struktur, perilaku dan kinerja pasar ubi jalarrepository.ub.ac.id/130272/1/bismillah_skripsi.pdf ·...
TRANSCRIPT
STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALAR
(Ipomoea batatas L.)
(Studi Kasus di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten
Mojokerto)
SKRIPSI
Oleh:
BENI ARDIYANTO
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
MALANG
2015
Karya ini kupersembahkan untuk
Allah SWT
Ibu dan Bapakku Sariyan dan Yustiani
Kakakku Heri Siswanto dan Slamet Iswahyudi
Seluruh sahabatku sahabatku
Semua yang kenal denganku
Dan seseorang yang akan menjadi bagian masa depanku
nanti.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya orsinil yang saya
buat sendiri, di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Malang, Mei 2015
Beni Ardiyanto
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Struktur, Perilaku Dan Kinerja Pasar Ubi Jalar (Ipomoea
Batatas L.) Studi Kasus Di Desa Penanggungan, Kecamatan
Trawas, Kabupaten Mojokerto
Nama Mahasiswa : Beni Ardiyanto
NIM : 115040100111147
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Pembimbing Utama,
Prof. Ir Ratya Anindita, MS.,Ph.D
NIP. 19610908 198601 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Dr. Ir. Syafrial, MS.
NIP 195805291983031001
Tanggal Persetujuan:
v
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Dosen Penguji
Penguji I,
Ir. Heru Santoso Hadi S., SU
NIP. 19540305 198103 1 005
Penguji II,
Setyo Yuli Handono, SP., MP., MBA
NIP. 19820716 200604 1 001
Tanggal Lulus
Penguji III,
Prof. Ir Ratya Anindita, MS.,Ph.D
NIP. 19610908 198601 1 001
i
RINGKASAN
BENI ARDIYANTO. 115040100111147. Struktur, Perilakudan Kinerja Pasar
Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Studi Kasus di Desa Penanggungan, Kecamatan
Trawas, Kabupaten Mojokerto. Di bawah bimbingan Prof. Ir Ratya Anindita,
MS.,Ph.D.
Ubi jalar merupakan komoditas tanaman pangan yang potensial untuk
dikembangkan di Indonesia. Potensi pengembangan ubi jalar di Indonesia ini
perlu memperhatikan tiga hal, yaitu produktivitas, produksi dan luas lahan.
Sementara itu, terdapat permasalahan pada aspek pemasaran, yaitu panjangnya
saluran pemasaran sehingga semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dan
tingginya biaya pemasaran. Selanjutnya menyebabkan keuntungan petani yang
rendah dan tingginya marjin pemasaran karena adanya perbedaan harga yang jauh
di tingkat petani dan konsumen akhir. Adanya hal tersebut, maka perlu untuk
dilakukan penelitian mengenai pemasaran ubi jalar untuk mengetahui lebih lanjut
bagaimana sistem pemasaran ubi jalar di Desa Penanggungan apakah sudah
berjalan secara efisien atau tidak. Analisis yang sesuai untuk melakukan penelitian
dalam mengetahui sebab akibat pemasaran yang berjalan secara tidak efisien
adalah dengan menggunakan pendekatan struktur, perilaku dan kinerja pasar.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui struktur, perilaku dan kinerja
pasar ubi jalar. Hipotesis dari penelian ini, antara lain diduga struktur pasar ubi
jalar di Desa Penanggungan merupakan pasar persaingan tidak sempurna, diduga
pelaku pasar melakukan tingkah laku tertentu sebagai akibat dari struktur pasar
yang terbentuk dan untuk menguasai pasar, dan diduga pada pasar ubi jalar di
Desa Penanggungan memiliki marjin pemasaran tinggi, share biaya dan
keuntungan antar lembaga pemasaran tidak merata sehingga kinerja pasar menjadi
tidak efisien.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas,
Kabupaten Mojokerto pada bulan Maret-April 2015. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara dan observasi. Sementara itu, Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis struktur pasar dilakukan dengan indikator tingkat
konsentrasi pasar, tingkat differensiasi produk, kemudahan keluar dan masuk
pasar serta tingkat pengetahuan pasar. Alat ukur tingkat konsentrasi pasar
meliputi, pangsa pasar, CR4, IHH, dan R. Analisis terhadap perilaku pasar
dilakukan dengan indikator penentuan harga, saluran pemasaran, pendekatan
fungsi pemasaran dan ada atau tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory.
Analisis terhadap kinerja pasar dilakukan dengan menggunakan biaya, marjin, dan
keuntungan pemasaran, share harga petani, share harga lembaga pemasaran, dan
R/C ratio dengan menggunakan konsep produk referensi.
Analisis struktur pasar menunjukkan bahwa pasar ubi jalar di Desa
Penanggungan mengarah pada pasar oligopoli, dengan karakteristik yang dimiliki
seperti jumlah penjual sedikit, menghasilkan barang standar maupun barang
berbeda corak, penguasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya
sangat tangguh, harga produk yang dijual relative sama, dan perubahan harga akan
diikuti oleh pelaku pasar lain.
Perilaku pasar yang dilakukan petani dalam meningkatkan keuntungan
adalah dengan fokus pada kegiatan budidaya untuk meningkatkan kuantitas ubi
ii
jalar yang dijual karena petani tidak dapat meningkatkan keuntungan dengan
meningkatkan harga jual ubi jalar, perilaku pasar yang dilakukan oleh lembaga
pemasaran mampu mendominasi petani, setiap tindakan yang dilakukan oleh akan
diikuti dengan lembaga pemasaran yang lainnya, taktik pemasaran dengan
menjalin hubungan dengan petani dan lembaga pemasaran lain, penentuan
kualitas ubi jalar yang diperdagangkan, dan potongan berat ubi jalar, fungsi
pemasaran yang dilakukan meliputi fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan,
transportasi, standarisasi dan pembiayaan.
Kinerja pasar dianalisis dengan marjin pemasaran dan R/C ratio dengan
menggunakan konsep produk referensi. Perhitungan marjin menunjukkan bahwa
marjin terbesar terdapat pada kelompok saluran pemasaran II, karena memiliki
saluran pemasaran lebih panjang. Sementara itu perhitungan R/C ratio
menunjukkan bahwa semua lembaga pemasaran di masing-masing saluran
pemasaran memiliki nilai lebih dari 1, sehingga pemasaran yang dilakukan oleh
lembaga pemasaran adalah layak dan menguntungkan.
Pasar ubi jalar di Desa Penanggungan berjalan secara tidak efisien, terjadi
karena ketidakmerataan keuntungan yang diterima oleh petani dan setiap lembaga
pemasaran. Dari saluran pemasaran yang ada, kelompok saluran pemasaran I yang
lebih baik, karena meskipun keuntungan yang diterima setiap pelaku pasar tidak
merata akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang jauh dan kelompok saluran
pemasaran I ini memiliki saluran pemasaran yang lebih pendek.
Saran yang dapat diberikan adalah petani seharusnya tidak hanya
memperhatikan pada aspek budidaya saja, tetapi perlu memperhatikan
pemasarannya; bagi lembaga pemasaran, seharusnya dapat memberikan informasi
pasar yang lebih lengkap kepada petani dan sesama lembaga pemasaran, agar
tercapai kemerataan keuntungan; bagi pemerintah seharusnya memperhatikan
proses pemasaran ubi jalar, sehingga pelaku pasar ubi jalar mendapatkan
keuntungan yang adil dan merata dari pemasaran ubi jalar yang dijalankan dan
bagi penelitian selanjutnya sebaiknya pengambilan data dilakukan pada saat
musim panen, sehingga dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian ini.
iii
SUMMARY
BENI ARDIYANTO. 115040100111147. Structure, Conduct and Performance of
Sweet Potato (Ipomoea batatas L.) Market, Case Studies in Penanggungan
Village, District of Trawas, Mojokerto. Under the advisor of Prof. Ir. Ratya
Anindita, MS., Ph.D.
Sweet potato is a potential food crops to be developed in Indonesia.
Potential development of sweet potato in Indonesia is in need of attention to three
things, include productivity, production and land area. Meanwhile, there are
problems in marketing aspects, namely the length of the marketing channels so
that more marketing agencies involved and the high cost of marketing.
Furthermore cause farmers benefit low and high marketing margins because of the
price difference that far at the farm level and the end consumer. Given this, it is
necessary to do research on the marketing of sweet potato to find out more how
sweet potato marketing system in the village of Penanggungan if it is run
efficiently or not. Appropriate analysis to determine causal research in marketing
running inefficiently, approach use is the structure, conduct and performance of
the market.
The purpose of this study to determine the structure, conduct and
performance sweet potato market. The hypothesis of this study presented, among
others, allegedly sweet potato market structure in the Penanggungan village an
imperfectly competitive market, market participants suspected of doing a
particular behavior as a result of the market structure that is formed and to
dominate the market, and allegedly on sweet potato market in the village of
Penanggungan has high marketing margins, share costs and benefits are not
evenly distributed among marketing agencies so that the performance of the
market is not efficient.
This research was conducted in the village of Penanggungan, Trawas
District, Mojokerto in March until April 2015. Data was collected through
interviews and observations. Meanwhile, data analysis method used is the analysis
of market structure is done with indicators of market concentration levels, the
level of product differentiation, easy of market entry and exit as well as the level
of market knowledge. Measuring tools include market concentration levels,
market share, CR4, IHH, and R. The analysis of market conduct is done with
indicators of pricing, marketing channels, marketing function approach and
presence or absence of specific tactics or predatory actions. Analysis of the
performance of the market is done by using the cost, margins, and profit
marketing, farmers' share price, share price marketing agencies, and the R/C ratio
by using the concept of the reference product.
Analysis of the market structure indicates that the sweet potato market in
the village of Penanggungan lead to an oligopsony market, with characteristics
such as the number of sellers who owned little, produce standard goods, control
determines the price of sometimes weak and sometimes very strong, the price of
the products sold are relatively the same, and the price changes will be followed
by other market participants.
iv
Market conduct by farmers in increasing profits is to focus on aquaculture
activities to increase the quantity of sweet potatoes that are sold because farmers
can not increase profits by increasing the selling price of sweet potatoes, market
behavior conducted by marketing agency was able to dominate the farmers, any
action taken by will be followed by other marketing agencies, marketing tactics to
establish relationships with farmers and other marketing agencies, the
determination of the quality of traded yams, sweet potatoes and heavy pieces,
performed marketing functions include functions of purchasing, selling, storage,
transportation, standardization and financing ,
Market performance is analyzed by marketing margin and R/C ratio by
using the concept of the reference product. Margin calculation shows that the
largest margin contained in the marketing channel group II, because it has a
longer marketing channels. While the calculation of R/C ratio indicates that all
marketing agencies in each marketing channel has a value of more than 1, so the
marketing is done by marketing agencies is feasible and profitable.
Sweet potato market in the village of Penanggungan running inefficiently,
occur because of inequality of profits earned by farmers and any marketing
agencies. The existing of marketing channels, group marketing channels I is
better, because even though the benefits received by each offender uneven market
but there is no much difference and the group's marketing channels I have a
shorter marketing channels.
Advice can be given is the farmer should not only pay attention to the
aspects of cultivation alone, but need to pay attention to marketing; for marketing
agencies, should be able to provide a more complete market information to
farmers and other marketing agencies, in order to achieve equity profits; the
government should pay attention to the marketing process yams, sweet potatoes so
that market participants benefit from a fair and equitable marketing of sweet
potato that is run and for further research data collection should be done at harvest
time, so that they can see the difference with this study.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan
semesta alam yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian skripsi ini dengan judul
“Analisis Struktur, Perilaku Dan Kinerja Pasar Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
Studi Kasus di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan penelitian skripsi ini baik secara langsung
maupun tidak langsung, terutama kepada:
1. Ibu, Bapak, Heri Siswanto dan Slamet Iswahyudi yang senantiasa
memberikan dukungan moral dan spiritual serta semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Prof. Ir. Ratya Anindita, MS., Ph.D, selaku dosen Pembimbing
yang telah membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Heru Santoso Hadi S., SU. selaku doseen penguji skripsi yang
telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi.
4. Bapak Setyo Yuli Handono, SP., MP., MBA. selaku doseen penguji
skripsi yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam
penyelesaian skripsi.
5. Bapak Dr. Ir. Syafrial, MS. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Universitas Brawijaya yang telah memberikan bimbingan dan
dukungan dalam pengerjaan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya khususnya
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
7. Mbak Anisa SP., MP, MBA dan Fitriyotul Laily SP., MP atas
dukungannya dalam peengerjaan skripsi.
8. Ema Risqy Permata, atas dukungan dan semangat dalam pengerjaan
skripsi.
vi
9. Bapak dan Ibu Pegawai Kepala Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas,
Kabupaten Mojokerto, atas segala bantuannya selama penulis melakukan
penelitian.
10. Mas Teguh, Antok yang membanttu menemani peneliti selama penelitian.
11. Petani dan pedagang ubi jalar Desa Penanggungan, atas ketersediaannya
untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam pengerjaan skripsi.
12. Sahabat-sahabat kontrakan, kosan dan karyawan MEAT UP yang selalu
memberikan semangat dan dukungan moril kepada penulis.
13. Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian skripsi ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun serta
sumbangan pemikiran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhir kata,
penulis berharap semoga semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Malang, Mei 2015
Penulis
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 18 April 1993 dengan nama
lengka Beni Ardiyanto. Penulis merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara dari
Bapak Sariyan dan Ibu Yustiani. Penulis memulai pendidikan sekolah dasar di
SDN Jabontegal, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto pada tahun 1999
dan lulus pada tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan ke SMPN 1 Ngoro,
Mojokerto pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008. Selanjutnya penulis
melanjutkan ke SMAN 1 Mojosari, Mojokerto di Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) pada tahun dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis
melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata-1 (S-1) Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian, Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya,
Malang, melalui jalur SNMPTN tulis.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan
BEM FP UB sebagai Staff Biro FARMERS (Fabulous Agriculture Students
Melted into English Eksplorer Society) pada periode 2012-2013, aktif di UABT
UB sebagai staff KRT (Komisi Rumah Tangga dan Perlengkapan) pada periode
2012-2013 dan PERMASETA sebagai staff kaderisasi 2011-2012. Penulis juga
aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti RASTA, Inaugurasi, LKTI
PERMASETA, PKKMU Universitas Brawijaya, MUSANG UABT UB,
POSTER, PLA 1, AVG, IBM 8.
Selain aktif dalam organisasi, selama proses pendidiakan penulis juga aktif
dalam dunia akademik dengan menjadi asisten praktikum matakuliah Bahasa
Indonesia semester ganjil dan genap tahun ajaran 2012-2013, asisten praktikum
matakuliah Pengantar Ekonomi Pertanian semester Ganjil dan genap tahun ajaran
2012-2013, 2013-2014 dan 2014-2015, asisten praktikum matakuliah Manajemen
Agribisnis semester genap tahun ajaran 2012-2013, asisten praktikum matakuliah
Ekonomi Mikro semester genap tahun ajaran 2012-2013 dan 2013-2014, asisten
praktikum matakuliah Pemasaran Hasil Pertanian semester ganjil tahun ajaran
2012-2013 dan 2013-2014, asisten matakuliah Ekonomi Produksi semester ganjil
tahun ajaran 2014-2015 dan matakuliah Pertanian Berlanjut semester ganjil tahun
ajaran 2014-2015.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................... i
SUMMARY .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.4. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………… ......................................... 5
2.2. Tinjauan Umum Ubi Jalar ................................................................ 8
2.2.1. Taksonomi Ubi Jalar .............................................................. 8
2.2.2. Fungsi Ubi Jalar ...................................................................... 9
2.2.3. Potensi dan Prospek Ubi Jalar ................................................ 9
2.3. Konsep Pemasaran ........................................................................... 10
2.3.1. Pengertian Pemasaran ............................................................ 10
2.3.2. Fungsi Pemasaran ................................................................... 10
2.3.3. Saluran Pemasaran ................................................................. 13
2.3.4. Efisiensi Pemasaran ............................................................... 13
2.4. Teori SCP ......................................................................................... 13
2.4.1 Struktur Pasar ......................................................................... 14
2.4.2 Perilaku Pasar ......................................................................... 15
2.4.3 Kinerja Pasar .......................................................................... 16
2.5. Jenis-Jenis Sruktur Pasar .................................................................. 17
ix
2.5.1 Pasar Persaingan Sempurna ................................................... 17
2.5.2 Pasar Monopoli ...................................................................... 18
2.5.3 Pasar Monopolistik ................................................................ 18
2.5.4 Pasar Oligopoli ....................................................................... 19
2.6. Produk Referensi .............................................................................. 19
2.7. Marjin Pemasaran ............................................................................ 20
III. KERANGKA TEORITIS
3.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 21
3.2 Hipotesis .............................................................................................. 24
3.3 Batasan Masalah ............................................................................... 24
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................... 24
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penentuan Lokasi ................................................................ 28
4.2 Metode Penentuan Responden ........................................................ 28
4.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 29
4.4 Metode Analisis Data ...................................................................... 30
4.4.1 Analisis Struktur Pasar 30
4.4.2 Analisis Perilaku Pasar ............................................................ 34
4.4.3 Analisis Kinerja Pasar ............................................................ 35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................................ 40
5.1.1 Keadaan Demografi .............................................................. 40
5.1.2 Kondisi Pertanian Desa Penanggungan ................................ 43
5.2 Karakteristik Responden Petani ........................................................ 44
5.3 Karakteristik Responden Lembaga Pemasaran ................................. 48
5.3.1 Karakteristik Responden Tengkulak ..................................... 48
5.3.2 Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul ..................... 52
5.3.3 Karakteristik Responden Pedagang Pengecer ......................... 55
5.4 Analisis Struktur Pasar ..................................................................... 59
5.4.1 Tingkat Konsentrasi Pasar....................................................... 59
5.4.2 Tingkat Diferensiasi Produk ................................................. 63
x
5.4.3 Hambatan Keluar Masuk Pasar ............................................. 64
5.4.4 Tingkat Pengetahuan Pasar ................................................... 65
5.5 Analisis Perilaku Pasar ..................................................................... 66
5.5.1 Perilaku Pasar Petani Ubi Jalar ............................................... 67
5.5.2 Perilaku Pasar Lembaga Pemasaran Ubi Jalar ...................... 69
5.6 Analisis Kinerja Pasar ....................................................................... 74
5.6.1 Analisis Marjin Pemasaran .................................................... 74
5.6.2 Perbandingan Marjin Pemasaran ............................................ 80
5.6.3 Perbandingan Share Harga ...................................................... 82
5.6.4 Perbandingan R/C Ratio ........................................................ 83
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 85
6.2 Saran ............................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 87
LAMPIRAN .................................................................................................. 90
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Perhitungan Pangsa Pasar (market share) ............................................. 31
2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .................................... 41
3. Sarana Infrastruktur Pendidikan ............................................................. 42
4. Distribusi Masyarakat Berdasarkan Mata Pencahariaan ........................ 42
5. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 44
6. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Kelompok Usia ... 45
7. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Tingkat
Pendidikan .............................................................................................. 46
8. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Luas Lahan .......... 46
9. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Mata
Pencahariaan .......................................................................................... 47
10. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Lama Bertani ....... 48
11. Distribusi Responden Tengkulak Ubi Jalar Berdasarkan Jenis Kelamin 49
12. Distribusi Responden Tengkulak Ubi Jalar Berdasarkan Usia .............. . 49
13. Distribusi Responden Tengkulak Ubi Jalar Berdasarkan Tingkat
Pendidikan .............................................................................................. 50
14. Distribusi Responden Tengkulak Ubi Jalar Berdasarkan Lama
Berdagang.. ............................................................................................ 51
15. Distribusi Responden Tengkulak Ubi Jalar Berdasarkan Kuantitas
Pembelian ............................................................................................... 51
16. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan
Jenis Kelamin ......................................................................................... 52
17. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan
Kelompok Usia ...................................................................................... 53
18. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ................................................................................ 54
19. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan
Lama Berdagang .................................................................................... 54
xii
20. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan
Kuantitas Pembelian............................................................................... 55
21. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Ubi Jalar Berdasarkan Jenis
Kelamin .................................................................................................. 56
22. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Ubi Jalar Berdasarkan
Kelompok usia ....................................................................................... 56
23. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Ubi Jalar Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ................................................................................ 57
24. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Ubi Jalar Berdasarkan
Lama Berdagang .................................................................................... 58
25. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Ubi Jalar Berdasarkan
Kuantitas Pembelian............................................................................... 58
26. Hasil Perhitungan Concentration For Biggest Four (CR4) Pada
Lembaga Pemasaran Ubi Jalar ............................................................... 60
27. Hasil Perhitungan IHH Pada Lembaga Pemasaran Ubi Jalar ................ 61
28. Hasil Perhitungan Indeks Rosenbluth Pada Lembaga Pemasaran Ubi
Jalar ........................................................................................................ 62
29. Pengukuran Tingkat Konsentrasi Pasar Ubi Jalar .................................. 63
30. Sumber Informasi Harga Ubi Jalar ........................................................ 66
31. Perhitungan Marjin Pemasaran pada Kelompok Saluran Pemasaran
Pertama ................................................................................................... 76
32. Perhitungan Marjin Pemasaran pada Kelompok Saluran Pemasaran
Kedua. .................................................................................................... 79
33. Distribusi Marjin Pemasaran Ubi Jalar Antar Lembaga Pemasaran
pada Berbagai Saluran Pemasaran. ........................................................ 80
34. Share Harga yang Diterima oleh Petani dan Lembaga Pemasaran
pada Berbagai Saluran Pemasaran ......................................................... 82
35. R/C Rati Ubi Jalar Antar Lembaga Pemasaran pada Berbagai Saluran
Pemasaran .............................................................................................. 83
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Pemikiran Analisis SCP Ubi jalar ......................................... 23
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Peta Wilayah Desa Penanggungan ......................................................... 90
2. Tabel Daftar Responden Petani, Dan Responden Lembaga
Pemasaran .............................................................................................. 91
3. Tabel Perhitungan Pangsa Pasar (Market Share), CR4, IHH dan R ...... 95
I. Dokumentasi ................................................................... ...................... 99
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ubi jalar merupakan komoditas tanaman pangan yang potensial untuk
dikembangkan di Indonesia. Hal ini terlihat dari ubi jalar yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat, baik sebagai makanan utama ataupun sebagai makanan camilan.
Selain itu, ubi jalar memiliki kandungan karbohidrat tinggi yaitu sebesar 27,9
gram pada setiap 100 gram ubi jalar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan pokok pengganti beras (Rukmana, 1997).
Potensi pengembangan ubi jalar di Indonesia perlu memperhatikan tiga
hal, yaitu produktivitas, produksi dan luas lahan. Produktivitas ubi jalar di
Indonesia selama lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2014 terus menunjukkan peningkatan. Menurut data Badan Pusat Statistik (2014),
produktivitas ubi jalar pada tahun 2010 adalah sebesar 113,27 (ku/ha), pada tahun
2011 meningkat menjadi 123,29 (ku/ha), kemudian pada tahun 2012 meningkat
menjadi 139,29 (ku/ha), pada tahun 2013 kembali meningkat menjadi 147,47
(ku/ha), serta pada tahun 2014 produktivitas ubi jalar meningkat menjadi 150,68
(ku/ha).
Peningkatan produktivitas ubi jalar selama tahun 2010-2014 tidak selalu
sejalan dengan peningkatan produksinya. Produksi ubi jalar dari tahun 2010
sampai dengan 2014 mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2010 ke tahun 2011
produksinya mengalami peningkatan dari 2.051.046 ton menjadi 2.196.033 ton.
Pada tahun 2012, produksi ubi jalar kembali meningkat menjadi 2.483.460 ton.
Namun demikian pada tahun 2013 dan 2014, ubi jalar mengalami penurunan
jumlah produksi. Penurunan tersebut adalah sebesar 96,731 ton, sehingga
produksi ubi jalar pada tahun 2013 adalah sebesar 2.386.729 ton. Pada tahun
2014, produksi ubi jalar turun menjadi 2.363.568 ton (Badan Pusat Statistika,
2014).
Peningkatan produktivitas yang tidak sejalan dengan peningkatan produksi
dipengaruhi oleh perkembangan luas lahan ubi jalar. Selama lima tahun terakhir,
luas lahan ubi jalar secara garis besar terus mengalami penurunan. Pada tahun
2010, luas lahan ubi jalar sebesar 181.073 ha, turun menjadi 178.121 ha pada
tahun 2011, dan terjadi peningkatan pada tahun 2012 menjadi 178.295 ha, akan
2
tetapi pada tahun 2013 kembali terjadi penurunan menjadi 161.850 ha, dan
kembali terjadi penurunan pada tahun 2014 menjadi 156.862 ha (Badan Pusat
Statistika, 2014).
Peningkatan dan penurunan produksi yang dipengaruhi oleh produktivitas
dan luas lahan, secara tersirat mengikutsertakan peran petani sebagai pelaku
utama dalam pengembangan komoditas ubi jalar. Kondisi ini dikarenakan petani
memiliki peran yang besar dalam mempengaruhi luas panen dan produktivitas ubi
jalar. Apabila petani memiliki ketertarikan untuk mengusahakan ubi jalar maka
akan mengalami peningkatan yang potensial dari sisi luas panen dan produktivitas
ubi jalar. Peningkatan luas panen ubi jalar dapat terjadi karena ketertarikan petani
dalam mengusahakan ubi jalar, sehingga mereka akan mempertahankan lahan
pertanian yang dimiliki atau bahkan melakukan pembelian lahan pertanian baru
untuk budidaya ubi jalar. Sementara itu, peningkatan produktivitas ubi jalar dapat
terjadi karena petani akan berusaha untuk mengefektifkan penggunaan lahan yang
dimiliki dalam menjalankan budidaya ubi jalar.
Permasalahan yang terjadi sekarang ini adalah minat petani untuk
menjalankan usahatani ubi jalar mengalami penurunan seiring dengan rendahnya
keuntungan yang diterima. Rendahnya keuntungan yang diterima petani ini
disebabkan harga jual yang rendah dari komoditas ubi jalar itu sendiri. Harga jual
ubi jalar tidak pernah mencapai angka Rp. 2.000,00 per kilogramnya. Harga jual
ubi jalar pada data tahun 2012 adalah sebesar Rp. 1.630,00 per kilogram (Badan
Pusat Statistika, 2012). Selain harga yang rendah, permasalahan pada aspek
pemasaran juga menyebabkan rendahnya keuntungan yang diterima oleh petani
ubi jalar, yaitu terletak pada rantai pemasarannya.
Pada aspek pemasaran, permasalahan yang dihadapi adalah banyaknya
lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar, dimana hal ini akan
mempengaruhi panjang pendeknya rantai tataniaga dan tingginya biaya
pemasaran. Semakin tinggi biaya pemasaran ubi jalar, maka akan mengarah pada
semakin besarnya perbedaan harga antara petani dengan konsumen. Hubungan
antara harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen
bergantung pada saluran pemasaran yang menghubungkannya dan besarnya biaya
pemasaran yang dikeluarkan. Apabila marjin pemasaran semakin besar,akan
3
menyebabkan harga yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil dan
semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien (Tomek
and Harry, 1972).
Adanya sistem pemasaran ubi jalar yang berjalan secara tidak efisien,
menunjukkan bahwa perlu dilakukan analisis untuk mengetahui sebab akibat dari
pasar yang berjalan secara tidak efisien tersebut. Pendekatan yang dapat
digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran ubi jalar agar diketahui sebab
akibat adanya sistem pemasaran yang tidak efisien adalah dengan pendekatan
struktur, perilaku dan kinerja pasar (Struktur-Condact-Performance/ SCP).
Pendekatan SCP dipandang penting agar dapat menciptakan pasar yang efisien
(Anindita, 2004). Analisis pemasaran dengan pendekatan SCP ini akan
mengetahui struktur pasar ubi jalar, dan selanjutnya diketahui perilaku pasar yang
ada dari struktur pasar yang terbentuk yang mengakibatkan kinerja pasar tidak
efisien. Diketahuinya runtutan sebab akibat dari kinerja pasar efisien ini, sehingga
dapat ditemukan solusinya dalam perbaikan kinerja pasar ubi jalar yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
Pengembangan komoditas ubi jalar memiliki beberapa permasalahan.
