proposal evaluasi ppm
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
1/43
1
PROPOSAL EVALUASI
DAMPAK BIMBINGAN KELOMPOK HUMANISTERHADAP PENINGKATAN PARTISIPASIREMAJA PUTUS SEKOLAH MENGIKUTI
PENDIDIKAN NON FORMAL
KELOMPOK KETERAMPILAN TEKNIK ELEKTRONIKAKECATAMAN BAWANG KABUPATEN BANJARNEGARA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Individual Mata Kuliah Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Semester 2 dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd.
Oleh:
AGUS SAEFUDINNIM. 0102514057
PROGRAM PASCASARJANAPROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKANKONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGJUNI
2015
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
2/43
ii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esayang telah memberikan banyak kenikmatan, utamanya nikmat iman, sehat,sempat dan diberi kekuatan tetap setia mengabdi pada bidang pendidikanuntuk berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkat rahmatTuhan Yang Maha Kuasa pula Proposal Evaluasi yang merupakan tugasindividual Mata Kuliah Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan denganjudul DampakBimbingan Kelompok Humanis terhadap PeningkatanPartisipasi Remaja Putus Sekolah Mengikuti Pendidikan Non Formal
Kelompok Keterampilan Teknik Elektronika Kecamatan BawangKabupaten Banjarnegara dapat diselesaikan dengan baik.
Banyak bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak dalampenyusunan makalah ini, untuk itu disampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan danbanyak ilmu tentang Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan kepadapenulis;
2. Teman-teman mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan (KepengawasanSekolah) Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yangmerupakan mitra diskusi dan berbagi pengalaman yang luar biasa,
bersama kami mempunyai mimpi untuk pendidikan Indonesia yang lebihbaik lagi;
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yangmendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan imbalanpahala yang berlipat dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Penulis menyadari sebagaimana kata pepatah tak ada gading yangtak retak, makalah ini pun masih banyak terdapat kekurangan untuk itusaran demi perbaikan sangat dinantikan. Penulis berharap semoga
makalah ini membawa manfaat dan dapat menjadi media dalam berbagibagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Amin.
Semarang, 27 Juni 2015Penulis,
Agus Saefudin, S.Pd.NIM. 0102514057
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
3/43
iii
DAFTAR ISI
HalamanHalaman Judul ........................................................................Prakata ....................................................................................Daftar Isi ..................................................................................
A. JUDUL ................................................................................B. LATAR BELAKANG MASALAH ..........................................C. RUMUSAN MASALAH .......................................................D. TUJUAN EVALUASI ...........................................................E. MANFAAT EVALUASI ........................................................
1. Manfaat Teoritis ............................................................
2. Manfaat Praktis .............................................................F. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ................................
1. Kajian Teori ...................................................................a. Evaluasi Program ....................................................b. Pemberdayaan Masyarakat .....................................c. Pendidikan Non Formal ...........................................d. Kesejahteraan Masyarakat ......................................e. Bimbingan Kelompok Humanis ...............................
2. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..............................3. Hipotesis Penelitian .......................................................
G. METODE EVALUASI ..........................................................
1. Rancangan Evaluasi .....................................................a. Metode Evaluasi ......................................................b. Tempat dan Waktu Evaluasi ....................................c. Desain Evaluasi .......................................................
2. Subjek Evaluasi .............................................................3. Pengumpulan Data .......................................................4. Analisis Data .................................................................
a. Tabulasi Data ...........................................................b. Pengolahan/Analisis Data ........................................
5. Pengecekan Keabsahan Data .......................................6. Refleksi .........................................................................
H. PERSONALIA EVALUASI ..................................................I. JADWAL EVALUASI .................................................... ......J. BIAYA .................................................................................K. DAFTAR PUSTAKA ...........................................................L. LAMPIRAN
Curicullum Vitae
iiiiii
115566
78889
131619222424
242425252727272929303134353636
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
4/43
1
PROPOSAL EVALUASI
DAMPAK BIMBINGAN KELOMPOK HUMANISTERHADAP PENINGKATAN PARTISIPASI REMAJA PUTUS SEKOLAH
MENGIKUTI PENDIDIKAN NON FORMALKELOMPOK KETERAMPILAN TEKNIK ELEKTRONIKA
KECATAMAN BAWANG KABUPATEN BANJARNEGARA
Oleh:Agus Saefudin / NIM. 0102514057
Manajemen Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan Sekolah
A. JUDULDampak Bimbingan Kelompok Humanis terhadap Peningkatan
Partisipasi Remaja Putus Sekolah Mengikuti Pendidikan Non Formal
Kelompok Keterampilan Teknik Elektronika Kecataman Bawang
Kabupaten Banjarnegara
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan luar sekolah (non formal education)mendidik orang-
orang marginal atau terpinggirkan termasuk remaja putus sekolah yang
memerlukan pertolongan terutama untuk menghadapi kesulitan dan
hidupnya kini atau yang nyata mereka hadapi. Hal ini berati juga
menyangkut masa depan ramaja putus sekolah. Kualitas hidup
seseorang sangat erat hubungannya dengan kualitas dan raga
kesempatan pendidikan yang diterima orang tersebut. Ragam
kesempatan pendidikan yang dapat diterima seseorang bukan hanya
sekolah formal, termasuk juga pendidikan non formal bagi remaja putus
sekolah. Dengan demikian, apabila remaja putus sekolah meningkat
pendidikannya dengan ragam program yang terkait dengan kebutuhan
hidupnya, maka kebodohan akan berkurang dan kualitas hidupnya juga
akan meningkat. Keadaan ini akan sangat bermanfaat untuk melahirkan
generasi yang akan datang lebih baik dari generasi sebelumnya. Apabila
tingkat kebodohan berkurang maka tingkat pendapatan dan
esejahteraan akan meningkat karena dalam pendidikan non formal
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
5/43
2
terdapat program keterampilan hidup (life skill). Generasi muda perlu
bersekolah dan untuk yang kurang beruntung termasuk remaja putus
sekolah maka pendidikan non formal merupakan pilihan untuk masa kini
dan depan yang lebih baik.
Remaja putus sekolah adalah remaja yang tidak dapat
melanjutkan atau berhenti sekolah sebelum tamat pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi-kondisi
khusus yang dialami remaja, seperti: kurangnya perhatian sosial,
kurangnya fasilitas fisik, dan kurangnya kesempatan untuk berprestasi.
Manusia, termauk remaja putus sekolah selalu mendambakan kondisi
yang seimbang dalam hidupnya, yaitu adanya kesamaan antara
tuntutan diri dan lingkungan sekitarnya. Kenyataan yang terjadi tidak
semudah yang dibayangkan karena banyak remaja putus sekolah yang
menghadapi masa depan tidak jelas dan suram sehingga mereka
menjadi tidak berdaya dan dikucilkan dalam kehidupan sosialnya.
Remaja putus sekolah sebagai generasi muda harus mendapatkan
perhatian agar mereka terberdayakan dan mempunyai harapan untuk
kehidupan masa depan yang lebih baik. Remaja putus sekolahsesungguhnya lebih siap menerima pendidikan berkelanjutan untuk
meningkatkan nilai diri memasuki dunia kerja dan berperan aktif dalam
pengembangan masyarakat.
Menurut Suyono dalam Marzuki (2012: 222) salah satu wahana
pemberdayaan yang tepat untuk remaja putus sekolah adalah
pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang kurang mampu, kurangberdaya, dan miskin termasuk remaja putus sekolah yang merasa masa
depannya tidak jelas dan suram. Pemberdayaan merupakan proses
pembangunan manusia agar memiliki kapasitas penuh, memiliki pilihan-
pilihan yang lebih luas dan kesempatan yang besar untuk mencapai
kehidupan yang lebih bermartabat dan lebih makmur.
Lembaga pendidikan non formal sebagai bagian tidak terpisah
dari sistem pendidikan nasional seharusnya mendapatkan dukungan
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
6/43
3
dalam mengelola bantuan dari baik dari pemerintah maupun donatur
luar, melakukan assesmentterhadap kebutuhan lokal, dan merancang
serta mengimplementasikan program kecakapan hidup bagi
masyarakat, termasuk remaja putus sekolah maupun pengangguran.
Program pelatihan pada pendidikan non formal dimaksudkan untuk
memperbaiki kecakapan, keterampilan, dan kinerja individu agar dapat
memperbaiki kualitas hidupnya. Program keterampilan kerja
diperuntukkan bagi waga masyarakat termasuk remaja putus sekolah
yang belum bekerja atau yang sudah bekerja tetapi belum mapan dan
ingin memperbaiki atau yang keterampilannya tidak laku lagi karena
tidak mampu bersaing dengan yang lebih kuat.
