struktur, perilaku dan kinerja pasar ubi jalarrepository.ub.ac.id/130272/1/bismillah_skripsi.pdf ·...

119
STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) (Studi Kasus di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto) SKRIPSI Oleh: BENI ARDIYANTO UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS MALANG 2015

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALAR

(Ipomoea batatas L.)

(Studi Kasus di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten

Mojokerto)

SKRIPSI

Oleh:

BENI ARDIYANTO

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

MALANG

2015

Page 2: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

Karya ini kupersembahkan untuk

Allah SWT

Ibu dan Bapakku Sariyan dan Yustiani

Kakakku Heri Siswanto dan Slamet Iswahyudi

Seluruh sahabatku sahabatku

Semua yang kenal denganku

Dan seseorang yang akan menjadi bagian masa depanku

nanti.

Page 3: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya orsinil yang saya

buat sendiri, di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Malang, Mei 2015

Beni Ardiyanto

Page 4: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Struktur, Perilaku Dan Kinerja Pasar Ubi Jalar (Ipomoea

Batatas L.) Studi Kasus Di Desa Penanggungan, Kecamatan

Trawas, Kabupaten Mojokerto

Nama Mahasiswa : Beni Ardiyanto

NIM : 115040100111147

Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Pembimbing Utama,

Prof. Ir Ratya Anindita, MS.,Ph.D

NIP. 19610908 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Dr. Ir. Syafrial, MS.

NIP 195805291983031001

Tanggal Persetujuan:

Page 5: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

v

LEMBAR PENGESAHAN

Mengesahkan,

Dosen Penguji

Penguji I,

Ir. Heru Santoso Hadi S., SU

NIP. 19540305 198103 1 005

Penguji II,

Setyo Yuli Handono, SP., MP., MBA

NIP. 19820716 200604 1 001

Tanggal Lulus

Penguji III,

Prof. Ir Ratya Anindita, MS.,Ph.D

NIP. 19610908 198601 1 001

Page 6: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

i

RINGKASAN

BENI ARDIYANTO. 115040100111147. Struktur, Perilakudan Kinerja Pasar

Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Studi Kasus di Desa Penanggungan, Kecamatan

Trawas, Kabupaten Mojokerto. Di bawah bimbingan Prof. Ir Ratya Anindita,

MS.,Ph.D.

Ubi jalar merupakan komoditas tanaman pangan yang potensial untuk

dikembangkan di Indonesia. Potensi pengembangan ubi jalar di Indonesia ini

perlu memperhatikan tiga hal, yaitu produktivitas, produksi dan luas lahan.

Sementara itu, terdapat permasalahan pada aspek pemasaran, yaitu panjangnya

saluran pemasaran sehingga semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dan

tingginya biaya pemasaran. Selanjutnya menyebabkan keuntungan petani yang

rendah dan tingginya marjin pemasaran karena adanya perbedaan harga yang jauh

di tingkat petani dan konsumen akhir. Adanya hal tersebut, maka perlu untuk

dilakukan penelitian mengenai pemasaran ubi jalar untuk mengetahui lebih lanjut

bagaimana sistem pemasaran ubi jalar di Desa Penanggungan apakah sudah

berjalan secara efisien atau tidak. Analisis yang sesuai untuk melakukan penelitian

dalam mengetahui sebab akibat pemasaran yang berjalan secara tidak efisien

adalah dengan menggunakan pendekatan struktur, perilaku dan kinerja pasar.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui struktur, perilaku dan kinerja

pasar ubi jalar. Hipotesis dari penelian ini, antara lain diduga struktur pasar ubi

jalar di Desa Penanggungan merupakan pasar persaingan tidak sempurna, diduga

pelaku pasar melakukan tingkah laku tertentu sebagai akibat dari struktur pasar

yang terbentuk dan untuk menguasai pasar, dan diduga pada pasar ubi jalar di

Desa Penanggungan memiliki marjin pemasaran tinggi, share biaya dan

keuntungan antar lembaga pemasaran tidak merata sehingga kinerja pasar menjadi

tidak efisien.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas,

Kabupaten Mojokerto pada bulan Maret-April 2015. Pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara dan observasi. Sementara itu, Metode analisis data yang

digunakan adalah analisis struktur pasar dilakukan dengan indikator tingkat

konsentrasi pasar, tingkat differensiasi produk, kemudahan keluar dan masuk

pasar serta tingkat pengetahuan pasar. Alat ukur tingkat konsentrasi pasar

meliputi, pangsa pasar, CR4, IHH, dan R. Analisis terhadap perilaku pasar

dilakukan dengan indikator penentuan harga, saluran pemasaran, pendekatan

fungsi pemasaran dan ada atau tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory.

Analisis terhadap kinerja pasar dilakukan dengan menggunakan biaya, marjin, dan

keuntungan pemasaran, share harga petani, share harga lembaga pemasaran, dan

R/C ratio dengan menggunakan konsep produk referensi.

Analisis struktur pasar menunjukkan bahwa pasar ubi jalar di Desa

Penanggungan mengarah pada pasar oligopoli, dengan karakteristik yang dimiliki

seperti jumlah penjual sedikit, menghasilkan barang standar maupun barang

berbeda corak, penguasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya

sangat tangguh, harga produk yang dijual relative sama, dan perubahan harga akan

diikuti oleh pelaku pasar lain.

Perilaku pasar yang dilakukan petani dalam meningkatkan keuntungan

adalah dengan fokus pada kegiatan budidaya untuk meningkatkan kuantitas ubi

Page 7: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

ii

jalar yang dijual karena petani tidak dapat meningkatkan keuntungan dengan

meningkatkan harga jual ubi jalar, perilaku pasar yang dilakukan oleh lembaga

pemasaran mampu mendominasi petani, setiap tindakan yang dilakukan oleh akan

diikuti dengan lembaga pemasaran yang lainnya, taktik pemasaran dengan

menjalin hubungan dengan petani dan lembaga pemasaran lain, penentuan

kualitas ubi jalar yang diperdagangkan, dan potongan berat ubi jalar, fungsi

pemasaran yang dilakukan meliputi fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan,

transportasi, standarisasi dan pembiayaan.

Kinerja pasar dianalisis dengan marjin pemasaran dan R/C ratio dengan

menggunakan konsep produk referensi. Perhitungan marjin menunjukkan bahwa

marjin terbesar terdapat pada kelompok saluran pemasaran II, karena memiliki

saluran pemasaran lebih panjang. Sementara itu perhitungan R/C ratio

menunjukkan bahwa semua lembaga pemasaran di masing-masing saluran

pemasaran memiliki nilai lebih dari 1, sehingga pemasaran yang dilakukan oleh

lembaga pemasaran adalah layak dan menguntungkan.

Pasar ubi jalar di Desa Penanggungan berjalan secara tidak efisien, terjadi

karena ketidakmerataan keuntungan yang diterima oleh petani dan setiap lembaga

pemasaran. Dari saluran pemasaran yang ada, kelompok saluran pemasaran I yang

lebih baik, karena meskipun keuntungan yang diterima setiap pelaku pasar tidak

merata akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang jauh dan kelompok saluran

pemasaran I ini memiliki saluran pemasaran yang lebih pendek.

Saran yang dapat diberikan adalah petani seharusnya tidak hanya

memperhatikan pada aspek budidaya saja, tetapi perlu memperhatikan

pemasarannya; bagi lembaga pemasaran, seharusnya dapat memberikan informasi

pasar yang lebih lengkap kepada petani dan sesama lembaga pemasaran, agar

tercapai kemerataan keuntungan; bagi pemerintah seharusnya memperhatikan

proses pemasaran ubi jalar, sehingga pelaku pasar ubi jalar mendapatkan

keuntungan yang adil dan merata dari pemasaran ubi jalar yang dijalankan dan

bagi penelitian selanjutnya sebaiknya pengambilan data dilakukan pada saat

musim panen, sehingga dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian ini.

Page 8: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

iii

SUMMARY

BENI ARDIYANTO. 115040100111147. Structure, Conduct and Performance of

Sweet Potato (Ipomoea batatas L.) Market, Case Studies in Penanggungan

Village, District of Trawas, Mojokerto. Under the advisor of Prof. Ir. Ratya

Anindita, MS., Ph.D.

Sweet potato is a potential food crops to be developed in Indonesia.

Potential development of sweet potato in Indonesia is in need of attention to three

things, include productivity, production and land area. Meanwhile, there are

problems in marketing aspects, namely the length of the marketing channels so

that more marketing agencies involved and the high cost of marketing.

Furthermore cause farmers benefit low and high marketing margins because of the

price difference that far at the farm level and the end consumer. Given this, it is

necessary to do research on the marketing of sweet potato to find out more how

sweet potato marketing system in the village of Penanggungan if it is run

efficiently or not. Appropriate analysis to determine causal research in marketing

running inefficiently, approach use is the structure, conduct and performance of

the market.

The purpose of this study to determine the structure, conduct and

performance sweet potato market. The hypothesis of this study presented, among

others, allegedly sweet potato market structure in the Penanggungan village an

imperfectly competitive market, market participants suspected of doing a

particular behavior as a result of the market structure that is formed and to

dominate the market, and allegedly on sweet potato market in the village of

Penanggungan has high marketing margins, share costs and benefits are not

evenly distributed among marketing agencies so that the performance of the

market is not efficient.

This research was conducted in the village of Penanggungan, Trawas

District, Mojokerto in March until April 2015. Data was collected through

interviews and observations. Meanwhile, data analysis method used is the analysis

of market structure is done with indicators of market concentration levels, the

level of product differentiation, easy of market entry and exit as well as the level

of market knowledge. Measuring tools include market concentration levels,

market share, CR4, IHH, and R. The analysis of market conduct is done with

indicators of pricing, marketing channels, marketing function approach and

presence or absence of specific tactics or predatory actions. Analysis of the

performance of the market is done by using the cost, margins, and profit

marketing, farmers' share price, share price marketing agencies, and the R/C ratio

by using the concept of the reference product.

Analysis of the market structure indicates that the sweet potato market in

the village of Penanggungan lead to an oligopsony market, with characteristics

such as the number of sellers who owned little, produce standard goods, control

determines the price of sometimes weak and sometimes very strong, the price of

the products sold are relatively the same, and the price changes will be followed

by other market participants.

Page 9: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

iv

Market conduct by farmers in increasing profits is to focus on aquaculture

activities to increase the quantity of sweet potatoes that are sold because farmers

can not increase profits by increasing the selling price of sweet potatoes, market

behavior conducted by marketing agency was able to dominate the farmers, any

action taken by will be followed by other marketing agencies, marketing tactics to

establish relationships with farmers and other marketing agencies, the

determination of the quality of traded yams, sweet potatoes and heavy pieces,

performed marketing functions include functions of purchasing, selling, storage,

transportation, standardization and financing ,

Market performance is analyzed by marketing margin and R/C ratio by

using the concept of the reference product. Margin calculation shows that the

largest margin contained in the marketing channel group II, because it has a

longer marketing channels. While the calculation of R/C ratio indicates that all

marketing agencies in each marketing channel has a value of more than 1, so the

marketing is done by marketing agencies is feasible and profitable.

Sweet potato market in the village of Penanggungan running inefficiently,

occur because of inequality of profits earned by farmers and any marketing

agencies. The existing of marketing channels, group marketing channels I is

better, because even though the benefits received by each offender uneven market

but there is no much difference and the group's marketing channels I have a

shorter marketing channels.

Advice can be given is the farmer should not only pay attention to the

aspects of cultivation alone, but need to pay attention to marketing; for marketing

agencies, should be able to provide a more complete market information to

farmers and other marketing agencies, in order to achieve equity profits; the

government should pay attention to the marketing process yams, sweet potatoes so

that market participants benefit from a fair and equitable marketing of sweet

potato that is run and for further research data collection should be done at harvest

time, so that they can see the difference with this study.

Page 10: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan

semesta alam yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian skripsi ini dengan judul

“Analisis Struktur, Perilaku Dan Kinerja Pasar Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

Studi Kasus di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam proses penyusunan penelitian skripsi ini baik secara langsung

maupun tidak langsung, terutama kepada:

1. Ibu, Bapak, Heri Siswanto dan Slamet Iswahyudi yang senantiasa

memberikan dukungan moral dan spiritual serta semangat kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Prof. Ir. Ratya Anindita, MS., Ph.D, selaku dosen Pembimbing

yang telah membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Heru Santoso Hadi S., SU. selaku doseen penguji skripsi yang

telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi.

4. Bapak Setyo Yuli Handono, SP., MP., MBA. selaku doseen penguji

skripsi yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam

penyelesaian skripsi.

5. Bapak Dr. Ir. Syafrial, MS. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian Universitas Brawijaya yang telah memberikan bimbingan dan

dukungan dalam pengerjaan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya khususnya

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

7. Mbak Anisa SP., MP, MBA dan Fitriyotul Laily SP., MP atas

dukungannya dalam peengerjaan skripsi.

8. Ema Risqy Permata, atas dukungan dan semangat dalam pengerjaan

skripsi.

Page 11: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

vi

9. Bapak dan Ibu Pegawai Kepala Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas,

Kabupaten Mojokerto, atas segala bantuannya selama penulis melakukan

penelitian.

10. Mas Teguh, Antok yang membanttu menemani peneliti selama penelitian.

11. Petani dan pedagang ubi jalar Desa Penanggungan, atas ketersediaannya

untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam pengerjaan skripsi.

12. Sahabat-sahabat kontrakan, kosan dan karyawan MEAT UP yang selalu

memberikan semangat dan dukungan moril kepada penulis.

13. Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian skripsi ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun serta

sumbangan pemikiran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhir kata,

penulis berharap semoga semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Malang, Mei 2015

Penulis

Page 12: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 18 April 1993 dengan nama

lengka Beni Ardiyanto. Penulis merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara dari

Bapak Sariyan dan Ibu Yustiani. Penulis memulai pendidikan sekolah dasar di

SDN Jabontegal, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto pada tahun 1999

dan lulus pada tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan ke SMPN 1 Ngoro,

Mojokerto pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008. Selanjutnya penulis

melanjutkan ke SMAN 1 Mojosari, Mojokerto di Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) pada tahun dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis

melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata-1 (S-1) Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian, Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya,

Malang, melalui jalur SNMPTN tulis.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan

BEM FP UB sebagai Staff Biro FARMERS (Fabulous Agriculture Students

Melted into English Eksplorer Society) pada periode 2012-2013, aktif di UABT

UB sebagai staff KRT (Komisi Rumah Tangga dan Perlengkapan) pada periode

2012-2013 dan PERMASETA sebagai staff kaderisasi 2011-2012. Penulis juga

aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti RASTA, Inaugurasi, LKTI

PERMASETA, PKKMU Universitas Brawijaya, MUSANG UABT UB,

POSTER, PLA 1, AVG, IBM 8.

Selain aktif dalam organisasi, selama proses pendidiakan penulis juga aktif

dalam dunia akademik dengan menjadi asisten praktikum matakuliah Bahasa

Indonesia semester ganjil dan genap tahun ajaran 2012-2013, asisten praktikum

matakuliah Pengantar Ekonomi Pertanian semester Ganjil dan genap tahun ajaran

2012-2013, 2013-2014 dan 2014-2015, asisten praktikum matakuliah Manajemen

Agribisnis semester genap tahun ajaran 2012-2013, asisten praktikum matakuliah

Ekonomi Mikro semester genap tahun ajaran 2012-2013 dan 2013-2014, asisten

praktikum matakuliah Pemasaran Hasil Pertanian semester ganjil tahun ajaran

2012-2013 dan 2013-2014, asisten matakuliah Ekonomi Produksi semester ganjil

tahun ajaran 2014-2015 dan matakuliah Pertanian Berlanjut semester ganjil tahun

ajaran 2014-2015.

Page 13: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

viii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ............................................................................................... i

SUMMARY .................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 3

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

1.4. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………… ......................................... 5

2.2. Tinjauan Umum Ubi Jalar ................................................................ 8

2.2.1. Taksonomi Ubi Jalar .............................................................. 8

2.2.2. Fungsi Ubi Jalar ...................................................................... 9

2.2.3. Potensi dan Prospek Ubi Jalar ................................................ 9

2.3. Konsep Pemasaran ........................................................................... 10

2.3.1. Pengertian Pemasaran ............................................................ 10

2.3.2. Fungsi Pemasaran ................................................................... 10

2.3.3. Saluran Pemasaran ................................................................. 13

2.3.4. Efisiensi Pemasaran ............................................................... 13

2.4. Teori SCP ......................................................................................... 13

2.4.1 Struktur Pasar ......................................................................... 14

2.4.2 Perilaku Pasar ......................................................................... 15

2.4.3 Kinerja Pasar .......................................................................... 16

2.5. Jenis-Jenis Sruktur Pasar .................................................................. 17

Page 14: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

ix

2.5.1 Pasar Persaingan Sempurna ................................................... 17

2.5.2 Pasar Monopoli ...................................................................... 18

2.5.3 Pasar Monopolistik ................................................................ 18

2.5.4 Pasar Oligopoli ....................................................................... 19

2.6. Produk Referensi .............................................................................. 19

2.7. Marjin Pemasaran ............................................................................ 20

III. KERANGKA TEORITIS

3.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 21

3.2 Hipotesis .............................................................................................. 24

3.3 Batasan Masalah ............................................................................... 24

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................... 24

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penentuan Lokasi ................................................................ 28

4.2 Metode Penentuan Responden ........................................................ 28

4.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 29

4.4 Metode Analisis Data ...................................................................... 30

4.4.1 Analisis Struktur Pasar 30

4.4.2 Analisis Perilaku Pasar ............................................................ 34

4.4.3 Analisis Kinerja Pasar ............................................................ 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................................ 40

5.1.1 Keadaan Demografi .............................................................. 40

5.1.2 Kondisi Pertanian Desa Penanggungan ................................ 43

5.2 Karakteristik Responden Petani ........................................................ 44

5.3 Karakteristik Responden Lembaga Pemasaran ................................. 48

5.3.1 Karakteristik Responden Tengkulak ..................................... 48

5.3.2 Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul ..................... 52

5.3.3 Karakteristik Responden Pedagang Pengecer ......................... 55

5.4 Analisis Struktur Pasar ..................................................................... 59

5.4.1 Tingkat Konsentrasi Pasar....................................................... 59

5.4.2 Tingkat Diferensiasi Produk ................................................. 63

Page 15: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

x

5.4.3 Hambatan Keluar Masuk Pasar ............................................. 64

5.4.4 Tingkat Pengetahuan Pasar ................................................... 65

5.5 Analisis Perilaku Pasar ..................................................................... 66

5.5.1 Perilaku Pasar Petani Ubi Jalar ............................................... 67

5.5.2 Perilaku Pasar Lembaga Pemasaran Ubi Jalar ...................... 69

5.6 Analisis Kinerja Pasar ....................................................................... 74

5.6.1 Analisis Marjin Pemasaran .................................................... 74

5.6.2 Perbandingan Marjin Pemasaran ............................................ 80

5.6.3 Perbandingan Share Harga ...................................................... 82

5.6.4 Perbandingan R/C Ratio ........................................................ 83

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .................................................................................. 85

6.2 Saran ............................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 87

LAMPIRAN .................................................................................................. 90

Page 16: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Perhitungan Pangsa Pasar (market share) ............................................. 31

2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .................................... 41

3. Sarana Infrastruktur Pendidikan ............................................................. 42

4. Distribusi Masyarakat Berdasarkan Mata Pencahariaan ........................ 42

5. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 44

6. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Kelompok Usia ... 45

7. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Tingkat

Pendidikan .............................................................................................. 46

8. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Luas Lahan .......... 46

9. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Mata

Pencahariaan .......................................................................................... 47

10. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Lama Bertani ....... 48

11. Distribusi Responden Tengkulak Ubi Jalar Berdasarkan Jenis Kelamin 49

12. Distribusi Responden Tengkulak Ubi Jalar Berdasarkan Usia .............. . 49

13. Distribusi Responden Tengkulak Ubi Jalar Berdasarkan Tingkat

Pendidikan .............................................................................................. 50

14. Distribusi Responden Tengkulak Ubi Jalar Berdasarkan Lama

Berdagang.. ............................................................................................ 51

15. Distribusi Responden Tengkulak Ubi Jalar Berdasarkan Kuantitas

Pembelian ............................................................................................... 51

16. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan

Jenis Kelamin ......................................................................................... 52

17. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan

Kelompok Usia ...................................................................................... 53

18. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ................................................................................ 54

19. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan

Lama Berdagang .................................................................................... 54

Page 17: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

xii

20. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan

Kuantitas Pembelian............................................................................... 55

21. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Ubi Jalar Berdasarkan Jenis

Kelamin .................................................................................................. 56

22. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Ubi Jalar Berdasarkan

Kelompok usia ....................................................................................... 56

23. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Ubi Jalar Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ................................................................................ 57

24. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Ubi Jalar Berdasarkan

Lama Berdagang .................................................................................... 58

25. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Ubi Jalar Berdasarkan

Kuantitas Pembelian............................................................................... 58

26. Hasil Perhitungan Concentration For Biggest Four (CR4) Pada

Lembaga Pemasaran Ubi Jalar ............................................................... 60

27. Hasil Perhitungan IHH Pada Lembaga Pemasaran Ubi Jalar ................ 61

28. Hasil Perhitungan Indeks Rosenbluth Pada Lembaga Pemasaran Ubi

Jalar ........................................................................................................ 62

29. Pengukuran Tingkat Konsentrasi Pasar Ubi Jalar .................................. 63

30. Sumber Informasi Harga Ubi Jalar ........................................................ 66

31. Perhitungan Marjin Pemasaran pada Kelompok Saluran Pemasaran

Pertama ................................................................................................... 76

32. Perhitungan Marjin Pemasaran pada Kelompok Saluran Pemasaran

Kedua. .................................................................................................... 79

33. Distribusi Marjin Pemasaran Ubi Jalar Antar Lembaga Pemasaran

pada Berbagai Saluran Pemasaran. ........................................................ 80

34. Share Harga yang Diterima oleh Petani dan Lembaga Pemasaran

pada Berbagai Saluran Pemasaran ......................................................... 82

35. R/C Rati Ubi Jalar Antar Lembaga Pemasaran pada Berbagai Saluran

Pemasaran .............................................................................................. 83

Page 18: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Pemikiran Analisis SCP Ubi jalar ......................................... 23

Page 19: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Peta Wilayah Desa Penanggungan ......................................................... 90

2. Tabel Daftar Responden Petani, Dan Responden Lembaga

Pemasaran .............................................................................................. 91

3. Tabel Perhitungan Pangsa Pasar (Market Share), CR4, IHH dan R ...... 95

I. Dokumentasi ................................................................... ...................... 99

Page 20: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ubi jalar merupakan komoditas tanaman pangan yang potensial untuk

dikembangkan di Indonesia. Hal ini terlihat dari ubi jalar yang banyak dikonsumsi

oleh masyarakat, baik sebagai makanan utama ataupun sebagai makanan camilan.

Selain itu, ubi jalar memiliki kandungan karbohidrat tinggi yaitu sebesar 27,9

gram pada setiap 100 gram ubi jalar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan

makanan pokok pengganti beras (Rukmana, 1997).

Potensi pengembangan ubi jalar di Indonesia perlu memperhatikan tiga

hal, yaitu produktivitas, produksi dan luas lahan. Produktivitas ubi jalar di

Indonesia selama lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun

2014 terus menunjukkan peningkatan. Menurut data Badan Pusat Statistik (2014),

produktivitas ubi jalar pada tahun 2010 adalah sebesar 113,27 (ku/ha), pada tahun

2011 meningkat menjadi 123,29 (ku/ha), kemudian pada tahun 2012 meningkat

menjadi 139,29 (ku/ha), pada tahun 2013 kembali meningkat menjadi 147,47

(ku/ha), serta pada tahun 2014 produktivitas ubi jalar meningkat menjadi 150,68

(ku/ha).

Peningkatan produktivitas ubi jalar selama tahun 2010-2014 tidak selalu

sejalan dengan peningkatan produksinya. Produksi ubi jalar dari tahun 2010

sampai dengan 2014 mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2010 ke tahun 2011

produksinya mengalami peningkatan dari 2.051.046 ton menjadi 2.196.033 ton.

Pada tahun 2012, produksi ubi jalar kembali meningkat menjadi 2.483.460 ton.

Namun demikian pada tahun 2013 dan 2014, ubi jalar mengalami penurunan

jumlah produksi. Penurunan tersebut adalah sebesar 96,731 ton, sehingga

produksi ubi jalar pada tahun 2013 adalah sebesar 2.386.729 ton. Pada tahun

2014, produksi ubi jalar turun menjadi 2.363.568 ton (Badan Pusat Statistika,

2014).

Peningkatan produktivitas yang tidak sejalan dengan peningkatan produksi

dipengaruhi oleh perkembangan luas lahan ubi jalar. Selama lima tahun terakhir,

luas lahan ubi jalar secara garis besar terus mengalami penurunan. Pada tahun

2010, luas lahan ubi jalar sebesar 181.073 ha, turun menjadi 178.121 ha pada

tahun 2011, dan terjadi peningkatan pada tahun 2012 menjadi 178.295 ha, akan

Page 21: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

2

tetapi pada tahun 2013 kembali terjadi penurunan menjadi 161.850 ha, dan

kembali terjadi penurunan pada tahun 2014 menjadi 156.862 ha (Badan Pusat

Statistika, 2014).

Peningkatan dan penurunan produksi yang dipengaruhi oleh produktivitas

dan luas lahan, secara tersirat mengikutsertakan peran petani sebagai pelaku

utama dalam pengembangan komoditas ubi jalar. Kondisi ini dikarenakan petani

memiliki peran yang besar dalam mempengaruhi luas panen dan produktivitas ubi

jalar. Apabila petani memiliki ketertarikan untuk mengusahakan ubi jalar maka

akan mengalami peningkatan yang potensial dari sisi luas panen dan produktivitas

ubi jalar. Peningkatan luas panen ubi jalar dapat terjadi karena ketertarikan petani

dalam mengusahakan ubi jalar, sehingga mereka akan mempertahankan lahan

pertanian yang dimiliki atau bahkan melakukan pembelian lahan pertanian baru

untuk budidaya ubi jalar. Sementara itu, peningkatan produktivitas ubi jalar dapat

terjadi karena petani akan berusaha untuk mengefektifkan penggunaan lahan yang

dimiliki dalam menjalankan budidaya ubi jalar.

Permasalahan yang terjadi sekarang ini adalah minat petani untuk

menjalankan usahatani ubi jalar mengalami penurunan seiring dengan rendahnya

keuntungan yang diterima. Rendahnya keuntungan yang diterima petani ini

disebabkan harga jual yang rendah dari komoditas ubi jalar itu sendiri. Harga jual

ubi jalar tidak pernah mencapai angka Rp. 2.000,00 per kilogramnya. Harga jual

ubi jalar pada data tahun 2012 adalah sebesar Rp. 1.630,00 per kilogram (Badan

Pusat Statistika, 2012). Selain harga yang rendah, permasalahan pada aspek

pemasaran juga menyebabkan rendahnya keuntungan yang diterima oleh petani

ubi jalar, yaitu terletak pada rantai pemasarannya.

Pada aspek pemasaran, permasalahan yang dihadapi adalah banyaknya

lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar, dimana hal ini akan

mempengaruhi panjang pendeknya rantai tataniaga dan tingginya biaya

pemasaran. Semakin tinggi biaya pemasaran ubi jalar, maka akan mengarah pada

semakin besarnya perbedaan harga antara petani dengan konsumen. Hubungan

antara harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen

bergantung pada saluran pemasaran yang menghubungkannya dan besarnya biaya

pemasaran yang dikeluarkan. Apabila marjin pemasaran semakin besar,akan

Page 22: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

3

menyebabkan harga yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil dan

semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien (Tomek

and Harry, 1972).

Adanya sistem pemasaran ubi jalar yang berjalan secara tidak efisien,

menunjukkan bahwa perlu dilakukan analisis untuk mengetahui sebab akibat dari

pasar yang berjalan secara tidak efisien tersebut. Pendekatan yang dapat

digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran ubi jalar agar diketahui sebab

akibat adanya sistem pemasaran yang tidak efisien adalah dengan pendekatan

struktur, perilaku dan kinerja pasar (Struktur-Condact-Performance/ SCP).

Pendekatan SCP dipandang penting agar dapat menciptakan pasar yang efisien

(Anindita, 2004). Analisis pemasaran dengan pendekatan SCP ini akan

mengetahui struktur pasar ubi jalar, dan selanjutnya diketahui perilaku pasar yang

ada dari struktur pasar yang terbentuk yang mengakibatkan kinerja pasar tidak

efisien. Diketahuinya runtutan sebab akibat dari kinerja pasar efisien ini, sehingga

dapat ditemukan solusinya dalam perbaikan kinerja pasar ubi jalar yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Pengembangan komoditas ubi jalar memiliki beberapa permasalahan.

