program studi ilmu kesehatan masyarakat fakultas …repository.utu.ac.id/230/1/bab i_v.pdf · 1 bab...

46
PENGARUH KARAKTERISTIK IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA COT SEUMEUREUNG KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH KURNIA PUTRA NIM : 07C10104080 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH KARAKTERISTIK IBU TERHADAP STATUSGIZI BALITA DI DESA COT SEUMEUREUNG

    KABUPATEN ACEH BARATTAHUN 2013

    SKRIPSI

    OLEH

    KURNIA PUTRANIM : 07C10104080

    PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

    kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

    kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya

    manusia. Arah kebijaksanan pembangunan bidang kesehatan adalah untuk

    mempertinggi derajat kesehatan, termasuk di dalamnya keadaan gizi masyarakat

    dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan

    pada umumnya (Suhardjo, 2003).

    Gizi kurang dan gizi buruk pada balita berakibat terganggunya

    pertumbuhan jasmani dan rohani. Secara tidak langsung gizi kurang dan gizi

    buruk dapat menyebabkan anak balita mengalami defisiensi zat gizi yang dapat

    berakibat panjang, yaitu berkaitan dengan kesehatan anak, pertumbuhan anak,

    penyakit infeksi dan kecerdasan anak seperti halnya karena serangan penyakit

    tertentu. Apabila hal ini dibiarkan tentunya balita sulit sekali berkembang. Dengan

    demikian jelaslah masalah gizi merupakan masalah bersama dan semua keluarga

    harus bertindak atau berbuat untuk melakukan perbaikan gizi (Sudjasmin, 2002).

    Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh dua faktor: Pertama, faktor

    dalam yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri baik faktor bawaan

    maupun faktor yang diperolehnya, termasuk disini antara lain: hal-hal yang

    diturunkan dari orang tuanya misalnya warna rambut, bentuk tubuh, unsur

    berpikir dan kemampuan intelektual misalnya kecepatan berpikir, keadaan

  • 2

    kelenjar zat-zat dalam tubuh misalnya kekurangan hormon yang dapat

    menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, emosi dan sifat-sifat

    temperamen tertentu misalnya pemalu, pemarah, tertutup. Kedua, faktor luar

    antara lain: gizi, budaya, teman bermain (Depkes, 2002).

    Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka balita termasuk

    dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat

    yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka

    sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat (Anne Lies. 2003).

    Pemenuhan hak-hak anak terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan

    akan menghasilkan suatu generasi yang dapat tumbuh dan berkembang secara

    baik sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan menghasilkan

    bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas

    yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara

    berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu tahap ke tahap berikutnya, yang

    semakin hari semakin bertambah sempurna, mulai dari masa pembuahaan dan

    berakhir dengan kematian (Mar’at, 2005).

    Status gizi dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit terutama

    penyakit infeksi. Dengan asupan gizi yang kurang akan menyebabkan status gizi

    menurun dimana keadaan ini akan mempermudah anak untuk terinfeksi penyakit.

    Hal ini tentunya akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan

    anak selanjutnya (Satoto, 2004).

    Pada anak yang mengalami gizi kurang dari hasil pengukuran antropometri

    akan terjadi keterlambatan perkembangan seperti motorik halus dan motorik

    kasar. Perkembangan yang baik ditandai kesesuaian antara umur anak dengan

  • 3

    aspek perkembangan yang dinilai. Tingkat perkembangan pada setiap fase

    perkembangan berbeda sesuai dengan umur, dengan ditunjang oleh faktor

    lingkungan dan proses belajar. Anak kurang gizi pada tingkat ringan dan sedang

    tidak selalu diikuti dengan gejala sakit. Dia seperti anak-anak lain, masih bermain

    dan sebagainya, tetapi bila diamati seksama badannya mulai kurus (Djauhar,

    2004).

    Pada tahun 2011 di Indonesia terdapat 27.5% prevalensi balita kurang gizi,

    19.2% diantaranya menderita gizi kurang. Di Propinsi Aceh pada tahun 2011

    prevalensi balita kurang gizi masih merupakan masalah, dari 556.406 balita

    terdapat 27.09% balita kurang gizi, 17.23% diantaranya menderita gizi buruk

    (Profil Dinkes Provinsi Aceh, 2011). Di Kabupaten Aceh Barat dalam tahun 2012,

    dari 43.435 balita terdapat sebesar 0.6% anak umur 3-5 tahun menderita gizi

    kurang. Kecamatan Samatiga dengan jumlah balita sebanyak 11.245 merupakan

    daerah dengan kasus rawan gizi. Dengan pengukuran status gizi secara

    antropometri di dapatkan angka gizi kurang sebesar 2%, gizi buruk 1 % dan gizi

    lebih 1,5 %. Desa Cot Seumeureung dengan jumlah penduduk 1.321 orang dan

    jumlah balita sebanyak 115 orang, angka kunjungan ke posyandu 60 % atau

    sekitar 64 orang balita dalam setiap kegiatan posyandu. Dari 64 jumlah balita

    tersebut terdapat 1 orang balita dengan gizi buruk, 5 gizi kurang dan 4 gizi lebih,

    selebihnya dengan gizi baik (Puskesmas Samatiga, 2012). Dari permasalahan

    inilah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat adakah

    hubungan antara karakteristik ibu terhadap status gizi pada balita.

  • 4

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diambil suatu rumusan

    masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh status gizi pada balita terkait

    dengan karakteristik ibu.

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui pengaruh karakteristik ibu terhadap status gizi balita di

    Desa Cot Seumereung Kabupaten Aceh Barat.

    1.3.2. Tujuan Khusus

    1.3.2.1.Mengetahui pengaruh umur ibu terhadap status gizi balita.

    1.3.2.2.Mengetahui pengaruh pendidikan ibu terhadap status gizi balita.

    1.3.2.3.Mengetahui pengaruh pekerjaan ibu terhadap status gizi balita.

    1.3.2.4.Mengetahui pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi balita.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1. Manfaat Praktis

    Di dapatkan data terbaru tentang hubungan karakteristik ibu dengan status

    gizi balita, serta menjadi informasi terbaru bagi puskesmas untuk penyuluhan

    tentang gizi balita.

    1.4.2. Manfaat Teoritis

    1. Bagi Peneliti

    Untuk mengetahui bagaimana status gizi balita di Kecamatan Samatiga.

  • 5

    2. Bagi Institusi Pendidikan

    Sebagai bahan rujukan atau pedoman untuk penelitian selanjutnya, tentang

    karakteristik ibu dan status gizi balita.

    3. Bagi Masyarakat

    Sebagai informasi mengenai hubungan antara gizi balita dengan

    karakteristik ibu.

    4. Bagi Pemerintah

    Sebagai bahan informasi bagi para pengambil kebijakan dan pelaksana

    teknis di lingkungan Pemerintahan Aceh Barat.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Karakteristik ibu

    Karakteristik ibu adalah identitas atau ciri khusus seorang ibu yang terkait

    dengan umur, pendidikan dan pekerjaan.

    2.1.1. Umur

    Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan). Usia ibu yang

    menikah terlalu cepat dapat berpengaruh terhadap kehidupannya dan juga tata

    cara merawat bayi dan balitanya kelak. Dan dalam hal ini jika usia ibu menikah <

    20 tahun dan dengan usia ibu yang terlalu muda belum dapat menentukan apakah

    sesuatu yang dilakukannya sudah benar atau belum. Dan ditakutkan ibu yang

    berusia < 20 tahun memberikan makanan yang tidak bergizi kepada balitanya

    (Wiku. 2007).