Pendidikan non formal kelompok keterampilan Teknik Elektronika
Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu
pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam
rangka memberdayakan remaja putus sekolah dan pengangguran
dengan memberikan pelatihan keterampilan praktis yang dapat
digunakan sebagai bekal untuk bekerja maupun berwirausaha dalam
bidang teknik elektronika. Keterampilan teknik elektronika merupakansalah satu bidang keterampilan yang banyak dibutuhkan oleh dunia
kerja dan masyarakat karena perkembangan jaman dan teknologi
dewasa ini tidak lepas dari peralatan elektronika. Bidang keterampilan
teknik elektronika yang diajarkan, diantaranya: perbaikan televisi, audio
amplifier, DVD (digital video player), dan juga handphone.
Remaja putus sekolah seharusnya mengikuti pelatihan
keterampilan teknik elektronika ini dengan giat dan serius karenaberdasarkan isinya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas diri dan taraf hidupnya.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa partisipasi remaja putus
sekolah dalam mengikuti pendidikan non formal terlihat setengah hati
dilihat dari kehadiran mereka. Remaja putus sekolah peserta pelatihan
berasal dari keluarga dan lingkungan yang berbeda sehingga diperlukan
adaptasi dan interaksi terhadap lingkungan yang baru, maksudnya
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
7/43
4
adalah mereka harus berusaha untuk mengikuti peraturan dan tata tertib
yang berlaku. Banyak peserta pelatihan yang harus menghidupi diri dan
keluarganya dengan bekerja serabutan, membantu pekerjaan orang
tua, dan banyak alasan sosial lain yang menyebabkan mereka kesulitan
untuk intensif mengikuti pelatihan meskipun mereka sangat
membutuhkan.
Bimbingan kelompok humanis yang menekankan pada
pemberian bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok dengan
memerhatikan sisi-sisi manusiawi peserta pelatihan dalam hal ini remaja
putus sekolah dipandang sebagai salah satu pendekatan yang efektif
dalam meningkatkan perhatian, minat dan partisipasi aktif. Bimbingan
kelompok humanis merupakan sarana untuk menunjang perkembangan
optimal masing-masing peserta pelatihan, yang diharapkan dapat
mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.
Sejalan dengan pendapat ini, Priyatno (1982) mengemukakan
bahwa Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya,
semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebasmengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain
sebagainya. Apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri
peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.
Bimbingan kelompok humanis dalam implementasinya tidak hanya
terbatas saat pelaksanaan pelatihan saja, tetapi berlanjut hingga dalam
kehidupan nyata dimana kelompok-kelompok memuka jasa layanan
prbaikan pesawat elektronika di lingkungan desa masing-masingsementara intruktur memberikan pembimbingan dan pemberdayaan
untuk meningkatkan keterampilan, kepercayaan diri dan kemandirian.
Dari uraian di atas, kami memandang penting untuk
mengevaluasi dampak bimbingan kelompok humanis terhadap
peningkatan partisipasi remaja putus sekolah dalam mengikuti program
pelatihan keterampilan pada kelompok keterampilan teknik elektronika
di kecamatan Bawang kabupaten Banjarnegara.
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
8/43
5
C. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah sebagaimana uraian di atas maka
masalah dalam penelitian ini menitikberatkan pada evaluasi
pelaksanaan program, yaitu bagaimanakah efektivitas pelaksanaan
bimbingan kelompok humanis dalam meningkatkan partisipasi remaja
putus sekolah mengikuti pendidikan non formal kelompok keterampilan
teknik elektronika untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap posistif dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat
berdasarkan standar obyektif ditinjau dari tahapan-tahapan masukan
(input), proses (process), keluaran (otput), dan hasil (outcome).
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur bimbingan kelompok humanis mulai dari
rekruitmen peserta, pembagian kelompok, instruktur pendamping,
kurikulum, serta sarana dan prasarana pendukung pelatihan ?
2. Bagaimana implementasi bimbingan kelompok humanis pada
pendidikan non formal kelompok keterampilan teknik elektronika di
kecamatan Bawang kabupaten Banjarnegara ?3. Bagaimana dampak bimbingan kelompok humanis dalam
meningkatkan partisipasi remaja putus sekolah mengikuti pendidikan
non formal kelompok keterampilan teknik elektronika di kecamatan
Bawang kabupaten Banjarnegara ?
D. TUJUAN EVALUASI
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasiefektivitas pelaksanaan program yang pada prinsipnya menuju pada
perbaikan dan penyempurnaan program, daam hal ini mengetahui
efektivitas pelaksanaan bimbingan kelompok humanis dalam
meningkatkan partisipasi remaja putus sekolah mengikuti pendidikan
non formal kelompok keterampilan teknik elektronika untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap posistif dalam
menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. Sebagai penelitian
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
9/43
6
evaluatif juga ingin diketahui komponen-komponen yang mempengaruhi
efektivitas implementasi program di lapangaan berdasarkan standar
obyektif ditinjau dari tahapan-tahapan masukan (input), proses
(process), keluaran (otput), dan hasil (outcome). Tujuan penelitian
evaluatif yang ingi dicapai, meliputi:
1. Mengetahui efektivitas prosedur program bimbingan kelompok
humanis mulai dari rekruitmen peserta, pembagian kelompok,
instruktur pendamping, kurikulum, serta sarana dan prasarana
pendukung pelatihan.
2. Mengetahui implementasi bimbingan kelompok humanis pada
pendidikan non formal kelompok keterampilan teknik elektronika di
kecamatan Bawang kabupaten Banjarnegara.
3. Mengetahui dampak bimbingan kelompok humanis dalam
meningkatkan partisipasi remaja putus sekolah mengikuti pendidikan
non formal kelompok keterampilan teknik elektronika di kecamatan
Bawang kabupaten Banjarnegara.
E. MANFAAT EVALUASIHasil penelitian evaluatif ini diharapkan memberikan manfaat
bagi pendidikan non formal sebagai pendidikan uar sekolah baik secara
teoritis maun praktis, sebagai berikut:
1. Mafaat Teoritis
Diharapkan bermanfaat sebagai bahan diskusi dan pertimbangan
dalam pelaksanaan pendidikan non formal terutama untuk kelompok
keterampilan dengan implementasi bimbingan kelompok humanisuntuk meningkatkan partisipasi peserta pelatihan terutama dari
orang-orang kurang beruntung (marginal), baik remaja putus sekolah
maupun penganggran untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap positif sehingga lebih berdaya dalam
menghadapi masa depan yang lebih baik.
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
10/43
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Diperolehnya gambaran tentang salah satu alternatif
pemberdayaan masyarakat dalam hal ini remaja putus sekolah
melalui pendidikan non formal kelompok keterampilan teknik
elektronika sehingga dapat melahirkan kebijakan-kebijakan yang
lebih peduli terhadap orang terpinggirkan (marginal) dalam upaya
meningkatkan pengetahuan, taraf hidup dan kesejahteraannya.
b. Bagi Penyelenggara Pendidikan Non Formal
Diperolehnya gambaran tentang dampak bimbingan kelompok
humanis dalam meningkatkan partisipasi remaja putus sekolah
mengikuti pendidikan non formal kelompok keterampilan teknik
elektronika. Gambaran yang diperoleh ini dapat menjadi inspirasi
bagi implmentasi metode-metode lain yang lebih inovatif yang
bukan hanya meningkatkan partisipasi tetapi secara nyata dapat
memberdayakan peserta pelatihan menjadi lebih baik.
c. Bagi Remaja Putus Sekolah Peserta Pelatihan
Diperolehnya semangat dan motivasi yang lebih tinggi dalammengikuti pelatihan pada pendidikan non formal untuk
memberdayakan diri sehingga lebih semangat dalam menuntut
ilmu sepanjang hayat untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang lebih dewasa dalam menghadapi
tantangan kehidupan sehingga menjadi generasi muda yang
tangguh yang dapat menjawab tantangan jaman dan dapat
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan diri dan keluarganyauntuk masa depan yang lebih baik.
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
11/43
8
F. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
1. Kajian Teori
a. Evaluasi Program
Berbagai macam evaluasi yang dikenal dalam bidang
kajian ilmu. Salah satunya adalah evaluasi program yang banyak
digunakan dalam kajian kependidikan. Evaluasi program
mengalami perkembangan yang berarti sejak Ralph Tyler,
Scriven, John B. Owen, Lee Cronbach, Daniel Stufflebeam,
Marvin Alkin, Malcolm Provus, R. Brinkerhoff dan lainnya.
Banyaknya kajian evaluasi program yang membawa implikasi
semakin banyaknya model evaluasi yang berbeda cara dan
penyajiannya, namun jika ditelusuri semua model bermuara
kepada satu tujuan yang sama yaitu menyediakan informasi
dalam kerangka decision atau keputusan bagi pengambil
kebijakan.
