prosiding seminar nasional kebumian ke-12 f... · 2020. 2. 12. · prosiding seminar nasional...
TRANSCRIPT
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1007 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
STUDI PENDAHULUAN BATUAN MAFIK DAN ULTRAMAFIK SEKUEN
OFIOLIT JALUR SUNGAI MEDANA DAN JALUR SUNGAI LOKIDANG-
PARAKANSUBAH, KARANGSAMBUNG, KEBUMEN, JAWA TENGAH
Fahmi Adiyatma M1*, Nugroho Imam Setiawan1, Chusni Ansori2, Kardo Polarman R. Silitonga1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jln. Grafika No.2 Bulaksumur,
Yogyakarta
2Balai Informasi dan Konservasi Kebumian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Karangsambung
Jln. Karangsambung Km.19, Kebumen
*Corresponding Author: [email protected]
ABSTRAK. Daerah penelitian merupakan hasil dari adanya aktifitas tektonik yang terjadi
sebanyak dua kali periode yaitu Oligosen awal - Miosen Awal dan Miosen Akhir - Kuarter yang
menghasilkan busur magmatik. Salah satu produk dari adanya aktifitas tektonik ini yaitu
munculnya intrusi di Gunung Gajah. Banyaknya batuan yang tersingkap pada daerah penelitian
sehingga memicu peneliti untuk melakukan penilitian dengan tujuan tahap yang lebih lanjut
untuk mengetahui karakteristik, petrogenesis dan proses pelapukan pada intrusi batuan basalt
Gunung Gajah serta struktur pengontrolnya. Peneliti menggunakan metode geological mapping
dengan luasan daerah 4 km² serta metode analisis petrografi. Berdasarkan hasil geological
mapping daerah penilitian terusun atas lava, intrusi andesit, batugamping kristalin Jongrangan
dan endapan vulkanik Gunung Gajah. Kehadiran intrusi membentuk karakteristik columnar joint
rebah dengan bentuk prisma dengan tingkat pelapukan sedang-kuat. Proses pelapukan dikontrol
oleh struktur geologi berarah Utara – Selatan berdasarkan data DEM-SRTM sehingga memicu air
permukaan menyusup kedalam batuan melalui bidang-bidang lemah, keadaan topografi yang
sangat curam dan keadaaan batuan yang banyak terkekarkan menjadi faktor utama pelapukan.
Sehingga tingkat pelapukan pada daerah penilitian secara keseluruhan adalah lemah – sedang.
Analisis petrografi menunjukan karakteristik batuan intrusi memiliki struktur skoria, tekstur
holokristalin, subhedral, inequigranural, forfiritik dengan masa dasar plagioklas, komposisi
terdiri dari plagioklas 40%, piroksen 45%, olivin 7%, opak 3% dan sisanya adalah rongga hasil
pelepasan gas sebesar 5% dengan penamaan batuan andesit-basaltis. Maka karakteristik intrusi
yang hadir merupakan bagian dari gunungapi purba Gajah yang berkomposisi basal-intermediet
dan keluar melalui rekahan pada leher vulkanik dengan membentuk struktur columnar joint rebah
dan mengintrusi lava di atasnya yang telah keluar lebih dahulu. Tingkat pelapukan yang lemah
sampai sedang, namun dibeberapa lokasi memiliki tingkat pelapukan yang kuat serta kontrol
struktur yang dominan sehingga dapat menjadi kajian dan pertimbangan jika dilakukannya
pembangunan pada daerah penilitian.
Kata kunci: Intrusi, Geological mapping, petrogafi, Gunung-Gajah.
