prosid semnas moluska i-2007

10
PROSIDING SEMINAR NASINNAL MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EI(ONOMI Produksi Juwana Lora Merah dan Kima Meratui Hatchery Untuk Konseryasi species Langka, prospek dan Tantang Magdalena Litaay Jur Biorogi FMrpA & penetiti pusat penefitian Terumbu Karang u niversitas Hasanuddin, Kampus Tamaranrea, r4akassar g0245 E m a i t : u4Sdab-.aljlae y@yeh99-ap!!. Abstrak Meningkatnya permlntaan dunia akan- sumberdaya hayati laut telah nrenyebabkan Luo"llp-q kelompok hewan telah masuk daftar rp".i"i i"ngi" Di lndonesia, SK MenHut No' 12lKpts-ll/1987 dan Peraturan Pemerintah No. z ra"nun 1999 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem, menetapkan 15 species langka vaig oiiinoungi, 12 species diantaranya merupakan anggota filum moluska. Sebahagian besar daging moluska ini dimanfaatkan sebagai sumber protein, cangkangnya yang memiliki lapisan mutiara bernilai tinggi dan merupakan target industri je;elry" dan keramik. Troka /susu Pyn9?il.lola merah [y9|.us.nilo.tigug L ) dan kekerangan ximi merupakan gastropoda dan bivalvia laut yang telah dilindungi di lndonesia. Terdapat tujuh species kima yang tergorong rangka yakni r squamosa, T. crocea, T. qg9:, T. derasa, T. maxima dan dua jinis ilippolpri v""r.nii. iippopur, dan H" porceranus. Salah satu ufaya untuk membantu program pemerintah konservasi species langka yakni dengan memproduksi juwana melalui nitcnery untuk tujuan.pineuaran kembali ke atam. Kegiatan ini diharapk3l daoat mempertahant<an t<estibiran stok alami. secara umum teknologi pemijahan di hatchery telah dilakufqn di oeuerapa tenrpat di lndonesia, namun masih ada kendala-kendala telinis berbasis lokal. Tulisan'ini memoahas beberapa aspek tentang prospek dan.tantangan pengembangan produksi juwana lola dan kima melalui hatchery untuk menunjang program konservasi species tang[a di rndonesia. Kata Kunci.- species tangka, moluska laut, restocking Pendahuluan Lola dan kima adalah dua kelompok moluska laut yang oleh karena nilai ekonomisnya telah dieksploitasi berlebihan, sehingga telah masuk daftar species langka dan dilindungi di lndonesia (Marwoto, 2oo1). Lola (Trochus nitoticus) di lndonesia dikenal dengan istilah lain; lola merah, susu bundar (Dharma, 1988). Dagingnya dlmanfaatkan sebagaisumber protein, sedangkan cangkang yang memiliki lapisan mutiara yang menarik dimanfaatkan diantaranya dalam industri jelewry, keramik, kancing. Kima (famili tridacnidae) dikenal sebagai kerang raksasa, terdapat tujuh jenis di lndonesia (Dharma, 1gg2) dan semuanya telah dilindungi' Jenis kima yang dilindungi tersebut yakni'. Tridacna gigas, T. squamosa, T. crocea, T. maxima, Hippopus hippopus, H. porcetanus. Upaya untuk mempertahankan populasi alami melalui budidaya telah dilakukan di beberapa te;itpat baik dalam skala kecil maupun skala industri (Rachman & Wahyuni, 2006). Pengembangan budidaya lola dan 40

Upload: ilham-clinkers

Post on 10-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

efefe

TRANSCRIPT

PROSIDING SEMINAR NASINNALMOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EI(ONOMI

Produksi Juwana Lora Merah dan Kima Meratui Hatchery

Untuk Konseryasi species Langka, prospek dan Tantang

Magdalena Litaay

Jur Biorogi FMrpA & penetiti pusat penefitian Terumbu Karangu niversitas Hasanuddin, Kampus Tamaranrea, r4akassar g0245

E m a i t : u4Sdab-.aljlae y@yeh99-ap!!.

