program studi manajemen pendidikan...
TRANSCRIPT
KORELASI ANTARA KEWIBAWAAN KEPALA SEKOLAH
DENGAN DISIPLIN KERJA GURU DI SMK TRIGUNA
UTAMA CIPUTAT TANGERANG
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Islahwati
NIM. 108018200068
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/1434 H
i
ABSTRAK
Islahwati. 2013. NIM: 108018200068. Korelasi antara Kewibawaan Kepala
Sekolah dengan Disiplin Guru di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang.
KI-MP. FITK. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata kunci : Kewibawaan Kepala Sekolah, Disiplin Guru
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan antara
Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru. Metode yang digunakan
adalah metode korelasional. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi
teknik angket dengan menggunakan skala likert untuk guru dengan 4 alternatif
jawaban dan wawancara kepada Kepala Sekolah. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh guru yang berjumlah 36 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh r hitung sebesar 0,6069.
Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan r tabel dengan df= 34 taraf
sisnifikansi 5% adalah 0,339, berarti r hitung lebih besar dari pada r tabel. Dengan
demikian hipotesis alternatif yang menyatakan adanya hubungan kewibawaan
kepala sekolah dengan disiplin guru diterima. Dari koefisien korelasi product
moment sebesar 0,6069 menghasilkan koefisien determinasi 36,83%, ini berarti
kewibawaan kepala sekolah dalam menerapkan disiplin guru memberikan
kontribusi terhadap disiplin guru sebesar 36,83%. Sedangkan selebihnya 63,17%
adalah pengaruh dari faktor lain.
ii
ABSTRACT
Islahwati. 2013. NIM: 108018200068. The Correlation between
Headmaster’s Authority and Teachers’ Discipline at SMK Triguna Utama
Ciputat Tangerang. KI-MP. FITK. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Key words : Headmaster’s authority, Teachers’ discipline
This research is aimed to know the level of correlation between headmaster’s
authority and teachers’ discipline. The method used is correlational method. The
data collecting technique used comprises questionaire technique by using likert
scale for the teachers’ by a alternative choices and interview with the
headmaster’s. The population in this reseach is all of the 36 teachers’ in that
school.
Result of the reseach showed that it is achieved rcount : 0.6069. Then, that
result is compared tu the r table with the df : 34, significance level 5% is 0.339 it
means r count is more than r table. Authority and teachers’ discipline is accepted.
From the coefficient of product moment correlation 0.6069 produced
determination cefficient 36,83%. That means that headmaster’s authority in
applying the teachers’ discipline gave the contribution to the teachers’ discipline
36,83%. Meanwhile, more 63,17%, is the influence from other factors.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, satu-satunya
Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat dan salam sejahtera kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW berserta keluarganya dan para sahabatnya.
Atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
pada Prodi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam dengan judul
“Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru di
SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang”.
Setelah perjuangan yang begitu berat dan melelahkan sepenuhnya penulis
menyadari, bahwa suksesnya penulisan skripsi ini bukan semata atas usaha
penulis pribadi. Namun, adanya bantuan motivasi yang konstruktif dari berbagai
pihak. Sehubungan hal tersebut, penulis merasa perlu untuk menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA.
2. Ketua Jurusan Kependidikan Islam, Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed, M.Phill.
3. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, Drs. H. Mu’arif SAM,
M.Pd.
4. Dosen pembimbing skripsi, Zahruddin, Lc, M.Pd, yang telah memberikan
arahan dan motivasinya kepada penulis. Kesabaran dan ketelitian beliau
membuat penulis semangat serta berusaha menghasilkan skripsi yang
baik.
5. Seluruh Dosen Prodi Manajemen Pendidikan yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dalam perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.
6. Kepala SMK Triguna Utama yaitu Winarno, S.Pd, dan wakasek bidang
kurikulum yaitu Syamsu Rijal, S.Pd, MM, serta guru-guru SMK Triguna
iv
Utama yang telah menerima Penulis untuk melakukan penelitian.
Terimakasih banyak atas bantuannya.
7. Kedua orang tua tercinta, yaitu H. Ubaidillah dan Hj. Maisuri yang
banyak mendo’akan Penulis untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini.
Serta untuk adik-adikku tersayang Dian Amalia dan Wulan Apriani,
karena kalian Penulis menjadi semangat untuk menyelesaikan skripsi
dengan baik.
8. Maulana Ibrahim, yang telah membantu penulis baik secara moril maupun
materil. Kasih sayang yang diberikan membuat Penulis bersemangat untuk
menuntaskan penelitian, serta selalu menemani Penulis dalam suka dan
duka. Terima kasih ya.
9. Rekan-rekan Manajemen Pendidikan 2008, yaitu Salwa Ismail, Juhairiah
dan Zahrotul Munawaroh dan juga teman-teman kosan (ka Ika, Soul
Herni, Ika dan Sopi) yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam
pembuatan skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis sedikit banyak mengalami kesulitan.
Hal ini tidak lain disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman,
Penulis menyadari betul bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
masih banyak kekurangan baik dari segi penyajian, pengkajian materi, bahasa
maupun tata cara penulisan, karenanya penulis dengan lapang hati menanti kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga dapat menjadi lebih baik
lagi.
Jakarta, 04 Januari 2013
Islahwati
v
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 7
D. Perumusan Masalah .................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian......................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian ................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS .......................................................... 10
A. Deskripsi Teori ........................................................................... 10
1. Disiplin Kerja Guru ............................................................... 10
a. Pengertian disiplin kerja guru ........................................... 10
b. Macam-macam disiplin guru ............................................ 19
c. Fungsi disiplin guru dalam pendidikan ............................ 20
d. Faktor-faktor yang memengaruhi disiplin guru ................ 23
2. Kewibawaan Kepala Sekolah ................................................ 24
a. Pengertian kewibawaan .................................................... 24
vi
b. Pengertian kepala sekolah ................................................. 28
c. Pengertian kewibawaan kepala sekolah ............................ 31
d. Macam-macam kewibawaan ............................................. 36
e. Fungsi kewibawaan kepala sekolah dalam pendidikan .... 40
B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 43
C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 45
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 45
B. Metode Penelitian ....................................................................... 46
C. Populasi dan Teknik Sampling ................................................... 46
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 46
E. Instrumen Penelitian ................................................................... 47
F. Uji validitas dan Reliabilitas Intrumen ....................................... 53
G. Teknik Pengolahan Data ............................................................ 54
H. Teknik Analisa Data .................................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 59
A. Gambaran Umum SMK Triguna Utama .................................... 59
B. Deskripsi Data ............................................................................. 68
C. Uji Prasyarat Data ....................................................................... 77
D. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 77
E. Pembahasan ................................................................................. 82
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 84
A. Kesimpulan ................................................................................. 84
B. Saran ........................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 86
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Kumulasi Ketidakhadiran guru SMK Triguna ............................. 6
Tabel 3.1 : Kegiatan Penelitian di SMK Triguna Utama ............................... 44
Tabel 3.2 : Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 46
Tabel 3.3 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel X ................................... 47
Tabel 3.4 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Y ................................... 50
Tabel 3.5 : Indeks Korelasi Product Moment ................................................ 55
Tabel 4.1 : Keadaan Guru SMK Triguna Utama ........................................... 60
Tabel 4.2 : Tenaga Kependidikan .................................................................. 62
Tabel 4.3 : Sarana dan Prasarana SMK Triguna Utama ................................ 63
Tabel 4.5 : Hasil Skoring Angket Kewibawaan Kepala Sekolah................... 67
Tabel 4.6 : Disitribusi Frekuensi .................................................................... 69
Tabel 4.7 : Interpretasi Kategori Kewibawaan Kepala Sekolah .................... 70
Tabel 4.8 : Hasil Skor Angket Disiplin Guru ................................................. 71
Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi ..................................................................... 73
Tabel 4.10: Intrerpretasi Kategori Disiplin Guru ........................................... 74
Tabel 4.11: Hasil Skoring Angket Variabel X dan Y .................................... 76
Tabel 4.12: Indeks Korelasi Product Moment ............................................... 78
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Angket Penelitian Sebelum Uji Validitas
Lampiran 2 : Angket Penelitian Setelah Uji Validitas
Lampiran 3 : Pernyataan Positif dan Negatif Angket Variabel X
Lampiran 4 : Pernyataan Positif dan Negatif Angket Variabel Y
Lampiran 6 : Uji Validitas
Lampiran 7 : Perhitungan Uji Validitas Manual Variabel X
Lampiran 8 : Perhitungan Uji Validitas Manual Variabel Y
Lampiran 9 : Hasil Analisis Butir Instrumen Variabel X
Lampiran 10 : Hasil Analisis Butir Instrumen Variabel Y
Lampiran 11 : Uji Reliabilitas Variabel X
Lampiran 12 : Uji Reliabilitas Variabel Y
Lampiran 13 :Perhitungan standar deviasi, rata-rata, distribusi frekuensi
Variabel X
Lampiran 14 :Perhitungan standar deviasi, rata-rata, distribusi frekuensi
Variabel Y
Lampiran 15 : Uji Normalitas Data Variabel X
Lampiran 16 : Uji Normalitas Data Variabel Y
Lampiran 17 : Gambaran Umum SMK Triguna Utama
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penerapan kedisiplinan yang efektif bukan merupakan suatu yang baru lagi
bagi lembaga pendidikan seperti sekolah. Setiap kegiatan memiliki tenggang
waktu yang ditentukan baik bagi peserta didik, guru, karyawan bahkan bagi
seorang kepala sekolah. Kedisiplinan ini diterapkan agar segala perencanaan yang
telah ditentukan berjalan sesuai dengan target yang diharapkan.
Disiplin menjadi penting karena disiplin merupakan kunci keberhasilan
organisasi dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Salah satunya
tujuan dari penerapan disiplin guru menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi
yang dikutip oleh Nani Maesaroh yaitu sebagai berikut:
1. Membantu guru agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungannya.
2. Membuat guru agar patuh terhadap peraturan dan kepentingan serta
kelancaran tugas di sekolah.
3. Membiasakan guru agar terbiasa hidup dengan baik, positif dan
bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
2
4. Mengontrol tingkah laku guru agar tugas-tugas di sekolah dapat
berjalan secara makasimal.1
Bayangkan saja sekolah yang tidak menerapkan kedisiplinan pasti akan
banyak ditemukan pelanggaran-pelanggaran, seperti peserta didik yang bolos
sekolah, karyawan yang berpakaian asal-asalan, guru yang datang terlambat dan
lain sebagainya. Sehingga itu mencerminkan pendidikan yang tidak beraturan,
tidak berkualitas dan lain-lain.
Tentunya untuk mengatasi hal-hal tersebut, sekolah memutuskan untuk
memiliki peraturan dan menerapkan hukuman sebagai salah satu alat
pendisiplinan. Pada dasarnya, disiplin yang harus diterapkan pertama kali adalah
kepada para pendidik yaitu guru dan kepala sekolah. Karena ukuran keberhasilan
guru secara sederhana ialah apabila peserta didik bertambah gairah belajar, hasil
belajar peserta didik meningkat, disiplin sekolah membaik.2
Selain itu, seorang guru sebagai tauladan secara nyata dilihat tingkah
lakunya, tata bicaranya, profesionalitasnya oleh peserta didik. Jika guru didapati
akan melakukan hal yang tercela dan tidak memiliki integritas maka peserta didik
tidak mau mematuhi peraturan yang telah dibuat sekolah. Begitu pula seorang
kepala sekolah yang menjadi sorotan bagi setiap bawahannya, tentu saja harus
lebih mendominasi guru dan peserta didik dalam hal disiplin. Karena, kinerja
kepala sekolah akan memengaruhi motivasi guru untuk melaksanakan tugas
profesinya.
Pada sisi lain faktor disiplin dapat pula meningkatkan kinerja guru. Simamora
menyatakan bahwa :
Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena
melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian
diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat
kesungguhan tim kerja di dalam suatu organisasi.3
1 Nani Maesaroh, “Disiplin Kerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Di MAN 2
Kota Bekasi”, Skripsi, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), hal 12,
tidak dipublikasikan. 2Departemen Agama. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. Direktorat
Jendral Kelembagaan Agama Islam. 2005., hal 12. 3 Rahman at all. Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Jatinangor: Alqaprint.2006., hal 610
3
Keith Davis menyatakan disiplin kerja sebagai pelaksanaan manajemen
untuk memperteguh pedoman-pedoman dipandang erat keterkaitannya dengan
kinerja.4 Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Malthis dan Jackson bahwa
disiplin kerja berkaitan erat dengan perilaku karyawan dan berpengaruh terhadap
kinerja.5 Kepemimpinan kepala sekolah adalah motivator bagi kepatuhan diri pada
disiplin kerja para guru. Walaupun disiplin ini hanya merupakan salah satu bagian
dari ciri kinerja guru dan berkaitan dengan prosentasi kehadiran, ketidakpatuhan
pada aturan, menurunnya produktivitas kerja dan apatis, tetapi ternyata hal ini
membawa dampak yang sangat besar terutama pada sistem pendidikan kita yang
masih memerlukan keberadaan guru secara dominan dalam proses pembelajaran.
Pada tahap inilah kepemimpinan kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin
atau mengelola sekolah, juga dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang
kondusif di lingkungan kerja (climate-maker) sehingga dapat mencegah timbulnya
desintegrasi dan mampu memberikan dorongan agar semua komponen yang ada
di sekolah bersatu mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Karena, kepala sekolah adalah seorang pemimpin di dunia kependidikan.
Dengan jabatan ini, ia dapat menjalankan segala peran dan fungsinya di sekolah.
Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab penuh atas setiap kegiatan
kependidikan, mulai dari adanya kegiatan belajar mengajar, pengendalian
pelaksanaan peraturan, kurikulum dan lain sebagainya.
Seorang pemimpin dipilih atas dasar kualifikasi yang dimilikinya yang
memang dipercayakan untuk mengemban tugas sebagai pemimpin. Di era
reformasi ini banyak tuntutan masyarakat menginginkan mutu sekolah yang baik.
Untuk itu diperlukan seorang kepala sekolah yang handal pula untuk mengatur
segala aspek kependidikan dan administrasi di sekolah.
Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-
orang tanpa pertimbangan-pertimbangan. Siapa pun yang akan diangkat menjadi
kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan-persyaratan
4 Davis, Keith dan John W. Newstrom. 1995. Perilaku dalam Organisasi. (Terjemahan
Agus Darma), Jakarta: Erlangga., hal 129 5 Fathoni Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta : PT Rineka Cipta., hal 88.
4
tertentu seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat, dan
integritas.6 Selain itu, diperlukan juga kewibawaan seorang kepala sekolah untuk
memaksimalkan pelaksanaan tanggung jawabnya terhadap guru, karyawan, dan
peserta didik.
Kewibawaan adalah segala perintah, larangan dan nasihat kepala sekolah
kepada para bawahan untuk dipatuhi dengan secara tidak terpaksa. Sehingga
tugas dan program kerja serta kedisiplinan masing-masing guru terlaksana dengan
mudah. Berbeda dengan kepala sekolah yang tidak memiliki kewibawaan maka
setiap perintah, larangan dan nasihat tidak dihiraukan karena guru dan karyawan
merasa tidak hormat kepadanya.
Seperti dalam buku Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati kewibawaan atau gezag
adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang
lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan sukarela menjadi tunduk dan
patuh kepadanya.7 Ini penting bagi seorang kepala sekolah dalam memengaruhi
guru dan karyawan untuk menyelesaikan kewajibannya. Para guru dan karyawan
akan secara sukarela mengerjakan tugas apabila diperintah oleh kepala sekolah
yang memiliki wibawa, bukan dikerjakan karena takut atau merasa kesal tetapi
merasa kerelaan sendiri dalam pengerjaannya.
Potensi kewibawaan ini harus diterapkan pada setiap kepala sekolah dan
pemimpin untuk mencapai tujuan bersama. Karena ketika mereka tidak memiliki
kewibawaan, maka ia akan sulit menggerakkan guru dan karyawan untuk bekerja.
Mereka merasa terbebani dengan adanya perintah dan larangan yang dilontarkan
kepala sekolah.
Sebenarnya, kewibawaan bukan satu-satunya faktor yang dapat memengaruhi
rendahnya kedisiplinan guru. Ada hal-hal lain yang memengaruhi kedisiplinan
guru seperti kompensasi rendah. Karena, hal tersebut berkenaan dengan
kesejahteraan guru yang mampu memenuhi kebutuhan guru. Seandainya saja
tidak tercukupi dengan baik maka akan memengaruhi guru untuk bertindak tidak
disiplin.
6 Wahjosimidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Cet ke-7, hal 84. 7 Abu Ahmadi , Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. 2007. Jakarta: PT Rineka Cipta., hal 57
5
Selain itu, peraturan yang tidak tegas dijalankan menjadi faktor penyebab
lainnya. Memang sudah tertera secara tertulis dalam tata tertib sekolah, namun
hanya sebatas tulisan tidak ada tindakan yang berorientasi pada disiplin. Misalnya
diberlakukan hukuman berupa surat peringatan bagi guru yang melanggar aturan
dilarang merokok di kelas. Namun, masih ada guru yang melakukan hal tersebut.
Ini berarti hukuman yang ada tidak dijalankan dan tentu saja berdampak kepada
perilaku-perilaku warga sekolah yang tidak berdisiplin yang lain. Karena adanya
peraturan yang tidak dijalankan.
Di samping itu faktor penyebab lain adalah kepribadian guru itu sendiri yang
tidak memiliki disiplin pribadi yang baik. Walaupun telah tercantum dalam tata
tertib secara tertulis, namun guru tersebut tetap saja selalu tidak mendisiplinkan
diri yang berimbas pada tujuan pembelajaran yang direncanakan. Disiplin pribadi
memang harus dipupuk sejak dini agar ketika masuk dunia kerja akan terbiasa
untuk mentaati segala peraturan yang berlaku. Ini merupakan salah satu faktor
adanya kedisiplinan guru yang rendah.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa rendahnya kedisiplinan
guru disebabkan oleh kewibawaan kepala sekolah yang rendah pula. Kepala
sekolah adalah pemimpin di dunia kependidikan yang memiliki tugas dan fungsi
lebih banyak porsinya dibandingkan guru. Para guru melihat kinerja yang
dilakukan oleh kepala sekolah. Jika, kepala sekolah tersebut dianggap tidak
memiliki integritas maka bawahannya akan kurang menghormati kepala sekolah
tersebut. Terlebih ketika kepala sekolah memerintahkan guru untuk melakukan
sesuatu. Maka akan timbul ketidakrelaan bagi guru untuk melakukan perintah
kepala sekolah.
Ini akan sangat bermasalah jika hal ini terjadi. Karena, pemimpin seharusnya
mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar untuk menggerakkan
bawahannya. Ketika kepala sekolah tidak memiliki kemampuan tersebut, maka
apa yang dipimpinnya akan mengalami masalah berupa manajemen yang tidak
berjalan, terjadi perselisihan antar guru, peserta didik yang demonstrasi. Ini semua
dapat berdampak pada mutu sekolah yang diragukan oleh masyarakat. Tentunya,
tidak ada sekolah yang menginginkan hal yang seperti itu.
6
Sesuai dengan pendapat Sedarmayanti, faktor yang mempengaruhi disiplin
guru adalah :
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi.
2. Ada tidaknya keteladanan kepala sekolah.
3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.
5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan.
6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan.
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.
8. Pengembangan struktur organisasi yang sehat.
9. Adanya suatu program yang lengkap atau baik untuk memelihara
semangat dan disiplin guru.8
Fenomena yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Triguna Utama
tahun ajaran 2011/2012 yang telah bersertifikat ISO 9001:2008, adalah guru yang
masih terlihat enggan dalam melaksanakan tugas, seperti tugas penjaga piket
masih belum optimal, guru yang bertugas sebagai piket kadang-kadang tidak
terlihat berada di tempatnya, dan tidak mencatat peserta didik yang terlambat
sekolah dan tidak memberitahukan ke kelas jika ada peserta didik yang izin serta
menekan bel dengan tepat waktu.
Hal ini telah disampaikan oleh Winarno S.Pd selaku kepala sekolah Triguna
Utama dalam pidatonya saat upacara hari senin tanggal 17 Oktober 2011 yang
mengingatkan para guru dan karyawan untuk melaksanakan tugas secara disiplin.
Namun, himbauan tersebut rupanya terlihat tidak menjadi motivasi bagi guru
untuk bertindak disiplin.
Selain itu, dari ketidakhadiran guru juga terlihat pada bulan februari-maret
2012 yang penulis observasi, yang mana menunjukkan bahwa kedisiplinan guru
dapat dikatakan rendah. Untuk lebih jelas lagi penulis merangkumnya dalam tabel
berikut ini:
8 Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV
Mandar Maju. Hal 89
7
Tabel 1.1
Kumulasi ketidakhadiran guru SMK Triguna
Jumlah
Ketidakhadiran
Guru
BULAN
Februari 2012 Maret 2012
S I A S I A
3 3 106 3 8 172
* keterangan:
S : Sakit
I : Izin
A : Alfa/Absen
Ada 36 guru di SMK Triguna Utama, yang penulis lihat dalam daftar hadir
guru di bulan februari dan maret. Hal ini menunjukkan adanya disiplin yang
rendah ditandai dengan jumlah kumulasi antara kedua bulan tersebut. Di tabel
tersebut terlihat adanya peningkatan ketidakhadiran guru dalam jumlah yang
cukup mengejutkan. Tentunya menimbulkan pertanyaan tentang tindakan dan
peran dari kepala sekolah dalam kasus tersebut.
Karena itulah, berdasarkan hal-hal di atas penulis tertarik untuk
mengetahui pengaruh kewibawaan kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin
guru dan diharapkan penelitian ini menjadi pembuktian apakah dengan
kewibawaan kepala sekolah memiliki hubungan dengan disiplin guru. Sehingga,
penulis ingin mengetahui atas pertanyaan tersebut serta menjadikan judul skripsi
yaitu “Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru di
SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang.”
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, masalah-masalah yang dapat
diidentifikasi menjadi faktor-faktor penyebab ketidakdisiplinan adalah sebagai
berikut:
1) Disiplin rendah guru disebabkan oleh rendahnya kewibawaan yang
dimiliki oleh kepala sekolah.
8
2) Disiplin rendah guru disebabkan oleh faktor adanya peraturan yang hanya
ada dalam tulisan tetapi tidak dijalankan.
3) Disiplin rendah guru disebabkan oleh rendahnya pengawasan kepala
sekolah.
4) Disiplin rendah guru disebabkan oleh kompensasi yang rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berangkat pada identifikasi di atas dan untuk membatasi masalah agar lebih
spesifik dan untuk memperjelas dan menghindari terjadinya tumpang tindih
dengan masalah lain di luar wilayah penelitian, maka penelitian ini penulis hanya
membatasi pada “Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin
Guru SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan ini dapat
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana tingkat kewibawaan kepala sekolah di SMK Triguna Utama?
2) Bagaimana tingkat kedisiplinan guru SMK Triguna Utama?
3) Apakah terdapat hubungan antara kewibawaan kepala sekolah dengan
disiplin guru?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1) Untuk mengungkapkan tingkat guru tentang kewibawaan kepala sekolah
SMK Triguna Utama.
2) Untuk mengungkapkan tingkat kedisiplinan guru SMK Triguna Utama.
3) Untuk mengungkapkan hubungan antara kewibawaan kepala sekolah
dengan disiplin guru.
9
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu:
1) Melengkapi dan atau memperluas teori yang sudah diperoleh melalui
penelitian yang dilakukan sebelumnya.
2) Menyajikan suatu wawasan khusus tentang kewibawaan kepala
sekolah bagi peningkatan disiplin guru.
3) Memberikan peluang kepada siapa saja untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dan mendalam tentang hal yang sama dengan
menggunakan teori-teori yang belum digunakan dalam penelitian ini.
