profil keterampilan argumentasi ilmiah peserta didik …
TRANSCRIPT
PROFIL KETERAMPILAN ARGUMENTASI ILMIAH PESERTA DIDIK
PADA KONSEP SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA
Skripsi
Oleh
Indah Lestari
NIM 11140161000023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Profil Keterampilan Argumentasi Ilmiah Peserta Didik pada
Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia Melalui Pembelajaran Argument
Driven Inquiry (ADI), disusun oleh Indah Lestari, NIM 11140161000023,
Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk disajikan pada sidang
munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 1 Januari 2021
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Zulfiani, M.Pd Yuke Mardiati, M.Si NIP. 19760309 200501 2 002 NIP.19760117 200701 2 013
ii
iii
iv
ABSTRAK
Indah Lestari, 11140161000023, Profil Keterampilan Argumentasi Ilmiah
Peserta Didik Pada Konsep Sistem Peredaran Darah. Skripsi, Program Studi
Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap profil argumentasi ilmiah peserta
didik pada konsep sistem peredaran darah manusia. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Agustus sampai dengan Oktober 2019 di SMA Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan. Metode yang digunakan adalah kualitatif, dilaksanakan dengan
mendeskripsikan argumentasi ilmiah peserta didik yang dianalisis selama model
pembelajaran ADI dan Diskusi Isu Saintifik diterapkan. Sampel penelitian ini
adalah peserta didik kelas XI MIPA 5 berjumlah 36 orang. Analisis tingkatan
(Level) argumentasi lisan menggunakan kerangka analisis Osborne dan analisis
tahapan argumentasi menurut pola argumentasi Toulmin. Hasil penelitian
mengungkapkan profil keterampilan argumentasi lisan peserta didik yang
didukung oleh model pembelajaran Argumen Driven Inquiry (ADI) dan Diskusi
Isu Saintifik mencapai level 4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peserta didik
telah mampu mengemukakan klaim (claim) disertai dengan penjamin klaim
(warrant) dan sanggahan (rebuttal) dengan cukup baik dan jelas.
Kata Kunci: Keterampilan Argumentasi, Argumen Driven Inquiry (ADI), Diskusi
Isu Saintifik
v
ABSTRACT
Indah Lestari, 11140161000023, Profile of Students' Scientific Argumentation
Skill in the Concept of the Human Circulatory System. Thesis, Biology Education Study Program, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif
Hidayatullah State Islamic University of Jakarta.
This research aimed to uncover the profile of students' scientific argumentation on
the concept of the human circulatory system. This research was conducted in
August up to October 2019 at State Senior High School 8 South Tangerang. The
method used is qualitative, implemented by describing the scientific arguments of
students analyzed during the ADI learning model and Discussion of Scientific
Issues applied. The research sample consisted of 36 students from Class XI MIPA
5. Level analysis of oral argumentation used the Osborne analysis framework and
analysis of the argumentation stages according to Toulmin's argumentation
pattern. The result of the research showed the profile of students' oral
argumentation skills supported by the Argument Driven Inquiry (ADI) learning
model and Discussion of Scientific Issues reached level 4. The result showed that
the students are able to express claim conducted by warrant and rebuttal well and
clearly
Keywords: Argumentation Skills, Argument Driven Inquiry (ADI), Discussion of
Scientific Issues
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi. Shalawat
dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan sarjana Strata 1 (S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenhnya bahwa dalam proses menyusun skripsi ini
tak terlepas dari bantuan, perhatian dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd selaku Ketua Program Studi Tadris Biologi.
4. Dr. Zulfiani, M.Pd selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan
bimbingan, ilmu dan saran serta dukungan selama penyusunan skripsi.
5. Yuke Mardiati, S.Si, Dosen Pembimbing 2 yang telah memberikan
bimbingan, ilmu dan saran serta dukungan selama penyusunan skripsi.
6. Nengsih Juanengsih, M.Pd selaku Dosen Penasehat Akademik yang
senantiasa memberikan nasehat dan arahan dari awal semester hingga akhir.
7. Seluruh Dosen Pendidikan IPA khususnya program studi Tadris Biologi,
yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan membimbing penulis selama
perkuliahan.
8. Imam Supingi, S.Pd., MM. selaku Kepala SMA Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis dalam pelaksanaan
penelitian skripsi.
9. Neni Handayani, M.Pd. selaku guru mata pelajaran biologi yang telah
meluangkan waktu dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
vii
10. Siswa/i SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan, khususnya kelas XI MIPA 5
yang telah menjadi kelas penelitian dalam skripsi ini.
11. Orangtua tercinta Bapak dan Mama yang selalu memberikan do’a tiada henti,
dukungan moril dan materil serta memberikan semangat selama penyusunan
skripsi hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini.
12. Kedua Adik tersayang Nur Aisyah Humairoh dan Athiyyah Azmi Hanifah
serta Kakak tersayang Andri Lesmana beserta seluruh keluarga besar yang tak
henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan
semangat agar segera menyelesaikan skripsi.
13. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2014 (Formica Rufa) yang telah
berjuang bersama selama proses perkuliahan.
14. Teman-teman seperjuangan organisasi UKM Bahasa FLAT, khususnya Catur
Dasa angkatan 2014 yang selalu menjadi pengingat dan memberikan
semangat dalam berbagai hal.
15. Sahabat-sahabat terbaik Melda Ambarwati, Yusri Humaira, Felliani
Hernanda, Novia Nurhayati, Alifania Alghariza, Ayu Syifa, Indri Andriatno,
Aula Hani, Tri Windayani dan Dianita Rahayu yang telah membersamai
dalam suka dan duka, selalu memberikan semangat dan motivasi, bertukar
pikiran serta menjadi teman hidup di rumah kedua bagi penulis selama kuliah.
Mudah-mudahan segala bentuk bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak
dapat menjadi suatu keberkahan.
Tangerang Selatan, Januari 2021
Indah Lestari
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ...................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 8
C. Pembatasan Penelitian ................................................................ 8
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................... 10
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Keterampilan ..................................................... 10
2. Pengertian Argumentasi Ilmiah ........................................... 10
3. Argument Driven Inquiry (ADI) .......................................... 18
4. Diskusi Isu Saintifik ............................................................ 25
B. Kajian Penelitian Relevan ........................................................ 25
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 27
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 29
B. Metode dan Hasil Penelitian ..................................................... 29
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 29
D. Definisi Operasional ................................................................. 30
E. Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 31
F. Prosedur Penelitian ................................................................... 35
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 37
H. Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Model ADI ...... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 48
A. Deskripsi Data .......................................................................... 48
1. Hasil Analisis Data Argumentasi Lisan Peserta Didik ....... 49
a. Analisis Argumentasi Lisan Peserta Didik Pertemuan
Pertama ......................................................................... 49
b. Analisis Argumentasi Lisan Peserta Didik Pertemuan
Kedua ............................................................................ 53
c. Hasil Observasi Keterlaksanaan Sintaks ADI ................ 57
B. Temuan Hasil Analisis .............................................................. 58
1. Beberapa Argumentasi Peserta Didik Tidak Sesuai
Harapan .............................................................................. 58
2. Terdapat Peserta Didik yang Berkontribusi Aktif dan Pasif
dalam diskusi ...................................................................... 59
3. Terdapat Percakapan yang Tidak Sesuai dari Materi
Diskusi ................................................................................ 59
4. Faktor-Faktor Efektivitas dan Efesiensi Penerapan Model
ADI ..................................................................................... 59
C. Pembahasan .............................................................................. 60
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 68
A. Kesimpulan ............................................................................... 68
x
B. Saran ......................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 69
LAMPIRAN ........................................................................................................... 76
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Deskripsi kegunaan instrumen penelitian yang digunakan ..................... 32
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi Kegiatan Guru dan Peserta Didik dalam
Keterlaksanaan Sintaks Model Pembelajaran ADI ................................................. 33
Tabel 3.3 Rubrik Penentuan Komponen Argumentasi ........................................... 41
Tabel 3.4 Kerangka Analisis Argumentasi Menurut Osborne ............................... 43
Tabel 3.5 Rubrik Penilaian LKPD ......................................................................... 44
Tabel 3.6 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ........................................ 46
Tabel 4.1 Analisis Argumentasi Lisan Peserta Didik Pertemuan Pertama ............ 48
Tabel 4.2 Analisis Argumentasi Lisan Peserta Didik Pertemuan Kedua ............... 51
Tabel 4.3 Data Observasi Keterlaksanaan Model ADI .......................................... 56
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Argumentasi Toulmin ............................................................ 15
Gambar 2.2 Model Lengkap Argumentasi Toulmin ............................................. 17
Gambar 3.1 Bagan prosedur penelitian ................................................................. 35
Gambar 4.1 Visualisasi Argumentasi Pertemuan Pertama .................................... 49
Gambar 4.2 Visualisasi Argumentasi Pertemuan Pertama .................................... 52
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Pertemuan 1 ........................................................................... 74
Lampiran 2 LKPD 1 Pertemuan 1 ..................................................................... 81
Lampiran 3 LKPD 2 Pertemuan 1 ..................................................................... 86
Lampiran 4 LKPD 3 Pertemuan 1 .................................................................... 100
Lampiran 5 RPP Pertemuan 2 .......................................................................... 116
Lampiran 6 LKPD 1 Pertemuan 2 .................................................................... 123
Lampiran 7 LKPD 2 Pertemuan 2 .................................................................... 128
Lampiran 8 LKPD 3 Pertemuan 2 .................................................................... 142
Lampiran 9 Transkip Rekaman Argumentasi Lisan Pertemuan 1 ................... 158
Lampiran 10 Transkip Rekaman Argumentasi Lisan Pertemuan 2 .................. 166
Lampiran 11 Hasil Analisis Data ...................................................................... 178
Lampiran 12 Lembar Validasi LKPD ............................................................... 181
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian ..................................................................... 185
Lampiran 14 Lembar Uji Referensi ................................................................... 187
Lampiran 15 Dokumentasi ................................................................................ 195
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Pasal 3 tentang sistem pendidikan
nasional menyebutkan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.1
Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan
wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar
dirancang dan dijalankan secara profesional.
Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu
guru dan peserta didik. Guru, dalam proses pembelajaran memegang peran yang
sangat penting. Guru, dalam proses pembelajaran bukanlah hanya berperan
sebagai model atau teladan bagi peserta didik yang diajarnya. Guru juga sebagai
pengelola pembelajaran, oleh karena itu keberhasilan suatu proses pembelajaran
sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.
Proses pembelajaran adalah upaya bersama antara guru dan peserta didik
untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang
diberikan bermanfaat dalam diri peserta didik dan menjadi landasan belajar yang
berkelanjutan. Proses pembelajaran merupakan suatu sistem, dimana sebuah
proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan berpikir kritis,
munculnya kreativitas, serta kemampuan untuk berargumentasi. Proses
pembelajaran ini sangat penting dalam menentukan mutu pendidikan.
1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2012),
h.2.
2
Mutu pendidikan di Indonesia semakin hari dituntut untuk lebih baik lagi,
maka hal yang efektif dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah
adanya upaya perbaikan kepada proses belajar dan mengajar. Hal itu sangat erat
kaitannya dengan akses untuk menggunakan sarana belajar yang sesuai dan
memadai, kualitas mengajar, strategi pembelajaran yang digunakan, dan
pengembangan sistem penilaian. Upaya perbaikan pada proses belajar dan
mengajar akan mempengaruhi individu secara langsung, terutama untuk melatih
individu memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis, penalaran yang
mantap, kreatif, dan inovatif, serta kemampuan untuk berargumentasi atau
mengemukakan pendapat (komunikasi).
Keterampilan berargumentasi secara lisan dibutuhkan dalam pembelajaran
sains khususnya untuk mengembangkan kemampuan sosiokognitif peserta didik.2
Berargumentasi berarti membangun aktifitas sosiokultural melalui presentasi,
interpretasi, kritik, dan revisi terhadap suatu argumen.3 Keterampilan
berkomunikasi melalui lisan maupun tulisan merupakan tuntutan yang harus
dimiliki seseorang untuk mengungkapkan gagasan yang dimilikinya. Dengan
demikian, keterampilan berargumentasi sangat erat kaitannya dengan
pembelajaran inkuiri (belajar bermakna melalui penemuan) yang merupakan ciri
khas pembelajaran sains.4
Pembelajaran sains semakin difokuskan untuk memberikan kesempatan
agar peserta didik terlibat dan belajar dengan menggunakan keterampilan berpikir
secara ilmiah. Konsep-konsep sains diajarkan bukan sebagai konsep “jadi” yang
harus diterima begitu saja oleh peserta didik, tetapi dibelajarkan melalui
konstruksi wacana argumentatif yang merupakan esensi praktek inkuiri ilmiah.5
2 Michael Skoumios, The Effect of Sociocognitive Conflict on Student‟s Dialogic
Argumentation about Floating dan Sinking, International Journal of Environmental & Science
Education (IJESE) 4(4), p. 381-393. 3 Hakyolu Hanife dan Feral Ogan-Bekiroglu, Assessment of Student’s Science
Knowledge Levels and Their Involvement with Argumentation, International Journal of Cross-
Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE) 2(1), 2011, p. 264. 4 Leah A. Bricker dan Philip Bell, Conceptual of Argumentation from Science Studies
and The Learning Sciences and Their Implication for Practices of Science Education. Science
Education 92(3), 2008, p. 473-493. 5 Rosalind Driver, Paul Newton, dan Jonathan Osborne, Establishing the Norms of
Scientific Argumentation in Classrooms, Science Education: 84, 2000, p. 287–301.
3
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melatih kemampuan berpikir
yaitu dengan mengembangkan argumentasi peserta didik. Argumentasi dalam
pembelajaran sains mendukung perkembangan kompetensi komunikasi dan
berpikir kritis dalam suatu keputusan atau tindakan.6 Keputusan tersebut dapat
berupa suatu jawaban sebuah masalah atau suatu keyakinan hasil penemuan.7
Argumen yang terjadi selama pembelajaran dapat diidentifikasi polanya,
ada beberapa pola atau model argumen. Model argumentasi Toulmin lebih tepat
digunakan, karena model ini yang paling lengkap yang dapat menggambarkan
kriteria dari suatu argumen. Suatu argumen dapat mengandung klaim (K), data
(D), penjamin (warrant/W), pendukung (backing/B), kualifikasi (qualifier/Q), dan
sanggahan (rebuttal/R).8 Model ini pun lebih banyak dikembangkan, bahkan
kualitas argumentasi peserta didik dapat dinilai secara kuantitatif mulai dari level
1-5 berdasarkan kerangka kerja analisis dari Osborne yang mengklasifikasikan
level argumentasi peserta didik dimulai dari level 1-5.9
Salah satu cara yang dapat mendorong peserta didik untuk terlibat secara
aktif dalam menemukan konsep pada proses belajar mengajar yaitu dengan
melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan
inkuiri dalam kegiatan belajar mengajar guru menyajikan bahan pelajaran tidak
dalam bentuk yang final, tetapi peserta didik yang diberi peluang untuk mencari
dan menemukan konsep.
Proses inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analisis, sehingga peserta didik dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
6 Dani Jaya Putra, Neni Hasnunidah, dan Tri Jalmo, Pengaruh Argument Driven Inquiry
Terhadap Keterampilan Arguemntasi Siswa pada Materi Sistem Pernapasan. Jurnal Bioterdidik:
Vol. 7 No. 1, 2019, h. 2. 7 Jeremy M. Wojdak, An Attention-Grabbing Approach to Introducing Students to
Argumentation in Science. Bioscience education: 15, 2010, p. 2-4. 8 Austin J. Freeley dan David L. Steinberg, Argumentation and Debate: Critical Thinking
for Rational Decision making 12th edition, (USA: Wadsworth Cengage Learning, 2009), p. 152-
156. 9 Vaille Dawson dan Grady Jane Venville, High-school Students’ Informal Reasoning
and Argumentation about Biotechnology: An Indicator of Scientific Literacy?, International
Journal of Science Education: Vol. 31 No. 11, 2009, p. 1426-1430.
4
Sasaran utama kegiatan mengajar ini adalah keterlibatan peserta didik
secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar disini adalah
kegiatan mental intelektual dan sosial emosional, selain itu keterarahan kegiatan
secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran, dan mengembangkan sikap
percaya diri sendiri (self belief) pada diri peserta didik tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri.10
Pembelajaran sains melalui inkuiri akan membawa dampak bagi
perkembangan mental yang positif pada peserta didik karena peserta didik
mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri apa
yang ingin diketahuinya dari suatu hal. Selain itu, pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan intelektual peserta didik
karena peserta didik mempunyai kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan
konsep tentang fenomena ilmiah. Peserta didik akan melakukan kegiatan yang
secara langsung berhubungan dengan hal yang akan ditemukan.
Sains berkaiatan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis.
Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan
diarahkan untuk “berbuat” sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pengalaman yang lebih mendalam untuk mengembangkan
kompetensi agar mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran
sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman sains.
Sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan
segala isinya. Biologi merupakan bagian dari sains yang mempelajari tentang
makhluk hidup dan lingkungannya. Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari
aspek produk (kognitif), proses (psikomotor), dan sikap (afektif). Aspek produk
biologi atau kognitif merupakan ketercapaian belajar peserta didik dalam
pemahaman dan penguasaan konsep dari materi pembelajaran. Kemampuan
kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan
intelektual sederhana sampai kemampuan intelektual tingkat tinggi. Berdasarkan
hakikat biologi sebagai sains, maka belajar biologi sesungguhnya tidak hanya
10
W Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Grasindo, 2004), h. 84-85.
5
sekedar sajian konsep dan informasi, tetapi juga usaha untuk menumbuh
kembangkan keterampilan berpikir, sikap ilmiah, dan penguasaan keterampilan
proses sains. Pembelajaran seperti ini selain mengajarkan peserta didik memahami
konsep, juga menuntut peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam
serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Fakta pembelajaran biologi di lapangan ternyata belum sesuai dengan
karakteristik biologi sebagai sains. Sudah menjadi gejala umum bahwa
pembelajaran biologi di sekolah, masih menekankan pada penguasaan materi dan
penyampaiannya didominasi dengan metode ceramah. Pembelajaran menjadi
berpusat pada guru, sedangkan peserta didik menjadi pembelajar yang pasif. Buku
pelajaran hampir menjadi sumber belajar utama dan belum mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi suatu masalah serta
memecahkan masalah tersebut.
Metode ceramah cenderung hanya mengandalkan keaktifan dan
kemampuan guru, yaitu guru aktif mengajar dengan menginformasikan sejumlah
fakta, konsep, dan prinsip-prinsip. Sedangkan peserta didik lebih banyak hanya
duduk terdiam menerima apa yang disampaikan guru. Karena itu, pembelajaran
dengan metode ceramah hanya menempatkan peserta didik pada posisi pasif
sebagai penerima bahan ajar. Akibatnya proses pembelajaran cenderung
membosankan dan mengakibatkan peserta didik tidak dapat mengembangkan
keterampilan dalam berargumentasi dan life skillnya.
Pembelajaran Kurikulum 2013 tidak hanya menuntut peserta didik
mengetahui teori saja, namun dapat menerapkan bahkan mencari solusi
penyelesaian dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya isu-isu saintifik dalam
pembelajaran khususnya IPA, untuk menyediakan situasi belajar yang bermakna
bagi peserta didik agar dapat diaplikasikan pengetahuan sainsnya pada suasana
sosial. Selain itu, isu-isu saintifik menyediakan peluang situasi pembelajaran
kontekstual yang dapat mengembangkan keterampilan argumentatif.11
11
Troy D. Sadler & Dana L. Zeidler, Scientific Literacy, PISA, and Socioscientific
Discourse: Assesment for Progressive Aims of Sciene Education, Journal of Research in Science
Teaching, 2009, p. 1-11.
6
Diskusi isu saintifik dan pembelajaran inkuiri dapat dijadikan sebagai
salah satu upaya yang dilakukan untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan
berargumentasi peserta didik. Model pembelajaran inkuiri argumentatif
merupakan modifikasi dari model Argument Driven Inquiry (ADI). Terdapat tiga
aspek penting dalam pembelajaran yang dapat dikembangkan melalui pembelajran
inkuiri argumentatif, yaitu: 1) kemampuan menggunakan penjelasan ilmiah dalam
pemecahan masalah, 2) menghasilkan penjelasan ilmiah dan argumentasi, 3)
berpartisipasi dalam praktek ilmiah dan diskusi.12
Model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) dipandang dapat
memfasilitasi peserta didik untuk memahami konsep IPA secara baik, karena
kegiatan pembelajaran pada model ADI menekankan pada kontruksi dan validasi
pengetahuan melalui kegiatan penyelidikan (inquiry). Dengan terlibat pada sesi
argumentasi dalam model pembelajaran ADI peserta didik dapat menguasai
konsep lebih baik, karena untuk membangun argumen yang baik peserta didik
membutuhkan penguasaan pengetahuan tentang konten materi yang baik pula.13
Model ini dirancang untuk membuat sebuah kelas yang dapat membantu
peserta didik untuk mengerti tentang bagaimana cara membuat sebuah penjelasan
ilmiah, bagaimana mengeneralisasikan fakta ilmiah, menggunakan data untuk
menjawab pertanyaan ilmiah dan pada akhirnya dapat merefleksikan hasil kerja
yang telah dilakukannya.14
Model pembelajaran ADI dirancang untuk mengubah sifat dari instruksi
laboratorium tradisional yang hanya menekankan pada pengumpulan data. Pada
model ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk belajar bagaimana untuk
mengembangkan metode untuk menghasilkan data, melakukan investigasi,
menggunakan data untuk menjawab pertanyaan penelitian, menulis, dan
12
Riezky Maya Probosari, dkk., Profil Keterampilan Arguemntasi Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Biologi FKIP UNS pada Mata Kuliah Anatomi Tumbuhan, BIOEDUKASI: Vol. 9 No.
1, h. 29. 13
Yuli Andriani dan Riandi, Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa Melalui
Pembelajaran Argument Driven Inquiry pada Pembelajaran IPA Terpadu Di SMP Kelas VII.
EDUSAINS: 7(2), 2015, h. 114-115. 14
Victor Sampson dan Joi Phelps Walker, Argument-Driven Inquiry as a Way to Help
Undergraduate Students Write to Learn by Learning to Write in Chemistry, International Journal
of Science Education: 95, 2012, p. 3–33.
7
melakukan kegiatan diskusi yang lebih reflektif setelah kegiatan penyelidikan
dilakukan.
Kombinasi dari semua kegiatan ini, diharapkan peserta didik belajar
konten-konten penting sebagai bagian dari proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Dengan terlibat dalam proses argumentasi, peserta didik juga dapat
menguasai konsep lebih baik karena pengetahuan tentang konten topik yang
dibahas dibutuhkan peserta didik untuk membangun argumen15
, sehingga peserta
didik diharuskan untuk memahami konten dengan lebih baik.
Kompetensi Dasar (KD) konsep sistem peredaran darah manusia pada
mata pelajaran biologi, yakni menganalisis hubungan antara struktur jaringan
penyususn organ pada sistem sirkulasi dan mengaitkannya dengan bioprosesnya
dan tujuan lainnya diharapkan pula dapat menjelaskan mekanisme peredaran
darah serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem sirkulasi manusia
melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi. Untuk mencapai
tuntutan KD tersebut dapat dilakaukan tahap-tahap argumentasi ilmiah
berdasarkan teori Toulmin yang didukung dengan model pembelajaran Argument
Driven Inquiry (ADI) dan model Diskusi Isu Saintifik.
Uraian mengenai capaian tuntutan KD di atas, mendorong penulis
melakukan penelitian ini dengan mengambil judul: “Profil Keterampilan
Argumentasi Ilmiah Peserta Didik pada Konsep Sistem Peredaran Darah
Manusia ”, penelitian ini akan dilakukan di kelas XI semester 1. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat mengungkap profil argumentasi ilmiah peserta didik yang
akan diungkap melalui pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) dan Diskusi
Isu Saintifik pada konsep sistem peredaran darah manusia.
B. Permasalahan
Pokok pembahasan pada bagian permasalahan ini adalah berupa identifikasi
masalah, perumusan masalah dan pembatasan penelitian.
15
Feral Ogan-Bekiroglu dan Handan Eskin, Examination of the Relationship Between
Engagement In Scientific Argumentation And Conceptual Knowledge. International Journal of
Science and Mathematics Education: 10, 2012, p. 1415-1438.
8
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini, meliputi:
a. Peserta didik kurang memahami materi dalam proses belajar akibat
sistem pembelajaran yang monoton (teacher centered).
b. Model pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek kognitif tanpa
menekankan pada aspek psikomotor.
c. Pembelajaran peserta didik masih bersifat menerima bukan membangun
sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam
pembelajarannya.
d. Banyaknya penelitian yang dilakukan berkaitan dengan efektivitas
pembelajaran Inkuiri terhadap aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
Tetapi belum mengungkap profil keterampilan peserta didik dalam
berargumentasi secara ilmiah.
e. Materi pokok sistem peredaran darah manusia merupakan konsep yang
berkaitan dengan permasalahan di kehidupan sehari-hari peserta didik.
2. Pembatasan Penelitian
Pembatasan masalah dalam penelitian ini, berdasarkan judul penelitian
mengenai profil keterampilan argumentasi peserta didik pada konsep sistem
peredaran darah manusia, meliputi:
1) Penelitian menggunakan dua model pembelajaran. Pertemuan pertama
menggunakan model Diskusi Isu Saintifik dan dilanjutkan dengan
praktikum uji golongan darah. Sedangkan pada pertemuan kedua
menggunakan model Argument Driven Inquiry (ADI) yaitu diskusi
saintifik yang mendorong kegiatan praktikum inkuiri.
2) Kualitas argumentasi peserta didik ditentukan berdasarkan model
argumentasi Toulmin dan penentuan level argumentasi peserta didik
berdasarkan kerangka kerja analisis dari Osborne yang
mengklasifikasikan level argumentasi dimulai dari level 1-5.
3) Penelitian ini hanya terbatas pada konsep sistem peredaran darah
manusia.
9
3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana profil
keterampilan argumentasi peserta didik pada konsep sistem peredaran darah
manusia?”
4. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil keterampilan
argumentasi ilmiah peserta didik pada konsep sistem peredaran darah manusia.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini, antara lain:
a. Bagi guru atau pendidik sebagai informasi yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai
sehingga dapat meningkatkan keterampilan argumentasi ilmiah peserta
didik.
b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang baik
dalam rangka peningkatan mutu proses pembelajaran dan mutu
pendidikan, khususnya mata pelajaran biologi.
c. Bagi peserta didik diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
argumentasi ilmiahnya, khususnya pada konsep sistem peredaran darah
manusia.
d. Bagi pembaca khususnya mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai suatu kajian yang menarik untuk dijadikan acuan dalam
penelitian selanjutnya.
e. Bagi peneliti, memperluas wawasan cara pembelajaran biologi dengan
menggunakan model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) dan
model Diskusi Isu Saintifik untuk mengungkap kualitas argumentasi
peserta didik.
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Keterampilan
Pengertian keterampilan memiliki beberapa definisi diantaranya yaitu,
“Keterampilan ialah suatu aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan jasmaniah
seperti menulis, mengetik, olah raga, dan lain-lain, artinya keterampilan itu
bersifat motorik yang membutuhkan koordinasi gerak dan kesadaran yang
tinggi”.1 Keterampilan juga dapat dilihat dari kemampuan melakukan pola-pola
tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi serta sesuai dengan keadaan untuk
mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya pada aspek gerak motorik
melainkan juga proses fungsi yang bersifat kognitif.2
Uraian-uraian mengenai beberapa pengertian keterampilan yang telah
dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa keterampilan merupakan suatu
kecakapan atau keahlian dalam mengerjakan sesuatu kegiatan yang memerlukan
koordinasi gerakan-gerakan.
2. Pengertian Argumentasi Ilmiah
Argumentasi dapat dikatakan sebagai hal yang esensial, “Argumentasi
adalah aktivitas kognitif dalam membangun pengetahuan sains, argumentasi
digunakan untuk memperkuat suatu klaim melalui analisis berpikir kritis
berdasarkan dukungan bukti-bukti dan alasan yang logis”.3 Argumentasi
didefinisikan sebagai suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat orang lain, agar lawan bicara percaya dan akhirnya bertindak
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembicara. Melalui argumentasi, penulis
atau pembicara berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013), Cet.18, h.117. 2 Ibid., h. 117.
3 Nurul Faiqoh, dkk., Profil Keterampilan Argumentasi Siswa Kelas X dan XI MIPA di
SMA Batik 1 Surakarta pada Materi Keanekaragaman Hayati, Jurnal Pendidikan Biologi: 7(3),
2018, h. 175.
11
mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau
tidak.4
Argumentasi diperlukan hampir pada segala hal termasuk dalam
pembelajaran sains sebagai wacana ilmiah yang digunakan sebagai penghubung
antara pengetahuan yang berasal dari lingkungan dengan konsep dalam
pembelajaran sains. Melalui kemampuan argumentasi dapat dikontrol pemahaman
peserta didik dalam menghubungkan fakta dengan konsep dalam pembelajaran
sains.5
Pengertian argumentasi telah banyak didefinisikan oleh ahli diantaranya
yaitu, argumentasi tidak hanya merupakan sebuah pemikiran logis tentang suatu
teori, tetapi juga klaim disertai pembelaan bahwa suatu teori adalah benar. Selain
itu, argumentasi adalah kegiatan membandingkan teori dengan memberikan
penjelasan disertai data yang logis.6
Argumen adalah suatu usaha untuk membuktikan atau membentuk
kesimpulan. Argumen memiliki dua bagian utama: kesimpulan dan alasan atau
alasan ditawarkan dalam mendukung kesimpulan, “argument is an attempt to
prove or establish a conclusion. It has two major parts: a conclusion and the
reason or reasons offered in support of the conclusion”.7
Argumen didefinisikan sebagai sebuah pernyataan dengan disertai
pembenaran, “an argument as an assertion with accompanying justification”, dan
Means & Voss dalam Dawson menggambarkan argumen sebagai pendapat dari
suatu kesimpulan didukung oleh setidaknya satu alasan, “an argument as a
conclusion supported by at least one reason”.8
Argumentasi adalah kegiatan verbal, sosial, dan rasional yang ditujukan
untuk meyakinkan seorang kritikus dari penerimaan sudut pandang dengan
4 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997),
Cet. 11, h.3. 5 Ninda Dwi Cahya Devi, dkk., Analisis Kemampuan Argumentasi Siswa SMA Pada
Materi Larutan Penyangga, (Surakarta: FKIP, UNS, 2018), h. 152. 6 Ibid, h. 153.
7 Robert H. Ennis, Critical Thinking, (New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1996), p. 48.
8 Vaille Dawson dan Grady Jane Venville, High-school Students’ Informal Reasoning
and Argumentation about Biotechnology: An Indicator of Scientific Literacy?, International
Journal of Science Education, Vol. 31 No. 11, 2009, p. 1422.
12
mengedepankan konstelasi membenarkan atau menyangkal proposisi-proposisi
yang diungkapkan dalam sudut pandang, “argumentation is a verbal, social, and
rational activity aimed at convincing a reasonable critic of the acceptability of a
standpoint by putting forward a constellation of propositions justifying or refuting
the proposition expressed in the standpoint”9
Argumentasi bertujuan untuk meyakinkan pendengar atau pembaca
mengenai penerimaan sudut pandang. Argumentasi didefinisikan sebagai suatu
bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang
lain, agar percaya dan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
pembicara. Melalui argumentasi, penulis (pembicara) berusaha merangkaikan
fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga mampu menunjukkan apakah suatu
pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.
Kegiatan berargumentasi merupakan bagian dari proses sosial yang dapat
mengembangkan wacana di dalam pembelajaran sains. Rendahnya wacana
argumentatif berdampak terhadap rendahnya kualitas argumentasi.10
Dalam
kamus umum bahasa Indonesia, argumentasi adalah pemberian alasan untuk
memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan.11
Definisi dari beberapa ahli tentang argumentasi tersebut, dapat diketahui
bahwa argumentasi merupakan sebuah wacana yang berusaha meyakinkan atau
membuktikan kebenaran suatu pernyataan, pendapat, sikap, atau keyakinan,
dengan didukung oleh fakta-fakta, sehingga mampu meyakinkan dan
membuktikan bahwa pendapat tersebut benar atau tidak. Argumentasi bertujuan
mempengaruhi seorang pendengar untuk membenarkan pernyataan, pendapat, dan
sikap yang diajukan. Dengan dikemukakannya sebuah argumentasi maka seorang
pendengar akan menyetujui bahwa pendapat, keyakinan, dan sikap pembicara
benar.
9 Frans H. Van Eemeren dan Henriette Greebe, A Systematic Theory of Argumentation:
The Pragma-Dialectical Approach, (New York: Cambridge University Press, 2004), p. 1. 10
Neni Hasnunidah, dkk., Peningkatan Pola Wacana Argumentasi Mahasiswa melalui
Penggunaan Scaffolding dalam Strategi Argument-Driven Inquiry, Seminar Nasional XII
Pendidikan Biologi FKIP UNS, 2015, h. 645. 11
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2010), h. 58.
13
Menurut Sadler & Zeidler beserta Means dan Voss, “Argumentation skills
may be used when individual science students answer a question and justify their
opnian or make a decision in written or oral.”12
Kutipan di atas mengandung arti bahwa keterampilan argumentasi dapat
digunakan ketika peserta didik menjawab pertanyaan dan membenarkan pendapat
mereka atau membuat keputusan dalam wacana tertulis atau lisan.
Argumentasi merupakan komponen penting dari penyelidikan ilmiah atau
inkuiri, mengenalkan keterampilan ini ke dalam kelas atau kegiatan laboratorium
dapat dinilai sebagai cara untuk mengembangkan kegiatan praktik sains atau IPA
di sekolah.13
Argumentasi adalah proses membuat banyak pendapat yang sesuai
harapan untuk membenarkan keyakinan, segala sikap, dan segala kesalahan
menjadi sebagai pengaruh untuk lainnya. Dengan demikian argumentasi
merupakan sebuah proses untuk membuat suatu pendapat untuk menggambarkan
keyakinan, sikap, dan atau kesalahan untuk mempengaruhi orang lain.
Argumentasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu argumentasi formal dan
informal ditinjau dari sisi istilah dan struktur penalaran (reasoning). Berdasarkan
istilah, argumentasi formal terdiri dari premis-premis yang baku, penambahan dan
penghapusan isi premis tidak diperbolehkan. Adapun argumentasi informal
mengandung fitur kognitif dan afektif, individu dapat mengubah premis
berdasarkan pengetahuan dan keyakinan pribadi, informasi dari media massa,
buku teks, pengalaman hidup, dan lain-lain.
Argumentasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sains.
Dalam praktik pembelajaran sains, argumentasi merupakan hal utama yang
melandasi peserta didik dalam belajar bagaimana berpikir, bertindak dan
berkomunikasi seperti seorang ilmuan sejati. Iklim pembelajaran di dalam kelas
turut menyumbang terjadinya komunikasi dalam bentuk adu argumentasi sebagai
salah satu upaya untuk memvalidasi atau menyangkal pernyataan secara ilmiah.
Argumentasi merupakan solusi untuk hampir semua masalah dalam pendidikan
sains, di satu sisi membantu peserta didik mempelajari hal-hal yang sulit dipelajari
12
Vaille Dawson dan Grady Jane Venville, loc. cit., p. 1422. 13
Dani Jaya Putra, dkk., Pengaruh Argument Driven Inquiry Terhadap Keterampilan
Argumentasi Siswa pada Materi Sistem Pernapasan, Jurnal Bioterdidik: Vol. 7 No 1, 2019, h. 2.
14
misalnya dalam mengevaluasi bukti, dan di sisi lain berpotensi membantu guru
memahami dan mendukung proses pembelajaran di kelas sains.14
Pengertian argumen dan argumentasi yang dikemukakan oleh Inch
tergolong jenis informal. Menurut Inch, et al. argumen memiliki tiga
karakteristik.15
Tiga karakteristik tersebut yaitu, klaim, pendukung klaim, dan
usaha mempengaruhi menjadi ciri sebuah argumen informal. Kriteria pertama dari
argumen yaitu klaim, klaim merupakan sebuah opini atau pendapat yang
dikemukakan oleh seseorang atau sebuah kesimpulan yang ingin diterima oleh
orang lain.
Kriteria kedua dari argumen adalah dukungan yang disediakan untuk
klaim baik berupa bukti dan penalaran atau inferensi yang menghubungkan bukti
dengan klaim. Bukti merupakan sesuatu yang dapat membuat orang lain
menerima dan dapat digunakan untuk mendukung klaim yang tidak diterima.
Kriteria ketiga dari argumen adalah berusaha untuk mempengaruhi
seseorang yang berada dalam ketidaksetujuan. “Berusaha untuk mempengaruhi”
adalah sangat penting menentukan sukses dan tidaknya pendapat seseorang.
Berdasarkan kriteria ini sebuah argumentasi akan terjadi jika terdapat pihak yang
berlawanan atau pihak yang menyanggah. Selama tidak ada pihak yang
berlawanan tidak akan dihasilkan argumen.16
Ada beberapa pola atau model argumen, di antaranya adalah Silogisme,
Toulmin, dan Co-Oriental. Model yang paling lengkap yang dapat
menggambarkan ketiga kriteria argumen informal yang dikemukakan oleh Inch
(klaim, pendukung klaim, dan usaha mempengaruhi) adalah model argumentasi
Toulmin. Model argumentasi Toulmin mengungkapkan bahwa argumen bentuk
dasarnya terdiri dari tiga kategori yaitu: data (D), klaim (K), dan penjamin
(warrant/W).
14
Riezky Maya Probosari, dkk., Profil Keterampilan Arguemntasi Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Biologi FKIP UNS pada Mata Kuliah Anatomi Tumbuhan, BIOEDUKASI: Vol. 9 No.
1, h. 29-30. 15
Sibel Erduran, dkk., TAPping into Argumentation: Developmets in the application of
Toulmin’s Argument Pattern for Studying Science Discourse, Science Education, 2004, p. 918-
919. 16
Ibid., p. 919.
15
Secara sederhana model argumentasi Toulmin dapat digambarkan pada
Gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1 Model Argumentasi Toulmin
Gambar 2.1 di atas merupakan skema dari pola argumentasi Toulmin.
Bahwa K claim merupakan sebuah kesimpulan yang dibangun oleh data yang
merupakan fakta-fakta, beserta W atau warrant atau penjamin. W bertindak
sebagai penghubung antara D dengan K, yang mana W merupakan sebuah alasan.
Toulmin berpendapat, Modal qualifers (Q) and conditions of exception or
rebuttal (R) are distinct both from data and from warrants, and need to be
given separate places in our layout. Just as a warrant (W) is itself neither
a datum (D) nor a claim (C), since it implies in itself something about both
D and C – namely, that the step from the one to the other is legitimate; so,
in turn, Q and R are themselves distinct from W, since they comment
implicityon the bearing of W on this step – qualifers (Q) indicating the
strength conferred by the warrent on this step, conditions of rebuttal (R)
indicating circumstancesin which the general authority of the warrant
would have to be set aside. To mark these further distinctions, we may
write the qualifer (Q) immediately beside the conclusion which it qualifies
(C), and the exceptional conditions which might be capable of defeating or
rebutting the warrented conclusion (R) immediately below the qualifier.17
Kutipan di atas mengandung arti bahwa keyakinan (Q) dan kondisi
pengecualian atau sanggahan (R) adalah berbeda, baik dari data maupun
penjamin, dan diletakkan tersendiri dari suatu pernyataan. Sama seperti penjamin
(W) terpisah sendiri bukan dari suatu data (D) atau pernyataan (C), karena
mengandung arti sendiri yang menghubungkan antara (D) dan (C) dengan
demikian letak (Q) dan (R) berbeda dari (W), karena (Q) dan (R) bertolak dari
(W) sebagaimana pembenaran (Q) yang menunjukkan kekuatan yang diberikan
oleh penjamin, sedangkan kondisi sanggahan (R) menunjukkan
17
Stephen E. Toulmin, The Uses of Argument, (New York: Cambridge University Press,
2003), p. 93-94.
