proposal pengabmas diit diabetes

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah melebihi normal karena tubuh tidak lagi memiliki cukup insulin atau insulin tidak bekerja dengan baik (Soegondo dkk, 2005). DM merupakan penyakit kronis dan sering disebut sebagai the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala yang sangat bervariasi (Williams, & Pickup, 2004). Penyebab kematian banyak dikarenakan oleh penyakit kronis, di antara penyakit kronis yang sekarang menjadi perhatian orang banyak adalah diabetes mellitus (DM). Perhitungan secara ekonomis untuk setiap penderita diabetes mellitus adalah penting, demikian juga terhadap efek yang ditimbulkannya, seperti depresi. Setiap penderita diabetes mellitus yang mengalami depresi terjadi peningkatan tambahan biaya kesehatan sebesar 50-75%. Depresi meningkatkan angka kematian penduduk dunia sebesar 30% pada penderita diabetes mellitus (WFMH, 2010). Diabetes Statistics (2011) memperlihatkan bahwa, Amerika Serikat telah memberikan data berdasarkan laporan dari National 1

Upload: nissakurnia

Post on 29-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Proposal Pengabmas Diit Diabetes

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar

gula darah melebihi normal karena tubuh tidak lagi memiliki cukup insulin atau insulin tidak

bekerja dengan baik (Soegondo dkk, 2005). DM merupakan penyakit kronis dan sering

disebut sebagai the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan

menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala yang sangat bervariasi (Williams, &

Pickup, 2004).

Penyebab kematian banyak dikarenakan oleh penyakit kronis, di antara penyakit

kronis yang sekarang menjadi perhatian orang banyak adalah diabetes mellitus (DM).

Perhitungan secara ekonomis untuk setiap penderita diabetes mellitus adalah penting,

demikian juga terhadap efek yang ditimbulkannya, seperti depresi. Setiap penderita diabetes

mellitus yang mengalami depresi terjadi peningkatan tambahan biaya kesehatan sebesar 50-

75%. Depresi meningkatkan angka kematian penduduk dunia sebesar 30% pada penderita

diabetes mellitus (WFMH, 2010).

Diabetes Statistics (2011) memperlihatkan bahwa, Amerika Serikat telah memberikan

data berdasarkan laporan dari National Diabetes Fact Sheet tahun 2011. Laporan tersebut

terdapat data sekitar 25,8 juta (8,3%) populasi baik golongan usia remaja maupun dewasa

terkena diabetes, sehingga diperkirakan menyedot anggaran untuk berobat sebesar 174

milyar dolar Amerika. Berdasarkan jumlah tersebut, terdapat 18,8 juta penduduk yang

terdiagnosa dan 7,0 juta penduduk yang tidak terdiagnosa. Di antara jumlah tersebut terdapat

79 juta penduduk dalam status prediabetes, baik yang mengarah pada DM-1 maupun DM-2.

Data di Indonesia tidak menunjukkan jumlah yang pasti antara DM-1 dan DM-2

namun demikian, menurut Suyono (dalam Soegondo, Soewondo, & Subekti, 2007) di

Indonesia kasus DM-1sangat jarang. Taylor (2006) serta WHO (2003) menjelaskan bahwa,

DM-2 mencakup 90% dari seluruh kasus diabetes di masyarakat, dan individu dengan

orangtua atau saudara yang menderita diabetes akan memiliki risiko tinggi untuk menderita

1

Page 2: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

diabetes seperti individu dengan obesitas dan hipertensi. Oleh sebab itu perlunya melakukan

pemeriksaan gula darah untuk meningkatkan perhatian dan sebagai peringatan terhadap

bahaya diabetes.

Hasil penelitian Donsu (2014), bahwa penderita diabetes mellitus di wilayah kerja

Puskesmas Kabupaten Sleman tidak pernah dikelola secara komprehensif. Artinya,

pengelolaan diabetes mellitus tidak hanya secara biologis tapi juga psikologis, terutama

pasien diabetes dan prediabetes yang berada di masyarakat. Oleh sebab itu perawatan pasien

diabetes sebaiknya dilakukan secara komprehensif sehingga memberikan hasil yang

maksimal. Penelitian tersebut juga menyimpulkan adanya pasien yang enggan memeriksakan

diri ke dokter karena kurangnya dukungan sosial terutama keluarga. Berkaitan dengan hal ini,

pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di dusun Semarangan, dimana pasien dan keluarga

ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

Hasil wawancara dengan kader kesehatan di Dusun Salakan, masyarakat sering

mengeluhkan tentang gejala-gejalah seperti; sering buang air kecil lebih dari 2 (dua) kali

terutama di malam hari, terjadi penurunan berat badan padahal semua aktivitas berjalan

seperti biasa dan tidak melakukan diet atau membatasi makan setiap hari. Kesimpulan

bahwa, gejala-gejala tersebut merupakan kecenderungan terhadap prediabetes yang perlu

diwaspadai.

