propesionalisme emin 2
DESCRIPTION
include a script about propesionalism to be a teacherTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidik atau guru merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah
pendidikan, guru adalah pendidik professional,karenanya secara implisit telah
merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan
yang terpikul di pundak orang tua,untuk itu guru di tuntut agar memiliki
kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pendidik,baik yang menyangkut kemampuan membimbing maupaun
melatih peserta didik.
Pendidik atau guru di tuntut untuk bisa membawa perubahan tingkah laku
peserta didiknya,harus bisa memberi semangat atau motivasi kapada peserta didik
untuk mau belajar dan menuntut ilmu,karena pendidikan merupakan sebuah cara
untuk memberikan atau membawa perubahan manusia khususnya peserta
didik,hal ini sesuai dengan landasan pendidikan UU sisdiknas pasal 1 ayat 1”
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajr
dan proses pembelajran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,penngendalian
diri,kepribadian,kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang di perlukan
dirinya,masyarakat ,Bangsa dan Negara.
Peran serta guru agama atau guru madrasah sangat penting
sekali,karena pendidikan moral,akidah serta ibadah banyak di pelajari di
2
madrasah,seperi yang kita ketahui pendidikan agama yang mereka peroleh di
sekolah formal sangat kurang sekali,untuk itu peran serta serta profesional guru
madrasah sangat di perlukan untuk memberikan pendidikan agama kepada para
peserta didik,pondasi keagamaan yang harus di tanamkan sejak dini untuk untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan.
Profesi guru sebagai tenaga pendidik, bukanlah profesi yang dimiliki oleh
seseorang dengan begitu saja. Tugas guru sebagai pendidik juga tidak dapat
dilakukan dengan begitu saja, karena guru dituntut untuk memiliki kemampuan
mengajar yang sesungguhnya, yaitu diawali dengan penguasaan terhadap
keterampilan dasar mengajar dan mampu menerapkannya dalam pembelajaran,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal, efektif, dan efisien.
Profesionalisme seorang guru agama untuk memberikn motivasi belajar
kepada anak-anak agar mau belajar di sekolah madrasah diniyah sangatlah
penting,karena melihat kenyataan dilapangan bahwa perhatian serta minat untuk
belajar di sekolah madrasah sangatlah kurang,hal ini dapat terjadi karena
kurangnya perhatian dari orang tua.pertama kurang nya ketegasan orangtua saat
menyuruh berangkat ke sekolah MD,kedua orangtua hanya mengharapkan agar
anaknya memiliki ijazah MD sabagai persyaratan masuk sekolah lanjuatn
atas,ketiga orang tua menganggap sekolah madrasah hanya sebagai pelengkap
saja,mereka beranggapan lebih baik sekolah dari pada hanya bermain di luar
rumah,kadang adapula sebagian orang tua yang menyuruh anaknya untuk
mengadakan les tambahan di jam sekolah madrasah sehingga mengganggu waktu
belajar di madrasah.Menurunnya minat belajar anak juga ditentukkan karena
3
kurangnya profesionalisme guru,karena syarat untuk menjadi seorang guru yaitu
wajib memiliki kualifikasi akademik,kompetensi,sertifikat pendidik,sehat jasmani
dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Seorang guru yang merupakan salah satu komponen dalam system
pendidikan islam,di harapkan menjadi sosok pribadi yang memiliki sejumlah
atribut kepribadian yang dapat menempatkan sebagai panutan serta orang yang
mempengaruhi positif siswa didiknya.sikap dan prilaku harus mencerminkan
pribadi muslim,sehingga guru yang profesional harus bisa memiliki kompetensi
tersebut.
Seperti yang kita ketahui,guru atau pendidik yang mengajar di
madrasah mereka mengajar peserta didiknya dengan suka rela atau ikhlas ,latar
belakang mereka tidak memiliki pendidikan keguruan seperti yang di sekolah
formal.sehingga metode mengajar yang di gunakan bersifat seadanya ,tanpa
memperhatikan kurikulum,hal ini menjadikan minat dan motifasi belajar siswa
untuk sekolah di madrasah sangat kecil sekali,serta kurangnya perhatian orang tua
juga menjadi sebab mereka tidak mau untuk belajar di Madrasah diniyah
Masalah ini bila terus dibiarkan maka akan menjadi suatu masalah besar
bagi kita sebagai pendidik,terutama guru agama.Ajaran islam yang begitu mulia
yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang sempurna (insan kamil) manusia
yang memiliki nur Ilahi tidak akan terwujud begitu saja tetapi harus di tanamkan
dan di biasakan sejak kecil, nilai-nilai keagaamaan dan ketahuidan menjadi
pondasi yang harus di tanamkan kepada peserta didik. Untuk mencapai semua itu
4
tidak mudah di perlukan guru yang profesional ,para pendidik di sekolah sebagai
penanggung jawab pembelajaran dalam institusi harus membuat terobosan-
terobosan serta strategi pengajaran untuk meningkatkan motivasi dan
problematika belajar para siswanya.Pendidik harus bisa memberikan semangat
dorongan dan tekhnik-tekhnik belajar kepada siswanya bagaimana cara belajar
yang lebih baik,menciptakan suasana yang menyenangkan dan mengasyikan
ketika berada didalam kelas.maka para pendidik diharapkan menggunakan
metode-metode belajar yang sesuai.Pendidik harus bisa membrikan motivasi
untuk belajar yang lebih baik lagi,hal ini bila kita lihat di lapangan bahwa
pembelajaran yang dilakukan di madrasah di siang hari,dimana suasana belajar
yang tidak semangat lagi, pagi hari mereka belajar di sekolah formal,sepulang
sekolah harus belajar lagi di siang hari nya.hal ini sangat menuntut seoarang guru
harus paham bagaimana keadaan mereka,untuk itu sebagai guru yang profesional
harus mempunyai strategi belajar yang akan menumbuhkan motivasi belajar
mereka.
