proposal pelat

Upload: cholif-fah

Post on 21-Jul-2015

147 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Pelatihan Asuhan Persalinan Normal II, P2KP Polewali MandarFebruari 4, 2010 4 Komentar

Polewali Mandar Sulawesi Barat, dr. Setia Budi Sp.OG menjelaskan Dalam APN, pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan Penjelasan ini dikemukakan pada pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dilaksanakan tanggal 22 Januari 20010- 3 Februari 2010, P2KP Polewali Mandar bekerja Sama Dengan Pemerintah Kabupaten Mamuju dan Unicef terhadap 15 Bidan terdiri dari 10 Bidan PTT depkes, 2 Bidan Pada puskesmas dan 2 bidan PTT Pemerintah Kab. Mamuju. Pelatihan dilaksanakan di Klinik Mifta Polewali, sebagai Pusat Pelatihan Klinik Primer- Kesehatan Reproduki di Polewali Mandar. Pelatihan APN ini merupakan pelatihan yang kedua kalinya dilaksanakan oleh P2KP Polewali Mandar, sebelumnya dibulan Oktober 2009 telah dilaksanakan pelatihan APN bagi 15 Bidanbidan asal Kabupaten Majene, masih bekerja sama dengan Unicef. Pelatihan ini difasilitasi oleh: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dr. Tuty, Sp. OG sebagai pelatih pendamping dari P2KS Makassar Dr. Anas Budi, Sp. OG, MARS sebagai pelatih Dr. Setia Budi, Sp.OG. sebagai Pelatih Dr. Anita. Sebagai Pelatih Bidan Hj. Kamariah, Sebagai Pelatih Bidan Jusma, Am.Keb. Sebagai pelatih Fatmawati, Am.Keb. Sebagai pelatih Dan penulis sendiri sebagai observator/dokumentasi pelatihan

Pada Proses Pelatihan Asuhan Persalinan Normal ini, telah diuraian materi-materi yang diajarkan, penjelasan pelatih, uraian-uraian pengalaman dan harapan pelatih maupun peserta, baik secara teori, praktek model / video dan praktek pada klien termasuk uraian kwesioner awal dan tengah, evaluasi peserta dan Rencana kerja tindak lanjut, pembukaan dan penutupan pelatihan. Ada beberapa catatan penulis dan dikombinasi dengan catatan-catatan lainnya dalam penanganan persalinan dan bayi baru lahir yang tentunya perlu diketahui oleh mereka yang bekerja diunit-unit pelayanan kesehatan, bidan-bidan desa, bidan puskesmas dan di klinik-klinik persalinan yaitu 1. 58 langkah standar dalam memberikan Asuhan Persalinan Normal yang sebelumnya terdiri dari 60 langkah sekarang menjadi 59 Langkah, tambahannya adalah langkah pemeriksaan kesehatan lengkap Bayi Baru Lahir (BBL). Hal ini dilakukan karena banyak bayi yang baru dilahirkan, tampa disadari oleh sang penolong persalinan (tenaga kesehatan=bidan) telah mengalami kelainan, dan celakanya yang mengetahui terlebih dahulu adalah ibu dan atau keluarga sang bayi. 2. Langkah yang penting juga adalah Langkah dimana ketika bayi baru saja dilahir, tidak langsung dipotong tali pusatnya, tetapi diletakan diatas perut ibu, kemudian diberikan suntikan oksiitosin, sebelumnya langkah ini (masih dalam standar langkah 60), dipotong tali pusat kemudian kemudian diberikan suntikan oksitosin. Perubahan ini karena dengan pemberian suntikan terlebih dahulu, maka aliran darah melalui plasenta masih sempat terjadi yaitu seitar 35 cc permenit, jadi jika standarnya ketika bayi lahir, kemudian diletakan diatas perut ibu lalu disuntikan oksitosin berkisar 2-3 menit artinya sekitar 100 cc darah masih sempat diperoleh sang bayi dan sebagai awal penyesuaian diri dengan lingkungan diluar rahim ibunya. 3. Langkah lainnya terlepas dari standar langkah APN adalah yaitu langkah 43 ketika bayi dibiarkan tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. Dan kemudian masuk pada langkah selanjutnya. 1 jam bayi bersama ibunya adalah kesempatan yang diberikan oleh bidan untuk melakuan Inisiani dini bayi. Sang bayi akan merangkak mencari payudarah (the Breast Crawl). Ini berdasarkan penelitian Bayi pada usia beberapa menit dapat merangkak kearah payudara dan menyusu sendiri (the Breast Crawl ) (Marshall Klaus: Mother and Infant : Early Emotional Ties Ped 1998, UNICEF India: BREAST CRAWL Initiation of breastfeeding by breast crawl. UNICEF India 2007). Penelitian lainnya Kemampuan kulit ibu menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi (thermoregulator thermal synchron). ( Fransson A Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 90 : 2005,; Niels Bergman: Kangoroo Care 2005 , Bergstorm et al Acta Paediatr 2007). Inisiasi dini ini adalah langkah awal untuk Pemberian ASI Esklusif 6 bulan. Barang siapa yang tidak mendukung akan dikenahkan sangsi sebagai mana terdapat dalam UU kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 200 yaitu Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 4. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah masalah pendarahan, masalah ini penting karena presentase penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan, Masalah pendarahan ini karena pada saat melahirkan ketika terjadi pendarahan maka jumlah darah yang keluar adalah 350-500 cc permenitnya artinya jika jumlah darah normal sekitar 5 liter maka

