proposal pkmt aspergillus

22
A. Judul Program : Perbaikan Lahan Bekas Tambang Batu Bara dengan Teknologi Probiotik (genus Aspergillus) di Kecamatan Cempaka Kodya Banjarbaru. B. Latar Belakang Masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu kawasan yang kaya akan lahan tambang.Berbagai jenis lahan tambang potensial terdapat di daerah ini. Salah satu komoditi lahan tambang yang dimilikinya adalah tambang batubara. Produksinya mencapai 10 % dari produksi total batubara nasional (Kurdi, A.2000). Batubara merupakan sumber energi alternatif yang dapat diandalkan, karena produksinya relatif sangat besar ( 36 miliyar ton) dan biaya produksinya relatif rendah serta mutunya cukup baik. Penggunaan batubara secara langsung dapat dimanfaatkan pada pembangkit listrik tenaga uap, industri semen, ketel uap dan juga sebagai briket dalam rumah tangga (Mangkusubroto, 1996 ). Besarnya potensi ekonomi yang didapat dari batubara tersebut membuat para pengusaha dan investor melakukan eksploitasi terhadap kawasan potensial untuk dijadikan daerah pertambangan batubara. Kecamatan Cempaka merupakan daerah penambangan batubara yang 1

Upload: dendy-primanandi

Post on 23-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kjb

TRANSCRIPT

A

PAGE 4

A. Judul Program : Perbaikan Lahan Bekas Tambang Batu Bara dengan Teknologi Probiotik (genus Aspergillus) di Kecamatan Cempaka Kodya Banjarbaru.B. Latar Belakang MasalahKalimantan Selatan merupakan salah satu kawasan yang kaya akan lahan tambang.Berbagai jenis lahan tambang potensial terdapat di daerah ini. Salah satu komoditi lahan tambang yang dimilikinya adalah tambang batubara. Produksinya mencapai 10 % dari produksi total batubara nasional (Kurdi, A.2000).Batubara merupakan sumber energi alternatif yang dapat diandalkan, karena produksinya relatif sangat besar (( 36 miliyar ton) dan biaya produksinya relatif rendah serta mutunya cukup baik. Penggunaan batubara secara langsung dapat dimanfaatkan pada pembangkit listrik tenaga uap, industri semen, ketel uap dan juga sebagai briket dalam rumah tangga (Mangkusubroto, 1996 ).Besarnya potensi ekonomi yang didapat dari batubara tersebut membuat para pengusaha dan investor melakukan eksploitasi terhadap kawasan potensial untuk dijadikan daerah pertambangan batubara. Kecamatan Cempaka merupakan daerah penambangan batubara yang berada dalam wilayah Kodya Banjarbaru. Berdasarkan suvei yang telah dilakukan maka dapat digambarkan bahwa pada daerah ini telah terjadi proses degradasi. Upaya perbaikan (reklamasi) masih sangat minim dilakukan oleh para pengusaha dan investor. Proyek-proyek perbaikan lahan pasca tambang hanyalah sampai pada tahap perencanaan. Hal ini membuat kekhawatiran serta kecemasan berarti bagi masyarakat yang berada pada daerah ini. Dikarenakan setelah daerah ditambang, upaya perbaikan belum maksimal dilakukan. Terhadap proses perbaikan (reklamasi) lahan bekas tambang, Hidayati dkk. (1995) melaporkan bahwa untuk membantu keberhasilan reklamasi disamping pemilihan tanaman yang cocok, aplikasi mikroorganisme tanah perlu diterapkan. Fungi-fungi tanah sangat berperan untuk menguraikan bahan organik dan membantu proses mineralisasi sehingga mineral yang dilepaskan dapat diambil oleh tanaman.