Efektifitas pembelajaran tidak dapat terjadi dengan sendirinya tetapi
harus di usahakan oleh pendidik agar terciptanya suasana belajar yang kondusif.
pembelajaran yang berlangsung harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
siswa, bukan keinginan guru.Motivasi belajar adalah faktor praktis yang
peranannya adalah menumbuhkan semangat belajar,merasa senang dalam belajar .
dalam pengelolaan pendidikan tidak terlepas dari adanya rencana pengajaran yang
termasuk didalamnya strategi belajar yang harus dikuasai oleh guru agar
pembelajaran berjalan dengan efektf dan efisien.
5
Dengan adannya fenomena tersebut,maka penulis sangat tertarik untuk
meneliti tentang “Profesionalisme Guru Hubungannya dengan Motivasi
Belajar Siswa di Madrasah Diniyah Tarbiyatul Aulad” Penelitian ini sangat
perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar mereka terhadap pendidikan
islam serta profesionalisme guru agama dalam mendidik agar terbentuknya
peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan
menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas,kritis,kreatif,inofatif,dan dinamis
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman,bertaqwa dan
berakhlak mulia.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan Uraian dan latar belakang masalah ,maka dapat di
identifikasikan masalah-masalah penelitian,yaitu sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan Profesinoalisme guru dengan Motivasi Belajar
siswa?
2. Apakah ada hubungan kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa?
3. Apakah ada hubungan metode pembeljaran dengan motivasi belajar siswa?
4. Apakah ada hubungan Efekifitas belajar dengan motivasi belajar siswa?
C Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan identifikasi
masalah,bahwa motifasi belajar siwa di pengaruhi banyak factor.selanjutnya,agar
6
penelitian ini dapat dilakukan secara insentif dan focus,maka perlu dilakukan
pembatasan atau perumusan tujuan penelitian ini
Berdasarkan uraian di atas,maka secara spesifik bahwa penelitian ini
bertujuan untuk meneliti masalah profesionalisme guru hubungannya dengan
motivasi belajar siswa. Lingkup penelitian ini adalah para siswa di MDTA
Tarbiyatul Aulad Sundawenag-Parungkuda.
D.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada pembatasan masalah,maka dapat dirumuskan
masalah-maslah penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah terdapat Hubungan profesionalisme guru dengan motivasi beljar
siswa?
2. Apakah terdapat hubungan kompetensi guru terhadap motivasi belajar
siswa?
3. Apakah terdapat Hubungan antara metode pembelajaran dengan
motivasi belajar siswa?
4. Apakah terdapat hubungan antara efektifitas belajar dengan motivasi
belajar siswa?
E.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian dari proposal ini adalah untuk:
7
1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara profesionalisme guru
dengan motivasi belajar siswa.
2 .Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kompetensi guru
dengan motivasi belajar siswa?
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara metode pembelajaran
dengan motivasi belajar siswa
4. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara efektifitas belajar
dengan motovasi belajar siswa.
F.Manfaat penelitian
1.Secara Teoritis
1) Wawasan dan pengetahuan tentang masalah profesionalisme guru
2) Wawasan dan pengetahuan tentang masalah motivasi belajar siswa
3) Menambah referensi ilmiah tentang pembuktian pengaruh hubungan
profesionalisme guru terhadap motivasi belajar siswa
4) Pengetahuan untuk penelitian-penelitan selanjutnya
2. Secara Praktis
1) Masukan bagi pimpinan /otoritas sekolah untuk melakukan peningkatan
profesionalisme guru dalam mengajar.
8
2) Informasi untuk menyusun program-program peningkatan profesionalisme
guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
3) Bahan masukan untuk menyusun perencanaan kinerja sekolah berdasarkan
faktor-faktor peningkatan profesionalisme guru dan motivasi belajar siswa.
9
BAB II
LANDASAN TEORI,KERANGKA BERFIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A.LANDASAN TEORI
1) HAKIKAT MOTIVASI BELAJAR
1.Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau
bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam
diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor lain, baik faktor eksternal, maupun
faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi.
Istilah motivasi berasal dari kata “motif’ yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat diri individu,yang menyebabkan individu tersebut
betindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung,tetapi dapat
diinterpetaikan dalam tingkah lakunnya,berupa rangsangan,dorongan,atau
pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. 1
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian motif. Sherif & Sherif
(1956),menyebutkan motif sebagai suatu istilah generic yang meliputi semua
factor internal yang mengarah pada berbagai jenis perilaku yang bertujuan semua
pengaruh internal,seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-
1 .Isbandi Rukminto Adi,Psikologi.Pekerjaan Sosial,dan Ilmu kesejahteraan Sosial :Dasar-Dasar Pemikiran,Jakarta:Grafindo persada,1994,hal.154.
10
fungsi,organisme,dorongan dan keinginan,aspirasi dan selera sosial,yang
bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.2
Menurut Guralnik (1979:314) dalam webster’s New World Dictionary.”
Motive:an inner drive,impulse,etc that causes one to act.” (Motif: suatu
perangsang dari dalam,suatu gerak hati dan sebagainya yang menyebabkan
seseorang melakukan sesuatu).3
R.S Woodworth mengartikan motif sebagai suatu yang dapat atau mudah
menyebabkan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu.4
Menurut beberapa para ahli psikologi,pada diri seseorang terdapat
penentuan tingkah laku ,yang bekerja untuk mempengaruhi tingkah laku itu.
