makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...oleh achmad avandi,se,mm mahasiswa...

24
1 MAKALAH MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPEMIMPINAN ORDE BARU SOEHARTO DISAJIKAN PADA MATERI AJAR MANAJEMEN KEPEMIMPINAN DOSEN PENGAJAR ERINA PANE,.S.H,.M.H DISUSUN OLEH 1. 2. ACHMAD AVANDI AGUSTIAWAN 136 11011 291 136 11011 290 136 11011 269

Upload: achmad-avandi-semm

Post on 06-Jul-2015

772 views

Category:

Education


18 download

DESCRIPTION

MAKALAH MANAJEMEN KEPEMIMPINAN ....ACHMADAVANDI,SE,MM.....KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANGKATAN 15-ED

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

1

MAKALAH MANAJEMEN

KEPEMIMPINAN

KEPEMIMPINAN ORDE BARU

SOEHARTO

DISAJIKAN

PADA MATERI AJAR

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN

DOSEN PENGAJAR

ERINA PANE,.S.H,.M.H

DISUSUN OLEH

1.

2.

ACHMAD

AVANDI

AGUSTIAWAN

136 11011 291

136 11011 290

136 11011 269

Page 2: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

2

3.

4.

5.

DARWIS

STIABUDI

JONI

HARIANSYAH

NGATINO

136 11011 331

136 11011 274

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI

BANDAR LAMPUNG 2014 JL.IMAM BONJOL NO.468 BANDAR LAMPUNG TELP.(0721) 262654 , 261397 , FAX.

(0721) 261397

KATA PENGANTAR

Dengan Memanjatkan Puji Serta Syukur Ke Hadirat Allah Yang Maha Kuasa, Atas

Segala Limpahan Rahmat Dan Karunia-Nya Kepada Kami Sehingga Dapat Menyelesaikan

Makalah Dengan Judul “ KEPEMIMPINAN ORDE BARU SOEHARTO ”

Terimakasih Kepada Dosen Pengajar Kami Ibu ERINA PANE,.S.H,.M.H Yang Telah

Membimbing Kami Sehingga Makalah Manajemen Sumberdaya Manusia Ini Dapat Kami

Selesaikan Sebagai Tugas Mata Kuliah Manajemen Kepemimpinan Tepat Pada Waktunya .

Ucapan Terimakasih Juga Kami Sampaikan Kepada Semua Pihak Yang Telah Banyak

Membantu Dalam Menyelesaikan Makalah Ini.

Kami Menyadari Bahwa Di Dalam Proses Penulisan Makalah Ini Masih Jauh Dari

Kesempurnaan Baik Materi Maupun Cara Penulisannya. Namun Demikian, Kami Telah

Berupaya Dengan Segala Kemampuan Dan Pengetahuan Yang Kami Miliki Sehingga Dapat

Page 3: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

3

Selesai Dengan Baik, Dan Oleh Karena Itu Dengan Rendah Hati, Kami Berharap Kepada

Pembaca Yang Budiman Untuk Memberikan Masukan, Saran Dan Kiritik Yang Sifatnya

Membangun Guna Penyempurnaan Makalah Ini.

Akhirnya Kami Berharap Semoga Makalah Ini Dapat Bermanfaat Bagi Seluruh Pembaca.

BANDAR LAMPUNG, , ,2014

Penulis Kelompok II

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..............................................................................................................

Kata Pengantar ............................................................................................................

Daftar Isi ......................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ …………...

B. Rumusan Masalahan.....................................................................................................

C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................

BAB II. KERANGKA TEORI

Page 4: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

4

A. Teori Kepemimpinan............................................................................................................

B. Teori gaya kepemimpinan ………………...........................................................................

BAB III. PEMBAHASAN

A. Gaya Kepemimpinan Masa Ordebaru ............................................................................

B. Keberhasilan Dan Kegagalan Yang dihasilkan dari Gaya Kepemimpinan Soeharto….

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................................

B. Saran ..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan masa depan, erat kaitannya dengan

kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa ini. Bangsa ini masih membutuhkan

pemimpin yang kuat di berbagai sektor kehidupan masyarakat, pemimpin yang berwawasan

kebangsaaan dalam menghadapi permasalahan bangsa yang demikian kompleks. Ini selaras

dengan kerangka ideal normatif sistem kepemimpinan nasional sebagai sebuah sistem dalam

arti statik maupun arti dinamik. Dalam arti sistem yang bersifat statik, sistem kepemimpinan

nasional adalah keseluruhan komponen bangsa secara hierarkial (state leadership, political

Page 5: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

5

and entrepreneural leadership and societal leadership) maupun pada tatanan komponen

bangsa secara horizontal dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan pertahanan

keamanan. Sementara itu, dalam sistem yang bersifat dinamik, sistem kepemimpinan

nasional adalah keseluruhan aktivitas kepemimpinan yang berporos dari dan komponen

proses transformasi (interaksi moral, etika dan gaya kepemimpinan) dan akhirnya keluar

dalam bentuk orientasi kepemimpinan yang berdimensi aman, damai, adil dan sejahtera.

Saat ini, kita butuh pemimpin yang berorientasi kepada kepentingan, kemajuan, dan

kejayaan bangsa dan negara, bukan kepada kepentingan pribadi/kelompok, bukan untuk

melanggengkan kekuasaan kelompok, dan bukan pula kepemimpinan yang membiarkan

hidupnya budaya anarkhisme, budaya kekerasan, dan budaya korupsi, kolusi dan nepotisme.

