proposal “fenomena anak rambut gimbal di dataran tinggi...
TRANSCRIPT
PROPOSAL
“FENOMENA ANAK RAMBUT GIMBAL DI DATARAN TINGGI
DIENG”
Disusun Oleh:
AURELIUS SYUKUR WILHELM
75 2010 004
PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2011
FENOMENA ANAK RAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG
TESIS
Diajukan kepada
Fakultas Teologi
Program Studi Sosiologi Agama
untuk memperoleh gelar Magister Sosiologi Agama
Oleh:
Aurelius Syukur Wilhelm
75 2010 004
PROGRAM PASCASARJANA
SOSIOLOGI AGAMA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Aurelius Syukur Wilhelm
No. Induk : 752010004
Program Studi : Magister Sosiologi Agama
Judul : Fenomena Anak Rambut Gembel di Dataran Tinggi
Dieng
MENYETUJUI
Dr. David Samiyono Pdt. Dr. Thobias A. Messakh
Pembimbing I Pembimbing II
Pdt. Dr. Dien Sumiyatiningsih, GD. Th, MA
Penguji
Mengesahkan,
Dr. David Samiyono
Ketua Program Studi
Dinyatakan LULUS Ujian Tanggal : 24 Februari 2012
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Jika terbukti saya melakukan pelanggaran
plagiasi atau melanggar ketentuan akademis lainnya
maka saya bersedia dicabut gelar saya.
Salatiga, 24 Februari 2012
Aurelius Syukur Wilhelm
Devote to
My beloved familiy
W.K.J. Porawouw & Pastilah Br. Sembiring
Adelina G.E. Porawouw
and
My love
Auditya G.B. Amaheka
MOTTO
“Imagine all the people living life in peace, Imagine all the people sharing all the
world”
-John Lennon-
“ Jalani semua dengan apa adanya, biarlah waktu bicara bawa takdirnya”
-Tony Q Rastafara-
“ Tak selalu yang berkilau itu indah”
-Souljah-
KATA PENGANTAR
Ungkapan syukur yang tak putus-putusnya bagi kebaikan Tuhan Yesus
Kristus yang selalu menyertai kehidupan penulis. Penyertaannya kepada penulis
dari masa kecil sampai saat ini, begitu indah dan berkatnya begitu besar.
Khususnya saat penulisan dari tesis ini, suka dan duka bergantian, tetapi Dia yang
tetap menyertai langkah penulis, sehingga tulisan ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis juga menyadari, bahwa tulisan ini tidak dapat terselesaikan dengan
baik, tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu penulis
menyelesaikan perjalanan studi penulis, dan terlebih lagi pada pihak-pihak yang
membantu penyelesaian tulisan ini :
1. Fakultas Teologi Satya Wacana, Program studi Magister Sosiologi
Agama, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menikmati
dunia pendidikan dan menyediakan sarana penunjang bagi kelancaran
proses belajar penulis.
2. Dosen-dosen pengajar Program Studi Magister Sosiologi Agama, yang
telah berbagi segudang pengetahuan dan pengalaman, yang benar-
benar membekali penulis selama di bangku perkuliahan.
3. Dr. David Samiyono dan Pdt. Dr. Thobias Messakh, selaku dosen
pembimbing dalam proses penulisan tesis ini. Terima kasih atas waktu,
kesabaran, dan pengetahuan yang telah diberikan bagi penulis. Semoga
Tuhan memberkati pekerjaan dan pelayanan bapak-bapak sekalian.
4. Pdt. Dr. Dien Sumiyatiningsih, GD.Th, MA yang telah menyediakan
waktunya untuk bersedia menguji tesis ini. Terima kasih atas kritik dan
saran bagi penulis.
5. Segenap staf Fakultas Teologi UKSW (Mbak Linda, Bu Budi, ), terima
kasih atas bantuannya. Maaf kalau sering merepotkan.
6. Papa (W.K.J. Porawouw) dan Mama (Pastilah Br. Sembiring) yang
telah memberikan kasih sayangnya dan mencukupi kebutuhan penulis.
Doa, harapan, dan keringat Papa dan Mama, sangat berarti bagi
penulis, dan tidak akan sia-sia, dan akan penulis kenang selamanya.
Untuk Adelina G.E. Porawouw, terima kasih atas doa dan
dukungannya.
7. Untuk Auditya G.B. Amaheka, “ Without you, I am nothing”, juga
untuk keluarganya, (Om Yos, Tante Meti, Om Roy, Tante Mamie,
Ester, Kepi, Erik, Icha, Rico, Aldo). Terima kasih buat dukungan dan
doanya.
