gambaran tindakan murid sekolah dasar dan penjual makanan ...repository.utu.ac.id/432/1/bab...
TRANSCRIPT
GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DANPENJUAL MAKANAN MENGENAI SANITASI MAKANAN
DI SD NEGERI LANGUNG KECAMATAN MEUREUBOKABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH:KEMALASARI
NIM : 08C10104169
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT
2013
GAMBARAN TINDAKAN MURID SEKOLAH DASAR DANPENJUAL MAKANAN MENGENAI SANITASI MAKANAN
DI SD NEGERI LANGUNG KECAMATAN MEUREUBOKABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH:KEMALASARI
NIM : 08C10104169
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh
karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya
kesehatan tersebut adalah perbaikan gizi terutama di usia sekolah dasar usia 7-12
tahun. Gizi yang baik akan menghasilkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang
berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Jadi
perbaikan gizi anak sekolah dasar khususnya merupakan langkah strategis karena
dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian SDM berkualitas (Depkes
RI, 2005).
Dari penelitian Balai Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI
tahun 1991, dinyatakan sebagian besar (93%) anak sekolah dasar tidak sempat makan
pagi, baik di kota maupun di desa. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal antara
lain terbatasnya waktu yang tersedia di pagi hari, orang tua yang tidak sempat
menyediakan makanan atau pun anak yang tidak berselera untuk makan pagi.
Makanan jajanan menjadi populer karena keberadaannya yang sangat
membantu masyarakat. Harga makanan jajanan yang relatif murah, mudah didapat
dan banyak ragamnya juga dirasa sangat membantu bagi orang tua murid (Depkes RI,
1994). Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, konsumsi makanan jajanan di
masyarakat diperkirakan terus meningkat seiring waktu. Data hasil survey sosial
1
2
ekonomi nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (1999) menunjukkan
bahwa persentase pengeluaran rata-rata perkapita per bulan penduduk perkotaan
untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada
tahun 1999, selain itu kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi remaja
perkotaan menyumbang 21% energi dan 16% protein. Sementara itu kontribusi
makanan jajanan terhadap konsumsi anak usia sekolah menyumbang 5,5% energi dan
4,2% protein ( Mudjajanto, 2006).
Meskipun makanan jajanan memiliki keunggulan-keunggulan tersebut,
menurut Rachmawati (2006) ternyata makanan jajanan masih beresiko terhadap
kesehatan karena penanganannya sering tidak higienis yang memungkinkan makanan
jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun. Banyak jajanan yang tidak memenuhi
syarat keamanan pangan sehingga membahayakan kesehatan jutaan anak sekolah
dasar. Namun demikian kehadiran pedagang makanan jajanan anak di sekolah
hendaknya tidak dilarang, karena hal ini juga berperan dalam menopang
perekonomian terutama di sektor informal.
Secara umum penyakit bawaan makanan (food borne diseases) merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak negara. Karena penyakit ini
dianggap bukan termasuk penyakit yang serius maka seringkali kasus-kasusnya
kurang terlaporkan. Padahal, gizi buruk dan gangguan pertumbuhan anak-anak adalah
dua konsekuensi serius yang ditimbulkan oleh berulangnya episode penyakit ini.
Diare merupakan gejala umum dari penyakit bawaan makanan yang mudah dikenali.
Menurut Februhartanty (2004) dari hasil wawancara terhadap pedagang
makanan jajanan di daerah Jakarta Timur tahun 2004 menunjukkan bahwa mereka
3
tidak mengetahui apakah BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang mereka gunakan
adalah yang dilarang atau tidak oleh pemerintah. Mereka umumnya menggunakan
BTP yang mudah didapat, murah dan dapat memberikan penampilan makanan yang
menarik tanpa mencari tahu apakah itu dapat membahayakan bagi kesehatan. Lebih
jauh lagi, diketahui bahwa makanan jajanan yang dijajakan umumnya tidak
dipersiapkan dengan baik dan bersih. Tambahan lagi kebanyakan penjaja makanan
tersebut mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penanganan pangan yang
aman. Mereka juga kurang mempunyai akses terhadap air bersih serta fasilitas cuci
dan buang sampah. Karena banyak pedagang yang kurang menjaga kebersihan dan
tidak tahu adanya tindakan dan bahan-bahan yang bisa membahayakan kesehatan,
maka Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) bekerja sama dengan Departemen
Pendidikan Nasional dalam meningkatkan kualitas mengenai makanan jajanan di
sekolah dasar. Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah
dengan cara menginventarisasi para pedagang jajanan yang berjualan di sekitar
sekolah serta turut mengawasi dan membina para pedagang makanan jajanan tersebut
supaya menjaga mutu, keamanan dan kebersihan dagangannya (Muslim, 2004).