B. Perumusan Masalah

Berbagai upaya telah dilakukan dalam mencegah komplikasi pada diabetes

mellitus salah satunya adalah secara fisik, sehingga sebagai anggota masyarakat yang

potensial mengalami diabetes mellitus dan masyarakat yang sedang menderita diabetes

mellitus, juga keluarga dapat melakukan pemeriksaan gula darah untuk mencegah terjadinya

komplikasi lebih lanjut. Oleh karena itu masalah dalam pengabdian masyarakat ini dapat

dirumuskan sebagai berikut ”Bagaimana peran edukator melalui pemeriksaan gula darah

pada pasien diabetes dan predabetes serta keluarga yang potensial mengalami Diabetes

Mellitus di Dusun Salakan”?

2

Page 3: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

C. Tujuan Kegiatan

a. Tujuan Umum

Meningkatkan kewaspadaan masyarakat di bidang kesehatan melalui pemeriksaan kadar

gula darah dalam mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan motivasi masyarakat dalam kemampuan mengambil keputusan untuk

melakukan pemeriksaaan gula darah.

2) Memotivasi pasien diabetes dan prediabetes untuk memperoleh pengetahuan yang

lebih tentang diabetes serta meningkatkan dukungan keluarga dalam melakukan

pemeriksaan gula darah

D. Manfaat Kegiatan

Manfaat kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah :

1. Bagi Dosen

Dosen yang melakukan kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat melaksanakan kegiatan

Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya pengabdian kepada masyarakat sehingga dapat

mengaplikasikan hasil penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat.

2. Bagi Puskesmas Godean II

Pemeriksaan gula darah bagi masyarakat potensial diabetes mellitus dan pasien diabetes

mellitus yang berada di wilayah kerja Puskesmas Godean II akan mengurangi angka

kejadian penyakit serta meningkatkan kewaspadaan terhadap tingkat komplikasi bahkan

angka kematian akibat ulkus diabetikum, sehingga status komplikasi diabetes mellitus

akan berkurang.

3. Bagi Pasien/masyarakat

Melakukan pemeriksaan gulah darah merupakan suatu tindakan yang dapat

meningkatkan pengetahuan, sehingga dengan demikian kadar gula darah dapat terkontrol.

Artinya, apabila pasien dan masyarakat telah memahami manfaat dari terkontrolnya gula

darah maka akan mempermuda pemahaman terhadap kasus diabetes dan pengelolaannya.

3

Page 4: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

E. Khalayak Sasaran

Sasaran dilakukannya pemeriksaan gula darah tersebut khususnya pada pasien diabetes

mellitus dan masyarakat prediabetes Dusun Semarangan terutama yang berpotensi

mengalami gangguan atau gejala-gejala seperti; sering buang air kecil pada malam hari,

adanya luka yang sulit sembuh, mengalami penurunan berat badan secara drastis, dan

perasaan haus yang sering.

4

Page 5: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan adanya

hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun absolut. Diabetes

sebagai suatu gangguan metabolisme terhadap berbagai penyebab yang ditandai dengan

hiperglikemia kronik, dan gangguan pada metabolisme protein, lemak serta karbohidrat

yang dihasilkan dari kerusakan sekresi insulin, aktivitas insulin atau keduanya. Jadi

abnormalitas metabolisme diabetes dihasilkan dari pergerakan insulin ke sasaran sel yang

sesungguhnya tidak tepat, menyebabkan defisiensi sekresi insulin atau ketidaksensitifan

gerak insulin, atau adanya kombinasi antara keduanya (Asdie, 2000; Shrivastav, Harris,

Kannan, Rajendran, 2015).

B. Penyebab

Penyebab Diabetes Mellitus sudah banyak dikenal di masyarakat, namun secara

teoretis terdapat beberapa penyebab yang belum lasim. Penyebab utama di era globalisasi

adalah perubahan gaya hidup. Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan

zaman, nampaknya wajah Negara Asia secara harafiah telah berubah dan salah satu aspek

yang paling menonjol adalah tingginya makanan gaya barat. Faktor lainnya seperti; faktor

keturunan 10%, infeksi/peradangan, banyak makan (manis dan berlemak), kurang

olahraga, dan penurunan insulin (Hernan, et al,. 2014).

Penyebab terjadinya ulkus atau luka kaki pada kaki penderita diabetes mellitus

yang sering dikenal dengan ulkus diabetikum menurut Suyono (2007), adalah sebagai

berikut; sirkulasi darah kaki kurang baik, indera rasa kedua kaki berkurang sehingga kaki

mudah terluka, daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menurun.