16
ketidaksetujuannya terhadap penjamin yang membangun pernyataan. Untuk
menandai perbedaan-perbedaan ini lebih lanjut, dapat ditulis dengan pembenaran
(Q) disamping kesimpulan yang memenuhi syarat (C), dan memungkinkan
mampu mengalahkan atau membantah (R) yang berada di bawah kualitas
tersebut.
Senada dengan pendapat di atas, Kelly dan Chen berpendapat,
Data (D) are the facts are the proponent of the argument explicitly
appeals to as a foundation for the claim. The claim (C) is the conclusion
whose merits are sought to establish. The warrant (W) is the rules,
principles, or inference licence that demonstrate that the step to the claim
from the data is a legitimate one. The strength of the warrant may be
indicated by modal qualifiers (Q). The rebuttal (R) indicates the
circumstancesfor which the general authority of the warrant is not
merited. The backing (B) establishes the general conditions which give
authority to the warrant.18
Kutipan tersebut mengandung arti bahwa data (D) adalah fakta pendukung
argumen secara eksplisit sebagai dasar untuk klaim. Klaim (C) adalah sebuah
kesimpulan. Penjamin (W) adalah aturan, prinsip, atau alasan kesimpulan yang
menunjukkan bahwa terhubungnya klaim dari data adalah benar. Kekuatan
penjamin dapat diindikasikan dengan kualifikasi (Q). Sedangkan sanggahan (R)
menunjukkan bahwa kesimpulan tidak layak. Dan dukungan (B) menetapkan
sebagai dasar penjamin.
Komponen klaim (K) merupakan suatu keputusan yang harus
dikembangkan, dan mempunyai implikasi terhadap data (D) dan penjamin
(warrant/W). Toulmin dalam Freeley berpendapat bahwa suatu argumen dapat
mengandung klaim (K), data (D), penjamin (warrant/W), pendukung (backing/B),
kualifikasi (qualifier/Q), dan sanggahan (rebuttal/R).19
18
Ros Roberts and Richard Gott, A Framework for Practicial Work, Argumentation and
Scientific Litaracy, (Contemporary Science Education Research: Scientific Literacy and Social
Aspects of Science, ESERA Conference ESERA, 2010), h. 102. 19
Austin J. Freeley dan David L. Steinberg, Argumentation and Debate: Critical
Thinking for Rational Decision making 12th edition, (USA: Wadsworth Cengage Learning, 2009),
p.163.
17
Secara lengkap model argumentasi Toulmin dapat digambarkan pada
Gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2 Model Lengkap Argumentasi Toulmin20
Klaim (K) adalah kesimpulan, pendapat, atau pernyataan yang kuat; data
(D) adalah fakta yang mendukung klaim; penjamin (warrant/W) adalah
penjelasan tentang hubungan antara klaim dengan data; pendukung (backing/B)
adalah asumsi dasar untuk mendukung penjamin; kualifikasi (qualifier/Q) adalah
kondisi dimana klaim meyakinkan atau tidak; dan sanggahan (rebuttal/R) adalah
pernyataan yang menyanggah sebuah klaim, data, dan penjamin yang
bertentangan.21
Kualitas argumentasi telah dikembangkan berdasarkan model argumentasi
Toulmin. Kualitas argumentasi berdasarkan kerangka kerja analisis dari
Osborne, et al. yaitu sebagai berikut,
analytical framework classified students argument at Level 1 (claim versus
a counter-claim or a claim versus a claim), Level 2 (claims with either
data, warrants, or backings, but no rebuttals), Level 3 (series of claims or
counter-claims with either data, warrants, or backings with the occasional
weak rebuttal), Level 4 (claim or claims and counter-claims with a clearly
identifiable rebuttal), and finally Level 5 (extended argument with more
than one rebuttal).22
Kutipan di atas mengandung arti bahwa kerangka kerja analisis dari
Osborne, et al. mengklasifikasikan level argumentasi siswa sebagai berikut: Level
1 (klaim berlawanan dengan counter klaim atau klaim berlawanan dengan klaim),
20
Stephen E. Toulmin, The Uses of Argument, op. cit, p. 97. 21
Vaille Dawson dan Grady Jane Venville, op. cit., p. 1426. 22
Ibid.
18
Level 2 (klaim disertai dengan data, penjamin, atau pendukung, tetapi tidak
mengandung sanggahan), Level 3 (serangkaian klaim atau counter klaim disertai
dengan data, penjamin, atau pendukung dengan sanggahan yang lemah), Level 4
(klaim dan counter klaim dengan sanggahan yang dapat diidentifikasi dengan
jelas), dan terakhir Level 5 (argumen yang lebih luas dengan lebih dari satu
sanggahan).
Argumentasi ilmiah merupakan salah satu sarana pemulihan pencapaian
tujuan pembelajaran sains yang seimbang, karena selama ini terlalu banyak
pembelajaran sains yang didominasi secara konseptual.23
Para saintis harus mampu mengkomunikasikan hasil observasi dan
temuannya kepada komunitas ilmiah untuk memperoleh pengakuan dan
pembenaran. Dalam proses inilah argumen dan argumentasi memegang peranan
penting dalam membangun pengetahuan.24
3. Argument Driven Inquiry (ADI)
Pembelajaran biologi dengan strategi ADI adalah unit pembelajaran
terpadu jangka pendek untuk mendorong peserta didik terlibat dalam pekerjaan
interdisipliner sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep penting dan
praktis dalam biologi. Melalui strategi ini percobaan laboratorium berbasis inkuiri
diintegrasikan dengan mata pelajaraan yang lain, seperti membaca dan menulis.25
Langkah-langkah strategi ADI telah sengaja dirancang untuk memberikan
para peserta didik pengalaman sains yang lebih kaya dan lebih asli, dan
menyediakan peserta didik paparan praktik komunitas yang mirip dengan
masyarakat ilmiah.26
23
Shirley Simon, Sibel Erduran, dan Jonathan Osborne, Enhancing The Quality of
Argumentation in Science Classrooms. Journal of Research in Science Teaching: 41(10), 2002, p.
2-5. 24
Sibel Erduran dan Maria, P.J, Argumentation in Science Education: Perspective from
Clasroom-Based Research, (London: Springer Science, 2008), p. 587. 25
Victor Sampson dan Leeanne Gleim, Argument-Driven Inquiry to Promote the
Understanding of Important Concepts & Practices in Biology. The American Biology Teacher: 71
(8), 2009, p. 465. 26
Joi Phelps Walker dan Victor Sampson, Learning to Argue and Arguing to Learn:
Argument-Driven Inquiry as a Way to Help Undergraduate Chemistry Students Learn How to
Construct Arguments and Engage in Argumentation During a Laboratory Course, Journal of
Research in Science Teaching, 2013, p. 561.
19
Strategi pembelajaran ADI dirancang untuk tujuan inkuiri ilmiah sebagai
upaya untuk mengembangkan argumen yang menyediakan dan mendukung
penjelasan untuk pertanyaan penelitian. Sebagai bagian dari upaya ini, peserta
didik diarahkan untuk merancang dan melaksanakan penyelidikan sendiri,
mengumpulkan dan menganalisis data, berkomunikasi dan membenarkan ide-ide
satu dengan yang lain selama sesi argumentasi interaktif, menulis laporan
investigasi untuk berbagi dan mendokumentasikan pekerjaannya, dan terlibat
dalam peer-review.
Proses seperti ini memberikan peserta didik kesempatan untuk mengambil
kepemilikan belajar menjadikan proses belajar menjadi miliknya dan membantu
peserta didik membuat pekerjaan laboratorium menjadi lebih mendidik bagi
peserta didik.27
Strategi ini memungkinkan peserta didik merancang pertanyaan penelitian
dan membuat kesimpulan sendiri, memberikan kesempatan peserta didik untuk
terlibat dalam argumentasi dengan berbagai ide, mendukung dan
mendiskusikannya. Strategi ini juga mengharuskan peserta didik untuk
mengadakan peer-review laporan penyelidikan yang diyakini dapat
mengembangkan kemampuan peserta didik berpikir kritis dan berbagi temuan
dengan peserta didik lain, sehingga peserta didik dapat mengembangkan
komunikasi dan keterampilan menulis.28
Strategi pembelajaran ADI didasarkan pada teori konstruktivis belajar
sosial dan dirancang untuk membuat pengalaman laboratorium yang lebih ilmiah,
otentik dan edukatif bagi peserta didik. Kegiatan laboratorium dalam strategi ADI
lebih otentik karena peserta didik sangat menyerupai ilmuan dari laboratorium
penelitian sains. Kegiatan ini juga lebih edukatif bagi peserta didik karena dapat
menerima umpan balik seluruh proses dan memiliki kesempatan untuk belajar dari
kesalahan.29
27
Neni Hasnunidah, Pembelajaran Biologi dengan Strategi Argument Driven Inquiry dan
Keterampilan Argumentasi Peserta Didik, Bandar Lampung: Jurnal Pendidikan Biologi FKIP
UNS, 2015, h. 10. 28
Ibid. h. 9. 29
Ibid.
20
Strategi pembelajaran ini dapat menjadi pendekatan pembelajaran yang
mudah digunakan untuk guru-guru sains yang tertarik dalam mengintegrasikan
sains dengan mata pelajaran lainnya atau yang ingin membantu peserta didik
mengembangkan pemahaman yang lebih baik dari jenis-jenis praktik yang
membuat sains berbeda dari cara yang lain dalam memperoleh pengetahuan.30
Strategi pembelajaran ADI mengembangkan serangkaian aktivitas
laboratorium untuk menganalisis partisipasi aktif peserta didik dalam wacana
argumentasi dan kualitas argumentasinya.31
Strategi pembelajaran ADI
melengkapi guru biologi dengan suatu cara yang membantu peserta didik
melakukan kebiasaan mengembangkan pemikiran dan berpikir kritis dengan
menekankan peran penting argumentasi dan memvalidasi pengetahuan.32
a. Sintaks Model Pembelajaran Argumen Driven Inquiry (ADI)33
a) Tahap Identifikasi Topik Utama
Tahapan sebelum memasuki sintaks pembelajaran, guru
memperkenalkan topik utama untuk dipelajari serta pengenalan
argumen yang baik beserta komponennya. Topik utama yang diangkat
dan dibahas oleh guru berkaitan dengan fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitar. Tahapan ini bermaksud mengarahkan fokus
peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung.
Tahapan ini bertujuan untuk memperkenalkan topik utama
untuk dipelajari dengan memancing perhatian peserta didik terhadap
suatu fenomena. Implementasi kegiatan ini dalam mata pelajaran
Biologi dapat dilaksanakan oleh guru dengan memutarkan video, atau
memberikan artikel yang terkait dengan materi pembelajaranyang
akan disampaikan. Guru juga mengajukkan pertanyaan terkait topik
yang telah dimunculkan, guru juga meminta peserta didik untuk
menjawab dan membangun sebuah argumen yang terdiri dari claim,
30
Victor Sampson dan Leeanne Gleim, loc. cit., p. 465. 31
Ibid. 32
Driver Rosalinda, Paul Newton, dan Jonathan Osborne, Establishing The Norms of
Scientific Argumentation in Classrooms. Science Education: 84(3), 1998, p. 295-300. 33
Sampson, et al., Argument Driven Inquiry in Biology, (United States of America:
NSTA Press, 2014), p. 3-14.
21
bukti dan alasan peserta didik, kemudian peserta didik menuliskan
jawaban berupa sebuah argumen berdasarkan claim, bukti dan alasan
yang akan dibuat oleh peserta didik.
b) Tahap Merancang Metode dan Mengumpulkan Data
Tahap ini, peserta didik mengembangkan dan menerapkan
percobaan atau observasi sistematis dalam kelompok kolaboratif
untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang diajukan.
Peserta didik juga memiliki kesempatan untuk menghasilkan atau
menganalisis data dalam kelompok-kelompok kecil dan mempelajari
bagaimana metode yang digunakan selama penyelidikan ilmiah
didasarkan pada sifat dari pertanyaan penelitian, fenomena yang
diselidiki, dan apa yang telah dilakukan oleh orang lain di masa lalu.
c) Produksi Argumen Tentatif
Tahapan selanjutnya yang merupakan sintaks ketiga yaitu tahap
produksi argumen tentatif, pada tahapan ini guru meminta setiap
kelompok untuk membangun sebuah argumen yang terdiri dari claim,
bukti dan alasan. Peserta didik bersama teman sekelompoknya
menuliskan sebuah argumen berdasarkan claim, bukti dan alasan.
Pada tahapan ini peserta didik dengan teman sekelompoknya diberi
kebebasan untuk berargumentasi dan mencari informasi-informasi
tambahan dengan menggunakan internet ataupun sumber literatur
lainnya. Pada tahapan ini peserta didik diminta untuk menghasilkan
argumen yang disertakan penjelasan bukti-bukti yang digunakan
untuk mendukung ide-ide dan alasan yang telah dibuat. Peserta didik
perlu memahami bahwa pengetahuan ilmiah tidak dogmatis dan
ilmuwan harus dapat mendukung claim dengan bukti dan penalaran
yang tepat. Hal ini akan membantu peserta didik mengembangkan
pemahaman dasar tentang apa yang dianggap sebagai argumen dalam
sains dan bagaimana menentukan apakah bukti yang ada berlaku,
relevan, memadai, dan cukup meyakinkan untuk mendukung claim.
Papan tulis atau lembar kerja peserta didik dapat digunakan oleh
22
peserta didik untuk menuliskan argumen ilmiah yang telah disusun
dalam kelompoknya.
d) Sesi Argumentasi
Tahapan berikutnya yaitu sintaks keempat adalah tahap sesi
argumentasi, tahap ini dilakukan setelah peserta didik selesai
berdiskusi, dan mencari beberapa informasi tambahan untuk
menambahkan dan menyempurnakan argumentasi yang telah dibuat.
Sintaks keempat ini membuat guru mempunyai peran sebagai
moderator. Pada tahap ini, satu per satu peserta didik dari masing-
masing kelompok berkesempatan untuk mengemukakan argumennya,
mengusulkan, memberi dukungan, mengkritik, dan memperbaiki
kesimpulan, penjelasan, atau dugaan pada suatu medium yang dapat
dilihat oleh orang lain. Peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil
berbagi argumen dengan kelompok lain dan mengkritik karya orang
lain atau menyanggah argumen kelompok lain untuk menentukan
klaim yang paling valid atau dapat diterima dan memperbaiki klaim
untuk membuatnya lebih valid atau diterima. Peserta didik di setiap
masing-masing kelompoknya dapat memberi sanggahan terhadap
argumen kelompok lain untuk saling beradu argumentasi.
e) Diskusi Reflektif Eksplisit
Tahap selanjutnya yaitu sintaks kelima adalah tahap diskusi
reflektif eksplisit dimana tahap ini peran guru mendorong peserta
didik untuk mengembangkan argumen yang dimiliki ke dalam
penyelidikan, untuk membuktikan argumentasi yang telah dibuat
secara individu maupun kelompok peserta didk merancang
penyelidikan untuk mengumpulkan data yang akan menguatkan alasan
dan mengembangkan argumen yang telah dibuat. Hasil penyelidikan
merupakan suatu data atau fakta yang telah dibuat dan didapatkan dari
sebuah penyelidikan, hal ini dapat mendukung argumen dan alasan
terhadap permasalahan.
23
f) Pembuatan Laporan Penyelidikan
Tahap selanjutnya yaitu sintaks keenam adalah tahap pembuatan
laporan penyelidikan (laporan praktikum). Pada tahap ini setiap
kelompok tetap mengumpulkan laporan penyelidikan secara kasar
artinya, laporan penyelidikan yang sifatnya sementara yang di
dalamnya hanya berisi tujuan penyelidikan, metode yang digunakan
selama penyelidikan dan hasil penyelidikan yang telah dilakukan.
g) Peer Review Double Blind
Review laporan dilakukan secara berpasangan dengan kelompok
seperti kelompok 1 dan 2, kelompok 3 dan 4, dan kelompok
seterusnya. Lembar review merupakan rubrik penilaian argumentasi
dan laporan praktikum yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas
laporan penyelidikan dan argumentasi secara kelompok. Langkah ini
memberi ruang kepada peserta didik untuk memberikan umpan balik
kepada kelompok lainnya. Langkah-langkah pembelajaran ini
mengenalkan peserta didik tentang umpan balik edukatif dan
membantu menjadi lebih metakognitif saat peserta didik dalam
kelompoknya bekerja. Dengan demikian, diharapkan tercipta sebuah
komunitas pelajar yang menghargai bukti dan pemikiran kritis di
dalam kelas, menciptakan lingkungan belajar dimana peserta didik
diharapkan saling bertanggung jawab dan memberikan peserta didik
kesempatan untuk melihat contoh-contoh argumen ilmiah yang kuat
dan lemah. Setiap kelompok juga diharuskan untuk memberikan
umpan balik yang nyata kepada kelompok lainnya, untuk
meningkatkan kualitas laporan yang baik sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan pada rubrik penilaian.
h) Revisi Laporan Berdasarkan Hasil Peer Review
Tahap selanjutnya adalah sintaks kedelapan. Pada sintaks ini,
terdapat tahap revisi laporan berdasarkan hasil peer review. Pada
tahapan ini guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan
penyelidikan yang telah dilakukan. Peserta didik memberikan
24
tanggapan ulang berupa revisi laporan penyelidikan berdasarkan hasil
peer review bersama teman kelompok sejawatnya. Pada tahap ini guru
membebaskan peserta didik untuk saling bertukar informasi dan saling
merevisi data-data argumentasi yang telah didapatkan bersama teman
yang berasal dari kelompok lain. Setiap laporan penyelidikan kasar
(sementara) hasil peer review yang masih perlu direvisi dikembalikan
ke kelompok asalnya masing-masing. Setiap kelompok menulis tugas
laporan praktikum hasil revisi berdasarkan peer review.
b. Keunggulan Model Pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI)
Model pembelajaran ADI memiliki keunggulan dibanding
pembelajaran lain, diantaranya adalah:34
1) Membingkai tujuan kegiatan kelas sebagai upaya untuk
mengembangkan, memahami atau mengevaluasi penjelasan ilmiah
untuk fenomena alam atau solusi untuk masalah;
2) Melibatkan peserta didik dalam penyelidikan;
3) Mendorong individu untuk belajar bagaimana untuk menghasilkan
argumen yang mengartikulasikan dan membenarkan penjelasan untuk
pertanyaan penelitian sebagai bagian dari proses penyelidikan;
4) Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar bagaimana
mengusulkan, dukungan mengevaluasi, merevisi ide melalui diskusi
dan menulis dengan cara yang lebih produktif;
5) Menciptakan komunitas kelas yang menghargai bukti dan berpikir
kritis;
6) Mendorong peserta didik untuk mengambil kendali dari pembelajaran
terhadap diri sendiri.
34
Astuti Muh. Amin dan A. D Corebima, Analisis Persepsi Dosen Terhadap Strategi
Pembelajran Reading Questioning And Answering (RQA) Dan Argument Driven Inquiry (ADI)
Pada Program Studi Pendidikan Biologi Di Kota Makasar, (Makasar: Seminar Nasional II), 2016,
h. 336.
25
4. Diskusi Isu Saintiik
Kemampuan argumentasi peserta didik dapat dikembangkan melalui
strategi pembelajaran diskusi. Diskusi adalah situasi dimana guru dan peserta
didik, atau antara peserta didik berbincang satu sama lain dan berbagi gagasan
serta pendapat. Diskusi digunakan oleh guru untuk mencapai setidaknya tiga
tujuan pembelajaran yang penting yaitu, diskusi meningkatkan cara berpikir
peserta didik dan membantu membangun sendiri pemahaman, diskusi
menumbuhkan keterlibatan peserta didik, dan diskusi membantu peserta didik
mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berpikir.35
Isu-isu sains merupakan kemampuan peserta didik dalam mengenali isu-
isu atau masalahan yang terkait dengan sains di lingkungan peserta didik
kemudian dalam penyelesaiannya menggunakan pengetahuan yang didapat di
sekolah.36
Pengamatan yang dilakukan berdasarkan apa yang ada dalam
kehidupan sehari-hari (isu) yang kemudian penyelesaiannya dengan menerapkan
pengetahuan sains, artinya peserta didik sudah menggunakan pengetahuan sains
dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
B. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kualitas argumentasi
peserta didik, di antaranya adalah mengenai kualitas argumentasi pada diskusi isu
sosiosaintifik mikrobiologi melalui weblog. Hasil analisis terhadap kualitas
argumentasi menunjukkan secara sosial partisipan mampu mencapai argumentasi
level 5, adapun secara individual skor rata-rata kualitas argumentasi adalah 3.
Pengembangan kerangka “scaffolding” diperlukan untuk mempertahankan
kualitas argumentasi secara sosial dan meningkatkan kualitas argumentasi secara
individual.37
35
Tjokrodiharjo, Model Pembelajaran Diskusi, Pusat Sains dan Matematika Unesa, 2005. 36
Desy Ulil Ilmi, Kemampuan Siswa Menjelaskan Isu-Isu Sains Setelah Mengikuti
Pembelajaran Saintifik, Pensa E-Jurnal : Pendidikan Sains Vol. 7 No. 3, 2019, h. 369-371. 37
Yanti Herlanti, dkk., Kualitas Argumentasi pada Diskusi Isu Sosiosaintifik
Mikrobiologi Melalui Weblog, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII): Vol. 1 No. 2, 2012, h.
168.
26
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indra Fardhani, mengenai analisis
kualitas argumentasi peserta didik kelas VII SMP pada materi ekosistem dengan
metode debat, menunjukkan bahwa level argumentasi yang paling banyak muncul
selama pelaksanaan pembelajaran adalah argumentasi level 2. Kebanyakan peserta
didik juga sudah bisa menyusun argumen dengan struktur tertentu. Kualitas
argumentasi peserta didik dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pola
argumentasi Toulmin/Toulmin Argumentation Pattern (TAP) dan berdasarkan
kriteria level yang dikembangkan Erduran, et al.38
Penelitian yang dilakukan oleh Jane Maloney dan Shirley Simon,
mengenai pemetaan bukti ilmiah dalam diskusi peserta didik dalam pembelajaran
sains untuk menilai kolaborasi dan argumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peserta didik mampu mengevaluasi bukti ilmiah untuk mendukung
keputusan yang dibuatnya. Bukti-bukti ilmiah dapat mereka gunakan untuk
mendukung kesimpulan yang mereka buat. Selanjutnya, aktivitas pembelajaran
kolaboratif yang berfokus pada diskusi bukti ilmiah dapat dikembangkan untuk
melatih kemampuan peserta didik untuk berargumentasi ilmiah secara efektif
dalam pengambilan keputusan.39
Terdapat juga penelitian yang menjelaskan mengenai penjelasan informal
dan argumentasi peserta didik sekolah menengah tentang bioteknologi: indikator
literasi sains. Didapat hasil bahwa dari 179 respon peserta didik (59 kelas 8, 68
kelas 10, dan 52 kelas 12) menunjukkan bahwa peserta didik di Australia
menanggapi proses bioteknologi menggunakan tipe penalaran informal: 36%
intuitif (I), 33% emotif (E), dan 26% rasional (R). Dinyatakan sangat berbeda
dengan hasil penelitian serupa di Amerika Serikat dengan tipe 25% I, 47% E, dan
88% R. Sedangkan level argumentasinya: level 1 = 22%, level 2 = 56%, level 3 =
17 %, dan level 4 = 5%.
38
Indra Fardhani, dkk., Analisis Kualitas Argumentasi Siswa Kelas VII SMP pada Materi
Ekosistem dengan Metode Debat, Makalah Seminar Nasional Pendidikan dan Penelitian Biologi,
Bandung: UPI Bandung, 2011, h. 1. 39
Jane Maloney dan Shirley Simon, Mapping Children’s Discussions of Evidence in
Science to Assess Collaboration and Argumentation, International Journal of Science Education:
Vol. 28 No. 15, 2007, p. 1817.
27
Data ini dianggap mirip dengan Negara Israel yang memiliki data sebagian
besar (90%) peserta didiknya mampu memformulasi argumentasi level 2 ke atas.
Penalaran informal rasional hanya muncul pada peserta didik yang mampu
memformulasi argumentasi level 4.40
C. Kerangka Berpikir
Keterampilan pendidikan abad-21 merupakan salah satu hasil dari
pengembangan sistem pendidikan akibat dari IPTEK yang semakin maju.
Keterampilan pendidikan abad-21 lebih banyak memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran.
Beberapa elemen-elemen keterampilan pendidikan abad-21 tersebut
dimuat di dalam kompetensi dasar yang ada pada kurikulum 2013 yang saat ini
berlaku di Indonesia, di mana peserta didik dituntut untuk unggul dalam beberapa
aspek, yaitu aspek spiritual, aspek sosial, aspek pengetahuan dan aspek
keterampilan. Pendidikan juga memasukkan nilai-nilai moral, budaya, kreatifitas,
dan juga kemampuan dalam memecahkan masalah.
Salah satu aspek yang dinilai penting dalam keterampilan pembelajaran
abad-21 adalah kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi. Komunikasi
peserta didik yang muncul diharapkan tidak hanya mengandung percakapan atau
kaliamat biasa, tetapi juga mengandung nilai fakta/data atau mengandung
argumen. Argumentasi dapat melatih peserta didik dalam berkomunikasi dan
menemukan solusi ilmiah dalam sebuah permasalahan saintifik.
Pembelajaran biologi menuntut peserta didik untuk dapat berpikir secara
sistematis, logis dan kritis. Selain itu peserta didik juga dituntut untuk dapat
berargumentasi karena argumentasi yang dikemukakan dapat memecahkan suatu
permasalahan dari masalah yang dipertanyakan. Memberikan kesempatan secara
luas kepada peserta didik dalam berargumentasi guna memahami pengetahuan
dasar dan mengaplikasi konsep-konsep dasar biologi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif
40
Vaille Dawson dan Grady Jane Venville, op. cit., p. 1439.
28
(pengetahuan tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural
(pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu).
Penerapan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi
peserta didik sangat penting untuk diterapkan. Melalui pembelajran yang di dalam
prosesnya menuntut peserta didik untuk berargumentasi dan berinquiry
merupakan salah satu solusi yang dipandang dapat meningkatkan kemampuan
berargumentasi ilmiah peserta didik. Melalui penerapan model pembelajaran
Argument Driven Inquiry dan diskusi isu saintifik diharapkan peserta didik dapat
mengeksplorasi keterampilan argumentasi ilmiahnya. Pembelajaran inquiry juga
menuntut peserta didik untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan penyampaian
argumentasi ilmiah, karena kemampuan argumentasi menjadi salah satu sarana
untuk memenuhi tujuan utama pembelajaran sains.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan, yang
beralamat di Jl. Cirendeu Raya No. 5, Cireundeu, Kec. Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2019, yakni pada bulan Agustus - Oktober 2019.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Metode penelitian
kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada obyek yang alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Peneliti menjabarkan kejadian
dan peristiwa yang terjadi selama penelitian berlangsung apa adanya tanpa adanya
rekayasa. Penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan
terhadap perlakuan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu
variabel, gejala atau keadaan.1
Hasil analisis data kualitatif dapat diperoleh data pendukung berupa
jumlah dan skor argumentasi siswa. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka
penelitian ini dilakukan menggunakan jenis penelitian kualitatif.2 Metode
kualitatif pada penelitian ini dilaksanakan dengan mendeskripsikan menggunakan
analisis argumentasi ilmiah peserta didik yang berlangsung selama Diskusi Isu
Saintifik pada pertemuan pertama dan model pembelajaran Argumen Driven
Inquiry (ADI) yang diterapkan pada pertemuan kedua.
C. Populasi dan sampel
Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang
ciri-cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan pula menjadi populasi sampel
1 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, h. 234.
2 Jack R. Fraenkel, Norman E. Wallen, dan Helen H. Hyun, How to Design and Evaluate
Research in Education, (New York: McGraw-Hill Companies, Inc, 2012), p. 425-430.
30
dengan populasi sasaran. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 3
Subjek pada penelitian ini adalah peserta didik di kelas XI SMA Negeri 8
Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini, subjek penelitian disesuaikan dengan
tujuan penelitian yaitu untuk mengungkap Profil Argumentasi Ilmiah Peserta
Didik pada Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia.
Teknik pengambilan subjek pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling atau sampel bertujuan yang dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu.4 Pemilihan subjek penelitian ini atas
rekomendasi guru kelas berdasarkan kemampuan akademis, kesiapan dan
keaktifan peserta didik dalam kelas tersebut, maka terpilihlah kelas XI MIPA 5
sebanyak 36 peserta didik sebagai sampel dalam penelitian ini.
D. Definisi Konseptual dan Operasional
Definisi Konseptual dan operasional yang digunakan dalam penelitian ini
dijelaskan sebagai berikut.
1. Model pembelajaran ADI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran yang dikembangkan oleh Sampson et al. yang memiliki delapan
tahapan yakni: (1) identifikasi masalah; (2) mengumpulkan data; (3)
pembuatan argumen tentatif; dan (4) sesi argumentasi; (5) Penyusunan
laporan investigasi; (6) Double blind group peer-review; (7) Revisi laporan;
(8) Diskusi eksplisit dan reflektif. Tahapan mengumpulkan data dalam model
ADI pada penelitian ini dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran dan
praktikum. untuk mengukur keterlaksanaan model ADI digunakan lembar
observasi ceklis “terlaksana” dan “tidak terlaksana” untuk setiap komponen
kegiatan. Keterlaksanaan model ADI di ukur berdasarkan keterlaksanaan
3 Sofian Effendi dan Masri Singarimbun, Metode Penelitian survai, (Jakarta: LP3ES,
2011), H. 152. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 183.
31
setiap aktivitas guru dan peserta didik pada setiap tahapan model ADI dalam
kegiatan pembelajaran IPA berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Argumentasi ilmiah dapat diartikan sebagai kemampuan siswa untuk
mengemukakan ide atau gagasan yang mampu menunjukkan hubungan antara
hasil pemikiran dengan bukti nyata yang diperoleh disertai alasan atau
pendukung lainnya. Peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah peserta
didik pada penelitian ini di ukur berdasarkan argumentasi lisan peserta didik
di dalam kegiatan pembelajaran biologi dan argumentasi tertulis peserta didik
berupa laporan hasil penyelidikan.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik yang diukur memerlukan
data kualitatif berupa argumentasi lisan peserta didik di dalam kegiatan
pembelajaran dan argumentasi tertulis peserta didik berupa laporan hasil
penyelidikan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Perekaman Audio-Visual
Hasil perekaman audio-visual dalam penelitian ini digunakan
sebagai data primer. Alat perekam akan dipasang di satu tempat. Alat ini
akan merekam segala bentuk percakapan yang terjadi di dalam kelas dan
juga sebagai monitor terhadap jalannya proses belajar mengajar. Hasil
rekaman tersebut akan ditulis ulang dalam bentuk transkip. Hasil transkip
akan dianalisis menggunakan pola argumentasi Toulmin untuk melihat
tahapan argumentasi peserta didik. Sedangkan untuk melihat kualitas
(level) argumentasi lisan peserta didik, dianalisis menggunakan kerangka
analisis Osborne.
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan peneliti saat penelitian
berlangsung. Catatan lapangan akan dijadikan sebagai data primer dan
digunakan untuk verifikasi terhadap hasil transkripsi, namun tidak
dianalisis secara spesifik. Catatan ini merupakan poin-poin penting yang
digunakan peneliti untuk menggambarkan keadaan dan fenomena yang
32
terjadi selama pembelajaran. Sebelum membuat catatan lapangan, peneliti
terlebih dahulu membuat catatan di lapangan pada saat penelitian
berlangsung. Catatan lapangan adalah bahan mentah lengkap riset peneliti
yang dituliskan semuanya, atau peneliti akan lupa pada begitu banyak hal
atau hanya ingat sebagian hal-hal tertentu saja.5 Menulis catatan lapangan
ini bertujuan untuk mencatat segala sesuatu dengan rinci agar peneliti
tidak lupa pada begitu banyak hal atau hanya ingat sebagian hal-hal
tertentu saja yang terjadi selama penelitian berlangsung.
c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) digunakan untuk melihat
argumentasi peserta didik secara tulisan. Hasil argumentasi tertulis akan
dianalisis menggunakan pola argumentasi Toulmin, untuk melihat tahapan
argumentasi peserta didik sebagaimana pengkodean pada analisis
argumentasi lisan peserta didik. LKPD ini dijadikan sebagai data
pendukung penelitian atau data sekunder.
d. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Keterlaksanaan sintaks pembelajaran kegiatan guru dan peserta
didik diobservasi menggunakan lembar observasi cheklist. Keterlaksanaan
sintaks pembelajaran kegiatan guru dan peserta didik dilakukan pada
setiap pertemuan di kelas. Kisi-kisi lembar observasi kegiatan guru dan
peserta didik dalam keterlaksanaan sintaks pembelajaran pada pertemuan
satu dan dua disajikan pada Tabel 3.1.
5 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 179.
33
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Kegiatan Guru dan Peserta Didik dalam
Keterlaksanaan Pembelajaran
Sintaks Pembelajaran Deskripsi
Tahap Identifikasi
Topik Utama
Guru memperkenalkan topik utama untuk dipelajari peserta
didik dan untuk memulai pengalaman serta pengenalan
argumen yang baik beserta komponennya.
Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik terkait
topik yang telah dimunculkan.
Guru meminta peserta didik untuk menjawab dan
membangun sebuah argumen yang terdiri dari klaim, bukti
dan alasan peserta didik.
Tahap Generalisasi
Data
Guru membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk
pembentukan kelompok kolaboratif dalam mencari dan
mengembangkan jawaban berdasarkan data-data yang dimiliki.
Tahap Produksi
Argumen Tentatif
Guru meminta setiap kelompok untuk membangun sebuah
argumen yang terdiri dari klaim, bukti dan alasan peserta didik.
Tahap Sesi
Argumentasi
Guru berperan sebagai moderator. Pada tahap ini, guru menjadi
fasilitator terhadap jalannya diskusi.
Tahap Diskusi
Reflektif Eksplisit
Guru mendorong peserta didik untuk mengembangkan
argumen yang dimiliki ke dalam penyelidikan.
Tahap Pembuatan
Laporan Penyelidikan
Guru memberikan tugas tugas berupa penulisan laporan
penyelidikan yang telah dilakukan.
Tahap Peer Review
Double Blind
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
saling bertukar informasi berupa data atau fakta yang berkaitan
dengan topik permasalahan untuk melengkapi data.
Tahap Revisi
Berdasarkan Peer
Review
Guru membimbing dan mengarahkan berjalannya tahap
menyimpulkan yang dilakukan oleh peserta didik.
34
Instrumen penelitian yang digunakan diantaranya adalah lembar observasi
dan dokumentasi berupa rekaman kegiatan serta laporan tertulis hasil
penyelidikan siswa. Untuk lebih jelasnya, instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini secara sederhana dijelaskan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Deskripsi kegunaan instrumen penelitian yang digunakan
No. Instrumen Penelitian Deskripsi Kegunaan
1.
Lembar Observasi
Keterlaksanaan Model
ADI
Digunakan untuk mengukur keterlaksanaan
setiap tahapan kegiatan pembelajaran
menggunakan model ADI untuk setiap aktivitas
guru dan peserta didik berdasarkan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.
2. Rekaman Kegiatan
Pembelajaran
Untuk memperoleh data argumentasi lisan
peserta didik di dalam kegiatan pembelajaran
IPA digunakan dokumentasi berupa hasil
rekaman aktivitas peserta didik (audio visual
material). Rekaman argumentasi setiap peserta
didik di dalam kegiatan pembelajaran
digunakan untuk mengetahui peningkatan
argumentasi lisan peserta didik.
3. Laporan Hasil
Penyelidikan
Laporan hasil penyelidikan peserta didik
digunakan untuk memperoleh data argumentasi
tertulis peserta didik. Data tersebut digunakan
untuk mengetahui peningkatan argumentasi
tertulis peserta didik.
Penelitian ini digunakan rekaman kegiatan pembelajaran untuk merekam
segala aktivitas peserta didik sehingga dapat diperoleh data berupa argumentasi
lisan setiap peserta didik di dalam kegiatan pembelajaran. Rekaman kegiatan
pembelajaran merupakan audio-visual materials yang dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan argumentasi lisan peserta didik. Hal ini sesuai yang
dikemukakan, bahwa “audio-visual materials consist of images or sounds that
35
researchers collect to help them understand the central phenomenon under
study”.6
Pendukung lain yang digunakan pula adalah laporan hasil penyelidikan
untuk mendapatkan data argumentasi tertulis peserta didik. Laporan hasil
penyelidikan tersebut merupakan instrumen dokumen yang digunakan dalam
memperoleh data kualitatif argumentasi tertulis peserta didik. Dokumen dapat
berupa laporan atau jurnal yang mampu memberikan data kualitatif “... provide
valuable information in helping researchers understand central phenomena in
qualitative studies. They represent public and private documents”.7
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara
observasi/pengamatan partisipatif. Jenis observasi partisipatif yang dilakukan
dalam penelitian adalah observasi partisipatif pasif, dimana peneliti tidak ikut
terlibat dalam kegiatan pembelajaran.8 Data yang dikumpulkan data rekaman
audio-visual, LKPD dan catatan lapangan. Tahapan pengumpulan data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan pada penelitian ini yaitu peneliti mempersiapkan
komponen yang dibutuhkan pada saat penelitian berlangsung. Persiapan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis Standar Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada mata
pelajaran Biologi SMA Kelas XI sesuai dengan kurikulum 2013.
b. Mendiskusikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
digunakan pengajar pada saat penelitian.
c. Mempersiapkan instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data,
yaitu dengan membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), Lembar
Observasi pada pertemuan 1 dan 2 juga mempersiapkan alat perekam
audio-visual.
6 John W. Creswell dan Vicki L. Plano Clark, Designing and Conducting Mixed Methods
Research, SAGE Publications, 2011, p. 82-83. 7 Ibid, p. 46-83.
8 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. (Bandung: Alfabet,
2011), h. 227.
36
d. Mendiskusikan dan merancang pembentukan kelompok sesuai LKPD
dengan pengajar untuk memicu peserta didik untuk berargumentasi secara
individu maupun kelompok.
e. Menguji validasi instrumen penelitian yang dilakukan oleh para ahli,
kemudian diperbaiki sesuai saran ahli.
f. Memperbanyak instrumen, yaitu LKPD untuk digunakan pada saat
penelitian berlangsung.
g. Mempersiapkan alat rekam sesuai kebutuhan. Peneliti menggunakan satu
buah alat perekam audio-visual.
h. Mempersiapkan label untuk menandai peserta didik dalam memudahkan
penelitian.
i. Menentukan tanda-tanda yang akan digunakan peserta didik dalam proses
diskusi, yaitu mengankat tangan dengan membuka jari-jari untuk
mengajukan pendapat, mengangkat tangan dengan mengacungkan jari
telunjuk untuk menambahkan pendapat, dan mengangkat tangan dengan
mengepalkan jari-jari untuk menyanggah atau menolak pendapat.
2) Tahap pelaksanaan
Penelitian ini berlangsung selama dua kali pertemuan untuk melihar profil
perkembangan argumentasi peserta didik dalam mengungkapkan pendapatnya
dan mengaitkan pengetahuan yang peserta didik miliki serta pengintegrasian
dalam konsep pelajaran biologi. Peran peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai pengamat pada saat penelitian berlangsung. Mengacu pada tujuan
dari penelitian ini sendiri yaitu untuk mengungkap keterampilan argumentasi
peserta didik yang terjadi dalam pembelajaran, peneliti hanya memotret atau
menggambarkan dan mendokumentasikan fenomena-fenomena yang ada
pada saat penelitian berlangsung.
