program kemitraan dan bina lingkungan bumn, csr-kah?

3
JANUARI2OOS g, Rp.30.000,- J J : t:il 6" s F J kio. 5 1 ffi 28Go PUBLTc W MERGER HOLDING COMPAN' W LIKUIDASI

Upload: anas-ferdian

Post on 15-Apr-2017

122 views

Category:

Government & Nonprofit


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN, CSR-kah?

JANUARI2OOSg, Rp.30.000,-

JJ: t:il

6"

s

F

Jkio.

51

ffi

28Go PUBLTc W MERGER

HOLDING COMPAN' W LIKUIDASI

Page 2: Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN, CSR-kah?

Oleh: Anas Firdian, SH Staftlukum dan anggota Tim PKBL PT. Persero JIEP

n Negara Badan Usaha Milik Negara, sebagai

lembaga pemerintah yang menaungi dan mengayomiinstitusi BUMN, turut menindaklanjuti Pasal BB UU Rl No.

melaksanakan kedua program di atas berasal dari penyisihan laba

setelah pajak (maksimal sebesar 2o/o), jasa administrasi pinjaman/

marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana (sisa)

program tersebut pada tahun-tahun sebelumnya, atau pelimpahan

dana program dari BUMN lain (vide Pasal 9).

Adapun yang dimaksud dengan usaha kecil menurut Pasal 3 Per-

men BUMN adalah pengusaha yang memiliki kekayaan bersih pal-

ing banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), tidak terma-

suk tanah dan bangunan tempat usaha, atau pengusaha yang me-

miliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00

(satu milyar). Kedua jenis pengusaha yang masuk kategori usaha

kecil tersebut masih harus memenuhi ketentuan tambahan lebih

lanjut sesuai Permen BUMN, yakni berkewarganegaraan lndonesia,

berusaha secara mandiri (berdiri sendiri), bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki/dikuasai /bera-filiasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menen-

gah atau Usaha Besar. Usaha tersebut harus memiliki potensi dan

prospek untuk dikembangkan, serta telah berjalan minimal 1 (satu)

tahun, tapi belum memenuhi persyaratan perbankan (non-bank-

able).

Program Kemitraan yang dilakukan BUMN, sesuai dengan Pasal

11 ayat (1) Permen BUMN, diberikan dalam bentuk pinjaman un-

tuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap dalam

rangka meningkatkan produksi dan penjualan. Juga diberikan pin-

jaman khusus untuk membiayai pelaksanaan kegiatan usaha Mitra

Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek

dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha si Mitra Bi-

PKBL BTJMN, CSR-KAH?

,,,.*,,, '%rt 19 Tahun 2003 dengan diterbitkannya Peraturan Men-teri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per-05/MBU/2007 ten-tang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha

Kecil dan Program Bina Lingkungan (disingkat'PKBIJ) yang telahmulai diberlakukan untuk tahun buku 2007 dan ditetapkan pada

tanggal 27 April 2007. Peraturan ini menggantikan peraturan seje-

nis terdahuiu, yakni Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

No. Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003.

Dengan peraturan tersebut, pemerintah cq. Kementerian

Negara BUMN menjabarkan peran dan partisipasi BUMN dalam 2program, yakni Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.Pasal 2 ayat ('l) Permen BUMN tersebut menegaskan bahwa Persero

dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program

Bina Lingkungan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang

diatur dalam Peraturan ini. Berdasarkan Pasal 'l Angka 5 Permen

BUMN, yang dimaksud dengan Program Kemitraan dengan usaha

kecil adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha ke-

cil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana

dari bagian laba BUMN. Sedangkan Angka 6 dari pasal tersebutmenjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Program Bina Lingkun-

gan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh

BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Pelaksana kedua program tersebut adalah unit organisasi khu-

sus yang merupakan bagian dari organisasi BUMN yang berada

di bawah pengawasan seorang direksi (Angka 16 Pasal 1 jo. Pasal

5 huruf a). Sumber dana yang dapat dipergunakan BUMN guna

tt Nasll ka,ilan dan telaahan terlradap ketiga peraturan perL{ndangan di negarakita yarrg terkait dengam €orporCIfe Soeis/ Responsibility iCSR), narnpak bahrruapemericxtaFr masilr setengah hati dalaxm

'nenggerakkan perusahaan mi!iknya, BUMftd,

&imtuk meNaksanakan peran €SR-nya"t ?

48 I BUMN I tuACK I Januari 2008

Page 3: Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN, CSR-kah?

naan. Sedangkan Program Bina Lingkungan, sesuai dengan pasal 1 jayat (2) huruf e Permen BUMN, diberikan dalam bentuk bantuan-bantuan untuk korban bencana alam, pendidikan dan/atau pelati-han, peningkatan kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana

umum, sarana ibadah, atau pelestarian alam.

- ,.. .J

Peraturan yang lahir atau dibentuk oleh Kementerian BUMNini memiliki esensi yang justru dirasakan lebih menggigit daripadaketentuan yang dimuat dalam undang-undang, karena memper-gunakan kata'wajib'pada kalimat ketentuan Pasal 2 ayat (1) per-

men BUMN No. Per-05/MBU/2007. Tapi, apabila dilakukan pengka-jian lebih lanjut, peraturan menteri tersebut tidak secara tegas daneksplisit memberikan sanksi atas pelanggaran kewajiban persero

dan Perum yang tidak melaksanakan Program Kemitraan dan Pro-gram Bina Lingkungan. Satu-satunya ketentuan dalam peraturanmenteri tersebut yang memiliki warna "sanksi" adalah Pasal 30 yangmenegaskan bahwa kinerja Program Kemitraan merupakan salahsatu indikator penilaian tingkat kesehatan BUMN Pembina.