10
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. DESKRIPSI TEORI
1. Disiplin Kerja Guru
a. Pengertian Disiplin Kerja Guru
Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjuk kepada
kegiatan belajar mengajar.1
Tulus Tu‟u mengutip dari kamus MacMillan Dictionary mengenai
disiplin dalam istilah bahasa Inggris yaitu berasal dari kata
“Discipline”, berarti: 1) tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku,
penguasaan diri, kendali diri; 2) latihan membentuk, meluruskan, atau
menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter
moral; 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4)
kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.2
Dalam kamus manajemen, disiplin (dicipline) berarti peratran tata
tertib untuk mencapai perbaikan pekerjaan, atau perubahan perilaku.3
1 Tulus Tu‟u. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta: PT Grasindo.
2004). Cet Ke- .,hal 30 2Ibid., hal 30-31
3 Marbun. Kamus Manajemen. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002) Cet Ke-II., hal 65.
11
Sedangkan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), disiplin
memiliki arti tata tertib, kepatuhan kepada peraturan.4
Sedangkan menurut The Liang Gie yang dikutip oleh Ali Imron
bahwa pengertian disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang
yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan
yang telah ada dengan rasa senang hati.5
Menurut Ali Imron disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu
berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tiada suatu
pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.6
Menurut Abdurrahmat Fathoni, kedisiplinan adalah kesadaran dan
ketersediaan seseorang menaati semua peraturan organisasi dan norma-
norma sosial yang berlaku.7
Kesadaran yang dimaksud adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan
sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung
jawabnya. Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan
perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan organisasi baik yang
tertulis maupun tidak.
Berdasarkan pendapat itu, kita dapat memahami bahwa disiplin
merupakan bagian dalam hidup seseorang yang ditimbulkan dengan
adanya tingkah laku ketertiban dan ketaatan terhadap peraturan dengan
rasa senang hati.
Dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pasal 1 Ayat 1: Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
4 Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Departemen Pendidikan Nasional.
2007). Cet Ke-4 Hal 268 5 Ali Imron. Pembinaan Guru di Indonesia. (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. 1995). Cet
Ke- 1., hal 182 6Ibid., hal 183
7 Abdurrahmat Fathoni. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT Rineka Cipta.
2006)., hal 126
12
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.8
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), guru adalah orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.9
Menurut Abdul Wahab guru adalah sebuah profesi sebagaimana
profesi lainnya yang merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut
keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan.10
Dalam Undang-undang tersebut diterangkan bahwa seorang pendidik
adalah tenaga profesional dalam arti “mendapatkan pendidikan khusus dan
memiliki keahlian khusus”.11
Sehingga mampu melakukan pekerjaan
kependidikan dengan maksimal.
Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk
menjadi guru harus pula memenuhi persyaratan yang berat, yaitu:
1. Harus memiliki bakat sebagai guru,
2. Harus memiliki keahlian sebagai guru,
3. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi,
4. Memiliki mental yang sehat,
5. Berbadan sehat,
6. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas,
7. Guru adalah manusia berjiwa pancasila,
8. Guru adalan seorang warga Negara yang baik.12
Maka dari itu, seseorang yang ingin menjadi guru dan dapat
menempuh persyaratan tersebut harus terlebih dahulu menyelesaikan
pendidikan khusus bidang keguruan. Dari pendidikan tersebut akan diberi
pembinaan, pengetahuan dan pengalaman yang membekali seseorang di
keadaan real sekolah.
Berdasarkan pekerjaan profesional sudah barang tentu guru memiliki
tanggung jawab yang besar sebagai berikut.
8 Undang-undang R.I Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. (Surabaya: Kesindo
Utama.2009)., hal 68. 9Tim Penyusun, log.cit., hal 377
10 Abdul Wahab., Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual. (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media. 2011). Cet Ke-1., hal 117. 11
Departemen Agama. Wawasan dan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan.(Direktrorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam._____)., hal 65. 12
Ibid., hal 66.
13
1. Guru harus menuntut para peserta didik belajar.
Guru bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan-kegiatan
belajar peserta didik, karena melalui proses inilah guru
membimbing peserta didik untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan, pemahaman, kebiasasaan-kebiasaan yang baik, dan
perkembangan sikap yang serasi.
2. Guru turut serta membina kurikulum sekolah.
Guru merupakan orang yang mengetahui kebutuhan kurikulum
yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Karena,
guru dalam proses belajar mengajar menyampaikan isi dari
kurikulum tersebut melalui proses pembelajaran. Sehinga, dapat
dikatakan bahwa guru merupakan seorang key person dalam
kurikulum.
Paling tidak guru memberi saran-saran yang berguna demi
penyempurnaan kurikulum kepada pihak yang berwenang. Dalam
hubungan ini guru dapat melakukan menyarankan ukuran-ukuran
yag mungkin dapat digunakan dalam bahan-bahan kurikulum,
berusaha menemukan minat, kebutuhan dan kesanggupan peserta
didik, berusaha menemukan cara yang tepat agar sekolah dan
masyarakat terjalin hubungan seimbang.
3. Melakukan pembinaan terhadap diri (kepribadian, watak, dan
jasmaniah) peserta didik.
Guru melakukan pembinaan kepribadian dan watak (karakter)
agar peserta didik memiliki kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan
berbuat, berani dan bertanggung jawab, ramah dan mau
bekerjasama, bertindak berdasarkan nilai-nilai moral yang tinggi,
semuanya menjadi tanggung jawab guru.
4. Memberikan bimbingan kepada peserta didik.
Bimbingan ini diberikan agar peserta didik mampu mengenal
dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu
menghadapi kenyataan dan memiliki stabilitas emosi yang baik.
14
Artinya, peserta didik dibimbing ke arah terciptanya hubungan
pribadi yang baik dengan teman dan masyarakat.
5. Melakukan diagnosis atas kesulitan belajar dan mengadakan
penilaian atas kemauan belajar.
Guru bertanggung jawab menyesuikan semua situasi belajar
dengan minat, latar belakang, dan kematangan peserta didik. Selain
itu, guru juga bertanggung jawab atas penilaian terhadap hasil
belajar dan kemajuan belajar serta mendiagnosis dengan cermat
terhadap kesulitan dan kebutuhan peserta didik.
6. Menyelenggarakan penelitian.
Seorang guru juga bergerak dalam bidang keilmuan yang
senantiasa diperbaiki cara bekerjanya. Bukan hanya mengerjakan
pekerjaan rutin saja, melainkan harus menghimpun banyak data
melalui penelitian.
7. Mengenal masyarakat dan aktif ikut serta di dalamnya.
Guru juga harus mengenal pola kehidupan, kebudayaan, minat,
dan kebutuhan masyarakat. Karena, dengan mengenal masyarakat
guru lebih mudah untuk menyesuaikan pelajaraanya secara efektif.
8. Tanggung jawab meningkatkan peranan professional guru.
Profesional adalah keahlian khusus yang tanpa itu tidak
adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki guru sehingga
sulit kiranya untuk mengemban dan melaksanakan dan tanggung
jawab dengan sebaik-baiknya.13
Peranan guru dalam pendidikan adalah mampu mendidik dan
mengajar apabila ia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung
jawab yang besar untuk memajukan peserta didik, bersikap realistis,
bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap inovasi
pendidikan.14
13
Ibid., hal 76-84 14
Oemar Hamalik. Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi.(Jakarta: PT
Bumi Aksara. 2002). Cet Ke-1., hal 43.
15
Berdasarkan definisi di atas, guru merupakan suatu pekerja yang
membutuhkan keahlian dan kematangan seseorang serta tanggung jawab
yang tinggi untuk amanah pendidikan.
Untuk memenuhi tanggung jawab dan peran sebagai guru harus
memiliki disiplin pribadi agar menunjang kelancaran tugas. Karena tanpa
disiplin guru akan lebih sulit mengarahkan dan mengendalikan
perilakunya. Disiplin memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia terutama guru dalam hal mengajar. Dengan disiplin
akan memudahkan guru dalam mengatur peserta didik untuk belajar
secara tearah dan teratur.
Selain itu, hasil yang didapat dari penerapan disiplin pribadi yang baik
ditandai dengan kebersihan, ketertiban, semuanya berjalan sesuai dengan
peraturan tanpa terlihat adanya paksaan, teguran atau hukuman.
Untuk memiliki disiplin diri dilakukan dengan adanya kemauan dan
kemampuan tingkah laku pribadi dan cara berpikirnya. Seperti yang
dikemukakan oleh Artomo yang menyebutkan bahwa pada prinsipnya
untuk memiliki disiplin pribadi ini adalah kemampuan dan kemauan untuk
merubah perilaku dan cara berpikir.15
Selain itu, seseorang memiliki pembinaan jangka panjang terhadap
pola perilakunya untuk membentuk menjadi kedisiplinan. Pembinaan ini
dilakukan seperti halnya di sekolah yang menuntut adanya tata tertib
sebagai peraturan.
Seorang anak di sekolahkan untuk menuntut ilmu dengan baik diiringi
oleh aturan-aturan sekolah untuk membentuk pribadi anak tersebut dengan
perilaku yang teratur. Tentu saja, peralihan demi peralihan yang dilalui
anak membentuk siapa dirinya dan kebiasaannya. Dengan demikian,
disiplin diri terbentuk secara bertahap dan memerlukan waktu yang
panjang.
15
Artomo. Displin Pribadi Menaati Peraturan dan Larangan Melaksanakan Tugas dan
Kewajiban Tanpa Memikirkan Hukuman ataupun Penghargaan yang akan diberikan. (Jakarta:
Perpustakaan Nasional. 2002) hal 106
16
Menurut Sondang P. Siagian bahwa disiplin merupakan tindakan
manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan
berbagai ketentuan tersebut.16
Disiplin biasanya diterapkan dalam dunia pendidikan, di mana
peraturan diberlakukan kepada pendidik dan pelajar. Disiplin berperan
penting dalam keberlangsungan secara manajerial dan operasional sekolah.
Karena, tanpa disiplin akan terjadi hambatan-hambatan kelancaran
kegiatan, misalnya beberapa guru datang terlambat sedangkan peserta
didik telah hadir tepat waktu. Tentu ketuntasan belajar peserta didik akan
terganggu dan memengaruhi aspek penilaian peserta didik. Pada akhirnya,
mutu kelulusan akan rendah di mata masyarakat.
Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam
rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan.
Dalam persiapan itu sudah terkandung tentang: tujuan mengajar, pokok
yang diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga, dan teknik
evaluasi yang akan digunakan.17
Hal ini dikemukakan oleh Tim penyusun
departemen agama.
Karena itu harus memahami benar tentang tujuan pengajaran, cara
merumuskan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,
memahami bahan pelajaran sebaik mungkin dengan menggunakan dengan
berbagai sumber, cara membuat tes dan menggunakannya, dan
pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.
Guru memang memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar,
beberapa aspek dalam komponen sekolah sangat bersentuhan dengan
kinerja guru. Seperti, guru mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran berdasarkan kurikulum yang ada dan diaplikasikan secara
kreatif dan inovatif. Hal itu bertujuan agar kegiatan pembelajaran berjalan
lancar, tertib, tertatur, dan mencapai tujuan pendidikan sekolah.
16
Sondang P. Siagian. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Bumi Aksara. 2008)
Ed, ke-2. Cet Ke- 15., hal 305 17
Departemen Agama. Loc.cit., hal 63
17
Kemampuan guru mengelola kelas juga secara langsung menunjang
keefektifan dan efisiensi pengelolaan pendidikan dan proses pembelajaran.
Mengkondisikan peserta didik adalah upaya dalam pengelolaan kelas,
sehingga terciptanya disiplin kelas ke arah yang lebih baik.
Selain guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di
sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada peserta
didik. Menurut Oemar Hamalik guru juga bertanggung jawab dalam
bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para peserta didik
belajar, membina pribadi, watak, dan jasmaniah peserta didik, menganalisa
kesulitan belajar, serta menilai kemajuan belajar peserta didik.18
Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya
ini, maka setiap guru harus memiliki kompetensi yang relevan dengan
tugas dan tanggung jawab tersebut. Ia harus menguasai cara belajar yang
efektif, harus membuat model satuan pelajaran, mampu memahami
kurikulum dengan baik, mampu mengelola kelas, mempunyai kestabilan
emosi, bersikap jujur, mampu menjadi teladan bagi peserta didik, mampu
memberi nasihat, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian
kemajuan belajar, dan sebagainya.
Untuk melaksanakan tanggung jawab guru turut serta memahami
semua yang bertalian dengan nasional, misalnya suku bangsa, adat istiadat,
kebiasaan, norma-norma, kebutuhan, dan kondisi lingkungan.19
Selanjutnya, ia harus mampu menghargai suku bangsa lainnya,
menghargai agama yang dianut peserta didik, menghargai permasalahan
yang dihadapi oleh peserta didik serta bersikap bijaksana terhadap
permasalahan yang dihadapi orang lain.
Guru juga mempunyai peranan dalam proses pembelajaran yang
ditandai dengan keberhasilan pada kemampuannya melaksanakan peranan
yang dalam pembelajaran. Menurut Adams dan Dickey yang dikutip oleh
Oemar Hamalik peran guru adalah:
18
Oemar Hamalik. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. (Jakarta:
Bumi Aksara. 2002), hal 40 19
Ibid, hal 41
18
1. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu
memiliki keterampilan memberikan informasi di kelas.
2. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara
memimpin kelompok-kelompok peserta didik.
3. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan
mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.
4. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih,
dan membuat bahan pelajaran secara professional.
5. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi
kegiatan peserta didik dan ketertiban kelas.
6. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai
peserta didik secara objektif, kontinu, dan komprehensif.
7. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu
peserta didik yang mengalami kesulitan tertentu.20
Semua itu, tidak terlepas dari profesional seorang guru. Tentu harus
melalui proses yang panjang dengan keahlian khusus. Serta ditunjang
dengan kedisiplinan yang tinggi agar tugas dan tanggung jawabnya
terpenuhi dengan maksimal.
Maka dari itu, disiplin guru harus diterapkan karena disiplin
merupakan suatu sikap moral seseorang yang terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.
Pendidik atau guru, seharusnya lebih memiliki disiplin akan
menunjukkan ketaatan, dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang
pendidik dan pengajar yaitu mendidik dan mengajar secara terarah dan
teratur.
Dengan demikian guru yang berdisiplin akan lebih mampu
mengarahkan dan mengndalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama guru dalam hal
mengajar. Dengan disiplin akan memudahkan guru dalam mengatur
peserta didik untuk belajar secara tearah dan teratur.
Selain itu, hasil yang didapat dari penerapan disiplin pribadi yang baik
ditandai dengan kebersihan, ketertiban, semuanya berjalan sesuai dengan
peraturan tanpa terlihat adanya paksaan, teguran atau hukuman.21
20
Ibid., hal 49
19
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin guru adalah
kesadaran diri untuk berperilaku teratur kepada peraturan-peraturan yang
berlaku di mana seseorang tinggal melalui pembinaan jangka panjang
sesuai dengan nilai dan norma yang ada guna mendorong kelancaran
kegiatan yang dilakukan.
b. Macam-macam Disiplin Guru
Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun
berdasarkan konsep ototarian. Konsep ini guru di sekolah dikatakan
mempunyai disiplin tinggi manakala mau menurut saja terhadap perintah
dan anjuran pejabat dan atau pembina tanpa banyak menyumbangkan
pikiran-pikirannya.
Artinya, terpusat pada kekuasaan para pemimpin yang memiliki
kewenangan terhadap guru untuk menerima dan mengiyakan segala tugas
yang diberikan oleh pemimpin. Karena di pandang pemimpin mempunyai
kekuasaan untuk itu.
Dalam disiplin otoritarian, peraturan di buat sangat ketat dan rinci.
Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta dan menaati
peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Apabila gagal
menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi dan
hukuman yang berat.22
Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive.
Menurut konsep ini, guru haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di
dalam kelas dan sekolah. Dalam konsep ini sangat bertolak belakang
dengan konsep disiplin yang pertama, karena dalam konsep ini
membebaskan guru untuk melakukan kegiatan yang dapat
mengembangkan potensi dan guru berada dalam peraturan yang tidak
mengikat, sehingga guru dapat mengeksplorasi pendapat dan potensi yang
ada.
21
Artomo, loc.cit., hal 107 22
Tulus Tu‟u, loc.cit., hal 44
20
Karena dibebaskan mengambil keputusan. Guru yang berbuat sesuatu,
dan ternyata membawa akibat melanggar norma atau aturan yang berlaku,
tidak diberi sanksi dan hukuman. Dampaknya menimbulkan kebingungan
karena tidak tahu mana yang tidak dilarang dan mana yang dilarang.23
Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang
terkendali, atau kebebasan yang bertanggung jawab.24
Macam disiplin ini
di sebut dengan disiplin demokratis. Dalam konsep ini guru diberikan
kebebasan dalam hal apa pun. Namun, perlu diingat bahwa setiap tindakan
tentu ada konsekuensinya, guru harus bertanggung jawab atas apa yang
dilakukan. Pertanggungjawaban tersebut menjadi batasan guru dalam
melakukan sesuatu, jadi sebelum bertindak tentu sudah terpikirkan akibat
apa yang ditimbulkan. Sehingga guru masih dapat mengontrol tindakan
yang akan dilakukan.
c. Fungsi Disiplin Guru dalam Pendidikan
Keberhasilan sekolah dapat dilihat dari prestasi-prestasi yang digapai.
Prestasi yang diraih tersebut didapat dengan kerja keras antar warga
sekolah. Menyatukan persepsi, visi dan misi dalam warga sekolah akan
sulit jika tidak ada rasa saling memiliki antar mereka.
Meskipun telah menyamakan tujuan tapi tanpa tindakan yang teratur
dan terarah akan sangat sulit dalam menggapai prestasi apapun. Tentunya
menuntut produktivitas tenaga kependidikan di sekolah dengan mengikuti
aturan dan tata tertib sekolah, hingga dalam melaksanakan tugas yang
sangat erat dengan disiplin. Oleh karena itu, disiplin memiliki fungsi
sebagai berikut:
1. Menata kehidupan bersama, yaitu mengatur tata kehidupan
manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat.
Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan yang lain
menjadi baik dan lancar.
2. Membangun kepribadian, yaitu dengan disiplin seseorang dapat
membiasakan mengikuti, mematuhi, menaati aturan-aturan yang
23
Ibid.,hal 45 24
Ibid.,hal 46
21
berlaku. Kebiasaan itu, lama kelamaan masuk dalam kesadaran
dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya.
3. Melatih kepribadian, yaitu dengan disiplin dapat melatih
kepribadian menjadi tertib, teratur, taat, patuh. Hal ini
memerlukan waktu dan proses yang memakan waktu.
4. Pemaksaan, yaitu disiplin sebagai pemaksaan kepada seseorang
untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan
itu.
5. Mencipta lingkungan kondusif, yaitu dengan disiplin tercipta
suasana kondusif yang aman, nyaman, tenang, tentram tertib dan
teratur.25
Pada nomor satu disebutkan dapat menata kehidupan bersama.
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.
Terlebih jika telah memasuki lingkup organisasi seperti sekolah, sudah
tidak asing lagi dalam sekolah menerapkan disiplin yang efektif.
Dimaksudkan menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai
orang lain dengan cara menaati peraturan. Sama halnya, dengan kepala
sekolah dengan jabatan dan kekuasaan yang dimiliki, namun tetap pada
koridor yang dibatasi melalui aturan-aturan yang berlaku untuk
menghindari terjadi ketidakpahaman antara kepala sekolah dengan guru
dan stafnya. Sehingga, perlu adanya disiplin yang meletakkan porsi
perannya dengan membatasi dirinya untuk tidak merugikan orang lain
yang ada di sekitar.
Begitu pula dengan guru terhadap peserta didik, tentunya sangat
berdekatan antar keduanya. Agar kepentingan guru dan kepentingan
peserta didik tidak berbenturan maka perlu adanya peraturan dan norma
yang mengatur kegiatan masing-masing berjalan dengan harmonis.
Selanjutnya, nomor dua yang menyebutkan fungsi disiplin dapat
membangun kepribadian. Kepribadian ini mencakup perilaku, pola hidup
yang terlihat dari keseharian baik perkataan, perbuatan, sifat. Seorang guru
dapat dengan mudah terbaca kepribadiannya di sekolah dan di kelas. Guru
menjadi sorotan bagi peserta didiknya, jika terjadi kekeliruan dari tingkah
25
Tulus Tu‟u, op.cit., hal 38
22
lakunya yang tidak disiplin maka peserta didik dengan mudah mengecap
guru tersebut malas dan sebagainya.
Maka dari itu, adanya disiplin dapat membiasakan seseorang untuk
berperilaku taat, patuh, dan tertib terhadap peraturan. Dengan kebiasaan
ini menciptakan kepribadian lebih teratur karena kesadaran yang dimulai
dengan pembiasaan.
Melatih kepribadian terdapat pada nomor tiga, yaitu kepribadian yang
dilatih adalah kepribadian yang tidak terarah, tidak taat, tidak patuh, dan
tidak tertib akan berubah dengan adanya latihan yang terus menerus.
Latihan ini diperoleh dari lingkungan di mana ia berada, seperti guru
mengajar di sekolah unggulan yang menuntut untuk tepat waktu dalam
segala hal. Bagi guru yang tidak terbiasa akan hal itu pasti merasa beban
dalam menjalankan pekerjaan tersebut. Namun, hal itu dapat ditangani
dengan mengadakan latihan pribadi untuk awal pembiasaan diri.
Sehingga, dengan disiplin guru dapat melatih kepribadiannya menjadi
lebih baik yang berawal dari mencoba, berusaha keras, tempaan pahit, dan
dengan waktu yang panjang.
Dengan demikian, fungsi disiplin ini dapat memaksimalkan proses
pembelajaran yang efektif dan membangun kerjasama antar warga sekolah
dalam mencapai keberhasilan. Selain itu, kedisiplinan guru juga akan
membawa pada ketercapaian tujuan pendidikan dengan hasil yang
maksimal.26
d. Faktor-faktor yang Memengaruhi Disiplin Guru
Untuk terjadinya disiplin yang baik dalam suatu lingkungan dapat
dilihat faktor-faktor yang memengaruhi adanya disiplin guru dapat
disebutkan sebagai berikut:
26
Abdul Hasim. Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik. (Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia. 2010). Cet Ke-1., hal 17.
23
1. Kesadaran diri, yaitu pemahaman diri tentang pentingnya
penegakan disiplin bagi dirinya. Sehingga, perlakuan disiplin
sangat terlihat bagi orang memiliki kesadarn diri.
2. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik
atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya.
Maksudnya, seseorang dapat berlaku disiplin karena adanya
kemauan dalam diri kemudian dipraktikkan sebagai penerapannya.
Namun, biasanya memang orang dapat berdisiplin jika ada tekanan
dari luar dirinya yang menggerakkan orang tersebut dapat menaati
peraturan.
3. Alat pendidikan, yaitu dengan berbagai macam alat pendidikan
yang digunakan sebagai suatu tindakan mengubah, membentuk,
dan menjadikan disiplin diri yang diinginkan.
4. Hukuman, yaitu sebagai penyadaran diri tentang kesalahan yang
diperbuat, kemudian menjadi bahan untuk mengoreksi diri
terhadap kesalahan yang telah dibuat sehingga orang tersebut dapat
mematuhi peraturan dan tidak melanggar kembali.27
Selain itu, terdapat faktor lain yang dapat memengaruhi pembentukan
disiplin guru sebagai berikut:
1. Teladan, seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa peserta
didik dapat melihat langsung tingkah laku guru di sekolah dan di
kelas. Begitu pula dengan guru kepada kepala sekolah. Apabila
kepala sekolah melanggar peraturan dan tidak ditindaklanjuti,
maka guru pun akan menganggap peraturan tersebut sia-sia
diberlakukan. Akibatnya, guru pun meniru akan perbuatan kepala
sekolah tersebut. Karena kepala sekolah dianggap teladan bagi
bawahannya. Maka akan tercipta iklim sekolah yang sangat tidak
menyenangkan.
27
Tulus Tu‟u , loc.cit., hal 48-49
24
2. Lingkungan berdisiplin, yaitu lingkungan yang memengaruhi guru
tersebut dapat berdisiplin atau sebaliknya. Kadang, seseorang dapat
terbawa dengan lingkungan yang ia tinggali.
Begitu juga dengan guru, mungkin saja pada awalnya ia berasal
dari lingkungan keluarga dan sekolah yang tidak disiplin. Tetapi ia
hidup dan bekerja di lingkungan disiplin yang kuat. Maka bisa saja
guru tersebut berubah perilakunya dengan disiplin pribadi yang
tinggi. Ini disebabkan pembiasaan terus menerus membuat
perubahan tingkah laku karena tuntutan lingkungan kerja tersebut.
Ada pula sebaliknya, pada awalnya guru tersebut disiplin tinggi
tetapi berpindah ke lingkungan lain yang disiplinnya rendah, maka
akan terbawa karena merasa perlunya adaptasi dengan individu
lainnya.
