proposal penelitian pascasarjana universitas lampung
TRANSCRIPT
1
PROPOSAL
PENELITIAN PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMPUNG
KAJIAN PENGGUNAAN BERAS SIGER DARI UBI KAYU WAXY
(Manihot esculenta) UNTUK IMUNITAS TUBUH CEGAH
COVID-19 DI INDONESIA
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
2
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ………………………….....…........................................................ 3
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 5
BAB 3. METODE PENELITIAN............................................................................. 9
BAB 4. RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN........ 13
REFERENSI .......................................................................................................... 15
3
RINGKASAN
Lampung merupakan sentra produksi ubi kayu yang pemanfaatannya masih
didominasi industri besar menjadi tapioka, etanol, dan pakan ternak. Hasil skrining terhadap
beberapa klon ubi kayu menunjukkan ada klon ubi kayu yang tidak mengandung senyawa
amilosa. Klon ubi kayu waxy Unila DS07 tidak mengandung amilosa sehingga mempunyai
karakteristik kekentalan tinggi, swelling index tinggi, kelarutannya rendah, dan stabilitas
setelah dingin sama dengan padi. Pemanfaatan klon ubi kayu waxy Unila DS07 sebagai
alternatif makanan perlu dilakukan dengan cara mengolahnya menjadi beras siger. Beras
siger adalah beras tiruan yang dibuat dari singkong segar. Saat ini beras siger dibuat dari klon
ubi kayu manis atau pahit yang mengandung amilosa sehingga nasi yang dihasilkan
mempuyai tekstur keras dan kenyal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan
pengembangan klon ubi kayu waxy Unila DS07 bebas amilosa sebagai bahan baku
pembuatan beras siger untuk imunitas tubuh cegah covid-19 di Indonesia. Tingkat Kesiapan
Teknologi (TKT) beras siger dari klon ubi kayu waxy untuk imunitas tubuh termasuk dalam
TKT 3 (pembuktian). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik beras siger dari
klon ubi kayu waxy Unila DS07 terhadap sifat sensori, kandungan gizi, kadar sianida,
toksisitas, dan aktivitas imunitas pada mencit. Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap.
Tahap pertama dilakukan pembuatan beras siger dari klon ubi kayu waxy Unila DS07
terhadap sifat sensori, zat gizi, dan kandungan sianida produk yang dihasilkan. Tahap kedua
dilakukan pengujian toksisitas beras siger terhadap profil darah serta histologi hati dan ginjal
mencit. Tahap ketiga dilakukan pengujian pemberian beras siger terhadap imunitas mencit.
Hasil penelitian akan didaftarkan sebagai paten sederhana dan ditulis dalam jurnal
internasional terindeks scopus, serta dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah dan dilakukan
seminar hasil penelitian pada Program Pascasarjana. Diharapkan hasil penelitian ini akan
bermanfaat bagi pemerintah Indonesia agar tercipta kemandirian dalam memproduksi
makanan berupa beras siger dalam meningkatkan imunitas tubuh cegah covid-19 di
Indonesia.
Kata kunci: beras siger, imunitas, Manihot esculenta, toksisitas, ubi kayu waxy
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada awal 2020, dunia dikejutkan dengan mewabahnya pneumonia baru yang
bermula dari Wuhan China yang menyebar dengan cepat ke lebih dari 190 negara. Wabah ini
diberi nama corona virus disease 2019 (covid-19) yang disebabkan oleh Severe Acute
Respiratory Syndrome Corona virus-2 (SARS-CoV-2). Penyakit ini memberikan dampak luas
secara sosial dan ekonomi. Beberapa kebijakan preventif ditetapkan pemerintah mulai dari
physical distancing, karantina, hingga penyemprotan desinfektan. Pemerintah
mengkampanyekan hidup bersih dan sehat dengan mengkonsumsi makanan yang dapat
meningkatkan imunitas tubuh serta mencuci tangan dengan sabun dan hand sanitizer
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Oleh karena itu, jenis-jenis makanan
yang dapat mencegah covid 19 perlu dikembangkan di Indonesia.
4
Beras siger adalah beras tiruan yang dibuat dari singkong segar dengan karakteristik
berwarna putih, aroma netral, dan butiran seperti beras padi. Saat ini beras siger dibuat dari
klon ubi kayu manis dan pahit yang mengandung amilosa. Selama proses pemasakan, amilosa
mengalami gelatinasi dan retrogaradasi membentuk matrik yang kuat hingga menyebabkan
nasi menjadi keras dan kenyal (Subeki et al., 2020).
