prosesi pernikahan adat jawa

23
Prosesi Pernikahan Adat Jawa Indonesia yang kaya akan berbagai ragam budaya, adat istiadat dan tradisi yang dimiliki merupakan karya budaya pendahulu kita. Kebanyakan orang hanya mengenal prosesi pernikahan yaitu siraman dan midodareni, padahal ada beberapa rangkaian prosesi lain yang tak kalah pentingnya, walaupun terkesan ribet dan njelimet. Namun tidak ada salahnya untuk mengenal lebih jauh dari pada prosesi pernikahan adat jawa. Prosesi pernikahan adat jawa dimulai dengan acara siraman, yang dilakukan sebagai proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari-hari sebelum ijab kobul. Ada 7 (tujuh) pitulungan (penolong) yang melakukan proses siraman, artinya merupakan campuran dari kembang setaman atau yang disebut Banyu Purwitosari yang diambilkan dari 7 sumber mata air (sumur). Dimulai dari siraman oleh orang tua calon mempelai, kemudian siraman oleh pemaes (penghias) yang dilanjutkan dengan memecahkan kendi. Menginjak malam acara dilanjutkan dengan midodareni, yaitu malam kedua mempelai melepas masa lajang. Dalam acara yang dilakukan dirumah kediaman perempuan ini diadakan acara nyantrik untuk memastikan pengantin laki-laki akan hadir pada ijab kobul dan kepastian bahwa keluarga mempelai perempuan siap melaksanakan perkawinan dan upacara panggih. Upacara Panggih Selesai acara akad nikah dilakukan upacara Panggih, dimana kembang mayang dibawa keluar rumah dan diletakkan dipenyimpanan dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat. Setelah itu pengantin 1

Upload: mia-nana

Post on 08-Aug-2015

141 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Indonesia yang kaya akan berbagai ragam budaya, adat istiadat dan tradisi yang dimiliki merupakan karya budaya pendahulu kita. Kebanyakan orang hanya mengenal prosesi pernikahan yaitu siraman dan midodareni, padahal ada beberapa rangkaian prosesi lain yang tak kalah pentingnya, walaupun terkesan ribet dan njelimet. Namun tidak ada salahnya untuk mengenal lebih jauh dari pada prosesi pernikahan adat jawa.

Prosesi pernikahan adat jawa dimulai dengan acara siraman, yang dilakukan sebagai proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari-hari sebelum ijab kobul.

Ada 7 (tujuh) pitulungan (penolong) yang melakukan proses siraman, artinya merupakan campuran dari kembang setaman atau yang disebut Banyu Purwitosari yang diambilkan dari 7 sumber mata air (sumur). Dimulai dari siraman oleh orang tua calon mempelai, kemudian siraman oleh pemaes (penghias) yang dilanjutkan dengan memecahkan kendi. Menginjak malam acara dilanjutkan dengan midodareni, yaitu malam kedua mempelai melepas masa lajang. Dalam acara yang dilakukan dirumah kediaman perempuan ini diadakan acara nyantrik untuk memastikan pengantin laki-laki akan hadir pada ijab kobul dan kepastian bahwa keluarga mempelai perempuan siap melaksanakan perkawinan dan upacara panggih.

Upacara Panggih

Selesai acara akad nikah dilakukan upacara Panggih, dimana kembang mayang dibawa keluar rumah dan diletakkan dipenyimpanan dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat. Setelah itu pengantin perempuan yang bertemua dengan pengantin laki-laki akan melanjutkan upacara dengan melakukan rangkaian kegiatan :

1. Balangan Suruh, yaitu melempar daun sirih yang melambangkan cinta kasih akan kesetiaannya berdua.

2. Wiji Dadi, mempelai laki-laki menginjak telor ayam hingga pecah, kemudian mempelai perempuan membasahi kaki sang suami dengan air bunga. Proses seperti ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya.

1

Page 2: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

3. Pupuk, Ibu mempelai perempuan mengusap mempelai menantu laki-laki sebagai pertanda ikhlas menerimanya sebagai bahagian dari keluarganya.

4. Sinduran, artinya disini berjalan perlahan-lahan dengan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa kedua mempelai sudah diterima sebagai keluarganya.

5. Timbang, kedua mempelai di pangkuan bapak mempelai perempuan sebagai tanda kasih sayang orang tua terhadap anak dan menantu sama besarnya.