Kita butuh, pemimpin berwawasan kebangsaan, pemimpin Pancasilais, setia kepada Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan UUD Negara RI Tahun 1945, serta memahami karakter

dan kultur bangsa Indonesia.

Pemimpin dan kepemimpinan masa depan yang integratif harus memiliki pola pikir,

pola sikap dan pola tindak sebagai negarawan. Makna dari negarawan adalah seorang

pemimpin yang diharapkan mampu mengubah kondisi saat ini melalui proses untuk

menciptakan kondisi yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan nasional dan

mewujudkan cita-cita nasional. Pemimpin akan dapat melaksanakan fungsi kepemimpinan-

nya dengan efektif, apabila ia diterima, dipercaya, didukung serta dapat diandalkan. Seorang

pemimpin harus memiliki reputasi yang baik, menunjukkan kinerja yang diakui, terutama

dalam mengantisipasi tantangan-tantangan di depan dan keberhasilannya mengatasi masalah

masalah yang kritikal dan membawa kemajuan-kemajuan yang dirasakan langsung oleh

masyarakat. Hal tersebut tergantung pada gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh setiap

pemimpin. Gaya kepemimpinan yang tepat akan membawa sebuah bangsa ke arah yang lebih

baik. Maka dari itu, diperlukan pembahasan lebih lanjut tentang gaya kepemimpinan nasional

Indonesia. Hal ini diperlukan sebagai bahan evaluasi untuk melihat gaya kepemimpinan

seperti apa yang sesuai dengan bangsa Indonesia.

Kepemimpinan di Indonesia tentunya tidak akan pernah jauh dari masa

kepemimpinan Soeharto. Rezim Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto mampu

berkuasa di Indonesia selama kurang lebih 32 dan akhirnya tumbang. Kepemimpinan

Soeharto berlangsung selama Indonesia berada di zaman pembangunan. Soeharto

menerapkan Demokrasi Pancasila selama periode kepemimpinannya.

Page 6: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

6

Pada masa demokrasi Pancasila pada kepemimpinan Soeharto, Stabilitas keamanan

sangat dijaga sehingga terjadi pemasungan kebebasan berbicara. Namun tingkat kehidupan

ekonomi rakyat relatif baik. Hal ini juga tidak terlepas dari sistem nilai tukar dan alokasi

subsidi BBM sehingga harga-harga barang dan jasa berada pada titik keterjangkauan

masyarakat secara umum. Namun demikian penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)

semakin parah menjangkiti pemerintahan. Lembaga pemerintahan yang ada di legislatif,

eksekutif dan yudikatif terkena virus KKN ini. Selain itu, pemasungan kebebasan berbicara

ternyata menjadi bola salju yang semakin membesar yang siap meledak. Bom waktu ini telah

terakumulasi sekian lama dan ledakannya terjadi pada bulan Mei 1998. Selepas kejatuhan

Soeharto, selain terjadinya kenaikan harga barang dan jasa beberapa kali dalam kurun waktu

8 tahun terakhir, instabilitas keamanan dan politik serta KKN bersamaan terjadi sehingga

yang paling terkena dampaknya adalah rakyat kecil yang jumlahnya mayoritas dan

menyebabkan posisi tawar Indonesia sangat lemah di mata internasional akibat tidak adanya

kepemimpinan yang kuat.

Resesi ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 juga sebagai salah satu akibat dari

kepemimpinan Soeharto. Kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Soeharto sejak

kepemimpinannya sama sekali hanya mementingkan kaum kapitalis dan dirinya sendiri. Juga

dalam kepemimpinannya Soeharto memaksakan rakyat Indonesia untuk tidak terlibat dalam

segala bentuk kegiatan politik. Depolitisasi yang dilakukan oleh Soeharto bahkan menjalar

hingga ke tingkatan kampus dengan program NKK/BKK. Dengan ini mahasiswa dipaksa

untuk terlibat aktif dalam kegiatan di dalam kampusnya sendiri dan meninggalkan basis

massa rakyat yang merupakan tempat pengabdiannya setelah menjadi seorang sarjana.

I. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, masalah dalam makalah ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana gaya kepemimpinan masa Orde Baru (rezim Soeharto) ?

2. Keberhasilan dan kegagalan yang dihasilkan dari gaya kepemimpinan Soeharto ?

I. 3 Tujuan Penulisan

Page 7: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

7

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gaya kepemimpinan masa Orde

Baru (rezim Soeharto), keberhasilan dan kegagalan yang dihasilkan dari gaya kepemimpinan

Soeharto dan untuk memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan.

BAB II

KERANGKA TEORI

II. 1 Teori Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan merupakan konsep-konsep yang sangat universal

sifatnya. Fenomena pemimpin (leader) dan kepemimpinan (leadership) dapat ditemukan di

seluruh dunia dalam kehidupan kekeluargaan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.

Pemimpin dan kepemimpinan biasanya terdapat dalam struktur organisasi formal, dari yang

ukurannya terkecil seperti keluarga sampai dengan yang ukurannya terbesar seperti negara

dan organisasi negara-negara. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap

usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Kata pimpin

Page 8: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

8

mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun, menunjukkan

ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun

spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi

pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam

menjalankan ke-pemimpinannya.

Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai

kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan

konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada

mempunyai beberapa unsur yang sama.

Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of

influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as

well as the organization or common good" . Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat

didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas

para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan

manfaat individu dan organisasi.

Menurut Kartini Kartono, dalam organisasi dimana terdapat situasi bekerjasama

diantara orang-orang di dalamnya maka dibutuhkan adanya pemimpin dan kepemimpinan1.