Abstrak

Meningkatnya permlntaan dunia akan- sumberdaya hayati laut telah nrenyebabkanLuo"llp-q kelompok hewan telah masuk daftar rp".i"i i"ngi" Di lndonesia, SK MenHutNo' 12lKpts-ll/1987 dan Peraturan Pemerintah No. z ra"nun 1999 tentang konservasisumber daya alam hayati dan ekosistem, menetapkan 15 species langka vaig oiiinoungi,12 species diantaranya merupakan anggota filum moluska. Sebahagian besar dagingmoluska ini dimanfaatkan sebagai sumber protein, cangkangnya yang memiliki lapisanmutiara bernilai tinggi dan merupakan target industri je;elry" dan keramik. Troka /susuPyn9?il.lola merah [y9|.us.nilo.tigug L ) dan kekerangan ximi merupakan gastropoda danbivalvia laut yang telah dilindungi di lndonesia.

Terdapat tujuh species kima yang tergorong rangka yakni r squamosa, T. crocea, T.qg9:, T. derasa, T. maxima dan dua jinis ilippolpri v""r.nii. iippopur, dan H" porceranus.Salah satu ufaya untuk membantu program pemerintah konservasi species langka yaknidengan memproduksi juwana melalui nitcnery untuk tujuan.pineuaran kembali ke atam.Kegiatan ini diharapk3l daoat mempertahant<an t<estibiran stok alami. secara umumteknologi pemijahan di hatchery telah dilakufqn di oeuerapa tenrpat di lndonesia, namunmasih ada kendala-kendala telinis berbasis lokal. Tulisan'ini memoahas beberapa aspektentang prospek dan.tantangan pengembangan produksi juwana lola dan kima melaluihatchery untuk menunjang program konservasi species tang[a di rndonesia.Kata Kunci.- species tangka, moluska laut, restocking

Pendahuluan

Lola dan kima adalah dua kelompok moluska laut yang oleh karena nilai ekonomisnyatelah dieksploitasi berlebihan, sehingga telah masuk daftar species langka dan dilindungi dilndonesia (Marwoto, 2oo1). Lola (Trochus nitoticus) di lndonesia dikenal dengan istilah lain;lola merah, susu bundar (Dharma, 1988). Dagingnya dlmanfaatkan sebagaisumber protein,sedangkan cangkang yang memiliki lapisan mutiara yang menarik dimanfaatkandiantaranya dalam industri jelewry, keramik, kancing. Kima (famili tridacnidae) dikenalsebagai kerang raksasa, terdapat tujuh jenis di lndonesia (Dharma, 1gg2) dan semuanyatelah dilindungi' Jenis kima yang dilindungi tersebut yakni'. Tridacna gigas, T. squamosa, T.crocea, T. maxima, Hippopus hippopus, H. porcetanus. Upaya untuk mempertahankanpopulasi alami melalui budidaya telah dilakukan di beberapa te;itpat baik dalam skala kecilmaupun skala industri (Rachman & Wahyuni, 2006). Pengembangan budidaya lola dan

40

PROSIDING SEMINAR NASIONALMOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI

kima yang bertujuan untuk reslocking dan sea ranching belum banyak dilakukan. Tulisan inimembahas beberapa aspek yang berhubungan dengan produksijuwana kedua komoditi iniuntuk menunjang program konservasispecies rangka, prospek dan tantangan.

Budidaya Kekerangan

Di lndonesia, budidaya kekerangan berkembang pesat sejak awal tahun 19g0,khususnya kerang hijau dan kerang darah (unar et ar.,19g2; putro,2oor). Har_har yangmenentukan keberhasilan budidaya diantaranya: lokasi budaya, induk dan benih, pakandan nutrisi, teknik budidaya, penanggurangan penyakrt, pasca panen, mutu produk danpemasaran.

Pada pembudidayan lola dam kima untuk tujuarr penebaran kembali melibatkanpemanfaatan tiga lokasi yakni hatchery, pemeliharaan terkontrol di ocean nurcety danpembesaran di alam. Hal penting yang merupakan pertimbangan dalam pengoperasiansuatu hatchery diantaranya teknologi budidaya, sumber air tawar, sumberdaya manusiadan akses infrastruktur. sementara pada penrbesaran cli ocean nurserydan sea ranching,kriteria seperti faktor oseanografi perairan, metode yang digunakan dan keamanan menjaclipenting.