Terdapat beberapa definisi tentang evaluasi yang
dikemukan oleh pakar, diantaranya: (Kufman and Thomas,
1980:4) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses yangdigunakan untuk menilai. Hal senada dikemukakan oleh (Djaali,
Mulyono dan Ramly, 2000:3) mendefinisikan evaluasi dapat
diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria
atau standar objektif yang dievaluasi. Selanjutnya (Sanders,
1994:3) sebagai ketua The Joint Committee on Standars for
Educational Evaluation mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan
investigasi yang sistimatis tentang kebenaran atau keberhasilansuatu tujuan.
Evaluasi program menurut Joint Commite yang dikutip
oleh (Brinkerhof, 1986: xv) adalah aktivitas investigasi yang
sistematis tentang sesuatu yang berharga dan bernilai dari suatu
obyek. Pendapat lain (Denzin and Lincoln, 2000:983)
mengatakan bahwa evaluasi program berorientasi sekitar
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
12/43
9
perhatian dari penentu kebijakan dari penyandang dana secara
karakteristik memasukkan pertanyaan penyebab tentang tingkat
terhadap mana program telah mencapai tujuan yang diinginkan.
Evaluasi program merupakan kegiatan mengumpulkan informasi
tentang suatu program atau beberapa aspek dari suatu program
guna membuat keputusan penting tentang program tersebut.
Keputusan-keputusan yang diambil dijadikan sebagai indikator-
indikator penilaian kinerja atau assessment performance pada
setiap tahapan evaluasi dalam tiga kategori yaitu rendah,
moderat dan tinggi (Issac and Michael, 1982:22).
Berangkat dari pengertian di atas maka evaluasi program
merupakan suatu proses. Secara eksplisit evaluasi mengacu
pada pencapaian tujuan sedangkan secara implisit evaluasi
harus membandingkan apa yang telah dicapai dari program
dengan apa yang seharusnya dicapai berdasarkan standar yang
telah ditetapkan. Dalam konteks pelaksanan program, kriteria
yang dimaksud adalah kriteria keberhasilan pelaksanaan dan hal
yang dinilai adalah hasil atau prosesnya itu sendiri dalam rangkapengambilan keputusan. Evaluasi dapat digunakan untuk
memeriksa tingkat keberhasilan program berkaitan dengan
lingkungan program dengan suatu judgement apakah program
diteruskan, ditunda, ditingkatkan, dikembangkan, diterima atau
ditolak.
b. Pemberdayaan MasyarakatPemberdayaan berasal dari bahasa Inggris empowermen
yang berarti pemberian kekuasaan karenapower bukan sekedar
daya, tetapi juga kekuasaan, sehingga kata daya tidak saja
bermakna mampu, tetapi juga mempunyai kuasa.
Konsep pemberdayaan (empowerment) telah mengubah
konsep pembangunan dan sekaligus strategi bagaimana
mengentaskan kemiskinan khususnya di perdesaan. Perubahan
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
13/43
10
ini sering disebut orang sebagai perubahan paradigma atau
serangkaian perubahan mulai dari tataran konsep, teori, nilai-
nilai, metodologi sampai ke tataran pelaksanaannya. Perubahan
ini telah memengaruhi isi Laporan Indeks Pembangunan
Manusia (Human Index Development) yang setiap tahun
dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
Organisasi ini menyatakan bahwa pembangunan seharusnya
dianyam oleh rakyat bukan sebaliknya menjadi penonton
pembangunan dan seharusnya pula pembangunan memperkuat
rakyat bukan justru membuat rakyat semakin lemah.
Pemberdayaan menjadi konsep kunci untuk menanggapi
kegagalan pelaksanaan pembangunan selama ini. Sejak
dicanangkan konsep pembangunan pada akhir masa perang
dunia kedua, ternyata pembangunan membuat orang semakin
miskin atau jumlah orang miskin semakin banyak, gagasan
modernisasi pun rontok karena tidak mampu meneteskan hasil-
hasil pembangunan kepada kelompok masyarakat termiskin,
juga semakin diakui bahwa pemerintah ternyata tidak mampumengentaskan kemiskinan dan bahkan pembangunan merusak
lingkungan hidup.
Bryant dan White (1987) menyatakan pemberdayaan
sebagai upaya menumbuhkan kekuasaan dan wewenang yang
lebih besar kepada masyarakat miskin. Empowerment bukan
sekedar memberikan kesempatan rakyat menggunakan sumber
daya dan biaya pembangunan saja, tetapi juga upaya untukmendorong mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur
yang ada. Konsep lain menyatakan bahwa pemberdayakan
mempunyai dua makna, yakni mengembangkan, memandirikan,
menswadayakan dan memperkuat posisi tawar menawar
masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan
di segala bidang dan sektor kehidupan. Makna lainnya adalah
melindungi, membela dan berpihak kepada yang lemah, untuk
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
14/43
11
mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan
terjadinya eksploitasi terhadap yang lemah (Prijono dan
Pranarka, 1996).
Pemberdayaan amat dekat dengan konsep kemiskinan.
Kemiskinan biasanya dikenali dari ketidakmampuan sebuah
keluarga memenuhi kebutuhan dasar dan berbagai kaitan yang
mencitrakan orang tersebut menjadi miskin. Beberapa konsep
kemiskinan adalah (1) garis kemiskinan yang dikaitkan dengan
kebutuhan konsumsi mininum sebuah keluarga atau sering
disebut sebagai kemiskinan primer yang indikasinya adalah 2 per
3 pendapatan habis buat makan, (2) kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut menjadi fenomena
negara-negara dunia ketiga yang ditandai oleh keluarga yang
hidup di bawah garis kemiskinan. Sedangkan kemiskinan relatif
adalah keluarga berada di atas garis kemiskinan tetapi rentan
terjerembab ke kubangan garis kemiskinan. (3) kemiskinan
massal atau kantong kemiskinan adalah kemiskinan yang
melanda satu negara atau wilayah dan hal ini membuatnyamenjadi kompleks dalam proses mengatasinya.
Konsep pemberdayaan masyarakat mengacu pada
bagaimana masyarakat setempat memiliki pengaruh yang besar
secara sosial maupun secara organisasi kemasyarakatan,
sehingga mampu meningkatkan lingkungan hidup mereka.
Lingkungan hidup di sini meliputi kombinasi antara penggunaan
sumberdaya dan social capital yang ada dengan aktivitas yangdilakukan masyarakat terhadap penggunaan sumberdaya
tersebut. Penggunaan sumberdaya ini seyogyanya bersifat
berkelanjutan, sehingga dapat dipergunakan untuk saat ini
maupun untuk masa yang akan datang. Pemberdayaan
masyarakat sangat dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat.
Partisipasi di sini meliputi keikutsertaan stakeholders kunci di
dalam proses perencanaan dan pembuatan keputusan.
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
15/43
12
Partisipasi ini dapat berupa partisipasi pasif (seperti pemberian
informasi atau konsultansi) sampai partisipasi aktif (seperti
bergabung dalam pengambilan keputusan serta bergabung
dalam manajemen pemberdayaan masyarakat).
Pitana (2006: 137) menyatakan bahwa untuk dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat maka sangat diperlukan
program-program pembangunan atau inovasi-inovasi yang
dikembangkan mengandung unsur-unsur:
1) Memberikan keuntungan secara relatif, terjangkau secara
ekonomi dan secara ekonomis dianggap biaya yang
dikeluarkan lebih kecil dari hasil yang diperoleh (relative
advantage);
2) Unsur-unsur dari inovasi dianggap tidak bertentangan dengan
nilai-nilai dan kepercayaan setempat (compatibilitay);
3) Gagasan dan praktek baru yang dikomunikasikan dapat
dengan mudah dipahami dan dipraktekkan (complexity and
practicability); dan
4) Unsur inovasi tersebut mudah diobservasi hasilnya lewatdemontrasi atau praktek peragaan (observability).
Dalam konsep pemberdayaan, ada tiga komponen yang
harus ada, yaitu:
1) Enabling setting, yaitu memperkuat situasi kondisi di tingkat
lokal menjadi baik, sehingga masyarakat lokal bisa
berkreativitas. Ibaratnya, membuat panggung yang baik,
sehingga masyarakat lokal bisa menari di atas panggung
tersebut.
2) Empowering local community. Setelah ada panggung yang
baik untuk menari, maka masyarakat setempat harus
ditingkatkan kemampuannya menari. Artinya, setelah local
setting tersebut disiapkan, masyarakat lokal harus
ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilannya, sehingga
mampu memanfaatkan setting dengan baik. Hal ini antara lain
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
16/43
13
dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, dan berbagai bentuk
pengembangan SDM lainnya.
