prosiding seminar nasional kebumian ke-12 f. mineralogy, petrolog… · dengan mengumpulkan data...

13
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta 994 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten PETROLOGI BATUAN VULKANIK PULAU BAWEAN, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR Agus Hendratno 1 , Farah Diba Khoir 1* 1 Jl. Grafika No.2 Bulaksumur, Yogyakarta Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM *Corresponding Author: [email protected] ABSTRAK. Pulau Bawean atau Gunung Bawean merupakan salah satu satu gunungapi belakang busur yang ada di bagian utara Pulau Jawa (Laut Jawa) yang termasuk sebagai gunungapi Kuarter. Gunung Bawean terletak pada posisi geografis 5°43' sampai 5°52' LS dan 112°34' sampai 112°44' BT. Secara administraif, Gunung Bawean merupakan bagian dari Kabupaten Gresik, Jawa Timur dengan luas daerah sekitar 200 kilometer persegi. Lokasi penelitian berada di sekitar Pulau Bawean, Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Batuan vulkanik tersebut masuk ke dalam Formasi Batuan Gunungapi Balibak. Penelitian dilakukan dengan pengamatan lapangan dan pengambilan data dilakukan secara setempat-setempat (spot sampling). Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan petrografi dan ICP-AES-MS. Secara pengamatan megaskopis di lapangan terdapat dua jenis yang dihasilkan berwarna abu-abu gelap dan abu-abu kehijauan dengan tekstur afanitik dan porfiroafanitik. Secara petrografi, batuan memiliki tekstur porfiritik, glomeroporfiritik, trakitik, dan pilotasitik. Batuan memiliki kandungan mineral nefelin dan leusit yang mengindikasikan adanya nilai potasium yang tinggi. Pada batuan tidak dijumpai adanya kuarsa sehingga dapat dikatakan bahwa batuan bersifat silica undersaturated. Data analisis geokimia batuan menunjukkan nilai SiO2 yaitu 47,5-54,5% yang menunjukkan batuan bersifat basa. Nama batuan yang ada yaitu trachy basalt, basaltic trachy andesite, phonolite, phono-tephrite,dan tephri-phonolite. Secara geokimia, afinitas magma yaitu calc-alkaline dan seri magma pada batuan yaitu high-K series dan shosonitic series. Keyword : petrologi, pulau bawean, vulkanik, potasium tinggi I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pulau Bawean adalah salah satu pulau kecil yang terletak di utara Pulau Jawa. Pulau ini memiliki banyak sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya geologi. Pulau ini merupakan pulau vulkanik yang terbentuk sebagai hasil erupsi gunung api dan didominasi oleh batuan vulkanik. Secara geografis Pulau Bawean berada di 5°43' sampai 5°52' LS dan 112°34' sampai 112°44' BT di laut Jawa 128 km di sebelah utara Paciran, Kabupaten Lamongan. Secara administraif, Pulau Bawean merupakan bagian dari Kabupaten Gresik, Jawa Timur dengan luas daerah sekitar 200 kilometer persegi. Lokasi penelitian berada di kawasan Pulau Bawean. Penelitian mengenai batuan dan geologi Pulau Bawean masih sangat jarang dijumpai, sehingga Pulau ini sangat menarik sebagai objek penelitian. Penelitian mengenai petrologi batuan vulkanik Pulau Bawean dapat digunakan sebagai acuan untuk mempelajari karakteristik batuan pada gunungapi belakang busur.