Permasalahan yang terdapat pada komoditas ubi jalar ini salah satunya terletak
pada banyaknya jumlah petani dibandingkan dengan jumlah lembaga pemasaran
seperti tengkulak. Jumlah petani yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
tengkulak membuat keadaan yang kurang menguntungkan bagi para petani. Petani
akan memiliki ketergantungan kepada lembaga pemasaran dalam memasarkan
produknya, sedangkan tengkulak akan lebih bisa untuk memanfaatkan petani
dalam menjual komoditas ubi jalar yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena petani
tidak punya banyak pilihan kepada tengkulak siapa dalam menjual produk ubi
jalarnya, sedangkan tengkulak memiliki banyak pilihan untuk membeli komoditas
ubi jalar dari petani mana saja. Kondisi demikian dapat dimanfaatkan oleh
tengkulak atau lembaga pemasaran lainnya untuk melakukan kecurangan kepada
petani terutama dalam hal penentuan harga.
Ketergantungan petani terhadap lembaga pemasaran membuat petani
memiliki informasi pasar yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena petani tidak
bisa berhubungan secara langsung dengan konsumen dan pasar. Kondisi yang
4
demikian, membuat para petani sulit dalam mengakses informasi pasar tentang
produk dan harga ubi jalar di pasar.
Rendahnya informasi pasar yang dimiliki petani, memberikan dampak
merugikan bagi petani itu sendiri. Hal ini terjadi karena lembaga pemasaran
memiliki informasi pasar yang lebih baik dan informasi tersebut dapat
dimanfaatkan untuk mempermainkan harga. Lembaga pemasaran dapat dengan
bebas menentukan harga atau dengan kata lain petani hanya akan bertindak
sebagai pengambil harga (price taker). Kondisi tersebut mengakibatkan
keuntungan yang diterima petani ubi jalar akan lebih sedikit dibandingkan dengan
keuntungan yang diterima oleh lembaga pemasaran. Seharusnya dalam hal ini,
petani dan setiap lembaga pemasaran mendapatkan pembagian keuntungan yang
adil. Oleh karena itu, perlu untuk diketahui struktur, perilaku dan kinerja pasar ubi
jalar agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada pada pasar ubi jalar
tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui struktur pasar ubi jalar di Desa Penanggungan.
2. Mengetahui perilaku pasar ubi jalar di Desa Penanggungan.
3. Mengetahui kinerja pasar ubi jalar di Desa Penanggungan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai informasi bagi petani dalam mengambil keputusan terhadap
pemasaran hasil usahataninya di masa mendatang.
2. Sebagai tambahan informasi bagi lembaga pemasaran ubi jalar dalam upaya
peningkattan efisiensi pemasaran.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga-lembaga yang berkepentingan
dalam pembuatan kebijakan tentang peningkatan produktivitas dan efisiensi
pemasaran ubi jalar.
4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian pemasaran menggunakan pendekatan struktur, perilaku dan
kinerja pasar sudah banyak dilakukan oleh penelitian terdahulu. Penelitian yang
sudah dilakukan, mempunyai perbedaan pada komoditas dan permasalahaan yang
diteliti. Tibayan (1983) menganalisis permasalahan pada sistem pemasaran kopra,
dimana struktur pasar dilakukan dengan empat indikator yang meliputi tingkat
konsentrasi penjual dan pembeli, tingkat diferensiasi produk, kondisi keluar dan
masuk pasar, serta tingkat pengetahuan pasar. Penggunaan empat indikator
tersebut, juga dilakukan oleh Almonte (1991), yang melakukan penelitian dengan
dasar untuk memberikan informasi kepada pihak yang terkait dengan industri
madu dan untuk memberikan hal yang berguna terkait dengan sistem pemasaran
bagi home industri yang menjadi objek penelitian.
Penggunaan empat indikator pada struktur pasar oleh Tibayan (1983) dan
Almonte (1991) memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nzima (2014) dan Nambiro (2001). Nzima (2014), menggunakan dua dari empat
indikator tersebut, yaitu tingkat konsentrasi pasar dan kondisi masuk pasar.
Sedangkan, Nambiro (2001) dari empat indikator yang digunakan sebelumnya,
indikator tingkat pengetahuan pasar dilakukan dengan indikator integrasi pasar
dengan alasan untuk mengetahui integrasi pasar yang terjadi diantara produsen
jagung hibrida. Mellihat beberapa indikator yang digunakan oleh penelitian
terdahulu dalam menganalisis struktur pasar, maka dalam penelitian ini analisis
struktur pasar dilakukan dengan indikator tingkat konsentrasi pasar, tingkat
diferensiasi produk, tingkat keluar dan masuk pasar serta tingkat pengetahuan
pasar untuk mengetahui struktur pasar yang terbentuk.
Penggunaan indikator tingkat konsentrasi pasar pada analisis struktur
pasar, diukur dengan menggunakan beberapa alat ukur yang berbeda pada setiap
peneliti. Nambiro (2001), tingkat konsentrasi pasar diukur dengan menggunakan
koefisien gini dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan ketidaksetaraan
dalam distribusi pasar. Bosena (2011) dengan menggunakan konsentrasi rasio (C)
untuk mengetahui konsentrasi penjual yang menguasai pasar. Nzima (2014)
dengan mengunakan Indeks Hirschman Herfindahl (IHH). Alat ukur IHH
6
digunakan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli dari suatu wilayah pasar,
sehingga bisa diketahui secara umum gambaran imbangan kekuatan posisi tawar
menawar petani (penjual) terhadap pedagang (pembeli). Melihat pertimbangan
alat ukur yang digunakan pada penelitian sebelumnya, maka pada penelitian ini
tingkat konsentrasi pasar dilakukan dengan alat ukur pangsa pasar (market share),
Concentration Ratio for Biggest Four (CR4), Indeks Hirschman Herfindahl
(IHH), dan Indeks Rosenbluth (R). Pemilihan alat ukur pada indikator tingkat
konsentrasi pasar ini, dengan pertimbangan untuk mendukung alasan dalam
penentuan struktur pasar yang terbentuk.
Sementara itu, analisis perilaku pasar pada penelitian terdahulu dilakukan
secara deskriptif menggunakan indikator yang dipilih sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Analisis perilaku pasar oleh Nambiro (2001), dilakukan dengan
mempertimbangkan kegiatan yang dilakukan oleh pelaku pasar dalam hal harga
dan promosi khusus. Sedangkan, oleh Almonte (1991) dilakukan dengan indikator
aliran produk, lembaga dan jasa pemasaran, fungsi pertukaran, fungsi fisik dan
standarisasi dengan alasan untuk mengetahui pengaruh dari struktur pasar
terhadap perilaku perusahaan yang meliputi perubahan harga, perubahan output,
karakteristik produk, dan kemampuan menjual. Penelitian yang dilakukan oleh
Bosena (2011), analisis perilaku pasar menggunakan beberapa pertanyaan secara
sistematis untuk mengetahui indikator dalam praktek penetapan harga yang tidak
adil dan kondisi di tempat-tempat atau daerah di mana ketidakadilan pasar
tersebut terjadi.
Perbedaan indikator yang digunakan pada setiap penelitian terjadi karena
tidak adanya prosedur yang diamati untuk menganalisis unsur-unsur perilaku
pasar. Oleh karena itu, dengan pertimbangan menggabungkan dari beberapa
indikator yang digunakan pada penelitian sebelumnya dan dipilih berdasarkan
kebutuhan penelitian, dalam penelitian ini analisis perilaku pasar juga dilakukan
secara deskriptif. Indikator yang digunakan meliputi penentuan harga, saluran
pemasaran yang ada, pendekatan fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi
pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas dan ada atau tidaknya taktik khusus
atau tindakan predatory.
7
Selain pada struktur dan perilaku pasar, penelitian terdahulu juga
melakukan analisis pada kinerja pasar yang ada. Almonte (1991), dilakukan
dengan efisiensi harga dan Bosena (2011) mengggunakan alat ukur marjin
pemasaran. Sementara itu, Tibayan (1983), selain menggunakan indikator
efisiensi harga juga menggunakan indikator pengembalian terhadap modal dan
besarnya keuntungan yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
metode Ordinary Least Square (OLS). Selanjutnya, dengan melihat alat analisis
kinerja pasar yang digunakan pada penelitian sebelumnya, pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan biaya, marjin, dan keuntungan pemasaran, share
harga petani, share harga lembaga pemasaran (biaya dan keuntungan), dan rasio
keuntungan dengan biaya pemasaran ubi jalar. Alasan pemilihan alat analisis ini
karena alat analisis tersebut sering digunakan dalam meneliti kinerja pasar dan
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan dalam menilai kinerja pasar ubi
jalar terutama untuk mengetahui biaya dan keuntungan yang diterima pelaku pasar
ubi jalar.
Penelitian dengan pendekatan struktur, perilaku dan kinerja pasar juga
banyak dilakukan di Indonesia, diantaranya oleh Herlambang (2012) dan Putri
(2014). Kedua penelitian ini menggunakan objek penelitian komoditas pertanian
secara langsung. Penelitian yang dilakukan Herlambang (2012) dilatarbelakangi
oleh sistem pemasaran paprika yang berjalan secara tidak efisien yang, ditandai
dengan rendahnya share keuntungan yang diterima oleh petani paprika sebagai
produsen dibandingkan dengan share keuntungan yang diterima oleh lembaga
pemasaran. Herlambang (2012), analisis struktur pasar dilakukan dengan indikator
derajat konsentrasi pasar (diukur dengan market share, CR4, IHH dan R), tingkat
diferensiasi produk menggunakan variabel kualitas dan jenis paprika, hambatan
masuk pasar dan tingkat pengetahuan pasar dilakukan secara deskriptif. Perilaku
pasar menggunakan indikator kebijakan penetapan harga, kelembagaan dalam
sistem pemasaran paprika, pendekatan fungsional pemasaran serta kolusi dan
taktik dalam pemasaran paprika. Kinerja pemasaran diukur menggunakan analisis
marjin dan share harga antar lembaga pemasaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) membandingkan antara
struktur, perilaku dan kinerja pasar padi organik, semi organik dan konvensional.
8
Analisis struktur pasar, dilakukan dengan indikator derajat konsentrasi pasar
(diukur dengan market share dan CR4), tingkat diferensiasi produk, hambatan
masuk pasar dan tingkat pengetahuan pasar. Perilaku pasar diukur menggunakan
kebijakan penetapan harga, kelembagaan dalam sistem pemasaran paprika,
pendekatan fungsional pemasaran serta kolusi dan taktik dalam pemasaran
paprika. Analisis kinerja pemasaran menggunakan analisis marjin dan share harga
antar lembaga pemasaran. Pembandingan antara padi organik, semi organik dan
konvensional dilakukan dengan melihat indikator pada masing-masing struktur,
perilaku dan kinerja pasar yang ada.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dibahas di atas, maka untuk
menganalisis struktur, perilaku dan kinerja pasar dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa alat analisis sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Selanjutnya, dalam penelitian ini analisis struktur pasar dilakukan dengan
indikator tingkat konsentrasi pasar, tingkat diferensiasi produk, tingkat keluar dan
masuk pasar serta tingkat pengetahuan pasar. Analisis perilaku pasar dilakukan
dengan indikator penentuan harga, saluran pemasaran yang ada, pendekatan
fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi
fasilitas dan ada atau tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory. Analisis
terhadap kinerja pasar dilakukan dengan alat ukurbiaya pemasaran, marjin
pemasaran, keuntungan pemasaran, share harga petani, share harga lembaga
pemasaran (biaya dan keuntungan), dan rasio keuntungan dengan biaya
pemasaran ubi jalar.
2.2 Tinjauan Umum Ubi Jalar
2.2.1 Taksonomi Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan komoditas pangan yang diduga berasal dari Benua
Amerika. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia pada sekitar abad ke-16 dan
menyebar di hampir semua wilayah di Indonesia pada tahun 1960-an. Berikut
adalah taksonomi dari tanaman ubi jalar (Rukmana, 1997):
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
9
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomea
Spesies : ipomea batatas
2.2.2 Fungsi Ubi Jalar
Ubi jalar dapat berfungsi sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan
ketahanan pangan selain padi. Hal ini dikarenakan komoditas ubi jalar merupakan
tanaman pangan yang mampu tumbuh dengan mudah di hampir seluruh wilayah
di Indonesia. Alasan lain dikarenakan ubi jalar sebagai salah satu dari tujuh
komoditas utama tanaman pangan setelah padi, kentang, ubi kayu, jagung,
kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Departemen pertanian (2009)
menyatakan bahwa ubi jalar mempunyai produktivitas yang tinggi sehingga
menguntungkan untuk diusahakan dan juga mengandung zat gizi yang
berpengaruh positif pada kesehatan dengan pemanfaatannya yang luas dan cocok
untuk program diversifikasi pangan (Kusumawardhani, 2013).
2.2.3 Potensi dan Prospek Ubi Jalar
Secara ekonomi dan sosial ubi jalar memiliki potensi yang cukup tinggi,
antara lain sebagai bahan pangan yang efisien pada masa mendatang, bahan pakan
ternak dan sebagai bahan baku berbagai industri. Hal ini seperti yang terlihat di
luar negeri, khususnya di negara-negara maju, yang menjadikan ubi jalar sebagai
makanan mewah dan bahan baku berbagai industri, seperti industri fermetasi,
tekstil, lem, kosmetika, farmasi dan sirup. Selain itu ubi jalar memiliki kelebihan
dalam hal kapasitas sebagai bahan pangan. Ubi jalar merupakan sumber energi
sebesar 215 kal/ha/hari, sedangkan padi dan jagung hanya sebesar 176 kal/ha/hari
110 kal/ha/hari. Selain itu kelebihan lain yang dimiliki ubi jalar dibandingkan
dengan tanaman pangan lainnya, yaitu dapat bertahan hidup dalam kondisi iklim
yang kurang baik, sesuai pada semua jenis atau tipe tanah, dan mempunyai nilai
penting.
Melihat potensi yang dimiliki, maka perlu untuk dilakukan pengembangan
ubi jalar nasional. Hal ini juga terkait dengan ubi jalar yang memiliki berbagai arti
penting bagi kecukupan pangan, penyediaan bahan pakan ternak dan pemenuhan
kebutuhan berbagai industri. Selain itu juga memiliki potensi yang besar sebagai
10
komoditas nonmigas. Akan tetapi, pengembangan ubi jalar ini memiliki beberapa
masalah yang dihadapi. Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan ubi
jalar, yaitu rendahnya produtivitas ubi jalar dibandingkan dengan potensi hasil
yang dapat dicapai oleh varietas unggul. Dimana hasil penelitian Puslitbang
Tanaman Pangan menunjukkan bahwa potensi hasil ubi jalar varietas unggul
antara 23-40 ton. Perkiraan ini didapatkan dari berbagai produktivitas ubi jalar
varietas unggul seperti varietas prambanan mencapai 28 ton/ha, Borobudur 25
ton/ha, daya 23 ton/ha dan kalasan 40 tan/ha (Rukmana,1997).
2.3 Konsep Pemasaran
2.3.1. Pengertian Pemasaran
Menurut Kohls dan Uhl (1980) pemasaran merupakan semua kegiatan
bisnis yang terlibat dalam arus barang dan jasa dari titik produksi hingga barang
dan jasa tersebut ada di tangan konsumen. Pengertian ini menjelaskan paling tidak
ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian. Pertama, kegiatan yang disebut sebagai
jasa adalah suatu fungsi yang dilakukan dalam kegiatan pemasaran. Fungsi ini
bertujuan untuk mengubah produk berdasarkan bentuk (form), waktu (time),
tempat (place) dan kepemilikan (possession). Kedua, titik produsen yang
merupakan asal dari produk itu dijual pertama kali oleh produsen atau petani.
Ketiga, titik konsumen yang merupakan tujuan dari pemasaran itu sendiri yaitu
menyampaikan ke konsumen akhir yaitu transaksi terakhir (Anindita, 2004).
2.3.2 Fungsi Pemasaran
Berbagai tindakan atau kegiatan yang berperan selama proses penyampaian
barang dan jasa disebut sebagai fungsi pemasaran. Menurut Kohls dan Uhl (1980),
fungsi pemasaran dikelompokkan menjadi tiga, meliputi:
1. Fungsi Pertukaran
Fungsi pertukaran adalah kegiatan-kegiatan yang terlibat dalam pertukaran
barang dan jasa. Fungsi pertukaran dalam pemasaran, untuk memperlancar
pemindahan hak milik barang dan jasa yang digunakan. Fungsi penjualan dan
pembelian merupakan bagian dari fungsi pertukaran ini. Secara lebih jelas, berikut
penjelasan dari fungsi pembelian dan penjualan:
11
a. Fungsi Pembelian
Fungsi pembelian sebagian besar memperhatikan sumber pasokan produk
yang dipasarkan, dan kegiatan yang berhubungan dengan pembelian. Fungsi ini
dapat berupa pengumpulan produk dari produsen sampai ke tangan perantara lain
untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir.
b. Fungsi Penjualan
Fungsi penjualan diartikan sebagai keterampilan penjualan secara luas. Hal
ini berarti, dalam melakukan penjualan tidak hanya menerima harga yang
ditawarkan. Kegiatan yang dilakukan dalam fungsi ini termasuk dalam kegiatan
perdagangan, yang mana sebagian besar pengaturan fisik menentuan dari kegiatan
penjualan nantinya.
2. Fungsi Fisik
Fungsi fisik merupakan semua kegiatan yang langsung berhubungan
dengan barang dan jasa. Kegiatan tersebut meliputi penanganan, perpindahan dan
perubahan fisik dari suatu komoditas. Adanya fungsi fisik ini memberikan
kegunaan tempat, bentuk dan waktu dalam barang dan jasa yang dipasarkan.
Fungsi fisik meliputi fungsi penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan.
Berikut penjelasan dari masing-masing fungsi dalam fungsi fisik:
a. Fungsi Penyimpanan
Fungsi penyimpanan terutama berkaitan dengan membuat barang tersedia
disepanjang waktu terutama pada saat dibutuhkan. Kegiatan ini dapat berperan
dalam memegang penanganan perantara dari bahan baku sampai dibutuhkan untuk
diproses lebih lanjut. Kegiatan ini juga dapat berperan dalam mengatur pasokan
barang jadi sebagai persediaan dari penggolah, grosir, dan pengecer.
b. Fungsi Pengangkutan
Fungsi transportasi terutama berkaitan dengan membuat barang-barang
tersedia di tempat yang tepat. Kinerja yang memadai fungsi ini memerlukan
penimbangan alternatif jalur dan jenis transportasi karena mereka dapat
mempengaruhi biaya transportasi. Hal ini juga termasuk kegiatan yang terlibat
dalam persiapan pengiriman, seperti crating dan pemuatan.
12
c. Fungsi Pengolahan
Fungsi pengolahan sering tidak termasuk dalam fungsi pemasaran karena
pada dasarnya merupakan aktivitas perubahan bentuk. Namun, dalam pandangan
yang luas dari pemasaran pertanian kegiatan ini tidak dapat dihilangkan. Fungsi
pengolahan akan mencakup semua kegiatan pada dasarnya manufaktur yang
mengubah bentuk dasar dari produk, seperti mengkonversi hewan hidup ke dalam
daging, kacang polong segar ke kaleng atau beku kacang polong, atau gandum
menjadi tepung dan akhirnya menjadi roti.
3. Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk
memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitas terdiri dari
fungsi standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar.
Berikut penjelasan dari masing-masing fungsi dalam fungsi fasilitas:
a. Fungsi Standarisasi
Fungsi standarisasi adalah semua kegiatan pembentukan, pemeliharaan
dan pengukuran barang agar seragam. Pengukuran yang dilakukan dalam
indikator kualitas dan kuantitas. Fungsi ini menyederhanakan pembelian dan
penjualan, karena membuat penjualan memungkinkan dilakukan melalui contoh
dan deskripsi.
b. Fungsi Pembiayaan
Fungsi pembiayaan adalah kegiatan menggunakan uang untuk melakukan
berbagai kegiatan pemasaran. Adanya kegiatan penundaan antara saat penjualan
pertama dari produk mentah dan penjualan barang jadi ke konsumen akhir
membutuhkan biaya operasi. Selain itu, terjadinya kegiatan penyimpanan atau
keterlambatan, pelaku pemasaran juga harus membiayai dari penyelenggaraan
barang.
c. Fungsi Informasi pasar
Fungsi informasi pasar merupakan semua kegiatan untuk mengumpulkan,
menafsirkan, dan menentukan berbagai informasi yang diperlukan untuk
kelancaran operasional dari proses pemasaran. Pemasaran yang efisien tidak dapat
beroperasi tanpa adanya informasi. Mekanisme penetapan harga yang efektif
tergantung pada banyaknya informasi dari pembeli dan penjual.
13
2.3.3 Saluran Pemasaran
Glenn Walters (dalam Swastha, 1982) mengartikan saluaran pemasaran
sebagai sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan
antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan
bagi pasar tertentu. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa terdapat tiga kata
kunci dalam saluran pemasaran, yaitu sekelompok pedagang dan agen perusahaan,
pemindahan fisik dan menciptakan kegunaan. Sekelompok pedagang dan
perusahaan yang merupakan subjek yang melakukan. Pemindahan fisik yang
berarti, memindahkan barang yang dipasarkan dari suatu tempat ke tempat yang
lainnya. Menciptakan kegunaan yang berarti dari barang yang dipasarkan yang
belum mempunyai kegunaan (baik bentuk, tempat, waktu dan milik) menjadi
memiliki kegunaan tersebut sehingga barang dapat dimanfaatkan.
2.3.4 Efisiensi Pemasaran
Mankiw (2003) menyatakan bahwa efisiensi pemasaran merupakan suatu
kondisi ketika pemasaran dapat memaksimalkan surplus total yang diterima oleh
seluruh pelaku pasar (produsen, lembaga pemasaran, konsumen). Setidaknya ada
tiga macam penyebab ketidakefisienan pemasaran, yaitu panjangnya saluran
pemasaran, tingginya biaya pemasaran dan kegagalan pasar. Efisiensi diukur
sebagai rasio output ke input. Rasio efisiensi dapat dinyatakan dalam hal fisik atau
dalam dolar. Ketika dolar yang digunakan, konsep efisiensi menjadi rasio manfaat
biaya (Kohls dan Uhl, 1980).
2.4 Teori SCP
Pendekatan struktur, tingkah laku dan penampilan pasar (s-c-p approach)
merupakan suatu kerangka untuk mengetahui sebab akibat mengapa sistem
pemasaran berjalan secara tidak fair (adil) dan tidak effisien. Pendekatan struktur,
periaku dan kinerja pasar ini dilakukan untuk mengawasi persaingan diantara
perusahaan di berbagai pasar, bagaimana perusahaan melakukan tindakan akibat
struktur pasar yang ada dan lebih lanjut terhadap penampilan pasar. Apabila pasar
berjalan tidak sesuai dengan harapan, maka akan berdampak terhadap fairness dan
efisiensi dari sistem pemasaran (Anindita,2004).
14
Nyong, 1990 (dalam Tiku, dkk, 2009) lebih lanjut menekankan bahwa
struktur, perilaku dan kinerja (SCP) pasar adalah paradigma dasar organisasi
individu menyatakan bahwa struktur industri (yaitu karakteristik organisasi seperti
rasio konsentrasi, pangsa pasar, dan kondisi masuk pasar) mempengaruhi perilaku
perusahaan dalam keputusan mereka mengenai harga jual, kerja, dan teknologi
inovasi. Ini menegaskan bahwa perilaku perusahaan pada gilirannya, berpengaruh
terhadap kinerja, khususnya laba yang diperoleh di industri.
2.4.1 Struktur Pasar
Harriss, 1993(dalam Funke, Raphel and Kabir, 2012) mengatakan bahwa
struktur pasar terdiri dari karakteristik organisasi pasar yang mempengaruhi
strategis sifat kompetisi dan harga di dalam pasar. Struktur pasar membahas
organisasi dari suatu pasar sehingga organisasi pasar mempengaruhi keadaan
persaingan dan penentuan harga di pasar (Anindita, 2004). Terdapat beberapa
Kriteria untuk menentukan struktur pasar yaitu:
1. Tingkat Konsentrasi Pembeli dan Penjual
Derajat konsentrasi dapat diukur berdasarkan jumlah dari keseluruhan
penjual dan pembeli yang menguasai pasar + 40% atau berdasarkan jumlah
penjualan 4 terbesar dari penjual atau pembeli. Berdasarkan jumlah penjualnya,
pasar dibedakan atas: 1) Jika hanya terdapat satu penjual, pasar bersifat monopoli,
2) jika terdapat beberapa, pasar bersifat oligopoli, dan 3) jika banyak penjual,
pasar bersifat atomistik. Berdasarkan jumlah pembelinya, pasar dibedakan atas: 1)
Jika hanya terdapat satu pembeli, pasar bersifat monopsoni, 2) jika terdapat
beberapa pembeli, pasar bersifat oligopsoni, dan 3) jika banyak pembeli, pasar
bersifat atomistik (Baladina, 2011).
2. Tingkat Diferensiasi Produk
Tingkat diferensiasi produk menunjukkan tingkat keberagaman produk
yang dipasarkan di dalam pasar. Keberagaman produk di dalam pasar ini akan
mempengaruhi persaingan yang terjadi karena persaingan akan berjalan sempurna
apabila pembeli dapat membandingkan barang yang satu dengan yang lainnya.
Jika produk yang dipasarkan terdeferensiasi maka persaingan akan menjadi tidak
efektif, karena perbandingan produk yang satu dengan yang lainnya tidak dapat
dilakukan (Jaya, 2001).
15
3. Hambatan Masuk Pasar(Barries to Entry)
Jaya (2001), menyatakan bahwa segala sesuatu yang memungkinkan
terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru
merupakan hambatan masuk. Hambatan masuk pasar ini dapat dibedakan
menjadi: 1). Jika mudah masuk atau bebas untuk masuk pasar disebut persaingan
sempurna, 2). Jika tertutup untuk masuk pasar disebut monopsoni, 3). Jika sulit
untuk masuk pasar disebut oligopsoni. Halangan lain untuk dapat masuk pasar
bisa disebabkan oleh peraturan pemerintah yang terlalu keras atau
ketidakmampuan masuk penjual untuk memperoleh pelayanan pengelolaan,
tenaga kerja, peralatan, dan lain-lain (Baladina, 2011).
4. Tingkat Pengetahuan Pasar
Penting bagi penjual dan pembeli untuk mengetahui/mempelajari situasi
pasar, karena terkait dengan keberhasilan usahanya. Sistem pemasaran yang
efisien mengharuskan kita mampu menguasai informasi pasar untuk menetapkan
keputusan-keputusan pada tingkat petani dan pasar. Jumlah produksi, persediaan,
faktor permintaan dan penawaran, informasi harga, pasar, kualitas dan lokasi
produk, serta peramalan pasar, adalah faktor-faktor yang sangat penting dalam
informasi pasar untuk petani sebagai produsen, serta penjual dan pembeli sebagai
pelaku pasar, agar mereka tahu kapan dan dimana memasuki pasar, utamanya
untuk pasar yang bersaing sempurna (Tibayan, 1983).
2.4.2 Perilaku Pasar
Perilaku pasar mengacu pada pola perilaku yang dilakukan oleh
perusahaan dalam hal beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan kondisi pasar.
Dimensi perilaku termasuk metode yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan
dalam menentukan harga output dan promosi penjualan kebijakan, ada atau tidak
adanya taktik pemaksaan yang ditujukan terhadap baik saingan didirikan atau
pendatang potensial (Bain, 1968dalam Nambiro; 2001). Terdapat lima dimensi
tingkah laku pasar yaitu:
16
1. Metode yang digunakan oleh Perusahaan dalam Menentukan Harga dan
Tingkat Output
Metode atau proses penentuan harga pada setiap perusahaan menggunakan
prosedur yang berbeda-beda. Salah satu prosedur yang dapat digunakan dalam
penentuan harga meliputi:
a. Mengestimasi permintaan pada barang tersebut.
b. Mengetahui terlebih dahulu reaksi dalam persaingan.
c. Menentukan market share yang dapat diharapkan.
d. Memilih strategi harga untuk mencapai target pasar.
e. Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan (Swastha, 1984).
2. Ada Tidaknya Taktik Khusus atau Tindakan Predatory.
Menurut Jaya (2001), kerjasama yang bertahan lama diantara perusahaan-
perusahaan yang ada dalam suatu industri tertentu akan menjadikan kolusi akan
berjalan secara efektif. Tindakan kolusi dapat terjadi pada harga, produk dan
promosi penjualan. Adanya kolusi yang dilakukan oleh perusahaan dalam suatu
pasar tersebut bertujuan untuk menaikkan harga penjualan agar memperoleh
keuntungan yang lebih banyak.
Tindakan predatory dapat dipengaruhi oleh struktur pasar persaingan tidak
sempurna yang terbentuk. Tindakan predatory akan menguntungkan pihak
tertentu dan merugikan pihak lainya. Hal ini dikarenakan tindakan predatory yang
akan menghancurkan atau justru meningkatkan persaingan, tergantung pada
situasi atau keadaan pada saat tindakan-tindakan tersebut terjadi (Jaya, 2001).