Telah dilakukan skrining ubi kayu dan ditemukan klon ubi kayu waxy Unila DS07
tidak mengandung amilosa. Ubi kayu waxy mempunyai sifat kekentalan tinggi, swelling
index tinggi, kelarutannya rendah, dan stabilitas setelah dingin sama dengan beras dari padi
(Ceballos et al., 2019; Sánchez et al., 2010). Oleh karena itu, klon ubi kayu waxy Unila
berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi nasi siger yang enak, tidak keras, dan dapat
meningkatkan imunitas tubuh.
Histopatologi limpa tikus yang diberi beras siger waxy meningkatkan jumlah eritrosit
(Subeki et al., 2020). Peningkatan eritrosit menunjukkan reactive spleen dengan
meningkatkan sel T sebagai regulator terhadap TH1 dan sel T sitotoksik (Matheos et al.,
2018; Preet and Prakash, 2017; Colovai et al., 2014). Penelitian beras siger waxy perlu
dilakukan untuk meningkatkan imunitas tubuh cegah covid-19 di Indonesia. Diharapkan
penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah Indonesia agar tercipta kemandirian dalam
memproduksi beras siger waxy untuk imunitas tubuh cegah covid-19 di Indonesia.
1.2. Tujuan Penelitian
Mengetahui karakteristik beras siger dari klon ubi kayu waxy Unila DS07 terhadap
sifat sensori, kandungan gizi, kadar sianida, serta toksisitas dan imunitas pada mencit.
1.3. Urgensi Penelitian
Penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan karena:
(a) Pemerintah mengkampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mengkonsumsi
makanan yang dapat meningkatkan imunitas tubuh. Oleh karena itu, perlu dicari bahan
pangan yang mempunyai rasa enak, indek glikemik rendah, kalori rendah, dan kaya serat
pangan yang dapat meningkatkan imunitas tubuh. Salah satu alternatif adalah beras siger
yang dibuat dari klon ubi kayu waxy Unila DS07.
(b) Sebagian besar penggunaan ubi kayu sebagai makanan pokok dilakukan secara
tradisional dibuat tiwul dan oyek. Oleh karena itu, pengolahan ubi kayu menjadi beras
siger dengan bentuk butiran seperti beras padi, berwarna putih, dan rasa enak diharapkan
dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat.
5
(c) Beras siger yang dibuat dari klon ubi kayu klon waxy Unila DS07 tidak mengandung
amilosa sehingga menghasilkan tekstur nasi tidak keras serta kaya serat untuk
meningkatkan imunitas tubuh cegah covid-19 di Indonesia.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ubi Kayu
Ubi kayu merupakan tanaman perdu berasal dari benua Amerika yang masuk ke
Indonesia pada tahun 1852 (Sosrosoedirdjo, 1993). Tanaman ubi kayu diklasifikasikan
sebagai Kingdom (Plantae), Divisio (Spermatophyta), Subdivisio (Angiospermae), Kelas
(Dicotyledonae), Ordo (Euphorbiales), Famili (Euphorbiaceae), Genus (Manihot), dan
Species (Manihot esculenta) (OECD. 2016). Ubi kayu berdasarkan kandungan asam sianida
(HCN) dikelompokkan menjadi empat yaitu (1) kurang dari 40 mg/kg, (2) 50-80 mg/kg, (3)
80-100 mg/kg, dan (4) lebih dari 100 mg/kg (Winarno, 2008). Beberapa cara untuk
mengurangi kandungan HCN dilakukan dengan perendaman, pencucian, perebusan,
pengukusan, penggorengan, dan fermentasi (Ginting and Widodo, 2013; Bradbury, 2006).
Ubi kayu dapat diolah menjadi tapioka dengan ukuran granula pati 16,9-18,0 μm,
bentuk bulat hingga oval, serta mengandung lipid dan fosfor rendah (Fuglie et al., 2016;
Hoover, 2019; Gomanda et al., 2010). Pati ubi kayu mengandung senyawa amilosa dan
amilopektin yang dapat digunakan pada industri pangan, pakan, biodesel, dan kimia
(Aiemnaka et al., 2012). Ubi kayu waxy tidak mengandung amilosa sehingga mempunyai
karakteristik kekentalan tinggi, swelling index tinggi, stabilitas tinggi, dan kelarutannya
rendah. Pengembangan klon ubi kayu bebas amilosa pertama kali dilakukan pada tahun 2003
melalui rekayasa genetika GBSSI (Raemakers et al., 2015; Zhao et al., 2017). Uji coba
transgenik ubi kayu bebas amilosa di lapangan sudah dilakukan di Thailand (Koehorst-van
Putten et al., 2017).