lnduk dan benih merupakan dua komponen utarna dalam budidaya, dimana sumberdan status induk yang digunakan hendakrrya telah mencapai kematangan gonad, hal inidiperlukan untuk menjamin keberhasilan pemijahan dan kualitas broodstock. Untuk kimapenentuan tingkat kematangan gonad dapat diperkirakan dari ukuran dan umur induk.sementara untuk lola, dimana bagian gonad tidak tampak secara visual atau tertutupcangkang, pendugaan kualitas induk dapat berdasarkan ukuran dan berat organisme. Jeniskelamin dapat ditentukan berdasarkan pengalaman, umumnya lola betina memilikidiameterbasal lebih lebar dari tinggi cangkang jika dibanding dengarr hewan jantan. Kuantitas indukyang digunakan dalam budidaya cukup diperhitungkarr terutama dala;n budidaya skalabesar. Rasio jantan .ian betina yang tiigunakan pada pemijahan. juga hendaknyadiperhitungkan. selanjutnya pengetahuan tentang siklus hidup hewan yang dibudidayakanmulai induk - pemijahan - penetasan - larva - juwana - clewasa perlu dipahami benar.

Pakan dan nutrisi merupakatr penentu keberhasilan budidaya kekerangan. Jenispakan tergantung kebiasaan makan dan starlia organisme yang dibudidayakan. Lolatergolong grazq dan herbivor, pada stadia larva memerlukan diatom sebagai pakan utama,sementara pada tahapan juwana dan dewasa, dapat mengkonsumsi berbagai jenis algalaut' Kima tergolong kelompok filter feeder dapat mengkonsumsi fitoplankton, misalnya'sochrysis atau ragi (Niartiningsih, 2oo5) Kima bersimbion dengan alga sel tunggalzooxanthellae, olehnya, p,rada skala hatchery setelah zooxanthellae berhasil bersiombiosis

nraQ

Uir,:

-:---

le!"-

,t-

. S -1'3

L-=

-c ta

t\=

4l

PROSIDING SEMINAR NASIONALMOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI

dengan kima, maka dibutuhkan pernupukan untuk membantu proses fotosintesis yang

dilakukan oteh zooxanthellae. Fasilitas penunjang kultur pakan alami, merupakan salah

satu komp,onen penentu keberlanjutan budidaya. Hatchery produktif umumnya dilengkapi

dengan lab alga untuk kultur pakan alami, baik stok murni lnaupun untuk produksi masal.

Pakan alami dengan kadar nutrisitinggi dan aplikasi biteknologi dapat mempercepat proses

pematangan gonad. Namun terdapat konsekuensi lain pada pemakaian pakan buatan di

hatchery, terutama budiclaya sistem intensif. Di lingkup budidaya, sebahagian besar sekitar

proporsi makanan buatan tidak terkonsumsi dapat mencemari lingkungern bila tidak

ditangani atau diproses dengan baik. Untuk land-based akuakultur yang memiliki unit

pengolahan lirnbah, hal ini bukan masalah, tetapitidak untuk ocean based skala besar.

Budidaya kekerangan semi intensif maupun intensif melibatkan teknologi dimana

fasilitas dan metode yang digunakan dalam pembudidayaan bervariasi. Teknik

pembudidayaan skala hacthery lola dan kima tidaklah rumit {Hahn, 1989; Braley, 1992).

Teknik pemijahan pada lola misalnya dapat menggunakan metode stress suhu, air

mengalir, aerasi kuat atau kombinasi, sedangkan Jntuk kima: stress suhu, suspensigonad,

injeksi seratonin atau kcnrbinasi (Niartiningsih, 2005). Pada tahapan pemeliharaan larva

ataupun juwana di hatclery dapat menggunakan sistem air mengalir atau statis.

Masalah gangguan penyakit dan organisme tidak diperlukan kehadirannya di lingkup

budidaya juga perlu dipertimbangkan. Umumnya kehadiran parasii dan penyakit

berhubungan dengan kualitas air yarrg tidak sesuai dengan standar budidaya. Sebagai

contoh kisaran parameter kualitas air pendukung hidup kima adalah suhu (20-30"C),

saiinitas 30-40 ppm, pH 7-8 dan oksigen terlarut 7 .5 -7 .B (Effendi, 2003)'

Salah satu indikator keberhasilan budidaya adalah hasil budidaya yang memenuhi

standar konsumen. Tergantung pada permintaan pasar, pasca panen melibatkan beberapa

proses penyortiran hasil oudidaya dan pengemasan.

Pemasaran hasil budidaya merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

kegiatan ini. Kualitas hasil produksi budidaya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan

standar pasar yang diinginkan. Pemasaran produk budidaya kekerangan dapat dalam

bentuk kedaan hidup (raw mateiat), segar atau olahan tradisional untuk konsumsi lokal.

