proposal "pembuatan pabrik gula dextrose di lampung

53
PROPOSAL INDUSTRI GULA “DEXTROSE MONOHIDRAT (DM) & GLUCOSA LIQUID (GL) “ (Bahan Baku Ubi Kayu) LAMPUNG UTARA – TULANG BAWANG BARAT Di ajukan Oleh: ABDUL MULUK, B.Sc KP. MULYA JAYA –BLOK BANDUNG – RT 20, RW 04 KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT PROPINSI LAMPUNG Tahun 2016

Upload: welly-febrianto

Post on 16-Apr-2017

1.320 views

Category:

Investor Relations


50 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

PROPOSAL INDUSTRI GULA

“DEXTROSE MONOHIDRAT (DM) & GLUCOSA LIQUID (GL) “

(Bahan Baku Ubi Kayu)

LAMPUNG UTARA – TULANG BAWANG BARAT

Di ajukan Oleh:

ABDUL MULUK, B.Sc

KP. MULYA JAYA –BLOK BANDUNG – RT 20, RW 04

KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH

KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

PROPINSI LAMPUNG

Tahun 2016

Page 2: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

LEMBAR PERSETU

Menyetujui:

Penggagas & Penga

(Abdul Muluk, B.S

Investor

(____________________

ii

TUJUAN

garah:

B.Sc)

___)

Page 3: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
Page 4: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

DAFTAR ISI

Halaman

COVER i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------- iii

BAB I . EXECUTIVE SUMMARY 1

BAB II. TINJAUAN UMUM 4

2.1. Ide Pembukaan Pabrik

2.2. Peta Lokasi Pabrik

2.3. Tata Letak Pabrik

2.4. Tata Letak Alat

2.5. Manajemen dan Organisasi Perusahaan

2.5.1. Struktur Organisasi

2.6. Ketenagakerjaan

2.7. Pemasaran Produk

BAB III PROSES PENGOLAHAN 12

3.1. Bahan Baku Utama

3.2. Bahan Penunjang

3.2.1. Enzim

3.2.2. Senyawa-senyawa penunjang

3.3. Peta Aliran Proses

3.4. Proses Pengolahan Tapioka Menjadi Gula

3.4.1. Pencampuran

3.4.2. Liquifikasi

3.4.3. Sakarifikasi

3.4.4. Decolorisasi

3.4.5. Filtrasi

3.4.6. Deionisasi

3.4.7. Evaporasi

3.4.8. Pengemasan

3.5. Produk

3.5.1. Glukose Liquid (GL)

3.5.2. Golden Fruktose (GF)

BAB IV SPESIFIKASI ALAT 22

4.1. Tangki Pencampuran

4.2. Tangki Liquifikasi

4.3. Tangki Sakarafikasi

4.4. Tangki Decolorisasi

4.5. Tangki Filtrasi

4.6. Ion Exhanger

4.7. Tangki Penyimpanan sementara

4.8. Evaporator

iii

Page 5: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

BAB V SARANA PENUNJANG PRODUKSI 24

5.1. Sumber Air

5.1.1. Pengendapan

5.1.2. Penyaringan dan Disinfeksi

5.2. Steam (Uap)

5.3. Bahan Bakar

5.4. Sumber Tenaga Listrik

5.5. Alat Transportasi

BAB VI SANITASI DAN PENANGANAN LIMBAH 27

6.1. Sanitasi Ruangan

6.2. Sanitasi Peralatan

6.3. Sanitasi Pekerja

6.4. Sanitasi Lingkungan

6.5. Penanganan Limbah

BAB VII PENGAWASAN MUTU 30

7.1. Pemeriksaan Mutu Bahan Baku

7.2. Pengawasan Mutu Selama Proses

7.3. Pengawasan Mutu Produk

BAB VIII ANGGARAN BIAYA 31

BAB IX ANALISA KELAYAKAN USAHA 35

BAB X KESIMPULAN 38

TENTANG PENGGAGAS 39

iv

Page 6: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
Page 7: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

1

I. EXECUTIVE SUMMARY

Ubikayu merupakan salah satu komoditi yang memiliki kontribusi yang cukup besar

bagi perekonomian Nasional. Terbukti Kontribusi komoditi tersebut terhadap Produk Domistik

Bruto (PDB) sektor Tanaman Pangan sudah mencapai 6,1 triliun rupiah pada tahun 2003 yang

merupakan sumbangan terbesar ketiga setelah padi dan jagung terhadap PDB sektor tanaman

pangan. Angka tersebut terus meningkat meskipun tidak menunjukkan angka yang menyolok.

Produksi ubikayu di Indonesia pada tahun 2004 dan 2005 rata-rata mencapai 19,45 juta

ton/tahun. Peningkatan semakin pesat sejak tahun 2007 hingga kini. Produksi Ubikayu Indonesia

85% diantaranya masih diserap oleh industri dan konsumsi dalam Negeri sedang sisanya di

Ekspor dalam bentuk gaplek/ chips dan tepung tapioka. Data menunjukkan bahwa prospek dan

peluang agribisnis ubikayu untuk kebutuhan dalam dan luar negeri masih sangat terbuka.

Propinsi LAMPUNG berpotensi cukup baik sesuai dengan letak geografis Sumatera

Selatan yang strategis dengan ketinngian +/- 440 m DPL, beriklim tropis dengan curah hujan

tinggi dalam satu bulan rata-rata 7 hari hujan. Iklim yang demikian ditunjang oleh adanya

lahan subur yang berasal dari banyaknya aliran sungai, menyebabkan sebagian besar dari luas

tanahnya baik untuk digunakan pertanian, termasuk untuk pengembangan tanaman ubikayu,

khususnya di TULANG BAWANG BARAT – LAMPUNG UTARA yang memiliki areal petani

mencapai 50.000 Ha. Dari luas tersebut dapat dialokasikan +/- 1032 Ha untuk tanaman singkong

serta +/- 300 Ha dicadangkan untuk areal pembangunan Pabrik Pengolahan Ubi Kayu termasuk

areal cadangan tanaman ubikayu khusus yang ditangani oleh Pabrik sebagai factor pengaman

bila terjadi hal-hal yang tidak terduga sehingga ada keterhambatan suplai dari kebun petani.

Peluang yang sangat baik ini awalnya masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh

sebagian besar petani Ubikayu di Indonesia karena ada beberapa kendala yang masih perlu

diatasi diantaranya, rendahnya produktifitas produksi sebagai akibat terbatasnya penerapan

teknologi serta belum menyadari dan melasanakan usaha dengan jiwa kewirausahaan apalagi

mengarah kepada proses pengolahan produk menjadi barang setengah jadi guna mendapatkan

Page 8: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

2

nilai tambah. Selain itu penerimaan harga beli ubikayu di Pabrik sangat rendah dimana pada

tahun sebelum 2005 hanya berkisar antara Rp 200,- s/d Rp 350,- / Kg, yang tentunya sangat

memberatkan masyarakat petani, karena tidak sesuai dengan tenaga serta biaya yang mereka

keluarkan untuk proses budidayanya. Pada tahun 2005 telah mulai dibangun beberapa

pabrik Bio Ethanol di beberapa Kabupaten di Indonesia yang sebagian besar bahan bakunya

dari Ubikayu, sehingga mendongkrak harga jual penerimaan Ubikayu dari petani ke Pabrik

pada tahun 2007 sudah mencapai Rp 700,-/Kg bahkan untuk wilayah tertentu telah mencapai

harga diatas Rp 1.000,-/Kg, dimana sebelumnya hanya berkisar antara Rp 200,- s/d Rp 350,-/

Kg. Faktor lain yang meningkatkan semangat petani untuk mengembangkan usaha ini adalah

dengan adanya perhatian yang baik dari pemerintah daerah atas ditingkatkannya infra struktur

diantaranya jalan dan jembatan yang menjangkau hingga pelosok desa sampai ke areal

perkebunan.

Untuk dapat tetap mengendalikan harga serta nilai manfaat dari ubikayu tersebut

maka masih perlu terus mengembangkan jenis indutri lain yang masih sangat diperlukan

hasil produknya baik kebutuhan dalam negeri ataupun ekspor yang dapat meningkatkan

minat masyarakat dalam mengoptimalkan fungsi lahan untuk kemakmuran masyarakat dan

tentunya dapat menyumbangkan peningkatan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

TULANG BAWANG BARAT – LAMPUNG UTARA khususnya serta devisa Negara

umumnya, karena peluang ekspor masih sangat terbuka.