2.2. Covid-19
Virus covid-19 merupakan zoonosis virus hewan yang ditularkan ke manusia (Lu et
al., 2020). Protein (S) memfasilitasi masuknya virus covid-19 ke dalam sel target. Proses ini
bergantung pada pengikatan protein S ke reseptor selular dan priming protein S ke protease
selular. Proses masuknya covid-19 ke dalam sel mirip dengan SARS (Hoffmann et al., 2019).
Hai ini didasarkan pada kesamaan struktur 76% antara SARS dan covid-19. Covid-19
menarget Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptor masuk dan
6
menggunakan serine protease TMPRSS2 untuk priming S protein (Hoffmann et al., 2019;
Gao et al., 2020).
Proses imunologi pemeriksaan sitokin ditemukan beberapa sitokin dalam jumlah
tinggi seperti interleukin-1 beta (IL-1β), interferon-gamma (IFN-γ), inducible
protein/CXCL10 (IP10) dan monocyte chemoattractant protein 1 (MCP1) yang dapat
mengaktifkan T-helper-1 (Th1) (Hoffmann et al., 2019; Ceraolo and Giorgi, 2020). Selain
sitokin tersebut, covid-19 juga meningkatkan sitokin T-helper-2 (Th2), IL4, dan IL10 yang
menghambat inflamasi yang berbeda dengan SARS-CoV. Pada pasien covid-19 di ICU
ditemukan kadar granulocyte-colony stimulating factor (GCSF), IP10, MCP1, macrophage
inflammatory proteins 1A (MIP1A) dan TNFα lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang
tidak memerlukan perawatan ICU (Hoffmann et al., 2019; Ceraolo and Giorgi, 2020).
Penularan covid-19 antar manusia diprediksi melalui droplet dan kontak dengan virus yang
dikeluarkan dalam droplet (Zhou et al., 2020; Liu et al., 2020).
2.3. Beras Siger
Beras siger adalah beras tiruan yang dibuat dari singkong segar dengan karakteristik
produk berwarna putih, aroma netral, dan butiran menyerupai beras dari padi. Beras siger
dibuat dari adonan tepung ubi kayu yang dimasukkan ke dalam mesin yang dilengkapi
dengan screw yang digerakkan oleh motor penggerak. Adonan terdorong oleh screw
melewati dyes yang mempunyai bentuk oval lalu dipotong oleh pisau menjadi butiran seperti
beras dari padi (Subeki et al., 2017a; Subeki et al., 2018a).
Beras siger yang dibuat dari ubi kayu klon manis mengandung kadar air (10,80%),
abu (0,23%), lemak (0,88%), protein (1,22%), serat kasar (1,18%), karbohidrat (85,69%),
indek glikemik 31, dan senyawa amygdalin 0,53 g/kg (Subeki et al., 2017b). Beras siger ini
dapat digunakan untuk mengendalikan gula darah bagi penderita diabetes dan mencegah
kanker payudara (Subeki et al., 2018b; Al Rasyid et al., 2017). Karakteristik beras siger
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Produk beras siger dari klon ubi kayu manis
7
2.4. Roadmap Pengembangan Beras Siger
Proses pembuatan beras siger dari ubi kayu klon manis sudah dimulai sejak tahun
2012 dengan cara dibuat menjadi tiwul dan oyek. Tahun 2013-2014 dilakukan proses
pembuatan beras siger dengan alat granulator. Pada tahun 2015-2017 dikembangkan beras
siger dari klon ubi kayu manis dengan mesin ekstruder (Satyajaya et al., 2017). Pada tahun
2018, dikembangkan beras siger dari klon ubi kayu waxy dengan ekstruder. Sudah dilakukan
skrining terhadap berbagai klon ubi kayu dengan menggunakan metode staining iodine
(Gambar 2). Klon ubi kayu bebas amilosa ini diberikan label klon ubi kayu waxy Unila DS07
yang selanjutnya dibudidayakan sebagai bahan baku untuk membuat beras siger.
