profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

231
Profil kesehatan Provinsi sulawesi barat tahun 2011 DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2012

Upload: muhammad-saleh

Post on 12-Jun-2015

261 views

Category:

Data & Analytics


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil kesehatanProvinsi sulawesi barat

tahun 2011

DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2012

Page 2: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat

Jalan Kurungan Bassi No. 19 Mamuju

Telpon : 0426-21027 Fax 0426-22579

Website : dinkes.sulbarprov.go.id

Email : [email protected]; Facebook : Portal Dinkes Sulbar

Diterbitkan oleh :

Page 3: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat

Jalan Kurungan Bassi No. 19 Mamuju

Telpon : 0426-21027 Fax 0426-22579

Website : dinkes.sulbarprov.go.id

Email : [email protected]; Facebook : Portal Dinkes Sulbar

Diterbitkan oleh :

Page 4: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab dr.Achmad Azis,M.Kes

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat

Ketua Dr.Indahwati Nursyamsi

Sekretaris Wahyuddin,SE,M.Kes

Anggota Drs.Dadang Hardiawan,MM, Rosmianti,SKM

Yulianus Dupa Budi,Amd.F; Tenri Bulaeng,SKM,M.Kes Firman Gazali,SKM,M.Kes, Rachmi,SKM

Agustina Uta Tabang Kalua,S.Gz; Wa Ode Nuraisyah,S.Kep Irianti,SKM; Muh. Saleh,Amd.Kep

Page 5: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya untuk mewujudkan

Negara Indonesia menjadi bangsa yang sehat,maju, mandiri, sejahtera,

adil dan makmur dengan sasaran meningkatnuya kualitas sumber daya

manusia yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan semakin kuatnya

jati diri dan karakter bangsa.

Pembangunan kesehatan harus dilaksanakan dengan keterlibatan

masyarakat luas dan dilaksanakan dengan semangat kemitraan lintas

sektor, antara pemerintah dan sawasta, serta antara pusat dengan

daerah. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan :

1). Upaya kesehatan, 2). Teknologi dan Produk Teknologi Kesehatan,

3). Pembiayaan Kesehatan, 4). SDM Kesehatan, 5). Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan dan Makanan, 6). Manajemen, Informasi, Regulasi

Kesehatan, dan 7). Pemberdayaan Masyarakat.

Sesuai dengan amanat yang tertiuang dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 dan Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 – 2014, yang ditujukan

Page 6: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 2

untuk meningkatkan status kesehatan setinggi-tingginya, serta

mencapai MDG,s yang merupakan salah satu tugas penting dari

Pemerintah. Diupayakan percepatan pencapaian target sasaran yang

telah ditetapkan dengan pembangunan kesehatan yang lebih focus,

sistematis, terpadu, efisien, terintegrasi yang memerlukan kerjasama

dan komitmen dari seluruh stakeholders.

Untuk menjamin terlaksananya pembangunan secara efektif dan

efisien khususnya dalam bidang Kesehatan maka diperlukan data dan

informasi kesehatan yang cepat, tepat dan akurat sebagai bahan dasar

penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan yang sistematis,

terarah, terpadu dan menyeluruh . Data yang akurat menjadi salah

satu indikator penting dalam penyusunan perencanaan pembangunan

kesehatan

Profil Kesehatan 2011 yang berbasis data terpilah menurut jenis

kelamin. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2011 adalah

gambaran situasi kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat yang memuat

berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan

selama tahun 2011. Data dan informasi yang termuat antara lain data

kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program-program

kesehatan, masalah kesehatan dan lain sebagainya. Profil Kesehatan

Propinsi Sulawesi Barat ini disajikan secara sederhana dan informatif

dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Page 7: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 3

Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil Kesehatan

Propinsi Sulawesi Barat bisa dipakai sebagai tolok ukur

keberhasilan/kemajuan pembangunan kesehatan yang telah dilakukan

selama tahun 2011 dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan,

sekaligus bisa dipakai sebagai bahan evaluasi perwujudan menuju

Sulawesi Barat Malaqbi.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

I. Maksud

Maksud dalam penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat

Tahun 2011 adalah untuk memantapkan dan mengembangkan Sistem

Informasi Kesehatan, sehingga dapat digunakan secara aplikatif

sebagai acuan dalam manajemen pelaksanaan upaya pelayanan

kesehatan.

II. Tujuan

a. Tujuan Umum

Memberikan informasi tentang program-program pembangunan

kesehatan, pencapaian pembangunan kesehatan dan kinerja

pembangunan kesehatan.

b. Tujuan Khusus

1. Tersedianya data tentang data geografi, demografi, dan sosial-

ekonomi.

2. Evaluasi keberhasilan upaya kesehatan

Page 8: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 4

3. Evaluasi kinerja pembangunan kesehatan

4. Terciptanya suatu sistem informasi kesehatan yang dapat

digunakan sebagai indikator pencapaian program dan kegiatan

kesehatan

C. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Profil Kesehatan diharapkan bisa lebih informatif, maka profil

kesehatan ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

Bab I – Pendahuluan. Bab ini secara ringkas menjelaskan latar

belakang, maksud dan tujuan serta sistematika penulisan. Di dalamnya

berisi pula uraian ringkas dari masing-masing bab.

BAB II - Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum

Propinsi Sulawesi Barat. Di dalamnya berisi uraian tentang keadaan

geografis, keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan ekonomi,

dan keadaan lingkungan di Propinsi Sulawesi Barat

BAB III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini menyajikan situasi

Derajat Kesehatan berisi uraian tentang angka kematian, angka

kesakitan, dan keadaan gizi;

BAB IV - Situasi Upaya Kesehatan . Bab ini membahas tentang upaya –

upaya kesehatan yang telah dilaksanakan di Sulawesi Barat sampai

tahun 2011.

Page 9: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 5

BAB V - Tenaga Kesehatan berisi uraian tentang jenis tenaga

kesehatan, unit kerja penempatan tenaga kesehatan, dan persebaran

tenaga kesehatan di unit kerja Propinsi Sulawesi Barat

**************

Page 10: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 6

BAB II GAMBARAN UMUM

A. KEADAAN GEOGRAFI

Sulawesi Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang cukup

strategis karena berada diantara dua Provinsi, yaitu Sulawesi Selatan

dan Sulawesi Barat. Provinsi Sulawesi Barat sebelah barat berbatasan

langsung dengan Selat Makassar, Sebelah timur berbatasan dengan

Sulawesi Selatan, sebelah utara berbatasan dengan Sulawesi tengah

dan Sulawesi selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 2.1 Peta Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011

Page 11: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 7

Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat sebesar 16.729,9 km2, secara

administratif terbagi menjadi 5 kabupaten, yang tersebar menjadi 604

desa/kelurahan. Wilayah terluas adalah Kabupaten Mamuju dengan

luas 7.943 km2, atau sekitar 47,5% dari luas total Provinsi Sulawesi

Barat, sedangkan Kabupaten Majene merupakan wilayah yang luasnya

paling kecil di Sulawesi barat, yaitu seluas 948 km2.

Gambar 2.2 Luas dan Persentase Kabupaten Se- Provinsi Sulawesi Barat

Tahun 2011

Secara topografi, wilayah Sulawesi Barat memiliki kondisi yang

bervariasi yaitu pegunungan, perbukitan, dataran rendah, pesisir

pantai serta rawa-rawa. Sebagian besar wilayah di Sulawesi Barat

merupakan daerah yang sulit dijangkau disebabkan kondisi daerah

yang sangat berat sehingga hanya bisa dilalui dengan kuda dan jalan

kaki. Disamping itu masih terdapat sekelompok masyarakat terasing

yang menutup diri dari kemajuan ilmu pengetahuan.

Page 12: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 8

B. KEADAAN PENDUDUK

Jumlah penduduk Sulawesi Barat tahun 2011 (Hasil Estimasi Dinas

Kesehatan masing-masing kabupaten) sebesar 1.163.737 Jiwa. Dengan

luas wilayah sebesar 16.937,2 km2,maka rata – rata kepadatan

penduduk di Sulawesi Barat sebesar 69 jiwa untuk setiap kilometer

persegi (km2). Wilayah terpadat adalah Kabupaten Polewali Mandar,

dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 231 jiwa per kilometer

persegi (km2). Wilayah terlapang di Sulawesi Barat adalah Kabupaten

Mamuju, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 42 jiwa per

kilometer persegi (km2). Dengan demikian dapat dilihat bahwa

persebaran penduduk se Sulawesi Barat belum merata.

Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Barat

Menurut Kabupaten Tahun 2011

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten tahun 2011

Page 13: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 9

Dengan jumlah rumah tangga sebesar 255.512 rumah tangga, maka

rata-rata jumlah rumah tangga di Sulawesi Barat adalah 4,55 Jiwa

untuk setiap rumah tangga. Jumlah penduduk tertinggi berada di

Kabupaten Polewali Mandar dan terendah di Kabupaten Mamuju Utara.

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio

jenis kelamin yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk

perempuan per 100 penduduk. Berdasarkan hasil proyeksi Dinas

Kesehatan Kabupaten tahun 2010 didapatkan jumlah penduduk laki-

laki di Sulawesi Barat sulit ditentukan karena kelengkapan data yang

kurang dari kabupaten. Data mengenai Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

dapat dilihat pada lampiran tabel 2.

Struktur/komposisi penduduk Sulawesi Barat menurut umur dan jenis

kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki maupun perempuan

mempunyai proporsi terbesar pada kelompok umur 10 – 14 tahun dan

5–9 tahun.

C. KEADAAN PENDIDIKAN

Keadaan pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap

ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu daerah.

Melalui pengetahuan, pendidikan berkonstribusi penting terhadap

perubahan perilaku kesehatan masyarakat. Pengetahuan yang

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor

Page 14: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 10

pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang

untuk berperilaku sehat.

Angka buta huruf berkolerasi dengan angka kemiskinan. Sebab,

pendududk yang tidak bisa membaca secara tidak langsung

mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu

sendiri mendekatkan kepada kemiskinan.

Berdasarkan data BPS 2010, persentase penduduk usia 5 tahun keatas

yang melek huruf di Sulawesi Barat sebesar 84,86%, artinya persentase

penduduk usia 5 tahun keatas yang bisa membaca serta mengerti

sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Penggunaan

AMH adalah untuk mengukur keberhasilan program-program

pemberantasan buta huruf, terutama didaerah pedesaan di Indonesia

terutama didaerah di Sulawesi Barat; menunjukkan kemampuan

penduduk suatu wilayah dalam menyerap informasi daer beberapa

media dan menunjukkan kemapuan untuk berkomunikasi secara lisan

dan tertulis.

D. KEADAAN EKONOMI

Proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya kurang dari $1 per

kapita per hari adalah persentase penduduk yang hidup dengan

pendapatan di bawah $1 (PPP) per hari. Nilai dolar dimaksud adalah

nilai dolar berdasarkan Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity

Page 15: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 11

(PPP) yang konversinya dengan mata uang lokal berdasarkan harga

tahun 1993.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Barat tidak melakukan

pendataan tingkat kemiskinan dengan parameter pendapatan kurang

dari US$ 1,00 per kapita perhari, oleh karena itu tolak ukur yang

digunakan adalah garis kemiskinan yang telah ditentukan secara

nasional.

Salah satu pendekatan dalam pengukuran kemiskinan di Indonesia

menurut Badan Pusat Statistik adalah seseorang yang dianggap miskin

jika tak mampu memenuhi kebutuhan dasar makanan yang disetarakan

2100 kilokalori serta kebutuhan bukan makanan, yakni kebutuhan

minimum perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan yang

dibawah rata-rata minimum, konsep dan Pendekatan di atas dikenal

denga nama pemenuhan kebutuhan dasar (Basic Needs Approach).

Jumlah Penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Barat sejak Maret 2007

sampai dengan Maret 2010 terus mengalami penurunan yang signifikan.

Tahun 2007 presentase penduduk miskin mencapai kisaran 19,03

persen atau setara dengan 189,9 ribu orang, kemudian mengalami

penurunan yang cukup besar hingga tahun 2010, yaitu sebesar 13,58

persen atau sekitar 141,33 ribu orang dan pada tahun 2011 mengalami

peningkatan menjadi 13,89%

Page 16: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 12

Gambar 2.4 Angka Kemiskinan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007-2011

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Kecenderungan data garis Kemiskinan dari hasil pendataan Badan

Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan hasil yang

positif, dimana garis kemiskinan rata-rata penduduk di Provinsi

Sulawesi Barat dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 semakin

membaik.

Page 17: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 13

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Gambaran masyarakat Provinsi Sulawesi Barat masa depan yang ingin

dicapai oleh segenap kelompok masyarakat melalui pembangunan

kesehatan Provinsi Sulawesi Barat adalah “Terwujudnya Masyarakat

Sulawesi Barat Yang Sehat Maju dan Amanah”. Untuk mewujudkan

visi tersebut ada lima misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas

kesehatan di masing-masing jenjang administrasi pemerintahan, yaitu

meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, Menjamin

pemerataan sumber daya kesehatan, Memberdayakan masyarakat

untuk hidup sehat, Mendorong percepatan pelaksanaan pembangunan

kesehatan daerah tertinggal dan daerah perbatasan dan menciptakan

manajemen kesehatan yang akuntabel.

Guna mempertegas rumusan visi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Barat “Terwujudnya Masyarakat Sulawesi Barat Yang Sehat Maju

dan Amanah” maka ditempuh strategi percepatan berupa

mewujudkan komitemen pembangunan berwawasan kesehatan,

Profesioanalisme Unit Kerja, mempercepat pemerataan pelayanan

kesehatan yang berkualitas di daerah terpencil dan kepulauan dengan

strategi mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan

Melaksanakan jejaring Pembangunan Kesehatan.

Page 18: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 14

Adapun situasi derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Sulawesi

Barat adalah sebagi berikut :

A. ANGKA KEMATIAN

Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat

menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi

atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan

biologic secara tidak langsung. Disamping itu dapat digunakan sebagai

indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan

program pembangunan kesehatan.

1. Angka Kematian Bayi

Angka kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-12 bulan)

per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB dapat

menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan factor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan

antenatal, status gizi ibu hami, tingkat keberhasilan program KIA dan

KB, serta kondisi lingkungan dan social ekonomi. Bila AKB disuatu

wilayah tinggi, berarti status kesehatan diwilayah tersebut rendah.

AKB di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011 sebesar 11,6/1000 kelahiran

hidup, menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar

15,2/1000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target

Nasional dalam RPJMN 24/1000 kelahiran hidup, maka AKB Provinsi

Sulawesi Barat sudah melampaui target Nasional, demikian juga bila

Page 19: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 15

dibandingkan dengan target yang diharapkan dalam MDD (Millennium

Development Goals) tahun 2015 yaitu 23/1000 kelahiran hidup.

Penurunan AKB di Provinsi Sulawesi Barat satu tahun terakhir dapat

memberi gambaran pelayanan kesehatan yang meningkat secara

keseluruh lapisan masyarakat.

Gambar 3.5 Angka Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Barat

Tahun 2007-2011 Sumber : Program

KIA Dinas

Kesehatan Sulawesi

Barat, 2012

Kabupaten dengan Angka Kematian Bayi tertinggi pada tahun 2011

adalah kabupaten Mamuju Utara dengan AKB sebesar 15,9/1000

Kelahiran hidup atau sebanyak sedangkan yang terendah adalah

Kabupaten Mamasa 6/1000 kelahiran hidup

Gambar 3.6 Angka Kematian Bayi Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun2011 Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi, tahun 2012

Page 20: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 16

Angka kematian bayi yang bervariasi dan tidak merata ditiap

kabupaten merupakan masalah pelayanan kesehatan. Akses

pelayanan yang tidak merata ditiap kabupaten memerlukan

intervensi yang berbeda.

Tabel 3.1

Jumlah kematian bayi menurut Kabupaten

tahun 2011

Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi 2012

2. Angka Kematian Balita

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian balita (1 – 5

tahun) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA

dapat menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak balita,

tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program

KIA/Posyandu, dan kondisi sanitasi lingkungan.

Angka kematian balita atau AKABA menggambarkan peluang untuk

meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun.

Berdasarkan laporan Dinas kesehatan 5 Kabupaten di Propinsi Sulawesi

Barat, Angka kematian balita tahun 2007 sebesar 17,2 per 1.000

kelahiran hidup, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 11,4 per

Page 21: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 17

1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi

14,02 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2010 menurun menjadi 16,42

per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2011 menjadi 12,1/1000

Kelahiran hidup . Hal ini menandakan Angka Kematian Balita 3 tahun

terakhir sifatnya fluktuatif

Kasus kematian Balita berhubungan erat dengan kondisi lingkungan,

perilaku, infeksi penyakit, status gizi dan imunitas serta mutu dari

pelayanan kesehatan. Format pelaporan program KIA yang selama ini

digunakan tidak bisa mengakomodasi jumlah kematian balita yang ada

di wilayah kerja Puskesmas sehingga data kematian balita (1 – 4 th)

tidak bisa diketahui.

Gambar 3.7

Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2007-2011

Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012

Pada gambar 3.7 nampak bahwa Angka Kematian Balita selama

periode 2007-2009 menunjukkan flukstuasi dan mengalami penurunan

Page 22: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 18

pada tahun 2011. Pencapaian AKABA Sulawesi Barat sudah mencapai

target MDGs yakni 32 / 1000 kelahiran hidup yang mesti dicapai pada

tahun 2015

Data kematian balita ini termasuk dalam indikator pemantauan pada

cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan). Jadi, kasus kematian

yang terjadi tergantung dari peran tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan sesuai standar meliputi pemantauan

pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantuan perkembangan min 2x

setahun dan pemberian vitamin A 2x setahun. Termasuk dalam

pelayanan mendapatkan MTBS, khusus untuk anak yang sakit sehingga

kematian dapat dicegah.

3. Angka Kematian Ibu

AKI yang didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan pada

saat hamil atau bersalin per 100.000 kelahiran hidup yang disebabkan

oleh kehamilan atau pengelolaannya, kecuali yang disebabkan oleh

kecelakaan.

Angka kematian Ibu merupakan salah satu indikator penting yang

merefleksikan derajat kesehatan di suatu daerah, yang mencakup

tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan Ibu,

kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan

terutama bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa nifas.

Page 23: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 19

Kesehatan Ibu hamil/bersalin dan AKI memiliki korelasi erat dengan

kesehatan bayi dan AKB. Faktor kesehatan ibu saat ia hamil dan

bersalin berkontribusi terhadap kondisi kesehatan bayi yang dikandung

serta resioko bayi yang dilahirkan dengan lahir mati (still birth) atau

yang mengalami kematian neonatal dini (umur 0-6 hari).

Gambar 3.8 Jumlah Kematian Ibu Menurut

Kabupaten Tahun 2011

Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Sebagai Provinsi baru Sulawesi Barat

belum memiliki data statistik vital yang

langsung dapat menghitung Angka Kematian Ibu (AKI). Jumlah

Kematian Ibu didapatkan dengan mengumpulkan informasi dari

Puskesmas semasa kehamilan, persalinan atau selama melahirkan.

Seperti indikator kesehatan lain pada umumnya, terdapat perbedaan

AKI antar wilayah di Sulawesi Barat. Berdasarkan data Jumlah

Kematian Ibu di provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011 di 5 (lima)

kabupaten menunjukkan bahwa kabupaten Mamuju Utara dan Mamasa

mempunyai jumlah kematian Ibu yang paling rendah yaitu 5 ibu di

bandingkan dengan Polman dan Mamuju 13 ibu yang meninggal dan

Majene 6 ibu yang meninggal pada tahun 2010.