2.4.3 Kinerja Pasar
Menururt Bain, 1968 dan Bresserdan King, 1970 (dalam Nambiro, 2001),
kinerja pasar mengacu pada hasil ekonomi yang mengalir dari industri dan
seberapa baik industri tersebut dalam melakukan hal efisiensi dan progresif atau
inovasi, mengingat lingkungan teknis. Hal ini adalah dampak daristruktur dan
perilaku yang diukur dalam hal variabel seperti harga, biaya dan volume output.
Pengukuran dari kinerja pasar meliputi:
1. Harga atau efisiensi ekonomi.
2. Pengambilan modal dalam kegiatan pemasaran dari perantara.
3. Ukuran keuntungan dalam hubungan dengan sumber pemasaran.
17
Untuk mengetahui penampilan pasar dapat diperhatikan beberapa hal
antara lain:
1. Harga relatif terhadap biaya rata-rata produksi atau tingkat keuntungan.
2. Ukuran biaya promosi penjualan relatif terhadap biaya produksi.
3. Karakteristik produk, meliputi pilihan desain, kualitas, dan ragam produk.
4. Tingkat kemajuan perusahaan dan industri.
5. Ukuran marjin pemasaran relatif terhadap biaya produksi.
6. Ukuran tingkat penjualan relatif terhadap sumberdaya pemasaran
7. Ukuran dari marketing loss (Anindita, 2004).
Menurut Kohls dan Uhl (1980), evaluasi kinerja pasar memerlukan
langkah-langkah khusus. Tren ritel harga pangan yang sering digunakan untuk
tujuan ini, seperti tingkat dan stabilitas harga pertanian dan pendapatan. Tingkat
konsumsi konsumen juga sering diambil sebagai ukuran kontribusi industri
makanan untuk standar hidup dan kualitas hidup. Pembagian harga dari tingkat
petani sampai tingkat retail dari harga yang dibayarkan konsumen adalah ukuran
yang paling sering digunakan dalam kinerja pasar. Marjin, keuntungan, dan tren
biaya pemasaran pangan juga menunjukkan daripada kinerja pasar. Paritas harga
pertanian dan pendapatan juga bisa digunakan sebagai ukuran kinerja pasar
industri makanan.
2.5 Jenis-Jenis Struktur Pasar
Struktur pasar dapat dikelompokkan dalam pasar persaingan sempurna dan
pasar persaingan tidak sempurna. Pasar persaingan sempurna meliputi pasar
monopoli, pasar monopolistik, dan pasar oligopoli. Penjelasan dari masing-
masing pasar adalah sebagai berikut:
2.5.1 Pasar Persaingan Sempurna
Menurut Sukirno (2010), pasar persaingan sempurna merupakan struktur
pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap
penjual atau pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
a. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna meliputi:
1). Terdapat banyak penjual atau produsen.
2). Barang yang dijual bersifat homogen.
18
3). Setiap perusahaan bebas untuk masuk dalam pasar.
4). Penjual dan pembeli secara individu tidak dapat mempengaruhi harga.
5). Harga ditentukan melalui pasar (permintaan dan penawaran)
6). Penjual dan pembeli mengetahui sepenuhnya informasi pasar.
2.5.2 Pasar Monopoli
Monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu
perusahaan saja. Perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai
barang pengganti yang sangat dekat. Monopoli cenderung menaikkan harga dan
dan memiliki banyak efek negatif pada pembentukan pasar yang adil (Albinger,
2009).
a. Ciri-ciri pasar monopoli
1). Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan.
2). Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip.
3). Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam pasar.
4). Dapat mempengaruhi penentuan harga.
5). Promosi iklan kurang diperlukan.
b. Faktor-faktor yang menimbulkan monopoli.
1). Mempunyai suatu sumber daya tertentu yang unik dan tidak dimiliki oleh
perusahaan yang lain
2). Pada umumnya dapat menikmati skala ekonomi hingga ke tingkat produksi
yang sangat tinggi
3). Monopoli wujud dan berkembang melalui undang-undang, yaitu pemerintah
memberi hak monopoli kepada perusahaan tersebut (Sukirno, 2010).
2.5.3 Pasar Monopolistik
Pasar monopolistik adalah pasar yang berada di antara dua jenis pasar
yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Dapat didefinisikan
suatu pasar dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang
berbeda corak.
a. Ciri-ciri persaingan monopolistik
1). Terdapat banyak penjual
2). Barangnya berbeda corak
19
3). Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga
4). Kemudahan masuk ke dalam pasar relatif mudah
5). Persaingan promosi penjualan sangat aktif (Sukirno, 2010).
2.5.4 Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri dari hanya beberapa produsen
saja. Adakalanya pasar oligopoli terdiri dari dua perusahaan saja yang dinamakan
pasar duopoli. Pasar oligopoli memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ciri-ciri pasar oligopoli
1). Menghasilkan barang standar maupun barang berbeda corak
2). Kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya sangat
tangguh
3). Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi secara iklan
(Sukirno, 2010)
Pasar oligopoli hanya terdiri dari sekelompok kecil perusahaan. Biasanya
terdapat perusahaan raksasa yang menguasai sebagian besar pasar oligopoli
katakanlah 70 – 80 persen dari seluruh produksi atau nilai penjualan dan di
samping itu terdapat pula beberapa perusahaan kecil. Beberapa perusahaan dapat
mempengaruhi perusahaan-perusahan lain. Sifat saling mempengaruhi (mutual
interdependence) ini merupakan sifat yang khusus dari perusahaan dalam pasar
oligopoli yang tidak terdapat dalam bentuk pasar lainnya.
2.6 Produk Referensi
Salah satu karakteristik hasil pertanian adalah mudah rusak. Karakteristik
ini kurang menguntungkan dalam kegiatan pemasaran komoditas pertanian karena
dapat menyebabkan susut selama proses pemasaran. Susut dalam proses
pemasaran produk pertanian adalah sesuatu hal yang umum, terutama jika produk
tersebut mudah rusak. Apalagi jika kualitas penanganan dalam proses pemasaran
rendah atau kurang baik, maka harga dari tiap kilogram di tingkat petani
seringkali tidak dapat dibandingkann dengan harga satu kilogram di tingkat
eceran, karena satu kilogram di tingkat petani dapat menjadi kurang dari satu
kilogram di pengecer atau konsumen (Baladina, 2011). Sementara itu perhitungan
marjin pemasaran perlu adanya pendekataan yang konsisten. Salah satu cara yang
20
dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan menggunakaan produk
referensi. Produk referensi merupakan titik awal yang menunjukkan 1 kilogram
dari produk yang dijual kepada konsumen (Anindita, 2004). Seorang petani
produsen selalu menyiapkan lebih dari 1 kilogram untuk menjual produk
sebanyak 1 kilogram, hal ini dikarenakan adanya susut atau resiko kehilangan dari
produk yang dikirimkan. Terdapat dua macam produk refefensi yaitu reference to
petani dan reference to pedagang. Reference to petani didapatkan dengan
membagi antara berat produk setelah susut dengan berat awal produk. Reference
to pedagang didapatkan dengan membagi antara berat awal produk dengan berat
produk setelah susut.
2.7 Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayarkan oleh
konsumen dengan harga yang diterima oleh petani. Marjin dapat dihitung untuk
setiap tahap dalam rantai pemasaran, misalnya, penyebaran harga dari petani
hingga grosir atau dari grosir hingga pengecer. Analisis marjin dapat digunakan
dalam memberikan informasi faktual yang diperlukan untuk menghilangkan
kesalahpahaman yang sering muncul ketika menentukan kinerja dari sistem
pemasaran dan dapat memberikan informasi mengenai kelemahan dan
ketidakefisienan dalam sistem pemasaran (Smith, 1992). Hal ini juga diperkuat
oleh pendapat Tiku, dkk (2009), yang menyatakan bahwa marjin pemasaran itu
sendiri dapat digunakan dalam menentukan ukuran kinerja pasar. Terdapat tiga
cara untuk memperkirakan marjin pemasaran, meliputi:
1. Marjin dapat dihitung dengan memilih saluran dari komoditi spesifik yang
telah ditentukan dan mengikutinya dalam sistem pemasaran.
2. Metode yang kedua adalah membandingkan harga pada berbagai level
pemasaran yang berbeda.
3. Perhitungan marjin jenis ketiga adalah mengumpulkan data penjualan dan
pembelian kotor dari tiap jenis pedagang sesuai dengan jumlah unit yang
ditangani (Anindita, 2004).
21
III. KERANGKA TEORITIS
3.1 Kerangka Pemikiran
Pengembangan komoditas ubi jalar selain dari aspek produksi juga harus
memperhatikan aspek pemasarannya. Hal ini dikarenakan potensi yang baik
dalam pengembangan ubi jalar untuk meningkatkan produksi yang masih
terkendala beberapa hal dalam aspek pemasaran. Beberapa kendala pada aspek
pemasaran ubi jalar, yaitu ketergantungan petani kepada lembaga pemasaran,
rendahnya pengetahuan petani akan informasi pasar, petani tidak memiliki akses
pasar secara langsung dan kurang maksimalnya kinerja kelompok tani dalam
bidang pemasaran ubi jalar.
Kendala aspek pemasaran pada komoditas ubi jalar menimbulkan adanya
permasalahan pada pemasaran ubi jalar. Permasalahan tersebut seperti adanya
penguasaan pasar oleh beberapa lembaga pemasaran. Kondisi ini menyebabkan
adanya pelaku pasar yang mendominasi pasar dan sebagian lain memiliki posisi
tawar yang rendah. Adanya permasalahan penguasaan pasar oleh beberapa
pedagang tersebut dapat diduga bahwa struktur pasar ubi jalar yang terbentuk
adalah struktur pasar persaingan tidak sempurna.
Adanya struktur pasar persaingan tidak sempurna yang terbentuk,
mengakibatkan rendahnya posisi tawar petani di pasar. Rendahnya posisi tawar
petani di pasar disebabkan karena petani tidak memiliki kekuatan untuk
menentukan harga. Hal ini akan menyebabkan pelaku pasar yang lain melakukan
pola tingkah laku tertentu sebagai akibat dari struktur pasar persaingan tidak
sempurna yang terbentuk, yaitu untuk menguasai pasar.
Pola tingkah laku tertentu yang dilakukan oleh pelaku pasar sebagai akibat
dari struktur pasar persaingan tidak sempurna yang terbentuk akan mempengaruhi
keuntungan yang diterima oleh petani. Keuntungan yang diterima petani akan
lebih rendah bila dibandingkan dengan keuntungan yang diterima oleh pedagang.
Hal ini diduga karena adanya marjin pemasaran tinggi, share harga yang diterima
petani rendah, share biaya dan keuntungan antar lembaga pemasaran yang tidak
merata, sehingga menyebabkan kinerja pasar ubi jalar berjalan secara tidak
efisien.
22
Kinerja pasar ubi jalar yang tidak efisien, dapat berakibat pada
menurunnya keuntungan yang diterima petani. Rendahnya keuntungan yang
diterima petani ini, dapat menurunkan minat petani dalam mengusahakan ubi
jalar. Penurunan minat petani dalam mengusahakan ubi jalar ini dapat
menurunkan jumlah petani ubi jalar dan berakibat pada penurunan luas tanam ubi
jalar itu sendiri. Adanya penurunan jumlah petani dan luas tanam ubi jalar akan
memberikan dampak yang buruk yaitu menurunnya produksi ubi jalar, yang pada
akhirnya menurunkan kuantitas pemasaran ubi jalar itu sendiri.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka untuk mengatasinya
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pemasaran ubi jalar dengan analisis
struktur, perilaku dan kinerja pasar. Penelitian terhadap struktur, perilaku dan
kinerja pasar ubi jalar dilakukan untuk mengetahui sebab akibat dari
ketidakefisienan pemasaran yang terjadi, sehingga diharapkan mampu
memperbaiki sistem pemasaran ubi jalar di masa selanjutnya agar pemasaran yang
ada dapat berjalan secara efisien. Uraian kerangka pemikiran diatas dapat dibuat
sebuah skema kerangka pemikiran seperti yang tersaji pada gambar 1.
23
Keterangan:
= Garis Alur Berfikir
Skema 1. Kerangka Pemikiran Analisis SCP Ubi jalar, Desa Penanggungan
Pasar ubi jalar
Marjin pemasaran tinggi,
share biaya dan
keuntungan antar lembaga
pemasaran tidak merata
Struktur pasar ubi
jalar adalah
persaingan tidak
sempurna
Kekuatan tawar-menawar
petani rendah
Pasar dikuasai oleh beberapa
pedagang
Pelaku pasar melakukan
pola tingkah laku tertentu
untuk menguasai pasar
Kinerja pasar tidak
efisien
- Ketergantungan petani kepada lembaga pemasaran
- Rendahnya pengetahuan petani akan informasi pasar
- Petani tidak memiliki akses pasar secara langsung
- Kurang maksimalnya kinerja kelompok tani dalam
bidang pemasaran ubi jalar
24
3.3 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, tujuan dan kerangka pemikiran, maka dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga struktur pasar ubi jalar di Desa Penanggungan merupakan pasar
persaingan tidak sempurna.
2. Diduga pelaku pasar melakukan tingkah laku tertentu sebagai akibat dari
struktur pasar yang terbentuk dan untuk menguasai pasar.
3. Diduga pada pasar ubi jalar di Desa Penanggungan memiliki marjin
pemasaran tinggi, share biaya dan keuntungan antar lembaga pemasaran yang
tidak merata sehingga kinerja pasar menjadi tidak efisien.
3.3 Batasan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini memiliki batasan permasalahan sebagai
berikut:
1. Ubi jalar yang diteliti adalah jenis ubi jalar manohara yang merupakan jenis
ubi jalar paling banyak dibudidayakan di Desa Penanggungan.
2. Penelitian terhadap responden petani diambil dari satu desa yaitu Desa
Penanggungan.
3. Penelitian terhadap responden lembaga pemasaran terbatas padalembaga
pemasaran ubi jalar Desa Penanggungan saja.
4. Penelitian dibatasi penekanannya pada aspek struktur, perilaku dan kinerja
pasar ubi jalar, tidak dilakukan penelitian lebih lanjut pada aspek usahatani
atau lainnya.
5. Jumlah dan harga adalah yang berlaku pada saat penelitian.
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, meliputi:
1. Derajat konsentrasi pasar adalah jumlah penjual dan pembeli ubi jalar yang
terlibat dalam kegiatan pemasaran.
2. Pangsa pasar (market share) adalah persentase dari total penjualan ubi jalar
pada pasar ubi jalar di Desa Penanggungan yang diperoleh dari suatu
perusahaan (potensi pasar dibagi jumlah penjualan).
25
3. Concentration Ratio for Biggest Four (CR4) adalah alat analisis untuk
mengetahui derajat konsentrasi empat pembeli terbesar dari wilayah pasar ubi
jalar di Desa Penanggungan, sehingga bisa diketahui secara umum gambaran
imbangan kekuatan tawar menawar petani ubi jalar (penjual) terhadap
pedagang (pembeli).
4. Indeks Hirscman Herfindahl (IHH) adalah alat analisis ini untuk mengetahui
derajat konsentrasi pembeli di pasar ubi jalar, sehingga bisa diketahui secara
umum gambaran imbangan kekuatan posisi tawar menawar petani ubi jalar
sebagai penjual terhadap pedagang sebagai pembeli.
5. Indeks Rosenbluth (IR) adalah alat analisis untuk mengetahui tingkat
konsentrasi lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar pada
wilayah pasarnya. Penghitungan Indeks Rosenbluth didasarkan pada peringkat
perusahaan dari segi pangsa pasarnya
6. Tingkat diferensiasi produk adalah tingkat keberagaman dari produk ubi jalar
yang terdapat di dalam pasar.
7. Hambatan keluar masuk pasar adalah segala sesuatu yang merintangi pesaing-
pesaing baru untuk masuk pasar ubi jalar akan memperbesar kekuatan pelaku
pasar yang telah ada.
8. Tingkat pengetahuan pasar adalah tingkatan informasi yang diketahui oleh
petani dan lembaga pemasaran ubi jalar dalam menentukan harganya.
9. Penentuan harga adalah patokan atau acuan dan cara yang digunakan oleh
petani atau lembaga pemasaran dalam menetapkan harga ubi jalar.
10. Ada tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory tindakan atau upaya yang
dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar untuk
memenangkan persaingan.
11. Petani adalah pihak yang membudidayakan dan menjual ubi jalar ke tengkulak
atau konsumen.
12. Tengkulak adalah pedagang yang membeli secara langsung komoditas ubi
jalar dan menjualnya kembali kepada pihak lain seperti pedagang pengumpul,
pedagang pengecer dan konsumen.
26
13. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli ubi jalar dari tengkulak
atau petani dan melakukan beberapa fungsi pemasaran, selanjutnya dijual pada
pedagang pengecer atau konsumen.
14. Pedagang pengecer adalah pedagang yang melakukan pembelian kepada
pedagang pengumpul dan melakukan fungsi pemasaran, selanjutnya
menjualnya kepada konsumen dalam pemasaran ubi jalar.
15. Konsumen adalah pihak terakhir yang melakukan pembelian ubi jalar baik
dari petani, pedagang pengumpul atau pedagang pengecer.
16. Kuantitas panen adalah jumlah produk ubi jalar yang dihasikan oleh setiap
petani dalam satu musim tanam yang dinyatakan dalam kilogram (Kg).
17. Kuantitas pembelian adalah jumlah produk ubi jalar yang dibeli oleh setiap
lembaga pemasaran dalam satu hari dinyatakan dalam kilogram (Kg).
18. Kuantitas penjualan adalah jumlah produk ubi jalar yang dijual oleh setiap
petani dalam satu musim tanam atau lembaga pemasaran dalam satu hari yang
dinyatakan dalam kilogram (Kg).
19. Harga jual adalah harga yang diterima oleh petani atau lembaga pemasaran
yang melakukan penjualan ubi jalar yang dinyatakan dalam rupiah per
kilogram (Rp/kg).
20. Harga beli adalah harga yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dan
konsumen akhir untuk melakukan pembelian produk ubi jalar yang dinyatakan
dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).
21. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran
dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam pemasaran ubi jalar yang
dinyatakan dalam (Rp/Kg).
22. Biaya standarisasi dihitung dari biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah
tenaga kerja yang melakukan standarisasi ubi jalar yang dinyatakan dalam
rupiah per kilogram (Rp/kg).
23. Biaya transportasi adalah biaya yang dihitung dari harga yang dibayarkan oleh
lembaga pemasaran untuk membayar biaya sewa kendaraan untuk
memindahkan ubi jalar ke tempat yang dituju yang dinyatakan dalam rupiah
per kilogram (Rp/kg).
27
24. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya
sewa gudang sebagai tempat penyimpanan yang dinyatakan dalam rupiah per
kilogram (Rp/kg).
25. Biaya produk yang hilang dihitung dari jumlah komoditi yang rusak atau
hilang per kilogram selama aktivitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran
hingga konsumen yang dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).
26. Marjin pemasaran adalah selisih harga yang dibayar konsumen akhir dengan
harga yang diterima oleh petani dalam pemasaran ubi jalar yang dinyatakan
dalam rupiah per kilogram (Rp/Kg).
27. Distribusi marjin pemasaran adalah pembagian total marjin pemasaran untuk
masing-masing petani dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan
pemasaran ubi jalar yang dinyatakan dalam persentase (%).
28. Share marjin pemasaran adalah perbandingan bagian harga yang telah
diterima oleh petani atau lembaga pemasaran beserta biaya yang dikeluarkan
dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dalam pemasaran ubi
jalar yang dinyatakan dalam persentase (%).
29. Share harga petani adalah persentase yang diterima oleh petani dibandingkaan
dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dalam pemasaran ubi
jalar yang dinyatakan dalam persentase (%).
30. Share biaya pemasaran adalah perbandingan biaya pemasaran yang
dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran ubi jalar dengan total
marjin pemasaran yang dinyatakan dalam persentase (%).
31. Share keuntungan lembaga pemasaran adalah perbandingan keuntungan
disetiap lembaga pemasaran dengan dengan total marjin pemasaran yang
dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam pemasaran ubi jalar yang
dinyatakan dalam persentase (%).
32. Keuntungan adalah upah yang diterima oleh pihak yang melakukan pemasaran
ubi jalar yang dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/Kg).
28
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penentuan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas,
Kabupaten Mojokerto. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Penanggungan merupakan salah
satu daerah penghasil ubi jalar di Kabupaten Mojokerto dan mempunyai potensi
yang baik untuk dikembangkan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari
sampai dengan Maret 2015.
4.2 Metode Penentuan Responden
Responden pada penelitian ini terdiri dari petani dan lembaga pemasaran.
Penentuan responden petani dilakukan dengan teknik pengambilan sampel
convenience sampling. Pemilihan convenience sampling dalam pengambilan
sampel responden petani dengan pertimbangan tidak diketahuinya jumlah
populasi petani ubi jalar di Desa Penanggungan. Teknik convenience sampling
untuk mempermudah pemilihan responden petani ubi jalar yang bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Sementara itu, cara perhitungan sampel responden petanni dilakukan
dengan menggunakan rumus persentase (Hermawan, 2005). Metode ini dipilih
dengan pertimbangan populsi petani yang membudidayakan ubi jalar pada daerah
penelitian tidak diketahuui secara pasti jumlahnya, sehingga dilakukan
perhitungan dengan rumus persentase untuk mendapatkan jumlah responden
petani untuk mewakili petani ubi jalar di Desa Penanggungan. Perhitungan sampel
menggunakan rumus persentase, secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut.
n = z2 (pq)
e2
Keterangan:
n = ukuran sampel
z = standard error dikaitakan dengan Level of Confidence yang dipilih
p = variabilitas dalam populasi (Estimated Variability in the Population)
q = (100-p)
29
e = tingkat kesalahan yang dapat diterima (Acceptabel Error) (Hermawan, 2005)
Jumlah petani di Desa Penanggungan sebanyak 385 orang. Sementara itu,
perkiraan jumlah petani ubi jalar yang didapatkan dari hasil wawancara
pendahuluan dengan setiap kepala dusun dan kelompok tani adalah sekitar 79
orang. Jumlah ini menunjukkan bahwa sekitar 20% dari jumlah petani di Desa
penanggungan merupakan petani ubi jalar, nilai ini sekaligus sebagai nilai “p”.
Sementara itu, keyakinan peneliti akan besarnya persentase petani ubi jalar
terhadap jumlah petani tersebut sebesar 95%, sehingga nilai “z” yang digunakan ,
adalah 1,96. Pada penentuan sampel ini menggunakan tingkat kesalahan yang
dapat diterima sebesar 10%. Selanjutnya perhitungan sampel penelitian dapat
dilakukan sebagai berikut.
n = ��,�� � �,���� � ��
�� � ��
n = �,� � ��
�
n = 61,44� 62 orang
Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan jumlah minimal sampel petani
adalah 62 orang. Sehingga pada penelitian ini, menggunakan total sampel petani
sebanyak 62 orang. Sementara itu, penentuan responden lembaga pemasaran
dilakukan dengan metode non probability sampling, dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan snowball sampling. Pengambilan sampel responden
lembaga pemasaran menggunakan snowball sampling dilakukan dengan
penelusuran dari unit petani sampai didapatkan sampel dari responden lembaga
pemasaran ubi jalar. Pengambilan data diambil secara representatif dan sesuai
dengan batas penelitian.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan 3 metode dalam pengumpulan data, meliputi
1. Metode Wawancara
Wawancara dilakukan kepada responden dengan menggunakan daftar
pertanyaan atau kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Responden
pada penelitian ini terbagi atas petani dan lembaga pemasaran ubi jalar. Sehingga
dalam wawancara ini menggunakan dua kuisioner yaitu satu kuisioner untuk
petani dan kuisioner untuk lembaga pemasaran. Hasil wawancara kemudian
30
dikumpulkan (collecting), dirapikan (editing), diberi kode (coding), data
masukkan (entry data), kemudian data diolah, dan dilakukan penarikan
kesimpulan.
2. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan secara langsung, digunakan untuk mengetahui
fakta yang terjadi di daerah penelitian berdasarkan pengamatan secara langsung di
lapang. Observasi lapang dilakukan melalui pengamatan langsung dengan
membandingkan kondisi data dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Observasi
dilakukan untuk mengamati secara langsung kegiatan pemasaran ubi jalar di desa
Penanggungan.
4.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
metode analisis deskriptif untuk mengetahui sebab akibat dari ketidakefisienan
pasar ubi jalar di Desa Penanggungan. Analisis deskriptif ini juga menjelaskan
keterkaitan antara struktur, perilaku dan kinerja pasar ubi jalar, seperti yang
dijelaskan oleh Edwards, Seanicaa, A.J ALLen, S. Shaik (2005), indikator struktur
pasar yaitu konsentrasi pasar mempengaruhi indikator perilaku pasar yaitu
mendorong perusahaan untuk berkolusi. Paradigma SCP menjelaskan bahwa
terdapat hubungan secara langsung antara tingkat konsentrasi pasar dan tingkat
persaingan antar pelaku pasar. Selain itu juga terdapat hubungan positif antara
konsentrasi pasar (diukur dengan rasio konsentrasi) dan kinerja pasar (diukur
dengan keuntungan), terlepas dari efisiensi perusahaan (diukur dengan pangsa
pasar).
4.4.1 Analisis Struktur pasar
Analisis struktur pasar menggunakan analisis deskriptif dengan tujuan
untuk mengetahui beberapa hal berikut:
1. Tingkat Konsentrasi Pasar
Analisis terhadap tingkat konsentrasi pasar dilakukan untuk mengukur
konsentrasi yang terjadi dalam pasar ubi jalar. Konsentrasi pasar merupakan unsur
yang paling penting untuk mengetahui struktur pasar yang ada, karena
menggambarkan situasi dimana beberapa perusahaan besar memiliki bagian
31
terbesar dari bisnis (Okereke dan Anthonio, 1988). Alat analisis yang digunakan
meliputi pangsa pasar, CR4, IHH,dan IR. Pemilihan empat alat analisis tersebut
dengan alasan untuk memperkuat argumentasi tentang hasil analisis struktur pasar
yang terbentuk dan untuk membedakan dengan penelitian sebelumnya.
a. Pangsa Pasar (Market Share)
Analisis pangsa pasar (market share) bertujuan untuk mengetahui pangsa
pasar ubi jalar dengan menghitung seluruh penjualan komoditas ubi jalar yang ada
dalam pasar. Perhitungan pangsa pasar dapat dilakukan dengan tabel sebagai
berikut.
Tabel 1. Perhitungan Pangsa Pasar (market share)
Lembaga
Pemasaran
Kapasitas Produksi yang
Dapat Diserap pada Suatu
Wilayah pasar
Konsentrasi
ratio
(Kr)
Market
Share
(persen)
1 A a/x (a/x)x100
2 B b/x (b/x)x100
3 C c/x (c/x)x100
… … …
N M m/x (m/x)x100
Total a+b+c+d+…+m=x 1 100
Kriteria Pangsa Pasar:
1) Monopoli murni, bila suatu perusahaan memiliki 100% dari pangsa pasar.
2) Perusahaan dominan, bila memiliki 80-100% dari pangsa pasar dan tanpa
pesaing yang kuat.
3) Oligopoli ketat, bila penggabungan 4 perusahaan terkemuka memiliki 60-
100% dari pangsa pasar.
4) Oligopoli longgar, bila penggabungan 4 perusahaan terkemuka memiliki 40%
atau kurang dari 60% pangsa pasar.
5) Persaingan monopolistik, bila banyak pesaing yang efektif tidak satupun yang
memiliki lebih dari 10% pangsa pasar.
6) Persaingan murni, lebih dari 50 pesaing, tapi tidak satupun yang memiliki
pangsa pasar berarti.
b. Concentration Ratio for Biggest Four (CR4)
CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four) digunakan untuk mengetahui
derajat konsentrasi empat pembeli terbesar dari suatu wilayah pasar, sehingga bisa
diketahui secara umum gambaran imbangan kekuatan tawar-menawar petani ubi
32
jalar (penjual) terhadap pedagang (pembeli) dalam pasar ubi jalar. CR4 dihitung
dengan menjumlahkan empat lembaga pemasaran terbesar dari suatu wilayah
pasar dengan rumus sebagai berikut:
CR4 = Jumlah konsentrasi dari 4 (empat) perusahan yang mempunyai Market
Share terbesar
Kriteria Concentration Ratio for Biggest Four (CR4):
1) CR4 < 0,4 maka struktur pasar bersifat persaingan sempurna (kompetitif) atau
persaingan monopolistik (persaingan monopolistik perlu dilihat apakah ada
diferensiasi produk atau tidak).
