proses perhitungan harga pokok produksi …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-ta-beni...

107
UNIVERSITAS INDONESIA PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI AYAM PEDAGING DAN PENILAIAN HEWAN TERNAK PRODUKSI PADA PT. MAIN LAPORAN MAGANG BENI HENDRAWAN 1006811053 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1 EKSTENSI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2013 Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Upload: tranthuan

Post on 05-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

UNIVERSITAS INDONESIA

PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI

AYAM PEDAGING DAN PENILAIAN HEWAN TERNAK

PRODUKSI PADA PT. MAIN

LAPORAN MAGANG

BENI HENDRAWAN

1006811053

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI AKUNTANSI

DEPOK

JANUARI 2013

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 2: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

UNIVERSITAS INDONESIA

PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI

AYAM PEDAGING DAN PENILAIAN HEWAN TERNAK

PRODUKSI PADA PT. MAIN

LAPORAN MAGANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

BENI HENDRAWAN

1006811053

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI AKUNTANSI

DEPOK

JANUARI 2013

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 3: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

ii Universitas Indonesia

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 4: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

iii Universitas Indonesia

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 5: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

iv Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmatnya-Nya, saya bisa sampai tahap untuk menyelesaikan skripsi

ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan laporan

magang, sangatlah sulit bagi saya untuk bisa menyelesaikan laporan magang ini.

Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas segala nikmat dan pelajaran berharga yang diberikannya

selama saya menyusun laporan magang ini.

2. Kedua orang tua saya Sulendro dan Kurniati, atas segala doa yang tidak

pernah putus dan restu yang luar biasa agar saya dapat menyelesaikan

tanggung jawab saya kepada mereka melalui gelar sarjana ekonomi yang

akan saya dapatkan ini. Selain itu kepada seluruh kerabat dan saudara, om

dan tante yang terus memberikan dukungan bagi penulis.

3. Ibu Sri Nurhayati, S.E., M.M., S.A.S., selaku ketua Program Studi

Ekstensi Akuntansi FEUI yang memberikan kemudahan dalam

pengurusan administrasi tugas akhir magang ini.

4. Bapak Firdaus Ahmad Dunia S.E. selaku dosen pembimbing. Terima

kasih telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing

saya dalam penyusunan skripsi ini. Tanpa bapak, tugas akhir saya bukan

apa-apa.

5. Ibu Miranti Kartika Dewi S.E., MBA selaku dosen penguji saat siding

laporan magang.

6. Mas-mas selam, Angga Trisali, Galih Pradana, Rio Aristo, Rendy Rizki,

dan Rizky Gusman yang berjuang bersama dari mulai pertama kali kuliah

ekstensi, belajar bersama, mencari tempat magang, sampai mengerjakan

laporan magang sampai laporan magang ini selesai.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 6: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

v Universitas Indonesia

7. Teman-teman UKF Basket FEUI, Adit Mahendra, Rio Aristo, Sahat

Gabriel, Friski Prima, Agung Wicaksono, dan Louis Sagita yang selalu

yang selalu member dukungan diluar dan didalam lapangan.

8. Teman-teman JFF, terutama kapten Nanda Immanugraha yang berjuang

bersama diseluruh kompetisi baik sepakbola ataupun futsal dan merebut

berbagai gelar juara.

9. Teman-teman di PT. Malindo Feedmill Tbk yang selalu menemani penulis

pada saat masa-masa melakukan kegiatan magang

10. Teman-teman satu angkatan D3 2007 dan S1 Ekstensi angkatan 2010

yang telah berjuang bersama dari awal kuliah sampai proses magang

selesai.

11. Pihak-pihak lain yang langsung maupun tidak langsung membantu yang

tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu dalam penulisan laporan

magang ini.

Penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih mempunyai banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai semua saran dan kritik

yang membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan siapa saja yang membacanya.

Depok, 15 Januari 2013

(Beni Hendrawan)

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 7: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

vi Universitas Indonesia

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 8: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Beni Hendrawan

Program Studi : S1 Ekstensi Akuntansi

Judul : Proses Perhitungan Harga Pokok Produksi Ayam Pedaging dan

Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Laporan magang ini berisi tentang prosedur perhitungan biaya-biaya yang

digunakan PT. MAIN untuk proses produksi dan mengalokasikannya ke dalam

barang produksi ataupun ke dalam aset biologisnya. Selama proses produksi,

perusahaan menetaskan telur-telur tetas menjadi bibit ayam. Bibit ayam ini akan

dibesarkan selama beberapa minggu dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bibit

ayam yang akan dibesarkan dan dijual serta bibit ayam yang akan dibesarkan dan

digunakan untuk melakukan proses produksi kembali. Bibit ayam yang digunakan

untuk memproduksi kembali akan dibesarkan di peternakan Divisi Breeder,

sedangkan bibit ayam yang dibesarkan untuk dijual akan dikirim ke peternakan

Divisi Broiler. Biaya terkait bibit ayam yang dibesarkan untuk dijual kembali

akan ditransfer dari Divisi Breeder ke Divisi Broiler agar memudahkan

menentukan harga pokok produksi dari ayam. Perlakuan atas aset biologis PT.

MAIN telah mengikuti peraturan tentang aset biologis yang telah ditetapkan oleh

Bapepam-LK.

Kata kunci:

proses produksi, biaya, harga pokok produksi, aset biologis

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 9: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

viii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Beni Hendrawan

Study Program : S1 Extention Accounting

Title : Calculation for Cost of Production of Broiler Chicken and

Assessment of Breeding Livestock at PT. MAIN

This internship report contains of costs assessment procedures used by PT. MAIN

for its production processes and allocate it to the production costs of goods or to

the biological assets. During the production process, the company will incubate

the hatching eggs into days old chick. Day old chick will raised for a few weeks

and were divided into two groups, there are days old chick that raised and sold,

and days old chick that raised and used to carry out the production process again.

Days old chick that used to carry out the production process would be raised in

the breeder farms, while days old chick that raised for sale are sent to broiler

farms. Costs related to the days old chick that raised for sale are transferred from

breeder division to broiler division to make easier to determine the costs of

production of chicken. The treatment of biological assets owned by PT. MAIN

has followed the rules of biological assets that have been set by Bapepam-LK.

Key words:

Processes of production, costs, costs of production, biological assets

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 10: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

ix Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Program Magang ............................................................. 1

1.2 Tujuan Program Magang .......................................................................... 2

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang .................................................. 3

1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang ................................................................. 3

1.5 Latar Belakang Pembahasan ..................................................................... 4

1.6 Perumusan Masalah dan Tujuan Pembahasan ........................................... 5

1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................... 5

2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ....................................................... 7

2.1 Profil PT. MAIN dan Anak Perusahaan .................................................... 7

2.2 Visi, Misi, dan Tujuan PT. MAIN dan Anak Perusahaan .......................... 7

2.3 Kegiatan Usaha dan Produk ...................................................................... 9

2.4 Struktur Organisasi ................................................................................. 10

3. LANDASAN TEORI ................................................................................... 13

3.1 Harga Pokok Produksi ........................................................................... 13

3.1.1 Pengertian Biaya .......................................................................... 13

3.1.2 Klasifikasi Biaya .......................................................................... 14

3.1.3 Pengertian Harga Pokok Penjualan ............................................... 18

3.1.4 Unsur-Unsur Harga Pokok Penjualan ............................................ 19

3.1.5 Metode Perhitungan Harga Pokok ................................................ 19

3.1.5.1 Job Order Costing ........................................................... 20

3.1.5.2 Process Costing ............................................................... 21

3.2 Harga Ternak Produksi .......................................................................... 22

3.2.1 Pengertian Aset Biologis ............................................................... 22

3.2.2 Karakteristik Aset Biologis .......................................................... 23

3.2.3 Jenis Aset Biologis ....................................................................... 24

3.2.4 Pengklasifikasian Aset Biologis ................................................... 26

3.2.5 Pengukuran Aset Biologis ............................................................ 26

4. AKTIVITAS DAN ANALISIS PELAKSANAAN MAGANG .................. 30

4.1 Gambaran Proses Produksi Perusahaan .................................................. 30

4.1.1 Proses Produksi Telur Tetas .......................................................... 30

4.1.2 Proses Produksi Day Old Chick .................................................... 31

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 11: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

x Universitas Indonesia

4.1.3 Proses Pemeliharaan Ayam Peternak............................................. 31

4.1.4 Proses Pemeliharaan Ayam Pedaging ............................................ 32

4.2 Harga Pokok Produksi PT. MAIN ......................................................... 32

4.2.1 Komponen Biaya ......................................................................... 34

4.2.2 Arus Produksi .............................................................................. 39

4.2.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi ............................................... 40

4.2.4 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi .................................. 43

4.3 Hewan Ternak Produksi PT. MAIN ....................................................... 44

4.3.1 Klasifikasi Hewan Ternak Produksi ............................................. 44

4.3.2 Meode Pencatatan Hewan Ternak Produksi .................................. 44

4.3.2.1 Pencatatan Hewan Ternak Produksi Belum

Menghasilkan .................................................................. 45

4.3.2.2 Pencatatan Reklasifikasi Hewan Ternak Produksi Belum

Menghasilkan menjadi Hewan Ternak Produksi Telah

Menghasilkan .................................................................. 46

4.3.2.3 Pencatatan Deplesi Pada Hewan Ternak Produksi ........... 47

4.3.3 Perhitungan Nilai Hewan Ternak Produksi ................................... 48

4.3.4 Perbedaan Metode Pencatatan Aset Biologis Berdasarkan

IAS 41 dan peraturan yang DIterapkan PT. MAIN ....................... 49

5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 51

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 51

5.2 Saran ..................................................................................................... 52

5.2.1 Saran untuk Program Ekstensi Akuntansi FEUI ........................... 52

5.2.2 Saran untuk PT. MAIN ................................................................ 53

DAFTAR REFERENSI .................................................................................. 54

LAMPIRAN .................................................................................................... 55

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 12: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

xi Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Biaya Produksi Ayam ........................................................................ 39

Tabel 4.2 Alokasi Biaya Divisi Breeder ............................................................ 40

Tabel 4.3 Alokasi Biaya Divisi Broiler .............................................................. 42

Tabel 4.4 Perhitungan Hewan Ternak Produksi ................................................. 48

Tabel 4.5 Perbedaan Kebijakan Aset Biologis PT. MAIN dengan IAS 41 ......... 49

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 13: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

xii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. MAIN ....................................................... 11

Gambar 4.1 Alur Produksi Ayam ...................................................................... 32

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 14: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Laporan Jumlah Penjualan ............................................................. 55

Lampiran 2 Farmer Performance Report ........................................................... 56

Lampiran 3 Summary of Medicine Usage ......................................................... 57

Lampiran 4 Farmer Ledger ................................................................................ 58

Lampiran 5 Kartu Kandang ............................................................................... 59

Lampiran 6 Kunjungan Technical Service ......................................................... 61

Lampiran 7 Laporan Posisi Keuangan ............................................................... 62

Lampiran 8 Laporan Laba Rugi ......................................................................... 64

Lampiran 9 Catatan Atas Laporan Keuangan .................................................... 65

Lampiran 10 International Accounting Standard No 41 ..................................... 66

Lampiran 11 Peraturan Bapepam Nomor SE-02/PM/2002 ................................. 74

Lampiran 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.03/2008 ............... 91

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 15: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

1 Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Program Magang

Saat ini seluruh penduduk di dunia dihadapkan dengan kenyataan untuk

menghadapi isu utama dunia yang biasa disebut era globalisasi. Globalisasi ini

menuntut setiap individu untuk mempersiapkan dirinya masing-masing dan

mematangkan setiap potensi yang dimiliki sehingga dapat membantunya bertahan

menghadapi isu utama dunia ini. Dunia kerja pun dipaksa untuk mencari sumber

daya terbaik guna mendukung kegiatan usahanya untuk menjadi yang terbaik.

Perlombaan tersebut nyatanya tidak hanya dilakukan oleh unit usaha

ataupun perusahaan, namun juga dilakukan oleh para tenaga kerja itu sendiri.

Faktor keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia dan ketidakseimbangan

jumlahnya dengan jumlah tenaga kerja yang ada akan memberikan hasil

bahwasanya tenaga kerja yang benar-benar berpotensi lah yang akan unggul

mendapatkan satu tempat terbatas itu.

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebagai

sebuah lembaga akademis, menyadari betul tuntutan untuk selalu meningkatkan

kualitas pembelajaran bagi mahasiswanya sebagai bekal utama dalam menghadapi

persaingan tersebut. Peningkatan kualitas tidak hanya diwujudkan dalam bentuk

penyempurnaan metode dan kurikulum pembelajaran di ruang kuliah, namun juga

diwujudkan dalam bentuk penyediaan kesempatan bagi mahasiswa untuk

melaksanakan program magang yang juga merupakan salah satu pilihan bagi

mahasiswa sebagai prasyarat kelulusan di akhir masa studi.

Adanya program magang ini diharapkan mampu menjembatani antara

dunia kuliah dan dunia kerja bagi mahasiswa. Dengan mengikuti program ini

mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori-teori yang didapat di

bangku kuliah dan juga mampu menggunakannya sebagai landasan pemecahan

masalah nyata yang ditemui dalam proses magang tersebut. Selain itu juga

program ini diharapkan mampu membantu mahasiswa untuk dapat

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 16: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

2

mengembangkan kemampuan teknis maupun non-teknis sebagai bekal

pematangan kompetensi diri dalam menghadapi dunia kerja nantinya.

Program magang ini dipilih dengan dilatarbelakangi hal-hal di atas dan

adanya kesadaran akan pengembangan diri yang perlu dilakukan sebagai

persiapan dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya selepas masa studi

di Fakultas Ekonomi Univeristas Indonesia.

1.2 Tujuan Program Magang

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia megadakan program magang

dengan tujuan untuk menciptakan lulusan yang terbaik dan siap bersaing di dunia

kerja. Selain itu program ini juga bertujuan sebagai penerapan program link and

match antara sistem pendidikan tinggi dengan lingkungan kerja agar ilmu yang

dipelajari dalam teori perkuliahan dapat diimplementasikan dalam dunia kerja.

Jika dilihat dari segi intrapersonal, program magang dapat dijadikan

sebuah wadah dalam pengembangan potensi mahasiswa. Hal ini didasari

keyakinan bahwa kemampuan intrapersonal merupakan kemampuan yang juga

sangat dibutuhkan selain dari kemampuan akademis dalam memenuhi tuntuan

persaingan dalam dunia kerja. Melalui program magang, mahasiswa dapat

meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan rekan kerja, bekerja dalam

tim, berkomunikasi dengan baik di lingkungan profesional, menjadi pribadi yang

proaktif hingga belajar bagaimana cara mengidentifikasi suatu permasalahan dan

konflik hingga cara untuk menyelesaikannya.

Selain melakukan program magang, mahasiswa juga diharuskan untuk

membuat laporan magang berkenaan dengan kegiatan magang yang dijalani.

Laporan magang disusun dengan dasar teori-teori yang pernah diajarkan di

bangku perkuliahan ditambahkan dengan referesi lain terkait dengan bahasan

dalam laporan magang tersebut. Secara lebih khusus, program magang ini dibuat

dengan tujuan untuk:

1. Agar mahasiswa memahami penerapan berbagai perangkat akuntansi,

manajemen dan sistem informasi yang telah dipelajari selama mengikuti

perkuliahan di Program S1 Ekstensi Akuntansi FEUI.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 17: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

3

2. Mengasah kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah

(problem solving) yang dihadapi manajemen perusahaan sehari-hari

dengan menggunakan perangkat-perangkat akuntansi dan manjemen yang

telah dipelajari.

3. Memberikan pengalaman serta gambaran akan situasi dunia kerja yang

sebenarnya, agar nantinya mahasiwa tidak akan canggung pada saat

bekerja di masa mendatang.

4. Membiasakan mahasiswa dengan kultur yang sangat berbeda dengan

kultur belajar mulai dari manajemen waktu, keterampilan komunikasi dan

kerja sama dalam tim serta tekanan yang lebih tinggi untuk menyelesaikan

pekerjaan dengan tepat waktu.

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang

Penulis menjalankan aktivitas magang di PT. MAIN, yang merupakan

grup usaha dengan 5 anak perusahaan yaitu PT. Bindo, PT. Prifa, PT. LAP, PT.

SCI, dan PT. Qualindo. Aktivitas magang dilakukan oleh penulis selama 3 bulan,

yaitu dari 6 Agustus 2012 sampai 2 November 2012 sebagai staf akuntansi.

1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang

Dalam pelaksanaan program magang, penulis ditempatkan sebagai staf

akuntansi. Selama menjalani program magang, penulis melakukan input atas

transaksi harian perusahaan, penyusunan laporan keuangan, melakukan

konsolidasi atas laporan keuangan, dan melakukan analisis atas angka-angka di

laporan keuangan tiap bulan

Aktivitas yang dilakukan penulis selama melaksanakan magang yaitu

membantu manajemen dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Secara

spesifik, yang dilakukan penulis adalah:

1. Membaca dan memahami standar operasional yang menjadi pedoman bagi

perusahaan dalam melakukan kegiatan bisnisnya.

2. Membuat perhitungan harga pokok produksi ayam dan bebek.

3. Melakukan input atas transaksi harian perusahaan.

4. Menyusun laporan keuangan bulanan.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 18: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

4

5. Menyusun laporan keuangan konsolidasi tiap bulannya.

6. Melakukan analisis atas angka-angka yang ada di laporan keuangan.

.

1.5 Latar Belakang Pembahasan

PT. MAIN merupakan kelompok usaha yang bergerak di berbagai bidang,

seperti peternakan ayam, peternakan bebek, penetasan telur, produksi pakan

ternak, dan produksi obat-obatan dan multivitamin untuk hewan ternak. Dalam hal

ini, penulis akan menitikberatkan pembahasan pada bidang usaha peternakan

ayam. Ayam merupakan salah satu komoditas dari sektor peternakan yang

bernilai ekonomi cukup tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di

masa datang karena permintaan ayam yang cenderung terus meningkat dari tahun

ke tahun. Usaha untuk melakukan ternak atas ayam terus mengalami

perkembangan. Dengan didukung dengan kualitas pakan ternak dan obat-obatan

atau multivitamin yang diberikan membuat kualitas ternak semakin baik.

Untuk menghasilkan ayam yang memiliki kualitas baik serta sehat,

perusahaan harus menyiapkan peternakan yang layak sekaligus memberikan

asupan yang berkualitas baik pakannya ataupun obat-obatan dan multivitamin.

Usaha menghasilkan ayam yang baik dilakukan dengan memilih bibit ayam yang

baik, proses pembiakan, hingga panen.

Didalam perusahaan yang bergerak di peternakan ayam, telur-telur ayam

akan diproses lebih lanjut sehingga dapat menjadi ayam peternak dan ayam

pedaging nantinya. Selama proses tersebut, perusahaan akan mencatatnya sebagai

Hewan Ternak Produksi – Berumur Pendek. Yang menjadi perbedaan antara

persediaan perusahaan manufaktur dengan persediaan perusahaan budidaya ternak

ayam adalah dalam hal jenis persediaan utamanya dan cara penilaian dari

persediaan tersebut.

Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk

membahas bagaimana perusahaan mengalokasikan biaya-biaya yang diguanakan

untuk tiap ayamnya ke dalam harga pokok produksi dan hewan ternak produksi.

Penulis akan mengangkat laporan magang dengan judul “Proses Penentuan Harga

Pokok Produksi Ayam Broiler dan Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT.

MAIN”. Penulis tertarik mengambil topik ini karena keunikan penentuan harga

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 19: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

5

pokok produksi di perusahaan yang bergerak di bidang peternakan berbeda

dengan penentuan harga pokok di perusahaan manufaktur. Selain itu, perlakuan

atas hewan ternak produksi yang digolongkan sebagai aset biologis cenderung

unik dan jarang dijumpai.

1.6 Perumusan Masalah dan Tujuan Pembahasan

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, penulis

merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran besar dari biaya-biaya PT. MAIN?

2. Bagaimana metode yang digunakan PT. MAIN untuk menghitung harga

pokok produksi?

3. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi PT. MAIN?