3. Latihan disiplin, yaitu kedisiplinan dapat diperoleh melalui latihan
dan pembiasaan diri dengan berusaha, mencoba, membuat jadwal,
dan bergaul dengan individu berdisiplin tinggi. Maka, secara
perlahan membentuk pribadinya mampu memiliki disiplin tinggi.28
Jadi, Kedisiplinan kerja guru di sekolah dapat dilihat dari sikap dan
tingkah lakunya. Sikap dan tingkah laku guru berpatokan pada kepatuhan
dalam melaksanakan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Mematuhi
peraturan berarti memberi dukungan positif pada organisasi dalam
melaksanakan program-program yang telah ditetapkan, sehingga akan
lebih memudahkan tercapainya tujuan organisasi.
Guru yang tertib dan disiplin, mentaati norma-norma dan peraturan
yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi akan dapat meningkatkan
efisiensi, efektivitas dan produktivitas. Sebaliknya apabila guru dalam
suatu organisasi tidak disiplin, maka akan sulit sekali melaksanakan
program-programnya, sulit meningkatkan produktivitas dan sulit
merealisasikan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
28
Ibid., hal 51
25
Abdurrahmat Fathoni mengatakan bahwa kedisiplinan adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan
dan norma-norma sosial yang berlaku.29
Guru dalam melaksanakan disiplin harus seusai dengan peran yang
dijalankan. Menurut Adams dan Dickey yang dikutip oleh Oemar Hamalik
peran guru adalah:
1. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu
memiliki keterampilan memberikan informasi di kelas.
2. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara
memimpin kelompok-kelompok peserta didik.
3. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan
mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.
4. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara
memilih, dan membuat bahan pelajaran secara professional.
5. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi
kegiatan peserta didik dan ketertiban kelas.
6. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai
peserta didik secara objektif, kontinu, dan komprehensif.
7. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara
membantu peserta didik yang mengalami kesulitan tertentu.30
Uraian di atas mengandung arti bahwa disiplin kerja guru adalah
sikap dan perbuatan guru dalam mentaati semua tugas, pedoman dan
peraturan yang telah ditentukan untuk tercapainya tujuan organisasi.
Selanjutnya Fathoni menyatakan bahwa : ”Kedisiplinan diartikan
bilamana karyawan selalu datang dan pulang tepat waktu, mengerjakan
semua pekerjaan dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan
(organisasi) dan norma-norma sosial yang berlaku.”31
Pernyataan di atas
mengandung arti bahwa indikator keberhasilan pelaksanaan disiplin
pegawai pada suatu organisasi terlihat dari tingkat ketepatan waktu,
tingkat kesadaran dalam bekerja dan tingkat kepatuhan kepada peraturan.
Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh
suatu organisasi, maka salah satu faktor yang sangat menentukan adalah
29
Fathoni Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta : PT Rineka Cipta., hal 172. 30
Ibid., hal 49 31
Ibid.,
26
terciptanya disiplin kerja para guru dengan asumsi bahwa dalam suasana
disiplinlah organisasi akan dapat melaksanakan program-program kerjanya
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dimensi pengukuran
disiplin kerja guru pada penelitian ini mengacu pada teori Fathoni dan
teori Adams dan Dickey yang menjadikan lima kriteria pengukuran
disiplin yaitu disiplin dalam ketepatan waktu, disiplin dalam mengelola
kelas, disiplin dalam bersikap dan bijaksana kepada peserta didik, disiplin
dalam memenuhi beban tugas mengajar dan disiplin dalam sikap dan
tingkah laku.
2. Kewibawaan Kepala Sekolah
a. Pengertian Kewibawaan Kepala Sekolah
Kewibawaan atau gezag berasal dari kata Zaggen yang berarti
“berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat
terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap
orang lain.32
Sedangkan menurut Kartini Kartono kewibawaan berasal dari kata-kata
“kawi” dan “bhawa”. Kawi itu berarti kuasa, kekuasaan yang lebih
kuat, kelebihan. Sedangkan bhawa berarti kekuasaan, keutamaan,
kelebihan, keunggulan. Jadi, kewibawaan berarti kelebihan,
keunggulan, keutamaan, sehingga dengannya seseorang mampu
“ambawani” ; yaitu mampu mengatur, membawa, memimpin,
memerintah, dan mendidik pribadi lain.33
Menurut Karl D. Jackson memberikan definisi mengenai
kewibawaan, adalah suatu jenis kekuasaan. Kekuasaan diterjemahkan
secara perilaku sebagai interaksi antara pribadi-pribadi atau kelompok-
kelompok di mana pada saat tertentu pelaku mengubah dan memengaruhi
perilaku orang lain.34
32
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosydakarya, 2009), Cet. Ke-19, hal 48 33
Kartini Kartono. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, (Bandung: Mandar Maju,
____),Cet Ke- ,hal 183 34
Karl D. Jackson. Kewibawaan Tradisonal Islam dan Pemberontakan. (Jakarta: PT
Pustaka Utama Grafiti, 1990)., hal 201.
27
Menurut Kartini Kartono di atas kewibawaan melekat pada kekuasaan
yang didapati melalui kelebihan seseorang atau dengan keistimewaan
yang ada dalam diri seseorang. Sedangkan menurut Karl, kewibawaan
dianggap tradisional dengan menggunakan komunikasi antar individu.
Artinya, seseorang (komunikator) memberi pesan kepada orang lain
(komunikan), interaksi yang dilakukan keduanya mengubah perilaku
komunikan dan melakukan sesuai apa yang diinginkan oleh komunikator.
Maka, itu yang dikatakan sebagai kewibawaan. Namun, menurut penulis
antara pendapat keduanya memiliki persamaan, yaitu pada aspek
„memengaruhi‟. Karena kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang
lain dapat dinyatakan kewibawaan sesuai apa yang telah dinyatakan pada
pendapat Kartini Kartono di muka.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia wibawa berarti pembawaan
untuk dapat menguasai dan memengaruhi orang lain melalui sikap dan
tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik.
Sedangkan berwibawa berarti mempunyai wibawa yang disegani dan
dipatuhi. Kemudian arti dari kewibawaan adalah hal yang menyangkut
wibawa, yang mempunyai sifat wibawa yang telah disebutkan di atas.35
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan pula bahwa
wibawa berarti “keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan
kemampuan yang luar biasa dalam kepemimpinan seseorang untuk
membangkitkan kepercayaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap
dirinya, dengan kata lain wibawa berarti atribut kepemimpinan yang
didasarkan atas kualitas kepribadian individu”.36
Penulis mengutip dari
sumber yang sama tentang istilah yang sama pada masa yang berbeda ini
agar mengetahui pergeseran makna yang dilalui beberapa tahun
sebelumnya. Sehingga, menjadi penambahan pengetahuan bagi penulis
untuk mengidentifikasi makna wibawa secara mendalam.
35
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka. 1988) cet ke-1., hal 1011. 36
Tim Peyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. Ke-II, h. 1272.
28
Ja‟cuba Karepesina memberi definisi kewibawaan sebagai kekuatan
yang memancar dari diri seseorang karena kelebihan yang dimilikinya
sehingga mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan kepadanya.37
Jadi, dapat disimpulkan bahwa wibawa adalah ciri khas yang asli
melekat pada diri seseorang kemudian disahkan melalui jabatan yang
didudukinya sehingga ia memiliki kekuasaan atau kemampuan untuk
memegang peranan dan fungsinya dalam suatu organisasi. Dan perlu
diketahui bahwa banyak juga yang menyebutkan wibawa dengan istilah
lain seperti kharisma, pengaruh, dan otoritas.
Hal ini termasuk dalam keberhasilan pemimpin melalui pendekatan
pengaruh kewibawaan yang berada dalam buku Wahjusumijdo yang
berjudul “Kepemimpinan Kepala Sekolah” yang menyebutkan bahwa
keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya
sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara
yang bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut
terhadap bawahan.38
Kewibawaan seorang pemimpin dapat diperoleh melalui beberapa
aspek, menurut Daniel Ronda mengungkapkan beberapa sumber seorang
pemimpin memperoleh kewibawaannya, yaitu sebagai berikut:
Pertama, wibawa datang dari posisi yang diterimanya. Posisi ini bisa
berupa penempatan atau pemberian jabatan dari pimpinan atau terpilih
menjadi anggota Dewan, dan seterusnya. Posisi ini juga didapat karena
pendidikan yang diterimanya atau keahlian kerja yang telah dimilikinya.
Jadi posisi seseorang dapat membuat dia memiliki wibawa. Namun ini
baru wibawa awal, karena banyak juga bawahan dan komunitas
menentang posisi kita. Mereka tidak bersedia dipimpin kalau tidak
kompeten. Jadi wibawa karena posisi masih lemah atau lebih tepatnya
baru awal dari wibawa.
37
Ibid., hal 16. 38
Wahjosumijdo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2010). Cet Ke- 7., hal 20
29
Kedua, wibawa diperoleh karena bawahan atau pengikut dari satu
organisasi mau dipimpin atau memilih orang tersebut sebagai pemimpin.
Itu didapat lewat relasi yang baik antara pemimpin dengan rekan-
rekannya, karyawannya atau masyarakat yang memilihnya bila dia
anggota Dewan. Ketika pengikut merasa bahwa kita adalah orang yang
tepat di posisi itu dan mereka mau bekerja untuk kita, maka itulah yang
menghasilkan wibawa. Pada level ini pemimpin diharapkan
mengembangkan relasi dan kehumasan dengan baik. Bentuk pecitraan diri
juga baik, namun kemampuan berelasi jauh akan menambah wibawa
pemimpin. Namun ini masih belum cukup hanya karena bawahan mulai
menerima kepemimpinan.
Ketiga, wibawa akan meningkat karena ada hasil yang terlihat setelah
seseorang memegang posisi yang diberikan.
Keempat, pemimpin mendapat wibawa dengan orang-orang yang
dikembangkannya. Kepemimpinan itu sejalan dengan waktu, dan wibawa
akan terus bertambah jika pemimpin berhasil mengembangkan orang lain
di bawahnya untuk menjadi pemimpin sesuai dengan bakatnya.
Kelima, wibawa pemimpin didapat karena pengembangan dirinya
lewat integritasnya. Sejalan dengan waktu maka pemimpin harus terus
memelihara karakternya, relasinya, dan integritasnya.39
Bila kita telah memahami lima level kepemimpinan ini, maka setiap
kita harus memberikan refleksi pribadi. Pertama, kita harus
memaksimalkan potensi yang ada pada kita sehingga menjadi kompetensi.
Kedua, kita harus memiliki kemampuan menjalin relasi dengan sesama
karena kepemimpinan adalah relasi. Ketiga, kita harus memiliki karakter
yang baik, budi pekerti luhur dalam kata dan perbuatan.
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa
kewibawaan adalah daya memengaruhi seseorang dengan kelebihan dan
keistimewaan yang melekat pada diri seseorang dengan kemampuan
berkomunikasi kepada orang lain untuk patuh tanpa keterpaksaan dan rasa
39
Daniel ronda. Kepemimpinan dan Kewibawaan. 2012. (www.blogspot.com)
30
takut dalam melaksanakan perintah dan larangan yang datang dari orang
lain guna mencapai tujuan bersama.
Sedangkan pengertian kepala sekolah berasal dari dua kata adalah
„kepala‟ dan „sekolah‟. Kata kepala dapat diartikan „ketua‟ atau „pemimpin
dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang „sekolah‟ adalah
sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi
pelajaran.40
Kepala sekolah adalah pemimpin resmi (formal leader) atau pemimpin
sebagai kedudukan (status leader). Dalam kedudukannya sebagai
pimpinan kedudukannya sebagai pemimpinan pendidikan yang resmi
kepala sekolah diangkat dan ditetapkan secara resmi sehingga dia
bertanggung jawab dalam pengelolaan pengajaran, ketenagaan,
kesiswaan, gedung, dan halaman, keuangan, serta hubungan lembaga
pendidikan dan masyarakat, di samping tugasnya dalam supervisi
pendidikan dan pengajaran.41
Sedangkan menurut Wahjosumijdo definisi kepala sekolah adalah
seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu
sekolah di mana di selenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di
mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang
menerima pelajaran.42
Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang
setelah sekian lama menjabat sebagai guru.43
Seseorang diangkat dan
dipercaya menduduki jabatan kepala sekolah harus memenuhi kriteria-
kriteria yang disyaratkan untuk jabatan dimaksud.
Berdasarkan tersebut di atas, jabatan kepala sekolah memerlukan
orang-orang yang mampu memimpin sekolah dan professional dalam
bidang kependidikan. Salah satunya, kepala sekolah mampu memimpin
sekolah dengan kewibawaan. Namun kenyataan kadang kala tidak semua
kepala sekolah memenuhi krtiteria yang ditentukan, tetapi lebih
40
Tim Peyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal 420 dan 796. 41
Syafaruddin. Kepemimpinan Pendidikan.(Ciputat: Quantum Teaching, 2010), Cet Ke-
1., hal 86 42
Wahjosumijdo, loc.cit., hal 83 43
Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. (Bandung:
Alfabeta, 2009), cet ke-1., hal 68.
31
mengutamakan pada golongan ataupun kepangkatan yang dilalui masa
kerja.
Namun tentu seorang kepala sekolah harus mampu memenuhi tugas
(job) menstimulasi dan membimbing pertumbuhan guru-guru secara
berkelanjutan sehingga guru mampu melaksanakan tugas pengajaran
dengan baik yang kemudian mereka menstimulusi dan membimbing
peserta didik untuk dapat berpartisipasi di masyarakat.44
Selain itu tugas
(job) kepala sekolah yang berkaitan dengan manajemen yaitu tanggung
jawab atas tugas-tugas yang harus dilaksanakan dengan operasional
sekolah yang lancar. Kegiatannya menangani pengajaran dan sumberdaya
untuk kelancaran proses pengajaran, melakukan program supervisi, dan
proses pengajaran memerlukan kantor lingkungan di sekolah.
Kewajiban utama kepala sekolah menurut Roe dan Drake yang dikutip
oleh Syafaruddin, yaitu:
1. Memelihara secara baik rekor sekolah bagi semua bidang,
2. Mempersiapkan laporan bagi semua kantor pusat (Dinas
Pendidikan) dan lembaga lain,
3. Pengembangan anggaran dan pengawasannya,
4. Administrasi personil,
5. Disiplin pelajar,
6. Menyusun jadwal dan memelihara pelaksanakan kegiatan,
7. Mengembangkan administrasi,
8. Administrasi penyediaan sumberdaya,
9. Data murid,
10. Memantau program dan proses pengajaran sebagaimana diatur
oleh kantor pusat (Dinas Pendidikan),
11. Komunikasi kepada pelajar, staf dan warga sekolah sebagai
juru bicara bagi kantor pusat (Dinas Pendidikan).45
Dari tugas utama di atas dapat diketahui bahwa keberhasilan kepala
sekolah dalam organisasi pendidikan formal sangat bergantung dengan
keterampilan memimpin. Dalam menjalankan kepemimpinannya kepala
sekolah menetapkan suatu tindakan melalui pengambilan keputusan
44
Hendiyat Soetopo. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. (Jakarta: PT Bina Aksara.
1988). Cet Ke-II., hal 19. 45
Syafaruddin. Kepemimpinan Pendidikan.(Ciputat: Quantum Teaching, 2010), Cet Ke-
1., hal 103
32
pendidikan, berkomunikasi, melakukan koordinasi, memberikan
keteladanan membagi tugas dan memberikan insentif bagi personilnya.
Dalam hal ini, kepala sekolah mengambil keputusan secara tepat pada
permasalahan yang terjadi di sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam
mengambil keputusan didasari oleh ketegasan yang mampu menentukan
arah mana permasalahan ini ditindaklanjuti.
Selain itu, kepala sekolah mampu berkomunikasi dengan baik agar
terciptanya kebersamaan sosial. Semua staf dan peserta didik bekerjasana
secara harmonis dan saling pengertian dalam membangun tujuan sekolah,
mengembangkan kurikulum dan melaksanakan proses yang dapat
menciptakan dorongan lingkungan pembelajaran yang produktif bagi
setiap peserta didik.
Adapun kewajiban kepala sekolah menurut Roe dan Drake yang
dikutip oleh Syafaruddin, yaitu:
1. Mendorong dan memotivasi staf untuk kinerja maksimal,
2. Mengembangkan staf secara realistik dan bertujuan dari
akuntabilitas pengajaran (memonitor program pengajaran dan
proses pengajaran),
3. Mengembangkan kerjasama dalam menilai prosedur bagi
kelangsungan program untuk mengidentifikasi dan mengajukan
alternatif untuk perbaikan kelemahan,
4. Bekerja dengan staf dalam mengembangkan dan melaksanakan
evaluasi staf,
5. Bekerja dengan staf dalam menyususn rencana untuk evaluasi
dan pelaporan kemajuan pelajar,
6. Menyediakan jaringan untuk keterlibatan masyarakat dalam
operasional sekolah,
7. Mendorong kajian berkelanjutan terhadap kurikulum dan
inovasi pengajaran serta memberi pertolongan dan sumberdaya
untuk memajukan sekolah,
8. Menyediakan kepemimpinan untuk pelajar dalam membantu
mereka mengembangkan diri penuh tanggung jawab,
9. Membangun pusat sumber belajar dan menata penggunannya,
10. Mengembangkan kerjasama dengan staf dalam pengembangan
keprofesionalan yang dinamis dan program pelayanan
pendidikan sendiri.46
46
Ibid., h. 105
33
Kepala sekolah memiliki peranan sebagai pemimpin memengaruhi
perilaku sumber daya personil sekolah dalam bekerja. Pengetahuan,
keterampilan, bakat, sifat dan pengalaman menjadi penunjang kefektifan
dalam organisasi sekolah. Keterampilan yang dimaksud adalah
keterampilan kepemimpinan seperti keterampilan konseptual,
keterampilan berhubungan dengan manusia, dan keterampilan teknik.
Dalam kamus manajemen terdapat tiga arti wibawa yaitu sebagai
berikut:
1. Wibawa jabatan (positional authority), yaitu pengaruh dan gengsi
seseorang yang ditimbulkan oleh kedudukannya.
2. Wibawa karismatik (charismatic authority), yaitu pengaruh atau
gengsi seseorang yang ditimbulkan oleh kepribadiannya dan nama
baiknya.
3. Wibawa kearifan (sapiential authority), yaitu pengaruh atau gengsi
seseorang yang ditimbulkan oleh pengetahuannya atau
kebijaksanaannya.47
Untuk bahasa „authority’ di atas, penulis mencari pembenaran dalam
kamus bahasa Inggris Jhom Echols dan ternyata „authority‟ memiliki tiga
arti pula. Pertama, berarti wibawa; kedua, berarti wewenang; ketiga,
berarti kekuasaan.48
Namun, biasanya istilah kekuasaan dalam bahasa
inggris adalah „power‟.
Terdapat perbedaan antara kekuasaan dan wewenang adalah
kekuasaan merupakan daya dan kemampuan, sedangkan wewenang
merupakan hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan
tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan authority
adalah suatu tipe khusus dari kekuasaan yang asli melekat pada jabatan
yang diduduki oleh pemimpin.49
Antara kekuasaan, wewenang dan kewibawaan mempunyai
keterkaitan. Kekuasaan akan mempunyai arti jika didukung oleh
47
Marbun. loc.cit., hal 393. 48
Jhon M. Echols dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia,
2006) Cet Ke-XXVIII., hal 46. 49
Husaini Usman. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010). Ed. III. Cet Ke-II., hal 365
34
wewenang yang berupa hak untuk mengambil tindakan tertentu dalam
rangka kekuasaan yang dimiliki. Seseorang yang mempunyai wewenang
bertindak sebagai orang yang memimpin dan membimbing orang banyak.
Untuk memimpin dengan baik, orang harus berwibawa, bukan karena
kekuasaan atau ditakuti. Namun, menurut Ja‟cuba Karepesina bahwa
kekuasaan tidak perlu mengandung kekerasan jika dihubungkan dengan
wibawa. Karena wibawa menimbulkan rasa segan, bukan takut, rasa
hormat bukan kecut. Wibawa mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan dari
pihak lain.50
Di antara kedua pendapat membedakan tiga istilah di atas. Namun,
penulis mempunyai anggapan yang sama mengenai kekuasaan tidak dapat
digunakan tanpa adanya wewenang, begitupun sebaliknya. Kemudian,
untuk menjadi seorang pemimpin yang baik diperlukan pula wibawa yang
menunjang keefektifan keberhasilan suatu organisasi. Karena, wibawa
dapat menimbulkan rasa segan dan bawahan merasa sadar atas apa yang
diperintahkan pemimpin. Sehingga, memperoleh interaksi organisasi yang
efektif dan saling bekerja sama antar keduanya.
Berbeda dengan pendapat Koentjaranningrat, ia membagi-bagi
kekuasaan kepemimpinan dengan bagan berikut ini:
50
Ja‟cuba Karesipena. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya. (Jakarta: PT Pustaka
Grafika Kita, 1988)., hal 16.
35
Sumber: Miriam Budiardjo. Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta:
1984.
Menurutnya, kekuasaan memiliki empat komponen yaitu
kewibawaan, wewenang, kharisma dan kekuasaan fisik. Seorang guru
yang berilmu agama yang terpelajar dan dianggap tokoh terkenal di dalam
komunitasnya. Seorang guru tersebut memiliki kewibawaan dan kharisma
dan kekuatan fisik tetapi tidak memiliki wewenang untuk memerintah
orang yang dipengaruhi.51
Kecuali, seseorang tersebut memiliki jabatan yang diangkat secara
formal sehingga mendapatkan kekuasaan, diberi wewenang dalam
bertindak serta menggunakan kewibawaannya untuk dapat memerintah
51
Koentjaraningrat. Aneka Pemikiran Tentang Kuasa dan Wibawa. (Jakarta: Sinar
Harapan, 1986). Cet Ke-II., hal 140 dan 142.
Kekuasaan
dalam arti luas
Kewibawaan
Popularitas, memiliki kapasitas
rasional untuk memecahkan
masalah sosial ekonomi dan
politik dan kecendekiawanan.
Memiliki sifat-sifat yang sesuai
dengan cita-cita dan keyakinan
dari sebagian besar masyarakat.
Wewenang
Memiliki legitimasi melalui
prosedur adat atau hukum yang
berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan.
Kharisma Memiliki ciri-ciri rohaniah yang
disegani.
Kekuasaan
dalam arti
khusus
Kemampuan mengerahkan
kekuatan fisik dan
mengorganisasi orang banyak
atas dasar suatu sistem sanksi.
36
bawahannya. Tentunya, hanya dalam lingkup jabatan apa yang diperoleh
sehingga menentukan siapa saja yang diperintah.
Seseorang yang memiliki kewibawaan akan dipatuhi terhadap orang
lain atas dasar seseorang tersebut memiliki keistimewaan, baik dalam
keahlian dalam bidang tertentu sehingga membuat ia di segani kepada
orang lain, atau juga ia mempunyai jabatan yang mampu memengaruhi
orang lain untuk melakukan tujuan pribadi dan tujuan bersama.
Seperti kepala sekolah yang memiliki jabatan atau posisi yang tinggi
di sekolah membuat dirinya memiliki kewenangan terhadap bawahannya
untuk memerintah dan melarang mencakup tugas dan peraturan. Untuk
mencapai tugas dan peraturan yang baik maka diperlukan seorang kepala
sekolah bukan hanya memiliki jabatan saja, namun juga memiliki
pengaruh kewibawaan. Karena dengan kewibawaan, bawahan akan merasa
sukarela untuk melaksanakan tugas dan peraturan dengan baik, ini
disebabkan adanya ketidakpaksaan dan pembenaran atas apa yang
diperintahkan oleh kepala sekolah. Sehingga, segala tugas dan peraturan
berjalan dengan lancar.
