proposal edi saputra siap seminar 4 fix final asli terbaru edit asli baru 6 april
TRANSCRIPT
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit paru diperkirakan diderita oleh ratusan sampai jutaan penduduk
dunia setiap tahun dan merupakan penyebab 19% kematian di seluruh dunia dan
15% penyebab kecacatan sepanjang hidup. Penyakit paru yang menduduki urutan
5 besar saat ini yaitu kanker paru, Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK),
tuberculosis, pneumonia dan asma dimana dua diantaranya terkait dengan
merokok yaitu kanker paru dan PPOK. (1)
Kematian global yang diakibatkan oleh kanker diperkirakan akan meningkat
di masa yang akan datang dari 7,4 juta kasus pada tahun 2004 menjadi 12 juta
kasus pada tahun 2030 dengan kanker paru sebagai penyebab nomor satu.
Peningkatan kasus kanker paru diperkirakan lebih cepat dibanding kanker lainnya
karena berhubungan langsung dengan asap rokok. (1)
Kanker paru merupakan kasus kanker yang sering terjadi di dunia dengan
kejadian sekitar 1,2 juta kasus setiap tahun. (2) Insidensi kanker paru di dunia
cukup tinggi, 19% pada pria (kedua setelah kanker prostat) dan 17% pada wanita
(ketiga setelah kanker payudara dan kanker kolorektal). Kanker paru paling sering
ditemukan pada laki – laki dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun. Lebih dari
80% kasus kanker paru berhubungan dengan perokok, baik aktif maupun pasif.
(3)
Kanker paru terjadi pada perokok aktif maupun pada perokok yang baru saja
berhenti merokok sebanyak 90% berdasarkan statistik. Risiko terkena kanker paru
pada perokok berat (sebanyak dua bungkus sehari selama 20 tahun) akan
meningkat 60 kali lebih besar dibanding mereka yang bukan perokok. Sementara
itu, perokok pasif (berada dekat dengan perokok) akan berisiko terkena kanker
paru hingga mendekati dua kali lipat dibandingkan mereka yang bukan perokok
pasif. (4)
Kasus kanker paru di negara-negara industri seperti di Amerika sebagian
besar berhubungan dengan merokok, yaitu sekitar 90%. Tahun 2006, organisasi
American Cancer Society mengemukakan bahwa terdapat kasus kanker baru pada
laki – laki dan perempuan sebanyak masing – masing 114.760 dan 98.620 kasus
2
baru. Kanker paru merupakan penyebab kematian terburuk di Amerika yang
terjadi pada kedua jenis gender pada tahun 2007, yaitu sebanyak 89.510 kematian
pada laki-laki dan 70.880 kematian pada perempuan. (2)
Penyakit kanker di Indonesia merupakan penyebab kematian ke-6 setelah
kecelakaan lalu lintas, penyakit infeksi, jantung, diare dan stroke. Peningkatan
Proportional Mortality Ratio (PMR) penyakit kanker cukup tinggi, dari 3,4%
pada tahun 1980 menjadi 6% pada tahun 2001. Dari semua jenis kasus kanker
yang terjadi, kanker paru menduduki peringkat ke-3 dari kasus kejadian kanker
terbanyak. Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, kanker paru menduduki
urutan ke-3 sebanyak 113 kasus setelah kanker payudara dan kanker serviks pada
tahun 2007. Di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta, angka kejadian
kanker paru terus meningkat. Pada tahun 2003 didapatkan sebanyak 213 kasus,
tahun 2004 sebanyak 220 kasus, tahun 2005 sebanyak 140 kasus, tahun 2006
sebanyak 218 kasus, tahun 2007 sebanyak 282 kasus, tahun 2009 sebanyak 376
kasus dan tahun 2010 sebanyak 550 kasus. (5)
Sementara itu, hasil survey penyakit tidak menular yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen
PP&PL) pada tahun 2004 di lima rumah sakit provinsi di Indonesia (Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Selatan), menunjukkan angka
kesakitan yang disebabkan oleh kanker paru sebesar 30%. (6) Kanker paru
merupakan salah satu penyakit yang harus diwaspadai pada kelompok yang
berisiko yaitu laki – laki, usia > 40, apalagi pada perokok aktif. Karakteristik
penderita kanker paru di Indonesia tidak berbeda dengan negara – negara lain
dengan perbandingan laki – laki dengan perempuan adalah 4 : 1. (1)
Peningkatan jumlah kasus kanker paru merupakan suatu masalah. Namun
selain itu, masalah lain dari kanker paru adalah banyaknya kasus kanker paru yang
terlambat terdiagnosis, dimana penderita yang terdiagnosis pada stadium IIIB dan
IV mencapai 70%, sehingga lebih dari 50% kanker telah menyebar ke bagian
tubuh lain melalui aliran darah maupun getah bening, seperti ke tulang, otak, hati
dan kelenjar adrenal. Pada keadaan seperti kasus tersebut, hampir tidak mencapai
satu persen penderita yang akan sembuh dari 100 penderita yang diobati. (7)
3
Informasi tentang karakteristik penderita kanker paru di Indonesia belum
banyak diketahui. Di Aceh, khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin (RSUD dr. Zainoel Abidin) Banda Aceh, informasi tentang karakteristik
penderita kanker paru belum diketahui dikarenakan belum pernah dilakukannya
penelitian mengenai karakteristik penderita kanker paru tersebut. Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian
tentang karakteristik penderita kanker paru di Aceh, khususnya pada pasien yang
dirawat di Ruang Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah karakteristik penderita kanker paru yang dirawat inap di
Ruang Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh (waktu)?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita kanker paru yang dirawat inap di
Ruang Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kecenderungan usia terhadap kejadian kanker paru.
2. Untuk mengetahui kecenderungan jenis kelamin terhadap kejadian kanker
paru.
3. Untuk mengetahui kecenderungan riwayat kebiasaan merokok aktif
terhadap kejadian kanker paru.
4. Untuk mengetahui kecenderungan terpapar dengan asap rokok di rumah
terhadap kejadian kanker paru.
5. Untuk mengetahui kecenderungan riwayat menderita penyakit paru
dengan kejadian kanker paru.
6. Untuk mengetahui kecenderungan riwayat keluarga menderita kanker
paru dengan kejadian kanker paru.
1.4 Manfaat Penelitian
4
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
tentang karakteristik penderita kanker paru di rumah sakit tersebut sehingga
menjadi motivasi dalam meningkatan pelayanan pada penderita kanker
paru meliputi pemeriksaan, pengobatan dan penyediaan fasilitas perawatan.
2. Sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitian selanjutnya tentang
penyakit kanker paru.
3. Menambah wawasan dan pengalaman penulis tentang karakteristik
penderita kanker paru di Ruang Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh.
5
BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Paru
Pernafasan adalah pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer ke sel dan
keluarnya karbon dioksida (CO2) dari sel ke udara bebas. Proses ini terdiri dari 4
tahap yaitu: (8)
a) Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari
alveoli.
b) Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
c) Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari
sel – sel.
d) Regulasi pertukaran udara dan aspek - aspek lain pernapasan.