6. Kacar-kucur, yang dituangkan ke pangkuan perempuan sebagai simbol pemberian nafkah.

7. Dahar Klimah, saling menyuapi satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah mahu senang.

8. Mertui, orang tua mempelai perempuan menjemput orang tua mempelai laki-laki di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara.

9. Sungkeman, kedua mempelai memohon doa restu dari kedua orang tua.

2

Page 3: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Javanese Traditional Wedding Procession

Indonesia is rich in a wide variety of cultures, customs and traditions held a work culture of our ancestors. Most people only know the wedding procession and midodareni spray, but there are some other series of processions that are not less important, although seem complicated and meticulous. But it never hurts to know more than the traditional Javanese wedding procession.

Javanese traditional wedding procession starts with a splash of the event, which was conducted as a process of cleansing the soul and body are performed daily prior consent kobul.

There are 7 (seven) pitulungan (helper) who did spray process, that is a mixture of flowers setaman or called Banyu Purwitosari be taken from seven springs (wells). Starting from being washed by the bride parents, then spray the Pemaes (trimmer), followed by breaking the jug. Stepping on the night of the event continued with midodareni, the night the bride and groom take the single. In an event held at the residence of the women's event held nyantrik to ensure the groom will present at kobul consent and ensuring that family brides ready to perform marriage ceremonies and Panggih.

Ceremony Panggih

Completed event Panggih ceremony ceremony, where fireworks Virgin brought out and placed near the house dipenyimpanan aim to ward off evil spirits. After that bertemua bride with the groom will continue the ceremony by performing a series of activities:

1. Tell Balangan, namely throwing betel leaves which symbolize loyalty will love both.

2. Wiji Dadi, the groom stepped on a chicken egg to break, and then the bride of her husband's feet wet with water flowers. Such a process represents a husband and a responsible father to his family.

3. Fertilizers, mother bride groom in-law ran the man as a sign of sincerity accept it as a portion of the family.

3

Page 4: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

4. Sinduran, meaning here walking slowly with a draped cloth sindur as a sign that both parties had accepted as family.

5. Weigh, the bride and groom on the bride's father's lap as a sign of affection towards children and parents in-law as much.

6. Kacar-Kucur, which poured into her lap as a symbol of giving a living.

7. Dahar Klimah, feed each other with each other that symbolizes the bride and groom will live together in hard Want pleased.

8. Mertui, parents escort the bride groom's parents in front of the house to walk together towards the ceremony.

9. Sungkeman, the bride and groom invoke the blessing of both parents.

4

Page 5: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Pengenalan

Masyarakat Melayu begitu berpegang teguh dengan adat resam kerana ia dipercayai mempunyai kesan dalam kehidupan. Bagi masyarakat Melayu, adat resam perkahwinan begitu dititikberatkan. Sesuatu upacara dalam peringkat perkahwinan itu akan dijalankan dengan meriah dan penuh adat istiadat.

Adat perkahwinan Melayu merupakan adat resam yang paling disayangi dan yang paling dipegang teguh oleh kebanyakan orang Melayu. Namun pada zaman sekarang, tidak semua orang mengetahui apakah adat perkahwinan Melayu yang sebenar.

Antara objektif yang telah dibincangkan adalah:

1. untuk memberi pendedahan yang mendalam terhadap adat perkahwinan Melayu kepada masyarakat.

2.Mengajak masyarakat mengenal adat perkahwinan Melayu.

3.Mengajak masyarakat sama-sama memelihara warisan nenek moyang

4.Memberi petunjuk dan sedikit pengetahuan kepada golongan yang bakal mengakiri zaman bujang mereka.

5.Memupuk semangat kerjasama antara ahli kumpulan

6.Membina keyakinan diri serta meningkatkan kemahiran sosial setiap ahli kumpulan

5

Page 6: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

ADAT MERISIK

Dalam adat perkahwinan masyarakat Melayu, terdapat beberapa peringkat penting. Pertama sekali adalah peringkat merisik.

