profit centers
DESCRIPTION
management control systemTRANSCRIPT
Sistem Pengendalian Manajemen
Ringkasan Materi Kuliah dan LAK Chapter 5
“Profit Centers”
Oleh:
Kelompok 3
Mia Mansyoroka A (12/331051/EK/18996)
Ayu Putri R (12/340072/EK/19197)
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
2015
Pertimbangan Umum
Pusat laba adalah unit organisasi di mana pendapatan dan biaya diukur dalam satuan moneter.
Organisasi fungsional adalah di mana masing-masing fungsi utama manufaktur atau
pemasaran dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah. Ketika organisasi tersebut diubah
menjadi satu di mana setiap unit utama bertanggung jawab untuk manufaktur dan pemasaran,
proses ini disebut divisionalisasi. Perusahaan membuat unit bisnis karena telah memutuskan
untuk menyerahkan otoritas lebih kepada manajer operasional.
Kondisi untuk penyerahan tanggung jawab laba
Banyak keputusan manajemen membutuhkan proposal untuk meningkatkan biaya dengan
harapan akan ada peningkatan pada pendapatan penjualan. Keputusan ini melibakan trade-
off biaya/pendapatan. Ada dua kondisi sebelum menyerahkan keputusan trade-off kepada
manajaer level bawah, yaitu:
1) Manajaer harus memiliki akses untuk informasi relevan yang dibutuhkan dalam
pembuatan keputusan.
2) Harus ada cara untuk mengukur keefektifan dari trade-off yang dibuat manajer.
Tahap utama dalam menciptakan pusat laba adalah untuk menentukan poin terendah di
organisasi di mana dua kondisi tersebut berlaku.
Prevalensi dari Pusat Laba
Dalam survey 1000 perusahaan di Amerika yang dilakukan oleh Fortune, dengan jumlah
638 respon yang bisa digunakan, 93% berasal dari perusahaan yang memiliki dua atau
lebih pusat laba. Hasil survey ini menunjukkan ketergantungan yang tinggi pada konsep
pusat laba, yang beberapa di antaranya digunakan untuk kontrol manajemen, mengukur
profitabilitas perusahaan cabang, mengidentifikasi dan mengeliminasi bisnis yang tidak
profitable, fokus secara efektif pada tiap global niche market dan mencapai pertumbuhan
penjualan lebih cepat, dan lainnya. Sistem pengendalian keuangan sangat dikritisi selama
20 tahun, tetapi perusahaan tidak mengabaikan sistem dan menggunakan alat ini untuk
mengimplementasikan strategi.
Keuntungan Pusat Laba
1) Kualitas keputusan meningkat karena dibuat oleh manajer yang paling dekat dengan
keputusan.
2) Kecepatan keputusan operasional meningkat karena tidak harus mengacu pada
perusaahn pusat.
3) Manajemen pusat bebas dari pembuatan keputusan day-to-day, dapat berkonsentrasi
pada masalah yang lebih luas.
4) Manajer bisa tunduk pada pembatasan perusahaan yang lebih sedikit, bebas untuk
5) Pusat laba menyediakan dasar pelatihan yang unggul untuk manajaemen umum
menggunakan imajinasi dan insiatif karena pusat laba yang sama dengan perusahaan
independen. Manajer mendpat pengalaman daam mengtaur semua area fungsional,
dan manajemen tingkat atas mendapat kesempatan untuk mengevaluasi potensinya
untuk tugas yang levelnya lebih tinggi.
6) Profit conscusness (pentingnya laba) ditingkatkan karena manajer yang bertanggung
jawab untuk laba akan secara konstan mencari cara untuk meningkatkan laba.
7) Pusat laba memberikan informasi ready-made pada profitabilitas komponen
individual perusahaan untuk top management.
8) Pusat laba sangat responsif pada tekanan untuk meningkatkan kinerja kompetitifnya
karena outputnya mudah untuk diukur.