Page 24: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 20

Gambar 3.9 Angka Kematian Ibu Menurut Kabupaten Tahun 2011 Provinsi Sulawesi Barat

Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012

Angka Kematian Ibu per tahun di Provinsi Sulawesi Barat belum

dapat ditentukan karena jumlah kelahiran hidup di Sulawesi Barat

pada tahun 2011, sebesar 23.259 kelahiran hidup. Namun untuk

menjadi acuan program dalam pelaksanaan kebijakan program bidag

kesehatan dan pembanding capaian tiap kabupaten maka konstanta

yang digunakan dalam perhitungan Angka Kematian Ibu pada gambar

3.9 adalah per 100.000 kelahiran hidup. Jadi dalam buku ini penyusun

hanya angka absolut atau jumlah sebenarnya, dan dengan

menggunakan rumus per 100.000 kelahiran hidup.

Page 25: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 21

Gambar 3.10 Jumlah Kematian Ibu Maternal Sulawesi Barat

Tahun 2006-2011

Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Barat,2012

B. Morbiditas

Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) dari

suatu penyakit yang terjadi pada suatu populasi dalam kurun waktu

tertentu. Morbiditas berhubungan dengan terjadinya atau

terjangkitnya penyakit didalam populasi, baik fatal maupun non-fatal.

Angka morbiditas lebih cepat menentukan keadaan kesehatan

masyarakat dari pada angka mortalitas, karena banyak penyakit yang

mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai mortalitas yang rendah.

1. Penyakit terbanyak di Rumah Sakit

Penyakit terbesar di rumah sakit sepanjang tahun 2010 di Sulawesi

Barat menurut catatan Bidang Pelayanan Medik Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan pasien yang paling banyak

Page 26: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 22

berkunjung adalah pasien dengan faktor yang mempengaruhi keadaan

kesehatan dan berhubungan dengan pelayanan kesehatan.

Perincian penyakit yang melakukan kunjungan rawat jalan di rumah

sakit menurut catatan Bidang Pelayanan Medik Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Kunjungan terbesar pertama rawat jalan adalah Diare dengan Jumlah

kunjungan 1888 orang dan penyakit kedua adalah Demam Berdarah

dengan jumlah kunjungan 1232 orang.

Gambar 3.11 Jumlah 6 Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap

Dirumah Sakit Di Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Bina Pelayanan Medik Dinkes Sulbar tahun 2012

Page 27: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 23

2. Penyakit Menular

a. Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya

pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millennium

Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu

(protozoa). Plasmodium yang ditularkan melaui gigitan nyamuk

Anopheles. Wilayah endemis malaria di Sulawesi Barat pada umumnya

adalah desa – desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak

baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan

kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan social ekonomi masyarakat

yang rendah.

Direktorat Jenderal PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan

stratifikasi endemisitas malaria di suatu wilayah di Indonesia menjadi

4 strata yaitu:Endemis tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk; Endemis

sedang bila API berkisar antara 1 - < 5 per 1.000 penduduk; Endemis

rendah bila API 0 – 1 per 1.000 penduduk; Non Endemis adalah daerah

yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah pembebasan malaria)

atau API = 0.

Guna mencapai target yang di canangkan secara nasional maka ada

beberapa program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi

Sulawesi Barat diantaranya sebagai berikut :

Page 28: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 24

1. Gebrak Malaria yang bertujuan untuk memastikan 80% dari

masyarakat yang beresiko terjangkit malaria mendapatkan

perlindungan melalui metode pengendalian vector yang sesuai

keadaan setempat; 80% penderita malaria didiagnosis dan diobati

dengan menggunakan antimalarial yang adekuat; 80% perempuan

ibu hamil didaerah penularan yang stabil mendapat perawatan

pencegahan berkala (IPTp); dan beban akibat penyakit malaria

berkurang sampai 50% dan pada tahun 2015, penyakit dan

kematian akibat malaria berkurang 75 persen dibandingkan

dengan tahun 2005, tervapainya target MDG dan intervensi

efektif diterapkan secara universal

Tabel 3.2 Strategi Kampanye Gebrak Malaria

Strategi Utama Tujuan Utama

Memobilisasi dan memberdayakan masyarakat menuju hidup sehat

Semua desa menjadi “desa siaga”-pemberdayaan dan pelibatan masyarakat dalam pemberantasan dan pengendalian malaria dan penyakit lain yang merupakan masalah utama kesehatan

Meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang berkualitas

Setiap bayi, anak dan kelompok resiko tinggi terlindung dari penyakit-penyakit

Memperbaiki sistem surveilans, monitoring dan informasi

Setiap kejadian penyakit dilaporkan secara tepat waktu dan akurat kepada dinas kesehatan terdekat Setiap kejadian luar biasa/wabah dikendalikan secara cepat dan tepat

Peningkatan ketersediaan pendanaan malaria

Page 29: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 25

2. Penelitian Malaria terpadu kerjasama Universitas Hasanuddin

dengan Dinas Kesehatan Sulawesi Barat. Penelitian ini

dilaksanakan di kabupaten Mamuju yang merupakan daerah

endemis malaria tinggi di Sulawesi Barat dan berlangsung selama

3 tahun mulai 2010 – 2012.

Di Sulawesi Barat terdapat dua kabupaten yang termasuk dalam daerah

endemis tinggi yakni Mamuju dan Mamuju Utara. Kondisi wilayah yang

ada menjadi salah satu faktor tingginya kasus malaria di kedua wilayah

tersebut di bandingkan dengan wilayah lain di Sulawesi Barat.

API Sulawesi Barat pada tahum 2010 adalah 6,7 per 1.000 dan

mengalami penurunan menjadi 5,9 per 1000 penduduk Sulawesi barat

pada tahun 2011. Di hubungkan dengan target MDGs angka API

Sulawesi Barat masih sangat tinggi. Begitupula dengan target nasional

yang yang menargetkan jumlah kasus kejadian malaria menjadi kurang

dari 1 per 1000 kasus malaria positif yang ditemukan melalui

pelayanan rutin. Sulawesi Barat mesti memacu diri untuk mencapai

target nasional Indonesia bebas malaria tahun 2030.

b. TB Paru

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat

menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi hasil TB.

Page 30: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 26

Bersama dengan malaria dan HIV AIDS, TB menjadi salah satu penyakit

yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah

Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru TBA

Positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA

positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Kementerian

Kesehatan menetapkan target CDR minimal pada tahun 2010 sebesar

70%.

Dalam upaya peningkatan efektifitas pengendalian TB, Sulawesi Barat

telah melakukan upaya penguatan DOTS yang merupakan kebijakan

nasional dalam pengendalian Tuberkulosis. Kunci utama dalam DOTS

yaitu : komitmen, doagnosa yang benar dan baik. Ketersediaan dan

lancarnya distribusi obat, pengawasan penderita menelan obat dan

pencatatan dan pelaporan penderira dengan baik dan benar dengan

sistem kohort.

Gambar 3.12 Angka Penemuan Kasus (CDR) Per Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011

Sumber : Program P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012

Page 31: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 27

Angka penemuan kasus Case Detection Rate (CDR) Sulawesi Barat

tahun 2011 Sulawesi Barat sebesar 55%. Kabupaten Majene adalah

Kabupaten dengan pencapaian CDR sebesar 110% dan paling rendah

adalah Kabupaten Mamasa sebesar 17%. CDR Sulawesi Barat sebesar

50%. Capaian ini belum mencapai target MDGs sebesar 70%. Hal ini

tentu menjadi tantangan terbesar bagi Sulawesi Barat untuk dapat

mencapai target MDGs pada tahun 2015.

Tantangan yang dihadapi dalam upaya penanganan TB di Sulawesi

Barat antara lain:

1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengakibatkan tingginya

resiko penyebaran infeksi. Hal ini terkait dengan advokasi,

komunikasi dan mobilisasi social belum optimal, terbatasnya

akses pelayanan dan belum maksimalnya kemitraan antara

public-swasta;

2. Masih tingginya penemuan kasus yang belum diimbangi dengan

ketersediaan pelayanan pengobatan yang memadai. Layanan

pengobatan untuk TB secara rutin belum merata.

3. Masih terbatasnya penguatan kebijakan pengendalian TB berbasis

local di Sulawesi Barat. Diperlukan penguatan pelayanan

kesehatan, informasi dan pendanaan tingkat daerah

4. Belum optimalnya sistem informasi untuk penyusunan kebijakan

berbasis fakta. Saat ini penerapan elemen strategi TB, penguatan

Page 32: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 28

sistem kesehatan, peran serta petugas kesehatan, ASCM, dan

riset masih kurang optimal

5. Masih terbatasnya sumber pendanaan untuk menanggulangi TB di

Sulawesi Barat. Selama ini sumber dana pendanaan

penanggulangan TB di Sulawesi Barat sebagian besar berasal dari

bantuan luar negeri (GF TB). Untuk itu diperlukan peningkatan

mobilisasi sumber daya local dan peningkatan efisiensi anggaran

bersumber APBD dalam peningkatan program TB.

c. HIV AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus (retrovirus) yang

menginfeksi sel-sel sistem imunologi sehingga merusak sistem

kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome

(AIDS) adalah kondisi kesehatan seseorang ketika HIV telah merusak

sistem kekebalan terhadap penyakit Infeksi menular seksual (IMS)

merupakan penyakit yang sangat erat keterkaitannya dengan kejadian

HIV dan AIDS.

Keberadaan penderita HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es, dimana

jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan

penduduk yang terinfeksi dan diperkirakan pada tahun 2010 jumlah

Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Sulawesi Barat mencapai 000000

orang. Kondisi tersebut berkaitan dengan keadaan geografis Sulawesi

Barat yang berada dalam posisi “Segitia emas” terletak diantara

Page 33: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 29

Sulawesi selatan dan Sulawesi Tengan dan berbatasan langsung dengan

pulau Kalimantan menjadi salah satu faktor mobilisasi penduduk yang

cepat. Selain itu banyaknya penduduk yang masuk menyebabkan

adanya perubahan pola hidup dan perubahan perilaku seksual yang

tidak aman serta penggunaan Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif

lainnya (NAPZA) suntik yang semakin meluas.

Tantangan lain yang dihadapi adalah terbatasnya akses terhadap

pelayanan kesehatan dalam pencegahan, perawatan dan pengobatan

HIV AIDS. Sistem layanan kesehatan perlu diperkuat dalam menangani

kasus HIV/AIDS; terbatasnya alokasi anggaran dan ketersediaan dana

yang berkesinambungan dalam pengendalian HIV/AIDS. Masalah dana

menjadi kendala utama dalam mengani HIV/AIDS; masih lemahnya

koordinasi linta sektor sistem monitoring dan evaluasi; dan masih

terbatasnya fasilitas dan tenaga kesehatan baik dalam hal kuantitas

dan kualitas maupun kapasitas dalam penanganan HIV AIDS.

Upaya pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan memalui

penyuluhan ke masyarakat, pembentukan klinik IMS dan Voluntary

Concealing Test VCT di puskesmas, pengobatan dan pemeriksaan

berkala penyakit menular seksual, pengamatan darah donor dan

kegiatan lain yang menunjang pemberantasan penyakit HIV/AIDS.

Pengembangan jejaring HIV/AIDS serta kerjasama dengan Komisi

Penanggulangan AIDS Nasional (KPA) tingkat provinsi dan kabupaten,

Page 34: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 30

Majelis Ulama (MU) serta organisasi masyarakat lainnya yang terkait

merupakan usaha lain dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat

dalam penanggulangan HIV/AIDS.

Meski demikian jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Barat

hingga tahun 2011 belum ada laporan secara tertulis penduduk yang

tercatat sebagai penderita positif, namun penderita positif tersebut

diperkirakan ada di sekitar kita.

d. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

ISPA seringkali menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan

balita, dimana pneumonia diduga sebagai faktor utama penyebabnya.

ISPA juga merupakan salah satu penyebab kunjungan berobat pasien di

rumah sakit dan Puskesmas.

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) atau Acute Respiratory

Infection (ARI) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu

bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga

alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga

tengah dan pleura. Penyakit ISPA yang menjadi fokus program

kesehatan adalah Pneumonia, karena pneumonia merupakan salah satu

penyebab utama kematian pada anak.

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru

yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur dengan

populasi rentan pada anak-anak usia kurang dari dua tahun, usia lanjut

Page 35: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 31

lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan

(malnutrisi, gangguan imunologi).

Gambar 3.13 Penderita Pneumonia pada Balita

Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2011

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Berdasarkan laporan bidang pencegahan dan pengendalian penyakit

dari dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Barat, kasus

pneumonia mengalami penurunan yang cukup tajam dari tahun 2007.

Pada tahun 2011 kasus pneumonia menunjukkan adanya

kecenderungan penurunan dari 4.187 pada tahun 2010 menjadi 1.729

pada tahun 2011

e. Kusta

Penyakit kusta atau disebut penyakit lepra adalah penyakit infeksi

kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang

Page 36: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 32

menyerang syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Bila tidak ditangani

dengan baik, kusta dapat menjadi progresif, menyebabkan kerusakan

permanen pada kulit, syaraf, anggota gerak dan mata.

Penyakit kusta menurut jenis penyakitnya dibedakan menjadi kusta

Pausi Basiler (PB) dan kusta Multi Basiler (MB) dan pengobatannya

disesuaikan dengan klasifikasi jenisnya.

Strategi global WHO menetapkan indikator eliminasi kusta adalah

angka penemuan penderita atau istilah bahasa inggrisnya Newly Case

Detection Rate (NCDR) yang menggantikan indicator utama

sebelumnya yaitu angka penemuan penderita terdaftar berupa

prevalensi rate < 1/100.000 penduduk.

Gambar 3.14 Angka Penemuan Kasus Kusta Baru Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2011

Sumber :Bagian P2PL Dina Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Angka penemuan kasus kusta baru pada tahun 2011 mengalami

peningkatan, baik dari jenis MB. Sedangkan untuk persebarannya,

kasus kusta terdapat di semua kabupaten dengan jumlah kasus yang

Page 37: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 33

berbeda-beda.Hal ini disebabkan masalah dalam pengelolaan

pengendalian penyakit kusta baik di tingkat provinsi maupun

kabupaten.

Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta di Indonesia, salah satu

indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilannya adala angka

proporsi cacat tingkat II (kecatatatn yang dapat dilihat dengan mata)

sebesar 5% dan proporsi anak di antara kasus baru. Angka proporsi

cacat tingkat II digunakan untuk menilai kinerja petugas dalam upaya

peningkatan penemuan kasus.

3. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

AFP adalah kondisi abnormal yang ditandai dengan melemahnya,

lumpuhnya atau hilangnya kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas

secara tiba-tiba. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit atau trauma

yang mempengaruhi syaraf yang berhubungan dengan otot. AFP ini

sering juga dijelaskan sebagai tanda cepat munculnya serangan seperti

pada polio.

Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dar 15 tahun dengan

kelumpuhan yang sifatnya layuh yang terjadi secara mendadak.

Sedangkan AFP non polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan

spesimen tinja tidak ditemukan virus polio liar yang ditetapkan oleh

tim ahli sebagai kasus AFP dengan kriteria tertentu.

Page 38: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 34

Gambar 3.15 Jumlah Kasus AFP [lumpuh layuh]

Provinsi Sulawesi Barat tahun 2007-2011

Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011

Indikator keberhasilan ERAPO adalah ditemukannya kasus AFP minimal

2/100.000 penduduk dan tidak ditemukannya kasus polio selama lima

tahun berturut-turut. Penemuan kasus AFP di Sulawesi Barat dapat

dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.16 AFP Rate tahun 2007 – 2011

Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012

Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012

Page 39: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 35

4. Penyakit Potensial KLB/Wabah

a. Demam Berdarah

Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorraghic Fever) adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus dengue serta disebarkan dengan

perantaraan nyamuk Aedes Aegypty dan Aedes Albopictus yang hidup

di genangan air bersih atau jernih di sekitar rumah atau tempat-

tempat yang dapat menampung dan menjadi genangan air dan

umumnya kasus ini mulai meningkat pada musim penghujan.

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat

ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sering muncul

sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga menimbulkan kepanikan di

masyarakat karena penyebarannya yang sangat cepat dan berpotensi

menimbulkan kematian bila tidak mendapatkan penangan secara cepat

dan tepat.

Angka kesakitan DBD di Provinsi Sulawesi Barat sampai tahun 2011

cukup tinggi walaupun secara umum mengalami penurunan

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 jumlah kasus

Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 325 kasus meningkat

dibandingkan tahun 2010 sebesar 169 kasus. Jumkah penderita yang

meninggal pada tahun 2011 sebanyak 5 orang yang tersebar 1 di

kabupaten Mamuju dan 4 di Kabupaten Mamuju Utara. Adanya kasus

Page 40: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 36

kematian yang terjadi di Mamuju Utara ini karena adanya kasus KLB

yang membuat 139

orang menderita DBD

dan 4 diantaranya

meninggal.

Gambar 3.17

Jumlah kasus DBD tahun 2010 dan 2011 Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 2011

Sumber : Program P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat 2012

b. Diare

Diare dapat didefinisikan sebagai perubahan konsistensi fases selain

dari frekuensi buang air besar. Dikatakan diare apabila fases lebih

berair dari biasanya. Diare juga didefinisikan bila Buang Air Besar

(BAB) tiga kali atau lebih atau BAB lebih berair tapi tidak berdarah

dalam waktu 24 jam. Sementara diare yang berdarah didefinisikan

sebagai disentri.

Selain angka kesakitan yang masih tinggi, penyakit diare juga sering

menimbulkan KLB dengan tingkat CFR yang juga tinggi. Salah satu

upaya menurunkan kematian akibat diare adalah dengan tatalaksana

yang tepat dan cepat. Pengolahan, analisa, dan interpretasi data

secara rutin juga akan dilakukan, sebagai upaya kewaspadaan dini KLB

Page 41: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 37

Diare. Upaya ini dilakukan dengan mengadakan pelatihan petugas

terintegrasi dengan pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),

serta pengamatan tatalaksana diare di puskesmas sentinel.

Gambar 3.18 Cakupan Penemuan Penderita Diare

Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Untuk tahun 2011, kejadian diare tertinggi tercatat di Kabupaten

Mamuju sebanyak 18.425 kasus melebihi kasus perkiraan kejadian

sebesar 13.850 kasus diare dan terendah di Kabupaten Mamasa

sebanyak 4.128 kasus dengan kasus perkiraan sebenayak 5.925 kasus

Gambar 3.19 Cakupan Penanganan Penderita Diare Menurut Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008 - 2011.

Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012

Page 42: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 38

Penanganan kasus diare di Provinsi Sulawesi Barat sudah mulai

menunjukkan peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 secara

signifikan. Pada tahun 2010 sebesar 43,9% dan menjadi 110,5% pada

tahun 2011. Jumlah kasus diare yang terjadi lebih tinggi dari perkiraan

kasus. Hal ini terjadi karena adanya kasus KLB diare yang terjadi

beberapa kali selama kurun waktu tahun 2011.

c. Filariasis

Limpathic Filariasis adalah penyakit parasit dimana cacing filaria

(Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori) menginfeksi

jaringan limfe (getah bening). Parasit ini ditularkan pada manusia

melalui gigitan berbagai jenis nyamuk yang telah terinfeksi dan

kemudian menjadi cacing dewasa dan hidup di jaringan limfe.

Penyakit ini sering menyebabkan menurunkan daya kerja dan

produktifitas serta timbulnya cacat tubuh yang menetap atau

permanen berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelaminsebagai

tanda tingkat lanjut dari penyakit. Penyakit ini juga sering disebut

Elefantiasis atau yang sering juga disebut penyakit kaki gajah karena

penderitanya sering mengalami bengkak di kaki yang sangat besar

menyerupai kaki gajah.

Pada tahun 2011 penyakit ini menyebar di Kabupaten Polewali Mandar

dan Mamuju Utara. Di Polewali Mandar berdasarkan data yang masuk

tercatat 33 dan di Mamuju Utara sebanyak 10 kasus. Survey pemetaan

Page 43: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 39

endemitas telah di beberapa kabupaten namun hingga saat ini belum

dapat diketahui secara akurat prevalensi dan jumlah penderita secara

pasti. Penemuan kasus filariasis selama ini hanya setelah timbulnya

tanda tingkat lanjut dari penyakit ini mengingat penyakit ini bersifat

kronis. Belum pernah ditemukan orang yang menderita filaria secara

dini walaupun orang tersebut bermukim di daerah endemis atau

terdapat penderita filariasis disekitarnya.

