gambaran tindakan murid sekolah dasar dan penjual makanan ...repository.utu.ac.id/432/1/bab...

37
GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN MENGENAI SANITASI MAKANAN DI SD NEGERI LANGUNG KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH: KEMALASARI NIM : 08C10104169 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

Upload: ngonhi

Post on 03-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DANPENJUAL MAKANAN MENGENAI SANITASI MAKANAN

DI SD NEGERI LANGUNG KECAMATAN MEUREUBOKABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH:KEMALASARI

NIM : 08C10104169

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT

2013

Page 2: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DANPENJUAL MAKANAN MENGENAI SANITASI MAKANAN

DI SD NEGERI LANGUNG KECAMATAN MEUREUBOKABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH:KEMALASARI

NIM : 08C10104169

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT

2013

Page 3: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh

karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya

kesehatan tersebut adalah perbaikan gizi terutama di usia sekolah dasar usia 7-12

tahun. Gizi yang baik akan menghasilkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang

berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Jadi

perbaikan gizi anak sekolah dasar khususnya merupakan langkah strategis karena

dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian SDM berkualitas (Depkes

RI, 2005).

Dari penelitian Balai Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI

tahun 1991, dinyatakan sebagian besar (93%) anak sekolah dasar tidak sempat makan

pagi, baik di kota maupun di desa. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal antara

lain terbatasnya waktu yang tersedia di pagi hari, orang tua yang tidak sempat

menyediakan makanan atau pun anak yang tidak berselera untuk makan pagi.

Makanan jajanan menjadi populer karena keberadaannya yang sangat

membantu masyarakat. Harga makanan jajanan yang relatif murah, mudah didapat

dan banyak ragamnya juga dirasa sangat membantu bagi orang tua murid (Depkes RI,

1994). Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, konsumsi makanan jajanan di

masyarakat diperkirakan terus meningkat seiring waktu. Data hasil survey sosial

1

Page 4: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

2

ekonomi nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (1999) menunjukkan

bahwa persentase pengeluaran rata-rata perkapita per bulan penduduk perkotaan

untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada

tahun 1999, selain itu kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi remaja

perkotaan menyumbang 21% energi dan 16% protein. Sementara itu kontribusi

makanan jajanan terhadap konsumsi anak usia sekolah menyumbang 5,5% energi dan

4,2% protein ( Mudjajanto, 2006).

Meskipun makanan jajanan memiliki keunggulan-keunggulan tersebut,

menurut Rachmawati (2006) ternyata makanan jajanan masih beresiko terhadap

kesehatan karena penanganannya sering tidak higienis yang memungkinkan makanan

jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun. Banyak jajanan yang tidak memenuhi

syarat keamanan pangan sehingga membahayakan kesehatan jutaan anak sekolah

dasar. Namun demikian kehadiran pedagang makanan jajanan anak di sekolah

hendaknya tidak dilarang, karena hal ini juga berperan dalam menopang

perekonomian terutama di sektor informal.

Secara umum penyakit bawaan makanan (food borne diseases) merupakan

masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak negara. Karena penyakit ini

dianggap bukan termasuk penyakit yang serius maka seringkali kasus-kasusnya

kurang terlaporkan. Padahal, gizi buruk dan gangguan pertumbuhan anak-anak adalah

dua konsekuensi serius yang ditimbulkan oleh berulangnya episode penyakit ini.

Diare merupakan gejala umum dari penyakit bawaan makanan yang mudah dikenali.

Menurut Februhartanty (2004) dari hasil wawancara terhadap pedagang

makanan jajanan di daerah Jakarta Timur tahun 2004 menunjukkan bahwa mereka

Page 5: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

3

tidak mengetahui apakah BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang mereka gunakan

adalah yang dilarang atau tidak oleh pemerintah. Mereka umumnya menggunakan

BTP yang mudah didapat, murah dan dapat memberikan penampilan makanan yang

menarik tanpa mencari tahu apakah itu dapat membahayakan bagi kesehatan. Lebih

jauh lagi, diketahui bahwa makanan jajanan yang dijajakan umumnya tidak

dipersiapkan dengan baik dan bersih. Tambahan lagi kebanyakan penjaja makanan

tersebut mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penanganan pangan yang

aman. Mereka juga kurang mempunyai akses terhadap air bersih serta fasilitas cuci

dan buang sampah. Karena banyak pedagang yang kurang menjaga kebersihan dan

tidak tahu adanya tindakan dan bahan-bahan yang bisa membahayakan kesehatan,

maka Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) bekerja sama dengan Departemen

Pendidikan Nasional dalam meningkatkan kualitas mengenai makanan jajanan di

sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

dengan cara menginventarisasi para pedagang jajanan yang berjualan di sekitar

sekolah serta turut mengawasi dan membina para pedagang makanan jajanan tersebut

supaya menjaga mutu, keamanan dan kebersihan dagangannya (Muslim, 2004).

