proposal pengabmas diabetik

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah melebihi normal karena tubuh tidak lagi memiliki cukup insulin atau insulin tidak bekerja dengan baik (Soegondo dkk, 2005). DM merupakan penyakit kronis dan sering disebut sebagai the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala yang sangat bervariasi (Misnadiarly, 2006). Penyebab kematian banyak dikarenakan oleh penyakit kronis, di antara penyakit kronis yang sekarang menjadi perhatian orang banyak adalah diabetes mellitus (DM). Perhitungan secara ekonomis untuk setiap penderita diabetes mellitus adalah penting, demikian juga terhadap efek yang ditimbulkannya, seperti depresi. Setiap penderita diabetes mellitus yang mengalami depresi terjadi peningkatan tambahan biaya kesehatan sebesar 50-75%. Depresi meningkatkan angka kematian penduduk dunia sebesar 30% pada penderita diabetes mellitus (WFMH, 2010). Diabetes Statistics (2011) memperlihatkan bahwa, Amerika Serikat telah memberikan data berdasarkan laporan dari National Diabetes Fact Sheet tahun 2011. Laporan tersebut terdapat data 1

Upload: nissakurnia

Post on 16-Feb-2016

239 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Proposal Pengabdian Masyarakat Perawatan Kaki pada penyandang diabetes

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Pengabmas Diabetik

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar

gula darah melebihi normal karena tubuh tidak lagi memiliki cukup insulin atau insulin tidak

bekerja dengan baik (Soegondo dkk, 2005). DM merupakan penyakit kronis dan sering

disebut sebagai the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan

menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala yang sangat bervariasi (Misnadiarly,

2006).

Penyebab kematian banyak dikarenakan oleh penyakit kronis, di antara penyakit

kronis yang sekarang menjadi perhatian orang banyak adalah diabetes mellitus (DM).

Perhitungan secara ekonomis untuk setiap penderita diabetes mellitus adalah penting,

demikian juga terhadap efek yang ditimbulkannya, seperti depresi. Setiap penderita diabetes

mellitus yang mengalami depresi terjadi peningkatan tambahan biaya kesehatan sebesar 50-

75%. Depresi meningkatkan angka kematian penduduk dunia sebesar 30% pada penderita

diabetes mellitus (WFMH, 2010).

Diabetes Statistics (2011) memperlihatkan bahwa, Amerika Serikat telah memberikan

data berdasarkan laporan dari National Diabetes Fact Sheet tahun 2011. Laporan tersebut

terdapat data sekitar 25,8 juta (8,3%) populasi baik golongan usia remaja maupun dewasa

terkena diabetes, sehingga diperkirakan menyedot anggaran untuk berobat sebesar 174

milyar dolar Amerika. Berdasarkan jumlah tersebut, terdapat 18,8 juta penduduk yang

terdiagnosa dan 7,0 juta penduduk yang tidak terdiagnosa. Di antara jumlah tersebut terdapat

79 juta penduduk dalam status prediabetes, baik yang mengarah pada DM-1 maupun DM-2.

Data di Indonesia tidak menunjukkan jumlah yang pasti antara DM-1 dan DM-2

namun demikian, menurut Suyono (dalam Soegondo, Soewondo, & Subekti, 2007) di

Indonesia kasus DM-1sangat jarang. Taylor (2006) serta WHO (2003) menjelaskan bahwa,

DM-2 mencakup 90% dari seluruh kasus diabetes di masyarakat, dan individu dengan

orangtua atau saudara yang menderita diabetes akan memiliki risiko tinggi untuk menderita

diabetes seperti individu dengan obesitas dan hipertensi. Oleh sebab itu perlunya melakukan 1

Page 2: Proposal Pengabmas Diabetik

perawatan kaki pada pasien diabetes dan prediabetes guna mencegah terjadinya gangguan

diabetes yang lebih parah.

Hasil penelitian Donsu (2014), bahwa penderita diabetes mellitus di wilayah kerja

Puskesmas Kabupaten Sleman tidak pernah dikelola secara komprehensif. Artinya,

pengelolaan diabetes mellitus tidak hanya secara biologis tapi juga psikologis. Oleh sebab itu

perawatan pasien diabetes sebaiknya dilakukan secara komprehensif sehingga memberikan

hasil yang maksimal.

Perawatan kaki diabetes merupakan bagian dari perawatan DM secara komprehensif.

Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien diabetes melitus adalah masalah kaki.

Misalnya luka pada kaki yang tidak kunjung sembuh, infeksi bakteri atau jamur, dan yang

paling parah adalah pembusukan jaringan sehingga perlu dilakukan amputasi. Oleh karena itu

perawatan kaki harus menjadi perhatian setiap penderita diabetes mellitus bahkan semua

masyarakat yang berpotensi mengalami diabetes mellitus.