4. Bagaimana perusahaan menilai hewan ternak produksi?

Sedangkan tujuan dari pembahasan masalah ini adalah untuk:

1. Untuk menjelaskan gambaran besar dari biaya-biaya yang digunakan PT.

MAIN

2. Untuk menjelaskan metode yang digunakan PT. MAIN untuk menghitung

harga pokok produksi

3. Untuk menjelaskan perhitungan harga pokok produksi PT. MAIN

4. Untuk menjelaskan bagaimana penilaian hewan ternak produksi

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan dengan singkat mengenai latar

belakang program magang, tujuan pelaksanaan program

magang, tempat dan waktu pelaksanaan magang,

pelaksanaan kegiatan magang, latar belakang

pembahasan, perumusan masalah, tujuan pembahasan dan

sistematika penulisan.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 20: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

6

BAB II : PROFIL PERUSAHAAN

Dalam bab ini diuraikan tentang gambaran umum dari

perusahaan tempat penulis melakukan program magang

beserta anak perusahaan dari tempat penulis melakukan

magang. Termasuk visi misi perusahaan, tujuan dan

strategi perusahaan.

BAB III : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai landasan-landasan yang

digunakan dalam melaksanakan perhitungan

pengalokasian biaya, yang meliputi pengertian biaya,

karakteristik biaya, metode penilaian aset biologis, dan

metode dalam melakukan pencatatan atas akun hewan

ternak produksi.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai kebijakan akuntansi atas

akun hewan ternak produksi yang digunakan oleh

perusahaan. Serta menjelaskan juga mengenai biaya-biaya

yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam harga pokok

produksi ataupun ke hewan ternak produksinya.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang penulis dapat

dari seluruh isi karya akhir dan memuat saran yang

ditujukan kepada Program Ekstensi Akuntansi dan

perusahaan tempat penulis melakukan program magang

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang didapat

oleh penulis selama kegiatan magang berlangsung.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 21: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

7 Universitas Indonesia

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini, penulis mencoba untuk menjelaskan mengenai secara singkat

profil PT. MAIN dan Anak Perusahaannya sebagai tempat penulis melaksanakan

magang. Secara singkat penulis akan menjabarkan visi misi perusahaan, kegiatan

usaha dan produk yang dihasilkan, serta struktur organisasinya.

2.1 Profil PT. MAIN dan Anak Perusahaan

PT. MAIN berdiri pada tahun 1997 di Indonesia. PT. MAIN merupakan

bagian usaha dari Leong Hup Holdings Berhad dan Emivest Berhad, Malaysia.

Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan

terutama adalah berusaha dalam bidang industri pakan ternak dan peternakan anak

ayam usia sehari (day old chick) dan pada saat ini Perusahaan bergerak di bidang

tersebut. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya sejak tahun 1998.

Perusahaan berdomisili di Duta Mas Fatmawati, Jalan RS Fatmawati No. 39,

Jakarta. Pabrik Perusahaan berada di daerah Jakarta, Jawa Timur, dan Banten

sedangkan peternakan Perusahaan berlokasi di Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa

Timur, Sumatera dan Kalimantan Selatan. Entitas Anak berkedudukan di Jakarta

sedangkan peternakan Entitas Anak berlokasi di Jawa Barat dan Sumatera Utara.

Sampai saat ini, PT. MAIN memiliki 5 anak perusahaan yaitu, PT. Bindo,

PT. Prifa, PT. SCI, PT. LAP, dan PT. Qualindo. Masing-masing anak perusahaan

bergerak dibidang usaha yang berbeda-beda namun masih dalam satu-kesatuan.

PT. MAIN dan Anak Perusahaannya memiliki total 2.711 karyawan pertanggal 31

Desember 2011.

2.2 Visi, Misi, dan Tujuan PT. MAIN dan Anak Perusahaan

Agar perusahaan tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan apa

yang diharapkan, perusahaan menetukan visi dan misi yang digunakan sebagai

pedoman. PT. MAIN memiliki 2 visi yang digunakan oleh perusahaan sebagai

pedomannya. Kedua visi itu adalah:

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 22: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

8

Universitas Indonesia

1. Menjadi perusahaan yang unggul dalam bidang peternakan unggas di

Indonesia

2. Untuk memenuhi kebutuhan pakan dari peternakan unggas di Indonesia.

Sedangkan misi perusahaan untuk mewujudkan visi diatas adalah:

1. Memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan untuk memenuhi

kepuasan pelanggan tersebut.

2. Tumbuh dan berkembang agar dapat terus menghasilkan keuntungan bagi

pemegang saham.

3. Menjaga performa keuangan perusahaan agar selalu berjalan dengan baik

4. Berkomitmen pada keamanan dan kesehatan baik unggas, pakan, ataupun

multivitamin yang dihasilkan.

5. Menjaga lingkungan sekitar dengan cara tidak merusaknya.

6. Pengiriman produk yang tepat waktu kepada pelanggan untuk memenuhi

kepuasan pelanggan.

Keunggulan PT. MAIN dan Anak Perusahaan dari perusahaan-perusahaan

pesaing adalah:

1. Pabrik dari pakan ternak dan multivitamin berada di dekat kawasan

peternakan sehingga memudahkan peternak untuk membeli produk

tersebut. Selain itu, ada beberapa pabrik pakan ternak dan multivitamin

yang terletak di dekat kawasan pelabuhan sehingga memudahkan untuk

melakukan pengiriman ke daerah-daerah yang sulit dijangkau.

2. Sebagai kelompok peternakan unggas yang terintegrasi untuk

menghasilkan pakan berbagai bibit unggas yang menitikberatkan pada

kualitas dan efektivitas biaya dari setiap siklus produksi.

3. Merek dagang ‘Malindo’ terkait dengan produk yang berkualitas dan

pelayanan pasca penjualan, serta membentuk namanya keluar melalui

industri unggas.

4. Memiliki tim professional yang berdedikasi dan memiliki pengalaman

regional di industri unggas dan pabrik pakan selama lebih dari 20 tahun.

5. Memiliki teknologi yang baik dan pengawasan biologis yang ketat

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 23: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

9

Universitas Indonesia

6. Seluruh proses di pabrik pakan ternak yang terkomputerisasi memberikan

produksi maksimum dan mengurangi barang sisa. Selain itu, seluruh bahan

baku bersumber dari sumber daya dalam negeri.

2.3 Kegiatan Usaha dan Produk

Perusahaan memproduksi dan menjual pakan ternak, khususnya pakan

ternak ayam ras pedaging induk, pakan ternak ayam ras pedaging komersial,

pakan ternak ayam ras petelur, dan anak ayam berusia satu hari (day old chick).

Pada tahun 2000, perusahaan telah mengoperasikan bisnis pakan ternak

dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 150.000 MT. Pada tahun 2001,

perusahaan mengembangkan usahanya dengan mengakuisisi tiga lokasi

peternakan seluas 80 hektar dengan kapasitas produksi tahunan hamper 50 juta

day old chick. Pada tahun 2003, perusahaan telah mengembangkan usahanya ke

Surabaya dengan mengakuisisi satu pabrik pakan ternak yang saat ini memiliki

kapasitas produksi tahunan sebesar 300.000 MT dan peternakan ayam. Pada tahun

2007, perusahaan mengembangkan bisnisnya dengan mengakuisisi 3 lokasi

peternakan bebek di Bogor. Saat ini, kelompok usaha perusahaan terdiri dari

divisi:

1. Divisi pabrik pakan ternak dengan kapasitas produksi tahunan sekitar

900.000 MT, yang dihasilkan dari tiga pabriknya yaitu di Cakung (Jakarta

Timur), Gresik (Jawa Timur), dan Cikande (Serang-Banten).

2. Divisi peternakan yang berada di sepuluh lokasi, yaitu Purwakarta,

Wonosari, Probolinggo, Lumajang, Subang (Pulau Jawa), Deli Serdang

dan Lampung (Pulau Sumatra), serta Banjarmasin dan Pontianak (Pulau

Kalimantan) dengan kapasitas produksi tahunan sekitar 165 juta day old

chick.

3. Divisi GPS yang dioperasikan oleh PT. Bindo, anak perusahaan yang

beroperasi di Majalengka (Jawa Barat) dengan kapasitas produksi tahunan

sekitar 2,4 juta PS DOC.

4. Divisi ayam ras pedaging yang dioperasikan oleh PT. Prifa dan PT. LAP

yang berlokasi di Bogor, Bandung, Sukabumi, Sukabumi, Serang, Subang

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 24: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

10

Universitas Indonesia

(Pulau Jawa), dan Deli Serang (Pulau Sumatra) dengan kapasitas produksi

tahunan sekitar 19,4 juta kilogram ayam ras pedaging.

2.4 Struktur Organisasi

Untuk perusahaan yang sudah listing di bursa efek, ada beberapa organ

yang paling penting yang harus ada dalam struktur organisasi perusahaan. Organ-

organ yang dimaksud adalah:

1. RUPS

Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ perusahaan yang merupakan

wadah untuk para pemegang saham untuk mengambil keputusan yang

berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan

memperlihatkan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundangan-

perundangan.

2. Dewan Komisaris

Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan memiliki

tanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan

memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan

berjalan dengan baik sesuai peraturan perundang-undangan.

3. Komite Audit

Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisaris memastikan

laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi

yang belaku umum.

4. Dewan Direksi

Dewan direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab

secara kolegial dalam mengelola perusahaan.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 25: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

11

Universitas Indonesia

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. MAIN

Sumber: Annual Report PT. MAIN ( Telah Diolah Kembali)

Keterangan Gambar:

M1 : Purchasing Department

M2 : Administration Department

M3 : Accounting Department

M3.1 : Chicken Division

M3.1.1 : Breeder Chicken Division

M3.1.2 : Broiler Chicken Division

M3.2 : Duck Division

M3.2.1 : Breeder Duck Division

M3.2.2 : Broiler Duck Division

M4 : Legal Department

RUPS

BOC

BOD

CFO

Audit Committee

Internal Audit PA of Director Corp Secretary Credit Control

M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9

M3.1 M3.2

M3.1.1 M3.2.2 M3.1.2 M3.2.1

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 26: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

12

Universitas Indonesia

M5 : Human Resources Department

M6 : EDP Department

M7 : Marketing Department

M8 : Costing Department

M9 : Project Department

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 27: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

13 Universitas Indonesia

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Harga Pokok Produksi

Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai harga

pokok produksi, maka sebelum membahas lebih lanjut penulis akan menguraikan

tentang pengertian mengenai biaya. Karena pada dasarnya, harga pokok produksi

merupakan gabungan dari biaya-biaya yang terjadi akibat dari adanya suatu proses

produksi. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,

dan biaya-biaya lain yang terkait dan dapat menentukan besaran harga pokok

suatu produk yang diproduksi.

3.1.1 Pengertian Biaya

Beberapa akuntan mendefinisikan biaya sebagai sumber daya yang harus

dikobarkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Biaya merupakan dasar dalam

penentuan suatu harga jual, karena suatu tingkat harga jual yang tidak dapat

menutupi biaya akan menyebabkan kerugian. Sebaliknya, apabila suatu tingkat

harga melebihi semua biaya baik biaya operasi ataupun biaya non-operasi, maka

akan menghasilkan keuntungan. Menurut Hongren (2012), biaya merupakan nilai

pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu aset atau kekayaan.

Menurut Dunia (2012), istilah biaya (cost) tidaklah sama dengan beban

(expense) dan kerugian (loss). Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai

pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang

akan datang dan mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi. Beban

merupakan biaya yang telah memberikan suatu manfaat (expired cost), dan

termasuk pula penurunan dalam aset atau kenaikan dalam liabilitas sehubungan

dengan penyerahan barang atau jasa dalam rangka memperoleh pendapatan, serta

pengeluaran-pengeluaran yang hanya memberi manfaat untuk tahun buku yang

berjalan. Sedangkan kerugian adalah biaya yang timbul ketika barang atau jasa

diperoleh pada hakikatnya tidak mempunyai nilai sama sekali atau tanpamanfaat

apa-apa lagi karena kondisi tertentu.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 28: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

14

Universitas Indonesia

Menurut Mulyadi (2000), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang

diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi

untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu

biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang, yang

telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, dan pengorbanan untuk tujuan

tertentu.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya

merupakan pengorbanan sumber ekonomis untuk memperoleh aset ang dapat

member manfaat di kemudian hari.

3.1.2 Klasifikasi Biaya

Menurut Hongren dalam bukunya Cost Accounting A Managerial

Emphasis 14th

edition, dijelaskan bahwa biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua.

Yaitu biaya langsung (direct cost)) dan biaya tidak langsung (indirect costs).

Biaya langsung merupakan objek biaya yang terkait pada proses produksi yang

dapat dilacak langsung nilai ekonomisnya. Sebagai contoh, biaya dari besi untuk

membuat sebuah mobil merupakan biaya langsung. Karena kita akan dengan

mudah melihat berapa nilai besi yang digunakan untuk membuat sebuah mobil.

Sedangkan biaya tidak langsung merupakan objek biaya yang terkait dalam proses

produksi namun sulit dilacak untuk mengetahui nilai ekonomisnya.

Menurut Dunia (2012), klasifikasi biaya diperlukan untuk menyampaikan

dan menyajikan data biaya agar bergunabagi manajemen dalam mencapai

berbagai tujuan. Biaya dapat diklasifikasikan atas dasar: (1) objek biaya, (2)

perilaku biaya, (3) periode akuntansi, dan (4) fungsi manajemen atau jenis

kegiatan fungsional. Secara lebih lengkap, biaya dijabarkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Objek Biaya

Objek biaya (cost object) merupakan suatu dasar yang digunakan untuk

melakukan perhitungan biaya. Oleh karena itu, dalam sebuah perusahaan

terdapat banyak hal yang dijadikan sebagai objek biaya diantaranya adalah

objek biaya berdasarkan:

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 29: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

15

Universitas Indonesia

(a) Berdasarkan produk

Biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan produksi disebut

biaya produksi (production cost). Biaya ini diklasifikasikan dalam tiga

elemen utama yaitu: bahan langsung (direct materials), tenaga kerja

langsung (direct labors), dan overhead pabrik (factory overhead).

Biaya bahan langsung adalah biaya perolehan dari seluruh bahan

langsung yang menjadi bagian yang integral yang membentuk barang

jadi (finished goods). Biaya tenaga kerja langsung adalah upah dari

semua tenaga kerja langsung yang secara fisik baik menggunakan

tangan maupun mesin ikut dalam proses produksi untuk menghasilkan

suatu produk.

(b) Berdasarkan departemen

Dalam kategori ini, biaya dikelompokkan menurut departemen-

departemen yang lebih kecil dari suatu pabrik dimana biaya-biaya

tersebut terjadi. Dalam perusahaan manufaktur, terdapat 2 (dua) jenis

departemen atau bagian, yaitu: departemen produksi yang merupakan

unit organisasi dari suatu perusahaan manufaktur di mana proses

produksi dilaksanakan secara langsung atas produk, dan departemen

pendukung yang merupakan unit yang secara tidak langsung terlibat

dalam proses produksi.

2. Berdasarkan Perilaku Biaya

Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan

maka biaya-biaya dapat dikategorikan dalam:

(a) Biaya variabel (variabel cost), merupakan biaya-biaya yang dalam

total berubah secara langsung dengan adanya perubahan tingkat

kegiatan atau volume, volume produksi ataupun volume produksi.

(b) Biaya tetap (fixed cost), adalah biaya-biaya yang secara total tetap

tidak berubah dengan adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume

dalam batas-batas dari tingkat kegiatan yang relevan atau dalam

periode waktu tertentu.

(c) Biaya semi variabel (semivariabel cost), merupakan biaya-biaya yang

mempunyai atau mengandung unsur tetap dan unsur variabel.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 30: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

16

Universitas Indonesia

3. Berdasarkan Periode Akuntansi

Dalam pengklasifikasian biaya sehubungan dengan periode waktu

akuntansi, biaya-biaya dibedakan berdasarkan waktu atau kapan biaya-

biaya tersebut dibebankan terhadap pendapatan.

(a) Biaya produk, merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan

menghasilkan suatu produk, yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja

langsung dan overhead pabrik.

(b) Biaya periode, merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan

periode waktu atau periode akuntansi, tetapi tidak berhubungan dengan

produk.

4. Berdasarkan Fungsi Manajemen

Pengklasifikasian biaya menurut jenis kegiatan fungsional bertujuan untuk

membantu manajemen dalam perencanaan, analisis dan pengendalian

biaya atas dasar fungsi yang ada dalam perusahaan.

(a) Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

menghasilkan produk hingga siap untuk dijual

(b) Biaya penjualan, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk menjual suatu

produk atau jasa

(c) Biaya umum/administrasi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

memimpin, mengendalikan, dan menjalankan suatu perusahaan.

Menurut Usry (2002), biaya digolongkan dengan berbagai macam cara.

Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak

dicapai oleh perusahaan. Dalam akuntansi biaya dikenal konsep different costs for

different purposes. Berdasarkan hal tersebut, Usry berpendapat bahwa biaya dapat

digolongkan ke dalam lima bagian utama, yaitu menurut: (1) produk yang

dihasilkan, (2) volume produksi yang dilakukan , (3) departemen, proses, atau

pusat biaya dan subdivisi lain dari manufaktur, (4) periode akuntansi serta (5)

suatu keputusan, tindakan dan evaluasi. Biaya digolongkan dengan berbagai

macam cara dan umumnya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai.

Penggolongan biaya menurut penjabaran di atas yaitu:

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 31: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

17

Universitas Indonesia

1. Biaya dalam hubungannya dengan produk

Proses klasifikasi biaya dan beban dapat dimulai dengan menghubungkan

biaya ke tahap yang berbeda dalam kegiatan operasi suatu bisnis. Dalam

hal ini, penggolongannya dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya

manufaktur dan biaya komersil.

(a) Biaya Produksi, merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan

baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis besar

biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung biasanya disebut dengan istilah prime costs atau

biaya utama. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya

overhead pabrik biasanya disebut dengan istilah biaya konversi, yang

merupakan biaya untuk mengubah atau mengkonversi bahan baku

menjadi produk jadi.

(b) Biaya Pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran yang biasanya meliputi biaya iklan,

biaya promosi, biaya angkutan dari perusahaan ke gudang pembeli,

serta biaya gaji karyawan untuk bagian yang melakukan pemasaran.

(c) Biaya Administrasi Umum, merupakan biaya-biaya yang

mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Biaya

administrasi ini biasanya meliputi biaya gaji karyawan bagian

keuangan, akuntansi, personalia, serta bagian pemeriksaan.

2. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi

(a) Biaya variabel (variabel cost). Merupakan biaya yang jumlah totalnya

berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan dalam rentang

yang relevan (relevant range).

(b) Biaya semivariabel (semivariabel cost). Merupakan biaya yang

berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

(c) Biaya tetap (fixed cost). Merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap

dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Dengan kata lain biaya tetap

per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam

rentang yang relevan.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 32: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

18

Universitas Indonesia

3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi

Biaya dapat dibagi-bagi berdasarkan pusat kerja, departemen, ataupun unit

kerjanya. Pembagian tersebut meliputi:

(a) Departemen produksi. Di departemen ini, operasi manual dan operasi

mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung

pada produk atau bagian dari produk. Untuk itu, alokasi biaya untuk

departemen ini dapat dengan akurat dinilai.

(b) Departemen jasa. Meskipun departemen jasa tidak secara langsung

terlibat dalam proses produksi, biaya departemen ini merupakan bagian

dari produksi. Dalam departemen jasa juga ada biaya langsung dan

biaya tidak langsung. Biaya langsung termasuk didalamnya biaya gaji

supervisor departemen. Sedangkan biaya tidak langsung contohnya

adalah biaya sewa gudang dan biaya penyusutan.

4. Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi.

Biaya dapat digolongkan sebagai pengeluaran modal (capital expenditure)

atau sebagai pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Suatu

pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di masa akan

datang dan dilaporkan sebagai aset. Pengeluaran pendapatan memberikan

manfaat pada saat ini dan digolongkan sebagai beban.

5. Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan

Ketika suatu pilihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan atau

alternatif-alternatif yang mungkin dilakukan, adalah penting untuk

mengidentifikasikan biaya yang relevan terhadap pilihan tersebut.

3.1.3 Pengertian Harga Pokok Produksi

Ada beberapa istilah yang dikemukakan oleh para ahli mengenai

pengertian harga pokok. Pengertian harga pokok menurut IAI adalah saldo awal

persediaan ditambah dengan harga perolehan barang yang dibeli, dikurangi

jumlah persediaan akhir. Ini merupakan harga pokok produksi dalam perusahaan

dagang. Dalam perusahaan industri, harga pokok produksi adalah semua biaya

yang meliputi upah buruh langsung dan biaya-biaya bahan ditambah seluruh biaya

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 33: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

19

Universitas Indonesia

produksi tidak langsung dengan memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir

barang dalam proses.