Salah satu Industri Pengolah yang kami anjurkan adalah Pabrik Gula yang dapat

menghasilkan Dextrose Monohidrat (DM) dan Glucose Liquid (GL).

Sebelum diolah menjadi gula, bahan baku ubi kayu harus diolah menjadi tapioka basah,

ubi kayu diubah menjadi pati pada unit tapioka. Unit ini menghasilkan limbah hasil

pengolahan ubi kayu yang dapat di manfaatkan dan tidak ada limbah yang sia-sia. Selain itu

Petani dapat diarahkan untuk melakukan proses ubikayu menjadi barang setengah jadi,

sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani itu sendiri dan lebih efisien bagi pabrik

Page 9: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

3

pengolah karena limbah tidak secara total diproses oleh pabrik, tapi sebagian besar langsung

dimanfaatkan oleh petani sebagai pakan ternak ataupun pupuk tanaman.

Pada Rendemen 20% Bahan baku ubikayu tersebut dibutuhkan 5 kg untuk

menghasilkan 1 kg bahan jadi. Dengan harga jual yang dinikmati petani sekarang ini telah akan

sama-sama menguntungkan bagi kedua belah pihak yaitu petani dan investor, karena bahan

jadi akan ternilai berkisar Rp 9.000,- / Kg untuk pasar lokal dan U$ 0.90 /kg untuk export.

Page 10: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
Page 11: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

4

II. TINJAUAN UMUM

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai : (1) Ide Pembukaan Pabrik, (2) Lokasi Pabrik,

(3) Tata Letak Pabrik, (4) Tata Letak Alat, (5) Manajemen dan Organisasi Perusahaan, (6) Jenis

Produk, (7) Pemasaran Poduk.

2.1. Ide Pembukaan Pabrik

Di Jawa Barat, tepatnya di Jalan Raya Singaparna Tasikmalaya telah berdiri PT. Raya

Sugarindo Inti yang didirikan pada tanggal 14 Agustus 1981 Pembangunan PT. Raya

Sugarindo Inti dan fasilitasnya diselesaikan pada bulan November 1983 dan mulai berproduksi

pada bulan Januari 1984. Produk yang dihasilkan adalah Dekstrosa merupakan gula Kristal

hasil proses kristalisas i larutan hidrolisis yang mengandung kadar glukosa atau dekstrosa

tinggi dengan nilai DE di atas 97 %. Disamping Gula Kristal, produk bisa juga berupa Gula

Likuid (GL).

Perusahaan sempat terpuruk pada tahun 1988 setelah lebih kurang 4 tahun berproduksi.

Karena posisi perusahaan sudah sangat menghawatirkan, maka saya diminta oleh Pemilik

perusahaan saat itu untuk meninjau ke perusahaan tersebut untuk melihat penyebab serta

kemungkinan jalan keluar yang dapat diambil untuk menyelamatkan perusahaan yang baru saja

berumur 4 tahun tsb. Saat itu saya sedang bekerja pada perusahaan Nasional Semi Conductor

Indonesia di Bandung. Setelah saya amati selama 1 minggu, memang keadaannya sudah

sangat menghawatirkan, hal ini disebabkan mismanagemen. Bila tidak diambil langkah

perbaikan segera maka tidak menutup kemungkinan perusahaan tsb. segera ditutup karena

produksi saat itu hanya bisa mencapai rata-rata 150 ton produk akhir per bulan (BEP saat itu

seharusnya 600 ton /bulan). Untuk itu saya minta izin selama 6 bulan dengan perusahaan

dimana saya bekerja untuk membenahi perusahaan tersebut pada tahun 1988-1989.

Alahamdulillah setelah saya adakan Re-Organisasi total serta Re-Layout pabrik secara

keseluruhan agar lebih efisien, penyempurnaan peralatan laborotarium dan system quality

control serta diadakan perbaikan hubungan dengan para petani, maka kepercayaan baik dari

Page 12: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

5

pihak petani ataupun karyawan langsung segera pulih sehingga tatkala produksi mencapai titik

BEP saya segera aktif kembali diperusahaan semula. Saya telah siapkan penerus saya sebagai

pemimpin dan juga seorang ahli tehnik & quality control. Disanalah saya melihat potensi

berkembangnya usaha pengolahan ubikayu, bahkan saya telah mengadakan hubungan baik

dengan para pemasok dari Lampung saat itu. Dan hingga kini perusahaan tersebut masih

berjalan dengan baik dan hingga kini masih tetap berlanjut pasokan tapioka dari Lampung

sebagai bahan baku Glukosa setengah jadi. Hal inilah yang membukakan hati saya untuk

mengembangkan pabrik pengolahan ubikayu yang dapat menghasilkan glukosa tersebut di

Bandar Lampung, Lampung Utara – Kab. Tulang Bawang Barat.

Proses produksi adalah hidrolisis pati yang dapat dilakukan dengan sistem enzim maupun

sistem asam, namun hidrolisis enzim secara penuh dan sistem asam hanya dilakukan jika ada

permintaan dari konsumen.

Hidrolisis sistem enzim memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sistem

asam. Enzim bekerja secara spesifik, sehingga perbandingan komposisi bahan penyusun sirup

dapat diatur sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dan produk yang dihasilkan dapat

memiliki rasa yang lebih manis. Sedangkan hidrolisis sistem asam bekerja secara acak sehingga

komposisi bahan produk sulit diatur dan memiliki keunggulan dekstrosa serta derajat kemanisan

yang terbatas.

Bahan baku yang digunakan berupa ubi kayu segar diperoleh langsung dari petani atau

pengumpul. Akan tetapi bila ada pengarahan kepada para petani, maka bisa saja pabrik

menerima dalam bentuk tapioka basah yang sudah diolah oleh petani sehingga ada nilai tambah

bagi petani dan tentu akan lebih efisien bagi pabrik sebagai proses lanjutannya, karena

penggunaan bahan baku tapioka ini memiliki keunggulan diantaranya menghemat waktu dalam

proses pengolahan, ketersediannya lebih terjamin dan limbah yang dihasilkan tidak terlalu

banyak sehingga pengolahan limbah dapat dilakukan lebih mudah. Dalam hal bahan baku ini

sangat dianjurkan perusahaan juga memiliki lahan sendiri, baik dengan cara membeli/ sewa

dengan masyarakat ataupun pemerintah daerah setempat, namun hanya sekedar 25% s/d

Page 13: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

6

40% dari kapasitas terpasang untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi adanya

hambatan pasokan dari para petani karena sesuatu hal baik akibat dari cuaca ataupun

pengaruh lainnya, sehingga tidak mengganggu proses produksi guna mempertahankan

kesinambungan hubungan dengan pelanggan.

2.2. Lokasi Pabrik

Untuk menentukan Lokasi pabrik tentu harus dipertimbangkan oleh pihak investor juga

pemerintah daerah setempat, karena ada hal-hal tertentu yang perlu dipertimbangkan baik dari

segi efisiensi, keamanan, ketersediaan sarana prasarana serta potensi pengembangan dimasa

mendatang yang diarahkan pada kemajuan masyarakat sekelilingnya, andil dalam peningkatan

pemasukan daerah serta kesenimbungan dan pengembangan dari investor itu sendiri. Atas

pertimbangan factor-faktor diatas sementara ini kami menyarankan untuk dapat dibangun di

daerah TULANG BAWANG BARAT - LAMPUNG UTARA, yang memiliki areal petani

mencapai 50.000 Ha. Dari luas tersebut dapat dialokasikan +/- 1032 Ha untuk tanaman singkong

serta +/- 300 Ha dicadangkan untuk areal pembangunan Pabrik Pengolahan Ubi Kayu termasuk

areal cadangan tanaman ubikayu khusus yang ditangani oleh Pabrik sebagai factor pengaman

bila terjadi hal-hal yang tidak terduga sehingga ada keterhambatan suplai dari kebun petani.

2.3. Tata Letak Pabrik

Areal tanah yang dicadangkan +/- 300 Ha, sehingga dapat mengatur penggunaannya

dengan leluasa, serta memiliki kemapuan untuk memenuhi ketentuan Peroses pengolahan

limbah. Luas areal tanah ini digunakan untuk beberapa bangunan pabrik, bangunan kantor, guest

house, mess karyawan, koperasi, masjid, unit pengolahan air, jalan, taman , pos keamanan dan

termasuk areal cadangan tanaman ubikayu khusus yang ditangani oleh Pabrik sebagai factor

pengaman bila terjadi hal-hal yang tidak terduga sehingga ada keterhambatan suplai dari kebun

petani. .

