program studi psikologi fakultas kedokteran …/hubungan... · sosial dan pekerjaan (damayanti dan...

105
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DAN PUSAT KENDALI EKSTERNAL DENGAN KECEMASAN SOSIAL PADA REMAJA DIFABEL DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA DAKSA PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA SKRIPSI Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi Oleh : Agata Claressia Eunike G 0104043 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: vukiet

Post on 15-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DAN PUSAT

KENDALI EKSTERNAL DENGAN KECEMASAN SOSIAL PADA

REMAJA DIFABEL DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA

DAKSA PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA

SKRIPSI

Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan

Strata 1 Psikologi

Oleh :

Agata Claressia Eunike

G 0104043

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal dengan judul : Hubungan antara Dukungan Keluarga dan PusatKendali Eksternal dengan Kecemasan Sosial padaRemaja Difabel di Balai Besar Rehabilitasi Sosial BinaDaksa Prof. DR. Soeharso Surakarta

Nama Peneliti : Agata Claressia EunikeNIM/ Semester : G 0104043Tahun : 2010

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Pembimbing dan Penguji SkripsiProdi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada :

Hari :Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hardjono, M.Si. H. Arista Adi N., S.Psi., M.M.

NIP 19590119 198903 1 002 NIP 19800702 200501 1 001

Koordinator Skripsi

Rin Widya Agustin, M. Psi.

NIP 19760817 200501 2 002

Page 3: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul :

Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Pusat Kendali Eksternal dengan

Kecemasan Sosial pada Remaja Difabel di Balai Besar Rehabilitasi Sosial

Bina Daksa Prof. DR. Soeharso Surakarta

Agata Claressia Eunike, G 0104043, Tahun 2010

Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji Skripsi Prodi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari :

Tanggal :

1. Pembimbing I

Drs. Hardjono, M.Si. ( ______________ )

2. Pembimbing II

H. Arista Adi N., S.Psi., M.M. ( ______________ )

3. Penguji I

Dra. Sri Wiyanti, M.Si. ( _______________ )

4. Penguji II

Nugraha Arif Karyanta, S.Psi. ( ______________ )

Surakarta, ________________

Koordinator Skripsi Ketua Program Studi Psikologi

Rin Widya Agustin, M. Psi. Dra. Suci Murti Karini, M.Si.

NIP 19760817 200501 2 002 NIP 19540527 198003 2 001

Page 4: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi

ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ini, maka saya

bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.

Surakarta, …………………..

Peneliti

Page 5: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

MOTTO

“Pertandingan” harus dilakukan hingga garis finish

(tim RBC Indonesia)

Berlari Pasti Meraih Mimpi

(tim 3 Generasi)

Segala Sesuatu Indah pada Waktunya

(Peneliti)

With God, I can do everything

(Peneliti)

Page 6: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

PERSEMBAHAN

1. Orang tua dan adik-adik untuk doa, kasih

sayang, dan perhatiannya yang tak akan

terhenti.

2. Orang-orang terkasih yang senantiasa telah

memberikan semangat dan doanya.

3. Almamaterku tercinta.

Page 7: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yesus atas segala hikmat, berkat,

kasih, dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikannya skripsi sebagai syarat

mendapatkan gelar sarjana Psikologi pada Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari

dorongan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti

menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang

setinggi-tinggnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. AA. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

dan membantu kelancaran penyusunan skripsi.

2. Ibu Dra. Suci Murti Karini, M. Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin dan membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi.

3. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan

waktunya untuk mengarahkan, membimbing, dan memberi masukan yang

sangat bermanfaat bagi terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak H. Arista Adi Nugroho., S.Psi., M.M., selaku pembimbing II, yang

telah menyediakan waktunya dengan sabar untuk memberikan bimbingan,

arahan, masukan , dan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian

skripsi ini.

5. Ibu Dra. Sri Wiyanti, M.Si., selaku penguji I, yang telah memberikan

masukan-masukan yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., selaku penguji II, yang telah

memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat untuk

penyempurnaan skripsi ini.

Page 8: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

7. Seluruh staf pengajar, staf tata usaha, dan staf perpustakaan Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan banyak bekal ilmu dan pengalaman berharga demi

kemajuan dan membantu kelancaran studi.

8. Dra. Yulaekah, Ibu Retno, dan pembina asrama, yang telah memberikan ijin

kepada peneliti untuk melakukan penelitian dengan menyebarkan skala

kepada remaja difabel di BBRSBD Prof. DR. Soeharso Surakarta.

9. Bapak Kliwon, selaku pembimbing dari BBRSBD yang telah mendampingi

dan membantu dalam menyelesaikan setiap penelitian yang dilakukan

selama berada di BBRSBD Prof. DR. Soeharso Surakarta.

10. Para remaja difabel yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi

dan memberikan respons pada setiap aitem dalam skala yang diberikan,

sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

11. Agnes, Putri, Epin, Dewi, Ester, dan adik-adik PMK Psikologi atas segala

semangat, bantuan, dan doa yang telah diberikan. Teman-teman psikologi

2004 atas bantuan, dorongan, dan doanya.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan karena adanya keterbatasan.

Tuhan Yesus memberikan kasih dan karunia yang melimpah.

Peneliti

Page 9: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DAN PUSATKENDALI EKSTERNAL DENGAN KECEMASAN SOSIAL PADA

REMAJA DIFABEL DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINADAKSA PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA

Agata Claressia EunikeG 0104043

ABSTRAKKecacatan yang dialami individu setelah kelahiran adalah kejadian yang

mendadak bagi dirinya, sehingga dianggap sebagai suatu kemunduran danindividu sulit menerimanya. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi semuaaspek hidupnya. Salah satu gangguan yang dialami adalah kecemasan sosial.Dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal merupakan faktor yangmempengaruhi kecemasan sosial menurun.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungankeluarga dan pusat kendali eksternal dengan kecemasan sosial pada remaja difabeldi BBRSBD. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional. Respondenpenelitian adalah remaja difabel (17-25 tahun) yang mengalami kecacatan bukanbawaan dan memiliki IQ normal. Responden penelitian berjumlah 120 orang.Penelitian ini merupakan studi populasi, melibatkan semua populasi sebagairesponden dan kesimpulan berlaku untuk seluruh populasi. Alat pengumpulandata menggunakan modifikasi skala dukungan keluarga, skala pusat kendalieksternal, dan skala kecemasan sosial. Analisis data menggunakan teknik analisisregresi linear ganda dengan SPSS 16.0 Windows.

Hasil perhitungan menunjukkan nilai koefisien korelasi 0,436 dengan nilaiF hitung sebesar 11,385 > F tabel 1,62 dan p < 0,05, berarti terdapat hubungannegatif yang signifikan antara dukungan keluarga dan pusat kendali eksternaldengan kecemasan sosial pada remaja difabel di BBRSBD. Hubungan antaradukungan keluarga dengan kecemasan sosial terdapat korelasi negatif yangsignifikan dengan hasil sebesar -0,293 (p<0,05). Hal ini berarti semakin tinggidukungan keluarga maka semakin rendah kecemasan sosial pada remaja difabel.Hasil analisis hubungan antara pusat kendali eksternal dengan kecemasan sosialsebesar -0,370 (p<0,05), hal ini berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan,yaitu semakin tinggi pusat kendali eksternal maka semakin rendah kecemasansosial pada remaja difabel. Hasil analisis data menunjukkan nilai R2 (R square)sebesar 0,19, artinya dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal memberikontribusi efektif sebanyak 19% terhadap kecemasan sosial.

Kata kunci : Dukungan keluarga, pusat kendali eksternal, kecemasan sosial,remaja difabel.

Page 10: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv

MOTTO ......................................................................................................... v

UCAPAN TERIMAKASIH DAN PENGHARGAAN ............................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... . 9

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Kecemasan Sosial

1. Pengertian Kecemasan Sosial .................................................. 12

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemasan Sosial ............ 17

3. Aspek-aspek Kecemasan Sosial .............................................. 19

4. Ciri-ciri Kecemasan Sosial ...................................................... 20

B. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga ............................................... 20

2. Aspek-aspek Dukungan Keluarga ............................................ 23

Page 11: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

3. Manfaat Dukungan Keluarga ................................................... 25

C. Pusat Kendali Eksternal

1. Pengertian Pusat Kendali ......................................................... 27

2. Faktor-faktor Pusat Kendali ..................................................... 28

3. Macam-macam Pusat Kendali .................................................. 29

4. Aspek-aspek Pusat Kendali ....................................................... 30

D. Remaja Difabel

1. Pengertian Remaja Difabel ....................................................... 31

2. Klasifikasi Difabel ..................................................................... 34

3. Status Perkembangan Remaja Difabel ...................................... 36

E. Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Pusat Kendali Eksternal

dengan Kecemasan Sosial .................................................... 40

F. Kerangka Pemikiran ........................................................ 43

G. Hipotesis .......................................................................................... 44

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel .................................................................. 45

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 45

C. Populasi, Sampel, dan Sampling...................................... 47

D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 48

E. Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 52

F. Analisis Data ............................................................................. 54

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian ...................................................... 55

2. Persiapan Penelitian ................................................................... 59

3. Pelaksanaan Uji Coba ................................................................ 61

4. Analisis Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala .................... 61

5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian dengan

Nomor Urut Baru ...................................................................... 65

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Responden Penelitian ................................................ 67

Page 12: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

2. Pengumpulan Data .................................................................... 68

3. Pelaksanaan Skoring ................................................................. 69

C. Hasil Analisis Data dan Interpretasi

1. Uji Normalitas ......................................................................... 70

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 71

3. Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 75

4. Hasil Statistik Deskriptif ......................................................... 77

D. Pembahasan ................................................................................... 79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 83

B. Saran ............................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 86

LAMPIRAN .................................................................................................... 92

Page 13: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Kecemasan Sosial ........................................... 46

Tabel 2. Blue Print Skala Dukungan Keluarga ....................................... 48

Tabel 3. Blue Print Skala Pusat Kendali Eksternal ................................. 50

Tabel 4. Distribusi Aitem Sahih dan Aitem Gugur Skala Kecemasan Sosial

Setelah Uji Coba ....................................................................... 61

Tabel 5. Distribusi Aitem Sahih dan Aitem Gugur Skala Dukungan

Keluarga Setelah Uji Coba ....................................................... 62

Tabel 6. Distribusi Aitem Sahih dan Aitem Gugur Skala Pusat Kendali

Eksternal Setelah Uji Coba ...................................................... 64

Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Kecemasan Sosial Setelah Uji Coba .... 65

Tabel 8. Distribusi Aitem Skala Dukungan Keluarga Setelah Uji Coba ... 65

Tabel 9. Distribusi Aitem Skala Pusat Kendali Eksternal

Setelah Uji Coba .................................................................... 66

Tabel 10. Subjek Penelitian ................................................................. 67

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas ............................................................ 69

Tabel 12. Uji Linearitas ................................................................... 70

Tabel 13. Hasil Uji Multikolinearitas ............................................. 72

Tabel 14. Korelasi Variabel Bebas dengan Variabel Tergantung .......... 74

Tabel 15. Statistik Deskriptif ........................................................... 76

Tabel 16. Data Hipotetik dan Data Empirik .......................................... 77

Tabel 17. Kategorisasi Subyek Berdasar Skor Skala Penelitian ............. 77

Page 14: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

DAFTAR LAMPIRAN

A. Alat Ukur Penelitian ……………………………………………………….. 92

1. Skala Penelitian Sebelum Uji Coba ……………………………… 93

2. Skala Penelitian Setelah Uji Coba …………………………....…. 94

B. Data Uji Coba Skala Penelitian ……………….………………………….. 121

1. Data Uji Coba Skala Kecemasan Sosial (Y) …………………… 122

2. Data Uji Coba Skala Dukungan Keluarga (X1)……………… 123

3. Data Uji Coba Skala Pusat Kendali Eksternal (X2)…………….. 124

C. Uji Validitas Aitem & Reliabilitas Skala Penelitian ……………………... 125

1. Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Skala Kecemasan Sosial ….. 126

2. Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Skala Dukungan Keluarga …. 129

3. Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Skala Pusat Kendali Eksternal .. 135

D. Data Penelitian …………………………………………………………… 136

1. Data Skala Kecemasan Sosial ……………………………………… 137

2. Data Skala Dukungan Keluarga …………………………………… 141

3. Data Skala Pusat Kendali Eksternal ………………………………. 145

E. Analisis Data Penelitian ………………………………………………….. 146

F. Jadwal Kegiatan ………………………………………………………. 161

G. Surat Ijin Penelitian dan Surat Tanda Bukti Penelitian ……………… 162

Page 15: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Pemikiran ............................................................ 39

Bagan 2. Scaterrplot ............................................................................ 73

Page 16: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seorang manusia sejak dilahirkan ke dunia, menginginkan

kehidupannya berjalan sesuai dengan yang diharapkan, namun seringkali

harapan tersebut menjadi pupus karena terjadi sesuatu hal yang menyisakan

kemelut dalam hidupnya. Seorang difabel yang bukan bawaan dari lahir awal

kehidupannya berjalan seperti layaknya orang normal tetapi tiba-tiba

mengalami perubahan dalam fisiknya yaitu kecacatan fisik yang disebabkan

oleh kecelakaan, jatuh atau penyakit, maka tidak mengherankan jika seorang

difabel sulit menerima keadaanya dan memperlihatkan gejolak emosi terhadap

ketunaan yang dialaminya. Kondisi tersebut, dapat meluas sampai pada segi

sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003).

Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

melaporkan memiliki simtom kecemasan (Brenes, dkk., 2005). Penelitian lain

di Amerika, pada orang yang multiple sclerosis, memiliki kualitas hidup yang

rendah (Molt dkk., 2007). Keduanya disebabkan oleh kondisi ketunaan/

kecacatan fisiknya. Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan

psikolog, para difabel yang berada di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina

Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta (BBRSBD), kondisi yang dapat dijumpai

dari para difabel adalah perasaan minder, kurang percaya diri, cemas, bahkan

sampai tingkat depresi.

Page 17: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Ditinjau dari aspek psikologis, remaja difabel memang cenderung

merasa apatis, malu, rendah diri, sensitif, dan kadang-kadang muncul sikap

egois terhadap lingkungannya. Keadaan tersebut akan mempengaruhi

kemampuan dalam hal sosialisasi dan interaksi sosial dengan lingkungan

sekitar atau dalam pergaulan sehari-hari. Sejalan dengan pendapat di atas,

Soetjiningsih (1995) menjelaskan bahwa remaja yang mengalami cacat tubuh

lebih cenderung hidup dalam lingkungannya sendiri, dengan sikap-sikap yang

negatif, penuh prasangka, dan rendah diri. Anggapan dan sikap yang dimiliki

para difabel, dapat membuat tertekannya fungsi psikologis pada diri mereka

(Ayatollahi, 2007). Hal tersebut akan lebih parah jika terjadi pada difabel yang

mengalami ketunaan tidak sejak lahir, yaitu sewaktu dalam proses

pertumbuhan atau proses belajar.

Akibat lain yang ditimbulkan dari cacat fisik adalah aspek kepribadian

dari individu tersebut. Padahal dominannya suatu kepribadian juga akan

berpengaruh terhadap perkembangan psikologis dan sosialnya (Damayanti dan

Rostiana, 2003). Banyak di lapangan ditemukan bahwa individu yang

mengalami kecacatan tubuh, beranggapan bahwa keadaan cacatnya sebagai

“pagar tembok” yang merampas mereka dari kehidupan yang nyata pada

masyarakat yang normal. Seorang difabel merasa gagal dalam hidup serta

merasa tidak diterima oleh lingkungannya (Soetjiningsih, 1995).

Kecacatan seorang difabel agar dapat lebih berkembang di masyarakat

diperlukan dukungan keluarga dan pusat kendali yang tepat. Namun

kenyataannya, para difabel kurang mendapat dukungan dari keluarga dan

Page 18: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

kurang memiliki pusat kendali yang tepat yang dapat mengubah skema

kognitifnya tentang kondisi kecacatannya dan membangkitkan kualitas

hidupnya di masa depan. Seorang difabel yang kurang dukungan dari keluarga

akan cenderung lebih rentan terhadap penyakit mental dan interaksi sosialnya

terganggu (Kaplan dan Saddock, 1997). Pusat kendali yang kurang tepat

dimiliki oleh para difabel akan lebih mudah menggugah simtom kecemasan

pada psikologis mereka (Riyanti, 2004).

Remaja difabel yang mengalami kecacatan bukan bawaan akan

memiliki ketidaksiapan dalam menghadapi reaksi lingkungan terhadap

kondisinya, sehingga timbul kecemasan dalam dirinya (LeMaistre dalam

Damayanti dan Rostiana, 2003). Kecemasan yang dimaksud adalah gangguan

alam perasaan yang ditandai adanya perasaan ketakutan atau kekhawatiran

yang mendalam dan berkelanjutan, mengalami gangguan perilaku yang masih

dalam batas normal, kepribadiannya masih utuh, serta tidak mengalami

gangguan dalam menilai realitas (Hawari, 2001). Pada masa remaja,

kecemasan yang muncul pada umumnya adalah kecemasan yang berhubungan

dengan situasi sosial dalam masyarakat, yang berkaitan dengan diterimanya

remaja dalam kelompok masyarakat dan teman sebayanya. Kenyataan yang

sama juga dialami oleh remaja difabel yang ingin mendapat perlakuan yang

sama seperti layaknya orang normal, namun hal itu sering tidak diperoleh para

remaja difabel (Smet, 1994).