Berdasarkan permasalahan tersebut upaya partisipasi aktif dalam reklamasi lahan bekas tambang merupakan kegiatan sangat urgensi untuk dilakukan. Adapun salah satu teknologi yang perlu dikaji dan dipola terapkan pada masyarakat dikawasan penambangan,yaitu pemanfaatan teknologi probiotik. Fungi tanah (genus Aspergillus) merupakan probiotik yang perlu dilakukan kajian riset, sehingga hasil dari kajian riset ini diharapkan dapat ditransfer oleh masyarakat tentang salah satu teknologi untuk perbaikan lahan pasca tambang. Kedepannya masyarakat akan dapat mengaplikasikan di lapangan, sehinggga upaya pemanfaatan lahan bekas tambang sebagai lahan untuk kegiatan pertanian bukanlah suatu hal mustahil untuk dilakukan serta dapat menambah penghasilan. C. Perumusan Masalah

Upaya perbaikan lahan bekas tambang masih minim dilakukan. Hal ini dikarenakan sistem perbaikan (reklamasi) yang dilaksanakan bersifat konvensional, hanya dengan menanami area bekas tambang dengan tumbuhan yang memiliki daya adaptasi tinggi seperti jenis tanaman akasia dan petai. Upaya perbaikan dengan cara ini di rasa kurang efektif, dikarenakan tanaman yang ditanami tersebut mengalami kendala dalam beradaptasi dengan lingkungan ekstrim. Kendala yang terjadi adalah tingkat kesuburan rendah dan struktur tanah kurang baik.

Adapun tanah yang baik untuk ditanami mengandung banyak fungi tanah karena fungi bersifat aerob. Untuk melakukan perbaikan kesuburan tanah tidak hanya tergantung dengan komposisi kimianya, melainkan juga pada ciri alami mikroorganisme tanah yang menghuninya. Fungi tanah dominan pada tanah asam (contoh lahan bekas tambang ) karena lingkungan disana tidak baik untuk bakteri sehingga fungi dapat memonopoli substrat alami dalam tanah. Oleh karena itu teknologi probiotik (genus Aspergillus sp) dalam memperbaiki lahan bekas tambang sangat tepat untuk dilakukan kajian riset dan sosialisasi aplikasi teknologinya pada masyarakat dan kalangan penambangan batubara merupakan kegiatan bersinergis positif.

D. Tujuan Program

Tujuan yang akan dicapai dari program penerapan teknologi ini adalah :

1. Masyarakat di kawasan lahan bekas tambang dapat menstransfer teknologi probiotik (Genua Aspergillus) dalam perbaikan lahan pasca tambang.

2. Kontribusi positif dari para pengusaha tambang atau investor untuk memberikan bantuan atau menggunakan teknologi serta mengembangkannya sebagai teknologi potensial untuk perbaikan pada lahan pasca tambang.

E. Luaran Yang Diharapkan

Dari program penerapan teknologi ini diharapkan masyarakat dan para pengusaha tambang atau investor dapat menggunakan teknologi probiotik ini sebagai teknologi yang lebih baik dibandingkan dengan cara konvensional selama ini.

F. Kegunaan Program

Kegunaan program penerapan teknologi ini adalah :

1. Masyarakat yang berada di kawasan lahan pasca tambang dapat memanfaatkan kembali lahan tersebut sebagai lahan Pertanian, tentunya setelah dilakukan penerapan teknologi probiotik ini.

2. Para pengusaha tambang atau investor akan menggunakan teknologi probiotik ini pada lahan yang telah ditambang untuk upaya reklamasi lahan.

G. Tinjauan PustakaG.1 Fungi TanahFungi merupakan salah satu organisme yang mendominasi semua tanah dan memiliki miselium berbenang tersusun dari hifa individual. Hifa-hifa tersebut mungkin berinti satu, dua atau banyak, bersekat atau tidak bersekat. Perkembangbiakan aseksual berlangsung dengan cara pembentukan spora atau konidia terjadi secara mitosis dengan atau tanpa diselingi oleh daur perkembangbiakan seksual yang jelas meliputi fusi genetik, dilanjutkan dengan pembetukan spora melalui pembelahan meiosis atau pembelahan reduksi (Rao, 1994). Secara umum fungi diklasifikasikan menjadi Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan fungi ImperfectiBerikut ini genus- genus fungi yang paling umum dijumpai dalam tanah dan dapat dipisahkan dalam metode konvensional : Acrostalagmus, Aspergillus, Botrytis, Cephalosporium, Gliocladium, Monilia, Penicillium, Scopulariopsis, Spicaria, Trichoderma, Trichothecium, Verticillum, Alternaria, Cladosporium, Pullularia, Cylindrocarpon, dan Fusarium. (Rao, 1994). Salah satu fungsi utama dari fungi dalam tanah adalah untuk menguraikan bahan organik dan membantu membentuk bongkah tanah. Disamping kemampuan ini beberapa spesies dapat menghasilkan bahan yang mirip dengan bahan humus dalam tanah dan karenanya mungkin penting dalam memelihara bahan organik tanah. Beberapa fungi mampu membentuk asosiasi ektotropik dalam sistem perakaran pohon-pohon hutan yang dapat membantu memindahkan fosfor dan nitrogen dalam tanah ke dalam tubuh tanaman.G.2. Genus Aspergillus

Raper dan Fennel (1965) dalam monografinya membicarakan 18 kelompok. Aspergillus yang masing-masing terdiri atas beberapa spesies, sehingga seluruhnya mencakup 150 spesies (Dwidjoseputro, 1978).