3) Socio-political support. Kalau panggung sudah baik,
masyarakat lokal sudah bisa menari, maka diperlukan adanya
perangkat pendukung lain, seperti perlengkapan, penonton,
dan seterusnya, yang tidak lain berupa dukungan sosial,
dukungan politik, networking, dan sebagainya. Tanpa
dukungan sosial-politik yang memadai, masyarakat lokal tidak
akan bisa menari dengan baik di panggung, meskipun
masyarakat tersebut sesungguhnya pintar menari (Pitana,
2004).
Teori ini dipakai ketika membedah permasalahan pertama,
yaitu bagaimana aktivitas-aktivitas pemberdayaan masyarakat
dalam hal ini remaja putus sekolah melalui pendidikan non formal
kelompok vokasi teknik elektronika guna memberikan
keterampilan praktis yang dapat diterapkan untuk bekerja
maupun berwirausaha sehingga diharapkan dapat meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan. Kegiatan pemberdayaan melaluimelalui pendidikan keterampilan ini memberikan keuntungan
secara relatif terhadap remaja putus sekolah dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup sehingga
diharapkan ke depan mereka terberdayakan baik secara
ekonomi maupun soial.
Pada evaluasi ini akan dikaji apakah bimbingan kelompok
humanis dapat meningkatkan partisipasi remaja putus sekolahdalam mengikuti pendidikan non formal kelompok vokasi teknik
elektronika.
c. Pendidikan Non Formal
Jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam Pendidikan
Luar Sekolah sebagai suatu sub system pendidikan disamping
pendidikan informal juga pendidikan non formal yang akhir-akhir
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
17/43
14
ini berkembang pesat. Saleh Marzuki (2012: 137) menyatakan
bahwa pendidikan non formal (non formal education)merupakan
pendidikan dengan proses belajar terjadi secara terorganisasikan
di luar sitem persekolahan atau pendidikan formal, baik
dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari
suatu kegiatan yang lebih besar yang dimaksudkan untuk
melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula.
Asas-asas pendidikan non formal yang menjadi pedoman
bagi siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pendidikan ini,
meliputi:
1) Asas Inovasi
Asas ini merupakan asas penting dalam penyelenggaraan
pendidikan non formal, sebab setiap penyelenggaraan
pendidikan non formal harus merupakan kegiatan bagi si
terdidik dan merupakan hal yang diperlukan atau dibutuhkan.
Dalam inovasi ini, maka dapat dikemukakan norma nilai,
metode, teknik-teknik kerja, cara-cara berorganisasi, cara-
cara berpikir dan lain-lain yang merupakan kebutuhan bagianak didik.
2) Asas Penentuan dan Perumusan Tujuan Pendidikan Non
Formal
Berbicara tentang perumusan tujuan, berarti mempersoalkan
tuntutan minimal apa yang harus dipenuhi agar si terdidik
dapat melaksanakan hak dan kewajiban sebagai manusia
sehingga memiliki kehidupan yang layak. Penentuan danperumusan tujuan, tidak bisa dilepaskan dari: jenis dan
tingkatan pengetahuan, sikap serta jenis dan tingkat
keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang anggota
masyarakat.
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
18/43
15
3) Asas Perencanaan dan Pengembangan Program Pendidikan
Non Formal
Perencanaan harus bersifat komprehensif. Hal ini berarti
bahwa program atau kegiatan yang dikerjakan dapat
memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat karena
tujuan-tujuan tersebut telah mencerminkan dan mencakup
semua jenis kebutuhan individu, masyarakat dan nasional.
Perencanaan harus bersifat integral, yang berarti
perencanaan yang memuat jenis program pendidikan formal
dan non formal yang terkoordinasi dan termotivasi, sehingga
sehingga jenis program pendidikan masing-masing tidak
bertentangan satu sama lain. Perencanaan juga harus
memperhitungkan aspek-aspek kuantitatif dan kualitatif. Pada
umumnya sementara orang beranggapan bahwa dalam
penyelenggaraan pendidikan non formal cenderung untuk
memperoleh anak didik yang sebanyak-bayaknya. Anggapan
diatas tentunya lebih baik dan lebih dapat diterima bila
didalam lapangan pendidikan non formal pun harus mampumeningkatkan kualitas perlajar serta kualitas kerja seseorang.
Tugas pendidikan non formal adalah membantu kualitas
dan martabat sebagai individu dan warga Negara yang dengan
kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri harus dapat
mengendalikan perubahan dan kemajuan. Tugas ini tentunya
sejalan dengan tugas yang telah digariskan dalam Pendidikan
Nasional kita sehingga masing-masing tugas pendidikan akansaling menunjang satu sama lain.
Sifat-sifat pendidikan non formal, adalah:
1) Pendidikan non formal lebih fleksibel
2) Pendidikan non formal lebih efektif dan efisien untuk bidang-
bidang pelajaran tertentu.
3) Pendidikan non formal bersifat quick yielding artinya dalam
waktu yang singkat dapat digunakan untuk melatih tenaga
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
19/43
16
kerja yang dibutuhkan, terutama untuk memperoleh tenaga
yang memiliki kecakapan.
4) Pendidikan non formal sangat instrumental artinya pendidikan
yang bersangkutan bersifat luwes, mudah dan murah serta
dapat menghasilkan dalam waktu yang relatif singkat.
Bila diingat sifat-sifat pendidikan non formal diatas,
tampaknya sangat mudah pendidikan non formal tersebut
dilaksanakan dan dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan.
Akan tetapi tidak demikian prakteknya, karena dalam pelaksanaan
pendidikan non formal harus memenuhi syarat-syarat dalam
pelaksanaan sebagai berikut:
1) Pendidikan non formal harus jelas tujuannya.
2) Ditinjau dari segi masyarakat, program pendidikan non formal
harus menarik baik hal yang akan dicapai maupun cara-cara
melaksanakannya.
3) Adanya integrasi pendidikan non formal dengan program-
program pembangunan masyarakat.
d. Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan menurut Spicker diartikan sebagai well-
being atau kondisi sejahtera. Kesejahteraan bermula dari kata
sejahtera, berawalan kata ke- dan berakhiran kata -an. Sejahtera
berarti aman sentosa, makmur, dan selamat, artinya terlepas dari
segala macam gangguan dan kesukaran. Sosial adalah dari
bahasa inggris yaitu social yang berarti ramah tamah, senang
sekali bergaul, kemasyarakatan. Sosial dari bahasa latin; Socius
yang berarti kawan atau teman. Dr.J.A.Ponsien, dikutip
T.Sumarnonugroho (1987) istilah sosial mempunyai arti yang
berbeda: sosial diartikan sebagai suatu indikasi daripada
kehidupan bersama makhluk manusia, umpamanya dalam
kebersamaan rasa, berfikir, bertindak dan dalam hubungan antar
manusia. Secara umum, kesejahteraan sosial yaitu suatu
keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup,
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
20/43
17
khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan, dan perawatan kesehatan.
Kesejahteraan sosial menurut Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga
negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Kesejahteraan
dapat dilihat dari pemerataan pendapatan, pendidikan yang
mudah dijangkau, kualitas kesehatan yang semakin meningkat
dan merata.
Pemerataan pendapatan berhubungan dengan adanya
lapangan pekerjaan, peluang dan kondisi usaha, dan faktor
ekonomi lainnya. Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
diperlukan agar masyarakat mampu memutar roda
perekonomian yang pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah
pendapatan yang mereka terima.
Pendidikan yang mudah di sini dalam arti jarak dan nilai
yang harus dibayarkan oleh masyarakat. Pendidikan yang murahdan mudah diharapkan masyarakat dapat dengan mudah
mengakses pendidikan setinggi-tingginya, sehingga kualitas
sumberdaya manusia dapat meningkat. Kesejahteraan manusia
dapat dilihat dari kemampuan mereka untuk mengakses
pendidikan, serta mampu menggunakan pendidikan itu untuk
mendapatkan kebutuhan hidupnya.
Kesehatan merupakan faktor untuk mendapatkanpendapatan dan pendidikan. Kesehatan harus ditempatkan
sebagai hal yang utama dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat
yang sakit akan sulit untuk beraktivitas, sehingga sulit pula untuk
memperjuangkan kesejahteraan dirinya. Jumlah dan jenis
pelayanan kesehatan harus mampu menjangkau dan dijangkau
oleh masyarakat, terutama mereka yang tergolong miskin.
Masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan tidak
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
21/43
18
dibatasi oleh jarak dan waktu. Setiap saat mereka dapat
mengakses layanan kesehatan yang murah dan berkualitas.
Apabila masih banyak keluhan masyarakat tentang layanan
kesehatan, maka itu pertanda bahwa suatu Negara masih belum
mampu mencapai taraf kesejahteraan yang diinginkan oleh
rakyatnya.