Tujuan suatu penyelenggaraan makanan jajanan, sama seperti
penyelenggaraan makanan lainnya, adalah untuk mewujudkan tersedianya makanan
yang bermutu dengan pelayanan yang layak. Makanan yang bermutu artinya makanan
yang memenuhi syarat gizi, sanitasi, keamanan dan kesehatan. Makanan jajanan yang
dihasilkan selain memiliki cita rasa yang dapat di terima murid, juga harus memenuhi
syarat gizi, sanitasi, keamanan dan kesehatan sehingga makanan jajanan yang
4
diproduksi benar-benar aman dan sehat untuk dikonsumsi oleh murid sekolah dasar
sebagai konsumen (Depkes RI, 1996).
Sekolah Dasar Negeri langung merupakan salah satu Sekolah Dasar yang ada
di Kecamatan Meureubo, bangunanannya berdiri berdampingan dengan Sekolah
Dasar Negeri Peunaga. Jumlah murid Sekolah Dasar Negeri Langung Saat ini adalah
sebanyak 261 murid dengan jumlah murid perempuan sebanyak 130 orang dan murid
laki-laki sebanyak 131 orang.
Hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis, jumlah pedagang yang
menjajankan jajanannya berjumlah 2 orang pedagang yang memiliki bangunan
menetap di sekitar lokasi Sekolah Dasar. Makanan yang dijual biasanya bervariasi
dari makanan siap saji (mie instant), minuman dingin, nasi bungkus hingga kue basah
lainnya. Berdasarkan observasi ini diketahui bahwa masih kurangnya higiene
individu murid di mana murid tidak mencuci tangan sebelum memakan makanan
jajajan. Menurut beberapa orang murid ini cuci tangan cukup pada saat makan nasi
saja sedangkan waktu makan makanan jajanan tidak perlu dilakukan dan susah harus
ke sumur untuk mencuci tangan. Penjual makanan jajanan biasanya tidak menutup
makanan yang dijual sehingga lalat sering hinggap pada makanan yang tidak diberi
penutup. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang bagaimana tindakan murid dan penjual makanan jajanan tentang higiene dan
sanitasi makanan di Sekolah Dasar Negeri Langung Kecamatan Meureubo Tahun
2013
5
1.2. Rumusan Masalah
Masih kurangnya higiene murid di antaranya mereka tidak mencuci tangan
sebelum memakan makanan jajajan, karena menurut mereka cuci tangan cukup pada
saat makan nasi saja sedangkan penjual makanan jajanan yang tidak menutup
makanan yang dijual sehingga lalat sering hinggap pada makanan. Berdasarkan hal
tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Bagaimana
gambaran tindakan murid Sekolah Dasar dan penjual makanan mengenai higiene
sanitasi makanan di Sekolah Dasar Negeri Langung Kecamatan Meureubo Tahun
2013?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran tindakan murid Sekolah Dasar dan penjual
makanan jajanan tentang higiene sanitasi makanan di SD Negeri Langung Kecamatan
Meureubo.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui tindakan murid tentang higiene individu dalam mengkonsumsi
makanan jajanan di SD Negeri Langung Kecamatan Meureubo
2. Untuk mengetahui tindakan penjual makanan jajanan tentang higiene individu dan
sanitasi makanan di SD Negeri Langung Kecamatan Meureubo
6
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Meureubo untuk lebih meningkatkan
kegiatan promosi kesehatan mengenai higiene individu dan sanitasi makanan di
sekolah-sekolah yang ada di wilayah kerjanya.
2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat khususnya murid SD Negeri Langung
dan penjual makanan jajanan mengenai pentingnya higiene individu dan sanitasi
makanan.
1.4.2 Manfaat praktis
Bagi pihak Sekolah SD Negeri Langung Kecamatan Meureubo hasil
penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk memperbaiki pengelolaan penjual
makanan jajanan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Makanan
Suatu makanan terdiri dari sejumlah makanan padat dan cair yang dikonsumsi
seseorang atau sekelompok penduduk (Harper dkk, 1990). Sedangkan menurut
Depkes RI (2001) makanan mempunyai pengertian sebagai segala sesuatu yang
dikonsumsi melalui mulut untuk kebutuhan tubuh agar tubuh sehat.
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat
melangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan perumahan. Makanan selain
mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk dapat berkembang biaknya
mikroba atau kuman terutama makanan yang mudah membusuk yang mengandung
kadar air serta nilai protein yang tinggi. Kemungkinan lain masuknya atau beradanya
bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, residu pestisida serta bahan lainnya
antara lain debu, tanah, rambut manusia dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan
manusia (Depkes RI, 2004).
2.1.1. Makanan jajanan
Menurut Irianto, K (2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak
ditemukan dipinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna, rasa serta
ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang untuk membelinya.
2.1.2. Jenis makanan jajanan
Jenis makanan jajanan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (1998)
yang dikutip oleh Sitorus (2007) dapat digolongkan menjadi (3) tiga golongan, yaitu:
7
8
1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang
goreng, kue bugis dan sebagainya.
2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecal, mie bakso, nasi
goreng, mie rebus dan sebagaianya.
3. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti ice cream, es campur, jus
buah dan sebagainya.
Penjualan dan penjaja makanan jajanan dapat digolongkan menjadi (3) tiga
golongan, yaitu:
1. Penjaja diam, yaitu makanan yang di jual sepanjang hari pada warung-warung
yang lokasinya tetap di satu tempat.
