project lingkungan hidup-devin

20
SMA KRISTEN TRI TUNGGAL JL. SEMARANG INDAH BLOK F NO. 1 SEMARANG TELP. (024) 7606100, 7610634 Name : Natanael D. Class : Earnest-XI No : 10 PORTFOLIO PROJECT (PA) Subject : Geography Topic : Lingkungan Hidup Grade : XI (eleven) Semester : 2 (two) School Year : 2007/2008 Day, date : Thursday, February 14, 2007 (Earnest) Time : 90 minutes 1.  Carilah melalui internet atau surat kabar tentang kerusakan lingkungan hidup berdasarkan penyebab kerusakannya: karena faktor alam (5 artikel) dan faktor ulah manusia (5 artikel). Kerusakan lingkungan hidup akibat faktor ulah manusia

Upload: ariklowbat

Post on 05-Jul-2015

214 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Project Lingkungan Hidup-Devin

SMA KRISTEN TRI TUNGGALJL. SEMARANG INDAH BLOK F NO. 1 SEMARANGTELP. (024) 7606100, 7610634

Name : Natanael D.Class : EarnestXINo : 10

PORTFOLIO PROJECT (PA)

Subject : Geography Topic : Lingkungan HidupGrade : XI (eleven)Semester : 2 (two)School Year : 2007/2008Day, date : Thursday, February 14, 2007 (Earnest)Time : 90 minutes

1.  Carilah melalui internet atau surat kabar tentang kerusakan lingkungan hidup 

berdasarkan penyebab kerusakannya: karena faktor alam (5 artikel) dan faktor ulah 

manusia (5 artikel).

Kerusakan lingkungan hidup akibat faktor ulah manusia

Page 2: Project Lingkungan Hidup-Devin

Artikel 1

"Perusakan Lingkungan dan Bencana Alam: Musuh Laten Manusia Indonesia"

25/01/2006Last Update: 30/11/1999

Awal bulan Januari, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh berita banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang dua desa di Kecamatan Panti, Jember, Jawa Timur. Banjir Bandang yang diduga terjadi karena maraknya penebangan hutan ilegal (illegal logging) ini, menyebabkan kurang lebih 57 orang tewas, dan ratusan rumah rusak, dan puluhan hektar sawah terendam air. 

Belum lagi selesai proses evakuasi korban akibat banjir bandang di Jember ini, musibah tanah longsor terjadi di Kampung Gunungrejo, di Kecamatan Banjarmangu, Jawa Tengah. Tanah longsor yang menimbun empat Rukun Tetangga (RT) di kampung yang berpenduduk 655 orang ini, menewaskan 75 orang. Masih ditambah dengan jumlah orang hilang yang hampir mencapai ratusan. 

Bencana yang terjadi di Jember dan Banjarnegara tsb merupakan bencana alam yang terjadi akibat ulah manusia. Banjir bandang di Jember misalnya, terjadi akibat adanya penggundulan hutan di sekitar kabupaten Jember. Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gajah Mada (UGM) mengatakan bahwa banjir bandang di Jember disebabkan oleh adanya kerusakan alam yang parah (Republika 5 Januari 2006). Meski berpotensi terjadi hujan badai di selatan Pulau Jawa, terutama wilayah selatan Jawa Timur, banjir ini juga dipicu oleh adanya perubahan alih fungsi lahan secara cepat, yakni dari hutan menjadi nonhutan. 

Perubahan fungsi lahan tersebut akhirnya menyebabkan longsor dan banjir lumpur sebagaimana yang terjadi di Banjarnegara. Bupati Banjarnegara, HM Djasri, membenarkan telah terjadi penjarahan hasil hutan di lereng Gunung Pawinihan milik Perhutani, yang akhirnya menyebabkan hutan gundul. Padahal Badan Meteorologi dan Geofisika menyatakan bahwa curah hujan cenderung normal. Jadi Bencana longsor atau banjir yang terjadi bukan sematamata akibat curah hujan yang ekstrem. 

Dua bencana alam yang terjadi dalam waktu yang berdekatan, merupakan fakta yang mengingatkan bahwa hutan di Pulau Jawa berada dalam kondisi kritis. Banjir bandang hanyalah salah satu indikator adanya kerusakan pada kawasan hutan. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mencatat bahwa Pulau Jawa hanya memiliki 1,9 juta hektar tutupan hutan yang tersebar diberbagai propinsi, padahal luas Pulau Jawa mencapai 13 juta hektar. 

Kondisi ini praktis menjadikan Pulau Jawa sebagai pulau dengan tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi. Bila kerawanan dan kondisi kritis ini juga terjadi di PulauPulau lain di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan bencana alam akan terus menimpa, bukan hanya mereka yang bermukim di Pulau Jawa, tetapi juga di PulauPulau lainnya, seperti Sumatera, Sulawesi mau pun Kalimantan. 

Dengan latar belakang kasus bencana banjir dan longsor di Jember dan Banjarnegara, The Habibie Center merasa perlu untuk mengadakan Diskusi yang memfokuskan pada isu kerusakan alam dan akibat yang ditimbulkannya. Diskusi ini bertujuan untuk mendapatkan masukanmasukan penting tentang upaya penyelamatan alam yang mendesak dilakukan, agar kita terhindar dari bencana yang lebih dahsyat. Diskusi ini akan dihadiri sekitar 50 orang peserta dari berbagai latar belakang dan institusi. 

Pembicara : 1. Togu Manurung, PhD (Forest Watch Indonesia) 

Hijriyah

BERITA DEMOKRASI & HAM

�Berita Hangat

�Tajuk

�Berita Photo Terbaru 

TENTANG KAMI�Sambutan Ketua

�Profil Center

�Struktur Organisasi

�Direktori Staf 

KEGIATAN�Agenda

�Program Khusus

�Penelitian/Kajian

�BincangBincang THC

PUBLIKASI�Jurnal Demokrasi & HAM

�Jurnal MWCC

�Buku

�News Letter

�Press Release

�Laporan Tahunan

�Arsip

�Kajian THC

YAYASAN SDM-IPTEK�Sambutan Ketua

�Profil Yayasan

�Organisasi & Personil

�Beasiswa

�Penghargaan Habibie

�Download Formulir

�Penerima Beasiswa

BENCANA TSUNAMI�Berita Bencana Tsunami

�Rumah Asuh

    

Page 3: Project Lingkungan Hidup-Devin

The Habibie Center, Jl. Kemang Selatan No. 98, Jakarta 12560Telp. (021) 781-7211, Faks. (021) 781-7212, E-mail: [email protected]

Artikel 2

Mengembangkan Sikap Ramah kepada Alam25 Juli 2006, Akhirakhir ini bencana alam melanda hampir di seluruh pelosok Indonesia. Tak terkecuali ibu kota negeri ini, Jakarta. Beberapa hari yang lalu, gempa berkekuatan 6,2 skala Richter melanda   daerah   Pangandaran,   Jawa   Barat   telah   merengut   banyak   korban   jiwa.   Padahal, sebelumnya, gempa telah melanda Aceh, Nias, Lampung, dan Padang. 

Fenomena alam yang  terjadi   terusmenerus   itu  merupakan salah satu   tanda   telah  terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Melihat berbagai kerusakan dan bencana alam itu, seringkali kita mengajukan pertanyaan pada diri kita sendiri, apakah yang terjadi dengan alam kita ? Mengapa alam tidak lagi bersahabat dan tidak ramah terhadap bangsa Indonesia? Apa yang diinginkan dari Illahi atas bencana yang terjadi terusmenerus di negeri ini? 

Pertanyaan   itu   mencerminkan   bahwa   pemahaman   serta   paradigma   berpikir   kita   tidak berdasar   dan   komprehensif   dalam   menyikap   persoalanpersoalan   yang   terjadi.   Karena persoalan yang sebenarnya bukan pada alam kita,   tetapi  bagaimana kita  memperlakukan alam semesta kita ini dan kaitannya dengan fenomena bencana yang terjadi? 

Dengan kata lain, pertanyaannya adalah apa yang telah kita lakukan pada alam kita? Apakah kita telah bersikap ramah terhadap alam ini? Sebab, keramahan kita dalam memperlakukan alam lebih lanjut akan berdampak pada keramahan alam itu sendiri kepada kita. 

Keduanya menciptakan hubungan timbal balik. Karenanya, ketika terjadi berbagai bencana alam, maka pertanyaannya adalah apakah itu wujud dari ketidakramahan alam, atau akibat dari ketidakramahan kita dalam memperlakukan alam? 

Oleh karena itu, jawaban atas pertanyaan itu adalah bagaimana manusia (Indonesia) menjalin relasi dengan alam (Indonesia), bukan bagaimana alam menjalin relasi dengan kita sebagai manusia. 