I. PENDAHULUAN
Karangsambung merupakan salah satu dari dua daerah di pulau Jawa yang
memiliki daerah dengan keterdapatan zona melange (Asikin, 1974). Zona melange
Karangsambung merupakan zona yang terdiri dari batuan campur aduk yang berada
pada zona penunjaman lempeng purba (Asikin, 1974). Pada daerah Karangsambung
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1008 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
juga ditemukan batuan sekuen ofiolit yang merupakan bagian dari zona melange
Karangsambung dan juga merupakan penyusun lantai samudra yang menunjam di
masa lalu (Suparka, 1988). Sekuen ofiolit di Karangsambung tersingkap di beberapa
tempat dengan kondisi yang cukup segar di beberapa lokasi dan mudah untuk diakses
seperti pada jalur Sungai Medana dan jalur Sungai Lokidang-Sungai Parakansubah
sehingga ketiga sungai tersebut dipilih menjadi lokasi penelitian (Gambar 1). Sekuen
ofiolit adalah sekuen batuan penyusun kerak samudra yang tersusun secara lengkap
dari bawah ke atas meliputi batuan ultramafik (dunit, peridotit, hazburgit), gabbro
berlapis, foliasi gabbro, gabbro, plagiogranit, komplek batuan dike, basalt berstruktur
lava bantal pada dibagian paling atas tersusun oleh sedimen laut dalam (Boudier dan
Nicolas, 1985 dalam Winter, 2013). Namun pada kenyataanya sekuen ofiolit dapat
ditemukan secara tidak lengkap, terpisah-pisah ataupun mengalami proses
metamorfisme (Penrose Field Conference, 1972 dalam Suparka, 1988). Pemahaman
mengenai karakteristik sekuen ofiolit daerah penelitian dapat digunakan untuk
membantu rekonstruksi sejarah geologi dan tatanan tektonik daerah penelitian pada
zaman Kapur.
II. GEOLOGI REGIONAL
Daerah Karangsambung secara fisiografis termasuk ke dalam Zona Pegunungan
Serayu Selatan (van Bemmelen, 1949). Secara stratigrafi batuan yang terdapat di
Karangsambung terdiri dari batuan dengan umur Kapur hingga Kuarter (Asikin, dkk.,
1992; Prasetyadi, 2007). Berdasarkan penyebaran batuan, daerah penelitian tersusun oleh
batuan yang termasuk dalam Komplek Melange Luk Ulo (Asikin, 1974). Berdasarkan
Prasetyadi (2007), Komplek Melange Luk Ulo terdiri dari blok-blok berbagai ukuran dari
batuan sedimen pelagishemipelagis, batuan beku basaltis, dan batuan metamorf yang
tercampur secara tektonik dalam matrik batuan pelitik. Pada bagian utara ditemukan
blok-blok batuan metamorf yang terdiri dari batuan metamorf yaitu filit, sekis kuarsa-
mika, marmer, eklogit dan sekis biru (sekis glaukofan). Pada bagian selatan dari batuan
metamorf ini, terdapat himpunan batuan mafik-ultramafik yang terdiri dari basal
berstruktur bantal, retas-retas diabas, gabro dan peridotit terserpentinkan.
Umur dari Komplek Melange Luk Ulo berdasarkan penelitian terhadap sampel
sekis mika dan filit yaitu berkisar 85–117 Jtl (Ketner dkk, 1976). Berdasarkan sampel
batuan metamorf tekanan tinggi/temperatur rendah yaitu epidot amfibolit dengan
metode penanggalan Rb/Sr diketahui bahwa batuan metamorf ini memiliki umur
berkisar 117–119 Jtl (Hoffmann dkk, 2019). Dari hasil penanggalan dengan metode K-Ar
terhadap sampel batuan ultramafik, didapatkan umur batuan yaitu berkisar 67–85 Jtl
(Suparka, 1988). Komponen batuan sedimen (rijang) dan massa dasar silikaan
berdasarkan fosil radiolarian menunjukkan kisaran umur Kapur Tengah - Akhir (Wakita
dkk, 1994).
III. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan melakukan studi literatur dari peneliti-peneliti
terdahulu dan dilakukan pengamatan metode lintasan secara sistematis pada jalur
sungai dengan memperhatikan keterjangkauan medan yang dihadapi di lapangan.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1009 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Pengambilan sampel batuan dilakukan dengan metode spot sampling sepanjang sungai
dengan dasar pertimbangan penentuan STA yaitu perubahan litologi dan pengambilan
sampel batuan berdasarkan tingkat kesegaran batuan serta kerapatan antar stasiun titik
amat dengan jarak maksimal yaitu 250 meter (Gambar 2). Pada jalur Sungai Medana
diambil 1 sampel rijang dan 3 sampel batuan mafik-ultramafik. Sementara pada jalur
Sungai Lokidang-Parakansubah diambil 1 sampel rijang, 1 sampel batuan metamorf dan
6 sampel batuan mafik-ultramafik.
