program studi agroekoteknologi fakultas …
TRANSCRIPT
1
PENELUSURAN KACANG KOMAK (Lablab purpureus L. Sweet)
Dr. Ir. I Gede Ketut Susrama, MSc NIP 19610521 1986 1 003
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA 2016
2
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan berkat asung kerta wara nugraha
Ida Sanghyang Widhi Wasa serta atas bantuan semua sahabat makalah ini bisa
diselesaikan pada waktunya. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi
persyaratan Beban Kinerja Dosen (BKD) semester genap TA 2015/2016 .
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
berkenan menyemangati dan melancarkan penulisan makalah ini. Semoga
semua kebaikan yang telah dilakukan mendapat pahala yang sesuai. Mudah-
mudahan cukup banyak para pihak yang bisa memetik manfaat dari isi makalah
ini.
Denpasar, Juli 2016
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
1.1 Latar belakang ................................................................................................. 4
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 6
II. KACANG KOMAK ........................................................................................ 7
2.1 Kacang komak dan pengembangan palawija ................................................ 7
2.2 Lablab purpureus var. purpureus ................................................................ 14
2.3 Lablab purpureus var. Typicus .................................................................... 15
2.4 Kacang komak sebaiknya tidak dimakan sebagai lalapan ............................ 16
2.5 Khasiat obat kacang komak ........................................................................... 16
III. RACUN KACANG KOMAK ...................................................................... 18
3.1 Racun pada bahan pangan ............................................................................ 18
3.2 Glikosida sianogen ....................................................................................... 19
KESIMPULAN .................................................................................................. 24
SARAN .............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 25
4
I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang
Di Asia, kacang komak merupakan tanaman yang bernilai ekonomi
sebagai produk pertanian yang bisa dijual untuk mendapat uang, dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, dipakai sebagai bahan obat
herbal, makanan ternak atau pupuk hijau. Di Bali, dibudidayakan di wilayah-
wilayah yang mempunyai lahan marginal seperti di Kabupaten Karangasem
misalnya dimana polong serta atau bijinya dikonsumsi.
Seperti jenis kacang-kacangan leguminosa lain, kacang komak enggan
dijadikan pakan sapi oleh peternak sapi dengan alasan menyebabkan sapi
walaupun diberi makan banyak akan tetap kurus. Ada juga yang
menginformasikan bahwa kacang-kacangan termasuk kacang komak
mengandung substansi anti nutrisi tetapi peneliti lain melaporkan tidak semua
kacang-kacangan mengandung anti nutrisi dan salah satu diantaranya adalak
Kacang komak. Anti nutrisi ini banyak diteliti di bidang peternakan. Di
Pertanian kemungkinan kandungan anti nutrisi pada tanaman leguminosa bisa
dimanfaatkan dikembangkan direkayasa kimia untuk pengembangan
rodentisida alami.
Dulu pada saat penulis mencari tanaman beracun untuk bahan baku
pembuatan rodentisida alami, pencaharian sampai pada informasi dari
seorang warga masyarakat bahwa polong muda tanaman kacang komak
beracun dan tidak akan berbuah kalau tidak dilakukan pemangkasan pucuk.
Apakah memang benar ada bagian dari kacang komak mengandung racun?.
Seandainya benar, sebagai orang Hama penyakit Tumbuhan saya berpikir
akan bisa dipakai sebagai bahan rodentisida alami. Beberapa pertanyaan
5
dalam benak saya muncul seperti 1) apakah benar kacang komak beracun, 2)
apakah semua bagian dari tanaman kacang komak mengandung racun, 3)
kandungan racunnya senyawa apa dan seberapa besar konsentrasi
kandungannya, dan 4) seandainya kandungan racunnya cukup tinggi, apakah
berpotensi untuk dijadikan bahan baku rodentisida alami atau apakah berefek
letal atau hanya membuat tikus pinsan saja.
Tulisan ini juga akan bermanfaat sebagai pertimbangan pada wacana
memakai kacang komak menjadi bahan baku alternatif pengganti kacang
kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu (Anonimus, 2014). Pemanfaatan
kacang komak menjadi bahan baku tempe dan tahu memang sangat
menjanjikan mengingat perbedaan harga antar keduanya berbeda jauh.