Jika kita ingin memahami dan mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kerusakan alam, Indonesia khususnya, maka secara mendasar kita harus berangkat dari paradigma yang benar.   Kesalahan   paradigmatik   akan   menghasilkan   diagnosa   yang   salah   tentang   akar permasalahan. Itu artinya, bahwa kita juga akan salah dalam menerapkan solusinya. Oleh karena itu, keberhasilan dalam menyelesaikan persoalan ini adalah berangkat dari paradigma yang tepat. 

Lalu, bagaimana pola relasi yang selama ini terjalin antara manusia Indonesia dengan alam Indonesia. Bagimana pola relasi yang harus dikonstruksikan di masa depan? 

Secara   paradigmatik,   pola   relasi   yang   terjalin   antara   manusia   Indonesia   dengan   alam Indonesia   selama   ini   adalah  pola   relasi   subjekobjek.  Dalam hal   ini,  manusia  bertindak sebagai   subjeknya   dan   alam   sebagai   objeknya.   Ini   pola   relasi   yang   bersifat   dominatifeksploitatif. 

Pola   relasi   subjekobjek   ini   tidak   memberikan   ruang   penghargaan   kepada   alam   sebagai tempat di mana manusia bisa mendapatkan kebutuhannya. Dalam hal ini, alam diposisikan 

Pencarian InternalKEYWORD :

Jenis Tampilan

 

Profil Daerah

Banten 

Google Search

Visit Counter139 Pengunjung OnlineAnda Pengunjung Ke :

1593707Statistik 

Best ViewUntuk tampilan lebih baik gunakan Internet Explorer 5.0 atau yg 

lebih tinggi.

Search

Search

, 02/14/08
<!-- Tips Menghadapi Bencana->headtipsbencana-->
, 02/14/08
<!-- Best View->headbestview-->
, 02/14/08
<!-- Visit Counter->headvisit-->
, 02/14/08
<!-- Google Search->headsearching-->
, 02/14/08
<!-- Profil Daerah->headprofildaerah-->
, 02/14/08
<!-- Jenis Tampilan->headtheme-->
, 02/14/08
<!-- Pencarian Internal->headsearching-->
, 02/14/08
<!--tutup </td> (kolom diisi block-block kanan) ada di footer.html-->
, 02/14/08
<!--td bgcolor="#f9f9f9" valign="top" width="175"-->
Page 4: Project Lingkungan Hidup-Devin

sebagai benda mati yang tidak membutuhkan penghargaan. Ini merupakan pola pikir yang tidak proporsional dalam memposisikan alam. 

Kesalahan mendasar paradigmatik ini adalah memandang alam dan manusia sebagai dua hal yang   berbeda   dan   terpisah.   Akibatnya,   kerusakan   yang   terjadi   di   alam   semesta   tidak dianggap sebagai ancaman terhadap eksistensi manusia itu sendiri. 

Ini  merupakan   sebuah  kesalahan  cara  pandang  yang   sangat   fundamental.  Karena   secara faktual, kerusakan yang terjadi pada alam semesta, sebenarnya merupakan ancaman terhadap masa   depan   kehidupan   manusia   Indonesia.   Kerusakan   alam   Indonesia,   secara   langsung berdampak kepada manusia Indonesia secara umum. Misalnya, banjir, tanah longsor, tsunami dan bentuk bencana alam lainnya yang telah merenggut ratusan bahkan ribuan jiwa dan uang miliaran rupiah  membuktikan bagaimana kerusakan alam semesta berdampak dan mengancam kehidupan manusia Indonesia. 

Bertolak   dari   fakta   ini,  maka  kita  dapat  menyimpulkan  bahwa  manusia   dan   alam  pada dasarnya merupakan satu kesatuan. Keduanya bukan merupakan dua entitas yang terpisah. Manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. 

Itulah pradigma yang harus kita tanamkan dalam kesadaran kita sebagai manusia Indonesia dalam menjalin relasi dengan alam. Kita harus tanamkan kesadaran bahwa kerusakan alam semesta merupakan ancaman terhadap eksistensi manusia itu sendiri. Masa depan eksistensi alam semesta, secara fundamental merupakan masa depan keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. 

Kesadaran itulah yang harus kita pegang dan tanamkan dalam kesadaran paradigmatik kita. Bertumpu pada  logika   itu,  maka kita  harus  merubah  pola   relasi  kita  dengan  alam,  dari hubungan   subjekobjek   menuju   pola   relasi   subjeksubjek.   Dalam   hal   ini   kita   tidak menempatkan alam sebagai objek, tapi juga subjek seperti kita juga. 

Dalam pola relasi ini, alam tidak diposisikan sebagai benda mati, tapi juga sebagai entitas yang juga hidup seperti kita. Ini merupakan pola relasi yang egaliter dan sederajat antara manusia dan alam, tidak dominatifeksploitatif. 

Dengan paradigma seperti ini, maka kita akan menghargai alam semesta sama dan setara dengan penghargaan kita   terhadap diri  sendiri.  Dalam pola  relasi   subjeksubjek  tersebut, manusia akan menghargai dan menjaga alam semesta sama sebagaimana ia menghargai dan menjaga dirinya sendiri. Sehingga kondisi itu akan mempengaruhi kita dalam menggunakan menggunakan teknologi, sebagai sarana eksploitasi sumber daya alam yang ada. 

Dengan pola  relasi  subjeksujek maka manusia  (Indonesia)  akan menggunakan  teknologi sebagai   sarana   (alat)   untuk   menghargai   alam   (Indonesia),   bukan   sebagai   sarana   untuk mengeruk kekayaan alam yang cenderung bersifat dominatifeksploitatif seperti yang terjadi selama  ini.  Teknologi  yang  kita  gunakan  nantinya   adalah   teknologi  yang  bersifat   ramah lingkungan sebagai perwujudan dari usaha untuk menghargai alam itu sendiri. 

Paradigma inilah yang harus dipegang oleh manusia (Indonesia) saat ini, dalam menyikapi alam   (Indonesia).   Kita   harus   beralih   pada   pola   relasi   yang   menempatkan   alam   sebagai subjek, bukan semata objek. Dengan perubahan paradigma ini maka kerusakan alam semesta dapat dicegah dan diantisipasi.*** 

oleh Husein Ja'far

Penulis adalalah pengamat masalah sosial 

Tips Menghadapi BencanaMenyusul banyaknya isu 

yang beredar di masyarakat baik melalui 

SMS maupun email seputar akan terjadinya 

gempa dan tsunami, Badan Meteorologi dan 

Geofisika (BMG) menegaskan bahwa GEMPA TIDAK 

DAPAT DIPREDIKSI KAPAN WAKTU TERJADINYA. Tips Menghadapi Gempa Bumi dan 

Tsunami

Page 5: Project Lingkungan Hidup-Devin

 [] URL : File : 

© Copyright PUSDATINKOMTEL 2005. All Right Reserved Jl. Medan Merdeka Utara No. 7, Jakarta Pusat Telp. (021) 381 1120, Fax (021) 381 1120

email: [email protected] 

Artikel 3

Bencana Ekologis dan Keberlanjutan Indonesia

Bencana adalah suatu situasi dimana cara masyararakat untuk hidup secara normal telah gagal  sebagai akibat dari peristiwa kemalangan luarbiasa, baik karena peristiwa alam ataupun perbuatan manusia (Sphere Project, 2000).

PengantarIndonesia adalah negeri yang rawan dan rentan terhadap bencana, baik yang berasal dari alam maupun yang terjadi akibat perbuatan manusia.[1] Dalam kurun waktu lima tahun, 19982004 terjadi 1150 kali bencana, dengan korban jiwa 9900 orang serta kerugian sebesar Rp 5922 miliar.  Tiga bencana utama adalah banjir (402 kali, korban 1144 jiwa, kerugian 647,04 miliar Rp), kebakaran (193 kali, korban 44 jiwa, kerugian 137,25 miliar Rp) dan tanah longsor (294 kali, korban 747 jiwa, kerugian 21,44 miliar Rp).[2]  

Menarik, karena tiga bencana tersebut adalah bencana akibat perbuatan manusia. Kartodihardjo dan Jhamtani  menyebut hal ini sebagai bencana pembangunan, yang didefinisikan sebagai gabungan faktor krisis lingkungan akibat pembangunan dan gejala alam itu sendiri, yang diperburuk dengan perusakan sumberdaya alam dan lingkungan serta ketidakadilan dalam kebijakan pembangunan sosial.  Tulisan ini karenanya ingin menyoroti bencana dari yang timbul akibat ulah dan kelalaian manusia terhadap lingkungan dan aset alam dan tidak membahas bencana murni karena gejala alam seperti tsunami dan gempa bumi.   