B. Perumusan Masalah

Berbagai upaya telah dilakukan dalam mencegah komplikasi pada diabetes

mellitus salah satunya adalah secara fisik, sehingga sebagai anggota masyarakat yang

potensial mengalami diabetes mellitus dan masyarakat yang sedang menderita diabetes

mellitus dapat melakukan perawatan kaki untuk mencegah terjadinya komplikasi. Oleh

karena itu masalah dalam pengabdian masyarakat ini dapat dirumuskan sebagai berikut

”Bagaimana peran edukator melalui perawatan kaki Diabetes Mellitus pada masyarakat

Dusun Ngawen”?

C. Tujuan Kegiatan

a. Tujuan Umum

Meningkatkan potensi masyarakat di bidang kesehatan melalui perawatan kaki dalam

mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus.

2

Page 3: Proposal Pengabmas Diabetik

b. Tujuan Khusus

1) Memberdayakan masyarakat dalam kemampuan melakukan perawatan kaki diabetes

secara mandiri

2) Memberdayakan masyarakat dalam mencegah komplikasi melalui perawatan kaki

diabetes

D. Manfaat Kegiatan

Manfaat kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah :

1. Bagi Dosen

Dosen yang melakukan kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat melaksanakan kegiatan

Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya pengabdian kepada masyarakat sehingga dapat

mengaplikasikan hasil penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat.

2. Bagi Puskesmas Godean II

Pelaksanaan perawatan kaki bagi masyarakat potensial diabetes mellitus dan pasien

diabetes mellitus yang berada di wilayah kerja Puskesmas Godean II akan mengurangi

angka tingkat komplikasi bahkan angka kematian akibat ulkus diabetikum, sehingga

status komplikasi diabetes mellitus akan berkurang.

3. Bagi Pasien/masyarakat

Melakukan perawatan kaki adalah suatu hal yang becil, artinya muda dilakukan akan

tetap manfaatnya sangat besar karena pasien dapat terhindar dari luka diabetikum yang

selama ini oleh masyarakat sangat ditakuti karena menyebabkan pasien tidak dapat

berjalan atau bahkan sampai harus memotong bagian kaki yang terkena luka agar

terhindar dari sepsis.

E. Khalayak Sasaran

Sasaran dilakukannya perawatan kaki khususnya pada pasien diabetes mellitus dan umumnya

pada semua masyarakat Dusun Ngawen terutama yang berpotensi mengalami gangguan pada

saat berjalan seperti adanya kesemutan pada kedua tungkai sehingga dengan melakukan

perawatan kaki dapat memperlancar peredaran darah perifer sehingga terhindar dari luka.

3

Page 4: Proposal Pengabmas Diabetik

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan adanya

hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun absolut. Diabetes

sebagai suatu gangguan metabolisme terhadap berbagai penyebab yang ditandai dengan

hiperglikemia kronik, dan gangguan pada metabolisme protein, lemak serta karbohidrat

yang dihasilkan dari kerusakan sekresi insulin, aktivitas insulin atau keduanya. Jadi

abnormalitas metabolisme diabetes dihasilkan dari pergerakan insulin ke sasaran sel yang

sesungguhnya tidak tepat, menyebabkan defisiensi sekresi insulin atau ketidaksensitifan

gerak insulin, atau adanya kombinasi antara keduanya (Asdie, 2000; Shrivastav, Harris,

Kannan, Rajendran, 2015).

B. Penyebab

Penyebab Diabetes Mellitus sudah banyak dikenal di masyarakat, namun secara

teoretis terdapat beberapa penyebab yang belum lasim. Penyebab utama di era globalisasi

adalah perubahan gaya hidup. Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan

zaman, nampaknya wajah Negara Asia secara harafiah telah berubah dan salah satu aspek

yang paling menonjol adalah tingginya makanan gaya barat. Faktor lainnya seperti; faktor

keturunan 10%, infeksi/peradangan, banyak makan (manis dan berlemak), kurang

olahraga, dan penurunan insulin (Hernan, et al,. 2014).

Penyebab terjadinya ulkus atau luka kaki pada kaki penderita diabetes mellitus

yang sering dikenal dengan ulkus diabetikum menurut Suyono (2007), adalah sebagai

berikut; sirkulasi darah kaki kurang baik, indera rasa kedua kaki berkurang sehingga kaki

mudah terluka, daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menurun.