Maka, dengan kemauannya sendiri bawahan akan mengikuti sekedar
pengarahan dari atasannya. Bukan dengan ketakutan yang merangsang
gerak jiwanya, melainkan rasa kasih, hormat dan ikatan batin dengan
atasannya.52
Sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati yang
menyebutkan bahwa kewibawaan ialah pengakuan dan penerimaan secara
sukarela terhadap pengaruh dan anjuran yang datang dari orang lain.53
Selain itu, diperkuat oleh pendapat Wahjosumidjo yaitu kewibawaan
mempunyai peranan menggerakkan dan mengubah perilaku bawahan ke
arah tercapainya tujuan organisasi di samping berbagai teknik
52
Nashir Ali. Dasar-dasar Ilmu Mendidik: 100 Soal Pokok Pendidikan. ( : Kalam
Mulia, 1993). Cet Ke-IV., hal 65. 53
Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007). Cet
Ke- 2., hal 159
37
kepemimpinan diperlukan pula adanya daya dorong tertentu yang disebut
kewibawaan.54
Dalam studi kepemimpinan, dikenal adanya teori karismatik atau
kewibawaan (Theory of Charismatic Leadership). Teori ini dikemukakan
oleh R.J. House yang dikutip oleh Wahjosumidjo.55
Teori ini menyebutkan
bahwa para pengikut memiliki keyakinan yang kuat terhadap
pemimpinnya. Pengikut juga menerima pemimpin tersebut sehingga patuh
kepada pemimpin dan senang hati serta merasa sayang terhadap pemimpin
tersebut. 56
Teori ini berhasil dalam memengaruhi rasa tanggung jawab
bawahan, hal ini sangat bermanfaat untuk mengetahui lebih dekat cara-
cara pemimpin karismatik ini menggunakan kewibawaan pribadinya.
Artinya, dengan kewibawaan memengaruhi keberhasilan kepala
sekolah dalam hal saling bekerja sama, saling mengetahui dan memahami
akan pentingnya pekerjaan yang dilakukan, sehingga antara pemimpin dan
bawahan menaruh kepercayaan satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama.
Jadi apabila kata kewibawaan dan kata kepala sekolah dipadukan
menjadi “kewibawaan kepala sekolah” dapat diambil kesimpulan bahwa
kewibawaan kepala sekolah berarti kemampuan kepala sekolah dalam
memengaruhi dengan kelebihan dan keistimewaan serta kemampuan
berkomunikasi untuk dituruti dan patuhi oleh bawahan terhadap perintah
dan larangan tanpa adanya keterpaksaan dan rasa takut terhadap apa yang
menjadi tujuan bersama.
b. Macam-macam Kewibawaan
Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati membagi kewibawaan
menjadi dua macam, yaitu:
54
Wahjosumijdo. Kepemimpinan dan Motivasi. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986). Cet
Ke- ., hal 118 55
Wahjosumijdo. Op cit, hal 33. 56
Tim FISIP-UT. Kepemimpinan. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005). Cet Ke-1., hal
3.13
38
1. Kewibawaan pemimpin/kepala.
Seperti kewibawaan pemimpin organisasi, baik organisasi politik
atau organisasi massa, kewibawaan kepala kantor atau kepala
sekolah dan sebagainya. Kewibawaan tersebut adalah karena
jabatan dan kekuasaan.
2. Kewibawaan keistimewaan.
Seperti kewibawaan seseorang yang mempunyai kelebihan atau
keunggulan di bidang tertentu. Di antara kelebihan yang dapat
menimbulkan kewibawaan seseorang ialah:
a. Kelebihan di bidang ilmu pengetahuan, baik umum maupun
agama.
b. Kelebihan di bidang pengalaman, baik pengalaman hidup
maupun pekerjaan.
c. Kelebihan di bidang kepribadian, baik di bidang akhlak
maupun sosial.
d. Kelebihan di bidang harta baik harta tetap maupun harta
berpindah-pindah.
e. Kelebihan di bidang keturunan yang mewarisi charisma
leluhurnya.57
Lain halnya dengan pandapat M. Ngalim Purwanto yang membagi
kewibawaan menjadi dua macam, yaitu:
1. Kewibawaan pendidikan
Kewibawaan yang didapat karena jabatan atau berkenaan dengan
jabatan sebagai pendidik, diserahkan sebagian tugas orang tua
kepada kepala sekolah dan guru untuk mendidik anak-anaknya.
2. Kewibawaan memerintah
Kepala sekolah dan guru memiliki kekuasaan yang diperoleh dari
pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka. Sehingga
kepala sekolah dan guru mempunyai kewenangan dalam
memerintah dan kewibawaan yang dimiliki untuk memerintah
peserta didik untuk mencapai pendewasaan.58
Adapun menurut Jhon R.P French dan Bertram Raven yang dikutip
oleh Wahjosumijdo macam-macam kewibawaan yaitu sebagai berikut :
57
Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, op.cit., hal 159-160 58
M. Ngalim Purwanto, loc.cit., hal 50.
39
1. Kewibawaan Formal
Bawahan melakukan sesuatu karena pemimpin memiliki
kekuasaan untuk meminta bawahan dan bawahan mempunyai
kewajiban menuruti atau mematuhinya.
Dapat diartikan bahwa seorang pemimpin dipilih secara formal
dan resmi sehingga ia memiliki kekuasaan untuk memerintah,
sehingga bawahan pun mempunyai kewajiban untuk menuruti,
disebabkan adanya surat keputusan yang memberikan kewenangan
atas jabatan yang diberikan kepada pemimpin.
2. Kewibawaan berdasarkan Hadiah
Bawahan mengerjakan sesuatu agar memperoleh penghargaan
yang miliki oleh pemimpin.
Penghargaan yang ditawarkan dapat berupa kenaikan pangkat,
pemberian uang, atau hanya sekedar ucapan terima kasih sebagai
tanda penghargaan yang telah dicapai bawahan.
3. Kewibawaan yang dipaksakan
Bawahan mengerjakan sesuatu agar dapat terhindar dari
hukuman yang dimiliki oleh pemimpin.
Seorang pemimpin harus menjadi pengendali dalam
organisasinya, dalam hal ini pemimpin dapat pula memberlakukan
hukuman, ancaman, pemecatan, dan mutasi kepada bawahannya
agar menuruti peraturan yang telah ada dalam organisasi.
4. Kewibawaan berdasarkan keahlian
Bawahan mengerjakan sesuatu karena bawahan percaya bahwa
pemimpin memiliki pengetahuan khusus dan keahlian serta
mengetahui apa yang diperlukan.
Seorang pemimpin memiliki keahlian dalam bidang tertentu
melalui pendidikan dan pengalaman. Karena dengan pengalaman
yang luas memberikan tanggapan bahwa pemimpin tersebut
mempunyai keistimewaan yang lebih dari pada yang lainnya.
40
Sehingga bawahan akan mematuhi instruksi yang diberikan oleh
pemimpin tersebut.
5. Kewibawaan teladan
Bawahan melakukan sesuatu karena bawahan merasa kagum
terhadap pemimpin, bawahan merasa kagum atau membutuhkan
untuk menerima restu pemimpin, dan mau berperilaku pula seperti
pemimpin.59
Bawahan merasa kagum karena adanya keteladanan yang
dimiliki pemimpin, setiap perkataan dan perbuatan pemimpin
tersebut terasa patut dilaksanakan dan dijadikan anutan.
Menurut Amitai Etzione yang dikutip oleh dalam buku Wajosumidjo
membagi kewibawaan menjadi dua macam. Pertama, kewibawaan
seorang pemimpin yang timbul karena kedudukan atau hirarki jabatan
formal; kedua, kewibawaan seorang pemimpin yang menimbulkan
kesadaran bawahan untuk menerima kewibawaannya, karena dirasakan
benar dan baik. Sehingga bawahan merasa bersatu dengan atasan.60
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati mengungkapkan
beberapa macam-macam kewibawaan ditinjau dari daya yang
mempengaruhi, yaitu sebagai berikut:
1) Kewibawaan lahir
Kewibawaan lahir adalah kewibawaan yang timbul karena
kesan-kesan lahiriah seseorang, seperti : bentuk tubuh yang tinggi
besar, pakaian lengkap dan rapi, tulisan yang bagus, suara yang
keras dan jelas, akan menimbulkan kewibawaan lahir.
2) Kewibawaan batin
Adalah kewibawaan yang didukung oleh keadaan batin
seseorang seperti :
a. Adanya rasa cinta, yaitu kewibawaan itu dapat dimiliki oleh
seseorang, apabila hidupnya penuh kecintaan dengan atau
kepada orang lain.
b. Adanya rasa demi kamu, demi kamu atau you attitude yaitu
sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan,
perintah atau anjuran bukan untuk kepentingan orang yang
memerintah, tetapi untuk kepentingan orang yang
59
Wahjosumijdo, op.cit., hal 20-21 60
Wahjosumidjo, op.cit., hal 118-119.
41
diperintah, menganjurkan demi orang yang menerima
anjuran, melarang juga demi orang yang dilarang.
c. Adanya kelebihan batin, yaitu seorang guru yang
menguasai bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya,
bisa berlaku adil dan obyektif, bijaksana, merupakan
contoh-contoh yang dapat menimbulkan kewibawaan batin.
d. Adanya ketaatan terhadap norma, yaitu menunjukan bahwa
dalam tingkah lakunya dia sebagai pendukung norma yang
sungguh-sungguh, selalu menepati janji yang pernah dibuat,
disiplin dalam hal-hal yang telah digariskan.61
Lain halnya menurut Amir Daien Indrakusuma menyebutkan macam-
macam kewibawaan sebagai berikut:
1) Kewibawaan pendidikan.
2) Kewibawaan keluarga.62
c. Fungsi Kewibawaan Kepala Sekolah dalam Pendidikan
Kepala sekolah mengemban jabatan tinggi di lembaga pendidikan,
dengan jabatan tersebut kepala sekolah mempunyai tanggung jawab yang
besar terhadap sekolah yang dipimpin. Secara umum, kepala sekolah
bertanggung jawab terhadap segala aspek keberhasilan sekolah. Untuk itu,
kepala sekolah memiliki kontrak psikologis untuk menjalakan peran dan
tugas sebagaimana mestinya.
Menurut Roe dan Drake yang dikutip oleh Syafaruddin, analisis tugas
dari kepala sekolah dibagi dalam dua kategori luas, yaitu: penekanan
kepada manajemen atau administrasi, dan kegiatan yang menekankan
kepada kepemimpinan pengajaran. Adapun tugas (job) yang berkaitan
dengan manajemen atau administrasi yaitu tanggung jawab atas tugas yang
harus dilaksanakan dengan operasional yang lancar. Meliputi kegiatan
belajar mengajar, diadakan upacara setiap senin, diadakan ujian semester
dan lain sebagainya. Sedangkan, kegiatan yang menangani pengajaran
dan sumber daya untuk kelancaran proses pengajaran, melakukan program
61
Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, loc.cit., hal 58-59 62
Amir Daien Indrakusuma. Pengantar Ilmu Pendidikan. 2012. (www.blogspot.com)
42
supervisi yang berkaitan dengan kinerja guru, yang dimaksud dengan
kinerja guru yaitu performance memuaskan dan memberikan kontribusi
yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi sekolah, dan proses
pengajaran memerlukan kantor tertentu di lingkungan sekolah.63
Adapun fungsi atau kewajiban kepala sekolah menurut Roe dan Drake
yang dikutip oleh Syafaruddin yaitu:
1) Mendorong dan memotivasi staf untuk kinerja maksimal.
2) Mengembangkan staf secara realistis dan bertujuan dari
akuntabilitas pengajaran.
3) Mengembangkan kerjasama dalam menilai prosedur bagi
kelangsungan program untuk mengidentifikasi dan mengajukan
alternatif untuk perbaikan kelemahan.
4) Bekerja dengan staf dalam mengembangkan dan melaksanakan
evaluasi staf.
5) bekerja dengan staf dalam menyusun rencana untuk evaluasi dan
dan pelaporan kemajuan pelajar.
6) Menyediakan jaringan untuk keterlibatan masyarakat dalam
operasional sekolah.
7) Mendorong kajian berkelanjutan terhadap kurikulum dan inovasi
pengajaran serta memberikan pertolongan dan sumber daya
untuk memajukan sekolah.
8) menyediakan kepemimpinan untuk pelajar dalam membantu
mereka mengembangkan diri penuh tanggung jawab.
9) Membangun pusat sumber belajar dan menata penggunaannya.
10) Mengembangkan kerja sama dengan staf dalam pengembangan
keprofesionalan yang dinamis dan program pelayanan
pendidikan sendiri.64
Pada nomor satu disebutkan bahwa kepala sekolah memotivasi staf dan
kinerja maksimal. Tentunya, seorang kepala sekolah mendorong setiap staf
untuk bekerja secara prestatif, mengingat pada tugas dan peran masing-
masing staf mendukung tercapainya keberhasilan sekolah. Untuk
menjadikan sekolah yang bermutu, bukan hanya ditunjang pada aspek
integritas kepala sekolah saja. Namun, kesiapan guru dalam mendidik dan
mengemban tugas profesinya dijalankan dengan keikhlasan menjadi
pendorong mencapai kinerja yang maksimal. Kinerja menurut Castetter
63
Syafaruddin, loc.cit., hal 102-103 64
Ibid., hal 105
43
yang dikutip oleh E. Mulyasa terdapat empat kriteria kinerja, yaitu 1).
karakteristik individu, 2). proses, 3). hasil, 4). Kombinasi antara karakter
individu, proses dan hasil.65
Kinerja yang maksimal bukan semata-mata hanya berdasarkan pada
orientasi pendidik yang berhasil meningkatkan prestasi peserta didik saja.
Tetapi, diiringi dengan mengawali ketepatan dalam bekerja,
mengembangkan yang sudah ada, mengimplementasikan cara mengajar
yang baik. Tentunya, ini bermuara terhadap kedisiplinan guru dalam
kegiatan.
Ada beberapa indikator kinerja guru meliputi antara lain.
1. Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar.
2. Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.
3. Penguasaan metode dan strategi mengajar.
4. Pemberian tugas-tugas kepada peserta didik.
5. Kemampuan mengelola kelas.
6. Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.66
Kedisiplinan mengharuskan guru untuk bertindak secara tepat dalam
ketentuan yang berlaku. Misalnya, pekerjaan akan selesai jika terdapat
disiplin dalam pengerjaannya, menyusun jadwal dan melaksanakan
kegiatan dengan kerja sama dan menaati peraturan yang telah disepakati
bersama. Pekerjaan ini memang tidak mudah dilakukan tanpa ada
keikhlasan dalam mengerjakannya.
Keikhlasan yang dimaksud adalah guru mengerjakan tugas profesinya
dengan secara sukarela tanpa adanya keterpaksaan dan rasa takut terhadap
peraturan yang diberlakukan di sekolah. Ketika guru merasa tidak terpaksa
dalam melakukan beratnya pekerjaan atau tugas maka pekerjaan atau tugas
tersebut menjadi terasa ringan dan mudah.
Untuk membangkitkan rasa segan, keikhlasan, dan sukarela dibutuhkan
adanya kewibawaan kepala sekolah untuk memaksimalkan kinerja guru.
Karena, kepala sekolah adalah pimpinan guru melalui jabatan dan
65
Abdul Wahab. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual. (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media. 2011). Cet Ke-1., hal120. 66
Ibid., hal 122.
44
kekuasaan untuk mengatur guru dan staf dalam pencapaian keberhasilan
sekolah.
Tanpa adanya kewibawaan kepala sekolah, guru menganggap bahwa
pekerjaan yang diperintahkan bukanlah sesuatu yang penting, melainkan
beban pekerjaan yang dilimpahkan terhadapnya. Tentu sikap tersebut
berakibat pekerjaan yang seharusnya terselesaikan dengan baik berganti
menjadi keterpaksaan dan tidak ada kerjasama antara keduanya.
Karena pada dasarnya kewibawaan sebagai salah satu konsep
kepemimpinan menyangkut semua aspek yang berkaitan dengan
kepemimpinan seseorang atau sekelompok orang untuk memengaruhi
orang lain.67
Jika kepala sekolah tidak berpengaruh terhadap guru, staf
bahkan peserta didik. Maka, kualifikasi seorang kepala sekolah akan
dianggap nihil.
Selain itu, terdapat fungsi kewibawaan lainnya dalam pendidikan, yaitu
membawa seseorang ke arah pertumbuhan yang kemudian dengan
sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankannya juga.68
Begitu pula bagi guru, yang menganggap adanya kewibawaan yang
dipunyai kepala sekolah sehingga ia sadar atas apa yang diperintahkan
kepala sekolah dan menerima serta menjalankannya.
Guru berusaha mendidik dan mengajar peserta didik dalam kelas, guru
harus mampu menunjukkan kewibawaannya, artinya ia harus mampu
mengendalikan, mengatur, dan mengontrol kelakuan anak. Dengan
kewibawaan dapat menjalankan disiplin demi kelancaran proses belajar
mengajar. Begitu pula kepala sekolah, bukan hanya berwibawa terhadap
peserta didik namun harus berwibawa pula terhadap guru. Karena
kewibawaan menimbulkan kepatuhan yang keduanya dapat menjamin
adanya disiplin.69
Tentunya ini berkaitan kepada kualitas kepala sekolah yang
mempunyai kepemimpinan yang efektif untuk menggerakkan setiap
67
Wahjosumijdo, op.cit., hal 118 68
M. Ngalim Purwanto, loc.cit., hal 51. 69
S. Nasution. Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Cet Ke- II., hal 93.
45
bawahannya. Ada beberapa aspek dalam pencapaian mutu kepemimpinan
sehingga dapat dikatakan kepala sekolah tersebut dinyatakan bermutu.
Salah satunya, seorang pemimpin dan atau kepala sekolah harus memiliki
wibawa seperti yang dikemukakan oleh Manning dan Curtis yang dikutip
oleh Husaini Usman, ia menyebutkan terdapat sepuluh mutu dalam
kepemimpinan yaitu sebagai berikut: 1) memiliki visi, 2) mampu, 3)
bersemangat, 4) stabil, 5) perhatian pada orang lain, 6) percaya diri, 7)
kokoh, 8) daya tahan tubuh, 9) berwibawa, dan 10) integritas.70
Telah dinyatakan dimuka bahwa wibawa tersebut merupakan salah satu
indikator kepemimpinan bermutu, maka kewibawaan termasuk memiliki
peran penting dalam mencapai kualitas kepala sekolah. Artinya, kepala
sekolah mampu menggerakkan bawahannya untuk mencapai pendidikan
yang berkualitas dengan adanya kewibawaan.
Jadi, kewibawaan kepala sekolah menjadi peran penting bagi
keberhasilan sekolah untuk itu dapat ditinjau dari kompetensi yang dimiliki
oleh kepala sekolah tersebut. Untuk itu, agar dapat dilakukan penelitian
Penulis merumuskan indikator kewibawaan kepala sekolah dengan
beberapa pendapat para ahli yaitu:
Menurut Kartini Kartono kewibawaan berasal dari kata-kata “kawi”
dan “bhawa”. Kawi itu berarti kuasa, kekuasaan yang lebih kuat,
kelebihan. Sedangkan bhawa berarti kekuasaan, keutamaan,
kelebihan, keunggulan. Jadi, kewibawaan berarti kelebihan,
keunggulan, keutamaan, sehingga dengannya seseorang mampu
“ambawani” ; yaitu mampu mengatur, membawa, memimpin,
memerintah, dan mendidik pribadi lain.71
Kewibawaan dapat timbul karena adanya keistimewaan yang dimiliki
seseorang. Seperti pendapat Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati yaitu:
Kewibawaan seseorang yang mempunyai kelebihan atau keunggulan
di bidang tertentu. Di antara kelebihan yang dapat menimbulkan
kewibawaan seseorang ialah:
70
Husaini Usman, loc.cit., hal 377 71
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosydakarya, 2009), Cet. Ke-19, hal 48
46
a. Kelebihan di bidang ilmu pengetahuan, baik umum maupun
agama.
b. Kelebihan di bidang pengalaman, baik pengalaman hidup
maupun pekerjaan.
c. Kelebihan di bidang kepribadian, baik di bidang akhlak
maupun sosial.
d. Kelebihan di bidang harta baik harta tetap maupun harta
berpindah-pindah.
e. Kelebihan di bidang keturunan yang mewarisi charisma
leluhurnya.72
Menurut Karl D. Jackson memberikan definisi mengenai kewibawaan,
adalah suatu jenis kekuasaan. Kekuasaan diterjemahkan secara perilaku
sebagai interaksi antara pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok di mana
pada saat tertentu pelaku mengubah dan memengaruhi perilaku orang
lain.73
Sedangkan pengertian kepala sekolah menurut Wahjosumijdo adalah
seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu
sekolah di mana di selenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di
mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang
menerima pelajaran.74
Kewajiban utama kepala sekolah menurut Roe dan Drake yang dikutip
oleh Syafaruddin, yaitu:
a. Memelihara secara baik rekor sekolah bagi semua bidang.
b. Mempersiapkan laporan bagi semua kantor pusat (Dinas
Pendidikan) dan lembaga lain.
c. Pengembangan anggaran dan pengawasannya.
d. Administrasi personil.
e. Disiplin pelajar.
f. Menyusun jadwal dan memelihara pelaksanakan kegiatan.
g. Mengembangkan administrasi.
h. Administrasi penyediaan sumberdaya.
i. Data murid.
j. Memantau program dan proses pengajaran sebagaimana diatur oleh
kantor pusat (Dinas Pendidikan).
72
Kartini Kartono. Op.cit., hal 183 73
Karl D. Jackson. Op.Cit., hal 201. 74
Wahjosumijdo. Op.Cit., hal 20
47
k. Komunikasi kepada pelajar, staf dan warga sekolah sebagai juru
bicara bagi kantor pusat (Dinas Pendidikan).75
Dari ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa kawibawaan kepala
sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam memengaruhi guru
berdasarkan kelebihan dan keistimewaan yang dimilikinya, sehingga guru
menerima, tunduk, dan patuh terhadap perintahnya tanpa ketidakpaksaan
untuk menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.
Berdasarkan beberapa penggabungan dari teori-teori di atas dapat
diambil indikator kewibawaan kepala sekolah ada lima kriteria yaitu
melakukan pengawasan terhadap kinerja guru, memberi alasan dan
teguran ketika terdapat penyimpangan, memiliki daya memengaruhi
kepada orang lain, bersikap jujur, tegas dan disegani, memiliki
pembawaan komunikasi yang baik dengan orang lain.
B. KERANGKA BERPIKIR
Sekolah unggulan menuntut disiplin yang sangat tinggi, ini disebabkan
adanya beberapa faktor, antara lain: Pertama, tingkat kompensasi yang tinggi
memacu kesadaran diri warga sekolah untuk berdisiplin tinggi. Kedua, pribadi
masing-masing warga sekolah yang telah terbiasa berperilaku disiplin. Ketiga,
peraturan dan hukuman (sanksi) yang ekstrim diterapkan di sekolah tersebut.
Keempat, adanya kepemimpinan yang kuat dalam mengelola staf sekolah tersebut.
Kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemimpinan kepala sekolah yang
mampu memobilisasi segala tugas dan peran sebagai pemimpin bagi guru, staf,
dan peserta didik. Kemampuan memobilisasi tersebut memberikan kontribusi
positif bagi kerjasama antar guru dan kepala sekolah, sehingga setiap tugas yang
diberikan oleh kepala sekolah kepada guru dapat dilaksanakan dengan baik.
Kepemimipinan kepala sekolah ini dapat ditunjang dengan kewibawaan atau
yang dikenal sebagai karismatik terhadap bawahan yang memberikan kerjasama
yang kuat, karena dalam pendekatan kewibawaan seorang pemimpin memiliki
75
Syafaruddin. Op.Cit., hal 103
48
kepribadian yang kuat, sehingga setiap ucapan-ucapan kepala sekolah akan mudah
diperhatikan oleh guru-guru dan disiplin guru akan mudah pula dapat
dilaksanakan di sekolah.
Kewibawaan kepala sekolah adalah daya memengaruhi kepala sekolah
kepada guru-guru untuk melaksanakan tugas tanpa keterpaksaan dan rasa takut
dalam arti guru tersebut menerima, tunduk, patuh, dan menghormati terhadap
kehendak kepala sekolah secara sukarela.