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    994 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    PETROLOGI BATUAN VULKANIK PULAU BAWEAN, KABUPATEN

    GRESIK, JAWA TIMUR

    Agus Hendratno 1 , Farah Diba Khoir 1*

    1 Jl. Grafika No.2 Bulaksumur, Yogyakarta Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM

    *Corresponding Author: [email protected]

    ABSTRAK. Pulau Bawean atau Gunung Bawean merupakan salah satu satu gunungapi belakang

    busur yang ada di bagian utara Pulau Jawa (Laut Jawa) yang termasuk sebagai gunungapi

    Kuarter. Gunung Bawean terletak pada posisi geografis 5°43' sampai 5°52' LS dan 112°34' sampai

    112°44' BT. Secara administraif, Gunung Bawean merupakan bagian dari Kabupaten Gresik, Jawa

    Timur dengan luas daerah sekitar 200 kilometer persegi. Lokasi penelitian berada di sekitar Pulau

    Bawean, Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Batuan vulkanik tersebut

    masuk ke dalam Formasi Batuan Gunungapi Balibak. Penelitian dilakukan dengan pengamatan

    lapangan dan pengambilan data dilakukan secara setempat-setempat (spot sampling). Data yang

    diperoleh kemudian dianalisis menggunakan petrografi dan ICP-AES-MS. Secara pengamatan

    megaskopis di lapangan terdapat dua jenis yang dihasilkan berwarna abu-abu gelap dan abu-abu

    kehijauan dengan tekstur afanitik dan porfiroafanitik. Secara petrografi, batuan memiliki tekstur

    porfiritik, glomeroporfiritik, trakitik, dan pilotasitik. Batuan memiliki kandungan mineral nefelin

    dan leusit yang mengindikasikan adanya nilai potasium yang tinggi. Pada batuan tidak dijumpai

    adanya kuarsa sehingga dapat dikatakan bahwa batuan bersifat silica undersaturated. Data analisis

    geokimia batuan menunjukkan nilai SiO2 yaitu 47,5-54,5% yang menunjukkan batuan bersifat

    basa. Nama batuan yang ada yaitu trachy basalt, basaltic trachy andesite, phonolite, phono-tephrite,dan

    tephri-phonolite. Secara geokimia, afinitas magma yaitu calc-alkaline dan seri magma pada batuan

    yaitu high-K series dan shosonitic series.

    Keyword : petrologi, pulau bawean, vulkanik, potasium tinggi

    I. PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Pulau Bawean adalah salah satu pulau kecil yang terletak di utara Pulau Jawa.

    Pulau ini memiliki banyak sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya

    geologi. Pulau ini merupakan pulau vulkanik yang terbentuk sebagai hasil erupsi

    gunung api dan didominasi oleh batuan vulkanik.

    Secara geografis Pulau Bawean berada di 5°43' sampai 5°52' LS dan 112°34'

    sampai 112°44' BT di laut Jawa 128 km di sebelah utara Paciran, Kabupaten Lamongan.

    Secara administraif, Pulau Bawean merupakan bagian dari Kabupaten Gresik, Jawa

    Timur dengan luas daerah sekitar 200 kilometer persegi. Lokasi penelitian berada di

    kawasan Pulau Bawean.

    Penelitian mengenai batuan dan geologi Pulau Bawean masih sangat jarang

    dijumpai, sehingga Pulau ini sangat menarik sebagai objek penelitian. Penelitian

    mengenai petrologi batuan vulkanik Pulau Bawean dapat digunakan sebagai acuan

    untuk mempelajari karakteristik batuan pada gunungapi belakang busur.

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    995 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    2. Maksud dan Tujuan

    Maksud : Untuk mempelajari batuan vulkanik Pulau Bawean dengan

    menggunakan pendekatan petrografi dan geokimia.

    Tujuan : Mengetahui karakteristik batuan vulkanik Pulau Bawean.

    II. GEOLOGI REGIONAL

    Secara regional, Gunung Bawean termasuk kedalam zona Cekungan Jawa Timur.

    Menurut Usman (2012), Pulau Bawean terbentuk sebagai hasil dari aktifitas vulkanik

    pada Busur Bawean yang memisahkan Cekungan Jawa Timur di bagian timur dan

    Cekungan Pati di bagian barat. Gunung Bawean terdiri dari puncak-puncak kerucut

    gunungapi. Bagian tengah Pulau Bawean terdapat danau vulkanik yaitu Danau Kastoba.

