proposal ema
TRANSCRIPT
UPAYA PENINGKATAN IMTAQ MELALUI KARTU PEMANTAUAN
IBADAH SISWA (KAPEIBWA) PADA SISWA KELAS V SDN 01
JOSENAN KOTA MADIUN TAHUN AJARAN 2012/2013
PROPOSAL
Disusun oleh :
EMA SMEDYAH PUTRI
09141063
PGSD/ 7B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2012
KATA PENGANTAR
يم رح رحمن ال سم اهلل ال ب
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan
judul “Peningkatan IMTAQ Melalui kartu Pemantauan Ibadah Siswa
(KAPEIBWA) pada Siswa Kelas V Sdn 01 Josenan Kota Madiun Tahun
Ajaran 2012/2013. ”
Proposal ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar serta pembaca pada umumnya
untuk menanamkan sikap tertib dalam menjalankan ibadah sholat lima waktu
dan membaca Al-Qur‟an pada peserta didik.
Proposal ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang dalam dan tulus
kepada semua pihak yang telah membantu khususnya kepada :
1. Bapak Drs. Edy Siswanto, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Penelitian
Tindakan Kelas IKIP PGRI Madiun.
2. Bapak Suprijadi, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 01 Josenan Kecamatan
Taman Kabupaten Madiun.
3. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dan memberikan
dorongan dalam penyusunan proposal ini.
Proposal ini tentu masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
proposal ini.
Akhirnya semoga Allah SWT memberikan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya serta memberikan maaf atas segala kesalahan penulis dan
semoga proposal ini ada guna dan manfaatnya bagi penulis khususnya dan
pembaca umumnya. Amiin
Madiun, Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keimanan merupakan salah satu aspek ajaran Islam yang
memegang peranan penting. Karena disamping mendasari seluruh ajaran
Islam lainnya, keimanan juga menjadi sumber bagi timbulnya akhlak mulia.
Iman yang mantap selanjutnya meghasilkan ketaqwaan sehingga timbullah
istilah imtq. Dan imtaq inilah yag selanjutnya mendasari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek).Keimanan dapat diibaratkan dengan
sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu
yang berada diatasnya, kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada
kuat tidaknya pondasi tersebut.. Meskipun demikian, keimanan saja tidak
cukup. Keimanan harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang
sesuai dengan ajaran agama yang kita anut.
Dalam pokok ajaran Islam ada tiga macam yaitu Iman, Islam dan
Ihsan. Iman yang benar berarti mengikrarkan dengan lisan, membenarkan
dengan hati, dan beramal dengan anggota badan. Ibadah yang benar adalah
buah dari keimanan yang benar. Ibadah merupakan kewajiban utama
manusia terhadap Allah SWT. Salah satunya adalah ibadah shalat. Shalat
adalah suatu peribadatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam. Begitu pentingnya perintah shalat untuk umat Islam, hingga
Allah memerintahkan kepada Rasullallah pada saat beliau Mi‟raj ke Sidrotul
Muntaha. Disana baginda Rasullullah SAW mendapat perintah langsung
untuk mengerjakan shalat. Shalat merupakan tiang agama, shalat juga
adalah amalan pertama yang akan dihisab setelah kita meninggalkan.
Sedangkan membaca Al-Qur‟an merupakan ibadah yang paling utama dan
dicintai Allah. Hukum membaca Al-Qur‟an adalah wajib ‘ain. Maknanya,
setiap individu yang mengaku dirinya muslim harus mampu baca Al-Qur‟an
dengan baik dan benar. Kalau tidak, maka ia berdosa.
Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi karena kurangnya
rasa keimanan dan ketaqwaan seseorang. Dalam Al-Qur‟an dan hadits Nabi
SAW dinyatakan bahwa agama (tauhid/keimanan kepada Allah SWT)
merupakan suatu fitrah atau potensi dasar manusia (anak). Sedangkan tugas
pendidik adalah mengembangkan dan membantu tumbuh kembangnya fitrah
tersebut pada manusia (anak). Peran sekolah baiknya menanamkan kebiasaan
berdisiplin dalam beribadah contohnya sholat wajib lima waktu di manapun
siswa berada dan membaca al-qur‟an. Program ini sebagai cara mengajarkan
kedisiplinan beribadah siswa. Banyak manfaat yang diperoleh seperti
menjauhkan diri dari perilaku yang keji dan munkar dan juga mendekatkan
diri pada sang pencipta.
Kondisi perilaku siswa saat ini memang masih jauh dari yang
diharapkan. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga yang
mnyelenggarakan proses pendidikan perlu menerapkan strategi langkah
konkret untuk meningkatkan iman dan taqwa di kalangan pelajar
berdasarkan pertimbangan efektifitas, efisiensi dan kebijakan lainnya.
Sebagaimana pepatah mengatakan: “Tegak rumah karena budi, runtuh sendi
rumah binasa. Tegak bangsa karena budi, rusak budi, rusak budi bangsa
binasa.” Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang
biasa, oleh masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama
sekali arti yang sebenarnya dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini
dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang hal itu dan
mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna
yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan
begitu saja.
Sebagai seorang yang memiliki tugas mencerdaskan anak bangsa,
dalan hal IPTEK maupun IMTAQ. Guru berusaha mendidik dan
membiasakan pada siswa untuk shalat lima waktu dan membaca Al-Qur‟an
secara rutin melalui Kartu Pemantauan Ibadah Siswa. Sebenarnya
pembiasaan bukanlah suatu hal yang baru dalam dunia pendidikan.
Rasulullah dan juga para ulama‟ terdahulu juga menggunakan pembiasaan
sebagai salah satu teknik untuk mendidik. Untuk itu pembiasaan perlu
diterapkan dalam pendidikan modern.
Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa alasan mengapa peneliti
melakukan penelitian di SDN 01 Josenan, bahwa berdasarkan observasi dan
informasi, sebuah fakta bahwa siswa kelas 5 di SDN 01 Josenan banyak
yang kurang antusias dalam menjalankan sholat di sekolah dan juga siswa
kesulitan dalam membaca Al-qur‟an. Hal ini disebabkan karena kurangnya
kesadaran dari diri siswa sendiri ataupun dari pihak keluarga tentang
pentingnya beribadah khususnya shalat dan membaca al-qur‟an. Diliat dari
musholanya sendiri, letak dari mushola itu terlalu jauh kurang lebih ada 1/2
km dalam menjangkau mushola dan mushola bukan milik sekolah sendiri
tetapi milik warga masyarakat setempat. Diharapkan dengan adanya
program kartu Pemantauan Ibadah Siswa / KAPEIBWA, siswa SDN 01
Josenan terbiasa menjalankan sholat wajib lima waktu dan rajin membaca
Al-Qur‟an yang dapat menumbuhkan sikap tertib menjalankan ibadah.
B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, fokus penelitian dijabarkan
sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan IMTAQ Melalui kartu Pemantauan Ibadah
Siswa (KAPEIBWA) pada Siswa Kelas V SDN 01 Josenan Kota
Madiun Tahun Ajaran 2012/2013?
b. Apakah melalui KAPEIBWA dapat meningkatkan IMTAQ Siswa
Kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun Ajaran 2012/2013?
2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah
dapat diturunkan pemecahan masalah :
a. Peneliti merancang kartu pemantauan ibadah siswa kelas V SDN
01 Josenan madiun.
b. Peneliti mengadakan pertemuan dengan wali murid tentang
adanya program KAPEIBWA supaya wali murid bisa ikut andil
dalam penelitian ini.
c. Guru membagikan KAPEIBWA kepada siswa kelas V SDN 01
Josenan Madiun setiap hari Senin dan Sabtu untuk
pengumpulannya yang telah di tanda tangani oleh wali murid.
d. Guru melakukan pemantauan selama program berlangsung.
e. Guru melakukan refleksi jika program tersebut urang maksimal.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan IMTAQ Melalui kartu
Pemantauan Ibadah Siswa (KAPEIBWA) pada Siswa Kelas V Sdn 01
Josenan Kota Madiun Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui apakah dengan KAPEIBWA dapat meningkatkan
IMTAQ Siswa Kelas V Sdn 01 Josenan Kota Madiun Tahun Ajaran
2012/2013.
D. Kegunaan Penelitian
Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan hasilnya mempunyai
kegunaan antara lain sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti
1. Merupakan modal bagi peneliti sebagai calon guru untuk dijadikan
referensi program yang dapat diterapkan disekolah dalam rangka
mendisiplinkan ibadah siswa.
2. Merupakan sarana untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan
yang di perolehnya serta untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan .
3. Dapat membangun kerjasama yang baik antara guru dan wali murid.
4. Menumbuhkan kesadaran pentingnya kegiatan kerohanian saat berada
dilingkungan manapun.
5. Merupakan program untuk mengakumulasikan pengalaman belajar
dalam menghadapi suatu masalah secara nyata, khususnya dalam
pemecahan masalah dalam kedisiplinan beribadah.
6. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
acuan untuk melakukan penelitian sejenis.
b. Bagi Guru
1. Sebagai langkah awal bagi guru untuk mengetahui peranan
KAPEIBWA dalam peningkatkan IMTAQ Siswa Kelas V SDN 01
Josenan Kota Madiun Tahun Ajaran 2012/2013
2. Sebagai bahan masukan dalam menentukan program yang tepat serta
dalam upaya meningkatkan kedisiplinan sholat lima waktu dan
membaca al-qur‟an khususnya serta kedisiplinan beribadah pada
umumnya.
3. Dapat meningkatkan profesionalisme, menggugah guru untuk
membangkitkan kesadaran berpikir siswa bahwa menjalankan sholat
lima waktu dan membaca al-qur‟an merupakan bagian wajib dari
ibadah.
c. Bagi Siswa
1. Melalui pembelajaran dalam penelitian ini diharapkan mampu
meningkatkan ketertiban ibadah siswa.
2. Melalui pembelajaran dalam penelitian ini diharapkan mampu
meningkatkan amal shaleh dan menjauhkan dari hal-hal yang buruk.
3. Dapat meningkatkan kreativitas berpikir siswa, sehingga siswa lebih
kritis menanggapi suatu persoalan khususnya dalam bidang
keagamaan.
d. Bagi Sekolah
1. Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang adanya program
pemantauan ibadah siswa / KAPEIBWA , sehingga dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan program
sekolah pada periode selanjutnya.
2. Meskipun tidak secara langsung, akan tetapi siswa yang rajin dalam
melaksanakan shalat, menciptakan lingkungan sekolah yang Islami.
Karena memiliki siswa-siswa yang bertaqwa dan rajin beribadah
yakni shalat. Maka dapat dipastikan berkurangnya siswa yang
melanggar aturan sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Iman
1. Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti
kepercayaan atau keyakinan. Rassulullah SAW besabda: “Iman ialah
Engkau percaya kepada Alah, percaya kepada malaikat-malaikatnya,
percaya kepada kitab-kitab Allah, percaya kepada Rasul Allah, percaya
pada hari akhir dan ketetapan Allah, baik dan buruk datang dari
Allah”(A.Wahib Mu‟thi, 1998: 1).
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman
didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Immaanu „aqdun bil qalbi
waigraarun billisaani wa‟amalun bil arkaan). Imam Ahmad bin Hanbal
mendefinisikannya dgn “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa tamassukun
bis Sunnah.” Yakni Ucapan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dgn
berpegang teguh kepada Sunnah . Kata iman sangat berkaitan dengan
kata mukmin.