Tujuan suatu penyelenggaraan makanan jajanan, sama seperti

penyelenggaraan makanan lainnya, adalah untuk mewujudkan tersedianya makanan

yang bermutu dengan pelayanan yang layak. Makanan yang bermutu artinya makanan

yang memenuhi syarat gizi, sanitasi, keamanan dan kesehatan. Makanan jajanan yang

dihasilkan selain memiliki cita rasa yang dapat di terima murid, juga harus memenuhi

syarat gizi, sanitasi, keamanan dan kesehatan sehingga makanan jajanan yang

Page 6: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

4

diproduksi benar-benar aman dan sehat untuk dikonsumsi oleh murid sekolah dasar

sebagai konsumen (Depkes RI, 1996).

Sekolah Dasar Negeri langung merupakan salah satu Sekolah Dasar yang ada

di Kecamatan Meureubo, bangunanannya berdiri berdampingan dengan Sekolah

Dasar Negeri Peunaga. Jumlah murid Sekolah Dasar Negeri Langung Saat ini adalah

sebanyak 261 murid dengan jumlah murid perempuan sebanyak 130 orang dan murid

laki-laki sebanyak 131 orang.

Hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis, jumlah pedagang yang

menjajankan jajanannya berjumlah 2 orang pedagang yang memiliki bangunan

menetap di sekitar lokasi Sekolah Dasar. Makanan yang dijual biasanya bervariasi

dari makanan siap saji (mie instant), minuman dingin, nasi bungkus hingga kue basah

lainnya. Berdasarkan observasi ini diketahui bahwa masih kurangnya higiene

individu murid di mana murid tidak mencuci tangan sebelum memakan makanan

jajajan. Menurut beberapa orang murid ini cuci tangan cukup pada saat makan nasi

saja sedangkan waktu makan makanan jajanan tidak perlu dilakukan dan susah harus

ke sumur untuk mencuci tangan. Penjual makanan jajanan biasanya tidak menutup

makanan yang dijual sehingga lalat sering hinggap pada makanan yang tidak diberi

penutup. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

tentang bagaimana tindakan murid dan penjual makanan jajanan tentang higiene dan

sanitasi makanan di Sekolah Dasar Negeri Langung Kecamatan Meureubo Tahun

2013

Page 7: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

5

1.2. Rumusan Masalah

Masih kurangnya higiene murid di antaranya mereka tidak mencuci tangan

sebelum memakan makanan jajajan, karena menurut mereka cuci tangan cukup pada

saat makan nasi saja sedangkan penjual makanan jajanan yang tidak menutup

makanan yang dijual sehingga lalat sering hinggap pada makanan. Berdasarkan hal

tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Bagaimana

gambaran tindakan murid Sekolah Dasar dan penjual makanan mengenai higiene

sanitasi makanan di Sekolah Dasar Negeri Langung Kecamatan Meureubo Tahun

2013?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran tindakan murid Sekolah Dasar dan penjual

makanan jajanan tentang higiene sanitasi makanan di SD Negeri Langung Kecamatan

Meureubo.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui tindakan murid tentang higiene individu dalam mengkonsumsi

makanan jajanan di SD Negeri Langung Kecamatan Meureubo

2. Untuk mengetahui tindakan penjual makanan jajanan tentang higiene individu dan

sanitasi makanan di SD Negeri Langung Kecamatan Meureubo

Page 8: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

6

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Meureubo untuk lebih meningkatkan

kegiatan promosi kesehatan mengenai higiene individu dan sanitasi makanan di

sekolah-sekolah yang ada di wilayah kerjanya.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat khususnya murid SD Negeri Langung

dan penjual makanan jajanan mengenai pentingnya higiene individu dan sanitasi

makanan.

1.4.2 Manfaat praktis

Bagi pihak Sekolah SD Negeri Langung Kecamatan Meureubo hasil

penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk memperbaiki pengelolaan penjual

makanan jajanan.

Page 9: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makanan

Suatu makanan terdiri dari sejumlah makanan padat dan cair yang dikonsumsi

seseorang atau sekelompok penduduk (Harper dkk, 1990). Sedangkan menurut

Depkes RI (2001) makanan mempunyai pengertian sebagai segala sesuatu yang

dikonsumsi melalui mulut untuk kebutuhan tubuh agar tubuh sehat.

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat

melangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan perumahan. Makanan selain

mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk dapat berkembang biaknya

mikroba atau kuman terutama makanan yang mudah membusuk yang mengandung

kadar air serta nilai protein yang tinggi. Kemungkinan lain masuknya atau beradanya

bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, residu pestisida serta bahan lainnya

antara lain debu, tanah, rambut manusia dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan

manusia (Depkes RI, 2004).

2.1.1. Makanan jajanan

Menurut Irianto, K (2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak

ditemukan dipinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna, rasa serta

ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang untuk membelinya.

2.1.2. Jenis makanan jajanan

Jenis makanan jajanan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (1998)

yang dikutip oleh Sitorus (2007) dapat digolongkan menjadi (3) tiga golongan, yaitu:

7

Page 10: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

8

1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang

goreng, kue bugis dan sebagainya.

2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecal, mie bakso, nasi

goreng, mie rebus dan sebagaianya.

3. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti ice cream, es campur, jus

buah dan sebagainya.

Penjualan dan penjaja makanan jajanan dapat digolongkan menjadi (3) tiga

golongan, yaitu:

1. Penjaja diam, yaitu makanan yang di jual sepanjang hari pada warung-warung

yang lokasinya tetap di satu tempat.