Aspergillus terdapat dimana-mana, baik di daerah kutub maupun di daerah tropik, dan hampir pada setiap substrat. Sporanya berhamburan di udara maupun di tanah (Dwidjoseputro,1978).

Di samping yang patogen, ada pula Aspergillus yang dimanfaatkan manusia dalam perindustrian: pembuatan asam sitrat, asam glukonat dan beberapa asam organik lainnya. Aspergillus juga banyak digunakan dalam studi tentang enzimologi, biokimia, serta sebagai organisme penguji berbagai zat kimia tertentu (Dwidjoseputro,1978).

G.3. Lahan Bekas Tambang dan Perbaikannya

Lahan bekas tambang merupakan lahan sisa hasil proses pertambangan baik berupa tambang emas, timah, maupun batubara. Pada lahan pasca tambang biasanya akan ditemukan lubang-lubang dari hasil penambangan. Lapisan tanah yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Ada lapisan tanah yang berpasir yang berseling dengan lapisan liat, lempung, debu, sedangkan lapisan yang berwarna kelabu terdapat pada lapisan bawah, bagian tengah berwarna merah serta lapisan atas berwarna kehitam-hitaman. (Hardjowijono, 1995).

Degradasi pada lahan bekas tambang dapat meliputi perubahan sifat fisik dan kimia tanah, penurunan drastis jumlah spesies baik flora, fauna serta mikroorganisme tanah (Hidayati,1996). Terbentuknya kanopi yang menyebabkan suatu tanah cepat kering dan terjadi perubahan mikroba tanah sehingga lingkungan tumbuh menjadi kurang menyenangkan. Kondisi lahan terdegradasi memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan struktur tanah yang kurang baik. Penggunaan bahan organik baik yang berasal dari pupuk kandang maupun kompos perlu diterapkan disamping untuk menambah ketersediaan hara bagi tanaman, mengikat air juga memperbaiki sifat fisik tanahnya,

Kesuburan tanah tidak hanya tergantung pada komponen kimianya melainkan juga pada ciri alami mikroorganisme yang menghuninya. Faktor lingkungan juga mempengaruhi penyebaran jamur dalam tanah. Kualitas dan kuantitas bahan organik yang ada dalam tanah mempunyai pengaruh langsung terhadap jumlah fungi dalam tanah karena kebanyakan fungi nutrisinya heterotropik. Salah satu fungsi fungi dalam tanah adalah untuk menguraikan bahan organik dan membantu proses mineralisasi dan mineral yang dilepas akan diambil oleh tanaman(Setiadi, 1989). Disamping kemampuan ini dilaporkan oleh Subra Rao (1994) beberapa genus tertentu seperti Aspergillus, Altenaria, Cladosporium, Dermatium, Cliocladium, Hewlminthosporium,dan Humicoli menghasilkan bahan yang mirip dengan humus dalam tanah dan karenanya penting dalam memelihara bahan organik tanah. Hasil penelitian Yulinery dkk. (2001) menyarankan bahwa dalam usaha reklamasi lahan, sebaiknya ketiga kelompok fungi tanah (Aspergillus, Euphenicillium, dan Penicillium) ini disertakan sebagai salah satu perlakuan mokulasi mikroba selain hanya pada Mikoriza atau Rhizobium saja atau dalam tubuh mokulan gabungan, agar proses reklamasi lahan menjadi lebih cepat.

H. Metode Pelaksanaan Program

H.1 Tempat dan Waktu

Pelaksanaan program akan dilaksanakan dalam dua bentuk kegiatan (1) kegiatan eksperimental atau laboratorium dan (2) kegiatan ekspose/penyuluhan hasil kegiatan . Kegiatan eksprimental dilakukan di laboratorium mikrobiologi dan kimia FMIPA UNLAM. Sedangakan kegiatan ekspose/penyuluhan dilaksanakan di Kecamatan Cempaka Kodya Banjarbaru.