5

Page 6: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

C. Proses Metabolisme Tubuh

Metabolisme merupakan suatu cara bagaimana tubuh memproses makanan untuk

pertumbuhan dan memperoleh energi. Mekanisme metabolisme dan terjadinya diabetes,

sebagian besar adalah makanan yang dimakan akan dihancurkan ke dalam bentuk

glukosa (gula dalam darah). Glukosa adalah sumber utama bahan bakar untuk tubuh yang

digunakan oleh sel untuk pertumbuhan dan energi. Setelah dicerna, glukosa melewati

aliran darah. Agar glukosa dapat di up take (diambil dan digunakan) oleh sel, diperlukan

insulin. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi di pankreas. Ketika makan,

pankreas secara otomatis akan menghasilkan insulin dalam jumlah yang tepat untuk

menggerakkan glukosa dari darah ke dalam sel (Kalat, 2007). Pada individu dengan

diabetes, meskipun pankreas dapat memproduksi sedikit insulin namun sel tidak dapat

merespon dengan tepat insulin yang dihasilkan sehingga glukosa terakumulasi di dalam

darah dan akhirnya keluar dari dalam tubuh melalui urin. Jadi tubuh kehilangan sumber

utama bahan bakar meskipun darah mengandung glukosa dalam jumlah yang besar

(Williams & Pickup, 2004).

Lebih lanjut Williams dan Pickup, (2004) menjelaskan tentang tubuh yang

memerlukan glukosa sebagai bahan bakar proses metabolism bahwa, glukosa apabila

terlalu banyak tersimpan dalam darah selama jangka waktu yang panjang menyebabkan

kondisi hiperglikemia (suatu tanda dari diabetes mellitus). Secara normal tubuh

mengontrol tingkat gula darah dengan hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas.

Pada pasien diabetes mellitus, tingkat abnormal glukosa terakumulasi dalam darah karena

pankreas tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang tepat.

Mekanisme metabolisme glukosa berpusat pada makanan yang dikonsumsi

seseorang. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, metabolisme

diabetes mellitus disebabkan oleh karena glukosa sebagai hasil dari bahan makanan yang

kita makan. Glukosa tersebut tidak dapat diserap oleh sel, karena kurangnya insulin yang

dihasilkan oleh pankreas, sehingga terjadi penumpukan gula dalam darah. Walaupun

tubuh memerlukan glukosa namun apabila berlebihan, maka akan terjadi penumpukan

6

Page 7: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

dalam darah dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan hiperglikemia

(Chamillard, Hitman, Khan,Thangaratinam, 2015)..

D. Tanda dan Gejala diabetes mellitus

Taylor (2006) menjelaskan diabetes mellitus biasanya terjadi pada usia di atas 40

tahun, tanda dan gejala yang muncul pada penderita dapat bermacam-macam seperti;

sering haus, sering buang air kecil terutama pada malam hari, sering lapar dan banyak

makan, gatal-gatal, cepat lelah, penglihatan kabur hingga mengakibatkan kebutaan, luka

yang lama sembuh, kaki terasa kebas, geli atau merasa terbakar, infeksi jamur pada

saluran reproduksi perempuan dan impotensi pada pria.

E. Diabetes Mellitus berdasarkan tipenya

Selama ini masyarakat mengenal dua jenis diabetes mellitus dengan perbedaan

menyolok yakni tipe-1 yang tergantung sepenuhnya pada insulin dan tipe-2 yang masih

dapat dibantu dengan obat-obatan lain. Menurut Taylor (2006) diabetes tipe-1 hanya

mencakup 10% dari semua kasus diabetes. Sementara itu, diabetes tipe-2 mencakup 90%

dari seluruh kasus diabetes. Menurut WHO (2003) berdasarkan pembagian/klasifikasi,

diabetes mellitus dibagi menjadi 4 tipe yaitu: 1) DM-1; 2) DM-2; 3) Diabetes kehamilan

(gestational); 4) Diabetes tipe lainnya. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di

Indonesia membagi tipe diabetes mellitus dengan mengikuti penggolongan yang dibuat

oleh WHO. Berdasarkan klasifikasi tersebut, lebih jelas pada uraian berikut ini:

1) Diabetes Melitus Tipe-1.

Diabetes mellitus tipe-1 disebabkan oleh rusaknya sel yang memproduksi

insulin di pankreas (B-cell) yang mengarah pada defisiensi insulin absolut. Rusaknya

sel pankreas penghasil insulin ini disebabkan oleh adanya infeksi yang disebabkan

oleh virus sehingga menstimulasi sistem imun untuk menyerang sel pankreas. Hal

inilah yang menyebabkan pasien harus melakukan injeksi insulin untuk menghindari

komplikasi akut dan komplikasi yang sangat serius. Oleh karena itu, diabetes

mellitus tipe-1 sering disebut sebagai Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

(Chamillard, et al., 2015).

7

Page 8: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

Diabetes tipe-1 secara khas berkembang pada masa kanak-kanak dan remaja

dan berjumlah hanya 5%-10% dari kasus diabetes. Komplikasi akut terbesar yang

terjadi tanpa insulin dalam IDDM disebut ketoacidosis yaitu tingkat asam lemak di

dalam darah yang mendorong kearah kegagalan fungsi ginjal, sehingga

menyebabkan terjadinya penumpukan asam lemak dan meracuni tubuh. Simtom

ketoacidosis secara umum di mulai dengan kehausan kronik dan buang air kecil,

diikuti dengan episode akut mual, munta, nyeri perut dan kesulitan pernapasan. Jika

tidak diobati dapat menyebabkan koma dan kematian dalam beberapa minggu

(Vries, Kolthof, Postma, Denig, Hak, (2014).