Adat ini juga dipanggil meninjau atau menengok. Dalam budaya Melayu, adat ini merupakan tahap awal menjodohkan teruna dan dara, yang melibatkan pertemuan antara wakil keluarga teruna dengan orang tua pihak dara. Pertemuan tersebut dianggap penting untuk menghormati keluarga pihak dara, sebagaimana ungkapan dalam adat Melayu kalau hendak meminang anaknya, pinanglah ibu bapaknya terlebih dahulu. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa pandangan dan restu orang tua perlu diperoleh terlebih dahulu dalam membuat keputusan yang besar seperti perkawinan. Tujuan adat ini dilakukan adalah untuk memastikan bahawa gadis yang dihajati oleh seorang lelaki itu masih belum berpunya. Ini penting, kerana dalam Islam seseorang itu dilarang meminang tunangan orang. Di samping itu, adat ini juga bertujuan untuk menyelidik latar belakang si gadis. Lazimnya adat ini akan dijalankan oleh saudara mara terdekat pihak lelaki seperti ibu atau bapa saudaranya. Prosesi merisik dilakukan dengan tertib dan sopan untuk menjaga dan memelihara nama baik kedua belah pihak.

Bagi pihak si gadis, terdapat beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan sebelum menerima lamaran pihak lelaki antaranya ialah lelaki tersebut perlulah mempunyai latar belakang agama serta mempunyai pekerjaan yang baik.

Apabila wakil pihak lelaki sampai di rumah si dara, para wakil keluarga lelaki akan bercakap-cakap mengenai keadaan kehidupan, pekerjaan, maupun isu-isu terkini sembil menikmati jamuan yang dihidangkan dan dihantarkan sendiri oleh si dara. Pada saat si dara menghidangkan jamuan itulah para wakil dari pihak lelaki berkesempatan untuk melihat wajah si dara. Setelah itu, topik pembicaraan mulai difokuskan untuk menyampaikan maksud kedatangan pihak teruna, dan pantun untuk merisik mulai diperdengarkan oleh juru cakap mereka. Pada tahap ini, pihak teruna menyatakan kehendak hati untuk “memetik bunga yang sedang menguntum” apabila si dara belum memiliki pasangan.

Pantun merisik ini diawali oleh pihak keluarga teruna yang kemudian akan dibalas oleh pihak keluarga dara yang menanyakan maksud kedatangan keluarga teruna.

Dalam adat Melayu, pihak si dara biasanya tidak langsung menjawab apa yang menjadi kehendak pihak lelaki. Sesudah berpantun wakil lelaki tersebut akan memberikan sebentuk cincin tanya berupa cincin belah rotan dan jika pihak gadis bersetuju mereka akan menetapkan tarikh untuk peminangan. Walau bagaimanapun adat merisik jarang dilakukan lagi kerana pasangan tersebut telah berkenalan terlebih dahulu, justeru itu mereka akan terus menjalankan adat meminang untuk menjimatkan kos dan masa.

6

Page 7: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

MEMINANG & BERTUNANG

Setelah kata persetujuan dicapai oleh keluarga di pihak lelaki, wakil dari pihak lelaki yang biasanya dipilih dari kalangan orang tua-tua akan diutuskan oleh ibu bapa lelaki tersebut untuk mewakili mereka meminang anak dara yang telah dipilih. Biasanya, ibu bapa kepada anak dara tersebut tidak akan memberi jawapan yang muktamad kepada pihak yang datang meminang kerana mengikut adat, mereka sepatutnya diberi tempoh untuk memberi jawapan atau dipanggil bertangguh. Ini kononnya kerana hendak berpakat dengan ahli-ahli keluarga dan waris yang rapat, walaupun sebenarnya mereka memang sudah bersedia untuk menerima pinangan itu. Sebenarnya, adat bertangguh ini mencerminkan budaya Melayu yang amat berhati-hati dalam menentukan jodoh dan menunjukkan kesopanan dalam setiap tingkahlaku. Sudah menjadi rutin dalam kehidupan seharian masyarakat Melayu untuk tidak tergopoh-gapah dalam mengendalikan apa sahaja dan adalah menjadi pegangan bahawa setiap hal yang dilaksanakan perlu dijalankan dengan rapi dan tersusun mengikut adat yang ditetapkan.

Setelah tamat tempoh yang diberikan, biasanya 2 hari, ada juga yang sampai seminggu, pihak perempuan akan menghantar rombongan yang dihadiri oleh orang tua-tua yang mewakili pihak mereka untuk memberikan jawapan. Sekiranya pinangan diterima, pada pertemuan itu mereka akan berbincang tentang segala syarat berkenaan mas kahwin dan hantaran perbelanjaan majlis perkahwinan. Tarikh yang sesuai juga akan dipilih untuk melangsungkan perkahwinan. Sekiranya perkahwinan itu agak lambat dijalankan, pihak lelaki biasanya akan Menghantar Tanda terlebih dahulu kepada pihak perempuan.