Salah Urus Berujung Bencana

Bencana seperti banjir, kekeringan dan longsor sering dianggap sebagai bencana alam dan juga takdir.  Padahal fenomena tersebut, lebih sering terjadi karena salah urus lingkungan dan aset alam, yang terjadi secara akumulatif dan terusmenerus.    

Menurut Kartodihardjo dan Jhamtani , bencana banjir mencakup 32,96% dari jumlah kejadian bencana, sementara tanah longsor merupakan 25,04% dari total kejadian bencana.  Bahkan, di pesisir Jawa,[3] pada kurun waktu 1996 hingga 1999 saja, setidaknya terdapat 1.289 desa terkena bencana banjir. Jumlahnya semakin meningkat hampir 3 kali lipatnya (2.823 desa) hingga akhir tahun 2003, yang juga merupakan implikasi dari rusaknya ekosistem pesisir akibat dari konversi lahan, destructive fishing, reklamasi, hingga pencemaran laut (di mana 80% industri di Pulau Jawa berada disepanjang pantai utara Jawa).

Selain banjir, kekeringan adalah bencana lain yang semakin kerap terjadi di Indonesia.  Belakangan ini musim kemarau di Indonesia semakin panjang dan tidak beraturan , meski secara geografis dan alamiah Indoensia berada di lintasan Osilasi SelatanEl Nino (ENSO).  Misalnya, walau kemarau 2003 

, 02/14/08
<!--sambungan/penutup <td> (kolom diisi block-block tengah) dari left_center.html-->
, 02/14/08
<!--<tr> <td align="center" valign="middle" bgcolor="#f5f5f5"><span class="text3">&copy; Copyright</span> <a href="http://www.penajati.com" class="link1" target="_blank"><font color="green">Zamrud</font><font color="black"> Technology</font></a> <span class="text3">2005. All Right Reserved</span></td> </tr> -->
, 02/14/08
<!--kotak bawah-->
, 02/14/08
<!--end kotak awal isi utama (awal <table> ada di header.html)-->
Page 6: Project Lingkungan Hidup-Devin

termasuk normal, namun tercatat 78 bencana kekeringan di 11 propinsi, dengan wilayah yang terburuk dampaknya adalah Jawa Barat dan Jawa Tengah.[4]  Dampak kekeringan yang utama adalah menurunnya ketersediaan air, baik di waduk maupun badan sungai, yang terparah adalah pulau Jawa.[5]  Dampak lanjutannya adalah pada sektor air bersih, produksi pangan serta pasokan listrik.  Kekeringan juga terkait dengan kebakaran hutan, karena cuaca kering memicu perluasan kebakaran hutan dan lahan serta penyebaran asap.

Dampak dari bencana tersebut bukan hanya pada korban jiwa dan benda, namun berdampak pula pada produksi pertanian, tercemarnya sumber air serta masalah sosial yang lebih luas seperti pengungsi dan migrasi penduduk.

Walaupun kekerapan bencana meningkat secara signifikan beberapa tahun terakhir ini, pemerintah tidak melakukan kajian menyeluruh mengenai pola dan penyebab bencana tersebut.

Ancaman signifikan terjadi pada tiga sektor utama prasyarat keberlanjutan kehidupan, yaitu air, pangan dan energi.  Untuk air, ancaman terbesar berasal dari meningkatnya permintaan secara signifikan dan semakin terbatasnya ketersediaan air layak konsumsi.  Keterbatasan tersebut berasal dari menurunnya kualitas air (yang disebabkan oleh pencemaran, intrusi dan kerusakan pada sumber air) serta kuantitas air (akibat privatisasi, komodifikasi air serta ineffisiensi distribusi).  Di Jakarta misalnya, warga yang terhubungkan dengan jaringan Perusahaan Air Minum (PAM) berjumlah kurang dari 51 persen dari jumlah keseluruhan warga.[6] Akibatnya, sebagian besar warga mengambil air tanah (sumur, atau pompa) dan juga membeli air minum kemasan atau penjual air keliling. Padahal, sekitar 70 persen air tanah di Jakarta menunjukkan kondisi tidak layak sebagai air minum yang diperbolehkan.[7] Akibatnya, air berubah esensinya dari kebutuhan dasar  menjadi komoditi.

Situasi serupa juga terjadi dengan pangan.  Hilangnya kedaulatan rakyat pada pangan berujung pada kasus kelaparan dan gizi buruk.  Di NTT, ada 13 ribu lebih balita kurang gizi, sebanyak 36 diantaranya meningggal dunia. Kualitas sumber daya manusia Indonesia (IPM) berada di urutan 111 dari 177 negara (UNDP, 2004). 

Laut Indonesia yang begitu luas, dipastikan mampu menjadi penyumbang terbesar perikanan laut di dunia, dengan menyediakan 3,6 juta ton dari produksi perikanan laut secara keseluruhan pada tahun 1997 (Burke, et all, 2002). Ironinya, di tingkat nasional, konsumsi ikan hanya berkisar 19 kg/kapita/tahun, lebih rendah dari Vietnam maupun Malaysia yang tingkat konsumsinya mencapai 33 kg/kapita/tahun. Nelayan merupakan golongan masyarakat termiskin di Indonesia dan makin terpinggirkan dari waktu ke waktu. 

Revolusi hijau telah menghilangkan 75% dari 12.000 varietas padi lokal dan melahirkan ketergantungan baru pada pupuk dan pestisida kimia dari perusahaanperusahaan asing. Keragaman hayati lokal dan ketahanan pangan rontok. Negara kita menjadi pengimpor beras murni sejak pertengahan 90an.  Liberalisasi perdagangan mengubah fungsi pangan yang multi dimensi menjadi sekadar komoditas perdagangan. Bahkan WTO mengartikan ketahanan pangan sebagai “ketersediaan pangan di pasar”. Konsep ini dalam praktiknya memaksa rakyat di negaranegara sedang berkembang untuk memenuhi pangan yang akan dipenuhi oleh negaranegara maju melalui mekanisme pasar bebas, yang berujung pada malapetaka pangan di berbagai tempat. 

Kedaulatan energi pun dipertaruhkan.  Perusahaanperusahaan lintas negara (Transnational Corporations atau TNC’s) telah menyedot 75% cadangan minyak kita hingga hari ini. Sementara 58% total produksi gas bumi dan 70% batubara pertahun terus di ekspor. Sementara itu, 90% kebutuhan energi rakyat Indonesia dibuat bergantung kepada BBM dan 45%  rumah tangga belum dapat mengakses listrik. Tak pernah ada strategi nyata untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM. Yang justru dilakukan adalah dorongan untuk mengkonsumsi terus menerus yang menguntungkan segelintir orang.

Page 7: Project Lingkungan Hidup-Devin

Sementara itu, pilihan atas energi murah, mudah diakses, dan bersih telah  menjadi pilihan yang amat langka. Saat ini ketika negara takluk pada diktasi pasar bebas, rakyat yang sudah sedemikian tergantung dipaksa untuk membeli energi dengan harga pasar dunia. Kenaikan harga BBM, menurut sejumlah penelitian meningkatkan kemiskinan hingga 11%. Total rakyat miskin di Indonesia setelah lonjakan kenaikan BBM menjadi 41%.

Kenaikan harga barangbarang konsumsi, daya beli yang rendah, tidak tersedianya lapangan pekerjaan bukan saja meningkatkan jumlah penduduk miskin. Di sisi yang lain banyak liputan media menunjukkan perubahan pola konsumsi terutama perempuan dan anakanak. Rakyat terpaksa bersiasat mengurangi asupan gizi demi membeli minyak tanah. 

Kemudian, berkurangnya lapangan pekerjaan ditambah naiknya harga barang yang dipicu mendorong rakyat ikut serta merusak lingkungan demi sesuap nasi. Maraknya keterlibatan rakyat dalam pertambangan illegal yang merusak lingkungan di Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, dan Papua adalah fakta gagalnya negara menjamin penghidupan warganya.

Dari fenomena diatas, aspek penting untuk diperhatikan adalah pola perusakan ekologi dan pola iklim.  Untuk krisis air misalnya, JawaBali diprediksi akan segera mengalami krisis.  Namun fenomena ini tidak dijadikan pelajaran oleh daerah lain, seperti Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi yang sudah semakin sering mengalami krisis air.  Pada musim kemarau kita selalu kekurangan air dan pada musim hujan kita kebanjiran, ini mengindikasikan bahwa semua infrastruktur yang dibuat untuk merekayasa lingkungan telah gagal, karena sumber masalah tidak ditangani dengan sungguhsungguh.  Krisis demi krisis akibat salah urus ini kemudian berujung pada bencana ekologis yang kian nyata terlihat. 