Page 14: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

7

2.4. Tata Letak Alat

Tata letak alat tersebut disusun berdasarkan urutan proses produksi, dimana perpindahan

bahan dari satu alat ke alat lainnya dilakukan dengan alat bantu seperti conveyor, pipa-pipa dan

pompa.

2.5. Manajemen dan Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan merupakan wadah dimana seluruh personil terintegrasi

dan terkoordinasi dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Semakin bertambah besar suatu

perusahaan maka persoalan mengenai organisasi dan manajemen semakin rumit oleh karena itu

diperlukan suatu struktur organisasi yang baik.

2.5.1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi yang di anjurkan berbentuk garis, dimulai dari Direktur Utama

pemegang peran penting sebagai pimpinan tertinggi perusahaan yang dibantu oleh Plan

Manager. Plan manager dibantu oleh bagian PPC , R&D. Material Control Manager, Manager

Umum & Personalia & Manager Produksi. Selain itu terdapat beberapa kepala bagian yang

bertanggung jawab langsung kepada Manager Produksi, yaitu Kepala Bagian Barang Jadi,

Kepala Bagian Quality Control, Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian Teknik dan Kepala

Jembatan Timbang.

Struktur Organisasi yang baik harus menampung dan menangani seluruh aktivitas

perusahaan, dengan didukung oleh uraian tugas yang baik dan personil yang handal dan

berkualitas.

Page 15: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

8

Berdasarkan Struktur Organisasi garis ini Tugas dan Wewenang beberapa bagian tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Direktur Utama

Direktur utama bertanggung jawab atas segala masalah yang berhubungan dengan

kegiatan perusahaan dan bertugas memimpin, mengatur, membimbing dan

mengarahkan seluruh kegiatan yang berlangsung.

2. Plan Manager

Plan manager mempunyai tugas mengawasi seluruh proses serta memberikan

pengarahan dan bimbingan kepada setiap kepala bagian.

3. Manager Produksi

Bagian ini bertugas dalam bidang yang menyangkut operasi proses yang mengolah

produk dari mulai bahan baku sampai bahan jadi.

4. Bagian Quality Control

Tugas bagian Quality Control adalah menganalisa dan bertanggung jawab terhadap

pengawasan mutu bahan baku selama proses sampai produk akhir yang akan

dipasarkan.

5. Bagian Teknik

Tugas bagian teknik adalah menjaga dan memelihara atas kelancaran peralatan dan

mesin-mesin yang ada di pabrik, sekaligus juga memperbaiki jika ada kerusakan yang

terjadi.

6. Bagian Administrasi dan Keuangan

Bagian ini bertugas mengurusi seluruh biaya pengeluaran dan pemasukan serta urusan

kepegawaian, surat menyurat, kearsipan serta kepentingan perusahaan lainnya.

7. Bagian Keamanan

Bagian ini mengawasi dan menjaga keamanan serta ketertiban pabrik, sehingga

pabrik dapat berproduksi dengan baik dan lancar.

Page 16: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

9

Tabel 1. Perkiraan Jumlah Karyawan yang dibutuhkan.

No Bagian Jumlah

1 Direktur / Plan Manager / Manager Produksi 3 orang

2 Produksi 75 orang

3 Kepala Bagian 7 orang

4 Teknik 19 orang

5 Bidang Umum 3 orang

6 Quality Control / Chemical Mixer 9 orang

7 Kebersihan Produksi 4 orang

8 G. Barang Jadi / Packaging 4 orang

9 Transportasi / Logistik / Kebersihan / Kesehtan 7 orang

10 PPC 1 orang

11 Jembatan Timbang 3 orang

12 Satpam 16 orang

Jumlah 151 orang

Peraturan kerja yang dianjurkan untuk diterapkan perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Para staf bekerja pada hari Senin – Jum’at dengan waktu 8 jam kerja per hari,

mulai dari pukul 08.00 – 16.00, sedangkan hari Sabtu dari pukul 08.00-13.00.

2. Karyawan selain Staff bekerja dalam 3 shift secara bergantian. Shift I bekerja dari

pukul 07.00 – 15.00, Shift II dari pukul 15.00 – 23.00, dan Shift III dari pukul

23.00 – 07.00.

Pergantian shift dilakukan 3 hari sekali dan waktu kerja pada hari minggu dihitung

lembur. Karyawan yang termasuk golongan shift ini adalah karyawan yang menangani

proses produksi, terutama bagian produksi, quality control dan teknik.

Page 17: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

10

2.6. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja sangat diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang meliputi

pengolahan produksi, administrasi, dan penunjang lainnya, sehingga tenaga kerja dituntut

untuk mempunyai suatau keahlian khusus yang sesuai dengan pekerjaan yang

dihadapinya. Tenaga kerja ada dua jenis, yaitu : tenaga kerja tetap dan tenaga kerja

borongan. Tenaga kerja tetap berjumlah +/- 200 orang dan tenaga kerja borongan sekitar

50 orang tergantung pada target produksi per bulan. Tenaga kerja borongan digunakan di

bagian gedung tapioka.

Gaji karyawan disesuaikan dengan pendidikan, jabatan dan masa kerja. Terdapat

dua macam gaji yaitu : gaji pokok dan gaji tunjangan. Tunjangan yang diberikan meliputi

Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan kesehatan, jaminan sosial, sarana transportasi,

cuti tahunan, bonus bulanan, dan lain-lainnya.

2.7. Pemasaran Produk

Produksi yang dihasilkan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Industri Makanan , Minuman & Farmasi di dalam ataupun luar negri. Sasaran penjualan

yang utama adalah perusahaan-perusahaan yang menggunakan glukosa sebagai bahan

baku produknya seperti : pembuatan permen, sirup, soft drink, makanan ringan, farmasi,

bakery dan lain-lainnya.

Sistem pemasaran yang dilakukan adalah dengan menerima pesanan secara

langsung dari konsumen. Pesanan selanjutnya disampaikan kepada bagian produksi,

setelah itu produk jadi dikirim ke bagian barang jadi, kemudian bagian distribusi

mengirim barang ke tempat konsumen.

Untuk memperlancar dalam pemasaran produk-produk tersebut, perusahaan

dianjurkan mendirikan perwakilan-perwakilan yang berada di lima lokasi yaitu :

Lampung, Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu juga perlu

Page 18: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

11

diarahkan untuk ekspor , karena kebutuhan luar negeri masih sangat terbuka untuk di

penuhi diantanya Singapore, Vietnam dan Kanada.

Page 19: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
Page 20: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

12

III PROSES PENGOLAHAN

Pada bab proses pengolahan ini akan dijelaskan mengenai : (1) Bahan Baku Utama,

(2) Bahan Baku Penunjang, (3) Peta Alir Proses, dan (4) Proses Pengolahan.

3.1. Bahan Baku Utama

Tanaman singkong atau ubi kayu (Manihot utilissima Pohl) merupakan tanaman yang

mengandung karbohidrat tinggi dan relatif mudah dibudidayakan. Dengan demikian tidak

mengherankan bila Negara tropis umumnya menggunakan tanaman ini sebagai bahan

makanan dan bahkan di beberapa Negara lainnya telah digunakan sebagai bahan baku untuk

industri.

Tanaman singkong ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan

tanaman lainnya, antara lain : dapat tumbuh di lahan yang kering, daya tahan terhadap

penyakit relatif tinggi, masa panennya tidak ada batas waktu sehingga dapat dijadikan

lumbung hidup, yakni dapat dibiarkan di tempat untuk beberapa minggu, dan daun serta

umbinya dapat diolah manjadi aneka makanan baik sebagai makanan maupun selingan.

Sebagai bahan makanan singkong mempunyai beberapa kekurangan diantaranya

masalah pada konsumsi singkong yang mengandung racun glokosida sianogen (linamarin dan

lataustralin), dan jika dihidrolisis akan menghasilkan glukosa dan asam sianida. Masalah ini

dapat diatasi yaitu dengan cara :

(a) Pengolahan yang baik.

Cara pengolahan yang baik ini meliputi beberapa hal, yaitu :

Umbi diparut dan direndam dalam air, kemudian dicuci untuk menghilangkan HCN-nya.

(b) Umbi dimasak agar enzim yang dapat menghidrolisa glikosida sianogen menjadi non

aktif. Glikosida sianogen bersifat tahan terhadap pemanasan.Pemuliaan tanaman untuk

memperoleh jenis-jenis singkong yang memiliki kadar HCN yang rendah.

