proposal evaluasi

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kulit merupakan organ terbesar yang letaknya paling luar dari tubuh dan merupakan pelindung. Kulit yang sehat dan halus merupakan dambaan setiap orang. Gigitan nyamuk dapat menimbulkan rasa gatal dan bercak merah pada kulit. Oleh karena itu kulit sebaiknya dilindungi dari gigitan nyamuk yang juga merupakan pembawa penyakit berbahaya seperti kaki gajah,malaria dan demam berdarah (Gandahusada, 1998). Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberantas keberadaan nyamuk, salah satunya dengan menggunakan insektisida, namun penggunaan insektisida kimia sintetik dapat menyebabkan resistensi serangga, dan dapat mencemari lingkungan dan meracuni manusia hingga serangga lain yang bukan sasaran. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan insektisida nabati. Insektisida ini berasal dari tumbuhan sehingga memilki tingkat keamanan yang lebih tinggi, yaitu karena sifatnya yang mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan bahaya residu yang berat dan lebih selektif , yaitu tidak merugikan mahluk hidup dan lingkungan yang bukan sasaran (Kardinan,2005).

Upload: ayu-lahwida

Post on 27-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Evaluasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kulit merupakan organ terbesar yang letaknya paling luar dari tubuh dan

merupakan pelindung. Kulit yang sehat dan halus merupakan dambaan setiap orang.

Gigitan nyamuk dapat menimbulkan rasa gatal dan bercak merah pada kulit. Oleh

karena itu kulit sebaiknya dilindungi dari gigitan nyamuk yang juga merupakan

pembawa penyakit berbahaya seperti kaki gajah,malaria dan demam berdarah

(Gandahusada, 1998).

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberantas keberadaan nyamuk,

salah satunya dengan menggunakan insektisida, namun penggunaan insektisida kimia

sintetik dapat menyebabkan resistensi serangga, dan dapat mencemari lingkungan dan

meracuni manusia hingga serangga lain yang bukan sasaran. Salah satu upaya untuk

mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan insektisida nabati. Insektisida

ini berasal dari tumbuhan sehingga memilki tingkat keamanan yang lebih tinggi, yaitu

karena sifatnya yang mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan bahaya residu

yang berat dan lebih selektif , yaitu tidak merugikan mahluk hidup dan lingkungan yang

bukan sasaran (Kardinan,2005).

Insect repellent atau repelan adalah bahan yang memiliki kemampuan untuk

melindungi manusia dari gigitan nyamuk bila dioleskan ke permukaan kulit. Produk

penolak nyamuk dalam bentuk losion ini sudah banyak beredar dipasaran. Losion

tersebut umumnya mengandung DEET (Dietyltoluamide) dengan konsentrasi 10 – 15 %

DEET diketahui mampu melindungi kulit dari gigitan nyamuk selama 8 jam ini, tetapi

DEET memiliki beberapa efek samping seperti menimbulkan masalah iritasi ringan

maupun berat terhadap kulit, dan bahan DEET juga bisa melunakkan bahan – bahan

yang terbuat dari plastik. Adanya beberapa efek samping dari bahan sintetik ini

Page 2: Proposal Evaluasi

membuat kita melirik kembali potensi bahan alami untuk melindungi kuit dari gigitan

nyamuk (Kardinan 2005).

Salah satu tanaman yang potensial adalah MIMBA (Azadirachta indica A.Juss)

yang dapat tumbuh dengan baik didaerah panas dan kering bahkan mampu tumbuh di

daerah yang curah hujannya dibawah 500 mm pertahun, Dan mimba merupakan bahan

alam yang dapat dikembangkan sebagai insektisida nabati. Selain sebagai insektisida

nabati, mimba juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik , obat tradisional, bahan

sabun, pasat gigi, obat kulit, bahan industri dan lainnya (Schmutterer,1995). Bahan aktif

biji mimba bermanfaat untuk mengusir serangga pengganggu,mencegah hama pemakan

tanaman, menghalau larva dan serangga dewasa, mencegah terjadinya pergantian kulit

larva, menurunkan produksi telor pada serangga betina dan mencegah serangga betina

meletakkan telor. Senyawa – senyawa yang diyakini sebagai bahan aktif insektisida

adalah nimbin, nimbidin, meliantriol, azadirachtin dan salanin yang merupakan senyawa

kimia dari kelompok terpen (Kardinan,2003).