Gambar 2. Skrining ubi kayu staining iodine (a) ubi kayu waxy dan (b) ubi kayu manis
Klon ubi kayu waxy Unila DS07 mempunyai karakteristik batang berwarna coklat
kehitaman, tangkai daun berwarna hijau, dan pucuk daun berwarna hijau. Karakteristik klon
ubi kayu waxy Unila DS07 yang dibudidayakan di Laboratorium Lapangan Terpadu
Universitas Lampung dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Karakteristik klon ubi kayu waxy Unila DS07. (a) daun, (b) tangkai daun, (c)
pucuk daun, dan (d) batang tanaman
8
Mesin beras siger sudah dikembangkan untuk mencetak butiran beras siger. Mesin ini
terdiri dari dari komponen: motor penggerak (220V/50 Hz, 2 HP), gear box, screw, lubang
dyes berbentuk oval (6 x 2 mm), pisau pemotong, dan motor penggerak pisau (Al Rasyid et
al.,2017; Subeki et al., 2018c). Komponen mesin beras siger dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Mesin beras siger
Pembuatan beras siger dilakukan dengan cara mencampurkan tepung ubi kayu waxy
dengan air sebanyak 30% (Subeki et al., 2018c). Bahan dicampur dengan mixer lalu dikukus
selama 30 menit. Setelah dingin, bahan dimasukkan ekstruder untuk dicetak menjadi butiran
dan dikeringkan hingga kadar air kurang dari 13% (Al Rasyid et al., 2018; Subeki et al.,
2016). Secara keseluruhan roadmap penelitian beras siger dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Roadmap penelitian beras siger dari ubi kayu
Kendala : - Beras siger
teksturnya
keras
setelah
dingin
2018-2023 - Pengembangan klon ubi kayu waxy Unila DS07 sebagai pangan (beras siger) - Pengembangan beras siger waxy untuk kesehatan (imunitas tubuh cegah covid-19) - Beras singkong dibuat dari klon ubi kayu waxy dengan mesin beras singkong menggunakan screw pendek
9
Pemberian beras siger waxy dalam ransum sebesar 60,97% pada mencit dapat
meningkatan jumlah eritrosit 9,34x106/mm3 (Subeki et al., 2020). Eritrosit dalam sistem
imunitas tubuh membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Jumlah eritrosit berkolerasi
dengan hemoglobin untuk membunuh sel patogen dengan cara menghancurkan membran sel
(Yakubu dan Afolayan, 2019; Widyastuti, 2018). Peningkatan imunitas ditandai dengan
terjadinya reactive spleen pada limpa yang akan meningkatkan sel T sebagai regulator
terhadap TH1 dan sel T sitotoksik (Lewis, 2019).
BAB 3. METODE PENELITIAN
Penelitian klon ubi kayu waxy Unila DS07 sebagai bahan baku beras siger untuk
imunitas tubuh cegah covid-19 di Indonesia dilakukan dalam beberapa tahap. Secara rinci
luaran dan indikator keberhasilan setiap tahap dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Bagan alir penelitian beras siger dari klon ubi kayu waxy Unila DS07
3.1. Pelaksanaan Penelitian
a. Pembuatan Beras Siger
Ubi kayu dikupas kulitnya, dicuci bersih lalu diparut dengan mesin pemarut. Ubi kayu
dicuci dengan air (1:3) lalu diperas hingga diperoleh filtrat dan ampas ubi kayu. Filtrat
didiamkan selama 1 jam hingga diperoleh tapioka lalu dikeringkan pada oven suhu 60°C dan
digiling menjadi tepung tapioka. Ampas ubikayu dikeringkan pada oven suhu 60oC hingga
kering dan digiling menjadi tepung ampas ubi kayu (Gambar 7).
10
Gambar 7. Pembuatan tepung ubi kayu dan tapioka
Pembuatan beras singkong dilakukan dengan cara mencampurkan kembali tepung ubi
kayu dan tapioka dengan penambahan air 30%. Bahan dicampur hingga merata dengan
mixer kemudian dikukus selama 30 menit. Setelah dingin, bahan dimasukkan mesin beras
siger untuk dicetak menjadi butiran. Butiran yang diperoleh kemudian dikeringkan hingga
kadar air kurang dari 13%. Pengamatan beras siger dilakukan terhadap sifat sensori,
kandungan gizi (AOAC, 2005) dan kadar asam sianida (Tivana et al., 2014).
b. Uji Toksisitas Beras Siger
Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 8 kali ulangan.
Mencit jantan umur 4 minggu serta bebas infeksi penyakit digunakan dalam percobaan ini.