    Menurut penelitian Aziz dkk. (1993), Secara stratigrafi berikut adalah formasi

    penyusun Pulau Bawean dari yang tertua hingga yang termuda yaitu

    1. Formasi Batugamping Gelam

    Formasi ini merupakan formasi tertua yang tersusun atas batugamping terumbu,

    batugamping klastika, dan setempat batugamping kristalin. Formasi ini berumur

    Oligosen Akhir-Miosen Awal. Formasi ini setara dengan Formasi Kujung yang ada di

    Cekungan Pati dan Cekungan Jawa Timur Utara.

    2. Formasi Batupasir Kepongan

    Formasi Batupasir Kepongan terendapkan secara tidak selaras diatas Formasi

    Batugamping Gelam. Formasi ini tersusun atas batupasir kuarsa, sisipan

    batulempung, dan gambut dengan umur Miosen Akhir-Pliosen Akhir. Pelamparan

    dari formasi ini sangat sedikit apabila dibandingkan dengan formasi-formasi lainnya.

    3. Formasi Batuan Gunungapi Balibak

    Formasi Gunungapi Balibak merupakan formasi yang menumpang diatas batuan

    yang lebih tua secara tidak selaras. Formasi ini tersusun material-material hasil

    gunungapi, antara lain seperti perselingan lava, kubah tephrite, breksi gunung api,

    dan tuff. Formasi ini berumur Pleistosen.

    4. Aluvium

    Endapan aluvium merupakan formasi termuda yang ada di Pulau Bawean. Endapan

    tersusun dari endapan kerakal, kerikil, pasir, lumpur, dan lempung. Persebarannya

    relatif di daerah pesisir pantai. Endapan ini berumur holosen.

    Pembentukan Gunung Bawean diawali dengan adanya tektonik Pra-Paleogen.

    Aktifitas magmatisme pada Busur Bawean dimulai dengan terbentuknya struktur graben

    pada batuan dasar Pra-Paleogen yang menyebabkan terjadinya sobekan pada selubung

    magma hingga memicu magma untuk naik ke permukaan. Magma yang naik ke

    permukaan membentuk punggungan yang menjadi cikal bakal pembentukan Busur

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    996 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    Bawean.

    Menurut Setijadji dkk. (2006), Gunung Bawean merupakan salah satu produk dari

    penunjaman lempeng samudra India-Australia pada batas selatan lempeng Eurasia.

    Magmatisme Gunung Bawean termasuk dalam deretan gunungapi busur belakang yang

    terjadi pada Miosen Atas-Kuarter. Lokasi magmatisme busur belakang di Pulau Jawa

    yaitu di Gunung Muria-Gunung Lasem dan Gunung Bawean. Kedua lokasi memiliki

    perbedaan kedalaman penunjaman, dimana Gunung Muria-Gunung Lasem memiliki

    kedalaman penunjaman 320-350 km sedangkan Gunung Bawean memiliki kedalaman

    penunjaman 600 km.

    III. METODOLOGI

    Lokasi penelitian berada di kawasan Pulau Bawean (Gambar 1). Penelitian

    dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan antara lain : perumusan masalah,

    persiapan, pengambilan data lapangan, pengolahan data, dan penyelesaian. Perumusan

    masalah ditentukan dengan menimbang latar belakang yang ada. Persiapan dilakukan

    dengan mengumpulkan data sekunder, dan mempelajari studi literatur. Selanjutnya,

    dilakukan pengambilan data dengan metode spot sampling pada beberapa lokasi.

    Data lapangan yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara petrografi

    (pengamatan sayatan tipis batuan) dan geokimia (ICP-AES-MS). Analisis petrografi

    dilakukan untuk mengetahui tekstur batuan, komposisi mineral batuan, dan

    menentukan nama batuan. Sedangkan analisis geokimia dilakukan untuk mengetahui

    karakteristik, kandungan, kelimpahan unsur pada batuan secara geokimia untuk

    menentukan seri magma, afinitas magma, dan nama batuan.