Sementara untuk tujuan ekspor pada umunya diperdagangkan dalam keadaan hidup, beku

atau kaleng an (canned). Dewasa ini, pengawasan mutu dan sanitasi produk-produk

kekerangan diperketat, hali ini disebabkan karena tingginya kasus keracunan makanan di

beberapa negara maju karena mengkonsumsi produk perikanan tertentu termasuk

kekerangan (Putro, 2007).

IEr

42

ang

itah

€pilsal.

ISES

ndi(itar

idak

unit

tana

knik

,s2).

, air

nad-

Iarva

gkup

iyak*

)agai

U L-I

>nud"i

)rapa

lsitan

r dat

talam

lol€tbda,l

rod"ft

rsr dnasn*

PROSIDING SEMINAR NASIONALMOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVAST DAN EKONOMT

Riset Lola dan Kima di lndonesia

Pengelolaan suatu sumberdaya alam ataupun komoditi ekonomis diawali daridilakukannya studi-studi sairrtifik yang dijadikan informasi pendukung aktivitas kedepan.Studi tentang lota di lndonesia telah banyak dilakukan dianiaranya aspek: bio-reproduksi(Pradina dkk, 1997); bio-ekologi (paonganan, 1997, 2ooo; paonganan et a;.2001a,b);pertumbuhan di alam (Niartiningsih dkk. 2006; Litaay dkk, 2006a). Selain itu penelitian yangdllakukan di lndonesia sebelum tahun 1997 telah direview oteh Ali dkk (1992) danBurhanuddin (1997). Khusus tentang riset budidaya lota : Dwiono ef a/. (1992); Lee & Amos{1997); soekendarsi et at. (2ool); crowe et at. (2002); Niartininggsih & Nessa (2ooz);Litaay dkk (2006b,c); yusuf ef at. (2006); dan Litaay dkk (2007).

Studi tentang kima juga telah banyak dilakukan, khusus untuk kawasan lndonesiaTimur aspek yang telah dikaji diantaranya: ekologi/distribusi & kelimpahan (llahiyati, 2003;Niartiningsih & Yusuf 2004; yusuf & Moka, 2000); Sementara untuk riset hatcherydiantaranya tentang: infeksi cacing (Niartiningsih dkk. 2oo1); Zooxanthellae (Niartiningsih,2000, 2001); zooxanthellae asal inang yg berbeda (Niartiningsih dkk. 2oO4a,b, ztiool,rakteriologis (Litaay dkl., 2007).

Selanjutrrya beberapa hasil penelitian terkini tentang lota darr kima di lndonesiaSipresentasikan pada Seminar Nasional Moluska 2007 dan dapat dilihat dalam prosiding ini.

ProduksiJuwana Lola dan Kima

Produksi juwana lola dan kima dapat diperuntukan untuk tiga tujuan yakni untuk a):enebaran kembali ke aiam; b) penyediaan induk dan c) diperdagangkan. Telah disebutkan:i atas bahwa teknik budidaya lola dan kima di hatchery tidaklah sulit. Namun pada skala'ronokultur, budidaya kima umumnya dihadapkan pada ledakan alga filamen yang tidak:iinginkan (Niartiningsih, 2oo5). Upaya penanggulangan masalah ini melalui pembersihan^:anual dan pengurangan intensitas cahaya tidaklah efisien karena memerlukan man-power3(stra dan biaya, olehnya perlu dicari solusi yang lebih balk. Salah satu alternatif solusi

-'akni memanfaatkan kebiasaan hidup oi'ganisme lain untuk mengatasi ledakan populasi

= ga filamen. Kelompok organisme yang dapat dimanfaatkan adalah algivor atau herbivor,

:engan demikian polikultur diharapkan dapat mengatasi masaiah atgal blooming pada skala*cnokultur.

Sistem polikultur antara lola dan kima baik di hatchery ataupun di alam telah dicoba di:eberapa tempat (Amos & purcell, 2003; Clartie ef a/. 2003; r_itaay dkk, 2006a), dan-enunjukkan produktiviias yang mengembirakan. Penebaran kembalijuwana lola dan kima-asil produksi hatchery diharapkan dapat membantu memulihkan populasi alami yang telah:erkurang sekaligus mempertahankan eksistensi sper,ies dari kepunahan (Crowe ef a/.