Perasaan cemas yang timbul saat individu merasa takut terhadap

pendapat umum atau pendapat lingkungan yang mencela dirinya disebut

Page 19: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

kecemasan sosial. Kecemasan sosial dapat dilihat pada anak yang merasa

cemas bila ketidakmampuannya sampai terlihat oleh banyak orang karena

akan membuat dirinya dihina atau tak dihargai (Moersintowarti dkk., 2005).

Heerey dan Ann (2007), menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki

kecemasan sosial selama berinteraksi akan berpengaruh terhadap perilaku,

perasaan dan persepsinya.

Adanya kecemasan sosial, membuat para remaja difabel

membutuhkan dukungan dari lingkungan yang terdekat dan yang telah

mengenal mereka sejak lahir. Lingkungan yang pertama kali dijumpai sewaktu

individu lahir di dunia ini adalah keluarga. Lingkungan keluarga merupakan

suatu tempat anak berinteraksi sosial dengan orang tua yang paling lama.

Keluarga merupakan suatu unit terkecil masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu,

dan anak. Keluargalah yang mengajari anak untuk pertama kali belajar di

dalam kehidupan bermasyarakat. Keluarga memberikan pembelajaran tentang

kasih sayang, saling mengasihi, saling memberi, norma-norma kewajiban

yang harus dilakukan, hak yang dapat diterima, serta tentang agama (Suryanto,

2008).

Keluarga adalah salah satu sumber dukungan sosial yang penting bagi

individu. Keluarga berperan menyediakan dukungan dan dapat memberikan

rasa aman sekaligus memelihara penilaian positif seseorang terhadap dirinya.

Hal itu dapat diwujudkan melalui ekspresi kehangatan, empati, persetujuan,

atau penerimaan yang ditunjukkan oleh anggota keluarga lain (Friedman,

2003). Keluarga juga mempunyai peranan dalam mengatasi masalah di antara

Page 20: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

kelompok-kelompok sosial. Menurut Korchin (dalam Notosoedirdjo dan

Latipun, 1999), seorang difabel juga membutuhkan peran keluarga dalam

proses sosialisasinya, apalagi remaja yang mengalami cacat bukan bawaan.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Newcomb (dalam Marsiglia dkk., 2007),

lingkungan keluarga dan orang tua adalah kekuatan sosialisasi pada kehidupan

anak.

Dukungan keluarga dapat berasal dari orang tua dan saudara

sekandung. Orang tua diberi tanggungjawab bukan hanya memenuhi

kebutuhan jasmani tetapi juga dalam meningkatkan harga diri, prestasi

akademik, kreativitas, dan perkembangan kognitif, bahkan pembentukan

moral serta spiritual. Kasih sayang yang tanpa pamrih dan cara menunjukkan

rasa hormat serta cara menghargai, juga dapat diperoleh anak melalui orang

tua (Friedman, 2003). Menurut Newcomb (dalam Marsiglia dkk., 2007),

ikatan dan dukungan keluarga mengurangi distres psikologi dan

penyimpangan-penyimpangan umum lainnya pada remaja wanita dan laki-

laki. Begitu pula pada remaja difabel yang membutuhkan dukungan tersebut,

namun dukungan tersebut kadang sulit didapat, sehingga membuat remaja

merasa rendah diri dan tidak dapat bergaul di masyarakat.

Perasaan rendah diri dan tidak dapat bergaul timbul pada diri remaja

difabel disebabkan keluarga mengisolasi anak difabel dari masyarakat karena

malu, atau terlalu memanjakan yang membuat anak kehilangan kepercayaan

diri. Selain itu, ada juga keluarga yang merasa terbebani dan kurang peduli

saat ada anggota keluarga yang mengalami kecacatan, sehingga banyak

Page 21: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

keluarga yang mengabaikan kondisinya (Dianawati dkk., 2005) . Kondisi

seperti itu kurang disadari oleh keluarga (Slamet, 2008).

Pada masa rehabilitasi, para remaja di BBRSBD tinggal di asrama, dan

kurang mendapat dukungan dari keluarga karena tempat tinggal keluarga yang

jauh dan kondisi ekonomi yang kurang. Jadi, remaja difabel di BBRSBD

bergaul hanya dengan teman-teman yang sama-sama memiliki kondisi cacat

dan dengan para pembina di tempat rehabilitasi. Pergaulan dengan teman-

teman di asrama tidaklah selamanya membuat seorang remaja mengalami

perbaikan kondisi, tetapi juga membuat seseorang menjadi semakin terpuruk.

Di sinilah sebenarnya fungsi dukungan keluarga diperlukan karena

keluargalah yang dapat memberikan rasa aman dan mengembalikan serta

membentuk penilaian yang positif pada diri remaja tersebut, namun karena

kondisi tempat tinggal dan tingkat ekonomi, menghalangi dukungan itu nyata

dalam hidup para remaja tersebut.

Selain dukungan keluarga, aspek kepribadian yang berupa pusat

kendali juga mempengaruhi psikologis para difabel fisik. Menurut Lefcourt

(dalam Smet, 1994), pusat kendali (locus of control) merupakan derajat

keyakinan individu ketika memandang peristiwa dalam kehidupannya sebagai

konsekuensi internal atau eksternal. Individu dengan kontrol internal akan

lebih memandang bahwa apa yang terjadi dalam hidup dan masa depannya

dipengaruhi oleh usaha, kemampuan, dan sikapnya sendiri. Sebaliknya,

kontrol eksternal memandang hidup sebagai hasil dari nasib, keberuntungan,

dan perilaku di luar dirinya (Marsiglia dkk., 2007).

Page 22: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Individu dengan kontrol eksternal cenderung memiliki tingkat

kecemasan yang lebih rendah karena adanya unsur kepasrahan dan percaya

pada kekuatan-kekuatan di luar dirinya seperti nasib, takdir atau

keberuntungan, sehingga tidak menilai suatu kejadian yang tidak

menyenangkan sebagai suatu situasi yang buruk. Kondisi tersebut

menyebabkan tidak mudah tergugah kecemasannya, karena apa pun yang

terjadi dalam dirinya merupakan suratan takdir Yang Maha Kuasa (Riyanti,

2004).

Para remaja difabel di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.

Dr. Soeharso Surakarta juga memiliki skema kognitif yang berbeda dalam hal

persepsinya tentang apa yang terjadi dalam hidupnya. Hal ini tergantung dari

kondisi cacat fisiknya dan penilaian lingkungan terhadapnya, tetapi awalnya

semua remaja memang kurang menerima kondisi fisiknya, sehingga

diperlukan suatu perubahan penilaian terhadap apa yang terjadi dalam hidup

mereka, namun hal ini belum diukur dan perlu diberitahukan kepada mereka

tentang penilaian yang berhubungan dengan pusat kendali eksternal.

Para remaja difabel yang mengalami kecacatan bukan bawaan atau

karena kecelakaan dan penyakit akan mengalami perubahan, baik dalam hal

fisik, psikologis, kepribadian, maupun sosialnya. Perubahan itu muncul

dengan adannya kecemasan dan ketidaksiapan dalam menghadapi reaksi

lingkungan sosial. Dalam kondisi seperti itu dibutuhkan orang-orang terdekat

atau keluarga yang dapat memulihkan fungsi psikologisnya, sehingga ada

keterbangkitan dari keterpurukan yang terjadi dalam diri individu. Selain itu,

Page 23: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

juga dibutuhkan suatu pandangan atau keyakinan yang positif bahwa segala

sesuatu adalah hasil dari nasib dan keberuntungan yang bersifat adikodrati

(berhubungan dengan suratan takdir dari Yang Maha Kuasa). Keyakinan itu

akan membuat seseorang menerima dengan tulus dan ikhlas, sehingga

mengurangi bahkan menghilangkan timbulnya gangguan secara psikologis,

seperti kecemasan sosial.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

gangguan psikologis pada remaja difabel, yaitu kecemasan sosial yang

dihubungkan dengan dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal yang

dimiliki. Peneliti memilih judul penelitian: “Hubungan antara Dukungan

Keluarga dan Pusat Kendali Eksternal dengan Kecemasan Sosial pada Remaja

Difabel di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) Prof. Dr.

Soeharso Surakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di

atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu : “Apakah terdapat

hubungan antara dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal dengan

kecemasan sosial pada remaja difabel di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Surakarta?”

Page 24: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal dengan kecemasan

sosial pada remaja difabel di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis :

a. Memberi informasi tentang pentingnya dukungan keluarga pada

remaja difabel.

b. Memberi pengertian pada para difabel tentang pusat kendali eksternal

dalam pergaulan.

c. Memberi pengertian tentang bahaya kecemasan dalam pergaulan

sosial.

2. Secara praktis

a. Bagi responden penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi dan masukan, khususnya remaja difabel tentang hal-hal yang

mempengaruhi kecemasan sosial.

b. Bagi keluarga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan masukan tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap

kecemasan sosial, sehingga keluarga dapat mengembangkan dukungan

yang baik untuk para remaja difabel.

Page 25: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

c. Memberi masukan kepada pengelola BBRSBD tentang cara memberi

dukungan kepada remaja difabel agar mampu bergaul di masyarakat

luas.

Page 26: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kecemasan Sosial

1. Pengertian Kecemasan Sosial

Menurut Spielberger (dalam Riyanti, 2004), kecemasan adalah suatu

reaksi emosional yang tidak menyenangkan terhadap bahaya yang tidak nyata

atau imajiner, reaksi ini muncul bersama pengalaman otonom dan subyektif

yang dirasakan sebagai ketegangan, ketakutan, dan kegelisahan. Objek

kecemasan tidak spesifik. Kecemasan yang terus-menerus muncul dalam

hidup seseorang akan mengganggu kehidupannya. Gangguan kecemasan

menurut Beck adalah suatu gangguan memproses informasi tentang bahaya

dan kurangnya pemahaman kemampuan diri untuk mengatasinya. Pada

gangguan kecemasan, pusat gangguan bukanlah pada sistem afektif melainkan

pada skema kognitif. Menurut Beck, skema kognitif berhubungan dengan

suatu kepercayaan dan asumsi (dalam Wells, 1997).

Seseorang yang mengalami kecemasan tidaklah lepas dari pengaruh

adanya stresor yang muncul dalam hidupnya. Stresor-stresor yang dapat

menimbulkan kecemasan antara lain (Hartoyo, 2004) :

a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis

yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari. Hal ini dapat dikatakan sebagai faktor personal.

Page 27: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

b. Ancaman terhadap sistem diri, yang dapat membahayakan identitas,

harga diri, dan fungsi integritas sosial yang biasanya muncul dari

lingkungan sekitar individu.

Seorang difabel yang mengalami kecacatan setelah kelahiran, mengalami

ancaman dari faktor personal dan lingkungan. Anggapan bahwa kecacatannya

telah merampas impian dan cita-cita yang ingin diraihnya, serta merasa takut

lingkungan sosial tidak menerima kondisi yang telah dialaminya, menjadikan

para difabel memiliki kecemasan terhadap sosialnya. Hal tersebut seperti

diungkapkan oleh Soetjiningsih (1995) dan Smet (1994) bahwa para difabel

beranggapan bahwa kecacatannya menjadi ”pagar tembok” dari kehidupan

masyarakat normal dan merasa tidak diperlakukan selayaknya orang normal,

sehingga muncul sikap apatis, rendah diri, cemas, bahkan depresi.

Reaksi terhadap stresor-stresor tersebut menjadikan seseorang ada

pada tingkatan kecemasan yang berbeda-beda. Menurut Peplau (dalam

Suliswati dkk., 2004), terdapat empat tingkatan kecemasan, yaitu :

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan yang dialami

sehari-hari. Individu dengan tingkat kecemasan ini memiliki lapangan

persepsi yang luas, dapat menajamkan indera, dan masih ada

kewaspadaan, sehingga kondisi itu dapat memotivasi seseorang dalam

mencapai tujuan, mampu memecahkan masalah secara efektif, serta

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

Page 28: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

b. Kecemasan sedang

Pikiran yang ada pada tingkatan ini hanya terfokus pada sesuatu

yang menjadi perhatiannya, ada penyempitan lapangan persepsi, tetapi

masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

c. Kecemasan berat

Ciri-ciri pada tingkat kecemasan ini adalah terdapatnya lapangan

persepsi yang sangat sempit, pusat perhatian pada detail yang kecil, tidak

dapat bepikir hal yang lain, perilakunya hanya tertuju untuk mengurangi

kecemasan, dan perlu banyak perintah untuk terfokus pada area lain.

d. Panik

Ciri-ciri individu yang memiliki panik adalah kehilangan kendali

diri, detail perhatian hilang, tidak mampu melakukan apapun meskipun

ada perintah/ arahan, ada peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya

kemampuan interpersonal, penyimpangan persepsi, hilangnya pikiran

rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif, dan biasanya ada

disorganisasi kepribadian.

Kecemasan ada bermacam-macam, salah satunya adalah kecemasan

sosial. Hal yang lebih ditekankan pada kecemasan sosial adalah penilaian

interpersonal terhadap individu tersebut. Individu yang mempunyai ketakutan

bahwa dirinya akan dinilai, cenderung akan mengalami kecemasan sosial

dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai ketakutan tersebut.

Penelitian pun mengindikasikan bahwa kecemasan terhadap penilaian sosial

Page 29: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

dapat memunculkan masalah mental yang lebih parah, seperti depresi,

penyalahgunaan, dan fobia sosial (Sinniah, 2003).

Kecemasan sosial hanya dihubungkan dengan situasi sosial dan bukan

situasi yang lain. Menurut Schneier, onset dari kecemasan sosial adalah

selama usia remaja. Kecemasan sosial yang terjadi selama remaja

dihubungkan dengan masalah fungsi yang signifikan. Remaja-remaja ini

mempunyai pengalaman penghinaan/ memalukan dan kritikan yang

berlebihan, yang membentuk dugaan negatif terhadap perjumpaan dengan

orang lain di masa yang akan datang. Menurut Albano, remaja dengan

kecemasan sosial mempunyai ciri prestasi sekolah rendah, memiliki sedikit

teman, sulit menjalin persahabatan secara intim, dan meningkatnya

penggunaan alkohol (dalam Rheingold dkk., 2003).

Kecemasan sosial dapat dijelaskan melalui pendekatan kognitif, yaitu

(Hartman et al dalam Wells, 1997) :

a. Ketakutan kegagalan penampilan (performance) dan ketakutan pada

penilaian negatif.

b. Perhatian yang berfokus pada diri sendiri dalam simtom yang membuat

lebih buruk dan mengganggu penampilan.

Kecemasan sosial terjadi karena penyimpangan kognitif seseorang dalam

menghadapi situasi sosial. Menurut Barret dkk., penyimpangan ini disebabkan

adanya penilaian yang berlebihan dan penyimpangan interpretasi terhadap

situasi yang ambigu yang diinterpretasikan sebagai situasi yang mengancam

(dalam Rheingold dkk., 2003).

Page 30: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Menurut DSM IV-TR (dalam Kaplan dan Saddock, 1997), kriteria

diagnostik kecemasan sosial adalah :

a. Ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu/ lebih situasi sosial atau

ketakutan bertemu dengan orang asing dan kemungkinan diperiksa oleh

orang lain, sehingga individu merasa takut jika bertindak yang

memalukan.

b. Pemaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampir selalu

mencetuskan kecemasan, dapat berupa serangan panik yang

berhubungan dengan situasi atau dipredisposisi oleh situasi.

c. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak

beralasan.

d. Situasi sosial dihindari atau kalau tetap dihadapi dengan cara kecemasan

atau penderitaan yang jelas.

e. Ada gangguan dalam rutinitas normal, fungsi pekerjaan (akademik), atau

aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau terdapat

penderitaan yang jelas karena menderita kecemasan.

f. Pada individu di bawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.

Kecemasan sosial dapat dijelaskan sebagai suatu ketakutan/

kekhawatiran yang berlebihan atau tidak beralasan terhadap satu/ lebih situasi

sosial yang terjadi karena adanya penyimpangan kognitif, sehingga

mengganggu rutinitas sehari-hari.

Page 31: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Sosial

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecemasan sosial

adalah (Wells, 1997) :

a. Kepercayaan diri yang negatif (meragukan kemampuan dirinya),

b. Ketakutan terhadap kegagalan performance,

c. Ketakutan terhadap penilaian negatif.