Gambar 3.20 Trend Kejadian Kasus Filariasis

Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 - 2011 Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Dalam upaya mencapai eradikasi filariasis pada tahun 2020 diperlukan

upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan memutus

rantai penularan dan mengobati penderita untuk mencegah infeksi

sekunder serta alat/sarana yang sensitive untuk penegakan diagnosis

sehingga penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan sampai

tidak menimbulkan kecatatan.

Page 44: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 40

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai

upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan

gambaran situasi upaya kesehatan yang telah dilakukan di Provinsi

Sulawesi Barat.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang sangat

penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat,

diharapkan sebagian besar masalah kesehatan dapat diatasi. Berbagai

pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan

kesehatan dan jaringannya adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi

Ibu mempunyai peran besar didalam pertumbuhan bayi dan

perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu

yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam

kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi / anaknya.

Page 45: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 41

Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain pelayanan

antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang

diberikan di sarana kesehatan mulai Posyandu sampai rumah sakit.

a. Pelayanan Antenatal (K 1 dan K 4)

Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan,

dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai

pedoman.Kegiatan pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat

badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi

Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil

selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatan adalah promotif dan

preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4

Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil,

menggambarkan besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama

ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.

Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan

antenatal dan kemampuan program dalam menggerakan masyarakat.

Cakupan K1 tahun 2011 sebesar 97,8%, menurun dibandingkan tahun

2010 sebesar 99,2%.

Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali

kunjungan selama masa kehamilannya (sekali di trimester pertama,

Page 46: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 42

sekali di trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga). Indikator ini

berfungsi untuk menggambarkan tingkat perlindungan dan kualitas

pelayanan kesehatan pada ibu hamil.

Cakupan K4 Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011 sebesar 78,1% dan

mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 sebesar 74,9%.

Gambar 4.21 Persentase cakupan pelayanan K1 dan K4 ibu hamil

Di Sulawesi Barat Tahun 2006-2011

Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Bina Kesehatan

Masyarakat, 2012

Dari grafik tersebut terlihat cakupan K4 di Sulawesi Barat menunjukan

peningkatan dalam empat tahun terakhir dari tahun 2006 - 2010 yang

berarti terjadi peningkatan kualitas pelayanan pada ibu hamil di

Sulawesi Barat, namun menunjukkan penurunan dari tahun 2010 –

2011. Hal ini menunjukkan adanya penurunan program memberikan

pelayanan kepada masyarakat terutama bagi ibu hamil.

Page 47: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 43

Hal ini harus menjadi perhatian dari pemegang program untuk

meningkatkan program pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan

memberikan kesadaran kepada masyarakat (ibu hamil) untuk

memeriksakan kesehatannya, terutama kabupaten Mamasa yang

cakupannya terendah 88,7%. Gambaran cakupan pelayanan K1 dan K4

menurut Kabupaten di Sulawesi Barat, dapat di lihat pada gambar 4.22

berikut:

Gambar 4.22 Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil Menurut Kabupaten Tahun 2011

Sumber : Program Ibu dan Anak, Binkesmas Dinkes Sulbar, 2012

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa tahun 2011 presentase

ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC sampai 4 kali (cakupan K4)

yang tertinggi adalah Kabupaten Majene (85%) setelah itu Kabupaten

Mamuju 81,1% dan yang terendah adalah Kabupaten Mamasa (70%).

Untuk dapat meningkatkan cakupan K4 dapat didukung dengan

kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi

(P4K), kemitraan bidan dan dukun serta kelas ibu hamil dan juga

Page 48: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 44

dengan adanya program kelambu oleh GF ATM Round 8 Kesehatan Ibu

dapat meningkatkan cakupan K4.

Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa ibu

hamil dengan memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga

kader dapat mengenali tanda – tanda dan mendeteksi secara dini.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di semua kabupaten se Provinsi

Sulawesi Barat terdapat penurunan cakupan K1 ke cakupan K4. Hal ini

disimpulkan bahwa banyaknya K4 yang drop out. Semua kabupaten se

Provinsi Sulawesi Barat cakupan K1 lebih banyak dari ibu hamil dari

sasaran yang telah mendapatkan pelayanan antenatal care pada

kehamilannya tapi melihat DO K1-K4 sejumlah 19,1% maka Provinsi

Sulawesi Barat perlu penelusuran dan intervensi lebih lanjut. Salah

satu penyebab DO tersebut adalah ibu yang kontak pertama (K1)

dengan tenaga kesehatan, kehamilannya sudah berumur lebih dari 3

bulan, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang

kehamilannya. Sehingga diperlukan intervensi penelusuran ibu hamil

dan mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya pemeriksaan

kehamilan secara dini ke petugas kesehatan serta meningkatkan

Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K) dan

melakukan sweeping ibu hamil secara berkala di wilayah kerja masing

– masing.

Page 49: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 45

Bila ibu hamil kontak pertama pada tenaga kesehatan (K1) bukan pada

trimester 1 maka cakupan K4 nya pasti akan lebih kecil dari K1 karena

dikatakan cakupan K4 bila memenuhi persyaratan 1 kali kontak dengan

tenaga kesehatan pada kehamilan trimester 1, 1 kali kontak dengan

tenaga kesehatan ada kehamilan trimester 2 serta 2 kali kontak

dengan tenaga kesehatan pada kehamilan trimester 3

b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang memiliki

kompetensi Kebidanan

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian

besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain

disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

mempunyai kompetensi kebidanan (profesional).

Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan mengalami fluktuasi. Tahun 2011 Cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 79,3%

meningkat di bandingkan tahun 2010 sebesar 73,1% % Cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2006-2011

cenderung meningkat selama 4 tahun terakhir, namun belum mencapai

target Standar Pelayanan Minimal tahun 2015 sebesar 90%. Capaian

Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat hal dapat di

lihat pada gambar 4.23 dan 4.24 berikut ini :

Page 50: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 46

Gambar 4.23 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh tenaga Kesehatan Tahun 2006-2011

Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012

Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak, Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Pada gambar 4.23 terlihat bahwa presentase ibu hamil yang

melahirkan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan ( cakupan PN) yang

tertinggi adalah Kabupaten Majene (85,6%) kemudian Kabupaten

Polman (83,9%) dan yang terendah adalah Kabupaten Mamuju (67,8%).

Capaian Linakes Provinsi Sulawesi Barat berbanding lurus dengan Angka

Kematian Ibu Kabupaten masing-masing. Kabupaten Mamasa dengan

capaian Linakes 69,1% memiliki capaian Angka kematian ibu tertinggi

di Sulawesi Barat yang mencapai 214 Per 100.000 Kelahiran hidup.

Page 51: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 47

(Perhitungan menggunakan rumus Jumlah kematian Ibu / Jumlah

Kelahiran hidup x 100.000. Perhitungan ini digunakan sebagai alat

untuk membandingkan AKI per Kabupaten. Sebab konstanta yang

digunakan adalah 100.000 Kelahiran hidup sedangkan jumlah kelahiran

hidup di Kabupaten dan Provinsi belum mencapai angka 100.000)

Untuk dapat meningkatkan cakupan linakes dapat didukung dengan

kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi

(P4K), kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil serta pelatihan

APN bagi bidan sehingga dapat menambah keterampilan bidan

menangani persalinan disamping pelatihan – pelatihan lainnya yang

menunjang peningkatan keterampilan bidan memberikan pelayanan di

masyarakat. Serta membuat rumah tunggu untuk ibu hamil yang

tempat tinggalnya jauh dari tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan.

Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa

dengan memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader

dapat mengenali tanda – tanda dan mendeteksi secara dini.

c. Ibu Hamil Resiko Tinggi (Risti)/komplikasi yang ditangani

Risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan penyimpangan dari normal

yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu

maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb<8 %, Tekanan

darah tinggi (Sistole >140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedema nyata,

Page 52: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 48

ekslampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang

pada usia kehamilan > 36 minggu, letak sungsang pada pramigravida,

infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.

Dalam memberikan pelayan kuhususnya oleh tenaga bidan didesa dan

puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti)

memerlukan pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan

dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan

rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.

Gambar 4.26 Persentase Penanganan Komplikasi Ibu Hamil Di Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011

Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2012

Pada tahun 2011

terdapat 28.154 ibu

hamil di Propinsi Sulawesi Barat. Dari jumlah tersebut, terdapat

sebanyak 5.631 ibu hamil risiko tinggi/komplikasi atau sebesar 20% dari

jumlah ibu hamil yang ada. Jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi

yang ditangani sebesar 3.519 ibu hamil atau sebesar 62,5% .

Page 53: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 49

Gambar 4.27 Persentase Penanganan Komplikasi Ibu Hamil menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2012

Persentase cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani (PK) yang

tertinggi adalah Kabupaten Polman (89,1%) dan yang terendah adalah

Kabupaten Mamuju(35,1%). Untuk dapat meningkatkan cakupan PK

dapat didukung dengan kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan

Penanganan Komplikasi (P4K) sehingga ibu hamil yang komplikasi dapat

lebih dini terdeteksi jika bumil melakukan ANC lengkap, dapat pula

didukung oleh kegiatan pemeriksaan ibu hamil secara brkala dengan

menggunakan USG Mobile yang dilakukan oleh dokter obgyn ke daerah

yang sulit dijangkau, kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil sera

PKM mampu PONED sehingga bila ada yang ditedeksi bumil resti oleh

nakes maupun masyarakat dapat terlebih dahulu ditangani di PKM

PONED sebelum dirujuk ke RS. Tapi kendala yang ada yaitu tim PONED

di PKM masih banyak yang belum aktif memberikan pelayanan

Page 54: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 50

disebabkan oleh tiak adanya alat PONED serta seringnya terjadi

pergeseran petugas kesehatan.

Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa

bumil resti yang perlu mendapatkan penanganan dengan memberikan

sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda

– tanda dan mendeteksi secara dini.

d. Pelayanan Nifas

Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ

reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal,

walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam

waktu 3 bulan pasca persalinan.

Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan

yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut,

perineum, kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan

perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan

kematian ibu nifas.

Gambar 4.28 Cakupan Kunjungan Ibu Nifas Di Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2011 Sumber : Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2012

Page 55: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 51

Pada tahun 2011 jumlah sasaran ibu bersalin di Sulawesi Barat

sebanyak 26.911 orang dan 21.708 (81,1) mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2010 sebesar 76,89%. Capaian tertinggi pelayanan

nifas yang mendapat pelayanan nifas sesuai standar tahun 2011 adalah

kabupaten Majene (96,4%) dan terendah Mamasa (71,9%).

Persentase pelayanan nifas tidak sama dengan cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan. Di Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju dan

Mamuju Utara ada kecenderungan cakupan pelayanan nifas lebih tinggi

dibandingkan dengan persalinan oleh tenaga kesehatan. Hal ini

menandakan bahwa adanya ibu hamil yang dilahirkan dengan bantuan

tenaga non kesehatan yang masa nifasnya ditangani oleh tenaga

kesehatan. Sebaliknya di Kabupaten Polewali Mandar cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan

cakupan pelayanan ibu nifas. Sehingga dapat diasumsikan bahwa

adanya ibu hamil yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang tidak

mendapatkan pelayanan nifas sebesar 7,1% atau sebanyak 657 ibu

hamil.

Gambar 4.29 Cakupan Kunjungan Ibu Nifas Menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Program Ibu dan Anak, Dinkes Sulawesi Barat 2011

Page 56: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 52

e. Kunjungan Neonatus (KN2)

Kunjungan neonatus adalah bayi usia 0-28 hari yang kontak dengan

tenaga kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal

tiga kali yaitu dua kali pada umur 0 -7 hari dan satu kali pada umur 8-

28 hari (KN2).

Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan

kesehatan neonatal dasar yang meliputi tindakan resusitasi,

pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan

infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian

imunisasi, pemberian vitamin K, manajemen terpadu balita muda

(MTBM) dan konseling untuk ibunya tentang perawatan neonatus di

rumah dengan menggunakan buku KIA.

Berdasarkan laporan Program Kesehatan ibu dan Anak jumlah

perkiraan dengan risiko tinggi/komplikasi pada neonatal di Propinsi

Sulawesi Barat tahun 2011 sebanyak 3.413 bayi. Dari jumlah tersebut

cakupan penanganan neonatal resiko tinggi ditangani sebanyak 1.431

atau sebesar 41,9%. Cakupan penanganan Neonatla selama tahun 2008

sampai 2011 dapat dilihat pada gambar berikut :

Page 57: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 53

Gambar 4.30 Cakupan Penangana Neonatal resiko tinggi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011

Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat, 2012

Berdasarkan gambar 4.30 diatas menunjukkan bahwa selama tahun

2008-2011 penanganan neonatal resiko tinggi di Sulawesi Barat

mengalami peningkatan yang cukup fluktuatif . Penurunan penanganan

neonatus dengan komplikasi ditangani pada tahun 2010 - 2011 bukan

berarti penanganan neonatus tidak dilaksanakan, namun dari perkiraan

neonatus yang ada ternyata lebih banyak dari jumlah sebenarnya. Ini

menjadi tanda bahwa semakin baiknya pelayanan kesehatan dan

kunjungan ibu hamil kesarana pelayanan kesehatan selama hamil.

Pada tahun 2011 persentase cakupan neonatal komplikasi yang

ditangani yang tertinggi adalah Kabupaten Polman (57,9%). Kabupaten

Polman mempunyai 1 (orang) orang dokter ahli anak dan memiliki RS

mampu PONEK yang menjadi pusat rujukan, kemudian Kabupaten

Majene dapat menangani neonatal yang komplikasi sebesar 45,2%.

Page 58: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 54

Gambar 4.31 Cakupan Penanganan Neonatal resiko tinggi menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2011 Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat, 2012

Untuk dapat meningkatkan cakupan penanganan neonatal dapat

didukung dengan kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan

Penanganan Komplikasi (P4K) sehingga ibu hamil yang komplikasi dapat

lebih dini terdeteksi jika bumil melakukan ANC lengkap, dapat pula

didukung oleh kegiatan pemeriksaan ibu hamil secara berkala dengan

menggunakan USG Mobile yang dilakukan oleh dokter obstetric dan

ginekologin ke daerah yang sulit dijangkau, kemitraan bidan dan

dukun, kelas ibu hamil serta PKM mampu PONED sehingga bila ada

yang terdeteksi neonatal resti oleh nakes maupun masyarakat dapat

terlebih dahulu ditangani di PKM PONED sebelum dirujuk ke RS. Tapi

kendala yang ada yaitu tim PONED di PKM masih banyak yang belum

aktif memberikan pelayanan disebabkan oleh tidak adanya alat PONED

serta seringnya terjadi pergeseran petugas kesehatan. Serta

diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa neonatal

resti yang perlu mendapatkan penanganan dengan memberikan

sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda

– tanda dan mendeteksi secara dini.

Page 59: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 55

2. Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Usia Sekolah Dan Remaja

Pelayanan kesehatan pada kelompok anak balita (pra sekolah), usia

sekolah dan remaja dilakukan melalui deteksi/pemantauan dini

terhadap tumbuh kembang dan kesehatan anak pra sekolah serta

pemeriksaan kesehatan anak sekolah dasar/ sederajat dan pelayanan

kesehatan pada remaja (SMP dan SMU).

Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita/pra sekolah adalah

cakupan anak umur 0-5 tahun yang dideteksi kesehatan dan tumbuh

kembangnya sesuai standar oleh dokter, bidan dan perawat paling

sedikit dua (2) kali per tahun baik didalam gedung maupun diluar

gedung seperti Posyandu, taman kanak-kanak, panti asuhan.

Sementara untuk pelayanan kesehatan bagi siwa SD/MI dan

siswa`SMP/SMU dan sederajat dilakukan melalui penjaringan

kesehatan bagi murid kelas 1 (satu) SD/MI dan SMP/SMU.

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita

mencakup: Penimbangan berat badan; Penentuan status pertumbuhan;

Penyuluhan; Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan

pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang,

apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.

Page 60: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 56

Cakupan pelayanan anak balita pra sekolah tahun 2011 sebesar 77,1%

meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 43,6%, meningkat tajam

dibanding tahun 2009 sebesar 41,16%, namun masih jauh dari target

SPM sebesar 80%.

Gambar 4.32 Cakupan Pelayanan Anak Balita Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2011

Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012

Cakupan tahun 2011 masih sangat jauh target SPM yang harus dicapai

maka masih dibutuhkan upaya ekstra guna meningkatkan cakupan.

Dibutuhkan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait.

3. Pelayanan Kesehatan Pra Usila (45-59 Th) Dan Usila (>60 Th)

Seiring bertambahnya Umur Harapan Hidup (UHH) maka keberadaan

para lanjut usia tidak dapat begitu saja diabaikan, sehingga perlu

diupayakan peningkatan kualitas hidup bagi kelompok umur lanjut

usia.

Page 61: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 57

Pelayanan kesehatan pra usila dan usila adalah penduduk usia 60

tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan baik di Puskesmas, di Posyandu

lansia maupun di kelompok usia lanjut.

Pada tahun 2011 jumlah usila di Sulawesi Barat sebanyak 105.588

orang, dan yang mendapat pelayanan kesehatan 60.519 orang atau

57,32%. Kabupaten Mamuju menjadi kabupaten dengan capaian

tertinggi pelayanan kesehatan lansia sebesar 72,45% dan terendah

adalah kabupaten Mamuju Utara sebesar 6,30%. Kabupaten Mamasa

tidak melaporkan datanya.

Gambar 4.33 Cakupan pelayanan lansia menurut Kabupaten Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012

Masih kurangnya cakupan pelayanan kesehatan bagi untuk warga usila,

kemungkinan karena belum berfungsinya posyandu lansia secara

optimal. Selain itu belum semua desa mempunyai posyandu lansia.

Padahal dengan adanya posyandu lansia maka pelayanan kesehatan

akan lebih mudah dijangkau oleh para lansia. Dibutuhkan koordinasi

Page 62: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 58

dan peran serta masyarakat serta lintas sektor terkait dalam upaya

meningkatkan cakupan pelayanan terhadap para lansia.

4. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya

kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi,

menurut hasil penelitian bahwa usia subur wanita antara usia 15-49

tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran, maka

wanita/ pasangan usia subur (PUS) diprioritaskan untuk menggunaan

KB.

Peserta KB dibagi menjadi KB baru dan KB aktif. Pada tahun 2011

cakupan peserta KB baru sebesar 13,3 % meningkat dibandingkan

tahun 2010 sebesar 6,1% dan KB aktif sebesar 42,9 % menurun

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 45,1 % dari jumlah PUS

sebanyak 188.922 orang. Cakupan KB aktif Sulawesi Barat tahun 2010

masih dibawah target nasional sebesar 70%

Gambar 4.34 : Cakupan peserta KB Baru dan Aktif Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 - 2011

Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012

Page 63: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 59

Berdasarkan jenis metode kontrasepsi yang digunakan, pada tahun

2010 sebanyak 93% akseptor KB aktif memilih metode kontrasepsi

jangka pendek (non MKJP) meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar

92,4% dengan pilihan terbanyak adalah metode Pil (48,2%). Sementara

yang memilih metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD,

MOW/MOP dan implant hanya 7,0% meningkat dibandingkan tahun

2010 sebesar 6,1%.

5. Pelayanan Imunisasi

Beberapa penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi

dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok vaksin, yaitu vaksin yang

tergabung dalam kelompok vaksin virus dan kelompok vaksin bakteri.

Kelompok vaksin bakteri misalnya tuberculosis, difteri, pertusis,

tetanus, meningitis meningokokus, tipus abdominalis, kolera,

hemophilus influenza tipe B dan pneumonia pneumokokus.

Sedangkan vaksin virus termasuk di dalamnya adalah penyakit campak,

polio, hepatitis B, hepatitis A, influenza, rabies, Japanese

encephalitis, yellow fever (demam kuning), rubella, varicella, parotitis

epidemica dan rotavirus. Banyak penyakit lain yang sedang

dikembangkan seperti malaria, demam berdarah, HIV/AIDS dan AI.