    Selanjutnya, dilakukan penarikan kesimpulan serta penyusunan hasil penelitian.

    IV. HASIL PENELITIAN

    Penelitian dilakukan dengan mengambil 8 sampel batuan vulkanik secara spot

    sampling (Gambar 2). Batuan yang dijadikan sebagai sampel adalah batuan dengan

    keadaan yang segar di lapangan. Sampel batuan berwarna abu-abu kehitaman dan abu-

    abu kehijauan dengan tekstur batuan porfiroafanitik sampai afanitik. Singkapan FD 02

    dijumpai memiliki struktur berupa kekar lembaran (Gambar 3). Sedangkan singkapan

    lainnya dijumpai dalam keadaan masif dengan struktur kekar batuan yang cukup intens.

    Secara petrografi, sampel FD01 sampai FD08 memiliki tekstur batuan porfiritik,

    glomeroporfiritik, trakitik, dan pilotasitik dengan komposisi mineral yang bervariasi

    mulai dari plagioklas, ortoklas, klinopiroksen, olivin, hornblende, leusit, nefelin, mineral

    opak, dan gelasan.

    Pada sampel FD01 memiliki komposisi mineral olivin 1,6%; klinopiroksen 18%;

    gelasan 15,2%; nefelin 1,6%; mikrolit plagioklas 6,8%; mineral opak 1,2%; hornblende

    1,6%; ortoklas 44%, dan vug 10%. Sampel FD02 memiliki komposisi batuan

    klinopiroksen 13,6%; gelasan 21,2%; nefelin 4,8%; mikrolit plagioklas 1,6%; mineral opak

    2,4%; hornblende 10,8%; dan ortoklas 45,6% . Sampel FD03 memiliki komposisi mineral

    klinopiroksen 16,35%; gelasan 15,99%; leusit 8,72%; mikrolit plagiokals 52,82%; mineral

    opak 0,76%; hornblende 5,36%. Sampel FD04 memiliki komposisi mineral klinopiroksen

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    997 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    7,7%; gelasan 17,5%; leusit 1,1%; nefelin 3,9%; mikrolit plagioklas 0,2%; mineral opak

    0,3%; hornblende 4,8%; dan ortoklas 64,5%. Sampel FD05 memiliki komposisi mineral

    olivin 3,2%; klinopiroksen 31,6%, gelasan 25,6%; mikrolit plagioklas 0,8%; mineral opak

    2%; hornblende 4,4%; dan ortoklas 32,4%. Sampel FD06 memiliki komposisi olivin 3,2%;

    klinopiroksen 16%; gelasan 9,8%; nefelin 4,8%; mikrolit plagioklas 28%; mineral opak

    1,2%; hornblende 18%; dan ortoklas 19%. Sampel FD07 memiliki komposisi mineral

    klinopiroksen 40%; gelasan 10,8%; leusit 5,6%; mikrolit plagioklas 26%; ortoklas 10%;

    mineral opak 1,2%; dan hornblende 6,4%. Sampel FD08 memiliki komposisi mineral

    plagioklas 5,84%; klinopiroksen 35,28%; gelasan 11,12%; leusit 9,68%; mikrolit plagioklas

    32,72%; mineral opak 1,04%; dan hornblende 4,32% (Tabel 1).

    Sedangkan pada analisis geokimia diperoleh hasil dari oksida unsur serta unsur

    jejak seperti pada (Tabel 2) dimana memiliki presentase komposisi yang bervariasi.

    V. DISKUSI DAN PEMBAHASAN

    Berdasarkan data yang telah dianalisis diketahui bahwa batuan vulkanik

    Pulau Bawean memiliki tekstur porfiroafanitik sampai afanitik yang

    menunjukkan bahwa batuan mengalami pendinginan secara cepat sehingga

    mineral-mineral yang terbentuk berukuran relatif kecil. Pendinginan yang cepat

    mengindikasikan bahwa batuan mendingin pada permukaan bumi sebagai

    batuan vulkanik.