Page 21: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

13

Singkong merupakan sumber karbohidrat, untuk 100 gram umbi segar dan tapioka

menghasilkan 146,328 dan 342,000 kalori. Singkong juga merupakan sumber vitamin dan

mineral yang cukup memadai. Ubi kayu merupakan bagian yang terpenting dari tanaman ini,

karena selain dapat dikonsumsi secara langsung, juga dapat diolah menjadi bentuk lain. Salah

satu bentuk olahannya adalah pati ubi kayu atau dikenal dengan nama tepung tapioka .

Pati tapioka dari akar tanaman ubi kayu (Manihot utilissima Phol). Tanaman ini

mengandung sekitar 15% sampai 30% pati dan 50% sampai 70% air.

Pati merupakan homo polimer dengan ikatan α – glikosida. Berbagai macam pati tidak

sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya, serta apakah lurus atau bercabang rantai

molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas, fraksi terlarut

disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur

lurus dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa, sedangkan amilopektin mempunyai cabang dengan

ikatan α-(1,6)-D-glukosa sebanyak 4%-5% dari berat total .

3.2. Bahan Penunjang

3.2.1. Enzim

Enzim yang digunakan dalam menggunakan pati ada dua yaitu :

1. Enzim Alfa Amilase

Enzim alfa amilase adalah enzim yang bertindak sebagai katalisator dalam hidrolisis

pati yang bekerja pada rantai 1 – 4 alfa glukosida secara random. Rantai 1 – 6 alfa

lebih sulit dipecah, sehingga pemutusan rantai hanya sampai pada maltosa dan

maltotriosa yang terikat pada posisi (1,6)-alfa. Oleh karena itu, hasil hidrolisis pati

pada enzim alfa amilase terutama adalah maltosa dan sejumlah kecil maltotriosa dan

maltotetrosa. Reaksi penguraian amilum menjadi maltosa tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

2(C6H22O5)n + nH2O nC12H22O11

Page 22: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

14

Mikroba penghasil enzim alfa amilase yang paling penting adalah Bacillus subtilis,

Bacillus lichenniformis dan Aspergilus oryzae. Alfa amilase yang dihasilkan oleh

Bacillus subtilis relatif stabil terhadap suhu tinggi, dan bisa digunakan pada

temperatur di atas 90°C. Alfa amilase dari Bacillus lichennisformis lebih tahan panas

dan bisa digunakan pada temperatur tinggi. Selain temperatur tinggi aktivitas enzim

dipengaruhi oleh ion H . Bila temperatur dinaikkan maka nilai pH akan bergeser

mendekati harga 7.

2. Enzim Glukoamilase

Enzim ini bisa memecah kedua rantai ikatan (1,4)-α amilase dan (1,6)-α glukosidase

dari pati, oligosakarida dan dekstrin, tetapi dengan kecepatan yang berbeda

membentuk unit-unit yang sempurna. Enzim amiloglukosidase dihasilkan oleh

sejumlah mikroba yang berbeda, tetapi yang paling umum adalah Aspergillus niger.

Reaksi penguraian maltosa menjadi glukosa tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut:

C12H22O11 + H2O 2C6H12O6

Kecepatan hidrolisis tergantung dari panjangnya rantai molekul besar. Maltotetrosa

dan oligosakarida dengan berat molekul besar, dihidrolisis lebih cepat dari pada

maltotriosa dan lebih cepat dari pada maltose. Oleh karena itu amiloglukosidase juga

menghidrolisa ikatan (1,6)-α, meskipun kecepatannya lebih lambat sehingga dapat

dikonversi yang sempurna .

Disamping menghidrolisis pati dan oligosakarida, amiloglukosidase juga dapat

bertindak sebagai katalisator pada reaksi kondensasi molekul glukosa. Hasil reaksi ini

adalah maltosa dan isomaltosa. Isomaltosa akan terbentuk pada kecepatan yang jauh

lebih rendah dari maltosa, bila proses sakarifikasi berlangsung dalam waktu yang

lebih lama dan konsentrasi yang lebih tinggi, sakarida dan gugus oligosakarida lain

akan terbentuk. Konsentrasi substrat mempunyai pengaruh terhadap reaksi

Page 23: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

15

pembalikan di atas selama proses sakarifikasi. Maka naiknya konsentrasi substrat,

terjadi keseimbangan dengan pembentukan disakarida, sehingga pengaruh

konsentrasi enzim yang ditambah pada waktu reaksi .

3.2.2 Senyawa-senyawa Penunjang

1. NaOH

Natrium Hidroksida digunakan pada proses pencampuran untuk mendapatkan pH

yang netral dan untuk proses regenerasi penukar ion. Selain itu NaOH

dimaksudkan untuk stabilitas dan aktifitas enzim.

2. HCl

Asam klorida digunakan untuk proses regenerasi penukar ion.

3. Karbon Aktif

Karbon aktif digunakan untuk menghilangkan dan menyerap warna, bau,

membunuh bakteri dan kotoran-kotoran dari larutan. Dosis yang digunakan adalah

10 kg per volume tangki.

4. Filter Aid

Filter aid digunakan dalam proses penyaringan sehingga diperoleh larutan sirup

yang jernih. Dosis yang digunakan adalah ¼ kali dosis karbon.

5. Resin

Resin merupakan media dalam proses pertukaran ion. Dalam satu tabung penukar

ion volume resin rata-rata 1500 liter. Jenis resin yang digunakan SK – 1B untuk

resin kation, WA – 30 untuk resin anion dan SK – 1B atau PA – 408 untuk mixed

bad. Dalam proses penukaran ion yang diperhatikan adalah pH, konduktivitas dan

resisten.

6. PAC dan Air Klorin dosis 10 ppm

PAC dan air klorin dosis 10 ppm digunakan dalam unit proses pengolahan air.

Fungsi PAC dan air klorin adalah untuk membantu terjadinya flok-flok yang akan

Page 24: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

16

diendapkan, dan untuk mengikat kotoran serta mengikat logam berat, setelah

ditreatment oleh PAC kemudian air disaring sehingga diperoleh air yang jernih.

Mekanisme dari PAC sendiri adalah pengendapan yang disebabkan oleh air dari

dua sumber tersebut ditreatment oleh PAC. Fungsi dari PAC sendiri adalah untuk

mengikat kotoran dan logam berat yang terkandung dalam sumber air tersebut.

Pengotor-pengotor yang belum terendapkan pada tahap pertama akan membentuk

flok-flok dan akan mengendap di dasar bak. Air di bagian atas bak (over flow)

dialirkan ke alat penyaring.

Pada tahap berikutnya dilakukan penyaringan air dengan menggunakan sand filter.

Sebagai media penyaring digunakan pasir kuarsa dan karbon. Pengotor akan

tertahan pada media penyaring. Untuk melepaskan kembali pengotor ini, harus

dilakukan pencucian kembali (back wash) setiap hari. Air yang telah disaring ini

kemudian diberi disinfektan berupa kaporit, sebelum disimpan di bak

penampungan air bersih dan digunakan untuk berbagai keperluan pabrik.

Page 25: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

17

3.3. Peta Alir Proses

Peta alir proses akan digambarkan menurut tahapan proses pembuatan GL/GF.

Untuk lebih jelasnya diagram alir proses pembuatan GL/GF dapat dilihat pada Gambar

berikut.

Gambar . Diagram Alir Pembuatan Gula dari Tepung Tapioka Secara Enzimatis

Uap

GL GF

Karbon

aktif

Tapioka, air,

NaOH, Enzim

PENCAMPURAN

pH = 6,0-6,2, t = 15’-20’

LIQUIFIKASI

T = 95°C, t = 2 jam

SAKARIFIKASI

t = 48-72 jam Enzim

DECOLORISASI

T = 100-110°C, t =30’

Karbon

aktif

FILTRASI

T = 60°C, t = 15’

PENYIMPANAN

SEMENTARA

PENUKARAN ION

t = 120 menit NaOH/HCl

PENYIMPANAN

SEMENTARA

PENGUAPAN AWAL

T = 90°,80°,60°C, t = 1jam

PENYIMPANAN

SEMENTARA

PENGUAPAN AKHIR

T = 65°C, t = 1jam

PENGEMASAN

Air

Air

Uap

Panas

Uap

Panas

Page 26: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

18

3.4. Proses Pengolahan Tapioka Menjadi Gula

Proses pengolahan tapioka menjadi gula cair secara enzimatis meliputi : proses

pencampuran, liquifikasi, sakarifikasi, decolorisasi, filtrasi, deionisasi, evaporasi untuk

GL dan GF.

