prosiding - publikasi.mipastkipllg.compublikasi.mipastkipllg.com/admin/prosiding/semnas unri wahyu...

11

Upload: tranthuy

Post on 13-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROSIDING

Seminar Nasional Fisika

Universitas Riau

(SNFUR)

Pekanbaru, 10 Oktober 2016

Editor:

Erman Taer

Nur Islami

Zulkarnain

LPPM

Universitas Riau

Proseding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau 2016 ISBN : 978-979-792-691-5

181

Pengaruh Model Pembelajaran The Power Of Two terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1

Lubuklinggau

Wahyu Arini

STKIP PGRI Lubuklinggau, Jl. Mayor Toha Kel. Air Kuti Kota Lubuklinggau Email: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran The Power Of Two terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Lubuklinggau”. Hal ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar fisika siswa karena kurang aktif dan lemahnya motivasi siswa terhadap pelajaran fisika.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran The Power of Two terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Lubuklinggau”.Jenis penelitian ini adalah eksperimen, dengan desain yang digunakan control group pre-test post-testdesign.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Lubuklinggau yang berjumlah 152 orang. Dua kelas diambil sebagai sampel secara acak, dimana kelas X.4 yang berjumlah 38 orang terpilih sebagai kelas eksperimen dan kelas X.3 yang berjumlah 38 orang terpilih sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diajar dengan menggunakan model pembelajaran The Power of Twosedangkan kelas kontrol diajar dengan menggunakan metode ceramah bervariasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan observasi, tes berbentuk uraian sebanyak lima soal. Dari hasil analisis data menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0,0η diperoleh bahwa thitung>ttabel(4,99 > 1,67), sedangkan untuk aktifitas siswa melalui observasi, diperoleh rata-rata observasi keseluruhan pada kelas kontrol yaitu 69termasuk kategori baik, pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata 87 termasuk kategori sangat baik. sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh model pembelajaran The Power of Twoterhadap hasil belajar fisika siswa kelas X di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Lubuklinggau.

Kata Kunci: Pengaruh, Model PembelajaranThe Power of Two, Hasil Belajar

ABSTRACT

This study, entitled "Effects of Learning Model The Power Of Two on Yield Learning Physics Class X SMA Muhammadiyah 1 Lubuklinggau". It is motivated by low yields physics student learning because it is less active and weak motivation of students to the physics lessons. The purpose of this study was to determine the effect of learning model The Power of Two on learning outcomes physics class X students at SMA Muhammadiyah 1 Lubuklinggau ". This type of research is experimental, with a design that used the control group pre-test post-test design. The population in this study were all students of class X SMA Muhammadiyah 1 Lubuklinggau which amounted to 152 people. Two classes were sampled at random, where the class X.4 totaling 38 people selected as experimental class and class X.3 totaling 38 people selected as the control class. Experimental class taught using learning model The Power of Two, while the control class taught using lecture method varies. Data collection techniques used are tests and observation, tests shaped description of five questions. From the results of data analysis using t-test with a level of α = 0.0η was obtained that thitung> ttabel (4.λλ> 1.θ7), while for the student activity through observation, obtained an average overall observations on the control class is 69 including both categories, the experimental class earned an average of 87 including the excellent category. so it can be concluded there is the influence of the learning model The Power of Two on learning outcomes physics class X students at SMA Muhammadiyah 1 Lubuklinggau.

Keywords: Effects, Learning Model The Power of Two, Learning Outcomes

Proseding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau 2016 ISBN : 978-979-792-691-5

182

Pendahuluan

Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran.

Kompetensi merupakan kemampuan berpikir, bertindak dan bersikap secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Kompetensi ini sebagai bekal bagi peserta

didik agar dapat menanggapi: i) isu lokal,

nasional, kawasan, dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan etika; ii) menilai secara kritis perkembangan dalam bidang Sains dan teknologi serta dampaknya; iii)

memberi sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan Sains dan teknologi; iv) memilih karir yang tepat (Depdiknas, 2004).

Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Proses pembelajaran dapat

dikatakan berhasil apabila siswa mencapai

kompetensi yang diharapkan, karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan siswa dalam menguasai suatu materi. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan guru

dalam memilih dan menggunakan metode dan media yang tepat dan efektif. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan hasil

kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar yang diperoleh dari

pengalaman melalui serangkaian proses

ilmiah. Namun pada saat ini Sains (Fisika) merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa sekolah menengah.Hal ini disebabkan oleh banyaknya rumus Fisika yang memerlukan

analisis perhitungan matematis.Selain itu kebanyakan guru masih menyajikan pelajaran dengan kata-kata verbal dan

cenderung menggunakan metode pembelajaran yang konvensional.

Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut.Sangat

disayangkan mata pelajaran fisika pada umumnya justru dikenal sebagai mata pelajaran yang tidak disukai murid-murid.Akibatnya tujuan pembelajaran yang

diharapkan, menjadi sulit dicapai.SMA

Muhammadiyah 1 Lubuklinggau merupakan salah satu sekolah yang mempunyai input atau masukan siswa yang memiliki prestasi belajar yang bervariasi.

Karena prestasi belajar yang bervariasi inilah maka peran serta dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar beraneka ragam.

Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran fisika kelas X semester genap di

SMA Muhammadiyah 1 Lubuklinggau menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi mata pelajaran fisika siswa kurang optimal.

Asumsi dasar yang menyebabkan pencapaian kompetensi mata pelajaran fisika siswa kurang optimal adalah pemilihan model pembelajaran dan

kurangnya peran serta (keaktifan) siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pada saat dilakukan tes banyak siswa memperoleh

nilai dibawah standar, ini tercermin dari

nilai ulangan harian materi suhu dan kalor lebih dari 50 % siswa kelas X belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 72. Rata-rata nilai ulangan harian sebesar 53,

sehingga mereka harus mengikuti program remedial. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dan perbaikan dalam proses pembelajaran fisika di sekolah melalui

Proseding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau 2016 ISBN : 978-979-792-691-5

183

pemilihan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan peran aktif

siswa dalam belajar. Pembelajaran Fisika harus dibuat lebih menarik dan menyenangkan.Untuk mewujudkan hal itu salah satunya

diperlukan metode pembelajaran yang dapat mendukung situasi pembelajaran, agar pelajaran Fisika menjadi menarik, mudah dipahami dan menyenangkan.Model

pembelajaran The Power of Two

merupakan salah satu pembelajaran yang dapat dipilih agar pembelajaran menjadi efektif, efisien, dan menyenangkan.

Model belajar kekuatan berdua (The Power

Of Two) termasuk bagian dari belajar kooperatif adalah belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama

secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar. The Power Of

Two menurut istilah power

(pauwe/kekuatan) dua (two/tu), dua kekuatan. Menurut Muqowin (2007), model belajar kekuatan berdua (The Power Of

Two) adalah kegiatan dilakukan untuk

meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu.

Model pembelajaran The Power of Two dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi,

menerima keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur

tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward

mengacu pada derajat kerja sama atau

kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward (Suprijono, 2009).

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, Peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran The Power

of Two terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Lubuklinggau”.

Metode Penelitian

Menurut Sukardi (2009) rancangan atau desain penelitian dapat diartikan sebagai

penggambaran secara jelas tentang hubungan antar variabel, pengumpulan data, dan analisis data. Dengan adanya desain penelitian baik peneliti maupun

orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran tentang bagaimana keterkaitan antara variabel yang ada dalam konteks penelitian dan apa yang hendak dilakukan oleh seorang peneliti dalam melaksanakan

penelitiannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Pada penelitian ini

menggunakan desain berbentuk pretest-

postestgroupdesign atau desain kelompok kontrol eksperimen. Dalam penelitian ini, membandingkan antara model

pembelajaran The Power of Two sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran konvensional sebagai kelompok kontrol.

Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Lubuklinggau, sebanyak 152 siswa yang terdiri dari 4

kelas pada tahun pelajaran 2011/2012 dengan sampel kelas X.4 sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas X.3 sebagai kelas kontrol yang diambil secara acak.

