nilai-nilai pendidikan islam dalam budaya jawa (telaah prosesi adat...

163
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman pada Masyarakat Pager Kec. Kaliwungu Kab. Semarang Tahun 2014) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi Pendidikan Agama Islam Oleh: NURUL HASANAH NIM 11110074 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 27-Aug-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM

BUDAYA JAWA

(Telaah Prosesi Adat Pemakaman pada Masyarakat

Pager Kec. Kaliwungu Kab. Semarang Tahun 2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

NURUL HASANAH

NIM 11110074

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2015

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman
Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM

BUDAYA JAWA

(Telaah Prosesi Adat Pemakaman pada Masyarakat

Pager Kec. Kaliwungu Kab. Semarang Tahun 2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

NURUL HASANAH

NIM 11110074

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2015

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : NurulHasanah

NIM : 111 10 074

Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam

Judul :

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM

BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman Pada

Masyarakat Pager, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten

Semarang Tahun 2014)

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 10 Januari 2015

Pembimbing

Prof. Dr. Mansur, M.Ag.

NIP. 19680613 199403 1 004

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA

(Telaah Prosesi Adat Pemakaman Pada Masyarakat Pager, Kec.Kaliwungu,

Kab.Semarang Tahun 2014)

DISUSUN OLEH

NURUL HASANAH

11110074

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 20 Februari

2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1

kependidikan Islam

SusunanKetuaPenguji

KetuaPenguji : Suwardi, M.Pd.

SekretarisPenguji : Prof.Dr. Mansur, M.Pd.

Penguji I : Sri Suparwi, M.Pd.

Penguji II : Wahidin, M.Pd.

Salatiga,20 Februari 2015

Ketua STAIN Salatiga

Dr. Rahmat hariyadi, M.Pd.

NIP: 19670112 199201 1 005

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Hasanah

NIM : 11110074

Jurusan :Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 10 Januari 2015

Yang Menyatakan,

Nurul Hasanah

NIM: 11110074

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

MOTTO

1. Demi masa.

2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati

supaya menetapi kesabaran. (Al-Qur‟an surat Al-Ashr ayat 1-3).

“Semangatlah untuk menjalani hidupmu dalam memperoleh amal shaleh untuk

kelak di akherat sebelum kau terbujur kaku dipembaringan untuk

selamanya”

*_Nurul Hasanah_*

PESEMBAHAN

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak Munasir dan Ibu Solikhah tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih

sayang, mendidik dari kecil sampai sekarang, dan doa yang tak pernah putus

serta nasihat-nasihatnya.

2. Saudara-saudaraku, (Mas Udin, Mas Azis dan Dek Fajar), terima kasih atas

dukungan yang telah kalian berikan kepadaku.

3. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku dosen Pembimbing Skripsi.

4. Teman-teman PAI B yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam

mengerjakan skripsi ini.

5. Teman-teman yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini dan

kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

KATA PENGANTAR

ثع هللا اس د اس خ١

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan

kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul:

“NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah

Prosesi Adat Pemakaman pada Masyarakat Pager Kecamatan Kaliwungu

Kabupaten Semarang Tahun 2014)” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan

yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.

Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.

3. Bapak Rasimin, M.Pd selaku Ketua Program Studi PAI.

4. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga, yang telah membantu

proses penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Munasir dan Ibu Solikhah, selaku orang tua.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan dan kemampuan dan

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk

diperbaiki dalam skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Salatiga, 10 Januari 2015

Penulis

Nurul Hasanah

NIM: 11110074

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

ABSTRAK

Hasanah, Nurul. 2014. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Budaya Jawa (Telaah

Prosesi Adat Pemakaman pada Masyarakat Pager Kec.Kaliwungu

Kab.Semarang Tahun 2014). Jurusan Tarbiyah Program Studi

Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Islam Negeri Salatiga. Dosen

Pembimbing Prof. Dr. Mansur, M.Ag.

Kata Kunci: Nilai, Pendidikan, Pendidikan Islam, dan Budaya Jawa.

Penelitian ini membahas tentang Nilai-nilai Pendidikan

Islam dalam Budaya Jawa (Telaah Prosesi Adat Pemakaman pada

Masyarakat Pager Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang

tahun 2014). Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini

adalah Prosesi apa saja yang terdapat dalam adat pemakaman, dan

Apa saja nilai-nilai Pendidikan yang terkandung dalam Budaya

Jawa terutama dalam Adat pemakaman pada masyarakat Pager

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang tahun 2014. Rumusan

masalah tersebut bertujuan untuk mengetahui apa saja nilai

pendidikan yang terkandung dalam prosesi adat pemakaman pada

masyarakat Pager.

Kehadiran peneliti di lapangan sangat penting mengingat

skripsi ini adalah kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai

instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data

yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau

responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain

data-data tersebut berupa keterangan dari para informan,

sedangkan data tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data

tersebut selain diperoleh dari wawancara, juga didapatkan dari

observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara

menelaah data yang ada. Lalu mengadakan reduksi data, penyajian

data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data.

Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa nilai-nilai

pendidikan Islam dalam Budaya Jawa yang terkandung dalam

prosesi adat pemakaman pada masyarakat Pager meliputi

pendidikan aqidah, pendidikan akhlak, pendidikan ibadah dan

didalam adat tersebut juga terdapat pendidikan sosial yang

menujukkan rasa kegotongroyongan yang dilakukan masyarakat

ketika mendengar kabar duka.

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …..……………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENULISAN…………………………….……... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN……………….…….. vi

HALAMAN MOTTO …………………………………………………………... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………... viii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. xi

ABSTRAK ……………………………………………………………………… xi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 7

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 8

D. Kegunaan Penelitian ……………………………………………………. 8

E. Definisi Operasional ……………………………………………………. 9

F. Metode Penelitian ………………………………………………………. 10

G. Metode Pengumpulan Data …………………………………………….. 11

H. Analisis Data ……………...…………………………………………….. 12

I. Sistematika Penulisan …………………………………………………... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………… 15

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

A. Pengertian Nilai …………………………………………………………. 15

B. Pengertian Pendidikan ………………………………………………….. 19

C. Pengertian Pendidikan Islam ……………………………………………. 22

D. Pengertian Budaya Jawa ………………………………………………... 27

E. Prosesi Adat Pemakaman Dalam Masyarakat Jawa ……………………. 32

1. Deskripsi Kematian ……………………………………………......... 32

2. Perawatan Jenasah ……………………………………………........... 34

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN …………………. 40

A. Letak Geografis Desa Pager …………………………………………….. 40

1. Kondisi Sosial Kemasyarakatan di Desa Pager …………………….. 41

2. Kondisi Sosial Keagamaan di Desa Pager ………………………….. 42

3. Kondisi Pendidikan di Desa Pager …………………………………. 43

4. Kondisi budaya di Desa Pager …………………………………….. 45

B. Prosesi Adat Pemakaman Pada Masyarakat Pager ……………………... 46

1. Waktu Penyelenggaraan Prosesi Pemakaman ……………………… 48

2. Hasil Wawancara …………………………………………………... 60

3. Deskripsi Singkat Tentang Sedekah Atau Slametan ...……………... 75

C. Pemahaman Masyarakat Ds. Pager, Kec. Kaliwungu, Kab. Semarang

Terhadap Prosesi Pemakaman …………………………..........................

67

BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………………. 72

A. Prosesi Adat Pemakaman Pada Masyarakat Desa Pager Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2014 …………………………

72

1. Waktu Penyelenggaraan Prosesi Pemakaman ………………………. 72

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

2. Prosesi Setelah Pemakaman ………………………………………… 79

3. Deskripsi Tentang Sedekah Atau Slametan ………………………… 82

B. Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Prosesi Adat

Pemakaman Pada Masyarakat Ds. Pager, Kec. Kaliwungu, Kab.

Semarang ………………………………………………………………...

84

BAB V PENUTUP …………………………………………………………….. 96

A. Kesimpulan ……………………………………………………………... 96

B. Saran ……………………………………………………………………. 98

C. Penutup …………………………………………………………………. 99

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 100

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………………… 104

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat tambahan

“me”, sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi

latihan.Dalam pemeliharaan dan latihan diperlukan ajaran.Tatanan dan

pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan (Syah, 1995: 10).

Menurut Abuddin Nata (2010:10), pendidikan berasal dari bahasa Arab

yaitu al tarbiyahyang berarti proses menumbuhkan dan mengembangkan

potensi (fisik, intelektual, sosial, estetika, dan spiritual) yang terdapat pada

peserta didik, sehingga dapat tumbuh dan terbina dengan optimal, melalui cara

memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengaturnya secara

terencana, sistematis, dan berkelanjutan.

Pendidikan mempunyai makna yang sangat luas cangkupannya, dalam

memberikan ajaran kecerdasan pikiran ataupun tatanan mengenai akhlak.Untuk

itu pendidikan mempunyai peran dalam memberikan ajaran tentang kecerdasan

pikiran ataupun tatanan mengenai akhlak, untuk membentuk kepribadian

manusia yang mulia dengan membinanya yang baik.Yang membuat manusia

itu mulia adalah “karena ia berilmu.Ia dapat hidup senang dan tenteram karena

berilmu dan menggunakan ilmunya. Ia dapat menguasai alam ini dengan

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

ilmunya” (Daradjat, 2011:7) dan memiliki tatanan akhlak.Dalam memberikan

ajaran tentang akhlak untuk membentuk kepribadian manusia yang mulia dapat

membinanya melalui pendidikan Islam.

Pendidikan Islam adalah upaya normatif yang berfungsi untuk

memelihara dan mengembangkan fitrah manusia (Achmadi, 2005:83).Karena

manusia adalah “ciptaan Allah dengan kedudukan yang melebihi makhluk

ciptaan Allah yang lainnya.Selain itu manusia sudah dilengkapi dengan

berbagai potensi yang dapat dikembangkan” (Jalaluddin, 2001:17).

Potensi manusia adalah memiliki akal. Karena “potensi akal memberi

kemampuan kepada manusia untuk memahami simbol-simbol, hal-hal abstrak,

menganalisa, membandingkan maupun membuat kesimpulan dan akhirnya

memilih maupun memisahkan antara yang benar dari yang salah” (Daradjat,

2011:34). Dalam mengembangkan potensi manusia tersebut diperlukan

pengajaran dan binaan serta pengarahan dengan baik untuk membentuk

kepribadian manusia yang mulia dalam suatu masyarakat yang baik.Karena

Islam sendiri mengajarkan bahwa “untuk menciptakan masyarakat yang baik

harus bermula dengan menciptakan manusia yang baik, sebab manusia itulah

sebagai unit terkecil dari masyarakat” (Langgulung, 1986:81).

Dalam upaya tersebut pendidikan Islam memberikan pengarahan dan

pengajaran untuk membentuk kepribadian manusia yang mulia dan saling

bertoleransi antar sesama, yang berlandaskan pada “nilai-nilai sosial

kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Al Qur‟an dan

sunnah atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

bagi manusia” (Azra, 1999:9). Agar hal tersebut dapat terlaksana dengan baik

maka diperlukan sebuah media atau sarana untuk menyampaikannya agar lebih

mudah dipahami. Sehingga banyak orang yang menciptakan atau

mengapresiasikannya melalui hal-hal yang menarik seperti dengan kebudayaan

yang mengandung nilai-nilai moral, spiritual dan intelektual yang dapat

membentuk karakter atau kepribadian bagi masyarakat khususnya

terhadapgenerasi penerus. Karena kebudayaan adalah hasil dari karya, rasa, dan

cipta masyarakat. Sehingga siapa saja yang dapat memahami makna yang

terkandung dalam kebudayaan atau tradisi dapat mengambil hikmah

pendidikan.

Kebudayaan tercipta karena kegiatan manusia yang“menggunakan akal

pikirannya, perasaannya, dan ilmu pengetahuaanya, tumbulah kebudayaan,

baik berbentuk sikap, tingkah laku, cara hidup, ataupun berupa benda, irama,

bentuk dan sebagainya” (Daradjat, 2011:8). “Pemikiran dan kegiatan manusia

yang disebut kebudayaan itu bertujuan untuk mempertahankan hidup dan

melanjutkannya” (Gazalba, 1988:2).

Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan

tentang kebudayaan, juga dalam kehidupan sehari-hari, orang tak mungkin

tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari orang melihat,

memepergunakan, dan bahkan kadang-kadang merusak hasil kebudayaan

(Soekanto, 1981: 54).

Hasil-hasil kebudayaan tersebut adalah warisan dari nenek moyang

yang telah dipergunakan secara turun-temurun oleh masyarakat. Karena

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

kebudayaan dapat mencakup kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat-

istiadat yang mengandung nilai-nilai pendidikan yang bermanfaat bagi generasi

penerus, yang dapat diperlihatkan secara langsung, dan dapat dipergunakan

dalam kehidupan sehari-hari sebagai teladan yang baik serta dijaga agar

kebudayaan tersebut tetap bermakna dalam kehidupan.Oleh karena itu,

Pendidikan Islam dengan menggunakan budaya sangat diperlukan sebagai

bagian dari pembentukan jati diri Muslim lewat lingkungan dengan simbol-

simbol edukatif-religius yang dimilikinya (Raqib, 2007:10).

Pendidikan yang terkandung dalam kebudayaan selalu dikaitkan dengan

suatu tradisi atau upacara tradisional yang telah dilaksanakan secara turun-

temurun oleh masyarakat.

Terutama masyarakat Jawa yang selalu kental dengan tradisi. Karena

masyarakat Jawa merupakan satu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-

norma hidup karena sejarah, tradisi, maupun agama (Jamil dkk, 2002: 4), dan

“menjunjung tinggi budaya unggah-ungguh atau tatakrama. Tatakrama yang

detail dalam segala perilaku” (Roqib, 2007:7).

Oleh karena itu masyarakat Jawa mengapresiasikan pendidikan melalui

tradisi yang mengandung norma-norma hidup maupun tuntunan agama yang

sangat bermakna dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat mendidik bagi

anak-anak dengan unggah-ungguh dalam kesehariannya. Biasanya tradisi

tersebut dilakukan dengan cara upacara tradisional, yang sering dilakukan

dalam berbagai aspek kehidupan pada masyarakat. Akan tetapi upacara-

upacara tradisional tersebut tidak hanya mencangkup hal-hal yang berwujud

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

kesenangan ataupun kesenian yang bersifat hiburan walupun didalamnya

terdapat unsur pendidikan. Namun upacara-upacara tradisional tersebut juga

dilakukan pada saat kematian seseorang atau upacara pemakaman untuk

menghormati almarhum.

Karena semua makhluk hidup yang ada di muka bumi tidak kekal, dan

pada suatu saat nanti pasti akan mengalami kematian (Sulaeman,1995:84).

“Kematian adalah keniscayaan, tidak satu jiwa pun mampu menghindarinya”

(Hidayat, 2006:vii). Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali„Imran ayat 185

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari

kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka

dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung.

kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (Departemen Agama RI, 1999:109).

Setiap orang pasti akan merasakan sakaratul maut atau kematian, akan

tetapi tempat, waktu dan kondisi ketika sakaratul maut datang tidak ada yang

mengetahui hal tersebut kapan akan terjadi. Untuk itu, perlu mempersiapkan

diri sebagai bekal di alam kubur dan di akhirat nanti. Karena ketika seseorang

meninggal dunia maka akan terputus semua amalnya, kecuali tiga perkara yaitu

amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang selalu

mendoakannya.

Ketika seseorang yang sedang menjalani sakaratul maut, oleh keluarga

akan dibimbing untuk menirukan bacaan syahadat. Bahkan terkadang juga

akan memanggil modin atau orang yang ahli dalam agama untuk membantu

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

proses keluarnya roh dari jasad agar lebih mudah. Ketika sudah tidak ada

tanda-tanda kehidupan dari orang tersebut dan sudah tersiar kabar tentang

berita duka atau kematian, para sanak keluarga yang jauh, tetangga dan

masyarakat sekitarnya akan berdatangan ke rumah duka untuk melayat. Para

tentangga akan membantu mempersiapkan segala pernak-pernik kebutuhan

yang akan dipergunakan dalam proses perawatan jenazah sebelum

dikebumikan. Mulai dari mempersiapkan kain kafan sampai mempersiapkan

liang lahat untuk pemakamannya dan serangkaian upacara atau

slametan/kenduren untuk mendoakan almarhum setelah dikebumikan. Sanak

keluarga biasanya akan menunggu disamping jenazah untuk mendoakan atau

“ngaji” sebelum dimandikan dan sesudah dimandikan sambil menunggu proses

penyolatan jenazah, serta sebagian sanak keluarga ada yang “among tamu”

atau memberi salam kepada para pelayat yang datang.

Dalam proses upacara atau ritual tersebut terdapat banyak rangakain

yang harus dijalani dan harus teliti agar tidak ada yang terlewatkan karena

mengurus jenazah berbeda dengan yang lainnya, mulai dari jenazah sebelum

dimandikan sampai jenazah sudah dikebumikan, ada tata cara yang dilakukan.

Tata cara tersebut dilakukan untuk memberikan pesan moral dan spiritual

kepada orang-orang yang hadir agar ingat bahwa suatu saat pasti akan

menemui ajal. Ketika sudah selesai dikebumikan masih ada lagi upacara yang

akan dijalani oleh keluarga almarhum. Upacara atau ritual tersebut diadakan

untuk menghormati almarhum yang terakhir kalinya sebelum dikebumikan dan

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

sesudah dikebumikan, serta untuk mendoakan agar terhindar dari siksa kubur

serta dimudahkan untuk menjawab pertanyaan dalam kubur.

Namun sekarang ini banyak yang salah mengartikan tentang upacara

atau tata cara tersebut dengan berpendapat bahwa hal-hal tersebut tidak perlu

dilakukan. Akan tetapi masih banyak yang mempertahankan tata cara atau adat

tersebut untuk dilakukan. Karena mereka berpendapat bahwa hal-hal tersebut

mengandung maksud dan arti pendidikan yang mendidik agar masyarakat itu

sadar akan makna sebuah kematian. Serta dalam tata cara atau adat tersebut

juga terkandung makna pendidikan Islam.

Berdasarkan hal-hal tersebut peneliti mengajukan judul penelitian yang

berjudul: “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA

JAWA (Telaah Proses Adat Pemakaman pada Masyarakat Pager

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2014)”.

B. Rumusan Masalah

Penulis akan mengemukakan rumusan masalah lebih lanjut, supaya

dapat mempermudah dalam proses penelitian ini. Dalam penelitian ini, yaitu:

1. Prosesi apa saja yang terdapat dalam adat pemakaman di Desa Pager

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2014?

2. Apa nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Budaya Jawa

terutama dalam adat pemakaman pada Masyarakat Pager Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2014?

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

C. Tujuan Penelitian

Didalam suatu penelitian selalu memiliki tujuan, adapun tujuan dalam

penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui prosesi dalam adat pemakaman di Desa Pager

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2014.

2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam

Budaya Jawa terutama dalam adat pemakaman pada Masyarakat Pager

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2014.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi informasi yang jelas

tentang ada tidaknya nilai-nilai pendidikan Islam dalam Budaya Jawa pada adat

pemakaman di Desa Pager. Dari informasi tersebut dapat memberi secara

teoritis maupun praktis yaitu :

1. Manfaat Teoritis, diharapkan dapat memberikan pemikiran bagi masyarakat

agar dapat memperkaya hasanah pendidikan yang diperoleh dari penelitian

lapangan ini

2. Manfaat Praktis, diharapkan masyarakat dapat memperoleh pemahaman

tentang arti atau makna yang terkandung dalam setiap prosesi

pemakaman,sehingga dapat membangkitkan sikap atau perilaku yang positif

dari nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam prosesi pemakaman

tersebut pada kehidupan sehari-hari.

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami judul

penelitian diatas, maka penulis akan menjelaskan arti istilah–istilah tersebut

sebagai berikut:

1. Nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek,

menyangkut segala sesuatau yang baik atau yang buruk sebagai abstraksi,

pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku

yang ketat (Sulaeman, 1995:19). Karena nilai mempunyai perasaan-

perasaan tentang apa yang diinginkan dan apa yang tidak diinginkan oleh

manusia sebagai wujud dari keinginannya yang tercipta dari kepribadian

manusia.

2. Pendidikan adalah program yang bersifat kemasyarakatan, dan oleh karena

itu, setiap falsafah yang dianut oleh suatu masyarakat berbeda dengan

falsafah yang dianut oleh masyarakat lain sesuai dengan karakternya, serta

kekuatan peradaban yang mempengaruhinya yang dihubungkan untuk

menegakkan spiritual dan falsafah yang dipilih dari tujuan, untuk

memperoleh kenyamanan hidupnya (Nata, 2010:29).

3. Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan

mengembangkan fitroh manusia serta sumber daya insani yang ada padanya

menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma

islam (Materi Ujian Komprehensif Lisan:25).

4. Budaya Jawa atau kebudayaan jawa adalah pancaran atau pengejawantahan

budi manusia jawa yang mencangkup kemauan, cita-cita, ide maupun

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan, dan kebahagiaan

hidup lahir batin (Partokusumo, 1995:166). Sehingga masyarakat jawa

mengapresiasikannya melaui kebudayaan yang memiliki makna pendidikan

yang penuh dengan ajaran moral. Karena orang jawa percaya dan

berlindung kepada Sang Pencipta untuk itu mereka menyampaikannya

melalui hal-hal yang dapat mendidik.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam menyelesaikan masalah ini peneliti menggunakan penelitian

kualitatif yang bertujuan untuk memahami (understanding) dunia makna

yang disimbolkan masyarakat menurut prespektif masyarakat itu sendiri.

Karena bersifat understanding, data penelitian kualitatif bersifat naturalistik,

serta pelaporannya bersifat deskriptif dan naratif (Suprayogo, 2001:9).

Deskriptif yaitu “Penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan gejala

sosial, politik, ekonomi, dan budaya” (Maman dkk, 2006:29). Sedangkan

naratif adalah sebuah gambaran yang berbetuk cerita.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Pager Kecamatan Kaliwungu

Kabupaten Semarang. Waktu penelitian dimulai bulan September 2014

sampai dengan selesai.

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memperoleh sumber lapangan melalui

informasi dari keluarga orang yang meninggal (orang tua, suami/istri, anak

dan lain-lainnya), beberapa tetangga, dan tokoh masyarakat. Subjek yang

telah dipilih tersebut diharapkan dapat menggambarkan dan memberikan

informasi yang sebenar-benarnya tentang keadaan yang ada.

G. Metode Pengumpulan Data

Kebenaran dalam penelitian ini dapat diterima apabila ada bukti-bukti

yang nyata dengan prosedur-prosedur yang jelas dan sistematis serta dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun penelitian ini menggunakan

beberapa metode antara lain:

1. Metode Observasi

Adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari

jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial-agama (perilaku,

kejadian-kejadian, keadaan, benda, dan simbol-simbol tertentu) selama

beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan

mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data

analisis (Suprayogo, 2011:167).Metode ini dilakukan dengan pengamatan

langsung terhadap proses atau tahapan dalam pelaksanaan adat pemakaman

di Desa Pager Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2014.

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

2. Wawancara atau Interview

Adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh

informasi dari terwawancara (Arikunto, 1998:145). Metode ini penulis

gunakan untuk mengumpulkan data yang penulis tanya-jawabkan kepada

responden dan untuk mengetahui bagaimana bentuk pelaksanaan adat

tersebut dilakukan serta tujuan dari nilai-nilai pendidikan dalam adat

tersebut.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.

Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-

benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,

notulen rapat, cacatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1998: 149).

Menurut Imam Suprayogo (2001:164) mengatakan, “dokumen merupakan

bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau

aktifitas tertentu.Ia bisa merupakan rekaman atau dokumen tertulis seperti

arsip data, bisa surat-surat, rekaman, gambar, benda-benda peninggalan

yang berkaitan dengan suatu peristiwa”. Metode tersebut penulis gunakan

untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan melalui dokumen yang

berupa foto, gambar dan bukti-bukti tertulis lainnya, yang dapat mendukung

dan membantu penelitian tersebut agar lebih falid.

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

H. Analisis Data

Menurut Imam Suprayogo dan Tobroni (2001:191) mengatakan.

”Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,

sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi agar sebuah fenomena memiliki nilai

sosial, akademis, dan ilmiah”. Sedangkan menurut Lexy.J.Moelong (2009:248)

“analisis data adalah upaya yang dilakukan denga jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjdai satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain”.

Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui

observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan masyarakat desa

Pager. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks

permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data

dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data

sehingga data-data benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan

makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks

penelitian yang sedang diteliti. Sehingga “proses analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari

wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,

dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya” (Moelong,

2002:190).

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

I. Sitematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dalam skripsi ini, maka akan

dikemukakan sistematika hasil penelitian yang secara garis besar dapat dilihat

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi

operasional, metode penelitian, metode pengumpulan data

penelitian, analisis data,dansistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam BAB II mengenai tentang nilai, pendidikan islam, budaya

jawa dan tentang prosesi adat pemakaman pada mayarakat jawa di

Desa Pager.

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Berisi tentang gambaran umum Desa Pager Kecamatan Kaliwungu

Kabupaten Semarang, yang meliputi letak geografis, dan

pelaksanan adat pemakaman.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam BAB IV mengenai tentang nilai-nilai pendidikan Islam

yang terkandung dalam budaya jawa terutama pada proses adat

pemakaman di Desa Pager.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran.

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek,

menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk sebagai abstraksi,

pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku

yang ketat (Sulaeman, 1995:19). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Nilai

adalah konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan

bernilai dalam kehidupan manusia” (1989:615). Dan “nilai-nilai adalah aspek

evaluasi dari system-sistem kepercayaan, nilai sikap. Dimensi-dimensi evaluasi

ini meliputi kualitas-kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika,

kemampuan memuaskan kebutuhan dan kesenangan. Meskipun setiap orang

mempunyai tatanan yang unik, terdapat pula nilai-nilai yang cenderung

menyerap budaya” (Mulyana dan Jalaluddin, 1993:28).