3.4.1. Pencampuran

Dalam tangki pencampur dimasukkan tepung tapioka dan ditambahkan air,

kemudian diaduk sampai didapatkan larutan pati yang homogen. Larutan yang dihasilkan

harus memiliki kekentalan 19° - 20°Be, pH 6,0 – 6,2 diatur dengan penambahan

NaOH 20% waktu yang diperlukan 15 – 20 menit. Campuran homogen ini kemudian

ditambahkan enzim liquozyme supra atau alfa amilase 0,6 kg/ton. Pengaturan pH di atas

dimaksudkan agar aktifitas dan stabilitas enzim dapat bekerja pada kondisi yang optimal.

3.4.2. Liquifikasi

Campuran pati yang telah homogen dipanaskan pada suhu 95°C, dengan

menggunakan uap panas selama 2 jam. Kemudian enzim akan menghidrolisa amilosa

menjadi dekstrin. Selama proses pemasakan ini dilakukan uji iodometri, yaitu untuk

mengetahui derajat penguraian pati. Bila uji mengatakan negatif maka pati sudah terurai

sempurna dan pemanasan dihentikan.

3.4.3. Sakarifikasi

Sebelum hasil larutan liquifikasi dimasukkan ke dalam tangki sakarifikasi

terlebih dahulu suhunya diturunkan menjadi 60°C dan pH diatur menjadi 4,0 – 4,5

dengan penambahan HCl konsentrasi 33%. Setelah itu ditambahkan enzim

amiloglukosidase sebanyak 0,6 kg/ton DS (dry substan) dan inkubasi selama 48 – 72

jam pada suhu 60°C yaitu untuk mengubah dekstrin menjadi dekstrosa.

Page 27: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

19

3.4.3.1 Decolorisasi

Untuk mendapatkan warna sirup jernih, sirup hasil sakarifikasi dimasukkan ke dalam

tangki dengan penambahan karbon aktif sebanyak 10 kg per tangki decolorisasi, adapun

temperatur proses 100°C - 110°C dan dalam waktu proses adalah 30 menit.

3.4.4. Filtrasi

Untuk memisahkan partikel-partikel karbon aktif dari larutan dilakukan proses

filtrasi, dengan penambahan filter aid temperatur yang diperlukan 60°C waktu yang

diperlukan selama 15 menit. Sehingga dapat mengurangi hambatan aliran larutan dan

diperoleh larutan yang jernih. Larutan yang diperoleh hasil filtrasi kemudian disimpan

dalam tangki sementara.

3.4.5. Deionisasi

Larutan hasil filtrasi dilakukan proses deionisasi, dengan maksud untuk

menghilangkan ion-ion logam yang terdapat dalam larutan waktu yang diperlukan

untuk deionisasi ini adalah 2 jam. Alat penukar ion ini terdiri dari beberapa set yang

masing-masing terdiri dari tiga buah tabung, yaitu : tabung yang berisi resin anion,

resin kation, dan tabung “Mixed Bad”.

Mekanisme dari kerja resin adalah resin penukar ion pada proses pembuatan

gula cair bebas mineral berfungsi untuk mengambil pengotor air dengan cara

pertukaran ion yang bermuatan sama. Kation yang ada dalam air akan

dipertukarkan/diambil dengan kation resin sedangkan anion dalam air akan

dipertukarkan dengan anion resin.

Di dalam kolom resin penukar kation, garam-garam yang terlarut di dalam air

dikonversi menjadi asam-asam mineral masing-masing melalui pertukaran kation-

kationnya dengan ion H . Dari sini terbentuk asam karbonat dari kesadahan karbonat

(carbonal hardness). Asam karbonat pecah menjadi air dan karbon dioksida bebas.

Page 28: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

20

Di dalam kolom resin penukar anion, anion pengotor air seperti SO4¯². Cl¯ yang

ada dalam air dipertukarkan dengan OH¯ dari resin penukar anion.

Di dalam kolom resin mixed bed yang berisi campuran antara resin penukar

kation dan anion, sisa-sisa kation yang masih ada dalam air akan dipertukarkan dengan

ion hidrogen dan sisa anion termasuk asam karbonat dipertukarkan dengan ion

hidroksil sehingga air keluaran kolom resin mixed bed telah terbebas dari mineral

pengotor (air bebas mineral).

Pada saat sistem air bebas mineral beroprasi dilakukan pengamatan dan

pengukuran pH konduktivitas yang merupakan parameter control kualitas air bebas

mineral yang dihasilkan saat produksi air bebas mineral

3.4.6. Evaporasi

Proses evaporasi bertujuan untuk menguapkan sebagian air yang terdapat dalam

larutan sehingga diperoleh hasil dengan kekentalan tertentu. Mula-mula larutan hasil

penukar ion dialirkan ke dalam alat “Pre Evaporator” pada suhu 90°C, 80°C, dan 60°C

yang berlangsung kurang lebih satu jam dengan tekanan 5 atmosfir sehingga diperoleh

kekentalan 60°Brix. Karena produk gula yang dihasilkan memiliki kekentalan yang

berbeda-beda, maka larutan itu diuapkan kembali ke dalam “Final Evaporator” pada

suhu 65°C dan tekanan 2 atmosfir, sehingga diperoleh kekentalan yang dikehendaki

kurang lebih waktu yang dibutuhkan 1 jam.

3.4.7. Pengemasan

Produk gula cair yang dihasilkan langsung dilakukan pengemasan. Untuk gula

cair dikemas ke dalam drum berisi 3000 liter dan truk drum berisi 1500 liter serta

jerigen berisi 30 liter.

Page 29: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

21

Produksi gula cair yang telah dikemas di dalam drum dan truk drum serta

jerigen disusun di tempat yang tersedia. Untuk Dextrose fouder dikemas dalam karung

gula 25 Kg atau/dan 100 Kg.

3.5. Produk

3.5.1. Glucose Liquid atau GL

Sirup glukosa adalah salah satu larutan yang diperoleh dari pati melalui

hidrolisis yang sempurna. Kemudian dilakukan netralisasi dan pemekatan sampai

ukuran kekentalan yang diinginkan. Ukuran ini dapat dinyatakan dengan derajat Brix.

Gula yang diproduksi disesuaikan dengan pesanan, sebagai contoh pabrik permen

dengan merk dagang “Yupi” menginginkan ukuran 84°Brix. Sirup glukosa bukanlah

suatu bahan murni, tetapi merupakan campuran dari glukosa, altosa, dan dekstrosa.

Tingkat mutu sirup terutama ditentukan oleh konversi pati menjadi komponen-

komponen gluktosa, maltosa dan dekstrosa, dimana derajat konversi mempunyai DE

(Dextrose Equivalent) antara 28 sampai 98 tergantung penggunaannya.

3.5.2. Golden Fructose atau GF

Sirup fruktosa merupakan larutan pekat dengan kemurnian tinggi. Komposisi

sirup fruktosa hampir semuanya merupakan monosakarida seperti dekstrosa dan

fruktosa, dan sejumlah kecil disakarida serta gula yang lebih tinggi. Sirup fruktosa

mempunyai kemanisan yang sama dengan gula pasir.

Page 30: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
Page 31: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

22

IV SPESIFIKASI ALAT

Dalam bab ini akan menguraikan mengenai fungsi alat yang digunakan dalam proses

pengolahan tepung tapioka menjadi gula cair dengan jenis produk GL dan GF. (Penjelasan

lebih Detail/Spesifikasi Alat akan diberikan setelah ada persetujuan untuk membangun

pabrik).

4.1. Tangki Pencampuran

Sebagai Tempat untuk melarutkan tepung tapioca dengan air sampai homogeny

dengan kekentalan 19-200 Be.

4.2. Tangki Liquifikasi

Sebagai tempat untuk mengubah pati menjadi destrin pada proses liquifikasi.

4.3. Tangki Sakarifikasi

Sebagai tempat untuk mengkonversikan dekstrin menjadi dekstrosa.

4.4. Tangki Decolorisasi

Sebagai tempat untuk menjernihkan larutan gula.

4.5. Tangki Filtrasi

Sebagai tempat untuk menyaring kotoran dan sisa karbon dari larutan gula sehingga

didapatkan cairan yang jernih.

4.6. Ion Exchanger

Sebagai tempat untuk mengikat ion-ion yang terdapat dalam larutan gula

4.7. Tangki Penyimpanan Sementara

Sebagai tempat untuk menyimpan gula sebelum dilakukan proses pengolahan untuk

mendapatkan produk yang akan diproduksi lebih lanjut

Page 32: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

23

4.8. Evaporator

Sebagai tempat untuk memekatkan larutan gula atau untuk meningkatkan kekentalan

gula

Page 33: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
Page 34: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

24

V SARANA PENUNJANG PRODUKSI

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Sumber Air, (2) Steam, (3) Bahan Bakar,

(4) Sumber Tenaga Listrik, dan (5) Alat Transportasi.