dalam jangka waktu sekitar 10-15 menit saja sang ibu akan kehilangan darah, dan inilah yang menyebabkan kematian. 5. Dan terakhir yang penulis catat selama pelatihan APN semua langkah adalah penting, setiap langkah yang dibuat oleh para ahli mempunyai arti, maksud dan tujuan, apa yang terjadi pada setiap langkah selalu didahului oleh tanda-tanda, bidan yang melakukan persalinan harus dengan tenang, dan jangan tergesa-gesa, hanya bisa dilakukan bila setiap langkah difahami dengan benar. Setiap langkah ada penjelasannya, ada jawabannya dan ada pengambilan keputusan Seperti yang dikemukakan salah satu Fasilitator dr. Setia Budi Sp.OG pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan

dr. Setia Budi Sp.OG menjelaskan Dalam APN, pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan Keseluruhan 58 standar dan langkah asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah 1. Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua. 2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set.

3. Memakai celemek plastik. 4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir. 5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam. 6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set. 7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum. 8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. 9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%. 10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal (120 160 x/menit). 11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran. 12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman. 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran. 14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm. 16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu 17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu. 20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin 21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan. 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. 23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. 24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin) 25. Melakukan penilaian selintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif ? 26. Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. 28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik. 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin). 30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama. 31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. 32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. 33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi. 34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva 35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat. 36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. 37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial). 38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban. 39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras) 40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia. 41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. 42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. 43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. 44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral. 45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral. 46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. 47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. 50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.

51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi. 52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. 53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering. 54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum. 55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%. 56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% 57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 58. Melengkapi partograf. Untuk memahami lebih mendalam 58 langkah tersebut ada lima Topik Materi yang diajarkan dengan Metode yang digunakan adalah teori dengan aquisisi pada model dan dilanjutkan dengan praktek pada klien kelima materi tersebut adalah 1. Lima Benang Merah Asuhan Persalinan Normal 2. Pencegahan Infeksi 3. Kala I-IV Persalinan termasuk penggunaan partograf, posisi dan pimpinan meneran, manajemen aktif kala III 4. Asuhan Bayi Baru Lahir 5. Pengenalan Dini dan Penanganan Awal Komplikasi Persalinan Meskipun Hasil Pretest dan posttest rata-rata kelas 15 peserta hanya terjadi peningkatan 10 % yaitu dari 63% menjadi 73%. Diharapkan hasil pelatihan APN jika di praktekkan dengan baik pada masyarakat (ibu-ibu yang akan bersalin) dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir, demikian juga dengan koordinasi dan konsultasi serta jejaring bidan yang telah mengikuti APN harus terus dilanjutkan, sehingga semua bidan nantinya mempunyai kompetensi yang layak untuk dapat melakukan asuhan persalinan normal. Baca juga artikel terkait 1. Angka Kematian Ibu Tinggi atau Rendah. 2. Bed Occupancy Rate (BOR) dan Pengembangan Rumah Sakit Di Propinsi Sulawesi Barat. 3. Mobil Keluarga Ideal Terbaik Indonesia 4. P2KP Polewali Mandar dan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal 5. Kepedulian pada Persalinan Ibu Masih Sangat Rendah. 6. Identifikasi Kematian Ibu Karena Pendarahan di Polewali Mandar