H.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan eksprimental meliputi rol meter, parang, cangkul, kontainer, plastik, otoklaf, gembor, ember, laminair flow cabinet, incubator, refrigrator inkunatoubator, vortex mixer, dan peralatan analisa tanah.

Bahan yang digunakan adalah tanah bekas tambang, isolat Aspergillus, media perbanyakan spora (media PDB), pupuk organik, bibit tanaman akasia, polybag, bahan untuk analisa tanah, perbanyakan secara mikrobiologi, dan fisiologi tanaman.

H.3 Pelaksanaan Kegiatan

H.3.1 Persiapan Inokulasi

H.3.1.1 Perbanyakkan Isolat Aspergillus spIsolat Aspergillus sp yang telah dimurnikan, masing-masing koloni dibiakan dengan menumbuhkan pada media malt extract agar miring dengan cara goresan.

H.3.1.2 Pembuatan Suspensi Aspergillus spIsolat Aspergillus sp yang berumur 48 jam pada media MEA miring disuspensikan dengan menggunakan aquades steril. Kemudian dilakukan penggojokan dengan vortex mixer selama 1-2 menit. Kepadatan sel suspensi Fungi Aspergillus sp) dihitung dengan menggunakan Haemocytometer (Cappuccino and Sherman, 2001).

H.4 Pengaruh Mokulasi Aspergillus sp Terhadap Sifat Biologi, Kimia dan Performasi Tanaman Akasia

Tanah dari lahan bekas tambang diambil dari lahan pasca tambang batubara yang ada di Kecamatan Cempaka Kodya Banjarbaru. Tanah merupakan sampel komposit dari area yang ditentukan secara acak. Tanah kemudian dibebaskan dari potongan-potongan kayu atau akar dengan menyaring melalui ayakan berlobang 2,0 cm. Sebanyak 500 gr tanah dipisahkan untuk keperluan analisa. Tanah selanjutnya di otoklaf pada temperatur 1210 C pada tekanan 1-2 atm selama 15 menit.

Kantong polybag diisi dengan tanah bekas tambang, sambil digoncang-goncangkan sehingga cukup padat sampai sekitar 3,0 cm dari mulutnya. Disiapkan sebanyak 90 polybag, polybag-polybag kemudian ditempatkan dikebun percobaan (rumah kaca) Fakultas Pertanian Unlam. Penyiraman dilakukan setiap hari selama 10 hari sebelum pemberian perlakuan dan pemindahan bibit akasia kecuali jika ada hujan dengan curah > 6 mm.

Dibuat lubang tanam dengan diameter 10 cm ditengah-tengah polybag. Pada lubang tanaman di inokulasikan spora Aspergillus sp dengan kepadatan spora masing-masing 104 spora/ml, 105 spora/ml, dan 106 spora/ml sebagai perlakuan. Sebagai rancangan percobaan dipakai Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan.

Pengaruh dari perlakuan ditentukan dengan jalan membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada tarap nyata 5% atau 1%. Apabila pengaruh perlakuan ini nyata atau sangat nyata maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk tiap perlakuan terhadap tanpa perlakuan inokulasi probiotik (genus Aspergillus sp). (Steel and Torrie, 1993).

H.5 Variabel yang Diamati

Parameter yang diamati selama perlakuan meliputi sifat biologi (produksi total fungi), sifat kimia tanah (kandungan N- total, P-total, K-total dan pH). Sedangkan terhadap performasi tanaman dilakukan pengamatan terhadap (tinggi tanaman dan jumlah daun). Pengamatan dilakukan sebelum perlakuan 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan setelah perlakuan.

Populasi Total Fungi. Dilakukan dengan mengambil sampel tanah dari masing-masing perlakuan inokulasi Aspergillus sp. Dari masing tanah tersebut dilakukan serangkaian pengenceran (Anas, 1984). Dari pengenceran tertentu dilakukan metode tuang (pour plate method) pada media malt exstract agar untuk menentukan total koloni fungi dari masing-masing perlakuan. Inkubasi dilakukan pada temperatur 28oC selama 2-5 hari ((Page et.al, 1982, Sutedjo dkk, 1996)).