5.1. Sumber Air

Lokasi pabrik perlu dipertimbangkan kedekatan dengan sumber air. Sumber air

yang digunakan yang berasal dari sungai perlu dikendalikan kandungan logam agar

sesuai dengan standar air bersih yang memenuhi syarat untuk proses produksi.

5.1.1. Pengendapan

Pengendapan yang disebabkan oleh air sungai perlu ditreatment oleh PAC. Fungsi

dari PAC sendiri adalah untuk mengikat kotoran dan logam berat yang terkandung dalam

sumber air tersebut. Pengotor-pengotor yang belum terendapkan pada tahap pertama

akan membentuk flok-flok dan akan mengendap di dasar bak. Air di bagian atas bak

(over flow) dialirkan ke alat penyaring.

5.1.2. Penyaringan dan Disinfeksi

Pada tahap berikutnya dilakukan penyaringan air dengan menggunakan sand filter.

Sebagai media penyaring digunakan pasir kuarsa dan karbon. Pengotor akan tertahan

pada media penyaring. Untuk melepaskan kembali pengotor ini, harus dilakukan

pencucian kembali (back wash) setiap hari. Air yang telah disaring ini kemudian diberi

disinfektan berupa kaporit, sebelum disimpan di bak penampungan air bersih dan

digunakan untuk berbagai keperluan pabrik.

1.2. Steam (Uap).

Steam yang diperoleh di pabrik bisa dihasilkan dengan menggunakan boiler.

Air umpan boiler harus terlebih dahulu diolah sehingga tidak merusak boiler maupun

pipa-pipa yang akan dilalui oleh steam.

Page 35: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

25

Pengolahan air untuk umpan boiler berupa penghilangan kesadahan air dengan

melewatkannya ke dalam softener. Air yang telah dihilangkan kesadahannya dicampur

dengan kondensat, kemudian dihilangkan gelembung-gelembung udaranya dengan

memanaskan air menggunakan steam di dalam degasifier. Untuk mencegah timbulnya

kerak pada boiler dan pipa-pipa yang dilalui steam, maka ke dalam air ditambahkan zat

kimia.

Boiler yang digunakan harus memiliki kapasitas yang cukup setidaknya sekitar

15.000 liter, dan mampu menghasilkan steam dengan tekanan 8 kg/cm² dengan

temperatur sekitar 180°C.

Steam digunakan untuk proses produksi di unit produksi gula, yaitu di

liquifikasi, decolorisasi, dan evaporasi.

5.3. Bahan Bakar

Bahan bakar digunakan untuk menggerakan generator boiler dan alat

transportasi. Bahan bakar yang digunakan untuk boiler adalah batu bara. Selain itu bisa

digunakan juga minyak solar dan bahan bakar bensin digunakan untuk keperluan

transportasi.

5.4. Sumber Tenaga Listrik

Listrik untuk pabrik biasa diperoleh dari PLN dan generator set. Listrik dari

PLN berkapasitas setidaknya 13,25 KVA digunakan untuk keperluan penerangan dan

cadangan, sedangkan listrik dari generator set dipergunakan untuk menggerakan mesin.

Jumlah generator set yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan (setidaknya ada 3

unit, tetapi yang digunakan sebagai pembangkit listrik hanya satu, sedangkan yang dua

buah digunakan sebagai cadangan atau stand by). Setiap generator set mempunyai

kapasitas 60 KVA.

Page 36: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

26

5.5. Alat Transportasi

Perusahaan dalam menjamin kelancaran pengiriman barang ke berbagai kota di

Indonesia perlu menyediakan berbagai keperluan terutama alat transportasi. Alat

transportasi yang digunakan untuk memasarkan produk adalah kendaraan barang jenis

truk tangki & truk bak.

Page 37: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
Page 38: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

27

VI SANITASI DAN PENANGANAN LIMBAH

Kebersihan lingkungan dalam suatu pabrik turut mempengaruhi mutu produk yang

dihasilkan. Kebersihan yang terpelihara dapat menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

Lingkungan kerja yang sehat ini merupakan salah satu faktor penunjang dalam menentukan

keselamatan kerja. Produktivitas kerja akan meningkat dengan terjaganya kesehatan dan

keselamatan kerja.

Peranan sanitasi pada suatu pabrik pengolahan bahan makanan merupakan salah satu

faktor penting dalam menunjang keberhasilan mutu produk. Nilai estetika dan penerimaan

konsumen terhadap produk akan semakin baik dengan cara meningkatkan sanitasi. Sanitasi

dilakukan terhadap ruangan, peralatan, pekerja/karyawan, dan lingkungan kerja. Selain

sanitasi, penangan limbah yang baik akan mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu

perusahaan. Nilai estetika sangat berarti bagi perusahaan yang memproduksi baik makanan

atau minuman ataupun produk lainnya. Nilai estetika ini dikatakan baik apabila perusahaan

tersebut memperhatikan dari mulai penanganan bahan baku sampai dengan bahan yang

dijadikan produk siap dipasarkan. Konsumen akan tertarik apabila perusahaan tersebut

memproduksi sesuai dengan nilai estetika yang baik menurut konsumen tersebut. Estetika

tersebut dapat dicontohkan seperti : dalam penanganan bahan, kebersihan produk, kemasan

yang baik apabila produk tersebut dikemas, penanganan limbah yang sesuai dengan aturan

dan tidak mencemarkan lingkungan pabrik dan sekitar pabrik, kebersihan pekerja dan lain

sebagainya.

6.1.Sanitasi Ruangan

Ruangan dalam proses produksi dilengkapi dengan penerangan dan ventilasi.

Kondisi perlengkapan harus cukup memenuhi syarat sanitasi ruangan dalam industri

pengolahan bahan pangan.

Page 39: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

28

Tercukupinya sanitasi seperti : cahaya lampu di ruang proses sangat penting, karena

cahaya lampu dapat mempengaruhi kesehatan karyawan dan keamanan operasi serta

meningkatkan efesiensi kerja karyawan.

Permukaan dinding harus dibuat halus dan mudah dibersihkan serta tidak

dihinggapi serangga dan mikroba patogen. Pintu jendela dan ventilasi perlu dibuat sudut

miring untuk menghindari terakumulasinya debu dan kontaminan lainnya. Pertemuan

antara dinding dan lantai harus dibuat lengkung agar mudah dibersihkan.

Khusus untuk kebersihan di bagian proses produksi biasanya dilakukan pada saat

mulai proses dan setelah selesai proses.

6.2.Sanitasi Peralatan

Perusahaan dianjurkan menggunakan peralatan mesin yang terbuat dari bahan yang

tidak mempengaruhi produk seperti bau dan rasa karena mesin dan peralatan kontak

langsung dengan bahan, oleh karena itu dilakukan pengawasan yang benar selama proses

berlangsung.

Usaha untuk menjaga agar peralatan dalam keadaan baik adalah dengan melakukan

pencucian setiap unit tersebut. Apabila ada kerusakan pada mesin maka segera dilakukan

perbaikan.

6.3. Sanitasi Pekerja

Kesehatan pekerja adalah salah satu faktor penunjang kebersihan lingkungan.

Usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga agar kesehatan pekerja tetap

terjamin, maka perusahaan menyediakan perlengkapan alat kerja yang wajib

dipergunakan oleh para pekerja, seperti : pakaian kerja, helm kerja, jas lab dan

perlengkapan keselamatan kerja lainnya. Hal ini untuk menjaga kesehatan karyawan serta

mencegah terjadinya kecelakaan yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Disamping itu

perusahaan menyediakan balai kesehatan atau pengobatan dan biaya khusus untuk

pengobatan dan perawatan di luar.

Page 40: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

29

6.4.Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan di sekitar pabrik perlu mendapat perhatian, sebab lingkungan

yang kotor akan membawa pengaruh suasana yang tidak sehat. Sanitasi lingkungan kerja

bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik dan sehat serta memberikan

ketenangan dan kenyamanan bagi para karyawan dan pekerja. Upaya tersebut seharusnya

diterapkan sehingga pekerja/karyawan dapat terhindar dari kecelakaan kerja.

6.5.Penanganan Limbah

Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat yaitu ampas tapioka yang dihasilkan

dari mesin press dan karbon bekas pada proses filtrasi (unit decolorisasi) serta limbah cair

dari bekas proses dan pencucian.