Ahli-ahli lain menyatakan bahwa faktor predisposisi dari kecemasan sosial

dapat dijelaskan dalam beberapa teori, antara lain :

a. Teori biologis

1) Biokimia

Biokimia dan neurofisiologis berpengaruh pada etiologi, dan

kelainan-kelainan ini telah diselidiki.

2) Genetik

Penyelidikan akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa kelainan

kecemasan paling sering ditemukan dalam populasi umum.

b. Teori Psikososial

1) Psikodinamika

Teori ini menurut Erikson, menganggap predisposisi untuk kelainan

kecemasan terjadi saat tugas-tugas yang diberikan pada tahap awal

perkembangan belum terpecahkan. Dalam berespons terhadap stres,

perilaku dihubungkan dengan penampilan tahap dini ini, seperti

regresi atau fiksasi dalam tahap perkembangan awal.

Page 32: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

2) Interpersonal

Sullivan melengkapi respons kecemasan sebagai kesukaran dalam

hubungan interpersonal yang berawal dari hubungan ibu dan anak

(pemberi perawatan utama adalah ibu). Anak tidak menerima secara

mutlak kebutuhannya akan kasih sayang dan pemeliharaan. Usaha

yang sia-sia terhadap ”perolehan” kasih ini menghasilkan suatu ego

yang rentan.

3) Sosiokultural

Horney menyatakan bahwa kelainan kecemasan dipengaruhi oleh

suatu kontraindikasi yang banyak terjadi dalam masyarakat yang

mengkontribusi perasaan tidak aman atau ketidakberdayaan.

(dalam Townsend, 1995).

Faktor lain yang dapat diketahui menjadi penyebab munculnya

kecemasan sosial adalah kurangnya ketrampilan sosial, rendahnya harga diri,

kurangnya asertivitas, interaksi teman yang negatif, penerimaan sosial yang

rendah, lemahnya fungsi sosial, dukungan sosial yang rendah, dan persepsi/

penilaian seseorang (Ginsburg, dkk. dalam Herbert, Kia, & Kristy, 2004).

Kecemasan sosial yang terjadi pada diri seseorang pada pengertian ini

dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti personal/ diri individu sendiri,

kognitif seseorang, sosial budaya dan fungsi sosialnya, masa lalu yang

berhubungan dengan interaksi sosial, dan lain-lain.

Page 33: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

3. Aspek-aspek Kecemasan Sosial

Situasi pemicu kecemasan sosial menurut Wells (1997) dan skala

Atrofiyati (1996) yaitu :

a. Situasi yang melibatkan interaksi sosial.

Situasi ini terjadi pertama kali pada waktu seorang indvidu

berhubungan dengan keluarga, khususnya ibu. Apabila dalam hubungan

ibu-anak, kebutuhan anak terpenuhi dengan baik, maka perkembangan

seseorang tidak mengalami hambatan (Gerungan, 2004). Selanjutnya,

hubungan semakin meluas yaitu dengan teman sebaya dan masyarakat.

Jika dalam hubungan ini terdapat hambatan dan konflik yang tidak

terselesaikan, akan menyebabkan gangguan secara psikologis dan

berdampak merugikan pada perkembangan hubungan sosial dan

ketrampilan sosial ( Herbert, Kia & Kristy, 2004).

b. Situasi seseorang diobservasi oleh orang lain.

Menurut Mattick dan Clark (dalam Wells, 1997), situasi ini dapat

diartikan terjadi pada waktu seseorang menjadi pusat perhatian orang di

sekitarnya. Sikap meragukan kemampuan diri dan mempunyai opini

negatif tentang masyarakat, memunculkan gangguan psikologis pada

seseorang.

Dua aspek situasi yang dapat mempengaruhi kecemasan sosial yaitu

situasi yang melibatkan interaksi sosial dan situasi dimana seseorang

diobservasi oleh orang lain.

Page 34: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

4. Ciri-ciri Kecemasan Sosial

Simtom-simtom yang tampak pada individu yang mengalami

kecemasan sosial adalah jantung berdebar, menggigil dan tergoncang, merah

karena malu, berkeringat, dan lain-lain (Beidel dkk. dalam Rheingold dkk.,

2003). Menurut Townsend (1995), gejala kelainan kecemasan sosial antara

lain :

a. Gelisah, perhatian yang berlebihan, perasaan cemas, kekhawatiran yang

berlebihan, respons terkejut yang berlebihan, dan insomnia.

b. Pengulangan dan kelainan ingatan atau mimpi-mimpi tentang kejadian

traumatis, merasa sulit menghilangkan trauma tersebut, dan sukar

merasakan emosi.

Ciri-ciri/ tanda individu yang mengalami kecemasan sosial adalah

berkeringat, insomnia, perhatian berkurang, gelisah, jantung berdebar,

kepercayaan diri rendah, pemalu, dan lain-lain.

B. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga

Menurut Ritter, dukungan sosial mengacu pada bantuan emosional,

instrumental, dan finansial yang diperoleh dari jaringan sosial seseorang. Jadi,

segi fungsional dukungan sosial adalah dukungan emosional, mendorong

adanya ungkapan perasaan, pemberian nasihat/ informasi, serta pemberian

bantuan material. Dukungan sosial menunjuk pada hubungan interpersonal

Page 35: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

yang melindungi orang terhadap konsekuensi negatif dari stres. Smet

mengutip pernyataan Gottlieb, yang menyatakan bahwa dukungan sosial

terdiri dari informasi atau nasihat verbal/ non verbal, bantuan nyata atau

tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapatkan karena

kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi

pihak penerima. Manfaat dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan

melindungi orang itu terhadap efek negatif dari stres yang berat/ kuat.

Dukungan sosial juga meningkatkan penghargaan diri seseorang lebih tinggi

(dalam Smet, 1994). Hal tersebut diperkuat oleh Cohen (dalam Molt, dkk.

2007), bahwa tersedianya dukungan sosial mengurangi stres dan efek negatif

dan meningkatkan psikologis positif termasuk kualitas hidup .

Menurut Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1994), perkawinan dan

keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. Dukungan

dari keluarga dapat berasal dari orang tua serta saudara sekandung. Orang tua

diberi tanggungjawab bukan hanya memenuhi kebutuhan jasmani tetapi juga

dalam meningkatkan harga diri, prestasi akademik, kreativitas, dan

perkembangan kognitif, bahkan pembentukan moral serta spiritual. Kasih

yang tanpa pamrih dan cara menunjukkan rasa hormat serta rasa menghargai,

juga dapat diperoleh anak melalui orang tua (Friedman, 2003). Keluarga,

khususnya orang tua, dapat menjadi figur yang memberikan arahan,

memantau, mengawasi, dan membimbing remaja dalam menghadapi

permasalahan, bahkan tantangan di luar kemampuan mereka (Retnowati,

2005). Menurut Manurung dan Manurung, ayah mempunyai peranan dalam

Page 36: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

memberikan dukungan sosial kepada anaknya, peran ayah sebagai kepala

keluarga bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan fisiologis anggota

keluarganya. Menurut Dagun, ibu merupakan guru pertama dan utama bagi

putra dan putrinya yang diharapkan memiliki keindahan, kelembutan, dan

kerendahan hati (dalam Ashriati, 2006).

Pengaruh dukungan orang tua dianggap sebagai faktor utama

pemeliharaan semua anak, entah dalam situasi traumatis atau dalam kehidupan

keluarga yang normal. Hal itu, seperti yang diungkapkan oleh Suryanto

(2008), pihak orang tua yang memenuhi fungsi asih, asuh, dan asah, serta mau

dan mampu meluangkan waktunya untuk anak-anaknya, dapat membuat anak

terpenuhi kebutuhan psikologisnya dan anak mampu mengatasi masalah

secara adaptif.

Selain dari orang tua, dukungan keluarga juga dapat berasal dari

saudara-saudara sekandung. Menurut Cicirelli (dalam Santrock, 2003),

beberapa contoh penelitian menyatakan bahwa saudara sekandung bisa lebih

kuat mempengaruhi remaja dibandingkan orang tuanya. Hal itu terlihat dari

cara mereka berkomunikasi dan cara memahami masalah lebih efektif,

daripada dengan orang tua.

Pengertian dukungan keluarga di sini dapat dijelaskan sebagai bantuan

interpersonal yang berasal dari orang tua dan saudara sekandung, dengan

tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikis dan fisik oleh pihak penerima

dukungan.

Page 37: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

2. Aspek-aspek Dukungan Keluarga

Menurut Johnson dan Johnson (1991) serta Smet (1994) dukungan

keluarga adalah transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-

aspek berikut:

a. Perhatian emosi

Merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kelekatan,

kepedulian, dan ungkapan emosi, sehingga timbul keyakinan bahwa

individu yang bersangkutan diperhatikan.

b. Bantuan instrumental

Wujudnya dapat berupa barang, pelayanan, dukungan keuangan,

menyediakan peralatan yang dibutuhkan, memberi bantuan, dan

melaksanakan berbagai aktivitas, memberi peluang waktu, serta

modifikasi lingkungan.

c. Bantuan informasi

Merupakan bantuan berupa nasihat, bimbingan dan pemberian

informasi. Informasi tersebut dapat membantu individu membatasi

masalahnya, sehingga individu mampu mencari jalan keluar untuk

mengatasi masalahnya.

d. Penilaian

Misal pemberian penghargaan atau pemberian penilaian yang

mendukung perilaku atau gagasan individu dalam bekerja maupun peran

sosial, yang meliputi pemberian umpan balik, informasi, atau penguatan.

Page 38: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Selanjutnya ditambahkan oleh Smet (1994), ada empat aspek yang

berhubungan dengan dukungan keluarga, yaitu:

a. Dukungan emosional : meliputi ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian orang yang bersangkutan. Misal : umpan-balik, penegasan.

b. Dukungan penghargaan : ungkapan penghargaan positif untuk orang itu

dan dorongan maju berupa persetujuan dengan gagasan atau perasaan

individu. Misal : dukungan untuk orang yang kurang mampu/ lebih

buruk keadaannya).

c. Dukungan instrumental : mencakup bantuan langsung. Contoh :

menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stres.

d. Dukungan informatif : memberi nasihat, petunjuk, saran, atau umpan-

balik. Ini dapat dilakukan untuk orang dengan prognosis penyakit yang

berat.

Pada skala Destrianitandy (2007) dan skala Asputri (2006) juga menyatakan

ada empat aspek dukungan keluarga, yaitu dukungan emosional, penghargaan,

instrumental, dan informatif.

Dukungan keluarga merupakan transaksi interpersonal yang meliputi

aspek dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informatif.

3. Manfaat Dukungan Keluarga

Johnson dan Johnson (1991) mengungkapkan bahwa dukungan

keluarga dapat meningkatkan:

Page 39: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

a. Produktivitas, melalui peningkatan motivasi, kualitas penalaran,

kepuasaan kerja, dan mengurangi dampak stres kerja.

b. Kesejahteraan psikologis dan kemampuan penyesuaian diri, melalui

perasaan memiliki kejelasan identitas diri, peningkatan harga diri,

pencegahan neurotisme dan psikopatologi, pengurangan distres, dan

penyediaan sumber yang dibutuhkan.

c. Kesehatan fisik, individu yang mempunyai hubungan dekat dengan

orang lain jarang terkena penyakit dan lebih cepat sembuh jika terkena

penyakit, dibandingkan dengan individu yang terisolasi.

Remaja membutuhkan dukungan dari orang tua untuk membantu mengatasi

permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan menghadapi tuntutan

lingkungan sosial yang lebih luas yaitu masyarakat. Menurut Dagun,

dukungan itu dapat membantu remaja melakukan penyesuaian sosial yang

lebih baik terhadap lingkungan sosialnya dan membantu membentuk

kepribadian yang tangguh dalam menghadapi tuntutan lingkungan di masa

selanjutnya (dalam Putri, 2003).

Dukungan dan penerimaan oleh setiap anggota keluarga akan

memberikan ”energi” dan kepercayaan diri anak serta remaja terbelakang

mentalnya, membuat mereka lebih berusaha meningkatkan setiap kemampuan

yang dimilikinya, sehingga hal ini akan membantunya untuk dapat hidup lebih

mandiri serta lepas dari ketergantungan pada bantuan orang lain. Sebaliknya,

penolakan yang diterima dalam hidup mereka, akan membuat mereka semakin

rendah diri dan menarik diri dari lingkungan, ada perasaan ketakutan ketika

Page 40: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

berhadapan dengan orang lain maupun untuk melakukan sesuatu, dan akhirnya

benar-benar menjadi seseorang yang tidak dapat berfungsi secara sosial serta

bergantung pada orang lain, termasuk dalam merawat diri sendiri (Heward

dalam Hendriani dan Tirta, 2006).

Sama halnya dengan difabel, menurut para ahli (dalam Ashriati, 2006),

dukungan keluarga menjadikan para remaja difabel dapat lebih terbuka dengan

kekurangannya, membuat mereka lebih maju berkembang dalam masyarakat,

pemberi semangat untuk mengeluarkan rasa takut, serta membangun

kepercayaan dirinya. Sadava dan Creary (1997), menyatakan bahwa dukungan

keluarga meningkatkan harga diri seseorang, kesejahteraan seseorang, dan

membentuk kebiasaan hidup yang sehat.

Dukungan keluarga dapat diwujudkan dalam bentuk tidak terlalu

memanjakan, memberikan tanggungjawab sesuai kemampuannya, mengajari

untuk melakukan kegiatan sehari-hari sendiri, mengajari mandiri, memberikan

informasi yang bermanfaat, serta memberikan waktu untuk saling sharing satu

sama lain antar anggota keluarga.

Manfaat yang dapat diperoleh dari dukungan keluarga adalah untuk

meningkatkan produktivitas diri, kesejahteraan psikologis dan membentuk

kepribadian yang tangguh, serta kesehatan fisik, yang semuanya itu menjadi

dasar dari stabilitas sosial.

Page 41: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

C. Pusat Kendali Eksternal

1. Pengertian Pusat Kendali

Menurut Pervin, pusat kendali menyangkut kepribadian dan mewakili

harapan umum mengenai masalah faktor-faktor yang menentukan

keberhasilan kehidupan seseorang. Menurut Lefcourt, pusat kendali

merupakan derajat ketika individu memandang peristiwa dalam kehidupannya

sebagai konsekuensi internal atau eksternal (dalam Smet, 1994). Menurut

Daum dan Wiebe, pusat kendali adalah konsep yang menyebutkan tingkatan

seseorang yang merasa bagaimana perilakunya mempengaruhi kejadian

hidupnya. Jadi, dengan kata lain pusat kendali adalah sumber kontrol hidup

dan perilaku seseorang (dalam Ozmete, 2007).

Menurut Krueger, pusat kendali adalah dugaan secara umum seseorang

mengenai siapa atau apa yang bertanggungjawab terhadap suatu kejadian.

Pusat kendali adalah salah satu konsep yang menentukan sikap, perilaku,

pilihan, motivasi, keputusan, rencana, dan implementasi seseorang dalam

proses menejemen hidupnya (dalam Ozmete, 2007).

Pengertian pusat kendali dapat dijelaskan sebagai aspek kepribadian

yang berupa keyakinan individu akan kehidupannya yang dipengaruhi oleh

kondisi internal atau eksternal.

2. Faktor-faktor Pusat Kendali

Faktor-faktor yang mempengaruhi pusat kendali (dalam Ozmete

(2007) serta Bansal dan Jaswal (2006)) :

Page 42: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

a. Status ekonomi keluarga

Pusat kendali internal terbentuk dari status ekonomi yang tinggi.

Sebaliknya, eksternal terbentuk dari status ekonomi yang rendah,

anggapan itu berasal dari kondisi mereka yang miskin, sehingga mereka

mempunyai kontrol hidup yang kecil.

b. Budaya

Berupa stabilitas budaya, aturan, hukum, dan kondisi lingkungan.

Seseorang yang merasa tidak tenteram secara sosial akan lebih menilai

bahwa kontrol hidupnya berasal dari luar (eksternal). Sebaliknya

menurut Marsh dan Richards, pengetahuan dan sikap positif ke arah

lingkungan, mengaktifkan keterlibatan dan menekankan pada kebebasan

dalam sosialisasi dapat mengembangkan pusat kendali internal.

c. Gaya dan struktur keluarga

Perkembangan pusat kendali internal berasal dari keluarga yang

juga percaya/ yakin dengan kekuatan internal, yaitu menekankan usaha,

pendidikan, dan tanggungjawab.

d. Pengalaman yang berhubungan dengan reward dan punishment.

Pusat kendali internal dan eksternal sama-sama memiliki hubungan

yang positif dengan hadiah dan hukuman.

e. Gaya pengasuhan keluarga

Menurut Scott, et al., gaya pengasuhan yang protektif dan permisif

telah ditemukan memiliki hubungan yang negatif dengan ketrampilan

interpersonal.

Page 43: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Faktor yang mempengaruhi pusat kendali adalah status ekonomi

keluarga, budaya, gaya dan struktur keluarga, pengalaman yang berhubungan

dengan reward dan punishment, serta gaya pengasuhan keluarga.

