program studi psikologi fakultas kedokteran … · yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
DAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT
PADA KARYAWAN PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI
SURAKARTA
SKRIPSI
Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi
Disusun Oleh:
Farah Rizkiana Novianti
G0107044
Pembimbing :
1. Drs. Munawir Yusuf, M.Psi
2. Aditya Nanda Priyatama, S. Psi, M.Si
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesunggguhnya bahwa dalam skripsi ini
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya
bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.
Surakarta, Agustus 2011
Farah Rizkiana Novianti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
-Q.S. Al Insyirah:5-
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah SWT bersama orang-orang yang sabar”
-Q.S. Al Baqarah:153
“God has a bigger Plan for me than I have for my self”
-Jamie Sullivan, film quotes: “A Walk to Remember”
“A great leader’s courage to fulfill his vision comes from passion, not position.”
-J. Maxwell
“Anyone who has never made a mistake has never tried anything new”
-Albert Einstein-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN
Setiap goresan ini membawa cerita, mengenai arti perjuangan, kesabaran, kemudahan dalam tiap kesulitan, kebaikan-kebaikan-Nya, dan jawaban atas segala doa-doa.
Saya persembahkan kerja keras, peluh keringat, dan air mata dalam sebuah goresan karya tulis ini untuk orang-
orang yang saya cintai dan saya hormati…
1. Papa dan Mama atas segala kasih sayang, doa-doa, dukungan, dan pengorbanannya.
2. Adik-adik tercinta, Madiha Septia Rizkiana dan Muhammad Affan Alfaridzi yang terus bersama dan menemani dalam setiap lembar kehidupan.
3. Seluruh Keluarga besar H.M. Radhi dan Keluarga Besar M. Mochtar, atas segala kehangatan, doa dan segala dukungan yang diberikan.
4. Almamater tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil’aalamiin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah
SWT penulis panjatkan, hanya dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya lah
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi
berjudul “Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan
Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee Engagement Pada Karyawan PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta” ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini, sebagai
bentuk penghargaan, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk dapat menuntut ilmu di
Prodi Psikologi serta memberi bimbingan dan arahan kepada penulis.
2. Bapak Drs. Munawir Yusuf, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing I, atas
segala kesabaran, kepercayaan, dan kesediaannya dalam memberikan
waktu, tenaga, pikiran, dan bimbingan penuh kepada penulis, serta terima
kasih untuk segala bantuan yang diberikan dalam setiap kesulitan yang
penulis lalui pada proses penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
3. Bapak Aditya Nanda Priyatama, S.Psi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing
II, atas bimbingan penuh, kepercayaan, kesabaran, dan segala kemudahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
yang diberikan kepada penulis. Terima kasih telah menjadi dosen
sekaligus sahabat dan pendengar yang baik bagi penulis, serta atas segala
motivasi, dukungan, bantuan, perhatian yang diberikan selama menempuh
studi dan penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Emi Dasiemi, MS., selaku penguji I, yang telah memberikan
bantuan, dan saran yang berarti bagi penulis demi penyempurnaan skripsi,
serta ilmu yang telah dibagikan selama menempuh studi.
5. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi, selaku penguji I, yang di sela-sela
kesibukannya bersedia menjadi penguji, terima kasih untuk kesediannya
dalam memberikan waktu, tenaga, dan pikiran, dan masukan yang sangat
berharga bagi penulis selama menempuh studi dan proses penyusunan
skripsi ini.
6. Ibu Rin Widya Agustin M.Psi, selaku pembimbing akademik dan
koordinator skripsi, sekaligus sahabat bagi penulis. Terima kasih telah
mengajarkan kepada penulis mengenai ”nikmati dan hayati setiap proses,
gunakan hati dalam setiap apa yang kita lakukan, maka akan terasa
ringan dan menyenangkan”. Terima kasih atas segala bimbingan dalam
proses akademik dan proses kehidupan penulis.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Psikologi FK UNS, yang
telah memberikan banyak bekal ilmu, pengetahuan, pengalaman yang
berharga, kemajuan, dan motivasi penulis selama menjalani kuliah dan
menyelesaikan studi. Serta seluruh Staff Prodi Psikologi FK UNS, yang
telah banyak membantu kelancaran penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Pimpinan PT. Tiga Serangkai Surakarta, Ibu Eny Rahma Zaenah, S.E.,
M.M., yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian di
PT Tiga Serangkai Surakarta, Bapak Hary Sumarsono, S.Pd. dan Bapak
Muhammad Adi Darmawan, S.Psi., CBA., dan seluruh karyawan PT Tiga
Serangkai yang telah membantu segala proses penelitian ini.
9. Papa dan Mama, adik-adikku Madiha dan Affan, terima kasih atas segala
limpahan kasih sayang, doa yang tidak pernah terputus, dukungan mental
dan material, serta segala pengorbanannya.
10. Segenap keluarga besar H. M. Radhi dan M. Mochtar, atas segala
dukungan dan doanya, dan untuk sepupuku Intan Yunastiti, S.E., terima
kasih untuk dukungan, semangat, dan semua cerita hidup yang kita lalui
bersama.
11. Sahabat-sahabat: Anis “Mbok Jamu”, Dhisty, Che-Che, Idud, Rarat,
Nana, Hiemma, Karina, Charla, Ichsan, Afif, Maya, Shofi, Suryo, Halim,
Ali, Putri, Ayu, Risa, Jessica, dan semua rekan-rekan angkatan 2007 yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah menjadi tempat berbagi,
menginspirasi, dan men-support selalu. Sukses untuk kita semua!!
12. Kakak-kakak tingkat, serta alumni angkatan 2004-2006 yang telah banyak
membagikan ilmu dan semangatnya, adik-adik tingkat angkatan 2008-
2010, dan untuk “adik asuh”ku, Fajar Juliana (2009), terima kasih untuk
semangatnya.
Surakarta, 30 Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi Dengan Employee Engagement Pada Karyawan
PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta
Farah Rizkiana Novianti Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK Sebuah organisasi harus dapat menerapkan berbagai macam strategi yang
tepat sebagai usaha pemeliharaan karyawan dan mempertahankan kualitas sumber daya manusianya agar organisasi berjalan secara dinamis. Penerapan strategi organisasi yang tidak tepat dapat memicu adanya permasalahan-permasalahan dalam organisasi, seperti penurunan kinerja, ketidakpuasan, burnout, dan kecenderungan turnover. Salah satu hal yang dapat mendorong agar segala strategi yang diterapkan oleh organisasi dapat memberikan hasil yang maksimal adalah adanya keterikatan kerja atau employee engagement, yaitu keterikatan secara fisik, emosional, dan kognitif. Persepsi karyawan terhadap pemimpin transformasional dan budaya organisasi dapat mengarahkan karyawan pada perilaku yang positif dan mendalam, maka diharapkan karyawan dapat berada pada tingkatan engagement dengan organisasinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional dan persepsi budaya organisasi dengan employee engagement. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta sejumlah 81 karyawan. Teknik pengambilan sampel dengan purposive quota random sampling, dengan kriteria subjek adalah karyawan tetap dan memiliki masa kerja minimal dua tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala persepsi gaya kepemimpinan transformasional dengan jumlah aitem valid 35 dan reliabilitas 0,979, kemudian skala persepsi budaya organisasi sejumlah 42 aitem valid dengan reliabilitas 0,922, dan skala employee engagement yang merupakan modifikasi dari skala yang disusun oleh Paska (2009) yang diujicobakan kembali dengan jumlah 30 aitem valid dan reliabilitas sebesar 0,940.
Analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda, diperoleh p p-value sebesar 0,002 < 0,05 dan Fhitung 6,838 > Ftabel 3,114 serta R sebesar R 0,386. Hal ini berarti ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional dan persepsi budaya organisasi dengan employee engagement. Nilai koefisien determinan (R Square) sebesar 0,149 artinya persepsi gaya kepemimpinan transformasional dan persepsi budaya organisasi secara bersama-sama memberi sumbangan efektif (SE) sebesar 14,9% terhadap employee engagement. Dengan sumbangan masing-masing 9,033% untuk variabel persepsi gaya kepemimpinan transformasional dan 5,88% untuk persepsi budaya organisasi. Kata kunci: employee engagement, persepsi gaya kepemimpinan transformasional, persepsi budaya organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
The Relationship Between A Perception of Transformational Leadership Style and A Perception of Organizational Culture With The Employee Engagement on The
Employees of PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta
Farah Rizkiana Novianti Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT
An organization is required to apply some proper strategies considered as efforts in the maintainance of employee and human resources quality for the sake of obtaining dynamic operation of organization. Inadequate application of organizational strategy possibly pursues the occurrence of organizational problems such as work ethic descent, dissatisfaction, burnout, and turnover tendency. One supportive matter proposed in order that all strategies can be well applied is employee engagement consisting of physical engagement, emotional engagement, and cognitive engagement. Employee perception toward transformational leader and organizational culture can lead employee to the intense and positive behavior, therefore employee is supposed to exist in the degree of engagement with the organization.
The purpose of this research is to find out the relationship between a perception of transformational leadership style and a perception of organizational culture with the employee engagement. The subjects in this research is 81 employees of PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta. Purposive quota random sampling is used in this research with the subject of which characterized by the employees who have been officially occupied and have been working at least for two years. The instrument for data collection used in this research is a scale of transformational leadership style perception with 35 valid items and 0.979 reliability, and then a scale of organizational culture perception with 42 valid items and 0.922 reliability, and a scale of employee engagement which is a modification of a scale arranged by Paska (2009) tried out with 30 valid items and 0.940 reliability.
Double regression anlysis technique resulted p-value 0.002 < 0.05 and Fcount 6.838 > Ftable 3.114 ans R = R 0.386. This result indicates a significant positive relationship between a perception of transformational leadership style and a perception of organizational culture with te employee. The value of determinant coefficient (R Square) is equal to 0.149 meaning a perception of transformational leadership style and a perception of organizational culture both together give effective contribution (SE) 14.9 % toward employee engagement. Each contribution is explained 9.033% for the variable of transformational leadership style perception and 5.88& for the variable of organizatinal culture perception.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Keyword: employee engagement, perception of transformational leadership, perception of organizational
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................. iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................................ v
HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN ....................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN
A. .............................................................................................................. L
atar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. .............................................................................................................. R
umusan Masalah ............................................................................................. 12
C. .............................................................................................................. T
ujuan Penelitian .............................................................................................. 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
D. .............................................................................................................. M
anfaat Penelitian ............................................................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. .............................................................................................................. E
mployee Engagement
1........................................................................................................... P
engertian Employee Engagement ............................................................. 16
2........................................................................................................... F
aktor-faktor Pembentuk Employee Engagement ...................................... 20
3........................................................................................................... K
arakteristik Employee Engagement .......................................................... 27
4........................................................................................................... A
spek-Aspek Employee Engagement ......................................................... 30
B. .............................................................................................................. P
ersepsi Kepemimpinan Transformasional
1. .................................................................................................................. P
engertian Persepsi .................................................................................... 37
2. .................................................................................................................. P
engertian Kepemimpinan ......................................................................... 39
3. .................................................................................................................. P
engertian Gaya Kepemimpinan Transformasional ................................... 41
4. .................................................................................................................. P
engertian Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional .................... 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
5. .................................................................................................................. K
arakteristik Kepemimpinan Transformasional ......................................... 44
6. .................................................................................................................. A
spek-Aspek Kepemimpinan Transformasional ........................................ 48
C. .............................................................................................................. P
ersepsi Budaya Organisasi
1. .................................................................................................................. P
engertian Budaya Organisasi.................................................................... 50
2. .................................................................................................................. P
engertian Persepsi Budaya Organisasi ..................................................... 53
3. .................................................................................................................. F
ungsi Budaya Organisasi .......................................................................... 53
4. .................................................................................................................. P
roses dan Faktor dalam Pembentukan Budaya Organisasi ...................... 56
5. .................................................................................................................. A
spek-aspek Budaya Organisasi ................................................................. 59
D. .............................................................................................................. H
ubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan
Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee Engagement
1........................................................................................................... H
ubungan Antara Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee
Engagement .............................................................................................. 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
2........................................................................................................... H
ubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan
Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee Engagement .................. 67
3........................................................................................................... H
ubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan
Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee Engagement ................... 70
E. ............................................................................................................... K
erangka Pemikiran ......................................................................................... 75
F. ............................................................................................................... H
ipotesis ........................................................................................................... 76
BAB III METODE PENELITIAN
A. .............................................................................................................. I
dentifikasi Variabel Penelitian ....................................................................... 77
B. .............................................................................................................. D
efinisi Operasional Variabel ........................................................................... 77
C. .............................................................................................................. P
opulasi, Sampel, dan Sampling
1........................................................................................................... P
opulasi ...................................................................................................... 79
2........................................................................................................... S
ampel ........................................................................................................ 80
3........................................................................................................... S
ampling ..................................................................................................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
D. .............................................................................................................. T
eknik Pengumpulan Data
1........................................................................................................... S
kala Employee Engagement ..................................................................... 82
2........................................................................................................... S
kala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional ............................ 84
3........................................................................................................... S
kala Persepsi Budaya Organisasi ............................................................. 85
E. ............................................................................................................... U
ji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ............................................................ 87
2. Uji Reliabilitas ........................................................................................... 87
F. ............................................................................................................... M
etode Analisis Data ........................................................................................ 88
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. .............................................................................................................. P
ersiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian ...................................................................... 91
2. Persiapan Penelitian
a. Persiapan Administrasi ....................................................................... 94
b. Persiapan Alat Ukur .................................................................................... 94
B. .............................................................................................................. P
elaksanaan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
1. Penentuan Subjek Penelitian ..................................................................... 100
2. Pengumpulan Data Uji Coba ..................................................................... 101
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Penghitungan Validitas ....................................................................... 102
b. Penghitungan Reliabilitas ................................................................... 110
4. Pengumpulan Data Penelitian .................................................................... 111
5. Pelaksanaan Skoring .................................................................................. 112
C. .............................................................................................................. H
asil Analisis Data Penelitian
1. Uji Asumsi Dasar
a. Uji Normalitas .................................................................................... 113
b. Uji Linieritas ....................................................................................... 114
2. Uji Asumsi Klasik
a. ..................................................................................................... U
ji Multikolinearitas ............................................................................. 115
b. Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 116
c. Uji Autokorelasi ................................................................................. 118
3. Uji Hipotesis .............................................................................................. 119
4. Uji Korelasi................................................................................................ 122
5. Sumbangan Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel
Dependen Secara serentak ......................................................................... 125
6. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif .............................................. 126
7. Analisis Deskriptif ..................................................................................... 127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
D. .............................................................................................................. P
embahasan ...................................................................................................... 131
BAB V KESMIPULAN DAN SARAN
A. .............................................................................................................. K
esimpulan ....................................................................................................... 142
B. .............................................................................................................. S
aran ................................................................................................................. 143
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penilaian Pernyataan Favorabel dan Pertanyaan Unfavorabel ... 81
2. Blue Print (Kisi-Kisi) Skala Employee Engagement
Modifikasi dan Akan Diujicobakan Kembali ..................................................... 83
3. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Persepsi Budaya Organisasi ........... 84
4. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional ................................................................................................ 86
5. Blue Print (Kisi-Kisi) Skala Employee Engagement Untuk Uji
Coba 96
6. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional Untuk Uji Coba ...................................................................... 97
7. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Persepsi Budaya Organisasi
Untuk Uji Coba ................................................................................................... 99
8. Distribusi Item Valid dan Gugur Skala Employee Engagement . 103
9. Blue Print (Kisi-Kisi) Skala Employee Engagement Untuk
Penelitian dengan Penomoran Baru .................................................................... 104
10. Distribusi Item Valid dan Gugur Skala Persepsi Gaya
Kepemimpinan Transformasional ....................................................................... 105
11. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional Untuk Penelitian dengan Penomoran Baru ............................ 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
12. Distribusi Item Valid dan Gugur Skala Persepsi Budaya
Organisasi 108
13. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Persepsi Budaya Organisasi
Untuk Penelitian dengan Penomoran Baru ......................................................... 109
14. Hasil Uji Normalitas ................................................................... 113
15. Hasil Uji Linieritas antara Variabel Employee Engagement
dengan Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional .................................. 114
16. Hasil Uji Linieritas antara Variabel Employee Engagement
dengan Variabel Persepsi Budaya Organisasi ..................................................... 115
17. Hasil Uji Multikolinieritas .......................................................... 116
18. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ 118
19. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan ................................ 120
20. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial ................................... 121
21. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (r) ...................................... 120
22. Hasil Analisis Korelasi Ganda ............................................................ 122
23. Korelasi Parsial Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dengan Employee Engagement .............................................. 123
24. Korelasi Parsial Antara Persepsi Gaya Budaya Organisasi dengan
Employee Engagement ........................................................................................ 124
25. Hasil Besarnya Sumbangan Pengaruh Variabel Independen
Terhadap Variabel Dependen .............................................................................. 126
26. Deskripsi Data Empirik ...................................................................... 127
27. Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
28. Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Employee Engagement ..... 129
29. Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Persepsi Gaya
Kepemimpinan Transformasional ....................................................................... 130
30. Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Persepsi Budaya
Organisasi............................................................................................................ 131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. ............................................................................................................... T
ahap Pembentukan Budaya Organisasi .......................................................... 57
2. ............................................................................................................... H
asil Penelitian Right Management a Manpower Company ............................ 71
3. ............................................................................................................... K
erangka Pemikiran ......................................................................................... 75
4. ............................................................................................................... S
truktur Unit Bisnis PT Tiga Serangkai ........................................................... 92
5. ............................................................................................................... P
ola Scatterplot Pada Uji Heteroskesdastisitas ................................................ 117
6. ............................................................................................................... P
engujian Autokorelasi .................................................................................... 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A.
ALAT UKUR SEBELUM UJI COBA
1. ................................................................................................................. S
kala Employee Engagement .............................................................................. 155
2. ................................................................................................................. S
kala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional ..................................... 157
3. ................................................................................................................. S
kala Persepsi Budaya Organisasi ...................................................................... 159
LAMPIRAN B.
SEBARAN NILAI DATA UJI COBA ALAT UKUR UNTUK UJI COBA
1. Skala Employee Engagement .................................................... 162
2. ................................................................................................................. S
kala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional ..................................... 164
3. ................................................................................................................. S
kala Persepsi Budaya Organisasi ...................................................................... 166
LAMPIRAN C.
VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR UNTUK UJI COBA
1. Validitas Skala Employee Engagement .................................. 169
2. Validitas Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional .............................................................................................. 171
3. Validitas Skala Persepsi Budaya Organisasi ............................. 173
4. Reliabilitas Skala Employee Engagement ................................. 175
5. Reliabilitas Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional .............................................................................................. 175
6. Reliabilitas Skala Persepsi Budaya Organisasi ......................... 176
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
LAMPIRAN D.
ALAT UKUR UNTUK PENELITIAN
1. Skala Employee Engagement ......................................................... 179
2. Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional ................ 180
3. Skala Persepsi Budaya Organisasi ................................................. 182
LAMPIRAN E.
SEBARAN NILAI DATA PENELITIAN
1. Skala Employee Engagement .................................................... 184
2. Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional ........... 187
3. Skala Persepsi Budaya Organisasi ............................................ 190
4. Tabel Distribusi Nilai Skor Total .............................................. 193
LAMPIRAN F.
ANALISIS DATA PENELITIAN
1. Hasil Uji Normalitas dan Linearitas .............................................................. 195
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 196
3. Hasil Uji Hipotesis (Analisis Regresi) .......................................................... 197
4. Hasil Uji Korelasi .......................................................................................... 198
5. Hasil Analisis Deskriptif ............................................................................... 199
6. Hasil Katagorisasi Skala Penelitian ................................................................ 200
7. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif .................................................. 203
LAMPIRAN G.
SURAT IJIN PENELITIAN DAN SURAT TANDA BUKTI PENELITIAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
DAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT
PADA KARYAWAN PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI
SURAKARTA
SKRIPSI
Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi
Disusun Oleh:
Farah Rizkiana Novianti
G0107044
Pembimbing :
1. Drs. Munawir Yusuf, M.Psi
2. Aditya Nanda Priyatama, S. Psi, M.Si
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sumber daya manusia dalam setting industri dan organisasi
semakin berkembang pesat, seiring dengan semakin kuatnya persaingan dalam
dunia industri dan organisasi ini. Sumber daya manusia menjadi salah satu aspek
penting untuk menghasilkan ketercapaian suatu visi, misi, dan tujuan yang ingin
diraih oleh sebuah organisasi. Faktor sumber daya manusia dianggap sebagai
faktor yang paling potensial dalam penyediaan keunggulan kompetitif bagi
organisasi, serta terkait dengan bagaimana mengelola sumber daya ini, sedangkan
faktor lain seperti sumber daya keuangan, produksi, teknologi, dan pemasaran
tidak mendapat perhatian penuh karena faktor-faktor tersebut cenderung dapat
ditiru (Margaretha, 2008). Dasar pengelolaan manusia sebenarnya dapat ditiru,
namun strategi yang paling efektif bagi organisasi dalam menemukan cara-cara
yang unik untuk menarik, mempertahankan, serta memotivasi karyawan mereka
lebih sulit untuk ditiru dibanding faktor-faktor selain sumber daya manusia
(Fisher dkk., dalam Margaretha, 2008). Ini berarti bahwa organisasi harus
menerapkan berbagai macam strategi sebagai usaha pemeliharaan karyawan dan
mempertahankan kualitas sumber daya manusianya, agar organisasi dapat berjalan
secara dinamis.
Apabila sebuah organisasi tidak menerapkan strategi dengan tepat untuk
mempertahankan karyawannya, maka dapat memungkinkan memicu adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
permasalahan-permasalahan dalam organisasi, seperti penurunan kinerja,
ketidakpuasan dalam pekerjaan, terjadi burnout, dan adanya kecenderungan
turnover. Masalah turnover dalam menjadi salah satu permasalahan klasik dalam
organisasi, tidak dapat dipungkiri bahwa turnover dapat saja terjadi di perusahaan
atau organisasi di manapun. Tingkat turnover karyawan yang tinggi, terutama di
level manajerial secara lambat tetapi pasti, akan menyebabkan perusahaan
mengalami kemunduran kinerja (Rochmadian, 2009). Permasalahan-permasalahan
ini dapat mengakibatkan pencapaian tujuan, visi, misi, maupun prestasi
perusahaan tidak dapat terwujud.
Menilik pada fenomena tersebut, maka sebuah organisasi harus dapat
mengerti dan memenuhi kebutuhan serta menciptakan lingkungan kerja yang
kondusif bagi pekerja untuk dapat mempertahankan dan memelihara pekerja
dalam organisasinya. Untuk dapat mengerti dan memenuhi kebutuhan pekerja
serta menciptakan lingkungan kerja yang sesuai dengan pekerja, tentu dibutuhkan
suatu proses, strategi, dan inovasi-inovasi. Salah satu hal yang dapat mendorong
agar segala strategi yang diterapkan oleh organisasi dapat memberikan hasil yang
maksimal adalah keterikatan anggota organisasi dengan organisasinya, yang
dikenal dengan istilah employee engagement.
Employee engagement merupakan salah satu perkembangan dari positive
psychology dan positive organizational behavior. Pandangan ini melihat manusia
sebagai anggota dalam sebuah organisasi secara positif, memiliki sebuah potensi
atau kemampuan, dan kekuatan mental positif (Kong, 2009). Kahn (dalam Kular
dkk, 2008) mendefinisikan employee engagement sebagai pemanfaatan diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
anggota organisasi terhadap peran mereka dalam setting pekerjaan, dengan
bekerja dan mengekspresikan diri mereka secara fisik, kognitif, dan emosional,
yang akan mengarahkan pada keefektifan peran kerjanya di dalam organisasi.
Lebih lanjut, Kahn (dalam Luthans dan Peterson, 2002) menyatakan
bahwa employee engagement merupakan konstruk yang multidimensi. Karyawan
dapat secara emosional, kognitif atau fisik terikat. Terikat secara emosional adalah
ketika individu membangun hubungan yang berarti dengan orang lain, berempati,
serta perhatian terhadap perasaan orang lain, misalnya terhadap rekan kerja dan
manajer. Sedangkan, terikat secara kognitif merujuk kepada individu yang
menaruh perhatian lebih pada tugas dan peran mereka di lingkungan pekerjaan.
Karyawan dapat diikat pada satu dimensi saja yaitu bisa secara emosional saja
ataupun kognitif saja. Tetapi semakin mereka merasakan keterikatan disetiap
dimensi akan mendorong terciptanya keterikatan personal. Keterikatan personal
inilah yang mendorong tercipta employee engagement. (Kahn, dalam Luthans dan
Peterson, 2002)
Karyawan yang engaged atau memiliki keterikatan dengan pekerjaan dan
organisasi mereka, berarti memiliki komitmen untuk memberikan keunggulan
yang kompetitif bagi perusahaan, meningkatkan produktivitas yang lebih tinggi,
dan mengurangi tingkat intensitas turnover karyawan (Vance, 2006). Senada
dengan penelitian yang dilakukan oleh Vazirani (2007), ia mengungkapkan bahwa
karakteristik pekerja yang terikat adalah menunjukkan komitmen yang lebih untuk
tetap berada di organisasi, memiliki kinerja yang lebih baik, dan memberikan
energi yang lebih pada pekerjaannya. Sedangkan Kahn, 1992 (dalam Margaretha,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2008) menyatakan bahwa employee engagement mempengaruhi kualitas kerja
karyawan, meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi jumlah ketidakhadiran
karyawan (absenteeism) dan menurunkan kecenderungan untuk berpindah
pekerjaan
Sejumlah penelitian mengenai employee engagement pun telah banyak
dilakukan oleh para praktisi dan lembaga konsultan. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Gallup Organization (2004) pada perusahaan layanan jasa
pengiriman Deutsche Post divisi DHL Express di Amerika Serikat, menunjukkan
bahwa employee engagement dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan
tingkat turnover sebesar 27% pada pekerjanya (dalam Smoak dan Endres, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Right Management a Manpower Company di 15
(lima belas) Negara di Dunia, yaitu U.S., Kanada, Australia, New Zealand, Brazil,
UK, Paris, Jerman, Norwegia, Swedia, Denmark, China, India, Japan, dan Korea
Selatan pada tahun 2008-2009, menemukan hubungan employee engagement
terhadap intensitas pekerja untuk bertahan di tempat kerjanya, dengan persentase,
2% karyawan yang engaged memiliki rencana bertahan di tempat kerjanya selama
satu tahun ke depan, 26% berencana antara satu sampai lima tahun ke depan, dan
72% berencana untuk bertahan di tempat kerjanya selama lebih dari lima tahun ke
depan. Sebaliknya, jumlah persentase karyawan yang disengaged, sebesar 14%
berencana untuk bertahan di tempat kerjanya selama satu tahun ke depan, 39%
karyawan berencana antara satu sampai lima tahun ke depan, dan hanya 47% yang
berencana untuk bertahan selama lebih dari lima tahun ke depan. Besarnya
persentase intensitas karyawan yang engaged untuk bertahan dalam pekerjaannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
berarti bahwa kecenderungan terjadi turnover rendah dibanding dengan karyawan
yang disengaged.