Faktor penentu tersebut adalah motivasi atau daya penggerak tingkah laku
manusia. Misalnya,seseorang berkemauan keras atau kuat dalam belajar karena
adanya harapan atau penghargaaan atas prestasinya.
Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk
melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya Pernyataan ahli tersebut,dapat
diartikan bahwa yang di maksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri
manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha
lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.5
2 Drs.Alex Sobur ,M.Si,Pskologi Umum , (Bandung: Pustaka Setia,2003),hlm.2673 Ibid.hlm.2674 Ibid.hlm.2675 Wahosumijo,Kepeminpinan dan motivasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1992),hlm.177
11
David McCellend et el.,berpendapat bahwa : A motive is the reding
tegration by a cue of a change in an affective situation,yang berarti motif
merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration)
dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya
motif adalah dari rangsangan (stimulasi ) perbedaan situasi sekarang dengan
situasi yang diharapkan,sehingga tanda perubahan tersebut tanpak adanya
perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian diharapkan.6
Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek,yaitu adanya dorongan
dari dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada
keadaan yang diharapkan,dan usaha untuk mencapai tujuan.
Menurut Hamzah B.Uno (2007:3) “Motivasi merupakan dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku
yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.”7
Dari berbagai sumber dan para ahli tersebut penulis menyimpulkan
bahwa motivasi akan mengakibatkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada
pada diri manusia,yang dapat memberi dorongan dan semangat untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhanya.
1. Motivasi Belajar
6 David C.McClellend,Jhon W .Atkinson,Russel A.Clark,edgar. Lowel,The Achievement Motive,(Now York: Irvington,1976),hlm.28. 7 Hamzah B Uno,Landasan pembelajaran,(Gorontalo: Nurul Jannah,2003),hlm.7-9
12
Thorndike,salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah
laku,mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang mungkin berupa pikiran,perasaan,atau gerakan) dan respon (yang
juga bisa berupa pikiran,perasaan,atau gerakan)8. Jelasnya,menurut
Thorndike,perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat
diamati),atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati).
Menurut pandangan Good dan Briphy.yang menyatakan bahwa belajar
merupakan sustu proses atau interaksi yang di lakukan seseorang dalam
memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil
dari pengalaman itu sendiri (belajar).9
Dari kedua pandangan di atas,terungkap bahwa belajar adalah
pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku
yang relative menetap,sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar
terhadap suatu objek (pengetahuan),atau melalui suatu penguatan (reinforcement)
dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan
belajar.
Driscol menyatakan ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam
belajar,yaitu (1) belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja
seseorang ,dan (2) hasil belajar yang muncul dalam diri siswa merupakan akibat
atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungan.10
8 Noel Entwistle, Styles of Learning and Teaching: An Integrated Outline of Educational Psychology for Students,and lecturers, (New York: Jhon Wiley &Sons Ltd,.1981) hlm.216.9 Thomas L.Good &Jere E.Brophy, Educational Psychology, (New York:Longman,1990),hal.103
10 Mercy P.Driscoll, Psycology of learning for Instruction, (Boston:Allyn and Bacon 1994),
13
Pada prinsipnya,dalam belajar terdapat empat komponen kegiatan,yaitu:
1) Melakukan persepsi terhadap stimulus
2) Menggunakan pengetahuan prasyarat
3) Merencanakan respons
4) Pelaksanaan respons yang dipilih
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mem
pengaruhi.Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan
secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced
practice) yang di landasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,pada
umunya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu
mempunyai peranan besar dalan keberhasilan seseorang dalam belajar.Indikator
motivasi belajar dapat di klsifikasikan sebagai berikut:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
hlm.8-9
14
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif,sehingga memungkinkan siswa
dapat belajar dengan baik.
Menurut pendapat penulis dengan adanya motivasi belajar diharapakan
tujuan belajar dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dengan
adanya belajar yang efektif diharapkan siswa mempunyai motivasi dalam dirinya
untuk mewujudkan cita-citanya dan tujuan hidupnya.Motivasi belajar merupakan
kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemah motivasi atau
tidak adanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar,rasa malas yang
timbul dalam diri siswa akan menjadikan mereka sosok yang pemalas. Belajar
merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan
hidup.
3. Macam-macam motivasi
Berbicara tentang macam motivasi atau jenis motivasi dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Dengan demikain.motivasi atau motif-motif yang aktif
itu sangat bervariasi.
a.Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya :
1. Motif bawaan (Biogenetis)
Yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi
kelanjutan hidupnya. Misalnya: lapar,haus,kebutuhan akan kegiatan dan
istirahat,mengambil napas,seksualitas,dan sebagainya.
2. Motif yang dipelajari (Sosiogenetis)
15
Yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan
stempat orang tersebut berada. Jadi motif ini tidak berkembang dengan
sendiriny,tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat.
Misalnya ,keinginan mendengarkan music,makan baso,makan cokelat,dan lain-
lain
3. Motif ke-Tuhanan (teogenetis)
Dalam motif ini manusia adalaah sebagai makhluk yang
berketuhanan,sehingga ada interaksi antara manusia dengan tuhan-nya,seperti
ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya keinginan untuk mengabdi
kepada Tuhan yang Maha Esa,untuk merealisasikan norma-norma sesuai
agamanya.11
b. Motivasi dilihat dari sifatnya
Abdul Rahman Shaleh (2009:194) Membagi Motivasi menjadi dua:
a. Motivasi Instrinsik
Ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa
dirangsang dari luar. Misalnya: orang yang gemar membaca, tidak usah ada yang
mendorong, ia akan mencari sendiri buku-buku untuk dibaca.
