proses defekasi

18
I. Pengertian Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi. Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu : 1. Refleks defekasi instrinsik Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar. 2. Refleks defekasi parasimpatis Adanya faeses dalam rektum yangmerangsang syaraf rektum, ke spinal cord dan merangsang kolon desenden, kemudianke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakanperistaltik dan akhirnya terjadi relaksasisfingter interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi. Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah

Upload: indah-laily

Post on 18-Feb-2015

559 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proses Defekasi

I. Pengertian

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement.

Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3

kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik

mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan

individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.

Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :

1. Refleks defekasi instrinsik

Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu

signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik

pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses

kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak

menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.

2. Refleks defekasi parasimpatis

Adanya faeses dalam rektum yangmerangsang syaraf rektum, ke spinal cord dan

merangsang kolon desenden, kemudianke sigmoid, lalu ke rektum dengan

gerakanperistaltik dan akhirnya terjadi relaksasisfingter interna, maka terjadilah proses

defekasi saat sfingter interna berelaksasi.

Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan

meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul

yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha

yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan

kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja

dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara

berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses.

II. Anatomi fisiologi sistem Eliminasi fekal

a. Lambung

Dalam lambung, makanan disimpan sementara dan dipecahkan secara mekanik

dankimiawi untuk pencernaan dan absorpsi. Lambung mensekresi HCl, mukus, enzim

pepsi, danfaktor intrinsik. Konsentrasi HCl mempengaruhi keasaman lambung dan

keseimbangan asamdalam tubuh. Setiap molekul HCl yang disekresi di lambung, sebuah

Page 2: Proses Defekasi

molekul bikarbonatmemasuki plasma darah. HCl membantu pencampuran dan

pemecahan makanan di lambung,mukus melindungi mukosa lambung dari keasaman

dan aktivitas enzim. Pepsin mencernaprotein, walaupun tidak banyak pencernaan yang

terjadi di lambung. Faktor intrinsik merupakan komponen penting yagn dibutuhkan

untuk penyerapan vitamin B12 di usus danpembentukan sel darah merah. Kekurangan

faktor intrinsik menyebabkan anemia.Sebelum makanan meninggalkan lambung ia

diubah menjadi bahan yang semifluid yangdisebut chime hyme lebih mudah dicerna dan

diabsorpsi dari pada makanan yang padat. Klienyang sebagian lambungnya hilang atau

menderita gastritis mempunyai masalah pencernaanyang serius karena makanan tidak

diubah menjadi chyme. Makanan memasuki usus halussebelum dipecah menjadi

makanan yang benar-benar semifluid.

b. Usus Halus

Selama proses pencernaan chyme meninggalkan lambung dan memasuki usus halus.

Usushalus merupakan suatu saluran yang diameternya 2,5 cm dan panjangnya 6 m. Usus

halus terdiridari 3 bagian yaitu duodenum, jejenum, ileum. Chyme tercampur dengan

enzim pencernaan(seperti empedu dan amilase) ketika berjalan melewati usus halus.

Segmentasi (berganti-gantinya kontraksi dan relaksasi dari otot polos) mengaduk chyme

untuk selanjutnya memecahmakanan untuk dicerna ketika chyme diaduk, gerakan

peristaltik berhenti sementara agarabsorpsi terjadi. Chyme berjalan dengan lambat di

saluran cerna untuk diabsorpsi. Banyak makanan dan elektrolit yang diabsorpsi di usus

halus. Enzim dari pankreas (amilase) danempedu dari kandung empedu. Usus memecah

lemak, protein dan karbohidrat menjadi elemen-elemen dasar. Hampir seluruh makanan

diabsorpsi oleh duodenum dan jejenum. Ileummengabsorpsi beberapa vitamin, zat besi

dan garam empedu. Jika fungsinya terganggu, prosespencernaan berubah secara

drastis. Contohnya inflamasi, bedah caesar, atau obstruksi dapatmengganggu peristaltik,

mengurangi ares absorpsi, atau memblok jalan chyme.

c. Usus Besar

Bagian bawah dari saluran gastrointestinal adalah usus besar (kolon) karena

diameternyalebih besar dari usus halus. Meski panjangnya lebih pendek yaitu antara

1,5-1,8 m. Usus besarterbagi atas caecum, kolon, dan rektum. Ini adalah organ penting

dari eliminasi b.a.b.