    2.1.2. Pendidikan

    Pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan faktor sosial, prilaku

    demografi seperti pendapatan, gaya hidup dan status kesehatan. Dan dengan

    pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektualnya sehingga

    dapat mengambil keputusan dalam bertindak. Dalam hal ini berhubungan dengan

    ibu yaitu tentang pemberian makanan bergizi kepada anak, dan mungkin saja bila

    semakin tinggi pendidikan ibu, ibu akan semakin mengetahui apa-apa saja yang

    terbaik buat anaknya dan ibu yang pendidikannya rendah kurang mengetahui

    tentang pemberian makanan yang bergizi bagi anaknya.

  • 7

    Tiga faktor penentu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah tingkat

    pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut erat kaitannya dengan

    status gizi masyarakat (wiku, 2007).

    2.1.3. Pekerjaan

    Pekerjaan adalah status yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Untuk

    karakteristik ini, kita ingin melihat pekerjaan mayoritas ibu-ibu yang mempunyai

    bayi karena kemungkinan ibu-ibu yang bekerja tidak memberikan ASI eksklusif

    atau terlalu cepat memberikan Makanan Pendamping ASI. Dampak dari krisis

    ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan pangan. Hal

    ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat

    menurunkan status gizi (Ismael, S, 2002).

    2.1.4. Pengetahuan Gizi

    Perilaku konsumsi dalam memilih makanan, baik jenis maupun jumlahnya

    berkaitan erat dengan pengetahuan gizi. Salah satu penyebab tingginya masalah

    gizi utama di Indonesia adalah rendahnya pengetahuan tentang gizi (Handajani,

    2004).

    Pengetahuan merupakan hasil dari mengetahui sesuatu hal dalam

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi

    melalui pancaindera yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa, dan raba.

    Penginderaan tersebut sebagian besar terjadi melalui penglihatan dan pendengaran

    (Notoatmodjo, 1997). Menurut WHO (1992) mengatakan bahwa pengetahuan

    dapat diperoleh melalui pengalaman, guru, orang tua, buku, maupun media masa.

    Adanya berbagai masalah yang dapat menyebabkan masalah gizi, secara

    tidak langsung adalah karena kurangnya informasi yang memadai. Pendidikan

  • 8

    baik formal maupun non formal diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

    mengenai gizi. Adanya pengetahuan tentang gizi diharapkan akan tercipta pula

    kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga mereka tidak hanya

    mengutamakan rasanya saja, tetapi dari segi yang lain diperhatikan juga

    (Handajani, 2004).

    Pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada 3 kenyataan, yaitu :

    1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

    2. Setiap orang hanya akan cukup zat gizi, jika makanan yang dimakannya

    mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh

    yang optimal, pemeliharaan, dan sebagai energi.

    3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat

    belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi (Suhardjo,

    2003).

    Kurangnya pengetahuan dan konsep yang salah tentang kebutuhan pangan

    dan nilai pangan adalah umum di setiap negara. Faktor yang penting dalam

    masalah kurang gizi dan gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang

    gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan

    sehari-hari (Suhardjo, 2003).

    2.2. Status Gizi

    2.2.1. Pengertian Status Gizi

    Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

    dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2002). Status gizi juga diartikan sebagai

    tanda-tanda atau penampilan fisiologis yang diakibatkan oleh keseimbangan

  • 9

    intake gizi dan penggunaannya oleh organisme, status gizi terutama ditentukan

    oleh ketersediaan semua zat dalam jumlah yang cukup dan dalam kombinasi yang

    tepat, selain itu faktor ekonomi dan penyakit infeksi juga turut mempengaruhi

    status gizi pada balita (Soekirman, 2000).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi, secara langsung dipengaruhi

    oleh kecukupan asupan makanan dan penyakit infeksi., secara tidak langsung

    dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, ketersediaan

    pelayanan kesehatan, pola asuh yang tidak memadai, lebih jauh masalah gizi

    disebabkan oleh kemiskinan, pendidikan rendah (Depkes, 2002).

    Pendapat lain, Prawirohartono (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi

    status gizi terdiri dari dua yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor

    langsung ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya penyakit

    infeksi. Faktor tidak langsung terdiri dari faktor ekonomi, pertanian, budaya,

    pendidikan dan pekerjaan, kebersihan lingkungan serta fasilitas pelayanan

    kesehatan.

    Menurut Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi Nasional

    (Depkes, 2000) bahwa kurang gizi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu, Pertama,

    penyebab langsung yaitu makanan dan infeksi yang mungkin diderita anak.

    Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga

    karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering

    sakit seperti diare atau demam dapat menderita kurang gizi, demikian juga pada

    anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan tubuh akan lemah dan

    mudah terserang penyakit. Kedua, penyebab tidak langsung ketahanan pangan di

    keluarga, pola pengasuhan, pelayanan kesehatan serta kesehatan lingkungan.

  • 10

    2.2.2. Penilaian Status Gizi

    Penilaian status gizi terbagi atas dua yaitu secara langsung dan tidak

    langsung. Secara langsung yaitu meliputi antropometri, klinis, biokimia dan

    biofisik, sedangkan secara tidak langsung yaitu meliputi survey konsumsi

    makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Dari dua jenis penilaian status gizi

    tersebut yang paling sering digunakan adalah penilaian status gizi secara

    antropometri dan klinis.

    a. Antropometri

    Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari

    sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

    pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

    tingkat gizi (Supariasa dkk, 2002). Pendapat lain, antropometri merupakan

    pengukuran yang dilakukan pada manusia dengan maksud mengetahui status

    gizinya (Prawirohartono, 2006).

    Menurut Standar WHO-NCHS indikator penilaian status gizi dibedakan

    atas tiga yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur

    (TB/U) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Depkes, 2005).

    Menurut Supariasa dkk., (2002), dijelaskan bahwa: Pertama, Berat Badan

    menurut Umur (BB/U), berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

    gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-

    perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, nafsu

    makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah

    parameter antropometri yang sangat labil. Mengingat karakteristik berat badan

  • 11

    yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat

    ini. Kedua, Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Tinggi badan merupakan

    antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan

    normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pengaruh

    defisiensi zat gizi terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang relatif

    lama. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status

    gizi masa lalu. Ketiga, Berat Badan menurut Tinggi Badan. Berat badan memiliki

    hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal,

    perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan

    kecepatan tertentu, dan indeks ini bisa digunakan untuk menentukan status gizi

    saat ini.

    b. Klinis

    Pemeriksaan klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai

    status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang

    terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi (Supariasa dkk, 2002).

    2.3. Klasifikasi Status Gizi

    Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

    penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2002). Status gizi secara umum dapat

    diklasifikasikan menjadi empat kelompok utama, yaitu:

    2.3.1. Status Gizi Lebih

    Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah

    berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Gizi lebih

    menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi

  • 12

    disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah

    satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi

    atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes, jantung koroner, hati, dan

    kantung empedu (Almatsier, 2002).

    Budiyanto (2002) mendefinisikan status gizi lebih adalah keadaan

    patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan, mengkonsumsi energi

    lebih banyak daripada yang diperlukan tubuh untuk jangka waktu yang panjang.

    2.3.2. Status Gizi Baik

    Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh

    cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan

    pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara

    umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2002).

    Menurut Budiyanto (2002) status gizi baik adalah kondisi pada saat asupan

    gizi seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang yang bersangkutan. Kebutuhan

    gizi seseorang ditentukan oleh kebutuhan gizi basal, kegiatan, dan pada keadaan

    fisiologis

    tertentu serta dalam keadaan sehat.

