program studi sosiologi fakultas ilmu...
TRANSCRIPT
Pemaknaan Tato Antara Pengguna dan Masyarakat
(Studi Kasus Masyarakat Tatto di Komunitas Marjinal, Taring Babi, Srengseng
Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Oleh :
Ade Ferdiawan
105032201056
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
PEMAKNAAN TATTO ANTARA PENGGUNA DAN MASYARAKAT
(Studi Kasus Komunitas Marjinal Taring Babi, di RT 11 RW 08, Srengseng
Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Ade Ferdiawan
Nim: 105032201056
Pembimbing
Prof. Dr Yusron Razak, MA
Nip : 19591010 198303 1003
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “ Pemaknaan Tatto Antara Pengguna dan Masyarakat”. Telah
diujikan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 18 Maret 2011. skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Sarjana (S1)
pada Prodi Sosiologi.
Jakarta, 18 Maret 2011
SIDANG MUNAQOSYAH
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Zulkifly, MA Dra. Joharotul Jamilah M.Si
NIP. 196608131991031004 NIP. 19680816 199703 2 002
Pembimbing
Prof. Dr Yusron Razak, MA
NIP. 19591010 198303 1003
Penguji I Penguji II
Ahmad Abrori, M.Si Dra. Joharotul Jamilah M.Si
NIP. 19760225200501 1 005 NIP. 19680816 199703 2 002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Maret 2011
Ade Ferdiawan
NIM. 105032201056
``
i
ABSTRAK
Ade Ferdiawan
“Pemaknaan Tatto antara Pengguna dan Masyarakat”
Dalam kehidupan bermasyarakat suatu kelompok minoritas tidaklah lepas dari anggapan-
anggapan miring mengenai suatu identitas sebuah kelompok. Terlebih masyarakat marjinal yang
merupakan suatu komunitas minoritas dalam masyarakat, dengan berbagai macam identitas yang
dapat dikatakan tabu oleh pandangan masyarakat pada umumnya, yakni dengan berbagai macam
gambar/tattoo di tubuh para anggotanya dan hal lainnya yang diluar dari kebiasaan masyarakat.
Umumnya, tatto dekat dengan budaya pemberontakan. Adanya pemakaian tatto seakan-akan itu
adalah budaya pemberontakan, karena dianggap melanggar aturan. Maka makin sempurnalah
tatto sebagai sesuatu yang ditabukan dan diharamkan. Maka anak-anak muda memakai simbol
tatto sebagai simbol pembebasan.
Secara garis besar penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengguna dan masyarakat
dalam memandang dan memaknai tentang tatto tersebut. Bagi para pengguna apakah terdapat
makna dan nilai-nilai tersendiri yang terdapat dalam tattoo tersebut, dan apakah mempengaruhi
dalam kehidupannya pribadi maupun kehidupan bermasyarkat. Sedangkan bagi masyarakat
apakah yang selama ini stigma negatif tentang eksistensi tatto masih relevan seiring dengan
perkembangan masa dan gaya hidup. Image tentang tatto, memang masih beraneka ragam. Tapi
kebanyakan masyarakat masih menilai tatto itu menyeramkan karena berkaitan dengan pelaku
kriminal. Pada awalnya, tatto itu dikenal sebagai nilai seni dan kecantikan atau simbol ritual,
kepercayaan, ketimbang sebagai simbol kriminal.
Subjek utama yang diteliti adalah Komunitas Marjinal tairng babi, yaitu sebagai suatu kelompok
minoritas yang tinggal dan menyatu dengan masyarakat setempat. Dengan berbagai macam identitas
mengenai komunitas tersebut seperti tatto yang banyak terdapat di tubuh mereka, telinga yang di
pierching, dan beberapa hal lain yang lagi tidak lah wajar dalam sebuah lingkungan bermasyarakat. Akan
tetapi masyarakat dapat menerima dan sama-sama saling mendukung dalam kehidupan sosial dan
bermasyarakat. Namun dalam pembahasan skripsi ini secara umum melihat bagaimana antara pengguna
dan masyarakat dalam memahami dan memaknai suatu perbedaan.
Dalam penelitian ini menggunakan informan yang sudah ditentukan dalam melengkapi informasi
tentang pemaknaan tattoo antara pengguna dan masyarakat di Gg Setia Budi Srengseng Sawah Jagakarsa.
Dalam mendapatkan informasi dilakukan dengan metode wawanra mendalam kepada informan. Dan
dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu dengan mendatangi
kelurahan untuk mendapatkan informasi tentang masyarakat di Srengseng Sawah, serta melakukan
pengamatan lapangan (observasi) untuk menambah informasi dalam penulisan skripsi ini.
Setelah mendapatkan data keseluruhan dari lapangan, penulsi menganalisa data, kemudian di
seleksi untuk mengambil data yang khusus yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Untuk
kemudian penulis merumuskan kesimpulan data hasil penelitian.
ii
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemaknaan tatto antara pengguna dan masyarakat jelas
adalah merupakan seseuatu yang berbeda. Bahwasanya sebuah gambar tatto bagi pengguna di komunitas
marjinal ini terdapat suatu arti tersendiri bagi mereka, baik itu pengalaman hidup atau pun sebuah
motivasi dalam menjalankan kehidupan agar lebih baik. Sedangkan bagi masyarakat di Gg Setia Budi,
mereka pada umumnya sama dengan masyarakat lain memandang tatto merupakan suatu hal yang tabu,
akan tetapi ketika mereka diberikan informasi mengenai tattoo, bahwasanya tattoo hanyalah sebuah
gambar dan merupakan bagian dari suatu seni, dan dijelaskan mengenai tattoo dan kriminalitas bahwa
harus di bedakan antara tattoo dan prilaku individu. Maka masyarakat pun dapat paham dan mengerti, dan
menilai seseorang tidak hanya berdasarkan penampilan akan tetapi lebih kepada prilaku dan bagaimana
mereka dapat ber-interaksi dengan masyarakat dengan baik.
Kata Kunci: Pemaknaan Tatto, Simbol, Masyarakat.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kahadirat Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan kasih sayang yang tiada terhingga kepada penulis. Walaupun ucapan
syukuur tak pernah cukup untuk mewakili setiap nafas yang telah dikaruniakan-Nya.
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada baginda junjungan semesta alam alam
yang telah menuai cahaya tanpa batas bagi berlangsungnya kehidupan manusia.
Sosok yang kekaldalam setiap sejarah dan lakon ummah-Nya, Nabi Muhammad
SAW, serta para sahabat yang selalu setia mendampingi setiap tetes keringat
perjuangan beliau.
Dengan segala keterbatasan dan kemampuan penulis, semoga penelitian ini
dapat dijadikan sebagai bagian bentuk kontribusi penulis terhadap dinamika
perkembangan ilmu pengetahuan. Tiada terucap katapun yang mampu terurai
sempurna. Tak pernah ada kata terakhir ountuk sebuah perjuangan, demi ummah dan
demi mereka yang mendamba kehidupan yang mampu menaburkan sejuta harapan
bahwa hari esok harus lebih baik dari hari ini. Dalam penulisan skipsi ini, penulis
sadari bahwa penulisan ini tidak akan selesai tanpa melibatkan beberapa pihak. Oleh
karenanya dalam kesempatan ini penulis dapat menyusun skipsi ini, seingga penulis
menyelesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iv
2. Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendi, MA, dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Dr Zulkifly, MA dan Ibu. Jouharotul Jamilah M.Si, selaku ketua dan
sekretaris program studi Sosiologi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Syarif
Hidayatullah Jakarta
4. Bapak Prof. Dr. Yusron Razak, MA selaku pembimbing yang selalu
senantiasa ikhlas meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk selalu
memberikan arahan dan bimbingan demi kelancaran penulisan skripsi ini
5. Seganap dosen fakultas usuluddin dan filsafat/fakultas imu sosial dan ilmu
politik UIN Syarif Hidayatullah yang kurang lebih selama lima tahun
memberikan ilmu pengetahuan dangan tulus ikhlas, semoga ilmu yang
diajarkan mereka dapat bermanfaat serta menjadi keberkahan penulis dalam
mengarungi kehidupan.
6. Pemimpin dan segenap staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, yang
yang tekah memfasilitasi penulis dangan berbagai referensi dan literatur.
7. Kepada komunitas Marjinal taring babi yang berada di Serengseng Sawah Gg
Setia budi Bang Bobi, Bang Ewang, Bang Dodi, Bang Ricky (Petir), Umum
dll, maafa penulis tidak dapat menyebutkan semua satu persatu. Penulis
mengucapkan bany ak-banyak terikasih atas kesediaannya teman-teman
semua, untuk penulis melakukan penelitian secara lebih mendalam. Dan
mudah-mudahan skripsi ini dapat berguna bagi teman-teman dikomunitas
v
marjinal taring babi, dan umumnya bermanfaat bagi masyarakat banyak dalam
memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai dunia tatto.
8. Kelurahan Srengseng Sawah, kepada bapak lurah H. Acmad Arsani S.sos, Bu
Yuli (sekertaris kelurahan), Mba Saras, dan segenap staf yang lainnya, penulis
menuliskan banyak-banyak terima kasih atas kesediaannya dan
mempermudahkan penulis dalam memberikan fasilitas dan informasi.
9. Special thank for Mba Saras yang selalu memberikan support kepada penulis
dan selalu mengkontrol dengan ”bawelnya” perkembangan tulisan ini,
terimakasi yah mba Saras semoga sukses selalu tuk tuk karir di PNS-nya.
Amien...
10. Segenap keluarga tercinta, dengan rasa hormat skripsi ini kupersembahkan
khusus untuk kedua orang tuaku dan kasih sayang penulis yang selalu akan
tercurahkan untuk kedua orang tuaku sampai kapanpun, Mamahku Hj. Yayah
Khoiriyah, dan Bapa’ku H. Abdul Rasyid HW yang tak pernah letih
mencutahkan doanya, dan kasih sayangnya untuk anak-anaknya.
11. Kepada saudara-saudaraaku, Firdaus Rriantori (Abang), Fajar Ismail, dan
Ahmad Farid (ade-ade ku). Daus, terimakasih atas faasilitas internetnya
Alhamdulillah banyak membantu penulis dalam mencari beberapa data dan
informasi, Fajar Ismail, semoga kamu bisa lulus lebih cepat semesternya gak
lebih banyak dari abang-abangmu juga buktiin kalo banyak kegiatn di
kampus, buakn berarti harus selesai kuliah di semester yang banyak juga,
karena buat motivasi juga buat adik-adik kelas yang banyak dengan aktivitas
vi
kampus, Ahmad Farid belajar yang rajin jangan kebanyakan main terus,
mungkin yang terakhitr juga nanti kuliah di UIN.
12. Untuk sahabatku terbaikku selama penulis aktif kuliah Zukruf Alfan terima
kasih banyak atas kebersamaannya ketika itu, dan mudah-mudahan tidak
hanya ketika itu, dan rasa-rasanya kalo inget waktu masa-masa kuliah cukup
akan menjadi sesuatu yang merindukan untuk dikenang, bersama dengan
teman-teman yang lain. Semoga karir lo sukses melesat....
13. Terima kasi untuk Dicky ”Geon” Sanjaya yag terlah membawa dan
memperkenalkan penulis kepada teman-teman komunitas Marjinal taring
babi, Semoga karir loe suksses selalu Amin...
14. Untuk teman seperjuangan dalam menyelesaikan kuliah ini Rosidi, ”Eross”,
Amir Fiqi, terima kasih yang sebesar-besarnay untuk kalian yang telah
banyak sekali membanntu penulis dalam menyelesaikan skipsi ini. Eross
semoga apa yang selama ini loe perjaungin bersama kawan-kawan dapat
sampai pada apa yang diharapkan, dan Amir semoga sukses untuk berkarir di
buang di bidang yang diharapkan, dan Amier semoga sukses untuk berkarir di
bidang yang diharapkan.
15. Segenap keluarga besar Sosiologi angkatan 2005 sahabat-sahabat dan teman-
teamanku Ahmad ”Iwez” Syukri, Ahmad ”Gozil” Saroji, Nurhasan ”qply”,
Syahril ”Ariel” Sidiq, Aprinaldi ”jombang”, Aprilani, Jajang ” JK”, Wahyu
Zulham, Nisa, Sri, Nuri, titin, Suri, Zeki dan semua yang penulis tidak dapat
sebutkan satu persatu, dengan tidak mengurangi arti dari persahabatan kita
vii
selama ini, semoga kita semua dapat menjadi apa yang kita impikan dan kita
harapkansukses untuk kita semua Amin...
16. Teman KKS Ku Dea fennia angraini dan Kiki Agustin. Terima kasih banyak
atas kebersamaannya di awktu yang singkat. Asyik, seru ketika kita kumpul
bersama, dan semoga kita tetap dapat menjalin tali silaturrahimm, juga untuk
kita realisasikan acara refreshing kita yang sempat tertunda ketika itu,
tentunya dengan suasana dan atmosfer yang berbeda ... Selamat yaah kalian
telah lulus lebih dulu, semoga kita semua sekses. Amin...
17. Teman-teman Ikatan Keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren Nurul Huda
Cirebon (IKBAL) Cabang Jakarta: Mustofa ”Topenk”, Uu, Tomo, Dimiyati,
dan semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima ksih
kebersamaan kalian selama ini.
Jakrta, 10 Maret 2011
Ade Ferdiawan
ABTRAKSI ..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................vii
BAB I: PENDAHULUAN:
A. Latar Belakang Masalah.................................................................1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah.............................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................9
D. Metodologi Penelitian...................................................................10
E. Sistematika Penilisan.....................................................................13
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Tatto: ............................................................................................15
1. Definisi Tatto..........................................................................15
2. Sejarah Umum Tatto...............................................................17
3. Sejarah Tatto di Indonesia......................................................18
4. Jenis-jenis Tatto......................................................................21
5. Klasifikasi Tatto.....................................................................22
B. Tatto Dalam Perspektif Medis.....................................................23
C. Tatto Perspektif Islam..................................................................24
D. Tatto Dalam Perspektif Sosiologi................................................26
1. Teori Simbol..........................................................................26
2. Teori Deviant (pelaku menyimpang).....................................30
BAB III: GAMBARAN UMUM KOMUNITAS MARJINAL TARING
BABI, DI SRENGSENG SAWAH, JAGAKARSA, JAKARTA
SELATAN:
A. Kondisi Umum Masyarakat RT 11 RW 08 kelurahan
Srengseng Sawah Jakarta Selatan...............................................37
1. Kondisi Geografis dan Demografis......................................37
B. Komunitas Marjinal Taring Babi................................................39
1. Sejarah awal Komunitas Taring Babi...................................38
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komunitas Marjinal
Taring Babi membuat Tatto..................................................41
3. Aktivitas atau kegiatan komunita Marjinal Taring Babi...... 42
BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Makna Tato bagi Penguna dan komunitas................................47
B. Prilaku Penguna Tatto pada Komunitas Marjinal taring babi
Dalam kehidupan Sosial Masyarakat RT 11 RW 08 kelurahan
Srengseng Sawah.......................................................................52
C. Respon Masyarakat RT 11 RW 08 Kelurahan Srengseng Sawah
Terhadap pengguna Tatto pada Komunitas Marjinal Taring
Babi............................................................................................54
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................59
B. Saran-saran................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................62
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepanjang hayatnya manusia tidaklah hidup dengan tubuh alamiahnya, di
karenakan dalam suatu msyarakat tertentu terkadang terdapat tradisi-tradisi yang
kaitannya dapat merubah ataupun menambah sesuatu terhadap tubuh mereka.
Manusia selalu mempunyai dan menunjukan ide, kreativitas, rasa, estetik, hingga rasa
kemanusiaannya sepanjang peradaban. Salah satunya dengan menambah,
mengurangi, mengubah, bahkan mengatur bagian tubuh alamiahnya dengan berbagai
cara. Tindakan tersebut dilakukan baik oleh individu, kelompok, maupun komunal.