2. Penjaja setengah diam, yaitu mereka yang berjualan dengan menetap di satu

tempat pada waktu-waktu tertentu.

3. Penjaja keliling, yaitu mereka yang berjualan keliling dan tidak mempunyai

tempat mangkal tertentu.

Menurut SK Menkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003, pada pasal 2 disebutkan

panjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung

berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan,

pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Penjamah

makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan

harus memenuhi persyaratan antara lain :

1. Tidak menderita penyakit mudah menular misal: batuk, filek, influensa, diare,

penyakit perut sejenisnya.

2. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya).

Page 11: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

9

3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.

4. Memakai celemek dan tutup kepala.

5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.

6. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan, atau dengan alas tangan.

7. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau

bagian lainnya).

8. Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau

tanpa menutup mulut atau hidung.

Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa makanan jajanan yang dijajakan harus

dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup. Pembungkus yang digunakan dan atau

tutup makanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan.

2.1.3. Ciri-ciri makanan jajanan yang sehat

Salah satu tujuan makan adalah supaya tubuh kita sehat, namun disisi lain

makan juga dapat menjadi salah satu sumber penyakit. Oleh karena itu menurut

Balitbang Depkes (2002) sebaiknya pilihlah makanan jajanan yang sehat, yaitu

makanan jajanan yang segar, bersih dan aman dari cemaran bahan kimia dan fisik.

a. Ciri-ciri makanan dan jajanan yang segar

Cara memilih makanan atau jajanan yang segar, untuk makanan yang telah

diolah (digoreng, direbus, dikukus) pilihlah makanan baru saja dimasak (masih

panas). Jika sudah dingin atau disimpan, maka pilihlah yang tidak berlendir, tidak

berbau asam, tidak berjamur dan rasanya masih wajar (normal).

Untuk buah-buahan segar, pilihlah buah yang kulitnya masih segar atau tidak

keriput, tidak busuk atau lembek. Untuk makanan kalengan atau makanan dalam

Page 12: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

10

botol, pilihlah kemasan yang tidak penyok, bentuknya masih utuh, tutupnya masih

disegel atau belum rusak, tidak bocor, tidak kembung, serta tanggal

penggunaannya masih berlaku atau belum kadaluarsa (Anonim, 2002).

b. Ciri-ciri makanan dan jajanan yang bersih

Makanan yang sehat selain keadaannya segar juga harus bersih, tidak

dihinggapi lalat, tidak dicemari oleh debu dan bahan-bahan pengotor lainnya.

Makanan yang bersih mempunyai ciri-ciri:

1. Bagian luarnya terlihat bersih, tidak terlihat ada kotoran yang menempel.

2. Makanan tersebut disajikan dalam piring atau wadah tempat makanan yang

tidak berdebu.

3. Tidak terdapat rambut atau isi stepler.

4. Disajikan dalam keadaan tertutup atau dibungkus dengan plastik, kertas tidak

bertinta, daun pisang atau daun lainnya.

5. Makanan dimasak, disimpan atau disajikan di tempat yang jauh dari tempat

pembuangan sampah, got, dan tepi jalan yang banyak dilalui kendaraan.

6. Makanan dimasak dengan peralatan yang bersih dengan menggunakan air

bersih, tidak berbau atau keruh (Anonim, 2002).

c. Ciri-ciri makanan dan jajanan yang aman

Makanan yang sehat, selain segar dan bersih juga tidak boleh mengandung

bahan kimia yang berbahaya. Bahan-bahan kimia yang biasa ditambahkan

kedalam makanan secara sengaja disebut bahan tambahan pangan (zat aditif

pangan). Bahan kimia yang biasa ditambahkan ke dalam makanan saat pengolahan

yaitu:

Page 13: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

11

1. Bahan pewarna

2. Bahan pemanis

3. Bahan pengawet

4. Bahan pengenyal

5. Bahan penambah rasa

Bahan tambahan makanan umumnya berupa bahan-bahan kimia yang asing

bagi tubuh. Oleh karena itu penggunaannya tidak boleh berlebihan, karena dapat

berakibat kurang baik bagi kesehatan (Anonim, 2002).

2.1.4. Pengaruh positif dan negatif makanan jajanan

2.1.4.1.Pengaruh positif dari makanan jajanan

Melalui makanan jajanan anak bisa mengenal beragam makanan yang ada

sehingga membantu seorang anak untuk membentuk selera makan yang beragam,

sehingga saat dewasa dia dapat menikmati aneka ragam makanan (Khomsan, 2003).

Sedangkan menurut Irianto, P (2007) pada umumnya anak-anak lebih menyukai

jajanan diwarung maupun kantin sekolah daripada makanan yang telah tersedia

dirumah. Manfaat / keuntungan dari kebiasaan jajan anak yakni :

1. Sebagai memenuhi kebutuhan energi

2. Mengenalkan diversifikasi (keanekaragaman) jenis makanan

3. Meningkatkan gengsi diantara teman-teman

2.1.4.2.Pengaruh negatif dari makanan jajanan

Makanan jajanan beresiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering

tidak higienis yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba

Page 14: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

12

beracun maupun penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak diizinkan

(Mudjajanto, 2006).