Motivasi intristik timbul karena dalam diri seseorang telah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Dalam hal ini pujian,hadiah,hukuman dan sejenisnya
11 H. Abu Ahmadi,Psikologi social,Jakarta:Rineka cipta,2007,hal.184-186.
16
tidak diperlukan oleh siswa karena siswa belajar bukan untuk untuk mendapat
pujian atau hadiah dan bukan juga karena takut hukuman.
Motivasi instrinsik berisi:
a) Penyesuaian tugas dengan minat.
b) Perencanaan yang penuh variasi.
c) Umpan balik atas respon siswa.
d) Kesempatan respons peserta didik yang aktif.
e) Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya.
b. Motivasi Ektrinsik
Yaitu motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar, seperti :
seseorang mahasiswa rajin belajar karena akan ujian.
Menurut Syaiful bahri Djamarah,motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari
motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi ekstrinsik berisi:
a) Penyesuaian tugas dengan minat
b) Perencanaan yang penuh variasi
c) Respon siswa
17
d) Kesempatan peserta didik yang aktif
e) Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaanya.
f) Adanyan kegiatan yang menarik dalam belajar.
Motivasi intrinsik maupaun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya dapat
menjadi dorongan untuk belajar. Namun tentunya agar aktifitas dalam belajarnya
memberi kepuasan di akhir kegiatan belajarnya maka sebaiknya motivasi yang
mendorong siswa untuk belajar adalah motivasi intrinsik.
Dengan adanya perbedaan motivasi di lihat dari sifat dan jenisnya penulis
berpendapat motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak baik dari
dalam diri maupaun luar siswa dengan menciptakan serangkaian usaha untuk
mencapai tujuan tertentu sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan
aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
4. Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan
menjelaskan perilaku individu,termasuk perilaku individu yang sedang belajar.
Ada beberpa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran,antara
lain dalam:
a) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar
b) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai
c) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar
18
d) Menentukan ketekunan belajar
5. Fungsi Motivasi
Oemar Hamalik (2002) menyebutkan bahwa terdapat tiga fungsi
motivasi,yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat,jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan ,yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuananya.
3. Menyeleksi perbuatan-perbuatan kita,artinya menentukan perbuatan-
perbuatan mana yang harus dilakukan yang serasi,guna mencapai
tujuan,dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan itu.
2.HAKIKAT PROFESIONALISME
1.Pengertian profesional
Profesional berasal dari kata profesi yang berarti jabatan. Orang yang
profesional adalah orang yang mampu melaksanakan tugas jabatannya secara
mumpuni, baik secara konseptual maupun aplikatif. Guru yang profesional adalah
guru yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas jabatan guru.
19
Secara etimologi profesi berasal dari kata profession yang berarti
pekerjaan.Profesional artinya yang ahli atau tenaga ahli. Professionalism artinya
sifat professional.(Jhon M.Echols & Hassan Shadily,1990:449)12
Bila ditinjau secara lebih dalam, terdapat beberapa karakteristik
profesionalisme guru. Rebore (1991) mengemukakan enam karakteristik
profesionalisme guru, yaitu:
(1) pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan tugas,
(2) Kemauan melakukan kerja sama secara efektif dengan siswa, guru, orang
tua, siswa, dan masyarakat,
(3) Kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus-
menerus,
(4) Mengutamakan pelayanan dalam tugas,
(5) Mengarahkan, menekan dan menumbuhkan pola perilaku siswa, serta
(6) Melaksanakan kode etik jabatan.
Profesionalisme guru memberikan dampak yang sangat signifikan
terhadap keberlangsungan dan efektivitas proses belajar mengajar. Oleh sebab itu
guru dituntut untuk bisa menyelami kondisi psikis para siswa ketika ia
memberikan pelajaran. Dan lebih dari itu bisa mengatasi setiap permasalahan-
permasalahan etis yang timbul di dalam kelas.
12 Dr.Ali Mudlofir,M.Ag. Pendidik Profesional, (Depok,RajaGrafindo Persada 2012),hlm.3
20
Pendekatan humanistik merupakan sebuah keharusan yang harus
dilakukan oleh seorang guru supaya bisa menciptakan suasana dialogis ingklusive
antara siswa dengan guru. Sehingga terjadi suatu kedekatan emosional yang erat.
Berkaitan dengan teori humanistik ini Hamachaek mengatakan bahwa guru-guru
yang efektif adalah guru-guru yang “manusiawi”, yang mempunyai rasa humor,
adil, menarik, lebih demokratis daripada autokratik, dan mereka harus mampu
berhubungan dengan mudah dan wajar dengan para siswa baik secara perorangan
maupun kelompok (Wasty Soemanto, 1990: 220).13
Eksistensi guru sebagai seorang pendidik memperoleh banyak tantangan,
baik itu dari siswa maupun dari masyarakat. Hal ini lebih disebabkan oleh kurang
profesionalimenya guru dalam melancarkan efektiitas belajar dan mengajar.