Permasalahan yang terdapat pada komoditas ubi jalar ini salah satunya terletak

pada banyaknya jumlah petani dibandingkan dengan jumlah lembaga pemasaran

seperti tengkulak. Jumlah petani yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

tengkulak membuat keadaan yang kurang menguntungkan bagi para petani. Petani

akan memiliki ketergantungan kepada lembaga pemasaran dalam memasarkan

produknya, sedangkan tengkulak akan lebih bisa untuk memanfaatkan petani

dalam menjual komoditas ubi jalar yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena petani

tidak punya banyak pilihan kepada tengkulak siapa dalam menjual produk ubi

jalarnya, sedangkan tengkulak memiliki banyak pilihan untuk membeli komoditas

ubi jalar dari petani mana saja. Kondisi demikian dapat dimanfaatkan oleh

tengkulak atau lembaga pemasaran lainnya untuk melakukan kecurangan kepada

petani terutama dalam hal penentuan harga.

Ketergantungan petani terhadap lembaga pemasaran membuat petani

memiliki informasi pasar yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena petani tidak

bisa berhubungan secara langsung dengan konsumen dan pasar. Kondisi yang

Page 23: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

4

demikian, membuat para petani sulit dalam mengakses informasi pasar tentang

produk dan harga ubi jalar di pasar.

Rendahnya informasi pasar yang dimiliki petani, memberikan dampak

merugikan bagi petani itu sendiri. Hal ini terjadi karena lembaga pemasaran

memiliki informasi pasar yang lebih baik dan informasi tersebut dapat

dimanfaatkan untuk mempermainkan harga. Lembaga pemasaran dapat dengan

bebas menentukan harga atau dengan kata lain petani hanya akan bertindak

sebagai pengambil harga (price taker). Kondisi tersebut mengakibatkan

keuntungan yang diterima petani ubi jalar akan lebih sedikit dibandingkan dengan

keuntungan yang diterima oleh lembaga pemasaran. Seharusnya dalam hal ini,

petani dan setiap lembaga pemasaran mendapatkan pembagian keuntungan yang

adil. Oleh karena itu, perlu untuk diketahui struktur, perilaku dan kinerja pasar ubi

jalar agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada pada pasar ubi jalar

tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui struktur pasar ubi jalar di Desa Penanggungan.

2. Mengetahui perilaku pasar ubi jalar di Desa Penanggungan.

3. Mengetahui kinerja pasar ubi jalar di Desa Penanggungan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai informasi bagi petani dalam mengambil keputusan terhadap

pemasaran hasil usahataninya di masa mendatang.

2. Sebagai tambahan informasi bagi lembaga pemasaran ubi jalar dalam upaya

peningkattan efisiensi pemasaran.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga-lembaga yang berkepentingan

dalam pembuatan kebijakan tentang peningkatan produktivitas dan efisiensi

pemasaran ubi jalar.

4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

Page 24: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian pemasaran menggunakan pendekatan struktur, perilaku dan

kinerja pasar sudah banyak dilakukan oleh penelitian terdahulu. Penelitian yang

sudah dilakukan, mempunyai perbedaan pada komoditas dan permasalahaan yang

diteliti. Tibayan (1983) menganalisis permasalahan pada sistem pemasaran kopra,

dimana struktur pasar dilakukan dengan empat indikator yang meliputi tingkat

konsentrasi penjual dan pembeli, tingkat diferensiasi produk, kondisi keluar dan

masuk pasar, serta tingkat pengetahuan pasar. Penggunaan empat indikator

tersebut, juga dilakukan oleh Almonte (1991), yang melakukan penelitian dengan

dasar untuk memberikan informasi kepada pihak yang terkait dengan industri

madu dan untuk memberikan hal yang berguna terkait dengan sistem pemasaran

bagi home industri yang menjadi objek penelitian.

Penggunaan empat indikator pada struktur pasar oleh Tibayan (1983) dan

Almonte (1991) memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nzima (2014) dan Nambiro (2001). Nzima (2014), menggunakan dua dari empat

indikator tersebut, yaitu tingkat konsentrasi pasar dan kondisi masuk pasar.

Sedangkan, Nambiro (2001) dari empat indikator yang digunakan sebelumnya,

indikator tingkat pengetahuan pasar dilakukan dengan indikator integrasi pasar

dengan alasan untuk mengetahui integrasi pasar yang terjadi diantara produsen

jagung hibrida. Mellihat beberapa indikator yang digunakan oleh penelitian

terdahulu dalam menganalisis struktur pasar, maka dalam penelitian ini analisis

struktur pasar dilakukan dengan indikator tingkat konsentrasi pasar, tingkat

diferensiasi produk, tingkat keluar dan masuk pasar serta tingkat pengetahuan

pasar untuk mengetahui struktur pasar yang terbentuk.

Penggunaan indikator tingkat konsentrasi pasar pada analisis struktur

pasar, diukur dengan menggunakan beberapa alat ukur yang berbeda pada setiap

peneliti. Nambiro (2001), tingkat konsentrasi pasar diukur dengan menggunakan

koefisien gini dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan ketidaksetaraan

dalam distribusi pasar. Bosena (2011) dengan menggunakan konsentrasi rasio (C)

untuk mengetahui konsentrasi penjual yang menguasai pasar. Nzima (2014)

dengan mengunakan Indeks Hirschman Herfindahl (IHH). Alat ukur IHH

Page 25: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

6

digunakan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli dari suatu wilayah pasar,

sehingga bisa diketahui secara umum gambaran imbangan kekuatan posisi tawar

menawar petani (penjual) terhadap pedagang (pembeli). Melihat pertimbangan

alat ukur yang digunakan pada penelitian sebelumnya, maka pada penelitian ini

tingkat konsentrasi pasar dilakukan dengan alat ukur pangsa pasar (market share),

Concentration Ratio for Biggest Four (CR4), Indeks Hirschman Herfindahl

(IHH), dan Indeks Rosenbluth (R). Pemilihan alat ukur pada indikator tingkat

konsentrasi pasar ini, dengan pertimbangan untuk mendukung alasan dalam

penentuan struktur pasar yang terbentuk.

Sementara itu, analisis perilaku pasar pada penelitian terdahulu dilakukan

secara deskriptif menggunakan indikator yang dipilih sesuai dengan kebutuhan

penelitian. Analisis perilaku pasar oleh Nambiro (2001), dilakukan dengan

mempertimbangkan kegiatan yang dilakukan oleh pelaku pasar dalam hal harga

dan promosi khusus. Sedangkan, oleh Almonte (1991) dilakukan dengan indikator

aliran produk, lembaga dan jasa pemasaran, fungsi pertukaran, fungsi fisik dan

standarisasi dengan alasan untuk mengetahui pengaruh dari struktur pasar

terhadap perilaku perusahaan yang meliputi perubahan harga, perubahan output,

karakteristik produk, dan kemampuan menjual. Penelitian yang dilakukan oleh

Bosena (2011), analisis perilaku pasar menggunakan beberapa pertanyaan secara

sistematis untuk mengetahui indikator dalam praktek penetapan harga yang tidak

adil dan kondisi di tempat-tempat atau daerah di mana ketidakadilan pasar

tersebut terjadi.

Perbedaan indikator yang digunakan pada setiap penelitian terjadi karena

tidak adanya prosedur yang diamati untuk menganalisis unsur-unsur perilaku

pasar. Oleh karena itu, dengan pertimbangan menggabungkan dari beberapa

indikator yang digunakan pada penelitian sebelumnya dan dipilih berdasarkan

kebutuhan penelitian, dalam penelitian ini analisis perilaku pasar juga dilakukan

secara deskriptif. Indikator yang digunakan meliputi penentuan harga, saluran

pemasaran yang ada, pendekatan fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi

pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas dan ada atau tidaknya taktik khusus

atau tindakan predatory.

Page 26: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

7

Selain pada struktur dan perilaku pasar, penelitian terdahulu juga

melakukan analisis pada kinerja pasar yang ada. Almonte (1991), dilakukan

dengan efisiensi harga dan Bosena (2011) mengggunakan alat ukur marjin

pemasaran. Sementara itu, Tibayan (1983), selain menggunakan indikator

efisiensi harga juga menggunakan indikator pengembalian terhadap modal dan

besarnya keuntungan yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi

metode Ordinary Least Square (OLS). Selanjutnya, dengan melihat alat analisis

kinerja pasar yang digunakan pada penelitian sebelumnya, pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan biaya, marjin, dan keuntungan pemasaran, share

harga petani, share harga lembaga pemasaran (biaya dan keuntungan), dan rasio

keuntungan dengan biaya pemasaran ubi jalar. Alasan pemilihan alat analisis ini

karena alat analisis tersebut sering digunakan dalam meneliti kinerja pasar dan

sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan dalam menilai kinerja pasar ubi

jalar terutama untuk mengetahui biaya dan keuntungan yang diterima pelaku pasar

ubi jalar.

Penelitian dengan pendekatan struktur, perilaku dan kinerja pasar juga

banyak dilakukan di Indonesia, diantaranya oleh Herlambang (2012) dan Putri

(2014). Kedua penelitian ini menggunakan objek penelitian komoditas pertanian

secara langsung. Penelitian yang dilakukan Herlambang (2012) dilatarbelakangi

oleh sistem pemasaran paprika yang berjalan secara tidak efisien yang, ditandai

dengan rendahnya share keuntungan yang diterima oleh petani paprika sebagai

produsen dibandingkan dengan share keuntungan yang diterima oleh lembaga

pemasaran. Herlambang (2012), analisis struktur pasar dilakukan dengan indikator

derajat konsentrasi pasar (diukur dengan market share, CR4, IHH dan R), tingkat

diferensiasi produk menggunakan variabel kualitas dan jenis paprika, hambatan

masuk pasar dan tingkat pengetahuan pasar dilakukan secara deskriptif. Perilaku

pasar menggunakan indikator kebijakan penetapan harga, kelembagaan dalam

sistem pemasaran paprika, pendekatan fungsional pemasaran serta kolusi dan

taktik dalam pemasaran paprika. Kinerja pemasaran diukur menggunakan analisis

marjin dan share harga antar lembaga pemasaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) membandingkan antara

struktur, perilaku dan kinerja pasar padi organik, semi organik dan konvensional.

Page 27: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

8

Analisis struktur pasar, dilakukan dengan indikator derajat konsentrasi pasar

(diukur dengan market share dan CR4), tingkat diferensiasi produk, hambatan

masuk pasar dan tingkat pengetahuan pasar. Perilaku pasar diukur menggunakan

kebijakan penetapan harga, kelembagaan dalam sistem pemasaran paprika,

pendekatan fungsional pemasaran serta kolusi dan taktik dalam pemasaran

paprika. Analisis kinerja pemasaran menggunakan analisis marjin dan share harga

antar lembaga pemasaran. Pembandingan antara padi organik, semi organik dan

konvensional dilakukan dengan melihat indikator pada masing-masing struktur,

perilaku dan kinerja pasar yang ada.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dibahas di atas, maka untuk

menganalisis struktur, perilaku dan kinerja pasar dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa alat analisis sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Selanjutnya, dalam penelitian ini analisis struktur pasar dilakukan dengan

indikator tingkat konsentrasi pasar, tingkat diferensiasi produk, tingkat keluar dan

masuk pasar serta tingkat pengetahuan pasar. Analisis perilaku pasar dilakukan

dengan indikator penentuan harga, saluran pemasaran yang ada, pendekatan

fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi

fasilitas dan ada atau tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory. Analisis

terhadap kinerja pasar dilakukan dengan alat ukurbiaya pemasaran, marjin

pemasaran, keuntungan pemasaran, share harga petani, share harga lembaga

pemasaran (biaya dan keuntungan), dan rasio keuntungan dengan biaya

pemasaran ubi jalar.

2.2 Tinjauan Umum Ubi Jalar

2.2.1 Taksonomi Ubi Jalar

Ubi jalar merupakan komoditas pangan yang diduga berasal dari Benua

Amerika. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia pada sekitar abad ke-16 dan

menyebar di hampir semua wilayah di Indonesia pada tahun 1960-an. Berikut

adalah taksonomi dari tanaman ubi jalar (Rukmana, 1997):

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Solanales

Page 28: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

9

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomea

Spesies : ipomea batatas

2.2.2 Fungsi Ubi Jalar

Ubi jalar dapat berfungsi sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan

ketahanan pangan selain padi. Hal ini dikarenakan komoditas ubi jalar merupakan

tanaman pangan yang mampu tumbuh dengan mudah di hampir seluruh wilayah

di Indonesia. Alasan lain dikarenakan ubi jalar sebagai salah satu dari tujuh

komoditas utama tanaman pangan setelah padi, kentang, ubi kayu, jagung,

kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Departemen pertanian (2009)

menyatakan bahwa ubi jalar mempunyai produktivitas yang tinggi sehingga

menguntungkan untuk diusahakan dan juga mengandung zat gizi yang

berpengaruh positif pada kesehatan dengan pemanfaatannya yang luas dan cocok

untuk program diversifikasi pangan (Kusumawardhani, 2013).

2.2.3 Potensi dan Prospek Ubi Jalar

Secara ekonomi dan sosial ubi jalar memiliki potensi yang cukup tinggi,

antara lain sebagai bahan pangan yang efisien pada masa mendatang, bahan pakan

ternak dan sebagai bahan baku berbagai industri. Hal ini seperti yang terlihat di

luar negeri, khususnya di negara-negara maju, yang menjadikan ubi jalar sebagai

makanan mewah dan bahan baku berbagai industri, seperti industri fermetasi,

tekstil, lem, kosmetika, farmasi dan sirup. Selain itu ubi jalar memiliki kelebihan

dalam hal kapasitas sebagai bahan pangan. Ubi jalar merupakan sumber energi

sebesar 215 kal/ha/hari, sedangkan padi dan jagung hanya sebesar 176 kal/ha/hari

110 kal/ha/hari. Selain itu kelebihan lain yang dimiliki ubi jalar dibandingkan

dengan tanaman pangan lainnya, yaitu dapat bertahan hidup dalam kondisi iklim

yang kurang baik, sesuai pada semua jenis atau tipe tanah, dan mempunyai nilai

penting.

Melihat potensi yang dimiliki, maka perlu untuk dilakukan pengembangan

ubi jalar nasional. Hal ini juga terkait dengan ubi jalar yang memiliki berbagai arti

penting bagi kecukupan pangan, penyediaan bahan pakan ternak dan pemenuhan

kebutuhan berbagai industri. Selain itu juga memiliki potensi yang besar sebagai

Page 29: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

10

komoditas nonmigas. Akan tetapi, pengembangan ubi jalar ini memiliki beberapa

masalah yang dihadapi. Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan ubi

jalar, yaitu rendahnya produtivitas ubi jalar dibandingkan dengan potensi hasil

yang dapat dicapai oleh varietas unggul. Dimana hasil penelitian Puslitbang

Tanaman Pangan menunjukkan bahwa potensi hasil ubi jalar varietas unggul

antara 23-40 ton. Perkiraan ini didapatkan dari berbagai produktivitas ubi jalar

varietas unggul seperti varietas prambanan mencapai 28 ton/ha, Borobudur 25

ton/ha, daya 23 ton/ha dan kalasan 40 tan/ha (Rukmana,1997).

2.3 Konsep Pemasaran

2.3.1. Pengertian Pemasaran

Menurut Kohls dan Uhl (1980) pemasaran merupakan semua kegiatan

bisnis yang terlibat dalam arus barang dan jasa dari titik produksi hingga barang

dan jasa tersebut ada di tangan konsumen. Pengertian ini menjelaskan paling tidak

ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian. Pertama, kegiatan yang disebut sebagai

jasa adalah suatu fungsi yang dilakukan dalam kegiatan pemasaran. Fungsi ini

bertujuan untuk mengubah produk berdasarkan bentuk (form), waktu (time),

tempat (place) dan kepemilikan (possession). Kedua, titik produsen yang

merupakan asal dari produk itu dijual pertama kali oleh produsen atau petani.

Ketiga, titik konsumen yang merupakan tujuan dari pemasaran itu sendiri yaitu

menyampaikan ke konsumen akhir yaitu transaksi terakhir (Anindita, 2004).

2.3.2 Fungsi Pemasaran

Berbagai tindakan atau kegiatan yang berperan selama proses penyampaian

barang dan jasa disebut sebagai fungsi pemasaran. Menurut Kohls dan Uhl (1980),

fungsi pemasaran dikelompokkan menjadi tiga, meliputi:

1. Fungsi Pertukaran

Fungsi pertukaran adalah kegiatan-kegiatan yang terlibat dalam pertukaran

barang dan jasa. Fungsi pertukaran dalam pemasaran, untuk memperlancar

pemindahan hak milik barang dan jasa yang digunakan. Fungsi penjualan dan

pembelian merupakan bagian dari fungsi pertukaran ini. Secara lebih jelas, berikut

penjelasan dari fungsi pembelian dan penjualan:

Page 30: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

11

a. Fungsi Pembelian

Fungsi pembelian sebagian besar memperhatikan sumber pasokan produk

yang dipasarkan, dan kegiatan yang berhubungan dengan pembelian. Fungsi ini

dapat berupa pengumpulan produk dari produsen sampai ke tangan perantara lain

untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir.

b. Fungsi Penjualan

Fungsi penjualan diartikan sebagai keterampilan penjualan secara luas. Hal

ini berarti, dalam melakukan penjualan tidak hanya menerima harga yang

ditawarkan. Kegiatan yang dilakukan dalam fungsi ini termasuk dalam kegiatan

perdagangan, yang mana sebagian besar pengaturan fisik menentuan dari kegiatan

penjualan nantinya.

2. Fungsi Fisik

Fungsi fisik merupakan semua kegiatan yang langsung berhubungan

dengan barang dan jasa. Kegiatan tersebut meliputi penanganan, perpindahan dan

perubahan fisik dari suatu komoditas. Adanya fungsi fisik ini memberikan

kegunaan tempat, bentuk dan waktu dalam barang dan jasa yang dipasarkan.

Fungsi fisik meliputi fungsi penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan.

Berikut penjelasan dari masing-masing fungsi dalam fungsi fisik:

a. Fungsi Penyimpanan

Fungsi penyimpanan terutama berkaitan dengan membuat barang tersedia

disepanjang waktu terutama pada saat dibutuhkan. Kegiatan ini dapat berperan

dalam memegang penanganan perantara dari bahan baku sampai dibutuhkan untuk

diproses lebih lanjut. Kegiatan ini juga dapat berperan dalam mengatur pasokan

barang jadi sebagai persediaan dari penggolah, grosir, dan pengecer.

b. Fungsi Pengangkutan

Fungsi transportasi terutama berkaitan dengan membuat barang-barang

tersedia di tempat yang tepat. Kinerja yang memadai fungsi ini memerlukan

penimbangan alternatif jalur dan jenis transportasi karena mereka dapat

mempengaruhi biaya transportasi. Hal ini juga termasuk kegiatan yang terlibat

dalam persiapan pengiriman, seperti crating dan pemuatan.

Page 31: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

12

c. Fungsi Pengolahan

Fungsi pengolahan sering tidak termasuk dalam fungsi pemasaran karena

pada dasarnya merupakan aktivitas perubahan bentuk. Namun, dalam pandangan

yang luas dari pemasaran pertanian kegiatan ini tidak dapat dihilangkan. Fungsi

pengolahan akan mencakup semua kegiatan pada dasarnya manufaktur yang

mengubah bentuk dasar dari produk, seperti mengkonversi hewan hidup ke dalam

daging, kacang polong segar ke kaleng atau beku kacang polong, atau gandum

menjadi tepung dan akhirnya menjadi roti.

3. Fungsi Fasilitas

Fungsi fasilitas adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk

memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitas terdiri dari

fungsi standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar.

Berikut penjelasan dari masing-masing fungsi dalam fungsi fasilitas:

a. Fungsi Standarisasi

Fungsi standarisasi adalah semua kegiatan pembentukan, pemeliharaan

dan pengukuran barang agar seragam. Pengukuran yang dilakukan dalam

indikator kualitas dan kuantitas. Fungsi ini menyederhanakan pembelian dan

penjualan, karena membuat penjualan memungkinkan dilakukan melalui contoh

dan deskripsi.

b. Fungsi Pembiayaan

Fungsi pembiayaan adalah kegiatan menggunakan uang untuk melakukan

berbagai kegiatan pemasaran. Adanya kegiatan penundaan antara saat penjualan

pertama dari produk mentah dan penjualan barang jadi ke konsumen akhir

membutuhkan biaya operasi. Selain itu, terjadinya kegiatan penyimpanan atau

keterlambatan, pelaku pemasaran juga harus membiayai dari penyelenggaraan

barang.

c. Fungsi Informasi pasar

Fungsi informasi pasar merupakan semua kegiatan untuk mengumpulkan,

menafsirkan, dan menentukan berbagai informasi yang diperlukan untuk

kelancaran operasional dari proses pemasaran. Pemasaran yang efisien tidak dapat

beroperasi tanpa adanya informasi. Mekanisme penetapan harga yang efektif

tergantung pada banyaknya informasi dari pembeli dan penjual.

Page 32: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

13

2.3.3 Saluran Pemasaran

Glenn Walters (dalam Swastha, 1982) mengartikan saluaran pemasaran

sebagai sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan

antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan

bagi pasar tertentu. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa terdapat tiga kata

kunci dalam saluran pemasaran, yaitu sekelompok pedagang dan agen perusahaan,

pemindahan fisik dan menciptakan kegunaan. Sekelompok pedagang dan

perusahaan yang merupakan subjek yang melakukan. Pemindahan fisik yang

berarti, memindahkan barang yang dipasarkan dari suatu tempat ke tempat yang

lainnya. Menciptakan kegunaan yang berarti dari barang yang dipasarkan yang

belum mempunyai kegunaan (baik bentuk, tempat, waktu dan milik) menjadi

memiliki kegunaan tersebut sehingga barang dapat dimanfaatkan.

2.3.4 Efisiensi Pemasaran

Mankiw (2003) menyatakan bahwa efisiensi pemasaran merupakan suatu

kondisi ketika pemasaran dapat memaksimalkan surplus total yang diterima oleh

seluruh pelaku pasar (produsen, lembaga pemasaran, konsumen). Setidaknya ada

tiga macam penyebab ketidakefisienan pemasaran, yaitu panjangnya saluran

pemasaran, tingginya biaya pemasaran dan kegagalan pasar. Efisiensi diukur

sebagai rasio output ke input. Rasio efisiensi dapat dinyatakan dalam hal fisik atau

dalam dolar. Ketika dolar yang digunakan, konsep efisiensi menjadi rasio manfaat

biaya (Kohls dan Uhl, 1980).

2.4 Teori SCP

Pendekatan struktur, tingkah laku dan penampilan pasar (s-c-p approach)

merupakan suatu kerangka untuk mengetahui sebab akibat mengapa sistem

pemasaran berjalan secara tidak fair (adil) dan tidak effisien. Pendekatan struktur,

periaku dan kinerja pasar ini dilakukan untuk mengawasi persaingan diantara

perusahaan di berbagai pasar, bagaimana perusahaan melakukan tindakan akibat

struktur pasar yang ada dan lebih lanjut terhadap penampilan pasar. Apabila pasar

berjalan tidak sesuai dengan harapan, maka akan berdampak terhadap fairness dan

efisiensi dari sistem pemasaran (Anindita,2004).

Page 33: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

14

Nyong, 1990 (dalam Tiku, dkk, 2009) lebih lanjut menekankan bahwa

struktur, perilaku dan kinerja (SCP) pasar adalah paradigma dasar organisasi

individu menyatakan bahwa struktur industri (yaitu karakteristik organisasi seperti

rasio konsentrasi, pangsa pasar, dan kondisi masuk pasar) mempengaruhi perilaku

perusahaan dalam keputusan mereka mengenai harga jual, kerja, dan teknologi

inovasi. Ini menegaskan bahwa perilaku perusahaan pada gilirannya, berpengaruh

terhadap kinerja, khususnya laba yang diperoleh di industri.

2.4.1 Struktur Pasar

Harriss, 1993(dalam Funke, Raphel and Kabir, 2012) mengatakan bahwa

struktur pasar terdiri dari karakteristik organisasi pasar yang mempengaruhi

strategis sifat kompetisi dan harga di dalam pasar. Struktur pasar membahas

organisasi dari suatu pasar sehingga organisasi pasar mempengaruhi keadaan

persaingan dan penentuan harga di pasar (Anindita, 2004). Terdapat beberapa

Kriteria untuk menentukan struktur pasar yaitu:

1. Tingkat Konsentrasi Pembeli dan Penjual

Derajat konsentrasi dapat diukur berdasarkan jumlah dari keseluruhan

penjual dan pembeli yang menguasai pasar + 40% atau berdasarkan jumlah

penjualan 4 terbesar dari penjual atau pembeli. Berdasarkan jumlah penjualnya,

pasar dibedakan atas: 1) Jika hanya terdapat satu penjual, pasar bersifat monopoli,

2) jika terdapat beberapa, pasar bersifat oligopoli, dan 3) jika banyak penjual,

pasar bersifat atomistik. Berdasarkan jumlah pembelinya, pasar dibedakan atas: 1)

Jika hanya terdapat satu pembeli, pasar bersifat monopsoni, 2) jika terdapat

beberapa pembeli, pasar bersifat oligopsoni, dan 3) jika banyak pembeli, pasar

bersifat atomistik (Baladina, 2011).

2. Tingkat Diferensiasi Produk

Tingkat diferensiasi produk menunjukkan tingkat keberagaman produk

yang dipasarkan di dalam pasar. Keberagaman produk di dalam pasar ini akan

mempengaruhi persaingan yang terjadi karena persaingan akan berjalan sempurna

apabila pembeli dapat membandingkan barang yang satu dengan yang lainnya.

Jika produk yang dipasarkan terdeferensiasi maka persaingan akan menjadi tidak

efektif, karena perbandingan produk yang satu dengan yang lainnya tidak dapat

dilakukan (Jaya, 2001).

Page 34: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

15

3. Hambatan Masuk Pasar(Barries to Entry)

Jaya (2001), menyatakan bahwa segala sesuatu yang memungkinkan

terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru

merupakan hambatan masuk. Hambatan masuk pasar ini dapat dibedakan

menjadi: 1). Jika mudah masuk atau bebas untuk masuk pasar disebut persaingan

sempurna, 2). Jika tertutup untuk masuk pasar disebut monopsoni, 3). Jika sulit

untuk masuk pasar disebut oligopsoni. Halangan lain untuk dapat masuk pasar

bisa disebabkan oleh peraturan pemerintah yang terlalu keras atau

ketidakmampuan masuk penjual untuk memperoleh pelayanan pengelolaan,

tenaga kerja, peralatan, dan lain-lain (Baladina, 2011).

4. Tingkat Pengetahuan Pasar

Penting bagi penjual dan pembeli untuk mengetahui/mempelajari situasi

pasar, karena terkait dengan keberhasilan usahanya. Sistem pemasaran yang

efisien mengharuskan kita mampu menguasai informasi pasar untuk menetapkan

keputusan-keputusan pada tingkat petani dan pasar. Jumlah produksi, persediaan,

faktor permintaan dan penawaran, informasi harga, pasar, kualitas dan lokasi

produk, serta peramalan pasar, adalah faktor-faktor yang sangat penting dalam

informasi pasar untuk petani sebagai produsen, serta penjual dan pembeli sebagai

pelaku pasar, agar mereka tahu kapan dan dimana memasuki pasar, utamanya

untuk pasar yang bersaing sempurna (Tibayan, 1983).

2.4.2 Perilaku Pasar

Perilaku pasar mengacu pada pola perilaku yang dilakukan oleh

perusahaan dalam hal beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan kondisi pasar.

Dimensi perilaku termasuk metode yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan

dalam menentukan harga output dan promosi penjualan kebijakan, ada atau tidak

adanya taktik pemaksaan yang ditujukan terhadap baik saingan didirikan atau

pendatang potensial (Bain, 1968dalam Nambiro; 2001). Terdapat lima dimensi

tingkah laku pasar yaitu:

Page 35: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

16

1. Metode yang digunakan oleh Perusahaan dalam Menentukan Harga dan

Tingkat Output

Metode atau proses penentuan harga pada setiap perusahaan menggunakan

prosedur yang berbeda-beda. Salah satu prosedur yang dapat digunakan dalam

penentuan harga meliputi:

a. Mengestimasi permintaan pada barang tersebut.

b. Mengetahui terlebih dahulu reaksi dalam persaingan.

c. Menentukan market share yang dapat diharapkan.

d. Memilih strategi harga untuk mencapai target pasar.

e. Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan (Swastha, 1984).

2. Ada Tidaknya Taktik Khusus atau Tindakan Predatory.

Menurut Jaya (2001), kerjasama yang bertahan lama diantara perusahaan-

perusahaan yang ada dalam suatu industri tertentu akan menjadikan kolusi akan

berjalan secara efektif. Tindakan kolusi dapat terjadi pada harga, produk dan

promosi penjualan. Adanya kolusi yang dilakukan oleh perusahaan dalam suatu

pasar tersebut bertujuan untuk menaikkan harga penjualan agar memperoleh

keuntungan yang lebih banyak.

