proposal evaluasi
TRANSCRIPT
![Page 1: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kulit merupakan organ terbesar yang letaknya paling luar dari tubuh dan
merupakan pelindung. Kulit yang sehat dan halus merupakan dambaan setiap orang.
Gigitan nyamuk dapat menimbulkan rasa gatal dan bercak merah pada kulit. Oleh
karena itu kulit sebaiknya dilindungi dari gigitan nyamuk yang juga merupakan
pembawa penyakit berbahaya seperti kaki gajah,malaria dan demam berdarah
(Gandahusada, 1998).
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberantas keberadaan nyamuk,
salah satunya dengan menggunakan insektisida, namun penggunaan insektisida kimia
sintetik dapat menyebabkan resistensi serangga, dan dapat mencemari lingkungan dan
meracuni manusia hingga serangga lain yang bukan sasaran. Salah satu upaya untuk
mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan insektisida nabati. Insektisida
ini berasal dari tumbuhan sehingga memilki tingkat keamanan yang lebih tinggi, yaitu
karena sifatnya yang mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan bahaya residu
yang berat dan lebih selektif , yaitu tidak merugikan mahluk hidup dan lingkungan yang
bukan sasaran (Kardinan,2005).
Insect repellent atau repelan adalah bahan yang memiliki kemampuan untuk
melindungi manusia dari gigitan nyamuk bila dioleskan ke permukaan kulit. Produk
penolak nyamuk dalam bentuk losion ini sudah banyak beredar dipasaran. Losion
tersebut umumnya mengandung DEET (Dietyltoluamide) dengan konsentrasi 10 – 15 %
DEET diketahui mampu melindungi kulit dari gigitan nyamuk selama 8 jam ini, tetapi
DEET memiliki beberapa efek samping seperti menimbulkan masalah iritasi ringan
maupun berat terhadap kulit, dan bahan DEET juga bisa melunakkan bahan – bahan
yang terbuat dari plastik. Adanya beberapa efek samping dari bahan sintetik ini
![Page 2: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/2.jpg)
membuat kita melirik kembali potensi bahan alami untuk melindungi kuit dari gigitan
nyamuk (Kardinan 2005).
Salah satu tanaman yang potensial adalah MIMBA (Azadirachta indica A.Juss)
yang dapat tumbuh dengan baik didaerah panas dan kering bahkan mampu tumbuh di
daerah yang curah hujannya dibawah 500 mm pertahun, Dan mimba merupakan bahan
alam yang dapat dikembangkan sebagai insektisida nabati. Selain sebagai insektisida
nabati, mimba juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik , obat tradisional, bahan
sabun, pasat gigi, obat kulit, bahan industri dan lainnya (Schmutterer,1995). Bahan aktif
biji mimba bermanfaat untuk mengusir serangga pengganggu,mencegah hama pemakan
tanaman, menghalau larva dan serangga dewasa, mencegah terjadinya pergantian kulit
larva, menurunkan produksi telor pada serangga betina dan mencegah serangga betina
meletakkan telor. Senyawa – senyawa yang diyakini sebagai bahan aktif insektisida
adalah nimbin, nimbidin, meliantriol, azadirachtin dan salanin yang merupakan senyawa
kimia dari kelompok terpen (Kardinan,2003).
Biji mimba mengandung 60% minyak atau lemak dari asam stearat , palmitat,
oleat, linoleat, laurat, butirat dan sejumalah kecil minyak atsiri.Kandungan senyawa lain
yang diketahui dari biji mimba adalah fenol, kuinon, alkaloid, triterpenoid dan flavonoid.
Residu dari biji mimba mudah terurai menjadi senyawa tidak beracun, sehingga ramah
dan aman bagi lingkungan (Wiryowidagdo, 2002).