Konsep-konsep pemimpin dan kepemimpinan selalu berkaitan dengan kekuasaan,

kewibawaan, dan kemampuan. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas, dan legalitas yang

memberi wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan

untuk berbuat sesuatu. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang

mampu mbawani atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh kepada pemimpin

dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Kemampuan ialah segala daya,

kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan / ketrampilan teknis maupun sosial yang dianggap

melebihi kemampuan orang yang dipimpin2. Kepemimpinan mencakup pengetahuan dan

ketrampilan yang mempengaruhi dan mengarahkan kegiatan orang-orang lain3.

II.2 Teori Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan dalam teori-teori behavioral, oleh para ahli dibedakan menurut

perilaku atau tindakan yang dilakukan pemimpin dalam mempengaruhi bawahan menuju

Page 9: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

9

pencapaian tujuan organisasi. Salah satu teori klasik gaya kepemimpinan, yakni yang

dikembangkan oleh Likert (1961), membedakan gaya kepemimpinan menjadi empat, yaitu

”exploitative-authoritative”, “benevolent-authoritative”, “consultative”, dan “participative”.

Menurut Likert, gaya kepemimpinan berada suatu kontinuum, dapat bergerak dari yang

berorientasi pada tugas dampai dengan yang berorientasi pada hubungan dengan staf4. Gaya

kepemimpinan, menurut Varaki, merupakan pola perilaku yang digunakan seorang pemimpin

dalam mengarahkan orang lain untuk melaksanakan pekerjaan. Pola perilaku tersebut dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yakni perilaku yang berorientasi pada hubungan, atau pada

pekerjaan, atau kombinasi keduanya5.

Dikaitkan dengan situasi dan kondisi yang cocok untuk penerapannya dan dampaknya

pada iklim organisasi, gaya kepemimpinan menurut Daniel Goleman dapat dibedakan

menjadi enam, yaitu coercive, authoritative, affiliative, democratic, pacesetting, dan

coaching. Gaya kepemimpinan coercive memiliki ciri-ciri perilaku atau tindakan pemimpin

yang menuntut ketaatan segera, dengan perintah: “Kerjakan apa yang saya katakan”, yang

dilandasi kompetensi intelegensi emosional untuk mencapai tujuan, inisiatif, dan kontrol diri.

Gaya ini paling cocok diterapkan dalam situasi krisis, untuk tujuan melakukan perbaikan-

perbaikan, atau pada saat terjadi masalah karyawan. Dampaknya pada iklim organisasi

biasanya negatif.

Gaya kepemimpinan authoritative ditandai dengan tindakan pemimpin memobilisasi

anggota-anggota organisasi pada suatu visi, dengan ajakan: “Mari bersama saya”, yang

dilandasi kompetensi intelegensi emosional penuh percaya diri, empati, dan katalis terhadap

perubahan. Gaya kepemimpinan ini paling cocok diterapkan ketika perubahan-perubahan

memerlukan adanya visi baru, atau ketika arah baru diperlukan. Dampak penerapannya

terhadap iklim organisasi paling positif.

Gaya kepemimpinan affiliative ditandai dengan tindakan pemimpin menciptakan

harmoni dan membangun ikatan-ikatan emosional, dengan pedoman “Masyarakat atau publik

yang dilayani adalah lebih penting”, yang dilandasi kompetensi intelegensi emosional penuh

empati, membangun hubungan, dan komunikasi. Paling cocok diterapkan untuk memperbaiki

kerusakan-kerusakan pada tim atau untuk memotivasi anggota tim dalam kondisi penuh

tekanan. Dampak penerapannya pada iklim organisasi positif.

Page 10: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

10

Gaya kepemimpinan democratic ditandai dengan perilaku pemimpin yang mendorong

pembentukan konsensus melalui partisipasi, dengan pertanyaan khas “Bagaimana pendapat

Saudara?”, dan dilandasi kompetensi intelegensi emosional kolaborasi, kepemimpinan tim,

dan komunikasi. Gaya ini paling cocok diterapkan untuk mendapatkan dukungan atau

membentuk konsensus, atau untuk mendapatkan masukan dari karyawan yang dianggap

penting. Dampak penerapannya pada iklim organisasi bersifat positif.

Gaya kepemimpinan pacesetting ditandai dengan tindakan pemimpin menetapkan

standar kinerja yang tinggi, dengan perintah “Kerjakan seperti yang saya lakukan, sekarang”,

dan landasan kompetensi penuh kesadaran, semangat untuk mencapai tujuan, dan inisiatif.

Paling cocok diterapkan bila diinginkan hasil kerja secara cepat dari tim yang memiliki

motivasi tinggi dan kompetensi. Dampak penerapannya pada iklim organisasi biasanya

negatif. Sedangkan gaya kepemimpinan coaching ditandai dengan perilaku pemimpin

membina karyawan demi masa depan, dengan permintaan khas “Cobalah ini”, dan landasan

kompetensi mengembangkan orang lain, empati dan kesadaran diri. Paling cocok diterapkan

untuk membantu karyawan meningkatkan kinerja atau membangun kekuatan jangka panjang.

Dampak penerapannya pada iklim organisasi bersifat positif6.

BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Gaya Kepemimpinan Masa Orde Baru (Rezim Soeharto)

Biografi Singkat H.M. SOEHARTO

Jenderal Besar Purnawirawan Haji Muhammad Soeharto, (lahir di Kemusuk,

Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni, 1921 – Jakarta, 27 Januari 2008) adalah Presiden Indonesia

yang kedua, menggantikan Soekarno. Setelah dirawat selama sekitar 24 hari di rumah sakit,

ia meninggal akibat kegagalan multifungsi organ di RS Pusat Pertamina, Jakarta Selatan

pukul 13.10 WIB. Secara informal, "Pak Harto" juga dipakai untuk menyapanya.