Arthur Dunham dalam Dwi Heru Sukoco (1991)
mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan
yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang
seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan,penyesuaian
sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan, dan
hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial
memberi perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-
kelompok, komunitas-komunitas, dan kesatuan-kesatuan
penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan
atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.Pendapat lain tentang kesejahteraan sosial diungkapkan
pula oleh Friedlander dalam Dwi Heru Sukoco (1991):
Social welfare is the organized system of social servicesand institutions, designed to aid individuals and grous to attainsatisfying standards of life and health, and personal and socialrelationships which permit them to develop their full capacitiesand to promote their well-being in harmony with the needs of theirfamilies and the community.
Kalimat tersebut menyatakan bahwa kesejahteraan sosial
merupakan suatu sistem yang terorganisasi dari pelayanan-
pelayanan sosial dan lembaga-lembaga, yang bermaksud untuk
membantu individu-individu dan kelompok agar mencapai
standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta
hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka
mengembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
22/43
19
kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan
keluarga maupun masyarakat.
e. Bimbingan Kelompok Humanis
Bimbingan kelompok merupakan salah satu metode
bimbingan dalam konseling sedangkan bimbingan kelompok
humanistik merupakan pengembangan dari metode konseling ini
yaitu dengan menekankan nilai-nilai humanisme untuk
meningkatkan kompetensi profesional guru. Kajian bimbingan
kelompok humanistik dimulai dengan mengkaji bimbingan
kelompok dilanjutkan dengan teori humanistik yang akan menjadi
landasan penerapan.
Ridwan (2004) menyatakan bahwa bahwa bimbingan
kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada
individu ditujukan pada situasi kelompok di mana anggota yang
mengikuti suatu bantuan tersebut lebih dari dua orang dengan
tujuan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan
mengembangkan potensi siswa. Bimbingan kelompok adalahkegiatan kelompok diskusi yang menunjang perkembangan
pribadi dan perkembangan sosial masing-masing individu-
individu dalam kelompok, serta meningkatkan mutu kerja sama
dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para
partisipan.
Tohirin (2007: 170) menyebutkan bahwa bimbingan
kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepadaindividu melalui kegiatan kelompok. Dalam bimbingan kelompok
merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal
masing-masing peserta pelatihan, yang diharapkan dapat
mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya
sendiri. Sejalan dengan pendapat ini, Priyatno (1982)
mengemukakan bahwa Bimbingan kelompok adalah Suatu
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan
http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-kelompok/http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-kelompok/http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-kelompok/http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-kelompok/ -
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
23/43
20
memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta
dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas
mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-
lain sebagainya. Apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat
untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta
lainnya. Lebih lanjut Sedanayasa (2010) menyatakan bahwa
bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana
pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan
mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih
sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk
mencapai tujuan-tujuan bersama.
Dari pengertian yang disampaikan para ahli sebagaimana
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan
kelompok adalah cara memberikan bantuan kepada individu
melalui kegiatan kelompok untuk menunjang perkembangan
pribadi dan perkembangan sosial masing-masing individu-
individu dalam kelompok, serta meningkatkan mutu kerja sama
dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi parapartisipan.
Stevick (1991) menyatakan bahwa psikologi humanistik
adalah kritik terhadap behavioristik yang memandang manusia
sebagai mesin. Humanistik merubah paradigma tersebut menjadi
lebih manusiawi dan dihargai sebagai satu kesatuan yang utuh.
Aliran psikologi humanistik menekankan perhatian pada: (1)
perasaan termasuk di antaranya emosi pribadi dan apresiasiestetik, (2) hubungan sosial yang menganjurkan pada
persahabatan dan kerja sama serta tanggung jawab, (3)
intelektual yang berarti mempunyai pengetahuan, pemikiran dan
pemahaman, serta berjuang keras melawan apapun yang
mengganggu latihan pikiran, (4) aktualisasi diri, penyelidikan bagi
realisasi penuh dari kualitas diri seseorang yang paling dalam.
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
24/43
21
Teori belajar Carl Rogers (dalam Baharudin, 2007)
merupakan salah satu teori belajar humanistik yang menekankan
perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara
klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-
masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien
sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang
dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien
menemukan jawaban yang benar. Manusia mempunyai hasrat
alami untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin
tahu anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi
lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan
asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas yang
humanistik pembelajar diberi kesempatan dan kebebasan untuk
memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya
dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang
dunia di sekitarnya.
Belajar yang paling bermanfaat ialah bejar tentang proses
belajar. Menurut Rogers, di waktu-waktu yang lampau muridbelajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis.
Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang
dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup
dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan datang.
Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang
mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah dan akanterus berubah. Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh
pada semua orang yang mendorong orang untuk semakin
kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan secara keseluruhan
semakin menuju aktualisasi diri atau menjadi Pribadi yang
berfungsi utuh (fully functioning person).
Pendekatan pembelajaran humanistik memandang
manusia sebagai subyek yang bebas merdeka untuk
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
25/43
22
menentukan arah hidupnya. Manusia bertanggung jawab penuh
atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Pendekatan
yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran humanistik
adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif. Pendekatan
dialogis mengajak pembelajar untuk berpikir bersama secara
kritis dan kreatif. Pendidik tidak bertindak sebagai orang yang
menggurui tetapi sebagai fasilitator dan partner dialog.
Pendekatan reflektif mengajak pembelajar untuk berdialog
dengan dirinya sendiri, sedangkan pendekatan ekspresif
mengajak pembelajar untuk mengekspresikan diri dengan segala
potensinya yang merupakan realisasi dan aktualisasi diri.
Dengan demikian pendidik tidak mengambil alih tanggung jawab,
melainkan sekedar membantu dan mendampingi pembelajar
dalam proses pengembangan diri, penentuan sikap dan
pemilihan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya (Supriyadi,
2011).
Dari uraian di atas yang dimaksud dengan bimbingan
kelompok humanistik adalah cara memberikan bantuan kepadaindividu melalui kegiatan kelompok untuk menunjang
perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing
individu-individu dalam kelompok, serta meningkatkan mutu kerja
sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi
para partisipan dengan berlandaskan pada humanisme yang
memandang bahwa manusia manusia sebagai subyek yang
bebas merdeka yang mempunyai potensi untuk selaluberkembang berdasarkan kemampuan dirinya.
2. Penelitian Terdahulu yang Relevan
a. Mursalih (2008), hasil penelitian Skripsi pada Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, tentang
Pendidikan Non Formal sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
26/43
23
Anak Jalanan Oleh Yayasan Pesantren Islam Boarding School of
Cipete (YPIBSC) Al-Futuwwah, Cipete Utara, Jakarta Selatan
yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan non formal
oleh YPIBSC efektif dalam meningkatkan sumber daya manusia
anak jalanan melalui program pemberdayaan, meliputi: pelatihan
life skill, kursus bahasa dan komputer, kajian intensif rutin
mingguan dan bulanan, serta penyaluran kerja bagi anak yang
sudah lulus atau selesai mengikuti pendidikan non formal.
b. Ika Kusuma Permanasari (2011), karya tulis Tesis pada Progran
Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia tentang Pemberdayaan Masyarakat
melalui Desa Wisata dalam Usaha Peningkatan Kesejahteraan
(Desa candirejo, magelang, Jawa Tengah), yang menyimpulkan
bahwa upaya pengentasan kemiskinan dilakukan dengan
pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata yang diharapkan
dapat mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
c. Eriek Triputro (2011), karya tulis Jurusan Pendidikan Luarsekolah Fakultas ilmu Pendidikan Universitas Malang tentang
Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia melalui Program
Kelompok Usaha Bersama (KUBE), yang menyimpulkan bahwa
pemegang peran utama dalam pemberdayaan masyarakat
tidaklah berada sepenuhnya di tangan pemerintah, namun
partisipasi aktif masyarakat sebagai bagian dari sistem sosial
serta kepedulian individu untuk memulai diri menjadi peduliterhadap kondisi sesama di sekitar lingkungan merupakan upaya
minimal yang dapat dilakukan. Sehingga kebiasaan yang muncul
untuk menggantungkan diri pada penyelesaian yang berasal dari
kebijakan pemerintah dapat dikurangi. Maka dari itu upaya untuk
menyejahterakan sosial secara kelembagaan maupun individu
adalah bermatra pada kesadaran untuk berdaya merubah kondisi
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
27/43
24
yang ada. Utamanya adalah mengenai masalah kemiskinan yang
selalu meningkat di negara tercinta ini.
3. Hipotesis Penelitian
Bimbingan kelompok humanis mempunyai dampak posistif dalam
meningkatkan partisipasi remaja putus sekolah mengikuti program
pelatihan kelompok keterampilan teknik elektronika di Kecamatan
Bawang Kabupaten Banjarnegara.
G. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Evaluasi
a. Metode Evaluasi
Penelitian evaluatif yang akan dilaksanakan dengan
menggunakan pedekatan kualitatif dengan metode studi kasus
(case studies). Studi kasus bertujuan, untuk: (1) menghasilkan
deskripsi detai dari suatu fenomena, (2) mengembangkan
penjelasan-penjelasan yang daat diberikan dari studi kasus itu,
dan (3) mengevaluasi febnomena-fenomena. Lebih lanjutdinyatakan bahwa sebagai suatu bentuk penelitian, studi kasus
sering digunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil, seperti:
keluarga, klub sekolah, atau kelompok remaja. Studi kasus
merupakan bagian dari penelitian kualitatif (D. Gall dan P. Gall,
2003: 439).
Metode kualitatif dimaksudkan agar dapat diperoleh
pemahaman dan penafsiran yang relatif mendalam tentangmakna dari fenomena yang ada di lapangan. Menurut Bogdan
dan Taylor (dalam Moleong, 2000: 3) dinatakan bahwa penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau isan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
28/43
25
b. Tempat dan Waktu Evaluasi
Penelitian evaluaif ini dilaksanakan pada pendidikan non
formal kelompok keterampilan teknik elektronika Kecamatan
Bawang Kabupaten Banjarnegara yang beralamat di Jl. Raya
Mantrianom 75 Bawang, Banjarnegara.
Waktu evaluasi dilaksanakan mulai dari tanggal 15 Juni
14 November 2015.
c. Desain Evaluasi
Model evaluasi yang digunakan adalah Stakes
Countenance Evaluation Model, Center for Instructional
Research and Curriculum Evaluation University of Illinois. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa model ini berorientasi
pada pengambilan keputusan (decision oriented) dan teknik
pengambilan keputusan aktual pada setiap tahap evaluasi atau
aspek dengan cara melakukan pengkuran pada setiap fokus
evaluasi serta menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal
pokok, yaitu: deskripsi (description) dan pertimbangan
(judgements). Model Stake ini juga mengidentifikasi 3 (tiga) tahap
dari evaluasi program pendidikan dan faktor yang
mempengaruhinya yaitu:
1) Antecedents Phase
Sebelum program diimplementasikan: kondisi/kejadian apa
yang ada sebelum implementasi program? Apakah
kondisi/kejadian ini akan mempengaruhi program?
2) Transactions/Process Phase
Pelaksanaan program: Apakah yang sebenarnya terjadi
selama program dilaksanakan? Apakah program yang sedang
dilaksanakan itu sesuai dengan rencana program?
3) Output-Outcomes Phase
Mengetahui akibat emplementasi pada akhir program. Apakah
program itu dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan?
Apakah klien menunjukkan perilaku pada level yang tinggi
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
29/43
26
dibanding dengan pada saat mereka berada sebelum
program dilaksanakan? (Arikunto dan Jabar, 2008).
Model evaluasi yang diajukan dalam bentuk diagram yang
menggambarkan deskripsi dan tahapan sebagai berikut.
Rational Intens Observation Standard Judgement
Atecedents
Transaction
Outcomes
Description Matrix Judgement Matrix
Gambar 1. Evaluasi Model Stake
Tiga hal yang dituliskan di antara dua diagram
sebagaimana ditunjukkan gambar 1 menunjukkan obyek atau
sasaran evaluasi. Dalam mengevaluasi program dengan model
Stake ini, evaluator harus mampu mengidentifikasi tiga hal, yaitu:
(1) antecedentsyang diartikan sebagai konteks, (2) transaction
yang diartikan sebagai proses, dan (3) outcomesyang diartikan
sebagai hasil. Selanjutnya kedua matriks yang digambarkan
sebagai deskripsi (description) dan pertimbangan (judgement)
menunjukkan langkah-langkah yang terjadi selama proses
evaluasi. Matriks pertama, yaitu deskripsi berkaitan dengan dua
hal yang menunjukkan posisi sesuatu yang menjadi sasaran
evaluasi, yaitu apa maksud/tujuan yang diharapkan oleh programdan pengamatan/akibat apa yang sesungguhnya terjadi.
Selanjutnya evaluator mengikuti matriks kedua yang
menunjukkan langkah pertimbangan dengan mengacu pada
standar (Arikunto dan Jabar, 2008: 43).
Model Stake akan dapat memberikan gambaran
pelaksanaan program secara mendalam dan mendetail. Oleh
karena itu persepsi orang-orang yang terlibat dalam sistem
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
30/43
27
pendidikan non formal, seperti: perilaku instruktur pendamping,
peran pimpinan, peran masyarakat, perilaku peserta pelatihan
dan situasi pembelajaran dalam pelatihan kelompok
keterampilan teknik elektronika adalah kenyataan yang harus
diperhatikan.
2. Subjek Evaluasi
Remaja putus sekolah yang merupakan peserta pelatihan
pendidikan non formal kelompok keterampilan teknik elektronika
Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara.
3. Pengumpulan Data
Arikunto dan Jabar (2008: 89) dengan tegas menyatakan
bahwa evaluasi program adalah penelitian sehingga metode
pengumpulan data yang digunakan dalam evaluasi program sama
dengan metode pengumpulan data dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data yang diterapkan untuk memperoleh data yang
menunjang penelitian evaluatif ini, adalah: angket (kuesioner),wawancara, pengamatan (observasi) dan studi dokumen. Peneliti
menggunakan angket (kuesioner) untuk mengumpulkan data primer,
sedangkan wawancara, observasi dan studi dokumen dilakukan
untuk mengumpulkan data pendukung dan sekaligus melakukan
triangulasi data.
4. Analisis dataPenelitian evaluatif umumnya bertujuan untuk memberikan
rekomendasi kepada pihak penyelenggara program. Rekomendasi
tersebut tentu saja belandaskan pada data atau informasi yang
diperoleh dari lapangan, baik yang berasal dari tempat (place), orang
(person), ataupun dokumen (paper). Informasi dan data selanjutnya
diberikan perlakuan atau yang lebih dikenal dengan istilah
pengolahan data. Arikunto dan Jabar (2008: 128) menyatakan
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
31/43
28
bahwa mengolah data adalah suatu proses mengubah wujud data
yang diperoleh, biasanya masih termuat di dalam instrumen atau
catatan-catatan yang dibuat peneliti (evaluator) menjadi sebuah
sajian data yang dapat disimpulkan dan dimaknai.
Data yang diperoleh dalam penelitian evaluatif ini
sebagaimana instrumen penelitian yang digunakan berasal dari
empat sumber, yaitu: (a) angket (kuesioner) yang disebarkan pada
nara sumber (remaja putus sekolah peserta pelatihan, pengelola
pendidikan non formal, dan instruktur pendamping), (b) wawancara
terhadap ketiga nara sumber, (c) pengamatan (observasi) untuk
mengetahui data yang berhubungan dengan tempat (place) dan
perilaku baik remaja putus sekolah peserta pelatihan maupun
instruktur pendamping, serta (d) dokumen yang merupakan syarat
administrasi dari suatu program. Selanjutnya, Arikunto dan Jabar
(2008: 130) menyebutkan variasi sifat dari data mentah yang
diperoleh dari proses pengumpulan data, yaitu:
a. Data yang diperoleh dengan menggunakan angket (kuesioner)
maka data yang diperoleh berupa tanda centang (check list) padapilihan-pilihan, lingkaran-ingkaan pada angka atau huruf/kata
yang disediakan dalam nstrumen, atau kalimat-kalimat jawaban
terbuka yang sifatnya kualitatif.
b. Data yang diperoleh melalui wawancara berwujud data dengan
centangan, lingkaran, dan kalimat jawaban yang diberikan
responden yang dicatat oleh peneliti (evaluator) sebagai
pengumpul data.c. Data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) berwujud
data kalimat uraian hasil pengmatan yang dicatat oleh peneliti
(evaluator) sebagai pengumpul data diperkuat dengan data-data
visual berupa foto maupun video.
d. Data yang diperoleh melalui studi dokumen berupa angka-angka
atau simbol-simbol yang menunjuk peringkat kondisi obyek yang
ditelaah.
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
32/43
29
Data-data mentah di atas selanjutnya disajikan/diolah untuk
memudahkan pemaknaan/penafsiran terhadap data itu sendiri
sehingga proses analisisnya menjadi lebih reliabel dan valid.
Penyajian/pengolahan data mentah dilakukan melalui dua tahapan
(Arikunto dan Jabar, 2008: 129-130), yaitu:
a. Tabulasi Data
Tabulasi merupakan proses menyajikan data dalam bentuk tabel.
Tabulasi merupakan coding sheet yang memudahkan peneliti
(evaluator) dalam mengolah dan menganalisis data yang
diperoleh, baik secara manual maupun menggunakan komputer.
