proses pembuatan tahu
TRANSCRIPT
Proses Pembuatan Tahu
Tahu, makanan khas Indonesia ini sangat sederhana namun kaya gizi terutama protein. Teksturnya kenyal dan lembut serta memiliki rasa yang enak. Tahu yang terbut dari kedelai ini memiliki banyak manfaat jika dikonsumsi secara rutin. Di antaranya mampu menurunkan kadar kolesterol buruk (LDL) tanpa menurunkan kolesterol baik (HDL) sehingga bisa berdampak pada penurunan resiko penyakit jantung.
Membuat tahu harus melewati beberapa tahapan mulai dari proses perendaman bahan baku, penggilingan, pengendapan sampai proses mencetak dan siap dipasarkan. Di Banda Aceh terdapat beberapa pabrik tahu yang mensuplai kebutuhan tahu di Banda Aceh. Salah satunya adalah pabrik tahu yang terdapat di Punge. Pagi tadi, Kamis, 22 November 2012 ATJEHPOSTcom mendatangi pabrik tersebut dan mengabadikan beberapa aktivitas di sana seperti yang terekam dalam foto-foto di bawah ini:
Lokasi Pabrik pembuatan tahu
yang kami pilih terletak di daerah Jakarta
Timur. Pabrik ini merupakan pabrik
pembuatan tahu yang masuk dalam kategori usaha kecil dan menengah (UKM). Cara pembuatan
tahu-pun masih dengan cara konvensional sehingga peran individu atau dalam hal ini para
pekerja sangatlah besar didalam proses pembuatannya.
Pabrik yang berdiri sejak tahun 1983 ini didirikan oleh Bapak H. Lani. Pabrik
pembuatannyapun dibangun dalam kompleks rumahnya sendiri, dan masih bertahan sampai hari
ini. Proses pembuatan tahu ini berlangsung di sebuah ruang berukuran 10 m x 7 m. Dan didalam
ruang ini proses produksi tahu berlangsung secara konstan. Didalamnya terdapat 7 pekerja
dengan pembagian tugas masing-masing. Ada yang bertugas menggiling, menguapi, dan
menyaring (2 orang). Ada yang bertugas untuk mencetak (2 orang). Ada yang bertugas untuk
mengaturnya dalam kaleng-kaleng besar sebelum akhirnya direbus (2 orang). Dan ada pula yang
bertugas untuk menggoreng tahu-tahu yang sudah jadi (1 orang).
Di dalam ruangan tersebut peralatan yang digunakan dapat dibilang sederhana dan masih
sangat tradisional. Saat pertama memasuki pintu ruangan kita akan melihat sebuah mesin uap
konvensional yang terbuat dari 2 buah drum yang berfungsi sebagai penangkap uap. Uap atau
panas yang dikumpulkan oleh drumpun berasal dari kayu yang dibakar bukan mesin uap. Jadi
awalnya kayu akan dibakar di dekat drum tersebut. Lalu uap panasnya akan terkumpul dalam
drum sebelum akhirnya akan disalurkan melalui pipa-pipa besi ke bak-bak penampungan.
Teknik ini merupakan pengganti teknik perebusan sari kedelai, jadi pabrik ini tidak merebus sari
kedelai mereka melainkan meggunakan teknik penguapan.
Selain itu di dalam ruangan juga terdapat 1 mesin penggiling. Jumlah mesin penggiling
yang hanya satu-satunya inilah yang menurut kami menjaga kontinuitas dari proses produksi
tahu. Selain itu juga terdapat 4 bak dari batu yang digunakan sebagai wadah untuk menguapi sari
kedelai dan juga sebagai tempat penampungan air. Lalu ada 4 bak plastik yang digunakan untuk
mengendapkan tahu. Ada 25 cetakan dari kayu untuk mencetak tahu. Ada banyak sekali kaleng-
kaleng besar yang nantinya akan digunakan sebagai wadah saat tahu dirabus. Dan sebuah
penggorengan besar yang menggunakan kayu bakar untuk menggoreng tahu. Serta rak-rak dari
kayu untuk menampung tahu-tahu yang sudah tercetak.
Dengan semua peralatan sederhana diatas pabrik ini berdiri dan menghidupi para
karyawannya sejak tahun 1983 hingga saat ini. Tahu yang diproduksi di pabrik Pak H. Lani ini
merupakan suatu produk yang dikenal dengan nama Tahu Jambi. Sekilas kita pasti bingung
mendengar nama tahu Jambi. Sebenarnya tahu ini adalah Tahu Sumedang biasa. Tapi karena pak
Haji ingin sesuatu yang berbeda dari nama tahu produksinya maka tahu inipun diberi nama Tahu
Jambi. Sesuai dengan nama kampug halaman pak Haji.
Pabrik ini dibangun oleh pak haji sendiri jauh sebelum ia berkeluarga. Dan merupakan
suatu usaha yang dirintis sejak ia masih muda. Saat ini pendapatan bersih yang dikumpulkan
perhari dapat mencapai lebih dari Rp. 2.000.000,-. Jadi dapat dikatakan bahwa pembuatan tahu
ini merupakan bisnis yang menjanjikan.
Dalam sehari pak Haji membutuhkan 3 kuintal kacang kedelai untuk memenuhi kuota
produksi mereka. Kacang kedelai ini didapat dari para pemasok yang memang sudah menjadi
kepercayaan pak Haji karena menurutnya, para pemasok ini memberikan kacang kedelai dengan
kualitas yang cukup bagus dengan harga yang pantas-tidak dimahalkan.
Selanjutnya tentu kacang kedelai tersebut akan diproses oleh para pekerjanya menjadi
tahu. Dari 3 kuintal kg kacang kedelai yang ada, nantinya akan diubah menjadi ± 210 cetak tahu.
Masing-masing cetakan tahu tersebut biasanya dijual dengan harga Rp. 20.000,- hingga Rp.
24.000,-.
Secara kasar dapat dihitung pendapatan pak Haji adalah Rp. 4.830.000 ,- dengan omzet
inilah bisnis tahu ini dibangun dan terus dipertahankan. Namun tentu saja tidak semua tahu akan
laku di pasar. Pasar terbesar dari produk tahu Jambi ini menurut pak Haji adalah para penjaja
gorengan. Masing-masing dari mereka biasanya memesan hingga 7 papan (cetakan) tahu setiap
hari.
Begitulah pabrik tahu milik Pak H. Lani terus berdiri hingga saat ini. Dengan modal yang
tidak terlalu besar dia bisa memperoleh omzet yang lebih dari cukup untuk menggaji para
karyawan, modal usaha, dan menghidupi keluarganya sendiri tentunya.
Maka dapat disimpulkan bahwa produksi tahu ini merupakan suatu bisnins yang
menjanjikan. Menyerap tenaga kerja. Dan jarang sekali mengalami kerugian karena besarnya
pasar yang ada di Indonesia.