Biji mimba mengandung 60% minyak atau lemak dari asam stearat , palmitat,

oleat, linoleat, laurat, butirat dan sejumalah kecil minyak atsiri.Kandungan senyawa lain

yang diketahui dari biji mimba adalah fenol, kuinon, alkaloid, triterpenoid dan flavonoid.

Residu dari biji mimba mudah terurai menjadi senyawa tidak beracun, sehingga ramah

dan aman bagi lingkungan (Wiryowidagdo, 2002).

Berdasarkan penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa 20 ml ekstrak biji mimba dapat

mematikan 20 larva nyamuk dalam waktu 12 jam (Aliero, 2003). Serta pada penelitian

lainnya dijelaskan bahwa ekstrak n-heksan daun mimba mempunyai efek larvasida larva

nyamuk Aedes aegypti instar III (Tulus CS, 1998). Kemudian dilakukan penelitian

mengenai formulasi losion dari ekstrak daun mimba, dari hasil pengujian terhadap

adaya efikasi ekstrak daun mimba sebagai losion pengusir nyamuk berbanding lurus

dengan besarnya konsentrasi ekstrak (Aini, 2005). Oleh karena itu, pada penelitian kali

ini dilakukan uji efektivitas losion repelan dari minyak mimba yang diperoleh secara

maserasi dengan n-heksana . Dipilihnya ekstrak n-heksana biji mimba karena

Page 3: Proposal Evaluasi

berdasarkan literatur kandungan senyawa utama pengahalau nyamuk (repelan) dalam

biji mimba lebih banyak daripada dalam daunnya.

Losion adalah sediaan farmasi berbentuk cair yang digunakan untuk pemakaian

topikal baik berbentuk emulsi maupun suspensi. Evaluasi sediaan Losion meliputi

organoleptis, tipe krim losion, pH, Viskositas, sentrifugasi dan distribusi ukuran partikel.

Kestabilan fisik sediaan losion merupakan hal yang penting oleh karena itu warna,

Konsistensi dan bau harus tetap terjaga mulai saat pembuatan sampai terpakai habis

oleh konsumen dengan perkataan lain stabilitasnya harus tetap dipertahankan (Ansel,

1989). Pemilihan sediaan losion karena merupakan sediaan yang berbentuk emulsi yang

mudah dicuci dengan air dan tidak lengket dibandingkan sediaan topical lainnya. Selain

itu bentuknya yang cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada kulit

(Balsam MS, 1970).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apaka minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) dapat diformulasikan menjadi

sediaan losion yang memenuhi persyaratan Farmaseutika?

2. Apakah losion minyak mimba (Azadirachta indica A.juss) memiliki evaluasi sebagai

repelan terhadap nyamuk ?

1.3 Hipotesis

1. Minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) dapat dibuat dalam bentuk sediaan

losion.

2. Losion minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) memiliki aktivitas repelan

terhadap nyamuk.

1.4 Tujuan Penelitian

Page 4: Proposal Evaluasi

1. Membuat losion minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss).

2. Menguji evaluasi repelan dari losion minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss)

terhadap nyamuk.

1.5 Manfaat penelitian

Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai minyak mimba yang

dapat dibuat menjadi sediaan losion repelan sekaligus untuk pemanfaatan bahan alam

sebagai alternatif utama dalam pengembangan formula obat maupun kosmetik.