Bencana Ekologis

Bencana ekologis adalah akumulasi krisis ekologis yang disebabkan oleh ketidakadilan dan gagalnya sistem pengurusan alam yang telah mengakibatkan kolapsnya pranata kehidupan masyarakat. 

Saat ini keberlanjutan Indonesia berada dititik kritis karena bencana ekologis yang terjadi secara akumulatif dan simultan di berbagai tempat, tanpa ada upaya yang signifikan untuk mengurangi kerentanan dan kerawanan masyarakat terhadap dampak bencana ekologis.  

TandaTanda Bencana EkologisPertanda bencana ekologis justru ada di depan mata di mana masyarakat sebagai stakeholder utama dan lingkungan hidup berada pada kondisi:

1. Ketiadaan pilihan untuk bertahan hidupPada banyak tempat, komunitas masyarakat  sampai pada ketiadaan pilihan untuk bertahan hidup. Komunitas Melayu yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian di sepanjangan Daerah Aliran Sungai Siak harus merubah mata pencahariannya ketika puluhan perusahaan konsesi kehutanan menyerobot alih lahanlahan masyarakat. Masyarakat kemudian beralih menjadi nelayan sungai. Berdirinya industri pengolahan disepanjang Sungai Siak ditambah kegagalan  pemerintah dalam mengatur buangan limbah membuat sungai tercemar sehingga hasil tangkapan menurun drastis. Ketiadaan pilihan tersebut pada akhirnya membuat sebagian besar masyarakat melayu yang berada disepanjang Sungai Siak bermigrasi ke daerah lain sebagai buruh pekerja sedangkan sebagian kecilnya tetap bertahan sambil mengharapkan bantuan dari sanak saudara yang bekerja ke Malaysia, juga sebagai buruh.

2. Gagalnya fungsi ekosistemKegagalan fungsi pemerintah mematuhi deregulasinya menyebabkan rusaknya fungsifungsi ekosistem.  Banyak perkebunanperkebunan skala besar, Hak Pengusahaan Hutan maupun industri tambang yang menyerobot wilayah masyarakat yang selama ini telah menciptakan simbiosis mutualisme dengan ekosistem sekitarnya, memasuki daerah tangkapan air, memotong home range 

Page 8: Project Lingkungan Hidup-Devin

spesies yang dilindungi,dll. Industriindustri tersebut kemudian menjadi parasit bagi ekosistem sekaligus memperlemah ekosistem yang ada.  Pada satu titik, kegagalan ekosistem tersebut kemudian harus dibayar dengan sejumlah bencana banjir, longsor, hama baru, malaria, konflik satwa dengan manusia, dll. 

3. KetersingkiranKebijakan negara yang tidak mengakui hakhak masyarakat lokal membuat ratusan komunitas harus menyingkir dari tanahnya sendiri ketika industriindustri berskala besar dukungan pemerintah mengambil alih tanahtanah mereka. Hingga hari ini, konflikkonflik kepemilikan lahan masih terus berlangsung tanpa satupun memberikan indikasi yang positif terhadap hakhak masyarakat terhadap kepemilikannya.

4. KemiskinanDisebutkan bahwa pembangunan industriindustri berskala besar tersebut ditujukan untuk menyejahterakan masyarakat. Fakta yang ditemui malah justru bertolak belakang dengan jargon tersebut. Menarik bila dilihat bahwa justru kantong kemiskinan terbanyak malah jutsru paling banyakdi daerahdaerah yang kaya dengan sumberdaya alam.Di Sumatera, 64 persen masyarakat miskin malah justru berada di sekitar konsesikonsesi perkebunan dan kehutanan. Di kawasan industrinya sendiri banyak ditemukan para buruh yang dipaksa untuk bekerja 18 jam sehari dengan bayaran yang hanya bisa memenuhi kebutuhannya sampai dengan akhir bulan. Penyakit kurang gizi adalah satu hal yang lumrah dan bisa disaksikan dimanamana.

5. KematianPada akhirnya kegagalan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan ketidakmampuannya menjamin fungsifungsi ekologis telah menciptakan sejumlah tragedi yang mengambil korban nyawa. Dalam tujuh tahun terakhir hampir tujuhratus orang meninggal dunia dengan siasia akibat bencana banjir dan longsor yang disebabkan kegagalan fungsi ekosistem. Ribuan lainnya harus mengulang kehidupannya dari awal.

PRASYARAT untuk menyelamatkan INDONESIA dari bencana ekologisUntuk menahan dan mengurangi laju bencana ekologis yang lebih luas maka diperlukan beberapa prasyarat, sebagai berikut:

1. Reorientasi visi pembangunan dari pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menjadi masyarakat berkelanjutan (sustainable societies).

2. Mengedepankan pendekatan bioregion dan meninggalkan paradigma sektoral dalam pengelolaan aset alam dan wilayah.

3. Menyelesaikan konflik agraria dan sumberdaya alam, diikuti dengan reforma agraria sejati.4. Mengembangkan partisipasi sejati rakyat dalam pembangunan dengan indikator organisasi 

rakyat yang kuat, kritis, dan mandiri.5. Membangun resiliensi dan resistensi rakyat terhadap privatisasi dan komodifikasi sumber 

kehidupan.6. Mengakui kearifan lokal pengurusan sumbersumber kehidupan dan mendudukkan kembali 

peran negara sebagai penjamin hak konstitusional warga negara.

Kita bisa memulainya...Diakui bahwa menghindar, mencegah hingga menghentikan bencana ekologis bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Untuk memulainya, diperlukan percepatan 3 kegiatan (pondasi) dibawah ini, sebagai berikut:membangun refklesi kritis atas konsumsi seharihari yang berdampak pada peningkatan kerentanan ekologis seperti meningkatnya konsumsi kayu, bahan bakar, logam dan mineral, plastik, yang berdampak pada peningkatan kerusakan alam 

Page 9: Project Lingkungan Hidup-Devin

1. Melakukan aktivitas konkret dan mengembangkan budaya konsumsi dan produksi cinta lingkungan (environmentalist) dari kelompok masyarakat terkecil agar  diri kita dan orang lain terhindar dari ancaman bencana ekologis

2. Membangun masa kritis (critical mass)  untuk bersama menghindarkan bencana ekologis.3. Mempromosikan pendekatan bioregion sebagai prasyarat perubahan paradigma yang utama.

Artikel 4

Hentikan Eksploitasi Sumber Daya Gas Alam yang Mengabaikan Kualitas Hidup Masyarakat Wajo!

Petisi GAWAT (Gerakan Wajo Menggugat): 

"Lagipula, siapakah yang bisa mengembalikan lagi kekayaan Indonesia yang diambil oleh mijnbedrijven partikelir, yakni perusahaanperusahaan partikelir, sebagai timah, arang batu, dan minyak (baca: termasuk gas alam). Siapakah nanti yang bisa mengembalikan lagi kekayaankekayaan tambang itu? Musnahmusnahlah kekayaankekayaan itu buat selamalamanya bagi pergaulan hidup Indonesia, masuk ke dalam kantong beberapa pemegang andil belaka!" (Soekarno: Indonesia Menggugat, 1961).

Kami menyatakan bahwa praktek dan narasi besar pertambangan di Indonesia sudah merupakan suatu bentuk neocolonialism atau imperialisme baru melalui penetrasi rentenir internasional, seperti Bank Dunia, IMF, dan perusahaan multinasional lainnya, yang didukung oleh sistem politikekonomi yang korup dan oknumoknum yang tidak bertanggungjawab pada jajaran eksekutif dan legislatif pemerintahan Republik Indonesia. Penguasaan ini, bukan hanya lebih menguntungkan kekuatan persekongkolan imperialis, koruptor, dan politisi busuk. Akan tetapi, sekaligus mengorbankan seluruh sektor kehidupan masyarakat hingga ke generasi penerus dan masa depannya.

Kami menilai bahwa sesungguhnya distribusi keuntungan dari pendapatan negara sektor pertambangan besar, termasuk pertambangan gas alam yang diperoleh dari bagi hasil, royalti, dan pajak, serta kontribusinya bagi perluasan lapangan kerja terlalu murah dan tidak adil serta terbukti hanya membuahkan ketimpangan yang besar dan kronis secara sosial, ekonomi, ekologi, dan kultural. 

Kami menyaksikan bahwa berbagai tragedi pertambangan, seperti kasus Buyat, kasus Aceh, Riau, Kalimantan, dan Papua, yang menggerogoti kehidupan rakyat dan lingkungan hidupnya, sudah mulai dialami pula oleh masyarakat Kabupaten Wajo, yang dijadikan sebagai lahan eksploitasi sumberdaya gas alam oleh perusahaan multinasional, PT Energy Equity EPIC Sengkang.  Hal ini dapat terukur dengan tidak adanya penerimaan bagi hasil untuk Kabupaten Wajo, pada khususnya, dan Propinsi Sulawesi Selatan dan kabupatennya yang lain pada umumnya, sejak Tahun Anggaran 2002. Demikian pula dengan program pengembangan masyarakat (community development) perusahaan, sampai hari ini, tidak ada yang signifikan.