Upaya imunisasi telah terbukti dapat mengeradikasi penyakit cacar

dan menekan penyakit polio, yaitu serta sejak tahun 1995 tidak

Page 64: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 60

ditemukan lagi virus polio liar yang berasal dari Indonesia (indigenous).

Hal ini sejalan dengan upaya global untuk membasmi polio di dunia

dengan program ERAPO.

Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi

secara nasional adalah angka cakupan Universal Child Immunization

(UCI) pada wilayah desa/kelurahan. Untuk tahun 2011 indikator

perhitungan UCI adalah cakupan imunisasi lengkap pada bay1 >85%

untuk semua antigen. Sehingga bila cakupan UCI dikaitkan dengan

batas wilayah maka dapat menggambarkan besarnya tingkat kekebalan

masyarakat atau bayi terhadap penularan PD3I di wilayah tersebut.

Gambar 4.35 Cakupan Desa / Kelurahan UCI

Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2011 Sumber : Program P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012

Cakupan UCI desa/kelurahan di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun

2011 sebesar 65,1% meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar

65,5%. Pencapaian UCI Sulawesi Barat tahun 2010 belum mencapai

target nasional sebesar 85%.

Page 65: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 61

Sedangkan untuk cakupan UCI per Kabupaten, Kabupaten Mamuju

memiliki cakupan UCI desa/kelurahan tertinggi 75,5%, yang paling

terendah adalah Kabupaten Mamasa (56,2%)

Gambar 4.36 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009-2011

Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi kepada bayi

umur 0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi kepada

Wanita Usia Subur (WUS)/ibu hamil (TT) dan imunisasi kepada anak

sekolah dasar kelas 1 : DT, kelas 2-3 : TT) sedangkan kegiatan

imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah,

seperti desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan adanya virus polio

liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.

Gambar 4.37 Cakupan pemberian Imunisasi DPT, HB dan Campak Pada Bayi Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat tahun 2011

Sumber: Program P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Page 66: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 62

Dari 25.486 bayi di Sulawesi Barat 23.557 bayi atau 92,4% diantaranya

telah mendapatkan imunisasi campak pada tahun 2011. Cakupan DO

tahun 2011 sebesar 2,7%, meningkat dibandingkan tahun 2010 yang

hanya sebesar 0,5%. seluruh kabupaten di Sulawesi Barat mencapai

cakupan campak > 80% dengan cakupan terendah adalah Kabupaten

Mamasa (91,4%).

Adapun untuk Imunisasi BCG dan Polio Capaian Sulawesi Barat untuk

BCG sebesar 92,41% meningkat sedikit dibandingkan tahun 2010

sebesar 92,31%. Sedangkan untuk imunisasi polio juga mengalami

sedikit peningkatan dari 89,5% pada tahun 2010 menjadi 92,95% pada

tahun 2011. kabupaten Majene pada tahun 2011 memiliki cakupan

capaian tertinggi 102,44% dibandingkan dengan kabupaten lain.

Capaian ini melebihi 100% karena yang digunakan sebagai pembagi

adalah jumlah perkiraan sasaran bayi selama kurun waktu tahun 2011.

6. Perbaikan Gizi Masyarakat

Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan melalui distribusi tablet

besi (Fe) pada ibu hamil, distribusi Vitamin A pada balita dan

pemberian kapsul yodium pada WUS.

a. Pemberian Tablet Besi (Fe) pada ibu hamil

Pada saat periksa kehamilan di sarana kesehatan, ibu hamil akan

mendapatkan tablet Fe yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah

Page 67: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 63

terjadinya kasus anemia serta meminimalkan dampak buruk akibat

kekurangan Fe, karena kekurangan Fe pada ibu hamil dapat

mengakibatkan terjadinya abortus, kecacatan bayi atau bayi lahir

dengan berat badan rendah (BBLR).

Tablet Tambah Darah ( TTD ) atau Tablet Fe adalah suplemen gizi yang

mengandung 60 mg element besi dan 0,25 mg asam folat. Pemberian

Tablet Besi ( Fe ) pada ibu hamil bertujuan untuk mengatasi dan

mencegah terjadinya kasus anemia serta meminimalisasi dampak

buruk akibat kekurangan Fe pada ibu hamil karena kekurangan Fe

dapat mengakibatkan terjadinya abortus, kecacatan pada bayi dan

BBLR.

Gambar 4.38 Cakupan Fe3 Pada Ibu hamil Provinsi Sulawesi Barat tahun 2007-2011

Sumber : Program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Berdasarkan grafik diatas pencapaian cakupan TTD ibu hamil ( Fe.1 )

provinsi Sulawesi barat dari tahun 2007 sampai tahun 2009 mengalami

penurunan dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 –

2011.Sedangkan cakupan Fe3 terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.

Page 68: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 64

Pada tahun 2007 cakupan ibu hamil mendapat Fe3 55, 91 % dan pada

tahun 2011 sudah meningkat mencapai 74,47 %. Akan tetapi belum

mencapai target nasional. Hal ini bisa saja disebabkan beberapa hal

yaitu ibu malas datang keposyandu atau kesarana kesehatan , tingkat

pengetahuan dan kesadaran ibu hamil akan manfaat tablet tambah

darah masih rendah, system pencatatan dan pelaporan distribusi TTD

masih lemah sehingga banyak data yang tidak terinput

Pada tahun Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe-1 (30 tablet)

tahun 2011 sebesar 93,14% dan cakupan Fe-3 sebesar 74,47%.

Cakupan Fe-1 tertinggi dicapai Kabupaten Majene 110,90% dan

terendah Kota Mamasa (68,65%). Sedangkan capaian Fe-3 tertinggi

adalah kabupaten Majene sebesar 84,97% dan terendah kabupaten

Mamasa 63,93%. Berdasarkan data yang ada ada beberapa ibu hamil

yang tersaring pada saat pemberian Fe-1 namun tidak mendapatkan Fe

90 tablet. Petugas kesehatan harus memotivasi ibu hamil agar

meminum tablet besi tersebut guna mencegah terjadinya anemia ibu

hamil.

Gambar 4.39 Cakupan distribusi tablet Fe1 dan Fe-3 Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 Sumber : Program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Page 69: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 65

b. Pemberian Kapsul Vitamin A pada balita

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam

lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh,

sehingga harus dipenuhi dari luar ( essensial ). Vitamin A bermanfaat

untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan, karena

vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit

infeksi seperti campak ,diare, dan ISPA. Vitamin A juga bermanfaat

sangat penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup

Sasaran pemberian kapsul Vitamin A adalah bayi usia 6-11 bulan dan

balita (1-4 tahun) sebanyak 2 kali dalam setahun (Februari dan

Agustus) serta ibu nifas satu kali. Cakupan balita yang mendapat

vitamin A pada tahun 2011 sebesar 77,57%, kondisi ini sudah mencapai

target nasional tahun 2010 75% namun belum mencapai target

Nasional 2015 sebesar 85%. Capaian tertinggi pemberian kapsul

vitamin A adalah Kabupaten Majene 89,74% dan terendah kabupaten

Mamuju Utara (66,72%)

Gambar 4.40 Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2011 Sumber : Program Gizi Dinkes Sulawesi Barat 2012

Page 70: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 66

c. Pemberian Kapsul Vitamin A Ibu Nifas

Selain balita, sasaran lain yang mendapatkan kapsul vitamin A dosis

tinggi adalah ibu nifas. Kapsul diberikan segera setelah melahirkan

atau dalam waktu sebulan setelah melahirkan yang bertujuan untuk

meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI, mempercepat proses

pemulihan ibu pasca melahirkan. Ibu nifas harus mendapatkan 2 kapsul

vitamin A dosis tinggi karena bayi lahir dengan cadangan vitamin A

yang rendah, kebutuhan bayi akan vitamin A tinggi untuk pertumbuhan

dan peningkatan daya tahan tubuh.

Pemberian 1 (satu ) kapsul vitamin A warna merah pada ibu nifas

hanya cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI

selama 60 hari sedangkan pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah

diharapkan dapat menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai

bayi usia 6 bulan.

Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa cakupan kapul vitamin A

dosis tinggi ibu nifas di provinsi Sulawesi barat sudah baik , hal ini

ditandai dengan cakupan pada tahun 2011 udah mencapai target

nasional yaitu 81,77 %. Kendati demikian perlu dilakukan upaya

peningkatan distribusi vitamin A, sosialisasi program melalui promosi

penyuluhan dan integrasi gizi KIA untuk mencapai target cakupan

vitamin A ibu nifas sesuai SPM – gizi yaitu 100 % pada tahun 2014

Page 71: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 67

Gambar 4.41 Cakupan pemberian kapsul Vitamin A Ibu Nifas Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Kabupaten dengan

cakupan tertinggi

pemberian Vit A pada ibu nifas adalah Majene dengan capaian 100%

dan yang terendah adalah kabupaten Mamasa sebesar 72,36%. Capaian

pemberian Vit A pada ibu Nifas berbanding lurus dan hampir sama

dengan cakupan pemberian A pada balita. Rendahnya capaian Vit A

pada kabupaten Mamasa diperlukan intervensi secara khusus untuk

penanganannya.

d. Balita di timbang Berat Badannya

Pemantauan pertumbuhan balita biasa dilakukan di posyandu maupun

diluar posyandu secara teratur setiap bulan untuk mmngetahui adanya

gangguan pertumbuhan. Perubahan berat badan anak dari waktu ke

waktu merupakanpetunjuk awal perubahan status gizi anak.

pemantauan pertumbuhan balita dilakukan dengan mengunakan data

SKDN . Persentase D/S memberikan gambaran partisipasi masyarakat

Page 72: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 68

terhadap kegiatan posyandu dan persentase N/D memberikan

gambaran keberhasilan program.

Gambar 4.42 Cakupan Penimbangan Balita Menurut Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 – 2011

Sumber : Program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Berdasarkan hasil pencatatan pelaporan hasil penimbangan balita di

Provinsi Sulawesi Barat dalam kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun

2007 sampai tahun 2011 sudah mengalami peningkatan walaupun

belum signifikan . Hal ini dapat dilihat dari cakupan D/S provinsi

Sulawesi barat tahun 2007 hanya 49,20 % dan meningkat menjadi

68,52 % pada tahun 2011. Peningkatan ini belum bisa mencapai target

nasional yaitu 70% . Usaha peningkatan cakupan D/S saat ibi dilakukan

melaui beberapa program pengembangan. Salah satu program yang

dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI adalah Penanggulangan

Daerah bermasalah Kesehatan yang melakukan intervensi utama

terhadap indikator IPKM. Penimbangan balita dalam IPKM menjadi

prioritas utama yang dilaksanakan oleh daerah. 4 Kabupaten

Page 73: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 69

bermasalah kesehatan di Sulawesi Barat (Polewali Mandar, Mamasa,

Mamuju dan Mamuju Utara) telah melaksanakan sweepin atau kejar

timbang bagi balita yang tidak tertimbang di sarana pelayanan

kesehatan.

Gambar 4.43 Cakupan penimbangan Balita menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011

Sumber : Program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Dari 5 kabupaten yang ada di provinsi Sulawesi barat , 3 kabupaten

sudah mencapai target nasional tahun 2011 yaitu kabupaten mamasa

78,25 % , kabupaten majene 88,83 % dan kabupaten mamuju 74,33 %

sedangkan 2 kabupaten lainnya yaitu Polewali Mandar hanya 61,41 %

dan Mamuju Utara 45,02 %.

Rendahnya partisipasi masyarakat menunjukan bahwa perhatian

masyarakat akan pentingnyapemantauan pertumbuhan balita (

penimbangan berat badan balita ) masih sangat rendah. Hal ini

disebabkan masih kurangnya kesadaran ibu – ibu akan pentingya

memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga malas

membawa anak keposyandu, dan juga sebagian ibu yang anaknya

Page 74: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 70

sudah mendapat imunisasi lengkap tidak lagi mau membawa anaknya

keposyandu dan factor kebosanan Selain itu kerjasama lintas sector

terkait belum optimal sehingga pencapain target nasional yaitu 70 %

belum tercapai.

Pertumbuhan balita dapat digambarkan oleh pertambahan atau

kenaikan berat badan anak pada penimbangan diposyandu setiap

bulannya. Saat ini perhatian mulai diutamakan pada balita yang tidak

naik berat badannya, tetap atau kenaikan berat badannya tidak dapat

mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan berat badan minimal (

KBM ).

Rata – rata pertumbuhan balita di provinsi Sulawesi barat terjadi

penurunan dari 70,83 % tahun 2007 menjadi 58,19 % tahun 2008 dan

meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 68,16 % dan 70 % tahun 2010,

akan tetapi menurun lagi pada tahun 2011 menjadi 66,41 %. Hal ini

menunjukan bahwa pertumbuhan balita di provinsi Sulawesi barat

belum bertumbuh secara optimal sehingga diperlukan upaya

peningkatan kegiatan konseling dan pemantauan yang intensive bagi

balita yang berat badannya tidak naik

7. Pelayanan Kefarmasian

Pelaksanaan Program ini ditujukan dalam rangka melindungi

masyarakat dari bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat,

Page 75: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 71

narkotika, psikotropika, Terhindarnya masyarakat dari penyalahgunaan

dan kesalahgunaan obat ;

Terwujudnya mutu sediaan Farmasi dan alat kesehatan yang

beredar;

Terhindarnya masyarakat dari informasi penggunaan sediaan farmasi

yang tidak objektif dan menyesatkan;

Terjaminnya mutu pengelolaan obat di kabupaten/kota dalam

rangka desentralisasi.

Kondisi Sulawesi Barat pada saat ini memiliki sumber daya berupa

sarana dan prasarana yang terdiri dari :

53 Apotik,

3 Instalasi Farmasi / GFK

2 Pedagang Besar Farmasi,

Dalam rangka menjamin ketersediaan dan pemerataan obat dan

perbekalan Kesehatan diperlukan Instalasi Farmasi Kab/Kota (GFK),

yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai pusat pengelolaan obat.

Dari 5 Kab / Kota, 4 kab/kota sudah mempunyai Instalasi Farmasi /

GFK yang dibangun dengan anggaran dari APBN, DAK dan DAU

Kab/Kota, sedangkan 1 (satu) Kabupaten yang baru, sementara

proses pembangunan IFK (Kab. Mamuju Utara).

Gambar 4.44 Anggaran Obat Kabupaten Majene Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2012

Sumber:Bidang Pelayanan Kefarmasian

Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012

Page 76: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 72

Gambar 4.45

Anggaran Obat Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2012

Sumber:Bidang Pelayanan

Kefarmasian Dinas Kesehatan

Sulawesi Barat, 2012

Gambar 4.46 Anggaran Obat Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2012

Sumber:Bidang Pelayanan

Kefarmasian Dinas

Kesehatan Sulawesi Barat,

2012

Gambar 4.47 Anggaran Obat Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2012

Sumber:Bidang Pelayanan

Kefarmasian Dinas

Kesehatan Sulawesi Barat,

2012

Page 77: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 73

Gambar 4.48 Anggaran Obat Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2012

Sumber:Bidang

Pelayanan Kefarmasian

Dinas Kesehatan

Sulawesi Barat, 2012

Gambar 4.49 Anggaran Obat Per Kapita Menurut Kabupaten Sulawesi Barat

Sumber:Bidang

Pelayanan Kefarmasian

Dinas Kesehatan

Sulawesi Barat, 2012

Sasaran anggaran obat esensial generik disektor publik yang telah

ditetapkan sebesar US $ 2,00 setara dengan Rp. 18.000,- perkapita

pertahun. Dari 5 Kabupaten / Kota di Propinsi Sulawesi Barat masih

terdapat 3 (tiga) Kabupaten yang mempunyai biaya obat per kapita

dibawah Rp. 8.000,- yaitu : Mamuju, Polman, Mamasa. Sedangkan 2

(dua) Kabupaten yang mempunyai biaya obat per kapita diatas Rp.

10.000,- yaitu : Kabupaten Mamuju Utara dan Majene

Page 78: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 74

Sasaran ketersediaan obat esensial generik dan alat kesehatan dasar

disarana pelayanan kesehatan diharapkan mencapai 95 %. Untuk

Propinisi Sulawesi Barat belum maksimal dapat terpenuhi, tetapi

melihat anggaran bersumber dana DAK pada 5 Kab/Kota 2 tahun

terakhir ( 2011, 2012 ) cenderung meningkat, sehingga diharapkan

dapat meningkatkan capian ketertesiaan obat dan perbekalan

kesehatan.

Peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian dan penggunaan obat

rasional di Puskesmas.

Penggunaan obat, merupakan rangkaian terakhir dalam siklus

pengelolaan obat, yang dapat mempengaruhi baik buruknya

perencanaan dalam hal pengadaan obat dan perbekalan kesehatan.

Dari hasil monitoring pada 25 Puskesmas di 5 ( lima ) kabupaten se-

Sulawesi Barat pada tahun 2012 menunjukkan masih belum

terlaksananya penggunaan obat rasional dimana penggunaan

polifarmasi masih di temukan walaupun demikian ada beberapa

sarana kesehatan yang mulai untuk menekan penggunaan antibiotik

yang tidak tepat. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas sebagai

acuan bagi provider tidak digunakan bahkan tidak tersedia walaupun

secara berkesinambungan telah disosialisasikan. Pada tahun 2012 telah

dilaksanakan Pertemuan Pergerakan POR oleh Dirjen Binfar dan Alkes

di Propinsi Sulawesi Barat dalam rangka untuk meningkatakan Tingkat

Page 79: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 75

Pengetahuan dan Penggunaan Obat Rasional yang mana Dinas

Kesehatan Propinsi telah berupaya untuk mendukung program

Peregerakan Penggunaan Obat Rasional tersebut dengan mengajukan

Draf SK untuk pembentukan Tim Pergerakan POR propinsi kepada

Bapak Gubernur.

Dari monitoring dan Evaluasi yang dilakukan kepada Puskesmas

Kab/Kota diperoleh hasil terhadap daftar Tilik Pelayanan Kefamasian

yang masih sangat rendah Hal ini mungkin disebabkan pengelola Obat

di Puskesmas masih berstatus Tenaga Teknis Kefarmasian dan

Keperawatan sedangkan merujuk pada PP 51 tahun 2009 tentang

pelayanan kefarmasian seyogyanya Pengelola Obat di Puskesmas

Perawatan wajib

Dari monitoring dan Evaluasi yang dilakukan kepada Puskesmas

Kab/Kota diperoleh hasil rata – rata kesesuaian jenis obat yang

tersedia dibandingkan dengan DOEN sudah maksimal yaitu ± 97 %.

Hal ini mungkin disebabkan oleh aktifnya sosialisasi penggunaan obat

Generik di 5 kabupaten sejak tahun 2011 dan 2012.

Pelayanan Kefarmasian terhadap 5 (lima ) rumah sakit yaitu terdapat

1 rumah sakit yang sudah memiliki struktur organisasi Instalasi Farmasi

Rumah Sakit (IFRS), 6 diantaranya di pimpin oleh Apoteker. Dari 6

rumah sakit yang sudah memiliki IFRS, 3 RS diantaranya telah memiliki

Page 80: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 76

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dan Formularium Rumah Sakit (

Majene, mamuju dan Polewali Mandar ).

a. Dari 1 RS yang mempunyai Formularium RS, diperoleh tingkat

kepatuhan dokter dalam mematuhi Formularium Rumah Sakit

b. Kegiatan Farmasi Klinik yang terbanyak dilakukan oleh Apoteker

adalah Pelayanan Informasi Obat (PIO) yaitu sebanyak 5 RS satu

diantaranya sudah memiliki kepustakaan PIO sedangkan kegiatan

Farmasi Klinik berupa pengkajian resep hanya dilakukan oleh 1 RS

c. Perencanaan Pengadaaan Obat di IFRS berdasarkan: DOEN, Data

Catatan Medik, Anggaran yang tersedia, Penetapan Prioritas,

Siklus Penyakit, Sisa Persediaan dan data pemakaian Priode yang

lalu. Terdapat 5 RS yang perencanaan pengadaan obatnya sudah

mengikuti dasar – dasar di atas sisanya merencanakan obat

memakai salah satu atau lebih dasar - dasar di atas

d. Dalam pengembangan SDM di RS ada 1 RS yang telah

melaksanakan pendidikan berkelanjutan

e. RS yang memiliki SOP untuk setiap kegiatan pelayanan Farmasi

adalah sebanyak 3 RS .