“Nilai timbul dari olahan sosial yang mempengaruhi individu terus

menerus.Sehingga nilai itu menyatu dengan diri. Tanpa adanya interaksi, tidak

ada nilai.Nilai bisa berupa pandangan, pertimbangan, kenyakinan hidup atau

yang bisa timbul dari ramuan agama atau suatu anggapan yang implisit terikat

pada individu atau kelompok individu yang patut dan wajar” (Sukanto,

1994:45). Interaksi timbul dari “hubungan timbal balik atau aksi dan reakasi

diantara orang-orang” (Huda, 2008:38).

Dalam hal ini nilai mempunyai cangkupan yang sangat luas dan

memiliki makna tersendiri di masyarakat. Karena nilai tidak bisa dipisahkan

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

dengan kehidupan sosial masyarakat yang mempunyai unsur terpenting dalam

kehidupan masyarakat. Nilai terlahir dari kehidupan masyarakat yang sudah

terolah dengan sempurna, sehingga masyarakat memegang teguh dan

mepertahankannya, serta nilai dapat mengikat masyarakat karena nilai

mempunyai aturan-aturan yang sudah tertata dalam masyarakat. Dan nilai

merupakan “suatu seperangkat kenyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai

suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran,

perasaan, keterikatan maupun perilaku” (Ahmadi dan Noor Salimi, 1991:202).

Pola pemikiran tersebut berlandaskan perasaan, karena perasaan

digunakan orang-orang untuk membuat dan mengambil keputusan sebagai

standar dalam perilaku untuk membentuk kepribadian melalui interaksi sosial

masyarakat. Serta digunakan dalam kegiatan sehari-hari yang bertujuan untuk

mengarahkan masyarakat agar memiliki identitas yang memberikan corak yang

berbeda dengan masyarakat lainnya, dalam menghasilkan produk-produk yang

bersifat material maupun non material.

Nilai merupakan landasan atau tujuan dari kegiatan sehari-hari yang

menentukan dan mengarahkan bentuk corak, intensitas, kelenturan (flexible),

perilaku seseorang atau kelompok orang, sehingga menghasilkan bentuk-

bentuk produk yang bersifat materi seperti benda-benda budaya maupun

bentuk-bentuk non materi yang dinyatakan dalam gerak atau pendapat

seseorang yang bersifat non materi, kegiatan-kegiatan kebudayaan dan

kesenian, atau pola dan konsep berpikir (Ahmadi dan Noor Salimi, 1991:203).

Dari nilai tersebut akan terlahir suatu nilai moral, spiritual atau keagamaan,

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

budaya, intelektual dan lain sebagainya, yang memiliki makna penting dalam

masyarakat dan nilai-nilai tersebut saling berkaitan dengan satu sama lainnya

yang saling memberi pengaruh terhadap perilaku masyarakat.

Nilai moral adalah aturan, ketentuan, kebiasaan, adat istiadat yang

mengikat warga kelompok dalam masyarakat. Dipakai sebagai panduan,

tatanan, dan kendalian tingkah laku yang sesuai dan berterima, bersumber pada

berbagai keharusan dan larangan, yang diletakkan oleh masyarakat pada

warganya (Sukanto, 1994:45). Sehingga nilai moral tersebut digunakan sebagai

landasan hidup dalam suatu masyarakat sebagai pengendalian tingkah laku

warganya, yang bersumber dari nilai spiritual atau nilai keagamaan. Karena

nilai keagamaan adalah “konsep penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga

masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keagamaan yang

bersifat suci sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan

masyarakat bersangkutan” (KBBI, 1989:615).

Nilai spiritual lebih mengacu pada “nilai-nilai manusiawi non material

imaterial. Dalam konteks ilmu pengetahuan spiritual lebih cenderung pada

kemampuan-kemampuan lebih tinggi (mental, intektual, estetik, religius), dan

nilai-nilai pikiran, keindahan, kebaikan dan kebenaran, belas kasihan kejujuran

dan kesucian merupakan unsur-unsur yang terkandung didalamnya”

(Muliawan, 2005:122-123).

Manusia diberikan akal pikiran oleh Tuhan sehingga manusia dapat

mempunyai nilai intelektual atau pengatahuan yang dapat membedakan antara

baik dan buruk tentang suatu persoalan dalam lingkungannya, dan manusia

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

dapat memilihnya. Dalam perkembangannya diharapkan dapat memberikan

kesadaran tentang moralitas. Moralitas dipengaruhi oleh katahati karena

katahati yang memutuskan “mengenai tindakannya sendiri yang merupakan

penilaian dalam bidang baik-buruknya. Katahati dapat dipergunakan sebagai

alat pengontrol sebelum tindakan diadakan, dapat berfungsi sebagai penerang,

sedangkan sesudah tindakan fungsinya sebagai hakim yaitu mengakui kebaikan

atau keburukan tindakan yang telah terlaksanakan karena pilihannya sendiri”

(Poedjawijatna, 1983:131).

Dari tindakan yang dilakukan pastinya akan menimbulkan dampak baik

maupun dampak buruk. Untuk itu, ketika mengambil keputusan harus

memikirkan resikonya dan harus siap mempertanggungjawabkan atas tindakan

tersebut. Jangan sampai salah dalam mengambil keputusan tersebut.

Nilai budaya terlahir dari cipta, karya, dan rasa manusia, untuk

mempererat hubungan antar warga masyarakat agar tidak ada kesenjangan

sosial dan untuk menjaga “keharmonisan sosial yang berarti menjaga agar

kehidupan sosial selalu ada dalam keserasian, keselarasan, dan kerukunan”

(Roqip, 2007:21). Karena “manusia memiliki wawasan dan tujuan hidup

tertentu sesuai dengan kesadaran dan cita-citanya” (Simuh, 2003:1), dan “nilai-

nilai budaya juga menegaskan perilaku-perilaku mana yang penting dan

perilaku-perilaku mana pula yang harus dihindari” (Mulyana dan Jalaluddin,

1993:29). Karena manusia mempunyai rasa untuk menciptakan sebuah karya

yang mempunyai makna sebuah nilai yang mempunyai tujuan tersendiri tetapi

masih saling berhubungan. Oleh karena itu, “manusia dengan daya tahunya

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

serta daya-daya capainya, terutama kehendaknya tidak menyerah”

(Poedjawijatna, 1983:132) begitu saja dalam mengembangkan nilai-nilai

tersebut, agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat dan nilai-nilai tersebut

digunakan sebagai aturan yang terorganisasikan untuk membuat pilihan-pilihan

dan mengurangi konflik dalam suatu masyarakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali pendidikan kebudayaan

yang mengadung nilai-nilai tersebut dalam sebuah tradisi. Karena tradisi

tercipta dari kreativitas dari sebuah pemikiran dan pengetahuan manusia, untuk

memperindah dalam kehidupan dan sebagai metode dalam penyaluran

pendidikan keagamaan.

Nilai-nilai, norma, dan tradisi sosial yang memberikan corak keislaman

serta relevan dengan perkembangan zaman dan dapat mengikuti perkembangan

kebudayaan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Segala aspek dalam masyarakat

yang berwarna Islam dapat dijadikan sumber tambahan (Azra, 1999:77).

B. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia (Jalaluddin, 2001:65). Hampir setiap orang mengalami dan

menjalani pendidikan, di mulai sejak kecil sampai ke liang lahat, manusia tidak

bisa dipisahkan dengan pendidikan. Baik pendidikan yang dilakukan secara

formal maupun informal. Pendidikan secara formal dilakukan di lingkungan

sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan terkait. Sedangkan pendidikan

informal dilakukan di luar lingkungan sekolah. Pendidikan informal lebih

banyak dijalani oleh anak didik karena mereka lebih banyak mengabiskan

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

waktu di lingkungan masyarakat dan di lingkungan keluarga, sehingga

pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat sangat mempengaruhinya.

Pendidikan akan mengantarkan individu untuk memahami suatu objek

pengetahuan tertentu sehingga ia akan memiliki kemampuan untuk melakukan

sesuatu terkait dengan hal itu (Roqib, 2007:223). Dengan pengetahuan manusia

dapat memperoleh segalanya karena dalam melakukan segala sesuatu ada

ilmunya. Sebagaimana Rasulullah S.A.W. dalam hadisnya memperingatkan :

ؼب ب ازاد ؼ ثب ازادالخسح فؼ١ ثب ؼ ١ب فؼ١ ازاداد

( ؼ ثب ( اذد٠ثفؼ١

“Barang siapa menghendaki keberhasilan untuk dunia maka haruslah memiliki

ilmunya, dan barang siapa menghendaki keberhasilan untuk akhirat maka ia

harus memiliki ilmunya juga, dan barang siapa menghendaki keduanya maka

haruslah ia menguasai ilmu itu pula (Al-Hadis)” (Zuharini, 1995:60).

Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya

diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-

kanak atau orang yang sedang di didik (Langgulung, 1986:32). Karena “proses

pendidikan berada dan berkembang bersama perkembangan hidup dan

kehidupan manusia” (Zuharini, 1995:10). Selama manusia masih hidup maka

wajib untuk melakukan dan memperoleh pendidikan dalam kehidupan manusia

agar dapat mengelola dirinya maupun lingkungannya serta agar manusia

memiliki adab dalam berperilaku dan menjaga etikanya dalam lingkungan

bermasyarakat. Karena yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya

adalah manusia memiliki akal pikiran dan dapat berpikir.

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku orang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (1989:204).

Dengan upaya pengajaran dan pelatihan manusia diajarkan untuk memiliki tata

laku dan adab dalam kehidupan bermasyarakat melalui proses pendidikan

untuk pengubahan sikap dan tata laku agar beradab sesuai dengan Pancasila

sila ke dua yaitu manusia yang adil dan beradab. Untuk menciptakan persatuan

antar sesama.

Dalam proses pengubahan sikap dan tata laku anak didik dibutuhkan

peran dari semua pihak, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat, agar anak didik mendapat pengajaran untuk menuju kedewasaan

dengan kepribadian yang mulia. Sehingga diperlukan usaha secara sadar untuk

mewujudkan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik dan sesuai

dengan usianya.

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

diri dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara (Materi Ujian Komprehensif Lisan: 23).

Usaha-usaha tersebut dilakukan untuk mendidik anak agar dapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya secara aktif, dengan dibekali

kekuatan spiritual keagamaan agar anak didik mempunyai akhlak mulia untuk

dapat mengendalikan diri ketika mengahadapi hal-hal yang dapat merugikan

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

dirinya dan orang lain. Agar anak didik memiliki akhlak mulia yang dapat

berguna bagi dirinya dan orang lain. Serta anak dibekali keterampilan yang

diperlukan agar dapat mengelola apa yang ada disekitarnya dengan baik dan

tepat guna dengan kecerdasan yang dimilikinya.

Pendidikan merupakan usaha dari manusia desawa yang telah sadar

akan kemanusiaannya, dalam membimbing, malatih, mengajar dan

menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi

muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan

tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri

kemanusiaannya (Zuharini, 1995:11).

Pendidikan berfungsi sebagai “sarana strategis untuk melahirkan

manusia yang terbina seluruh potensi dirinya ( fisik, psikis, akal, spiritual,

fitrah, talenta, dan sosial)” (Nata, 2010:31). Dengan pendidikan diharapkan

dapat membina seluruh potensi dirinya untuk melahirkan manusia yang

memiliki kecerdasan yang berakhlak mulia berlandaskan spiritual keagamaan

agar dapat mengendalikan dirinya.

C. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan atau dalam bahasa Arab tarbiyah dari sudut pandang

etimologi (ilmu akar kata) berasal dari 3 kelompok kata. Pertama, raba, yarbu

yang berarti bertambah dan bertumbuh. Kedua, rabiya yarba yang berarti

menjadi besar. Dan ketiga, rabba yarubbu, yang berarti memperbaiki,

menguasai urusan, menuntut, menjaga, dan memelihara. Pendidikan harus

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

dipahami sebagai proses. Proses yang sedang mengalami pembaharuan atau

perubahan kearah yang lebih baik (Muliawan,2005:99).

Islam dari segi bahasa bersal dari kata aslama, yuslimu, islaman, yang

berarti submision (ketundukkan), resignation (pengunduran), dan

reconciliation (perdamaian), (to the will of god) tunduk kepada kehendak

Allah. Kata aslama ini berasal dari kata salima, berarti peace, yaitu damai,

aman, dan sentosa. Jadi Islam yaitu untuk mendorong manusia agar patuh dan

tunduk kepada Tuhan, sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan

sentosa, serta sejalan pula dengan ajaran Islam yaitu menciptakan kedamaian di

muka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada

Tuhan (Nata, 1995:32). Karena Islam sebagai “agama dan sekaligus sebagai

sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya pendidikan” (Jalaluddin,

2001:68).

Islam menurut Dr. Taufik Abdullah adalah cara hidup. Dimanapun dan

kapanpun Islam masuk dalam kehidupan seseorang maupun kelompok, pada

saat itu pula ia menjadi pedoman pola perilaku, cara berpikir, dan bertindak

(1993:1). Serta “Islam sebagai agama, sebagai jalan hidup, tentunya akan

memberikan jawaban tentang berbagai macam permasalahan hidup dan

kehidupan manusia, dan memberikan petunjuk/jalan hidup bagi manusia dalam

tujuan hidupnya” (Zuhairini, 1995:34). Dalam menempuh hidupnya secara

wajar dan sejalan serta selaras dengan alam sekitarnya.

Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan

mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma

Islam (Materi Ujian Komprehensif Lisan: 25) dan pendidikan Islam bertujuan

untuk “mengembangkan semua aspek asal yang ada pada manusia ini tanpa

mengorbankan salah satunya” (Langgulung, 1986:93) yang ditunjukkan untuk

mencapai keseimbangan hidup. Sehingga tujuan “pendidikan Islam adalah

untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta

didik) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,

akal pikiran (intelektual) diri manusia yang rasional, perasaan dan indera.

Karena itu, pendidikan hendaknya mencangkup pengembangan seluruh aspek

fitrah peserta didik yaitu aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan

bahasa, baik secara individual maupun kolektif dan mendorong semua aspek

tersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir

pendidikan Islam terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada

Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia”

(Rasyidin dan samsul, 2005:37-38).

Pendidikan Islam merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat transenden,

universal, dan internal atau abadi yang bersumber pada Al-Qur‟an dan hadist

yang sahih. Karena mengandung “pendidikan budi pekerti dan Islam telah

menyimpulkan bahwa budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam”

(Al-Abfasyi. 1970:1). “Dengan akhlak akan terbinanya mental dan jiwa

seseorang untuk memiliki hakikat kemanusiaan yang tinggi. Dengan akhlak

dapat dilihat corak dan hakikat manusia yang sebenarnya” (Zuharini, 1995:50).

Dalam membentuk moral anak dan masyarakat dipengaruhi oleh lingkungan

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

sekitar yang akan memberikan dampak baik maupun buruk. Sehingga

“Pendidikan besar sekali pengaruhnya atas perkembangan moralitas

(Poedjawijatna, 1983:131). Moralitas seseorang dipengaruhi oleh perasaan atau

hati nurani, dari hati nurani akan terpancar perbuatan-perbuatan yang baik dan

buruk. Rasulullah S.A.W. bersabda:

ضغخ اذاصذذ صذذ جعد ف ا اذا فعدد فعدد ظب ا جعد ظب ئسا

ت ) م ا جعد ال (اذد٠ثئسا

Sesungguhnya di dalam tubuh (jasad) seseorang terdapat segumpal daging,

apabila daging itu baik, maka baiklah semua tubuh dan tingkah laku, dan

apabila daging tadi tidak baik, maka semua tubuh dan tingkah laku akan

menjadi tidak baik, daging itulah yang disebut hati (qolbu) (Al-Hadis)

(Zuharini, 1995:53).

Pendidikan Islam ditunjukkan untuk mencapai keseimbangan

pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan

kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan dan panca indera (Jalaluddin, 2001:74).

Karena pendidikan Islam bertugas “membimbing seorang manusia agar dapat

menjalankan amanat yang diembankan kepadanya. Amanat ini bersifat

individual dan sosial” (Suharto, 2006:29). Sehingga “pendidikan Islam

diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat

serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam

berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya (Direktorat

Jenderal, 1983:28). Serta pendidikan Islam berperan dalam “pengembangan

potensi, proses pewarisan budaya, serta interaksi antara potensi dan budaya.

Sebagai pengembangan potensi tugas pendidikan Islam adalah menemukan dan

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, sehingga dapat

diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara sebagai pewaris

budaya tugas pendidikan Islam adalah alat transmisi unsur-unsur pokok budaya

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sehingga identitas umat tetap

terpelihara dan terjamin dalam tatanan zaman. Sebagai interaksi antara potensi

dan budaya, tugas pendidikan Islam adalah sebagai proses transaksi (memberi

dan mengadopsi) antara manusia dan lingkungannya (Rasyidin dan samsul,

2005:33).

“Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang

kependidikan yang bersumber atau berlandaskan pada ajaran agama Islam

tentang hakikat kemampuan manusia untuk dibina dan dikembangkan serta

dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruhnya dijiwai oleh ajaran Islam”

(Suharto, 2006:32) yang “menekankan pada pencarian ilmu pengetahuan,

penguasaan dan pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah. Setiap

penganut Islam diwajibkan mencari ilmu” (Azra, 1999:10). Karena menuntut

ilmu adalah kewajiban bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan,

sebagaimana Rasulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdul Bari

خ ع ع فس٠ضخ ػ و ؼ طت ا . فب ١ ثب ص اطجاؼ

)زا اث ػجداجس(

Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina. Maka sesungguhnya mencari

ilmu itu kewajiban bagi setiap orang Islam pria dan wanita (Materi Ujian

Komprehensif: 22)

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Dalam menuntut ilmu pengetahuan tidak ada batasannya, oleh sebab itu

tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat, dan mengajarkan

ilmunya kepada orang lain. Karena Islam memerintahkan umatnya untuk

mengajarkan ilmunya kepada orang lain dengan mempergunakan metode

pendidikan, agar penyampaiannya lebih mudah dipahami.

D. Pengertian Budaya Jawa

Budaya adalah suatau konsep yang membangkitkan minat. Secara

formal budaya didenifikasikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan

ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi, dan milik yang diperoleh

sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan

kelompok. Budaya menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam

bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku (Mulyana dan Jalaluddin, 1993:19).

Budaya atau kebudayaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah “hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti

kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Keseluruhan pengetahuan manusia

sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta

pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya, dan hasil akal

budi dari alam sekelilingnya yang dipergunakan bagi kesejahteraan hidupnya”

(1989:130-131). “Pengalaman tersebut dialihkan secara sosial

(disosialisasikan), tidak sekedar sebuah catatan ringkas, tetapi dalam bentuk

perilaku melalui pembelajaran sosial (social learning)” (Liliweli, 2002:8).

Karena masyarakat tidak bisa lepas dengan kegiatan sosial, sehingga secara

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

tidak langsung pembelajaran yang diperoleh masyarakat adalah pembelajaran

melalui pendidikan sosial.

Kebudayaan tercipta dari cipta, rasa, dan karya dari segenap cita-cita

manusia yang menginginkan suatu perubahan melalui pengetahuannya sebagai

makhluk sosial untuk memahami lingkungannya dengan pengalaman dan

tingkah laku masyarakat sebagai pedomannya, serta hasil dari akal budi dari

alam sekelilingnya karena “manusia sebagai makhluk pendukung dan pencipta

kebudayaan dengan akal, ilmu, dan perasaan, ia membentuk kebudayaan dan

sekaligus mewariskan kebudayaannya itu kepada anak dan keturunannya,

kepada orang atau kelompok lain yang dapat mendukungnya” (Direktorat

Jenderal, 1983:18). Dan “kebudayaan merupakan proses belajar oleh individu-

individu sebagai hasil interaksi anggota-anggota kelompok satu sama lain,

sehingga kebudayaan juga bersifat dimiliki bersama” (Suparlan, 1984:83).

Karena manusia hidup berdampingan dengan lingkungan masyarakat dan alam

sehingga saling membutuhkan satu sama lainnya dan alam dipergunakan untuk

kesejahteraan hidupnya. Karena kebudayaan mengandung dua komponen yang

saling berkaitan yakni komponen wujud dan komponen isi. Komponen wujud

kebudayaan terdiri atas “sistem budaya, ide dan gagasan-gagasan, sistem

sosial, tingkah laku dan tindakan, dan kebudayaan yang berupa fisik, dalm arti

fact dan benda-benda hasil budaya yang bersifat material. Sementara

komponen isi terdiri atas tujuh unsur universal yang terdiri dari bahasa, sistem

teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, ilmu pengetahuan, agama dan

kesenian” (Simuh, 1996:109).

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Menurut Koentjoroningrat kebudayaan itu mempunyai paling sedikit

tiga wujud, ialah:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, peraturan dsb.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitet kelakuan

berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia

(1974:15).

Wujud dari kebudayaan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk

mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia

dalam masyarakat yang mengatur kelakuannya yang dihasilkan oleh aktifitas-

aktifitas manusia yang saling berinteraksi yang akan membentuk sebuah sistem

budaya. Karena “sistem budaya terdiri atas nilai-nilai budaya dan norma-norma

etika, dan nilai-nilai budaya yang berupa gagasan-gagasan yang dipandang

sangat berharga bagi proses keberlangsungan kehidupan, dengan ruang lingkup

nilai budaya yang sangat luas” (Simuh, 1996:109).

Budaya dalam masyarakat adalah sebuah konsepsi yang bernilai tinggi

karena “manusia itu suka bekerjasama dengan sesamanya berdasarkan rasa

solidaridas yang besar. Konsep ini, yang biasanya kita sebut nilai gotong

royong, mempunyai ruang lingkup yang amat luas karena memang hampir

semua karya manusia itu biasanya dilakukannya dalam rangka kerjasama

dengan orang lain (Koentjaraningrat, 1974:21).

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Terutama masyarakat Jawa yang tidak bisa lepas dari rasa gotong

royong yang saling membutuhkan satu sama lainnya untuk mempererat rasa

persaudaraan melalui gotong royong dan untuk mengurangi kesenjangan sosial.

Karena masyarakat Jawa memegang teguh semboyan guyup rukun agawe

sentoso (kerukunan akan menciptakan kesentosaan). Untuk menciptakan

kerukunan dan kedamaian berarti harus tertib atau rukun pada lahirnya dan

damai dalam batinnya, “sekaligus membangkitkan sifat luhur dan

perikemanusiaan. Orang Jawa menjunjung tinggi amanat yang berupa sasanti

atau semboyan memayu hamayuning bawana (memelihara kesejahteraan

dunia). Amanat sakti itu adalah kunci pergaulan sesama manusia, sesama

bangsa, hingga pergaulan antar bangsa dengan saling menghargai”

(Partokusumo, 1995:167).

Kebudayaan menurut Dr.Parsudi Suparlan adalah cara berpikir, cara

merasa, cara meyakini, dan menganggap. Kebudayaan adalah pengetahuan

yang dimiliki warga kelompok yang diakumulasi (dalam memory manusia;

dalam buku dan obyek-obyek) untuk digunakan di masa depan (1984:78), yang

tercipta dari cita-cita manusia yang merindukan sesuatu yang ideal, karena

manusia tidak mudah menyerah dan menerima apa yang ada tetapi manusia

selalu berusaha mengubahnya menjadi apa yang semestinya.

Tujuan dari kebudayaan adalah untuk membentuk suatu kelompok

masyarakat yang saling menghargai sebagai makhluk sosial dan juga

membentuk manusia menjadi kesatuan sosial yang saling bertoleransi dengan

cara berpikir dan merasanya. “Pemikiran dan perasaan itu membetuk konsep,

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

gagasan, dan menentukan nilai-nilai dari pada tiap aspek kehidupan, bukan saja

dalam hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, juga dalam

hubungan manusia dengan yang gaib atau kudus” (Gazalba, 1988:4).

Kebudayaan merupakan “inti pengembangan kehidupan manusia,

karena kebudayaan merupakan tenaga endogen yang menjadi jiwa dan

semangat hidup suatu bangsa” (Abdullah, 1993:2), dan “setiap budaya

mengandung unsur-unsur akhlak (ethics), keindahan (esthetics), sains

(science), dan teknologi (thechnology)” (Langgulung, 1985:5). “Kebudayaan

bukan hanya sekedar seni, karena kebudayaan melebihi seni itu sendiri, karena

kebudayaan meliputi semua jaringan kerja dalam kehidupan antar manusia.

Kebudayaan itu mempengaruhi nilai-nilai yang dimiliki manusia, bahkan

mempengaruhi sikap dan perilaku manusia” (Liliweri, 2002:7). Sikap tersebut

diperoleh “dengan cara belajar untuk merespons suatu konteks budaya.

Bagaimanapun lingkungan kita, lingkungan itu akan turut membentuk sikap

kita, kesiapan kita untuk merespons,dan akhirnya perilaku kita” (Mulyana dan

Jalaluddin, 1993:29).

“Nilai merupakan sebuah unsur penting dalam kebudayaan, nilai

membimbing manusia untuk menentukan apakah sesuatu itu boleh atau tidak

boleh dilakukan. Dengan kata lain, nilai merupakan sesuatu yang abstrak

tentang tujuan budaya yang akan kita bangun bersama melalui bahasa, simbol,

dan pesan-pesan verbal maupun nonverbal” (Liliweri, 2002:50) yang tidak

menghambat kemajuan dan perkembangan sosial budaya dalam masyarakat.

Sehingga “semua perwujudan baik yang berupa struktur maupun proses dari

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

kegiatan manusia dalam dimensi ideasional, etis dan estetis adalah

kebudayaan” (Kartodirdjo, 1993:195).