Konsep Menghantar Tanda adalah diertikan sebagai “putus cakap”. Ini bermaksud pinangan dari pihak lelaki sudah pun diterima oleh pihak perempuan. Oleh yang demikian, maka penghantaran tanda daripada lelaki kepada anak dara yang bakal dikahwininya akan dilakukan melalui upacara bertunang. Upacara ini membawa pengertian bahawa anak dara tersebut sudah pun dimiliki dan kini dipanggil tunangan orang. Tanda yang dihantar oleh lelaki tersebut mengikut adat lazimnya adalah sebentuk cincin sahaja, iaitu cincin berbatu intan atau berlian, besarnya mengikut citarasa dan kemampuan ibu bapa lelaki tersebut.

Namun begitu, bagi masyarakat Melayu, selain cincin, beberapa barangan lain turut diberikan seperti sepasang kain dan selendang, selipar atau sepatu, kuih-muih, manisan, dan yang paling utama dan dianggap sakral, sirih junjung. Semua hantaran akan dihias dengan cantik dan menarik serta akan dibalas oleh pihak perempuan sebagai tanda setuju menerima pinangan. Jumlah hantaran yang dihantar oleh pihak lelaki akan dibuat dalam angka ganjil dan dibalas lebih oleh pihak perempuan, selalunya sebanyak dua dulang. Contohnya, jika pihak lelaki memberikan 7 hantaran dulang, biasanya pihak perempuan

7

Page 8: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

akan membalas 9 dulang. Hantaran dari pihak perempuan biasanya berupa sirih junjung, sepersalinan baju melayu, capal dan kuih-muih.

Sekiranya dalam tempoh menunggu diijabkabulkan, ikatan pertunangan diputuskan oleh pihak lelaki, maka cincin dan segala barang hantaran tidak boleh diminta semula dari pihak perempuan. Berbeza pula halnya jika ikatan pertunangan diputuskan oleh pihak perempuan. Jika ia diputuskan tanpa sebarang sebab yang dapat diterima umum, maka pihak perempuan hendaklah mengembalikan semula segala hantaran yang telah diberikan oleh pihak lelaki itu dalam nilai sekali ganda banyaknya atau harganya.

Selain dari adat pertunangan yang disebutkan di atas, terdapat 2 lagi cara pertunangan yang juga wujud dalam adat resam Melayu, iaitu :

• Pertunangan yang dilakukan oleh ibu bapa kedua-dua pihak sewaktu anak mereka masih kecil lagi, dan ini tidak memerlukan penghantaran tanda. Hal ini berlaku mungkin kerana ikatan persahabatan yang erat dan mesra di antara ibu bapa kedua belah pihak dan ikatan itu diharapkan dapat merapatkan lagi ikatan silaturrahim antara mereka. Pertunangan yang demikian biasanya dihormati dan dilangsungkan sehingga kedua-dua anak itu berkahwin.

• Pertunangan mengikut wasiat salah seorang daripada ibu bapa yang telah meninggal dunia di antara dua buah keluarga. Ini juga tidak memerlukan penghantaran tanda dan biasanya diakhiri dengan ikatan perkahwinan.

Mengikut adatnya juga, sekiranya pihak gadis rupawan mempunyai kakak yang masih belum berkahwin, hantaran untuknya juga turut diberikan. Adat ini dipanggil langkah bendul. Alangkah bagusnya nasib sang putera bahawa si gadis rupawan tidak mempunyai kakak. Bilangan hantaran agak unik kerana jumlahnya ganjil iaitu samada lima, tujuh, sembilan, sebelas atau tiga belas, kerana jumlah genap dikatakan memberi implikasi yang tidak baik. Jumlah hantaran yang diberi oleh pihak gadis rupawan pula akan melebihi jumlah hantaran pihak sang putera. Adat menghantar belanja turut diadakan semasa adat bertunang ini dijalankan. Namun begitu ada juga yang menjalankannya secara berasingan daripada adat bertunang iaitu mengadakannya beberapa minggu sebelum majlis persandingan dijalankan.

8

Page 9: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

*PERTUNANGAN DI SISI SYARAK*

Terbahagi kepada lima cara:

- Lelaki memberitahu hajatnya untuk meminang kepada seorang perempuan secara langsung.