Makanan jajanan mengandung banyak resiko, debu-debu dan lalat yang

hinggap pada makanan yang tidak ditutupi dapat menyebabkan penyakit terutama

pada sistem pencernaan kita. Belum lagi bila persediaan air terbatas, maka alat-alat

yang digunakan seperti sendok, garpu, gelas dan piring tidak dicuci dengan bersih.

Hal ini sering membuat orang yang mengkonsumsinya dapat terserang

berbagai penyakit seperti disentri, tifus ataupun penyakit perut lainnya (Irianto, K,

2007). Menurut Irianto, P (2007) terlalu sering dan menjadikan mengkonsumsi

makanan jajanan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif, antara lain:

1. Nafsu makan menurun

2. Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit

3. Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak

4. Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jajanan belum tentu terjamin

5. Pemborosan

6. Permen yang menjadi kesukaan anak-anak bukanlah sumber energi yang baik

sebab hanya mengandung karbohidrat. Terlalu sering makan permen dapat

menyebabkan gangguan pada kesehatan gigi.

2.2. Faktor Penyehatan Makanan

Menurut Depkes RI (1994), aspek penyehatan makanan adalah aspek pokok

dari penyehatan makanan yang mempengaruhi terhadap keamanan makanan, yang

Page 15: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

13

meliputi kontaminasi/pengotoran makanan, keracunan makanan, pembusukan

makanan dan pemalsuan makanan

2.2.1. Kontaminasi/ pengotoran makanan

Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing ke dalam makanan

yang tidak dikehendaki, yang dikelompokkan dalam 4 (empat) macam, yaitu:

1. Pencemaran mikroba, seperti bakteri, jamur, cendawan dan virus

2. Pencemaran fisik, seperti rambut, debu, tanah dan kotoran lainnya

3. Pencemaran kimia, seperti pupuk, pestisida, Mercury, Cadmium, Arsen

4. Pencemaran radioaktif, seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma, radioaktif.

Terjadinya pencemaran dapat dibagi dalam 2 (dua) cara, yaitu:

1. Pencemaran langsung, yaitu adanya bahan pencemar yang masuk ke dalam

makanan secara langsung, baik disengaja maupun tidak disengaja. Contoh:

masuknya rambut ke dalam nasi, penggunaan zat pewarna makanan, dan

sebagainya.

2. Pencemaran silang, yaitu pencemaran yang terjadi secara tidak langsung sebagai

akibat ketidaktahuan dalam pengolahan makanan. Contoh: makanan bercampur

dengan pakaian atau peralatan kotor, menggunakan pisau pada pengolahan bahan

mentah untuk bahan makanan jadi (makanan yang sudah terolah) (Depkes RI,

1994).

2.2.2. Keracunan makanan

Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau

gangguan kesehatan lainnya akibat mengkontaminasi makanan. Makanan yang

menjadi penyebab keracunan biasanya telah tercemar oleh unsur-unsur fisika,

Page 16: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

14

mikroba ataupun kimia dalam dosis yang membahayakan. Kondisi tersebut

dikarenakan pengelolaan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan

tidak memperhatikan kaidah-kaidah higiene sanitasi makanan (Depkes RI, 1994).

Adapun yang menjadi penyebabnya adalah:

1. Bahan makanan alami, yaitu makanan yang secara alami telah mengandung

racun, seperti jamur racun, ikan buntel, ketela hijau, gadung atau ubi racun.

2. Infeksi mikroba, yaitu disebabkan bakteri pada saluran pencernaan makanan

yang masuk ke dalam tubuh atau tertelannya mikroba dalam jumlah besar,

yang kemudian hidup dan berkembang biak, seperti Salmonellosis, dan

Streptoccocus

3. Racun/toksin mikroba, yaitu racun atau toksin yang dihasilkan oleh mikroba

dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan jumlah yang

membahayakan

4. Kimia, yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh

dalam jumlah yang membahayakan, seperti Arsen, Antimon, Cadmium,

Pestisida dengan gejala depresi pernafasan sampai koma dan dapat meninggal

5. Alergi, yaitu bahan allergen di dalam makanan yang menimbulkan reaksi

sensitif kepada orang-orang yang rentan, seperti histamine pada udang,

tongkol, bumbu masak dan sebagainya (Depkes RI, 1994).

2.2.3. Pembusukan makanan

Pembusukan adalah proses perubahan komposisi (dekomposisi) makanan,

baik sebagian atau seluruhnya pada makanan dari keadaan yang normal menjadi

Page 17: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

15

keadaan yang tidak normal yang tidak dikehendaki sebagai akibat pematangan alam

(maturasi), pencemaran (kontaminasi) atau sebab lain (Depkes RI, 1994).

2.2.4. Pemalsuan makanan

Pemalsuan adalah upaya menurunkan mutu makanan dengan cara menambah,

mengurangi atau mengganti bahan makanan yang disengaja dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya yang dapat berdampak buruk kepada

konsumen, contohnya zat warna, bahan pemanis, pengawet dan bahan pengganti

(Depkes RI, 1994).

2.3. Pengertian Serta Tujuan Higiene dan Sanitasi Makanan

Higiene dan sanitasi merupakan suatu tindakan atau upaya untuk

meningkatkan kebersihan dan kesehatan melalui pemeliharaan dini setiap individu

dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya, agar individu terhindar dari ancaman

kuman penyebab penyakit (Depkes RI, 1994).