Pelatihan Asuhan Persalinan Normal II, P2KP Polewali Mandar

Februari 4, 2010 4 Komentar

Polewali Mandar Sulawesi Barat, dr. Setia Budi Sp.OG menjelaskan Dalam APN, pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan Penjelasan ini dikemukakan pada pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dilaksanakan tanggal 22 Januari 20010- 3 Februari 2010, P2KP Polewali Mandar bekerja Sama Dengan Pemerintah Kabupaten Mamuju dan Unicef terhadap 15 Bidan terdiri dari 10 Bidan PTT depkes, 2 Bidan Pada puskesmas dan 2 bidan PTT Pemerintah Kab. Mamuju. Pelatihan dilaksanakan di Klinik Mifta Polewali, sebagai Pusat Pelatihan Klinik Primer- Kesehatan Reproduki di Polewali Mandar. Pelatihan APN ini merupakan pelatihan yang kedua kalinya dilaksanakan oleh P2KP Polewali Mandar, sebelumnya dibulan Oktober 2009 telah dilaksanakan pelatihan APN bagi 15 Bidanbidan asal Kabupaten Majene, masih bekerja sama dengan Unicef. Pelatihan ini difasilitasi oleh: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dr. Tuty, Sp. OG sebagai pelatih pendamping dari P2KS Makassar Dr. Anas Budi, Sp. OG, MARS sebagai pelatih Dr. Setia Budi, Sp.OG. sebagai Pelatih Dr. Anita. Sebagai Pelatih Bidan Hj. Kamariah, Sebagai Pelatih Bidan Jusma, Am.Keb. Sebagai pelatih Fatmawati, Am.Keb. Sebagai pelatih Dan penulis sendiri sebagai observator/dokumentasi pelatihan

Pada Proses Pelatihan Asuhan Persalinan Normal ini, telah diuraian materi-materi yang diajarkan, penjelasan pelatih, uraian-uraian pengalaman dan harapan pelatih maupun peserta, baik secara teori, praktek model / video dan praktek pada klien termasuk uraian kwesioner awal dan tengah, evaluasi peserta dan Rencana kerja tindak lanjut, pembukaan dan penutupan pelatihan. Ada beberapa catatan penulis dan dikombinasi dengan catatan-catatan lainnya dalam penanganan persalinan dan bayi baru lahir yang tentunya perlu diketahui oleh mereka yang

bekerja diunit-unit pelayanan kesehatan, bidan-bidan desa, bidan puskesmas dan di klinik-klinik persalinan yaitu 1. 58 langkah standar dalam memberikan Asuhan Persalinan Normal yang sebelumnya terdiri dari 60 langkah sekarang menjadi 59 Langkah, tambahannya adalah langkah pemeriksaan kesehatan lengkap Bayi Baru Lahir (BBL). Hal ini dilakukan karena banyak bayi yang baru dilahirkan, tampa disadari oleh sang penolong persalinan (tenaga kesehatan=bidan) telah mengalami kelainan, dan celakanya yang mengetahui terlebih dahulu adalah ibu dan atau keluarga sang bayi. 2. Langkah yang penting juga adalah Langkah dimana ketika bayi baru saja dilahir, tidak langsung dipotong tali pusatnya, tetapi diletakan diatas perut ibu, kemudian diberikan suntikan oksiitosin, sebelumnya langkah ini (masih dalam standar langkah 60), dipotong tali pusat kemudian kemudian diberikan suntikan oksitosin. Perubahan ini karena dengan pemberian suntikan terlebih dahulu, maka aliran darah melalui plasenta masih sempat terjadi yaitu seitar 35 cc permenit, jadi jika standarnya ketika bayi lahir, kemudian diletakan diatas perut ibu lalu disuntikan oksitosin berkisar 2-3 menit artinya sekitar 100 cc darah masih sempat diperoleh sang bayi dan sebagai awal penyesuaian diri dengan lingkungan diluar rahim ibunya. 3. Langkah lainnya terlepas dari standar langkah APN adalah yaitu langkah 43 ketika bayi dibiarkan tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. Dan kemudian masuk pada langkah selanjutnya. 1 jam bayi bersama ibunya adalah kesempatan yang diberikan oleh bidan untuk melakuan Inisiani dini bayi. Sang bayi akan merangkak mencari payudarah (the Breast Crawl). Ini berdasarkan penelitian Bayi pada usia beberapa menit dapat merangkak kearah payudara dan menyusu sendiri (the Breast Crawl ) (Marshall Klaus: Mother and Infant : Early Emotional Ties Ped 1998, UNICEF India: BREAST CRAWL Initiation of breastfeeding by breast crawl. UNICEF India 2007). Penelitian lainnya Kemampuan kulit ibu menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi (thermoregulator thermal synchron). ( Fransson A Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 90 : 2005,; Niels Bergman: Kangoroo Care 2005 , Bergstorm et al Acta Paediatr 2007). Inisiasi dini ini adalah langkah awal untuk Pemberian ASI Esklusif 6 bulan. Barang siapa yang tidak mendukung akan dikenahkan sangsi sebagai mana terdapat dalam UU kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 200 yaitu Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 4. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah masalah pendarahan, masalah ini penting karena presentase penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan, Masalah pendarahan ini karena pada saat melahirkan ketika terjadi pendarahan maka jumlah darah yang keluar adalah 350-500 cc permenitnya artinya jika jumlah darah normal sekitar 5 liter maka dalam jangka waktu sekitar 10-15 menit saja sang ibu akan kehilangan darah, dan inilah yang menyebabkan kematian. 5. Dan terakhir yang penulis catat selama pelatihan APN semua langkah adalah penting, setiap langkah yang dibuat oleh para ahli mempunyai arti, maksud dan tujuan, apa yang terjadi pada setiap langkah selalu didahului oleh tanda-tanda, bidan yang melakukan persalinan harus dengan tenang, dan jangan tergesa-gesa, hanya bisa dilakukan bila setiap langkah difahami dengan benar. Setiap langkah ada penjelasannya, ada jawabannya dan