Gambar 2.1 Alat Pernapasan Manusia (9)
Paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi
oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot
kuat. Paru terdiri dari dua bagian yaitu paru kanan yang terdiri atas 3 lobus dan
paru kiri yang terdiri atas 2 lobus. Paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru disebut
pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang
bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). (10,8)
Paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh
darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan, tetapi rongga bronkus masih
bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia.
6
Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi,
kemudian menjadi duktus alveolaris. Pada dinding duktus alveolaris mangandung
gelembung-gelembung yang disebut alveolus. (8)
Gambar 2.2. Anatomi Paru-paru (11)
Udara yang keluar masuk paru pada waktu melakukan pernapasan biasa
disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang
dewasa lebih kurang 500 ml. Volume udara tidal orang dewasa pada pernapasan
biasa sekitar 500 ml. Ketika menarik napas dalam-dalam maka volume udara
yang dapat ditarik mencapai 1500 ml. Udara ini dinamakan udara komplementer.
Ketika menarik napas sekuat-kuatnya, volume udara yang dapat diembuskan juga
sekitar 1500 ml. Udara ini dinamakan udara suplementer. Meskipun telah
mengeluarkan napas sekuat-kuatnya, tetapi masih ada sisa udara dalam paru yang
volumenya sekitar 1500 mL. Udara sisa ini dinamakan udara residu. Jadi,
Kapasitas paru-paru total = kapasitas vital + volume residu = 4500 ml/wanita dan
5500 ml/pria. (10,8)
2.2 Kanker Paru
2.2.1 Definisi Kanker Paru
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan yang terdapat
di paru, meliputi keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) atau
merupakan keganasan yang ditimbulkan oleh penyebaran (metastasis) tumor dari
7
organ lain (sekunder). Adapun definisi khusus untuk kanker paru primer adalah
tumor ganas yang berasal dari epitel (sel maupun jaringan) saluran napas atau
bronkus. (12)
Kanker paru paling banyak ditemukan pada laki-laki dewasa dan perokok.
Lebih dari 80% kanker paru berhubungan dengan perokok. Tidak semua perokok
akhirnya menderita kanker paru. Berhenti dari merokok akan mengurangi dengan
sangat berarti risiko seseorang terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok
lebih besar daripada orang-orang yang tidak pernah merokok. Faktor lain yang
dapat menjadi faktor risiko terutama berkaitan dengan udara yang dihirup. (13)
Gambar 2.3 Kanker Paru (14)
2.2.2 Klasifikasi Kanker Paru
Berdasarkan tujuan pengobatan, kanker paru diklasifikasikan menjadi dua
bagian yaitu: (12)
a. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Gambaran histologis yang khas dari SCLC adalah dominasi sel – sel kecil
yang hampir seluruhnya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit
sekali/tanpa nucleolus. Bentuk sel – sel ini bervariasi berupa fusiform, polygonal
dan bentuk seperti limfosit. (12) SCLC juga disebut sebagai karsinoma sel oat
karena bentuknya yang mirip dengan bentuk biji gandum. Sel – sel kecil ini
cenderung berkumpul di sekeliling pembuluh darah halus menyerupai
pseudoroset. Banyak sekali ditemukan sel-sel yang bermitosis begitu juga
gambaran nekrosis. SCLC biasanya terletak di tengah di sekitar percabangan
8
utama bronkus. SCLC ini memiliki waktu proliferasi yang tercepat dan prognosis
yang terburuk dibandingkan dengan semua jenis karsinoma bronkogenik. (8)
Sekitar 70% dari semua pasien yang menderita kanker paru jenis ini memiliki
bukti-bukti penyakit yang ekstensif (metastatis ke distal) pada saat diagnosis, dan
angka kelangsungan hidup 5 tahun pasien tersebut kurang dari 5%. (8,10)
b. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
1. Karsinoma Epidermoid/ Karsinoma Sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa memiliki ciri khas adanya proses keratinisasi dan
pembentukan bridge intraseluler. Studi sitologi memperlihatkan adanya perubahan
yang nyata dari displasia skuamosa menjadi karsinoma in situ. (12) Perubahan
karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus dan menonjol ke
dalam bronkus besar. Diameter tumor jarang melebihi beberapa sentimeter dan
cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, mediastinum
dan dinding dada. Penderita karsinoma sel skuamosa seringkali disertai batuk dan
hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia dan pembentukan abses akibat
obstuksi maupun infeksi sekunder. Pengobatan dini pada karsinoma ini dapat
memperbaiki prognosis karena karsinoma ini cenderung agak lambat dalam
bermetastatis. (8)
2. Adenokarsinoma
Adenokarsinoma memilik ciri khas dengan bentuk formasi glandular dan
memiliki kecendrungan ke arah pembentukan konfigurasi papilar. Biasanya
terbentuk musin pada karsinoma ini dan sering tumbuh dari bekas kerusakan
jaringan paru (scar). Karsinoma ini bisa dibedakan dari mesotelloma dengan
pemeriksaan penanda tumor CEA (Carcinoma Embrionic Antigen). (12) Pada
kebanyakan kasus, jenis tumor ini timbul pada paru bagian perifer, bagian perifer
segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local
pada paru maupun fibrosis interstisial kronis. (8) Karsinoma jenis ini sering kali
meluas ke pembuluh darah dan limfe, menyebar ke bagian paru lainnya hingga ke
otak, tulang dan hati. (15,8)
9
3. Karsinoma Sel Besar
Karsinoma sel besar adalah sel – sel ganas yang berukuran besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti yang
bervariasi. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru bagian perifer,
berkembang cepat dengan penyebaran yang ekstensif dan cepat ke tempat –
tempat yang jauh. Karsinoma sel besar mulai keluar sebagai tumor perifer besar
yang menyebar secara lokal sebelum bermetastasis ke tempat lain. (15,8)
2.2.3 Gejala Klinik Kanker Paru
Beberapa gejala klinis kanker pau memiliki hubungan dengan jenis histologi
kanker paru itu sendiri. Karsinoma epidermoid cendrung tumbuh sentral,
memberikan gejala klinik yang sesuai dengan pertumbuhan endobronkial meliputi
batuk, sesak nafas akibat obstruksi, wheezing atau post obstuktif pneumonia dan
atelektasis. Hal ini berbeda dengan adenokarsinoma dan large cell carcinoma yang
sering terletak pada bagian perifer yang memberikan gejala yang berhubungan
dengan pertumbuhan tumor di perifer seperti nyeri pleuritis, efusi plura atau nyeri
pada dinding dada. (16)
Kanker paru memiliki gejala klinis yang beraneka ragam yang secara garis
besar dapat dibagi atas :
1. Gejala Intrapulmoner
Gejala ini disebabkan oleh tumor di paru yang terjadi karena adanya ulserasi
bronkus serta gangguan pergerakan silia, sehingga memudahkan terjadinya
peradangan berulang. Gejalanya adalah batuk ≥ 2 minggu yang terdapat pada 70-
90% kasus dan batuk darah akibat ulserasi terdapat pada 6-51% kasus. Selain itu,
gejala lainnya ialah nyeri dada yang terdapat pada 42-67% kasus dan sesak napas
pada 58% kasus. (16)
2. Gejala Intratorasik Ekstrapulmoner
Penyebaran tumor ke mediastinum akan menimbulkan penekanan dan
merusak struktur di dalam mediastinum dengan gejala antara lain paralise
diafragma, sesak, sindrom Horner, disfagia, gangguan fungsional dan lain-lain.