4

Page 5: Proposal Pengabmas Diabetik

C. Proses Metabolisme Tubuh

Metabolisme merupakan suatu cara bagaimana tubuh memproses makanan untuk

pertumbuhan dan memperoleh energi. Mekanisme metabolisme dan terjadinya diabetes,

sebagian besar adalah makanan yang dimakan akan dihancurkan ke dalam bentuk

glukosa (gula dalam darah). Glukosa adalah sumber utama bahan bakar untuk tubuh yang

digunakan oleh sel untuk pertumbuhan dan energi. Setelah dicerna, glukosa melewati

aliran darah. Agar glukosa dapat di up take (diambil dan digunakan) oleh sel, diperlukan

insulin. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi di pankreas. Ketika makan,

pankreas secara otomatis akan menghasilkan insulin dalam jumlah yang tepat untuk

menggerakkan glukosa dari darah ke dalam sel (Kalat, 2007). Pada individu dengan

diabetes, meskipun pankreas dapat memproduksi sedikit insulin namun sel tidak dapat

merespon dengan tepat insulin yang dihasilkan sehingga glukosa terakumulasi di dalam

darah dan akhirnya keluar dari dalam tubuh melalui urin. Jadi tubuh kehilangan sumber

utama bahan bakar meskipun darah mengandung glukosa dalam jumlah yang besar

(Williams & Pickup, 2004).

Lebih lanjut Williams dan Pickup, (2004) menjelaskan tentang tubuh yang

memerlukan glukosa sebagai bahan bakar proses metabolism bahwa, glukosa apabila

terlalu banyak tersimpan dalam darah selama jangka waktu yang panjang menyebabkan

kondisi hiperglikemia (suatu tanda dari diabetes mellitus). Secara normal tubuh

mengontrol tingkat gula darah dengan hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas.

Pada pasien diabetes mellitus, tingkat abnormal glukosa terakumulasi dalam darah karena

pankreas tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang tepat.

Mekanisme metabolisme glukosa berpusat pada makanan yang dikonsumsi

seseorang. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, metabolisme

diabetes mellitus disebabkan oleh karena glukosa sebagai hasil dari bahan makanan yang

kita makan. Glukosa tersebut tidak dapat diserap oleh sel, karena kurangnya insulin yang

dihasilkan oleh pankreas, sehingga terjadi penumpukan gula dalam darah. Walaupun

tubuh memerlukan glukosa namun apabila berlebihan, maka akan terjadi penumpukan

5

Page 6: Proposal Pengabmas Diabetik

dalam darah dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan hiperglikemia

(Chamillard, Hitman, Khan,Thangaratinam, 2015)..

D. Tanda dan Gejala diabetes mellitus

Taylor (2006) menjelaskan diabetes mellitus biasanya terjadi pada usia di atas 40

tahun, tanda dan gejala yang muncul pada penderita dapat bermacam-macam seperti;

sering haus, sering buang air kecil terutama pada malam hari, sering lapar dan banyak

makan, gatal-gatal, cepat lelah, penglihatan kabur hingga mengakibatkan kebutaan, luka

yang lama sembuh, kaki terasa kebas, geli atau merasa terbakar, infeksi jamur pada

saluran reproduksi perempuan dan impotensi pada pria.

E. Diabetes Mellitus berdasarkan tipenya

Selama ini masyarakat mengenal dua jenis diabetes mellitus dengan perbedaan

menyolok yakni tipe-1 yang tergantung sepenuhnya pada insulin dan tipe-2 yang masih

dapat dibantu dengan obat-obatan lain. Menurut Taylor (2006) diabetes tipe-1 hanya

mencakup 10% dari semua kasus diabetes. Sementara itu, diabetes tipe-2 mencakup 90%

dari seluruh kasus diabetes. Menurut WHO (2003) berdasarkan pembagian/klasifikasi,

diabetes mellitus dibagi menjadi 4 tipe yaitu: 1) DM-1; 2) DM-2; 3) Diabetes kehamilan

(gestational); 4) Diabetes tipe lainnya. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di

Indonesia membagi tipe diabetes mellitus dengan mengikuti penggolongan yang dibuat

oleh WHO. Berdasarkan klasifikasi tersebut, lebih jelas pada uraian berikut ini:

1) Diabetes Melitus Tipe-1.

Diabetes mellitus tipe-1 disebabkan oleh rusaknya sel yang memproduksi

insulin di pankreas (B-cell) yang mengarah pada defisiensi insulin absolut. Rusaknya

sel pankreas penghasil insulin ini disebabkan oleh adanya infeksi yang disebabkan

oleh virus sehingga menstimulasi sistem imun untuk menyerang sel pankreas. Hal

inilah yang menyebabkan pasien harus melakukan injeksi insulin untuk menghindari

komplikasi akut dan komplikasi yang sangat serius. Oleh karena itu, diabetes

mellitus tipe-1 sering disebut sebagai Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

(Chamillard, et al., 2015).

6

Page 7: Proposal Pengabmas Diabetik

Diabetes tipe-1 secara khas berkembang pada masa kanak-kanak dan remaja

dan berjumlah hanya 5%-10% dari kasus diabetes. Komplikasi akut terbesar yang

terjadi tanpa insulin dalam IDDM disebut ketoacidosis yaitu tingkat asam lemak di

dalam darah yang mendorong kearah kegagalan fungsi ginjal, sehingga

menyebabkan terjadinya penumpukan asam lemak dan meracuni tubuh. Simtom

ketoacidosis secara umum di mulai dengan kehausan kronik dan buang air kecil,

diikuti dengan episode akut mual, munta, nyeri perut dan kesulitan pernapasan. Jika

tidak diobati dapat menyebabkan koma dan kematian dalam beberapa minggu

(Vries, Kolthof, Postma, Denig, Hak, (2014).