ada pengambilan keputusan Seperti yang dikemukakan salah satu Fasilitator dr. Setia Budi Sp.OG pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan

dr. Setia Budi Sp.OG menjelaskan Dalam APN, pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan Keseluruhan 58 standar dan langkah asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah 1. Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua. 2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set. 3. Memakai celemek plastik. 4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir. 5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam. 6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum. 8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. 9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%. 10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal (120 160 x/menit). 11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran. 12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman. 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran. 14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm. 16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu 17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu. 20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin 21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan. 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. 23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. 24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin) 25. Melakukan penilaian selintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif ? 26. Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu. 27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. 28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik. 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama. 31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. 32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. 33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi. 34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva 35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat. 36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. 37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial). 38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban. 39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras) 40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia. 41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. 42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. 43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. 44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral. 45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral. 46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. 47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. 50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik. 51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi. 52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. 53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.

54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum. 55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%. 56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% 57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 58. Melengkapi partograf. Untuk memahami lebih mendalam 58 langkah tersebut ada lima Topik Materi yang diajarkan dengan Metode yang digunakan adalah teori dengan aquisisi pada model dan dilanjutkan dengan praktek pada klien kelima materi tersebut adalah 1. Lima Benang Merah Asuhan Persalinan Normal 2. Pencegahan Infeksi 3. Kala I-IV Persalinan termasuk penggunaan partograf, posisi dan pimpinan meneran, manajemen aktif kala III 4. Asuhan Bayi Baru Lahir 5. Pengenalan Dini dan Penanganan Awal Komplikasi Persalinan Meskipun Hasil Pretest dan posttest rata-rata kelas 15 peserta hanya terjadi peningkatan 10 % yaitu dari 63% menjadi 73%. Diharapkan hasil pelatihan APN jika di praktekkan dengan baik pada masyarakat (ibu-ibu yang akan bersalin) dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir, demikian juga dengan koordinasi dan konsultasi serta jejaring bidan yang telah mengikuti APN harus terus dilanjutkan, sehingga semua bidan nantinya mempunyai kompetensi yang layak untuk dapat melakukan asuhan persalinan normal. Baca juga artikel terkait 1. Angka Kematian Ibu Tinggi atau Rendah. 2. Bed Occupancy Rate (BOR) dan Pengembangan Rumah Sakit Di Propinsi Sulawesi Barat. 3. Mobil Keluarga Ideal Terbaik Indonesia 4. P2KP Polewali Mandar dan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal 5. Kepedulian pada Persalinan Ibu Masih Sangat Rendah. 6. Identifikasi Kematian Ibu Karena Pendarahan di Polewali Mandar

Pelatihan Asuhan Persalinan Normal II, P2KP Polewali MandarFebruari 4, 2010 4 Komentar

Polewali Mandar Sulawesi Barat, dr. Setia Budi Sp.OG menjelaskan Dalam APN, pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan Penjelasan ini dikemukakan pada pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dilaksanakan tanggal 22 Januari 20010- 3 Februari 2010, P2KP Polewali Mandar bekerja Sama Dengan Pemerintah Kabupaten Mamuju dan Unicef terhadap 15 Bidan terdiri dari 10 Bidan PTT depkes, 2 Bidan Pada puskesmas dan 2 bidan PTT Pemerintah Kab. Mamuju. Pelatihan dilaksanakan di Klinik Mifta Polewali, sebagai Pusat Pelatihan Klinik Primer- Kesehatan Reproduki di Polewali Mandar. Pelatihan APN ini merupakan pelatihan yang kedua kalinya dilaksanakan oleh P2KP Polewali Mandar, sebelumnya dibulan Oktober 2009 telah dilaksanakan pelatihan APN bagi 15 Bidanbidan asal Kabupaten Majene, masih bekerja sama dengan Unicef. Pelatihan ini difasilitasi oleh: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dr. Tuty, Sp. OG sebagai pelatih pendamping dari P2KS Makassar Dr. Anas Budi, Sp. OG, MARS sebagai pelatih Dr. Setia Budi, Sp.OG. sebagai Pelatih Dr. Anita. Sebagai Pelatih Bidan Hj. Kamariah, Sebagai Pelatih Bidan Jusma, Am.Keb. Sebagai pelatih Fatmawati, Am.Keb. Sebagai pelatih Dan penulis sendiri sebagai observator/dokumentasi pelatihan