Baik secara sukarela, wajib, atau bahkan terpaksa. Pengubahan yang dilakukan
manusia pada tubuhnya mempunyai tujuan beraneka macam, berubah dari masa ke
masa serta berbeda dari area budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.
Tubuh, bagi sebagian orang, menjadi media tepat untuk berekspresi dan
eksperimen. Tak heran jika kemudian timbul aktivitas dekorasi seperti Tato, Piercing
dan Body Painting, eksploitasi ini untuk sebagian besar pelakunya ditujukan untuk
gaya dan pernyataan pemberontakan. Jika awalnya orang melakukan eksploitasi
tubuh untuk tujuan yang lebih khusus, misalkan untuk identitas pada suatu budaya
tertentu, kini eksplotasi tubuh melalui tato, piercing dan body painting berkembang
karena mode dan gaya hidup. Pada akhirnya tubuh dapat dibentuk dengan bermacam-
2
macam cara. Tubuh sesuai untuk simbolisasi berbagai perbedaan yang timbul
diantara berbagai perubahan didalam sebuah identitas individu maupun kelompok.
Dengan demikian, tubuh menjadi sebuah simbol berbagai peranan sosial dan
stereotip.1
Menurut Bruner (1986) Posisi tubuh menjadi sangat vital karena ia
merupakan ruang perjumpaan antara individu dan sosial, ide dan materi, sakral dan
profan, transenden dan imanen2.
Tubuh dengan posisi ambang seperti itu tidak saja disadari sebagai medium
bagi merasuknya pengalaman ke dalam diri, tetapi juga merupakan medium bagi
terpancarnya ekspresi dan aktualisasi diri. Bahkan lewat dan dalam tubuh,
pengalaman dan ekspresi terkait secara dialektis. Tatto adalah gambar atau simbol
pada kulit tubuh yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Biasanya
gambar dan simbol itu dihias dengan pigmen berwarna-warni. Dulu, orang-orang
masih menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat
tatto. Orang Eskimo misalnya, memakai jarum dari tulang binatang. Sekarang, orang-
orang sudah memakai jarum dari besi, yang kadang-kadang digerakan dengan mesin
untuk mengukir sebuah tatto. Kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong tembaga yang
panas untuk mencetak gambar naga pada kulit tubuh3
1 Anthony Synott, Tubuh Sosial: Simbolisme Diri dan Masyarakat, (Yogyakarta: Jalasutra,
2003), hlm 11.
2 Bruner, Edward M.. Experience and Its Expressions. Dalam Victor W. Turner and
Edward M. Bruner (eds.). The Antropology of Experience.Urbana and Chicaho: (University of Illinois
Press 1986).
3 Juliastri, Nuraini. & Antariksa. Tato Antara Politik dan Keindahan Tubuh. Artikel dalam
World
3
Menurut Ady Rosa dalam penelitiannya mengenai Eksistensi Tatto
Mentawai, selama ini diyakini bahwa tatto tertua ditemukan di Mesir sekitar
tahun1300 SM. Dari penelitian yang dilakukannya diketahui bahwa Tatto Mentawai
telah ada sejak 1500 tahun sampai 500 tahun Sebelum Masehi. Jadi bisa dikatakan,
tato Mentawai merupakan Tatto tertua di dunia.4 Tatto telah ada sejak ribuan tahun
yang lalu dan merupakan suatu bentuk seni tertua yang memiliki beragam arti seperti
halnya budaya yang lain.
Pada beberapa kelompok, tatto merupakan tanda suku atau status, seperti
pada masyarakat Mentawai derajat seseorang dapat dilihat dari tattoo di tubuhnya,
dan pada masyarakat Dayak perkawinan dapat terlaksana bila kedua pengantin telah
di tattoo secara memadai di seluruh badan. Selain itu, tatto juga bisa menandakan
beratnya jalan menuju kedewasaan, atau dalam menunjukkan keahlian si pemilik
tatto. Salah satu alasan paling populer dan juga paling tua adalah seni tubuh ini
menambah keindahan si pemilik. Di dunia Barat, tatto biasanya dianggap sebagai
bentuk ekspresi dan kreativitas seseorang. Selain menunjukkan individualitas, secara
bersamaan tatto juga menunjukkan bahwa pemiliknya adalah anggota sebuah
kelompok komunitas yang menyukai seni tubuh. Di Amerika Serikat, tatto sempat
Wide Web , diakses melalui situs internet http://kunci.or.id// pada tanggal 14 septembaer 2009.
4 Rosa, Adi, Eksistensi Tato sebagai Salah Satu Karya Seni Rupa Tradisional Masyarakat
Mentawai. (Bandung: Tesis Institut Teknologi Bandung, 1994).
4
memberi kesan buruk bagi pemiliknya, walaupun sekarang tatto dianggap sebagai
bagian dari budaya Amerika5
Tatto yang kini banyak menemani kehidupan anak muda di perkotaan
ternyata berada dalam kondisi tercerabut dari habitat aslinya, terpelanting di dunia
yang sama sekali tidak tahu menahu aturan bagaimana semestinya tatto diperlakukan.
Sebagian masyarakat modern yang tertarik dengan tatto, kemudian menggunakannya
semau dan sesuka hati sebagai ekspresi diri. Kesukaan berekspresi dengan
menimbulkan kontra dari sebagian lain masyarakat yang berseberangan keyakinan
dengan adat lama. Sebagian lain ternyata malah membelokkan kegunaan untuk
menandai hal yang negatif, tatto menjadi identik dengan kriminalitas.6 Pada tahun
1983-1984 di Indonesia (orde baru) dengan menggunakan aparatur militer yang
dimilikinya memberlakukan kebijakan menumpas gali (gabungan anak liar), personel
yang ditumpas tesebut pada umumnya ber-tatto. Petrus merupakan operasi
penumpasan (yang dilakukan tanpa proses peradilan) orang-orang yang ditengarai
bertindak kriminal. James T. Siegel (1998), menyatakan Petrus merupakan
“Nasionalisasi Kematian”. Istilah ini adalah buah dari gesekan mengerikan yang
terjadi antara negara dan warganya.7
5 http://www.adiportal.com/gado/okt2002/g01_24102002.htm.
6 Olong, HA. Kadir. Tato. (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2006) h.vii
7 Siegel, James T. 2000. Penjahat Gaya Orde Baru: Eksploitasi Politik dan Kriminalitas,
(Yogyakarta: LKiS, 2000), h 151-152.
5
Fenomena tatto bukan dilahirkan dari sebuah tabung dunia yang bernama
modern dan perkotaan. Secara historis, tatto lahir dan berasal dari budaya pedalaman,
tradisional, bahkan dapat dikatakan kuno.8 Keberadaan tatto pada masyarakat modern
perkotaan mengalami perubahan makna, tatto berkembang menjadi budaya populer
atau budaya tandingan yang oleh audiens muda dianggap simbol kebebasan dan
keragaman. Akan tetapi kalangan tua melihat sebagai suatu keliaran dan berbau
negatif.
Dengan demikian tatto akan sangat tergantung pada tiga konteks
pemaknaan, yakni kejadian historis, lokasi teks dan formasi budaya. Akibatnya kini
budaya pop menjadi seperti lapangan perang semiotik antara sarana inkorporasi dan
sarana resistensi, antara pengangkat makna yang diusung, kesenangan dan identitas
sosial yang diperbandingkan dengan yang telah ada. Tatto belakangan ini menjadi
mode. Bila semula tatto merupakan bagian budaya ritual etnik tradisional, kini
berkembang menjadi bagian kebudayaan pop. Pada saat tato tradisional terancam
punah, tatto yang menjadi bagian kebudayaan pop semakin tertera di tubuh-tubuh
manusia modern dan semakin disenangi.
Di Indonesia sendiri pernah ada suatu masa ketika tatto dianggap sebagai
sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tatto dianggap identik dengan
penjahat, dan orang nakal atau golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu
dianggap mengacau ketentraman masyarakat. Anggapan negatif seperti ini secara
8 Olong, HA. Kadir. Tato. (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2006) h.8
6
tidak langsung mendapat pengesahan ketika pada tahun 1980-an terjadi pembunuhan
terhadap ribuan penjahat kambuhan di berbagai kota di Indonesia. Di sekitar
Yogyakarta juga tidak luput dari operi petrus. Di Magelang 65 pelaku kriminal
dilaporkan menyerahkan diri, di temanggung 148 penjahat dipenjara, di sleman 25
bandit dijaring, dan 70 lainnya menyerahkan diri di Yogyakarta.9
Tanggapan negatif masyarakat tentang tatto dan larangan memakai rajah
atau tatto bagi penganut agama tertentu semakin menyempurnakan image tatto
sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan tidak boleh. Maka memakai tatto dianggap
sama dengan memberontak. Tetapi justru term pemberontakan yang melekat pada
aktivitas dekorasi tubuh inilah yang membuat gaya pemberontak ini populer dan
dicari-cari oleh anak muda. Terdapat beberapa alasan yang mendasari mengapa
generasi muda menjadi salah satu objek dalam transfomasi budaya. Pertama, generasi
muda ada dan menjadi pelaku dalam sebuah proses pencarian jati diri sehingga
mudah dipengaruhi oleh nilai-nilai aktraktif. Kedua, generasi muda sangat peka
terhadap kondisi lingkungan dan mudah melakukan perubahan. Ketiga, pola
konsumsi generasi muda lebih panjang sehingga perlu pemberdayaan agar
konsumsinya terus terjaga.10
Orang-orang yang terpinggirkan oleh masyarakat
9 Kevin O. Browne, Lanskap Hasrat dan Kekerasan, (Yogyakarta: Jendela, 2001), hlm 384.
10 Heru Nugroho, 1991. “Perilaku Konsumtif Generasi Muda”, makalah seminar Mengintip
Hedonisme di Kalangan Generasi Muda, (Yogyakarta: Balairung, 1991), hlm. 3.
7
memakai tatto sebagai simbol pemberontakan dan eksistensi diri, anak-anak yang
disingkirkan oleh keluarga memakai tatto sebagai simbol pembebasan.11
Eksistensi tatto selama ini dianggap sebagai bagian dari penyimpangan.
Tatto masih merupakan bagian dari tindakan yang keluar dari rel-rel kaidah dan nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat. Pada masyarakat Indonesia, kecuali kota-kota
besar, konformitas masih sangat kuat di mana anak muda dianggap normal, ganteng
dan alim apabila rapi, bersih tidak ada tatto, tak bertindik dan lain-lain. Jika terjadi
penyimpangan sedikit saja seperti telinga atau hidung yang ditindik, maka akan
mengakibatkan gunjingan dan celaan yang cepat menyebar ke mana-mana. Oleh
karena itu, tidaklah mengherankan jika gaya-gaya anak muda seperti itu akan cepat-
cepat dianggap sebagai sesuatu yang negatif.12
Nilai seni muncul sebagi sebuah
entitas yang emosional, individualistik, dan ekspresif. Seni menjadi entitas yang
maknawi. Berkaitan dengan tatto, ia memang dapat di kategorikan sebagai entitas
seni karena selain merupakan wujud kasat mata berupa artefak yang dapat dilihat,
dirasakan, ia juga menyangkut nilai-nilai estetis, sederhana, bahagia, emosional,
hingga individual dan subjektif13
Dari masalah yang telah dijabarkan tentang eksistensi tatto sebagai suatu
simbol keberadaan diri, dan yang pada awalnya besar kaitannya dengan kebudayaan-
11 Juliastri, Nuraini. & Antariksa. Tato Antara Politik dan Keindahan Tubuh. Artikel dalam
World Wide Web , diakses melalui situs internet http://kunci.or.id// pada tanggal 14 septembaer
2009. 12
Olong, HA. Kadir.. Tato. (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2006) h.34-35.
13
Jakob Sumardjo, Filsafat Seni, (Bandung: ITB Press), hlm 15-18.
8
kebudayaan setempat yang diidentikkan dengan hal-hal mistis, hingga menjadi suatu
trend pop, dan lagi pandangan masyarakat yang umumnya tabu akan hal tersebut.
maka penulis mengangkat judul “Pemaknaan Tato Antara Pengguna dan
Masyarakat”, sebagai bentuk dan upaya mengetahui sejauh mana pengguna tatto
dalam memaknai simbol-simbol yang terdapat pada dirinya (tato), dan bagaimana
masyarakat menilai mengenai pengguna tato ataupun terhadap komunitas itu sendiri
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Dari pemaparan diatas maka dapat dirumuskan dalam beberapa
rumusan masalah diantaranya:
a. Bagaimana pengguna tatto memaknai gambar (tatto) yang
terdapat di tubuhnya?
b. Bagaimana masyarakat sekitar memandang (respon) terhadap
mereka yang ber-tatto di komunitas tersebut (komunitas
marjinal taring babi)
c. Bagaimana respon balik dari pengguna tatto tersebut
terhadap pandangan masyarakat.?
2. Pembatasan Masalah
Dalam meneliti fenomena sosial khususnya fenomena mengenai
“Masyarakat ber-tatto”. Penulis merasa perlu untuk memberikan suatu
pembatasan masalah. Yang dalam hal ini dibatasi mengenai pemaknaan
9
tatto antara pengguna dan masyarakat. Bagaimana mereka yang ber-tatto,
apakah terdapat makna tersendiri yang terkandung didalam gambar (tatto)
yang terdapat di tubuhnya tersebut. Dan apakah mempengaruhi terhadap
perjalanan hidupnya kelak. Dan bagaimana respon dari masyarakat sekitar
terhadap eksistensi dari masyarakat ber-tatto tersebut, dimana mungkin
masyarakat ada atau banyak yang masih beranggapan hal tersebut ialah
suatu hal yang tabu, dan masih di identikan dengan hal-hal negatif seperti
tindak kriminalitas dan yang lainnya. Dan apakah stigma negatif yang
umumnya di identikan oleh masyarakat itu benar adanya (lebih dikhususkan
di komunitas tersebut) ?. Yaitu studi kasus terhadap masyarakat ber-tato
yang berada di komunitas marjinal, taring babi, yang berada di Setiabudi,
Srengseng, Jakarta Selatan.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana masyarakat (mayoritas) dalam
memandang secara general (umum) mengenai masyarakat
bertato di komunitas taring babi (minoritas)
b. Untuk mengetahui sejauh mana pengguna tato dalam
memaknai simbol-simbol yang terdapat pada dirinya (tatto),
10
dan bagaimana masyarakat menilai mengenai pengguna tatto
ataupun terhadap komunitas marjinal taring babi itu sendiri
c. untuk memberikan informasi tentang kehidupan komunitas
tato sehingga dapat didapatkan informasi-informasi penting
untuk memberikan kontribusi dalam memahami, dan
memaknai suatu simbol-simbol yang terdapat pada pengguna
tato, yakni pada umumnya untuk masyarakat luas, dan
khususnya bagi komunitas (pengguna) yang selama ini
masyarakat umum memberikan stigma negatif terhadap tato
terlebih kepada masyarakat marjinal.
2. Manfaat Penelitian
a. Karya tulis ini bemanfaat bagi pembaca kususnya dan
umumnya masyarakat luas agar lebih memahami tentang
masyarakat ber-tatto.
b. Penelitian ini Insya-Allah akan memberikan tambahan
literatur penelitian dalam bidang sosiologi pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan dapat memperluas cakrawala
pengetahuan mengenai kondisi masyarakat Indonesia.
11
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah metode kualitatif. Tujuannya adalah untuk menjelaskan,
memahami, dan analisa secara mendalam. Metode penelitian menurut Prof.
Dr. Sugiyono, ialah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek
yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan).14
Analisa data
bersifat induktif (penyimpulratan), dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.15
Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat
diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari
kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan
pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis.
Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi
dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi
yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.16
2. Teknik Pengumpulan Data
14
Penulisan dalam skripsi ini menggunakan tekhnik pengumpulan data melalui
triangulation yaitu dokumentasi pustaka atau fotografi, wawancara dan observasi lapangan 15
Prof. Dr.Sugioyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alvabeta 2005), h.