(16)
3. Gejala Ekstrapulmonal Non Metastasik
10
Gejala ini berupa manifestasi neuromuskuler, manifestasi jaringan ikat
tulang, manifestasi endokrin metabolik, manifestasi vaskuler dan hematologik.
(17)
4. Gejala Ekstratoraksik Metastatik
Kanker paru merupakan satu-satunya tumor yang mampu berhubungan
langsung dengan sirkulasi arterial, sehingga dapat menyebar hampir ke semua
organ terutama otak, hati dan tulang. (16) Metastase ekstra torakal dialami oleh
lebih dari 50% penderita kanker paru, yang sering terjadi pada tempat yang
berbeda dan sering ditemui adanya kelainan neurologis fokal, nyeri tulang dan
nyeri perut akibat metastase pada hati atau metastase padakelenjar adrenal. (16)
Gejala ekstratorasik metastatik ditemukan pada hasil autopsi lebih dari 50%
pasien Karsinoma Epidermoid, 80% pasien Adeno Karsinoma serta Karsinoma
Sel Besar dan lebih dari 95% pasien Kanker Sel Kecil. (18)
2.2.4 Stadium Klinis
Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut
International Union Againts Cancer (IUAC) The American Joint on Cancer
Comitee (AJCC) 1997 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Klinis Kanker Paru Berdasarkan TNM (19,8)Stadium TNM
0 Karsinoma In SituI IA T1N0M0
IB T2N0M0II IIA T1N1M0
IIB T2N1M0III IIIA T3N0M0
T3N1M0T1N2M0T2N2M0T3N2M0
IIIB T4N0M0T4N1M0T4N2M0T1N3M0T2N3M0T3N3M0T4N3M0
IV Setiap T, Setiap N dengan M1
Keterangan :
Tumor Primer (T)
11
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor dengan ukuran ≤ 3 cm, dikelilingi oleh pleura paru atau viseral dan
tidak ada invasi proksimal ke lobus bronkus pada bronskopkopi.
T2 : Tumor ukuran > 3 cm, melibatkan bronkus utama, perluasan ke pleura
viseral, perluasan ke hilus akibat atelektasis atau pneumonitis obstruktif.
T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma,
pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama
yang terletak < 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina, atau
adanya atelektasis / pneumonitis obstruktif seluruh paru.
T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh
darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/ perikardium
yang disertai efusi pleura/ perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus
yang sama pada tumor primer.
Kelenjar Getah Bening Regional (N)
N0 : Tidak ada metastatis ke kelenjar getah bening regional
N1 : Metastasis ke kelenjar getah bening hilus, dan atau peribronkial, serta
kelenjar getah bening pada paru karena perluasan langsung tumor primer.
N2 : Metastasis ke kelenjar getah bening mediastinum atau kelenjar getah bening
di bawah karina.
N3 : Metastasis ke kelenjar getah bening hilus kontra lateral, atau skelenus kontra
lateral/ipsi lateral, atau kelenjar getah bening supraklavikuler.
Metastasis Jauh (M)
M0 : Tidak ada metastasis jauh.
M1 : Metastasis ke hepar, anak ginjal, tengkorak.
2.2.5 Status Performance Penderita Kanker Paru
Untuk mengetahui kualitas hidup penderita kanker paru diperlukan adanya
suatu standar. Standar yang digunakan untuk menilai kualitas hidup penderita
kanker paru yang sering dipakai adalah indeks performance dari Karnoffsky.
Status performance ini berguna dalam menentukan rencana terapi yang akan
diberikan pada penderita. Selain itu, status performance ini juga penting untuk
mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan pada penderita kanker paru. (7)
12
Berikut ini adalah status performance menurut Karnoffsky: (16)
100% = Mampu melakukan aktivitas normal, tidak ada keluhan.
90% = Mampu melakukan aktivitas normal, gejala penyakit ringan.
80% = Dengan usaha mampu melakukan aktivitas normal dengan gejala penyakit
cukup didapatkan.
70% = Tidak mampu bekerja, mampu merawat dirinya sendiri.
60% = Untuk merawat dirinya sendiri terkadang membutuhkan pertolongan.
50% = Membutuhkan banyak pertolongan untuk merawat dirinya sendiri, serta
memerlukan perawatan medik.
40% = Penderita cacat, memerlukan perawatan khusus.
30% = Penderita cacat berat, memerlukan perawatan di rumah sakit.
20% = Sakit berat, harus dirawat di rumah sakit
10% = Hampir meninggal
0% = Meninggal.