- Lelaki memberitahu hajatnya untuk meminang kepada wali perempuan.

- Menggunakan pihak ketiga untuk meminang.

- Wali menawarkan anak perempuannya kepada seorang lelaki soleh.

- Perempuan menawarkan dirinya sendiri kepada seorang lelaki soleh.

Sekiranya kedua-dua pihak telah bersetuju dan menerima (menggunakan salah satu cara di atas) maka ini adalah sudah dikira bertunang di sisi syarak.

*PERTUNANGAN DI SISI ADAT*

Kebiasaannya pihak lelaki akan memberikan barang-barang hantaran ke rumah pihak perempuan pada majlis pertunangan yang telah ditetapkan. Kemudian perempuan akan disarungkan cincin di jari manisnya sebagai tanda sudah bertunang oleh ibu/saudara pihak lelaki . Maka pihak perempuan akan menetapkan dan membincangkan hantaran untuk perkahwinan berdasarkan status seseorang perempuan itu. Dan diakhiri dengan bacaan doa dan sedikit jamuan ringan. Majlis pertunangan ini diadakan selepas kedua-dua pihak bersetuju untuk bertunang selepas adat merisik.

Pemberian cincin semasa pertunangan adalah suatu adat yang diamalkan di Malaysia (mungkin diambil dari warisan orang bukan Islam) dan ia bukanlah satu syariat yang telah ditetapkan oleh Islam. Namun ia tidaklah menjadi satu kesalahan sekiranya pemberian cincin itu diberikan sekadar tanda pertunangan selagimana tidak menyalahi syariat. Perlu diketahui bahawa menganggap perbuatan menanggalkan cincin sebagai tanda pertunangan diputuskan maka ia adalah bercanggah dengan Islam.

HEBAHAN PERTUNANGAN

Tidaklah digalakkan menghebahkan pertunangan sepertimana perkahwinan. Pada pendapat saya bahawa hebahan pertunangan sekadar perlu adalah terletak di atas budi bicara keluarga masing-masing. Adapun hebahan tentang perkahwinan adalah digalakkan (sunat) oleh Islam dan menghadirinya adalah wajib.

9

Page 10: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

WAKTU PERTUNANGAN

Berkaitan dengan pertunangan yang lama - terletak di atas diri kedua-dua pihak yang bertunang untuk menentukannya. Sekiranya kedua-dua (peminang lelaki dan perempuan) mampu melaluinya dan bersedia dalam tempoh masa pertunangan yang panjang maka tidaklah mengapa. Namun pertunangan yang panjang mungkin membawa sedikit masalah.

Hakikatnya, pertunangan dalam Islam membawa seribu satu hikmah. Selain dapat mengenali pasangan dengan lebih dekat, hubungan keluarga 2 hala dapat dibina ketika ini. Kebolehterimaan, tolak-ansur dan saling memahami adalah kunci kepada kukuhnya ikatan yang terpatri. Kekuatan iman juga sering teruji ketika di alam pertunangan..Justeru, alam pertunangan juga boleh dijadikan kayu ukur terhadap rumahtangga yang bakal dibina..Moga Allah sentiasa memberi hidayah dan membimbing hambaNYA ke jalan yang benar..

'RAHSIAKAN PERTUNANGAN SEBARKAN PERKAHWINAN'

Mas kahwin dan hantaran adalah dua perkara yang berbeza. Mas kahwin telah ditetapkan mengikut negeri seperti yg ditunjukkan di atas tetapi hantaran pula terpulang kepada persetujuan kedua-dua belah pihak pengantin. kebiasaannya jumlah hantaran dihantar dengan nombor yang ganjil seperti lima, tujuh,sembilan dan sebelas. Jumlah hantaran daripada pihak pengantin lelaki adalah lebih kecil daripada jumlah hantaran pengantin perempuan. contohnya, jika pihak pengantin lelaki menghantar hantaran sebanyak tujuh dulang hantaran maka pihak pengantin perempuan akan membalasnya dengan sembilan dulang hantaran. Gambar di bawah merupakan hantaran-hantaran yang selalunya dihantar.

al-Quran, perfume set ,Alat penjagaan diri ,Jam tangan, Make up ,Chocolate ,cake dan pelbagai variasi hantaran.