Pertemuan ini diawali oleh pengajar dengan pendahuluan yang selanjutnya
dilakukan kegiatan inti sesuai dengan RPP. Peserta didik sebelumnya mengisi
LKPD secara individu, kemudian dibagi menjadi empat kelompok-kelompok
kecil dan pada tahap akhir terbentuk menjadi dua kelompok besar untuk
memasuki sesi argumentasi. Peserta didik saling mengemukakan pendapat
37
dari masing-masing kelompok dengan menyertakan alasan-alasan yang telah
dikumpulkan. Tahap terakhir yang dilakukan adalah memberikan kesimpulan
dan meluruskan pendapat peserta didik serta memberikan refleksi dan
rangkuman dari materi yang telah dipelajari.
3) Tahap pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan pada tahap ini berupa rekaman audio-
visual yang memuat argumentasi lisan peserta didik, data yang dianalisis pada
penelitian ini adalah data primer yang berisi catatan lapangan dan percakapan
atau argumentasi peserta didik selama pembelajaran. Argumentasi lisan akan
ditranskip dan dianalisis. Sedangkan, data yang berasal dari LKPD individu
dan LKPD kelompok yang memuat argumentasi tulisan peserta didik tidak
dianalisis secara spesifik, namun digunakan untuk memverifikasi bahwa hasil
transkripsi sama dengan argumentasi tertulis yang tertuang dalam LKPD.
Sementara itu, lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran yang
dibuat dijadikan sebagai data pendukung penelitian.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari studi pendahuluan dan studi literatur
sebagai tahap persiapan kemudian melakukan intervensi penelitian dan observasi
atau pengukuran terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
ADI dan diskusi isu saintifik untuk memperoleh data. Berdasarkan data hasil
observasi atau pengukuran, dilakukan pengolahan data untuk mengetahui
peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.1.
38
Gambar 3.1. Bagan alur penelitian.
Perumusan Proposal Penelitian
Observasi Awal dan Penentuan Judul Penelitian
Penyususnan Instrumen Penelitian
Validasi Instrumen oleh Ahli
Pengambilan Data
Argumentasi Lisan Argumentasi Tulisan
Analisis Data Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
39
G. Analisis Data
Pengumpulan data hasil penelitian dilakukan menggunakan teknik
observasi dan dokumentasi dengan mengumpulkan data argumentasi lisan peserta
didik dari hasil rekaman dan data argumentasi tertulis peserta didik dari laporan
hasil penyelidikan.
Penelitian ini dilakukan observasi partisipatif di dalam kegiatan
pembelajaran. Peneliti melakukan observasi partisipatif dengan maksud agar
peneliti dapat terlibat secara langsung ke dalam kegiatan observasi sehingga
mampu memberikan gambaran permasalahan pada setiap subjek penelitian
dengan lebih baik.
Selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran segala aktivitas partisipan
yang dikelompokkan ke dalam empat kelompok direkam menggunakan kamera
digital (audio-visual materials). Hasil rekaman audio ini yang menjadi data
kualitatif berupa argumentasi lisan peserta didik. Setelah selesai melaksanakan
kegiatan diskusi isu saintifik dan ADI, setiap peserta didik ditugaskan untuk
membuat laporan hasil penyelidikan yang telah dilakukan sebagai data dokumen
untuk memperoleh data argumentasi tertulis peserta didik. Hasil rekaman audio
dan video serta laporan hasil penyelidikan untuk setiap kegiatan pembelajaran
menjadi data yang digunakan untuk menganalisis peningkatan kemampuan
argumentasi ilmiah peserta didik selama melaksanakan kegiatan pembelajaran
ADI dan diskusi isu saintifik.
1. Teknik Analisis Data
Analisis data diawali dengan membuat salinan atau transkrip percakapan
setiap peserta didik hasil dari video-sound recording seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan. Salinan percakapan digunakan sebagai data
argumentasi lisan peserta didik untuk dilakukan analisis secara kualitatif.
40
Proses menganalisis percakapan argumentasi lisan peserta didik dalam
penelitian ini akan dijelaskan lebih rinci melalui empat tahap, yaitu sebagai
berikut:
1) Tahap Pembuatan Transkripsi
Pembuatan transkripsi diawali dengan membuat transkripsi dari rekaman
audio-visual kedalam bentuk tekstual, dalam hal ini disebut dengan teks asli.
Teks asli ini merupakan penulisan kembali seluruh percakapan yang terekam
dalam alat perekam.
2) Tahap Penghalusan Teks
Teks asli pada tahap ini mengalami proses penghalusan teks menjadi teks
dasar. Penghalusan dilakukan dengan cara penghapusan dan atau penyisipan
kata atau kalimat.9 Penghapusan dilakukan untuk menghapus kata yang
memiliki makna sama dengan kata sebelumnya. bagian yang dihapus di
masukkan kedalam tanda kurung atau “[...]”.10
Sedangkan, penyisipan kata
atau kalimat dilakukan agar proposisi menjadi lebih tajam tanpa keluar dari
acuan kalimat sebelumnya. Penulisan kata atau kalimat yang disisipkan
adalah dengan tanda cetak miring (italic).11
Pembuatan teks dasar ini
bertujuan agar kalimat-kalimat yang dihasilkan menjadi lebih efektif.
3) Tahap Reduksi
Reduksi ini berfungsi untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi sehingga interpretasi bisa
ditarik.12
Teks dasar yang telah dibuat mengalami reduksi data menjadi teks
yang bersifat argumentasi dan yang mendukung (mengarahkan pada)
argumentasi.
9 Yanti Herlanti, Penilaian Proses Belajar Mengajar IPA di Kelas Melalui Pedagogi
Materi Subyek, Makalah Seminar Nasional Pendidikan IPA, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011, tersedia online (http://www.academia.edu), diakses (08-02-2019), h. 89-90. 10
Ibid. 11
Ibid. 12
Roimanson Panjaitan, Metodologi Penelitian, (NTT: Jusuf Aryani Learning, 2017), h.
75.
41
4) Tahap Penentuan Level Argumentasi
Penentuan level argumentasi berdasarkan kerangka kerja analisis dari
Osborne, et al.13
kerangka kerja analisis mengklasifikasikan level
argumentasi peserta didik sebagai berikut: Level 1 (Klaim berlawanan dengan
dengan counter klaim atau klaim berlawanan dengan klaim). Level 2 (Klaim
disertai dengan data, penjamin, atau pendukung, tetapi tidak mengandung
sanggahan). Level 3 (Serangkaian klaim atau counter klaimdisertai dengan
data, penjamin,atau pendukung dengan sanggahan yang lemah). Level 4
(klaim dan counter claim dengan sanggahan yang dapat diidentifikasi dengan
jelas), dan terakhir level 5 (argumen yang lebih luas dengan lebih dari satu
sanggahan).
a. Analisis Tahapan Argumentasi Menurut Pola Argumentasi Toulmin
Pedoman penentuan komponen argumentasi berisi rubrik mengenai
komponen argumentasi berdasarkan Toulmin Argumentation Pattern (TAP) yaitu
claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebuttal. Instrumen ini akan
memunculkan tabulasi komponen argumen peserta didik. Adapun rubrik
mengenai penentuan komponen argumentasi dapat dilihat pada Tabel 3.3.
13
Vaille Dawson dan Grady Jane Venville, High-school Students’ Informal Reasoning
and Argumentation about Biotechnology: An Indicator of Scientific Literacy?, International
Journal of Science Education: Vol. 31 No. 11, 2009, p. 1421-1445.
42
Tabel 3.3 Rubrik Penentuan Komponen Argumentasi (Diadopsi dari
Fenny Roshayanti, 2013)14
Komponen
Argumentasi Deskripsi Fitur Linguistik
Claim
Bila peserta didik
mengembangkan claimnya
berdasarkan kartun konsep
yang disajikan atau
berdasarkan pernyataan siswa
lain. Claim berupa pernyataan
setuju.
Saya setuju dengan....
Saya mendukung....
Menurut saya.... sudah
tepat....
Counter
Claim
Bila peserta didik
mengembangkan claimnya
berdasarkan kartun konsep
yang disajikan atau
berdasarkan pernyataan siswa
lain. Claim berupa pernyataan
tidak setuju.
Saya tidak setuju....
Saya tidak sependapat....
Menurut saya.... tidak
sesuai....
Warrant
Bila peserta didik membuat
jaminan sebagai pembenaran
claim yang dibuatnya.
Saya setuju dengan....
karena....
Mengapa saya mendukung....
karena....
Hal yang membuat saya tidak
setuju adalah....
Backing
Bila peserta didik menyajikan
data-data atau fakta untuk
mendukung warrant yang
dibuatnya.
Berdasarkan yang pernah
saya alami....
Menurut apa yang terdapat di
buku....
14
Fenny Roshayanti, Pengembangan Asesmen Argumentatif untuk Meningkatkan Pola
Wacana Argumentasi Mahasiswa pada Konsep Fisiologi Manusia, Bioma Vol. 2 No. 1, 2013, h.
90-91.
43
Bila kita lihat fakta-fakta
tentang....
Dari teori yang saya baca....
Saya pernah mendengar
tentang....
Fenomena, data/falta berikut
ini membuktikan....
Rebuttal
Bila peserta didik melakukan
penyanggahan terutama
terhadap pernyataan peserta
didik lainnya atau
penyanggahan terhadap
seluruh pernyataan pada
kartun konsep.
Saya tidak setuju dengan
pendapat Anda karena....
Saya tidak sependapat
dengan seluruh pernyataan
tersebut karena....
Saya tidak setuju dengan
Anda karena.... berdasarkan
yang pernah saya alami....
Qualifier
Bila peserta didik membrikan
kekuatan dari data kepada
warrants dan dapat membatasi
claim universal.
Kebanyakan....
Biasanya....
Selalu....
Kadang-kadang....
44
b. Analisis Tingkatan (Level) Argumentasi Lisan Menurut Kerangka
Analisis Osborn
Unit analisis yang digunakan untuk mengungkapkan kualitas argumentasi
lisan peserta didik adalah kerangka analisis argumentasi menurut Osborne yang
dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kerangka Analisis untuk Menilai Kualitas Argumentasi Lisan
Peserta Didik Menurut Osborne (Diadopsi dari Yanti Herlanti)15
Level Keterangan
1
Argumentasi terdiri dari argumen-argumenberupa claim
sederhana versus claim berlawanan (counter claim) atau claim
versus claim.
2
Argumentasi terdiri dari argumen-argumen berupa claim dengan
counter claim yang disertai data, jaminan (warrant) atau
dukungan (backing) tapi tidak mengandung sanggahan (rebuttal).
3
Argumentasi terdiri dari argumen-argumen dengan rangkaian
claim atau counter claim disertai dengan data, jaminan atau
dukungan dengan sesekali sanggahan yang lemah (weak
rebuttal).
4
Argumentasi terdiri dari argumen-argumen dengan claim dengan
satu sanggahan yang dapat diidentifikasi jelas dan tepat, satu
argument dapat mengandung beberapa claim atau counter claim.
5
Argumentasi terdiri dari argumen-argumen yang luas (extended,
namun tetap terikat dengan topik yang disajikan) dengan lebih
dari satu sanggahan yang jelas dan tepat.
15
Yanti Herlanti, Blogquest+: Pemanfaatan Media Sosial pada Pembelajaran Sains
Berbasis Isu Sosiosaintifik Untuk Mengembangkan Keterampilan Berargumentasi dan Literasi
Sains, (Bandung: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia, 2014), h. 24.
45
c. Rubrik Penilaian LKPD
Rubrik yang digunakan dalam menganalisis penilaian LKPD tertera pada
tabel 3.5.
Tabel 3.5 Rubrik Penilaian LKPD
Nomor 0 1 2
1 –
Pembentukan
claim
Tidak ada klaim yang
dibuat atau klaim yang
dibuat tidak relevan
untuk data/skenario
yang disajikan
Klaim yang dibuat
terkait lemah, atau
didukung oleh
penyajian
data/skenario, atau
klaim terlalu
luas/umum
Klaim yang dibuat
terkait jelas dengan
penyajian
data/skenario
disajikan dan
konservatif
2 –
Penggunaan
alasan
Tidak ada alasan yang
digunakan atau alasan
yang digunakan tidak
relevan untuk
data/skenario yang
disajikan (semua data)
Alasan yang
diberikan
mendukung lemah
klaim yang dibuat
dan/atau terlalu
umum
Alasan yang
diberikan cukup
mendukung klaim
yang dibuat,
mengidentifikasi
data spesifik dan
tren
3 – Pemberian
jaminan
(warrant)
Tidak ada jaminan
yang diberikan atau
jaminan yang diberikan
tidak relevan untuk
data/skenario yang
disajikan, atau benar-
banar tidak jelas.
Jaminan terkait
lemah dengan
alasan yang
berkaitan dengan
klaim, atau kurang
jelas
Jaminan bersifat
valid atau terang
dengan
penggunaan alasan
dan pembentukan
klaim.
4 – Counter
claim yang
disajikan
Tidak ada counter
claim yang dibentuk,
atau argumen yang
terbentuk tidak relevan
Argumen kontra
(counter claim)
yang diberikan
bersifat
Argumen kontra
(counter claim)
yang diberikan
jelas berhubungan
46
untuk data/skenario
yang disajikan, atau
tidak bertentangan
dengan klaim sama
sekali
bertentangan
dengan klaim, atau
didukung
oleh/yang
berhubungan
dengan
data/skenario yang
disajikan (tidak ada
jawaban untuk kata
tanya “mengapa”)
dengan
data/skenario yang
disajikan dan
menentang klaim
5 – Bantahan
yang
ditawarkan
Tidak ada bantahan
yang ditawarkan, atau
sanggahan yang
ditawarkan tidak
relewan untuk
data/skenario yang
disajikan (“keduanya
valid atau diperlukan
penelitian lebih
lanjut”)
Bantahan yang
ditawarkan lemah,
tidak didukung
oleh alasan atau
hanya ekspansi di
jaminan/klaim.
Sanggahan jelas
dan didukung oleh
alasan,
menawarkan sudut
pandang baru
H. Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Model ADI
Penelitian ini dilakukan observasi terhadap aktivitas guru dan peserta didik
pada kegiatan pembelajaran menggunakan model ADI berdasarkan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk
mengetahui keterlaksanaan setiap tahapan model ADI dalam kegiatan
pembelajaran. Pada lembar observasi terdapat kolom “terlaksana” dan “tidak
terlaksana” untuk setiap tahapan model ADI yang di isi oleh pengamat sesuai
dengan keterlaksanaan tahapan pembelajaran. Skor untuk pilihan “terlaksana”
adalah satu (1) sedangkan skor untuk pilihan “tidak terlaksana” adalah nol (0).
47
Untuk mengukur dan menghitung persentase keterlaksanaan tahapan model ADI
dalam kegiatan pembelajaran digunakan rumus perhitungan sebagai berikut.
∑
∑
Hasil perhitungan persentase keterlaksanaan model ADI tersebut
kemudian diinterpretasikan sesuai dengan kriteria keterlaksanaan model
pembelajaran seperti yang dijelaskan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran.16
Interval Persentase Keterlaksanaan
Pembelajaran (KP)
Interpretasi
0 % Tak satupun aktivitas terlaksana
0 % - 25 % Sebagian kecil aktivitas terlaksana
26 % - 50 % Hampir setengah aktivitas terlaksana
50 % Setengah aktivitas terlaksana
51 % - 75 % Sebagian besar aktivitas terlaksana
76 % - 99 % Hampir seluruh aktivitas terlaksana
100 % Seluruh aktivitas terlaksana
Tujuan dari diketahuinya persentase keterlaksanaan model pembelajaran
secara keseluruhan adalah untuk mengetahui apakah aktivitas guru dan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model ADI terlaksana
sepenuhnya atau tidak.
16
Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Jakarta: Alfabeta. 2012.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang berasal dari hasil perekaman audiovisual dianalisis dengan
teknik analisis wacana. Adapun data yang berasal dari LKPD tidak dianalisis
secara spesifik, namun digunakan untuk memverifikasi bahwa hasil transkripsi
(wacana argumentasi lisan peserta didik) sama dengan wacana argumentasi tulisan
peserta didik yang tertuang dalam lembar kerja peserta didik (LKPD).
Argumentasi tertulis menunjukkan kemampuan peserta didik dalam membentuk
klaim, bukti, dan pendukung klaim dalam bentuk tulisan, sedangkan argumentasi
lisan menunjukkan kemampuan peserta didik dalam membentuk klaim, bukti, dan
pendukung klaim dalam bentuk wacana atau ucapan perkataan. Penelitian ini juga
dijelaskan dengan adanya catatan lapangan.
Argumentasi memiliki kontribusi dalam pembelajaran sains di kelas.
Argumentasi mendukung keberadaan proses kognitif dan metakognitif,
mendukung perkembangan kompetensi komunikasi dan berpikir kritis,
mendukung pencapaian literasi sains serta melatih untuk berbicara dan menulis
menggunakan bahasa sains.1 Bahasa di sini tentu meliputi pembicaraan dan lebih
spesifik lagi adalah argumentasi. Berdasarkan hal tersebut, maka model
argumentasi Toulmin ini lebih tepat digunakan, karena model ini termasuk yang
paling lengkap yang dapat menggambarkan kriteria dari suatu argumen. Model ini
pun lebih banyak dikembangkan, bahkan kualitas argumetasi peserta didik dapat
dinilai secara kuantitatif mulai dari level 1-5 berdasarkan kerangka kerja analisis
dari Osborne, et al. tahun 2004.
Argumentasi lisan peserta didik menunjukkan kemampuan peserta didik
untuk membentuk klaim (claim), bukti (data), jaminan/pendukung klaim
(warrant), dan sanggahan (rebuttal). Klaim berupa suatu pernyataan, bukti berisi
informasi yang mendukung klaim dan jaminannya, jaminan/pendukung klaim
1 Ofi Shofiyatun Marhamah, dkk., Penerapan Model Argument-Driven Inquiry (ADI)
dalam Meningkatkan Kemampuan Berargumentasi Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan
di Kelas X SMA Negeri 1 Ciawigebang, Quangga: Vol. 9 No. 2, 2017, h. 47.
49
berupa alasan-alasan yang mendukung klaim dan sanggahan berupa bantahan atau
pernyataan perlawanan klaim.
Topik yang disajikan pada pertemuan pertama adalah mengenai tes
golongan darah dengan pembahasan orang dengan golongan darah O dapat
melakukan transfusi darah untuk semua golongan darah sedangkan orang dengan
golongan darah AB bisa menerima transfusi darah dari semua golongan darah.
Topik pada pertemuan kedua tentang frekuensi denyut nadi dengan pembahasan
bahwa frekuensi denyut nadi setelah minum air dingin lebih tinggi dibandingkan
setelah minum air hangat. Topik-topik yang disajikan dalam setiap pertemuan
menimbulkan pembentukan kelompok pro dan kontra yang selanjutnya
memungkinkan adanya kegiatan diskusi yang difasilitasi dalam kegiatan diskusi
isu saintifik dan tahapan-tahapan pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI).
1. Hasil Analisis Data Argumentasi Lisan Peserta Didik
a. Analisis Argumentasi Lisan Peserta Didik Pertemuan Pertama
Tingkatan (Level) dan visualisasi argumentasi lisan peserta didik pada
pertemuan pertama dapat dilihat pada Tabel dan Gambar 4.1.
Tabel 4.1. Tingkatan (Level) Argumentasi Pertemuan Pertama
Level Kategori Argumen yang Muncul
Jumlah Persen
1 Klaim (c) 2 25
2 Klaim+bukti (cd), Klaim+jaminan (cw) 3 37,5
3 Klaim+jaminan+bukti (cwd) disertai
sanggahan yang lemah
3 37,5
4 Klaim+jaminan+bukti (cwd) disertai
sanggahan yang bagus/jelas
0 0
5 Klaim+jaminan+bukti (cwd) disertai lebih
dari satu sanggahan yang bagus/jelas
0 0
Jumlah 8 100
50
Gambar 4.1. Visualisasi Argumentasi Pertemuan Pertama
Tingkatan (level) argumentasi lisan peserta didik pada pertemuan pertama
menunjukkan adanya komponen argumentasi berupa klaim (claim),
jaminan/pendukung klaim (warrant) dan sanggahan (rebuttal), dengan adanya
bukti (data) yang bersifat sederhana yang mendukung argumentasi peserta didik.
Kategori argumentasi yang hanya mengandung klaim berjumlah dua klaim atau
sebanyak 25%, sedangkan kategori klaim disertai bukti atau klaim disertai dengan
jaminan sebanyak tiga atau 37,5% begitupun dengan kategori klaim disertai bukti
dan jaminan dan sanggahan yang lemah sebanyak tiga atau 37,5%.
51
Kategori argumentasi yang mengandung klaim dikemukakan oleh kelompok
pro-1 (P1).
Kategori Argumentasi yang mengandung klaim dan bukti atau klaim dan
jaminan dikemukakan oleh kelompok pro-1 (P2).
Kategori Argumentasi yang mengandung klaim dan bukti atau klaim dan
jaminan juga terlihat dari anggota kelompok pro-1 lainnya (L1) kepada kelompok
kontra.
33. Individu dengan golongan darah O negatif dapat
mendonorkan kepada semua tetapi hanya tidak bisa menerima.
11. Orang dengan golongan darah AB dapat menerima semua
golongan darah ABO. Karena memiliki antigen sel darah merah
A dan B dan juga golongan darah O yang tidak memiliki antigen
sehingga dapat mentransfusi kepada semua golongan darah
ABO.
8. Kami setuju bahwa golongan darah O dapat mentransfusi ke
semua golongan darah dan golongan darah AB dapat menerima
transfusi dari semua golongan darah, karena menerut kelompok
kami bahwa golongan darah O itu merupakan golongan darah
universal sehingga dapat mendonorkan kepada semua golongan
darah. Sedangkan golongan darah AB adalah golongan darah
recepient universal yaitu dapat menerima semua golongan
darah, menurut artikel yang telah kelompok kami pahami.
52
Argumentasi yang termasuk dalam kategori klaim, jaminan dan bukti (crw)
yang disertai dengan sanggahan yang lemah berjumlah tiga buah, salah satunya
dikemukakan oleh kelompok kontra-1 (L2).
Argumentasi lain yang termasuk crw disertai dengan sanggahan yang
lemah diungkapkan oleh kelompok pro-1 (L3).
Analisis kategori argumentasi lisan di atas menunjukkan bahwa tingkatan
(level) argumentasi lisan peserta didik pada pertemuan pertama berada pada level
2 hingga 3. Komponen klaim yang terbentuk berjumlah lebih dari tiga, jaminan
dan bukti berjumlah lebih dari tiga dan sanggahan yang bersifat lemah berjumlah
lebih dari satu. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa proses diskusi pada tahap
sesi argumentasi berjalan cukup baik, walaupun hanya beberapa peserta didik
yang berpartisispasi dalam mengungkapkan pendapatnya. Dari 36 jumlah peserta
didik yang ada dalam satu kelas, hanya kurang dari sepuluh diantaranya yang
berani mengemukakan argument secara lisan.
16. Golongan darah O negatif memiliki antibodi yang dapat
bereaksi serius selama tranfusi darah berlangsung karena
golongan darah dengan rhesus positif dan negatif dapat
berbahaya jika bereaksi. Hal tersebut berdasarkan referensi yang
diambil dari halodokter yang menjelaskan tentang transfusi
darah.
23. Saya tidak setuju dengan pernyataan yang dilontarkan oleh
tim kontra. Karena orang yang bergolongan darah O dan
memiliki rhesus negatif itu hanya 1% dari 99% rhesus positif di
dunia. Jadi kemungkinannya sangat kecil sekali bergolongan
darah O dengan rhesus negatif karena perbandingannya 99%
dengan 1%.
53
b. Analisis Argumentasi Lisan Peserta Didik Pertemuan Kedua
Tingkatan (level) argumentasi lisan peserta didik pada pertemuan kedua dapat
dilihat pada Tabel dan Gambar 4.2.
Tabel 4.2. Tingkatan (Level) Argumentasi Pertemuan Kedua
Level Kategori Argumen yang Muncul
Jumlah Persen
1 Klaim (c) 3 20
2 Klaim+bukti (cd), Klaim+jaminan (cw) 4 26,7
3 Klaim+jaminan+bukti (cwd) disertai
sanggahan yang lemah
3 20
4 Klaim+jaminan+bukti (cwd) disertai
sanggahan yang bagus/jelas
5 33,3
5 Klaim+jaminan+bukti (cwd) disertai lebih
dari satu sanggahan yang bagus/jelas
0 0
Jumlah 15 100
Tingkatan (level) argumentasi lisan peserta didik pada pertemuan kedua
menunjukkan adanya komponen argumentasi berupa klaim (claim),
jaminan/pendukung klaim (warrant) dan sanggahan (rebuttal), dengan adanya
bukti (data) yang bersifat jelas yang mendukung argumentasi peserta didik.
Kategori argumentasi yang hanya mengandung klaim berjumlah tiga klaim atau
sebanyak 20%, kategori klaim disertai bukti atau klaim disertai dengan jaminan
sebanyak empat atau 26,7%, kategori klaim disertai bukti, jaminan dan sanggahan
yang lemah sebanyak tiga atau 20%, sedangkan kategori klaim disertai jaminan,
bukti dan sanggahan yang jelas sebanyak lima atau 33,3%.
54
Gambar 4.2. Visualisasi Argumentasi Pertemuan Kedua
Analisis argumentasi lisan peserta didik pada pertemuan kedua memilikii
perbedaan dengan hasil analisis pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua,
argumentasi lisan peserta didik yang muncul terlihat lebih banyak dibandingkan
dengan pertemua pertama. Hal tersebut terungkap berdasarkan catatan lapangan
yang dilakukan oleh peneliti yang disebabkan oleh semakin terbiasanya peserta
didik dalam mengungkapkan pendapat dan gagasan pada saat berargumentasi,
selain itu peserta didik telah memiliki gambaran pada pertemuan sebelumnya.
Sehingga, pada pertemuan kedua peserta didik lebih aktif dalam berdiskusi di
kelas.
55
Kategori argumentasi yang hanya mengandung klaim dikemukakan oleh
kelompok kontra-1 (P1).
Kategori Argumentasi yang mengandung klaim dan bukti atau klaim dan
jaminan dikemukakan oleh kelompok pro-1 (P2).
Kategori Argumentasi yang mengandung klaim dan bukti atau klaim dan
jaminan juga terlihat dari anggota kelompok kontra-1 (L1) kepada kelompok pro.
37. Tadi dikatakan bahwa suhu tubuh pada dasarnya panas dari
dalam diri sendiri. Itu sebenarnya juga bisa karena faktor lain
seperti apakah memang sedang sakit atau sedang berada pada
cuaca yang panas, jadi pasti akan mempengaruhi suhu tubuh
kita, lalu cara mengatasinya coba meminum air dingin karena
dapat menurunkan frekuensi denyut nadi menjadi lebih rendah.
6. Saya dari kelompok pro menyatakan setuju, karena alasannya
pada masing-masing kegiatan seperti meminum air dingin
jantung bekerja dengan porsinya masing-masing dalam
memompa darah, semakin santai atau rileks suatu kegiatan,
maka akan sedikit pula denyut jantung dan denyut nadi yang
berdetak. Begitu pula yang terjadi pada denyut nadi manusia.
Referensi yang mendukung itu tadi kami cari dari internet
mengenai laporan praktikum biologi denyut nadi manusia.
14. Referensi yang mendukung dilansir dari the health side. Ada
beberapa alasan mengapa tidak boleh minum air dingin.
Pertama, mengganggu pencernaan. Yang kedua menghilangkan
nutrisi. Ketiga, dapat beresiko terkena sakit tenggorokan. Yang
keempat, dapat menurunkan detak jantung. Sebagai jaminannya
yang menghubungkan data dengan klaim, penelitian tahun 2001
yang melibatkan 669 perempuan yang menunjukkan minum air
dingin dapat menyebabkan sakit kepala.
56
Argumentasi yang termasuk dalam kategori klaim, jaminan dan bukti
(crw) yang disertai dengan sanggahan yang lemah berjumlah tiga buah, salah
satunya dikemukakan oleh kelompok pro-2 (L2).
Argumentasi lain yang termasuk crw disertai dengan sanggahan yang
lemah diungkapkan oleh kelompok kontra-2 (L3).
Argumentasi yang termasuk dalam kategori klaim, jaminan dan bukti
(crw) yang disertai dengan sanggahan yang jelas berjumlah lima buah, salah
satunya dikemukakan oleh kelompok kontra-1 (L4).
18. Saya tidak setuju dengan pendapat tim kontra, kenapa?
Karena saya sendiri sudah mencobanya kemarin. Setelah saya
minum air dingin, denyut nadi saya itu terasa semakin kencang.
Jadi jika sebelumnya denyut nadi saya biasa saja, tapi setelah
minum air dingin denyut nadi saya semakin kuat, semakin
terasa.
40. Seperti yang disampaikan oleh kelompok pro bahwasannya
minum air dingin tidak membuat frekuensi denyut nadi turun.
Jadi begini, air dingin yang masuk ke dalam tubuh kita akan
dinetralkan atau distandarkan, jadi tidak akan ada masalah sama
sekali. Air dingin tersebut akan distabilkan oleh tubuh kita, jadi
air dingin itu suhunya akan distabilkan di tubuh kita, jadi tidak
ada masalah. Misalkan, kalau ada yang berdampak ke sakit
seperti migrain kemungkinan minum air dinginnya terlalu
banyak.
8. Saya tidak setuju dengan pendapat kelompok pro. Alasannya
karena saat kita minum air es saraf trigeminus yang ada di
belakang leher kita akan terkejut. Hal ini menyebabkan detak
jantung yang memompa darah meunurun, itu juga menyebabkan
frekuensi denyut nadi kita semakin turun. Oleh karena itu saya
tidak setuju dengan pendapat Anda. Menurut kami, jika
meminum air dingin itu lebih tinggi itu salah.
57
Argumentasi lain yang termasuk crw disertai dengan sanggahan yang jelas
diungkapkan oleh kelompok kontra-2 (L5).
Analisis kategori argumentasi lisan di atas menunjukkan bahwa tingkatan
(level) argumentasi lisan peserta didik pada pertemuan kedua berada pada level 3
hingga 4.
c. Hasil observasi keterlaksanaan tahapan-tahapan (sintaks) pembelajaran
Argument Driven Inquiry (ADI)
Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan setiap tahapan-tahapan
(sintaks) model ADI dalam kegiatan pembelajaran. Keterlaksanaan model ADI di
ukur berdasarkan keterlaksanaan setiap aktivitas guru dan peserta didik pada
setiap tahapan model ADI dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengukur keterlaksanaan model ADI
digunakan lembar observasi ceklis dengan memberikan tanda (✓) pada kolom
“terlaksana” jika guru dan peserta didik melakukan tahapan kegiatan ADI, dan
pada kolom “tidak terlaksana” jika guru dan peserta didik tidak melakukan
kegiatan untuk setiap tahapan model ADI yang di isi oleh pengamat sesuai dengan
keterlaksanaan tahapan pembelajaran. Skor untuk pilihan “terlaksana” adalah satu
10. Saya akan menambahkan argumentasi dari kelompok Luthfi.
Kami tidak setuju bahwa minum air dingin membuat tinggi
frekuensi denyut nadi karena ketika minum air dingin kita
memperlambat atau menyempitkan peredaran darah, sehingga
detak nadi semakin turun. Contoh ketika sedang berlari, kita
akan merasa capek, merasa dehidrasi, kita otomatis minum air
dingin kan? Itu suhu tubuh kita lagi naik-naiknya jika setelah
lari-lari, jadi gunanya air dingin tersebut untuk menetralkan
suhu tubuh sehingga detak nadi tidak terlalu berdetak cepat.
Referensi yang mendukung adalah ada di artikel halodoc yang
menyatakan bahwa minum air dingin itu melemahkan detak
jantung.
58
(1) sedangkan skor untuk pilihan “tidak terlaksana” adalah nol (0). Data kegiatan
observasi keterlaksanaan pertemuan 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Tahap Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Pertemuan 2
Tahap Identifikasi Topik Utama 100 100
Tahap Generalisasi Data 100 100
Tahap Produksi Argumen Tentatif 100 100
Tahap Sesi Argumentasi 100 100
Tahap Diskusi Reflektif Eksplisit 100 100
Tahap Pembuatan Laporan Penyelidikan 100 100
Tahap Peer Review Double Blind 100 100
Tahap Hasil Revisi Berdasarkan Peer Review 100 100
Persentase (%) 100 100
Rata-rata Persentase (%) 100
Hasil perhitungan persentase keterlaksanaan model pembelajaran tersebut
kemudian diinterpretasikan sesuai dengan kriteria keterlaksanaan model
pembelajaran, dapat diketahui persentase keterlaksanaan model pembelajaran
secara keseluruhan berada pada interval persentase keterlaksanaan pembelajaran
(KP) 100% dengan interpretasi Seluruh aktivitas terlaksana. Hal tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas guru dan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran terlaksana sepenuhnya.
B. Temuan Hasil Analisis
Hasil analisis argumentasi lisan peserta didik pada diskusi melalui
pembelajaran ADI dan diskusi isu saintifik yang dilakukan, terdapat temuan yang
dapat mengungkap proses yang terjadi. Adapun temuan hasil analisis adalah
sebagai berikut:
1. Beberapa argumentasi peserta didik tidak sesuai harapan
Temuan yang didapat dari hasil analisis data adalah masih terdapat
argumentasi peserta didik yang kurang sesuai harapan, baik argumentasi lisan
maupun tulisan. Jawaban yang dikemukakan peserta didik baik dalam proses
59
diskusi maupun dalam pengisian LKPD kurang mengandung informasi yang kuat
dan sistematis. Selain itu, kemampuan peserta didik dalam menyajikan data
maupun sumber masih kurang.
2. Terdapat peserta didik yang berkontribusi aktif dan pasif dalam diskusi
Diskusi yang dilakukan pada setiap pertemuan terdiri dari diskusi dalam
kelompok kecil dan diskusi dalam kelompok besar, hal ini didukung oleh catatan
lapangan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Beberapa peserta didik
terlihat berkontribusi aktif, baik dalam mengemukakan pendapatnya maupun
dalam menuliskan argumentasinya dalam setiap diskusi. Sedangkan beberapa
peserta didik yang lain berkontribusi pasif saat diskusi berlangsung. Contoh
kontribusi pasif yang dilakukan adalah membicarakan hal-hal di luar topik diskusi
dan bergurau dengan teman yang lain.
3. Terdapat percakapan yang tidak sesuai dari materi diskusi
Temuan lain pada catatan lapangan yang didapatkan pada saat diskusi
berlangsung, baik diskusi dalam kelompok kecil maupun diskusi dalam kelompok
besar menyatakan bahwa beberapa peserta didik membicarakan hal-hal yang tidak
berkaitan dengan topik diskusi. Beberapa di antaranya mengungkapkan jawaban
yang tidak serius yang menyebabkan peserta didik lainnya tertawa dan
membubarkan konsentrasi serta mengakibatkan diskusi tidak berjalan dengan
kondusif sehingga berkurangnya waktu diskusi dan guru harus berusaha lebih
keras untuk mengembalikan konsentrasi peserta didik dan membuat suasana kelas
menjadi kondusif kembali.
4. Faktor-faktor berpengaruh dalam penerapan model ADI
Peran guru dalam diskusi melalui pembelajaran ADI ini sangat penting
karena selain memimpin jalannya diskusi, memastikan tahapan-tahapan (sintaks)
pembelajaran ADI terlaksana, guru juga diharapkan dapat memberikan stimulus-
stimulus agar peserta didik bersedia mengungkapkan pendapatnya. Catatan
lapangan menunjukkan bahwa guru sudah menstimulus peserta didik secara
60
optimal dalam proses diskusi pada setiap pertemuan, namun pembiasaan
penerapan model ADI dalam pembelajaran, alokasi waktu jam mata pembelajaran,
pemilihan tema materi pelajaran, dan jumlah peserta didik dalam satu kelas
berpengaruh dalam proses dan hasil pembentukan argumentasi peserta didik.
C. Pembahasan
Keterampilan argumentasi merupakan sebuah proses kemampuan berpikir
yang memerlukan waktu untuk pembiasaan atau latihan. Topik pembahasan yang
disajikan dalam penelitian ini mampu dijadikan sebagai media pembiasaan atau
latihan di dalam kelas. Menyajikan isu permasalahan di dalam kelas dan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya
masing-masing, hal tersebut dapat menjadi salah satu cara yang baik untuk
mendukung keterampilan peserta didik dalam berargumentasi. Peserta didik
dilibatkan dalam hal berpendapat dan mengambil keputusan yang bersifat ilmiah.
Diskusi dan penyelidikan yang berlangsung selama dua pertemuan tersebut
membagi peserta didik menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pro dan
kontra. Untuk menentukan peserta didik berada dikelompok pro atau kontra,
pertama-tama peserta didik mengisi lembar kerja peserta didik (LKPD) individu
yang mengungkap pengetahuan awal dan argumentasi pribadi peserta didik
mengenai topik pembahasan yang akan dipelajari. Kemudian peserta didik
dikelompok menjadi empat kelompok kecil untuk saling berdiskusi dan bertukar
ide satu sama lain yang didukung dengan berbagai sumber baik menggunakan
buku cetak maupun internet dengan mengisi LKPD kelompok, selanjutnya
membagi peserta didik menjadi dua kelompok untuk masuk pada tahap sesi
argumentasi lisan.
Topik pembahasan pertama yang disajikan adalah tentang golongan darah
manusia, “Setujukah Anda bahwa orang dengan golongan darah O dapat
melakukan transfusi darah untuk semua golongan darah sedangkan orang dengan
golongan darah AB bisa menerima transfusi darah dari semua golongan darah?”.
Peserta didik pada pertemuan pertama ini sudah cukup mampu untuk melihat dari
berbagai sudut pandang dalam suatu isu atau permasalahan dan mengambil
61
kesimpulan. Tingkatan argumentasi lisan peserta didik pada pertemuan pertama
berada pada level 2 hingga 3, yang berarti peserta didik mampu menyajikan klaim
dengan penjamin klaim saja, dan klaim dengan penjamin klaim disertai data dan
bukti yang mendukung klaim tetapi masih bersifat sederhana dan belum valid.
Pertemuan kedua menyajikan isu pembahasan tentang frekuensi denyut nadi
manusia, “Setujukah Anda bahwa frekuensi denyut nadi setelah minum air dingin
lebih tinggi dibandingkan setelah minum air hangat?”. Topik ini juga mampu
membagi peserta didik menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pro dan
kelompok kontra. Keterampilan argumentasi lisan peserta didik pada pertemuan
kedua mencapai level 4, di mana peserta didik sudah mampu menyajikan klaim,
penjamin klaim dan bukti/data yang berkaitan dengan sumber yang cukup relevan.
Kualitas argumentasi peserta didik secara keseluruhan pada pertemuan kedua
lebih baik dibandingkan dengan pertemuan pertama, hal tersebut juga terlihat dari
jumlah peserta didik yang bersedia mengungkapkan pendapatnya mengalami
peningkatan. Hasil pengamatan catatan lapangan dan analisis data selama
penelitian dilaksanakan, mengungkap bahwa pada pertemuan kedua peserta didik
dan pendidik telah terbiasa ddalam mengungkapakan pendapat dan gagasan pada
saat berargumentasi. Selain itu, pada peretemuan kedua ini peserta didik lebih siap
melakukan pembelajaran ADI karena telah memiliki gambaran pelaksanaan pada
pertemuan sebelumnya, berdiskusi dan mengungkapkan argumentasi.
Penentuan dari sampel pada penelitian ini juga menjadi salah satu hal yang
berpengaruh terhadap keterampilan argumentasi lisan peserta didik yang dicapai,
sampel yang didasarkan atas rekomendasi guru kelas berdasarkan kemampuan
akademis, kesiapan dan keaktifan peserta didik dalam kelas tersebut turut
mendukung hasil data penelitian berupa argumentasi peserta didik yang mencapai
level 3 pada pertemuan pertama dan level 4 pada pertemuan kedua.
Argumentasi yang dihasilkan merupakan argumentasi yang sesuai dan
beberapa tidak sesuai dengan topik pembahasan, selama proses berargumentasi
beberapa peserta didik berkontribusi aktif dan pasif. Hal tersebut diketahui
berdasarkan poin-poin catatan lapangan mengenai argumentasi peserta didik.