3.1.4 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

Menurut Hongren (2012), ada tiga unsur yang biasa digunakan dalam

menentukan unsur biaya untuk membentuk harga pokok yaitu: (1) biaya bahan

baku langsung, (2) biaya tenaga kerja langsung, dan (3) biaya tidak langsung.

(1) Biaya bahan baku langsung (direct material cost)

Biaya bahan baku langsung merupakan seluruh biaya pembelian bahan

baku atau material yang nantinya akan digunakan dalam proses produksi

dan dapat dilacak nilainya. Biaya akuisisi dari bahan baku langsung

termasuk didalamnya biaya pengiriman bahan baku, pajak dan bea masuk.

(2) Biaya tenaga kerja langsung (direct manufacturing labor cost)

Seluruh biaya yang meliputi biaya tenaga kerja yang secara langsung

digunakan dalam proses produksi dan dapat dilacak ke dalam objek

biayanya.

(3) Biaya tidak langsung (indirect manufacturing cost)

Meliputi seluruh biaya diluar biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga

kerja langsung. Biaya-biaya tersebut terkait dalam proses produksi namun

tidak dapat dilacak dengan cara yang ekonomis. Misalnya adalah biaya

listrik dan biaya perbaikan atau reparasi mesin.

3.1.5 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi

Dari penjabaran yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa penentuan harga pokok produksi merupakan proses pengakumulasian

biaya-biaya yang terjadi baik yang bersentuhan langsung dengan proses produksi,

ataupun yang secara tidak langsung bersentuhan dengan proses produksi. Untuk

menghitung biaya perunit produk, pada dasarnya ada 2 metode yang biasa dipakai

yaitu job order costing dan process costing.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 34: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

20

Universitas Indonesia

3.1.5.1 Job Order Costing

Menurut Dunia (2012), metode harga pokok pesanan adalah suatu sistem

akuntansi biaya perpetual yang menghimpun biaya menurut pekerjaan-pekerjaan

(jobs) tertentu. Sistem ini cocok untuk elemen-elemen pekerjaan yang unik dan

biasanya mahal, di mana barang atau jasa yang dibuat atau diproduksi berdasarkan

spesifikasi yang diminta oleh pelanggan atau pemesan.

Walaupun setiap pekerjaan (jobs) memiliki karakteristik tersendiri, ada

beberapa sifat yang umum untuk semua pekerjaan pada sistem harga pokok

pesanan (job order costing), yaitu:

1. Tiap pekerjaan harus dapat diidentifikasikan menurut sifat fisiknya dan

masing-masing biayanya.

2. Setiap pekerjaan harus dibedakan secara fisik sehingga pembebanan biaya

dapat dibedakan dan dicatat dengan tepat untuk pekerjaan yang

bersangkutan.

3. Permintaan atau pemakaian bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung

diidentifikasikan menurut nomor dari masing-masing pekerjaan (job

numbers).

4. Overhead pabrik yang merupakan biaya produksi tidak langsung

dibebankan kepada masing-masing pekerjaan berdasarkan tarif yang

ditentukan lebih dahulu (predetermined rate).

5. Setiap pekerjaan mempunyai daftar biaya (job order cost sheet) atau kartu

harga pokok yang menghimpun biaya-biaya yang dibebankan kepada

masing-masing pekerjaan.

6. Laba atau rugi serta biaya atau harga pokok persatuan produk ditentukan

untuk masing-masing pekerjaan.

Menurut Hongren (2012), job order costing adalah metode penentuan

harga pokok yang dipergunakan oleh perusahaan yang berproduksi atas dasar

pesanan. Dalam penggunaan metode ini, ada beberapa syarat yang perlu

diperhatikan yaitu:

1. Masing-masing produk pesanan dapat dibedakan secara fisik

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 35: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

21

Universitas Indonesia

2. Biaya-biaya produksi yang terjadi diakumulasikan pada tiap job order cost

sheet. Dengan job order cost sheet ini pencatatan atas biaya langsung

untuk masing-masing pesanan akan mudah dilakukan. Selain itu job order

cost sheet juga dapat berfungsi sebagai subsidiary record dari akun

persediaan barang dalam proses.

3.1.5.2 Process Costing

Menurut Dunia (2012), tujuan dari metode ini adalah untuk menentukan

harga pokok atau biaya per unit yaitu dengan membagi biaya pada satu periode

tertentu dengan jumlah unit produk yang dihasilkan pada periode tersebut. Proses

akumulasi atau pengumpulan biaya menurut pusat pertanggungjawaban seperti

departemen atau pusat biaya hanya merupakan tahap yang lebih dahulu dilakukan

dalam rangka penentuan harga pokok per unit. Perhitungan dalam menentukan

harga pokok per unit ini secara terperinci dilaporkan dalam laporan biaya produksi

(cost of production report). Karakteristik dari metode ini adalah:

1. Biaya-biaya diakumulasikan menurut departemen atau pusat biaya dan

bukan berdasarkan pekerjaan pesanan.

2. Biaya produksi atau pengolahan dibebankan kepada akun barang dalam

proses dari masing-masing departemen.

3. Jumlah unit dari barang dalam proses dalam setiap departemen harus

dinyatakan dalam bentuk tingkat penyelesaiannya dan unit yang dianggap

selesai, diperoleh dengan mengkonversikan jumlah unit yang belum

selesai secara proporsional dengan tingkat penyelesaian pada akhir

periode.

4. Biaya per unit dihitung menurut departemen atau pusat biaya.

5. Pada saat produksi selesai dalam suatu departemen produksi, jumlah unit

yang selesai dan biayanya dipindahkan ke departemen produksi berikutnya

atau gudang barang jadi.

6. Untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan, dan menghitung biaya secara

total maupun per unit menurut masing-masing departemen digunakan

formulir laporan biaya produksi.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 36: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

22

Universitas Indonesia

Sedangkan Hongren (2012), berpendapat bahwa process costing adalah

metode penentuan harga pokok yang digunakan oleh perusahaan yang jumlah dan

waktu produksinya ditujukan untuk memenuhi persediaan dan bukan pesanan.

Dalam proses ini, biaya-biaya dan unit produksi untuk satu periode tertentu

dikumpulkan dan diperhitungkan dalam cost of production report. Cost of

production report ini merupakan buku tambahan dari perkiraan barang dalam

penyelesaian. Pada akhir setiap periode perlu diketahui jumlah barang yang telah

dihasilkan selama periode waktu tersebut, sehingga biaya atas harga pokok perunit

dari barang yang diproduksi ditentukan sebagai suatu biaya rata-rata untuk satu

periode.

Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode ini

adalah:

1. Produknya bersifat berkelanjutan atau masal

2. Produk yang dihasilkan tidak dapat dibedakan satu dengan yang lain.

3. Terdapat suatu standar untuk produk atau proses yang dilakukan.

3.2 Hewan Ternak Produksi

Hewan ternak produksi biasanya sering disebut dengan aset biologis.

Artinya aset tersebut belum dapat memberikan manfaat bagi perusahaan pada

waktu tersebut, namun di masa yang akan datang, aset tersebut akan memberikan

manfaat bagi perusahaan baik dijual langsung ataupun digunakan untuk

menghasilkan produk baru yang nantinya akan digunakan perusahaan untuk

kegiatan ekonominya.

3.2.1 Pengertian Aset Biologis

Hewan ternak produksi yang selanjutnya akan disebut aset biologis

didefinisikan sebagai jenis aset berupa hewan dan tumbuhan seperti yang

dijelaskan dalam IAS 41. Jika dikaitkan dengan karakteristik yang dimiliki oleh

aset, maka aset biologis dapat dijabarkan sebagai tanaman pertanian atau hewan

ternak yang dimiliki oleh perusahaan dari kegiatan masa lalu. Ruang lingkup IAS

41 untuk mengatur perlakuan akuntansi, penyajian dan pengungkapannya pada

laporan keuangan sehubungan dengan aktivitas agrikultur (agriculture activity).

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 37: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

23

Universitas Indonesia

Aktivitas agrikultur adalah aktivitas pengelolaan oleh suatu entitas yang merubah

(biological transformation) binatang dan tanaman hidup (biological asset)

sehingga dapat dijual, menjadi produk pertanian, atau menjadi aset biologis

tambahan.

Menurut Kieso (2011), aset biologis yang dikalsifikasikan sebagai aset

tidak lancar, merupakan tumbuhan atau hewan yang hidup, seperti domba, sapi,

tanaman buah, dan lain-lain. Masih menurut Kieso, agriculture produce

merupakan manfaat yang dihasilkan aset biologis, seperti wool dari bulu domba,

susu dari sapi perah, buah dari tanaman buah, atau daging dari hewan ternak

potong.

3.2.2 Karakteristik Aset Biologis

Aset biologis merupakan aset yang sebagian besar digunakan dalam

aktivitas agrikultur atau peternakan. Aktivitas agrikultur atau peternakan ini

adalah aktivitas usaha yang bertujuan untuk melakukan manajemen transformasi

biologis dari aset biologis untuk menghasilkan produk yang siap dikonsumsi

ataupun produk yang akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan produk baru.

Karakteristik khusus yang membedakan aset biologis dengan aset lainnya

yaitu bahwa aset biologis mengalami transformasi biologis. Transformasi biologis

(biological transformation) terdiri dari proses pembibitan (process of growth),

proses kemunduran (degeneration), proses produksi, dan prokreasi (procreation)

yang disebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif pada makhluk hidup dan

menghasilkan aset baru dalam bentuk produk agrikultur atau aset biologis

tambahan pada jenis yang sama. Sedangkan aktivitas agrikultur meliputi kegiatan

memelihara ternak, bidang kehutanan, annual or perennial cropping, menanam

tanaman buah dan perkebunan, pemeliharaan bunga, dan pemeliharaan ikan.

Seperti yang dijelaskan di IAS 41 tentang Biological Assets, perusahaan

mengakui aset biologis apabila perusahaan tersebut:

1. Mengendalikan aset tersebut sebagai hasil dari peristiwa masa lalu.

2. Memperoleh manfaat ekonomi yang kemungkinan terjadi di masa yang

akan datang.

3. Nilai wajar aset tersebut dapat diukur dengan andal.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 38: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

24

Universitas Indonesia

Beberapa hal lain yang terkait dengan aset biologis dalam laporan posisi

keuangan adalah:

1. Aset biologis harus dinilai pada saat pengakuan awal dan pada setiap

tanggal neraca dengan menggunakan nilai wajar.

2. Hasil yang diperoleh dari aset biologis dinilai dengan menggunakan nilai

wajar dikurangi dengan estimasi biaya pada saat produksi. Selisih yang

berasal dari penilaian hasil-hasil aset biologis diakui sebagai bagian dari

laba rugi tahun berjalan,

3. Penilaian aset biologis dilakukan dengan mengelompokkan terlebih dahulu

berdasarkan umur dan kualitas. Selisih yang berasal dari penilaian aset

biologis harus diakui sebagai bagian dari laba rugi tahun berjalan.

Transformasi biologis menghasilkan beberapa tipe outcome yaitu:

1. Perubahan aset melalui: (a) pertumbuhan (peningkatan dalam kuantitas

atau perbaikan kualitas dari aset biologis), (b) degenerasi (penurunan nilai

dari kuantitas atau deteriorasi dalam kualitas aset biologis), atau (c)

prokreasi (hasil penambahan aset biologis).

2. Produksi produk agrikultur, misalnya daun teh, wol, susu, daging, dan lain

sebagainya.

IAS 41 tentang aset biologis ini berlaku untuk aktivitas biologis yaitu

transformasi biologis, hasil pertanian pada saat panen, dan hibah pemerintah.

Standar ini tidak berlaku untuk tanah yang berkaitan dengan aktivitas agrikultur

dan aset tak berwujud yang terkait dengan aktivitas agrikultur.

3.2.3 Jenis Aset Biologis

Aset biologis dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan cirri-ciri

yang melekat padanya, yaitu:

1. Aset biologis bawaan

Aset ini menghasilkan produk agrikultur bawaan yang dapat dipanen oleh

perusahaan serta dapat dapat beregenerasi sendiri karena merupakan

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 39: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

25

Universitas Indonesia

bawaan dari aset biologis tersebut. Contohnya produksi wol pada domba,

dan pohon yang buahnya dapat dipanen.

2. Aset biologis bahan pokok

Aset biologis yang dipanen menghasilkan bahan pokok seperti ternak

untuk diproduksi dagingnya, padi yang menghasilkan bahan pangan beras,

dan produksi kayu sebagai bahan kertas.

Berdasarkan masa manfaatnya atau jangka waktu transformasi

biologisnya, aset biologis dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Aset biologis jangka pendek (short-term biological assets)

Merupakan aset biologis yang memiliki masa manfaat atau masa

transformasi biologis kurang dari atau sampai 1 (satu) tahun. Contohnya

adalah tanaman atau hewan yang dapat dipanen atau dijual pada tahun

pertama setelah pembibitan seperti ikan, ayam, padi, jagung dan lain

sebagainya.

2. Aset biologis jangka panjang (long-term biological assets)

Aset biologis yang memiliki masa manfaat atau masa transformasi biologis

lebih dari 1 (satu) tahun. Contoh aset biologis jangka panjang yaitu,

tanaman atau hewan yang dapat dipanen atau dijual lebih dari satu tahun

atau aset biologis yang dapat menghasilkan produk agrikultur jangka

panjang seperti tanaman penghasil buah dan hewan ternak berumur

panjang.

Menurut peraturan Bapepam-LK No.SE-02/PM/2002, pos aset biologis

yaitu hewan ternak produksi berumur panjang dibagi menjadi 2 (dua) bagian,

yaitu:

1. Hewan Ternak dalam Pertumbuhan

Merupakan hewan ternak yang belum mencapai umur produktif. Aset ini

dinilai berdasarkan akumulasi biaya perolehan dan pemeliharaan sampai

umur produktif. Jika telah sampai umur produktif akan dipindahkan pada

akun hewan ternak telah menghasilkan. Biaya perolehan dan pemeliharaan

dikapitalisasi berdasarkan jangka waktu sampai mencapai umur produktif.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 40: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

26

Universitas Indonesia

2. Hewan Ternak Telah Menghasilkan

Merupakan hewan ternak yang telah mencapai umur produktif yang

dipelihara untuk menghasilkan barang konsumsi, seperti susu, wool dan

sebagainya. Aset ini akan diamortisasi (deplesi) sepanjang umur produktif

ekonomisnya.

3.2.4 Pengklasifikasian Aset Biologis

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aset biologis dapat

dikelompokkan berdasarkan jangka waktu transformasi biologisnya, yaitu aset

biologis jangka pendek (short-term biological assets) dan aset biologis

jangkapanjang (long-term biological assets). Berdasarkan hal tersebut maka

pengklasifikasian aset biologis dalam laporan keuangan dapat dimasukkan ke

dalam aset lancar (current assets) ataupun aset tidak lancar (noncurrent assets)

tergantung dari transformasi biologis yang dimiliki oleh aset biologis. Dalam kata

lain, pengklasifikasiannya tergantung pada jangka waktu yang diperlukan aset

biologis sampai siap untuk dijual.

Aset biologis yang mempunyai masa transformasi atau yang siap untuk

dijual dalam waktu kurang dari 1 (satu) tahun, maka diklasifikasikan ke dalam

aset lancar. Biasanya aset tersebut digolongkan sebagai akun persediaan di masa

yang akan datang atau aset lancar lainnya. Sedangkan aset biologis yang memiliki

masa transformasi lebih dari 1 (satu) tahun diklasifikasikan ke dalam aset tidak

lancar.

3.2.5 Pengukuran Aset Biologis

Karena karakteristik aset biologis yang berbeda dengan karakteristik aset

lain, maka dalam pengukurannya, aset biologis memiliki beberapa pendekatan

metode pengukuran. Transformasi biologis yang dialami oleh aset biologis

membuat nilai aset biologis dapat berubah sesuai dengan nilai transformasi

biologis yang dialami oleh aset biologis tersebut.

Dari beberapa pendekatan yang ada, pengukuran aset biologis berdasarkan

nilai wajarnya merupakan pendekatan pengukuran yang lazim dilakukan di

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 41: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

27

Universitas Indonesia

Indonesia dan telah dijadikan sebagai standar pengakuan aset biologis dalam

IFRS. Di dalam IFRS, pernyataan tentang pengakuran aset biologis diatur dalam

IAS 41. Berdasarkan IAS 41, aset biologis diukur berdasarkan nilai wajarnya.

Aset biologis harus diukur pada saat pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan

berikutnya dikurangi estimasi biaya produksinya, kecuali jika nilai wajarnya tidak

dapat diukur secara andal.

Nilai wajar aset biologis didapatkan dari harga aset biologis itu sendiri

pada pasar aktif. Yang dimaksud dengan pasar aktif (active market) adalah pasar

dimana produk yang diperdagangkan homogen.

Sedangkan yang termasuk dalam biaya produksi adalah komisi untuk

perantara atau penyalur yang ditunjuk oleh pihak berwenang, serta pajak atau

kewajiban yang dapat dipindahkan. Biaya transportasi serta biaya yang diperlukan

untuk memasukkan barang ke dalam pasar aktif tidak dapat dimasukkan ke dalam

biaya produksi ini.

Harga pasar di pasar aktif untuk aset biologis atau hasil pertanian adalah

dasar yang paling tepan dan dapat diandalkan untuk menentukan nilai wajar dari

aset tersebut. Jika tidak terdapat pasar aktif, maka terdapat beberapa pendekatan

yang dapat digunakan untuk menentukan nilai wajar dari aset biologis.

Pendekatan-pendekatan tersebut diantaranya adalah:

1. Harga pasar dari transaksi terkini yang dilihat tidak memliki perbedaan

harga yang cukup signifikan dari harga pada saat transaksi tersebut

dibandingkan dengan pada saat akhir periode atau pada saat dilakukan

pengukuran pada aset biologis.

2. Harga pasar barang yang memiliki kemiripan dengan aset tersebut dengan

melakukan penyesuaian pada kemungkinan adanya perbedaan harga.

3. Biaya memungkinkan untuk dapat dijadikan indikator dari nilai wajar. Hal

ini berlaku jika transformasi biologis telah terjadi sejak biaya perolehan

telah dicatat atau terdapat efek yang tidak diharapkan yang terjadi akibat

perubahan biologis yang sifatnya material.

Selain pengukuran berdasarkan nilai wajar, pengukuran aset biologis juga

dapat dilakukan dengan mengidentifikasi semua pengeluaran untuk mendapatkan

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 42: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

28

Universitas Indonesia

aset biologis tersebut. Pendekatan yang berbeda tentang pengukuran aset biologis

tersebut dapat dilihat pada Peraturan Bapepam-LK No. SE-02/PM/2002 tentang

Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau

Perusahaan Publik Industri Peternakan dan Peraturan Menteri Keuangan

No.249/PMK.03/2008 tentang Penyusutan atas Pengeluaran untuk Memperoleh

Harta Berwujud yang Dimiliki dan Digunakan dalam Bidang Usaha Tertentu.

Bidang usaha tertentu yang dimaksud dalam peraturan diatas tertuang pada

pasal 1 ayat (2), yaitu:

1. Bidang usaha kehutanan, yaitu bidang usaha hutan, kawasan hutan, dan

hasil hutan yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru

menghasilkan setelah ditanam lebih dari 1 (satu) tahun.

2. Bidang usaha perkebunan tanaman keras, yaitu bidang usaha perkebunan

yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan

setelah ditanam lebih dari 1 (satu) tahun.

3. Bidang usaha peternakan, yaitu bidang usaha peternakan dimana ternak

dapat berproduksi berkali-kali dan baru dapat dijual setelah dipelihara

sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.

Harta berwujud yang dimaksud dalam peraturan diatas dijelaskan pada

pasal 1 ayat (3), yaitu:

1. Bidang usaha kehutanan, meliputi tanaman kehutanan, kayu, dan

sebagainya.