2) Diabetes Melitus Tipe-2.

Diabetes mellitus tipe-2 merupakan tipe yang paling banyak dijumpai,

ditandai dengan adanya gangguan kinerja insulin atau gangguan sekresi insulin

karena pankreas menghasilkan sedikit insulin. Hal ini menyebabkan terjadinya

resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Insulin dalam darah tidak mampu

mengambil dan menggunakan glukosa ke dalam sel secara maksimal. Faktor utama

pemicu diabetes mellitus tipe-2 adalah obesitas. Terlalu banyak makan menstimulasi

produksi insulin yang berlebihan oleh pankreas. Tingkat insulin yang meningkat

dalam darah menyebabkan terjadinya resistensi insulin dalam sel. Disamping itu sel

beta dalam pankreas dapat menjadi exhausted atau rusak karena tuntutan

memproduksi insulin yang banyak dan akhirnya menghasilkan sedikit insulin

(Chamillard, et al.,2015).

Sebagian besar individu dengan diabetes mellitus tipe-2 dapat mengelola

tingkat gula darah tanpa memakai insulin dengan mengikuti diet khusus yang hati-

hati dan melakukan meditasi. Diabetes mellitus tipe-2 dapat berkembang diberbagai

usia, biasanya muncul setelah usia 40 tahun. Pada saat didiagnosis hingga sepanjang

hidupnya, individu dengan diabetes mellitus tipe-2 menggunakan tritmen insulin

sebagai pengontrol gula darah bukan sebagai pertahanan hidup. Sebagian besar

individu dengan diabetes mellitus tipe-2 mengalami obesitas. Risiko dari diabetes

mellitus tipe-2 meningkat dengan penambahan usia, obesitas dan tidak aktif secara

fisik. Individu dengan orang tua atau saudara yang menderita diabetes juga memiliki

8

Page 9: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

risiko tinggi untuk menderita diabetes seperti individu dengan obesitas dan

hipertensi (Sarafino, 1998).

Menurut Asdie (2000) DM-2 dahulu disebut diabetes tipe dewasa (maturity-

onset atau adult-onset diabetes). Taylor (2006) menyatakan DM-2 biasanya terjadi

pada usia di atas 40 tahun. Selanjutnya dikatakan bahwa gejala yang muncul pada

penderita antara lain penglihatan kabur hingga mengakibatkan kebutaan, luka yang

lama sembuh, kaki terasa kebas, geli atau merasa terbakar, infeksi jamur pada

saluran reproduksi perempuan dan impotensi pada pria.

3) Diabetes Kehamilan (Gestational).

Diabetes kehamilan adalah gangguan toleransi glukosa berbagai derajat yang

ditemukan pertama kali pada saat hamil, tanpa membedakan apakah penderita perlu

terapi insulin atau tidak. Pada umumnya penderita diabetes mellitus kehamilan,

menunjukkan gangguan toleransi glukosa yang relatif ringan, sehingga jarang

memerlukan pertolongan dokter (Asdie, 2000).

4) Diabetes Tipe lainnya.

Tipe-tipe diabetes lain dijumpai pada kondisi dan sindroma tertentu. Tipe

diabetes ini dapat timbul sebagai akibat kerusakan pancreas karena radang, cireda

atau adanya suatu keganasan. Kasus ini hanya mencakup 1-10% dari seluruh kasus

diabetes (Kalat, 2007 & WHO, 2003).

F. Dampak atau komplikasi yang dapat terjadi pada penderita diabetes mellitus

Sebagian besar dampak dari diabetes mellitus diakibatkan oleh berkembangnya

komplikasi. Komplikasi pada umumnya adalah penyakit mikrovaskuler

(microangiopathy, retinopathy, nephropathy dan neuropathy) dan penyakit

makrovaskuler (atherosclerosis) (Yoshida, Hirai, Suzuki, Awata, & Oka, 2009). Sebagai

keterangan bahwa komplikasi yang dapat terjadi berupa; penyakit jantung (hipertensi,

gagal jantung), fungsi mata terganggu (glaucoma, katarak, retinopati), fungsi ginjal

terganggu, fungsi saraf terganggu (neuropati, mati rasa) menyebabkan luka yang tidak

sembuh sampai menjadi gangren sehingga harus diamputasi, fungsi kulit terganggu (luka,

gangrene), hipoglikemi, dan ketoasidosis. Menurut Vries, et al., (2014) pasien diabetes

9

Page 10: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

mellitus di negara berkembang banyak yang mengalami komplikasi bahkan sampai

menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penanganan komplikasi di negara

berkembang, juga mengalami berbagai kesulitan dalam prakteknya, seperti kurangnya

tenaga dokter, perawat dan ahli gizi bahkan kekurangan obat termasuk insulin.