Kesulitan dengan Pusat Laba
1) Pembuatan keputusan desetralisasi akan memaksa top manajemen untuk
mengandalkan pada laporan pengendalian manajemen daripada pengetahuan
personal tentang operasi, yang melibatkan beberapa kehilangan kontrol.
2) Kualitas keputusan pada level unit bisa dikurangi jika manajemen pusat lebih
cakap atau diinformasikan lebih baik daripada manajer pusat laba rata-rata.
3) Perselisihan bisa meningkat karena argumen tentang harga transfer yang tepat,
pembebanan kos umum, dan kredit untuk pendapatan yang secara formal
dihasilkan bersama-sama oleh dua atau lebih unit bisnis yang berkerja sama.
4) Unit organisasi yang berkooperasi sebagai unit fungsional bisa menjadi kompetisi
antara satu dengan yang lainnya. Peningkatan laba unttuk satu manajer bisa berarti
penurunan untuk manajer lainnya.
5) Divisionalisasi dapat mengenakan biaya tambahan karena diperlukan manajemen
tambahan, personel staf, dan pencatatan, dan dapat menyebabkan redundansi atau
kelebihan tugas di masing-masing pusat laba.
6) General manager yang kompeten bisa tidak ada dalam organisasi fungsional karena
mungkin tidak ada peluang yang memadai untuk mereka untuk mengembangkan
kompetensi manajemen umum.
7) Bisa terdapat terlalu banyak penekanan pada profitabilitas jangka pendek pada
biaya profitabilitas jangka panjang. Dalam keinginan untuk melaporkan laba yang
tinggi, manajer pusat laba dapat berhemat pada R&D, program pelatihan, atau
pemeliharaan.
8) Tidak ada sistem yang memuaskan sepenuhnya untuk memastikan bahwa
mengoptimalikan laba pada tiap pusat laba akan mengoptimalkan laba pada
perusahaan secara keseluruhan.
Unit Bisnis sebagai Pusat Laba
Banyak unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba karena manajer pada unit tersebut
mengontrol pengembangan produk, manufaktur, dan sumber pemasaran. Manajer ini berada
pada posisi untuk mempengaruhi pendapatan dan kos, dan dapat bertanggung jawab pada
‘bottom line’.
Kendala pada Otoritas Unit Bisnis
Jika perusahaan dibagi secara penuh menjadi unit independen, organisasi akan kehilangan
keuntungan dalam hal ukuran dan sinergi. Selain itu, dalam penyerahan ke manajemen
unit bisnis, semua otoritas yang dewan direksi berikan kepada CEO, manajemen senior
akan menurunkan tanggung jawabnya. Akibatnya, struktur unit bisnis menunjukkan trade-
off antara otonomi unit bisnis dan kendala perusahaan. Keefektifan organisasi unit bisinis
tergantung pada seberapa baik trade-off tersebut diciptakan.
o Kendala dari unit bisnis lain
Salah satu masalah terjadi ketika unit bisnis harus berhadapan dngan unit bisnis lain.
Dalam menjalankan pusat biaya perlu untuk dipikrkan kontrol pada tiga jenis
keputusan: (1) desain produk (barang atau jasa apa yang dibuat dan dijual), (2)
keputusan pemasaran (bagaimana, di mana, dan seberapa banyak barang atau jasa itu
dijual?), (3) usaha memperoleh keputusan (bagaimana memperoleh atau memproduksi
barang atau jasa). Jika manajer unit bisnis mengendalikan tiga aktivitas tersebut,
biasanya tidak ada maslaah dalam pembebenan tanggung jawab laba dan mengukur
kinerja. Pada umumnya, lebih besar tingkat integrasi dalam perusahaan, maka lebih
sulit untuk membebankan tanggung jawab ke satu pusat laba untuk semua tiga
aktivitas pada garis produk yang diberikan.
o Kendala dari manajemen perusahaan
Kendala dari manajemen perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Kendala hasil dari pertimbangan stratejik. Sebagian besar perusahaan
mempertahankan keputusan tertentu, khususnya keputusan keuangan, pada
tingkat korporat, setidaknya untuk aktvitas domestik. Akibatnya, salah satu dari
kendala utama pada unit bisnis berasal dari kontrol perusahaan terhadap
investasi baru.