43

PROSIDING SEMINAR NASIONALMOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI

2001; Purcell, 2004, Nair, 200s). seperti dijelaskan sebelumnya, program penebaran

kembali ke alam hendaknya memperhatikan beberapa aspek diantaranya lokasi, aspekkeamanan dan teknis lainnya. Lautan merupakan daerah terbuka yang dapat diakses olehumum, olehnya sebelum inseminasi program, lokasi resfocking ataupun sea-ranchinghendaknya dipertimbangkan dengan baik. Produksijuwana dengan tujuan akhir penyediaan

induk untuk pemijahan kembali memerlukan kriteria khusus, terutama pada hatcherykomersil, untuk tujuan ini metode percepatan pematangan gonad, penggunaan makananbuatan dan hormon umumnya digunakarr.

Prospek Pengembangan dan Tantangan

Tel<nologi pembudidayaan lola dan kima di hatchery relatif mudah (Hahn, 19gg;

Braley, '1992; Braley & Rahman, 1996). Hal ini dikuatkan oleh pendapat Ditjen BudidayaDKP (2005) bahwa umumnya budidaya moluska : a) kecuali mutiara memerlukan modalyang kecil, b) mudah dibudidayakan, c) menyerap tenaga kerja, dan d) merupakan usahayang menguntungkan. Lola dan kima tergolong kelompok ya.ng :"nemiliki fekunditas yang

cukup tinggi, namun demikian jumlah hatchery untuk memproduksi juwana kekeranganyang ada saat ini di lndonesia masih minim. Dewasa ini mayoritas hatchery di lndonesiadiperuntukan memproduksi benih ikan dan crustacea.

Hal lain yang perlu diperhatikan yakni lola (the topshel/) dan kima (the gia.nt clams)termasuk dalan daftar CITES, kelompok hewan yang dilirrdungi sehingga untukdiperdagangkan hanya dibolehkan hewan generasi kedua alau F2. Kornitmen pemilik /pengelola hatchery untuk menghasilkan turunan kedua organisme budidaya merupakan

tantangan tersendiri.

lndonesia memiliki garis pantai yang cukup panjang dan terdiri dari lebih 17.000 pulau

dimana dalam pengelolaan sumberdaya alamnya tidaklah mudah dan berbeda dengan

daerah non-kepulauan. Mayoritas daerah kepulauan merupakan lautan yang notabene

adalah daerah terbuka untuk umum (t1pen access). Pengelolaan sumberd'aya alam masih

terbentur beberapa kendala diantaranya kualitas sumberdaya manusia yang bervariasi,

dimana pada kenyataannya mayoritas masyarakat yang hidup di pulau terutama yang jauh

dari daratan utama karena keterbatasan akses masih kurang pengetahuan dan pendidikan

tentang pentingnya kelestarian alam. Disisi lain kita juga diperhadapkan dengan kenyataan

bahwa pengelolaan berkelanjutan sumberdaya hayati laut masih ditandai dengan konflik

kepentin gan dan disrncenfiye u ntuk l<onservas i.

Solusi terhadap tantangan cjalam pengelolaan sumberdaya alam di lndonesia

sebaiknya memperhatikan beberapa aspek seperti komprehensif dan integrasi,

-

44

i

II

I'

IitIlI

Iti

PROSIDING SEMINAR NASIONALIOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI

rnernerlukan dukungan komunitas lokal, majemen harus berbasis ekosistem dan teknologi

yang digunakan seharusnya berasas bersih lingkungan.

Kesirnpulan

Teknik pembudidayaan lola dan kima di hatchery cukup mudah sehingga kedua

kelompok komoditi ini memiliki prospek pengembangan kedepan, namum perlu ditopang

engan ketersediaan hatchery. Pemanfaatan pola dan kebiasaan makan kedua kelompok

hi bila dipadukan dalam sistem polikultur diharapkan dapat mengatasi kendala yang

terdapat dalam monokuitur. Hal ini sekaligus akan meningkatkan produksi hatchery yang

selanjutnya dapat diperuntukan untuk berbagai tujuan. Selanjutnya, penebaran kembali

.iruana ke alam dalam rangka menunjang program konservasi species langka hendaknya

rnemperhatikan faktor-faktor pem batas keberhasi lan.