Berdasarkan penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa 20 ml ekstrak biji mimba dapat
mematikan 20 larva nyamuk dalam waktu 12 jam (Aliero, 2003). Serta pada penelitian
lainnya dijelaskan bahwa ekstrak n-heksan daun mimba mempunyai efek larvasida larva
nyamuk Aedes aegypti instar III (Tulus CS, 1998). Kemudian dilakukan penelitian
mengenai formulasi losion dari ekstrak daun mimba, dari hasil pengujian terhadap
adaya efikasi ekstrak daun mimba sebagai losion pengusir nyamuk berbanding lurus
dengan besarnya konsentrasi ekstrak (Aini, 2005). Oleh karena itu, pada penelitian kali
ini dilakukan uji efektivitas losion repelan dari minyak mimba yang diperoleh secara
maserasi dengan n-heksana . Dipilihnya ekstrak n-heksana biji mimba karena
![Page 3: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/3.jpg)
berdasarkan literatur kandungan senyawa utama pengahalau nyamuk (repelan) dalam
biji mimba lebih banyak daripada dalam daunnya.
Losion adalah sediaan farmasi berbentuk cair yang digunakan untuk pemakaian
topikal baik berbentuk emulsi maupun suspensi. Evaluasi sediaan Losion meliputi
organoleptis, tipe krim losion, pH, Viskositas, sentrifugasi dan distribusi ukuran partikel.
Kestabilan fisik sediaan losion merupakan hal yang penting oleh karena itu warna,
Konsistensi dan bau harus tetap terjaga mulai saat pembuatan sampai terpakai habis
oleh konsumen dengan perkataan lain stabilitasnya harus tetap dipertahankan (Ansel,
1989). Pemilihan sediaan losion karena merupakan sediaan yang berbentuk emulsi yang
mudah dicuci dengan air dan tidak lengket dibandingkan sediaan topical lainnya. Selain
itu bentuknya yang cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada kulit
(Balsam MS, 1970).
1.2 Perumusan Masalah
1. Apaka minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) dapat diformulasikan menjadi
sediaan losion yang memenuhi persyaratan Farmaseutika?
2. Apakah losion minyak mimba (Azadirachta indica A.juss) memiliki evaluasi sebagai
repelan terhadap nyamuk ?
1.3 Hipotesis
1. Minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) dapat dibuat dalam bentuk sediaan
losion.
2. Losion minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) memiliki aktivitas repelan
terhadap nyamuk.
1.4 Tujuan Penelitian
![Page 4: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/4.jpg)
1. Membuat losion minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss).
2. Menguji evaluasi repelan dari losion minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss)
terhadap nyamuk.
1.5 Manfaat penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai minyak mimba yang
dapat dibuat menjadi sediaan losion repelan sekaligus untuk pemanfaatan bahan alam
sebagai alternatif utama dalam pengembangan formula obat maupun kosmetik.
BAB II
![Page 5: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/5.jpg)
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Tanaman Mimba (Azadirachta indica A.Juss)
2.1.1 Klasifikasi ( ) :
Divisi :
Sub Divisi :
Kelas :
Orde :
Sub Orde :
Famili :
Sub Famili :
Suku :
Marga :
Spesies :
2.1.2 Ciri Morfologi
Tanaman mimba memiliki tinggi 8 – 15 m dan termasuk pohon yang
berbunga banci. Batangnya impodial, dengan kulit mengandung gum dan terasa
pahit. Daunnya menyirip gasal berpasangan. Anak daun memiliki helaian
berbentuk memanjang dengan panjang 3 – 10 cm dan lebar 0,5 – 3,5 cm.
pangkalnya runcing asimetris, dibagian ujung runcing sampai mendekati runcing,
tepi daun bergerigi kasar, remasan berasa pahit, warnanya hijau muda. Bunga
memiliki susunan malai, terletak diketiak daun paling ujung, panjang 5 – 30 cm,
gundul atau berambut halus pada pangkal tangkai karangan, tangkai bunga 1- 2
![Page 6: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/6.jpg)
mm. kelopak kekuningan bersilia panjang 5 – 7 mm. benang sarinya membentuk
tabung benang sari, sebelah luar gandul atau berambut pendek halus, sebelah
dalam berambut rapat. Putiknya memiliki panjang rata – rata 3 mm. buahnya
berbentuk bulat, berwarna hijau kekuningan dengan panjang 1,5 – 2 cm.
tanaman ini biasanya berbunga pada bulan maret – desember
(Schumutterer,1995,A.Ross,Ivan,2001).