Pada sisi ini, barangkali secara implisit menunjukkan adanya se-

buah pesan komitmen yang ingin disampaikan pemerintah kepadamasyarakat luas. Yakni bahwa institusi BUMN adalah korporasi yangmengemban beberapa amanat dan peran sekaligus, yakni sebagaipelopor dan/atau perintis di sektor-sektor usaha yang belum di-minati swasta, peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik,peran penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan peranturut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi, memilikikepedulian untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya.Tidak se-mata sebagai mesin penghasil uang bagi pemerintah, sebagaimanadituangkan secara jelas dalam penjelasan umum dari Undang-un-dang Rl No. 1 9Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, yakniBUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yangsignifikan.

Ketentuan-ketentuan dalam Permen BUMN No. per,05/

MBU/2007 masih mengundang sejumlah pertanyaan apabila di-kaitkan dengan konsep maupun pemahaman mengenai CorporateSocial Responsibility (CSR).

Pertanyaan pertama, bagaimana bisa dijelaskan bahwa BUMNkita telah melaksanakan CSR, bila dikaitkan dengan ketentuandalam Permen BUMN No. Per-05/MBU/2007? Ambil contoh, hartabenda atau kekayaan yang dimiliki seorang pedagang asongan,loper koran, tukang semir sepatu dan lain sebagainya. Meski hartakekayaan mereka tidak melebihi Rp.200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah), mereka tidak memenuhi unsur atau nilai ekonomis dalamkonteks perdagangan pada umumnya. Seharusnya yang dijadikanpenekanan oleh pemerintah cq. Kementerian Negara BUMN adalahseberapa besar upaya (kinerja) yang telah dilaksanakan dalam rang-ka pencapaian potensi atau peluang ekonomis yang dapat diraihmasyarakat pada level di bawah garis kemiskinan. pada konteksdemikian diperlukan adanya trust dan keyakinan dari BUMN pelak-

sana PKBL bahwa masyarakat pada level tersebut mampu denganmandiri dan bertanggung jawab untuk mempertahankan, mem-perbaiki, maupun memperbaharui kualitas hidupnya melalui dana

yang diperoleh dari PKBL BUMN.

Pertanyaan kedua, menyangkut besaran maksimal penyisihanlaba setelah pajak yang ditetapkan sebesar 2o/o (pasal 9 permen

BUMN) sebagai salah satu sumber dana yang dapat dipergunakanoleh BUMN untuk melaksanakan program Kemitraan dan programBina Lingkungan. Mengapa pemerintah kita cq. Kementerian Nega-ra BUMN mempergunakan kata'maksimal'dalam menentukan be-saran dana dimaksud? Hal ini patut kiranya dipertanyakan mengin-gat keuntungan atau Iaba masing-masing BUMN berbeda satu samalain. BUMN skala besar seharusnya tidak dapat dan tidak boleh diba-tasi penggunaan dana yang berasal dari penyisihan laba setelah pa-jak untuk program PKBL tersebut. Sedangkan terhadap BUMN skalakecil, tidak layak apabila pemerintah memaksanya mengalokasikansejumlah dana dalam batasan tertentu untuk program pKBL.

Pertanyaan ketiga, menyangkut ketidakjelasan jangkauanwilayah atau ruang lingkup pelaksanaan program pKBL itu sendiri.Permasalahan yang bisa muncul dari pasal 1 Angka g permen BUMNberkaitan dengan keberadaan beberapa BUMN yang wilayah usah-anya saling berdekatan atau berdampingan satu sama lain. BUMN

(?? Usaha keeil menlrrut Fasal B Fermer.lBUPdf\, adalah pengusaha yeng mernil,ki&eekayaanr berslfr paling banyakKp. 2S&"&S8.&CICI,&0 {dura ratus jrjtarupiah) t?

mana yang akan bertindak dan menjangkau suatu daerah tertentuyang juga merupakan daerah dekat BUMN lainnya. Tentunya polapembagian wilayah yang demikian akan menciptakan suatu area"blankspot" yang tidak atau belum terjangkau oleh satu BUMNseka lipu n.

Pertanyaan keempat, dalam pKBL BUMN menurut permen

BUMN No. Per}S/MBU/2007 ada persyaratan bagi mitra binaan(vide Pasal 4 ayat (2)). Melihat kondisi demikian, nampaknya pemer-intah menempatkan kegiatan program Kemitraan secara berbedadengan program Bina Lingkungan yang lebih merupakan kegiatancharity semata. Tidak nampak adanya unsur balas budi dari BUMNkepada masyarakat.

Pertanyaan kelima, Pasal 30 permen BUMN memberikan ruangkeleluasaan yang dapat dipergunakan oleh BUMN yang malas-malasan dalam menyalurkan dana untuk program Bina Lingkungan,karena tidak adanya sanksi yang berpengaruh terhadap penilaiantingkat kesehatan BUMN yang bersangkutan. Seharusnya, berdasarUU No. 'l 9 Tahun 2003 tentang BUMN, akan ditekankan kepada se_tiap BUMN untuk menyelaraskan kedua program pKBL tersebut se-jajar dengan upaya pencapaian keuntungan atau laba.

Melihat hasil kajian dan telaahan terhadap ketiga peraturan pe_rundangan di negara kita yang terkait dengan Corporate Social Re-sponsibility (CSR), nampak bahwa pemerintah masih setengah hatidalam menggerakkan perusahaan miliknya, BUMN, untuk melak-sanakan peran CSR-nya.**"

Januari 2008 I BUMN TRACK I