G. Cara Pencegahan diabetes mellitus

Pencegahan terhadap diabetes mellitus dapat dilakukan dengan berbagai cara,

seperti; biasakan hidup sehat dengan minum air putih, olahraga secara teratur, diet

seimbang, hindari merokok, gunakan alas kaki yang lembut, periksa ke tempat-tempat

pelayanan terdekat (cek gula darah, cek berat badan, cek tekanan darah, minum obat

secara teratur) Duijzer, et al.,(2014). Mencegah komplikasi sangat penting dilakukan.

Bagaimana caranya agar penderita diabetes mellitus dapat terhindar dari komplikasi,

sebaiknya dilakukan tindakan seperti; diet yang benar, minum obat teratur, kontrol gula

darah teratur, olahraga (jalan kaki, senam, sepeda santai, dan sebagainya), bila saat

aktifitas kemudian pusing, keringat dingin maka segera minum teh manis, mencegah kulit

terluka (pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin, tangga (undak-undakan tidak

tinggi), cegah kegemukan (Chamillard, Hitman, Khan, Thangaratinam, 2015).

H. Pentingnya melakukan pemeriksaan gula darah

Gula darah atau kadar glukosa darah adalah salah satu tes laboratorium yang

paling banyak dikerjakan ataupun diinstruksikan dalam dunia kedokteran, selain

pemeriksaan darah rutin. Bahkan karena cukup banyak digunakan, tersedia juga alat

genggam yang bisa digunakan untuk memeriksa kadar gula darah secara mandiri. Banyak

kasus yang memerlukan pemeriksaan gula darah, mulai dari pemantauan kondisi gula

darah pada pasien diabetes, hingga bayi yang mengalami kejang atau pasien asing yang

kehilangan kesadaran. Sehingga tes gula darah bisa ditemukan pada kondisi harian di

banyak ruangan, mulai dari rumah pribadi hingga ruang triase unit gawat darurat dan

ambulans. Tes ini memang lebih banyak menggunakan sampel darah, sehingga biasanya

disebut “gula darah” oleh masyarakat, namun tidak jarang menggunakan sampel urine

(air seni) juga (Chishaki, 2013).10

Page 11: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

Pentingnya melakukan tes atau pemeriksaan gula darah untuk mengetahui atau

menentukan kadar glukosa darah, apakah berada dalam rentang normal atau tidak.

Pemeriksaan ini sangat penting terutama pada pasien diabetes mellitus untuk mengetahui

dan memantau kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) atau sebaliknya kadar glukosa

yang rendah (hipoglikemia). Ada dua jenis sampel yang dites, pertama adalah glukosa

darah, di mana bisa dilakukan secara rutin pada penderita diabetes, atau pada mereka

yang menunjukkan gejala hiperglikemia ataupun hipoglikemia. Jika Anda penderita

diabetes, biasanya akan melakukan beberapa kali pemeriksaan dalam satu harinya secara

mandiri (Berg, 2014).

Sampel darah diambil dari lengan atau setetes darah dari tusukan pada ujung jari,

kadang sampel acak dari urine digunakan. Beberapa penderita diabetes mungkin akan

memerlukan pemantauan glukosa berkelanjutan, dengan memasangkan sensor kecil

berkabel di bawah permukaan kulit perut yang memantau kadar gula darah setiap 5

menit. Secara umum, disarankan untuk berpuasa, tidak makan atau minum apapun,

kecuali air putih selama 8 jam sebelum tes kadar glukosa darah. Pada pasien diabetes,

atau dicurigai memiliki diabetes, tes biasanya dilakukan baik pasca puasa dan setelah

makan. Untuk tes dengan waktu tertentu, setelah makan ataupun acak, dapat dilakukan

sesuai instruksi dokter (Chishaki, 2013).

Tes ini untuk memeriksa kadar glukosa pada darah (dan juga urine). Glukosa

adalah sumber energi primer (utama) bagi sel-sel tubuh dan satu-satunya sumber energi

bagi otak dan sistem saraf. Suplai glukosa yang tetap harus tersedia untuk digunakan, dan

kadar glukosa yang relatif konstan harus dipertahankan dalam darah. Selama pencernaan,

buah-buahan, sayur-sayuran, roti, nasi, dan sumber karbohidrat lainnya dipecah menjadi

glukosa (dan nutrisi lainnya); zat-zat ini akan diserap oleh usus kecil dan bersirkulasi ke

seluruh tubuh. Penggunaan glukosa menjadi energi bagi tubuh bergantung pada insulin,

suatu hormon yang dihasilkan oleh pankreas. Insulin memfasilitasi transpor glukosa ke

dalam sel-sel tubuh dan ke hati untuk disimpan energi selebihnya sebagai glikogen untuk

penyimpanan jangka pendek, dan/atau sebagai trigliserida dalam sel-sel adiposa (lemak).

11

Page 12: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

Normalnya, glukosa darah sedikit meningkat pasca makan, dan insulin dijelaskan

oleh pankreas ke dalam darah sebagai respons, dengan jumlah yang disesuaikan dengan

porsi dan isi makanan kita. Saat glukosa dipindahkan ke dalam sel-sel dan

dimetabolisme, kadarnya di dalam darah akan turun dan pankreas akan merespons

dengan melambatkan lalu menghentikan pelepasan insulin (Chishaki, 2013).