1. 16
Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1992), h. 209
12
Terdapat beberapa langkah dalam pengumpulan data, antara
lain:
a. Observasi/ Komunitas Marjinal dan Masyarakat Gg Setiabudi
Adalah pencatatan sistematik terhadap fenomena
fenomena yang diteliti. Lebih jauh observasi adalah mengamati,
mencari bukti terhadap pemaknaan tattoo terhadap pengguna dan
masyarakat di Gg Setiabudi Srengseng sawah Jagakarsa selama
beberapa waktu. Hal ini dilakukan dalam tekhnik mencatat, merekam,
kemudian memotret guna mendapatkan keabsahan. Adapun sasaran
dari metode ini adalah bagaimanakah pengguna dan masyarakat dalam
memaknai tatto, dan dapat saling mengerti dan menerima sebuah
perbedaan.
Data yang diperoleh dengan teknik observasi pada
pengguna dan masyarakat. Dan pengumpulan data primer adalah
melalui wawancara (interview) dengan informan secara mendalam (in-
depth) dengan anggota komunitas (sekitar 5 orang) dan masyarakat (4
orang). Dalam wawancara, penulis telah mempersiapkan beberapa
pertanyaan yang kaitannya dengan skripsi. Disamping itu, ada
pertanyaan-pertanyaan yang tidak tertulis
b. Wawancara (Interview)
13
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewancara dengan informan atau orang yang di wawancarai.17
Informan yang di wawancarai oleh peneliti adalah:
1. Bobi, (anggota Komunitas Taring babi)
2. Ewang, (anggota Komunitas Taring babi)
3. Dodi, (anggota Komunitas Taring babi)
4. Umam, (anggota Komunitas Taring babi)
5. Bu Yanti, (Masyarakat Gg Setiabudi)
6. Bpk. Herman, (Masyarakat Gg Setiabudi)
7. Bpk. Wamil, (Rt 11 Rw 08, Kelurahan Srengseng Sawah)
c. Riview Literatur
Telaah pustaka yaitu dengan membaca, memahami, dan
menginterpretasikan buku-buku, jurnal-jurnal, makalah-makalah yang
ada hubungannya dengan pembahasan ini.
3. Waktu dan Temat Penelitian
Penelitian ini dimulai pada 10 Agustus 2010 sd 03 Februari
2011, dengan lokasi penelitian di RT 11 RW 08, Srengseng Sawah,
Jagakarsa, Jakarta Selatan
4. Instrumen Penelitian
17 Bungin, Metodologi Penelitian, h. 133.
14
Instrument yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian
ini adalah pedoman wawancara, tape recorder, camera, dan buku catatan.
Pedoman wawancara digunakan agar tetap fokus dalam menggali apa yang
menjadi sasaran penelitian.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada
ketentuan-ketentuan dan petunjuk-petunjuk yang telah ditentukan oleh UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu “Pedoman Penulisan dan Disertasi UIN
Syarif Hidayatullah (Jakarta: UIN Press, 2006).
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam lima bab
pembahasan. Rincian pembahasan setiap bab yaitu sebagai berikut : Bab Pertama
yaitu Pendahuluan Pada bab ini berisikan tentang hal yang melatar belakangi
penelitian, rumusan masalah dan beberapa hal mengenai teknis seperti teknis
pengumpulan data serta metodenya.
Selanjutnya Bab kedua Tentang Kajian Teori. Secara umum bab ini akan
membahas tentang landasan teori tentang tatto beserta sejarahnya, perilaku
menyimpang serta teori tentang simbol-simbol. Pada bab ini juga akan menyertakan
pandangan dari beberapa aspek tentang tatto seperti aspek sosiologi, aspek kesehatan
atau medis.
Bab Ketiga Tentang Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pada bab ini
akan dijelaskan mengenai gambaran umum tentang obyek penelitian dan
15
lokasinya.yang kemudian di bagi dalam beberapa sub yaitu keadaan geografis dan
demografis, yang kemudian akan dibagi lagi dalam sub bahasan yang lebih detail
lagi.
Bab ke Empat Tentang Temuan Lapangan di Komunitas Marjinal Taring
BabiTemuan lapangan dan analisis yang meliputi Pemaknaan Tato Antara
Masyarakat dan Pengguna
Tulisan ini akan ditutup dengan pembahasan Bab kelima yang merupakan
penutup kesimpulan dan refleksi penuliis. Pada bagian akhir juga akan disertai
dengan lampiran-lampiran dan daftar pustaka.
Kemudian di akhir akan disertakan dengan lampiran-lampiran yang
berhubungan dengan penelitian dann data-data yang telah diikut sertakan pada saat
mengumpulkan data di lapangan baik dari prpustakaan maupun data lapangan.
16
BAB II
A. Tato
1. Definisi Tatto:
Secara bahasa tatto mempunyai istilah yang hampir sama digunakan di
berbagai belahan dunia. Bebrapa diantaranya adalah tatoage, tatouage, tatowier,
tatuaggio, tatuar, tatuaje, tattoos, tattueringar, tattoos, dan tatu.1 Dalam bahasa
Indonesia kata tatto merupakan peng-indonesiaan dari kata tatto yang berarti gambar
atau lukisan pada bagian anggota tubuh.2 Sedangkan menurut istilah tatto ialah
menusuk salah satu anggota tubuh dengan jarum atau sejenisnya hingga keluar
darahnya, kemudian membubuhinya dengan celak dan sejenisnya sehingga berwarna
hijau. Terkadang dibentuk seperti ukiran atau lingkaran, dan terkadang juga
dituliskan dengan nama orang yang dicintainya.3
Dahulu kata tatto berasal dari bahasa tahiti4, yakni “tattau” yang berarti
menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai dengan menggunakan alat berburu yang
1 Olong, Tato, h. 83
2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), cet ke -1, hal. 907 3 Muhammad bin Abdul Azis al-Musnid, Indahnya berhias. Penterjemah Abu Umar Basyir
(Jakarta : Darul Haq, 2000), cet ke -1. h. 67. ada juga pendapat yang mengatakan bahwa tato ialah
menusukan jarum atau alat tusuk yang lain ditelapak atau pergelangan tangan, bibir dan anggota badan
yang lain dari tubuh sampai nantinya keluar darah. Tempat yang ditusuk jarum untuk kemudian
dibubuhi celak atau serbuk yang lain, sampai kemudian kulit tersebut menghijau. Lih : Amr Abdul
Mun’im Salim, Larangan agama bagi Wanita. Penerjemah Amrozi M. Rais (Jakarta : Gema Insani
Press, 1999), h. 16 4 Tahiti yaitu Pulau di Samudra Pasifik Selatan, terbesar dan terpenting di kepulauan Society,
Polynesia Prancis. Lih : Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1997) Jilid 6, h. 3421.
17
runcing untuk memasukan zat pewarna dibawah permukaan kulit. Anne Nicholas
dalam The Art of the New Zealand menjelaskan bahwa kata tatto yang berasal dari
tattau tersebut dibawa oleh Joseph Banks yang pertama kali bersandar di Tahiti pada
1769, dan disana ia mencatat berbagai fenomena manusia Tahiti yang tubuhnya
dipenuhi oleh tatto.5
Proses penusukan jarum dengan tangan (manual) seperti yang diungkapkan
diatas hingga kini masih terdapat dibeberapa kebudayaan dunia seperti Samoa, Maori,
Mentawai, Burma, hingga Thailand. Dalam bahasa Jawa, tatao mempunyai makna
yang sama meskipun berbeda, yakni dari kata “tatu” atau bekas luka, yang menjadi
sebuah tanda tertentu dengan kulit lainnya baik di tubuhnya sendiri maupun
perbedaan tanda dengan tubuh milik orang lain.6
Pada awalnya, secara lokalitas tato merupakan kebudayaan yang eksis di
daerah masing-masing, bangsa Yunani kun misalnya, memakai tatto sebagai tanda
pengenal para anggota dari badan intelejen mereka, alias mata-mata perang pada saat
itu. Berbeda dengan bangsa Romawi, mereka memakai tatto sebagai tanda bahwa
seseorang itu berasal dari golongan budak, dan tato juga dirajahi ke setiap tubuh para
tahanannya. Suku Maori di New Zealand membuat tato berbentuk ukiran-ukiran
spiral pada wajah dan bokong, menurut mereka ini adalah tanda bagi keturunan yang
baik. Di kepulauan Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk
menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di atas suku
5 Olong, Tato, h. 83
6 Olong, Tato, h. 85
18
Nuer di Sudan memakai tatto untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki.
Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah
kecantikan atau menunjukan status sosial tertentu.7
2. Sejarah Umum Tatto:
Dalam sejarah tercatat bahwa tatto pada awalnya dapat ditemukan di Mesir
pada waktu pembangunan the Great Pyramids. Saat itu orang-orang Mesir
memperluas kerajaan mereka sehingga seni tato pun ikut menyebar. Peradaban dari
Kreta, Yunani, Persia, dan Arabia mengambil dan memperluas bentuk-bentuk seni
tersebut. Bukti dari tato mesir yang tertua ada pada peninggalan mumi Nubbian yang
bertahun 2000 SM. Pennggunaannya diungkapkan oleh bebrapa pengarang klasik
berhubungan dengan orang-orang Tharchian, Yunani, Jerman, dan Inggris kuno.8
Tatto pada bagian tubuh mumi yang ditemukan di Mesir bermotifkan pola
garis yang sederhana dengan titik-titik yang saling berhubungan membentuk desain
elips dan terletak dibagian bawah perut. Desain ini dimungkinkan bermakna sebagai
lambang kesuburan bagi seorang perempuan. Mumi perempuan tesebut bernama
Amunet. Diperkirakan ia adalah seorang pendeta perempuan yang bermazhab pemuja
Dewi Athor yang berkediaman di daerah Thebes. Selain itu, juga ditemukan dua
mumi perempuan yang berusia sama dengan menunjukan berbagai tanda yang nyaris
sama. Mumi tersebut salah satu diantaranya adalah seorang penari. Dengan demikian
berbagai bukti arkeologis untuk sementara menunjukan bahwa tatto untuk pertama
7 LutfitaAzzahra, “Sejarah Tato” artikel diakses tanggal 18 November 2010 dari
http://azzahraku.multiply.com/video/item/40 8 Hatib Abdul Kadir Olong, Tato (Yogyakarta : LKiS, 2006), cet ke -1, h. 97
19
kali digunakan oleh kaum perempuan, sebelum akhirnya juga ditemukan mumi ber-
tatto yang berjenis kelamin laki-laki.9
Eksistensi dapat dikatakan pertama kali muncul di Mesir berkisar pada
tahun 4000-2000 SM, dan kemudian menyebar luas ke dunia. Penggunaan tatto di
Mesir sangat beragam sesuai dengan status sosial pemakainya. Hal tersebut
merupakan peradaban awal yang hingga kini di pelihara di Mesir. Ketika dinasti
ketiga dan keempat di Gizeh berkuasa, saat piramida-piramida besar sedang dibangun
sekitar 2800-2600 SM. Mesir telah mempunyai hubungan denga Kreta, Yunani,
Persia, dan Arab. Dari hubungan tersebutlah diperkirakan tatto mulai di pekenalkan
dan muncul di derah-daerah itu. Menjelang abad 2000 SM seni tatto mengembang
hingga ke Asia Selatan dan sebagian Cina Selatan, khususnya di daerah Tze Kiang.
Masyarakat Ainu yang diperkirakan migran dari Asia Bara, juha telah mengadopsi
tatto karena ketika mereka menyebrang laut menuju Jepang, tatto telah secara luas
digunakan diantara mereka.10
3. Sejarah Tatto di Indonesia:
Jika dilacak dari budaya material yang tertinggal, Indnesia sendiri
sesungguhnya telah mengenal tatto sejak sekitar awal masuknya masehi. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai dekorasi penggambaran figur manusia yang terdapat pada
beberapa kendi tanah liat dan perunggu di beberapa kepulauan di Indonesia.
Sementara barang yang digunakan sebagai peralatan penatoan, berupa berbagai
9 Olong, Tato, h. 99
10 Olong, Tato, h. 100
20
jarum dari tulang hewan mamalia, ditemukan diberbagai goa di Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan.11
Di Indonesia, suku yang masih tetap eksis menggunakan tatto
adalah suku Mentawai di Kepulauan Mentawai Sumatra Barat, Dayak di Kalimantan,
dan suku Sumba di NTB sudah mengenal tatto sejak jaman dulu. Bahkan bagi suku
Dayak, seseorang yang berhasil “memenggal kepala” musuhnya, dia mendapat tatto
di tangannya. Begitu juga dengan suku Mentawai, tatto-nya Tidak dibuat
sembarangan. Sebelum pembuatan tatto dilaksanakan, ada Panen Enegaf alias
upacara inisiasi yang dilakukan di Puturkaf Uma (galeri rumah tradisional suku
mentawai). Upacara ini dipimpin oleh Sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai,
barulah proses Tatto-nya dilaksanakan.
Keberadaan merajah tubuh di dalam kebudayaan dunia sudah sangat lama
ada dan dapat dijumpai di seluruh sudut dunia. Menurut sejarah, ternyata rajah tubuh
sudah dilakukan sejak 3000 tahun SM (sebelum Masehi). Tatto ditemukan untuk
pertama kalinya pada sebuah mumi yang terdapat di Mesir. Dan dulu hal itu
dianggap yang menjadikan tatto kemudian menyebar ke suku-suku di dunia, termasuk
salah satunya suku Indian di Amerika Serikat dan Polinesia di Asia, lalu berkembang
ke seluruh suku-suku dunia salah satunya suku Dayak di Kalimantan. Tatto dibuat
sebagai suatu simbol atau penanda, dapat memberikan suatu kebanggaan tersendiri
bagi si pemilik dan simbol keberanian dari si pemilik tato. Sejak masa pertama tatto
dibuat juga memiliki tujuan demikian. Tatto dipercaya sebagai simbol
keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan, dan harga diri.
11
Olong, Tato, h. 194
21
Tatto merupakan praktek yang ditemukan hampir di semua tempat dengan
fungsi sesuai dengan adat setempat. Rajah dahulu sering dipakai oleh kalangan suku-
suku terasing di suatu wilayah di dunia sebagai penandaan wilayah, derajat, pangkat,
bahkan menandakan kesehatan seseorang. Rajah digunakan secara luas oleh orang-
orang Polinesia, Filipina, Kalimantan, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan,
Mesoamerika, Eropa, Jepang, Kamboja, serta Tiongkok. Walaupun pada beberapa
kalangan rajah dianggap tabu, seni rajah tetap menjadi sesuatu yang populer di dunia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tato berarti gambar (lukisan) pada bagian
(anggota) tubuh.
Tatto secara pemaknaan telah mengalami ameliorasi (perluasan). Bila
semula tatto merupakan bagian dari budaya ritual etnik tradisional, kini mengalami
perkembangan yang meluas. Bila tatto pada zaman orde baru dimaknai sebagai
simbol kejahatan atau bagian dari subkultur, di Indonesia pernah ada masa-masa
ketika tatto dianggap sebagai sesuatu yang di anggap momok. Setiap orang yang
memakai tatto dianggap identik dengan penjahat, rampok, gali, dan orang nakal.