E. Prosesi Adat Pemakaman Dalam Masyarakat Jawa

1. Deskripsi Kematian

“Menurut kenyakinan Islam orang yang sudah meninggal dunia ruhnya

tetap hidup dan tinggal sementara di alam kubur atau alam barzah, sebagai

alam antara sebelum memasuki alam akhirat tanpa kecuali, apakah orang tua

ataupun anak-anak” (Jamil dkk, 2002:127). Setiap saat manusia selalu di ikuti

oleh kematian. Penyebab kematian sangatlah beragam. Kematian bagi sebagian

orang adalah hal yang sangat mengerikan untuk dilihat. Oleh karena itu banyak

orang yang ketakutan dan menciut nyalinya ketika mendengar tentang

kematian. Akan tetapi “ada juga yang bersahabat dengan kematian karena

orang tersebut mempunyai prinsip bahwa hidup menuju mati, mati adalah

sesuatu yang menarik dan penghibur serta penawar kesulitan” (Sulaeman,

1995:84). Maka bagi orang-orang yang merasa takut akan kematian “hendaklah

memperbanyak mengingat mati dan bertobat dari segala dosa (Rasjid,

2010:160). Karena kematian tidak dapat di tebak kapan akan datang, untuk itu

harus mempersiapkan diri. Tidak hanya memburu keindahan dunia saja, tetapi

juga harus memburu keindahan akhirat yang kehidupannya lebih abadi dari

pada kehidupan dunia yang hanya sebentar. Sebagaimana firman Allah dalam

surat Al-Anbiya‟ ayat 35

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (Departemen Agama RI,

1999:499).

Kematian adalah suatu hal yang mesti terjadi pada siapa pun. Tidak

ada satu jiwa pun yang mampu menghindarinya (Djaelani, 2008:50). Dan

“proses kematian manusia tidak dapat diketahui atau digambarkan dengan

jelas karena menyangkut segi fisik dan segi rohani. Dari segi fisik dapat

diketahui secara klinis, yaitu seseorang dikatakan mati apabila

pernapasannya dan denyut jantungnya berhenti. Dari segi rohani ialah

proses roh manusia melepaskan diri dari jasadnya. Proses rohani ini sulit

digambarkan secara inderawi, tetapi nyata terjadi” (Sulaeman, 1995:86).

“Dengan demikian kematian itu adalah tidak berfungsinya seluruh organ

tubuh yang berlangsung secara mutlak. Sedangkan hakekat manusia yakni

jiwa dan ruhnya tidak mati. Kematian hanyalah berpisahnya ruh dari

tubuh, atau dirampasnya manusia dari kebiasaan menggunakan

kesenangan dan kenikmatan duniawi secara tiba-tiba”

(http://jogjacultural.blogspot.com/2013/04/aspek-aspek-keagamaan-dalam-

upacara.html). Sebagaimana firman Allah

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kemudian hanyalah kepada

Kami kamu dikembalikan. (QS. Al-Ankabut: 57)

Setiap makhluk akan merasakan kematian. Karena “kematian (ajal)

adalah hal yang pasti terjadi pada makhluk yang bernyawa, tidak ada yang

mengetahui kapan dan di mana ia akan menemui ajal, dalam keadaan baik

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

atau buruk. Bila ajal telah tiba tidak ada yang dapat memajukan atau

mengundurkannya. Oleh karena itu, sebaiknya kita menyiapkan diri untuk

menghadapi kematian, agar nantinya kita menemui ajal dalam keadaan

husnul khotimah” (Chafidh dan Ma‟ruf, 2007:178).

2. Perawatan Jenasah

“Apabila ada orang meninggal, maka hal pertama yang dilakukan

oleh orang Jawa adalah untuk memanggil seorang modin, dan

mengumumkan kematian itu kepada sanak saudara dan tetangga. Sekarang

orang lebih sering pergi ke dokter atau ke Puskesmas terdahulu dan baru

kemudian mencari modin serta memberi kabar kepada orang-orang

sekitarnya. Setelah itu dilakukan tata urut upacara pemakaman, mulai dari

memandikan jenasah sampai memakamkannya”

(http://filsafat.kompasiana.com/2013/06/13/).

Segera setelah mendengar berita kematian tersebut itu, para

tetangga meninggalkan semua pekerjaan yang sedang dilakukannya untuk

pergi ke rumah keluarga yang tertimpa kematian itu (Geertz, hlm 92). Hal

tersebut oleh orang Jawa menyebutnya dengan layatan atau kesripahan.

Orang-orang datang untuk membantu dalam menyiapkan segala hal yang

dibutuhkan dalam pengurusan jenazah dan menyiapkan ubo rampenya.

Seperti kain kafan, minyak wangi/parfum/kapur barus (sejenis wewangian

yang berbentuk padat), kembang setaman lengkap, keranda untuk

mengusung jenazah ke pemakaman, nisan/mahesan/papan nama/patok, dan

lain-lainnya.

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

“Ketika seseorang sudah nyata meninggal dunia, maka segera

dilaksanakan hal-hal sebagai berikut:

1. Dua mata dipejamkan, seraya membaca

ي هللا يلع هللا ىلص خ زظ ػ هللا ثع Dengan menyebut nama Allah dan atas tetapnya agama

Rasulullah SAW.

2. Tulang rahang diikat ke atas (kepala) dengan kain yang halus dan agak

lebar.

3. Persendian tulang dilunakkan (bila perlu dengan minyak).

4. Semua pakaian yang melekat dilepas, lalu mayit ditutup dengan kain

yang ringan dan dua ujungnya (atas-bawah) diamsukkan kebawah

mayit.

5. Perut mayit diberi benda berbobot, untuk menjaga dari membesar dan

untuk menurunkan kotoran.

6. Membuat wangi-wangian, seperti dupa.

7. Lebih baik dimandikan segera”. (Chafidh dan Ma‟ruf, 2007:181-182).

Mata dipejamkan ketika jenasah mati dalam keadaan terbuka dan

menyebut atau berkata yang baik-baik, mendoakan serta memintakan

ampun atas dosanya, kemudian tulang rahang diikat ketika mulutnya tidak

dapat menutup dan untuk menghindari masuknya serangga. Sebagaimana

sabda Rasulullah Saw:

ي ض لب ي زظ شدادث ا هللا ػ يلع هللا ىلص جصسفب ضاا فب رب و اذا دضسر

١ذ )ز اأدداث ا ب لب ي ا ػ ٠ؤ اخ١سافب ل ح جصس٠زجغ اس ا

بج(

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Dari Syaddad bin Aus. Rasulullah Saw. berkata,”Apabila kamu

menghadapi orang mati, hendaklah kamu tutupkan matanya karena

sesungguhnya mata itu mengikutkan ruh. Hendaklah kamu mengucapkan

yang baik (umpamanya mendoakannya), karena sesungguhnya ia

dipercayai menurut apa yang diucapkan oleh ahlinya.” (Riwayat Ahmad

dan Ibnu Majah).

Persendian dilunakkan agar ketika tangan mayit dapat di

sedakepke. Untuk memudahkan melepaskan pakaian mayit dapat

dilakukan dengan cara memotongnya dengan gunting agar lebih mudah

ketika akan memandikannya. Kemudian ditutupi dengan kain yang lebar

dan besar melebihi tubuh mayit, biasanya orang Jawa menggunakan kain

jarik, sebagaimana riwayat Bukhori dan Muslim

ي الل يلع هللا ىلص زظ ػب ئشخ ا ثجسددجسح )زػ ظ ف ر ا اجب زىع( د١

Dari Aisyah, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. ketika wafat ditutup dengan

kain tenunan negeri Yaman,” (Bukhori dan Muslim)

Setelah segala sesuatunya sudah siap maka hal selanjutnya adalah

memandikannya. Ketika memandikan jenasah, air yang dipergunakan

biasanya ditampung dalam wadah besar dengan beberapa jenis campuran

daun-daunan yang memberi keharuman dan kapur barus untuk

menyamarkan bau dari jenasah serta menyabunnya. Sebagaimana sabda

Rasulullah Saw:

اج اث ػجبض ا ظد يلع هللا ىلص ػ ب ث ع ب د ا ف زادز لغ ػ ي اذ لب

ز )زا اجبز ظ(

Dari Ibnu Abbas. Ia berkata, ”Tatkala seorang laki-laki jatuh dari

kendaraannya lalu dia meninggal, sabda beliau, “mandikanlah dia

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

dengan air serta daun bidara (atau dengan sesuatu yang menghilangkan

daki seperti sabun). (Bukhori dan Muslim).

Untuk memudahkan dalam memandikan biasanya orang Jawa

menggunakan keranda yang diberi ganjel depok (batang pisang). “Orang

yang memandikan mayit haruslah sejenis, bila mayit laki-laki maka orang

yang memandikan haruslah orang laki-laki dan bila perempuan maka

orang yang memandikan haruslah perempuan, kecuali maharamnya atau

suami/istrinya” (Chafidh dan Ma‟ruf, 2007:181-182) dan hendaknya orang

yang memandikannya harus mampu menjaga rahasia tentang apa saja yang

dilihatnya ketika memandikan, sebagaimana sabda Rasulullah bahwa,

“Barang siapa memandikan mayat dan dijaganya kepercayaan, tidak

dibukakannya kepada orang lain apa-apa yang dilihat pada mayat itu.”

(Riwayat Ahamad). Dupa digunakan untuk memberi keharuman, tetapi

sekarang sudah jarang digunakannya, dan menggantinya dengan minyak

wangi/parfum/kapur barus (sejenis wewangian yang berbentuk padat).

Pengurusan jenasah tersebut dilakukan oleh modin yang dibantu oleh

keluarga dan masyarakat sekitar yang hadir. Kemudian prosesi selanjutnya

adalah mengkafani jenasah dengan menghamparkan “sehelai-sehelai, dan

di atas tiap-tiap lapis itu ditaburkan wangi-wangian, seperti kapur barus

dan sebagainya, lalu mayat diletakkan di atasnya. Kedua tangannya

diletakkan di atas dadanya, tangan kanan di atas tangan kiri, atau kedua

tangan itu diluruskan menurut lambungnya (rusuknya)” (Rasjid,

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

2010:168). Prosesi tersebut dilakukan oleh keluarga yang didampingi oleh

modin atau orang yang ahli dalam urusan ini.

3. Prosesi Pemakaman

“Pada saat mempersiapkan penguburan orang mati yang ditandai

dengan memandikan, mengkafani, menshalati, dan pada akhirnya

menguburkan” (Jamil dkk, 2002:133). Dalam mempersiapkan pemakaman

atau penguburan tersebut diperhitungkan mulai dari waktu meninggalnya

agar dalam pengurusannya segera dilakukan. Orang Jawa dalam

melakukan pemakaman orang meninggal dilakukan segera mungkin

karena kasihan terhadap jasad kasarnya jika terlalu lama menguburkannya.

Maka “pemakaman orang Jawa dilaksanakan secepat mungkin sesudah

kematian. Seseorang yang meninggal pada pukul 10 pagi akan

dimakamkan pada tengah hari atau beberapa saat sesudah lohor, dan orang

yang meninggal pada pukul empat sore akan sudah berada dalam liang

lahad pada pukul sepuluh pagi hari berikutnya. Walaupun keluarganya

kadang-kadang menundanya barang sejam kalau ada keluarga yang

ditunggu dari tempat jauh” (Geertz, hlm: 91).

Kematian seseorang pada umumnya akan diadakan prosesi

pemakaman untuk menghormati almarhum yang terakhir kalinya oleh

keluarga. “Pemakaman oleh orang Jawa bukanlah duka cita yang histeris,

tangisan terisak-isak yang tak terbendung, atau malah tangisan-tangisan

sedih secara resmi untuk mengantar almarhum. Pemakaman bagi orang

Jawa lebih merupakan sebuah pelepasan jenasah dengan tenang, tidak

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

demostratif, dan hampir lesu. Pelepasan jenasah yang diritualisasikan

dengan singkat” (Geertz, 1995:84). Karena “bagi orang Jawa, mati adalah

beralih ke kehidupan yang lain, di mana dalam kehidupan yang lain itu,

bertemu kembali dengan keluarganya yang telah lebih dahulu meninggal

dalam suasana kebahagiaan” (Suyono, 2009:147). Dalam pemakaman

orang Jawa dilakukan berdasarkan kepercayaan yang berasal dari leluhur

dan kebiasaan setempat seperti adanya telusupan (slup-slupan) pada saat

jenasah sebelum diberangkatkan ke pemakaman hal tersebut

melambangkan bahwa keluarga ikhlas terhadap kepergian almarhum,

sawur beras kuning yang dicampur dengan uang logam, rangakaian bunga

yang jumlahnya selalu ganjil yang di rangkai tanpa melepasakan jarum

yang dipergunakan dalam merangkainya, payung yang terbuat dari kertas

yang dipergunakan untuk memanyungi jenasah saat pemberangkatan

sampai ke makam, kendi yang berisi air dan lain sebagainya.

“Kematian baginya bukan sesuatu yang harus ditakuti. Sehingga

sedekah yang diberikan untuk menghormati arwah dan roh-roh dari orang

meninggal didasarkan kepada kepercayaan adanya kehidupan sesudah

mati” (Suyono, 2009:147). Sehingga keluarga akan mengadakan kenduri

atau selamatan. Didalam kenduri memiliki “nilai-nilai kebersamaan,

ketenangan, dan kerukunan. Sekaligus slametan menimbulkan suatu

perasaan kuat bahwa semua warga desa adalah sama derajatnya satu sama

lain” (Magnis, 1984:15).

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Letak Geografis Desa Pager

Desa Pager merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Semarang ± 1 km arah utara dari kota Boyolali, yang

terdiri dari 2 dusun yaitu dusun Pager dan dusun Karangkepoh. Desa Pager

berbatasan dengan beberapa desa yang mengelilinginya, yaitu:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Jojor dan desa Poten.

2. Seblah Utara berbatasan dengan desa Mukiran.

3. Sebalah Timur berbatasan dengan desa Kener

4. Sebalah Selatan berbatasan dengan kabupaten Boyolali.

Dari data monografi kependudukan bulan Agustus tahun 2014, penduduk desa Pager terdiri

dari 618 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 2.055 jiwa, yaitu:

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

NO KelompokUmur (Tahun) Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. 0 < 1 42 55 97

2. 1 < 5 54 57 111

3. 6 – 10 80 78 158

4. 11 – 15 86 89 175

5. 16 – 20 84 83 167

6. 21 – 25 85 86 171

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

7. 26 – 30 90 87 177

8. 31 – 40 153 157 310

9. 41 – 50 167 157 324

10. 51 – 60 110 109 219

11. 60 keatas 72 74 146

Jumlah 1.023 1.033 2.055

Sumber: Kepala Desa Pager

1. Kondisi Sosial Kemasyarakatan di Desa Pager

Dalam sistem budaya Jawa terdapat semangat kebersamaan yang

dapat meminimalkan kepentingan-kepentingan pribadi, sehingga rasa

individualisme dapat dikurangi. Harga diri seseorang ditentukan oleh

sumbangsihnya kepada lingkungan disekitar tempat tinggalnya, dan

keterlibatannya dalam kegiatan-kegiatan sosial. Sebagai orang Jawa,

masyarakat Pager sangat memperhatikan kepentingan bersama dari pada

kepentingan pribadi, yang bertujuan untuk menciptakan keharmonisan

lingkungan, sehingga akan tercipta masyarakat yang sejahtera, dan saling

guyub rukun. Tetapi dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada salah satu

warga yang tidak lumrah mbi tonggo teparo (tidak normal dengan tetangga

dekat), karena kesombongannya dan keegoisannya serta menganggap bahwa

semuanya bisa dilakukan dengan sendiri tanpa bantuan tetangga atau orang

lain. Sehingga para tetangga yang mendengar ucapan dan melihat

kelakuannya tersebut akan membencinya dan tidak akan menolongnya,

bahkan ketika keluarganya ada yang meninggal para tetangga yang datang

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

hanya sekedar datang saja, dan tidak mau membantunya kecuali tetangga

tersebut ora tego nak ora diewangi (tidak tega apabila tidak membantunya)

walaupun kelakuan salah satu keluarganya tidak guyub rukun terhadap

lingkungan.

Sikap hormat terhadap lingkungan sangatlah penting, apabila kita

ngajeni/hormat kepada masyarakat maka kita akan diajeni masyarakat,

sikap ini ditunjukkan oleh masyarakat Pager dengan tolong-menolong antar

sesama, karena masyarakat Pager berprinsip ”wong urip ki gur gentenan”

(orang hidup itu hanya bergantian), maksudnya, apabila tidak dapat

mengerjakan sendiri maka pertolongan tetangga sangatlah diperlukan, dan

apabila tetangga memerlukan bantuan kita maka harus bergantian

menolongnya untuk mencapai keselaran hidup, hal tersebut dikenal dengan

ungkapan hutang budi. Sehingga orang Jawa sebisa mungkin untuk

membalasnya terhadap orang yang menolongnya.

Kondisi sosial masyarakat Pager dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran

agama Islam. Hal tersebut terbukti dengan adanya kegiatan mujahadahan

yang dilaksanakan pada malam rabu, pengajian malam senenan, yasinan

bapak-bapak pada malam minggu, pengajian ibu-ibu yang dilaksanakan

pada jum‟at siang, berjanjen pada malam jum‟at. Kegitan-kegiatan tersebut

merupakan wujud dari rasa kebersamaan oleh orang Jawa, karena hal

tersebut merupakan sikap terbuka dari orang-orang yang melaksanakan

nilai-nilai keagamaan untuk menciptakan masyarakat yang harmonis.

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

2. Kondisi Sosial Keagamaan di Desa Pager

Agama yang dianut oleh masyarakat Desa Pager, sebagai berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Menurut Agama

NO Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Islam 1.019 1.027 2.046

2. Katholik 2 3 5

3. Kristen 2 2 4

4. Hindu - - -

5. Budha - - -

6. Khonghucu - - -

Jumlah 1.023 1.032 2.055

Sumber: Kepala Desa Pager

Masyarakat desa Pager merupakan desa yang penduduknya

mayoritas adalah beragama Islam. Hal tersebut terlihat dari data penduduk

diatas. Sebagai masyarakat yang mayoritas beragama Islam maka kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat diwarnai dengan kegiatan-

kegiatan keagamaan seperti yasinan, tahlilan, berjanjen, pengajian,

mujahadah dan lain-lainnya yang dilaksanakan di masjid, mushola maupun

di rumah-rumah warga secara bergantian, hal tersebut menunjukkan bahwa

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

jalinan silaturrahmi antar warga sangatlah erat sehingga hubungan sosial

antar warga dapat terjaga walupun berbeda RT.

3. Kondisi Pendidikan di Desa Pager

Pendidikan merupakan kegiatan yang tidak dapat lepas dari

kehidupan masyarakat baik pendidikan formal maupun non formal, yang

bertujuan mengembangkan kehidupan masyarakat dalam suatu bangsa agar

lebih maju, dengan mengembangkan seluruh potensi yang dapat

menunjangnya dalam aspek kepribadian dan aspek kehidupan

bermasyarakat.

Kebutuhan pendidikan merupakan keharusan yang harus

dilaksanakan oleh setiap masyarakat. Mereka sadar bahwa pendidikan

merupakan hal yag utama karena dapat menunjang kehidupannya di masa

depan. Dalam hal ini masyarakat Pager merespon aktif tentang pentingnya

pendidikan, hal tersebut terbukti dengan kesadaran untuk tidak tertinggal

dengan kemajuan zaman yang semakin canggih dan mengahruskan mereka

untuk mendapat pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal.

Taraf pendidikan penduduk di desa Pager sudah mulai meningkat

walaupun desa Pager sangat jauh dengan pusat pemerintahan kabupaten

Semarang tetapi minat dan motivasi untuk mendapat pendidikan sangatlah

tinggi, karena para orang tua sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak-

anaknya, walaupun harus ke luar dari daerahnya untuk memperoleh

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

pendidikan yang baik dan memadai sarana-prasarananya agar dapat

mendukung kelancaran dalam belajar serta dapat melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi/perguruan tinggi. Tingkat pendidikan yang

ditempuh oleh penduduk Desa Pager sebagai berikut:

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

NO Jenis Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Tidak Sekolah 102 106 208

2. Playgroup 35 32 67

3. Belum Tamat SD 61 67 128

4. Tidak Tamat SD 43 37 80

5. Tamat SD 265 292 557

6. Tamat SLTP/SMP 203 214 417

7. Tamat SLTA/SMA 246 219 465

8. Tamat Akademi/Diploma 37 33 70

9. Sarjana Keatas 51 52 63

Jumlah 1.023 1.032 2.055

Sumber: Kepala Desa Pager

Pendidikan yang mereka tempuh bertujuan untuk meningkatkan

perekonomian keluarga agar lebih baik dan dapat mencukupi kebutuhan

sehari-hari serta untuk mengurangi pengangguran. Para orang tua sadar

bahwa pedidikan untuk anaknya sangatlah perlu agar mereka mendapat

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

pekerjaan yang layak sesuai dengan kemampuan mereka. Data tentang mata

pencaharian pencaharian penduduk desa Pager adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

NO JenisPekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. PNS 37 34 71

2. TNI 6 0 6

3. POLRI 3 0 3

4. PegawaiSwasta 82 162 244

5. Pensiunan 24 33 57

6. Pengusaha 8 3 11

7. Bangunan 82 31 113

8. BuruhIndustri 107 104 211

9. BuruhTani 286 255 541

10. Petani 130 82 212

11. Peternak 5 5 10

12. Pedagang 3 12 15

13. Lain-Lain 249 312 561

Jumlah 1.023 1.032 2.055

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Sumber: Kepala Desa Pager

Melihat dari letak geografis desa Pager yang jauh dari pusat

pemerintahan Kabupaten Semarang dan mata pencaharian masyarakat

segaian besar adalah petani dan buruh tani maka pola pikir masyarakat

masih dipengaruhi oleh budaya dari para leluhur yang dipertahankan secara

turun temurun dan masyarakat masih dipengaruhi oleh kepercayaan Jawa

yang sudah bercampur dengan budaya Islam yang di sebarkan para Wali

Songo.

4. Kondisi Budaya di Desa Pager

Adat istiadat pada masyarakat Pager dilaksanakan secara turun

temurun dari para leluhur yang telah dipertahankan dengan memegang

teguh rasa persaudaraan antar warga masyarakat sehingga dapat

mendekatkan setiap lapisan masyarakat tanpa membedakan status sosialnya.

Salah satu adat Jawa yang masih dipertahankan pada masyarakat Pager

adalah sebuah prosesi adat dalam pemakaman. Mereka menjalankan

budaya dan adat yang ditinggalkan oleh leluhur karena hal tersebut memiliki

arti dan makna tersendiri dalam kehidupan serta mengandung makna

pendidikan moral, spiritual, keagamaan, dan budi pekerti. Sehingga

masyarakat masih mempertahankannya sampai saat ini. Walaupun ada

beberapa yang sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat.

Seiring berjalannya waktu kebudayaan tersebut semakin pudar dan

terkadang sudah tidak dilakukan lagi serta dianggap tidak apa-apa apabila

tidak dikerjakan karena dalam melaksanakannya mengalami kesulitan.

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Aktifitas kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat kebanyakan tidak

mengetahui maksud dan tujuan diadakannya adat dalam prosesi tersebut.

B. Prosesi Adat Pemakaman Pada Masyarakat Pager

Prosesi pemakaman dalam pengertian orang Jawa adalah sebuah prosesi

yang penuh makna, bukan sekedar ratapan tangisan kesedihan melainkan

upacara melepas kepergian almarhum dengan tenang karena orang Jawa

percaya, jika banyak keluarga yang menangis atas kepergiannya maka akan

memberatkannya di alam kubur, dan akan membuat suram wajah almarhum.

Prosesi kematian yang dilaksanakan oleh keluarga, apabila salah satu

anggota keluarga meninggal dunia atau ada warga desa yang meninggal.

Prosesi pemakaman adalah warisan dari budaya nenek moyang yang sudah

dipertahankan secara turun temurun oleh generasi ke generasi. Prosesi tersebut

dilakukan berdasarkan pada aturan-aturan atau norma-norma yang ada di

masyarakat yang merupakan sebuah tradisi yang sakral. Karena bagi orang

Jawa, mati adalah beralih ke kehidupan yang lain, orang yang telah mati

hanyalah mati raganya, sedangkan jiwa atau rohnya tetap terus hidup.

Masyarakat percaya bahwa perjalanan roh menuju ke alam akhirat

merupakan perjalanan jauh, perjalanan yang lama, yang semuanya tidak dapat

dibandingkan dengan dunia ini. Semuanya bersifat gaib.

Dalam mempersiapkan pemakaman atau penguburan tersebut

diperhitungkan mulai dari waktu meninggalnya orang tersebut, agar dalam

pengurusannya segera dilakukan dan harus memperhatikan tempat

pemakamannya.

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Waktu kematian seseorang adalah pedoman utama dalam kepengurusan

pemakamannya. Ketika seseorang meninggal pukul 14.15 WIB maka

pemakamannya akan segera dilaksanakan dan sebelum adzan magrib jenasah

sudah dimakamkan serta tergantung dari selesainya pembuatan liang lahat.

Karena dalam membuat liang lahat seseorang berbeda-beda, ada yang mudah

dan ada yang sulit bahkan harus berganti tempat beberapa kali untuk

membuatnya. Karena mudah tidaknya pembuatan liang lahat tergantung pada

amal perbuatan orang yang meninggal tersebut.

Tempat pemakaman adalah tempat untuk mengamankan jenasah dari

binatang buas dan untuk meredam bau dari jenasah ketika sudah membusuk.