1) CAECUMC

Page 3: Proses Defekasi

hyme yang diabsorpsi memasuki usus besar pada caecum melalui katup

ileocecal, dimanalapisan otot sirkular mencegah regurgitasi (makanan kembali

ke usus halus).

2) KOLONC

hyme yang halus ketika memasuki kolon volume airnya berkurang. Kolon terdiri

dari ascending, transverse, descending, & sigmoid. Kolon mempunyai 4 fungsi

yaitu absorpsi,proteksi, sekresi, dan eliminasi. Sejumlah besar air dan sejumlah

natrium dan clorida diabsorpsisetiap hati. Ketika makanan berjalan melalui

kolon, terjadi kontraksi Haustral. Ini sama dengankontraksi segmental dari usus

halus, tetapi lebih lama hingga mencapai 5 menit. Kontraksimenghasilkan pundi-

pundi besar di dinding kolon yagn merupakan area untuk absorpsi.Air dapat

diabsorpsi oleh kolon dalam 24 jam, rata-rata 55mEq dari natrium dan

23mEqdari klorida diabsorpsi setiap hari. sejumlah air yagn diabsorpsi dari

chyme tergantung darikecepatan pergerakan kolon. Chyme biasanya lembut,

berbentuk massa. Jika kecepatankontraksi peristaltik cepat (abnormal) berarti

ada kekurangan waktu untuk mengabsorpsi air danfeses menjadi encer. Jika

kontraksi peristaltik lambat, banyak air yang diabsorpsi dan terbentuk feses

yang keras sehingga menyebabkan konstipasi. Kolon memproteksi dirinya

sendiri dengan mengeluarkan sejumlah mucous. Mucousbiasanya bersih sampai

buram dengan konsistensi berserabut. Mucous melumasi kolon,mencegah

trauma pada dinding dalam. Pelumas adalah sesuatu yagn penting di dekat

distal darikolon dimana bagiannya menjadi kering dan keras.Fungsi sekresi dari

kolon membantu dalam keseimbanan elektrolit. Bikarbonat disekresiuntuk

pertukaran clorida. Sekitar 4-9 mEq natrium dikeluarkan setiap hari oleh usus

besar.Berubahnya fungsi kolon dapat menyebabkan ketidakseimbangan

elektrolit.Akhirnya kolon memindahkan sisa produk dan gas (flatus). Flatus

dihasilkan daritertelannya udara, difusi gas dari pembuluh darah ke usus dan

kerja bakteri pada karbohidratyang tidak bisa diserap. Fermentasi dari

karbohidrat (seperti kol dan bawang) menghasilkan gaspada usus yang dapat

merangsang peristaltik. Orang dewasa biasanya membentuk 400-700 ml flatus

setiap hari.

III. Proses Defekasi

Page 4: Proses Defekasi

Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran isi metabolisme berupa feses dan flatus

berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Di dalam proses defekasi terjadi dua macam

reflek yaitu :

a. Refleksi Defekasi

Reflek ini berawal dari fese yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum yang

kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah pergerakan

peristaltic. Setelah fese tiba di anus, secara sistematis spinker interna relaksasi maka terjadilah

defekasi. Fisiologinya :

Feses masuk rectum

Distensi / keterangan rectum

Rangsangan plektus mesentrikus

Terjadi peristaltic di colon askenden, sigmoid, rectum

Feses terdorong ke anus

Sfinger interna tidak menutup, sfinger eksterna relaksasi

b. Reflek defekasi parasimpatis

Feses yang masuk ke rectum akan merangsang syaraf yang kemudian diteruskan ke spinal cord

kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intensitas

peristaltic, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi.