Page 11: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

11

Ia mulai menjabat sejak keluarnya Supersemar pada tanggal 12 Maret 1967 sebagai

Penjabat Presiden, dan setahun kemudian dilantik sebagai Presiden pada tanggal 27 Maret

1968 oleh MPRS.

Soeharto dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan

1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21

Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung

DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya

sebagai presiden.

Soeharto menikah dengan Siti Hartinah ("Tien") dan dikaruniai enam anak, yaitu Siti

Hardijanti Rukmana (Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi

(Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).7

Gaya Kepemimpinan Soeharto

Diawali dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966 kepada

Letnan Jenderal Soeharto, maka Era Orde Lama berakhir diganti dengan pemerintahan Era

Orde Baru. Pada awalnya sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden

Soeharto adalah kesederhanaan, keberanian dan kemampuan dalam mengambil inisiatif dan

keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang sanggup menghadapi bahaya serta

konsisten dengan segala keputusan yang ditetapkan.

Gaya Kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan gabungan dari gaya

kepemimpinan Proaktif-Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya kepemimpinan

yang mampu menangkap peluang dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak

positif serta mempunyal visi yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah

penyesuaian.

Tahun-tahun pemerintahan Suharto diwarnai dengan praktik otoritarian di mana

tentara memiliki peran dominan di dalamnya. Kebijakan dwifungsi ABRI memberikan

kesempatan kepada militer untuk berperan dalam bidang politik di samping perannya sebagai

alat pertahanan negara. Demokrasi telah ditindas selama hampir lebih dari 30 tahun dengan

mengatasnamakan kepentingan keamanan dalam negeri dengan cara pembatasan jumlah

partai politik, penerapan sensor dan penahanan lawan-lawan politik. Sejumlah besar kursi

Page 12: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

12

pada dua lembaga perwakilan rakyat di Indonesia diberikan kepada militer, dan semua tentara

serta pegawai negeri hanya dapat memberikan suara kepada satu partai penguasa Golkar.8

Bila melihat dari penjelasan singkat di atas maka jelas sekali terlihat bahwa mantan

Presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, dominan, dan sentralistis.

Sebenarnya gaya kepemimpinan otoriter yang dimiliki oleh Almarhum merupakan suatu gaya

kepemimpinan yang tepat pada masa awal terpilihnya Soeharto sebagai Presiden Republik

Indonesia. Hal ini dikarenakan pada masa itu tingkat pergolakan dan situasi yang selalu tidak

menentu dan juga tingkat pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Namun, dirasa pada

awal tahun 1980-an dirasa cara memimpin Soeharto yang bersifat otoriter ini kurang tepat,

karena keadaan yang terjadi di Indonesia sudah banyak berubah. Masyarakat semakin cerdas

dan semakin paham tentang hakikat negara demokratis. Dengan sendirinya model

kepemimpinan Soeharto tertolak oleh kultur atau masyarakat. Untuk tetap mempertahkan

kekuasaannya Soeharto menggunakan cara-cara represif pada semua pihak yang

melawannya.

Pada masa Orde baru, gaya kepemimpinannya adalah Otoriter/militeristik. Seorang

pemimpinan yang otoriter akan menunjukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara

lain dengan ciri-ciri :

1. Kecendurangan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam

organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan

maratabat mereka.

2. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa

mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para

bawahannya.

3. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Sesuai dengan masalah dan tujuan yang penulis angkat, pengukuran gaya

kepemimpinan Presiden Soeharto di sini diukur dari aspek-aspek: (1) Status kepemimpinan

dan kekuasaan; (2) Orientasi pada hubungan; (3) Orientasi pada tugas; (4) Cara

mempengaruhi orang lain, dan (5) Kepribadian. Maka hasil analisis menunjukkan

kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut.

Page 13: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

13

Status kepemimpinan dan kekuasaan

Presiden Soeharto digambarkan sebagai seorang Kepala Negara dibanding sebagai

pemimpinan organisasi lainnya. Di media ia hampir tidak pernah ditampilkan sebagai seorang

individu atau pribadi9. Kecenderungan ini secara jelas terlihat dari frekuensi kemunculan

berita yang menunjukkan status Presiden Soeharto ketika menyampaikan pesan-pesan politik

adalah sebagai Kepala Negara. Posisi berikutnya menunjukkan status Presiden Soeharto

sebagai Kepala Pemerintahan, pemimpin dan juga sebagai Ketua Dewan Pembina Golkar.

Presiden Soeharto cenderung digambarkan sebagai seorang pemimpin yang menjadi

pusat kekuasaan pemerintah dan negara. Media cenderung menggambarkan Presiden

Soeharto sebagai pemimpin yang lebih suka berada di lokasi pusat kekuasaan, di Jakarta

sebagai ibukota negara. Meskipun ia sering melakukan perjalanan dinas dan

pribadi/keluarga, baik di dalam maupun di luar negeri, media lebih sering menyajikan liputan

tentang aktivitas komunikasi yang dilakukan Presiden Soeharto di Jakarta.

Penggambaran media yang demikian diperkuat dengan penggambaran bahwa ketika

di Jakarta Presiden Soeharto lebih sering berada di Istana Negara atau Istana Merdeka

dibanding tempat-tempat lainnya yang dapat berfungsi sebagai simbol kekuasaan dirinya

sebagai pemimpin tertinggi dalam organisasi pemerintahan, negara, dan organisasi-

organisasi lainnya. Bahkan, ia juga digambarkan sebagai pemimpin yang lebih sering berada

di Istana dibanding di Bina Graha, kantor atau tempat ia biasanya bekerja.