2.2.6 Epidemiologi Kanker Paru
1. Frekuensi dan Distribusi
a. Penderita
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering diderita
oleh laki-laki dibanding perempuan. (20) Berdasarkan hasil penelitian Cancer
Research UK (United Kingdom) tahun 2003 di Inggris, IR kanker paru pada laki-
laki tahun 1999 mencapai 70,4 per 100.000 penduduk sedangkan pada wanita 34,9
per 100.000 penduduk. Menurut Hasil penelitian SEER (Surveilance Epdemiology
and End Result) tahun 2003, Insidens Rate kanker paru di Amerika Serikat tahun
2000 pada laki-laki adalah 79,7 per 100.000 penduduk sedangkan pada wanita
49,7 per 100.000 penduduk. (21) Sementara pada tahun 2001, kanker paru
menyebabkan kematian sebesar 32% pada laki-laki dan 25% pada perempuan di
Amerika. (17)
Pada tahun 1994, insidens kanker paru di Denmark pada laki-laki sebesar 83
per 100.000 penduduk, sedangkan pada wanita sebesar 46 per 100.000. (22)
Sementara di Indonesia, di Yogyakarta pada tahun 1996, insidens kanker paru
13
pada laki-laki sebesar 11,4 per 100.000 penduduk, sedangkan pada perempuan
sebesar 7,11 per 100.000 penduduk. (23)
Mengenai usia penderita kanker paru, pada tahun 2001 di Amerika
didapatkan bahwa kebanyakan kasus kanker paru terjadi pada usia antara 50
hingga 70 tahun, kurang dari 5% pasien kanker paru yang berusia < 40 tahun. (17)
Pada tahun 1993 – 1997 di Rumah Sakit Dharmais Jakarta, ditemukan sebanyak
89% penderita kanker paru yang berusia ≥ 40 tahun. (24) Pada 1 April – 31 Juli
2002 di RSUP H. Adam Malik ditemukan bahwa semua penderita kanker paru
berusia ≥ 40 tahun dan penderita yang terbanyak adalah berusia 60 – 69 tahun
dengan persentase sebesar 44,7%. (25)
Survei epidemiologi kanker paru pada umumnya melaporkan bahwa kurang
lebih 90% kasus kanker paru terjadi pada penderita berusia diatas 40 tahun.19
Kurang dari 5% pasien kanker paru berumur di bawah 40 tahun.25 Laporan SEER
Cancer Statistics tahun 2000-2004, Insidens Rate kanker paru pada usia ≥ 65
tahun 358,7 per 100.000 penduduk sedangkan usia < 65 tahun 17,3 per 100.000
penduduk. Di negara industri, pasien kanker paru mayoritas berusia ≥ 40 tahun,
terbanyak pada rentang usia 55 – 75 tahun dengan rata – rata 65 tahun. (26)
b. Tempat
Kanker paru merupakan jenis kanker yang cukup sering ditemukan. Insidens
kanker paru di negara – negara industri umumnya lebih tinggi dibandingkan
dengan negara berkembang. (27) Prevalensi kanker paru di negara maju sangat
tinggi. Pada tahun 1993, di Amerika dilaporkan bahwa terdapa kasus kanker paru
sebanyak 173.000 kasus/tahun dan terdapat 180.000 kasus kanker paru pada tahun
2001. (12,17)
Cause Spesifik Death Rate (CSDR) kanker paru memiliki perbedaan antara
negara satu dengan negara yang lain. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan merokok
yang ada di negara tersebut. (16) Angka kematian karena kanker paru CSDR per
100.000 penduduk pada pria usia 45 tahun atau lebih pada tahun 1972, di Sri
lanka 4, Mesir 7, Taiwan 47, Jepang 75, Australia 184, Amerika Serikat 194,
Belanda 281, dan Inggris 310. Sementara itu, di negara berkembang dilaporkan
bahwa terjadi peningkatan yang cepat terhadap insiden kanker paru antara lain
14
karena konsumsi rokok yang berlebihan seperti di China yang mengkonsumsi
sebanyak 30 % rokok dunia. (12)
c. Waktu
Insidens kanker paru terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 1982, angka kematian akbiat kanker paru di Amerika adalah sebanyak
200.000 orang/tahun sedangkan di Inggris sebanyak 300.000 orang/tahun. Angka
tersebut terus mengalami peningkatan 2 kali lipat setiap tahunnya. (26)
Sementara itu, data penderita kanker paru dari RSUP Persahabatan Jakarta juga
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1970 – 1976
ditemukan sebanyak 382 kasus, tahun 1980 – 1984 sebanyak 374 kasus, tahun
1984 – 1988 sebanyak 666 kasus dan tahun 1998 ditemukan sebanyak 273 kasus.
(19) Data penderita kanker paru di RS. Dharmais Jakarta pada tahun 2004 adalah
sebanyak 86 kasus dan mengalami peningkatan menjadi 111 kasus pada tahun
2006 hingga 113 kasus pada tahun 2007. (28)
2.2.7 Determinan Kanker Paru
a. Usia
Usia merupakan salah satu faktor risiko penting pada kejadian kanker.
Insiden kanker semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang.
Hal tersebut sangat mungkin disebabkan oleh semakin banyaknya paparan faktor
risiko dan kemampuan melakukan mekanisme perbaikan sel yang semakin
menurun pada seseorang. Insiden puncak kejadian kanker paru terjadi pada
rentang usia antara 45-65 tahun. Pada penelitian S Christine didapatkan bahwa
rata-rata usia penderita pada kasus kanker paru adalah 51,73 ± 6,87 tahun dengan
mayoritas penderita berusia 40-50 tahun sebesar 50%, diikuti dengan usia antara
51-60 tahun sebesar 40% dan usia 61 – 70 tahun yaitu sebesar 10%. (10)
Alasan lain yang menyatakan mengapa suatu kanker baru muncul pada usia
tua adalah karena pertumbuhannya yang lambat. Pertumbuhan kanker kadang-
kadang sangat lambat dan hanya dapat terdeteksi pada saat stadium lanjut. Kanker
dapat tumbuh dan berkembang hingga bertahun-tahun tanpa disadari oleh
penderita. (13) Berdasarkan hasil survei kanker paru yang dikutip dari Alsagaf
15
(1995), dilaporkan bahwa kasus kanker paru yang terjadi pada usia ≥ 40 tahun
mencapai 90% dari seluruh usia. Di Amerika, penderita kanker paru terbanyak
adalah pada usia ≥ 40 tahun, yaitu sebesar 90%. Sementara di Indonesia,
penderita kanker paru pada rentang usia tersebut adalah sebesar 84,4%. (29)
Pada penelitian lain didapatkan bahwa usia rata-rata pasien kanker paru
adalah 60 tahun. Kasus kanker paru sebagian besar terjadi pada pasien dengan
usia > 50 tahun dan jarang terdiagnosis pada pasien dengan usia < 40 tahun.
Timbulnya proses karsinogenesis pada proses penuaan disebabkan oleh terjadinya
penurunan kemampuan tubuh untuk memperbaiki kerusakan sel dan terjadi
perubahan dalam metabolism selama proses penuaan. (29)
b. Jenis Kelamin
Sebagian besar kasus kanker paru diderita oleh laki-laki (65%) dengan
resiko 1:13, sedangkan pada perempuan 1:20. Perbandingan kejadian kanker paru
laki-laki terhadap perempuan adalah 4:1. Pada suatu penelitian di RSUP H. Adam
Malik Medan didapati bahwa berdasarkan jenis kelamin, kasus kanker paru lebih
banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 73,3% daripada jenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 26,7%. (30,31) Survei epidemiologis kanker
paru berdasarkan jenis kelamin pada umumnya menyatakan bahwa perbandingan
kasus laki-laki dibanding wanita adalah 5:1 (32)
Hasil penelitian Liauw KM & Chen CJ (982-1994) dengan desain kohort
yang dilakukan di kalangan kaum pria, membuktikan bahwa kebiasaan merokok
secara bermakna berhubungan dengan peningkatan risiko kematian akibat kanker
paru 3 kali {RR (risiko relatif) = 3} dan pada kalangan wanita (RR = 3,6). (32)
c. Pengaruh Genetik dan Status Imunologi
Kanker paru juga dapat dipengaruhi oleh keadaan genetik. Dalam keadaan
normal, pertumbuhan sel berlangsung dalam beberapa tahap dan dikontrol oleh
gen (pembawa informasi) yang sebagian bertindak sebagai pemicu, penghambat
pertumbuhan dan gen pengontrol proses lain di dalam sel agar dapat berjalan baik.