Anggapan negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat “pengesahan” di
berbagai kota besar di Indonesia. Lalu pada masa reformasi tato berkembang menjadi
bagian budaya pop.12
Ketika zaman Orde Baru munculnya PETRUS (Penembak
Misterius) yang memburu orang ber-tatto. Saat itu orang yang ber-tatto dianggap
sebagai preman, kriminal, penjahat, dan sebagainya. Sehingga ketika itu banyak
12
Olong, Tato, h. 194
22
orang yang bertato ingin menghapus seluruh tatto yang ada ditubuhnya agar terhindar
dari Petrus. Namun dalam perkembangannya sampai dengan saat ini stigma
masyarakat tersebut mulai berkurang, meskipun masih ada. Tatto mulai dianggap
sebagai fesyen, karena tatto bisa mempercantik dan menambah rasa percaya diri
seseorang atau sebagai aksesoris tubuh. Komunitas tato juga mulai banyak. Ditambah
lagi dengan maraknya studio-studio tatto dan di piercing di beberapa kota besar
seperti Bali, Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta. Eksistensi tato mengalami dualisme
perkembangan di Indonesia. Di satu pihak (pada masyarakat adapt) tatto tradisional
yang berkarakter tribal terancam punah, dan di pihak lain (pada masyarakat urban)
tato menjadi bagian kebudayaan pop yang digandrungi dan dianggap bagian dari
modernitas, dan gaul (seperti pada kebanyakan selebritas).13
Ady Rosa mengatakan
“Tatto alam kebudayaan pop hanya sebatas kesenangan, dan symbol kaum muda
untuk jati diri gengnya. Sedang tatto tradisional, selain unik dan dahsyat, juga syarat
symbol dan makna. Cuma sayangnya, tatto tradisional ini terancam punah14
4. Jenis-jenis Tatto:
Tatto terbagi dalam beberapa jenis15
, yaitu :
a. Permanent, yaitu jenis tatto yang tahan sampai seumur hidup.
Pembuatannya dengan cara memasukkan tinta ke dalam lapisan kulit
dengan bantuan jarum.
13
Olong, Tato, h. 195 14
Olong, Tato, h. 193 15
Yahoo Answer, “Ada gk sih tato temporray yang bsas bertahab sampai 3 bulan”?? artikel
di akses pada tanggal 08 November 2009 dari
Atikelnya di akses berdua alam yang
http://id.answers.yahoo.com/.question/index?qid=200880121081253 AAIMiK8
23
b. Semi permanent, yaitu jenis tato yang bertahan 2 bulan sampai 1
tahun. Punya resiko besar karena bahan yang digunakan berbahaya.
Memakai malam (untuk membatik) mendidih dan dilukis di atas
kulit. Sebagian orang tahu ini jenis tato temporary padahal bukan.
Resiko yang ditinggalkan berupa bercak kemerahan yang hilang
dalam waktu 1 tahun, bercak putih menyerupai gambar tato
sebelumnya yang hilang dalam 1 tahun, bahkan cacat permanent.
c. Temporary, yaitu jenis tato yang bertahan 1 minggu sampai 1 bulan
lebih, atau mungkin bias sampai 5 minggu. Tergantung jenis kulit.
Kulit yang lembab dan mudah berkeringat biasanya akan cepat pudar
warna tatonya. Kadang menimbulkan reaksi seperti kulit panas atau
terbakar.
Disamping itu ada juga yang disebut dengan tato sticker, ini tidak masuk
dalam seni rajah tubuh. Tato sticker adalah sejenis sticker leave on yang sudah ada
gambarnya. Tato sticker ini bisa bertahan bebrapa jam sampai 1 minggu, tergantung
jenis kulit.
5. Klasifikasi Tatto
Menurut Kent-kent16
, seni tatto dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian
yaitu:
16
Olong, Tato, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2006) h. 85
24
a. Natural, berbagai macam gambar tatto berupa pemandangan alam
atau bentuk muka.
b. Treeball, merupakan serangkaian gambar yang dibuat dengan
menggunakan blok warna. Tatto ini banyak di pakai oleh suku
Mauri.
c. Out school, tatto yang dibuat berupa gambar-gambar zaman dulu,
seperti perahu, jangkar, atau simbol love yang tertusuk pisau.
d. New school, gambarnya cendrung mengarah ke bentuk grafiti dan
anime.
e. Biomekanik, berupa gambar aneh yang merupakan imanjinasi dari
teknologi, seperti gambar robot, dan mesin
B. Tatto dalam Perspektif Medis
Dalam ilmu kedokteran, merajah tubuh didefinisikan sebagai tindakan
sengaja yang berpotensi menimbulkan kelainan pada kulit juga bisa disebabkan oleh
sengatan matahari yang berlebihan, pengaruh obat-obatan, dan terkena bahan kimia.17
Buat kalangan tertentu, seni merajah tubuh (tato) memang masih dianggap
tabu. Dimana mereka paling tidak tato dianggap buruk, sarat kekerasan, dan
cendrung dekat dengan dunia kejahatan. Namun seiring dengan perkembangan
zaman, kini tato juga dipandang bagian dari produk kecantikan. Kaum penggemarnya
pun makin meluas hingga kalangan selebriti, olahragawan, dan lain sebagainya.
17
El-Hasyimi Ahmad, “Hukum bertato”, artikel di akses tanggal 08 November 2009 dari
http://bocahpolah.blogspot.com/2009/01/tato.html
25
Namun disisi lain terdapat fenomena yang berbeda. Alih-alih populasi
penggemarnya terus meningkat, arus balik dari masyarakat bertato pun tidak kalah
derasnya. Untuk soal yang terakhir ini bisa disimak dari hasil survey pada akhir tahun
lalu. Dalam survey tersebut diungkapkan bahwa dari sekitar 10 juta orang yang
bertato 50% diantaranya malah berniat menghilangkan rajahan atau tato tersebut.
Banyak alasan yang dikemukakan oleh mereka, mulai dari sulit mencari pekerjaan
hingga merasa bosan, bahkan tidak sedikit diantaranya mengatakan menyesal.18
Jika dilihat dari segi medis tatto memang mempunyai dampak-dampak
negative, karena dari jarum yang sering digunakan berkali-kali dapat menyebabkan
tertularnya beberapa penyakit, diantaranya HIV Aids dan Hepatitis.19
Pendapat yang sama juga diungkapkan, oleh Dokter Muhammad Ali al-
Baar, beliau menyatakan “sudah dimaklumi hubungan antara virus Hepatitis B
dengan kanker hati, penyakit ini berjangkit melalui transfusi darah, atau alat suntikan
yang terinfeksi, penatoan dan perenggangan gigi, sebagaimana penyakit itu juga
berjangkit melalui hubungan seks atau, homoseksual.20
Selain itu bagi para wanita yang menggunakan tato lipstic21
agar lebih
kelihatan indah dan tidak perlu lagi untuk menggunakan lipstick juga harus berhati-
hati, karena dampak yang akan diimbulkan juga akan sangat berbahaya. Dr. Irma
Bernadette mengatakan bahwa tato lipstick dapat menyebabkan reaksi alergi yang
18
Ahmad “Hukum bertato” 19
Olong, Tato, h. 339 20
Al-Musnid, indahnya berhias. H. 67 21
Tato lipstick adalah tato yang mengaplikasikan pigmen natural ke dalam lapisan dermis
atau kuli dengan tujuan menyempurnakan bentuk dan warna bibir sehingga menjadi lebih menarik
26
mengganggu, misalnya kulit membengkak, tak bisa kembali sempurna atau seperti
awal, bisa juga menyebabkan cacat kulit seperti melepuh terkadang menimbulkan
rasa gatal, perih, dan panas.22
Disisi lain, untuk menghilangkan tato juga terbilang sangat rumit dan mahal.
Di Indonesia umumnya ada tiga cara untuk menghilangkan tato. Pertama, demabrasi,
yaitu mengamplas kulit kemudian dikompres dengan air garam. Kepekatan air garam
dipercaya mampu menyerap tinta yang tersisa dilapisan kulit, cara ini menimbulkan
rasa yang sangat perih. Kedua, sinar laser, energi panas akan diserap oleh sel untuk
menghancurkan cat warna tato. Cara ini merupakan cara yang paling mahal. Untuk
menghapus sekitar 5x5 cm tato membutuhkan dana sekitar Rp. 600.000. penghapusan
minimal dilakukan tiga kali pelaseran. Ketiga, pengirisan kulit untuk kemudian
ditambal dengan menggunakan kulit yang lainnya. Cara ketiga ini baik untuk tato
ukuran kecil.
C. Tato dalam Perspektif Sosiologi
1. Teori Simbol
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta
disebutkan, simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana,
dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu.
Berbeda pula dengan tanda (sign), simbol merupakan kata atau sesuatu yang bisa
dianalogikan sebagai kata yang telah terkait dengan :
1. Penafsiran pemakai
22
Majalah kesehatan keluarga, “Dokter Kita” edisi ke-2 tahun ke IV Februari 2009, hlm. 87
27
2. Kaidah pemakaian sesuai dengan jenis wacananya
3. Kreasi pemberian makna sesuai dengan intensi pemakainya.
Di dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan benda atau gejala-
gejala alam, seperti gerhana matahari, bulan dan lain sebagainya. Gejala-gejala alam
ini diberi makna oleh seseorang, sebut saja orang Jawa. Gejala-gejala alam yang
diberi makna inilah yang kita sebut dengan simbol. Orang Jawa dalam memberi
makna terhadap benda-benda dan gejala-gejala itu mengacu pada kebudayaannya,
itulah yang kita sebut simbol untuk orang Jawa. Jadi simbol adalah segala sesuatu
yang diberi makna oleh seseorang yang dalam pemberian makna itu selalu mengacu
pada kebudayaan yang ia miliki.23
Manusia sama-sama memiliki tubuh. Namun, manusia tidak berbicara dengan
bahasa yang sama. Begitu juga kita tidak menggunakan model busana yang sama.
Untuk memahami satu sama lain manusia harus mempunyai simbol dalam melakukan
interaksi sosial.
Simbol merupakan kontruksi sosial untuk menunjukkan satu budaya baik
secara individu maupun kelompok, dalam pemaknaan simbol tidak ada arti yang baku
namun hal itu sangatlah relatif berbeda-beda hal itu sangat tergantung siapa yang
memaknai, ambil contoh sebuah simbol yang berupa tatto. Tatto bagi pengguna tatto
dijadikan sebagai ekspresi maupun memori atas beberapa pengalaman selama
23
Parsudi Suparlan.Kebudayaan dan Agama :Symbol dan System Simbol. (FISIP UI
Depok).2000
28
hidupnya, sedangkan bagi individu yang tidak menggunakan tatto berbeda dalam
memaknainya.
Tubuh, untuk sebagian orang menjadi media tepat untuk berekspresi dan
eksperimen. Tak heran jika kemudian timbul aktivitas dekorasi seperti Tato, Piercing
dan Body Painting, eksploitasi ini untuk sebagian besar pelakunya ditujukan untuk
gaya dan pernyataan pemberontakan. Jika awalnya orang melakukan eksploitasi
tubuh untuk tujuan yang lebih khusus, misalkan untuk identitas pada suatu budaya
tertentu, kini eksplotasi tubuh melalu tatto, piercing dan body painting berkembang
karena mode dan gaya hidup.
Menurut Bruner Posisi tubuh menjadi sangat vital karena ia merupakan ruang
perjumpaan antara individu dan sosial, ide dan materi, sakral dan profan, transenden
dan imanen. Tubuh dengan posisi ambang seperti itu tidak saja disadari sebagai
medium bagi merasuknya pengalaman ke dalam diri, tetapi juga merupakan medium
bagi terpancarnya ekspresi dan aktualisasi diri. Bahkan lewat dan dalam tubuh,
pengalaman dan ekspresi terkait secara dialektis.24
simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antar
penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer,
hubungan berdasarkan konvensi masyarakat. Berdasarkan interpretant, tanda
dibagi atas rheme, dicentsign, dan argument. Rheme adalah tanda yang
24
Bruner, Edward M.“Experience and Its Expressions”. Dalam Victor W.Turner and Edward
M. Bruner (eds.). The Antropology of Experience.Urbana and Chicaho: University of Illinois Press.
1986
29
memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicentsign adalah
tanda sesuai dengan kenyataan. Sedangkan argument adalah yang langsung
memberikan alasan tentang sesuatu.
Simbol atau lambang adalah semacam, lukisan, tanda, perkataan,
digunakan untuk menyatakan sesuatu hal dan ada maksud tertentu didalamnya.
Contoh, kopiah sebagai tanda pengenal warga Negara Indonesia. Simbol
adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain diluar perwujudan bentuk
simbolik itu sendiri. Pierce membuat konsep simbol sebagai tanda yang
mengacu pada objek tertentu diluar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol
sebagai penanda dan petanda (sesuatu yang ditandakan), bersifat konvensional.
Masyarakat dimana ia sebagai pemakainya, berdasarkan konvensi tersebut,
menafsirkan cirri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan
menafsirkan maknanya.25
Simbol berbeda dengan bunyi, ia memiliki kesatuan bentuk dan makna.
Simbol merupakan kata atau sesuatu yang bisa di analogikan sebagai kata yang
telah terkait dengan (1) penafsiran pemakai, (2) kaidah pemakaian sesuai
dengan jenis wacananya, (3) kreasi pemberian makna sesuai dengan intens
pemakainya, dan ini disebut dengan, simbolik.
25
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 156.
30
2. Teori Deviant (perilaku menyimpang)
Perilaku adalah suatu tindakan rutin yang dilakukan oleh seseorang dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi atau kehendak untuk mencapai suatu
tujuan yang diinginkan, dan hal itu mempunyai arti penting bagi dirinya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Max Weber, Bahwa yang dimaksud dengan
perilaku adalah perilaku hendak mencapai suatu tujuan atau ia didorong oleh
motivasi. Entah kelakuan itu bersifat lahiriyah atau batiniyah berupa perenungan,
perencanaan, pengambilan keputusan, dan sebagainya, entah kelakuan itu terdiri dari
intervensi positif ke dalam suatu situasi, atau sikap pasif yang sengaja tidak mau
terlibat.
Di dalam kamus bahasa Indonesia, perilaku dapat dikatakan dengan kata
tingkah laku. Singgih D. Gunarasa mengatakan bahwa perilaku adalah setiap cara
atau reaksi respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Perilaku adalah
aksi, reaksi, terhadap ransangan dari luar26
.
Sarlito Wirawan Sarwono, juga menyebutkan bahwa “tingkah laku”
mempunyai arti yang lebih kongkrit dari pada “jiwa”. Maka tingkah laku lebih mudah
dipelajari dari pada jiwa, dan melalui tingkah laku kita dapat mengenal seseorang,
termasuk dalam tingkah laku disini adalah perbuatan-perbuatan yang terbuka maupun
yang tertutup. Tingkah laku yang terbuka adalah tingkah laku yang hanya dapat
26
Singgih D. Gunarasa, Psikologi Praktis Anak Remaja dan Kleuarga, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1995), hal. 8
31
diketahui secara tidak langsung melalui alat-alat atau metode-metode khusus,
misalnya berfikir, sedih, takut, dan sebagainya27
.
Dr. Kartini Kartono, juga mengatakan bahwa perkataan atau perbuatan
mempunyai pengertian yang luas sekali, yaitu tidak hanya mencakup kegiatan
motoris saja seperti berbicara, berjalan, berlari-lari, berolahraga, bergerak, dan lain-
lain, akan tetapi juga mambahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar,
mengingat, berfikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan emosi-emosi dalam
bentuk tangis atau senyum dan seterusnya. Kegiatan berfikir dan fantasi misalnya,
tampak pasif belaka. Namun kenyataannya kedua-duanya merupakan bentuk aktivitas
psikis atau jiwani28
Penyimpangan berasal dari kata dasar “simpang” yang memiliki empat
pengertian. Pertama, berarti proses cara perbuatan yang menyimpang atau
menyimpangkan. Kedua, membelok menempuh jalan yang lain. Ketiga, tidak
menurut terhadap apa yang telah ditentukan, tidak sesuai dengan rencana. Keempat,
menyalahi kebiasaan, menyeleweng dari hukum, kebenaran, dan agama.29
Perilaku menyimpang dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku yang
diekspresikan oleh seseorang atau beberapa anggota masyarakat yang secara disadari
atau tidak disadari, tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan telah
diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat. Dengan kata lain, semua bentuk
27
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976),
h.24 28
Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Mandar Maju, 1996), h. 3 29
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Bear Bahasa Indonesia, (Jakarata:
Balai Pustaka, 1995), hal. 488
32
perilaku warga masyarakat yang tidak sesuai dengan norma dinamakan perilaku
menyimpang.