    Selain itu, dari analisis petrografi batuan diketahui bahwa batuan memiliki

    tekstur porfiritik, glomeroporfiritik, trakitik, dan pilotasitik. Tekstur porfiritik

    ditunjukkan dengan fenokris yang tertanam pada masa dasar yang halus

    mengindikasikan bahwa batuan mengalami dua tahap pendinginan yaitu

    pendinginan secara lambat yang terjadi pada dapur magma sehingga

    membentuk fenokris dan pendinginan secara cepat yang terjadi di dekat

    permukaan bumi sehingga membentuk masa dasar. Tekstur batuan

    glomeroporfiritik ditunjukkan dengan adanya akumulasi fenokris sebagai

    indikasi adanya tegangan permukaan dari magma yang menyebabkan fenokris

    berkumpul menjadi 1 kluster. Selain itu juga terdapat tekstur trakitik yang

    menujukkan adanya orientasi massa dasar pada batuan sebagai indikasi dari

    adanya proses aliran pada lava. Sedangkan teksur pilotasitik tidak menunjukkan

    arah orientasi aliran dan mikrolit pada batuan tersusun secara acak.

    Pada pengamatan petrografi menunjukkan adanya mineral nefelin dan

    leusit pada batuan yang mengindikasikan adanya nilai potasium yang tinggi. Hal

    ini terkonfirmasi pada data geokimia (Tabel 2). Pada batuan tidak dijumpai

    adanya kuarsa sehingga dapat dikatakan bahwa batuan bersifat silica

    undersaturated.

    Data analisis geokimia batuan menunjukkan nilai SiO2 yaitu 47,5-54,5%

    yang menunjukkan batuan bersifat basa. Selain itu analisis data geokimia

    perbandingan nilai wt% SiO2 dengan Na2O+K2O menggunakan diagram TAS

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    998 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    (Total Alkali Silika) menunjukkan nama batuan yang ada yaitu trachy basalt,

    basaltic trachy andesite, phonolite, phono-tephrite,dan tephri-phonolite (Gambar 4).

    Berdasarkan data geokimia yang diplotkan dalam diagram AFM (A =

    alkali, Na2O + K2O, F = FeO + Fe2O3, M = MgO) diketahui bahwa afinitas magma

    yaitu calc-alkaline (Gambar 5). Selain itu juga diketahui bahwa seri magma pada

    batuan yaitu high-K series dan shosonitic series berdasarkan plot data geokimia

    pada diagram K2O vs SiO2 (Gambar 6).

    VI. KESIMPULAN

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

    batuan vukanik Pulau Bawean memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Memiliki kenampakan megaskopis berwarna abu-abu kehitaman dan abu-abu

    kehijauan, bertekstur porfiroafanitik sampai afanitik, beberapa menunjukkan

    struktur kekar lembaran dan beberapa memiliki struktur masif dengan kekar-kekar

    batuan.

    2. Memiliki kenampakan mikroskopis bertekstur porfiritik, glomeroporfiritik, trakitik,

    dan pilotasitik dengan komposisi mineral yang bervariasi mulai dari plagioklas,

    ortoklas, klinopiroksen, olivin, hornblende, leusit, nefelin, mineral opak, dan gelasan.

    3. Memiliki karakteristik geokimia yaitu bersifat silica undersaturated, afanitas magma

    calc-alkaline, dan seri magma high-K series dan shosonitic series.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aziz, S., Hardjoprawiro, S., dan Mangga, S. Andi. 1993. Peta Geologi Lembar Bawean dan Masalembo,

    Jawa. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

    Best, M.G. 2003. Igneous and Metamorphic Petrology. Australia : Blackwell Science Ltd.

    Bronto, S. 2010. Geologi Gunungapi Purba: Publikasi Khusus. Bandung: Badan Geologi.

    Irvine, T.N. dan Baragar, W.R.A. 1971. A guide to the chemical classification of the common

    volcanic rocks: Canadian Journal of Earth Sciences, v.8. pg. 523-548.