Gangguan yang terjadi pada gen atau proses pertumbuhan tersebut dapat
menyebabkan tidak terkendalinya pertumbuhan sel. Pada beberapa keadaan, tidak
semua gangguan tersebut berkembang secara cepat melainkan dapat pula berhenti
16
sebelum berubah menjadi ganas (disebut dengan tumor jinak). Akan tetapi, ketika
gangguan yang terjadi semakin berat dan bermetastasis ke organ lain, maka hal
inilah yang dikatakan sebagai kanker. (8)
Perokok yang memiliki keluarga yang menderita kanker mempunyai risiko
30 – 40 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok yang tidak
mempunyai keluarga yang menderita kanker. Hal ini menunjukkan adanya kontrol
genetik yang bertanggung jawab atas terjadinya kanker paru. Gen autosom
Mendelion memiliki interaksi dengan rokok sehingga dapat menyebabkan
penyakit pada usia dini. (22) Terdapat perubahan / mutasi beberapa gen yang
berperan dalam terbentuknya kanker paru, yaitu proto oncogen, tumor supressor
gene dan gene encoding enzyme. (12)
Status imunologis penderita kanker paru yang dipantau dari celular
mediated menunjukkan adanya keterkaitan antara derajat diferensiasi sel, stadium
penyakit, tanggapan terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang
menderita alergi pada umumnya tidak memberikan respon yang baik terhadap
pengobatan dan lebih cepat meninggal. (16)
d. Merokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihirup asapnya, baik
tembakau yang berbentuk rokok maupun yang dibakar menggunakan pipa. Suhu
pada sebatang rokok yang sedang dibakar mencapai 90˚C pada ujungnya dan 30˚C
pada pangkal rokok yang terselip di antara bibir perokok. Asap rokok yang
dihisap atau dihirup akan melalui dua komponen yang lekas menguap berbentuk
gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi partikel. Oleh karena
itu, asap rokok yang dihisap dapat berupa gas yang mencapai 85% dan sisanya
berupa partikel. (33)
Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke,
sedangkan asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok maupun asap
yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar disebut sidestream smoke.
Sidestream smoke mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif. Di dalam
asap rokok mainstream terkandung 4000 jenis bahan kimia berbahaya dalam
rokok dengan bermacam - macam mekanisme kerja terhadap tubuh yang
dibedakan atas fase partikel dan fase gas. Fase partikel antara lain adalah nikotin,
17
nitrosamine, N nitrosonorktokin, poliskiklik hidrokarbon, logam berat dan
karsinogenik amin. Sedangkan fase yang dapat menguap atau seperti gas
diantaranya adalah karbonmonoksid, karbondioksid, benzene, amonia,
formaldehid, hidrosianida dan lain-lain. (33)
Beberapa bahan kimia dalam rokok yang dapat mengganggu kesehatan
antara lain nikotin, tar, gas karbon monoksida dan berbagai logam berat.
Seseorang akan mengalami gangguan kesehatan bila merokok secara terus
menerus. Hal ini disebabkan karena adanya nikotin di dalam asap rokok yang
diisap yang bersifat adiktif sehingga bisa mengakibatkan seseorang menghisap
rokok secara terus-menerus. Tar mengandung bahan kimia beracun yang dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel paru-paru dan dapat menyebabkan
kanker. Di dalam rasap rokok juga terkandung gas karbon monoksida (CO) yang
dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah untuk membawa oksigen.
Gas ini bersifat racun yang berlawanan dengan gas oksigen dalam proses transport
hemoglobin. (33)
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok,
jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok.Sebagian besar penyakit kanker paru disebabkan oleh
karsinogen dan zat pemicu tumor yang masuk ke dalam tubuh akibat kebiasaan
merokok. Secara umum, risiko relatif terjadinya kanker paru mengalami
peningkatan sekitar 13 kali pada perokok aktif dan sekitar 1,5 kali pada perokok
pasif yang terpajan oleh asap rokok dalam waktu yang lama. (18)
Dari data Susenas 2001 dapat diamati bahwa prevalensi perokok di
Indonesia pada penduduk yang berusia di atas 10 tahun mencapai 27,7 %.
Prevalensi perokok cenderung mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir.
Jumlah perokok bergeser pada kelompok umur yang lebih muda, dengan rentang
usia 15 – 19 tahun. Prevalensi perokok berdasarkan jenis kelamin adalah sebanyak
54,5% untuk laki – laki dan 1,2% untuk perempuan. Berdasarkan keterangan
mereka yang merokok (sebanyak 92%), dinyatakan bahwa mereka terbiasa
merokok di dalam rumah ketika sedang bersama anggota keluarga lainnya. Hal ini
memberikan keterangan bahwa sebagian besar anggota keluarga dapat
dikategorikan sebagai perokok pasif. (34)
18
Asap rokok juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap
perokok pasif yaitu orang yang berada dekat dengan perokok aktif yang juga turut
mengisap asap rokok dari perokok aktif (Sidestream smoke). Seorang perempuan
yang memiliki suami yang mengisap rokok mempunyai risiko yang lebih tinggi
terkena kanker paru dibandingkan dengan perempuan yang memiliki suami bukan
perokok.
Risiko timbulnya kanker paru pada perokok berkaitan dengan hal – hal
berikut ini (12,16):
1. Jumlah rokok yang dikonsumsi dalam sehari yaitu > 20 batang sehari)
2. Usia ketika mulai merokok (lebih dari 10 tahun
3. Lama berhenti merokok
4. Kebiasaan merokok dengan cara menghisap dalam-dalam
Di bawah ini dapat dilihat hubungan atau perbandingan antara jumlah
batang rokok yang dikonsumsi setiap hari dengan besar risiko kanker paru yang
ditimbulkan.
Dalam jangka panjang merokok (10 – 20 tahun) (16):
1. 1 – 10 batang/hari meningkatkan risiko 15 kali
2. 20 – 30 batang/hari meningkatkan risiko 40 – 50 kali
3. 40 – 50 batang/hari meningkatkan risiko 70 – 80 kali
Usia mulai merokok sebelum 15 tahun akan beresiko menderita kanker
paru jauh lebih tinggi dibandingkan dengan merokok setelah umur 25 tahun. (26)
Perokok yang mengkonsumsi rokok kurang dari 20 batang sehari memiliki risiko
menderita kanker paru yang jauh lebih rendah apabila berhenti merokok selama
lebih dari sembilan tahun dibandingkan berhenti merokok selama kurang dari satu
tahun. Sebaliknya, perokok yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang sehari
dan telah berhenti merokok selama setahun akan memiliki resiko terkena kanker
paru yang lebih tinggi dibandingkan jika ia telah berhenti merokok selama
sembilan tahun atau lebih. Apabila seorang perokok menghentikan kebiasaan
merokok, maka ia akan memiliki risiko yang sama dengan bukan perokok setelah
10-13 tahun kemudian. Hal ini menunjukkan bahwa berhenti merokok secepat
mungkin adalah lebih baik. (26,16,12)
19
Faktor merokok yang dapat menyebabkan kanker paru tergantung pada hal –
hal berikut ini (26)