Jika kadar gula darah jatuh terlalu rendah, sebagaimana yang bisa terjadi ketika

waktu antara makan, berpuasa atau bekerja keras, glukagon (hormon pankreas lainnya)

akan dilepaskan untuk membuat hati mengubah sejumlah glikogen menjadi glukosa lagi,

dan meningkatkan kadar glukosa darah, lalu tubuh akan berusaha memulihkan

kesetimbangannya, baik dengan meningkatkan produksi insulin ataupun mengeluarkan

glukosa berlebih melalui urine (Chishaki, 2013).

Ada sejumlah kecil kondisi-kondisi yang berlainan yang dapat merusakan

keseimbangan antara glukosa dan hormon-hormon pankreas, menghasilkan glukosa darah

yang tinggi atau rendah. Salah satu penyebab yang paling umum adalah diabetes.

Diabetes adalah sekelompok kelainan yang dihubungkan dengan ketidakcukupan

produksi insulin dan/atau resistensi (kekebalan) terhadap insulin. Orang-orang dengan

diabetes yang tidak diterapi tidak akan mampu memproses dan menggunakan glukosa

secara normal. Mereka yang tidak sanggup menghasilkan cukup insulin untuk memproses

glukosa didiagnosis memiliki diabetes tipe 1, sementara yang memiliki resistensi

terhadap insulin dikatakan memiliki diabetes tipe 2. Kedua tipe diabetes ini bisa

meningkatkan kadar glukosa darah secara akut dan/atau kronis (Berg, 2014).

Hipoglikemia atau hiperglikemia yang akut dan parah bisa jadi mengancam jiwa,

menyebabkan kegagalan organ, kerusakan otak, koma, dan, pada kasus yang ekstrem,

kematian. Kadar gula darah yang tinggi secara kronis dapat menyebabkan kerusakan

yang progresif terhadap organ-organ tubuh, seperti ginjal, mata, jantung, pembuluh-

pembuluh darah, dan sel-sel saraf. Beberapa wanita mungkin menjadi hiperglimia ketika

hamil, yang dikenal sebagai diabetes gestasional. Jika tidak diobati, ini dapat

menyebabkan ibu melahirkan bayi besar yang akan terancam oleh kadar glukosa yang

12

Page 13: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

rendah setelah dilahirkan. Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional bisa atau

juga mungkin tidak akan berkembang menjadi diabetes (Berg, 2014).

Glukosa biasanya diperiksa sebagai bagian dari tes rutin saat pemeriksaan

kesehatan menyeluruh. Karena diabetes tidak menunjukkan gejala spesifik saat awal

kemunculannya, maka tes rutin seperti ini diperlukan untuk menjaring penderita diabetes

yang tidak kentara atau mereka yang berisiko terkena diabetes nantinya. Biasanya

digunakan tes glukosa darah sewaktu. Ibu hamil juga disarankan melakukan pemeriksaan

gula darah, biasanya dengan tes toleransi glukosa (oral glucose chalenge test). Biasanya

dilakukan pada usia kehamilan 24 hingga 28 minggu. Pemeriksaan akan bermanfaat

mengetahui kondisi kesehatan umum ibu, dan kemungkinan munculnya diabetes

gestasional yang bisa menghasilkan bayi besar yang akan mempersulit proses persalinan

dan mengancam kesehatan bayi setelah lahir (Berg, 2014).

Pemeriksaan glukosa darah dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes,

termasuk mungkin dengan bantuan pemeriksaan tambahan hemoglobin A1c. Ada

sejumlah prosedur dan tes, termasuk tes glukosa setidaknya dua kali dalam jangka waktu

yang berlainan untuk memastikan diagnosis dapat ditegakkan. Tes glukosa bisa dilakukan

pada orang yang sehat, tanpa gejala apapun untuk melihat kemungkinan adanya diabetes

atau pra diabetes karena pada awalnya memang tidak memiliki gejala yang tampak.

Pemeriksaan glukosa darah juga bisa disyaratkan pada keperluan umum, misalnya saat

melamar kerja, atau pemeriksaan kesehatan rutin yang disyarakatkan bagi tenaga kerja

suatu instansi atau perusahaan. Atau disarankan pada orang-orang dengan risiko yang

lebih tinggi untuk terkena diabetes, misalnya pada mereka yang kegemukan atau pada

yang sudah melewati usia 40-45 tahun. Tes glukosa juga disarankan pada seseorang yang

memiliki gejala glukosa darah tinggi (hiperglikemia), seperti (Berg, 2014); Sering haus,

biasanya diikuti dengan sering buang air kecil, kelelahan, pandangan kabur, infeksi yang

lambat sembuh; Atau gejala-gejala glukosa darah rendah (hipoglikemia), seperti:

Berkeringat, lapar, gemetar, cemas, bingung, pandangan kabur. Tes glukosa darah juga

dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan untuk menentukan apakah glukosa darah yang

tinggi atau rendah yang menyebabkan pingsan atau penurunan kesadaran.