3. Macam-macam Pusat Kendali

Pusat kendali terdiri dari 2 macam, yaitu internal dan eksternal. Kedua

macam pusat kendali tersebut merupakan dua sisi yang berbeda dan

berlawanan. Individu yang mempunyai pusat kendali internal lebih cenderung

memandang bahwa hidup mereka, kemampuan, dan usaha merekalah yang

menentukan masa depan, sedangkan pusat kendali eksternal cenderung

memandang hidupnya ditentukan kesempatan, nasib, keberuntungan, dan

perilaku orang lain (Marsiglia dkk., 2007).

Sejalan dengan pendapat di atas, Spector (dalam Pandan&Djamaludin,

2006) menyatakan individu dengan pusat kendali internal akan mengandalkan

diri sendiri untuk medapatkan petunjuk, mandiri, dan tidak terpengaruh oleh

orang lain. Sebaliknya, individu dengan pusat kendali eksternal akan

mengharapkan bantuan dan pemenuhan kebutuhan dari orang lain. Menurut

Antonides (dalam Wahyu, 2004), orang yang memiliki orientasi kontrol

internal menunjukkan usaha yang lebih baik ketika menghadapi suatu tugas

yang membutuhkan ketrampilan, daripada suatu hal yang membutuhkan

keberuntungan.

Selanjutnya dikatakan oleh Riyanti (2004), orientasi pusat kendali

internal akan cenderung menilai suatu kejadian yang tidak menyenangkan

Page 44: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

sebagai suatu situasi berbahaya, karena pemikiran-pemikiran yang cenderung

ke arah sisi peran manusianya bukan ke arah peran faktor eksternal, sehingga

kecemasan dasarnya cenderung tinggi dan kecemasan sesaatnya mudah

tergugah. Lain halnya dengan pusat kendali eksternal, cenderung menilai suatu

kejadian yang tidak menyenangkan sebagai situasi yang tidak berbahaya.,

sehingga kecemasan dasarnya cenderung rendah dan kecemasan sesaat tidak

mudah tergugah. Tingkat kecemasan pada pusat kendali eksternal rendah atau

lebih rendah daripada pusat kendali internal.

Pusat kendali terdiri dari dua jenis yaitu internal dan eksternal. Pusat

kendali internal lebih berfokus pada diri sendiri, sedangkan pusat kendali

eksternal berfokus di luar diri individu. Pusat kendali eksternal memiliki

kecemasan lebih rendah daripada pusat kendali internal.

4. Aspek-aspek Pusat Kendali

Menurut skala IPC-Locus of Control (dalam Azwar, 2007), pusat

kendali memiliki tiga aspek sebagai berikut :

a. Internal (I) : keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian

dalam hidupnya ditentukan oleh kemampuan

dalam diri sendiri.

b. Powerful other (P) : keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian

dalam hidupnya ditentukn terutama oleh orang

lain yang lebih berkuasa.

Page 45: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

c. Chance (C) : keyakinan dalam diri seseorang bahwa

kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan

oleh nasib, peluang, dan keberuntungan.

Aspek untuk pusat kendali eksternal ada dua yaitu powerful other (P) dan

chance (C), sedangkan internal (I) adalah aspek pusat kendali yang bersifat

internal. Skala Rahmawati (2007) juga menyatakan ada dua aspek pusat

kendali eksternal yaitu powerful other (P) dan chance (C).

Pusat kendali memiliki aspek internal (I), powerful other (P) serta

chance (C).

D. Remaja Difabel

1. Pengertian Remaja Difabel (Tunadaksa)

Tunadaksa (difabel) adalah suatu keadaan rusak atau terganggu

sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi

dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit,

kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir (dalam

Somantri, 2006). Pendapat yang sama diungkapkan oleh Ashriati (2006),

difabel identik dengan suatu keadaan seseorang mempunyai kekurangan pada

keadaan fisiknya atau suatu keadaan yang abnormal pada fisik individu.

Yusuf (2004) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang

banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang

menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa

ini, tidak sedikit mereka yang mengalami kesukaran sehingga kesehatan

Page 46: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

terganggu, jiwanya gelisah dan cemas, pikirannya terhalang menjalankan

fungsinya, dan kadang-kadang kelakuannya bermacam-macam

(Daradjat,1990). Rentang usia remaja berkisar antara 12-25 tahun. Menurut

Petro (dalam Sarwono, 2000) dan Yusuf (2004), tahap perkembangan remaja

sebagai berikut :

a. Remaja awal

Pada masa ini, memiliki ciri-ciri :

1) Terheran-heran dengan perubahan tubuhnya dan ada dorongan-

dorongan yang menyertai perubahan.

2) Mengembangkan pikiran baru.

3) Cepat tertarik pada lawan jenis.

4) Mudah terangsang secara erotis.

5) Berkurangnya kendali terhadap ”ego”.

b. Remaja madya

Ciri-cirinya :

1) Membutuhkan kawan-kawan atau ada perasaan senang jika banyak

teman yang menyukainya.

2) Kecenderungan narsistik (mencintai diri sendiri).

c. Remaja akhir

Ciri-ciri yang tampak :

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi intelek.

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan

dalam pengalaman yang baru.

Page 47: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi.

4) Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri

sendiri dengan orang lain.

Pada usia remaja akhir, tugas perkembangan remaja sudah mencapai

pemantapan pendirian hidup untuk menuju masa dewasa (Yusuf, 2004).

Faktor hambatan yang mempengaruhi penguasaan tugas

perkembangan dari remaja adalah (Hurlock, 2005) :

a. Kelambatan dalam tingkat perkembangan, baik fisik maupun mental,

b. Kesehatan buruk yang mengakibatkan energi dan tingkat kekuatan

rendah,

c. Cacat tubuh yang mengganggu,

d. Tiadanya kesempatan untuk belajar apa yang diharapkan kelompok

sosial,

e. Tiadanya bimbingan dalam belajar,

f. Tiadanya motivasi untuk belajar,

g. Rasa takut untuk berbeda.

Remaja difabel adalah suatu kelompok usia antara 12-25 tahun yang

mengalami kekurangan atau ketunaan dalam hal fisik. Seperti halnya dengan

kelompok seusianya, remaja ini masih banyak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan baik fisik maupun aspek psikologis. Tetapi dengan adanya

ketunaan atau kekurangan dalam fisiknya, hal itu dapat menghambat atau

memperlambat bahkan menghentikan setiap perkembangan tersebut (Monks

Page 48: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

dkk., 1991). Seperti yang dinyatakan oleh Damayanti dan Rostiana (2003),

akibat dari kecacatan yang dialami para difabel adalah seringkalinya mereka

menghadapi masalah, baik secara emosi, sosial, dan pekerjaan.

Remaja difabel adalah mereka yang berada pada usia sekitar 12 – 25

tahun yang mengalami kecacatan/ ketunaan yang menyebabkan perubahan

fisiologis, psikologis, sosial, dan pekerjaan.

2. Klasifikasi Difabel

Menurut Somantri (2006), klasifikasi difabel yaitu kerusakan yang

dibawa sejak lahir atau keturunan, kerusakan pada waktu kelahiran, kerusakan

karena infeksi, kerusakan traumatik, tumor, dan lain-lain. Ketunadaksaan

dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

a. Sebab-sebab yang timbul sebelum kelahiran :

1) Faktor keturunan,

2) Trauma dan infeksi pada waktu kehamilan,

3) Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak,

4) Pendarahan pada waktu kehamilan,

5) Keguguran yang dialami ibu.

b. Sebab-sebab yang timbul pada waktu kelahiran :

1) Penggunaan alat-alat pembantu kelahiran,

2) Penggunan obat bius pada waktu kelahiran

c. Sebab-sebab sesudah kelahiran :

1) Infeksi,

Page 49: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

2) Trauma,

3) Tumor,

4) Kondisi-kondisi lainnya.

Derajat kecacatan menurut WHO (dalam Moersintowarti dkk., 2005) yaitu :

a. Impairment

Kehilangan/ ketidaknormalan pada hal-hal yang menyangkut psikis

fisiologis baik struktur maupun fungsinya. Misalnya : kehilangan/ cacat

bagian tubuh, amputasi lengan/ kaki, paralisis oleh karena polio,

kapasitas pernapasan yang terbatas, rabun dekat, mental retardasi, serta

kapasitas pendengaran yang terbatas.

b. Disability

Keterbatasan/ kekurangan dari kemampuan untuk melaksanakan

aktivitas yang biasanya dapat dikerjakan oleh orang normal sebagai

akibat dari “impairment“. Misalnya : kesukaran berjalan, melihat,

berbicara, mendengar, membaca, menulis, menghitung, berkomunikasi

dengan orang-orang di sekitarnya. Bila impairment bersifat sementara/

permanen, disability juga dapat berlangsung dalam waktu pendek/ lama.

c. Handicap

Suatu kerugian yang diderita oleh individu akibat impairment dan

disability yang menghalangi tercapainya keadaan normal. Misalnya :

hubungan antara kemampuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu yang

dapat dikerjakan oleh orang lain, tidak dapat berinteraksi dengan anak

lain, serta mengkomunikasikan pikiran dan kehendaknya.

Page 50: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Kecacatan/ ketunaan fisik dapat digolongkan menjadi tiga yaitu

impairment, disability, dan handicap, yang semuanya itu dapat terjadi pada

waktu sebelum kelahiran, kelahiran, dan sesudah kelahiran.

3. Status Perkembangan Remaja Difabel

Menurut LeMaistre (dalam Damayanti dan Rostiana, 2003), terdapat

enam tahapan emosi menuju suatu kondisi kesejahteraan psikis, setelah

seseorang mengalami peristiwa yang berat, seperti kecelakaan yang

menyebabkan keberbedaan atau kecacatan fisik. Keenam tahapan tersebut

mencakup :

a. Crisis, timbul rasa terguncang (shock) dan terkejut ketika individu

menghadapi kenyataan yang sesungguhnya. Pada tahap ini diwarnai oleh

perasaan bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, ketika

mengetahui bahwa anggota tubuhnya tidak lagi bisa berfungsi.

b. Isolation (perasaan terasing), semakin berat cacatnya semakin terbatas

ruang gerak yang dimiliki serta aktivitas pun menjadi semakin

berkurang, misalnya kalau dulu dapat bermain dan berkumpul dengan

teman dan saudara, kini hal tersebut sulit dilakukan. Ketidaksiapan

menghadapi reaksi atau pertanyaan lingkungan turut menambah

intensitas keterasingan tersebut.

c. Anger (tahap kemarahan), muncul ketika keterasingan dan stres semakin

terakumulasi dan akhirnya meledak dalam bentuk kemarahan. LeMaistre

juga berpendapat bahwa reaksi kemarahan dapat muncul di awal tahapan

Page 51: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

emosi, karena mereka merasakan ketidakadilan (“mengapa harus saya

yang mengalaminya?”). Pada tahap ini, orang-orang terdekat perlu

mewaspadai, karena dapat mengarah pada tindakan destruktif, seperti

melukai diri sendiri atau berusaha bunuh diri.

d. Reconstruction, didahului oleh adanya penerimaan diri dan berlanjut

dengan perasaan mampu serta yakin untuk berubah menjadi lebih baik.

Tahap ini disebabkan adanya kesadaran bahwa dengan kemarahan tidak

menjadikan kondisi semakin membaik, maka muncul keinginan untuk

memperbaiki keadaan. Beberapa karakteristik yang tampak antara lain

perasaan jenuh dan jengkel dengan rutinitas perawatan, muncul

keinginan untuk berbuat sesuatu yang lain, adanya kemauan, serta

tanggungjawab. Difabel yang menyukai humor lebih mudah untuk

beradaptasi dan perasaan gembira dapat membantu upaya untuk berubah.

e. Intermittent depression, munculnya tahap ini, saat individu merasa

adanya kendala dalam tahap rekonstruksi dan tidak adanya dukungan,

maka usaha yang dilakukan terasa sia-sia. Kondisi depresi muncul

karena ketakutan akan masa depan, takut kondisi tubuhnya betambah

parah, tidak berdaya serta ketergantungan kepada orang yang tidak dapat

diandalkan. Hal itu dipertegas oleh LeMaistre, dengan melihat adanya

phantom psyche, yaitu suatu kondisi penyangkalan terhadap realita yang

ditandai dengan seringnya muncul pertanyaan “andai saja ……”.

f. Renewal, tahap ini muncul ketika fenomena dan segala kendala dapat

diatasi oleh individu yang bersangkutan. Ditandai dengan

Page 52: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

diketemukannya kembali aspek-aspek yang berharga dalam dirinya,

sehingga dapat menggantikan rasa sedih, rasa kehilangan, rasa takut, dan

kekecewaan. Secara sadar individu menerima kondisi dirinya dengan

segala kekurangan serta konsekuensinya, sehingga dapat menikmati

kehidupannya. Mereka menemukan cara untuk mengurangi

kecemasannya dan tidak lagi meratapi nasib atau merasa bersalah atas

keadaan dirinya, sehingga tidak merasa malu jika harus meminta

bantuan. Individu juga merasakan adanya suatu potensi dalam dirinya

untuk bersikap tabah, berkemauan keras, dan menerima diri, sehingga

dapat memaafkan dirinya atas keterbatasan yang dimiliki.

Ditambahkan oleh Tirza dkk. (2007), bahwa individu yang memiliki

cacat fisik akan bereaksi khas sebagai berikut :

a. Mudah putus asa,

b. Merasa tidak dipahami,

c. Pasrah,

d. Ketergantungan yang besar kepada orang lain,

e. Pasif dalam mencari pertolongan.

Reaksi-reaksi itu didukung oleh pernyataan Hilmansyah dan Adler, yang

menyatakan bahwa individu difabel memiliki perasaan inferioritas, yaitu

kecenderungan menutup diri dan selalu menyendiri serta muncul kecemasan,

kesedihan, malu, serta segan disebabkan keadaan fisik yang memalukan. Hal

itu dapat membuat kemampuan sosialisasinya terhambat (dalam Dianawati

dkk, 2005).

Page 53: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Menurut Hurlock (2005), perkembangan remaja difabel sebagai

berikut :

a. Status perkembangan berada di bawah anak sebaya yang normal, karena

biasanya terlalu dilindungi, umumnya kurang dapat belajar ketrampilan

untuk mandiri dan kehilangan kesempatan yang baik.

b. Mereka merasa tidak pernah diajak bermain dengan teman, sehingga

berakibat anak menjadi enggan dan kurang minat untuk sekolah.

c. Ketrampilan bermain, seringkali mereka tidak mungkin turut serta

bermain, maka mereka menjadi kurang mampu mengembangkan

ketrampilan bergaul dan merasa ditolak.

d. Penyesuaian sosial, mereka kehilangan kesempatan untuk belajar

caranya berhubungan dengan orang lain, sehingga dikatakan daya

penyesuaian sosial menjadi buruk dan sering memperlihatkan perilaku

secara sosial yang kurang dapat diterima.

e. Pola kepribadian mereka menunjukkan kepribadian yang cenderung

menarik diri dari pergaulan, kurang daya sosiabilitasnya, merasa rendah

diri, dan selalu merasa naas.

Perkembangan fisik anak difabel secara umum dapat dikatakan hampir

sama dengan anak normal, kecuali bagian-bagian tubuh yang mengalami

kerusakan atau bagian-bagian tubuh lain yang terpengaruh oleh kerusakan

tersebut. Tampak atau tidak tampaknya keadaan difabel merupakan faktor

yang penting dalam penyesuaian diri anak difabel dengan lingkungannya,

Page 54: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

karena hal itu sangat berpengaruh terhadap sikap dan perlakuan anak-anak

normal terhadap anak-anak difabel (Somantri, 2006).

Status perkembangan remaja difabel adalah mereka mengalami

perkembangan fisik, psikis, dan sosial yang terganggu. Gangguan

perkembangan fisik hanya terdapat di bagian fisik yang mengalami ketunaan,

sedangkan secara psikis terdapat gangguan emosional dan pola kepribadian,

yang semuanya itu dapat mempengaruhi penyesuaian sosialnya.

E. Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Pusat Kendali Eksternal

dengan Kecemasan Sosial

Ketunadaksaan yang dialami oleh individu saat usia pertumbuhan atau

pada masa belajar, merupakan hal yang mendadak baginya karena dia pernah

mengalami kehidupan layaknya orang normal, sehingga keadaan ketunaan

atau kecacatan tersebut dianggap sebagai suatu kemunduran dan sulit untuk

diterima oleh anak yang bersangkutan.

Kondisi ketunadaksaan menjadikan para difabel putus asa, merasa

tidak berguna, bingung, bahkan mungkin ada rencana untuk mengakhiri

hidupnya. Apalagi kejadian itu terjadi pada masa remaja. Hal tersebut dapat

diperparah dengan suatu pemikiran yang mengarah pada kehidupan sosial

mereka. Mereka berpikir kalau orang-orang bakal menjauhi dia, menghina,

dan menilai negatif mereka, sehingga membuat mereka menjauhi lingkungan

sosial dan lebih suka menyendiri. Pada akhirnya, pemikiran tersebut akan

mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, seperti munculnya perasaan

Page 55: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

cemas pada situasi sosial. Kecemasan sosial tersebut dapat menghambat atau

menutup akses individu untuk menjadi berhasil dalam hidupnya.