1. Dalamnya menghisap rokok
2. Jumlah hisapan pada setiap batang rokok
3. Lamanya rokok melekat di bibir
4. Lamanya rokok kembali dinyalakan setelah dimatikan
5. Panjang puntung rokok yang tersisa.
Risiko terjadinya kanker paru pada perokok yang mengkonsumsi rokok yang
berfilter lebih rendah dibandingkan dengan perokok yang mengkonumsi rokok
yang tidak berfilter. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya pengurangan kadar
larutan nikotin pada rokok yang berfilter. (26)
e. Pencemaran Karena Pekerjaan
Kanker paru merupakan salah satu dari jenis penyakit paru yang dapat
disebabkan oleh pekerjaan. Definisi penyakit paru akibat pekerjaan adalah
penyakit / kerusakan paru yang dialami seseorang yang disebabkan oleh debu /
asap / gas berbahaya yang terhirup di tempat ia bekerja. Berbagai jenis penyakit
paru dapat terjadi tergantung dari jenis paparannya. (35) Begitu pula dengan
perkembangan kanker paru yang berkaitan dengan adanya pemaparan oleh zat
kimia tertentu di tempat kerja. Angka Insiden kanker paru pun meningkat pada
pekerja yang terpapar oleh beberapa bentuk nikel dan asbestos. (16)
Tabel 2.2 Pembagian Penyakit Paru Akibat Kerja (35)No.
Penyakit Paru Akibat Kerja
Jenis Paparan
1. Penyakit paru interstitial Asbestosis, pneumoconiosis batubara, silicosis, berylliosis, pneumonitis hipersensitif
2. Edema paru Inhalasi asap gas toksik akut (NO2, khlorin)3. Penyakit pleura Asbes4. Bronkhitis Debu tepung, debu berat (pekerja tambang
batubara)5. Asma Debu kapas, garam platina, tepung formalin6. Kanker paru Asbes, uranium, kromnikel, klormetil eter
Menentukan hubungan antara penyakit dengan jenis pekerjaan adalah tidak
mudah karena penyakit tertentu memerlukan waktu yang lama antara terjadinya
paparan hingga timbulnya penyakit. Oleh sebab itu, diperlukan adanya anamnesa
yang teliti meliputi riwayat pekerjaan dan timbulnya gejala penyakit tersebut. (35)
20
Tabel 2.3 Jenis Pekerjaan yang beresiko Menimbulkan Kanker Saluran NafasNo. Zat Penyebab Jenis Pekerjaan Janis Kanker1. Asbes Tambang, menenun Kanker paru,
mesotelioma serosa2. Radio aktif Tambang uranium, logam,
hematite, flourspairKanker paru
3. Gas Mustard Pabrik Kanker paru4. Nikel Penyulingan Kanker paru5. Khrom Ekstraksi, produksi dan pigmen Kanker paru6. Arsen Penyulingan logam Kanker paru7. Halo eter Industri kimia Kanker paru8. Belum diketahui Karbonisasi batubara Kanker paru9. Belum diketahui Percetakan Kanker paru
World Health Organization (WHO) mengeluarkan pedoman tentang
karsinogen di tempat kerja dan perkiraan tentang risiko relatif terhadap kejadian
kanker paru pada tahun 2004. Menurut Steenland et all (1996), risiko relatif untuk
kanker paru akibat pajanan karsinogen di tempat kerja (tidak termasuk radon)
diperkirakan adalah 1,6. Seseorang yang terpapar arsenik dan asbestos dengan
dosis rendah memiliki risiko 1,2 kali untuk menderita kanker paru (RR 1,22-1,32;
95% Cl). (36)
Berikut ini adalah jenis – jenis bahan pertambangan maupun industri yang
merupakan penyebab terjadinya kanker paru (26,12):
a. Asbestosis
Penyebab kanker paru yang dikarenakan oleh paparan asbes mencapai 6 –
10 kali dari penduduk pada umumnya dan perokok sigaret mempunyai risiko
tinggi apabila di sisi lain ia terpajan oleh asbes. Suatu penelitian melaporkan
bahwa 13,8% karsinoma epidermoid disebabkan oleh asbes.
b. Bahan radioaktif
Uranium dan fluorosphor masing – masing memberikan insidens kanker
paru sebesar 4 kali dan 29 kali pada penduduk yang terpajan dibandingkan dengan
penduduk pada umumnya.
c. Khlorometil eter dan bikhlorometil eter
Khlorometil eter dan bikhlorometil eter juga merupakan bahan
karsinogenik. Empat belas pekerja dari 111 pekerja menderita penyakit kanker
paru pada pekerja pabrik yang terpapar asap khlorometil eter selama 3 – 14 tahun
21
pada usia 33 – 35 tahun. Tiga pekerja diantaranya tidak merokok dan usia rata-
rata penderita berada di bawah dari usia penderita kanker paru pada umumnya.
f. Penyakit lain
Tuberkulosis paru sering dikaitkan sebagai faktor predisposisi terhadap
timbulnya kanker paru. Hal ini diduga karena adanya mekanisme hiperplasi,
metaplasi, karsinoma in situ kanker paru sebagai akibat dari adanya jaringan parut
tuberculosis.
22
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskripstif retrospektif dengan desain cross-
sectional. Data diperoleh dari data primer pasien yang dirawat di Ruang
Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan mulai bulan April 2014 secara total
sampling. Penelitian ini dilakukan di bagian Ruang Kemoterapi RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Semua penderita kanker yang dirawat di Ruang Kemoterapi RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan April 2014.
3.3.2 Sampel Penelitian
Semua kasus kanker di Rawat Inap Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh yang memenuhi kriteria inklusi, pasien kanker paru sebagai
kelompok kasus, dan pasien kanker bukan kanker paru sebagai kelompok kontrol.
Besar sampel ditentukan dengan metode total sampling dimana populasi
penelitian dijadikan sebagai besar sampel yaitu jumlah semua pasien rawat inap di
Ruang Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan April 2014.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling
dengan besar sampel yaitu jumlah semua pasien rawat inap di Ruang Kemoterapi
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan April 2014.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien yang telah didiagnosa sebagai penderita kanker paru dan sedang
menjalani kemoterapi serta bersedia dijadikan sampel penelitian.
b. Pasien yang telah didiagnosa sebagai penderita kanker bukan kanker paru
dan sedang menjalani kemoterapi serta bersedia dijadikan sampel penelitian.
23
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang tidak bersedia menjadi sampel penelitian.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel penelitian
a. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah usia, jenis
kelamin, riwayat merokok aktif, riwayat terpapar asap rokok di rumah,
riwayat menderita penyakit paru, riwayat keluarga menderita kanker paru.
b. Variabel terikat (dependent) adalah kanker paru.