Kandungan N- Total, C organik dan pH. Analisa terhadap perbaikan sifat kimia tanah dilakukan untuk melihat dampak perlakuan. Penetapan C-organik (Metode Wolkey and Black), penetapan N-total (metode mikro Kjeldahl). Kesemuannya mengacu pada prosedur analisis kimia tanah (Arifin, 1997).

Parameter Tanaman. Tinggi tanaman diukur mulai pangkal batang di permukaan tanah hingga bagian tanaman yang paling tinggi. Pengukuran dilakukan pada awal, 1 bulan, 2 bulan, dan hingga 3 bulan setelah perlakuan.

Jumlah daun. Dihitung pada semua daun yang masih berwarna hijau. Pengukuran dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman sampel (Fitter dan Hay, 1994).

I. Jadwal Kegiatan Program

No.KegiatanBulan ke

123456

1Persiapan kegiatan

a. PerijinanX

b. Pembelian alatX

c. Persiapan bahanXX

2Pelaksanaan program

a. Kegiatan eksprimental dan analisaXXXX

b. Kegiatan ekspose dan penyuluhanX

3Laporan

a. Penyusunan dan pengetikan laporanX

b. Penggandaan laporan dan pengirimanX

J. Nama dan Biodata Ketua serta Anggota Kelompok

1. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap

: Putri Kartika Sari

b NIM

: J1C103045

c. Fakultas/Program Studi

: MIPA/Biologi

d. Perguruan Tinggi : Universitas Lambung Mangkurat

e. Waktu kegiatan PKM : 6 ( enam ) bulan

2. Anggota Pelaksana 1

a. Nama Lengkap

: Byna Susanto

b. NIM

: J1C103055

c. Fakultas/Program Studi : MIPA/Biologi

d. Perguruan Tinggi : Universitas Lambung Mangkurat

e. Waktu kegiatan PKM : 6 ( enam ) bulan

3. Anggota Pelaksana 2

a. Nama Lengkap

: Herlina

b. NIM

: J1C103050

c. Fakultas/Program Studi : MIPA/Biologi

d. Perguruan Tinggi

: Universitas Lambung Mangkurat

e. Waktu kegiatan PKM : 6 ( enam ) bulan

4. Anggota Pelaksana 3

a. Nama Lengkap

: Wahdaniah

b. NIM

: J1C103043

c. Fakultas/Program Studi: MIPA/Biologi

d. Perguruan Tinggi

: Universitas Lambung Mangkurat

e. Waktu kegiatan PKM

: 6 ( enam ) bulan

5. Anggota Pelaksana 4

a. Nama Lengkap

: Denny Harmanto

b. NIM

: J1C103057

c. Fakultas/Program Studi : MIPA/Biologi

d. Perguruan Tinggi : Universitas Lambung Mangkurat

e. Waktu kegiatan PKM

: 6 ( enam ) bulan

K. Nama dan Biodata Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar

: Hasrul Satria Nur, S.Si

b. Golongan pangkat dan NIP

: III-a/132 299 389

c. Jabatan Fungsional

: Asisten ahli

d. Jabatan Struktural

: ----

e. Fakultas/Program Studi

: MIPA/Biologi

f. Perguruan Tinggi

: Universitas Lambung Mangkurat

g. Bidang Keahlian

: Mikrobiologi

h. Waktu kegiatan PKM : 6 ( enam ) bulanL. Biaya1. Bahan

No.Nama BahanVolumeBiaya Satuan (Rp)Biaya (Rp)

1Media malt exract agar500 gr1.677.0001.677.000,-

2Pupuk kandang10 kg3.00030.000,-

3Poly bag150 bh1.000150.000,-

4Tanaman akasia pembibitan awal150 tan1.000150.000,-

5Kantong plastik

150 bh1.000150.000,-

6Aluminium foil5 bh15.00075.000,-

7Kapas2 kg40.00080.000,-

8Kertas label6 sheet3.00018.000,-

9Kertas saring 1 box1.000.0001.000.000,-

10Karet gelang1 kg10.00010.000,-

11Aquades100 l1.500150.000,-

12Spritus2 l10.00020.000,-

13Alkohol 70 %2 l15.00030.000,-

14Tali rapia1 glg12.00012.000,-

15Analisa C- organik12 sampel25.000300.000,-

16Analisa N-total27 sampel25.000675.000,-

17Analisa P-total27 sampel25.000675.000,-

18Analisa K-total27 sampel25.000675.000,-

19Analisa pH27 sampel25.000675.000,-

Jumlah biayaRp. 4.404.000,-

2. Peralaan Penunjang

No.Nama AlatVolumeBiaya Satuan (Rp)Biaya (Rp)