Tindakan predatory dapat dipengaruhi oleh struktur pasar persaingan tidak

sempurna yang terbentuk. Tindakan predatory akan menguntungkan pihak

tertentu dan merugikan pihak lainya. Hal ini dikarenakan tindakan predatory yang

akan menghancurkan atau justru meningkatkan persaingan, tergantung pada

situasi atau keadaan pada saat tindakan-tindakan tersebut terjadi (Jaya, 2001).

2.4.3 Kinerja Pasar

Menururt Bain, 1968 dan Bresserdan King, 1970 (dalam Nambiro, 2001),

kinerja pasar mengacu pada hasil ekonomi yang mengalir dari industri dan

seberapa baik industri tersebut dalam melakukan hal efisiensi dan progresif atau

inovasi, mengingat lingkungan teknis. Hal ini adalah dampak daristruktur dan

perilaku yang diukur dalam hal variabel seperti harga, biaya dan volume output.

Pengukuran dari kinerja pasar meliputi:

1. Harga atau efisiensi ekonomi.

2. Pengambilan modal dalam kegiatan pemasaran dari perantara.

3. Ukuran keuntungan dalam hubungan dengan sumber pemasaran.

Page 36: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

17

Untuk mengetahui penampilan pasar dapat diperhatikan beberapa hal

antara lain:

1. Harga relatif terhadap biaya rata-rata produksi atau tingkat keuntungan.

2. Ukuran biaya promosi penjualan relatif terhadap biaya produksi.

3. Karakteristik produk, meliputi pilihan desain, kualitas, dan ragam produk.

4. Tingkat kemajuan perusahaan dan industri.

5. Ukuran marjin pemasaran relatif terhadap biaya produksi.

6. Ukuran tingkat penjualan relatif terhadap sumberdaya pemasaran

7. Ukuran dari marketing loss (Anindita, 2004).

Menurut Kohls dan Uhl (1980), evaluasi kinerja pasar memerlukan

langkah-langkah khusus. Tren ritel harga pangan yang sering digunakan untuk

tujuan ini, seperti tingkat dan stabilitas harga pertanian dan pendapatan. Tingkat

konsumsi konsumen juga sering diambil sebagai ukuran kontribusi industri

makanan untuk standar hidup dan kualitas hidup. Pembagian harga dari tingkat

petani sampai tingkat retail dari harga yang dibayarkan konsumen adalah ukuran

yang paling sering digunakan dalam kinerja pasar. Marjin, keuntungan, dan tren

biaya pemasaran pangan juga menunjukkan daripada kinerja pasar. Paritas harga

pertanian dan pendapatan juga bisa digunakan sebagai ukuran kinerja pasar

industri makanan.

2.5 Jenis-Jenis Struktur Pasar

Struktur pasar dapat dikelompokkan dalam pasar persaingan sempurna dan

pasar persaingan tidak sempurna. Pasar persaingan sempurna meliputi pasar

monopoli, pasar monopolistik, dan pasar oligopoli. Penjelasan dari masing-

masing pasar adalah sebagai berikut:

2.5.1 Pasar Persaingan Sempurna

Menurut Sukirno (2010), pasar persaingan sempurna merupakan struktur

pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap

penjual atau pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.

a. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna meliputi:

1). Terdapat banyak penjual atau produsen.

2). Barang yang dijual bersifat homogen.

Page 37: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

18

3). Setiap perusahaan bebas untuk masuk dalam pasar.

4). Penjual dan pembeli secara individu tidak dapat mempengaruhi harga.

5). Harga ditentukan melalui pasar (permintaan dan penawaran)

6). Penjual dan pembeli mengetahui sepenuhnya informasi pasar.

2.5.2 Pasar Monopoli

Monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu

perusahaan saja. Perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai

barang pengganti yang sangat dekat. Monopoli cenderung menaikkan harga dan

dan memiliki banyak efek negatif pada pembentukan pasar yang adil (Albinger,

2009).

a. Ciri-ciri pasar monopoli

1). Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan.

2). Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip.

3). Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam pasar.

4). Dapat mempengaruhi penentuan harga.

5). Promosi iklan kurang diperlukan.

b. Faktor-faktor yang menimbulkan monopoli.

1). Mempunyai suatu sumber daya tertentu yang unik dan tidak dimiliki oleh

perusahaan yang lain

2). Pada umumnya dapat menikmati skala ekonomi hingga ke tingkat produksi

yang sangat tinggi

3). Monopoli wujud dan berkembang melalui undang-undang, yaitu pemerintah

memberi hak monopoli kepada perusahaan tersebut (Sukirno, 2010).

2.5.3 Pasar Monopolistik

Pasar monopolistik adalah pasar yang berada di antara dua jenis pasar

yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Dapat didefinisikan

suatu pasar dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang

berbeda corak.

a. Ciri-ciri persaingan monopolistik

1). Terdapat banyak penjual

2). Barangnya berbeda corak

Page 38: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

19

3). Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga

4). Kemudahan masuk ke dalam pasar relatif mudah

5). Persaingan promosi penjualan sangat aktif (Sukirno, 2010).

2.5.4 Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri dari hanya beberapa produsen

saja. Adakalanya pasar oligopoli terdiri dari dua perusahaan saja yang dinamakan

pasar duopoli. Pasar oligopoli memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Ciri-ciri pasar oligopoli

1). Menghasilkan barang standar maupun barang berbeda corak

2). Kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya sangat

tangguh

3). Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi secara iklan

(Sukirno, 2010)

Pasar oligopoli hanya terdiri dari sekelompok kecil perusahaan. Biasanya

terdapat perusahaan raksasa yang menguasai sebagian besar pasar oligopoli

katakanlah 70 – 80 persen dari seluruh produksi atau nilai penjualan dan di

samping itu terdapat pula beberapa perusahaan kecil. Beberapa perusahaan dapat

mempengaruhi perusahaan-perusahan lain. Sifat saling mempengaruhi (mutual

interdependence) ini merupakan sifat yang khusus dari perusahaan dalam pasar

oligopoli yang tidak terdapat dalam bentuk pasar lainnya.

2.6 Produk Referensi

Salah satu karakteristik hasil pertanian adalah mudah rusak. Karakteristik

ini kurang menguntungkan dalam kegiatan pemasaran komoditas pertanian karena

dapat menyebabkan susut selama proses pemasaran. Susut dalam proses

pemasaran produk pertanian adalah sesuatu hal yang umum, terutama jika produk

tersebut mudah rusak. Apalagi jika kualitas penanganan dalam proses pemasaran

rendah atau kurang baik, maka harga dari tiap kilogram di tingkat petani

seringkali tidak dapat dibandingkann dengan harga satu kilogram di tingkat

eceran, karena satu kilogram di tingkat petani dapat menjadi kurang dari satu

kilogram di pengecer atau konsumen (Baladina, 2011). Sementara itu perhitungan

marjin pemasaran perlu adanya pendekataan yang konsisten. Salah satu cara yang

Page 39: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

20

dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan menggunakaan produk

referensi. Produk referensi merupakan titik awal yang menunjukkan 1 kilogram

dari produk yang dijual kepada konsumen (Anindita, 2004). Seorang petani

produsen selalu menyiapkan lebih dari 1 kilogram untuk menjual produk

sebanyak 1 kilogram, hal ini dikarenakan adanya susut atau resiko kehilangan dari

produk yang dikirimkan. Terdapat dua macam produk refefensi yaitu reference to

petani dan reference to pedagang. Reference to petani didapatkan dengan

membagi antara berat produk setelah susut dengan berat awal produk. Reference

to pedagang didapatkan dengan membagi antara berat awal produk dengan berat

produk setelah susut.

2.7 Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayarkan oleh

konsumen dengan harga yang diterima oleh petani. Marjin dapat dihitung untuk

setiap tahap dalam rantai pemasaran, misalnya, penyebaran harga dari petani

hingga grosir atau dari grosir hingga pengecer. Analisis marjin dapat digunakan

dalam memberikan informasi faktual yang diperlukan untuk menghilangkan

kesalahpahaman yang sering muncul ketika menentukan kinerja dari sistem

pemasaran dan dapat memberikan informasi mengenai kelemahan dan

ketidakefisienan dalam sistem pemasaran (Smith, 1992). Hal ini juga diperkuat

oleh pendapat Tiku, dkk (2009), yang menyatakan bahwa marjin pemasaran itu

sendiri dapat digunakan dalam menentukan ukuran kinerja pasar. Terdapat tiga

cara untuk memperkirakan marjin pemasaran, meliputi:

1. Marjin dapat dihitung dengan memilih saluran dari komoditi spesifik yang

telah ditentukan dan mengikutinya dalam sistem pemasaran.

2. Metode yang kedua adalah membandingkan harga pada berbagai level

pemasaran yang berbeda.

3. Perhitungan marjin jenis ketiga adalah mengumpulkan data penjualan dan

pembelian kotor dari tiap jenis pedagang sesuai dengan jumlah unit yang

ditangani (Anindita, 2004).

Page 40: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

21

III. KERANGKA TEORITIS

3.1 Kerangka Pemikiran

Pengembangan komoditas ubi jalar selain dari aspek produksi juga harus

memperhatikan aspek pemasarannya. Hal ini dikarenakan potensi yang baik

dalam pengembangan ubi jalar untuk meningkatkan produksi yang masih

terkendala beberapa hal dalam aspek pemasaran. Beberapa kendala pada aspek

pemasaran ubi jalar, yaitu ketergantungan petani kepada lembaga pemasaran,

rendahnya pengetahuan petani akan informasi pasar, petani tidak memiliki akses

pasar secara langsung dan kurang maksimalnya kinerja kelompok tani dalam

bidang pemasaran ubi jalar.

Kendala aspek pemasaran pada komoditas ubi jalar menimbulkan adanya

permasalahan pada pemasaran ubi jalar. Permasalahan tersebut seperti adanya

penguasaan pasar oleh beberapa lembaga pemasaran. Kondisi ini menyebabkan

adanya pelaku pasar yang mendominasi pasar dan sebagian lain memiliki posisi

tawar yang rendah. Adanya permasalahan penguasaan pasar oleh beberapa

pedagang tersebut dapat diduga bahwa struktur pasar ubi jalar yang terbentuk

adalah struktur pasar persaingan tidak sempurna.

Adanya struktur pasar persaingan tidak sempurna yang terbentuk,

mengakibatkan rendahnya posisi tawar petani di pasar. Rendahnya posisi tawar

petani di pasar disebabkan karena petani tidak memiliki kekuatan untuk

menentukan harga. Hal ini akan menyebabkan pelaku pasar yang lain melakukan

pola tingkah laku tertentu sebagai akibat dari struktur pasar persaingan tidak

sempurna yang terbentuk, yaitu untuk menguasai pasar.

Pola tingkah laku tertentu yang dilakukan oleh pelaku pasar sebagai akibat

dari struktur pasar persaingan tidak sempurna yang terbentuk akan mempengaruhi

keuntungan yang diterima oleh petani. Keuntungan yang diterima petani akan

lebih rendah bila dibandingkan dengan keuntungan yang diterima oleh pedagang.

Hal ini diduga karena adanya marjin pemasaran tinggi, share harga yang diterima

petani rendah, share biaya dan keuntungan antar lembaga pemasaran yang tidak

merata, sehingga menyebabkan kinerja pasar ubi jalar berjalan secara tidak

efisien.

Page 41: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

22

Kinerja pasar ubi jalar yang tidak efisien, dapat berakibat pada

menurunnya keuntungan yang diterima petani. Rendahnya keuntungan yang

diterima petani ini, dapat menurunkan minat petani dalam mengusahakan ubi

jalar. Penurunan minat petani dalam mengusahakan ubi jalar ini dapat

menurunkan jumlah petani ubi jalar dan berakibat pada penurunan luas tanam ubi

jalar itu sendiri. Adanya penurunan jumlah petani dan luas tanam ubi jalar akan

memberikan dampak yang buruk yaitu menurunnya produksi ubi jalar, yang pada

akhirnya menurunkan kuantitas pemasaran ubi jalar itu sendiri.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka untuk mengatasinya

diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pemasaran ubi jalar dengan analisis

struktur, perilaku dan kinerja pasar. Penelitian terhadap struktur, perilaku dan

kinerja pasar ubi jalar dilakukan untuk mengetahui sebab akibat dari

ketidakefisienan pemasaran yang terjadi, sehingga diharapkan mampu

memperbaiki sistem pemasaran ubi jalar di masa selanjutnya agar pemasaran yang

ada dapat berjalan secara efisien. Uraian kerangka pemikiran diatas dapat dibuat

sebuah skema kerangka pemikiran seperti yang tersaji pada gambar 1.

Page 42: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

23

Keterangan:

= Garis Alur Berfikir

Skema 1. Kerangka Pemikiran Analisis SCP Ubi jalar, Desa Penanggungan

Pasar ubi jalar

Marjin pemasaran tinggi,

share biaya dan

keuntungan antar lembaga

pemasaran tidak merata

Struktur pasar ubi

jalar adalah

persaingan tidak

sempurna

Kekuatan tawar-menawar

petani rendah

Pasar dikuasai oleh beberapa

pedagang

Pelaku pasar melakukan

pola tingkah laku tertentu

untuk menguasai pasar

Kinerja pasar tidak

efisien

- Ketergantungan petani kepada lembaga pemasaran

- Rendahnya pengetahuan petani akan informasi pasar

- Petani tidak memiliki akses pasar secara langsung

- Kurang maksimalnya kinerja kelompok tani dalam

bidang pemasaran ubi jalar

Page 43: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

24

3.3 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, tujuan dan kerangka pemikiran, maka dapat

diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga struktur pasar ubi jalar di Desa Penanggungan merupakan pasar

persaingan tidak sempurna.

2. Diduga pelaku pasar melakukan tingkah laku tertentu sebagai akibat dari

struktur pasar yang terbentuk dan untuk menguasai pasar.

3. Diduga pada pasar ubi jalar di Desa Penanggungan memiliki marjin

pemasaran tinggi, share biaya dan keuntungan antar lembaga pemasaran yang

tidak merata sehingga kinerja pasar menjadi tidak efisien.

3.3 Batasan Masalah

Ruang lingkup penelitian ini memiliki batasan permasalahan sebagai

berikut:

1. Ubi jalar yang diteliti adalah jenis ubi jalar manohara yang merupakan jenis

ubi jalar paling banyak dibudidayakan di Desa Penanggungan.

2. Penelitian terhadap responden petani diambil dari satu desa yaitu Desa

Penanggungan.

3. Penelitian terhadap responden lembaga pemasaran terbatas padalembaga

pemasaran ubi jalar Desa Penanggungan saja.

4. Penelitian dibatasi penekanannya pada aspek struktur, perilaku dan kinerja

pasar ubi jalar, tidak dilakukan penelitian lebih lanjut pada aspek usahatani

atau lainnya.

5. Jumlah dan harga adalah yang berlaku pada saat penelitian.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam

penelitian ini, meliputi:

1. Derajat konsentrasi pasar adalah jumlah penjual dan pembeli ubi jalar yang

terlibat dalam kegiatan pemasaran.

2. Pangsa pasar (market share) adalah persentase dari total penjualan ubi jalar

pada pasar ubi jalar di Desa Penanggungan yang diperoleh dari suatu

perusahaan (potensi pasar dibagi jumlah penjualan).

Page 44: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

25

3. Concentration Ratio for Biggest Four (CR4) adalah alat analisis untuk

mengetahui derajat konsentrasi empat pembeli terbesar dari wilayah pasar ubi

jalar di Desa Penanggungan, sehingga bisa diketahui secara umum gambaran

imbangan kekuatan tawar menawar petani ubi jalar (penjual) terhadap

pedagang (pembeli).

4. Indeks Hirscman Herfindahl (IHH) adalah alat analisis ini untuk mengetahui

derajat konsentrasi pembeli di pasar ubi jalar, sehingga bisa diketahui secara

umum gambaran imbangan kekuatan posisi tawar menawar petani ubi jalar

sebagai penjual terhadap pedagang sebagai pembeli.

5. Indeks Rosenbluth (IR) adalah alat analisis untuk mengetahui tingkat

konsentrasi lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar pada

wilayah pasarnya. Penghitungan Indeks Rosenbluth didasarkan pada peringkat

perusahaan dari segi pangsa pasarnya

6. Tingkat diferensiasi produk adalah tingkat keberagaman dari produk ubi jalar

yang terdapat di dalam pasar.

7. Hambatan keluar masuk pasar adalah segala sesuatu yang merintangi pesaing-

pesaing baru untuk masuk pasar ubi jalar akan memperbesar kekuatan pelaku

pasar yang telah ada.

8. Tingkat pengetahuan pasar adalah tingkatan informasi yang diketahui oleh

petani dan lembaga pemasaran ubi jalar dalam menentukan harganya.

9. Penentuan harga adalah patokan atau acuan dan cara yang digunakan oleh

petani atau lembaga pemasaran dalam menetapkan harga ubi jalar.

10. Ada tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory tindakan atau upaya yang

dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar untuk

memenangkan persaingan.

11. Petani adalah pihak yang membudidayakan dan menjual ubi jalar ke tengkulak

atau konsumen.

12. Tengkulak adalah pedagang yang membeli secara langsung komoditas ubi

jalar dan menjualnya kembali kepada pihak lain seperti pedagang pengumpul,

pedagang pengecer dan konsumen.

Page 45: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

26

13. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli ubi jalar dari tengkulak

atau petani dan melakukan beberapa fungsi pemasaran, selanjutnya dijual pada

pedagang pengecer atau konsumen.

14. Pedagang pengecer adalah pedagang yang melakukan pembelian kepada

pedagang pengumpul dan melakukan fungsi pemasaran, selanjutnya

menjualnya kepada konsumen dalam pemasaran ubi jalar.

15. Konsumen adalah pihak terakhir yang melakukan pembelian ubi jalar baik

dari petani, pedagang pengumpul atau pedagang pengecer.

16. Kuantitas panen adalah jumlah produk ubi jalar yang dihasikan oleh setiap

petani dalam satu musim tanam yang dinyatakan dalam kilogram (Kg).

17. Kuantitas pembelian adalah jumlah produk ubi jalar yang dibeli oleh setiap

lembaga pemasaran dalam satu hari dinyatakan dalam kilogram (Kg).

18. Kuantitas penjualan adalah jumlah produk ubi jalar yang dijual oleh setiap

petani dalam satu musim tanam atau lembaga pemasaran dalam satu hari yang

dinyatakan dalam kilogram (Kg).

19. Harga jual adalah harga yang diterima oleh petani atau lembaga pemasaran

yang melakukan penjualan ubi jalar yang dinyatakan dalam rupiah per

kilogram (Rp/kg).

20. Harga beli adalah harga yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dan

konsumen akhir untuk melakukan pembelian produk ubi jalar yang dinyatakan

dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).

21. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran

dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam pemasaran ubi jalar yang

dinyatakan dalam (Rp/Kg).

22. Biaya standarisasi dihitung dari biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah

tenaga kerja yang melakukan standarisasi ubi jalar yang dinyatakan dalam

rupiah per kilogram (Rp/kg).

23. Biaya transportasi adalah biaya yang dihitung dari harga yang dibayarkan oleh

lembaga pemasaran untuk membayar biaya sewa kendaraan untuk

memindahkan ubi jalar ke tempat yang dituju yang dinyatakan dalam rupiah

per kilogram (Rp/kg).

Page 46: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

27

24. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya

sewa gudang sebagai tempat penyimpanan yang dinyatakan dalam rupiah per

kilogram (Rp/kg).

25. Biaya produk yang hilang dihitung dari jumlah komoditi yang rusak atau

hilang per kilogram selama aktivitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran

hingga konsumen yang dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).

26. Marjin pemasaran adalah selisih harga yang dibayar konsumen akhir dengan

harga yang diterima oleh petani dalam pemasaran ubi jalar yang dinyatakan

dalam rupiah per kilogram (Rp/Kg).

27. Distribusi marjin pemasaran adalah pembagian total marjin pemasaran untuk

masing-masing petani dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan

pemasaran ubi jalar yang dinyatakan dalam persentase (%).

28. Share marjin pemasaran adalah perbandingan bagian harga yang telah

diterima oleh petani atau lembaga pemasaran beserta biaya yang dikeluarkan

dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dalam pemasaran ubi

jalar yang dinyatakan dalam persentase (%).

29. Share harga petani adalah persentase yang diterima oleh petani dibandingkaan

dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dalam pemasaran ubi

jalar yang dinyatakan dalam persentase (%).

30. Share biaya pemasaran adalah perbandingan biaya pemasaran yang

dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran ubi jalar dengan total

marjin pemasaran yang dinyatakan dalam persentase (%).

31. Share keuntungan lembaga pemasaran adalah perbandingan keuntungan

disetiap lembaga pemasaran dengan dengan total marjin pemasaran yang

dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam pemasaran ubi jalar yang

dinyatakan dalam persentase (%).

32. Keuntungan adalah upah yang diterima oleh pihak yang melakukan pemasaran

ubi jalar yang dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/Kg).

Page 47: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

28

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas,

Kabupaten Mojokerto. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Penanggungan merupakan salah

satu daerah penghasil ubi jalar di Kabupaten Mojokerto dan mempunyai potensi

yang baik untuk dikembangkan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari

sampai dengan Maret 2015.

4.2 Metode Penentuan Responden

Responden pada penelitian ini terdiri dari petani dan lembaga pemasaran.

Penentuan responden petani dilakukan dengan teknik pengambilan sampel

convenience sampling. Pemilihan convenience sampling dalam pengambilan

sampel responden petani dengan pertimbangan tidak diketahuinya jumlah

populasi petani ubi jalar di Desa Penanggungan. Teknik convenience sampling

untuk mempermudah pemilihan responden petani ubi jalar yang bersedia untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Sementara itu, cara perhitungan sampel responden petanni dilakukan

dengan menggunakan rumus persentase (Hermawan, 2005). Metode ini dipilih

dengan pertimbangan populsi petani yang membudidayakan ubi jalar pada daerah

penelitian tidak diketahuui secara pasti jumlahnya, sehingga dilakukan

perhitungan dengan rumus persentase untuk mendapatkan jumlah responden

petani untuk mewakili petani ubi jalar di Desa Penanggungan. Perhitungan sampel

menggunakan rumus persentase, secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut.

n = z2 (pq)

e2

Keterangan:

n = ukuran sampel

z = standard error dikaitakan dengan Level of Confidence yang dipilih

p = variabilitas dalam populasi (Estimated Variability in the Population)

q = (100-p)

Page 48: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

29

e = tingkat kesalahan yang dapat diterima (Acceptabel Error) (Hermawan, 2005)

Jumlah petani di Desa Penanggungan sebanyak 385 orang. Sementara itu,

perkiraan jumlah petani ubi jalar yang didapatkan dari hasil wawancara

pendahuluan dengan setiap kepala dusun dan kelompok tani adalah sekitar 79

orang. Jumlah ini menunjukkan bahwa sekitar 20% dari jumlah petani di Desa

penanggungan merupakan petani ubi jalar, nilai ini sekaligus sebagai nilai “p”.

Sementara itu, keyakinan peneliti akan besarnya persentase petani ubi jalar

terhadap jumlah petani tersebut sebesar 95%, sehingga nilai “z” yang digunakan ,

adalah 1,96. Pada penentuan sampel ini menggunakan tingkat kesalahan yang

dapat diterima sebesar 10%. Selanjutnya perhitungan sampel penelitian dapat

dilakukan sebagai berikut.

n = ��,�� � �,���� � ��

�� � ��

n = �,� � ��

n = 61,44� 62 orang

Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan jumlah minimal sampel petani

adalah 62 orang. Sehingga pada penelitian ini, menggunakan total sampel petani

sebanyak 62 orang. Sementara itu, penentuan responden lembaga pemasaran

dilakukan dengan metode non probability sampling, dengan teknik pengambilan

sampel menggunakan snowball sampling. Pengambilan sampel responden

lembaga pemasaran menggunakan snowball sampling dilakukan dengan

penelusuran dari unit petani sampai didapatkan sampel dari responden lembaga

pemasaran ubi jalar. Pengambilan data diambil secara representatif dan sesuai

dengan batas penelitian.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan 3 metode dalam pengumpulan data, meliputi

1. Metode Wawancara

Wawancara dilakukan kepada responden dengan menggunakan daftar

pertanyaan atau kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Responden

pada penelitian ini terbagi atas petani dan lembaga pemasaran ubi jalar. Sehingga

dalam wawancara ini menggunakan dua kuisioner yaitu satu kuisioner untuk

petani dan kuisioner untuk lembaga pemasaran. Hasil wawancara kemudian

Page 49: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

30

dikumpulkan (collecting), dirapikan (editing), diberi kode (coding), data

masukkan (entry data), kemudian data diolah, dan dilakukan penarikan

kesimpulan.

2. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan secara langsung, digunakan untuk mengetahui

fakta yang terjadi di daerah penelitian berdasarkan pengamatan secara langsung di

lapang. Observasi lapang dilakukan melalui pengamatan langsung dengan

membandingkan kondisi data dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Observasi

dilakukan untuk mengamati secara langsung kegiatan pemasaran ubi jalar di desa

Penanggungan.

4.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan

metode analisis deskriptif untuk mengetahui sebab akibat dari ketidakefisienan

pasar ubi jalar di Desa Penanggungan. Analisis deskriptif ini juga menjelaskan

keterkaitan antara struktur, perilaku dan kinerja pasar ubi jalar, seperti yang

dijelaskan oleh Edwards, Seanicaa, A.J ALLen, S. Shaik (2005), indikator struktur

pasar yaitu konsentrasi pasar mempengaruhi indikator perilaku pasar yaitu

mendorong perusahaan untuk berkolusi. Paradigma SCP menjelaskan bahwa

terdapat hubungan secara langsung antara tingkat konsentrasi pasar dan tingkat

persaingan antar pelaku pasar. Selain itu juga terdapat hubungan positif antara

konsentrasi pasar (diukur dengan rasio konsentrasi) dan kinerja pasar (diukur

dengan keuntungan), terlepas dari efisiensi perusahaan (diukur dengan pangsa

pasar).

4.4.1 Analisis Struktur pasar

Analisis struktur pasar menggunakan analisis deskriptif dengan tujuan

untuk mengetahui beberapa hal berikut:

1. Tingkat Konsentrasi Pasar

Analisis terhadap tingkat konsentrasi pasar dilakukan untuk mengukur

konsentrasi yang terjadi dalam pasar ubi jalar. Konsentrasi pasar merupakan unsur

yang paling penting untuk mengetahui struktur pasar yang ada, karena

menggambarkan situasi dimana beberapa perusahaan besar memiliki bagian

Page 50: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

31

terbesar dari bisnis (Okereke dan Anthonio, 1988). Alat analisis yang digunakan

meliputi pangsa pasar, CR4, IHH,dan IR. Pemilihan empat alat analisis tersebut

dengan alasan untuk memperkuat argumentasi tentang hasil analisis struktur pasar

yang terbentuk dan untuk membedakan dengan penelitian sebelumnya.

a. Pangsa Pasar (Market Share)

Analisis pangsa pasar (market share) bertujuan untuk mengetahui pangsa

pasar ubi jalar dengan menghitung seluruh penjualan komoditas ubi jalar yang ada

dalam pasar. Perhitungan pangsa pasar dapat dilakukan dengan tabel sebagai

berikut.

Tabel 1. Perhitungan Pangsa Pasar (market share)

Lembaga

Pemasaran

Kapasitas Produksi yang

Dapat Diserap pada Suatu

Wilayah pasar

Konsentrasi

ratio

(Kr)

Market

Share

(persen)

1 A a/x (a/x)x100

2 B b/x (b/x)x100

3 C c/x (c/x)x100

… … …

N M m/x (m/x)x100

Total a+b+c+d+…+m=x 1 100

Kriteria Pangsa Pasar:

1) Monopoli murni, bila suatu perusahaan memiliki 100% dari pangsa pasar.

2) Perusahaan dominan, bila memiliki 80-100% dari pangsa pasar dan tanpa

pesaing yang kuat.

3) Oligopoli ketat, bila penggabungan 4 perusahaan terkemuka memiliki 60-

100% dari pangsa pasar.

4) Oligopoli longgar, bila penggabungan 4 perusahaan terkemuka memiliki 40%

atau kurang dari 60% pangsa pasar.

5) Persaingan monopolistik, bila banyak pesaing yang efektif tidak satupun yang

memiliki lebih dari 10% pangsa pasar.

6) Persaingan murni, lebih dari 50 pesaing, tapi tidak satupun yang memiliki

pangsa pasar berarti.

b. Concentration Ratio for Biggest Four (CR4)

CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four) digunakan untuk mengetahui

derajat konsentrasi empat pembeli terbesar dari suatu wilayah pasar, sehingga bisa

diketahui secara umum gambaran imbangan kekuatan tawar-menawar petani ubi

Page 51: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

32

jalar (penjual) terhadap pedagang (pembeli) dalam pasar ubi jalar. CR4 dihitung

dengan menjumlahkan empat lembaga pemasaran terbesar dari suatu wilayah

pasar dengan rumus sebagai berikut:

CR4 = Jumlah konsentrasi dari 4 (empat) perusahan yang mempunyai Market

Share terbesar

Kriteria Concentration Ratio for Biggest Four (CR4):

1) CR4 < 0,4 maka struktur pasar bersifat persaingan sempurna (kompetitif) atau

persaingan monopolistik (persaingan monopolistik perlu dilihat apakah ada

diferensiasi produk atau tidak).