Dikatakan oleh bapak syamsudin ketika diwawancarai (01-01-2015)

mengatakan bahwa:

Tempat pamakaman atau liang lahat di buat dengan kedalaman tertentu

yaitu dengan kedalaman 2 meter, lebar 2 meter dan panjangnya sekitar 80-

90cm, supoyone ora mambu. Sisteme enek loro yaiku mayit didokok

samping kulon kuwi disebut liang landak, nak mayite didokok tengah kuwi

disebut jugangan, terus dikekki tanda ling wujudtw rupa maesan soko kayu,

maesan kuwi alias maejan, maksudte maejan kuwi jan omahe tenan

(sistemnya ada dua yaitu mayat diletakkan samping barat yang disebut

dengan liang landak, kalau mayat diletakkan ditenganh disebut dengan

jugangan, kemudian ditaruh tanda yang berupa nisan dari kayu). Di buat

dalam agar binatang buas tidak dapat menggalinya. Dan tempatnya biasanya

dibuat berdekadatan dengan keluarga yang sudah meninggal terlebih dahulu,

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

bahkan ada yang satu liang lahat dengan keluarganya. Hal tersebut

dilakukan agar orang tersebut tidak kesepian, dan ketika Sanak keluarga

berkunjung atau berziarah tidak kesulitan dalam mencarinya.

1. Waktu Penyelenggaraan Prosesi Pemakaman

Prosesi adat pemakaman dilakukan dengan ditandai:

a. Berita Lelayu

Kabar lelayu atau berita kematian adalah sebuah kabar yang

disampaikan oleh modin melalui pengeras suara yang berada di masjid

agar para warga masyarakat segera mengetahui bahwa ada kabar duka

cita. Segera setelah mendengar berita kematian tersebut para tetangga

meninggalkan semua pekerjaan yang sedang dilakukannya untuk segera

pergi ke rumah keluarga yang tertimpa kesripahan. Hal tersebut

dilakukan oleh warga untuk menghibur keluarga yang tertimpa musibah

dan sebagai pernyataan turut berduka cita yang disampaikan kepada

keluarga atas meninggalnya salah satu anggota keluarganya untuk

selama-lamanya. Sebagaimana sabda Rasulullah, bahwa:

٠غص ؤ ب خ ٠ د اىس ا ج ص١جخ أل وصب هللا ػص أ خب ث

خ )زا ات بج اج١م( ام١ب

“Tidaklah seorang mukmin pun yang datang berta‟ziyah kepada

saudaranya yang ditimpa musibah, kecuali akan diberi pakaian

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

kebesaran oleh Allah pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah dan al-

Baihaqi).

Namun, terdapat warga yang bermalas-malasan datang ke rumah

duka karena keluarga almarhum terlalu sombong yang berganggap dapat

melakukan semuanya dengan sendiri. Walupun keluarga tidak pernah

srawung/rukun kepada lingkungan warga disekitar rumahnya masih ada

warga yang welas asih/kasihan kepadanya dengan membantu keluarga

almarhum dalam mempersiapkan dan meminjam barang-barang yang

diperlukan. Akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, hal tersebut

terlihat ketika dalam melaksanakan prosesi surtanah para warga yang

mendapat undangan kebanyakan beralasan untuk tidak hadir ke rumah

duka hanya beberapa orang saja yang datang, dan ketika mengembalikan

barang-barang pinjaman dilakukannya sendiri tanpa kehadiran tetangga

dekat hanya sanak keluarganya saja.

b. Perawatan Jenasah

Prosesi dalam memandikan jenasah dilakukan sesegera mungkin

untuk menghindari perubahan dari tubuh jenasah tersebut serta agar

prosesi-prosesi selanjutnya dapat segera dilakukan. Ketika menunggu

persiapan memandikan, disekitar tempat jenasah ditaburi bubuk kopi

untuk menyamarkan bau yang ditimbulkan oleh jenasah.

Tetangga dekat yang datang ke rumah segera menenangkan hati

keluarga atau ngeneng-neng, dan sebagian lagi membersihkan rumah

sebelum banyak orang yang datang dan mempersiapkan keperluan yang

dibutuhkan dalam prosesi perawatan jenasah. Hal pertama yang

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

dilakukan para tetangga adalah mempersiapkan tempat dan

mempersiapkan air untuk memandikan jenasah. Air yang digunakan

dalam memandikan jenasah dicampur dengan kapur barus yang sudah

dihaluskan dan air bersih sebagai bilasan serta sampo dan sabun yang

sudah dipotong-potong kecil.

Tempat untuk memandikannya dipersiapkan oleh para pria.

Dalam memandikan jenasah menggunakan keranda sebagai alas untuk

memandikan jenasah agar lebih mudah dalam membersihkannya dan

untuk menghindari menggenangnya air yang disiramkan, keranda

tersebut ditatani debok/batang pisang yang berjumlah tujuh atau ganjil

yang sudah dibelah menjadi dua bagian untuk mengganjal tubuh jenasah

agar bagian belakang atau punggung jesanah dapat dibersihkan. Tempat

yang yang digunakan dalam memandikan jenasah ditutupi dengan gebyok

atau aling-aling yang terbuat dari kain yang dibentangkan mengelilingi

jenasah yang menggunakan kain jarik atau kain yang lebar dan panjang

yang dipegang/digujengi oleh tetangga dan anggota keluarga

memandikannya. Dikatakan oleh mbah Yatemi (27-12-2014), bahwa:

Ketika jaman dahulu oleh simbah-simbah dalam memandikan jenasah

air yang digunakan dicampur dengan wedak/bedak, londho/merang yang

dibakar untuk sampo, dan daun-daunan seperti daun kelor, daun dadap

serep. Hal-hal tersebut diharus ada untuk dipergunakan dalam

memandikannya. Namun seiring kemajuan jaman hal-hal tersebut sudah

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

dilakukan lagi karena bahan-bahan tersebut sudah sulit untuk dicari,

sehingga cukup menggunakan sampo dan sabun saja.

Setelah semuanya siap maka jenasah digotong keluar rumah

dengan posisi tangan kanan merangkulnya dan tangan kiri

menyangganya dengan penuh hati-hati agar penutup kain yang digunakan

tidak terbuka atau bergeser. Kemudian dibaringkan diatas keranda yang

sudah ditatani debok/batang pisang yang berjumlah tujuh atau ganjil.

Ketika jenasah dimandikan ditutupi dengan kain jarik agar auratnya tidak

terlihat semuanya dan dibawah tubuh jenasah tersebut diganjal dengan

debok/batang pisang agar mempermudah dalam membersihkan bagian

belakang jenasah serta agar air yang disiramkan tidak menggenang

dibawah tubuhnya. Dalam menyiramkan air ke tubuhnya tidak boleh

terputus-putus dan harus perlahan-lahan sampai ujung kakinya yang

dimulai dengan bagian yang kanan terlebih dahulu. Setelah selesai

memandikannya jarik yang basah tersebut diganti dengan yang kering,

cara menggantinya adalah dengan cara tubuh jenasah tersebut ditutupi

dengan daun pisang yang utuh yang diletakkan di atas tubuhnya untuk

mempermudah dalam menarik jarik yang basah tersebut kemudian di atas

daun tersebut sudah ditaruh jarik yang kering baru kemudian kain yang

basah ditarik. Kemudian hal selanjutnya adalah mendandani atau

mengkafani jenasah dan menyolatkannya.

Dalam mendandani atau mengkafani jenasah dilakukan oleh

modin yang dibantu oleh keluarga atau tetangganya. Jika yang meninggal

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

itu perempuan maka modin tersebut hanya mendampingi dan

mengarahkannya. Karena petugas modin tersebut laki-laki. Yang

dilakukan dalam mengkafani jenasah adalah menutup lubang-lubang

pada tubuhnya dengan kapas yang sudah diberi wewangian, kemudian

jenasah dibungkus dengan kain mori/kafan yang berlapis-lapis agar

auratnya tidak terlihat, dan ujung kepala, leher, pinggang, dan kakinya

diikat dengan tali wangsul agar rapi dan mudah untuk dilepas kembali

ketika jenasah diletakkan di liang lahat, hal tersebut oleh orang jawa

menyebutnya dengan istilah dipocong. Setelah jenasah rapi kemudian

diletakkan ke dalam bandhuso atau didalam keranda yang belum ditutup

atasnya untuk disholatkan. Sebagaimana sabda Rasulullah

)زا اث ب ج( رب و اػ ص“Shalatkalah olehmu orang-orang yang mati.” (Riwayat ibnu Majah)

ثجب شح ار اذ يلع هللا ىلص د اج ظب ػ ع : وب ج خ ث الو ظ اػ ػ لب ي: ص

)زا اجب ز( صب دجى

“Dari salamah bin Al-Akwa‟, “Pada suatu saat kami duduk-duduk dekat

Nabi Saw ketika itu dibawa seorang mayat, beliau berkata kepada kami,

„Salatkanlah teman kamu‟ .” (Riwayat Bukhori)

Sebelum jenasah diberangkatkan para keluarga atau mahramnya

diperkenankan untuk mencium jenasah untuk yang terakhir kalinya,

karena tidak ada halangan untuk mencium jenasah bagi keluarganya atau

sahabat-sahabatnya (yang jenis kelaminnya sama dengan jenasah) yang

sangat sayang dan berduka cita atas kepergiannya, sebagaimana sebuah

riwayat:

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

١ذ دز اد ظؼ ث ب ػع ي هللا يلع هللا ىلص زظ ػب ا ئشخ لج ػ ع رع١

)زا أجداز ج سر(ػ

Dari Aisyah, “Rasulullah Saw. telah mencium Usman bin Maz‟un

ketikan ia telah mati, sehingga tampak air mata mengalir di muka

beliau.” (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi)

c. Persiapan Sebelum Pemberangkatan Jenasah

Dalam hal ini para perempuan saling membagi tugas untuk

menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan seperti menyiapkan

rangkaian bunga yang berjumlah ganjil yang berbentuk rangkain panjang

sekitar satu setengah meter dan rangkaian yang berbentuk bundar untuk

menghias keranda. Rangkaian tersebut dirangkai dengan benang tanpa

melepas jarum yang digunakan dan bunga untuk ditaburkan dalam iring-

iringan pemberangkatan, sebagian lagi memasak makanan untuk

slametan surtanah setelah selesai dari pemakaman dan sebagian lagi

dikirim untuk orang-orang yang menggali liang lahat di makam. Serta

menyiapkan beras kuning yang dicampur dengan uang logam untuk

sawuran. Payung kertas, kendi, dan sentir (lampu minyak) untuk dibawa

dalam iring-iringan pemberangkatan.

Sedangkan para pria menyiapakan nisan atau pathok (maesen),

dan papan untuk menutup liang lahat agar ketika jenasah diurug dengan

tanah tidak langsung mengenainya, orang jawa menyebutnya dengan

istilah anjang-anjang/papan penutup. Sebagian pria yang lain bertugas

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

menggali liang lahat yang didampingi oleh kuncen makam (juru kunci).

Papan-papan dan maesan tersebut biasanya dibawa ke makam terlebih

dahulu.

Hal-hal tersebut mereka lakukan tanpa harus dikomando. Mereka

mengerjakan semuanya dengan rasa solidaritas, dan mengesampingkan

keegoisan dalam dirinya, karena “seorang muslim adalah saudara

sehingga tidak boleh saling menganiayanya, menelantarkannya,

mendustakannya, dan menghinanya” (Riwayat Imam muslim)” (Nawawi,

1992:53). Akan tetapi masyarakat juga akan bertindak egois apabila salah

satu warga tersebut egois terhadap lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Hal tersebut terbukti ketika ada salah satu warga yang meninggal, para

warga disekitar rumahnya leleh luweh/tidak terlalu peduli karena salah

satu keluarganya tidak mau peduli terhadap lingkungan sekitar tempat

tinggalnya dan gumedhe/sombong serta sering sumbar swara ling keneh-

keneh/sering berbicara yang aneh-aneh.

d. Pemberangkatan Jenasah

Selanjutnya adalah prosesi pemberangkatan ke pemakaman yang

diiringi oleh keluarga dan para pelayat (tetangga) yang telah hadir sejak

awal maupun yang baru datang setelah selesai dari pekerjaannya. Dalam

prosesi pemberangkatan tidak diperbolehkan menangisi dengan histeris

atas kematian anggota keluarganya, karena akan memberatkannya ketika

di alam kubur dan harus bersikap ikhlas atas kepergiannya.

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Ketika jenasah diusung ke halaman rumah bertanda prosesi

pemberangkatan ke makam akan segera dilakukan. Sebelum

diberangkatkan modin akan menyampaikan sebuah pitado atau pesan-

pesan dan memintakan maaf kepada handai taulan yang hadir atas

kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan almarhum semasa hidupnya

baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja dan menyampaikan

sebuah pertanyaan tentang apakah jenasah masih memiliki hutang

piutang kepada handai taulan untuk segera melaporkan ke pada pihak

keluarga agar segera dilunasi untuk meringankan beban di alam

kuburnya. Selama berlangsungnya pidato tersebut keranda yang dipikul

dilakukan biasanya dilakukan secara bergantian dengan yang lainnya,

namun apabila jenasah terlalu berat maka keranda tidak dipikul. Ketika

hal tersebut dilakukan semua yang hadir berdiri sampai jenasah

diantarkan ke pemakaman.

Sebelum jenasah diberangkatkan ke makam dilakukan prosesi

brobosan/slup-slupan yang melambangkan bahwa keluarga ikhlas untuk

melepas kepergiannya, yang dilakukan di halaman rumah.

Brobosan/slup-slupan tersebut dilakukan sebanyak tiga kali atau tujuh

kali putaran terbesebut searah denngan jarum jam.

Setelah mayat dimandikan, dikafani, dan disholatkan kemudian

jenasah diberangkatkan dengan keranda untuk di bawa ke pemakaman

yang dipikul pada empat penjuru oleh keluarga yang bergantian dengan

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

tetangga atau orang lain. Sedangkan yang lainnya ada yang memegang

payung untuk menaungi bagian kepalanya.

اعخ ب فئ ا ت اعس٠س و ثج ١ذ ارجغ جبشح ف دلب ي عؼ اث ػ

)زا اث ب ج(

Dari ibnu Mas‟ud. Ia berkata, “Barang siapa yang mengikuti jenasah,

maka hendaklah memikul pada keempat penjuru keranda, karena

sesungguhnya cara yang demikian itu termasuk Sunnah Nabi Saw.”

(Riwayat Ibnu Majah)

Didalam pemberangkatan jenasah ke pemakaman itu ada urut-

urutannya yaitu urutan yang paling depan adalah penabur bunga,

belakangnya pembawa maejan/nisan tetapi biasanya papan nisan sudah

dibawa dahulu ke makam dengan papan-papan penutup, kemudian

keranda jenasah, belakang keranda adalah keluarganya dan para pelayat

yang mengantarkannya ke pemakaman. Dalam pemberangkatan ini

banyak tidaknya para pelayat yang mengantarkan jenasah ke pemakaman

tergantung dari srawunge almarhum ke masyarakat. Jika semasa

hidupnya rukun kepada masyarakat maka ketika mati akan banyak yang

hadir ke pemakamannya, dan sebaliknya.

e. Pemakaman Jenasah

Setiba di pemakaman, jenasah dikeluar dari keranda dan

diturunkan kedalam liang lahat dengan dibantu para tatangga yang

diarahkan oleh modin dan kuncen makam. Dikatakan bapak Syamsudin

bahwa:

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Liang lahat di buat dengan kedalaman tertentu yaitu dengan

kedalaman 2 meter, lebar 2 meter dan panjangnya sekitar 80-90cm.

Jenasah tersebut diletakkan miring dengan posisi kepala disebelah utara

menghadap kiblat. Untuk menjaga agar jenasah tidak bergeser maka sisi-

sisinya ditaruh bongkahan-bongkahan tanah yang disebut dengan gelu.

Besar-kecilnya gelu disesuaikan dengan kondisi tubuh jenasah, jumlah

gelu tersebut berjumlah tujuh atau disesuaikan dengan kebutuhan yang

penting berjumlah ganjil.

Ketika akan mengangkat jenasah untuk dimasukkan ke liang lahat

posisi tangan kanan merangkul jenasah sedangkan tangan kiri

menopangnya yang kemudian diserahakn kepada orang yang berada

dilubang tersebut dengan posisi tangan yang sama. Kemudian jenasah

dibaringkan dengan posisi menghadap kiblat, sebelum jenasah diadzani,

tali-tali yang mengikatnya dilepaskan dan bagian kepala agak dibuka

agar pipi dan telinga tampak. Kemudian orang yang berada dilubang

tersebut malantunkan adzan dan komat serta kalimat syahadat ke dalam

telinganya. Setalah itu jenasah ditutupi dengan anjang-anjang/papan

kayu pada sisi lubang jenasah tersebut, yang kemudian secara simbolik

para sanak keluarga/saudara menaburkan tanah terlebih dahulu sebelum

lubang tersebut tertutup dengan tanah. Sebelum lubang tersebut rata

maka nisan/pathok tersebut ditancamkan diujung kaki dan ujung

kepalanya.

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

ب صغ ثس صجب و اج ا ػ صج ا ذدا ا سث ظؼد فب ي اذد ػب ػ

ي )زا أدد ع( ظ الل يلع هللا ىلص

Dari Amir bin Sa‟id. Ia berkata,”Buatkan olehmu lubang lahad untukku,

dan pasanglah di atasku batu bata, sebagaimana dibuat pada kuburan

Rasulullah Saw.”(Riwayat Ahmad dan Muslim)

Kemudian tanah tersebut dirapikan agar dapat dibedakan mana

tanah kuburan yang telah terisi dengan yang tidak terisi. Tanah tersebut

dibuat agak meninggi dibagian tengahnya atau berbentuk bukit,

kemudian di atasnya ditaburkan bunga-bunga yang dibawa tadi, hal

tersebut berdasarkan adanya sebuah hadits Ibnu Hibban dari Abu

Hurairah yang mengatakan: Kami pernah berjalan bersama Nabi

melewati dua makam, lalu dia berdiri di atas makam itu, kami pun ikut

berdiri. Tiba-tiba saja dia menyingsingkan lengan bajunya, kami pun

bertanya: Ada apa ya Rasul? Jawabnya: Apakah kalian tidak

mendengar? Kami menjawab: Tidak, ada apa ya Nabi? Dia pun

mengatakan: Dua lelaki sedang disiksa di dalam kuburnya denagn siksa

yang pedih dan hina. Kami pun bertanya lagi: Kenapa bisa begitu ya

Rasul? Jawab dia: Yang satu, tak bersih kalau membasuh bekas kencing,

dan satunya lagi suka mencaci orang lain dan suka adu domba. Rasul

mengambil dua pelepah kurma, diletakkannya di atas kubur dua lelaki

tadi. Kami bertanya: Apa gunanya? Jawab dia: Untuk meringankan

siksa mereka berdua selagi mmasih basah.”(Fattah, 2011:244-245).

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Setelah kuburan tersebut sempurna maka bapak modin

membacakan talkin. Talkin yang dibacakan berbahasa arab, yaitu:

اس د١ هللا اس د ثع

دد ١ذ،ل ا ال هللا ٠ د ٠ذ١ ذ ا ه لشس ن ، ا دائ د

ب ل ٠ ا د، فط ذائمخ ا لد ٠س. و ش ػ و ١س، ا د، ث١د

خ، م١ب ا ٠ زو اج ف ذ١بح ر ب ا جخ فمد فبش، ا ادخ ابز شدصح ػ ف

خس جذ ػ١ د ار ؼ ػجد هللا ا ذ وس ا اث ز. ٠ب فال زب ع اغس ١ب ال اد

داز الخسح ١ب ا داز اد ي هللا ص محما زظ ا بدح ل ا ال هللا ش

دك ، ؼ١ ا مجس دك ، ي ا ص ا د دك ، ا ا اػ . ظ هللا ػ١

ى ظؤاي ا ، ا ػرا ث ا ذعبة ا ا جؼث دك ، ا ا دك ، ى١س ف١ س

جخ دك ، ا ا ابز دك ا اصساط دك ، ا دك ، ١صا ا ا دك ،

شفبػ ا ب، اعب ػخ ار١خ ل ز٠ت ف١ ا ا دك ، ي هللا يلع هللا ىلص خ ظ١د ب محما زظ

لد صسد ز. ال مج ف ا هللا ٠جؼث ا جخ دك ، ا مب هللا رؼب أل

ػع ث١ اطجبق اثس ثه )صسد( ف وال ا ىب . فبذا جب ن ا ر بوسا

ب و ج ك هللا ػص خ ك ب خ جبن، فب ل٠س ى١س فال٠فص ػبن ىس ب

زثه لن ك هللا. فبذا ظأ خ ك ذ خ ب ا ب لجزه ب د٠ه ج١ه

اػزمبد صذ١خ: اهلل زث عب فص١خ ب( ث ب )فم اه فم اد ه ب ا

ام اىؼجخ لجز د٠ الظال بد محماج ع ا ع ا ب ا سا

د يلع هللا ىلص ذ ث د٠ب ثب إلظال (: )زض١ذ ثبهللا زثب ل ( ل . ا ج١ب اخ

ػ ذ ه ػ ذ ه د١١ذ، ل(. ػ ذ زظ شب هللا ( إ ه رجؼث )رجؼث١ ذ

ي ) م . ثجزه )ثجزه( هللا ثب ١ ي اثبثذ ف 3ال م ا ثب ا ح(، ٠ثجذ هللا ار٠

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

ط ب افط ا ف الخسح. ٠ب ا٠ز ١ب زثه زاض١خ اذ١بح اد إ ئخ، ازجؼ

٠ب د١د ٠ب أ١ط و د ػه ا . عز جز ادخ ػجبد ف سض١خ فبدخ

س ثزب ازد ددر دد رب ٠ط ٠غ١ت اط ز دبضسا ي دج م سثز

ب ٠صف ح ػ زثه زة اؼص . ظجذب ١ ٠بزة اؼب فسب ل رفزب ثؼد .

. ا ١ ، ا ١ ؼب زثب د لل اذ ١ سظ ا ػ ظال ي فب رذخ .........ث١خ امج

Kemudian dilanjutkan dengan membacakan tahlil dan doa

bersama untuk memintakan ampun kepada Allah SWT. Ketika

meninggalkan makam para pelayat dilarang menoleh kebelakang

sebelum tujuh langkah dari kuburan tersebut. Sebelum para pelayat

samapi dirumahnya, mereka membersihkan diri di sungai dan berwudhu

atau mandi besar untuk menghilangkan sawan (hal-hal gaib yang dapat

menggangu mereka). Apabila para pelayat tersebut mempunyai anak

yang masih kecil biasanya anaknya diborehi/diolesi dengan dlingo

blengke untuk menangkal sawan tersebut agar anaknya tidak rewel atau

bahkan jatuh sakit. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi:

أ )زا أثدادازسر( ض ١ز ف د ١غزع ١زب ف ع

Artinya: “Barang siapa yang memandikan mayit, maka hendaklah dia

mandi. Dan barang siapa mengangkatnya, maka hendaklah dia

berwudhu.”(H.R. Abu Dawud dan At Tirmidzi).

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Sepulang dari pemakaman para pelayat bergegas untuk segera

mandi karena kondisi fisik yang kotor dan untuk menghilangkan sawan

yang dapat mengganggu mereka dan anak-anaknya.

2. Hasil wawancara dengan beberapa warga masyarakat desa Pager yaitu :

a. Mbah Yatemi ketika wawancara pada tanggal 27-12-2014, yang

merupakan salah satu warga desa Pager yang usianya sekitar 75 tahun.

Mengatakan bahwa prosesi dalam pemakaman jenasah dimulai dari

mayit dibujurkan ke utara menghadap kiblat, kemudian disucikan,

dikafani, disholatkan dan dimakamkan serta dibacakan fatikhah dan

tahlil. beliau tidak tahu menahu asal-usul ritual dalam kematian

dilakukan oleh orang-orang tersebut karena sudah ada semenjak beliau

masih kecil sudah ada hal seperti itu, dan hanya mengikuti orang tua

dulu. Karena hal-hal tersebut merupakan sebuah kewajiban yang harus

dilakukan orang yang masih hidup untuk orang mati. Beliau juga tahu

bahwa hukum mengadakan ritual dalam kematian seperti sawur beras,

batang pisang harus 7 buah, mecah kendi, dan lain sebagainya tersebut

dalam hadis tidak ada, hanya mengikuti orang kuno/orang jaman dahulu.

Maksud dari mecah kendi adalah untuk memcahkan pikiran ketika di

alam kubur sehingga dapat menjawab pitakon kubur dan terhindar dari

godaan setan yang dapat menjurumuskan dia dalam api neraka. Di kasih

lampu/sentir agar terang, jalan disapu agar terang jalannya, namun

sekarang menyapu ketika jenasah di bawa kepemakaman sudah tidak

dilakukan lagi karena sudah memiliki caranya sendiri. Maksud dari

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

sawuran dilakukan adalah untuk menghindarkan godaan di dunia, payung

digunakan agar jenasah tidak kepanasan. Kalau jaman dahulu orang-

orang masih melakukan menyapu sambil memegang sentir agar jalannya

terang. Kemudian bunga-bunga yang ditaburkan akan memberi manfaat

bagi mayit karena jika bunga tersebut belum layu maka akan

mendoakannya. Makanan dalam surtanah kalau jaman dulu berisi nasi,

ingkung ayam, sambal goreng kentang, gorengan, tumpeng seger yang

memiliki maksud agar yang ditinggalkan tetap segar/bagas waras/sehat

sejahtera. Ketika memperingati hari ke 40 harinya berkat yang diberikan

kepada hadirin yang datang berisi beras, telur, jadah untuk tempat

duduknya ketika ditanya malaikat, apem digunakan untuk payungan

jenasah, pisang itu digunakan untuk tongkat orang yang meninggal, hal

tersebut memang tidak dapat dipikirkan oleh akal sehat, karena orang

dulu mengjarkan seperti itu. Apabila mengundang orang-orang untuk

kenduri namun tidak datang maka perasaannya biasa saja, mungkin orang

yang diundang tersebut masih sibuk dengan kegiatannya atau karena

sakit. Namun apabila yang diundang yang hadir hanya sekitar 5 orang

sedangkan yang diundang berjumlah sikitar 20 orang maka beliau

berpikir apa yang salah dengan dirinya sehingga banyak yang tidak hadir,

mengapa warga tidak suka dengan beliau dan beliau merasa tersakiti

dengan tidak hadirnya warga. Sehingga beliau mengoreksi diri mengapa

hal tersebut dapat terjadi pada dirinya. Beliau bercerita ketika

ngijing/membuat makam permanen dimakam suaminya, suaminya

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

tersebut datang dalam mimpi cucunya yang mangatakan ucapan terima

kasih sudah membuatkan rumah bagus seperti masjid.

b. Ibu Siti Komsah ketika wawancara pada tanggal 27-12-2014, yang

merupakan salah satu warga desa Pager yang usianya sekitar 58 tahun.