Sehingga wibawa para guru di mata murid-murid kian jatuh. Murid-murid masa
kini khususnya yang menduduki sekolah-sekolah menengah pada umumnya hanya
cenderung menghormati para guru karena ada udang di balik batu. Sebagian
siswa-siswa di kota menghormati guru karena ingin mendapat nilai yang tinggi
atau naik kelas dengan peringkat tinggi tanpa kerja keras. Sebagian lainnya lagi
menghormati guru agar mendapat dispensasi “harap dan maklum” apabila telat
menyerahkan tugas (Muhibbin Syah,1995: 221).14
13 Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1990). Hlm. 220
14 Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan kedua. (Bandung: PT. Rosdakarya. 1995). hlm. 2
21
Dengan peran dan profesionalismenya sebagai pengajar, guru diharapakan
mampu mendorong setiap anak untuk senantiasa belajar dalam berbagai
kesempatan melalui berbagai sumber dan media dan mampu membantu anak
secara efektif, dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai
sumber media belajar (Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, 1991: 99)15
Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki
keanekaragaman kecakapan yang bersifat psikologis yang meliputi (Muhibbin
Syah : 23)
1. Kompetensi Kognitif (kecakapan ranah cipta)
Kompetensi ranah cipta merupakan sebuah kemestian yang harus dimiliki
setiap calon guru dan guru professional. Di mana kompetensi kognitif ini
mengandung pengetahuan yang bersifat deklaratif dan prosedural. Pengetahuan
deklaratif (declarative knowledge ) merupakan pengetahuan yang berisfat statis
normative dengan tatanan yang jelas yang diungkapkan secara lisan (oral).
Sedangkan pengetahuan prosedural (prosedural knowledge) yang juga
bersemayam dalam otak itu juga pada dasarnya adalah pengetahuan praktis dan
dinamis yang mendasari keterampilan melakukan sesuatu. Pengetahuan dan
keterampilan ranah cipta dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yatu: Kategori
pengetahuan kependidikan/keguruan dan kategori pengetahuan bidang studi yang
menjadi mata pelajaran yang akan diajarkan guru.
2. Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa)
15 Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1991)
22
Kompetensi ranah afektif guru bersifat tertutup dan abstrak, sehingga
amat sukar untuk didentifikasi. Kompetensi ranah ini sebenarnya meliputi seluruh
fenomena perasaan dan emosi seperti; cinta, benci, senang dan sedih dan sikap-
sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain.
3. Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa)
Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau
kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan
tugas-tugasnya selaku pengajar. Guru yang professional memerlukan penguasaan
yang prima atas sejumlah keterampilan ranah karsa yang berlangsung yang
berakitan dengan bidang studi garapannya.
Secara garis besar, kompetensi ranah karsa guru terdiri atas dua kategori,
yaitu: Kecakapan fisik umum dan kecakapan fisik khusus. Kecakapan fisik umum
direflesikan dalam bentuk gerakan dan tindakan umum jasmani guru seperti
duduk, berdiri, berjalan dan lain sebagainya yang tidak langsung berkaitan dengan
kreatifitas mengajar. Kompetensi ranah karsa ragam ini selayaknya direflesikan
oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan tata krama yang berlaku. Adapun
kecakapan ranah karsa guru yang khusus meliputi ketrampilan-ketrampilan
ekspresi verbal (pernyataan lisan) dan nonverbal tertentu yang direfleksikan oleh
guru terutama ketika mengolah ekpresi proses belajar mengajar.
2.Pengembangan profesi guru
23
Guru adalah orang yang memberikan ilmu, memberikan inspirasi,
memberikan motif-motif dan membimbing murid untuk mencapai tujuan
pendidikan (Witheringthon, 1991: 85)
Membicarakan tentang profesionalisme guru, tentu tidak bisa dilepaskan
dari kegiatan pengembangan profesi guru itu sendiri. Secara garis besarnya,
kegiatan pengembangan profesi guru dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: (1)
pengembangan intensif (intensive development), (2) pengembangan kooperatif
(cooperative development), dan (3) pengembangan mandiri (self directed
development) (Glatthorm, 1991).
Pengembangan intensif (intensive development) adalah bentuk
pengembangan yang dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan secara
intensif berdasarkan kebutuhan guru. Model ini biasanya dilakukan melalui
langkah-langkah yang sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai
dengan evaluasi dan pertemuan balikan atau refleksi. Teknik pengembangan yang
digunakan antara lain melalui pelatihan, penataran, kursus, loka karya, dan
sejenisnya.
Pengembangan kooperatif) (cooperative development) adalah suatu
bentuk pengembangan guru yang dilakukan melalui kerja sama dengan teman
sejawat dalam suatu tim yang bekerja sama secara sistematis. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan kemampuan profesional guru melalui pemberian masukan,
saran, nasehat, atau bantuan teman sejawat. Teknik pengembangan yang
24
digunakan bisa melalui pertemuan KKG atau MGMP/MGBK. Teknik ini disebut
juga dengan istilah peer supervision atau collaborative supervision.
Pengembangan mandiri (self directed development) adalah bentuk
pengembangan yang dilakukan melalui pengembangan diri sendiri. Bentuk ini
memberikan otonomi secara luas kepada guru. Guru berusaha untuk
merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan menganalisis balikan untuk
pengembangan diri sendiri. Teknik yang digunakan bisa melalui evaluasi diri (self
evaluation) atau penelitian tindakan (action research).
Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas
pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,
melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru
harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru
cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru
senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor
antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai
dengan kesadaran dan keterampilan melaksanakan tugas secara bertanggung
jawab.
3.kompetensi guru
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Dari pengertian di atas seorang guru yang
25
profesional harus memenuhi empat kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
dosen yaitu :
(1) Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:
(a) Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/koheren dengan materi ajar;
(b) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
(c) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
(d) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari;
(e) Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional
(2) Kompetensi kepribadian, yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang:
(a) Mantap
(b) Stabil
(c) Dewasa
(d) Arif dan bijaksana
(e) Berwibawa
(f) Berakhlak mulia
26
(g) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
(h) Mengevaluasi kinerja sendiri; dan
(i) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
(3) Kompetensi profesional, yaitu merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:
(a) Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/koheren dengan materi ajar
(b) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
(c) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
(d) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan
(e) Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional.