Variabel Independent Variabel Dependent
3.4.2 Definisi Operasional
a. Kanker Paru adalah penyakit keganasan paru yang sedang diterapi dengan
kemoterapi pada pasien di Bagian Rawat Inap Kemoterapi RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh, dikelompokkan menjadi:
- Kanker paru (+)
Usia
Jenis Kelamin
Riwayat Merokok Aktif
Kanker ParuRiwayat Keluarga Menderita Kanker Paru
Riwayat Terpapar Asap Rokok di Rumah
Riwayat Menderita Penyakit Paru
24
- Kanker paru (-)
Skala ukur: nominal
b. Jenis kelamin pasien diperoleh dari data anamnesis pasien di Bagian Rawat
Inap Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, dikelompokkan
menjadi:
- Laki – laki
- Perempuan
Skala ukur : ordinal
c. Usia pasien adalah usia yang diperoleh dari anamnesis pasien di Bagian
Rawat Inap Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dinyatakan
dalam tahun, dikelompokkan menjadi:
- Usia < 40 tahun
- Usia ≥ 40 tahun
Skala ukur: ordinal
d. Riwayat merokok aktif adalah pasien yang mengkonsumsi atau menghisap
rokok secara langsung/aktif tanpa memperhitungkan lama merokok, waktu
mulai aktif merokok dan jumlah batang rokok yang dihisap perhari baik
yang masih merokok maupun yang telah berhenti merokok, dikelompokkan
menjadi:
- Riwayat merokok aktif (+)
- Riwayat merokok aktif (-)
Skala ukur: ordinal
e. Riwayat terpapar asap rokok di rumah adalah keadaan pasien yang bukan
perokok aktif namun terpapar asap rokok (perokok pasif) di lingkungan
keluarga baik dari anggota keluarga maupun dari penghuni rumah yang
merokok tanpa memperhitungkan frekuensi dan lama paparan dalam sehari,
dikelompokkan menjadi:
- Terpapar asap rokok di rumah
- Tidak terpapar asap rokok di rumah
Skala ukur: ordinal
f. Riwayat pasien menderita penyakit paru adalah adanya riwayat pasien yang
pernah menderita tuberculosis paru, dikelompokkan menjadi:
25
- Riwayat menderita penyakit paru sebelumnya (+)
- Riwayat menderita penyakit paru sebelumnya (-)
Skala ukur: ordinal
g. Riwayat keluarga menderita kanker paru adalah adanya riwayat anggota
keluarga kandung yang pernah menderita kanker paru, dikelompokkan
menjadi:
- Riwayat keluarga menderita kanker paru (+)
- Riwayat keluarga menderita kanker paru (-)
Skala ukur: ordinal
3.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari Kepala Bagian
Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh serta mendapat izin
dari pasien yang akan diwawancara. Pada penelitian ini, jenis data yang
dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil
wawancara pasien yang sedang menjalani Kemoterapi di Ruang Rawat Inap
Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
3.6 Prosedur Penelitian
1. Peneliti mendatangi pasien yang ditetapkan sebagai sampel penelitian
sesuai kriteria insklusi dan eksklusi.
2. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian serta
meminta persetujuan pasien untuk menjadi subyek penelitian dengan
menandatangani lembar informed consent.
3. Peneliti melakukan wawancara singkat (Lembar kerja penelitian :
terlampir ).
4. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan data sebelum data dikumpulkan
dan mengucapkan terima kasih kepada pasien dan keluarganya.
5. Setelah selesai melakukan penelitian, peneliti melapor kembali kepada
Kepala Bagian Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda
Aceh Rumah Sakit untuk mendapatkan surat keterangan telah selesai
melakukan penelitian.
3.7 Pengolahan dan Penyajian Data
26
1) Collecting
Collecting yaitu mengumpulkan data primer pasien yang didiagnosa
menderita Kanker Paru maupun yang didiagnosa menderita kanker lain.
2) Editting
Editting yaitu melakukan pengecekan terhadap variabel penelitian sebelum
dilakukan entri data sehingga bila ada kesalahan atau kekurangan data segera
diklarifikasi.
3) Tabulating
Tabulating yaitu mengelompokkan data sesuai dengan kategori yang telah
dibuat untuk tiap – tiap subvariabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan ke
dalam tabel tabulasi silang dan tabel distribusi frekuensi.
4) Cleaning
Cleaning yaitu mengevaluasi kembali data untuk menghindari kesalahan
dalam data. (37)
3.8 Analisis Data
Data yang akan dikumpulkan secara kuantitatif dianalisis secara univariat
dengan menggunakan tabulasi silang.
3.9 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka yang menggambarkan hubungan konsep
yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti. (37) Kerangka konsep yang akan menjadi pengarah dalam penelitian ini
adalah karakteristik penderita kanker paru di Rawat Inap Kemoterapi RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan April 2014. Untuk lebih jelasnya dapat
diterangkan sebagai berikut:
Variabel Independent Variabel Dependent
Usia
Jenis Kelamin
Riwayat Merokok Aktif
Kanker ParuRiwayat Keluarga Menderita Kanker Paru
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Susanto AD, Prasenohadi, Yunus F. The Year of Lung. Jakarta: Departemen Pulmonolgi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Indonesia-RSUP Persahabatan Jakarta; 2010. Tersedia di: http://jurnalrespirologi.org /jurnal/Jan10/Lung%20of%20the%20year-2.pdf
2. Salgia R, Blanco R, Skarin AT, Lathan CS. Lung Cancer: Aetiology, Histopathology, And Clinical Manifestations. Dalam: Lorigan Paul, Skarin AT. Lung Cancer. China: Mosby Elsevier; 2007. p.23-28.
3. Ancuceanu, R. V., and Victoria, I, 2004, Pharmacologically Active Natural Compounds for Lung Cancer, Altern. Med. Rev.,9, (4), p.402-419
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009.
5. Amin Z. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus S, Setiati S, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ke-5. Jakarta: FKUI; 2009. p.2254-2260
6. Depkes RI., 2007. Sistem Jaminan Kesehatan. Jakarta.7. Ismail D. Harapan Baru untuk Penderita Kanker Paru. Dalam: Purwanto TP,
penyunting. Harian Joglo Semar. 2011.) [cited 2014 Februari. Available from: http://harianjoglosemar.com/berita/harapan-baru-untuk-penderita-kankerparu-49728.html
8. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Cetakan I. Jakarta: EGC. 2006
9. [Online]. [cited 2014 Januari. Available from: http://garda-pengetahuan.blogspot.com/2013/01/alat-alat-pada-sistem-pernapasan manusia.html .