Kami memandang penting dan mendesak untuk mengajukan gugatan kepada siapapun yang membiarkan, terutama anggota DPR dan DPD RI dari daerah pemilihan Sulawesi Selatan, atau melakukan eksploitasi sumberdaya alam dan lainnya di Kabupaten Wajo. Sikap ini semestinya telah lama ditempuh, yakni sejak dirampasnya sumberdaya gas masyarakat Wajo secara sewenangwenang dan tanpa membuahkan hasil yang signifikan bagi peningkatan kualitas hidupnya secara sosial, ekonomi, ekologi, dan budaya.

Kami menegaskan bahwa sungguh tidak terhormat, tidak bermartabat, dan tidak beradab, jika keadaan seperti ini dibiarkan berlarutlarut hingga membawa bangsa kita, pada umumnya, dan masyarakat 

Page 10: Project Lingkungan Hidup-Devin

Kabupaten Wajo, pada khususnya, bergerak ke titik kebangkrutan dan kehancuran. 

Oleh karena itu, Gerakan Wajo Menggugat (GAWAT) yang didukung oleh jaringan individu dan kelembagaan, mengajukan petisi ini kepada Pemerintah Pusat, para anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari Daerah Pemilihan Provinsi Sulawesi Selatan, Gubernur dan DPRD Sulawesi Selatan serta pelbagai pihak terkait lainnya, agar:

Meninjau kembali keberadaan perusahaan multinasional, PT Energy Equity EPIC Sengkang, yang telah beroperasi di Kampung Baru, Desa Gilireng, Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, yang diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1996 oleh Pemerintah Orde Baru karena Production Sharing Contract  (Kontrak Bagi Hasil/PSC)nya sudah tidak sesuai lagi dengan karakter dan semangat Otonomi Daerah dan prinsipprinsip good governance yang telah dianut oleh hukum ketatanegaraan Indonesia.

Menghentikan operasional atau memutuskan Production Sharing Contract (Kontrak Bagi Hasil/PSC) PT Energy Equity EPIC Sengkang, karena selama ini tidak memberikan kontribusi positif, secara nyata, bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Wajo, dari Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) serta pelaksanaan program community developmentnya. 

Di samping itu, saat ini dipandang sudah penting pula untuk memberikan waktu bagi penyiapan infrastruktur perekonomian Indonesia hingga lebih siap menyerap nilai tambah dari pengelolaan dan memberi kesempatan untuk perombakan terhadap kebijakan negara dan sistem industri pertambangan yang korup dan eksploitatif. Atau bahkan, kalau perlu biar kita memilih untuk menabungnya sebagai bekal bagi generasi mendatang. 

Kalaupun peluang kerjasama lebih lanjut tetap dibuka peluangnya, maka perlu dilakukan penataan ulang atas distribusi keuntungan, keterkaitan dengan industri hilir, transfer teknologi, serta tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup bagi perusahaan, sebagaimana yang mereka terapkan di negaranegara maju.

Mendesak PT Energy Equity EPIC Sengkang untuk mentransparansikan keseluruhan nilai produksi dan seluruh kontribusinya dalam bentuk Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) serta pelaksanaan program community developmentnya secara terbuka sebagai bentuk akuntabilitas publik (public accountability), terutama kepada masyarakat dan pemerintah Kabupaten Wajo dan Propinsi Sulawesi Selatan.

Mendesak Pemerintah Pusat, terutama Departemen Pertambangan dan Energi, Departemen Keuangan, dan DPR RI, untuk mentransparansikan keseluruhan pendapatan negara dan mekanisme pengalokasian Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) dari PT Energy Equity EPIC Sengkang, terutama kepada pemerintah dan masyarakat Kabupaten Wajo dan Propinsi Sulawesi Selatan sebagai daerah penghasil.

Mendesak pemerintah pusat untuk mulai menempatkan masyarakat dan pemerintah setempat sebagai salah satu pelaku utama dalam proses kontrak pertambangan, baik untuk kontrak baru maupun renegoisasi, secara adil dan terbuka.

Seluruh masyarakat, aktivis NGO, Pemuda, Partai Politik, Pemerintah Kabupaten Wajo, dan Propinsi Sulawesi Selatan, sebagai salah satu daerah penghasil gas alam untuk segera mengoptimalkan langkahlangkah strategis dan adil guna penyelesaian masalah ini dan penataannya kemudian.

Demikian petisi ini diajukan, untuk direspon secepat dan setepatnya, guna menjaga keberlanjutan dan pemulihan kehidupan yang bermartabat di Kabupaten Wajo, pada khususnya, dan secara nasional, pada umumnya.

Makassar, 29 April 2005

Gerakan Wajo Menggugat (GAWAT),

Page 11: Project Lingkungan Hidup-Devin

Artikel 5

KEWASPADAAN KERUSAKAN LINGKUNGAN       AKIBAT INDUSTRI   Oleh Agna Dinnah Lantria

Manusia adalah komponen lingkungan alam. Beserta komponen alam lainnya, manusia hidup bersama dan mengelola lingkungan dunia. Karena manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran, peranannya dalam mengelola lingkungan sangat besar. Menggunakan ilmu dan teknologi yang di kembangkannya, manusia dapat memperoleh berbagai kemudahan dan dapat mengatur alam sesuai dengan yang diinginkannya.Dewasa ini, akibat dari perkembangan kebudayaan manusia, ilmu dan teknologi pun semakin berkembang. Kebudayaan manusia dimulai dari kebudayaan hidup berpindahpindah, kemudian mulai hidup menetap dan mulai mengembangkan buah pikirannya yang terus berkembang sampai sekarang ini.Hasil kebudayaan berupa teknologi membuat manusia lupa akan tugasnya mengelola bumi. Sifat dan perilakunya semakin berubah dari zaman ke zaman. Sekarang ini manusia mulai bersifat boros, konsumtif dan cenderung merusak lingkungannya.

Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung berarti kemampuan lingkungan untuk dapat memenuhi kebutuhan sejumlah makhluk hidup agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar didalamnya. Daya lenting berarti kemampuan untuk pulih kembali kepada keadaan setimbang. Kegiatan manusia amat berpengaruh pada peningkatan atau penurunan daya dukung maupun daya lenting lingkungan. Manusia dapat meningkatkan daya dukung lingkungan, tetapi karena keterbatasan kemampuan dan kapasitas lingkungan, tidak mungkin terus ditingkatkan tanpa batas.

Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai sebab, antara lain oleh pencemaran. Pencemaran ada yang diakibatkan oleh alam, dan ada pula yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Pencemaran akibat alam antara lain letusan gunung berapi. Bahanbahan yang dikeluarkan oleh gunung berapi seperti asap dan awan panas dapat mematikan tumbuhan, hewan bahkan manusia. Lahar dan batubatu besar dapat merubah bentuk muka bumi. Pencemaran akibat manusia adalah akibat dari aktivitas yang dilakukannya.Lingkungan dapat dikatakan tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan pencemar yang dapat mengakibatkan gangguan pada mahluk hidup yang ada didalamnya. Gangguan itu ada yang segera nampak akibatnya, dan ada pula yang baru dapat dirasakan oleh keturunan berikutnya.Kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia di mulai dari meningkatnya jumlah penduduk dari abad ke abad. Populasi manusia yang terus bertambah mengakibatkan kebutuhan manusia semakin bertambah pula, terutama kebutuhan dasar manusia seperti makanan, sandang dan perumahan. Bahanbahan untuk kebutuhan itu semakin banyak yang diambil dari lingkungan.