Fisiologisnya :

Feses masuk rectum

Rangsangan saraf rectum

Dibawa ke spinal cord

Kembali ke kolon descenden, sigmoid dan rectum

Page 5: Proses Defekasi

Intensifkan peristaltic relaksasi sfinger internal, intensifkan reflek intrinsic

Rangasang defekasi

Kontraksi otot abdomen dan diafragma

Tekanan intra abdomen naik

Otot levantur anus kontraksi

Menggerakkan feses untuk melalui konal anal

Defekasi

Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen , tekanan diafragma dan

kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi oto femurdan posisi jongkok. Gas yang

dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak

adalah CO2, NH4, H2S, O2 dan N2. fese terdiri dari 75 % air dan 25% materi padat. Feses normal

berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin dan aktifitas bakteri. Bau khas karena

pengaruh dari mikroosganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.

Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam

perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan ke bawah ke arah rectum. Jika reflek

defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan cara mengkontrasiakan

muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secar berulang dapat

menghasilkan rectum meluas untuk menampung kumpulan feses.

Susunan feses terdiri dari:

1. Bakteri yang umumnya sudah mati

2. Lepasan epithelium dari usus

3. Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)

4. Garam terutama kalsium fosfat

5. Sedikit zat besi

Page 6: Proses Defekasi

6. Siasa zat makanan yabf tidak dicerna dan air (100 ml)

IV. Faktor-faktor yang mempengaruhi

a. Usia

Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia manula control

defekasi menurun.

b. Diet

Bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Contohnya,

makanan beserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk kedalam

tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.

c. Intake cairan

Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena

aabsorpsi cairan yang meningkat.

d. Aktivitas

Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat mebantu proses defekasi. Gerakan

peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.

e. Fisiologis

Keadaan cemas, takut, marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan diare.

f. Pengobatan

Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi. Laktasi dan katarik dapat

melunakkan feses dan meningkatkan peristaltic. Tetapi bila digunakan dalam waktu lama kedua

obat tersebut dapat menurunkan tonus otot sehingga usus menjadi kurang responsive

tyerhadap stimulus insaktif. Obat-obatan yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain :

narkotik, opiate, dan antikolinergik.

g. Gaya hidup

Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air

besar, dan kebiasaan menahan buang air besar

h. Prosedur Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic tertentu, khususnya yang ditujukan untuk melihat struktur saluran

pencernaan, mengharuskan dilakukan pengosongan lambung (misalnya enema atau katartik).

Tindakan ini dapat mengganggu pola eliminasi sampai klien dapat makan dengan normal. Selain

Page 7: Proses Defekasi

itu, prosedur pemeriksaan dengan barium dapat menambah masalah. Sisa barium yang

tertinggal dalam saluran pencernaan akan mengeras dan menyebabkan implikasi usus.

i. Penyakit

Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi

j. Anestesi dan Pembedahan

Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis sehingga kadang-kadang dapat

menyebabkan ileus usus. Kondisi ini berlangsung 24-28 jam yang disebut dengan ileus paralitik.

k. Nyeri

Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti hemoroid, fraktur espubis, episiotomy akan

mengurangi keinginan BAB

l. Kerusakan sensorik dan motorik

Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulasi sensorik untuk

defekasi

m. Posisi saat defekasi

Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi ini memungkinkan individu

mengerahkan tekanan intraabdomen dan mengerutkan otot pahanya sehingga memudahkan

proses defekasi (Tarwoto, 2004).

5. Karakteristik Gangguan Eliminasi Bowel

Mayor (harus terdapat) (carpenito, 1997)

a. Feses keras, berbentuk

b. Kebiasaan menggunakan laksatif/enema

c. Buang air besar kurang dari 3 kali seminggu

d. Feses cair tau lunak

e. Frekuensi meningkat (lebih dari 3 kali sehari)

Minor (mungkin terdapat)

a. Rasa tidak enak pada abdomen

b. Rasa penuh pada rectum

c. Sakit kepala

d. Anoreksia

e. Dorongan

f. Kram abdomen

Page 8: Proses Defekasi

g. Bising usus menurun atau meningkat

6. Masalah Umum pada Eliminasi Bowel

Untuk eliminasi bowel terdapat beberapa masalah, seperti yang disebutkan dalam buku

Tarwanto, 2004 antara lain:

a. Konstipasi

Gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dank eras melalui usus besar.

Biasanya disebabkan pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress

psikologis , obat-obatan, kurang aktivitas, usia.

b. Fecal imfaction

Masa feses keras di lipatan revtum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses

yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake cairan kurang, kurang

aktivitas, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot

c. Diare

Keluarnya feses caitan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat cepatnya chime

melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu cukup untuk menyerap air.