2) 0,4 < CR4 < 0,8 maka struktur pasar bersifat oligopoli/oligosopni (seringkali
bila nilai CR4 diantara 60-80% disebut oligopoli ketat dan nilai CR4 diantara
40-60% disebut oligopoli longgar, walaupun makna ini seringkali tidak jelas
karena untuk mengukur kekuatan oligopoli/monopoli dapat diuji melalui
kekuatan market power tetapi dibahas di tingkat lanjut.
3) CR4 > 0,8 maka struktur pasar cenderung monopoli/monopsoni. Catatan: jika
CR4 < 0,4 maka struktur pasar bisa bersifat persaingan sempurna juga bisa
termasuk monopolistik, yang menentukan adalah tingkat diferensiasi produk.
c. Indeks Hirschman Herfindahl (IHH)
Alat analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli di
pasar ubi jalar, sehingga bisa diketahui secara umum gambaran imbangan
kekuatan posisi tawar menawar petani ubi jalar sebagai penjual terhadap pedagang
sebagai pembeli. Rumus dari Indeks Herfindahl adalah sebagai berikut:
IHH = (Kr1)2 + (Kr2)
2 + …. + (Krn)
2
Keterangan:
IHH : indeks Hirschman Herfindahl
n : kumlah pedagang yang ada pada suatu wilayah pasar produk
Kri : pangsa pembelian komoditi dari pedagang ke-i (i = 1,2,3,…,n)
Kriteria Indeks Hirschman Herfindahl (IHH):
1) IH = 1, maka pasar mengarah pada monosopoli/monosopni
2) IH = 0, maka pasar mengarah pada persaingan sempurna
3) 0 < IH < 1, maka pasar mengarah pada oligopoli/oligosopni
33
d. Indeks Rosenbluth (R)
Indeks Rosenbluth digunakan untuk mengetahui tingkat konsentrasi
lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar pada wilayah
pasarnya. Penghitungan Indeks Rosenbluth didasarkan pada peringkat perusahaan
dari segi pangsa pasarnya, dengan rumus sebagai berikut:
R = �
� ∑ �.������ ��
Keterangan:
R : indeks Rosenbluth
Si : pangsa pasar (market share) perusahaan ke-i (1 = 1,2,...n)
Nilai indeks Rosenbluth berkisar antara 1/n < R < 1. Jika nilai yang
diperoleh mendekati batas minimum maka struktur pasar yang terbentuk
cenderung pasar persaingan sempurna, sedangkan apabila mendekati
batasmaksimum maka struktur pasar yang terbentuk cenderung pasar persaingan
oligopoli (Baladina, 2011).
2. Tingkat Diferensiasi Produk
Diferensiasi produk merupakan hal yang paling mendasar untuk posisi
pasar yang kuat dari perusahaan yang dominan (market leader) terutama untuk
industri pertanian. Diferensiasi produk pada komoditas ubi jalar dapat menjadi
halangan bagi pengusaha lain untuk memasuki pasar. Penelian yang dilakukan
oleh Brander, James. A, A. Zhang (1990), menjelaskan bahwa diferensiasi produk
memiliki pengaruh terhadap perilaku pasar, walaupun tidak memberikan pengaruh
yang besar. Analisis tingkat diferensiasi produk pada penelitian ini dilakukan
dengan analisis deskriptif untuk melihat apakah produk ubi jalar di pasar sama
atau sedikit berbeda tetapi dijual secara berbeda (Baladina, 2011).
3. Hambatan Masuk Pasar
Hambatan pasar digunakan untuk melihat segala sesuatu yang merintangi
pesaing-pesaing baru untuk masuk pasar akan memperbesar kekuatan perusahaan-
perusahaan yang telah ada.Jika rintangan itu tidak ada, maka pesaing baru akan
bebas masuk pasar, sehingga monopsoni murni hanya memiliki kekuatan yang
kecil. Hambatan masuk pasar dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif yang
akan memberikan gambaran tentang tingkat kesulitan dan hal-hal yang
menghambat pedagang untuk keluar masuk dalam pasar. Semakin mudah petani
34
untuk keluar dan masuk ke dalam pasar, maka cenderung menunjukkan stuktur
pasar persaingan sempurna, sebaliknya jika semakin sulit pesaing untuk keluar
dan masuk pasar maka cenderung menunjukkan pasar persaingan tidak sempurna.
Bentuk persaingan pasar berdasarkan hambatan keluar masuk pasar,
meliputi:
a. Persaingan sempurna, terjadi jika pesaing mudah untuk masuk pasar atau bebas
untuk masuk pasar.
b. Oligopsoni/oligopoli, terjadi jika pesaing/pendatang baru sulit untuk masuk
pasar.
c. Monopsoni/monopoli, terjadi jika pesaing/pendatang baru tertutup untuk masuk
pasar (Baladina, 2011).
4. Tingkat pengetahuan pasar
Tingkat pengetahuan pasar dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif. Berkaitan dengan tingkat pengetahuan pasar akan digambarkan tingkat
pengetahuan produsen atau pembeli dalam rangka mengetahui keadaan pasar yang
sesungguhnya dalam hal harga, persediaan barang, kualitas dan sebagainya. Jika
semua informasi dengan mudah diakses dan tingkat pengetahuan sama maka
dapat disebut dengan struktur pasar persaingan sempurna, dan jika tingkat
informasi yang dimiliki berbeda maka akan menunjukkan pasar persaingan tidak
sempurna (Baladina, 2011).
4.4.2 Analisis Perilaku Pasar
Perilaku pasar mengacu pada pola perilaku yang dilakukan oleh
perusahaan dalam beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan pasar. Dimensi
perilaku termasuk metode yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam
menentukan harga output dan promosi penjualan kebijakan, ada atau tidak adanya
taktik pemaksaan yang ditujukan terhadap pesaing atau pendatang potensial (Bain,
1968 dalam Nzima, dkk; 2014). Analisis perilaku pasar dilakukan untuk
menjelaskan kondisi hubungan antara petani ubi jalar sebagai penjual dan
lembaga pemasaran sebagai pembeli dalam pasar ubi jalar. Selanjutnya, karena
dalam analisis perilaku pasar tidak mempunyai alat analisis tertentu yang
disepakati (Bosena, dkk, 2014), maka dalam penelitian ini dilakukan secara
deskriptif menggunakan beberapa pertanyaan yang dipertimbangkan secara
35
sistematis untuk mengetahui beberapa indikator perilaku pasar ubi jalar yang
meliputi:
1. Penentuan harga.
2. Sistem kelembagaan pasar yang terdiri dari pendekatan institusi yang dilihat
dari aliran produk dan saluran pemasaran yang ada.
3. Pendekatan fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik
dan fungsi fasilitas.
4. Ada atau tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory (Anindita, 2004).
Anindita (2004), analisis perilaku pasar merupakan cerminan dari struktur
pasar yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi ekonomi di pasar. Analisis
perilaku pasar ubi jalar di Desa Penanggungan ini, diharapkan dapat diketahui
tingkat efisiensi ekonomi pasar ubi jalar di Desa Penanggungan. Ada beberapa
kriteria yang menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi, meliputi:
a. Banyak perusahaan di pasar untuk menciptakan persaingan yang kompetitif.
b. Perusahaan berusaha menjual pada tingkat harga yang lebih rendah daripada
pesaingnya.
c. Perusahaan menawarkan perbaikan produk untuk merangsang minat pembeli.
d. Perusahaan menekankan kualitas dan jasa.
e. Tidak ada kerjasama secara hukum diantara perusahaan dalam harga ataau hal
lain. Dengan kata lain perusahaan tidak bersama dalam satu perusahaan dan
setuju tidak bersaing.
f. Klaim produk secara benar.
g. Perbedaan atau batas produk ada dan didasarkan atas perbedaan yang jelas
bukan atas perbedaan psikologis yang diciptakan oleh advertensi.
4.4.3 Analisis Kinerja Pasar
Analisis kinerja pasar dilakukan untuk melihat sampai seberapa jauh
tindakan atau tingkah laku industri di pasar menyimpang dari kemungkinan
sumbangan terbaik yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan sosial ekonomi
masyarakat yang relevan. Kinerja pasar mengacu pada hasil ekonomi yang
terdapat padapasar (Bain, 1968 dalam Nzima, dkk; 2014). Kinerja pemasaran
dianalisis menggunakan alat ukur marjin pemasaran, share harga petani, share
harga lembaga pemasaran dan ratio penerimaan dengan biaya pemasaran untuk
36
mengetahui kelayakan pemasaran ubi jalar yang dijalankan. Penggunaan alat
analisis tersebut agar dapat diketahui hasil, apakah kinerja pasar ubi jalar di Desa
Penanggungan berjalan secara efisien atau tidak efisien.
Perhitungan marjin pemasaran terlebih dahulu dilakukan dengan
menghitung konsep produk referensi. Perhitungan produk referensi dilakukan
dengan tujuan untuk menyamakaan satu kilogram ubi jalar di peteni dan satu
kilogram ubi jalar di tingkat lembaga pemasaran dan konsumen. Hal ini
dikarenakan ubi jalar sebagai produk pertanian memiliki kelemahan tidak bisa
terhindar dengan yang namanya susut. Dengan kata lain satu kilogram ubi jalar di
petani akan sampai pada lembaga pemasaran dan konsumen dalam berat kurang
dari satu kilogram. Sehingga untuk menjual satu kilogram ubi jalar ke tingkat
lembaga pemasaran dan konsumen, petani ubi jalar harus menyiapkan ubi jalar
dengan berat lebih dari satu kilogram. Oleh karena itu, perlu adanya kesamaan
satu kilogram di tingkat petani hingga konsumen dan dapat dihitung dengan
rumus:
Reference to petani = ����� ���� ! "���#�$ " " �
����� �%�# ���� !
Perhitungan produk referensi akan didapatkan nilai faktor konversi. Nilai
faktor konversi tersebut kemudian dikalikan dengan biaya pemasaran yang
dilakukan oleh lembaga pemasaran. Biaya pemasaran yang mungkin dilakukan
oleh lembaga pemasaran meliputi: biaya persiapan dan pengepakaan, handling,
transport, produk yang hilang, penyimpanan, prosessing, modan dan pungutan-
pungutaan, komisi dan pembayaran tidak resmi (Anindita, 2004). Langkah
selanjutnya dapat dilakukan perhitungan kinerja pemasaran yang meliputi marjin
pemasaran, share harga petani, share harga lembaga pemasaran, dan rasio
keuntungan serta biaya pemasaran ubi jalar.Berikut ini uraian rumus perhitungan
dari biaya pemasaran, marjin pemasaran, keuntungan pemasaran, share harga
petani, share harga lembaga pemasaran (biaya dan keuntungan), dan rasio
keuntungan dengan biaya pemasaran ubi jalar.
1. Marjin Pemasaran
Anindita (2004), marjin pemasaran menunjukkan perbedaan harga di
antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran. Marjin pemasaran diantara petani
37
dan lembaga pemasaran ubi jalar dapat diungkapkan dalam notasi Pr - Pf. Secara
matematis dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut:
Mp = Pr - Pf
Keterangan:
Mp = marjin pemasaran ubi jalar (Rp)
Pr = harga ubi jalar di tingkat konsumen akhir (Rp)
Pf = harga ubi jalar di tingkat produsen (Rp)
Kriteria:
a. Semakin besar marjin pemasaran ubi jalar, maka pemasaran yang terjadi
semakin tidak efisien.
b. Semakin kecil marjin pemasaran ubi jalar, maka pemasaran yang terjadi
semakin efisien.
2. Share harga petani
Share harga petani ubi jalar dapat dihitung dengan membagi harga yang
diterima oleh petani ubi jalar dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Secara matematis dapat dituliskan dalam
rumus sebagai berikut:
SPf = &f
&r x 100%
Keterangan:
SPf = share harga ubi jalar ditingkat petani (%)
Pr = harga ubi jalar di tingkat konsumen akhir (Rp)
Pf = harga ubi jalar di tingkat produsen (Rp)
Kriteria:
a. Semakin besar share harga yang diterima oleh petani ubi jalar maka
pemasaran semakin efisien.
b. Semakin kecil share harga yang diterima oleh petani ubi jalar maka pemasaran
semakin tidak efisien.
3. Share biaya pemasaran
Perhitungan share biaya pemasaran dilakukan dengan membagi biaya
pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran ubi jalar
dengan total marjin pemasaran. Secara matematis dapat dituliskan dalam rumus
sebagai berikut:
38
SBi = 'i
&r�&f x 100%
Keterangan:
SBi = share biaya pemasaran ubi jalar (%)
Bi = biaya pemasaran lembaga pemasaran ubi jalar (Rp/Kg)
Pr = harga ubi jalar di tingkat konsumen akhir (Rp)
Pf = harga ubi jalar di tingkat produsen (Rp)
Kriteria:
a. Apabila persentase biaya merata disetiap lembaga pemasaran maka pemasaran
semakin efisien.
b. Apabila persentase biaya tidak merata disetiap lembaga pemasaran maka
pemasaran semakin tidak efisien.
4. Share keuntungan lembaga pemasaran
Perhitungan share keuntungan lembaga pemasaran dapat dilakukan
dengan membagi keuntungan disetiap lembaga pemasaran dengan total marjin
pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran. Secara matematis
dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut:
SKi = (i
&r�&f x 100%
Keterangan:
SKi = share keuntungan lembaga pemasara ubi jalar (%)
Ki = keuntungan pemasaran lembaga pemasaran ubi jalar (Rp/Kg)
Pr = harga ubi jalar di tingkat konsumen akhir (Rp/Kg)
Pf = harga ubi jalar di tingkat produsen (Rp/Kg)
Kriteria:
a. Apabila persentase keuntungan pemasaran merata disetiap lembaga pemasaran
maka pemasaran semakin efisien.
b. Apabila persentase keuntungan pemasaran tidak merata disetiap lembaga
pemasaran maka pemasaran semakin tidak efisien.
5. R/C rasio
Perhitungan R/C rasio dapat dilakukan dengan membagi keuntungan
lembaga pemasaran dengan biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap
lembaga pemasaran. Secara matematis dapat dituliskan dalam rumus sebagai
berikut:
39
R/C rasio = �)�
�*�
Keterangan:
R/C rasio = rasio perbandingan dari biaya pemasaran dengan keuntungan
SKi = share keuntungan lembaga pemasara ubi jalar (%)
SBi = share biaya pemasaran ubi jalar (%)
Kriteria:
a. Apabila nilai R/C rasio kurang dari 1 (R/C rasio < 1), maka kegiatan
pemasaran ubi jalar tidak layak dan tidak menguntungkan.
b. Apabila nilai R/C rasio sama dengan 1 (R/C rasio = 1), maka kegiatan
pemasaran ubi jalar pada titik impas atau tidak untung dan juga tidak rugi.
c. Apabila nilai R/C rasio lebih dari 1 (R/C rasio > 1), maka kegiatan pemasaran
ubi jalar layak.
40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Desa Penanggungan secara geografis terletak di Kecamatan Trawas,
Kabupaten Mojokerto. Desa Penanggunggan memiliki total luas wilayah 474 Ha
yang terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Penanggungan, Dusun Sendang, Dusun
Kemendung dan Dusun Ngembes. Secara administratif, Desa Penanggungan ini
memiliki 4 batas wilayah desa sebagai berikut
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kedungudi
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Selotapak
3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jati Jejer
4. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Duyung
Jarak antara Desa Penanggungan dengan kantor kecamatan adalah sekitar
3,5 Km,sedangkan jarak dengan Ibu Kota Kabuaten Mojokerto adalah sekitar 45
Km dan jarak dengan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur sekitar 60 Km. Berdasarkan
jarak tersebut, untuk menuju Desa Penannggungan dapat dicapai menggunakan
semua alat transportasi. Namun, ada beberapa wilayah di Desa Penanggungan
yang hanya dapat ditempuh oleh kendaraan berukuran besar karena memiliki
akses jalan yang tidak bisa untuk dilewati dengan kendaraan berukuran besar
5.1.1. Keadaan Demografi
Keadaan demografi Desa Penanggungan jika dilihat dari jumlah penduduk
pada tahun 2014 secara keseluruhan tercatat sebanyak 2661 jiwa. Jumlah tersebut
terdiri dari penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1341 jiwa dan
jenis kelamin perempuan sebanyak 1320 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari jumlah
kepala keluarga adalah sebanyak 786 orang, yang terdiri dari kepala keluarga laki-
laki sebanyak 640 orang dan kepala keluarga perempuan sebanyak 146 orang.
Jumlah penduduk Desa Penanggungan menurut jumlah usia kelompok
pendidikan yaitu, jumlah penduduk usia 0-03 tahun berjumlah 10 orang, usia 04-
06 tahun berjumlah 27 orang, usia 07-12 tahun berjumlah 301 orang, usia 13-15
tahun berjumlah 472 orang, 16-18 tahun berjumlah 405 orang, dan usia 19 tahun
keatas berjumlah 12 orang. Sementara itu, jumlah penduduk Desa Penanggungan
menurut usia kelompok tenaga kerja, yaitu jumlah penduduk usia 10-14 tahun
41
berjumlah 18 orang, usia 15-19 tahun berjumlah 61 orang, usia 20-26 tahun
berjumlah 316 orang, usia 27-40 tahun berjumlah 668 orang, usia 41-56 tahun
berjumlah 563 orang, dan usia 57 tahun keatas berjumlah 41 orang. Berikut,
keadaan demografi Desa Penanggunga berdasarkan tingkat pendidikan dan mata
pencahariaan.
1. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Penanggungan
Pendidikan dapat meningkatkan sumber daya manusia untuk
pembangunan bangsa berbagai bidang di masa depan. Secara lebih terperinci,
jumlah masyarakat Desa Penanggungan yang menempuh pendidikan formal pada
setiap tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)
Taman anak-Kanak (TK) 23
Sekolah Dasar (SD) 21
Sekolah Menengah Pertama(SMP) 142
Sekolah Menengah Atas(SMA) 155
Akademi/ D1-D3 4
Sarjana/ S1-S3 1
Sumber: Data Monografi Desa Penanggungan tahun 2014
Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah masyarakat yang telah
menempuh pendidikan formal pada tingkat Taman Kanak-Kanaksebanyak 23
orang, tingkat Sekolah Dasar sebanyak21 orang, tingkat Sekolah Menengah
Pertama sebanyak 142 orang, tingkat Sekolah Menengah Atas sebanyak 155
orang, dan tingkat Akademi/D1-D3 berjumlah 4 orang, serta jumlah masyarakat
yang telah menempuh tingkat Sarjana/S1-S3 sebanyak 1 orang. Kondisi teesebut
dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat Desa Penanggungan berpendidikan
akhir SMA/SLTA yang jumlahnya mencapai 155 orang.Dari banyaknya
masyarakat yang berpendidikan akhir SMA/SLTA maka masyarakat Desa
Penanggungan tergolong yang mempunya SDM yang cukup baik. Selain
pendidikan formal, masyarakat Desa Penangungan juga ada yang berpendidikan
non formal seperti mengaji diniyah dan TPQ/TPA yang tersebar pada 4 gedung.
Secara infrastruktur pendidikan Desa Penanggungan bisa dikatakan maju,
baik sarana pendidikan formal maupun non formal. Berikut tabel sarana
infrastruktur pendidikan Desa Penanggungan.
42
Tabel 3. Sarana Infrastruktur Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah(Gedung)
1. Taman Kanak-Kanak (TK) 1
2. Sekolah Dasar (SD) 1
3. Sekolah Menengah Pertama(SMP) 1
4. Sekolah Menengah Atas(SMA) 1
5. TPQ/TPA 4
Sumber: Data Monografi Desa Penanggungan tahun 2014
Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa di Desa Penanggungan memiliki
beberapa sarana pendidikan formal. Sarana pendidikan formal di Desa
Penanggungan terdiri dari gedung sekolah Taman Kanak-Kanak sebanyak 1
gedung, gedung SD sebanyak 1 gedung, gedung SMP sebanyak 1 gedung,
sedangkan untuk SMA sebanyak 1 gedung. Sementara itu untuk pendidikan non
formal madrasah diniyah memiliki 4 gedung
2. Mata Pencahariaan Masyarakat Desa Penanggungan
Masyarakat Desa Penanggungan memiliki mata pencahariaan yang
bermacam-macam. Berbagai mata pencahariaan masyarakat desa penanggungan
meliputi PNS, TNI, swasta, wiraswasta/pedagang, tani, pertukangan, buruh tani,
pensiunan dan jasa. Secara lebih terperinci, jumlah masyarakat Desa
Penanggunggan pada setiap mata pencahariaan adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Distribusi Masyarakat Desa Penanggunggan Berdasarkan Mata
Pencahariaan
No Profesi Penduduk Jumlah (Orang)
1. Pegawai Negri Sipil (PNS) 27
2. TNI 2
3. Swasta 207
4. Wiraswasta/Pedagang 100
5. Pertukangan 109
6. Jasa 88
7. Petani 385
8. Buruh Tani 366
Sumber: Data Monografi Desa Penanggungan tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat
Desa Penanggunganmemiliki mata pencahariaan sebagai petani. Petani di Desa
Penanggungan memiliki jumlah terbanyak dibandingkan dengan yang lainnya
yaitu sejumlah 385 orang. Sementara itu masyarakat yang memiliki profesi lain
antara lain Pegawai Negri Sipil (PNS), tercatat sebanyak 27 orang, TNI tercatat
sebanyak 2 orang, swasta tercatat sebanyak 207 orang, wiraswasta/pedagang
43
tercatat sebanyak 100 orang, pertukangan tercatat sebanyak 109 orang, dan jasa
tercatat sebanyak 123 orang 88 orang.
5.1.2. Kondisi Pertanian Desa Penanggungan
Berdasarkan jenis tanah untuk bidang pertanian, Desa Penanggungan
memiliki beberapa jenis tanah yang meliputi tanah sawah, tanah kering dan tanah
yang belum dikelola. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis (154,330 ha),
setengah teknis (119,330 ha) dan sederhana (35 ha). Tanah kering meliputi
pekarangan (39,095h), perladangan (175,670 ha) dan perkebunan swasta (3,750
ha). Tanah yang belum dikelola terdiri atas hutan (100 ha).
Berbagai jenis tanah yang dimiliki, pertanian di Desa Penanggungan
memiliki berbagai komoditas yang dibudidayakan. Secara garis besar terbagi atas
tiga kelompok komoditas yaitu padi dan palawija, sayuran dan buah-buahan.
Kelompok padi dan palawija yang dibudidayakan meliputi padi, jagung, ketela
pohon, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Kelompok sayuran meliputi kubis,
kentang, sawi, tomat, wortel, kacang panjang, terong, buncis, cabai, bawang
merah, bawang putih, dan kentimun. Kelompok buah-buahan meliputi pisang,
papaya, jeruk, semangka, mangga, durian, duku, jambu, rambutan, sirsak, apel,
anggur, salak, belimbing, kelengkeng, melon, kedondong dan apukat.
Kelompok komoditas padi dan palawija yang memiliki luas lahan dan
produksi tertinggi adalah komoditas padi yaitu dengan luas lahan sebesar 130 ha
dan produksi sebesar 520 ton dan komoditas ubi jalar memiliki luas lahan ketiga
setelah jagung yaitu seluas 22 ha dan produksi kedua seetelah padi yaitu sebesar
149,6 ton. Sedangkan pada kelompok komoditas sayuran yang memiliki luas
lahan tertinggi adalah kacang panjang yaitu seluas 1,7 ha dan produksi tertinggi
adalah komoditas cabai yaitu dengan produksi sebesar 3,72 ton. Selanjutnya, pada
kelompok komoditas buah-buahan yang memiliki luas lahan tertinggi adalah
komoditas pisang yaitu dengan luas lahan sebesar 135 ha.
Pengelolaan budidaya di Desa Penanggungan dalam hal pengairan
dilakukan dalam berbagai hal. Pengairan yang ada meliputi waduk, saluran irigasi,
gorong-gorong, pompa air dan pembagi air. Beberapa teknik pengairan tersebut,
unit yang paling banyak dimiliki dan digunakan oleh warga adalah gorong-gorong
yaitu sebanyak 20 buah (BPS Desa Penanggungan, 2014).
44
5.2 Karakteristik Responden Petani
Karakteristik responden petani ubi jalar di Desa Penanggungan,
Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto memiliki keberagaman. Keberagaman
tersebut berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, tingkat pendidikan, luas lahan,
jenis pekerjaan dan lama bertani. Dengan demikian, data karakteristik petani ini
dapat memberikan gambaran atau informasi tentang latar belakang objek
penelitian.
1. Karakteristik Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden petani ubi jalar berdasarkan jenis kelamin secara terperinci
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden
(Orang)
Persentase (%)
Laki-laki 60 96,77
Perempuan 2 3,23
Total 62 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa responden petani tanaman ubi
jalar di Desa Penanggungan didominasi oleh petani laki-laki yang memiliki
persentase sebesar 96,77% atau sebanyak 60 petani, sedangkan sisanya sebesar
3,23% atau sebanyak 2 petani adalah petani wanita. Jumlah petani laki-laki yang
lebih banyak dibandingkan petani perempuan ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut diantaranya, adalah laki-laki yang dianggap memiliki
kemampuan lebih untuk menjalankan usahatani ubi jalar tersebut, sehingga
dengan petani laki-laki yang menjalankan usahatani ubi jalar diharapkan mampu
menghasilkan produksi ubi jalar yang tinggi. Faktor lain yaitu karena di Desa
Penanggungan terkait para laki-laki yang menjadi tulang punggung keluarga
sehingga laki-laki yang harus bekerja baik sebagai karyawan atau mengurus usaha
seperti usahatani ubi jalar, sehingga apabila dalam keluarga masih terdapat laki-
laki maka yang menjalankan usahatani ubi jalar adalah laki-laki.
Perempuan bertindak sebagai petani ubi jalar dikarenakaan ingin
membantu sang suami yang memiliki perkerjaan lain dan tidak mempunyai waktu
untuk melakukan usahatani ubi jalar secara keseluruhan. Selain itu, alasan lain
yaitu, karena sang suami yang sudah meninggal, sehingga untuk tetap
45
menjalankan usahatani ubi jalar yang dimiliki, maka perempuan yang bertindak
sebagai petani ubi jalar.
2. Karakteristik Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Kelompok Usia
Responden petani ubi jalar di Desa Penanggungan terdiri dari berbagai
kalangan usia yang tersebar dalam beberapa kelompok usia. Distribusi usia dari
responden petani ubi jalar berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 6. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Responden
(Orang)
Persentase (%)
31-40 10 16,13
41-50 20 32,26
51-60 22 35,48
61-70 9 14,52
71-80 1 1,61
Total 62 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Tabel 6, menunjukkan bahwa distribusi usia responden petani terbesar
adalah pada kelompok usia 51-60 tahun dengan persentase sebesar 35,48% atau
sebanyak 22 petani. Pada urutan kedua,yaitu kelompok usia 41-50 tahun yaitu
dengan persentase sebesar 32,26% atau sebanyak 20 petani. Pada urutan ketiga
yaitu kelompok usia 31-40 tahun, dengan persentase sebesar 16,13% atau
sebanyak 10 petani. Urutan keempat adalah kelompok usia 61-70 tahun dengan
persentase sebesar 14,52% atau sebanyak 9 petani. Dan kelompok usia terkecil,
yaitu dengan persentase sebesar 1,61% atau sebanya 1 orang berasal dari
kelompok umur 61-70. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
petani ubi jalar pada usia matang. Sehingga petani ubi jalar memiliki pemikiran
yang matang pula dan semangat tinggi dalam bekerja. Hal ini diharapkan petani
ubi jalar dapat mengembangkan usahatani ubi jalar menjadi lebih baik terutama
dalam pencapaian kuantitas hasil panen serta diharapkan mampu melakukan
pemasaran sendiri.
3. Karakteristik Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Responden petani ubi jalar di Desa Penanggungan memiliki tingkat
pendidikan yang berbeda. Tingkat pendidikan yang dimiliki petani dapat
menyebabkan perbedaan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh petani
46
dalam menjalankan dan mengembangkan usaha ubi jalar yang dilakukan.
Distribusi petani menurut tingkat pendidikan secara lebih rinci dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 7. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
(Orang)
Persentase (%)
Sekolah Rakyat 21 33,87
SD/Sederajat 28 45,16
SMP/Sederajat 9 14,52
SMA/Sederajat 4 6,45
Total 62 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa petani ubi jalar di Desa
Penanggungan sebagian besar adalah telah menempuh jenjang pendidikan
Sekolah Dasar (SD) dengan persentase 45,16% atau sebanyak 28 orang. Adanya
tingkat pendidikan yang rendah dapat memberikan dampak pada pengelolaan
usahatani dan pemasaran ubi jalar. Hal ini dikarenakan pendidikan yang rendah
memungkinkan akses dalam menerima informasi yang rendah pula, sehingga akan
menyulitkan bagi petani dalam menerima inovasi dan teknologi baru untuk
kemajuan usahatani yang dijalankan.
