proses pembentukan biogas
TRANSCRIPT
PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS
Pembentukan biogas dipengaruhi oleh pH, suhu, sifat substrat, keberadaan racun, konsorsium
bakteri. Bakteri non metanogen bekerja lebih dulu dalam proses pembentukan biogas untuk
mengubah senyawa yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana . Bakteri non
metanogen ada yang bersifat aerob dan anaerob yang termasuk bakteri hidrolitik, fermentatif,
dan asetogenik (Madigan et al., 2003). Bakteri Metanogen tergolong Archeabacteria, secara
fisiologi bakteri metanogen memiliki suatu substansi yang disebut F420, yaitu suatu koenzim yang
dapat terabsorpsi dengan kuat pada panjang gelombang 420 nm (Mink & Dugan, 1976), dengan
adanya koenzim F420 dalam keadaan terreduksi menyebabkan bakteri ini dapat memancarkan
sinar fluoresens berwarna hijau kebiruan ketika disinari oleh sinar ultraviolet pada panjang
gelombang tertentu dan dapat membedakannya dengan bakteri non metanogen. Fungsi dari
koenzim F420 adalah sebagai pembawa elektron pada proses metabolisme yaitu pada proses
metanogenesis (Peck, 1989).
Metanogenesis adalah proses konversi materi organik menjadi gas CH4 dan CO2 yang terjadi
secara anaerob (Burke, 2001), proses ini merupakan tahap terakhir yang paling menentukan
dalam produksi biogas. Metanogenesis terjadi dengan melibatkan populasi mikroba yang bekerja
secara konsorsium. Secara lengkap proses degradasi materi organik secara anaerob ini meliputi
empat tahap, yaitu : hidrolisis polimer oleh organisme hidrolitik ; pembentukan asam dari materi
organik yang melibatkan bakteri fermentatif ; pembentukan asetat dari metabolit hasil fermentasi
yang dilakukan oleh bakteri homoasetogenik atau bakteri sintrofik; pembentukan CH4 dari H2
atau CO2, asetat, alkohol, propionat atau butirat (Dubey, 2005).
Biogas merupakan salah satu cara pemanfaatan limbah yang potensial dan dapat dikembangkan
baik di negara maju maupun di negara berkembang. Pembuatan biogas relatif mudah, tidak
memerlukan bahan yang mahal namun bisa dihasilkan produk yang sangat berguna. Biogas dapat
dibuat dari berbagai limbah baik limbah pertanian, limbah peternakan, limbah industri bahkan
limbah domestik, dengan memanfaatkan mikroorganisme yang bisa mendegradasi limbah akan
dihasilkan produk akhir berupa gas metan dan karbondioksida. Komposisi biogas yang
dihasilkan terdiri dari gas metan (55 - 65 %), karbondioksida ( 35-45%), nitrogen (0-3%),
hydrogen (0-1 %), dan hydrogen sulfida (0-1 %) (Anunputtikul, Rodtong, 2004).
Keberhasilan dalam memproduksi biogas ditentukan oleh berbagai faktor. Beberapa faktor yang
menentukan dalam keberhasilan produksi biogas diantaranya :
Pengaruh pH
Biogas terbentuk karena adanya kerja berbagai bakteri yang ikut terlibat dalam aktivitas
perombakan substrat kompleks. Pertumbuhan bakteri yang terlibat tersebut sangat dipengaruhi
oleh pH. Nilai pH optimum dalam produksi biogas berkisar antara 7-8 (Fulford,1988). Diawal
reaksi pembentukan biogas, bakteri penghasil asam akan aktif lebih dulu sehingga pH pada
digester menjadi rendah, kemudian bakteri metanogen menggunakan asam tersebut sebagai
substrat sehingga menaikkan nilai pH kembali menjadi netral, ini menandakan bahwa dalam
proses produksi biogas terjadi pengaturan pH secara alami, tingkat keasaman diatur oleh proses
itu dengan sendirinya. Karbondioksida yang dihasilkan oleh bakteri larut dalam air untuk
membentuk ion bikarbonat (HCO3-) yang menyebabkan larutan menjadi lebih alkali. Jumlah ion
bikarbonat dalam larutan tergantung pada konsentrasi karbondioksida dan jumlah asam yang ada
pada slurry.(Fulford, 1988) Jika bakteri penghasil asam tumbuh terlalu cepat maka asam yang
dihasilkan akan lebih banyak dari jumlah yang dapat dikonsumsi oleh bakteri penghasil metan,
akibatnya sistem akan terlalu asam, jika hal ini terjadi maka pH akan turun, sistem menjadi tidak
seimbang dan aktivitas bakteri penghasil metan akan terhambat.(Burke, 2001)
Pengaruh Suhu
Suhu berpengaruh terhadap produksi biogas, umumnya produksi biogas meningkat dua kali lipat
setiap kenaikan suhu 100C pada kisaran suhu 15
0C - 35
0C (Fulford,1988). Bakteri metanogen
sangat sensitif terhadap perubahan suhu, Perubahan suhu yang mendadak lebih dari 50C dalam
satu hari dapat menyebabkan bakteri ini berhenti bekerja sementara.