Membangun employee engagement membutuhkan suatu proses yang tidak
mudah, proses pembentukan employee engagement ini dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik faktor intrinsik maupun ekstrinsik. McBain (2007),
menjelaskan ada 3 (tiga) hal yang dapat menjadi penggerak employee
engagement, yaitu working life, manajemen dan kepemimpinan, serta organisasi.
Working life adalah berkaitan dengan kenyamanan kondisi lingkungan kerja
karyawan dalam sebuah organisasi, seperti lingkungan kerja yang memiliki
keadilan distributif dan prosedural, lingkungan kerja yang melibatkan karyawan
dalam pengambilan keputusan, organisasi yang memperhatikan keseimbangan
kehidupan kerja dan keluarga karyawan. Sedangkan mengenai pentingnya aspek
manajemen dan kepemimpinan dalam pembentukan employee engagement ini
adalah, bahwa engagement dibangun melalui proses dan butuh waktu yang
panjang serta komitmen yang tinggi dari pemimpin, untuk itu dibutuhkan
kekonsistenan pemimpin dalam mementoring karyawan (Paradise, dalam
Margaretha, 2008).
Untuk dapat menciptakan employee engagement, pimpinan organisasi
diharapkan memiliki beberapa keterampilan, beberapa diantaranya adalah
kemampuan berkomunikasi, terutama kemampuan mendengarkan, memberikan
umpan balik dan penilaian kinerja, serta memberikan pengakuan atas hasil kinerja
(McBain, 2007). Sejalan dengan pendapat tersebut, tim peneliti Development
Dimensions International (DDI) mengungkapkan, pemimpin memiliki fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dalam pembentukan employee engagement, yaitu bahwa kinerja pemimpin yang
baik meningkatkan engagement karyawan dengan organisasi (Wellins, dkk.,
2008). Hal tersebut berarti bahwa, penciptaan dan pemeliharaan employee
engagement dalam organisasi tidak terlepas dari peran pemimpin organisasi.
Pimpinan organisasi harus turut berperan aktif terhadap organisasi dalam
menciptakan lingkungan yang dapat membuat karyawan mereka terikat secara
emosional, fisik, dan kognitif.
Kepemimpinan merupakan pola hubungan antara individu-individu yang
menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja
bersama-sama untuk mencapai tujuan (Fiedlr, dalam Sanaky, 2003). Kemampuan
memimpin dan keinginan untuk diikuti oleh bawahan didasarkan pada gaya
kepemimpinan, gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang mereka
terapkan dalam bekerja dengan orang lain dan melalui orang lain (Sumarsono,
2004). Salah satu gaya kepemimpinan yang dapat memberikan dampak yang baik
dalam perkembangan organisasi adalah gaya kepemimpinan transformasional,
karena gaya kepemimpinan ini mengilhami dan memotivasi bawahan untuk
berbuat lebih dari yang diharapkan (Bass, 1985). Burns (dalam Yukl, 1994)
mendefinisikan pemimpin transformasional sebagai pemimpin yang menjalin
kebersamaan dengan bawahan untuk meningkatkan kualitas moral dan motivasi
kerja, tipe pemimpin transformasional memandang bawahannya sebagai pengikut
yang sejajar dan bukan hanya sebagai pelaksana perintah.
Pemimpin transformasional berusaha mencapai tujuan dengan cara
meningkatkan ketertarikan anggotanya terhadap organisasi, sehingga anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kelompok yang dimotivasi menjadi percaya, kagum, hormat, dan setia kepada
pemimpinnya (Bass, 1985). Tingkat usaha ekstra bawahan dari model pemimpin
transformasional ini mungkin disebabkan oleh komitmen mereka pada pimpinan,
motivasi kerja intrinsik mereka, tingkat perkembangan mereka atau merasa
memiliki misi, sehingga mendorong mereka untuk bekerja lebih mandiri (Bass,
1985). Baron dan Byrne, 2005, (dalam Nashori, 2009) menambahkan, pemimpin
yang transformatif memiliki dampak yang sangat kuat pada kelompok, karena
mereka mampu memanfaatkan kemampuan mereka yang luar biasa untuk
meningkatkan motivasi dan komitmen para pengikut mereka. Maka dengan
adanya ketertarikan bawahan terhadap organisasi, komitmen pada pimpinan, dan
rasa kepemilikan terhadap misi organisasi yang dimiliki oleh bawahan dari hasil
model kepemimpinan transformasional ini, diharapkan pula bawahan akan
memiliki keterikatan yang lebih pada organisasinya.
Bono dan June, 2003, (dalam Roberson dan Strickland, 2010), dalam
penelitiannya menemukan bahwa pengikut dari pemimpin transformasional
menghasilkan bawahan yang lebih engagement atau lebih terikat dengan
pekerjaannya. Albrecht (2010) turut memperkuat pernyataan tersebut, melalui
pernyataan berikut:
The perception of working for a transformational leader and the subsequent high quality relationship, increased employee levels of hope and optimism. Hopeful employees are more motivated to attain goals (“willpower”), and to find ways to reach the set goals, even if the initial paths towards their goals are blocked (“waypower”) (Snyder etal., 1991). Optimistic employees make more positive attributions about succeeding now and in the future, as they have an explanatory style that attributes negative events to external, temporary and situation specific factors, while attributing positive events to internal, stable and pervasive causes (Seligman, 1998). This higher state of optimism, and especially the higher state of hope, was found to be associated
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
with increased levels of engagement of the employees in our study. Interesting to note is that at the same time this mechanism led employees to feel generally happier in life as well.
Pada pernyataan tersebut, Albrecht menjelaskan bahwa adanya persepsi
pekerja terhadap pemimpin transformasional dan kemudian menghasilkan
hubungan yang berkualitas tinggi, dapat meningkatkan harapan dan optimisme
karyawan pada level yang lebih tinggi. Harapan yang penuh tersebut dapat
memotivasi pekerja untuk meraih tujuan-tujuan, sedangkan optimisme karyawan
dapat membuat atribusi yang lebih positif tentang pandangan kesuksesan saat ini
dan di masa depan. Adanya harapan dan optimisme yang lebih tinggi ini, terkait
dengan peningkatan employee engagement. Mekanisme ini juga menyebabkan
karyawan umumnya merasa lebih bahagia dalam kehidupan pekerjaanya.
Selain working life serta manajemen dan kepemimpinan, elemen
organisasi juga berperan penting sebagai salah satu penggerak employee
engagement, seperti yang diungkapkan oleh Mc Bain (2007). Organisasi
memiliki elemen-elemen penting di dalamnya, seperti struktur dan sistem
organisasi, budaya organisasi, visi dan nilai yang dianut, brand organisasi.
Budaya organisasi yang dapat mengarahkan pekerja pada engagement adalah
budaya organisasi yang memiliki keterbukaan dan sikap supportive serta
komunikasi yang baik antara rekan, selain itu keadilan dan kepercayaan sebagai
nilai organisasi juga memberikan dampak positif bagi terciptanya employee
engagement (McBain, 2007). Hal-hal ini akan memberikan persepsi bagi
karyawan bahwa mereka mendapat dukungan pimpinan dan organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Robbins (2006) menjelaskan, budaya organisasi adalah suatu sistem nilai
yang diperoleh dan dikembangkan oleh organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah
dasar pendirinya, yang terbentuk menjadi aturan yang digunakan sebagai
pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi. Budaya
organisasi tidak hanya berperan sebagai simbol ataupun filosofi perusahaan yang
bersifat abstrak. Budaya organisasi ditempatkan sebagai suatu strategi untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Pengaruh budaya organisasi ini melebihi pengaruh elemen lain dalam
organisasi, seperti struktur, sistem, manajemen. Wood, dkk; 2001 (dalam
Hermala, 2011) mendefinisikan budaya organisasi sebagai sistem yang dipercayai
dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dan dapat menuntun perilaku dari
anggota organisasi itu sendiri. Pendekatan budaya organisasi ini menitikberatkan
penciptaan keselarasan nilai-nilai dan lingkungan kerja yang kondusif dalam
menumbuhkan employee engagement (dalam Hermala, 2011).
Berdasar penjelasan dan fakta-fakta di lapangan mengenai dampak positif
employee engagement tersebut, maka menjadi hal penting bagi sebuah organisasi
atau perusahaan untuk dapat membangun employee engagement pada
karyawannya. Hal ini berarti bahwa penting pula sebuah organisasi untuk dapat
menciptakan kondisi lingkungan kerja yang nyaman bagi pekerja, dan ini dapat
dibangun melalui model kepemimpinan yang diterapkan secara efektif oleh
pemimpin, serta terhadap budaya organisasi yang diinternalisasikan pada anggota
organisasi. Seperti yang diungkapkan oleh Yukl (1994), bahwa lingkungan dan
kondisi kerja dalam organisasi dipengaruhi oleh perilaku dari pemimpinnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Maka, pemimpin harus mampu menetapkan arah dan tujuan dengan
mengembangkan visi terhadap masa depan, seorang pemimpin yang baik akan
mengembangkan sebuah tim yang mampu bekerja sama dengan para anggota dan
tim lainnya walaupun ia tidak berada langsung dalam lingkungan tersebut
(Robbins, 2006). Selain itu, sebuah organisasi juga harus memiliki nilai-nilai
budaya organisasi yang kuat, karena budaya organisasi yang kuat memperlihatkan
kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota mengenai apa yang dipertahankan
oleh organisasi itu, sehingga kebulatan semacam itu membina kekohesifan,
kesetiaan, dan komitmen organisasi (Robbins, 2006).
PT Tiga Serangkai merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak
di bidang bisnis percetakan di Surakarta, yang terus melakukan pengembangan
strategi untuk memelihara sumber daya manusia demi kemajuan perusahaan. Pada
awal perkembangannya, PT Tiga Serangkai merupakan perusahaan berbasis
keluarga atau management family, kemudian pada tahun 2000 PT. Tiga Serangkai
melakukan perubahan menjadi manajemen transformasional, yaitu dengan
merekrut pihak eksekutif dari luar. Perubahan manajemen ini membawa PT. Tiga
Serangkai menjadi perusahaan yang bergerak lebih maju dan berkembang lebih
besar, mulai tahun 2002 hingga kini PT. Tiga Serangkai telah mengembangkan
usaha dengan membuat Business Unit, diantaranya PT Tiga Serangkai Inti
Corpora sebagai Holding Company, diikuti dengan bisnis unit PT Tiga Serangkai
International, PT Wangsa Jatra Lestari, PT Pantja Simpati, PT Assalaam Niaga
Utama, PT Tiga Serangkai Nusantara, PT K-33 Distribution, PT Niaga Distrindo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Seiring dengan perubahan tersebut, PT. Tiga Serangkai terus melakukan
pengembangan strategi dalam pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya
manusianya. Salah satu usaha PT. Tiga Serangkai dalam strategi pemeliharaan
sumber daya manusia ini adalah dengan membentuk nilai-nilai perusahaan yang
ditanamkan secara kuat dan mendalam pada anggota organisasi di PT. Tiga
Serangkai Surakarta. PT. Tiga Serangkai memiliki sebuah konsep model
kepemimpinan yang selalu ditanamkan dan menjadi ciri khas perusahaan, yaitu:
fathonah, amanah, qonaah, ilman nafiaan, dan husnudzon atau dikenal dengan
istilah “FIQIH”. Selain menanamkan model kepemimpinan tersebut, PT. Tiga
Serangkai juga memiliki nilai-nilai yang menjadi budaya organisasi perusahaan
yang ditanamkan pula secara kuat, yaitu: spiritualitas, familiaritas, pembelajaran,
daya juang, kerja sama tim, dan inovasi. Nilai-nilai ini menjadi “konsep unggul”
perusahaan dan diinternalisasi secara mendalam kepada pekerja PT. Tiga
Serangkai Surakarta. Maka, dengan adanya penanaman model kepemimpinan
serta nilai-nilai budaya perusahaan yang diinternalisasi secara mendalam ini dapat
menumbuhkan adanya keterikatan pekerja yang kuat terhadap perusahaan.
Dari pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti employee
engagement pada karyawan PT. Tiga Serangkai Surakarta sebagai variabel
kriterium, dalam kaitannya dengan persepsi karyawan terhadap gaya
kepemimpinan transformasional dan persepsi terhadap budaya organisasi
perusahaan sebagai variabel-variabel prediktornya. Pemilihan variabel tersebut
berdasar pada penjelasan-penjelasan di atas bahwa gaya kepemimpinan
transformasional merupakan tipe pemimpin yang menginspirasi para pengikut dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
mampu membawa dampak mendalam dan luar biasa pada para pengikut (Robbins,
2006), sedangkan budaya organisasi memberikan pengaruh yang positif pada
karyawannya, karena budaya organisasi akan mengarahkan individu pada
perilakunya (Ivancevich, dkk., 2007). Maka, diharapkan dengan adanya persepsi
karyawan yang positif terhadap gaya kepemimpinan transformasional dan budaya
organisasi perusahaan, pekerja akan semakin terikat secara emosi, fisik, dan
kognitif, sehingga di sinilah karyawan berada pada tingkatan engagement dengan
organisasinya.
Penelitian dengan judul “Hubungan antara Persepsi Kepemimpinan
Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee Engagement
Pada Karyawan PT. Tiga Serangkai Surakarta” ini diharapkan dapat menjadi
masukan, rekomendasi, dan evaluasi bagi perusahaan, bahwa employee
engagement sebagai perkembangan dari tema psikologi positif, dapat menjadi
salah satu alternatif untuk meningkatkan kinerja karyawan, memelihara karyawan,
dan mengurangi kecenderungan tingkat turnover karyawan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat rumusan
permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini antara lain adalah :
1. Apakah ada hubungan antara Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dengan Employee Engagement?
2. Apakah ada hubungan antara Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee
Engagement?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3. Apakah ada hubungan antara Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee
Engagement?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dengan Employee Engagement.
2. Untuk mengetahui hubungan antara Persepsi Budaya Organisasi dengan
Employee Engagement.
3. Untuk mengetahui hubungan Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee
Engagement.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi, melengkapi dan
memperkuat teori perilaku organisasi, serta membantu pengembangan
psikologi positif di bidang psikologi industri dan organisasi, khususnya
yang berhubungan dengan salah satu sikap kerja yaitu employee
engagement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
perusahaan, mengenai strategi organisasi, terutama dalam membangun
hubungan antara organisasi dengan pekerjanya, melalui employee
engagement. Selain itu, diharapkan pula penelitian ini dapat
memberikan masukan mengenai pentingnya persepsi karyawan
terhadap gaya kepemimpinan transformasional dan persepsi budaya
organisasi untuk dapat mengarahkan terbentuknya employee
engagement.
b. Bagi Karyawan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi karyawan,
untuk mengevaluasi gaya kepemimpinan dari atasan yang diterapkan
apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan karyawan, sehingga
dapat mempengaruhi terbentuknya employe engagement. Selain itu,
dapat pula memberikan masukan kepada karyawan agar dapat
membangun persepsi yang positif terhadap budaya organisasi untuk
dapat membangun employee engagement.
c. Bagi Pimpinan Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan informasi bagi
pimpinan perusahaan untuk mengetahui tingkat employee engagement
karyawan sebagai bahan evaluasi sistem organisasi perusahaan. Selain
itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pimpinan perusahaan mengenai karakteristik kepemimpinan
transformasional, apakah gaya kepemimpinan transformasional bisa
diterapkan dalam instansi tersebut atau tidak, serta untuk mengetahui
bagaimana persepsi karyawan terhadap atasannya. Penelitian ini juga
dapat memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan untuk
mengetahui bagaimana persepsi karyawan terhadap budaya organisasi
perusahaan.
d. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan untuk peneliti selanjutnya, sekaligus dijadikan sebagai bahan
perbandingan dalam penelitian selanjutnya, khususnya penelitian
mengenai employee engagement dengan pengembangannya dengan
variabel-variabel lain yang lebih kompleks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Employee Engagement
1. Pengertian Employee Engagement
Konsep employee engagement pertama kali dibahas dalam literatur
psikologi pada tahun 1990 oleh Kahn, Kahn (dalam Kular dkk, 2008)
mendefinisikan secara konseptual istilah engagement adalah pemanfaatan diri
anggota organisasi terhadap peran mereka dalam setting pekerjaan, dengan
bekerja dan mengekspresikan diri mereka secara fisik, kognitif, dan
emosional, yang akan mengarahkan pada keefektifan peran kerjanya di dalam
organisasi. Kahn menyebutnya sebagai personal engagement, yang
merupakan kebalikan dari personal disengagement. Personal disengagement
adalah penarikan diri anggota organisasi dengan tidak melibatkan diri secara
fisik, pikiran maupun emosional dalam performansi kinerjanya.
Schaufeli dkk, 2002 (dalam Albrecht 2010), mengartikan employee
engagement sebagai suatu keadaan yang berhubungan dengan pekerjaan,
digambarkan secara positif, dan dikarakteristikkan dengan vigor (kekuatan),
dedication (dedikasi), dan absorption (pengabdian). Lebih lanjut, menurut
Schaufeli dkk., 2002 (dalam James dkk, 2011) pekerja yang engage adalah
mereka yang memiliki “sense of energetic” (perasaan giat), bertindak secara
efektif dengan kegiatan dalam pekerjaannya, dan melihat diri mereka sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
individu yang mampu menyelesaikan tugas-tugas dalam pekerjaannya dengan
sepenuhnya.
McBain (2007) dalam hasil pengamatannya, menemukan unsur-unsur
yang umum dari berbagai macam definisi employee engagement kemudian
meringkasnya menjadi sebuah definisi, yaitu bahwa definisi engagement
dalam praktiknya dilihat sebagai penciptaan sebuah hubungan antara sasaran
organisasi dengan citra perusahaan. Hubungan ini memiliki aspek rasional dan
emosional, dan sebagai akibat dari engagement ini, karyawan dari berbagai
level dipersiapkan dalam memberikan upaya yang lebih diatas tuntutan
pekerjaan mereka.
Harter, dkk., 2002 (dalam Smoak dan Endres, 2008) memberikan
definisi employee engagement adalah sebagai bentuk keterlibatan individual
dan kepuasannya serta sebagai bentuk antusiasme dalam melakukan
pekerjaan. Macey dan Schneider, 2008 (dalam Wefald dan Downey, 2009)
menambahkan bahwa engagement merupakan lawan dari disengagement,
engagement secara umum digambarkan sebagai keterlibatan, kepuasan, dan
antusiasme pekerja, yang digunakan oleh organisasi dan konsultan untuk
meningkatkan pemeliharaan karyawan, pekerja yang engagement akan lebih
bertahan dalam organisasi.
Selain definisi dari para ahli tersebut, beberapa perusahaan, lembaga-
lembaga konsultan, dan lembaga-lembaga survei juga memberikan beberapa
definisi employee engagement. Perusahaan Intuit Inc. menjelaskan bahwa
employee engagement menggambarkan bagaimana karyawan memikirkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
merasakan dan berperilaku terhadap pekerjaan, pengalaman dalam bekerja dan
perusahaannya. Perusahaan Caterpillar, memberikan definisi employee
engagement ialah tingkat komitmen karyawan, usaha dalam pekerjaannya, dan
keinginan untuk tetap tinggal di organisasinya (dalam Vance, 2006).
Lembaga konsultan Development Dimensions International (DDI)
mendefinisikan employee engagement sebagai tingkatan seseorang dalam
menikmati dan percaya terhadap apa yang ia lakukan, serta menganggap apa
yang mereka lakukan itu bernilai (dalam Wellins, ddk., 2008). Institute for
Employment Studies, 2004 (dalam Smoak dan Endres, 2008) memberikan
definisi employee engagement yaitu sikap positif yang ditunjukkan pekerja
terhadap organisasi dan nilai-nilai organisasi dalam tempat ia bekerja,
karyawan yang engaged peka dengan situasi bisnis, mau bekerja bersama-
sama dengan para rekan kerjanya untuk meningkatkan performansi kinerja
demi meningkatkan keuntungan bagi organisasi.
Towers Perrin’s Global Workforce Study (2003), menjelaskan definisi
employee engagement adalah kemauan dan kemampuan yang dimiliki pekerja
untuk membantu perusahaan menuju kesuksesan, memberikan kebebasan
lebih luas dalam menentukan usaha mereka untuk mencapai kesuksesan
tersebut menggunakan basis yang didukung oleh perusahaan. Hewitt
Associates (dalam Vance, 2006) berpendapat bahwa employee engagement
adalah tingkatan komitmen emosional dan intelektual pada organisasi atau
kelompok, menghasilkan perilaku yang akan membantu organisasi, memenuhi
janjinya pada konsumen, dan akan meningkatkan produktivitas organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Kemudian, Gallup Organization (2008), tim peneliti yang terkenal dengan
pengembangan alat ukur employee engagement bernama Gallup 12Question
atau Q12, mendefinisikan engagement sebagai keterlibatan dan antusiasme
pekerja pada pekerjaannya, yang dapat mendorong business outcome,
meningkatkan produktivitas karyawan, dan mempertahankan pekerja dalam
organisasi. Gallup merumuskan pula dimensi yang dapat menunjukkan
employee engagement, yaitu terpenuhinya dimensi kebutuhan dasar pekerja,
adanya dukungan atasan dan rekan kerja, penerimaan dalam tempat kerja,
serta mendapatkan kesempatan pengembangan dan pertumbuhan (dalam
Buckingham & Coffman, 1999).
Dari beberapa penjelasan mengenai definisi employee engagement di
atas, menurut penulis bahwa pengertian employee engagement memiliki
definisi yang kompleks dan masing-masing ahli serta institusi pun memiliki
konsep dan definisi yang berbeda-beda pula, namun pengertian-pengertian
tersebut pada dasarnya memiliki sebuah kerangka yang secara umum sama,
yaitu menggambarkan sebuah keberadaan sepenuhnya dari pekerja terhadap
pekerjaannya dan organisasinya.
Maka, dari penjelasan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan definisi
dari employee engagement adalah suatu tingkatan keterikatan dan keterlibatan
pekerja secara emosional, fisik, dan kognitif terhadap organisasi, yang akan
mengarahkan pada sikap positif pekerja terhadap organisasi dan nilai-nilai
organisasi, sehingga pekerja mampu bekerja secara efektif dan memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan diri di lingkungan kerjanya, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menunjukan keterlibatan penuh dan antusiasme pada pekerjaannya. Employee
engagement ditunjukkan dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar
pekerja, memiliki kontribusi yang lebih dalam organisasi, merasa mendapat
dukungan dan perhatian dari atasan dan rekan kerja, mendapatkan penerimaan
dalam tempat kerja, dapat melakukan segala sesuatunya dengan cara yang
lebih baik, dan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengembangan diri
dan keterampilan
2. Faktor-faktor Pembentuk Employee Engagement
Towers Perrin’s Global Workforce Study (2003), dalam studinya
menjelaskan bahwa dalam membentuk engagement dan membangun budaya
kinerja yang tinggi tidak bisa hanya menggunakan satu pendekatan.
Pendekatan yang tepat untuk diberikan ditentukan oleh banyak faktor,
termasuk faktor demografis di tempat kerja, perjalanan kehidupan kerja,
model dan sistem pembiayaan bisnis perusahaan, dan diantara faktor-faktor
tersebut membutuhkan keahlian, lingkungan yang geografis, dan sesuai
dengan budaya serta norma-norma yang dianut para pekerja.
Albrecht (2010) dalam bukunya Handbook of Employee Engagement,
menganalisis hasil penelitian cross sectional yang dilakukan oleh Bakker dan
Demerouti (2007) mengenai berbagai pendorong employee engagement, yaitu:
a. Job Demands (Tuntutan Pekerjaan)
Tuntutan kerja adalah aspek dalam pekerjaan yang membutuhkan
usaha dari segi fisik dan psikologis secara terus menerus dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dihubungkan dengan pengeluaran dari usaha tersebut, baik secara
fisiologis maupun psikologis. Tuntutan pekerjaan tidak selalu negatif,
namun dapat berubah menjadi stressor yang negatif dalam pekerjaan
saat berada dalam tuntutan yang membutuhkan usaha besar dari
seorang karyawan yang merasa sudah terbebani dengan tugas-
tugasnya. Faktor-faktor yang terkait dengan job demands antara lain
adalah: Tuntutan pekerjaan yang berlebihan secara fisik, tuntutan
emosional, dan tuntutan kognitif.
b. Job Resources (Sumber Kerja)
Sumber kerja adalah aspek dalam pekerjaan yang terkait dengan aspek
fisiologis dan psikologis, berfungsi untuk mencapai tujuan kerja, dapat
mengurangi tuntutan pekerjaan, merangsang pertumbuhan,
pembelajaran, dan perkembangan diri individu. Broeck, dkk., 2008
(dalam Albrecht, 2010) menjelaskan, sumber kerja dapat
menumbuhkan motivasi baik ekstrinsik maupun intrinsik. Sebagai
motivasi ekstrinsik, sumber daya diperlukan untuk mengatasi tuntutan
pekerjaan dan untuk mencapai tujuan kerja. Kemudian sebagai
motivasi intrisnik, berkaitan dengan pandangan bahwa dengan
memenuhi kebutuhan otonomi psikologis dasar, berhubungan, dan
kompetensi, pekerjaan akan memotivasi pekerja secara intrinsik.
Faktor-faktor dalam sumber kerja yang mempengaruhi employee
engagement adalah: Adanya kontrol pekerjaan, dukungan sosial,
otonomi, umpan balik, inovasi, dan iklim organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
c. Personal Resources (Sumber Pribadi)
Sumber pribadi merupakan aspek dari diri, yang pada umumnya
dihubungkan dengan kegembiraan dan perasaan individu, individu
dapat mengontrol dan memberikan dampak pada lingkungan dengan
baik. Dalam sumber pribadi, dua hal yang menjadi faktor employee
engagement adalah: Efikasi diri dan optimisme.
Seijts dan Crim (2006) menjelaskan, pemimpin sebaiknya dapat
menerapkan faktor-faktor yang dapat membentuk employee engagement, yang
dijelaskan dalam ten C’s of employee engagement, yaitu:
a. Connect: Pemimpin harus menunjukkan bahwa mereka menilai dan
menghargai pekerjanya.
b. Career: Pemimpin harus memberikan pekerjaan yang menantang dan
bermakna, dengan kesempatan untuk mengembangkan karirnya.