Pembiasaan penerapan model ADI dan diskusi isu saintifik dalam pembelajaran,
62
alokasi waktu jam mata pembelajaran, pemilihan tema materi pelajaran, dan
jumlah peserta didik dalam satu kelas merupakan faktor-faktor yang turut
berpengaruh dalam mengungkap keterampilan argumentasi ilmiah peserta didik.
Tahap pembiasaan kepada peserta didik terhadap model dan metode
pembelajaran yang digunakan berpengaruh terhadap kualitas argumentasi peserta
didik, hal tersebut dapat diketahui berdasarkan keterlaksanaan tahapan-tahapan
(sintaks) pembelajaran ADI dan data argumentasi yang telah dianalisis. Maka,
untuk meningkatkan level argumentasi peserta didik diperlukan kreativitas guru
dalam memilih model dan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan
kepada peserta didik.
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan peran dari guru yang dapat
memberikan umpan balik dan dorongan pada peserta didik untuk mengungkap
argumentasi menjadi hal lain yang mendukung berjalannya diskusi dalam
penelitian ini. Guru sebagai fasilitator diskusi juga harus menguasai sumber-
sumber terkait yang telah disediakan pada artikel penelitian agar mampu
mengarahkan peserta didik dengan baik sehingga peserta didik mampu
berargumen dengan lebih maksimal. Sebagaimana teori yang mengatakan bahwa
guru perlu untuk meninjau literatur yang relevan dan tidak hanya memproduksi
ide dan kerangka kerja dari sumber.2
Guru juga perlu untuk membuat kesimpulan sendiri terkait topik diskusi
berdasarkan bukti/data yang tersedia untuk menentukan akhir dari diskusi yang
berlangsung di dalam kelas. Instruksi yang kurang jelas dan pengetahuan yang
terbatas menunjukan bahwa guru kurang mempunyai pengetahuan yang luas yang
dibutuhkan untuk mengarahkan peserta didik dalam menuliskan argumennya.3
Selain peran guru sebagai fasilitator, hal yang juga berpengaruh pada
pembentukan argumentasi peserta didik adalah waktu belajar dan kondisi kelas.
Catatan lapangan menunjukkan bahwa pada setiap pertemuan, diskusi dan sesi
argumentasi masih bersifat umum, hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu
2 Ursula Wingate, ‘Argument!’ Helping Students Understand What Essay Writing is
about, Journal of English for Academic Purposes: 11, 2012, p.152. 3 Ibid.
63
belajar dan kondisi kelas yang sudah tidak kondusif terkait dengan selesainnya
jam pelajaran biologi.
Pembelajaran model ADI dan kemampuan berargurmantasi sendiri perlu
pembiasaan dan inovasi. Beberapa peserta didik masih membutuhkan stimulus
lebih dan terlihat kesulitan dalam mengungkapkan pendapatnya. Aspek lain yang
juga penting adalah terkait pemilihan topik permasalahan yang disajikan
hendaknya isu tersebut memungkinkan peserta didik dapat memberikan
pemecahan masalah secara ilmiah. Selain itu, guru perlu untuk menjelaskan secara
eksplisit kepada peserta didik bagaimana cara melakukan debat dan diskusi,
seperti yang telah dilakukan pada penelitian ini. Hal tersebut menjadi hal yang
berpengaruh terhadap proses jalannya diskusi dan argumen-argumen yang
dihasilkan serta bahasa peserta didik yang lebih terstruktur dalam mengemukakan
pendapat.
Diskusi dan penyampaian argumentasi yang dilakukan melalui pembelajaran
ADI dan diskusi isu saintifik di dalam kelas dalam hal ini memang mampu
memberikan suasana yang berbeda dalam belajar, namun diperlukan instruksi
lebih jelas dan lebih detail mengenai pelaksanaannya. Sehingga penelitian ini
memberikan hasil bahwa keterampilan argumentasi ilmiah peserta didik pada
konsep sistem peredaran darah manusia sudah cukup baik, akan tetapi perlu
instruksi khusus dan pembiasaan dalam pelaksanaannya.
Model pembelajaran ADI memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk membangun penjelasan dan berbagi ide baik dalam kelompok kecil maupun
kelompok besar selama melakukan diskusi di kelas. Hal tersebut dapat
menciptakan suasana kelas yang terasa prosesnya dalam pembelajaran sains.
Model ADI berbeda dibanding model pembelajaran lain karena ADI menyediakan
kesempatan kepada pesertra didik untuk merancang penelitian dan menemukan
hasil sendiri, selain itu peserta didik juga dapat terlibat dalam sesi argumentasi
dimana proses sesi argumentasi ini dapat mendukung satu sama lain untuk saling
berbagi ide.4
4 Tuba Demisrcioglu dan Sedat Ucar, Investigating The Effect of Argument-Driven
Inquiry in Laboratory Instruction, Educational Sciences: 15 (1), 2015, p. 268-279.
64
Model ADI dapat mendukung peserta didik untuk berargumentasi. Peserta
didik dirangsang untuk membentuk argumentasinya melalui topik permasalahan
yang diberikan pada saat proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan
bahwa lingkungan belajar yang mendukung peserta didik untuk menyampaikan
pendapatnya (berargumentasi) dan mengkomunikasikan pemikirannya untuk
membentuk alur penalaran yang terstruktur.5 Hal ini terlihat jelas bahwa model
ADI dinilai mampu meningkatkan keterampilan argumentasi peserta didik guna
menyelesaikan masalah yang disampaikan saat pembelajaran. Argumentasi yang
disampaikan juga harus berdasarkan bukti dan jaminan yang kuat, untuk
mendukung argumen yang dikemukakan, tidak hanya itu peserta didik juga
dituntut untuk membuktikan argumennya melalui percobaan guna mencari jalan
keluar dari sebuah permasalahan.
Model pembelajaran ADI merupakan salah satu pembelajaran berbasis inkuiri
yang dapat mendorong peserta didik terlibat dalam pengalaman laboratorium yang
lebih ilmiah otentik dan edukatif.6 Model pembelajaran ini juga lebih edukatif
bagi peserta didik karena dapat menerima umpan balik seluruh proses dan peserta
didik diberikan kesempatan untuk belajar dari kesalahan.7
Tahapan model pembelajaran ADI dinilai mampu meningkatkan argumentasi
ilmiah peserta didik karena topik-topik yang diangkat adalah topik yang ada
dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran ADI menjadi salah satu model
pembelajaran alternatif yang paling efektif untuk meningkatkan pemahaman
peserta didik terhadap konsep-konsep biologi. Hal ini sesuai dengan penelitian
The Effect Of Argument Driven Inquiry On Student Understanding Of High
School Biology Concepts yang menyatakan bahwa penelitiannya yang
5 Safia Abbas, dan Hajime Sawamura, Developing an Argument Learning Environment
Using AgentBased ITS (ALES), Educational Data Mining: 1, 2009, p. 200. 6 Neni Hasnunidah, Pembelajaran Biologi Dengan Strategi Argumen Driven Inquiry dan
Keteramplan Argumentasi Peserta Didik, (Bandar Lampung: Jurnal Pendidikan Biologi FKIP
UNS, 2015), h. 9. 7 Ibid.
65
menggunakan model pembelajaran ADI memiliki efek positif terhadap
pembelajaran dan pemahaman konsep-konsep biologi.8
Peningkatan keterampilan argumentasi peserta didik juga terlihat pada
tahapan model pembelajaran ADI yang terdiri dari identifikasi topik utama,
generalisasi data, pengumpulan dan analisis data, produksi argumen tentatif, sesi
argumentasi, diskusi reflektif eksplisit, pembuatan laporan investigasi, double-
blind peer review, revisi laporan berdasarkan hasil peer review.
Tahapan identifikasi topik utama merupakan tahapan memperkenalkan topik
untuk dipelajari dengan memancing perhatian peserta didik terhadap suatu
fenomena. Pemunculan topik utama pada suatu fenomena dinilai mampu
membangkitkan partisipasi peserta didik karena topik tersebut dapat dikaji dari
berbagai aspek dan sudut pandang. Tahap identifikasi topik utama menjadi dasar
pembentukan argumen yang menuju pada pemecahan masalah. Model
pembelajaran ADI, melatih peserta didik untuk membuat argumen, berdasarkan
literasi yang dibaca, pengetahuan (konsep dan teori yang dipelajari) dan
pengalaman yang telah didapatkan. Hal inilah yang nantinya akan dapat
memperkuat argumentasi peserta didik.
Tahap generalisasi data merupakan tahapan untuk mencari informasi dan
mengembangkan jawaban berdasarkan data-data yang dimiliki. Tahapan ini
menuntut peserta didik untuk mengumpulkan data atau fakta dan mencari
informasi tambahan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Kegiatan diskusi dengan teman kelompok membantu peserta didik untuk
menemukan ide atau solusi terkait masalah yang dimunculkan.
Tahap produksi argumentasi tentatif memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk berargumentasi dan mencari informasi-informasi tambahan dengan
menggunakan internet ataupun sumber literatur lainnya. Tahap ini dinilai mampu
membuat peserta didik menghasilkan argumentasi yang dikaitkan dengan konsep
atau teori yang sedang dipelajari. Tahapan ini dilakukan guna memperoleh
8 Carol Payne Myers, The Effect Of Argument Driven Inquiry On Student Understanding
Of High School Biology Concepts,(Bozeman, Montana: A Professional Papper submitted in partial
fulfillment of the requirments for the degree master of science education Montana State
University, 2015), p.28.
66
argumen yang kuat disertai penjelasan, bukti-bukti yang digunakan untuk
mendukung ide-ide dan alasan yang telah dibuat. Peserta didik perlu memahami
bahwa pengetahuan ilmiah tidak dogmatis dan ilmuwan harus dapat mendukung
klaim dengan bukti dan penalaran yang tepat. Hal ini dinilai mampu membuat
peserta didik mengembangkan argumen dan menentukan apakah bukti yang ada
berlaku, relevan, memadai, dan cukup meyakinkan untuk mendukung klaim.
Tahap sesi argumentasi dinilai mampu menyediakan konteks yang otentik
bagi peserta didik unuk belajar bagaimana berpartisipasi dalam aspek-aspek sosial
dari argumentasi ilmiah.9 Sesi pembuatan argumen tentatif maupun sesi
argumentasi, mampu membuat peserta didik lebih memahami konten yang akan
dijadikan dukungan bagi argumen yang telah dibuat saat menjalani sesi
argumentasi. Peserta didik dibiasakan untuk membaca literasi terlebih dahulu
sebelum membuat argumen dan menganalisis informasi-informasi yang didapat
dari sumber literasi yang dibaca. Cara seperti ini mampu membuat peserta didik
mengolah, menganalisis, mengevaluasi pengetahuan dan informasi-informasi
terbaru yang akan mendukung argumentasi yang telah dibuat. Terkait hal tersebut,
diperkuat oleh penelitian sebelumnya. pada penelitian tersebut, diketahui bahwa
penerapan model ADI memiliki tahapan pembuatan argumen tentatif dan sesi
argumentasi yang dipandang sebagai langkah yang tepat untuk melatih
kemampuan argumentasi dan meningkatkan kualitas argumentasi peserta didik.10
Tahap diskusi reflektif eksplisit, merupakan tahap dimana guru mempunyai
peran mendorong peserta didik untuk mengembangkan argumen yang dimiliki ke
dalam penyelidikan. Tahapan ini dinilai mampu membuat peserta didik menjadi
seperti ilmuwan karena peserta didik merancang penyelidikan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang akan menguatkan alasan dan
mengembangkan argumen yang telah dibuat. Hasil penyelidikan merupakan suatu
data atau fakta yang telah didapatkan untuk mendukung argumen dan alasan
terhadap suatu permasalahan. Tahapan ini juga memperlihatkan keaktifan dan
9 Neni Hasnunidah, op. cit., h.22.
10 Wahyu Sukma Ginanjar, Penerapan Model Argument Driven Inquiry Dalam
Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMP, (Bandung:
Skripsi Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, 2014), hal. 1.
67
saling kerja sama antara peserta didik, dimana peserta didik dalam kelompoknya
bersedia menerima ide-ide atau pendapat lain yang disampaikan oleh temannya.
Tahapan pembuatan laporan penyelidikan (laporan praktikum) merupakan
tahap pemberian tugas berupa penulisan laporan penyelidikan yang telah
dilakukan. Tahapan ini dinilai mampu membuat peserta didik kembali
menganalisis argumen dan data-data, serta informasi yang telah dikumpulkan
secara berkelompok. Hal ini dapat membuat peserta didik memahami konten dan
menggali suatu konsep yang dapat dijadikan bukti untuk mendukung argumennya.
Tahap peer review double blind merupakan tahap dimana guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk saling bertukar informasi berupa data atau
fakta yang berkaitan dengan topik permasalahan untuk melengkapi data-data.
Tahap ini sekaligus memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk
melakukan penilaian atas pekerjaan pembuatan laporan penyelidikan kelompok
lain secara acak dan tertutup.
Tahap selanjutnya merupakan sintaks terakhir dalam model pembelajaran
Argument Driven Inquiry. Sintaks kedelapan ini yaitu tahap revisi laporan
berdasarkan hasil peer review. Tahapan ini menuntut peserta didik merangkai
fakta-fakta berdasarkan data dan informasi yang telah didapatkan untuk menuju
suatu kesimpulan yang berbentuk solusi penyelesaian masalah. Peran guru juga
sangat membantu untuk membimbing dan mengarahkan berjalannya tahap
menyimpulkan dari penyelidikan yang telah dilakukan bersama teman
sekelompok. Peserta didik memberikan tanggapan ulang berupa revisi laporan
penyelidikan berdasarkan hasil peer review bersama teman sejawatnya.
Kedelapan tahapan model ADI yang dilakukan oleh peserta didik dan
pendidik memperlihatkan bahwa kemampuan berargumentasi peserta didik
menjadi lebih aktif, lebih tertarik dan menyenangkan, lebih kritis dan lebih
terangsang rasa ingin tahunya.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Profil keterampilan argumentasi lisan peserta didik dengan menerapkan
model pembelajaran Argumen Driven Inquiry (ADI) dan Diskusi Isu Saintifik,
menurut kerangka analisis Osborne dan analisis pola argumentasi Toulmin
mencapai level 4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peserta didik telah mampu
mengemukakan klaim (claim) disertai dengan penjamin klaim (warrant) dan
sanggahan (rebuttal) dengan cukup baik dan jelas. Diskusi yang berlangsung di
dalam kelas cukup interaktif dan atraktif.
B. Saran
1. Bagi guru atau pendidik diharapkan dapat menjelaskan secara eksplisit
kepada peserta didik mengenai berargumentasi, diskusi dan debat selama
pembelajaran serta membahas konsep materi biologi yang disampaikan secara
lebih detail pada proses diskusi kepada peserta didik untuk melatih dalam
menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu,
Memperkuat peran guru dalam proses diskusi, baik dalam hal memberikan
umpan balik serta stimulus maupun kesiapan dalam segi pengetahuan agar
diskusi berjalan lebih aktif.
2. Bagi sekolah, Model Argumen Driven Inquiry (ADI) dan Diskusi Isu
Saintifik dapat digunakan sebagai model alternatif sebagai pembelajaran
berbasis inquiry untuk mengembangkan keterampilan argumentasi ilmiah
peserta didik.
3. Bagi peserta didik diharapkan terus melakukan pembiasaan dan latihan guna
meningkatkan keterlampilan argumentasi pada konsep-konsep biologi yang
lain dan pada berbagai model pembelajaran.
4. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan tahap pembiasaan terlebih
dahulu kepada peserta didik terhadap model dan metode pembelajaran yang
digunakan, sebelum dilakukan tahap pengambilan data, untuk meningkatkan
kualitas level argumentasi peserta didik.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Safia., & Sawamura, Hajime. Developing an Argument Learning
Environment Using AgentBased ITS (ALES). Educational Data Mining: 1,
2009.
Amin, Astuti Muh., dan Corebima, A. D. Analisis Persepsi Dosen Terhadap
Strategi Pembelajran Reading Questioning And Answering (RQA) Dan
Argument Driven Inquiry (ADI) Pada Program Studi Pendidikan Biologi
Di Kota Makasar. Makasar: Seminar Nasional II, 2016.
Andriani, Yuli., dan Riandi. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa Melalui
Pembelajaran Argument Driven Inquiry pada Pembelajaran IPA Terpadu
Di SMP Kelas VII. EDUSAINS. 7(2) 114-120, 2015.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Bekiroglu, Feral Ogan., & Eskin, Handan. Examination of the Relationship
Between Engagement In Scientific Argumentation And Conceptual
Knowledge. International Journal of Science and Mathematics Education:
10, 2012.
Bricker, Leah A., & Bell, Philip. Conceptual of argumentation from science
studies and the learning sciences and their implication for practices of
science education. Science Education. 92(3), 2008.
Creswell, J. W., and Clark, V. L. P. Designing and Conducting Mixed Methods
Research. SAGE Publications, 2011.
Dawson, Vaille., & Venville, Grady Jane. High-school Students’ Informal
Reasoning and Argumentation about Biotechnology: An Indicator of
Scientific Literacy?. International Journal of Science Education. Vol. 31
No. 11, 2009.
Demisrcioglu, Tuba., & Ucar, Sedat. Investigating The Effect of Argument-
Driven Inquiry in Laboratory Instruction. Educational Sciences: 15 (1),
2015.
Devi, Ninda Dwi Cahya., dkk., Analisis Kemampuan Argumentasi Siswa SMA
Pada Materi Larutan Penyangga. Surakarta: FKIP UNS, 2018,
Driver, Rosalind., Newton, Paul., & Osborne, Jonathan. Establishing The Norms
of Scientific Argumentation in Classrooms. Science Education. 84(3),
2000.
70
Eemeren, Frans H. Van., & Grootendorst, Rob. A Systematic Theory of
Argumentation: The Pragma-Dialectical Approach. New York:
Cambridge University Press, 2004.
Effendi, Sofian., dan Singarimbun, Masri. Metode Penelitian survai. Jakarta:
LP3ES, 2011.
Ennis, Robert H. Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1996.
Erduran, S., & Maria, P.J. Argumentation in Science Education. London:
Springer, 2008.
Erduran, S., Simon, S., & Osborne, J. TAPing into Argumentation: Developments
in the Application of Toulmin’s Argument Pattern for Studying Science
Discourse. Science Education. 88 (6), 2004.
Faiqoh, Nurul., dkk., Profil Keterampilan Argumentasi Siswa Kelas X dan XI
MIPA di SMA Batik 1 Surakarta pada Materi Keanekaragaman Hayati.
Jurnal Pendidikan Biologi: 7(3), 2018.
Indra Fardhani, dkk., Analisis Kualitas Argumentasi Siswa Kelas VII SMP pada
Materi Ekosistem dengan Metode Debat. Makalah Seminar Nasional
Pendidikan dan Penelitian Biologi. Bandung: UPI Bandung, 2011.
Freeley, Austin, J., & Steinberg, David L. Argumentation and Debate: Critical
Thinking for Rational Decision making 12th edition. USA: Wadsworth
Cengage Learning, 2009.
Ginanjar, Wahyu Sukma. Penerapan Model Argument Driven Inquiry Dalam
Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah
Siswa SMP. Bandung: Skripsi Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA
UPI, 2014.
Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia,
2002.
Hanife, Hakyolu., & Bekiroglu, F.O. Assessment of Student’s Science Knowledge
Levels and Their Involvement with Argumentation. International Journal
of Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE). 2(1), 2011.
Hasnunidah, Neni. Pembelajaran Biologi dengan Strategi Argument Driven
Inquiry dan Keterampilan Argumentasi Peserta Didik. Bandar Lampung:
Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNS, 2015.
Hasnunidah, Neni., dkk., Peningkatan Pola Wacana Argumentasi Mahasiswa
melalui Penggunaan Scaffolding dalam Strategi Argument-Driven Inquiry.
Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS, 2015.
71
Herlanti, Yanti. Blogquest+: Pemanfaatan Media Sosial pada Pembelajaran
Sains Berbasis Isu Sosiosaintifik Untuk Mengembangkan Keterampilan
Berargumentasi dan Literasi Sains. Bandung: Program Studi Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia, 2014.
Herlanti, Yanti., dkk., Kualitas Argumentasi pada Diskusi Isu Sosiosaintifik
Mikrobiologi Melalui Weblog. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII):
Vol. 1 No. 2, 2012.
Yanti Herlanti, Penilaian Proses Belajar Mengajar IPA di Kelas Melalui Pedagogi
Materi Subyek. Makalah Seminar Nasional Pendidikan IPA. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011. Tersedia online (http://www.academia.edu).
Inch, Edward S., Warnick, Barbara., & Endres, Danielle. Critical Thinking and
Communication: The Use of Reason in Argument. Boston: Pearson
Education, Inc, 2006.
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2007.
Maloney, Jane., & Simon, Shirley. Mapping Children’s Discussions of Evidence
in Science to Assess Collaboration and Argumentation. International
Journal of Science Education. Vol. 28 No. 15, 2006.
Marhamah, Ofi Shofiyatun., dkk., Penerapan Model Argument-Driven Inquiry
(ADI) dalam Meningkatkan Kemampuan Berargumentasi Siswa pada
Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas X SMA Negeri 1 Ciawigebang.
Quangga: Vol. 9 No. 2, 2017.
Myers, Carol Payne. The Effect Of Argument Driven Inquiry On Student
Understanding Of High School Biology Concepts. Bozeman, Montana: A
Professional Papper submitted in partial fulfillment of the requirments for
the degree master of science education Montana State University, 2015.
Panjaitan, Roimanson. Metodologi Penelitian. NTT: Jusuf Aryani Learning, 2017.
Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2010.
Probosari, Riezky Maya., dkk., Profil Keterampilan Arguemntasi Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNS pada Mata Kuliah Anatomi
Tumbuhan. BIOEDUKASI: Vol. 9 No. 1, 2016.
Purnama, Yuni Anggia. Analisis Kualitas Argumentasi Siswa Pada Pembelajaran
Menggunakan Media Kartun Konsep Sistem Imunitas. Skripsi pada
Sarjana UPI Bandung, 2014.
72
Putra, Dani Jaya., Hasnunidah, Neni., dan Jalmo, Tri. Pengaruh Argument Driven
Inquiry Terhadap Keterampilan Arguemntasi Siswa pada Materi Sistem
Pernapasan. Jurnal Bioterdidik: Vol. 7 No. 1, 2019.
Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Jakarta: Alfabeta,
2012.
Roberts, Ros., & Gott, Richard. Zeidler. A Framework for Practicial Work.
Argumentation and Scientific Litaracy. Contemporary Science Education
Research: Scientific Literacy and Social Aspects of Science. ESERA
Conference ESERA, 2010.
Rosalinda, Driver., Newton, Paul., & Osborne, Jonathan. Establishing The Norms
of Scientific Argumentation in Classrooms. Science Education: 84(3),
1998.
Sadler, Troy D., & Zeidler, Dana L., Scientific Literacy, PISA, and Socioscientific
Discourse: Assesment for Progressive Aims of Sciene Education. Journal of
Research in Science Teaching, 2009.
Sampson, et al., Argument Driven Inquiry in Biology. United States of America:
NSTA Press, 2014.
Sampson, Victor., & Gleim, Leeanne. Argument-Driven Inquiry to Promote the
Understanding of Important Concepts & Practices in Biology. The
American Biology Teacher: 71 (8), 2009.
Sampson, Victor., & Walker, Joi Phelps. Argument-Driven Inquiry as a Way to
Help Undergraduate Students Write to Learn by Learning to Write in
Chemistry. International Journal of Science Education: 95, 2012.
Satori, Djam’an., dan Komariah, Aan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, 2011.
Simon, Shirley., Erduran, Sibel., & Osborne, Jonathan. Enhancing The Quality of
Argumentation in Science Classrooms. Journal of Research in Science
Teaching: 41(10), 2002.
Skoumios, M Michael. The Effect of Sociocognitive Conflict on Student’s
Dialogic Argumentation about Floating dan Sinking. International Journal
of Environmental & Science Education (IJESE). 4(4), 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabet,
2011.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009.
73
Toulmin, Stephen. The Uses of Argument. New York: Cambridge University
Press, 2003.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusindo Mandiri,
2012.
Walker, P. J. Argumentation In Undergraduate Chemistry Laboratories.
Disertation. USA: College of Education. The Florida State University,
2011.
Walker, Joi Phelps., & Sampson, Victor. Learning to Argue and Arguing to
Learn: Argument-Driven Inquiry as a Way to Help Undergraduate
Chemistry Students Learn How to Construct Arguments and Engage in
Argumentation During a Laboratory Course. Journal of Research in
Science Teaching, 2013.
Wingate, Ursula. ‘Argument!’ Helping Students Understand What Essay Writing
is about. Journal of English for Academic Purposes: 11, 2012.
Wojdak, Jeremy M. An Attention-Grabbing Approach to Introducing Students to
Argumentation In Science. Bioscience education 15, 2010.
74
LAMPIRAN
75
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan pendidikan : SMA Negeri 8 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / semester : XI / 1
Materi pokok : Sistem Peredaran Darah Manusia
Alokasi Waktu : 3 JP X 45 Menit
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran melalui tahapan saintifik dengan model Cooperatif
Learning yang dilakukan melalui metode Argument Driven Inquiry melalui delapan tahapan
strategi pembelajaran, yaitu identifikasi tugas, pengumpulan data, produksi argumen tentatif, sesi
interaktif argumentasi, penyusunan laporan penyelidikan, review laporan,revisi laporan dan
diskusi reflektif. Peserta didik diharapkan dapat menganalisis hubungan antara struktur jaringan
penyusun organ pada sistem sirkulasi dan mengaitkannya dengan bioprosesnya sehingga dapat
menjelaskan mekanisme peredaran darah serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem
sirkulasi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
B. Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi Sikap
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menunjukkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),
santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 KI 4
Memahami,menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan
76
kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
C. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
No KD Pengetahuan No KD Keterampilan
3.6 Menganalisis hubungan antara struktur
jaringan penyusun organ pada sistem
sirkulasi dan mengaitkannya dengan
bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan
mekanisme peredaran darah serta
gangguan fungsi yang mungkin terjadi
pada sistem sirkulasi manusia melalui
studi literatur, pengamatan, percobaan,
dan simulasi.
4.6 Menyajikan hasil analisis tentang
kelainan pada struktur dan fungsi darah,
jantung dan pembuluh darah yang
menyebabkan gangguan sistem
peredaran darah manusia melalui
berbagai bentuk media presentasi.
No IPK Pengetahuan
3.6.1 Peserta didik mampu menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyususn organ dan
mengaitkannya dengan bioproses
3.6.2 Peserta didik mampu menjelaskan mekanisme peredaran darah manusia
3.6.3 Peserta didik mampu menjelaskan gangguan fungsi pada sistem sirkulasi
4.6.1 Peserta didik mampu menyajikan data hasil analisis tentang kelainan struktur dan fungsi darah
yang menyebabkan gangguan sistem peredaran darah manusia.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian system peredaran darah
Sistem peredaran darah merupakan sistem transportasi tubuh secara fungsional
menghubungkan organ-organ pertukaran dengan sel-sel tubuh, mengangkut bahan-bahan
yang dibutuhkan, seperti O2dan zat makanan atau bahan-bahan sisa metabolisme, seperti
CO2 dan urea.
2. Fungsi darah
Darah berfungsi antara lain, sebagai berikut.
a. Mengangkut bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh,
b. Mengendalikan stabilitas suhu tubuh.
c. Sebagai alat pertahanan tubuh
d. Mengatur keseimbanagan pH
e. Berperan dalam pembekuan darah jika terjadi luka.
77
3. Komponen darah
Darah terdiri atas 2 komponen, yaitu:
1) Plasma Darah
Plasma darah merupakan bagian cair yang berwarna kekuningan, terdiri atas:
a) hampir 90% air yang di dalamnya terlarut berbagai macam zat
b) garam-garam mineral
c) protein plasma
2) Sel Darah
a) Sel darah merah (eritrosit)
Pada vertebrata umumnya sel darah merah berbentuk lonjong, bikonvek, dengan
inti lonjong kecuali pada mamalia berbentuk bundar bikonkaf (cekung di kedua
sisi), tidak berinti dan warnanya merah karena mengandung hemoglobin (Hb).
b) Sel darah putih (leukosit)
Leukosit berukuran lebih besar daripada eritrosit, bentuknya tidak tetap
(ameboid) dan memiliki inti sel . Leukosit dapat dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu:
a) Granulosit
Granulosit dibedakan berdasarkan reaksi granulanya terhadap zat pewarna,
yaitu :
1) eosinofil, menyerap zat warna yang bersifat asam (eosin)
2) basofil, menyerap zat warna yang bersifat basa
3) neutrofil, menyerap zat warna baik yang bersifat asam maupun basa,
b) Agranulosit
Plasma agranulosit tidak mengandung granula (butiran). Agranulosit
dibedakan menjadi dua yaitu:
(1) Limfosit. Fungsi limfosit untuk membentuk antibodi. Terdapat dua
bentuk utama limfosit, yaitu T limfosit dan B limfosit.
(2) Monosit, bersifat fagosit menjadi makrofag
3) Keping darah (Trombosit)
Sifatnya rapuh, jika terkena benturan pada bidang yang besar atau berhubungan
dengan udara akan pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase
atau tromboplastin.
78
4. Proses pembekuan darah
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode pembelajaran : Argument Driven Inquiry (ADI)
3. Model Pembelajaran : Cooperative Learning
F. Media Pembelajaran
1. Alat : Laptop, spidol, papan tulis, proyektor
2. Media :
a. Video atau gambar
b. Artikel
c. LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
d. Bahan-bahan praktikum
G. Sumber Belajar
1. Artikel dan Internet
2. Buku teks : Irnaningtyas. 2016. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Penerbit Erlangga :
Jakarta
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam dan melakukan
absensi peserta didik.
2. Guru memberikan apersepsi:
Memberikan pertanyaan, dengan
menampilkan video atau gambar
tentang kegiatan donor darah. Coba
kalian amati gambar – gambar pada
1. Menjawab salam guru.
2. Menjawab pertanyaan guru
10 menit
79
slide
1. “Apakah kalian pernah melakukan
kegiatan donor darah?“
“Bagaimana rasanya?”
2. “Bagaimana cara kalian
mengetahui golongan darah
kalian?”
Mengaitkan dengan ayat Al-Qur’an
3. Guru menyampaikan tujuan dan
Merangsang peserta didik untuk
mengingat materi sebelumnya dan
mengaitkan dengan materi yang akan
dipelajari.
3. Mendengarkan dan mencatat
materi.
Kegiatan Inti
Tahap Identifikasi Topik Utama
10 menit
1. Guru memperkenalkan topik utama
untuk dipelajari dan untuk memulai
pengalaman laboratorium serta
pengenalan argumen yang baik serta
komponennya.
2. Topik utama yang diangkat oleh guru
adalah “Sistem Peredaran Darah pada
Manusia” dengan cara menyajikan
beberapa artikel yang mendukung
topik tersebut.
3. Guru mengajukan pertanyaan terkait
topik yang telah dimunculkan (tertera
di dalam LKPD)
4. Guru meminta peserta didik untuk
menjawab dan membangun sebuah
argumen yang terdiri dari claim, bukti
dan alasan peserta didik (tertera di
dalam LKPD)
1. Peserta didik mendengarkan
topik dan penjelaskan yang
disampaikan oleh guru
dengan seksama.
2. Peserta didik menuliskan
jawaban berupa sebuah
argumen berdasarkan claim,
bukti dan alasan peserta
didik (tertera di dalam
LKPD)
3. Peserta didik menjawab
pertanyaan sesuai dengan
LKPD yang tertera.
4. Peserta didik menuliskan
argumentasinya secara
mandiri.
Tahap Merancang Metode dan Mengumpilkan Data
10 menit
1. Guru membimbing dan mengarahkan
pembentukan kelompok kolaboratif
untuk mencari dan mengembangkan
jawaban berdasarkan data-data yang
dimiliki.
1. Peserta didik membentuk
kelompok sesuai dengan
yang diarahkan oleh guru.
2. Peserta didik
mengumpulkan data atau
fakta untuk menjawab
pertanyaan.
80
3. Peserta didik melakukan
diskusi dengan teman
kelompok masing-masing
untuk menemukan ide/solusi
terkait masalah yang
dimunculkan.
Tahap Produksi Argumen Tentatif
15 menit
1. Guru meminta setiap kelompok untuk
membangun sebuah argumen yang
terdiri dari claim, bukti dan alasan
peserta didik (tertera di dalam LKPD).
1. Setiap kelompok menuliskan
argumen berdasarkan claim,
bukti dan alasan peserta didik
sesuai dengan kelompoknya
masing-masing.
Tahap Sesi Argumentasi
20 menit
1. Guru berperan sebagai moderator.
Pada tahap ini, guru membagi proses
diskusi menjadi satu sesi. Pada sesi
ini, satu peserta didik dari masing-
masing kelompok berkesempatan
mengemukakan argumennya secara
bergantian dan kemudian disanggah
oleh kelompok lain.
1. Pada tahap ini, masing-
masing kelompok dapat
memberi sanggahan terhadap
argumen kelompok lain.
Tahap Pembuatan Laporan Penyelidikan
30 menit
1. Guru memberikan kesempatan peserta
didik untuk melakukan penyelidikan
melalui percobaan praktikum.
2. Guru memberikan tugas berupa
penulisan laporan penyelidikan yang
telah dilakukan (tertera di dalam
LKPD 3).
1. Peserta didik merancang
penyelidikan untuk
mengumpulkan data yang
akan menguatkan alasan dan
mengembangkan argumen
peserta didik.
2. Hasil atau data atau fakta
yang telah didapatkan dari
sebuah penyelidikan dapat
mendukung argumen dan
alasan terhadap
permasalahan.
3. Peserta didik menulis tugas
laporan praktikum secara
kelompok.
Peer Review Double Blind
10 menit
1. Guru memberikan arahan kepada
peserta didik untuk menilai dan
memberikan saran terhadapat
pekerjaan yang telah dilakukan oleh
kelompok lain.
1. Setiap kelompok menilai dan
memberikan saran yang
sesuai untuk kelompok lain.
Revisi Laporan Berdasarkan Hasil Peer Review
10 menit Guru membimbing dan mengarahkan
berjalannya tahap menyimpulkan yang
dilakukan oleh peserta didik.
Peserta didik memberikan
tanggapan ulang berupa revisi
laporan penyelidikan
81
berdasarkan peer review
bersama teman sejawatnya.
Tahap Diskusi Reflektif Eksplisit
10 menit
1. Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk saling bertukar
informasi berupa data atau fakta yang
berkaitan yang berkaitan dengan topik
permasalahan untuk melengkapi data.
2. Guru memancing peserta didik untuk
memberikan kesimpulan tentang apa
yang telah dipelajari.
1. Peserta didik saling bertukar
informasi berupa data hasil
penelitian atau fakta untuk
melengkapi data.
2. Peserta didik menjelaskan
kesimpulan apa saja yang
telah mereka pelajari.
Penutup
10 menit
Guru memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk bertanya mengenai
materi yang telah dipelajari.
Guru melakukan refleksi dengan
memberikan rangkuman tentang materi
yang dipelajari dan meluruskan atas apa
yang telah dipelajari pada pertemuan
tersebut dan mengaitkan pada ayat Al-
Quran.
Guru menyampaikan informasi terkait
rencana kegiatan pembelajaran pada
pertemuan selanjutnya.
Membaca hamdalah dan mengucapkan
salam penutup.
Peserta didik mendengarkan
penjelasan guru
Mengaitkan kesimpulan yang
berkaitan dengan ayat tersebut.
Mengucapkan hamdalah dan
salam.
82
I. Penilaian Hasil Pembelajaran
Kompetensi Dasar 3:
Penilain argumentasi sesuai dengan rubrik penilain argumentasi
Kompetensi Dasar 4:
Penilaian Laporan Praktikum sesuai dengan rubrik penilain laporan praktikum
83
Lampiran 2 PERTEMUAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
TES GOLONGAN DARAH
Tujuan Pembelajaran:
Peserta didik diharapkan dapat menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ
pada sistem sirkulasi dan mengaitkannya dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan
mekanisme peredaran darah serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem sirkulasi
manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
No KD Pengetahuan No IPK Pengetahuan
4.6
Menganalisis hubungan antara
struktur jaringan penyusun organ
pada sistem sirkulasi dan
mengaitkannya dengan bioprosesnya
sehingga dapat menjelaskan
mekanisme peredaran darah serta
gangguan fungsi yang mungkin
terjadi pada sistem sirkulasi manusia
melalui studi literatur, pengamatan,
percobaan, dan simulasi.
3.6.1 Peserta didik mampu menganalisis hubungan
antara struktur jaringan penyususn organ dan
mengaitkannya dengan bioproses
3.6.2 Peserta didik mampu menjelaskan
mekanisme peredaran darah manusia
3.6.3 Peserta didik mampu menjelaskan gangguan
fungsi pada sistem sirkulasi
4.6.1
Peserta didik mampu menyajikan data hasil
analisis tentang kelainan struktur dan fungsi
darah yang menyebabkan gangguan sistem
peredaran darah manusia.
Petunjuk penggunaan:
1. LKPD 1 ini merupakan lembar kerja peserta didik untuk individu.
2. LKPD 1 dikerjakan secara mandiri/perorangan.
3. Baca material yang telah disediakan dengan saksama.
4. Tandai hal-hal atau kalimat yang menurut Anda penting. Anda bisa menggarisbawahi atau
menandai dengan stabilo poin-poin yang Anda anggap penting.
Tugas:*Tahap 1 (identifikasi tugas)
1. Jawablah pertanyaan yang tersedia dengan memilih Setuju/Tidak setuju dengan mencoret
salah satu pernyataan yang bukan merupakan jawaban Anda.
2. Kemukakan pendapat Anda dengan menjawab pertanyaan pada kolom yang telah
disediakan pada LKPD 1.
3. Isilah Kolom alasan dengan pendapat Anda terkait pernyataan Setuju/Tidak setuju dan
lengkapi referensi atau sumber rujukan pada kolom referensi yang mendukung.
LKPD
1
84
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
TES GOLONGAN DARAH
Golongan darah adalah klasifikasi darah suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya
zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut.
Antigen dapat berupa protein, polisakarida, atau molekul lainnya yang dapat merangsang tubuh
untuk menghasilkan antibodi dalam plasma darah. Reaksi antigen dengan antibodi dapat
menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) sel darah merah sehingga antigen disebut juga
aglutinogen, sedangkan antibodi disebut juga aaglutinin.
Penggolongan darah sistem ABO ditemukan oleh ilmuan Australia bernama Karl
Landsteiner pada tahun 1930. Penggolongan darah sitem ABO dilakukan berdasarkan ada atau
tidak adanya antigen (aglutinogen) tipe A dan tipe B pada permukaan eritrosit serta antibodi
(aglutinin) tipe anti-A dan anti-B di dalam plasma darahnya.
Uji golongan darah dilakukan dengan serum. Uji golongan darah sistem ABO
menggunakan serum anti-A, anti-B, dan anti-AB. Sementara itu, uji golongan darah sestem Rh
(rhesus) menggunakan serum anti-D (anti Rho). Analisis golongan darah dilakukan berdasarkan
hasil reaksi penggumpalan darah terhadap jenis serum yang digunakan.
LKPD
1
85
86
87
Lampiran 3
PERTEMUAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
TES GOLONGAN DARAH
Petunjuk penggunaan:
5. LKPD 2 ini merupakan lembar kerja peserta didik untuk kelompok.
6. LKPD 2 dikerjakan secara kelompok dan dikerjakan bersama-sama teman kelompok.
7. Baca material/artikel yang telah disediakan dengan saksama.
8. Tandai hal-hal atau kalimat yang menurut Anda penting. Anda bisa menggarisbawahi atau
menandai dengan stabilo poin-poin yang Anda anggap penting.
Tugas:*Tahap 1 (identifikasi tugas)
4. Isilah identitas kelompok Anda yang terdiri dari nama anggota kelompok, kelas, dan
kelompok Pro/Kontra dengan mencoret salah satu yang bukan merupakan kelompok Anda.