I ar Pustaka

Ali, S., M.N. Nessa & A. Rahman. 1992. Rangkuman beberapa hasil penelitian lola(Trochus spp). Prosiding Temu Karya llmiah Potensi Sumberdaya KekeranganSulawesi Selatan dan Tenggara. Watampone.

Amos, M.J and S.W. Purcel. 2003. Evaluation strategies for intermediate culture ol Trochusniloticus (Gaskopods) in sea cages for restocking. Aquaculture,2lB : 235-249.

Braley, R. D 1992. The Giant Clam. A Hatchery and Nursery Culture Manual. ACIAR,Canbena. 144p.

Braley, R.D., and A.Rachman, 1996. Technical Note : A Succesfull Protocol for theHatchery and Land Nursery Culture of Giant Clam (Fam.Tridacnidae). PerairanMaluku dan Sekitarnya. Vol.10: 8185"

&.rhanuddin, 1997. A Review of Trochus Fisheries in Eastem lndonesia. ln: Trochus:Status, Hatchery Practice and Nutrition. ACIAR Proceedings No.79. Canberra. 14-

.16. .

Chrke, P.J, T.K. Komatsu, J.D. Bell, F.Lasi, C.P.Oengpepa & J. Legata. 2003. Gombined. cuiture of Trochus niloticus and giarf clams (Tridacnidae): benefits for restockingand farming. Aquaculture 215: 123-144.

Cro,ve, T.P., G. Dobson & C.L. Lee. 2001. A novel method for tagging and recapturinganimals in cornplex habitats and its use in research into stock enhancement ofTrochus niloticus. Aq uaculture 1 94:383-391.

Cnowe, T.P., K.A. Lee,' M.J. Amos, J. Dangeubun, S.A.P. Dwiono, p.C. Manuputty, F.N'guyen, K. Pakoa and J. Tetelepta. 2002. Experimental evaluation of the use ofhatchery-reared juvenile to enhance stocks of the topshell Trochusnilotrbus inAustralia, lndonesia and Vanuatu. Aquaculture, 206 (3-3): 175-197.

3i-effna, 8., 1988. Siput dan Kerang lndonesia I (lndonesian Shells). PT. Sarana Graha.Jakarta.

-

PROSIDING SEMINAR NASIONALMOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI

Dharma, B. 1992' Siput darr kerang lndonesia ll (lndonesian Shells). pT, Sarana Graha,Jakarta.

Ditien Budidaya DKP' q095 .lklim u.saha yang kondusif bagi pbngembangan akuakuttur dilndonesia. Makalah disampaikan ploa exuaxuttur tnl'onesia zoos.-M"xrii.i, zs-zoNovember 2005

Dwiono, A' P' Makatipu, P.C & Pradina. 1997. A Hatchery for the Topsheil (7. nitoticus) inEastern lndonesia. ln.: Trochus: Status, Hatchery Fractice inO trtutrition,-nCfenProceeding No. 7.9, ACIAR. Canberra. 34 p.

Effendi, H' 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelotaan Sumber Daya dan LingkunganPerairan. penerbit Kanisius. yogyakarta.

Hahn, Q' 1989. Culture of The Tropical Top Shell T" niloticus. Handbook of Culture ofAbalone and other Marine Gastropocis. cRc. presi inc. Boca Raton. e'roiioa. pp.301-3.15.

llahiyati, N, 2003. Distribusi dan Kelimpahan Spesies Serta Variasi Ukuran Kima(Tridabnidae) di Perairan xeputauai, sp",m,ioae. -

sir]pri Jrrusan llmu KelautanFakultas llmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar:.

Lee, C'L' and M' Amos. 1997.Current status of topshell T. nitoticusHatcheries in Australia,lndonesia and The Pacific- A. Review. ln: Trochus: Situs, Hatchery praall anaNutrition. AcrAR proceeding No. 79, AcrAR, canberra. ia-qz.

Litaay, M., Apriadi, S. Yusuf & Arifin. 2006a. Pertumbuhan dan sintasan juwana lola(Trochus niloticus Linn) dan kima sisik llrllacng squainosal pada ocean nursery p.Barrang Lompo. Builetin Seri Sayati Vol 9(2): 161.{'li.

Litaay, M., A. Niartiningsih, E. suryati, s. yusuf dan A. sopamena. 2006b.Tingkatkeberhasilan rekrutmen larva lola (Trochus nititicus L.) pada substrat yangberbeda. prosiding KonferensiAkuakurtur rndonesia. slirorva, d-a uav. eoft.Litaay, M, A. Niartiningsih & S. Tomasa. 2006c. Pengaruh beberapa diatom terhadappertumbuhan lola li.rochus niloiicus L.). BIOMA V6t t. ruo.a.