4. Karakteristik Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Luas Lahan
Responden petani berdasarkan luas lahan yang dimiliki digunakan untuk
melihat seberapa besar luas lahan yang paling banyak dimiliki oleh petani
responden. Distribusi responden petani ubi jalar di Desa Penanggungan, secara
lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Luas Lahan
Luas Lahan (M2) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
1.000 – 5.000 47 75,81
5.001 – 10000 14 22,58
>10000 1 1,61
Total 62 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Tabel di atas, menunjukkan bahwa kelompok luas lahan yang paling
banyak digunakan oleh petani adalah kelompok luas lahan 1.000 – 5.000 M2 yang
memiliki persentase sebesar 75,81% atau sebanyak 47 petani. Hal tersebut
menggambarkan bahwa ubi jalar di Desa Penanggungan, diusahakan pada lahan
yang luas. Kondisi ini terkait bahwa ubi jalar dapat diusahakan pada semua
47
tingkat lahan dan di Desa Penanggungan merupakan desa yang mempunyai luasan
lahan yang cukup untuk menjalankan usahatani ubi jalar. Luas lahan yang besar
diharapkan petani dapat menghasilkan ubi jalar dalam jumlah yang lebih banyak,
sehingga kuantitas ubi jalar yang bisa dipasarkan berpotensi lebih banyak pula.
5. Karakteristik Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Mata Pencahariaan
Responden petani ubi jalar berdasarkan mata pencahariaan dapat
digunakan untuk melihat jenis mata pencahariaan yang dimiliki oleh petani,
apakah hanya sebagai petani atau juga memilki profesi lain. Profesi lain yang
dimiliki oleh petani seperti berdagang akan membantu petani dalam memasarkan
hasil ubi jalar yang didapat. Responden petani ubi jalar berdasarkan jenis
pekerjaansecara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel. 9. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Mata Pencahariaan
Mata Pencahariaan (Tahun) Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
Petani 34 54,84
Petani dan Pedagang 3 4,84
Petani dan Peternak 18 29,03
Petani dan PNS 4 6,45
Petani dan lainnya 3 4,48
Total 62 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa persentase terbanyak dari mata
pencahariaan responden petani adalah murni hanya sebagai petani yang memiliki
persentase sebesar 54,84% atau sebanyak 34 petani. Hal ini menunjukkan bahwa
Desa Penanggungan memiliki potensi sumberdaya alam yang dapat mencukupi
kegiatan pertanian sebagai sumber mata pencahariaan utama. Pada urutan kedua,
persentase mata pencahariaan petani, yaitu petani dan peternak yang memiliki
persentase sebesar 29,03% atau sejumlah 18 orang. Kondisi ini terjadi karena
selain cocok sebagai lahan budidaya, Desa Penanggungan juga mampu
menyediakan pakan yang cukup bagi hewan ternak seperti sapidan kambing.
6. Karakteristik Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Pengalaman Bertani
Karakteristik responden petani berdasarkan lama bertani, digunakan untuk
mengetahui pengalaman yang dimiliki oleh petani dalam menjalankan usahatani
ubi jalar. Petani yang memiliki waktu bertani yang lebih lama, cenderung
48
memiliki pengalaman yang lebih banyak. Distribusi responden petani ubi jalar
berdasarkan lama bertani secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Pengalaman
Bertani.
Pengalaman Bertani
(Tahun)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase (%)
<11 2 3,22
11-20 7 11,29
21-30 17 27,42
31-40 23 37,10
>40 13 20.97
Total 62 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Tabel 10, menunjukkan bahwa petani ubi jalar terbanyak memiliki lama
bertani 31-40 tahun dengan persentase sebesar 37,10 atau sebanyak 23 petani. Hal
tersebut menunjukkan bahwa petani ubi jalar Desa Penanggungan memiliki
pengalaman yang matang dalam menjalankan usahatani ubi jalar, sehingga
mampu melakukan penyesuaian dan inovasi dalam menjalankan usahatani ubi
jalar. Selain itu dengan pengalaman yang dimiliki, petani akan lebih mengetahui
tentang bagaimana cara menjual hasil panen ubi jalar yang dimiliki untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
5.3 Karakteristik Responden Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar di Desa
Penanggungan adalah tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.
Berdasarkan teknik pengambilan sampel snowball sampling yang ditelusuri dari
petani ubi jalar didapatkan 8 tengkulak, 9 pedagang pengumpul dan 12 pedagang
pengecer. Masing-masing lembaga pemasaran ini memiliki karakteristik yang
berbeda-beda berdasarkan usia, pendidikan, dan tingkat lama berdagang.
5.3.1 Karakteristik Responden Tengkulak
Tengkulak adalah pedagang yang membeli ubi jalar dari beberapa petani
pada waktu ubi jalar belum dipanen ataupun sudah di panen. Tengkulak dalam
penelitian ini merupakan pihak pertama yang menyalurkan ubi jalar dari petani ke
lembaga pemasaran selanjutnya. Berikut ini distribusi responden tengkulak
sebanyak 9 orang berdasarkan usia, pendidikan, dan lama berdagang.
49
1. Krakteristik Responden Tengkulak Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin, dapat menentukan kemampuan tengkulak dalam melakukan
pembelian dan penjualan ubi jalar. Tengkulak laki-laki biasanya mempunyai
kemampuan yang lebih bila dibandingkan dengan tengkulak perempuan.
Responden tengkulak ubi jalar berdasarkan jenis kelamin secara terperinci dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Distribusi Responden Tengkulak Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
Laki-laki 7 87,50
Perempuan 1 12,50
Total 8 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden tengkulak
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yang memiliki persentase sebesar
87,50% atau sebanyak 7 petani. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tengkulak
laki-laki memiliki jumlah lebih banyak bila dibandingkan dengan tengkulak
perempuan. Kondisi tersebut terjadi karena adanya tuntutan laki-laki sebagai
kepala keluarga, sehingga laki-laki wajib bekerja untuk dapat memenuhi
kebutuhan keluarga. Selain itu, laki-laki memiliki tanaga yang lebih kuat bila
dibandingkan dengan perempuan, sehingga akan lebih mampu untuk melakukan
pembelian dan penjualan ubi jalar dalam jumlah yang lebih besar.
2. Karakteristik Responden Tengkulak Berdasarkan Kelompok Usia
Usia yang dimiliki oleh tengkulak secara tidak langsung menunjukkan
kematangan yang dimilikinya. Pada usia matang tengkulak akan mampu
melakukan pemasaran ubi jalar dengan baik. Responden tengkulak ubi jalar
berdasarkan kelompok usia secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 12. Distribusi Responden Tengkulak Berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
30-40 1 12,50
41-50 2 25
51-60 4 50
61-70 1 12,50
Total 8 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
50
Tabel 12 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden tengkulak
berasal dari kelompok usia 51-60 tahun dengan persentase sebesar 50% atau
sebanyak 4 orang. Kelompok usia yang mendominasi tengkulak ini menunjukkan
pada usia matang, sehingga diharapkan mampu melakukan pembelian dengan
jumlah yang banyak. Selain itu, kelompok usia matang akan membuat tengkulak
lebih mengetahui tentang pemasaran ubi jalar terutama dalam pemilihan
pembelian di petani dan penjualan ke lembaga pemasaran selanjutnya.
3. Karakteristik Responden Tengkulak Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang ditempuh oleh tengkulak dapat memberikan keuntungan
bagi tengkulak itu sendiri. Pendidikan yang semakin tinggi akan semakin
memudahkan tengkulak dalam mendapatkan dan menyerap informasi. Responden
tengkulak ubi jalar berdasarkan tingkat pendidikan secara terperinci dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 13. Distribusi Responden Tengkulak Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
SD/Sederajat 5 55,57
SMP/Sederajat 1 11,11
SMA/Sederajat 2 22,22
Total 9 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Tabel 13, menunjukkan bahwa sebagian besar tengkulak menempuh
pendidikan formal. Tingkat pendidikan yang paling banyak ditempuh oleh
tengkulak adalah tingkat pendidikan Sekolah Dasar dengan persentase sebesar
55,57% atau sebanyak 5orang. Dan yang paling sedikit adalah tingkat SMP, yang
memiliki persentase sebesar 11,22% atau sebanyak 1 orang. Selanjutnya sisanya
yaitu sebesar 22,22% atau sebanyak 2 orang menempuh tingkat pendidikan SMA.
Hal ini menunjukkan bahwa semua tengkulak telah menempuh pendidikan formal.
Semakin tinggi pendidikan formal yang ditempuh oleh tengkulak, maka semakin
mudah pula tengkulak tersebut dalam menyerap informasi pasar. Informasi pasar
itu sendiri diperlukan oleh petani dalam hal penentuan harga dan penguasaan
pasar.
4. Karakteristik Responden Tengkulak Berdasarkan Lama Berdagang
Lama berdagang yang dimiliki oleh tengkulak menunjukkan pengalaman
yang dimiliki oleh tengkulak. Semakin lama pengalaman yang dimiliki oleh
51
tengkulak maka pengalaman berdagang yang diperolehnya semakin banyak.
Responden tengkulak ubi jalar berdasarkan lama berdagang secara terperinci
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 14. Distribusi Responden Tengkulak Berdasarkan Lama Berdagang
Lama berdagang
(Tahun)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase (%)
<10 2 25
10-20 3 37,50
21-30 3 37,50
Total 8 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Berdasarkan tabel 14, dapat diketahui bahwa responden tengkulak
berdasarkan lama berdagang memiliki distribusi yang merata pada ketiga
kelompok lama perdagang. Pada kelompok kurang dari 10 tahun memiliki
persentase sebesar 25% atau sebanyak 2 orang, sedangkan pada kelompok lama
berdagang 10-20 dan 21-30 memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 37,50%
atau sebanyak 3 orang. Lama berdagang yang dimiliki oleh tengkulak dapat
memberikan keuntungan pada tengkulak itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada
semakin lama pengalaman berdagang yang dimiliki tengkulak, maka akan
semakin banyak kenalan petani yang dimiliki. Semakin banyak kenalan petani
yang dimiliki, akan semakin mempermudah tengkulak dalam mendapatkan
pasokan ubi jalar. Selain kenalan petani juga dapat mempunyai kenalan lembaga
pemasaran lain seperti pedagang pengumpul dan pengecer, sehingga tengkulak
mendapatkan kepastian dalam menjual ubi jalar yang didapatkannya.
5. Karakteristik Responden Tengkulak Berdasarkan Kuantitas Pembelian
Kuantitas pembelian ubi jalar oleh tegkulak, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 15. Distribusi Responden Tengkulak Berdasarkan Kuantitas Pembelian
Kuantitas Pembelian
(Kg/Hari)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase (%)
2.000-5.000 4 50
5.001-8.000 3 37,50
>8.000 1 12,50
Total 8 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Tengkulak melakukan pembelian ubi jalar kepada petani yang dilakukan
dengan cara membeli pada setiap luasan lahan. Hal ini membuat pembelian yang
52
dilakukan oleh tengkulak adalah berbeda pada setiap tengkulak dan pada setiap
harinya, yang bergantung pada hasil panen yang diperoleh dan permintaan yang
ingin dipenuhi.
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar tengkulak
mempunyai kuantitas pembelian 2.000-5.000 kg/hari. Hal ini dikarenakan, pada
lahan budidaya yang dimiliki oleh petani adalah mampu meenghasilkan ubi jalar
pada kisaran 2.000-5.000 kg dalam setiap musim panen. Selain itu juga
dipengaruhi oleh permintaan pedagang pengumpul yang rata-rata melakukan
permintaan ubi jalar sebesar pada kisaran 2.000-5.000 kg/hari.
5.3.2 Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul merupakan pedagang yang melaukan pembelian ubi
jalar dalam jumlah besar kepada tengkulak tengkulak dan menjualnya kemballi
kepada pedagang pengecer. Berikut ini distribusi responden pedagang pengumpul
yang berjumlah sebanyak 9 orang berdasarkan usia, pendidikan, dan lama
berdagang:
1. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan Jenis
Kelamin
Pedagang pengumpul ubi jalar Desa Penanggungan sebagian besar
berjenis kelamin laki-laki. Responden pedagang pengumpul ubi jalar berdasarkan
jenis kelamin secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 16. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
Laki-laki 8 88,89
Perempuan 1 11,11
Total 9 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pedagang tengkulak yang
berjenis kelamin laki-laki memiliki persentase sebesar 88,89% atau sebanyak 8
orang. Sementara itu, pedagang pengumpul yang berjenis kelamin perempuan
sebesar 11,11% atau sebaanyak 1 orang. Jumlah pedagang pengumpul yang
dominan laki-laki akan membuat pedagang pengumpul memiliki jangkauan
wilayah pasar yang lebih luas dan memungkinkan untuk melakukan pembelian
53
dalam kuantitas yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pedagang
pengumpul perempuan.
2. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Kelompok Usia
Usia yang dimiliki oleh pedagang pengumpul menunjukkan tingkat
kematangan pedagang pengumpul itu sendiri. Pedagang pengumpul yang
memiliki usia matang akan lebih aktif dan inovatif dalam memasarkan ubi jalar.
Responden pedagang pengumpul ubi jalar Desa Penanggungan berdasarkan
kelompok usia secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 17. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Kelompok
Usia
Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
30-40 2 22,22
41-50 4 44,44
51-60 2 22,22
61-70 1 11,11
Total 9 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Tabel 16 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden pedagang
pengumpul berasal dari kelompok usia 41-50 tahun yang memiliki persentase
sebesar 44,44% atau sebanyak 4 orang. Kelompok umur 41-50 tahun,
menunjukkan bahwa pedagang pengumpul termasuk dalam usiamatang. Dengan
demikian diharapkan pedagang pengumpul mampu melakukan pemasaran ubi
mendapatkan banyak tengkulak untuk melakukan pembelian ubi jalar dan
menemukan pedagang pengecer untuk melakukan penjualan ubi jalar.
3. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimiliki pedagang pengumpul mempengaruhi
pedagang pengumpul dalam penyerapan informasi. Semakin tinggi pendidikan
yang dimiliki oleh pedagang pengumpul, maka semakin mudah pedagang
pengumpul dalam menyerap informasi pasar. Jenjang pendidikan yang paling
banyak ditempuh oleh pedagang pengumpul adalah jenjang SMA dengan
persentase sebesar 44,44%. atau sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa
pedagang pengumpul memiliki pendidikan yang cukup tinggi, sehingga
mempermudah dalam menyerap informasi pasar dan melakukan berbagai
penyesuaian dalam pemasaran ubi jalar. Kondisi ini menguntungkan bagi
54
pedagang pengumpul dalam mengikuti perkembangan pasar untuk memperkuat
penguasaan pasar dan penentuan harga. Responden pedagang pengumpul ubi jalar
berdasarkan tingkat pendidikan secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 18. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
(Orang)
Persentase (%)
SD/Sederajat 3 33,33
SMP/Sederajat 2 22,22
SMA/Sederajat 4 44,44
Total 9 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
4. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Lama Berdagang
Pedagang pengumpul yang memiliki pengalaman berdagang paling lama
biasanya memiliki pengalaman berdagang yang lebih baik. Pengalaman tersebut
akan memudahkan pedagang pengumpul dalam mencari tengkulak ubi jalar untuk
melakukan pembelian dan mencari pedagang pengecer untuk melakukan
penjualan ubi jalar. Responden pedagang pengumpul ubi jalar berdasarkan tingkat
pendidikan secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 19. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Lama
Berdagang
Lama berdagang
(Tahun)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase (%)
<10 2 22,22
10-20 6 66,67
21-30 1 11,11
Total 9 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pedagang
pengumpul memiliki pengalaman 10-20 tahun, yaitu dengan persentase sebesar
66,67% atau sebanyak 6 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang pengumpul
memiliki lama berdagang yang cukup lama, sehingga memiliki pengalaman
berdagang yang cukup pula dalam melakukan pemasaran ubi jalar. Pengalaman
yang dimiliki akan membuat pedagang pengumpul mempunyai hubungan yang
baik dengan tengkulak dalam melakukan pembelian ubi jalar dan dengan
pedagang pengecer dalam melakukan penjualan ubi jalar.
55
5. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Kuantitas
Pembelian
Pedagang pengumpul melakukan pembelian ubi jalar kepada tegkulak
sesuai dengan permintaan pasar. Pembelian oleh pedagang pengumpul dilakukan
setiap harinya. Kuantitas pembelian ubi jalar oleh pedagang pengumpul, dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 20. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Kuantitas
Pembelian
Kuantitas Pembelian
(Kg/Hari)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase (%)
2.000-3.500 3 33,33
3.501-5.000 5 55,55
>5.000 1 11,11
Total 9 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar pedagang
pengumpul melakukan pembelian ubi jalar dalam kuantitas 3.501-5.000 kg/hari.
Semakin tinggi kuantitas pembelian yang dilakukan oleh pedagang pengumpul
maka penguasaan pasar yang dimiliki akan semakin besar. Dengan semakin
besarnya pangsa pasar yang dimiliki maka semakin besar pula kekuatan pasar
yang dimiliki oleh pedagang pengumpul.
5.3.3 Karakteristik Responden Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer merupakan pedagang yang menjual ubi jalar langsung
ke konsumen akhir secara sedikit demi sedikit atau dalam jumlah satuan. Berikut
ini distribusi responden pedagang pengecer yang berjumlah 12 orang berdasarkan
usia, pendidikan, dan lama berdagang.
1. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Jenis Kelamin
Pedagang pengecer yang memiliki jenis kelamin laki-laki akan lebih
mampu untuk melakukan pembelian kepada tengkulak dan pedagang pengumpul.
Pedagang pengecer laki-laki akan memiliki kemampuan lebih dalam mencari
tengkulak dan pedagang pengumpul untuk melakukan pembelian ubi jalar dengan
harga murah. Sementara itu, pedagang pengecer perempuan hanya mampu
melakukan pembelian di sekitar pasar tempat pedagang pengecer tersebut menjual
ubi jalarnya. Responden pedagang pengecer ubi jalar berdasarkan jenis kelamin
secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
56
Tabel 21. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
Laki-laki 8 66,67
Perempuan 4 33,33
Total 12 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebesar 66,67% atau
sabanyak 8 orang pedagang pengecer adalah laki-laki. Hal ini dikarenakan
pedagang pengecer lebih banyak melakukan pembelian ubi jalar dengan cara
mendatangi tengkulak atau pedagang pengumpul secara langsung. Kondisi ini,
membuat pedagang pengecer didominasi oleh laki-laki karena kegiatan tersebut
membutuhkan tenaga yang lebih banyak dalam melakukan pembelian dan
penjualan ubi jalar. Sementara itu, pedagang pengecer yang berjenis kelamin
perempuan hanya melakukan pembelian dan penjualan dalam satu pasar yang
sama karena tidak memerlukan mobilitas ubi jalar yang terlalu jauh.
2. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Kelompok Usia
Pedagang pengecer yang mempunyai usiamatang akan lebih mampu
melakukan pemasaran secara lebih baik. Hal ini terjadi karena, pedagang pengecer
pada usia matang akan cenderung lebih mudah dalam mencari lembaga
pemasaaran yang dapat memberikan harga murah dan mampu menjual ubi jalar
dalam jumlah yang lebih banyak. Responden pedagang pengecer ubi jalar
berdasarkan kelompok usia secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 22. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
30-40 6 50
41-50 6 50
Total 12 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Tabel di atas, menunjukkan bahwa responden pedagang pengecer memiliki
jumlah yang sama pada kelompok usia 30-40 tahun dan 41-50 tahunyaitu masing-
masing sebanyak 6 orang. Kedua kelompok usia tersebut termasuk dalam usia
matang, sehingga pedagang pengecer ubi jalar mampu secara cepat untuk
menemukan tengkulak ataupun pedagang pengumpul untuk melakukan pembelian
57
ubi jalar. Selanjutnya, menemukan konsumen untuk melakukan penjualan ubi
jalar yang didapatkan.
3. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pedagang pengecer yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi
diharapkan mampu menyerap informasi pasar yang baik. Selain itu juga mampu
menentukan kualitas ubi jalar yang baik serta ketepatan dalam memilih lembaga
pemasaran dan konsumen dalam pemasaran ubi jalar. Responden pedagang
pengecer ubi jalar berdasarkan kelompok usia secara terperinci dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 23. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
SD/Sederajat 5 41,67
SMP/Sederajat 3 25
SMA/Sederajat 4 33,33
Total 12 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Tabel 23, menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang pengecer
menempuh pendidikan formal. Jenjang pendidikan yang paling banyak ditempuh
oleh pedagang pengecer adalah jenjang Sekolah Dasar, yaitu dengan persentase
sebesar 41,67% atau sebanyak 5 orang. Jumlah ini tidak terlalu jauh dengan dua
tingkat pendidikan yang lain yaitu SMP sebesar 25% atau sebanyak 3 orang dan
SMA sebesar 33,33 atau sebanyak 4 orang. Pedagang pengecer yang menempuh
pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah dalam mencari dan menyerap informasi
bila dibandingkan dengan pedagang pegecer yang menempuh pendidikan lebih
rendah. Sehingga pedagang pengecer yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan
lebih mudah dalam melakukan penyesuaian dan inovasi dalam pemasaran ubi
jalar.
4. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Lama Berdagang
Kemampuan yang dimiliki oleh pedagang pengecer didapatkan dari lama
berdagang yang sudah dilakukan. Semakin lama pengalaman berdagang yang
dimiliki oleh pedagang pengecer, maka semakin baik pemasaran yang dilakukan.
Pedagang pengecer akan mempunyai pelanggan lembaga pemasaran untuk
mendapatkan ubi jalar dan memiliki pelanggan konsumen untuk menjual ubi jalar.
58
Responden pedagang pengecer ubi jalar berdasarkan lama berdagang secara
terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 24. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Lama Berdagang
Lama berdagang (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
1-10 9 75
11-20 3 25
Total 12 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Berdasarkan tabel 24, dapat diketahui bahwa berdasarkan lama berdagang,
kelompok 1-10 tahun mendominasi responden pedagang pengecer. Artinya,
pedagang pengecer mempunyai kemampuan yang cukup dalam memasarkan ubi
jalar dari pengalaman berdagang yang sudah dilakukan. Dari hal ini dapat
membantu pedagang pengecer dalam menerima inovasi dan melakukan
penyesuaian terhadap pemasaran ubi jalar, terutama yang terkait dengan
penentuan harga. Pedagang pengecer yang memiliki lama berdagang lebih lama,
dapat menjalin hubungan dengan lembaga pemasaran dan konsumen yang lebih
baik dibandingkan dengan pedagang pengecer yang memiliki lama berdagang
lebih sedikit, sehinggga pedagang pengecer yang memiliki lama berdagang lebih
lama akan lebih mudah dalam mendapatkan kepastian untuk mendapatkan dan
menjual ubi jalar yang didapat.
5. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Kuantitas
Pembelian
Kuantitas pembelian ubi jalar yang dilakukan oleh pedagang pengecer,
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 25. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Kuantitas
Pembelian
Kuantitas Pembelian
(Kg/Hari)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase (%)
<1.000 2 16,67
1.000-2.000 6 50
2.001-3.000 2 16,67
>3.000 2 16,67
Total 12 100
Sumber. Pengolahan data primer, 2015
Pedagang pengecer melakukan pembelian ubi jalar kepada tengkulak dan
pedagang pengumpul. Pedagang pengecer yang melakukan pembelian kepada
tengkulak umumnya merupakan pedagang pengecer yang memasarkan ubi jalar
59
dengan mendatangi konsumen secara langsung. Sedangkan pedagang pengecer
yang melakukan pembelian kepada pedagang pengumpul merupakan pedagang
pengecer yang menjual ubi jalar langsung pada pasar yang sama dengan pedagang
pengumpul.
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar pedagang
pengecer memiliki kuantitas pembelian 1.000-2.000 kg/hari. Kuantitas pembelian
ini disesuaikan oleh pedagang pengecer dengan perkiraan permintaan ubi jalar
oleh konsumen. Pedagang pengecer yang memiliki kuantitas pembelian lebih
besar akan memiliki pangsa pasar dan kekuatan pasar yang lebih besar
dibandingkan dengan pedagang pengecer yang memiliki kuantitas pembelian
lebih kecil.
5.4 Analisis Struktur Pasar
Struktur pasar pada dasarnya merupakan karakteristik organisasi pasar
yang ditentukan oleh jumlah dan ukuran produsen dalam pasar, diferensiasi
produk, hambatan keluar dan masuk pasar dan tingkat pengetahuan pasar. Struktur
pasar ini akan menentukan tingkat persaingan dan tingkat kekuatan dalam hal
penentuan harga yang terdapat di pasar. Analisis struktur pasar ubi jalar Desa
Penanggungan menggunakan data jumlah petani, jumlah lembaga pemasaran,
kuantitas pembelian petani dan lembaga pemasaran, diferensiasi produk ubi jalar,
hambatan keluar masuk pasar dan tingkat pengetahuan pasar.
5.4.1 Tingkat Konsentrasi Pasar
`Analisis tingkat konsentrasi pasar dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi pasar ubi jalar di Desa Penanggungan. Tingkat konsentrasi pasar
dianalisis dengan menggunakan empat alat ukur yaitu pangsa pasar (market
share), CR4, Indeks IHH, dan R. Berikut perhitungan dari masing-masing alat
analisis.
1. Analisis Pangsa Pasar (Market Share)
Pangsa pasar digunakan untuk mengetahui konsentrasi pelaku pasar ubi
jalar di wilayah Desa Penanggungan. Berdasarkan perhitungan pangsa pasar ubi
jalar di wilayah Desa Penanggungan, diketahui bahwa pangsa pasar di setiap
tingkat pelaku pasar menunjukkan struktur pasar yang berbeda. Pada tingkat
60
petani, perhitungan pangsa pasar menunjukkan struktur pasar persaingan murni.
Hal ini terjadi karena terdapat lebih dari 50 petani ubi jalar yang menjadi pesaing
(62 petani), akan tetapi dari semua petani tersebut tidak ada yang memiliki pangsa
pasar berarti.
Perhitungan pangsa pasar di tingkat tengkulak menunjukkan bahwa
struktur pasar ubi jalar di Desa Penanggungan adalah pasar oligopoli ketat. Hal ini
ditunjukkan dari adanya empat tengkulak yang memiliki 68,18% pangsa pasar ubi
jalar Desa Penanggungan. Empat tengkulak tersebut adalah Bapak Kahmani yang
memiliki pangsa pasar sebesar 22,727%; Bapak Raji yang memiliki pangsa pasar
sebesar18,182%; Bapak Agus yang memiliki pangsa pasar sebesar 15,909%;dan
Bapak Yahudi yang memiliki pangsa pasar sebesar 11,364%.
Pada tingkat pedagang pengumpul, pangsa pasar ubi jalar Desa
Penanggungan adalah struktur pasar persaingan oligopoli longgar. Empat
pedagang pengumpul yang memiliki penguasaan pasar terbesar secara berurutan
yaitu Bapak Khalil (22,099%), Bapak Juwari (13,812%), ibu Qory (11,602%) dan
H. Kasyim (11,050%). Sementara itu, tingkat pedagang pengecer menunjukkan
hasil pasar persaingan oligopoli ketat yaitu memiliki nilai pangsa pasar sebesar
69,84%. Pengaruh dari pangsa pasar ini akan menunjukkan kekuatan yang
dimiliki oleh pelaku pasar dalam hal penentuan harga jual ubi jalar di pasar,
dimana semakin tinggi pangsa pasar yang dimiliki oleh produsen maka akan
cenderung untuk memiliki kekuatan yang lebih besar dalam menentuan harga jual
ubi jalar di pasar.
2. Analisis Concentration for Biggest Four (CR4)
Analisis CR4 digunakan untuk mengetahui ukuran distribusi pangsa pasar
(market share) yang dimiliki oleh lembaga pemasaran ubi jalar, sehingga akan
diketahui empat pembeli terbesar yang ada di pasar ubi jalar Desa Penanggungan.