2) Kendala karena perlunya keseragaman. Salah satu kendala di sini adalah unit
besnis harus menyesuaikan pada akuntansi perusahaan dan sistem pengendalian
manajemen. Kendala ini menjadi masalah unuk unit yang didapatkan dari
perusahaan lain dan telah dibiasakan untuk menggunakan sistem yang berbeda.
Perusahaan pusat juga menentukan keseragaman pembayaran dan kebijakan
lain, juga keseragaman kebijakan pada etika, pemilihan vendor, peralatan
komputer dan komunikasi, dan bahkan desain kepala surat unit bisnis.
3) Kendala hasil dari ekonomi sentralisasi. kendala perusahaan tidak menyebabkan
masalah berat dalam struktur desentralisasi selama mereka ditangani dengan
secara eksplisit; manajemen unit bisnis harus memahami kebutuhan bagi
kebanyakan kendala.
Pusat Laba Lainnya
Unit-unit Fungsional
Perusahaan multibisnis, umumnya, membagi bisnisnya ke dalam unit-unit bisnis,
yang setiap unit diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. Akan tetapi,
subunit yang berada dalam unit bisnis bisa saja terorganisasi secara fungsional. Terkadang,
satu unit fungsional—aktivitas pemasaran, manufaktur, dan jasa—lebih mudah dijadikan
sebagai pusat laba dibandingkan dengan unit bisnis yang menjadi pusat laba. Tidak ada
prinsip yang menyatakan bahwa jenis unit tertentu merupakan pusat laba, sedangkan yang
lain bukan. Keputusan pihak manajemen mengenai pusat laba, haruslah berdasarkan pada
besarnya pengaruh yang dilaksanakan manajer unit terhadap aktivitas yang memengaruhi
laba bersih.
1. Pemasaran
Aktivitas pemasaran dapat dijadikan pusat laba dengan membebankan biaya dari
produk yang terjual. Harga transfer memberikan informasi yang relevan bagi manajer
pemasaran dalam membuat trade-off pendapatan atau pengeluaran yang optimal dan
praktik standar untuk mengukur manajer pusat laba berdasarkan profitabilitasnya.
Harga transfer yang dibebankan ke pusat laba harus berdasarkan biaya standar bukan
pada biaya aktual dari produk yang terjual. Dengan menggunakan dasar biaya standar,
kinerja biaya pemasaran dipisahkan dari kinerja biaya manufaktur, yang dapat
memengaruhi perubahan tingkat efisiensi yang berada di luar kendali manajer
pemasaran.
Yang menjadi pertanyaan adalah kapan kegiatan pemasaran dapat diberi tanggung
jawab laba dan kapan manajer pemasaran berada di posisi yang tepat untuk melakukan
trade-off pendapatan atau pengeluaran yang mendasar. Kedua hal ini, sering terjadi
pada kondisi yang berbeda di wilayah geografis yang berbeda—contohnya aktivitas
pemasaran di luar negeri. Dalam aktivitas ini, sulit untuk mengendalikan secara terpusat
keputusan-keputusan seperti bagaimana memasarkan suatu produk, bagaimana
menentukan harga, kapan dan berapa besar pengeluaran yang akan dihabiskan untuk
promosi penjualan, dan lain-lain.