8. Keluarga yang dari Papua, keluarga besar Alhari Rimbo di Merauke
dan keluarga besar Alm. Soeharto di Sentani.
9. Keluarga besar GKI Papua jemaat “SARA”, terima kasih atas
dukungan doanya yang telah diberikan selama penulis melaksanakan
praktek di sana dan sampai saat ini.
10. Arpaso Alazzo alias Teologi 2005 (Maaf kalau kalian aku sebut satu
per satu habis uangku buat ngeprint). Terima kasih untuk semuanya,
termasuk, smoke, meal, wine, joke, angry, love, and jealous. Kalian
semua berjasa dalam hidupku. “Arpaso Allazzo Never Die”
11. Teo Avantgarde (Bang Tulus, Kak Dosa, Kak Ricky, Kak Patrick,
Bang Yunis, Bang Hendrik, Ucok, Sami, Desmond, Fitri, Vani, Ge
Nope, Ray, Adi, Antok, Shelly, Frendly, Ridho, Adi Todo dan
simpatisannya). Terima kasih atas semuanya. Lestari !!!!
12. Pdt. Helky Brando Veerman atas bantuan selama penelitian dan juga
teman diskusi yang saling mendukung. Tuhan memberkati pelayanan
saudara.
13. Teman-teman MSA 2010, Bu Helky, Bu Yopi, Ongen, Agnes, Kak
Katri, Kak Lary, Kak Ella, Retha, Pak Anung, Pak Budi, Mas Fibri,
Yonatan, Ibu Maya, Kak Linda, Kak Helda, Candra, Daniel, Glen,
Maria, Hellen, Artha, Marcell, Elsye, Osian. Terima kasih untuk
persahabatan yang indah. Juga untuk semua mahasiswa MSA UKSW.
14. Ibu Yayuk dan keluarga, yang mengijinkan penulis menempati kos
gang Buntu. Anak-anak Buntu’s Boy, Mas Aji, Mas Tedy, Mas Kris,
Karel, Yosa, Lae Nico, Abdi, Andar, Bang Ronal, Mas Yohanes,
Ferry, Mas Eko, Dana, Adi, Reza, Reza Malau, Andre Lambok,
Kariste, Kak Stevie, Marthin, Faber, Novan, Jeffry, dan khususnya
Andre Theopila Selano yang menemaniku selama penelitian. Thanx a
lot.
15. Teman-temanku di Surabaya, (Ferry, Obi, Tinus, Nuel, Tyo, Dito,
Edwin, Hengky, Om Harley, Kak Jef dan Kak Lol)yang telah
memberikan pelajaran berharga bagiku.
16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari sejarah kehidupanku. Tuhan memberkati
kalian semua.
Penulis berharap tulisan ini, dapat berguna bagi Fakultas Teologi,
khususnya Program Studi Magister Sosiologi Agama, juga bagi para pelopor
bangkitnya agama lokal, dan bagi orang-orang yang mendukung kebebasan
beragama. Akhirnya, “tak ada gading yang tak retak”. Mohon maaf jika ada
kesalahan dari tulisan ini, karena keterbatasan penulis, untuk itu besar harapan
tulisan ini dapat ditanggapi dengan kritik yang membangun bagi penulis demi
penyempurnaan tesis ini.
Salatiga, Februari 2012
Aurelius Syukur Wilhelm
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
SARIPATI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG MASALAH…………………………………1
I.2. RUMUSAN MASALAH………………………………………......7
I.3. TUJUAN PENELITIAN……………………………………………8
I.4. SIGNIFIKANSI PENELITIAN…………………………………….8
I.5. METODE PENELITIAN…………………………………………..10
I.6. SISTEMATIKA PENELITIAN……………………………………11
BAB II DIKOTOMI YANG SAKRAL DAN YANG PROFAN
SEBAGAI AWAL MULA AGAMA
II.1. PENDAHULUAN………………………………………………….12
II.2. EMILE DURKHEIM……………………………………………….13
II.3. AGAMA……………………………………………………………15
II.4. TOTEMISME………………………………………………………19
II.5. RITUAL…………………………………………………………….22
II.5.1. JENIS-JENIS RITUAL MENURUT
DURKHEIM………………………………………………23
II.6. YANG SAKRAL DAN YANG PROFAN…………………………28
II.7. AGAMA JAWA……………………………………………………40
II.8. KESIMPULAN……………………………………………………..48
BAB III RAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG
III.1. DATARAN TINGGI DIENG……………………………………..52
III.1.1. NAMA DAN WILAYAH……………………………….52
III.1.2. PENDUDUK…………………………………………….53
III.1.3. EKONOMI………………………………………………54
III.1.4. IKLIM…………………………………………………...56
III.2. MITOS ANAK RAMBUT GEMBEL……………………………..57
III.3. ANAK RAMBUT GEMBEL………………………………………59
III.4. KEHIDUPAN ANAK RAMBUT GEMBEL………………………64