2) 0,4 < CR4 < 0,8 maka struktur pasar bersifat oligopoli/oligosopni (seringkali

bila nilai CR4 diantara 60-80% disebut oligopoli ketat dan nilai CR4 diantara

40-60% disebut oligopoli longgar, walaupun makna ini seringkali tidak jelas

karena untuk mengukur kekuatan oligopoli/monopoli dapat diuji melalui

kekuatan market power tetapi dibahas di tingkat lanjut.

3) CR4 > 0,8 maka struktur pasar cenderung monopoli/monopsoni. Catatan: jika

CR4 < 0,4 maka struktur pasar bisa bersifat persaingan sempurna juga bisa

termasuk monopolistik, yang menentukan adalah tingkat diferensiasi produk.

c. Indeks Hirschman Herfindahl (IHH)

Alat analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli di

pasar ubi jalar, sehingga bisa diketahui secara umum gambaran imbangan

kekuatan posisi tawar menawar petani ubi jalar sebagai penjual terhadap pedagang

sebagai pembeli. Rumus dari Indeks Herfindahl adalah sebagai berikut:

IHH = (Kr1)2 + (Kr2)

2 + …. + (Krn)

2

Keterangan:

IHH : indeks Hirschman Herfindahl

n : kumlah pedagang yang ada pada suatu wilayah pasar produk

Kri : pangsa pembelian komoditi dari pedagang ke-i (i = 1,2,3,…,n)

Kriteria Indeks Hirschman Herfindahl (IHH):

1) IH = 1, maka pasar mengarah pada monosopoli/monosopni

2) IH = 0, maka pasar mengarah pada persaingan sempurna

3) 0 < IH < 1, maka pasar mengarah pada oligopoli/oligosopni

Page 52: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

33

d. Indeks Rosenbluth (R)

Indeks Rosenbluth digunakan untuk mengetahui tingkat konsentrasi

lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar pada wilayah

pasarnya. Penghitungan Indeks Rosenbluth didasarkan pada peringkat perusahaan

dari segi pangsa pasarnya, dengan rumus sebagai berikut:

R = �

� ∑ �.������ ��

Keterangan:

R : indeks Rosenbluth

Si : pangsa pasar (market share) perusahaan ke-i (1 = 1,2,...n)

Nilai indeks Rosenbluth berkisar antara 1/n < R < 1. Jika nilai yang

diperoleh mendekati batas minimum maka struktur pasar yang terbentuk

cenderung pasar persaingan sempurna, sedangkan apabila mendekati

batasmaksimum maka struktur pasar yang terbentuk cenderung pasar persaingan

oligopoli (Baladina, 2011).

2. Tingkat Diferensiasi Produk

Diferensiasi produk merupakan hal yang paling mendasar untuk posisi

pasar yang kuat dari perusahaan yang dominan (market leader) terutama untuk

industri pertanian. Diferensiasi produk pada komoditas ubi jalar dapat menjadi

halangan bagi pengusaha lain untuk memasuki pasar. Penelian yang dilakukan

oleh Brander, James. A, A. Zhang (1990), menjelaskan bahwa diferensiasi produk

memiliki pengaruh terhadap perilaku pasar, walaupun tidak memberikan pengaruh

yang besar. Analisis tingkat diferensiasi produk pada penelitian ini dilakukan

dengan analisis deskriptif untuk melihat apakah produk ubi jalar di pasar sama

atau sedikit berbeda tetapi dijual secara berbeda (Baladina, 2011).

3. Hambatan Masuk Pasar

Hambatan pasar digunakan untuk melihat segala sesuatu yang merintangi

pesaing-pesaing baru untuk masuk pasar akan memperbesar kekuatan perusahaan-

perusahaan yang telah ada.Jika rintangan itu tidak ada, maka pesaing baru akan

bebas masuk pasar, sehingga monopsoni murni hanya memiliki kekuatan yang

kecil. Hambatan masuk pasar dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif yang

akan memberikan gambaran tentang tingkat kesulitan dan hal-hal yang

menghambat pedagang untuk keluar masuk dalam pasar. Semakin mudah petani

Page 53: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

34

untuk keluar dan masuk ke dalam pasar, maka cenderung menunjukkan stuktur

pasar persaingan sempurna, sebaliknya jika semakin sulit pesaing untuk keluar

dan masuk pasar maka cenderung menunjukkan pasar persaingan tidak sempurna.

Bentuk persaingan pasar berdasarkan hambatan keluar masuk pasar,

meliputi:

a. Persaingan sempurna, terjadi jika pesaing mudah untuk masuk pasar atau bebas

untuk masuk pasar.

b. Oligopsoni/oligopoli, terjadi jika pesaing/pendatang baru sulit untuk masuk

pasar.

c. Monopsoni/monopoli, terjadi jika pesaing/pendatang baru tertutup untuk masuk

pasar (Baladina, 2011).

4. Tingkat pengetahuan pasar

Tingkat pengetahuan pasar dalam penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif. Berkaitan dengan tingkat pengetahuan pasar akan digambarkan tingkat

pengetahuan produsen atau pembeli dalam rangka mengetahui keadaan pasar yang

sesungguhnya dalam hal harga, persediaan barang, kualitas dan sebagainya. Jika

semua informasi dengan mudah diakses dan tingkat pengetahuan sama maka

dapat disebut dengan struktur pasar persaingan sempurna, dan jika tingkat

informasi yang dimiliki berbeda maka akan menunjukkan pasar persaingan tidak

sempurna (Baladina, 2011).

4.4.2 Analisis Perilaku Pasar

Perilaku pasar mengacu pada pola perilaku yang dilakukan oleh

perusahaan dalam beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan pasar. Dimensi

perilaku termasuk metode yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam

menentukan harga output dan promosi penjualan kebijakan, ada atau tidak adanya

taktik pemaksaan yang ditujukan terhadap pesaing atau pendatang potensial (Bain,

1968 dalam Nzima, dkk; 2014). Analisis perilaku pasar dilakukan untuk

menjelaskan kondisi hubungan antara petani ubi jalar sebagai penjual dan

lembaga pemasaran sebagai pembeli dalam pasar ubi jalar. Selanjutnya, karena

dalam analisis perilaku pasar tidak mempunyai alat analisis tertentu yang

disepakati (Bosena, dkk, 2014), maka dalam penelitian ini dilakukan secara

deskriptif menggunakan beberapa pertanyaan yang dipertimbangkan secara

Page 54: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

35

sistematis untuk mengetahui beberapa indikator perilaku pasar ubi jalar yang

meliputi:

1. Penentuan harga.

2. Sistem kelembagaan pasar yang terdiri dari pendekatan institusi yang dilihat

dari aliran produk dan saluran pemasaran yang ada.

3. Pendekatan fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik

dan fungsi fasilitas.

4. Ada atau tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory (Anindita, 2004).

Anindita (2004), analisis perilaku pasar merupakan cerminan dari struktur

pasar yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi ekonomi di pasar. Analisis

perilaku pasar ubi jalar di Desa Penanggungan ini, diharapkan dapat diketahui

tingkat efisiensi ekonomi pasar ubi jalar di Desa Penanggungan. Ada beberapa

kriteria yang menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi, meliputi:

a. Banyak perusahaan di pasar untuk menciptakan persaingan yang kompetitif.

b. Perusahaan berusaha menjual pada tingkat harga yang lebih rendah daripada

pesaingnya.

c. Perusahaan menawarkan perbaikan produk untuk merangsang minat pembeli.

d. Perusahaan menekankan kualitas dan jasa.

e. Tidak ada kerjasama secara hukum diantara perusahaan dalam harga ataau hal

lain. Dengan kata lain perusahaan tidak bersama dalam satu perusahaan dan

setuju tidak bersaing.

f. Klaim produk secara benar.

g. Perbedaan atau batas produk ada dan didasarkan atas perbedaan yang jelas

bukan atas perbedaan psikologis yang diciptakan oleh advertensi.

4.4.3 Analisis Kinerja Pasar

Analisis kinerja pasar dilakukan untuk melihat sampai seberapa jauh

tindakan atau tingkah laku industri di pasar menyimpang dari kemungkinan

sumbangan terbaik yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan sosial ekonomi

masyarakat yang relevan. Kinerja pasar mengacu pada hasil ekonomi yang

terdapat padapasar (Bain, 1968 dalam Nzima, dkk; 2014). Kinerja pemasaran

dianalisis menggunakan alat ukur marjin pemasaran, share harga petani, share

harga lembaga pemasaran dan ratio penerimaan dengan biaya pemasaran untuk

Page 55: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

36

mengetahui kelayakan pemasaran ubi jalar yang dijalankan. Penggunaan alat

analisis tersebut agar dapat diketahui hasil, apakah kinerja pasar ubi jalar di Desa

Penanggungan berjalan secara efisien atau tidak efisien.

Perhitungan marjin pemasaran terlebih dahulu dilakukan dengan

menghitung konsep produk referensi. Perhitungan produk referensi dilakukan

dengan tujuan untuk menyamakaan satu kilogram ubi jalar di peteni dan satu

kilogram ubi jalar di tingkat lembaga pemasaran dan konsumen. Hal ini

dikarenakan ubi jalar sebagai produk pertanian memiliki kelemahan tidak bisa

terhindar dengan yang namanya susut. Dengan kata lain satu kilogram ubi jalar di

petani akan sampai pada lembaga pemasaran dan konsumen dalam berat kurang

dari satu kilogram. Sehingga untuk menjual satu kilogram ubi jalar ke tingkat

lembaga pemasaran dan konsumen, petani ubi jalar harus menyiapkan ubi jalar

dengan berat lebih dari satu kilogram. Oleh karena itu, perlu adanya kesamaan

satu kilogram di tingkat petani hingga konsumen dan dapat dihitung dengan

rumus:

Reference to petani = ����� ���� ! "���#�$ " " �

����� �%�# ���� !

Perhitungan produk referensi akan didapatkan nilai faktor konversi. Nilai

faktor konversi tersebut kemudian dikalikan dengan biaya pemasaran yang

dilakukan oleh lembaga pemasaran. Biaya pemasaran yang mungkin dilakukan

oleh lembaga pemasaran meliputi: biaya persiapan dan pengepakaan, handling,

transport, produk yang hilang, penyimpanan, prosessing, modan dan pungutan-

pungutaan, komisi dan pembayaran tidak resmi (Anindita, 2004). Langkah

selanjutnya dapat dilakukan perhitungan kinerja pemasaran yang meliputi marjin

pemasaran, share harga petani, share harga lembaga pemasaran, dan rasio

keuntungan serta biaya pemasaran ubi jalar.Berikut ini uraian rumus perhitungan

dari biaya pemasaran, marjin pemasaran, keuntungan pemasaran, share harga

petani, share harga lembaga pemasaran (biaya dan keuntungan), dan rasio

keuntungan dengan biaya pemasaran ubi jalar.

1. Marjin Pemasaran

Anindita (2004), marjin pemasaran menunjukkan perbedaan harga di

antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran. Marjin pemasaran diantara petani

Page 56: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

37

dan lembaga pemasaran ubi jalar dapat diungkapkan dalam notasi Pr - Pf. Secara

matematis dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut:

Mp = Pr - Pf

Keterangan:

Mp = marjin pemasaran ubi jalar (Rp)

Pr = harga ubi jalar di tingkat konsumen akhir (Rp)

Pf = harga ubi jalar di tingkat produsen (Rp)

Kriteria:

a. Semakin besar marjin pemasaran ubi jalar, maka pemasaran yang terjadi

semakin tidak efisien.

b. Semakin kecil marjin pemasaran ubi jalar, maka pemasaran yang terjadi

semakin efisien.

2. Share harga petani

Share harga petani ubi jalar dapat dihitung dengan membagi harga yang

diterima oleh petani ubi jalar dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir

dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Secara matematis dapat dituliskan dalam

rumus sebagai berikut:

SPf = &f

&r x 100%

Keterangan:

SPf = share harga ubi jalar ditingkat petani (%)

Pr = harga ubi jalar di tingkat konsumen akhir (Rp)

Pf = harga ubi jalar di tingkat produsen (Rp)

Kriteria:

a. Semakin besar share harga yang diterima oleh petani ubi jalar maka

pemasaran semakin efisien.

b. Semakin kecil share harga yang diterima oleh petani ubi jalar maka pemasaran

semakin tidak efisien.

3. Share biaya pemasaran

Perhitungan share biaya pemasaran dilakukan dengan membagi biaya

pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran ubi jalar

dengan total marjin pemasaran. Secara matematis dapat dituliskan dalam rumus

sebagai berikut:

Page 57: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

38

SBi = 'i

&r�&f x 100%

Keterangan:

SBi = share biaya pemasaran ubi jalar (%)

Bi = biaya pemasaran lembaga pemasaran ubi jalar (Rp/Kg)

Pr = harga ubi jalar di tingkat konsumen akhir (Rp)

Pf = harga ubi jalar di tingkat produsen (Rp)

Kriteria:

a. Apabila persentase biaya merata disetiap lembaga pemasaran maka pemasaran

semakin efisien.

b. Apabila persentase biaya tidak merata disetiap lembaga pemasaran maka

pemasaran semakin tidak efisien.

4. Share keuntungan lembaga pemasaran

Perhitungan share keuntungan lembaga pemasaran dapat dilakukan

dengan membagi keuntungan disetiap lembaga pemasaran dengan total marjin

pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran. Secara matematis

dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut:

SKi = (i

&r�&f x 100%

Keterangan:

SKi = share keuntungan lembaga pemasara ubi jalar (%)

Ki = keuntungan pemasaran lembaga pemasaran ubi jalar (Rp/Kg)

Pr = harga ubi jalar di tingkat konsumen akhir (Rp/Kg)

Pf = harga ubi jalar di tingkat produsen (Rp/Kg)

Kriteria:

a. Apabila persentase keuntungan pemasaran merata disetiap lembaga pemasaran

maka pemasaran semakin efisien.

b. Apabila persentase keuntungan pemasaran tidak merata disetiap lembaga

pemasaran maka pemasaran semakin tidak efisien.

5. R/C rasio

Perhitungan R/C rasio dapat dilakukan dengan membagi keuntungan

lembaga pemasaran dengan biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap

lembaga pemasaran. Secara matematis dapat dituliskan dalam rumus sebagai

berikut:

Page 58: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

39

R/C rasio = �)�

�*�

Keterangan:

R/C rasio = rasio perbandingan dari biaya pemasaran dengan keuntungan

SKi = share keuntungan lembaga pemasara ubi jalar (%)

SBi = share biaya pemasaran ubi jalar (%)

Kriteria:

a. Apabila nilai R/C rasio kurang dari 1 (R/C rasio < 1), maka kegiatan

pemasaran ubi jalar tidak layak dan tidak menguntungkan.

b. Apabila nilai R/C rasio sama dengan 1 (R/C rasio = 1), maka kegiatan

pemasaran ubi jalar pada titik impas atau tidak untung dan juga tidak rugi.

c. Apabila nilai R/C rasio lebih dari 1 (R/C rasio > 1), maka kegiatan pemasaran

ubi jalar layak.

Page 59: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Penanggungan secara geografis terletak di Kecamatan Trawas,

Kabupaten Mojokerto. Desa Penanggunggan memiliki total luas wilayah 474 Ha

yang terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Penanggungan, Dusun Sendang, Dusun

Kemendung dan Dusun Ngembes. Secara administratif, Desa Penanggungan ini

memiliki 4 batas wilayah desa sebagai berikut

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kedungudi

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Selotapak

3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jati Jejer

4. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Duyung

Jarak antara Desa Penanggungan dengan kantor kecamatan adalah sekitar

3,5 Km,sedangkan jarak dengan Ibu Kota Kabuaten Mojokerto adalah sekitar 45

Km dan jarak dengan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur sekitar 60 Km. Berdasarkan

jarak tersebut, untuk menuju Desa Penannggungan dapat dicapai menggunakan

semua alat transportasi. Namun, ada beberapa wilayah di Desa Penanggungan

yang hanya dapat ditempuh oleh kendaraan berukuran besar karena memiliki

akses jalan yang tidak bisa untuk dilewati dengan kendaraan berukuran besar

5.1.1. Keadaan Demografi

Keadaan demografi Desa Penanggungan jika dilihat dari jumlah penduduk

pada tahun 2014 secara keseluruhan tercatat sebanyak 2661 jiwa. Jumlah tersebut

terdiri dari penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1341 jiwa dan

jenis kelamin perempuan sebanyak 1320 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari jumlah

kepala keluarga adalah sebanyak 786 orang, yang terdiri dari kepala keluarga laki-

laki sebanyak 640 orang dan kepala keluarga perempuan sebanyak 146 orang.

Jumlah penduduk Desa Penanggungan menurut jumlah usia kelompok

pendidikan yaitu, jumlah penduduk usia 0-03 tahun berjumlah 10 orang, usia 04-

06 tahun berjumlah 27 orang, usia 07-12 tahun berjumlah 301 orang, usia 13-15

tahun berjumlah 472 orang, 16-18 tahun berjumlah 405 orang, dan usia 19 tahun

keatas berjumlah 12 orang. Sementara itu, jumlah penduduk Desa Penanggungan

menurut usia kelompok tenaga kerja, yaitu jumlah penduduk usia 10-14 tahun

Page 60: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

41

berjumlah 18 orang, usia 15-19 tahun berjumlah 61 orang, usia 20-26 tahun

berjumlah 316 orang, usia 27-40 tahun berjumlah 668 orang, usia 41-56 tahun

berjumlah 563 orang, dan usia 57 tahun keatas berjumlah 41 orang. Berikut,

keadaan demografi Desa Penanggunga berdasarkan tingkat pendidikan dan mata

pencahariaan.

1. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Penanggungan

Pendidikan dapat meningkatkan sumber daya manusia untuk

pembangunan bangsa berbagai bidang di masa depan. Secara lebih terperinci,

jumlah masyarakat Desa Penanggungan yang menempuh pendidikan formal pada

setiap tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

Taman anak-Kanak (TK) 23

Sekolah Dasar (SD) 21

Sekolah Menengah Pertama(SMP) 142

Sekolah Menengah Atas(SMA) 155

Akademi/ D1-D3 4

Sarjana/ S1-S3 1

Sumber: Data Monografi Desa Penanggungan tahun 2014

Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah masyarakat yang telah

menempuh pendidikan formal pada tingkat Taman Kanak-Kanaksebanyak 23

orang, tingkat Sekolah Dasar sebanyak21 orang, tingkat Sekolah Menengah

Pertama sebanyak 142 orang, tingkat Sekolah Menengah Atas sebanyak 155

orang, dan tingkat Akademi/D1-D3 berjumlah 4 orang, serta jumlah masyarakat

yang telah menempuh tingkat Sarjana/S1-S3 sebanyak 1 orang. Kondisi teesebut

dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat Desa Penanggungan berpendidikan

akhir SMA/SLTA yang jumlahnya mencapai 155 orang.Dari banyaknya

masyarakat yang berpendidikan akhir SMA/SLTA maka masyarakat Desa

Penanggungan tergolong yang mempunya SDM yang cukup baik. Selain

pendidikan formal, masyarakat Desa Penangungan juga ada yang berpendidikan

non formal seperti mengaji diniyah dan TPQ/TPA yang tersebar pada 4 gedung.

Secara infrastruktur pendidikan Desa Penanggungan bisa dikatakan maju,

baik sarana pendidikan formal maupun non formal. Berikut tabel sarana

infrastruktur pendidikan Desa Penanggungan.

Page 61: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

42

Tabel 3. Sarana Infrastruktur Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah(Gedung)

1. Taman Kanak-Kanak (TK) 1

2. Sekolah Dasar (SD) 1

3. Sekolah Menengah Pertama(SMP) 1

4. Sekolah Menengah Atas(SMA) 1

5. TPQ/TPA 4

Sumber: Data Monografi Desa Penanggungan tahun 2014

Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa di Desa Penanggungan memiliki

beberapa sarana pendidikan formal. Sarana pendidikan formal di Desa

Penanggungan terdiri dari gedung sekolah Taman Kanak-Kanak sebanyak 1

gedung, gedung SD sebanyak 1 gedung, gedung SMP sebanyak 1 gedung,

sedangkan untuk SMA sebanyak 1 gedung. Sementara itu untuk pendidikan non

formal madrasah diniyah memiliki 4 gedung

2. Mata Pencahariaan Masyarakat Desa Penanggungan

Masyarakat Desa Penanggungan memiliki mata pencahariaan yang

bermacam-macam. Berbagai mata pencahariaan masyarakat desa penanggungan

meliputi PNS, TNI, swasta, wiraswasta/pedagang, tani, pertukangan, buruh tani,

pensiunan dan jasa. Secara lebih terperinci, jumlah masyarakat Desa

Penanggunggan pada setiap mata pencahariaan adalah sebagai berikut.

Tabel 4. Distribusi Masyarakat Desa Penanggunggan Berdasarkan Mata

Pencahariaan

No Profesi Penduduk Jumlah (Orang)

1. Pegawai Negri Sipil (PNS) 27

2. TNI 2

3. Swasta 207

4. Wiraswasta/Pedagang 100

5. Pertukangan 109

6. Jasa 88

7. Petani 385

8. Buruh Tani 366

Sumber: Data Monografi Desa Penanggungan tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat

Desa Penanggunganmemiliki mata pencahariaan sebagai petani. Petani di Desa

Penanggungan memiliki jumlah terbanyak dibandingkan dengan yang lainnya

yaitu sejumlah 385 orang. Sementara itu masyarakat yang memiliki profesi lain

antara lain Pegawai Negri Sipil (PNS), tercatat sebanyak 27 orang, TNI tercatat

sebanyak 2 orang, swasta tercatat sebanyak 207 orang, wiraswasta/pedagang

Page 62: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

43

tercatat sebanyak 100 orang, pertukangan tercatat sebanyak 109 orang, dan jasa

tercatat sebanyak 123 orang 88 orang.

5.1.2. Kondisi Pertanian Desa Penanggungan

Berdasarkan jenis tanah untuk bidang pertanian, Desa Penanggungan

memiliki beberapa jenis tanah yang meliputi tanah sawah, tanah kering dan tanah

yang belum dikelola. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis (154,330 ha),

setengah teknis (119,330 ha) dan sederhana (35 ha). Tanah kering meliputi

pekarangan (39,095h), perladangan (175,670 ha) dan perkebunan swasta (3,750

ha). Tanah yang belum dikelola terdiri atas hutan (100 ha).

Berbagai jenis tanah yang dimiliki, pertanian di Desa Penanggungan

memiliki berbagai komoditas yang dibudidayakan. Secara garis besar terbagi atas

tiga kelompok komoditas yaitu padi dan palawija, sayuran dan buah-buahan.

Kelompok padi dan palawija yang dibudidayakan meliputi padi, jagung, ketela

pohon, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Kelompok sayuran meliputi kubis,

kentang, sawi, tomat, wortel, kacang panjang, terong, buncis, cabai, bawang

merah, bawang putih, dan kentimun. Kelompok buah-buahan meliputi pisang,

papaya, jeruk, semangka, mangga, durian, duku, jambu, rambutan, sirsak, apel,

anggur, salak, belimbing, kelengkeng, melon, kedondong dan apukat.

Kelompok komoditas padi dan palawija yang memiliki luas lahan dan

produksi tertinggi adalah komoditas padi yaitu dengan luas lahan sebesar 130 ha

dan produksi sebesar 520 ton dan komoditas ubi jalar memiliki luas lahan ketiga

setelah jagung yaitu seluas 22 ha dan produksi kedua seetelah padi yaitu sebesar

149,6 ton. Sedangkan pada kelompok komoditas sayuran yang memiliki luas

lahan tertinggi adalah kacang panjang yaitu seluas 1,7 ha dan produksi tertinggi

adalah komoditas cabai yaitu dengan produksi sebesar 3,72 ton. Selanjutnya, pada

kelompok komoditas buah-buahan yang memiliki luas lahan tertinggi adalah

komoditas pisang yaitu dengan luas lahan sebesar 135 ha.

Pengelolaan budidaya di Desa Penanggungan dalam hal pengairan

dilakukan dalam berbagai hal. Pengairan yang ada meliputi waduk, saluran irigasi,

gorong-gorong, pompa air dan pembagi air. Beberapa teknik pengairan tersebut,

unit yang paling banyak dimiliki dan digunakan oleh warga adalah gorong-gorong

yaitu sebanyak 20 buah (BPS Desa Penanggungan, 2014).

Page 63: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

44

5.2 Karakteristik Responden Petani

Karakteristik responden petani ubi jalar di Desa Penanggungan,

Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto memiliki keberagaman. Keberagaman

tersebut berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, tingkat pendidikan, luas lahan,

jenis pekerjaan dan lama bertani. Dengan demikian, data karakteristik petani ini

dapat memberikan gambaran atau informasi tentang latar belakang objek

penelitian.

1. Karakteristik Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden petani ubi jalar berdasarkan jenis kelamin secara terperinci

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

Laki-laki 60 96,77

Perempuan 2 3,23

Total 62 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa responden petani tanaman ubi

jalar di Desa Penanggungan didominasi oleh petani laki-laki yang memiliki

persentase sebesar 96,77% atau sebanyak 60 petani, sedangkan sisanya sebesar

3,23% atau sebanyak 2 petani adalah petani wanita. Jumlah petani laki-laki yang

lebih banyak dibandingkan petani perempuan ini disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut diantaranya, adalah laki-laki yang dianggap memiliki

kemampuan lebih untuk menjalankan usahatani ubi jalar tersebut, sehingga

dengan petani laki-laki yang menjalankan usahatani ubi jalar diharapkan mampu

menghasilkan produksi ubi jalar yang tinggi. Faktor lain yaitu karena di Desa

Penanggungan terkait para laki-laki yang menjadi tulang punggung keluarga

sehingga laki-laki yang harus bekerja baik sebagai karyawan atau mengurus usaha

seperti usahatani ubi jalar, sehingga apabila dalam keluarga masih terdapat laki-

laki maka yang menjalankan usahatani ubi jalar adalah laki-laki.

Perempuan bertindak sebagai petani ubi jalar dikarenakaan ingin

membantu sang suami yang memiliki perkerjaan lain dan tidak mempunyai waktu

untuk melakukan usahatani ubi jalar secara keseluruhan. Selain itu, alasan lain

yaitu, karena sang suami yang sudah meninggal, sehingga untuk tetap

Page 64: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

45

menjalankan usahatani ubi jalar yang dimiliki, maka perempuan yang bertindak

sebagai petani ubi jalar.

2. Karakteristik Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Kelompok Usia

Responden petani ubi jalar di Desa Penanggungan terdiri dari berbagai

kalangan usia yang tersebar dalam beberapa kelompok usia. Distribusi usia dari

responden petani ubi jalar berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 6. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

31-40 10 16,13

41-50 20 32,26

51-60 22 35,48

61-70 9 14,52

71-80 1 1,61

Total 62 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Tabel 6, menunjukkan bahwa distribusi usia responden petani terbesar

adalah pada kelompok usia 51-60 tahun dengan persentase sebesar 35,48% atau

sebanyak 22 petani. Pada urutan kedua,yaitu kelompok usia 41-50 tahun yaitu

dengan persentase sebesar 32,26% atau sebanyak 20 petani. Pada urutan ketiga

yaitu kelompok usia 31-40 tahun, dengan persentase sebesar 16,13% atau

sebanyak 10 petani. Urutan keempat adalah kelompok usia 61-70 tahun dengan

persentase sebesar 14,52% atau sebanyak 9 petani. Dan kelompok usia terkecil,

yaitu dengan persentase sebesar 1,61% atau sebanya 1 orang berasal dari

kelompok umur 61-70. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

petani ubi jalar pada usia matang. Sehingga petani ubi jalar memiliki pemikiran

yang matang pula dan semangat tinggi dalam bekerja. Hal ini diharapkan petani

ubi jalar dapat mengembangkan usahatani ubi jalar menjadi lebih baik terutama

dalam pencapaian kuantitas hasil panen serta diharapkan mampu melakukan

pemasaran sendiri.

3. Karakteristik Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Responden petani ubi jalar di Desa Penanggungan memiliki tingkat

pendidikan yang berbeda. Tingkat pendidikan yang dimiliki petani dapat

menyebabkan perbedaan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh petani

Page 65: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

46

dalam menjalankan dan mengembangkan usaha ubi jalar yang dilakukan.