Pada kondisi seperti itulah, remaja membutuhkan dorongan, nasihat,

perhatian, kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya, terutama keluarga. Hal

itu dipandang bahwa sampai kapan pun, keluargalah yang lebih mengerti dan

memahami dirinya. Pada akhirnya, mereka dapat kembali pada lingkungan

masyarakat tanpa harus ada kecemasan sosial.

Penelitian sebelumnya dari Brenes dkk. (2005) menyatakan bahwa

kurangnya dukungan emosional memiliki hubungan yang signifikan dengan

simtom kecemasan dan Davis dkk. (2009), hubungan yang baik dengan

keluarga adalah peran utama dalam kualitas hidup pada remaja cerebral palsy.

Selain keluarga, remaja difabel juga membutuhkan suatu keyakinan

bahwa yang terjadi dalam dirinya merupakan sesuatu yang sudah menjadi

nasib dan akan mendatangkan hikmah dalam hidupnya. Keyakinan itu disebut

pusat kendali eksternal. Remaja yang memiliki keyakinan bahwa apa yang

terjadi dalam hidupnya dipengaruhi oleh nasib, keberuntungan, dan orang lain,

akan mempunyai perasaan “semeleh” pada segala sesuatu yang terjadi dalam

hidupnya. Adanya perasaan itu, kecacatan yang terjadi dalam dirinya, akan

menjadikan mereka berpikir bahwa segala sesuatunya itu ada hikmahnya.

Pada akhirnya, perasaan tenang dan kecemasan menjadi rendah.

Kondisi itu disebabkan mereka tidak berfokus pada usaha dan

kemampuan sendiri, tetapi ada hal adikodrati (berkaitan dengan suratan takdir

dari Tuhan Yang Maha Kuasa) yang mempengaruhi/ menjadikan hidupnya

Page 56: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

seperti itu. Jadi, kendali yang berfokus eksternal membuat kecemasan sosial

rendah.

Penelitian yang mendukung hubungan antara pusat kendali eksternal

dengan kecemasan adalah pernyataan Cruickshank (dalam Ayu, 2001) yang

menyatakan bahwa remaja dengan difabel yang memiliki pusat kendali

eksternal lebih mudah menyesuaikan diri karena berpikir bahwa keadaan

mereka ditentukan oleh keberuntungan, takdir, kesempatan atau rahmat Tuhan

dan penelitian Riyanti (2004) menyatakan bahwa tingkat kecemasan seseorang

cenderung rendah jika orang tesebut memiliki orientasi pusat kendali

eksternal.

Dengan demikian, dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal

dapat menurunkan kecemasan sosial yang dialami individu, sehingga mereka

dapat berfungsi secara optimal.

F. Kerangka Pemikiran

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

REMAJA DIFABEL KECEMASAN SOSIAL

DUKUNGAN KELUARGA

PUSAT KENDALIEKTERNAL

Page 57: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Seseorang yang awal hidupnya memiliki fisik normal, lalu tiba-tiba

mengalami kecelakaan atau penyakit yang menyebabkan ketidakberfungsiannya

salah satu atau lebih anggota tubuhnya, menjadikan mereka mengalami gangguan

psikologis dan sosial. Kondisi gangguan itu saling berkaitan dan salah satunya

dapat disebut kecemasan sosial. Kondisi demikian, remaja membutuhkan

dukungan dari orang yang terdekat dan suatu pemikiran yang benar tentang setiap

kejadian dalam hidupnya.

Kecemasan sosial pada remaja difabel rendah, ketika memperoleh

dukungan keluarga yang tepat dan remaja tersebut lebih dominan memiliki pusat

kendali eksternal. Dukungan keluarga menjadikan seseorang terhindar dari

gangguan psikologis dan pusat kendali eksternal memunculkan perasaan pasrah

dan percaya bahwa segala sesuatunya mendatangkan hikmah.

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian,

yang kebenarannya masih harus diuji secara empirik (Narbuko dan Achmadi,

2003).

Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis, yaitu terdapat

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal

dengan kecemasan sosial pada remaja difabel di Balai Besar Rehabilitasi Sosial

Bina Daksa (BBRSBD) Prof. DR. Soeharso Surakarta.

Page 58: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

BAB III

METODE PENELITIAN

Hadi (1994) mengatakan bahwa metode penelitian merupakan masalah

yang sangat penting dalam suatu penelitian dan sangat mempengaruhi hasil dari

suatu yang dilakukan.

A. Identifikasi Variabel

Penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diteliti, yaitu :

Variabel tergantung : Kecemasan sosial

Variabel bebas : a. Dukungan keluarga

b. Pusat kendali eksternal

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Kecemasan Sosial

Kecemasan sosial adalah kekhawatiran yang berlebihan atau tidak

beralasan terhadap satu/ lebih situasi sosial yang terjadi karena adanya

penyimpangan kognitif seseorang, sehingga mengganggu rutinitas sehari-

hari. Alat ukur yang digunakan dalam mengukur kecemasan sosial adalah

skala kecemasan sosial yang di modifikasi oleh peneliti berdasarkan dua

aspek dari Wells (1997) dan skala Atrofiyati (1996) yaitu aspek situasi

interaksi sosial dan situasi seseorang diobservasi oleh orang lain. Skala

kecemasan sosial ini menggunakan skala Likert dengan skoring 1 sampai 4

yang terdiri atas aitem favourable serta non favourable. Semakin tinggi

Page 59: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

skor yang diperoleh, maka semakin tinggi kecemasan sosial pada remaja

difabel fisik.

2. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah bantuan interpersonal yang berasal dari orang

tua dan saudara kandung, dengan tujuan meningkatkan produktivitas diri,

kesejahteraan psikis, dan membentuk kepribadian yang tangguh, serta

kesehatan fisik bagi penerima dukungan. Aspek dukungan keluarga dapat

berupa emosional, penghargaan, instrumental, serta informatif. Alat

ukurnya menggunakan skala dukungan keluarga yang dimodifikasi oleh

peneliti dari skala Destrianitandy (2007) dan Asputri (2006) berdasarkan

empat aspek tersebut. Skala dukungan keluarga juga menggunakan skala

Likert dengan skoring 1 sampai 4 yang terdiri atas aitem favourable serta

non favourable. Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala, maka

semakin baik atau besar dukungan keluarga yang didapatkan oleh remaja

difabel fisik.

3. Pusat kendali eksternal

Pusat kendali eksternal merupakan aspek kepribadian yang berupa

keyakinan individu akan kehidupannya yang dipengaruhi oleh nasib,

keberuntungan, dan perilaku orang lain. Pengukuran pusat kendali dengan

menggunakan skala pusat kendali eksternal yang dimodifikasi oleh peneliti

dari skala Levenson (Azwar, 2007) dan skala Rahmawati (2007) yang

didasarkan pada aspek powerful other dan chance. Skala ini juga

menggunakan skala Likert dengan skoring 1 sampai 4 yang terdiri atas

Page 60: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

aitem favourable serta non favourable. Semakin tinggi skor yang

dihasilkan, maka semakin eksternal pusat kendali yang dimiliki.

C. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan besarnya anggota serta wilayah penelitian yang

dicakup (Usman dan Akbar, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah

remaja difabel yang mengalami kecacatan bukan bawaan (usia 17-25 atau

masa remaja akhir) di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr.

Soeharso di Surakarta dan memiliki IQ normal. Populasi berjumlah 120 orang.

2. Sampel

Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 120 orang sesuai

dengan kriteria populasi. Tryout melibatkan 20 orang dan penelitian

melibatkan 100 orang.

3. Sampling

Penelitian ini menggunakan studi populasi, yaitu penelitian yang

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah populasi. Objek pada populasi

diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan, dan kesimpulan itu berlaku untuk

seluruh populasi (Arikunto, 1998)

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Tujuan penelitian

korelasional yaitu menemukan hubungan dua variabel atau lebih (Arikunto,

Page 61: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

2006). Penelitian ini mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dan

pusat kendali eksternal dengan kecemasan sosial pada remaja difabel.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala

psikologi, sebagai berikut :

a. Kecemasan sosial

Kecemasan sosial dalam penelitian ini diungkap dengan

menggunakan skala kecemasan sosial yang di modifikasi oleh peneliti

dengan berdasarkan aspek situasi interaksi sosial dan situasi seseorang

diobservasi oleh orang lain dari Wells (1997) dan skala Atrofiyati (1996).

Blue print skala kecemasan sosial dapat dilihat pada tabel 1 di

bawah ini :

Tabel 1

Blue Print Skala Kecemasan Sosial

NO. ASPEKINDIKATORPERILAKU

NO. AITEMTOTAL

FAVOURABLE UNFAVOURABLE

1.Situasi

InteraksiSosial

a. PenerimaanSosial.

5, 15, 27,36, 44

6, 22, 31, 41, 50 10

b. Pergaulandengan oranglain.

1, 10, 39, 42 4, 11, 34, 37, 48 9

c. Komunikasidengan oranglain.

7, 9, 21, 25,29, 45

24, 26, 33, 38,40

11

2.

Situasiseseorang

diobservasioleh orang

lain

a. Perhatianyangberfokuspada dirisendiri.

8, 12, 16,43, 35

13, 14, 20, 32,47

10

b. Penilaianorang lain.

3, 18, 19,28, 46

2, 17, 23, 30, 49 10

TOTAL 25 25 50

Page 62: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Penskalaan respons pada skala kecemasan sosial dengan

menempatkan empat pilihan jawaban termasuk pada suatu kontinum

kuantitatif, sehingga titik angka pilihan jawaban tersebut menjadi nilai

atau skor yang diberikan bagi tiap-tiap jawaban. Format respons, tersebut

adalah :

Aitem favourable (F) :

SS (sangat setuju) = 4

S (setuju) = 3

TS (tidak setuju) = 2

STS (sangat tidak setuju) = 1

Aitem unfavourable (UF) :

STS (sangat tidak setuju) = 4

TS (tidak setuju) = 3

S (setuju) = 2

SS (sangat setuju) = 1

b. Dukungan keluarga

Pengukuran dukungan keluarga berupa skala dukungan keluarga

yang dimodifikasi oleh peneliti dari skala Destrianitandy (2007) dan

Asputri (2006) berdasarkan aspek emosional, penghargaan, instrumental,

dan informatif yang terdapat pada Johnson dan Johnson (1991) serta Smet

(1994).

Blue print skala dukungan keluarga dapat dilihat pada tabel 2

berikut ini :

Page 63: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Tabel 2

Blue Print Skala Dukungan Keluarga

NO. ASPEKINDIKATORPERILAKU

NO. AITEMTOTAL

FAVOURABLE UNFAVOURABLE

1. Emosionala. Perhatian 24, 31 9, 43 4

b. Kepedulian 30, 37 3, 32, 38 5c. Penerimaan 12, 20 27, 49 4

2. Penghargaana. Pujian 1, 2, 35, 39 4, 5, 45 7

b. Dorongan/semangat

13, 23 16, 29, 40 5

3. Instrumentala. Finansial

10, 18, 19,28

21, 22, 26, 47 8

b. Penyediaanwaktu

25, 42, 50 7, 15 5

4. Informatifa. Nasihat 8, 41 34, 36 4

b. Petunjuk 6, 14 17, 44 4c. Saran 33, 46, 48 11 4

TOTAL 26 24 50

Penskalaan respons pada skala dukungan keluarga sama dengan

skala kecemasan sosial, yaitu:

Aitem favourable (F) :

SS (sangat setuju) = 4

S (setuju) = 3

TS (tidak setuju) = 2

STS (sangat tidak setuju) = 1

Aitem unfavourable (UF) :

STS (sangat tidak setuju) = 4

TS (tidak setuju) = 3

S (setuju) = 2

Page 64: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

SS (sangat setuju) = 1

c. Pusat kendali eksternal

Pengukuran pusat kendali eksternal dilakukan dengan skala pusat

kendali eksternal yang terdiri atas aspek powerful other dan chance yang

dimodifikasi dari skala Levenson (Azwar, 2007) dan skala Rahmawati

(2007).

Blue print skala pusat kendali eksternal dapat dilihat pada tabel 3

di bawah ini :

Tabel 3

Blue Print Skala Pusat Kendali Eksternal

NO. ASPEKINDIKATORPERILAKU

NO. AITEMTOTAL

FAVOURABLE UNFAVOURABLE

1.Powerfull

other

a. Keyakinantentang orangyang berkuasadalamhidupnya.

3, 6, 7, 13,15, 23, 35,43, 46

4, 20, 31, 33 13

b. Keyakinantentang suratantakdir dariYang MahaKuasa.

11, 19, 38,42, 44

12, 16, 29,41, 49

10

2. Chance

a. Keyakinantentang nasib.

5, 25, 40, 50 2, 18, 30, 8,45

9

b. Keyakinantentangpeluang.

9, 17, 21, 37 14, 24, 26,36, 47

9

c. Keyakinantentangkeberuntungan.

1, 28, 27, 34 10, 22, 32,39, 48

9

TOTAL 26 24 50

Page 65: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Penskalaan skor pada skala pusat kendali eksternal, yaitu :

Aitem favourable (F) :

SS (sangat setuju) = 4

S (setuju) = 3

TS (tidak setuju) = 2

STS (sangat tidak setuju) = 1

Aitem unfavourable (UF) :

STS (sangat tidak setuju) = 4

TS (tidak setuju) = 3

S (setuju) = 2

SS (sangat setuju) = 1

E. Validitas dan Reliabilitas

Suatu skala dinamakan representatif, fungsional, dan akurat bila skala

tersebut memiliki unsur validitas dan reliabilitas yang tinggi, oleh karena itu

sebelum skala tersebut dikenakan pada subjek penelitian yang sesungguhnya

dilakukan uji coba untuk memperoleh validitas dan reliabilitas.

1. Validitas

Azwar (2007) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata

validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya. Instrumen dikatakan memiliki validitas

tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan

Page 66: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran.

Koefisien validitas berkisar 0,3 – 1,0.

Uji validitas menggunakan korelasi product moment Pearson.

Sebelum dilakukan penghitungan tersebut, terlebih dahulu melalui

validitas tampang/ muka dari proffesional judgements. Selanjutnya,

dilakukan penghitungan dengan rumus korelasi product moments Pearson,

kemudian pengecekan kelebihan bobot dan corrected item total

correlation.

Untuk uji validitas, rumus yang digunakan adalah korelasi product

moment Pearson yaitu :

xyr

2222

YYNXXN

YXXYN(Arikunto, 2006)

r xy = indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y.

X = jumlah skor tiap aitem (X)

Y = jumlah skor tiap responden (Y)

N = jumlah responden

Alasan menggunakan korelasi product moment Pearson adalah

data dalam penelitian ini termasuk data interval dan variabelnya bersifat

kontinu.

2. Reliabilitas

Menurut Azwar (2007), reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. Koefisien reliabilitas berkisar 0,0 – 1,0.

Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach, karena

dapat digunakan pada jumlah aitem genap atau ganjil. Rumus Alpha :

Page 67: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

)1)(1

(2

2

11

x

j

s

s

k

kr

(Azwar, 1997)

11r = reliabilitas alat ukur

2

xs = varians skor tes

2

js = jumlah varians belahan j

k = banyaknya soal

F. Analisis Data

Analisis data digunakan untuk memperkirakan/ memperhitungkan

besar pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu kejadian terhadap suatu

kejadian lainnya, kemudian meramalkan. Analisis data dalam penelitian ini

adalah analisis regresi (Hadi, 1994). Perhitungan analisis ini menggunakan

program SPSS 16.0 for Windows.

Analisis regresi yang dipakai adalah regresi ganda, yaitu suatu analisis

yang digunakan untuk meramalkan pengaruh dua variabel prediktor atau lebih

terhadap satu variabel kriterium atau untuk membuktikan ada atau tidaknya

hubungan fungsional antara dua buah variabel bebas (X) atau lebih dengan

sebuah variabel terikat (Y) (Usman dan Purnomo, 2003). Sebelum

dilakukannya analisis regresi ganda, terlebih dahulu data yang sudah

terkumpul harus dapat lolos dari persyaratan-persyaratan sebagai berikut

(Sudjana, 1992):

1. Uji normalitas data

Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu memiliki distribusi normal.

Page 68: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

2. Uji linearitas dan keberartian garis regresi.

Uji ini untuk meramalkan apakah hubungan antara variabel bebas dan

variabel tergantung telah memenuhi syarat regresi.