Perhitungan CR4 untuk pelaku pasar ubi jalar di wilayah Desa
Penanggungan menunjukkan struktur pasar persaingan sempurna dan pasar
oligopoli. Pada tingkat petani memiliki nilai CR4 sebesar 17,32%, struktur
pasarnya adalah pasar persaingan sempurna. Pada tingkat tengkulak memiliki nilai
CR4 sebesar 68,18% yang termasuk dalam pasar oligopoli ketat. Pada tingkat
pedagang pengumpul memiliki nilai CR4 sebesar 58,56% yang termasuk dalam
61
pasar oligopoli longgar. Pada tingkat pengecer memiliki nilai CR4 sebesar
69,84% yang termasuk dalam pasar oligopoli ketat. Hasil perhitungan CR4 pada
pelaku pasar ubi jalar Desa Penanggungan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 26. Hasil Perhitungan Concentration ForBiggest Four (CR4) Pada
Lembaga Pemasaran Ubi Jalar
No. Keterangan Nilai CR4 (%) Struktur Pasar
1. Petani 17,32 < 40 Pasar persaingan murni
2. Tengkulak 40 ≤ 68,18 ≤ 80 Pasar oligopoli ketat
3. Pedagang Pengumpul 40 ≤ 58,56 ≤ 80 Pasar oligopoli longgar
4. Pedagang Pengecer 40 ≤ 69,84 ≤ 80 Pasar oligopoli ketat
Sumber: Pengolahan data primer 2015
Pasar oligopoli baik ketat maupun longgar pada perhitungan CR4 terjadi
karena terdapat empat pedagang terbesar yang melakukan pembelian ubi jalar di
atas 20%. Sehingga pembeli yang memiliki kuantitas pembelian di atas 20% (data
petani ada di lampiran 2) memungkinkan untuk memiliki kekuatan yang lebih
dominan dalam penentuan harga baik secara individu maupun bekerjasama
dengan lembaga pemasaran lain.
3. Analisis Indeks Hircshman Herfindahl (IHH)
Analisis IHH dilakukan untuk mengetahui tingkat konsentrasi pembelian
ubi jalar di wilayah Desa Penanggungan, Sehingga bisa diketahui secara umum
gambaran derajat konsentrasi pembelian dan imbangan kekuatan posisi tawar
menawar petani ubi jalar (penjual) terhadap pedagang (pembeli). Perhitungan IHH
pada lembaga pemasaran ubi jalar Desa Penanggungan, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 27. Hasil Perhitungan IHH Pada Lembaga Pemasaran Ubi Jalar.
No. Keterangan Nilai IHH Struktur Pasar
1. Petani 0 < 0,024 < 1 Pasar Oligopoli
2. Tengkulak 0 < 0,150 < 1 Pasar Oligopoli
3. Pedagang Pengumpul 0 < 0,131 < 1 Pasar Oligopoli
4. Pedagang Pengecer 0 < 0,166 < 1 Pasar Oligopoli
Sumber: Pengolahan data primer 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari perhitungan IHH
semua lembaga pemasaran dari petani hingga pengecer termasuk dalam pasar
oligopoli. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan IHH pada semua lembaga
pemasaran menunjukkan hasil antara rentang nilai 0 sampai dengan 1. Kondisi
pasar oligopoli yang terbentuk akan menimbulkan saling mempengaruhi dalam
62
pasar. Hasil pengamatan di lapang menunjukkan terdapat pedagang yang
melakukan kerja sama untuk dapat meningkatkan kekuatan dalam penentuan
harga. Kerjasama yang dilakukan yaitu dengan melakukan pembelian secara
bersamaan dalam kuantitas yang banyak.
4. Analisis Indeks Rosenbluth (R)
Analisis indeks Rosenbluth digunakan untuk mengetahui tingkat
konsentrasi setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar di
Desa Penanggungan. Perhitungan Indeks Rosenbluth pada lembaga pemasaran ubi
jalar Desa Penanggungan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 28. Hasil Perhitungan Indeks Rosenbluth Pada Lembaga Pemasaran Ubi
Jalar
No. Keterangan Nilai Indeks
Rosenbluth
Struktur Pasar
1. Petani 0, 016 ≤ 0,026 ≤ 1 Pasar persaingan sempurna
2. Tengkulak 0,125 ≤ 0,165 ≤ 1 Pasar persaingan sempurna
3. Pedagang Pengumpul 0,111 ≤ 0,141 ≤ 1 Pasar persaingan sempurna
4. Pedagang Pengecer 0,083 ≤ 0,156 ≤ 1 Pasar persaingan sempurna
Sumber: Pengolahan data primer 2015
Tabel perhitungan indeks Rosenbluth di atas menunjukkan bahwa nilai R
pada setiap lembaga pemasaran adalah mendekati niai 1/n nya. Nilai R di tingkat
petani sebesar 0,026, nilai ini mendekati nilai 1/n nya (0,016). Nilai R di tingkat
tengkulak sebesar 0,165, nilai ini mendekati nilai 1/n nya (0,125). Nilai R di
tingkat pedagang pengumpul sebesar 0,141, nilai ini mendekati nilai 1/n nya
(0,111). Nilai R di tingkat pedagang pengecer sebesar 0,156, nilai ini mendekati
nilai 1/n nya (0,083). Sehingga struktur pasar dari semua lembaga pemasaran ubi
jalar di wilayah Desa Penanggungan mengarah pada pasar persaingan sempurna.
Hal ini juga ditunjukkan dengan produk ubi jalar yang dipasarkan hampir tidak
memiliki perbedaan yang mendasari perbedaan harga jualnya.
Berbagai perhitungan tingkat konsentrasi pasar ubi jalar di Desa
Penanggungan, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa struktur pasar yang
terbentuk. Struktur pasar yang terbentuk berbeda pada setiap pelaku pasar.
Perhitungan terhadap tingkat konsentrasi pasar pada setiap pelaku pasar secara
terperinci dapat dilihat pada tabel 29 berikut:
63
Tabel 29. Pengukuran Tingkat Konsentrasi Pasar Ubi Jalar di Desa Penanggungan
Lembaga
Pemasaran
Indikator
Pengukuran
Daerah Jangkauan Struktur Pasar
Petani a. CR4 17,32 <40 Pasar persaingan
sempurna
b. IHH 0 < 0,024 < 1 Pasar oligopoli
c. R 0, 016 ≤ 0,026 ≤ 1 Pasar persaingan
sempurna
Tengkulak a. CR4 40 ≤ 68,18 ≤ 80 Pasar oligopoli ketat
b. IHH 0 < 0,150 < 1 Pasar oligopoli
c. R 0,125 ≤ 0,165 ≤ 1 Pasar persaingan
sempurna
Pedagang
Pengumpul
a. CR4 40 ≤ 58,56 ≤ 80 Pasar oligopoli longgar
b. IHH 0 < 0,131 < 1 Pasar oligopoli
c. R 0,111 ≤ 0,141 ≤ 1 Pasar persaingan
sempurna
Pedagang
Pengecer
a. CR4 40 ≤ 69,84 ≤ 80 Pasar oligopoli ketat
b. IHH 0 < 0,166 < 1 Pasar oligopoli
c. R 0,083 ≤ 0,156 ≤ 1 Pasar persaingan
sempurna
Sumber: Pengolahan data primer 2015
Dari tabel pengukuran tingkat konsentrasi pasar ubi jalar di Desa
Penanggungan dapat diketahui struktur pasar ubi jalar pada setiap pelaku pasar.
Pada tingkat petani, struktur pasar yang terbentuk mengarah pada pasar
persaingan sempurna. Sementara itu, struktur pasar yang terjadi pada tingkat
tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer mengarah pada pasar
oligopoli.
5.4.2. Tingkat Diferensiasi Produk
Diferensiasi produk merupakan usaha dari pelaku pasar untuk
meningkatkan keunggulan bersaing, dengan menjadikan produknya berbeda
dalam menarik konsumen. Diferensiasi produk ubi jalar di wilayah Desa
Penanggungan hampir tidak terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan sistem pemasaran
yang dilakukan secara langsung di lahan dan dalam jumlah besar, sehingga tidak
ada petani yang membedakan produk ubi jalar yang dipasarkan. Harga akan
ditentukan dengan melihat kondisi ubi jalar secara umum. Hal ini terjadi karena
ubi jalar jarang yang dipasarkan dalam bentuk kemasan kecil (misalkan per
kilogram), karena selama ini petani memasarkan ubi jalar hanya dalam jumlah
64
besar seperti dalam tiap luasan lahan. Sementara itu, pada tingkat tengkulak setiap
pengiriman ke pedagang pengumpul dilakukan pengambilan contoh produk ubi
jalar untuk perkiraan harganya. Semakin baik perkiraan terhadap ubi jalar, maka
akan semakin tinggi harga dari ubi jalar tersebut dan sebaliknya semakin buruk
perkiraan terhadap ubi jalar, maka akan semakin rendah harga dari ubi jalar
tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapang selama penelitian, sebenarnya
produk ubi jalar di Desa Penanggungan dapat dilakukan diferensiasi produk,
seperti dalam hal kualitas. Dari segi kualitas, ubi jalar dapat dilihat dari ukuran
dan keutuhan ubi jalar. Semakin besar dan utuh produk ubi jalar seharusnya petani
mampu menjual dengan harga yang lebih tinggi. Ubi jalar yang dijual berdasarkan
ukuran berpeluang untuk dilakukan pada saat harga ubi jalar turun untuk menekan
kerugian petani dapat menjual ubi jalar dengan harga jual per kilogramnya.
5.4.3. Hambatan Keluar Masuk Pasar
Berdasarkan hasil penelitian, secara umumpetani tidak mengalami
hambatan/kesulitan yang berarti dalam memasuki pasar. Petani baru bebas untuk
masuk dan bersaing di pasar ubi jalar di wilayah Desa Penanggungan. Hal ini
terjadi karena tidak ada peraturan atau persyaratan yang mengikat bagi siapa saja
yang ingin menjadi petani ubi jalar, dan faktor–faktor produksi yang dibutuhkan
mudah untuk didapatkan, serta proses budidaya yang mudah bila dibandingkan
dengan komoditas pangan lain seperti padi dan jagung. Namun, yang menjadi
sedikit kendala dalam pemasaran ubi jalar adalah adanya akses jalan yang sulit
untuk menjangkau lahan budidaya dan mengangkut hasil panen menuju pasar. Hal
ini terjadi karena Desa Penanggungan yang terletak di kaki gunung Penanggungan
sehingga akses jalan untuk mencapainya harus melewati jalan yang kondisinya
menanjak dan turun serta berkelok-kelok. Selain itu, juga melewati hutan,
khususnya pada Dusun Ngembes yang terletak di tengah hutan.
Alasan petani tidak menjual produk ubi jalarnya secara langsung ke pasar
selain kurangnya akses menuju pasar adalah karena petani yang tidak mau repot
untuk mengurusi lebih lanjut ubi jalar yang sudah dipanen. Petani ingin
mendapatkan hasil ubi jalar setelah panen secara langsung, sehingga petani
memilih untuk menjual secara langsung ubi jalar hasil panen dan fokus untuk
65
melakukan budidaya pada musim tanam selanjutnya. Selain itu, petani
menjunjung tinggi rasa kepeduliaan terhadap sesama, sehingga memberikan
kesempatan pada orang lain yang tidak menanam ubi jalar untuk mampu
mendapatkan penghasilan dengan menjadi pedagang ubi jalar. Menurut Bapak
Parto yang merupakan ketua kelompok tani Dusun Sendang dan salah satu petani
ubi jalar mengatakan bahwa sesama manusia harus saling membantu, tidak boleh
serakah dengan berusaha mendapatkan semua keuntungan dari ubi jalar, tetapi
perlu memperdulikan orang lain yang juga mencari uang untuk kehidupannya.
Sementara itu, hambatan yang dialami oleh lembaga pemasaran dalam
memasuki pasar adalah pada modal yang dibutuhkan. Lembaga pemasaran
membutuhkan modal yang besar untuk melakukan pemasaran ubi jalar. Hal ini
terkait dengan untuk melakukan pembelian ubi jalar, pembayaran dilakukan di
muka, sehingga lembaga pemasaran yang ingin mendapatkan kuantitas ubi jalar
untuk meningkatkan pasar ubi jalar membutuhkan modal yang besar. Lembaga
pemasaran baru yang memasuki pasar dengan modal sedikit akan memiliki pangsa
pasar kecil dan bisa membuatnya secara perlahan tersingkir dari pasar.
5.4.4 Tingkat Pengetahuan Pasar
Tingkat pengetahuan pasar yang dimiliki oleh pelaku pasar dapat terlihat
dari informasi pasar yang dimiliki. Pengetahuan pasar ini akan menentukan pelaku
pasar dalam menentukan harga. Hal ini dikarenakan dengan informasi pasar yang
semakin lengkap, pelaku pasar tidak akan tertipu oleh pelaku pasar yang lain dan
dapat menentukan harga dari perkiraan kondisi yang ada di pasar.
Tingkat pengetahuan yang dimiliki petani dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa petani ubi jalar Desa Penanggungan memiliki pengetahuan
rendah, terutama dalam hal harga. Hal ini terjadi karena petani yang menjual
secara langsung hasil panennya kepada tengkulak dan mempercayai harga yang
diberikan oleh tengkulak. Petani hanya melakukan negosiasi terkait dengan
perkiraan kuantitas yang dihasilkan. Selain itu, rendahnya pengetahuan pasar yang
dimiliki oleh petani terjadi karena sifat tidak mau tahu yang dimiliki petani
terhadap pasar. Petani sudah tidak mau tahu harga ubi jalar di tingkat konsumen
atau ditingkat pasar. Bagi petani, asalkan sudah mendapatkan keuntungan, petani
66
tidak peduli dengan keuntungan yang diterima oleh pedagang walaupun
keuntungan yang diterima oleh pedagang tersebut lebih besar.
Pengetahuan pasar berkaitan dengan informasi mengenai harga ubi jalar.
Petani ubi jalar di Desa Penanggungan medapatkan informasi mengenai harga ubi
jalar dari petani lain dan lembaga pemasaran. Distribusi tingkat pengetahuan pasar
yang dimiliki oleh petani pasar ubi jalar di wilayah Desa penanggungan dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 30. Sumber Informasi Harga Ubi Jalar
No. Sumber Informasi Jawaban Petani Persentase (%)
1. Petani lain 23 37,10
2. Lembaga pemasaran 39 62,90
Total 62 100
Sumber: Pengolahan data primer 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar petani
memperoleh informasi mengenai harga ubi jalar dari lembaga pemasaran. Petani
yang mendapatkan informasi harga ubi jalar dari lembaga pemasaran sebesar
62,90% atau sebanyak 39 petani dari 62 petani. Sementara itu, sisanya sebesar
37,10% atau sebanyak 23 petani mendapatkan informasi mengenai harga pasar
dari petani ubi jalar yang lain. Hal ini dapat menyebabkan petani memilik posisi
tawar yang rendah, karena sebagian besar petani menggantungkan informasi
mengenai harga pasar dari lembaga pemasaran. Dengan kondisi demikian,
lembaga pemasaran akan semakin memiliki kekuatan dalam hal penentuan harga
ubi jalar di tingkat petani.
Sementara itu, lembaga pemasaran memiliki informasi pasar yang lebih
lengkap dibandingkan dengan petani. Hal ini terjadi karena lembaga pemasaran
sering melakukan hubungan langsung dengan pasar. Hubungan secara langsung
yang dilakukan oleh lembaga pemasaran membuat lembaga pemasaran dapat
mengetahui kondisi yang ada di pasar untuk melakukan berbagai pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan yang dapat dilakukan oleh lembaga pemasaran
berdasarkan informasi pasar yang dimiliki seperti dalam penentuan harga dan
kuantitas ubi jalar yang dipasarkan. Adanya hal ini, membuat lembaga pemasaran
dapat mendominasi petani dengan informasi pasar yang dimiliki.
67
5.5 Analisis Perilaku Pasar
Perilaku pasar ubi jalar di Desa Penanggungan, dilakukan secara deskriptif
dengan menilai beberapa hal dalam penentuan harga dan kualitas, sistem
kelembagaan pasar yang terdiri dari pendekatan institusi yang dilihat dari aliran
produk dan saluran pemasaran yang ada, pendekatan fungsi pemasaran yang
terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas, dan ada atau
tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory. Penilaian perilaku pasar ubi jalar
Desa Penanggungan ini berdasarkan adaptasi dan tingkah laku yang dilakukan
pelaku pasar sebagai akibat dari struktur pasar yang terbentuk dan sebagai
tindakan untuk menguasai pasar. Penjelasan perilaku pasar yang dilakukan oleh
pelaku pasar ubi jalar Desa Penanggungan, dapat dijelaskan sebagai berikut:
5.5.1 Perilaku Pasar Petani Ubi Jalar
Struktur pasar yang terbentuk pada tingkat petani ubi jalar di Desa
Penanggungan mengarah pada struktur pasar persaingan sempurna, sehingga
dalam penentuan harga petani berperan sebagai price taker. Dengan kata lain,
harga ubi jalar yang terbentuk berasal dari keseimbangan pasar dan petani tidak
memiliki kekuatan untuk mempengatuhi harga ubi jalar. Hal ini dikarenakan
apabila petani menetukan harga jual yang lebih tinggi dari pasar, maka ubi jalar
yang dijual tidak akan laku, dan sebaliknya apabila menjual dengan harga lebih
rendah dari pasar, keuntungan yang diterima oleh petani akan semakin rendah.
Penentuan harga jual ubi jalar ditingkat petani berdasarkan keseimbangan
pasar dapat merugikan petani yang memiliki informasi pasar yang rendah.
Rendahnya informasi pasar yang dimiliki membuat petani tidak mengetahui
dengan pasti harga ubi jalar di pasar. Kondisi ini membuat petani mempercayai
harga jual ubi jalar yang diberikan oleh tengkulak. Hal ini terjadi karena tengkulak
yang memiliki struktur pasar oligopsoni memiliki informasi pasar lebih lengkap
dibandingkan dengan petani, sehingga kekuatan dalam menentukan harga lebih
dominan. Adanya harga jual yang ditentukan oleh tengkulak ini, maka petani yang
ingin mendapatkan keuntungan lebih banyak akan berusaha untuk menghasilkan
ubi jalar yang lebih banyak pula karena petani tidak dapat meningkatkan
keuntungan dengan meningkatkan harga jualnya.
68
Peningkatan jumlah ubi jalar yang dijual oleh petani ini terkait dengan
budidaya yang dilakukan. Dalam melakukan budidaya petani memerlukan
beberapa faktor produksi. Faktor produksi tersebut didapatkan dengan melakukan
pembelian pada pihak yang menyediakan faktor produksi tersebut. Setelah
mendapatkan ubi jalar dari budidaya yang dilakukan, petani melakukan penjualan
untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Petani menjual ubi jalar pada
tingkat harga yang ada di pasar. Petani menjual ubi jalar pada tengkulak yang
datang untuk membeli ubi jalar yang dimiliki dan mempertimbangkan akan
menjual kepada tengkulak yang memiliki penawaran paling tinggi. Akan tetapi
bagi petani yang memiliki ikatan dengan tengkulak tertentu maka ubi jalar yang
dihasilkan akan dijual pada tengkulak tersebut.
Petani ubi jalar Desa Penanggungan yang memiliki struktur pasar
persaingan sempurna membuat siapa saja mudah untuk masuk menjadi petani. Hal
ini dikarenakan tidak adanya hambatan bagi siapa saja yang ingin menjadi petani
ubi jalar Desa Penanggungan. Selain itu, untuk menjadi petani ubi jalar tidak
membutuhkan modal yang besar. Modal yang dibutuhkan oleh petani dalam
budidaya ubi jalar meliputi bibit yang dapat diperoleh dari musim tanam
sebelumnya atau pinjaman dari tengkulak, tenaga kerja yang dapat berasal dari
keluarga sendiri, pupuk, dan lahan. Sebagian besar modal tersebut dapat dipenuhi
dari keuangan pribadi dan sebagian ada yang berasal dari pinjaman tengkulak.
Petani yang mendapatkan modal dari pinjaman tengkulak harus menjual hasil
panennya pada tengkulak tersebut dan pembayaran hutang dengan memotong
hasil panen.
Pada tingkat petani, dengan struktur pasar persaingan sempurna yang
terbentuk tidak terjadi kolusi yang dilakukan dalam hal penentuan harga jual ubi
jalar per kilogramnya. Hal ini terjadi karena informasi pasar yang dimiliki oleh
petani adalah rendah, sehingga informasi harga pun hanya bergantung pada
lembaga pemasaran. Pada taktik yang dilakukan, petani lebih memfokuskan diri
pada aspek budidaya yang dilakukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar ubi
jalar yang ditanam nantinya dapat memberikan kuantitas dan kualitas hasil panen
yang baik, sehingga dapat meningkatkan penerimaannya. Petani melakukan upaya
69
perbaikan budidaya sesuai dengan pengalamanya terkait proses budidaya, seperti
penggunaan input produksi, penanaman dan perawatan hingga panen.
Berdasarkan penjelasan di atas, pada tingkat petani dengan struktur pasar
yang terbentuk membuat petani memiliki posisi tawar yang rendah dan hanya
bertindak sebagai price taker. Kondisi ini membuat perilaku yang dilakukan
petani lebih fokus pada kuantitas ubi jalar yang dijual. Hal ini dikarenakan dengan
meningkatkan kuantitas ubi jalar yang dijual petani dapat meningkatkan
keuntungan yang diterima. Petani tidak dapat meningkatkan keuntungan yang
diterima dengan meningkatkan harga jual ubi jalar, karena posisi petani kalah
dengan tengkulak yang memiliki kekuatan pasar lebih besar yang berada dalam
pasar oligopsoni.
5.5.2 Perilaku Pasar Lembaga Pemasaran Ubi Jalar
1. Perilaku Pasar Tengkulak Ubi Jalar
Pada tingkat tengkulak, struktur pasar yang terbentuk adalah mengarah
pada pasar oligopsoni. Pasar oligopsoni pada tingkat tengkulak ubi jalar ini tidak
terdapat perbedaan produk antar tengkulak yang ada. Tidak adanya perbedaan ubi
jalar pada tingkat tengkulak, membuat penentuan harga akan mempengaruhi
tingkat persaingan. Hal ini dikarenakan setiap kenaikan atau penurunan harga
yang dilakukaan oleh suatu tengkulak akan diikuti dengan tengkulak yang lain.
Penentuan harga jual ubi jalar di tingkat petani didominasi oleh tengkulak.
Hal ini dikarenakan tengkuak memiliki posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan
dengan petani. Selain itu, terdapat beberapa tengkulak yang memiliki pangsa
pasar besar yang melakukan penentuan harga secara bersama-sama, sehingga
membentuk harga jual ubi jalar di tingkat petani.
Dari segi kuantitas, tengkulak melakukan pembelian untuk mengumpulkan
ubi jalar yang dapat di pasarkan. Hal ini dikarenakan, semakin banyak ubi jalar
yang dikumpulkan oleh tengkulak, berarti semakin besar pangsa pasar yang akan
dimilikinya, selanjutnya akan semakin besar pula kekuatan pasar yang dimiliki.
Tengkulak melakukan pembelian dengan cara mendatangi petani yang memiliki
ubi jalar siap panen dan melakukan negosiasi terkait dengan harga. Negosiasi
yang dilakuakan lebih didominasi oleh tengkulak yang memiliki posisi tawar lebih
kuat dibandingkan dengan petani. Selain itu, terdapat tengkulak yang menjalin
70
ikatan terhadap petani dalam melakukan pembelian dengan cara memberikan
peminjaman uang atau bibit sebagai modal bagi petani untuk menjalankan
usahatani ubi jalar. Adanya ikatan ini akan mempermudah tengkulak untuk
mendapatkan ubi jalar karena petani akan menjual hasil ubi jalarnya kepada
tengkulak tersebut sebagai tindakan balas budi.
Pembelian yang dilakukan oleh tengkulak dalam mengumpulkan ubi jalar
dilakukan dengan menggunakan beberapa alat transportasi. Alat transportasi yang
digunakan oleh tengkulak, yaitu mobil pick up, engkel dan truk. Penggunaan alat
transportasi, dipilih berdasarkan kebutuhan tengkulak dengan melihat kapasitas
ubi jalar yang diangkut dan kapasitas maksimum yang dapat dimuat oleh suatu
alat transportasi. Kapasitas maksimum dari mobil pick up sebanyak 2 ton,
kapasitas maksimum dari engkel adalah 4,5 ton dan truk memiliki kapasitas
maksimum sebanyak 8 ton.
Sebagai pasar yang bersaing oligopsoni, tengkulak memiliki hambatan
bagi pesaing baru, salah satunya adalah modal yang dibutuhkan dalam pemasaran
ubi jalar adalah besar. Pesaing baru yang tidak cukup memiliki modal tidak akan
dapat memasuki pasar, dan tengkulak baru yang berhasil masuk pasar dengan
modal sedikit akan tersisih dengan sendirinya. Hal ini terjadi karena, petani
menginginkan pembayaran dilakukan di muka, sehingga tengkulak baru yang
memiliki modal sedikit hanya mampu melakukan pembelian dalam kuantitas yang
sedikit pula, dengan kata lain pangsa pasar yang dimiliki kecil dan memudahkan
untuk tersingkir dari persaingan. Sementara itu, tengkulak yang sudah lama di
dalam pasar mampu membeli ubi jalar dengan kuantitas yang besar karena
besarnya modal yang dimiliki. Tengkulak lama mampu memenuhi permodalannya
dari meminjam kepada bank dan simpanan tetangga yang sudah memiliki
kepercayaan.
Kolusi dan taktik pada tingkat tengkulak sebagai akibat dari struktur pasar
oligopsoni ditandai dengan penentuan harga beli ubi jalar di tingkat petani.
Tengkulak dapat menentukan harga beli ditingkat petani, karena tidak
diberikannya informasi secara pasti kepada petani terkait dengan harga ubi jalar di
pasar. Selain itu terdapat tengkulak yang saling bekerja sama untuk menetukan
harga jual ubi jalar di bawah harga pasar bahkan biasanya cenderung setengah
71
dari harga pasar dengan alasan kepada petani tentang ketidakpastian harga. Petani
yang memiliki informasi pasar yang rendah akan percaya dan mau menerima
patokan harga yang diberikan, walaupun patokan harga tersebut bukan harga di
pasar yang sebenarnya.
Taktik yang dilakukan oleh tengkulak dalam proses pemasaran ubi jalar
adalah dengan menjalin hubungan dengan petani salah satunya adalah dengan
peminjaman modal dan pemberian bantuan input produksi berupa bibit. Petani
yang menerima peminjaman dari tengkulak akan memiliki rasa hutang budi dan
bakan membalasnya dengan menjual hasil panen yang didapat kepada tengkulak
tersebut. Dari hal ini, tengkulak akan mendapatkan kepastian produk ubi jalar
untuk di pasarkan dan penerimaan yang lebih karena memiliki penentuan harga
jual yang lebih kuat.
2. Perilaku Pasar Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul memiliki struktur pasar yang mengarah pada
oligopsoni. Pasar oligopsoni yang terbentuk pada tingkat pedagang pengumpul ini
membuat pedagang pengumpul memiliki pesaing dalam pemasaran ubi jalar.
Kondisi ini membuat pedagang pengumpul harus mempunyai cara untuk dapat
memenangkan persaingan yang ada. Pedagang pengumpul dapat melakukan
pengendalian kuantitas ubi jalar ataupun dalam persaingan harga. Dalam
persaingan kuantitas, pedagang pengumpul perlu mendapatkan ubi jalar yang
banyak untuk memperbesar pangsa pasar yang dimiliki. Peningkatan kuantitas ubi
jalar yang dipasarkan ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan ubi jalar
sebanyak-banyaknya dari tengkulak. Pedagang pengumpul perlu melakukan
pembelian ubi jalar dari beberapa tengkulak untuk mengumpulkan ubi jalar dalam
memenuhi permintaan pasar. Kegiatan pedagang pengumpul ubi jalar dalam
melakukan pembelian dilakukan dengan cara mencari tengkulak atau memesan
pada tengkulak yang sudah menjadi langganan dalam mendapatkan ubi jalar.
Dari segi harga, pedagang pengumpul melakukan kolusi dalam hal
penentuan harga beli ubi jalar dari tengkulak. Pedagang pengumpul menginginkan
mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dengan menetapkan harga beli yang
lebih rendah di bawah harga pasar. Informasi pasar yang lebih lengkap yang
dimiliki oleh pedagang pengumpul akan mempermudah meyakinkan tengkulak
72
tentang harga yang diberikan. Beberapa pengumpul dalam wilayah pasar yang
sama biasanya saling kenal dan menetapkan patokan harga yang sama.
Selain kolusi, pedagang pengumpul juga mempunyai taktik dalam
pemasaran yang dijalankan, yaitu dalam hal penentuan kualitas ubi jalar secara
keseluruhan dan potongan berat ubi jalar. Hal ini akan memberikan keuntungan
bagi pedagang pengumpul karena dengan menetapkan kualitas yang rendah
terhadap ubi jalar maka harga beli yang diterima tengkulak akan semakin rendah,
sehingga penerimaan pedagang pengumpul akan semakin tinggi. Selain itu dari
potongan 5% dari keseluruhan ubi jalar yang dikirim memberikan tambahan
penerimaan bagi pedagang pengumpul itu sendiri.