Pada Proses Pelatihan Asuhan Persalinan Normal ini, telah diuraian materi-materi yang diajarkan, penjelasan pelatih, uraian-uraian pengalaman dan harapan pelatih maupun peserta, baik secara teori, praktek model / video dan praktek pada klien termasuk uraian kwesioner awal dan tengah, evaluasi peserta dan Rencana kerja tindak lanjut, pembukaan dan penutupan pelatihan. Ada beberapa catatan penulis dan dikombinasi dengan catatan-catatan lainnya dalam penanganan persalinan dan bayi baru lahir yang tentunya perlu diketahui oleh mereka yang bekerja diunit-unit pelayanan kesehatan, bidan-bidan desa, bidan puskesmas dan di klinik-klinik persalinan yaitu

1. 58 langkah standar dalam memberikan Asuhan Persalinan Normal yang sebelumnya terdiri dari 60 langkah sekarang menjadi 59 Langkah, tambahannya adalah langkah pemeriksaan kesehatan lengkap Bayi Baru Lahir (BBL). Hal ini dilakukan karena banyak bayi yang baru dilahirkan, tampa disadari oleh sang penolong persalinan (tenaga kesehatan=bidan) telah mengalami kelainan, dan celakanya yang mengetahui terlebih dahulu adalah ibu dan atau keluarga sang bayi. 2. Langkah yang penting juga adalah Langkah dimana ketika bayi baru saja dilahir, tidak langsung dipotong tali pusatnya, tetapi diletakan diatas perut ibu, kemudian diberikan suntikan oksiitosin, sebelumnya langkah ini (masih dalam standar langkah 60), dipotong tali pusat kemudian kemudian diberikan suntikan oksitosin. Perubahan ini karena dengan pemberian suntikan terlebih dahulu, maka aliran darah melalui plasenta masih sempat terjadi yaitu seitar 35 cc permenit, jadi jika standarnya ketika bayi lahir, kemudian diletakan diatas perut ibu lalu disuntikan oksitosin berkisar 2-3 menit artinya sekitar 100 cc darah masih sempat diperoleh sang bayi dan sebagai awal penyesuaian diri dengan lingkungan diluar rahim ibunya. 3. Langkah lainnya terlepas dari standar langkah APN adalah yaitu langkah 43 ketika bayi dibiarkan tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. Dan kemudian masuk pada langkah selanjutnya. 1 jam bayi bersama ibunya adalah kesempatan yang diberikan oleh bidan untuk melakuan Inisiani dini bayi. Sang bayi akan merangkak mencari payudarah (the Breast Crawl). Ini berdasarkan penelitian Bayi pada usia beberapa menit dapat merangkak kearah payudara dan menyusu sendiri (the Breast Crawl ) (Marshall Klaus: Mother and Infant : Early Emotional Ties Ped 1998, UNICEF India: BREAST CRAWL Initiation of breastfeeding by breast crawl. UNICEF India 2007). Penelitian lainnya Kemampuan kulit ibu menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi (thermoregulator thermal synchron). ( Fransson A Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 90 : 2005,; Niels Bergman: Kangoroo Care 2005 , Bergstorm et al Acta Paediatr 2007). Inisiasi dini ini adalah langkah awal untuk Pemberian ASI Esklusif 6 bulan. Barang siapa yang tidak mendukung akan dikenahkan sangsi sebagai mana terdapat dalam UU kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 200 yaitu Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 4. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah masalah pendarahan, masalah ini penting karena presentase penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan, Masalah pendarahan ini karena pada saat melahirkan ketika terjadi pendarahan maka jumlah darah yang keluar adalah 350-500 cc permenitnya artinya jika jumlah darah normal sekitar 5 liter maka dalam jangka waktu sekitar 10-15 menit saja sang ibu akan kehilangan darah, dan inilah yang menyebabkan kematian. 5. Dan terakhir yang penulis catat selama pelatihan APN semua langkah adalah penting, setiap langkah yang dibuat oleh para ahli mempunyai arti, maksud dan tujuan, apa yang terjadi pada setiap langkah selalu didahului oleh tanda-tanda, bidan yang melakukan persalinan harus dengan tenang, dan jangan tergesa-gesa, hanya bisa dilakukan bila setiap langkah difahami dengan benar. Setiap langkah ada penjelasannya, ada jawabannya dan ada pengambilan keputusan Seperti yang dikemukakan salah satu Fasilitator dr. Setia Budi Sp.OG pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada

hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan

dr. Setia Budi Sp.OG menjelaskan Dalam APN, pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan Keseluruhan 58 standar dan langkah asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah 1. Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua. 2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set. 3. Memakai celemek plastik. 4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir. 5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam. 6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set. 7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. 9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%. 10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal (120 160 x/menit). 11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran. 12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman. 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran. 14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm. 16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu 17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu. 20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin 21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan. 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. 23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. 24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin) 25. Melakukan penilaian selintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif ? 26. Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu. 27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. 28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik. 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin). 30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. 32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. 33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi. 34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva 35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat. 36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. 37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial). 38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban. 39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras) 40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia. 41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. 42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. 43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. 44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral. 45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral. 46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. 47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. 50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik. 51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi. 52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. 53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering. 54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum. 55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% 57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 58. Melengkapi partograf. Untuk memahami lebih mendalam 58 langkah tersebut ada lima Topik Materi yang diajarkan dengan Metode yang digunakan adalah teori dengan aquisisi pada model dan dilanjutkan dengan praktek pada klien kelima materi tersebut adalah 1. Lima Benang Merah Asuhan Persalinan Normal 2. Pencegahan Infeksi 3. Kala I-IV Persalinan termasuk penggunaan partograf, posisi dan pimpinan meneran, manajemen aktif kala III 4. Asuhan Bayi Baru Lahir 5. Pengenalan Dini dan Penanganan Awal Komplikasi Persalinan Meskipun Hasil Pretest dan posttest rata-rata kelas 15 peserta hanya terjadi peningkatan 10 % yaitu dari 63% menjadi 73%. Diharapkan hasil pelatihan APN jika di praktekkan dengan baik pada masyarakat (ibu-ibu yang akan bersalin) dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir, demikian juga dengan koordinasi dan konsultasi serta jejaring bidan yang telah mengikuti APN harus terus dilanjutkan, sehingga semua bidan nantinya mempunyai kompetensi yang layak untuk dapat melakukan asuhan persalinan normal. Baca juga artikel terkait 1. Angka Kematian Ibu Tinggi atau Rendah. 2. Bed Occupancy Rate (BOR) dan Pengembangan Rumah Sakit Di Propinsi Sulawesi Barat. 3. Mobil Keluarga Ideal Terbaik Indonesia 4. P2KP Polewali Mandar dan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal 5. Kepedulian pada Persalinan Ibu Masih Sangat Rendah. 6. Identifikasi Kematian Ibu Karena Pendarahan di Polewali Mandar

Pelatihan Asuhan Persalinan Normal II, P2KP Polewali MandarFebruari 4, 2010 4 Komentar

Polewali Mandar Sulawesi Barat, dr. Setia Budi Sp.OG menjelaskan Dalam APN, pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan Penjelasan ini dikemukakan pada pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dilaksanakan tanggal 22 Januari 20010- 3 Februari 2010, P2KP Polewali Mandar bekerja Sama Dengan Pemerintah Kabupaten Mamuju dan Unicef terhadap 15 Bidan terdiri dari 10 Bidan PTT depkes, 2 Bidan Pada puskesmas dan 2 bidan PTT Pemerintah Kab. Mamuju. Pelatihan dilaksanakan di Klinik Mifta Polewali, sebagai Pusat Pelatihan Klinik Primer- Kesehatan Reproduki di Polewali Mandar. Pelatihan APN ini merupakan pelatihan yang kedua kalinya dilaksanakan oleh P2KP Polewali Mandar, sebelumnya dibulan Oktober 2009 telah dilaksanakan pelatihan APN bagi 15 Bidanbidan asal Kabupaten Majene, masih bekerja sama dengan Unicef. Pelatihan ini difasilitasi oleh: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dr. Tuty, Sp. OG sebagai pelatih pendamping dari P2KS Makassar Dr. Anas Budi, Sp. OG, MARS sebagai pelatih Dr. Setia Budi, Sp.OG. sebagai Pelatih Dr. Anita. Sebagai Pelatih Bidan Hj. Kamariah, Sebagai Pelatih Bidan Jusma, Am.Keb. Sebagai pelatih Fatmawati, Am.Keb. Sebagai pelatih Dan penulis sendiri sebagai observator/dokumentasi pelatihan

Pada Proses Pelatihan Asuhan Persalinan Normal ini, telah diuraian materi-materi yang diajarkan, penjelasan pelatih, uraian-uraian pengalaman dan harapan pelatih maupun peserta, baik secara teori, praktek model / video dan praktek pada klien termasuk uraian kwesioner awal dan tengah, evaluasi peserta dan Rencana kerja tindak lanjut, pembukaan dan penutupan pelatihan. Ada beberapa catatan penulis dan dikombinasi dengan catatan-catatan lainnya dalam penanganan persalinan dan bayi baru lahir yang tentunya perlu diketahui oleh mereka yang bekerja diunit-unit pelayanan kesehatan, bidan-bidan desa, bidan puskesmas dan di klinik-klinik persalinan yaitu