Distribusi petani menurut tingkat pendidikan secara lebih rinci dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 7. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

Sekolah Rakyat 21 33,87

SD/Sederajat 28 45,16

SMP/Sederajat 9 14,52

SMA/Sederajat 4 6,45

Total 62 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa petani ubi jalar di Desa

Penanggungan sebagian besar adalah telah menempuh jenjang pendidikan

Sekolah Dasar (SD) dengan persentase 45,16% atau sebanyak 28 orang. Adanya

tingkat pendidikan yang rendah dapat memberikan dampak pada pengelolaan

usahatani dan pemasaran ubi jalar. Hal ini dikarenakan pendidikan yang rendah

memungkinkan akses dalam menerima informasi yang rendah pula, sehingga akan

menyulitkan bagi petani dalam menerima inovasi dan teknologi baru untuk

kemajuan usahatani yang dijalankan.

4. Karakteristik Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Luas Lahan

Responden petani berdasarkan luas lahan yang dimiliki digunakan untuk

melihat seberapa besar luas lahan yang paling banyak dimiliki oleh petani

responden. Distribusi responden petani ubi jalar di Desa Penanggungan, secara

lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Luas Lahan

Luas Lahan (M2) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1.000 – 5.000 47 75,81

5.001 – 10000 14 22,58

>10000 1 1,61

Total 62 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Tabel di atas, menunjukkan bahwa kelompok luas lahan yang paling

banyak digunakan oleh petani adalah kelompok luas lahan 1.000 – 5.000 M2 yang

memiliki persentase sebesar 75,81% atau sebanyak 47 petani. Hal tersebut

menggambarkan bahwa ubi jalar di Desa Penanggungan, diusahakan pada lahan

yang luas. Kondisi ini terkait bahwa ubi jalar dapat diusahakan pada semua

Page 66: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

47

tingkat lahan dan di Desa Penanggungan merupakan desa yang mempunyai luasan

lahan yang cukup untuk menjalankan usahatani ubi jalar. Luas lahan yang besar

diharapkan petani dapat menghasilkan ubi jalar dalam jumlah yang lebih banyak,

sehingga kuantitas ubi jalar yang bisa dipasarkan berpotensi lebih banyak pula.

5. Karakteristik Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Mata Pencahariaan

Responden petani ubi jalar berdasarkan mata pencahariaan dapat

digunakan untuk melihat jenis mata pencahariaan yang dimiliki oleh petani,

apakah hanya sebagai petani atau juga memilki profesi lain. Profesi lain yang

dimiliki oleh petani seperti berdagang akan membantu petani dalam memasarkan

hasil ubi jalar yang didapat. Responden petani ubi jalar berdasarkan jenis

pekerjaansecara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel. 9. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Mata Pencahariaan

Mata Pencahariaan (Tahun) Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

Petani 34 54,84

Petani dan Pedagang 3 4,84

Petani dan Peternak 18 29,03

Petani dan PNS 4 6,45

Petani dan lainnya 3 4,48

Total 62 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa persentase terbanyak dari mata

pencahariaan responden petani adalah murni hanya sebagai petani yang memiliki

persentase sebesar 54,84% atau sebanyak 34 petani. Hal ini menunjukkan bahwa

Desa Penanggungan memiliki potensi sumberdaya alam yang dapat mencukupi

kegiatan pertanian sebagai sumber mata pencahariaan utama. Pada urutan kedua,

persentase mata pencahariaan petani, yaitu petani dan peternak yang memiliki

persentase sebesar 29,03% atau sejumlah 18 orang. Kondisi ini terjadi karena

selain cocok sebagai lahan budidaya, Desa Penanggungan juga mampu

menyediakan pakan yang cukup bagi hewan ternak seperti sapidan kambing.

6. Karakteristik Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Pengalaman Bertani

Karakteristik responden petani berdasarkan lama bertani, digunakan untuk

mengetahui pengalaman yang dimiliki oleh petani dalam menjalankan usahatani

ubi jalar. Petani yang memiliki waktu bertani yang lebih lama, cenderung

Page 67: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

48

memiliki pengalaman yang lebih banyak. Distribusi responden petani ubi jalar

berdasarkan lama bertani secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Distribusi Responden Petani Ubi Jalar Berdasarkan Pengalaman

Bertani.

Pengalaman Bertani

(Tahun)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

<11 2 3,22

11-20 7 11,29

21-30 17 27,42

31-40 23 37,10

>40 13 20.97

Total 62 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Tabel 10, menunjukkan bahwa petani ubi jalar terbanyak memiliki lama

bertani 31-40 tahun dengan persentase sebesar 37,10 atau sebanyak 23 petani. Hal

tersebut menunjukkan bahwa petani ubi jalar Desa Penanggungan memiliki

pengalaman yang matang dalam menjalankan usahatani ubi jalar, sehingga

mampu melakukan penyesuaian dan inovasi dalam menjalankan usahatani ubi

jalar. Selain itu dengan pengalaman yang dimiliki, petani akan lebih mengetahui

tentang bagaimana cara menjual hasil panen ubi jalar yang dimiliki untuk

mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.

5.3 Karakteristik Responden Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar di Desa

Penanggungan adalah tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel snowball sampling yang ditelusuri dari

petani ubi jalar didapatkan 8 tengkulak, 9 pedagang pengumpul dan 12 pedagang

pengecer. Masing-masing lembaga pemasaran ini memiliki karakteristik yang

berbeda-beda berdasarkan usia, pendidikan, dan tingkat lama berdagang.

5.3.1 Karakteristik Responden Tengkulak

Tengkulak adalah pedagang yang membeli ubi jalar dari beberapa petani

pada waktu ubi jalar belum dipanen ataupun sudah di panen. Tengkulak dalam

penelitian ini merupakan pihak pertama yang menyalurkan ubi jalar dari petani ke

lembaga pemasaran selanjutnya. Berikut ini distribusi responden tengkulak

sebanyak 9 orang berdasarkan usia, pendidikan, dan lama berdagang.

Page 68: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

49

1. Krakteristik Responden Tengkulak Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin, dapat menentukan kemampuan tengkulak dalam melakukan

pembelian dan penjualan ubi jalar. Tengkulak laki-laki biasanya mempunyai

kemampuan yang lebih bila dibandingkan dengan tengkulak perempuan.

Responden tengkulak ubi jalar berdasarkan jenis kelamin secara terperinci dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Distribusi Responden Tengkulak Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 7 87,50

Perempuan 1 12,50

Total 8 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden tengkulak

sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yang memiliki persentase sebesar

87,50% atau sebanyak 7 petani. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tengkulak

laki-laki memiliki jumlah lebih banyak bila dibandingkan dengan tengkulak

perempuan. Kondisi tersebut terjadi karena adanya tuntutan laki-laki sebagai

kepala keluarga, sehingga laki-laki wajib bekerja untuk dapat memenuhi

kebutuhan keluarga. Selain itu, laki-laki memiliki tanaga yang lebih kuat bila

dibandingkan dengan perempuan, sehingga akan lebih mampu untuk melakukan

pembelian dan penjualan ubi jalar dalam jumlah yang lebih besar.

2. Karakteristik Responden Tengkulak Berdasarkan Kelompok Usia

Usia yang dimiliki oleh tengkulak secara tidak langsung menunjukkan

kematangan yang dimilikinya. Pada usia matang tengkulak akan mampu

melakukan pemasaran ubi jalar dengan baik. Responden tengkulak ubi jalar

berdasarkan kelompok usia secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 12. Distribusi Responden Tengkulak Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

30-40 1 12,50

41-50 2 25

51-60 4 50

61-70 1 12,50

Total 8 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Page 69: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

50

Tabel 12 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden tengkulak

berasal dari kelompok usia 51-60 tahun dengan persentase sebesar 50% atau

sebanyak 4 orang. Kelompok usia yang mendominasi tengkulak ini menunjukkan

pada usia matang, sehingga diharapkan mampu melakukan pembelian dengan

jumlah yang banyak. Selain itu, kelompok usia matang akan membuat tengkulak

lebih mengetahui tentang pemasaran ubi jalar terutama dalam pemilihan

pembelian di petani dan penjualan ke lembaga pemasaran selanjutnya.

3. Karakteristik Responden Tengkulak Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang ditempuh oleh tengkulak dapat memberikan keuntungan

bagi tengkulak itu sendiri. Pendidikan yang semakin tinggi akan semakin

memudahkan tengkulak dalam mendapatkan dan menyerap informasi. Responden

tengkulak ubi jalar berdasarkan tingkat pendidikan secara terperinci dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 13. Distribusi Responden Tengkulak Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

SD/Sederajat 5 55,57

SMP/Sederajat 1 11,11

SMA/Sederajat 2 22,22

Total 9 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Tabel 13, menunjukkan bahwa sebagian besar tengkulak menempuh

pendidikan formal. Tingkat pendidikan yang paling banyak ditempuh oleh

tengkulak adalah tingkat pendidikan Sekolah Dasar dengan persentase sebesar

55,57% atau sebanyak 5orang. Dan yang paling sedikit adalah tingkat SMP, yang

memiliki persentase sebesar 11,22% atau sebanyak 1 orang. Selanjutnya sisanya

yaitu sebesar 22,22% atau sebanyak 2 orang menempuh tingkat pendidikan SMA.

Hal ini menunjukkan bahwa semua tengkulak telah menempuh pendidikan formal.

Semakin tinggi pendidikan formal yang ditempuh oleh tengkulak, maka semakin

mudah pula tengkulak tersebut dalam menyerap informasi pasar. Informasi pasar

itu sendiri diperlukan oleh petani dalam hal penentuan harga dan penguasaan

pasar.

4. Karakteristik Responden Tengkulak Berdasarkan Lama Berdagang

Lama berdagang yang dimiliki oleh tengkulak menunjukkan pengalaman

yang dimiliki oleh tengkulak. Semakin lama pengalaman yang dimiliki oleh

Page 70: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

51

tengkulak maka pengalaman berdagang yang diperolehnya semakin banyak.

Responden tengkulak ubi jalar berdasarkan lama berdagang secara terperinci

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 14. Distribusi Responden Tengkulak Berdasarkan Lama Berdagang

Lama berdagang

(Tahun)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

<10 2 25

10-20 3 37,50

21-30 3 37,50

Total 8 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Berdasarkan tabel 14, dapat diketahui bahwa responden tengkulak

berdasarkan lama berdagang memiliki distribusi yang merata pada ketiga

kelompok lama perdagang. Pada kelompok kurang dari 10 tahun memiliki

persentase sebesar 25% atau sebanyak 2 orang, sedangkan pada kelompok lama

berdagang 10-20 dan 21-30 memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 37,50%

atau sebanyak 3 orang. Lama berdagang yang dimiliki oleh tengkulak dapat

memberikan keuntungan pada tengkulak itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada

semakin lama pengalaman berdagang yang dimiliki tengkulak, maka akan

semakin banyak kenalan petani yang dimiliki. Semakin banyak kenalan petani

yang dimiliki, akan semakin mempermudah tengkulak dalam mendapatkan

pasokan ubi jalar. Selain kenalan petani juga dapat mempunyai kenalan lembaga

pemasaran lain seperti pedagang pengumpul dan pengecer, sehingga tengkulak

mendapatkan kepastian dalam menjual ubi jalar yang didapatkannya.

5. Karakteristik Responden Tengkulak Berdasarkan Kuantitas Pembelian

Kuantitas pembelian ubi jalar oleh tegkulak, dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 15. Distribusi Responden Tengkulak Berdasarkan Kuantitas Pembelian

Kuantitas Pembelian

(Kg/Hari)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

2.000-5.000 4 50

5.001-8.000 3 37,50

>8.000 1 12,50

Total 8 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Tengkulak melakukan pembelian ubi jalar kepada petani yang dilakukan

dengan cara membeli pada setiap luasan lahan. Hal ini membuat pembelian yang

Page 71: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

52

dilakukan oleh tengkulak adalah berbeda pada setiap tengkulak dan pada setiap

harinya, yang bergantung pada hasil panen yang diperoleh dan permintaan yang

ingin dipenuhi.

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar tengkulak

mempunyai kuantitas pembelian 2.000-5.000 kg/hari. Hal ini dikarenakan, pada

lahan budidaya yang dimiliki oleh petani adalah mampu meenghasilkan ubi jalar

pada kisaran 2.000-5.000 kg dalam setiap musim panen. Selain itu juga

dipengaruhi oleh permintaan pedagang pengumpul yang rata-rata melakukan

permintaan ubi jalar sebesar pada kisaran 2.000-5.000 kg/hari.

5.3.2 Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul merupakan pedagang yang melaukan pembelian ubi

jalar dalam jumlah besar kepada tengkulak tengkulak dan menjualnya kemballi

kepada pedagang pengecer. Berikut ini distribusi responden pedagang pengumpul

yang berjumlah sebanyak 9 orang berdasarkan usia, pendidikan, dan lama

berdagang:

1. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan Jenis

Kelamin

Pedagang pengumpul ubi jalar Desa Penanggungan sebagian besar

berjenis kelamin laki-laki. Responden pedagang pengumpul ubi jalar berdasarkan

jenis kelamin secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 16. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Ubi Jalar Berdasarkan Jenis

Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 8 88,89

Perempuan 1 11,11

Total 9 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pedagang tengkulak yang

berjenis kelamin laki-laki memiliki persentase sebesar 88,89% atau sebanyak 8

orang. Sementara itu, pedagang pengumpul yang berjenis kelamin perempuan

sebesar 11,11% atau sebaanyak 1 orang. Jumlah pedagang pengumpul yang

dominan laki-laki akan membuat pedagang pengumpul memiliki jangkauan

wilayah pasar yang lebih luas dan memungkinkan untuk melakukan pembelian

Page 72: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

53

dalam kuantitas yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pedagang

pengumpul perempuan.

2. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Kelompok Usia

Usia yang dimiliki oleh pedagang pengumpul menunjukkan tingkat

kematangan pedagang pengumpul itu sendiri. Pedagang pengumpul yang

memiliki usia matang akan lebih aktif dan inovatif dalam memasarkan ubi jalar.

Responden pedagang pengumpul ubi jalar Desa Penanggungan berdasarkan

kelompok usia secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 17. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Kelompok

Usia

Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

30-40 2 22,22

41-50 4 44,44

51-60 2 22,22

61-70 1 11,11

Total 9 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Tabel 16 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden pedagang

pengumpul berasal dari kelompok usia 41-50 tahun yang memiliki persentase

sebesar 44,44% atau sebanyak 4 orang. Kelompok umur 41-50 tahun,

menunjukkan bahwa pedagang pengumpul termasuk dalam usiamatang. Dengan

demikian diharapkan pedagang pengumpul mampu melakukan pemasaran ubi

mendapatkan banyak tengkulak untuk melakukan pembelian ubi jalar dan

menemukan pedagang pengecer untuk melakukan penjualan ubi jalar.

3. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimiliki pedagang pengumpul mempengaruhi

pedagang pengumpul dalam penyerapan informasi. Semakin tinggi pendidikan

yang dimiliki oleh pedagang pengumpul, maka semakin mudah pedagang

pengumpul dalam menyerap informasi pasar. Jenjang pendidikan yang paling

banyak ditempuh oleh pedagang pengumpul adalah jenjang SMA dengan

persentase sebesar 44,44%. atau sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa

pedagang pengumpul memiliki pendidikan yang cukup tinggi, sehingga

mempermudah dalam menyerap informasi pasar dan melakukan berbagai

penyesuaian dalam pemasaran ubi jalar. Kondisi ini menguntungkan bagi

Page 73: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

54

pedagang pengumpul dalam mengikuti perkembangan pasar untuk memperkuat

penguasaan pasar dan penentuan harga. Responden pedagang pengumpul ubi jalar

berdasarkan tingkat pendidikan secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 18. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

SD/Sederajat 3 33,33

SMP/Sederajat 2 22,22

SMA/Sederajat 4 44,44

Total 9 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

4. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Lama Berdagang

Pedagang pengumpul yang memiliki pengalaman berdagang paling lama

biasanya memiliki pengalaman berdagang yang lebih baik. Pengalaman tersebut

akan memudahkan pedagang pengumpul dalam mencari tengkulak ubi jalar untuk

melakukan pembelian dan mencari pedagang pengecer untuk melakukan

penjualan ubi jalar. Responden pedagang pengumpul ubi jalar berdasarkan tingkat

pendidikan secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 19. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Lama

Berdagang

Lama berdagang

(Tahun)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

<10 2 22,22

10-20 6 66,67

21-30 1 11,11

Total 9 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pedagang

pengumpul memiliki pengalaman 10-20 tahun, yaitu dengan persentase sebesar

66,67% atau sebanyak 6 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang pengumpul

memiliki lama berdagang yang cukup lama, sehingga memiliki pengalaman

berdagang yang cukup pula dalam melakukan pemasaran ubi jalar. Pengalaman

yang dimiliki akan membuat pedagang pengumpul mempunyai hubungan yang

baik dengan tengkulak dalam melakukan pembelian ubi jalar dan dengan

pedagang pengecer dalam melakukan penjualan ubi jalar.

Page 74: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

55

5. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Kuantitas

Pembelian

Pedagang pengumpul melakukan pembelian ubi jalar kepada tegkulak

sesuai dengan permintaan pasar. Pembelian oleh pedagang pengumpul dilakukan

setiap harinya. Kuantitas pembelian ubi jalar oleh pedagang pengumpul, dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 20. Distribusi Responden Pedagang Pengumpul Berdasarkan Kuantitas

Pembelian

Kuantitas Pembelian

(Kg/Hari)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

2.000-3.500 3 33,33

3.501-5.000 5 55,55

>5.000 1 11,11

Total 9 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar pedagang

pengumpul melakukan pembelian ubi jalar dalam kuantitas 3.501-5.000 kg/hari.

Semakin tinggi kuantitas pembelian yang dilakukan oleh pedagang pengumpul

maka penguasaan pasar yang dimiliki akan semakin besar. Dengan semakin

besarnya pangsa pasar yang dimiliki maka semakin besar pula kekuatan pasar

yang dimiliki oleh pedagang pengumpul.

5.3.3 Karakteristik Responden Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer merupakan pedagang yang menjual ubi jalar langsung

ke konsumen akhir secara sedikit demi sedikit atau dalam jumlah satuan. Berikut

ini distribusi responden pedagang pengecer yang berjumlah 12 orang berdasarkan

usia, pendidikan, dan lama berdagang.

1. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Jenis Kelamin

Pedagang pengecer yang memiliki jenis kelamin laki-laki akan lebih

mampu untuk melakukan pembelian kepada tengkulak dan pedagang pengumpul.

Pedagang pengecer laki-laki akan memiliki kemampuan lebih dalam mencari

tengkulak dan pedagang pengumpul untuk melakukan pembelian ubi jalar dengan

harga murah. Sementara itu, pedagang pengecer perempuan hanya mampu

melakukan pembelian di sekitar pasar tempat pedagang pengecer tersebut menjual

ubi jalarnya. Responden pedagang pengecer ubi jalar berdasarkan jenis kelamin

secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Page 75: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

56

Tabel 21. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 8 66,67

Perempuan 4 33,33

Total 12 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebesar 66,67% atau

sabanyak 8 orang pedagang pengecer adalah laki-laki. Hal ini dikarenakan

pedagang pengecer lebih banyak melakukan pembelian ubi jalar dengan cara

mendatangi tengkulak atau pedagang pengumpul secara langsung. Kondisi ini,

membuat pedagang pengecer didominasi oleh laki-laki karena kegiatan tersebut

membutuhkan tenaga yang lebih banyak dalam melakukan pembelian dan

penjualan ubi jalar. Sementara itu, pedagang pengecer yang berjenis kelamin

perempuan hanya melakukan pembelian dan penjualan dalam satu pasar yang

sama karena tidak memerlukan mobilitas ubi jalar yang terlalu jauh.

2. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Kelompok Usia

Pedagang pengecer yang mempunyai usiamatang akan lebih mampu

melakukan pemasaran secara lebih baik. Hal ini terjadi karena, pedagang pengecer

pada usia matang akan cenderung lebih mudah dalam mencari lembaga

pemasaaran yang dapat memberikan harga murah dan mampu menjual ubi jalar

dalam jumlah yang lebih banyak. Responden pedagang pengecer ubi jalar

berdasarkan kelompok usia secara terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 22. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

30-40 6 50

41-50 6 50

Total 12 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Tabel di atas, menunjukkan bahwa responden pedagang pengecer memiliki

jumlah yang sama pada kelompok usia 30-40 tahun dan 41-50 tahunyaitu masing-

masing sebanyak 6 orang. Kedua kelompok usia tersebut termasuk dalam usia

matang, sehingga pedagang pengecer ubi jalar mampu secara cepat untuk

menemukan tengkulak ataupun pedagang pengumpul untuk melakukan pembelian

Page 76: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

57

ubi jalar. Selanjutnya, menemukan konsumen untuk melakukan penjualan ubi

jalar yang didapatkan.

3. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pedagang pengecer yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi

diharapkan mampu menyerap informasi pasar yang baik. Selain itu juga mampu

menentukan kualitas ubi jalar yang baik serta ketepatan dalam memilih lembaga

pemasaran dan konsumen dalam pemasaran ubi jalar. Responden pedagang

pengecer ubi jalar berdasarkan kelompok usia secara terperinci dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 23. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

SD/Sederajat 5 41,67

SMP/Sederajat 3 25

SMA/Sederajat 4 33,33

Total 12 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Tabel 23, menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang pengecer

menempuh pendidikan formal. Jenjang pendidikan yang paling banyak ditempuh

oleh pedagang pengecer adalah jenjang Sekolah Dasar, yaitu dengan persentase

sebesar 41,67% atau sebanyak 5 orang. Jumlah ini tidak terlalu jauh dengan dua

tingkat pendidikan yang lain yaitu SMP sebesar 25% atau sebanyak 3 orang dan

SMA sebesar 33,33 atau sebanyak 4 orang. Pedagang pengecer yang menempuh

pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah dalam mencari dan menyerap informasi

bila dibandingkan dengan pedagang pegecer yang menempuh pendidikan lebih

rendah. Sehingga pedagang pengecer yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan

lebih mudah dalam melakukan penyesuaian dan inovasi dalam pemasaran ubi

jalar.

4. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Lama Berdagang

Kemampuan yang dimiliki oleh pedagang pengecer didapatkan dari lama

berdagang yang sudah dilakukan. Semakin lama pengalaman berdagang yang

dimiliki oleh pedagang pengecer, maka semakin baik pemasaran yang dilakukan.

Pedagang pengecer akan mempunyai pelanggan lembaga pemasaran untuk

mendapatkan ubi jalar dan memiliki pelanggan konsumen untuk menjual ubi jalar.

Page 77: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

58

Responden pedagang pengecer ubi jalar berdasarkan lama berdagang secara

terperinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 24. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Lama Berdagang

Lama berdagang (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1-10 9 75

11-20 3 25

Total 12 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Berdasarkan tabel 24, dapat diketahui bahwa berdasarkan lama berdagang,

kelompok 1-10 tahun mendominasi responden pedagang pengecer. Artinya,

pedagang pengecer mempunyai kemampuan yang cukup dalam memasarkan ubi

jalar dari pengalaman berdagang yang sudah dilakukan. Dari hal ini dapat

membantu pedagang pengecer dalam menerima inovasi dan melakukan

penyesuaian terhadap pemasaran ubi jalar, terutama yang terkait dengan

penentuan harga. Pedagang pengecer yang memiliki lama berdagang lebih lama,

dapat menjalin hubungan dengan lembaga pemasaran dan konsumen yang lebih

baik dibandingkan dengan pedagang pengecer yang memiliki lama berdagang

lebih sedikit, sehinggga pedagang pengecer yang memiliki lama berdagang lebih

lama akan lebih mudah dalam mendapatkan kepastian untuk mendapatkan dan

menjual ubi jalar yang didapat.

5. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Kuantitas

Pembelian

Kuantitas pembelian ubi jalar yang dilakukan oleh pedagang pengecer,

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 25. Distribusi Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Kuantitas

Pembelian

Kuantitas Pembelian

(Kg/Hari)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

<1.000 2 16,67

1.000-2.000 6 50

2.001-3.000 2 16,67

>3.000 2 16,67

Total 12 100

Sumber. Pengolahan data primer, 2015

Pedagang pengecer melakukan pembelian ubi jalar kepada tengkulak dan

pedagang pengumpul. Pedagang pengecer yang melakukan pembelian kepada

tengkulak umumnya merupakan pedagang pengecer yang memasarkan ubi jalar

Page 78: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

59

dengan mendatangi konsumen secara langsung. Sedangkan pedagang pengecer

yang melakukan pembelian kepada pedagang pengumpul merupakan pedagang

pengecer yang menjual ubi jalar langsung pada pasar yang sama dengan pedagang

pengumpul.

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar pedagang

pengecer memiliki kuantitas pembelian 1.000-2.000 kg/hari. Kuantitas pembelian

ini disesuaikan oleh pedagang pengecer dengan perkiraan permintaan ubi jalar

oleh konsumen. Pedagang pengecer yang memiliki kuantitas pembelian lebih

besar akan memiliki pangsa pasar dan kekuatan pasar yang lebih besar

dibandingkan dengan pedagang pengecer yang memiliki kuantitas pembelian

lebih kecil.

5.4 Analisis Struktur Pasar

Struktur pasar pada dasarnya merupakan karakteristik organisasi pasar

yang ditentukan oleh jumlah dan ukuran produsen dalam pasar, diferensiasi

produk, hambatan keluar dan masuk pasar dan tingkat pengetahuan pasar. Struktur

pasar ini akan menentukan tingkat persaingan dan tingkat kekuatan dalam hal

penentuan harga yang terdapat di pasar. Analisis struktur pasar ubi jalar Desa

Penanggungan menggunakan data jumlah petani, jumlah lembaga pemasaran,

kuantitas pembelian petani dan lembaga pemasaran, diferensiasi produk ubi jalar,

hambatan keluar masuk pasar dan tingkat pengetahuan pasar.

5.4.1 Tingkat Konsentrasi Pasar

`Analisis tingkat konsentrasi pasar dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi pasar ubi jalar di Desa Penanggungan. Tingkat konsentrasi pasar

dianalisis dengan menggunakan empat alat ukur yaitu pangsa pasar (market

share), CR4, Indeks IHH, dan R. Berikut perhitungan dari masing-masing alat

analisis.

1. Analisis Pangsa Pasar (Market Share)

Pangsa pasar digunakan untuk mengetahui konsentrasi pelaku pasar ubi

jalar di wilayah Desa Penanggungan. Berdasarkan perhitungan pangsa pasar ubi

jalar di wilayah Desa Penanggungan, diketahui bahwa pangsa pasar di setiap

tingkat pelaku pasar menunjukkan struktur pasar yang berbeda. Pada tingkat

Page 79: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

60

petani, perhitungan pangsa pasar menunjukkan struktur pasar persaingan murni.

Hal ini terjadi karena terdapat lebih dari 50 petani ubi jalar yang menjadi pesaing

(62 petani), akan tetapi dari semua petani tersebut tidak ada yang memiliki pangsa

pasar berarti.

Perhitungan pangsa pasar di tingkat tengkulak menunjukkan bahwa

struktur pasar ubi jalar di Desa Penanggungan adalah pasar oligopoli ketat. Hal ini

ditunjukkan dari adanya empat tengkulak yang memiliki 68,18% pangsa pasar ubi

jalar Desa Penanggungan. Empat tengkulak tersebut adalah Bapak Kahmani yang

memiliki pangsa pasar sebesar 22,727%; Bapak Raji yang memiliki pangsa pasar

sebesar18,182%; Bapak Agus yang memiliki pangsa pasar sebesar 15,909%;dan

Bapak Yahudi yang memiliki pangsa pasar sebesar 11,364%.

Pada tingkat pedagang pengumpul, pangsa pasar ubi jalar Desa

Penanggungan adalah struktur pasar persaingan oligopoli longgar. Empat

pedagang pengumpul yang memiliki penguasaan pasar terbesar secara berurutan

yaitu Bapak Khalil (22,099%), Bapak Juwari (13,812%), ibu Qory (11,602%) dan

H. Kasyim (11,050%). Sementara itu, tingkat pedagang pengecer menunjukkan

hasil pasar persaingan oligopoli ketat yaitu memiliki nilai pangsa pasar sebesar

69,84%. Pengaruh dari pangsa pasar ini akan menunjukkan kekuatan yang

dimiliki oleh pelaku pasar dalam hal penentuan harga jual ubi jalar di pasar,

dimana semakin tinggi pangsa pasar yang dimiliki oleh produsen maka akan

cenderung untuk memiliki kekuatan yang lebih besar dalam menentuan harga jual

ubi jalar di pasar.

2. Analisis Concentration for Biggest Four (CR4)

Analisis CR4 digunakan untuk mengetahui ukuran distribusi pangsa pasar

(market share) yang dimiliki oleh lembaga pemasaran ubi jalar, sehingga akan

diketahui empat pembeli terbesar yang ada di pasar ubi jalar Desa Penanggungan.