2. Manufaktur
Aktivitas manufaktur biasanya, merupakan pusat beban, yang kinerja manajer diukur
berdasarkan biaya yang dikeluarkan. Ukuran ini dapat menimbulkan masalah (tidak
mengindikasi kinerja manajemen secara keseluruhan), seperti:
Manajer dapat lalai dalam pelaksanaan pengendalian mutu dengan mengirimkan
barang dengan kualitas rendah untuk mendapatkan nilai dari biaya standar
Manajer enggan mencampuri jadwal produksi, terkait dengan order dadakan
pelanggan
Manajer yang diukur berdasar standar yang ada, kurang termotivasi untuk
meningkatkan standarnya
Oleh karenanya, kinerja proses manufaktur yang diukur berdasar biaya standar
disarankan untuk membuat evaluasi terpisah atas aktivitas pengendalian mutu,
penjadwalan produk, dan keputusan untuk membuat atau membeli. Salah satu cara
untuk mengukur aktivitas organisasi manufaktur secara keseluruhan adalah dengan
menjadikannya pusat laba dan memberikan nilai berdasar harga jual produk dikurangi
estimasi biaya pemasaran. Yang perlu diperhatikan adalah banyak faktor yang
memengaruhi volume dan kombinasi penjualan.
Yang masih menjadi menjadi perdebatan di kalangan pengarang adalah unit
manufaktur sebaiknya tidak dijadikan sebagai pusat laba, kecuali jika unit tersebut
menjual sebagian besar hasil produksi ke konsumen luar; mereka menganggap bahwa
unit yang prioritasnya menjual produk ke unit bisnis lain merupakan pusat laba semu
atas dasar bahwa pendapatan yang dihasilkan dari penjualan ke unit lain dalam
perusahaan adalah fakta yang palsu.
3. Unit Pendukung dan Pelayanan
Unit pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, teknik, konsultan, dan aktivitas
pendukung dapat dijadikan sebagai pusat laba. Hal ini dapat dilakukan oleh kantor
pusat dan divisi pelayanan perusahaan, atau dapat dipenuhi oleh unit bisnis itu sendiri.
Unit bisnis membebankan biaya pelayanan yang diberikan bertujuan agar menghasilkan
bisnis yang pendapatannya setara dengan pengeluaran. Ketika unit jasa dikelola sebagai
pusat laba, para manajer termotivasi mengendalikan biaya supaya para konsumen tidak
lari.
Organisasi Lainnya
Pemasaran produk di wilayah tertentu seringkali, secara alamiah, menjadi tanggung
jawab cabang sebagai pusat laba. Walaupun manajer cabang tidak memiliki tanggung
jawab manufaktur atau pembelian, profitabilitas seringkali menjadi ukuran kinerja. Oleh
karenanya, toko-toko dalam rantai ritel dan hotel-hotel pada rantai hotel menjadi pusat-
pusat laba.
Mengukur Profitabilitas
Ada dua jenis pengukuran profitabilitas dalam mengevaluasi perusahaan, yaitu:
1. Kinerja manajemen → memiliki fokus pada hasil kerja manajer sehingga manajer
termotivasi untuk bekerja lebih baik.
2. Kinerja ekonomi → memiliki fokus pada kinerja pusat laba sebagai entitas ekonomi.
Pertimbangan yang digunakan dalam rangka pengukuran kinerja manajemen
merupakan prioritas pertama (karena frekuensi penggunaan laporan manajemen
tinggi, sedangkan laporan ekonomi hanya pada saat keputusan ekonomi harus dibuat)
yang ada dalam disain sistem—sistem yang dirancang agar dapat mengukur kinerja
manajemen secara rutin, dengan informasi ekonomi yang cukup.
Jenis-jenis Ukuran Kinerja
Kinerja ekonomis suatu pusat laba diukur berdasar laba bersih, sedangkan manajer
pusat laba dievaluasi berdasar ukuran profitabilitas, yaitu:
1. Margin Kontribusi
Margin kontribusi menunjukkan rentang antara pendapatan dengan beban variabel.
Margin kontribusi digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajer pusat laba karena
fixed expense berada di luar kendali manajer sehingga manajer harus memusatkan
perhatian untuk dapat memaksimalkan margin kontribusi. Masalah yang timbul
adalah pada kenyataanya, hampir seluruh pengeluaran tetap, dapat dikendalikan oleh
manajer. Contohnya adalah banyak pos pengeluaran yang merupakan suatu kebijakan;
pos dapat diubah sesuai dengan jumlah yang disetujui dalam proses formulasi
anggaran.