Kedelai Rp. 8000/kg sedangkan kacang komak Rp. 3000/kg. Demikian juga
perbedaan tingkat produksinya per satuan luas lahan. Produksi kacang komak
bisa mencapai 6-10ton/Ha sedangkan kedelai kemungkinan bisa mencapai 2-
3ton/ha (rata-rata 1,3ton/Ha). Disamping itu berbeda dengan kedelai yang
memerlukan lahan subur, kacang komak bisa dibudidayakan di lahan
marginal atau lahannya tidak subur dan lokasinya di wilayah yang sering
mengalami kekeringan. North Carolina Agricultural dan Technical State
University dalam materi penyuluhannya menyatakan bahwa kacang komak
(Dolichos lablab-Lablab purpureus ; Fabaceae) termasuk dalam katagori
tanaman beracun.
Penelusuran dari aspek selain kandungan racun termasuk antinutrisi,
pada tulisan ini juga dibahas mengenai pemanfaatan kacang komak ungu
untuk dipakai sebagai tanaman ornamental dan tentang informasi properti
6
obat yang dikandungnya baik secara emperis maupun yang berbasis keilmuan
ilmiah.
1. 2. Tujuan
Melakukan penelusuran awal untuk mengetahui potensinya dijadikan
bahan baku rodentisida alami dan untuk mengetahui kemungkinan potensi
bahaya toksik kacang komak mengingat ada wacana bahwa ke depannya jenis
kacang ini akan dijadikan bahan baku alternatif pengganti kedelai untuk
pembuatan tempe dan tahu.
7
II. KACANG KOMAK
2.1. Kacang komak dan pengembangan palawija
Bali memang bukan sentra produsen kacang-kacangan di Indonesia. Sentra
kacang-kacangan di Indonesia adalah Jawa Timur dan Nusa Tenggara barat
dan termasuk kacang komak banyak dibudidayakan di kedua provinsi
tersebut. Walaupun bukan sentra, Bali tetap harus memberi kontribusi dalam
uapaya pemerintah meningkatkan ketahanan pangan karena Indonesia adalah
produsen dan pengkonsumsi tahu dan tempe terbesar di dunia. Kacang bahan
baku tahu dan tempe itu belum bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri
harus impor.
Penulis menulis tentang kacang disemangati program pemerintah melalui
Kementerian Pertanian supaya petani padi sawah tidak menanam padi secara
terus menerus 3 kali setahun. Penerapan pola tanam padi-padi-palawija
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya melanggengkan
pertanian supaya bisa berjalan selamanya atau pertanian bisa berlanjut.
Berbagai masalah bisa timbul apabila sepanjang tahun hanya bertanam
padi dan padi saja. Hama padi akan berkembang sepanjang musim karena
ketersediaan makanan sepanjang tahun. Eksplosi berbagai jenis hama bisa
terjadi. Misalnya seperti pernah terjadi eksplosi gulma kapu-kapu (Pistia
stratiotes) seperti foto berikut di bawah ini.
8
Eksplosi gulma kapu-kapu akibat pola tanam padi-padi-padi
tanpa diselingi palawija (Foto: Koleksi pribadi)
Gulma kapu-kapu bisa ditanggulangi dengan menyelingi budidaya padi
dengan palawija yaitu kapu-kapu akan mati dan mengering dan menjadi
pupuk alami apabila berada dalam kedaan kering. Palawija dimaksud tidak
harus selalu bertanam kedelai atau jagung saja, bisa juga tanaman kacang
seperti kacang panjang misalnya atau bisa juga tanaman Solanaceae seperti
tomat atau ketimun Jepang.
Tanaman kacang panjang dibudidayakan di sawah untuk realisasi pola
tanam padi-padi-palawija (Foto: Koleksi pribadi)
9
Tanaman ketimun Jepang dibudidayakan di sawah untuk realisasi pola
tanam padi-padi-palawija (Foto: Koleksi pribadi)
Kacang komak pada kondisi yang mendukung merupakan tanaman
tahunan (Perenial) tetapi memang oleh petani atau pekebun lebih sering
ditanam sebagai tanaman tahunan atau malahan baru satu musim saja sudah
dimatikan dijadikan pupuk hijau. Ada juga yang menanam kacang komak
sebagai bahan makanan untuk menanggulangi musim paceklik pada puncak
musim kering, pada saat persediaan ketela pohon, kacang tanah sudah habis,
kacang komak yang masih bisa berproduksi menjadi penyelamat.