2. Bidang usaha industri perkebunan tanaman keras meliputi tanaman keras.

3. Bidang usaha peternakan meliputi hewan ternak dan sebagainya.

Aset biologis yang seperti telah dijelaskan diatas berupa hewan dan

tanaman hidup dapat digolongkan sebagai harta berwujud sebagaimana yang

dimaksud pada pasal 1 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan

No.249/PMK.03/2008. Pengukuran harta berwujud ini dinilai berdasarkan

besarnya pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud tersebut. Yang termasuk

pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud tersebut sesuai yang dinyatan pada

pasal 2 ayat (1) peraturan tersebut adalah termasuk biaya pembelian bibit, biaya

untuk membesarkan bibit dan memelihara bibit. Biaya yang berhubungan dengan

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 43: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

29

Universitas Indonesia

tenaga kerja tidak termasuk ke dalam pengeluaran untuk memperoleh harta

berwujud sesuai dengan yang dijelaskan di pasal 2 ayat (2).

Berdasarkan penjabaran tentang Peraturan Menteri Keuangan diatas, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran aset biologis dapat diperoleh dengan

mengkapitalisasi semua pengeluaran yang sifatnya memberi kontribusi secara

langsung dalam transformasi biologis dari aset biologis tersebut. Oleh sebab itu,

pengeluaran yang berkaitan langsung dengan transformasi biologis tidak dapat

diakui sebagai beban karena telah menjadi bagian dari nilai aset biologis tersebut.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 44: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

30 Universitas Indonesia

BAB IV

AKTIVITAS DAN ANALISIS PELAKSANAAN MAGANG

4.1 Gambaran Umum Proses Produksi PT. MAIN

Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang aktivitas pelaksanaan magang

yang telah dilakukan, penulis akan sedikit menjabarkan tentang proses produksi

perusahaan untuk menghasilkan persediaan yang siap untuk dijual. Selain itu,

penulis akan mencoba menguraikan secara singkat tentang bagaimana industri

ayam potong melakukan usahanya.

4.1.1 Proses Produksi Telur Tetas

Siklus produksi yang paling awal dilakukan adalah memproduksi telur

tetas yang nantinya akan ditetaskan agar menjadi bibit ayam (day old chick). Pada

dasarnya, siklus produksi yang terjadi pada industri ayam potong adalah kegiatan

merubah bentuk dari bibit ayam (day old chick) menjadi ayam besar yang siap

untuk diambil dagingnya ataupun dijual dalam keadaan hidup. Siklus ini dimulai

dengan memelihara ayam nenek (grandparent stock) agar dapat menghasilkan

ayam induk (parent stock). Ayam induk inilah yang dipelihara agar dapat

menghasilkan telur (hatchery eggs) yang nantinya ditetaskan menjadi bibit ayam

(day old chick).

Untuk menghasilkan bibit ayam, pertama-tama perusahaan memelihara

ayam nenek (grandparent stock). Ayam nenek ini dipelihara di kandang yang

sebelumnya telah diberi alas berupa jerami atau serbuk gergaji dan sekam padi.

Setelah itu, ayam nenek ini dikembangbiakkan agar menghasilkan telur. Setelah

menghasilkan telur, telur tersebut dimasukkan ke dalam ruang pemanas yang

temperaturnya telah diatur agar dapat menetas dengan baik dan menjadi bibit

ayam yang berkualitas. Setelah semua telur ditetaskan menjadi bibit ayam, seluruh

bibit ayam tersebut dibagi menjadi dua (2) kelompok besar. Satu kelompok

merupakan bibit ayam peternak (breeder) yang nantinya akan menjadi ayam

induk (parent stock), dan kelompok yang lain merupakan bibit ayam yang

dibesarkan untuk dijual. Bibit ayam yang tujuannya dibesarkan untuk dijual akan

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 45: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

31

langsung dimasukkan ke dalam akun persediaan. Sedangkan ayam induk, akan

dimasukkan ke akun hewan ternak produksi atau secara lebih umum disebut

sebagai aset biologis.

4.1.2 Proses Produksi Day Old Chick

Setelah proses penetasan yang telah dijelaskan diatas, maka dihasilkan

bibit ayam (day old chick). Setelah bibit ayam telah siap, maka kandang yang

digunakan untuk menyimpan bibit ayam disiapkan. Proses penyiapan kandang

dilakukan dengan cara memberikan alas jerami, serbuk gergaji, ataupun sekam

padi. Setelah kandang siap, bibit ayam mulai dimasukkan dan disnilah peran

operator kandang yang akan menentukan hasil produksi ayam kelak. Tugas dan

tanggung jawab operator kandang adalah memelihara bibit ayam sampai ayam

siap dijual yaitu sekitar 10 – 15 minggu. Tugas ini meliputi pemberian makan dan

obat serta vitamin yang sesuai dengan umur ayam yang bersangkutan, mengatur

pemanas, dan menjaga kenyamanan ayam-ayam selama di dalam kandang untuk

menghindari timbulnya penyakit-penyakit seperti flu burung, Newcastle

Disease/tetelo, dan infectious bronchitis yang dapat menyebabkan ayam yang

dipelihara mati ataupun tidak dapat dijual.

4.1.3 Proses Pemeliharaan Ayam Peternak

Pemeliharaan ayam pembibit dilakukan dimulai dengan menetaskan telur

tetas yang dihasilkan dari grandparent stock. Setelah telur ditetaskan menjadi

bibit ayam, sebagian besar bibit ayam dikirim ke peternakan broiler. Bibit ayam

yang dibawa ke peternakan broiler akan dibesarkan dan dijual kepada konsumen.

Sebelum dikirimkan ke peternakan broiler, ayam tersebut akan dipelihara selama

2 (dua) sampai 4 (empat) minggu terlebih dahulu agar lebih sehat secara fisik.

Sedangkan sebagian kecil bibit ayam yang tidak dikirim ke peternakan broiler

akan dibesarkan di peternakan breeder. Setelah besar, ayam-ayam ini akan

menjadi parent stock dan akan menghasilkan telur-telur tetas baru. Ayam-ayam

pembibit ini tidak diperjualbelikan kepada konsumen, hal ini dikarenakan ayam-

ayam pembibit ini bertujuan khusus untuk memproduksi telur-telur tetas baru

yang nantinya akan ditetaskan menjadi bibit ayam.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 46: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

32

4.1.4 Proses Pemeliharaan Ayam Pedaging

Dalam prosess ini, telur tetas yang telah ditetaskan menjadi bibit ayam

yang akan dibawa ke peternakan broiler. Dipeternakan inilah ayam-ayam tersebut

dipelihara dan dibesarkan untuk dijual di masa yang akan datang. Ayam yang

dijual ke konsumen biasanya mulai dari umur 10 (sepuluh) minggu. Saat ayam-

ayam dikirim dari peternakan breeder ke peternakan broiler, perusahaan telah

mengakui ayam sebagai persediaan.

Perbedaan perlakuan yang dilakukan pada ayam pembibit dan ayam

petelur adalah jenis pakan dan multivitamin yang diberikan. Perbedaan perlakuan

ini akan membuat masing-masing jenis ayam memiliki kualitas yang baik. Untuk

ayam pembibit, perbedaan jenis pakan dan multivitamin dari ayam pedaging yang

diberikan ini akan membuat jumlah telur dan kualitas telur yang dihasilkan akan

baik. Berikut adalah gambaran alur proses produksi ayam secara singkat:

Gambar 4.1 Alur Produksi Ayam

Sumber: Olahan Sendiri

4.2 Harga Pokok Produksi Ayam Broiler PT. MAIN

Unsur-unsur biaya dalam industri ayam potong adalah:

1. Biaya Bibit Ayam (Day Old Chick)

Yang termasuk ke dalam biaya bibit ayam ini adalah semua biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh bibit ayam termasuk didalamnya adalah

ongkos angkut bibit tersebut agar sampai ke peternakan.

Ayam

Pedaging

Induk

Ayam

Ayam

Nenek

Bibit

Ayam

Ayam

Peternak

Bibit

Ayam

Bibit

Ayam

Dijual ke

Konsumen

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 47: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

33

2. Biaya Pakan

Biaya pakan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan

selama masa pemeliharaan ayam. Biaya pakan ini merupakan komponen

biaya yang paling besar dibandingkan biaya-biaya lainnya. Agar usaha

peternakan ini dapat member keuntungan di masa yang akan datang, salah

satu syarat yang harus dimiliki adalah pengetahuan dan pemilihan pakan

yang baik agar ayam bisa tumbuh sehat dan dapat dijual dengan harga

yang bersaing. Peternak harus mengetahui jenis pakan yang harus

digunakan dan kandungan yang ada di pakan yang akan digunakan agar

ayam bisa tumbuh dengan baik. Namun disamping itu, perusahaan juga

harus mementingkan segi ekonomi dari pakan yang akan digunakan. Jika

membeli pakan yang sangat mahal, maka harga pokok produksi dari ayam

juga otomatis melonjok. Dengan harga pokok yang melonjak, maka

perusahaan akan kesulitan bersaing dengan pasar.

3. Biaya Obat dan Vitamin

Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat-obatan

dan multivitamin atau supplement yang digunakan selama masa

peternakan. Walaupun biaya-biaya ini tidak sebesar biaya pakan, namun

biaya-biaya ini dinilai sangat penting bagi perusahaan. Karena tanpa

adanya obat-obatan dan multivitamin, besar kemungkinan ayam yang

dipelihara akan kurang sehat dan mudah terserang penyakit, atau bahkan

mati dalam jumlah yang besar. Jika hal ini sampai terjadi, maka

perusahaan akan kehilangan sumber penghasilannya dari penjualan ayam.

4. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk memberikan upah bagi operator kandang yang bertugas

dan bertanggungjawab untuk memelihara ayam agar tumbuh dengan baik

dan sehat sehingga dapat dijual dengan harga yang bersaing. Selain upah

yang diberikan, perusahaan juga biasanya memberikan insentif jika ayam

yang dihasilkan berada dalam kondisi yang sempurna dengan penggunaan

biaya-biaya yang minimal. Insentif-insentif tersebut diantaranya:

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 48: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

34

(a) Insentif atas tingkat kematian, diberikan jika tingkat kematian atau

kecacatan (afkir) ayam lebih kecil dari standar yang ditetapkan

perusahaan.

(b) Insentif atas konversi pakan, diberikan jika konversi makanan yang

terjadi lebih kecil dari standar yang ditetapkan perusahaan.

5. Biaya Peternakan Lainnya

Biaya ini merupakan biaya-biaya selain dari biaya yang telah disebutkan

diatas, seperti biaya perbaikan kandang, biaya pemeliharaan kandang,

biaya sekam padi, dan biaya lainnya.

4.2.1 Komponen Biaya

Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, ada beberapa

komponen biaya yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi dari

ayam pedaging yang akan langsung dijual. Komponen-komponen biaya tersebut

adalah: (1) biaya bahan baku langsung, (2) biaya tenaga kerja langsung, dan (3)

biaya overhead.

(1) Biaya bahan baku langsung

Ada beberapa biaya yang dapat dikategorikan sebagai biaya bahan baku

langsung dalam industri ayam broiler ini. Beberapa contoh biaya bahan

baku langsung dalam industri ini adalah biaya bibit ayam (day old chick),

biaya pakan, dan biaya suplemen atau multivitamin.

a. Biaya bibit ayam

Biaya bibit ayam termasuk ke dalam komponen biaya bahan baku

langsung yang paling utama dalam industri ini. Karena jika bibit ayam

yang akan dikembangkan memiliki kulaitas yang baik, maka secara

tidak langsung akan membuat kualitas ayam pedaging yang sudah

besar juga baik. Pada perusahaan ini, divisi ayam broiler tidak

membeli bibit ayam dari pemasok. Divisi ini mendapatkan bibit ayam

dari divisi ayam breeder. Artinya, divisi breeder akan melakukan

pengembangbiakan ayam induk (parent stock) sehingga menghasilkan

telur tetas yang nantinya akan ditetaskan menjadi bibit ayam. Bibit

ayam inilah yang nantinya akan dikirimkan ke divisi broiler untuk

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 49: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

35

dibesarkan agar menjadi ayam broiler yang baik untuk dijual. Jadi

biaya dari bibit ayam ini merupakan transfer biaya dari divisi breeder.

Biaya-biaya tersebut termasuk biaya pakan, obat dan multivitamin,

serta biaya lainnya terkait dengan pengembangbiakan bibit ayam ini.

Dari transaksi ini, bagian akuntansi divisi broiler akan membuat jurnal

tergantung dengan kualitas dari bibit ayam tersebut. Jurnal-jurnal yang

diinput adalah sebagai berikut:

(Dr) Day Old Chick – Broiler xxx

(Cr) Day Old Chick – Breeder xxx

Seperti yang dijelaskan diatas, perusahaan membagi bibit ayam

menjadi tiga (3) kelas tergantung kualitasnya. Bibit ayam grade AAA

merupakan bibit ayam yang kualitasnya sangat baik. Sedangkan bibit

grade A merupakan bibit dengan kualitas terbaik kedua dan bibit grade

S merupakan bibit dengan tingkat kualitas terakhir. Pembagian kelas

bibit ayam ini bergantung pada keputusan manager peternakan breeder.

Manager melihat kualitas bibit ayam dari kesehatan, besar tubuh, dan

tidak ada cacat sama sekali pada tubuh bibit ayam tersebut.

b. Biaya pakan

Biaya pakan merupakan salah satu biaya bahan baku penting lainnya.

Pakan yang diberikan juga akan dapat mempengaruhi kualitas dari

ayam broiler yang dihasilkan nantinya. Pembelian pakan dilakukan

berdasarkan rencana kebutuhan yang dibuat oleh manager peternakan

broiler. Pembelian pakan juga harus memperhatikan jumlah

ketersediaan pakan di gudang. Pembelian dilakukan dengan

membandingkan pula jumlah bibit ayam yang diterima. Pembelian

pakan yang berlebihan akan menyebabkan penimbunan pakan di

gudang yang terlalu lama. Apabila pakan terlalu lama disimpan di

gudang, maka akan mempengaruhi kadar kimia dari pakan tersebut

sehingga akan mengurangi kualitas pakan yang akan digunakan.

Pembelian pakan dilakukan dengan proses pemesanan terlebih dahulu

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 50: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

36

dengan membuat purchase order yang dikirimkan ke supplier. Setelah

pakan datang, maka bagian akuntansi akan membuat jurnal:

(Dr) Feed 0902 xxx

(Cr) Feed Payable xxx

Untuk pakan, ada berbagai jenis pakan yang digunakan oleh

perusahaan untuk mengembangkan bibit ayam. Untuk bibit ayam yang

baru masuk ke divisi broiler, maka pakan yang digunakan adalah

starter feed. Pakan ini biasa diberikan kode nomor Feed 0902. Setelah

sudah beberapa minggu, maka bibit ayam yang sudah mulai besar

diberikan asupan pakan dengan kode nomor Feed 8520 atau disebut

grower feed. Ketika membutuhkan pakan, maka manager peternak

akan mengirimkan surat permintaan penggunaan pakan kepada bagian

gudang. Setelah bagian gudang mengirimkan pakan yang diminta

kepada peternak, bagian gudang juga akan mengirimkan copy surat

permintaan penggunaan pakan. Setelah barang telah dikirim dan

bagian akuntansi telah menerima surat permintaan tersebut, maka

bagian akuntansi akan membuat jurnal:

(Dr) Day Old Chick – Breeder xxx

(Cr) Feed 0902 xxx

c. Biaya Obat dan Multivitamin

Selain bibit ayam dan pakan, obat-obatan dan multivitamin juga

termasuk biaya langsung yang penting untuk menjaga ataupun

meningkatkan kualitas ayam broiler yang akan dihasilkan nanti.

Pemberian multivitamin dan vaksin dilakukan secara berkala.

Pemberiannya tidak tergantung kebutuhan, melainkan tetap diberikan

secara berkala dengan waktu yang telah ditentukan. Perlakuan

akuntansi atas obat dan multivitamin ini sama dengan perlakuan

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 51: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

37

terhadap biaya pakan. Saat obat dan multivitamin sampai di gudang,

maka bagian akuntansi akan membuat jurnal:

(Dr) Medicine xxx

(Cr) Medicine Payable xxx

Sama seperti penggunaan pakan, saat membutuhkan obat bagian

peternakan mengirimkan surat permintaan kepada bagian gudang.

Setelah barang dikirim dan bagian akuntansi telah menerima surat

permintaan penggunaan obat tersebut, bagian akuntansi akan membuat

jurnal:

(Dr) Day Old Chick – Breeder xxx

(Cr) Medicine xxx

(2) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari upah atau gaji dan pemberian

insentif. Biaya gaji operator kandang diberikan dalam jumlah tetap setiap

bulannya. Sedangkan insentif yang diberikan terdiri atas:

a. Insentif atas konversi pakan

insentif ini diberikan jika besaran konversi pakan yang diberikan lebih

kecil atau sama dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan.

Perhitungan insentif peternak ini dilakukan oleh bagian costing.

b. Insentif atas tingkat kematian

Insentif ini diberikan jika tingkat kematian kematian ayam pada satu

peternakan (farm) lebih kecil atau sama dengan 2%. Perhitungan ini

juga dilakukan oleh bagian costing.

Biaya tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya

gaji administratif yang terjadi, termasuk gaji pokok dan insentif pada satu

periode tertentu dicatat dengan jurnal:

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 52: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

38

(Dr) Salaries xxx

(Cr) Cash or Bank xxx

Biaya tenaga kerja langsung disini adalah biaya gaji dan insentif personal

yang secara langsung berhubungan dengan proses pemeliharaan ayam

broiler tersebut. Sedangkan gaji bagian gudang, dan honorarium tambahan

lainnya dimasukkan ke dalam biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya

gaji staf bagian akuntansi dan biaya gaji lainnya yang tidak secara

langsung bekerja di peternakan dimasukkan ke dalam biaya administrasi.

(Dr) Day Old Chick – Breeder xxx

(Dr) Factory Overhead xxx

(Dr) Administrative Expense xxx

(Cr) Salaries xxx

(3) Biaya Overhead

Biaya overhead merupakan biaya-biaya lain yang terkait dengan proses

produksi ayam broiler. Biaya-biaya tersebut mempengaruhi harga pokok

produksi dari produk. Biaya-biaya ini termasuk biaya-biaya tidak

langsung. Biaya yang termasuk ke dalam biaya overhead adalah:

a. Biaya sekam padi

b. Biaya bahan bakar seperti biaya solar, biaya bensin dan biaya gas

c. Biaya perbaikan dan pemeliharaan

d. Biaya listrik dan air

e. Biaya tenaga kerja tidak langsung

f. Biaya sewa

Untuk semua biaya-biaya yang tergolong ke dalam biaya overhead yang

terjadi dalam satu periode, dianggap sebagai beban periode yang

bersangkutan, kecuali biaya-biaya terkait pembelian pemeliharaan atau

perbaikan kandang seperti kayu dan lainnya yang jumlahnya diatas

sepuluh juta rupiah yang akan dimasukkan ke dalam aset tetap.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 53: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

39

4.2.2 Arus Produksi PT. MAIN

Pada bagian ini, penulis akan menggambarkan tentang alur atau arus

proses produksi perusahaan dari mulai penetasan telur, sampai menjadi ayam

broiler yang siap untuk dijual. Arus produksi ini menjelaskan tentang proses dari

awal produksi sampai menjadi barang yang siap untuk dijual dan biaya-biaya yang

mengalir pada saat yang bersamaan.

Proses produksi ini dilakukan oleh dua (2) Divisi, yaitu Divisi breeder dan

Divisi broiler. Divisi breeder memiliki tugas melakukan pembiakan ayam, dan

proses penetasan telur menjadi bibit ayam yang nantinya akan dikirimkan ke

Divisi broiler. Divisi broiler akan menerima bibit ayam yang telah ditetaskan

Divisi breeder dan selanjutnya melakukan pemeliharaan sampai ayam tersebut

siap dijual. Berikut gambar arus produksi mulai dari Divisi Breeder dan dikirim

ke Divisi Broiler sampai barang siap dijual.