BAB II

Page 5: Proposal Evaluasi

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tanaman Mimba (Azadirachta indica A.Juss)

2.1.1 Klasifikasi ( ) :

Divisi :

Sub Divisi :

Kelas :

Orde :

Sub Orde :

Famili :

Sub Famili :

Suku :

Marga :

Spesies :

2.1.2 Ciri Morfologi

Tanaman mimba memiliki tinggi 8 – 15 m dan termasuk pohon yang

berbunga banci. Batangnya impodial, dengan kulit mengandung gum dan terasa

pahit. Daunnya menyirip gasal berpasangan. Anak daun memiliki helaian

berbentuk memanjang dengan panjang 3 – 10 cm dan lebar 0,5 – 3,5 cm.

pangkalnya runcing asimetris, dibagian ujung runcing sampai mendekati runcing,

tepi daun bergerigi kasar, remasan berasa pahit, warnanya hijau muda. Bunga

memiliki susunan malai, terletak diketiak daun paling ujung, panjang 5 – 30 cm,

gundul atau berambut halus pada pangkal tangkai karangan, tangkai bunga 1- 2

Page 6: Proposal Evaluasi

mm. kelopak kekuningan bersilia panjang 5 – 7 mm. benang sarinya membentuk

tabung benang sari, sebelah luar gandul atau berambut pendek halus, sebelah

dalam berambut rapat. Putiknya memiliki panjang rata – rata 3 mm. buahnya

berbentuk bulat, berwarna hijau kekuningan dengan panjang 1,5 – 2 cm.

tanaman ini biasanya berbunga pada bulan maret – desember

(Schumutterer,1995,A.Ross,Ivan,2001).

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran

Mimba termasuk tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Besarnya curah

hujan yang dikehendaki berkisar antara 400 – 2000 mm/tahun yang terbagi rata

sepanjang tahun. Mimba dapat tumbuh dengan baik pada temperatur 21 – 320C,

Mimba dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tapi mimba dapat tumbuh lebih

subur ditanah yang gembur, banyak mengandung humus, dan pH antara 5,5 – 7,0.

Tekstur tanah yang paling baik untuk tanaman mimba adalah lempung berpasir

(Schmutterer,1995,Depkes RI,1995).

Daerah asal mimba tidak diketahui secara jelas. Ada yang menyebutkan

kemungkinan mimba berasal dari Myanmar (Burma) dan di sebagian India Selatan

seperti Karnataka. Sebagian lagi menyebutkan bahwa mimba berasal dari Asia

Tenggara dan Asia Selatan mulai dari Indonesia sampai Iran. Namun saat ini mimba

sudah tersebar luas didaerah tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika, Amerika,

Australia, dan Afrika Selatan (Kardinan, 2005).

Di Indonesia tanaman ini tumbuh didaerah Jawa barat, Jawa Timur, dan Madura

pada ketinggian sampai dengan 300 m diatas permukaan laut, tumbuh ditempat

kering berkala, sering ditemukan ditepi jalan atau dihutan terang. Secara umum,

pohon mimba banyak ditemukan di daerah – daerah panas didataran rendah. Pohon

mimba yang tumbuh didaerah yang banyak curah hujannya dengan suhu yang tidak

tergolong panas, seperti bogor , tidak akan berbiji (Depkes RI,1995).

2.1.4 Kegunaan

Page 7: Proposal Evaluasi

Mimba memiliki banyak manfaat, selain sebagai insektisida nabati mimba juga

dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional ,untuk barang kebutuhan rumah tangga

dan sebagai tanaman penghijauan . Mimba sebagai obat tradisisonal yakni berfungsi

untuk membersihkan gigi, mengobati penyakit kulit, dan juga digunakan sebagai

tonikum atau ada yang mengistilahkan sebagai “obat kuat” yang setara dengan ginseng

.Mimba sebagai kebutuhan rumah tangga antara lain dapat dimanfaatkan sebagai

bahan tusuk gigi, bahan kosmetik , krim perawatan kulit, pasta gigi, sabun cuci,

shampoo, dan daun mimba banyak dikonsumsi sebagai sayuran (Depkes RI,1995). Biji

mimba menghasilkan banyak margosa yang berkhasiat sebagai insektisida dan

antiseptic. (Dalimartha,2006).

2.1.5 Kandungan Kimia

Pada biji mimba kandungan bahan aktif insektisidanya lebih banyak dibanding

pada daun. Bii mimba mengandung beberapa komponen aktif pestisida antara lain

azadirachtin, salannin, azadiaradion, salannol, salanolacetate, 3 – deacetyl salannin ,

14 – epoxy – azadiradion, gedunin, nimbinen, dan deacetyl nimbinen.

Azadirachtin merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam biji mimba.