Di wilayah yang mempunyai lahan subur dan iklim yang sangat
mendukung pertumbuhan tanaman,banyak pemilik lahan menanam kacang
komak sebagai tanaman penutup tanah mengingat lahan yang dibiarkan
terbuka begitu saja terhadap sinar matahari langsung akan menurunkan
kemampuannya mendukung ekosistem dan terutama tidak baik untuk lahan
budidaya. Daya perkecambahan biji kacang komak sangat baik dan tumbuh
sangat cepat dan pucuk-pucuk daunnya sering dipetik untuk sayuran.
10
Pemangkasan pucuk itu akan mengurangi pertumbuhan vegetatifnya dan
supaya mulai membentuk organ generatif yaitu pembungaan, membentuk
polong dan menghasilkan biji.
Lahan sawah yang tidak ditanami atau menunggu ditanami lebih baik
ditanami tanaman penutup misalnya kacang komak (Foto: Koleksi pribadi)
Kacang komak sebagai tanaman penutup tanah (Foto: Plant guide, USDA)
Kacang komak yang penulis tanam di daerah Padang Sambian berbunga
setelah 2 bulan dan kemudian mulai menghasilkan polong. Hama yang
menyerang adalah hama belalang (Acriididae) dan hama ulat bulu. Populasi
hama yang menyerang tidak begitu tinggi masih bisa dngan mudah
dikendalikan dengan pengendalian hama secara mekanis dengan mengambil
langsung hama yang menyerang.
11
Hama belalang (Acriididae) pada kacang komak (Foto: Koleksi Pribadi)
Hama ulat bulu pada kacang komak (Foto: Koleksi Pribadi)
Berdasarkan warna polong terdapat 2 varietas yang populer yaitu 1)
varietas polong berwarna hijau (Lablab purpureus var. purpureus), dan 2)
varietas polong berwarna ungu (Lablab purpureus var. Typicus). Kacang
komak varietas polong hijau yang banyak di budidayakan oleh masyarakat
Bali untuk konsumsi terutama di wilayah yang kerap kali mengalami
kekeringan. Pada saat tanaman lain sudah meranggas kekeringan, tanaman
kacang komak masih bisa berproduksi menghasilkan polong. Disamping
kedua varietas tersebut diatas masih ada berbagai varietas lain yang
keberadaanya relatif jarang di Indonesia.
12
Daun kacang komak hijau (Foto: Koleksi pribadi)
Bunga kacang komak hijau Bunga kacang komak hijau
(Foto:Wikispecies) (Foto: Koleksi pribadi)
13
Polong kacang komak hijau Polong kacang komak hijau kering
(Foto: Koleksi pribadi). (Foto: Koleksi pribadi).
Biji kacang komak hijau (Foto : Koleksi pribadi)
14
Kacang komak ungu (Foto: Seed Saver Exchange)
Biji kacang komak ungu Biji kacang komak ungu
(Foto: Feedipedia). (Foto: Koleksi pribadi)
2.2. Kacang komak varietas polong berwarna hijau (Lablab purpureus var.
purpureus)
Karakteristik khas varietas ini adalah polong berbentuk pedang
(Scimitar-shaped pod), berbeda dengan varietas bengalensis misalnya yang
polongnya berbentuk lonjong linier (Murphy and Pablo, 1999). Kacang
komak varietas polong hijau seperti kacang komak pada umumnya
mempunyai bau atau aroma yang khas kacang komak seperti untuk
mengingatkan bahwa harus hati-hati dengan kacang komak karena mesti
direbus dulu baik-baik sebelum dimakan. Selain polong dan bijinya, karena
keindahan bunganya di negara lain bunga kacang komak diperjualbelikan
sebagai bunga potong.
15
Bunga kacang komak (Foto: Koleksi pribadi)
2.3. Kacang komak varietas polong berwarna ungu (Lablab purpureus var.
Typicus)
Warna ungu dari polongnya memberi nuansa keindahan tersendiri
tetapi warna ungunya menunjukkan bahwa kandungan racun kacang komak
varietas polong berwarna ungu lebih tinggi dibandingkan dengan kacang
komak varietas polong hijau.
Karena keindahan bunganya di negara lain bunga kacang komak
diperjualbelikan sebagai bunga potong dan juga karena warna polongnya
yang eksklusif kacang komak varietas polong ungu disamping dikonsumsi
tanaman kacang komak varietas ungu ini juga ditanam sebagai tanaman hias
atau dibentuk menjadi bentukan pintu gerbang seperti foto berikut dibawah
ini.