    Le Maitre, R. W. 2002. Igneous Rocks: a Classification and Glossary of Terms. Recommendations of the

    International Union of Geological Sciences Subcommission on the Systematics of Igneous Rocks,

    2nd ed. Cambridge: Cambridge University Press

    Leterrier, J., Yuwono, Y. S., Soeria-Atmadja, R., dan Maury, R.C. 1990. Potassic Volcanism in

    Central Jawa and South Sulawesi, Indonesia. Journal of Southeast Asian Earth Sciences, vol.

    4 no. 3 pg. 171 – 187

    MacDonald, G. A., 1972. Volcanoes. New Jersey: Prentice-Hall.

    Peccerillo, A. dan Taylor, S.R. 1976. Geochemistry of Eocene Calc-alkaline Volcanic Rocks from The

    Kastamonu Area, Northern Turkey. Contributions to Mineralogy and Petrology no 58, pg.

    63–81.

    Rollinson, H. 1993. Using Geochemical Data: Evaluation, Presentation, Interpretation. Malaysia:

    Pearson Prentice Hall.

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    999 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    Setijadji, L.D., Kajino, S., Imai, A., dan Watanabe, K. 2006. Cenozoic Island Arc Magmatism in Java

    Island (Sunda Arc, Indonesia): Clues on Relationships between Geodynamics of

    Volcanic Center and Ore Mineralization. Journal of Resources Geology, vol. 56 no. 3 pg 257

    – 292

    Streckeisen, A.L. 1978. IUGS Submission on the Systematics of Igneous Rocks. Classification and

    Nomenclature of Volcanis Rocks, Lamprophyres, Carbonatites, and Melilite Rocks.

    Reccomendations and Suggestions. Neues Jahrbuch fur Mineralogie, Abhanlungen, vol.

    141.

    Tatsumi, Y. dan Eggins, S. 1995. Subduction Zone Magmatism. Cambridge: Blackwell Science Inc.

    Usman, Ediar. 2012. Pulau Bawean Sebagai Tempat Wisata Geologi. Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Geologi Kelautan.

    Williams, H. dan McBirney, A.R. 1979. Volcanology, San Fransisco: Freeman, Couper & Co.

    Wilson, M. 1989. Igneous Petrogenesis: A Global Tectonic Approach. London: Harper Collins

    Academic.

    Winter, J. D. 2013. Principle of Igneous and Metamorphic Petrology. London: Pearson Education

    Limited

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    1000 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    Tabel 1. Data komposisi mineral batuan Pulau Bawean

    KOMPOSISI Cpx Ol Hb Nph Lct Pl Or Op Gls Vug Total

    KODE

    SAMPEL (%)

    FD01 18,00 1,60 1,60 1,60 0 6,80 44,00 1,20 15,20 10,00 100

    FD02 13,60 0 10,80 4,80 0 1,60 45,60 2,40 21,20 0 100

    FD03 16,35 0 5,36 0 8,72 52,82 0 0,76 15,99 0 100

    FD04 7,70 0 4,80 3,90 1,10 0,20 64,50 0,30 17,50 0 100

    FD05 31,60 3,20 4,40 0 0 0,80 32,40 2,00 25,60 0 100

    FD06 16,00 3,20 18,00 4,80 0 28,00 19,00 1,20 9,80 0 100

    FD07 40,00 0 6,40 0 5,60 26,00 10,80 1,20 10,00 0 100

    FD08 35,28 0 4,32 0 9,68 38,56 0,00 1,04 11,12 0 100

    Tabel 2. Data geokimia batuan Pulau Bawean

    SAMPLE FD 01 FD 02 FD 03 FD 04 FD 05 FD 06 FD 07 FD 08

    SiO2 % 47.5 49.7 50.0 54.5 48.8 52.3 48.4 50.6

    Al2O3 % 15.70 16.65 17.80 22.5 17.95 21.5 16.35 18.75

    Fe2O3 % 8.19 7.55 6.84 2.76 5.93 4.17 7.67 6.12

    CaO % 10.95 9.55 8.82 1.67 6.95 4.25 9.38 7.31

    MgO % 5.79 5.29 3.00 0.58 5.33 0.97 5.90 3.38

    Na2O % 4.21 2.90 3.36 6.98 5.55 5.16 3.44 3.30

    K2O % 1.38 4.11 2.74 7.82 3.08 5.49 5.01 6.16

    Cr2O3 % 0.020 0.029 0.005 0.002 0.033

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    1001 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    Ga pp