2) Diabetes Melitus Tipe-2.

Diabetes mellitus tipe-2 merupakan tipe yang paling banyak dijumpai,

ditandai dengan adanya gangguan kinerja insulin atau gangguan sekresi insulin

karena pankreas menghasilkan sedikit insulin. Hal ini menyebabkan terjadinya

resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Insulin dalam darah tidak mampu

mengambil dan menggunakan glukosa ke dalam sel secara maksimal. Faktor utama

pemicu diabetes mellitus tipe-2 adalah obesitas. Terlalu banyak makan menstimulasi

produksi insulin yang berlebihan oleh pankreas. Tingkat insulin yang meningkat

dalam darah menyebabkan terjadinya resistensi insulin dalam sel. Disamping itu sel

beta dalam pankreas dapat menjadi exhausted atau rusak karena tuntutan

memproduksi insulin yang banyak dan akhirnya menghasilkan sedikit insulin

(Chamillard, et al.,2015).

Sebagian besar individu dengan diabetes mellitus tipe-2 dapat mengelola

tingkat gula darah tanpa memakai insulin dengan mengikuti diet khusus yang hati-

hati dan melakukan meditasi. Diabetes mellitus tipe-2 dapat berkembang diberbagai

usia, biasanya muncul setelah usia 40 tahun. Pada saat didiagnosis hingga sepanjang

hidupnya, individu dengan diabetes mellitus tipe-2 menggunakan tritmen insulin

sebagai pengontrol gula darah bukan sebagai pertahanan hidup. Sebagian besar

individu dengan diabetes mellitus tipe-2 mengalami obesitas. Risiko dari diabetes

mellitus tipe-2 meningkat dengan penambahan usia, obesitas dan tidak aktif secara

fisik. Individu dengan orang tua atau saudara yang menderita diabetes juga memiliki

7

Page 8: Proposal Pengabmas Diabetik

risiko tinggi untuk menderita diabetes seperti individu dengan obesitas dan

hipertensi (Sarafino, 1998).

Menurut Asdie (2000) DM-2 dahulu disebut diabetes tipe dewasa (maturity-

onset atau adult-onset diabetes). Taylor (2006) menyatakan DM-2 biasanya terjadi

pada usia di atas 40 tahun. Selanjutnya dikatakan bahwa gejala yang muncul pada

penderita antara lain penglihatan kabur hingga mengakibatkan kebutaan, luka yang

lama sembuh, kaki terasa kebas, geli atau merasa terbakar, infeksi jamur pada

saluran reproduksi perempuan dan impotensi pada pria.

3) Diabetes Kehamilan (Gestational).

Diabetes kehamilan adalah gangguan toleransi glukosa berbagai derajat yang

ditemukan pertama kali pada saat hamil, tanpa membedakan apakah penderita perlu

terapi insulin atau tidak. Pada umumnya penderita diabetes mellitus kehamilan,

menunjukkan gangguan toleransi glukosa yang relatif ringan, sehingga jarang

memerlukan pertolongan dokter (Asdie, 2000).

4) Diabetes Tipe lainnya.

Tipe-tipe diabetes lain dijumpai pada kondisi dan sindroma tertentu. Tipe

diabetes ini dapat timbul sebagai akibat kerusakan pancreas karena radang, cireda

atau adanya suatu keganasan. Kasus ini hanya mencakup 1-10% dari seluruh kasus

diabetes (Kalat, 2007 & WHO, 2003).

F. Dampak atau komplikasi yang dapat terjadi pada penderita diabetes mellitus

Sebagian besar dampak dari diabetes mellitus diakibatkan oleh berkembangnya

komplikasi. Komplikasi pada umumnya adalah penyakit mikrovaskuler

(microangiopathy, retinopathy, nephropathy dan neuropathy) dan penyakit

makrovaskuler (atherosclerosis) (Yoshida, Hirai, Suzuki, Awata, & Oka, 2009). Sebagai

keterangan bahwa komplikasi yang dapat terjadi berupa; penyakit jantung (hipertensi,

gagal jantung), fungsi mata terganggu (glaucoma, katarak, retinopati), fungsi ginjal

terganggu, fungsi saraf terganggu (neuropati, mati rasa) menyebabkan luka yang tidak

sembuh sampai menjadi gangren sehingga harus diamputasi, fungsi kulit terganggu (luka,

gangrene), hipoglikemi, dan ketoasidosis. Menurut Vries, et al., (2014) pasien diabetes

8

Page 9: Proposal Pengabmas Diabetik

mellitus di negara berkembang banyak yang mengalami komplikasi bahkan sampai

menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penanganan komplikasi di negara

berkembang, juga mengalami berbagai kesulitan dalam prakteknya, seperti kurangnya

tenaga dokter, perawat dan ahli gizi bahkan kekurangan obat termasuk insulin.