Untuk limbah padat yang berupa ampas tapioca bisa diproses ataupun dimanfaatkan

untuk bahan makanan ternak oleh masyarakat. Ampas tapioka banyak dipakai sebagai

campuran makanan ternak. Pada umumnya masyarakat kita mengenal dua jenis tapioka,

yaitu tapioka kasar dan tapioka halus. Tapioka kasar masih mengandung gumpalan dan

butiran ubi kayu yang masih kasar, sedangkan tapioka halus merupakan hasil pengolahan

lebih lanjut dan tidak mengandung gumpalan lagi. Sisanya dari limbah padat berupa

tapioka tersebut bisa dibuat pupuk sebagai penyubur tanaman. Untuk karbon aktif

sebelum dibuang dilakukan penetralan dan dikeringkan. Setelah dikeringkan baru

kemudian digunakan untuk perbaikan jalan-jalan di sekitar lingkungan pabrik.

Page 41: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
Page 42: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

30

VII PENGAWASAN MUTU

Pengawasan mutu merupakan usaha untuk memepertahankan dan menjaga kualitas

produk serta mengendalikan kerusakan produk. Manfaat pengawasan mutu ini selain dapat

memperlancar proses produksi juga dapat memberikan perlindungan kepada konsumen dari

pemalsuan dan kecurangan yang dilakukan oleh pihak produsen, serta dapat mempertinggi

tingkat pemasaran.

Pengawasan mutu yang dilakukan meliputi Pengawasan Mutu Bahan Baku,

Pengawasan Mutu Selama Proses, dan Pengawasan Mutu Produk Jadi.

7.1.Pengawasan Mutu Bahan Baku

Setiapa bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi diperiksa

terlebih dahulu. Pengawasan yang dilakukan terhadap bahan baku yaitu tepung tapioka,

meliputi pemeriksaan visual dan pemeriksaan secara kimia.

Pengawasan secara visual dilakukan terhadap warna dan kotoran, sedangkan

pemeriksaan secara kimia dilakukan dengan cara analisis kadar air, pH, dan serat kasar.

7.2.Pengawasan Mutu Selama Proses

Pengawasan mutu selama proses pengolahan dilakukan terhadap suhu, pH,

kekentalan dan warna. Proses hidrolisis dilakukan tes amilum dengan menggunakan

iodium untuk mengetahui apakah proses hidrolisis sudah sempurna atau belum.

7.3.Pengawasan Mutu Produk

Produk-produk yang akan dihasilkan di perusahaan adalah Glucose Liquid

(GL), High Conversion Syrup (HCS), Dxtrose Monohidrat (DMH), dan Caramel Liquid

(CL), dengan spesifikasi sesuai standart.

Page 43: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
Page 44: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

31

VIII. ANGGARAN BIAYA

Anggaran Biaya dalam membangun Industri pengolah Ubikayu ini meliputi:

8.1 Biaya Penyediaan Lahan Pabrik

8.2 Biaya Pembangunan gedung , sarana & prasarana Pabrik

8.3 Dana Pengadaan Mesin & Peralatan Operasional Pabrik

8.4 Biaya Operasional selama 6 bulan pertama beroperasinya pabrik

8.5 Biaya Overhead selama 6 bulan pertama beroperasinya pabrik

8.6 Biaya pengadaan Bahan Baku selama 6 bulan pertama beroperasinya pabrik

8.7 Biaya pengadaan lahan kebun 15% s/d 25% dari kapasitas terpasang pabrik

8.8 Biaya pengolahan lahan selama 1 tahun pertama beroperasinya pabrik

8.9 Biaya pengadaan alat transportasi pegawai & operasional pabrik

8.10 Biaya lain-lain / tak terduga.

Page 45: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

32

KEUANGAN

MODAL AWAL

N I L A I

INVESTASI HARTA TETAP & BERGERAK

1. Pengadaan Lahan Pabrik

2. Pengadaan Lahan Kebun

3. Bangunan Pabrik & Sarana

Kantor, sarana ibadah dan sarana

pegawai/karyawan.

4. Sarana Jalan menuju pabrik &

didalam Pabrik.

5. Gardu & Jembatan Timbang

6. Sarana Pengolahan Limbah

(Ampas)

7. Sarana pengendalian dampak

lingkungan (pemurnian air

limbah)

8. Investasi Listrik & Genset

9. Investasi Air & Irigasi

10. Investasi Mesin , peralatan pabrik

& Sarana penunjang

11. Pengadaan Kendaraan.

11.1 Kendaraan Truck

11.2 Kendaraan Tangki

11.3 Kendaraan dinas

MODAL KERJA

1. Biaya Pembukaan &

pemeliharaan Kebun

2. Pembelian Bahan Baku

3. Biaya Operasional

4. Overhead

5. Pengadaan Bahan pembantu

produksi

6. Pengadaan Bahan Bakar

7. Pemeliharaan Gedung &

Peralatan

SATUAN

Ha

Ha

m2

m

Unit

Unit

Unit

Unit

Unit

Set

Unit

Unit

Unit

Ha

Bulan

Bulan

Bulan

Bulan

Bulan

Bulan

JUMLAH

10

500

15,000

1000

1

1

1

3

1

1

10

5

4

500

12

12

12

12

12

12

Satuan

(Rp,000.)

0

0

0

3,000

300,000

100,000

250,000

175,000

125,000

9,000,000

240.000

280.000

180.000

10,000

4,000,000

100,000

80,000

120,000

50,000

2,000

Total

(Rp,000.)

0

0

0

3,000,000

300,000

100,000

250,000

525,000

125,000

9,000,000

2.400.000

1.400.000

720.000

5,000,000

48,000,000

1,200,000

960,000

1,440,000

600,000

24,000

75,044,000

(Tujuh puluh Lima milyar, empat puluh empat juta rupiah)

Page 46: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

33

URAIAN INVESTASI HARTA TETAP & BERGERAK

1. Pengadaan Lahan Pabrik

2. Pengadaan Lahan Kebun

3. Bangunan Pabrik

a. Bangunan Pabrik.

b. Sarana kantor

c. Sarana Ibadah

d. Sarana Pegawai/Karyawan

4. Sarana Jalan menuju pabrik & didalam Pabrik.

a. Jalan I Sudah Permanen atas biaya Oleh Daerah

b. Jalan II perlu pengaspalan +/- 500 m oleh investor

c. Jalan III kedalam pabrik +/- 500 m

5. Gardu & Jembatan Timbang

a. Gardu Jembatan Timbang

b. Jembatan Timbang

6. Sarana Pengolahan Limbah (Ampas)

6.1 Bangunan Pengolahan dengan atap Transparan luas 500 m2

a. Alat Press 10 bh Capasitas 5 ton onggok press kering/hari

b. Rak Pengering ukuran PxLxT = 4,80 x 0,30 x 1,50 m = 200 rak

7. Sarana pengendalian dampak lingkungan (pemurnian air limbah)

a. Parit Ulir PxLxT= 50.00x0,40x0,60 m

b. Kolam 1. PxLxT= 10x8x2m

c. Tangki air tawas capasitas 5 m3

d. Areal Tanaman Rumput Gajah 10x20m sebagai filter

e. Kolam 2. PxLxT= 10x8x2m ditanami Ikan untuk pengetesan kemurnian air.

f. Saluran ke pembuangan akhi (Kali).

8. Investasi Listrik & Genset

a. instalasi Listrik PLN untuk penerangan 13,25 KVA

b. Genset Capasitas 60 KVA untuk operasional mesin

9. Investasi Air & Irigasi

a. Sumur Dalam untuk mengantisipasi musim kemarau

b. Saluran air sumber dari Sungai

10. Investasi Mesin & peralatan pabrik

a. Mesin.

i. Mesin pengupas, pencucian & penggilingan

ii. Starch Mixing

iii. Holding Tank

iv. Tangki Sakarifikasi

v. Tangki Decolorisasi

vi. Horizontal Leaf Filter

vii. Ion Exchanger

viii. Storage Tank

ix. Long Tube Vertical Evaporator

b. Peralatan Pabrik

11. Pengadaan Kendaraan.

a. Kendaraan Truck

b. Kendaraan Tangki

c. Kendaraan dinas

Page 47: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

34

URAIAN MODAL KERJA

1. Biaya Pembukaan &

pemeliharaan Kebun

2. Pembelian Bahan Baku

3. Biaya Operasional

4. Overhead

5. Pengadaan Bahan pembantu

produksi

6. Pengadaan Bahan Bakar

Pemeliharaan Gedung & Peralatan

Page 48: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

35

IX. ANALISA KELAYAKAN USAHA

9.1 Proyeksi Rugi Laba

9.1.1 Pendapatan dari Penjualan Gula per tahun (Rp.000):

8.640 ton x Rp 9.000 = Rp 77.760.000

Pendapatan dari Penjualan hasil kebun Ubikayu

1.000 ha x 25 ton x Rp 850 = Rp 21.250.000

Total Pendapatan /Th = Rp 99.010.000

9.1.2 Biaya Penyusutan

PENYUSUTAN

LAMA(Th) NILAI (Rp.000)/Th

Pengadaan Lahan Pabrik - -

Pengadaan Lahan Kebun - -

Bangunan Pabrik & 20 1.500.000

Sarana Kantor, sarana ibadah

dan sarana pegawai/karyawan.