Karena setiap pekerja pasti ingin melakukan hal yang baru dalam
pekerjaannya.
c. Clarity: Para pemimpin harus mengkomunikasikan visi yang jelas,
kesuksesan dalam kehidupan dan organisasi sebagian besar,
ditentukan oleh bagaimana individu memiliki kejelasan tentang tujuan
mereka dan apa yang benar-benar ingin mereka mencapai.
d. Convey: Pemimpin menjelaskan harapannya terhadap pekerjanya dan
memberikan umpan balik pada fungsi mereka dalam organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pemimpin menetapkan proses dan prosedur yang membantu tugas-
tugas penting dan agar menguasai pekerjaannya, serta memfasilitasi
pencapaian tujuan. Pemimpin yang baik dapat membimbing
pekerjanya untuk meningkatkan kemampuan pekerjanya.
e. Congratulate: Memberikan pujian dan pengakuan atas kinerja yang
baik. Pemimpin yang baik selalu memberikan pengakuan dan
penghargaan atas prestasi pekerjanya.
f. Contribute: Pemimpin harus membantu pekerjanya untuk melihat
bagaimana kontribusi mereka terhadap organisasi atas apa yang telah
mereka kerjakan.
g. Control: Karyawan harus diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan.
h. Collaborate: Pemimpin seharusnya mampu membangun tim dengan
menciptakan lingkungan yang befokus pada kepercayaan dan
kolaborasi.
i. Credibility: Pemimpin harus dapat berjuang untuk menjaga reputasi
organisasi dan menunjukkan standar etik yang tinggi, karena pekerja
ingin memiliki kebanggaan terhadap pekerjaannya, kinerjanya, dan
organisasinya.
j. Confidence: Pemimpin membantu para pekerja untuk menciptakan
kepercayaan terhadap organisasi dengan menunjukkan standar kinerja
yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Selanjutnya, dalam studi literatur dan wawancara dengan praktisi
sumber daya manusia yang dilakukan oleh McBain (2007) mengklasifikasikan
3 (tiga) hal yang menjadi penggerak employee engagement yaitu:
a. Organisasi
Hal-hal dalam organisasi yang dapat menjadi penggerak employee
engagement adalah visi dan nilai yang dianut, produk atau brand
organisasi, dan budaya organisasi.
b. Manajemen dan kepemimpinan
Dalam manajemen dan kepemimpinan yang dapat menjadi penggerak
employee engagement antara lain manajemen kepemimpinan senior,
komitmen pemimpin, dan komunikasi. Kepemimpinan kemungkinan
memiliki dampak terbesar dalam pembentukan employee engagement,
sehingga pimpinan organisasi diharapkan memiliki beberapa
keterampilan. Beberapa diantaranya adalah kemampuan
berkomunikasi (terutama kemampuan mendengarkan), memberikan
feedback, penilaian kinerja, dan memberikan penghargaan (McBain,
2007).
c. Working Life
Terkait faktor working life (kehidupan kerja), hal-hal yang menjadi
penggerak employee engagement antara lain: adanya pengakuan,
dukungan rekan kerja, kesempatan untuk dapat mengembangkan
potensi, kejelasan akan harapan, fleksibilitas, keseimbangan dalam
pekerjaan/kehidupan, keterlibatan dalam pengambilan keputusan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja yang nyaman menjadi
salah satu hal yang dapat menggerakkan employee engagement.
Selanjutnya, Wellins, dkk. (2008), tim peneliti Development
Dimensions International (DDI), merumuskan hal-hal yang menjadi
penggerak employee engagement berasal dari tiga hal yang utama, yaitu:
a. Karakteristik personal individu (A set of personal characteristics)
Penelitian yang dilakukan DDI menemukan bahwa setiap orang
memiliki karakteristik personal yang berkolerasi terhadap employee
engagement yang lebih tinggi. DDI mengungkapkan enam fakor yang
berasal dari pekerja itu sendiri, yang berhubungan secara signifikan
dengan terbentuknya employee engagement, antara lain: Kedekatan
dengan pekerjaannya, penerimaan diri terhadap organisasinya,
stabilitas emosional, keterbukaan terhadap pengalaman, orientasi
terhadap penghargaan, dan efikasi diri.
b. Kepemimpinan yang berbeda dari yang lain (Exceptional leadership)
Pemimpin memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan tingkat
employee engagement karyawan. Pemimpin yang engaged dengan
organisasinya menghasilkan pekerja yang engage pula dengan
pekerjaannya, pemimpin yang engaged mendorong pekerja untuk
tidak meninggalkan organisasinya, dan kinerja pemimpin yang baik
meningkatkan engagement karyawan dengan organisasi.
c. Strategi dan sistem organisasi (Systems and strategies)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Strategi dan sistem organisasi yang dimaksud adalah dalam hal
pengembangan karyawan dan kesejahteraan karyawan seperti promosi
jabatan, manajemen kinerja, tunjangan dan kompensasi karyawan,
pelatihan untuk pengembangan kemampuan karyawan, dan
pengembangan karir yang jelas.
Selanjutnya, dalam studi literatur yang dilakukan oleh tim peneliti
Scottish Executive Social Research (2007), merumuskan faktor-faktor
pembentuk employee engagement antara lain:
a. Hubungan dan komunikasi dua arah antara pekerja dan atasannya,
khususnya memberi dorongan untuk membuka komunikasi vertikal
dari pekerja pada atasannya.
b. Individu dapat menselaraskan dan menyatukan diri dengan produk,
jasa dan nilai yang dianut organisasi.
c. Kemampuan organisasi untuk mengkomunikasikan visi, strategi,
tujuan yang ingin dicapai dan nilai yang dipercaya organisasi kepada
para pekerjanya sehingga mereka mengerti dengan sangat jelas.
d. Para pimpinan memberikan ruang gerak yang cukup bagi pekerja dan
otonomi agar mereka dapat menggali potensi yang mereka miliki.
e. Pemimpin yang berkomitmen, merupakan aspek yang paling penting
dalam membangun keterikatan pekerja pada organisasi.
Berdasar penjelasan mengenai berbagai faktor-faktor yang mendorong
pembentukan employee engagement, dapat disimpulkan secara garis besar
bahwa faktor yang mempengaruhi terbentuknya employee engagement antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
lain dapat berasal dari faktor pekerjaan, faktor pemimpin, faktor organisasi,
dan faktor individu. Faktor pekerjaan yaitu, tuntutan pekerjaan dan sumber
pekerjaan; faktor pemimpin, yaitu pemimpin yang dapat memenuhi harapan
karyawannya, memiliki komitmen, dan dapat membangun komunikasi secara
vertikal dengan pekerjanya; faktor yang berasal organisasi, seperti visi misi
organisasi, nilai-nilai, dan budaya organisasi; dan faktor yang berasal dari
individu pekerja itu sendiri, seperti kedekatan dengan organisasi, efikasi diri,
stabilitas emosional, perasaan bangga terhadap organisasinya, dan kemauan
untuk dapat menselaraskan dan menyatukan diri dengan produk, jasa dan nilai
yang dianut organisasi.
3. Karakteristik Employee Engagement
Lockwood, 2005 (dalam Smoak dan Endres, 2008) menjelaskan
employee engagement adalah sebagai suatu tahapan individu untuk
berkomitmen secara emosional dan intelektual pada organisasi atau kelompok,
dengan menunjukan perilaku: berbicara tentang organisasinya secara positif,
memiliki keinginan yang besar untuk menjadi anggota organisasi dan menolak
untuk bekerja di tempat lain, dan menunjukkan usaha lebih untuk kesuksesan
organisasi.
Hewitt Associates (dalam Vance, 2006) mengemukakan karakteristik
pekerja dengan tingkatan employee engagement yang tinggi adalah sebagai
berikut:
a. Stay
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Pekerja memiliki keinginan yang besar untuk menjadi bagian dari
organisasi dan untuk bertahan dalam organisasinya.
b. Say
Pekerja mendukung perusahaan dengan menjalin hubungan dengan
kerja dan konsumen yang potensial, bersikap positif terhadap rekan
kerja, dan memberikan kritik yang membangun.
c. Strive
Para pekerja menampilkan usaha yang lebih dan terlibat dalam usaha
untuk berkontribusi bagi keberhasilan organisasi.
Selanjutnya, The Right Management (2009) merumuskan, pekerja
yang memiliki karakteristik employee engagement adalah sebagai berikut:
a. Puas dengan pekerjaan yang telah dilakukan dengan organisasinya.
b. Memiliki komitmen untuk membangun pekerjaan dan organisasi
menuju kesuksesan.
c. Bangga dengan organisasinya dan dengan pekerjaan yang telah
mereka lakukan.
d. Kemauan untuk berbicara hal-hal yang positif mengenai pekerjaan dan
organisasi.
Kemudian, The Gallup Organization (dalam Vazirani, 2007) membagi
karakteristik employee engagement menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a. Engaged
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pekerja dengan pada tingkatan ini adalah builder (pembangun).
Mereka ingin mengetahui apa keinginan dan harapan dari peran
mereka dalam organisasi, sehingga mereka dapat meraihnya. Mereka
pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap
organisasi dan bagian tempat mereka bekerja. Mereka juga
menunjukan kinerja yang tinggi secara konsisten, ini dilakukannya
dengan cara menggunakan kemampuan dan kekuatan mereka dalam
bekerja setiap hari. Kemudian mereka juga bekerja dengan semangat
dan membawa inovasi yang memajukan organisasi mereka.
b. Not Engaged
Pekerja pada tingkatan ini lebih berkonsentrasi dengan pekerjaan
mereka dan tugas-tugas yang dikerjakan daripada hasil maupun tujuan
yang diharapkan untuk mereka capai. Pekerja yang not engaged
cenderung merasa kontribusi mereka tidak maksimal dan potensi yang
dimiliki tidak digunakan sepenuhnya. Mereka merasakan hal ini
karena mereka tidak memiliki hubungan yang produktif dengan
atasan maupun dengan rekan kerjanya.
c. Actively Disengaged
Pekerja pada tingkatan ini secara konsisten menentang apapun yang
ada dalam organisasi. Mereka tidak bahagia dalam bekerja dan
berusaha menunjukkan ketidakbahagiaan mereka. Pekerja yang
actively disengaged ini tidak memperdulikan apa yang mereka capai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dalam bekerja. Organisasi akan banyak sekali mendapat masalah
ketika memiliki pekerja yang actively disengaged ini.
Berdasar penjelasan di atas, disimpulkan bahwa karakteristik pekerja
yang memiliki employee engagement dapat dilihat dari usaha pekerja untuk
membawa organisasi menuju kesuksesan, berbicara hal yang positif mengenai
organisasinya, dan keinginan pekerja untuk bertahan serta menjadi bagian
dalam organisasinya dalam jangka waktu yang lama. Karakteristik employee
engagement dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu engaged, not engaged,
actively disengaged.
4. Aspek-aspek Employee Engagement
Beberapa ahli dan para peneliti memiliki konsep yang berbeda-beda
mengenai aspek employee engagement. Menurut Schaufelli, 2002 (dalam
Bakker dan Demerouti, 2008), employee engagement memiliki tiga aspek,
yaitu:
a. Vigor (kekuatan)
Dikarakteristikkan dengan energi yang tinggi dan kondisi mental yang
sehat dalam bekerja, keinginan untuk memberikan usaha secara
maksimal pada situasi yang disertai dengan ketekunan.
b. Dedication (dedikasi)
Dikarakteristikkan dengan pengertian akan antusiasme, inspirasi,
kebanggaan, dan tantangan.
c. Absorption (pengabdian)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dikarakteristikkan dengan ketertarikan pekerja terhadap pekerjaannya
dengan kesenangan, sehingga merasa waktu berjalan dengan cepat
walaupun terdapat kesulitan dalam pekerjaannya.
Selanjutnya, Kahn, 1990 (dalam Kular, dkk., 2008) menjelaskan
konsep employee engagement terdiri dari tiga aspek, yaitu:
a. Kognitif
Berkaitan dengan kepercayaan pekerja terhadap organisasinya,
pemimpinnya, dan kondisi kerjanya.
b. Emosional
Bagaimana pekerja merasakan kepercayaannya terhadap organisasi,
pemimpinnya, dan konisi kerjanya tersebut, dan apakah mereka
memiliki sikap positif atau negatif terhadap organisasi dan para
pemimpinnya
c. Fisik
Energi dalam bentuk fisik yang diberikan oleh individu untuk
mencapai peran mereka dalam pekerjaannya.
The Gallup Organization, tim peneliti yang populer dalam
pengembangan alat ukur employee engagement dengan nama Gallup 12
Question atau Q12, menyusun alat ukur tersebut dengan 12 pertanyaan yang
dianggap dapat mengukur tingkatan employee engagement. Gallup Q12
disusun berdasar empat aspek employee engagement yang kemudan dipecah
menjadi beberapa indikator untuk menggali lebih dalam (dalam Buckingham
& Coffman, 1999), yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
a. Basic need (Dimensi kebutuhan dasar)
Ketika seseorang baru saja memulai suatu peran, ia memiliki
kebutuhan yang mendasar. Orang tersebut ingin mengetahui apa yang
akan diharapkan dari dirinya. Dalam Gallup Q12, indikator yang
mewakili aspek ini adalah:
1) Tahu apa yang diharapkan
Membuat pekerja tahu apa yang diharapkan organisasi terhadap
mereka, membuat mereka mengerti tujuan mereka, dan
membiarkan mereka mencari jalan untuk mencapai tujuan
tersebut. Dengan cara ini akan membuat pekerja lebih merasa
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
2) Bahan dan peralatan
Setelah mengetahui apa yang diharapkan, maka mereka akan
membutuhkan bahan dan materi untuk dapat mencapai tujuan
tersebut.
b. Managerial and co-worker support (Dukungan atasan dan rekan
kerja)
Setelah kebutuhan dasar, maka akan muncul suatu kebutuhan yang
lebih tinggi dalam aspek employee engagement. Pada bagian ini
pekerja mulai bertanya tentang kontribusi mereka dalam organisasi.
Aspek ini mewakili perasaan pekerja mengenai tanggapan organisasi
pekerjaan mereka dari segala aspeknya. Dalam Gallup Q12, indikator
yang mewakili aspek ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1) Selalu melakukan yang terbaik
Para pekerja harus memiliki keyakinan untuk dapat melakukan
yang terbaik pada pekerjaan. Hal ini akan dapat dicapai apabila
seseorang menempati posisi yang sesuai dengan bakat dan
minatnya.
2) Penghargaan atau pujian
Penghargaan yang dibutuhkan pekerja bukan hanya dari atasan,
melainkan juga dari rekan kerjanya. Penghargaan yang efektif
memiliki beberapa karakteristik, yaitu bersifat positif, langsung
berhubungan dengan kinerja, menunjukkan secara jelas
mengenai apa yang dipuji, dan dekat dengan tindakan.
3) Kepedulian atasan atau seseorang di tempat kerja
Menggambarkan bagaimana hubungan yang terjalin antara
pekerja dengan atasan dan rekan kerjanya. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh seorang atasan dengan tidak memperlakukan
semua pekerjanya dengan sama rata.
4) Dukungan untuk perkembangan
Dukungan untuk perkembangan ini bukan hanya didasarkan
pada kelemahan yang dilihat ada pada pekerja. Pekerja perlu
mendapatkan dukungan untuk berkembang ketika mereka
mengenali diri mereka sendiri sehingga mereka akan paham
sepenuhnya apa yang mereka butuhkan untuk dikembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
berdasarkan kekuatan dan potensi yang sudah ada di dalam diri
mereka.
c. Belongness (Penerimaan dalam tempat kerja)
Pada aspek ini, pekerja akan melihat lebih jauh ke dalam organisasi
dan lingkungan tempat mereka bekerja. Pada dasarnya mereka ingin
mengetahui apakah mereka cocok dengan organisasinya. Dalam
Gallup Q12, indikator yang mewakili aspek ini adalah:
1) Pendapat saya diperhitungkan
Setiap pekerja ingin untuk dapat memberikan kontribusi bagi
organisasinya. Bagaimana cara organisasi mendengar dan
memproses ide yang telah diberikan pekerjanya itulah yang
kemudian akan membentuk apakah seorang pekerja merasa
bernilai atas kontribusi yang telah diberikannya atau tidak.
2) Misi dan tujuan perusahaan
Pekerja ingin agar tujuan pekerjaannya sejalan dan memberikan
kontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi yang biasanya
ada pada misi organisasi. Ketika pekerja paham dan merasa
tujuan pekerjaannya sejalan dengan misi organisasi, maka akan
timbul suatu rasa memiliki dalam diri pekerja, karena merasa
menjadi bagian penting dalam organisasi.
3) Rekan kerja juga melaksanakan kerja yang bermutu
Pekerja yang memiliki komitmen untuk melakukan pekerjaan
yang bermutu mengerti bahwa masalah dapat memperbaiki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
kerjasama kelompoknya, mereka menggunakan semangat ini
bukan hanya untuk mengatasi krisis akan tetapi juga untuk
memperbaiki proses agar dapat menghindar dari masalah dimasa
depan.
4) Di kantor ada teman dekat
Manusia merupakan mahkluk sosial, dan akan saling
berinteraksi dalam lingkungan pekerjaan. Maka kebutuhan akan
hubungan yang bermutu dengan orang lain ditempat kerja
menjadi sangat penting. Dalam lingkungan kerja yang baik
pekerja mengerti bahwa orang ingin menjalin hubungan yang
baik dengan rekan kerjanya.
d. Development and Grow (Pengembangan dan pertumbuhan)
Dalam aspek yang terakhir ini, pekerja memiliki keinginan untuk
dapat melakukan segala sesuatunya dengan cara yang lebih baik.
Mereka merasa membutuhkan pengembangan diri dan keterampilan.
Aspek ini ingin mengungkapkan keinginan pekerja untuk berkembang
dan bertumbuh serta pendapat mereka tentang bagaimana organisasi
menanggapinya. Dalam Gallup Q12 indikator yang mewakili aspek
ini adalah:
1) Perhatian tentang kemajuan
Dengan diskusi mengenai kemajuan dan perkembangan pekerja,
mereka akan lebih mengerti tentang kontribusinya terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
organisasi. Menyediakan feedback secara objektif akan
membantu pekerja untuk memfokuskan dirinya pada bakat yang
dimiliki demi memberikan kontribusi yang lebih bagi organisasi.
2) Kesempatan untuk belajar dan tumbuh
Dengan memiliki kesempatan untuk belajar dan tumbuh, pekerja
mencapai kinerja yang optimal bukan dengan cara kerja keras
melainkan dengan cara kerja cerdas, yaitu mencari cara-cara
baru dalam bekerja.
Dari berbagai rumusan mengenai aspek-aspek employee engagement,
yang akan digunakan untuk penyusunan alat ukur employee engagement pada
penelitian ini menggunakan aspek yang dirumuskan oleh Gallup
Organization, yaitu: Basic need (Dimensi kebutuhan dasar), Managerial and
co-worker support (Dukungan atasan dan rekan kerja), Belongness
(Penerimaan dalam tempat kerja), dan Development and Grow
(Pengembangan dan pertumbuhan). Pertimbangan pemilihan aspek ini adalah
karena aspek ini merupakan aspek dari alat ukur Q12 yang disusun oleh
Gallup Organization pada tahun 2004, yang telah banyak digunakan untuk
mengukur employee engagement secara empirik dengan responden lebih dari
2500 bisnis, pusat kesehatan serta unit pendidikan (Margaretha, 2008).
Penyusunan item dalam penelitian ini nantinya akan diadaptasikan sesuai
dengan tipikal dan karakteristik masyarakat Indonesia, dengan mengadopsi
skala yang disusun oleh Paska (2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu hal yang penting dalam studi mengenai
perilaku organisasi, hal ini karena perilaku manusia didasarkan pada persepsi
mereka mengenai realitas yang ada, bukan mengenai realitas itu sendiri
(Robbins, 2006). Persepsi terkait dalam hal-hal yang penting dalam
organisasi, seperti pengambilam keputusan, juga mempengaruhi bagaimana
individu berperilaku dalam organisasinya (Robbins, 2006). Persepsi
didefinisikan sebagai proses kognitif dimana seorang individu memilih,
mengorganisasikan, dan memberi arti pada stimulus lingkungan, melalui
persepsi ini individu berusaha untuk merasionalisasikan lingkungan dan objek,
orang, dan persitiwa di dalamnya (Ivancevich, dkk., 2007).
Walgito (2004) mengatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses
yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya, kemudian
stimulus diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, terjadilah proses
psikologis, individu menyadari apa yang dilihat, didengar, dan sebagainya.
Stimulus yang diindera itu oleh individu diorganisasikan kemudian
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang
diindera itu.
Lewit, 1978 (dalam Sobur, 2003) mengartikan persepsi dalam arti
sempit yaitu penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu.
Kemudian dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Berdasar pengertian tersebut
berarti bahwa persepsi adalah sebuah cara pandang individu terhadap suatu
objek yang dilihatnya, individu memberikan makna atau pengertian terhadap
objek tersebut.
Kemudian, menurut Robbins (2006), persepsi adalah proses yang
digunakan individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera
mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Hal
yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dengan kenyataan obyektif, tidak
harus berbeda, namun sering terdapat kesepakatan.
Lebih lanjut, Davidoff, 1981; Rogers, 1965 (dalam Walgito, 2004).
menjelaskan, karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated, maka apa
yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam mempersepsikan suatu
stimulus. Berdasarkan hal tersebut berarti persepsi dapat muncul karena
adanya perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu
yang tidak sama, sehingga dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi
mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain.
Dari pendapat beberapa ahli mengenai pengertian persepsi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang didahului
oleh penginderaan, meliputi kegiatan individu memilih, mengorganisasikan,
dan memberi arti pada stimulus atau objek lingkungan, yang kemudian
menjadi sebuah cara pandang individu terhadap objek tersebut, serta akan
mempengaruhi tingkah laku yang muncul kemudian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Pengertian Kepemimpinan
Teori-teori mengenai kepemimpinan telah berkembang sedemikian
rupa dan telah diungkapkan dari berbagai sudut pandang oleh para ahli.
Konsep-konsep mengenai kepemimpinan telah banyak dipaparkan oleh para
ahli dalam berbagai definisi dan dimensinya, beserta jenis-jenis atau gaya
kepemimpinan yang beragam.
Robbins (2006) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan
mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian sasaran. Kemudian
Owens, (dalam Nawawi, 2003) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan
suatu interaksi antar suatu pihak yang memimpin dengan pihak yang
dipimpin. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah hubungan interpersonal
berdasarkan keinginan bersama. Kepemimpinan bukan suatu sebab melainkan
akibat dari perilaku kelompok, sehingga tanpa ada anggota atau pengikut
maka tidak ada pemimpin.
Gibson, dkk (dalam Nawawi, 2003) menjelaskan definisi
kepemimpinan adalah upaya menggunakan berbagai jenis pengaruh yang
bukan paksaan untuk memotivasi anggota organisasi agar mencapai tujuan
tertentu. Memotivasi dilakukan sebagai kegiatan mendorong anggota
organisasi sebagai usaha untuk menumbuhkan motivasi intrinsik.
Jewell dan Siegal (1998) berpendapat bahwa kepemimpinan
merupakan proses memotivasi dan mengarahkan orang lain pada pencapaian
tujuan. Kepemimpinan meliputi mempengaruhi orang lain untuk tujuan
tertentu dan harus sejalan dengan tujuan organisasi. Kepemimpinan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
suatu organisasi sangat mempengaruhi karyawan yang ada dibawahnya untuk
mentaati dan melakukan apa yang telah ditetapkan dalam kebijaksanaan
organisasi. Perilaku seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh bentuk atau
pola kepemimpinannya. Tujuan perseorangan atau organisasi akan tercapai
dengan hasil yang memuaskan apabila bentuk atau pola kepemimpinan yang
diterapkan benar dan sesuai dengan situasi yang ada.
Menurut Keating (1995), kepemimpinan merupakan suatu proses
dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Kepemimpinan memiliki dua tugas utama
yaitu task function atau tugas yang berhubungan dengan pekerjaan dan
relationship function atau tugas yang berhubungan dengan kekompakan
kelompok. Selanjutnya, Koontz, dkk. (dalam Nawawi, 2003) mengungkapkan
bahwa kepemimpinan adalah seni atau proses mempengaruhi orang (anggota
organisasi) sehingga akan berusaha mencapai tujuan organisasi dengan
kemauan dan antusiasme yang tinggi. Kegiatan mempengaruhi berarti
pemimpin mempunyai kemampuan, keterampilan, dan seni untuk
mengarahkan dan mengajak anggota organisasi atau bawahannya (Robbins,
1996, dalam Nawawi, 2003).
Kartono (2005) menjelaskan kepemimpinan adalah masalah relasi dan
pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut
muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara
pemimpin dan individu-individu yang dipimpin (ada relasi interpersonal).
Kepemimpinan ini bisa berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan orang-orang lain guna
melakukan sesuatu, demi pencapaian satu tujuan tertentu.
Dari berbagai pengertian mengenai kepemimpinan yang telah
dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sebuah hubungan
interpersonal antar suatu pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin,
yang di dalamnya terdapat proses untuk mempengaruhi anggota organisasi
dalam rangka pemenuhan atau pencapaian tujuan bersama dalam organisasi.
3. Pengertian Gaya Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan merupakan suatu strategi atau kemampuan dalam
mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan (Robbins, 2001).
Menurut Bass (1985), gaya kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi
suatu hubungan yang cenderung mengikuti pola/strategi tertentu untuk
pencapaian tujuan bersama. Sedangkan Lewis (dalam Jewell dan Siegall,
1998) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu pengaruh dari
seorang pemimpin terhadap kelompok atau pengikut untuk meningkatkan
kepatuhan dalam usaha mencapai tujuan bersama. Teori-teori mengenai
berbagai macam gaya kepemimpinan telah banyak berkembang, salah satu
fokus yang akan dibahas dalam kajian teori penelitian ini adalah gaya
kepemimpinan transformasional.
Kepemimpinan transformasional berasal dari kata kerja to transform,
yang berarti kemampuan seseorang pemimpin untuk membawa bawahan dan
organisasinya ke arah perubahan yang lebih baik (Yukl, 1994). Konsep awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kepemimpinan transformasional ini diformulasikan oleh Burns dari penelitian
deskriptif mengenai pemimpin politik, Burns mendefinisikan pemimpin
transformasional sebagai pemimpin yang menjalin kebersamaan dengan
bawahan untuk meningkatkan kualitas moral dan motivasi kerja, tipe
pemimpin transformasional memandang bawahannya sebagai pengikut yang
sejajar dan bukan hanya sebagai pelaksana perintah (dalam Yukl, 1994).
Konsep kepemimpinan transformasional dari Burns ini kemudian
dikembangkan oleh Bass (1985), ia memberikan definisi kepemimpinan
transformasional sebagai gaya kepemimpinan yang mampu menumbuhkan
sikap saling percaya kepada pengikut, saling menghargai dan mengagumi,
memiliki loyalitas, dan memiliki motivasi yang besar untuk bekerja lebih dari
yang diharapkan. Lebih lanjut, Bass (1985) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan transformasional cenderung membangun kesadaran para
bawahannya mengenai pentingnya nilai kerja dan tugas mereka, pemimpin
berusaha memperluas dan meningkatkan kebutuhan melebihi minat pribadi
serta mendorong perubahan tersebut ke arah kepentingan bersama termasuk
kepentingan organisasi. Tichy dan Devanna (dalam Jewell dan Siegall, 1998)
menambahkan, bahwa pemimpin transformasional mampu mengenali
kebutuhan akan perubahan organisasi, kemampuan melihat ke depan,
mobilisasi, komitmen terhadap penglihatan ke depan, pembentukan budaya
perusahaan untuk mendukung perubahan, dan melihat sinyal perubahan yang
baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Jewell dan Siegaall (1998), menjelaskan pula bahwa pemimpin
transformasional adalah tipe pemimpin yang menginspirasi para pengikut
untuk melampaui kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan
mampu membawa dampak mendalam dan luar biasa pada para pengikut.