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Peneliti memandang perlu adanya untuk memberikan gambaran tentang
dugaan serta jawaban sementara dan cara-cara memecahkan permasalahan yang
ada pada penelitian ini. Dugaan sementara ini berdasarkan pada teori-teori yang
telah dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis Nihil (Ho), tidak adanya hubungan yang signifikan antara
kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin guru.
b. Hipotesis Alternatif (Ha), adanya hubungan yang signifikan antara
kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin guru.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Triguna Utama yang beralamat di Jl. Ir. H
Juanda Ciputat Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dimulai dari bulan
April sampai dengan bulan Oktober 2012. Berikut jadwal kegiatan penelitian di
sekolah tersebut:
Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian di SMK Triguna Utama
Tanggal Kegiatan
16 April 2012
Izin penelitian di SMK Triguna Utama
Mengumpulkan data-data sekolah yang terkait
dengan penelitian
3 Oktober 2012 Uji coba instrumen penelitian (angket)
24 Oktober 2012 Menyebarkan angket yang sudah diuji ke populasi
penelitian
46
B. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode penelitian korelasional.
Artinya, penelitian ini dilakukan untuk menentukan atau memperjelas
hubungan antara dua variabel yaitu; kewibawaan kepala sekolah (variabel X), dan
disiplin guru (sebagai variabel Y).
C. Populasi dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Triguna Utama, baik
laki-laki maupun perempuan yang tercatat secara administrasif dan pendidikan
tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 36 orang.
Dengan demikian, menurut Suharsimi Arikunto apabila subjeknya kurang
dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian
populasi.1 Maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, sehingga
penelitian ini termasuk dalam penelitian populasi (sensus) atau disebut juga
sebagai sampel jenuh.
D. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam pengumpulan data, Penulis menggunakan pedoman angket untuk
guru dalam bentuk skala likert dan pedoman wawancara untuk kepala sekolah.
Adapun untuk mendapatkan data-data tersebut Penulis menempuh dengan dua,
yaitu:
1. Angket yaitu penyebaran daftar pernyataan kepada guru untuk mengukur
tingkat kewibawaan kepala sekolah dan disiplin guru. Pernyataan tersebut diisi
secara tertutup, artinya guru mengisi 70 daftar pernyataan dengan rentang nilai
yang telah disediakan yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.
Pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu pernyataan
positif dan pernyataan negatif.
1Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekata Praktik. (Jakarta: PT Asdi
Mahasatya. 2006) cet Ke-13, hal 134
47
2. Dokumen yaitu proses pengumpulan data atau informasi mengenai
kedisiplinan di SMK Triguna Utama. Data ini untuk melengkapi angket yang
berisi tentang gambaran tata tertib yang jalankan sebagai disiplin kerja guru
di sekolah tersebut. Untuk mempermudah penjelasan di atas dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.2
Teknik Pengumpulan Data untuk setiap Variabel
No. Variabel Teknik
Pengumpulan Data Model Skala Rentang Skor
Sumber
Data
1. X Angket Likert 1-4 Guru
2. Y Angket Likert 1-4 Guru
E. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.2 Berdasarkan definisi tersebut suatu
instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Untuk membuat
instrumen penelitian ini terlebih dahulu membuat matriks variabel agar diketahui
indikator-indikator apa saja yang menjadi instrumen yang sesuai dengan variabel
pada penelitian ini. Matriks variabel ini didapat melalui studi penulis mengenai
uraian teori-teori yang telah dikemukakan di bab sebelumnya, sehingga penulis
dapat menentukan dimensi variabel dan indikator-indikator variabel yang
dijadikan sebagai instrumen penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
yang diteliti yaitu, kewibawaan kepala sekolah (X) dan disiplin guru (Y), yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Variabel Kewibawaan Kepala Sekolah (X).
a. Definisi Konseptual.
Kewibawaan Kepala Sekolah adalah kemampuan kepala sekolah
dalam memengaruhi guru berdasarkan kelebihan dan keistimewaan
2 Trianto.. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010). Cet, 1., hal 263
48
yang dimilikinya, sehingga guru menerima, tunduk, dan patuh
terhadap perintahnya tanpa ketidakpaksaan untuk menjalankan tugas
yang diberikan kepadanya.
b. Definisi Operasional.
Secara operasional Kewibawaan Kepala Sekolah (X) adalah skor yang
diperoleh dari angket yang diisi oleh guru memuat dimensi-dimensi,
yaitu: 1) Melakukan pengawasan terhadap kinerja guru. 2) Memberi
alasan dan teguran ketika terdapat penyimpangan. 3) Memiliki daya
memengaruhi kepada orang lain. 4) Bersikap jujur, tegas dan di segani
oleh orang lain. 5) Memiliki pembawaan komunikasi yang baik kepada
orang lain.
c. Kisi-kisi Instrumen Penelitian.
Berikut ini terdapat bagan matriks variabel kewibawaan kepala
sekolah (X) yaitu:
Tabel. 3.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Kewibawaan Kepala Sekolah (X)
No Variabel Dimensi Indikator Butir Soal
1.
Kewibawaan
Kepala
Sekolah
1. Melakukan
pengawasan terhadap
kinerja guru.
a. Melakukan tindakan
pengawasan terhadap
kemampuan
merencanakan
pembelajaran.
b. Melakukan tindakan
pengawasan terhadap
kemampuan
melaksanakan
pembelajaran.
c. Melakukan tindakan
pengawasan terhadap
1,2,3,
4,5,
49
kemampuan
mengevaluasi
pembelajaran.
2. Memberi alasan dan
teguran ketika
terdapat
penyimpangan.
a. Mengekspresikan
sikap teguran yang
tepat ketika terdapat
penyimpangan.
b. Memberikan alasan
yang benar ketika
terdapat kesalahan.
6,7,8,9,14
3. Memiliki daya
memengaruhi
kepada orang lain.
a. Memerintah dan
melarang secara
tepat setiap tindakan
yang dilakukan
seseorang.
b. Menampilkan
integritas yang
dimiliki diri sendiri.
10,11,18,
25,29,
4. Bersikap jujur, tegas
dan di segani oleh
orang lain.
a. Menunjukkan
keselarasan antara
perkataan dan
perbuatan.
b. Menampilkan sikap
tegas terhadap suatu
permasalahan.
c. Menampilkan sikap
patut di segani di
lingkungan sekolah.
13,17,18,
12,19,15,16,
20,21,22,
26,27,
28,30.
5. Memiliki
pembawaan
a. Menggunakan
bahasa dan gaya
31,32,24
50
komunikasi yang
baik kepada orang
lain.
bicara yang baik dan
sopan.
b. Berperilaku terpuji
dalam pergaulan.
c. Memimpin rapat
dengan baik.
Berdasarkan hasil uji validitas dari 41 butir pernyataan, dinyatakan
valid sebanyak 32 butir dan yang drop sebanyak 8 butir. Sedangkan, dari
perhitungan uji reliabilitas diketahui rhitung sebesar 0.949 lebih besar dari
rtabel yang sebesar 0.514. maka, angket dinyatakan reliabel.
2. Variabel Disiplin Kerja Guru (Y).
a. Definisi Konseptual.
Disiplin Kerja guru adalah ketaatan guru dalam menjalankan peraturan
dengan merasa sadar atas tindakan yang dilakukan serta dapat
mengendalikan diri secara tidak emosional atas peraturan di mana guru
itu berada.
b. Definisi Operasional.
Secara operasional variabel Disiplin Kerja Guru (Y) adalah skor yang
diperoleh dari mengisi angket yang diisi oleh guru memuat dimensi-
dimensi, yaitu : 1) Disiplin dalam menggunakan waktu yang
ditentukan. 2) Disiplin dalam mengelola kelas dengan baik. 3) Disiplin
dalam bersikap bijaksana terhadap siswa. 4) Disiplin dalam memenuhi
beban tugas mengajar. 5) Disiplin dalam sikap dan tingkah laku yang
baik.
51
c. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel (Y).
Berikut ini terdapat bagan matriks variabel disiplin kerja guru (Y)
yaitu:
Tabel. 3.4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Disiplin Kerja Guru (Y)
No Variabel Dimensi Indikator Butir Soal
1.
Disiplin
Kerja
Guru
1. Disiplin dalam
menggunakan
waktu yang
ditentukan.
a. Melaksanakan
pembelajaran
sesuai dengan
waktu yang
ditentukan.
b. Melaksanakan
kegiatan
administratif sesuai
jadwal.
c. Mengisi daftar
hadir sesuai dengan
kedatangan secara
real.
1,2,3,4,
8,9,10,
12,13,
2. Disiplin dalam
mengelola kelas.
a. Mengkondisikan
siswa dengan baik.
b. Menyediakan alat
belajar yang
bervariasi dalam
pembelajaran.
c. Menggunakan
strategi
pembelajaran dalam
pembelajaran.
5,6,7,16,17,
11,18,20,33,
21,14,15,
24,29,37
52
d. Menyediakan
program penilaian
untuk kemampuan
semua siswa
3. Disiplin dalam
bersikap bijaksana
terhadap siswa.
a. Menunjukkan sikap
menghormati
dalam perbedaan
daya serap siswa.
b. Menunjukkan sikap
menghargai dalam
permasalahan yang
dihadapi siswa.
25,26,27,
28,
4. Disiplin dalam
memenuhi beban
tugas mengajar.
a. Mentuntaskan
beban mata
pelajaran dalam
setiap semester.
b. Mengidentifikasi
hasil beban mata
pelajaran setiap
semester.
30,31,32,
33,38
5. Disiplin dalam
sikap dan tingkah
laku.
a. Mengidentifikasi
pakaian yang
sopan, rapi dan
bersih.
b. Memberikan
contoh teladan
kepada siswa.
c. Mematuhi kode etik
sebagai seorang
guru.
22,23,34,35
19,36,
53
Berdasarkan hasil uji validitas dari 41 butir pernyataan, dinyatakan valid
sebanyak 25 butir dan yang drop sebanyak 16 butir. Diketahui bahwa angket yang
valid belum mewakili indikator disiplin kerja guru, maka Penulis membuat
kembali untuk dapat disebar sebagai angket penelitian. Sedangkan, dari
perhitungan uji reliabilitas diketahui rhitung sebesar 0.938 lebih besar dari rtabel
sebesar 0.514. maka, angket dinyatakan reliabel.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Uji validitas instrumen adalah untuk mengetahui kesahihan instrumen,
dalam hal ini penulis menggunakan validitas konstruk yang mana
insrumen tersebut sudah sesuai dengan aspek yang akan diukur. Ini
dimaksudkan mengembangkan indikator-indikator kewibawaan kepala
sekolah dan disiplin guru. Penyusunan instrumen ini dengan menggunakan
kisi-kisi mengenai variabel penelitian yang akan melahirkan beberapa
dimensi dan indikator, sehingga dapat ditentukan butir-butir soal yang
dapat mewakili pengukuran indikator variabel tersebut. Pengujian validitas
menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
xy
2. Reliabilitas instrumen untuk mengetahui tingkat keajegan dari instrumen.
Ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha. Langkah-langkah
perhitungan reliabilitas instrumen kedua variabel adalah sebagai berikut:
1. Membuat lembar kerja berdasarkan skor butir yang diperoleh.
2. Menghitung varians tiap butir dengan menggunakan rumus:
∑X2 – (∑X)2
σ2b =
N
N – 1
2222
Y
YnXXn
YXXYnr
54
3. Menghitung varians total dengan rumus:
∑Y2 – (∑Y)2
σ2t =
N
N – 1
4. Menghitung reliabilitas dengan rumus:
r11 = k 1 σ b 2
k1 σ t 2
dengan keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
σ b 2
: jumlah varians butir
σ t 2 : varians total
G. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari skor tiap instrumen dan wawancara digunakan
sebagai teori yang dijadikan pedoman oleh penulis untuk melakukan penelitian
lapangan. Adapun data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya
diolah dan dianalisa untuk mengungkapkan pokok masalah yang diteliti, sehingga
dapat diperoleh kesimpulan dalam menganalisa hasil penelitian berupa “Korelasi
antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru”, digunakan analisa
kuantitatif yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka,
dengan cara menjumlahkan, mengklasifikasi, mentabulasikan, dan selanjutnya
dilakukan perhitungan dengan menggunakan data statistik. Dalam pengelolaan
data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Editing, yaitu kegiatan yang dilaksanakan setelah penulis selesai
menghimpun data di lapangan. Penulis memeriksa kelengkapan dan
pengisian angket atau kuesioner yang berhasil dikumpulkan.
55
2. Coding, yaitu data yang telah diedit diberi identitas sehingga memiliki arti
tertentu pada saat dianalisis.
3. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai
berikut: dalam skala ini terdapat empat kategori jawaban, yaitu Selalu
(SL), Sering (SR), Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP). Item-
item diberi skor berdasarkan jawaban yang dipilih dan jenis pernyataan
positif dan negatif untuk pernyataan positif penulis memberikan skor nilai
4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2 untuk jawaban kadang-
kadang, dan 1 untuk jawaban tidak pernah. Adapun untuk pernyataan
negatif penskoran bergerak sebaliknya. (berlaku untuk variabel X dan
Y).
4. Tabulating, yaitu memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur
angka-angka serta menghitungnya. Penulis menggunakan tabel data untuk
mendeskripsikan data sehingga memudahkan penulis dalam memahami
struktur dari sebuah data.
H. Teknik Analisa Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data dengan Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalat
taksiran dilakukan dengan uji Lilliefors. Hipotesis statistik dalam uji
normalitas adalah:
Ho : populasi galat taksiran berdistribusi normal
Ha : populasi galat taksiran tidak berdistribusi normal
Dengan uji Lillifors, untuk menerima atau menolak hipotesis nol,
dibandingkan dengan Lo atau L hitung dengan nilai kritis L tabel untuk taraf nyata
yang dipilih, kriterianya adalah:
Ho diterima jika L hitung ≤ Ltabel
Ha diterima jika Lhitung ˃ L tabel
56
2. Pengujian Hipotesis
Kemudian untuk mengetahui bagaimana korelasi kewibawaan kepala
sekolah (variabel X) dengan disiplin guru (variabel Y), peneliti menggunakan
rumus product moment dari Carl Pearson sebagai teknik pengujian hipotesis.
Cara operasional data dilakukan melalui tahap sebagai berikut:
a. Mencari angka korelasi dengan rumus:
xy
Keterangan:
xyr = Angka indeks korelasi “r” product moment
XY = Mean dari hasil pemakaian antara skor variabel X skor variabel
Y
N = number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
X2 = Jumlah seluruh skor X
Y2
= Jumlah seluruh skor
b. Memberikan interpretasi terhadap (xy
r ) yaitu:
1) Memberikan interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil
perhitungan dengan indeks korelasi “r” product moment seperti di
bawah ini:
Tabel. 3.5
Indeks Korelasi Product Moment
Besarnya “r” Product
Moment (r )
Interpretasi
0,00-0,20 Antara variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi, akan tetapi
korelasi itu sangat lemah atau sangat
rendah sehingga korelasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y).
2222
Y
YnXXn
YXXYnr
57
0,20-0,40 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang lemah atau
rendah.
0,40-0,70 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sedang.
0,70-0,90 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang tinggi.
0,90-100 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sangat tinggi.
2) Interpretasi terhadap indeks korelasi product moment dengan
berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment. Apabila cara ini
akan ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai
berikut:
a) Merumuskan Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nol (Ho).
b) Menguji kebenaran dan hipotesa yang telah dirumuskan dengan
jalan membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r”
yang tercantum dalam tabel (r) pada taraf signifikansi 5 % namun
terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau Degrees or
Freedomnya (df).
Rumusnya : df = N-nr
Keterangan:
DF : Degree of Freedom (derajat bebas)
N : Jumlah subjek penelitian (sampel)
Nr : Jumlah variabel
Karena jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 36, maka df
nya adalah (36 – 2 = 34), jika r hitung > dari r tabel maka korelasi dianggap
signifikan atau Ho ditolak dan Ha diterima, namun jika hasil r hitung < dari r
tabel maka korelasi tidak signifikan atau Ho diterima Ha ditolak.
Setelah memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana maupun
dengan menggunakan nilai rtabel. Langkah selanjutnya yakni mencari
58
beberapa kontribusi yang diberikan variabel X dan variabel Y, dalam hal
ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r2 X 100%
Keterangan :
KD : Kontribusi variabel X terhadap variabel Y.
r2 : Koefisien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y.
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Triguna Utama
1. Profil SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang
Lokasi SMK Triguna Utama berada di jalan Ir. H. Djuanda Ciputat
Tangerang dengan bantuan masyarakat dan swadaya murni, SMK Triguna
Utama dibangun di atas lahan seluas 2800 m2 dengan luas bangunan sebesar
1291 m2.
SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang adalah sekolah menengah
kejuruan yang memakai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran), ini
dikarenakan pemerintah telah menetapkan KTSP di Indonesia, jadi SMK
Triguna Utama Ciputat Tangerang memakai kurikulum tersebut. Disesuaikan
dengan tuntutan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri pada saat ini. Ada
lima jurusan yang dibuka, yaitu jurusan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik,
Teknik Mekanik Otomotif, Teknik Mekanik Industri, Administrasi
Perkantoran dan Akuntansi.
SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang merupakan sekolah kejuruan
yang mempunyai sistem pendidikan yang berbeda dengan sekolah-sekolah
lain yang ada disekitarnya, hal ini dikarenakan SMK Triguna Utama Ciputat
60
Tangerang adalah sekolah kejuruan dalam bidang teknologi dan industri. Yang
mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil
dalam bidang teknologi dan industri yang pada saat itu sangat dibutuhkan oleh
dunia usaha dan usaha industri.
Karena SMK Triguna Utama itu mempunyai arti tiga manfaat, yaitu:
manfaat pertama untuk diri sendiri, yang kedua manfaat untuk Agama, dan
yang ketiga manfaat untuk bangsa. Adapun prestasi yang telah diraih sekolah
Triguna Utama Ciputat Tangerang adalah:1
a) Juara 1 lomba pidato bahasa Inggris
b) Juara 1 basket, volly tingkat provinsi
c) Juara 1 futsal SEJABODETABEK
d) Juara 3 sepak bola sejak-sel dan tangerang
e) Juara 3 debat bahasa Inggris
f) Masuk 9 besar tingkat provinsi LKC tingkat provinsi
g) Juara 1 LKS tingkat Kabupaten
h) Juara 1 LKS tingkat provinsi
i) Juara 1 putra/i lomba PBB HUT RI tingkat kabupaten
2. Visi, Misi dan Strategi SMK Triguna Utama
1) VISI SMK Triguna Utama :
“Menghasilkan tenaga menengah yang terampil, unggul dan berakhlak
mulia dalam era globalisasi yang penuh kompetitif.”
2) Misi SMK Triguna Utama :
a) Mendidik dan melatih siswa menjadi tenaga terampil yang siap
bersaing
b) Memiliki kemampuan yang unggul dalam persaingan pasar.
c) Menjadikan sekolah sebagai kebanggan masyarakat.
d) Menjadikan lingkungan sekolahcermin dunia usaha dan industri.
1 Wawancara kepada kepala SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang pada tanggal 24
Oktober 2012
61
e) Berbudi luhur, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha
Esa.
3) Strategi SMK Triguna Utama :
Untuk merealisasikan Visi dan Misi diatas, SMK Triguna Utama
menerapkan strategi sebagai berikut :
a) Menciptakan situasi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME
b) Pemantapan Komitmen dan Budaya Manajemen By Fact
c) Penerapan organisasi pembelajaran
d) Kontrol Proses (Audit Mutu)
e) Pengembangan dan Peningkatan SDM dan Sumber Daya
Pendidikan
f) Sederhana dalam Proses.
3. Keadaan guru SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang
Guru merupakan faktor penting dalam suatu lembaga pendidikan karena
figur guru baik dalam bidang ruang geraknya maupun aktivitasnya selalu
diperhatikan oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu
faktor yang dapat menunjang keberhasilan program pendidikan.
Jumlah guru di sekolah SMK Triguna Utama terdapat 36 orang.
Terdapat beberapa guru yang berhasil meneruskan jenjang pendidikannya
sampai kepada jenjang yang lebih tinggi lagi. Data ini diperlukan unutk
mengetahui keadaan guru dari segi latar belakang pendidikan sampai dengan
bidang keahlian mengajar mata pelajaran. Berikut data-data guru yang
mengenai guru-guru SMK Triguna Utama.
62
Tabel 4.1
Keadaan guru SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang
No. N A M A Tugas / Jabatan
Ijazah dan Tahun
Keahlian/ Mengajar
Mata Pelajaran
1 2 15 7
1 Winarno,S.Pd. Kepala Sekolah S1 Pendidikan Teknik Otomotif IKIP Padang Tahun 1994
Kelistrik./Chasis, Power Train 2
2 Syamsu Rizal, S.Pd, MM.
Wakasek Bidang Kurikulum
S1 Teknik Elektro IKIP Padang Tahun 1993
PDTLE 1 , RPD, PLC, Perlis,
3 Choirudin,S.Pd. Wakasek Bidang Kesiswaan
S1 Pendidikan Ekonomi (PDU / Administrasi Perkantoran) STKIP Jakarta Tahun 1999
Kewirausahaan
4 Ir. Ferial Gunawan
Wakil Kepala Program Mesin dan Otomotif
S1 Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Jakarta Tahun 1995
PPMI, Permesinan
5 Drs. Mardias Wakasek bidang pengendali mutu
S1 Pendidikan Teknik Mesin IKIP Padang Tahun 1992
Injeksi Diesel, Engine
6 Nirachmat,S.Pd Guru S1 Pendidikan Teknik Mesin IKIP Yogyakarta Tahun 1994
Pneumatik & Hidrolik, PDTM
7 Drs. Bambang Tri Agus Guru S1. Teknik Elektro IKIP Padang Tahun
1991 Instalasi Listrik Industri
8 Ahyadi, S.Pd. Guru UNJ Rawamangun, Teknik Mesin Pendingin, Power Train
9 Budi Utomo,S.Ag.M.Pd.
Guru S1 PAI Universitas Setyagama Jakarta Tahun 2000 Fisika
10 Drajad Sapto Wahono Guru D3 Pendidikan Jasmani IKIP Jakarta
Tahun 1990 Penjaskes
11 Duma Morita N,S.Pd. Guru
S1 Pend. Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2003
Bahasa Inggris
12 Dede Sumarna,SPd. Guru S1 Teknik Mesin Universitas Trisakti
Tahun 2000 Komputer
13 Drs. Dwi Rohmei Gunawan
Guru S1 IKIP Yogyakarta Pendidikan Matematika Tahun 1981 Matematika,
14 Devitri Andri,S.Pd. Guru S1 Bahasa Inggris UIN Syahid Jakarta
Tahun 2004 Bahasa Inggris (Lab)
15 Elibahtra Sitepu,BA.
Guru - Pembina Osis
D3 Pendidikan Kimia IKIP Medan Tahun 1990 Kimia
16 Ir. Eriyon Levino,MM. Guru
S1 Informatika Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Tahun 1988
Matematika
17 Holid,S.Pd. Guru S1 Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya Tahun 2001
Kelistrikan Body / Kel. Otomotif
63
18 Hamdan,A.Md. Guru D3 Politeknik TEDC Bandung Tahun 2005
Pendingin, Power Train 1, Kemudi Suspensi
19 Drs. Hartono SW. Guru S1 Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan IKIP Jakarta Taun 1988 Gambar Teknik Mesin
20 Haryono,B.Sc. Guru D3 Las & Fabrikasi Logam Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung Tahun 1985
Fabrikasi Logam
21 Ismanto,S.Pd. Guru S1 Teknik Elektro Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa Yogyakarta Tahun 1998
PDTLE 2, Panel, PKK, Tekpen
22 Kardiman MDJ,S.Pd. Guru S1 Pendidikan Sejarah STKIP PGRI
Jakarta Tahun 1989
Pend. Kewarganegaraan (PKN)
23 Koko Supardi,S.Pd. Guru
S1 Pendidikan Bahasa & Seni Universitas Muhammadiyah Prof. DR HAMKA Tahun 2000
Bahasa Indonesia
24 Mahfudzi,S.Ag. Guru S1 Pendidikan Agama Islam Institut PTIQ Jakarta Tahun 2002
Pendidikan Agama Islam
25 Pardjono Guru PGSMTP Olahraga & Kesehatan Negeri 1 Jakarta Tahun 1986 Penjaskes
26 Drs. Robani AR. Guru
S1 Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1992
Pend. Agama Islam, Al Qur'an
27 Siti Rubiyatin,BA. Guru D3 Bahasa & Sastra Indonesia IKIP
Bandung Tahun 1979 Bahasa Indonesia
28 Drs. Sofyan Azwary,MA. Guru S1 Pendidikan MIFA STKIP PGRI
Jakarta Tahun 2000 Matematika
29 Sumiati,S.Pd. Guru S1 Pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah. Prof. DR.HAMKA Tahun 2003
Pend. Kewarganegaraan (PKN)
30 Sumiyati S.Pd,Si. Guru S1 Pendidikan Saint MIPA Universitas
Negeri Yogyakarta Tahun 2005 Kimia
31 Syamsu,S.Pd. Kepala Program Listrik
S1 Pendidikan Teknik Elektro IKIP Ujung Pandang Tahun 1993
ILB, PDTR. Inst. Listrik
32 Desminanto, S.Pd. Guru S1 IKIP Jogjakarta , Pendidikan
Teknik Otomotif Engine
33 Wilson Simanjuntak,B.Sc.
Guru D3 Teknik Mesin Univ. Proklamasi Yogyakarta Tahun 1977
Maintenance, PDTM
34 Abdul Latif, S.Pd. Guru S1 FMIPA Matematika Terpadu, Univ.
As-Syafi’ah Jakarta Matematika
35 Didit Sutanto, S.Si Guru S1 FMIPA Matematika Fisika
36 Sajiko, S.Pd Guru
S1 Bhs.