2. Penjaja setengah diam, yaitu mereka yang berjualan dengan menetap di satu
tempat pada waktu-waktu tertentu.
3. Penjaja keliling, yaitu mereka yang berjualan keliling dan tidak mempunyai
tempat mangkal tertentu.
Menurut SK Menkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003, pada pasal 2 disebutkan
panjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan,
pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Penjamah
makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan
harus memenuhi persyaratan antara lain :
1. Tidak menderita penyakit mudah menular misal: batuk, filek, influensa, diare,
penyakit perut sejenisnya.
2. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya).
9
3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.
4. Memakai celemek dan tutup kepala.
5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
6. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan, atau dengan alas tangan.
7. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau
bagian lainnya).
8. Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau
tanpa menutup mulut atau hidung.
Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa makanan jajanan yang dijajakan harus
dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup. Pembungkus yang digunakan dan atau
tutup makanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan.
2.1.3. Ciri-ciri makanan jajanan yang sehat
Salah satu tujuan makan adalah supaya tubuh kita sehat, namun disisi lain
makan juga dapat menjadi salah satu sumber penyakit. Oleh karena itu menurut
Balitbang Depkes (2002) sebaiknya pilihlah makanan jajanan yang sehat, yaitu
makanan jajanan yang segar, bersih dan aman dari cemaran bahan kimia dan fisik.
a. Ciri-ciri makanan dan jajanan yang segar
Cara memilih makanan atau jajanan yang segar, untuk makanan yang telah
diolah (digoreng, direbus, dikukus) pilihlah makanan baru saja dimasak (masih
panas). Jika sudah dingin atau disimpan, maka pilihlah yang tidak berlendir, tidak
berbau asam, tidak berjamur dan rasanya masih wajar (normal).
Untuk buah-buahan segar, pilihlah buah yang kulitnya masih segar atau tidak
keriput, tidak busuk atau lembek. Untuk makanan kalengan atau makanan dalam
10
botol, pilihlah kemasan yang tidak penyok, bentuknya masih utuh, tutupnya masih
disegel atau belum rusak, tidak bocor, tidak kembung, serta tanggal
penggunaannya masih berlaku atau belum kadaluarsa (Anonim, 2002).
b. Ciri-ciri makanan dan jajanan yang bersih
Makanan yang sehat selain keadaannya segar juga harus bersih, tidak
dihinggapi lalat, tidak dicemari oleh debu dan bahan-bahan pengotor lainnya.
Makanan yang bersih mempunyai ciri-ciri:
1. Bagian luarnya terlihat bersih, tidak terlihat ada kotoran yang menempel.
2. Makanan tersebut disajikan dalam piring atau wadah tempat makanan yang
tidak berdebu.
3. Tidak terdapat rambut atau isi stepler.
4. Disajikan dalam keadaan tertutup atau dibungkus dengan plastik, kertas tidak
bertinta, daun pisang atau daun lainnya.
5. Makanan dimasak, disimpan atau disajikan di tempat yang jauh dari tempat
pembuangan sampah, got, dan tepi jalan yang banyak dilalui kendaraan.
6. Makanan dimasak dengan peralatan yang bersih dengan menggunakan air
bersih, tidak berbau atau keruh (Anonim, 2002).
c. Ciri-ciri makanan dan jajanan yang aman
Makanan yang sehat, selain segar dan bersih juga tidak boleh mengandung
bahan kimia yang berbahaya. Bahan-bahan kimia yang biasa ditambahkan
kedalam makanan secara sengaja disebut bahan tambahan pangan (zat aditif
pangan). Bahan kimia yang biasa ditambahkan ke dalam makanan saat pengolahan
yaitu:
11
1. Bahan pewarna
2. Bahan pemanis
3. Bahan pengawet
4. Bahan pengenyal
5. Bahan penambah rasa
Bahan tambahan makanan umumnya berupa bahan-bahan kimia yang asing
bagi tubuh. Oleh karena itu penggunaannya tidak boleh berlebihan, karena dapat
berakibat kurang baik bagi kesehatan (Anonim, 2002).
2.1.4. Pengaruh positif dan negatif makanan jajanan
2.1.4.1.Pengaruh positif dari makanan jajanan
Melalui makanan jajanan anak bisa mengenal beragam makanan yang ada
sehingga membantu seorang anak untuk membentuk selera makan yang beragam,
sehingga saat dewasa dia dapat menikmati aneka ragam makanan (Khomsan, 2003).
Sedangkan menurut Irianto, P (2007) pada umumnya anak-anak lebih menyukai
jajanan diwarung maupun kantin sekolah daripada makanan yang telah tersedia
dirumah. Manfaat / keuntungan dari kebiasaan jajan anak yakni :
1. Sebagai memenuhi kebutuhan energi
2. Mengenalkan diversifikasi (keanekaragaman) jenis makanan
3. Meningkatkan gengsi diantara teman-teman
2.1.4.2.Pengaruh negatif dari makanan jajanan
Makanan jajanan beresiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering
tidak higienis yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba
12
beracun maupun penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak diizinkan
(Mudjajanto, 2006).