Di sisi lain kata perilaku jika dilihat dari pengertiannya dari bahasa
Indonesia mengandung arti sebagai berikut : tanggapan atau reaksi individu yang
terwujud dalam gerakan (sikap) tidak saja badan ataupun ucapan.30
Sedangkan kata
hidup menyimpang merupakan suatu pelanggaran sosial dalam bentuk norma ataupun
agama. Banyak para sosiolog mempersamakan perilaku yang menyimpang dengan
perilaku abnormal atau maladjusted (tidak mampu menyesuaikan diri). Untuk
memberikan definisi abnormalitas itu, perlu ditemukan terlebih dahulu arti perilaku
normal.
Secara umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang antara lain
adalah.31
:
Tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai atau norma-norma yang ada. Contoh tindakan nonconform itu misalkan
memakai sandal yang sangat jelek ke kampus atau ke tempat yang formal, merokok
di area larangan rokok, membuang sampah di tempat yang bukan semestinya, dan
lain sebagainya.
Tindakan yang antisosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan
kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. Bentuk tindakan asosial itu antara
30
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), cet ke-3 h. 671. 31
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, “Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan” (Jakarta :
Kencana, 2007), Ed. 2, h. 101
33
lain: menarik diri dari pergaulan, tidak mau berteman, keinginan bunuh diri, minum-
minuman keras, dan lain sebagainya
Tindakan-tindakan kriminal, yaitu tindakan yang nyata-nyata telah
melanggar aturan-aturan hokum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang
lain. Tindakan criminal yang sering kita temui itu misalkan: pencurian, perampokan,
pembunuhan, korupsi, dan berbagai tindak kejahatan lainnya yang secara nyata-nyata
mengancam ketentraman masyarakat.
3. Faktor Tindakan Menyimpang
Teori Anomie: berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya
berbagai ketegangan dalam suatu struktur sosial sehingga terdapat individu-individu
yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi penyimpang. Memang, pada dasarnya
untuk mencapai tujuan status (kesuksesan hidup) seseorang harus melalui cara-cara
yang sah, dan di benak setiap orang akan selalu tersirat mimpi atau keinginan untuk
meraih kesuksesan tersebut. Tetapi, ironisnya memang struktur sosial tidak dapat
menyediakan kesempatan yang sama bagi semua orang atau semua lapisan
masyarakat untuk dapat meraih tujuan status dan kulturalnya. Hanya, lapisan-lapisan
masyarakat tertentu yang punya akses yang sah saja yang dapat meraih mimpi
tersebut . Sebagian besar orang menganut norma-norma masyarakat dalam waktu
yang lama, sementara orang atau kelompok lainnya melakukan penyimpangan.
Kelompok yang mengalami lebih banyak ketegangan karena ketidakseimbangan ini
34
(misalnya orang-orang kelas bawah) lebih cenderung mengadaptasi penyimpangan
daripada kelompok lainnya.32
Teori Labeling: Menjelaskan penyimpangan terutama ketika perilaku itu
sudah sampai pada tahap penyimpangan sekunder. Dalam penjelasannya teori
labeling juga menggunakan pendekatan interaksionisme yang tertarik pada
konsekuensi-konsekuensi dari interaksi antara si penyimpang dam masyarakat biasa
(konvensional). Inilah yang membedakan bentuk penyimpangan primer dengan
penyimpangan sekunder, dimana cap menyimpang menghasilkan suatu peran yang
menyimpang juga. Artinya, dengan adanya cap yang diletakan pada diri seseorang
maka ia (yang telah diberi cap) cendrung mengembangkan konsep diri yang
menyimpang, dan kemungkinan berakibat pada suatu karier yang menyimpang.
Teori Kontrol: Perspektif kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk
penjelasan delinkuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan pada
lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya
integrasi sosial. Kelompk-kelompok yang lemah ikatan sosialnya (misalnya kelas
bawah) cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan
konvensional. Jika seseorang merasa dekat dengan kelompok konvensional, sedikit
sekali kecenderungan menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya. Tapi jika ada
jarak sosial sebagai hasil dari putusnya ikatan, seseorang merasa lebih bebas untuk
menyimpang.
32
Masofa, “Teori Perilaku Menyimpang Perspektif Sosiologis” artikel diakses tanggal 8 Juni
2010 dari massofa.wordpress.com/2008/03/28/teori-teori-umum-tentang-perilaku...
35
Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa fungsional
dan disempurnakannya, diantaranya ialah33
:
Postulat Pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang dapat
dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial bekerjasama
dalam suatu tingkatan keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa
menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Atas
postulat ini Merton memberikan koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna
dari satu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan karena
dalam kenyataannya dapat terjadi sesuatu yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi
dapat pula bersifat disfungsional bagi kelompok yang lain.
Postulat Kedua, yaitu fungionalisme universal yang menganggap bahwa
seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi
positif. Terhadap postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya disamping fungsi positif
dari sistem sosial terdapat juga dwifungsi. Beberapa perilaku sosial dapat
dikategorikan kedalam bentuk atau sifat disfungsi ini. Dengan demikian dalam
analisis keduanya harus dipertimbangkan.
Postulat Ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan bahwa dalam
setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan
memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan
dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan sistem
33
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, ( Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2004),
hal. ?
36
sebagai keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang ketiga ini masih kabur ( dalam
artian tak memiliki kejelasan ), belum jelas apakah suatu fungsi merupakan
keharusan.
37
BAB III
A. Kondisi Umum Masyarakat RT 11 RW 08 Kelurahan Srengseng Sawah
Jakarta Selatan
1. Kondisi Geografis dan Demografis
Dalam pembahasan geografis ini kan menampilkan kondisi ekternal obyek
penelitian, kondisi tersebut di identifikasikan sebagai salah satu factor yang
mempenaruhi, geografis tersebut diantaranya:
Letak Geografis RT 11 RW 08 merupakan salah satu RT dan RW kelurahan
Srengseng Sawah kecamatan Jaga Karsa dan Jakarta Selatan, kelurahan srengseng
sawah memiliki 19 RW dan 156 RT. Secara administrative RT 11 RW 08 adalah
merupakan bagian dari keseluruhan Srengseng Sawah Kecamatan Jaga Karsa Jakarta
Selatan yang berjumlah 19 RW. Luas wilayah RT 11 RW 08 adalah 35,74 Ha, wialayah
ini berbatasan dengan RT dan RW yang berada di kelurahan srengseng sawah yaitu:
Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Cikampek Jakarta Selatan
Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Cikampek Jakarta Selatan
Sebelah timur berbatasan dengan RW 04
Sebelah selatan berbatasan dengan RW 17
38
Kondisi Demografis Secara umum berjumlah penduduk RT 11 RW 08
berjumlah 1.151, dengan rincian berdasarkan jenis kelamain. Laki-laki berjumlah 575
orang sedangkan jumlah perempuan 576 orang1.
Pendidikan Mansyarakat, pendidikan masyarakat RT 11 RW 08 mayoritas
lulusan SMA dan sedrajat, hal itu ditujukan pada data jumlah masyarakat berdasarkan
pendidikannya, jumlah lulusan. SMP 289 orang. SMU 491 orang. Akademi 87 orang
dan yang masih dalam proses pembelajaran di bangku sekolah berjumlah 284 orang.
Pekerjaan Masyarakat Pekerjaan Masyarakat di RT 11 RW 08 mayoritas adalah
buruh dan pedagang rumahan seperti warung sembako, warung nasi, bengkel, petani
sawah dan pensiunan.
Prasarana yang Ada Terdapat sarana umum yang berbentuk tempat ibadah
seperti masjid yang berjumlah 1 buah, sarana umum lainnya seperti jalan, transportasi
terdapat alat transportasi mobil angkot yang menghubungkan masyarakat sreng sawah
dengan daerah sekitar seperti lenteng agung, depok, cigamjur dan lainnya, dan sarana
penerangan, terdapat beberapa sarana penerangan yang terdapat di dalam rumah dan
sekitar rumah. Dan program yang sedang dilaksanakan dalam pengembangan
pembangunan wilayah kelurahan adalah pembangunan cagar Budaya Betawi yang
disebut perkampungan Budaya Betawi di setu Babakan RW. 08 kelurahan Srengseng
Sawah.
1 Data diperoleh dari kelurahab srengseng sawah Jakarta selatan
39
B. Komunitas Marjinal Taring Babi
1. Sejarah Awal Komunitas Taring Babi
Sejarah komunitas Marjinal taring babi ini dibentuk 12 tahun yang lalu, pada
22 Desember, Ungkap Bobi sambil bercerita dan mengenang. Bobi pun menambahkan
“Awalnya, gue pengen kuliah, tapi makin lama semakin nggak tertarik. Apa
yang dipelajari di kampus udeh kita kuasai, gue udah gape menggambar, bikin
desain, demikian juga yang laen. Kebanyakan kita ketemu ngobrolin situasi di
luar kampus, yang atmospherenya represip, nggak bebas mengeluarkan
pendapat atau berkreasi”.
Mike juga bercerita
“lalu kita bangun sebuah jaringan namanya Anti Facist Racist Action (AFRA).
Yang terlihat adalah kawan-kawan yang mempunyai kesadaran melawan
system yang fasis bangkit. Kita gunakan media visual, lewat poster dari cukil
kayu, baliho dan lukisan yang menggugah kesadaran generasi muda, unntuk
melawan system fasis yang diusung Orde BAru. Selain melakaukan didkusi,
penerbitan newsletter, dan aksi turun ke jalanKita juga secar kebetulah gape
juga main music”. Ya, dengan modal gitar dan jurus tiga kunci, kita maen
musik, bikin lagu sendiri berdasarkan kenyataan hidup sehari-hari. Kita
namakan kelompok itu Anti Military.
Dikarenakan ketika itu menyikapi masalah kondisi ekonomi, social, dan politik
diera orde baru.2 Rezim orde batu telah mencatat berbagai peristiwa pelanggaran Hak
Asasi Manusia (HAM), orde baru mencoba mempertahankan kekuasaannya dengan
tindakan, kekerasan, dan represif. Bahkan diakhir kejatuhannya, orde baru
meninggalkannya dengan kekerasan. Dimana pada masa itu seperti terdapatnya
2 Wawa cara Pribadi dengan Bob, Komunitas Marjinal Taring Babi, 03 juli 2010
40
beberapa batasan-batasan dalam berkreasi, terutamanya terhadap Masyarakat Berttatto
atau kini lebih dikenal dengan MASBERTO. Penembakan misterius (petus) yang marak
terjadi Selama 1983-1985 merupakan bagian dari control Negara dalam rangka stabilitas
keamanan, tubuh selalu berada dalam bengawasan dan terikat dengan ruang, waktu, dan
energi kekuasaan. Dengan menggunakan aparatur militer yang dimiliki memberlakukan
kebijakan menumpas gali (gabungan anak liar), bajingan, gento, penjahat, criminal.
Dalam aksinya, aparat dengan modus operandi berpakaian preman mendatangi
korban pada tengah malam, dengan menggunakan jip, dan menggunakan topeng,
kemudian menciduk, kemudian korban dihajar, ditembak dimasukan karung, dan pada
akhirnya dibuang kesungai, tepi jaln, dan ada juga yang ditaruh dekat pos kamling.
Kata Taring Babi itu sendiri ialah judul sebuah film documenter karya
mahasiswa antropologi Humblolt University, Berlin Jerman. Merupakan reportase
tentang komunitas Taring babi yang juga menjadi tulang punggung bend Marjinal,
sebuah bend punk rock. Film berdurasi sekitar 20 menit itu dibuka dengan kemunculan
Bob OI yang memandu melihat seluk-beluk aktifitas Taring babi sebagai komunitas
punk yang berinteraksi dengan warga Gang Setia Budi, Setu Babakan, Srengseng
Sawah, Jakarta Selatan. “welcome to Taring babi” (2007) secara sederhana menjelaskan
bagaimana kehidupan punk di tengah (kampong) masyarakat, merayakan perbedaan
dengan kreatif dan produktif.3 Kata marjinal itu sendiri pun ketika Dodi menceritakan
tentang kisahnya Mike ketika itu dapat nama Marjinal, dia terinspirasi oleh nama
pejuang buruh perembuan yang mati disiksa militer, Marsinah.Marsinah MARJINAL
3 Wawancara Pribadi dengan Umam, salah satu anggota komunitas marjinal taring babi, 04 juli
2010
41
kata Marjinal sendiri waktu itu kan belum banyak dipakai untuk menjelaskan posisi
orang-orang ponggiran.
Dalam komunitas taring babi terdapat sekitar 8 orang yang menempati rumah
tersebut, dan yang paling lama juga termasuk sebagai pendiri komunitas marjinal yaitu
Babi. Selain bobi juga terdapat beberapa anggota komunitas yang berasal dari beberapa
daerah di kota-kota besar di luar pulau Jawaseperti Ewang yang bersal dari Makassar,
dan umam yang berasal dari Sumatra. Mereka hidup bersama sudah layaknya seperti
saudara, yang sangat erata solidaritasnya antar sesame anggota.
2. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunitas Marjinal
Taring Babi Membuat Tato
Factor yang melandasi komunitas ini menggunakan tatto bermacam-macam,
berdasarkan wawancara dengan informan bernama ewang4 salah satu anggota komunitas
marjinal.mengatakan bahwa pembuatan tattoo berdaarkan kondisi lingkungannya
sewaktu di kampong halamannya yaitu di Makasar, dan juga selain itu ia mengatakan
pembuatan tattoo sebagai suatu bentuk skpansi diri atas keadaan yang dialaminya. Lain
lagi menurut onforman yang lain, yaitu bobby5 ia mengatakan, bahwa pembuatan tatto
bagi dirinya merupakan keinginan dan motivasi untuk merubah paradigma masyarakat
selama ini, tentang masyarakat yang menggunakan tatto, dan itu dijadikan suatu
motivasi tesendiri untuk dirinya, membantah anggapan ataupun stigma masyarakat pada
umumnya selama ini, yang banyak mengatakan ataupun dalam berfikirnya pengguna
tattoo ialah suatu tindakan yang sangatlah identik dengan dunia kriminaldan hal lainnya
4 Ewang adalah salah satu anggota komunitas taring babi, yang bersal dari makasar
5 Bobby adalah salah satu anggota komunitas taring babi yang berasal dari bogor
42
yang tidak baik, trlebih untuk dikalangan masyarakat ataupun dikomunitas marjinal.
Seperti dalam ucapanya.
“ogut harus buktiin orang gak boleh seperti itu, tattonya gak salah dan yang
salah adalah pribadinya masing-masing, dan tattoo juga adalah suatu hal yang
kaitannya dengan dunia seni dan ekpresi, bukanlah dunia kriminalitas dan
lainnya yang tidak baik”.
3. Aktivitas atau Kegiatan Komunitas Marjinal Taring Babi:
Aktivitas komunitas ini dibagi menjadi dua kategori yaitu aktivitas internal dan
aktivitas umum atau aktivitas social ditengah masyarakat.
a. Aktivitas Internal
Aktivitas ninternal adalah aktivitas yang dilakukan komunitas tersebut
dalam mempertahankan eksistensinya, ataupun aktivitas tersebut meliputi:
1) Membuat lagu tentang kritik social, bentuk lagu yang dibuat adalah
jeniksnya indie (non lebel), lagu yang sudah dibut mencapaibeberapa
album, berikut ini adalah karya-karya lagu yang sudah diciptakan seperti:
No Album dan judul lagu Album dan judul lagu
1. Cinta pembodohan Cinta pembodohan part.2
2. Negeri Negeri Marsinah
3. 17 Agustus Saut
4. Hukum Rimba Darah Jurang
5. Aparat Bangsat Go ToHell
6. Rencong Marencong Luka Kita
43
7. Skinhead Selamanya Kereta Ekonomi
8. Lukak Kita Banyak Dari Teman Temanku
9. Oh Ibuku Negara Dunia Ke3
10. Otak Kawat Wainallahi
11. Buktikan Masberto
12. Luka Kita Aceh Negara Dunia 3
13. Predator Kutakan Berhenti
14. Otot Kawat KA Ekonomi
15. Rakkyat Biasa Kerja Bakti
16. Rencong Globalisasi
17. Hukum Rimba Imagine
18. DIY Buruh Migran
19. Cinta Pembodohan2 Berce
20. D3 Aku Mau Sekolah Gratis
21. Boikot
2) Menyablon, Sablon adalah salah satu pekerjaan yang produktif di
hasilkan oleh Komunitas marjinal ini. Pekerjaan yang menggunakan
beberapa bahan-bahan dasar seperti cat warna, motif gambar yang
dinginkan, dan kaos/baju polos tanpa gambar, untuk kemudian diberikan
gambar sesuai dengan keinginan ataupun pesanan yang ada. Dana yang di
dapatkan demi keberlangsungan penghidupan komunitasnya, dan
44
beberapa kebutuhan yang diperlukan untuk terus mereka berkreasi,
adapaun terdapat lebih dari rezeki yang di dapat, mereka terbagi dengan
lingkungannya yang memang dirasa kurang mampu.