2.3.1. Pengertian higiene

Menurut Depkes RI (2004) higiene adalah upaya kesehatan dengan cara

memelihara dan melindungi kebersihan individu, misalnya mencuci tangan untuk

kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang

bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.

Sedang dalam Depkes RI (1994) lebih kepada upaya penyehatan diri.

2.3.2. Pengertian sanitasi makanan

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan

kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari

segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, mulai dari sebelum makanan

Page 18: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

16

diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan sampai

pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada

masyarakat atau konsumen (Prabu, 2008).

2.3.3. Tujuan higiene dan sanitasi makanan

Menurut Prabu (2008) sanitasi makanan bertujuan untuk menjamin keamanan

dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan

makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan/pemborosan

makanan. Higiene dan sanitasi makanan bertujuan untuk mengendalikan faktor

makanan, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan

penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

2.4. Prinsip dalam Higiene dan Sanitasi Makanan

Prinsip higiene dan sanitasi makanan adalah upaya praktis dan penyehatan

makanan. Menurut Depkes RI (1994) prinsip-prinsip higiene sanitasi makanan

meliputi :

a. Pemilihan bahan makanan.

b. Penyimpanan bahan makanan.

c. Pengolahan makanan.

d. Penyimpanan makanan.

e. Pengangkutan makanan, dan

f. Penyajian makanan.

Page 19: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

17

2.4.1. Pemilihan bahan makanan

Bahan makanan perlu dipilih yang sebaik-baiknya dilihat dari segi kebersihan,

penampilan dan kesehatan. Penjamah makanan dalam memilih bahan yang akan

diolah harus mengetahui sumber-sumber makanan yang baik serta memperhatikan

ciri-ciri bahan yang baik.

Beberapa hal yang harus diingat tentang pemilihan bahan makanan:

1. Hindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber yang tidak

jelas.

2. Gunakan catatan tempat pembelian bahan makanan.

3. Mintalah informasi atau keterangan asal-usul bahan yang dibeli.

4. Belilah bahan di tempat penjualan resmi dan bermutu seperti : rumah potong

pemerintah atau tempat potong resmi yang diawasi pemerintah, tempat

pelelangan ikan resmi dan pasar bahan dengan sistem pendingin.

5. Tidak membeli bahan makanan yang sudah kadaluwarsa atau membeli

daging/unggas yang sudah terlalu lama disimpan, khususnya organ dalam

(jeroan) yang potensial mengandung bakteri.

6. Membeli daging dan unggas yang tidak terkontaminasi dengan racun/toksin

bakteri pada makanan.

2.4.2. Penyimpanan bahan makanan

Menurut Depkes RI (2004), dalam penyimpanan bahan makanan hal-hal yang

diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan

memenuhi syarat

Page 20: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

18

b. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah untuk

mengambilnya, tidak menjadi tempat bersarang/bersembunyi serangga dan

tikus, tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk bahan-bahan yang mudah

membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin

c. Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk

riwayat keluar masuk barang dengan system FIFO (First In First Out).

2.4.3. Pengolahan makanan

Menurut Dewi (2004) yang mengutip dari Anwar dkk (1997), pengolahan

makanan menyangkut 4 (empat) aspek, yaitu :

a. Penjamah Makanan

Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang menjamah makanan mulai

dari mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian

makanan. Pengetahuan, sikap dan perilaku seorang penjamah mempengaruhi kualitas

makanan yang dihasilkan. Penjamah juga dapat berperan sebagai penyebar penyakit,

hal ini bisa terjadi melalui kontak antara penjamah makanan yang menderita penyakit

menular dengan konsumen yang sehat, kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah

yang membawa kuman.

b. Cara Pengolahan Makanan

Persyaratan pengolahan makanan menurut Permenkes No.304/Per/IX/1989

adalah: semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung

dari kontak langsung antara penjamah dengan makanan. Perlindungan kontak

langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan: sarung tangan, penjepit makanan,

sendok, garpu dan sejenisnya. Dan setiap tenaga pangolah makanan pada saat bekerja

Page 21: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

19

harus memakai celemek, tutup rambut, sepatu dapur, tidak merokok serta tidak

makan/menguyah.

c. Tempat Pengolahan Makanan

Tempat pengolahan makanan, dimana makanan diolah sehingga menjadi

makanan jadi biasanya disebut dengan dapur, menurut Depkes RI (1994) perlu

diperhatikan kebersihan tempat pengolahan tersebut serta tersedianya air bersih yang

cukup.

d. Perlengkapan/Peralatan dalam Pengolahan Makanan

Prinsip dasar persyaratan perlengkapan/peralatan dalam pengolahan makanan

adalah aman sebagai alat/perlengkapan pengolahan makanan. Aman ditinjau dari

bahan yang digunakan dan juga desain perlengkapan tersebut.

2.4.4. Penyimpanan makanan

Menurut Depkes RI (1994) penyimpanan makanan dimaksudkan untuk

mengusahakan makanan agar dapat awet lebih lama. Kualitas makanan yang telah

diolah sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana terdapat titik-titik rawan untuk

perkembangbiakan bakteri patogen dan pembusuk pada suhu yang sesuai dengan

kondisinya.