Divisi Breeder

1. Biaya Bahan Baku Langsung Bibit Ayam (day old chick)

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

3. Biaya Overhead

Divisi Broiler

1. Biaya ditransfer dari Divisi

Breeder

2. Biaya Bahan Baku Langsung

Ayam Pedaging

3. Biaya Tenaga Kerja Langsung

4. Biaya Overhead

Tabel 4.1 Biaya Produksi Ayam

Sumber: Olahan Sendiri

Seperti yang dapat dilihat dalam gambar, jadi produk yang telah selesai

diproduksi di Divisi Breeder, akan dikirimkan ke Divisi Broiler yaitu berupa bibit

ayam. Di Divisi Broiler ini, bibit ayam dipelihara sampai ayam tersebut siap untuk

dijual.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 54: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

40

4.2.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi

Setelah mengetahui komponen biaya dan arus produksi dari perusahaan,

penulis akan menjabarkan jumlah biaya yang digunakan dari masing-masing

divisi untuk mentransformasi bibit ayam menjadi ayam broiler yang siap untuk

dijual. Berikut adalah tabel untuk biaya-biaya yang ada di divisi breeder:

Divisi Breeder

Agustus 20XX

Hatchery A Gn. Sindur

Bahan Baku Langsung:

1. Biaya Pakan

2. Biaya Obat

Rp 29.150.000

Rp 9.900.000

Menghasilkan Telur tetas

dan bibit ayam (day old

chick) sebanyak 19.508

ekor

Biaya Tenaga kerja Langsung Rp 9.407.200

Biaya Overhead:

1. Biaya Sekam Padi

2. Biaya Air dan Listrik

3. Biaya Bahan Bakar

4. Biaya Tenaga Kerja

Tidak Langsung

5. Biaya Pemeliharaan:

a. Mesin

b. Kandang

6. Biaya Transportasi

7. Biaya Sewa

8. Biaya Keamanan dan

Perizinan

9. Biaya Laboratorium

10. Biaya Telpon & Pos

RP 5.302.506

RP 10.742.017

RP 1.835.272

RP 2.407.200

Rp 842.490

Rp 839.277

Rp 1.772.000

Rp 8.336.693

Rp 500.000

Rp 2.772.000

Rp 311.519

Total Rp 84.118.174 19.508 ekor

Tabel 4.2 Alokasi Biaya Divisi Breeder

Sumber: Dokumentasi Perusahaan (Telah Diolah Kembali)

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 55: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

41

Ketiga komponen biaya pada Hatchery A Gn. Sindur yaitu biaya bahan

baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead merupakan biaya

langsung (direct cost). Hal ini dikarenakan biaya-biaya tersebut merupakan biaya

yang khusus digunakan hanya oleh Hatchery tersebut, jadi biaya-biaya tersebut

tidak perlu dialokasikan.

Total biaya yang dikeluarkan oleh Divisi Breeder untuk menghasilkan

19.508 bibit ayam (day old chick) adalah sebesar Rp 84.118.174. Dari 19.508

bibit ayam tersebut, sebanyak 14.196 ekor bibit ayam akan dikirimkan ke Divisi

Broiler dan sebanyak 5.312 akan dibesarkan oleh Divisi Breeder agar bisa

digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Harga untuk masing-masing bibit

ayam adalah:

Perhitungan harga perekor ayam ini akan dikirimkan oleh Divisi Breeer

kepada Divisi Broiler. Biaya yang ditransfer ini akan memudahkan Divisi Broiler

untuk menentukan jumlah total harga pokok produksi perekor ayam. Total biaya

dari 14.196 ekor bibit ayam yang dikirimkan ke Divisi Broiler adalah sebagai

berikut:

Selain itu, biaya atas 5.312 ekor ayam yang akan dibesarkan di peternakan Divisi

Breeder akan dikapitalisasi sebagai penentuan nilai dari hewan ternak produksi.

Perhitungan atas kapitalisasi biaya-biaya ke dalam hewan ternak produksi adalah

sebagai berikut:

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 56: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

42

Perhitungan diatas memperlihatkan harga perekor ayam yang dikirimkan dari

Divisi Breeder ke Divisi Broiler. Biaya dari Divisi Breeder ini akan ditambahkan

dengan penambahan biaya-biaya yang dikeluarkan di Divisi Broiler sampai ayam

tersebut siap dijual kepada konsumen. Hal ini dilakukan untuk menghitung harga

pokok produksi per ekor ayam. Berikut adalah perhitungan biaya-biaya yang

dikeluarkan oleh Divisi Broiler untuk membesarkan bibit ayam sampai ayam

tersebut siap untuk dijual:

Divisi Broiler

Agustus 20XX

Farm A Gn. Sindur

Transfer dari Divisi Breeder Rp 62.635.461 Pemeliharaan 14.196 ekor

ayam sampai siap untuk

dijual (sekitar 10-20

minggu)

Bahan Baku Langsung:

1. Biaya pakan

2. Biaya Obat

Rp 48.350.000

Rp 10.110.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 10.067.734

Biaya Overhead:

1. Biaya Sekam Padi

2. Biaya Air dan Listrik

3. Biaya Angkut Ayam

4. Biaya Tenaga Kerja

Tidak Langsung

5. Pemeliharaan Kandang

6. Biaya Keamanan dan

Perizinan

7. Biaya Bahan Bakar

Rp 5.737.236

Rp 12.525.979

Rp 4.001.688

Rp 6.737.236

Rp 839.277

Rp 700.000

Rp 1.712.000

Total Rp 163.416.611 14.124 ekor

Tabel 4.3 Alokasi Biaya Divisi Broiler

Sumber: Dokumentasi Perusahaan (Telah Diolah Kembali)

Dari tabel diatas, dapat dilihat biaya-biaya yang digunakan untuk memelihara

ayam dari mulai menetas sampai ayam tersebut dapat dijual ke konsumen. Total

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 57: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

43

biaya yang digunakan setelah ditambah dengan biaya yang ditransfer dari Divisi

Breeder adalah Rp 163.416.611. Sedangkan jumlah ayam broiler yang dikirim ke

Divisi Broiler adalah sebanyak 14.196 ekor. Namun pada Divisi Broiler, jumlah

ayam yang berhasil hidup dan dijual kepada konsumen adalah sebanyak 14.124

ekor, seperti yang dijabarkan pada Lampiran 1 tentang Laporan Jumlah Penjualan.

Dari jumlah ayam yang dijual tersebut, terjadi penurunan sebesar:

Penurunan sebesar 1% ini masih dalam batas toleransi kematian ayam. Perusahaan

menetapkan batas kematian ayam maksimal secara total sebesar 2% Sedangkan

harga pokok produksi total dari ayam broiler adalah:

Dari perhitungan diatas, dapat dilihat harga pokok produksi untuk satu ekor ayam

pedaging adalah sebesar Rp 11.507.

4.2.4 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi

Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, process costing adalah

sistem kalkulasi biaya yang digunakan oleh perusahaan yang memproduksi

produk yang sama secara terus menerus dan berkelanjutan. PT. MAIN sendiri

merupakan perusahaan yang menggunakan sistem perhitungan biaya berdasarkan

proses. Hal ini dilihat dari karakteristik perusahaan itu sendiri. PT. MAIN

memproduksi produk yang homogen, yaitu berupa ayam potong yang dijual ke

pasar. Proses produksi atas ayam potong ini dilakukan bukan dikarenakan pesanan

dari pasar, melainkan dilakukan dengan terus menerus dan berkelanjutan. Selain

itu, perusahaan menggunakan dokumen laporan produksi per divisi, yaitu divisi

breeder dan divisi broiler untuk melakukan pengendalian atas proses produksinya.

Hal ini berbeda dengan konsep job order costing yang menggunakan kartu biaya

per pekerjaan sebagai pengendali atas proses produksinya.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 58: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

44

4.3 Hewan Ternak Produksi PT. MAIN

Hewan ternak produksi dikategorikan sebagai aktiva biologis perusahaan.

Hewan ternak produksi ini menghasilkan telur tetas yang nantinya akan ditetaskan

menjadi bibit ayam. Bibit ayam ini sebagian besar akan dikirim ke peternakan

broiler untuk dibesarkan dan dijual nantinya. Sedangkan sebagian kecilnya akan

dibesarkan untuk dijadikan ayam induk (parent stock).

4.3.1 Klasifikasi Hewan Ternak Produksi

Di PT. MAIN, hewan ternak produksi ini diklasifikasikan menjadi dua (2)

bagian, yaitu hewan ternak produksi yang telah menghasilkan dan hewan ternak

produksi yang belum menghasilkan. Hewan ternak produksi yang telah

menghasilkan adalah ayam yang sudah dapat menghasilkan telur yang akan

ditetaskan menjadi bibit ayam. Hewan ternak produksi yang sudah menghasilkan

ini sudah dalam usia produktif yaitu sekitar 15-20 minggu. Sedangkan hewan

ternak produksi yang belum menghasilkan adalah ayam pembibit yang belum

dapat memproduksi telur tetas. Karena ayam ini masih belum masuk masa

produksi.

4.3.2 Metode Pencatatan Hewan Ternak Produksi

Hewan ternak produksi ini dinilai berdasarkan kapitalisasi biaya-biaya

sampai ayam tersebut dapat menghasilkan telur. Hewan ternak produksi yang

belum menghasilkan diukur berdasarkan harga perolehan. Harga perolehannya

terdiri atas:

1. Biaya langsung seperti biaya pembibitan, biaya pakan, dan biaya

multivitamin.

2. Biaya tidak langsung seperti biaya sekam, biaya listrik dan air, serta upah

tidak langsung.

Dari penjelasan diatas, maka dapat dilihat bahwa harga perolehan hewan

ternak produksi yang belum menghasilkan diperoleh dari mengkapitalisasi biaya

langsung dan biaya tidak langsung yang berhubungan dengan produksi hewan

ternak PT. MAIN. Hewan ternak produksi yang belum menghasilkan

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 59: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

45

direklasifikasikan menjadi hewan ternak pembibit yang telah menghasilkan pada

saat ayam pembibit sudah dapat menghasilkan telur yang nantinya akan ditetaskan

menjadi bibit ayam.

Hewan ternak produksi yang telah menghasilkan diukur berdasarkan nilai

yang telah direklasifikasikan dari hewan ternak produksi yang belum

menghasilkan. Kapitalisasi biaya langsung dan biaya tidak langsung yang

berhubungan dengan ayam pembibit tidak lagi dilakukan untuk mengukur ayam

pembibit yang telah menghasilkan.

Hewan ternak produksi yang telah menghasilkan karena telah mampu

memberikan kontribusi manfaat ke dalam perusahaan berupa kemampuan untuk

menghasilkan produk, maka deplesi perlu dilakukan. Deplesi ini dilakukan untuk

mengakui manfaat dari hewan ternak produksi yang telah menghasilkan pada

setiap periodenya. Deplesi dihitung berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis

ayam.

4.3.2.1 Pencatatan Hewan Ternak Produksi Belum Menghasilkan

Pada penjelasan sebelumnya telah dijabarkan bahwa pengukuran hewan

ternak produksi belum menghasilkan diakui sebesar harga perolehan yang

didapatkan dari kapitalisasi biaya langsung dan biaya tidak langsung yang

berkaitan dengan perkembangan ayam. Biaya yang dikategorikan sebagai biaya

langsung adalah semua biaya yang manfaatnya berhubungan langsung dengan

aktiva biologis. Biaya-biaya tersebut seperti biaya pakan, biaya multivitamin dan

obat, dan biaya pemeliharaan. Biaya tidak langsung seperti biaya sekam padi,

biaya listrik, biaya air, dan biaya administrasi. Sebagai contoh, PT. MAIN

membeli 1 ton starter feed untuk pakan bibit ayam dengan harga Rp 50.000.000,-

maka jurnal dari transaksi tersebut adalah:

(Dr) Breeding Flocks – Growing Flocks Rp 50.000.000,-

(Cr) Cash or Bank Rp 50.000.000,-

Nilai yang dimasukkan ke dalam jurnal di atas adalah nilai dari biaya yang

dibayarkan oleh perusahaan yang dikapitalisasi ke dalam akun hewan ternak

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 60: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

46

produksi belum menghasilkan. Penjurnalan ini dilakukan setiap kali terjadi

transaksi kas yang dibayarkan untuk biaya yang dikapitalisasi ke dalam hewan

ternak produksi yang belum menghasilkan sampai dengan ayam tersebut telah

memenuhi kriteria untuk direklasifikasi menjadi hewan ternak produksi yang telah

menghasilkan.

4.3.2.2 Pencatatan Reklasifikasi Hewan Ternak Produksi Belum

Menghasilkan Menjadi Hewan Ternak Produksi Telah Menghasilkan

Setelah hewan ternak produksi belum menghasilkan telah memenuhi

kriteria untuk diakui menjadi hewan ternak produksi atas telah menghasilkan

berdasarkan tingkat pertumbuhan biologis dan masa produktivitas ayam yang

telah ditetapkan manajemen, maka hewan ternak produksi belum menghasilkan

harus segera direklasifikasi ke dalam hewan ternak produksi telah menghasilkan.

Misalnya, pihak operator kandang melakukan pemeriksaan terhadap ayam

pembibit belum menghasilkan usia 15 minggu. Setelah dilakukan pemeriksaan,

pihak operator kandang memastikan ayam tersebut telah masuk dalam usia

produktif. Lalu operator kandang melakukan proses pembiakan dan ayam tersebut

telah menghasilkan telur. Maka semua nilai dari ayam tersebut harus

direklasifikasi menjadi hewan ternak produksi telah menghasilkan. Jurnal

reklasifikasi dari transaksi diatas adalah:

(Dr) Breeding Flocks – Producing Flocks Rp 100.000.000,-

(Cr) Breeding Flocks – Growing Flocks Rp 100.000.000,-

Hewan ternak produksi telah menghasilkan dinilai berdasarkan nilai ayam

pembibit belum menghasilkan yang direklasifikasi ke dalam ayam pembibit telah

menghasilkan. Proses kapitalisasi biaya yang berhubungan langsung ataupun tidak

langsung tidak lagi dilakukan seperti pada ayam pembibit yang belum

menghasilkan, maka nilai ayam pembibit belum menghasilkan tidak akan berubah

kecuali jika ada kondisi lain yang mengharuskan dilakukan perubahan nilai

tersebut, misalnya terjadi penghapusan ayam-ayam dengan alasan yang dapat

diterima seperti ayam yang telah mati.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 61: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

47

4.3.2.3 Pencatatan Deplesi pada Hewan Ternak Produksi

Hewan ternak produksi mampu memberikan kontribusi manfaat ke dalam

perusahaan berupa kemampuan untuk menghasilkan produk untuk diproses

menjadi persediaan. Namun, karena hewan ternak produksi ini termasuk aset

biologis, artinya makhluk hidup yang sewaktu-waktu akan mati ataupun sewaktu-

waktu sudah tidak produktif lagi. Maka perusahaan perlu melakukan penyesuaian

atas masa manfaat dari hewan ternak produksi ini. Untuk itu, perusahaan secara

periodik mengakui beban deplesi dari ayam-ayam yang sudah melewati masa

produktifnya dan melakukan penghapusan nilai dari ayam-ayam yang mati

ataupun cacat sehingga tidak bisa melakukan produksi dan tidak dapat dijual.

Ayam-ayam yang mati ataupun cacat ini biasanya disebut dengan ayam afkir.

Pada PT. MAIN, deplesi mulai dibebankan sejak hewan ternak produksi

belum menghasilkan direklasifikasi ke hewan ternak produksi telah menghasilkan.

PT. MAIN menghitung deplesi dengan menggunakan metode garis lurus dengan

umur ekonomis ayam selama 52 minggu atau 13 bulan. Misalnya, nilai untuk 1

ekor hewan ternak produksi telah menghasilkan adalah Rp 8.000 dengan nilai sisa

Rp 1.500. Maka deplesi untuk 1 ekor ayam tersebut adalah:

Jika perusahaan memiliki 50.000 ekor hewan ternak produksi telah menghasilkan,

maka total deplesi per bulan adalah:

Jurnal yang dibuat oleh perusahaan untuk mencatat deplesi ini adalah:

(Dr) Depletion Expense Rp 25.000.000,-

(Cr) Accumulated Depletion Rp 25.000.000,-

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 62: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

48

Akumulasi deplesi ini akan mengurangi nilai dari hewan ternak produksi telah

menghasilkan yang ada pada neraca PT. MAIN.

4.3.3 Perhitungan Nilai Hewan Ternak Produksi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penilaian ayam ternak pembibit

belum menghasilkan dilakukan dengan mengkapitalisasi seluruh biaya-biaya, baik

biaya langsung maupun biaya tidak langsung yang dapat mempengaruhi

transformasi biologis dari ayam pembibit. Sedangkan penilaian ayam pembibit

telah menghasilkan dilakukan dengan cara mereklasifikasi nilai ayam belum

menghasilkan ke dalam ayam pembibit yang telah menghasilkan. Secara garis

besar, perhitungannya adalah sebagai berikut:

Breeding Flocks

31 Desember 2011

In 000

Telah menghasilkan (masa produksi) – ayam pembibit nenek:

Saldo awal – ayam pembibit nenek Rp 6.743.333

Reklasifikasi dari ayam pembibit induk Rp 15.884.686

Beban deplesi dan ayam afkir (Rp 18.957.215)

Saldo akhir – ayam pembibit nenek Rp 3.670.804

Telah menghasilkan (masa produksi) – ayam pembibit induk:

Saldo awal – ayam pembibit induk Rp 24.182.092

Reklasifikasi dari ayam belum menghasilkan Rp 105.523.355

Beban deplesi dan ayam afkir (Rp 107.293.204)

Saldo akhir – ayam pembibit induk Rp 22.412.243

Belum menghasilkan (masa pertumbuhan):

Saldo awal – bibit ayam Rp 7.449.677

Kapitalisasi biaya Rp 17.766.297

Reklasifikasi ke ayam telah menghasilkan (Rp 15.884.686)

Saldo akhir – bibit ayam Rp 9.331.288

Tabel 4.4 Perhitungan Hewan Ternak Produksi

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (Telah Diolah Kembali)

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 63: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

49

4.3.4 Perbedaan Metode Pencatatan Aset Biologis berdasarkan IAS 41 dan

Peraturan yang Diterapkan PT. MAIN

Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di atas, ada beberapa

perbedaan yang mengatur asset biologis menurut peraturan secara international

dan menurut peraturan di Indonesia. Di Indonesia, peraturan tentang pengakuan,

pengukuran, dan pengungkapan asset biologis ini diatur dalam Peraturan

Bapepam-LK dan Peraturan Menteri Keuangan. Berikut ini merupakan perbedaan

yang dapat dilihat dari kebijakan PT. MAIN terkait asset biologisnya dengan

peraturan IAS 41.

Kebijakan PT. MAIN IAS 41

Pengukuran Diukur berdasarkan biaya

perolehan ditambah

biaya-biaya pemeliharaan

(produksi), dikurangi

biaya deplesi ayam

Diukur berdasarkan nilai wajar

dikurangi dengan estimasi biaya

saat penjualan (point-of-sale-cost)

Penyajian:

1. Neraca

2. Laporan

Laba Rugi

Aset biologis dicatat

dengan nilai cost dan

dicatat pada akun

tersendiri

Tidak ada penjelasan

Aset biologis dicatat berdasarkan

nilai pengukuran, dan dicatat pada

akun tersendiri

Penjualan atas aset biologis harus

dipisahkan dari penjualan atas

persediaan

Pengungkapan:

Catatan atas

Laporan

Keuangan

1. Penjelasan mengenai

jenis asset biologis

yang dimiliki,

klasifikasi yang ada,

dan metode penentuan

nilainya

1. Penjelasan metode dan asumsi

yang signifikan diterapkan dalam

menentukan nilai wajar untuk

setiap asset biologis

2. Penjelasan aktivitas yang terkait

dengan masing-masing asset

biologis

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 64: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

50

3. Estimasi jumlah fisik untuk

setiap asset biologis pada akhir

periode

4. Strategi manajemen risiko

keuangan sehubungan dengan

aktivitas agrikultur

Tabel 4.5 Perbedaan Kebijakan Aset Biologis PT. MAIN dengan IAS 41

Sumber: Olahan Sendiri

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 65: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

51 Universitas Indonesia

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Perusahaan memiliki 2 (dua) divisi dalam proses produksi ayam potong,

yaitu divisi breeder dan divisi broiler. Divisi breeder bertugas untuk

mengembangbiakkan ayam peternak nenek dan ayam peternak induk agar

menghasilkan telur tetas yang nantinya akan ditetaskan menjadi bibit ayam.

Sedangkan divisi broiler bertugas untuk membesarkan bibit ayam menjadi ayam

potong yang akan dijual ke konsumen setelah berumur sekitar 10 minggu.

Biaya merupakan sumber daya yang harus dikorbankan oleh perusahaan

untuk mencapai suatu tujuan tertentu ataupun untuk mendapatkan manfaat di

masa yang akan datang. Terkait penentuan harga pokok produksi dan aset biologis

PT. MAIN, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. PT. MAIN mengklasifikasikan biayanya menjadi 3 (tiga) bagian yaitu

biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead. Biaya bahan baku langsung terdiri dari biaya pakan dan biaya

obat dan multivitamin. Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dari

operator kandang dan peternak yang berhubungan langsung dengan proses

produksi ayam. Sedangkan biaya overhead merupakan biaya-biaya lain di

luar biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, seperti

biaya sekam padi, biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan dan perbaikan

kandang, serta biaya listrik dan air.