3) Membuat tatto, salah satu pekerjaan yang juga dirasakan pada kegemaran
dan juga sebagai wadah untuk berkreasi. Pekerjaan inipun dilakukan
untuk mendapatkan dana demi kelangsungan kehidupan komunitas
mereka, bagi peminat dan penggemar tatto ygn ingin membuat tattoo,
akan tetapi tidak mempunyai dana cukup maka bisa diganti dengan
barang-barang lain yang bermanfaat contohnya seperti beras. Jika
pendapatan beras tersebut banyak maka biasanya beras tersebut diberikan
kapada masyarakat disekitar basecamp mereka berdasarkan masyarakat
yang lebih membutuhkan akan beras tersebut.
b. Aktivitas Sosial dilingkungan Masyarakat RT 11 RW 08
komunitas ini terhitung aktif dalam bebrapa kegiatan social masyarakat
disekitar, kegiatan tersebut meliputi:
1) Jum’at Bersih
Jum’at bersih adalah salah satu kegiatan bersama masyarakat disekitar
RT 11 RW 08, kegiatn tersebut berupa gotong royong membersihkan
lingkungan sekitar, merapihkan tempat ibadah shalat jum’at. Hal itu
menjadikan inspirasi salah satu lagunya yang berjudul “Gotong Royong”.
2) Terlibat Dalam Penyelenggaraan Acara HUT Kemerdekaan
45
Dalam kegiatan ini, peranan dari komunitas ini sangatlah dominan
bersama dengan karang taruna setempat, dengan membuat kostum atau seragam
untuk dipakai oleh warga sekitar dalam memeriahkan hari kemerdekaan, dan
menjadi penggagas beberapa acara seperti mendirikan panggung dimana mereka
menunjukan aksi-aksi lpanggungnya dengan membawakan lagu-lagu yang
mereka ciptakansendiri bersama dengan teman-teman yang lainnya.
3) Membuka Ruang Belajar Kreatifitas bagi WArga sekitar
Kegiatan ini ditunjukan untuk meningkatkan kreatifitas warga sekitar
yang ingin menggali ataupun mengembangkan kreatifitas dan bakat bagi mereka
yang mau dan tertarik untuk belajar, kreatifitas tersebut diantarnya : sablon, cukil
kayu, wadah belajar alat music, dan beberapa kreasi lainnya.
Hasilnya dari membuka ruang belajar ini telah menghasilkan beberapa
tenaga-tenaga kreatif pada masing-masing individu yang pernah belajar bersama
dengan komunitas ini, dan akhirnya dapat berguna dan bermanfaat untuk pribadi
dari individu-individu masing-masing. Hal ini sangatlah bermanfaat untuk
dijadikan suatu kerajinan bagi para pemuda atau pun anak-anak untuk lebih
produktif lagi. Maka masyarakat pun sangatlah mengapresiasi dengan
keberadaan Komunitas Marjinal tersebut di wilayahnya.
50
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN TENTANG PEMAKNAAN TATO ANTARA
PENGGUNA DAN MASYARAKAT
A. Makna Tatto Bagi Pengguna
Seperti yang dikatakan pada teori simbol bahwa pada makna simbol tidak
ada makna yang baku, pemaknaan simbol berbeda-beda maknanya hal itu sangat
bergantung pada siapa yang memaknainya dan tingkat pengetahuan tentang simbol
itu sendiri,1. Begitu juga dengan tatto sebagai salah satu bentuk simbol yang dibuat
oleh manusia, bagi yang mengetahui tentang tatto maka mereka akan memaknai
sebagai satu hal yang wajar dan hal itu berdasarkan pada tingkat imajinasi masyarakat
dalam mengeksprsikan satu bentuk seni yang ada, akan tetapi seperti beberapa
definisi tentang penyimpangan yaitu salah satunya tidak menurut terhadap apa yang
telah ditentukan, dan menyalahi kebiasaan yang terdapat di masyarakat. Bagi
masyarakat yang tingkat pengetahuannya sangatlah rendah maka akan memaknai
tatto sebagai bentuk tindakan individu yang telah menyimpang dari nilai-nilai serta
norma-norma yang ada dalam masyarakat, seperti berdasarkan pengalaman hidupnya
dalam mengamati tindakan para pegguna tatto, bahwa pengguna tatto mayoritas
melakukan tindakan tindakan yang menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai
yang ada pada masyarakat terlebih hal-hal kriminal seperti yang banyak mereka
1 Wawancara dengan Umam, Srengseng Sawah, 4 Juli 2010.
51
saksikan dalam pemberitaan-pemberitaan (media elektronik) tentang dunia kejahatan
yang terkesan dan mengekspose pengguna tatto ialah sosok yang kaitannya erat
dengan dunia kriminal, maka berdasarkan hal itu lah opini publik mengeni tatto
terbentuk.
Seperti yang diungkapakan oleh bobby salah satu pengguna tatto dari
komunitas marjinal taring babi
”Gambar tengkorak yang terdapat di lengan bagian atasnya, untuk selalu
mengingatkan dirinya akan kematian, dan ketika mati ia pun akan
menjadi sebuat tengkorak yang tak berjasad”.
Di tambahkan juga oleh ewang yang juga salah satu anggota komunitas
marjinal taring babi, dia menggunakan tatto sebagai pelampiasan emosi dan ekspresi
diri.
Makna tatto kekinian dimulai pada sekitar tahun 1997, atau lebih tepatnya
lagi ketika pada masa reformasi, ketika itu rezim orde baru telah berakhir, sampai
sekarang, tatto dimaknai sebagai satu simbol atau bentuk seni atas kreativitas manusia
yang menunjukkan pada bentuk ekspresi. Seperti para pengguna tato khususnya, pada
komunitas marjinal taring babi adalah sebagai pelampisan ekspresi dan bentuk seni
yang melambangkan sesuatu hal dan di sesuaikan dengan apa yang sedang
dirasakannya untuk dijadikan sebagai suatu moment untuk selalu dikenang dalam
suatu perjalanan kehidupannya.2 Jadi bahwa pengguna tatto tidak semua
melambangkan pada satu bentuk kriminalitas dan beberapa bentuk kejahatan lainnya
2 Wawancara dengan Bobi, Srengseng Sawah, 4 Juli 2010
52
yang melanggar norma-norma susila pada masyarakat. Bilamana pun ada seseorang
yang berlaku kriminal dan mereka menggunakan tatto, hal tersebut lebih kepada
individu mereka sendiri dan tidaklah didasarkan pada tato yang mereka buat di
tubuhnya.
Dan jika di analisis melalui teori simbol yang mengatakan bahwa tanda atau
simbol yang diciptakan oleh mnusia merupakan simbol atau tanda pengingat satu
kejadian baik yang sudah terjadi maupun seharusnya terjadi, dan hal itu berbeda-beda
maknanya artinya tidak ada arti yang baku mengenai simbol. Seperti yang dikatakan
oleh ewang salah satu anggota komunitas marjinal taring babi mengatakan pembuatan
tatto sebagai bentuk ekspresi diri atas keadaan yang dialaminya, lain lagi menurut
informan lainnya yang masih satu anggota komunitas marjinal taring babi
mengatakan bahwa pembuatan tatto bagi dirinya merupakan keinginan dan motivasi
untuk merubah paradigma masyarakat selama ini, tentang masyarakat yang
menggunakan tatto adalah prilaku kriminal.
B. Prilaku Pengguna Tato Pada Komunitas Marjinal Taring Babi dalam
Kehidupan Sosial Masyarakat RT 11 RW 08 Kelurahan Srengseh
Sawah
Bila ditinjau melalui terori penyimpangan yang diungkapkan oleh Max
Weber Perilaku menyimpang dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku yang
diekspresikan oleh seseorang atau beberapa anggota masyarakat yang secara disadari
atau tidak disadari, tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan telah
53
diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat. Dengan kata lain, semua bentuk
perilaku warga masyarakat yang tidak sesuai dengan norma dinamakan perilaku
menyimpang.
Berangkat dari teori diatas bahwa apa yang dilakukan oleh komunitas
marjinal taring babi dengan menggunakan dan membuat tatto adalah satu bentuk
tindakan yang menyimpang. Dengan penampilan tidak seperti masyarakat pada
umumnya yang tidak menggunakan tatto, pierching, gaya rambut yang terkesan
berantakan, artinya tidak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nialai yang ada pada
masyarakat RT 11 RW 08 yang mayoritas adalah masyarakat asli Betawi, yang masih
sangat kental dengan beberapa tradisi kebudayaan setempat mereka. Oleh karena hal
tersebut, jika dikaitkan dengan tradisi ataupun kebudayan setempat maka penggunaan
tatto untuk di lingkungan masyarakat tersebut adalah suatu hal yang baru dan dapat
dikatakan tidaklah wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Dikarenakan mereka pun
(masyarakat asli Betawi) tidak ada yang menggunakan tatto.
Walaupun kondisi pandangan awal masyarakat di daerah tersebut masih
menganggap tabu dan sebagai suatu tindakan yang menyimpang. Hal itu yang akan
coba dijelaskan dan ingin dibuktikan oleh komunitas ini melalui beberapa praktek
yang dinilai positif oleh masyarakat, dan akhirnya ketika mereka dapat dan berhasil
meyakinkan dengan aktivitas dan beberapa kegiatan kemasyarakatan mereka. Maka
dapatlah dikatakan bahwa tatto bukanlah semata-mata suatu hal yang sangatlah erat
kaitannya dengan dunia kriminalitas atau apapun suatu hal yang dapat dikatakan tidak
54
baik, terlebih pada kalangan masyarakat marjinal/punk, yang banyak di anggap oleh
masyarakat luas menyeramkan dengan penampilannya, tidak berguna, malas-malasan
dan banyak hal lain. Akhirnya masyarakat pun mulai dapat menyadari, memahami
dan memaknai bahwa tatto yang digunakan oleh komunitas marjinal bukanlah
semata-mata satu simbol dari kriminalitas ataupun segala sesuatu yang dinilai tidak
baik dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat.
Perilaku pengguna tatto tidak semuanya berperilaku negatif walaupun
kadang terlihat bahwa pemakai tatto identik dengan kejahatan. Hal itu sangat
bergantung pada pengetahuan dan pemaknaan atas tatto oleh individu atau pengguna
tato itu sendiri. Justru pada komunitas marjinal taring babi ini sebaliknya, pengguna
tatto memiliki watak dan karakter yang mencerminkan satu perbuatan yang sangatlah
positif bagi masyarakat dan bahkan bisa berkontribusi lebih bagi masyarakat. Seperti
yang telah di uraikan pada pembahasan sebelumnya, komunitas ini terdapat berbagai
macam kegiatan yang dapat berguna bagi masyarakat diantranya membuat sablon,
ukir kayu, rekaman studio musik, dan banyak lagi, dan semuanya itu dapat dipelajari
oleh masyarakat sekitar, tanpa ada pungutan biaya Tatto yang terdapat di tubuh
mereka pun bukan hanya sekedar gaya-gayaan untuk agar tampil seram. Akan tetapi
setiap gambar apapun yang terdapat di tubuhnya memiliki nilai-nilai historis bagi
para pengguna, dan terdapat makna tersendiri bagi mereka yang menggunakan.
C. Respon Masyarakat RT 11 RW 08 Kelurahan Srengseh Sawah
Terhadap Pengguna Tato Pada Komunitas Marjinal Taring Babi
55
Setelah berkali-kali pindah tempat atau base camp, akhirnya komunitas ini
bertempat di gang Setia Budi Rt 11/08 yang dimulai pada tahu 2003.3 Rumah yang
ditempati kali ini adalah yang paling lama sudah sekitar 9 tahun.
Awalnya komunitas ini mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan
komunitas lain atau diperlakukan berbeda dengan warga lainya karena komunitas ini
adalah komunitas bertato, hal itu menarik perhatian masyarakat yang stigmanya
masih memakai pandangan yang lama bahwa pemakai tatto identik pada tindakan
yang menyimpang dengan bentuk kriminal dan tindakan negatif lainya. Komunitas
ini pun membuktikan bahwa komunitas marjinal bukanlah satu komunitas yang
identik pada kriminalitas dan tindakan negatif lainnya. Disamping komunitas ini
mayoritas pengguna tatto dan memaknai tatto sebagi bentuk ekspresi dan seni saja
tidak memaknai sebagai hal yang sakral atau sebagai tanda akan keganasan atau
wibawa seorang yang bertindak menyimpang (kriminal, preman).
Dikarenakan lingkungan masyarakatnya yang sudah dapat saling memahami
dengan keberadaan komunitas marjinal taring babi sebagai sebuah kelompok
masyarakat minoritas dan dapat saling mengisi dalam berbagai hal kegiatan
kemasyarakatan. Dikatakan monoritas karena dalam kehidupan bermasyarakat,
komunitas ini mempunyai atau memiliki identitas yang berbeda dengan masyarakat
lain pada umumnya. Seperti terdapat tatto pada beberapa bagian tubuhnya,
penampilannya/ style yang juga berbeda. Gang setia budi mayoritas penduduknya
adalah masyarakat betawi yang diketahui memiliki karakter tersendiri yang kuat
3 Wawancara dengan Ricki, Srengseng Sawah, 4 Juli 2010
56
dalam bermasyarakat pun dengan budaya dan kesenian yang dimiliki masih sangat
eksis. Hal inilah yang sempat di khawatirkan oleh komunitas marjinal, dan oleh sebab
itu kami merasa memiliki suatu kebutuhan yang sangat dan harus diselesaikan.4
Seperti memberikan informasi sebanyak-banyaknya dan seluas mungkin tentang
keberadaan komunitas marjinal disini. Dengan tujuan agar dapat diterima oleh
masyarakat setempat dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Respon masyarakat pada awalnya terhadap komunitas ini yang merupakan
pengguna tatto, masyarakat memberikan respon tidak sama seperti masyarakat
lainnya yang tidak menggunakan tatto. Ketika itu pada awal proses untuk
meyakinkan kepada beberapa anggota masyarakat, di berikan masa waktu yakni
sekitar tiga bulan kurang lebihnya.5 Dan pada akhirnya target dalam jangka waktu
tiga bulan tersebut dikejar secara optimal dan maksimal, untuk sekedar membuktikan
bahwasanya penampilan tidaklah bisa dijadikan sebagai suatu tolak ukur dalam
menilai seseorang ataupun kelompok. Penampilan hanyalah pemanis, dalam hal ini
komunitas marjinal yang sebagian besar banyak yang menggunakan tato di tubuhnya
seperti yang dikatakan oleh Ricki salah satu dari mereka yang berada di komunitas
tersebut
“ya seperti ini, ini lah kami yang ingin jauh untuk mengeksplor dari bakat
ataupun potensi-potensi yang kami miliki dalam karya dan ide-ide seni
kami”
4 Wawancara dengan Mike, Srengseng Sawah, 5 Juli 2010
5 Wawancara dengan Bapak Wamil, Rt 11 Gang setia budi, Srengseng Sawah, 4 Juli 2010
57
Seiring berjalannya waktu akhirnya apa yang mereka jalani, mereka mampu
membuktikan kepada masyarakat. Masyarakat merasa senang dan puas akan beberapa
hal kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh teman-teman komunitas marjinal taring
babi. Masyarakat menilai aktivitas dan kegiatan yang mereka lakukan sangatlah baik
dan bermanfaat untuk masyarakat banyak, khususnya muda mudi di lingkungan
masyarakat setempat. Terlebih lagi ketika mereka memberikan kontribusi yang
banyak terhadap kepentingan bersama warga, seperti mendekorasi masjid dan juga
banyak mengisi dan membuat konsep untuk acara 17 Agustus bersama dengan para
pemuda dan karang taruna setempat, hal-hal tersebut mendapatkan apresiasi dari
masyarakat.