5. Kemukakan pendapat kelompok Anda dengan menjawab pertanyaan pada kolom yang
telah disediakan pada LKPD 2.
6. Diskusikanlah alasan kelompok Anda terkait pernyataan Setuju/Tidak setuju dengan
menggabungkan pendapat anggota kelompok dan lengkapi referensi atau sumber rujukan
pada kolom alasan dan referensi yang mendukung.
7. Kelompok Anda dapat menggunakan sumber relevan lain seperti buku teks, internet, dan
lain sebagainya. Berikut beberapa link yang dapat membantu Anda mengumpulkan data
yang Anda perlukan:
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/kenapa-golongan-darah-ab-jarang/
https://www.alodokter.com/memahami-karakteristik-golongan-darah-a-b-ab-dan-o
https://bobo.grid.id/read/081728795/mengapa-golongan-darah-o-bisa-mendonorkan-
darahnya-ke-semua-orang?page=all
https://www.galena.co.id/q/kenapa-golongan-darah-o-bisa-mendonorkan-darahnya-ke-
semua-golongan-darah
5. Lengkapi juga kolom pengembangan argumentasi berdasarkan hasil diskusi dengan
kelompok Anda yang akan disampaikan secara lisan pada sesi argumentasi.
*disajikan beberapa artikel terkait untuk memperdalam kajian dan memperbaiki jawaban yang diajukan
pada tahap LKPD 1.
LKPD
2
88
89
90
91
92
Semua Hal yang Harus Anda Ketahui Tentang Golongan Darah
Oleh Risky Candra SwariInformasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Yusra Firdaus –
Dokter Umum
Apa golongan darah Anda? A, B, O, atau AB? Pada dasarnya setiap orang memiliki tipe darah yang
berbeda-berbeda. Perbedaan tipe golongan ini didasari oleh ada tidaknya antigen pada sel darah merah dan
plasma darah. Mengingat darah memiliki peran penting untuk tubuh, maka Anda perlu mengetahui
karakteristik setiap tipe darah tersebut. Simak ulasan lengkap tentang tipe darah di bawah ini.
Mengenal karakteristik golongan darah
Darah yang ada di dalam tubuh umumnya mengandung komponen dasar yang sama, yaitu sel darah merah,
sel darah putih, trombosit, dan plasma. Sel darah merah yang diproduksi di sumsum tulang belakang
berperan dalam membawa oksigen ke seluruh tubuh. Setiap 600 sel darah merah dalam tubuh, hanya ada
40 trombositdan satu sel darah putih yang bertugas untuk melindungi tubuh Anda dari kuman penyakit.
Pada permukaan sel darah merah terdapat protein yang berikatan dengan karbohidrat. Ikatan inilah yang
digunakan untuk menentukan tipe darah yang Anda miliki, disebut dengan antigen. Nah, antigen ini
dikelompokkan ke dalam delapan tipe darah dasar, yaitu A, B, AB, dan O yang masing-masing 92ias
positif atau 92ias92fus.
Golongan darah A: hanya memiliki antigen A pada sel darah merah (dan 92ias92fus B dalam plasma)
Golongan darah B: hanya memiliki antigen B pada sel darah merah (dan 92ias92fus A dalam plasma)
Golongan darah AB: memiliki antigen A dan B pada sel darah merah (tetapi 92ias92fus A maupun B tidak
di dalam plasma)
Golongan darah O: tidak memiliki antigen A dan B pada sel darah merah (tetapi 92ias92fus A dan B ada di
dalam plasma)
Anda wajib tahu tipe darah apa yang Anda miliki, apalagi bila Anda ingin melakukan 92ias92fuse
atau donor darah. Pasalnya, pasien yang menerima darah dengan golongan yang tidak cocok seringkali
mengalami reaksi berbahaya.
93
Jika golongan darah A memberikan darah pada pasien golongan darah B, maka tubuh akan merangsang
respon kekebalan untuk menghancurkan zat asing yang tidak cocok dengan tubuhnya.
Umumnya orang yang memiliki golongan O 93ias93fus dapat mendonorkan darahnya ke semua tipe darah,
karena tipe darah ini tidak memiliki 93ias93fus yang dapat memicu reaksi. Itulah sebabnya, golongan O
sering disebut sebagai pendonor universal.
Sementara, golongan AB sering disebut sebagai penerima universal karena orang dengan tipe darah ini
93ias mendapatkan 93ias93fuse darah dari golongan A, B, AB ataupun O. Sayangnya, tipe darah ini hanya
93ias mendonorkan darahnya pada orang yang dengan tipe darah yang sama.
Selain antigen A dan B, ada juga antigen ketiga yang disebut dengan 93ias93f Rh (rhesus) yang dapat
berupa present (+) atau absent (-). Anda juga perlu memperhatikan apakah tipe darah Anda termasuk
positif atau 93ias93fus sebelum melakukan 93ias93fuse. Bila darah Anda termasuk positif, artinya tipe
darah Anda mengandung antigen rhesus D atau jika 93ias93fus maka tidak memiliki antigen itu.
Ada tidaknya tanda-tanda ini dalam darah Anda, tidak membuat darah Anda menjadi lebih sehat atau kuat.
Perbedaan ini terjadi karena 93ias93f 93ias93fu. Meski begitu, hal ini penting juga untuk diperhatikan
ketika Anda ingin 93ias93fuse darah.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/kenapa-golongan-darah-ab-jarang/
94
Memahami Karakteristik Golongan Darah A, B, AB, dan O
Golongan darah tiap individu tidak sama. Perbedaan golongan darah dikelompokkan dalam tipe A,
B, AB, atau O. Status rhesus (Rh) darah pun dibagi menjadi 94ias94fus dan positif. Perbedaan-perbedaan tersebut perlu diperhatikan dalam penggunaan darah di dunia medis.
Baik bagi Anda untuk mengetahui karakteristik tersebut, mengingat darah memiliki peranan yang sangat
penting bagi tubuh.
Golongan darah seseorang ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen pada sel darah merah dan
plasma darah. Antigen berfungsi seperti tanda pengenalan sel tubuh Anda. Ini supaya tubuh 94ias
membedakan sel tubuh sendiri dari sel yang berasal dari luar tubuh. Jika sel dengan antigen yang
berlawanan masuk ke dalam tubuh, maka 94ias94f kekebalan tubuh akan memulai perlawanan terhadap sel yang dianggap asing tersebut dengan memproduksi 94ias94fus.
Ada dua teknik yang dipakai untuk mengelompokkan darah, yaitu menggunakan 94ias94f ABO dan rhesus (Rh). Kedua 94ias94f ini 94ias sangat membantu jika Anda ingin melakukan transfusi darah.
Melalui 94ias94f ABO, golongan darah dibagi menjadi 4 tipe, yaitu A, B, AB dan O.
Jika Anda memiliki golongan darah A, maka Anda memiliki antigen A pada sel darah merah dan
memproduksi 94ias94fus untuk melawan sel darah merah dengan antigen
Jika Anda memiliki golongan darah B, maka Anda memiliki antigen B pada sel darah merah dan
memproduksi 94ias94fus A untuk melawan sel darah merah dengan antigen A.
Jika Anda memiliki golongan darah AB, maka Anda memiliki antigen A dan B pada sel darah
merah. Ini juga berarti Anda tidak memiliki 94ias94fus A dan B pada plasma darah.
Jika Anda memiliki golongan darah O, maka Anda tidak memiliki antigen A atau B pada sel darah
merah. Orang bergolongan darah O memproduksi 94ias94fus A dan B di plasma darah.
Dulu, pemilik golongan darah O 94ias mendonorkan darahnya kepada siapa pun, namun kini tidak lagi
dianjurkan. Golongan darah O 94ias94fus kemungkinan memiliki 94ias94fus yang 94ias menyebabkan
reaksi serius selama 94ias94fuse darah berlangsung. Sedangkan golongan darah O positif hanya boleh
diberikan dalam situasi darurat, yaitu jika pasien sedang terancam jiwanya atau persediaan tipe darah yang
sesuai tidak mencukupi.
Sebaliknya, golongan darah AB tergolong penerima universal. Kalangan ini 94ias mendapat 94ias94fuse
darah dari jenis A, B, AB, atau O. Namun kalangan ini hanya 94ias mendonorkan darahnya kepada mereka
dengan darah jenis AB saja. Faktor resus (Rh) adalah jenis antigen yang ada pada sel darah merah. Jika
darah memiliki 94ias94f Rh maka dikatakan resus positif, dan jika tidak memiliki 94ias94f Rh maka
dikatakan resus 94ias94fus. Orang yang memiliki Rh 94ias94fus 94ias mendonorkan darahnya kepada
orang yang memiliki status Rh 94ias94fus dan Rh positif. Pendonor dengan Rh positif hanya 94ias memberikan darahnya kepada orang dengan status Rh positif.
95
https://www.alodokter.com/memahami-karakteristik-golongan-darah-a-b-ab-dan-o
Mengapa Golongan Darah O Bisa Mendonorkan Darahnya ke Semua Orang?
Bobo.id – Apa golongan darah teman-teman? Setiap manusia pasti memiliki golongan darah.
Golongan darah merupakan pengelompokan darah berdasarkan keberadaan zat antigen pada permukaan
sel darah merah. Sedangkan antigen berfungsi untuk mendeteksi sel mana yang berasal dari dalam tubuh
dan mana yang berasal dari luar tubuh.
Ada empat tipe golongan darah pada tubuh manusia, yaitu golongan darah A, B, O, dan AB. Golongan
darah ini penting untuk diketahui karena sangat berpengaruh kalau kita akan menerima atau mentransfusi
darah. Kita sering mendengar bahwa orang yang bergolongan darah O 95ias mendonorkan darahnya pada
semua orang. Mengapa 95ias begitu, ya?
Setiap Golongan Darah Berbeda
Sebelum menjawab pertanyaan tadi, Bobo mau menjelaskan lebih dulu tentang golongan darah. Kita tidak
95ias menerima tranfusi darah dari golongan darah yang berbeda karena setiap golongan darah memiliki
karakteristik masing-masing.
Orang bergolongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A dan menghasilkan 95ias95fus
antigen B. Artinya, sel darah merah dengan antigen A akan menganggap antigen B sebagai “musuhnya”.
Begitu juga dengan orang bergolongan darah B memiliki sel darah merah dengan antigen B dan
menghasilkan 95ias95fus antigen A. Orang bergolongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan 95ias95fus antigen apa pun.
Keunikan Golongan Darah O
Orang bergolongan darah O punya keunikan yaitu 95ias mendonorkan darahnya ke siapa saja. Itu karena
golongan darah O merupakan satu-satunya tipe golongan darah yang memiliki sel darah merah tanpa
antigen.
Tipe darah seperti ini 95ias bercampur dengan tipe darah yang lain karena tidak akan berpengaruh pada
hasil 95ias95fus antigen. Namun begitu, orang bergolongan darah O hanya 95ias menerima tranfusi darah
dari orang bergolongan darah O juga. Sebab golongan darah O 95ias menghasilkan 95ias95fus antigen A
dan B sehingga tubuhnya tidak akan 95ias menerima antigen A dan B.
https://bobo.grid.id/read/081728795/mengapa-golongan-darah-o-bisa-mendonorkan-darahnya-ke-semua-
orang?page=all
96
Kenapa golongan darah O 96ias mendonorkan darahnya ke semua golongan
darah?
Setiap manusia dan hewan yang hidup di muka bumi ini memiliki darah yang mengalir di dalam tubuh
mereka. Darah memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan kita. Darah adalah cairan yang ada di
dalam tubuh setiap manusia dan hewan yang berfungsi mengantar zat-zat serta oksigen yang dibutuhkan
oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil dari 96ias96fuse96, juga berfungsi sebagai
sebagai pertahanan tubuh terhadap virus dan bakteri.
Dalam tubuh manusia sendiri terdapat 4 tipe golongan darah, yaitu A, B, O, dan AB. Sering juga kita
mendengan bahwa ada kelebihan golongan darah O yang membuatnya 96ias96fu dan berbeda dari ketiga
jenis golongan darah lainnya. Golongan darah merupakan suatu ilmu pengklasifikasian darah dari suatu
jenis atau kelompok berdasarkan ada atau tidaknya pewarisan zat antigen pada permukaan sel 96ias96fus
darah merah.
Setiap golongan darah ini pun memiliki karakteristik golongan darah yang berbeda tiap jenisnya. Seorang
peneliti dari Jepang sebelumnya pernah melakukan penelitian lebih dalam tentang karakteristik golongan
darah. Dan memang benar bahwa tiap golongan darah memiliki karakteristik golongan darah yang juga
mempengaruhi sifat dan kepribadian tiap individu.
Selain karena golongan darah tiap individu itu tidaklah sama, rhesus (positif dan 96ias96fus) pun 96ias
menjadi aspek pembeda antar golongan darah. Penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal ini karena sangat
berpengaruh terhadap penggunaan darah dalam dunia medis. Penjelasan di bawah ini akan membantu anda
mengetahui sedikit tentang golongan darah dan bagaimana karakteristik golongan darah tersebut.
Karakteristik Golongan Darah
Seperti yang kita dengar dan ketahui, golongan darah diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu, A, B, dan O
karena klasifikasi ini. Dengan perbedaan keempat golongan darah, hal ini menandakan bahwa golongan
darah yang dimiliki tiap orang berbeda.
Golongan darah kita ini pun ditentukan dari ada tidaknya zat antigen pada sel darah merah. Antigen
sendiri memiliki fungsi sebagai tanda pengenal sel dalam tubuh kita. Jadi antigen 96ias mendeteksi sel
mana yang memang berasal dari dalam tubuh dan sel mana yang berasal dari luar tubuh kita.
Untuk 96ias96f pengelompokan golongan darah pada umumnya ada dua 96ias96f yang digunakan, yaitu
96ias96f ABO dan 96ias96f rhesus (Rh). Dengan 96ias96f ABO, kita dapat mengetahui tipe golongan
darah kita A, B, O, atau AB. Sedangkan 96ias96f rhesus adalah penggolongan darah dalam positif atau
96ias96fus setelah kita mengetahui golongan darah kita. Kedua 96ias96f ini dapat sangat membantu jika
kita ingin melakukan 96ias96fuse darah.
Namun perlu diperhatikan bahwa tidak setiap golongan darah bisa menerima transfusi darah dari golongan
darah lainnya. Karena antigen pada sel darah merah tiap golongan darah berbeda, jadi kita tidak 96ias
sembarangan menerima 96ias96fuse darah dari tipe golongan darah lainnya.
97
Sebelum kita menerima darah dari orang lain, ada serangkaian tes yang perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah darah dari orang yang mendonorkan darahnya sesuai dengan golongan darah kita, baik tipe maupun
rhesusnya. Untuk itulah perlu untuk mengetahui terlebih dahulu kecocokan golongan darah antara satu
dengan yang lainnya.
Cara untuk mengetahui kecocokan golongan darah 97ias diketahui dari melihat kecocokan sel darah merah
dan keocokan plasma darah. Dari kecocokan sel darah merah, kita 97ias mengetahui bagaimana
tiap karakteristik golongan darah ABO dan kecocokannya dengan golongan darah lainnya.
Berikut penjelasannya:
Orang dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A pada 97ias97fus selnya
serta menghasilkan antigen B dalam serum darahnya. Karena itulah orang dengan golongan darah A-
hanya 97ias menerima donor dari orang dengan bergolongan darah A- dan O-.
Orang dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan
menghasilkan antigen B dalam serum darahnya, hal ini menyebabkan orang dengan golongan darah B
hanya dapat menerima darah dari orang bergolongan darah B- atau O-.
Orang dengan golongan darah AB dapat menerima darah dari jenis golongan darah ABO, karena
memiliki antigen sel darah merah A dan B namun tidak menghasilkan antigen A ataupun B.
Sedangkan untuk orang golongan darah O adalah satu-satunya golongan darah yang memiliki sel darah
tanpa antigen. Hal ini merupakan kelebihan golongan darah O karena mereka 97ias mendonorkan
darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO. Berbeda dengan golongan darah AB, golongan
darah O memproduksi 97ias97fus antigen A dan B. Walaupun golongan darah O ini disebut sebagai
donor universal, tipe golongan darah ini tidak 97ias menerima donor darah dari tipe golongan darah
lainnya selain golongan darah O itu sendiri.
Saat melakukan 97ias97fuse darah, kita hanya menggunakan RBC dari pendonor. Darah ini
mengandung 97ias97fus yang berbeda untuk setiap golongan darah. Bukannya O 97ias
mendonorkan darahnya kepada semua golongan darah. Seperti yang telah disebutkan di
atas, kelebihan golongan darah O adalah tidak memiliki antigen A dan B, jadi darah ini tidak
akan menggumpal jika bertemu dengan golongan A atau B.
Nah, apabila kita mentranfusi darah A atau B ke O, ini akan mengakibatkan penggumpalan darah.
Walaupun darah O tidak menyebabkan penggumpalan. Namun hal ini juga masih menjadi
perdebatan karena tidak setiap golongan darah O 97ias didonorkan kepada golongan darah lainnya.
Ada beberapa kasus ditemukan terjadinya penggumpalan saat golongan darah O didonorkan
kepada orang lain dengan golongan darah ABO, yang berarti ada ketidakocokan antara darah
resepien dengan pendonor. Karena itulah para ahli medis selalu menganjurkan untuk melakukan
97ias97fuse darah dengan golongan darah dan rhesus yang sama untuk mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan terjadi.
Walaupun jarang sekali ada ketidakcocokan antara golongan darah dan rhesus, namun 97ias
membahayakan nyawa jika terjadi reaksi yang serius. Meski dengan golongan darah dan rhesus
yang sama, sejumlah uji coba dan crosscheck masih harus dilakukan sebelum darah tersebut
diberikan. Namun terkadang ada pengecualian jika keadaannya benar-benar terdesak.
Sedangkan dari golongan darah A atau B tidak dapat menemukan serum yang cocok dengan
antigennya, sehingga dapat menyebabkan terjadinya Hemolitic akut. Karena anitbodi darah ini
tidak di miliki oleh manusia secara alami. Maka jika memang benar-benar menggunakan A, B, dan
O, tapi sekarang digunakan teknis sampel. Yaitu kita mengambil darah dari penerima dan
98
mencampurnya dengan pendonor. Jika tidak terjadi penggumpalan, maka darah tersebut siap di
gunakan untuk transfusi.
Golongan darah ABO hanya berfungsi untuk memperkecil pencaharian, kita harus membuat
antibodi untuk orang yang akan menerima donor darah yang berbeda jenisnya, sehingga tubuh
penerima tidak akan menolak darah yang akan di berikan.
Golongan darah O merupakan satu-satunya golongan darah yang bersifat donor universal, yaitu
golongan darah yang bisa mendonorkan darahnya kepada golongan darah ABO. Berbeda dengan
golongan darah AB yang bersifat resepien universal yang berarti dapat menerima donor darah dari
golongan darah ABO.
Mesikipun begitu, anggapan ini tidak sepenuhnya benar seperti yang telah dijelaskan di atas. Akan
lebih baik jika kita memastikan lagi bahwa kita menerima donor darah yang sama dengan
golongan darah kita untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan nantinya.
https://www.galena.co.id/q/kenapa-golongan-darah-o-bisa-mendonorkan-darahnya-ke-semua-
golongan-darah
99
Lampiran 4
PERTEMUAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
TES GOLONGAN DARAH
Petunjuk penggunaan:
9. LKPD 3 ini merupakan lembar kerja peserta didik untuk kelompok.
10. LKPD 3 dikerjakan secara kelompok dan dikerjakan bersama-sama teman kelompok.
11. LKPD 3 digunakan untuk menjawab dan membuktikan argumentasi yang telah
dikemukakan dengan melakukan kegiatan praktikum dan penyelidikan.
12. Bagian C, D, E, F, G harus dikerjakan oleh kelompok Anda di sekolah, sisanya dapat
dilengkapi di rumah.
13. Lembar Peer Review digunakan oleh Kelompok Anda untuk menilai hasil pekerjaan
LKPD 3 kelompok lain.
Tugas:*Tahap 1 (identifikasi tugas)
1. Rancanglah sebuah percobaan untuk mendukung jawaban dan alasan yang telah kalian
kemukakan.
2. Isilah identitas kelompok Anda.
3. Pilihlah alat dan bahan yang kalian gunakan untuk melakukan percobaan.
4. Kumpulkanlah data-data untuk mendukung jawaban dan alasan yang telah kalian
kemukakan melalui percobaan.
5. Lengkapi data pengamatan dengan data dan fakta yang kalian temukan pada saat
percobaan.
LKPD
3
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan pendidikan : SMA Negeri 8 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / semester : XI / 1
Materi pokok : Sistem Peredaran Darah Manusia
Alokasi Waktu : 3 JP X 45 Menit
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran melalui tahapan saintifik dengan model Cooperatif
Learning yang dilakukan melalui metode Argument Driven Inquiry melalui delapan tahapan
strategi pembelajaran, yaitu identifikasi tugas, pengumpulan data, produksi argumen tentatif, sesi
interaktif argumentasi, penyusunan laporan penyelidikan, review laporan,revisi laporan dan
diskusi reflektif. Peserta didik diharapkan dapat menganalisis hubungan antara struktur jaringan
penyusun organ pada sistem sirkulasi dan mengaitkannya dengan bioprosesnya sehingga dapat
menjelaskan mekanisme peredaran darah serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem
sirkulasi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
B. Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi Sikap
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menunjukkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),
santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 KI 4
Memahami,menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan
115
kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
C. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
No KD Pengetahuan No KD Keterampilan
3.6 Menganalisis hubungan antara struktur
jaringan penyusun organ pada sistem
sirkulasi dan mengaitkannya dengan
bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan
mekanisme peredaran darah serta
gangguan fungsi yang mungkin terjadi
pada sistem sirkulasi manusia melalui
studi literatur, pengamatan, percobaan,
dan simulasi.
4.6 Menyajikan hasil analisis tentang
kelainan pada struktur dan fungsi darah,
jantung dan pembuluh darah yang
menyebabkan gangguan sistem
peredaran darah manusia melalui
berbagai bentuk media presentasi.
No IPK Pengetahuan
3.6.1 Peserta didik mampu menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyususn organ dan
mengaitkannya dengan bioproses
3.6.2 Peserta didik mampu menjelaskan mekanisme peredaran darah manusia
3.6.3 Peserta didik mampu menjelaskan gangguan fungsi pada sistem sirkulasi
4.6.1 Peserta didik mampu menyajikan data hasil analisis tentang kelainan struktur dan fungsi darah
yang menyebabkan gangguan sistem peredaran darah manusia.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian system peredaran darah
Sistem peredaran darah merupakan sistem transportasi tubuh secara fungsional
menghubungkan organ-organ pertukaran dengan sel-sel tubuh, mengangkut bahan-bahan
yang dibutuhkan, seperti O2dan zat makanan atau bahan-bahan sisa metabolisme, seperti
CO2 dan urea.
2. Fungsi darah
Darah berfungsi antara lain, sebagai berikut.
f. Mengangkut bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh,
g. Mengendalikan stabilitas suhu tubuh.
h. Sebagai alat pertahanan tubuh
i. Mengatur keseimbanagan pH
j. Berperan dalam pembekuan darah jika terjadi luka.
3. Komponen darah
Darah terdiri atas 2 komponen, yaitu:
116
1) Plasma Darah
Plasma darah merupakan bagian cair yang berwarna kekuningan, terdiri atas:
a) hampir 90% air yang di dalamnya terlarut berbagai macam zat
b) garam-garam mineral
c) protein plasma
2) Sel Darah
a) Sel darah merah (eritrosit)
Pada vertebrata umumnya sel darah merah berbentuk lonjong, bikonvek, dengan
inti lonjong kecuali pada mamalia berbentuk bundar bikonkaf (cekung di kedua
sisi), tidak berinti dan warnanya merah karena mengandung hemoglobin (Hb).
b) Sel darah putih (leukosit)
Leukosit berukuran lebih besar daripada eritrosit, bentuknya tidak tetap
(ameboid) dan memiliki inti sel . Leukosit dapat dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu:
c) Granulosit
Granulosit dibedakan berdasarkan reaksi granulanya terhadap zat pewarna,
yaitu :
1) eosinofil, menyerap zat warna yang bersifat asam (eosin)
2) basofil, menyerap zat warna yang bersifat basa
3) neutrofil, menyerap zat warna baik yang bersifat asam maupun basa,
d) Agranulosit
Plasma agranulosit tidak mengandung granula (butiran). Agranulosit
dibedakan menjadi dua yaitu:
(1) Limfosit. Fungsi limfosit untuk membentuk antibodi. Terdapat dua
bentuk utama limfosit, yaitu T limfosit dan B limfosit.
(2) Monosit, bersifat fagosit menjadi makrofag
3) Keping darah (Trombosit)
Sifatnya rapuh, jika terkena benturan pada bidang yang besar atau berhubungan
dengan udara akan pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase
atau tromboplastin.
117
4. Proses pembekuan darah
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode pembelajaran : Argument Driven Inquiry (ADI)
3. Model Pembelajaran : Cooperative Learning
F. Media Pembelajaran
1. Alat : Laptop, spidol, papan tulis, proyektor
2. Media :
e. Video atau gambar
f. Artikel
g. LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
h. Bahan-bahan praktikum
G. Sumber Belajar
3. Artikel dan Internet
4. Buku teks : Irnaningtyas. 2016. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Penerbit Erlangga :
Jakarta
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
Pendahuluan 3. Mengucapkan salam dan melakukan
absensi peserta didik.
4. Guru memberikan apersepsi:
Memberikan pertanyaan, dengan
menampilkan video atau gambar
tentang kegiatan donor darah. Coba
kalian amati gambar – gambar pada
slide
4. Menjawab salam guru.
5. Menjawab pertanyaan guru
10 menit
118
4. “Apakah kalian pernah minum air
dingin setelah berolahraga?“
“Bagaimana rasanya?”
5. “Apakah kalian pernah minum air
hangat setelah berolahraga?“
“Bagaimana rasanya?”
Mengaitkan dengan ayat Al-Qur’an
6. Guru menyampaikan tujuan dan
Merangsang peserta didik untuk
mengingat materi sebelumnya dan
mengaitkan dengan materi yang akan
dipelajari.
6. Mendengarkan dan mencatat
materi.
Kegiatan Inti
Tahap Identifikasi Topik Utama
10 menit
5. Guru memperkenalkan topik utama
untuk dipelajari dan untuk memulai
pengalaman laboratorium serta
pengenalan argumen yang baik serta
komponennya.
6. Topik utama yang diangkat oleh guru
adalah “Sistem Peredaran Darah pada
Manusia” dengan cara menyajikan
beberapa artikel yang mendukung
topik tersebut.
7. Guru mengajukan pertanyaan terkait
topik yang telah dimunculkan (tertera
di dalam LKPD)
8. Guru meminta peserta didik untuk
menjawab dan membangun sebuah
argumen yang terdiri dari claim, bukti
dan alasan peserta didik (tertera di
dalam LKPD)
5. Peserta didik mendengarkan
topik dan penjelaskan yang
disampaikan oleh guru
dengan seksama.
6. Peserta didik menuliskan
jawaban berupa sebuah
argumen berdasarkan claim,
bukti dan alasan peserta
didik (tertera di dalam
LKPD)
7. Peserta didik menjawab
pertanyaan sesuai dengan
LKPD yang tertera.
8. Peserta didik menuliskan
argumentasinya secara
mandiri.
Tahap Merancang Metode dan Mengumpilkan Data
10 menit
3. Guru membimbing dan mengarahkan
pembentukan kelompok kolaboratif
untuk mencari dan mengembangkan
jawaban berdasarkan data-data yang
dimiliki.
1. Peserta didik membentuk
kelompok sesuai dengan
yang diarahkan oleh guru.
4. Peserta didik
mengumpulkan data atau
fakta untuk menjawab
pertanyaan.
119
3. Peserta didik melakukan
diskusi dengan teman
kelompok masing-masing
untuk menemukan ide/solusi
terkait masalah yang
dimunculkan.
Tahap Produksi Argumen Tentatif
15 menit
2. Guru meminta setiap kelompok untuk
membangun sebuah argumen yang
terdiri dari claim, bukti dan alasan
peserta didik (tertera di dalam LKPD).
2. Setiap kelompok menuliskan
argumen berdasarkan claim,
bukti dan alasan peserta didik
sesuai dengan kelompoknya
masing-masing.
Tahap Sesi Argumentasi
20 menit
2. Guru berperan sebagai moderator.
Pada tahap ini, guru membagi proses
diskusi menjadi satu sesi. Pada sesi
ini, satu peserta didik dari masing-
masing kelompok berkesempatan
mengemukakan argumennya secara
bergantian dan kemudian disanggah
oleh kelompok lain.
2. Pada tahap ini, masing-
masing kelompok dapat
memberi sanggahan terhadap
argumen kelompok lain.
Tahap Pembuatan Laporan Penyelidikan
30 menit
3. Guru memberikan kesempatan peserta
didik untuk melakukan penyelidikan
melalui percobaan praktikum.
4. Guru memberikan tugas berupa
penulisan laporan penyelidikan yang
telah dilakukan (tertera di dalam
LKPD 3).
4. Peserta didik merancang
penyelidikan untuk
mengumpulkan data yang
akan menguatkan alasan dan
mengembangkan argumen
peserta didik.
5. Hasil atau data atau fakta
yang telah didapatkan dari
sebuah penyelidikan dapat
mendukung argumen dan
alasan terhadap
permasalahan.
6. Peserta didik menulis tugas
laporan praktikum secara
kelompok.
Peer Review Double Blind
10 menit
2. Guru memberikan arahan kepada
peserta didik untuk menilai dan
memberikan saran terhadapat
pekerjaan yang telah dilakukan oleh
kelompok lain.
2. Setiap kelompok menilai dan
memberikan saran yang
sesuai untuk kelompok lain.
Revisi Laporan Berdasarkan Hasil Peer Review
10 menit Guru membimbing dan mengarahkan
berjalannya tahap menyimpulkan yang
dilakukan oleh peserta didik.
Peserta didik memberikan
tanggapan ulang berupa revisi
laporan penyelidikan
berdasarkan peer review
120
bersama teman sejawatnya.
Tahap Diskusi Reflektif Eksplisit
10 menit
3. Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk saling bertukar
informasi berupa data atau fakta yang
berkaitan yang berkaitan dengan topik
permasalahan untuk melengkapi data.
4. Guru memancing peserta didik untuk
memberikan kesimpulan tentang apa
yang telah dipelajari.
3. Peserta didik saling bertukar
informasi berupa data hasil
penelitian atau fakta untuk
melengkapi data.
4. Peserta didik menjelaskan
kesimpulan apa saja yang
telah mereka pelajari.
Penutup
10 menit
Guru memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk bertanya mengenai
materi yang telah dipelajari.
Guru melakukan refleksi dengan
memberikan rangkuman tentang materi
yang dipelajari dan meluruskan atas apa
yang telah dipelajari pada pertemuan
tersebut dan mengaitkan pada ayat Al-
Quran.
Guru menyampaikan informasi terkait
rencana kegiatan pembelajaran pada
pertemuan selanjutnya.
Membaca hamdalah dan mengucapkan
salam penutup.
Peserta didik mendengarkan
penjelasan guru
Mengaitkan kesimpulan yang
berkaitan dengan ayat tersebut.
Mengucapkan hamdalah dan
salam.
121
I. Penilaian Hasil Pembelajaran
Kompetensi Dasar 3:
Penilain argumentasi sesuai dengan rubrik penilain argumentasi
Kompetensi Dasar 4:
Penilaian Laporan Praktikum sesuai dengan rubrik penilain laporan praktikum
122
Lampiran 6 PERTEMUAN 2
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
FREKUENSI DENYUT NADI
Tujuan Pembelajaran:
Peserta didik diharapkan dapat menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ
pada sistem sirkulasi dan mengaitkannya dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan
mekanisme peredaran darah serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem sirkulasi
manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
No KD Pengetahuan No IPK Pengetahuan
4.6
Menganalisis hubungan antara
struktur jaringan penyusun organ
pada sistem sirkulasi dan
mengaitkannya dengan bioprosesnya
sehingga dapat menjelaskan
mekanisme peredaran darah serta
gangguan fungsi yang mungkin
terjadi pada sistem sirkulasi manusia
melalui studi literatur, pengamatan,
percobaan, dan simulasi.
3.6.1 Peserta didik mampu menganalisis hubungan
antara struktur jaringan penyususn organ dan
mengaitkannya dengan bioproses
3.6.2 Peserta didik mampu menjelaskan
mekanisme peredaran darah manusia
3.6.3 Peserta didik mampu menjelaskan gangguan
fungsi pada sistem sirkulasi
4.6.1
Peserta didik mampu menyajikan data hasil
analisis tentang kelainan struktur dan fungsi
darah yang menyebabkan gangguan sistem
peredaran darah manusia.
Petunjuk penggunaan:
14. LKPD 1 ini merupakan lembar kerja peserta didik untuk individu.
15. LKPD 1 dikerjakan secara mandiri/perorangan.
16. Baca material yang telah disediakan dengan saksama.
17. Tandai hal-hal atau kalimat yang menurut Anda penting. Anda bisa menggarisbawahi atau
menandai dengan stabilo poin-poin yang Anda anggap penting.
Tugas:*Tahap 1 (identifikasi tugas)
8. Jawablah pertanyaan yang tersedia dengan memilih Setuju/Tidak setuju dengan mencoret
salah satu pernyataan yang bukan merupakan jawaban Anda.
9. Kemukakan pendapat Anda dengan menjawab pertanyaan pada kolom yang telah
disediakan pada LKPD 1.
10. Isilah Kolom alasan dengan pendapat Anda terkait pernyataan Setuju/Tidak setuju dan
lengkapi referensi atau sumber rujukan pada kolom referensi yang mendukung.
LKPD
1
123
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
FREKUENSI DENYUT NADI
Pemeriksaan
frekuensi denyut nadi adalah pemeriksaan denyut pada pembuluh nadi atau arteri yang teraba pada
dinding pembuluh darah arteri pada saat terjadi gerakan atau aliran darah akibat kontraksi jantung.
Pengukuran kecepatannya dapat dilakukan pada beberapa titik denyut, antara lain denyut arteri
radialis pada pergelangan tangan, arteri karotis pada leher, arteri brakialis pada lengan atas, arteri
popliteal pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis, dan arteri tibalis posteriorr pada kaki.
Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.
Faktor yang mempengaruhi denyut nadi, yaitu sebagai berikut
Usia
Jenis Kelamin
Irama sirkadian
Bentuk tubuh
Aktivitas
Stres dan emosi
Suhu tubuh
Volume darah
Obat-obatan
LKPD
1
124
125
126
Lampiran 7 PERTEMUAN 2
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
FREKUENSI DENYUT NADI
Petunjuk penggunaan:
18. LKPD 2 ini merupakan lembar kerja peserta didik untuk kelompok.
19. LKPD 2 dikerjakan secara kelompok dan dikerjakan bersama-sama teman kelompok.
20. Baca material/artikel yang telah disediakan dengan saksama.
21. Tandai hal-hal atau kalimat yang menurut Anda penting. Anda bisa menggarisbawahi atau
menandai dengan stabilo poin-poin yang Anda anggap penting.
Tugas:*Tahap 1 (identifikasi tugas)
11. Isilah identitas kelompok Anda yang terdiri dari nama anggota kelompok, kelas, dan
kelompok Pro/Kontra dengan mencoret salah satu yang bukan merupakan kelompok Anda.
12. Kemukakan pendapat kelompok Anda dengan menjawab pertanyaan pada kolom yang
telah disediakan pada LKPD 2.
13. Diskusikanlah alasan kelompok Anda terkait pernyataan Setuju/Tidak setuju dengan
menggabungkan pendapat anggota kelompok dan lengkapi referensi atau sumber rujukan
pada kolom alasan dan referensi yang mendukung.
14. Kelompok Anda dapat menggunakan sumber relevan lain seperti buku teks, internet, dan
lain sebagainya. Berikut beberapa link yang dapat membantu Anda mengumpulkan data
yang Anda perlukan:
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/kenapa-golongan-darah-ab-jarang/
https://www.alodokter.com/memahami-karakteristik-golongan-darah-a-b-ab-dan-o
https://bobo.grid.id/read/081728795/mengapa-golongan-darah-o-bisa-mendonorkan-
darahnya-ke-semua-orang?page=all
https://www.galena.co.id/q/kenapa-golongan-darah-o-bisa-mendonorkan-darahnya-ke-
semua-golongan-darah
5. Lengkapi juga kolom pengembangan argumentasi berdasarkan hasil diskusi dengan
kelompok Anda yang akan disampaikan secara lisan pada sesi argumentasi.
*disajikan beberapa artikel terkait untuk memperdalam kajian dan memperbaiki jawaban yang diajukan
pada tahap LKPD 1.
LKPD
2
127
128
129
130
131
Minum Air Dingin atau Hangat, Mana yang Lebih Baik?
MINUM sedikitnya 8 hingga 11 gelas air setiap hari penting untuk menjaga metabolisme tubuh berjalan
baik dan normal. Air juga merupakan komponen utama organ vital, termasuk otak, hati serta jantung.
Sebaliknya, kurang minum air putih dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan seperti dehidrasi
kulit, sembelit, kram otot, kelelahan, migrain, nyeri sendi hingga tekanan darah tinggi.
Tapi bagaimana sebaiknya Anda meminum air, dingin atau hangat, dan mana yang lebih baik?
Kebanyakan dari kita cenderung memilih segelas air dingin, terutama saat cuaca panas karena rasanya
lebih menyegarkan. Namun sebenarnya, air hangat terbukti jauh lebih bermanfaat bagi kesehatan kita.
Minum air dingin atau yang diberi es batu, meski nikmat dikala cuaca panas, ternyata menimbulkan efek
samping pada tubuh. Di antaranya:
1. Air dingin bisa mengganggu pencernaan. Saat mengonsumsi air dingin, pembuluh darah pada tubuh
akan mengecil, yang berakibat menghambat kemampuan pencernaan. Ini dapat menyebabkan gangguan
perut, sakit perut, atau sembelit.
2. Minum air dingin juga mengurangi energi. Ini dikarenakan tubuh kita memerlukan energi ekstra untuk
"memanaskan" air dingin agar mencapai suhu rata-rata. Inilah mengapa kita biasanya merasa lebih lelah
dan kurang berenergi setelah minum air es.
3. Minum air es memperlambat denyut jantung. Dinginnya air es merangsang saraf vagus, bagian penting
dalam sistem saraf otonom tubuh. Suhu rendah air bertindak sebagai stimulus bagi saraf vagus untuk
menurunkan denyut jantung. Sementara kinerja jantung memompa darah ke seluruh tubuh, menjadi
melambat.
Air Hangat
Sementara, mengkonsumsi air hangat dengan suhu sekitar 48 hingga 60 derajat celcius, memberi beberapa
manfaat, antara lain:
1. Mendetoksifikasi tubuh. Minum air hangat, terutama di pagi hari, membantu membuang racun penyebab
berbagai penyakit dari dalam tubuh. Untuk efek yang lebih kuat, tambahkan irisan lemon ke air hangat;
vitamin C akan menghidupkan kembali sel-sel sementara air hangat akan mendetoksifikasi tubuh Anda.
132
2. Melawan rasa sakit. Air hangat terbukti mengurangi rasa sakit yang disebabkan menstruasi dan sakit
kepala. Hangatnya cairan meningkatkan sirkulasi darah dan menenangkan otot-otot yang kaku.
3. Mengurangi tingkat stres. Minum segelas air hangat membantu menormalkan sistem saraf pusat.
Sebaliknya, dehidrasi atau kurang minum dapat memicu naiknya level kortisol, salah satu hormon pemicu
stres.
4. Membantu menurunkan berat badan. Saat Anda minum air hangat, metabolisme tubuh akan sepenuhnya
aktif. Air hangat meningkatkan suhu tubuh dan sementara tubuh mencoba untuk mengkompensasi
perbedaan suhu, lebih banyak kalori terbakar.