Makanan jajanan mengandung banyak resiko, debu-debu dan lalat yang
hinggap pada makanan yang tidak ditutupi dapat menyebabkan penyakit terutama
pada sistem pencernaan kita. Belum lagi bila persediaan air terbatas, maka alat-alat
yang digunakan seperti sendok, garpu, gelas dan piring tidak dicuci dengan bersih.
Hal ini sering membuat orang yang mengkonsumsinya dapat terserang
berbagai penyakit seperti disentri, tifus ataupun penyakit perut lainnya (Irianto, K,
2007). Menurut Irianto, P (2007) terlalu sering dan menjadikan mengkonsumsi
makanan jajanan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif, antara lain:
1. Nafsu makan menurun
2. Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit
3. Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak
4. Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jajanan belum tentu terjamin
5. Pemborosan
6. Permen yang menjadi kesukaan anak-anak bukanlah sumber energi yang baik
sebab hanya mengandung karbohidrat. Terlalu sering makan permen dapat
menyebabkan gangguan pada kesehatan gigi.
2.2. Faktor Penyehatan Makanan
Menurut Depkes RI (1994), aspek penyehatan makanan adalah aspek pokok
dari penyehatan makanan yang mempengaruhi terhadap keamanan makanan, yang
13
meliputi kontaminasi/pengotoran makanan, keracunan makanan, pembusukan
makanan dan pemalsuan makanan
2.2.1. Kontaminasi/ pengotoran makanan
Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing ke dalam makanan
yang tidak dikehendaki, yang dikelompokkan dalam 4 (empat) macam, yaitu:
1. Pencemaran mikroba, seperti bakteri, jamur, cendawan dan virus
2. Pencemaran fisik, seperti rambut, debu, tanah dan kotoran lainnya
3. Pencemaran kimia, seperti pupuk, pestisida, Mercury, Cadmium, Arsen
4. Pencemaran radioaktif, seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma, radioaktif.
Terjadinya pencemaran dapat dibagi dalam 2 (dua) cara, yaitu:
1. Pencemaran langsung, yaitu adanya bahan pencemar yang masuk ke dalam
makanan secara langsung, baik disengaja maupun tidak disengaja. Contoh:
masuknya rambut ke dalam nasi, penggunaan zat pewarna makanan, dan
sebagainya.
2. Pencemaran silang, yaitu pencemaran yang terjadi secara tidak langsung sebagai
akibat ketidaktahuan dalam pengolahan makanan. Contoh: makanan bercampur
dengan pakaian atau peralatan kotor, menggunakan pisau pada pengolahan bahan
mentah untuk bahan makanan jadi (makanan yang sudah terolah) (Depkes RI,
1994).
2.2.2. Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau
gangguan kesehatan lainnya akibat mengkontaminasi makanan. Makanan yang
menjadi penyebab keracunan biasanya telah tercemar oleh unsur-unsur fisika,
14
mikroba ataupun kimia dalam dosis yang membahayakan. Kondisi tersebut
dikarenakan pengelolaan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan
tidak memperhatikan kaidah-kaidah higiene sanitasi makanan (Depkes RI, 1994).
Adapun yang menjadi penyebabnya adalah:
1. Bahan makanan alami, yaitu makanan yang secara alami telah mengandung
racun, seperti jamur racun, ikan buntel, ketela hijau, gadung atau ubi racun.
2. Infeksi mikroba, yaitu disebabkan bakteri pada saluran pencernaan makanan
yang masuk ke dalam tubuh atau tertelannya mikroba dalam jumlah besar,
yang kemudian hidup dan berkembang biak, seperti Salmonellosis, dan
Streptoccocus
3. Racun/toksin mikroba, yaitu racun atau toksin yang dihasilkan oleh mikroba
dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan jumlah yang
membahayakan
4. Kimia, yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh
dalam jumlah yang membahayakan, seperti Arsen, Antimon, Cadmium,
Pestisida dengan gejala depresi pernafasan sampai koma dan dapat meninggal
5. Alergi, yaitu bahan allergen di dalam makanan yang menimbulkan reaksi
sensitif kepada orang-orang yang rentan, seperti histamine pada udang,
tongkol, bumbu masak dan sebagainya (Depkes RI, 1994).
2.2.3. Pembusukan makanan
Pembusukan adalah proses perubahan komposisi (dekomposisi) makanan,
baik sebagian atau seluruhnya pada makanan dari keadaan yang normal menjadi
15
keadaan yang tidak normal yang tidak dikehendaki sebagai akibat pematangan alam
(maturasi), pencemaran (kontaminasi) atau sebab lain (Depkes RI, 1994).
2.2.4. Pemalsuan makanan
Pemalsuan adalah upaya menurunkan mutu makanan dengan cara menambah,
mengurangi atau mengganti bahan makanan yang disengaja dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya yang dapat berdampak buruk kepada
konsumen, contohnya zat warna, bahan pemanis, pengawet dan bahan pengganti
(Depkes RI, 1994).