(4) Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk :
(a) Berkomunikasi lisan dan tulisan
(b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;
(c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan
27
(d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
Menurut Suryasubroto (2002) tugas guru dalam proses pembelajaran
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kegiatan yaitu:
a. Menyusun program pengajaran seperti program tahunan pelaksanaan
kurikulum, program semester/catur wulan, program satuan pengajaran
b. Menyajikan/melaksanakan pengajaran seperti menyampaikan materi,
menggunakan metode mengajar, menggunakan media /sumber, mengelola
kelas/mengelola interaksi belajar mengajar,
c Melaksanakan evaluasi belajar: menganalisis hasil evaluasi belajar,
melaporkan hasil evaluasi belajar, dan melaksanakan program perbaikan
dan pengayaan.
Secara umum, baik sebagai pekerjaan ataupun sebagai profesi, guru
selalu disebut sebagai salah satu komponen utama pendidikan yang amat penting..
Guru, siswa, dan kurikulum merupakan tiga komponen utama dalam sistem
pendidikan nasional. Ketiga komponen pendidikan itu merupakan condition sine
quanon atau syarat mutlak dalam proses pendidikan di sekolah.
Melalui mediator guru atau pendidik, siswa dapat memperoleh menu
sajian bahan ajar yang diolah dalam kurikulum nasional ataupun dalam kurikulum
muatan lokal. Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar
28
siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya
secara optimal, melalui lembaga pendidikan di sekolah, baik yang didirikan oleh
pemerintah maupun masyarakat atau swasta.
Guru profesional bukan lagi merupakan sosok yang berfungsi sebagai
robot, tetapi merupakan dinamisator yang mengantar potensi-potensi peserta didik
ke arah kerativitas. ”Tugas seorang guru profesional meliputi tiga bidang utama
(1) Dalam bidang profesi,
(2) Dalam bidang kemanusiaan, dan
(3) Dalam bidang kemasyarakatan
Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar,maka kompetensi
kinerja profesi keguruan (generic teaching competencies) dalam penampilan
aktual dalam proses belajar mengajar,minimal memiliki empat
kemampuan,yakni kemampuam:
1.Merencanakan proses belajar mengajar
2. Melaksanakan dan meminpin /mengelola proses belajar mengajar
3.menilai kemajuan proses belajar mengajar
4.menguasai bahan pelajaran.
Dengan adanya berbagai pendapat penulis menyimpulkan Profesionalisme
merupakan suatu kemestian yang harus dimiliki oleh guru dalam mentransfer
segala macam ilmu kepada para murid-muridnya. Guru adalah bukan seorang
29
pengajar saja, akan tetapi seorang pendidik, stimulator, dan motivator bagi para
muridnya. Guru merupakan sosok yang menjadi contoh dalam segala aspek
kehidupan pada muridnya. Guru mempunyai tanggung jawab moral yang besar
terhadap para siswa didiknya.
Dari pemaparan diatas guru hendaklah mampu menjadi variabel penilaian
guru profesianal (sertifikasi guru), bukan haya dinilai melalui sekumpulan kertas
yang dinamakan portofolio saja tapi juga sampai menyentuh substansi kompetensi
guru dalam dunia pendidikan. Profesionalisme guru, disamping kemampuan
dalam melaksanakan tugas, juga perlu mempertimbangkan aspek komitmen dan
tanggung jawab (responsibility), serta kemandirian (autonomy).
B.Penelitian Yang Relevan
Sesuai dengan judul penelitian yang akan di teliti,penulis menemukan
beberap judul penelitian yang terdahulu yang relevan yaitu sebagai berikut:
Skripsi yang disusun oleh Rini Dwi Astuti,jurusan PAI, fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta dengan judul:” Upaya Guru Agama
Islam Dalam Meningkatkan Motif Belajar Siswa Terhadap Bidang Studi PAI di
SMA Klaten”. Skripsi tersebut membahas tentang berbagai upaya yang dilakukan
guru Agama Islam dalam memotivsi belajar PAI ,juga berbagai kesulitan –
kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan motif belajar khususnya
belajar PAI dan disertai dengan cara mengantisipasinya.
30
Dalam Skripsi lain yang disusun oleh zulaika Sri Hardik,jurusan PAI,
fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul:”Usaha Guru
Akidah Akhlak dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Bidang
Studi Aqidah Akhlak Pada Siswa MTs Negeri Borobudur Magelang. Dalam
skripsi tersebut membahas tentang berbagai usaha yang dilakukan guru Aqidah
Akhlak dalam menumbuhkan motivasi belajar pada bidang studi pada peserta
didiknya seperti upaya menumbuhkan motivasi belajar dalam menghadapi
perbedaan latar belakang lingkungan keluarga dan pendidikan. upaya yang
ditempuh guru aqidah akhlak adalah dengan memantau pelaksanaan ibadah
siswanya,serta melihat sikap atau prilaku yang baik (akhlakul karimah)/ tidak
pada diri siswa.
Selain itu dalam skripsi ini digambarkan bagaiman proses belajar
mengajar Aqidah Akhlak di kelas II MTs Negeri Borobudur,serta hasil yang
dicapai oleh guru dalam upaya menumbuhkan motivasi belajar siswanya.