ADAT BERINAI

Majlis berinai di dalam masyarakat Melayu dijalankan secara berperingkat. Terdapat 3 peringkat berinai iaitu berinai curi, berinai kecil dan berinai besar. Pengantin perempuan akan memakai inai pada kesemua jari tangan dan kaki termasuklah pada tapak tangan. Sebaliknya, pengantin lelaki hanya memakai inai pada jari kelingking, jari manis dan jari hantu pada sebelah tangan sahaja. Namun kini, masyarakat hanya membuat majlis berinai secara kecil-kecilan kerana faktor kos yang tinggi jika mahu melaksanakan adat berinai besar.

10

Page 11: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

BERINAI CURI

Berinai curi biasanya diadakan pada waktu petang hari selepas hari yang tangan dan tapak kaki bakal pengantin perempuan diinai. Bakal pengantin perempuan dihiasi dan didudukkan di atas pelamin. Ia juga dikatakan diadakan tiga malam sebelum hari langsung dan hanya untuk tatapan saudara mara terdekat sahaja.

BERINAI KECIL

Berinai kecil juga diadakan pada waktu petang seperti berinai curi. Namun ia dilakukan selepas hari berinai curi. Adat ini diadakan dua malam sebelum hari langsung untuk saudara mara, jiran tetangga dan sahabat handai.

BERINAI BESAR

Istiadat ini dijalankan pada malam sebelum majlis langsung atau selepas majlis akad nikah untuk para jemputan khas daripada kedua-dua belah pihak pengantin. Pada majlis tersebut, pengantin lelaki akan diinaikan terlebih dahulu di atas pelamin diikuti pengantin perempuan. Istiadat berinai besar bermula dengan para tetamu lelaki naik ke pelamin untuk membuang sedikit nasi kunyit pada sebelah kiri kanan pengantin lelaki. Kemudian dilakukan dengan bertih, diikuti oleh tangkai daun wangi yang dicelupkan ke dalam air daun setawar dan kemudian digunakan untuk menyentuh kedua-dua belakang tangan pengantin lelaki. Akhirnya, tetamu akan mengambil sedikit pes inai dari longgok di tengah dulang dan selepas meletakkannya pada daun sirih yang disediakan oleh emak pengantin, akan meletakkannya pada tapak tangan pengantin lelaki. Daun sirih itu bertujuan untuk mengelakkan mengotorkan tangan pengantin. Sejurus selepas ini, emak pengantin akan merapatkan kedua-dua tangan pengantin dan menaikkannya pada aras dada sebagai tanda menyembah kepada tetamu yang melakukan istiadat ini. Istiadat ini biasanya dilakukan oleh semua tetamu yang minat, tetapi bilangan mereka harus merupakan bilangan ganjil dan bukannya genap.

Ketika tetamu lelaki telah siap, para tetamu perempuan akan turut menjalankan istiadat ini dengan cara yang sama. Selepas semua tetamu yang minat telah menjalankan istiadat ini, seorang wakil daripada kalangan tetamu lelaki akan ke depan untuk membaca doa selamat. Pengantin lelaki kemudian akan pulang ke rumah sendiri, dan pengantin perempuan turut didudukkan di atas pelamin untuk menjalankan istiadat yang sama. Istidat ini diakhiri seperti biasa dengan jamuan kari dan nasi.

11

Page 12: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Introduction

Malay community so hold fast to the traditions because it is believed to have an impact in life. For the Malay community, marriage customs so emphasized. Something in the marriage ceremony is to be conducted with lively and customs.

Malay wedding customs are customs of the most loved and the most strongly held by most of the Malays. But at this age, not everyone knows what the real Malay wedding customs.

Among the objectives that have been discussed are:

1. to provide in-depth exposure to a Malay wedding customs of society.

2.Invite community recognize Malay wedding customs.

3.invite community together preserve ancestral heritage

4.give little guidance and knowledge to those who will mengakiri their bachelor days.

5.foster spirit of cooperation between team members

6.build confidence and improve social skills of each team member

12

Page 13: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

CUSTOM spy

In Malay wedding customs, there are several important stages. First and foremost is the spy.

This custom is also called a survey or predict. In Malay culture, customs is the early stages of youth and virgin arranged, involving a meeting between representatives of the old family of the young man with a virgin. The meeting was considered important to honor the virgin of the family, as the expression of the Malay custom, if we want to propose his son, his father and his mother pinanglah first. Expression of opinion and explained that parents need approval obtained in making big decisions such as marriage. The purpose of this custom is to ensure that the girls who love the man has not been berpunya. This is important, because in Islam a person is forbidden to propose fiancée. In addition, the custom was also conducted to investigate the background of the girl. Typically this will be carried out by the customs close relatives of the man as the mother or uncle. Inquired procession done orderly and polite to maintain and preserve the good name of both parties.