Perhitungan CR4 untuk pelaku pasar ubi jalar di wilayah Desa

Penanggungan menunjukkan struktur pasar persaingan sempurna dan pasar

oligopoli. Pada tingkat petani memiliki nilai CR4 sebesar 17,32%, struktur

pasarnya adalah pasar persaingan sempurna. Pada tingkat tengkulak memiliki nilai

CR4 sebesar 68,18% yang termasuk dalam pasar oligopoli ketat. Pada tingkat

pedagang pengumpul memiliki nilai CR4 sebesar 58,56% yang termasuk dalam

Page 80: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

61

pasar oligopoli longgar. Pada tingkat pengecer memiliki nilai CR4 sebesar

69,84% yang termasuk dalam pasar oligopoli ketat. Hasil perhitungan CR4 pada

pelaku pasar ubi jalar Desa Penanggungan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 26. Hasil Perhitungan Concentration ForBiggest Four (CR4) Pada

Lembaga Pemasaran Ubi Jalar

No. Keterangan Nilai CR4 (%) Struktur Pasar

1. Petani 17,32 < 40 Pasar persaingan murni

2. Tengkulak 40 ≤ 68,18 ≤ 80 Pasar oligopoli ketat

3. Pedagang Pengumpul 40 ≤ 58,56 ≤ 80 Pasar oligopoli longgar

4. Pedagang Pengecer 40 ≤ 69,84 ≤ 80 Pasar oligopoli ketat

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Pasar oligopoli baik ketat maupun longgar pada perhitungan CR4 terjadi

karena terdapat empat pedagang terbesar yang melakukan pembelian ubi jalar di

atas 20%. Sehingga pembeli yang memiliki kuantitas pembelian di atas 20% (data

petani ada di lampiran 2) memungkinkan untuk memiliki kekuatan yang lebih

dominan dalam penentuan harga baik secara individu maupun bekerjasama

dengan lembaga pemasaran lain.

3. Analisis Indeks Hircshman Herfindahl (IHH)

Analisis IHH dilakukan untuk mengetahui tingkat konsentrasi pembelian

ubi jalar di wilayah Desa Penanggungan, Sehingga bisa diketahui secara umum

gambaran derajat konsentrasi pembelian dan imbangan kekuatan posisi tawar

menawar petani ubi jalar (penjual) terhadap pedagang (pembeli). Perhitungan IHH

pada lembaga pemasaran ubi jalar Desa Penanggungan, dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 27. Hasil Perhitungan IHH Pada Lembaga Pemasaran Ubi Jalar.

No. Keterangan Nilai IHH Struktur Pasar

1. Petani 0 < 0,024 < 1 Pasar Oligopoli

2. Tengkulak 0 < 0,150 < 1 Pasar Oligopoli

3. Pedagang Pengumpul 0 < 0,131 < 1 Pasar Oligopoli

4. Pedagang Pengecer 0 < 0,166 < 1 Pasar Oligopoli

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari perhitungan IHH

semua lembaga pemasaran dari petani hingga pengecer termasuk dalam pasar

oligopoli. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan IHH pada semua lembaga

pemasaran menunjukkan hasil antara rentang nilai 0 sampai dengan 1. Kondisi

pasar oligopoli yang terbentuk akan menimbulkan saling mempengaruhi dalam

Page 81: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

62

pasar. Hasil pengamatan di lapang menunjukkan terdapat pedagang yang

melakukan kerja sama untuk dapat meningkatkan kekuatan dalam penentuan

harga. Kerjasama yang dilakukan yaitu dengan melakukan pembelian secara

bersamaan dalam kuantitas yang banyak.

4. Analisis Indeks Rosenbluth (R)

Analisis indeks Rosenbluth digunakan untuk mengetahui tingkat

konsentrasi setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar di

Desa Penanggungan. Perhitungan Indeks Rosenbluth pada lembaga pemasaran ubi

jalar Desa Penanggungan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 28. Hasil Perhitungan Indeks Rosenbluth Pada Lembaga Pemasaran Ubi

Jalar

No. Keterangan Nilai Indeks

Rosenbluth

Struktur Pasar

1. Petani 0, 016 ≤ 0,026 ≤ 1 Pasar persaingan sempurna

2. Tengkulak 0,125 ≤ 0,165 ≤ 1 Pasar persaingan sempurna

3. Pedagang Pengumpul 0,111 ≤ 0,141 ≤ 1 Pasar persaingan sempurna

4. Pedagang Pengecer 0,083 ≤ 0,156 ≤ 1 Pasar persaingan sempurna

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Tabel perhitungan indeks Rosenbluth di atas menunjukkan bahwa nilai R

pada setiap lembaga pemasaran adalah mendekati niai 1/n nya. Nilai R di tingkat

petani sebesar 0,026, nilai ini mendekati nilai 1/n nya (0,016). Nilai R di tingkat

tengkulak sebesar 0,165, nilai ini mendekati nilai 1/n nya (0,125). Nilai R di

tingkat pedagang pengumpul sebesar 0,141, nilai ini mendekati nilai 1/n nya

(0,111). Nilai R di tingkat pedagang pengecer sebesar 0,156, nilai ini mendekati

nilai 1/n nya (0,083). Sehingga struktur pasar dari semua lembaga pemasaran ubi

jalar di wilayah Desa Penanggungan mengarah pada pasar persaingan sempurna.

Hal ini juga ditunjukkan dengan produk ubi jalar yang dipasarkan hampir tidak

memiliki perbedaan yang mendasari perbedaan harga jualnya.

Berbagai perhitungan tingkat konsentrasi pasar ubi jalar di Desa

Penanggungan, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa struktur pasar yang

terbentuk. Struktur pasar yang terbentuk berbeda pada setiap pelaku pasar.

Perhitungan terhadap tingkat konsentrasi pasar pada setiap pelaku pasar secara

terperinci dapat dilihat pada tabel 29 berikut:

Page 82: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

63

Tabel 29. Pengukuran Tingkat Konsentrasi Pasar Ubi Jalar di Desa Penanggungan

Lembaga

Pemasaran

Indikator

Pengukuran

Daerah Jangkauan Struktur Pasar

Petani a. CR4 17,32 <40 Pasar persaingan

sempurna

b. IHH 0 < 0,024 < 1 Pasar oligopoli

c. R 0, 016 ≤ 0,026 ≤ 1 Pasar persaingan

sempurna

Tengkulak a. CR4 40 ≤ 68,18 ≤ 80 Pasar oligopoli ketat

b. IHH 0 < 0,150 < 1 Pasar oligopoli

c. R 0,125 ≤ 0,165 ≤ 1 Pasar persaingan

sempurna

Pedagang

Pengumpul

a. CR4 40 ≤ 58,56 ≤ 80 Pasar oligopoli longgar

b. IHH 0 < 0,131 < 1 Pasar oligopoli

c. R 0,111 ≤ 0,141 ≤ 1 Pasar persaingan

sempurna

Pedagang

Pengecer

a. CR4 40 ≤ 69,84 ≤ 80 Pasar oligopoli ketat

b. IHH 0 < 0,166 < 1 Pasar oligopoli

c. R 0,083 ≤ 0,156 ≤ 1 Pasar persaingan

sempurna

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Dari tabel pengukuran tingkat konsentrasi pasar ubi jalar di Desa

Penanggungan dapat diketahui struktur pasar ubi jalar pada setiap pelaku pasar.

Pada tingkat petani, struktur pasar yang terbentuk mengarah pada pasar

persaingan sempurna. Sementara itu, struktur pasar yang terjadi pada tingkat

tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer mengarah pada pasar

oligopoli.

5.4.2. Tingkat Diferensiasi Produk

Diferensiasi produk merupakan usaha dari pelaku pasar untuk

meningkatkan keunggulan bersaing, dengan menjadikan produknya berbeda

dalam menarik konsumen. Diferensiasi produk ubi jalar di wilayah Desa

Penanggungan hampir tidak terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan sistem pemasaran

yang dilakukan secara langsung di lahan dan dalam jumlah besar, sehingga tidak

ada petani yang membedakan produk ubi jalar yang dipasarkan. Harga akan

ditentukan dengan melihat kondisi ubi jalar secara umum. Hal ini terjadi karena

ubi jalar jarang yang dipasarkan dalam bentuk kemasan kecil (misalkan per

kilogram), karena selama ini petani memasarkan ubi jalar hanya dalam jumlah

Page 83: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

64

besar seperti dalam tiap luasan lahan. Sementara itu, pada tingkat tengkulak setiap

pengiriman ke pedagang pengumpul dilakukan pengambilan contoh produk ubi

jalar untuk perkiraan harganya. Semakin baik perkiraan terhadap ubi jalar, maka

akan semakin tinggi harga dari ubi jalar tersebut dan sebaliknya semakin buruk

perkiraan terhadap ubi jalar, maka akan semakin rendah harga dari ubi jalar

tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang selama penelitian, sebenarnya

produk ubi jalar di Desa Penanggungan dapat dilakukan diferensiasi produk,

seperti dalam hal kualitas. Dari segi kualitas, ubi jalar dapat dilihat dari ukuran

dan keutuhan ubi jalar. Semakin besar dan utuh produk ubi jalar seharusnya petani

mampu menjual dengan harga yang lebih tinggi. Ubi jalar yang dijual berdasarkan

ukuran berpeluang untuk dilakukan pada saat harga ubi jalar turun untuk menekan

kerugian petani dapat menjual ubi jalar dengan harga jual per kilogramnya.

5.4.3. Hambatan Keluar Masuk Pasar

Berdasarkan hasil penelitian, secara umumpetani tidak mengalami

hambatan/kesulitan yang berarti dalam memasuki pasar. Petani baru bebas untuk

masuk dan bersaing di pasar ubi jalar di wilayah Desa Penanggungan. Hal ini

terjadi karena tidak ada peraturan atau persyaratan yang mengikat bagi siapa saja

yang ingin menjadi petani ubi jalar, dan faktor–faktor produksi yang dibutuhkan

mudah untuk didapatkan, serta proses budidaya yang mudah bila dibandingkan

dengan komoditas pangan lain seperti padi dan jagung. Namun, yang menjadi

sedikit kendala dalam pemasaran ubi jalar adalah adanya akses jalan yang sulit

untuk menjangkau lahan budidaya dan mengangkut hasil panen menuju pasar. Hal

ini terjadi karena Desa Penanggungan yang terletak di kaki gunung Penanggungan

sehingga akses jalan untuk mencapainya harus melewati jalan yang kondisinya

menanjak dan turun serta berkelok-kelok. Selain itu, juga melewati hutan,

khususnya pada Dusun Ngembes yang terletak di tengah hutan.

Alasan petani tidak menjual produk ubi jalarnya secara langsung ke pasar

selain kurangnya akses menuju pasar adalah karena petani yang tidak mau repot

untuk mengurusi lebih lanjut ubi jalar yang sudah dipanen. Petani ingin

mendapatkan hasil ubi jalar setelah panen secara langsung, sehingga petani

memilih untuk menjual secara langsung ubi jalar hasil panen dan fokus untuk

Page 84: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

65

melakukan budidaya pada musim tanam selanjutnya. Selain itu, petani

menjunjung tinggi rasa kepeduliaan terhadap sesama, sehingga memberikan

kesempatan pada orang lain yang tidak menanam ubi jalar untuk mampu

mendapatkan penghasilan dengan menjadi pedagang ubi jalar. Menurut Bapak

Parto yang merupakan ketua kelompok tani Dusun Sendang dan salah satu petani

ubi jalar mengatakan bahwa sesama manusia harus saling membantu, tidak boleh

serakah dengan berusaha mendapatkan semua keuntungan dari ubi jalar, tetapi

perlu memperdulikan orang lain yang juga mencari uang untuk kehidupannya.

Sementara itu, hambatan yang dialami oleh lembaga pemasaran dalam

memasuki pasar adalah pada modal yang dibutuhkan. Lembaga pemasaran

membutuhkan modal yang besar untuk melakukan pemasaran ubi jalar. Hal ini

terkait dengan untuk melakukan pembelian ubi jalar, pembayaran dilakukan di

muka, sehingga lembaga pemasaran yang ingin mendapatkan kuantitas ubi jalar

untuk meningkatkan pasar ubi jalar membutuhkan modal yang besar. Lembaga

pemasaran baru yang memasuki pasar dengan modal sedikit akan memiliki pangsa

pasar kecil dan bisa membuatnya secara perlahan tersingkir dari pasar.

5.4.4 Tingkat Pengetahuan Pasar

Tingkat pengetahuan pasar yang dimiliki oleh pelaku pasar dapat terlihat

dari informasi pasar yang dimiliki. Pengetahuan pasar ini akan menentukan pelaku

pasar dalam menentukan harga. Hal ini dikarenakan dengan informasi pasar yang

semakin lengkap, pelaku pasar tidak akan tertipu oleh pelaku pasar yang lain dan

dapat menentukan harga dari perkiraan kondisi yang ada di pasar.

Tingkat pengetahuan yang dimiliki petani dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa petani ubi jalar Desa Penanggungan memiliki pengetahuan

rendah, terutama dalam hal harga. Hal ini terjadi karena petani yang menjual

secara langsung hasil panennya kepada tengkulak dan mempercayai harga yang

diberikan oleh tengkulak. Petani hanya melakukan negosiasi terkait dengan

perkiraan kuantitas yang dihasilkan. Selain itu, rendahnya pengetahuan pasar yang

dimiliki oleh petani terjadi karena sifat tidak mau tahu yang dimiliki petani

terhadap pasar. Petani sudah tidak mau tahu harga ubi jalar di tingkat konsumen

atau ditingkat pasar. Bagi petani, asalkan sudah mendapatkan keuntungan, petani

Page 85: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

66

tidak peduli dengan keuntungan yang diterima oleh pedagang walaupun

keuntungan yang diterima oleh pedagang tersebut lebih besar.

Pengetahuan pasar berkaitan dengan informasi mengenai harga ubi jalar.

Petani ubi jalar di Desa Penanggungan medapatkan informasi mengenai harga ubi

jalar dari petani lain dan lembaga pemasaran. Distribusi tingkat pengetahuan pasar

yang dimiliki oleh petani pasar ubi jalar di wilayah Desa penanggungan dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 30. Sumber Informasi Harga Ubi Jalar

No. Sumber Informasi Jawaban Petani Persentase (%)

1. Petani lain 23 37,10

2. Lembaga pemasaran 39 62,90

Total 62 100

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar petani

memperoleh informasi mengenai harga ubi jalar dari lembaga pemasaran. Petani

yang mendapatkan informasi harga ubi jalar dari lembaga pemasaran sebesar

62,90% atau sebanyak 39 petani dari 62 petani. Sementara itu, sisanya sebesar

37,10% atau sebanyak 23 petani mendapatkan informasi mengenai harga pasar

dari petani ubi jalar yang lain. Hal ini dapat menyebabkan petani memilik posisi

tawar yang rendah, karena sebagian besar petani menggantungkan informasi

mengenai harga pasar dari lembaga pemasaran. Dengan kondisi demikian,

lembaga pemasaran akan semakin memiliki kekuatan dalam hal penentuan harga

ubi jalar di tingkat petani.

Sementara itu, lembaga pemasaran memiliki informasi pasar yang lebih

lengkap dibandingkan dengan petani. Hal ini terjadi karena lembaga pemasaran

sering melakukan hubungan langsung dengan pasar. Hubungan secara langsung

yang dilakukan oleh lembaga pemasaran membuat lembaga pemasaran dapat

mengetahui kondisi yang ada di pasar untuk melakukan berbagai pengambilan

keputusan. Pengambilan keputusan yang dapat dilakukan oleh lembaga pemasaran

berdasarkan informasi pasar yang dimiliki seperti dalam penentuan harga dan

kuantitas ubi jalar yang dipasarkan. Adanya hal ini, membuat lembaga pemasaran

dapat mendominasi petani dengan informasi pasar yang dimiliki.

Page 86: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

67

5.5 Analisis Perilaku Pasar

Perilaku pasar ubi jalar di Desa Penanggungan, dilakukan secara deskriptif

dengan menilai beberapa hal dalam penentuan harga dan kualitas, sistem

kelembagaan pasar yang terdiri dari pendekatan institusi yang dilihat dari aliran

produk dan saluran pemasaran yang ada, pendekatan fungsi pemasaran yang

terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas, dan ada atau

tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory. Penilaian perilaku pasar ubi jalar

Desa Penanggungan ini berdasarkan adaptasi dan tingkah laku yang dilakukan

pelaku pasar sebagai akibat dari struktur pasar yang terbentuk dan sebagai

tindakan untuk menguasai pasar. Penjelasan perilaku pasar yang dilakukan oleh

pelaku pasar ubi jalar Desa Penanggungan, dapat dijelaskan sebagai berikut:

5.5.1 Perilaku Pasar Petani Ubi Jalar

Struktur pasar yang terbentuk pada tingkat petani ubi jalar di Desa

Penanggungan mengarah pada struktur pasar persaingan sempurna, sehingga

dalam penentuan harga petani berperan sebagai price taker. Dengan kata lain,

harga ubi jalar yang terbentuk berasal dari keseimbangan pasar dan petani tidak

memiliki kekuatan untuk mempengatuhi harga ubi jalar. Hal ini dikarenakan

apabila petani menetukan harga jual yang lebih tinggi dari pasar, maka ubi jalar

yang dijual tidak akan laku, dan sebaliknya apabila menjual dengan harga lebih

rendah dari pasar, keuntungan yang diterima oleh petani akan semakin rendah.

Penentuan harga jual ubi jalar ditingkat petani berdasarkan keseimbangan

pasar dapat merugikan petani yang memiliki informasi pasar yang rendah.

Rendahnya informasi pasar yang dimiliki membuat petani tidak mengetahui

dengan pasti harga ubi jalar di pasar. Kondisi ini membuat petani mempercayai

harga jual ubi jalar yang diberikan oleh tengkulak. Hal ini terjadi karena tengkulak

yang memiliki struktur pasar oligopsoni memiliki informasi pasar lebih lengkap

dibandingkan dengan petani, sehingga kekuatan dalam menentukan harga lebih

dominan. Adanya harga jual yang ditentukan oleh tengkulak ini, maka petani yang

ingin mendapatkan keuntungan lebih banyak akan berusaha untuk menghasilkan

ubi jalar yang lebih banyak pula karena petani tidak dapat meningkatkan

keuntungan dengan meningkatkan harga jualnya.

Page 87: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

68

Peningkatan jumlah ubi jalar yang dijual oleh petani ini terkait dengan

budidaya yang dilakukan. Dalam melakukan budidaya petani memerlukan

beberapa faktor produksi. Faktor produksi tersebut didapatkan dengan melakukan

pembelian pada pihak yang menyediakan faktor produksi tersebut. Setelah

mendapatkan ubi jalar dari budidaya yang dilakukan, petani melakukan penjualan

untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Petani menjual ubi jalar pada

tingkat harga yang ada di pasar. Petani menjual ubi jalar pada tengkulak yang

datang untuk membeli ubi jalar yang dimiliki dan mempertimbangkan akan

menjual kepada tengkulak yang memiliki penawaran paling tinggi. Akan tetapi

bagi petani yang memiliki ikatan dengan tengkulak tertentu maka ubi jalar yang

dihasilkan akan dijual pada tengkulak tersebut.

Petani ubi jalar Desa Penanggungan yang memiliki struktur pasar

persaingan sempurna membuat siapa saja mudah untuk masuk menjadi petani. Hal

ini dikarenakan tidak adanya hambatan bagi siapa saja yang ingin menjadi petani

ubi jalar Desa Penanggungan. Selain itu, untuk menjadi petani ubi jalar tidak

membutuhkan modal yang besar. Modal yang dibutuhkan oleh petani dalam

budidaya ubi jalar meliputi bibit yang dapat diperoleh dari musim tanam

sebelumnya atau pinjaman dari tengkulak, tenaga kerja yang dapat berasal dari

keluarga sendiri, pupuk, dan lahan. Sebagian besar modal tersebut dapat dipenuhi

dari keuangan pribadi dan sebagian ada yang berasal dari pinjaman tengkulak.

Petani yang mendapatkan modal dari pinjaman tengkulak harus menjual hasil

panennya pada tengkulak tersebut dan pembayaran hutang dengan memotong

hasil panen.

Pada tingkat petani, dengan struktur pasar persaingan sempurna yang

terbentuk tidak terjadi kolusi yang dilakukan dalam hal penentuan harga jual ubi

jalar per kilogramnya. Hal ini terjadi karena informasi pasar yang dimiliki oleh

petani adalah rendah, sehingga informasi harga pun hanya bergantung pada

lembaga pemasaran. Pada taktik yang dilakukan, petani lebih memfokuskan diri

pada aspek budidaya yang dilakukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar ubi

jalar yang ditanam nantinya dapat memberikan kuantitas dan kualitas hasil panen

yang baik, sehingga dapat meningkatkan penerimaannya. Petani melakukan upaya

Page 88: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

69

perbaikan budidaya sesuai dengan pengalamanya terkait proses budidaya, seperti

penggunaan input produksi, penanaman dan perawatan hingga panen.

Berdasarkan penjelasan di atas, pada tingkat petani dengan struktur pasar

yang terbentuk membuat petani memiliki posisi tawar yang rendah dan hanya

bertindak sebagai price taker. Kondisi ini membuat perilaku yang dilakukan

petani lebih fokus pada kuantitas ubi jalar yang dijual. Hal ini dikarenakan dengan

meningkatkan kuantitas ubi jalar yang dijual petani dapat meningkatkan

keuntungan yang diterima. Petani tidak dapat meningkatkan keuntungan yang

diterima dengan meningkatkan harga jual ubi jalar, karena posisi petani kalah

dengan tengkulak yang memiliki kekuatan pasar lebih besar yang berada dalam

pasar oligopsoni.

5.5.2 Perilaku Pasar Lembaga Pemasaran Ubi Jalar

1. Perilaku Pasar Tengkulak Ubi Jalar

Pada tingkat tengkulak, struktur pasar yang terbentuk adalah mengarah

pada pasar oligopsoni. Pasar oligopsoni pada tingkat tengkulak ubi jalar ini tidak

terdapat perbedaan produk antar tengkulak yang ada. Tidak adanya perbedaan ubi

jalar pada tingkat tengkulak, membuat penentuan harga akan mempengaruhi

tingkat persaingan. Hal ini dikarenakan setiap kenaikan atau penurunan harga

yang dilakukaan oleh suatu tengkulak akan diikuti dengan tengkulak yang lain.

Penentuan harga jual ubi jalar di tingkat petani didominasi oleh tengkulak.

Hal ini dikarenakan tengkuak memiliki posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan

dengan petani. Selain itu, terdapat beberapa tengkulak yang memiliki pangsa

pasar besar yang melakukan penentuan harga secara bersama-sama, sehingga

membentuk harga jual ubi jalar di tingkat petani.

Dari segi kuantitas, tengkulak melakukan pembelian untuk mengumpulkan

ubi jalar yang dapat di pasarkan. Hal ini dikarenakan, semakin banyak ubi jalar

yang dikumpulkan oleh tengkulak, berarti semakin besar pangsa pasar yang akan

dimilikinya, selanjutnya akan semakin besar pula kekuatan pasar yang dimiliki.

Tengkulak melakukan pembelian dengan cara mendatangi petani yang memiliki

ubi jalar siap panen dan melakukan negosiasi terkait dengan harga. Negosiasi

yang dilakuakan lebih didominasi oleh tengkulak yang memiliki posisi tawar lebih

kuat dibandingkan dengan petani. Selain itu, terdapat tengkulak yang menjalin

Page 89: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

70

ikatan terhadap petani dalam melakukan pembelian dengan cara memberikan

peminjaman uang atau bibit sebagai modal bagi petani untuk menjalankan

usahatani ubi jalar. Adanya ikatan ini akan mempermudah tengkulak untuk

mendapatkan ubi jalar karena petani akan menjual hasil ubi jalarnya kepada

tengkulak tersebut sebagai tindakan balas budi.

Pembelian yang dilakukan oleh tengkulak dalam mengumpulkan ubi jalar

dilakukan dengan menggunakan beberapa alat transportasi. Alat transportasi yang

digunakan oleh tengkulak, yaitu mobil pick up, engkel dan truk. Penggunaan alat

transportasi, dipilih berdasarkan kebutuhan tengkulak dengan melihat kapasitas

ubi jalar yang diangkut dan kapasitas maksimum yang dapat dimuat oleh suatu

alat transportasi. Kapasitas maksimum dari mobil pick up sebanyak 2 ton,

kapasitas maksimum dari engkel adalah 4,5 ton dan truk memiliki kapasitas

maksimum sebanyak 8 ton.

Sebagai pasar yang bersaing oligopsoni, tengkulak memiliki hambatan

bagi pesaing baru, salah satunya adalah modal yang dibutuhkan dalam pemasaran

ubi jalar adalah besar. Pesaing baru yang tidak cukup memiliki modal tidak akan

dapat memasuki pasar, dan tengkulak baru yang berhasil masuk pasar dengan

modal sedikit akan tersisih dengan sendirinya. Hal ini terjadi karena, petani

menginginkan pembayaran dilakukan di muka, sehingga tengkulak baru yang

memiliki modal sedikit hanya mampu melakukan pembelian dalam kuantitas yang

sedikit pula, dengan kata lain pangsa pasar yang dimiliki kecil dan memudahkan

untuk tersingkir dari persaingan. Sementara itu, tengkulak yang sudah lama di

dalam pasar mampu membeli ubi jalar dengan kuantitas yang besar karena

besarnya modal yang dimiliki. Tengkulak lama mampu memenuhi permodalannya

dari meminjam kepada bank dan simpanan tetangga yang sudah memiliki

kepercayaan.

Kolusi dan taktik pada tingkat tengkulak sebagai akibat dari struktur pasar

oligopsoni ditandai dengan penentuan harga beli ubi jalar di tingkat petani.

Tengkulak dapat menentukan harga beli ditingkat petani, karena tidak

diberikannya informasi secara pasti kepada petani terkait dengan harga ubi jalar di

pasar. Selain itu terdapat tengkulak yang saling bekerja sama untuk menetukan

harga jual ubi jalar di bawah harga pasar bahkan biasanya cenderung setengah

Page 90: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

71

dari harga pasar dengan alasan kepada petani tentang ketidakpastian harga. Petani

yang memiliki informasi pasar yang rendah akan percaya dan mau menerima

patokan harga yang diberikan, walaupun patokan harga tersebut bukan harga di

pasar yang sebenarnya.

Taktik yang dilakukan oleh tengkulak dalam proses pemasaran ubi jalar

adalah dengan menjalin hubungan dengan petani salah satunya adalah dengan

peminjaman modal dan pemberian bantuan input produksi berupa bibit. Petani

yang menerima peminjaman dari tengkulak akan memiliki rasa hutang budi dan

bakan membalasnya dengan menjual hasil panen yang didapat kepada tengkulak

tersebut. Dari hal ini, tengkulak akan mendapatkan kepastian produk ubi jalar

untuk di pasarkan dan penerimaan yang lebih karena memiliki penentuan harga

jual yang lebih kuat.

2. Perilaku Pasar Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul memiliki struktur pasar yang mengarah pada

oligopsoni. Pasar oligopsoni yang terbentuk pada tingkat pedagang pengumpul ini

membuat pedagang pengumpul memiliki pesaing dalam pemasaran ubi jalar.

Kondisi ini membuat pedagang pengumpul harus mempunyai cara untuk dapat

memenangkan persaingan yang ada. Pedagang pengumpul dapat melakukan

pengendalian kuantitas ubi jalar ataupun dalam persaingan harga. Dalam

persaingan kuantitas, pedagang pengumpul perlu mendapatkan ubi jalar yang

banyak untuk memperbesar pangsa pasar yang dimiliki. Peningkatan kuantitas ubi

jalar yang dipasarkan ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan ubi jalar

sebanyak-banyaknya dari tengkulak. Pedagang pengumpul perlu melakukan

pembelian ubi jalar dari beberapa tengkulak untuk mengumpulkan ubi jalar dalam

memenuhi permintaan pasar. Kegiatan pedagang pengumpul ubi jalar dalam

melakukan pembelian dilakukan dengan cara mencari tengkulak atau memesan

pada tengkulak yang sudah menjadi langganan dalam mendapatkan ubi jalar.

Dari segi harga, pedagang pengumpul melakukan kolusi dalam hal

penentuan harga beli ubi jalar dari tengkulak. Pedagang pengumpul menginginkan

mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dengan menetapkan harga beli yang

lebih rendah di bawah harga pasar. Informasi pasar yang lebih lengkap yang

dimiliki oleh pedagang pengumpul akan mempermudah meyakinkan tengkulak

Page 91: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

72

tentang harga yang diberikan. Beberapa pengumpul dalam wilayah pasar yang

sama biasanya saling kenal dan menetapkan patokan harga yang sama.

Selain kolusi, pedagang pengumpul juga mempunyai taktik dalam

pemasaran yang dijalankan, yaitu dalam hal penentuan kualitas ubi jalar secara

keseluruhan dan potongan berat ubi jalar. Hal ini akan memberikan keuntungan

bagi pedagang pengumpul karena dengan menetapkan kualitas yang rendah

terhadap ubi jalar maka harga beli yang diterima tengkulak akan semakin rendah,

sehingga penerimaan pedagang pengumpul akan semakin tinggi. Selain itu dari

potongan 5% dari keseluruhan ubi jalar yang dikirim memberikan tambahan

penerimaan bagi pedagang pengumpul itu sendiri.