Orientasi pada hubungan

Dilihat dari orientasinya pada pemeliharaan hubungan, Presiden Soeharto cenderung

ditampilkan sebagai seorang pemimpin yang otoriter, atau dalam istilah Likert (1961) disebut

“exploitative-authoritative”, kurang demokratis. Hasil analisis menunjukkan, dari periode ke

periode berita yang beredar menunjukkan isi pesan Presiden Soeharto berfungsi menghibur,

memberikan dorongan dan bimbingan serta mengundang kritik konstruktif sebagaimana

umumnya pemimpin yang demokratis jumlahnya relatif kecil.

Kecuali pada periode awal kekuasaannya, Presiden Soeharto dalam berita suratkabar

juga cenderung ditampilkan sebagai pemimpin yang mengutamakan hubungan dengan

lembaga pemerintah yang dipimpinnya dibanding dengan lembaga-lembaga politik lainnya.

Page 14: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

14

Beliau lebih sering menyampaikan pesan-pesan politik kepada para pejabat pemerintah,

seperti menteri, gubernur, bupati, walikota, dan pegawai negeri, dibanding kepada ketua dan

anggota DPR / MPR, ketua MA, Hakim Agung, pimpinan dan anggota ABRI, ketua dan

anggota Parpol, serta pimpinan dan wartawan media massa. Proporsi berita yang

menunjukkan Presiden Soeharto menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat (termasuk

para tokoh dan kalangan perguruan tinggi), dan kepada mereka yang duduk di lembaga

eksekutif lebih besar dibanding proporsi berita yang menunjukkan ia menyampaikan pesan-

pesan kepada pihak lainnya.

Presiden Soeharto juga cenderung ditampilkan sebagai seorang pemimpin yang lebih

reaktif dibanding proaktif. Ia lebih sering memberikan tanggapan atau respon terhadap

pernyataan orang lain dibanding menunjukkan gagasan/pemikirannya sendiri. Pesan-pesan

verbal sebagaimana tercakup dalam ucapan atau pernyataan yang disampaikan Presiden

Soeharto kepada berbagai pihak lebih banyak berisi tanggapan dirinya terhadap pertanyaan,

opini, sikap, dan perilaku para pejabat dan masyarakat yang dipimpinnya

Selain itu juga Presiden Soeharto digambarkan sebagai pemimpin yang memiliki

fleksibelitas dalam melaksanakan tugas dan fungsi kepemimpinannya. Isi pesan-pesan

politiknya dari periode ke periode mengalami pasang-surut. Pada periode awal

kepemimpinannya, yakni selama masa jabatan pertama 1968-1973, dominasi gagasan-

gagasan sendiri lebih menonjol dalam pesan-pesan politik Presiden Soeharto. Namun, pada

periode pengamalan dan pematangan kepemimpinan, yakni selama masa jabatan kedua

sampai kelima 1973-1993, dominasi gagasan-gagasan sendiri semakin menurun, dan

kecenderungan ini diimbangi dengan meningkatnya tanggapan atau respon yang ia berikan

terhadap gagasan, ucapan, dan tindakan-tindakan orang lain. Sedangkan pada periode puncak

dan akhir kepemimpinannya, yakni selama masa jabatan keenam dan ketujuh 1993-1998, isi

pesan-pesan politik Presiden Soeharto semakin didominasi oleh tanggapan atau respon yang

ia berikan terhadap gagasan, ucapan, dan tindakan-tindakan orang lain.

Orientasi pada tugas

Potret Presiden Soeharto cenderung menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang

lebih sering memberikan perhatian sangat umum terhadap lingkup pembangunan nasional.

Dalam setiap periode kekuasaannya, ia digambarkan jarang memberi perhatian khusus pada

lingkup pembangunan lokal saja atau regional saja. Dilihat dari isi pesan-pesan politiknya,

pembangunan yang paling sering dibicarakan oleh Presiden Soeharto adalah pembangunan

Page 15: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

15

dalam lingkup nasional. Pembangunan lokal Daerah Tingkat II Kabupaten / Kotamadya dan

pembangunan regional Daerah Tingkat I Propinsi relatif jarang dibicarakan oleh pemimpin

Orde Baru itu.

Surat kabar juga menggambarkan Presiden Soeharto sebagai pemimpin yang

memberikan perhatian pada pembangunan daerah pedesaan dan perkotaan tanpa

membedakan diantara keduanya. Presiden Soeharto jarang membicarakan pembangunan yang

orientasinya hanya daerah perkotaan atau hanya daerah perdesaan. Dalam media massa ia

lebih sering ditampilkan sebagai pemimpin yang membicarakan tentang pembangunan secara

keseluruhan, baik daerah perkotaan maupun daerah perdesaan. Selain itu, ia juga

digambarkan sebagai pemimpin yang memberi perhatian umum terhadap pelaksanaan

pembangunan wilayah. Ia jarang digambarkan sebagai pemimpin yang memberi perhatian

khusus pada pembangunan wilayah Barat saja atau wilayah Timur saja.