2. Laba Langsung
Laba langsung merupakan cermin dari kontribusi laba pusat terhadap overhead umum
dan laba perusahaan. Dalam pengukuran ini, seluruh pengeluaran pusat laba digabung
tanpa memedulikan apakah pos-pos ada dalam kendali manajer pusat laba atau tidak.
Kelemahan dari pengukuran dengan dasar laba langsung adalah tidak memasukkan
unsur manfaat motivasi dari biaya-biaya kantor pusat.
3. Laba yang Dapat Dikendalikan
Pengeluaran-pengeluaran yang ada di kantor pusat dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Dapat dikendalikan→layanan teknologi informasi
Tidak dapat dikendalikan→beban kantor pusat
Kelemahan menggunakan metode ini adalah ukuran tidak dapat secara langsung
dibandingkan dengan data yang diterbitkan atau data asosiasi dagang yang
melaporkan laba dari perusahaan lain di industri yang sama.
4. Laba sebelum Pajak
Dalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan ke pusat laba berdasarkan
jumlah relatif dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Permasalahan yang timbul
dalam pengukuran ini adalah munculnya argumen pro dan kontra. Ada dua argumen
yang menyatakan kontra dengan alokasi ini, yakni:
a) Biaya yang dikeluarkan oleh staf di departemen korporat seperti bagian
akuntansi, keuangan, tidak dapat dikendalikan oleh manajer pusat laba
sehingga manajer tersebut tidak bertanggung jawab terhadap biaya-biaya
tersebut.
b) Sulit untuk mengalokasikan jasa staf korporat dengan cara yang wajar karena
mencerminkan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pusat laba.
Di sisi lain, ada tiga argumen yang pro dengan alokasi ini, yaitu:
a) Unit jasa korporat memiliki kecenderungan untuk meningkatkan dasar
kekuatan tanpa memerhatikan dampak terhadap perusahaan secara
keseluruhan. Alokasi biaya overhead perusahaan pada pusat laba akan
meningkatkan kecenderungan manajer pusat laba untuk mempertanyakan
biaya-biaya ini.
b) Kinerja pusat laba akan lebih realistis dan dapat dibandingkan dengan kinerja
para pesaing yang memberikan jasa yang sama.
c) Ketika manajer mengetahui bahwa pusat laba tidak menunjukkan laba, kecuali
semua biaya tertutupi (termasuk bagian overhead perusahaan yang
dialokasikan), maka para manajer akan termotivasi untuk membuat keputusan
pemasaran jangka panjang yang optimal, penetapan harga, dll yang akan
memberikan manfaat bagi perusahaan secara keseluruhan.
5. Laba Bersih
Perusahaan mengukur kinerja pusat laba domestik dengan dasar laba bersih—jumalh
laba bersih setelah pajak. Ada dua argumen yang menentang penggunaan metode
pengukuran ini. Yang pertama adalah laba setelah pajak sering kali merupakan
prosentase konstan atas laba sebelum pajak, tidak terdapat manfaat dengan
memasukkan unsur pajak penghasilan. Yang kedua adalah karena banyak keputusan
yang memengaruhi pajak penghasilan yang dibuat oleh kantor pusat sehingga tidak
tepat apabila konsekuensi dari kepurusan tersebut ditanggung oleh manajer pusat laba.
Tetapi, dalam situasi tertentu, pusat laba dapat memengaruhi besarnya pajak
penghasilan berdasarkan kebijakan kredit untuk membeli atau menjual peralatan dan
penggunaan standar akuntansi di luar GAAP untuk membedakan laba kotor dengan
laba kena pajak.
Pendapatan
Hal-hal yang berkaitan dengan pendapatan, umumnya memerlukan pertimbangan.