    2.3.3. Status Gizi Kurang

    Status gizi kurang terjadi bila tubuh kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi

    esensial. Akibat kurang gizi terhadap proses tumbuh bergantung pada zat gizi apa

    yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas

    dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses pertumbuhan, produksi

    tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, perilaku (Almatsier, 2002).

  • 13

    Adapun Budiyanto (2002) mengartikan gizi kurang merupakan keadaan

    tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup makan dengan demikian

    konsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu. Berat badan

    yang menurun adalah tanda utama dari gizi kurang.

    2.3.4. Status Gizi Buruk

    Status gizi buruk terjadi apabila hampir semua penyakit gizi kurang

    diderita seseorang dan dalam keadaan yang lebih parah di bandingkan dengan gizi

    kurang (Pudjiadi S., 2001).

    Tabel 2.1

    Kategori dan ambang batas status gizi anak

    Indeks KatagoriStatus Gizi

    Ambang BatasZ-Score

    Berat Badan Menurut Umur(BB/U)

    Anak Umur 5-18 tahun

    Gizi Buruk < -3 SDGizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD

    Gizi Baik -2 SD Sampai dengan < 2 SDGizi Lebih > 2 SD

    Panjang Badan MenurutUmur (PB/U) atau

    Tinggi Badan Menurut Umur(TB/U)

    Anak Umur 5-18 tahun

    Sangat Pendek < -3 SDPendek -3 SD sampai dengan < -2 SDTinggi -2 SD Sampai dengan < 2 SDKurus > 2 SD

    Berat Badan MenurutPanjang Badan (BB/PB) atauBerat Badan Menurut Tinggi

    Badan (BB/TB)Anak Umur 5-18 tahun

    Sangat Kurus < -3 SDKurus -3 SD sampai dengan < -2 SD

    Normal -2 SD Sampai dengan < 2 SDGemuk > 2 SD

    Indeks Massa TubuhMenurut Umur (IMT/U)Anak Umur 5-18 tahun

    Sangat Kurus < -3 SDKurus -3 SD sampai dengan < -2 SD

    Normal -2 SD Sampai dengan < 2 SDGemuk > 2 SD

    Indeks Massa TubuhMenurut Umut (IMT/U)

    Anak Umur 5-18 thn

    Sangat Kurus < -3 SDKurus -3 SD sampai dengan < -2 SD

    Normal -2 SD Sampai dengan < 1SDGemuk -1SD Sampai dengan < 2 SDObesitas > 2 SD

  • 14

    Keputusan Menteri Kesehatan RI

    Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010

    Tanggal : 30 Desember 2010

    Tabel 2.2Standar Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

    Anak Laki-Laki Umur 0 - 60 Bulan

    Umur(Bulan)

    Berat Badan (Kg)-3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD

    0 2.1 2.5 2.9 3.3 3.9 4.4 5.01 2.9 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.62 3.8 4.3 4.9 5.6 6.3 7.1 8.03 4.4 5.0 5.7 6.4 7.2 8.0 9.04 4.9 5.6 6.2 7.0 7.8 8.7 9.75 5.3 6.0 6.7 7.5 8.4 9.3 10.46 5.7 6.4 7.1 7.9 8.8 9.8 10.97 5.9 6.7 7.4 8.3 9.2 10.3 11.48 6.2 6.9 7.7 8.6 9.6 10.7 11.99 6.4 7.1 8.0 8.9 9.9 11.0 12.310 6.6 7.4 8.2 9.2 10.2 11.4 12.711 6.8 7.6 8.4 9.4 10.5 11.7 13.012 6.9 7.7 8.6 9.6 10.8 12.0 13.313 7.1 7.9 8.8 9.9 11.0 12.3 13.714 7.2 8.1 9.0 10.1 11.3 12.6 14.015 7.4 8.3 9.2 10.3 11.5 12.8 14.316 7.5 8.4 9.4 10.5 11.7 13.1 14.617 7.7 8.6 9.6 10.7 12.0 13.4 14.918 7.8 8.8 9.8 10.9 12.2 13.7 15.319 8.0 8.9 10.0 11.1 12.5 13.9 15.620 8.1 9.1 10.1 11.3 12.7 14.2 15.921 8.2 9.2 10.3 11.5 12.9 14.5 16.222 8.4 9.4 10.5 11.8 13.2 14.7 16.523 8.5 9.5 10.7 12.0 13.4 15.0 16.824 8.6 9.7 10.8 12.2 13.6 15.3 17.125 8.8 9.8 11.0 12.4 13.9 15.5 17.526 8.9 10.0 11.2 12.5 14.1 15.8 17.827 9.0 10.1 11.3 12.7 14.3 16.1 18.128 9.1 10.2 11.5 12.9 14.5 16.3 18.429 9.2 10.4 11.7 13.1 14.8 16.6 18.7

  • 15

    30 9.4 10.5 11.8 13.3 15.0 16.9 19.031 9.5 10.7 12.0 13.5 15.2 17.1 19.332 9.6 10.8 12.1 13.7 15.4 17.4 19.633 9.7 10.9 12.3 13.8 15.6 17.6 19.934 9.8 11.0 12.4 14.0 15.8 17.8 20.235 9.9 11.2 12.6 14.2 16.0 18.1 20.436 10.0 11.3 12.7 14.3 16.2 18.3 20.737 10.1 11.4 12.9 14.5 16.4 18.6 21.038 10.2 11.5 13.0 14.7 16.6 18.8 21.339 10.3 11.6 13.1 14.8 16.8 19.0 21.640 10.4 11.8 13.3 15.0 17.0 19.3 21.941 10.5 11.9 13.4 15.2 17.2 19.5 22.142 10.6 12.0 13.6 15.3 17.4 19.7 22.443 10.7 12.1 13.7 15.5 17.6 20.0 22.744 10.8 12.2 13.8 15.7 17.8 20.2 23.045 10.9 12.4 14.0 15.8 18.0 20.5 23.346 11.0 12.5 14.1 16.0 18.2 20.7 23.647 11.1 12.6 14.3 16.2 18.4 20.9 23.948 11.2 12.7 14.4 16.3 18.6 21.2 24.249 11.3 12.8 14.5 16.5 18.8 21.4 24.550 11.4 12.9 14.7 16.7 19.0 21.7 24.851 11.5 13.1 14.8 16.8 19.2 21.9 25.152 11.6 13.2 15.0 17.0 19.4 22.2 25.453 11.7 13.3 15.1 17.2 19.6 22.4 25.754 11.8 13.4 15.2 17.3 19.8 22.7 26.055 11.9 13.5 15.4 17.5 20.0 22.9 26.356 12.0 13.6 15.5 17.7 20.2 23.2 26.657 12.1 13.7 15.6 17.8 20.4 23.4 26.958 12.2 13.8 15.8 18.0 20.6 23.7 27.259 12.3 14.0 15.9 18.2 20.8 23.9 27.660 12.4 14.1 16.0 18.3 21.0 24.2 27.9

  • 16

    Tabel 2.3Standar Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

    Anak Perempuan Umur 0 - 60 Bulan

    Umur(Bulan)