Sampel-sampel yang diperoleh tersebut kemudian dilakukan analisis petrografi
untuk mengetahui komposisi, struktur dan tekstur batuan. Preparasi sampel sayatan
tipis dilakukan di Laboratorium Pusat Geologi Departemen Teknik Geologi Fakultas
Teknik UGM. Pengamatan petrografi dilakukan di Laboratorium Geologi Optik
Departemen Teknik Geologi UGM. Dari pengamatan tersebut akan diketahui
nomenklatur batuan berdasarkan komposisi mineral dalam batuan dengan
menggunakan standar penamaan IUGS untuk batuan beku dan diketahui petrogenesa
batuan yang dilihat dari struktur dan tekstur sayatan tipis batuan.
IV. DATA DAN ANALISIS
IV.1. Observasi Lapangan
Singkapan batuan yang diamati pada jalur Sungai Medana dari hilir ke hulu
terdiri dari batuan rijang, basalt, breksi polimik, diabas, gabbro, klinopiroksenit,
batulempung hitam dan batuan breksi termetamorf. Kontak antar batuan dapat dilihat
pada sayatan lintasan jalur sungai (Gambar 3.A). Rijang tersebar di bagian hilir (selatan)
sungai dan ditemukan dalam bentuk bongkahan yang berkondisi segar dengan geometri
tinggi ±3 meter dan lebar ±3 meter. Rijang berwarna merah kecoklatan dengan struktur
berlapis (Gambar 4.1). Basalt berwarna abu-abu kehitaman dengan struktur bantal dan
permukaan yang memiliki banyak rekahan (Gambar 4.2). Secara megaskopis basalt
memilki ukuran mineral ≤1 mm, tekstur holokristalin, porfiroafanitik, hipidiomorfik dan
terdiri dari fenokris plagioklas dan massa dasar mineral mafik. Diabas memiliki warna
abu-abu kehijauan dengan ukuran mineral 0.5 – 1 mm, struktur jointing dengan rekahan
yang telah terisi urat kalsit, tekstur faneritik, tekstur khusus subofitik, holokristalin dan
memiliki komposisi utama plagioklas dan piroksen serta terdapat mineral sekunder
berupa klorit dengan intensitas alterasi lemah-sedang. Gabbro memiliki warna abuabu
kehitaman dengan ukuran mineral 1–4 mm, struktur jointing dengan rekahan yang telah
terisi urat kuarsa dan kalsit, tekstur faneritik, holokristalin, hipidiomorfik. Komposisi
utama yaitu plagioklas, piroksen dan olivin (Gambar 4.3). Klinopiroksenit memiliki
warna hitam kehijauan dengan ukuran mineral 1–4 mm, struktur jointing dengan
rekahan yang telah terisi urat kuarsa. Tekstur holokristalin, faneritik, hipidiomorfik.
Komposisi utama yaitu piroksen, olivin dan plagioklas (Gambar 4.4). Batulempung
hitam berwarna hitam, struktur berlapis dan jointing dengan tingkat konsolidasi tinggi.
Breksi termetamorf berwarna abu-abu kehijauan dengan ukuran butir fragmen 2–4 cm
dan matriks 0.5–1 cm, fragmen dan matriks telah mengalami deformasi yang merubah
bentuk butir menjadi lebih pipih, komposisi fragmen yaitu kuarsa (Gambar 4.5).
Kehadiran batulempung dan breksi termetamorf di bagian utara kemudian dianggap
menjadi batas utara dari sekuen ofiolit pada Sungai Medana.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1010 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Pada jalur Sungai Lokidang dan Parakansubah dari hilir ke hulu terdiri dari
batuan breksi polemik, basalt, diabas, gabbro, klinopiroksenit, serpentinit, filit grafit dan
gneiss. Kontak antar litologi pada jalur lintasan sungai dapat dilihat pada Gambar 3B.