10. Watson R. Anatomi Dan Fisiologi. 10th ed. Jakarta: Buku Kedokteran ECG, 2002.
11. www.bio.davidson.edu. [Online]. [cited 2014 Januari. Available from: http://www.bio.davidson.edu/people/kabernd/berndcv/lab/website%20%28summer%202009%29/MCChomepage/E2-O3.htmlvv
Riwayat Terpapar Asap Rokok di Rumah
Riwayat Menderita Penyakit Paru
28
12. Amin, Zulkifli. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi III. Jakarta: Penerbit FKUI.2003
13. Kumar V, Maitra A. Paru dan Saluran Napas Atas. Dalam: Kumar V, Cotran RS, Robbins SL, penyunting. Buku Ajar Patologi, edisi ke-7. Jakarta : EGC; 2007. p.559-565
14. Robins. Pathologic Basic of Disease. 5th ed. United States of America: Saunders Company. 1994
15. Gale, D., 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC, Jakarta dan Price, Sylvia A., 2006.
16. Alsagaff, Hood, 1995. Kanker Paru dan Terapi Paliatif. Cetakan I. Airlangga University Press, Surabaya
17. Tierney, L, dkk. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam). Jakarta: Salemba Medika. 2002
18. .Horisson. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.200019. Boedjang, N. Tumor Dalam Toraks., Jakarta: Penerbit FKUI. 200120. Thomson, A.D. Catatan Kuliah Patologi. Edisi III, Jakarta: EGC .199721. WHO. [Online].; 2005. Available from:
http://www.who.int/gender/documents/lungcancerlast.pdf22. Sari, F, dkk., Juni 2001. Kanker Paru Pada Perempuan. Majalah Kedokteran
Indonesia, Vol. 51 No. 623. Soetiarto F. Registrasi Kanker Populasi Di Kodya Ujung Pandang,
Yogyakarta, dan Semarang 1996. [Online].; 1996.24. Jusuf, A, dkk., September 2001. Diagnosis Kanker Paru di Rumah Sakit Pusat
Kanker Nasional Dharmais : Jakarta Majalah Kedokteran Indonesia.,Vol. 51, No.9.
25. Soeroso, L., September 2004. Peranan Sitologi Sputum Pada Kanker Paru Dengan kelainan Foto Toraks. Majalah Kedokteran Nusantara. FK USU, Medan
26. Alrasjid, S., 1996. Pencegahan Primer Kanker Paru. Jurnal Respirologi Indonesia. Vol. 16, No. 4
27. Djoerban, Z., 2003. Terapi Suportif Kanker Paru. Cardiovascular Respiratory Immunology From Pathogenesis to Clinical Application. 2003
28. Suratman, E., 2009. Statistik Kanker : 10 Besar Kanker Tersering RSKD Rawat Jalan (Kasus Baru) 2007. http://www.Dharmais.co.id ).
29. Ascociation AL. State Of Lung Disease In Diverse Communities 2010. New York: New York city office;2010.p.55-62
30. Amin, Z., 2009. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S.,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: FKUI, 2254.
31. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi. 7 nd ed , Vol. 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007
29
32. Liauw KM & Chen CJ, 1998. Warta Rokok & Kesehatan; Mortalitas Akibat Merokok di Taiwan. www.klikpdpi.com/jurnal-warta/rokok/rokok-kes).
33. Kanker Paru. Divisi Onkologi Toraks Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi. (diakses 25 Desember 2013). Tersedia dari: http://kankerparu.org/main/index.php?option=com_content&task=view&id=17& Itemid=31)
34. Sitepoe, M., 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta : P.T. Gramedia Widiaswana
35. Yunus, F ., dkk., 1992. Pulmonologi Klinik. Bag. Pulmonologi FKUI, Jakarta36. RS Persahabatan, Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
FKUI- [Online] ; 2007.37. Notoatmodjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kedokteran. Jakarta : ErlanggaLampiran 1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
2013 2014
Bulan
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
1 Studi kepustakaan
2 Penyusunan proposal
3 Seminar proposal
4 Penelitian
5 Pengolahan data
6 Pembuatan skripsi
7 Sidang skripsi
8 Perbaikan skripsi
30
Lampiran 2
Lembar Informed Consent
LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI SUBYEK PENELITIAN
Banda Aceh, April 2014Kepada Yth. :Pasien Rawat Inap di Bagian Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Acehdi- TempatDengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:Nama : Edi Saputra SaksariNIM : 1007101010057Alamat : Jl. Lingkar Kampus, Darussalam, Banda AcehNo. Hp : 085356772802E-mail : [email protected]
Adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala yang akan mengadakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran. Adapun penelitian yang dimaksud berjudul ” Karakteristik Penderita Kanker Paru yang Dirawat Inap di Bagian Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh”
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik penderita kanker paru yang dirawat inap di Bagian Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Apapun hasil dan identitas Anda dalam penelitian ini akan Saya jamin kerahasiaannya. Data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk penelitian dan publikasi.
31
Oleh karena itu, Saya mohon kesediaan Anda untuk berpartisipasi menjadi subyek penelitian dalam penelitian ini. Jika Anda setuju untuk berpartisipasi, maka Saya mohon untuk dapat mengisi lembar kesediaan subyek penelitian penelitian yang telah disediakan. Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut atau ada yang ingin ditanyakan, silakan menghubungi peneliti melalui data yang tersebut di atas.
Demikianlah penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini. Atas partisipasi dan kerja sama yang baik Saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Peneliti
Lampiran 3
LEMBARAN KESEDIAAN MENJADI SUBYEK PENELITIAN
Judul penelitian : Karakteristik Penderita Kanker Paru yang Dirawat Inap di
Bagian Kemoterapi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Nama Subyek :
Nama Peneliti : Edi Saputra Saksari
1. Saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul di atas yang
telah diterangkan kepada Saya. Informasi tertulis tentang penelitian ini
telah diberikan kepada Saya;
2. Saya memberi kuasa kepada peneliti untuk melakukan aktivitas tersebut
pada nomor 1 di atas;
3. Saya mengakui bahwa:
a) Saya telah diberitahu bahwa keterlibatan Saya dalam penelitian ini
bersifat sukarela dan saya bebas menentukan kapan Saya ingin
berhenti dari penelitian ini tanpa penjelasan ataupun prasangka serta
mengambil kembali data yang belum diproses yang telah diberikan
kepada peneliti;
b) Saya mengetahui bahwa penelitian ini besar manfaatnya bagi
peningkatan ilmu kedokteran masa mendatang;
c) Saya telah diberitahu tentang kerahasiaan informasi yang telah Saya
berikan, yang akan dijaga sesuai dengan batas-batas hukum yang ada.
32
4. Saya sudah diberitahu hasil pemeriksaan tersebut akan ditulis. Nama Saya
juga akan diinisialkan dengan angka dalam penerbitan dari hasil penelitian
ini.
Banda Aceh, Maret 2014
33
Lampiran 4
LEMBAR KERJA PENELITIAN
Nama : ..................... Agama : .....................
Usia : ..................... Ras / Suku : .....................
Alamat : .....................
- Riwayat Merokok Aktif :
- Riwayat Terpapar Asap Rokok di Rumah :
- Riwayat Menderita Penyakit Paru :
- Riwayat Keluarga Menderita Kanker Paru :
xx