Pengaruh Racun
Antibiotik, desinfektan, dan pestisida merupakan contoh jenis racun yang dapat membunuh
bakteri dan dapat menyebabkan produksi biogas tidak terjadi. Begitupun dengan deterjen,
hidrokarbon seperti kloroform dan pelarut organik lainnya merupakan racun dalam proses
produksi biogas.(Fulford,1988; Burke,2001). Sebelum proses produksi biogas dimulai maka
harus dipastikan bahwa digester, substrat serta air yang digunakan bebas dari berbagai racun
yang dapat membunuh bakteri yang diperlukan.
Sifat dari Substrat
Sifat substrat yang digunakan dalam produksi biogas sangat menentukan keberhasilan produksi
biogas itu sendiri. Pada dasarnya bahan yang dijadikan substrat tersusun dari materi organik
seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Materi organik tersebut dapat didegradasi sehingga
menghasilkan produk akhir berupa gas yang disebut biogas. Pada prinsipnya kecepatan dan
efisiensi proses degradasi substrat tergantung pada bentuk secara fisik dan secara kimia.
Menurut Furfort (1988) substrat yang berasal dari kotoran ternak merupakan substrat yang paling
mudah digunakan dalam produksi biogas dibandingkan substrat yang berasal dari tumbuhan, hal
ini disebabkan kotoran ternak telah mengandung bakteri yang tepat serta proses degradasinya
ikut dibantu secara mekanik oleh gigi pada saat proses mengunyah serta secara kimiawi dibantu
oleh asam dan enzim pencernaan dalam saluran pencernaan hewan, hal ini berbeda dengan
substrat yang berasal dari tumbuhan seperti limbah pertanian banyak mengandung lignin,
selulosa serta hemiselulosa yang sulit didegradasi oleh bakteri sehingga memerlukan waktu yang
lebih lama untuk dikonversi menjadi biogas.
Konsorsium Bakteri
Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam proses pembentukan biogas adalah adanya
peran serta bakteri, karena pada hakekatnya konversi materi organik menjadi biogas ini
merupakan hasil kerja berbagai bakteri yang bekerja secara konsorsium.(Burke, 2001). Proses
tidak akan berjalan jika hanya terdapat salah satu bakteri saja, konsorsium memerlukan lebih dari
satu spesies bakteri metanogen, ada spesies metanogen yang mampu mengkonversi asetat
menjadi metan contoh Thermoacetogenium phaeum, spesies lain mengkombinasikan CO2 dan H2
menjadi metan dan H2O melalui proses reduksi karbonat. (Fresspatent.,2007) Kondisi reaktor
harus benar-benar dijaga agar tetap terjadi keseimbangan sehingga bakteri dapat bekerja secara
konsorsium.
Terdapat dua golongan bakteri yang terlibat dalam proses konversi materi organik menjadi
biogas, yaitu bakteri non metanogen dan bakteri metanogen. Bakteri non metanogen bekerja
lebih dulu menghasilkan berbagai asam organik seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat
dan lain-lain, contoh bakteri non metanogen adalah Escherichia coli, Bacteroides, Clostridium
botylinum. Asam organik hasil kerja bakteri non metanogenik akan digunakan oleh bakteri
metanogenik untuk dikonversi menjadi biogas.
Bakteri metanogen umumnya menyukai suasana pH netral atau alkali dengan kisaran nilai pH
antara 6,8-8,5 untuk memproduksi metan (Teng,1994; Burke,2001). Bakteri penghasil asam
tumbuh lebih cepat daripada bakteri penghasil metan. Jika bakteri penghasil asam tumbuh terlalu
cepat maka asam organik yang dihasilkan lebih banyak dari jumlah yang dapat dikonsumsi oleh
bakteri metanogen, akibatnya sistem akan terlalu asam, jika hal ini terjadi maka pH akan turun,
sistem menjadi tidak seimbang dan aktivitas bakteri penghasil metan akan terhambat.(
Furford,1988 ; Burke, 2001).