    Berat Badan (Kg)-3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD

    0 2.0 2.4 2.8 3.2 3.7 4.2 4.81 2.7 3.2 3.6 4.2 4.8 5.5 6.22 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6 7.53 4.0 4.5 5.2 5.8 6.6 7.5 8.54 4.4 5.0 5.7 6.4 7.3 8.2 9.35 4.8 5.4 6.1 6.9 7.8 8.8 10.06 5.1 5.7 6.5 7.3 8.2 9.3 10.67 5.3 6.0 6.8 7.6 8.6 9.8 11.18 5.6 6.3 7.0 7.9 9.0 10.2 11.69 5.8 6.5 7.3 8.2 9.3 10.5 12.010 5.9 6.7 7.5 8.5 9.6 10.9 12.411 6.1 6.9 7.7 8.7 9.9 11.2 12.812 6.3 7.0 7.9 8.9 10.1 11.5 13.113 6.4 7.2 8.1 9.2 10.4 11.8 13.514 6.6 7.4 8.3 9.4 10.6 12.1 13.815 6.7 7.6 8.5 9.6 10.9 12.4 14.116 6.9 7.7 8.7 9.8 11.1 12.6 14.517 7.0 7.9 8.9 10.0 11.4 12.9 14.818 7.2 8.1 9.1 10.2 11.6 13.2 15.119 7.3 8.2 9.2 10.4 11.8 13.5 15.420 7.5 8.4 9.4 10.6 12.1 13.7 15.721 7.6 8.6 9.6 10.9 12.3 14.0 16.022 7.8 8.7 9.8 11.1 12.5 14.3 16.423 7.9 8.9 10.0 11.3 12.8 14.6 16.724 8.1 9.0 10.2 11.5 13.0 14.8 17.025 8.2 9.2 10.3 11.7 13.3 15.1 17.326 8.4 9.4 10.5 11.9 13.5 15.4 17.727 8.5 9.5 10.7 12.1 13.7 15.7 18.028 8.6 9.7 10.9 12.3 14.0 16.0 18.329 8.8 9.8 11.1 12.5 14.2 16.2 18.730 8.9 10.0 11.2 12.7 14.4 16.5 19.031 9.0 10.1 11.4 12.9 14.7 16.8 19.332 9.1 10.3 11.6 13.1 14.9 17.1 19.633 9.3 10.4 11.7 13.3 15.1 17.3 20.034 9.4 10.5 11.9 13.5 15.4 17.6 20.335 9.5 10.7 12.0 13.7 15.6 17.9 20.636 9.6 10.8 12.2 13.9 15.8 18.1 20.9

  • 17

    37 9.7 10.9 12.4 14.0 16.0 18.4 21.338 9.8 11.1 12.5 14.2 16.3 18.7 21.639 9.9 11.2 12.7 14.4 16.5 19.0 22.040 10.1 11.3 12.8 14.6 16.7 19.2 22.341 10.2 11.5 13.0 14.8 16.9 19.5 22.742 10.3 11.6 13.1 15.0 17.2 19.8 23.043 10.4 11.7 13.3 15.2 17.4 20.1 23.444 10.5 11.8 13.4 15.3 17.6 20.4 23.745 10.6 12.0 13.6 15.5 17.8 20.7 24.146 10.7 12.1 13.7 15.7 18.1 20.9 24.547 10.8 12.2 13.9 15.9 18.3 21.2 24.848 10.9 12.3 14.0 16.1 18.5 21.5 25.249 11.0 12.4 14.2 16.3 18.8 21.8 25.550 11.1 12.6 14.3 16.4 19.0 22.1 25.951 11.2 12.7 14.5 16.6 19.2 22.4 26.352 11.3 12.8 14.6 16.8 19.4 22.6 26.653 11.4 12.9 14.8 17.0 19.7 22.9 27.054 11.5 13.0 14.9 17.2 19.9 23.2 27.455 11.6 13.2 15.1 17.3 20.1 23.5 27.756 11.7 13.3 15.2 17.5 20.3 23.8 28.157 11.8 13.4 15.3 17.7 20.6 24.1 28.558 11.9 13.5 15.5 17.9 20.8 24.4 28.859 12.0 13.6 15.6 18.0 21.0 24.6 29.260 12.1 13.7 15.8 18.2 21.2 24.9 29.5

    2.4. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan

    Pada anak gizi kurang secara umum memiliki gejala klinis pertumbuhan

    terhambat, lemak subkutan hampir tidak ada (sel lemak masih ada) sehingga kulit

    anak keriput, wajah seperti orang tua, perut tampak buncit, jaringan otot mengecil

    (gangguan sel syaraf otot), sedangkan pada anak yang mengalami gangguan

    syaraf otot (muscle cerebral palsy) akan mengalami masalah kesehatan yang

    kompleks antara lain: gangguan motorik, retardasi mental, kejang, gangguan

    pendengaran, gangguan rasa raba, gangguan bahasa dan bicara, gangguan

    konsentrasi, gangguan emosi dan gangguan belajar (Sudiharto dkk, 2000).

  • 18

    Gerakan motorik tidak dapat dilakukan dengan sempurna apabila

    mekanisme otot belum berkembang, hal ini terjadi pada anak yang mengalami

    gangguan pertumbuhan seperti pendek (stunted), dimana otot berbelang (striped

    muscle) atau striated muscle yang mengendalikan gerakan sukarela berkembang

    dalam laju yang agak lambat, sebelum anak dalam kondisi normal, tidak mungkin

    ada tindakan sukarela yang terkoordinasi (Hurlock, 2008).

    Anak sehat, lebih cepat belajar berbicara sebagai bentuk bahasa ketimbang

    anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota

    kelompok sosial, dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut (Hurlock,

    2008), sedangkan pada anak yang mengalami gangguan gizi, pendek (stunted)

    cenderung apatis sehingga tidak mau melakukan komunikasi, jika hal ini

    berlangsung lama maka akan terjadi gangguan berbicara atau berbahasa pada anak

    karena jarang diasah.

    Kecenderungan bawaan dapat menimbulkan kesulitan untuk

    menyesuaikan diri dengan harapan sosial dalam pemenuhan perkembangan

    personal sosial anak. Seorang anak dengan tubuh yang kecil dan otot yang lemah

    tidak akan mampu menyesuaikan diri dalam suatu budaya yang menganggap ideal

    tubuh yang sempurna seperti atlit (Hurlock, 2008).

    Status gizi anak secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan

    penyakit terutama penyakit infeksi, dengan asupan gizi yang kurang akan

    menyebabkan status gizi menurun dimana keadaan ini mempermudah anak untuk

    terinfeksi penyakit, hal ini tentunya akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan

    perkembangan anak selanjutnya. Penelitian Satoto (2004) dikatakan bahwa

    terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak.

  • 19

    Pendapat ini didukung hasil penelitian Soetjiningsih (2005), bahwa ada perbedaan

    yang signifikan antara anak malnutrisi dan normal dengan perkembangan sosial.

    Pendapat Kartika dan Latinuli (2002), dimasa anak-anak khususnya pada

    masa 3 tahun pertama, kualitas kemampuan motorik kasar anak dipengaruhi oleh

    beberapa aspek kehidupan antara lain aspek kesehatan, intelektualitas, prestasi dan

    produktifitas. Masa tersebut merupakan masa rawan, karena gangguan yang

    terjadi pada masa ini dapat menyebabkan efek yang menetap setelah dewasa.

    Anak yang mengalami gangguan kemampuan motorik kasar pada masa ini

    selanjutnya dapat mengalami gangguan kemampuan tumbuh kembang. Zat gizi

    seperti energi dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan jaringan tubuh dan

    melakukan aktifitas baik fisik maupun mental. Hal ini juga didukung oleh teori

    yang mengatakan bahwa pada usia balita terutama bawah dua tahun (baduta)

    merupakan usia yang paling rentan terhadap perubahan status gizi dan Kesehatan.