Tabulasi data berisikan variabel-variabel obyek yang akan diteliti
dan angka-angka sebagai simbolisasi (label) dari kategori
berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian
evaluatif ini, peneliti mentabulasi data yang diperoleh melalui
kuesioner, dimana kuesioner yang disebar tersebut menekankan
pada empat aspek, yaitu: konsteks, masukan, proses dan hasil
yang dijadikan acuan dalam mengevaluasi program bimbingan
kelompok humanis yang diterapkan pada remaja putus sekolahpeserta pelatihan pendidikan non formal kelompok teknik
elektronika. Dalam keempat aspek tersebut terdapat beberapa
komponen/variabel yang diteliti. Komponen/variabel dari masing-
masing aspek tersebut selanjutnya dirinci lagi menjadi beberapa
indikator dan untuk memudahkan pemaknaan/penafsiran data
diberi kategori dan kode/label dalam bentuk nominal maupun
ordinal terhadap indikator-indikator tersebut.b. Pengolahan/Analisis Data
Kegiatan menganalisis data merupakan kegiatan lanjutan setelah
data terkumpul dan ditabulasi. Dari pengolahan data didapatkan
keterangan/informasi yang bermakna atas sekumpulan angka,
simbol, atau tanda-tanda yang didapatkan dari lapangan.
Informasi tersebut akan menggambarkan kondisi yang ingin
dikeahui tentang program pendidikan non formal yang dievaluasi.
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
33/43
30
Berdasarkan informasi inilah peneliti (evaluator) akan
memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada para pemegang
kebijakan yang terkait maupun stakeholder (Arikunto dan Jabar,
2008: 143).
5. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2000), kriteria keabsahan data ada empat
macam, yaitu: (a) kepercayaan (creadibility), (b) keteralihan
(transferability), (c) kebergantungan (dependibility), dan (d)
kepastian (comfermability). Dalam penelitian evaluatif ini memakai
tiga macam kriteria keabsahan data, yaitu:
a. Kepercayaan (Credibiity)
Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan daya yang
berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa
teknik untuk mecapai kredibilitas, yaitu: teknik triangulasi,
sumber, pengecekan anggota, perpanjangan waktu kehadiran
peneliti di lapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan
kecakupan referensi.b. Kebergantungan (Dependibil i ty)
Kebergantungan data digunakan untuk menjaga kehati-hatian
akan terjadinya kemungkina kesalahan dalam mengumpulkan
dan menginterpretasikan data sehingga data dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering
dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti (evaluator)
kareean keterbatasan pengelaman, waktu dan pengetahuan.Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat
dipertanggungjawabkan melalui audit dependibility oleh auditor
independen, misal: pakar dari perguruan tinggi.
c. Kepastian (Comfermabi l i ty)
Kepastian data digunakan untuk menilai hasil penelitian yang
dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
34/43
31
interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada
pada pelacakan audit.
6. Refleksi
Berangkat dari kenyataan bahwa tidak seluruh remaja usia
sekolah dan pemuda di wilayah kecamatan Bawang kabupaten
Banjarnegara menyelesaikan pendidikan menengah disebabkan
banyak faktor baik sosial maupun ekonomi. Faktor ekonomi
merupakan faktor dominan yang menyebabkan remaja siswa
sekolah harus putus sekolah dan terpaksa bekerja mencari nafkah
membantu orang tua. Pekerjaan tanpa keterampilan khusus
memberikan konsekuensi upah minimum yang tidak mampu
mengangkat taraf hidup dan kesejahteraan sehingga lingkaran
kemiskinan menjadi tidak terputuskan. Pemberdayaan masyarakat
merupakan keniscayaan untuk memutus rantai kemiskinan karena
sesungguhnya mental miskin yang telah tertanam dan terbentuk
pada remaja putus sekolah. Pendidikan pemberdayaan masyarakat
melalui jalur pendidikan non formal dengan kelompok keterampilanmerupakan salah satu wahana yang secara teoritis dan praktis
dipandang efektif.
Pendidikan non formal yang diselenggarakan pada
kenyataannya sepi peminat. Banyak alasan mengapa remaja putus
sekolah enggan berpartisipasi aktif, diantarnya: pendidikan non
formal hanya menghabiskan waktu yang bagi mereka merupakan
uang, melelahkan karena harus kembali belajar dan berpikir, danmenganggap pendidikan non formal tidak bermanfaat karena tidak
menghasilkan uang. Dengan demikian, tantangan utama dalam
penerapan program pendidikan pemberdayaan masyarakat
termasuk bimbingan kelompok humanis adalah pola pikir (mind set)
masyakat yang menganggap kondisi yang ada termasuk kemiskinan
sebagai takdir yang harus diterima dan dijalani (nrima ing pandum).
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
35/43
32
Menghadapi tantangan dan kondisi seperti ini pengelola
pendidikan non formal harus kreatif dan inovatif dalam
menyelenggarakan pembelajaran dan pelatihan sebagai salah satu
ikhtiar untuk memberdayakan masyarakat. Salah satu pendekatan
yang efektif diterapkan adalah program bimbingan kelompok
humanis. Bimbingan kelompok humanis sebagai pendekatan
pelatihan yang memperhatikan kerja sama (collborative) dengan
menyentuh sisi-sisi manusiawi peserta pelatihan yang berasal dari
remaja putus sekolah yang merupakan salah satu masyarakat yang
kurang berdaya diharapkan dapat meningkatkan partisipasi aktif
peserta pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan untuk menghadapi masa depan yang lebih baik.
Pendidikan non formal kelompok keterampilan teknik elektronika
yang menerapkan pendekatan ini dalam program pendidikan
pemberdayaan masyarakat membutuhkan ketelatenan, kesabaran,
dan keikhlasan instruktur pendamping untuk senantiasa memotivasi
dan membangkitkan semangat peserta pelatihan yang lebih sering
turun naik disebabkan kondisi lingkungan masyarakat yangmempengaruhi mental dan pandangan hidup peserta pelatihan yang
memandang kekurangberdayaan mereka sebagai takdir yang harus
diterima.
Kelemahan yang muncul dalam pelaksanaan program
bimbingan kelompok humanis adalah bagaimana mengatasi
permasalahan pola pikir (mind set) dan membangun budaya belajar
dan bekerja cerdas untuk membangun masa depan yang lebih baik.Di samping itu, untuk efektivitas pelatihan keterampilan termasuk
teknik elektronika diperlukan sarana dan prasarana yang tidak
murah, misal peralatan baku untuk pekerjaan service peralatan
elektronika membutuhkan perangkat kerja tangan (tool set) dan alat
ukur AVOmeter standar. Kelemahan lain pelaksanaan program
bimbingan kelompok humanis ini adalah membangun kelompok
yang solid yang dapat saling bekerja sama dan saling membantu
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
36/43
33
serta saling mengingatkan dan menguatkan terhadap komitmen
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja profesional.
Dengan memperhatikan bahwa pendidikan pemberdayaan
masyarakat adalah keniscayaan dan salah satu jalannya adalah
pendidikan non formal maka perlu optimalisasi bimbingan kelompok
humanis untuk mewujudkan generasi muda yang meningkat
kualitasnya dari waktu ke waktu dalam hal pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Renacana tindak lanjut yang dapat
dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan dan tantangan yang
dihadapi, adalah:
a. Penerapan learning by doing. Strategi pembelajaran dan
pelatihan dengan belajar melalui kerja, maksudnya adalah
kelompok bimbingan melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
pelatihan dengan langsung praktik memahami dan menganalisis
prinsip kerja peralatan elektronika, serta melakukan pengukuran,
memperbaiki dan menguji langsung pada peralatan elektronika
yang dipelajari. Dengan strategi pembelajaran seperti ini makapembelajaran lebih menarik dan bermakna sehingga peserta
pelatihan diharapkan akan lebih antusias dalam belajar.
b. Kelompok bimbingan adalah kelompok kerja bersama yang di
samping belajar bersama juga mencari uang bersama,
maksudnya adalah kelompok bimbingan diupayakan berasal dari
satu desa atau wilayah yang berdekatan. Kelompok bimbingan
ini diupayakan memiliki base camp di satu tempat tertentu yangjuga dijadikan sebagai bengkel yang melayani jasa pembuatan
maupun perbaikan peralatan elektronika. Dengan cara seperti ini
diharapkan remaja putus sekolah peserta pelatihan di samping
belajar dan berlatih mengasah pengetahuan, keterampilan dan
sikap juga langsung praktik usaha mandiri (wiraswasta)
berkelompok menghasilkan usang.