Proseding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau 2016 ISBN : 978-979-792-691-5

184

Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik tes.Tes merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok (Arikunto, 2006).Tes yang diberikan pada penelitian ini berbentuk essay sebanyak 10 soal.Tes tersebut digunakan untuk mengukur hasil

belajar siswa.Tes diberikan sebanyak dua

kali, pertama pre-test (sebelum perlakuan) kemudian yang kedua post-test (sesudah perlakuan) dengan materi suhu dan kalor. Teknik analisis data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah: menentukan nilai rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas, uji homogenitas, dan terakhir uji hipotesis.

Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

a. Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi suhu dan kalor adalah

merupakan data penelitian yang didapat dari tes awal atau yang diberikan sebelum siswa mendapatkan pembelajaran dari guru.Tes awal berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam penguasaan

materi kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sebelum dilakukan pembelajaran. Soal tes awal diambil dari

materi suhu dan kalor dengan

menggunakan lima butir soal berbentuk esai, dapat dilihat bahwa skor rata-rata kelas eksperimen 50,63 dan skor rata-rata kelas kontrol 47,52. Sedangkan simpangan baku kelas eksperimen10,41dan simpangan

baku kelas kontrol 10,31. Hal ini berarti kemampuan awal antara kelas ekperimen dan kelas kontrol relatif sama.

b. Kemampuan Akhir Siswa

Kemampuan akhir siswa diukur dengan memberikan post-test (tes akhir) dengan soal yang sama diberikan pada tes awal

setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar, tes ini diberikan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran yang

diterapkan baik pada kelas eksperimen

maupun kelas kontrol. dapat dilihat bahwa skor rata-rata kelas eksperimen 80,21 dengan simpangan baku 11,39 sedangkan skor rata-rata kelas kontrol 66,21dengan

simpangan baku 13,00. Jika hasil tes akhir dibandingkan hasil tes awal, maka terjadi peningkatan hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Skor rata-rata tes awal kelas eksperimen adalah 50,63 sedangkan skor rata-rata tes akhir 80,21. Berarti terjadi peningkatan rata-rata nilai sebesar 29,58. Skor rata-rata

( x ) tes awal pada kelas kontrol adalah 47,52, sedangkan skor rata-rata ( x ) tes akhir adalah 66,21. Hal ini berarti terjadi peningkatan rata-rata sebesar 18,69.

Peningkatan rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

grafik berikut ini:

Gambar 1. Grafik rata-rata pre-test dan post-test siswa

Proseding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau 2016 ISBN : 978-979-792-691-5

185

c. Pengujian Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh model pembelajaran The Power

of Two terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Lubuklinggau”.Namun sebelum melakukan uji hipotesis tersebut, perlu dilakukan uji

normalitas dan uji homogenitas varians dari hasil tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.Sebelum dilakukan pengujian hipotesis data hasil tes

awal dan tes akhir siswa diuji normalitas terlebih dahulu.Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil pre-test siswa berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik

mengenai uji normalitas data dengan taraf

kepercayaan = 0,05, jika 2 hitung

<2 tabel, maka data berdistribusi normal.

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Nilai Tes Awal dan Tes Akhir

Kelas 2 hitu

ng dk

2 tab

el Kesimpulan

Kelas Eksperimen Tes Awal Tes Akhir

3,30 7,14

5 5

11,07 11,07

Normal Normal

Kelas Kontrol Tes Awal Tes Akhir

2,04 1,30

5 5

11,07 11,07

Normal Normal

Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan nilai 2 hitung data tes awal maupun tes akhir

untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

lebih kecil dari pada 2 tabel. Berdasarkan

ketentuan pengujian normalitas dengan

menggunakan uji kecocokan 2 (chi-

kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas untuk data tes awal maupun tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol berdistribusi normal pada taraf

kepercayaan = 0,05 dan derajat

kebebasan (dk) = k-1 = 5.Kemudian setelah

uji normalitas maka selanjutnya data harus di lihat homogenitasnya dengan

menggunakan uji homogenitas.Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah data pada kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan perhitungan statistik

jika Fhitung < Ftabel maka varians dari kedua kelas tersebut adalah homogen, varians tes awal dan tes akhir pada taraf kepercayaan

= 0,05 dengan menggunakan dk = 36:40,

dikarenakan pada tabel distribusi F untuk

dk = 37 padapembilang dan penyebut tidak ada, maka digunakan dk = 36:40 yang mendekati dk = 37.

Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir

Kelas Fhitung dk Ftabel Kesimpulan

Tes

Awal 1,02 36:40 1,72 Homogen

Tes

Akhir 1,30 36:40 1,72 Homogen

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa varians

kedua kelompok yang dibandingkan pada tes awal dan tes akhir adalah homogen Fhitung < Ftabel.

Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Tes Awal dan Tes Akhir Siswa Kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Lubuklinggau

Kelas thitung ttabel Kesimpulan

Tes

Awal

1,30 1,67 thitung < ttabel

Ho diterima

Tes

Akhir

4,99 1,67 thitung > ttabel

Ho ditolak

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai

kemampuan awal yang sama dengan taraf

kepercayaan = 0,05, karena thitung < ttabel

yaitu thitung = 1,30 dan ttabel = 1,67. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t tentang

Proseding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau 2016 ISBN : 978-979-792-691-5

186

kemampuan akhir menunjukkan thitung> ttabel

yaitu 4,99 > 1,67 yang menunjukkan bahwa

nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol, sehingga hipotesis Ho ditolak. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran The Power of Two

meningkat lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menerapkan metode ceramah bervariasi. Dengan kata lain, Ada pengaruh model pembelajaran The Power of Two

terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X

SMA Muhammadiyah 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2011/2012.

2. PEMBAHASAN

Penelitian yang telah dilaksanakan di kelas

X Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dilihat dari perbandingan hasil tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test)

yang diberikan sebelum dan setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada kedua kelas sampel.

Setelah diberi pembelajaran yang berbeda,

untuk kelas eksperimen yang diberi pembelajaran The Power of Two sedangkan kelas kontrol tanpa pembelajaran The

Power of Two. Kemudian kelas diberikan

tes akhir (post-test)maka terjadi peningkatan hasil belajar. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata skor sebesar 80,21 dibandingkan dengan skor tes awal sebesar 50,63, maka ada peningkatan sebesar29,58.

Untuk kelas kontrol memperoleh rata-rata

skor sebesar 66,21 dibandingkan dengan skor tes awal sebesar 47,52, maka terjadi peningkatan sebesar 18,69. Hal ini

menunjukkan bahwa peningkatan skor tes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan skor tes kelas kontrol.Hasil dari tes hasil belajar kedua kelompok dilakukan uji normalitas, uji

kesamaan dua varians, dan uji hipotesis.

Dari hasil analisa data tes awal melalui uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0,0η serta derajat kebebasan (dk) = 38-1 = 37 dan dk2 = 38-1= 37 diperoleh bahwa thitung = 1,30, ttabel = 1,67, sehingga thitung< ttabel, ini berarti bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama sebelum dilaksanakan

kegiatan belajar mengajar dengan memberikan perlakuan berbeda. Pada selanjutnya, dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

The Power of Two pada kelas eksperimen

dan metode ceramah bervariasi pada kelas kontrol, kemudian diberi tes akhir (post-test) untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kedua kelas tersebut.

Analisa tersebut menunjukkan bahwa data tes akhir diperoleh melalui uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0,0η sehingga didapat thitung = 4,99, ttabel = 1,67sehinggathitung> ttabel dengan demikian nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol. Ini berarti bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang menerapkan model

pembelajaran The Power of Two dapat meningkat lebih baik daripada hasil belajar kelas kontrol dengan menerapkan metode ceramah bervariasi.Begitu juga dengan

Aktifitas belajar siswa dengan model pembelajaran The Power of Two lebih baik dibandingkan dengan kelas yang tidak menerapkan model pembelajaran The

Power of Two.Hal ini ditunjukkan dengan

rata-rata aktifitas siswa pada kelas eksperimen secara keseluruhan adalah 87% termasuk kriteria Sangat baik.Sedangkan

pada kelas kontrol secara keseluruhan

adalah 69% termasuk kriteria baik.Dengan demikian, ada pengaruh model pembelajaran The Power of Twopada materi suhu dan kalor pada pokok bahasan perpindahan kalor terhadap hasil belajar

siswa. Tingginya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen disebabkan oleh beberapa

Proseding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau 2016 ISBN : 978-979-792-691-5