5. Meningkatkan sirkulasi darah. Minum air hangat terbukti meningkatkan aliran darah, yang penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi hingga risiko penyakit kardiovaskular.
6. Memperlancar perncernaan. Air hangat yang diminum saat keadaan perut masih kosong dapat
menstimulasi usus bekerja lebih maksimal sehingga proses penyerapan makanan berjalan dengan baik.
(Linda Putri/CN33/SM Network)
https://www.suaramerdeka.com/kesehatan/baca/872/minum-air-dingin-atau-hangat-mana-yang-lebih-baik
133
Bolehkah Minum Air Dingin Saat Sedang Berolahraga? #AkuBacaAkuTahu Avisena Ashari - Minggu, 9 Juni 2019 | 14:04 WIB
Bobo.id - Di liburan kali ini, olahraga apa yang sudah teman-teman lakukan?
Saat olahraga, biasanya kita akan mudah haus karena banyak bergerak dan mengeluarkan keringat, nih.
Karenanya, jangan lupa membawa botol berisi air saat olahraga, ya!
Oiya, boleh tidak sih, kita minum air dingin saat atau setelah berolahraga?
Minum Air Dingin Saat Berolahraga
Jawabannya, kita boleh saja kok minum air putih dingin saat olahraga.
Cari tahu dulu, yuk, alasannya.
Beberapa penelitian, hasilnya menunjukkan kalau orang yang minum air yang 50 persen lebih dingin atau
air dingin saat berolahraga tidak lekas kekurangan cairan dibandingkan mereka yang minum air hangat saat
berolahraga.
Ada juga penelitian yang menunjukkan kalau orang yang berolahraga di tempat yang panas dan lembap
serta minum air putih dingin punya risiko lebih rendah untuk suhu tubuhnya naik.
Menurut situs WebMD, air putih dingin bisa membantu seseorang berolahraga lebih lama dan tidak mudah
merasa kelelahan.
Kadang, saat kita merasa sangat panas, kita akan merasa lebih mudah lelah, teman-teman.
Spesialis nutrisi olaraga Brooke Schantz mengatakan kalau air dingin bisa membantu suhu inti tubuh
supaya tidak naik terlalu tinggi.
Ahli lain, Nancy Clark, mengatakan kalau air yang dingin lebih menyegarkan dan bisa mendinginkan
tubuh lebih baik.
134
Di dalam tubuh kita, air dingin juga akan segera sama suhunya dengan suhu tubuh kita, teman-teman.
Minum Air yang Cukup
Namun, yang paling penting bukanlah air dingin atau air hangat, nih. Namun pastikan minum air saat
sedang berolahraga.
Apapun temperatur airnya, minum cukup saat olahraga berati kita menurunkan detak jantung dan suhu
tubuh.
Minum cukup saat olahraga akan membuat kita tidak cepat lelah dan bisa berolahraga dengan lebih baik.
Minum cukup ini artinya kita minum air sesuai kebutuhan sebelum olahraga, yaitu sekitar satu gelas
beberap jam sebelumnya dan satu cangkir sekitar 10 - 20 menit sebelumnya.
Saat sedang olahraga, kita bisa minum air sedikit setiap 15 - 20 menit sekali.
Jumlah air yang dibutuhkan tubuh juga bergantung pada banyaknya keringat yang keluar dari tubuh,
teman-teman.
Biasanya, atlet mengetahui kebutuhan minumnya dengan cara menimbang berat tubuh setelah mandi dan
kemudian setelah selesai berolahraga.
Setelah tahu, sekarang tinggal kita ingat dan praktikkan, teman-teman. Cari tahu pengetahuan olahraga
lainnya pada artikel terkait di bawah, yuk! #AkuBacaAkuTahu
https://bobo.grid.id/read/081750229/bolehkah-minum-air-dingin-saat-sedang-berolahraga-
akubacaakutahu?page=all
135
Wah! Denyut Nadi Saat Istirahat Bisa Memprediksi Risiko Kematian Jeems Suryadi – detikHealth
Jakarta - Sebuah penelitian menyebut bahwa denyut nadi saat istirahat bisa menunjukkan risiko kematian.
Orang dengan tingkat denyut nadi istirahat 80 bpm (beats per minute) memiliki 45 persen kemungkinan
meninggal pada 20 tahun ke depan dibandingkan mereka dengan tingkat denyut nadi istirahat 45 bpm.
Kebanyakan orang memiliki denyut nadi istirahat antara 60 dan 100 bpm, tapi pada atlet profesional
berdenyut sekitar 40 bpm.
Peneliti menemukan bahwa risiko kematian karena penyakit apapun meningkat sekitar sembilan persen
setiap peningkatan 10 bpm. Kemungkinan mengalami serangan jantung dan stroke meningkat lagi
sebanyak 8 persen.
"Hubungan antara denyut nadi saat istirahat dengan risiko seluruh penyebab dari kematian kardiovaskular
tidak bergantung pada faktor risiko biasa dari penyakit kardiovaskular. Hal ini menunjukkan bahwa denyut
jantung istirahat adalah prediktor dari kematian pada populasi umum," ujar dr Dongfeng Zhang dair
Medical College of Qingdao University, China, seperti dikutip dari Telegraph pada Minggu (29/11/2015).
Untuk menemukan hubungan antara denyut nadi dan kematian, peneliti menganalisis 46 penelitian yang
melibatkan 1,2 juta orang yang diawasi selama 21 tahun. Lebih dari setengahnya berusia di bawah 50
tahun. Selama itu, ditemukan 78.349 kematian termasuk 25.800 akibat masalah jantung.
Tim peneliti menemukan bahwa ketika menyentuh 90 bpm, kemungkinan untuk mengalami kematian dini
hampir meningkat dua kali lipat. Peneliti menyebutkan mengukur denyut nadi saat tertidur dan relaksasi
memungkinkan hasil lebih akurat.
"Bukti yang ada tidak dapat memastikan denyut nadi istirahat sebagai faktor risiko, tapi tidak diragukan
bahwa meningkatnya denyut nadi istirahat ditandai sebagai tanda buruknya status kesehatan seseorang,"
tambah dr Zhang.
"Hasil penelitian kami menyoroti bahwa orang harus lebih perhatian kepada denyut nadi istirahat demi
kesehatan, dan selalu melakukan aktivitas fisik untuk menurunkan denyut nadi istirahat," imbuhnya.
Peneliti mengatakan bahwa informasi tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan algoritma yang bisa
mengaitkan denyut nadi istirahat dan faktor risiko kardiovaskular untuk membantu dokter menguji denyut
nadi istirahat demi keperluan kesehatan.
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3083084/wah-denyut-nadi-saat-istirahat-bisa-memprediksi-
risiko-kematian
136
Berapa Denyut Nadi Normal dan Bagaimana Cara Mengukurnya? Oleh Arinda Veratamala Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri - Dokter
Umum
Denyut nadi biasanya dapat Anda rasakan di pergelangan tangan Anda atau di leher bagian bawah Anda.
Jika dilihat di film-film, biasanya denyut nadi ini dicek untuk melihat apakah pemeran di film tersebut
masih hidup atau sudah meninggal. Pasti Anda sudah sering melihat adegan tersebut. Namun, sebenarnya
untuk apa sih kita mengukur denyut nadi? Tahukah Anda berapa jumlah denyut nadi normal?
Untuk apa mengetahui denyut nadi?
Denyut nadi menggambarkan detak jantung Anda, berapa kali jantung berdetak per menitnya. Denyut nadi
juga dapat menunjukkan irama jantung dan kekuatan detak jantung Anda. Memantau jumlah denyut nadi
Anda saat istirahat, saat berolahraga, atau segera setelah berolahraga dapat menunjukkan tingkat kebugaran
Anda.
Memeriksa denyut nadi bahkan dapat membantu Anda menemukan masalah kesehatan yang sedang Anda
alami. Misalnya, denyut nadi yang lebih cepat dapat disebabkan oleh anemia, demam, beberapa jenis dari
penyakit jantung, atau pemakaian obat-obatan tertentu, seperti dekongestan. Sedangkan, denyut nadi yang
lebih lambat dapat menunjukkan penyakit atau obat-obatan yang berhubungan dengan penyakit jantung,
seperti obat beta-blockers. Dalam keadaan darurat, denyut nadi juga dapat membantu menunjukkan apakah
jantung memompa cukup darah.
Berapa denyut nadi normal?
Denyut nadi dapat bervariasi antar individu. Jumlahnya dapat lebih rendah saat Anda sedang dalam
keadaan istirahat dan dapat meningkat saat Anda sedang olahraga. Hal ini karena saat olahraga tubuh
membutuhkan lebih banyak darah yang membawa oksigen untuk dialirkan ke semua sel-sel dalam tubuh.
Berikut ini merupakan jumlah denyut nadi normal per menit:
Bayi sampai usia 1 tahun: 100-160 kali per menit
Anak usia 1-10 tahun: 70-120 kali per menit
Anak usia 11-17 tahun: 60-100 kali per menit
Dewasa: 60-100 kali per menit
137
Atlet dengan kondisi yang baik: 40-60 kali per menit
Umumnya, denyut nadi yang berada di kisaran paling bawah (60 kali per menit misalnya pada orang
dewasa) saat keadaan istirahat menunjukkan bahwa jantung bekerja dengan efisien saat memompa darah
dan tubuh Anda lebih bugar. Orang yang aktif memiliki otot jantung yang lebih baik sehingga jantung tidak
perlu bekerja keras untuk mempertahankan fungsi tubuh. Sehingga, tak heran jika atlet yang terlatih
dengan baik memiliki denyut nadi sekitar 40 kali per menit.
Beberapa hal yang dapat memengaruhi jumlah denyut nadi Anda per menit adalah:
Aktivitas fisik, setelah Anda melakukan aktivitas fisik berat biasanya denyut nadi lebih cepat
Tingkat kebugaran, semakin bugar Anda biasanya denyut nadi lebih lambat (berada pada kisaran
normal yang paling bawah)
Suhu udara, denyut nadi lebih cepat saat suhu udara lebih tinggi (tapi biasanya kenaikannya tidak
lebih dari 5-10 kali per menit)
Posisi tubuh (berdiri atau tiduran), terkadang saat Anda berdiri, selama 15-20 detik pertama
denyut nadi akan naik sedikit, kemudian akan kembali lagi ke normal
Emosi, seperti stres, cemas, sangat sedih, atau sangat senang dapat meningkatkan denyut nadi
Anda
Ukuran tubuh, orang yang sangat gemuk, biasanya mempunyai denyut nadi yang lebih tinggi
(tapi biasanya tidak lebih dari 100 kali per menit)
Obat-obatan
Bagaimana cara mengukur denyut nadi?
Denyut nadi dapat Anda ukur di beberapa titik dalam tubuh Anda, seperti:
Pergelangan tangan
Siku bagian dalam
Sisi leher bagian bawah
Namun, biasanya yang paling mudah untuk Anda temukan adalah di pergelangan tangan. Berikut ini
merupakan cara mengukur denyut nadi di pergelangan tangan:
Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah Anda di pergelangan tangan bagian dalam yang dilewati
pembuluh darah arteri. Tekan dengan kuat arteri Anda sampai merasakan denyut nadi. (Jika
melakukan di siku bagian dalam atau leher, juga tempatkan kedua jari Anda dan tekan sampai
menemukan denyut nadi)
Hitung denyut nadi Anda selama 60 detik (atau selama 15 detik, lalu kalikan dengan 4 sehingga
mendapatkan hasil denyut nadi per menit)
Ingat, saat menghitung, tetaplah fokus pada denyut nadi Anda. Jangan sampai lupa hitungan atau
merasa denyut nadi hilang.
Anda bisa mengulanginya lagi jika tidak yakin dengan hitungan Anda.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/denyut-nadi-normal-dan-cara-mengukurnya/
138
Lampiran 8
PERTEMUAN 2
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
FREKUENSI DENYUT NADI
Petunjuk penggunaan:
1. LKPD 3 ini merupakan lembar kerja peserta didik untuk kelompok.
2. LKPD 3 dikerjakan secara kelompok dan dikerjakan bersama-sama teman kelompok.
3. LKPD 3 digunakan untuk menjawab dan membuktikan argumentasi yang telah
dikemukakan dengan melakukan kegiatan praktikum dan penyelidikan.
4. Bagian C, D, E, F, G harus dikerjakan oleh kelompok Anda di sekolah, sisanya dapat
dilengkapi di rumah.
5. Lembar Peer Review digunakan oleh Kelompok Anda untuk menilai hasil pekerjaan
LKPD 3 kelompok lain.
Tugas:*Tahap 1 (identifikasi tugas)
1. Rancanglah sebuah percobaan untuk mendukung jawaban dan alasan yang telah kalian
kemukakan.
2. Isilah identitas kelompok Anda.
3. Pilihlah alat dan bahan yang kalian gunakan untuk melakukan percobaan.
4. Kumpulkanlah data-data untuk mendukung jawaban dan alasan yang telah kalian
kemukakan melalui percobaan.
5. Lengkapi data pengamatan dengan data dan fakta yang kalian temukan pada saat
percobaan.
LKPD
3
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
Lampiran 9
Transkip Rekaman Argumentasi Lisan Peserta Didik
Pertemuan Pertama
No. Teks Asli Penghalusan Teks Teks Dasar Teks Argumentasi 1
2
3
4
5
G: Baik, kita telah masuk pada
tahap sesi argumentasi. Kita akan
mulai dengan membacakan kembali
pertanyaan inkuiri yang tertera pada
LKPD. Setujukah Anda bahwa
orang dengan golongan darah O
dapat melakukan transfusi darah
untuk semua golongan darah
sedangkan orang dengan golongan
darah AB bisa menerima transfusi
darah dari semua golongan darah?
S: Setujuuuu! <teriak kelompom
pro>. Tidaakkk! <teriak kelompok
kontra>
G: Ntar dulu ntar dulu. Bagaimana
pendapat kelompok Anda? Silahkan
untuk kesempatan pertama saya
berikan terlebih dahulu untuk
kelompok pro atau yang setuju
dengan pernyataan tersebut.
S: (tepuk tangan)
G: eh tadi kelompok pro yang mana
kontra yang mana? Ini sama ini
yah? Oke boleh dimulai, jangan
lupa sebutkan namanya siapa dari
kelompok pro atau kontra dan
jelaskan argumentasi kalian.
G: Baik, kita telah masuk pada tahap
sesi argumentasi. Kita akan mulai
dengan membacakan kembali
pertanyaan inkuiri yang tertera pada
LKPD. Setujukah Anda bahwa orang
dengan golongan darah O dapat
melakukan transfusi darah untuk semua
golongan darah sedangkan orang
dengan golongan darah AB bisa
menerima transfusi darah dari semua
golongan darah?
S: [Setujuuuu! Tidaakkk!] Setuju.
Tidak setuju.
G: [Ntar dulu ntar dulu] Sebentar.
Bagaimana pendapat kelompok Anda?
Silahkan untuk kesempatan pertama
saya berikan terlebih dahulu untuk
kelompok pro atau yang setuju dengan
pernyataan tersebut.
S: [(tepuk tangan)]
G: [eh tadi] kelompok pro yang mana
kontra yang mana? Ini sama ini [yah]?
[Oke] baik [boleh] silahkan dimulai,
jangan lupa sebutkan namanya siapa
dari kelompok pro atau kontra dan
jelaskan argumentasi kalian.
G: Baik, kita telah masuk pada tahap
sesi argumentasi. Kita akan mulai
dengan membacakan kembali
pertanyaan inkuiri yang tertera pada
LKPD. Setujukah Anda bahwa orang
dengan golongan darah O dapat
melakukan transfusi darah untuk semua
golongan darah sedangkan orang
dengan golongan darah AB bisa
menerima transfusi darah dari semua
golongan darah?
S: Setuju. Tidak setuju.
G: Sebentar. Bagaimana pendapat
kelompok Anda? Silahkan untuk
kesempatan pertama saya berikan
terlebih dahulu untuk kelompok pro
atau yang setuju dengan pernyataan
tersebut.
-
G: Kelompok pro yang mana kontra
yang mana? Ini sama ini? Baik
silahkan dimulai, jangan lupa sebutkan
namanya siapa dari kelompok pro atau
kontra dan jelaskan argumentasi kalian.
G: Baik, kita telah masuk pada tahap
sesi argumentasi. Kita akan mulai
dengan membacakan kembali
pertanyaan inkuiri yang tertera pada
LKPD. Setujukah Anda bahwa orang
dengan golongan darah O dapat
melakukan transfusi darah untuk semua
golongan darah sedangkan orang
dengan golongan darah AB bisa
menerima transfusi darah dari semua
golongan darah? (Stimulant:
pertanyaan. Non claim)
S: Setuju. Tidak setuju. (Claim)
G: Sebentar. Bagaimana pendapat
kelompok Anda? Silahkan untuk
kesempatan pertama saya berikan
terlebih dahulu untuk kelompok pro
atau yang setuju dengan pernyataan
tersebut. (Non claim)
-
G: Kelompok pro yang mana kontra
yang mana? Ini sama ini? Baik
silahkan dimulai, jangan lupa sebutkan
namanya siapa dari kelompok pro atau
kontra dan jelaskan argumentasi kalian.
(Non claim)
154
6
7
8
9
10
P1: (Rizkia) eh gua gua, gua apa
Dam. (Saddam) yah udah ini mah
diomongin semua ama Rizkia.
(Rizkia) abis ini udah, abis ini
enggak.
G: Ayo SNSD nya mana? Satu
ngomong semua dengar. Sssttttt!
<menyuruh peserta didik diam>
P1(Rizkia): Saya Rizkia dari
kelompok Pro, ingin megutarakan
pendapat dari kelompok kami.
Menurut kelompok kami setuju
bahwa golongan darah O dapat
mentranfusi kesemua golongan
darah dan golongan darah AB dapat
meneri tranfusi dari semua
golongan, karena menurut
kelompok kami bahwa golongan
darah O itu merupakan golongan
darah universal jadi dapat
mendonorkan kesemua golongan
darah. Sedangkan golongan darah
AB itu golongan darah recepient
universal yaitu dapat menerima
semua golongan darah, dapat
menerima tranfusi dari semua
golongan darah dan menurut artikel
yang telah kelompok kami pahami,
eh dilanjutkan oleh Saddam.
P1 (Saddam): dan juga menurut
kelompok kami,
G: eh nama dulu nama siapa?
P1: (Rizkia) [eh gua gua, gua apa Dam]
Saya ya Dam. (Saddam) yah udah ini
[mah diomongin] akan dibicarakan
semua [ama] sama Rizkia. (Rizkia)
[abis] setelah ini [udah] sudah, [abis]
setelah ini [enggak] tidak.
G: Ayo SNSD nya mana? Satu
ngomong semua dengar. [Sssttttt!
<menyuruh peserta didik diam>]
P1(Rizkia): Saya Rizkia dari kelompok
Pro, ingin megutarakan pendapat dari
kelompok kami. Menurut kelompok
kami setuju bahwa golongan darah O
dapat mentranfusi kesemua golongan
darah dan golongan darah AB dapat
meneri tranfusi dari semua golongan,
karena menurut kelompok kami bahwa
golongan darah O itu merupakan
golongan darah universal jadi dapat
mendonorkan kesemua golongan
darah. Sedangkan golongan darah AB
itu golongan darah recepient universal
yaitu dapat menerima semua golongan
darah, dapat menerima tranfusi dari
semua golongan darah dan menurut
artikel yang telah kelompok kami
pahami, [eh] akan dilanjutkan oleh
Saddam.
P1 (Saddam): dan juga menurut
kelompok kami,
G: [eh nama dulu] namanya siapa?
P1: (Rizkia) Saya ya Dam.
(Saddam) yah udah ini akan
dibicarakan semua sama Rizkia.
(Rizkia) setelah ini sudah, setelah ini
tidak.
G: Ayo SNSD nya mana? Satu
ngomong semua dengar.
P1(Rizkia): Saya Rizkia dari kelompok
Pro, ingin megutarakan pendapat dari
kelompok kami. Menurut kelompok
kami setuju bahwa golongan darah O
dapat mentranfusi kesemua golongan
darah dan golongan darah AB dapat
meneri tranfusi dari semua golongan,
karena menurut kelompok kami bahwa
golongan darah O itu merupakan
golongan darah universal jadi dapat
mendonorkan kesemua golongan
darah. Sedangkan golongan darah AB
itu golongan darah recepient universal
yaitu dapat menerima semua golongan
darah, dapat menerima tranfusi dari
semua golongan darah dan menurut
artikel yang telah kelompok kami
pahami, akan dilanjutkan oleh Saddam.
P1 (Saddam): dan juga menurut
kelompok kami,
G: namanya siapa?
P1: (Rizkia) Saya ya Dam.
(Saddam) yah udah ini akan
dibicarakan semua sama Rizkia.
(Rizkia) setelah ini sudah, setelah ini
tidak. (Non claim)
G: Ayo SNSD nya mana? Satu
ngomong semua dengar. (Non claim)
P1(Rizkia): Saya Rizkia dari kelompok
Pro, ingin megutarakan pendapat dari
kelompok kami. Menurut kelompok
kami setuju bahwa golongan darah O
dapat mentranfusi kesemua golongan
darah dan golongan darah AB dapat
meneri tranfusi dari semua golongan,
karena menurut kelompok kami bahwa
golongan darah O itu merupakan
golongan darah universal jadi dapat
mendonorkan kesemua golongan
darah. Sedangkan golongan darah AB
itu golongan darah recepient universal
yaitu dapat menerima semua golongan
darah, dapat menerima tranfusi dari
semua golongan darah dan menurut
artikel yang telah kelompok kami
pahami, akan dilanjutkan oleh Saddam.
(claim-data)
P1 (Saddam): dan juga menurut
kelompok kami, (Non claim)
G: namanya siapa? (Non claim)
155
11
12
13
14
15
16
P1 (Saddam): ya nama saya
Muhammad Saddam Riyadi, saya
dari kelompok pro ingin
menambahkan pendapat dari
Rizkia. Orang dengan golongan
darah AB dapat menerima semua
golongan darah ABO. Kenapa?
Karena memiliki antigen sel darah
merah A dan B. Dan juga golongan
darah O yang memiliki tanpa
antigen sehingga dia bisa
mentransfusi kesemua golongan
darah ABO.
G: oke terimakasih dari tim pro
yang telah menyampaikan
argumentasinya terkait pernyataan
setuju terhadap pertanyaan dan juga
sudah dikuatkan pendapatnya
dengan tambahan argumen. Tepuk
tangan dulu dong!
S: (tepuk tangan)
G: silahkan dari kelompok lain
yang mau menyanggah atau
menyampaikan argumentasinya.
Atau mau menyampaikan dulu
statementnya kenapa tidak setuju.
S: Sssstttt! <menyuruh yang lain
diam>
K1(Rivaldi): Nama Rivaldi Gerald
Pratama. Golongan darah O negatif
memiliki antibodi yang dapat
bereaksi serius selama tranfusi
darah berlangsung karena golongan
darah dengan rhesus positif dan
P1 (Saddam): [ya] nama saya
Muhammad Saddam Riyadi, saya dari
kelompok pro ingin menambahkan
pendapat dari Rizkia. Orang dengan
golongan darah AB dapat menerima
semua golongan darah ABO. Kenapa?
Karena memiliki antigen sel darah
merah A dan B. Dan juga golongan
darah O yang memiliki tanpa antigen
sehingga dia [bisa] dapat mentransfusi
kesemua golongan darah ABO.
G: [oke] terimakasih dari tim pro yang
telah menyampaikan argumentasinya
terkait pernyataan setuju terhadap
pertanyaan dan juga sudah dikuatkan
pendapatnya dengan tambahan
argumen. Tepuk tangan [dulu dong!]
S: [(tepuk tangan)]
G: silahkan dari kelompok lain yang
[mau] ingin menyanggah atau
menyampaikan argumentasinya. Atau
mau menyampaikan [dulu]
statementnya kenapa tidak setuju.
S:[ Sssstttt! <menyuruh yang lain
diam>]
K1(Rivaldi): Nama Rivaldi Gerald
Pratama. Golongan darah O negatif
memiliki antibodi yang dapat bereaksi
serius selama tranfusi darah
berlangsung karena golongan darah
dengan rhesus positif dan negatif dapat
P1 (Saddam): nama saya Muhammad
Saddam Riyadi, saya dari kelompok
pro ingin menambahkan pendapat dari
Rizkia. Orang dengan golongan darah
AB dapat menerima semua golongan
darah ABO. Kenapa? Karena memiliki
antigen sel darah merah A dan B. Dan
juga golongan darah O yang memiliki
tanpa antigen sehingga dia dapat
mentransfusi kesemua golongan darah
ABO.
G: terimakasih dari tim pro yang telah
menyampaikan argumentasinya terkait
pernyataan setuju terhadap pertanyaan
dan juga sudah dikuatkan pendapatnya
dengan tambahan argumen. Tepuk
tangan.
-
G: silahkan dari kelompok lain yang
ingin menyanggah atau menyampaikan
argumentasinya. Atau mau
menyampaikan statementnya kenapa
tidak setuju.
-
K1(Rivaldi): Nama Rivaldi Gerald
Pratama. Golongan darah O negatif
memiliki antibodi yang dapat bereaksi
serius selama tranfusi darah
P1 (Saddam): nama saya Muhammad
Saddam Riyadi, saya dari kelompok
pro ingin menambahkan pendapat dari
Rizkia. Orang dengan golongan darah
AB dapat menerima semua golongan
darah ABO. Kenapa? Karena memiliki
antigen sel darah merah A dan B. Dan
juga golongan darah O yang memiliki
tanpa antigen sehingga dia dapat
mentransfusi kesemua golongan darah
ABO. (backing-1) (claim-warrant)
G: terimakasih dari tim pro yang telah
menyampaikan argumentasinya terkait
pernyataan setuju terhadap pertanyaan
dan juga sudah dikuatkan pendapatnya
dengan tambahan argumen. Tepuk
tangan. (Non claim)
-
G: silahkan dari kelompok lain yang
ingin menyanggah atau menyampaikan
argumentasinya. Atau mau
menyampaikan statementnya kenapa
tidak setuju. (Non claim)
-
K1(Rivaldi): Nama Rivaldi Gerald
Pratama. Golongan darah O negatif
memiliki antibodi yang dapat bereaksi
serius selama tranfusi darah
berlangsung karena golongan darah
dengan rhesus positif dan negatif dapat
156
17
18
19
20
21
22
23
negatif dapat berbahaya jika
bereaksi. Hal tersebut berdasarkan
referensi yang diambil dari
halodokter yang menjelaskan
tentang tranfusi darah.
G: nah tadi disampaikan oleh
Rivaldi tentang ketidaksetujuannya
terhadap pertanyaan tersebut. Ada
lagi dari kelompok lain yang ingin
menambahkan?
S: <terlihat berdiskus>
G: <memberikan stimulus> jadi tadi
Rivaldi sebagai kelompok kontra
memberitahu bahwa mereka tidak
setuju nih kalau golongan darah O
itu dapat melakukan tranfusi
kesemua golongan darah, karena
ada golongan darah O yan
memiliki rhesus negatif itu bisa
menyebabkan rekasi yang serius
bila ditranfusikan darahnya ke yang
berbeda. Seperti itu.
G: karena dari tim kontra belum ada
yang menambahkan, kita lihat tim
pro ada yang meyangga dulu ya.
P1(M.Rizky): Assalamualaikum
Wr.Wb.
S: Wa’alaikumussalam wr.wb
P1(M.Rizky): saya Muhammad
Rizky Ramadhani dari kelompok
berbahaya jika bereaksi. Hal tersebut
berdasarkan referensi yang diambil dari
halodokter yang menjelaskan tentang
tranfusi darah.
G: [nah] tadi disampaikan oleh Rivaldi
tentang ketidaksetujuannya terhadap
pertanyaan tersebut. Ada lagi dari
kelompok lain yang ingin
menambahkan?
S: [<terlihat berdiskus>]
G: [<memberikan stimulus> jadi] tadi
Rivaldi sebagai kelompok kontra
memberitahu bahwa mereka tidak
setuju [nih] [kalau] jika golongan darah
O [itu] dapat melakukan tranfusi
kesemua golongan darah, karena ada
golongan darah O yan memiliki rhesus
negatif [itu] bisa menyebabkan rekasi
yang serius bila ditranfusikan darahnya
ke yang berbeda. [Seperti itu.]
G: karena dari tim kontra belum ada
yang menambahkan, kita lihat tim pro
ada yang meyangga dulu ya.
P1(M.Rizky): Assalamualaikum
Wr.Wb.
S: Wa’alaikumussalam wr.wb
P1(M.Rizky): saya Muhammad Rizky
Ramadhani dari kelompok pro ingin
berlangsung karena golongan darah
dengan rhesus positif dan negatif dapat
berbahaya jika bereaksi. Hal tersebut
berdasarkan referensi yang diambil dari
halodokter yang menjelaskan tentang
tranfusi darah.
G: tadi disampaikan oleh Rivaldi
tentang ketidaksetujuannya terhadap
pertanyaan tersebut. Ada lagi dari
kelompok lain yang ingin
menambahkan?
-
G: tadi Rivaldi sebagai kelompok
kontra memberitahu bahwa mereka
tidak setuju jika golongan darah O
dapat melakukan tranfusi kesemua
golongan darah, karena ada golongan
darah O yan memiliki rhesus negatif
bisa menyebabkan rekasi yang serius
bila ditranfusikan darahnya ke yang
berbeda.
G: karena dari tim kontra belum ada
yang menambahkan, kita lihat tim pro
ada yang meyangga dulu ya.
P1(M.Rizky): Assalamualaikum
Wr.Wb.
S: Wa’alaikumussalam wr.wb
P1(M.Rizky): saya Muhammad Rizky
berbahaya jika bereaksi. Hal tersebut
berdasarkan referensi yang diambil dari
halodokter yang menjelaskan tentang
tranfusi darah. (Rebuttal-1) (claim-
warrant-data) sanggahan lemah
G: tadi disampaikan oleh Rivaldi
tentang ketidaksetujuannya terhadap
pertanyaan tersebut. Ada lagi dari
kelompok lain yang ingin
menambahkan? ( Non claim)
-
G: tadi Rivaldi sebagai kelompok
kontra memberitahu bahwa mereka
tidak setuju jika golongan darah O
dapat melakukan tranfusi kesemua
golongan darah, karena ada golongan
darah O yan memiliki rhesus negatif
bisa menyebabkan rekasi yang serius
bila ditranfusikan darahnya ke yang
berbeda. (Stimulant: pernyataan. Non
claim)
G: karena dari tim kontra belum ada
yang menambahkan, kita lihat tim pro
ada yang meyangga dulu ya. ( Non
claim)
P1(M.Rizky): Assalamualaikum
Wr.Wb. ( Non claim)
S: Wa’alaikumussalam wr.wb ( Non
claim)
P1(M.Rizky): saya Muhammad Rizky
Ramadhani dari kelompok pro ingin
157
24
25
26
27
28
29
30
pro ingin menyatakan bahwa saya
tidak setuju dengan pernyataan
yang dilontarkan oleh tim kontra.
Karena, orang yang bergolongan
darah O dan memiliki rhesus
negatif itu hanya 1% dari 99%
rhesus positif di dunia. Jadi
kemungkinannya sangat kecil sekali
bergolongan darah O dengan rhesus
minus karena perbandingannya
99% dengan 1%. Oke terimakasih,
sekian saja. Wassalamualaikum
wr.wb.
S: Wa’alaikumussalam wr.wb
G: oke terimakasih untuk Rizky
sudah menyampaikan
sanggahannya terkait
ketidaksetujuan terhadap kelompok
kontra. Tepuk tangan dulu dong.
S: <tepuk tangan>
G: dari tim pro 2 apakah ada yang
ingin menguatkan argumen dari tim
pro 1 ?
P2: sama bu, udah sama.
K1(Rivaldi): Bu! Eh gajadi masih
mikir.
G: silahkan masih dibuka
kesempatan untuk kelompok lain
menyampaikan argumentasinya,
baik dari tim kontra maupun tim
pro.
menyatakan bahwa saya tidak setuju
dengan pernyataan yang dilontarkan
oleh tim kontra. Karena, orang yang
bergolongan darah O dan memiliki
rhesus negatif itu hanya 1% dari 99%
rhesus positif di dunia. Jadi
kemungkinannya sangat kecil sekali
bergolongan darah O dengan rhesus
[minus] negatif karena
perbandingannya 99% dengan 1%. Oke
terimakasih, sekian [saja].
Wassalamualaikum wr.wb.
S: Wa’alaikumussalam wr.wb
G: [oke] terimakasih untuk Rizky
sudah menyampaikan sanggahannya
terkait ketidaksetujuan terhadap
kelompok kontra. Tepuk tangan [dulu
dong].
S: [<tepuk tangan>]
G: [dari] tim pro 2 apakah ada yang
ingin menguatkan argumen dari tim pro
1 ?
P2: sama bu,[ udah] sudah sama.
K1(Rivaldi): Bu! [Eh] [ga] tidak jadi
masih [mikir] berpikir.
G: silahkan masih dibuka kesempatan
untuk kelompok lain menyampaikan
argumentasinya, baik dari tim kontra
maupun tim pro.
Ramadhani dari kelompok pro ingin
menyatakan bahwa saya tidak setuju
dengan pernyataan yang dilontarkan
oleh tim kontra. Karena, orang yang
bergolongan darah O dan memiliki
rhesus negatif itu hanya 1% dari 99%
rhesus positif di dunia. Jadi
kemungkinannya sangat kecil sekali
bergolongan darah O dengan rhesus
negatif karena perbandingannya 99%
dengan 1%. Oke terimakasih, sekian.
Wassalamualaikum wr.wb.
S: Wa’alaikumussalam wr.wb
G: [oke] terimakasih untuk Rizky
sudah menyampaikan sanggahannya
terkait ketidaksetujuan terhadap
kelompok kontra. Tepuk tangan [dulu
dong].
-
G: tim pro 2 apakah ada yang ingin
menguatkan argumen dari tim pro 1 ?
P2: sama bu, sudah sama.
K1(Rivaldi): Bu! tidak jadi, masih
berpikir.
G: silahkan masih dibuka kesempatan
untuk kelompok lain menyampaikan
argumentasinya, baik dari tim kontra
maupun tim pro.
menyatakan bahwa saya tidak setuju
dengan pernyataan yang dilontarkan
oleh tim kontra. Karena, orang yang
bergolongan darah O dan memiliki
rhesus negatif itu hanya 1% dari 99%
rhesus positif di dunia. Jadi
kemungkinannya sangat kecil sekali
bergolongan darah O dengan rhesus
negatif karena perbandingannya 99%
dengan 1%. Oke terimakasih, sekian.
Wassalamualaikum wr.wb. ((claim-
warrant-data) sanggahan lemah)
S: Wa’alaikumussalam wr.wb ( Non
claim)
G: [oke] terimakasih untuk Rizky
sudah menyampaikan sanggahannya
terkait ketidaksetujuan terhadap
kelompok kontra. Tepuk tangan [dulu
dong]. ( Non claim)
-
G: tim pro 2 apakah ada yang ingin
menguatkan argumen dari tim pro 1 ?
( Non claim)
P2: sama bu, sudah sama. ( Non claim)
K1(Rivaldi): Bu! tidak jadi, masih
berpikir. ( Non claim)
G: silahkan masih dibuka kesempatan
untuk kelompok lain menyampaikan
argumentasinya, baik dari tim kontra
maupun tim pro. (Stimulant:
pernyataan. Non claim)
158
31
32
33
34
35
36
37
P1(Rizkia): Bu, saya mau lagi.
G: yak silahkan, dari teman-teman
yang lain ada yang mau gantian
menyampaikan pendapat selain
Rizkia?
P1(Rizkia): eh nih lu aja tinggal
bacain. Nih yang ini individu
dengan golongan darah O min
dapat mendonorkan kepada semua
tetapi hanya tidak bisa menerima.
P1(Firdaus): Assalamualaikum
wr.wb
S: Wa’alaikumussalam wr.wb
P1(Firdaus): saya Firdaus dari
kelompok pro ingin menambahkan,
1. Individu dengan golongan darah
0 memiliki sel darah tanpa antigen
tanpa memproduksi antibodi
terhadap antigen A dan B sehingga
orang-orang dengan golongan darah
O negatif dapat mendonorkan
darahnya kepada orang-orang
dengan golongan darah ABO
apapun dan disebut donor universal.
Namun, orang dengan golongan
darah O negatif hanya dapat
menerima golongan darah dari
sesama O negatif. Sekian.
G: baik terimakasih atas tambahan
P1(Rizkia): Bu, saya [mau lagi] ingin.
G: [yak] silahkan, dari teman-teman
yang lain ada yang [mau] ingin gantian
menyampaikan pendapat selain Rizkia?
P1(Rizkia): [eh nih lu aja] ini kamu
saja tinggal [bacain] dibacakan. [Nih]
yang ini, individu dengan golongan
darah O [min] negatif dapat
mendonorkan kepada semua tetapi
hanya tidak bisa menerima.
P1(Firdaus): Assalamualaikum wr.wb
S: Wa’alaikumussalam wr.wb
P1(Firdaus): saya Firdaus dari
kelompok pro ingin menambahkan, 1.
Individu dengan golongan darah O
memiliki sel darah tanpa antigen tanpa
memproduksi antibodi terhadap antigen
A dan B sehingga orang-orang dengan
golongan darah O negatif dapat
mendonorkan darahnya kepada orang-
orang dengan golongan darah ABO
apapun dan disebut donor universal.
Namun, orang dengan golongan darah
O negatif hanya dapat menerima
golongan darah dari sesama O negatif.
Sekian.
G: baik terimakasih atas tambahan
P1(Rizkia): Bu, saya ingin.
G: silahkan, dari teman-teman yang
lain ada yang ingin gantian
menyampaikan pendapat selain Rizkia?
P1(Rizkia): ini kamu saja tinggal
dibacakan. yang ini, individu dengan
golongan darah O negatif dapat
mendonorkan kepada semua tetapi
hanya tidak bisa menerima.
P1(Firdaus): Assalamualaikum wr.wb
S: Wa’alaikumussalam wr.wb
P1(Firdaus): saya Firdaus dari
kelompok pro ingin menambahkan, 1.
Individu dengan golongan darah O
memiliki sel darah tanpa antigen tanpa
memproduksi antibodi terhadap antigen
A dan B sehingga orang-orang dengan
golongan darah O negatif dapat
mendonorkan darahnya kepada orang-
orang dengan golongan darah ABO
apapun dan disebut donor universal.
Namun, orang dengan golongan darah
O negatif hanya dapat menerima
golongan darah dari sesama O negatif.
Sekian.
P1(Rizkia): Bu, saya ingin. ( Non
claim)
G: silahkan, dari teman-teman yang
lain ada yang ingin gantian
menyampaikan pendapat selain Rizkia?
( Non claim)
P1(Rizkia): ini kamu saja tinggal
dibacakan. yang ini, individu dengan
golongan darah O negatif dapat
mendonorkan kepada semua tetapi
hanya tidak bisa menerima. (Claim)
P1(Firdaus): Assalamualaikum wr.wb
( Non claim)
S: Wa’alaikumussalam wr.wb ( Non
claim)
P1(Firdaus): saya Firdaus dari
kelompok pro ingin menambahkan, 1.
Individu dengan golongan darah O
memiliki sel darah tanpa antigen tanpa
memproduksi antibodi terhadap antigen
A dan B sehingga orang-orang dengan
golongan darah O negatif dapat
mendonorkan darahnya kepada orang-
orang dengan golongan darah ABO
apapun dan disebut donor universal.
Namun, orang dengan golongan darah
O negatif hanya dapat menerima
golongan darah dari sesama O negatif.
Sekian. (claim-warrant-data)
sanggahan lemah
G: baik terimakasih atas tambahan
159
38
39
40
sanggahan yang disampaikan oleh
tim pro. Tepuk tangan!
S: <tepuk tangan>
G: Apakah masih ada dari
kelompok lain yang ingin
berpendapat? Tadi dari teman-
teman pro menyangga kelompok
kontra, bahwa ternyata orang
dengan golongan darah O rhesus
negatif bisa mendonorkan darahnya
kepada golongan darah apapun,
hanya saja tidak dapat menerima.