Perkembangan IPTEK memacu industrialisasi. Untuk memenuhi kebutahan populasi yang terus meningkatkan, harus diproduksi bahanbahan kebutuhan dalam jumlah yang besar melalui industri. Kian hari kebutuhankebutuhan itu harus dipenuhi. Karena itu mendorong semakin berkembangnya industri, hal ini akan menimbulkan akibat antara lain :1.                      SDA yang diambil dari lingkungan semakin besar, baik macam maupun jumlahnya.   2.                      Industri mengeluarkan limbah yang mencemari lingkungan.   3.                      Populasi manusia mengeluarkan limbah juga, seperti limbah rumah tangga yang dapat    mencemari lingkungan.4.                      Muncul bahanbahan sintetik yang tidak alami (Insektisida, obatobatan, dan sebagainya) yang    dapat meracuni lingkungan.Akibat selanjutnya lingkungan semakin rusak dan mengalami pencemaran. Pencemaran lingkungan 

Page 12: Project Lingkungan Hidup-Devin

terbagi beberapa jenis, berdasarkan tempat terjadinya, yang pertama adalah pencemaran udara. Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan seperti CO   2  , SO, SO   2  , CFC, CO, dan asap rokok.   Gas CO   2   yang berasal dari pabrik, mesinmesin yang menggunakan bahan bakar fosil dan akibat    pembakaran kayu. Kadar gas CO   2    yang semakin meningkat di udara tidak dapat segera di ubah menjadi    oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan dunia yang di tebang setiap tahunnya. Ini merupakan masalah global. Bumi seperti di selimuti oleh gas dan debu pencemar. Kandungan gas CO   2   yang tinggi    menyebabkan cahaya matahari yang masuk ke bumi tidak dapat di pantulkan lagi ke angkasa, sehingga suhu bumi semakin memanas. Inilah yang disebut efek rumah kaca (Green House). Jika hal ini terus berlangsung, maka es di kutub akan mencair dan daerah dataran rendah akan terendam air.Gas CO dapat membahayakan orang yang mengisapnya. Jika proses pembakaran tidak sempurna, maka akan menghasilkan karbon monoksid ( CO ). Gas CO jika terhirup akan mengganggu pernapasan. Gas ini sangat reaktif sehingga mengganggu pengingatan oksigen oleh hemoglobin dalam darah. Jika berlangsung terus menerus, dapat mengakibatkan kematian.                                  Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak bereaks, tidak berbau, tidak berasa    dan tidak berbahaya. Banyak di gunakan untuk mengembangkan busa kursi, untuk AC, pendingin lemari es dan penyemprot rambut. Tetapi, ternyata ada juga keburukan dari gas ini. Gas CFC yang naik ke atas dapat mencapai stratosfer. Di stratosfer terdapat lapisan gas ozon ( O3 ), yang merupakan pelindung bumi dari pengaruh radiasi ultra violet. Radiasi ultra violet dapat mengakibatkan kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik, menyebabkan kanker kulit dan kanker mata. Jika gas CFC mencapai lapisan ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon, sehingga lapisan ozon tersebut berlubang yang disebut lubang ozon.Gas SO dan SO   2   juga dihasilkan dari hasil pembakaran fosil. Gas ini dapat bereaksi dengan gas NO   2   

dan air hujan dan menyebabkan terjadinya hujan asam. Hujan ini mengakibatkan tumbuhan dan hewanhewan tanah mati, produksi pertanian merosot, besi dan logam mudah berkarat, serta bangunanbangunan jadi cepat.Faktor kedua adalah pencemaran air. Pencemaran ini dapat disebabkan oleh limbah pertanian, limbah rumah tangga, limbah industri, dan penangkapan ikan dengan menggunakan racun. Pencemaran air akibat limbah, baik limbah pertanian rumah tangga, dan industri maupun akibat racun ikan sangat berbahaya. Limbah industri misalnya. Polutan industri antara lain polutan organik, polutan anorganik, polutan yang mengandung asam belerang, atau berupa suhu. Di laut sering terjadi kebocoran tanker minyak yang mengakibatkan minyak tumpah menggenangi lautan dalam jarak sampai ratusan kilometer. Ikan, terumbu karang, burung laut, dan hewan laut banyak yang mati karenanya.Ketiga, ialah pencemaran tanah. Pencemaran ini banyak diakibatkan oleh sampah, baik yang organik maupun nonorganik. Sampah organik dapat di uraikan oleh mikroba tanah menjadi lapisan atas tanah yang di sebut tanah humus. Akan tetapi, sampah anorganik/nonorganik tidak bisa diuraikan. Bahan pencemar itu tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Zatzat limbah yang meresap ke tanah juga tidak dapat hilang dalam jangka waktu yang lama.Zatzat limbah yang masuk ke tanah di serap oleh tanaman dan tetap menetap di dalam tubuh tumbuhan itu, karena tumbuhan tidak dapat menguraikannya. Limbah industri yang mengotori tanah biasanya adalah pupuk yang berlebihan dan penggunaan herbisida serta pestisida. Zat pencemar yang menetap pada tumbuhan itu, terus berpindah melalui jalur rantai makanan dan jaringjaring makanan. Sehingga perpindahan itu menyebabkan adanya zat pencemar dalam setiap tubuh organisme yang melangsungkan proses rantai makanan. Hal ini akan menimbulkan menurunnya kualitas organisme, berupa kurangnya ketahanan terhadap gangguan dari luar.       Selain pencemaran, kerusakan lingkungan juga disebabkan    oleh pengambilan sumber daya alam dan pemanfaatannya, serta pola pertanian. Kerusakan itu antara lain terjadinya erosi dan banjir.Kerusakan lingkungan yang menimbulkan banyak bencana menimbulkan gagasan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya kerusakan itu. Manusia berusaha melakukan penanggulangan kerusakan 

Page 13: Project Lingkungan Hidup-Devin

lingkungan dan mengadakan perbaikan terhadap kerusakan itu. Pencegahan kerusakan lingkungan dan pengusahaan kelestarian dilakukan baik oleh pemerintah maupun setiap individu. Ada 3 prinsip dasar yang dapat dilakukan dalam rangka pelestarian, pencegahan, dan penanggulangan kerusakan lingkungan akibat pencemaran, yaitu secara administratif, secara teknologis, dan secara edukatif/pendidikan.Penanggulangan secara administratif dilakukan oleh pemerintah, dengan mengeluarkan berbagai peraturan dan undangundang. Antara lain peraturan pemerintahan yang disetujui DPR tanggal 25 februari 1982. Disahkan presiden tanggal 11 Maret 1982 menjadi UU No. 4 tahun 1982 yang berisi ketentuan pengelolaan lingkungan hidup ( UULH ). Sebelum membangun pabrik atau proyek lainnya, para pengembang diharuskan melakukan analisis mengenai dampak lingkungan ( AMDAL ).Analisis dampak dari berdirinya industri tersebut tujukan kepada pengelolaan santasi secara luas terhadap lingkungan sekitarnya. Pemerintah juga mengeluarkan baku mutu lingkungan, yaitu standar yang ditetapkan untuk menentukan mutu lingkungan. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan program yang meliputi berbagai sektor dalam pembangunan berkelanjutan sehingga di harapkan       pembangunan    dapat berlangsung lestari dengan mempertahankan fungsi lingkungan lestari.

Penanggulangan secara teknologis, adalah dengan cara membangun unit pengolahan limbah. Misalnya unit pengolah limbah yang mengolah limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan. Jika pengolahannya menggunakan mikroba maka disebut pengolahan secara biologis dengan menggunakan bakteri pengurai limbah. Penanggulangan secara edukatif adalah dengan mengadakan kegiatan penyuluhan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya kelestarian alam.       ( * penulis       asli    urang Banua Tabalong       Mahasiswi SM VI FKH UGM yogyakarta ).         

Kerusakan lingkungan hidup akibat faktor ulah manusia

Artikel 6

Akibat Kerusakan Lingkungan Sabtu, 19012008 | 00:37:52 ANGIN kencang yang bertiup sepekan ini di Kabupaten Banjar disinyalir terjadi akibat kerusakan lingkungan. Kian terbukanya lahan untuk pertambangan diduga kuat menjadi pemicu mengamuknya alam sampai menimbulkan kerusakan rumah dan bangunan lainnya.

Irman Sonjaya, prakirawan Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi (BMG Staklim) kelas I Kalsel di Banjarbaru, menganalisa, banyaknya daerah perbukitan di Kabupaten Banjar yang saat ini mulai terkikis oleh kegiatan pertambangan berakibatkan mulai berkurangnya tutupan lahan sehingga mempercepat proses konveksi atau penguapan air.

"Sebenarnya angin ini ada kaitannya dengan banyaknya lahan terbuka di Kabupaten Banjar. Seperti di Pengaron, areal pertambangan di sana kan marak, hutannya dibabat dan hasil buminya dikeruk, 

Page 14: Project Lingkungan Hidup-Devin

sehingga proses konveksi yang memicu angin kencang sangat mudah terjadi," kata Irman.

Jika sudah terjadi koveksi, proses pembentukan awan comulunimbus (awan pembentuk hujan/CB) sangat mudah terjadi dan diakhiri dengan turunnya hujan disertai angin kencang. Biasanya, angin ini pun sangat mudah terjadi di alam terbuka.

Kekuatan angin berpotensi lebih dahsyat bertiup ketika melalui kawasan yang bebas hambatan. Tanah lapang atau daerah persawahan yang jauh dari bangunan lebih berpotensi mengalami putaran angin yang kuat ketimbang di kawasan perkotaan.