13

Page 14: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

Bagaimana makna hasil tes ini? Kadar glukosa tinggi biasanya selalu

mengarahkan kecurigaan pada diabetes, namun banyak kondisi dan penyakit lain yang

juga dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Informasi berikut akan memberikan

makna dari hasil tes glukosa darah yang diperoleh. Tes ini didasarkan pada Asosiasi

Diabetes Amerika (ADA).

Glukosa Darah Puasa

Kadar Glukosa IndikasiDari 70 hingga 99 mg/dL (3.9 to 5.5 mmol/L) Glukosa puasa normal

Dari 100 hingga 125 mg/dL (5.6 to 6.9 mmol/L)Glukosa puasa terganggu (pra diabetes)

126 mg/dL (7.0 mmol/L) ke atas pada lebih dari sekali tes acak

Diabetes

Peningkatan kadar glukosa yang sedang mengindikasikan pra diabetes, jika

dibiarkan bisa berkembang menjadi diabetes tipe 2. Beberapa penyakit dan kondisi lain

yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah termasuk: Akromegali, stres akut

(respons terhadap trauma, serangan jantung, dan stroke), gagal ginjal kronis, sindrom

Chusing, banyak makan (konsumsi karbohidrat berlebih), hipertiroidisme, kanker

pancreas, pancreatitis (Berg, 2014).

Kadar glukosa rendah mengindikasikan hipoglikemia, kondisi di mana kadar

glukosa darah turun di mana pertama-tama menyebabkan gejala sistem saraf (berkeringat,

gemetar, palpitasi/berdebar, dan cemas/gelisah), lalu mulai mempengaruhi otak

(menyebabkan kebingungan, halusinasi, pandangan kabur, dan kadang hingga jatuh koma

atau mengakibatkan kematian). Kondisi yang bisa menyebabkan hipoglikemia antara

lain: Insufisiensi adrenal, konsumsi alkohol berlebih, penyakit hati yang parah,

hipopituitarisme, hipotiroidisme, overdosis insulin (baik karena obat oral ataupun

tambahan insulin), insulinoma, dan kelaparan (Berg, 2014).

            

14

Page 15: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

BAB IIIMETODE PENGABDIAN MASYARAKAT

A. Metode Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa, melakukan pemeriksaan

gula darah pada penderita diabetes, prediabetes maupun masyarakat yang berpotensi terkena

diabetes mellitus. Pemeriksaan gula darah dilakukan sesuai standar operating prosedur

(SOP), sebagai berikut:

Pengertian

Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar gula darah seseorang.Macam- macam pemeriksaan gula darah:Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :1. Glukosa plasma sewaktu ≤ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)2. Glukosa plasma puasa ≤ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian  sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) ≤ 200 mg/dl.

Indikasi Klien yang tidak mengetahui proses penyakitnya.

Petugas1.Mahasiswa semester IV2.Perawat

Tujuan1. Untuk mengetahui kadar gula pada pasien.2. Mengungkapkan tentang proses penyakit dan pengobatannya.

Persiapan Alat

1.     Glukometer 5. Lanset2.     Kapas Alkohol 6. Bengkok3.     Hand scone 7. Sketsel4.     Stik GDA

Persiapan Lingkungan Menjaga privace klien.

Prosedur kerja

1.      Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.2.      Mencuci tangan.3.      Pasang sketsel.4.      Memakai handscone5.      Atur posisi pasien senyaman mungkin.6.      Dekatkan alat di samping pasien.7.      Pastikan alat bisa digunakan.8.      Pasang stik GDA pada alat glukometer.9.      Menusukkan lanset di jari tangan pasien.10.   Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang stik   GDA.11.   Meletakkan stik GDA dijari tangan pasien.12.   Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas alkohol.13.   Alat glukometer akan berbunyi dan hasil sudah bisa dibaca.14.   Membereskan dan mencici alat.15.   Mencuci tangan.

Evaluasi Sikap

1. Sabar2. Teliti3. Sopan-santun

15

Page 16: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

B. Keterkaitan

Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan berupa pemeriksaan gula darah, yang

merupakan salah satu program Puskesmas terhadap perawatan penderita diabetes mellitus.

Kegiatan tersebut akan dilakukan pada salah satu dusun wilayah kerja Puskesmas Godean

II yaitu dusun Semarangan. Pemilihan tempat sesuai saran dan penunjukkan dari

Puskesmas berdasarkan jumlah kasus diabetes terbanyak di beberapa dusun wilayah kerja

Puskesmas serta animo masyarakat yang sangat antusias dalam melakukan program

Puskesmas.

C. Rancangan Evaluasi

Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut dilakukan secara berkala selama 4 (empat)

bulan. Evaluasi dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu evaluasi proses dan hasil. Evaluasi

proses dilakukan setiap kegiatan yaitu sebulan 2 (dua) kali. Evaluasi hasil dilakukan pada

akhir kegiatan secara keseluruhan. Evaluasi proses menjadi catatan penting pada evaluasi

hasil. Baik evaluasi proses maupun hasil mencatat jumlah peserta yang mengikuti kegiatan

perawatan kaki, dan kemampuan melakukan perawatan kaki secara mandiri di rumah.

D. Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan pengabdian masyarakat ini berlokasi di Dusun SSemarangan Desa Sidokarto

Kecamatan Godean Wilayah kerja Puskesmas Godean II. Pelaksanaan kegiatan tersebut

dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yaitu dari bulan Juni sampai dengan bulan September

2015, berdasarkan tabel berikut :

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Tahun 2015Aprl Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop

Penyusunan proposal X XPengurusan perizinan XPelaksanaan Kegiatan X X X XPemantauan X X X XLaporan X X

16

Page 17: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

E. Rencana Anggaran Belanja

Rencana Anggaran Belanja secara rinci (terlampir)

Daftar Pustaka

Asdie, A.H. (2000). Patogenesis dan Terapi Diabetes Melitus Tipe 2. Yogyakarta: Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Berg, C.A., Wiebe, D.J., Suchy, Y., Hughes, A.E., Anderson, J.H., Godbey, E.I., Butner, J., Tucker, C., Franchow, E.I., Pihlaskari, A.K., King, P.S., Murray, M.A., White, P.C. (2014). Individual differences and day-to-day fluctuations in perceived self-regulation associated with daily adherence in late adolescents with type 1 Diabetes, Journal Pediatrtic Psychology, 39: 1038-1048.

Chamillard, M., Hitman, G.A., Khan, K.S., Thangaratinam, S. (2015). Nutritional manipulation for the primary prevention of gestational diabetes mellitus: A meta-analysis of randomised studies. Juornal Plos One (pone), (10), 1371-1392.

Chishaki, H., Nakamura, C., Inoue, M., Hara, N., Ide, Y., Chishaki, A. (2013).eGFR should be understood with cautions in diabetic patients an observational study of annual health check-up results of middle aged JapaneseEuropean Heart Journal, 34: P4293-299. 

Diabetes Statistics. (2011). The 2011 National Diabetes Fact Sheet. Diakses dari http://www.diabetes.org/diabetes-basics/diabetes-statistic

Donsu, J.D.T. (2014). Peranan faktor-faktor psikologis terhadap depresi pada diabetes mellitus tipe-2. Disertasi tidak diterbitkan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Duijzer, G., Haveman-Nies, A., Jansen, S., C., Beek, Jt., Hiddink, G., J., Feskens, E.J.M. (2014). SLIMMER: A randomised controlled trial of diabetes prevention in Dutch primary health care: design and methods for process, effect, and economic evaluation, BMC Public Health (14), 602-621.

Hernan, A.L., Versace, V.L., Laatikainen, T., Vartiainen, E., Janus, E.D., Dunbar, J.A. (2014). Association of weight misperception with weight loss in a diabetes prevention program. BMC Public Health,(14), 93-104.

Kalat, J.W. (2007). Biological Psychology (9th ed). Australia: Thomson Wadsworth.

Kufe, C.N., Grobusch, K.K., Leopold, F., Assah, F, Ngufor, G, Mbeh, G., Mbanya, V.N., Claude, J (2015). Risk factors of impaired fasting glucose and type 2 diabetes in Yaoundé, Cameroon: a cross sectional study. BMC Public Health, (10), 2, 1186-1197.

17

Page 18: Proposal Pengabmas Diit Diabetes

Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Sebagai Panduan Penatalaksaan Diabetes Melitus Bagi Dokter Maupun Edukator, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Suyono, S. (2007). Kecenderungan peningkatan jumlah penyandang diabetes. Dalam S. Soegondo, P. Soewondo, & I. Subekti, (Eds.), Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bekerjasama dengan Departemen Kesehatan RI dan WHO.

Shrivastav, M., Harris, M., Kannan, R., Rajendran, K. (2015). Diabetes awareness among caregivers in a semi-rural community in South India. International Journal Diabetes Development Countries, 35, (1), 47–54.

Taylor, S.E. (2006). Health Psychology. Sixth Edition. Inc. Singapore: Mc Graw Hill.

Vries, F.M., Kolthof, J., Postma, M.J., Denig, P., Hak, E.H., (2014). Efficacy of standard and intensive statin treatment for the secondary prevention of cardiovascular and cerebrovascular events in Diabetes patients: A meta-analysis. Journal pone, Plos One, 9, (11), 1247-1156.

Williams, G. & Pickup, J.C. (2004). Handbook of Diabetes. Third Edition. Massachusetts: Blackwell Publishing Ltd

World Health Organization (WHO). (2003). Adherence to Long Term Therapies Evidence for Action. Switzerland: Eduardo Sabate-WHO.

World Federation for Mental Health (WFMH). (2010). Mental Health Chronic Physical Illness. WFMH.

Yoshida, S., Hirai, M., Suzuki, S., Awata, S., & Oka, Y. (2009). Neuropathy is associated with depression independently of health-related quality of life in Japanese patients with diabetes, Psychotherapy and Clinical Neurosciences, 63, 65-72.

18