Menurut Moh.Manyur (1996: 3) secara harafiah mukmin berasal
dari bahasa arab yang berakar pada kata aman, ayu‟minu, imanan,
mukminun yang artinya orang yang percaya atau yang membenarkan,
sedangkan menurut istilah mukmin adalah orang yang percaya rukun
iman dan mengatakan arti mukmin secara sederhana adalah orang yang
percaya kepada seluruh rukun iman serta terkait dengannya.
Shalat secara bahasa maknanya adalah doa. Dinamakan demikian
karena ibadah tersebut mencakup doa-doa didalamnya. Allah telah
mewajibkan lima waktu sholat dalam sehari semalam: Shubuh, Zhuhur,
Ashar, Maghrib dan Isya‟. Waktu sholat Zhuhur ketika matahari condong
sampai bayangan seseorang sama dengan tingginya sementara waktu
Ashar belum masuk, sedangkan waktu Ashar hingga matahari belum
menguning (di ufuk barat), waktu sholat Magrib adalah hingga hilangnya
awan merah di ufuk barat, waktu sholat Isya‟ adalah sampai setengah
malam yang pertengahan, dan waktu sholat Shubuh adalah dari terbitnya
fajar hingga matahari belum terbit (Diriwayatkan dari „Abdullah bin
„Amr). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan
antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan
sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
2. Wujud Iman
Akidah Islam dalam al-Qur‟an disebut iman. Iman bukan hanya
berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim
untuk berbuat. Oleh karena itu rung lingkup iman sangat luas, bahkan
yang mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim disebut
amal saleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap
sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan
dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan (http://miss-
seliosa.blogspot.com/2012/03/wujud-iman.html diakses 27 desember
pukul 16.04 WIB). Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau
diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang
dibuktikan dalam perbuatannya. Akidah Islam adalah bagian yang paling
pokok dalam agama Islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar
dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang sebagai
muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia
berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai
sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak
beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun
perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia
terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena
itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala
sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan
pada ajaran Islam.
Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana dalam di antaranya:
a. Ilahiyah yaitu Hubungan dengan Allah.
b. Nubuwwah yaitu Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan
mukjizat.
c. Ruhaniyah yaitu Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat,
Jin, Syetan, Ruh.
d. Sam‟iyah yaitu Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui
sam‟i.
B. Tinjauan Tentang Taqwa
1. Pengertian Taqwa
Kata taqwa ( ) dalam etimologi bahasa Arab berasal dari kata
kerja ( ) yang memiliki pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati dan
berlindung. Imam Al Ashfahani menyatakan: Taqwa adalah menjadikan
jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian
rasatakut juga dinamakan taqwa
(http://tafany.wordpress.com/2009/04/01/iman-takwa/ diakses tanggal 28
Desember 2012 pukul 17.02 WIB).
Dalam sebuah hadits pengertian tentang taqwa diterjemahkan
bahwa “Taqwa adalah menjauhkan diri dari sesuatu yang mengakibatkan
siksa dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya” (Moh.
Mansyur, 1996:252). Sedangkan taqwa memiliki deskripsi meliputi
sebagai rasa takut dan tunduk kepada allah dengan ilmu dan amal,
menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya dengan
mengindahkan tuntunan pemimpin (KE-PSM-AN, 2003:28). Al- Hasan
Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa
yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh
Allah (http://unyuniia.wordpress.com/2012/04/26/keimanan-dan-
ketakwaan/Kalender Islam diakses tanggal 26 Desember 2012 pukul 12.09
WIB).
Pengertian taqwa mencakup banyak hal yang susah dihitung
banyaknya. Pengertian taqwa sangat erat kaitannya dengan amal salih, dan
keduanya tidak bisa dipisahkan dengan ibadah. Semuanya berpangkal dari
adanya keimanan/ akidah. Lahirnya amal salih itu sebagai realisasi adanya
sikap dan rasa menjaga diri dari siksa dan adanya rasa tunduk kepada
keagungan Allah yang di ibadahi. Sikap dan rasa menjaga diri itu
bersemayamnya dalam hati. Realisasi dari taqwa adalah berupa ibadah
atau amal salih, tampak diluar secara lahir. Taqwa merupakan tindak lanjut
atau follow up dari keimanan yang tertanam dalam hati. (Moh. Mansyur,
1996: 253). Macam tingkatan taqwa ada 3 yaitu, taqwa dari syirik dan
bid‟ah, taqwa dari permusuhan dan durhaka kepada Allah, Taqwa untuk
setia kepada Allah semata (KE-PSM-AN, 2003: 28).
Sedangkan banyak sekali tanda orang yang bertaqwa yaitu
Beriman kepada ALLAH dan yang ghaib(QS. 2:2-3), Sholat, zakat,
puasa(QS. 2:3, 177 dan 183), Infak disaat lapang dan sempit(QS. 3:133-
134), Menahan amarah dan memaafkan orang lain(QS. 3: 134), Takut
pada ALLAH(QS. 5:28), Menepati janji (QS. 9:4), Berlaku lurus pada
musuh ketika mereka pun melakkukan hal yang sama(QS. 9:7), Bersabar
dan menjadi pendukung kebenaran (QS. 3:146), Tidak meminta ijin untuk
tidak ikut berjihad (QS. 9:44), Berdakwah agar terbebas dari dosa ahli
maksiat (QS. 6:69) (http://tafany.wordpress.com/2009/04/01/iman-takwa/
diakses tanggal 26 Desember 2012 pukul 14.06 WIB)
Jadi taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan
konsisten ( istiqomah ).
2. Iman dan taqwa serta hubungan antara keduanya
Iman dan taqwa adalah dua unsur pokok bagi pemeluk agama.