G: Baik jika tidak ada yang
berpendapat lagi untuk closing dan
beberapa kesimpulan yang telah di
sampaikan oleh setiap kelpompok
bahwa ada teori yang menyatakan
setiap golongan darah O bersifat
donor universal sehingga dapat
melakukan tranfusi darah ke semua
golongan darah sedangkan
golongan darah AB disebut juga
bersifat recepient universal atau
dapat menerima tranfusi darah dari
semua golongan darah. Namun,
pada kenyataannya saat ini, karena
banyaknya kasus yang
mengkhawatirkan dan dianggap
berbahaya untuk dilakukan donor
darah beda golongan, maka lebih
dianjurkan untuk melakukan
tranfusi darah kepada golongan
darah yang sama atau sejenis demi
menghindari hal-hal medis yang
serius berdampak pada pasca
tranfusi atau mengurangi kegagalan
sanggahan yang disampaikan oleh tim
pro. Tepuk tangan!
S:[ <tepuk tangan>]
G: Apakah masih ada dari kelompok
lain yang ingin berpendapat? Tadi dari
teman-teman pro menyangga kelompok
kontra, bahwa ternyata orang dengan
golongan darah O rhesus negatif bisa
mendonorkan darahnya kepada
golongan darah apapun, hanya saja
tidak dapat menerima.
G: Baik jika tidak ada yang
berpendapat lagi untuk [closing]
penutup dan beberapa kesimpulan yang
telah di sampaikan oleh setiap
kelpompok bahwa ada teori yang
menyatakan setiap golongan darah O
bersifat donor universal sehingga dapat
melakukan tranfusi darah ke semua
golongan darah sedangkan golongan
darah AB disebut juga bersifat
recepient universal atau dapat
menerima tranfusi darah dari semua
golongan darah. Namun, pada
kenyataannya saat ini, karena
banyaknya kasus yang
mengkhawatirkan dan dianggap
berbahaya untuk dilakukan donor darah
beda golongan, maka lebih dianjurkan
untuk melakukan tranfusi darah kepada
golongan darah yang sama atau sejenis
demi menghindari hal-hal medis yang
serius berdampak pada pasca tranfusi
atau mengurangi kegagalan tranfusi
darah.
G: baik terimakasih atas tambahan
sanggahan yang disampaikan oleh tim
pro. Tepuk tangan!
-
G: Apakah masih ada dari kelompok
lain yang ingin berpendapat? Tadi dari
teman-teman pro menyangga kelompok
kontra, bahwa ternyata orang dengan
golongan darah O rhesus negatif bisa
mendonorkan darahnya kepada
golongan darah apapun, hanya saja
tidak dapat menerima.
G: Baik jika tidak ada yang
berpendapat lagi untuk penutup dan
beberapa kesimpulan yang telah di
sampaikan oleh setiap kelpompok
bahwa ada teori yang menyatakan
setiap golongan darah O bersifat donor
universal sehingga dapat melakukan
tranfusi darah ke semua golongan
darah sedangkan golongan darah AB
disebut juga bersifat recepient
universal atau dapat menerima tranfusi
darah dari semua golongan darah.
Namun, pada kenyataannya saat ini,
karena banyaknya kasus yang
mengkhawatirkan dan dianggap
berbahaya untuk dilakukan donor darah
beda golongan, maka lebih dianjurkan
untuk melakukan tranfusi darah kepada
golongan darah yang sama atau sejenis
demi menghindari hal-hal medis yang
serius berdampak pada pasca tranfusi
atau mengurangi kegagalan tranfusi
darah.
sanggahan yang disampaikan oleh tim
pro. Tepuk tangan! ( Non claim)
-
G: Apakah masih ada dari kelompok
lain yang ingin berpendapat? Tadi dari
teman-teman pro menyangga kelompok
kontra, bahwa ternyata orang dengan
golongan darah O rhesus negatif bisa
mendonorkan darahnya kepada
golongan darah apapun, hanya saja
tidak dapat menerima. (Stimulant:
pernyataan. Non claim)
G: Baik jika tidak ada yang
berpendapat lagi untuk penutup dan
beberapa kesimpulan yang telah di
sampaikan oleh setiap kelpompok
bahwa ada teori yang menyatakan
setiap golongan darah O bersifat donor
universal sehingga dapat melakukan
tranfusi darah ke semua golongan
darah sedangkan golongan darah AB
disebut juga bersifat recepient
universal atau dapat menerima tranfusi
darah dari semua golongan darah.
Namun, pada kenyataannya saat ini,
karena banyaknya kasus yang
mengkhawatirkan dan dianggap
berbahaya untuk dilakukan donor darah
beda golongan, maka lebih dianjurkan
untuk melakukan tranfusi darah kepada
golongan darah yang sama atau sejenis
demi menghindari hal-hal medis yang
serius berdampak pada pasca tranfusi
atau mengurangi kegagalan tranfusi
darah. (Claim-data)
160
41
42
tranfusi darah.
G: kalo begitu, kita cukupkan
pertemuan kita sampai disini untuk
sesi argumentasi, selanjutnya kita
akan lanjutkan ketahapan ADI yang
selanjutnya. Okee?
S: oke buuu!
G: [kalo begitu,] kita cukupkan
pertemuan kita sampai disini untuk sesi
argumentasi, selanjutnya kita akan
lanjutkan ketahapan ADI yang
selanjutnya. [Okee] ya?
S: [oke buuu!] baik bu.
G: kita cukupkan pertemuan kita
sampai disini untuk sesi argumentasi,
selanjutnya kita akan lanjutkan
ketahapan ADI yang selanjutnya. ya?
S: baik bu.
G: kita cukupkan pertemuan kita
sampai disini untuk sesi argumentasi,
selanjutnya kita akan lanjutkan
ketahapan ADI yang selanjutnya. ya?
(Non claim)
S: baik bu. (Non claim)
Keterangan:
G : Guru
S : Siswa
Tanda [....] : Penghapusan kata atau kalimat
Tanda cetak miring (italic) : Penyisipan kata atau kalimat
161
Lampiran 10
Transkip Rekaman Argumentasi Lisan Peserta Didik
Pertemuan Kedua
No. Teks Asli Penghalusan Teks Teks Dasar Teks Argumentasi 1
2
3
4
5
6
G: Baik, kita akan memulai sesi
argumentasi pada kali ini yang
memiliki pernyataan dan
pertanyaan yaitu setujukah kalian
bahwa frekuensi denyut nadi
setelah minum air dingin akan lebih
tinggi jumlahnya atau tingkatannya
dibandingkan setelah minum air
hangat? Nah, silahkan dimulai
terlebih dahulu oleh kelompok pro.
S: <berdiskusi menentukan yang
akan menjadi pembicara pertama>
G: ayo kelompok pro.
P1(Dyah): saya bu!
G: iya silahkan, boleh berdiri. Yang
lain dengarkan ya semuanya.
P1(Dyah): saya dari kelompok pro
menyatakan setuju, karena
alasannya pada masing-masing
kegiatan seperti minum air dingin
jantung bekerja dengan porsinya
masing-masing dalam memompa
darahnya, semakin santai atau rileks
suatu kegiatan, maka akan sedikit
pula denyut jantung dan denyut
nadi yang berdetak. Begitu pula
G: Baik, kita akan memulai sesi
argumentasi pada kali ini yang
memiliki pernyataan dan pertanyaan
yaitu setujukah kalian bahwa frekuensi
denyut nadi setelah minum air dingin
akan lebih tinggi jumlahnya atau
tingkatannya dibandingkan setelah
minum air hangat? [Nah,] silahkan
dimulai terlebih dahulu oleh kelompok
pro.
S: [<berdiskusi menentukan yang akan
menjadi pembicara pertama>]
G: [ayo] silahkan kelompok pro.
P1(Dyah): saya bu!
G: iya silahkan, boleh berdiri. Yang
lain dengarkan ya semuanya.
P1(Dyah): saya dari kelompok pro
menyatakan setuju, karena alasannya
pada masing-masing kegiatan seperti
minum air dingin jantung bekerja
dengan porsinya masing-masing dalam
memompa darah[nya], semakin santai
atau rileks suatu kegiatan, maka akan
sedikit pula denyut jantung dan denyut
nadi yang berdetak. Begitu pula yang
terjadi pada denyut nadi manusia.
G: Baik, kita akan memulai sesi
argumentasi pada kali ini yang
memiliki pernyataan dan pertanyaan
yaitu setujukah kalian bahwa frekuensi
denyut nadi setelah minum air dingin
akan lebih tinggi jumlahnya atau
tingkatannya dibandingkan setelah
minum air hangat? Silahkan dimulai
terlebih dahulu oleh kelompok pro.
-
G: silahkan kelompok pro.
P1(Dyah): saya bu!
G: iya silahkan, boleh berdiri. Yang
lain dengarkan ya semuanya.
P1(Dyah): saya dari kelompok pro
menyatakan setuju, karena alasannya
pada masing-masing kegiatan seperti
minum air dingin jantung bekerja
dengan porsinya masing-masing dalam
memompa darah, semakin santai atau
rileks suatu kegiatan, maka akan
sedikit pula denyut jantung dan denyut
nadi yang berdetak. Begitu pula yang
terjadi pada denyut nadi manusia.
G: Baik, kita akan memulai sesi
argumentasi pada kali ini yang
memiliki pernyataan dan pertanyaan
yaitu setujukah kalian bahwa frekuensi
denyut nadi setelah minum air dingin
akan lebih tinggi jumlahnya atau
tingkatannya dibandingkan setelah
minum air hangat? Silahkan dimulai
terlebih dahulu oleh kelompok pro.
(Stimulant: pertanyaan. Non claim)
-
G: silahkan kelompok pro. (Non claim)
P1(Dyah): saya bu! (Non claim)
G: iya silahkan, boleh berdiri. Yang
lain dengarkan ya semuanya. (Non
claim)
P1(Dyah): saya dari kelompok pro
menyatakan setuju, karena alasannya
pada masing-masing kegiatan seperti
minum air dingin jantung bekerja
dengan porsinya masing-masing dalam
memompa darah, semakin santai atau
rileks suatu kegiatan, maka akan sedikit
pula denyut jantung dan denyut nadi
yang berdetak. Begitu pula yang terjadi
pada denyut nadi manusia. Referensi
162
7
8
9
10
yang terjadi pada denyut nadi
manusia. Referensi yang
mendukungnya itu tadi kami
sempat nyari dari internet mengenai
laporan praktikum biologi denyut
nadi manusia.
G: oke, tepuk tangan untuk
kelompok pro! Nah yang lain
gimana nih dari teman-teman ada
tanggapan dari kelompok kontra?
Oke yang ini dulu ya.
K1(Luthfi): nama saya Ahmad
Luthfi, disini saya tidak setuju
dengan pendapat kelompok pro.
Alasannya karena saat kita minum
air es saraf trigeminus yang ada di
belakang leher kita akan kaget. Nah
hal ini menyebabkan detak jantung
yang memompa darah meunurun,
itu juga menyebabkan frekuensi
denyut nadi kita makin turun. Oleh
karena itu saya tidak setuju dengan
pendapat Anda. Menurut kami, jika
meminum air dingin itu lebih tinggi
itu salah.
G: oke, tepuk tangan untuk
kelompok kontra. Selanjutnya, oh
ini ada yang ingin menambahkan
pendapatnya dari kelompok kontra.
K2(Saddam): nama saya
muhammad saddam, saya akan
menambahkan argumentasi dari
kelompok Luthfi tadi. Kami tidak
setuju bahwa minum air dingin itu
Referensi yang mendukung[nya] itu
tadi kami [sempat nyari] cari dari
internet mengenai laporan praktikum
biologi denyut nadi manusia.
G: [oke] baik, tepuk tangan untuk
kelompok pro! [Nah] yang lain
[gimana] bagaimana [nih] dari teman-
teman ada tanggapan dari kelompok
kontra? [Oke] baik yang ini [dulu]
terlebih dahulu ya.
K1(Luthfi): nama saya Ahmad Luthfi,
disini saya tidak setuju dengan
pendapat kelompok pro. Alasannya
karena saat kita minum air es saraf
trigeminus yang ada di belakang leher
kita akan [kaget] terkejut. [Nah] hal ini
menyebabkan detak jantung yang
memompa darah meunurun, itu juga
menyebabkan frekuensi denyut nadi
kita [makin] semakin turun. Oleh
karena itu saya tidak setuju dengan
pendapat Anda. Menurut kami, jika
meminum air dingin itu lebih tinggi itu
salah.
G: [oke] baik, tepuk tangan untuk
kelompok kontra. Selanjutnya, [oh] ini
ada yang ingin menambahkan
pendapatnya dari kelompok kontra.
K2(Saddam): nama saya muhammad
saddam, saya akan menambahkan
argumentasi dari kelompok Luthfi
[tadi]. Kami tidak setuju bahwa minum
air dingin [itu] membuat tinggi
Referensi yang mendukung itu tadi
kami cari dari internet mengenai
laporan praktikum biologi denyut nadi
manusia.
G: baik, tepuk tangan untuk kelompok
pro! yang lain bagaimana dari teman-
teman ada tanggapan dari kelompok
kontra? baik yang ini terlebih dahulu
ya.
K1(Luthfi): nama saya Ahmad Luthfi,
disini saya tidak setuju dengan
pendapat kelompok pro. Alasannya
karena saat kita minum air es saraf
trigeminus yang ada di belakang leher
kita akan terkejut. Hal ini
menyebabkan detak jantung yang
memompa darah meunurun, itu juga
menyebabkan frekuensi denyut nadi
kita semakin turun. Oleh karena itu
saya tidak setuju dengan pendapat
Anda. Menurut kami, jika meminum
air dingin itu lebih tinggi itu salah.
G: baik, tepuk tangan untuk kelompok
kontra. Selanjutnya, ini ada yang ingin
menambahkan pendapatnya dari
kelompok kontra.
K2(Saddam): nama saya muhammad
saddam, saya akan menambahkan
argumentasi dari kelompok Luthfi.
Kami tidak setuju bahwa minum air
dingin membuat tinggi frekuensi
yang mendukung itu tadi kami cari dari
internet mengenai laporan praktikum
biologi denyut nadi manusia. (Claim-
Warrant)
G: baik, tepuk tangan untuk kelompok
pro! yang lain bagaimana dari teman-
teman ada tanggapan dari kelompok
kontra? baik yang ini terlebih dahulu
ya. (Non claim)
K1(Luthfi): nama saya Ahmad Luthfi,
disini saya tidak setuju dengan
pendapat kelompok pro. Alasannya
karena saat kita minum air es saraf
trigeminus yang ada di belakang leher
kita akan terkejut. Hal ini menyebabkan
detak jantung yang memompa darah
meunurun, itu juga menyebabkan
frekuensi denyut nadi kita semakin
turun. Oleh karena itu saya tidak setuju
dengan pendapat Anda. Menurut kami,
jika meminum air dingin itu lebih tinggi
itu salah. (Rebuttal-1) (claim-warrant-
data) sanggahan jelas
G: baik, tepuk tangan untuk kelompok
kontra. Selanjutnya, ini ada yang ingin
menambahkan pendapatnya dari
kelompok kontra. (Non claim)
K2(Saddam): nama saya muhammad
saddam, saya akan menambahkan
argumentasi dari kelompok Luthfi.
Kami tidak setuju bahwa minum air
dingin membuat tinggi frekuensi denyut
163
11
12
13
14
membuat tinggi frekuensi denyut
nadi karena ketika minum air
dingin itu kita memperlambat atau
menyempitkan peredaran darah,
sehingga detak nadi tuh semakin
turun. Ambil contoh ketika sedang
berlari, kita kan merasa kecapekan
gitu ya, merasa dehidrasi, kita
otomatis minum air dingin kan? Itu
suhu tubuh kita lagi naik-naiknya
kalo abis lari-lari gitu, nah gunanya
air dingin tuh untuk menetralkan
suhu tubuh sehingga detak nadi tuh
nggak terlalu deg-degan gitu.
Referensi yang mendukung adalah
ada di artikel halodoc yang
menyatakan bahwa minum air
dingin itu melemahkan detak
jantung. Sekian terimakasih.
G: tepuk tangan untuk kelompok
kontra. Nah dari tim pro
bagaimana, ada yang mau
menambah? Atau menanggapi?
Atau menguatkan dari argumen
yang awal?
S: <terlihat gaduh berdiskusi>
G: baik jika dari tim pro belum ada,
ada tambahan dulu dari tim kontra
nih ya.
K1(Rivaldi): nama Rivaldi Gilang
Pratama, referensi yang mendukung
dilansir dari the health side. Ada
beberapa alasan mengapa tidak
boleh minum air dingin. Pertama,
mengganggu pencernaan. Yang
frekuensi denyut nadi karena ketika
minum air dingin [itu] kita
memperlambat atau menyempitkan
peredaran darah, sehingga detak nadi
[tuh] semakin turun. [Ambil] contoh
ketika sedang berlari, kita [kan] akan
merasa [kecapekan] capek [gitu ya],
merasa dehidrasi, kita otomatis minum
air dingin kan? Itu suhu tubuh kita lagi
naik-naiknya [kalo abis] jika setelah
lari-lari [gitu], [nah] jadi gunanya air
dingin [tuh] tersebut untuk
menetralkan suhu tubuh sehingga detak
nadi [tuh nggak] tidak terlalu [deg-
degan gitu] berdetak cepat. Referensi
yang mendukung adalah ada di artikel
halodoc yang menyatakan bahwa
minum air dingin itu melemahkan
detak jantung. Sekian terimakasih.
G: tepuk tangan untuk kelompok
kontra. [Nah] dari tim pro bagaimana,
ada yang [mau] ingin [menambah]
ditambahkan? Atau menanggapi? Atau
menguatkan dari argumen yang awal?
S:[ <terlihat gaduh berdiskusi>]
G: baik jika dari tim pro belum ada,
ada tambahan [dulu] terlebih dahulu
dari tim kontra [nih] ya.
K1(Rivaldi): nama Rivaldi Gilang
Pratama, referensi yang mendukung
dilansir dari the health side. Ada
beberapa alasan mengapa tidak boleh
minum air dingin. Pertama,
mengganggu pencernaan. Yang kedua,
denyut nadi karena ketika minum air
dingin kita memperlambat atau
menyempitkan peredaran darah,
sehingga detak nadi semakin turun.
Contoh ketika sedang berlari, kita akan
merasa capek, merasa dehidrasi, kita
otomatis minum air dingin kan? Itu
suhu tubuh kita lagi naik-naiknya jika
setelah lari-lari, jadi gunanya air dingin
tersebut untuk menetralkan suhu tubuh
sehingga detak nadi tidak terlalu
berdetak cepat. Referensi yang
mendukung adalah ada di artikel
halodoc yang menyatakan bahwa
minum air dingin itu melemahkan
detak jantung. Sekian terimakasih.
G: tepuk tangan untuk kelompok
kontra. Dari tim pro bagaimana, ada
yang ingin ditambahkan? Atau
menanggapi? Atau menguatkan dari
argumen yang awal?
-
G: baik jika dari tim pro belum ada,
ada tambahan [dulu] terlebih dahulu
dari tim kontra [nih] ya.
K1(Rivaldi): nama Rivaldi Gilang
Pratama, referensi yang mendukung
dilansir dari the health side. Ada
beberapa alasan mengapa tidak boleh
minum air dingin. Pertama,
nadi karena ketika minum air dingin
kita memperlambat atau menyempitkan
peredaran darah, sehingga detak nadi
semakin turun. Contoh ketika sedang
berlari, kita akan merasa capek, merasa
dehidrasi, kita otomatis minum air
dingin kan? Itu suhu tubuh kita lagi
naik-naiknya jika setelah lari-lari, jadi
gunanya air dingin tersebut untuk
menetralkan suhu tubuh sehingga detak
nadi tidak terlalu berdetak cepat.
Referensi yang mendukung adalah ada
di artikel halodoc yang menyatakan
bahwa minum air dingin itu
melemahkan detak jantung. Sekian
terimakasih. (Backing-1) (claim-
warrant-data) sanggahan jelas
G: tepuk tangan untuk kelompok
kontra. Dari tim pro bagaimana, ada
yang ingin ditambahkan? Atau
menanggapi? Atau menguatkan dari
argumen yang awal? (Non claim)
-
G: baik jika dari tim pro belum ada, ada
tambahan terlebih dahulu dari tim
kontra ya. (Non claim)
K1(Rivaldi): nama Rivaldi Gilang
Pratama, referensi yang mendukung
dilansir dari the health side. Ada
beberapa alasan mengapa tidak boleh
minum air dingin. Pertama,
164
15
16
17
18
kedua, menghilangkan nutrisi.
Ketiga, dapat beresiko terkena sakit
tenggorokan. Yang keempat, dapat
menurunkan detak jantung. Sebagai
jaminannya yang menghubungkan
data dengan claim, penelitian pada
tahun 2001 yang melibatkan 669
perempuan yang menunjukkan
minum air dingin dapat menyebkan
sakit kepala.
G: ya, terimakasih. Mari tepuk
tanagan. Dari tim pro bagaimana?
Ada yang mau berpendapat?
Menambhakan argumentasi dari
temannya tadi.
G: dari teman-teman pro kan berarti
setuju ya, kalo frekuensi denyut
nadi itu akan lebih tinggi setelah
minum air dingin. Nah, kira-kira
kenapa sih dari kelompok pro
alasannya? Mungkin bisa dijelaskan
dari pengalaman pembuktian
sendiri yang sudah dilakukan.
Setelah meminum air dingin dan air
hangat ya, nah bisa dijelaskan
bagaimana hasilnya. Bisa
diceritakan ke teman-temannya
bagaimana hasilnya.
G: silahkan, Tegar ya. Boleh berdiri
jangan lupa sebutkan nama [dulu].
P2(Tegar): nama saya Tegar dari
kelompok pro, saya tidak setuju
dengan pendapat tim kontra,
menghilangkan nutrisi. Ketiga, dapat
beresiko terkena sakit tenggorokan.
Yang keempat, dapat menurunkan
detak jantung. Sebagai jaminannya
yang menghubungkan data dengan
claim, penelitian pada tahun 2001 yang
melibatkan 669 perempuan yang
menunjukkan minum air dingin dapat
menyebkan sakit kepala.
G: ya, terimakasih. Mari tepuk tanagan.
Dari tim pro bagaimana? Ada yang
[mau] ingin berpendapat?
Menambhakan argumentasi dari
temannya [tadi].
G: dari teman-teman pro kan berarti
setuju ya, [kalo] jika frekuensi denyut
nadi itu akan lebih tinggi setelah
minum air dingin. [Nah], kira-kira
kenapa [sih] ya dari kelompok pro
alasannya? Mungkin bisa dijelaskan
dari pengalaman pembuktian sendiri
yang sudah dilakukan. Setelah
meminum air dingin dan air hangat
[ya], [nah] bisa dijelaskan bagaimana
hasilnya. [Bisa] dapat diceritakan ke
teman-temannya bagaimana hasilnya.
G: silahkan, Tegar ya. Boleh berdiri
jangan lupa sebutkan nama [dulu].
P2(Tegar): nama saya Tegar dari
kelompok pro, saya tidak setuju dengan
pendapat tim kontra, kenapa? Karena
mengganggu pencernaan. Yang kedua,
menghilangkan nutrisi. Ketiga, dapat
beresiko terkena sakit tenggorokan.
Yang keempat, dapat menurunkan
detak jantung. Sebagai jaminannya
yang menghubungkan data dengan
claim, penelitian pada tahun 2001 yang
melibatkan 669 perempuan yang
menunjukkan minum air dingin dapat
menyebkan sakit kepala.
G: ya, terimakasih. Mari tepuk tanagan.
Dari tim pro bagaimana? Ada yang
ingin berpendapat? Menambhakan
argumentasi dari temannya.
G: dari teman-teman pro kan berarti
setuju ya, jika frekuensi denyut nadi itu
akan lebih tinggi setelah minum air
dingin. Kira-kira kenapa ya dari
kelompok pro alasannya? Mungkin
bisa dijelaskan dari pengalaman
pembuktian sendiri yang sudah
dilakukan. Setelah meminum air dingin
dan air hangat, bisa dijelaskan
bagaimana hasilnya. Dapat diceritakan
ke teman-temannya bagaimana
hasilnya.
G: silahkan, Tegar ya. Boleh berdiri
jangan lupa sebutkan nama.
P2(Tegar): nama saya Tegar dari
kelompok pro, saya tidak setuju dengan
pendapat tim kontra, kenapa? Karena
mengganggu pencernaan. Yang kedua,
menghilangkan nutrisi. Ketiga, dapat
beresiko terkena sakit tenggorokan.
Yang keempat, dapat menurunkan
detak jantung. Sebagai jaminannya
yang menghubungkan data dengan
claim, penelitian pada tahun 2001 yang
melibatkan 669 perempuan yang
menunjukkan minum air dingin dapat
menyebkan sakit kepala. (claim-
Warrant)
G: ya, terimakasih. Mari tepuk tanagan.
Dari tim pro bagaimana? Ada yang
ingin berpendapat? Menambhakan
argumentasi dari temannya. (Non
claim)
G: dari teman-teman pro kan berarti
setuju ya, jika frekuensi denyut nadi itu
akan lebih tinggi setelah minum air
dingin. Kira-kira kenapa ya dari
kelompok pro alasannya? Mungkin bisa
dijelaskan dari pengalaman pembuktian
sendiri yang sudah dilakukan. Setelah
meminum air dingin dan air hangat,
bisa dijelaskan bagaimana hasilnya.
Dapat diceritakan ke teman-temannya
bagaimana hasilnya. (Stimulant:
pertanyaan. Non claim)
G: silahkan, Tegar ya. Boleh berdiri
jangan lupa sebutkan nama. (Non
claim)
P2(Tegar): nama saya Tegar dari
kelompok pro, saya tidak setuju dengan
pendapat tim kontra, kenapa? Karena
165
19
20
21
22
23
kenapa? Karena saya sendiri sudah
mencobanya kemarin. Setelah saya
minum air dingin, denyut nadi saya
itu terasa semakin kencang. Jadi
jika sebelumnya denyut nadi saya
biasa saja, tapi setelah minum air
dingin demyut nadi saya semakin
kuat, semakin terasa.
G: sudah? Baik terimakasih. Tepuk
tangan dong untuk tim pro. Ada
tanggapan lain dari yang lain? Tadi
tim pro menjelaskan bahwa
berdasarkan eksperimen mereka
yang telah dilakukan baru saja
kemarin pagi dilakukan oleh
saudara Tegar dan saudara Ivan,
membuktikan bahwa setelah
mereka mengkonsumsi air dingin,
itu tuh denyut nadi mereka tuh
makin cepat ya? Nah itu mereka
merasakan langsung sendiri. Nah
dari tim kontra sendiri bagaimana
menanggapi percobaan mandiri
yang sudah dilakukan teman-teman
pro?
K1(M. Rizky): assalamu’alaikum
Wr. Wb.
S: wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Ssttttttt! <menyuruh diam teman
lainnya>
G: didengerkan lagi ayoo temannya
sedang berbicara.
K1(M. Rizky): nama saya
Muhammad Rizky, tadi kan
saya sendiri sudah mencobanya
kemarin. Setelah saya minum air
dingin, denyut nadi saya itu terasa
semakin kencang. Jadi jika sebelumnya
denyut nadi saya biasa saja, tapi setelah
minum air dingin demyut nadi saya
semakin kuat, semakin terasa.
G: sudah? Baik terimakasih. Tepuk
tangan [dong] untuk tim pro. Ada
tanggapan [lain] dari yang lain? Tadi
tim pro menjelaskan bahwa
berdasarkan eksperimen mereka yang
telah dilakukan baru saja kemarin pagi
dilakukan oleh saudara Tegar dan
saudara Ivan, membuktikan bahwa
setelah mereka mengkonsumsi air
dingin, [itu tuh] denyut nadi mereka
[tuh] [makin] semakin cepat ya? [Nah]
itu mereka merasakan langsung sendiri.
[Nah] dari tim kontra [sendiri]
bagaimana menanggapi percobaan
mandiri yang sudah dilakukan teman-
teman pro?
K1(M. Rizky): assalamu’alaikum Wr.
Wb.
S: wa’alaikumussalam Wr. Wb.
[Ssttttttt! <menyuruh diam teman
lainnya>]
G: didengerkan lagi [ayoo] ya
temannya sedang berbicara.
K1(M. Rizky): nama saya Muhammad
Rizky, tadi [kan dibilang] dikatakan
saya sendiri sudah mencobanya
kemarin. Setelah saya minum air
dingin, denyut nadi saya itu terasa
semakin kencang. Jadi jika sebelumnya
denyut nadi saya biasa saja, tapi setelah
minum air dingin demyut nadi saya
semakin kuat, semakin terasa.
G: sudah? Baik terimakasih. Tepuk
tangan untuk tim pro. Ada tanggapan
dari yang lain? Tadi tim pro
menjelaskan bahwa berdasarkan
eksperimen mereka yang telah
dilakukan baru saja kemarin pagi
dilakukan oleh saudara Tegar dan
saudara Ivan, membuktikan bahwa
setelah mereka mengkonsumsi air
dingin, denyut nadi mereka semakin
cepat ya? Itu mereka merasakan
langsung sendiri. Dari tim kontra
bagaimana menanggapi percobaan
mandiri yang sudah dilakukan teman-
teman pro?
K1(M. Rizky): assalamu’alaikum Wr.
Wb.
S: wa’alaikumussalam Wr. Wb.
G: didengerkan lagi ya temannya
sedang berbicara.
K1(M. Rizky): nama saya Muhammad
Rizky, tadi dikatakan oleh teman-
saya sendiri sudah mencobanya
kemarin. Setelah saya minum air
dingin, denyut nadi saya itu terasa
semakin kencang. Jadi jika sebelumnya
denyut nadi saya biasa saja, tapi setelah
minum air dingin demyut nadi saya
semakin kuat, semakin terasa. (claim-
warrant-data) sanggahan lemah
G: sudah? Baik terimakasih. Tepuk
tangan untuk tim pro. Ada tanggapan
dari yang lain? Tadi tim pro
menjelaskan bahwa berdasarkan
eksperimen mereka yang telah
dilakukan baru saja kemarin pagi
dilakukan oleh saudara Tegar dan
saudara Ivan, membuktikan bahwa
setelah mereka mengkonsumsi air
dingin, denyut nadi mereka semakin
cepat ya? Itu mereka merasakan
langsung sendiri. Dari tim kontra
bagaimana menanggapi percobaan
mandiri yang sudah dilakukan teman-
teman pro? (Stimulant: pertanyaan. Non
claim)
K1(M. Rizky): assalamu’alaikum Wr.
Wb. (Non claim)
S: wa’alaikumussalam Wr. Wb. (Non
claim)
G: didengerkan lagi ya temannya
sedang berbicara. (Non claim)
K1(M. Rizky): nama saya Muhammad
Rizky, tadi dikatakan oleh teman-teman
166
24
25
26
27
28
29
dibilang teman-teman
percobaannya setalah olahraga kan?
P: enggak, enggak abis olahraga.
Huuhh <bising>
K1(M. Rizky): oh yaudah nggak
jadi.
G: hehehe <tertawa kecil> jadi
gimana dari kelompok kontra? Oh
ini ganti orang yang mau
menyangga. Silahkan.
K2(Rizky R): assalamu’alaikum
wr.wb
S: wa’alaikumussalam wr.wb
K2(Rizky R): nama saya
Muhammad Rizky Ramadhan. Jadi,
dalam kondisi berolahraga itu kan
faktor lain ketika setelah
berolahrga. Jadi nih, misalnya kalau
kalian tidak beraktivitas juga, kalau
kalian minum air dingin tuh berarti
ada penyempitan dalam pembuluh
darah, sehingga frekuensi denyut
nadi tuh bisa terganggu. Jadi,
minum air hangat itu baru
frekuensinya naik, karena setelah
kalian minum air hangat kan suhu
tubuh juga naik ya, nah itu
mengacu pada kenaikan frekuensi
denyut nadi juga. Jadi menurut saya
pernyataan kalian salah, soalnya
kalo kalian minum air dingin
oleh teman-teman percobaannya
setalah olahraga kan?
P: [enggak] tidak, [enggak abis] bukan
setelah olahraga. [Huuhh <bising>]
K1(M. Rizky): [oh yaudah nggak]
yasudah tidak jadi.
G: [hehehe <tertawa kecil>] jadi
[gimana] bagaimana dari kelompok
kontra? [Oh] ya ini [gant] bedai orang
yang [mau] ingin menyangga.
Silahkan.
K2(Rizky R): assalamu’alaikum wr.wb
S: wa’alaikumussalam wr.wb
K2(Rizky R): nama saya Muhammad
Rizky Ramadhan. Jadi, dalam kondisi
berolahraga itu [kan] ada faktor lain
ketika setelah berolahrga. Jadi [nih],
misalnya kalau kalian tidak beraktivitas
juga, [kalau] jika kalian minum air
dingin [tuh] itu berarti ada
penyempitan dalam pembuluh darah,
sehingga frekuensi denyut nadi [tuh]
bisa terganggu. Jadi, minum air hangat
itu [baru] akan membuat frekuensinya
naik, karena setelah kalian minum air
hangat [kan] suhu tubuh juga naik [ya],
[nah itu] hal tersebut mengacu pada
kenaikan frekuensi denyut nadi juga.
Jadi menurut saya pernyataan kalian
salah, [soalnya kalo] karena jika kalian
minum air dingin frekuensinya [malah]
teman percobaannya setalah olahraga
kan?
P: tidak, bukan setelah olahraga.
K1(M. Rizky): yasudah tidak jadi.
G: jadi bagaimana dari kelompok
kontra? Baik ini beda orang yang ingin
menyangga. Silahkan.
K2(Rizky R): assalamu’alaikum wr.wb
S: wa’alaikumussalam wr.wb
K2(Rizky R): nama saya Muhammad
Rizky Ramadhan. Jadi, dalam kondisi
berolahraga itu ada faktor lain ketika
setelah berolahrga. Jadi, misalnya
kalau kalian tidak beraktivitas juga,
jika kalian minum air dingin itu berarti
ada penyempitan dalam pembuluh
darah, sehingga frekuensi denyut nadi
bisa terganggu. Jadi, minum air hangat
itu akan membuat frekuensinya naik,
karena setelah kalian minum air hangat
suhu tubuh juga naik, hal tersebut
mengacu pada kenaikan frekuensi
denyut nadi juga. Jadi menurut saya
pernyataan kalian salah, karena jika
kalian minum air dingin frekuensinya
menjadi naik berarti ada masalah
dengan tubuh kalian. Terimakasih.
percobaannya setalah olahraga kan?
(Non claim)
P: tidak, bukan setelah olahraga. (Non
claim)
K1(M. Rizky): yasudah tidak jadi. .
(Non claim)
G: jadi bagaimana dari kelompok
kontra? Baik ini beda orang yang ingin
menyangga. Silahkan. (Non claim)
K2(Rizky R): assalamu’alaikum wr.wb
(Non claim)
S: wa’alaikumussalam wr.wb (Non
claim)
K2(Rizky R): nama saya Muhammad
Rizky Ramadhan. Jadi, dalam kondisi
berolahraga itu ada faktor lain ketika
setelah berolahrga. Jadi, misalnya kalau
kalian tidak beraktivitas juga, jika
kalian minum air dingin itu berarti ada
penyempitan dalam pembuluh darah,
sehingga frekuensi denyut nadi bisa
terganggu. Jadi, minum air hangat itu
akan membuat frekuensinya naik,
karena setelah kalian minum air hangat
suhu tubuh juga naik, hal tersebut
mengacu pada kenaikan frekuensi
denyut nadi juga. Jadi menurut saya
pernyataan kalian salah, karena jika
kalian minum air dingin frekuensinya
menjadi naik berarti ada masalah
dengan tubuh kalian. Terimakasih.
167
30
31
32
33
34
frekuensinya malah naik berarti ada
masalah dong dengan tubuh kalian.
Terimakasih. Assalamua’alaikum
wr.wb
S: wa’alaikumussalam wr.wb
G: nah itu tadi sanggahan
argumentasi dari kelompok kontra.
Dari tim pro apakah ada yang ingin
menanggapi?
P2(Tegar): jadi, saya ingin
menyangga pendapat dari Rizky.
Kalau apa namanya kan tadi
dijelaskan kalau minum air dingin
kan kata Rizky ada masalah itu kan
terjadi penyempitan pembuluh
darah, nah organ apa aja gitu yang
melakukan penyempitannya?
Sekian, Mohon dijelaskan.
G: dari kelompok pro berarti minta
penjelasan terhadap kelompok
kontra terkait pernyataan yang
dilontarkan sebelumnya ya. Tim
pro menanyakan terhadap
sanggahan Rizky sebelumnya,
kenapa Rizky memiliki pernyataan
bahwa jika sebelumnya tim pro
melakukan percobaan setelah
minum air dingin frekuensi denyut
nadinya menjadi lebih cepat berarti
ada sesuatu. Nah mari kita
dengarkan penjeasan dari Rizky.
K2(Rizky. R): jadi, hal itu karena
menjadi naik berarti ada masalah
[dong] dengan tubuh kalian.
Terimakasih. Assalamua’alaikum
wr.wb
S: wa’alaikumussalam wr.wb
G: [nah itu] jadi tadi sanggahan
argumentasi dari kelompok kontra.
Dari tim pro apakah ada yang ingin
menanggapi?
P2(Tegar): jadi, saya ingin menyangga
pendapat dari Rizky. [Kalau apa
namanya kan] tadi dijelaskan [kalau]
jika minum air dingin [kan] kata Rizky
ada masalah [itu kan] yang terjadi
penyempitan pembuluh darah, [nah]
lalu organ apa [aja gitu] saja yang
[melakukan] mengalami
penyempitannya? Sekian, Mohon
dijelaskan.
G: dari kelompok pro berarti minta
penjelasan terhadap kelompok kontra
terkait pernyataan yang dilontarkan
sebelumnya ya. Tim pro menanyakan
terhadap sanggahan Rizky sebelumnya,
kenapa Rizky memiliki pernyataan
bahwa jika sebelumnya tim pro
melakukan percobaan setelah minum
air dingin frekuensi denyut nadinya
menjadi lebih cepat berarti ada sesuatu.
[Nah] mari kita dengarkan penjeasan
dari Rizky.
K2(Rizky. R): jadi, hal itu karena
Assalamua’alaikum wr.wb
S: wa’alaikumussalam wr.wb
G: jadi tadi sanggahan argumentasi dari
kelompok kontra. Dari tim pro apakah
ada yang ingin menanggapi?
P2(Tegar): jadi, saya ingin menyangga
pendapat dari Rizky. tadi dijelaskan
jika minum air dingin kata Rizky ada
masalah yang terjadi penyempitan
pembuluh darah, lalu organ apa saja
yang mengalami penyempitannya?
Sekian, Mohon dijelaskan.
G: dari kelompok pro berarti minta
penjelasan terhadap kelompok kontra
terkait pernyataan yang dilontarkan
sebelumnya ya. Tim pro menanyakan
terhadap sanggahan Rizky sebelumnya,
kenapa Rizky memiliki pernyataan
bahwa jika sebelumnya tim pro
melakukan percobaan setelah minum
air dingin frekuensi denyut nadinya
menjadi lebih cepat berarti ada sesuatu.
Mari kita dengarkan penjeasan dari
Rizky.
K2(Rizky. R): jadi, hal itu karena
Assalamua’alaikum wr.wb (Rebuttal-2)
(claim-warrant-data) sanggahan jelas
S: wa’alaikumussalam wr.wb (Non
claim)
G: jadi tadi sanggahan argumentasi dari
kelompok kontra. Dari tim pro apakah
ada yang ingin menanggapi? (Non
claim)
P2(Tegar): jadi, saya ingin menyangga
pendapat dari Rizky. tadi dijelaskan
jika minum air dingin kata Rizky ada
masalah yang terjadi penyempitan
pembuluh darah, lalu organ apa saja
yang mengalami penyempitannya?