3. Uji heteroskedastisitas

Bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

4. Uji otokorelasi

Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

5. Uji multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

hanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Adapun persyaratan di atas didukung oleh Djarwanto (2001), asumsi-

asumsi yang harus dipenuhi dari analisis regresi ganda yaitu :

1. Distribusi nilai-nilai dari variabel x dan y berbentuk distribusi normal.

2. Hubungan antara variabel x dan y merupakan hubungan linear atau garis

lurus.

3. Terdapat dua variabel bebas dan satu variabel tergantung yang berbentuk

interval.

Page 69: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian mengenai hubungan antara dukungan keluarga dan pusat

kendali eksternal dengan kecemasan sosial pada remaja difabel dilakukan di

Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. DR. Soeharso Surakarta yang

beralamatkan di Jalan Tentara Pelajar, Jebres. Sebelum melakukan penelitian,

terlebih dahulu melakukan wawancara kepada psikolog dan melihat data

dokumentasi untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan subyek

penelitian dan topik yang terkait dengan penelitian.

Balai Besar Rehabilitasi Bina Daksa Prof. DR. Soeharso Surakarta ini

biasa disebut BBRSBD, berdiri diawali dengan sejarah pertumbuhan

Rehabilitasi Centrum "Prof. Dr. Soeharso" Surakarta yang menangani para

pemuda pejuang yang cacat pada saat pertempuran pada tahun 1951.

Rehabilitasi ini mengalami beberapa kali perubahan nama sebelum sampai

akhirnya diberikan nama BBRSBD. Tahun 1954 Departemen Kesehatan,

Departemen Tenaga Kerja, dan Departemen Sosial RI memberikan nama

Lembaga Rehabilitasi Penderita Cacat (LRPC). Nama itu berubah lagi pada

tahun 1982 menjadi Pusat Rehabilitasi Penderita Cacat Tubuh (PRPCT) dan

tahun 1994 disebut Pusat Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (PRSBD). Hingga

akhirnya tahun 2003 sampai sekarang menjadi BBRSBD (Balai Besar

Rehabilitasi Sosial Bina Daksa) sesuai dengan Kepmensos RI No.

Page 70: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

55/HUK/2003. Pendiri lembaga rehabilitasi ini sama dengan pendiri Rumah

Sakit Ortopedi di Surakarta yaitu Prof. DR. Soeharso. Awalnya lembaga

rehabilitasi ini memilki fungsi dalam pembuatan alat-alat ortopedi dan protese,

tetapi seiring bertambahnya kemajuan, maka tempat ini berfungsi untuk

mengurusi masalah khusus para difabel, penyaluran kerja para difabel, bahkan

mendapat kepercayaan dari PBB untuk mengadakan training bagi para tenaga

kader rehabilitasi dan Training on Rehabilitation for the Physically

Handicapped Person's serta Program TCDC (Technical Cooperation Among

Development Countries).

Lembaga rehabilitasi ini menerima para difabel usia produktif antara

17-35 tahun. Sasaran yang ditetapkan oleh BBRSBD adalah para difabel

dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mempunyai hambatan fisik/mobilitas,

b. Mempunyai masalah mental psikologis, rasa rendah diri, kurang percaya

diri, isolatif, dan lain-lain,

c. Mengalami kecanggungan dalam melaksanakan fungsi sosialnya,

d. Tidak mampu bergaul secara wajar :

1) Tidak mampu berkomunikasi secara wajar,

2) Tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan,

3) Ketergantungan pada orang lain yang sangat besar,

e. Mengalami rintangan dalam melakukan keterampilan kerja produktif yang

diakibatkan kecacatannya,

f. Rawan sosial ekonominya.

Page 71: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Daya tampung di lembaga ini adalah 300 difabel dan jumlah difabel saat ini

ada 250 orang, serta setiap 6-12 bulan, BBRSBD meluluskan banyak para

difabel. Difabel-difabel yang bergabung dengan lembaga ini mempunyai

beberapa tahapan, yaitu:

a. Tahap Persiapan

1) Persiapan administrasi,

2) Persiapan fisik,

3) Persiapan mental psikologi dan sosial,

4) POPPRES (Pekan Orientasi dan Pengenalan Program Rehabilitasi

Sosial).

b. Tahap Pelayanan Rehabilitasi

1) Pelayanan rehabilitasi medis,

2) Pelayanan rehabilitasi sosial psikologis,

3) Pemberian penambahan pengetahuan,

4) Bimbingan penyuluhan pemilihan pekerjaan (vocational guidance),

5) Vocational asessment,

6) Case conference (sidang kasus),

7) Bimbingan keterampilan kerja,

8) Bimbingan kewirausahaan,

9) Ujian keterampilan kerja

10) Praktek belajar kerja (PBK).

Page 72: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

c. Tahap Penyaluran dan Bimbingan Lanjut

1) Tahap penyaluran,

2) Tahap bimbingan lanjut dan terminasi.

BBRSBD sebagai lembaga rehabilitasi sosial bagi para difabel,

memiliki visi dan misi yang pasti, bahkan ada strategi yang menjadi capaian

dari BBRSBD. Visi BBRSBD adalah menjadikan BBRSBD Prof. DR.

Soeharso Surakarta sebagai rujukan nasional dalam pelayanan rehabilitasi

sosial penyandang cacat fisik pada tahun 2010, sedangkan misinya sebagai

berikut :

a. Melaksanakan rehabilitasi lengkap, terpadu, dan tuntas terhadap setiap

penyandang cacat yang membutuhkan pertolongan,

b. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan rehabilitasi secara

bertahap,

c. Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

Strategi yang dimiliki BBRSBD, mengharapkan para alumni menjadi :

a. Pribadi yang mandiri dalam mobilitas sehari-hari,

b. Pribadi yang mandiri secara ekonomi, dan

c. Manusia paripurna sebagaimana orang yang normal fisiknya

(meskipun dalam ketidaksempurnaan fisik).

Page 73: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi yang diperoleh,

peneliti menetapkan BBRSBD sebagai tempat penelitian dengan alasan :

a. Belum pernah diadakannya penelitian terhadap hubungan ketiga

variabel tersebut,

b. Responden penelitian yang diharapkan oleh peneliti ada pada

BBRSBD,

c. Siswa BBRSBD memiliki karakteristik yang sesuai dengan topik

penelitian,

d. Secara ekonomis, BBRSBD lebih dekat dengan rumah peneliti.

2. Persiapan Penelitian

Beberapa persiapan perlu dilakukan untuk mendukung kelancaran

penelitian. Hal-hal yang dipersiapkan terkait dengan berbagai perijinan guna

memudahkan pelaksanaan penelitian dan penyusunan alat ukur yang

digunakan dalam penelitian ini.

a. Persiapan administrasi

Persiapan administrasi penelitian meliputi perijinan yang diajukan

pada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian. Peneliti

meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada

pimpinan BBRSBD. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari pihak

BBRSBD, peneliti dapat melaksanakan penelitian di tempat tersebut.

Page 74: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

b. Persiapan alat ukur

Penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dan pusat kendali

eksternal dengan kecemasan sosial pada remaja difabel menggunakan alat

ukur skala psikologi sebagai berikut :

1) Skala kecemasan sosial yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan

aspek kecemasan sosial dari Wells (1997) dan skala Atrofiyati (1996).

Skala ini memiliki 50 aitem yang terdiri atas 25 aitem favourable dan

25 aitem unfavourable. Skala ini mempunyai empat jawaban pilihan

yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak

setuju (STS).

2) Skala dukungan keluarga dimodifikasi dari skala Destrianitandy

(2007) dan Asputri (2006) berdasarkan aspek dari Johnson dan

Johnson (1991) serta Smet (1994). Skala ini mempunyai 50 aitem

dengan 26 aitem favourable dan 24 aitem unfavourable. Pilihan

jawaban skala ini sama seperti skala kecemasan sosial.

3) Skala pusat kendali eksternal dalam penelitian ini menggunakan skala

Levenson (Azwar, 2007) dan skala Rahmawati (2007) yang

dimodifikasi oleh peneliti sendiri. Jumlah aitem skala ini ada 50 aitem

yang terdiri atas 26 aitem favourable dan 24 aitem unfavourable. Skala

ini juga memiliki empat pilihan jawaban untuk setiap aitemnya, yaitu

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju

(STS)

Page 75: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

3. Pelaksanaan Uji-Coba

Sebelum skala penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji-

coba untuk mengetahui indeks daya beda aitem-aitem dari tiap-tiap skala dan

reliabilitas skala tersebut. Uji-coba terhadap aitem skala psikologi ini

bertujuan untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat

dipahami oleh responden sebagaimana yang diinginkan oleh peneliti, dan

sebagai salah satu cara praktis untuk memperoleh data dari responden yang

akan digunakan untuk penskalaan atau untuk evaluasi kualitas aitem secara

statistik (Azwar, 2007).

Skala penelitian diujicobakan pada kelompok responden yang

mempunyai karakteristik setara dengan responden penelitian (Azwar, 2007).

Uji-coba dilakukan pada minggu terakhir bulan Oktober 2009 dengan

mengambil kelompok responden berjumlah 20 difabel sesuai dengan kriteria

yang sudah ditetapkan. Setelah skala terkumpul dan memenuhi syarat,

dilakukan skoring yang kemudian dilakukan analisis validitas dan

reliabilitasnya.

4. Analisis Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala

Setelah uji-coba skala dilakukan, selanjutnya data yang diperoleh

ditabulasikan dan dianalisis untuk mengetahui daya beda aitem serta

reliabilitas alat ukur. Hasil uji daya beda atas tiap-tiap skala tersebut secara

lengkap disajikan sebagai berikut :

Page 76: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

a. Skala kecemasan sosial

Hasil uji daya beda aitem pada skala kecemasan sosial dapat diketahui

dari 50 aitem yang diujicobakan, diperoleh indeks korelasi aitem

berkisar antara -0,134 sampai dengan 0,802. Ada 15 aitem dinyatakan

tidak valid karena rhitung < rtabel dengan taraf signifikansi 5% dan N = 20

dengan nilai kritis 0,444. Selanjutnya dari analisis korelasi aitem total

yang telah dikoreksi, diperoleh 35 aitem sahih dengan indeks korelasi

aitem berkisar antara 0,445 sampai dengan 0,802. Reliabilitas skala

yang ditunjukkan dengan koefisien Alpha sebesar 0,956. Dengan

demikian, skala kecemasan sosial ini dianggap cukup andal sebagai

alat ukur penelitian. Adapun perincian aitem yang gugur dan sahih

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4

Distribusi Aitem Sahih dan Aitem Gugur Skala Kecemasan Sosial SetelahUji-Coba

No. AspekIndikatorPerilaku

Aitem Sahih Aitem GugurTotal

F UF F UF

1.SituasiInteraksiSosial

d. PenerimaanSosial.

5, 15,44

22, 31,41

27, 36 6, 50 10

e. Pergaulandengan oranglain.

10, 39,42

4, 11,37, 48

1 34 9

f. Komunikasidengan oranglain.

7, 21,25, 29,45

24, 26,40

9 33, 38 11

2.

Situasiseseorangdiobservasioleh orang

c. Perhatianyang berfokuspada dirisendiri.

8, 12,16, 35,43

14, 47 - 13, 20,32

10

Bersambung

Page 77: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

lain d. Penilaianorang lain.

3, 18,28, 46

23, 30,49

19 2, 17 10

Total 20 15 5 10 50

b. Skala dukungan keluarga

Hasil uji daya beda aitem pada skala dukungan keluarga dapat

diketahui dari 50 aitem yang di ujicobakan, diperoleh indeks korelasi

aitem berkisar antara 0,450 sampai dengan 0,770. Semua aitem

dinyatakan valid karena rhitung < rtabel dengan taraf signifikansi 5% dan

N = 20 dengan nilai kritis 0,444. Selanjutnya dari analisis korelasi

aitem total yang telah dikoreksi, diperoleh 50 aitem sahih dengan

indeks korelasi aitem berkisar antara 0,450 sampai dengan 0,770.

Reliabilitas skala ditunjukkan dengan koefisien Alpha sebesar 0,967.

Dengan demikian, skala dukungan keluarga ini dianggap cukup andal

sebagai alat ukur penelitian. Adapun perincian aitem yang gugur dan

sahih dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5Distribusi Aitem Sahih dan Aitem Gugur Skala Dukungan Keluarga

Setelah Uji-Coba

No. AspekIndikatorPerilaku

Aitem Sahih Aitem GugurTotal

F UF F UF

1. Emosional

d. Perhatian24, 31 9, 43 - - 4

e. Kepedulian30, 37 3, 32,

38- - 5

f. Penerimaan 12, 20 27, 49 - - 4

2. Penghargaanc. Pujian

1, 2,35, 39

4, 5, 45 - - 7

d. Dorongan/semangat

13, 23 16, 29,40

- - 5

Sambungan

Bersambung

Page 78: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

3.

Instrumentalc. Finansial

10, 18,19, 28

21, 22,26, 47

- - 8

d. Penyediaanwaktu

25, 42,50

7, 15 - - 5

4. Informatif

d. Nasihat8, 41 34, 36 - - 4

e. Petunjuk 6, 14 17, 44 - - 4

f. Saran33, 46,48

11 - - 4

Total 26 24 - - 50

c. Skala pusat kendali eksternal

Hasil uji daya beda aitem pada skala pusat kendali eksternal dapat

diketahui dari 50 aitem yang diujicobakan, diperoleh indeks korelasi

aitem berkisar antara -0,032 sampai dengan 0,837. Ada 11 aitem

dinyatakan tidak valid karena rhitung < rtabel dengan taraf signifikansi 5%

dan N = 20 dengan nilai kritis 0,444. Selanjutnya dari analisis korelasi

aitem total yang telah dikoreksi, diperoleh 39 aitem sahih dengan

indeks korelasi aitem berkisar antara 0,445 sampai dengan 0,837.

Reliabilitas skala ditunjukkan dengan koefisien Alpha sebesar 0,960.

Dengan demikian, skala pusat kendali eksternal ini dianggap cukup

andal sebagai alat ukur penelitian.

Sambungan

Page 79: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Adapun perincian aitem yang gugur dan sahih dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 6Distribusi Aitem Sahih dan Aitem Gugur Skala Pusat Kendali Eksternal

Setelah Uji-Coba

No. AspekIndikatorPerilaku

Aitem Sahih Aitem GugurTotal

F UF F UF

1.

Powerfullother

c. Keyakinan tentangorang yangberkuasa dalamhidupnya.

13, 15,23, 35,43, 46

4, 31,33

3, 6,7

20 13

d. Keyakinan tentangsuratan takdir dariYang Maha Kuasa.

42, 44 12,16,29,41, 49

11,19,38

- 10

2. Chance

d. Keyakinan tentangnasib.

5, 25,40, 50

8, 18,30, 45

- 2 9

e. Keyakinan tentangpeluang.

9, 17,21, 37

14,24,36, 47

- 26 9

f. Keyakinan tentangkeberuntungan.

1, 28,34

10,22,39, 48

27 32 9

Total 19 20 7 4 50

5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian dengan Nomor Urut Baru

Setelah dilakukan perhitungan validitas dan reliabilitas, maka

langkah selanjutnya adalah menyusun alat ukur untuk penelitian. Aitem

yang telah gugur tidak dipakai lagi dalam alat ukur untuk penelitian dan

aitem yang sahih disusun dengan nomor urut yang baru, kemudian

digunakan lagi untuk pelaksanaan penelitian. Aitem skala kecemasan

Page 80: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

sosial, dukungan keluarga, dan pusat kendali eksternal setelah uji coba

dapat dilihat pada tabel 7, tabel 8, dan tabel 9 berikut ini:

Tabel 7Distribusi Aitem Skala Kecemasan Sosial Setelah Uji-Coba

No. AspekIndikatorPerilaku

No. AitemTotal

F UF

1.Situasi interaksisocial

a. Penerimaan sosial. 3, 11, 30 10, 22, 29 6

b. Pergaulan dengan oranglain.

8, 25, 26 2, 5, 24,33

7

c. Komunikasi denganorang lain.

4, 16, 18,21, 32

15, 17, 27 8

2.

Situasiseseorangdiobservasi olehorang lain

a. Perhatian yang berfokuspada diri sendiri.

6, 9, 13, 23,28,

7, 31 7

b. Penilaian orang lain. 1, 14, 20, 35 12, 19, 34 7

Total 20 15 35

Tabel 8Distribusi Aitem Skala Dukungan Keluarga Setelah Uji-Coba

No. AspekIndikatorPerilaku

No. AitemTotal

F UF

1. Emosional

a. Perhatian24, 31 9, 43 4

b. Kepedulian 30, 37 3, 32, 38 5

c. Penerimaan 12, 20 27, 49 4

2. Penghargaana. Pujian

1, 2, 35,39

4, 5, 45 7

b. Dorongan/ semangat 13, 23 16, 29, 40 5

3. Instrumental a. Finansial10, 18, 19,28

21, 22, 26,47

8

b. Penyediaan waktu 25, 42, 50 7, 15 5

4. Informatifa. Nasihat

8, 41 34, 36 4

b. Petunjuk 6, 14 17, 44 4c. Saran 33, 46, 48 11 4

Total 26 24 50

Page 81: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Tabel 9Distribusi Aitem Skala Pusat Kendali Eksternal Setelah Uji-Coba

No. AspekIndikatorPerilaku

Aitem SahihTotal

F UF

1.