Selanjutnya, Nawawi (2003) menjelaskan kepemimpinan transformasional
adalah pendekatan kepmimpinan dengan melakukan usaha mengubah
kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota
organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan
organisasi, tanpa merasa ditekan. Kepemimpinan transformasional berusaha
menanamkan dan mendorong para bawahan atau anggota organisasi untuk
bersikap kritis terhadap pendapat dan pandangan yang sudah mapan di
lingkungan organisasi atau yang ditetapkan oleh pemimpin Nawawi (2003).
Hay (2004) menjelaskan, seorang pemimpin transformasional akan
berusaha memotivasi, membangkitkan semangat dan minat para bawahan, di
samping itu tetap berusaha meyakinkan akan tujuan dan misi organisasi.
Pemimpin transformasional juga akan berusaha melihat, memperhatikan,
mengenali kemampuan individu yang berguna untuk organisasi. Pemimpin
transformasional berusaha meyakinkan bawahan bahwa untuk bersama-sama
menciptakan produktivitas kerja tinggi, usaha keras, komitmen, dan kapasitas
kerja yang tinggi.
Dari pemamparan pengertian gaya kepemimpinan tranformasional
yang diungkapkan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan pengertian gaya
kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
memandang bawahannya sebagai pengikut yang sejajar, mengesampingkan
kepentingan pribadi demi kebaikan organisasi, dapat menjadi insprasi, mampu
menumbuhkan sikap saling percaya, saling menghargai, dan motivasi yang
besar untuk bekerja lebih dari yang diharapkan.
4. Pengertian Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Persepsi terkait dalam hal-hal yang penting dalam organisasi, seperti
pengambilan keputusan, juga mempengaruhi bagaimana individu berperilaku
dalam organisasinya (Robbins, 2006). Persepsi merupakan aktivitas yang
integrated, apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam
mempersepsikan suatu stimulus. Berdasarkan hal tersebut berarti persepsi
dapat muncul karena adanya perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-
pengalaman individu yang tidak sama satu sama lain, sehingga dalam
mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara
individu satu dengan individu lain (Davidoff, 1981; Rogers, 1965; dalam
Walgito, 2004).
Dari hasil penjabaran para ahli yang telah dijelaskan dan disimpulkan
pada subbab sebelumnya, didapatkan pengertian persepsi adalah suatu proses
kognitif yang didahului oleh penginderaan, meliputi kegiatan individu
memilih, mengorganisasikan, dan memberi arti pada stimulus atau objek
lingkungan, yang kemudian menjadi sebuah cara pandang individu terhadap
objek tersebut, serta akan mempengaruhi tingkah laku yang muncul kemudian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Sedangkan pengertian gaya kepemimpinan transformasional adalah
kemampuan seorang pemimpin yang memandang bawahannya sebagai
pengikut yang sejajar, mengesampingkan kepentingan pribadi demi kebaikan
organisasi, menjadi insprasi, mampu menumbuhkan sikap saling percaya,
saling menghargai, dan memiliki motivasi yang besar untuk bekerja lebih dari
yang diharapkan.
Maka, dari pengertian persepsi dan kepemimpinan transformasional
tersebut, dapat disimpulkan pengertian persepsi gaya kepemimpinan
transformasional adalah cara pandang individu terhadap pemimpin yang
memandang bawahannya sebagai pengikut yang sejajar, mengesampingkan
kepentingan pribadi demi kebaikan organisasi, menjadi insprasi, mampu
menumbuhkan sikap saling percaya, saling menghargai, dan memiliki
motivasi yang besar untuk bekerja lebih dari yang diharapkan.
5. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional
Menurut Bass (1985), karakteristik tipe kepemimpinan
transformasional berfokus pada penetapan dan pencapaian tujuan organisasi
secara kolektif, target yang hendak dicapai merupakan yang dapat dinikmati
semua anggota, membangun hubungan saling percaya antara pemimpin dan
bawahan, memberikan motivasi dan dorongan kepada bawahan agar dapat
bekerja keras, meningkatkan tanggung jawab antar anggota, dan
menumbuhkan komitmen bersama terhadap organisasi. Lebih lanjut, Bass
(dalam Yukl, 1994) menyatakan bahwa seorang pemimpin disebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
transformasional diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut
terhadap bawahannya, yaitu para bawahan mempunyai rasa kekaguman,
kesetiaan dan hormat pada pimpinan serta termotivasi untuk melakukan lebih
dari yang diharapkan pada awalnya dari mereka.
Selanjutnya, menurut Luthans, (2001) mengemukakan karaktersitik
kepemimpinan transformasional yang efektif, adalah: Mengidentifikasikan
dirinya sebagai agen perubahan, memiliki sifat pemberani, mempercayai
orang lain, bertindak berdasarkan nilai-nilai yang berlaku, mau meningkatkan
kemampuannya terus menerus, memiliki kemampuan untuk menghadapi
situasi-situasi yang rumit, dan memiliki visi ke depan.
Yukl, 1998 (dalam Danim dan Suparno, 2011) menjelaskan pula
mengenai pemimpin transformasional yang efektif memiliki atribut-atribut
sebagai berikut:
a. Mereka melihat diri mereka sendiri
sebagai agen perubahan
b. Pengambil resiko yang berhati-hati
c. Yakin pada orang-orang dan sangat
peka terhadap kebutuhan mereka
d. Mampu mengartikulasikan sejumlah
nilai inti yang membimbing perilaku mereka
e. Fleksibel dan terbuka terhadap
pelajaran dan pengalaman
f. Mempunyai ketrampilan kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
g. Memiliki keyakinan pada pemikiran
yang berdisiplin dan kebutuhan akan analisis masalah yang hati-hati
h. Mempunyai visi dan mempercayai
intuisi mereka
Kemudian, Baron dan Byrne, 2005, (dalam Nashori, 2009)
menjelaskan karakter pemimpin transformasional adalah:
a. Menyatakan dengan jelas visi masa depan yang dapat dan harus
dipenuhi oleh organisasi.
b. Pemimpin transformasional tidak sekedar menyatakan visi, tetapi
mereka juga menawarkan jalan untuk mencapainya, apa yang harus
dilakukan untuk mencapai visi tersebut dijabarkan dengan jelas
kepada pengikut.
c. Mendefinisikan tujuan kelompok sedemikian rupa sehingga memberi
makna dan maksud lebih pada tujuan dan tindakan yang diperlukan
untuk mencapainya.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan karakteristik
pemimpin transformasional antara lain adalah berfokus pada penetapan dan
pencapaian tujuan organisasi, menumbuhkan komitmen bersama terhadap
organisasi, membangun hubungan saling percaya, mampu menumbuhkan
motivasi pada bawahan untuk bekerja lebih keras, mempunyai visi dan tujuan
yang diungkapkan dengan jelas.
6. Aspek-Aspek Kepemimpinan Transformasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Bass, 1985 (dalam Yukl, 1994), pada awalnya mengungkapkan ada
tiga komponen kepemimpinan transformasional, yaitu karisma (charisma),
stimulasi intelektual (intellectual stimulation), perhatian individu
(individualized consideration). Kemudian pada tahun 1990, Bass dan Avolio
(dalam Yukl, 1994) menambahkan satu lagi komponen dalam kepemimpinan
transformasional, yaitu motivasi inspirasional (inspirational motivation).
Pengertian masing-masing komponen gaya kepemimpinan transformasional
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Karisma (charisma)
Menurut Bass (1985), bahwa karisma adalah bagian penting dari
kepemimpinan transformasional. Karisma berarti memiliki keyakinan
diri yang kuat, selalu hadir di saat-saat sulit, memegang teguh nilai-
nilai moral, menumbuhkan kebanggaan pada pengikutnya, yang
bervisi jelas, dan langkah-langkahnya selalu mempunyai tujuan yang
pasti, dan agar bawahan mau mengikutinya secara suka rela, ia
menempatkan dirinya sebagai tauladan bagi para pengikutnya tersebut
(Bass dan Avolio, 1990; dalam Suryanto, 2005). Yukl (1994)
menyatakan bahwa pemimpinan yang karismatik menimbulkan emosi
yang kuat, dapat membuat bawahannya bersemangat, terangsang dan
terinspirasi. Karisma merupakan kemampuan dan kualitas istimewa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
yang dimiliki individu tertentu yang menjadi dasar diakuinya
seseorang sebagai seorang pemimpin (Ranoh, 1999).
b. Motivasi Inspirasional (inspirational motivation)
Pemimpin mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan
simbol untuk memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud
penting secara sederhana (Bass, 1990, dalam Robbins, 2006).
Pemimpin memberi penjelasan mengenai gagasan dan pandangan
kerjanya melalui contoh pengalamannya, agar bawahan dapat
memperoleh gambaran nilai-nilai yang positif dan perilaku yang tepat.
Gambaran tersebut dapat membantu bawahan memahami makna dan
manfaat dari tugas-tugas yang dijalaninya.
c. Stimulasi Intelektual (intellectual stimulation)
Menurut Bass (dalam Yukl, 1994) stimulasi intelektual adalah suatu
proses yang dilakukan pimpinan untuk meningkatkan kesadaran
bawahan terhadap masalah, mengenalkan cara pemecahan secara
cerdik, rasional dan hati-hati, sehingga bawahan mampu berpikir
tentang masalah dengan cara baru dan menghasilkan pemecahan yang
kreatif. Pemimpin mampu mendorong inteligensia, rasionalitas, dan
pemecahan masalah secara hati-hati (Bass, 1990, dalam Robbins,
2006).
d. Perhatian Individu (individualized consideration)
Pemimpin selalu memberikan perhatian pada persoalan yang dihadapi,
mengerti kebutuhan para angota organisasi, serta turut membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
memecahkan persoalan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut.
Pemimpin memberikan perhatian pribadi, melayani karyawan secara
pribadi, melatih, dan menasehati (Bass, 1990, dalam Robbins, 2006)
Komponen-komponen tersebut menjadi aspek dalam penyusunan alat
ukur persepsi gaya kepemimpinan transformasional pada penelitian ini, karena
komponen-komponen tersebut merupakan komponen yang digunakan oleh
Bass dan Avolio (1995) dalam penyusunan kuesioner Multifactor Leadership
Questionnaire (MLQ) yang digunakan untuk mengukur tipe kepemimpinan
transformasional dan transaksional.
C. Persepsi Budaya Organisasi
1. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan karyawan dan cara
persepsi itu menciptakan suatu pola, keyakinan, nilai, dan ekspektasi
(Ivancevich, dkk., 2007). Budaya menjadi suatu perekat yang mengikat suatu
organisasi dan menyatukan orang-orang yang meyakini bersama nilai dan
keyakinan (Yuwono, dkk., 2005).
Robbins (2006) menjelaskan budaya organisasi adalah suatu sistem
makna bersama yang dianut oleh anggota organisasi yang membedakan
organisasi itu dengan organisasi-organisasi yang lain. Lebih lanjut Robbins
menjelaskan, budaya organisasi adalah suatu sistem nilai yang diperoleh dan
dikembangkan oleh organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
pendirinya, yang terbentuk menjadi aturan yang digunakan sebagai pedoman
dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi, budaya kuat
merupakan budaya dimana nilai inti organisasi itu dipegang secara mendalam
dan dianut bersama secara meluas.
Selanjutnya Schein (2004) menjelaskan, budaya organisasi adalah pola
asumsi dasar yang dibentuk bersama oleh sekelompok individu, yang
diperoleh dari hasil mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut
sebagai cara untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan adaptasi eksternal dan integrasi internal, kemudian pola asumsi dasar
tersebut diajarkan kepada anggota-anggota organisasi yang baru sebagai cara
yang benar untuk berpersepsi, berpikir, dan mengungkapkan perasaannya
dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan organisasi.
Andrew Pettigrew (dalam Sobirin, 2007) memberikan pengertian
budaya organisasi sebagai sistem makna yang diterima secara terbuka dan
kolektif, yang berlaku untuk waktu tertentu bagi sekelompok orang tertentu.
Sistem makna ini diharapkan bisa memberi gambaran tentang jati diri sebuah
organisasi kepada anggota organisasi tersebut dan orang-orang yang berada di
luar organisasi melalui proses pemaknaan terhadap semua aspek kehidupan
organisasi. Namun sistem makna ini harus secara terbuka dan kolektif diterima
dan menjadi pedoman, ketentuan, atau referensi bagi semua orang atau paling
tidak sebagian besar anggota dari organisasi (Sobirin, 2007).
Tosi, Rizzo, Carroll, 1994 (dalam Munandar 2001) menjelaskan
definisi budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan, dan bereaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau pada bagian-
bagian organisasi, merupakan suatu mental programming dari organisasi, yang
merupakan pencerminan dari modal kepribadian organisasi.
Selanjutnya Ogbonna dan Harris (dalam Sobirin, 2007) mendefinisikan
budaya organisasi adalah, keyakinan, tata nilai, makna, dan asumsi-asumsi
yang secara kolektif dibentuk oleh sebuah kelompok sosial guna membantu
mempertegas cara mereka dalam berinteraksi dan dalam merespon
lingkungan. Senada dengan pengertian tersebut, Stoner, 1995, (dalam
Robbins, 2006) menjelaskan budaya organisasi adalah sebagai suatu kerangka
kerja kognitif yang meliputi sikap, nilai-nilai, norma perilaku, dan harapan-
harapan yang disumbangkan oleh anggota organisasi.
Dari berbagai pengertian tersebut, disimpulkan bahwa budaya
organisasi adalah sebuah sistem nilai yang dibentuk secara bersama dari hasil
keyakinan, tata nilai, makna, dan asumsi-asumsi, sikap, norma perilaku, dan
harapan-harapan anggota organisasi, digunakan sebagai identitas yang dimiliki
oleh organisasi untuk mengarahkan perilaku anggota organisasinya.
2. Pengertian Persepsi Budaya Organisasi
Berdasar rumusan pengertian dari para ahli, pengertian persepsi adalah
suatu proses kognitif yang didahului oleh penginderaan, meliputi kegiatan
individu memilih, mengorganisasikan, dan memberi arti pada stimulus atau
objek lingkungan, yang kemudian menjadi sebuah cara pandang individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
terhadap objek tersebut, serta akan mempengaruhi tingkah laku yang muncul
kemudian.
Sedangkan pengertian budaya organisasi dari hasil simpulan dari
penjabaran beberapa ahli adalah, sebuah sistem nilai yang dibentuk secara
bersama dari hasil keyakinan, tata nilai, makna, dan asumsi-asumsi, sikap,
norma perilaku, dan harapan-harapan anggota organisasi, digunakan sebagai
identitas yang dimiliki oleh organisasi untuk mengarahkan perilaku anggota
organisasinya.
Dari rumusan pengertian persepsi dan budaya organisasi tersebut,
maka dapat disimpulkan pengertian persepsi budaya organisasi adalah cara
pandang individu terhadap sistem nilai yang dibentuk secara bersama dari
hasil keyakinan, tata nilai, makna, dan asumsi-asumsi, sikap, norma perilaku,
dan harapan-harapan anggota organisasi, yang kemudian digunakan sebagai
identitas organisasi untuk mengarahkan perilaku anggota organisasinya.
3. Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Bolman dan Deal 2003, (dalam Yuwono dkk., 2005), budaya
dalam organisasi setidaknya memainkan tiga peranan penting, yaitu:
memberikan rasa identitas bagi anggota-anggotanya, meningkatkan komitmen
terhadap misi organisasi, dan memberikan klarifikasi serta memperkuat
perilaku. Selanjutnya, Robbins (2006), membagi fungsi budaya organisasi
menjadi 5 (lima), yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
a. Budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas, artinya budaya
menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang
lainnya.
b. Budaya memberikan rasa identitas keanggotaan organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih
jelas daripada kepentingan diri pribadi seseorang.
d. Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial dengan memberikan
standar-standar yang tepat mengenai seluruh tugas yang harus
dilakukan individu dalam organisasi.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan mekanisme
pengendali yang memandu dan membentuk sikap dan perilaku
individu dalam organisasi.
Noe dan Mondy 1996, (dalam Mardiyanto, 2009) menjelaskan peran
penting dari budaya organisasi, adalah:
a. Memberikan suatu sense of identity bagi para anggota organisasi
dalam memahami misi dan visi serta menjadi bagian integral dari
organisasi.
b. Menghasilkan dan meningkatkan komitmen terhadap misi organisasi.
c. Memberikan arah dan memperkuat standar perilaku guna
pengendalian pelaku organisasi agar melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
dan sasaran organisasi yang telah disepakati bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Selanjutnya, Kreitner dan Kinicki (2005) budaya organisasi memiliki
empat fungsi, yaitu:
a. Memberikan identitas organisasi kepada karyawannya.
b. Memudahkan komitmen kolektif
c. Mempromosikan sistem stabilitas sosial, yang mencerminkan taraf
sejauh mana lingkungan kerja dirasakan positif dan mendukung,
konflik serta perubahan diatur dengan efektif.
d. Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan
keberadaannya. Fungsi budaya organisasi ini membantu para
karyawan memahami mengapa organisasi melakukan apa yang
seharusnya dilakukan dan bagaimana perusahaan mencapai tujuan
jangka panjangnya.
Kemudian, Chatab (2007) menyebutkan fungsi-fungsi dari budaya
organisasi adalah sebagai:
a. Identitas, yang merupakan cirri atau karakter organisasi
b. Social cohesion, atau pengikat sosial
c. Sources, misalnya: inspirasi
d. Sumber penggerak dan perilaku
e. Kemampuan meningkatkan nilai tambah
f. Pengganti formalisasi
g. Mekanisme adaptasi terhadap perubahan
Dari berbagai fungsi organisasi yang dijelaskan dapat disimpulkan
bahwa fungsi budaya organisasi secara umum adalah sebagai identitas anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
organisasi yang menjadi pembeda antara organisasi satu dengan yang lainnya,
dapat membangun komitmen terhadap organisasi, meningkatkan stabilitas
sistem sosial, dan membentuk perilaku anggota organisasi.
4. Proses dan Faktor dalam Pembentukan Budaya Organisasi
Schein (2004), menjelaskan bahwa proses terbentuknya budaya
organisasi, dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
a. Artefak (Artifacts)
Tingkatan yang dapat diamati. Hal-hal yang ada bersama untuk
menentukan budaya dan mengungkapkan apa sebenarnya budaya itu
kepada mereka yang memperhtikan budaya. Artifact termasuk produk,
jasa, dan perilaku dari anggota sebuah organisasi.
b. Nilai-nilai yang Didukung (Espoused Values)
Tingkatan yang tidak dapat terlihat. Nilai-nilai ini terungkap melalui
pola-pola perilaku tertentu dalam organisasi.
c. Asumsi Dasar (Basic Assumption)
Merupakan tingkat yang paling dalam, yang mendasari nilai-nilai
dalam organisasi. Yaitu, keyakinan yang dianggap sudah ada oleh
anggota suatu organisasi.
Selanjutnya, Robbins (2006) menjelaskan bahwa proses pembentukan
budaya organisasi terbentuk melalui beberapa tahapan, seperti pada gambar
berikut:
Filosofi Organisasi
Budaya Organisasi
Sosialisasi
Manajemen Puncak
Kriteria Seleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 1
Tahap Pembentukan Budaya Organisasi
Sumber: Robbins (2006)
Budaya organisasi terbentuk diawali dengan falsafah dasar pemilik
organisasi yang merupakan budaya asli organisasi, yang kemudian budaya ini
menjadi sangat mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam mempekerjakan
karyawan. Tahap selanjutnya, falsafah dasar organisasi diturunkan kepada
manajer puncak yang bertugas menciptakan suatu iklim organisasi yang
kondusif dan dapat diterima oleh seluruh anggota. Tahap selanjutnya adalah
tahap sosialisasi, dengan sosialisasi yang tepat, maka akan terbentuk budaya
organisasi yang diharapkan (Robbins, 2006).
Mengenai faktor-faktor dalam pembentukan budaya organisasi, Tosi,
Rizzo, dan Carroll, 1994 (dalam Munandar, 2001) mengungkapkan, budaya
organisasi dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor, yaitu:
a. Pengaruh eksternal yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya
sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi, seperti: lingkungan alam,
dan kejadian-kejadian bersejarah yang membentuk masyarakat.
b. Pengaruh nilai-nilai masyarakat dan budaya nasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat
luas, seperti kebebasan individu, kolektivisme, kesopansantunan,
kebersihan, dsb.
c. Faktor-faktor spesifik dari organisasi
Penyelesaian-penyelesaian masalah dalam organisasi yang berhasil
dalam menghadapi permasalahan-permasalahan baik eksternal
maupun internal, akan menghasilkan suatu ungkapan dari nilai-nilai
dan keyakinan. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut
merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.
d. Nilai-nilai dasar dari koalisi dominan
Yaitu berasal dari kelompok yang memiliki kekuasaan dan kendali
yang paling banyak, atau pimpinan puncak perusahaan. nilai-nilai
dapat berasal dari pendiri yang mencerminkan keyakinan-keyakinan
dasarnya tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana
melakukannya, siapa yang harus melakukan, dan cara memperlakukan
anggotanya.
5. Aspek-aspek Budaya Organisasi
Chatman dan Jen (dalam Yuwono, dkk., 2005) mengajukan tujuh
elemen budaya organisasi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
organisasi, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tujuh karakteristik primer yang merupakan hakikat dari budaya
organisasi menurut Robbins (2006), yaitu:
a. Inovasi: Sejauh mana orang-orang dalam organisasi diharapkan kreatif
dan membuat ide-ide baru.
b. Stabilitas: Sejauh mana organisasi menuntut lingkungan yang stabil,
dapat diramalkan, dan berorientasi pada aturan-aturan.
c. Orientasi orang: Sejauh mana organisasi penghargaan terhadap hak-
hak orang, memperlakukannya secara adil, dan memberikan
dukungannya.
d. Orientasi hasil: Sejauh mana organisasi menuntut pencapaian hasil
yang diinginkan.
e. Santai: Sejauh mana lingkungan kerja dalam organisasi santai.
f. Perhatian terhadap hal-hal kecil: Sejauh mana orang-orang dalam
organisasi diminta untuk mengembangkan analisis dan ketepatan.
g. Orientasi kolaborasi: Sejauh mana penekanan diberikan pada kerja tim
dibandingkan dengan kerja individual.
Hofstede (dalam Yuwono, dkk., 2005) telah melakukan survey pada
karyawan multinasional, 117.000 survey dikumpulkan dari karyawan dan
manajer di 40 negara dan 20 bahasa, pada tahun 1968 dan 1972. Berdasarkan
data tersebut, Hofstede mencari variabel-variabel yang membedakan manajer
dari berbagai Negara, dan menyimpulkan ada empat aspek budaya organisasi,
yaitu:
a. Dimensi Jarak Kekuasaan (Power distance)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Menggambarkan tingkat ketergantungan individu terhadap figur
otorritas atau superordinat. Jarak kekuasaan yang tinggi memberikan
bobot yang besar terhadap otoritas, gelar, peringkat, status, dan
formalitas. Negara yang memiliki jarak kekuasaan tinggi
menunjukkan hubungan yang lebih otoriter antara atasan dan
bawahan. Sedangkan Negara dengan jarak kekuasaan rendah
menunjukkan hubungan yang lebih demokratis dan pola desentralisasi.
b. Penghindaran ketidakpastian (Uncertainty avoidance)
Menggambarkan sikap mayoritas individu dalam menghadapi situasi
yang tidak pasti, tidak menentu, berubah dengan cepat, dan kompleks.
Negara dengan penghindaran ketidakpastian yang tinggi cenderung
menggunakan struktur, aturan, dan berbagai cara untuk melakukan
pengendalian. Sedangkan Negara dengan penghindaran ketidakpastian
yang rendah kurang memberi tekanan pada struktur dan lebih toleran
terhadap pengambilan resiko.
c. Individualism (Individualism Collectivism)
Menggambarkan tingkat keterikatan individu terhadap kelompok dan
lingkungannya. Individualism menunjukkan hilangnya ikatan
emosional antar individu dan pengakuan yang tinggi terhadap nilai-
nilai universal. Negara yang tinggi individualism menekankan pada
otonomi, keyakinan diri untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
d. Maskulinitas-Femininitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Menggambarkan perbedaan antara peran laki-laki dan perempuan di
lingkungan sosial. Lingkungan dengan maskulinitas tinggi
ditunjukkan oleh pengambilan keputusan yang cepat, tegas, dan lugas,
tertapi kurang memperhatikan kepentingan lain dan dampak yang
terjadi. Di Negara dengan maskulinitas yang tinggi, pria cenderung
merasakan tekanan yang kuat untuk berhasil dalam karir dan ada lebih
sedikit wanita yang menduduki posisi yang tinggi serta stress
pekerjaan yang tinggi. Hal sebaliknya terjadi pada Negara dengan
maskulinitas yang rendah.
Selanjutnya, Robbins (1991) mengungkapkan aspek-aspek yang
digunakan dalam pengukuran budaya organisasi, yaitu:
a. Individual initiative, seberapa jauh tingkatan tanggung jawab,
kebebasan, dan kemandirian yang dimiliki.
b. Risk Tolerance, seberapa jauh dorongan karyawan untuk dapat
lebih agresif, inovatif, dan berani menghadapi resiko.
c. Direction, seberapa jauh organisasi menentukan tujuan yang
akan dicapai dan kinerja yang diharapkan.
d. Integration, sejauh mana unit-unit di dalam organisasi didorong
untuk beroperasi dalam satu koordinasi yang baik.
e. Management Support, seberapa jauh para manajer memberikan
komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukungan terhadap para
bawahannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
f. Control, sejauh mana peraturan dan pengawasan langsung yang
digunakan untuk mengawasi dan mengontrol perilaku karyawan.
g. Identity, sejauh mana mengidentifikasikan diri dengan
organisasi secara keseluruhan, bukan dengan kelompok kerja atau
bidang keahliannya.
h. Reward System, sejauh mana alokasi penghargaan atau keahlian,
gaji, dan promosi yang berdasarkan pada kriteria performasi
karyawan, bukan hanya dari senioritas, favoritas, ataupun rasa suka
atau tidak suka
i. Conflict Tolerance, seberapa jauh dorongan karyawan kritis
terhadap perbedaan pendapat dan terbuka dengan kritik serta konflik
yang terjadi
j. Communication Patterns, sejauh mana komunikasi dalam
organisasi yang terbatas pada susunan wewenang secara formal.
Dari banyaknya aspek-aspek budaya organisasi yang telah dijelaskan
di atas, aspek yang akan digunakan dalam pengukuran persepsi budaya
organisasi pada penelitian ini adalah aspek yang dikemukakan oleh Robbins
(1991), yaitu: Individual initiative, Risk Tolerance, Direction, Integration,
Management Support, Control, Identity, Reward System, Conflict Tolerance,
Communication Patterns. Pemilihan menggunakan aspek yang diungkap
Robbins (1991) tersebut didasarkan atas pertimbangan banyaknya aspek-aspek
yang dapat diungkap, bersifat umum, dan mudah untuk diterapkan dalam
berbagai organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
D. Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee
Engagement
1. Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
dengan Employee Engagement
Pemimpin memiliki peranan yang sangat penting dalam organisasi.
