prosedur evaluasi lahan

16
Prosedur Evaluasi Lahan Evaluasi lahan umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan tanah atau sumber daya lahan lainnya, melalui pendekatan interpretasi data tanah serta fisik lingkungan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu. Sejalan dengan dibedakannya macam dan tingkat pemetaan tanah, maka dalam evaluasi lahan juga dibedakan menurut ketersediaan data hasil survei dan pemetaan tanah atau survei sumber daya lahan lainnya, sesuai dengan tingkat dan skala pemetaannya. Pendekatan Dalam evaluasi lahan ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh mulai dari tahap konsultasi awal (initial consultation) sampai kepada klasifikasi kesesuaian lahan (FAO, 1976). Kedua pendekatan itu adalah: 1) pendekatan dua tahapan (two stage approach); dan 2) pendekatan paralel (parallel approach). 1. Pendekatan dua tahapan. Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasi sumber daya lahan baik untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi (FAO, 1976). Klasifikasi kesesuaian tahap pertama didasarkan pada kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan yang telah diseleksi sejak awal kegiatan survei, seperti untuk tegalan (arable land) atau sawah dan perkebunan. Konstribusi dari analisis sosial ekonomi terhadap tahap pertama terbatas hanya untuk mencek jenis penggunaan lahan yang relevan. Hasil dari kegiatan tahap pertama ini disajikan dalam bentuk laporan dan peta yang kemudian dijadikan subjek pada tahap kedua untuk segera ditindak lanjuti dengan analisis aspek ekonomi dan sosialnya. 2. Pendekatan paralel. Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik. Cara seperti

Upload: hilyatun-najiyah

Post on 29-Dec-2014

413 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prosedur Evaluasi Lahan

Prosedur Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan tanah atau sumber daya lahan lainnya, melalui pendekatan interpretasi data tanah serta fisik lingkungan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu. Sejalan dengan dibedakannya macam dan tingkat pemetaan tanah, maka dalam evaluasi lahan juga dibedakan menurut ketersediaan data hasil survei dan pemetaan tanah atau survei sumber daya lahan lainnya, sesuai dengan tingkat dan skala pemetaannya.

Pendekatan

Dalam evaluasi lahan ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh mulai dari tahap konsultasi awal (initial consultation) sampai kepada klasifikasi kesesuaian lahan (FAO, 1976). Kedua pendekatan itu adalah: 1) pendekatan dua tahapan (two stage approach); dan 2) pendekatan paralel (parallel approach).

1. Pendekatan dua tahapan. Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasi sumber daya lahan baik untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi (FAO, 1976). Klasifikasi kesesuaian tahap pertama didasarkan pada kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan yang telah diseleksi sejak awal kegiatan survei, seperti untuk tegalan (arable land) atau sawah dan perkebunan. Konstribusi dari analisis sosial ekonomi terhadap tahap pertama terbatas hanya untuk mencek jenis penggunaan lahan yang relevan. Hasil dari kegiatan tahap pertama ini disajikan dalam bentuk laporan dan peta yang kemudian dijadikan subjek pada tahap kedua untuk segera ditindak lanjuti dengan analisis aspek ekonomi dan sosialnya.

2. Pendekatan paralel. Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik. Cara seperti ini umumnya menguntungkan untuk suatu acuan yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat semi detil dan detil. Melalui pendekatan paralel ini diharapkan dapat memberi hasil yang lebih pasti dalam waktu yang singkat.

Penyiapan Data

Untuk melakukan evaluasi lahan baik dengan menggunakan pendekatan dua tahapan maupun pendekatan paralel perlu didahului dengan konsultasi awal. Konsultasi awal ini untuk menentukan tujuan dari evaluasi yang akan dilakukan, data apa yang diperlukan dan asumsi-asumsinya yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam penilaian. Evaluasi lahan yang akan dilakukan tergantung dari tujuannya yang harus didukung oleh ketersediaan data dan informasi sumber daya lahan.