Senyawa ini tidak langsung mematikan serangga, tetapi melalui mekanisme meonolak

makan, mengganggu pertumbuhan dan reproduksi serangga. Salannin mempunya

daya kerja sebagai penghambat makan serangga.Nimbinen mempunyai daya kerja

sebagai anti virus. Meliantriol daya kerja penolak serangga.

1 ) Azadirachtin

Azadirachtin merupakan komponen yang termasuk senyawa triterpenoid

dengan kerangka struktur lomonoid mempunyai bobot molekul (BM) 720,73

dan titik leleh 154 – 1580C. Suatu senyawa aktif pertama yang diisolasi dari

mimba. Senyawa ini paling banyak terdapat di dalam biji mimba . Beberapa sifat

penting dari azadirachtin daya fitotoksitasnya kecil bahkan tidak ada pada dosis

efektif sehingga tidak mempunyai efek toksik terhadap manusia atau vetebrata

Page 8: Proposal Evaluasi

lainnya. Bahan aktif ini tidak langsung membunuh tetapi akhirnya dapat

mematika serangga melalui mekanisme menolak makan, mengganggu

pertumbuhan dan reproduksi. Senyawa ini secara struktural menyerupai

hormon ekdison pada serangga yang berfungsi mengontrol metamorphosis

pada serangga (National Research Council.1992,Sukrasno,2001).

2 ) Salannin

Senyawa yang termasuk kelompok triterpen ini juga mempunyai daya kerja

sebagai penghambat makan, tetapi tidak mempengaruhi proses pergantian kulit

pada serangga. Serangga tertentu yang sangat terpengaruh oleh senyawa ini

diantaranya belalang, lalat rumah, kumbang jepang (Sukrasno,2001).

3 ) Meliantriol

Senyawa ini dalam konsentrasi yang sangat rendah mampu menolak serangga

untuk makan sehingga serangga akan mati kelaparan (Sukrasno,2001).

4 ) Nimbin dan Nimbidin

Senyawa ini dilaporkan mempunyai daya kerja sebagai anti virus, sehingga

mempunyai potensi untuk pengendali virus yang menyerang tanaman dan

ternak. Nimbidin merupakan komponen utama yang pahit, terdapat didalam biji

mimba, yang di ekstrak dengan alkohol.

Nimbidin terdapat dalam biji kira – kira sebanyak 2% (Sukraso, 2001).

2.1 Minyak Lemak

Minyak Lemak (Olea Pinguia) adalah suatu cairan jernih atau massa padat yang

menjadi jernih diatas suhu leburnya,tidak berbau asing atau tengik,mudah larut dalam

kloroform p,eter p dan dalam eter minyak tanah P.(Depkes RI,1979).

Minyak merupakan lemak cair atau semisolid yang berasal dari mineral,tumbuhan atau

hewan. Minyak yang berasal dari tumbuhan dan mineral banyak dipakai untuk

Page 9: Proposal Evaluasi

pengobatan topikal. Minyak tumbuhan yang lazim dicampur dalam krim dan losion

adalah minyak – minyak biji kapas, jagung, kastor, zaitun dan kacang. Efek emolien

minyak – minyak ini serupa, perbedaannya terletak pada baunya, stabilitas

penyimpanannya dan kapasitas emulsifikasi. Penggunaan topikal minyak relativ tidak

menimbulkan efek samping. (Oen,1986).

3.1 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga

terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak

mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti

serat, karbohidrat, protein dan lain – lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai

simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain

– lain. Struktur kimia yang berbeda – beda akan mempengaruhi kelarutan serta

stabilitas senyawa – senyawa akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa –

senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat

keasaman. Dengan pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.(DepKes RI,2000)

Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini yaitu maserasi. Maserasi

(macerase = mengairi, melunakkan) merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana.

Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong

– potong atau berupa serbuk kasar ) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya

rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang

dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu lamanya

maserasi

Hal 24,25,26,27,28,29,30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Page 10: Proposal Evaluasi

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi farmasetika Akademi Farmasi

Saraswati Denpasar .Waktu penelitian berlangsung dari

3.2 Alat dan bahan

3.2.1 Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

Timbangan analitik.