2.3. Pengertian Serta Tujuan Higiene dan Sanitasi Makanan
Higiene dan sanitasi merupakan suatu tindakan atau upaya untuk
meningkatkan kebersihan dan kesehatan melalui pemeliharaan dini setiap individu
dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya, agar individu terhindar dari ancaman
kuman penyebab penyakit (Depkes RI, 1994).
2.3.1. Pengertian higiene
Menurut Depkes RI (2004) higiene adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan individu, misalnya mencuci tangan untuk
kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang
bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.
Sedang dalam Depkes RI (1994) lebih kepada upaya penyehatan diri.
2.3.2. Pengertian sanitasi makanan
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari
segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, mulai dari sebelum makanan
16
diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan sampai
pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada
masyarakat atau konsumen (Prabu, 2008).
2.3.3. Tujuan higiene dan sanitasi makanan
Menurut Prabu (2008) sanitasi makanan bertujuan untuk menjamin keamanan
dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan
makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan/pemborosan
makanan. Higiene dan sanitasi makanan bertujuan untuk mengendalikan faktor
makanan, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.
2.4. Prinsip dalam Higiene dan Sanitasi Makanan
Prinsip higiene dan sanitasi makanan adalah upaya praktis dan penyehatan
makanan. Menurut Depkes RI (1994) prinsip-prinsip higiene sanitasi makanan
meliputi :
a. Pemilihan bahan makanan.
b. Penyimpanan bahan makanan.
c. Pengolahan makanan.
d. Penyimpanan makanan.
e. Pengangkutan makanan, dan
f. Penyajian makanan.
17
2.4.1. Pemilihan bahan makanan
Bahan makanan perlu dipilih yang sebaik-baiknya dilihat dari segi kebersihan,
penampilan dan kesehatan. Penjamah makanan dalam memilih bahan yang akan
diolah harus mengetahui sumber-sumber makanan yang baik serta memperhatikan
ciri-ciri bahan yang baik.
Beberapa hal yang harus diingat tentang pemilihan bahan makanan:
1. Hindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber yang tidak
jelas.
2. Gunakan catatan tempat pembelian bahan makanan.
3. Mintalah informasi atau keterangan asal-usul bahan yang dibeli.
4. Belilah bahan di tempat penjualan resmi dan bermutu seperti : rumah potong
pemerintah atau tempat potong resmi yang diawasi pemerintah, tempat
pelelangan ikan resmi dan pasar bahan dengan sistem pendingin.
5. Tidak membeli bahan makanan yang sudah kadaluwarsa atau membeli
daging/unggas yang sudah terlalu lama disimpan, khususnya organ dalam
(jeroan) yang potensial mengandung bakteri.
6. Membeli daging dan unggas yang tidak terkontaminasi dengan racun/toksin
bakteri pada makanan.
2.4.2. Penyimpanan bahan makanan
Menurut Depkes RI (2004), dalam penyimpanan bahan makanan hal-hal yang
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan
memenuhi syarat
18
b. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah untuk
mengambilnya, tidak menjadi tempat bersarang/bersembunyi serangga dan
tikus, tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk bahan-bahan yang mudah
membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin
c. Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk
riwayat keluar masuk barang dengan system FIFO (First In First Out).
2.4.3. Pengolahan makanan
Menurut Dewi (2004) yang mengutip dari Anwar dkk (1997), pengolahan
makanan menyangkut 4 (empat) aspek, yaitu :
a. Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang menjamah makanan mulai
dari mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian
makanan. Pengetahuan, sikap dan perilaku seorang penjamah mempengaruhi kualitas
makanan yang dihasilkan. Penjamah juga dapat berperan sebagai penyebar penyakit,
hal ini bisa terjadi melalui kontak antara penjamah makanan yang menderita penyakit
menular dengan konsumen yang sehat, kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah
yang membawa kuman.
b. Cara Pengolahan Makanan
Persyaratan pengolahan makanan menurut Permenkes No.304/Per/IX/1989
adalah: semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung
dari kontak langsung antara penjamah dengan makanan. Perlindungan kontak
langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan: sarung tangan, penjepit makanan,
sendok, garpu dan sejenisnya. Dan setiap tenaga pangolah makanan pada saat bekerja
19
harus memakai celemek, tutup rambut, sepatu dapur, tidak merokok serta tidak
makan/menguyah.
c. Tempat Pengolahan Makanan
Tempat pengolahan makanan, dimana makanan diolah sehingga menjadi
makanan jadi biasanya disebut dengan dapur, menurut Depkes RI (1994) perlu
diperhatikan kebersihan tempat pengolahan tersebut serta tersedianya air bersih yang
cukup.
d. Perlengkapan/Peralatan dalam Pengolahan Makanan
Prinsip dasar persyaratan perlengkapan/peralatan dalam pengolahan makanan
adalah aman sebagai alat/perlengkapan pengolahan makanan. Aman ditinjau dari
bahan yang digunakan dan juga desain perlengkapan tersebut.