    Jika pada masa tersebut anak tidak mendapat asupan energi dan protein sesuai

    kebutuhan, maka anak akan mudah mengalami gangguan pertumbuhan dan

    perkembangan (Soetjiningsih dkk, 2005)

    2.5. Bawah Lima Tahun (Balita)

    Balita adalah kelompok anak usia di bawah lima tahun. Masa balita

    merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dasar

    pada masa balita ini akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak

    selanjutnya. Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,

    emosiaonal, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

    perkembangan selanjutnya (Soetjiningsih, 2005).

  • 20

    Balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang

    pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram (Kg) berat

    badannya. Di Indonesia, anak kelompok balita menunjukkan prevalensi paling

    tinggi untuk penyakit KKP dan defisiensi vitamin A serta anemia defisiensi Fe.

    Kelompok umur ini sulit dijangkau oleh berbagai upaya kegiatan perbaikan gizi

    dan kesehatan lainnya (Sediaoetama, 2004).

    Anak balita merupakan anggota keluarga yang memerlukan perhatian

    khusus dari orang tua, karena pada usia ini seorang anak masih tergantung secara

    fisik amupun emosional kepada orang tua. Anak balita belum mandiri dalam

    memenuhi kebutuhan makannya. Oleh karena itu asupan makanan anak balita

    hampir sepenuhnya tergantung pada orang dewasa yang mengasuhnya artinya

    pertumbuhan anak balita sangat dipengaruhi oleh kualitas makannya, sementara

    kualitas makannya sangat tergantung pada pola asuh makan anak yang diterapkan

    keluarga (Khomsan, 2004).

    2.6. Kebutuhan Dasar Anak

    Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan

    menjadi 3 (tiga) kebutuhan dasar (Soetjiningsih, 2005).

    a. Kebutuhan fisik/biomedis (ASUH).

    Kebutuhan ini meliputi: Pertama, pangan/gizi merupakan

    kebutuhan terpenting. Kedua, perawatan kesehatan dasar, antara lain

    imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur,

    pengobatan kalau sakit. Ketiga, papan/pemukiman yang layak. Keempat,

    hygiene perorangan, sanitasi lingkungan. Kelima, sandang. Keenam,

    kesegaran jasmani dan rekreasi.

  • 21

    b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)

    Pada tahun-tahun pertama kehidupan hubungan yang erat, mesra

    dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak

    untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun

    psikososial. Kurangnya kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama

    kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik

    fisik, mental maupun sosial emosi. Kasih sayang dari orang tuanya (ayah-

    ibu) akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar.

    c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)

    Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada

    anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental

    psikososial meliputi kecerdasan, keterampilan kemandirian, kreativitas,

    agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dam sebagainya.

    Dengan mengacu kepada konsep dasar tumbuh kembang maka

    secara konseptual pengasuhan adalah upaya dari lingkungan agar

    kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang (asuh, asih, asah) dapat

    dipenuhi dengan baik, dalam arti anak mampu memanfaatkan fasilitas

    yang ada dilingkungan tersebut, sehingga anak dapat tumbuh kembang

    secara optimal.

    2.7. Kerangka Teoretis

    Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami gangguan

    pertumbuhan misalnya anak akan kurus atau pendek (Depkes, 2002). Hal ini

    akan mempengaruhi perkembangan fisik anak yang meliputi tiga aspek yaitu:

  • 22

    Pertama, sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan

    dan emosi. Kedua, otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan

    dan kemampuan motorik. Ketiga, kelenjar endokrin, yang menyebabkan

    munculnya pola-pola tingkah laku baru seperti mengoceh dan berinteraksi

    dengan diri dan lingkungannya (Dahlan, 2005).

    Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dalam struktur

    dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

    diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2005).

    Perkembangan anak dapat dilihat dari empat aspek yaitu aspek personal

    sosial, aspek motorik halus, aspek bahasa dan aspek motorik kasar (Djauhar

    dkk., 2004).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada balita juga di pengaruhi

    oleh hal-hal lain di luar individu itu sendiri seperti karakteristik orang tua

    (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap dan norma

    social. (Soetjiningsih, 2005).

  • 23

    Gambar 2. 1. :Kerangka Teoretis Modifikasi Tumbuh Kembang Anak

    Soetjiningsih (2005), Pemantauan Perkembangan Anak Djauhar

    dkk., (2004) dan Dahlan (2005).

    2.8. Kerangka Konsep

    Dalam penelitian ini, status gizi merupakan variabel terikat sedangkan

    karakteristik ibu yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan sebagai variabel

    bebas.

    Status Gizi:Indeks BeratBadan/ Umur

    - Umur- Pendidikan- Pekerjaan- Pendapatan- Pengetahuan- Sikap- Norma sosial

    Faktor Predisposisi

    - Sarana kesehatan- Keterjangkauan layanan

    kesehatan

    - Sikap dan perilakupetugas

    - Informasi dari keluargadan teman

    Faktor Pendorong

    Faktor Pendukung

  • 24

    Gambar 2.2 : Kerangka Konseptual Penelitian

    2.9. Hipotesis Penelitian

    1. Ada pengaruh umur ibu terhadap status gizi balita.

    2. Ada pengaruh pendidikan ibu terhadap status gizi balita

    3. Ada pengaruh pekerjaan ibu terhadap status gizi balita

    4. Ada pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi balita.

    Status GiziIndeks BeratBadan/ Umur

    Independen

    Pendidikan

    Pekerjaan

    Dependen

    Pengetahuan

    Umur

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross sectional.

    Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan status gizi berdasarkan

    karakteristik ibu. Dimana subjek penelitian diamati pada waktu bersamaan,

    artinya tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel

    subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Desa Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga

    Kabupaten Aceh Barat.

    3.2.2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini di laksanakan pada bulan April tahun 2013.

    3.3. Populasi dan Sampel

    3.3.1. Polulasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dan balitanya yang

    berkunjung pada Posyandu Desa Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga

    Kabupaten Aceh Barat tahun 2013 sebanyak 115 ibu.

    25

  • 26

    3.3.2. Sampel

    Penentuan besar sampel dalam penelitian ini di lakukan dengan

    menggunakan rumus Slovin berikut:

    . RUMUS SLOVIN n = ___N___1 + N (d ) ²

    n = Jumlah Sampel

    N = Jumlah populasi

    d² = Presisi ( diambil 1% = 0,1 )

    Berdasarkan rumus Slovin diatas maka jumlah sampel yang diambil adalahsebagai berikut:

    115n = ___________

    1+115. (0,1) ²

    115n = _____________ = 53

    1+115.(0,01)

    Jumlah sampel 53 orang.

    3.4. Metode Pengumpulan Data

    Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

    data sekunder.

    3.4.1. Data Primer

    Data primer di peroleh dengan pembagian kuesioner, meliputi data

    identitas responden (umur, pekerjaan, pendidikan terakhir dan pengetahuan).

    3.4.2. Data sekunder

    Data sekunder diperoleh dari laporan Puskesmas dan Dinas Kesehatan

    Kabupaten Aceh Barat.