Viskometer Brookfield (Haake Visco tester 6 R).

pH meter (Mettler Delta 320 pH meter).

Lumpang dan alu.

Alat – alat gelas laboratorium.

Penangas air.

Sentirifuge (Sorvall Fresco)

Rotary evaporator

Oven

Kulkas

3.2.2 Bahan Penelitian

Minyak biji mimba (Azadirachta indica A.Juss).

n-heksan.

Propoilenglikol.

asam stearat.

setil alkohol.

Dimetikon.

Trietanolamin.

isopropyl miristat

paraffin liquid.

butyl hidroksi toulen.

asam sitrat.

metil paraben.

propil paraben.

Page 11: Proposal Evaluasi

Aquadest.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Determinasi Tanaman Asal

Sebelum dilakukan penelitian , biji mimba terlebih dahulu diperiksa di LIPI

3.3.2 Pengumpulan dan Penyediaan bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji mimba ( ) yang

diperoleh dari

3.3.3 Pembuatan Minyak Mimba

Buah mimba segar dikumpulkan ,dicuci , disortasi kemudian dikeringkan

dengan cara diangin – anginkan, pengeringan biji dilakukan tidak langsung

dibawah sinar matahari, proses pengeringan dilakukan selama beberapa hari.

Selanjutnya biji yang telah kering dihaluskan sehingga menjadi bentuk serbuk.

Serbuk biji mimba sebanyak 500 gram direndam dalam pelarut n-heksan 2,5 liter

kemudian diaduk selama 3 jam selanjutnya dimaserasi selama 24 jam.

Selanjutnya disaring dengan kapas, filtrat disaring kembali dengan kertas saring.

Kemudian dilakukan evaporasi sampai pelarut tidak keluar keluar lagi.

3.3.6 Pembuatan Formulasi Losion

1. Fase minyak (Lanolin, asam stearat, setil alkohol, dimetikon, propilenglikol,

paraffin cair, isopropyl miristat dan BHT) dan minyak mimba dilebur dalam

cawan penguap diatas penangas air sampai cair (suhu dijaga 70 – 750C).

2. TEA didispersikan terlebih dahulu dengan sejumalah air lalu dihomogenkan

secara perlahan dan dipanaskan dalam cawan penguap diatas penangas air

sampai cair (suhu dijaga 70 – 75 %).

3. Metil paraben dan propil paraben masing – masing dilarutkan dalam air

panas ,lalu keduanya kemudian dicampur.

4. Fase air (TEA,sedikit demi sedikit dicampurkan ke dalam fase minyak dalam

mortir yang telah dipanaskan) sampai terbentuk massa losion yang

stabil ,dihomogenkan pencampuran terus dilakukan hingga suhu 40 – 450C.

3.3.7 Evaluasi sediaan losion

Page 12: Proposal Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah sediaan losion terbentuk setelah penyimpanan 0

minggu, 1 minggu, 2 minggu , 3 minggu, 4 minggu.

1. Penampilan losion

Penampilan losion meliputi warna,bau losion.

2. Homogenitas

Losion dioleskan diatas kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca objek lain,

lalu diamati kehomogenan losion tersebut.

3. pH (Martin A,1993)

Elektroda dicuci dan dibilas dengan air suling kemudian dilakukan kalibrasi pH

meter dengan dapar fosfat ekimolal dan kalium biftalat lalu ditentukan pH

losion.

4. Viskositas (Martin A,1993)

Penentuan Viskositas bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan

kekentalan pada tiap formula losion. Penentuan viskositas dilakukan

menggunakan viscometer Brookfield (Visco tester 6R).

5. Sentrifugasi (Ansel HC.1989)

Losion dimasukkan dalam tabung centrifuge,kemudian diputar pada 3000 rpm

selama 30 menit ,kemudian diamati apakah terjadi pemisahan.

6. Patch Test (Iswari T,retno.2007)

Uji keamanan losion ini dilakukan terhadap 10 relevan yang dioleskan losion

placebo dan losion dengan variasi minyak mimba selama 15 menit kemudian

dilihat reaksinya,terjadi iritasi / alergi atau tidak.

Page 13: Proposal Evaluasi