Dari gambaran diatas, pelayanan kefarmasian di rumah sakit

belum berjalan secara optimal, Analisa hasil monitoring terhadap

pelayanan kefarmasian di rumah sakit diperoleh sebagai berikut:

Kurangnya jumlah RS yang memiliki struktur IFRS, PFT,

Formularium Rumah Sakit, Kepatuhan menerapkan

Formularium RS menunjukkan masih rendahnya komitmen dari

pihak management RS, hal ini mungkin disebabkannya

pelayanan kefarmasian tidak dimasukkan dalam akreditasi

tahap awal,serta kurangnya Advokasi dari Apoteker yang

Page 81: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 77

bertugas di Rumah Sakit kemungkinan disebabkan kemampuan

advokasi yang masih kurang.

Kegiatan Farmasi Klinik berupa PIO dan pengkajian resep serta

pembuatan SOP yang dilakukan Apoteker di RS masih rendah

kemungkinan disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri dan

keilmuan yang dimiliki oleh Apoteker di RS.

Perencanaan Pengadaaan Obat di IFRS pada umumnya sudah

mengikuti dasar-dasar yang ada.

Dari hasil monitoring Sarana SUB PAK yang terletak di Kabupaten

Mamuju dan Kabupaten Polewali 8 (delapan) sarana SUB PAK, dapat

digambarkan

Dari semua Sarana SUB PAK yang berada di Kabupaten mamuju dan

Kabupaten Polewali Mandar sampai Bulan Juli 2012 belum ada yang

merubah Sarana SUB PAK ke PAK.Untuk Pengujian sampiling Alkes dan

PKRT yang telah dilakukan oleh seksi Obat Tradisional dan Alat

Kesehatan sejak tahun 2009 hingga tahun 2012 menunjukkan hasil yang

positif hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian Sampling alat

Kesehatan [ALKES] dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga [PKRT]

dari BPOM RI Jakarta.

Pelayanan farmasi komunitas khususnya di Apotek belum terlaksana

dengan baik sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan SK

Menkes No.1207/2004, faktor kehadiran Apoteker sangat menentukan

dalam hal ini, dimana 80 % APA adalah PNS dan tidak adanya

Apoteker Pendamping pada jam buka apotek, sanksi belum berjalan.

Page 82: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 78

Jumlah PBF tahun 2012 adalah 2 sarana, dengan perincian 2 PBF pusat

yang aktif mengirimkan laporan hingga triwulan IV ( tahun 2010 )

adalah 2 PBF ( 100 %) sedangkan yang Dalam penerapan sistem

pelaporan menggunakan software yang ditetapkan oleh Depkes belum

ada tenaga penanggung jawab PBF yang dilatih. Oleh karena itu masih

diperlukan pelatihan serupa untuk PBF yang belum mendapat pelatihan

Peningkatan SDM Kefarmasian melalui pelaksanaan Jabatan Fungsional

Apoteker dan Asisten Apoteker serta melalui Pendidikan

berkelanjutan, lebih banyak dilaksanakan bekerjasama dengan

Organisasi Profesi dan Perguruan Tinggi, antara lain dengan

melakukan uji kompetensi Apoteker secara bertahap, pada saat ini

sudah diikuti lebih kurang 4 apoteker dan pelaksanaan berbagai

kegiatan seminar.

Dalam rangka terkendalinya distribusi Narkotika dan Psikotropika telah

diterapkan sistem pelaporan melalui software secara berjenjang dari

Sarana ( Apotek, RS, dan Puskesmas ) ke Dinas Kab/Kota,

selanjutnya ke Dinas Kesehatan Propinsi dan Ke Kementerian

Kesehatan. Dari Kab/Kota yang sudah mendapat pelatihan software

rata-rata yang sudah mengirimkan laporannya setiap bulan ke Dinas

Kesehatan Propinsi adalah 25% untuk Laporan Penggunaan Narkotika

dan 10 % untuk Psikotropika. Selanjutnya Dinas Kesehatan Propinsi

melaporkan hasil rekapan laporan dari kab/kota setiap bulannya untuk

Page 83: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 79

narkotika dan triwulan untuk psikotropika ke Dirjen Bina Kefarmasian

dan Alkes Kementerian Kesehatan RI

Dalam rangka terwujudnya mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan

yang beredar; bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Propinsi telah

melakukan penertiban terhadap distribusi sediaan farmasi, alat

kesehatan dan makanan dan masih ditemukannya produk yang tidak

memenuhi syarat.

Dalam rangka pencapai tujuan dan sasaran dari Program Obat dan

Perbekalan Kesehatan serta Program Pengawasan Obat dan Makanan

dilaksanakan berbagai Kegiatan dengan sumber anggaran pembiayaan

APBN untuk Program Obat dan Perbekalan Kesehatan dan APBD untuk

Program Pengawasan Obat dan Makanan. Dari analisa situasi yang

telah dipaparkan di atas, telah dilakukan beberapa kegiatan yang

bertujuan untuk meningkatkan ketercapaian sasaran program namun

masih ditemukan beberapa masalah sebagai berikut :

a. Anggaran obat mempengaruhi ketersediaan obat di kab/kota dimana

anggaran yang tersedia masih belum sesuai dengan yang diharapkan,

disamping itu dengan adanya kebijakan Permendagri No. 13 tidak

diperkenankannya lagi mengalokasikan anggaran ke daerah

bawahan. Untuk itu kegiatan yang terkait untuk meningkatan

anggaran obat seperti melakukan pertemuan advokasi pengelolaan

obat terpadu pada tahun 2012 kepada pengambil keputusan di

Page 84: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 80

kab/kota harus dilaksanakan, serta kegiatan untuk pengelolaan obat

di sarana kesehatan perlu ditingkatkan.

b. Penerapan Pharmaceutical Care (PC) di Rumah Sakit masih belum

terlaksana sesuai dengan standard pelayanan kefarmasian di rumah

sakit. Untuk itu masih diperlukan lagi berbagai upaya dalam

kebijakan lintas sektor maupun lintas program terutama dalam

kebijakan akreditasi rumah sakit dimana pelayanan farmasi

dipisahkan dari pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang

masuk dalam akreditasi tahap I, sedangkan pelayanan farmasi

dimasukkan dalam akreditasi tahap II. Demikian juga ditinjau dari

kewenangan yang diatur dalam PP 38 tahun 2007 semakin terlihat

tidak adanya ditingkatan pemerintahan ( Pusat/Propinsi/Kab yang

bertanggung jawab terhadap kewenangan pelayanan kefarmasian.

c. Program Kefarmasian pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat

dilaksanakan melalui Program Obat dan Perbekalan Kesehatan serta

Program Pengawasan Obat dan Makanan yang masih perlu dilakukan

peningkatan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

d. Masih diperlukan kegiatan – kegiatan intervensi untuk mendukung

pelaksanaan program kefarmasian guna mencapai sasaran program

dan Kegiatan lintas sektor dan lintas program perlu ditingkat untuk

mensinergiskan program farmasi dengan program lainnya

Page 85: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 81

e. Agar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dapat berjalan dengan

baik , diperlukan review terhadap kebijakan rumah sakit khususnya

yang berhubungan dengan akreditasi rumah sakit, sehingga

pelayanan kefarmasian dapat dimasukkan kedalam akreditasi tahap

pertama bersama dengan pelayanan medis dan pelayanan

keperawatan

f. Agar pelayanan kefarmasian di Apotek dapat berjalan sesuai standar

yang diharapkan regulasi dalam bidang pekerjaan kefarmasian

sebagaimana yang telah dirancang dalam Rancangan Peraturan

Pemerintah tentang Pekerjaan Kefarmasian dapat segera terwujud (

PP 51 Tahun 2009 ).

Dalam rangka peningkatan mutu sediaan Farmasi dan perbekalan

kesehatan, sudah saatnya Pemerintah melaksanakan akreditasi

khususnya terhadap sarana distribusi sediaan farmasi, dan perbekalan

kesehatan sebagaimana yang diatur dalam Kewenangan yang tertuang

dalam PP 38 tahun 2007, KONAS 2006.

Page 86: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya

pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya

kesehatan yang telah dilakukan di Provinsi Sulawesi Barat.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang sangat penting

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian

pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar

masalah kesehatan dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang

dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dan jaringannya adalah sebagai

berikut :

1. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN BAYI

Seorang ibu mempunyai peran besar didalam pertumbuhan bayi dan

perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang

hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran

dan masa pertumbuhan bayi / anaknya.

Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain pelayanan antenatal,

persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di sarana

kesehatan mulai Posyandu sampai rumah sakit.

Page 87: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

a. Pelayanan Antenatal (K 1 dan K 4)

Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter

umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman.Kegiatan

pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah,

pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian

tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatan

adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4

Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan

besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan

untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Indikator ini digunakan untuk

mengetahui jangkauan pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam

menggerakan masyarakat. Cakupan K1 tahun 2011 sebesar 97,8%, menurun

dibandingkan tahun 2010 sebesar 99,2%.

Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan

pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa

kehamilannya (sekali di trimester pertama, sekali di trimester kedua dan dua

kali di trimester ketiga). Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat

perlindungan dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.

Cakupan K4 Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011 sebesar 78,1% dan

mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 sebesar 74,9%.

Page 88: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Gambar 4.18 Persentase cakupan pelayanan K1 dan K4 ibu hamil

Di Sulawesi Barat Tahun 2006-2011

Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, 2012

Dari grafik tersebut terlihat cakupan K4 di Sulawesi Barat menunjukan

peningkatan dalam empat tahun terakhir dari tahun 2006 - 2010 yang berarti

terjadi peningkatan kualitas pelayanan pada ibu hamil di Sulawesi Barat, namun

menunjukkan penurunan dari tahun 2010 – 2011. Hal ini menunjukkan adanya

penurunan program memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama bagi

ibu hamil.

Hal ini harus menjadi perhatian dari pemegang program untuk

meningkatkan program pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan memberikan

kesadaran kepada masyarakat (ibu hamil) untuk memeriksakan kesehatannya,

terutama kabupaten Mamasa yang cakupannya terendah 88,7%. Gambaran

cakupan pelayanan K1 dan K4 menurut Kabupaten di Sulawesi Barat, dapat di

lihat pada gambar 4.19 berikut:

Page 89: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Gambar 4.19 Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil Menurut Kabupaten Tahun 2011 Sumber : Program Ibu dan Anak, Binkesmas Dinkes Sulbar, 2012

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa tahun 2011 presentase

ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC sampai 4 kali (cakupan K4) yang

tertinggi adalah Kabupaten Majene (85%) setelah itu Kabupaten Mamuju 81,1%

dan yang terendah adalah Kabupaten Mamasa (70%).

Untuk dapat meningkatkan cakupan K4 dapat didukung dengan kegiatan

Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K), kemitraan

bidan dan dukun serta kelas ibu hamil dan juga dengan adanya program kelambu

oleh GF ATM Round 8 Kesehatan Ibu dapat meningkatkan cakupan K4.

Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa ibu hamil

dengan memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat

mengenali tanda – tanda dan mendeteksi secara dini.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di semua kabupaten se Provinsi

Sulawesi Barat terdapat penurunan cakupan K1 ke cakupan K4. Hal ini

disimpulkan bahwa banyaknya K4 yang drop out. Semua kabupaten se Provinsi

Sulawesi Barat cakupan K1 lebih banyak dari ibu hamil dari sasaran yang telah

mendapatkan pelayanan antenatal care pada kehamilannya tapi melihat DO K1-

K4 sejumlah 19,1% maka Provinsi Sulawesi Barat perlu penelusuran dan

intervensi lebih lanjut. Salah satu penyebab DO tersebut adalah ibu yang kontak

Page 90: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

pertama (K1) dengan tenaga kesehatan, kehamilannya sudah berumur lebih dari

3 bulan, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang

kehamilannya. Sehingga diperlukan intervensi penelusuran ibu hamil dan

mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya pemeriksaan kehamilan secara

dini ke petugas kesehatan serta meningkatkan Program Perencanaan Persalinan

dan Penanganan Komplikasi (P4K) dan melakukan sweeping ibu hamil secara

berkala di wilayah kerja masing – masing.

Bila ibu hamil kontak pertama pada tenaga kesehatan (K1) bukan pada

trimester 1 maka cakupan K4 nya pasti akan lebih kecil dari K1 karena dikatakan

cakupan K4 bila memenuhi persyaratan 1 kali kontak dengan tenaga kesehatan

pada kehamilan trimester 1, 1 kali kontak dengan tenaga kesehatan ada

kehamilan trimester 2 serta 2 kali kontak dengan tenaga kesehatan pada

kehamilan trimester 3

b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang memiliki

kompetensi Kebidanan

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar

terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan

pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi

kebidanan (profesional).

Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan mengalami fluktuasi. Tahun 2011 Cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 79,3% meningkat di bandingkan tahun

2010 sebesar 73,1% % Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Page 91: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

tahun 2006-2011 cenderung meningkat selama 4 tahun terakhir, namun belum

mencapai target Standar Pelayanan Minimal tahun 2015 sebesar 90%. Capaian

Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat hal dapat di lihat

pada gambar 4.20 berikut ini :

Gambar 4.20 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh tenaga Kesehatan Tahun 2006-2011

Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012

Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak, Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Page 92: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Pada gambar 4.21 terlihat bahwa presentase ibu hamil yang melahirkan

dengan ditolong oleh tenaga kesehatan ( cakupan PN) yang tertinggi adalah

Kabupaten Majene (85,6%) kemudian Kabupaten Polman (83,9%) dan yang

terendah adalah Kabupaten Mamuju (67,8%). Capaian Linakes Provinsi Sulawesi

Barat berbanding lurus dengan Angka Kematian Ibu Kabupaten masing-masing.

Kabupaten Mamasa dengan capaian Linakes 69,1% memiliki capaian Angka

kematian ibu tertinggi di Sulawesi Barat yang mencapai 214 Per 100.000

Kelahiran hidup. (Perhitungan menggunakan rumus Jumlah kematian Ibu /

Jumlah Kelahiran hidup x 100.000. Perhitungan ini digunakan sebagai alat untuk

membandingkan AKI per Kabupaten. Sebab konstanta yang digunakan adalah

100.000 Kelahiran hidup sedangkan jumlah kelahiran hidup di Kabupaten dan

Provinsi belum mencapai angka 100.000)

Untuk dapat meningkatkan cakupan linakes dapat didukung dengan

kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K),

kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil serta pelatihan APN bagi bidan

sehingga dapat menambah keterampilan bidan menangani persalinan disamping

pelatihan – pelatihan lainnya yang menunjang peningkatan keterampilan bidan

memberikan pelayanan di masyarakat. Serta membuat rumah tunggu untuk ibu

hamil yang tempat tinggalnya jauh dari tenaga kesehatan dan fasilitas

kesehatan.

Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa dengan

memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali

tanda – tanda dan mendeteksi secara dini.

Page 93: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

c. Ibu Hamil Resiko Tinggi (Risti)/komplikasi yang ditangani

Risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan penyimpangan dari normal yang

secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.

Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb<8 %, Tekanan darah tinggi (Sistole >140

mmHg, diastole > 90 mmHg), oedema nyata, ekslampsia, perdarahan

pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 36 minggu,

letak sungsang pada pramigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.

Dalam memberikan pelayan kuhususnya oleh tenaga bidan didesa dan

puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti) memerlukan

pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan

pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan rujukan ke unit pelayanan

kesehatan yang memadai.

Gambar 4.23 Persentase Penanganan Komplikasi Ibu Hamil Di Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011

Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2012

Pada tahun 2011 terdapat 28.154 ibu hamil di Propinsi Sulawesi Barat. Dari

jumlah tersebut, terdapat sebanyak 5.631 ibu hamil risiko tinggi/komplikasi atau

sebesar 20% dari jumlah ibu hamil yang ada. Jumlah ibu hamil risiko

tinggi/komplikasi yang ditangani sebesar 3.519 ibu hamil atau sebesar 62,5% .

Page 94: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Gambar 4.24 Persentase Penanganan Komplikasi Ibu Hamil menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2012

Persentase cakupan

ibu hamil komplikasi

yang ditangani (PK) yang

tertinggi adalah

Kabupaten Polman

(89,1%) dan yang terendah adalah Kabupaten Mamuju(35,1%). Untuk dapat

meningkatkan cakupan PK dapat didukung dengan kegiatan Program

Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K) sehingga ibu hamil

yang komplikasi dapat lebih dini terdeteksi jika bumil melakukan ANC lengkap,

dapat pula didukung oleh kegiatan pemeriksaan ibu hamil secara brkala dengan

menggunakan USG Mobile yang dilakukan oleh dokter obgyn ke daerah yang sulit

dijangkau, kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil sera PKM mampu PONED

sehingga bila ada yang ditedeksi bumil resti oleh nakes maupun masyarakat

dapat terlebih dahulu ditangani di PKM PONED sebelum dirujuk ke RS. Tapi

kendala yang ada yaitu tim PONED di PKM masih banyak yang belum aktif

memberikan pelayanan disebabkan oleh tiak adanya alat PONED serta seringnya

terjadi pergeseran petugas kesehatan.

Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa bumil

resti yang perlu mendapatkan penanganan dengan memberikan sosialisasi

Page 95: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda – tanda dan

mendeteksi secara dini.

d. Pelayanan Nifas

Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ

reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau pada

umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan pasca

persalinan.

Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang

meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut, perineum,

kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan perawatan nifas yang tepat

akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas.

Gambar 4.25 Cakupan Kunjungan Ibu Nifas Di Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2011 Sumber : Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2012

Pada tahun 2011 jumlah sasaran ibu bersalin di Sulawesi Barat sebanyak

26.911 orang dan 21.708 (81,1) mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010

sebesar 76,89%. Capaian tertinggi pelayanan nifas yang mendapat pelayanan

nifas sesuai standar tahun 2011 adalah kabupaten Majene (96,4%) dan terendah

Mamasa (71,9%).

Page 96: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Persentase pelayanan nifas tidak sama dengan cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan. Di Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju dan Mamuju Utara

ada kecenderungan cakupan pelayanan nifas lebih tinggi dibandingkan dengan

persalinan oleh tenaga kesehatan. Hal ini menandakan bahwa adanya ibu hamil

yang dilahirkan dengan bantuan tenaga non kesehatan yang masa nifasnya

ditangani oleh tenaga kesehatan. Sebaliknya di Kabupaten Polewali Mandar

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan

cakupan pelayanan ibu nifas. Sehingga dapat diasumsikan bahwa adanya ibu

hamil yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang tidak mendapatkan pelayanan

nifas sebesar 7,1% atau sebanyak 657 ibu hamil.

Gambar 4.26 Cakupan Kunjungan Ibu Nifas Menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Program Ibu dan Anak, Dinkes Sulawesi Barat 2010

e. Kunjungan Neonatus (KN2)

Kunjungan neonatus adalah bayi usia 0-28 hari yang kontak dengan tenaga

kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal tiga kali yaitu dua

kali pada umur 0 -7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari (KN2).

Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan kesehatan

neonatal dasar yang meliputi tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia,

pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali

Page 97: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

pusat, kulit dan pemberian imunisasi, pemberian vitamin K, manajemen terpadu

balita muda (MTBM) dan konseling untuk ibunya tentang perawatan neonatus di

rumah dengan menggunakan buku KIA.