Kepemimpinan merupakan penggerak dan penentu perjalanan suatu organisasi
(Yukl, 1994). Tanpa ada pemimpin organisasi tidak dapat berjalan, dapat
diibaratkan sebuah mobil yang tidak akan berjalan jika tidak ada
pengemudinya. Pemimpin memiliki fungsi-fungsi penting dalam organisasi
yaitu memandu, menuntun, membimbing, memberi, atau membangun
motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi,
memberikan pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya
kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan
perencanaan (Kartono, 2005). Kepemimpinan memiliki pengaruh besar
terhadap perilaku dan kinerja karyawannya. Kepemimpinan yang tidak efisien
dapat menyebabkan penurunan produksi, karyawan memiliki kecenderungan
untuk keluar, tingginya absentiisme, dan konflik-konflik lain di kalangan
pegawai (Kartono, 2005)
Kemampuan memimpin dan keinginan untuk diikuti oleh bawahan
didasarkan pada gaya kepemimpinan, gaya kepemimpinan akan sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
berpengaruh terhadap efektivitas kerja seorang pemimpin (Sumarsono, 2004).
Gaya kepemimpinan transformasional adalah tipe pemimpin yang
menginspirasi para pengikut untuk melampaui kepentingan pribadi mereka
demi kebaikan organisasi dan mampu membawa dampak mendalam dan luar
biasa pada para pengikut (Jewell dan Siegaal, 1998). Bass (dalam Yukl, 1994)
menjelaskan bahwa, bawahan dari pemimpin yang transformasional
mempunyai rasa kekaguman, kesetiaan dan hormat pada pimpinan serta
termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan pada awalnya dari
mereka. Bawahan dimotivasi dengan dibuat sadar mengenai pentingnya hasil
suatu pekerjaan, didorong untuk mementingkan organisasi daripada
kepentingan diri sendiri dan mengaktifkan kebutuhan mereka pada tingkat
yang lebih tinggi.
Bass (1985), mengungkapkan bahwa pemimpin transformasional
memimpin bawahannya melalui tiga cara, yaitu: meningkatkan tingkat
kesadaran bawahan mengenai pentingnya merencanakan langkah-langkah
untuk mencapai hasil-hasil yang dituju, mendorong individu untuk lebih
mementingkan tim dan organisasi daripada kepentingan diri sendiri, dan
mengaktifkan bawahan pada tingkat kebutuhan yang lebih tinggi.
Menurut Nicholls, 1994; Pawar dan Eastman, 1997, (dalam Andarika
dan Tondok, 2004), praktik gaya kepemimpinan transformasional mampu
membawa perubahan-perubahan yang lebih mendasar seperti nilai-nilai,
tujuan, dan kebutuhan karyawan dan perubahan-perubahan tersebut
berdampak pada meningkatnya kepuasan kerja karyawan karena terpenuhinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kebutuhan yang lebih tinggi. Senada dengan pendapat para ahli sebelumnya,
Bycio dkk., 1995; Howell dan Avolio, 1993, (dalam Andarika dan Tondok,
2004) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki
keterkaitan yang positif terhadap kepuasan kerja karyawan karena karyawan
merasa dihargai eksistensinya.
Pemimpin transformasional memiliki empat komponen utama, yaitu:
karisma, stimulasi intelektual, perhatian individu, dan motivasi inspirasional
(Bass, 1985). Karisma menjadi bagian penting dari kepemimpinan
transformasional, namun karisma itu sendiri tidak cukup untuk proses
transformasional (Bass, 1985). Pemimpin yang karismatik akan mampu
menumbuhkan antusiasme dan loyalitas di kalangan para anggota organisasi,
mendorong mereka untuk mengemukakan pendapat dan pandangan mereka
secara bebas serta mampu mengarahkan perhatian mereka ke visi yang
mengantisipasi situasi dan kondisi di masa datang (Yukl, 1994). Strickland,
2007 (dalam Roberson dan Strickland, 2010), melakukan penelitian mengenai
hubungan antara gaya kepemimpinan karismatik dengan work engagement,
dan hasilnya adalah bahwa gaya kepemimpinan karismatik memiliki korelasi
positif dengan work engagement dan menunjukkan korelasi negatif antara
kepemimpinan karismatik dengan intension turnover. Kemudian, pada
penelitian yang dilakukan oleh Bono dan June, 2003, (dalam Roberson dan
Strickland, 2010) menemukan bahwa pengikut dari pemimpin
transformasional menghasilkan individu yang lebih engagement atau lebih
terikat dengan pekerjaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Kepemimpinan transformasional merupakan kombinasi pemimpin
yang visioner, coaching (pembinaan), afiliatif, dan gaya kepemimpinan
partisipatif. (Euwema dkk., 2007, dalam Albrecht, 2010). Bass (dalam Yukl,
1994) menyatakan bahwa seorang pemimpin disebut transformasional diukur
dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap bawahannya,
yaitu para bawahan mempunyai rasa kekaguman, kesetiaan dan hormat pada
pimpinan serta termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan pada
awalnya dari mereka. Hubungan ini berkualitas tinggi positif pada gilirannya
membuat pengikut merasa lebih terlibat, mungkin karena merasa didukung
oleh pemimpin mereka dalam kemampuan mereka, dan membangun
kepercayaan bahwa mereka akan terhindar dari sanksi organisasi jika mereka
engage di tempat kerjanya (Macey dan Schneider, 2008, dalam Albrecht,
2010).
Dari pemaparan mengenai dampak-dampak positif yang dihasilkan
dari model kepemimpinan transformasional tersebut, maka pekerja yang
memiliki persepsi positif terhadap pemimpin transformasional ini diharapkan
dapat mengarahkan pula pada perilaku karyawan untuk semakin terikat
dengan organisasinya secara fisik, kognitif, dan emosional sehingga karyawan
pada akhirnya berada pada tingkatan engaged dengan organisasi dan
pekerjaannya.
2. Hubungan Antara Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee
Engagement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Budaya organisasi adalah sistem makna yang diterima secara terbuka
dan kolektif, yang berlaku untuk waktu tertentu bagi sekelompok orang
tertentu. Sistem makna ini diharapkan bisa memberi gambaran tentang jati
diri sebuah organisasi kepada anggota organisasi tersebut dan orang-orang
yang berada di luar organisasi melalui proses pemaknaan terhadap semua
aspek kehidupan organisasi (Andrew Pettigrew, dalam Sobirin, 2007).
Budaya organisasi memberikan banyak pengaruh pada individu dan
proses organisasi, budaya memberikan tekanan pada individu untuk bertindak
ke arah tertentu, berfikir, dan bertindak dengan cara yang konsisten dengan
budaya (Yuwono, dkk., 2005). Budaya organisasi tidak hanya berperan
sebagai simbol ataupun filosofi perusahaan yang bersifat abstrak, budaya
organisasi juga ditempatkan sebagai suatu strategi untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Menurut Smircich (1983; dalam Mardiyanto, 2009) budaya organisasi
sebagai nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama, memiliki fungsi penting
yaitu: membawa suatu perasaan identitas sebagai anggota organisasi, sebagai
sarana untuk membangun komitmen akan sesuatu yang lebih besar dari diri
sendiri, meningkatkan stabilitas sistem sosial, dan merupakan sense making
device yang dapat memberikan pedoman dan mempertajam perilaku.
Budaya organisasi memberikan pengaruh yang positif pada
karyawannya, karena budaya organisasi akan mengarahkan individu pada
perilakunya. Karena budaya organisasi melibatkan ekspektasi, nilai, dan sikap
bersama, maka hal tersebut memberikan pengaruh pada individu, kelompok,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dan proses organisasi (Ivancevich, dkk., 2007). Pada penelitian yang
dilakukan Nurjanah (2008) dapat diketahui bahwa budaya organisasi yang ada
pada sebuah institusi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen
organisasi dan menunjukkan bahwa budaya organisasi membuat kinerja
karyawan semakin meningkat.
Budaya yang kuat memiliki dampak yang lebih kuat terhadap tata nilai
yang ada dalam organisasi, karena budaya organisasi memiliki iklim internal
dan dengan intensitas yang tinggi dapat membentuk perilaku dalam organisasi
(Robbins 1991). Dalam budaya yang kuat, nilai inti organisasi dipegang secara
mendalam dan dianut bersama secara meluas, semakin banyak anggota yang
menerima nilai-nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai
tersebut, maka makin kuat budaya tersebut. Budaya yang kuat juga
memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota mengenai apa
yang dipertahankan oleh organisasi, yang selanjutnya dapat membina
keakraban, kesetiaan, dan komitmen organisasi (Yuwono, dkk., 2005).
Pengaruh-pengaruh positif dari budaya organisasi ini, dapat menjadi
salah satu elemen yang dapat mendorong terciptanya employee engagement
pada karyawan. Hal ini didukung pula oleh rumusan yang disampaikan oleh
Mc Bain (2007), bahwa salah satu hal yang berperan penting dalam
mendorong employee engagement adalah organisasi, yang di dalamnya
elemen-elemen penting, seperti struktur dan sistem organisasi, visi dan nilai
yang dianut, brand organisasi, dan budaya organisasi. Rumusan tersebut
didukung pula oleh penjelasan yang disampaikan oleh tim peneliti Scottish
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Executive Social Research (2007), bahwa salah satu penggerak employee
engagement adalah ketika individu dapat menselaraskan dan menyatukan diri
dengan produk, jasa dan nilai yang dianut organisasi. Pendekatan budaya
organisasi ini menitikberatkan pada penciptaan keselarasan nilai-nilai dan
lingkungan kerja yang kondusif dalam menumbuhkan employee engagement
(dalam Hermala, 2011).
Maka dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi memiliki hubungan
dalam pembentukan employee engagement dengan organisasinya. Persepsi
karyawan yang positif terhadap budaya organisasi dapat mengarahkan
perilakunya pada tingkatan komitmen pekerja untuk mengikat dirinya
terhadap organisasi secara fisik, kognitif dan emosional, atau disebut dengan
employee engagement.
3. Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
dan Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee Engagement
Schaufeli dkk., 2002 (dalam Bakker dan Demerouti, 2009),
mengartikan employee engagement sebagai kondisi mental yang positif,
memuaskan, dan diakrakteristikkan dengan adanya vigor (kekuatan),
dedication (dedikasi), dan absorption (pengabdian). Employee engagement
secara umum digambarkan sebagai keterlibatan, kepuasan, dan antusiasme
pekerja, yang digunakan oleh organisasi dan konsultan untuk meningkatkan
pemeliharaan karyawan (Macey dan Schneider, 2008; dalam Wefald dan
Downey, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Employee engagement dikatakan pula sebagai tingkatan seseorang
dalam menikmati dan percaya terhadap apa yang ia lakukan, serta
menganggap apa yang mereka lakukan itu bernilai (Wellins, Bernthal, dan
Phelps, 2008). Kahn (dalam Luthans dan Peterson, 2002), menjelaskan bahwa
employee engagement merupakan konstruk yang multidimensi. Karyawan
dapat secara emosional, kognitif atau fisik terikat, semakin mereka merasakan
keterikatan disetiap dimensi akan mendorong terciptanya keterikatan personal.
Keterikatan personal inilah yang mendorong tercipta employee engagement.
Salah satu dampak positif dari employee engagement dapat mendorong
pekerja untuk bertahan dalam organisasinya lebih lama. Seperti pada hasil
penelitian yang dilakukan oleh Right Management a Manpower Company di
15 (lima belas) Negara di Dunia, yaitu U.S., Kanada, Australia, New Zealand,
Brazil, UK, Paris, Jerman, Norwegia, Swedia, Denmark, China, India, Japan,
dan Korea Selatan pada tahun 2008-2009, menunjukkan bahwa pekerja yang
memiliki employee engagement memiliki keinginan untuk bertahan lebih lama
dalam organisasinya. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat dalam grafik
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 2
Hasil Penelitian Right Management a Manpower Company di 15 (lima belas)
Negara di Dunia Mengenai Perbedaan Intensitas Pekerja untuk Bertahan
dalam Pekerjaannya antara Pekerja yang Engaged dan yang Disengaged
Dari grafik hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa pekerja yang
engaged memiliki keinginan untuk bertahan dalam pekerjaannya pada jangka
waktu yang lebih lama dibanding dengan pekerja yang disengaged. Selain itu,
karyawan yang engaged memiliki komitmen untuk memberikan keunggulan
yang kompetitif bagi perusahaan, meningkatkan produktivitas yang lebih
tinggi dan mengurangi tingkat intensitas turnover karyawan (Vance, 2006).
Menurut McBain (2007), untuk dapat membangun employee
engagement, pimpinan organisasi diharapkan memiliki beberapa keterampilan.
Beberapa diantaranya adalah kemampuan berkomunikasi, terutama
kemampuan mendengarkan, memberikan feedback, dan penilaian kinerja, dan
memberikan pengakuan atas hasil kinerja. Pentingnya fungsi pemimpin dalam
pembentukan employee engagement, didukung pula dengan pernyataan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
hasil penelitian Development Dimensions International (DDI), bahwa kinerja
pemimpin yang baik meningkatkan engagement karyawan dengan organisasi.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut berarti bahwa peran pemimpin sangat
penting dalam membangun employee engagement.
Pentingnya peran pemimpin dalam membangun employee engagement
ini didukung pula oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli
seperti Sheridan & Vrendenburgh,1978; Ribelin, 2003; Eisenberger dkk,
2002; Rhoades dkk., 2001 (dalam Nowack), mereka mengungkapkan bahwa
kontribusi yang paling penting dan utama dalam pembentukan employee
engagement, empowerment, dan kepuasan adalah berdasar pada hubungan
pekerja dengan pemimpinnya dalam organisasi.
Kepemimpinan merupakan proses memotivasi dan mengarahkan orang
lain pada pencapaian tujuan, tujuan perseorangan atau organisasi akan tercapai
dengan hasil yang memuaskan apabila bentuk atau pola kepemimpinan yang
diterapkan benar dan sesuai dengan situasi yang ada (Jewell dan Siegal, 1998).
Pemilihan dalam penerapan gaya kepemimpinan yang tepat berpengaruh besar
terhadap keefektifan bawahan dalam bekerja dan bergeraknya sebuah
organisasi. Salah satu gaya kepemimpinan yang dapat memberikan dampak
yang baik dalam perkembangan organisasi adalah gaya kepemimpinan
transformasional, karena gaya kepemimpinan ini mengilhami dan memotivasi
bawahan untuk berbuat lebih dari yang diharapkan (Bass, 1985).
Bass (1985) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan transformasional
cenderung membangun kesadaran para bawahannya mengenai pentingnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
nilai kerja dan tugas mereka, pemimpin berusaha memperluas dan
meningkatkan kebutuhan melebihi minat pribadi serta mendorong perubahan
tersebut ke arah kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi. Maka,
bawahan dari hasil pimpinan transformasional ini akan percaya, kagum, setia,
dan hormat terhadap pimpinannya serta yang paling penting adalah karyawan
berkomitmen terhadap organisasi dan akan semakin engage atau terikat
dengan organisasinya. Dengan adanya komitmen dan keterikatan yang kuat
maka akan membantu organisasi dalam mencapai tujuannya.
Dalam proses-proses membangun employee engagement ini, selain
membutuhkan peran pemimpin, dapat juga dibangun melalui pendekatan
organisasi. Seperti yang diungkapkan oleh McBain (2007), organisasi menjadi
salah satu penggerak dalam penggerak employee engagement, unsur-unsur
dalam organisasi antara lain seperti nilai-nilai, visi misi, citra organisasi,
sistem dan struktur organisasi, serta budaya organisasi.
Budaya organisasi adalah pola asumsi dasar yang dibentuk bersama
oleh sekelompok individu, yang diperoleh dari hasil mempelajari dan
meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrasi
internal, kemudian pola asumsi dasar tersebut diajarkan kepada anggota-
anggota organisasi yang baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi,
berpikir, dan mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-
persoalan organisasi (Schein, 2004). Budaya organisasi dapat mendorong
adanya suatu bentuk stabilitas dan memberikan perasaan identitas organisasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
budaya yang kuat dicirikan oleh karyawan yang memiliki nilai inti bersama,
semakin banyak bernagi nilai inti bersama ini, semakin kuat budaya, dan
semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku (Ivancevich, dkk., 2005).
Maka, persepsi pekerja yang positif terhadap budaya organisasinya
dapat mengarahkan perilaku yang positif pula dalam organisasinya, karena
budaya organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang dapat
mengarahkan perilaku anggota organisasi. Hal tersebut dapat berarti bahwa,
semakin kuat budaya perusahaan, makin kuat pula dorongan untuk berprestasi
dan meningkatnya kinerja karyawan. Dengan demikian, karyawan akan
semakin meningkatkan komitmen pada organisasinya dan semakin memiliki
keterikatan dengan organisasinya.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan
employee engagement, dibutuhkan adanya tiga elemen penting dalam
perusahaan, yaitu individu karyawan, pemimpin, dan nilai-nilai perusahaan
yang telah digunakan sejak lama, yang disebut budaya organisasi. Sosok
pemimpin tarnsformasional akan mengarahkan perilaku yang positif dan
semakin mengikat karyawan dengan organisasinya karena para bawahan
mempunyai rasa kekaguman, kesetiaan dan hormat pada pimpinan serta
termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan pada awalnya dari
mereka. Budaya organisasi yang kuat dan terintenalisasi dalam diri pekerja
dapat mengarahkan perilaku pekerja untuk terus meningkatkan kinerja dan
semakin mengikat dirinya dengan organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian “Hubungan Antara Persepsi Gaya
Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi dengan
Employee Engagement” yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, dapat
digambarkan dalam diagram berikut:
Keterangan: Anak panah 1 : Hipotesis 1 Anak panah 2 : Hipotesis 2 Anak panah 3 : Hipotesis 3
Gambar 3
Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee
Engagement
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat hubungan antara Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee
Engagement.
Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Persepsi
Budaya Organisasi
Employee
Engagement1
3
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2. Terdapat hubungan antara Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dengan Employee Engagement..
3. Terdapat hubungan antara Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee
Engagement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Suryabrata (2006), mendefinisikan variabel sebagai sesuatu yang akan
menjadi objek pengamatan penelitian, atau sebagai faktor-faktor yang
berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Penelitian ini
menggunakan dua variabel prediktor dan satu variabel kriterium, yang
menjadi variabel prediktor adalah:
1. Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
2. Persepsi Budaya Organisasi
Sedangkan variabel kriterium dalam penelitian ini adalah: Employee
Engagement.
B. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal
yang didefinisikan dan dapat diamati atau diobservasi. Definisi operasional
pada variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
Employee engagement adalah suatu tingkatan keterikatan dan
keterlibatan pekerja terhadap pekerjaan serta organisasi yang ditunjukkan
dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar pekerja, memiliki kontribusi
yang lebih dalam organisasi, merasa mendapat dukungan dan perhatian dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
atasan dan rekan kerja, mendapatkan penerimaan dalam tempat kerja, dapat
melakukan segala sesuatunya dengan cara yang lebih baik, dan memiliki
kesempatan untuk mendapatkan pengembangan diri dan keterampilan. Aspek-
aspek yang digunakan untuk mengukur employee engagement ini
menggunakan dimensi pengukuran employee engagement yang diungkapkan
oleh tim peneliti Gallup Organization, yaitu: a) Basic need, b) Managerial
and co-worker, c) Belongness, dan d) Development and Grow. Semakin tinggi
skor yang diperoleh subjek, berarti semakin tinggi tingkat engagement subjek,
demikian juga sebaliknya, semakin rendah skor subjek, semakin rendah pula
tingkat engagement subjek.
Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional adalah cara pandang
individu terhadap pemimpin yang memandang bawahannya sebagai pengikut
yang sejajar, mengesampingkan kepentingan pribadi demi kebaikan
organisasi, menjadi insprasi, mampu menumbuhkan sikap saling percaya,
saling menghargai, dan motivasi yang besar untuk bekerja lebih dari yang
diharapkan. Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur Persepsi Gaya
Kepemimpinan transformasional ini menggunakan aspek yang dikemukakan
oleh Bass (1985), yaitu: a) Charisma, b) Inspirational Motivation, c)
Intelectual Stimulation, dan d) Individual Consideration. Semakin tinggi skor
yang diperoleh subjek, berarti semakin positif persepsi subjek terhadap gaya
kepemimpinan transformasional, demikian juga sebaliknya, semakin rendah
skor subjek, semakin semakin negatif persepsi subjek terhadap gaya
kepemimpinan transformasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Persepsi Budaya Organisasi adalah cara pandang individu terhadap
sistem nilai yang dibentuk secara bersama dari hasil keyakinan, tata nilai,
makna, dan asumsi-asumsi, sikap, norma perilaku, dan harapan-harapan
anggota organisasi, yang kemudian digunakan sebagai identitas organisasi
untuk mengarahkan perilaku anggota organisasinya. Aspek-aspek yang
digunakan dalam pengukuran budaya organisasi menggunakan aspek-aspek
yang diungkapkan oleh Robbins (1991), yaitu Individual initiative, Risk
Tolerance, Direction, Integration, Management Support, Control, Identity,
Reward System, Conflict Tolerance, Communication Patterns. Semakin tinggi
skor yang diperoleh subjek, berarti semakin positif persepsi subjek terhadap
budaya organisasinya, demikian juga sebaliknya, semakin rendah skor subjek,
semakin semakin negatif persepsi subjek terhadap budaya organisasinya.
C. Populasi, Sampel, dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah semua individu yang akan dikenakan generalisasi
hasil penelitian. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa populasi adalah
keseluruhan individu atau objek yang diteliti dan memiliki karakteristik yang
sama, seperti kesamaan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, wilayah
tempat tinggal, dan sebagainya (Latipun, 2004). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pegawai PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri (TSPM)
Surakarta, sejumlah 315 karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari individu yang diselidiki dan sampel
harus memiliki paling sedikit sifat yang sama, baik sifat kodrat maupun
pengkhususan (Hadi, 2004). Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta, yang memiliki karakteristik:
a. Merupakan pegawai tetap, bukan pegawai kontrak.
b. Telah memiliki masa kerja minimal 2 (dua) tahun di tempat ia bekerja
saat ini.
Kriteria karakteristik pegawai tetap dan telah memiliki masa kerja
minimal 2 (dua) tahun ini dibuat atas dasar pertimbangan bahwa subjek
penelitian ini harus sudah mengenal tempat kerja maupun organisasinya
dengan baik. Jumlah sampel berdasarkan karakteristik dan kuota yang telah
ditentukan tersebut adalah sejumlah 140 karyawan, dengan masing-masing
untuk try out adalah 46 subjek, dan 94 untuk penelitian.
3. Sampling
Sampling atau teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive quota random sampling yaitu pemilihan
sekelompok subjek berdasarkan karakteristik tertentu yang mempunyai
sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi dan sampel yang sudah
ditentukan sebelumnya (Hadi, 2004), yaitu dengan karakteristik: pegawai
tetap yang telah memiliki masa kerja minimal 2 (dua) tahun di tempat ia
bekerja saat ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
D. Teknik Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
skala psikologi. Skala psikologi yang digunakan merupakan modifikasi skala
Likert. Penskalaan model likert merupakan metode penskalaan pernyataan
sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai
skalanya (Gable, 1986; dalam Azwar, 2005). Skala likert dalam penelitian ini
menggunakan ciri-ciri empat alternatif jawaban yang dipisahkan menjadi
pertanyaan favourabel dan pertanyaan unfavourabel. Item berarah favorabel
bila isinya mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri adanya atribut yang
diukur, sebaliknya item yang isinya tidak mendukung atau tidak
menggambarkan ciri atribut yang diukur disebut item unfavorabel (Azwar,
2009). Cara penilaian menggunakan empat kategori jawaban tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.
Penilaian Pernyataan Favorabel dan Pertanyaan Unfavorabel
Kategori Jawaban Nilai
Favorabel Unfavorabel SS (Sangat Sesuai) 4 1 S (Sesuai) 3 2 TS (Tidak Sesuai) 2 3 STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 4
Skala psikologi yang digunakan terdiri dari 3 (tiga) buah skala sikap,
yaitu skala employee engagement, skala persepsi budaya organisasi, dan skala
persepsi gaya kepemimpinan transformasional, yang akan diuraikan dalam
kisi-kisi sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
1. Skala Employee Engagement
Skala employee engagement yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan modifikasi skala yang telah disusun oleh Paska (2009), yang
sebelumnya telah diuji memiliki reliabilitas sebesar 0,937 dan validitas
sebesar 0,755. Penyusunan alat ukur ini menggunakan dimensi yang
dirumuskan oleh tim peneliti Gallup Organization, yang meliputi: Basic
need (Dimensi kebutuhan dasar), Managerial and co-worker support
(Dukungan atasan dan rekan kerja), Belongness (Penerimaan dalam tempat
kerja), dan Development and Grow (Pengembangan dan pertumbuhan).
Skala terdiri dari 36 butir item, dengan 20 item favorabel dan 16 item
unfavorabel. Kisi-kisi atau blue print skala employee engagement yang
digunakan untuk uji coba ini dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 2.
Blue Print (Kisi-Kisi) Skala Employee Engagement Modifikasi dan Akan
Diujicobakan Kembali
No Aspek Indikator Favorabel Unfavora
bel Jml
1. Basic Need Tahu apa yang diharapkan
5,15 1 6
Bahan dan peralatan 8,24 27
2.
Managerial and co-worker support
Selalu melakukan yang terbaik
4,18,23 -
12
Penghargaan dan pujian 20 2,17 Kepedulian atasan atau seseorang di tempat kerja
28 12,21
Dukungan untuk berkembang
36 22,32
3. Belongness
Pendapat saya diperhitungkan
11,14 31
12
Misi dan tujuan perusahaan
9,10 25
Rekan kerja juga melaksanakan kerja bermutu
19, 30 34
Di kantor ada teman dekat
35 13,16
4. Development and grow
Perhatian tentang kemajuan
6 7,29 6
Kesempatan untuk belajar dan bertumbuh
3,26 33
Jumlah 20 16 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
2. Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Skala persepsi gaya kepemimpinan transformasional dalam
penelitian ini disusun berdasar aspek-aspek yang dikemukakan oleh Bass
dan Avolio (1990), yang terdiri dari karisma, motivasi inspirasional,
stimulasi intelektual, dan perhatian individu. Jumlah item dalam skala ini
adalah 40 butir, yang terdiri dari 20 butir item favorabel dan 20 butir item
unfavorabel.
Tabel 3.