2.1.3 Ekologi dan Penyebaran
Mimba termasuk tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Besarnya curah
hujan yang dikehendaki berkisar antara 400 – 2000 mm/tahun yang terbagi rata
sepanjang tahun. Mimba dapat tumbuh dengan baik pada temperatur 21 – 320C,
Mimba dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tapi mimba dapat tumbuh lebih
subur ditanah yang gembur, banyak mengandung humus, dan pH antara 5,5 – 7,0.
Tekstur tanah yang paling baik untuk tanaman mimba adalah lempung berpasir
(Schmutterer,1995,Depkes RI,1995).
Daerah asal mimba tidak diketahui secara jelas. Ada yang menyebutkan
kemungkinan mimba berasal dari Myanmar (Burma) dan di sebagian India Selatan
seperti Karnataka. Sebagian lagi menyebutkan bahwa mimba berasal dari Asia
Tenggara dan Asia Selatan mulai dari Indonesia sampai Iran. Namun saat ini mimba
sudah tersebar luas didaerah tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika, Amerika,
Australia, dan Afrika Selatan (Kardinan, 2005).
Di Indonesia tanaman ini tumbuh didaerah Jawa barat, Jawa Timur, dan Madura
pada ketinggian sampai dengan 300 m diatas permukaan laut, tumbuh ditempat
kering berkala, sering ditemukan ditepi jalan atau dihutan terang. Secara umum,
pohon mimba banyak ditemukan di daerah – daerah panas didataran rendah. Pohon
mimba yang tumbuh didaerah yang banyak curah hujannya dengan suhu yang tidak
tergolong panas, seperti bogor , tidak akan berbiji (Depkes RI,1995).
2.1.4 Kegunaan
![Page 7: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/7.jpg)
Mimba memiliki banyak manfaat, selain sebagai insektisida nabati mimba juga
dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional ,untuk barang kebutuhan rumah tangga
dan sebagai tanaman penghijauan . Mimba sebagai obat tradisisonal yakni berfungsi
untuk membersihkan gigi, mengobati penyakit kulit, dan juga digunakan sebagai
tonikum atau ada yang mengistilahkan sebagai “obat kuat” yang setara dengan ginseng
.Mimba sebagai kebutuhan rumah tangga antara lain dapat dimanfaatkan sebagai
bahan tusuk gigi, bahan kosmetik , krim perawatan kulit, pasta gigi, sabun cuci,
shampoo, dan daun mimba banyak dikonsumsi sebagai sayuran (Depkes RI,1995). Biji
mimba menghasilkan banyak margosa yang berkhasiat sebagai insektisida dan
antiseptic. (Dalimartha,2006).
2.1.5 Kandungan Kimia
Pada biji mimba kandungan bahan aktif insektisidanya lebih banyak dibanding
pada daun. Bii mimba mengandung beberapa komponen aktif pestisida antara lain
azadirachtin, salannin, azadiaradion, salannol, salanolacetate, 3 – deacetyl salannin ,
14 – epoxy – azadiradion, gedunin, nimbinen, dan deacetyl nimbinen.
Azadirachtin merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam biji mimba.
Senyawa ini tidak langsung mematikan serangga, tetapi melalui mekanisme meonolak
makan, mengganggu pertumbuhan dan reproduksi serangga. Salannin mempunya
daya kerja sebagai penghambat makan serangga.Nimbinen mempunyai daya kerja
sebagai anti virus. Meliantriol daya kerja penolak serangga.