G. Cara Pencegahan diabetes mellitus

Pencegahan terhadap diabetes mellitus dapat dilakukan dengan berbagai cara,

seperti; biasakan hidup sehat dengan minum air putih, olahraga secara teratur, diet

seimbang, hindari merokok, gunakan alas kaki yang lembut, periksa ke tempat-tempat

pelayanan terdekat (cek gula darah, cek berat badan, cek tekanan darah, minum obat

secara teratur) Duijzer, et al.,(2014). Mencegah komplikasi sangat penting dilakukan.

Bagaimana caranya agar penderita diabetes mellitus dapat terhindar dari komplikasi,

sebaiknya dilakukan tindakan seperti; diet yang benar, minum obat teratur, kontrol gula

darah teratur, olahraga (jalan kaki, senam, sepeda santai, dan sebagainya), bila saat

aktifitas kemudian pusing, keringat dingin maka segera minum teh manis, mencegah kulit

terluka (pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin, tangga (undak-undakan tidak

tinggi), cegah kegemukan (Chamillard, Hitman, Khan, Thangaratinam, 2015).

H. Perawatan kaki diabetes

Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien diabetes melitus adalah masalah

kaki. Misalnya luka pada kaki yang tidak kunjung sembuh, infeksi bakteri atau jamur,

dan yang paling parah adalah pembusukan jaringan sehingga perlu dilakukan amputasi

(Mendoza, 2014). Masalah pada kaki penderita DM disebabkan oleh dua hal, yakni:

1) Aliran darah yang buruk. Hal ini terjadi karena kerusakan pembuluh darah yang

disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam waktu lama. Aliran darah yang

terganggu menyebabkan kaki tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, sehingga kulit

kaki menjadi lemah, mudah luka dan sukar sembuh jika terjadi luka.

2) Kerusakan saraf. Hal ini juga terjadi karena kadar gula darah yang tinggi dalam waktu

lama. Kerusakan saraf menyebabkan kepekaan seorang pasien DM terhadap rasa

nyeri menjadi berkurang, sehingga pasien tidak sadar saat kakinya terluka.

9

Page 10: Proposal Pengabmas Diabetik

Untuk mencegah terjadinya masalah kaki pada pasien DM, langkah pertama yang

harus dilakukan adalah mengendalikan kadar gula darah seoptimal mungkin dan berhenti

merokok. Selain itu, pasien DM juga harus membiasakan diri merawat kakinya.

Perawatan harian yang dapat dilakukan adalah mencuci kaki dengan sabun. Setelah

itu, kaki harus dikeringkan dengan benar sampai ke sela-sela jari agar tidak terinfeksi

jamur. Oleskan pelembab untuk mencegah kulit kering, tetapi jangan oleskan pelembab

pada sela-sela jari. Jangan merendam kaki, karena akan membuat kulit rusak, sehingga

mudah terkena infeksi (Grace, et al., 2015).

Saat mencuci atau mengoleskan pelembab pada kaki, agar diperhatikan apakah

terdapat bercak merah, kapalan, luka, kuku yang tumbuh menusuk jari kaki, kuku kuning

dan rapuh, pembengkakan kaki, kulit kaki pecah-pecah ataupun melepuh. Perhatikan juga

warna kulit kaki yang menjadi biru atau hitam. Hal ini menandakan aliran darah yang

buruk sehingga butuh penanganan segera. Jika sulit untuk melihat telapak kaki,

gunakanlah cermin atau minta tolong kepada orang lain yang tinggal serumah (Wolf,

2009).

Guntinglah kuku kaki setiap bulan dengan arah lurus, kikir ujung-ujung kuku

yang tajam dengan pengikir kuku dan jangan menggunting kutikula kuku. Pasian DM

harus selalu menggunakan alas kaki yang nyaman dipakai, baik di dalam maupun di luar

rumah. Alas kaki tidak boleh kebesaran maupun kekecilan karena dapat menyebabkan

kaki lecet. Periksalah bagian dalam sepatu sebelum menggunakannya untuk memastikan

tidak ada benda tajam yang dapat melukai kaki (Paola, Carone, Vasilache, Pattavina,

2015).

Untuk menjaga aliran darah ke kaki tetap baik, angkat kaki pada saat duduk, lalu

gerakkan jari-jari kaki dan pergelangan kaki ke atas dan ke bawah selama 5 menit

sebanyak 2-3 kali sehari. Jangan melipat kaki dalam waktu lama. Selain merawat kaki

sendiri di rumah, pasien diabetes juga perlu memeriksakan kakinya ke dokter sambil

memeriksakan pada saat kontrol kadar gula darahnya. Dokter akan memeriksa denyut

nadi kaki, sensibilitas, dan kelainan-kelainan yang mungkin terjadi pada kaki (Wolf,

2009).

