proposal baru

18
PROFIL KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN INDEKS ERITROSIT PADA SISWA SMP DI DAERAH PEGUNUNGAN KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN LOMBOK UTARA PROPOSAL PENELITIAN Oleh : Moh. Arif Kurniawan T H1A010026 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Upload: muhammad-arif

Post on 27-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Baru

PROFIL KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN INDEKS ERITROSIT

PADA SISWA SMP DI DAERAH PEGUNUNGAN KECAMATAN TANJUNG

KABUPATEN LOMBOK UTARA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

Moh. Arif Kurniawan T

H1A010026

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

2013

Acer, 09/09/13,
berdasarkan
Page 2: Proposal Baru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anemia pada anak merupakan masalah yang jarang mendapat perhatian khusus. Hal ini

terbukti dengan sedikitnya penelitian epidemiologi terhadap masalah anemia pada anak di

suatu daerah. Penelitian epidemiologi tentang anemia untuk anak dilakukan pada 1989 di

Indonesia dimana didapatkan data prevalensi anak sekolah mengalami anemia berkisar antara

25-35%.(Sudoyo, 2008)

Masalah yang dihadapi pada penyakit anemia kronis pada anak adalah kesulitan untuk

diskrining karena rata-rata kejadiannya lebih sering asimptomatik. Anak tidak menampakan

gejala kelainan serius. Umumnya anak merasakan perasaan pusing, lemah, lelah, letih dan

lesu. Namun gejala umum tersebut diabaikan oleh anak. Apalagi ditambah dengan tingkat

pendidikan orang tua yang rendah menyebabkan status kesehatan anak jadi lebih sering

terbangkalai. (Sudoyo, 2008)

Anak-anak dengan anemia cenderung mengalami gangguan perkembangan. Hal ini

terjadi akibat kurangannya transport O2 yang dibawa darah sebagai alat transportasi ke otak.

Akibatnya anak menjadi sulit berkonsentrasi. Selain itu salah satu bahaya lain dari anemia

adalah peningkatan curah jantung dan peningkatan beban kerja pemompaan jantung. Hal ini

akan berakibat fatal pada anak yang anemia ketika dia beraktivitas berat atau olahraga,

jantungnya akan melakukan kerja yang jauh lebih berat akibat kompensasi dari kondisi

anemia ditambah dengan kompensasi kerja berat atau olahraga. Jantung yang berkerja terlalu

berat dapat berefek kepada suatu kondisi gagal jantung akut dan serangan hipoksia jaringan.

(Guyton & Hall, 2008)

Anemia terjadi pada seorang anak bisa diakibatkan oleh berbagai macam faktor antara

lain faktor nutrisi, perbedaan sosial ekonomi, kebiasaan, penyakit infeksi, atau kondisi

patologik. Semua faktor tersebut dapat menyebabkan gangguan pembentukan eritrosit oleh

sumsum tulang, kehilangan darah keluar tubuh atau terjadinya penghancuran eritrosit dalam

tubuh sebelun waktunya yang akhirnya mencetus kondisi anemia untuk anak-anak. (Sudoyo,

2008).

Acer, 09/09/13,
Apakah cara penyaduran sumber sudah benar??
Acer, 09/09/13,
Sumber?
Acer, 09/09/13,
?? diskrining?
Page 3: Proposal Baru

Selain itu, faktor geografis suatu daerah dapat dipertimbangkan pula sebagai pencetus

dari kondisi anemia yang di alami seseorang. Pada daerah dengan ketinggian tertentu, diduga

dapat mempengaruhi saturasi oksigen dan menyebabkan perubahan dari kadar hemoglobin

sebagai kompensasi untuk mencukupi asupan oksigen dalam tubuh manusia.(Guyton & Hall,

2008)

Untuk melihat bagaimana gambaran anemia pada anak maka disusunlah penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana profil anemia yang terjadi pada anak-anak

di suatu daerah yang secara geografis memiliki ketinggian lebih dari 500 m di atas

permukaan laut.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,

a. Bagaimana profil kejadian anemia berdasarkan indeks eritrosit pada siswa

smp di daerah pegunungan kecamatan tanjung kabupaten lombok utara?

1.3. Tujuan

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui angka kejadian anemia di

daerah pegunungan pada siswa-siswi smp di daerah Kayangan Kabupaten Lombok Utara.

Selain itu dengan berdasarkan indeks eritrosit dapat diketahui pula jenis anemia apa yang

terjadi pada siswa dan siswi smp di daerah Kayangan Kabupaten Lombok Utara.