2. Dalam menentukan harga pokok produksinya, PT. MAIN menggunakan

metode process costing. Karena produk yang dihasilkan bersifat masal dan

produk yang dihasilkan homogen. Selain itu, PT. MAIN mengalokasikan

sumber-sumber biaya berdasarkan divisi-divisi yang ada, yaitu Divisi

Breeder dan Divisi Broiler.

3. Dalam menghitung harga pokok produksinya, PT. MAIN menjumlahkan

biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead yang

terjadi dari mulai bibit ayam menetas sampai ayam tumbuh besar dalam

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 66: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

52

satu peternakam dan dijual kepada konsumen, seperti yang dijabarkan

pada 4.4 tentang Perhitungan Hewan Ternak Produksi.

4. Dalam pengakuan aset biologisnya yang berupa hewan ternak produksi,

PT. MAIN telah melakukannya sesuai dengan peraturan Badan Pengawas

Pasar Modal (Bapepam) dan dan Peraturan Menteri Keuangan yang

berlaku dalam penyajian laporan keuangan perusahaan. Aset biologis PT.

MAIN yang berupa hewan ternak produksi diukur dengan cara

mengkapitalisasi biaya-biaya yang terkait ke dalam aset biologis ini

termasuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan beban

pabrikasi. PT. MAIN membagi aset biologisnya ke dalam 2 (dua) bagian

yaitu hewan ternah produksi yang telah menghasilkan dan hewan ternak

produksi yang belum menghasilkan.

5.2 Saran

Berdasarkan pengalaman yang penulis dapat selama lebih kurang 3 bulan

mengikuti program kegiatan magang, penulis ingin memberikan beberapa saran

bagi Program Ekstensi Akuntansi FEUI, dan PT. MAIN. Semoga saran dari

penulis ini dapat berguna di masa yang akan datang.

5.2.1 Saran untuk Program Ekstensi Akuntansi FEUI

Beberapa saran yang penulis berikan kepada Program Ekstensi Akuntansi

FEUI adalah:

1. Memperbanyak kerjasama dengan perusahaan-perusahaan untuk pelaksanaan

program magang, sehingga mahasiswa yang ingin mengambil program

magang ini tidak kesulitan dalam mencari perusahaan untuk melaksanakan

magang. Karena program magang ini sangat berguna bagi para mahasiswa

dalam memperoleh pengalaman dalam menghadapi dunia pekerjaan.

2. Sebaiknya Program Ekstensi Akuntansi FEUI dapat lebih komunikatif dengan

mahasiswa sehingga informasi yang ada dapat disampaikan dan diterima

dengan baik dan jelas oleh mahasiswa.

3. Melaksanakan briefing magang dengan lebih efektif yang didukung dengan

tempat briefing yang dapat menampung mahasiswa secara keseluruhan.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 67: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia

53

4. Sebaiknya lebih diperhatikan lamanya periode waktu pelaksanaan magang

karena mengakibatkan sempitnya waktu yang dimiliki oleh mahasiswa untuk

mempersiapkan laporan magang.

5.2.2 Saran untuk PT. MAIN

Beberapa saran yang penulis ingin berikan kepada PT. MAIN adalah

sebagai berikut:

1. Sebaiknya PT. MAIN mempertimbangkan untuk membuat tempat

penyimpanan data-data dan dokumen yang lebih baik. Karena selama

melaksanakan program magang, penulis merasa kesulitan dalam mencari

dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam pekerjaan maupun penulisan

laporan magang ini dikarenakan kurang tertatanya tempat penyimpanan

dokumennya.

2. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, bibit ayam akan

dipelihara terlebih dahulu di divisi breeder selama 2 (dua) sampai 4

(empat) minggu baru dikirimkan ke divisi broiler. Ayam yang dikirimkan

ke divisi broiler ini langsung diakui sebagai persediaan padahal ayam

tersebut baru dijual pada umur 10 minggu. Sebaiknya ayam yang masih

berumur dua sampai sembilan minggu ini tidak diakui dahulu sebagai

persediaan melainkan diklasifikasikan ke dalam persediaan masih dalam

proses. Baru pada minggu kesepuluh, persediaan dalam proses ini diakui

sebagai persediaan perusahaan.

3. Untuk hewan ternak produksi yang sudah melewati masa produktifnya

atau sudah tidak bisa berproduksi lagi, perusahaan menjualnya ke kebun

binatang ataupun tempat pemeliharaan hewan untuk dijadikan makanan

hewan karnivora. Hewan ternak produksi merupakan aset biologis yang

dimiliki oleh perusahaan. perlakuan terhadap aset biologis dan persediaan

tentunya berbeda. Sebaiknya penjualan dari aset biologis ini dipisahkan

dari penjualan persediaan seperti yang telah diatur dalam IAS 41

(Internatonal Accounting Standard). Karena perlakuan keduanya berbeda.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 68: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Universitas Indonesia 54

DAFTAR REFERENSI

Badan Pengawas Pasar Modal, Surat Edaran Nomor 02 Tahun 2002 tentang

Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau

Perusahaan Publik Industri Peternakan

Carter, W. K, and M, F, Usry, Cost Accounting: Planning and Control. 14th

Edition. United States of America: South-Western College Publishing,

2002

Dunia, Firdaus A., Abdullah, Wasilah, Akuntansi Biaya Edisi 3. Jakarta: Salemba

Empat, 2012

Hansen, D. R., and, M. M. Mowen, Managerial Accounting. 8th edition. United

State of America: South-Western Publishing Company, 2009

Hongren, Charles T., Srikant M. Datar, and George Foster, Cost Accounting; A

Managerial Emphasis. 14th

Edition. United States of America: Prentice

Hall., 2012.

Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Edisi

Revisi. Jakarta: Salemba Empat, 2007.

International Accounting Standard Committee, International Accounting Standard

No. 41, Agriculture. 2000

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. Intermediate

Accounting. IFRS Edition. United States of America: John Willey & Sons

Inc., 2011.

Mulyadi, Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Aditya Media, 2000

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

249/PMK.03/2008 Tahun 2008 tentang Penyusutan dan Pengeluaran untuk

Memperoleh Harta Berwujud yang Dimiliki dan Digunakan dalam Bidang

Usaha Tertentu

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 69: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

55 Universitas Indonesia

Lampiran 1

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 70: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

56 Universitas Indonesia

Lampiran 2

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 71: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

57 Universitas Indonesia

Lampiran 3

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 72: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

58 Universitas Indonesia

Lampiran 4

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 73: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

59 Universitas Indonesia

Lampiran 5

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 74: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

60 Universitas Indonesia

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 75: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

61 Universitas Indonesia

Lampiran 6

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 76: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

62 Universitas Indonesia

Lampiran 7

Laporan Posisi Keuangan

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 77: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

63 Universitas Indonesia

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 78: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

64 Universitas Indonesia

Lampiran 8

Laporan Laba Rugi

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 79: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

65 Universitas Indonesia

Lampiran 9

Catatan Atas Laporan Keuangan

Hewan Ternak Produksi

Persediaan

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 80: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

EC staff consolidated version as of 16 September2009, EN – EU IAS 41 FOR INFORMATION PURPOSES ONLY

1

International Accounting Standard 41 Agriculture

Objective

The objective of this Standard is to prescribe the accounting treatment and disclosures related to agricultural activity.

Scope

1 This Standard shall be applied to account for the following when they relate to agricultural activity:

(a) biological assets;

(b) agricultural produce at the point of harvest; and

(c) government grants covered by paragraphs 34–35.

2 This Standard does not apply to:

(a) land related to agricultural activity (see IAS 16 Property, Plant and Equipment and IAS 40 Investment Property); and

(b) intangible assets related to agricultural activity (see IAS 38 Intangible Assets).

3 This Standard is applied to agricultural produce, which is the harvested product of the entity’s biological assets, only at the point of harvest. Thereafter, IAS 2 Inventories or another applicable Standard is applied. Accordingly, this Standard does not deal with the processing of agricultural produce after harvest; for example, the processing of grapes into wine by a vintner who has grown the grapes. While such processing may be a logical and natural extension of agricultural activity, and the events taking place may bear some similarity to biological transformation, such processing is not included within the definition of agricultural activity in this Standard.

4 The table below provides examples of biological assets, agricultural produce, and products that are the result of processing after harvest:

Biological assets Agricultural produce Products that are the result of processing after harvest

Sheep Wool Yarn, carpet

Trees in a plantation forest Felled trees Logs, lumber

Cotton Thread, clothing Plants

Harvested cane Sugar

Dairy cattle Milk Cheese

Pigs Carcass Sausages, cured hams

Bushes Leaf Tea, cured tobacco

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 81: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

EC staff consolidated version as of 16 September2009, EN – EU IAS 41 FOR INFORMATION PURPOSES ONLY

2

Biological assets Agricultural produce Products that are the result of processing after harvest

Vines Grapes Wine

Fruit trees Picked fruit Processed fruit

Definitions

Agriculture-related definitions

5 The following terms are used in this Standard with the meanings specified:

Agricultural activity is the management by an entity of the biological transformation and harvest of biological assets for sale or for conversion into agricultural produce or into additional biological assets.

Agricultural produce is the harvested product of the entity’s biological assets.

A biological asset is a living animal or plant.

Biological transformation comprises the processes of growth, degeneration, production, and procreation that cause qualitative or quantitative changes in a biological asset.

A group of biological assets is an aggregation of similar living animals or plants.

Harvest is the detachment of produce from a biological asset or the cessation of a biological asset’s life processes.

Costs to sell are the incremental costs directly attributable to the disposal of an asset, excluding finance costs and income taxes.

6 Agricultural activity covers a diverse range of activities; for example, raising livestock, forestry, annual or perennial cropping, cultivating orchards and plantations, floriculture, and aquaculture (including fish farming). Certain common features exist within this diversity:

(a) Capability to change. Living animals and plants are capable of biological transformation;

(b) Management of change. Management facilitates biological transformation by enhancing, or at least stabilising, conditions necessary for the process to take place (for example, nutrient levels, moisture, temperature, fertility, and light). Such management distinguishes agricultural activity from other activities. For example, harvesting from unmanaged sources (such as ocean fishing and deforestation) is not agricultural activity; and

(c) Measurement of change. The change in quality (for example, genetic merit, density, ripeness, fat cover, protein content, and fibre strength) or quantity (for example, progeny, weight, cubic metres,

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 82: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

EC staff consolidated version as of 16 September2009, EN – EU IAS 41 FOR INFORMATION PURPOSES ONLY

3

fibre length or diameter, and number of buds) brought about by biological transformation or harvest is measured and monitored as a routine management function.

7 Biological transformation results in the following types of outcomes:

(a) asset changes through (i) growth (an increase in quantity or improvement in quality of an animal or plant), (ii) degeneration (a decrease in the quantity or deterioration in quality of an animal or plant), or (iii) procreation (creation of additional living animals or plants); or

(b) production of agricultural produce such as latex, tea leaf, wool, and milk.

General definitions

8 The following terms are used in this Standard with the meanings specified:

An active market is a market where all the following conditions exist:

(a) the items traded within the market are homogeneous;

(b) willing buyers and sellers can normally be found at any time; and

(c) prices are available to the public.

Carrying amount is the amount at which an asset is recognised in the statement of financial position.

Fair value is the amount for which an asset could be exchanged, or a liability settled, between knowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction.

Government grants are as defined in IAS 20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance.

9 The fair value of an asset is based on its present location and condition. As a result, for example, the fair value of cattle at a farm is the price for the cattle in the relevant market less the transport and other costs of getting the cattle to that market.

Recognition and measurement

10 An entity shall recognise a biological asset or agricultural produce when, and only when:

(a) the entity controls the asset as a result of past events;

(b) it is probable that future economic benefits associated with the asset will flow to the entity; and

(c) the fair value or cost of the asset can be measured reliably.

11 In agricultural activity, control may be evidenced by, for example, legal ownership of cattle and the branding or otherwise marking of the cattle on acquisition, birth, or weaning. The future benefits are normally assessed by measuring the significant physical attributes.

12 A biological asset shall be measured on initial recognition and at the end of each reporting period at its fair value less costs to sell, except for the case described in paragraph 30 where the fair value cannot be measured reliably.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 83: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

EC staff consolidated version as of 16 September2009, EN – EU IAS 41 FOR INFORMATION PURPOSES ONLY

4

13 Agricultural produce harvested from an entity’s biological assets shall be measured at its fair value less costs to sell at the point of harvest. Such measurement is the cost at that date when applying IAS 2 Inventories or another applicable Standard.

14 [deleted]

15 The determination of fair value for a biological asset or agricultural produce may be facilitated by grouping biological assets or agricultural produce according to significant attributes; for example, by age or quality. An entity selects the attributes corresponding to the attributes used in the market as a basis for pricing.

16 Entities often enter into contracts to sell their biological assets or agricultural produce at a future date. Contract prices are not necessarily relevant in determining fair value, because fair value reflects the current market in which a willing buyer and seller would enter into a transaction. As a result, the fair value of a biological asset or agricultural produce is not adjusted because of the existence of a contract. In some cases, a contract for the sale of a biological asset or agricultural produce may be an onerous contract, as defined in IAS 37 Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets. IAS 37 applies to onerous contracts.

17 If an active market exists for a biological asset or agricultural produce, in its present location and condition, the quoted price in that market is the appropriate basis for determining the fair value of that asset. If an entity has access to different active markets, the entity uses the most relevant one. For example, if an entity has access to two active markets, it would use the price existing in the market expected to be used.

18 If an active market does not exist, an entity uses one or more of the following, when available, in determining fair value:

(a) the most recent market transaction price, provided that there has not been a significant change in economic circumstances between the date of that transaction and the end of the reporting period;

(b) market prices for similar assets with adjustment to reflect differences; and

(c) sector benchmarks such as the value of an orchard expressed per export tray, bushel, or hectare, and the value of cattle expressed per kilogram of meat.

19 In some cases, the information sources listed in paragraph 18 may suggest different conclusions as to the fair value of a biological asset or agricultural produce. An entity considers the reasons for those differences, in order to arrive at the most reliable estimate of fair value within a relatively narrow range of reasonable estimates.

20 In some circumstances, market-determined prices or values may not be available for a biological asset in its present condition. In these circumstances, an entity uses the present value of expected net cash flows from the asset discounted at a current market-determined rate in determining fair value.

21 The objective of a calculation of the present value of expected net cash flows is to determine the fair value of a biological asset in its present location and condition. An entity considers this in determining an appropriate discount rate to be used and in estimating expected net cash flows. In determining the present value of expected net cash flows, an entity includes the net cash flows that market participants would expect the asset to generate in its most relevant market.

22 An entity does not include any cash flows for financing the assets, taxation, or re-establishing biological assets after harvest (for example, the cost of replanting trees in a plantation forest after harvest).

23 In agreeing an arm’s length transaction price, knowledgeable, willing buyers and sellers consider the possibility of variations in cash flows. It follows that fair value reflects the possibility of such variations. Accordingly, an entity incorporates expectations about possible variations in cash flows into either the expected cash flows, or the discount rate, or some combination of the two. In determining a discount rate, an entity uses assumptions consistent with those used in estimating the expected cash flows, to avoid the effect of some assumptions being double-counted or ignored.

24 Cost may sometimes approximate fair value, particularly when:

(a) little biological transformation has taken place since initial cost incurrence (for example, for fruit tree seedlings planted immediately prior to the end of a reporting period); or

(b) the impact of the biological transformation on price is not expected to be material (for example, for the initial growth in a 30-year pine plantation production cycle).

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 84: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

EC staff consolidated version as of 16 September2009, EN – EU IAS 41 FOR INFORMATION PURPOSES ONLY

5

25 Biological assets are often physically attached to land (for example, trees in a plantation forest). There may be no separate market for biological assets that are attached to the land but an active market may exist for the combined assets, that is, for the biological assets, raw land, and land improvements, as a package. An entity may use information regarding the combined assets to determine fair value for the biological assets. For example, the fair value of raw land and land improvements may be deducted from the fair value of the combined assets to arrive at the fair value of biological assets.

Gains and losses

26 A gain or loss arising on initial recognition of a biological asset at fair value less costs to sell and from a change in fair value less costs to sell of a biological asset shall be included in profit or loss for the period in which it arises.

27 A loss may arise on initial recognition of a biological asset, because costs to sell are deducted in determining fair value less costs to sell of a biological asset. A gain may arise on initial recognition of a biological asset, such as when a calf is born.

28 A gain or loss arising on initial recognition of agricultural produce at fair value less costs to sell shall be included in profit or loss for the period in which it arises.

29 A gain or loss may arise on initial recognition of agricultural produce as a result of harvesting.

Inability to measure fair value reliably

30 There is a presumption that fair value can be measured reliably for a biological asset. However, that presumption can be rebutted only on initial recognition for a biological asset for which market-determined prices or values are not available and for which alternative estimates of fair value are determined to be clearly unreliable. In such a case, that biological asset shall be measured at its cost less any accumulated depreciation and any accumulated impairment losses. Once the fair value of such a biological asset becomes reliably measurable, an entity shall measure it at its fair value less costs to sell. Once a non-current biological asset meets the criteria to be classified as held for sale (or is included in a disposal group that is classified as held for sale) in accordance with IFRS 5 Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operations, it is presumed that fair value can be measured reliably.

31 The presumption in paragraph 30 can be rebutted only on initial recognition. An entity that has previously measured a biological asset at its fair value less costs to sell continues to measure the biological asset at its fair value less costs to sell until disposal.

32 In all cases, an entity measures agricultural produce at the point of harvest at its fair value less costs to sell. This Standard reflects the view that the fair value of agricultural produce at the point of harvest can always be measured reliably.

33 In determining cost, accumulated depreciation and accumulated impairment losses, an entity considers IAS 2 Inventories, IAS 16 Property, Plant and Equipment and IAS 36 Impairment of Assets.

Government grants

34 An unconditional government grant related to a biological asset measured at its fair value less costs to sell shall be recognised in profit or loss when, and only when, the government grant becomes receivable.

35 If a government grant related to a biological asset measured at its fair value less costs to sell is conditional, including when a government grant requires an entity not to engage in specified agricultural activity, an entity shall recognise the government grant in profit or loss when, and only when, the conditions attaching to the government grant are met.

36 Terms and conditions of government grants vary. For example, a grant may require an entity to farm in a particular location for five years and require the entity to return all of the grant if it farms for a period shorter

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 85: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

EC staff consolidated version as of 16 September2009, EN – EU IAS 41 FOR INFORMATION PURPOSES ONLY

6

than five years. In this case, the grant is not recognised in profit or loss until the five years have passed. However, if the terms of the grant allow part of it to be retained according to the time that has elapsed, the entity recognises that part in profit or loss as time passes.

37 If a government grant relates to a biological asset measured at its cost less any accumulated depreciation and any accumulated impairment losses (see paragraph 30), IAS 20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance is applied.

38 This Standard requires a different treatment from IAS 20, if a government grant relates to a biological asset measured at its fair value less costs to sell or a government grant requires an entity not to engage in specified agricultural activity. IAS 20 is applied only to a government grant related to a biological asset measured at its cost less any accumulated depreciation and any accumulated impairment losses.

Disclosure

39 [Deleted]

General

40 An entity shall disclose the aggregate gain or loss arising during the current period on initial recognition of biological assets and agricultural produce and from the change in fair value less costs to sell of biological assets.

41 An entity shall provide a description of each group of biological assets.

42 The disclosure required by paragraph 41 may take the form of a narrative or quantified description.

43 An entity is encouraged to provide a quantified description of each group of biological assets, distinguishing between consumable and bearer biological assets or between mature and immature biological assets, as appropriate. For example, an entity may disclose the carrying amounts of consumable biological assets and bearer biological assets by group. An entity may further divide those carrying amounts between mature and immature assets. These distinctions provide information that may be helpful in assessing the timing of future cash flows. An entity discloses the basis for making any such distinctions.

44 Consumable biological assets are those that are to be harvested as agricultural produce or sold as biological assets. Examples of consumable biological assets are livestock intended for the production of meat, livestock held for sale, fish in farms, crops such as maize and wheat, and trees being grown for lumber. Bearer biological assets are those other than consumable biological assets; for example, livestock from which milk is produced, grape vines, fruit trees, and trees from which firewood is harvested while the tree remains. Bearer biological assets are not agricultural produce but, rather, are self-regenerating.