Mengatakan bahwa prosesi dalam pemakaman jenasah dimulai dari

mayit dibujurkan ke utara menghadap kiblat, kemudian disucikan,

dikafani, disholatkan dan dimakamkan. Maksud-maksud dari sawur,

memecah kendi, dan lain-lainnya pada adat dalam prosesi pemakaman

tersebut saya tidak tahu-menahu karena apabila beliau melayat selalu

dibelakang/hanya di dapur. Dan saya tidak tahu-menahu mengapa jumlah

rangkaian bunga selalu berjumlah ganjil. Ketika acara surtanah biasanya

makanan yang disuguhkan berupa tumepeng marep mungkur/tumpeng

yang dibelah dua yang saling membelakangi maksud dari tumpeng marep

mungkur beliau tidak tahu hanya mengikuti orang tua dulu, serta

tumpeng seger untuk bancak‟i orang yang bagas waras dan tumpeng

asahan/ambengan. Menurut beliau apabila tidak melakukan hal-hal

tersebut tidak apa-apa karena kemantapan orang berbeda-beda. Hal

tersebut bisa dikatakan wajib juga bisa tidak diwajibkan karena orang-

orang yang melakukan hal tersebut hanya ikut-ikutan orang jaman dulu.

Beliau kurang paham maksud dan tujuan dari ritual tersebut karena

beliau hanya menjadi makmum saja. Ketika acara tahlilan itu

diperuntukan untuk mendoakan arwahnya. Apabila tidak dalam acara

tahlilan para undangan yang datang tidak memenuhi jumlah daftar maka

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

beliau beranggapan bahwa orang yang diundang masih sibuk atau masih

ada acara lain sehingga tidak dapat hadir, atau mungkin tidak sepaham

dengan pemahamannya karena berbeda pemahaman dalam

sedekahan/slametan. Apbila tidak mau hadir tetapi ketika diberi berkat

tersebut mau menerimanya namun tidak mau hadir dalam undangan

tersebut. Beliau menjelaskan tentang telusupan bahwa karena merupakan

pertemuan terakhir dengan almarhum. Gelu merupakan bantal untuk

jenasah di alam kuburnya. Ketika acara 7 hari. 40 hari dan seterusnya

hanya merupakan sebuah peringatan atas kematiannya saja. Ketika masih

dalam waktu tiga hari sampai 40 hari arwahnya masih berada disekeliling

rumahnya maka ketika membuang air jangan sembarangan apalagi air

panas. Beliau juga menyimpulkan bahwa semuanya itu dilakukan hanya

untuk rukun kepada warga yang penting dilakukan karena umumnnya

para warga juga melakukan hal tersebut.

c. Mbah Tukirah ketika wawancara pada tanggal 27-12-2014, yang

merupakan salah satu warga desa Pager yang usianya sekitar 73 tahun.

Mengatakan bahwa ritual yang dilaksanakan oleh warga masyarakat

hanya mengikuti orang-orang tua dulu. Sekarang ini ketika memandikan

tidak menggunakan merang, daun dadap serep, dan daun kelor karena

sulit mencarinya, hanya cukup menggunakan sampo dan sabun saja,

tetapi kalau jaman dulu hal-hal tersebut harus ada. Semua hal yang

terdapat dalam ritual kematian tersebut hanya ikut-ikutan orang zaman

dahulu.

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

d. Ibu Nur ketika wawancara pada tanggal 27-12-2014, yang merupakan

salah satu warga desa Pager yang usianya sekitar 32 tahun, mengatakan

bahwa telusupan itu dilakukan apabila yang meninggal itu meninggalkan

anak-cucu, telusupan tersebut dilakukan melambangkan keikhlasan

sedangkan sawuran dilakukan untuk memberi sangu/saku kepada mayit

agar tidak kembali pulang/menjdai roh gentayangan. Sentir

melamnbgkan jalan yang terang. Masyarkat masih mempertahkan karena

adat istidat setempat. Dan ketika melakukan acara sedekahan dilakukan

seikhlasan sesuai dengan kemampuan. Apabila hal tersebut tidak

dilakukan juga tidak apa-apa tergantung pemahaman warga. Tahlilan

dilakukan sesuai sudut pandang masing-masing warga.

e. Saudari Aminah ketika wawancara pada tanggal 27-12-2014, yang

merupakan salah satu warga desa Pager yang usianya sekitar 22 tahun,

mengatakan bahwa dia tidak tahu menahu tentang maksud dari adat

tersebut, hanya beberapa saja yang dia tahu seperti telusupan yang

melambangkan keikhlasan atas kepergiannya dan dia menjelaskan

tentang pendidikan yang terkandung dari adat tersebut adalah karena ada

beberapa ajaran agama yang terkandnung didalamnya seperti tabur bunga

yang dianjurkan oleh agama Islam, yang terpenting ketika melakukan

adat tersebut tidak meduakan Allah, mereka melakukan hal tersebut

karena adat istidat setempat yang menganjurkan seperti itu. Apabila tidak

melakukan hal-hal yang terdapat dalam adat tersebut tidak apa-apa.

Acara tahlilan berisi tentang doa bersama, dia berpendapat bahwa doa

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

yang dilakukan oleh seseorang belum tentu dikabulkan oleh Allah

sehingga acara tahlilan tersebut dilakukan, namun ada beberpa orang

yang hadir dalam acara tahlilan tersebut hanya sekedar hadir saja untuk

mengharagai undangan tersebut, karena orang tersebut berbeda tentang

pemahaman tahlilan.

f. Bapak Syamsudin ketika wawancara pada tanggal 01-01-2015, yang

merupakan salah satu warga desa Pager yang usianya sekitar 63 Tahun

mengatakan bahwa telusupan yang dilakukan untuk menghormati orang

tua atau saudara yang sudah meninggal, sedangkan sawuran ketika akan

diberangkatkan ke pemakaman yang dilakukan untuk mengingatkan

bahwa yang meninggal sudah tidak butuh duniawi lagi. Ketika membuat

liang lahat di Desa Pager menggunakan dua sistem pemakaman yaitu

dengan mayat ditaruh samping barat/liang landak, dan mayat ditaruh

ditengah-tangah liang/juganggan, tetapi kedua sistem itu tidak digunakan

secara bersamaan akan tetapi menurut kuncen makamnya. Kemudian

makna dari nisan/maesan memiliki makna bahwa memang asli rumahnya

sehingga diberi tanda. Kata maesan yang berasal dari kata maejan yang

bermakna “jan omahe tenan”.

Ketika sebagian muslim/keluarga mengadakan acara surtanah bermaksud

untuk menghormati bumi/tanah yang dipakai untuk makamnya dan untuk

mendoakannya. Acara tiga hari/telong dinonan selain untuk mendoakan

juga untuk mengingatkan kepada yang masih hidup bahwa mayat yang

dikuburkan sudah mulai terjadi pembusukan. Acara tujuh hari selain

Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

untuk mendoakan juga untuk mengingatkan kepada yang masih hidup

bahwa mayat yang dikuburkan sudah mengalami pembengkakan. Acara

40 hari selain untuk mendoakan juga untuk mengingatkan kepada yang

masih hidup bahwa daging dari mayat yang dikuburkan sudah mulai

dimakan binatang tanah. Acara 100 hari tulang-belulang dari mayat

sudah mulai terlepas dari persendian-persendiannya. Sedangankan acara

pendhak pisan, pendhak pindo dan nyewu hanya untuk mengingat

kemataian atas mayat tersebut.

Dalam acara sedekahan/slametan pasti diisi dengan tahlilan. Tahlilan

yang dilakukan selaian untuk mendoakan dengan membaca tahlil

dimaksudkan juga untuk memberikan sedekah kepada orang lain yang

berbebtuk berkat dengan tujuan untuk mendapat pahala. Talkin yang

dilakukan setelah prosesi pemakaman selesai dimaksudkan untuk

memberikan peringatan kepada yang masih hidup bahwa suatu hari nanti

pasti akan meninggal, pada saat minggal di dalam kuburnya setelah

semua orang pergi malaikat akan datang dan bertanya tentang siapa

Tuhanmu, siapa Nabimu, apa agamamu, apa kiblatmu, siapa

pemimpinmu, dan siapakah saudara-saudaramu. Kemudian tali wangsul

yang digunakan dalam mengikat pocongnya bermakna bahwa orang yang

meninggal sudah kembali kepada Allah/wangsul dumateng Allah.

Sedangkan uboramp dalam acara surtanah dan acara-acara setelah

surtanahan hanyalah adat yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat.

Kemudaian manfaat dari adat pemakaman tersebut adalah supaya yang

Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

mati mendapat tempat yang baik dengan mendoakkannya. Dan

pendidikan yang dapat diambil dari prosesi-prosesi tersebut adalah orang

yang mati perlu dihormati namun tidak boleh ngalap berkah/meminta

tolong kepada yang sudah mati. Serta ketika bermasyarakat harus baik

terlihat dari rasa gotong royong ketika memandikan jenasah, dan ketika

hidup hendaklah hidup bermasyarakat jangan egois.

C. Pemahaman Masyarakat Ds. Pager, Kec. Kaliwungu, Kab. Semarang

Terhadap Prosesi Pemakaman

Adat yang dilakukan oleh warga masyarakat dalam prosesi pemakaman

adalah sebuah pengaruh dari ajaran Hindu yang berbaur dengan ajaran Islam

yang disamapaikan oleh para Wali songo pada jaman dahulu, yang masih

dilestarikan sampai sekarang walaupun ada beberapa yang sudah dilakukan

lagi oleh masyarakat. Masyarakat sebenarnya tidak mengetahui tentang asal-

usul dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam prosesi tersebut karena

hanya mengikuti orang-orang jaman dulu, sehingga masyarakat hanya ikut-

ikutan saja, namun ada sebagian warga yang tidak melakukan acara sedekahan,

dan tahlilan karena berbeda pemahamannya denagn warga yang lainnya dan

didalam ajaran agama Islam tidak dianjurkan. Sehingga tidak perlu dilakukan,

apabila ingin sedekah cukup dimasukkan di kotak masjid yang diperuntukkan

untuknya. Masyarakat Pager melakukan hal tersebut karena sudah umum

dilakukan oleh warga masyarakat sehingga apabila tidak dilakukan maka akan

diguncing oleh tetangga. Jika tidak mampu melakukan sedekah/slametan

Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

secara besar-besaran cukup dengan beberapa orang saja yang penting

melakukan acara sedekah/slametan. Mereka juga mengatakan bahwa adat yang

terdapat dalam prosesi pemakaman tersebut hanya sebuah tradisi dari nenek

moyang.

Mereka tidak tahu maksud dan tujuan dari jenis-jenis makanan yang

disajikan dalam acara surtanah dan peringatan pada hari-hari berikutnya.

Karena makanan yang disajikan selalu seperti itu tidak pernah berubah dari

jaman dulu, hanya berubah sedikit saja dari bahan matang ke bahan mentah.

Makanan tersebut antara lain adalah tumpeng marep mungkur, tumpeng seger,

lauk pauk yang selalu seperti itu, jadah, apam, dan pisang. Hanya segelintir

yang tahu maksud dan tujuan dari makanan tersebut dan hal-hal lain yang

terdapat dalam adat tersebut, namun penjelasannyapun tidak terlalu jelas.

Mereka mengaku mendapat penjelasan tersebut dari orang tuanya dulu. Mereka

mengatakan bahwa maksud dari hal-hal yang ganjil seperti rangkaian bunga

yang berjumlah 7 buah melambangakan bahwa wong mati kui ben entuk

pitulungan marang Gusti/orang yang meninggal agar mendapat pertolongan

dari Allah. Apem yang terdapat dalam berkat kenduri melambangkan payung

yang dipergunakan mayit agar tidak kepanasan, kemudian jadah

melambangakan bantalan duduk/bantalan untuk kepalanya, sedangkan pisang

melambangkan tongkat/teken yang dipergunakannya untuk berjalan.

Sedangkan gelu yang digunakan untuk menopang agar mayit dapat mengadap

kiblat dengan sempurna juga memiliki makna yaitu gelu/rasa kecewa

melambangkan agar orang yang meninggal tidak gelu/rasa kecewa karena

Page 87: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

sudah mati dan orang yang hidup agar tidak gelu/rasa kecewa karena ditinggal

mati oleh salah satu keluarganya. Kemudian tali wangsul yang digunakan

untuk mengikat pocong tersebut memiliki makna bahwa yang mati sudah

kembali kepada Allah/wangsul marang Gusti. Dan tumpeng ungkur-ungkur

mempunyai makna bahwa orang yang mati sudah tidak kembali lagi kedunia.

Ritual dalam prosesi pemakaman tersebut merupakan kebiasaan yang

dilakukan oleh masyarakat bukan berasal dari agama. Walaupun ada beberapa

yang berasal dari ajaran agama seperti mengurus, memandikan, mengkafani,

menyolatkan, menguburkannya dan mendoakannya. Mereka melakukannya

untuk mempermudah mengumpulkan dan mengajak warga berdoa bersama dan

silaturrahmi. Karena para warga tidak akan mungkin menyempatkan diri untuk

berkunjung ke satu-persatu rumah-rumah warga untuk silaturrahmi. Karena

kebanyakan warga sudah disibukkan dengan kegiatan masing-masing yang

menyebabkan kelelahan sehingga tidak mungkin berkunjung ke rumah warga

apabila tidak ada kepentingan. Hanya segelintir warga yang melakukan

silaturrahmi tersebut, hal itu dilakukan karena suntuk di rumah ingin mencari

udara segar, dan setelah dari warung yang melewati perkumpulan warga yang

berada di teras rumah salah satu warga maka menyempatkan sebentar untuk

mampir.

Ketika masyarakat melakukan acara 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari,

1000 hari, dan seterusnya merupakan alat ukur untuk mengetahui dan

mengingatkan kepada yang hidup bahwa mayat yang dikuburkan mengalami

kerusakan, serta untuk mengenang dan mengingat atas kematiannya. Hal-hal

Page 88: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

tersebut hanyalah tradisi yang dilakukan masyarakat bukan berasal dari ajaran

agama Islam.

Ritual dalam adat tersebut dari segi sosial dan budaya sangatlah

berguna untuk masyarakat, karena dari segi sosial banyak masyarakat yang

datang ke rumah duka memberikan energi positif/semangat bagi tuan rumah

karena sudah mau menyempatkan diri dari kesibukkannya untuk hadir dalam

acara kenduri. Dari segi budaya bagi masyarakat sangat bervariasi dalam

menafsirkan makna yang terdapat dalam prosesi pemakaman. Karena dari

budaya yang dilakukan sudah menjadi kebiasaan masyarakat, budaya yang

terkandung di dalam adat pemakaman sebenarnya sangat memilki makna yang

mendalam seperti yang dijelaskan oleh ibu Nur bahwa:

Telusupan yang dilakukan adalah memberikan jalan untuk yang meninggal

agar diberi kelancaran karena keluarga yang ditinggalkan sudah ikhlas atas

kepergiannya, sawuran bermakna bahwa memberikan saku agar tidak kembali

pulang dan agar tidak menjadi roh yang gentayangan, sentir bermakna

memberikan jalan terang kepada mayit tersebut, tahlilan bermakna untuk

mendoakannya, benang yang digunakan dalam rangkaian bunga yang tidak

dibundeli/di tali mati bermakna agar perjalanannya lancar. Kalau zaman dahulu

ganjel debok/batang pisang yang ditancapi dengan uang logam setelah selesai

digunakan dalam memandikan untuk meberikan riski bagi orang yang mau

membuangkannya.

Sebenarnya yang dapat memberi saku kepada mayit tersebut bukanlah

beras yang disawurkan namun yang dapat memberinya adalah doa yang

diperuntukkan pada dirinya. Yang memberi jalan terang bukanlah sentir namun

amal perbuatannya yang akan memberi jalan terang. Yang memberi kelancaran

perjalanannya bukanlah benang yang tidak di tali mati namun amal

perbuatannya di dunia. Dan ketika roh sudah lepas dari jasadnya maka tidak

Page 89: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

akan kembali pulang, yang kembali pulang adalah hanya jin yang menyerupai

dirinya.

Masyarakat menggunakan budaya tersebut hanya untuk menyimbolkan

saja agar masyarakat dapat lebih berfikir lagi tentang maksud dan tujuan dari

simbol-simbol yang terdapat di dalam adat tersebut. Sebenarnya maksud dari

makanan yang berupa apem, jadah, dan pisang hanyalah merupakan sebuah

adat yang masih dilaksanakan oleh masyarakat sampai sekarang ini dan apabila

tidak dilaksanakan sebenarnya tidak apa-apa.

Page 90: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Prosesi Adat Pemakaman Pada Masyarakat Desa Pager Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2014

Ketika salah satu keluarga ada yang meninggal dunia, maka pihak

keluarga akan mengadakan prosesi pemakaman yang diwujudkan dalam

serangkaian prosesi perawatan jenasah dan prosesi pemberangkatan jenasah ke

pemakaman. Kemudian dilakukan tahlilan pada hari-hari tertentu.

1. Waktu Penyelenggaraan Prosesi Pemakaman

Ketika ada seorang warga yang meninggal dunia, maka hal yang

pertama dilakukan oleh keluarga atau orang terdekat yang mengetahuinya

adalah mengkondisikan jenasah untuk memejamkan mata apabila belum

terpejam, menutup mulutnya apabila masih terbuka, dan menutup

tubuhnya dengan kain sambil menunggu modin datang ke rumah.

Dikatakan oleh ibu Nur (27-12-2014) bahwa:

Awale wong mati kuwi lak napase nyendal-nyendal, terus pripate

ngono kae, terus lak ditat/dipas-paske, tutukke nak rodok plongoh terus

ditaleni, terus dimeremke, terakhire diseuceni, dipocong, dioshlokatke,

terus diterke ning pemakaman.

Sebelum modin datang ke rumah duka, akan mengumumkan

terlebih dahulu melalui pengeras suara yang berada di masjid agar para

warga masyarakat mengetahui bahwa ada kabar duka/lelayu, serta agar

para warga segera datang ke rumah duka untuk membantu prosesi

pemakaman. Para warga berusaha agar jenasah segera dimakamkan.

Page 91: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Keluarga yang ditinggalkan hendaknya sabar dan menyerahkan

semua kepada Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqarah

ayat 156-157:

“(156) (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka

mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (Sesungguhnya

Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali)”. (157)

Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari

Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

(Mushaf, 2014:24)

Beberapa orang bergegas ke pemakaman untuk mempersiapkan

liang lahat. Beberapa orang mengambil keranda/bandhoso di makam, dan

beberapa orang lainnya membeli uborampe yang diperlukan seperti kain

mori sak perangkat, kembang setaman sak perangkat, papan sak

perangkat, dan menyiapkan perlengkapan untuk merawat jenasah serta

yang lainnya menyiapkan tempat untuk memandikan dan menyolatkan,

ada yang menyiapakan tempat untuk para pelayat yang datang, bahkan ada

yang menyiapkan makanan yang akan di kirim ke makam untuk para

penggali makam dan menyiapkan makanan ringan seperti roti dan permen

untuk para pelayat yang hadir.

Ketika menunggu tempat untuk memandikan siap, modin

menggunting pakaian yang masih melekat dibadannya, agar ketika

memandikan lebih mudah. Sesudah itu, jenasah ditutupi kain jarik agar

auratnya tidak terlihat. Setalah semuanya siap tiga atau empat orang

Page 92: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

mengangkat jenasah untuk dimandikan ke tempat yang sudah disediakan.

Tempat yang digunakan dalam memandikannya biasanya disiapkan diluar

rumah atau dihalaman yang tempatnya memungkinkan untuk

memandikan. Tempat memandikannya dikelilingi oleh tabir dari kain jarik

atau kain yang panjang dan lebar yang memungkikan untuk menutupi

jenasah agar tidak terlihat oleh banyak orang ketika memandikannya, kain

tersebut dibentangkan dan dipegangi oleh tetangga di ujung-ujungnya yang

saling berjejeran, disamping jenasah diletakkan sebuah drim

(gentong)/tempat penampungan air. Dikatakan oleh ibu Tukirah (27-12-

2014) bahwa:

Nak pas ngedusi saiki kuwi gur gawa sampo mbi sabun, nak wong

biyen mbah-mbah buyut do nggunakke godong kelor, merang di bakar,

godong dadap serep gawe nyabuni mayite kuwi.

Dikatakan oleh ibu Siti (27-12-2014) bahwa: Debok ling cacahe

pitu ling digunakke gawe ganjel pas ngedusi kuwi fungsine gur gawe

ganjel ben gampang ling ngedusi.

Jenasah diletakkan di atas keranda yang sudah ditatani

debok/batang pisang sebagai alasnya. Dalam memandikan jenasah hal

yang pertama dilakukan adalah membersihkan kotoran-kotoran yang

didalam tubuhnya agar keluar. Setelah kotoran-kotaran tersebut keluar dan

dibersihkan maka prosesi memandikan jenasah dapat dimulai. Ketika

memandikan jenasah hendaknya orang yang memandikannya dapat

menjaga rahasia jenasah tersebut, sebagaimana sebuah riwayat:

Page 93: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

رب و )زا اث بج(١غع أ ا

“Hendaklah yang memandikan jenasah-jenasah itu orang-orang yang

jujur dan dapat dipercaya.” (HR.Ibnu Majah).

Memandikan jenasah dimulai dari ujung kepala sampai ujung kaki tanpa

terputus-putus dengan menyiram seluruh tubuhnya pada bagian yang

kanan terlebih dahulu kemudian bagian yang kiri.

ب )زا اجبز( ض ا ضغ ا ب ١ب إثدأ ث

“Mulailah dengan bagian-bagian yang kanan dan anggota-anggota

wudhu.” (HR. al-Bukhori).

Dalam menyiram jenasah dilakukan secara perlahan-lahan dan tubuhnya

disabun, kemudian dibilas hingga bersih dengan air yang jernih, dan yang

terakhir jenasah diwudhukan. Kemudian air yang masih melekat di

tubuhnya dilap dengan handuk. Yang berhak memandikan adalah keluarga

yang satu mahram dan sesama lelaki apabila jenasah tersebut lelaki, atau

sesama perempuan apabila jenasah tersebut perempuan. Apabila yang

meninggal anak di bawah usia 10 tahun maka ketika memandikan biasanya

dipangku oleh satu atau dua orang saja. Ketika prosesi memandikan

jenasah berlangsung, modin memotong-motong kain kafan yang disiapkan

di atas dipan/tempat tidur. Setelah prosesi memandikan selesai, jenasah

diletakkan di atas dipan tersebut, dalam mengkafani jenasah lubang-

lubang yang ada ditutupi dengan kapas yang sudah diolesi dengan minyak

wangi. Kain kafan yang digunakan adalah kain yang berwarna putih bersih

dan dalam keadaan yang baik, sebagaimana dalam sebuah riwayat:

Page 94: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

ب خ١س ث١ب ث اج١ب ض فب ش١ب ثى ا جع ا رب و ب ا ف١ وف ى

)زا ازسر ١س(

“Pakailah olehmu kain putihmu, karena sesungguhnya kain putih itu

sebaik-baik kainmu, dan kafanilah mayatmu dengan kain putih itu.”

(Riwayat Tirmidzi dan lain-lain)

جب ثس لب ي ز وف )زا ع(ػ ١ذع اخب ف ادد و اذ اوف ي الل يلع هللا ىلص ظ

Dari Jabir, “Rasulullah saw, berkata, “Apabila salah seorang dari kamu

mengafani saudaranya, hendaklah kafannya dibaikkan.” (Riwayat

Muslim).

Setelah selesai mengkafani, tubuh jenasah yang sudah terbalut kain kafan

tersebut disemproti minyak wangi agar bau dari jenasah dapat tersamarkan

dan jenasah dipindahkan ke atas keranda agar setelah selesai menyolatkan

dapat segera diusung ke pemakaman. Keranda tersebut dihias dengan

rangkaian bunga yang dironce oleh ibu-ibu. Setelah selesai mengkafani,

bapak modin mengabarkan kepada orang-orang agar segera berwudhu

untuk melaksanakan sholat jenasah secara berjamaah, bagi warga yang

datang terlambat biasanya melaksanakan sholat jenasah sendirian atau

menunggu yang lainnya. Sholat jenasah yang dilakukan berjamaah yang

dipimpin oleh modin, apabila bapak kiyai rawuh biasanya yang

mengimami adalah beliau atau yang dituakan dan ahli dalam bidang ini,

serta ketika menyolatkan hendaknya ikhlas dalam mendoakannya. Ketika

menyolatkan jenasah tempat yang digunakan adalah rumahnya atau di

masjid/mushola tergantung permintaan dari keluarga dengan

mempertimbangkan jarak rumah dengan masjid/mushola.

رب اػ )زا اث ب ج(ص و

Page 95: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

“Shalatkalah olehmu orang-orang yang mati.” (Riwayat ibnu Majah)

ا ص ١ذ فبخ ا ػ ١ز اذ اص يلع هللا ىلص اج س٠سح ل اث اد ػب )زا ػ

أثدادااث دجب(

Dari Abu Hurairah Nabi saw berkata, “Apabila kamu menyolatkan mayat,

hendaklah kamu ikhlaskan doa baginya.” (Abu Dawud dan Ibnu Hibban).