2.4.4. Penyimpanan makanan
Menurut Depkes RI (1994) penyimpanan makanan dimaksudkan untuk
mengusahakan makanan agar dapat awet lebih lama. Kualitas makanan yang telah
diolah sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana terdapat titik-titik rawan untuk
perkembangbiakan bakteri patogen dan pembusuk pada suhu yang sesuai dengan
kondisinya.
2.4.5. Pengangkutan makanan
Makanan yang telah selesai diolah di tempat pengolahan, memerlukan
pengangkutan untuk selanjutnya disajikan atau disimpan. Bila pengangkutan
makanan kurang tepat dan alat angkutnya kurang baik kualitasnya, kemungkinan
pengotoran dapat terjadi sepanjang pengangkutan (Depkes RI, 1994).
20
2.4.6. Penyajian makanan
Menurut Permenkes No.304/Menkes/Per/IX/1989, persyaratan penyajian
makanan adalah sebagai berikut:
1. Harus terhindar dari pencemaran;
2. Peralatan untuk penyajian harus terjaga kebersihannya;
3. Harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan bersih;
4. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian yang bersih;
Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan berikut:
a. di tempat yang bersih
b. Meja ditutup dengan kain putih atau plastik
c. Asbak tempat abu rokok setiap saat dibersihkan
d. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit sudah
dicuci.
2.5. Tindakan
Tindakan adalah aturan yang dilakukan, melakukan/mengadakan aturanaturan
untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan
pengetahuan merupakan kecenderungan untuk bertindak. Tindakan nampak menjadi
lebih konsisten, serasi, sesuai dengan sikap bila sikap individu sama dengan sikap
kelompok dimana ia adalah bagiannya atau anggotanya (Purwanto, 1999).
21
2.5.1. Tindakan murid terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
Tindakan mencuci tangan sebelum makan memakai air dan sabun mempunyai
peranan penting dalam kaitannya dengan pencegahan infeksi berbagai penyakit,
karena dengan mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih efektif
menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan secara
bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus,
bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan. Oleh karenanya mencuci tangan
dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan
mikroorganisme yang menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada kedua
tangan (Agoes, 2008).
Menurut Agoes (2008) perilaku anak sekolah yang sering jajan di sembarang
tempat yang kebersihannya tidak dapat dikontrol oleh pihak sekolah dan tidak
terlindung dan dapat tercemar oleh debu dan kotoran yang mengandung berbagai
mikroorganisme. Hal ini dapat menjadi sumber penularan berbagai penyakit pada
anak. Selain melalui tangan, berbagai mikroorganisme dapat juga masuk ketubuh
melalui makanan dan minuman, terutama makanan jajanan yang tidak dikemas dan
tidak tertutup rapat. Mikroorganisme yang ada di tanah/debu akan sampai pada
makanan tersebut jika diterbangkan oleh angin atau dapat juga melalui lalat yang
sebelumnya hinggap di berbagai tempat, terutama pada makanan jajanan yang tidak
ditutup secara rapat. Untuk itu murid sekolah dasar dan masyarakat hendaknya
membiasakan diri mencuci tangan sebelum makan dengan air dan sabun. Di samping
itu, perlu dilakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat, serta pihak sekolah meningkatkan promosi tentang
22
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada murid, dengan melakukan
pemeriksaan perilaku cuci tangan sebelum makan, perilaku jajan di sekolah (Agoes,
2009).
2.5.2. Tindakan penjual makanan jajanan
Menurut Notoatmodjo (2003), tindakan adalah gerak/perbuatan dari tubuh
setelah mendapat ransangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh maupun luar tubuh
atau lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak
ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Tindakan ini dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran secara tidak langsung
yaitu dengan wawancara atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa waktu
sebelumnya (Notoatmodjo, 2003).
2.6 Kerangka Teoritis
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Agoes (2008), Depkes RI (1994)
maka kerangka teoritis dapat disusun sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
Pemilihan bahan
Penyimpanan
Pengolahan
Tindakan Murid
Tindakan Pedagang
Sanitasi Makanan
23
2.7 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Ket :---- : variabel tidak ikut diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tindakan Murid
Tindakan Pedagang
Sanitasi Makanan
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui gambaran tindakan murid Sekolah Dasar dan penjual makanan
jajanan tentang sanitasi makanan di SD Negeri Langung Kecamatan Meureubo Tahun
2013.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Langung Kecamatan Meureubo yang
dilakukan pada tanggal 03 sampai 05 Juni tahun 2013. Alasan dilakukan penelitian di
lokasi ini dikarenakan belum adanya penelitian sejenis yang dilakukan. Di samping
itu berdasarkan observasi awal ditemukan masih kurangnya hygiene individu murid
seperti: murid tidak mencuci tangan sebelum memakan makanan serta pedagang
tidak menutup makanan yang dijual sehingga lalat sering hinggap pada makanan.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid Sekolah Dasar Negeri
Langung Kelas V yang berjumlah 44 orang dan penjual makanan yang berjumlah 2
orang.