16
Pintu gerbang dari kacang komak ungu (Foto: Plant Explorer)
2.4. Kacang komak sebaiknya tidak dimakan sebagai lalapan
Kacang komak mentah beracun baik polong yang masih muda maupun
bijinya yang sudah kering karena itu sebaiknya tidak dimakan mentah atau
disajikan dalam bentuk lalapan. Polong dan biji mengandung glikosida
sianogenik yang menyebabkan keracunan kalau dimakan dalam jumlah
banyak. Seberapa banyak kacang komak bisa dikonsumsi dalam satu satuan
waktu per individu, belum jelas. Ada yang menyarankan biji sebaiknya
direbus dalam waktu relatif lama dengan pergantian air rebusan berulang.
2.5. Manfaat obat kacang komak
Paracelcus, seorang ahli toksikologi kuno mengatakan bahwa antara obat
dan racun hanyalah masalah dosis. Jadi obat yang di minum berlebihan akan
menjadi racun dan demikian sebaliknya. Secara umum dinyatakan seperti itu.
Berbagai informasi bisa ditemukan tentang khasiat obat kacang komak dan
kebanyakan bersifat emperis tetapi yang pasti harus berhati-hati dengan
dosisnya karena bagaimanapun racun tetaplah adalah racun. Untuk bagian
17
kacang komak yang beracun yaitu polong dan biji dalam kedaan mentah
sebaiknya hanya dipakai sebagai obat eksternal saja.
Walaupun mengandung racun pada polong dan bijinya tetapi cukup
banyak sumber pustaka yang menginformasikan bahwa daunnya tidak
beracun. Secara tradisional di Malaysia, daun kacang komak dibuat menjadi
boreh dicampur dengan tepung beras dan kunyit untuk obat gatal eczema. Di
Afrika gerusan daun kacang komak secara emperis dipercaya bisa
mengurangi sakit kepala. Di Filipina, gerusan daun secara tradisional dipakai
untuk pengobatan menorrhagia (haid berlebihan) dan untuk tindakan
emerjensi gerusan daun kacang komak dalam cuka ditempelkan pada bekas
luka gigitan ular. Dalam lontar usada Kecacar (usada Bali), kacang komak
putih disebut merupakan bagian dari ramuan obat tradisional Bali untuk
mengobati penyakit cacar yang sudah pecah. Di India kacang komak disebut
“Indian butter bean” karena aromanya seperti mentega (butter) atau “horse
gram” karena bisa memberi tenaga seperti kuda. Dalam Ayurveda biji kacang
komak digerus dipakai boreh sebagai obat rheumatik. Ada sebenarnya yang
menyebutkan bahwa polong muda bisa dipakai sebagai obat atau dinyatakan
biji kacang komak kering juga bisa dipakai sebagai obat internal tetapi karena
agak mengkhawatirkan serta ada pendapat yang berbeda dan berlawanan satu
sama lain sehingga dalam tulisan ini hal tersebut tidak dibahas.
18
III. RACUN KACANG KOMAK
3.1. Racun pada bahan pangan
Beberapa jenis tanaman mengandung racun seperti umbi gadung racun
(Dioscorea hispida) dan biji jarak kepyar (Ricinus communis). Umbi gadung
racun mentah dipotong-potong saja tanpa dicuci atau direbus, pada zaman
dahulu sebelum ditemukan rodentisida kimiawi dipakai sebagai rodentisida
alami untuk mengendalikan serangan tikus di pertanaman padi atau di
perumahan. Walaupun tidak seefektif rodentisida kimiawi tetapi pada zaman
itu teknik pengendalian itu merupakan cara standar dalam upaya
pengendalian tikus. Selain itu pada zaman itu, umbi gadung racun juga
setelah diiris kecil-kecil dan dicuci berulang-ulang di sungai diinjak-injak
dalam air mengalir sampai air yang lewat dari irisan umbi gadung berwarna
bening dan setelah kemudian dikukus biasa dikonsumsi.
Saat ini makanan gadung sudah jarang ada, disamping karena sudah jarang
ada tumbuh di tegalan atau di hutan tingkat ekonomi masyarakat sudah
meningkat, rebusan gadung racun sudah kalah saing dengan makanan modern
seperti hamburger misalnya dan disamping itu nilai nyawa manusia sudah
lebih tinggi sekarang sehingga resiko makan gadung racun sudah tidak bisa
ditoleransi lagi.
Jarak kepyar tidak sepopuler gadung racun sebagai sumber alami racun
nabati. Hasil ekstraksi racun dari biji jarak kepyar pernah ada yang
memakainya untuk bunuh diri atau untuk meracuni orang lain seperti kasus
kematian Georgi Markop, seorang penulis dari Bulgaria (Wikipedia).