3. Periaku Pasar Pedagang Pengecer

Sebagai pasar yang bersaing oligopsoni, pedagang pengecer melakukan

pembelian dan penyimpanan untuk menyediakan cadangan ubi jalar. Hal ini

dikarenakan, pedagang pengecer yang mampu menyediakan ubi jalar dalam

memenuhi permintaan pasar akan tetap mampu bersaing dengan pedagang

pengecer yang lain. Selain itu, dengan adanya penyimpanan yang dilakukan,

pedagang pengecer dapat mempertahankan kualitas ubi jalar yang dipasarkan

apabila belum terjual habis.

Selain berusaha menyediakan ubi jalar sepanjang waktu, dalam melakukan

persaingan, pedagang pengecer perlu menyediakan ubi jalar di semua tempat.

Kondisi ini membuat , pedagang pengecer melakukan fungsi transportasi. Fungsi

transportasi yang dilakuakan pedagang pengecer adalah untuk mengambil ubi

jalar di pedagang pengumpul atau tengkulak dan sebagian terdapat pedagang

pengecer yang juga melakukan fungsi transportasi untuk menjual produknya ke

konsumen. Fungsi transpotasi tersebut dilakukan agar tengkulak mendapatkan

pasokan ubi jalar untuk mendapatkan pangsa pasar ubi jalar yang lebih besar

dengan berusaha menyediakan ubi jalar pada berbagai tempat.

Pedagang pengecer dalam persaingan juga memperhatikan kualitas ubi

jalar yang dipasarkan. Hal ini dikarenakan kualitas ubi jalar mampu meningkatkan

persaingan dari pedagang pengecer itu sendiri, sehingga lembaga pemasaran juga

perlu melakukan standarisasi. Fungsi standarisasi merupakan kegiatan

penyeragaman ubi jalar yang dipasarkan. Tujuan dilakukannya penyeragaman ini

Page 92: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

73

adalah agar ubi jalar yang dijual terbebas dari kotoran dan produk yang rusak. Hal

ini dikarenakan apabila terdapat produk rusak pada hasil ubi jalar, akan menular

pada produk ubi jalar yang baik. Standarisasi yang dilakukan adalah dengan

membersihkan tanah dan kotoran yang terbawa dari panen serta membuat ubi jalar

yang rusak baik karena terkena cangkul waktu pemanenan maupun karena

serangan hama dan penyakit.selain itu dengan ubi jalar yang seragam diharapkan

akan lebih menarik konsumen dan meningkatkan nilai jualnya.

Kolusi pada tingkat pedagang pengecer dilakukan dengan mengadakan

kesepatan harga pada suatu wilayah pasar yang dilakukan dengan memperkirakan

permintaan dan penawaran ubi jalar di pasar tersebut. Informasi pasar terkait

konsumen akhir yang lebih lengkap membuat pengecer dapat sedikit memiliki

kekuatan yang lebih dominan dalam penentuan harga beli di tengkulak dan

pedagang pengumpul. Hal ini membuat pedagang pengecer dapat membeli ubi

jalar dengan harga yang lebih rendah.

Taktik dilakukan dengan menjalin hubungan dan mendatangi langsung

kepada tengkulak dan pedagang pengumpul dalam melakukan pembelian ubi

jalar. Kegiatan menjalin hubungan serta mendatangi tengkulak dan pedagang

pengumpul ini membuat tengkulak dan pedagang pengumpul memiliki simpati

kepada pedagang pengecer. Tengkulak dan pedagang pengumpul berfikir bahwa

sama-sama mencari uang dan pedagang pengecer hanya memasarkan ubi jalar

dalam jumlah yang kecil, sehingga wajar bila berusaha mendapatkan keuntungan

lebih. Selain itu bagi tengkulak dan pedagang pengumpul sebagai mengikat

langganan karena semakin banyak pedagang pengecer yang membeli kepadanya

maka semakin banyak pula penerimaannya. Kondisi ini akan membuat tengkulak

dan pedagang pengumpul tidak terlalu melakukan penawaran terkait harga beli

pedagang pengecer. Dengan demikian pedagang pengecer dapat lebih

mendominasi dalam penentuan harga dan selanjutnya dapat meningkatkan

keuntungan yang didapatkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa perilaku pasar

lembaga pemasaran ubi jalar Desa Penanggungan sebagai akibat dari pasar

oligopsoni yang terbentuk adalah mampu mendominasi petani yang memiliki

struktur pasar persaingan sempurna dan setiap tindakan yang dilakukan oleh suatu

Page 93: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

74

lembaga pemasaran akan diikuti dengan lembaga pemasaran yang lainnya. Hal ini

terutama dalam harga. Antar lembaga pemasaran melakukan kolusi dalam

penentuan harga untuk dapat meningkatkan keuntungan yang diperoleh.

Sementara itu, taktik dilakukan dengan menjalin hubungan dengan petani,

penentuan kualitas ubi jalar yang diperdagangkan, dan potongan berat ubi jalar.

Lembaga pemaasaran juga memperhatikan kuantitas ubi jalar yang ada. Apabila

pasar kekurangan ubi jalar maka lembaga pemasaran akan menjual semua ubi

jalar yang dimiliki untuk meningkatkan keuntungan. Tetapi apabila jumlah ubi

jalar banyak, maka petani akan menyisahkan ubi jalar untuk di pasarkan di lain

waktu. Selain itu, persaingan yang ada membuat lembaga pemasaran melakukan

berbagai fungsi pemasaran untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya. Fungsi

pemasaran yang dilakukan meliputi fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan,

transportasi, standarisasi dan pembiayaan.

5.6 Analisis Kinerja Pasar

Kinerja pasar dilakukan untuk menilai sejauh mana proses pemasaran yang

berjalan dan sejauh mana tujuan dari pemasaran itu sendiri dapat dicapai dengan

baik. Proses dan tujuan pemasaran dalam hal ini adalah sebagai akibat dari

karakteristik struktur pasar yang ada, yang selanjutnya mempengaruhi perilaku

pasar yang terbentuk, sehingga menimbulkan hasil dari pasar yang dapat diketahui

dalam hal pencapaiannya. Kinerja pasar pada penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan beberapa perhitungan, meliputi marjin pemasaran, share harga di

tingkat petani, share harga di tingkat lembaga pemasaran, share biaya dan

keuntungan pemasaran dan kelayakan usaha.

5.6.1 Analisis Marjin Pemasaran

Perhitungan marjin pemasaran pada penelitian ini dilakukan berdasarkan

saluran pemasaran ubi jalar Desa Penanggungan. Pemasaran ubi jalar di wilayah

Desa Penanggungan melibatkan empat kelompok pelaku pasar. Empat kelompok

pelaku pasar ini meliputi petani, tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang

pengecer. Tengkulak sendiri terbagi menjadi dua yaitu tengkulak daerah yang

merupakan tengkulak yang berasal dari Desa Penangggungan dan tengkulak luar

daerah yaitu tengkulak yang berasal dari luar Desa Penanggungan. Dari keempat

Page 94: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

75

kelompok tersebut, dalam pemasaran ubi jalar memiliki empat saluran pemasaran

dalam pasar ubi jalar di Desa Penanggungan. Empat saluran pemasaran ubi jalar

di wilayah Desa Penanggungan tersebut, meliputi:

1. Saluran Pemasaran I : petani � tengkulak daerah �pedagang pengecer �

konsumen

2. Saluran Pemasaran II : Petani � tengkulak luar daerah�pedagang pengecer �

konsumen

3. Saluran Pemasaran III : Petani � tengkulak daerah� pedagang pengumpul �

pedagang pengecer � konsumen

4. Saluran Pemasaran IV : Petani � tengkulak luar daerah � pedagang

pengumpul � pedagang pengecer � konsumen.

Dari keempat saluran pemasaran tersebut, perhitungan marjin dilakukan

pada setiap saluran pemasaran yang ada, sehingga memberikan hasil marjin yang

berbeda. Akan tetapi karena pada tengkulak daerah dan luar daerah tidak terdapat

perbedaan data yang dibutuhkan, maka tidak terdapat perbedaan antara saluran

pemasaran yang melibatkan tengkulak daerah ataupun tengkulak luar daerah. Hal

ini menjadikan, perhitungan marjin dapat dilakukan pada kelompok saluran

pemasaran, yang mana kelompok saluran pemasaran pertama terdiri dari saluran

pemasaran I dan II dan kelompok saluran pemasaran kedua terdiri dari saluran

pemasaran III dan IV.

1. Kelompok Saluran Pemasaran I yang Terdiri dari Saluran Pemasaran I (Petani

� Tengkulak Daerah � Pedagang Pengecer) dan Saluran Pemasaran II

(Petani � Tengkulak Luar Daerah � Pedagang Pengecer).

Kelompok saluran pemasaran ubi jalar yang pertama dari petani ke

tengkulak daerah atau luar daerah kemudian ke tingkat pedagang pengecer dan

selanjutnya ke tingkat konsumen akhir. Pada perhitungan marjin kelompok

saluran pemasaran pertama menggunakan konsep product reference to petani,

karena adanya pengurangan hasil ubi jalar selama proses pemasaran. Sehingga

perlu dilakukan perhitungan menggunakan konsep product reference to petani

agar setiap 1 kilogram ubi jalar di tingkat konsumen akhir sama dengan 1

kilogram ubi jalar ditingkat petani.

Page 95: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

76

Pada kelompok saluran pemasaran pertama, dari tingkat petani ke

tengkulak terjadi penyusutan sebesar 5 kg dari setiap 75 kg ubi jalar, sehingga

faktor konversinya adalah ((75-5)/75) = 0,933. Sementara itu, dari tengkulak ke

pedagang pengecer terjadi penyusutan sebesar 50 kg setiap 1000 kg ubi jalar,

sehingga faktor konversinya adalah ((1000-50)/1000) = 0,95. Pada perhitungan

marjin ini semua biaya yang digunakan merupakan dalam satuan per kilogram ubi

jalar. Perhitungan marjin pemasaran pada kelompok saluran pemasaran I, dapat

dilihat pada tabel 31 berikut:

Tabel 31. Perhitungan Marjin Pemasaran pada Kelompok Saluran Pemasaran I.

Keterangan Nilai

(Rp/Kg)

Marjin

(Rp/Kg)

Distribusi

Marjin (%)

Share

Harga

(%)

R/C

ratio

Petani 60,15

Harga jual 1600

Tengkulak 539 20,26 2,97

Harga beli 1600

Panen 55,8 5,26

Transportasi 18,6 1,75

Sortasi dan

grading

7,44 0,70

Susut 99,696 9,41

Keuntungan 357,464 33,72

Total Biaya 181,536 17,13

Harga Jual 2139 50,85

Pedagang

Pengecer

0 521 19,59 3,17

Harga beli 2139

Transportasi 47,5 4,48

Sortasi dan

grading

7,6 0,72

Susut 109,25 10,31

Keuntungan 356,65 33,65

Total Biaya 164,35 15,50

Harga Jual 2660 49,15 100,00

Total Marjin 1060 100,00

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Perhitungan marjin di atas, menunjukkan bahwa harga jual ubi jalar di

tingkat petani adalah sebesar Rp. 1.600,-/kg, yang berarti share harga yang

diterima petani adalah sebesar 60,15 % dari harga yang dibayarkan oleh

konsumen akhir, yaitu sebesar Rp. 2.660,-/kg. Tinggginya share harga petani ini,

Page 96: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

77

terjadi karena harga jual ubi jalar di tingkat petani yang tinggi pada saat

penelitian. Tingginya harga jual ditingkat petani ini, terjadi karena penelitian

dilaksanakan pada saat masa panen ubi jalar sudah berakhir, sehingga jumlah ubi

jalar semakin berkurang dan harga jualnya semakin meningkat. Selain itu,

tingginya share harga petani, terjadi karena selisih harga pada konsumen akhir

dengan harga jual petani yang tidak terlalu jauh. Hal ini terjadi karena lembaga

pemasaran yang terlibat hanya melakukan sedikit fungsi pemasaran, biaya

pemasaran yang dikeluarkan juga sedikit, sehingga harga jual ubi jalar pada

konsumen akhir juga tidak terlalu tinggi. Pada tingkat tengkulak, menerima

bagian sebesar 20,26% dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir, yang

berarti harga jual ubi jalar pada tingkat tengkulak adalah sebesar Rp. 2.139,-/Kg.

Sementara itu, pada tingkat pedagang pengecer memperoleh bagian sebesar

19,59% dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir, yang berarti harga jual

ubi jalar pada tingkat pedagang pengecer adalah sebesar Rp. 2660,-/Kg. Bagian

yang lebih besar yang diterima oleh tengkulak ini terjadi karena pada kelompok

saluran pemasaran ini, tengkulak mampu mendapatkan harga beli ubi jalar pada

tingkat petani yang rendah dan harga jual yang tinggi pada tingkat pedagang

pengecer.

Perhitungan marjin pemasaran menunjukkan bahwa total marjin pada

kelompok saluran pemasaran I adalah sebesar Rp. 1060/kg. Dari total marjin

tersebut, tengkulak mendapatkan bagian marjin pemasaran sebesar Rp. 539,-/kg,

yang terdistribusi dalam total biaya pemasaran sebesar Rp. 181,536/kg dan

keuntungan sebesar Rp. 357,464/kg. Sementara itu, pedagang pengecer

mendapatkan bagian marjin pemasaran sebesar Rp. 521/kg, yang terdistribusi

dalam total biaya pemasaran sebesar Rp. 164,35/kg dan keuntungan sebesar rp.

356,65/kg. Lembaga pemasaran yang memiliki share keuntungan tertinggi adalah

adalah tengkulak. Hal ini berkaitan dengan harga beli dan harga jual yang

ditetapkan oleh tengkulak sehingga tengkulak mampu memperoleh keuntungan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang pengecer.

Pada perhitungan R/C ratio didapatkan pada tingkat tengkulak memiliki

nilai R/C ratio sebesar 2,97, yang artinya usaha pemasaran ubi jalar di tingkat

tengkulak adalah layak karena dari setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan akan

Page 97: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

78

menghasilkan penerimaan sebesar 2,97 rupiah. Sementara itu, pada tingkat

pedagang pengecer didapatkan hasil sebesar 3,17, yang artinya usaha pemasaran

ubi jalar di tingkat pedagang pengecer adalah layak karena dari setiap 1 rupiah

biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,90 rupiah. Hal

ini sesuai dengan hasil penggalian data primer bahwa menjadi lembaga pemasaran

ubi jalar membutuhkan biaya yang tinggi, akan tetapi mampu memberikan

keeuntungan yang besar.

2. Kelompok Saluran Pemasaran II yang Terdiri dari Saluran Pemasaran III

(Petani � Tengkulak Daerah � Pedagang Pengumpul � Pedagang Pengecer

� Konsumen ) dan Saluran Pemasaran IV (Petani � Tengkulak Luar Daerah

� Pedagang Pengumpul � Pedagang Pengecer � Konsumen)

Kelompok saluran pemasaran kedua ini menyalurkan ubi jalar dari petani

ke konsumen melalui tengkulak daerah atau luar daerah, pedagang pengumpul dan

pedagang pengecer. Artinya, kelompok saluran pemasaran kedua ini memiliki

saluran pemasaran yang lebih panjang dibandingkan dengan kelompok saluran

pemasaran pertama. Sama halnya dengan kelompok saluran pemasaran pertama,

perhitungan marjin dilakukan dengan menggunakan konsep product reference to

petani. Hal ini dikarenakan terjadi pengurangan kuantitas ubi jalar pada setiap

tingkatan lembaga pemasaran yang dilalui.

Pada saluran pemasaran dari petani ke tengkulak terjadi penyusutan

sebesar 5 kg dari setiap 75 kg ubi jalar, sehingga faktor konversinya adalah ((75-

5)/75) = 0,933. Sementara itu dari tengkulak ke pedagang pengumpul terjadi

penyusutan sebesar 50 kg setiap 1000 kg ubi jalar dan potongan 5% dari kuantitas

ubi jalar, sehingga faktor konversinya adalah ((1000-50)/1000) = 0,95, dikurangi

dengan potongan 5% (0,05) menjadi 0,9. Sementara itu, dari pedagang pengumpul

ke pedagang pengecer terjadi penyusutan 50 kg pada setiap 1000 kg ubi jalar,

sehingga faktor konversinya adalah ((1000-50)/1000) = 0,95.

Perhitungan marjin pemasaran menunjukkan bahwa share harga petani

adalah sebesar 50,82 %. Share harga yang diterima petani ini termasuk dalam

kategori tinggi. Share harga petani yang tinggi ini terjadi karenaharga jual ubi

jalar di tingkat petani yang tinggi pada saat penelitian dan selisih harga pada

konsumen akhir dengan harga jual petani yang tidak terlalu jauh. Perhitungan

Page 98: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

79

marjin pemasaran pada kelompok saluran pemasaran II, dapat dilihat pada tabel

32 berikut:

Tabel 32. Perhitungan Marjin Pemasaran pada Kelompok Saluran Pemasaran II.

No Keterangan Faktor

konversi

Marjin

(Rp/Kg)

Distribusi

Marjin

(%)

Share

Harga

(%)

R/C

ratio

1 Petani 50,82

Harga jual 1400

2 Tengkulak 460 16,70 2,72

Harga beli 1400

Panen 55,8 4,43

Transportasi 18,6 1,48

Sortasi dan

grading

7,44 0,59

Susut 87,234 6,92

Keuntungan 290,926 23,09

Total Biaya 169,074 13,42

Harga Jual 1860 36,51

3 Pedagang

Pengumpul

390 14,16 1,68

Harga beli 1860

Transportasi 45 3,57

Sortasi dan

grading

7,2 0,57

Susut 180 14,29

Keuntungan 157,8 12,52

Total Biaya 232,2 18,43

Harga Jual 2250 30,95

4 Pedagang

Pengecer

505 18,33 3,47

Harga beli 2250

Transportasi 19 1,40

Sortasi dan

grading

7,6 0,56

Susut 118,75 8,76

Keuntungan 359,65 26,54

Total Biaya 145,35 10,37

Harga Jual 2755 37,27 100.,

Total Marjin 1355 100,00

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Setiap bagian marjin pemasaran yang diterima oleh lembaga pemasaran

terdistribusi dalam biaya dan keuntungan pemasaran. Pada tingkat tengkulak

terdistribusi dalam total biaya pemasaran sebesar Rp. 169,074/kg dan keuntungan

Page 99: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

80

sebesar Rp. 290,926/kg. Pada tingkat pedagang pengumpul terdistribusi dalam

total biaya pemasaran sebesar Rp. 232,2/kg dan keuntungan sebesar Rp.157,8/kg.

Pada tingkat pedagang pengecer terdistribusi dalam total biaya pemasaran sebesar

Rp. 145,35/kg dan keuntungan sebesar Rp. 359.65/kg. Pembagian marjin di atas

menunjukkan bahwa biaya pemasaran tertinggi terdapat pada tenngkulak, karena

tengkulak menanggung biaya pasca panen yang mana tidak ditanggung oleh

lembaga pemasaran yang lain.

Dari perhitungan R/C ratio, didapatkan pada tingkat tengkulak memiliki

nilai R/C ratio sebesar 2,72, yang artinya usaha pemasaran ubi jalar di tingkat

tengkulak adalah layak, karena dari setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan penerimaan sebesar 2,72 rupiah. Pada tingkat pedagang pengumpul

didapatkaan nilai R/C ratio sebesar 1,68, yang artinya usaha pemasaran ubi jalar

di tingkat pedagang pengumpul layak, karena dari setiap 1 rupiah biaya yang

dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,68 rupiah. Pada tingkat

pedagang pengecer didapatkan hasil sebesar 3,47 yang artinya usaha pemasaran

ubi jalar di tingkat pedagang pengecer adalah layak, karena dari setiap 1 rupiah

biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 3,47 rupiah.

5.6.2 Perbandingan Marjin Pemasaran Antar Lembaga Pemasaran Ubi Jalar

Marjin pemasaran merupakan selisih antara harga jual dengan harga beli

yang ditetapkan oleh setiap lembaga pemasara. Semakin tinggi harga jual dan

semakin rendah harga beli maka nilai marjin akan semakin tinggi. Dalam hal ini

marjin merupakan penerimaan dari pelaku pasar. Besarnya marjin yang

dipengaruhi oleh harga jual dan harga beli ini karena dipengaruhi oleh besarnya

biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang ditetapkan.

Total marjin terbesar terdapat pada kelompok saluran pemasaran II yang

terdiri dari saluran pemasaran III dan IV, yaitu dengan total marjin pemasaran

sebesar Rp. 1.355,-/kg. Sementara itu, kelompok saluran pemasaran I yang terdiri

dari saluran pemasaran I dan II memiliki total marjin pemasaran sebesar Rp.

1.060,-/kg. Perbedaan marjin pada kedua kelompok pemasaran ini terjadi karena

pada kelompok saluran pemasaran II memiliki rantai pemasaran yang lebih

panjang dengan lebih banyak melibatkan kelompok lembaga pemasaran yaitu

pedagang pengumpul, sehingga marjin pemasaran yang terbentuk akan semakin

Page 100: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

81

besar yang berpengaruh terhadap harga beli konsumen akhir yang semakin tinggi.

Hal ini dikarenakan pada saluran pemasaran yang semakin panjang dapat

meningkatkan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen akhir, karena lembaga

pemasaran yang terlibat pada tingkat akhir akan tetap berusaha untuk memperoleh

keuntungan sehingga akan meningkatkan harga jualnya. Perhitugan marjin yang

didapatkan lembaga pemasaran pada setiap salran pemasaran, dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 33. Distribusi Marjin Pemasaran Ubi Jalar Antar Lembaga Pemasaran pada

Berbagai Saluran Pemasaran.

No. Saluran

Pemasaran

Total

Marjin

(Rp/Kg)

Distribusi Marjin Pemasaran(%)

Tengkulak Pedagang

pengumpul

Pedagang

pengecer

1. I 1060 50,85 - 49,15

2. II 1060 50,85 - 49,15

3. III 1355 33,95 28,78 37,27

4. IV 1355 33,95 28,78 37,27

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Pada kelompok saluran pertama, biaya dan keuntungan pemasaran

tertinggi terdapat pada tengkulak yaitu dengan biaya pemasaran sebesar rp.

181,536/kg. dan keuntungan sebesar Rp. 357,464/kg. Besarnya biaya pemasaran

yang ditanggung tengkulak terjadi karena tengkulak harus menanggung biaya

panen ubi jalar milik petani, sedangkan pedagang pengecer tidak menanggung

biaya panen. Sementara itu, alasan tengkulak masih memperoleh keuntungan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang pengecer adalah karena tengkulak

memperoleh marjin pemasaran yang lebih tinggi dengan menetapkan jarak harga

jual yang jauh dari harga beli, yaitu selisih sebesar Rp. 539,-/kg. Penetapan harga

beli yang jauh oleh tengkulak ini karena terkait dengan struktur pasar oligopsoni

yang terbentuk yang mampu mendominasi penentuan harga di tingkat petani yang

memiliki struktur pasar persaingan sempurna.

Pada kelompok saluran pemasaran kedua, biaya pemasaran tertinggi

terdapat pada pedagang pengumpul, yaitu sebesar Rp. 232,2/kg dan biaya

pemasaran terendah terdapat pada pedagang pengecer, yaitu Rp. 145,35/kg.

Sementara itu, keuntungan tertinggi terdapat pada pedagang pengecer, yaitu

sebesar Rp. 359,65/kg dan keuntungan terendah pada pedagang pengumpul, yaitu

sebesar Rp. 157,80/kg. Biaya pemasaran tertinggi yang ditanggung oleh pedagang

Page 101: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

82

pengumpul terjadi karena pedagang pengumpul menanggung biaya transportasi

yang lebih besar bila dibandingkan dengan tengkulak dan pedagang pengecer.

Tingginya biaya transportasi yang ditanggung oleh pedagang pengumpul terjadi

karena jarak yang lebih jauh dalam pemindahan ubi jalar bila dibandingkan

dengan tengkulak dan pedagang pengecer. Pedagang pengumpul mengeluarkan

biaya transportasi untuk mengangkut ubi jalar dengan jarak hingga antar

kabupaten, sedangkan tengkulak hanya untuk mengambil ubi jalar dari lahan yang

berjarak antar desa dalam satu kecamatan dan pedagang pengecer yang hanya

berjarak dalam satu pasar atau antar pasar dalam satu kecamatan.

5.6.3 Perbandingan Share Harga Antar Lembaga Pemasaran Ubi Jalar

Share harga menunjukkan seberapa besar bagian yang diterima oleh petani

dan lembaga pemasaran dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir.

Perhitungan share harga ini juga menunjukkan perbandingan share harga yang

diterima petani dengan share harga yang diterima oleh lembaga pemasaran.

Perbandingan share harga yang diterima oleh petani dan lembaga pemasaran pada

empat saluran pemasaran yang ada, dapat dilihat pada tabel 34.

Tabel 34. ShareHarga yang Diterima oleh Petani dan Lembaga Pemasaran pada

Berbagai Saluran Pemasaran

Saluran

Pemasaran

Distribusi Share Harga

Petani Tengkulak Pedagang

pengumpul

Pedagang

pengecer

Harga

jual

Share

(%)

Harg

a jual

Share

(%)

Harga

jual

Share

(%)

Harg

a jual

Share

(%)

I 1600 60,15 2139 20,26 - - 2660 19,59

II 1600 60,15 2139 20,26 - - 2660 19,59

III 1400 50,82 1860 16,70 2250 14,16 2755 18,33

IV 1400 50,82 1860 16,70 2250 14,16 2755 18,33

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Perbandingan share harga menunjukkan bahwa pada kelompok saluran

pemasaran I (saluran pemasaran I dan II) petani memperoleh share harga sebesar

60,15%, sedangkan lembaga pemasaran memperoleh share harga sebesar 39,85

yang terdistribusi pada tengkulak sebesar 20,26% dan pedagang pengecer sebesar

19,59%. Sementara itu, pada kelompok saluran pemasaran II (saluran pemasaran

III dan IV) petani memperoleh share harga sebesar 50,82%, sedangkan lembaga

pemasaran memperoleh share harga sebesar 39,85 yang terdistribusi pada

tengkulak sebesar 16,70%, pedagang pengumpul sebesar 14,16% dan pedagang

Page 102: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

83

pengecer sebesar 18,33%. Perbandingan share harga menunjukkan bahwa

kelompok saluran pemasaran I petani mendapatkan share harga (60,15%) yang

lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok saluran pemasaran II (50,82%).

Share harga yang diterima petani pada kelompok saluran pemasaran I lebih tinggi

karena saluran pemasarannya yang lebih pendek. Saluran pemasaran yang lebih

pendek membuat lembaga pemasaran yang terlibat lebih sedikit, sehingga

pembagian harga yang diterima petani adalah lebih tinggi.

5.6.4 Perbandingan R/C ratio Antar Lembaga Pemasaran Ubi Jalar

Perhitugan R/C ratio menunjukkan tingkat kelayakan pemasaran ubi jalar

Desa Penanggungan. Perhitungan R/C ratio pada setiap lembaga pemasaran

menunjukkan hasil R/C ratio yang berbeda. Pada semua saluran pemasaranyang

memiliki nilai R/C ratio tertinggi adalah pedagang pengecer, yaitu sebesar 3,17

pada kelompok saluran pemasaran I dan sebesar 3,17 pada kelompok saluran

pemasaran kedua, sedangkan yang terendah pada kelompok pemasaran I adalah

tegkulak dengan nilai R/C ratio sebesar 2,97%. Sementara itu, pada kelompok

saluran pemasaran II, R/C ratio terendah adalah pedagang pengumpul yaitu senilai

1,68, dan tengkulak memiliki nilai R/C ratio urutan kedua yaitu sebesar 2,97.

Pedagang pengecer memperoleh nilai R/C ratio tertinggi pada semua saluran

pemasaran karena biaya pemasaran yang ditanggung oleh pedagang pengecer

lebih rendah dan penerimaan yang didapat adalah lebih tinggi dibandingkan

dengan lembaga pemasaran lainnya. Berikut secara lebih rinci hasil perhitungan

R/C ratio pada setiap saluran pemasaran.

Tabel 35. R/C ratio Ubi Jalar Antar Lembaga Pemasaran pada Berbagai Saluran

Pemasaran.