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
37/43
34
c. Pengadaan sarana dan prasarana praktik talangan kepada
peserta pelatihan, maksudnya seluruh remaja peserta pelatihan
diberikan peralatan standar untuk melaksanakan praktik dan
membuka usaha service peralatan elektronika, jika
penyelenggara melmiliki dana maka peralatan diberikan gratis
namun jika terkendala dana maka peralatan praktik adalah
investasi yang nantinya secara mencicil dikembalikan oleh
peserta pelatihan.
d. Penyelenggaraan even-even sosial dengan menampilkan kinerja
peserta pelatihan yang telah mahir melalui pameran keterampilan
atau service gratis sekaligus untuk sosialisasi kepada
masyarakat.
e. Membangun jaringan kerja sama dengan stakeholder dan dunia
usaha/industri baik lokal maupun nasional. Hal ini bertujuan untuk
memasarkan tamatan peserta pelatihan yang telah memiliki
kompetensi profesional baik pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap kerja dalam bidang yang telah dipelajari sehingga
mereka dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga terampil.f. Membangun semangat kewirausahaan peserta pelatihan,
maksudnya adalah agar ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat secara nyata dengan membuka usaha jasa
service peralatan elektronika sehingga memiliki dampak
pengembangan berkelanjutan yang diharapkan dapat
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.
H. PERSONALIA EVALUASI
Nama Evaluator : AGUS SAEFUDIN, S.Pd.
Bidang Keahlian : Pembelajaran dan Pendidikan Teknik
Elektronika serta Manajemen Pendidikan
dengan konsentrasi Kepengawasan Sekolah
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
38/43
35
I. JADWAL EVALUASI
NO. KEGIATAN
BULAN (2015)
JUNI(pekan)
JULI(pekan)
AGUSTUS(pekan)
SEPTEMBER(pekan)
OKTOBER(pekan)
NOV.(pekan)
3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2
1. Studi Literatur
2. Penyusunan Proposal
3. Penyusunan Instrumen
4. Seminar Proposal
5. Observasi Data
6. Pengumpulan Data
7. Analisis Data
8. Pengecekan Keabsahan Data
9. Penyusunan Laporan
10. Seminar Hasil Evaluasi
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
39/43
36
J. BIAYA
No Uraian Jumlah
1 Studi Literatur Rp. 250.000,-2 Alat Tulis Kantor Rp. 250.000,-
3 Penyusunan Proposal Rp. 100.000,-
4 Penggandaan Proposal Rp. 500.000,-
5 Seminar Proposal Rp. 500.000,-
6 Observasi Data Rp. 500.000,-
7 Pengumpulan Data Rp. 500.000,-
8 Analisa Data Rp. 150.000,-
9 Transportasi Proses Penelitian Rp. 500.000,-
10 Penyusunan Hasil Penelitian Rp. 100.000,-
11 Penggandaan Hasil Penelitian Rp. 500.000,-
12 Seminar Hasil Penelitian Rp. 500.000,-
Honor Konsultan Rp 2.000.000,-
Honor Peneliti Rp 1.000.000,-
TOTAL Rp. 7.350.000,-
K. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Abdul. 2008. Evaluasi ProgramPendidikan: Pedoman teoritis Praktis bagi Mahasiswa danPraktisi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Brinkerhoff, Robert O. 1986. Program EValuation: A Practitioners Guidefor Trainers and Educationer, fourth edition. Boston: KeluwerNijboff, Publishing.
Bryant dan White. 1987. Manajemen Pembangunan Untuk NegaraBerkembang. Cetakan Pertama. Alih Bahasa Rusyanto L.Simatupang. Jakarta: LP3ES.
Baharudin dan Wahyuni, Esa Nur. 2007. Teori Belajar danPembelajaran.Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Denzin, Norman K. Yvonna S. Lincoln. 2000. Handbook of QualitativeResearch, 2nd edition. London: Sage Publication, Inc,International Educational and Professional Publisher.
Djaali, Puji., Mulyono, dan Ramly. 2000. Pengukuran dalam BidangPendidikan. Jakarta: PPs UNJ.
Heru Sukoco,Dwi. 1991. Profesi Pekerjaan sosisal dan ProsesPertolongnnya. Bandung: Koperasi mahasiswa STKSBandung
Issac, Stephen and William B Michael. 1982. Handbook in Research andEvaluation. 2nd edition, San Diego: California, Edits Publisher.
Kufman, Roger and Susan, Thomas. 1980. Evaluation without Fear.London.
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
40/43
37
Marzuki, Saleh. 2012. Pendidikan Non Formal: Dimensi dalamKeaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.
Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka. 1996. Pemberdayaan(Empowerment): Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta:CSIS.
Pitana, I Gede. 2006. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : C.V AndiOffset.
Priyato. 1982. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Depdikbud.Ridwan. 2004. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Sanders, James R. 1994. The Program Evaluation Standards. 2nd
edition, California: Sage Publication Inc.
Sedanayasa, Gede. Dkk. 2010. Dasar-dasar Bimbingan Konseling.Singaraja: Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas IlmuPendidikan Undiksha.
Stevick. 1991. Humanism in Language Teaching. New York: OxfordUniversity Press.
Supriyadi, Ende. 2011. Pendidikan dengan Pendekatan Humanistik.Makalah. Cianjur: tanpa penerbit.
T. Sumarnonugroho. 1987. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial.Yogyakarta: PT. Hanindita.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah.Jakarta: Rajawali Press.
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
41/43
LAMPIRAN
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
42/43
CURRICULUM VITAE
A. IDENTITAS DIRI
1. N a m a Lengkap : AGUS SAEFUDIN, S.Pd.
2. NIP : 19751018 200903 1 002
3. Pangkat/ Golongan : Penata / III C
4. Pendidikan
Terakhir
: Pend. Teknik Elektronika (S-1)
Manajemen Pendidikan
Konsentrasi Kepengawasan
Sekolah (S-2 dalam proses)
5. Bidang Keahlian : Pendidikan dan Pembelajaran
Teknik Elektronika
Kepengawasan Sekolah
6. Unit Kerja : SMK Negeri 2 Bawang Kab. Banjarnegara
7. Alamat Kantor : Jln. Raya Mantrianom 75 Bawang Banjarnegara
4. No. Telpon / Fax : 0286 597070
5. HP / email : 081575273625 / [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
TahunJenjang
PendidikanNama Institusi Jurusan
1982 s/d 1988 SD SD Negeri Pekiringan 1 ---
1988 s/d 1991 SMP SMP Negeri 1 Adiwerna ---
1991 s/d 1994 STM STM Negeri Tegal Elektronika
1994 s/d 2001 S-1 Universitas Negeri Yogyakarta Pend. Teknik
Elektronika
C. Pengalaman Kerja
Tahun Nama Instansi Jabatan
2001 s/d 2009 SMK Maarif NU 1 Sumpiuh Guru + Waka. Kurikulum
2009 s/d
sekarang
SMK Negeri 2 Bawang Guru + Wakasek 1. Kurikulum
dan Ketenagaan
-
7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM
43/43
D. Pelatihan dan Kursus
E. Karya Tulis Ilmiah
1. Integrasi Ilmu Pengetahuan Teknologi dengan Iman dan Takwa (iptek-imtak)dalam Pembelajaran Teknik Audio untuk Menanamkan Khalifatullah danAbdullah pada siswa SMK Maarif NU 1 Sumpiuh. 2007. Karya Tulis Ilmiahpada LKTI Integrasi Iptek-Imtak Kementerian Pendidikan nasional.
2. P-BUAL (Proyek Buat dan Jual): Upaya Nyata Menciptakan WirausahawanMuda dari SMK Negeri 2 Bawang Kabupaten Banjarnegara. 2014. Best PacticeGuru dalam Pembelajaran di Sekolah. Karya Tulis untuk Lomba Best PracticeGuru yang diselenggarakan DitP2TK Dikmen Kemdikbud.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa data yang saya
isikan di atas adalah benar.
Bawang, 27 Juni 2015
AGUS SAEFUDIN, S.Pd.
NIP. 19751018 200903 1 002
1. Pelatihan Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan.
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal 23 27 November
2005;
2. Training Kompetensi dan Sertifikasi bagi Guru SMK Mata Diklat Produktif Teknik
Audio Video. Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi Jawa Tengah, tanggal 24 27
Maret 2006;
3. Pelatihan Kompetensi dan Uji Sertifikasi Program Keahlian Teknik Elektronika. Balai
Pengembangan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah,
tanggal 1924 April 2010;
4. Pendidikan dan Pelatihan Rangkaian Elektronika P-Spice. Pusat Pengembangan
dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Bidang Mesin dan
Teknik Industri Cimahi, tanggal 04 Oktober02 Nopember 2010;
5. Pelatihan dan Uji Kompetensi Teknik Elektronika. Balai Pengembangan Pendidikan
Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, tanggal 0712 Maret 2011;
6. Pelatihan ICT untuk Guru. Ikatan Guru Indonesia Jawa Tengah, tanggal 27 Maret
2011;
7. Bimbingan Teknis Model-model Pembelajaran SMK. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah. Direktorat Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah. Jakarta, tanggal 24 27 Oktoober
2013.