    m 16.3 15.8 18.3 25.3 19.2 19.8 16.7 16.7

    Gd pp

    m 7.78 5.15 7.08 4.19 6.22 5.58 5.61 7.96

    Hf pp

    m 3.4 2.6 3.7 7.0 5.4 3.6 3.4 3.4

    Ho pp

    m 1.01 0.75 1.02 0.61 1.04 0.89 0.77 0.94

    La pp

    m 75.5 67.6 83.3 126.5 109.0 121.0 76.8 107.5

    Lu pp

    m 0.28 0.30 0.38 0.39 0.39 0.36 0.26 0.44

    Nb pp

    m 41.4 39.2 43.2 277 139.5 113.5 63.2 74.1

    Nd pp

    m 54.2 45.3 55.0 43.1 58.6 53.9 50.2 62.8

    Pr pp

    m 14.35 12.00 16.00 15.75 17.00 16.50 14.05 17.95

    Rb pp

    m 97.5 183.0 1925 362 307 318 217 282

    Sm pp

    m 10.10 7.47 9.65 5.26 9.35 7.31 8.59 11.75

    Sn pp

    m 1 2 1 1 1 2 2 2

    Sr pp

    m 915 1015 2730 877 1410 1670 1055 1805

    Ta pp

    m 2.0 1.7 1.8 12.5 5.9 5.5 2.8 4.0

    Tb pp

    m 0.96 0.76 0.94 0.56 0.96 0.64 0.82 0.99

    Th pp

    m 18.50 14.70 20.4 53.2 28.5 25.1 17.80 19.85

    Tm pp

    m 0.35 0.33 0.40 0.33 0.44 0.41 0.30 0.49

    U pp

    m 4.59 3.42 5.94 9.15 6.70 3.19 3.61 4.36

    V pp

    m 268 231 177 40 150 105 218 177

    W pp

    m 1 1 1 1 3 2 2 3

    Y pp

    m 24.6 20.2 26.2 20.3 26.6 23.0 21.0 27.1

    Yb pp

    m 2.46 1.94 2.54 2.20 2.97 2.33 1.98 2.83

    Zr pp

    m 170 134 177 479 296 225 176 181

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    1002 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian

    Gambar 2. Peta geologi dan titik pengambilan sampel

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    1003 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    Gambar 3. Singkapan batuan pada stasiun amat FD01 (kiri) dan FD02 (kanan)

    Gambar 4. Plot data geokimia dalam diagram Total Alkali-Silika oleh Le Maitre (2002)

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    1004 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    Gambar 5. Plot data geokimia dalam diagram AFM oleh Irvine dan Baragar (1971)

    FD01

    FD02

    FD03

    45 50 55 60 65 70 750

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    K2O

    SiO2

    Arc Tholeiite Series

    Calc-Alkaline Series

    High-K Calc-Alkaline Series

    Shoshonitic Series

    Shos:Basalt Shos. Latite Trachyte

    Rest: Basalt BasAnd Andesite Dacite Rhyolite

    FD 01

    FD 02

    FD 03

    FD 05

    FD 06

    FD 09

    FD 10

    Peccerillo & Taylor 1976: Arc rock types

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    1005 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    FD04

    FD05

    FD06

    FD06

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

    1006 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage

    Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

    FD07

    FD08

    Gambar 6. Plot data geokimia dalam diagram SiO2 vs K2O oleh Pecerillo dan Taylor (1976).