Dari beberapa tindakan dan gagasan yang dimiliki oleh komunitas ini
mampu membantah stigma masyarakat tentang pengguna tatto bahwa pengguna tatto
tidak semuanya berperilaku negatif akan tetapi ada pengguna tatto yang berperilaku
positif. Akhirnya dengan beberapa aktivitas dan kegiatan yang positif, dan di
dasarkan oleh keinginan yang kuat untuk merubah stigma negatif tersebut, mereka
dapat meyakinkan masyarakat. Masyarakat sudah dapat mengerti dan memahami
bahwasanya seseorang tidaklah dapat dinilai terlalu sempit hanya pada apa yang
mereka pakai dan apa yang mereka kenakan, terlebih pada masyarakat marjinal yang
banyak orang melihat hanya “sebelah mata”
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan tatto di masa modern semakin marak, utamanya di wilayah-
wilayah perkotaan seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Mereka
kabanyakan adalah para pemuda dan pemudi, yang ingin mengekpresikan diri
dengan membuat tatto di tubuhnya, kebanyakan dari merekapun adalah kalangan
atas yang artinya memang berasal dari keluarga yang mampu dan memaknai tatto
mungkin tidaklah lebih dari sekedar gayahidup masyarakat kota dengan berbagai
pernak-pernik lainnya, dan masyarakat pun yang melihat ataupun memandang
mereka tidaklah terlalu berlebihan dari hanya sekedar bentuk ekpresi ataupun gaya
hidup yang mereka pilih dan mereka nikmati. Akan tetapi akan berbeda lagi halnya
ketika yang menggunakan tatto adalah masyarakat marjinal ataupun orang yang
terpinggirkan dan seperti dilihat sebelah mata oleh masyarakat pada umumnya,
seperti misalnya sopir angkot, komunitas punk marjinal, ataupun buruh kasar dan
lainnya yang status social mereka berbeda dengan masyarakat kota pada umumnya.
Masyarakat akan menilainya negative, seperti residvis, hingga mencurigai akan
berbuat sesuatu yang tidak baik. Akan tetapi semua prasangka dan dugaan-dugaan
yang sifatnya spekulatif dan tidaklah sangat mendasar tersebut akan dapat
terbantahkan oleh individu itu sendiri ataupun komunitas itu sendiri. Dengan
berbagaimacam akktivitas dan kegiatan-kegiatan yang sangatlah bermanfaat dan
berguna bagi suatu lingkungan masyarakat. Seperti halnya oleh komunitas marjinal
taring babi, ygn hamper sebagian besar dari anggotanya adalah masyarakat ber-tatto
atau yang biasa dan popular denga sebutan MASBERTO. Pemaknaan masyarakat
mengenai tatto pada masyarakat marjinalyang biasanya tampak seakan –akan seram,
cenderung menghawatirkan dan meresahkan masyarakat, seakan akan seperti
terlupakan. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari anggota masyarakat tersebut dalam
memberikan informasi-informasi mengenai tatto . Mereka banyak menjelaskan
masyarakat lingkungan sekitar mengenai tatto apa itu tatto dan bagaimana tatto itu
untuk dipahami dan dimengerti utamanya oleh pengguna ataupun pembuat tatto itu
sendiri, sehingga pesan yang tersembunyi melalui tatto tersebut dapat
divisualisasikan kapada masyarakat dan pada dan pada akhirnya pandangan
masyarakat setidaknya bukanlah berubah tetapi dapat diarahkan. Bahwasanya suatu
tindakan kriminalitas dan hal lainnya yang negative bukanlah didasarkan pada tatto
yang berada di salah satu bagian tubuh pengguna tatto tersebut, akan tetapi lebih
kapada individu itu sendiri. Karena di Indonesia jika ditarik dari aawal tatto
merupakan bagian dari budaya ritual etnik tradisional, dan mengalami perluasan
sampai menjadi budaya pop.
B. Saran
Adapun saran yang penulis dapat sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Peran media cetak maupun elektronik, utamanya media elektronik agar
dalam pemberitaannya terkait dengan dunia kriminal untuk tidak
mengekpose apabila pelaku tindak kejahatan terdapat tatto di salah
satu bagian tubuhnya, karena akan hal tersebutlah yang akan
membentuk pola piker masyarakat tentang tatto dan kriminalitas.
2. Pada masyarakat agar tidak selalu berfikir dan berprasangka buruk
terhadap seseorang yang diketaui terdapat tatto di bagian tubuhnya,
kenali individu tesebut secara personal bukan hanya dengan
penampilan luarnya saja.
3. Untuk para pencinta dunia tatto, seperti pembuat, pengguna,
penggemar agar dapat untuk lebih mensosialisasikan dan
memberikan banyak informasi mengenai dunia seni tattoo , dengan
tujuan masyarakat umum ataupun awam dapat memahami dan
mengerti bahwasannya salah bila masih terdapat masyarakat yang
beranggapan tatto adalah kriminal akan tetapi tatto untuk saat ini
lebih popular dikatakan karya kreativitas seni.
61
DAFTAR PUSTAKA
Anthony Synott, Tubuh Sosial: Simbolisme Diri dan Masyarakat, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2003), hlm 11.
Bruner, Edward M.. Experience and Its Expressions. Dalam Victor W. Turner and
Edward M. Bruner (eds.). The Antropology of Experience.Urbana and Chicaho: (University
of Illinois Press 1986).
Juliastri, Nuraini. & Antariksa. Tato Antara Politik dan Keindahan Tubuh. Artikel
dalam World
Rosa, Adi, Eksistensi Tato sebagai Salah Satu Karya Seni Rupa
Tradisional Masyarakat Mentawai. (Bandung: Tesis Institut Teknologi Bandung, 1994).
Olong, HA. Kadir. Tato. (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2006) h.vii
Siegel, James T. 2000. Penjahat Gaya Orde Baru: Eksploitasi Politik dan
Kriminalitas, (Yogyakarta: LKiS, 2000), h 151-152.
Kevin O. Browne, Lanskap Hasrat dan Kekerasan, (Yogyakarta: Jendela, 2001),
hlm 384.
Heru Nugroho, 1991. “Perilaku Konsumtif Generasi Muda”, makalah seminar
Mengintip Hedonisme di Kalangan Generasi Muda, (Yogyakarta: Balairung, 1991), hlm. 3.
Juliastri, Nuraini. & Antariksa. Tato Antara Politik dan Keindahan Tubuh. Artikel
dalam World
Jakob Sumardjo, Filsafat Seni, (Bandung: ITB Press), hlm 15-18.
1 Prof. Dr.Sugioyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alvabeta
2005), h. 1.
Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1992), h. 209
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara , 2003), h. 53
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), cet ke -1, hal. 907
Muhammad bin Abdul Azis al-Musnid, Indahnya berhias. Penterjemah Abu
Umar Basyir (Jakarta : Darul Haq, 2000), cet ke -1. h. 67.
Amr Abdul Mun’im Salim, Larangan agama bagi Wanita. Penerjemah Amrozi M.
Rais (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), h. 16
Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1997) Jilid 6, h. 3421.
Ahmad “Hukum bertato”Al-Musnid, indahnya berhias. H. 67
Majalah kesehatan keluarga, “Dokter Kita” edisi ke-2 tahun ke IV Februari 2009,
hlm. 87
Parsudi Suparlan.Kebudayaan dan Agama :Symbol dan System Simbol. (FISIP UI
Depok).2000
Bruner, Edward M.“Experience and Its Expressions”. Dalam Victor W.Turner
and Edward M. Bruner (eds.). The Antropology of Experience.Urbana and Chicaho:
University of Illinois Press. 1986
Singgih D. Gunarasa, Psikologi Praktis Anak Remaja dan Kleuarga, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1995), hal. 8
62
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), h.24
Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Mandar Maju, 1996), h. 3
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Bear Bahasa Indonesia,
(Jakarata: Balai Pustaka, 1995), hal. 488
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet ke-3 h. 671.
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, “Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan”
(Jakarta : Kencana, 2007), Ed. 2, h. 101
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, ( Jakarta: P.T. Raja Grafindo
Persada, 2004), hal. ?
INTERNET
El-Hasyimi Ahmad, “Hukum bertato”, artikel di akses tanggal 08 November 2009
dari http://bocahpolah.blogspot.com/2009/01/tato.html
Masofa, “Teori Perilaku Menyimpang Perspektif Sosiologis” artikel diakses
tanggal 8 Juni 2010 dari massofa.wordpress.com/2008/03/28/teori-teori-umum-tentang-
perilaku...
LutfitaAzzahra, “Sejarah Tato” artikel diakses tanggal 18 November 2010 dari
http://azzahraku.multiply.com/video/item/40
http://www.adiportal.com/gado/okt2002/g01_24102002.htm
Wide Web , diakses melalui situs internet http://kunci.or.id// pada tanggal 14
septembaer 2009.
. Atikelnya http://id.answers.yahoo.com/.question/index?qid=200880121081253
AAIMiK8
Yahoo Answer, “Ada gk sih tato temporray yang bsas bertahab sampai 3
bulan”?? artikel di akses pada tanggal 08 November 2010.
Wide Web , diakses melalui situs internet http://kunci.or.id// pada tanggal 14
septembaer 2009.
INFORMAN
RC, Gg Setiabudi, 03 Juli 2010
BB, Gg Setiabudi, 03 Juli 2010
EN, Gg Setiabudi, 03 Juli 2010
WM, Gg Setiabudi, 06 Juli 2010
DD, Gg Setiabudi, 06 Juli 2010
UM, Gg Setiabudi, 06 Juli 2010
YT, Gg Setiabudi, 08 Juli 2010
GAMBAR 6 Penulis bersama Bang Bob, salah satu dari
yang mendirikan komunitas marjinal taring
babi
GAMBAR 5 Bob sedang bermain gitar, untuk menunjukan
kepada penulis beberapa lagu yang di ciptakan
oleh Bob dan teman-temannya, lirik lagu yang
di ciptakan kebanyakan adalah realitas
kehidupan dan yang bernuansa kritik
GAMBAR 3 Bahan-bahan untuk pembuatan sablon,
diantaranya cat warna, cetakan gambar yang
akan dibuat dll
GAMBAR 4 Ricky sedang melakukan pembuatan sablon,
menyablon adalah salah satu keterampilannya
dalam berkarya.
GAMBAR 1
Tampak ruang tengah dari tempat tinggal
komunitas marjinal taring babi, dan disini dapat
terlihat beberapa contoh gambar untuk kaos
yang telah dan akan di sablon.
GAMBAR 2 Beberapa jenis alat musik di antaranya
gendang, piano dll. Dengan alat music inilah
mereka dapat menciptakan beberapa lirik lagu.
GAMBAR 11
Beberapa karya yang di buat oleh komunitas
marjinal taring babi, diantaranya emblem,
kaos, sticker, dll.
GAMBAR 12 Tampak dari depan rumah komunitas
marjinal taring babi, terlihat beberapa orang
sedang kumpul santai
GAMBAR 8 Tampak samping tempat tinggal komunitas
marjinal, yang berbaur dengan masyrakat,
seakan menunjukan merka sangatlah diterima
oleh masyarakat di gang setia budi
GAMBAR 7
Ewank salah satu anggota komunitas yang
berasal dari Makassar.
GAMBAR 10
Kaos dan sablonan, Salah satu orderan dan
sekaligus juga menjadi penghasilan di
komunitas ini.
GAMBAR 9 Lukisan abstrak, salah satu bagian dari karya
yang mereka ciptakan.
GAMBAR 13 Lingkungan Masyarakat di Gang Setia Budi
dimana Komunitas Marjinal taring babi
berada.
GAMBAR 14 Bobi bersama warga sedang membersihkan
ikan.
GAMBAR 16 Mike, Bobi, dan Dodi. Sedang rekaman
walaupun tanpa Label atau Indie
GAMBAR 15 Bobi di dapur, sedang membuat bumbu
masakan.
GAMBAR 17 Mike dan Bobi sedang menuangkan bakat seni
mereka dengan melukis di tembok, adalah salah satu
dari kreativitas yang mereka tekuni dan mereka
kuasai.
Draft wawancara dengan Komunitas Marjinal
Nama : Bobi
Umur : 32 Tahun
Hari dan Tanggal : Sabtu, 03 Juli 2010
Waktu : 14.00
Tempat : Komunitas Marjinal, Gang Setiabudi Depok
T :Seperti apa anda memandang keseluruhan arti dari tato itu…?
J :Menurut ogut tato itu dapat diartikan sebagai sebuah catatn secara
visual di tubuh, seperti diary dalam kehidupan, dan beberapa
pengalaman-pengalaman dalam kehidupan
T :Apa yang melatarbelakangi anda tertarik dengan dunia tato..?
J :Awalnya ogut berkeinginan untuk merubah pandangan
masyarakat tentang orang bertato, jadi bisa dibilang ogut sebagai
kelinci percobaan buat diri sendiri dulu, dan hal itulah yang
dijadikan sebagai motivasi lebih, ingin membantah, yang banyak
orang bilang tato itu criminal, dan disini gw mau buktiin, orang itu
gak boleh beranggapan seperti itu, karena disini tatonya gak salah
tetapi tergantung dari si individu yang memakai.
T : motivasi apa yang pada akhirnya memutuskan untuk membuat/
memberanikan diri untuk tubuh anda di tato (dengan konsekuensi
sakitnya)..?
J :Ya yang ogut bilang itu tadi, motivasi dan keinginan ogut yang
kuat, untuk bagaimana ogut dapat meyakinkan kepada masyarakat
tentang tato itu sendiri dan cara kita berinteraksi atau hidup
bermasyarakat dengan mereka. Rasa sakit tetap ada akan tetapi
dengan keinginan yang kuat gw gak terlalu memikirkannya
T :Menurut anda apakah di tato itu sakit..?
J :Ya dibilang sakit ya sakit, namanya juga badan di tusuk-tusuk
dengan jarum, tapi gw pribadi kalo konsep kuat di kepala didiri
kita, tentang gambar apa yang akan dibuat sakit itu gak
seberapalah. Malahan nikmat, yaa dinikmati aja.
T :Jenis tato apa yang sekarang berada di tubuh anda..?
J :Tato yang ada di tubuh ogut kebanyakan jenis tato biomekanik.
Artinya gambar-gambar yang berangkat dari imajinasi dan
hasilnya seperti gambar robot, meisn dll..
T :Mengapa anda lebih memilih jenis tato tersebut dibandingkan
dengan jenis tato yang lain..?
J :Lebih memilih ini sebenrnya gak pake ada alasan yang mendasar
banget sie cuman pengen aja, dan juga udah kebanyakan temen-
temen disini emang gambar tato yang di pake ya yang jenisnya
seperti ini.
T :Apakah ada terdapat suatu makna dari gambar ataupun munkin
simbol yang terdapat di tubuh anda..?dan apakah hal tersebut
mempengaruhi dengan kehidupan anda,baik itu pribadi ataupun
sosial..?