For the girl, there are several criteria that must be considered before accepting the proposal of the man which is the man must have a religious background and have a good job.

When representatives of the men reached the homes of the virgin, the family representative will man talking about the living conditions, employment, as well as current issues sembil to meals served and delivered personally by the virgin. At the time of the banquet serving wench that representatives from the men a chance to see the face of the virgin. After that, the topic of conversation from focused to convey the meaning of the boy's arrival, and the poem began to inquire heard by their spokesperson. At this point, the boy expressed the will of the heart to "pick flowers that are menguntum" when the virgins do not have a partner.

This spy poem begins by the boy's family will then be rewarded by the family, which asks for the purpose of coming virgin boy's family.

In the Malay custom, the boy's virgin usually not directly answer what the desire of the man. After berpantun representative man will be asked to give a ring ring rattan sides and if the girl agrees they will set a date for a proposal. However, traditional spy rarely done anymore because the couple had first met, thus they will continue to carry on tradition of engagement in order to save cost and time.

13

Page 14: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Propose & engaged

Having said agreement is reached by the family on the male side, representatives from the man who is usually elected from among the elders are sent by their parents to represent their man to propose selected virgin. Usually, parents to virgins will not give a definitive answer to the next engagement, because according to custom, they should be given a period to respond or called delay. This was allegedly due to a pact with family members and close relatives, even though they were already prepared to accept the proposal. Actually, customs delay reflects the Malay culture was very careful in determining the match and show politeness in each behavior. Had become routine in daily life of the Malay community to neither harried in handling everything and it is the belief that every thing should be done carefully implemented and organized within the prescribed custom.

After expiry of the period given, usually two days, some even up to a week, the girls will be sending a delegation, which was attended by elders who represent their party to respond. If the proposal is received, the meeting will include discussions about the conditions in respect of dowry and wedding expenses of delivery. Suitable date will also be selected to get married. If the marriage is quite slow run, the men usually will send first sign to the woman.

Sending sign concept is defined as "unbreakable talk". This means the proposal from the male has been received by the bride. Therefore, the transmission of the male sign to virgins to be married will be done through engagement ceremony. This ceremony meant that the virgin is already owned and is now called fiancée. Sign sent by the man is usually customary ring, namely the ring of diamonds stone, mainly according to the tastes and abilities of the male parent.

However, for the Malay community, as well as rings, several other items were given as a pair of cloth and shawls, slippers or shoes, cakes, sweets, and the most important and is considered sacred, betel trellis. All delivery will be decorated with beautiful and attractive and will be rewarded by the woman as a sign of accepting the proposal. Total delivery sent by the boys will be in odd numbers and even rewarded by the woman, usually of two trays. For example, if the man gave 7 pass tray, usually the woman will respond to 9 trays. Pass from the woman is usually a betel trellis, sepersalinan Malay shirt, sandals and cakes.

If the waiting period married, engagement ties decided by the men, the ring and the delivery of goods can not be recalled from the female side. Different in the case if the bond determined by the female engagement. If it is determined that no acceptable reason, then the woman should bring back the dowry given by the groom's in double the value of the quantity or price.

14

Page 15: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Apart from custom engagement mentioned above, there are two other ways of engagement that also exist in Malay customs, namely:

• engagement done by the parents of both parties when their children were still young, and does not require the transmission of signs. This may occur because the bond of friendship and regard between the parents on both sides and the bond is expected to forge closer ties between them. Such engagement is usually respected and held up their two children married.

• engagement in accordance with the will of one of the parents who had died between two families. It also does not require the transmission signs and usually ends with marriage.

By custom, too, if the party has a good-looking girl who is an unmarried sister, her delivery is also given. This custom is called the sill step. What a good thing that the fate of the girl handsome prince not have a sister. Number of delivery is unique because an odd number of either five, seven, nine, eleven and thirteen, because even said to have implications for the amount of the bad. Total delivery given by the comely girl will be more than the amount of the delivery of the prince. The custom of sending expenses engaged customary also be held during this run. Yet there is also a run separately from the engaged customary hold a few weeks before the wedding ceremony performed.

