program Jejaring Pendidikan Nasional atau Jardiknas.

Untuk memudahkan pengelolaan, Jardiknas dibagi atas 4 zona, yaitu Zona Kantor Dinas dan Institusi, Zona Perguruan Tinggi, Zona Sekolah, dan Zona Personal (Guru dan Siswa)

(Gambar 3. Sistem Jaringan Jardiknas)

Seluruh lokasi terhubung dengan teknologi MPLS dan dikelola oleh 3 NOC, dimana seluruh NOC dihubungkan dengan link internasional dan IIX sebesar 200 Mbps.

Hingga akhir tahun 2007, telah terhubung 1.014 titik institusi dan 11.825 sekolah dengan Jardiknas.

2.7 SEA EduNet (2008)

Rencana pengembangan ke depan adalah mengintegrasikan jejaring yang telah dibentuk di Indonesia dengan negara-negara tetangga, agar dapat dilaksanakan sharing knowledge dengan lebih intensif. Hal ini bertujuan agar seluruh institusi kita memiliki wawasan yang lebih mengglobal.

Salah satu teknologi yang saat ini sedang dijajaki oleh Depdiknas, utamanya oleh institusi Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Distance Learning Centre (SEAMOLEC) adalah teknologi multicast, yang menggunakan perangkat parabola untuk downstream dan teresterial untuk upstream.

Teknologi ini amat sesuai dengan kondisi geografis di Indonesia, yang bergunung-gunung dan masih sulit dijangkau secara merata dengan koneksi kabel.

Makalah dibawakan pada: Seminar Optimalisasi Networking dalam Pengembangan Teaching FactoryVEDC Malang – 18 Desember 2008

4

Page 5: Makalah Penerapan Teknologi Informasi

(

Gambar 4. Sistem Jaringan SEA EduNet)

Konsep utama dari SEA EduNet adalah Multicast, dimana data dikirim secara serentak ke seluruh titik secara terus menenus sesuai dengan grup-nya.

Dengan sistem ini, maka tidak ada pembagian atau sharing terhadap bandwidth yang dimiliki. Jika bandwidth satelit sebesar 2 Mb dan jumlah klien sebanyak 100 titik, maka tiap-tiap titik akan memperoleh bandwidth sebesar 2 Mbps juga, dan bukan 2 Mbps dibagi 100 titik. Hal ini tentu saja amat menguntungkan bagi titik-titik tersebut.

Satelit yang digunakan oleh SEAMEO SEAMOLEC adalah Satelit Telkom 2 yang memiliki footprint di wilayah Asia Tenggara, sehingga amat tepat mendukung tugas pokok dan fungsi SEAMOLEC untuk melayani ASEAN dalam bidang pendidikan terbuka dan jarak jauh.

Gambar 5. Footprint Satelit Telkom 2

Kalau berbicara mengenai satelit, internet dan berbagai jenis koneksi lainnya, biasanya pertanyaan yang paling sering dikemukakan adalah "Berapa Biayanya ?" "Mahal tidak ?" "Berapa biaya bulanannya ?"

Bagaimana dengan SEA EduNet ini ?

Perangkat yang dibutuhkan di sisi pengguna tidak terlalu sulit dan mahal, yaitu sebuah Modem Satelit, Antena Parabola yang dilengkapi dengan LNB (parabola yang

digunakan adalah parabola standar, berupa antena solid 6-8 feet), dan komputer.

Gambar 6. Modem dan Parabola SEA EduNet

Sedangkan untuk biaya bulanan, seperti yang disampaikan sebelumnya, hanya cukup dengan membayar 1 titik saja, yaitu pada titik pusatnya. Sehingga hampir tidak diperlukan biaya bulanan bagi klien kecuali untuk perawatan sistem saja.

Solusi SEA EduNet sangat tepat untuk daerah terpencil, dimana jalur internet hampir tidak mungkin menjangkau daerah tersebut, serta daerah pegunungan dan kepulauan, tapi tetap dengan catatan bahwa di daerah tersebut sudah harus tersedia aliran listrik.

Sistem ini dapat dimanfaatkan untuk 4 hal, yaitu

1. Video Broadcasting. Dengan sistem ini, maka video-video pembelajaran maupun video pendidikan dan pelatihan dalam bidang pertanian, perikanan, perkebunan maupun bidang lainnya. Hal ini akan mengakibatkan daerah yang sulit terjangkau dapat lebih mudah belajar tentang hal-hal terbaru dalam bidang-bidang tersebut.

2. Video Converence Broadcast. Dengan sistem ini, maka setiap pelaksanaan seminar, pidato, penyuluhan yang dilaksanakan secara video converence, akan dapat diikuti juga oleh daerah tertinggal sehingga tetap dapat memperoleh informasi yang terbaru.

3. Data Broadcasting. Dengan sistem ini maka buku-buku dalam bentuk elektronik dapat dikirim ke seluruh Indonesia dengan cepat. Juga modul-modul

Makalah dibawakan pada: Seminar Optimalisasi Networking dalam Pengembangan Teaching FactoryVEDC Malang – 18 Desember 2008

5

Page 6: Makalah Penerapan Teknologi Informasi

pembelajaran pertanian, perkebunan, perikanan dan buku apapun dalam bentuk elektronik dapat dikirimkan dengan cepat dan tepat, sehingga seluruh lokasi dapat memperoleh ilmu pengetahuan secara melimpah.

4. Portal on Demand. Walaupun tidak tersedia koneksi internet langsung, namun web site-website yang ada dapat dikirimkan juga melalui sistem ini, sehingga dapat dibuka secara offline di seluruh titik. Dengan sistem ini, maka informasi melalui internet dapat tetap diterima. Juga efek pornografi dapat dipastikan tidak ada karena setiap portal yang dikirim pasti akan dicek terlebih dahulu oleh pusat data. Website bukan menjadi monopoli daerah maju saja, tapi juga dapat dinikmati oleh daerah terpencil dan tertinggal.

Diharapkan pada tahun 2009 sistem ini, sudah dapat diterapkan pada seluruh Propinsi di Indonesia.

3. PENUTUP

3.1 KesimpulanPenerapan Teknologi Informasi dalam rangka membuka informasi ke pusat-pusat pertumbuhan di seluruh Indonesia

dapat dilaksanakan secara maksimal apabila dilakukan sinergi secara teratur dan konsisten dengan lembaga-lembaga terkait. Hal ini untuk mencegak dualisme program dan dapat menciptakan penghematan terhadap anggaran negara secara maksimal.

Program Inherent, jardiknas dan SEA EduNet yang telah dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dapat disinergikan dengan program Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal untuk meningkatkan taraf hidup dan akses terhadap informasi pada daerah-daerah tersebut.

3.2 RekomendasiPerlu dilaksanakan integrasi dan sinergi antara institusi yang terkait, agar setiap program dapat mencapai sasaran secara efektif dan efisien.

4. DAFTAR PUSTAKA

[1].“Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas)”, http://jardiknas.diknas.go.id

[2].“Buku perkembangan ICT Dikmenjur”, Direktorat Dikmenjur, 2005

Makalah dibawakan pada: Seminar Optimalisasi Networking dalam Pengembangan Teaching FactoryVEDC Malang – 18 Desember 2008

6