Pelaksanaan Evaluasi lahan dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu: tingkat tinjau skala 1:250.000 atau lebih kecil; semi detil skala 1:25.000 sampai 50.000; dan detil skala 10.000

Page 2: Prosedur Evaluasi Lahan

sampai 25.000 atau lebih besar. Jenis, jumlah, dan kualitas data yang dihasilkan dari ketiga tingkat pemetaan tersebut bervariasi, sehingga penyajian hasil evaluasi lahan ditetapkan sebagai berikut: pada tingkat tinjau dinyatakan dalam ordo, tingkat semi detil dalam kelas/subkelas, dan pada tingkat detil dinyatakan dalam subkelas/subunit. Petunjuk Teknis ini disarankan dipakai terutama untuk tingkat pemetaan semi detil.Pada prinsipnya penilaian kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara mencocokkan (matching) data tanah dan fisik lingkungan dengan tabel rating kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan lahan mencakup persyaratan tumbuh/hidup komoditas pertanian yang bersangkutan, pengelolaan dan konservasi. Kriteria kelas kesuaian lahan untuk 112 jenis komoditas pertanian yang berbasis lahan disajikan pada Lampiran 1–6. Pada proses matching hukum minimum dipakai untuk menentukan faktor pembatas yang akan menentukan kelas dan subkelas kesesuaian lahannya. Dalam penilaian kesesuaian lahan perlu ditetapkan dalam keadaan aktual (kesesuaian lahan aktual) atau keadaan potensial (kesesuaian lahan potensial). Keadaan potensial dicapai setelah dilaksanakan usaha-usaha perbaikan (Improvement = I) terhadap masing-masing faktor pembatas untuk mencapai keadaan potensial.Asumsi-asumsi dalam Evaluasi Lahan

Sebelum melaksanakan evaluasi lahan, terlebih dahulu harus ditetapkan asumsi-asumsi yang akan diterapkan. Dalam hal ini apakah evaluasi lahan akan dilakukan dengan asumsi pada kondisi tingkat manajemen rendah (sederhana), sedang, atau tinggi.Evaluasi lahan untuk tujuan perencanaan pembangunan pertanian perkebunan besar dengan masukan teknologi tinggi, tentu berbeda asumsinya jika tujuan evaluasi lahan hanya untuk perkebunan rakyat yang cukup dengan masukan teknologi menengah. Demikian pula dalam hal penggunaan alat-alat pengolahan tanah dalam pembukaan lahan pertanian. Jika lahan akan diolah secara manual (cangkul atau bajak) maka asumsi yang dapat digunakan dalam menilai kualitas dan karakteristik lahan berbeda dengan penggunaan alat-alat berat (mekanik). Sebagai contoh penilaian terhadap tekstur tanah yang liat dan/atau berkerikil untuk pengolahan tanah secara manual tidak terlalu bermasalah dibandingkan jika menggunakan alat mekanik. Kasus serupa dalam menghadapi kualitas lahan terrain dalam hal ini lereng. Pada lereng lebih besar dari 8% jika tanah diolah dengan menggunakan traktor merupakan masalah, tetapi tidak demikian kalau diteras dengan menggunakan alat pengolah tanah yang sederhana.Asumsi dapat dibedakan terutama atas dua hal:(1) yang menyangkut areal proyek;dan (2) yang menyangkut pelaksanaan evaluasi/interpretasi serta waktu berlakunya dari hasil evaluasi lahan.Beberapa contoh asumsi yang ditetapkan untuk evaluasi lahan secara kuantitatif fisik adalah sebagai berikut:

1. Data tanah yang digunakan hanya terbatas pada informasi atau data dari satuan lahan atau satuan peta tanah.

2. Reliabilitas data yang tersedia: rendah, sedang, tinggi3. Lokasi penelitian atau daerah survei4. Kependudukan tidak dipertimbangkan dalam evaluasi5. Infrastruktur dan aksesibilitas serta fasilitas pemerintah tidak dipertimbangkan dalam

evaluasi.

Page 3: Prosedur Evaluasi Lahan

6. Tingkat pengelolaan atau manajemen dibedakan atas 3 tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

7. Pemilikan tanah tidak dipertimbangkan dalam evaluasi.8. Pemasaran hasil produksi serta harga jual tidak dipertimbangkan dalam evaluasi.9. Evaluasi lahan dilaksanakan secara kualitatif, kuantitatif fisik atau kuantitatif ekonomi.10. Usaha perbaikan lahan untuk mendapatkan kondisi potensial dipertimbangkan dan

disesuaikan dengan tingkat pengelolaannya.11. Aspek ekonomi hanya dipertimbangkan secara garis besar.

Parameter Evaluasi Lahan

Berikut karakteristik tanah atau lahan dan cara memprediksi data secara praktis di lapangan maupun kriteria pengelompokannya. Karakteristik tanah/lahan yang dipakai sebagai parameter dalam evaluasi lahan tersebut antara lain: temperatur udara, drainase, tekstur, alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan.