1.4. Manfaat

a. Bagi Masyarakat

Mengedukasi masyarakat sekitar, terutama anak-anak usia SMP untuk mengenal

anemia dan gejalanya serta cara pengobatan dan mencegah dari anemia.

b. Bagi Mahasiswa

Acer, 09/09/13,
berdasarkan
Acer, 09/09/13,
Lebih diperjelas rumusan masalahnya : bagaimanakah gambaran anemia berdasarkan indeks eritrosit… dst
Page 4: Proposal Baru

Menambah wawasan mengenai penyakit anemia, belajar mengenai anemia lebih

dalam terkait jenis-jenis anemia dan faktor apa yang mempengaruhinya

c. Bagi Pemerintah

Memberikan gambaran kejadian anemia kepada pihat terkait khususnya kepada Dinas

Kesehatan setempat

d. Bagi Instansi Pendidikan

Menambah reverensi mengenai prevalensi kejadian anemia yang terjadi di daerah

dengan kondisi geografis tertentu. Selain itu, dapat dijadikan juga sebagai sumber

informasi untuk dilakukan penelitian selanjutnya.

Page 5: Proposal Baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.5. Difinisi Anemia

Anemia didefinisikan sebagai kondisi penurunan kosentrasi dari hemoglobin (Sacher

& McPherson, 2004).

Secara fungsional anemia adalah kondisi turunnya jumlah massa sel darah merah(red

cell mass) yang berdampak pada penurunan fungsi pembawa oksigen untuk suplai

yang mencukupi bagi jaringan perifer.( Sudoyo, 2008).

Anemia adalah jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit atau jumlah hemoglobin

dalam sel yang terlalu sedikit sehingga kadar hemoglobin dalam darah sedikit.

(Guyton & Hall, 2008).

Dalam SK Menkes RI Nomor:736a/Menkes/XI/1989, anemia merupakan kondisi

nilai Hb dalam darah kurang dari nilai normal terkait kelompok usia, dan jenis

kelamin. Dengan nilai normal untuk anak balita < 11 gram/dl, anak usia sekolah < 12

gram/dl, wanita dewasa < 12 gram/dl, pria dewasa < 13 gram/dl, ibu hamil < 11

gram/dl, ibu menyusui lebih dari 3 bulan < 12 gram/dl. (Depkes RI, 2006)

1.6. Etiologi Anemia

Anemia adalah kumpulan gejala yang terjadi dengan berbagai penyebab. Dari difinisi

anemia, segala kondisi yang menyebabkan penurunan massa sel darah merah atau kadar

hemoglobin dalam sel darah merah mencetuskan terjadinya anemia. Jika dirangkumkan

maka terdapat 3 kategori utama penyebab anemia:

Terganggu proses pembentukan sel darah merah

Kondisi yang menyebabkan banyak kehilangan sel darah merah yang berlebihan

Distribusi sel darah merah yang terganggu atau mengalami kelainan.

Page 6: Proposal Baru

1.7. Klasifikasi Anemia

Klasifikasi anemia sangat beragam, anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan

etiopathogenesisnya, derajat hemoglobinisasi dan ukuran dari sel darah merah.

Berdasarkan etiopathogenesis dari anemia anemia dapat dibedakan menjadi

(Sudoyo,2008):

a. Anemia karena gangguan pembentukan sel darah merah dalam sumsum tulang

Kekurangan bahan yang esensial pembentuk eritrosit

i. Anemia defesiensi besi

ii. Anemia defesiensi Asam Folat

iii. Anemia defesiensi vitamin B12

Gangguan pengunaan utilisasi besi

i. Anemia penyakit kronik

ii. Anemia skleroblastik

Kerusakan sumsum tulang

i. Anemia aplastik

ii. Anemia mieloptisik

iii. Anemia pada keganasan hematologi

iv. Anemia diseritropoietik

v. Anemia pada sindrom mielodisplastik

b. Anemia akibat hemorragi

Anemia pasca perdarahan akut

Anemia akibat perdarahan kronik

c. Anemia hemolitik

Anemia hemolitik intrakorpuskular

i. Gengguan membran eritorsit(membranopati)

ii. Gangguan enzim eritrosit(enzimopati): anemia akibat defisiensi G6PD

iii. Gangguan hemoglobin(hemoglobinopati)

Anemia hemolitik ekstrakorpuskular

i. Anemia hemolitik Autoimun

ii. Anemia Hemolitik Mikroangiopati

Page 7: Proposal Baru

iii. Lain-lain

d. Anemia dengan penyebab yang tidak diketahui atau dengan patogenesis yang

kompleks

Berdasarkan derajat dari hemoglobinisasi Anemia dapat diklasifikasikan menjadi anemia

hipokromik dan anemia normokromik. Sedangkan berdasarkan ukuran sel darah merah dapat

diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik, anemia normositik dan anemia makrositik.