1 ) Azadirachtin
Azadirachtin merupakan komponen yang termasuk senyawa triterpenoid
dengan kerangka struktur lomonoid mempunyai bobot molekul (BM) 720,73
dan titik leleh 154 – 1580C. Suatu senyawa aktif pertama yang diisolasi dari
mimba. Senyawa ini paling banyak terdapat di dalam biji mimba . Beberapa sifat
penting dari azadirachtin daya fitotoksitasnya kecil bahkan tidak ada pada dosis
efektif sehingga tidak mempunyai efek toksik terhadap manusia atau vetebrata
![Page 8: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/8.jpg)
lainnya. Bahan aktif ini tidak langsung membunuh tetapi akhirnya dapat
mematika serangga melalui mekanisme menolak makan, mengganggu
pertumbuhan dan reproduksi. Senyawa ini secara struktural menyerupai
hormon ekdison pada serangga yang berfungsi mengontrol metamorphosis
pada serangga (National Research Council.1992,Sukrasno,2001).
2 ) Salannin
Senyawa yang termasuk kelompok triterpen ini juga mempunyai daya kerja
sebagai penghambat makan, tetapi tidak mempengaruhi proses pergantian kulit
pada serangga. Serangga tertentu yang sangat terpengaruh oleh senyawa ini
diantaranya belalang, lalat rumah, kumbang jepang (Sukrasno,2001).
3 ) Meliantriol
Senyawa ini dalam konsentrasi yang sangat rendah mampu menolak serangga
untuk makan sehingga serangga akan mati kelaparan (Sukrasno,2001).
4 ) Nimbin dan Nimbidin
Senyawa ini dilaporkan mempunyai daya kerja sebagai anti virus, sehingga
mempunyai potensi untuk pengendali virus yang menyerang tanaman dan
ternak. Nimbidin merupakan komponen utama yang pahit, terdapat didalam biji
mimba, yang di ekstrak dengan alkohol.
Nimbidin terdapat dalam biji kira – kira sebanyak 2% (Sukraso, 2001).
2.1 Minyak Lemak
Minyak Lemak (Olea Pinguia) adalah suatu cairan jernih atau massa padat yang
menjadi jernih diatas suhu leburnya,tidak berbau asing atau tengik,mudah larut dalam
kloroform p,eter p dan dalam eter minyak tanah P.(Depkes RI,1979).
Minyak merupakan lemak cair atau semisolid yang berasal dari mineral,tumbuhan atau
hewan. Minyak yang berasal dari tumbuhan dan mineral banyak dipakai untuk
![Page 9: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/9.jpg)
pengobatan topikal. Minyak tumbuhan yang lazim dicampur dalam krim dan losion
adalah minyak – minyak biji kapas, jagung, kastor, zaitun dan kacang. Efek emolien
minyak – minyak ini serupa, perbedaannya terletak pada baunya, stabilitas
penyimpanannya dan kapasitas emulsifikasi. Penggunaan topikal minyak relativ tidak
menimbulkan efek samping. (Oen,1986).
3.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak
mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti
serat, karbohidrat, protein dan lain – lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai
simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain
– lain. Struktur kimia yang berbeda – beda akan mempengaruhi kelarutan serta
stabilitas senyawa – senyawa akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa –
senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat
keasaman. Dengan pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.(DepKes RI,2000)
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini yaitu maserasi. Maserasi
(macerase = mengairi, melunakkan) merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana.
Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong
– potong atau berupa serbuk kasar ) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya
rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang
dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu lamanya
maserasi
Hal 24,25,26,27,28,29,30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
![Page 10: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/10.jpg)
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi farmasetika Akademi Farmasi
Saraswati Denpasar .Waktu penelitian berlangsung dari
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
Timbangan analitik.
Viskometer Brookfield (Haake Visco tester 6 R).
pH meter (Mettler Delta 320 pH meter).
Lumpang dan alu.
Alat – alat gelas laboratorium.
Penangas air.