Litaay, M', R.B. Gobel, A. Abdullah dan S. Lejab. 2007. Kuatitas media pemeliharaan larvalola merah dan kima sisik hasilfiltrasi bertingkat din"tcnery. lndanesian J. of Mar.Sci. Vot6 Juni2007.

Marwoto, S' 2001. Moluska. Dalam: Jenis-jenis- -Hayati yang dilindungi perundang-

Undangan lndonesia. Noerdjito, M. Dan r. uarylnio iEol. catrrarireoua, iustitBiologi LlPt. Cibinong. Hat 13S-136.

Nair, M. 2005' Stock enhancement programs in the United States affiliated pacific lslandsfor economic developrnent and food security. J. She//fsh Researclr. Z+tii isO-agr.

Niartiningsih' A., 2000. Pengaruh pemberian Zooxanthella dari Sunrber yang BerbedaTerhadap Pertumbuhan Larva Kima Sisik (Tridacna sguamosa). ' giletin ltmuPeternakan dan Perikanan. Fakultas Peteinakan iakultas ttml xeuutan dan

Perikanan Universitas Hasanuddin. Vl :233 _2gg.

46

'ana Graha

rkuakultur szssar,25-23

niloticus) u'

tion, ACIAR

Lingkunga-

rf Culture iFlorida. Pp

kuran Kimanu Kelauta:tr.

in AustraliaPractice anc

juwana lolarn nursery P

)na. 2005b;ubstrat yangy 2006.

om terhadap

raraan larva't J. of Mar,

Perundang-(edua. Puslit

acific lslands1):330-331.

ang BerbedaBuletin llmu

(elautan dan

',: ]SIDING SEMINAR NASIONALIII :-USKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI

':::rngsih, A., 2001. Analisis Mutu Zooxanthella dari Berbagai lnang dan PengaruhnyaTerhadap Sintasan dan Pertumbuhan Juvenil Kima Sisik (Tridacna squamosa).Disertasi S3. Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

,:::ingsih, A., G. Latama, Nessa, M.N. & Q.lshak, 2001. Pengaruh Pemberian ObatCacing l\4ebendazole dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan danSrntasan Juvenil Kima Sisik (Tridacna sguamosa) yang Terinfeksi Cacing. Sci &Tech. Jurnal llmiah Sains dan Teknologi Program Pascasarjana UniversitasHasanuddin, Makassar, lndonesia. 2 (2) : 23 * 34.

'. :: ningsih, A. dan M.N.Nessa, 2002. Prospek Pengembangan Budidaya Kima(Tridacnidae) di lndonesia. Makalah Disampaikan pada Konperensi Nasional lll2002 Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan lndonesia 21 - 24 Mei 2002.Denpasar, Bali.

,' =t:ningsih, A. dan S.Yusuf, 2004. Distribusi dan Kelimpahan Kima (Tridacnidae) di

Kepulauan Sperrnonde. Proyek SP4-Jurusan llmu Kelautan UniversitasHasanuddin. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen PendidikanNasional.

",::iningsih, A., E.lndrawati, Hadijah, lvl., dan Syahruni 2004a. Pengaruh WaktuPemberian Zoo.xanthella Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Larva Kima SisikTridacna squamosa. Torani Jurnal llmu Kelautan dan Perikanan 3 (14) :121-126.

'" :liringsih, A., A.G.Tantu, tladijah, M., & A.Salam, 2OO4b. Pengaruh KepadatanZooxanthella Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Larva Kima Sisik lridacnasquamosa. Torani Jurnal llmu Kelaautan dan Peikanan 4 (14) : 181-186.

'. ailningsih, A. 2005. Budidaya kima atau kerang raksasa. Makalah disampaikan padaSeminar Nasional Makassar Maritime Meeting. DKP & DPD Rl. Makassar, 29-30November 2005.

" :tiningsih, A., S. Yusuf & E. Suryaningrat. 2006. Translokasi dan restocking juvenil lola

(Trochus niloticus) dari Pulau Barrang Lompo makassar ke kawasan konservasiLaut Gili Sulat. Lombok Timur, NTB. Prosiding KONAS V Pesisir Laut dan Pulau-pulau Kecil, Batam 29 Agustus - 1 September 2007. Hal. 88-94.