19
Beberapa jenis makanan yang biasa dimakan penduduk juga ada yang
dinyatakan mengandung racun seperti singkong, almond, rebung, biji apel,
kacang benguk, dan kacang parang. Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia (BPOMRI) menyatakan bahwa ada beberapa jenis bahan
makanan yang mempunyai kandungan racun dan untuk jenis makanan
tersebut apabila dikonsumsi memerlukan perlakuan pra masak (sebelum
dimasak) dan atau cara memasak khusus yang harus dilakukan, seperti
perendaman berulang dengan pergantian air rendaman yang juga berulang
atau pada waktu direbus, air rebusan perlu diganti juga secara berulang.
Adapun jenis makanan yang dimaksud adalah kacang merah, singkong, biji
apel, kentang tomat hijau, seledri, bayam dan teh.
3.2. Glikosida Sianogen
Sembilan puluh persen dari toksin sianogen tanaman adalah glikosida
sianogen dan salah satu contoh glikosida sianogen yang terkenal adalah
linamarin dari singkong (Manihot esculenta). Baik umbi dan juga daun
singkong mengandung linamarin. Bahan makanan yang biasa dimakan selama
ini dan mengandung toksin tanaman glikosida sianogen selain singkong
adalah rebung bambu dan biji apel. Banyak yang berkomentar bahwa apel
mengandung sianida (glikosida sianogen) tetapi yang benar adalah biji apel
yang mengandung glikosida sianogen bukan daging buahnya. Kandungan
sianogen pada tanaman sangat tergantung pada varietas, bagian tanaman,
kondisi iklim, dan tingkat serta cara pengolahan. Kandungan glikosida
sianogen pada umbi singkong Manihot esculenta (Linamarin) 15-1000 mg
HCN/kg bahan, daun taro besar Alocasia macrorrhizos (Triglochin) 29-32 mg
20
HCN/kg bahan, rebung bambu Bambusa arundinacea (Taxiphillin) 100-8000
mg HCN/kg bahan, dan biji apel Malus sp (Amygdalin) 690-790 mg HCN/kg
bahan (Simeonova and Fishbein, 2004).
Struktur kimia Linamarin (racun umbi singkong)
Struktur kimia Taxyphillin (racun rebung)
Struktur kimia Amygdalin (racun biji apel)
21
Kacang komak mengandung glikosida sianogen. Bahan tanaman pada saat
dimaserasi enzim katabolik intraseluler β-glukosida terekstraksi. Enzim
tersebut menghidrolisis glikosida sianogenik menjadi hidrogen sianida,
glukosa, keton atau benzaldehid (Speijers, 1992 ; Magnuson, 1997).
Racun Sianida seperti sudah sangat terkenal selama ini, merupakan salah
satu jenis racun yang sangat paten dan efek peracunannya sangat cepat
terhadap tubuh manusia. Racun Sianida menghambat proses oksidatif dari
metabolisme tubuh sehingga menyebabkan kematian yang cepat.
Sianida adalah senyawa kimia yang mempunyai gugus C=N dalam
struktur kimianya. Sianida relatif mudah terdetoksifikasi oleh tubuh. Manusia
dewasa bisa bertahan terhadap paparan 50-60ppm selama 1 jam tanpa
dampak keracunan akan tetapi paparan 200-500ppm akan berakibat fatal.
Keracunan akut akibat racun sianida dosis rendah menimbulkan gejala sakit
kepala, rasa tercekat pada kerongkongan dan dada, dan merasa lemas.
Pada kacang komak, kandungan Glikosida Sianogenik tertinggi pada biji
kering. Selain kacang komak, jenis kacang lain yang mengandung sianogenik
glikosida adalah kacang Kratok atau kacang Koro (Kekara-Bhs. Bali). Kasus
keracunan kacang pernah terjadi di Sulawesi Selatan (Ambo Dalle, 2012)
tepatnya di desa Kanie, kecamatan Maritanggae, kabupaten Sidrap dimana
semua anggota keluarga dari satu keluarga yang terdiri dari 3 anak, ayah dan
ibu keracunan dengan gejala pusing, mual dan muntah-muntah. Semua
penderita keracunan harus mendapat perawatan di rumah sakit.