Estimasi temperatur berdasarkan ketinggian tempat (elevasi)Di tempat-tempat yang tidak tersedia data temperatur (stasiun iklim terbatas), maka temperatur udara dapat diduga berdasarkan ketinggian tempat (elevasi) dari atas permukaan laut. Pendugaan tersebut dengan menggunakan pendekatan rumus dari Braak (1928) dalam Mohr et al. (1972). Berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia temperatur di dataran rendah (pantai) berkisar antara 25-27ºC, dan rumus yang dapat digunakan (rumus Braak) adalah sebagai berikut: 26,3°C – (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6°C)

Berdasarkan penelitian Braak tersebut temperatur tanah pada kedalaman 50 cm di Indonesia lebih tinggi 3-4,5ºC, sehingga untuk menduga temperatur tanah pada kedalaman 50 cm, maka rerata temperatur udara ditambah sekitar 3,5ºC. Tetapi menurut Wambeke et al. (1986) temperatur tanah lebih tinggi 2,5ºC dari temperatur udara. Hasil pendugaan temperatur dan ditambah perbedaan temperatur udara dan temperatur tanah tersebut digunakan untuk menentukan rejim temperatur tanah seperti yang ditetapkan dalam Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1992; 1998).

Page 4: Prosedur Evaluasi Lahan

Konsep dan Topik Dasar Mengenai Lahan

Dalam bidang kegeografian, membicarakan lahan adalah sebuah hal yang sangat penting dan

merupakan kajian yang mendasar. Saya mencoba untuk membuat garis besar mengenai

topik-topik tentang lahan yang menjadi referensi secara pribadi demi tetap terjaganya ingatan

saya tentang lahan :-D hehehehehe.....

Saya memulai mengenai pengantar Evaluasi lahan, dst....dst....dst...

Topik : Pengantar Evaluasi Lahan

 

1.       Menjelaskan hakekat eavaluasi lahan

Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang

menyangkut tiga aspek utama yaitu : lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomi.

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaan (perfomance) lahan jika

dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan

studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat

mengidentifikasi, dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin

dikembangkan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).

 

2.       Menjelaskan pentingnya evaluasi lahan

Evaluasi sumber daya lahan berfungsi untuk memberikan pengertian tentang hubungan-

hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai

perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil (Sitorus, 1995).

 

3.       Menjelaskan pendekatan dalam evaluasi lahan

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam evaluasi lahan yaitu :

Page 5: Prosedur Evaluasi Lahan

a.        Evaluasi kualitatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan dengan cara mengelompokkan

lahan ke dalam beberapa kategori berdasarkan perbandingan relatif kualitas lahan

tanpa melakukan secara terperinci dan tepat biaya dan pendapatan bagi penggunaan

lahan tersebut, dan

b.       Evaluasi kuantitatif yaitu evaluasi lahan dinyatakan dalam term ekonomi berupa

masukan (input) dan keluaran (output). Pendekatan evaluasi lahan di dalam penelitian

ini adalah evaluasi secara kualitatif (Arsyad, 1989).

 

Topik: Batasan dan Ruang Lingkup Evaluasi Lahan

 

1.       Menjelaskan Batasan Evaluasi Lahan

Lahan merupakan lingkungan yang komplek dimana terdiri dari iklim, relief, tanah, hidrologi,

vegetasi, dan semua mahluk hidup yang berperan dalam penggunaannya. Oleh sebab itu evaluasi

lahan merupakan penilaian terhadap keragaan (performance) dari lahan untuk berbagai tujuan

penggunaan yang spesifik (FAO, 1976 dalam Hakim,2002).

 

2.       Menjelaskan Ruang Lingkup Evaluasi Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik temasuk

iklim, topografi, hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan

berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam arti yang lebih luas termasuk yang telah

diolah oleh aktivitas manusia baik masa lalu maupun masa kini (Arsyad, 1989). Evaluasi lahan

adalah proses penilaian, penampilan atau keragaan (perfomance) lahan untuk tujuan tertentu,

meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan

aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan mengadakan perbandingan berbagai

penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).

 

Page 6: Prosedur Evaluasi Lahan

3.       Menjelaskan Tujuan Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan bertujuan untuk mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk penggunaan

tertentu yang memberikan harapan positif. Evaluasi tidak terbatas hanya pada penilaian

karakteristik lingkungan, tetapi mencakup analisis-analisis ekonomi, social, dan dampak

lingkungan (Worosuprodjo, S, 1997). Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai

aspek kualitas fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya

(Jamulya, Yunianto, 1993).

 

4.       Menjelaskan Manfaat Evaluasi Lahan

membantu kepentingan upaya pemanfaatan lahan secara optimal disertai dengan tindakan

konservasi agar tidak terjadi kerusakan pada lahan yang pada akhirnya akan diperoleh hasil yang

optimal dan lestari.