45 Biological assets may be classified either as mature biological assets or immature biological assets. Mature biological assets are those that have attained harvestable specifications (for consumable biological assets) or are able to sustain regular harvests (for bearer biological assets).

46 If not disclosed elsewhere in information published with the financial statements, an entity shall describe:

(a) the nature of its activities involving each group of biological assets; and

(b) non-financial measures or estimates of the physical quantities of:

(i) each group of the entity’s biological assets at the end of the period; and

(ii) output of agricultural produce during the period.

47 An entity shall disclose the methods and significant assumptions applied in determining the fair value of each group of agricultural produce at the point of harvest and each group of biological assets.

48 An entity shall disclose the fair value less costs to sell of agricultural produce harvested during the period, determined at the point of harvest.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 86: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

EC staff consolidated version as of 16 September2009, EN – EU IAS 41 FOR INFORMATION PURPOSES ONLY

7

49 An entity shall disclose:

(a) the existence and carrying amounts of biological assets whose title is restricted, and the carrying amounts of biological assets pledged as security for liabilities;

(b) the amount of commitments for the development or acquisition of biological assets; and

(c) financial risk management strategies related to agricultural activity.

50 An entity shall present a reconciliation of changes in the carrying amount of biological assets between the beginning and the end of the current period. The reconciliation shall include:

(a) the gain or loss arising from changes in fair value less costs to sell;

(b) increases due to purchases;

(c) decreases attributable to sales and biological assets classified as held for sale (or included in a disposal group that is classified as held for sale) in accordance with IFRS 5;

(d) decreases due to harvest;

(e) increases resulting from business combinations;

(f) net exchange differences arising on the translation of financial statements into a different presentation currency, and on the translation of a foreign operation into the presentation currency of the reporting entity; and

(g) other changes.

51 The fair value less costs to sell of a biological asset can change due to both physical changes and price changes in the market. Separate disclosure of physical and price changes is useful in appraising current period performance and future prospects, particularly when there is a production cycle of more than one year. In such cases, an entity is encouraged to disclose, by group or otherwise, the amount of change in fair value less costs to sell included in profit or loss due to physical changes and due to price changes. This information is generally less useful when the production cycle is less than one year (for example, when raising chickens or growing cereal crops).

52 Biological transformation results in a number of types of physical change—growth, degeneration, production, and procreation, each of which is observable and measurable. Each of those physical changes has a direct relationship to future economic benefits. A change in fair value of a biological asset due to harvesting is also a physical change.

53 Agricultural activity is often exposed to climatic, disease and other natural risks. If an event occurs that gives rise to a material item of income or expense, the nature and amount of that item are disclosed in accordance with IAS 1 Presentation of Financial Statements. Examples of such an event include an outbreak of a virulent disease, a flood, a severe drought or frost, and a plague of insects.

Additional disclosures for biological assets where fair value cannot be measured reliably

54 If an entity measures biological assets at their cost less any accumulated depreciation and any accumulated impairment losses (see paragraph 30) at the end of the period, the entity shall disclose for such biological assets:

(a) a description of the biological assets;

(b) an explanation of why fair value cannot be measured reliably;

(c) if possible, the range of estimates within which fair value is highly likely to lie;

(d) the depreciation method used;

(e) the useful lives or the depreciation rates used; and

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 87: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

EC staff consolidated version as of 16 September2009, EN – EU IAS 41 FOR INFORMATION PURPOSES ONLY

8

(f) the gross carrying amount and the accumulated depreciation (aggregated with accumulated impairment losses) at the beginning and end of the period.

55 If, during the current period, an entity measures biological assets at their cost less any accumulated depreciation and any accumulated impairment losses (see paragraph 30), an entity shall disclose any gain or loss recognised on disposal of such biological assets and the reconciliation required by paragraph 50 shall disclose amounts related to such biological assets separately. In addition, the reconciliation shall include the following amounts included in profit or loss related to those biological assets:

(a) impairment losses;

(b) reversals of impairment losses; and

(c) depreciation.

56 If the fair value of biological assets previously measured at their cost less any accumulated depreciation and any accumulated impairment losses becomes reliably measurable during the current period, an entity shall disclose for those biological assets:

(a) a description of the biological assets;

(b) an explanation of why fair value has become reliably measurable; and

(c) the effect of the change.

Government grants

57 An entity shall disclose the following related to agricultural activity covered by this Standard:

(a) the nature and extent of government grants recognised in the financial statements;

(b) unfulfilled conditions and other contingencies attaching to government grants; and

(c) significant decreases expected in the level of government grants.

Effective date and transition

58 This Standard becomes operative for annual financial statements covering periods beginning on or after 1 January 2003. Earlier application is encouraged. If an entity applies this Standard for periods beginning before 1 January 2003, it shall disclose that fact.

59 This Standard does not establish any specific transitional provisions. The adoption of this Standard is accounted for in accordance with IAS 8 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors.

60 Paragraphs 5, 6, 17, 20 and 21 were amended and paragraph 14 deleted by Improvements to IFRSs issued in May 2008. An entity shall apply those amendments prospectively for annual periods beginning on or after 1 January 2009. Earlier application is permitted. If an entity applies the amendments for an earlier period it shall disclose that fact.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 88: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE- 02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan

Emiten atau Perusahaan Publik

Industri Peternakan

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 89: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE- 02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK - INDUSTRI PETERNAKAN

Daftar Isi 1. PEDOMAN Hal.

Bab I Pendahuluan 1

A. Latar Belakang ……………………………………..

B. Tujuan dan Ruang Lingkup ………………………...

C. Acuan Penyusunan …………………………………

D. Lingkup Pedoman ………………………………….

1

1

3

3

Bab II Karakteristik Usaha Perusahaan Peternakan 4

A. Gambaran Umum Aktivitas Perusahaan Peternakan

B. Resiko Terkait Industri ……………………………..

C. Istilah

4

4

5

Bab III Penyajian dan Pengungkapan Laporan laporan Keuangan Industri Peternakan

7

A. Pedoman Umum ……………………………………

B. Komponen Laporan Keuangan ……………………

C. Pedoman Pengungkapan Laporan Keuangan ………

7

12

31

2. ILUSTRASI 58

Ilustrasi : 1 NERACA ………………………………………………. 59

Ilustrasi : 2 LAPORAN LABA RUGI ……………………………… 62

Ilustrasi : 3 LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS ………………... 63

Ilustrasi : 4 LAPORAN ARUS KAS ………………………………. 64

Ilustrasi : 5 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ………... 67

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 90: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 1 -

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna.

Suatu laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Namun demikian, perlu disadari bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Secara umum, laporan keuangan menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

Dalam rangka penyajian laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik, salah satu pihak pengguna laporan yang harus dipertimbangkan adalah investor. Investor dan manajer investasi berkepentingan dengan risiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi mereka. Pihak-pihak tersebut membutuhkan informasi dalam pengambilan keputusan untuk membeli, menahan atau menjual investasi serta menilai kemampuan Emiten atau Perusahaan Publik untuk membayar dividen. Sementara itu, akses yang dimiliki oleh pihak-pihak tersebut terbatas untuk memperoleh informasi yang relevan untuk kepentingan tersebut.

Dalam kaitan ini, investor dan manajer investasi mempunyai ekspektasi yang sangat tinggi bahwa laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik menyediakan informasi yang mereka butuhkan. Ekspektasi ini tercermin dalam hasil survey yang dilakukan BEJ kepada 55 pengguna laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik tahun 1997 yang diwakili oleh manajer investasi. Kesimpulan umum dari hasil survey tersebut adalah:

1) Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan investasi.

2) Laporan keuangan belum sepenuhnya mengungkapkan informasi keuangan Emiten atau Perusahaan Publik secara transparan.

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan transparansi informasi dalam laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik dan memenuhi ekspektasi para pengguna laporan keuangan, maka perlu disusun suatu pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan ini. Pedoman ini diharapkan dapat memberikan panduan untuk menyajikan laporan keuangan yang berkualitas dan transparan.

B. Tujuan dan Ruang Lingkup

Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik dimaksudkan untuk memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure), sehingga dapat memberikan kualitas penyajian dan pengungkapan yang memadai bagi pengguna informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Laporan keuangan harus cukup penting untuk mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang pemakai yang berpengetahuan.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 91: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 2 -

Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) mengakui bahwa penyajian jumlah dan sifat informasi dalam laporan keuangan harus memenuhi kaidah keseimbangan antara biaya dan manfaat.

Penyusunan pedoman ini sejalan dengan tujuan pelaporan keuangan yaitu: 1. Pengambilan Keputusan Investasi dan Kredit.

Laporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor, calon investor dan kreditur dalam pengambilan keputusan yang rasional atas investasi dan kredit yang dilakukan. Informasi harus dapat dipahami oleh pelaku bisnis dan ekonomi yang mencermati informasi yang disajikan dengan seksama. a. Pihak investor meliputi:

1) Pemegang efek ekuitas. 2) Pemegang efek hutang.

b. Pihak kreditur meliputi: 1) Pemasok. 2) Konsumen dan karyawan yang memiliki klaim atas perusahaan. 3) Lembaga pemberi pinjaman. 4) Pemberi pinjaman individual. 5) Pemegang efek hutang.

2. Menilai Prospek Arus Kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mendukung investor, kreditor dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, saat dan ketidakpastian dalam penerimaan kas di masa depan atas dividen, bunga dan hasil dari penjualan, pelunasan (redemption) dan jatuh tempo dari efek atau pinjaman. Prospek penerimaan kas tersebut sangat tergantung dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas guna memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo, kebutuhan operasional, reinvestasi dalam operasi, serta pembayaran dividen. Persepsi investor dan kreditor atas kemampuan perusahaan tersebut akan mempengaruhi harga pasar efek perusahaan yang bersangkutan. Persepsi investor dan kreditor dipengaruhi oleh harapan mereka atas tingkat pengembalian dan risiko dari dana yang mereka tanamkan. Investor dan kreditor akan memaksimalkan pengembalian dana yang telah mereka tanamkan dan akan melakukan penyesuaian terhadap risiko yang mereka persepsikan atas perusahaan yang bersangkutan.

3. Informasi atas Sumber Daya Perusahaan, Klaim atas Sumber Daya Tersebut Serta Perubahannya. Pelaporan keuangan bertujuan memberikan informasi tentang sumberdaya ekonomis perusahaan, kewajiban perusahaan untuk mengalihkan sumberdaya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham, dampak transaksi dan peristiwa yang mempengaruhi perubahan sumberdaya tersebut.

Pedoman ini menetapkan bentuk, isi dan persyaratan dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik yang harus disampaikan, baik untuk keperluan penyampaian kepada masyarakat maupun kepada Bapepam dan Bursa Efek.

Dengan adanya Pedoman ini, pemahaman dan daya banding laporan keuangan akan semakin meningkat karena laporan keuangan disajikan dalam format yang seragam dan menggunakan deskripsi yang sama untuk pos-pos sejenis.

Pedoman ini merupakan acuan minimum yang harus dipenuhi oleh Emiten atau Perusahaan Publik dalam menyusun laporan keuangan, baik laporan keuangan interim maupun tahunan. Oleh karena itu, keseragaman penyajian sebagaimana diatur dalam Pedoman ini tidak menghalangi Emiten atau Perusahaan Publik untuk memberikan

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 92: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 3 -

informasi yang relevan bagi pengguna laporan sesuai kondisi masing-masing Emiten atau Perusahaan Publik.

C. Acuan Penyusunan Pemilihan acuan yang digunakan dalam menyusun pedoman untuk industri peternakan didasarkan pada acuan-acuan yang relevan dengan industri peternakan. Adapun acuan-acuan tersebut adalah: 1. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang berhubungan dengan

akuntansi dan laporan keuangan. 2. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ISAK).

3. International Accounting Standard (IAS), Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan laporan keuangan.

4. Praktek-praktek akuntansi yang berlaku umum, kesepakatan antar negara, kebiasaan industri yang baru, dan standar akuntansi negara lain.

Dalam hal terdapat perbedaan antara peraturan Bapepam dan PSAK dalam penyusunan laporan keuangan, maka acuan yang digunakan adalah peraturan Bapepam.

D. Lingkup Pedoman Pedoman ini dibuat untuk Emiten atau Perusahaan Publik yang aktivitas utamanya adalah industri peternakan dengan asumsi bahwa Emiten atau Perusahaan Publik tersebut tidak mempunyai anak perusahaan yang dikonsolidasikan. Apabila Emiten atau Perusahaan Publik memiliki anak perusahaan yang harus dikonsolidasikan, Pedoman ini harus digunakan bersama dengan pedoman Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan Investasi.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 93: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 4 -

BAB II

KARAKTERISTIK USAHA INDUSTRI PETERNAKAN

A. Gambaran Umum Aktivitas Industri Peternakan Industri peternakan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan sektor industri lain yang ditunjukkan oleh adanya pengelolaan transformasi biologis hewan untuk menghasilkan produk yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Kegiatan industri peternakan pada umumnya dapat digolongkan menjadi :

a) Pembelian atau penetasan bibit, yaitu membeli hewan ternak untuk dijual kembali atau membeli bibit hewan ternak untuk ditetaskan menjadi hewan ternak jadi.

b) Pemeliharaan hewan sampai dapat menghasilkan, yaitu pemeliharaan hewan melalui proses pembesaran dan penggemukan hingga dapat menghasilkan produk.

c) Pemungutan, yaitu proses pengambilan atas hewan yang siap dijual atau produk yang dihasilkan hewan itu sendiri.

d) Pengolahan dan Pemasaran, yaitu proses lebih lanjut yang dibutuhkan agar produk tersebut siap dijual.

B. Risiko Industri

1. Kesinambungan hidup hewan ternak Hewan ternak, terutama yang berfungsi sebagai pembibit dan petelur, merupakan aktiva utama perusahaan. Risiko hama penyakit atau kondisi alam yang dapat mengakibatkan kematian hewan ternak maupun terganggunya kondisi hewan ternak untuk menjalankan fungsinya harus diantisipasi sebelumnya oleh pihak manajemen.

Kesinambungan hidup hewan ternak berpengaruh terhadap kesinambungan entitas (going concern) . Untuk itu sebagian risiko tersebut dapat diasuransikan.

2. Kondisi pasar dan fluktuasi harga Perusahaan peternakan yang menjual sendiri hasil ternaknya memiliki risiko yang terkait dengan kondisi pasar. Kondisi pasar yang tidak dapat menyerap hasil peternakan merupakan risiko tersendiri yang dapat mengganggu kondisi perusahaan secara keseluruhan. Hal ini mengakibatkan berfluktuasinya harga komoditi ternak di pasar.

3. Tingkat kompetisi Dengan bertambahnya jumlah penduduk, menyebabkan meningkatnya kebutuhan konsumsi pangan, termasuk produk hewani. Disatu sisi ini merupakan peluang bagi industri peternakan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produknya. Disisi lain, kondisi ini merupakan suatu ancaman karena semakin banyak pesaing baik dalam maupun luar negeri yang memasok produk mereka di pasar Indonesia. Hal ini tentunya menciptakan iklim persaingan yang semakin ketat bagi industri peternakan di Indonesia.

4. Risiko perubahan teknologi Pesatnya perkembangan bio-teknologi khusunya di sektor peternakan mengakibatkan teknologi yang ada tidak ekonomis untuk dipakai. Kalaupun masih dipakai, perusahaan yang menggunakan teknologi lama menjadi kurang mampu bersaing dengan perusahaan yang menggunakan teknologi baru.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 94: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 5 -

5. Risiko pemogokan karyawan Semakin kuatnya peranan serikat karyawan dalam menyikapi setiap kebijakan pemerintah atau perusahaan, menyebabkan karyawan lebih kritis dalam menyuarakan ketidakpuasan terhadap kondisi kerja seperti kompensasi, perubahan peraturan, sampai keadaan ekonomi dan politik yang tidak stabil. Ketidakpuasan ini bisa dinyatakan dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan massal yang berpontensi menimbulkan kerusuhan (riot).

6. Kerusuhan dan penjarahan Semakin buruknya kondisi sosial dan ekonomi, menyebabkan masyarakat lebih mudah terpengaruh oleh berbagai informasi yang dapat menyebabkan pengerahan massa dalam menyuarakan ketidakpuasan terhadap perusahaan. Ketidakpuasan ini bisa dinyatakan dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan massal yang berpontensi menimbulkan kerusuhan (riot).

7. Risiko Leverage Pengembangan usaha peternakan, terutama dalam pembangunan sarana dan prasarananya membutuhkan dana dalam jumlah yang besar . Keterlibatan kreditor sebagai penyedia sumber dana tentunya tidak bisa dihindari. Semakin besarnya pendanaan dari luar (external financing) mengakibatkan semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak mampu melunasi hutang tersebut.

8. Resiko Kebijakan Pemerintah Risiko ini menyangkut peraturan mengenai impor bahan baku dan peralatan, ekspor produk dan masalah perijinan.

C. Istilah

1. Perusahaan peternakan adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan proses transformasi biologis hewan ternak untuk dapat menghasilkan produksi, dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Perusahaan peternakan selanjutnya bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu: - peternakan produksi, terdiri dari hewan ternak dalam pertumbuhan dan hewan

ternak telah menghasilkan, - peternakan konsumsi terdiri dari hewan ternak dalam pertumbuhan dan hewan

ternak siap untuk dijual.

2. Hewan ternak dalam pertumbuhan Merupakan hewan ternak yang belum dapat menghasilkan produksi atau pendapatan. Hewan ternak tersebut masih dalam proses pembesaran atau penggemukan.

3. Hewan ternak telah menghasilkan Merupakan hewan ternak yang dipelihara untuk menghasilkan barang konsumsi. Contoh hewan ternak telah menghasilkan adalah ayam pembibit yang menghasilkan telur, sapi yang menghasilkan susu dan sebagainya. Hewan ternak telah menghasilkan selanjutnya dibagi menjadi, a. Hewan Ternak Menghasilkan berumur pendek

Hewan ternak menghasilkan yang umurnya relatif pendek. Contoh: induk udang pada hatchery memproduksi benur.

b. Hewan Ternak Menghasilkan berumur panjang Merupakan hewan ternak menghasilkan yang umurnya relatif panjang. Contoh: induk sapi yang menghasilkan susu.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 95: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 6 -

Masing-masing hewan ternak menghasilkan di atas dapat dibagi menjadi namun tidak terbatas pada: a. Hewan Ternak Menghasilkan – Nenek

Merupakan hewan yang dipelihara untuk menghasilkan hewan induk. Contoh: Ayam yang menghasilkan ayam petelur.

b. Hewan Ternak Menghasilkan – Induk Merupakan hewan ternak yang dipelihara untuk diambil hasilnya. Contoh: Ayam petelur, lele dumbo dan domba penghasil bulu (wool)

4. Hewan Ternak Siap untuk Dijual Merupakan hewan ternak yang siap untuk dipotong atau dijual hidup, contoh: sapi/ayam siap potong, anak ayam umur sehari atau day old chicken (DOC)

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 96: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 12 -

keuangan sehingga memerlukan penyesuian atau pengungkapan dalam laporan keuangan harus diungkapkan.

B. Komponen Laporan Keuangan

1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan terdiri dari : a. Neraca; b. Laporan Laba Rugi; c. Laporan Perubahan Ekuitas; d. Laporan Arus Kas; dan e. Catatan atas Laporan Keuangan.

2. Neraca

a. Komponen Utama Neraca Komponen utama neraca terdiri dari:

1) Aktiva

a) Aktiva Lancar:

(1) Kas dan Setara Kas;

(2) Investasi Jangka Pendek;

(3) Wesel Tagih;

(4) Piutang Usaha;

(5) Piutang Lain-Lain;

(6) Persediaan

(7) Hewan Ternak Produksi-Berumur Pendek;

(8) Pajak Dibayar Dimuka;

(9) Biaya Dibayar Dimuka; dan

(10) Aktiva Lancar Lain-lain.

b) Aktiva Tidak Lancar:

(1) Piutang Hubungan Istimewa;

(2) Aktiva Pajak Tangguhan;

(3) Investasi pada Perusahaan Asosiasi

(4) Investasi Jangka Panjang Lain;

(5) Hewan Ternak Produksi-Berumur Panjang;

(6) Aktiva Tetap;

(7) Aktiva Tidak Berwujud; dan

(8) Aktiva Lain-Lain.