J :Iya pastinya ada kita disini, gak cuma sekedar mau untuk di
anggap gaya-gayaan tanpa ada pemaknaan tersendiri dari setiap
gambar yang kita buat, kaya yang ada di tangan kanan gw ini, ini
tato yang paling terbaru ogut buat. Disini ogut buat gambar
symbol-simbol agama yang ada di Indonesia, dengan symbol-
simbol yang saling berdekatan dan berada di lingkaran yang sama,
disini ogut berharap akan kerukunan kita antar umat beragama,
karena kita dapat disatukan melalui perbedaan-perbedaan yang
ada. Dan akan terasa lebih nikmat bila kita semua bersatu daam
sebuah perbedaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
T :Apa respon anda tentang pandangan masyarakat umum yang
meng- identikkan tato dengan dunia kriminal..?
J :Kalo ogut masyarakat berpandangan seperti itu yaa hal yang sah-
sah aja, mungkin karena memang masyarakat tersebut belum
mendapatkan info tentang tato itu apa, dan masih mendapatkan
informasi dari satu pihak.
T :Sejak kapan anda mulai mentato tubuh anda..?
J :Ogut mulai pake tato waktu dulu sekitar umur 12 tahun waktu itu
yang jenisnya cuman temporer (sementara), dan lama kelamaan
ngerasa senenng dan nyaman, dan hingga sekarang sudah menjadi
kegemaran dan juga menjadi profesi.
T :Apakah dari keluarga mengetahui tentang tato yang berada di
tubuh anda..?dan bagaimana dengan reaksi mereka..?
J :Untuk sekarang ya mereka sudah mengetahui. Pada awalnya dulu
pastinya „seru‟,dan kebetulan keluarga ogut sifatnya terbuka, pada
awalnya selama kurang lebih enam tahun kalo pulang ke rumah
ogut selalu pake lengan panjang, sampe ada pada waktunya ogut
ketahuan sama orang tua, tetep seperti halnya kebanyakan oaring
tua mereka marah, dan setelahnya kita berdiskusi membicarakan
hal ini (tato). Satu hal prinsip ogut, gw pertama kali harus
menyelesaikan di lingkungan terkecil dulu, setelah itu selesai gak
akan jadi beban buat keluarga, disini juga ogtu mau buktiin bahwa
orang-orang kaya kita itu bukan orang yang bermasalah
dirumah,dan akhirnya keluar dari rumah untuk mencari
pelampiasan. Dan disini ogut tegesin, kita disini adalah dengan
kesadaran penuh, bukanlah suatu hal yang dibuat-buat apalagi
suatu pelarian.
Nama : Dodi
Umur : 34 Tahun
Hari dan Tanggal : Sabtu, 03 Juli 2010
Waktu : 14.00
Tempat : Komunitas Marjinal, Gang Setiabudi Depok
T :Seperti apa anda memandang keseluruhan arti dari tato itu…?
J :Buat gw tato itu suatu seni yang berbeda dengan nilai seni yang
lainnya sangatlah kompleks buat gw tato itu
T : Apa yang melatarbelakangi anda tertarik dengan dunia tato..?
J :Latar belakangnya ya itu tadi buat gw tato berbeda dengan seni
yang lainnya, dengan tato ini segalanya apapun dapat gw
ekspresikan
T :Dan motivasi apa yang pada akhirnya memutuskan untuk
membuat/ memberanikan diri untuk tubuh anda di tato (dengan
konsekuensi sakitnya)..?
J :Motivasi gw yang paling besar karena gw suka banget sama yang
namanya seni, apalagi kalo soal gambar, jadi walaupun sakit tetep
gw lakuin, mungkin karena berhubungan dengan hobi
T :Menurut anda apakah di tato itu sakit..?
J :Iya tetep yang namanya buat tato permanen pasti sakit, dan
sampai kapanpun akan tetep sakit.
T :Jenis tato apa yang sekarang berada di tubuh anda..?
J :Jenis tato yang ada di tubuh gw, hamper secara keseluruhan sama
dengan yang dimiliki teman-teman disini, yakni jenis tato
biomekanik.
T :Mengapa anda lebih memilih jenis tato tersebut dari pada dengan
yang lain..?
J :Jenis tato biomekaknik dari segi pengerjaan cepat dan gk
memakan watku yang lama dalam men-desain gambarnya
T :Apakah ada terdapat suatu makna dari gambar ataupun munkin
simbol yang terdapat di tubuh anda..?dan apakah hal tersebut
mempengaruhi dengan kehidupan anda,baik itu pribadi ataupun
sosial..?
J :Secara khusus gak ada alasan kenapa, cuman karena teman-teman
disini hampir secara keselruhan memiliki jenis tato yang sama
walaupun gambarnya beda. Ada juga beberapa gambar tato tato
yang menceritakan salah satu sari pengalaman hidup gw
T :Apa respon anda tentang pandangan masyarakat umum yang
meng-identikkan tato dengan dunia kriminal..?
J :Yang pasti respon gw sama dengan teman-teman yang lainnya
yaitu menolak, dan akan kita coba jelaskan dengan teman-teman
yag lainnya bahwa apa yang mereka anggap itu adalah sesuatu
yang salah.
T :Sejak kapan anda mulai mentato tubuh anda..?
J :Gw awal punya tato ada di bagian lengan, dan itu Cuma sedikit
banget, waktu itu sekitar umur 17 tahun, atau setelah selesai
sekolah.
T :Apakah dari keluarga mengetahui tentang tato yang berada di
tubuh anda..?dan bagaimana dengan reaksi mereka..?
J :Kalau keluarga gw, sekarang udah hampir semuanya tau. Ketika
respon awal mereka yang pasti gak suka kalau gw pake tato, dan
seiring berjalannya waktu kita sama-sama saling memahami dan
mengerti.
Draft Wawancara dengan masyarakat:
Nama : Bu Yanti
Unur : 37 Tahun
Hari dan Tanggal : Minggu, 04 Juli 2010
Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Gang Setiabudi Depok
T :Bagaimana Bpak/Ibu melihat mereka (Komunitas tersebut)?
J :Mereka baik dan sangat positif, apalagi khususnya untuk di
lingkungan kita, jadi rame. Mereka juga kan pinter-pinter kreatif
dengan beberapa kerajinan dan karya-karyanya.
T :Bagaimana penapat anda mengenai tato? Yang diidentikan di
kalangan umum dengan suatu hal yang negative.
J :Ya kalo saya sie tetep kadang masih mikir serem juga, apalagi
kalo lagi jalan keluar ketemu orang yang ada tato nya kayanya
serem aja.
T :Apakah andapun masih berpendapat demikian, layaknya
masyarakat umum? Setelah yang anda ketahui terdapat
dilingkungan anda Masyarakat bertato (MASBERTO)
J :Dulu ketika awalnya iya, kami merasa aneh dan serem juga, agak
khawatir juga sie. Tapi setelah kenal lama ternyata tidak, mereka
baik-baik dan ramah sama masyarakat
T :Apa saja kontribusi mereka terhadap lingkungan?
J :kalo untuk itu saya gak tau banyak, tapi yang saya inget mereka
sangat aktif ketika acara 17 Agustusan juga sama kegiatan gotong
royong masyarakat yang biasanya pada minggu-minggu terakhir.
T :Bagaimana pola interaksi ataupun kehidupan sosial mereka
J :kalau itu anak saya yang sering main ke sana kerumah nya Om
Bobi, anak saya suka nyanyi-nyanyi disana dan main alat musik
yang ada disana, jadi karena anak saya suka main kesana, ketika
saya cariin anak saya ya saya mikirnya anak saya main keasana,
dan disitu saya suka ngobrol-ngobrol juga sama Om Bobi dan
temannya yang lain
T :Menurut anda apakah terdapat suatu kesan “garang” ataupun
seram terhadap mereka yang menggunakan tato?
J :Kalo dilihat secara sekilas iya tampak serem, tapi itu mungkin
karena kita gak kenal kali yah.
T :Apa pandangan awal kalian ketika mereka pertama kali berada
dilingkungan anda. Dan ketika itu apa yang ada di benak anda?
J :Pandangan awal saya biasa aja, gk terlalu berlebihan, cuman agak
aneh aja karena kan beda dengan yang lainnya, malahan terkesan
unik dan menarik.
T :Dan apakah reaksi yang dilakukan oleh anda dan masyarakat
lainnya.?
J :Kalo itu saya gak terlalu banyak tahu yah mas. Tapi yang saya
inget selama ini gak ada apa-apa, dan semuanya berjalan baik-baik
aja
Draft Wawancara dengan masyarakat:
Nama : Bpk.Herman
Unur : 47 Tahun
Hari dan Tanggal : Minggu, 04 Juli 2010
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Gang Setiabudi Depok
T :Bagaimana Bapak/Ibu melihat mereka (Komunitas tersebut)?
J :Kalau saya pribadi melihat mereka, mereka adalah anak muda
yang sangat kreatif
T :Bagaimana pendapat anda mengenai tato? Yang diidentikan di
kalangan umum dengan suatu hal yang negatif.
J :Tato menurut saya pribadi kurang baiklah, karena tidak sesuai
dengan budaya kita. Soal diidentikan dengan tindakan negatif saya
menurut saya tidak sepenuhnya benar, karena tergantung orang itu
sendiri.
T :Apakah andapun masih berpendapat demikian, layaknya
masyarakat umum? Setelah yang anda ketahui terdapat
dilingkungan anda Masyarakat bertato (MASBERTO)
J :Ya karena di lingkungan tempat tinggal saya ada komunitas ini
dan mereka semua sebagian besar memiliki tato, prilaku dan dalam
bermasyarakat mereka baik. Dan saya juga mulai paham
T :Apa saja kontribusi mereka terhadap lingkungan?
J :Mereka sangat turut berperan aktif dalam kegiatan bermasyarakat,
malahan semua konsep kalau ada acara mereka semua yang buat
beserta teman-temannya yang lain dan juga warga
T :Bagaimana pola interaksi ataupun kehidupan sosial mereka
J :Awal mereka bergaul ataupun ngobrol-ngobrol dengan saya ketika
itu ketemu di tempat pemancingan. Setelah itu kami mulai sama-
sama saling akrab, secara keseluruhan dalam pergaulan dengan
masyarakat di sini mereka cukup mudah untuk bergaul tanpa ada
rasa takut ataupun cemas akan gaya hidup komunitas ini.
T :Menurut anda apakah terdapat suatu kesan “garang” ataupun
seram terhadap mereka yang menggunakan tato?
J :Ya menurut saya sampai sekarang kesan garang ataupun seram
tetap ada, akan tetapi tidak terlalu berlebihan dalam menanggapi
dan menyikapi hal tersebut
T :Apa pandangan awal kalian ketika mereka pertama kali berada
dilingkungan anda. Dan ketika itu apa yang ada di benak anda?
J :Saya ketika itu biasa saja tidak terlalu kami permasalahkan, hanya
saja sempat beberapa kali kami dengan anggota masyarakat yang
lain membicarakan mereka.
T :Dan apakah reaksi yang dilakukan oleh anda dan masyarakat
lainnya.?
J :Kalau saya ketika itu tidak ikut dalam rapat. karena memang
sempat ada rapat yang direncanakan ketika itu. Dan ternyata
setelahnya semua berjalan dengan baik-baik saja, karena memang
tidak ada masalah.
Draft wawancara dengan Komunitas Marjinal
Nama :Ewank
Umur : 30 Tahun
Hari dan Tanggal : Sabtu, 03 Juli 2010
Waktu : 14.00
Tempat : Komunitas Marjinal, Gang Setiabudi Depok
T :Seperti apa anda memandang keseluruhan arti dari tato itu…?
J :Buat gw Tato itu keindahan dalam berekspresi, ketika sedang
pembuatan terasa menikmati rasa sakitnya, dan ketika sudah jadi
akan terasa lebih indah dan menyenagkan
T :Apa yang melatarbelakangi anda tertarik dengan dunia tato..?
J :Yang melatarbelakangi gw suka tato adalah karena gw suka
gambar-gambar, awalnya mungkin dari situ dan ketika mulai
mengenal dunia tato maka gw merasa langsung tertarik
T :Dan motivasi apa yang pada akhirnya memutuskan untuk
membuat/ memberanikan diri untuk tubuh anda di tato (dengan
konsekuensi sakitnya)..?
J :Motivasi khusus kayanya gak ada deh selain emank gw suka dan
hobi, yah gimana sie loe kalo emank udah hobi dan kesukaan pasti
loe juga bakal lakuin kan, selama itu gak meresahkan ataupun
menganggu orang lain.
T :Menurut anda apakah di tato itu sakit..?
J :Yang namanya di tato dari dulu sampai kapanpun pasti sakitlah.
Ya namanya juga badan ditusuk dengan jarum untuk membuat
pola gambar pada tubuh pengguna, ya dan itu pasti sakit, tapi ya
yang tadi gw bilang dinikmati aja akan terasa seperti ada sugesti
bahwa itu nikmat dan menyenangkan hahahahaaa…..
T :Jenis tato apa yang sekarang berada di tubuh anda..?
J :Gw pake jenis tato biomekanik, disini teman-teman jago dan
sudah seperti ahlinya dalam membuat jenis tato ini jadi
pengerjaannya pasti rapih, cepat dan menyenangkan.
T :Mengapa anda lebih memilih jenis tato tersebut dari pada dengan
yang lain..?
J :Ya itu tadi yang gw bilang teman-teman disini lebih ahli dalam
membuat jenis tato seperti ini, tapi bukan berarti kita gak bisa
membuat jenis tato yang lain, kalo loe ada temen dan tertarik kita
juga pasti bisa buatin jenis yang lain
T :Apakah ada terdapat suatu makna dari gambar ataupun munkin
simbol yang terdapat di tubuh anda..?dan apakah hal tersebut
mempengaruhi dengan kehidupan anda,baik itu pribadi ataupun
sosial..?
J :Ouh itu iyaa kalo gw ada, ada salah satu tato di bagian punggung
gw yang gambarnya anjing terkena panah cinta yang retak, gw
bikin gambar ini dulu terinspirasi dari perjalanan cinta gw, dulu gw
punya pacar udah lumayan lama kita berhubungan tiba-tiba dia
minta putus dan mutusin gw, nah mulai saat itu gw benci banget
kalo inget dia lagi dan akhirnya gw gmbar anjing dan di bawahnya
gw kasih nama doi.
T :Apa respon anda tentang pandangan masyarakat umum yang
meng- identikkan tato dengan dunia kriminal..?
J :Yah yang pasti respon gw sama dengan teman-teman gw yang
lainnya kami sangat tidak setuju dengan apa yang berada di
masyarakat luas tentang kami masyarakat yang memiliki tato,
khususnya masyarakat marjinal di komunitas kami dan masyarakat
marjinal lainnya yang berada di jalan dan dimana-mana selain
mereka para selebritas. Seakan kalau kami yang memakai mereka
selalu berpikir dengan hal-hal yang gak baik, nah tapi ketika yang
memakai selebritis-selebritis itu seakan biasa saja dan di anggap
bagus, disini hal tersebut seperti membeda-bedakan, dan hal itu
yang akan dan kami coba dengan teman-teman lainnya untuk
memberikan infomasi dan bentuk-bentuk nyata yang sekiranya
dapat bermanfaat buat masyarakat umumnya dan komunitas kami
khususnya.
T :Sejak kapan anda mulai mentato tubuh anda..?
J :Gw punya tato awalnya dulu kira-kira kelas 2 SMA umurnya
berapa gw lupa mas, tapi dulu tato yang gw buat yang temporer
atau gk permanen kira-kira seminggu lebih udah ilang gambarnya,
sampai saat ini akhirnya gw udah punya tato permanen yang
lumayan banyak.
T :Apakah dari keluarga mengetahui tentang tato yang berada di
tubuh anda..?dan bagaimana dengan reaksi mereka..?
J :Kalau sekarang yah mereka udah tau lah pastinya dengan tato
sebanyak ini di lengan gw gk bakalan bisa di tutup-tutupin, kalau
dulu ketika awal yah sempat di tegur juga tapi gak di marahin,
karena di daerah asal gw di Makassar khususnya di lingkungan gw
banyak orang tua ataupun anak-anak muda yang memang banyak
dan menggemari tato, walau mungkin mereka sifatnya hanya gaya-
gayaan dan suka-suka doang.