10

Page 11: Proposal Pengabmas Diabetik

Secara singkat ada beberapa tips perawatan kaki Diabetik yang dapat dilakukan

seorang penderita diabetes mellitus di rumah:

1. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung/sikat halus

2. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari

3. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna (pucat,kemerahan), bentuk

(pecah-pecah, lepuh, kalus, luka), suhu (dingin, lebih panas)

4. Bila kaki kering, olesi dengan lotion

5. Potong kuku/kikir tiap 2 hari, jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu keras kaki

direndam dahulu dalam air hangat (37,5OC) selama 5 menit.

6. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun/wol

7. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada sesuatu

didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan pergelangan kaki dan jari-

jari kaki agar sirkulasi darah lancar

8. Lakukan senam kaki

9. Jangan biarkan luka sekcil apapun

Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka kaki pada

penderita Diabetes Mellitus (Paola, Carone, Vasilache, Pattavina, 2015), adalah sebagai

berikut:

1. Hindari terlalu sering merendam kaki

2. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik

3. Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau menghilangkan kalus

4. hindari kaos kaki/sepatu yang terlalu sempit

5. Hindari rokok

Tindakan yang dapat dilakukan bila kaki terluka:

1. Bila luka kecil: bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan kasa steril dan bila

dalam waktu dua hari tidak sembuh segera periksa ke dokter

2. Bila luka cukup besar/kaki mengalami kelainan segera pergi ke dokter.

Cara memilih sepatu yang baik bagi penderita Diabetes Mellitus:

11

Page 12: Proposal Pengabmas Diabetik

1. Ukuran: Jangan terlalu sempit atau longgar  kurang lebih ½ inchi lebih panjang dari

kaki

2. Bentuk; ujung sepatu  jangan runcing, tinggi tumit < 2 inchi

3. Bahan sepatu terbuat dari bahan yang lembut

4. Insole terbuat dari bahan yang tidak licin

Berikut ini beberapa tips cara bagaimana perawatan diabetes melitus yang dapat

dilakukan sendiri di rumah :

1. Pola makan dan diet yang tepat. Para penderita penyakit DM diabetes melitus ini

memang harus benar-benar ketat dalam menjaga pola makan dan diet DM. Karena bila

penderita DM pola makannya tidak dijaga maka kemungkinan timbulnya keluhan akan

semakin besar lagi. Diet DM perlu dilakukan dengan mengurangi asupan karbohidrat

(berbagai jenis gula dan tepung termasuk nasi, kentang, ubi, singkong dan lain

sebagainya), mengurangi makanan berlemak (daging berlemak, kuning telur, keju, dan

susu tinggi lemak) serta memperbanyak makan sayur dan buah sebagai sumber serat,

vitamin dan mineral. Sebagai sumber protein dapat dengan memanfaatkan ikan, ayam

(terutama daging dada), tahu dan tempe.

2. Memonitor Kadar Gula darah. Bila termasuk dalam kategori pasien DM dengan kadar

gula yang naik turun secara dratis, maka bila diperbolehkan pulang oleh Dokter maka

yang perlu untuk diperhatikan adalah menjaga kadar gula darah dan juga memonitornya.

Ada alat tersendiri buat penderita DM untuk mengecek glukosa sewaktunya dengan alat

Glukotest. Dan alat pemeriksaan Glukotes ini dapat dibeli dijumpai di apotik-apotik atau

toko tempat menjual ala-alat kesehatan. Bila kadar gula tidak terkontrol maka perawatan

luka DM juga akan memperpanjang waktu lagi.

3. Malakukan olahraga. Tentunya dalam hal ini adalah melaksanakan aktifitas olahraga

yang disesuaikan dengan kemampuan penderita dM sendiri dan dilaksanakan secara

bertahap. Mengingat akan manfaat olahraga baik bagi kesehatan dan juga dalam rangka

menjaga kadar gula darah. Jenis olahraga yang ideal untuk penderita pasien diabetes

adalah aerobik adalah yang bersifat aerobik seperti jalan atau lari pagi, bersepeda,

berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama 30-40

12

Page 13: Proposal Pengabmas Diabetik

menit didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10

menit. Latihan ini bisa dilakukan sebanyak 3 kali seminggu. Contoh olahraga yang baik

dan ideal untuk penyakit DM (Diabetes Melitus) itu tersebut diatas.

4. Pengobatan Yang Teratur. Bagi para penderita diabetes melitus (diabetisi) minum obat

dan kontrol teratur adalah sesuatu yang sangat dianjurkan. karena memang penderita

diabetes melitus harus minum obat yang diberikan oleh dokter secara teratur, dan jangan

sampai terlewatkan. Selain itu, tidak diperkenankan untuk menambah atau mengurangi

dosis obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Untuk para diabetisi yang

mendapatkan terapi insulin secara berlanjut, mereka diharapkan bisa melakukan

penyuntikan secara mandiri. Bila tidak bisa melakukannya, dapat minta pertolongan

kepada tenaga kesehatan atau kader kesehatan yang ada disekitar tempat tinggalnya.