Mencit diadaptasikan dalam lingkungan laboratorium selama 3 hari. Mencit kemudian
dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 8 ekor yang
ditempatkan dalam kandang terpisah. Perlakuan yang diberikan pada mencit berupa
komposisi ransum standar AIN-93M yang dimodifikasi, beras siger, beras merah, beras IR-64
seperti pada Tabel 1 (Reeves, 1993). Selanjutnya mencit dipelihara hingga 28 hari dan
diberikan makan minum ad libitum. Pengamatan dilakukan terhadap preparat hati dan ginjal,
serta profil darah dilakukan pada hari ke 28 (Sara et al., 2019; Fukuda et al., 2017).
Kesamaan ragam data diuji dengan uji Barlett dan kemenambahan data diuji dengan uji
Tuckey. Data dianalisis dengan sidik ragam untuk mendapatkan penduga ragam galat dan uji
11
signifikasi untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Analisis data lebih
lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Tabel 1. Perlakuan kelompok mencit pada uji toksisitas beras siger
c. Imunitas Tubuh
Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 8 kali ulangan
Mencit jantan umur 4 minggu serta bebas infeksi penyakit digunakan dalam percobaan ini.
Mencit diadaptasikan dalam lingkungan laboratorium selama 3 hari. Mencit dikelompokkan
menjadi 3 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 8 ekor yang ditempatkan
dalam kandang terpisah. Perlakuan yang diberikan pada mencit berupa komposisi ransum
standar AIN-93M yang dimodifikasi, ransum standar yang disubtitusi 500 g beras siger, dan
ransum standar yang disubtitusi 500 g beras IR-64 seperti pada Tabel 2 (Reeves, 1993).
Selanjutnya mencit dipelihara hingga 28 hari dan diberikan makan minum ad libitum.
Pengamatan dilakukan terhadap histologi limfa yang menunjukkan reactive spleen serta
profil darah dilakukan pada hari ke 28 (Bronte and Pittet, 2013; Lewis et al., 2019; Fukuda et
al., 2017). Kesamaan ragam data diuji dengan uji Barlett dan kemenambahan data diuji
dengan uji Tuckey. Data dianalisis dengan sidik ragam untuk mendapatkan penduga ragam
galat dan uji signifikasi untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Analisis
data lebih lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
12
Tabel 2. Perlakuan kelompok mencit pada uji imunitas beras siger
3.2. Pembagian Tugas
Tabel 3. Pembagian tugas
13
3.3. Target Luaran
Tabel 4. Rencana target capaian luaran
BAB 4. RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1. Rencana anggaran biaya
komponen anggaran biaya dan rincian anggaran yang diusulkan ppeellaakkssaannaaaann
ppeenneelliittiiaann kajian penggunaan beras siger dari ubi kayu waxy (Manihot esculenta) untuk
imunitas tubuh cegah covid-19 di indonesia ddaappaatt ddiilliihhaatt ppaaddaa TTaabbeell 55..
Tabel 5. Komponen anggaran biaya dan rincian anggaran yang diusulkan
No Item Satuan Volume Harga Satuan
(Rp)
Total
(Rp)
A Pengadaan alat dan bahan 13,780,000
1 Ubi kayu waxy kg 100 2,000 200,000
2 Analisis Proksimat
- Petroleum eter L 4 200,000 800,000
- Kertas saringWhatman 42 pack 1 350,000 350,000
- H2SO4 L 1 400,000 400,000
- NaOH g 500 1,000 500,000
- Asam borat L 1 200,000 200,000
- Bromcresol green ml 50 13,000 650,000
- Metil merah ml 50 12,000 600,000
- Alcohol L 2,5 286,000 715,000
14 - HCl L 1 350,000 350,000
3 Analisis HCN
- AgNO3 g 250 2,000 500,000
- HNO3 g 250 1,600 400,000
- K-thiosianat g 500 900 450,000
- Indikator ferri ml 50 12,000 600,000
4 Analisis toksisitas/imunitas
- Beras merah kg 10 20.000 200,000
- Beras IR-64 kg 10 10.000 100,000
- Pati jagung kg 10 23.000 230,000
- Kasein kg 10 40,000 400,000
- Minyak jagung L 1 60,000 60,000
- CMC g 100 2,000 200,000
- Mineral mix g 350 2,000 700,000
- Vitamin mix g 100 2,000 200,000
- Sukrosa kg 1 15,000 15,000
- L-cystine g 18 25,000 450,000