2.4.5. Pengangkutan makanan

Makanan yang telah selesai diolah di tempat pengolahan, memerlukan

pengangkutan untuk selanjutnya disajikan atau disimpan. Bila pengangkutan

makanan kurang tepat dan alat angkutnya kurang baik kualitasnya, kemungkinan

pengotoran dapat terjadi sepanjang pengangkutan (Depkes RI, 1994).

Page 22: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

20

2.4.6. Penyajian makanan

Menurut Permenkes No.304/Menkes/Per/IX/1989, persyaratan penyajian

makanan adalah sebagai berikut:

1. Harus terhindar dari pencemaran;

2. Peralatan untuk penyajian harus terjaga kebersihannya;

3. Harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan bersih;

4. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian yang bersih;

Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan berikut:

a. di tempat yang bersih

b. Meja ditutup dengan kain putih atau plastik

c. Asbak tempat abu rokok setiap saat dibersihkan

d. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit sudah

dicuci.

2.5. Tindakan

Tindakan adalah aturan yang dilakukan, melakukan/mengadakan aturanaturan

untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan

pengetahuan merupakan kecenderungan untuk bertindak. Tindakan nampak menjadi

lebih konsisten, serasi, sesuai dengan sikap bila sikap individu sama dengan sikap

kelompok dimana ia adalah bagiannya atau anggotanya (Purwanto, 1999).

Page 23: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

21

2.5.1. Tindakan murid terhadap perilaku hidup bersih dan sehat

Tindakan mencuci tangan sebelum makan memakai air dan sabun mempunyai

peranan penting dalam kaitannya dengan pencegahan infeksi berbagai penyakit,

karena dengan mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih efektif

menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan secara

bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus,

bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan. Oleh karenanya mencuci tangan

dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan

mikroorganisme yang menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada kedua

tangan (Agoes, 2008).

Menurut Agoes (2008) perilaku anak sekolah yang sering jajan di sembarang

tempat yang kebersihannya tidak dapat dikontrol oleh pihak sekolah dan tidak

terlindung dan dapat tercemar oleh debu dan kotoran yang mengandung berbagai

mikroorganisme. Hal ini dapat menjadi sumber penularan berbagai penyakit pada

anak. Selain melalui tangan, berbagai mikroorganisme dapat juga masuk ketubuh

melalui makanan dan minuman, terutama makanan jajanan yang tidak dikemas dan

tidak tertutup rapat. Mikroorganisme yang ada di tanah/debu akan sampai pada

makanan tersebut jika diterbangkan oleh angin atau dapat juga melalui lalat yang

sebelumnya hinggap di berbagai tempat, terutama pada makanan jajanan yang tidak

ditutup secara rapat. Untuk itu murid sekolah dasar dan masyarakat hendaknya

membiasakan diri mencuci tangan sebelum makan dengan air dan sabun. Di samping

itu, perlu dilakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang peningkatan

perilaku hidup bersih dan sehat, serta pihak sekolah meningkatkan promosi tentang

Page 24: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

22

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada murid, dengan melakukan

pemeriksaan perilaku cuci tangan sebelum makan, perilaku jajan di sekolah (Agoes,

2009).

2.5.2. Tindakan penjual makanan jajanan

Menurut Notoatmodjo (2003), tindakan adalah gerak/perbuatan dari tubuh

setelah mendapat ransangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh maupun luar tubuh

atau lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak

ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

Tindakan ini dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran secara tidak langsung

yaitu dengan wawancara atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa waktu

sebelumnya (Notoatmodjo, 2003).

2.6 Kerangka Teoritis

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Agoes (2008), Depkes RI (1994)

maka kerangka teoritis dapat disusun sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis

Pemilihan bahan

Penyimpanan

Pengolahan

Tindakan Murid

Tindakan Pedagang

Sanitasi Makanan

Page 25: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

23

2.7 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Ket :---- : variabel tidak ikut diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Tindakan Murid

Tindakan Pedagang

Sanitasi Makanan

Page 26: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui gambaran tindakan murid Sekolah Dasar dan penjual makanan

jajanan tentang sanitasi makanan di SD Negeri Langung Kecamatan Meureubo Tahun

2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Langung Kecamatan Meureubo yang

dilakukan pada tanggal 03 sampai 05 Juni tahun 2013. Alasan dilakukan penelitian di

lokasi ini dikarenakan belum adanya penelitian sejenis yang dilakukan. Di samping

itu berdasarkan observasi awal ditemukan masih kurangnya hygiene individu murid

seperti: murid tidak mencuci tangan sebelum memakan makanan serta pedagang

tidak menutup makanan yang dijual sehingga lalat sering hinggap pada makanan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid Sekolah Dasar Negeri

Langung Kelas V yang berjumlah 44 orang dan penjual makanan yang berjumlah 2

orang.

24

Page 27: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

25

3.3.2 Sampel

Arikunto (2007) menyatakan jika jumlah anggota subjek dalam populasi di

bawah 100, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Jadi teknik yang

digunakan adalah teknik total sampling yaitu pengambilan seluruh populasi jadi yaitu

keseluruhan siswa SD kelas V sebanyak 44 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada responden.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan referensi-

referensi perpustakaan yang ada hubungan dengan penelitian.