Dengan mengunakan indeks eritrosit anemia berdasarkan hemoglobinisasi dan anemia

berdasarkan ukuran sel darah merah dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologinya

menjadi (Sudoyo, 2008):

Anemia Hipokromik Mikrositer

Jika nilai MCV adalah < 80 fl, dan MCH < 27 pg maka didefinisikan sebagai anemia

Hipokromik Mikrositer.

Anemia Normokromik Normositer

Jika nilai MCV adalah 80-95 fl, dan MCH 27-34 pg maka didefinisikan sebagai

anemia Normokromik Normositer.

Anemia Makrositer

Jika nilai MCV adalah > 95 fl maka didefinisikan sebagai anemia Makrositer.

1.8. Prevalensi Anemia

Kejadian anemia sendiri berdasarkan data dari WHO dari tahun 1993 dan 2005

tercatat bahwa anemia telah melanda 1,62 juta orang di dunia. Selain itu, berdasarkan

survei prevalensi antara tahun 1993 dan 2005 dapat diketahui telah terjadi kasus anemia

pada anak usia sekolah sekitar 13.2% di Afrika, 47.1% di Amerika, 13.6% di negara-

negara asia timur dan selatan, dan sekitar 9.3% di daerah eropa. Namun, kasus anemia

paling banyak ditemukan di dunia adalah kasus anemia pada anak-anak usia sebelum

sekolah. (WHO, 2008)

Pada orang dewasa sendiri jumlah kasus anemia jauh lebih banyak menyerang wanita

dibandingkan dengan pria. Kondisi menstruasi dan kehamilandiduga mempengaruhi hal

tersebut.Asupan nutirisi juga mempengaruhi kondisi anemia pada wanita hamil. Di

Page 8: Proposal Baru

Alaska kejadiaan anemia meningkat pada wanita hamil pada trisemester ke III

diakibatkan dengan asupan nutrisi yang kurang. Di duga penyebab kurangnya asupan

nutrisi tersebut diduga akibat dari jumlah pendapatan yang minim.(Gessner, 2009)

Di Indonesia, sebuah survei prevalensi anemia dilakukan oleh husain pada tahun

1989 menunjukan kejadian anemia pada anak usia prasekolah sekitar 30-40% kasus,

pada anak usia sekolah sekitar 25-35% kasus, perempuan dewasa tidak hamil 30-40%

kasus, perempuan hamil 50-70%, laki-laki dewasa sekitar 20-30% dan para pekerja

dengan penghasilan rendah sekitar 30-40%. (Sudoyo, 2008).

1.9. Hemoglobin

Hemoglobin adalah protein tetrametrik eritrosit, yang memiliki fungsi untuk

mengakut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dan proton ke paru-paru. Hemoglobin

teridiri dari heme yang merupakan senyawa tetrapirol yang terdiri dari 4 molekul pirol

yang disatukan oleh jembatan α-metilen. Komposisi utama dari hemoglobin adalah

α2β2(HbA;hemoglobin dewasa), α2γ2(HbF;hemoglobin Janin), α2Ѕ2(HbS;hemoglobin sel

sabit), α2δ2(HbA2; Hemoglobin dewasa minor). Struktur primer rantai β, γ, δ pada

hemoglobin manusia bersifat tetap. (Murray et al, 2009)

1.10. Indeks eritrosit

1.11. Perubahan Kosentrasi Hemoglobin Akibat adaptasi di Ketinggian

Perubahan fisiologis yang terjadi saat berada di ketinggian dalam jangka waktu yang

lama antara lain mencakup peningkatan jumlah eritrosit serta kosentrasi hemoglobin dan

BPG(2,3-Bisfosfogliserat). Peningkatan dari BPG menurunkan afinitas dari HbA untuk

O2 yang meningkatkan pembebasan O2 di jaringan. Hal ini dapat terjadi karena BPG

memiliki fungsi membentuk jembatan garam dengan gugus amino terminal kedua rantai

β sehingga menstabilkan Hemoglobin terdeoksigenasi dan akhirnya menurunkan afinitas

O2 dan membuat HbA jauh lebih mudah membebaskan O2 di jaringan. (Murray et al,

2009)

Acer, 09/09/13,
Apakah cara penyaduran sumber sudah benar??
Page 9: Proposal Baru

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Kadar Hemoglobin

Hemoglobin Tinggi

Hemoglobin Rendah (anemia)

Hemoglobin Normal

Indeks EritrositMCH

(Mean Corpuscular Hemoglobin)

MCV(Mean Corpuscular

Volume)

MCHC(Mean Corpuscular

Hemoglobin Concentration)

Page 10: Proposal Baru

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1.1. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan secara cross

sectional

1.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di daerah Kabupaten Lombok Utara yang berlokasi

di kecamatan kayangan. Dimana dipilih siswa dan siswi SMP/sederajat yang mewakili

daerah pegunungan. Penelitian ini akan berlangsung selama

2 bulan.