Keduanya merupakan elemen yang penting dalam kehidupan makhluk
manusia dan sangat erat hubungannya dalam menentukan nasib
hidupnya. Taqwa derajatnya lebih tinggi daripada iman, taqwa adalah
keimanan yang sudah memberikan hasil. Taqwa dikatakan sebagai hasil
dari keimanan. Dikatakan dalam sebuah hadits: “Iman itu, masih tidak
berbusana”, dan busananya adalah taqwa.” (Moh. Mansyur, 1996:243).
Jadi orang yang bertaqwa berarti ia telah beriman. Namun tidak
setiap orang beriman itu bertaqwa. Oleh karena itu, orang yang beriman
masih diperintahkan untuk bertaqwa.
C. Peranan Iman dalam membentuk amal ketaqwaan
Manusia adalah makhluk yang membutuhkan keselamatan, bukan
untuk sekedar beberapa tahun, namun untuk selama-lamanya. Keselamatan
dalam artian ini adalah kebahagiaan didunia dan di alam baka. Faedah
beriman kepada Allah meliputi tercapainya tauhid kepada Allah yang murni,
timbul rasa kagum dan mengagungkan Allah, tercapainya pengabdian dan
ibadah hanya kepada Allah sajam (Moh. Mansyur, 1996: 260).
Dalam hal ini dibutuhkan peranan iman berupa menciptakan tekat
berbuat baik bersama-sama peranan iman yang lain yang berfungsi secara
integral. Keberhasilan keselamatan manusia tidak berkat usaha sendiri,
namun masih tergantung dengan lainnya, karena realitasnya dia sebagai suatu
titik yang kecil terletak dalam suatu kosmos yang maha besar dan tidak
terhingga. Bahkan dalam kemerdekaannya dia masih terikat.
Oleh karena itu dia membutuhkan dukungan sesamanya dan dukungan
lingkungan. Tetapi ternyata tidak semuanya mendukung, bahkan menjadi
penghambat karena masing-masing mempunyai keinginan dan kemampuan
yang berbeda. Peranan iman berupa tumbuhnya keteguhan pendirian dan
kekuatan pengendalian hawa nafsu mutlak dibutuhkan. Sudah barang tentu
tidak semua keselamatan berhasil dengan memuaskan bahka sering terjadi
kegagalan. Dalam situasi ini tidak akan terjadi keputusasaan sebab sifat iman
yang sebenarnya berperan menumbuhkan sifat tawakkal. Baik berhasil
maupun gagal tetap bersyukur sebab iman yang sesungguhnya
menumbuhkan rasa cinta dan bahagia dalam situasi apapun. Demikian
gambaran peranan iman yang mampu menumbuhkan ketaqwaan yang
didambakan oleh kejayaan bangasa dan negara.
D. Tinjauan Tentang Kartu Pemantauan Ibadah Siswa
1. Tertib Menjalankan Ibadah Sholat dan Membaca Al-qur’an
Anak merupakan tanggung jawab kedua orangtua, karena anak
merupakan amanat Allah SWT. Di sisi lain orangtua yang tidak mampu
mendidik anaknya secara menyeluruh, akan melimpahkan sebagian
tanggung sebagai pendidik. Sebagai pendidik harus melaksanakan
tanggung jawab tersebut dengan baik dan hati-hati. Sesungguhnya dalam
Islam pendidikan terhadap anak sangatlah lengkap, maka apabila
pendidikan diberikan dengan sebaik-baiknya (sesuai dengan ajaran
Islam), tentu akan tercapai apa yang diharapkan oleh setiap orang tua
yakni mempunyai anak yang shalih dan shalihah. Selain itu perlu adanya
dorongan dan pemantauan dari pihak keluarga siswa supaya anaknya
memiliki perkembangan yang baik sesuai yang diharapkan. Dengan
adanya kartu pemantauan ibadah siswa, maka siswa juga lebih antusian
dan tertib dalam beribadah. Kartu Pemantauan Ibadah Siswa adalah
Kartu yang dibuat untuk melihat suatu tindakan yang dilakukan secara
terus menerus dalam waktu yang lama akan membekas pada diri
seseorang dan menjadi kepribadian tertentu.
Orang tua adalah contoh yang paling diteladani oleh anak dalam
hal apapun termasuk ibadah. Anak menghabiskan kebanyakan waktunya
berada dirumah. Apabila orangtua membiasakan tertib beribadah di
rumah maka anak juga akan menirukan kebiasaan tersebut. Apabila anak
sulit untuk diajak menjalankan ibadah sholat dan membaca al-qur‟an
maka hal yang dapat dilakukan :
a. Anak sering diajak untuk mengikuti langsung bagaimana tata cara
sholat yang dikerjakan oleh orang tua, misal di masjid apabila takut
membuat gaduh, maka orang tua memberikan contoh sholat
berjama‟ah di rumah. Jika anak sudah mulai tertarik untuk
mengikuti gerakan sholat yang di contohkan oleh orang tua,
selanjutnya orang tua mengajarkan bacaan-bacaan di dalam sholat,
membuat suasana yang menyenangkan agar anak tidak bosan
dengan bacaan-bacaan yang panjang dan sulit untuk di lafalkan.
b. Bimbingan dan nasehat-nasehat orang tua yang baik merupakan
sarana untuk menghubungkan keinginan orang tua dan kemauan
anak dengan cepat.
c. Membiasakan untuk mengaji setelah melakukan sholat. Usahakan
untuk dipantau supaya dalam membaca anak tahu dimana letak
kesalahan dan pembenarannya. Hal itu akan memicu kelancaran
dalam membaca al-qur‟an yang sesuai dengan cara membacanya.