Indonesia
64
4. Tata Tertib Guru Di SMK Triguna Utama
Tata tertib merupakan sederetan peraturan-peraturan yang harus ditaati
dalam situasi atau dalam suatu tata kehidupan tertentu. Tata tertib sekolah
disusun dalam proses penegakan disiplin guru di sekolah, dengan harapan
dapat tercapainya proses belajar mengajar yang baik sehingga keadaan
pembelajaran di sekolah dapat dikondisikan.
Tata tertib yang sudah disusun oleh pihak sekolah terdiri dari kewajiban-
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh guru SMK Triguna Utama yang
meliputi dalam disiplin beribadah, guru wajib melaksanakan ajaran agama,
terutama di sekolah seperti Shalat zhuhur berjamaah, Shalat Dhuha, Tadarus
sebelum jam pelajaran di mulai, dan gerakan Amal Jum’at.
Tata tertib di SMK Triguna meliputi empat bagian yaitu tata tertib
kehadiran guru, tata tertib berpakaian, tata tertib dalam bertata karma, dan tata
tertib kegiatan belajar mengajar. Adapun tata tertib guru dalam kehadiran
adalah :
a. Guru hadir di sekolah pada setiap hari kerja paling lambat 10 (sepuluh)
menit sebelum jam belajar dimulai.
b. Guru wajib mengisi daftar hadir/presensi pada setiap hari kerja.
c. Guru wajib mengikuti upacara bendera pada setiap hari senin dan hari-
hari besar lainnya.
d. Guru yang berhalangan hadir karena alasan penting harus mengirim
surat kepada kepala sekolah.
e. Guru yang berhalangan hadir karena sakit lebih dari tiga hari kerja
harus mengirim surat yang dilengkapi dengan surat keterangan dokter.
Dalam tata tertib berpakaian juga diatur, setiap hari kerja guru harus
mengenakan pakaian harian yang disertai label nama. Adapun ketentuan
mengenai pakaian diatur sesuai dengan ketetapan yang ada, yaitu:
65
No. Hari Baju
1.
2.
3.
4.
5.
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Hijau muda
coklat
Bebas
Batik
Laki2: Koko Putih
perempuan: Baju muslimah
Jilbab putih (kerudung)
Tata tertib bertata karma juga berada dalam ketentuan sekolah, di
dalamnya memuat cara bersikap dan bergaul yang baik dalam sehari-hari.
Kesopanan dalam uacapan termasuk tata karma. Berikut tata tertib tata karma
guru di SMK Triguna Utama:
a. Guru harus dapat membudayakan ucapan salam apabila bertemu
sesama guru atau siapa saja yang patut dihormati.
b. Dalam pergaulan sehari-hari setiap guru hendaklah bertata krama yang
baik dengan mengucapkan kalimat thoyibah sebagai ciri umat
beragama.
c. Guru harus bisa menjadi teladan yang baik terutama bagi peserta didik
sebagai anak didiknya.
d. Guru wajib mematuhi kebijakan-kebijakan sekolah yang telah
disepakati dan diketahui bersama: hadir sepuluh menit sebelum KBM
berlangsung, tidak meninggalkan kelas sebelum menyerahkan tugas,
dan lain-lain.
e. Guru wajib/berhak menegur peserta didik yang terlambat, berpakaian
seronoh, memakai aksesoris yang berlebihan dan berambut panjang
(bagi siswa putra)
Adapun tata tertib dalam kegiatan belajar mengajar diatur pula, diharapakn
dengan adanya tata tertib ini akan mengatur ketertiban pembelajaran di
sekolah, untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh guru
dan peserta didik, berikut tata tertib kegiatan belajar mengajar SMK Triguna
adalah :
66
a. Menyusun dan melaksanakan program pengajaran secara efektif
sesuai dengan RP dan RPP yang dibuat.
b. Guru harus berada di kelas tepat pada waktunya.
c. Guru yang mengajar pada jam pertama. Waktu bel persiapan
hendaknya sudah berjalan menuju kelas masing-masing.
d. KBM di usahakan tepat pada waktunya baik pada waktu masuk
maupun keluar.
e. Sebelum dan sesudah KBM berlangsung guru menerima ucapan salam
dan diakhiri dengan doa bersama.
f. Setiap melaksanakan KBM harus membawa administrasi guru ke
dalam kelas.
g. Setiap melaksanakan KBM harus tepat pada waktunya.
h. Mengusahakan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan.
i. Membina peserta didik untuk bertindak sopan.
j. Tidak dibenarkan menerima tamu di dalam kelas
k. Guru yang berhalangan hadir karena alasan penting atau sakit lebih
dari 3 hari kerja harus mengirim surat/keterangan dokter.
B. Deskripsi Data
Penelitian yang dilakukan di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang,
bertujuan untuk melihat secara umum mengenai korelasi kewibawaan kepala
sekolah dengan disiplin kerja guru.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui
angket, angket yang disebarkan berjumlah 70 butir soal yang valid dan disebarkan
kepada seluruh guru SMK Triguna Utama yang berjumlah 36. Angket terdiri dari
32 butir soal untuk variabel X (kewibawaan kepala sekolah) dan 38 butir soal
untuk variabel Y (disiplin kerja guru). Untuk deskripsi data setiap variabel dapat
dilihat pada uraian sebagai berikut:
1. Data Kewibawaan Kepala Sekolah (Variabel X)
Kewibawaan kepala sekolah merupakan variabel independen atau
dikenal dengan variabel X. Data kewibawaan kepala sekolah yang
67
diperoleh dari pengisian angket oleh responden sebanyak 36 guru dapat
diungkap dalam tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Skoring Angket Kewibawaan Kepala Sekolah
No
Responden
Jumlah Skoring Angket
Kewibawaan Kepala Sekolah
1 61
2 109
3 92
4 84
5 103
6 73
7 92
8 103
9 98
10 92
11 94
12 86
13 94
14 98
15 83
16 83
17 114
18 100
19 110
20 89
21 116
22 89
68
23 93
24 98
25 106
26 72
27 89
28 72
29 65
30 96
31 70
32 73
33 68
34 88
35 86
36 116
3249
Berdasarkan data dengan indikator kewibawaan kepala sekolah yang
diteliti dengan kuesioner yang terdiri dari 32 item pernyataan mengenai
kewibawaan kepala sekolah diperoleh skor tertinggi 116 dan terendah 61,
dengan rata-rata 90.41 dan simpangan baku (standar deviasi) 14.58 dari
jumlah responden sebanyak 36 orang.
Distribusi frekuensi data kewibawaan kepala sekolah dapat dilihat pada
Tabel Distribusi kewibawaan kepala sekolah, di mana rentang skor adalah
55 dengan banyak kelas interval 7 dan panjang kelas adalah 8. Nilai
interval kelas dari 61-116, dengan frekuensi absolut 36 dan relatif 100%.
69
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi
Hasil Angket Kewibawaan Kepala Sekolah
No Interval Kelas Fi Frekuensi
relatif
Batas
Bawah
Batas
Atas
1 61 – 68 3 8,3 % 60.5 68.5
2 69 – 76 5 14 % 68.5 76.5
3 77 – 86 5 13,8 % 76.5 86.5
4 87 – 94 10 28 % 86.5 94.5
5 95 – 102 5 13,8 % 94.5 102.5
6 103 – 110 5 13,8 % 102.5 110.5
7 111 – 118 3 8,3 % 110.5 118.5
Jumlah 36 100 %
Untuk mempermudah penafsiran data kewibawaan kepala sekolah
dapat dilihat pada tabel histogram sebagai berikut:
60.5 68.5 76.5 86.5 94.5 102.5 110.5
0
2
4
6
8
10
12
70
Berdasarkan tabel grafik histogram, frekuensi kelas tertinggi variabel
kewibawaan kepala sekolah yaitu terletak pada interval kelas ke-4 dengan
rentang nilai 86.5 – 94.5 dan frekuensi relatif kelas terendah yaitu terletak
pada interval ke-1 dengan rentang nilai 60.5 – 68.5.
Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari kewibawaan kepala
sekolah dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Mencari rentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara rata-
rata skor kewibawaan kepala sekolah dikurangi simpangan baku
sampai dengan rata-rata ditambah simpangan baku.
90.41 – 14.58 = 75.83
90.41 + 14.58 = 104.99
Jadi, untuk kategori sedang rentang nilainya 75.83 – 104.99
b. Menentukan rentang nilai untuk kategori tinggi yaitu skor yang berada
pada 116 sampai dengan batas atas 118.5.
c. Menentukan rentang nilai untuk kategori rendah yaitu dengan
menentukan skor yang berada dibawah 75.83 sampai skor terendah
yang diperoleh. Dengan demikian skor untuk kategori rendah berada
antara 61 – 75.83.
Lebih jelasnya diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 4.7
Interpretasi Kategori Kewibawaan Kepala Sekolah
No Interval Frekuensi Persentase Kategori
1 61 – 75.83 8 22.22% Rendah
2 75.83 – 104.99 20 55.55% Sedang
3 104.99 – 116 8 22.22% Tinggi
Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
kewibawaan kepala sekolah (90,41) termasuk kategori sedang. Ini
menunjukkan bahwa tingkat kewibawaan kepala sekolah di SMK Triguna
Utama sudah mencapai tingkat kewibawaan kepala sekolah yang baik.
Kepala sekolah sebaiknya mempertahankan hal tersebut, lebih bagus lagi
71
ditingkatkan kompetensinya, agar mampu mengayomi bawahannya untuk
mencapai tujuan sekolah secara maksimal. Karena, kepala sekolah sangat
memiliki peranan penting dalam proses pencapaian keberhasilan sekolah,
maka dari itu harus diberikan kontribusi-kontribusi lebih yang terkait
dengan pembentukan kewibawaan kepala sekolah.
2. Data Disiplin Kerja Guru (Variabel Y)
Disiplin Kerja Guru merupakan variabel dependent atau dikenal
dengan variabel Y. Variabel Y diperoleh dari angket yang terdiri dari 38
butir pernyataan yang diberikan kepada 36 responden. Data selengkapnya
terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Skor Angket Disiplin Kerja Guru (Variabel Y)
Nomor
Responden
Jumlah Skor
Angket Disiplin Guru
1 124
2 124
3 106
4 114
5 129
6 110
7 113
8 116
9 108
10 107
11 109
12 128
13 122
14 134
15 155
72
16 127
17 127
18 117
19 128
20 116
21 123
22 118
23 120
24 119
25 119
26 132
27 110
28 85
29 100
30 111
31 109
32 99
33 103
34 96
35 99
36 113
4170
Berdasarkan dari hasil olah data penelitian diperoleh skor tertinggi
155 dan terendah 85, dengan rata-rata 115.8, standar deviasi sebesar 12.95
dan jumlah responden sebanyak 36 orang.
Distribusi frekuensi data disiplin kerja guru dapat dilihat pada Tabel
Distribusi Disiplin Kerja Guru, dimana rentang skor adalah 70 dengan
banyak kelas interval 7 dan panjang kelas adalah 10. Nilai interval kelas
dari 85-115, dengan frekuensi absolut 36 dan relatif 100%.
73
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi
Hasil Angket Disiplin Kerja Guru
No Interval
Kelas F
Frekuensi
Relatif
Batas
bawah
Batas
atas
1 85 94 1 3% 84.5 94.5
2 95 – 104 5 14% 94.5 104.5
3 105 – 114 10 28% 104.5 114.5
4 115 – 124 12 33% 114.5 124.5
5 125 – 134 7 19.4% 124.5 134.5
6 135 144 0 0% 134.5 144.5
7 145 154 0 0% 144.5 154.5
8 155 164 1 2.7% 154.5 164.5
Jumlah 36 100%
Untuk mempermudah penafsiran data dapat dilihat dalam grafik
histrogram, yaitu sebagai berikut:
84.5 94.5 104.5 114.5 124.5 134.5 164.5
0
2
4
6
8
10
12
14
74
Berdasarkan tabel grafik histogram, frekuensi kelas tertinggi variabel
disiplin guru yaitu terletak pada interval kelas ke-4 dengan rentang nilai
114.5 – 124.5 dan frekuensi relatif kelas terendah yaitu terletak pada
interval ke-1 dengan rentang nilai 84.5 – 94.5.
Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari disiplin kerja guru
dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Mencari rentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara
rata-rata skor disiplin kerja guru dikurangi simpangan baku sampai
dengan rata-rata ditambah simpangan baku.
115.8 – 12.95 = 102.95
115.8 + 12.95 = 128.75
Jadi, untuk kategori sedang rentang nilainya 102.95 – 128.75
b. Menentukan rentang nilai untuk kategori tinggi yaitu skor yang berada
pada 155 sampai dengan batas atas 164.5.
c. Menentukan rentang nilai untuk kategori rendah yaitu dengan
menentukan skor yang berada dibawah 102.95 sampai skor terendah
yang diperoleh. Dengan demikian skor untuk kategori rendah berada
antara 85 – 102.95.
Lebih jelasnya diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 4.10
Interpretasi Kategori Disiplin Kerja Guru
No Interval Frekuensi Persentase Kategori
1 85 – 102.95 6 16.66% Rendah
2 102.95 – 128.75 29 80.55% Sedang
3 128.75 – 155 1 2.77% Tinggi
Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
disiplin kerja guru (115.8) termasuk kategori sedang. Ini menunjukkan
bahwa tingkat disiplin guru di SMK Triguna Utama sudah mencapai
tingkat disiplin kerja guru yang baik, dengan mempertahankan
kedisiplinannya serta berkonsisten terhadap peraturan sekolah. Sehingga,
75
diharapkan dapat meningkatkan lagi agar lebih mampu menciptakan
suasana sekolah menjadi lebih tertib dan menjadi teladan bagi peserta
didik.
C. Uji Prasyarat Analisis Data
Untuk memenuhi perhitungan korelasi product moment, harus dilakukan
perhitungan uji prasyarat analisis data yaitu dengan menggunakan teknik uji
Lillifors pada masing-masing variabel.
Pehitungan pada n : 36 dengan taraf signifikan 5% pada variabel X diketahui
Lhitung terbesar adalah 0.1052 dengan sebesar 90.41 dan simpangan baku (S)
sebesar 14.58 serta untuk variabel Y diketahui Lhitung terbesar adalah 0.085 dengan
sebesar 115.8 dan simpangan baku (S) sebesar 12.95, sedangkan kriteria
perhitugan adalah (Lhitung ≤ Ltabel) yang diketahui Ltabel yang diujikan sebesar
0.148. Berdasarkan hasil hitung pada variabel tersebut menunjukkan bahwa Lhitung
lebih kecil dari Ltabel, sehingga dapat disimpulkan data kedua variabel tersebut
merupakan data dari populasi berdistribusi normal. Dengan demikian, syarat data
dari populasi berdistribusi normal ialah dapat dilakukan perhitungan korelasi
product moment.
D. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat analisis data, langkah selanjutnya adalah
pengujian hipotesis. Data yang diperoleh dari skor angket pada variabel X dan
variabel Y, maka selanjutnya dicari angka korelasi kedua variabel tersebut dengan
menggunakan rumus product moment, untuk memperjelas skor yang telah
diperoleh melalui angket akan ditampilkan dalam tabel berikut ini.
76
Tabel 4.11
Hasil skoring angket variabel X dan variabel Y
No X Y X2
Y2
X.Y
1 61 124 3721 15376 7564
2 109 124 11881 15376 13516
3 92 106 8464 11236 9752
4 84 114 7056 12996 9576
5 103 129 10609 16641 13287
6 73 110 5329 12100 8030
7 92 113 8464 12769 10396
8 103 116 10609 13456 11948
9 98 108 9604 11664 10584
10 92 107 8464 11449 9844
11 94 109 8836 11881 10246
12 86 128 7396 16384 11008
13 94 122 8836 14884 11468
14 98 134 9604 17956 13132
15 83 155 6889 24025 12865
16 83 127 6889 16129 10541
17 114 127 12996 16120 14478
18 100 117 10000 13689 11700
19 110 128 12100 16384 14080
20 89 116 7921 13456 10324
21 116 123 13456 15129 14268
22 89 118 7921 13924 10502
23 93 120 8649 14400 11160
24 98 119 9604 14161 11662
25 106 119 11236 14161 12614
26 72 132 5184 17424 9504
77
27 89 110 7921 12100 9790
28 72 85 5184 7225 6120
29 65 100 4225 10000 6500
30 96 111 9216 12321 10656
31 70 109 4900 11881 7630
32 73 99 5329 9801 7227
33 68 103 4624 10609 7004
34 88 96 7744 9216 8448
35 86 99 7396 9801 8514
36 116 113 13456 12769 13108
3249 4170 292907 488902 379046
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa n = 36, X = 3249, Y = 4170, X2
= 292907, Y2 = 488902 dan X.Y = 379046. Setelah itu, dilakukan operasi
hitung melalui rumus product moment berikut ini.
( ) ( )
√( ( ) ) ( ( ) )
( ) ( ) ( )
√( ( ) ( ) ) ( ( ) ( ) )
√( ) ( )
√( ) ( )
78
√
√
Di ketahui bahwa indeks korelasi product moment sebesar 0.424 pada
signifikansi 5% sebesar 0.329. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan ke dalam
tabel interpretasi koefisen korelasi untuk mengetahui tingkat kategori korelasi
variabel X dan variabel Y pada tabel berikut ini.
Tabel. 4.12
Indeks Korelasi Product Moment
Besarnya “r” Product
Moment (r )
Interpretasi
0,00-0,20 Antara variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi, akan
tetapi korelasi itu sangat lemah atau
sangat rendah sehingga korelasi itu
diabaikan (dianggap tidak ada
korelasi antara variabel X dan
variabel Y).
0,20-0,40 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang lemah atau
rendah.
0,40-0,70 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sedang atau
cukup.
0,70-0,90 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi.
0,90-100 Antara variabel X dan variabel Y
79
terdapat korelasi yang sangat tinggi.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 0.329 termasuk dalam interval
koefisien 0.20 -0.40. Artinya bahwa korelasi kewibawaan kepala sekolah dan
disiplin kerja guru dalam kategori rendah.
Setelah dilakukan interpretasi dengan sederhana, kemudian dilakukan
interpretasi r hitung yang dikonsultasikan melalui r tabel. Namun, sebelum itu
dihitung terlebih dahulu derajat bebasnya (degree of freedom).
Karena jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 36, maka df nya adalah
(36 – 2 = 34) jika pada taraf signifikan 5% berarti df sebesar 0.339 sedangkan
pada taraf 1% df sebesar 0.436, kriteria pengajuan adalah jika r hitung > dari r tabel
maka korelasi dianggap signifikan atau H0 ditolak dan Ha diterima, namun jika
hasil r hitung < dari r tabel maka korelasi tidak signifikan atau H0 diterima Ha ditolak.
Ternyata nilai r hitung sebesar 0.6069 yaitu lebih besar dari r tabel, sehingga
dapat disimpulkan korelasi dianggap signifikan atau H0 ditolak dan Ha diterima.
Artinya, jika Ha diterima maka terdapat hubungan positif antara kewibawaan
kepala sekolah dengan disiplin kerja guru.
Setelah memberikan interpretasi secara kasar dan sederhana. Langkah
selanjutnya yakni mencari beberapa kontribusi yang diberikan variabel X dan
variabel Y, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0.606959632 x 100%
= 36.83 %
Dari penghitungan koefisien di atas sebesar 36.83%. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel X (Kewibawaan Kepala sekolah) mempengaruhi dan memberi
kontribusi variabel Y (Disiplin Kerja Guru) sebesar 36.83%. Adapun sisanya
sebesar 63,17% adalah dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel Y
(Disiplin Kerja Guru). Dengan demikian, kesimpulan yang dapat ditarik adalah
tinggi rendahnya disiplin guru yang diterapkan dipengaruhi oleh sikap
kewibawaan kepala sekolah dalam kepemimpinannya di sekolah. Sehingga
80
semakin tinggi kewibawaan yang dimiliki kepala sekolah semakin tinggi pula
disiplin guru bahkan sebaliknya.
E. Pembahasan
Telah diketahui di atas bahwa penghitungan korelasi product moment antara
variabel X (kewibawaan kepala sekolah) dan variabel Y (disiplin kerja guru) di
SMK Triguna Utama adalah diterimanya hipotesis alternatif (Ha). Dengan
demikian, terdapat korelasi yang signifikan antara kewibawaan kepala sekolah
dengan disiplin kerja guru SMK Triguna Utama. Berdasarkan penghitungan
kofisien korelasi (r) sebesar 0.424 pada signifikansi 5 % sebesar 0.329 ini berarti
rhitung ˃ rtabel yang artinya hubungan antara kewibawaan kepala sekolah dengan
disiplin kerja guru dalam kategori rendah.
Adapun kontribusi yang diberikan oleh variabel kewibawaan kepala sekolah
terhadap disiplin kerja guru adalah 36.83% dan sisanya sebesar 63.17%. hal ini
menunjukkan bahwa kewibawaan kepala sekolah memberi pengaruh terhadap
disiplin kerja guru sebanyak 36.83%. sedangkan sisanya 63.17% adalah hal-hal
lain yang memengaruhi disiplin guru.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kewibawaan kepala
sekolah memiliki peranan penting dalam membangun disiplin kerja guru,
sehingga faktor kewibawaan kepala sekolah disarankan untuk tidak diremehkan.
Mengingat dari pembahasan di atas menunjukkan bahwa korelasi yang diberikan
termasuk dalam kategori sedang. Artinya, kemampuan seorang kepala sekolah
dalam mempimpin bawahannya diperlukan adanya wibawa. Dengan kewibawaan
menjadi salah satu upaya yang mampu mendisiplinkan guru. Sehingga, tercipta
suasana belajar yang tertib, teratur, dan terkontrol.
Jika kedua faktor ini berjalan dengan baik dan harmonis tidak menutup
kemungkinan para peserta didik pun akan ikut mendukung kedisiplinan sekolah.
Karena, warga sekolah yang berperan penting seperti kepala sekolah dan guru
berdisiplin maka peserta didik akan merasa termotivasi untuk bersikap disiplin.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada yang telah dilakukan, maka kesimpulan
yang dapat diambil adalah :
1. Kewibawaan kepala sekolah termasuk dalam kategori sedang.
2. Disiplin guru di SMK Triguna Utama termasuk dalam kategori sedang.
3. Pengujian hipotesis menyatakan bahwa terdapat korelasi posistif dan
signifikan terhadap kewibawaan kepala sekolah dan disiplin guru SMK
Triguna Utama Ciputat Tangerang. Hasil presentase yang ditunjukkan dari
kontribusi kewibawaan kepala sekolah terhadap disiplin guru sebesar
36.83% dan sisanya sebesar 63.17% merupakan faktor dari luar
kewibawaan kepala sekolah itu sendiri, misalnya fakor kompensasi
rendah, peraturan yang tidak dijalankan, pribadi guru yang tidak baik, dan
lingkungan masyarakat.
85
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran kepada
pihak yang bersangkutan, yaitu:
1. Kepala sekolah diharapkan terus memotivasi guru untuk bertindak disiplin
dengan pengawasan yang lebih intens, agar tingkat kedisiplinan guru
semakin meningkat.
2. Kepala sekolah diharapkan untuk bertindak tegas dalam menghadapi
permasalahan disiplin guru, karena imbasnya akan ada penurunan suasana
pembelajaran.