C. Kerangka berfikir
Sehubungan dengan peran serta pendidik dalam peningkatan
profesionalisme guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa untuk
bersekolah di Madrasah diniyah Tarbiyatul Aulad Sundawenang
Parungkuda,penulis mempunyai pemikiran sebagai berikut:
1.Motivasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
31
a) Motivasi instrinsik; motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari
dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannyan dengan tujuan
belajar
b) Motivasi ekstrinsik ; motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi
instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena ada rangsangan dari luar.
2.Agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif maka guru harus
meningkatkan profesionalismenya dalam mengajar.enam karakteristik
profesionalisme guru, yaitu:
(1) pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan tugas,
(2) Kemauan melakukan kerja sama secara efektif dengan siswa, guru, orang
tua, siswa, dan masyarakat,
(3) Kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus-
menerus,
(4) Mengutamakan pelayanan dalam tugas,
(5) Mengarahkan, menekan dan menumbuhkan pola perilaku siswa, serta
(6) Melaksanakan kode etik jabatan.
3.Tugas guru dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam tiga
32
Kegiatan, yaitu:
a Menyusun program pengajaran seperti program tahunan pelaksanaan
kurikulum, program semester/catur wulan, program satuan pengajaran,
b. Menyajikan/melaksanakan pengajaran seperti menyampaikan materi,
menggunakan metode mengajar, menggunakan media /sumber,mengelola
kelas/mengelola interaksi belajar mengajar,
c Melaksanakan evaluasi belajar: menganalisis hasil evaluasi belajar,melaporkan
hasil evaluasi belajar, dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
D. Hipotesis
Untuk menguji ada tidaknya hubungan variable X (Profesionalisme
guru) dengan variable Y ( motovasi belajar ), maka penulis mengajukan
(Hipotesis ) sebagai berikut:
Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru
dengan motivasi belajar siswa Madrasah Diniyah Tarbiyatul Aulad
Ho : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru
dengan motivasi belajar siswa Madrasah DIniyah Tarbiyatul Aulad.
Dari Hipotesis di atas,penulis memiliki dugaan sementara bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru dengan motivasi
33
belajar siswa di Madrasah Diniyah Tarbiyatul Aulad itu,penulis sepakat dengan
pernyataan Ha di atas. Adapun untuk kebenarannya,maka akan dibuktikan melalui
hasil penelitian yang dilakukan di sekolah yang bersangkutan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini di laksanakan di DTA Tarbiyatul Aulad Desa
Sundawenang,kecamatan Parungkuda,kabupaten Sukabumi.Propinsi Jawa Barat.
34
Adapun waktu penelitian di laksanakan selama 6 bulan dimulai bulan januari
2013 sampai dengan bulan juni 2013.
TABEL JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No Pokok
Kegiatan
Bulan/Minggu
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Bimbingan
Penyusunan
proposal
2. Pengajuan
judul
3. Penyusunan
Proposal
4. Ujian
Proposal
5. Uji coba
instrumen
6. Pengumpul
an data
35
7. Analisis
data
8. Menyusun
Laporan/
skripsi
9. Ujian
Skripsi
B.Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek
pengamatan penelitian. Dalam penelitian terdapat dua variable yaitu variable yang
mempengaruhi yang disebut variable penyebab,variable bebas atau variable
independent (X). sedangkan variable akibat di sebut variable tidak bebas,variable
pennggantung ,variable terikat atau variable dependent (Y).
Dalam penelitian ini penulis menguji hubungan antara profesionalisme
guru dengan motivasi belajar siswa di DTA Tarbiyatul Aulad,Desa
Sundawenang,keacamatan Parungkuda,Kabupaten Sukabumi,Propinsi Jawa Barat.
1. Variabel bebas (Independent Variabel) adalah profesionalisme guru
2. Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah motivasi belajar siswa
C Populasi dan Sampel
36
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan
dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalh pokok dalam suatu
riset khusus
Dalam penelitian ini,populasinya adalah seluruh siswa DTA Tarbiyatul
Aulad,Desa Sundawenang,Kecamatan Parungkuda,Kabupaten Sukabumi,Propinsi
Jawa Barat tahun pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 110 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi.
Apabila subyeknya kurang dari 100,maka sampelnya sebaiknya sesuai dengan
jumlah populasinya. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV
dan V DTA Tarbiyatul Aulad yaitu 43 orang.
D Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini,maka penulis
menggunakan beberapa instrument penelitian antara lain:
1.Observasi
Sebagai metode ilmiah,observasi diartikan sebagai suatu cara
pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
37
fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh
data di DTA Tarbiyatul Aulad tentang:
a. Letak Geografis Sekolah
b. Sarana dan Prasarana sekolah
c. Keadaan Sekolah
d. Keadaan Siswa
2.Angket (Kuesioner)
Angket adalah pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang
disusun dan disebarkan nutuk mendapatkan informasi atau keterangan dari
sumber data yang berupa orang (respondent).
Angket ini di berikan kepada siswa untuk memperoleh informasi
mengenai hubungan antar profesioanlisme guru dengan motivasi belajar siswa di
DTA Tarbiyatul Aulad.
Angket di buat dengan model skala Likert yng mempunyai empat
kemungkinan jawaban yang berjumlah genap dimaksud untuk menghindari
kecendrungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang
jelas.
TABEL KISI-KISI ANGKET PROFESIONALISME GURU
VARIABEL INDIKATOR SUB VARIABEL NOMOR ANGKET
38
Positif Negatif
Profesionalisme
guru
a. Menunjukkan sikap yang
baik dalam proses belajar
mengajar kepada peserta
didik.
1
b. Selalu hadir atau disiplin
dalam mengajar 2,3,6 4,5
c. Selalu mengadakan
evaluasi belajar dan
menganalisis hasil evaluasi
belajar.