1.3. Populasi dan Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menegah Pertama/sederajat di

wilayah kabupaten lombok utara.

Subyek penelitian ini adalah siswa dan siswi sekolah menegah pertama/sederajat di

kecamatan khayangan di daerah pegunungan.

1.4. Variabel Penlitian

Pada penelitian ini variabel yang diukur adalah anemia yang ditentukan dari kadar

hemoglobin, indeks eritrosit yaitu MCV(Mean Corpuscular Volume), MCH(Mean

Corpuscular Hemoglobin) dan MCHC(Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration).

1.5. Difinisi Operasional

Anemia

Dalam SK Menkes RI Nomor:736a/Menkes/XI/1989, anemia merupakan

kondisi nilai Hb dalam darah kurang dari nilai normal terkait kelompok usia, dan

jenis kelamin. Dengan nilai normal untuk anak balita < 11 gram/dl, anak usia

sekolah < 12 gram/dl, wanita dewasa < 12 gram/dl, pria dewasa < 13 gram/dl, ibu

Page 11: Proposal Baru

hamil < 11 gram/dl, ibu menyusui lebih dari 3 bulan < 12 gram/dl. (Depkes RI,

2006)

Indeks Eritrosit

1. MCV

Volume rata-rata eritrosit, diukur secara langsung mengunakan perhitungan

sel otomatis. Dengan nilai normal sebagai berikut, dalam satuan

fL(femtoliter)

a. Dewasa : 80 - 100 fL b. Bayi baru lahir : 98 - 122 fLc. Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fLd. Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fLe. Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL

2. MCH

Jumlah Hemoglobin di dalam sel darah merah rata-rata, dengan nilai normal

sebagai berikut, dalam satuan pg(pikogram)

a. Dewasa : 26 - 34 pg b. Bayi baru lahir : 33 - 41 pgc. Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pgd. Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg

3. MCHC

MCHC adalah kosentrasi rata-rata Hb di dalam Eritrosit dengan volume

tertentu, dengan nilai rujukan sebagai berikut, dalam persen:

a. Dewasa : 32 - 36 %b. Bayi baru lahir : 31 - 35 %c. Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %d. Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %

1.6. Prosedur Penelitian

Page 12: Proposal Baru

Setelah dilakukan pemilihan subyek penelitian, maka selanjutnya dilakukan

pengambilan data. Pengambilan data dengan cara pengisian kuisoner dan pengambilan

sampel darah sebanyak 3 cc dan sampel darah akan dilakukan pemeriksaan hemoglobin

dan indeks eritorsit mengunakan alat hema-autoanaliser di laboratorium.

1.7. Analisis Data

Data akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis data berupa

1.8. Jadwal Pelaksanaan

AktivitasMinggu

1 2 3 4 5 6 7 8

Persiapan

Studi Pustaka

Sosialisasi

Pelaksanaan

Pengambilan Sampel

dan Pemeriksaan

Darah

Penyelesaian

Data entry dan

Analisis data

Penulisan Laporan

Page 13: Proposal Baru

Daftar Pustaka

Depkes RI, 2006. Glosarium Data Informasi Kesehatan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Gandosoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Gessner, BD. 2009. Geographic and Racial Patterns of Anemia Prevalence Among Low-

income Alaskan Children and Pregnant or Postpartum Women Limit Potential

Etiologies. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, Vol. 48, No. 4,

pp.475-481

Gomella, LG & Haist, SA. 2011. Buku Saku Dokter Edisi 11. Jakarta: EGC.

Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC

Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol II, No I, pp.

140-145.

Murray, et al. 2009. Biokimia Harper, edisi 27. Jakarta: EGC.

Sacher, RA. & McPherson R,A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Edisi 11. Jakarta:EGC.

Sudoyo, Au. W. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Departemen IPD

Fakultas Kedokteran UI.

Sutedjo, AY.2006. Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta:

Amara Books.

WHO. 2008. Worldwide Prevalence of Anemia 1993-2005. WHO Global Database on

Anemia.