- Cholin g 25 14,800 370,000
- Kloroform L 1 600,000 600,000
- Formalin L 1 400,000 400,000
- Alkohol Absolut L 1 900,000 900,000
- Xylol L 1 345,000 345,000
- Paraffin L 1 245,000 245,000
- Harris Hematoxylin ml 50 11,000 550,000
- Aquadest L 20 5,000 100,000
- Eosin ml 50 7,000 350,000
- Slide preparat glass pack 1 200,000 200,000
5 Analisis darah
- Jarum suntik sebanyak 1 cc pack 2 100,000 200,000
- Tabung EDTA 3 mL Pack 5 250,000 250,000
B Biaya perjalanan 10,000,000
1 Transportasi lokal 2 orang (@
Rp.250.000)
bulan 8 500,000 4,000,000
2 Seminar internasional 1 orang kali 1 2,000,000 2,000,000
3 Tiket pesawat PP 1 orang paket 1 2,000,000 2,000,000
4 Akomodasi Seminar 1 orang hari 2 1,000,000 2,000,000
C ATK/bahan habis pakai 3,500,000
1 Kertas A4 rim 10 50,000 500,000
2 Cartridge Tinta Warna buah 1 500,000 500,000
15
3 Cartridge Tinta Hitam buah 1 500,000 500,000
4 Internet dan komunikasi bulan 8 200,000 1,600,000
5 Kertas photo buah 2 200,000 400,000
D Laporan/diseminasi/publikasi 12,720,000
1 Fotokopi dan jilid Laporan buah 12 60.000 720,000
2 Publikasi jurnal scopus kali 1 5,000,000 5,000,000
3 Seminar Internasional kali 1 2,500,000 2,500,000
4 Seminar tesis hasil penelitian kali 1 1.000.000 1.000.000
5 Pendaftaran paten kali 1 3.500.000 3.500.000
Total 40,000,000
4.2. Jadwal Penelitian
Tabel 6. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian selama 6 bulan
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6
1 Studi pustaka
2 Persiapan penelitian 3 Pembuatan beras siger waxy 4 Pengujian sensori, proksimat, dan HCN 5 Pengujian toksisitas beras siger waxy 6 Pengujian imunitas beras siger waxy 7 Analisis data 8 Aplikasi paten sederhana 9 Penulisan jurnal terindeks scopus 10 Presentasi pada seminar internasional
11 Seminar hasil penelitian program Magister Teknologi
Agroindustri 12 Penulisan laporan
REFERENSI
Al Rasyid, H., Subeki, Satyajaya, W., Utomo, T.P., Suroso, E., dan Adawiyah, R. 2017.
Pengembangan lumbung beras siger di Desa Way Kandis – Bandar Lampung. In:
Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Unila, 4 November
2017, Hotel Emersia Bandar Lampung.
Al Rasyid, H., Subeki, Satyajaya, W., and Adawiyah, R. 2018. Marketing and development
strategy of siger rice from cassava in Way Kandis Village, District Tanjung Seneng-
Bandar Lampung. In: International Conference of Green Agroindustry and
Bioeconomics (ICGAB) 2018, 18-20 September 2018, UB-Malang.
Aiemnaka, P., Wongkaew, A., Chanthaworn, J., Nagashima, S. K., Boonma, S., Authapun, J.,
Jenweerawata, S., Kongsilaa, P., Kittipadakula, P., Nakasathiena, S.,
Sreewongchaia, T., Wannaratc, W., Vichukitab, V., Becerra López-Lavalled, L.A.,
Ceballos, H., Rojanaridpiched, C., and Phumichai, C. 2012. Molecular
16
characterization of a spontaneous waxy starch mutation in cassava. Crop Science,
52: 2121-2130.
AOAC. 2005. Official methods of analysis of AOAC international. Virginia: USA AOAC
International.
Bradbury, J.H. 2006. Simple wetting method to reduce cyanogen content of cassava flour.
Journal of Food Composition and Analysis, 19: 388-393.
Bronte, V., Pittet, M.J. 2013. The spleen in local and systemic regulation of immunity.
Immunity, 39: 806-818.
Ceraolo, C. and Giorgi, F.M. 2020. Genomic variance of the 2019‐nCoV coronavirus. J. Med.
Virol., 92: 522-528
Ceballos, H., Sánchez, T., Morante, N., Fregene, M., Dufour, D., Smith, A. M., Denyer, K.,
Pérez, J.C., Calle, F. and Mestres, C. 2019. Discovery of an amylose-free starch
mutant in cassava (Manihot esculenta Crantz). Journal of Agricultural and Food
Chemistry, 55: 7469-7476.
Colovai, A.I., Christina, G., Eric, K.H., Mushahid, F., Nicole, S., Giorgio, C., Attilio, O. 2014. Flow cytometric analysis of reactive spleen. Modern Pathology, 17: 918-927.