7,8,9,11,12
13,14,15,
16,17,18,
19,20
10
d. Memiliki wawasan dalam
proses mengajar
21,22,23,
24,25
3.Wawancara
39
Wawancara adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan
data dan melalui interksi verbal secara langsung antar pewawancara dengan
responden.
Metode ini digunakan peneliti karena untuk mencari data-data yang
berhubungan dengankeadaan guru dan siswa serta untuk memperoleh data tentang
pelaksanaan proses belajar mengajar di DTA Tarbiyatul Aulad kemudian
dikomparasikan dengan data yang diperoleh melalui angket.
Wawancara ini dilakukan oleh peneliti dengan kepala sekolah,wakil
Kepala sekolah dan jajaran yang lainnya yang relevan.
4.Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen,yang artinya barang-barang
tertulis,metode ini lebih dimengerti di bandingkan dengan metode pengumpulan
data yang lain.
Peneliti mencari data tentang motivasi belajar siswa yaitu melalui nilai
harian,nilai ulanngan dan nilai-nilai yang lainnya dalam setiap mata pelajaran.
E.Teknik dan Analisis Data
Teknik analisis data merupaka cara yang digunakan untuk menguraikan
keterangan- keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat
dipahami bukan oleh orang yang menumpulkan data saja,tetapi juga oleh orang
lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
40
1.Editing
Dalam pengolahan dta yang pertama kali harus dilakukan adlah editing. Ini
berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan
kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.
2.Scoring
Setelah melalui tahapan penting maka selanjutnya penulis memberikan
skor terhadap pernyataan yang ada pada angket. Adapun pemberian skor untuk
tiap-tiap jawaban adalah:
Nilai Positif(+) Nilai Negatif (-)
Jawaban Skor Jawaban Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3
Tidak pernah 1 Tidak pernah 4
Kemudian hasil seluruh jawaban siswa dengan melihat rata-rata jumlah skor
diklasifikasikan sebagai berikut:
41
Klasifikasi Skor angket Profesionalisme Guru
Klasifikasi Keterangan jumlah skor
25-50 Rendah
51-75 Sedang
76-100 Tinggi
3.Pengujian Hipotesis
Analisis dimaksudkan untuk menguji diterima atau ditolaknya
hipotesis yang telah dirumuskan. Selanjutnya adlh perhitungan terhadap hasil skor
yang telah ada. Untuk melihat apakah ada korelasi antar profesionalisme guru
dengan motivasi belajar siswa di DTA Tarbiyatul Aulad,maka yang dipakai adlah
rumus”r” product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
r x y = N ∑ XY – ( ∑ X ) ( ∑ Y ) _________________________________ _________________________________ √{ N ∑ X ² - ( ∑ X )² } { N ∑ Y² - ( ∑ Y )²}
Keterangan:
r x y : Angka Indeks korelasi “r” product moment
N : Jumlah responden
∑xy : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
∑x : Jumlah skor x
42
∑y : Jumlah skor y
Kemudian memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r”
product moment dengan interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan
mencocokan perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment.
Selanjutnya untuk menentukan data penelitian ini atau tidak, interpretasi juga
menggunakan table nilai “r” (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db)
atau degress of freedom (df) yang rumusnya adalah:
df = N – nr
df : degrees of freedom
N : Number of class
Nr : Banyaknya variabel ( Profesionalisme guru hubungannya dengan motivasi
belajar siswa)
Rumus selanjutnya adalah untuk mencari kontribusi variabel x terhadap
variabel y dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
KD = r² x 100%
KD : Koefisien Determination ( Kontribusi variabel x terhadap variabel y )
r : Koefisien kolerasi antara variabel x dan y
DAFTAR PUSTAKA
43
Isbandi Rukminto Adi,Psikologi.Pekerjaan Sosial,dan Ilmu kesejahteraan Sosial:
Dasar-DasarPemikiran,Jakarta:Grafindo persada,1994,hal.154.
Drs.Alex Sobur ,M.Si,Pskologi Umum , (Bandung: Pustaka Setia,2003),hlm.267
Wahosumijo,Kepeminpinan dan motivasi, (Jakarta: Ghalia
Indonesia,1992),hlm.177
David C.McClellend,Jhon W .Atkinson,Russel A.Clark,edgar. Lowel,The
Achievement Motive,(Now York: Irvington,1976),hlm.28.
Hamzah B Uno,Landasan pembelajaran,(Gorontalo: Nurul Jannah,2003),hlm.7-9
Noel Entwistle, Styles of Learning and Teaching: An Integrated Outline of
Educationa Psychology for Students,and lecturers, (New York: Jhon Wiley &Sons
Ltd,.1981) hlm.216
Thomas L.Good &Jere E.Brophy, Educational Psychology, (New
York:Longman,1990),hal.103
Mercy P.Driscoll, Psycology of learning for Instruction, (Boston:Allyn and Bacon
1994), hlm.8-9
H. Abu Ahmadi,Psikologi social,Jakarta:Rineka cipta,2007,hal. Muhibbin Syah,
M.Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan kedua. (Bandung:
PT. Rosdakarya. 1995). hlm. 2
Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. Rineka
Cipta. 1991)184-186
Dr.Ali Mudlofir,M.Ag. Pendidik Profesional, (Depok,Raja Grafindo Persada
2012),hlm.3
44
Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan
(Jakarta: PT Rineka Cipta. 1990). Hlm. 220
Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan
kedua. (Bandung: PT. Rosdakarya. 1995). hlm. 2
Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. Rineka
Cipta. 1991)