Diare disebabkan karena stress fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.

d. Inkontinensia usus

Hilangnya kemampua otot untuk mengontrol pengeluaran fesef dan gas melalui spinter anus

akibat kerusakan fungsi spingter atau persarafan di daerah anus. Penyebabnya karena

penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spingter anus eksterna.

e. Kembung

Flatus berlebihan di daerah intestinal sehingga menyebabkan distensi intestinal, dapat

disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan (barbiturate, penurunan ansietas,

penurunan aktivitas intestinal), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat

berefek anestesi

f. Hemoroid

Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat pengikat tekanan didaerah tersebut.

Penyebabnya adalah kostipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan dan

obesitas.

Page 9: Proses Defekasi

B. Konsep Keperawatan

Konsep asuhan keperawatan pada laporean ini mengacu pada teori Tarwoto-Wartonah 2004

1. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan

1) Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah

2) Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola

3) Deskripsi feses : JWBK (jumlah, warna, bau, konsistensi)

4) Diet : makanan yang mempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan, makanan

yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak

5) Cairaan : jumlah dan jenis minumkan/hari

6) Aktivitas : kegiatan sehari-hari

7) Kegiatan spesifik

8) Penggunaan medikasi : obat-obat yang mempengaruhi defekasi

9) Stress : stress berkepanangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau bagaimana

menerima

b. Pemerikasaan fisik

1) Abdomen : distensi, simetri, gerakan peristaltic, adanya masa pada perut, tenderness

2) Rektum dan anus : tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, fistula, hemoroid,

adanya masa, tenderness

c. Keadaan feses

Konsistensi, bentuk, warna, jumlah, unsur abnormal dalam feses : lendir, darah

d. Pemeriksaan diagnosis

1) Anuskopi

2) Proktosigmoidoskopi

3) Rontgen dengan kontras

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan eliminasi bowel : konstipasi (aktual/ resiko)

Definisi : kondisi dimana individu mengalami perubahan pola yang normal berdefekasi

dengan karakteristik menurunnya frekuensi BAB dan feses yang keras

Kemungkinan berhubungan dengan :

1) Imobilitas

Page 10: Proses Defekasi

2) Menurunnya aktivitas fisik

3) Ileus

4) Stress

5) Kurang privasi

6) Menurunnya mobilitas intestinal

7) Perubahan atau pembatasan diet

Kemungkinan ditandai oleh :

1) Menurunnya bising usus

2) Mual

3) Nyeri abdomen

4) Adanya masa pada abdomen kiri bawah

5) Perubahan konsistensi feses, frekuensi BAB

Kondisi klinik yang mungkin terjadi :

1) Anemia

2) Hipotiroidism

3) Dialisa ginjal

4) Pembedahan abdomen

5) Paralisis

6) Cedera spinal cord

7) Imobilisasi lama

Tujuan yang diharapkan :

a. Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel

b. Terjadi perbuahan pola hidup untuk menurunkan faktor konstipasi

Intervensi Rasional

1. Catat dan kaji JWBK dan waktu BAB

2. Kaji dan catat pergerakan usus

3. Jika terjadi feces impaction

a. Lakukan pengeluaran manual

b. Lakukan gliserin klisme

4. Konsultasi dengan dokter tentang :

a. Pemberian laksatif

1. Pengkaijan dasar untuk mengetahui

adanya masalah bowel

2. Deteksi dini penyebab konstipasi

3. Membantu mengeluarkan feses

4. Mengingkatkan eliminasi

5. Membantu feses lebih lunak

6. Menurunkan konstipasi

Page 11: Proses Defekasi

b. Enema

c. Pengobatan

5. Berikan cairan adekuat

6. Berikan makanan tinggi serat dan

hindari makanan yang banyak

mengandung gas dengan konsultasi

bagian gizi

7. Bantu klien dalam melakukan aktivitas

pasif dan aktif

8. Berikan pendidikan kesehatan

tentang:

a. Personal hygiene

b. Kebiasaan diet

c. Cairan dan makanan yang

mengandung gas

d. Aktivitas

e. Kebiasaan BAB

7. Meningkatkan pergerakan usus

8. Menguatkan otot dasar pelvis,

mengurangi inkontinensia

Sementara itu dari Carpenitto (1997)