Sentirifuge (Sorvall Fresco)
Rotary evaporator
Oven
Kulkas
3.2.2 Bahan Penelitian
Minyak biji mimba (Azadirachta indica A.Juss).
n-heksan.
Propoilenglikol.
asam stearat.
setil alkohol.
Dimetikon.
Trietanolamin.
isopropyl miristat
paraffin liquid.
butyl hidroksi toulen.
asam sitrat.
metil paraben.
propil paraben.
![Page 11: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/11.jpg)
Aquadest.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Determinasi Tanaman Asal
Sebelum dilakukan penelitian , biji mimba terlebih dahulu diperiksa di LIPI
3.3.2 Pengumpulan dan Penyediaan bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji mimba ( ) yang
diperoleh dari
3.3.3 Pembuatan Minyak Mimba
Buah mimba segar dikumpulkan ,dicuci , disortasi kemudian dikeringkan
dengan cara diangin – anginkan, pengeringan biji dilakukan tidak langsung
dibawah sinar matahari, proses pengeringan dilakukan selama beberapa hari.
Selanjutnya biji yang telah kering dihaluskan sehingga menjadi bentuk serbuk.
Serbuk biji mimba sebanyak 500 gram direndam dalam pelarut n-heksan 2,5 liter
kemudian diaduk selama 3 jam selanjutnya dimaserasi selama 24 jam.
Selanjutnya disaring dengan kapas, filtrat disaring kembali dengan kertas saring.
Kemudian dilakukan evaporasi sampai pelarut tidak keluar keluar lagi.
3.3.6 Pembuatan Formulasi Losion
1. Fase minyak (Lanolin, asam stearat, setil alkohol, dimetikon, propilenglikol,
paraffin cair, isopropyl miristat dan BHT) dan minyak mimba dilebur dalam
cawan penguap diatas penangas air sampai cair (suhu dijaga 70 – 750C).
2. TEA didispersikan terlebih dahulu dengan sejumalah air lalu dihomogenkan
secara perlahan dan dipanaskan dalam cawan penguap diatas penangas air
sampai cair (suhu dijaga 70 – 75 %).
3. Metil paraben dan propil paraben masing – masing dilarutkan dalam air
panas ,lalu keduanya kemudian dicampur.
4. Fase air (TEA,sedikit demi sedikit dicampurkan ke dalam fase minyak dalam
mortir yang telah dipanaskan) sampai terbentuk massa losion yang
stabil ,dihomogenkan pencampuran terus dilakukan hingga suhu 40 – 450C.
3.3.7 Evaluasi sediaan losion
![Page 12: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/12.jpg)
Evaluasi dilakukan setelah sediaan losion terbentuk setelah penyimpanan 0
minggu, 1 minggu, 2 minggu , 3 minggu, 4 minggu.
1. Penampilan losion
Penampilan losion meliputi warna,bau losion.
2. Homogenitas
Losion dioleskan diatas kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca objek lain,
lalu diamati kehomogenan losion tersebut.
3. pH (Martin A,1993)
Elektroda dicuci dan dibilas dengan air suling kemudian dilakukan kalibrasi pH
meter dengan dapar fosfat ekimolal dan kalium biftalat lalu ditentukan pH
losion.
4. Viskositas (Martin A,1993)
Penentuan Viskositas bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan
kekentalan pada tiap formula losion. Penentuan viskositas dilakukan
menggunakan viscometer Brookfield (Visco tester 6R).
5. Sentrifugasi (Ansel HC.1989)
Losion dimasukkan dalam tabung centrifuge,kemudian diputar pada 3000 rpm
selama 30 menit ,kemudian diamati apakah terjadi pemisahan.
6. Patch Test (Iswari T,retno.2007)
Uji keamanan losion ini dilakukan terhadap 10 relevan yang dioleskan losion
placebo dan losion dengan variasi minyak mimba selama 15 menit kemudian
dilihat reaksinya,terjadi iritasi / alergi atau tidak.
![Page 13: Proposal Evaluasi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf999c550346d0339e4411/html5/thumbnails/13.jpg)