Fuglie, K.O., Oates, C.G., and Xie, J. 2016. Root crops, starch and agro-industrialization in
Asia. Social Sciences Working Paper Series (CIP), International Potato Center
(CIP), Lima, Peru.
Fukuda, T., Asou, E., Nogi, K., and Goto, K. 2017. Evaluation of mouse red blood cell and
platelet counting with an automated hematology analyze, J. Vet. Med. Sci., 79(10):
1707–1711.
Gao, K, Nguyen, D.D., Wang, R., Wei, G. 2020. Machine intelligence design of 2019-nCoV
drugs. bioRxiv. (PrePrint 2020, cited 14 February 2020). Available from:
https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2020.0 1.30.927889v1.full.pdf+htm
Ginting, E. and Widodo, Y. 2013. Cyanide reduction in cassava root products through
processing and selection of cultivars in relation to food safety. Buletin Palawija, 25:
25-36.
Gomanda, S. V., Lamberts, L., Derde, L. J., Goesaert, H., Vandeputte, G. E., Goderis, B.,
Visserc, R.G.F. and Delcour, J. A. 2010. Structural properties and gelatinization
characteristics of potato and cassava starches and mutants thereof. Food
Hydrocolloids, 24: 307-317.
Hoffmann, M., Kleine-Weber, H., Krüger, N., Müller, M., Drosten, C., Pöhlmann, S. 2020.
The novel coronavirus 2019 (2019-nCoV) uses the SARS1 corona virus receptor
ACE2 and the cellular protease TMPRSS2 for entry into target cells. bioRxiv.
(PrePrint 2020, cited 14 February 2020). Available from:
https://doi.org/10.1101/2020.01.31.929042
Hoover, R. 2019. Composition, molecular structure, and physicochemical properties of tuber
and root starches: a review. Carbohydrate Polymers, 45: 253-267.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Info Infeksi Emerging Kementerian
Kesehatan RI. Updated 2020 March 30; cited 2020 March 31. Available from:
https:// infeksiemerging.kemkes.go.id/.
Koehorst-van Putten, H.J.J., Sudarmonowati, E., Herman, M., Pereira-Bertram, I.J., Wolters,
A.M.A., Meima, H., de Vetten, N., Raemakers, R.G.F. and Visser, R.G.F. 2017.
Field testing and exploitation of genetically modified cassava with low-amylose or
amylose-free starch in Indonesia. Transgenic Research, 21: 39-50.
Lewis, S.M., Williams, A., and Eisenbarth. S.C. 2019. Structure-function of the immune
system in the spleen. Sci Immunol., 4(33): 1-25.
17
Liu, T., Hu, J., Kang, M., Lin, L., Zhong, H., Xiao, J. 2020. Transmission dynamics of 2019
novel coronavirus (2019-nCoV). bioRxiv. (Preprint 2020, cited 14 February 2020).
Available from: https://doi.org/10.1101/2020.01.25.919787.
Lu, R., Zhao, X., Li, J., Niu, P., Yang, B., Wu, H., 2020. Genomic characterisation and
epidemiology of 2019 novel coronavirus: implications for virus origins and receptor
binding. Lancet. 395; 565-74.
Matheos, C., Poppy, L., Carla, K. 2018. Gambaran histologik jaringan limpa tikus putih
(Rattus norvegicus) yang diinfeksi Eschericia coli dan diberi madu. e-Biomedik,
1(2): 961-965.
OECD. 2016. Cassava (Manihot esculenta)”, in Safety Assessment of Transgenic Organisms
in the Environment, Volume 6: OECD Consensus Documents, OECD Publishing,
Paris. Preet, S., Prakash, S. 2017. Haematological profile in Rattus norvegicus during
experimental cysticercosis. Journal of Parasitic Diseases, 35 (2): 144-147.
Raemakers, K., Schreuder, M., Suurs, L., Furrer-Verhorst, H., Vincken, J.P., Vetten, N., and
Visser, R.G. 2015. Improved cassava starch by antisense inhibition of granulebound
starch synthase I. Molecular Breeding, 16: 163-172.
Reeves, P.G., Nielsen, F.H., Fahey, G.C.J. 1993. AIN-93 purified diets for laboratory
rodents: final report of the American Institute of Nutrition ad hoc writing committee
on the reformulation of the AIN-76 rodent diet. J. Nutr., 123: 1939-1951.