1Parang2 bh15.00030.000,-

2Cangkul2 bh30.00060.000,-

3Skop besar2 bh30.00060.000,-

4Skop kecil2 bh15.00030.000,-

5Kontainer3 bh25.00075.000,-

6Rol 1 meter1 bh50.00050.000,-

7 Bahan anjir 1 patok150 bh50075.000,-

8Nampan plastik3 bh10.00030.000,-

9Ember plastik3 bh15.00045.000,-

10Pisau stainles3 bh7.50022.000,-

Jumlah biayaRp. 477.500,-

3. Perjalanan

No.Nama PerjalananVolumeBiaya Satuan (Rp)Biaya (Rp)

1Pengambilan sampel tanah Banjarbaru - Cempaka118.500118.500,-

2Transportasi tahap penyiapan alat dan bahan250.000250.000,-

Jumah biayaRp. 368.000,-

4. Lain-lain

No.Nama KegiatanVolumeBiaya Satuan (Rp)Biaya (Rp)

1Ekspose hasil kegiatan dan penyuluhan500.000500.000,-

2Dokumentasi dan laporan250.000250.000,-

Jumlah biayaRp. 750.000,-

5. Rekapitulasi Biaya

No.Rekap KegiatanBiaya (Rp)

1Bahan habis pakai4.404.000,-

2Peralatan penunjang477.500,-

3 Perjalanan368.500,-

4Lain-lain750.000,-

Grand totalRp. 6.000.000,-

DAFTAR PUSTAKAArifin. 1997. Analisa Kimia Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Unlam, Banjarbaru.

Anas, I. 1989. Petunjuk Laboratorium: Biologi Tanah dalam Praktik. PAU IPB, Bogor

Cappuccino, J. G. and Natalie Sherman. 2001. Microbiology a Laboratury Manual. Benyamin Cumming Publisher, New York.

Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Mikologi. Edisi Kedua. Alumni, Bandung.

Fitter, A. H. dan R. K. M Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hidayati, N., B. P. Naiola, F. Syarif, Suciatini, Suliasih. 1995. Model Reklamasi Lahan Terdegradasi Bekas Penambangan Emas di Jampang, Sukabumi. Laporan Teknik Proyek Pengembangan dan Pendayagunaan Potensi Wilayah. P3B LIPI. Bogor.

Hidayati, N. 1996. Restorasi Beberapa Spesies Akibat Kegiatan Penambangan Emas pada Kawasan Hutan di Jampang, Sukabumi. Laporan Teknik Proyek Pengembangan dan Pendayagunaan Potensi Wilayah. P3B LIPI, Bogor.

Kurdi, A. 2000. Diktat Kuliah Batu Bara. Jurusan Teknik Pertambangan (ATPN). Banjarbaru.Mangkusubroto. 1996. Prospek Pengusahaan Sumber Daya Batu Bara Di Indonesia. Majalah Pertambangan dan Energi No. I/XX/1996. Jakarta, hal 1-4.Page, A. L., R. H. Miller, D. R. Keeney. 1982. Methods of Soil Analysis, Part 2. Chimical and Microbiological Properties. Second Edition. American Society of Agronomi, Inc, Madison, Wisconsin U. S. A.

Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi Kedua. UI-Press, Jakarta.Setiadi, Y. 1989. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehutanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan IPB, Bogor.

Stiel and torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik suatu Pendekatan Biometrik. Edisi ke dua. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sutedjo, M. M., A.G. Kartasapoetra, RD. S. Sastroadmodjo. 1996. Mikrobiologi Tanah. Penerbit Rinekha Cipta, Jakarta.

Yulinery, T., Suciatmih, Nandang Suharna. 2001. Pengaruh Pemupukan dan Vegetasi Terhadap Keberadaan Jamur Tanah di Lahan Bekas Penambangan Emas yang Direklamasi pada Daerah Cimanggu dan Bojong Pari, Jampang Sukabumi. Berkl Penel. Hayati: hal 47 51.