  • 27

    3.5. Defenisi Operasional

    No Variabel KeteranganVariabel Independen

    1 Umur Definisi

    Cara ukurAlat UkurHasil Ukur

    Skala ukur

    Lamanya hidup responden sampaidengan ulang tahun terakhir.WawancaraKuesioner1. Muda2. TuaOrdinal

    1 Pendidikan DefinisiCara ukurAlat UkurHasil Ukur

    Hasil ukur

    Ijazah terakhir yang di perolehWawancaraKuesioner

    2.5. 1. Tinggi2.6. 2. Menengah2.7. 3. Rendah

    Ordinal2 Pekerjaan Definisi

    Cara ukurAlat UkurHasil Ukur

    Skala ukur

    Kegiatan sehari-hari yang dilakukan,mendapatkan imbalan atau tidak.WawancaraKuesioner1. Bekerja2. Tidak bekerjaOrdinal

    3 Pengetahuan Definisi

    Cara ukurAlat UkurHasil Ukur

    Skala ukur

    Tingkat Pemahaman ibu balita tentanggizi

    WawancaraKuesioner1. Baik2. KurangOrdinal

    Variabel Dependen1. Status Gizi

    BalitaIndeks BB/U

    Definisi

    Cara ukur

    Alat UkurHasil Ukur

    Skala Ukur

    Keadaan tubuh balita yang berkaitandengan zat-zat gizi essensial.Penimbangan berat badan pengukurantinggi badanTimbangan Microtoa dan dacin1. Baik (baik)2. Tidak baik (buruk, kurang, lebih)Ordinal

  • 28

    3.6. Aspek Pengukuran

    Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis

    yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan

    tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Alat yang digunakan adalah

    lembaran kuesioner.

    Adapun penjelasan dari hasil ukur pada definisi operasional adalah sebagai

    berikut:

    1. Umur

    1. Tua = Apabila ibu berumur ≥ 35 tahun

    2. Muda = Apabila ibu berumur < 35 tahun

    (Kemenkes, 2010).

    2. Pendidikan

    1. Tinggi = Apabila pendidikan terakhir responden Diploma, SI, S2,

    S3

    2. Menengah = Apabila pendidikan terakhir responden SMU/ sederajat

    3. Rendah = Apabila pendidikan terakhir responden SMP, SD dan

    tidak sekolah (Wiku, 2007).

    3. Pekerjaan

    1. Bekerja = Melakukan pekerjaan pada instansi formil dan non formil

    serta mendapatkan gaji/upah.

    2. Tidak bekerja=Tidak ada pekerjaan sehari-hari yang mendapatkan

    gaji/upah (Ismael, S, 2002).

    4. Pengetahuan

  • 29

    1. Baik = Apabila responden menjawab dengan benar > 50 %

    pertanyaan di kuesioner.

    2. Kurang = Apabila jawaban yang benar < 50 % dari pertanyaan di

    kuesioner (Handajani, 2004).

    5. Status Gizi Balita

    1. Baik : Gizi Baik = -2 SD sampai dengan < 2 SD

    2. Tidak baik : Gizi Buruk = < -3 SD

    Gizi Kurang = - 3 SD sampai dengan < -2 SD

    Gizi Lebih = > 2 SD (Depkes RI, 2006)

    3.1. Pengolahan Data

    Data yang telah dikumpul diolah secara Komputerisasi, dengan langkah sebagai

    berikut :

    1. Editing adalah pemeriksaan atau pengecekan kelengkapan data melalui

    kuesioner yang telah dikumpulkan.

    2. Coding adalah proses untuk memberikan kode pada jawaban-jawaban

    responden dan atau ukuran-ukuran yang diperoleh dari unit analisis sesuai

    dengan rancangan awalnya.

    3. Scoring adalah pemberian skor dimana setiap jawaban yang benar diberi

    skor 2 dan yang salah skor 1, hasil jawaban responden yang telah

    diberikan pembobotan dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor

    kemudian dipresentasikan dengan jumlah dikali 100%. Kuesioner atau

    angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pertanyan

    tertutup dengan alternative yang telah ditentukan.

  • 30

    3.8. Analisis Data

    Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

    perhitungan statistic sederhana yaitu persentase atau proporsi. (Eko Budiarto,

    2002).

    Data dianalisis melalui prosedur bertahap,secara:

    1. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)

    Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

    karakteristik setiap variabel penelitian.

    2. Analisis Bivariat

    Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan

    hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel Dependen

    (variabel terikat) dengan menggunakan uji statistic chi-square (X2) (Budiarto,

    2001).

    Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut

    akan dihitung nilai ood ratio (OR).

    Aturan yang berlaku pada Chi–Square adalah :

    a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang

    digunakan adalah“Fisher’s Exact Test”

    b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai

    sebaiknya“Continuity Correction (a)”

  • 31

    c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dsb, maka digunakan

    uji“Pearson Chi-Square”

    d. Uji“Likelihood Ration” dan “Linear-by-Linear Asscaiton”, biasanya

    digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisa stratifikasi pada

    bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel

    katagori, sehingga ke dua jenis ini jarang digunakan.

    Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer untuk

    membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak)

    sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna (Budiarto, 2001).

  • 32

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Desa Cot Seumeureng adalah sebuah desa yang berada dalam wilayah

    Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Jumlah penduduk sampai dengan

    akhir Desember tahun 2012 sebanyak 1.108 jiwa.

    Adapun batas-batas Desa Cot Seumeureng adalah:

    1. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Leuhan

    2. Sebelah barat berbatasan dengan desa Cot seulamat

    3. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Paya lumpat

    4. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Cot mesjid

    Gampong Cot Seumeureung memiliki Luas Lahan sebesar 190 Ha. Area

    pusat gampong memiliki luas 5ha, area pemukiman luasnya 64ha, pertanian

    luasnya 15ha pekebunan 36ha, utuk pusat pelayanan kesehatan memiliki luas

    0,5hs, dan sisanya adalah area pendidikan, kuburan, perikanan,

    perdagangan,rekreasi dan olahraga.

    4.2. Analisis Univariat

    Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data responden dan

    variabel penelitian secara tunggal. Variabel penelitian terdiri dari umur,

    pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan status gizi balita.

  • 33

    4.2.1. Variabel Penelitian

    Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan Umur di Desa CotSeumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh BaratTahun 2013.

    No Umur Frekuensi %1 Tua 24 45,32 Muda 29 54,7

    Jumlah 53 100Sumber : Data Primer Diolah 2013

    Berdasarkan Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa umur responden terbanyak

    berkategori tua yaitu 24 (45,3%) orang, selebihnya berkatagori muda sebanyak 29

    (54,7%) orang.

    Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan Pendidikan di Desa CotSeumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh BaratTahun 2013.

    No Pendidikan Frekuensi %1 Tinggi 19 35,82 Menengah 18 34,03 Rendah 16 30,2

    Jumlah 53 100Sumber : Data Primer Diolah 2013

    Berdasarkan Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa pendidikan responden

    terbanyak berkategori tinggi yaitu 19 (35,8%) orang, selebihnya berkatagori

    rendah sebanyak 16 (30,2%) orang dan pendidikan menengah sebanyak 18

    (34,0%) orang.

    Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan di Desa CotSeumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh BaratTahun 2013.

    No Pekerjaan Frekuensi %1 Bekerja 22 41,52 Tidak bekerja 31 58,5

    Jumlah 53 100Sumber : Data Primer Diolah 2013

  • 34

    Berdasarkan Tabel 4.2 diatas terlihat bahwa rat-rata responden tidak

    bekerja yaitu sebanyak 31 (58,5%) orang, selebihnya bekerja sebanyak 22

    (41,5%) orang.

    Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Desa CotSeumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh BaratTahun 2013.

    No Pengetahuan Frekuensi %1 Baik 34 64,22 Kurang 19 35,8

    Jumlah 53 100Sumber : Data Primer Diolah 2012

    Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terlihat bahwa pengetahuan responden

    terbanyak berkategori baik yaitu 34 (64,2%) orang, selebihnya berkatagori kurang

    sebanyak 19 (35,8%) orang.

    Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status gizi di Desa CotSeumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh BaratTahun 2013.