3. Periaku Pasar Pedagang Pengecer
Sebagai pasar yang bersaing oligopsoni, pedagang pengecer melakukan
pembelian dan penyimpanan untuk menyediakan cadangan ubi jalar. Hal ini
dikarenakan, pedagang pengecer yang mampu menyediakan ubi jalar dalam
memenuhi permintaan pasar akan tetap mampu bersaing dengan pedagang
pengecer yang lain. Selain itu, dengan adanya penyimpanan yang dilakukan,
pedagang pengecer dapat mempertahankan kualitas ubi jalar yang dipasarkan
apabila belum terjual habis.
Selain berusaha menyediakan ubi jalar sepanjang waktu, dalam melakukan
persaingan, pedagang pengecer perlu menyediakan ubi jalar di semua tempat.
Kondisi ini membuat , pedagang pengecer melakukan fungsi transportasi. Fungsi
transportasi yang dilakuakan pedagang pengecer adalah untuk mengambil ubi
jalar di pedagang pengumpul atau tengkulak dan sebagian terdapat pedagang
pengecer yang juga melakukan fungsi transportasi untuk menjual produknya ke
konsumen. Fungsi transpotasi tersebut dilakukan agar tengkulak mendapatkan
pasokan ubi jalar untuk mendapatkan pangsa pasar ubi jalar yang lebih besar
dengan berusaha menyediakan ubi jalar pada berbagai tempat.
Pedagang pengecer dalam persaingan juga memperhatikan kualitas ubi
jalar yang dipasarkan. Hal ini dikarenakan kualitas ubi jalar mampu meningkatkan
persaingan dari pedagang pengecer itu sendiri, sehingga lembaga pemasaran juga
perlu melakukan standarisasi. Fungsi standarisasi merupakan kegiatan
penyeragaman ubi jalar yang dipasarkan. Tujuan dilakukannya penyeragaman ini
73
adalah agar ubi jalar yang dijual terbebas dari kotoran dan produk yang rusak. Hal
ini dikarenakan apabila terdapat produk rusak pada hasil ubi jalar, akan menular
pada produk ubi jalar yang baik. Standarisasi yang dilakukan adalah dengan
membersihkan tanah dan kotoran yang terbawa dari panen serta membuat ubi jalar
yang rusak baik karena terkena cangkul waktu pemanenan maupun karena
serangan hama dan penyakit.selain itu dengan ubi jalar yang seragam diharapkan
akan lebih menarik konsumen dan meningkatkan nilai jualnya.
Kolusi pada tingkat pedagang pengecer dilakukan dengan mengadakan
kesepatan harga pada suatu wilayah pasar yang dilakukan dengan memperkirakan
permintaan dan penawaran ubi jalar di pasar tersebut. Informasi pasar terkait
konsumen akhir yang lebih lengkap membuat pengecer dapat sedikit memiliki
kekuatan yang lebih dominan dalam penentuan harga beli di tengkulak dan
pedagang pengumpul. Hal ini membuat pedagang pengecer dapat membeli ubi
jalar dengan harga yang lebih rendah.
Taktik dilakukan dengan menjalin hubungan dan mendatangi langsung
kepada tengkulak dan pedagang pengumpul dalam melakukan pembelian ubi
jalar. Kegiatan menjalin hubungan serta mendatangi tengkulak dan pedagang
pengumpul ini membuat tengkulak dan pedagang pengumpul memiliki simpati
kepada pedagang pengecer. Tengkulak dan pedagang pengumpul berfikir bahwa
sama-sama mencari uang dan pedagang pengecer hanya memasarkan ubi jalar
dalam jumlah yang kecil, sehingga wajar bila berusaha mendapatkan keuntungan
lebih. Selain itu bagi tengkulak dan pedagang pengumpul sebagai mengikat
langganan karena semakin banyak pedagang pengecer yang membeli kepadanya
maka semakin banyak pula penerimaannya. Kondisi ini akan membuat tengkulak
dan pedagang pengumpul tidak terlalu melakukan penawaran terkait harga beli
pedagang pengecer. Dengan demikian pedagang pengecer dapat lebih
mendominasi dalam penentuan harga dan selanjutnya dapat meningkatkan
keuntungan yang didapatkan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa perilaku pasar
lembaga pemasaran ubi jalar Desa Penanggungan sebagai akibat dari pasar
oligopsoni yang terbentuk adalah mampu mendominasi petani yang memiliki
struktur pasar persaingan sempurna dan setiap tindakan yang dilakukan oleh suatu
74
lembaga pemasaran akan diikuti dengan lembaga pemasaran yang lainnya. Hal ini
terutama dalam harga. Antar lembaga pemasaran melakukan kolusi dalam
penentuan harga untuk dapat meningkatkan keuntungan yang diperoleh.
Sementara itu, taktik dilakukan dengan menjalin hubungan dengan petani,
penentuan kualitas ubi jalar yang diperdagangkan, dan potongan berat ubi jalar.
Lembaga pemaasaran juga memperhatikan kuantitas ubi jalar yang ada. Apabila
pasar kekurangan ubi jalar maka lembaga pemasaran akan menjual semua ubi
jalar yang dimiliki untuk meningkatkan keuntungan. Tetapi apabila jumlah ubi
jalar banyak, maka petani akan menyisahkan ubi jalar untuk di pasarkan di lain
waktu. Selain itu, persaingan yang ada membuat lembaga pemasaran melakukan
berbagai fungsi pemasaran untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya. Fungsi
pemasaran yang dilakukan meliputi fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan,
transportasi, standarisasi dan pembiayaan.
5.6 Analisis Kinerja Pasar
Kinerja pasar dilakukan untuk menilai sejauh mana proses pemasaran yang
berjalan dan sejauh mana tujuan dari pemasaran itu sendiri dapat dicapai dengan
baik. Proses dan tujuan pemasaran dalam hal ini adalah sebagai akibat dari
karakteristik struktur pasar yang ada, yang selanjutnya mempengaruhi perilaku
pasar yang terbentuk, sehingga menimbulkan hasil dari pasar yang dapat diketahui
dalam hal pencapaiannya. Kinerja pasar pada penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan beberapa perhitungan, meliputi marjin pemasaran, share harga di
tingkat petani, share harga di tingkat lembaga pemasaran, share biaya dan
keuntungan pemasaran dan kelayakan usaha.
5.6.1 Analisis Marjin Pemasaran
Perhitungan marjin pemasaran pada penelitian ini dilakukan berdasarkan
saluran pemasaran ubi jalar Desa Penanggungan. Pemasaran ubi jalar di wilayah
Desa Penanggungan melibatkan empat kelompok pelaku pasar. Empat kelompok
pelaku pasar ini meliputi petani, tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang
pengecer. Tengkulak sendiri terbagi menjadi dua yaitu tengkulak daerah yang
merupakan tengkulak yang berasal dari Desa Penangggungan dan tengkulak luar
daerah yaitu tengkulak yang berasal dari luar Desa Penanggungan. Dari keempat
75
kelompok tersebut, dalam pemasaran ubi jalar memiliki empat saluran pemasaran
dalam pasar ubi jalar di Desa Penanggungan. Empat saluran pemasaran ubi jalar
di wilayah Desa Penanggungan tersebut, meliputi:
1. Saluran Pemasaran I : petani � tengkulak daerah �pedagang pengecer �
konsumen
2. Saluran Pemasaran II : Petani � tengkulak luar daerah�pedagang pengecer �
konsumen
3. Saluran Pemasaran III : Petani � tengkulak daerah� pedagang pengumpul �
pedagang pengecer � konsumen
4. Saluran Pemasaran IV : Petani � tengkulak luar daerah � pedagang
pengumpul � pedagang pengecer � konsumen.
Dari keempat saluran pemasaran tersebut, perhitungan marjin dilakukan
pada setiap saluran pemasaran yang ada, sehingga memberikan hasil marjin yang
berbeda. Akan tetapi karena pada tengkulak daerah dan luar daerah tidak terdapat
perbedaan data yang dibutuhkan, maka tidak terdapat perbedaan antara saluran
pemasaran yang melibatkan tengkulak daerah ataupun tengkulak luar daerah. Hal
ini menjadikan, perhitungan marjin dapat dilakukan pada kelompok saluran
pemasaran, yang mana kelompok saluran pemasaran pertama terdiri dari saluran
pemasaran I dan II dan kelompok saluran pemasaran kedua terdiri dari saluran
pemasaran III dan IV.
1. Kelompok Saluran Pemasaran I yang Terdiri dari Saluran Pemasaran I (Petani
� Tengkulak Daerah � Pedagang Pengecer) dan Saluran Pemasaran II
(Petani � Tengkulak Luar Daerah � Pedagang Pengecer).
Kelompok saluran pemasaran ubi jalar yang pertama dari petani ke
tengkulak daerah atau luar daerah kemudian ke tingkat pedagang pengecer dan
selanjutnya ke tingkat konsumen akhir. Pada perhitungan marjin kelompok
saluran pemasaran pertama menggunakan konsep product reference to petani,
karena adanya pengurangan hasil ubi jalar selama proses pemasaran. Sehingga
perlu dilakukan perhitungan menggunakan konsep product reference to petani
agar setiap 1 kilogram ubi jalar di tingkat konsumen akhir sama dengan 1
kilogram ubi jalar ditingkat petani.
76
Pada kelompok saluran pemasaran pertama, dari tingkat petani ke
tengkulak terjadi penyusutan sebesar 5 kg dari setiap 75 kg ubi jalar, sehingga
faktor konversinya adalah ((75-5)/75) = 0,933. Sementara itu, dari tengkulak ke
pedagang pengecer terjadi penyusutan sebesar 50 kg setiap 1000 kg ubi jalar,
sehingga faktor konversinya adalah ((1000-50)/1000) = 0,95. Pada perhitungan
marjin ini semua biaya yang digunakan merupakan dalam satuan per kilogram ubi
jalar. Perhitungan marjin pemasaran pada kelompok saluran pemasaran I, dapat
dilihat pada tabel 31 berikut:
Tabel 31. Perhitungan Marjin Pemasaran pada Kelompok Saluran Pemasaran I.
Keterangan Nilai
(Rp/Kg)
Marjin
(Rp/Kg)
Distribusi
Marjin (%)
Share
Harga
(%)
R/C
ratio
Petani 60,15
Harga jual 1600
Tengkulak 539 20,26 2,97
Harga beli 1600
Panen 55,8 5,26
Transportasi 18,6 1,75
Sortasi dan
grading
7,44 0,70
Susut 99,696 9,41
Keuntungan 357,464 33,72
Total Biaya 181,536 17,13
Harga Jual 2139 50,85
Pedagang
Pengecer
0 521 19,59 3,17
Harga beli 2139
Transportasi 47,5 4,48
Sortasi dan
grading
7,6 0,72
Susut 109,25 10,31
Keuntungan 356,65 33,65
Total Biaya 164,35 15,50
Harga Jual 2660 49,15 100,00
Total Marjin 1060 100,00
Sumber: Pengolahan data primer 2015
Perhitungan marjin di atas, menunjukkan bahwa harga jual ubi jalar di
tingkat petani adalah sebesar Rp. 1.600,-/kg, yang berarti share harga yang
diterima petani adalah sebesar 60,15 % dari harga yang dibayarkan oleh
konsumen akhir, yaitu sebesar Rp. 2.660,-/kg. Tinggginya share harga petani ini,
77
terjadi karena harga jual ubi jalar di tingkat petani yang tinggi pada saat
penelitian. Tingginya harga jual ditingkat petani ini, terjadi karena penelitian
dilaksanakan pada saat masa panen ubi jalar sudah berakhir, sehingga jumlah ubi
jalar semakin berkurang dan harga jualnya semakin meningkat. Selain itu,
tingginya share harga petani, terjadi karena selisih harga pada konsumen akhir
dengan harga jual petani yang tidak terlalu jauh. Hal ini terjadi karena lembaga
pemasaran yang terlibat hanya melakukan sedikit fungsi pemasaran, biaya
pemasaran yang dikeluarkan juga sedikit, sehingga harga jual ubi jalar pada
konsumen akhir juga tidak terlalu tinggi. Pada tingkat tengkulak, menerima
bagian sebesar 20,26% dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir, yang
berarti harga jual ubi jalar pada tingkat tengkulak adalah sebesar Rp. 2.139,-/Kg.
Sementara itu, pada tingkat pedagang pengecer memperoleh bagian sebesar
19,59% dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir, yang berarti harga jual
ubi jalar pada tingkat pedagang pengecer adalah sebesar Rp. 2660,-/Kg. Bagian
yang lebih besar yang diterima oleh tengkulak ini terjadi karena pada kelompok
saluran pemasaran ini, tengkulak mampu mendapatkan harga beli ubi jalar pada
tingkat petani yang rendah dan harga jual yang tinggi pada tingkat pedagang
pengecer.
Perhitungan marjin pemasaran menunjukkan bahwa total marjin pada
kelompok saluran pemasaran I adalah sebesar Rp. 1060/kg. Dari total marjin
tersebut, tengkulak mendapatkan bagian marjin pemasaran sebesar Rp. 539,-/kg,
yang terdistribusi dalam total biaya pemasaran sebesar Rp. 181,536/kg dan
keuntungan sebesar Rp. 357,464/kg. Sementara itu, pedagang pengecer
mendapatkan bagian marjin pemasaran sebesar Rp. 521/kg, yang terdistribusi
dalam total biaya pemasaran sebesar Rp. 164,35/kg dan keuntungan sebesar rp.
356,65/kg. Lembaga pemasaran yang memiliki share keuntungan tertinggi adalah
adalah tengkulak. Hal ini berkaitan dengan harga beli dan harga jual yang
ditetapkan oleh tengkulak sehingga tengkulak mampu memperoleh keuntungan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang pengecer.
Pada perhitungan R/C ratio didapatkan pada tingkat tengkulak memiliki
nilai R/C ratio sebesar 2,97, yang artinya usaha pemasaran ubi jalar di tingkat
tengkulak adalah layak karena dari setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan akan
78
menghasilkan penerimaan sebesar 2,97 rupiah. Sementara itu, pada tingkat
pedagang pengecer didapatkan hasil sebesar 3,17, yang artinya usaha pemasaran
ubi jalar di tingkat pedagang pengecer adalah layak karena dari setiap 1 rupiah
biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,90 rupiah. Hal
ini sesuai dengan hasil penggalian data primer bahwa menjadi lembaga pemasaran
ubi jalar membutuhkan biaya yang tinggi, akan tetapi mampu memberikan
keeuntungan yang besar.
2. Kelompok Saluran Pemasaran II yang Terdiri dari Saluran Pemasaran III
(Petani � Tengkulak Daerah � Pedagang Pengumpul � Pedagang Pengecer
� Konsumen ) dan Saluran Pemasaran IV (Petani � Tengkulak Luar Daerah
� Pedagang Pengumpul � Pedagang Pengecer � Konsumen)
Kelompok saluran pemasaran kedua ini menyalurkan ubi jalar dari petani
ke konsumen melalui tengkulak daerah atau luar daerah, pedagang pengumpul dan
pedagang pengecer. Artinya, kelompok saluran pemasaran kedua ini memiliki
saluran pemasaran yang lebih panjang dibandingkan dengan kelompok saluran
pemasaran pertama. Sama halnya dengan kelompok saluran pemasaran pertama,
perhitungan marjin dilakukan dengan menggunakan konsep product reference to
petani. Hal ini dikarenakan terjadi pengurangan kuantitas ubi jalar pada setiap
tingkatan lembaga pemasaran yang dilalui.
Pada saluran pemasaran dari petani ke tengkulak terjadi penyusutan
sebesar 5 kg dari setiap 75 kg ubi jalar, sehingga faktor konversinya adalah ((75-
5)/75) = 0,933. Sementara itu dari tengkulak ke pedagang pengumpul terjadi
penyusutan sebesar 50 kg setiap 1000 kg ubi jalar dan potongan 5% dari kuantitas
ubi jalar, sehingga faktor konversinya adalah ((1000-50)/1000) = 0,95, dikurangi
dengan potongan 5% (0,05) menjadi 0,9. Sementara itu, dari pedagang pengumpul
ke pedagang pengecer terjadi penyusutan 50 kg pada setiap 1000 kg ubi jalar,
sehingga faktor konversinya adalah ((1000-50)/1000) = 0,95.
Perhitungan marjin pemasaran menunjukkan bahwa share harga petani
adalah sebesar 50,82 %. Share harga yang diterima petani ini termasuk dalam
kategori tinggi. Share harga petani yang tinggi ini terjadi karenaharga jual ubi
jalar di tingkat petani yang tinggi pada saat penelitian dan selisih harga pada
konsumen akhir dengan harga jual petani yang tidak terlalu jauh. Perhitungan
79
marjin pemasaran pada kelompok saluran pemasaran II, dapat dilihat pada tabel
32 berikut:
Tabel 32. Perhitungan Marjin Pemasaran pada Kelompok Saluran Pemasaran II.
No Keterangan Faktor
konversi
Marjin
(Rp/Kg)
Distribusi
Marjin
(%)
Share
Harga
(%)
R/C
ratio
1 Petani 50,82
Harga jual 1400
2 Tengkulak 460 16,70 2,72
Harga beli 1400
Panen 55,8 4,43
Transportasi 18,6 1,48
Sortasi dan
grading
7,44 0,59
Susut 87,234 6,92
Keuntungan 290,926 23,09
Total Biaya 169,074 13,42
Harga Jual 1860 36,51
3 Pedagang
Pengumpul
390 14,16 1,68
Harga beli 1860
Transportasi 45 3,57
Sortasi dan
grading
7,2 0,57
Susut 180 14,29
Keuntungan 157,8 12,52
Total Biaya 232,2 18,43
Harga Jual 2250 30,95
4 Pedagang
Pengecer
505 18,33 3,47
Harga beli 2250
Transportasi 19 1,40
Sortasi dan
grading
7,6 0,56
Susut 118,75 8,76
Keuntungan 359,65 26,54
Total Biaya 145,35 10,37
Harga Jual 2755 37,27 100.,
Total Marjin 1355 100,00
Sumber: Pengolahan data primer 2015
Setiap bagian marjin pemasaran yang diterima oleh lembaga pemasaran
terdistribusi dalam biaya dan keuntungan pemasaran. Pada tingkat tengkulak
terdistribusi dalam total biaya pemasaran sebesar Rp. 169,074/kg dan keuntungan
80
sebesar Rp. 290,926/kg. Pada tingkat pedagang pengumpul terdistribusi dalam
total biaya pemasaran sebesar Rp. 232,2/kg dan keuntungan sebesar Rp.157,8/kg.
Pada tingkat pedagang pengecer terdistribusi dalam total biaya pemasaran sebesar
Rp. 145,35/kg dan keuntungan sebesar Rp. 359.65/kg. Pembagian marjin di atas
menunjukkan bahwa biaya pemasaran tertinggi terdapat pada tenngkulak, karena
tengkulak menanggung biaya pasca panen yang mana tidak ditanggung oleh
lembaga pemasaran yang lain.
Dari perhitungan R/C ratio, didapatkan pada tingkat tengkulak memiliki
nilai R/C ratio sebesar 2,72, yang artinya usaha pemasaran ubi jalar di tingkat
tengkulak adalah layak, karena dari setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan sebesar 2,72 rupiah. Pada tingkat pedagang pengumpul
didapatkaan nilai R/C ratio sebesar 1,68, yang artinya usaha pemasaran ubi jalar
di tingkat pedagang pengumpul layak, karena dari setiap 1 rupiah biaya yang
dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,68 rupiah. Pada tingkat
pedagang pengecer didapatkan hasil sebesar 3,47 yang artinya usaha pemasaran
ubi jalar di tingkat pedagang pengecer adalah layak, karena dari setiap 1 rupiah
biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 3,47 rupiah.
5.6.2 Perbandingan Marjin Pemasaran Antar Lembaga Pemasaran Ubi Jalar
Marjin pemasaran merupakan selisih antara harga jual dengan harga beli
yang ditetapkan oleh setiap lembaga pemasara. Semakin tinggi harga jual dan
semakin rendah harga beli maka nilai marjin akan semakin tinggi. Dalam hal ini
marjin merupakan penerimaan dari pelaku pasar. Besarnya marjin yang
dipengaruhi oleh harga jual dan harga beli ini karena dipengaruhi oleh besarnya
biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang ditetapkan.
Total marjin terbesar terdapat pada kelompok saluran pemasaran II yang
terdiri dari saluran pemasaran III dan IV, yaitu dengan total marjin pemasaran
sebesar Rp. 1.355,-/kg. Sementara itu, kelompok saluran pemasaran I yang terdiri
dari saluran pemasaran I dan II memiliki total marjin pemasaran sebesar Rp.
1.060,-/kg. Perbedaan marjin pada kedua kelompok pemasaran ini terjadi karena
pada kelompok saluran pemasaran II memiliki rantai pemasaran yang lebih
panjang dengan lebih banyak melibatkan kelompok lembaga pemasaran yaitu
pedagang pengumpul, sehingga marjin pemasaran yang terbentuk akan semakin
81
besar yang berpengaruh terhadap harga beli konsumen akhir yang semakin tinggi.
Hal ini dikarenakan pada saluran pemasaran yang semakin panjang dapat
meningkatkan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen akhir, karena lembaga
pemasaran yang terlibat pada tingkat akhir akan tetap berusaha untuk memperoleh
keuntungan sehingga akan meningkatkan harga jualnya. Perhitugan marjin yang
didapatkan lembaga pemasaran pada setiap salran pemasaran, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 33. Distribusi Marjin Pemasaran Ubi Jalar Antar Lembaga Pemasaran pada
Berbagai Saluran Pemasaran.
No. Saluran
Pemasaran
Total
Marjin
(Rp/Kg)
Distribusi Marjin Pemasaran(%)
Tengkulak Pedagang
pengumpul
Pedagang
pengecer
1. I 1060 50,85 - 49,15
2. II 1060 50,85 - 49,15
3. III 1355 33,95 28,78 37,27
4. IV 1355 33,95 28,78 37,27
Sumber: Pengolahan data primer 2015
Pada kelompok saluran pertama, biaya dan keuntungan pemasaran
tertinggi terdapat pada tengkulak yaitu dengan biaya pemasaran sebesar rp.
181,536/kg. dan keuntungan sebesar Rp. 357,464/kg. Besarnya biaya pemasaran
yang ditanggung tengkulak terjadi karena tengkulak harus menanggung biaya
panen ubi jalar milik petani, sedangkan pedagang pengecer tidak menanggung
biaya panen. Sementara itu, alasan tengkulak masih memperoleh keuntungan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang pengecer adalah karena tengkulak
memperoleh marjin pemasaran yang lebih tinggi dengan menetapkan jarak harga
jual yang jauh dari harga beli, yaitu selisih sebesar Rp. 539,-/kg. Penetapan harga
beli yang jauh oleh tengkulak ini karena terkait dengan struktur pasar oligopsoni
yang terbentuk yang mampu mendominasi penentuan harga di tingkat petani yang
memiliki struktur pasar persaingan sempurna.
Pada kelompok saluran pemasaran kedua, biaya pemasaran tertinggi
terdapat pada pedagang pengumpul, yaitu sebesar Rp. 232,2/kg dan biaya
pemasaran terendah terdapat pada pedagang pengecer, yaitu Rp. 145,35/kg.
Sementara itu, keuntungan tertinggi terdapat pada pedagang pengecer, yaitu
sebesar Rp. 359,65/kg dan keuntungan terendah pada pedagang pengumpul, yaitu
sebesar Rp. 157,80/kg. Biaya pemasaran tertinggi yang ditanggung oleh pedagang
82
pengumpul terjadi karena pedagang pengumpul menanggung biaya transportasi
yang lebih besar bila dibandingkan dengan tengkulak dan pedagang pengecer.
Tingginya biaya transportasi yang ditanggung oleh pedagang pengumpul terjadi
karena jarak yang lebih jauh dalam pemindahan ubi jalar bila dibandingkan
dengan tengkulak dan pedagang pengecer. Pedagang pengumpul mengeluarkan
biaya transportasi untuk mengangkut ubi jalar dengan jarak hingga antar
kabupaten, sedangkan tengkulak hanya untuk mengambil ubi jalar dari lahan yang
berjarak antar desa dalam satu kecamatan dan pedagang pengecer yang hanya
berjarak dalam satu pasar atau antar pasar dalam satu kecamatan.
5.6.3 Perbandingan Share Harga Antar Lembaga Pemasaran Ubi Jalar
Share harga menunjukkan seberapa besar bagian yang diterima oleh petani
dan lembaga pemasaran dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir.
Perhitungan share harga ini juga menunjukkan perbandingan share harga yang
diterima petani dengan share harga yang diterima oleh lembaga pemasaran.
Perbandingan share harga yang diterima oleh petani dan lembaga pemasaran pada
empat saluran pemasaran yang ada, dapat dilihat pada tabel 34.
Tabel 34. ShareHarga yang Diterima oleh Petani dan Lembaga Pemasaran pada
Berbagai Saluran Pemasaran
Saluran
Pemasaran
Distribusi Share Harga
Petani Tengkulak Pedagang
pengumpul
Pedagang
pengecer
Harga
jual
Share
(%)
Harg
a jual
Share
(%)
Harga
jual
Share
(%)
Harg
a jual
Share
(%)
I 1600 60,15 2139 20,26 - - 2660 19,59
II 1600 60,15 2139 20,26 - - 2660 19,59
III 1400 50,82 1860 16,70 2250 14,16 2755 18,33
IV 1400 50,82 1860 16,70 2250 14,16 2755 18,33
Sumber: Pengolahan data primer 2015
Perbandingan share harga menunjukkan bahwa pada kelompok saluran
pemasaran I (saluran pemasaran I dan II) petani memperoleh share harga sebesar
60,15%, sedangkan lembaga pemasaran memperoleh share harga sebesar 39,85
yang terdistribusi pada tengkulak sebesar 20,26% dan pedagang pengecer sebesar
19,59%. Sementara itu, pada kelompok saluran pemasaran II (saluran pemasaran
III dan IV) petani memperoleh share harga sebesar 50,82%, sedangkan lembaga
pemasaran memperoleh share harga sebesar 39,85 yang terdistribusi pada
tengkulak sebesar 16,70%, pedagang pengumpul sebesar 14,16% dan pedagang
83
pengecer sebesar 18,33%. Perbandingan share harga menunjukkan bahwa
kelompok saluran pemasaran I petani mendapatkan share harga (60,15%) yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok saluran pemasaran II (50,82%).
Share harga yang diterima petani pada kelompok saluran pemasaran I lebih tinggi
karena saluran pemasarannya yang lebih pendek. Saluran pemasaran yang lebih
pendek membuat lembaga pemasaran yang terlibat lebih sedikit, sehingga
pembagian harga yang diterima petani adalah lebih tinggi.
5.6.4 Perbandingan R/C ratio Antar Lembaga Pemasaran Ubi Jalar
Perhitugan R/C ratio menunjukkan tingkat kelayakan pemasaran ubi jalar
Desa Penanggungan. Perhitungan R/C ratio pada setiap lembaga pemasaran
menunjukkan hasil R/C ratio yang berbeda. Pada semua saluran pemasaranyang
memiliki nilai R/C ratio tertinggi adalah pedagang pengecer, yaitu sebesar 3,17
pada kelompok saluran pemasaran I dan sebesar 3,17 pada kelompok saluran
pemasaran kedua, sedangkan yang terendah pada kelompok pemasaran I adalah
tegkulak dengan nilai R/C ratio sebesar 2,97%. Sementara itu, pada kelompok
saluran pemasaran II, R/C ratio terendah adalah pedagang pengumpul yaitu senilai
1,68, dan tengkulak memiliki nilai R/C ratio urutan kedua yaitu sebesar 2,97.
Pedagang pengecer memperoleh nilai R/C ratio tertinggi pada semua saluran
pemasaran karena biaya pemasaran yang ditanggung oleh pedagang pengecer
lebih rendah dan penerimaan yang didapat adalah lebih tinggi dibandingkan
dengan lembaga pemasaran lainnya. Berikut secara lebih rinci hasil perhitungan
R/C ratio pada setiap saluran pemasaran.
Tabel 35. R/C ratio Ubi Jalar Antar Lembaga Pemasaran pada Berbagai Saluran
Pemasaran.