 

5.       Menjelaskan Pendekatan Evaluasi Lahan

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam evaluasi lahan yaitu :

a.        Evaluasi kualitatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan dengan cara mengelompokkan

lahan ke dalam beberapa kategori berdasarkan perbandingan relatif kualitas lahan

tanpa melakukan secara terperinci dan tepat biaya dan pendapatan bagi penggunaan

lahan tersebut, dan

b.       evaluasi kuantitatif yaitu evaluasi lahan dinyatakan dalam term ekonomi berupa

masukan (input) dan keluaran (output). Pendekatan evaluasi lahan di dalam penelitian

ini adalah evaluasi secara kualitatif (Arsyad, 1989).

 

6.       Menjelaskan Penyajian Hasil Evaluasi Lahan

Page 7: Prosedur Evaluasi Lahan

Penyajian hasil evaluasi lahan dibedakan:

a.        Evaluasi lahan secara kualitatif; yakni hasil evaluasi lahan dinyatakan secara

kualitatif tanpa merinci tentang besar produksi, masukan, ataupun keuntungan bersih.

b.       Evaluasi lahan secara kuantitatif; yakni hasil evaluasi lahan dinyatakan dalam

angka, sehingga dapat membandingkan beberapa tipe penggunaan lahan. Evaluasi

lahan kuantitatif dibedakan dalam kuantitatif fisik dan ekonomi.

 

7.       Menjelaskan Tipe Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu : penggunaan lahan

pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian secara

garis besar dibedakan ke dalam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan

komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di lahan tersebut. Hal ini

dikenal macam penggunaan lahanseperti tegalan, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang

rumput, hutan produksi, hutan lindung,padang alang- alang, dan sebagainya (Arsyad,

1989).

Contoh pengelompokan tipe penggunaan lahan adalah sebagai berikut :

a.        Perladangan

b.       Tanaman semusim campuran, tanah darat, tidak intensif

c.        Tanaman semusim campuran, tanah darat, intensif

d.       Sawah, satu kali setahun, tidak intensif

e.       Sawah, dua kali setahun,intensif

f.         Perkebunan rakyat (karet, kopi, cokelat, atau jeruk), tidak intensif

g.        Perkebunan rakyat intensif

Page 8: Prosedur Evaluasi Lahan

h.       Perkebunan besar, tidak intensif

i.         Perkebunan besar, intensif

j.         Hutan produksi, alami

k.        Hutan produksi, tanaman pinus, dan sebagainya

l.         Padang pengembalaan, tidak intensif

m.      Hutan lindung

n.       Cagar alam

 

8.       Menjelaskan Sifat-sifat lahan

Berdasarkan sifat-sifat dari penggunaan lahan, lahan dibedakan berdasarkan iklim, landform

(litologi dan topografi), tanah dan hidrologi sehingga terbentuk satuan lahan. Dari satuan lahan

tersebut yang digunakan menjadi dasar keperluan analisis dan interpretasi dalam menilai potensi

atau kesesuaian lahan untuk suatu peruntukan dari lahan tersebut.

 

9.       Menjelaskan Kualitas / karakteristik pembatas lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau “atribut” yang kompleks dari suatu lahan. Masing-masing

kualitas lahan mempunyai keragaman tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi

penggunaan tertentu. Kualitas lahan kadang dapat diduga atau diukur secara langsung

dilapangan, tetapi umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan.

 

10.    Menjelaskan Persyaratan tumbuh tanaman

Page 9: Prosedur Evaluasi Lahan

Semua untuk tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan tertentu,

persyaratan tersebut terutama untuk energy radiasi, temperature yang cocok untuk pertumbuhan,

kelembaban, oksigen, dan unsure hara. Peryaratan temperature dan kelmbaban sering

digabungkan disebut periode pertumbuhan (FAO, 1976). Persyaratan tumbuh tanaman lainnya

adalah yang tergolong sebagai kualitas lahan media perakaran. Media perakaran terdiri dari :

drainase, tektur, struktur, konsistensi, dan kedalaman efektif tanah.

 

11.    Menjelaskan Evaluasi kesesuaian lahan

Kesesuaian lahan (land suitability) adalah sistem klasifikasi kecocokan suatu lahan untuk

penggunaan tertentu (FAO, 1976) sedangkan pengertian kesesuaian lahan menurut Huizing

(1991) kesesuaian lahan dipergunakan untuk maksud-maksud klasifikasi yang lebih detail,

seperti kecocokan untuk jenis tanaman tertentu, spesies pohon dan tipe bangunan tertentu. Jadi

kesesuaian lahan adalah sistem klasifikasi kecocokan untuk jenis tanaman tertentu. Di samping

itu, pada kesesuaian lahan juga memasukkan istilah masukan (input) seperti jumlah bibit dan

jumlah pupuk, biaya dan jangka waktu investasi.