Berdasarkan laporan Program Kesehatan ibu dan Anak jumlah perkiraan

dengan risiko tinggi/komplikasi pada neonatal di Propinsi Sulawesi Barat tahun

2011 sebanyak 3.413 bayi. Dari jumlah tersebut cakupan penanganan neonatal

resiko tinggi ditangani sebanyak 1.431 atau sebesar 41,9%. Cakupan penanganan

Neonatla selama tahun 2008 sampai 2011 dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.27 Cakupan Penangana Neonatal resiko tinggi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011

Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat, 2012

Berdasarkan gambar 4.27 diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2008-

2011 penanganan neonatal resiko tinggi di Sulawesi Barat mengalami

peningkatan yang cukup fluktuatif . Penurunan penanganan neonatus dengan

komplikasi ditangani pada tahun 2010 - 2011 bukan berarti penanganan neonatus

tidak dilaksanakan, namun dari perkiraan neonatus yang ada ternyata lebih

banyak dari jumlah sebenarnya. Ini menjadi tanda bahwa semakin baiknya

Page 98: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

pelayanan kesehatan dan kunjungan ibu hamil kesarana pelayanan kesehatan

selama hamil.

Pada tahun 2011 persentase cakupan neonatal komplikasi yang ditangani

yang tertinggi adalah Kabupaten Polman (57,9%). Kabupaten Polman mempunyai

1 (orang) orang dokter ahli anak dan memiliki RS mampu PONEK yang menjadi

pusat rujukan, kemudian Kabupaten Majene dapat menangani neonatal yang

komplikasi sebesar 45,2%.

Gambar 4.28 Cakupan Penanganan Neonatal resiko tinggi menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat, 2012

Untuk dapat meningkatkan cakupan penanganan neonatal dapat didukung

dengan kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi

(P4K) sehingga ibu hamil yang komplikasi dapat lebih dini terdeteksi jika bumil

melakukan ANC lengkap, dapat pula didukung oleh kegiatan pemeriksaan ibu

hamil secara berkala dengan menggunakan USG Mobile yang dilakukan oleh

dokter obstetric dan ginekologin ke daerah yang sulit dijangkau, kemitraan bidan

dan dukun, kelas ibu hamil serta PKM mampu PONED sehingga bila ada yang

Page 99: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

terdeteksi neonatal resti oleh nakes maupun masyarakat dapat terlebih dahulu

ditangani di PKM PONED sebelum dirujuk ke RS. Tapi kendala yang ada yaitu tim

PONED di PKM masih banyak yang belum aktif memberikan pelayanan disebabkan

oleh tidak adanya alat PONED serta seringnya terjadi pergeseran petugas

kesehatan. Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa

neonatal resti yang perlu mendapatkan penanganan dengan memberikan

sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda – tanda

dan mendeteksi secara dini.

3. PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA, USIA SEKOLAH DAN REMAJA

Pelayanan kesehatan pada kelompok anak balita (pra sekolah), usia sekolah

dan remaja dilakukan melalui deteksi/pemantauan dini terhadap tumbuh

kembang dan kesehatan anak pra sekolah serta pemeriksaan kesehatan anak

sekolah dasar/ sederajat dan pelayanan kesehatan pada remaja (SMP dan SMU).

Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita/pra sekolah adalah

cakupan anak umur 0-5 tahun yang dideteksi kesehatan dan tumbuh kembangnya

sesuai standar oleh dokter, bidan dan perawat paling sedikit dua (2) kali per

tahun baik didalam gedung maupun diluar gedung seperti Posyandu, taman

kanak-kanak, panti asuhan. Sementara untuk pelayanan kesehatan bagi siwa

SD/MI dan siswa`SMP/SMU dan sederajat dilakukan melalui penjaringan

kesehatan bagi murid kelas 1 (satu) SD/MI dan SMP/SMU.

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita

mencakup: Penimbangan berat badan; Penentuan status pertumbuhan;

Page 100: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Penyuluhan; Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan

kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan

kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.

Cakupan pelayanan anak balita pra sekolah tahun 2011 sebesar 77,1%

meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 43,6%, meningkat tajam dibanding

tahun 2009 sebesar 41,16%, namun masih jauh dari target SPM sebesar 80%.

Gambar 4.29 Cakupan Pelayanan Anak Balita Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2011 Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012

Cakupan tahun 2011 masih sangat jauh target SPM yang harus dicapai maka

masih dibutuhkan upaya ekstra guna meningkatkan cakupan. Dibutuhkan

koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait.

4. PELAYANAN KESEHATAN PRA USILA (45-59 TH) DAN USILA (>60 TH)

Seiring bertambahnya Umur Harapan Hidup (UHH) maka keberadaan para

lanjut usia tidak dapat begitu saja diabaikan, sehingga perlu diupayakan

peningkatan kualitas hidup bagi kelompok umur lanjut usia.

Pelayanan kesehatan pra usila dan usila adalah penduduk usia 60 tahun ke

atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang dilakukan oleh

Page 101: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

tenaga kesehatan baik di Puskesmas, di Posyandu lansia maupun di kelompok

usia lanjut.

Pada tahun 2011 jumlah usila di Sulawesi Barat sebanyak 105.588 orang,

dan yang mendapat pelayanan kesehatan 60.519 orang atau 57,32%. Kabupaten

Mamuju menjadi kabupaten dengan capaian tertinggi pelayanan kesehatan lansia

sebesar 72,45% dan terendah adalah kabupaten Mamuju Utara sebesar 6,30%.

Kabupaten Mamasa tidak melaporkan datanya.

Gambar 4.30 Cakupan pelayanan lansia menurut Kabupaten Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Barat

tahun 2012

Masih kurangnya cakupan pelayanan kesehatan bagi untuk warga usila,

kemungkinan karena belum berfungsinya posyandu lansia secara optimal. Selain

itu belum semua desa mempunyai posyandu lansia. Padahal dengan adanya

posyandu lansia maka pelayanan kesehatan akan lebih mudah dijangkau oleh

para lansia. Dibutuhkan koordinasi dan peran serta masyarakat serta lintas

sektor terkait dalam upaya meningkatkan cakupan pelayanan terhadap para

lansia.

Page 102: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

4. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB)

Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya

kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi, menurut

hasil penelitian bahwa usia subur wanita antara usia 15-49 tahun. Oleh karena

itu untuk mengatur jumlah kelahiran, maka wanita/ pasangan usia subur (PUS)

diprioritaskan untuk menggunaan KB.

Peserta KB dibagi menjadi KB baru dan KB aktif. Pada tahun 2011

cakupan peserta KB baru sebesar 13,3 % meningkat dibandingkan tahun 2010

sebesar 6,1% dan KB aktif sebesar 42,9 % menurun dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar 45,1 % dari jumlah PUS sebanyak 188.922 orang. Cakupan

KB aktif Sulawesi Barat tahun 2010 masih dibawah target nasional sebesar 70%

Gambar 4.31 Cakupan peserta KB Baru dan Aktif Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 - 2011

Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012

Page 103: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Berdasarkan jenis metode kontrasepsi yang digunakan, pada tahun 2010

sebanyak 93% akseptor KB aktif memilih metode kontrasepsi jangka pendek

(non MKJP) meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 92,4% dengan pilihan

terbanyak adalah metode Pil (48,2%). Sementara yang memilih metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, MOW/MOP dan implant hanya

7,0% meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 6,1%.

5. PELAYANAN IMUNISASI

Beberapa penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat

dikelompokkan ke dalam dua kelompok vaksin, yaitu vaksin yang tergabung

dalam kelompok vaksin virus dan kelompok vaksin bakteri. Kelompok vaksin

bakteri misalnya tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, meningitis

meningokokus, tipus abdominalis, kolera, hemophilus influenza tipe B dan

pneumonia pneumokokus.

Sedangkan vaksin virus termasuk di dalamnya adalah penyakit campak,

polio, hepatitis B, hepatitis A, influenza, rabies, Japanese encephalitis, yellow

fever (demam kuning), rubella, varicella, parotitis epidemica dan rotavirus.

Banyak penyakit lain yang sedang dikembangkan seperti malaria, demam

berdarah, HIV/AIDS dan AI.

Upaya imunisasi telah terbukti dapat mengeradikasi penyakit cacar dan

menekan penyakit polio, yaitu serta sejak tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus

polio liar yang berasal dari Indonesia (indigenous). Hal ini sejalan dengan upaya

global untuk membasmi polio di dunia dengan program ERAPO.

Page 104: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi

secara nasional adalah angka cakupan Universal Child Immunization (UCI) pada

wilayah desa/kelurahan. Untuk tahun 2011 indikator perhitungan UCI adalah

cakupan imunisasi lengkap pada bay1 >85% untuk semua antigen. Sehingga bila

cakupan UCI dikaitkan dengan batas wilayah maka dapat menggambarkan

besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi terhadap penularan PD3I di

wilayah tersebut.

Gambar 4.32 Cakupan Desa / Kelurahan UCI

Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2011

Sumber : Program P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012

Cakupan UCI desa/kelurahan di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011

sebesar 65,1% meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 65,5%. Pencapaian

UCI Sulawesi Barat tahun 2010 belum mencapai target nasional sebesar 85%.

Sedangkan untuk cakupan UCI per Kabupaten, Kabupaten Mamuju memiliki

cakupan UCI desa/kelurahan tertinggi 75,5%, yang paling terendah adalah

Kabupaten Mamasa (56,2%)

Page 105: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Gambar 4.32 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009-2011

Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi kepada bayi umur 0 –

1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi kepada Wanita Usia Subur

(WUS)/ibu hamil (TT) dan imunisasi kepada anak sekolah dasar kelas 1 : DT,

kelas 2-3 : TT) sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar

ditemukannya masalah, seperti desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan

adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.

Gambar 4.33 Cakupan pemberian Imunisasi DPT, HB dan Campak Pada Bayi Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat tahun 2011

Sumber: Program P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Page 106: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Dari 25.486 bayi di Sulawesi Barat 23.557 bayi atau 92,4% diantaranya telah

mendapatkan imunisasi campak pada tahun 2011. Cakupan DO tahun 2011

sebesar 2,7%, meningkat dibandingkan tahun 2010 yang hanya sebesar 0,5%.

seluruh kabupaten di Sulawesi Barat mencapai cakupan campak > 80% dengan

cakupan terendah adalah Kabupaten Mamasa (91,4%).

Adapun untuk Imunisasi BCG dan Polio Capaian Sulawesi Barat untuk BCG

sebesar 92,41% meningkat sedikit dibandingkan tahun 2010 sebesar 92,31%.

Sedangkan untuk imunisasi polio juga mengalami sedikit peningkatan dari 89,5%

pada tahun 2010 menjadi 92,95% pada tahun 2011. kabupaten Majene pada

tahun 2011 memiliki cakupan capaian tertinggi 102,44% dibandingkan dengan

kabupaten lain. Capaian ini melebihi 100% karena yang digunakan sebagai

pembagi adalah jumlah perkiraan sasaran bayi selama kurun waktu tahun 2011.

6. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan melalui distribusi tablet besi

(Fe) pada ibu hamil, distribusi Vitamin A pada balita dan pemberian kapsul

yodium pada WUS.

a. Pemberian Tablet Besi (Fe) pada ibu hamil

Pada saat periksa kehamilan di sarana kesehatan, ibu hamil akan

mendapatkan tablet Fe yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah

terjadinya kasus anemia serta meminimalkan dampak buruk akibat kekurangan

Fe, karena kekurangan Fe pada ibu hamil dapat mengakibatkan terjadinya

abortus, kecacatan bayi atau bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).

Page 107: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe-1 (30 tablet) tahun 2010 sebesar

94,36% dan cakupan Fe-3 sebesar 69,16%. Cakupan kedua indikator tersebut

meningkat dibandingkan tahun 2009 dan telah memenuhi target Indonesia sehat

2010 sebesar 80%. Cakupan Fe-3 tertinggi dicapai Kabupaten Majene 87,56%

dan terendah Kota Mamasa (61,83%).

Walaupun capaian telah melampaui target namun petugas kesehatan

tetap harus memotivasi ibu hamil agar meminum tablet besi tersebut guna

mencegah terjadinya anemia ibu hamil.

Gambar 4.11 Cakupan distribusi tablet Fe-1 dan Fe-3

Meurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010

Sumber : Program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010

b. Pemberian Kapsul Vitamin A pada balita

Vitamin A adalah salah satu zat gizi yang diperlukan tubuh dan berguna

untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan mata. Bila seorang anak

yang menderita kekurangan vitamin A terserang campak, diare atau penyakit

Page 108: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

infeksi lainnya maka penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat

mengakibatkan kematian, karena infeksi tersebut menghambat kemampuan

tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis

simpanan vitamin A dalam tubuh. Selain itu kekurangan vitamin A dalam waktu

lama dapat mengakibatkan gangguan pada mata bahkan dapat mengakibatkan

kebutaan.

Sasaran pemberian kapsul Vitamin A adalah bayi usia 6-11 bulan dan balita

(1-4 tahun) sebanyak 2 kali dalam setahun (Februari dan Agustus) serta ibu nifas

satu kali. Cakupan balita yang mendapat vitamin A pada tahun 2010 sebesar

77,57%, kondisi ini sudah mencapai target nasional tahun 2010 75% namun

belum mencapai target Nasional 2015 sebesar 85%. Capaian tertinggi pemberian

kapsul vitamin A adalah Kabupaten Majene 89,74% dan terendah kabupaten

Mamuju Utara (66,72%)

Gambar 4.12 Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita

Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2010

Sumber : Program Gizi Dinkes Sulawesi Barat 2010

Page 109: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

7. PELAYANAN FARMASI

a. Kabupaten Majene

Kabupaten Majene merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Barat yang

cukup maju infrastrukturnya baik sarana dan prasarana dan ditunjang oleh

perencanaan pemerintah Sulawesi Barat yang menggandengkan Kabupaten

Majene sebagai Kabupaten Pusat pendidikan Sulawesi Barat Kedepannya.

Upaya pelayanan kesehatan Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna.

Upaya tersebut dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan

pemerataan Obat Generik dan Obat Esensial yang bermutu bagi masyarakat.

Instalasi Farmasi Kabupaten Majene dipimpin oleh Apoteker, serta dibantu

1 orang tenaga Apoteker , 1 orang tenaga Asisten Apoteker dan 4 orang tenaga

SMA, sehingga seluruhnya berjumlah 7 orang.

Tabel 4.1 Gambaran Pengadaan Obat

Kabupaten Majene Tahun 2006 – 2010

No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp)

1 Tahun 2006 Rp.

,-

Rp.

,-

2 Tahun 2007 Rp.

,-

Rp.

Page 110: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

3 Tahun 2008 Rp.

1.000.000.000,-

Rp.

371.000.000,-

4 Tahun 2009 Rp.

500.000.000,-

Rp.

231.000.000,-

5 Tahun 2010 Rp.

400.000.000,-

Rp.

703.000.000,-

Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011

Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian obat

untuk tahun 2010 sebesar Rp. 7.429/kapita. Jelas ini masih dibawah standart

nasional sebesar Rp.13.000,-.

Jadi dapat dikatakan bahwa ketersediaan obat di IFK Majene dengan

memakai parameter obat “indicator”, didapatkan obat yang habis atau kosong

ada 4 jenis, sementara obat dengan tingkat kecukupan dengan kategori kurang

sebanyak 16 jenis. Untuk tingkat kecukupan kategori lebih sebanyak 4 jenis

obat.

Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak

dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di

Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya

perbaikan di IFK Majene. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, meningkatkan

dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 400.000.000,-

mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan mutu yang

terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan Depkes untuk

tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab Majene menyediakan

dana sebesar = 148.467 (jumlah penduduk) x Rp 13.000,-/kapita – 703.000.000,-

(dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 1.227.071.000,-.

Page 111: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

b. Kabupaten Polewali Mandar

Polewali Mandar merupakan Kabupaten induk bersama Kabupaten Majene

dan Kabupaten Mamuju, sehingga Kabupaten ini merupakan Kabupaten yang

telah cukup maju infrastrukturnya baik itu sarana maupun prasarana kesehatan.

Kabupaten Polewali Mandar merupakan Kabupaten yang Cukup maju

infrastrukturnya baik sarana dan prasarana kesehatan sehingga pada awal

pembentukan Sulawesi Barat Kabupaten polewali Mandar direncanakan sebagai

kota rujukan untuk pelayanan kesehatan Masyarakat Sulawesi Barat.

Instalasi Farmasi Kabupaten Polewali Mandar memiliki seorang Asisten

Apoteker sebagai kepala instalasi farmasi dibantu 2 orang tenaga SMA, sehingga

seluruhnya berjumlah 3 orang.

Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh

dari dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.2 Gambaran Pengadaan Obat

Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006 – 2010

No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp)

1 Tahun 2006 Rp.

1.092.822.950,-

Rp.

,-

2 Tahun 2007 Rp.

1.578.691.606,-

Rp.

568.734.624,-

3 Tahun 2008 Rp.

1.258.175.688,-

Rp.

709.365.047,-

4 Tahun 2009 Rp.

893.080.965,-

Rp.

425.490.365

5 Tahun 2010 Rp.

170.000.000,-

Rp.

1.780.600.000,-

Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Keseharan Sulawesi Barat, 2010

Page 112: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Melihat data diatas, jelas ada pengaruh yang cukup signifikan dengan

adanya intervensi penambahan obat yang dilakukan IFK polewali Mandar melalui

dana DAK Tahun 2010.

Dari data diatas, menunjukkan bahwa ketersediaan obat di IFK Polewali

Mandar dengan memakai parameter obat “indicator”, obat yang habis atau

kosong ada 2 jenis, sementara obat dengan tingkat kecukupan dengan

kategori kurang sebanyak 12 jenis, sementara kecukupan kategori cukup

sebanyak 9 jenis obat.

Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak

dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di

Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya

perbaikan di IFK Polewali Mandar. Upaya yang dapat dilakukan antara lain,

meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar

170.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan

mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan

Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab

Polewali Mandar menyediakan dana sebesar = 392.290,- (jumlah penduduk) x Rp

13.000,-/kapita – 1.780.600.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp.

3.319.170.000,-.

c. Kabupaten Mamasa

Instalasi Farmasi Kabupaten memiliki 7 orang pengelola, dimana

pimpinannya seorang Diploma 3 Keperawatan yang dibantu oleh seorang

Page 113: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Apoteker sebagai Kepala Seksi Farmasi, 1 orang Sarjana Farmasi, 1 orang D3

Farmasi dan 4 orang berpendidikan SMU.

Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari dana

APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.3 Gambaran Pengadaan Obat

Kabupaten Mamasa Tahun 2006 – 2010

No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp)

1 Tahun 2006 Rp.

200.000.000,-

Rp.

275.552.367,-

2 Tahun 2007 Rp.

400.000.000,-

Rp.

372.076.611,-

3 Tahun 2008 Rp.

800.000.000,-

Rp.

522.749.239,-

4 Tahun 2009 Rp.

1.000.0000.000,-

Rp.

296.667.356,-

5 Tahun 2010 Rp.

296.800.000,-

Rp.

703.200.000,-

Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat,2010

Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian obat

untuk tahun 2010 sebesar Rp. 7.144/kapita. Jelas ini masih di bawah standart

nasional sebesar Rp.13.000,-.

Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak

dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di

Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya

perbaikan di IFK Mamasa. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, meningkatkan

dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 296.800.000,-

mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan mutu yang

Page 114: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan Depkes untuk

tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab Mamasa

menyediakan dana sebesar = 139.962 (jumlah penduduk) x Rp 13.000,-/kapita –

703.200.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 1.116.306.000,-.

d. Kabupaten Mamuju

Kabupaten Mamuju merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Barat dengan Luas

wilayah lebih dari 50 % dari Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten ini telah

dimekarkan menjadi 2 yakni Kabupaten Mamuju Utara dan mana dalam kurung

waktu dekat ini kabupaten ini kembali dimekarkan menjadi 3 yakni Kabupaten

Mamuju Tengah.