Setelah disholatkan kemudian jenasah diusung dengan dipikul ke halaman

rumah. Apabila yang meninggal anak-anak yang usianya masih dibawah

sepuluh tahun maka tidak perlu menggukan keranda cukup

dibopong/digendong Sebagaimana sebuah riwayat:

ب فئ ا ت اعس٠س و ثج ١ذ ارجغ جبشح ف دلب ي عؼ اث ػ

اث ب ج(اعخ )زا

Dari ibnu Mas‟ud. Ia berkata, “Barang siapa yang mengikuti jenasah,

maka hendaklah memikul pada keempat penjuru keranda, karena

sesungguhnya cara yang demikian itu termasuk Sunnah Nabi Saw.”

(Riwayat Ibnu Majah)

Di halaman rumah modin atau perwakilan keluarga mengucapkan terima

kasih atas semua yang hadir yang telah membantu kelancaran dalam

prosesi-prosesi tersebut dan memintakan maaf atas kesalahan-kesalahan

almarhum, serta menanyakan apakah almarhum masih memiliki hutang-

piutang atau tidak kepada warga agar hal tersebut segera terselesaikan dan

tidak membebani/memberatkan almarhum di alam kubur.

د ؼمخ ثد٠ ؤ : فط ا ي هللا يلع هللا ىلص س ٠سح لب ي ز ظ اث ػ ز ٠مض ػ

أدد ازسر()زا

Page 96: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Dari Abu Hurairah. Rasulullah Saw telah berkata, “Diri orang mukmin

itu tergantung (tidak sampai ke hadirat Allah) karena utangnya, hingga

dibayar dahulu utangnya itu (oleh keluarganya).” (HR. Ahmad dan

Tirmidzi)

Kemudian warga masyarakat menjawab bahwa mereka memaafkan segala

kesalahan almarhum dan menyatakan bahwa almarhum adalah orang yang

baik selama hidupnya.

Selanjutnya adalah prosesi pemberangkatan ke pemakaman yang

diiringi oleh keluarga dan para pelayat (tetangga) yang telah hadir sejak

awal maupun yang baru datang setelah selesai dari pekerjaannya. Dalam

prosesi pemberangkatan tidak diperbolehkan menangisi dengan histeris

atas kematian anggota keluarganya, karena akan memberatkannya ketika

di alam kubur dan harus bersikap ikhlas atas kepergiannya.

Dikatakan oleh ibu Nur (27-12-2014) bahwa: Sebelum jenasah

diberangkatkan ke makam dilakukan prosesi brobosan/slup-slupan yang

melambangkan bahwa keluarga ikhlas untuk melepas kepergiannya, yang

dilakukan di halaman rumah.

Brobosan/slup-slupan tersebut dilakukan sebanyak tiga kali atau

tujuh kali putaran tersebut searah dengan jarum jam. Namun dalam prosesi

brobosan/slup-slupan yang terjadi dalam masyarakat terkadang tidak

dilakukan karena tergesa-gesa untuk dibawa kepamakaman karena para

pemikul keranda merasa tidak kuat atas berat badan dari jenasah tersebut.

Setiba di pemakaman, jenasah dikeluar dari keranda dan diturunkan

kedalam liang lahat dengan dibantu para tatangga yang diarahkan oleh

modin dan kuncen makam. Dikatakan oleh bapak Syamsudin (01-01-2015)

bahwa:

Page 97: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Liang lahat yang di buat dengan kedalaman 2meter, lebar 2 meter dan

panjangnya sekitar 80-90cm, atau warga sering menyebutnya dengan sak

dedek sak pengawe, yang digali memanjang dari arah utara ke selatan,

mayat tersebut diletakkan ditengah. Masyarakat sering menyebutnya

dengan sebutan jugangan.

Kemudian perlahan-lahan tanah mulai ditimbunkan ke bawah.

Setelah kuburan tersebut sempurna maka bapak modin membacakan talkin

yang berbahasa arab. Dikatakan oleh bapak Syamsudin (01-01-2015)

bahwa:

Talkin yang dibacakan bertujuan untuk memberikan peringatan kepada

yang masih hidup bahwa suatu hari nanti akan meninggal, dan pada saat

meninggal di dalam kuburnya setelah semua orang pergi malaikat akan

datang untuk bertanya diantara pertanyaan tersebut adalah menanyakan

tentang siapa Tuhanmu, siapa Nabimu, apa agamamu, apa kiblatmu,

siapa pemimpinmu, dan siapakah saudara-saudaramu.

2. Prosesi Setelah Pemakaman

Sepulang dari pemakaman jenasah orang-orang yang turut ikut

mengantarkannya bergegas mandi untuk menghilangkan kotorang yang

melekat dibadan dan untuk menghilangkan sawan (pengganngu gaib) yang

dapat mengganggu keluarga atau dirinya, serta untuk mendatangi

undangan dari keluarga almarhum untuk datang dalam acara surtanah

sesaat sepulang dari pemakaman. Undangan tersebut biasanya

dilaksanakan setelah pulang dari pemakaman atau pada ba‟dho magrib dan

tergantung dari permintaan dari keluarga almarhum.

a. Prosesi Ngesur Tanah/Surtanah

Ngesur tanah merupakan prosesi yang diselenggarakan pada saat

hari meninggalnya seseorang. Prosesi ini diselenggarakan setelah

pemakaman selesai. Surtanah dilakukan pada sore hari, dan apabila

Page 98: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

pemakamannya selesainya sampai malam hari maka surtanah tidak

dilakukan melainkan langsung acara tahlilan. Setelah utusan yang

diutus oleh keluarga mendatangi rumah-rumah warga yang diundang

maka tetangga yang mendapat undangan tersebut segera datang ke

rumah duka saat itu juga.

Di Desa Pager prosesi surtanah biasanya dihadiri sekitar 15 atau

20 orang tergantung permintaan dari keluarga almarhum. Hal tersebut

dikarenakan keterbatasan tuan rumah dalam menyiapkan masakan

untuk kendurian dalam waktu yang singkat. Masakan yang disiapkan

dalam surtanah adalah tumpeng ungkur-ungkur. Surtanah dilaksanakan

pada sore hari atau ba‟dho ashar sekitar pukul 16.00, dan malam

harinya adalah acara tahlilan. Apabila seseorang meninggalnya pukul

14.15 WIB dan seselai pemakamannya pada pukul 17.40 WIB maka

langsung dilakukan surtanah bersamaan dengan acara tahlilan yang

dilaksanakan pada ba‟dho magrib, serta orang yang telah hadir akan

membawa pulang sego kenduren/nasi berupa nasi komplit dengan lauk-

pauknya. Surtanah yang dilakukan oleh sebagian muslim adalah untuk

menghormati tanah/bumi yang digunakan untuk tempat pemakaman

seseorang tersebut.

b. Telung Dinonan

Sebenarnya telung dinonan/tiga hari yang dilakukan oleh

masyarakat adalah untuk menghormati orang yang meninggal tersebut

dan mengingatkan pada yang masih hidup bahwa sesudah tiga hari

Page 99: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

mayat tersebut sudah mulai terjadi pembusukkan. Sehingga masyarakat

melakukan acara kirim doa kepada yang meniggal tersebut.

Telung Dinonan dilaksanakan pada hari ketiga meninggalnya

seseorang. Dalam acara telung dinonan diisi dengan acara tahlilan.

Undangan yang datang ketika mereka pulang akan diseri sebuah berkat.

Berkat tersebut biasanya berupa bahan mentah seperti beras 2 liter, 2

mie instan, 2 telur ayam mentah. Sedangkan para bapak-bapak yang

datang mengisi acara tahlilan dengan membaca surat Yasin dan dzikir

bersama yang dikhususkan untuk arwah almarhum agar mendapat

ampunan dari Allah dan diparingi jembar kubure. Acara dalam tahlilan

biasanya dimulai sekitar pukul 20.00 sampai selesai kurang lebih

sekitar pukul 21.30 bahkan terkadang samapi pukul 22.00 dikarenakan

para bapak-bapak yang datang hanya baru sedikit sehingga waktu

memulainya menjadi terlambat.

Ada kejadian ketika acara memperingati 3 hari kematiannya

para undangan tidak ada yang hadir hanya sekitar 5 orang saja yang

hadir itupu yang datang hanya tetangga samping rumahnya dan sanak

keluarganya, bahkan sanak keluarganya yang datang karena terpaksa

yang tidak enak karena masih saudara kandung. Hal tersebut terjadi

karena pihak keluarga tidak mau guyub rukun sesama tetangga. Hanya

mementingkan egonya saja, yang beranggapan bahwa dirinya mampu

melakukan apa saja dengan sendiri tanpa bantuan tetangga. Sehingga

para tetangga yang sakit hati atas tingkah lakunya tersebut tidak mau

Page 100: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

hadir, dan mengajak para tetangga yang lainnya untuk tidak hadir dalam

acara tahlilan tersebut agar orang tersebut sadar atas perbuatan yang

terlalu egois. Namun, hal tersebut tidak dapat menyadarkannya bahkan

orang tersebut semakin egois/congkak. Bahkan orang tersebut berkata

“mbok nganti kiamat aku ora arep layat nak ning RT… kene enek wong

mati”/apabila ada yang meninggal di RT sini samapi kiamat dia tidak

akan datang. Sehingga ketika acara 7 hari para warga semakin jengkel

dan kompak dengan warga lainnya untuk tidak datang ke acara tersebut

karena tingkah lakunya yang tidak mau rukun sama tetangga.

Dalam pelaksanaan acara-acara tersebut di atas adalah sama, dan

masyarakat Pager menyebutnya dengan kenduren. Kenduri diadakan

atas perintah tuan rumah dengan mengutus seorang warga untuk atur-

atur (mengudang) warga yang sudah didata oleh tuan rumah. Utusan

tersebut biasanya seorang laki-laki yang dianggap mampu dalam

menyampaikan undangan tersebut dengan sopan dan mendatangi

rumah-rumah warga yang diundang. Biasanya orang yang atur-atur

mendapat tukon rokok/imbalan bagi orang lain, apabila utusan tersebut

masih kerabat dekat biasanya tidak mau menerima imbalan tersebut.

3. Deskripsi Singkat Tentang Sedekah Atau Slametan

Dalam siklus kematian seseorang pada umumnya akan diadakan

upacara pemakaman untuk menghormati almarhum yang terakhir kalinya

oleh keluarga. Sedekah atau slametan yang diadakan oleh keluarga

almarhum bertujuan untuk ngirim dongo untuk almarhum dan para leluhur

Page 101: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

atau para keluarga yang lebih dahulu telah meninggal dunia. Di dalam

slametan khususnya orang Jawa adalah suatu perjamuan makan seremonial

sederhana.

Sedekah yang dilakukan dalam acara kematian seseorang bertujuan

untuk memnitakan ampun kepada Allah agar diringankan siksa kuburnya.

Karena dalam kegiatan sedekahan biasanya di isi dengan acara tahlilan,

membaca surat Yasiin, dzikir dan doa bersama yang diperuntukkan untuk

arwahnya agar di alam kubur tidak mebdapat siksa dan mendapat

pengampunan dari Gusti Pangeran. Pendapat dari Mbah Yatemi tentang

sedekah adalah

Yang diperuntukkan untuk orang tersebut adalah untuk

makanannya di alam kubur agar tidak kelaparan. Walaupun bukan

makanan dalam sedekah itu yang dia makan melainkan doa yang dikirim

sebagai makannya.

Apabila ketika mengadakan sedekah banyak orang yang tidak

berangkat maka pada dirinya sendiri akan bertanya-tanya mengapa orang-

orang tidak hadir dalam acara tersebut, seperti yang dikatakan oleh saudari

Aminah (27-12-2014) bahwa:

Ketika tahlilan yang datang hanya sedikit maka kita harus ngaca

diri sendiri, kenapa orang-orang yang diundang yang datang hanya

sedikit, apa yang salah dengan diriku.

Namun terkadang hal yang dilakukan oleh warga untuk

menyadarkan orang tersebut dengan tidak hadir dalam acara tersebut tidak

membuatnya sadar untuk mengoreksi dirinya. Slametan yang dilakukan

oleh warga dalam acara sedekahan bertujuan untuk memintakan

Page 102: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

keselamatan kepada Allah karena ditinggal salah satu keluarganya

meninggal dunia. Tujuan lain adalah agar rohnya selamat dari pertanyaan

kubur dan agar tidak mengganggu orang yang masih hidup.

Dalam acara sedekah/slametan diisi dengan acara tahlilan. Tahlilan

selain bertujan untuk berdoa dengan membaca tahlil juga dimaksudkan

untuk memberikan sedekah kepada yang lain dengan tujuan untuk

mendapat pahala dari sedekah tersebut.

B. Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Prosesi Adat

Pemakaman Pada Masyarakat Ds. Pager, Kec. Kaliwungu, Kab.

Semarang

Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam prosesi adat

pemakaman pada masyarakat desa Pager kecamatan Kaliwungu kabupaten

Semarang tahun 2014 meliputi :

a. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

1. Nilai Aqidah

Kenyakinan bahwa yang memberikan umur manusia dan yang telah

menjaga roh dalam jasad manusia adalah Allah yang Maha Pemberi

Hidup merupakan nilai aqidah dalam prosesi pemakaman di Desa

Pager.

2. Nilai Ibadah

Dalam prosesi pemakaman di Desa Pager saat dilaksanakan prosesi

perawatan jenasah mulai dari memandikan, memngkafani,

menyolatkan, memberangkatkan jenasah dalam usungan sambil

Page 103: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

melafadzkan la illaha illallah sampai ke makam dan acara tahlilan

dalam prosesi slametan yang bertujuan medoakan arwah almarhum

merupakan suatu bentuk ibadah yang bertujuan untuk memohonkan

ampun kepada Allah atas dosa-dosa almarhum yang telah meninggal

dunia.

3. Nilai Syukur

Rasa syukur adalah ungkapan terima kasih kepada Allah atas umur

yang telah diberikan kepada manusia. Untuk itu janganlah menyia-

nyiakan umur yang telah diberikan. Karena umur yang telah diberikan

Allah kepada manusia tidak ada yang tahu kapan umur tersebut akan

berakhir.

4. Dzikir

Dzikir artinya adalah ingat. Tujuan dzikir adalah untuk mengingat

Allah, dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dzikir dilakukan

dengan melafadzkan asma-asma Allah dan membaca ayat-ayat Allah

dalam Al Qur‟an. Di dalam prosesi pemakaman dzikir dilakukan secara

bersama-sama ketika mendoakan jenasah sebelum dikebumikan dan

dalam acara tahlilan, dengan membaca surat Yasin dan doa-doa yang

dikhususkan untuk arwah almarhum.

5. Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak yang terdapat dalam prosesi pemakaman ini adalah:

Sopan santun yang terlihat dari tata cara perawatan jenasah harus

hati-hati dan perlahan-lahan ketika akan mengangkat jenasah

Page 104: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

ataupun ketika memandikannya, serta tempat yang digunakan dalam

memandikan harus tertutup agar aurat jenasah tidak terlihat dan tetap

terjaga.

Bersabar atas ujian yang diberikan oleh Allah dengan kepergian

salah satu anggota keluarga yang disayangi untuk selama-lamanya.

Menasehati keluarga yang ditinggalkan oleh almarhum agar lebih

tegar dalam mengadapi ujian ini.

Sikap menghormati yang dilakukan oleh keluarga yang terdapat

dalam prosesi brobosan, dengan tujuan untuk menghormati

almarhum dan untuk menunjukkan keikhlasan atas kepergian orang

yang dicintainya untuk selam-lamanya.

Sikap saling maaf-memaafkan yang terlihat dari masyarakat

memberikan maaf atas segala kesalahan almarhum baik yang

disengaja maupun yang tidak disengaja, yan disampaikan oleh

keluarga sebelum jenasah diberangkatkan ke pemakama.

Menjalin silaturrahmi, yang dilakukan oleh masyarakat yang hadir

dalam layatan tersebut untuk mempererat tali silaturrahmi yang

ditunjukkan dengan saling berjabat tangan antara keluarga dengan

pelayat maupun pelayat atar pelayat lainnya.

Sikap tulus ikhlas, yang ditunjukkan oleh warga masyarakat yang

hadir dalam membantu proses kelancaran prosesi pemakaman tanpa

pamrih.

Page 105: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Pesan moral, yang tersiarat didalam prosesi-prosesi tersebut agar

semuanya mendoakan para orang tua atau orang-orang yang

tersayang yang telah lebih dulu meninggal dunia untuk

mendoakannya, dan dalam pidato singkat yang disampaikan ketika

jenasah akan diberangkatkan ke makam agar mengingat bahwa

kematian akan datang menjemput.

Menghibur keluarga dan saudara atas kepergian almarhum dengan

mendatangi rumah duka walau hanya sekedar untuk berjabat tangan

dengan keluarga itu sudah memberi dorongan motivasi baginya dan

mengurangi kesedihannya.

Bersedakah, yang dilakukan dalam prosesi pemakaman ini

dilaksanakan ketika acara kenduri. Sedekah tersebut berupa makanan

yang sudah dimasak maupun makanan yang berwujud barang

mentah.

Membaca Al-Qur‟an, yang dilakukan ketika mendoakan jenasah

dengan membaca surat Yasin, yang dikhususkan untuk arwahnya

agar mendapat ampunan dari Allah.

Merawat jenasah, merupakan ibadah yang hukumnya fardhu kifayah.

Hal tersebut mengajarkan kita untuk merawat orang lian walaupun

orang lain tersebut sudah meninggal dunia.

Berdoa merupakan sebuah cara untuk meminta dan memohon

kepada Allah, bukan hanya meminta dan memohon untuk diri sendiri

melainkan juga dapat meminta dan memohonkan untuk orang lain

Page 106: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

yang dikhususkan untuk orang yang sudah meninggal maupun untuk

orang yang belum meninggal.

b. Nilai-Nilai Pendidikan Sosial

1. Nilai Gotong Royong atau Kerjasama

Rasa gotong royong dalam prosesi pemakaman ini terlihat dari para

pelayat atau para tetangga yang datang untuk membantu segala urusan

yang diperlukan dalam perawatan jenasah, karena keluarga almarhum

tidak akan bisa memenuhi kebutuhan tersebut dengan sendiri. Para

tetangga yang datang akan membantu untuk menyiapkan yang

diperlukan dalam memandikan, mengkafani, menyolatkan,

pemberangkatan jenasah ke makam, mempersiapkan liang lahat, dan

prosesi slametan atau surtanah yang dilakukan setelah prosesi

pemakaman selesai.

Para tetangga bergotong royong saling membagi tugas tanpa harus

dikomando, mereka sudah paham apa yang akan dikerjakan. Para

tetangga ada yang mempersiapkan kain kafan, air yang diperlukakan

dalam memandikan, tempat untuk menyolatkan, mempersiapkan liang

lahat yang digali secara bergantian, ada yang menyiapkan rangkaian

bunga untuk menghias keranda/bandoso, dan lain sebagianya yang

dikerjakan secara bersama-sama tanpa pamrih. Karena orang Jawa

berprinsip guyup rukun agawe sentoso (kerukunan akan menciptakan

kesentosaan), jika mereka rukun kepada tetangga maka ketika

Page 107: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

kesusahan datang melanda akan ada orang yang akan menolongnya

seperti ketika ada salah satu keluarga yang meninggal.

2. Nilai Persatuan Dan Kesatuan

Prosesi pemakaman yang dilakukan di Desa pager yang

diselenggarakan mempunyai peran dalam menggalang rasa persatuan

dan kesatuan warga setempat. Rasa persatuan dan kesatuan warga

masyarakat setempat dinyatakan dalam pembagian tugas dalam

mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam prosesi

pemakaman tersebut tanpa ada rasa iri hati. Semuanya dilakukan secara

bekerja sama. Jika dalam persiapan dan pelaksanaan prosesi

pemakaman dilakukan tanpa ada rsa persatuan dan kesatuan antar

warga masyarakat maka pelaksanaannya akan memakan waktu yang

lama karena keluarg alamarhum tidak dapat melakukan semuanya

dengan sendiri. Sebagai contoh ketika jenasah akan diberangkatkan ke

pemakaman dengan usungan atau keranda/bandoso yang dipikul secara

bergantian hingga sampai kepemakaman yang mencerminkan rasa

persatuan dan kesatuan tanpa memandang status orang dikulnya.

Mereka melakukan hal tersubut dengan suka rela, karena mereka

merasa tidak akan bisa hidup sendiri, bahkan ketika matipun mereka

masih membutuhkan orang lain untuk mengantarkannya ke

pemakaman.

Page 108: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

3. Nilai Musyawarah

Musyawarah dalam prosesi pemakaman dilakukan untuk membahas

kapan jenasah akan dimakamkan, dan dimana akan dimakamkan, hal

tersebut dilakukan agar prosesi pemakaman dapat segera dilaksanakan

secepat mungkin karena mereka kasihan terhadap jasad kasar almarhum

jika tidak segera dimakamkan.

4. Nilai Pengendalian Sosial

Nilai pengendalian sosial terlihat dari pidato yang disampaikan oleh

modin atau orang yang ahli dalam bidangnya yang memberi pesan

moral kepada warga masyarakat yang hadir agar menghilangkan rasa

dengki, dendam, dan sebagainya terhadap almarhum yang bertujuan

untuk saling memaafkan dan untuk menghilangkan kesenjangan sosial

atau pertengkaran yang terjadi diantara warga dengan almarhum atau

dengan warga lainnya agar tercipta kerukunan antar sesama tanpa

memandang status kasta, karena ketika sesorang meninggal dunia

semua sama dihadapan Allah yang membedakannya hanya amal

perbuatannya dan ketika jasad di usung dalam keranda tidak akan ada

lagi yang bisa dilakukannya selain mananti apa yang akan terjadi di

alam kubur.

5. Tolong Menolong

Tolong menolong yang dilakukan para tetangga dalam membantu

segala prosesi yang ada dalam prosesi pemakaman tersebut berdasarkan

welas asih karena tetangganya sedang mendapat kesripahan. Sehingga

Page 109: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

mereka datang dengan keikhlasan tanpa memperhitungkan untuk

mendapat imbalan atas tenagan dalam membantu. Hal tersebut terlihat

ketika menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan dalam perawatan

jenasah, dan ketika para ibu menyiapkan masakan untuk acara kenduren

dan untuk dikirim ke bapak-bapak yang membantu dalam menggali

liang lahat dimakam. Serta membantu dalam mencari kembang setaman

untuk dirangkai apabila bunga untuk rangkaian kurang.

6. Saling Hormat-Menghormati

Saling hormat-menghormati didalam bermasyarakat sangatlah perlu

karena, apabila kita tidak menghormati lingkungan masyarakat maka

kita tidak akan dihormati oleh lingkungan masyarakat.

7. Nilai Kearifan Lokal

Dalam prosesi pemakaman di desa Pager ini terdapat nilai kearifan

lokal yang dapat dilestarikan, hal tersebut terlihat dari guyub rukunnya

para warga yang hadir dalam prosesi tersebut. Mereka saling bergotong

royong dalam melaksankan tugas masing-masing tanpa harus

dikomando oleh keluarga almarhum. Mereka melaksanakan tugas-tugas

tersebut dengan hati yang tulus. Sebelum melaksanakan prosesi

pemakaman tersbut para warga terlebih dahulu bertemu dengan

keluarga walaupun hanya sekedar bersalaman, bagi keluarga almarhum

hal tersbut sudah memberikan kesan tersendiri dengan datangnya para

warga yang saling berjabat tangan dengan keluarga yang telah

memberikan semangat moral untuk lebih tabah dalam mengadapi

Page 110: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

kenyataan hidup yang harus dijalaninya tanpa hadirnya seseorang yang

dicintainya karena harus menghadap Sang Illahi.

c. Hikmah-Hikmah Dalam Prosesi Pemakaman Di Desa Pager

Dalam prosesi tersebut ada hikmah-hikmah teladan hidup yang

dapat diambil, diantaranya:

1. Dalam prosesi pemakaman tersebut mengingatkan manusia akan maut

yang pasti akan datang menjemput dan akan memperlihatkan amal

perbuatan manusia dari kejadian-kejadian yang terjadi dalam

pemakaman yang tidak dapat dipikirkan oleh akal manusia seperti

kejadian-kejadian aneh yang terjadi dalam pemakaman.

2. Mengingatkan manusia akan alam kubur sebagai tempat penantian

manusia menuju alam akhirat. Dimana alam akhirat manusia akan

dibangunkan dari alam kubur untuk mempertanggungjawabkan segala

perbuatan-perbuatanny selama di dunia.

3. Untuk mengingatkan manusia agar tidak memikirkan dunia saja,

melainkan harus memikirkan akhirat dimana manusia akan kekal abadi

disana. Untuk itu harus mempersiapkan sangu atau bekal dengan

bersedekah, beramal shaleh, infaq, zakat, dan lain-lainnya untuk

mengambil manfaatnya kelak di akhirat.

4. Adanya rasa taqwa dan hormat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

kebesaran dan kekuasaan-Nya yang terlihat dari kegiatan doa bersama

atau ngaji yang dilakukan sebelum jenasah dimandikan dan sebelum

jenasah disholatkan, hal tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh

Page 111: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

warga sebagai ungkapan bela sungkawa atas kepergian almarhum dan

untuk mendoakan almarhum agar diringankan di alam kubur, serta

sebagai penghibur untuk keluarga atas hadirnya para warga yang

menyempatkan untuk datang walupun hanya sekedar bersalaman.

5. Mengambil suri tauladan yang terdapat di dalamnya, karena setiap

manusia pasti akan menemui ajal. Namun, ajal tersebut tidak ada yang

tahu kapan akan menjemput. Untuk itu, selama hayat masih dikandung

badan maka persiapkanlah segala bekal untuk di bawa ketika mati,

bukan materi yang di bawa saat mati melainkan amal shaleh yang hanya

bisa di bawa dan hanya hal tersebut yang dapat menolongnya dari siksa

kubur.

6. Terciptanya kerukunan antar warga masyarakat yang melebur menjadi

satu dalam prosesi pemakaman, karena mereka sadar bahwa suatu saat

mereka pasti akan merasakan hal yang sama atau merasakan kematian.