    No Status Gizi Frekuensi %1 Baik 24 44,42 Tidak baik 29 53,7

    Jumlah 53 100Sumber : Data Primer Diolah 2012

    Berdasarkan Tabel 4.4 diatas terlihat bahwa status gizi balita kebanyakan

    berkategori tidak baik yang tergolong dari gizi buruk, kurang dan lebih yang

    berjumlah 29 (44,4%) sedangkan yang berkategori baik yang termasuk gizi baik

    sebanyak 24 (53,7%) orang.

    4.3. Analisis Bivariat

    Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

    independen dengan variabel dependen. Dengan menggunakan uji Chi Square χ²

    terhadap significansi 0,05 yaitu melihat variabel umur, pendidikan, pekerjaan dan

    pengetahuan dengan status gizi balita.

  • 35

    4.3.1. Pengaruh umur ibu terhadap status gizi balita

    Tabel 4.6. Pengaruh umur ibu terhadap status gizi balita

    Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 24 responden yang umurnya tua

    status gizi balitanya baik sebanyak 66,7% sedangkan dari 29 responden yang

    muda gizi balitanya tidak baik lebih banyak yaitu 72,4%. Dari hasil uji chi square

    di dapat nilai P Value = 0,010 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga

    terdapatnya hubungan yang signifikan antara umur dengan status gizi balita di

    desa cot seumereung kabupaten Aceh Barat.

    Dilihat dari nilai OR 5,250 maka dapat diartikan bahwa ibu yang umurnya

    lebih tua memiliki peluang 5 kali gizi balitanya baik dibandingkan dengan ibu

    yang berumur muda.

    4.3.2. Pengaruh pendidikan ibu terhadap status gizi balita

    Tabel 4.7. Pengaruh pendidikan ibu terhadap status gizi balita

    Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 19 responden yang pendidikannya

    tinggi status gizi balitanya baik sebanyak 73,7% sedangkan dari 16 responden

    yang pendidikannya rendah gizi balitanya tidak baik lebih banyak yaitu 81,3%.

    Umur Status GiziTotal

    PBaik Tidak baik

    n % n % n % ORTua 16 66,7 8 33,3 24 100 0,010 5,250Muda 8 27,6 21 72,4 29 100 (1.619-17,020)Jumlah 24 45,3 29 54,7 53 100

    Pendidikan Status GiziTotal

    PBaik Tidak baik

    n % n % n % ORTinggi 14 73,7 5 26,3 19 100 0,004 aMenengahRendah

    73

    38,918,8

    1113

    61,181,3

    1816

    100100

    Jumlah 24 45,3 29 54,7 53 100

  • 36

    Dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,004 dan ini lebih kecil dari α=

    0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan

    status gizi balita di desa cot seumereung kabupaten Aceh Barat.

    4.3.3. Pengaruh pekerjaan ibu terhadap status gizi balita

    Tabel 4.8. Pengaruh pekerjaan ibu terhadap status gizi balita

    Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 31 responden yang tidak bekerja

    status gizi balitanya baik sebanyak 64,5% sedangkan dari 22 responden yang

    bekerja gizi balitanya tidak baik lebih banyak yaitu 81,8%. Dari hasil uji chi

    square di dapat nilai P Value = 0,002 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga

    terdapatnya hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan status gizi balita di

    desa cot seumereung kabupaten Aceh Barat.

    Dilihat dari nilai OR 8,182 maka dapat diartikan bahwa ibu yang tidak

    bekerja memiliki peluang 8 kali gizia balitanya baik dibandingkan dengan ibu

    yang bekerja.

    4.3.4. Pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi balita

    Tabel 4.9. Pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi balita

    Pekerjaan Status GiziTotal

    PBaik Tidak baik

    n % n % n % ORTidak Bekerja 20 64,5 11 35,5 31 100 0,002 8,182Bekerja 4 18,2 18 81,8 22 100 (2,208-30,311)Jumlah 24 45,3 29 54,7 53 100

    Pengetahuan Status GiziTotal

    PBaik Tidak baik

    n % n % n % ORBaik 21 61,8 13 38,2 34 100 0,003 8,615Kurang 3 15,8 16 84,2 19 100 (2,095-35,425)Jumlah 24 45,3 29 54,7 53 100

  • 37

    Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 34 responden yang

    pengetahuannya baik status gizi balitanya baik sebanyak 61,8% sedangkan dari 19

    responden yang pengetahuannya kurang status gizi balitanya tidak baik lebih

    banyak yaitu 84,2%. Dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,003 dan

    ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara

    pengetahuan dengan status gizi balita di desa cot seumereung kabupaten Aceh

    Barat.

    Dilihat dari nilai OR 8,615 maka dapat diartikan bahwa pengetahuan yang

    baik memiliki peluang 7 kali gizi balitanya baik dibandingkan dengan

    pengetahuan yang kurang.

    4.4. Pembahasan

    4.4.1 Umur dengan status gizi balita

    Seorang ibu yang masih terlalu muda terkadang belum mempunyai cukup

    pengetahuan dalam masalah gizi untuk anak, sedangkan pada ibu yang umurnya

    sudah lanjut cenderung tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi balitanya di

    karenakan kondisi kesehatan yang sudah menurun serta kegiatan yang banyak,

    seperti mengasuh anak-anak yang lain, pekerjaan rumah yang semakin banyak,

    produksi asi yang kurang. Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak

    dilahirkan). Usia ibu yang menikah terlalu cepat dapat berpengaruh terhadap

    kehidupannya dan juga tata cara merawat bayi dan balitanya kelak. Dan dalam hal

    ini jika usia ibu menikah < 20 tahun dan dengan usia ibu yang terlalu muda belum

    dapat menentukan apakah sesuatu yang dilakukannya sudah benar atau belum.

    Dan ditakutkan ibu yang berusia < 20 tahun memberikan makanan yang tidak

    bergizi kepada balitanya (Wiku. 2007).

  • 38

    Dalam penelitian ini pengaruh antara umur terhadap status gizi balita

    memiliki hubungan dimana dari 24 responden yang umurnya tua status gizi

    balitanya baik sebanyak 66,7% sedangkan dari 29 responden yang muda gizi

    balitanya tidak baik lebih banyak yaitu 72,4% sehingga terdapatnya hubungan

    yang signifikan antara umur dengan status gizi balita di desa cot seumereung

    kabupaten Aceh Barat.. Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian

    yang di lakukan oleh Endah (2005) di Klaten dimana hubungan umur tidak

    memiliki pengaruh dengan status gizi.

    4.4.2 Pendidikan dengan status gizi balita

    Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep

    hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Latar belakang

    pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, jika tingkat

    pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik,

    menurut Suhardjo (2003) sebab dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan

    tentang gizi atau kemampuan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat.

    Tingkat pendidikan itu sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan

    informasi gizi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih

    baik mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan,

    sehingga sulit menerima informasi baru bidang gizi (Suhardjo, 2003). Tingkat

    pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang

    menerima suatu perubahan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih

    mudah menerima informasi informasi gizi. Dengan pendidikan gizi tersebut

    diharapkan tercipta kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat

  • 39

    mengetahui kandungan gizi, sanitasi dan informasi yang terkait dengan pola

    makan lainnya. (Handayani, 2004).

    Dalam penelitian ini di temukan adanya hubungan antara pendidikan

    dengan status gizi pada balita dimana nilai P Value = 0,004 dan ini lebih kecil dari

    α= 0,05. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan Endah

    (2005) di Klaten dengan hasil uji chi square nilai P Value = 0,028 dan ini lebih

    kecil dari α= 0,05.