No. Saluran

Pemasaran

Nilai R/C ratio

Tengkulak Pedagang

Pengumpul

Pedagang

pengecer

1. I 2,97 - 3,17

2. II 2,97 - 3,17

3. III 2,72 1,68 3,47

4. IV 2,72 1,68 3,47

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Berdasarkan perhitungan R/C ratio pada setiap lembaga pemasaran di

semua saluran pemasaran menunjukkan bahwa usaha pemasaran ubi jalar di Desa

Penanggungan adalah layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C

Page 103: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

84

ratio yang didapat, semuanya lebih dari 1. Namun, walaupun dengan nilai R/C

ratio tersebut, pemasaran ubi jalar di Desa Penanggungan masih berjalan secara

tidak efisien. Hal ini dapat dilihat dari ketidakmerataan keuntungan yang diterima

oleh petani dan setiap lembaga pemasaran. Selain itu juga dikarenakan,

panjangnya saluran pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar Desa

Penanggungan. Akan tetapi, dari saluran pemasaran yang ada, kelompok saluran

pemasaran I merupakan saluran pemasaran yang lebih baik, karena tidak terdapat

perbedaan yang terlalu jauh pada keuntungan yang diterima setiap pelaku pasar

dan memiliki saluran pemasaran yang lebih pendek.

Page 104: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

85

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari struktur, perilaku dan kinerja pasar

ubi jalar di Desa Penanggungan adalah sebagai berikut.

1. Struktur pasar yang terbentuk pada pasar ubi jalar di Desa Penanggungan di

tingkat petani mengarah pada pasar persaingan sempurna. Hal ini diketahui

dari empat alat ukur yang digunakan, tiga alat ukur, yaitu pangsa pasar, CR4,

dan R menunjukkan pasar yang terbentuk adalah pasar persaingan sempurna.

Sedangkan pada tingkat lembaga pemasaran mengarah pada pasar oligopsoni

yang ditunjukkan oleh tiga alat ukur, yaitu pangsa pasar, CR4 dan IHH.

2. Perilaku pasar ubi jalar di Desa Penanggungan dapat diketahui bahwa (1) pada

tingkat petani dengan struktur pasar persaingan sempurna yang terbentuk

membuat petani memiliki posisi tawar yang rendah dan hanya bertindak

sebagai price taker, dalam meningkatkan keuntungan petani lebih fokus pada

kegiatan budidaya untuk meningkatkan kuantitas ubi jalar yang dijual karena

petani tidak dapat meningkatkan keuntungan dengan meningkatkan harga jual

ubi jalar; (2) perilaku pasar lembaga pemasaran ubi jalar Desa Penanggungan

sebagai akibat dari pasar oligopsoni yang terbentuk, yaitu mampu

mendominasi petani yang memiliki struktur pasar persaingan sempurna, setiap

tindakan yang dilakukan oleh suatu lembaga pemasaran akan diikuti dengan

lembaga pemasaran yang lainnya, taktik pemasaran dengan menjalin

hubungan dengan petani dan lembaga pemasaran lain, penentuan kualitas ubi

jalar yang diperdagangkan, dan potongan berat ubi jalar. Selain itu, persaingan

yang ada membuat lembaga pemasaran melakukan berbagai fungsi pemasaran

untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya. Fungsi pemasaran yang

dilakukan meliputi fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan, transportasi,

standarisasi dan pembiayaan.

3. Kinerja pasar ubi jalar di Desa Penanggungan pada semua saluran pemasaran

memiliki share harga di tingkat petani yang tinggi yaitu 60,15% dan 50,82%.

Pada kelompok saluran pemasaran I, tengkulak memiliki share harga tertinggi

yaitu sebesar 20,26% dan pada kelompok saluran pemasaran II lembaga

pemasaran yang memiliki share harga tertinggi adalah pedagang pengecer,

Page 105: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

86

yaitu sebesar 18,33%. Pada setiap lembaga pemasaran di semua saluran

pemasaran nilai R/C ratio lebih dari 1, sehingga pemasaran ubi jalar yang

dilakukan oleh lembaga pemasaran adalah layak dan lembaga pemasaran yang

memiliki R/C ratio tertinggi adalah pedagang pengecer yaitu 3,17 dan 3,47.

Namun, pasar ubi jalar di Desa Penanggungan ini berjalan secara tidak efisien,

karena adanya ketidakmerataan keuntungan yang diterima oleh petani dan

setiap lembaga pemasaran serta panjangnya saluran pemasaran yang terlibat

dalam pemasaran ubi jalar. Dari saluran pemasaran yang ada, kelompok

saluran pemasaran I yang lebih baik, karena meskipun keuntungan yang

diterima setiap pelaku pasar tidak merata akan tetapi tidak terdapat perbedaan

yang jauh dan kelompok saluran pemasaran I ini memiliki saluran pemasaran

yang lebih pendek.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan meliputi:

1. Petani seharusnya tidak hanya berfokus pada budidaya ubi jalar saja, tetapi

perlu memperhatikan aspek pemasarannya seperti informasi pasar penting

mengenai harga ubi jalar. Sehingga diharapkan petani mampu mempunyai

informasi pasar yang lengkap dan diharapkan mampu melakukan pemasaran

ubi jalar dengan memotong saluran pemasaran yang ada untuk meningkatkan

keuntungan yang diperoleh.

2. Bagi lembaga pemasaran, seharusnya dapat memberikan informasi pasar yang

lebih lengkap kepada petani dan sesama lembaga pemasaran, agar keuntungan

yang diterima dapat merata pada setiap pelaku pasar yang terlibat.

3. Bagi pemerintah seharusnya memperhatikan proses pemasaran ubi jalar

terutama dalam hal harga, agar tidak terdapat pelaku pasar yang

mempermainkan harga, sehingga pelaku pasar ubi jalar mendapatkan

keuntungan yang adildan merata daripemasaran ubi jalar yang dijalankan.

4. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya pengambilan data dilakukan pada saat

musim panen, sehingga dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian ini.

Page 106: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

87

DAFTAR PUSTAKA

Albinger, Jurgen. 2009. Economic Model For Monopoly Analysis In

Telecommunication: Proposal To Demonstrate Uniqueness. Business

Intelligence Journal

Almonte, Carina E. 1991. Market Structure, Conduct and Performance of the

Honey Industri in Batangas and Laguna. Thesis of Bachelor of Science in

Agricultural Economics, University of the Philippines. Los Banos

Anindita, R. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya.

Badan Pusat Statistik. 2012. Harga Ubi Jalar di Indonesia. www.bps.go.id

(Diakses pada 5 November 2014).

Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Jalar di

Indonesia Tahun 2010-2014. www.bps.go.id (Diakses pada 5 November

2014).

Baladina, Nur. 2011. Modul Tataniaga Pertanian. Fakultass Pertanian, Universitas

Brawijaya. Malang.

Bosena. D.T, F. Bekabil, G. Gerhana and H. Dirk. 2011. Structure-Conduct-

Performance of Cotton Market: The Case of Metema District, Ethiopia.

Department of Agricultural Economics, Haramaya University, Dire Dawa,

Ethiopia, Improving Productivity and Market Success (IPMS) of Ethiopian

Farmers Project/ (International Livestock Research Institute (ILRI),

Corresponding author: Bosena Tegegene Delele: Current address: College

of Humanities and Development, China Agricultural University, Beijing,

P.R.C.

Brander, James. A, A. Zhang. 1990. Market Conduct in the Airline Industri: An

Empirical Investigation. The RAND Journal of Economics, Volume 21,

Issue 4 Winter (1990), 567-583. Amerika Serikat.

Departemen Pertanian. 2009. Dasar Dasar Penyuluhan Pertanian.

http://www.pustaka.deptan.go.id (Diakses pada 5 November 2014).

Edwards, Seanicaa, A.J ALLen, S. Shaik. 2005. Market Structure Conduct

Performance (SCP) Hypothesis Revisited using Stochastic Frontier

Efficiency Analysis. Department 0f Agricultural Econoomics. MSU.

Mississippi State.

Funke, Raphel and Kabir. 2012. Market Structure, Conduct and Performance of

Gari

Processing Industri in South Western Nigeria. Nigeria. European Journal

of Business and Management

Page 107: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

88

Herlambang, Anggoro Kusuma. 2012. Analisis Struktru, Perilaku dan Kinerja

Pasar Paprika (Capsicum annum) di Kecamatan Tutur, Kabupaten

Pasuruan. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Hermawan, Asep. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. PT Grasindo

anggota Ikapi, Jakarta.

Jaya, Wahana Kirana. 2001. Ekonomi Industri Edisi Kedua. BPEE- Yogyakarta.

Yogyakarta.

Kohls, Richard Louis and Joseph N Uhl. 1980. Marketing of agriculture products.

Fifth edition. Macmillan Publiching Co., Inc. Amerika serikat.

Kusumawardhani, Rizki Evi. 2013. Analisis Integrasi Pasar Vertikal Ubi Jalar

(Ipomoea batatas L) di Jawa Timur. Skripsi S1 Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya. Malang.

Mankiw, N Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Nambiro, H.D Groote and W.O K’osura. 2001. Maret Structure and Conduct of

the Hybrid Maize Seed Industri, A Case Study of the Trans Nzoia District

In Western Kenya. Department of Agricultural Econoomics, University of

Nairobi, International Maize and Wheat Improvement Center (CIMMYT)

Nairobi. Kenya.

Nzima, W.D. 2014. Structure, Conduct and Performance of Groundnuts Markets

in Northern and Central Malawi: Case Studies of Mzimba and Kasungu

Districts.Department of Agribusiness Management, Lilongwe University

of Agriculture and Natural Resources, Bunda College of Agriculture.

Malawi.

Okereke O, Anthonio QBO. 1988. The Structural Characteristics of the Market

for Grains in Eastern Nigeria. Reading in Agricultural Marketing.

Longman Nigeria.

Putri, Tia Dwinovita. 2014. Analisis Perbandingan Struktur, Perilaku dan Kinerja

Pemasaran Padi Organik, Semi Organik dan Konvensional di Desa

Sumber Ngepoh, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Skripsi S1

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Rukmana, Rahmat. 1997. Ubi Jalar Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius.

Yogyakarta.

Smith, Lawrence D. 1992. Costs, Margins and Returns In Agricultural Marketing.

Department of Political Economy, University of Glasgow. Inggris.

Sukirno, Sadono. 2010. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar

Kebijakan. Kencana. Jakarta.

Page 108: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

89

Swastha, Basu. 1984. Azaz-azaz Marketing Edisi Ketiga. Akademi Keuangan dan

Bisnis (AKB) Yogyakarta.

Tibayan, Alice Romero. 1983. Market Stucture, Conduct and Performance of

Copra Marketing System in Selected Towns of Bicol Region. Thesis.

University of the Philippines. Los Banos.

Tiku, dkk. 2009. The Structure, Conduct and Performance Of Palm Oil Marketing

In Cross River State, Nigeria. Nigeria. Journal of Agricultural Extension

and Rural Development.

Tomek, W.G dan Harry, M.K. 1972. Agriculture Product Price. Cornell

University Press. London.

Page 109: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

90

Lampiran 1. Peta Wilayah Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas,

Kabupaten Mojokerto

Page 110: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

91

Lampiran 2. Tabel Daftar Responden Petani, dan Responden Lembaga Pemasaran

1. Tabel Daftar Responden Petani

No. Nama Dusun Jenis

Kelamin

Usia

(tahun)

Pendidikan

(tahun)

Lama

Bertani

(tahun)

Luas

Lahan

(m2)

Produksi

(kg/panen)

Pekerjaan

1. Parto Sendang Laki-laki 62 SR 49 4000 7800 Petani

2. Bambang Sendang Laki-laki 47 SMP 12 4500 8000 Petani

3. Diono Sendang Laki-laki 52 SD 32 3700 10000 Petani

4. Dohlaman Sendang Laki-laki 53 SD 34 5000 6500 Petani

5. Jemadi Sendang Laki-laki 57 SR 43 7000 12000 Petani

6. Joyo Sendang Laki-laki 55 SR 40 5000 10000 Petani

7. Dulmanan Sendang Laki-laki 53 SR 38 6000 12000 Petani

8. Mail Sendang Laki-laki 47 SD 29 6000 14000 Petani

9. Namat Sendang Laki-laki 48 SD 25 1200 2000 Petani

10. Paidi Sendang Laki-laki 37 SMP 23 6500 13000 Petani

11. Supii Sendang Laki-laki 52 SMP 30 2000 3000 Petani,

satpam

12. Sardi Sendang Laki-laki 40 SD 20 10000 23000 Petani

13. Lamari Sendang Laki-laki 60 SR 45 8000 15000 Petani

14. Madi Sendang Laki-laki 40 SMA 20 4500 7000 Petani

15. Taryo Sendang Laki-laki 60 SR 45 6000 10000 Petani

16. Ahmad Sendang Laki-laki 56 SR 35 7000 17000 Petani

17. Jayus Sendang Laki-laki 53 SD 38 20000 3000 Petani

18. Wardoyo Sendang Laki-laki 56 SD 40 2500 3000 Petani,

pedagang

19. Karso Sendang Laki-laki 58 SR 40 6000 9000 Petani

20. Pii Sendang Laki-laki 54 SR 35 3000 6000 Petani

21. Kamid Sendang Laki-laki 50 SR 40 6000 12000 Petani

22. Jamaadi Sendang Laki-laki 60 SR 45 2500 3000 Petani

23. Senan Sendang Laki-laki 50 SR 35 4000 8000 Petani

24. Daimun Sendang Laki-laki 65 SR 50 4000 6500 Petani

25. Parno Sendang Laki-laki 56 SD 40 8000 14000 Petani

26. Kusnadi Sendang Laki-laki 53 SMP 29 2000 3000 Petani, PNS

27. Gio Ngembes Laki-laki 45 SD 25 6000 16000 Petani,

peternak

28. Giman Ngembes Laki-laki 48 SD 35 2500 3000 Petani,

peternak

29. Harlan Ngembes Laki-laki 43 SMA 33 3000 8000 Petani, kaur

30. Kertoutom

o

Ngembes Laki-laki 40 SMP 25 1500 2000 Petani,

peternak

31. Misdi Ngembes Laki-laki 52 SD 40 2000 2000 Petani,

peternak

32. Kalim Ngembes Laki-laki 43 SD 25 1000 1500 Petani,

peternak

33. Nardi Ngembes Laki-laki 40 SD 23 4000 8000 Petani,

peternak

Page 111: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

92

No. Nama Dusun Jenis

Kelamin

Usia

(tahun)

Pendidikan

(tahun)

Lama

Bertani

(tahun)

Luas

Lahan

(m2)

Produksi

(kg/panen)

Pekerjaan

34. Purianto Ngembes Laki-laki 38 SD 26 1250 2500 Petani,

peternak

35. Nadar Ngembes Laki-laki 48 SD 33 2500 3500 Petani,

peternak

36. Sanadi Ngembes Laki-laki 47 SD 29 3000 5500 Petani,

peternak

37. Nandar Ngembes Laki-laki 50 SD 35 2000 4000 Petani,

peternak

38. Slamet Ngembes Laki-laki 46 SD 25 3000 7000 Petani,

peternak

39. Ngari Ngembes Laki-laki 60 SR 50 4000 9000 Petani,

peternak

40. Supii Penanggungan Laki-laki 64 SR 50 1000 3000 Petani

41. Saman Penanggungan Laki-laki 70 SR 55 2500 1700 Petani

42. Warman Penanggungan Laki-laki 55 SD 35 5000 8000 Petani

43. Kasdan Penanggungan Laki-laki 70 SR 55 2500 1500 Petani

44. Karim Penanggungan Laki-laki 80 SR 55 2500 1500 Petani

45. Lin Penanggungan Perempuan 45 SD 30 2500 2500 Petani

46. Kasto Penanggungan Laki-laki 65 SR 50 2500 1800 Petani

47. Paji Penanggungan Laki-laki 45 SD 23 2500 3200 Petani

48. Pardi Penanggungan Laki-laki 40 SMP 20 2500 3000 Petani

49. Sano Penanggungan Laki-laki 35 SMP 10 2500 3000 Petani

50. Sampun Penanggungan Laki-laki 65 SR 50 2500 2800 Petani

51. Tiamin Penanggungan Perempuan 55 SD 10 2500 2000 Petani, kaur

52. Jupri Penanggungan Laki-laki 62 SMA 35 10000 17000 Petani, kaur

53. Tarmuji Penanggungan Laki-laki 50 SMP 30 2500 3000 Petani, kaur

54. Toro Penanggungan Laki-laki 65 SR 35 5000 7400 Petani,

pedagang

55. Darmaji Kemendung Laki-laki 60 SD 40 2500 3000 Petani,

peternak

56. Wirto Kemendung Laki-laki 48 SD 35 10000 180000 Petani,

pedagang

57. Ismail Kemendung Laki-laki 45 SD 20 5000 8000 Petani,

peternak

58. Suwardi Kemendung Laki-laki 45 SD 22 5000 9500 Petani, supir

59. Krisno Kemendung Laki-laki 34 SMA 20 5000 7500 Petani, supir

60. Lihadi Kemendung Laki-laki 40 SMP 25 5000 9000 Petani,

peternak

61. Karji Kemendung Laki-laki 55 SD 40 2500 3000 Petani,

peternak

62. Jumain Kemendung Laki-laki 45 SD 20 2500 3800 Petani,

peternak

Page 112: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

93

2. Tabel Daftar Respoden Lembaga Pemasaran Tengkulak

No. Nama

Tengkulak

Jenis

Kelamin

Dusun Usia

(tahun)

Pendidikan Pengalaman

(tahun)

Wilayah

Pemasaran

Kuantitas

Pembelian

(kg/hari)

1. Nur Kahmani Perempuan Tamiajeng 45 SMA 25 Porong,

Pasuruan,

Malang,

Bandung,

Jakarta

10000

2. Kadim Laki-laki Tamiajeng 58 SD 25 Porong,

Gresik,

Lamongan

2000

3. Raji Laki-laki Kesiman 55 SD 25 Gresik,

Pasuruan,

Porong,

Jakarta

8000

4. Yahudi Laki-laki Penanggungan 55 SD 15 Pacet, Batu 5000

5. Dulahman Laki-laki Sumbersari 45 SMP 9 Porong,

Lamongan

4000

6. Jumbadi Laki-laki Sumbersari 64 SD 20 Porong,

Krian,

Pasuruan

4000

7. Karnoto Laki-laki Sumbersari 52 SD 20 Gresik,

Pasuruan,

Porong,

Jakarta

4000

8. Agus Laki-laki Sumbersari 30 SMA 3 Trawas,

Lamongan,

Porong

7000

3. Tabel Daftar Respoden Lembaga Pemasaran Pedagang Pengumpul

No. Nama

Pedagang

pengumpul

Jenis

Kelamin

Dusun Usia

(tahun)

Pendidikan Pengalaman

(tahun)

Wilayah

Pemasaran

Kuantitas

Pembelian

(kg/hari)

1. H. Kasyim Laki-laki Pasuruan 70 -SD 35 Pasuruan 4000

2. Khalil Laki-laki Claket 47 SD 16 Pacet 8000

3. Jiidah Perempuan Porong 48 SMA 20 Porong 4000

4. Jumad Laki-laki Krian 55 SMP 20 Krian 4000

5. Yudi Laki-laki Pasuruan 38 SMA 9 Pasuruan 2000

6. Qory Laki-laki Porong 45 SMP 12 Porong 4200

7. Rasyid Laki-laki Sukorejo 40 SMA 8 Pasuruan 2000

8. H. Lamijo Laki-laki Porong 50 SD 20 Porong 3000

9. Juwari Laki-laki Penanggungan 52 SMA 15 Mojokerto,

Pasuruan,

Batu

5000

Page 113: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

94

4. Daftar Respoden Lembaga Pemasaran Pedagang Pengecer

No. Nama Pedagang

pengecer

JenisKelamin Dusun Usia

(tahun)

Pendidikan Pengalaman

(tahun)

Wilayah

Pemasaran

Kuantitas

Pembelian

(kg/hari)

1. Suliana Perempuan Banyu biru 40 SMA 15 Pasuruan 1000

2. Tar Perempuan Krewung 35 SMP 5 Pasuruan 700

3. Dewi Perempuan Winongan 37 SMP 10 Pasuruan 800

4. Wijajaiman Laki-laki Malang 35 SMA 9 Malang 9000

5. Hamzah Laki-laki Nongkojajar 50 SMA 12 Pasuruan 7500

6. H. Idris Laki-laki Pasuruan 45 SMP 5 Pasuruan 2000

7. Sukar Laki-laki Mojokerto 48 SD 8 Mojokerto 1000

8. Hari Laki-laki Batu 45 SMA 9 Batu 2500

9. Sakri Laki-Laki Mojokerto 36 SD 4 Mojokerto, 1500

10. Hadi Laki-laki Mojokerto 40 SD 7 Mojokerto 1000

11. Laminah Perempuan Mojokerto 42 SD 10 Mojokerto 1500

12. Paimah Laki-laki Lamongan 47 SD 14 Lamongan 3000

Page 114: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

95

Lampiran 3. Tabel Perhitungan Pangsa Pasar (Market Share), CR4, IHH dan R

1. Tabel Perhitungan Pangsa Pasar (Market Share), CR4, IHH dan R Di Tingkat Petani

No

Responden

Volume

Pembelian

Market share IndeksHerfindah

l

CR 4 R

Nilai

Si

Kr Kr

Kumulatif

IH i.Si R

1 23000 0.053 5.312 5.312 0.00282 0.024 ,+�,, ,,��,,��

� x

100 = 17.32102

0.053 0.026

2 18000 0.042 4.157 9.469 0.00173 0.083

3 17000 0.039 3.926 13.395 0.00154 0.118

4 17000 0.039 3.926 17.321 0.00154 0.157

5 16000 0.037 3.695 21.016 0.00137 0.185

6 15000 0.035 3.464 24.481 0.00120 0.208

7 14000 0.032 3.233 27.714 0.00105 0.226

8 14000 0.032 3.233 30.947 0.00105 0.259

9 13000 0.030 3.002 33.949 0.00090 0.270

10 12000 0.028 2.771 36.721 0.00077 0.277

11 12000 0.028 2.771 39.492 0.00077 0.305

12 12000 0.028 2.771 42.264 0.00077 0.333

13 10000 0.023 2.309 44.573 0.00053 0.300

14 10000 0.023 2.309 46.882 0.00053 0.323

15 10000 0.023 2.309 49.192 0.00053 0.346

16 9500 0.022 2.194 51.386 0.00048 0.351

17 9000 0.021 2.079 53.464 0.00043 0.353

18 9000 0.021 2.079 55.543 0.00043 0.374

19 9000 0.021 2.079 57.621 0.00043 0.395

20 8000 0.018 1.848 59.469 0.00034 0.370

21 8000 0.018 1.848 61.317 0.00034 0.388

22 8000 0.018 1.848 63.164 0.00034 0.406

23 8000 0.018 1.848 65.012 0.00034 0.425

24 8000 0.018 1.848 66.859 0.00034 0.443

25 8000 0.018 1.848 68.707 0.00034 0.462

26 7800 0.018 1.801 70.508 0.00032 0.468

27 7500 0.017 1.732 72.240 0.00030 0.468

28 7400 0.017 1.709 73.949 0.00029 0.479

29 7000 0.016 1.617 75.566 0.00026 0.469

30 7000 0.016 1.617 77.183 0.00026 0.485

31 6500 0.015 1.501 78.684 0.00023 0.465

32 6500 0.015 1.501 80.185 0.00023 0.480

33 6000 0.014 1.386 81.571 0.00019 0.457

34 5500 0.013 1.270 82.841 0.00016 0.432

35 4000 0.009 0.924 83.765 0.00008 0.323

36 3800 0.009 0.878 84.642 0.00008 0.316

37 3500 0.008 0.808 85.451 0.00006

0.299

Page 115: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

96

No

Responden

Volume

Pembelian

Market share Indeks

Herfind

ahl

CR 4 R

Nilai

Si

Kr Kr

Kumulatif

IH i.Si R

38 3200 0.007 0.739 86.190 0.00005 0.281

39 3000 0.007 0.693 86.882 0.00005 0.270

40 3000 0.007 0.693 87.575 0.00005 0.277

41 3000 0.007 0.693 88.268 0.00005 0.284

42 3000 0.007 0.693 88.961 0.00005 0.291

43 3000 0.007 0.693 89.654 0.00005 0.298

44 3000 0.007 0.693 90.347 0.00005 0.305

45 3000 0.007 0.693 91.039 0.00005 0.312

46 3000 0.007 0.693 91.732 0.00005 0.319

47 3000 0.007 0.693 92.425 0.00005 0.326

48 3000 0.007 0.693 93.118 0.00005 0.333

49 3000 0.007 0.693 93.811 0.00005 0.339

50 3000 0.007 0.693 94.504 0.00005 0.346

51 2800 0.006 0.647 95.150 0.00004 0.330

52 2500 0.006 0.577 95.728 0.00004 0.300

53 2500 0.006 0.577 96.305 0.00004 0.306

54 2000 0.005 0.462 96.767 0.00003 0.249

55 2000 0.005 0.462 97.229 0.00003 0.254

56 2000 0.005 0.462 97.691 0.00003 0.259

57 2000 0.005 0.462 98.153 0.00003 0.263

58 1800 0.004 0.416 98.568 0.00002 0.241

59 1700 0.004 0.393 98.961 0.00002 0.232

60 1500 0.003 0.346 99.307 0.00001 0.208

61 1500 0.003 0.346 99.654 0.00001 0.211

62 1500 0.003 0.346 100.000 0.00001 0.215

Total 433000 1 100 0.02429 19.601

2. TabelPerhitunganPangsaPasar (Market Share), CR4, IHH danRdi Tingkat Tengkulak No

Responden

Volume

Pembelian

Market Share IndeksHerfindah

l CR 4 R

Nilai

Si

Kr Kr

Kumulatif

IH i.Si R

1 10000 0.227 22.727 22.727 0.051653 0.149

793

68.18 0.227273 0.165

414 2 8000 0.182 18.182 40.909 0.033058 0.363636

3 7000 0.159 15.909 56.818 0.02531 0.477273

4 5000 0.114 11.364 68.182 0.012913 0.454545

5 4000 0.091 9.091 77.272 0.008264 0.454545

6 4000 0.091 9.091 86.363 0.008264 0.545455

7 4000 0.091 9.091 95.454 0.008264 0.636364

8 2000 0.045 4.545 100.000 0.002066 0.363636

Total 44000 1 100 0.149793 3.522727

Page 116: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

97

3. Tabel Perhitungan Pangsa Pasar (Market Share), CR4, IHH dan R di Tingkat Pedagang

Pengumpul No

Responden

Volume

Pembelian

Market Share IndeksHerfindahl CR 4 R

Nilai

Si

Kr Kr

Kumulatif

IH i.Si R

1 8000 0.221 22.09

9

22.099 0.049 0.130979 58.56 0.220994 0.1419

2 5000 0.138 13.81

2

35.911 0.019 0.276243

3 4200 0.116 11.60

2

47.513 0.013 0.348066

4 4000 0.110 11.05

0

58.563 0.012 0.441989

5 4000 0.110 11.05

0

69.613 0.012 0.552486

6 4000 0.110 11.05

0

80.663 0.012 0.662983

7 3000 0.083 8.287 88.950 0.007 0.58011

8 2000 0.055 5.525 94.475 0.003 0.441989

9 2000 0.055 5.525 100.000 0.003 0.497238

Total 36200 1 100 0.130979 4.022099

4. Tabel Perhitungan Pangsa Pasar (Market Share), CR4, IHH dan R di Tingkat Pedagang

Pengecer

No

Responden

Volume

Pembelian

Market Share IndeksHerfindahl

CR 4

R

Nilai

Si

Kr Kr

Kumulatif

IH i.Si R

1 9000 0.286 28.57

1

28.571 0.081633 0.16642

69.8

4

0.285714 0.156018

2 7500 0.238 23.81

0

52.381 0.056689 0.47619

3 3000 0.095 9.524 61.904 0.00907 0.285714

4 2500 0.079 7.937 69.841 0.006299 0.31746

5 2000 0.063 6.349 76.190 0.004031 0.31746

6 1500 0.048 4.762 80.952 0.002268 0.285714

7 1500 0.048 4.762 85.714 0.002268 0.333333

8 1000 0.032 3.175 88.888 0.001008 0.253968

9 1000 0.032 3.175 92.063 0.001008

0.285714

Page 117: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

98

No

Responden

Volume

Pembelian

Market Share IndeksHerfindahl

CR 4 R

Nilai

Si

Kr Kr

Kumulatif

IH i.Si R

10 1000 0.032 3.175 95.238 0.001008

0.31746

11 800 0.025 2.540 97.777 0.000645

0.279365

12 700 0.022 2.222 100.000 0.000494

0.266667

Total 31500 1 100 0.16642

3.704762

Page 118: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

99

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Lahan budidaya ubi jalar

Gambar 3. Wawancara dengan petani

Gambar 2. Wawancara dengan petani

Gambar 4. Wawancara dengan petani

Page 119: STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR UBI JALARrepository.ub.ac.id/130272/1/BISMILLAH_SKRIPSI.pdf · daftar pustaka. Malang, Mei 2015 Beni Ardiyanto. iv LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

100

Gambar 5. Pengangkutan ubi jalar dengan

mobil pick up

Gambar 8. Penyimpanan ubi jalar oleh

Tengkulak

Gambar 6. Penimbangan ubi jalar oleh

tengkulak

Gambar 7. Proses Pemuatan ubi jalar