", artiningsih, A., M. Litaay, K. Amri & F. Akib. 2007. Sintasan dan perkembangan larva lolamerah (Trochus niloticus) pada metode pemijahan yrang berbeda. BIONATURA. lnpress.

::cnganan, Y. 1997. Hubungan antara lebar, panjang, berat total, berat cangkang danberta daging dengan berat isi perut dari Trochus niloticus Linn dikaitkan dengankedalaman dan habitatnya di periranan Pulau Liukang Loe Sulawesi Selatan.Skripsi, Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang: B0 hal

:aonganan, Y. 2000. Korelasi fase perkembangan gonad lola (Irochus nrlolicus Linn.)dengan aspek biofisik lingkungan perairan Pulau Baki, Sulawesi Selatan, ThesisPPs-lPB Bogor: 86 hal.

r3onganan, Y, Tjahjo Wnanto and E.Soekendarsi. 2OO1a. Size distribution of male andfemale top shell Trochus niloticus Linne in lelation to the depth andsubstrate.Ph uket Mar. Biol. Center Spec. Publ.25(1):89-90

47

PROSIDING SEMINAR NASIONALMOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI

Paonganan, Y., Tjahjo Winanto and E.soekendarsi. 2001b. Biometrics of male and femaletop shell Trochus niloticus Linne. Phuket Mar. Biol. Center Spec. Pub.25(1):87-88

Pradina, S.A.P. Dwiono, P.E. Makatipu & Z. Arifin. 1997. Reproductive biology of Trochusniloticus from Maluku, Eastern Indonesia. ln: Trochus: Status, Hatchery Practice andNutrition. ACIAR Proceedings No.79. Canberra. 47-Sl.

Purcell, S.W., 2004. Management Options For Restocked Trochus Fisheries. StockEnhancement And sea Ranching, Developments, pitfalls and eppotunities

Putro, S. 2007. Perdagangan produk/hasil perairan: moiuska dan permasalahannya.Makalah disajikan pada Seminar Nasional ttloluska Semarang 17 Juli2OO7.

Rachman, A. and D.T. Wahyuni. 2006. Mariculture as an alternative for sustainable use ofthe marinr invertebrates bio-extract-giant clam and coral culture. Presented ailnternational Seminar and Workshop on Marine Biodiversity and their potential forDeveloping Bio-Pharmaceutical lndustry in Indonesia. Jakarta, 17-18 Mei2006.

Soekendarsih, E., M.l Djawad & Y.Paonganan. 2001. Growttr rate of Trochus nitoticus L.fed on four species of benthic marine macrolagae. Phuket Mar. Spec Publ.,25(1):135-137.

Unar, M., M. Fatuchri & R. Andamari. 1982. Bivalvie culture in Asia and the Pacific. ProceedoJ a workshop held in Singapore, 16-'19 February 1982. Edt. F.Brian Davy and M.Graham.

Yusuf, S., dan W. Moka.2000. Laju pertumbuhan kima hasil translokasi diTaman NasionalLaut Taka Bonerate. Prosiding Lokakarya Terumbu Karang lndonesia. Coremap-LlPl, Jakarta

Yusuf, s, M. Litaay, A. Niartiningsih, Budimawan & Fatmawati. 2006. Spawning of theTopsheil (Trochus niloticus L.) using different induce rnethods. Torani Specraledition.l6 (5) : 403-408.

j

,l

-

48

ISBN : 978 979704 557 I

PROSI DI hic SEMIhIAR NASIONAL

hTOLUSKA DALAM PENELITIAN,KONSERVASI DAII EKONOMI

SEMARANG, 17 JULI 2OO7

Penyunting:

Delianis PringgeniesSudrajat

lrsyaphiani Insan

Retno Haftati

Widianingsih

Pusat Riset Perikanan BudidayaBadan Riset Kelautan dan PerikananDepartemen Kelautan dan Perikanan

bekerja sama dengan

Jurusan llmu KelautanFakultas Perikanan dan llmu Kelautan

Un iversitas DiponegoroSemarang

.'t. ' i:,^ir- .

, : a-:t.'r- ,,.:ii!-ls::**-'-'.- .-'

il

rrft\Y)),t,\\_7/

Cover Design Created by Elis Indrayanti

.,+$ i,. .i:,rii r:i i

r-.t ".,.41