Sarana Jalan menuju pabrik & 20 150.000

didalam Pabrik.

Gardu & Jembatan Timbang 20 15,000

Sarana Pengolahan Limbah (Ampas) 20 5,000

Sarana pengendalian dampak 20 12.500

lingkungan (pemurnian air limbah)

Investasi Listrik & Genset 5 105.000

Investasi Air & Irigasi 10 12.500

Investasi Mesin , peralatan pabrik & 20 300.000

Sarana penunjang

Pengadaan Kendaraan. 5 904.000

Page 49: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

36

Kendaraan Truck

Kendaraan Tangki

Kendaraan dinas

Total Biaya Penyusutan/ Th 2.515.500

9.1.3 Biaya Langsung / Th

Biaya Pembukaan & pemeliharaan Kebun 5,000,000

Pembelian Bahan Baku 48,000,000

Biaya Operasional 1,200,000

Overhead 960,000

Pengadaan Bahan pembantu produksi 1.440,000

Pengadaan Bahan Bakar 600,000

Pemeliharaan Gedung & Peralatan 24,000

Total Biaya langsung /Th 57.712.000

Laba Bersih sebelum Penyusutan = Pendapatan – Biaya Langsung

= Rp 99.010.000 – Rp 57.712.000

= Rp 41.298.000

Laba Bersih setelah penyusutan = Rp 41.298.000 – Rp 2.515.500

= Rp 38.782.500

Pajak Penghasilan 15% = Rp 5.817.375

Laba Bersih setelah Pajak/ Th = Rp 32.965.125

Page 50: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

37

9.2 BEP (Break Event Point)

Biaya Tetap (960.000 + 2.515.500)

BEP = ------------------------------------------------ = ------------------------------------

1-(Biaya Variable/Hasil Penjualan) 1-(57.712.000/99.010.000)

= 8.332.334

Hasil ini menunjukkan bahwa saat pendapatan diperoleh Rp 8.332.334.000,-

merupakan titik dimana prusahaan tidak untung dan tidak rugi.

9.3 ROI (Return On Investment)

Keuntungan Bersih 32.965.125

ROI = ------------------------------- x 100% = -------------- x 100% = 43.93%

Modal Produksi 75,044,000

Dalam masa 1 tahun ROI mencapai 43,93% menunjukkan perputaran usaha sudah dapat

mengembalikan modal produksi sebesar 43,93%. Ini sudah sangat baik sekali.

9.4 B/C (Benefit Cost Ratio)

Penerimaan Kotor ( Hasil Penjualan) 99.010.000

B/C = ------------------------------------------------ = ------------------------ = 1.64

Biaya Total 60.227.500

Nilai B/C = 1.64 berarti dalam waktu 1 tahun usaha ini menghasilkan penjualan 164% dari

modal yang dikeluarkan . angka ini sudah sangat baik.

Page 51: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

Dari uraian serta

1. Bahwa In

LAMPUN

50.000

mencapa

secara be

2. Secara ek

mitra pe

sumberd

sangat m

peluang k

sehingga

pemerata

pendapa

produk i

negeri. D

3. Rangkaia

meningka

pertanian

merupak

peningka

Demikian

Investor , denga

detail mengenai

38

X. KESIMPULA

serta hasil analisa diatas, maka dapat disi

Bahwa Industri Gula dengan bahan baku Ubik

LAMPUNG UTARA sangat layak mengingat lua

.000 ha didaerah LAMPUNG dengan poten

mencapai 1.300 ha, sehingga dapat menjamin

secara berkesenimbungan.

Secara ekonomi bagi Investor sangat layak, be

mitra perusahaan dalam meningkatkan ma

sumberdaya daerah sebagai upaya menjamin

sangat memprihatinkan, dimana masih bany

peluang kerja tetap. Disamping itu taraf hidup

sehingga mencapai hidup layak. Sebagai

pemerataan pendapatan masyarakat dan yan

pendapatan Daerah khususnya dan Negara u

produk ini masih sangat tinggi di Industri m

negeri. Disamping itu peluang expor masih san

Rangkaian kegiatan usaha ini diharapkan

meningkatkan semangat kewirausahaan dan

pertanian baik para petani/kelompok tani, k

merupakan mitra perusahaan sehingga m

peningkatan dan pengembangan perekonomia

Demikian proposal ini kami sampaikan untuk

, dengan harapan semoga dapat terlaksana

engenai Layout Pabrik dan Specsifikasi alat ju

IMPULAN

apat disimpulkan bahwa:

aku Ubikayu di Ka. TULANG BAWANG BARAT

ingat luas baku lahan pertanian yang menca

an potensi lahan kering untuk tanaman Ubi ka

enjamin kelangsungan pemasokan bahan ba

layak, begitu pula terhadap masyarakat seba

tkan manfaat serta produktivitas potensi d

enjamin perluasan lapangan kerja yang saat

sih banyak pemuda usia kerja belum memi

dup para petani sekitarnya akan terangk

Sebagai efek positif tentu akan meban

dan yang tidak kalah pentingnya meningkatk

egara umumnya , karena kebutuhan akan ha

dustri makanan, minuman dan farmasi dala

asih sangat terbuka.

arapkan menjadi media yang efektif unt

an dan profesionalisme usaha yang berba

k tani, koperasi ataupun para pengumpul ya

ingga mampu memberikan kontribusi b

ekonomian daerah dan Nasional.

n untuk menjadi bahan pertimbangan baik b

laksana, dan kami siap akan menjelaskan le

si alat juga kelayakan usaha. Terimakasih

Bandung, 04 Februari 2016

Diajukan Oleh:

( ABDUL MULUK, B.Sc )

G BARAT –

g mencapai

an Ubi kayu

bahan baku

kat sebagai

otensi dan

ang saat ini

m memiliki

terangkat,

mebantu

ningkatkan

akan hasil

masi dalam

ktif untuk

ng berbasis

mpul yang

ribusi bagi

n baik bagi

laskan lebih

Page 52: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
Page 53: PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG

39

Tentang Penggagas

Abdul Muluk, B.Sc , Lahir di Lampung , 12 September 1951.

Pendidikan Terakhir: A.I & N Prop. Jabar jurusan Industrial Management Th. 1975.

Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan dibeberapa Negara diantaranya Managerial

Skill di Singapore, Malaca & Penang Malaysia 1978, Tehnik Industri di Bankok Thailand 1981,

Study Perbandingan di beberapa perusahaan di Jepang 1993, Israel , Palestina & Belanda

1995. Mengikuti pelatihan dibidang kewirausahaan di beberapa Organisasi yaitu AOTS

Jepang, ASBINDO dan IMC(Indonesian Managers Club) Jakarta. Sebagai pemandu /instruktur

pada seminar-seminar dibidang Agro Industri & Florikultura di Dinas Pertanian Jakarta ,

BALITHI Cipanas , BALITNAK Bogor dan ASPEKTI (Asosiasi Petani Ubikayu) Lampung.

Mengendalikan beberapa perusahaan , diantaranya: Production Manager PT.

Nasional Semiconductor Indonesia 1975-1988, Plant Manager pada PT. Raya Sugarindo Inti

1988-1989, MIS & Purchasing Manager PT Oemedata Electronics Bandung 1989-1991,

General Manger PT. Alam Indah Bunga Nusantara Cipanas 1992-1998 & President Director

pada PT. INFOHORT Jakarta 1998-2000, Direktur PT. Buana Nuansa Nusantara 2000-2005.

Membenahi beberapa perusahaan yang bermasalah akibat Mismanagemen

diantaranya: PT. Raya Sugarindo Inti 1988, PT. Bahana Tugu Mas Jakarta Pusat 1990 (SALIM

GROUP) dan PT. Swadaya Furnitama 1991 yang merupakan anak perusahaan dari PT.

DANITAMA Group Jakarta.