d. Menghormati waktu-waktu adzan dikumandangkan. Banyak cara
yang di gunakan seperti mematikan televisi, radio atau suara-suara
lain agar lantunan adzan terdengar dan memberitahukan kepada
anak bahwa waktu sholat telah tiba. Terutama pada sholat magrib
dan isya‟, dimana waktu-waktu tersebut merupakan waktu yang
banyak dipakai anak untuk menonton acara televisi seperti serial
kartun dan acara anak lainnya.
e. Membentuk jama‟ah sholat dalam keluarga yang dipimpin oleh
Ayah, anak juga perlu diikut sertakan untuk menggelar tikar,
sajadah, atau mengumandangkan iqomat. Hal ini memacu anak
untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan sholat.
f. Metode Pembiasaan yaitu dengan membiasakan anak melakukan
kebaikan. Sebab bila anak terbiasa mengerjakannya secara teratur,
maka hal itu akan menjadi sebuah kebiasaan. Dengan pembiasaan
maka urusan yang banyak akan menjadi mudah. Menanamkan
kepada anak kebiasaan melakukan sesuatu yang baik dan
membawa keberuntungan baginya dalam urusan dunia maupun
agama. Baik itu ibadah, adab, tutur kata, sopan santun, rutinitas
keseharian, dan lain sebagainya.
g. Kisah dan Cerita. Memberikan anak cerita yang menarik tentang
pahala dari mengerjakan sholat, tentang siksaan Allah, jika orang
tidak mengerjakan sholat. Serta menceritakan kisah para sahabat
nabi atau orang yang rajin sholat ketika mereka mendapatkan
hikmah dari mengerjakan sholat tersebut. Kisah termasuk sarana
pendidikan yang efektif. Sebab ia dapat mempengaruhi perasaan
dengan kuat. Apalagi kisah nyata, sangat besar pengaruhnya pada
jiwa anak, dapat memperkokoh ingatan anak dan kesadaran
berfikirnya. Sebuah pelajaran akan lebih mudah dicerna dan
difahami oleh anak bila diberi ilustrasi cerita. Kisah dan cerita juga
dapat mempererat hubungan antara orangtua dan anak. Akan
menciptakan kehangatan dan keakraban tersendiri, sehingga akan
membantu kelancaran komunikasi.
h. Memanfaatkan waktu luang ajak anak untuk mengisi waktu luang
dengan kebaikan dan sesuatu yang bermanfaat. Memberikan
pengarahan yang benar dalam jalur kebaikan. Meluangkan waktu
orang tua bersama anak untuk menemani, membimbing, dan
beraktivitas bersama mereka. Sehingga anak akan terlepas dari
sebab-sebab penyimpangan dan hal-hal yang tidak bermanfaat.
i. Membiasakan anak-anak untuk bangun pagi, beri rangsangan
kepada mereka dengan sesuatu yang menarik perhatian mereka.
Umumnya anak pada waktu pagi hari sangat malas untuk bangun.
Maka perlu penanganan khusus bagi orang tua untuk mengajari
anak disiplin dengan memberi rangsangan atau motivasi berupa
hadiah bagi anak yang paling rajin sholatnya. Orang tua membuat
daftar catatan seberapa banyak anak melaksanakan sholat dalam
satu bulan. Anak yang memiliki daftar catatan sholat terbanyak
itulah yang mendapatkan hadiah lebih spesial dari lainnya.
j. Pemberian hukuman metode pemberian sanksi baru digunakan
apabila seluruh metode mengalami kegagalan. Dan saat
menjatuhkan sanksi, perhatikan waktu yang tepat dan bentuk sanksi
yang sesuai dengan kadar kesalahan. Bentuk sanksi ini bisa
bervariasi dari yang teringan, misalnya mengurangi jatah harian
anak, mengurangi jam bermain atau yang semisalnya. Bisa
berbentuk sanksi sosial berupa pengacuhan sampai yang terberat,
yaitu hukuman fisik (http://poltekba.ac.id/nilmi/?p=82 diakses pada
tanggal 26 Desember 2012 pukul 19.10 WIB).
Menumbuhkan dan mengajarkan anak untuk tertib beribadah
memang tanggungjawab orang tua namun peran pendidik juga tidak
kalah besar dalam membantu orang tua untuk membiasakan anak tertib
beribadah sejak dini. Misalnya dengan mengajak anak sholat lima waktu
secara berjama‟ah dan diikuti membaca al-qur;an setelah sholat.
2. Penciptaan Suasana Religius di Sekolah
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 3 dikemukakan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (UU.RI No.20 tahun
2003: 27).
Untuk mewujudkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa serta
berakhlaq mulia sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional seperti
tersebut diatas perlu upaya dan wahana yang mampu untuk menciptakan
kondisi sehingga peserta didik memungkinkan dirinya dapat berkembang
keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
Banyak produk pendidikan hanya memperhatikan kecerdasan
intelektual (IQ), tetapi megabaikan kecerdasan emosional (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ) yang dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu kecerdasan intelektual harus
diiringi dengan emosional dan kecerdasan spiritual (Ary Ginanjar Agustin:
2001: iii). Betapa indah dan anggunnya perilakudan tingkah seorang siswa
yang cerdas dan memiliki iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.Oleh karena itu,pendidikan iman dan takwa perlu ditumbuh kembangkan
kepada siswa,agar bisa mengelola kehidupan emosionalnya,sikap dan tingkah
lakunya,dikhawatirkan akan sering melampiaskan emosinya ke arah amarah
dan melakukan tindakan destruktif,seperti kenakalan dan tawuran antar siswa
di berbagai kota besar dan pelosok daerah.ini menunjukkan rndahnya kualitas
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa,bukan hanya merupakan slogan yang bersifat
retoris,melainkan harus diwujudkan dalam bentuk program pendidikan yang
secara langsung dapat dirasakan olehy masyarakat (Chabib Thoha, 1996; 20)
pendidikan iman dan takwa akan membentuk siswa untuk bersikap empatik
dan simpatik kepaa sesama siswa, guru, orang tua, bahkan masyarakat luas
justru karena itu, pendidikn imtak tidak hanya tampak sekolah, tetapi harus
menyebar ke luar, reflektif, dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Hal itu dapat terwujud manakala peserta didik mendapatkan suatu
kondisi lingkungan pendidikan yang islami, karena lingkungan akan
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik. Upaya menyiapkan peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia merupakan tugas
yang cukup berat karena itu upaya yang harus ditempuh bukan hanya ada
pada pemerintah melainkan juga pada orangtua, guru dan masyarakat sekitar
dimana peserta didik berada.