Page 28: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

26

3.5 Definisi OperasionalTabel 3.1 Variabel PenelitianNo. Variabel KeteranganVariabel Independen1. Tindakan

MuridDefinisi Bentuk perbuatan atau aktifitas nyata dari

peserta didik untuk memelihara danmelindungi kebersihan dirinya dalammengkonsumsi makanan jajanan.

Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur

Skala ukur

- Baik- KurangOrdinal

2. TindakanPenjualMakanan

Definisi Bentuk perbuatan atau aktifitas nyata daripenjual makanan jajanan untuk menjaga,memelihara dan melindungi dirinya danmakanan jajanan yang Dijajakannya

Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur - Baik

- KurangSkala ukur Ordinal

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

1. Tindakan Murid

Baik , jika responden mendapatkan nilai > 12 dari total skor.

Kurang, jika responden mendapatkan nilai ≤ 12 dari total skor

2. Tindakan Penjual Makanan

Baik , jika responden mendapatkan nilai > 12 dari total skor.

Kurang, jika responden mendapatkan nilai ≤ 12 dari total skor

Page 29: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

27

3.7 Analisis Data

3.7.1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisa yang dilakukan untuk menganalisis tiap

variabel dari hasil penelitian. Tujuannya untuk meringkas kumpulan data hasil

pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi

informasi yang berguna (Notoadmodjo, 2005)

Page 30: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri Langung merupakan salah satu SD yang ada di

Kecamatan Meureubo Kabuapaten Aceh Barat yang letaknya berada di Jalan

Nasional – Tapak Tuan yang berlokasi di Desa Langung. Dengan batasan sebagai

berikut :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Meureubo

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Peunaga Rayeuk

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Paya Peunaga

a. Tenaga PengajarTabel 4.1. Distribusi Frekuensi Tenaga Pengajar pada SD Negeri Langung

Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

No Tenaga Pengajar Frekuensi Persentase (%)

1 Guru 9 60,02 Tenaga Tata Usaha 2 13,33 Guru Honor 4 26,7

Total 15 100

28

Page 31: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

29

4.2 Hasil Penelitian

a. Tindakan Murid

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tindakan Murid Sekolah Dasar mengenaiSanitasi Makanan di SD Negeri Langung Kecamatan MeureuboKabupaten Aceh Barat Tahun 2013

No Tindakan Murid Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 28 63,62 Kurang 16 36,4

Total 44 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar murid Sekolah Dasar

memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 28 orang ( 63,6%) dan yang memiliki

tindakan kurang yaitu sebanyak 16 orang (36,4%).

b. Tindakan Penjual Makanan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tindakan Penjual Makanan mengenaiSanitasi Makanan di SD Negeri Langung Kecamatan MeureuboKabupaten Aceh Barat Tahun 2013

No Tindakan Penjual Makanan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 0 02 Kurang 2 100

Total 2 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semua penjual makanan memiliki

tindakan kurang ( 100%)

.

Page 32: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

30

4.3 Pembahasan

a. Tenaga Pengajar

Menurut UU No. 20 Tahun 2003, PSL 39 Pendidik merupakan tenaga

profesional yang bertugas merencakan dan melaksanakan prose pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik

pada perguruan tinggi.

Tenaga Kependidikan yang berkualita sebagai guru, dosen, konselor,

pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang

sesua dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan

pendidikan, (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1)

b. Tindakan Murid

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengataman terhadap

responden maka dapat dikatakan bahwa tindakan responden yakni Murid sekolah

dasar dalam mengkonsumsi makanan jajanan di Sekolah Dasar Negeri Langung

tergolong baik yaitu sebanyak 28 responden (63,6%).

Berdasarkan observasi peneliti bahwa murid SD memakan makanan jajanan

sebelum mencuci tangan terlebih dahulu sudah merupakan kebiasaan murid di

sekolah dasar tersebut. Murid SD telah terbiasa menggunakan tangan mereka yang

masih kotor meskipun sehabis bermain bola, bermain lompat tali, atau sehabis pegang

kapur tulis untuk memegang makanan yang mereka beli, terutama makanan jajanan

yang tidak terbungkus. Berkaitan dengan kebiasaan mencuci tangan sebelum

Page 33: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

31

memakan makanan jajanan, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang

murid (36,4%) mengaku selalu memakan makanan jajanan sebelum mencuci tangan

terlebih dahulu. Tindakan tersebut dilakukan karena murid beranggapan bahwa

tindakan mencuci tangan hanya dilakukan pada saat mereka akan makan nasi dan

lauk pauk saja. Hal ini juga diakibatkan kurangnya dukungan dari pihak sekolah

dalam menyediakan sarana untuk mencuci tangan seperti kran air tanpa bak atau

wastafel disertai sabun sebagai alat antiseptik. Kebiasaan yang tidak baik ini tentu

dapat menimbulkan berbagai macam penyakit infeksi bagi anak, seperti sakit perut

dan diare.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Val Curtis & Sandy Cairncross

dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Inggris tahun 2003, bahwa

perilaku mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun bisa mengurangi insiden

diare sebanyak 42-47%. Oleh karena itu, mencuci tangan dengan menggunakan air

dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan mikroorganisme yang

menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan (Agoes, 2008).

c. Tindakan Penjual Makanan

Hasil penelitian yang diperoleh melalui pengamatan terhadap responden

bahwa tindakan responden yakni penjual makanan jajanan di Sekolah Dasar Negeri

Langung Kecamatan Meureubo mengenai sanitasi makanan semua tergolong kurang

(100%).