Powerfullother

a. Keyakinan tentang orangyang berkuasa dalamhidupnya.

10, 11,17, 25,33, 37

2, 24, 26 9

b. Keyakinan tentangsuratan takdir dari YangMaha Kuasa.

31, 35 8, 12, 20,32, 39

7

2. Chance

a. Keyakinan tentang nasib. 5, 19, 29,3

4, 14, 22,34

8

b. Keyakinan tentangpeluang.

7, 13, 15,27

9, 18, 28,36

8

c. Keyakinan tentangkeberuntungan.

1, 21, 23 6, 16, 30,38

7

Total 19 20 39

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah remaja difabel yang

mengalami kecacatan bukan bawaan atau cacat setelah kelahiran dengan usia

17-25 tahun di BBRSBD Prof. DR. Soeharso Surakarta dan IQ normal

sebanyak 120 orang dengan perincian 20 orang untuk uji-coba skala penelitian

dan 100 orang untuk penelitian. Kriteria responden untuk uji-coba penelitian

sama dengan kriteria responden penelitian. Alasan penggunaan responden ini

adalah :

a. Pada umumnya remaja usia ini memiliki ego dalam mencari kesempatan

untuk bersatu dengan orang lain dan dengan pengalaman baru,

Page 82: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

b. Usia remaja akhir ini sudah memiliki pemantapan pendirian hidup untuk

menuju ke masa dewasa dan usia ini merupakan usia produktif,

c. Difabel yang mengalami kecacatan karena penyakit atau kecelakaan

setelah kelahiran memiliki tingkat kondisi psikologis yang berbeda dengan

difabel secara bawaan,

d. Difabel dengan tingkat IQ yang normal (90-110) lebih mudah diajak untuk

merespons setiap aitem pernyataan yang diberikan oleh peneliti.

Tabel 10Responden Penelitian

Jumlah difabelUji-coba 20Penelitian 100Jumlah 120

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada minggu kedua bulan November

2009 dengan menggunakan alat ukur berupa skala kecemasan sosial, skala

dukungan keluarga serta skala pusat kendali eksternal yang telah

dimodifikasi. Skala kecemasan sosial berjumlah 35 aitem pernyataan,

skala dukungan keluarga berjumlah 50 aitem pernyataan, dan skala pusat

kendali eksternal ada 39 aitem pernyataan.

Pembagian dan pengisian skala dilakukan secara santai tetapi

serius di asrama putra dan asrama putri yang terpisah tempatnya dengan

menggunakan waktu setelah makan siang di ruang makan (untuk

responden putra) dan di taman (untuk responden putri). Selama responden

mengisi skala penelitian, responden juga mendapatkan snack dan diajak

Page 83: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

berbincang-bincang oleh peneliti dengan tujuan dapat membangun raport

yang baik tetapi tetap konsentrasi dalam mengerjakan skala penelitian.

Sebelum penelitian dimulai, peneliti terlebih dahulu

memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan serta tujuan

kegiatan yang akan dilakukan. Peneliti kemudian menjelaskan tentang cara

mengerjakan skala dan memberikan contoh pengerjaannya. Responden

yang kurang bisa memahami bahasa dalam tiap pernyataan, diminta

berterus terang pada peneliti dan peneliti akan membimbing dalam

memahami setiap aitem pernyataan dalam skala dan subjek hanya tinggal

menjawab sesuai pilihannya. Responden yang telah selesai mengerjakan,

diminta untuk mengumpulkan skala pada peneliti. Setelah data terkumpul

selanjutnya dilakukan skoring.

3. Pelaksanaan Skoring

Pemberian skor pada ketiga skala di atas, dilakukan dengan cara

memberikan nilai yang bergerak dari satu sampai empat. Pemberian skor

untuk aitem favourable bergerak dari empat sampai satu untuk sangat

setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS);

sedangkan untuk aitem unfavourable, skor bergerak dari satu sampai

empat untuk sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat

tidak setuju (STS).

Page 84: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

C. Hasil Analisis Data

1. Uji Normalitas

Tabel 11Hasil Uji Normalitas

Variabel K-S Z Asym. Sig. (2-tailed) KeteranganKecemasan social 0,612 0,848 (p > 0,05) Distribusi normalDukungan keluarga 1,252 0,087 (p > 0,05) Distribusi normalPusat kendali eksternal 1,052 0,218 (p > 0,05) Distribusi normal

Tabel uji normalitas dapat dilihat bahwa asymptotic significance

dua sisi ketiga variabel penelitian memiliki probabilitas di atas 0,05. Ini

berarti data dari variabel dukungan keluarga, pusat kendali eksternal, dan

kecemasan sosial adalah terdistribusi normal. Hal itu didukung oleh nilai

rasio skewness.

Skewness adalah nilai kecondongan (kemiringan) suatu kurva. Data

yang berdistribusi normal akan memiliki nilai rasio skewness yang berada

diantara -2 dan +2, sehingga memiliki kemiringan yang cenderung

seimbang. Rasio skewness diperoleh dari hasil pembagian antara nilai

skewness dengan eror skewness standard. Dari hasil perhitungan diperoleh

dukungan keluarga memiliki rasio skewness sebesar 0,6 sedangkan rasio

skewness pusat kendali eksternal 1,9, sehingga dapat dikatakan data

memiliki kecenderungan terdistribusi secara normal. Hal tersebut dapat

dilihat dari hasil histogram dan normal P-P plot. Output SPSS 16.0 for

Windows, pada normal P-P Plot dukungan keluarga dan pusat kendali

eksternal menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal karena titik-

titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data

Page 85: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

searah dengan garis diagonal. Ketiga gambar histogram pada lampiran,

menunjukkan kurva normal yang berbentuk seperti lonceng (memiliki

kemiringan yang seimbang antara sisi kiri dan kanan).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji linearitas

Tabel 12aHasil Uji Linearitas

Keterangan Signifikansi Alpha Kondisi KesimpulanKecemasansosial*Dukungan keluarga

0,355 0,05 S > A Linear

Kecemasan sosial*Pusatkendali eksternal

0,402 0,05 S > A Linear

Tabel 12bHasil Uji Linearitas

Keterangan F hitung F tabel Kondisi KesimpulanKecemasan sosial*Dukungankeluarga

1,108 1,62 Fh < Ft Linear

Kecemasan sosial*Pusatkendali eksternal

1,066 1,62 Fh < Ft Linear

Uji liniearitas hubungan ini dilakukan untuk melihat adanya

linieritas hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Uji

linearitas dianalisis menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Tabel

12a dan b di atas menunjukkan bahwa hubungan antara dukungan keluarga

dengan kecemasan sosial adalah linear. Hal ini dibuktikan dengan hasil

Fhitung = 1,108 dan nilai Ftabel dengan taraf signifikansi 0,05 = 1,62 atau

Fhitung < Ftabel. Sedangkan nilai probabilitas adalah 0,355 > 0,05.

Page 86: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Hubungan antara pusat kendali eksternal dengan kecemasan sosial

adalah linier. Hal ini dibuktikan dengan hasil Fhitung = 1,066 dan nilai Ftabel

dengan taraf signifikansi 0,05 = 1,62 atau Fhitung < Ftabel. Sedangkan nilai

probabilitas sebesar 0,402 > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa antara

variabel bebas dan variabel tergantung terdapat hubungan yang linier.

b. Uji multikolinearitas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji ada-tidaknya

korelasi antara variabel bebas dukungan keluarga dengan pusat kendali

eksternal pada model regresi. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak

lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,10, maka model dapat

dikatakan terbebas dari multikolinearitas.

Hasil uji multikolinearitas pada bagian coefficients yang dianalisis

menggunakan program SPSS 16.0 for Windows, terlihat angka VIF

(Variance Inflation Factor) sebesar 1,033 untuk kedua variabel bebas

tersebut. Sedangkan nilai tolerance sebesar 0,968 untuk dukungan

keluarga dan pusat kendali eksternal. Pedoman suatu model regresi yang

bebas multikolinearitas adalah jika nilai VIF dan tolerance berada di

sekitar angka 1. Karena nilai VIF dan tolerance pada variabel dukungan

keluarga dan pusat kendali eksternal berada di sekitar angka 1, berarti

tidak terjadi multikolinearitas antara dukungan keluarga dan pusat kendali

eksternal. Tidak adanya korelasi antara kedua variabel bebas tersebut juga

ditunjukkan oleh besarnya korelasi antara dukungan keluarga dan pusat

Page 87: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

kendali eksternal sebesar 0,178 ( < 0,500). Hal ini berarti antara variabel

bebas dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal dapat dikatakan tidak

terjadi multikolinearitas, atau dapat dikatakan pula bahwa dukungan

keluarga dan pusat kendali eksternal independent. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 13:

Tabel 13Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF InterpretasiDukungan keluarga 0,968 1,033 Tidak terjadi multikolinearitasPusat kendali eksternal 0,968 1,033 Tidak terjadi multikolinearitas

c. Uji otokorelasi

Pengujian otokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk

mengetahui ada-tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada

periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya

(Sudjana, 1992). Cara mudah mendeteksi otokorelasi dapat dilakukan

dengan uji Durbin-Watson. Hasil analisis Durbin-Watson dibaca dengan

melihat kriteria pengambilan, jika nilai DW = 2, maka tidak terjadi

otokorelasi sempurna sebagai aturan ringkas. Jika nilai DW di antara 1,5

sampai 2,5, maka data tidak mengalami otokorelasi. Tetapi jika nilai DW

sampai 1,5 disebut memiliki otokorelasi positif dan jika nilai DW > 2,5

sampai 4 disebut otokorelasi negatif. Nilai Durbin-Watson yang

ditunjukkan pada output SPSS 16.0 for Windows sebesar 1,752, artinya

terbebas dari otokorelasi.

Page 88: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Tabel 14Hasil Uji Otokorelasi

Durbin-Watson Kondisi Keterangan

1,752 1,5 – 2,5 Tidak mengalami otokorelasi

d. Uji heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Hasil dari scatterplot menyatakan bahwa regresi

ganda ini terbebas dari heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam

penelitian, karena :

1) Titik-titik menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0,

2) Penyebaran data tidak berpola,

3) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

(Nugroho, 2005)

Page 89: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

3. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda. Penggunaan regresi berganda untuk menguji antara satu variabel

tergantung yaitu kecemasan sosial dengan dua variabel bebas yaitu dukungan

keluarga dan pusat kendali eksternal, serta untuk memprediksi seberapa besar

pengaruh variabel-variabel dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal

terhadap kecemasan sosial. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik

regresi linear ganda dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16.0

for Windows sebagai berikut:

Tabel 15Korelasi Variabel Bebas dengan Variabel Tergantung

Kecemasansosial

Dukungankeluarga

Pusat kendalieksternal

Pearsoncorrelation

Kecemasan sosial 1,000 - -

Dukungan keluarga -0,293 1,000 -

Pusat kendali eksternal -0,370 0,178 1,000

Sig. (2-tailed)

Kecemasan sosial - 0,003 0,000

Dukungan keluarga 0,003 - 0,77

Pusat kendali eksternal 0,000 0,77 -

N

Kecemasan sosial 100 100 100

Dukungan keluarga 100 100 100

Pusat kendali eksternal 100 100 100

Pada tabel korelasi dapat dilihat hasil koefisien korelasi antara

dukungan keluarga dan kecemasan sosial adalah -0,293 (p = 0,003). Hal ini

Page 90: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan (dengan p < 0,05) antara

dukungan keluarga dan kecemasan sosial. Semakin tinggi dukungan keluarga

maka semakin rendah kecemasan sosial, dan sebaliknya semakin rendah

dukungan keluarga maka semakin tinggi pula kecemasan sosial.

Hasil koefisien korelasi antara pusat kendali eksternal dengan

kecemasan sosial adalah -0,370 (p = 0,000). Hal ini menunjukkan adanya

korelasi negatif yang signifikan (dengan p < 0,05) antara pusat kendali

eksternal dengan kecemasan sosial. Semakin tinggi pusat kendali eksternal

maka semakin rendah kecemasan sosial, dan sebaliknya semakin rendah pusat

kendali eksternal maka semakin tinggi kecemasan sosial.

Hasil analisis didapat nilai koefisien korelasi penelitian ini sebesar

0,436 dengan nilai F hitung sebesar 11,385 dan p < 0,05, artinya signifikan.

Oleh karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi ini dapat

dipakai untuk memprediksi kecemasan sosial pada remaja difabel. Artinya,

dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kecemasan sosial. Hal ini berarti hipotesis yang

diajukan diterima kebenarannya, yaitu ada hubungan signifikan antara

dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal dengan kecemasan sosial pada

remaja difabel.

Berdasarkan nilai koefisien determinasinya atau nilai R2 (R square)

sebesar 0,19. Artinya, dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal memberi

sumbangan efektif sebanyak 19% terhadap kecemasan sosial dengan

sumbangan tiap-tiap variabel adalah 6,9% untuk variabel dukungan keluarga

Page 91: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

dan 12,1% untuk variabel pusat kendali eksternal. Hal ini berarti masih

terdapat 81% faktor lain yang mempengaruhi kecemasan sosial pada remaja

difabel. Sumbangan relatif dukungan keluarga dan kecemasan sosial sebesar

36,3% serta sumbangan relatif pusat kendali eksternal dan kecemasan sosial

sebesar 63,7%.

4. Hasil Statistik Deskriptif

Dari skor kasar skala kecemasan sosial, dukungan keluarga, dan pusat

kendali eksternal diperoleh hasil statistik deskriptif responden penelitian.

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum

mengenai kondisi kecemasan sosial, dukungan keluarga, dan pusat kendali

eksternal pada responden yang diteliti. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 16Statistik Deskriptif

N Skor min Skor maksRata-rata SD

Kecemasan social 100 59 90 71,9 6,87Dukungan keluarga 100 125 170 147,27 11,72Pusat kendali eksternal 100 61 100 85,42 11,21N Valid 100

Keterangan :

SD : standar deviasi,

N : jumlah responden penelitian

Page 92: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas, kemudian dilakukan

kategorisasi responden dengan melihat data hipotetik dan data empirik (tabel

16).

Tabel 17Data Hipotetik dan Data Empirik

SkalaJumlahsubjek

Data hipotetik

M SD

Data empirik

M SD

Skor min Skor maks Skor min Skor maks

Kecemasansosial

100 35 140 87,5 14,17 59 90 71,9 6,87

Dukungankeluarga

100 50 200 125 25 125 170 147,27 11,72

Pusatkendali

eksternal100 39 156 97,5 19,5 61 100 85,42 11,21

Tabel 18Kategorisasi Responden

Skala Skor Kategorisasi

SubjekRerataempirik

Frek.

(N ) Persentase

Kecemasansosial

Χ<72 Rendah 50 50%71,972≤ Χ<79 Sedang 34 34%

79≤Χ Tinggi 16 16%Dukungankeluarga

Χ<135 Rendah 16 16%147,27135≤ Χ<159 Sedang 62 62%

159≤ Χ Tinggi 22 22%Pusat

kendalieksternal

Χ<74 Rendah 15 15%85,4274≤ Χ<96 Sedang 62 62%

96≤ Χ Tinggi 23 23%

Dari tabel kategorisasi responden (tabel 18), kecemasan sosial remaja difabel

bukan bawaan di BBRSBD masuk dalam kategori rendah dengan rata-rata

Page 93: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

empirik 71,9; dukungan keluarga masuk dalam kategori sedang dengan rata-rata

empirik 147,27; dan pusat kendali eksternal masuk dalam kategori sedang dengan

rata-rata empirik 85,42.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diketahui terdapat hubungan

yang signifikan antara dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal dengan

kecemasan sosial pada remaja difabel bukan bawaan di BBRSBD. Hal ini berarti

variabel dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal dapat dijadikan variabel

bebas atau prediktor untuk memprediksi atau mengukur kecemasan sosial pada

remaja difabel bukan bawaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antara dukungan keluarga dengan

kecemasan sosial terdapat korelasi negatif yang signifikan dengan hasil -0,293

(p < 0,05). Hal ini menunjukkan semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin

rendah kecemasan sosial pada remaja difabel bukan bawaan, dan sebaliknya

semakin rendah dukungan keluarga, maka semakin tinggi pula kecemasan sosial

pada remaja difabel bukan bawaan.

Berdasarkan nilai korelasi yang signifikan antara dukungan keluarga dan

kecemasan sosial, dapat diungkapkan bahwa dukungan keluarga adalah salah satu

faktor yang turut berperan dalam mengurangi kecemasan sosial pada remaja

khususnya remaja difabel bukan bawaan. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan Brenes dkk. (2005) tentang kurangnya dukungan

emosional memiliki hubungan yang signifikan dengan simtom kecemasan.