Sánchez, T., Dufour, D., Moreno, I.X., and Ceballos, H. 2010. Comparison of pasting and gel
stabilities of waxy and normal starches from potato, maize, and rice with those of a
novel waxy cassava starch under thermal, chemical, and mechanical stress. Journal
of Agricultural and Food Chemistry, 58: 5093-5099.
Sara, I., Othman, S.I. and Jumah, M.B. 2019. Histopathological effect of aspartame on liver
and kidney of mice. International Journal of Pharmacology, 15: 336-342.
Satyajaya, W., Subeki, T.P.Utomo, H. Al Rasyid, and S. Diniarti. 2018. Pengaruh Konsumsi
Beras Singkong dari Ubi Kayu terhadap Kadar Glukosa Darah Manusia. In:
Prosiding Pertemuan Tahunan dan Seminar Nasional APTA 2017. Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu, Bengkulu, pp. 72-81. ISBN 978-602-9071-24-5
Sosrosoedirdjo, R.S.. 1993. Bercocok Tanam Ketela Pohon. Jakarta : CV. Yasaguna.
Subeki, Utomo, T. P., Ibrahim, G.A., Yuliadi, E., and Adawiyah, R. 2020. Effect of siger rice
from waxy cassava (manihot esculenta) on oligosaccharide levels and chemical blood
profiles in mice. Journal of physics conf. Series 1467: 57-68.
Subeki, Satyajaya, W., Udayana, S.N., Khoirunnisa, I., and Busman, H. 2017a. Nutrition and
Toxicology Studies on Singkong Rice From Cassava (Manihot esculenta). In:
Cassava International Conference, 23-25 November 2017, Bandar Lampung.
Subeki, Setyani, S., Nurainy, F., and Purnama Sari, I. 2018a. Study of making siger rice from
cassava (Manihot esculenta) in various harvest age on physical, chemical, and
organoleptic siger Rice. In: The International Conference on Green Agro-Industry
and Bioeconomy Malang-Indonesia, 18-20 September 2018, Malang.
Subeki, Satyajaya, W., Utomo, T.P., and Muhartono. 2017b. The effects of processing
techniques against cyanogen levels during the production of singkong rice from
cassava (Manihot esculenta). In: IC STAR 2017, 18 September, Bandar Lampung.
Subeki, Wardana, I.G.B., Hidayati, S., Zulferiyenni, dan Nurainy, F. 2018b. Kajian
pembuatan beras siger dari tepung ubi kayu (Manihot esculenta) rendah amilosa. In:
Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian - Diseminasi Hasil Penelitian dalam
Mendukung Pembangunan Berkelanjutan, 13 november 2018, Bukit randu, Bandar
lampung.
18
Subeki, Triastuti, I., Utomo, T.P., Satyajaya, W., dan Muhartono. 2018c. Kajian
teknoekonomi usaha produksi beras siger dari ubi kayu. In: P r o s i d i n g Seminar
Nasional PATPI 2017 “Peran Ahli Teknologi Pangan dalam Mewujudkan
Ketahanan Pangan Nasional”. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar
Lampung, pp. 1009-1017. ISBN 976-602-72006-3-0
Subeki, Utomo, T.P., and Muhartono. 2016. Effect of singkong rice from cassava on blood
glucose level and the pancreas in mice induced alloxan. The Usr International
Seminar on Food Security (UISFS). August 23 – 24. Bandar Lampung. Indonesia.
Tivana, L.D., Francisco, J.D.C., Zelder, F., Bergenståhl, B., and Dejmek, P. 2014.
Straightforward rapid spectrophotometric quantification of total cyanogenic
glycosides in fresh and processed cassava products. Food Chem., 158: 20-27. Widyastuti, D.A. 2018. Profil darah tikus putih wistar pada kondisi subkronis
pemberian natrium nitrit. Sain Veteriner, 31(2): 201-215.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.
Yakuba, M.T., Afolayan, A.J. 2019. Effect of aqueous extract of Bulbine natalensis Baker stem on haematological and serum lipid profile of male wistar rats. Indian Journal Experimental Biology, 47(1): 283-288.
Zhao, S.S., Dufour, D., Sánchez, T., Ceballos, H., and Zhang, P. 2017. Development of waxy
cassava with different biological and physico-chemical characteristics of starches for
industrial applications. Biotechnology and Bioengineering, 108: 1925-1935.
Zhou, P., Yang, X., Wang, X., 2020. A pneumonia outbreak associated with a new corona
virus of probable bat origin. Nature, 579: 270-273.