3. Hendaknya guru senantiasa selalu mematuhi peraturan sekolah. Sehingga
akan tercipta suasana belajar yang nyaman dan kelak akan meningkatkan
hasil belajar bagi peserta didik SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang.
4. Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang positif, namun perlu
diadakan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi kewibawaan kepala
sekolah dengan disiplin guru atau yang berhubungan dengan variabel lain.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet
Ke- 2. 2007.
Ali, Nashir. Dasar-dasar Ilmu Mendidik: 100 Soal Pokok Pendidikan. Kalam
Mulia. Cet Ke-IV. 1993.
Artomo. Displin Pribadi Menaati Peraturan dan Larangan Melaksanakan Tugas
dan Kewajiban Tanpa Memikirkan Hukuman ataupun Penghargaan yang
akan diberikan. Jakarta: Perpustakaan Nasional. 2002.
Departemen Agama. Wawasan dan Tugas Guru dan Tenaga
Kependidikan.(Direktrorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam._____).
Departemen Agama. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. Direktorat
Jendral Kelembagaan Agama Islam. 2005.
Echols, Jhon M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia, Cet Ke-XXVIII. 2006.
Fathoni, Abdurrahmat Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka
Cipta. 2006.
Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi.Jakarta:
PT Bumi Aksara. Cet Ke-1. 2002.
Hasim, Abdul. Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik. Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia. Cet Ke-1. 2010.
Imron, Ali. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Cet
Ke- 1. 1995.
87
Indrakusuma, Amir Daien. Pengantar Ilmu Pendidikan. 2012.
(www.blogspot.com)
Jackson, Karl D. Kewibawaan Tradisonal Islam dan Pemberontakan. Jakarta: PT
Pustaka Utama Grafiti. 1990.
Karesipena, Ja’cuba. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya. Jakarta: PT
Pustaka Grafika Kita. 1988.
Kartono, Kartini. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, Bandung: Mandar Maju. .
Koentjaraningrat. Aneka Pemikiran Tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: Sinar
Harapan. Cet Ke-II. 1986.
Maesaroh, Nani, “Disiplin Kerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Di
MAN 2 Kota Bekasi”, Skripsi, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta), , tidak dipublikasikan.
Marbun, Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Cet Ke-II. 2002.
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Cet Ke- II., 1995 .
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT.
Remaja Rosydakarya. Cet. Ke-19. 2009.
Ronda, Daniel. Kepemimpinan dan Kewibawaan. 2012. (www.blogspot.com)
Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Ed, ke-2. Cet Ke- 15. 2008.
Soetopo, Hendiyat. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT Bina
Aksara. Cet Ke-II., hal 19. 1988.
Syafaruddin. Kepemimpinan Pendidikan. Ciputat: Quantum Teaching. Cet Ke-1.
2010
88
Tim FISIP-UT. Kepemimpinan. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet Ke-1. 2005.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka. cet ke-1.
1988.
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan
Nasional. Cet Ke-4. 2007.
Tim Peyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta: Balai
Pustaka. Cet. Ke-II. 2002.
Tu’u, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT
Grasindo. 2004.
Undang-undang R.I Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Surabaya:
Kesindo Utama. 2009.
Usman, Husaini. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Ed. III. Cet Ke-II. 2010.
Wahab, Abdul. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Cet Ke-1. 2011.
Wahjosimidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Cet ke-7. 2010.
Wahjosumijdo. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Cet Ke- .
1986.
Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar.
Bandung: Alfabeta. Cet ke-1. 2009.
89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
90
Lampiran 1
Angket Penelitian Sebelum Uji Validitas
ANGKET PENELITIAN
Kepada Yth
Bapak/Ibu Guru
Di
Tempat
Dalam rangka penyelesaian laporan penelitian ini, penulis sangat
mengaharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk menjawab pernyataan dalam angket ini
secara objektif sesuai kenyataan di lapangan.
Tujuan penyebaran angket ini adalah untuk mendapatkan informasi
tentang kewibawaan kepala sekolah dan disiplin guru di SMK Triguna Utama
Ciputat Tangerang, dengan judul penelitian “ Korelasi antara Kewibawaan
Kepala Sekolah dengan Disiplin Kerja Guru di SMK Triguna Utama Ciputat
Tangerang”. Data yang Bapak/Ibu berikan semata-mata hanya digunakan untuk
penelitian dan tidak ada hubungannya dengan nama baik atau hal-hal yang dapat
merugikan berkenaan dengan tugas Bapak/Ibu.
Atas bantuan dan partisipasinya, Saya ucapkan terima kasih.
91
A. Identitas Responden
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Masa Kerja :
Mata Pelajaran yang Diajarkan :
B. Petunjuk Pengisian Angket
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman
Bapak/Ibu mengenai Kewibawaan Kepala Sekolah dan disiplin dengan
ketentuan sebagai berikut:
Alternatif Jawaban
SL : Selalu
SR : Sering
KK : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
A. Kewibawaan Kepala Sekolah
No. Pernyataan SL SR KK TP
1. Kepala sekolah melakukan pengawasan untuk
mengetahui kegiatan pembelajaran dilaksanakan
sesuai peraturan.
2. Kepala sekolah mengontrol penyesuaian materi
pelajaran setiap guru.
3. Dalam setiap semester, kepala sekolah hanya
mengontrol satu kali penyusunan RPP guru.
4. Kepala sekolah tidak sempat mengawasi laporan
evaluasi guru.
5. Meskipun sibuk, kepala sekolah masih mengontrol
perekapan laporan evaluasi guru.
6. Kepala sekolah mengontrol intensitas pelaksanaan
pembelajaran di kelas.
92
7. Ketika terdapat kekurangan, kepala sekolah
melakukan pembinaan terhadap guru-guru.
8. Selain tidak melakukan pembinaan, kepala sekolah
tidak juga memberikan penilaian.
9. Kepala sekolah menegur dengan cara yang kasar.
10. Kepala sekolah melakukan tindakan peneguran jika
terjadi penyimpangan.
11. Kepala sekolah bersedia memberi alasan jika
terdapat guru melakukan penyimpangan.
12. Kepala sekolah menegur kesalahan guru dengan
alasan yang tidak tepat.
13. Saya merasa terpaksa diperintah walaupun sesuai
dengan apa yang menjadi tanggung jawab Saya.
14. Kepala sekolah melarang apa yang menjadi
tanggung jawab Saya.
15. Kepala sekolah sangat menonjolkan sikap eksklusif.
16. Kepala sekolah menunjukkan sikap integritas
dengan sederhana.
17. Kepala sekolah bersikap jujur di lingkungan
sekolah.
18. Kepala sekolah menerapkan sikap kejujuran hanya
di sekolah.
19. Kepala sekolah memberi nasehat jika Saya
melanggar.
20. Kepala sekolah menegur dengan kasar dan tegas
ketika terjadi permasalahan.
21. Kepala sekolah mengahadapi permasalahan dengan
tindakan yang tepat.
22. Saya takut kepada kepala sekolah.
23. Kepala sekolah memang pantas disegani.
93
24. Kepala sekolah bersikap sabar ketika Saya tidak
memperbaiki kesalahan.
25. Ketika kepala sekolah memberi perintah, Saya
langsung mengerjakannya.
26. Saya hanya takut ketika di depan kepala sekolah.
27. Kepala sekolah tidak memberikan Saya kebebasan
untuk mengambil keputusan sendiri.
28. Kepala sekolah memiliki kompetensi dalam
kepemimpinan pendidikan.
29. Saya merasa segan dengan kepala sekolah.
30. Kepala sekolah merupakan sosok teladan setiap saat.
31. Saya memberikan umpan balik kepada kepala
sekolah saat rapat.
32. Kepala sekolah berkontribusi memberi pendapat saat
rapat.
33. Kepala sekolah memimpin rapat dengan kondusif.
34. Kepala sekolah menunjukkan sikap integritas tinggi
di sekolah.
35. Kepala sekolah tidak tegas dalam menghadapi
permasalahan di sekolah.
36. Kepala sekolah menetapkan sanksi-sanksi bagi guru
yang melangar peraturan.
37. Saya menghormati kepala sekolah.
38. Saya merasa terpaksa ketika kepala sekolah
memberi perintah.
39. Kepala sekolah menunjukkan keselarasan antara
perkataan dan perbuatan.
40. Dalam kesehariannya, kepala sekolah berperilaku
terpuji dalam pergaulan.
41. Dalam berbicara kepala sekolah menggunakan gaya
94
bahasa yang baik dan sopan.
B. Disiplin Kerja Guru
No. Pernyataan SL SR KK TP
1. Saya datang ke sekolah jam 07:46 WIB.
2. Saya memulai pelajaran sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
3. Saya mengakhiri pelajaran tepat waktu bel berbunyi.
4. Saya suka keluar meninggalkan kelas pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.
5. Saya melebihi waktu beberapa menit saat bel
istirahat sudah berbunyi.
6. Menurut Saya mengkondisikan siswa itu tidak
penting.
7. Sebelum memulai pelajaran Saya membiarkan siswa
mengobrol dahulu.
8. Selain pembelajaran, Saya juga melaksanakan
kegiatan administratif sesuai jadwal.
9. Menurut Saya, mengumpulkan soal ujian tidak perlu
dijadwalkan.
10. Selain datang tepat waktu, Saya juga mengisi daftar
hadir sesuai dengan kedatangan real.
11. Saya memanipulasi kedatangan real di dalam daftar
hadir.
12. Saya mengikuti upacara bendera setiap hari senin.
13. Saya membuat perencanaan pengajaran pada awal
semester.
95
14. Saya membuat satpel/Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dalam setiap pertemuan di kelas.
15. Saya merencanakan metode mengajar sesuai dengan
pokok materi.
16. Dalam mengajar Saya tidak pernah menggunakan
strategi pembelajaran.
17. Saya senang menggunakan metode ceramah dalam
setiap pembelajaran.
18. Saya memberikan tugas kepada siswa yang
menuntut kreativitas.
19. Saya menyediakan alat belajar yang sama dalam
proses pembelajaran.
20. Saya memberikan umpan balik kepada siswa dalam
proses pembelajaran.
21. Saya melakukan apersepsi terlebih dahulu sebelum
menyampaikan materi pelajaran.
22. Saya memberikan pretest kepada siswa sebelum
menyampaikan materi pelajaran yang baru.
23. Saya menyediakan program penilaian yang
memungkinkan semua siswa mampu untuk unjuk
kemampuannya sebagai hasil belajar.
24. Saya membedakan program penilaian siswa sesuai
tingkat kemampuan siswa.
25. Saya memberi kesempatan kepada siswa untuk
membaca materi yang akan dijelaskan.
26. Saya bertindak arif dalam mengahadapi perbedaan
daya serap dan tingkat kecerdasan setiap murid.
27. Ketika ada siswa yang tidak cepat menyerap materi
pembelajaran Saya kesal dan memarahinya.
28. Saya senantiasa menciptakan suasana kondusif,
96
sehingga siswa tidak pernah takut gagal/susah pada
saat belajar.
29. Di dalam kelas, Saya mencoba tidak mengungkit
permasalahan yang dihadapi siswa.
30. Terdapat materi pelajaran yang tidak selesai dalam
setiap semester.
31. Berusaha menuntaskan materi pelajaran dalam
setiap pertemuan.
32. Sebagian besar siswa melaksanakan remedial pada
tiap semester.
33. Setiap hasil evaluasi semester prestasi siswa
meningkat.
34. Saya mengenakan pakaian yang berlebihan.
35. Saya sangat menjaga penampilan dengan mengganti
pakaian setiap hari.
36. Saya mengajarkan siswa apa yang tidak patut
dicontoh.
37. Saya mematuhi kode etik sebagai seorang guru yang
baik.
38. Berpakaian rapih untuk menunjang penampilan
sebagai pendidik yang menjadi teladan.
39. Memiliki stabilitas emosi dalam berinteraksi di
kelas maupun di luar kelas.
40. Saya tidak memperhatikan evaluasi yang bersifat
normatif.
41. Kesuaian pencapaian hasil belajar dengan target
yang diharapkan.
97
Lampiran 2
Angket Penelitian Setelah Uji Validitas
ANGKET PENELITIAN
Kepada Yth
Bapak/Ibu Guru
Di
Tempat
Dalam rangka penyelesaian laporan penelitian ini, penulis sangat
mengaharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk menjawab pernyataan dalam angket ini
secara objektif sesuai kenyataan di lapangan.
Tujuan penyebaran angket ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang
kewibawaan kepala sekolah dan disiplin guru di SMK Triguna Utama Ciputat
Tangerang, dengan judul penelitian “ Korelasi antara Kewibawaan Kepala
Sekolah Dengan Disiplin Kerja Guru di SMK Triguna Utama Ciputat
Tangerang”. Data yang Bapak/Ibu berikan semata-mata hanya digunakan untuk
penelitian dan tidak ada hubungannya dengan nama baik atau hal-hal yang dapat
merugikan berkenaan dengan tugas Bapak/Ibu.
Atas bantuan dan partisipasinya, Saya ucapkan terima kasih.
98
C. Identitas Responden
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Masa Kerja :
Mata Pelajaran yang Diajarkan :
D. Petunjuk Pengisian Angket
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman
Bapak/Ibu mengenai Kewibawaan Kepala Sekolah dan disiplin dengan
ketentuan sebagai berikut:
Alternatif Jawaban
SL : Selalu
SR : Sering
KK : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
C. Kewibawaan Kepala Sekolah
No. Pernyataan SL SR KK TP
1. Kepala sekolah melakukan pengawasan untuk
mengetahui kegiatan pembelajaran dilaksanakan
sesuai peraturan.
2. Kepala sekolah mengontrol penyesuaian materi
pelajaran setiap guru.
3. Dalam setiap semester, kepala sekolah hanya
mengontrol satu kali penyusunan RPP guru.
4. Kepala sekolah tidak sempat mengawasi laporan
evaluasi guru.
5. Ketika terdapat kekurangan, kepala sekolah
melakukan pembinaan terhadap guru-guru.
6. Kepala sekolah menegur dengan cara yang kasar.
7. Kepala sekolah melakukan tindakan peneguran jika
99
terjadi penyimpangan.
8. Kepala sekolah bersedia memberi alasan jika
terdapat guru melakukan penyimpangan.
9. Kepala sekolah menegur kesalahan guru dengan
alasan yang tidak tepat.
10. Saya merasa terpaksa diperintah walaupun sesuai
dengan apa yang menjadi tanggung jawab Saya.
11. Kepala sekolah sangat menonjolkan sikap eksklusif.
12. Kepala sekolah bersikap jujur di lingkungan
sekolah.
13. Kepala sekolah menerapkan sikap kejujuran hanya
di sekolah.
14. Kepala sekolah menegur dengan kasar dan tegas
ketika terjadi permasalahan.
15. Kepala sekolah mengahadapi permasalahan dengan
tindakan yang tepat.
16. Saya takut kepada kepala sekolah.
17. Kepala sekolah bersikap sabar ketika Saya tidak
memperbaiki kesalahan.
18. Ketika kepala sekolah memberi perintah, Saya
langsung mengerjakannya.
19. Kepala sekolah tidak memberikan Saya kebebasan
untuk mengambil keputusan sendiri.
20. Kepala sekolah memiliki kompetensi dalam
kepemimpinan pendidikan.
21. Saya merasa segan dengan kepala sekolah.
22. Kepala sekolah merupakan sosok teladan setiap saat.
23. Kepala sekolah berkontribusi memberi pendapat saat
rapat.
24. Kepala sekolah memimpin rapat dengan kondusif.
100
25. Kepala sekolah menunjukkan sikap integritas tinggi
di sekolah.
26. Kepala sekolah tidak tegas dalam menghadapi
permasalahan di sekolah.
27. Kepala sekolah menetapkan sanksi-sanksi bagi guru
yang melangar peraturan.
28. Saya menghormati kepala sekolah.
29. Saya merasa terpaksa ketika kepala sekolah
memberi perintah.
30. Kepala sekolah menunjukkan keselarasan antara
perkataan dan perbuatan.
31. Dalam kesehariannya, kepala sekolah berperilaku
terpuji dalam pergaulan.
32. Dalam berbicara kepala sekolah menggunakan gaya
bahasa yang baik dan sopan.
D. Disiplin Kerja Guru
No. Pernyataan SL SR KK TP
1. Waktu yang diberikan untuk mata pelajaran Saya
masih kurang.
2. Saya memulai pelajaran sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
3. Saya langsung bergegas masuk ke kelas kettika bel
masuk berbunyi.
4. Saya suka keluar meninggalkan kelas pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.
5. Saya masih kesulitan dalam mengatur siswa saat
101
belajar.
6. Terlalu banyak siswa di kelas sehingga sulit untuk
dikondisikan.
7. Saya membuat soal-soal berdasarkan kemampuan
siswa.
8. Selain pembelajaran, Saya juga melaksanakan
kegiatan administratif sesuai jadwal.
9. Menurut Saya, mengumpulkan soal ujian tidak perlu
dijadwalkan.
10. Selain datang tepat waktu, Saya juga mengisi daftar
hadir sesuai dengan kedatangan real.
11. Guru-guru lebih baik membedakan program
penilaian sesuai tingkat kemampuan siswa.
12. Saya membuat perencanaan pengajaran pada awal
semester.
13. Saya membuat satpel/Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dalam setiap pertemuan di kelas.
14. Saya merencanakan metode mengajar sesuai dengan
pokok materi.
15. Dalam mengajar Saya tidak pernah menggunakan
strategi pembelajaran.
16. Saya senang menggunakan metode ceramah dalam
setiap pembelajaran.
17. Saya memberikan tugas kepada siswa yang
menuntut kreativitas.
18. Saya menyediakan alat belajar yang sama dalam
proses pembelajaran.
19. Saya memakai pakaian yang sama selama 2 hari.
20. Saya melakukan apersepsi terlebih dahulu sebelum
menyampaikan materi pelajaran.
102
21. Saya memberikan pretest kepada siswa sebelum
menyampaikan materi pelajaran yang baru.
22. Saya kurang mampu menyelaraskan pakaian yang
Saya kenakan.
23. Saya menghindari kotoran-kotoran yang akan
menodai pakaian Saya.
24. Saya memberi kesempatan kepada siswa untuk
membaca materi yang akan dijelaskan.
25. Saya bertindak arif dalam mengahadapi perbedaan
daya serap dan tingkat kecerdasan setiap murid.
26. Ketika ada siswa yang tidak cepat menyerap materi
pembelajaran Saya kesal dan memarahinya.
27. Saya senantiasa menciptakan suasana kondusif,
sehingga siswa tidak pernah takut gagal/susah pada
saat belajar.
28. Di dalam kelas, Saya mencoba tidak mengungkit
permasalahan yang dihadapi siswa.
29. Saya suka mengantuk saat mengajar.
30. Berusaha menuntaskan materi pelajaran dalam
setiap pertemuan.
31. Sebagian besar siswa melaksanakan remedial pada
tiap semester.
32. Setiap hasil evaluasi semester prestasi siswa
meningkat.
33. Siswa yang sulit diatur patut dimarahi.
34. Saya memukul siswa untuk sebagai pelajaran.
35. Banyak siswa yang tidak sopan terhadap Saya.
36. Memiliki stabilitas emosi dalam berinteraksi di
kelas maupun di luar kelas.
37. Saya tidak memperhatikan evaluasi yang bersifat
103
normatif.
38. Kesuaian pencapaian hasil belajar dengan target
yang diharapkan.
104
Lampiran 3
Pernyataan Positif dan Negatif pada Angket Kewibawaan Kepala Sekolah
(Variabel X)
No. Pernyataan Positif
1 Kepala sekolah melakukan pengawasan untuk
mengetahui kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai
peraturan.
2 Kepala sekolah mengontrol penyesuaian materi pelajaran
setiap guru.
3 Ketika terdapat kekurangan, kepala sekolah melakukan
pembinaan terhadap guru-guru.
4 Kepala sekolah melakukan tindakan peneguran jika
terjadi penyimpangan.
5 Kepala sekolah bersedia memberi alasan jika terdapat
guru melakukan penyimpangan.
6 Kepala sekolah bersikap jujur di lingkungan sekolah.
7 Kepala sekolah menghadapi permasalahan dengan
tindakan yang tepat.
8 Ketika kepala sekolah memberi perintah, Saya langsung
mengerjakannya.
9 Kepala sekolah memiliki kompetensi dalam
kepemimpinan pendidikan.
10 Saya merasa segan dengan kepala sekolah.
11 Kepala sekolah merupakan sosok teladan setiap saat.
12 Kepala sekolah berkontribusi memberi pendapat saat
rapat.
13 Kepala sekolah memimpin rapat dengan kondusif.
14 Kepala sekolah menunjukkan sikap integritas tinggi di
sekolah.
15 Kepala sekolah menetapkan sanksi-sanksi bagi guru yang
melangar peraturan.
16 Saya menghormati kepala sekolah.
17 Kepala sekolah menunjukkan keselarasan antara
perkataan dan perbuatan.
105
18 Dalam kesehariannya, kepala sekolah berperilaku terpuji
dalam pergaulan.
19 Dalam berbicara kepala sekolah menggunakan gaya
bahasa yang baik dan sopan.
No. Pernyataan Negatif
1 Dalam setiap semester, kepala sekolah hanya mengontrol
satu kali penyusunan RPP guru.
2 Kepala sekolah tidak sempat mengawasi laporan evaluasi
guru.
3 Kepala sekolah menegur dengan cara yang kasar.
4 Kepala sekolah menegur kesalahan guru dengan alasan
yang tidak tepat.
5 Saya merasa terpaksa diperintah walaupun sesuai dengan
apa yang menjadi tanggung jawab Saya.
6 Kepala sekolah sangat menonjolkan sikap eksklusif.
7 Kepala sekolah menerapkan sikap kejujuran hanya di
sekolah.
8 Kepala sekolah menegur dengan kasar dan tegas ketika
terjadi permasalahan.
9 Saya takut kepada kepala sekolah.
10 Kepala sekolah bersikap sabar ketika Saya tidak
memperbaiki kesalahan.
11 Kepala sekolah tidak memberikan Saya kebebasan untuk
mengambil keputusan sendiri.
12 Kepala sekolah tidak tegas dalam menghadapi
permasalahan di sekolah.
13 Saya merasa terpaksa ketika kepala sekolah memberi
perintah.
106
Lampiran 4
Pernyataan Positif dan Negatif pada Angket Disiplin Kerja Guru
(Variabel Y)
No. Pernyataan Positif
1 Saya memulai pelajaran sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
2 Saya langsung bergegas masuk ke kelas kettika bel
masuk berbunyi.
3 Saya masih kesulitan dalam mengatur siswa saat belajar.
4 Terlalu banyak siswa di kelas sehingga sulit untuk
dikondisikan.
5 Saya membuat soal-soal berdasarkan kemampuan siswa.
6 Selain pembelajaran, Saya juga melaksanakan kegiatan
administratif sesuai jadwal.
7 Selain datang tepat waktu, Saya juga mengisi daftar hadir
sesuai dengan kedatangan real.
8 Saya membuat perencanaan pengajaran pada awal
semester.
9 Saya membuat satpel/Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dalam setiap pertemuan di kelas.
10 Saya merencanakan metode mengajar sesuai dengan
pokok materi.
11 Saya memberikan tugas kepada siswa yang menuntut
kreativitas.
12 Saya melakukan apersepsi terlebih dahulu sebelum
menyampaikan materi pelajaran.
13 Saya memberikan pretest kepada siswa sebelum
menyampaikan materi pelajaran yang baru.
14 Saya menghindari kotoran-kotoran yang akan menodai
pakaian Saya.
107
15 Saya memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca
materi yang akan dijelaskan.
16 Saya bertindak arif dalam mengahadapi perbedaan daya
serap dan tingkat kecerdasan setiap murid.
17 Saya senantiasa menciptakan suasana kondusif, sehingga
siswa tidak pernah takut gagal/susah pada saat belajar.
18 Di dalam kelas, Saya mencoba tidak mengungkit
permasalahan yang dihadapi siswa.
19 Berusaha menuntaskan materi pelajaran dalam setiap
pertemuan.
20 Setiap hasil evaluasi semester prestasi siswa meningkat.
21 Saya memukul siswa untuk sebagai pelajaran.
22 Memiliki stabilitas emosi dalam berinteraksi di kelas
maupun di luar kelas.
23 Kesuaian pencapaian hasil belajar dengan target yang
diharapkan.
No. Pernyataan Negatif
1 Waktu yang diberikan untuk mata pelajaran Saya masih
kurang.