Idealnya, setiap pusat laba harus diberikan nilai yang sesuai dengan bagiannya dalam
sebuah transaksi. Banyak perusahaan yang tidak memberikan perhatian khusus
terhadap penyelesaian masalah pendapatan umum. Perusahaan cenderung mengambil
posisi bahwa identifikasi tanggung jawab yang tepat untuk penciptaan pendapatan
merupakan sesuatu yang sulit dilaksanakan dan bagian penjualan harus menyadari
bahwa mereka tidak hanya bekerja untuk pusat laba tetapi juga untuk perusahaan
secara keseluruhan.
Pertimbangan manajemen
Dalam mengevaluasi manajer bisnis, hampir semua perusahaan di Amerika,
melibatkan biaya yang berada di bawah kendali maupun bukan. Sebagai contoh,
kinerja manajer cabang di luar negeri dinilai dalam mata uang dollar. Kinerja manajer
tersebut dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar mata uang dollar terhadap mata uang
negara asal—hal ini di luar kendali manajer. Tingkat pengaruh sangatlah bervariasi
dan selalu ada pos-pos yang dipengaruhi oleh manajer tetapi memiliki kendali yang
sedikit. Sehingga analisis varian sangatlah penting dalam mengevaluasi kinerja
manajemen walaupun masih tetap membutuhkan unsur penilaian, salah satu cara
untuk membuat penilaian menjadi handal adalah dengan mengeliminasi semua pos
untuk tidak pengaruh dari manajer sehingga varians tersebut tidak berkembang.
Referensi:
Anthony, Robert N. and Govindarajan V. (2007), Management Control System, McGraw-Hill
Irwin, 12th Edition.
CASE 5-2
NORTH COUNTRY AUTO, INC.
North country Auto, Inc., merupakan agen penjualan dan pusat pelayanan resmi dari
Ford, Saab, dan Volkswagen. Multiple franchises populer pada tahun 1980-an, nilai dari
multiple franchise bukan berarti tanpa biaya karena masih ada biaya-biaya untuk memelihara
fasilitas pelayanan dan teknisi yang terlatih sehingga dapat melakukan perbaikan dengan
menggunakan persediaan suku cadang dengan baik.
Sebelum Liddy membeli dealership, seluruh departemen beroperasi sebagai bagian
dari satu usaha. Manajer departemen membayar upah dan bonus akhir tahun, sesuai dengan
pendapatan setahun dan penilai subjektif dari manajer. Liddy yakin bahwa sistem ini tidak
memberikan motivasi yang baik bagi manajer. Ia juga yakin bahwa pusat laba yang
terdesentralisasi dan kompensasi berdasar kinerja merupakan metode pengendalian yang
tepat. Oleh karenanya, Liddy menginstruksikan pada manajer departemen untuk menjalankan
departemennya seolah-olah sebagai unit usah yang independen.
1. Dengan menggunakan data transaksi yang ada, hitung profitabilitas atas
transaksi dalam departemen mobil baru, bekas, suku cadang, dan servis.
Asumsikan komisi penjualan $250 untuk mobil bekas degan harga jual $5000,
untuk pengeluaran overhead pada saat menghitung profitabilitas dari transaksi
tersebut.
2. Bagaimana sistem transfer-pricing beroperasi untuk setiap departemen (harga
pasar, eceran penuh, biaya penuh, biaya variabel)
Sistem transfer pricing harus dioperasikan pada ful retail, tetapi pada saat yang sama
harus diperhatikan bahwa harga transfer ritel dari perbaikan tidak mendorong manajer
mobil bekas untuk menghindari kemungkinan kerugian pada departemen dengan
menjual grosir mobil yang dapat dijual kembali pada dealership dengan bisa
mendapat laba. Hal ini merugikan delarship dengan membuat deal kurang atraktif
untuk konsumen. Oleh sebab itu dalam memaksimalkan laba pada satu departemen
seharusnya tidak mempengaruhi departemen lain secara negatif.