    4.4.2 Pekerjaan dengan status gizi balita

    Masalah gizi dapat timbul disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya

    adalah pekerjaan ibu (Suhardjo, 2003). Seorang ibu yang bekerja sudah pasti

    waktunya banyak tersita untuk pekerjaannya, hal ini menyebabkan perhatian

    untuk anak berkurang.

    Hasil penelitian di dapat nilai P Value = 0,002 dan ini lebih kecil dari α=

    0,05 yang mengartikan adanya hubungan pekerjaan dengan status gizi balita dan

    ini sejalan dengan hasil penelitian Munadi (2010) di Puskesmas Tangse, dimana

    terdapat pengaruh yang significan antara pekerjaan ibu terhadap status gizi balita

    dengan uji chi square di dapat nilai P Value = 0,014 dan ini lebih kecil dari α=

    0,05.

    4.4.3 Pengetahuan dengan status gizi balita

    Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan

    nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan

    kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam

    masalah kurang gizi / lain sebab yang penting dari gangguan gizi adalah

  • 40

    kekurangan pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan

    informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003).

    Dengan pengetahuan gizi yang cukup diharapkan seseorang dapat

    mengubah perilaku yang kurang benar sehingga dapat memilih bahan makanan

    bergizi serta menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan dan selera serta

    akan mengetahui akibat adanya kurang gizi. Pemberian pengetahuan gizi yang

    baik diharapkan dapat mengubah kebiasaan makan yang semula kurang menjadi

    lebih baik (Depkes RI, 2006).

    Hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan uji chi square di dapat

    nilai P Value = 0,003 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 yang artinya ada hubungan

    yang signifikan antara pengetahuan dengan status gizi balita dan ini sejalan

    dengan pendapat dari Suhardjo (2003) yang mengatakan Faktor yang penting

    dalam masalah kurang gizi dan gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan

    tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam

    kehidupan sehari-hari. Selain itu penelitian ini juga sejalan degan penelitian

    Taufik (2010) di Medan dimana Dari analisa chi squere, didapati ada hubungan

    antara pengetahuan gizi dengan status gizi anak dengan nilai P Value lebih kecil

    dari α= 0,05 yaiti 0,029.

  • 41

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Dari 4 variabel independen mempunyai pengaruh terhadap varibel dependen.

    Pengujian secara statistik di dapatkan nilai sebagai berikut:

    1. Umur ibu terhadap status gizi balita dengan nilai P value 0,010 dan ini lebih

    kecil dari α= 0,05 yang mengartikan adanya hubungan.

    2. Pendidikan ibu terhadap status gizi balita P value 0,004 dan ini lebih kecil

    dari α= 0,05 yang mengartikan adanya hubungan

    3. Pekerjaan ibu terhadap status gizi balita P value 0,002 dan ini lebih kecil dari

    α= 0,05 yang mengartikan adanya hubungan

    4. Pengetahuan ibu terhadap status gizi balita P value 0,003 dan ini lebih kecil

    dari α= 0,05 yang mengartikan adanya hubungan

    5.2. Saran

    1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten agar dapat lebih meningkatkan lagi

    program gizi pada anak balita.

    2. Kepada Puskesmas agar meningkatkan kegiatan Penyuluhan gizi melalui

    tenaga kesehatan di masyarakat

    3. Kepada ibu yang mempunyai balita agar memprioritaskan asupan gizi yang

    seimbang bagi balitanya agar balita dapat tumbuh dan berkembang secara

  • 42

    optimal. Dalam pemilihan makanan, Balita selalu dalam pengawasan orang

    tuanya agar terhindar dari makanan yang tidak bermanfaat bagi kesehatan

    seperti jajanan yang tidak mempunyai nilai gizi serta mengandung zat yang

    berbahaya bagi kesehatan balita.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Adisasmito. Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Edisi I. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

    Ali. Khomsan (2004) Faktor Gizi dalam Upaya Pencegahan Generasi yang Hilang.Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Almatser. S. (2002) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

    Anne Lies. Soegeng Santoso (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Penerbit GadjahMada University Press. Yogyakarta.

    Budiyanto (2002). Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh. In : IDAI. Bedah ASI :Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

    Dahlan. M.D. (2005) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Penerbit PT.Remaja Rosdakarya. Bandung.

    Depkes RI. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :1995/MENKES/SK/XII/2010 Tanggal : 30 Desember 2010. Jakarta.

    __________(2006) Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk. Depkes RI.

    __________(2005) Rencana Akzi Pangan dan Gizi 2005-2009. Jakarta.

    __________(2002) Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jakarta.

    __________(2000) Rencana Akzi Pangan dan Gizi Nasional 2001-2005. Jakarta.

    Djauhar. I.. Mei. N.. Risanto. S.. dan Ova. E. (2005) Manual Of Denver II List AndAntenatal Examination (Leopold Maneuver). Skill Laboratory School ofMedicine Gadjah Mada University. Yogyakarta.

    __________ (2004) Pemantauan Perkembangan Denver II. Subbagian PediatriSosial/Tumbuh Kembang Bagian Ilmu Kesehatan Anak/INSKA FakultasKedoteran Universitas Gadjah Mada /RS.Dr.Sardjito. Yogyakarta.

    Handajani. Sri. 2004. Pangan dan Gizi. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

  • Hurlock. E.B. (2008) Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi Ke-6. Jakarta: PenerbitErlangga.

    Mar’at. S. (2005) Psikologi Perkembangan. Bandung: Penerbit PT. RemajaRosdakarya.

    Muljati. S.. Heryudarini. Sandjaya. Anies. I. dan Sudjasmin (2002) Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Perkembangan Mental dan Psikomotrik Pada AnakBalita Gizi Kurang. Dalam Penelitian Gizi dan Makanan Volume 25 (2).Bogor Jawa Barat.

    Prawirohartono. E.P. (2006) Status Gizi. Diterbitkan Oleh: Pusat Informasi MakananSehat Instalasi Gizi RSUP Dr. Sardjito. Yogyakarta.

    Pudjiadi S.. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Fakultas kedokteran UniversitasIndonesia. Jakarta.

    Satoto. (2004). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Pengamatan Anak Umur 0– 18 Bulan di Kecamatan Mlonggo. Kabupaten Jepara Jawa Tengah.

    Sastroasmoro. S.. Ismael. S. (2002) Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisike-2 Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia. Jakarta

    Sediaoetama. (2004) Pengenalan Dini Penyimpangan Pertumbuhan dan Tindak

    Lanjutnya sebagai Salah Satu Cara Mencegah Terjadinya Malnutrisi

    pada Anak Balita. Akademi Gizi. Surabaya.

    Soekirman. (2000). Ilmu Gizi II : Anthropometri Gizi. Fakultas KedokteranUniversitas Sebelas Maret. Surakarta.

    Soehardjo. (2003). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara.

    Soetjiningsih. (2005). Tumbuh Kembang Anak. Bagian Kesehatan Anak FakultasKedokteran Universitas Udayana. Bali.

    Supariasa. I.D.N.. Bakri. B.. Fajar. I. (2002) Penilaian Status Gizi. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC.

    Sudiharto. dkk (2000). Standar Pelayanan Medis. Komite Medik Rumah SakitUmum Dr. Sardjito Yogjakarta.

  • Vita. K. dan Latinulu. S. (2002) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KemampuanMotorik Anak Usia 12 – 18 Bulan di Keluarga Miskin dan Tidak Miskin.Dalam Penelitian Gizi dan Makanan Volume 25. (2). Bogor Jawa Barat.

    PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGOBATAN GRATIS PADA PUSKESMAS UTEUN PULOBAB IBAB IIBAB IIIBAB IVBAB VDAFTAR PUSTAKA