III.5. TANGGAPAN MASYARAKAT TENTANG ANAK RAMBUT
GEMBEL………………………………………………………..68
III.6. RITUAL PEMOTONGAN RAMBUT GEMBEL…………………72
III.6.1. PEMOTONGAN RAMBUT GEMBEL MASAL………73
III.6.2. PEMOTONGAN RAMBUT GEMBEL PRIBADI……...78
III.7. KESIMPULAN……………………………………………………80
BAB IV ANAK RAMBUT GEMBEL BAGIAN DARI
KEPERCAYAAN JAWA
IV.1. PENDAHULUAN………………………………………………….82
IV.2. RAMBUT GEMBEL DAN AGAMA JAWA……………………...86
IV.3. KESAKRALAN ANAK RAMBUT GEMBEL……………………89
IV.4. ANAK RAMBUT GEMBEL HARI INI…………………………...93
BAB V PENUTUP
V.1. KESIMPULAN……………………………………………………..96
V.2. SARAN…………………………………………………………......98
FOTO PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
SARIPATI
Anak Rambut Gembel di dataran tinggi Dieng, adalah sebuah fenomena yang menarik untuk diteliti. Rambut gembel ini ada tumbuh pada anak-anak, bukan karena faktor genetik, ataupun karena tidak pernah mencuci rambut. Fenomena ini belum bisa dijelaskan secara biologis. Gejala tumbuhnya rambut gembel sangat memprihatinkan orang tua. Inilah yang membuat para orang tua anak rambut gembel, berusaha menerima takdir bahwa anak mereka berambut gembel. Anak rambut gembel diistimewakan oleh keluarganya, karena rambut gembelnya menarik perhatian kita untuk melihat kehidupan mereka lebih jauh. Gembel berarti kotor, ngeres, atau sial, oleh karena itu pada saat gigi depan sang anak sudah tanggal, rambut gembel ini harus dipotong dengan sebuah ritual. Saat ritual permintaan anak harus dituruti, dan harus sesuai, tidak boleh ada yang kurang.
Ratu Pantai Selatan adalah nama yang sering dikaitkan dengan anak rambut gembel. tetapi bukan hanya nama itu saja yang terkait dengan anak rambut gembel. Ada juga Kyai Kolodete, Nini Dewi Laras Jinde, Kaki dan Nini Robyong. Beberapa tokoh ini saling terkait dengan hadirnya fenomena anak rambut gembel di dataran tinggi Dieng. Dalam mitos yang beredar di dataran tinggi Dieng, anak rambut gembel ini terkait dengan kepercayaan Jawa. Kepercayaan Jawa ini terlihat dalam bagaimana mereka diperlakukan istimewa dalam keluarga mereka, dan pada saat ritual pemotongan rambut gembel.
Anak rambut gembel dipercaya sebagai sebuah titipan dari alam adikodrati, yang harus dirawat dengan baik, segala permintaannya harus dituruti. Tujuannya ialah untuk berdamai dengan penghuni alam adikodrati, yang dipercaya sebagai penunggu anak rambut gembel. Ini juga sebagai penerimaan takdir yang tidak bisa dihindari, karena anak rambut gembel ini tidak bisa diminta atau ditolak oleh siapapun. Dalam ritual pemotongan rambut gembel terlihat sebuah usaha menyesuaikan diri dengan alam adikodrati, dimana ada sesajen agar rambut gembel tidak lagi kembali pada sang anak.
Fenomena anak rambut gembel ini, dijelaskan dengan menggunakan teori tentang agama dari Durkheim. Durkheim menyatakan tentang adanya dua bentuk yang berbeda dalam kehidupan manusia, yang harus selalu ada dan tidak bisa bersatu, yaitu yang sakral dan yang profan. Ini untuk memperlihatkan bahwa anak rambut gembel ini merupakan yang sakral bagi masyarakat dataran tinggi Dieng.
Saat ini, anak rambut gembel menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi wisatawan dataran tinggi Dieng. Saat ritual pemotongan rambut gembel secara massal dilaksanakan, banyak orang berpartisipasi di dalamnya. Anak rambut gembel ini adalah sebuah objek pariwisata yang menguntungkan. Di sinilah terlihat pudarnya kesakralan anak rambut gembel. Oleh karena itu sesuatu yang sakral ditentukan oleh masyarakat, begitu juga saat nilai dari sesuatu yang sakral pudar dan menjadi yang profan, masyarakatlah yang menentukan.
Keywords : Gimbal, Local Wisdom