5. Saat ini, Diabetes Melitus sedang menjadi salah satu fokus perhatian dunia kedokteran.

Hal ini dikarenakan, Penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah ini

merupakan penyakit dengan komplikasi paling banyak dan jumlah penderita yang setiap

tahun terus meningkat. Diabetes melitus memang kebanyakan diderita orang dewasa

sampai dengan tua. Penyebab utama dari penyakit ini adalah kegemukan, tidak pernah

olahraga dan pola makan yang tidak sehat.

6. Meski diabetes termasuk dalam penyakit berbahaya, namun apabila kadar gula darah bisa

anda dikendalikan dengan gaya hidup sehat, pasien akan tetap dapat hidup sehat,

produktif, dengan kualitas hidup yang baik.

7. Istilah kedokteran lebih banyak menggunakan keterangan bahwa diabetes bisa

dikendalikan, bukan bisa disembuhkan. Hal ini dikarenakan, apabila pasien kembali

malas berolahraga, makan secara sembarangan, atau tidak minum obat pengendali gula

darah, maka kadar gula darah dalam tubuh akan naik kembali.

8. Tujuan merawat kesehatan penderita piabetes bukan untuk menyembuhkan, namun

bertujuan untuk untuk mengurangi efek dari komplikasi. Komplikasi yang timbul dari

penyakit diabetes bukan hanya membuat penyakit bertambah berat tapi juga

meningkatkan pengeluaran untuk berobat dan tentu saja kualitas hidup pasien rendah.

13

Page 14: Proposal Pengabmas Diabetik

9. Tantangan terberat pengobatan diabetes adalah sifatnya yang jangka panjang dan

diperlukan kedisiplinan dari pasien. Secara umum terdapat lima pilar pengendalian

diabetes, yakni pengaturan makan, edukasi, olahraga, obat, serta pengukuran gula darah

mandiri. Dianggap terkendali apabila setiap hari kadar gula darah dalam darah telah

normal tanpa terjadi hipoglikemi.

            

14

Page 15: Proposal Pengabmas Diabetik

BAB IIIMETODE PENGABDIAN MASYARAKAT

A. Metode Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa pemberian tindakan dengan

melakukan perawatan kaki pada penderita diabetes mellitus dan masyarakat yang berpotensi

terkena diabetes mellitus (pre diabetes). Perawatan kaki yang dilakukan di rumah dengan

tehnik sebagai berikut:

1. Membersihkan kedua kaki dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung/sikat halus

2. Mengeringkan kaki dengan handuk terutama sela-sela jari

3. Memeriksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna (pucat,kemerahan), bentuk

(pecah-pecah, lepuh, kalus, luka), suhu (dingin, lebih panas)

4. Mengolesi kedua kaki dengan lotion bila kaki nampak kering

5. Memotong kuku/kikir tiap 2 hari, jangan terlalu pendek

6. Menggunakan kaos kaki yang terbuat dari katun/wol

7. Memakai alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada sesuatu didalamnya.

8. Melakukan senam kaki

9. Mengontrol kaki tanpa luka sekecil apapun

A. Keterkaitan

Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan berupa perawatan kaki, yang

merupakan salah satu program Puskesmas terhadap perawatan penderita diabetes mellitus.

Kegiatan tersebut akan dilakukan pada salah satu dusun wilayah kerja Puskesmas Godean II

yaitu Dusun Ngawen. Pemilihan tempat sesuai saran dan penunjukkan dari Puskesmas

berdasarkan jumlah kasus diabetes terbanyak di beberapa dusun wilayah kerja Puskesmas

serta animo masyarakat yang sangat antusias dalam melakukan program Puskesmas.

15

Page 16: Proposal Pengabmas Diabetik

B. Rancangan Evaluasi

Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut dilakukan secara berkala selama 4 (empat)

bulan. Evaluasi dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu evaluasi proses dan hasil. Evaluasi

proses dilakukan setiap kegiatan yaitu sebulan 2 (dua) kali. Evaluasi hasil dilakukan pada

akhir kegiatan secara keseluruhan. Evaluasi proses menjadi cataatan penting pada evaluasi

hasil. Baik evaluasi proses maupun hasil mencatat jumlah peserta yang mengikuti kegiatan

perawatan kaki, dan kemampuan melakukan perawatan kaki secara mandiri di rumah.

C. Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan pengabdian masyarakat ini berlokasi di Dusun Ngawen Desa Sidokarto Kecamatan

Godean Wilayah kerja Puskesmas Godean II. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilaksanakan

selama 4 (empat) bulan yaitu dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2015, sesuai

jadwal berikut :

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Tahun 2015Aprl Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop

Penyusunan proposal X X

Pengurusan perizinan X X

Pelaksanaan Kegiatan X X X X

Pemantauan X X X X

Laporan X X

D. Rencana Anggaran Belanja

Rencana Anggaran Belanja Secara Rinci (terlampir)

16

Page 17: Proposal Pengabmas Diabetik

Daftar Pustaka

Asdie, A.H. (2000). Patogenesis dan Terapi Diabetes Melitus Tipe 2. Yogyakarta: Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Chamillard, M., Hitman, G.A., Khan, K.S., Thangaratinam, S. (2015). Nutritional manipulation for the primary prevention of gestational diabetes mellitus: A meta-analysis of randomised studies. Juornal Plos One (pone), (10), 1371-1392.

Diabetes Statistics. (2011). The 2011 National Diabetes Fact Sheet. Diakses dari http://www.diabetes.org/diabetes-basics/diabetes-statistic

Donsu, J.D.T. (2014). Peranan faktor-faktor psikologis terhadap depresi pada diabetes mellitus tipe 2. Disertasi tidak diterbitkan. Universitas Gaadjah Mada, Yogyakarta

Duijzer, G., Haveman-Nies, A., Jansen, S., C., Beek, Jt., Hiddink, G., J., Feskens, E.J.M. (2014). SLIMMER: A randomised controlled trial of diabetes prevention in Dutch primary health care: design and methods for process, effect, and economic evaluation, BMC Public Health (14), 602-621.

Grace, R.W., Chen, E.H., Hessler, D., DeVore, D., Prado, C., Bodenheimer, Th., Thom,D.H. (2015). Health coaching by medical assistants to improve control of diabetes, hypertension, and hyperlipidemia in low-income patients: A randomized controlled trial. Annals Journal Club Selection, (13), 130-138.

Hernan, A.L., Versace, V.L., Laatikainen, T., Vartiainen, E., Janus, E.D., Dunbar, J.A. (2014). Association of weight misperception with weight loss in a diabetes prevention program. BMC Public Health,(14), 93-104.

Kalat, J.W. (2007). Biological Psychology (9th ed). Australia: Thomson Wadsworth.

Mendoza, Th., Sharma, S., Doughty, P., Cooper, C., Walton, Young, C., Tubb, L., Jenkins, K. (2014). Environmental disparities present a challenge for diabetes prevention and management efforts in Dallas County. Journal of Health Disparities Research and Practice, Vol. 7, (5), 151-170.

Kufe, C.N., Grobusch, K.K., Leopold, F., Assah, F, Ngufor, G, Mbeh, G., Mbanya, V.N., Claude, J (2015). Risk factors of impaired fasting glucose and type 2 diabetes in Yaoundé, Cameroon: a cross sectional study. BMC Public Health, (10), 2, 1186-1197.

Paola, L.D., Carone, A., Vasilache, L., Pattavina, M. (2015). Overview on diabetic foot: a dangerous, but still orphan, disease. European Heart Jurnal Supllement, 17: A64- A68.

17

Page 18: Proposal Pengabmas Diabetik

Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Sebagai Panduan Penatalaksaan Diabetes Melitus Bagi Dokter Maupun Edukator, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Suyono, S. (2007). Kecenderungan peningkatan jumlah penyandang diabetes. Dalam S. Soegondo, P. Soewondo, & I. Subekti, (Eds.), Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bekerjasama dengan Departemen Kesehatan RI dan WHO.

Shrivastav, M., Harris, M., Kannan, R., Rajendran, K. (2015). Diabetes awareness among caregivers in a semi-rural community in South India. International Journal Diabetes Development Countries, 35, (1), 47–54.

Taylor, S.E. (2006). Health Psychology. Sixth Edition. Inc. Singapore: Mc Graw Hill.

Vries, F.M., Kolthof, J., Postma, M.J., Denig, P., Hak, E.H., (2014). Efficacy of standard and intensive statin treatment for the secondary prevention of cardiovascular and cerebrovascular events in Diabetes patients: A meta-analysis. Journal pone, Plos One, 9, (11), 1247-1156.

Williams, G. & Pickup, J.C. (2004). Handbook of Diabetes. Third Edition. Massachusetts: Blackwell Publishing Ltd

Wolf, G., Müller, N., Busch, M., Eidner, G., Kloos, C., Hunger-Battefeld, G., Müller, U.A. (2009). Diabetic foot syndrome and renal function in type 1 and 2 diabetes mellitus show close association, Nephrology Dialysis Transplantation, 24: 1896-1901.

World Health Organization (WHO). (2003). Adherence to Long Term Therapies Evidence for Action. Switzerland: Eduardo Sabate-WHO.

World Federation for Mental Health (WFMH). (2010). Mental Health Chronic Physical Illness. WFMH.

Yoshida, S., Hirai, M., Suzuki, S., Awata, S., & Oka, Y. (2009). Neuropathy is associated with depression independently of health-related quality of life in Japanese patients with diabetes, Psychotherapy and Clinical Neurosciences, 63, 65-72.

18