Sehingga, ketika mereka masih diberi kesempatan hidup mereka

menyempatkan untuk hadir ke rumah duka walaupun hanya sekedar

bersalaman dengan keluarga almarhum.

7. Adanya rasa kebersamaan dan persatuan yang dilakukan warga

masyarakat sehingga mengurangi rasa individualisme dan keegoisan

antar warga yang terlihat dari kegotongroyongan antar warga dalam

membantu prosesi pemakaman agar segera cepet terselesaikan.

8. Adanya sikap memanusiakan manusia yang terlihat dari cara mengurusi

jenasah dengan hati-hati dan telaten karena mereka menganggap

Page 112: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

jenasah tersebut masih bisa merasakan sakit sehingga hal-hal yang

terkait dengan jenasah dilakukan dengan hati-hati.

9. Mengajarkan tentang rasa syukur atas karunia Allah yang telah

memberikan umur kepada manusia untuk memanfaatkan umur tersebut

dengan sebaik mungkin. Karena, ketika ruh keluar dari jasad dan jasad

menjadi kaku maka sudah tidak ada lagi hal-hal yang dapat dilakukan.

d. Nilai-Nilai Negatif Dalam Prosesi Pemakaman Di Desa Pager

Selain mengandung nilai-nilai positif juga masih banyak nilai-nilai

negatif yang timbul dari prosesi pemakaman yang dilaksanakan oleh

masyarakat, diantaranya:

1. Mubazir

Kenduri yang dilaksanakan pada malam hari menyebabkan makanan

yang sudah dimasak menjadi mubazir karena pada malam hari nafsu

makan sudah berkurang dan tidak jarang undangan yang datang sudah

makan dari rumah.

2. Menggosip

Tidak jarang para ibu yang datang di acara pemakaman/layatan

menggosip dengan ibu-ibu yang lainnya. Bahkan ketika mengantarkan

jenasah ke pemakaman satu atau dua orang pasti ada yang mengobrol

sendiri.

3. Mencela

Hal ini terjadi apabila dalam proses penggalian makam ada kejadian

yang aneh. Para warga yang mengetahuinya pasti akan mencela tentang

Page 113: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

hal-hal yang pernah diperbuat oleh almarhum semasa hidupnya. Dan

keluarga almarhum tidak rukun kepada tetangga atau tidak srawung

karo lingkungan biasanya warga yang datang akan aras-arasen/malas-

mlasan karena tidak pernah pirukun mbi tonggo teparo.

4. Berbicara Sendiri

Ketika mengantarkan jenasah ke pemakaman ada beberapa orang yang

asyik mengobrol sendiri. Bahkan ketika menunggu jenasah di

masukkan ke liang lahat pun masih ada yang sibuk berbicara hal-hal

yang kurang penting.

Page 114: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Prosesi yang terdapat dalam adat pemakaman di desa Pager Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2014 meliputi waktu

penyelenggaraan prosesi pemakaman yang ditandai dengan berita lelayu

atau kabar duka yang disampaiakan melalui pengeras suara. Prosesi

perawatan jenasah, dimulai dengan mengkondisikan jenasah, kemudian

memandikan. Kemudian jenasah dikafani/didandani untuk dipocong.

Setelah selasai kemudian disholatkan secara berjamaah atau sholat sendiri.

Persiapan sebelum pemberangkatan jenasah yaitu mempersiapkan segala

sesuatu yang dibutuhkan seperti rangkaian bunga, menyiapkan beras kuning

yang dicampur dengan uang logam untuk sawuran, payung kertas, kendi,

dan sentir untuk di bawa dalam iring-iringan ketika jenasah diberangkatkan

ke pemakaman, serta papan penutup dan papan nisan. Pemberangkatan

jenasah ditandai dengan jenasah diusung ke halaman dan bapak modin

menyampaikan sebuah pidato. Sebelum jenasah diberangkatkan ke makam

dilakukan prosesi brobosan yang dilakukan sebanyak tiga atau tujuh kali

searah jarum jam. Setibanya di pemakaman jenasah dikeluarkan dari

keranda dan diturunkan ke dalam liang lahat dengan dibantu oleh warga dan

kuncen makam. Luas liang lahat disesuaikan dengan tinggi jenasah kira-kira

dengan kedalaman 2 meter, lebar 2 meter dan panjangnya sekitar 80-90cm.

Jenasah tersebut diletakkan miring dengan posisi kepala disebelah utara

Page 115: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

menghadap kiblat. Kemudian jenasah diletakkan ke dalam liang tersebut.

Untuk menjaga agar jenasah tidak bergeser maka sisi-sisinya ditaruh

bongkahan-bongkahan tanah yang disebut dengan gelu. Jumlah gelu

tersebut berjumlah tujuh atau berjumlah ganjil. Kemudian tali pengikatnya

dilepaskan dan kainnya agak dibuka sedikit agar pipi dan telinganya tampak

dan menyentuh tanah. Kemudian adzan dan iqomat dikumandangkan serta

penutupnya ditata rapi seiring tanah pemakaman ditimbunkkan. Setelah

kuburan tersebut sempurna maka bapak modin akan membacakan talqin

dengan berbahasa arab.

2. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalm budaya Jawa terutama

dalam adat pemakaman pada masyarakat Pager kec.Kaliwungu

kab.Semarang tahun 2014 meliputi nilai aqidah bahwa yang memberikan

umur manusia dan yang telah menjaga roh dalam jasad manusia adalah

Allah yang Maha Pemberi Hidup merupakan nilai aqidah dalam prosesi

pemakaman di Desa Pager. Nilai ibadah dalam pemakaman tersebut yaitu

mendoakan dan memohonkan ampun merupakan bentuk ibadah. Nilai

syukur adalah ungkapan terima kasih kepada Allah atas umur yang telah

diberikan kepada manusia. Dzikir yang artinya adalah ingat, tujuannya adala

untuk mengingat Allah dengan melafadzkan asma-asma Allah ketika

membaca ayat-ayat Allah dalam Al Qur‟an. Pendidikan akhlak yang

terdapat dalam prosesi pemakaman ini adalah sopan santun, bersabar,

nasehat, sikap menghormati, sikap saling memaafkan, menjalin silaturrahmi,

sikap tulus ikhlas, pesan moral, menghibur keluarga yang berduka,

Page 116: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

bersedekah, membaca Al Qur‟an, perawatan jenasah, dan berdoa.

Pendidikan sosial diantaranya adalah gotong royong, persatuan dan

kesatuan, musyawarah, pengendalian sosial, tolong menolong, hormat-

menghormati, dan pendidikan kearifan lokal.

Hikmah-hikmah dalam prosesi pemakaman di desa Pager diantaranya

adalah mengingatkan manusia akan ajal yang akan datang, mengingatkan

alam kubur, mengingatkan manusia agar tidak memikirkan dunia saja, dapat

mengambil suri tauladan, terciptanya kerukunan antar warga, adanya rasa

kebersamaan, sikap memanusiakan manuisa, dan mengajarkan rasa syukur

atas karunia yang telah diberikan-Nya. Serta nilai-nilai negatif dalam

prosesi pemakaman di desa Pager diantaranya adalah mubazir, menggosip,

mencala, dan berbicara sendiri.

B. Saran

1. Dalam realitas kehidupan bermasyarakat, hendaknya setiap warga saling

mengormati dan menghargai dalam satu masyarakat agar terciptanya

keharmonisan masyarakat, walaupun terdapat perbedaan dalam berpendapat

mengenai tradasi dalam prosesi pemakaman.

2. Bagi tokoh masyarakat Desa Pager perlu menyampaikan dan mengajarkan

kandungan nilai pendidikan yang terkandung dalam prosesi adat

pemakaman yang ada, agar masyarakat dapat menerima pesan yang

terkandung didalam prosesi tersebut sehingga tidak terjadi salah pengertian.

Page 117: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

3. Perlunya masyarakat untuk lebih teliti atas apa yang dilakukan dalam

prosesi tersebut sehingga mau mencari tahu tentang sesuatu yang belum

diketahuinya.

4. Masyakat harus lebih teliti lagi dalam membedakan antara ajaran agama

Islam dengan adat istiadat jangan mencampur adukkannya.

C. Penutup

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang

telah memberikan kekuatan, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Shalawat serta

salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini. Penulis menyadari

meskipun dalam penelitian ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun

dalam penulisan ini tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan. Hal itu semata-

mata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif dari

berbagai pihak demi perbaikan yang akan datang untuk mencapai

kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis

mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi

sumbangsih kepada penulis, baik berupa tenaga maupun doa. Semoga

mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Page 118: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1993. Islam dan Kebudayaan Indonesia (Dulu, Kini, Dan

Esok). Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal.

Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Ahmadi, Abu, Drs. Noor Salimi. 1991. MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama

Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Al-Abfasyi, M.Athiyah. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:

Bulan Bintang.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

(edisirevisi IV). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azra, Azyumardi. 1999. Esai-Esai Intelektual Muslim Pendidikan Islam. Jakarta:

Wacana Ilmu.

1999. Pendidikan Islam (Tradisi Dan Modernisasi Menuju

Melenium Baru). Jakarta: Wacana Ilmu.

Chafidh, M.Afnan. A.Ma‟ruf Asrori. 2007. Tradisi Islam (Panduan Prosesi

Kelahiran-Perkawinan-Kematian). Surabaya: Khalista.

Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (DEKDIKBUD). 1989. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Departemen Agama RI. 1999. Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Revisi Terbaru).

Semarang: Asy-Syifa‟.

Page 119: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1983. Ilmu

Pendidikan Islam Proyek Pembinaan PTA/IAIN Jakarta.

Djaelani, Bisri M. 2008. Indahnya Kematian. Yogyakarta: Insan Madani.

Fattah, Munawir Abdul. 2011. Tradisi Orang-Orang NU. Yogyakarta: Pustaka

Pesantren.

Gazalba, Sidi. 1988. Islam Dan Kesenian (Relevansi Islam Dengan Seni-Budaya

Karya Manusia). Jakarta: Pustaka Alhusna.

Geertz, Cilifford. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Yogyakarta:

Pustaka Jaya.

1995. Kebudayaan Dan Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Hidayat, Komariddin. 2006. Psikologi Kematian (Mengubah Ketakutan Menjadi

Optimisme). Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika).

Huda, Miftahul. 2008. Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur‟an Mendidik Anak.

Yogyakarta: Sukses Offset.

Jalaluddin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jamil, Abdul, Abdurrahman Mas‟ud, Amin Syukur, dkk. 2002. Islam dan

Kebudayaan Jawa.Yogyakarta: Gama Media.

Kartodirdjo, Sartono. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Koentjoroningrat. 1974. Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitet Dan

Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia.

Langgulung, Hasan. 1985. Pendidikan Dan Peradaban Islam. Jakarta: PT

MahaGrafindo.

Page 120: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

1986. Manusia Dan Pendidikan (Suatu Analisa Psikologi

Dan Pendidikan). Jakarta: Pustaka Al Husba.

Liliweri, Alo M.S. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya.

Yogyakarta: LKiS.

Magnis, Frans. SusenoS.j. 1984. Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi Tentang

Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Maman, U.Kh, M.Deden Ridwan, dkk.2006. Metodotologi Penelitian Agama

Teori Dan Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Materi Ujian Komprehensif (UKL). Program Studi Agama Islam (PAI). STAIN

SALATIGA.

Moelong. Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.

Bandung: Rosda Karya.

Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif (Upaya

Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu Dan Pendidikan Islam).

Yogyakarta: Putaka Pelajar.

Mulyana, Deddy. Jalaluddin Rakhmat. 1993. Komunikasi Antar Budaya.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mushaf An-Nahdlah.2014. Al-Qur‟an dan Terjemahan. Jakarta : PT Hati Emas.

Nata, Abuddin, M.A. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Nawawi, Imam. 1992. Hadits Arba‟in An Nawawi. Bandung: Husaini

Page 121: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Partokusumo, Karkono Kamajaya. 1995. Kebudayaan Jawa, Perpaduannya

Dengan Islam. Yogyakarta: Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI DIY).

Poedjawijatna. 1983. Manusia Dengan Alamnya. Jakarta: Bina Aksara.

Rasjid, Sulaiman. 2010. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Rasyidi, Al. Dr.Samsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan

Historis, Teoritis Dan Praktis) Edisi Revisi. Jakarta: PT Ciputat Press

Roqib, Moh. 2007. Harmoni Dalam Budaya Jawa (Dimensi Edukasi Dan

Keadilan Gender). Purwokerto: STAIN Purwokerto Press.

Simuh. 1996. Transformatif Tasawuf Islam Ke Mistik Jawa. Yogyakarta: Yayasan

Bentang Budaya.

Simuh. 2003. Islam Dan Pergumulan Budaya Jawa. Jakarta: Teraju.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. UI-PRESS

Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Arruzz.

Sukanto M.M. 1994. Dinamika Islam dan Humaniora. Indika Press.

Sulaeman, Munandar. 1995. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: PT

Eresco.

Suparlan, Parsudi. 1984. Manusia, Kebudayaan, Dan Lingkunganya. Jakarta: CV.

Rajawali.

Suprayogo, Imam. Drs. Tobroni, M.Si. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-

Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suyono, Capt.R.P. 2009. Dunia Mistik Orang Jawa (Roh, Ritual, Benda Magis).

Yogyakarta: LKis.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Page 122: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Zuharini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: BumiAksara.

http://filsafat.kompasiana.com/2013/06/13/religi-orang-jawa-masa-akulturasi-

budaya-jawa-agami-jawi-gerakan-mistik-magic-ilmu-kebatinan-serta-memahami-

konstruksi-sosial-tradisi-islam-lokal-568544.html.

Diakses Pada Tanggal 28 Agustus 2014 pukul 13:07 WIB.

http://jogjacultural.blogspot.com/2013/04/aspek-aspek-keagamaan-dalam-

upacara.html. Diakses Pada Tanggal 1 September 2014 Pukul 12:21 WIB.

Page 123: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

LAMPIRAN

Page 124: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

PEDOMAN WAWANCARA

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Pekerjaan :

4. Hari/Tanggal :

5. Waktu/Jam :

B. Sasaran Wawancara

1. Prosesi-prosesi yang terdapat dalam adat pemakaman di Desa Pager.

2. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya Jawa terutama

dalam adat pemakaman pada masyarakat Desa Pager.

C. Butir-Butir Pertanyaan

1. Apakah anda tahu prosesi-prosesi apa saja dalam adat pemakaman?

2. Apa yang anda ketahui tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung

dalam prosesi adat pemakaman?

3. Apa alasan masyarakat Desa Pager sampai sekarang masih melaksanakan

prosesi adat tersebut?

4. Apa saja makanan yang disertakan dalam prosesi pemakaman tersebut?

Mengapa harus seperti itu?

5. Bagaimana pendapat anda terhadap orang-orang yang tidak melakukan hal

serupa?

6. Bagaimana pendapat anda tentang tahlilan yang diadakan sesudah prosesi

pemakaman?

7. Apa saja manfaat dari adat pemakaman yang dapat anda ambil?

8. Bagaimana perasaan anda ketika anda mengadakan acara pemakaman yang

datang hanya sedikit?

9. Menurut anda apakah dalam prosesi adat pemakaman ada yang tidak sesuai

dengan tuntunan Agama Islam?

Page 125: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Trankrip Wawancara

Nomer Data : 01

Nama : Ibu Yatemi

Usia : 75 Tahun

Pekerjaan :Buruh Tani

Hari/tanggal : Sabtu, 27-12-2014

Waktu/jam : 08:40 WIB

Hasil wawancara :

Prosesi pas wong mati yaiku diwacakke tahlil, fatehah lan dijalukke

pangapura, dipamitke. Prosesine kuwi diwudhoni disik, didusi disik, di sholatke,

terus diulesi disholatke lak di gawa ning makam. Pas ngedhusi di ganjel debok

cacahe pitu ki gur ge lemek bar kuwi dituncepi duwit, nak kuwi ora reti maksute

gur wong tua biyen yo ngono kuwi. Mergo warga ijek klakoni koyo ngono kuwi

mergone hukume wajib miturut wong kuno-makuno, nak ora klakoni lak wong

saiki kuwi to. Nak disik wong mecah kendi ki ning jero kubure kuwi ben angen-

angenne ambyar mergo ditakokki malaikat, dalan ling dilewati disaponi ben

dalane padang, terus nak sawuran ki disebar ben godo rencana ben do lungo,

setan-setane mulakkno disawuri.

Wong saiki kuwi wis do ora klakoni mergone wis do duwe acara dewe-

dewe ning salokke ijek nggunakke koyo ngono kuwi. Nak disik dalane disaponi

mbi gowo tontor ben padang. Kembang cacahe ganjil mergone nak hurung alum

kembang kuwi mau ijek jalukke pangapuro. Ritual koyo ngono kuwi mau wis enek

ket jaman aku cilik kawit kuno-makunane. Surtanahan ling ge gendurenan nak

Page 126: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

jaman biyen gawa sego terus lawohane gawa ingkung. Sego kuwi mau ge ngopahi

ling do kendurenan. Enek sego golong kuwi maksute ben golong gumilik ling urip

kuwi, terus tumpeng seger ben seger awakke ling ditnggalke.

Pas pitung dino, 40 dino lan sak piturute kok gowo gedang kuwi

maksudte wong biyen kuwi ben ge teken, ketan kuwi ge lemek gogok kuwi jarene,

terus apem kuwi ge paynungan kuwi miturut wong biyen nak jaman saiki kuwi wis

ra masuk akal, nak wong biyen kuwi nyate barang kuno kok.

Pas ngundang wong ra do teko pas kendurenan ki loro atine, ngopo kok ra

do teko, ning nak ra teko yo ra po-po. Jadah, gedang, apem ling digunakke kuwi

mau gur miturut wong tua biyen ning nyatane ket saiki ijek digunakke. Wong kuno

biyen kuwi ling ngencok-ngencokke ki ngono kuwi.

Nak wong disik pas ngedusi kuwi gowo godong kelor, dadap serep,

wedak, londho (merang dibakar ge sampo). Telusupan dilakoni ben ra wedi mbi

wong mati, mbi ben ora keno sawan, gagar mayang kuwi mertandani ijek legan.

Gelu ki maksudte ben ora gelo. Nak tai wangsul kuwi ben isoh tangi. Nak talkin

kuwi mau ben entuik pangapura marang Gusti.

Maksudte dienekke geblak, telung dino, pitung dino, lan sak piturute kuwi

tujuane dongakke, mergone ning jero kubur ben ora bingung mulakno

didongakke, lan dijalukke pangapura. Terus pendhak taun diprengeti utawa

ngekoli.

Page 127: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Trankrip Wawancara

Nomer Data : 02

Nama : Ibu Siti Komsah

Usia : 58 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hari/tanggal : Sabtu, 27-12-2014

Waktu/jam : 18:25 WIB

Hasil wawancara :

Prosesi gon wong mati kuwi ling pertama mayit diujurke ngalor,

lak disuceni, diwudhoni, lak dikafani, lak disholatke, lak diwacakke tahlil, lan

yassin ;lak mangkat. Nak nilai-nilai pendidikanne gon koyo ngono kuwi aku ora

reti. Terus nak roncean kembang cacahe ganjil, mecah kendi, sawuran, debok

cacahe pitu terus lebar digunakke dituncepi duwit kuwi aku ora reti maksudte lan

tujuane mergone nak layat aku gur nggogok ning pawon. Nak panganan ling

digunakke gon surtanahan kuwi biasane gawa tumpeng marep-mungkur ling

disigar dadi loro terus ditoto cedi-ceditan/marep mburi nak maksudte aku yo ora

reti, terus sego golong ben golong gumilik, terus tumpeng seger ben ling urip

diparingi kewarasan, tumpeng asahan/ambengan nak maksudte panganan kuwi

mau aku yo ora reti.

Debok ling cacahe pitu ling digunakke ge ganjel pas ngedusi kuwi

fungsine gur ge ganjel ben gampang ling ngedusi. Nak debok ling dituncepi duwit

kuwi mau aku ora reti maksudte, nak sawuran kuwi lak beras kuning dicampur

kunir terus diwadahi takir terus ling nyawurke lak pak modin ning maksudte opo

aku yo ora mudeng. Nak bongsokoyo ngono kuwi ki aku ora reti, nak di arani

Page 128: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

wajib ning yo ora wajib dilakoni. Nak koyo ngono kuwi lakyo manut adete wong

tua biyen kuwi to. Maksudte tahlilan aku yo ora pati mudeng mergone aku gur

makmum gur nelu-melu kancane, meh jelaske wedi nak keliru. Nak pas ngundang

wong tahlilan/kenduren wong-wong kok do ora mangkat mergone gemang, mbuh

gemang mergo ora setuju karepe ling duwe omah, apa gemang mergo sibuk, op

gemang mergo ora pro mbi tanggane, terus isoh juga mergo ora podo mbi

kemantepanne alirane ning nak diterri kenduren yo ditampa.

Aku ora reti op ae ling ora podo/sesuai ning adat pemakaman mbi ajara

Islam. Ning nak tulusupan kuwi dilakoni mergone wis pertemuan terakhir. Nak

gelu kuwi ge bantal, nak maksudte aku ora reti. Slametan dienekke ben sak

keluarga diparingi keslametan. Maksudte telung dino, lan sak piturute kuwi lak

gur peringatan ben ora lali mergone wis adate. Sak jerone telung dino kuwi

sukmone ijek ning jero ngomahg mulakno nak guwak banyu panas ojo sak nggon-

nggon.

Nak biaya sedekahan kuwi bervariasi tergantung kemampuane, kari wujud

barang mentah op matengan. Nak apem kuwi pinagka payunge, gedang kuwi ge

teken nak jadah kuwi ge bantale jare ila-ilane wong tuo biyen koyo ngono kuwi.

Nak pas ngedusi kuwi saiki gur sabun mbi sampo. Nak biyen gowo godong kelor,

merang/londho, mergone saiki wis golekkane angel.

Manfaate sak kabehane kuwi sokben kabeh podo klakoni koyo ngono kuwi

mau, ning mbuh podo po rane yo ora reti. Ling penting rukun. Terus nak enek

layatan nak isoh mangkat mergone nak ora ngetok ki ngetoro, terus nak layat

kuwi yo entuk ganjaran.

Page 129: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Trankrip Wawancara

Nomer Data : 03

Nama : Ibu Tukirah

Usia : 73 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hari/tanggal : Sabtu, 27-12-2014

Waktu/jam : 19:05 WIB

Hasil wawancara :

Prosesi wong mati kuwi diujurke ngalor/kiblat, dilurubi, diadusi, di ulesi,

disholatke, didongakke. Terus nak pas ngedusi saiki kuwi gur gowo sampo mbi

sabun, nak wong biyen/mbah-mbah buyut do gunakke godong kelor, merang

dibakar, godong dadap serep. Terus debok ling digunakke kuwi gur ge ganjel, nak

wis lebar dituncepi duwit maksudte yo mbuh wong biyen ngono kuwi, lak wong

saiki kuwi gur melu-melu wong tuo biyen. Mergone wong tua biyen yo ngono

kuwi.

Nak kendi kae nine disangokke ben ambyar. Ambyar apane aku yo ora

reti, nak biyen pas plaku ning kaman kuwi dalane disaponi ben padang ling plaku

kuwi wong biyen. Nak sawur beras kuning kuwi ge sawur ning dalan-dalan kae

to, ling nyawurke pak modine, maksudte kuwi nine wong biyen yo gur ge sawur.

Nak saiki lak gur tiru-tiru simbah-simbah biyen. Nak enek wong ling klakoni koyo

ngono kuwi yo ora ngopo-ngopo ning nyatane ijek do gunakke.

Pas kenduren wong-wong do ra mangkat yo ora ngopo-ngopo. Paling lagi

do sibuk. Terus nak pas kondangan/kenduren kae gowo tumpeng ungkur-

Page 130: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

ungkur/marep mungkur kae maksudte ge sedekahan. Maksudte dienekke telung

dina, pitung dina lan sak piturute kuwi ge sedekah. Maksudte dienekke telung

diino, pitung dino lan sak piturute kuwi ge ngirim leluhur sing wis ora enek kuwi.

Terus nak hurung patang puluh dino kuwi arwahe ijek ning ngomah, mulakno nak

guwak banyu panas ojo sak nggon-nggon. Terus panganan ling ge pas telung

dino, pitung dino lan sak piturute kuwi mau maksudte, apem kuwi ge payung,

gedange kuwi ge tekenne wong mati, lan jadahe kuwi fungsine ge tetel bobrok

maksudte ling ijek urip ben ora dol-dolan barang-barang sing ditinggalke wong

mati kuwi mau. Koyo ngono kuwi mau gur nine wong tua biyen nak wong sak iki

gur melu-melu. manpaate soko ngirim-ngirim dongo kuwi mau kanggo awakke

dewe ben di paringi bagas waras.

Page 131: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Trankrip Wawancara

Nomer Data : 04

Nama : Ibu Nur Lailiyah

Usia : 32 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hari/tanggal : Sabtu, 27-12-2014

Waktu/jam : 20:15 WIB

Hasil wawancara :

Awale wong mati kuwi lak napase nyendal-nyendal, terus pripate

ngono kae, terus di tata/dipas-paske, nak rodok plongoh terus ditaleni, terus

pripate dimeremke, terakhire disuceni, dipocong, disholatke, terus diterke ning

pemakaman. Nak nilai pendidikanne aku ora pati gagas.

Maksudte debok cacahe ganjil terus nak pas ganti jarik ling teles kok

gowo godong gedang aku ora reti maksudte, ning mesti enek maksudte gur aku

ora pati paham. Terus nak pas ngedusi ling ijek gowo godong-godongan ning

kene gur siji loro, yo gur gowo banyu biasa wae. Pas kronce kembang, bolahe ora

dibundeli kuwi ila-ilane wong tua ora ilok, maksudte arwahe ben lancar ben ora

mandek pas perjalanane. Gelu ling digunakke kuwi ge ganjel sirahe ben posisine

pas madep kiblat. Mergo gunakke gelu kuwi mergone awakke dewe kan soko

lemah mulakno di bantali gowo lemah.