24
25
3.3.2 Sampel
Arikunto (2007) menyatakan jika jumlah anggota subjek dalam populasi di
bawah 100, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Jadi teknik yang
digunakan adalah teknik total sampling yaitu pengambilan seluruh populasi jadi yaitu
keseluruhan siswa SD kelas V sebanyak 44 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada responden.
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan referensi-
referensi perpustakaan yang ada hubungan dengan penelitian.
26
3.5 Definisi OperasionalTabel 3.1 Variabel PenelitianNo. Variabel KeteranganVariabel Independen1. Tindakan
MuridDefinisi Bentuk perbuatan atau aktifitas nyata dari
peserta didik untuk memelihara danmelindungi kebersihan dirinya dalammengkonsumsi makanan jajanan.
Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur
Skala ukur
- Baik- KurangOrdinal
2. TindakanPenjualMakanan
Definisi Bentuk perbuatan atau aktifitas nyata daripenjual makanan jajanan untuk menjaga,memelihara dan melindungi dirinya danmakanan jajanan yang Dijajakannya
Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur - Baik
- KurangSkala ukur Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
1. Tindakan Murid
Baik , jika responden mendapatkan nilai > 12 dari total skor.
Kurang, jika responden mendapatkan nilai ≤ 12 dari total skor
2. Tindakan Penjual Makanan
Baik , jika responden mendapatkan nilai > 12 dari total skor.
Kurang, jika responden mendapatkan nilai ≤ 12 dari total skor
27
3.7 Analisis Data
3.7.1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisa yang dilakukan untuk menganalisis tiap
variabel dari hasil penelitian. Tujuannya untuk meringkas kumpulan data hasil
pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi
informasi yang berguna (Notoadmodjo, 2005)
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Negeri Langung merupakan salah satu SD yang ada di
Kecamatan Meureubo Kabuapaten Aceh Barat yang letaknya berada di Jalan
Nasional – Tapak Tuan yang berlokasi di Desa Langung. Dengan batasan sebagai
berikut :
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Meureubo
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Peunaga Rayeuk
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Paya Peunaga
a. Tenaga PengajarTabel 4.1. Distribusi Frekuensi Tenaga Pengajar pada SD Negeri Langung
Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Tenaga Pengajar Frekuensi Persentase (%)
1 Guru 9 60,02 Tenaga Tata Usaha 2 13,33 Guru Honor 4 26,7
Total 15 100
28
29
4.2 Hasil Penelitian
a. Tindakan Murid
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tindakan Murid Sekolah Dasar mengenaiSanitasi Makanan di SD Negeri Langung Kecamatan MeureuboKabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Tindakan Murid Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 28 63,62 Kurang 16 36,4
Total 44 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar murid Sekolah Dasar
memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 28 orang ( 63,6%) dan yang memiliki
tindakan kurang yaitu sebanyak 16 orang (36,4%).
b. Tindakan Penjual Makanan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tindakan Penjual Makanan mengenaiSanitasi Makanan di SD Negeri Langung Kecamatan MeureuboKabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Tindakan Penjual Makanan Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 0 02 Kurang 2 100
Total 2 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semua penjual makanan memiliki
tindakan kurang ( 100%)
.
30
4.3 Pembahasan
a. Tenaga Pengajar
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, PSL 39 Pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencakan dan melaksanakan prose pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi.
Tenaga Kependidikan yang berkualita sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesua dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan, (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1)
b. Tindakan Murid
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengataman terhadap
responden maka dapat dikatakan bahwa tindakan responden yakni Murid sekolah
dasar dalam mengkonsumsi makanan jajanan di Sekolah Dasar Negeri Langung
tergolong baik yaitu sebanyak 28 responden (63,6%).
Berdasarkan observasi peneliti bahwa murid SD memakan makanan jajanan
sebelum mencuci tangan terlebih dahulu sudah merupakan kebiasaan murid di
sekolah dasar tersebut. Murid SD telah terbiasa menggunakan tangan mereka yang
masih kotor meskipun sehabis bermain bola, bermain lompat tali, atau sehabis pegang
kapur tulis untuk memegang makanan yang mereka beli, terutama makanan jajanan
yang tidak terbungkus. Berkaitan dengan kebiasaan mencuci tangan sebelum
31
memakan makanan jajanan, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang
murid (36,4%) mengaku selalu memakan makanan jajanan sebelum mencuci tangan
terlebih dahulu. Tindakan tersebut dilakukan karena murid beranggapan bahwa
tindakan mencuci tangan hanya dilakukan pada saat mereka akan makan nasi dan
lauk pauk saja. Hal ini juga diakibatkan kurangnya dukungan dari pihak sekolah
dalam menyediakan sarana untuk mencuci tangan seperti kran air tanpa bak atau
wastafel disertai sabun sebagai alat antiseptik. Kebiasaan yang tidak baik ini tentu
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit infeksi bagi anak, seperti sakit perut
dan diare.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Val Curtis & Sandy Cairncross
dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Inggris tahun 2003, bahwa
perilaku mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun bisa mengurangi insiden
diare sebanyak 42-47%. Oleh karena itu, mencuci tangan dengan menggunakan air
dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan mikroorganisme yang
menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan (Agoes, 2008).
c. Tindakan Penjual Makanan
Hasil penelitian yang diperoleh melalui pengamatan terhadap responden
bahwa tindakan responden yakni penjual makanan jajanan di Sekolah Dasar Negeri
Langung Kecamatan Meureubo mengenai sanitasi makanan semua tergolong kurang
(100%).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti bahwa 100% responden kadang-
kadang mengutamakan kualitas dari pada kuantitas dalam hal pemilihan bahan
32
makanan. Sesuai observasi peneliti bahwa penjual makanan jajanan seringkali
menjual makanan jajanan yang disiapkan dengan kondisi higienes yang kurang baik.