Upaya Dinas Kesehatan mengajak Kabupaten berslogan Bersehati (Bersih,

Semangat,Hijau Aman,Tertib dan Indah ) ini untuk bekerja sama mewujudkan

masyarakat sulbar yang sehat, maju dan Amanah salah satunya ditunjang oleh

pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang baik sebagai penunjang vital

pelayanan Kesehatan

Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju dipimpin oleh D3 Farmasi, serta

dibantu 2 tenaga SMU dan 4 orang tenaga sukarela dari sukarela dari berbagai

disiplin ilmu, sehingga seluruhnya berjumlah 7 orang.

Untuk menjamin ketersediaan obat di pelayanan kesehatan itu sendiri,

maka sangatlah penting menjamin ketersediaan dana yang cukup untuk

pengadaan Obat esensial, namum yang lebih penting lagi dalam mengelola dana

penyediaan obat secara efektif dan efisien.

Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari

dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut :

Page 115: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Tabel 4.4 Gambaran Pengadaan Obat

Kabupaten Mamuju Tahun 2006 – 2010

No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp)

1 Tahun 2006 Rp.

996.103.900,-

Rp.

210.172.949,-

2 Tahun 2007 Rp.

983.702.730,-

Rp.

550.121.257,-

3 Tahun 2008 Rp.

1.999.000.000,-

Rp.

610.053.461

4 Tahun 2009 Rp.

1.998.000.000,-

5 Tahun 2010 Rp.

1.000.000.000,-

Rp.

1.093.400.000,-

Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian obat

untuk tahun 2010 sebesar Rp. 6.214,-/kapita. Jelas ini masih dibawah standart

nasional sebesar Rp.13.000,-.

Dari data diatas, menunjukkan bahwa ketersediaan obat di IFK Mamuju

dengan memakai parameter obat “indicator”, obat yang habis atau kosong ada

10 jenis, sementara obat dengan tingkat kecukupan dengan kategori kurang

sebanyak 14 jenis obat. Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan

ketersediaan obat tidak dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta

obat buffer stok di Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke

depan ada upaya perbaikan di IFK Mamuju. Upaya yang dapat dilakukan antara

lain, meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar

1.000.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan

Page 116: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan

Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab

Mamuju menyediakan dana sebesar = 336.879 (jumlah penduduk) x Rp 13.000,-

/kapita – 1.093.400.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 3.286.027.000,-

e. Kabupaten Mamuju Utara

Kabupaten Mamuju Utara masih tertinggal jauh baik dari infrastruktur

maupun sarana pendukung Pelayanan Kesehatan. Hal ini terbukti dengan belum

adanya Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) yang representative untuk menunjang

pelayanan obat baik penyimpanan, pendistribusian apalagi pengadaannya. Hal

inilah yang banyak menyebabkan terganggunya ketersediaan obat di “Instalasi

Farmasi Kabupaten” Mamuju Utara di unit pelayanan kesehatan lainnya seperti

puskesmas dan pustu. Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Utara dipimpin oleh

Apoteker, serta dibantu 1 orang tenaga S1 Farmasi dan 1 orang tenaga D3

Farmasi, sehingga seluruhnya berjumlah 3 orang.

Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari

dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.5 Gambaran Pengadaan Obat

Kabupaten Mamuju Utara Tahun 2006 – 2010

No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp)

1 Tahun 2006 Rp.

647.967.939,-

Rp. 22

6.815.089,-

2 Tahun 2007 Rp.

680.000.000,-

Rp.

111.762.069,-

3 Tahun 2008 Rp. Rp.

Page 117: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

859.828.000,- 157.672.265,-

4 Tahun 2009 Rp.

877.846.260,-

Rp.

89.112.913,-

5 Tahun 2010 Rp.

1.000.000.000,-

Rp.

584.000.000,-

Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2010

Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian obat

untuk tahun 2010 sebesar Rp. 11.064/kapita. Jelas ini masih dibawah standart

nasional sebesar Rp.13.000,-. Untuk tahun 2010

Ketersediaan obat di IFK Mamuju Utara terlihat terjadi peningkatan obat

kosong di triwulan IV menjadi 90 %,Dari hasil analisis data, pengolahan obat di

IFK Mamuju Utara sangat jelek. Hal ini terbukti dari data yang ada, tidak

mencerminkan pengolahan data dan obat yang baik. Gambaran mutasi yang

dilakukan di IFK Mamuju Utara terlihat bahwa hampir 95 % dari data mutasi obat

yang ada kosong.

Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak

dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di

Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya

perbaikan di IFK Mamuju Utara, sehingga ketersediaan obat dapat lebih terjamin

baik mutu maupun jumlahnya. Upaya yang dapat dilakukan antara lain,

meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar

700.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan

mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan

Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab

Page 118: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Mamuju Utara menyediakan dana sebesar = 108,900 (jumlah penduduk) x Rp

13.000,-/kapita – 566.500.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 849,200.000,-.

Page 119: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 82

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Sumber Daya Kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam

penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan

dapat meningkatkan derajat kesehatan masayarakat.

A. SARANA KESEHATAN

1. Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu

pelayanan kesehatan dan pelayanan Administrasi. Pelayanan kesehatan

mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi

medik dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan

melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap.

Dalam perkembangannya pelayanan rumah sakit tidak terlepas dari

pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin pada

perubahan fungsi klasik RS yang pada awalnya hanya memberikan

pelayanan yang bersifat penyembuhan (kuratif) terhadap pasien

melalui rawat inap. Pelayanan rumah sakit kemudian bergeser karena

kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran, peningkatan

pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan di

rumah sakit ini tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan) tetapi juga

Page 120: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 83

besifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara

terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan

(preventif). Dengan demikian sarana pelayanan kesehatan rumah sakit

bukan hanya untuk individu pasien tetapi juga berkembang untuk

keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus perhatiannya memang

pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari

keluarga. Atas dasar sikap seperti itu pelayanan kesehatan di rumah

sakit merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (kompeherensife

dan holistik)

Pada tahun 2011 jumlah rumah sakt di Sulawesi Barat sebanyak 7 Unit

yang terdiri atas rumah sakit umum (RSU) berjumlah 6 Unit dan rumah

sakit swasta sebanyak 1 unit. Rumah sakit tersebut dikelola oleh

Pemerintah Provinsi, pemerintah kabupaten/kota serta sektor swasta.

Bila melihat perkembangan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun

2011. Maka terjadi peningkatan jumlah rumah sakit di Sulawesi Barat.

Dari rumah sakit umum tersebut sebagian diantaranya masih belum

memiliki kelas. Hanya RSUD Polewali Mandar dan Majene yang

memiliki kelas D dan rumah sakit yang lain sementara dalam

pengurusan kelas.

Page 121: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 84

Tabel 5.3 Daftar Rumah Sakit milik Pemerintah Di Sulawesi Barat tahun 2011

Sumber : Bidang Yanmedik Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

2. Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana pelayanan

kesehatan dasar yang menyelenggarakan kegiatan Promosi Kesehatan,

Kesehatan Lingkungan, Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak (KIA)

termasuk Keluarga Berencana (KB), Perbaikan Gizi, Pemberantasan

Penyakit Menular, dan Pengobatan. Beberapa Puskesmas yaitu

Puskesmas Perawatan, selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan

seperti Puskesmas pada umumnya, juga menyediakan fasilitas

pelayanan rawat inap. Dengan demikian Puskesmas Perawatan juga

berfungsi sebagai “Pusat Rujukan Antara” yang melayani penderita

gawat darurat sebelum dirujuk ke rumah sakit.Puskesmas merupakan

Unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan kabupaten yang berada di

semua wilayah kecamatan yang melaksanakan tugas-tugas operasional

pembangunan kesehatan.

Page 122: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 85

Pada tahun 2011 jumlah Puskesmas di seluruh Sulawesi Barat sebanyak

86 unit. Jika dilihat dari tahun 2006-2011 terlihat adanya peningkatan

sebanyak 5 PKM baru.

Gambar 5.50 Jumlah Puskesmas Sulawesi Barat Tahun 2006-2011

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Bila dilihat dari kabupaten, puskesmas terbanyak berada di kabupaten

Mamuju sebanyak 29 Unit dan paling sedikit di Kabupaten Majene 10

unit Puskemas.

Puskesmas di Sulawesi barat terdiri atas dua jenis yaitu Puskesmas

Perawatan dan non Perawatan. pada tahun 2011 Puskesmas Perawatan

sebanyak 38 Unit dan puskesmas Non perawatan 48 Unit.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas, maka

kedepan puskesmas non perawatan akan ditingkatkan menjadi

puskesmas perawatan.

Page 123: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 86

Gambar 5.51 Jumlah Puskesmas Perawatan dan Non Perawataan Tahun 2006-2011

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui

keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio Puskesmas

per 100.000 pendududk. Dalam kurun waktu 2006 hingga 2010

menunjukkan adanya perkembangan rasio secara fluktuatif. Rasio

Puskesmas pada tahun 2006 sebesar 6,19 , pada tahun 2010 meningkat

menjadi 7,13 dan meningkat menjadi 7,39 pada tahun 2011

Gambar 5.52 Rasio Puskesmas Per 100.000 Penduduk Sulawesi Barat Tahun 2006 – 2011

Sumber : Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012

Page 124: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 87

Gambar 5.53 Jumlah Pustu Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 – 2011

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan Puskesmas terhadap

masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas di dukung sarana

pelayanan kesehatan berupa puskesmas pembantu (pustu). Jumlah

pustu pada tahun 2011 dilaporkan sebanyak 221 buah meningkat

didbandingkan tahun 2010 sebesar 218 Pustu. Mamasa menjadi

kabupaten dengan jumlah pustu terbanyak 82 buah dan Kabupaten

Mamuju tidak memiliki Pustu karena adanya peraturan Pemerintah

Daerah Mamuju yang merubah status Puskesmas pembantu menjadi

poskesdes.

Gambar 5.54 Jumlah Puskesmas Pembantu menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Page 125: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 88

Puskesmas pembantu banyak dibangun karena sebagai strategi untuk

mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pada Pustu

ditempatkan bidan Desa dan Perawat PTT yang diangkat melalui SK

penugasan Kementerian Kesehatan dan dari Pemerintah Kabupaten.

Puskesmas juga memiliki sarana lain berupa Puskesmas keliling yang

dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda 4. Jumlah Puskesmas

keliling di Provinsi Sulawesi Barat yang dimiliki Puskesmas sebanyak 81

Buah. Sehingga ada 5 Puskesmas yang belum memiliki Puskesmas

Keliling. Puskesmas yang tidak memiliki rata-rata adalah Puskesmas

dengan kondisi geografis sulit yang tidak dapat diakses dengan

kendaraan roda 4. Sehingga perlu ada strategi lain dalam penanganan

kesehatan didaerah terpencil.

Gambar 5.55 Jumlah Puskesmas Keliling Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012

Page 126: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 89

3. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakuakan dengan

menerapkan berbagai pendekatan, termasuk didalamnya dengan

melibatkan potensi masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep

pemberdayaan masyarakat. Langkah tersebut tercermin dalam

pengembangan Sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM). UKBM diantaranya terdiri dari Pos Pelayanan terpadu

(Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) di desa siaga dan Pos Obat

Desa (POD).Pada tahun 2009 jumlah poskesdes dilaporkan sebanyak

255 unit dan mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 287

unit dan pada tahun 2011 menjadi 334 unit. Kabupaten Mamuju

merupakan kabupaten dengan poskesdes terbanyak di Kabupaten

Mamuju 171 unit dan paling sedikit kabupaten Mamuju Utara 21 unit.

Mamuju memiliki Poskesdes paling banyak dibandingkan dengan

Kabupaten lain karena kebijakan pemerintah daerah kabupaten

Mamuju yang menetapkan kebijakan daerah dimana semua Puskesmas

pembantu berubah status menjadi pokesdes.

Gambar 5.56 Jumlah Poskesdes Sulawesi Barat Tahun 2008-2010 Sumber : Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012

Page 127: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 90

UKBM lain yang yang telah lama dikembangkan adalah posyandu.

Posyandu merupakan UKBM yang telah lama mengakar di masyarakat.

Dalam menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat

melaksanakan 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak,

keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan

diare.

Dalam rangka menilai kinerja dan perkembangannya, posyandu

dikalfikasikan menjadi 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu

Madya, Posuandu Purnama dan posyandu Mandiri. Pada tahun 2011

terdapat 1624 posyandu. Dengan demikian maka dapat dikatakan

semua desa memiliki minimal 2 posyandu diwilayahnya.

Gambar 5.57 Jumlah Posyandu menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011

Sumber : Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012

B. TENAGA KESEHATAN

1. Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dilakukan melalui perbaikan

fisik dan penambahan sarana prasarana, penambahan peralatan dan

Page 128: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 91

ketenagaan serta pemberian biaya operasional dan pemeliharaan.

Namun dengan semakin tingginya pendidikan dan kesejahteraan

masyarakat, tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan semakin

meningkat. Untuk itu dibutuhkan penambahan tenaga kesehatan yang

terampil dan siap pakai sesuai dengan karateristik dan fungsi

tenaganya.

Tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan

kesehatan adalah tenaga kesehatan yang bertugas di sarana pelayanan

kesehatan di Masyarakat. Berikut adalah penjelasan persebaran tenaga

kesehatan di sarana pelayanan kesehatan:

a. Tenaga Medis

Gambar menunjukkan sebaran tenaga medis di Sulawesi Barat

berdasarkan unit kerja.

Gambar 5.58 Data Existing Tenaga medis menurut kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 Sumber : Program Sumber Daya Kesehatan dinkes Sulbar 2012

Page 129: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 92

Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga medis

(dokter umum PNS/PTT dan dokter gigi PNS/PTT) di Puskesmas

Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Mamuju memiliki

tenaga medis dokter umum berstatus PNS paling banyak yaitu 25

orang. Selain itu Kabupaten Mamuju juga memiliki dokter umum

berstatus PTT terbanyak yaitu 26 orang. Sedangkan Kabupaten Mamuju

Utara memiliki dokter umum berstatus PNS paling sedikit, yaitu 4

orang.

Untuk ketersediaan tenaga dokter gigi, Kabupaten Polewali Mandar

memiliki tenaga medis dokter gigi berstatus PNS paling banyak yaitu 13

orang. Sedangkan Kabupaten Mamasa memiliki tenaga medis dokter

gigi paling sedikit yaitu 1 orang. Kabupaten Mamuju memiliki tenaga

medis dokter gigi berstatus PTT terbanyak yaitu 10 orang, sedangkan

Kabupaten Mamasa memiliki tenaga medis dokter gigi PTT paling

sedikit yaitu 1 orang.

Berdasarkan data Dokumen Perencanaan SDK Prov. Sulawesi Barat

Tahun 2011, kebutuhan tenaga medis dokter umum berstatus PNS

dengan menggunakan standar Revitalisasi Kebijakan pada masing-

masing kabupaten yaitu kebutuhan Kabupaten Mamuju 12 orang,

kebutuhan Kabupaten Mamasa 17 orang , kebutuhan Kabupaten

Mamuju Utara 11 orang, kebutuhan Kabupaten Majene 2 Orang

Page 130: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 93

sedangkan pada Kabupaten Polewali Mandar memiliki kelebihan tenaga

medis dokter umum berstatus PNS sebanyak 6 orang.

Gambar 5.59 Data Existing Tenaga medis menurut kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Program Sumber Daya Kesehatan dinkes Sulbar 2012

Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga medis di

Rumah Sakit Umum Daerah Se- Provinsi Sulawesi Barat. RSUD Prov.

Sulawesi Barat memiliki tenaga medis dokter umum terbanyak yaitu 19

orang dan tenaga medis dokter gigi terbanyak yaitu 7 orang.

Sedangkan data tenaga medis dasar menunjukkan masih adanya

kekosongan tenaga medis dasar seperti dokter spesialis penyakit

dalam, dokter spesialis obgyn & ginekolog dan tenaga medis lainnya di

beberapa RSUD Kabupaten/Provinsi.

Berdasarkan standar Permenkes 340 Tahun 2010 tentang klasifikasi

rumah sakit, hanya RSUD Kabupaten Polewali Mandar dan RSUD

Kabupaten Mamuju yang memenuhi jumlah ketenagaan medisnya yang

di hitung dengan melihat tipe RS tersebut. Bahkan RSUD Kabupaten

Page 131: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 94

Polewali Mandar memiliki kelebihan tenaga medis dokter umum

sebanyak 7 orang dan RSUD Kabupaten Mamuju memiliki kelebihan

tenaga medis dokter umum sebanyak 16 orang dari total kebutuhan

berdasarkan standar yang digunakan.

b. Perawat

Perawat adalah tenaga profesional dibidang keperawatan kesehatan

yang terlbat dalam kegiatan keperawatan. Perawat bertanggung jawab

untuk keperawatan, perlindungan dan pemulihan orang luka atau

pasien penderita penyakit akut atau kronis, pemeliharaan kesehatan

orang sehat, dan penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa

dalam berbagai jenis perawatan kesehatan. Perawat juga dapat

terlibat dalam riset medis dan perawatan serta menjalankan beragam

fungsi non klinis yang diperlukan untuk perawatan kesehatan.

Perawat mendapatkan wewenang menjalankan tugas profesinya di

bidang keperawatan melalui Surat Ijin Kerja (SIK) yang merupakan

bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan

keperawatan di seluruh wilayah Indonesia. Setiap perawat yang

bekerja disarana pelayanan kesehatan / praktek kelompok maupun

perorangan harus mempunyai Surat Ijin Kerja (SIK).

Page 132: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 95

Gambar 5.60 Persebaran Tenaga Perawat dan Perawat gigi menurut kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012

Sumber : Program Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sulawesi Barat, 2012

Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga perawat

dan perawat gigi di Puskesmas Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat.

Kabupaten Mamuju memiliki perawat berstatus PNS paling banyak

yaitu 203 orang. Begitu juga dengan tenaga perawat gigi berstatus

PNS, Kabupaten Mamuju memiliki tenaga kesehatan tersebut

terbanyak yaitu 14 orang.

Berdasarkan data Perencanaan Sumber Daya Kesehatan Provinsi

Sulawesi Barat Tahun 2011, Kebutuhan tenaga perawat berstatus PNS

di Kabupaten Mamuju dengan menggunakan standar revitalisasi

kebjakan dasar puskesmas mencapai 271 orang, Kabupaten Mamuju

Utara membutuhkan sebanyak 59 orang dan Kabupaten Mamasa

membutuhkan sebanyak 7 orang. Sedangkan Kabupaten Polewali

Mandar memilik kelebihan tenaga perawat sebanyak 90 orang dan

Kabupaten Majene memiliki kelebihan tenaga perawat sebanyak 66

orang.

Page 133: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 96

Gambar 5.61 Persebaran Tenaga Perawat dan Perawat gigi menurut Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012

Sumber :Program Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Sulawesi Barat 2012

Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga perawat &

perawat gigi RSUD Kabupaten/Regional Se- Provinsi Sulawesi Barat.

RSUD Kabupaten Polewali Mandar memiliki tenaga perawat berstatus

PNS terbanyak yaitu 114 orang. Sedangkan RSUD Kabupaten Mamuju

memiliki tenaga perawat kontrak terbanyak yaitu sebesar 93 orang.

Berdasarkan data Perencanaan SDK Prov. Sulawesi Barat Tahun 2011,

kebutuhan tenaga perawat berstatus PNS dengan menggunakan standar

Permenkes 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit di RSUD

Polewali Mandar yaitu sebanyak 84 orang, RSUD Kabupaten Mamasa

sebanyak 31 orang dan RSUD Kabupaten Mamuju sebanyak 29 orang.

Sedangkan RSUD Kabupaten Majene memiliki kelebihan tenaga

perawat yaitu sebesar 22 orang dan RSUD Kabupaten Mamuju Utara

sebanyak 10 orang.