187

keunggulan dari penggunaan model pembelajaran The Power of Two, karena di

dalam pembelajaran ini, siswa dituntut aktif dan semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.Hal ini dikarenakan dalam model pembelajaran The Power of Tworasa percaya diri siswa sudah ditanamkan dari

awal pelajaran. Dalam menyajikan materi yang akan dipresentasikan, guru menanamkan konsep persaingan yang sehat antar masing-masing kelompok, hal

tersebut semata-mata untuk memotivasi

siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas X Sekolah Menengah

Atas Muhammadiyah 1 Lubuklinggau, pembelajaran konvensional, dalam hal ini metode ceramah bervariasi lebih rendah dibandingkan dengan pembelajaran The

Power of Two. Pembelajaran dengan metode ceramah bervariasi memiliki kelemahan, dimana kegiatan lebih berpusat pada guru. Siswa hanya menerima apa yang guru jelaskan, saat diberi kesempatan

mereka enggan untuk bertanya walaupun mereka belum mengerti. Saat proses belajar mengajar, beberapa siswa menguap karena mengantuk dan wajah mereka

mengekspresikan kebosanan, hal ini disebabkan karena mereka sama sekali tidak termotivasi dan tidak tertarik dengan apa yang dijelaskan oleh guru. Saat dievaluasi pun banyak siswa yang

mengalami kesulitan walaupun soal yang diberikan relatif mudah.Karena mereka sebenarnya belum paham dan mengerti

dengan materi yang diberikan.

Berbeda dengan kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran The Power of Two, siswa dituntut lebih aktif dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal, dimana siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang berpasangan terdiri dari 2 orang yang

memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda, kemudian

setiap pasangan akan ditugaskan untuk menjawab satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran, Setelah semua melengkapi jawabannya, guru membentuk siswa ke dalam pasangan dan

meminta mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan jawaban yang dibuat teman yang lain, kemudian guru meminta peserta untuk mendiskusikan hasil

sharingnya. Dalam proses pembelajaran,

siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang dimengerti. Semua pasangan

membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain. Untuk mengakhiri pembelajaran guru bersama-sama dengan peserta didik

menyimpulkan materi pembelajaran. Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah memberikan pertanyaan pada masing-masing pasangan tentang materi

suhu dan kalor pada pokok bahasan perpindahan kalor, kemudian guru membimbing, mengarahkan, dan memotivasi siswa dalam setiap pasangan

serta merangsang keaktifan siswa untuk berdiskusi dalam menyajikan topik yang akan dipelajari.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh model pembelajaran The

Power of Two terhadap hasil belajar fisika

siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2011/2012 dengan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 80,21 dibandingkan dengan skor tes awal sebesar 50,63, maka ada peningkatan

sebesar29,58. Untuk kelas kontrol memperoleh rata-rata skor sebesar 66,21 dibandingkan dengan skor tes awal sebesar 47,52, maka terjadi peningkatan sebesar

Proseding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau 2016 ISBN : 978-979-792-691-5

188

18,69. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan skor tes kelas eksperimen lebih

tinggi dibandingkan dengan peningkatan skor tes kelas kontrol.

Daftar Pustaka

Abdul, Hadis. 2006. Psikologi Dalam

Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian MataPelajaran Fisika. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Kurikulum 2004 Kajian Kebijakan Kurikulum SMA. Jakarta:Depdiknas.

Dimyanti dan Mujiono. 2006. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Renika

Cipta.Giancoli, 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Poerwadarminta.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. Purwanto, N. 2012. Prinsip-prinsip dan

Teknologi Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung:

Tarsito.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alpabeta.

Suherman, E. dan Yaya Sukjaya.1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika.

Bandung: Wijayakusumah 157. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukaryadi, Siswanto. 2009. Kompetensi Fisika. Jakarta: Pusat Perbukuan

Depdiknas Suprijono, Agus. 2009. Cooperative

Learning. Surabaya: Pustaka Pelajar. Trianto, 2010. Pengantar Penelitian

Pendidikan bagi Pengembangan

Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana.

Usman, Husaini dan Purnomo. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi

Aksara.

Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Widi, Restu K. 2009. Asas Metodologi

Penelitian. Surabaya: Graha Ilmu