Breksi berwarna coklat kekuning-kuningan dengan struktur masif, ukuran fragmen
bongkah dan matriks kerikil hingga krakal, sortasi buruk, kemas terbuka, bentuk butir
subangular, komposisi fragmen antara lain basalt, diabas dan rijang, serta batulempung
yang tertanam kedalam matriks berupa lempung hitam. Berdasarkan genesanya, breksi
merupakan batuan sedimen yang dapat terbentuk pada lingkungan pengendapan
dengan arus yang kuat ataupun pada zona campur aduk pada zona subduksi atau
dikenal sebagai olisostrom. Selain itu, breksi juga dapat terbentuk akibat proses
vukanisme maupun hidrothermal. Dilihat dari kontak antar fragmen, tidak ditemukan
adanya imbrikasi sehingga breksi bukan merupakan produk sedimen fluvial. Matrik
merupakan lempung hitam dengan kondisi yang tidak mengalami alterasi hidrothermal
yang kuat, maka diinterpretasikan breksi bukan merupakan hasil aktivitas vulkanik.
Breksi tersebut kemudian diinterpretasikan sebagai hasil rombakan batuan (olistolith)
yang tertanam pada lempung hitam sebagai olisostrom. Sehingga batuan ini bukan
merupakan bagian dari sekuen ofiolit, melainkan bagian dari zona melange
Karangsambung. Basalt berwarna hitam dengan struktur pillow lava dan memiliki
banyak rekahan yang telah terisi urat kalsit maupun kuarsa, ukuran kristal ≤1 mm,
tekstur porfiroafanitik, holokristalin, fenokris terdiri dari plagioklas dan massa dasar
terdiri dari mineral mafik (Gambar 4.6). Diabas berwarna abu-abu, struktur jointing
dengan kalsit sebagai pengisi urat (Gambar 4.7). Ukuran kristal 1–2 mm, tekstur
porfiroafanitik, holokristalin, hipidiomorfik. Komposisi utama terdiri dari plagioklas dan
piroksen sebagai fenokris dan mineral mafik sebagai massa dasar. Gabbro berwarna abu-
abu kehijauan, dengan struktur masif, jointing, maupun membentuk perlapisan. Tekstur
faneritik dengan ukuran kristal 4–12 mm, holokristalin, hipidiomorfik, dengan komposisi
utama yaitu plagioklas, piroksen dan olivin (Gambar 4.8). Klinopiroksenit berwarna
hitam kehijauan, struktur masif, ukuran kristal 2–3 mm, holokristalin, hipidiomorfik
granular, dengan mineral penyusun berupa olivin, piroksen, plagioklas dan hornblende
sebagai mineral aksesori. Bersamaan dengan peridotit, hadir pula serpentinit yang
memiliki warna hijau dengan dengan komposisi mineral berupa serpentin dan klorit
(Gambar 4.9).
Struktur geologi yang ditemukan pada dua jalur sungai yaitu sesar geser sinistral
dengan arah relatif utara N15-20oW dengan kemiringan 80-85o dan N150E dengan
kemiringan 85o. Struktur-struktur ini merupakan kontak antara batuan sehingga batuan
mengalami breksiasi dan juga perulangan. Berdasarkan data persebaran batuan dan data
struktur geologi kemudian dibuat rekonstruksi sekuen ofiolit pada dua jalur sungai
(Gambar 4.10). Pada jalur Sungai Medana, batuan ultramafik dijumpai dalam geometri
yang tidak cukup tebal dan tidak mengalami serpentinisasi. Sedangkan pada jalur
Sungai Lokidang-Parakansubah, proses serpentinisasi telah mengubah batuan ultramafik
sehingga menghasilkan serpentinit dengan geometri yang tebal dan hampir menyeluruh
sehingga batuan ultramafik hanya ditemukan dibeberapa titik diantara batuan
serpentinit tersebut.