2 Saya suka keluar meninggalkan kelas pada saat proses
belajar mengajar berlangsung.
3 Menurut Saya, mengumpulkan soal ujian tidak perlu
dijadwalkan.
4 Guru-guru lebih baik membedakan program penilaian
sesuai tingkat kemampuan siswa.
5 Dalam mengajar Saya tidak pernah menggunakan
strategi pembelajaran.
6 Saya senang menggunakan metode ceramah dalam setiap
pembelajaran.
7 Saya menyediakan alat belajar yang sama dalam proses
108
pembelajaran.
8 Saya memakai pakaian yang sama selama 2 hari.
9 Saya kurang mampu menyelaraskan pakaian yang Saya
kenakan.
10 Ketika ada siswa yang tidak cepat menyerap materi
pembelajaran Saya kesal dan memarahinya.
11 Saya suka mengantuk saat mengajar.
12 Sebagian besar siswa melaksanakan remedial pada tiap
semester.
13 Siswa yang sulit diatur patut dimarahi.
14 Banyak siswa yang tidak sopan terhadap Saya.
15 Saya tidak memperhatikan evaluasi yang bersifat normatif.
109
Lampiran 7
Langkah-langkah Perhitungan Uji Validitas
Variabel Kewibawaan Kepala Sekolah (X)
BUTIR 1
No
Res X Y X2
Y2
XY
1 3 138
9 19044 414
2 3 128
9 16384 384
3 3 132
9 17424 396
4 2 97
4 9409 197
5 3 91
9 8281 273
6 2 84
4 7056 168
7 3 85
9 7225 255
8 3 104
9 10816 312
9 2 96
4 9216 192
10 3 94
9 8836 282
11 3 80
9 6400 240
12 2 94
4 8836 188
13 2 76
4 5776 152
14 2 88
4 7744 176
15 4 131
16 17161 524
40 1518 112 140564 4153
1. Kolom ΣX = Jumlah skor tiap butir
2. Kolom ΣX² = Jumlah kuadrat skor tiap butir
3. Kolom ΣY = Jumlah skor tiap butir
4. Kolom ΣY² = Jumlah kuadrat skor tiap butir
110
5. Kolom ΣXY = Jumlah hasil kali skor tiap butir dengan skor total
6. Contoh pada pernyataan ke-1.
Diketahui:
ΣX = 40 ΣY = 1518 ΣXY = 4153 ΣX² = 112 ΣY² = 140564
N = 15
Perhitungan:
Gunakan rumus product moment Karl Pearson
rxy =
2222
)(
YYNXXN
YXXYN
rxy = 22
1518()140564(15)40()112(15
)1518)(40()4153(15
rxy = 2304324210846016001680
6072062295
rxy = 19586480
51575 =
15669
51575 =
1.125
51575
rxy = 0,571
7. Kolom kriteria lihat di rtabel
8. Kolom status
Suatu butir dinyatakan valid apabila memiliki rbutir = 0,514 atau lebih jika
respondennya 15 dan bila nilainya kurang dari 0,514 maka butir soal
tersebut dinyatakan drop. Pada butir soal 1 lebih dari rbutir = 0,571 maka
butir soal tersebut dinyatakan valid.
111
Lampiran 8
Langkah-langkah Perhitungan Uji Validitas
Variabel Disiplin Kerja Guru (Y)
BUTIR 1
No
Res X Y X2
Y2
XY
1 3 107
9 11449 321
2 1 109
1 11881 109
3 4 89
16 7921 356
4 4 100
16 10000 400
5 3 80
9 6400 240
6 2 77
4 5929 154
7 3 75
9 5625 225
8 4 71
16 5041 284
9 3 76
9 5776 228
10 2 63
4 3969 126
11 1 78
1 6084 78
12 2 71
4 5041 142
13 4 95
16 9025 380
14 4 91
16 8281 364
15 4 106
16 11236 424
44 1288 146 113658 3831
1. Kolom ΣX = Jumlah skor tiap butir
2. Kolom ΣX² = Jumlah kuadrat skor tiap butir
3. Kolom ΣY = Jumlah skor tiap butir
4. Kolom ΣY² = Jumlah kuadrat skor tiap butir
112
5. Kolom ΣXY = Jumlah hasil kali skor tiap butir dengan skor total
6. Contoh pada pernyataan ke-15.
Diketahui:
ΣX = 44 ΣY = 1288 ΣXY = 3831 ΣX² = 146 ΣY² = 113658
N = 15
Perhitungan:
Gunakan rumus product moment Karl Pearson
rxy =
2222
)(
YYNXXN
YXXYN
rxy = 22
)1288()113658(15)44()146(15
)1288)(44()3831(15
rxy = 1658944170487019362190
5667257465
rxy = 45926254
793 =
11665
793 =
108
793
rxy = 0,232
7. Kolom kriteria lihat di rtabel
8. Kolom status
Suatu butir dinyatakan valid apabila memiliki rbutir = 0,514 atau lebih jika
respondennya 15 dan bila nilainya kurang dari 0,514 maka butir soal
tersebut dinyatakan drop. Pada butir soal nomor 1 dimana rbutir = 0,232
maka butir soal tersebut dinyatakan drop.
113
Lampiran 13
Proses Perhitungan standar deviasi, rata-rata, dan distribusi frekuensi pada
Variabel X (Kewibawaan Kepala Sekolah)
1. Jumlah skor pada variabel X
Hasil Skoring Angket Variabel X
No
Responden
Jumlah Skoring Angket
Kewibawaan Kepala Sekolah
1 61
2 109
3 92
4 84
5 103
6 73
7 92
8 103
9 98
10 92
11 94
12 86
13 94
14 98
15 83
16 83
17 114
18 100
19 110
20 89
21 116
114
22 89
23 93
24 98
25 106
26 72
27 89
28 72
29 65
30 96
31 70
32 73
33 68
34 88
35 86
36 116
3249
2. Urutan data dari yang terkecil ke data yang terbesar.
61 84 93 106
65 86 94 109
68 86 94 110
70 88 96 114
72 89 98 116
72 89 98 116
73 89 98
73 92 100
83 92 103
83 92 103
115
Di ketahui :
Yang terkecil : 61
Yang terbesar : 116
3. Mencari standar deviasi (simpangan baku)
No Data (xi) fi Xi . fi Xi2
Xi2
. fi
1 61 1 61 3721 3721
2 65 1 65 4225 4225
3 68 1 68 4624 4624
4 70 1 70 4900 4900
5 72 2 144 5184 10368
6 73 2 146 5329 10658
7 83 2 166 6889 13778
8 84 1 84 7086 7086
9 86 2 172 7396 14792
10 88 1 88 7744 7744
11 89 3 267 7921 23763
12 92 3 276 8464 25392
13 93 1 93 8649 8649
14 94 2 188 8836 17672
15 96 1 96 9216 9216
16 98 3 294 9604 28812
17 100 1 100 10000 10000
18 103 2 206 10609 21218
19 106 1 106 11236 11236
20 109 1 109 11881 11881
21 110 1 110 12100 12100
22 114 1 114 12996 12996
23 116 2 232 13456 26912
116
Jumlah 36 3255 292907 301743
√ ∑
(∑ )
( )
√ ( ) ( )
( )
√
√
√
4. Rata-rata / mean kewibawaan kepala sekolah (Variabel X)
dengan rumus sebagai berikut
5. Langkah dalam membuat distribusi frekuensi.
1. Menentukan r dengan rumus :
117
r = xn – xi = 116 – 61 = 55
2. Menentukan banyak kelas (k)
K = 1+3.322 log n
K = 1+3.322 log 36
K = 1+3.322 (1.5563)
K = 6.726 dibulatkan 7
3. Menentukan panjang kelas (c)
No Interval Kelas Fi Frekuensi
Relatif
Batas
bawah
Batas
Atas
1 61 – 68 3 8,3 % 60.5 68.5
2 69 – 76 5 14 % 68.5 76.5
3 77 – 86 5 13,8 % 76.5 86.5
4 87 – 94 10 28 % 86.5 94.5
5 95 – 102 5 13,8 % 94.5 102.5
6 103 – 110 5 13,8 % 102.5 110.5
7 111 – 118 3 8,3 % 110.5 118.5
Jumlah 36 100 %
118
Grafik Histogram Variabel X
49.5 56.6 63.5 70.5 77.5 84.5 90.5
0
2
4
6
8
10
12
119
Lampiran 14
Proses Perhitungan standar deviasi, rata-rata, dan distribusi frekuensi pada
Variabel Y (Disiplin Kerja Guru)
1. Jumlah skor pada variabel Y
Hasil Skoring Angket Variabel Y
Nomor
Responden
Jumlah Skor
Angket Disiplin Kerja Guru
1 124
2 124
3 106
4 114
5 129
6 110
7 113
8 116
9 108
10 107
11 109
12 128
13 122
14 134
15 155
16 127
17 127
18 117
19 128
20 116
21 123
120
22 118
23 120
24 119
25 119
26 132
27 110
28 85
29 100
30 111
31 109
32 99
33 103
34 96
35 99
36 113
4170
2. Urutan data dari yang terkecil sampai yang terbesar.
85 109 118 128
96 110 119 128
99 110 119 129
99 111 120 132
100 113 122 134
103 113 123 155
106 114 124
107 116 124
108 116 127
109 117 127
121
Di ketahui :
Yang terkecil : 85
Yang terbesar : 155
3. Mencari standar deviasi (simpangan baku)
No Data (xi) fi Xi . fi Xi2
Xi2
. fi
1 85 1 85 7225 7225
2 96 1 96 9216 9216
3 99 2 198 9801 19602
4 100 1 100 10000 10000
5 103 1 103 10609 10609
6 106 1 106 11236 11236
7 107 1 107 11449 11449
8 108 1 108 11664 11664
9 109 2 218 11881 23762
10 110 2 220 12100 24200
11 111 1 111 12321 12321
12 113 2 226 12769 25538
13 114 1 114 12996 12996
14 116 2 232 13456 26912
15 117 1 117 13689 13689
16 118 1 118 13924 13924
17 119 2 238 14161 28322
18 120 1 120 14400 14400
19 122 1 122 14884 14884
20 123 1 123 15129 15129
21 124 2 248 15376 30752
22 127 2 254 16129 32258
23 128 2 256 16384 32768
122
24 129 1 129 16641 16641
25 132 1 132 17424 17424
26 134 1 134 17956 17956
27 155 1 155 24025 24025
36 4170 355181 488902
√ ∑
(∑ )
( )
√ ( ) ( )
( )
√
√
√
4. Mencari rata-rata/mean disiplin kerja guru (variabel Y)
Dengan rumus sebagai berikut
5. Langkah dalam mencari disrtibusi frekuensi.
4. Menentukan r dengan rumus :
r = xn – xi = 155 – 85 = 70
5. Menentukan banyak kelas (k)
K = 1+3.322 log n
123
K = 1+3.322 log 36
K = 1+3.322 (1.5563)
K = 6.726 dibulatkan 7
6. Menentukan panjang kelas (c)
No Interval
Kelas f
Frekuensi
Relatif
Batas
bawah
Batas
atas
1 85 94 1 3% 84.5 94.5
2 95 – 104 5 14% 94.5 104.5
3 105 – 114 10 28% 104.5 114.5
4 115 – 124 12 33% 114.5 124.5
5 125 – 134 7 19.4% 124.5 134.5
6 135 144 0 0% 134.5 144.5
7 145 154 0 0% 144.5 154.5
8 155 164 1 2.7% 154.5 164.5
Jumlah 36 100%
Grafik Hitrogram Variabel Y
49.5 56.6 63.5 70.5 77.5 84.5 90.5
0
2
4
6
8
10
12
14
124
Lampiran 15
Langkah uji normalitas data variabel X dengan menggunakan teknik uji
Lillifors
1. Buat tabel distribusi frekuensi data tunggal dengan urutan kecil ke besar.
2. Tentukan nilai z dengan rumus :
3. Tentukan besar peluang masing-masing nilai z berdasarkan tabel z yang
disebut F(z).
Catatan :
Jika z + maka F(z) = 0.5 + ztabel
Jika – z (z negatif) maka F(z) = 1- (0.5 + z tabel)
4. Hitunglah frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai z yang disebut
S(z).
( )
( )
( )
5. Tentukan nilai Lhitung = F(z) S(z) dan bandingkan dengan nilai tabel
lillifors.
125
No xi F fkb S Zi F(z) S(z) F(z) – s(z)
1 61 1 1 90.41 14.58 - 2.01 0.0222 0.0277 0.0355
2 65 1 2 90.41 14.58 - 1.74 0.0409 0.0555 0.0146
3 68 1 3 90.41 14.58 - 1.53 0.0630 0.0833 0.0203
4 70 1 4 90.41 14.58 - 1.39 0.0823 0.1111 0.0288
5 72 2 6 90.41 14.58 - 1.26 0.1036 0.1666 0.063
6 73 2 8 90.41 14.58 - 1.19 0.1170 0.2222 0.1052
7 83 2 10 90.41 14.58 - 0.50 0.3085 0.2777 0.0308
8 84 1 11 90.41 14.58 - 0.43 0.3336 0.3055 0.0281
9 86 2 13 90.41 14.58 - 0.30 0.3821 0.3611 0.021
10 88 1 14 90.41 14.58 - 0.16 0.4364 0.3888 0.0476
11 89 3 17 90.41 14.58 - 0.09 0.4641 0.4722 0.0381
12 92 3 20 90.41 14.58 0.10 0.5398 0.5555 0.0157
13 93 1 21 90.41 14.58 0.17 0.5675 0.5833 0.0158
14 94 2 23 90.41 14.58 0.24 0.5948 0.6388 0.044
15 96 1 24 90.41 14.58 0.38 0.6480 0.6666 0.0186
16 98 3 27 90.41 14.58 0.52 0.6985 0.75 0.0515
17 100 1 28 90.41 14.58 0.65 0.7422 0.7777 0.0355
18 103 2 30 90.41 14.58 0.86 0.8051 0.8333 0.0282
19 106 1 31 90.41 14.58 1.06 0.8554 0.8611 0.0357
20 109 1 32 90.41 14.58 1.27 0.8980 0.8888 0.0392
21 110 1 33 90.41 14.58 1.34 0.9099 0.9166 0.0367
22 114 1 34 90.41 14.58 1.61 0.9463 0.9444 0.0319
23 116 2 36 90.41 14.58 1.75 0.9599 1 0.0401
Berdasarkan tabel diperoleh harga Lo = 0.1052
Harga Ltabel = 0.148 (0.886 : √36)
Keterangan : Lo ≤ Lt
Kesimpulan : data kewibawaan kepala sekolah adalah berasal dari populasi berdistribusi
normal.
126
Lampiran 16
Langkah uji normalitas data variabel Y dengan menggunakan teknik uji
Lillifors
6. Buat tabel distribusi frekuensi data tunggal dengan urutan kecil ke besar.
7. Tentukan nilai z dengan rumus :
8. Tentukan besar peluang masing-masing nilai z berdasarkan tabel z yang
disebut F(z).
Catatan :
Jika z + maka F(z) = 0.5 + ztabel
Jika – z (z negatif) maka F(z) = 1- (0.5 + z tabel)
9. Hitunglah frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai z yang disebut
S(z).
( )
10. Tentukan nilai Lhitung = F(z) S(z) dan bandingkan dengan nilai tabel
lillifors.
No xi F fkb S Zi F(z) S(z) F(z) – S(z)
1 85 1 1 115.8 12.95 - 2.37 0.0089 0.0277 0.0188
2 96 1 2 115.8 12.95 - 1.52 0.0643 0.0555 0.0388
3 99 2 4 115.8 12.95 - 1.29 0.0985 0.1111 0.0126
4 100 1 5 115.8 12.95 - 1.28 0.1003 0.1388 0.0385
5 103 1 6 115.8 12.95 - 0.98 0.1635 0.1666 0.0331
6 106 1 7 115.8 12.95 - 0.75 0.2266 0.1944 0.0322
7 107 1 8 115.8 12.95 - 0.67 0.7486 0.2222 0.0526
8 108 1 9 115.8 12.95 - 0.60 0.7257 0.25 0.0475
9 109 2 11 115.8 12.95 - 0.52 0.6985 0.3055 0.0393
10 110 2 13 115.8 12.95 - 0.44 0.6700 0.3611 0.0389
11 111 1 14 115.8 12.95 - 0.37 0.6443 0.3888 0.0255
12 113 2 16 115.8 12.95 - 0.21 0.5832 0.4444 0.0138
127
13 114 1 17 115.8 12.95 - 0.13 0.4483 0.4722 0.0239
14 116 2 19 115.8 12.95 0.01 0.5040 0.5277 0.0237
15 117 1 20 115.8 12.95 0.09 0.5359 0.5555 0.0196
16 118 1 21 115.8 12.95 0.16 0.5636 0.5833 0.0197
17 119 2 23 115.8 12.95 0.24 0.5948 0.6388 0.044
18 120 1 24 115.8 12.95 0.32 0.6255 0.6666 0.0411
19 122 1 25 115.8 12.95 1.47 0.7292 0.6944 0.0348
20 123 1 26 115.8 12.95 1.55 0.7394 0.7222 0.0172
21 124 2 28 115.8 12.95 1.63 0.8484 0.7777 0.0707
22 127 2 30 115.8 12.95 1.86 0.8686 0.8333 0.0353
23 128 2 32 115.8 12.95 1.94 0.9738 0.8888 0.085
24 129 1 33 115.8 12.95 1.01 0.8438 0.9166 0.0728
25 132 1 34 115.8 12.95 1.25 0.8944 0.9444 0.05
26 134 1 35 115.8 12.95 1.40 0.9192 0.9722 0.053
27 155 1 36 115.8 12.95 3.02 0.9887 1 0.0113
Berdasarkan tabel diperoleh harga Lo = 0.085
Harga Ltabel = 0.148 (0.886 : √36)
Keterangan : Lo ≤ Lt
Kesimpulan : data disiplin kerja guru berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
128
Lampiran 17
Gambaran Umum Tentang SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang
1. Tenaga Kependidikan SMK Triguna Utama
Terdapat tenaga kependidikan yang berkecimpung dalam bidang
administrasi di SMK Triguna Utama, yaitu:
Tabel
Tenaga kependidikan
No Nama Jabatan L/P
Ijazah
Terakhir Tahun
1 Nasatyo Tri Widodo, SSI.
Ka.TU L S1 FMIPA Fisika
Tahun 1994
2 Dwi Astuti Hartini Staf TU
Pengarsipan P SMEA ( 1979 )
3 Ria Dias Fitri Staf TU
Adm. Umum P D3 Perpajakan
4 Narif Staf TU
Bendahara P
SMEA Perkantoran/TU
5 Jaelani Tollman Mesin
L STM Th 1995
6 Rusdi Tollman Listrik
L STM ( 1998 )
7 Supriyadi Tollman Otomotif
L STM ( 1999 )
8 Pri Hasani Tenaga
Kebersihan L SD (1982)
9 Munadih Tenaga
Kebersihan L SMP (1990)
10 Agung Tugiono Tenaga
Kebersihan L SMA (2007)
2. Sarana dan prasarana
Pada dasarnya setiap sekolah untuk mewujudkan tujuannya harus
didukung oleh segala sarana dan prasarana yang memadai. Dengan sarana dan
prasarana yang memadai proses belajar mengajar akan berjalan degan baik
129
dan berhasil sesuai dengan tujuan pembelajaran. SMK Triguna Utama Ciputat
Tangerang memilik sarana dan prasarana yang sangat mendukung yaitu
sebagaimana berikut:
Tabel 4.3
Sarana dan prasarana SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang
No. Nama Bangunan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Ruang belajar
Ruang kepala sekolah dan TU
Ruang perpustakaan
Ruang guru
Ruang kantor
Ruang koperasi
Laboratorium bahasa
Laboratorium komputer
Ruang WC guru
Ruang WC murid
Mushola
Bengkel
Lapangan olahraga
Kantin
Ruang PMR
Gudang sekolah
21 Ruang kelas
1 Ruangan
1 Ruangan
1 Ruangan
1 Ruangan
1 Ruangan
3 Ruangan
1 Ruangan
9 Ruangan
3 Ruangan
1 Ruangan
6 Ruangan
1 Ruangan
3 Ruangan
1 Ruangan
1 Ruangan
3. Fasilitas Yang Diberikan SMK Triguna Utama Ciputat
Fasilitas yang diberikan SMK Triguna Utama adalah :
1. Workshop Elektro
2. Workshop Audio Video
3. Workshop Instalasi Listrik Penerangan
130
4. Workshop Instalasi Listrik Industri
5. Workshop Fabrikasi / Las
6. Workshop Pneumatik dan Hidrolik
7. Workshop Pemesinan
8. Workshop Kelistrikan Otomotif
9. Workshop Chasis & Pemindahan Tenaga
10. Workshop Engine / motor otomotif
11. Sepeda motor
12. Sarana dan Prasarana Internet
13. Laboratorium Komputer
14. Laboratorium Bahasa
15. Moving Class
16. Studio Musik
4. Struktur dan Bentuk organisasi yang di pakai Oleh SMK Triguna
Utama Ciputat Tangerang
Adapun bentuk organisasi yang di pakai oleh SMK Triguna Utama
Ciputat Tangerang Selatan adalah bentuk organisasi lini dan fungsional di
mana suatu bentuk organisasi yang wewenang dari pimpinan tertinggi
dilimpahkan kepada para kepala unit bawahannya, khusus dalam bidang
pekerjaan tertentu, selanjutnya pimpinan tetinggi tadi masih melimpahkan
pula wewenangnya kepada pejabat-pejabat fungsional yang melaksanakan
bidang pekerjaan operasional, akan tetapi yang karena tugas-tugasnya maka
secara fungsional koordinasinya diserahkan kepada kepala-kepala unit
tersebut terdahulu tanpa memandang tingkat atau jenjangnya. Berikut gambar
atau struktur organisasi lini dan fungsional :
131
Tabel 4.4
Struktur Organisasi SMK Triguna Utama
Alasan SMK Triguna Utama memilih bentuk orgnisasi ini karena
memiliki kelebihan seperti partisispasi pada para guru-guru dan karyawan
yang sangat tinggi, sehingga memudahkan pimpinan melakukan komando
pada para bawahannya dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kemudian
terciptanya kedisiplinan yang tinggi pada para guru dan pegawai (karyawan).
132
Selain itu, produktivitas kinerja pada masing-masing bagian fungsional dan
operasional berjalan, sebab spesialisasi kinerja dimanfaatkan secara maksimal.
Sekolah adalah sebuah organisasi pendidikan yang berfungsi untuk
mencerdaskan bangsa. Dalam sekolah juga memeliki 2 bentuk struktur
organisasi, yaitu struktur organisasi garis dan struktur organisasi fungsional.
Kedua struktur organisasi itu dipakai karena sekolah merupakan fondasi dari
suatu lembaga pendidikan. Sehingga dengan digunakannya struktur organisasi
tersebut diharapkan dapat membuat sistem kepengurusan organisasi yang
terpadu dan teladan. Dua struktur tersebut yaitu :
1) Struktur organisasi garis/staff adalah organisasi yang terencana,
maksudnya semua keputusan dikaji secara detail. Pada organisasi ini
wewenang atasan mutlak adanya, jadi atasan memiliki bawahan
khusus yang menerima langsung perintah atasan tersebut. Kepada
atasan bawahan tersebut harus bertanggung-jawab atas pelaksanaan
pekerjaannya. Dalam hal ini terdapat satu atau beberapa staff yang
bertugas memberi nasehat ataupun saran-saran yang sesuai dengan
bidangnya kepada pimpinan dalam organisasi tersebut. Dalam hal ini
Kepala Sekolah menugaskan kepada wakilnya dan wakilnya
menugaskan kepada para guru dalam menjalankan suatu sistem
pendidikan.
2) Struktur Organisasi Fungsional adalah fungsi-fungsi yang ada dalam
organisasi tersebut, seperti fungsi kesiswaan, kurikulum, tata usaha,
administrasi dan sebagainya. Dalam organisasi fungsional, seorang
staff tidak bertanggung-jawab kepada satu atasan saja. Pimpinan
memiliki wewenang pada satuan-satuan organisasi di bawahanya
untuk bidang pekerjaan tertentu. Pimpinan berhak memerintah semua
karyawan di semua bagian selama masih ada hubungannya dengan
bidang pekerjaan yang dimaksud.