Selain itu ada juga kacang lain yang sering dibanding-bandingkan dengan
kacang komak dan kacang kratok yaitu kacang pedang atau disebut juga
22
kacang dongkrak. Kacang pedang juga mengandung glikosida sianogen
sehingga jenis kacang inipun seperti juga kacang komak dan kacang karatok
harus dimasak dengan saksama dan air rebusan diganti secara berulang
sebelum dikonsumsi. Keracunan kacang pedang pernah terjadi di kabupaten
Tanah Datar, Padang, Sumatera Barat pada tanggal 19 Maret 2012 (BBPOM
Padang, 2012), yang mana korban keracunan mengalami gejala pusing,
muntah, dan sesak nafas setelah makan kacang pedang goreng. Sepertinya
dengan digoreng saja tidak cukup untuk mengurangi jumlah kandungan
racunnya.
Terjadinya kasus keracunan menyebabkan para pelaku bisnis khusus para
produsen tahu tempe enggan memakai jenis kacang komak, kacang kratok,
dan kacang pedang sebagai bahan baku (Anonimus, 2009).
Kacang pedang, Canavalia ensiformis (Foto: Wikipedia)
Apabila berurusan dengan racun maka harus diterapkan prinsip kehati-
hatian. Racun bagaimanapun tetap adalah racun walaupun itu racun alami
atau racun yang berasal dari bahan tanaman. Kacang komak tidak boleh
23
dikonsumsi dalam jumlah besar sekaligus, hanya saja dalam jumlah berapa
banyak boleh dimakan per satuan waktu per orang belum jelas. Sampai
tulisan ini selesai, informasi tersebut belum ada atau belum ditemukan.
Bagi tanaman, senyawa metabolit sekunder sianogen yang diproduksinya
termasuk glikosida sianogen adalah bagian dari sistem pertahanan diri untuk
mempertahan diri dari serangan herbivora. Apabila ada serangan herbivora
dengan cara mencucuk dan atau mengisap maka tanaman akan mengirim
toksin sianogen ke lokasi bagian tubuhnya yang terserang.
24
KESIMPULAN
1. Kacang komak mentah kemungkinan mempunyai potensi sebagai bahan baku
rodentisida alami,
2. Kacang komak tidak boleh dimakan dalam kedaaan mentah atau sebagai lalapan,
3. Walaupun sudah direbus (dimasak), kacang komak tidak boleh dimakan dalam
jumlah banyak,
4. Apabila dibuat tempe atau tahu dengan bahan baku kacang komak sebaiknya hal
tersebut dicantumkan pada label produk,
5. Kacang komak ungu menarik untuk dipakai sebagai tanaman ornamental.
SARAN
1) Tidak disarankan makan kacang komak dalam jumlah banyak dalam satu kurun
waktu,
2) Masih terdapat berbagai ketidakjelasan dalam hubungannya dengan kandungan
racun dan khususnya konsentrasi per satuan berat biji atau polong dan informasi
yang ada bervariasi dari satu sumber ke sumber lain maka penelusuran dan
penelitian aspek toksik kacang komak terutama tentang konsentrasi kandungan
glikosida sianogeniknya masih perlu dilakukan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ambo Dalle H. Darwiaty. 2012. Satu keluarga di Sidrap keracunan kacang
koro. Koran Sindo.
Anonimus. 2014. Komak digadang-gadang jadi pengganti impor kedelai.
JituNews. Jakarta.
Anonimus. 2009. Pengrajin tahu Cibuntu enggan gunakan kacang koro. Pikiran
rakyat.
BPOMRI. 2006. Racun alami pada tanaman pangan. Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia (http://www.pom.go.id).
BBPOM Padang. 2012. Keracunan pangan di kabupaten Tanah Datar. Balai
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Magnuson Bernadene. 1997. Cyanogenic Glycosides. Department of Food
Science and Toxicology. University of Idaho. Idaho.
Murphy, M. Andrea and Pablo, E. Colucci. 1999. A tropical forage solution to
poor quality ruminant diets: A review of Lablab purpureus. Lifestock research
for rural development 11(2). Kanada.
Parmar A.M., A.P. Singh, N.P.S. Dhillon, and M. Jamwal. 2013. Genetic
variability of morphological and yield traits in Dolichos bean (Lablab
purpureus, L.). African J. Agric. Res. 8(12):1022-1027.
Simeonova F.P. and Fishbein L. 2004. Hydrogen cyanides and cyanides:
Human health aspects. Concise international Chemical assessment document
61. Geneva: World health Organization.
Speijers, G. 1992. Cyanogenic Glycosides. WHO Food Additives Series 30.
National Institute of Public Health and Environmental Protection of Nederland.
Bilthoven.