2) Kewajiban

a) Kewajiban Lancar:

(1) Pinjaman Jangka Pendek;

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 97: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 15 -

(c) Tersedia untuk dijual (available for sale): Efek yang termasuk dalam kelompok ini adalah efek yang tidak memenuhi kriteria “Diperdagangkan” atau “Dimiliki hingga jatuh tempo”. Efek ini disajikan di Neraca sebesar nilai wajar, dan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui sebagai komponen ekuitas, sampai Efek tersebut dijual atau dilepas, dan pada saat tersebut keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui dalam Laporan Laba Rugi. Investasi pada efek yang seharusnya disajikan sebesar nilai wajar, tetapi efek tersebut tidak aktif diperdagangkan dan nilai wajar tidak dapat ditentukan secara andal, harus disajikan sebesar biaya perolehan. Investasi jangka pendek pada aktiva non keuangan (misal investasi properti) harus disajikan sebesar nilai terendah antara biaya dan harga pasar.

(3) Wesel Tagih Pos ini merupakan piutang usaha pada pihak ketiga yang didukung janji tertulis. Wesel tagih disajikan terpisah antara pihak ke tiga dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa apabila wesel tagih tersebut berkaitan dengan kegiatan normal perusahaan. Wesel Tagih disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasi, setelah memperhitungkan penyisihan wesel tagih yang diperkirakan tidak dapat ditagih.

(4) Piutang Usaha Pos ini merupakan piutang yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Piutang usaha disajikan terpisah antara pihak ketiga dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Piutang ini disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasikan, setelah memperhitungkan penyisihan piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih.

(5) Piutang Lain-lain

Pos ini merupakan tagihan perusahaan pada pihak ketiga yang menurut sifat dan jenisnya tidak dapat dikelompokkan dalam pos-pos pada angka (3) dan (4) di atas. Piutang Lain-lain disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasi, setelah dikurangi penyisihan piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih.

(6) Persediaan Persediaan adalah aktiva: (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; (b) dalam proses produksi; atau (c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan

dalam proses produksi atau pemberian jasa; atau (d) dalam perjalanan.

Untuk industri peternakan, persediaan meliputi antara lain: (a) Hewan ternak tersedia untuk dijual, yaitu antara lain :

i. Hasil produksi peternakan. Merupakan hasil produksi dari peternakan produksi misalnya: telur ayam, sarang burung walet,

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 98: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 16 -

telur burung onta, DOC (day old chicken), benih lele dumbo, benur (hatchery).

ii. Hewan Ternak Siap Jual. Merupakan hewan ternak yang dijual dalam bentuk hidup dan utuh, misalnya: ikan hias, gurame/ikan mas keramba dan burung hias.

iii. Hasil proses produksi peternakan konsumsi. Merupakan hasil produksi dari peternakan konsumsi, misalnya mutiara, daging/udang beku, ikan/daging asap.

(b) Hewan ternak dalam pertumbuhan, yaitu antara lain : i. Hewan dalam proses penetasan atau kandungan, misalnya telur

yang akan ditetaskan menjadi DOC (day old chicken). ii. Hewan dalam proses pembesaran, misalnya anak ayam yang

akan dibesarkan menjadi ayam potong.

iii. Hewan dalam proses penggemukan, misalnya sapi yang dimaksudkan akan menjadi sapi potong.

Persediaan hewan ternak tersedia untuk dijual dan hewan ternak dalam pertumbuhan dapat disajikan dengan menggunakan harga perolehan atau net realizable value mana yang lebih rendah apabila memenuhi kriteria :

• mempunyai harga pasar yang dapat diandalkan. • mempunyai cost of disposal yang relatif rendah dan dapat

diperkirakan . • tersedia untuk dijual dengan cepat.

Jika tidak memenuhi kriteria diatas, maka penilaian dilakukan berdasarkan cost. (c) Barang atau material yang akan digunakan secara langsung dalam

proses produksi, yaitu antara lain :

i. Bahan Baku. Bahan baku merupakan bahan yang secara langsung diperlukan dalam proses transformasi untuk menghasilkan barang jadi.

ii. Persediaan bahan pembantu. Bahan pembantu merupakan barang yang diperlukan dalam proses transformasi untuk menghasilkan barang jadi tetapi hubungannya dalam proses tidak langsung, misalnya obat-obatan ternak.

iii. Persediaan lain merupakan barang yang diperlukan dalam proses produksi perusahaan seperti solar, dan suku cadang.

Persediaan ini harus disajikan berdasarkan cost.

Barang dalam perjalanan. Barang dalam perjalanan merupakan barang atau material yang merupakan milik Perusahaan dan disajikan sebagai bagian dari persediaan

(7) Hewan Ternak Produksi - Berumur Pendek

Pos ini antara lain terdiri dari hewan ternak telah menghasilkan berumur pendek, yaitu antara lain :

(a) Hewan ternak menghasilkan – nenek, yaitu hewan ternak yang menghasilkan hewan ternak induk. Misalnya ayam yang akan menghasilkan induk ayam petelur.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 99: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 17 -

(b) Hewan ternak menghasilkan – induk, yaitu hewan ternak yang menghasilkan produksi berupa hewan ternak konsumsi atau produksi lainnya. Misalnya ayam yang akan menghasilkan ayam potong atau telur.

Penilaian hewan ternak berumur pendek didasarkan pada cost. Jika tidak ada asuransi penyakit perlu dibuat cadangan kematian atau metode penghapusan langsung bila mati mendadak.

(8) Pajak Dibayar Dimuka Pos ini merupakan: (a) Kelebihan pembayaran pajak, misalnya Pajak Pertambahan Nilai,

yang akan ditagih kembali atau dikompensasikan terhadap kewajiban pajak masa berikutnya.

(b) Aktiva Pajak Kini yaitu kelebihan jumlah Pajak Penghasilan yang telah dibayar pada periode berjalan dan periode sebelumnya dari jumlah pajak yang terhutang untuk periode-periode tersebut. Aktiva Pajak Kini harus dikompensasi (offset) dengan Kewajiban Pajak Kini dan jumlah netonya harus disajikan pada Neraca.

Pajak dibayar dimuka disajikan sebesar selisih jumlah pajak yang telah disetor dengan tagihan pajak.

(9) Biaya Dibayar Dimuka. Pos ini merupakan biaya yang telah dibayar namun pembebanannya baru akan dilakukan pada periode yang akan datang, pada saat manfaat diterima, seperti : premi asuransi dibayar di muka, dan sewa dibayar di muka. Biaya dibayar dimuka disajikan sebesar nilai yang belum terealisasi.

(10) Aktiva Lancar Lain-lain

Pos ini mencakup aktiva lancar yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam angka (1) sampai dengan angka (8) di atas, termasuk pembayaran di muka untuk memperoleh barang atau jasa yang akan digunakan dalam waktu 12 (dua belas) bulan atau satu siklus normal perusahaan. Aktiva lancar lain-lain disajikan sebesar nilai tercatat.

b) Aktiva Tidak Lancar Semua aktiva lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva yang lancar diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. Aktiva tidak lancar antara lain terdiri dari :

(1) Piutang Hubungan Istimewa Pos ini merupakan piutang yang timbul sebagai akibat dari transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, selain untuk pos yang telah ditentukan penyajiannya pada Kas dan Setara Kas, Investasi Jangka Pendek dan Piutang Usaha. Piutang Hubungan Istimewa disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasi. Jika untuk transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dibentuk penyisihan, maka alasan dan dasar pembentukan penyisihan serta penjelasan transaksi terjadinya piutang harus diungkapkan.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 100: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 19 -

bukti yang obyektif. Keadaan ini terjadi akibat penurunan kondisi keuangan dan kondisi lainnya dari perusahaan penerbit Efek tersebut. Penurunan permanen ini menyebabkan nilai tercatat Efek melebihi estimasi jumlah yang dapat dipulihkan. Dalam hal ini kerugian penurunan nilai ini diperlakukan sebagai berikut: (a) Kerugian bersih kumulatif untuk Efek tertentu yang telah diakui

secara langsung dalam komponen ekuitas harus dipindahkan dari komponen ekuitas dan dimasukkan dalam Laporan Laba Rugi periode berjalan meskipun Efek tersebut belum dijual atau dilepas.

(b) Jumlah kerugian yang harus dipindahkan dari ekuitas ke Laporan Laba Rugi, adalah perbedaan antara biaya perolehan Efek dan nilai wajar Efek (nilai tercatatnya), dikurangi dengan kerugian penurunan nilai dari Efek yang sebelumnya sudah diakui dalam Laporan Laba Rugi.

(c) Jika dalam periode berikutnya, nilai wajar Efek mengalami kenaikan dan kenaikan tersebut secara obyektif dapat dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi setelah kerugian penurunan nilai sebelumnya diakui dalam Laporan Laba Rugi, maka kerugian penurunan nilai harus dipulihkan melalui Laporan Laba Rugi periode berjalan.

(5) Hewan Ternak Produksi - Berumur Panjang Pos ini merupakan hewan ternak menghasilkan berumur panjang, yang terdiri dari :

(a) Hewan ternak dalam pertumbuhan Merupakan hewan ternak yang belum mencapai umur produktif. Aktiva ini dinilai berdasarkan akumulasi biaya perolehan dan pemeliharaan sampai umur produktif. Jika telah sampai umur produktif akan dipindahkan pada akun hewan ternak telah menghasilkan. Biaya perolehan dan pemeliharaan dikapitalisasi berdasarkan jangka waktu sampai mencapai umur produktif.

(b) Hewan ternak telah menghasilkan Merupakan hewan ternak yang telah mencapai umur produktif yang dipelihara untuk menghasilkan barang konsumsi, seperti susu, wool dan sebagainya. Aktiva ini akan diamortisasi (deplesi) sepanjang umur produktif ekonomisnya.

(6) Aktiva Tetap

Aktiva tetap dapat berupa:

(a) Pemilikan Langsung Pos ini merupakan aktiva tetap yang siap pakai, transaksinya telah selesai, dan menjadi hak perusahaan secara hukum. Aktiva ini dicatat sebesar biaya perolehan.

(b) Aktiva Sewa Guna Usaha Pos ini merupakan aktiva tetap yang diperoleh melalui transaksi sewa guna usaha yang memenuhi kriteria capital lease. Aktiva sewa guna usaha dicatat sebesar nilai tunai (present value) dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 101: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 34 -

(3) Metode akuntansi yang digunakan dalam pencatatan penyertaan (metode ekuitas atau biaya).

e) Investasi selain Efek Yang harus dijelaskan adalah:

(1) Penentuan nilai tercatat investasi. (2) Perlakuan perubahan nilai pasar investasi lancar yang dicatat

berdasarkan harga pasar. (3) Perlakuan surplus revaluasi atas penjualan investasi yang dinilai

kembali.

f) Hewan Ternak Yang harus dijelaskan adalah :

(1) Hewan ternak telah menghasilkan : (a) Metode penilaian; (b) Metode amortisasi (deplesi); (c) Cadangan kematian atau metode penghapusan langsung, jika ada.

(2) Hewan ternak dalam pertumbuhan (belum menghasilkan) : (a) Metode penilaian; (b) Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk dapat berpindah menjadi

hewan ternak telah menghasilkan.

g) Aktiva Tetap Yang harus dijelaskan adalah:

(1) Dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto aktiva tetap.

(2) Kriteria Kapitalisasi biaya perbaikan dan perawatan, penurunan nilai (impairment) dan penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi).

(3) Metode penyusutan yang digunakan. (4) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan. (5) Dasar pengukuran aktiva dalam pembangunan.

h) Sewa Guna Usaha Yang harus dijelaskan adalah :

(1) Dasar perlakuan transaksi sewa guna usaha sebagai capital lease. (2) Perlakuan laba (rugi) transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale

and lease back).

i) Aktiva Tidak Berwujud Yang harus dijelaskan adalah:

(1) Kriteria pengakuan untuk tiap jenis aktiva. (2) Metode amortisasi yang digunakan. (3) Masa manfaat atau tarif amortisasi yang digunakan. (4) Untuk biaya pengembangan, agar dijelaskan juga dasar kapitalisasinya.

j) Aktiva Lain-Lain Yang harus dijelaskan adalah:

(1) Dasar pengelompokan suatu aktiva menjadi aktiva lain-lain. (2) Kebijakan akuntansi untuk tiap jenis aktiva.

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 102: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 38 -

(b) Bahan pembantu, (c) Bahan persediaan lain.

b) Jumlah penyesuaian atas penurunan nilai persediaan. c) Kondisi dan peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang

diturunkan. d) Nilai tercatat persediaan yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima

jaminan. e) Nilai persediaan yang diasuransikan, nilai pertanggungan asuransi, dan

risiko yang ditutup. f) Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah pertanggungan asuransi. g) Dalam situasi depresiasi rupiah luar biasa: jumlah selisih kurs yang

dikapitalisasi, biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount).

h) Penjelasan mengenai kerugian persediaan yang jumlahnya material atau sifatnya luar biasa, seperti bencana alam.

i) Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dan tingkat kapitalisasi yang dipergunakan, untuk persediaan yang memenuhi kriteria aktiva tertentu (qualifying asset).

7) Hewan Ternak Produksi - Berumur Pendek Yang harus diungkapkan adalah: a) Total jumlah tercatat dan nilai tercatat menurut klasifikasi hewan ternak

telah menghasilkan dan hewan ternak belum menghasilkan. b) Rekonsiliasi saldo awal dan akhir hewan ternak tiap kelompok selama

paling tidak 2 tahun terakhir. c) Nilai amortisasi (deplesi) atas hewan ternak telah menghasilkan. d) Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah penyisihan atau penghapusan

persediaan yang mati atau hilang. e) Nilai hewan ternak yang diasuransikan, nilai pertanggungan asuransi dan

risiko yang ditutup. f) Jika tak ada asuransi untuk wabah penyakit, perlu dibuat cadangan kematian

atau metode penghapusan langsung. g) Pendapat manajemen atas kecukupan nilai pertanggungan asuransi. h) Nilai hewan ternak yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima

jaminan.

8) Pajak Dibayar di Muka Yang harus diungkapkan antara lain: a) Jenis dan jumlah masing-masing pajaknya. b) Uraian mengenai jumlah restitusi pajak yang diajukan dan statusnya.

9) Biaya Dibayar Dimuka Yang harus diungkapkan adalah rincian menurut jenis dan jumlah.

10) Aktiva Lancar Lain Yang harus diungkapkan adalah rincian menurut jenis dan jumlah.

11) Piutang Hubungan Istimewa Yang harus diungkapkan antara lain: a) Rincian jenis, nama pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan jumlah

piutang, menurut jenis mata uang. b) Alasan dan dasar pembentukan penyisihan dan/atau penghapusan, transaksi

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 103: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 39 -

terjadinya piutang, saat timbulnya piutang, nama debitur, sifat hubungan dengan debitur dan jumlahnya.

c) Jumlah penyisihan piutang ragu-ragu, beban piutang ragu-ragu, dan penghapusan piutang.

d) Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah penyisihan.

12) Investasi pada Perusahaan Asosiasi Yang harus diungkapkan antara lain: a) Nama perusahaan dan persentase kepemilikan. b) Rekonsiliasi nilai tercatat penyertaan pada awal dan akhir periode dengan

memperlihatkan bagian laba rugi yang diakui dan dividen yang diperoleh pada periode berjalan serta penurunan permanen nilai penyertaan.

c) Informasi lainnya yang menyangkut kegiatan perusahaan asosiasi, misalnya perusahaan asosiasi menerbitkan saham baru.

13) Investasi Jangka Panjang Lain Yang harus diungkapkan antara lain: a) Rincian menurut jenis investasi sebagai berikut:

(1) Efek hutang dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity); (2) Efek hutang dan efek ekuitas tersedia untuk dijual (available for sale); (3) Properti; (4) Investasi lainnya.

b) Pemisahan antara investasi pada pihak ketiga dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk investasi dalam efek hutang dan efek ekuitas, investasi dalam properti dan investasi lainnya.

c) Pengungkapan investasi dalam efek hutang (dimiliki hingga jatuh tempo dan tersedia untuk dijual) adalah sebagai berikut: (1) Rincian efek hutang menurut penerbit, nilai nominal serta jenis mata

uang, diskonto atau premium yang belum diamortisasi, nilai tercatat, tingkat bunga, dan tanggal jatuh tempo;

(2) Efek yang pembayarannya dijamin dengan hipotik diungkapkan secara terpisah;

(3) Persyaratan efek hutang; (4) Nilai wajar agregat; (5) Metode dan asumsi yang digunakan dalam menentukan nilai wajar

efek; (6) Laba (rugi) yang belum direalisasi dari efek tersedia untuk dijual

(available for sale); (7) Peringkat efek hutang berikut nama pemeringkat, jika ada.

d) Untuk efek ekuitas tersedia untuk dijual harus diungkapkan: (1) Nilai wajar agregat; (2) Metode dan asumsi yang digunakan dalam menentukan nilai wajar

efek; (3) Laba (rugi) yang belum direalisasi.

e) Uraian tentang alasan diambilnya keputusan menjual, mengubah jenis atau memindahkan kelompok efek.

f) Pengungkapan investasi dalam efek yang menggunakan metode biaya (cost method), adalah: (1) Nama perusahaan dan persentase yang dimiliki, nilai tercatat

penyertaan; (2) Alasan tidak dapat ditentukannya nilai wajar efek; (3) Mutasi penyertaan dan penurunan permanen nilai penyertaan;

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 104: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002

- 40 -

g) Pengungkapan investasi dalam bentuk properti meliputi jenis/uraian, lokasi, biaya perolehannya dan nilai wajarnya.

h) Pengungkapan investasi jangka panjang lainnya meliputi jenis dan nilai wajarnya.

i) Apabila investasi jangka panjang dijaminkan, syarat-syarat dan kondisi yang berdampak signifikan bagi perusahaan harus dinyatakan dan diungkapkan baik jumlah maupun pihak penerima jaminan.

j) Kondisi atau peristiwa yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai atau pemulihan penurunan nilai.

k) Rugi penurunan nilai yang diakui selama periode berjalan dan komponen Laporan Laba Rugi dimana kerugian tersebut dilaporkan . Pengungkapan dilakukan untuk setiap jenis investasi.

l) Pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui selama periode berjalan dan komponen Laporan Laba Rugi dimana kerugian tersebut dilaporkan. Pengungkapan dilakukan untuk setiap jenis investasi.

14) Hewan Ternak Produksi - Berumur Panjang Yang harus diungkapkan adalah a) Pengelompokan hewan ternak dalam pertumbuhan (belum menghasilkan)

dan hewan ternak telah menghasilkan. b) Rekonsiliasi saldo awal dan akhir hewan ternak tiap kelompok selama

paling tidak 2 tahun terakhir. c) Nilai amortisasi (deplesi) atas hewan ternak telah menghasilkan. d) Nilai hewan ternak tiap kelompok berdasarkan lokasi/area peternakan e) Kondisi hewan ternak. f) Prosentase kematian selama tiga tahun terakhir. g) Nilai hewan ternak yang diasuransikan, nilai pertanggungan asuransi dan

risiko yang ditutup. h) Jika tak ada asuransi untuk wabah penyakit, perlu dibuat cadangan kematian

atau metode penghapusan langsung. i) Nilai cadangan kematian atau metode penghapusan langsung, jika ada. j) Pendapat manajemen atas kecukupan nilai cadangan kematian, jika ada. k) Nilai hewan ternak yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima

jaminan.

15) Aktiva Tetap a) Pemilikan langsung

Yang harus diungkapkan adalah: (1) Rincian aktiva tetap menurut jenisnya, seperti; tanah, tanah dan

bangunan, mesin, kendaraan bermotor, peralatan kantor. (2) Akumulasi penyusutan masing-masing jenis aktiva tetap. (3) Jumlah penyusutan pada tahun berjalan, dan alokasi biaya penyusutan

pada laporan laba rugi. (4) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang

memperlihatkan penambahan dan pelepasan. (5) Nilai aktiva tetap yang diasuransikan, nilai pertanggungan dan risiko

yang ditutup. (6) Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah pertanggungan asuransi. (7) Untuk setiap kejadian luar biasa, harus diungkapkan :

(a) Jenis aktiva yang mengalami kerusakan dan penyebab kerusakannya;

(b) Nilai buku aktiva tersebut;

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 105: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 106: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013

Page 107: PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351797-TA-Beni Hendrawan.pdf · sel. uruh kerabat dan ... Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN

Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013