 

12.    Menjelaskan Evaluasi kesesuaian Lahan aktual

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan saat ini merupakan kelas kesesuaian lahan yang

dihasilkan berdasarkan data yang tidak ada dan tidak mempertimbangkan asumsi atau usaha

perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor pembatas

yang ada di setiap satuan lahan. Sebagaimana diketahui bahwa faktor pembatas yang diduga

terdapat pada satuan lahan yang dievaluasi, ada sifatnya permanen/tidak ekonomis untuk

diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan teknologi yang tepat (Zhiddiq,

2003).

 

13.    Menjelaskan Evaluasi kesesuaian Lahan potensial

Page 10: Prosedur Evaluasi Lahan

Kesesuaian lahan potensial menyatakan keadaan kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah

dilakukan usaha-usaha perbaikan atau improvemen. Dalam hal ini perlu adanya perincian faktor-

faktor ekonomis dalam menduga biaya yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan (Zhiddiq,

2003).

http://samrumi.blogspot.com/2009/01/pengantar-evaluasi-lahan.html  

Menjelaskan variabel penelitian evaluasi kemampuan lahan

Variabel merupakan indikator terpenting dalam suatu penelitian. Menurut Masri Sangarimbun

(1985) bahwa variabel yaitu konsep yang diberi nilai lebih dari satu nilai dan salah satu ciri

pokoknya adalah berbentuk dikrit (diskrite) atau variabel bersambung (continius). Sudjana

(1987) mengatakan bahwa varibel merupakan ciri dari individu, objek, gejala atau peristiwa yang

dapat diukur secara kuantitatif. Hasil pegukuran bisa tetap bisa pula berubah-rubah.

Berdasarkan defenisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel adalah segala sesuatu

yang mempunyai nilai dan menjadi objek pengamatan dalam suatu penelitian. Bertolak dari

tujuan penelitan dan uraian di atas, maka variabel yang akan diteliti dalam evaluasi kemampuan

lahan yaitu : 1) Kemiringan lereng, 2) Kepekaan erosi tanah, 3) Tingkat erosi, 4) Kedalaman

efektif tanah, 5) Tekstur lapisan atas, 6) Tekstur lapisan bawah, 7) Permeabilitas, 8) Drainase, 9)

Singkapan batuan, 10) Ancaman Banjir

Menjelaskan analisis data evaluasi kemampuan lahan

a.        Tehnik analisis data adalah cara-cara yang digunakan untuk mengolah, mengkaji

data dan informasi sehubungan dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai guna

untuk menarik kesimpulan (Widoyo, 2001).

b.       Adapun teknik analisis yang digunakan didalam penelitian evaluasi kemampuan

lahan adalah : Teknik analisis kartografis, penerapan teknik kartografis didalam

penelitian ini yaitu dengan menggunakan sistem tumpangsusun (overlay) beberapa

peta (kemiringan lereng, bentuklahan, jenis tanah dan peta penggunaan lahan) melalui

Page 11: Prosedur Evaluasi Lahan

komputer dengan menggunakan software map info version 7.5. Peta satuan lahan

tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan didalam penentuan titik sampel yaitu

dengan menggunakan teknik random sampling.

c.        Teknik analisis tabulasi, dengan metode perbandingan (matching) berdasarkan

kriteria Arsyad (1989). Artinya karakteristik lahan (kemiringan lereng, kepekaan

erosi tanah, tingkat erosi, kedalaman efektif tanah, tekstur lapisan atas, tekstur lapisan

bawah, struktur, permeabilitas, drainase, singkapan batuan, ancaman banjir) yang

diperoleh dari hasil pengukuran lapang dan laboratorium diinventarisasi dalam bentuk

tabel berdasarkan sistem pengklasifikasian yang dikemukakan oleh Arsyad (1989).

Setiap satuan lahan pada dasarnya adalah berbeda, yakni memiliki karakteristik

tersendiri.

d.       Teknik analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan, juga digunakan didalam

penelitian ini untuk memberikan gambaran dan penjelasan dalam konteks keruangan

terhadap agihan (persebaran) dan gejala faktor pembatas pada tiap satuan lahan yang

ada di lokasi penelitian.