IV.2. Analisis Sayatan Tipis
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1011 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Hasil sayatan tipis disajikan dalam Tabel 1. Secara mikroskopis rijang memiliki
ukuran butir halus ≤0.1 mm yang tersusun oleh cangkang silika radiolaria yang
berbentuk bundar dan urat kuarsa (Gambar 5a). Basalt memiliki ukuran mineral <0.1–1
mm (fenokris 1 mm) dengan tekstur porfiroafanitik, holokristalin, tekstur khusus yaitu
intergranular, komposisi mineral yang yaitu klinopiroksen (30%), labradorit (30%),
ortopiroksen (5%), olivin (5%), dan mineral sekunder klorit (20%) yang menggantikan
piroksen dan kuarsa (5%) sebagai pengisi urat. Dijumpai di kedua jalur sungai dengan
karakteristik yang serupa (Gambar 5b).
Diabas memiliki ukuran mineral <1–2 mm (fenokris 1–2 mm, massadasar <1 mm),
tekstur porfiroafanitik dengan tekstur khusus yaitu subofitik dimana plagioklas tumbuh
diatas piroksen dan keduanya memiliki ukuran relatif tidak jauh berbeda. Komposisi
mineral terdiri dari klinopiroksen (25%), bitownit (25%) dan labradorit (25%), olivin
(5%). Mineral sekunder antara lain kalsit (5%) sebagai pengisi urat, klorit menggantikan
piroksen (10%), dan mineral lempung (5%) menggantikan plagioklas. Dijumpai di kedua
jalur sungai dengan karakteristik yang serupa (Gambar 5c).
Gabbro memiliki ukuran mineral 1–12 mm, tekstur faneritik, holokristalin,
hipidioblastik. Komposisi bitownit (20%), labradorit (18%), klinopiroksen (22%),
ortopiroksen (7%) dan mineral sekunder berupa klorit (6%), kalsit sebagai pengisi urat
(3%), magnetit sebagai mineral aksesori (4%). Dijumpai di kedua jalur sungai dengan
karakteristik pada jalur Lokidang–Parakansubah dan memiliki perlapisan (Gambar 5d).
Klinopiroksenit terserpentinisasi, ukuran mineral 2–3 mm, tekstur berdasarkan
derajat kristalisasi holokristalin, faneritik, hipidioblastik. Komposisi mineral
klinopiroksen (75%), serpentin (22%), dan olivin (3%) (Gambar 4e).
Serpentinit memiliki ukuran kristal 0.1–0.4 mm, tekstur relict, tekstur
berdasarkan bentuk mineral nematoblastik. Tekstur berdasarkan hubungan antar
mineral xenoblastik. Tekstur khusus batuan mesh texture. Mineral penyusun terdiri dari
mineral grup serpentin (krisotil dan antigorit) sebanyak 90%, kromit (5%) dan
orthopiroksen (5%). Hanya dijumpai pada jalur Lokidang–Parakansubah (Gambar 5f).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi lapangan, ditinjau dari himpunan penyusun batuan
daerah penelitian. Himpunan batuan daerah penelitian termasuk kedalam kategori suatu
sekuen ofiolit dikarenakan memiliki setidaknya 4 batuan penyusun sekuen ofiolit yaitu
(1) rijang yang merupakan batuan sedimen laut dalam, (2) basalt dengan struktur lava
bantal yang merupakan batuan basaltik, (3) diabas dan gabbro yang termasuk kedalam
batuan gabbroik dan (4) klinopiroksenit yang termasuk kedalam batuan ultramafik
walaupun telah mengalami serpentinisasi sebagian dan seluruhnya. Walaupun termasuk
sebagai suatu sekuen ofiolit, jika dilihat dari struktur singkapan dapat dikategorikan
sebagai sekuen ofiolit yang tidak lengkap karena ketidakhadiran batuan dike berlapis
(sheeted dike) sebagaimana dibandingkan dengan sekuen ofiolit Semail, Oman yang
dikategorikan sebagai suatu sekuen ofiolit yang lengkap.