Kriteria hasil:

Individu akan

1. Mengungkapkan nyeri berkurang saat defekasi

2. Menggambarkan faktor penyebab jika diketahui

3. Menggambarkan rasional dan prosedur tindakan

Intervensi

1. Kaji faktor penyebab :

a. Jika disebabkan oleh diet, cairan, latihan, efek samping obat, perubahan lingkungan,

stress, rujuk ke konstipasi kolonik

b. Jika disebabkan oleh kebiasaan menggunakan laksatif atau enema dan salah penafsiran

tentang eliminasi usus normal, rujuk ke konstipasi yang dirasakan.

Page 12: Proses Defekasi

c. Jika penyebabnya tidak diketahui, tangani seperti konstipasi kolonik dan teruskan untuk

mengkaji penyebabnya

d. Jika disebabkan oleh nyeri saat defekasi, gunakan tindakan untuk konstipasi yang

berhubungan dengan nyeri defekasi

2. Kurangi nyeri rectal, jika mungkin dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan tindakan

korektif :

a. Dengan lembut berikan pelumas pada anus untuk mengurangi rasa nyeri saat defekasi

b. Kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri

c. Lakukan rendam duduk atau merendam dalam bak atau air hangat (43-46 Celcius)

selama interval 15 menit untuk menyejukkan

d. Konsultasi dengan dokter tentang penggunaan anestesi local dan agen antiseptic

3. Lindungi kulit dari konstipasi :

a. Evaluasi area kulit sekitar

b. Bersihkan dengan benar dengan agen noniritasi

c. Anjurkan rendam duduk setelah defekasi

d. Dengan lembut beri emolin atau pelumas pelindung

4. Berikan penyuluhan kesehatan jika perlu

a. Ajarkan metode untuk mencegah tekanan rectal yang menyebabkan hemoroid

b. Hindari duduk terlalu lama dam menekan defekasi

c. Pelunak feses

b. Gangguan eliminasi : Diare

Definisi : keadaan dimana terjadi perubahan kebiasaan BAB dengan karakteristik feses

berbentuk cairan atau setangah cair, dengnan demikian kandungan air pada feses lebih

banyak dari keadaan normal yaitu 100-200 ml sekali defekasi

Kemungkinan berhubungan dengan :

1) Inflamasi, iritasi, dan mal absorbs

2) Pola makan salah

3) PErubahan proses pencernaan

4) Efek samping pengobatan

Kemungkinan data yang ditemukan :

1) Feses berbentuk cair

Page 13: Proses Defekasi

2) Meningkatnya frekuensi BAB

3) Meningkatnya peristaltic usus

4) Menurunnya nafsu makan

Konsisi klinik yang mungkin muncul :

1) Peradangan bowel

2) Pembedahan saluran pencernaan bawah

3) Gastritis

Tujuan yang diharapkan :

1) Pasien kembali BAB normal

2) Feses berbentuk dan lebih keras

Intervensi Rasional

1. Monitor/ kaji kosistensi, warna, bau,

pergerakan usus, cek berat badab tiap hari

2. Monitor dan cek elektrolit, intake dan output

cairan

3. Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan

IV, oral, dan makanan lunak

4. Berikan antidiare, tingkatkan intake cairan

5. Cek kulit bagian epidermal dan jaga dari

gangguan integritas kulit

6. Kolaborasikan dengan ahli diet tentang

rendah serat dan lunak

7. Hindari stress dan lakukan istrirahat cukup

8. Berikan pendidikan kesehatan tentang :

a. Cairan

b. Diet

c. Obat

d. Perubahan gaya hidup

1. Dasar memonitor kondisi

2. Mengkaji status pasien

3. Mengurangi kerja usus

4. Mempertahankan status hidrasi

5. Frekuensi BAB yang meningkat

menyebab iritasi kulit sekitar anus

6. Menurunkan stimulus bowel

7. Stress meningkatkan stimulus

bowel

8. Meningkatkan pengetahuan dan

mencegah diare