Hasil analisis juga menunjukkan, Presiden Soeharto cenderung direpresentasikan

sebagai seorang pemimpin yang lebih mementingkan pembangunan ekonomi dibanding

pembangunan sektor-sektor lainnya. Baik pada periode awal, periode pengamalan dan

pematangan, maupun pada periode puncak dan akhir kepemimpinannya, topik pembangunan

yang paling sering dibicarakan oleh Presiden Soeharto adalah ekonomi. Dari sektor-sektor

pembangunan yang pernah dibicarakannya, dua sektor yang paling sering dibicarakan

Presiden Soeharto adalah sektor Hankam, dan sektor Politik, Aparatur Negara, Penerangan,

Komunikasi, dan Media Massa. Topik yang paling jarang dibicarakan pemimpin tersebut

adalah topik pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Cara mempengaruhi orang lain

Presiden Soeharto digambarkan sebagai seorang pemimpin yang otoriter, yang

menerapkan gaya kepemimpinan coercive, yang selalu menginginkan agar perintah dan

instruksinya dipatuhi orang lain dengan segera. Dalam berita surat kabar Presiden Soeharto

cenderung ditampilkan lebih mementingkan keselamatan dan kelangsungan pembangunan

nasional. Demikian pentingnya hal itu sehingga bagian besar perintah dan instruksi yang

disampaikan Presiden Soeharto kepada orang lain berisi permintaan agar keselamatan dan

kelangsungan pembangunan nasional selalu diprioritaskan.

Selain itu, alasan yang juga sering dijadikan landasan argumentasi Presiden Soeharto

ketika meminta orang lain untuk mematuhi pesan-pesannya adalah perlunya memelihara

Page 16: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

16

persatuan dan kesatuan bangsa, upaya mempertahankan stabilitas politik, upaya menciptakan

masyarakat adil dan makmur, upaya membangun kehidupan demokrasi, dan upaya lainnya.

Ketika ia meminta orang lain agar mau mematuhi pesan-pesannya, Presiden Soeharto

biasanya memilih kata-kata atau kalimat tertentu. Ia lebih sering menggunakan kata-kata atau

kalimat netral dibanding membujuk (persuasive) atau memerintah (instructive atau coercive).

Kesan yang dapat ditimbulkan dari cara menyampaikan perintah atau instruksi yang demikian

adalah bahwa pada akhirnya perintah atau instruksi Presiden Soeharto diserahkan kepada

masing-masing orang untuk menentukan sikap; apakah mematuhi atau tidak mematuhi pesan-

pesan itu10. Hasil analisis menunjukkan, Presiden Soeharto lebih sering menggunakan kata

dan kalimat yang sifatnya netral ketika menyampaikan pesan-pesan politik kepada berbagai

pihak.

Meskipun demikian, penjelasan yang disampaikan Presiden Soeharto umumnya hanya

berupa penjelasan tentang arti kata / istilah, ungkapan, dan kalimat-kalimat yang

diucapkannya. Ia jarang sekali memberikan penjelasan yang bersifat mendorong penggunaan

logika agar orang lain secara sadar dan sukarela mau menerima pesan-pesan yang

disampaikannya. Kepada orang-orang yang menjadi sasaran pesan-pesannya, ia jarang

memberikan contoh-contoh penerapan pesan, menjelaskan manfaat apabila pesan itu diikuti,

atau menjelaskan akibat apabila pesan itu tidak diikuti. Tujuan komunikasi yang dilakukan

Presiden Soeharto tampaknya hanya agar orang lain menjadi mengetahui, tetapi tidak sampai

pada taraf memahami, mencoba, dan memutuskan untuk melakukan tindakan-tindakan

tertentu.

Kepribadian

Menurut penulis Presiden Soeharto adalah seorang pemimpin yang sederhana, tidak

suka menonjolkan diri di hadapan orang lain. Ketika berbicara dengan orang lain atau

menyampaikan pesan-pesan kepada bawahan atau orang-orang yang dipimpinnya dalam

berbagai organisasi, ia tidak suka menunjukkan keberhasilan atau jasa-jasa yang dimilikinya.

Apabila ia berusaha menonjolkan diri sendiri, cara yang digunakan Presiden Soeharto

biasanya adalah mengemukakan pengalaman atau jasa-jasa yang pernah diberikannya kepada

bangsa dan negara pada masa lalu. Dalam menyampaikan pesan-pesan kepada bawahan dan

Page 17: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

17

orang-orang yang dipimpinnya, Presiden Soeharto berusaha menunjukkan jasanya yang besar

dalam membela bangsa dan negara Indonesia, berani melawan musuh-musuh negara baik

pada masa perjuangan kemerdekaan maupun pada masa pemberontakan G30S/PKI, dan

keberhasilannya dalam penyelenggaraan pembangunan nasional.

III.2 Keberhasilan dan Kegagalan yang Dihasilkan Dari Gaya kepemimpinan Soeharto

Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut,

kepemimpinan mantan Presiden Soeharto telah memberikan berbagaai kemajuan dan juga

kemundurun. Hal ini dikarenakan kebijakan yang beliau ambil tergantung kepada gaya

kepemimpinan yang beliau anut. Kekurangan dan kelebihan dari gaya kepemimpinan

Soeharto yaitu:

III.2.1 Kegagalan Dari Gaya Kepemimpinan Soeharto

Politik

Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara

dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh

Soekarno pada akhir masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya

adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19

September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama

dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi

anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia

diterima pertama kalinya. Ini merupakan langkah awal dari ketergantungan Indonesia

terhadapa modal asing.

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde

Baru. Pengucilan politik - di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan terhadap orang-

orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan

menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan

Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat

"dibuang" ke Pulau Buru.

Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui pembuatan aturan

administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama ikut

dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks tapol). Orde Baru memilih perbaikan dan

Page 18: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

18

perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui

struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi

didikan Barat. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali

dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini

mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga

kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta,

sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.

Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II

1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto

merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwitujuan, bisa tercapainya stabilitas politik

pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar,

TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu

menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.

Eksploitasi sumber daya

Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian

sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar

namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan

besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Diskriminasi terhadap Warga Tionghoa

Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga

keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di

bawah warga pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka.

Kesenian barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa

Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa

Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional karena pelarangan sama

sekali akan berdampak pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan

bahasa Mandarin. Mereka pergi hingga ke Mahkamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung

Indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa Tionghoa Indonesia berjanji tidak

menghimpun kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia.

Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah Harian

Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini dikelola dan

diawasi oleh militer Indonesia dalam hal ini adalah ABRI meski beberapa orang Tionghoa

Indonesia bekerja juga di sana. Agama tradisional Tionghoa dilarang. Akibatnya agama

Konghucu kehilangan pengakuan pemerintah.

Page 19: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

19

Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu

mencapai kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia dikhawatirkan akan

menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah Air. Padahal, kenyataan berkata bahwa

kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan

apa yang diajarkan oleh komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan dilakukan.

Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi memilih untuk

menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan dirinya.

Perpecahan bangsa

Di masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonesia.

Setiap hari media massa seperti radio dan televisi mendengungkan slogan "persatuan dan

kesatuan bangsa". Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan

transmigrasi dari daerah yang padat penduduknya seperti Jawa, Bali dan Madura ke luar

Jawa, terutama ke Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur, dan Irian Jaya. Namun dampak

negatif yang tidak diperhitungkan dari program ini adalah terjadinya marjinalisasi terhadap

penduduk setempat dan kecemburuan terhadap penduduk pendatang yang banyak

mendapatkan bantuan pemerintah. Muncul tuduhan bahwa program transmigrasi sama

dengan jawanisasi yang disertai sentimen anti-Jawa di berbagai daerah, meskipun tidak

semua transmigran itu orang Jawa.

Pada awal Era Reformasi konflik laten ini meledak menjadi terbuka antara lain dalam

bentuk konflik Ambon dan konflik Madura-Dayak di Kalimantan. Sementara itu gejolak di

Papua yang dipicu oleh rasa diperlakukan tidak adil dalam pembagian keuntungan

pengelolaan sumber alamnya, juga diperkuat oleh ketidaksukaan terhadap para transmigra

Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme

Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan

antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar

disedot ke pusat munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan

pembangunan, terutama di Aceh dan Papua kecemburuan antara penduduk setempat

dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar

pada tahun-tahun pertamanya

Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si

kaya dan si miskin)

Page 20: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

20

Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai

oleh banyak koran dan majalah yang dibreidel penggunaan kekerasan untuk

menciptakan keamanan, antara lain dengan program "Penembakan Misterius" (petrus)

Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)

III.2.2 Keberhasilan yang Dihasilkan Dari Gaya Kepemimpinan Soeharto

Walaupun terdapat berbagai kekurangan dari pemerintahan Soeharto tapi tidak dapat

dipungkiri bahwa pada masa pemerintahan Soeharto Indonesia menjadi salah satu negara

kaya dan disegani negara lain. Kelebihan

1. Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru perkembangan GDP per kapita Indonesia

yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari

AS$1.000

2. Kemajuan sektor migas

Puncaknya adalah penghasilan dari migas yang memiliki nilai sama dengan

80% ekspor Indonesia. Dengan kebijakan itu, Indonesia di bawah Orde Baru, bisa

dihitung sebagai kasus sukses pembangunan ekonomi.

Keberhasilan Pak Harto membenahi bidang ekonomi sehingga Indonesia

Mampu berswasembada pangan pada tahun 1980-an, menurut Emil Salim, diawali

Dengan pembenahan di bidang politik. Kebijakan perampingan partai dan penerapan

Azas tunggal ditempuh pemerintah Orde Baru, dilatari pengalaman masa Orde Lama

Ketika politik multi partai menyebabkan energi terkuras untuk bertikai.

Gaya kepemimpinan tegas seperti yang dijalankan Suharto pada masa Orde

Baru memang dibutuhkan untuk membenahi perekonomian Indonesia yang

berantakan di akhir tahun 1960. Namun, dengan menstabilkan politik demi

pertumbuhan ekonomi, yang sempat dapat dipertahankan antara 6%-7% per tahun,

semua kekuatan yang berseberangan dengan Orde Baru kemudian tidak diberi

tempat.

3. Swasembada beras

Seperti pepatah From Zero to Hero itulah kebijakan yang dilakukan oleh HM.

Soeharto pada masa pemerintahannya. Saat itu Indonesia menjadi pengimpor beras

terbesar didunia, namun oleh Soeharto ini dijadikan motivasi untuk menjadikan

Indonesia sebagai lumbung beras dunia. Puncaknya adalah ketika pada 1984

Page 21: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

21

Indonesia dinyatakan mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan beras atau

mencapai swasembada pangan. Prestasi itu membalik kenyataan, dari negara agraria

yang mengimpor beras, kini Indonesia mampu mencukupi kebutuhan pangan di dalam

negeri. Pada tahun 1969 Indonesia memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton beras

tetapi tahun 1984 bisa mencapai 25,8 juta ton.

4. Sukses transmigrasi

5. Sukses Program KB

6. Sukses memerangi buta huruf

7. Sukses swasembada pangan

8. Pengangguran minimum

9. Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)

10. Sukses Gerakan Wajib Belajar

11. Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh

12. Sukses keamanan dalam negeri

13. Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia.

14. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah gaya kepemimpinan Soeharto secara

umum adalah otoriter, dominan, dan sentralistis . Dari periode ke periode kekuasaan Presiden

Soeharto digambarkan Soeharto sebagai Kepala Negara, sebagai pusat kekuasaan politik di

Indonesia. Perilaku kepemimpinan Presiden Soeharto ada yang berorientasi pada hubungan,

tetapi juga ada yang berorientasi pada tugas. Gaya kepemimpinan Presiden Soeharto yang

Page 22: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

22

berorientasi pada hubungan digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang otoriter, kurang

demokratis, mengutamakan hubungan dengan para menteri dan pejabat di bawahnya, serta

fleksibel: dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan situasi dan kondisi.

Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas direpresentasikan sebagai gaya

kepemimpinan penuh perhatian pada pembangunan dalam lingkup nasional, tidak

membedakan pembangunan daerah perdesaan dan perkotaan meskipun hanya berorientasi

pada pembangunan sektor ekonomi saja. Selain itu, dari caranya mempengaruhi orang lain,

gaya kepemimpinan Presiden Soeharto oleh media juga digambarkan sebagai gaya yang

cenderung otoriter. Meskipun menggunakan kata-kata atau kalimat netral, tidak bersifat

persuasive atau coercice, dan diikuti dengan penjelasan secukupnya. Sebagai seorang

pemimpin, Presiden Soeharto juga digambarkan sebagai seorang yang tidak suka

menonjolkan diri.

Selama 7 periode menjabat sebagai Presiden, banyak keberhasilan dan kegagalan

yang dihasilkan dari gaya kepemimpinan beliau. Berdasarkan pembahasan di atas,

kekurangan darigaya kepemimpinan beliau menghasilkan eksploitasi sumber daya,

diskriminasi terhadap warga Tionghoa, meningkatnya praktik KKN, pembangunan Indonesia

yang tidak merata, dll. Namun, dibalik kekurangan-kekurangan tersebut masih terdapat

kelebihan dari gaya kepemimpinan beliau diantaranya yaitu perkembangan GDP perkapita

Indonesia, kemajuan sektor migas, swasembada beras, dsb.

IV. 2 Saran

Menurut kelompok kami, gaya kepemimpinan Presiden Soeharto yang dapat

dikatakan otoriter memang sangat cocok pada waktu itu yaitu pada awal pemerintahan beliau.

Yang mana dengan gaya kepemimpinan beliau pembangunan di Indonesia dapat lebih maju

dari pemerintahan sebelumnya. Sangat disayangkan bahwa gaya kepemimpinan Presiden

Soeharto ini sangatlah bertolak belakang dengan sistem demokrasi yang dianut oleh

Indonesia.

Dari uraian di atas, saran yang dapat kelompok kami berikan untuk gaya

kepemimpinan Soeharto adalah :

Page 23: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

23

Kembali kepada sistem demokrasi yang ada di Indonesia yang mana setiap warga

negara berhak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

Tidak berfokus hanya kepada bidang ekonomi tetapi juga di semua sektor.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Entman, R.M. & A. Rojecki, The Black Image in the White Mind: Media and Race in America, Chicago: University of Chicago Press, 2000.

Hendel, Tova, Miri Fish & Vered Galon, “Leadership style and choice of strategy in conflict management among Israeli nurse managers in general hospitals”, International Education Journal, Vol. 4 No. 3, 2003, http://www.iej.cjb.net

Kartono, Kartini. ABRI dan Permasalahannya - Pemikiran Reflektif Peranan ABRI di Era

Pembangunan (Bandung: Mandar Maju, 1996).

Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. Cetakan Kesembilan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001).

Page 24: Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE,MM  MAHASISWA PASCASARJANA USBRJ LAMPUNG DARI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ANAGKATAN 15-ED

24

Khalili. S. Leadership Style and their Applications in the Iranian Management System . (Tehran: Iran, 1994), hal. 47.

Lewig, K.A. & M.F. Dollard, “Social construction of work stress: Australian newsprint media portrayal of stress at work, 1997-98”, Work & Stress, 2001, vol. 15, No. 2, hal. 179-190.

McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedua (Jakarta: Erlangga, 1996). Ministry of Health of New Zealand, Suicide and the Media – The reporting and portrayal of

suicide in the media. 1999. http://www.moh.govt.nz Pingree, S., R. Hawkins, M. Butler & W. Paisley, “A scale of sexism”, Journal of

Communication, 24, hal. 193-200; R. Kolbe & P. Albanese, “Man to man: a content analysis of sole-male images in male audience magazines”, Journal of Advertising, 25 (4), hal. 1-20.

Rasidi, Zaim. Soeharto Menjaring Matahari ( Bandung: Mizan, 1998).

Website

http://teknikkepemimpinan.blogspot.com/2010/02/teori-kepemimpinan.html

http://dte.gn.apc.org/76ais.htm Manajemen Kepemimpinan/orde baru / soeharto

Roeder, O.G., Anak Desa Biografi Presiden Soeharto, Jakarta: Gunung Agung, Cet.5, 1984.

http://ninik.student.fkip.uns.ac.id/category/kepemimpinan/

http:/www.madina.sk.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2531&Itemid=12

Husaini, Adian, Soeharto 1988, Jakarta: Gema Insani Press, 1996

http://teknikkepemimpinan [email protected]/2014/03/MANAJEMEN

KEPEPMIMPINAN ORDE BARU/ SOEHARTO/ [email protected]

EMAIL: achmad [email protected] Kepemimpinan 15.ED/LU 2013-2015 usbrj