Senada, Kiki prakirawan dari BMG Stasiun Pemantauan Bandara Syamsudin Noor di Landasan Ulin Banjarbaru, mengatakan, proses pembentukan awan di Kabupaten Banjar tergolong awan orografi atau awan yang terbentuk akibat benturan perbukitan.

Awan yang terbentuk ini akan berakibat pada turunnya hujan orografi atau hujan yang terhalang oleh pegunungan. Ini lah yang membuat curah hujan jauh di atas normal dari biasanya dan juga adanya sapuan angin. niz

Artikel 7

Indonesia

Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, bersama seorang korban yang telah kehilangan keluarganya di Banda Aceh. (Hak cipta: AP)

Air pasang menghantam kawasan Ao Nang, Thailand

Page 15: Project Lingkungan Hidup-Devin

Pusat gempa yang terletak di sebelah utara Pulau Simeulue

Peta Gempa (dari Wikipedia Jerman)

Di Indonesia, gempa menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatra. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami. Tetapi, kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang menghantam pantai barat Aceh dan Sumatra Utara.

Foto dari kerusakan sulit diperoleh karena adanya pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka, yang mengakibatkan sedikitnya jumlah reporter, pejabat pemerintah dan tim penolong di Sumatra Utara. Pejabat pemerintah khawatir akan kurangnya laporan dari kotakota di pantai barat Sumatra, termasuk beberapa resort kecil. Kotakota ini hanya berjarak 100 km dari episenter dan diperkirakan menerima kerusakan berat, dan juga Pulau Simeulue dan Pulau Nias.

Artikel 8

Menghitung Kerugian Akibat Bencana Alam: msg#00480

Subject:  Menghitung Kerugian Akibat Bencana Alamhttp://www.sinarharapan.co.id/tajuk/index.html

Menghitung Kerugian Akibat Bencana Alam

BENCANA alam di seluruh dunia menimbulkan kerugian ekonomi hingga US$ 140 miliar sepanjang 2004. Itulah angka yang dihitung oleh perusahaan reasuransi Munich Re Group. Kelompok ini kemudian menyimpulkan 2004 sebagai tahun termahal dalam hal pembayaran klaim asuransi akibat bencana alam, mencapai jumlah US$ 40 miliar.

, 02/14/08
<!--X-Body-of-Message-->
, 02/14/08
<!--X-Head-Body-Sep-End-->
, 02/14/08
adsense double block spot
, 02/14/08
<!--X-Head-Body-Sep-Begin-->
, 02/14/08
<!--X-Head-of-Message-End-->
, 02/14/08
<!--X-Head-of-Message-->
, 02/14/08
<!--X-Subject-Header-End-->
Page 16: Project Lingkungan Hidup-Devin

Laporan itu mungkin tidak bicara apaapa bila hanya bicara untung rugi, atau berapa yang harus dibayar oleh siapa. Namun, hal yang penting dan mendesak untuk kita perhatikan bersama adalah bahwa kerugian sedemikian besar yang harus ditanggung pihak asuransi sangat terkait dengan cuaca dan perubahan iklim global. Artinya, ke depan kerugian akan semakin besar, kalau tidak ada upaya serius oleh masyarakat dunia untuk mengatasi kerusakan alam maupun pencemaran lingkungan bumi. Menariknya, perusahaanperusahaan asuransi itu banyak merugi di kawasankawasan luar Asia, khususnya Amerika Utara dan Selatan, terutama akibat angin taufan yang rutin melanda kawasan tersebut, dan biasanya disertai banjir. Sedangkan di kawasankawasan Asia kerugian yang ditanggung oleh pihak asuransi relatif lebih kecil, karena umumnya hanya Jepang (yang kerap dilanda topan dan gempa) yang mengasuransikan properti mereka untuk risiko bencana alam. Ini karena kesadaran berasuransi di negara itu sudah tinggi, dan secara ekonomi masyarakat di sana sanggup membayar premi asuransi. Padahal, berbagai bencana alam di wilayah Asia yang lain juga menimbulkan kerugian nyawa, harta dan benda yang tidak kalah.Di negara kita berbagai perusahaan asuransi banyak membayar klaim ketika pecah bencana banjir pada Februari 2002 yang menenggelamkan Jakarta. Namun, lebih banyak lagi yang tidak mengasuransikan diri, sehingga kerugian yang harus ditanggung sendiri oleh masyarakat jauh lebih besar. Dari fenomena ini kita bisa simpulkan bahwa, buat sebagian besar masyarakat kita, kerugian akibat bencana alam yang bisa diprediksi seperti banjir harus diterima sebagai sesuatu yang rutin dan biasa.Terlepas dari itu, kini kita harus mulai awas dan waspada bahwa kerusakankerusakan yang dialami oleh masyarakat akibat bencana alam di negeri kita dari tahun ke tahun semakin buruk dan buruk. Pola dan jenis bencana masih sama, yakni kebakaran hutan, banjir, tanah longsor atau gempa bumi. Bahkan ada jenis bencana baru yang belakangan ini mulai akrab dengan masyarakat kita adalah: angin puting beliung. Untuk yang terakhir ini kerusakan maupun korban belum terlalu parah, namun frekuensinya mulai tinggi. Ini artinya perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup mulai berpengaruh pada timbulnya angin puting beliung di sejumlah daerah di Indonesia. Di luar bencana gelombang tsunami yang meluluhlantakkan sepertiga wilayah pesisir provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan sebagian wilayah P Nias di Sumatra Utara, kita melihat banjir kini makin luas jangkauannya tidak lagi terbatas pada daerahdaerah yang rutin kebanjiran setiap tahunnya. Di Pulau Sumatra, semakin banyak titiktitik di peta yang memperlihatkan daerah terkena banjir. Begitu pun di Kalimantan. Kita semua setuju bahwa itu semua akibat pembabatan hutan secara liar atau ilegal. Kerusakan hutan kita sudah demikian parah sehingga hanya menyisakan bencana alam. Namun itulah kenyataannya, bahkan kita di Indonesia sangat sering pendek ingatan terhadap berbagai bencana alam, yang jelas salah satu penyebabnya adalah keteledoran dan keserakahan manusia. Diperkirakan selama 2004 kerugian negara berupa kerusakan hutan akibat illegal logging mencapai Rp 45 triliun, sementara biaya yang harus dikeluarkan untuk menanggulangi bencana itu mencapai Rp 8 triliun. Artinya, angka kerugian masyarakat akibat bencana alam jauh lebih besar dari nilainilai itu. Kerusakan hutan memang penyebab utama berbagai bencana alam. Ironisnya, sampai hari ini pun kita belum mampu menekan angka laju kerusakan hutan yang kini mencapai 2,4 juta hektare/tahun (bandingkan pada 19851998 laju kerusakan hutan 1,61,8 juta hektare/tahun, pada 2000 degradasi hutan sudah masuk kisaran 2 juta hektare/tahun). Bencana tsunami akhir Desember lalu menyadarkan masyarakat dunia, khususnya di negaranegara yang punya iklim tropis, mengenai pentingnya mempertahankan hutan mangrove sebagai benteng hidup, sekaligus mencegah kerusakan alam di kawasan pesisir. Sementara itu, kita, sampai kini tidak pernah tegas terhadap pengrusakan hutanhutan mangrove untuk dikonversi menjadi tambak, permukiman atau kawasan wisata. Harihari ini, illegal logging semakin marak di wilayah kita, bahkan Cina kini menjadi penghasil produk kayu yang canggih, memanfaatkan kayukayu curian dari hutanhutan kita. Sementara itu, industri furnitur kita kekurangan bahan baku, dan mulai kalah bersaing di pasaran dunia. Itu semua adalah contohcontoh kerugian dan kehancuran yang kita alami, hanya karena kita tidak mampu menjaga hutan. Kunci dari berbagai masalah itu adalah 

Page 17: Project Lingkungan Hidup-Devin

penegakan hukum dan kesadaran semua pihak untuk memberantas korupsi. Kerusakan alam dan bencana alam, terutama banjir, hanyalah dampak tidak langsung dari berbagai praktek korupsi berjemaah yang berlangsung di negara ini. Mari kita teliti, apakah sudah ada hasil penyelidikan mengenai penyebab musibah banjir bandang di Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, yang menewaskan lebih 250 jiwa dan kehancuran kawasan wisata itu? Padahal sudah banyak dikemukakan fakta bahwa kerusakan hutan di Taman Nasional Gunung Leuser akibat kegiatan illegal logging sudah demikian parah. Kita semua tahu untuk menjarah hutan tidak bisa sendirian, semakin banyak orang terlibat semakin aman dan nyaman melakukan aksi terkutuk ini. Suatu kenyataan pahit, bahwa kita menyaksikan alam kita dijarah dan dirusak tanpa bisa berbuat apaapa, dan itu melibatkan aparat penegak hukum dan pemerintah. Bencana alam merupakan indikasi yang sangat nyata betapa korupsi menghancurkan dan menyengsarakan rakyat. Akhirnya, kerugian yang diderita sebagian rakyat Indonesia akibat bencana alam, jauh lebih besar dibandingkan dengan keuntungan dan manfaat yang diperoleh negara dari kegiatan ekonomi yang merusak lingkungan. *** 

Artikel 9

Puting Beliung Ancam JakartaSenin, 16 Januari 2006 | 09:43 WIB 

TEMPO Interaktif, Jakarta: Badan Meteorologi dan Geofisika memperkirakan sepekan ke depan angin puting beliung berpeluang menerjang wilayah Jakarta dan sekitarnya. Munculnya angin Gusty ini ditandai oleh timbulnya awan yang tibatiba gelap (cumulus nimbus).