Untuk menyikapi hal tersebut, Sekolah sebagai salah satu lembaga
institusi pendidikan harus dapat mengembangkan program pendidikan yang
dapat menuju kearah tersebut antara lain : Mengoptimalkan pendidikan
agama tidak hanya teori namun juga praktik misalnya anak diajarkan bacaan
sholat maka guru juga harus mempraktikkan dengan mengajak anak sholat
berjamaah di sekolah jadi ilmu yang diajarkan benar-benar diterapkan.
Menurut Muhaimin (2001:303) penciptaan suasana religius di Sekolah
melalui berbagai jenis kegiatan keagamaan yang dilaksanakan secara
terprogram dengan baik. Pemimpin sekolah berperan penting dalam
menciptakan suasana religious di sekolah dengan menggunakan pendekatan
personal pada peserta didik. Penciptaan lingkungan religius dilakukan dengan
keterlibatan antara guru agama maupun guru lain. Kegiatan keagamaan
dilaksanakan diluar jam sekolah. Kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktik
keagamaan yang di laksanakan secara terprogram dan rutin (istiqomah) dapat
mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai agama yang baik
sehingga menjadi pegangan dalam bersikap dan berperilaku.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN 01 Josenan yang terletak di Desa
Demangan Kecamatan Taman Kabupaten Madiun.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran
2012/2013, yaitu bulan Februari sampai Juli 2012.
Secara garis besar jadwal penelitian dapat dibagi menjadi 3 tahap
sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini meliputi pengajuan judul, pembuatan proposal,
pembuatan istrument penelitian. Tahap ini dimulai pada bulan
Februari sampai minggu ke tiga bulan Februari 2012.
b. Tahap Penelitian
Pada tahap ini meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan
atau di kelas yaitu uji coba instrumen penelitian, pengambilan data
dari sekolah. Tahap ini dilaksanakan pada minggu ketiga bulan
Februari sampai minggu kedua Bulan Juli 2012.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap ini meliputi analisis data, pengolahan data dan penyusunan
laporan. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juli minggu ketiga Tahun
2012.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas 5 SDN 01 Josenan Tahun Ajaran
2012/2013 yang berjumlah 30 siswa.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa dan guru, yang
meliputi:
1. Data yang di dapatkan selama penelitian berlangsung.
2. Data penilaian kegiatan selama proses belajar mengajar.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002:3) adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar
dan individu secara holistik (utuh). Menggunakan Pendekatan kualitatif karena
analisis data akan diuraikan secara verbal yang menggambarkan perencanaan,
pelaksanaan, dan hasil tindakan pada siklus I dan II yang bertujuan untuk
meningkatkan tertib beribadah melalui sholat dhuhur berjamaah.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah. Suharsimi
Arikunto mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara besama (2006: 3).
Kemmis (Zainal Arifin, 2011:97) mengartikan, action research as a form
of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including
educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their
on social or educational practices, (b) their understanding of these practices,
and (c) the situations in which practices are carried out.
Pada dasarnya, penelitian tindakan kelas meneliti masalah yang
bersumber dari kelas, sedang penelitian tindakan sekolah meneliti masalah yang
bersumber dari sekolah. Dalam penelitian ini, masalah muncul dari siswa kelas
IV yang berkaitan dengan masalah ibadah yaitu sholat dan mambaca al-qur‟an.
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan
penelitian maka penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan (planning),
tahap pelaksanaan (action), tahap pengamatan (observation) dan tahap refleksi
(reflection). Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah
sebagai berikut:
Perencanaan
SIKLUS 1
Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Perencanaan
SIKLUS 2 Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
?
(Sumber: Suharsimi Arikunto, 2006:17)
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam dua siklus,
yang dimana tiap siklus ada dua kali pertemuan. Adapun pelaksanaan
berbagai tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut :
Siklus I
1. Persiapan Tindakan
Tahap ini dilakukan beberapa perencanaan yang meliputi
survei atau pengamatan dan wawancara dengan guru dan kepala
sekolah. Perencanaan selanjutnya meliputi :
a. Peneliti, kepala sekolah, dan guru menyusun penetapan waktu
penelitian dengan jadwal kegiatan.
b. Menyusun kartu pemantauan ibadah siswa serta absensi siswa.
c. Menyusun daftar absensi pertemuan wali murid dan pendataan
nomer yang bisa dihubungi supaya apabila ada kecurangan dalam
pelaksaan kegiatan ini dapat cepat teratasi.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan tindakan meliputi proses kegiatan ibadah yang
meliputi sholat dan membaca al-qur‟an dengan pantauan orang dan
peneliti. Peneliti juga bisa melatih kejujuran dalam pengisian kartu
pemantauan ibadah siswa dengan mengecek dengan berkomunikasi
dengan orang tua siswa. Jadi sebelum pembagian kartu, peneliti dan
wali murid mengadakan pertemuan untuk kegiatan yang akan
diadakaan. Jadi antara pihak peneliti dan wali murid memiliki
hubungan baik dan pemahaman yang cukup untuk belkal pelaksanaan
kegiatan dan untuk kesukesan kegiatan.
3. Tahap Pengamatan atau Observasi
Observasi yaitu mengamati dampak atas tindakan yang
dilakukan, observasi di lakukan setiap 1 bulan sekali oleh peneliti.