1. 58 langkah standar dalam memberikan Asuhan Persalinan Normal yang sebelumnya terdiri dari 60 langkah sekarang menjadi 59 Langkah, tambahannya adalah langkah pemeriksaan kesehatan lengkap Bayi Baru Lahir (BBL). Hal ini dilakukan karena banyak bayi yang baru dilahirkan, tampa disadari oleh sang penolong persalinan (tenaga kesehatan=bidan) telah mengalami kelainan, dan celakanya yang mengetahui terlebih dahulu adalah ibu dan atau keluarga sang bayi. 2. Langkah yang penting juga adalah Langkah dimana ketika bayi baru saja dilahir, tidak langsung dipotong tali pusatnya, tetapi diletakan diatas perut ibu, kemudian diberikan suntikan oksiitosin, sebelumnya langkah ini (masih dalam standar langkah 60), dipotong tali pusat kemudian kemudian diberikan suntikan oksitosin. Perubahan ini karena dengan pemberian suntikan terlebih dahulu, maka aliran darah melalui plasenta masih sempat terjadi yaitu seitar 35 cc permenit, jadi jika standarnya ketika bayi lahir, kemudian diletakan diatas perut ibu lalu disuntikan oksitosin berkisar 2-3 menit artinya sekitar 100 cc darah masih sempat diperoleh sang bayi dan sebagai awal penyesuaian diri dengan lingkungan diluar rahim ibunya. 3. Langkah lainnya terlepas dari standar langkah APN adalah yaitu langkah 43 ketika bayi dibiarkan tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. Dan kemudian masuk pada langkah selanjutnya. 1 jam bayi bersama ibunya adalah kesempatan yang diberikan oleh bidan untuk melakuan Inisiani dini bayi. Sang bayi akan merangkak mencari payudarah (the Breast Crawl). Ini berdasarkan penelitian Bayi pada usia beberapa menit dapat merangkak kearah payudara dan menyusu sendiri (the Breast Crawl ) (Marshall Klaus: Mother and Infant : Early Emotional Ties Ped 1998, UNICEF India: BREAST CRAWL Initiation of breastfeeding by breast crawl. UNICEF India 2007). Penelitian lainnya Kemampuan kulit ibu menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi (thermoregulator thermal synchron). ( Fransson A Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 90 : 2005,; Niels Bergman: Kangoroo Care 2005 , Bergstorm et al Acta Paediatr 2007). Inisiasi dini ini adalah langkah awal untuk Pemberian ASI Esklusif 6 bulan. Barang siapa yang tidak mendukung akan dikenahkan sangsi sebagai mana terdapat dalam UU kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 200 yaitu Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 4. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah masalah pendarahan, masalah ini penting karena presentase penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan, Masalah pendarahan ini karena pada saat melahirkan ketika terjadi pendarahan maka jumlah darah yang keluar adalah 350-500 cc permenitnya artinya jika jumlah darah normal sekitar 5 liter maka dalam jangka waktu sekitar 10-15 menit saja sang ibu akan kehilangan darah, dan inilah yang menyebabkan kematian. 5. Dan terakhir yang penulis catat selama pelatihan APN semua langkah adalah penting, setiap langkah yang dibuat oleh para ahli mempunyai arti, maksud dan tujuan, apa yang terjadi pada setiap langkah selalu didahului oleh tanda-tanda, bidan yang melakukan persalinan harus dengan tenang, dan jangan tergesa-gesa, hanya bisa dilakukan bila setiap langkah difahami dengan benar. Setiap langkah ada penjelasannya, ada jawabannya dan ada pengambilan keputusan Seperti yang dikemukakan salah satu Fasilitator dr. Setia Budi Sp.OG pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada

hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan

dr. Setia Budi Sp.OG menjelaskan Dalam APN, pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan Keseluruhan 58 standar dan langkah asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah 1. Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua. 2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set. 3. Memakai celemek plastik. 4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir. 5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam. 6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set. 7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. 9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%. 10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal (120 160 x/menit). 11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran. 12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman. 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran. 14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm. 16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu 17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu. 20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin 21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan. 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. 23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. 24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin) 25. Melakukan penilaian selintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif ? 26. Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu. 27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. 28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik. 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin). 30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. 32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. 33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi. 34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva 35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat. 36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. 37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial). 38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban. 39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras) 40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia. 41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. 42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. 43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. 44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral. 45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral. 46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. 47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. 50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik. 51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi. 52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. 53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering. 54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum. 55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% 57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 58. Melengkapi partograf. Untuk memahami lebih mendalam 58 langkah tersebut ada lima Topik Materi yang diajarkan dengan Metode yang digunakan adalah teori dengan aquisisi pada model dan dilanjutkan dengan praktek pada klien kelima materi tersebut adalah 1. Lima Benang Merah Asuhan Persalinan Normal 2. Pencegahan Infeksi 3. Kala I-IV Persalinan termasuk penggunaan partograf, posisi dan pimpinan meneran, manajemen aktif kala III 4. Asuhan Bayi Baru Lahir 5. Pengenalan Dini dan Penanganan Awal Komplikasi Persalinan Meskipun Hasil Pretest dan posttest rata-rata kelas 15 peserta hanya terjadi peningkatan 10 % yaitu dari 63% menjadi 73%. Diharapkan hasil pelatihan APN jika di praktekkan dengan baik pada masyarakat (ibu-ibu yang akan bersalin) dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir, demikian juga dengan koordinasi dan konsultasi serta jejaring bidan yang telah mengikuti APN harus terus dilanjutkan, sehingga semua bidan nantinya mempunyai kompetensi yang layak untuk dapat melakukan asuhan persalinan normal. Baca juga artikel terkait 1. Angka Kematian Ibu Tinggi atau Rendah. 2. Bed Occupancy Rate (BOR) dan Pengembangan Rumah Sakit Di Propinsi Sulawesi Barat. 3. Mobil Keluarga Ideal Terbaik Indonesia 4. P2KP Polewali Mandar dan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal 5. Kepedulian pada Persalinan Ibu Masih Sangat Rendah. 6. Identifikasi Kematian Ibu Karena Pendarahan di Polewali Mandar

Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal (APN)Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal (APN) Jadwal : 11-20 Juni 2012, 19-28 Juni 2012, 2-11 Juli 2012 Jam : Hari 1-3 : 8.00 - 17.00 Wib Hari 4-10 : Menginap di RS/Klinik (wajib membawa ganti) Tempat : P2KS Jakarta, Jl. Kramat Sentiong 49 A Jakarta Pusat Peserta : Dokter umum, Dokter umum yang ingin melanjutkan pendidikan spesialis Obgin, Bidan, Perawat. Biaya : Rp. 2.500.000,Materi Pelatihan : Gambaran umum Pelatihan, Kuisioner awal pelatihan, penilaian awal keterampilan, Lima benang merah (PI Bag. I), Lima Benang Merah (BAB 1), Pencegahan infeksi, Asuhan sayang ibu -bayi, Membuat keputusan Klinik, Pencatatan, Rujukan optimal tepat waktu, Penatalaksanaan kala I persalinan, Cara penggunaan, memantau kemajuan Kala I dan membuat keputusan klinik menggunakan Partograf, Latihan penggunaan Partograf, Penatalaksanaan kala 2 dan IMD, Demostrasi langkah klinik persalinan normal pada model, Penatalaksanaan Kala II & IV, Asuhan BBL, Demonstrasi Pemeriksaan BBL, Penatalaksanaan BBL dengan asfiksia/resusitasi, Demonstrasi Resusitasi BBL, Praktik langkah klinik persalinan normal, Praktik resusitasi BBL, Penilaian kinerja Asuhan persalinan normal, Demonstrasi langkah baku pada klien, Praktik & penilaian ketrampilan Resusitasi BBL, Demontrasi APN pada klien, Penatalaksanaan perdarahan (KBI/E dan Aorta), Prosedur Plasenta Manual, Latihan Partograf, kegiatan praktik klinik, dll Persaratan untuk mengikuti APN: Pas Foto 3x4 warna (1 lembar), dibawa pada saat hari h pelatihan Cara Pendaftaran untuk mengikuti APN: SMS Nama lengkap,Telpon, Alamat, & Jadwal keikutsertaan APN yang diinginkan ke nomor 081 317 424 420 dengan Yani atau melalui Email : [email protected] Cara Pembayaran Pelatihan APN : Biaya pelatihan ditransfer ke Rekening Mandiri Cabang RSCM No. Rekening 122 000 5060 564

An. Yani Setyo Rini, S.Sos Pembayaran paling lambat dilakukan 1 bulan sebelum hari H pelatihan. Apabila sudah melakukan pembayaran mohon segera fax bukti pembayaran ke 021-4800361 atau konfirmasi ke No. 081 317 424420.

SchedulesDate Jun 11, 2012 - Jun 20, 2012 Jun 19, 2012 - Jun 28, 2012 Jul 02, 2012 - Jul 11, 2012 Place P2KS Jl. Kramat Sentiong 49 A Jakarta Pusat P2KS Jl. Kramat Sentiong 49 A Jakarta Pusat P2KS Jl. Kramat Sentiong 49 A Jakarta Pusat Price Rp. 2,500,000 Available Seats 12

Rp. 2,500,000

12

Rp. 2,500,000

12

Catatan: Pendaftaran hubungi Yani, 081317424420 E-mail : [email protected]