No. Saluran
Pemasaran
Nilai R/C ratio
Tengkulak Pedagang
Pengumpul
Pedagang
pengecer
1. I 2,97 - 3,17
2. II 2,97 - 3,17
3. III 2,72 1,68 3,47
4. IV 2,72 1,68 3,47
Sumber: Pengolahan data primer 2015
Berdasarkan perhitungan R/C ratio pada setiap lembaga pemasaran di
semua saluran pemasaran menunjukkan bahwa usaha pemasaran ubi jalar di Desa
Penanggungan adalah layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C
84
ratio yang didapat, semuanya lebih dari 1. Namun, walaupun dengan nilai R/C
ratio tersebut, pemasaran ubi jalar di Desa Penanggungan masih berjalan secara
tidak efisien. Hal ini dapat dilihat dari ketidakmerataan keuntungan yang diterima
oleh petani dan setiap lembaga pemasaran. Selain itu juga dikarenakan,
panjangnya saluran pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar Desa
Penanggungan. Akan tetapi, dari saluran pemasaran yang ada, kelompok saluran
pemasaran I merupakan saluran pemasaran yang lebih baik, karena tidak terdapat
perbedaan yang terlalu jauh pada keuntungan yang diterima setiap pelaku pasar
dan memiliki saluran pemasaran yang lebih pendek.
85
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari struktur, perilaku dan kinerja pasar
ubi jalar di Desa Penanggungan adalah sebagai berikut.
1. Struktur pasar yang terbentuk pada pasar ubi jalar di Desa Penanggungan di
tingkat petani mengarah pada pasar persaingan sempurna. Hal ini diketahui
dari empat alat ukur yang digunakan, tiga alat ukur, yaitu pangsa pasar, CR4,
dan R menunjukkan pasar yang terbentuk adalah pasar persaingan sempurna.
Sedangkan pada tingkat lembaga pemasaran mengarah pada pasar oligopsoni
yang ditunjukkan oleh tiga alat ukur, yaitu pangsa pasar, CR4 dan IHH.
2. Perilaku pasar ubi jalar di Desa Penanggungan dapat diketahui bahwa (1) pada
tingkat petani dengan struktur pasar persaingan sempurna yang terbentuk
membuat petani memiliki posisi tawar yang rendah dan hanya bertindak
sebagai price taker, dalam meningkatkan keuntungan petani lebih fokus pada
kegiatan budidaya untuk meningkatkan kuantitas ubi jalar yang dijual karena
petani tidak dapat meningkatkan keuntungan dengan meningkatkan harga jual
ubi jalar; (2) perilaku pasar lembaga pemasaran ubi jalar Desa Penanggungan
sebagai akibat dari pasar oligopsoni yang terbentuk, yaitu mampu
mendominasi petani yang memiliki struktur pasar persaingan sempurna, setiap
tindakan yang dilakukan oleh suatu lembaga pemasaran akan diikuti dengan
lembaga pemasaran yang lainnya, taktik pemasaran dengan menjalin
hubungan dengan petani dan lembaga pemasaran lain, penentuan kualitas ubi
jalar yang diperdagangkan, dan potongan berat ubi jalar. Selain itu, persaingan
yang ada membuat lembaga pemasaran melakukan berbagai fungsi pemasaran
untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya. Fungsi pemasaran yang
dilakukan meliputi fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan, transportasi,
standarisasi dan pembiayaan.
3. Kinerja pasar ubi jalar di Desa Penanggungan pada semua saluran pemasaran
memiliki share harga di tingkat petani yang tinggi yaitu 60,15% dan 50,82%.
Pada kelompok saluran pemasaran I, tengkulak memiliki share harga tertinggi
yaitu sebesar 20,26% dan pada kelompok saluran pemasaran II lembaga
pemasaran yang memiliki share harga tertinggi adalah pedagang pengecer,
86
yaitu sebesar 18,33%. Pada setiap lembaga pemasaran di semua saluran
pemasaran nilai R/C ratio lebih dari 1, sehingga pemasaran ubi jalar yang
dilakukan oleh lembaga pemasaran adalah layak dan lembaga pemasaran yang
memiliki R/C ratio tertinggi adalah pedagang pengecer yaitu 3,17 dan 3,47.
Namun, pasar ubi jalar di Desa Penanggungan ini berjalan secara tidak efisien,
karena adanya ketidakmerataan keuntungan yang diterima oleh petani dan
setiap lembaga pemasaran serta panjangnya saluran pemasaran yang terlibat
dalam pemasaran ubi jalar. Dari saluran pemasaran yang ada, kelompok
saluran pemasaran I yang lebih baik, karena meskipun keuntungan yang
diterima setiap pelaku pasar tidak merata akan tetapi tidak terdapat perbedaan
yang jauh dan kelompok saluran pemasaran I ini memiliki saluran pemasaran
yang lebih pendek.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan meliputi:
1. Petani seharusnya tidak hanya berfokus pada budidaya ubi jalar saja, tetapi
perlu memperhatikan aspek pemasarannya seperti informasi pasar penting
mengenai harga ubi jalar. Sehingga diharapkan petani mampu mempunyai
informasi pasar yang lengkap dan diharapkan mampu melakukan pemasaran
ubi jalar dengan memotong saluran pemasaran yang ada untuk meningkatkan
keuntungan yang diperoleh.
2. Bagi lembaga pemasaran, seharusnya dapat memberikan informasi pasar yang
lebih lengkap kepada petani dan sesama lembaga pemasaran, agar keuntungan
yang diterima dapat merata pada setiap pelaku pasar yang terlibat.
3. Bagi pemerintah seharusnya memperhatikan proses pemasaran ubi jalar
terutama dalam hal harga, agar tidak terdapat pelaku pasar yang
mempermainkan harga, sehingga pelaku pasar ubi jalar mendapatkan
keuntungan yang adildan merata daripemasaran ubi jalar yang dijalankan.
4. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya pengambilan data dilakukan pada saat
musim panen, sehingga dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian ini.
87
DAFTAR PUSTAKA
Albinger, Jurgen. 2009. Economic Model For Monopoly Analysis In
Telecommunication: Proposal To Demonstrate Uniqueness. Business
Intelligence Journal
Almonte, Carina E. 1991. Market Structure, Conduct and Performance of the
Honey Industri in Batangas and Laguna. Thesis of Bachelor of Science in
Agricultural Economics, University of the Philippines. Los Banos
Anindita, R. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya.
Badan Pusat Statistik. 2012. Harga Ubi Jalar di Indonesia. www.bps.go.id
(Diakses pada 5 November 2014).
Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Jalar di
Indonesia Tahun 2010-2014. www.bps.go.id (Diakses pada 5 November
2014).
Baladina, Nur. 2011. Modul Tataniaga Pertanian. Fakultass Pertanian, Universitas
Brawijaya. Malang.
Bosena. D.T, F. Bekabil, G. Gerhana and H. Dirk. 2011. Structure-Conduct-
Performance of Cotton Market: The Case of Metema District, Ethiopia.
Department of Agricultural Economics, Haramaya University, Dire Dawa,
Ethiopia, Improving Productivity and Market Success (IPMS) of Ethiopian
Farmers Project/ (International Livestock Research Institute (ILRI),
Corresponding author: Bosena Tegegene Delele: Current address: College
of Humanities and Development, China Agricultural University, Beijing,
P.R.C.
Brander, James. A, A. Zhang. 1990. Market Conduct in the Airline Industri: An
Empirical Investigation. The RAND Journal of Economics, Volume 21,
Issue 4 Winter (1990), 567-583. Amerika Serikat.
Departemen Pertanian. 2009. Dasar Dasar Penyuluhan Pertanian.
http://www.pustaka.deptan.go.id (Diakses pada 5 November 2014).
Edwards, Seanicaa, A.J ALLen, S. Shaik. 2005. Market Structure Conduct
Performance (SCP) Hypothesis Revisited using Stochastic Frontier
Efficiency Analysis. Department 0f Agricultural Econoomics. MSU.
Mississippi State.
Funke, Raphel and Kabir. 2012. Market Structure, Conduct and Performance of
Gari
Processing Industri in South Western Nigeria. Nigeria. European Journal
of Business and Management
88
Herlambang, Anggoro Kusuma. 2012. Analisis Struktru, Perilaku dan Kinerja
Pasar Paprika (Capsicum annum) di Kecamatan Tutur, Kabupaten
Pasuruan. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Hermawan, Asep. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. PT Grasindo
anggota Ikapi, Jakarta.
Jaya, Wahana Kirana. 2001. Ekonomi Industri Edisi Kedua. BPEE- Yogyakarta.
Yogyakarta.
Kohls, Richard Louis and Joseph N Uhl. 1980. Marketing of agriculture products.
Fifth edition. Macmillan Publiching Co., Inc. Amerika serikat.
Kusumawardhani, Rizki Evi. 2013. Analisis Integrasi Pasar Vertikal Ubi Jalar
(Ipomoea batatas L) di Jawa Timur. Skripsi S1 Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang.
Mankiw, N Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi. Erlangga. Jakarta.
Nambiro, H.D Groote and W.O K’osura. 2001. Maret Structure and Conduct of
the Hybrid Maize Seed Industri, A Case Study of the Trans Nzoia District
In Western Kenya. Department of Agricultural Econoomics, University of
Nairobi, International Maize and Wheat Improvement Center (CIMMYT)
Nairobi. Kenya.
Nzima, W.D. 2014. Structure, Conduct and Performance of Groundnuts Markets
in Northern and Central Malawi: Case Studies of Mzimba and Kasungu
Districts.Department of Agribusiness Management, Lilongwe University
of Agriculture and Natural Resources, Bunda College of Agriculture.
Malawi.
Okereke O, Anthonio QBO. 1988. The Structural Characteristics of the Market
for Grains in Eastern Nigeria. Reading in Agricultural Marketing.
Longman Nigeria.
Putri, Tia Dwinovita. 2014. Analisis Perbandingan Struktur, Perilaku dan Kinerja
Pemasaran Padi Organik, Semi Organik dan Konvensional di Desa
Sumber Ngepoh, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Skripsi S1
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Rukmana, Rahmat. 1997. Ubi Jalar Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius.
Yogyakarta.
Smith, Lawrence D. 1992. Costs, Margins and Returns In Agricultural Marketing.
Department of Political Economy, University of Glasgow. Inggris.
Sukirno, Sadono. 2010. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar
Kebijakan. Kencana. Jakarta.
89
Swastha, Basu. 1984. Azaz-azaz Marketing Edisi Ketiga. Akademi Keuangan dan
Bisnis (AKB) Yogyakarta.
Tibayan, Alice Romero. 1983. Market Stucture, Conduct and Performance of
Copra Marketing System in Selected Towns of Bicol Region. Thesis.
University of the Philippines. Los Banos.
Tiku, dkk. 2009. The Structure, Conduct and Performance Of Palm Oil Marketing
In Cross River State, Nigeria. Nigeria. Journal of Agricultural Extension
and Rural Development.
Tomek, W.G dan Harry, M.K. 1972. Agriculture Product Price. Cornell
University Press. London.
90
Lampiran 1. Peta Wilayah Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas,
Kabupaten Mojokerto
91
Lampiran 2. Tabel Daftar Responden Petani, dan Responden Lembaga Pemasaran
1. Tabel Daftar Responden Petani
No. Nama Dusun Jenis
Kelamin
Usia
(tahun)
Pendidikan
(tahun)
Lama
Bertani
(tahun)
Luas
Lahan
(m2)
Produksi
(kg/panen)
Pekerjaan
1. Parto Sendang Laki-laki 62 SR 49 4000 7800 Petani
2. Bambang Sendang Laki-laki 47 SMP 12 4500 8000 Petani
3. Diono Sendang Laki-laki 52 SD 32 3700 10000 Petani
4. Dohlaman Sendang Laki-laki 53 SD 34 5000 6500 Petani
5. Jemadi Sendang Laki-laki 57 SR 43 7000 12000 Petani
6. Joyo Sendang Laki-laki 55 SR 40 5000 10000 Petani
7. Dulmanan Sendang Laki-laki 53 SR 38 6000 12000 Petani
8. Mail Sendang Laki-laki 47 SD 29 6000 14000 Petani
9. Namat Sendang Laki-laki 48 SD 25 1200 2000 Petani
10. Paidi Sendang Laki-laki 37 SMP 23 6500 13000 Petani
11. Supii Sendang Laki-laki 52 SMP 30 2000 3000 Petani,
satpam
12. Sardi Sendang Laki-laki 40 SD 20 10000 23000 Petani
13. Lamari Sendang Laki-laki 60 SR 45 8000 15000 Petani
14. Madi Sendang Laki-laki 40 SMA 20 4500 7000 Petani
15. Taryo Sendang Laki-laki 60 SR 45 6000 10000 Petani
16. Ahmad Sendang Laki-laki 56 SR 35 7000 17000 Petani
17. Jayus Sendang Laki-laki 53 SD 38 20000 3000 Petani
18. Wardoyo Sendang Laki-laki 56 SD 40 2500 3000 Petani,
pedagang
19. Karso Sendang Laki-laki 58 SR 40 6000 9000 Petani
20. Pii Sendang Laki-laki 54 SR 35 3000 6000 Petani
21. Kamid Sendang Laki-laki 50 SR 40 6000 12000 Petani
22. Jamaadi Sendang Laki-laki 60 SR 45 2500 3000 Petani
23. Senan Sendang Laki-laki 50 SR 35 4000 8000 Petani
24. Daimun Sendang Laki-laki 65 SR 50 4000 6500 Petani
25. Parno Sendang Laki-laki 56 SD 40 8000 14000 Petani
26. Kusnadi Sendang Laki-laki 53 SMP 29 2000 3000 Petani, PNS
27. Gio Ngembes Laki-laki 45 SD 25 6000 16000 Petani,
peternak
28. Giman Ngembes Laki-laki 48 SD 35 2500 3000 Petani,
peternak
29. Harlan Ngembes Laki-laki 43 SMA 33 3000 8000 Petani, kaur
30. Kertoutom
o
Ngembes Laki-laki 40 SMP 25 1500 2000 Petani,
peternak
31. Misdi Ngembes Laki-laki 52 SD 40 2000 2000 Petani,
peternak
32. Kalim Ngembes Laki-laki 43 SD 25 1000 1500 Petani,
peternak
33. Nardi Ngembes Laki-laki 40 SD 23 4000 8000 Petani,
peternak
92
No. Nama Dusun Jenis
Kelamin
Usia
(tahun)
Pendidikan
(tahun)
Lama
Bertani
(tahun)
Luas
Lahan
(m2)
Produksi
(kg/panen)
Pekerjaan
34. Purianto Ngembes Laki-laki 38 SD 26 1250 2500 Petani,
peternak
35. Nadar Ngembes Laki-laki 48 SD 33 2500 3500 Petani,
peternak
36. Sanadi Ngembes Laki-laki 47 SD 29 3000 5500 Petani,
peternak
37. Nandar Ngembes Laki-laki 50 SD 35 2000 4000 Petani,
peternak
38. Slamet Ngembes Laki-laki 46 SD 25 3000 7000 Petani,
peternak
39. Ngari Ngembes Laki-laki 60 SR 50 4000 9000 Petani,
peternak
40. Supii Penanggungan Laki-laki 64 SR 50 1000 3000 Petani
41. Saman Penanggungan Laki-laki 70 SR 55 2500 1700 Petani
42. Warman Penanggungan Laki-laki 55 SD 35 5000 8000 Petani
43. Kasdan Penanggungan Laki-laki 70 SR 55 2500 1500 Petani
44. Karim Penanggungan Laki-laki 80 SR 55 2500 1500 Petani
45. Lin Penanggungan Perempuan 45 SD 30 2500 2500 Petani
46. Kasto Penanggungan Laki-laki 65 SR 50 2500 1800 Petani
47. Paji Penanggungan Laki-laki 45 SD 23 2500 3200 Petani
48. Pardi Penanggungan Laki-laki 40 SMP 20 2500 3000 Petani
49. Sano Penanggungan Laki-laki 35 SMP 10 2500 3000 Petani
50. Sampun Penanggungan Laki-laki 65 SR 50 2500 2800 Petani
51. Tiamin Penanggungan Perempuan 55 SD 10 2500 2000 Petani, kaur
52. Jupri Penanggungan Laki-laki 62 SMA 35 10000 17000 Petani, kaur
53. Tarmuji Penanggungan Laki-laki 50 SMP 30 2500 3000 Petani, kaur
54. Toro Penanggungan Laki-laki 65 SR 35 5000 7400 Petani,
pedagang
55. Darmaji Kemendung Laki-laki 60 SD 40 2500 3000 Petani,
peternak
56. Wirto Kemendung Laki-laki 48 SD 35 10000 180000 Petani,
pedagang
57. Ismail Kemendung Laki-laki 45 SD 20 5000 8000 Petani,
peternak
58. Suwardi Kemendung Laki-laki 45 SD 22 5000 9500 Petani, supir
59. Krisno Kemendung Laki-laki 34 SMA 20 5000 7500 Petani, supir
60. Lihadi Kemendung Laki-laki 40 SMP 25 5000 9000 Petani,
peternak
61. Karji Kemendung Laki-laki 55 SD 40 2500 3000 Petani,
peternak
62. Jumain Kemendung Laki-laki 45 SD 20 2500 3800 Petani,
peternak
93
2. Tabel Daftar Respoden Lembaga Pemasaran Tengkulak
No. Nama
Tengkulak
Jenis
Kelamin
Dusun Usia
(tahun)
Pendidikan Pengalaman
(tahun)
Wilayah
Pemasaran
Kuantitas
Pembelian
(kg/hari)
1. Nur Kahmani Perempuan Tamiajeng 45 SMA 25 Porong,
Pasuruan,
Malang,
Bandung,
Jakarta
10000
2. Kadim Laki-laki Tamiajeng 58 SD 25 Porong,
Gresik,
Lamongan
2000
3. Raji Laki-laki Kesiman 55 SD 25 Gresik,
Pasuruan,
Porong,
Jakarta
8000
4. Yahudi Laki-laki Penanggungan 55 SD 15 Pacet, Batu 5000
5. Dulahman Laki-laki Sumbersari 45 SMP 9 Porong,
Lamongan
4000
6. Jumbadi Laki-laki Sumbersari 64 SD 20 Porong,
Krian,
Pasuruan
4000
7. Karnoto Laki-laki Sumbersari 52 SD 20 Gresik,
Pasuruan,
Porong,
Jakarta
4000
8. Agus Laki-laki Sumbersari 30 SMA 3 Trawas,
Lamongan,
Porong
7000
3. Tabel Daftar Respoden Lembaga Pemasaran Pedagang Pengumpul
No. Nama
Pedagang
pengumpul
Jenis
Kelamin
Dusun Usia
(tahun)
Pendidikan Pengalaman
(tahun)
Wilayah
Pemasaran
Kuantitas
Pembelian
(kg/hari)
1. H. Kasyim Laki-laki Pasuruan 70 -SD 35 Pasuruan 4000
2. Khalil Laki-laki Claket 47 SD 16 Pacet 8000
3. Jiidah Perempuan Porong 48 SMA 20 Porong 4000
4. Jumad Laki-laki Krian 55 SMP 20 Krian 4000
5. Yudi Laki-laki Pasuruan 38 SMA 9 Pasuruan 2000
6. Qory Laki-laki Porong 45 SMP 12 Porong 4200
7. Rasyid Laki-laki Sukorejo 40 SMA 8 Pasuruan 2000
8. H. Lamijo Laki-laki Porong 50 SD 20 Porong 3000
9. Juwari Laki-laki Penanggungan 52 SMA 15 Mojokerto,
Pasuruan,
Batu
5000
94
4. Daftar Respoden Lembaga Pemasaran Pedagang Pengecer
No. Nama Pedagang
pengecer
JenisKelamin Dusun Usia
(tahun)
Pendidikan Pengalaman
(tahun)
Wilayah
Pemasaran
Kuantitas
Pembelian
(kg/hari)
1. Suliana Perempuan Banyu biru 40 SMA 15 Pasuruan 1000
2. Tar Perempuan Krewung 35 SMP 5 Pasuruan 700
3. Dewi Perempuan Winongan 37 SMP 10 Pasuruan 800
4. Wijajaiman Laki-laki Malang 35 SMA 9 Malang 9000
5. Hamzah Laki-laki Nongkojajar 50 SMA 12 Pasuruan 7500
6. H. Idris Laki-laki Pasuruan 45 SMP 5 Pasuruan 2000
7. Sukar Laki-laki Mojokerto 48 SD 8 Mojokerto 1000
8. Hari Laki-laki Batu 45 SMA 9 Batu 2500
9. Sakri Laki-Laki Mojokerto 36 SD 4 Mojokerto, 1500
10. Hadi Laki-laki Mojokerto 40 SD 7 Mojokerto 1000
11. Laminah Perempuan Mojokerto 42 SD 10 Mojokerto 1500
12. Paimah Laki-laki Lamongan 47 SD 14 Lamongan 3000
95
Lampiran 3. Tabel Perhitungan Pangsa Pasar (Market Share), CR4, IHH dan R
1. Tabel Perhitungan Pangsa Pasar (Market Share), CR4, IHH dan R Di Tingkat Petani
No
Responden
Volume
Pembelian
Market share IndeksHerfindah
l
CR 4 R
Nilai
Si
Kr Kr
Kumulatif
IH i.Si R
1 23000 0.053 5.312 5.312 0.00282 0.024 ,+�,, ,,��,,��
� x
100 = 17.32102
0.053 0.026
2 18000 0.042 4.157 9.469 0.00173 0.083
3 17000 0.039 3.926 13.395 0.00154 0.118
4 17000 0.039 3.926 17.321 0.00154 0.157
5 16000 0.037 3.695 21.016 0.00137 0.185
6 15000 0.035 3.464 24.481 0.00120 0.208
7 14000 0.032 3.233 27.714 0.00105 0.226
8 14000 0.032 3.233 30.947 0.00105 0.259
9 13000 0.030 3.002 33.949 0.00090 0.270
10 12000 0.028 2.771 36.721 0.00077 0.277
11 12000 0.028 2.771 39.492 0.00077 0.305
12 12000 0.028 2.771 42.264 0.00077 0.333
13 10000 0.023 2.309 44.573 0.00053 0.300
14 10000 0.023 2.309 46.882 0.00053 0.323
15 10000 0.023 2.309 49.192 0.00053 0.346
16 9500 0.022 2.194 51.386 0.00048 0.351
17 9000 0.021 2.079 53.464 0.00043 0.353
18 9000 0.021 2.079 55.543 0.00043 0.374
19 9000 0.021 2.079 57.621 0.00043 0.395
20 8000 0.018 1.848 59.469 0.00034 0.370
21 8000 0.018 1.848 61.317 0.00034 0.388
22 8000 0.018 1.848 63.164 0.00034 0.406
23 8000 0.018 1.848 65.012 0.00034 0.425
24 8000 0.018 1.848 66.859 0.00034 0.443
25 8000 0.018 1.848 68.707 0.00034 0.462
26 7800 0.018 1.801 70.508 0.00032 0.468
27 7500 0.017 1.732 72.240 0.00030 0.468
28 7400 0.017 1.709 73.949 0.00029 0.479
29 7000 0.016 1.617 75.566 0.00026 0.469
30 7000 0.016 1.617 77.183 0.00026 0.485
31 6500 0.015 1.501 78.684 0.00023 0.465
32 6500 0.015 1.501 80.185 0.00023 0.480
33 6000 0.014 1.386 81.571 0.00019 0.457
34 5500 0.013 1.270 82.841 0.00016 0.432
35 4000 0.009 0.924 83.765 0.00008 0.323
36 3800 0.009 0.878 84.642 0.00008 0.316
37 3500 0.008 0.808 85.451 0.00006
0.299
96
No
Responden
Volume
Pembelian
Market share Indeks
Herfind
ahl
CR 4 R
Nilai
Si
Kr Kr
Kumulatif
IH i.Si R
38 3200 0.007 0.739 86.190 0.00005 0.281
39 3000 0.007 0.693 86.882 0.00005 0.270
40 3000 0.007 0.693 87.575 0.00005 0.277
41 3000 0.007 0.693 88.268 0.00005 0.284
42 3000 0.007 0.693 88.961 0.00005 0.291
43 3000 0.007 0.693 89.654 0.00005 0.298
44 3000 0.007 0.693 90.347 0.00005 0.305
45 3000 0.007 0.693 91.039 0.00005 0.312
46 3000 0.007 0.693 91.732 0.00005 0.319
47 3000 0.007 0.693 92.425 0.00005 0.326
48 3000 0.007 0.693 93.118 0.00005 0.333
49 3000 0.007 0.693 93.811 0.00005 0.339
50 3000 0.007 0.693 94.504 0.00005 0.346
51 2800 0.006 0.647 95.150 0.00004 0.330
52 2500 0.006 0.577 95.728 0.00004 0.300
53 2500 0.006 0.577 96.305 0.00004 0.306
54 2000 0.005 0.462 96.767 0.00003 0.249
55 2000 0.005 0.462 97.229 0.00003 0.254
56 2000 0.005 0.462 97.691 0.00003 0.259
57 2000 0.005 0.462 98.153 0.00003 0.263
58 1800 0.004 0.416 98.568 0.00002 0.241
59 1700 0.004 0.393 98.961 0.00002 0.232
60 1500 0.003 0.346 99.307 0.00001 0.208
61 1500 0.003 0.346 99.654 0.00001 0.211
62 1500 0.003 0.346 100.000 0.00001 0.215
Total 433000 1 100 0.02429 19.601
2. TabelPerhitunganPangsaPasar (Market Share), CR4, IHH danRdi Tingkat Tengkulak No
Responden
Volume
Pembelian
Market Share IndeksHerfindah
l CR 4 R
Nilai
Si
Kr Kr
Kumulatif
IH i.Si R
1 10000 0.227 22.727 22.727 0.051653 0.149
793
68.18 0.227273 0.165
414 2 8000 0.182 18.182 40.909 0.033058 0.363636
3 7000 0.159 15.909 56.818 0.02531 0.477273
4 5000 0.114 11.364 68.182 0.012913 0.454545
5 4000 0.091 9.091 77.272 0.008264 0.454545
6 4000 0.091 9.091 86.363 0.008264 0.545455
7 4000 0.091 9.091 95.454 0.008264 0.636364
8 2000 0.045 4.545 100.000 0.002066 0.363636
Total 44000 1 100 0.149793 3.522727
97
3. Tabel Perhitungan Pangsa Pasar (Market Share), CR4, IHH dan R di Tingkat Pedagang
Pengumpul No
Responden
Volume
Pembelian
Market Share IndeksHerfindahl CR 4 R
Nilai
Si
Kr Kr
Kumulatif
IH i.Si R
1 8000 0.221 22.09
9
22.099 0.049 0.130979 58.56 0.220994 0.1419
2 5000 0.138 13.81
2
35.911 0.019 0.276243
3 4200 0.116 11.60
2
47.513 0.013 0.348066
4 4000 0.110 11.05
0
58.563 0.012 0.441989
5 4000 0.110 11.05
0
69.613 0.012 0.552486
6 4000 0.110 11.05
0
80.663 0.012 0.662983
7 3000 0.083 8.287 88.950 0.007 0.58011
8 2000 0.055 5.525 94.475 0.003 0.441989
9 2000 0.055 5.525 100.000 0.003 0.497238
Total 36200 1 100 0.130979 4.022099
4. Tabel Perhitungan Pangsa Pasar (Market Share), CR4, IHH dan R di Tingkat Pedagang
Pengecer
No
Responden
Volume
Pembelian
Market Share IndeksHerfindahl
CR 4
R
Nilai
Si
Kr Kr
Kumulatif
IH i.Si R
1 9000 0.286 28.57
1
28.571 0.081633 0.16642
69.8
4
0.285714 0.156018
2 7500 0.238 23.81
0
52.381 0.056689 0.47619
3 3000 0.095 9.524 61.904 0.00907 0.285714
4 2500 0.079 7.937 69.841 0.006299 0.31746
5 2000 0.063 6.349 76.190 0.004031 0.31746
6 1500 0.048 4.762 80.952 0.002268 0.285714
7 1500 0.048 4.762 85.714 0.002268 0.333333
8 1000 0.032 3.175 88.888 0.001008 0.253968
9 1000 0.032 3.175 92.063 0.001008
0.285714
98
No
Responden
Volume
Pembelian
Market Share IndeksHerfindahl
CR 4 R
Nilai
Si
Kr Kr
Kumulatif
IH i.Si R
10 1000 0.032 3.175 95.238 0.001008
0.31746
11 800 0.025 2.540 97.777 0.000645
0.279365
12 700 0.022 2.222 100.000 0.000494
0.266667
Total 31500 1 100 0.16642
3.704762
99
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Lahan budidaya ubi jalar
Gambar 3. Wawancara dengan petani
Gambar 2. Wawancara dengan petani
Gambar 4. Wawancara dengan petani
100
Gambar 5. Pengangkutan ubi jalar dengan
mobil pick up
Gambar 8. Penyimpanan ubi jalar oleh
Tengkulak
Gambar 6. Penimbangan ubi jalar oleh
tengkulak
Gambar 7. Proses Pemuatan ubi jalar