Melakukan pengamatan terhadap hasil pelaksanaan tindakan.
Pengamatan ini bertujuan untuk mengumpulkan bukti hasil
pelaksanaan tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan
melakukan refleksi. Tahap Refleksi
Melalui kegiatan refleksi atau evaluasi ini dapat diketahui
kelebihan dan kekurangan yang dilakukan dalam penelitian tindakan,
data dari hasil pengamatan tindakan dianalisa dan dikaji secara
matang sehingga dapat diketahui apa yang harus dihilangkan dan apa
yang harus diperbaiki dan dipertahankan. Kegiatan ini sebagai bahan
acuan untuk membuat perencanaan pelaksanaan kegiatan pada siklus
berikutnya.
4. Tahap refleksi
Dalam kegiatan refleksi ini guru bersama peneliti (observer)
mendiskusikan hasil penelitian siklus I. Hasil yang diperoleh
didiskusikan, dianalisis, ditindaklanjuti ketercapaian tindakan
penilaian. Apabila hasil yang diperoleh belum sesuai dengan indikator
keberhasilan, maka dilanjutkan kembali dengan tindakan penelitian
siklus II. Kegiatan refleksi ini dilakukan ketika guru sudah selesai
melaksanakan kegiatan. Hasil refleksi ini digunakan untuk melakukan
perbaikan pada siklus selanjutnya.
Dalam tahap ini peneliti melihat apakah hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan tertib beribadah siswa atau tidak.
Hal ini dapat dilihat dari hasil kartu pemantauan ibadah siswa dan
laporan yang di sampaikan oleh wali murid.
Siklus II
Tahap ini dilakukan pada siklus II pada prinsipnya sama dengan siklus I,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tindakan akan
dilakukan pada siklus II dengan beberapa perubahan analisis refleksi pada
siklus I dengan harapan pada siklus II akan lebih baik. Pelaksanaan siklus
kedua dilaksanakan setelah mempelajari hasil refleksi pada siklus 1. Tahap-
tahap siklus kedua sama dengan siklus pertama.
1. Persiapan Tindakan
Persiapan tindakan pada siklus kedua sama seperti pada
persiapan tindakan siklus pertama tetapi dalam penyusunannya,
memperhatikan kekurangan dan kelemahan yang ada pada siklus
pertama dan berusaha memperbaiki kekurangan atau kelemahan yang
ada pada tindakan siklus pertama.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan tindakan untuk perbaikan dari tindakan
sebelumnya yang kiranya kurang maksimal. Cara yang ditempuh yaitu
engan adanya komunikasi yang lebih intensif dari pihak peneliti,
murid dan wali murid. Selain itu peneliti melihat kemajuan antusias
siswa dalam sholat dan kelancaran dalam membaca al-qur‟an. Dan
meminta wali murid untuk mendokumentasikan kegiatan yang
dilaksanakan.
3. Tahap Pengamatan atau Observasi
Observasi kegiatan sama dengan tindakan pada siklus pertama.
peneliti mengamati hasil kartu pemantauan ibadah siswa dan
melakukan dokumentasi.
4. Tahap Refleksi
Peneliti melihat kembali apakah hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan tertib beribadah siswa/tidak.
E. Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan Siklus 1
Aspek Pencapaian Siklus 1 Cara Mengukur
Respon siswa menjalankan
ibadah sholat lima waktu 70%
Dilihat dari sikap siswa
kelas V dalam
menjalankan sholat
ketika di sekolah.
Mengikuti sholat lima
waktu sesuai waktunya
85%
Diamati melalui
pengisian kartu ibadah
siswa dan dari hasil
dokumentasi atau
pelaporan dari pihak
wali murid.
Kerutinan dalam membaca
al-qur‟an
80%
Diamati melalui
pengisian kartu ibadah
siswa dan dari hasil
dokumentasi atau
pelaporan dari pihak
wali murid.
Ketertiban dalam membaca
al-qur‟an 80%
Diamati melalui
pengisian kartu ibadah
siswa.
Kelancaran dalam membaca
al-qur‟an dan kesesuaian
dengan cara bacanya. 70%
Diamati dari hasil
penyimakan peneliti
ketika siswa membaca
al-qur‟an.
Keberhasilan kegiatan
sholat dhuhur berjamaah
selama 3 bulan
90%
Dibuat grafik setiap 1
bulan sekali kemudian
di analisis.
Indikator Keberhasilan Siklus II
Aspek Pencapaian Siklus 1 Pencapaian Siklus II
Respon siswa menjalankan
ibadah sholat lima waktu 70%
90%
Mengikuti sholat lima
waktu sesuai waktunya
85%
95%
Kerutinan dalam membaca
al-qur‟an 80%
90%
Ketertiban dalam membaca
al-qur‟an 80%
90%
Kelancaran dalam membaca
al-qur‟an dan kesesuaian
dengan cara bacanya.
70%
90%
Keberhasilan kegiatan
sholat dhuhur berjamaah
selama 3 bulan
90%
95%
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Jadwal
sholat lima waktu terutama untuk pengamatan yang dilakukan di sekolah
ketika sholat dzuhur, buku penilaian sikap dan kartu pemantauan ibadah
siswa, dan daftar absensi siswa. Buku penilaian sikap dan kartu pemantauan
ibadah digunakan peneliti untuk mengetahui siswa ikut menjalankan sholat
dhuhur berjamaah atau tidak dan juga membaca al-qur‟an atau tidak. Jadwal
penelitian, penilaian sikap siswa dan kartu pemantauan ibadah siswa serta
absensi disajikan pada lampiran.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi dan
observasi. Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengetahui siswa tertib
menjalankan ibadah sholat lima waktu dan membaca al-qur‟an atau tidak,
hasilnya bisa dilihat pada absensi dan jumlah tanda tangan wali murid atau
wali kelas pada kartu pemantauan ibadah siswa. Teknik Observasi digunakan
untuk mengetahui apakah disekolah telah ada mushalla yang memang milik
sekolah sendiri atau masih menempati musholla masyarakat dalam
menjalankan sholat disekolah, serta untuk mengetahui apakah sekolah dahulu
sudah pernah menjalankan program sholat lima waktu dan membaca al-
qur‟an dimanapun mereka berada namu tetap terpantau.
H. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Data berupa catatan hasil observasi, tanda tangan wali murid atau wali kelas
di kartu pemantauan ibadah siswa, penilaian afektif serta absensi siswa
kemudian dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan.
Data yang dianalis dan dideskripsikan sesuai permasalahan dalam
bentuk laporan hasil penelitian. Analisis data merupakan cara yang digunakan
untuk mengolah data yang telah dikumpulkan sehingga dapat menghasilkan
suatu pengolahan data yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Hasil pengumpulan data dianalisis melalui tiga tahapan yaitu :
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses kegiatan memilih data yang tepat.
Apabila data sudah terkumpul, baik dari hasil wawancara, maupun tes
maka data direduksi. Reduksi ini berarti data yang dipilih sesuai dengan
pertanyaan peneliti. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal penting, dan membuang
data yang tidak penting.
2. Display Data
Display data merupakan perakitan informasi yang terorganisis
yang memungkinkan penarikan kesimpulan. Penyajian data dapat
dilakukan dengan menyusun data berdasarkan pokok-pokok dalam
reduksi data dengan kalimat atau bahasa peneliti sehingga data mudah
dipahami.
3. Verifikasi Data
Verifikasi data merupakan kegiatan untuk menarik makna dari
data yang ditampilkan. Cara-cara yang dilakukan dalam verifikasi data
antara lain membandingkan, membuat pola-pola, mengelompokkan, dan
memeriksa hasil penelitian.
I. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal penelitian Tahun 2012
No.
Kegiatan
Minggu ke
Bulan Ke-
Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Perencanaan
2 Persiapan
3. Pelaksanaan
Tindakan I
4. Pelaksanaan
Tindakan II
5. Pengloahan Pengolahan
Data
6. Penyusunan
laporan
Penyusunan
Laporan
30
DAFTAR PUSTAKA
Ary Ginanjar Agustian. 2002. Rahasia Kesuksesan Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual. Jakarta: Arga.
A Wahib Mu‟thi. 1998. Materi Pokok Tasawuf. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Chabib Thoha.1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Malang: Rosda
Mulyasa. 2009. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
. 2010. Penelitian Tindakan. Jogjakarta: Aditya Media.
Suroso. 2007. Classroom Action Research. Yogyakarta: Paraton Publishing.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem pendidikan
Nasional), Cet I, Bandung: FokusMedia.
Zainal Arifin. 2011. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://poltekba.ac.id/nilmi/?p=82 diakses pada tanggal 26 Desember 2012 pukul 19.10
WIB
http://tafany.wordpress.com/2009/04/01/iman-takwa/ diakses tanggal 26 Desember
2012 pukul 14.06 WIB
http://unyuniia.wordpress.com/2012/04/26/keimanan-dan-ketakwaan/Kalender Islam
diakses tanggal 26 Desember 2012 pukul 12.09 WIB)
http://tafany.wordpress.com/2009/04/01/iman-takwa/ diakses tanggal 28 Desember
2012 pukul 17.02 WIB).
http://miss-seliosa.blogspot.com/2012/03/wujud-iman.html diakses 27 desember pukul
16.04 WIB).
32
Lampiran 1
KARTU PEMANTAUAN IBADAH SISWA SDN 01 JOSENAN KEC. TAMAN KAB. MADIUN
Nama :
Kelas :
No
Hari/
Tanggal
Baca
Al-qu’an
Surat/
Ayat/Juz
Sholat
Berjama’ah/ tidak
Ttd ortu
Ttd wali
murid
Isya’ Subuh Dzuhur Ashar Magrib
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Lampiran 2
Penilaian Afektif
No.
Nama
Aspek
Ttd Wali
Kelas
Antusias dalam
menjalankan
sholat
Kekusyu’an
dalam
menjalankan
sholat
Kelancaran
dalam Membaca
Al-Qur’an
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Lampiran 3
Daftar Perkembangan Kartu Pemantauan Ibadah Siswa
Kelas V SDN 01 Josenan
No.
Nama
Siswa
Bulan
Maret April Mei Juni Juli
1. Aditya
2. Anggi
3. Bayu
4. Berlin
5. Dimas
6. Dhea
7. Devi
8. Eka
9. Faisha
10. Fey
11. Fungkichius
12. Fitria
13. Kharisma
14. Khofifah
15. Lousye
16. Rico
17. Olifian
18. Olivia
19. Johan
20. Raka
21. Redis
22. Rita
23. Robi
24. Riyandini
25. Wimsa
26. Selpa
27. Yusri
28. Zani
29. Zahra
30 Lala
Lampiran 4
Daftar Hadir Wali Murid
Hari, Tanggal:
No.
Nama
Ttd Wali
Murid
Keluhan
Mengenai Siswa
Saran
Terhadap
Program
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Lampiran 5.
Jadwal pertemuan wali murid untuk pengevaluasi program
Evaluasi Pertama: Sabtu, 31 Maret 2012
Evaluasi Kedua :Sabtu, 28 April 2012
Evaluasi Ketiga: Sabtu, 26 Mei 2012
Evaluasi Keempat: Sabtu, 30 Juni 2012
Evaluasi Kelima: Sabtu, 7 Juli 2012
NB: Evaluasi diadakan untuk memantau kehadiran wali murid dan melihat
kepedulian wali murid terhadap program yang diadakan.