"Hanya saja, datangnya angin belum bisa dipastikan kapan harinya," kata Siswadi pengamat cuaca dari Badan Meteorologi dan Geofisika kepada Tempo, Minggu (15/1) malam.

Menurut Siswadi, sekarang awan cumulus nimbus telah menyelimuti sebagian besar wilayah Indonesia. Awan tersebut muncul ketika suhu udara pagi tinggi sehingga meningkatkan pembentukan awan yang menjulang.

Puting beliung, kata dia, biasanya memiliki kecepatan 25 hingga 30 knot. Pusaran angin bisa mengangkat benda berat seperti pohon, rumah, dan atap bangunan. Angin tersebut berdurasi sekitar 15 menit.

Meski tidak lama, Siswadi mengingatkan, puting beliung cukup berbahaya terutama bagi dunia penerbangan dan pelayaran. Di udara, sifat Gusty bisa menciptakan ruang menjadi hampa, sedangkan di laut mampu membalikkan kapalkapal kecil.

Beberapa waktu lalu, puting beliung sempat memporakporandakan kampung Citaringgul, Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Belasan rumah rusak. Ada rumah yang temboknya retak, plafon jebol, genting berhamburan, bahkan lantai teras bergeser. Beberapa pohon patah menimpa sedikitnya lima rumah penduduk. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa pada Kamis pekan lalu itu.

Selain puting beliung, Siswandi menambahkan, cuara di Jakarta dan sekitarnya juga bakal memburuk. Diperkirakan hujan terus menerus walaupun tidak sampai sepanjang hari. "Itensitas hujannya mulai ringan hingga lebat dan disertai petir," paparnya.

Kondisi di atas juga mengancam sebagian besar wilayah Indonesia. Cuaca buruk itu dibarengi angin kencang, terutama wilayah utara Pulau Jawa mulai dari Jawa Barat, Jawa Timur hingga Flores sekitar Selat Karimata dan Selat Makasar.

Siswadi mencatat, di belahan utara Australia, tepatnya di Kepulauan Capentaria juga berpotensi badai. Ini 

Page 18: Project Lingkungan Hidup-Devin

karena akhirakhir ini tekanan udara di kawasan itu terus menerus turun. "Badai datang apabila tekanan udara di bawah 1.000 milibar," ungkap dia.

Badai di Kepulauan Capentaria itu biasanya badai tropis dengan kecepatan angin sekitar 34 hingga 64 knot. Apabila kecepatan angin makin tinggi dan lebih dari 65 knot, bisa dipastikan terjadi badai Taifun.

Jenis badai ini, kata Siswadi, jarang mencapai wilayah Indonesia. Tapi, dampaknya bisa menimbulkan gelombang laut tinggi, angin kencang dan hujan lebat terutama di Kepulauan Maluku Tenggara dan Pulo Timor.

Artikel 10

Rabu, 27/12/2006 10:23 WIB

Taiwan Gempa, Internet Indonesia SekaratNi Ketut Susrini  detikinet

Foto Satelit Taiwan (Nasa)

Jakarta  Gempa 7,1 SR yang mengguncang Taiwan, Selasa (26/12/2006), berdampak pada putusnya link internasional internet Indonesia. Koneksi jadi byar pet.

Sylvia W. Sumarlin, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengatakan, gempa yang mengguncang Taiwan menyebabkan putusnya backbone fiber optik yang melewati Taiwan. Akibatnya, link internasional yang disediakan ISP (internet service provider) di Indonesia dan ISPISP di semua negara di Asia Pasifik, putus. 

"Semua ISP di Indonesia memakai fiber optik sebagai backbone utamanya, dan memanfaatkan satelit sebagai back up. Dengan adanya kejadian ini, semua saluran internasional tersendat sekarang," papar Sylvia saat dihubungi detikINET, Rabu (27/12/2006). 

Saat ini, kata Sylvia, para ISP tengah mengusahakan koneksi ke penyedia saluran alternatif melalui satelit. Namun langkah alternatif ini diakuinya kurang optimal, mengingat kapasitas yang disediakan satelit tidak sebesar yang disedikan fiber optik.

Selain itu usaha memindahkan saluran ke satelit diakui Sylvia tidaklah mudah. "Prosesnya tidak 

, 02/14/08
<!--<a href="http://ad.detik.com/link/inet/inet-relion2007.ad"><embed src="http://ad.detik.com/images/inet/inet-relion240x400.swf" width="240" height="400" align="right"></a>-->
Page 19: Project Lingkungan Hidup-Devin

gampang, karena sekarang trafiknya antri. Kalau dipindah mendadak, email dan data bisa lost," paparnya.

Sylvia menekankan saat ini yang terganggu hanya link internasional, dan menegaskan bahwa link domestik masih berfungsi normal dan dalam kondisi baik.

"Jadi kalau mau kirimkiriman email ke teman yang internetnya samasama memakai ISP lokal masih bisa," ujarnya.

2. Analisalah bentuk pencegahan (sebelum kerusakan lingkungan terjadi) dan penanganan 

(setelah kerusakan lingkungan terjadi) akibat kerusakan lingkungan hidup dari masing

masing artikel (dari no 1). 

Bentuklah dalam tabel seperti berikut:

No Penyebab kerusakan alam

Akibat kerusakan lingkungan

Cara Pencegahan

Cara Penanganan

1 Penebangan hutan secara 

ilegal

Banjir bandang dan tanah 

longsor

Menegaskan 

hukum tentang 

ilegal logging

Penanam kembali

2 Eksploitasi besarbesaran Banjir, tanah longsor Tidak 

mengeksploitasi 

Tanam seribu 

pohon, tebang 

pilih, jaga 

keselarasan dengan 

alam

3 Manusia yang serakah, 

buang sampah bukan pada 

tempatnya, keteledoran 

manusia

Banjir, kebakaran, tanah 

longsor

Menjaga nafsu, 

buang sampah 

pada tempatnya, 

pelatihan tenaga 

kerja

Pelatihan antisipasi 

bencana alam

4 Manusia yang serakah Eksploitasi gas alam Ada payung 

hukum yang kuat 

untuk tidak 

mengeksploitasi 

SDA

Batasi penggalian 

gas alam

5 Manusia yang tidak  Pencemaran udara,  Mendirikan  Menutup pabrik, 

Page 20: Project Lingkungan Hidup-Devin

memikirkan sekitarnya pencemaran tanah pabrik sesuai 

AMDAL

membuang limbah, 

mengolah limbah.

6 Angin kencang Kerusakan rumah dan 

bangunan lainnya

Membangun 

rumah yang 

kokoh

Membangun 

rumah yang kokoh

7 Alam yang sudah tua Gempa bumi, tsunami Pelatihan 

antisipasi bencana 

alam

Pembangunan 

tanah yang tahan 

gempa dan tahan 

tsunami

8 Angin taufan dan banjir Kerusakan dimanamana Berjagajaga dan 

berdoa

Membangun 

rumah yang kokoh

9 Puting beliung Kerusakan rumah, 

bangunan,dll.

Membangun 

rumah yang 

kokoh

Membangun 

rumah yang kokoh

10 Gempa bumi Koneksi internet di 

Indonesia byar pet

Tidak ada kecuali 

berpasrah

Tidak ada kecuali 

berpasrah

3. Susun tugas ini (setiap artikel yang didapatkan  dan tabel) dalam format Open Office 

Writer. Kemudian Save As dalam bentuk pdf dan kumpulkan secara online melalui 

fserver dalam Assignment Geography. 

4. Date line: 16 Februari 2008, 12.00 WTT.

“HAPPY VALENTINE,BE CARE WITH YOUR ENVIRONMENT,

WHEREVER YOU ARE”