* IN THE EYE OF ISLAMIC engagement *

Divided into the following five ways:

- Men tells the seeker is to propose to a girl directly.

- Men tells the seeker is to propose to the woman saint.

- Using a third party to propose.

- Wali offers his daughter to a good man.

- Woman offers herself to a righteous man.

If both parties agree and accept (using one of the above) then this is already calculated engaged on the side of Islam.

15

Page 16: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

* IN THE EYE OF CUSTOM engagement *

Normally the man will give the goods delivery to the home of the bride at the engagement ceremony set. Then the woman will sleeved ring finger as a sign of sweetness already engaged by the mother / brother of the man. So the girls will set and discuss delivery to marriage based on a woman's status. And ends with a little prayer and refreshments. Engagement ceremony was held after the two sides agreed to spy engaged after customs.

Grant during engagement ring is a custom practiced in Malaysia (perhaps derived from the legacy of non-Muslims) and it's not the tenets laid down by Islam. But it shall not be an offense if the grant is given only token ring engagement is not illegal as long as Shariah. Keep in mind that regarded the act of removing the engagement ring as a sign of determination then it is not compatible with Islam.

ANNOUNCEMENTS engagement

Announce the engagement is not recommended as marriage. In my opinion that engagement announcements as necessary is at the sole discretion of the respective families. As for the buzz about the wedding is recommended (Sunnah) in Islam and is compulsory to attend.

TIME engagement

Associated with a long engagement - located on both the parties engaged to tell. If both (male and female suitor) is able to pass through and be ready in a long engagement period then it is not okay. But a long engagement may lead to some problems.

In fact, engagement in Islam, a thousand and one wisdom. Besides being able to recognize the couple closer, two-way family relationships can be built at the moment. Acceptability, tolerance and mutual understanding is the key to a strong bond imprinted. The strength of faith is often tested when the nature of engagement .. Thus, the nature of engagement can also be taken as a benchmark for home to be built .. May Allah always guides and guide His servants to the right path ..

'Spread engagement CONFIDENTIAL MARRIAGE'

16

Page 17: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Dowry and dowry are two different things. Dowry set by state as shown above self but also pass up to the agreement of both sides of the bridal party. usually shipped with delivery number odd numbers such as five, seven, nine and eleven. Total deliveries from the groom is smaller than the amount of the bride's dowry. for example, if the groom send delivery of seven trays then the bride would be reciprocated with nine trays. The picture below is the gifts that often sent.

Qur'an, perfume sets, personal care tools, watches, Make up, Chocolate, cake and various variations of shipments.

CUSTOM dyeing

Council in the Malay community dyeing carried out in stages. There are three stages of dyeing dyeing theft, small dyeing and 'great. The bride will wear henna on all his fingers and toes, including the palms of the hands. Instead, the groom just wear henna on the little finger, ring finger and middle finger on one hand. But now, people just make the dyeing on a small scale due to the high cost if you want to implement custom 'great.

Dyeing thefts

Dyeing theft is usually held in the afternoon after a day of hands and soles diinai bride. Bride adorned and seated on the bed. It is also said to be held three nights before the day and only for viewing by close relatives only.

SMALL dyeing

Small dyeing is also held in the evening as the dyeing stolen. However it is done after the dyeing stolen. This custom is held two nights before the day directly to relatives, neighbors and friends.

'Great

This custom is conducted the night before the live event or after the marriage ceremony for special guests from both sides of the bridal party. At the ceremony, the groom will diinaikan advance on the

17

Page 18: Prosesi Pernikahan Adat Jawa

dais followed by the bride. Ceremony began with the 'great men are up to the dais to remove some yellow rice on both sides of the groom. Then performed with parched, followed by fragrant sprigs dipped in water and then leaves setawar used to touch both hands behind the groom. Finally, guests will take a little bit of henna paste pile in the middle of the tray and then place it on a betel leaf prepared by mother bride, will put it on the palm of the hand of the groom. The betel leaf to avoid menial bride. Shortly after this, my mother bride will bridge both the bride and raising hands at chest level as a sign of worship to guests who do this ceremony. The ceremony is usually performed by all the guests who have an interest, but the number must be an odd number and not even.

When men are ready, the female guests would participate in this ceremony in the same way. After all the guests that interest has conducted this ceremony, a representative from among the male guests will forward to read prayers. The groom will then be returned to his own home, and the bride was seated on the bed to perform the same ceremony. Istidat concludes as usual with curry and rice meal.

18