3. Jika ternyata satu minggu kemudian, mobil dijual dengan harga $3000, manajer
bagian apa yang harus menanggung kerugian?
Jika mobil bekas dijual dengan harga $3,000 setelah nilai trade-in di pada harga
$4,800, perusahaan mengalami kerugian $1,800. Meskipun jika salesman mobil baru
hanya memberikan harga $3,500 pada konsumen baru berdasar pada nilai Blue Book,
maka rugi yang tercantum pada laporan laba rugi dan posisi keuangan hanya sebesar
$500. Pada masalah rugi $1,800 ini, tanggung jawab jatuh kepada salesman mobil
baru maupun mobiil beikas. Sailesman moibil baru salah dalam memberikan harga
$4,800 kepada konsumen ketika mobil tersebut berharga $3,500. Salesman mobil
bekas bertanggung jawab atas tambahan kerugian sebesar $500 karena tidak bisa
menerima nilai pasar dari monil. Jika mobil bekas memiliki nilai trade-in Blue Book
yang sebesar $3,500, maka salesman mobil bekas sendiri akan bertanggung jawab
atas kerugian $500 dar transaksi tersebut.
4. North Country mengalami kerugian sebesar $59000 sebelum pengalokasian
biaya tetap dalam penjualan mobil bekas. Secara teori, jual mobil bekas
merupakan kegiatan operasi yang hanya menghasilkan break-even. Di mana
letak permasalahannya?
Kemungkinan kerugian ini terjadi karena pemilik mobil baru membiarkan konsumen
untuk melihat trade-in mobil yang ada di atas penilaian pasar dari mobil bekas
mereka.jika pemilik baru memberikan kredit $4,800 untuk mobil bekas yang harganya
$3,500, kelompok mobil bekas akan memiliki kesulitan dalam mendapat laba.
Sementara akan ada saat di mana mereka dapat menjual mobil dengan harga $5,200
dan tetap mendapat laba di samping harga yang berinflasi, pada banyak kesempatan
mereka akan mengalami kesulitan dalam menjual mobil bekas di atas nilai Blue Book,
$3,500. Oleh karena itu, divisi mobil bekas akan mengalami kerugian karena kos yang
mereka gunakan untuk mobil bekas terlalu tinggi.
5. Sebaiknya, pusat laba dievaluasi berdasar laba kotor atau laba full-cost?
Insentif harus berdasar pada laba perusahaan. Sistem yang baik harus dibangun,
seperti anajer dari dua departemen diberikan insentif bukan berdasar pada laba kotor
dari departemen mereka, tetapi dari profit perusahaan secara keseluruhan. Hal ini
akan membantu mengurangi konflik antara dua departemen dan dua departemen tidak
akan berkompetisi, tetapi akan bekerja bersama untuk meningkatkan nilai perusahaan.
6. Saran yang diberikan pada pemilik
Pemilik bisnis ini harus memastikan bahwa manajer dari berbagai departemen
diberikan insentif yang cukup untuk melakukan ap yang paling profitable bagi
perusahaan secara keseluruhan. Mungin perusahaan sebaiknya menggunakan nilai
buku untuk nilai trade-in dan menggunakannya sebagai kos untu divisi used car. Jika
lebih baik bagi perusahaan untuk memberikan insentif tambahan kepada konsumen
untuk melakukan trade-in, perusahaan dapat membuat nilai trade-in yang lebih tinggi,
tetapi tanggung jawab untuk kos tambahan tersebut harus terletak pada divisi new car.
Selain itu, jika used car lebih berarti bag organisasi daripada pasar secara keseluruhan
karena mereka memiliki kemamppuan untuk menjual used car di atas nilai buku
secara konsisten atau karena jasa organisasi dapat meningkatkan used car lebih baik
dariada organisasi lain pada kos yang sama, kos tambahan dari melakukan trade-in di
atas nilai Blue Book mungkin terbagi secara tepat antara divisi new car dan used car.