Nak telusupan kuwi nak ninggalke anak-cucu, terus nak sawuran kan

memang dilakoni pas pemberangkatan, ning deso kene kan ora nganti segitunya

Page 132: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

koyo ling ning plosok, nak ning deso ling rodok plosok kan ling layat barang yodo

gowo beras kuning di canpur duwit receh mbi kembang terus disawurke nak pas

mangkat.

Telusupan nak menurutku kuwi ge memberi dalan nggo mbahne ben ora

gendoli/wis ikhlas. Nak sawuran sak ngertiku kuwi ngekki sangu mbi wong mati

kuwi mau ben ora bali mulih/ben ora klambrang, maksudte wong jowo-jowo

biyen ki ngono kuwi. Nak sentir kae ben padang dalane, nak kendi ling dipecah

aku ora reti maksudte. Terus nak gagar mayang kuwi digunakke kanggo wong

wadon utawa wong lanang ling ijek legan terus dijalukke dongo.

Masyarakat kene ijek mempertahankan koyo ngono kuwi mergone adat

istiadat. Nak pas ngenekke surtanahan kuwi sak mampune sak kuate, nak acara

tahlilan kuwi soko NU ki dianjurke ning nak soko kalangan-kalangan/majelis

liyane kan melarang tahlilan, mergone duweni sudut pandang dewe-dewe. Nak

menurutku tahlilan kuwi sah-sah saja, ling penting niate awakke dewe kuwi niat

dongakke kanggo wong mati kuwi mau, teko lan orane kan ling reti ling Kuasa

sing penting niate.

Pas acara kenduren kok wong ling diundang ora podo teko ning ati ki

kecewa mergone wis diundang kok ora do teko, ning kudu delok situasi disik

mergo udan deres opo mergo barengi acara liyane. Terus nak gawe berkat

jumlahe semono kok ora do mangkat tetep tak terke ning ngomahe wong ling tak

undang kuwi mau.

Talkin mayit kuwi tujuane ge dongakke. Nak ning gone wong kristen yo

ono, ning berbentuk puji-pujian, tapi sak retiku yo gur nyanyi-nyanyi. Tujuane

Page 133: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

slametan kuwi gur ge dongakke, ning nak telung dinonan lan sak piturute kuwi

mau mergo adata istiadat masyarakat. berkatan pas kenduren kuwi, sego golong

kuwi sego gureh, terus ayam nak ling kuat nak ora kuat paling gawa endok,

sambel goreng kentang, terus gorengan. Nak pas telung dino kuwi ora gowo

gedang, jadah, apem, nak wis patang puluh lagi didokokki. Nak ijek telung dino

kan hurung sempat gawene. Maksudte gowo koyo ngono kuwi mau mergone adat

istiadat, kita gak isoh melarang adat istiadat tersebut yang sejak dulu sudah ada.

Nak kanggoku wis diikuti wae adate, ling penting ora musrik.

Page 134: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Trankrip Wawancara

Nomer Data : 05

Nama : Saudari Aminah

Usia : 22 Tahun

Pekerjaan : Swasta

Hari/tanggal : Sabtu, 27-12-2014

Waktu/jam : 21:00 WIB

Hasil wawancara :

Prosesi pas wong mati kuwi ben ora kaku persendiane diolesi menyak ben

gampang disedakepke, terus diadusi, terus dikafani, disholatke. Terus bar kuwi

enek prosesi telusupan, melambangkan keikhlasan mergo ditinggal mati, terus

mecah kendi gur kuwi sak retiku.

Pendidikan ling enek ning adat kuwi mau enek beberapa ajaran gama

Islam ning jerone koyo tabur kembang ling dianjurke agama Islam, ling penting

soko adat ling dilakoni masyarakat ora klakoni kemusyrikan. Nak ora klakoni

adat kuwi mau yo ora ngopo-ngopo. Terus yo ono nilai pendidikane sosial yaiku

do bareng-baren melayat.

Tahilan kuwi isine tentang dongo bareng-bareng. Mergone hurung tentu

dongane salah siji wong dikabulke Gusti Allah mulakno dienekke tahlilan. Ning

pas tahlilan wong ling do teko yo gur do teko tok, mergone hormati tuan rumah

wis diundang lan mergo bedho pemahaman tentang tahlilan. Terus nak pas ling

Page 135: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

diundang kok ling teko gur sitik yo kecewa to, ning kudu ngoco awakke dewe

mergone do ngopo to kok do ora teko, opo mergo enek ling salah mbi awakku.

Slametan kuwi gur dongo ben salmet. Terus masyarakat Pager klakoni

koyo ngono kuwi mau mergone ijek kental mbi adat istiadat, saling menghormati.

Terus nak pas krangke kembang aku yo gur krangke wae ora reti maksud lan

tujuane.

Page 136: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Trankrip Wawancara

Nomer Data : 06

Nama : Bapak Syamsudin

Usia : 63 Tahun

Pekerjaan : Swasta

Hari/tanggal : Kamis, 01-01-2015

Waktu/jam : 18:42 WIB

Hasil wawancara :

Prosesi ling gon wong mati iku disuceni, dikafani, disholatke, nak

kembang pitung warna ling digunakke kuwi gur adat kebiasaan ling dilakoni

masyarakat. terus nak bolah ning roncean kembang ling ora dibundeli kuwi

maksudte diumpamakke arwahe kuwi mau ben gampang ucul/sanepo. Terus nak

telusupan kuwi kanggo menghormati orang tua utowa sedulur ling wis mati.

Terus nak sawuran kuwi maksudte kanggo ngelengke nak wong mati kuwi wis ora

butuhke donya maneh. Terus nembe prosesi pemakaman. Pemakamane kuwi

jerone 2 meter, ambane 2 meter, dowone 80-90cm, supoyo ora mambu. Sisteme

enek loro yaiku mayat didokok samping kulon kuwi disebut liang landak, nak

mayite didokok tengah kuwi disebut jugangan, terus dikekki tand ling wujudte

rupa maesan soko kayu/beton/maejan, maksudte maejan kuwi jan omahe tenan.

Lebar makamke sebagian muslim neganakke acar surtanah, fungsine ge

hormati bumi utwa lemah ling ge ngubur kuwi mau, terus panganan ling

digunakke kuwi yo gur adat. Nak tumpeng ungkur-ungkur ling digunakke kuwi

maksudte wong wis mati ora bakal bali ning donyo maneh. Terus ngenekke acara

Page 137: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

telung dinonan fungsine ge dongakke lan ngelengke lling urip tentang kedadean

ling dialami mayit kuwi mau, mergone mayit kuwi mau ngalami pembusukkan lan

ben gampang ling ngeleng-ngeleng dino kematiane. Terus nak pitung dino kuwi

mayit wis ngalami pembekakan. Terus nak patang puluh dino kuwi mayit wis

dipangan kewan ling ning jero lemah. Nak satus dino kuwi balung-balunge wis

podo ucul dewe-dewe. Nak pendhak pisan lan pendhak pindo kuwi gur ge

ngelengke keluarga ling ditinggalke.

Tahlilan kuwi sak liyane macakke tahlil lan dongo dimaksudkan ge ngekki

sedekahan kanggo wong ling podo teko kanggo tujuan ben entuk ganjaran. Terus

panganan ling digunakke kanggo acara-acara kuwi mau koyo apem, gedang, lan

jadah kuwi gur adat ling ijek dilakoni masyarakat, ora enek maksud-maksudte.

Gunakke gelu kuwi ben mayite langsung bersentuhan mbi lemah, semisal mayite

dikubur gawa peti yo tetp petine dibongkar terus mayite dikekki gelu.

Talkin kuwi fungsine ge ngekki peringatan ling ijek urip nak sok ben

bakale mati, terus nak mati bakal ditakoki moloikat. Nak tali wangsul ling

digunakke kuwi maksudte nak wong mati kuwi wis wangsul ning ngersane Gusti.

Sak kabehane kuwi mau ling penting ojo nganti ngalap berkah/jaluk

tulung mbi ling wong wis mati. Manfaate kanggo wong urip kudu isoh urip ning

masyarakat, kudu isoh srawung. Alesane masyarakat ijek klakoni koyo ngono

kuwi mau mergone melestarikan adat soko nenek moyang. Terus pendidikan lling

enek gon adat kuwi yaikukita kudu isoh hormati wong ling wis mati, lan kudu isoh

bermasyarakat ling apik, kuwi isoh ketok soko gotong royonge wargo. Tradisi-

tradisi kuwi mau ora soko agama, ning soko adat kebiasaan.

Page 138: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman
Page 139: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman
Page 140: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman
Page 141: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Nama : Nurul Hasanah Program Studi : Pendidikan Agama Islam

NIM : 111 10 074 Dosen P.A : Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

Jurusan : Tarbiyah

No Nama Kegiatan Pelaksaan Keterangan Nilai

1.

Orientasai Pengenalan Akademik

Dan Kemahasiswaan (OPAK)

STAIN Salatiga Tahun 2010

25-27 Agustus 2010 Peserta 3

2.

USER EDUCATION (Pendidikan

Pemakai) oleh UPT Perpustakaan

STAIN Salatiga

20-25 September 2010 Peserta 3

3.

Pra-Dm Bedah Film dengan tema

“Nothing Is Imposible In The

World” oleh KAMMI di STAIN

Salatiga

4 Oktober 2010 Peserta 2

4.

Gerbang Masuk GEMA ITTAQO

DenganTema “Ihya‟ Al-Lughoh

„Arobiyah Wa Tanmiyatuha Fi

Jami‟atina Oleh ITTAQO di STAIN

Salatiga

30 Oktober 2010 Peserta 3

5.

Seminar Nasional Pendidikan

Dengan Tema “Membudayakan

Sebuah Pendidikan Berkarakter Ke-

Indonesia-an dalam Pendidikan

formal (Potret Sekolah Alternatif)”

oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan

(HMJ) Tarbiyah STAIN Salatiga

6 November 2010 Peserta

6

6.

Dalam Ceramah Dan Dialog

(CERDIK) Muslimah Dengan Tema

“Muslimah 24 Karat” Oleh Silmi

Community

3 Desember 2010 Peserta 2

7.

National Workshop Of

Entrepreneurship And Basic

Cooperation 2010 oleh Komma

FATAWA di Auditorium STAIN

Salatiga

19 Desember 2010 Peserta 6

Page 142: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

8.

Seminar dengan tema “Heal The

World With Voluntary Servis” oleh

CEC STAIN Salatiga

19 Maret 2011 Peserta 3

9.

Bedah Buku dengan Tema “Ijinkan

Aku Menikah Tanpa Pacaran” oleh

Lembaga Dakwah Kampus (LDK)

STAIN Salatiga

14 Mei 2011 Peserta 2

10.

Seminar Keperempuanan Dengan

Tema “Menumbuhkan Kembali Jiwa

Kekartinian Dalam Ranah Kampus”

Oleh Senat Mahasiswa (SEMA)

STAIN Salatiga

17 Mei 2011 Peserta 3

11.

Sarasehan Keagamaan Dengan Tema

“Membedah Pemikiran dan Gerakan”

di Indonesia oleh Dewan Mahasiswa

STAIN Salatiga

6 Juni 2011 Peserta 3

12.

Seminar Nasional Pendidikan Tema

“Realisasi Pendidikan Karakter

Dalam Kurikulum Pendidikan

Nasional” oleh Himpunan

Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tarbiyah

STAIN Salatiga

20 Juni 2011 Peserta 6

13.

Surat Keterangan LULUS Praktikum

Mata Kuliah “Baca Tulis Al-Qur‟an”

yang diselenggarakan oleh Program

Studi PAI

22 Juni 2011 Peserta 2

14.

Seminar Nasional “Pilar-pilar

Penanggulangan Korupsi di

Indonesia Perspektif Agama,

Budaya, dan Negara” oleh Himpunan

Mahasiswa Jurusan (HMJ) Syariah

STIAN Salatiga

22 Juni 2011 Peserta 6

15.

Public Hearing dengan tema

“Meningkatkan Tatanan Birokrasi

Kampus Yang Berbasis Pada Prinsip-

Prinsip Intergritas” oleh Senat

Mahasiswa STAIN Salatiga

25 Juni 2011 Peserta 2

16.

Sertifikat Praktikum Kepramukaan

Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga 22-27 Juli 2011 Peserta 3

Page 143: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

17.

Surat Keputusan Ketua STAIN

Salatiga tentang “Pengangkatan

Panitia Orientasi Program Akademik

Dan Kemahasiswaan (OPAK)”

sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Salatiga Tahun 2011

8 Agustus 2011 Panitia 3

18.

Workshop Nasional 2 Hari “Bisa

Ngomong Inggris, Kusai 500

Kosakata, Kusai Grammar” oleh He

Instutitute dan K-Rima Institute

11 Desember 2011 Peserta 6

19.

Surat Keterangan Praktikum Mata

Kuliah “Etika Profesi Keguruan”

oleh Program Studi Pendidikan

Agama Islam STAIN Salatiga

10 Februari 2012 Peserta 3

20.

Surat Keterengan Praktikum Mata

Kuliah “Komputer Multimedia”

Yang Diselenggarakan Oleh Program

Studi Pendidikan Agama Islam

STAIN Salatiga

14-15 Februari 2012 Peserta 3

21.

Seminar Nasional Ekonomi Syariah

Tema Ekonomi Syariah : Bukan

Ekonomi Biasa “Penerapan Nilai-

Nilai Syariah Dalam Pratik

Pereokonomian” oleh KSEI

2 Juni 2012 Peserta

6

22.

Seminar Nasional Pendidikan dengan

Tema “Pendidikan Multikultural

Sebagai Pilar Karakter Bangsa” oleh

HMJ Tarbiyah STAIN Salatiga

6 Juni 2012 Peserta 6

23.

Praktikum Mata Kuliah “Perawatan

Jenazah” yang diselenggarakan oleh

Program Studi Pendidikan Agama

Islam STAIN Salatiga

17 September 2012 Peserta 3

24. Seminar Tema “Pencegahan Bahaya

NAPZA, HIV/AIDS, Pergaulan 29 April 2013 Peserta

Page 144: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Bebas Untuk Membentuk Remaja

Tangguh Dan Launching PIK

SAHAJA” Oleh TAZKIA Salatiga

3

25.

Bedah Buku Dengan Tema “Dari

Minder Jadi Super” Oleh Lembaga

Dakwah Kampus STAIN Salatiga

17 Mei 2013 Peserta 2

26.

Sosialisasi & Silaturahim Nasional

Dengan Tema “Sosialisasi UU No.1

Tahun 2013, Peran Serta Fungsi

OJK.” “Peran Pemerintah Dalam

Pengawasan LKM (Lembaga

Keuangan Mikro)” oleh HMJ

Tarbiyah & Syariah STAIN Salatiga

30 September 2013 Peserta 6

27.

Seminar tema “dialog energi dampak

kenaikan tarif dasar listrik terhadap

perekonomian Indonesia solusi

menciptakan listrik murah untuk

rakyat kecil da industri dalam

Negeri” oleh Dewan Mahasiswa

(DEMA) STAIN Salatiga

12 Desember 2013 Peserta 3

28.

Seminar Sarasehan Akbar bersama

Tokoh Nasional dengan tema

“Komitmen Politik Dalam Menata

Arah Masa Depan Bangsa Indonesia”

oleh LDMI

15 Maret 2014 Peserta 3

29.

Has involved in “English Public

Speaking Training‟ Held By

Communicative English Club (CEC)

STAIN Salatiga

31 Mei 2014 Peserta 2

Jumlah 104

Page 145: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Salatiga, 12 Januari 2015

Wakil Ketua III

Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

Moh. Khusen, M.Ag,MA.

NIP. 19741212 199903 1 003

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara pelajaran 02 Telp.(0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

Nomor : Sti.24/K-1/PP.00.9/I-1.1.143/2014 4 September 2014

Lamp : Proposal Skripsi

Hal : Pembimbing dan Asisten

Pembimbing Skripsi

Yth. Prof. dr. mansur, M.Ag.

Assalamualaikum w.w.

Dalam rangka penulisan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana (S.1). saudara

ditunjuk sebagai Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa:

Page 146: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Nama : Nurul Hasanah

NIM : 11110074

Jurussan : Tarbiyah

Judul Skripsi :

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA

(Telaah Prosesi Adat Pemakaman Pada Masyarakat Pager

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2014)

Apabila dipandang perlu Saudara diminta mengoreksi tema Skripsi di atas.

Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan.

Wassalamualaikum w.w.

a.n. Ketua

Wakil Ketua

Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga

Dr. Agus Waluyo, M.Ag.

NIP. 19750211 200003 1 001

Tembusan : 1. Ketua STAIN Salatiga (sebagai laporan)

2. Mahasiswa yang bersangutan

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Tentara pelajaran 02 Telp.(0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

Nomor : Sti.24/K-1/TL.01/2502/2014 Salatiga, 20 September 2014

Lamp : Proposal Skripsi

Hal : Permohonan Izin Peneletian

Kepada

Yth. Kepala Desa Pager

Di Desa Pager. Kec. Kaliwungu. Kab. Semarang

Assalamualaikum w.w.

Yang bertanda tangan di bawah ini, kami menerangkan bahwa :

Nama : Nurul Hasanah

NIM : 11110074

Mahasiswa : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

Jurussan : Tarbiyah

Progdi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Page 147: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Dalam rangka penyelesaian studi Program S.1 di STAIN, diwajibkan memenuhi salah satu

persyaratan yang berupa pembuatan SKRIPSI.

Adapun judul skripsinya adalah :

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat

Pemakaman Pada Masyarakat Pager Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2014)

Dengan Pembimbing : Prof. dr. mansur, M.Ag.

Untuk penyelesain Skripsi tersebut, kami mohon Bapak/Ibu memberi izin kepada mahasiswa

tersebut untuk mengadakan penelitian guna memperoleh data atau keterangan dan bahan yang

diperlukan di Desa Pager, Kec.kaliwungu, Kab. Semarang, mulai tanggal 22 September 2014 s.d

selesai.

Kemudian atas pemberian izin Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih.

Wassalamualaikum w.w.

a.n. Ketua

Wakil Ketua

Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga

Dr. Agus Waluyo, M.Ag.

NIP. 19750211 200003 1 001

Tembusan : 1. Ketua STAIN Salatiga (sebagai laporan)

2. Mahasiswa yang bersangutan

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

KECAMATAN KALIWUNGU

DESA PAGER JL. RAYA BOYOLALI-SIMO KM 07

Kode desa : 3322172006

SURAT KETERANGAN

NOMER : 470/026

Yang bertanda tangan di bawah ini kami Kepala Desa Pager Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah,

menerangkan bahwa :

1. Nama : NURUL HASANAH PEREMPUAN

Page 148: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

2. Temapt dan tanggal lahir : KAB. SEMARANG/ 01 Juni 1992

3. Warga negara : INDONESIA

4. Agama : Islam

5. Pekerjaan : BELUM/TIDAK BEKERJA

6. Tempat tinggal : DSN PAGER. RT.014/RW. 005

7. Surat bukti diri : NIK. 3322174106920001

No. KK 3322170407140002

8. Keperluan :

KETERANGAN TELAH MELAKUKAN

PENELITIAN DIDESA PAGER

9. Berlaku : 11 Januari 2015s/d 10 Februari 2015

10. Keteranga lain : UNTUK KEPERLUAN SKRIPSI

Demikian untuk menjadikan maklum bagi yang berkepentingan.

Pager, 11 Januari 2015

LAPORAN MONOGRAFI KEPENDUDUKAN

DESA : Pager

KECAMATAN : Kliwungu

KABUPATEN : Semarang

KEADAAN BULAN : AGUSTUS 2014

I. DATA PENDUDUK

Warga Negara Republik Indonesia

Laki-Laki : 1.023

Perempuan : 1.032

Jumlah : 2.055

Warga Negara Asing

Laki-Laki : -

Perempuan : -

Jumlah : -

II. JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK USIA

NO KelompokUmur (Tahun) Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. 0 < 1 42 55 97

2. 1 < 5 54 57 111

Page 149: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

3. 6 – 10 80 78 158

4. 11 – 15 86 89 175

5. 16 – 20 84 83 167

6. 21 – 25 85 86 171

7. 26 – 30 90 87 177

8. 31 – 40 153 157 310

9. 41 – 50 167 157 324

10. 51 – 60 110 109 219

11. 60 keatas 72 74 146

Jumlah 1.023 1.033 2.055

III. JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA

NO Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Islam 1.019 1.027 2.046

2. Katholik 2 3 5

3. Kristen 2 2 4

4. Hindu - - -

5. Budha - - -

6. Khonghucu - - -

Jumlah 1.023 1.032 2.055

IV. JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN

NO Jenis Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Tidak Sekolah 102 106 208

2. Playgroup 35 32 67

3. Belum Tamat SD 61 67 128

4. Tidak Tamat SD 43 37 80

5. Tamat SD 265 292 557

6. Tamat SLTP/SMP 203 214 417

7. Tamat SLTA/SMA 246 219 465

8. Tamat Akademi/Diploma 37 33 70

9. Sarjana Keatas 51 52 63

Jumlah 1.023 1.032 2.055

V. JUMLAH PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN

VI.

NO JenisPekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Page 150: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

1. PNS 37 34 71

2. TNI 6 0 6

3. POLRI 3 0 3

4. PegawaiSwasta 82 162 244

5. Pensiunan 24 33 57

6. Pengusaha 8 3 11

7. Bangunan 82 31 113

8. BuruhIndustri 107 104 211

9. BuruhTani 286 255 541

10. Petani 130 82 212

11. Peternak 5 5 10

12. Pedagang 3 12 15

13. Lain-Lain 249 312 561

Jumlah 1.023 1.032 2.055

VII. JUMLAH MUTASI PENDUDUK

NO JENIS

KELAMIN

PINDAH DATANG

AN

TA

R

DE

SA

AN

TA

R

KE

C.

AN

TA

R

KA

B.

AN

TA

R

PR

OP

.

AN

TA

R

DE

SA

AN

TA

R

KE

C.

AN

TA

R

KA

B.

AN

TA

R

PR

OP

.

1. LAKI-LAKI - - - - - - - -

2. PEREMPUAN - - 1 - - - - -

JUMLAH - - 1 - - - - -

VIII. JUMLAH KELAHIRAN DAN KEMATIAN

NO JENIS

KELAMIN KELAHIRAN

KEMATIAN

DIBAWAH 5 TH 5 TH KEATAS

1. LAKI-LAKI 2 - 1

2. PEREMPUAN 1 - 1

JUMLAH 3 - 2

IX. JUMLAH NIKAH. CERAI DAN RUJUK

NO URAIAN JUMLAH KETERANGAN

1. Nikah

2. Cerai -

3. Rujuk -

JUMLAH -

Page 151: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

X. JUMLAH KEPLA KELUARGA

NO URAIAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1. Jumlah Kepala

Keluarga 561 57 618

2. Keluarga yang sudah

mempunyai KK 561 57 618

3. Keluarga yang belum

mempunyai KK - - -

XI. JUMLAH KARTU TANDA PENDUDUK

NO URAIAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1. Penduduk yang wajib

mempunyai KTP 745 765 1.510

2. Penduduk yang sudah

mempunyai KTP 745 765 1.510

3. Penduduk yang belum

mempunyai KTP - - -

XII. JUMLAH CATATAN SIPIL

NO URAIAN LAKI-

LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1. Penduduk Yang Sudah

Mempunyai Akta Kelahiran 716 698 1.414

2. Penduduk Yang Belum

Mempunyai Akta Kelahiran 315 325 640

3. Penduduk Yang Sudah

Mempunyai Akta Kematian 4 3 7

4. Penduduk Yang Belum

Mempunyai Akta Kematian 8 14 22

Page 152: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Pager, 29 Agustus 2014

Kepala Desa Pager

(WACHID HASYIM)

Page 153: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman
Page 154: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

FOTO-FOTO PROSESI DALAM ADAT PEMAKAMAN

Perlengkapan yang digunakan dalam perawatan jenasah dan kapur barus yang

dihaluskan untuk menyamarkan bau dari jenasah

Prosesi pemotongan pengukuran dan pemotongan kain kafan

Page 155: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Tempat untuk memandikan jenasah

Pembuatan liang lahat oleh warga di pemakaman

Page 156: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Prosesi memandikan jenasah yang dibantu oleh warga

Daun pisang yang digunakan untuk mengganti kain yang basah dengan kain yang

kering dan debok pisang yang diselipi uang logam setelah selesai memandikan

Page 157: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Persiapan prosesi pengkafanan

Prosesi pengkafanan yang dibantu oleh saudara yang dipandu oleh modin dan

warga

Page 158: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Prosesi penyolatan jenasah

Bunga untuk tabur dan rangkaian bunga untuk hiasan dikeranda

Page 159: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Penyampaian pidato oleh bapak modin

Beras kuning dan uang logam untuk sawuran dan sebuah payung yang dibawa

warga untuk memanyungi jenasah

Page 160: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Gelu untuk bantalan jenasah dan liang lahat yang ditatani papan/anjang-anjang

Prosesi pemasukan jenasah ke dalam liang lahat

Page 161: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Bapak modin mengumandangankan adzan dan iqomat seiring jenasah dimasukkan

ke dalam liang lahat

Prosesi penguburan jenasah

Page 162: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

Pembacaan taiqin untuk jenasah

Berkat dalam surtanah

Page 163: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/451/1/Nurul Hasanah_1111007… · BUDAYA JAWA (Telaah Prosesi Adat Pemakaman

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA DIRI

Nama : Nurul Hasanah

Tempat dan Tanggal Lahir : Semarang, 1 Juni 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat :Ds.Pager Rt 14 Rw 05, Kec.Kaliwungu,

Kab.Semarang

Jenjang Pendidikan :

- M.I Pager, Kec.Kaliwungu, Kab.Semarang

- SMP Bhinneka Karya Boyolali

- SMA Negeri 2 Boyolali

- STAIN Salatiga Angkatan 2010

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 10 Januari 2015

Penulis,

Nurul Hasanah

NIM : 11110074