Berdasarkan hasil observasi lapangan dan sayatan tipis dapat dilihat adanya
kehadiran mineral sekunder pada batuan. Pada batuan basalt, diabas dan gabbro
dijumpai kehadiran klorit yang menggantikan piroksen. Pada batuan basalt dan diabas
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1012 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
dijumpai kehadiran mineral lempung yang menggantikan plagioklas. Pada batuan
ultramafik dijumpai kehadiran serpentin pada batuan klinopiroksenit yang
menggantikan mineral olivin maupun piroksen. Selain itu, pada batuan serpentinit juga
dijumpai tekstur-tekstur sisa batuan sebelumnya. Sehingga dengan adanya kehadiran-
kehadiran mineral sekunder ini dapat diketahui bahwa sekuen ofiolit daerah penelitian
telah mengalami proses metamorfisme dan atau metasomatisme. Proses metamorfisme
diduga bertanggungjawab terhadap kehadiran mineral-mineral sekunder tersebut
dikarenakan kondisi batuan dilapangan yang cenderung segar dan kompak serta tidak
ditemukannya pelapukan membola yang menjadi ciri khas dari proses pelapukan.
Kehadiran diabas yang melimpah dan batuan breksi pada bagian hilir yang
kemudian dianggap sebagai bagian atas dari sekuen ofiolit berdasarkan Nicholas (1989)
dikategorikan kedalam sekuen ofiolit Tipe Lherzolit. Hal ini diperkuat oleh kehadiran
gabbro berlapis dengan geometri yang cukup tipis (15 meter). Sekuen ofiolit dengan Tipe
Lherzolit dapat terbentuk dengan kondisi pemekaran kerak samudra yang lambat
sehingga derajat pelelehan batuan akan semakin rendah. Selain itu sekuen ofiolit Tipe
Lherzolit ini memiliki afinitas magma thoelitik ataupun alkalin. Berdasarkan kehadiran
batuan ultramafik didaerah penelitian yaitu klinopiroksenit terserpentinisasi maka
diketahui bahwa magma asal yang membentuk sekuen ofiolit daerah penelitian memiliki
kandungan silika yang cukup banyak sehingga tidak ditemukan batuan peridotit
maupun dunit.
Kehadiran batuan metamorf ataupun metasedimen pada bagian utara jalur
sekuen ofiolit, menggambarkan bahwa batuan metamorf tersebut merupakan dasar bagi
sekuen ofiolit selama pengangkatan ke permukaan. Batuan metamorf yang memiliki
protolith batuan pelitik ini mengalami penambahan tekanan dan temperatur yang
signifikan sehingga mengalami kompaksi dan juga penjajaran mineral.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai batuan
daerah penelitian yaitu batuan daerah penelitian termasuk kedalam himpunan batuan
penyusun sekuen ofiolit dengan kondisi yang tidak lengkap dan telah mengalami
metamorfisme. Sekuen ofiolit daerah penelitian termasuk kedalam sekuen ofiolit Tipe
Lherzolit dan memiliki magma asal yang kaya akan silika. Penelitian ini merupakan
studi awal mengenai sekuen ofiolit dearah penelitian sehingga masih diperlukan analisis
tambahan seperti analisis geokimia terhadap unsur utama maupun unsur jejak agar
dapat menguatkan hasil penelitian tahap awal ini.
ACKNOWLEDGEMENT
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Nugroho Imam Setiawan, S.T., M.T.,
D.Sc. dan Ir. Chusni Ansori, M.T. selaku pembimbing penelitian ini. Penulis juga
berterimakasih kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Karangsambung yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat bekerjasama dalam penelitian ini. Penulis
juga berterimakasih kepada Kardo Polarman selaku partner dalam penelitian ini serta
kepada Departemen Teknik Geologi UGM atas batuan dalam preparasi dan analisis
sampel yang telah dilakukan. Penelitian ini didanai dari hibah penelitian Dosen Teknik
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1013 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Geologi UGM 2019 dengan nomor kontrak 238q/H1.17TGL/PL/2019 dan Rekonsiliasi
Tugas Akhir (RTA) UGM tahun 2019 dengan nomor kontrak 3365/UN1/DITLIT/DIT-
LIT/LT/2019.
DAFTAR PUSTAKA
Asikin S., Handono, A., Busono, H., dan Gafoer, S., 1992, Peta Geologi Lembar Kebumen, Jawa,
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Badan Koordinasi Survey Dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), 2001, Peta Rupabumi
Digital Indonesia Lembar 1408-134 Karangsambung: Badan Koordinasi Survey Dan
Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), skala 1 : 25.000, 1 lembar.