Sekian, Mohon dijelaskan. (Qualifier-1)
(claim-warrant-data) sanggahan lemah
G: dari kelompok pro berarti minta
penjelasan terhadap kelompok kontra
terkait pernyataan yang dilontarkan
sebelumnya ya. Tim pro menanyakan
terhadap sanggahan Rizky sebelumnya,
kenapa Rizky memiliki pernyataan
bahwa jika sebelumnya tim pro
melakukan percobaan setelah minum
air dingin frekuensi denyut nadinya
menjadi lebih cepat berarti ada sesuatu.
Mari kita dengarkan penjeasan dari
Rizky. (Stimulant: pernyataan. Non
claim)
K2(Rizky. R): jadi, hal itu karena organ
168
35
36
37
organ jantung. Jantung kan
memompa darah ke seluruh tubuh,
kalau kalian minum air dingin,
itukan otomatis dingin ya, jadi suhu
tubuh kalian turun dan itu jadi
susah mengedarkan darah ke arteri
dan itu menyebabkan turunnya
frekuensi dalam denyut nadi. Jadi
ada juga penyempitan dalam
pernapasan, setelah kalian
beraktivitas di luar ruangan, kalau
kalian minum air putih yang dingin
ya itu bisa terjadi penyempitan
dalam paru-paru. Jadi itu yang bisa
saya jelaskan, terimakasih.
P2(Rizkia): tapi kalau pada
dasarnya suhu tubuh orangnya
tinggi, gimana? Berarti dia kalau
minum air dingin tetap panas ga
akan turun kalaupun sudah minum
air dingin.
G: oke banyak sekali dari tim
kontra yang angkat tangan untuk
menyangga. Oke kita akan dengar
argumentasi dari tim kontra. SNSD
ya.
K1(Anggita): tadi kan dikatakan
bahwa suhu tubuh kan pada
dasarnya panas dari dalam diri
sendiri. Nah itu sebenarnya juga
bisa karena faktor lain seperti
apakah memang sedang sakit atau
sedang berada pada cuaca yang
panas, jadi pasti akan
mempengaruhi suhu tubuh kita kan,
organ jantung. Jantung [kan]
memompa darah ke seluruh tubuh,
[kalau] jika kalian minum air dingin,
itu[kan] akan otomatis dingin [ya], jadi
suhu tubuh kalian turun dan itu jadi
[susah] sulit mengedarkan darah ke
arteri dan [itu] menyebabkan turunnya
frekuensi dalam denyut nadi. Jadi ada
juga penyempitan dalam pernapasan,
setelah kalian beraktivitas di luar
ruangan, [kalau] jika kalian minum air
putih yang dingin [ya itu] bisa terjadi
penyempitan dalam paru-paru. Jadi itu
yang bisa saya jelaskan, terimakasih.
P2(Rizkia): [tapi kalau] namun jika
pada dasarnya suhu tubuh [orangnya]
seseorang tersebut tinggi, [gimana]
bagaimana ? Berarti dia kalau minum
air dingin tetap panas [ga] tidak akan
turun [kalaupun] walaupun sudah
minum air dingin.
G: [oke] baik banyak sekali dari tim
kontra yang [angkat] mengangkat
tangan untuk menyangga. [Oke] kita
akan dengar argumentasi dari tim
kontra. SNSD ya.
K1(Anggita): tadi [kan] dikatakan
bahwa suhu tubuh [kan] pada dasarnya
panas dari dalam diri sendiri. [Nah] itu
sebenarnya juga bisa karena faktor lain
seperti apakah memang sedang sakit
atau sedang berada pada cuaca yang
panas, jadi pasti akan mempengaruhi
suhu tubuh kita [kan], [nah terus] lalu
cara mengatasinya coba meminum air
organ jantung. Jantung memompa
darah ke seluruh tubuh, jika kalian
minum air dingin, itu akan otomatis
dingin, jadi suhu tubuh kalian turun
dan itu jadi sulit mengedarkan darah ke
arteri dan menyebabkan turunnya
frekuensi dalam denyut nadi. Jadi ada
juga penyempitan dalam pernapasan,
setelah kalian beraktivitas di luar
ruangan, jika kalian minum air putih
yang dingin bisa terjadi penyempitan
dalam paru-paru. Jadi itu yang bisa
saya jelaskan, terimakasih.
P2(Rizkia): namun jika pada dasarnya
suhu tubuh seseorang tersebut tinggi,
bagaimana? Berarti dia kalau minum
air dingin tetap panas tidak akan turun
walaupun sudah minum air dingin.
G: baik banyak sekali dari tim kontra
yang mengangkat tangan untuk
menyangga. Kita akan dengar
argumentasi dari tim kontra. SNSD ya.
K1(Anggita): tadi dikatakan bahwa
suhu tubuh pada dasarnya panas dari
dalam diri sendiri. Itu sebenarnya juga
bisa karena faktor lain seperti apakah
memang sedang sakit atau sedang
berada pada cuaca yang panas, jadi
pasti akan mempengaruhi suhu tubuh
kita, lalu cara mengatasinya coba
meminum air dingin karena dapat
jantung. Jantung memompa darah ke
seluruh tubuh, jika kalian minum air
dingin, itu akan otomatis dingin, jadi
suhu tubuh kalian turun dan itu jadi
sulit mengedarkan darah ke arteri dan
menyebabkan turunnya frekuensi dalam
denyut nadi. Jadi ada juga penyempitan
dalam pernapasan, setelah kalian
beraktivitas di luar ruangan, jika kalian
minum air putih yang dingin bisa
terjadi penyempitan dalam paru-paru.
Jadi itu yang bisa saya jelaskan,
terimakasih. (Claim-data)
P2(Rizkia): namun jika pada dasarnya
suhu tubuh seseorang tersebut tinggi,
bagaimana? Berarti dia kalau minum air
dingin tetap panas tidak akan turun
walaupun sudah minum air dingin.
(Qualifier-2) (Claim)
G: baik banyak sekali dari tim kontra
yang mengangkat tangan untuk
menyangga. Kita akan dengar
argumentasi dari tim kontra. SNSD ya.
(Non claim)
K1(Anggita): tadi dikatakan bahwa
suhu tubuh pada dasarnya panas dari
dalam diri sendiri. Itu sebenarnya juga
bisa karena faktor lain seperti apakah
memang sedang sakit atau sedang
berada pada cuaca yang panas, jadi
pasti akan mempengaruhi suhu tubuh
kita, lalu cara mengatasinya coba
meminum air dingin karena dapat
169
38
39
40
41
nah terus cara mengatasinya coba
meminum air dingin karena bisa
menurunkan frekuensi denyut nadi
menjadi lebih rendah.
K2(Ibnu): assalamu’alaikum wr.wb
S: wa’alaikumussalam wr.wb
K2(Ibnu): nama saya Ibnu Fajar
dari kelompok kontra ingin
menyangga pendapat dari
kelompok pro. Tadi yang dikata
oleh kelompok pro bahwasannya
minum air dingin tidak membuat
frekuensi denyut nadi turun. Jadi
gini, air dingin yang masuk ke
dalam tubuh kita akan dinetralkan
atau distandarkan, jadi tidak akan
apa ya namanya ya, jadi tidak ada
masalah sama sekali. Jadi air dingin
itu akan distabilkan oleh tubuh kita,
jadi air dingin itu suhunya akan
distabilkan di tubuh kita, jadi tidak
ada masalah. Misalkan, kalau ada
yang berdampak ke sakit seperti
migrain itu dia minum air
dinginnya terlalu banayak. Begitu.
G: oke saya luruskan sebentar, kita
perlu membatasi lagi fokus
pembahasan kita karena lama-lama
melebar menjadi migrain, dll. ya
kan? Tidak apa-apa karena
kaitannya frekuensi denyut nadi ini
bisa merambat kemana-kemana.
Jadi kita akan kembalikan lagi ke
dingin karena [bisa] dapat menurunkan
frekuensi denyut nadi menjadi lebih
rendah.
K2(Ibnu): assalamu’alaikum wr.wb
S: wa’alaikumussalam wr.wb
K2(Ibnu): nama saya Ibnu Fajar dari
kelompok kontra ingin menyangga
pendapat dari kelompok pro. [Tadi]
seperti yang [dikata] disampaikan oleh
kelompok pro bahwasannya minum air
dingin tidak membuat frekuensi denyut
nadi turun. Jadi [gini] begini, air dingin
yang masuk ke dalam tubuh kita akan
dinetralkan atau distandarkan, jadi
tidak akan [apa ya namanya ya, jadi
tidak] ada masalah sama sekali. [Jadi]
air dingin [itu] tersebut akan
distabilkan oleh tubuh kita, jadi air
dingin itu suhunya akan distabilkan di
tubuh kita, jadi tidak ada masalah.
Misalkan, kalau ada yang berdampak
ke sakit seperti migrain [itu dia]
kemungkinan minum air dinginnya
terlalu banayak. [Begitu.]
G: oke saya luruskan sebentar, kita
perlu membatasi lagi fokus
pembahasan kita karena lama-lama
melebar menjadi migrain, dll. ya [kan]?
Tidak apa-apa karena kaitannya
frekuensi denyut nadi ini bisa
merambat kemana-kemana. Jadi kita
akan kembalikan lagi ke topik
menurunkan frekuensi denyut nadi
menjadi lebih rendah.
K2(Ibnu): assalamu’alaikum wr.wb
S: wa’alaikumussalam wr.wb
K2(Ibnu): nama saya Ibnu Fajar dari
kelompok kontra ingin menyangga
pendapat dari kelompok pro. Seperti
yang disampaikan oleh kelompok pro
bahwasannya minum air dingin tidak
membuat frekuensi denyut nadi turun.
Jadi begini, air dingin yang masuk ke
dalam tubuh kita akan dinetralkan atau
distandarkan, jadi tidak akan ada
masalah sama sekali. Air dingin
tersebut akan distabilkan oleh tubuh
kita, jadi air dingin itu suhunya akan
distabilkan di tubuh kita, jadi tidak ada
masalah. Misalkan, kalau ada yang
berdampak ke sakit seperti migrain
kemungkinan minum air dinginnya
terlalu banayak.
G: oke saya luruskan sebentar, kita
perlu membatasi lagi fokus
pembahasan kita karena lama-lama
melebar menjadi migrain, dll. ya?
Tidak apa-apa karena kaitannya
frekuensi denyut nadi ini bisa
merambat kemana-kemana. Jadi kita
akan kembalikan lagi ke topik
menurunkan frekuensi denyut nadi
menjadi lebih rendah. (Claim)
K2(Ibnu): assalamu’alaikum wr.wb
(Non Claim)
S: wa’alaikumussalam wr.wb (Non
Claim)
K2(Ibnu): nama saya Ibnu Fajar dari
kelompok kontra ingin menyangga
pendapat dari kelompok pro. Seperti
yang disampaikan oleh kelompok pro
bahwasannya minum air dingin tidak
membuat frekuensi denyut nadi turun.
Jadi begini, air dingin yang masuk ke
dalam tubuh kita akan dinetralkan atau
distandarkan, jadi tidak akan ada
masalah sama sekali. Air dingin
tersebut akan distabilkan oleh tubuh
kita, jadi air dingin itu suhunya akan
distabilkan di tubuh kita, jadi tidak ada
masalah. Misalkan, kalau ada yang
berdampak ke sakit seperti migrain
kemungkinan minum air dinginnya
terlalu banayak. (Rebuttal-3) (Claim-
warrant-data) sanggahan lemah
G: oke saya luruskan sebentar, kita
perlu membatasi lagi fokus pembahasan
kita karena lama-lama melebar menjadi
migrain, dll. ya? Tidak apa-apa karena
kaitannya frekuensi denyut nadi ini bisa
merambat kemana-kemana. Jadi kita
akan kembalikan lagi ke topik
pertanyaannya. Lalu tadi pernyataan
170
42
43
topik pertanyaannya. Lalu tadi
pernyataan dari Ibnu yang
mengatakan bahwa, sebenarnya
semua suhu air minum yang kita
minum akan dinetralisir lagi ya,
sehingga menyesuaikan dengan
suhu tubuh kita. Berarti sebenarnya
Ibnu mendukung bahwa jika
frekuensi denyut nadi itu tidak
terlalu berpengaruh terhadap panas
atau dinginnya air yang diminum.
G: ya, terimakasih dari kelompok
kontra. Nah kita sudah di
penghujung sesi argumentasi,
silahkan dari setiap masing-masing
kelompok memberikan pernyataan
terakhir bisa sebuah kesimpulan
terhadap argumentasi kelompoknya
penguatan atau sanggahan. Silahkan
untuk kelompok kontra terlebih
dahulu.
K2(Saddam): tadi kan dikatakan
bahwa masalahnya frekuensi
denyut nadi setelah minum air
dingin lebih tinggi dibandingkan air
hangat, nah kami ga setuju karena
kalau minum air dingin itu
menyumbat atau memperlambat
peredaran darah sehingga frekuensi
denyut nadi otomatis menjadi turun.
Hal ini yang menyebabkan minum
air hangat tuh malah naik, karena
dia tuh kayak memperlancar
peredaran darah sehingga denyut
nadinya lebih cepat.
pertanyaannya. Lalu tadi pernyataan
dari Ibnu yang mengatakan bahwa,
sebenarnya semua suhu air minum
yang kita minum akan dinetralisir [lagi
ya] kembali, sehingga menyesuaikan
dengan suhu tubuh kita. Berarti
sebenarnya Ibnu mendukung bahwa
jika frekuensi denyut nadi itu tidak
terlalu berpengaruh terhadap panas
atau dinginnya air yang diminum.
G: ya, terimakasih dari kelompok
kontra. Nah kita sudah di penghujung
sesi argumentasi, silahkan dari setiap
masing-masing kelompok memberikan
pernyataan terakhir bisa sebuah
kesimpulan terhadap argumentasi
kelompoknya penguatan atau
sanggahan. Silahkan untuk kelompok
kontra terlebih dahulu.
K2(Saddam): tadi [kan] dikatakan
bahwa masalahnya frekuensi denyut
nadi setelah minum air dingin lebih
tinggi dibandingkan air hangat, [nah]
kami [ga] tidak setuju karena [kalau]
jika minum air dingin itu menyumbat
atau memperlambat peredaran darah
sehingga frekuensi denyut nadi
otomatis menjadi turun. Hal ini yang
menyebabkan minum air hangat [tuh
malah] menjadi naik, karena [dia tuh
kayak] dapat memperlancar peredaran
darah sehingga denyut nadinya lebih
cepat.
pertanyaannya. Lalu tadi pernyataan
dari Ibnu yang mengatakan bahwa,
sebenarnya semua suhu air minum
yang kita minum akan dinetralisir
kembali, sehingga menyesuaikan
dengan suhu tubuh kita. Berarti
sebenarnya Ibnu mendukung bahwa
jika frekuensi denyut nadi itu tidak
terlalu berpengaruh terhadap panas
atau dinginnya air yang diminum.
G: ya, terimakasih dari kelompok
kontra. Nah kita sudah di penghujung
sesi argumentasi, silahkan dari setiap
masing-masing kelompok memberikan
pernyataan terakhir bisa sebuah
kesimpulan terhadap argumentasi
kelompoknya penguatan atau
sanggahan. Silahkan untuk kelompok
kontra terlebih dahulu.
K2(Saddam): tadi dikatakan bahwa
masalahnya frekuensi denyut nadi
setelah minum air dingin lebih tinggi
dibandingkan air hangat, kami tidak
setuju karena jika minum air dingin itu
menyumbat atau memperlambat
peredaran darah sehingga frekuensi
denyut nadi otomatis menjadi turun.
Hal ini yang menyebabkan minum air
hangat menjadi naik, karena dapat
memperlancar peredaran darah
sehingga denyut nadinya lebih cepat.
dari Ibnu yang mengatakan bahwa,
sebenarnya semua suhu air minum yang
kita minum akan dinetralisir kembali,
sehingga menyesuaikan dengan suhu
tubuh kita. Berarti sebenarnya Ibnu
mendukung bahwa jika frekuensi
denyut nadi itu tidak terlalu
berpengaruh terhadap panas atau
dinginnya air yang diminum.
(Stimulant: pernyataan. Non claim)
G: ya, terimakasih dari kelompok
kontra. Nah kita sudah di penghujung
sesi argumentasi, silahkan dari setiap
masing-masing kelompok memberikan
pernyataan terakhir bisa sebuah
kesimpulan terhadap argumentasi
kelompoknya penguatan atau
sanggahan. Silahkan untuk kelompok
kontra terlebih dahulu. (Non claim)
K2(Saddam): tadi dikatakan bahwa
masalahnya frekuensi denyut nadi
setelah minum air dingin lebih tinggi
dibandingkan air hangat, kami tidak
setuju karena jika minum air dingin itu
menyumbat atau memperlambat
peredaran darah sehingga frekuensi
denyut nadi otomatis menjadi turun.
Hal ini yang menyebabkan minum air
hangat menjadi naik, karena dapat
memperlancar peredaran darah
sehingga denyut nadinya lebih cepat.
(Warrant-3) (Claim-warrant-data)
sanggahan jelas
171
44
45
46
47
G: ya, terimakasih dari kelompok
kontra. Ini dulu ya? Silahkan dari
kelompok pro.
P2(Rizkia): kesimpulan dari
kelompok pro berarti kita setuju
bahwa suhu air dingin lebih tinggi
dari pada minum air hangat
dampaknya untuk frekuensi denyut
nadi, karena suhu air itu kan sama
kayak yang udah dijelasin sama
Ibnu kalau suhu air itu kan tidak
mempengaruhi, jadi sebenarnya
sama saja air hangat atau dingin
karena sudah dinetralkan, dan juga
tergantung sama diri masing-
masing, kalau emang suhu
tubuhnya dari dalam sudah panas
frekuensinya pun akan tetap tinggi.
Ya sekian.
G: oke terimakasih, selanjutnya dari
kelompok kontra.
K1(Luthfi): kenapa kelompok kita
tidak setuju? Karena ketika kita
minum air dingin, saraf yang dekat
dengan leher kita akan kaget saat
menerima air dingin, nah hal ini
menyebabkan peredaran darah
semakin menyempit karena air yang
kita minum. Nah hal itu
mnyebabkan jantung semakin
menurun dan akan mempengaruhi
frekuensi denyut nadi. Hal tersebut
dibuktikan dengan penelitian 2001
dan 2012 yang menyatakan bahwa
frekuensi dapat turun setelah
meminum air dingin dan bisa juga
G: ya, terimakasih dari kelompok
kontra. Ini dulu ya? Silahkan dari
kelompok pro.
P2(Rizkia): kesimpulan dari kelompok
pro [berarti] adalah kita setuju bahwa
suhu air dingin lebih tinggi dari pada
minum air hangat dampaknya untuk
frekuensi denyut nadi, karena suhu air
itu [kan] akan sama [kayak] seperti
yang [udah] telah dijelasin [sama] oleh
Ibnu [kalau] jika suhu air itu [kan]
tidak mempengaruhi, jadi sebenarnya
sama saja air hangat atau dingin karena
sudah dinetralkan, dan juga [tergantung
sama] bergantung dengan diri masing-
masing, [kalau emang] jika memang
suhu tubuhnya dari dalam sudah panas
frekuensinya pun akan tetap tinggi. Ya
sekian.
G: [oke] baik terimakasih, selanjutnya
dari kelompok kontra.
K1(Luthfi): kenapa kelompok kita
tidak setuju? Karena ketika kita minum
air dingin, saraf yang dekat dengan
leher kita akan kaget saat menerima air
dingin, [nah] hal ini menyebabkan
peredaran darah semakin menyempit
karena air yang kita minum. [Na]h hal
itu mnyebabkan jantung semakin
menurun dan akan mempengaruhi
frekuensi denyut nadi. Hal tersebut
dibuktikan dengan penelitian 2001 dan
2012 yang menyatakan bahwa
frekuensi dapat turun setelah meminum
air dingin dan bisa juga menyebabkan
beberapa penyakit.
G: ya, terimakasih dari kelompok
kontra. Ini dulu ya? Silahkan dari
kelompok pro.
P2(Rizkia): kesimpulan dari kelompok
pro adalah kita setuju bahwa suhu air
dingin lebih tinggi dari pada minum air
hangat dampaknya untuk frekuensi
denyut nadi, karena suhu air itu akan
sama seperti yang telah dijelasin oleh
Ibnu jika suhu air itu tidak
mempengaruhi, jadi sebenarnya sama
saja air hangat atau dingin karena
sudah dinetralkan, dan juga
bergantung dengan diri masing-masing,
jika memang suhu tubuhnya dari dalam
sudah panas frekuensinya pun akan
tetap tinggi. Ya sekian.
G: baik terimakasih, selanjutnya dari
kelompok kontra.
K1(Luthfi): kenapa kelompok kita
tidak setuju? Karena ketika kita minum
air dingin, saraf yang dekat dengan
leher kita akan kaget saat menerima air
dingin, hal ini menyebabkan peredaran
darah semakin menyempit karena air
yang kita minum. Hal itu mnyebabkan
jantung semakin menurun dan akan
mempengaruhi frekuensi denyut nadi.
Hal tersebut dibuktikan dengan
penelitian 2001 dan 2012 yang
menyatakan bahwa frekuensi dapat
turun setelah meminum air dingin dan
bisa juga menyebabkan beberapa
penyakit.
G: ya, terimakasih dari kelompok
kontra. Ini dulu ya? Silahkan dari
kelompok pro. (Non claim)
P2(Rizkia): kesimpulan dari kelompok
pro adalah kita setuju bahwa suhu air
dingin lebih tinggi dari pada minum air
hangat dampaknya untuk frekuensi
denyut nadi, karena suhu air itu akan
sama seperti yang telah dijelasin oleh
Ibnu jika suhu air itu tidak
mempengaruhi, jadi sebenarnya sama
saja air hangat atau dingin karena sudah
dinetralkan, dan juga bergantung
dengan diri masing-masing, jika
memang suhu tubuhnya dari dalam
sudah panas frekuensinya pun akan
tetap tinggi. Ya sekian. (Claim-data)
G: baik terimakasih, selanjutnya dari
kelompok kontra. (Non claim)
K1(Luthfi): kenapa kelompok kita tidak
setuju? Karena ketika kita minum air
dingin, saraf yang dekat dengan leher
kita akan kaget saat menerima air
dingin, hal ini menyebabkan peredaran
darah semakin menyempit karena air
yang kita minum. Hal itu mnyebabkan
jantung semakin menurun dan akan
mempengaruhi frekuensi denyut nadi.
Hal tersebut dibuktikan dengan
penelitian 2001 dan 2012 yang
menyatakan bahwa frekuensi dapat
turun setelah meminum air dingin dan
bisa juga menyebabkan beberapa
penyakit. (Backing-2) (Claim-warrant-
172
48
49
50
51
menyebabkan beberapa penyakit.
G: baik terimakasih dari tim kontra.
Sekarang teraki\hir dari tim pro
yang terakhir.
P1(Dimas): saya Dimas dari tim
pro, setuju bahwa dapat
meningkatakan frekuensi denyut
nadi. Udah gitu aja.
S: hahahaha <tertawa>
G: oke, kita kembali lagi ke depan.
Jadi tadi teman-teman sudah
melakukan argumentasi lisan
berdasarkan kelompok masing-
masing. Ada kelompok pro dan
kontra.
G: baik terimakasih dari tim kontra.
Sekarang teraki\hir dari tim pro yang
terakhir.
P1(Dimas): saya Dimas dari tim pro,
setuju bahwa dapat meningkatakan
frekuensi denyut nadi. [Udah gitu aja.]
S: [hahahaha <tertawa>]
G: oke, kita kembali lagi ke depan. Jadi
tadi teman-teman sudah melakukan
argumentasi lisan berdasarkan
kelompok masing-masing. Ada
kelompok pro dan kontra.
G: baik terimakasih dari tim kontra.
Sekarang teraki\hir dari tim pro yang
terakhir.
P1(Dimas): saya Dimas dari tim pro,
setuju bahwa dapat meningkatakan
frekuensi denyut nadi.
-
G: oke, kita kembali lagi ke depan. Jadi
tadi teman-teman sudah melakukan
argumentasi lisan berdasarkan
kelompok masing-masing. Ada
kelompok pro dan kontra.
data) sanggahan jelas
G: baik terimakasih dari tim kontra.
Sekarang teraki\hir dari tim pro yang
terakhir. (Non claim)
P1(Dimas): saya Dimas dari tim pro,
setuju bahwa dapat meningkatakan
frekuensi denyut nadi. (Claim)
-
G: oke, kita kembali lagi ke depan. Jadi
tadi teman-teman sudah melakukan
argumentasi lisan berdasarkan
kelompok masing-masing. Ada
kelompok pro dan kontra. (Non claim)
Keterangan:
G : Guru
S : Siswa
Tanda [....] : Penghapusan kata atau kalimat
Tanda cetak miring (italic) : Penyisipan kata atau kalimat
173
Lampiran 11
Hasil Analisis Data
Rincian Jumlah Kategori pada Percakapan Argumentasi Lisan
Kategori Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua
Non Klaim 28 31
Klaim (K) 3 5
Klaim (K) dan Data (D)
Klaim (K), Data (D) dan
Penjamin (warrant/W)
Data (D)
Penjamin (warrant/W) 3 3
Pendukung (backing/B) 1 2
Kualifikasi (qualifier/Q) 0 2
Sanggahan (rebuttal/R) 1 3
Jumlah 36 46
Penentuan Level Argumentasi Peserta Didik
(Berdasarkan Kerangka Kerja Analisis Osborn, et al.)
No Level Kriteria Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Level 1
Argumentasi mengandung klaim
berlawanan dengan counter klaim
atau klaim berlawanan dengan klaim
2 Level 2
Argumentasi mengandung klaim
disertai dengan data, tetapi tidak
mengandung sanggahan
3 Level 3
Argumentasi mengandung
serangkaian klaim atau counter
klaim disertai dengan data, penjamin
atau pendukung dengan sanggahan
yang lemah
4 Level 4 Argumentasi mengandung klaim
atau counter klaim dengan
174
sanggahan yang dapat
diidentifikasikan dengan jelas
5 Level 5
Argumen menunjukkan argumen
yang lebih luas dengan lebih dari
satu sanggahan
Tingkatan (level) Argumentasi Lisan Peserta Didik Pertemuan Pertama
Level Kategori Argumen yang Muncul
Jumlah Persen
1 Klaim (c) 2 25
2 Klaim+bukti (cd), Klaim+jaminan (cw) 3 37,5
3 Klaim+jaminan+bukti (cwd) disertai
sanggahan yang lemah
3 37,5
4 Klaim+jaminan+bukti (cwd) disertai
sanggahan yang bagus/jelas
0 0
5 Klaim+jaminan+bukti (cwd) disertai lebih
dari satu sanggahan yang bagus/jelas
0 0
Jumlah 8 100
175
Tingkatan (level) Argumentasi Lisan Peserta Didik Pertemuan Kedua
Level Kategori Argumen yang Muncul
Jumlah Persen
1 Klaim (c) 3 20
2 Klaim+bukti (cd), Klaim+jaminan (cw) 4 26,7
3 Klaim+jaminan+bukti (cwd) disertai
sanggahan yang lemah
3 20
4 Klaim+jaminan+bukti (cwd) disertai
sanggahan yang bagus/jelas
5 33,3
5 Klaim+jaminan+bukti (cwd) disertai lebih
dari satu sanggahan yang bagus/jelas
0 0
Jumlah 15 100
176
Lampiran 12
177
178
179
180
Lampiran 13
181
182
Lampiran 14
UJI REFERENSI
Nama : Indah Lestari
NIM : 11140161000023
Judul : Profil Keterampilan Argumentasi Ilmiah Peserta Didik Pada
Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia
Pembimbing : 1. Dr. Zulfiani, M.Pd
2. Yuke Mardiati, M.Si
No Referensi
Paraf
Pembimbing
I II
BAB I
1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung:
Fokusindo Mandiri, 2012), h.2.
2 Michael Skoumios, The Effect of Sociocognitive Conflict on
Student’s Dialogic Argumentation about Floating dan Sinking,
International Journal of Environmental & Science Education
(IJESE) 4(4), 2009, p. 381-393.
3 Hakyolu Hanife dan Feral Ogan-Bekiroglu, Assessment of
Student‟s Science Knowledge Levels and Their Involvement with
Argumentation, International Journal of Cross-Disciplinary
Subjects in Education (IJCDSE) 2(1), 2011, p. 264.
4 Leah A. Bricker dan Philip Bell, Conceptual of Argumentation
from Science Studies and The Learning Sciences and Their
Implication for Practices of Science Education. Science Education
92(3), 2008, p. 473-493.
5 Rosalind Driver, Paul Newton, dan Jonathan Osborne, Establishing
the Norms of Scientific Argumentation in Classrooms, Science
Education: 84, 2000, p. 287–301.
6 Dani Jaya Putra, Neni Hasnunidah, dan Tri Jalmo, Pengaruh
Argument Driven Inquiry Terhadap Keterampilan Arguemntasi
Siswa pada Materi Sistem Pernapasan. Jurnal Bioterdidik: Vol. 7
183
No. 1, 2019, h. 2
7 Jeremy M. Wojdak, An Attention-Grabbing Approach to
Introducing Students to Argumentation in Science. Bioscience
education: 15, 2010, p. 2-4.
8 Austin J. Freeley dan David L. Steinberg, Argumentation and
Debate: Critical Thinking for Rational Decision making 12th
edition, (USA: Wadsworth Cengage Learning, 2009), p. 152-156.
9 Vaille Dawson dan Grady Jane Venville, High-school Students’
Informal Reasoning and Argumentation about Biotechnology: An
Indicator of Scientific Literacy?, International Journal of Science
Education: Vol. 31 No. 11, 2009, p. 1426-1430.
10 W Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Grasindo, 2004), h.
84-85.
11 Riezky Maya Probosari, dkk., Profil Keterampilan Arguemntasi
Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNS pada Mata
Kuliah Anatomi Tumbuhan, BIOEDUKASI: Vol. 9 No. 1, 2016, h.
29.
12 Yuli Andriani dan Riandi, Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa
Melalui Pembelajaran Argument Driven Inquiry pada
Pembelajaran IPA Terpadu Di SMP Kelas VII. EDUSAINS: 7(2),
2015, h. 114-115.
13 Victor Sampson dan Joi Phelps Walker, Argument-Driven Inquiry
as a Way to Help Undergraduate Students Write to Learn by
Learning to Write in Chemistry, International Journal of Science
Education: 95, 2012, p. 3–33.
14 Feral Ogan-Bekiroglu dan Handan Eskin, Examination of the
Relationship Between Engagement In Scientific Argumentation
And Conceptual Knowledge. International Journal of Science and
Mathematics Education: 10, 2012, p. 1415-1438.
BAB II
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet.18, h.117.
184
2 Ibid., h. 117.
3 Nurul Faiqoh, dkk., Profil Keterampilan Argumentasi Siswa Kelas
X dan XI MIPA di SMA Batik 1 Surakarta pada Materi
Keanekaragaman Hayati, Jurnal Pendidikan Biologi: 7(3), 2018, h.
175.
4 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi. (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1997), Cet. 11, h.3.
5 Ninda Dwi Cahya Devi, dkk., Analisis Kemampuan Argumentasi
Siswa SMA Pada Materi Larutan Penyangga, (Surakarta: FKIP,
UNS, 2018), h. 152.
6 Ibid., h. 153.
7 Robert H. Ennis, Critical Thinking, (New Jersey: Prentice Hall,
Inc., 1996), p. 48.
8 Vaille Dawson dan Grady Jane Venville, High-school Students’
Informal Reasoning and Argumentation about Biotechnology: An
Indicator of Scientific Literacy?, International Journal of Science
Education, Vol. 31 No. 11, 2009, p. 1422.
9 Frans H. Van Eemeren dan Henriette Greebe, A Systematic Theory
of Argumentation: The Pragma-Dialectical Approach, (New York:
Cambridge University Press, 2004), p. 1.
10 Neni Hasnunidah, dkk., Peningkatan Pola Wacana Argumentasi
Mahasiswa melalui Penggunaan Scaffolding dalam Strategi
Argument-Driven Inquiry, Seminar Nasional XII Pendidikan
Biologi FKIP UNS, 2015, h. 645.
11 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2010), h. 58.
185
12 Vaille Dawson dan Grady Jane Venville, loc. cit., p. 1422.
13 Dani Jaya Putra, dkk., Pengaruh Argument Driven Inquiry
Terhadap Keterampilan Argumentasi Siswa pada Materi Sistem
Pernapasan, Jurnal Bioterdidik: Vol. 7 No 1, 2019, h. 2.
14 Riezky Maya Probosari, dkk., Profil Keterampilan Arguemntasi
Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNS pada Mata
Kuliah Anatomi Tumbuhan, BIOEDUKASI: Vol. 9 No. 1, 2016, h.
29-30.
15 Sibel Erduran, dkk., TAPping into Argumentation: Developmets in
the application of Toulmin’s Argument Pattern for Studying
Science Discourse, Science Education, 2004, p. 918-919.
16 Ibid., p. 919.
17 Stephen E. Toulmin, The Uses of Argument, (New York:
Cambridge University Press, 2003), p. 93-94.
18 Ros Roberts and Richard Gott, A Framework for Practicial Work,
Argumentation and Scientific Litaracy, (Contemporary Science
Education Research: Scientific Literacy and Social Aspects of
Science, ESERA Conference ESERA, 2010), h. 102.
19 Austin J. Freeley dan David L. Steinberg, Argumentation and
Debate: Critical Thinking for Rational Decision making 12th
edition, (USA: Wadsworth Cengage Learning, 2009), p.163.
20 Stephen E. Toulmin, The Uses of Argument, op. Cit., p. 97.
21 Vaille Dawson, and Grady Jane Venville, op. cit., p. 1426.
186
22 Ibid.
23 Shirley Simon, Sibel Erduran, dan Jonathan Osborne, Enhancing
The Quality of Argumentation in Science Classrooms. Journal of
Research in Science Teaching: 41(10), 2002, p. 2-5.
24 Sibel Erduran dan Maria, P.J, Argumentation in Science
Education: Perspective from Clasroom-Based Research, (London:
Springer Science, 2008), p. 587.
25 Victor Sampson dan Leeanne Gleim, Argument-Driven Inquiry to
Promote the Understanding of Important Concepts & Practices in
Biology. The American Biology Teacher: 71 (8), 2009, p. 465.
26 Joi Phelps Walker dan Victor Sampson, Learning to Argue and
Arguing to Learn: Argument-Driven Inquiry as a Way to Help
Undergraduate Chemistry Students Learn How to Construct
Arguments and Engage in Argumentation During a Laboratory
Course, Journal of Research in Science Teaching, 2013, p. 561.
27 Neni Hasnunidah, Pembelajaran Biologi dengan Strategi Argument
Driven Inquiry dan Keterampilan Argumentasi Peserta Didik,
Bandar Lampung: Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNS, 2015, h.
10.
28 Ibid. h. 9.
29 Ibid.
30 Victor Sampson dan Leeanne Gleim, loc. cit., p. 465.
31 Ibid.
187
32 Driver Rosalinda, Paul Newton, dan Jonathan Osborne,
Establishing The Norms of Scientific Argumentation in
Classrooms. Science Education: 84(3), 1998, p. 295-300.
33 Sampson, et al., Argument Driven Inquiry in Biology, (United
States of America: NSTA Press, 2014), p. 3-14.
34 Astuti Muh. Amin dan A. D Corebima, Analisis Persepsi Dosen
Terhadap Strategi Pembelajran Reading Questioning And
Answering (RQA) Dan Argument Driven Inquiry (ADI) Pada
Program Studi Pendidikan Biologi Di Kota Makasar, (Makasar:
Seminar Nasional II), 2016, h. 336.
35 Yanti Herlanti, dkk., Kualitas Argumentasi pada Diskusi Isu
Sosiosaintifik Mikrobiologi Melalui Weblog, Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia (JPII): Vol. 1 No. 2, 2012, h. 168.
36 Indra Fardhani, dkk., Analisis Kualitas Argumentasi Siswa Kelas
VII SMP pada Materi Ekosistem dengan Metode Debat, Bandung:
UPI Bandung, 2011, h. 1.
37 Jane Maloney dan Shirley Simon, Mapping Children’s Discussions
of Evidence in Science to Assess Collaboration and
Argumentation, International Journal of Science Education: Vol.
28 No. 15, 2007, p. 1817.
38 Vaille Dawson dan Grady Jane Venville, op. cit., p. 1439.
BAB III
1 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta,
2013, h. 234.
2 Jack R. Fraenkel, Norman E. Wallen, dan Helen H. Hyun, How to
Design and Evaluate Research in Education, (New York:
McGraw-Hill Companies, Inc, 2012), p. 425-430.
3 Sofian Effendi dan Masri Singarimbun, Metode Penelitian survai,
(Jakarta: LP3ES, 2011), H. 152.
188
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 183.
5 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 178-179.
6 John W. Creswell dan Vicki L. Plano Clark, Designing and
Conducting Mixed Methods Research, SAGE Publications, 2011,
p. 82-83.
7 Ibid., p. 46-83.
8 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D.
(Bandung: Alfabet, 2011), h. 227.
9 Yanti Herlanti, Penilaian Proses Belajar Mengajar IPA di Kelas
Melalui Pedagogi Materi Subyek, Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Pendidikan IPA, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, (Jakarta : Jurusan Pendidikan IPA UIN Jakarta, 2011),
tersedia online (http://www.academia.edu), diakses (08-02-2019),
h. 89-90.
10 Ibid.
11 Ibid.
12 Roimanson Panjaitan, Metodologi Penelitian, (NTT: Jusuf Aryani
Learning, 2017), h. 75.
13 Vaille Dawson dan Grady Jane Venville, High-school Students’
Informal Reasoning and Argumentation about Biotechnology: An
Indicator of Scientific Literacy?, International Journal of Science
Education: Vol. 31 No. 11, 2009, p. 1421-1445.
189
14 Yuni Anggia Purnama, Analisis Kualitas Argumentasi Siswa Pada
Pembelajaran Menggunakan Media Kartun Konsep Sistem
Imunitas, Skripsi pada Sarjana UPI Bandung, 2014, h. 21-22.
15 Yanti Herlanti, Blogquest+: Pemanfaatan Media Sosial pada
Pembelajaran Sains Berbasis Isu Sosiosaintifik Untuk
Mengembangkan Keterampilan Berargumentasi dan Literasi
Sains, (Bandung: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,
2014), h. 24.
16 Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.
Jakarta: Alfabeta. 2012.
BAB IV
1 Ofi Shofiyatun Marhamah, dkk., Penerapan Model Argument-
Driven Inquiry (ADI) dalam Meningkatkan Kemampuan
Berargumentasi Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan di
Kelas X SMA Negeri 1 Ciawigebang, Quangga: Vol. 9 No. 2,
2017, h. 47.
2 Ursula Wingate, ‘Argument!’ Helping Students Understand What
Essay Writing is about, Journal of English for Academic Purposes:
11, 2012, p.152.
3 Ibid.
4 Tuba Demisrcioglu dan Sedat Ucar, Investigating The Effect of
Argument-Driven Inquiry in Laboratory Instruction, Educational
Sciences: 15 (1), 2015, p. 268-279.
5 Safia Abbas, dan Hajime Sawamura, Developing an Argument
Learning Environment Using AgentBased ITS (ALES), Educational
Data Mining: 1, 2009, p. 200.
6 Neni Hasnunidah, Pembelajaran Biologi Dengan Strategi
Argumen Driven Inquiry dan Keteramplan Argumentasi Peserta
Didik, (Bandar Lampung: Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNS,
2015), h.9.
190
7 Ibid.
8 Carol Payne Myers, The Effect Of Argument Driven Inquiry On
Student Understanding Of High School Biology
Concepts,(Bozeman, Montana: A Professional Papper submitted in
partial fulfillment of the requirments for the degree master of
science education Montana State University, 2015), p.28.
9 Neni Hasnunidah, op. cit., h.22.
10 Wahyu Sukma Ginanjar, Penerapan Model Argument Driven
Inquiry Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan
Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMP, (Bandung: Skripsi
Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, 2014), hal. 1.
Jakarta, Januari 2021
191
Lampiran 15
Dokumentasi