Keterbatasan air bersih untuk mencuci peralatan dan tempat penampung limbah
merupakan sumber cemaran yang potensial. Ini dapat dilihat dari tindakan penjual
makanan jajanan yang kadang-kadang air yang digunakan untuk mencuci suatu
peralatan digunakan berulang kali yaitu sebanyak 100%. Hal ini dilakukan karena
persediaan air terbatas, maka alat-alat yang digunakan seperti sendok, garpu, gelas
dan piring tidak dicuci dengan bersih sehinga orang yang mengkonsumsi makanan
jajanan tersebut memiliki resiko terserang berbagai penyakit seperti disentri, tifus
ataupun penyakit perut lainnya.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap tindakan murid SD
mengenai sanitasi makanan dalam mengkonsumsi makanan jajanan tergolong
baik, yaitu sebanyak 28 responden (63,6%).
2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap tindakan penjual
makanan jajanan mengenai sanitasi makanan jajanan semua tergolong kurang,
yaitu sebanyak 2 responden (100%).
5.2 Saran
1. Disarankan untuk dilakukan upaya peningkatan pengetahuan sanitasi makanan
serta melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi penjual makanan
jajanan sekolah sehingga akan tercipta kondisi higiene dan sanitasi makanan
jajanan yang lebih baik.
2. Kepada pihak Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) hendaknya memberikan
pengarahan dan penyuluhan kepada murid Sekolah Dasar mengenai bahaya
makanan jajanan yang dikonsumsi bila tidak memperhatikan higiene individu dan
higiene sanitasi dari penjual makanan jajanan.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Balibang Depdiknas. 2002. Memilih Makanan dan Jajanan yang Sehat. BalitbangDepdiknas dan Lembaga Penelitian IPB. Bogor.
Agoes, D. 2008. Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan dan Kecacingan padaMurid SD di Kabupaten Pesisisr Selatan Sumatera Barat. JurnalKesehatan Masyarakat Nasional Volume 2 Nomor 6.
Depkes RI. 1992. Permenkes RI No. 304/Menkes/Per/IX/1989. TentangPersyaratan Kesehatan Rumah Makan dan Restoran dan PetunjukPelaksanaannya. Jakarta.
________. 1994. Pedoman Pengelolaan dan Penyehatan Makanan WarungSekolah. Jakarta.
_______. 1996. Pedoman Umum Program Makanan Tambahan Anak Sekolah(PMT-AS). Jakarta.
_______. 2001. Pedoman Penyuluhan Gizi pada Anak Sekolah bagi PetugasPuskesmas. Jakarta.
_______. 2004. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman (HSMM). BukuPedoman Akademi Penilik Kesehatan. Jakarta.
_______. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah Dasar dan MadrasahIbtidaiyah. Jakarta.
Dewi, YS. 2008. Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan pada SentraPedagang Makanan Jajanan Kesawan Square dan Pagaruyung MedanTahun 2008. Diunduh dari http://www.scribd.com diakses tanggal 22Nopember 2012
Februhartanty, J. 2004. Amankah Makanan Jajanan Anak Sekolah di Indonesia?.Diunduh dari http://www.gizi.net . Diakses tanggal 20 Nopember 2012
Harper, Laura J. 1990. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia.Jakarta.
Irianto, DP. 2007. Panduan Gizi Lengkap : Keluarga dan Olahragawan. CV.Andi offset. Yogyakarta.
Irianto, K. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. CV. Yrama Widya. Bandung.
34
Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.
Mudjajanto,E S. 2006. Keamanan Makanan Jajanan Tradisional.Penerbit BukuKompas. Jakarta.
Muslim,S. 2004. 50 Persen Jajanan Sekolah Berbahaya. Diunduh darihttp://www.wikipedia.com Diakses tanggal 10 September 2012
.Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta.
________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta.Jakarta.
Prabu. 2008. Higiene dan Sanitasi Makanan. http//gmpg.org. Jakarta. DiaksesTanggal 15 Oktober 2012.
Purwanto, H. 1999. Pengantar Perilaku Manusia. EGC. Jakarta.
Rachmawati,E. 2006.Waspadai Jajanan Anak di Sekolah. Penerbit Buku Kompas.Jakarta.
Sitorus, L. 2007. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa Sekolah DasarTentang Makanan dan Minuman yang Mengandung Bahan TambahanMakanan pada Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Denai. Diunduh darihttp://www.repository.usu.ac.id diakses tanggal 20 September 2012