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti bahwa 100% responden kadang-

kadang mengutamakan kualitas dari pada kuantitas dalam hal pemilihan bahan

Page 34: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

32

makanan. Sesuai observasi peneliti bahwa penjual makanan jajanan seringkali

menjual makanan jajanan yang disiapkan dengan kondisi higienes yang kurang baik.

Keterbatasan air bersih untuk mencuci peralatan dan tempat penampung limbah

merupakan sumber cemaran yang potensial. Ini dapat dilihat dari tindakan penjual

makanan jajanan yang kadang-kadang air yang digunakan untuk mencuci suatu

peralatan digunakan berulang kali yaitu sebanyak 100%. Hal ini dilakukan karena

persediaan air terbatas, maka alat-alat yang digunakan seperti sendok, garpu, gelas

dan piring tidak dicuci dengan bersih sehinga orang yang mengkonsumsi makanan

jajanan tersebut memiliki resiko terserang berbagai penyakit seperti disentri, tifus

ataupun penyakit perut lainnya.

Page 35: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

33

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap tindakan murid SD

mengenai sanitasi makanan dalam mengkonsumsi makanan jajanan tergolong

baik, yaitu sebanyak 28 responden (63,6%).

2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap tindakan penjual

makanan jajanan mengenai sanitasi makanan jajanan semua tergolong kurang,

yaitu sebanyak 2 responden (100%).

5.2 Saran

1. Disarankan untuk dilakukan upaya peningkatan pengetahuan sanitasi makanan

serta melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi penjual makanan

jajanan sekolah sehingga akan tercipta kondisi higiene dan sanitasi makanan

jajanan yang lebih baik.

2. Kepada pihak Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) hendaknya memberikan

pengarahan dan penyuluhan kepada murid Sekolah Dasar mengenai bahaya

makanan jajanan yang dikonsumsi bila tidak memperhatikan higiene individu dan

higiene sanitasi dari penjual makanan jajanan.

32

Page 36: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

33

DAFTAR PUSTAKA

Balibang Depdiknas. 2002. Memilih Makanan dan Jajanan yang Sehat. BalitbangDepdiknas dan Lembaga Penelitian IPB. Bogor.

Agoes, D. 2008. Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan dan Kecacingan padaMurid SD di Kabupaten Pesisisr Selatan Sumatera Barat. JurnalKesehatan Masyarakat Nasional Volume 2 Nomor 6.

Depkes RI. 1992. Permenkes RI No. 304/Menkes/Per/IX/1989. TentangPersyaratan Kesehatan Rumah Makan dan Restoran dan PetunjukPelaksanaannya. Jakarta.

________. 1994. Pedoman Pengelolaan dan Penyehatan Makanan WarungSekolah. Jakarta.

_______. 1996. Pedoman Umum Program Makanan Tambahan Anak Sekolah(PMT-AS). Jakarta.

_______. 2001. Pedoman Penyuluhan Gizi pada Anak Sekolah bagi PetugasPuskesmas. Jakarta.

_______. 2004. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman (HSMM). BukuPedoman Akademi Penilik Kesehatan. Jakarta.

_______. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah Dasar dan MadrasahIbtidaiyah. Jakarta.

Dewi, YS. 2008. Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan pada SentraPedagang Makanan Jajanan Kesawan Square dan Pagaruyung MedanTahun 2008. Diunduh dari http://www.scribd.com diakses tanggal 22Nopember 2012

Februhartanty, J. 2004. Amankah Makanan Jajanan Anak Sekolah di Indonesia?.Diunduh dari http://www.gizi.net . Diakses tanggal 20 Nopember 2012

Harper, Laura J. 1990. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia.Jakarta.

Irianto, DP. 2007. Panduan Gizi Lengkap : Keluarga dan Olahragawan. CV.Andi offset. Yogyakarta.

Irianto, K. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. CV. Yrama Widya. Bandung.

Page 37: GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DAN PENJUAL MAKANAN ...repository.utu.ac.id/432/1/BAB I_V.pdf · sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah

34

Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Mudjajanto,E S. 2006. Keamanan Makanan Jajanan Tradisional.Penerbit BukuKompas. Jakarta.

Muslim,S. 2004. 50 Persen Jajanan Sekolah Berbahaya. Diunduh darihttp://www.wikipedia.com Diakses tanggal 10 September 2012

.Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta.

Jakarta.

________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta.Jakarta.

Prabu. 2008. Higiene dan Sanitasi Makanan. http//gmpg.org. Jakarta. DiaksesTanggal 15 Oktober 2012.

Purwanto, H. 1999. Pengantar Perilaku Manusia. EGC. Jakarta.

Rachmawati,E. 2006.Waspadai Jajanan Anak di Sekolah. Penerbit Buku Kompas.Jakarta.

Sitorus, L. 2007. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa Sekolah DasarTentang Makanan dan Minuman yang Mengandung Bahan TambahanMakanan pada Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Denai. Diunduh darihttp://www.repository.usu.ac.id diakses tanggal 20 September 2012