Blue Print (Kisi-kisi) Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jml
1. Karisma Kewibawaan 2, 28 12, 40
10 Visi misi yang jelas 14, 25 18, 31 Percaya diri tinggi 16 20
2. Motivasi Inspirasional
Mengkomunikasi harapan yang tinggi
8, 22 10, 30
10 Menjadi teladan 11, 26 3, 24 Kejelasan tentang pandangan ke depan
4 15
3. Stimulasi Intelektual
Mengasah kreatifitas bawahan
1, 32 7, 27
10 Mengembangkan ide baru
17, 6 19, 13
Meningkatkan kepekaan bawahan terhadap masalah
33 29
4. Perhatian Individu
Responsif terhadap perasaan bawahan
23, 39 5, 35
10 Responsif terhadap kebutuhan bawahan
9, 36 21, 38
Partisipasi dalam pemecahan masalah
37 34
Jumlah 20 20 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
3. Skala Persepsi Budaya Organisasi
Skala pengukuran persepsi budaya organisasi dalam penelitian ini
disusun menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Robbins (1991),
yang terdiri dari: Individual initiative, Risk Tolerance, Direction,
Integration, Management Support, Control, Identity, Reward System,
Conflict Tolerance, Communication Patterns. Jumlah item dalam skala ini
adalah 54 butir, yang terdiri dari 27 butir item favorabel dan 27 butir item
unfavorabel. Kisi-kisi atau blue print skala persepsi budaya organisasi yang
digunakan untuk uji coba ini dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 4.
Blue Print (Kisi-kisi) Skala Persepsi Budaya Organisasi
No Aspek Indikator Favo-rabel
Unfavo-rabel
Jml
1 Individual Initiative
Tanggung jawab 21 9 6 Kebebasan 41 43
Kemandirian 10 46
2 Risk Tolerance Agresif 11 26
4 Inovatif 45 25 Mau menghadapi resiko 42 52
3 Direction Tujuan yang akan dicapai 19, 29 3, 33
6 Kinerja yang diharapkan 50 14
4 Integration
Kerja sama dengan rekan kerja
6, 36 16, 48
6 Kerja sama antara pimpinan dengan karyawan
20 18
5 Management Support
Bantuan 39 34 4
Dukungan 24 44
6 Control Peraturan 2, 30 12,54
6 Pengawasan 49 22
7 Identity Bagian dari perusahaan 53 47
4 Ciri Khas 51 32
8 Reward System Bonus 37 31
4 Penempatan 7 8
9 Conflict Tolerance
Kritis terhadap konflik 23, 38 15, 28 6
Penyelesaian Konflik 13 5
10 Communication Patterns
Komunikasi karyawan dengan perusahaan
1 17
6 Komunikasi karyawan dengan pimpinan
40 35
Komunikasi karyawan mengenai pekerjaan
27 4
Jumlah 27 27 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dapat diketahui dengan uji
validitas dan uji reliabilitas, yaitu sebagai berikut:
1. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Validitas alat ukur adalah sejauh mana alat ukur tersebut mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengkaji validitas alat ukur
dilihat dari tiga arah, yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas
kriteria. Penelitian ini, menggunakan uji validitas didasarkan pada validitas isi
dan uji validitas internal. Uji validitas isi dilakukan dengan telaah dan revisi
butir pernyataan berdasarkan pendapat professional (professional judgment),
yaitu dosen pembimbing. Sedangkan untuk uji daya beda item, menggunakan
teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Untuk mempermudah
perhitungan, maka penghitungan ini menggunakan program Statistical
Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Azwar (2009) reliabilitas mengacu pada konsistensi atau
keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran.
Reliabilitas dinyatakan dengan koefisiensi reliabilitas (rxx’) yang angkanya
berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas.
Sebaliknya koefisien reliabilitas yang semakin rendah mendekati 0 berarti
semakin rendah reliabilitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan formula Alpha
Cronbach yaitu dengan membelah aitem-aitem sebanyak dua atau tiga bagian,
sehingga setiap belahan berisi aitem dengan jumlah yang sama banyak
(Azwar, 2009). Skala dapat dinyatakan handal apabila dalam pengujian
reliabilitas diperoleh nilai Cronbach alpha diatas 0,60 (Azwar, 2009). Untuk
mempermudah perhitungan, maka penghitungan ini menggunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0.
F. Metode Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis
pada penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Alasan
menggunakan metode ini karena pada penelitian ini menggunakan dua
variabel prediktor, yaitu persepsi kepemimpinan transformasional dan
persepsi budaya organisasi, serta satu variabel kriterium yaitu employee
engagement. Dengan menggunakan analisis regresi berganda ini dapat
diketahui hubungan antara kedua variabel prediktor secara bersama-sama
dengan variabel kriteriumnya, yaitu antara persepsi gaya kepemimpinan
transformasional dan persepsi budaya organisasi dengan employee
engagement.
Untuk dapat menggunakan teknik analisis regresi berganda, harus
dilakukan tahapan perhitungan uji asumsi terlebih dahulu, yaitu meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
1. Uji Asumsi Dasar
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui populasi data berdistribusi normal atau tidak,
yaitu dengan melihat nilai Kolmogrov-Smirnov. Data dikatakan
berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05.
b. Uji Liniearitas
Untuk mengetahui dua variabel mempunyai hubungan linear atau
tidak secara signifikan. Dua variabel dikatakan linear apabila
signifikansi (Linearity) < 0,05.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel
independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi
dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas, yaitu
jika nilai Inflation Factor (VIF) pada model regresi adalah < 5.
b. Uji Heterodektisitas
Untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari
residual pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam
model regresi adalah tidak adanya heterodektisitas, yaitu dengan
melihat pola pada diagram scatterplot (Santoso, 2011),
c. Uji Autokorelasi
Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah
tidak adanya autokorelasi, yaitu dengan uji durbin watson jika d
terletak antara du dan (4-du).
(Priyatno, 2010)
Keseluruhan perhitungan dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan komputer menggunakan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS) versi 17.0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah
perlunya memahami kancah atau tempat penelitian dan mempersiapkan segala
sesuatu yang berkenaan dengan jalannya penelitian. Berkaitan dengan penentuan
kancah penelitian terlebih dahulu dilakukan observasi pendahuluan dengan tujuan
memperoleh kesesuaian penelitian dengan kondisi sampel dan instrumen yang
dibuat untuk dapat mengungkap data yang diperlukan. Dari hasil observasi
tersebut, maka lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah PT. Tiga
Serangkai Surakarta.
PT Tiga Serangkai didirikan oleh H. Abdullah Marzuki (alm). H. Abdullah
Marzuki (alm), lahir pada tahun 1936 di Desa Padi Kecamatan Tulakan
Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Memulai karier dengan menjadi guru Sekolah
Dasar (SD) di Kecamatan Watukelir Kabupaten Sukoharjo. Pada tahun 1958
pindah mengajar di kelas VI SD Watugenuk Wuryantoro Wonogiri dan membuat
kumpulan soal-soal ujian untuk kelas VI SD, yaitu himpunan soal pengetahuan
alam dan pengetahuan umum. Hasil kumpulan soal beliau cetak di Toko Buku
“Tiga” dengan menggunakan mesin retrotari. Animo permintaan buku meningkat,
Toko Buku “Tiga” pun tidak mampu memenuhi permintaan buku sehingga beliau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
membuka percetakan buku sendiri, dengan nama CV. Tiga Serangkai, mengenang
jasa Toko Buku “Tiga”.
Melalui pengelolaan yang baik CV Tiga Serangkai terus berkembang
dengan pesat. Pada tahun 1968 CV Tiga Serangkai pindah ke Solo. Tahun 1972
berhasil membangun gedung di jalan Dr. Supomo 23 Solo. Tahun 1980 s.d. 1987
CV Tiga Serangkai terus mengembangkan kualitas hasil produksi dengan
membeli mesin-mesin modern dan canggih, sehingga mampu melayani kebutuhan
konsumen di seluruh Indonesia. H. Abullah Marzuki wafat pada tanggal 14
Desember 1990, kemudian usaha dilanjutkan oleh istrinya, Siti Aminah Marzuki
dan anak – anaknya, Syamsu Hidayat, Eny Rahma Zaenah, dan Ridwan Djauhari.
Tahun 1992 CV Tiga Serangkai mengubah bentuk badan usaha dari CV
menjadi PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Tahun 2002 mengembangkan usaha
dengan membuat Business Unit, diantaranya PT Tiga Serangkai Inti Corpora
sebagai Holding Company, diikuti dengan bisnis unit PT Tiga Serangkai
International, PT Wangsa Jatra Lestari, PT Pantja Simpati, PT Assalaam Niaga
Utama, PT Tiga Serangkai Nusantara, PT K-33 Distribution, PT Niaga Distrindo.
Struktur Unit Bisnis PT Tiga Serangkai adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Gambar 4.
Struktur Unit Bisnis PT Tiga Serangkai
Visi dan misi yang dikembangkan oleh PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri ini
adalah:
1. Visi:
Menjadi perusahaan penerbitan dan percetakan terkemuka dengan
mengutamakan selera konsumen dan kualitas isi, serta dapat memberikan
kontribusi yang berharga bagi pendidikan nasional.
K33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
2. Misi:
Menghasilkan produk-produk buku berkualitas yang memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan cara meningkatkan kualitas profesional SDM,
responsif dan adaptif atas perubahan, dan dengan menekankan kepada
keterjangkauan harga dan layanan
2. Persiapan Penelitian
a. Persiapan Administrasi
1) Peneliti mengajukan surat ijin penelitian dari Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nomor
surat 920/UN27.06.7.1/TU/2011 yang ditujukan kepada Manager Human
Resources Development (HRD) PT. Tiga Serangkai Surakarta untuk
mendapatkan persetujuan penelitian di PT. Tiga Serangkai Surakarta.
2) Setelah mendapatkan izin penelitian dengan pihak perusahaan, peneliti
membuat timeline jadwal uji coba dan jadwal pelaksanaan penelitian
dengan pihak perusahaan, serta mendiskusikan jumlah sampel yang bisa
digunakan dalam penelitian.
b. Persiapan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga buah
skala sikap, yaitu: skala employee engagement, skala persepsi gaya
kepemimpinan transformasional, dan skala persepsi budaya organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
1) Skala Employee Engagement
Skala employee engagement yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan adaptasi skala yang telah disusun oleh Paska (2009), yang
sebelumnya telah diuji dan memiliki reliabilitas sebesar 0,937 dan
validitas sebesar 0,755. Penyusunan alat ukur ini menggunakan dimensi
yang dirumuskan oleh tim peneliti Gallup Organization, yang meliputi:
Basic need (Dimensi kebutuhan dasar), Managerial and co-worker
support (Dukungan atasan dan rekan kerja), Belongness (Penerimaan
dalam tempat kerja), dan Development and Grow (Pengembangan dan
pertumbuhan). Skala employee engagement ini terdiri dari 36 item,
dengan 20 item favorabel dan 16 item unfavorabel. Distribusi item skala
tersebut adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tabel 5.
Blue Print (Kisi-Kisi) Skala Employee Engagement Untuk Uji Coba
No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jml
1. Basic Need
Tahu apa yang diharapkan
5,15 1 6
Bahan dan peralatan 8,24 27
2. Managerial and co-worker support
Selalu melakukan yang terbaik
4,18,23 -
12
Penghargaan dan pujian 20 2,17
Kepedulian atasan atau seseorang di tempat kerja
28 12,21
Dukungan untuk berkembang
36 22,32
3. Belongness
Pendapat saya diperhitungkan
11,14 31
12
Misi dan tujuan perusahaan
9,10 25
Rekan kerja juga melaksanakan kerja bermutu
19, 30 34
Dikantor ada teman dekat
35 13,16
4. Development and grow
Perhatian tentang kemajuan
6 7,29
6 Kesempatan untuk belajar dan bertumbuh
3,26 33
Jumlah 20 16 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
2) Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Skala persepsi gaya kepemimpinan transformasional dalam
penelitian ini disusun berdasar aspek-aspek yang dikemukakan oleh Bass
dan Avolio (1990), yang terdiri dari karisma, motivasi inspirasional,
stimulasi intelektual, dan perhatian individu. Jumlah item dalam skala ini
adalah 40 butir, yang terdiri dari 20 butir item favorabel dan 20 butir item
unfavorabel.
Tabel 6.
Blue Print (Kisi-kisi) Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Untuk Uji Coba
No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jml
1. Karisma (Charisma)
Kewibawaan 2, 28 12, 40 10 Visi misi yang jelas 14, 25 18, 31
Percaya diri tinggi 16 20
2.
Motivasi Inspirasional (Inspirational motivation)
Mengkomunikasi harapan yang tinggi 8, 22 10, 30
10 Menjadi teladan 11, 26 3, 24 Kejelasan tentang pandangan ke depan 4 15
3.
Stimulasi Intelektual (Intellectual stimulation)
Mengasah kreatifitas bawahan 1, 32 7, 27
10 Mengembangkan ide baru 17, 6 19, 13
Meningkatkan kepekaan bawahan terhadap masalah
33 29
4.
Perhatian Individu (Individualized consideration)
Responsive terhadap perasaan bawahan 23, 39 5, 35
10 Responsive terhadap kebutuhan bawahan 9, 36 21, 38
Partisipasi dalam pemecahan masalah 37 34
Jumlah 20 20 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
3) Skala Persepsi Budaya Organisasi
Skala pengukuran persepsi budaya organisasi dalam penelitian ini
disusun menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Robbins
(1991), yang terdiri dari: Individual initiative, Risk Tolerance, Direction,
Integration, Management Support, Control, Identity, Reward System,
Conflict Tolerance, Communication Patterns. Jumlah item dalam skala
ini adalah 54 butir, yang terdiri dari 27 butir item favorabel dan 27 butir
item unfavorabel. Berikut adalah tabel Blue Print (Kisi-kisi) Skala
Persepsi Budaya Organisasi untuk uji coba:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tabel 7.
Blue Print (Kisi-kisi) Skala Persepsi Budaya Organisasi Untuk Uji Coba
No Aspek Indikator Favora-bel
Unfavora- bel Jml
1 Individual Initiative
Tanggung jawab 21 9 6 Kebebasan 41 43
Kemandirian 10 46
2 Risk Tolerance
Agresif 11 26
4 Inovatif 45 25 Mau menghadapi resiko 42 52
3 Direction
Tujuan yang akan dicapai 19, 29 3, 33
6 Kinerja yang diharapkan 50 14
4 Integration
Kerja sama dengan rekan kerja 6, 36 16, 48
6 Kerja sama antara pimpinan dengan karyawan
20 18
5 Management Support
Bantuan 39 34 4 Dukungan 24 44
6 Control Peraturan 2, 30 12,54 6 Pengawasan 49 22
7 Identity Bagian dari perusahaan 53 47 4 Ciri Khas 51 32
8 Reward System Bonus 37 31 4 Penempatan 7 8
9 Conflict Tolerance
Kritis terhadap konflik 23, 38 15, 28
6 Penyelesaian Konflik 13 5
10 Communication Patterns (Pola Komunikasi)
Komunikasi karyawan dengan perusahaan
1 17
6 Komunikasi karyawan dengan pimpinan
40 35
Komunikasi karyawan mengenai
27 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
pekerjaan Jumlah 27 27 54
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Subjek Penelitian
Sampel yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pegawai PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri (TSPM) Surakarta, yang memiliki
karakteristik:
c. Merupakan pegawai tetap, bukan pegawai kontrak.
d. Telah memiliki masa kerja minimal 2 (dua) tahun di tempat ia bekerja
saat ini.
Kriteria karakteristik pegawai tetap dan telah memiliki masa kerja
minimal 2 (dua) tahun ini dibuat atas dasar pertimbangan bahwa subjek
penelitian ini harus sudah mengenal tempat kerja maupun organisasinya
dengan baik. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive quota random sampling yaitu pemilihan sekelompok
subjek berdasarkan karakteristik tertentu yang mempunyai sangkut paut yang
erat dengan ciri-ciri populasi dan sampel yang sudah ditentukan sebelumnya
(Hadi, 2004).
Jumlah karyawan dengan karakteristik tersebut adalah sebanyak 285
karyawan, namun jumlah karyawan yang dapat digunakan sebagai sampel
penelitian ini berdasarkan kuota yang telah ditentukan dengan PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri (TSPM) Surakarta tersebut adalah sejumlah 140
karyawan, 46 karyawan untuk uji coba, dan 94 karyawan untuk penelitian.
Penentuan kuota tersebut terkait dengan masalah teknis di lapangan, bahwa di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
beberapa bagian atau divisi di perusahaan tersebut memiliki kesibukan dan
jam kerja yang sulit untuk ditemui serta padatnya pekerjaan karyawan. Selain
itu, adanya penelitian dari tempat lain yang menggunakan karyawan PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri (TSPM) Surakarta.
Namun sampel yang digunakan pada penelitian ini sejumlah 81
responden dari 94 responden yang terkumpul, dikarenakan pada saat uji
normalitas terdapat data yang tidak normal, maka peneliti membuang oulier
sejumlah 13 responden, sehingga didapatkan normalitas data. Outlier adalah
data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari
obervasi-observasi lainnya, dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim (Ghozali,
2009).
2. Pengumpulan Data Uji Coba
Setiap pengukuran selalu diharapkan untuk mendapat hasil ukur yang
akurat dan objektif, salah satu upaya untuk mencapainya adalah alat ukur
yang digunakan harus sahih dan reliabel atau handal (Hadi, 2004). Oleh
karena itu sebelum skala penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji
coba untuk mengetahui indeks daya beda item-item dari tiap-tiap skala dan
reliabilitas skala tersebut. Skala penelitian diujicobakan kepada kelompok
subjek yang mempunyai karakteristik setara dengan subjek penelitian (Azwar,
2009). Uji coba skala ini dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2011 sampai
dengan 20 Juni 2011 pada 50 orang karyawan PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri (TSPM) Surakarta, namun skala yang terisi dan kembali pada
peneliti sejumlah 46 buah skala. Skala yang diujicobakan ini adalah skala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Employee Engagement, skala Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional, dan Skala Persepsi Budaya Organisasi.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Penghitungan Validitas
Penghitungan validitas ketiga skala dalam penelitian ini menggunakan
teknik korelasi product moment dari Pearson, dengan menggunakan
bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0.
Hasil penghitungan validitas pada masing-masing skala adalah sebagai
berikut:
1) Skala Employee Engagement
Keseluruhan jumlah skala Employee Engagement pada saat uji coba
adalah sebanyak 36 buah item, kemudian setelah dilakukan uji
validitas terdapat 6 buah item yang dinyatakan gugur, yaitu item-
item pada nomor: 3, 4, 10, 13, 15, 21. Sedangkan jumlah item yang
valid adalah 30 buah item, yaitu 16 item favorabel dan 14 item
unfavorabel. Distribusi item Skala Employee Engagement yang valid
dan yang gugur dapat dilihat pada tabel 9 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Tabel 8.
Distribusi Item Valid dan Gugur Skala Employee Engagement
No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel
Valid Gugur Valid Gugur
1. Basic Need
Tahu apa yang diharapkan
5 15 1 -
Bahan dan peralatan 8,24 - 27 -
2. Managerial and co-worker support
Selalu melakukan yang terbaik
18,23 4 - -
Penghargaan dan pujian
20 - 2,17 -
Kepedulian atasan atau seseorang di tempat kerja
28 - 12 21
Dukungan untuk berkembang
36 - 22,32 -
3. Belongness
Pendapat saya diperhitungkan
11,14 - 31 -
Misi dan tujuan perusahaan
9 10 25 -
Rekan kerja juga melaksanakan kerja bermutu
19, 30 - 34 -
Dikantor ada teman dekat
35 - 16 13
4. Development and grow
Perhatian tentang kemajuan
6 - 7,29 -
Kesempatan untuk belajar dan bertumbuh
26 3 33 -
Jumlah 16 4 14 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Maka, item-item yang akan digunakan dalam penelitian adalah
sebanyak 30 item yang telah dinyatakan valid. Berikut adalah tabel
kisi-kisi (Blue Print) Skala Employee Engagement dengan
penomoran baru yang akan digunakan dalam penelitian:
Tabel 9.
Blue Print (Kisi-Kisi) Skala Employee Engagement Untuk Penelitian
dengan Penomoran Baru
No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jml
1. Basic Need Tahu apa yang diharapkan
5(3) 1(1) 5
Bahan dan peralatan 8(6),24(23) 27(21)
2. Managerial and co-worker support
Selalu melakukan yang terbaik
18(13),23(17) -
10
Penghargaan dan pujian 20(15) 2(2),17(12) Kepedulian atasan atau seseorang di tempat kerja
28(22) 12(9)
Dukungan untuk berkembang
36(30) 22(16),32(26)
3. Belongness
Pendapat saya diperhitungkan
11(8),14(10) 31(25)
10
Misi dan tujuan perusahaan
9(7) 25(19)
Rekan kerja juga melaksanakan kerja bermutu
19(14), 30(24) 34(28)
Dikantor ada teman dekat
35(29) 16(11)
4. Development and grow
Perhatian tentang kemajuan
6(4) 7(5),29(23) 5
Kesempatan untuk belajar dan bertumbuh
26(20) 33(27)
Jumlah 17 13 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
2) Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Keseluruhan jumlah skala Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional pada saat uji coba adalah sebanyak 40 buah item,
kemudian setelah dilakukan uji validitas terdapat 5 buah item yang
dinyatakan gugur, yaitu item-item pada nomor: 3, 16, 24, 29, 34.
Sedangkan jumlah item yang valid adalah 35 buah item, yaitu 19
item favorabel dan 16 item unfavorabel. Distribusi item Skala
Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional yang valid dan yang
gugur dapat pada dilihat tabel 11 berikut:
Tabel 10. Distribusi Item Valid dan Gugur Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Valid Gugur Valid Gugur
1. Karisma (Charisma)
Kewibawaan 2, 28 - 12, 40 - Visi misi yang jelas 14, 25 - 18, 31 - Percaya diri tinggi - 16 20 -
2.
Motivasi Inspirasional (Inspirational motivation)
Mengkomunikasi harapan yang tinggi 8, 22 - 10, 30 -
Menjadi teladan 11, 26 - - 3, 24 Kejelasan tentang pandangan ke depan 4 - 15
3.
Stimulasi Intelektual (Intellectual stimulation)
Mengasah kreatifitas bawahan 1, 32 - 7, 27 -
Mengembangkan ide baru 17, 6 - 19, 13 -
Meningkatkan kepekaan bawahan terhadap masalah
33 - - 29
4.
Perhatian Individu (Individualized consideration)
Responsive terhadap perasaan bawahan 23, 39 - 5, 35 -
Responsive terhadap kebutuhan bawahan 9, 36 - 21, 38 -
Partisipasi dalam pemecahan masalah 37 - - 34
Jumlah 19 1 16 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Maka, item-item yang akan digunakan dalam penelitian adalah sejumlah 35
item yang telah dinyatakan valid. Berikut adalah tabel kisi-kisi (Blue Print)
Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan penomoran
baru yang akan digunakan dalam penelitian.
Tabel 11.
Blue Print (Kisi-kisi) Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional Untuk
Penelitian dengan Penomoran Baru
No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jml
1. Karisma (Charisma)
Kewibawaan 2(2), 28(25) 12(11), 40(35)
9 Visi misi yang jelas
14(13), 25(22) 18(16), 31(27)
Percaya diri tinggi - 20(18)
2.
Motivasi Inspirasional (Inspirational motivation)
Mengkomunikasi harapan yang tinggi
8(7), 22(20) 10(9), 30(26)
7 Menjadi teladan 11(10), 26(23) -
Kejelasan tentang pandangan ke depan
4(3) 15(14)
3.
Stimulasi Intelektual (Intellectual stimulation)
Mengasah kreatifitas bawahan 1(1), 32(28) 7(6), 27(24)
11 Mengembangkan ide baru 17(15), 6(5) 19(17), 13(12)
Meningkatkan kepekaan bawahan terhadap masalah
33(29) -
4.
Perhatian Individu (Individualized consideration)
Responsive terhadap perasaan bawahan
23(21), 39(34) 5(4), 35(30)
9 Responsive terhadap kebutuhan bawahan
9(8), 36(31) 21(19), 38(33)
Partisipasi dalam pemecahan masalah
37(32) -
Jumlah 19 16 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
3) Skala Persepsi Budaya Organisasi
Jumlah skala Persepsi Budaya Organisasi pada saat uji coba adalah
sebanyak 54 buah item, kemudian setelah dilakukan uji validitas
terdapat 12 buah item yang dinyatakan gugur, yaitu item-item pada
nomor: 8, 9, 14, 15, 18, 19, 25, 30, 42, 46, 47, 54. Sedangkan
jumlah item yang valid adalah 42 buah item, yaitu 24 item favorabel
dan 18 item unfavorabel. Distribusi item Skala Persepsi Budaya
Organisasi yang valid dan yang gugur sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Tabel 12.
Distribusi Item Valid dan Gugur Skala Persepsi Budaya Organisasi
No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Valid Gugur Valid Gugur
1 Individual Initiative
Tanggung jawab 21 - - 9 Kebebasan 41 - 43 - Kemandirian 10 - - 46
2 Risk Tolerance
Agresif 11 - 26 - Inovatif 45 - - 25 Mau menghadapi resiko - 42 52 -
3 Direction
Tujuan yang akan dicapai 29 19 3, 33 -
Kinerja yang diharapkan 50 - - 14
4 Integration
Kerja sama dengan rekan kerja 6, 36 - 16, 48 -
Kerja sama antara pimpinan dengan karyawan
20 - - 18
5 Management Support
Bantuan 39 - 34 - Dukungan 24 - 44 -
6 Control Peraturan 2 30 12 54 Pengawasan 49 - 22
7 Identity Bagian dari perusahaan 53 - - 47
Ciri Khas 51 - 32 -
8 Reward System Bonus 37 - 31 - Penempatan 7 - - 8
9 Conflict Tolerance
Kritis terhadap konflik 23, 38 - 28 15
Penyelesaian Konflik 13 - 5 -
10 Communication Patterns
Komunikasi perusahaan 1 - 17 -
Komunikasi dengan pimpinan 40 - 35 -
Komunikasi mengenai pekerjaan 27 - 4 -
Jumlah 24 3 18 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Maka, item-item yang akan digunakan dalam penelitian adalah
sejumlah 42 item yang telah dinyatakan valid. Berikut adalah tabel
kisi-kisi (Blue Print) Skala Persepsi Budaya Organisasi dengan
penomoran baru yang akan digunakan dalam penelitian:
Tabel 13. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Persepsi Budaya Organisasi Untuk Penelitian dengan
Penomoran Baru No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jml
1 Individual Initiative Tanggung jawab 21(15) -
5 Kebebasan 41(33) 43(34) Kemandirian 10(8) -
2 Risk Tolerance
Agresif 11(9) 26(19)
4 Inovatif 45(36) - Mau menghadapi resiko - 52(41)
3 Direction
Tujuan yang akan dicapai 29(22) 3(3), 33(25)
4 Kinerja yang diharapkan 50(39) -
4 Integration
Kerja sama dengan rekan kerja 6(6), 36(28) 16(12), 48(37)
5 Kerja sama antara pimpinan dengan karyawan
20(14) -
5 Management Support
Bantuan 39(31) 34(26) 4
Dukungan 24(18) 44(35)
6 Control Peraturan 2(2) 12(10) 4 Pengawasan 49(38) 22(16)
7 Identity Bagian dari perusahaan 53(42) - 3 Ciri Khas 51(40) 32(24)
8 Reward System Bonus 37(29) 31(23)
3 Penempatan 7(7) -
9 Conflict Tolerance Kritis terhadap konflik 23(17),
38(30) 28(21) 5
Penyelesaian Konflik 13(11) 5(5)
10 Communication Patterns
Dengan perusahaan 1(1) 17(13)
6 Dengan pimpinan 40(32) 35(27)
Komunikasi pekerjaan 27(20) 4(4) Jumlah 24 18 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
b. Penghitungan Reliabilitas
Setelah uji validitas kemudian dilakukan uji reliabilitas pada item yang
valid. Pengujian reliabilitas diperlukan untuk mengetahui konsistensi atau
keterpercayaan skala psikologis, sehingga didapat skala psikologis yang
konsisten dari waktu ke waktu. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien
reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00.
Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin
tinggi reliabilitas, sebaliknya koefisien reliabilitas yang semakin rendah
mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitas (Azwar, 2009).
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
Cronbach’s Alpha, dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS
17.0 for windows. Penelitian ini menggunakan batasan reliabilitas menurut
Arikunto (2007) bahwa reliabilitas suatu skala dikatakan baik jika memiliki
nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6. Berikut adalah hasil uji reliabilitas
dari masing-masing skala :
1) Skala Employee Engagement
Koefisien reliabilitas Skala Employee Engagement adalah sebesar
0,940. Hal ini berarti bahwa koefisien reliabilitas skala ini termasuk
dalam kategori sangat tinggi, sehingga skala Employee Engagement
ini dianggap baik, handal dan reliable untuk dipergunakan sebagai
alat ukur suatu penelitian. Penghitungan dan perincian selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
2) Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Koefisien reliabilitas Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional adalah sebesar 0,979. Hal ini berarti bahwa
koefisien reliabilitas skala ini termasuk dalam kategori sangat tinggi,
sehingga skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional ini
dianggap baik, handal dan reliable untuk dipergunakan sebagai alat
ukur suatu penelitian. Penghitungan dan perincian selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran.
3) Skala Persepsi Budaya Organisasi
Koefisien reliabilitas Skala Persepsi Budaya Organisasi adalah
sebesar 0,922. Hal ini berarti bahwa koefisien reliabilitas skala ini
termasuk dalam kategori sangat tinggi, sehingga skala Persepsi Gaya
Budaya Organisasi ini dianggap baik, handal dan reliable untuk
dipergunakan sebagai alat ukur suatu penelitian. Penghitungan dan
perincian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
4. Pengumpulan Data Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri (TSPM),
pada tanggal 30 Juni 2011 – 14 Juli 2011. Peneliti menyerahkan skala pada
bagian Human Resources Development (HRD) PT Tiga Serangkai Surakarta
pada tanggal 30 Juni 2011, kemudian bagian HRD tersebut menyebarkan
skala kepada karyawan yang memiliki kesesuaian karakteristik penelitian di
masing-masing divisi pada unit Tiga Serangkai Pustaka Mandiri (TSPM).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Selanjutnya, peneliti kembali mengambil kuesioner yang telah diisi dan
terkumpul pada tanggal 12 Juli 2011 dan 14 Juli 2011.
5. Pelaksanaan Skoring
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah memberikan
skor untuk keperluan analisis data. Skor untuk masing-masing skala bergerak
dari 1-4 dengan memperhatikan sifat item favorable dan unfavorable. Skor
dari item favorabel adalah 4 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), 3
untuk pilihan jawaban Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk
Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan skor item unfvorabel adalah 1 untuk
pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), 2 untuk Sesuai (S), 3 untuk jawaban
tidak sesuai (TS), dan 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Kemudian
skor yang diperoleh dari subjek penelitian dijumlahkan untuk masing-masing
skala. Total skor skala yang diperoleh dari subjek penelitian ini dipakai dalam
analisis data.
C. Hasil Analisis Data Penelitian
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji
asumsi dasar dan uji asumsi klasik. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan
dengan bantuan komputer program Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 17.0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
1. Uji Asumsi Dasar
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dalam
penelitian terdistribusi secara normal atau tidak. Jika analisis menggunakan
metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, sehingga
hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi (Priyatno, 2010). Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogorov-
Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal
jika nilai signifikansi lebih besar 5% atau 0,05. Hasil uji normalitas yang
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows yaitu :
Tabel 14.
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Engagement Transormasional BO
81 81 81
Normal Parametersa,,b Mean 93.44 108.58 130.46
Std. Deviation 7.438 4.530 5.196
Most Extreme Differences
Absolute .147 .117 .102
Positive .140 .054 .102
Negative -.147 -.117 -.092
Kolmogorov-Smirnov Z 1.323 1.054 .922
Asymp. Sig. (2-tailed) .060 .216 .364
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat pada kolom Kolmogorov-
Smirnov dan dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. Engagement sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
0,06 > p= 0,05 ; nilai Asymp. Sig. Kepemimpinan Transfromasional sebesar
0,216 > p= 0,05 ; serta nilai Asymp. Sig. Budaya Oragnisasi sebesar 0,364 >
p= 0,05. Nilai Asymp. Sig. ketiga variabel penelitian menunjukkan nilai diatas
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data varibel penelitian tersebut telah
terdistribusi secara normal.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui bentuk linieritas hubungan
antara variabel bebas dan variabel tergantung. Pengujian linieritas dalam
penelitian ini menggunakan test for linierity dengan bantuan komputer
program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0. dua
variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (pada
kolom linierity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2010). Berikut hasil uji linearitas
penelitian ini:
Tabel 15.
Hasil Uji Linieritas antara Variabel Employee Engagement dengan Persepsi Gaya
Kepemimpinan Transformasional
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Engagement * Transformasional
Between Groups
(Combined) 1431.872 18 79.548 1.647 .076
Linearity 439.165 1 439.165 9.094 .004
Deviation from Linearity
992.707 17 58.395 1.209 .285
Within Groups 2994.128 62 48.292
Total 4426.000 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Tabel 16.
Hasil Uji Linieritas antara Variabel Employee Engagement dengan Variabel Persepsi
Budaya Organisasi
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Engagement * Budaya Organisasi
Between Groups
(Combined) 1753.573 20 87.679 1.969 .023
Linearity 389.754 1 389.754 8.751 .004
Deviation from Linearity
1363.818 19 71.780 1.612 .083
Within Groups 2672.427 60 44.540
Total 4426.000 80
Hasil uji linieritas untuk variabel Employee Engagement dengan
Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional diperoleh nilai Sig. pada
kolom Linierity sebesar 0,004 (0,004 < 0,05). Demikian juga untuk variabel
Employee Engagement dengan Budaya Organisasi diperoleh nilai Sig. pada
kolom Linierity sebesar 0,004 (0,004 < 0,05). Nilai signifikansi antara
variabel bebas dengan variabel tergantung adalah kurang dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan
variabel tergantung bersifat linier.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Dalam
analisis regresi dua prediktor, model harus terbebas dari multikolineritas, yaitu
jika nilai Inflation Factor (VIF) pada model regresi adalah kurang dari 5
(Priyatno, 2010).
Tabel 17.
Hasil Uji Multikolinieritas
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Tolerance VIF
1 (Constant) 4.671 24.075 .194 .847
Transformasional .420 .177 2.367 .020 .934 1.070
Budaya Organisasi .331 .155 2.140 .035 .934 1.070
Berdasarkan hasil uji melalui VIF pada hasil output SPSS tabel
coefficients, masing-masing variabel independent yaitu variabel Persepsi Gaya
Kepemimpinan Transformasional dan Budaya Organisasi memiliki VIF
sebesar 1,070. Karena nilai VIF kurang dari 5, maka dapat dinyatakan bahwa
variabel penelitian terbebas dari multikolinieritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Prasyarat yang harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya heteroskedastisitas
(Priyatno, 2010). Pengujian heteroskesdastisitas dapat dilihat dari pola pada
scatterplot. Heteroskesdastisitas tidak terjadi apabila pada scatterplot
menunjukkan sebagai berikut:
1) Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau di sekitar 0
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah
3) Penyebaran titik tidak boleh membentuk pola berulang melebar,
menyempit, kemudian melebar kembali.
4) Penyebaran tidak berpola
Berikut adalah gambar scatterplot hasil uji heterokesdastisitas pada
model penelitian ini:
Gambar 5. Pola Scatterplot Pada Uji Heteroskesdastisitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Dari hasil analisis pola gambar scatterplot diperoleh penyebaran titik-
titik tidak teratur, plot yang terpencar, dan tidak membentuk suatu pola
tertentu sehingga pola gambar tersebut tidak menunjukkan adanya gejala
heteroskedastisitas. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa model
regresi terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan
lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya
autokorelasi pada model regresi (Priyatno, 2010). Metode pengujian
menggunakan uji Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika d lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dl), maka hipotesis
nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara du dan (4-du), maka hipotesis nol diterima,
yang berarti tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dl dan du atau di antara (4-du) dan (4-dl), maka
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Tabel 18.
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .386a .149 .127 6.948 1.958
a. Predictors: (Constant), BO, Transormasional
b. Dependent Variable: Engagement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Hasil analisis menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 1,958, dengan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model ini tersebas dari autokorelasi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
negatif No autocorelation positif
autocorelation autocorelation
0 dl du 2 4-du 4-dl 0
1,586 1,688 2,312 2,414
1,958 (nilai hitung Durbin Watson)
Gambar 6.
Pengujian autokorelasi
Penentuan nilai du dan dl seperti terlihat pada gambar di atas
berdasarkan pada tabel uji Durbin Watson dengan k=2 dan N=82 (k=jumlah
variabel bebas dan N= jumlah sampel) maka diperoleh nilai dl=1,586 dan nilai
du=1,688. Perhitungan selanjutnya 4-du (4-1,72=2,28) dan 4-dl (4-1,63=2,37).
Hasil analisis diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,958 sehingga terletak
di daerah No autocorrelation, maka dapat disimpulkan bahwa model ini
terbebas dari autokorelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik, langkah
selanjutnya adalah melakukan penghitungan untuk menguji hipotesis yang
diajukan dengan teknik analisis regresi berganda atau analisis dua prediktor.
Langkah pengujian melalui 2 tahap, pertama adalah pengujian secara simultan
yaitu menguji hubungan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
tergantung menggunakan uji F. Kedua adalah pengujian secara parsial hubungan
untuk tiap variabel bebas terhadap variabel tergantung.
Hasil F-test menunjukkan variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen jika nilai p-value (pada
kolom Sig.) 0,002 lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, yaitu
taraf signifikansi 0,05 atau Fhitung > Ftabel. Signifikan berarti hubungan yang
terjadi dapat berlaku untuk populasi, atau dengan kata lain dapat
digeneralisasikan. Hasil F-test dari output program SPSS versi 17.0 dapat dilihat
pada tabel Anova.
Tabel 19.
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 660.249 2 330.124 6.838 .002a
Residual 3765.751 78 48.279
Total 4426.000 80
a. Predictors: (Constant), BO, Transformasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 660.249 2 330.124 6.838 .002a
Residual 3765.751 78 48.279
Total 4426.000 80
a. Predictors: (Constant), BO, Transformasional
b. Dependent Variable: Engagement
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, didapatkan nilai p-value (pada
kolom Sig.) pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,002 (0,002 < p=0,05) sedangkan
nilai Fhitung = 6,838 > Ftabel = 3,114. Artinya hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara Persepsi
Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi dengan
Employee Engagement.
Sedangkan pada pengujian untuk tiap variabel bebas didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 20.
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.671 24.075 .194 .847
Transformasional .420 .177 .256 2.367 .020
Budaya Organisasi .331 .155 .231 2.140 .035
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.671 24.075 .194 .847
Transformasional .420 .177 .256 2.367 .020
Budaya Organisasi .331 .155 .231 2.140 .035
a. Dependent Variable: Engagement
Berdasarkan hasil di atas, masing-masing variabel bebas yaitu Persepsi
Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi
berhubungan secara signifikan dengan variabel tergantung yaitu Employee
Engagement, dengan nilai Sig. yaitu 0,02 untuk Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan 0,035 untuk Persepsi Budaya Organisasi, dikatakan
signifikan karena nilai keduanya kurang dari 0,05 dan diperoleh nilai t hitung
Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional sebesar 2,367 dan t hitung
Persepsi Budaya Organisasi sebesar 2,231. Kedua variabel bebas tersebut
memiliki thitung > ttabel yaitu 1,9908. Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi mempunyai hubungan positif
dengan Employee Engagement, dengan melihat pada nilai B yang bertanda positif.
Artinya semakin tinggi Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional
dan Persepsi terhadap Budaya Organisasi maka semakin tinggi pula tingkat
Employee Engagement, demikian pula sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
4. Uji Korelasi
a. Analisis Korelasi Ganda (R)
Analisis korelasi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara
dua atau lebih variabel independen (X1 dan X2) terhadap variabel dependen
secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang
terjadi antara variabel independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap
variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin
mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai
semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah (Priatno,
2010). Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ganda,
adalah sebagai berikut:
Tabel 21. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (r)
No. Interval Koefisien
Korelasi (r) Interpretasi
1. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah 2. 0,200 – 0,399 Rendah 3. 0,400 – 0,599 Sedang 4. 0,600 – 0,799 Kuat 5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat
Tabel 22.
Hasil Analisis Korelasi Ganda
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .386a .149 .127 6.948
a. Predictors: (Constant), BO, Transormasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Hasil analisis korelasi ganda dapat dilihat pada output Model Summary
pada Tabel 23., berdasarkan output diperoleh angka R sebesar 0,386. Nilai
tersebut terletak di antara 0,200-0,399, berarti bahwa hubungan yang terjadi
antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Budaya
Organisasi dengan Employee Engagement adalah tidak terlalu kuat atau
rendah.
b. Analisis Korelasi Parsial
Analisis korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel dimana variabel lainnya yang dianggap berpengaruh
dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel kontrol). Nilai korelasi (r)
berkisar antara 1 atau -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan
antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya, nilai mendekati 0 berarti
hubungan antara dua variabel semakin lemah (Priyatno, 2010).
Tabel 23.
Korelasi Parsial Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan
Employee Engagement Correlations
Control Variables Engagement Transformasional
BO Engagement Correlation 1.000 .259
Significance (2-tailed) . .020
df 0 78
Transformasional Correlation .259 1.000
Significance (2-tailed) .020 .
df 78 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Berdasarkan penghitungan di atas didapatkan nilai korelasi antara Persepsi
Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Employee Engagement dimana
persepsi budaya organisasi dikendalikan (dibuat tetap) adalah sebesar 0,259. Hal
ini menujukkan bahwa terjadi hubungan yang rendah antara Persepsi Gaya
Kepemimpinan Transformasional dengan Employee Engagement, karena berada
pada rentang 0,200 – 0,399. Nilai t hitung= 2,451 > t tabel= 1,9905 (penghitungan
nilai t pada lampiran) dan nilai signifikansi adalah 0,020 < p= 0,05, artinya
hubungan antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan
Employee Engagement adalah signifikan. Sedangkan arah hubungan adalah
positif karena nilai r positif, artinya semakin tinggi Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional maka semakin tinggi tingkatan Employee Engagement pada
karyawan.
Tabel 24.
Korelasi Parsial Antara Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee Engagement
Correlations
Control Variables Engagement BO
Transformasional Engagement Correlation 1.000 .235
Significance (2-tailed) . .035
df 0 78
BO Correlation .235 1.000
Significance (2-tailed) .035 .
df 78 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Berdasarkan penghitungan di atas didapatkan nilai korelasi antara Persepsi
Budaya Organisasi dengan Employee Engagement dimana Gaya Kepemimpinan
Transformasional dikendalikan (dibuat tetap) adalah sebesar 0,235. Hal ini
menujukkan bahwa terjadi hubungan yang rendah antara Persepsi Budaya
Organisasi dengan Employee Engagement, karena berada pada rentang 0,200 –
0,399. Nilai t hitung= 2,196 > t tabel= 1,9905 (penghitungan nilai t pada
lampiran) dan nilai signifikansi adalah 0,035 < p= 0,05, artinya hubungan antara
Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee Engagement adalah signifikan.
Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, artinya semakin
tinggi Persepsi Budaya Organisasi maka semakin tinggi tingkatan Employee
Engagement pada karyawan.
5. Sumbangan Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel
Dependen Secara Serentak
Selanjutnya dilakukan analisis determinansi, yaitu untuk mengetahui
persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap
variabel dependen. Pada Model Summary juga didapatkan nilai koefisien
determinasi (Adjusted R Square) untuk mengetahui persentase sumbangan
pengaruh variabel independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel
dependen (Y). Apabila nilai Adjusted R Square sama dengan 0, maka tidak ada
sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen
terhadap variabel dependen, sebaliknya apabila nilai R2 sama dengan 1, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap
variabel dependen adalah sempurna (Priyatno, 2010).
Tabel 25.
Hasil Besarnya Sumbangan Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .386a .149 .127 6.948
a. Predictors: (Constant), BO, Transormasional
Hasil analisis determinansi pada Model Summary di atas, berdasarkan
output diperoleh angka R2 (R square) sebesar 0,149 atau 14,9%. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen yaitu
Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi
mempunyai hubungan positif terhadap variabel dependen Employee Engagement,
yaitu sebesar 14,9% atau dapat dikatakan variabel independen (X1 dan X2) mampu
menjelaskan 14,9% variasi variabel dependen (Y). Sisanya sebesar 75,1%
dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
6. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
Sumbangan relatif dan sumbangan efektif memberikan informasi tentang
besarnya sumbangan pengaruh tiap variabel bebas terhadap variabel tergantung
dalam model regresi. Sumbangan relatif menunjukkan besarnya sumbangan
variabel bebas terhadap keseluruhan efektifitas garis regresi yang digunakan
sebagai dasar prediksi, sedangkan sumbangan efektif menunjukkan ukuran
besarnya sumbangan dari variabel bebas terhadap jumlah kuadrat regresi.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sumbangan relatif persepsi gaya
kepemimpinan transformasional terhadap employee engagement adalah 60,63%,
sedangkan sumbangan relatif persepsi budaya organisasi terhadap employee
engagement adalah 39,42%. Sedangkan hasil perhitungan mengenai sumbangan
efektif menunjukkan bahwa sumbangan efektif persepsi gaya kepemimpinan
transformasional terhadap employee engagement adalah 9,033% dan sumbangan
efektif persepsi budaya organisasi terhadap employee engagement adalah 5,88%.
7. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum
mengenai kondisi Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional, Persepsi
Budaya Organisasi, dan Employee Engagement pada subjek yang diteliti serta
memberikan gambaran tentang ringkasan data penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Tabel 26.
Deskripsi Data Empirik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Engagement 81 72 111 93.44 7.438
Transformasional 81 94 119 108.58 4.530
BO 81 113 144 130.46 5.196
Valid N (listwise) 81
Tabel 27. Deskripsi Data Penelitian
Skala Jml Subj
Data
Hipotetik M SD
Data
Empirik M
SD Skor Min
Skor Maks
Skor Min
Skor Maks
EE 81 30 120 75 15 72 111 93.44 7.438
TR 81 35 140 87,5 17,5 94 119 108.58 4.530
BO 81 42 168 105 21 113 144 130.46 5.196
Keterangan Jml Subj : Jumlah Subjek Min : Minimal Maks : Maksimal M : Rerata (mean) SD : Standar Deviasi
Berdasarkan tabel statistik diatas, kemudian dilakukan kategorisasi subjek
secara normatif guna memberikan intepretasi terhadap skor skala. Kategorisasi
yang digunakan adalah kategorisasi jenjang yang berdasarkan pada model
distribusi normal. Tujuan dari kategorisasi ini adalah menempatkan subjek ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu
kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2008). Kontinum jenjang ini
akan dibagi menjadi 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan
sangat tinggi. Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Skala Employee Engagement
Skala Employee Engagement akan dikategorikan untuk mengetahui
tinggi rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan
mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal,
sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal. Skor minimal
yang diperoleh subjek adalah 30 x 1 = 30 dan skor maksimal yang dapat
diperoleh subjek adalah 30 x 4= 120. Maka jarak sebarannya adalah 120 -
30 = 90 dan setiap satuan deviasi standartnya bernilai 90 : 6 = 15 sedangkan
rerata hipotetiknya adalah 30 x 2,5 = 75. Apabila subjek digolongkan dalam
5 kategorisasi, maka akan di dapat kategorisasi serta distribusi skor subjek
seperti pada tabel berikut.
Tabel 28.
Kategorisasi Subjek Berdasar Skor
Skala Employee Engagement
Standar Deviasi Skor Kategorisasi Subjek
Rerata Empirik Frek
(∑N) Persentase
(MH-3SD) X (MH-1,8SD) 30 X 48 Sangat Rendah
- -
(MH-1,8SD) X (MH-0,6SD) 48 X 56 Rendah - - (MH-0,6SD) X (MH+0,6SD) 56 X 74 Sedang 2 2,5 % (MH+0,6SD) X (MH+1,8SD) 74 X 92 Tinggi 25 30,8 % 75 (MH+1,8SD) X (MH+3SD) 92 X 120 Sangat Tinggi 54 66,7 %
Jumlah 81 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Berdasarkan kategorisasi skala Employee Engagement seperti yang terlihat
pada tabel, dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki Employee
Engagement pada tingkatan sangat tinggi.
b. Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional akan
dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai subjek. Kategorisasi
yang dilakukan adalah dengan mengasumsikan bahwa skor populasi subjek
terdistribusi secara normal, sehingga skor hipotetik didistribusi menurut
model normal. Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 35 x 1 = 35 dan
skor maksimal yang dapat diperoleh subjek adalah 35 x 4= 140. Maka jarak
sebarannya adalah 140 - 35 = 105 dan setiap satuan deviasi standartnya
bernilai 105 : 6 = 17,5 sedangkan rerata hipotetiknya adalah 35 x 2,5 = 87,5.
Apabila subjek digolongkan dalam 5 kategorisasi, maka akan di dapat
kategorisasi serta distribusi skor subjek seperti pada tabel berikut.
Tabel 29.
Kategorisasi Subjek Berdasar Skor
Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Standar Deviasi Skor Kategorisasi Subjek
Rerata Empirik Frek
(∑N) Persentase
(MH-3SD) X (MH-1,8SD) 35 X 56 Sangat Rendah - - (MH-1,8SD) X (MH-0,6SD) 56 X 77 Rendah - - (MH-0,6SD) X (MH+0,6SD) 77 X 98 Sedang 1 2,5% 87,5 (MH+0,6SD) X (MH+1,8SD) 98 X 119 Tinggi 79 97,5% (MH+1,8SD) X (MH+3SD) 119 X 140 Sangat Tinggi 1 2,5%
Jumlah 81 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Berdasarkan kategorisasi skala Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional seperti yang terlihat pada tabel, dapat diketahui bahwa subjek
secara umum memiliki tingkat Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
yang tinggi.
c. Skala Persepsi Persepsi Budaya Organisasi
Skala Persepsi Persepsi Budaya Organisasi akan dikategorikan untuk
mengetahui tinggi rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan
adalah dengan mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi
secara normal, sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal.
Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 42 x 1 = 42 dan skor maksimal
yang dapat diperoleh subjek adalah 42 x 4= 168. Maka jarak sebarannya
adalah 168 - 42 = 126 dan setiap satuan deviasi standartnya bernilai 126 : 6
= 21 sedangkan rerata hipotetiknya adalah 42 x 2,5 = 105. Apabila subjek
digolongkan dalam 5 kategorisasi, maka akan di dapat kategorisasi serta
distribusi skor subjek seperti pada tabel berikut.
Tabel 30.
Kategorisasi Subjek Berdasar Skor
Skala Persepsi Budaya Organisasi
Standar Deviasi Skor Kategorisasi Subjek
Rerata Empirik Frek
(∑N) Persentase
(MH-3SD) X (MH-1,8SD) 42 X 67,2 Sangat Rendah
- -
(MH-1,8SD) X (MH-0,6SD) 67,2 X 92,4 Rendah - - (MH-0,6SD) X (MH+0,6SD) 92,4 X 117,6 Sedang 2 2,4% 105 (MH+0,6SD) X (MH+1,8SD) 117,6 X 142,8 Tinggi 78 96,3% (MH+1,8SD) X (MH+3SD) 142,8 X 168 Sangat Tinggi 1 1,3%
Jumlah 81 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Berdasarkan kategorisasi skala Persepsi Budaya Organisasi seperti yang
terlihat pada tabel, dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki tingkat
Persepsi Budaya Organisasi yang tinggi.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji signifikansi koefisien korelasi parsial antara Persepsi
Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Employee Engagement didapatkan
t hitung= 2,451 > t tabel= 1,9905 dan nilai signifikansi 0,020 < p= 0,005, artinya
hubungan antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan
Employee Engagement adalah signifikan. Sedangkan arah hubungan adalah
positif karena nilai r positif, artinya semakin tinggi Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional maka semakin tinggi tingkatan Employee Engagement pada
karyawan. Maka, hasil penelitian tersebut dapat mendukung salah satu pernyataan
yang diungkapkan oleh Bono dan June, 2003, (dalam Roberson dan Strickland,
2010) bahwa pengikut dari pemimpin transformasional menghasilkan individu
yang lebih engagement atau lebih terikat dengan pekerjaannya. Kepemimpinan
transformasional menghasilkan hubungan ini berkualitas tinggi positif, yaitu
bawahan mempunyai rasa kekaguman, kesetiaan dan hormat pada pimpinan serta
termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan pada awalnya dari
mereka. Hubungan ini berkualitas tinggi positif pada gilirannya membuat
pengikut merasa lebih terlibat, mungkin karena merasa didukung oleh pemimpin
mereka dalam kemampuan mereka, dan membangun kepercayaan bahwa mereka
akan terhindar dari sanksi organisasi jika mereka engage di tempat kerjanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
(Macey dan Schneider, 2008, dalam Albrecht, 2010). Maka pekerja yang memiliki
persepsi positif terhadap pemimpin transformasional dapat mengarahkan pada
perilaku karyawan untuk semakin terikat dengan organisasinya secara fisik,
kognitif, dan emosional sehingga karyawan pada akhirnya berada pada tingkatan
engaged dengan organisasi dan pekerjaannya.
Nilai uji signifikansi koefisien korelasi parsial antara Persepsi Budaya
Organisasi dengan Employee Engagement didapatkan t hitung= 2,196 > t tabel=
1,9905 dan nilai signifikansi 0,035 < p= 0,005, artinya hubungan antara Persepsi
Budaya Organisasi dengan Employee Engagement adalah signifikan. Sedangkan
arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, artinya semakin tinggi Persepsi
Budaya Organisasi maka semakin tinggi tingkatan Employee Engagement pada
karyawan. Adanya korelasi antara Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee
Engagement ini mendukung pernyataan Mc Bain (2007) yang mengungkapkan
bahwa salah satu hal yang berperan penting dalam mendorong employee
engagement adalah organisasi, yang di dalamnya elemen-elemen penting, seperti
struktur dan sistem organisasi, visi dan nilai yang dianut, brand organisasi, dan
budaya organisasi. Pendekatan budaya organisasi ini menitikberatkan pada
penciptaan keselarasan nilai-nilai dan lingkungan kerja yang kondusif dalam
menumbuhkan employee engagement (dalam Hermala, 2011). Budaya yang kuat
memiliki dampak yang lebih kuat terhadap tata nilai yang ada dalam organisasi,
karena budaya organisasi memiliki iklim internal dan dengan intensitas yang
tinggi dapat membentuk perilaku dalam organisasi (Robbins 1991). Maka, dengan
adanya persepsi karyawan yang positif terhadap budaya organisasi dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
mengarahkan perilakunya pada tingkatan komitmen pekerja untuk mengikat
dirinya terhadap organisasi secara fisik, kognitif dan emosional, sehingga
karyawan berada pada tingkatan employee engagement.