Hoffmann, J., Brocker, M., Setiawan, N.I., Klemed, R., Berndt, J., Maulana, A., dan Baier, H., 2019,
Age constraints on high-pressure/low-temperature metamorphism and sedimentation in
the Luk Ulo Complex (Java, Indonesia). Lithos 324-325. hal.747-762 .
Ketner, K. B., Kastowo, S. M., Modjo, S., Naeser, C.W., Obradovich, J.D., Robinson, K., Suptandar,
T., dan Wikarno, 1976, Pre-Eocene Rocks of Java, Indonesia. Journal Research U.S
Geology Survey vol. 4, h.605-614.
Nicholas, A., 1989. Structures Of Ophiolites and Dynamics of Oceanic Lithosphere, Dordrecht:
Kluwer Academic Publishers.
Prasetyadi, C. 2007. Evolusi Tektonik Paleogen Jawa Bagian Timur [disertasi Doktor, tidak
terpublikasi]: Bandung, Institut Teknologi Bandung, hal.247-260 dan 309-311.
Suparka, M. A., 1988, Studi petrologi dan pola kimia komplek ofiolit Karangsambung utara Luh
Ulo, Jawa Tengah, Disertasi, Institut Teknologi Bandung, tidak dipublikasikan, 181 hal.
Wakita, K., Munasri., Bambang, W., 1994, Cretaceous Radiolarians from the Luk-Ulo Melange
Complex in the Karangsambung Area, Central Java, Indonesia, Journal of Southeast
Asian Earth Sciences vol. 9, no,1/2, hal 29-43.
Winter, J.D. 2014. Principles of Igneous and Metamorphic Petrology, Second Edition. London:
Pearson Education Ltd.
van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of Indonesia Vol 1A. Amsterdam: Government Printing
Office, The Hague.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1014 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Tabel 1. Komposisi mineral dan penamaan batuan di setiap lokasi berdasarkan kandungan
mineral.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1015 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian. Lokasi penelitian secara administratif terletak di Kabupaten
Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah (BAKOSURTANAL, 2001)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1016 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 2. Peta STA Sungai Lokidang dan Parakansubah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1017 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 3. Penampang jalur stratigrafi Sungai Medana (A) dan Lokidan-Parakansubah (B).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1018 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 4. Kenampakan singkapan daerah penelitian jalur Sungai Medana; (1) Batu rijang berlapis
STA 26, (2) Singkapan pillow lava STA 5, (3) Singkapan gabbro STA 18, (4) Singkapan
klinopiroksenit STA 19, (5) Singkapan breksi termetamorfisme STA 24.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1019 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 4 (lanjutan). Kenampakan singkapan daerah penelitian jalur Sungai Lokidang –
Parakansubah; (6) Basalt STA 5 Sungai Lokidang, (7) Singkapan diabas STA 14 Sungai Lokidang, (8)
Singkapan gabbro berlapis STA 18 Sungai Lokidang, (9) Singkapan klinopiroksenit dan serpentinit
STA 19 pada sungai Parakansubah.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F023UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1020 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 4. Kenampakan sayatan petrografi (polarisasi silang); a) STA 16 Rijang pada Sungai
Parakansubah dengan radiolaria dan urat kuarsa (Qz); b) STA 3 Intergranular basalt Sungai
Medana dengan mineral klinopiroksen(Cpx), labradorit(Lab), ortopiroksen(Opx), klorit(Chl), dan
kuarsa(Qz); c) STA 11 Diabas pada Sungai Parakansubah dengan mineral klinopiroksen(Cpx),
labradorit(Lab), ortopiroksen(Opx), klorit(Chl); d) STA 24 Gabbro pada Sungai Lokidang dengan
mineral klinopiroksen(Cpx), plagioklas(Plg), ortopiroksen(Opx), klorit(Chl), dan mineral
opak(Opq); e) STA 18A Klinopiroksenit terserpentinisasi pada Sungai Parakansubah dengan
minereal klinopiroksen(Cpx) dan antigorit(Atg); f) STA 18B Serpentinit pada Sungai Parakansubah
dengan mineral antigorit(Atg), krisotil(Ctl), dan kromit(Chr).