Page 94: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Seorang remaja difabel yang mengalami kecacatan bukan karena bawaan,

akan memiliki kondisi psikologis yang berbeda dengan cacat karena bawaan.

Sikap rendah diri, malu, dan antisosial sering ditemukan jauh lebih banyak pada

seorang yang cacat setelah kelahiran daripada cacat bawaan. Menurut

Soetjiningsih (1995), bahwa banyak di lapangan ditemukan individu yang

mengalami kecacatan tubuh, beranggapan bahwa keadaan cacatnya sebagai “pagar

tembok” yang merampas mereka dari kehidupan yang nyata pada masyarakat

yang normal. Seorang difabel merasa gagal dalam hidup serta merasa tidak

diterima oleh lingkungannya. Oleh sebab itu, dibutuhkan dukungan yang berasal

dari orang yang dipercayai oleh para difabel yaitu keluarga.

Pengaruh dukungan orang tua dianggap sebagai faktor utama

pemeliharaan semua anak, entah dalam situasi traumatis atau dalam kehidupan

keluarga yang normal. Menurut Suryanto (2008), pihak orang tua yang memenuhi

fungsi asih, asuh, dan asah, serta mau dan mampu meluangkan waktunya untuk

anak-anaknya, dapat membuat anak terpenuhi kebutuhan psikologisnya dan anak

mampu mengatasi masalah secara adaptif.

Selain dari orang tua, dukungan keluarga juga dapat berasal dari saudara-

saudara sekandung. Cicirelli (dalam Santrock, 2003) mengemukakan beberapa

contoh penelitian yang menunjukkan bahwa saudara sekandung bisa lebih kuat

mempengaruhi remaja dibandingkan orang tuanya. Hal itu terlihat dari cara

mereka berkomunikasi dan cara memahami masalah lebih efektif, daripada

dengan orang tua.

Page 95: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Hubungan antara pusat kendali eksternal dengan kecemasan sosial pada

penelitian ini menunjukkan hasil sebesar -0,370 (dengan p < 0,05), hal ini berarti

terdapat hubungan negatif yang signifikan. Semakin seseorang memiliki pusat

kendali eksternal maka kecemasan sosialnya semakin menurun. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Cruickshank (dalam

Ayu, 2001), remaja dengan difabel yang memiliki pusat kendali eksternal lebih

mudah menyesuaikan diri, karena berpikir bahwa keadaan mereka ditentukan oleh

keberuntungan, takdir, kesempatan, atau rahmat Tuhan.

Suatu keyakinan bahwa yang terjadi dalam dirinya merupakan sesuatu

yang sudah menjadi nasib dan akan mendatangkan hikmah dalam hidupnya,

membuat seseorang menjadi “semeleh” pada segala sesuatu yang terjadi. Selain

itu, individu tersebut dapat memberikan tanggapan yang positif terhadap respons

sosialnya dan muncul kemampuan untuk bangkit dari kecacatannya. Hal itu

disebabkan mereka tidak berfokus pada usaha dan kemampuan sendiri, tetapi ada

hal adikodrati (berkaitan dengan suratan takdir dari Tuhan Yang Maha Kuasa)

yang mempengaruhi/ menjadikan hidupnya seperti itu. Jadi, kendali yang berfokus

eksternal membuat kecemasan sosial rendah.

Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien korelasi penelitian ini sebesar

0,436 dengan nilai F hitung sebesar 11,385 dan p<0,05, artinya signifikan. Oleh

karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi ini dapat dipakai

untuk memprediksi kecemasan sosial pada remaja difabel bukan bawaan. Artinya,

dukungan keluarga dan pusat kendali eksternal secara bersama-sama berpengaruh

terhadap kecemasan sosial. Hal ini berarti hipotesis yang diajukan diterima

Page 96: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

kebenarannya, yaitu ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dan pusat

kendali eksternal dengan kecemasan sosial pada remaja difabel bukan bawaan.

Berdasarkan nilai R2 (R square) sebesar 0,19. Artinya, dukungan keluarga

dan pusat kendali eksternal memberi kontribusi efektif sebanyak 19% terhadap

kecemasan sosial dengan kontribusi tiap-tiap variabel adalah 6,9% untuk variabel

dukungan keluarga dan 12,1% untuk variabel pusat kendali eksternal. Hal ini

berarti masih terdapat 81% faktor lain yang mempengaruhi kecemasan sosial pada

remaja difabel, seperti tingkat kecacatannya, pendidikan orang tua, efikasi diri,

asertivitas, dan konsep diri. Sumbangan relatif dukungan keluarga dan kecemasan

sosial sebesar 36,3% serta kontribusi relatif pusat kendali eksternal dan

kecemasan sosial sebesar 63,7%.

Page 97: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara dukungan keluarga

dan pusat kendali eksternal dengan kecemasan sosial pada remaja difabel

(R = 0,436; Fregresi = 11,385 > dari Ftabel 1,62; p = 0,000).

2. Terdapat hubungan negatif yang signifikan (p < 0,05) antara dukungan

keluarga dengan kecemasan sosial pada remaja difabel (rx1y = -0,293; rtabel

= 0,195; p = 0,003), berarti semakin tinggi dukungan keluarga maka

semakin rendah kecemasan sosial pada remaja difabel.

3. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pusat kendali eksternal

dengan kecemasan sosial pada remaja difabel (rx2y = -0,370; rtabel = 0,195;

p = 0,000), berarti ada hubungan negatif yang signifikan (p < 0,05) antara

pusat kendali eksternal dengan kecemasan sosial.

4. Kecemasan sosial remaja difabel bukan bawaan di BBRSBD masuk dalam

kategori rendah dengan mean empirik 71,9, dukungan keluarga masuk

dalam kategori sedang dengan mean empirik 147,27, dan pusat kendali

eksternal masuk dalam kategori sedang dengan mean empirik 85,42.

5. Kontribusi efektif yang diberikan dukungan keluarga dan pusat kendali

eksternal terhadap kecemasan sosial sebanyak 19% (R² = 0,190) dengan

kontribusi tiap-tiap variabel adalah 6,9% untuk variabel dukungan

keluarga dan 12,1% untuk variabel pusat kendali eksternal, sehingga masih

Page 98: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

ada 81% faktor lain yang mempengaruhi kecemasan sosial. Kontribusi

relatif dukungan keluarga dan kecemasan sosial sebesar 36,3% serta

kontribusi relatif pusat kendali eksternal dan kecemasan sosial sebesar

63,7%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dikemukakan saran-

saran sebagai berikut :

1. Bagi remaja difabel bukan bawaan di BBRSBD

a. Remaja difabel hendaknya merespons dengan tepat kondisi kecacatan

yang telah dialami (misal: “Sekalipun saat ini saya cacat, saya pasti

bisa.” atau “Cacat bukan berarti akhir dari segalanya.”).

b. Remaja difabel lebih aktif dalam mengikuti setiap kegiatan untuk

meningkatkan keterampilan dan menambah interaksi sosial.

c. Remaja difabel lebih aktif mengikuti kegiatan rohani untuk semakin

memperkuat diri dalam menghadapi segala keadaan.

2. Bagi keluarga para difabel bukan bawaan di BBRSBD

a. Remaja difabel tetap diberikan sebuah tanggungjawab untuk

melakukan tugas dan pekerjaannya tetapi disesuaikan dengan

kemampuannya.

b. Keluarga memberikan pujian saat para difabel berhasil melakukan

sesuatu.

Page 99: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

c. Keluarga memberikan motivasi saat remaja belum berhasil melakukan

sesuatu.

d. Keluarga memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan sehari-

hari sendiri selama remaja sudah mampu untuk melakukannya.

3. Bagi pengelola BBRSBD dalam menghadapi remaja difabel bukan bawaan

a. Menambah kegiatan yang dapat meningkatkan bakat, seperti pelatihan

musik dan ketrampilan pertukangan sesuai dengan yang dipromosikan

departemen sosial tentang BBRSBD ke daerah-daerah di Indonesia.

b. Menghilangkan kegiatan yang bersifat menggurui dan kekanak-

kanakan, seperti sharing bersama cara menggosok gigi, dan

menggantinya dengan kegiatan yang sesuai usia mereka, seperti talk

show love, sex, and dating.

c. Mengadakan pelatihan motivation training dan pelatihan kepribadian

yang mengarah pada dunia kerja.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan

tema yang sama, disarankan untuk mencermati faktor-faktor lain yang

diduga turut berperan dalam mempengaruhi kecemasan sosial pada remaja

difabel. Faktor-faktor itu adalah tingkat kecacatannya, pendidikan orang

tua, efikasi diri, asertivitas, dan konsep diri. Dengan demikian, hasil yang

didapat lebih bervariasi dan beragam, ruang lingkupnya jauh lebih luas,

dan dapat meningkatkan kualitas penelitian lebih lanjut, sehingga

kesimpulan yang diperoleh lebih komprehensif.

Page 100: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: P.T. Bina Aksara.

Ashriati, dkk. 2006. Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua denganKepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik pada SLB-D YPACSemarang. Jurnal Psikologi Proyeksi Vol. 1 No. 1. p 47-58.

Asputri, Ika S. 2006. Hubungan antara Kepercayaan Diri dan Dukungan Keluargaterhadap Interaksi Sosial pada Remaja Tuna Rungu. Skripsi (tidakditerbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas MuhammadiyahSurakarta.

Atrofiyati. 1996. Hubungan antara Penerimaan Diri dengan Kecemasan Sosial.Skripsi (tidak diterbitkan). Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada.

Ayatollahi, dkk. 2007. Impact of Depression and Disability on Quality of Life inIranian Patients with Multiple Sclerosis. Short Report “MultipleSclerosis” Vol 13. p 275-277.

Ayu, Ida. 2001. Dinamika Locus of Control Penyandang Cacat Tubuh di PusatRehabilitasi Yakkum. Tesis (tidak diterbitkan). Jogjakarta: UniversitasGadjah Mada.

Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, S. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Bansal, S.; Thind; dan Jaswal. 2006. Relationship between Quality of HomeEnvironment, Locus of Control and Achievement Motivation among HighAchiever Urban Female Adolescents. Journal Hum. Ecol., Vol 19. p 253-257

Brenes, G. dkk. 2005. Correlates of Anxiety Symptoms in Physically DisabledOlder Women. The American Journal of Geriatric Psychiatry. Vol 13. p15-22.

Page 101: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Damayanti, S. & Rostiana. 2003. Dinamika Emosi Penyandang Tunadaksa PascaKecelakaan. Jurnal Ilmiah Psikologi “Arkhe” No 1. p 15-28.

Daradjat, Z. 1990 . Kesehatan Mental. Jakarta: PT. Gunung Agung.

Davis, E., dkk. 2009. Quality of Life Adolescents with Cerebral Palsy :Perspective of Adolescents and Parents. Development Medicine and ChildNeurology. Vol 51. p 193-201.

Destrianytandy. 2007. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Harga DiriRemaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas PsikologiUniversitas Kristen Satya Wacana.

Dianawati, Zamralita, & Ninawati. 2005. Perasaan Inferioritas dan KompensasiRemaja Penyandang Cacat Fisik. Jurnal Ilmiah Psikologi “Arkhe” No 2. p119-136.

Djarwanto. 2001. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Jogjakarta:Liberty Yogyakarta.

Friedman, M. M. 2003. Family Nursing: Research, Theory, and Practice. NewJersey: Pearson Education, Inc.

Gerungan, W. A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: P.T. Refika Aditama.

Hadi, Sutrisno. 1994. Analisis Regresi. Jogjakarta: Andi Offset.

Hartoyo, Mugi. 2004. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Anxietas.Semarang: Sister School Program D3 Keperawatan Dinas Kesehatan.

Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: FakultasKedokteran Universitas Indonesia.

Heerey, E. dan Ann M. 2007. Interpersonal Consequences of Social Anxiety.Journal of Abnormal Psychology. Vol. 116 No. 1. p 125-134.

Page 102: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Herbert J., Kia C., & Kristy L. 2004. Kowlegde of Social Anxiety DisorderRelative to Attention Deficit Hyperactivity Disorder among EducationalProfessionals. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology Vol.33 No. 2. p 366-372.

Hurlock, E. 2005a. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hurlock, E. 2005b. Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Johnson, D.W. dan Johnson, F.P. 1991. Joining Together: Group Theory andGroup Skill. 4th. New York: Prentice Hall International.

Kaplan, H. I., & Sadock, B. J. 1997. Sinopsis Psikiatrik: Ilmu PengetahuanPerilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara.

Marsiglia, C.; Jeffrey, J.; & Walter, C. 2007. Impact of Parenting Styles andLocus of Control on Emerging Adults’ Psychosocial Success. Journal ofEducation and Human Development Vol. 1. p 1-12.

Moersintowarti, dkk. 2005. Buku Ajar II : Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.Jakarta: Sagung Seto.

Monks, F. J.; Knoers, A. M. P.; & Haditono, S. R. 1991. PsikologiPerkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Jogjakarta:Gadjah Mada University Press.

Molt, Robert., dkk. 2007. Physical Activity and Quality of Life in MultipleSclerosis : Possible Roles of Social Support, Self-Efficacy, and FunctionalLimitations. Journal Rehabilitation Psychology. Vol. 52 No. 2. p 143-151.

Narbuko, C. dan Achmadi, A. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: P.T. BumiAksara.

Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian denganSPSS. Jogjakarta: Andi Offset.

Notosoedirdjo, M. dan Latipun. 1999. Kesehatan Mental: Konsep dan PenerapanEdisi ke 4. Malang: UMM Press.

Page 103: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Ozmete, Emine. 2007. An Evaluation of Locus of Control as a System Related toLife Management: A Case Study on Youth. World Applied ScienceJournal Vol 2. p 691-698.

Pandan, Retno A. & Djamaludin Ancok. 2006. Locus of Control SebagaiModerator Komitmen Organisasi: Peran Persepsi Dukungan Organisasidan Kepercayaan terhadap Pemimpin. Anima Vol. 22 No. 1. p 37-46.

Putri, Orthorita M. 2003. Hubungan antara Dukungan Sosial Ayah denganPenyesuaian Sosial pada Remaja Laki-laki. Jurnal Psikologi No. 1. p 23-35.

Rahmawati, W. 2007. Hubungan antara Kualitas Komunikasi Orang Tua-Anakdan Locus Of Control dengan Kenakalan Remaja. Skripsi (tidakditerbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas MuhammadiyahSurakarta.

Retnowati, L.; Yulia, S.; & Meiske, Y. 2005. Persepsi Remaja KetergantunganNapza Mengenai Dukungan Keluarga Selama Masa Rehabilitasi. Arkhe No2. p 76-88.

Rheingold, A.; James, D.; & Martin, E. 2003. Cognitive Bias in Adolescents withSocial Anxiety Disorder. Cognitive Therapy and Research Vol 27 No 6. p639-655.

Riyanti, Eka P. 2004. Hubungan antara Orientasi Locus of Control denganTingkat Kecemasan. Jurnal Psikologi Vol. 14 No. 2. p 38-52.

Sadava, Stanley W. & Creary, Donald R. 1997. Applied Social Psychology. NewJersey: Prentice Hall, Inc.

Sarwono, Sarlito W. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta: P.T. Raja GrafindoPersada.

Sinniah, S., Hsien-Jien, & Mohamed H. S. 2003. Does Social Evaluative AnxietyAffect a Person’s Mental Health?. Anima, Indonesian PsychologicalJournal Vol. 18 No. 4. p 319-325.

Page 104: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Slamet, Muhammad. 2008. Penyandang Cacat di Jateng Capai 633.480 jiwa.www.okezone.com. Diakses 4 April 2009.

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo IKPI.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.

Somantri, S. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:Refika Aditama.

Sudjana. 1992. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi : Bagi Para Peneliti.Bandung : Penerbit Tarsito.

Sudarmanto, Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS.Jogjakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suryanto, S. 2008. Optimalisasi Peran dan Fungsi Keluarga. Majalah Gemariedisi 87.

Tirza, dkk. 2007. Pemulihan Trauma : Panduan Praktis Pemulihan TraumaAkibat Bencana Alam. Jakarta: LPSP3.

Townsend, Mary C. 1995. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada KeperawatanPsikiatri : Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi Ketiga.Alih Bahasa : Novi Helena. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Usman, H. dan Akbar, P. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: P.T. BumiAksara.

Usman dan Purnomo. 2003. Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Wells, Adrian. 1997. Cognitive Therapy of Anxiety Disorders : A Practice Manualand Conceptual Quide. London : John Wiley & Sons Ltd.

Page 105: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN …/Hubungan... · sosial dan pekerjaan (Damayanti dan Rostiana, 2003). Penelitian di Amerika, wanita yang mengalami kecacatan tubuh, 51%

Wahyu, M. 2004. Perubahan Internal Locus of Control melalui Pelatihan MotivasiBerprestasi pada Anggota Kelompok Kerja Produktif Binaan DinasTenaga Kerja Jogjakarta. Insight No 24. p 91-97.

Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: P.T.Remaja Rosdakarya.