Selanjutnya, hasil uji hipotesis secara simultan didapatkan nilai Fhitung =
6,838 > Ftabel = 3,114 dan p-value sebesar 0,002 (0,002 < p=0,05), hasil tersebut
menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Persepsi Gaya
Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi dengan
Employee Engagement. Berdasarkan pernyataan Sheridan & Vrendenburgh,1978;
Ribelin, 2003; Eisenberger dkk, 2002; Rhoades dkk., 2001 (dalam Nowack),
mengungkapkan bahwa kontribusi yang paling penting dan utama dalam
pembentukan employee engagement. Gaya kepemimpinan transformasional
merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang dapat memberikan dampak yang
baik dalam perkembangan organisasi adalah karena gaya kepemimpinan ini
mengilhami dan memotivasi bawahan untuk berbuat lebih dari yang diharapkan
(Bass, 1985). Maka, bawahan dari hasil pimpinan transformasional ini akan
percaya, kagum, setia, dan hormat terhadap pimpinannya serta yang paling
penting adalah karyawan berkomitmen terhadap organisasi dan akan semakin
engage atau terikat dengan organisasinya. Dengan adanya komitmen dan
keterikatan yang kuat maka akan membantu organisasi dalam mencapai
tujuannya. Selain membutuhkan peran pemimpin, employee engagement dapat
juga dibangun melalui pendekatan organisasi, dengan salah satu elemen penting di
dalamnya adalah budaya organisasi. Budaya organisasi dapat mendorong adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
suatu bentuk stabilitas dan memberikan perasaan identitas organisasi, budaya
yang kuat dicirikan oleh karyawan yang memiliki nilai inti bersama, semakin
banyak bernagi nilai inti bersama ini, semakin kuat budaya, dan semakin besar
pengaruhnya terhadap perilaku (Ivancevich, dkk., 2005). Maka, persepsi pekerja
yang positif terhadap budaya organisasinya dapat mengarahkan perilaku yang
positif pula dalam organisasinya, karena budaya organisasi merupakan norma-
norma dan nilai-nilai yang dapat mengarahkan perilaku anggota organisasi. Hal
tersebut dapat berarti bahwa, semakin kuat budaya perusahaan, makin kuat pula
dorongan untuk berprestasi dan meningkatnya kinerja karyawan. Dengan
demikian, karyawan akan semakin meningkatkan komitmen pada organisasinya
dan semakin memiliki keterikatan atau engage dengan organisasinya. Hasil
penelitian ini sejalana dengan fakta di lapangan bahwa PT. Tiga Serangkai dalam
memiliki nilai-nilai perusahaan yang ditanamkan secara kuat dan mendalam pada
anggota organisasi di PT. Tiga Serangkai Surakarta. PT. Tiga Serangkai memiliki
sebuah konsep model kepemimpinan yang selalu ditanamkan dan menjadi ciri
khas perusahaan, yaitu: fathonah, amanah, qonaah, ilman nafiaan, dan husnudzon
atau dikenal dengan istilah “FIQIH”. Selain menanamkan model kepemimpinan
tersebut, PT. Tiga Serangkai juga memiliki nilai-nilai yang menjadi budaya
organisasi perusahaan yang ditanamkan pula secara kuat, yaitu: spiritualitas,
familiaritas, pembelajaran, daya juang, kerja sama tim, dan inovasi. Nilai-nilai ini
menjadi “konsep unggul” perusahaan dan diinternalisasi secara mendalam kepada
pekerja PT. Tiga Serangkai Surakarta. Maka, dengan adanya penanaman model
kepemimpinan serta nilai-nilai budaya perusahaan yang diinternalisasi secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
mendalam ini dapat menumbuhkan adanya keterikatan pekerja yang kuat terhadap
perusahaan.
Kemudian, pada hasil analisis determinansi diperoleh angka R2 (R square)
sebesar 0,149, hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh
variabel Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Budaya
Organisasi mempunyai hubungan positif terhadap Employee Engagement sebesar
14,9% atau dapat dikatakan bahwa Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi bersama-sama mampu
memberikan kontribusi terhadap Employee Engagement sebesar 14,9%.
Sedangkan sumbangan relatif persepsi gaya kepemimpinan transformasional
terhadap employee engagement adalah 60,63% dan sumbangan relatif persepsi
budaya organisasi terhadap employee engagement adalah 39,42%. Sumbangan
efektif persepsi gaya kepemimpinan transformasional terhadap employee
engagement adalah 9,033% dan sumbangan efektif persepsi budaya organisasi
terhadap employee engagement adalah 5,88%. Maka, sisanya sebesar 75,1%
dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian
ini. Faktor-faktor luar yang dimungkinkan dapat menjadi variabel yang
mempengaruhi tingkat employee engagement pada karyawan PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri Surakarta ini seperti lamanya masa kerja karyawan, rata-rata
pekerja yang menjadi subjek penelitian memiliki masa kerja 5-25 tahun, lamanya
masa kerja inilah yang dimungkinkan menjadi salah satu faktor tingginya tingkat
employee engagement, karena semakin lama seorang pekerja bertahan dan merasa
nyaman di dalam organisasinya, semakin besar rasa kepemilikan karyawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
terhadap organisasi, dan semakin ia mengenal organisasinya dengan baik,
sehingga ia tidak hanya terikat secara kognitif dengan pekerjaannya, tetapi juga
secara fisik dan emosional. Faktor-faktor internal yang menjadi karakteristik
personal individu, seperti penerimaan diri terhadap organisasinya, stabilitas
emosional, keterbukaan terhadap pengalaman, orientasi terhadap penghargaan,
dan efikasi diri (Wellins, dkk., 2008). Kemudian, seperti yang diungkapkan oleh
Mc Bain (2007) bahwa pendorong employee engagement selain berasal dari
manajemen dan kepemimpinan serta organisasi dan elemen-elemennya, faktor
working life juga menjadi pendorong yang penting dalam pembentukan tingkat
employee engagement karyawan. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri sendiri
memiliki suasana kehidupan kerja kekeluargaan yang terlihat sangat kental,
karena dari awal berdiri merupakan perusahaan berbasis keluarga, dan pimpinan
PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri sendiri selalu mengadakan pertemuan-
pertemuan rutin untuk mengumpulkan keseluruhan karyawannya, seperti
pengajian rutin setiap bulan, buka puasa bersama untuk seluruh karyawan di bulan
puasa. Selain itu, Budaya organisasi pada PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Surakarta sangat kental dengan suasana spiritualitasnya, terlihat dari banyaknya
kegiatan-kegiatan bernuansa spiritual, seperti pengajian-pengajian, shalat
berjama’ah rutin, dan sebagainya. Spiritualitas pada perusahaan sendiri
merupakan salah satu budaya organisasi yang diangkat pada perusahaan, yaitu:
spiritualitas, familiaritas, pembelajaran, daya juang, kerja sama tim, dan inovasi.
Sedangkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mahardiyanti
(2010), meneliti hubungan work engagement atau keterikatan kerja dengan makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
kerja dan persepsi dukungan organisasional pada perwira kepolisian di Jawa
Timur, menghasilkan dinamika hubungan bahwa jika seseorang memaknai
pekerjaannya sebagai panggilan hidup maka pekerja tersebut memiliki keterikatan
kerja yang tinggi, dan jika pekerja memiliki persepsi yang baik pada apa yang
telah diberikan pekerjaannya maka semakin tinggi keterikatan kerjanya. Dari
penelitian tersebut berarti bahwa makna kerja dan persepsi dukungan
organisasional dapat pula menjadi variabel prediktor untuk memprediksi employee
engagement.
Dari hasil kategorisasi skala Employee Engagement, diketahui bahwa
subjek penelitian memiliki tingkat Employee Engagement yang sangat tinggi
dengan nilai mean empirik sebesar 75, berada pada rentang nilai antara 92 120
dengan persentase 66,7%. Pekerja yang berada pada tingkatan employee
engagement yang tinggi atau dapat disebut pekerja yang engaged, menurut The
Gallup Organization (dalam Vazirani, 2007) adalah tipe builder (pembangun),
yaitu mereka ingin mengetahui apa keinginan dan harapan dari peran mereka
dalam organisasi, sehingga mereka dapat meraihnya. Mereka pada dasarnya
memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap organisasi dan bagian tempat mereka
bekerja, juga menunjukan kinerja yang tinggi secara konsisten, ini dilakukannya
dengan cara menggunakan kemampuan dan kekuatan mereka dalam bekerja setiap
hari, bekerja dengan lebih semangat, dan membawa inovasi yang memajukan
organisasi mereka. Maka sangat penting sekali bagi sebuah perusahaan untuk
dapat mendorong tingkatan employee engagement pada karyawannya, karyawan
yang memiliki tingkat employee engagement rendah atau disebut actively
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
disengaged ini secara konsisten menentang apapun yang ada dalam organisasi,
mereka tidak bahagia dalam bekerja dan berusaha menunjukkan ketidakbahagiaan
mereka, pekerja yang actively disengaged ini tidak memperdulikan apa yang
mereka capai dalam bekerja, dan organisasi akan banyak sekali mendapat masalah
ketika memiliki pekerja yang actively disengaged ini (The Gallup Organization,
dalam Vazirani, 2007). Sehingga diharapkan dengan melihat pentingnya
penciptaan employee engagement sebuah organisasi ini dapat menjadi masukan
pula untuk PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta agar terus melakukan
strategi-strategi untuk meningkatkan dan mempertahankan tingkatan employee
engagement pada karyawannya.
Pada hasil kategorisasi skala Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki persepsi yang
tinggi terhadap kepemimpinan transformasional, dengan nilai mean empirik
sebesar 87,5 berada pada rentang nilai antara 98 – 119 dengan persentase 97,5%.
Ini menunjukkan adanya hubungan yang berkualitas tinggi positif antara pimpinan
dengan pekerja PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Suarakarta. Seperti
pernyataan Bass (dalam Yukl, 1994), bahwa seorang pemimpin disebut
transformasional diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut
terhadap bawahannya, yaitu para bawahan mempunyai rasa kekaguman, kesetiaan
dan hormat pada pimpinan serta termotivasi untuk melakukan lebih dari yang
diharapkan pada awalnya dari mereka. Tingginya persepsi karyawan terhadap
kepemimpinan transformasional pimpinannya di PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri ini sejalan dengan kondisi di lapangan bahwa pimpinan PT. Tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Serangkai Pustaka Mandiri mampu menjalin hubungan yang sejajar dengan
pekerjanya.
Pada hasil kategorisasi skala Persepsi Budaya Organisasi menunjukkan
bahwa subjek penelitian memiliki persepsi yang tinggi terhadap budaya
organisasi, dengan nilai mean empirik sebesar 105, berada pada rentang nilai
antara 117,6 – 142,8 dengan persentase 96,3%. Maka, dengan tingginya persepsi
budaya organisasi pada karyawan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta
ini dapat memberikan pengaruh yang positif pada karyawannya, karena budaya
organisasi melibatkan ekspektasi, nilai, dan sikap bersama, maka hal tersebut
memberikan pengaruh pada individu, kelompok, dan proses organisasi
(Ivancevich, dkk., 2007). Hasil kategorisasi ini pun sejalan pula dengan fakta di
lapangan bahwa PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta menerapkan nilai-
nilai yang menjadi budaya organisasi perusahaan yang ditanamkan pula secara
kuat, yaitu: spiritualitas, familiaritas, pembelajaran, daya juang, kerja sama tim,
dan inovasi.
Dengan demikian, dari pemaparan hasil analisis dan pembahasan di atas,
penelitian ini pada intinya dapat telah menjawab hipotesis mengenai hubungan
antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Budaya
Organisasi dengan Employee Engagement pada Karyawan PT Tiga Serangkai
Surakarta, baik secara bersama-sama maupun parsial.
Namun, penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan-keterbatasan
pada proses-proses jalannya penelitian, antara lain adalah lamanya waktu
penelitian dikarenakan kesibukan dan jam kerja karyawan yang padat sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
butuh waktu cukup lama untuk dapat mengumpulkan seluruh kuesioner, baik pada
saat uji coba skala maupun saat penelitian. Kemudian peneliti kurang dapat
melakukan kontrol yang lebih ketat terhadap sampel penelitian misalnya kontrol
mengenai jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jabatan, dikarenakan beberapa
responden tidak mengisi kolom identitas secara lengkap. Selain itu didapati
beberapa responden yang kurang serius dalam mengisi kuesioner, dilihat dari
adanya beberapa responden yang memiliki jawabn sama persis di setiap nomornya
dengan salah satu responden lainnya.
Kelemahan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pada
penelitian selanjutnya agar lebih memperhatikan variabel-variabel lain yang
terkait dengan tingkat employee engagement, tidak hanya mengkaji dari sisi
internal karyawan tetapi juga dari sisi eksternal karyawan, juga melakukan kontrol
lebih ketat terhadap sampling subjek, misalnya dengan memperhatikan pula
tingkatan upah dan jabatan, tingkat pendidikan, usia, ataupun jenis kelamin.
Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menemukan hasil yang lebih
baik dengan perubahan dan penyempurnaan dalam teknik, pemakaian alat ukur,
prosedur, serta menambahkan ruang lingkup penelitian menjadi lebih luas agar
bisa digeneralisasikan dalam konteks yang lebih luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Budaya
Organisasi secara secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif
dan signifikan dengan Employee Engagement pada Karyawan PT Tiga
Serangkai Surakarta.
2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Persepsi Gaya
Kepemimpinan Transformasional dengan Employee Engagement pada
Karyawan PT Tiga Serangkai Surakarta. Semakin tinggi Persepsi Gaya
Kepemimpinan Transformasional maka semakin tinggi pula tingkat Employee
Engagement pada karyawan.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Persepsi Budaya
Organisasi dengan Employee Engagement pada Karyawan PT Tiga
Serangkai Surakarta. Semakin tinggi Persepsi Budaya Organisasi maka
semakin tinggi pula tingkat Employee Engagement pada karyawan.
4. Besarnya sumbangan efektif (SE) kedua variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel tergantung adalah sebesar 14,9 %. Hal tersebut berarti
Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Organisasi mampu menjelaskan 14,9% tingkatan Employee Engagement
karyawan, selebihnya yaitu 75,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar
penelitian.
5. Sumbangan relatif persepsi gaya kepemimpinan transformasional terhadap
employee engagement adalah 60,63%, sumbangan relatif persepsi budaya
organisasi terhadap employee engagement adalah 39,42%. Sedangkan
sumbangan efektif persepsi gaya kepemimpinan transformasional terhadap
employee engagement adalah 9,033% dan sumbangan efektif persepsi
budaya organisasi terhadap employee engagement adalah 5,88%.
6. Tingkat Employee Engagement (nilai mean empirik= 75) berada pada
kategori sangat tinggi. Sedangkan tingkat Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional (nilai mean empirik= 87,5) dan Persepsi Budaya Organisasi
(nilai mean empirik= 105) berada pada kategori tinggi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran
yang dapat dikemukakan, yaitu :
1. Bagi PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta
a. Persepsi gaya kepemimpinan transformasional dan persepsi budaya
organisasi memiliki peran dalam membentuk tingkatan employee
engagement karyawan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta.
Maka diharapkan perusahaan mempertahankan persepsi yang positif pada
karyawan mengenai pemimpinnya dan budaya organisasi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
perusahaan, adapun langkah yang dapat ditempuh adalah dengan
menjalin komunikasi aktif yang bersifat vertikal antara perusahaan dan
karyawannya, meningkatkan dukungan organisasi dalam bentuk-bentuk
kongkrit, seperti family gathering pada setiap periode tertentu, pemberian
reward pada karyawan yang beprestasi.
b. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta diharapkan dapat terus
mempertahankan employee engagement pada karyawannya agar
karyawan terus dapat menunjukan kinerja yang tinggi secara konsisten
dan terus membawa inovasi yang memajukan organisasi. Langkah yang
dapat ditempuh perusahaan untuk meningkatkan employee engagement
ini dalah dengan memperhatikan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar pada karyawan, mengerti dan memenuhi harapan-harapan
karyawan terhadap perusahaan, meningkatkan kualitas dan kuantitas
kecukupan sarana dan prasarana yang mendukung kinerja karyawan,
memperhatikan potensi-potensi karyawan dengan lebih mendalam dan
memberikan kesempatan kepada untuk belajar dan mengembangkan diri,
baik soft skill maupun hard skill.
2. Bagi Pimpinan Perusahaan
a. Tingginya persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan
transformasional menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan
transformasional baik dan cocok untuk diterapkan di PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri Surakarta. Karakteristik-karaktersitik gaya
kepemimpinan transformasional antara lain adalah, berfokus pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
penetapan dan pencapaian tujuan organisasi, menumbuhkan komitmen
bersama terhadap organisasi, membangun hubungan saling percaya,
mampu menumbuhkan motivasi pada bawahan untuk bekerja lebih keras,
dan mengungkapkan visi dan tujuan yang jelas.
b. Tingginya persepsi karyawan terhadap budaya organisasi perusahaan
menunjukkan adanya internalisasi yang kuat terhadap nilai-nilai positif
perusahaan pada karyawan, hal ini dapat memberikan rasa identitas bagi
anggota-anggotanya, meningkatkan komitmen terhadap misi organisasi,
dan memberikan klarifikasi serta memperkuat perilaku. Maka diharapkan
pimpinan PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta dapat terus
melakukan usaha-usaha untuk menginternalisasikan budaya organisasi
perusahaan pada karyawannya, dengan cara-cara seperti menciptakan
lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif, menjalin kedekatan dengan
karyawan dan mendekatkan karyawan dengan sesama rekan kerjanya,
menstimulasi karyawan untuk terus meningkatkan inovasi dan
kreatifitasnya.
3. Bagi Karyawan
a. Diharapkan karyawan PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta
dapat meningkatkan keterikatannya dengan organisasi sehingga dengan
employee engagement ini karyawan mampu menunjukkan kinerjanya
secara maksimal, meningkatkan komitmen kerja, dan meningkatnya
produktivitas kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
b. Karyawan PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta diharapakan
dapat menjalin hubungan yang berkualitas dengan sesama rekan kerja
dan pimpinannya, agar dapat membawa pada keadaan lingkungan kerja
yang nyaman, sehingga meningkatkan keterikatan kerja di perusahaan.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dikarenakan dalam penelitian ini masih terdapat banyak kelemahan, maka
diharapkan bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama pada
perusahaan lain dengan meminimalisasikan kelemahan yang ada dalam
penelitian ini, misalnya dengan cara melakukan kontrol lebih ketat terhadap
sampling penelitian, memperhatikan faktor-faktor eksternal di luar penelitian
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, atau menggunakan variabel-
variabel lain yang lebih kompleks. Misalnya, variabel yang berkaitan dengan
internal individu seperti self efficacy, makna kerja, kemudian variabel
eksternal seperti dukungan organisasi, lingkungan organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
DAFTAR PUSTAKA Albrecht, S. L. 2010. Handbook of Employee Engagement: Perspectives, Issues,
Research and Practice. UK: Edward Elgar Publishing Limited.
Andarika, R. & Tondok, M. S. 2004. Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional dengan Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Psyche. Vol. 1 No. 1, Desember 2004. Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang.
Azwar, S. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_____________. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bakker, A. B. & Demerouti, E. 2009. The Crossover of Work Engagement Between Working Couples: A Closer Look at The Role of Empathy. Journal of Managerial Psychology. Vol. 24 No. 3, Page: 220-236. Netherland: Emerald Insight.
Bass, B. M. 1985. Leadership and performance beyond expectations. New York: The Free Press a Division of Macmillan Inc.
Buckingham, M. & Coffman, C. 1999. First Break All the Rules. United
Kingdom: Pocket Books. Chatab, N. 2007. Profil Budaya Organisasi: Mendiagnosis Budaya dan
Merangsang Perubahannya. Bandung: Alfabeta.
Danim, S. & Suparno. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gallup Organization. 2008. Employee Engagement: What’s Your Engagement Ratio?. Gallup Consulting.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hadi, Sutrisno. 2004. Statistik Jilid Dua. Yogyakarta: Andi Offset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Hay, I. 2004. Transformational Leadership; Characteristics and Criticisme. Internet. http://www.weleadinlearning.org/transformationalleadership. Diakses tanggal 27 April 2011.
Hermala, I. 2011. Pendekatan Budaya Organisasi untuk "Employee Engagement". Internet. http://www.portalhr.com/kolom/2id212.html Diakses tanggal 4 April 2011.
Ivancevich, J.M., Konopask, R., dan Matteson, M.T. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi Alih Bahasa Gina Gania. Jakarta: Erlangga.
James, J. B., Mckechnie, S., dan Swanberg, J. 2011. Predicting Employee Engagement In An Age-Diverse Retail Workforce. Journal of Organizational Behavior. No. 32, Page: 173–196. USA: Wiley Online Library.
Jewell, L.N. dan Siegall, Marc. 1998. Psikologi Industri/Organisasi Modern: Edisi 2 Alih Bahasa Hadyana P. dan Meitasari. Jakarta: Arcan.
Kartono, K. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu? Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Keating, C. J. 1995. Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya Alih bahasa Yogyakarta: Kanisius.
Kular, S., Gatenby, M., Rees C., Soane, E., dan Truss, K. 2008. Employee Engagement: A Literature Review. Working Paper Series No 19. Kingston University.
Kreitner, R. & Kinicki, A. 2005. Organizational Behavior. New Jersey: Mc Graw Hill.
Kong, Y. 2009 A Study on the Job Engagement of Company Employees. International Journal of Psychological Studies. Vol. 1, No. 2. Qufu Normal University China: CCSE.
Luthans, F. 2001. Organizational Behavior: Ninth Edition. New York: McGraw-Hill Irwin Companies Inc.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Luthans, F. dan Peterson, S. J. 2002. Employee Engagement and Manager Self-Efficacy: Implication For Managerial Effectiveness and Development. Journal of Management Development. Vol. 21, No.5. USA: Emerald Insight.
Mahardiyanti, L.P. 2010. Hubungan antara Makna Kerja dan Persepsi Dukungan Organisasional dengan Keterikatan Kerja Pada Perwira Kepolisian Dit Reskrim Polda Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Psikologi Univeritas Surabaya.
Mardiyanto, A. 2009. Recruitment Handbook: Panduan Praktis untuk Melakukan Rekrutmen dan Seleksi. Sukoharjo: Insight Solusi Mandiri.
Margaretha, M. 2008. Employee Engagement: Upaya Peningkatan Kinerja Organisasi. Paper The 2nd National Conference UKWMS. Surabaya.
McBain, R. 2007. The Practice of Engagement Research into Current Employee Engagement Practice. Journal HR Strategic Review. Volume 6 Issue 6. Henley Management College: Melcrum Publishing.
Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press.
Nashori, F. 2009. Psikologi Kepemimpinan. Yogyakarta: Pustaka Fahima.
Nawawi, H. 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: UGM Press.
Nowack, K. TT. Leadership, Emotional Intelligence and Employee Engagement: Creating a Psychologically Healthy Workplace. Report of Envisia Learning’s Research.
Nurjanah. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Pada Biro Lingkup Departemen Pertanian). Tesis. Tidak Diterbitkan. Program Studi Magister Manajemen UNDIP Semarang.
Paska, Esra. 2009. Penyusunan Alat Ukur Employee Engagement. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Priyatno, D. 2010. Paham Analisa Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom. Ranoh, A. 1999. Kepemimpinan Kharismatis: Tinjauan Teologis-Etis atas
Kepemimpinan Kharismatis Sukarno. BPK: Kupang.
Roberson, M.E.B. dan Strickland, J. 2010. The Relationship Between Charismatic Leadership, Work Engagement, And Organizational Citizenship Behaviors. The Journal Of Psychology. No. 144(3), Page: 313–326. USA: Taylor & Francis Group, LLC.
Right Management a Manpower Company. 2009. Employee Engagement: Maximizing Organizational Performance. Philadelphia: Leadership Insight.
Robbins, S. P. 1991. Organizational Behavior: Concept, Controversies, and Application. San Diego: Prentice Hall International Inc.
_______________. 2006. Perilaku Organisasi: Edisi ke-10 Alih Bahasa Benyamin Molan. Jakarta: PT Indeks.
Robinson D., S. Perryman, dan S. Hayday. 2004. The Drivers of Employee Engagement. United kingdom: Institute for Employment Studies (IES).
Rochmadian, A. 2009. 9 Penyebab Karyawan Berhenti. Internet. http://dutabintaro.com/forum/viewtopic.php?id=653. Diakses Tanggal 14 April 2011.
Sanaky, H.A.H. 2003. Keterampilan Memimpin. Makalah. Tidak diterbitkan. Yogyakarta.
Santoso, S. 2010. Mastering SPSS 18. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Schein, E.H. 2004. Organizational Culture and Leadership: Third Edition. San Francisco: Jossey Bass Publishers.
Scottish Executive Social Research. 2007. Employee Engagement In The Public Sector: A Review of Literature. Scotland: Scottish Executive Social Research.
Seijts, G.H. dan Crim, D. 2006. What engages employees the most or, The Ten C’s of employee engagement. Ivey Business Journal Online
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
March/April 2006. London: Ivey Publishing.
Sobirin, A. 2007. Budaya Organisasi: Pengertian, Makna, dan Aplikasinya dalam Kehidupan Organisasi. Yogyakarta: UPP-STIM YKPN.
Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Smoak, L.M. dan Endres, G.M. 2008. The Human Resource Craze: Human Performance Improvement and Employee engagement. Organizational Development Journal. Vol. 26, Page:69-78.
Sumarsono, S.H.M. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryabrata, S. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press,
___________. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis .Yogyakarta: Andi Offset.
Suryanto, D. 2006. Komponen Perilaku Kepemimpinan Transformasional. Internet. http://www.pemimpin-unggul.com/index.pnp/Dcetak/0604 /243322.htm. Diakses tanggal 27 April 2011.
Towers Perrin HR Service. 2003. Working Today: Understanding What Drives Employee Engagement. Towers Perrin Talent Report
Vance, R.J. 2006. Employee Engagement and Commitment: A Guide To Understanding, Measuring and Increasing Engagement in Your Organization. USA: SHRM foundation.
Vazirani, N. 2007. Employee Engagement. Working Paper Series 05/07. SIES College of Management Studies.
Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Wefald, Andrew J. dan Downey, Ronald G. 2009. Job Engagement in Organizations: Fad, Fashion, or Folderol?. Journal of Organizational Behavior. Vol. 30, Page:141-145. USA: Wiley InterScience.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Wellins, R. S., Bernthal, P., dan Phelps, M. 2008. Employee Engagement: The Key to Realizing Competitive Advantage. Development Dimensions International (DDI) Inc.
Yukl, G. (1994). Leadership in Organizations. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.
Yuwono, I., Suhariadi, F., Handoyo, S., Fajrianthi, Muhammad, B.S., dan Septarini, B.G. 2005. Psikologi Industri & Organisasi. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.