Page 134: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 97

c. Bidan

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan

bidan dan yang telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang

berlaku. Dalam hal menjalankan pelayanan asuhan kebidanan, seorang

bidan harus terlebih dahulu mengurus Surat Ijin Bidan (SIB) yang

merupakan bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan

pelayanan asuhan kebidanan diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Dalam hal pelaksanaan Praktek kebidanan, seorang bidan harus

mempunyai Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB) yang merupakan bukti

tertulis yang diberikan kepada bidan untuk menjalankan praktek

bidan.

Pelayanan yang menjadi wewenang bidan adalah pelayanan kebidanan,

pelayanan keluarga berencana, pelayanan kesehatan masyarakat.

Pelayanan kebidanan ditujukan kepada Ibu dan Anak yang

pelayanannya berupa: pelayanan pra nikah, pra hamil, masa

kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa

antara. Pelayanan kebidanan untuk anak diberikan kepada bayi baru

lahir, masa bayi, masa balita, dan masa pra sekolah.

Pelayanan keluarga berencana yang diberikan oleh Bidan meliputi

pemberian obat dan alat kontrasepsi, penyuluhan/ konseling alat

kontrasepsi, pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim, dan pelayanan

konseling keluarga berencana. Pelayanan kesehatan masyarakat yang

Page 135: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 98

diberikan bidan adalah pembinaan peran serta masyarakat dibidang

kesehatan ibu dan anak, memantau tumbuh kembang anak,

melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas, melaksanakan deteksi

dini, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk dan memberikan

penyuluhan infeksi menular seksual (IMS), penyuluhan narkotika,

psikotrofika dan zat adiktif lainnya serta penyakit lainnya. Bidan juga

berwenang melakukan pelayanan kebidanan lainnya selain

kewenangangnya untuk penyelamatan jiwa pada keadaan darurat.

Gambar 5.62 Persebaran Tenaga Bidan Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Program Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sulawesi Barat, 2012

Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga Bidan di

Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012. Kabupaten Polewali

Mandar memiliki tenaga bidan berstatus PNS terbanyak yaitu 121

orang, sedangkan Kabupaten Mamuju memiliki tenaga bidan berstatus

PTT terbanyak yaitu 93 orang.

Page 136: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 99

Berdasarkan data Perencanaan Sumber Daya Kesehatan Provinsi

Sulawesi Barat Tahun 2011, kebutuhan tenaga bidan berstatus PNS

dengan menggunakan standar revitalisasi kebijakan puskesmas di

Kabupaten Mamuju sebanyak 229 orang, Kabupaten Polewali Mandar

sebanyak 143 orang, Kabupaten Mamuju Utara 59 orang dan Kabupaten

Mamasa sebanyak 34 orang. Sedangkan Kabupaten Majene memiliki

kelebihan tenaga bidan yaitu sebanyak 13 orang.

d. Farmasi

Definisi apoteker berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah sarjana farmasi yang telah

lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak melakukan

pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

Asisten apoteker berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan atas

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek adalah mereka yang

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak

melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker.

Page 137: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 100

Gambar 5.63 Persebaran tenaga Farmasi menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber : Program Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sulawesi Barat, 2012

Gambar tersebut diatas menunjukkan data ketersediaan tenaga

farmasi di Kabupaten Se- Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Polewali

Mandar memiliki tenaga teknik kefarmasian berstatus PNS terbanyak

yaitu 16 orang, Kabupaten Mamasa memiliki tenaga teknik kefarmasian

13 orang, Kabupaten Mamuju Utara memiliki tenaga teknik

kefarmasian 12 orang, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene

masing-masing memiliki tenaga teknik kefarmasian 7 orang. Untuk

ketenagaan Apoteker berstatus PNS, Kabupaten Polewali Mandar,

Kabupaten Mamuju Utara dan Kabupaten Majene masing-masing

memiliki 4 orang tenaga tersebut.

Berdasarkan data Perencanaan Sumber Daya Kesehatan Provinsi

Sulawesi Barat Tahun 2011, kebutuhan tenaga farmasi berdasarkan

standar revitalisasi kebijakan puskesmas di Kabupaten Polewali Mandar

sebanyak 5 orang, kebutuhan Kabupaten Mamuju sebanyak 2 orang dan

kebutuhan Kabupaten Mamasa 8 orang. Sedangkan Kabupaten Mamuju

Page 138: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 101

Utara dan Kabupaten Majene telah memiliki tenaga kefarmasian sesuai

standar.

e. Gizi

Tenaga gizi adalah tenaga kesehatan yang meliputi nutrisionis dan

dietisien dengan pendidikan dasar minimal D3 Gizi. Nutrisionis adalah

seorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara

penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis

fungsional dibidang pelayanan gizi, makanan dan dietik baik di

masyarakat maupun rumahsakit dan unit pelaksana kegiatan kesehatan

lainnya, berpendidikan dasar D3 Gizi. Dietisien adalah seorang

nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan keterampilan

dietetik baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman

bekerja dengan masa kerja minimal 1 tahun atau mendapat sertifikasi

dari Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI) dan bekerja di unit pelayanan yang

menyelenggarakan terapi dietetik.

Tabel 5.64 Persebaran Tenaga SKM dan Sanitarian Menurut kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber: Program Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sulawesi Barat, 2012

Page 139: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 102

Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga kesehatan

masyarakat dan sanitarian di Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat.

Kabupaten Polewali Mandar memiliki tenaga kesehatan masyarakat

berstatus PNS paling banyak yaitu 23 orang. Kabupaten Mamuju Utara

memiliki tenaga kesehatan masyarakat berstatus PNS 22 orang,

Kabupaten Majene memiliki tenaga kesehatan masyarakat berstatus

PNS 12 orang, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Mamasa masing-

masing memiliki tenaga kesehatan masyarakat berstatus PNS 10 orang.

Untuk ketersediaan jenis tenaga sanitarian berstatus PNS, Kabupaten

Polewali Mandar memiliki ketersediaan paling banyak yaitu 21 orang,

Kabupaten Mamuju memiliki tenaga sanitarian berstatus PNS 20 orang,

Kabupaten Majene memiliki tenaga sanitarian berstatus PNS 15 orang

dan Kabupaten Mamuju Utara memiliki tenaga sanitarian berstatus PNS

9 orang. Sedangkan Kabupaten Mamasa tidak memiliki tenaga

sanitarian.

Berdasarkan data Perencanaan Sumber Daya Kesehatan Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011, kebutuhan tenaga

kesehatan masyarakat dengan menggunakan standar revitalisasi

kebijakan puskesmas di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 33

orang, kebutuhan Kabupaten Mamuju 23 orang, kebutuhan Kabupaten

Mamasa 6 orang. Sementara Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju

Utara telah memenuhi kebutuhan, bahkan Kabupaten Mamuju Utara

Page 140: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 103

memiliki kelebihan tenaga nutrisionis sebanyak 10 orang. Untuk

kebutuhan tenaga sanitarian berdasarkan standar revitalisasi kebijakan

puskesmas di Kabupaten Mamuju sebanyak 19 orang, kebutuhan

Kabupaten Mamasa sebanyak 7 orang, kebutuhan Kabupaten Mamuju

Utara 2 orang. Sedangkan Kabupaten Majene memiliki kelebihan

tenaga sebanyak 4 orang dan Kabupaten Polewali Mandar memiliki

kelebihan tenaga sebanyak 3 orang

f. Teknisi Gizi

Tenaga Gizi adalah tenaga kesehatan berwenang untuk

menyelenggarakan pelayanan kesehatan menetapkan standar angka

kecukupan gizi, standar pelayanan gizi, dan standar tenaga gizi pada

berbagai tingkat pelayanan kesehatan.

Tabel 5.65 Persebaran tenaga Gizi Provinsi Sulawesi Barat

Tahun 2011

Sumber: Program Sumber

Daya Kesehatan Dinkes

Sulawesi Barat, 2012

Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga gizi di

Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Mamuju memiliki

tenaga gizi paling banyak yaitu 18 orang, Kabupaten Mamasa memiliki

tenaga gizi 16 orang, Kabupaten Majene memiliki tenaga gizi 12 orang,

Page 141: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 104

Kabupaten Polewali Mandar memiliki tenaga gizi 11 orang dan

Kabupaten Mamuju Utara memiliki tenaga gizi 8 orang.

Berdasarkan data Perencanaan Sumber Daya Kesehatan Tahun 2011,

kebutuhan tenaga nutrisionis dengan menggunakan standar revitalisasi

kebijakan puskesmas di Kabupaten Mamuju sebanyak 17 orang,

kebutuhan Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa masing-

masing sebanyak 5 orang dan kebutuhan Kabupaten Mamuju Utara

sebanyak 3 orang. Sedangkan Kabupaten Majene memiliki kelebihan

tenaga nutrisionis sebanyak 2 orang.

g. Tenaga keterapian Disik dan keteknisan medis

Tenaga Keteknisan Medis meliputi Radiografer, Radioterafis, Teknisi

Gigi, Teknisi Elektormedis, Analisis Kesehatan, Refraksionis Optisien,

Otorik Prostetik, Teknisi Transfusi dan Perekam Medik.

Tabel 5.66 Persebaran tenaga Gizi Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber: Program

Sumber Daya Kesehatan

Dinkes Sulawesi Barat,

2012

Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga keterapian

fisik dan keteknisian medis di RSUD Kabupaten dan Provinsi Se-

Page 142: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 105

Sulawesi Barat. RSUD Provinsi Sulawesi Barat memiliki tenaga

keteknisian medis terbanyak yaitu 22 orang, RSUD Kabupaten

Polewali Mandar memiliki ketersediaan sebanyak 20 orang, RSUD

Kabupaten Mamuju memiliki ketersediaan sebanyak 17 orang, RSUD

Kabupaten Mamuju Utara memiliki ketersediaan sebanyak 14 orang,

RSUD Kabupaten Majene sebanyak 11 orang. Sementara RSUD

Kabupaten Mamasa tidak memiliki tenaga keteknisian medis.

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Arah kebijakan pembangunan kesehatan sebagaimana dicanangkan

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-N)

mencakup upaya peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas puskesmas

sertapeningkatan kualitas tenaga medis, pemgembangan sistem

jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin.

Anggaran yang di kelola di Dinas Kesehatan Provinsi Pada tahun 2011

dibagi/dikelompokkan dalam menjadi dua sumber utama yaitu

Dekonsentrasi dan APBD. Anggaran yang dikelola di tujukan kedalam

pelaksanaan 4 kelompok besar, yaitu program/kegiatan yang bersifat

promotif, preventif, kuratif dan preventif. Program/kegiatan yang

bersifat preventif antara lain penerapan kepemerintahan yang baik,

program obat dan perbekalan kesehatan, program pencegahan dan

pemberantasan penyakit, penelitian dan pengembangan kesehatan,

Page 143: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 106

program sumber daya kesehatan, kebijakan dan manajemen

pembangunan kesehatan dan program pendidikan kedinasan.

Program/kegiatan yang bersifat promotif yaitu promosi kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat. Program/kegiatan yang bersifat kuratif

yaitu program upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat. Sedangkan program/kegiatan yang bersifat rehabilitatif

yaitu perbaikan gizi masyarakat.

Gambar 5.67 Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2007 - 2011 Sumber : Sub Bagian Program dan Pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012

Berdasarkan gambar 5.58 alokasi anggaran dinas Kesehatan provinsi

Sulawesi Barat cenderung mengalami penurunan sejak 3 tahun

terakhir. Berdasarkan Undang – Undang Kesehatan Nomor 36 tahun

2009 tentang kesehatan besar anggaran kesehatan pemerintah daerah

provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari

anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji. Alokasi anggaran

Kesehatan yang dikelola Dinas Kesehatan masih belum mencapai angka

minimal 10% dari APBD Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011.

Page 144: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 107

Gambar 5.68 Perbandingan Alokasi APBD Dinas Kesehatan dengan APBD Sulawesi Barat Tahun 2011

Sumber: Sub Bagian Program dan Pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012

Page 145: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L + P Satuan

A. GAMBARAN UMUM

1 Luas Wilayah 16,937 Km2

Tabel 1

2 Jumlah Desa/Kelurahan 604 Desa/Kel Tabel 1

3 Jumlah Penduduk 583,989 579,748 1,163,737 Jiwa Tabel 2

4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 4.6 Jiwa Tabel 1

5 Kepadatan Penduduk /Km2

68.7 Jiwa/Km2

Tabel 1

6 Rasio Beban Tanggungan 69.1 Tabel 2

7 Rasio Jenis Kelamin 100.7 Tabel 2

8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 83.1 82.8 82.6 % Tabel 4

9 Penduduk 10 tahun ke atas dengan pendidikan

tertinggi SMP+ #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 5

B. DERAJAT KESEHATAN

B.1 Angka Kematian

10 Jumlah Lahir Hidup 6,189 6,054 22,754 Bayi Tabel 6

11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 14.8 11.4 14.0 Tabel 6

12 Jumlah Bayi Mati 74 68 264 Bayi Tabel 7

13 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 12.0 11.2 11.6 per 1.000 KH Tabel 7

14 Jumlah Balita Mati 83 73 281 Balita Tabel 7

15 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 13.4 12.1 12.3 per 1.000 KH Tabel 7

16 Jumlah Kematian Ibu 42 Ibu Tabel 8

17 Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 184.6 per 100.000 KH Tabel 8

B.2 Angka Kesakitan

18 AFP Rate (non polio) < 15 th 2.31 per 100.000 pend <15thn Tabel 9

19 Angka Insidens TB Paru 139 91 114.63 per 100.000 penduduk Tabel 10

20 Angka Prevalensi TB Paru 145 96 120.73 per 100.000 penduduk Tabel 10

RESUME PROFIL KESEHATAN

ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran

Page 146: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

L P L + P Satuan

ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran

21 Angka kematian akibat TB Paru 3 3 2.84 per 100.000 penduduk Tabel 10

22 Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR) 64.50 45.01 54.79 % Tabel 11

23 Success Rate TB Paru 87.01 93.53 89.65 % Tabel 12

24 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 10.99 9.95 14.48 % Tabel 13

25 Jumlah Kasus Baru HIV 0 0 0 Kasus Tabel 14

26 Jumlah Kasus Baru AIDS 0 0 0 Kasus Tabel 14

27 Jumlah Infeksi Menular Seksual Lainnya 259 389 648 Kasus Tabel 14

28 Jumlah Kematian karena AIDS 0 0 0 Jiwa Tabel 14

29 Donor darah diskrining positif HIV 26.90 0.13 21.40 % Tabel 15

30 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 46.75 46.91 110.53 % Tabel 16

31 Jumlah Kasus Baru Kusta (Pausi Basiler) 14 7 29 Kasus Tabel 17

32 Jumlah Kasus Baru Kusta (Multi Basiler) 40 26 93 Kasus Tabel 17

33 Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 9 6 10 per 100.000 penduduk Tabel 17

34 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 20.37 24.24 16.39 % Tabel 18

35 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 7.41 6.06 8.20 % Tabel 18

36 Angka Prevalensi Kusta 1.08 0.78 1.91 per 10.000 Penduduk Tabel 19

37 Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 112.50 66.67 40.51 % Tabel 20

38 Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 89.13 92.31 42.74 % Tabel 20

39 Jumlah Kasus Difteri 0 0 22 Kasus Tabel 21

40 Case Fatality Rate Difteri 0 % Tabel 21

41 Jumlah Kasus Pertusis 4 3 7 Kasus Tabel 21

42 Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 0 0 46 Kasus Tabel 21

43 Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) 0 % Tabel 21

44 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 1 0 1 Kasus Tabel 21

45 Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum 0 % Tabel 21

46 Jumlah Kasus Campak 10 8 18 Kasus Tabel 22

47 Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 22

48 Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus Tabel 22

49 Jumlah Kasus Hepatitis B 16 13 29 Kasus Tabel 22

50 Incidence Rate DBD 26.03 29.84 27.93 per 100.000 penduduk Tabel 23

51 Case Fatality Rate DBD 4.76 0.92 3.34 % Tabel 23

Page 147: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

L P L + P Satuan

ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran

52 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) 0.00 0.00 5.89 per 1.000 penduduk Tabel 24

53 Case Fatality Rate Malaria 0.00 0.00 0.00 % Tabel 24

54 Angka Kesakitan Filariasis 1 0 4 per 100.000 penduduk Tabel 25

B.3 Status Gizi

55 Bayi baru lahir ditimbang 96 99 96 % Tabel 26

56 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 2.62 2.70 2.70 % Tabel 26

57 Balita Gizi Baik 71.07 73.08 78.70 % Tabel 27

58 Balita Gizi Kurang 6.20 6.04 6.15 % Tabel 27

59 Balita Gizi Buruk 0.19 0.23 0.37 % Tabel 27

C. UPAYA KESEHATAN

C.1 Pelayanan Kesehatan

60 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 98 % Tabel 28

61 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 78.06 % Tabel 28

62 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 79.32 % Tabel 28

63 Pelayanan Ibu Nifas 81.13 % Tabel 28

64 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 71.11 % Tabel 29

65 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 74.47 % Tabel 30

66 Bumil Risti/Komplikasi ditangani 62.50 % Tabel 31

67 Neonatal Risti/Komplikasi ditangani 31.65 36.12 41.93 % Tabel 31

68 Bayi Mendapat Vitamin A 38.99 41.45 50.99 % Tabel 32

69 Anak Balita Mendapat Vitamin A 59.97 60.85 73.78 % Tabel 32

70 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 81.77 % Tabel 32

71 Peserta KB Baru 13.26 % Tabel 35

72 Peserta KB Aktif 42.90 % Tabel 35

73 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 91.58 96.66 93.75 % Tabel 36

74 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 0.82 88.24 83.71 % Tabel 36

75 Kunjungan Bayi (minimal 4 kali) 52.06 59.17 83.19 % Tabel 37

76 Desa/Kelurahan UCI 65.07 % Tabel 38

77 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 92.43 % Tabel 39

Page 148: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

L P L + P Satuan

ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran

78 Drop-Out Imunisasi DPT1-Campak 2.70 % Tabel 39

79 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 29.04 30.51 38.61 % Tabel 41

80 Pemberian MP-ASI pada anak 6-23 bulan dari Gakin #DIV/0! #DIV/0! 67.55 % Tabel 42

81 Cakupan Pelayanan Anak Balita (minimal 8 kali) 51.41 61.67 77.07 % Tabel 43

82 Balita ditimbang 29.87 34.19 68.52 % Tabel 44

83 Balita berat badan naik 62 180 66 % Tabel 44

84 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 2 2 4 % Tabel 44

85 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100.00 100.00 85.62 % Tabel 45

86 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan

Setingkat

72.21 74.57 50.91 % Tabel 46

87 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan

Setingkat

51.77 51.65 50.46 % Tabel 47

88 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 33.51 29.11 57.32 % Tabel 48

89 Sarkes dgn kemampuan yan. gadar level 1 42.31 % Tabel 49

90 Desa/Kel. terkena KLB ditangani < 24 jam 85.19 % Tabel 51

91 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 0.06 0.06 0.21 Tabel 52

92 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 13.19 sekolah Tabel 49

93 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 66.86 sekolah Tabel 49

94 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 21.94 20.95 32.53 % Tabel 53

95 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 42.03 44.63 49.50 % Tabel 53

96 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan

mulut 42.03 44.63 49.50 % Tabel 53

C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

97 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kes. Pra Bayar 11.71 14.06 34.73 % Tabel 55

98 Penduduk Miskin (dan hampir miskin) dicakup

Askeskin/Jamkesmas 90.00 101.49 67.09 % Tabel 56

99 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat

Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 1

45.58 47.84 71.55 %

Tabel 56

100 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat

Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 2&3

0.28 0.43 0.80 %

Tabel 56

Page 149: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

L P L + P Satuan

ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran

101 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat

Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 1

1.25 1.57 0.55 %

Tabel 57

102 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat

Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 2&3

0.09 0.21 0.15 %

Tabel 57

103 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 13.94 16.31 76.92 % Tabel 58

104 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 0.14 0.16 1.75 % Tabel 58

105 Gross Death Rate (GDR) di RS 8.44 2.56 4.61 per 100.000 pasien keluar Tabel 59

106 Nett Death Rate (NDR) di RS 1.94 1.13 1.57 per 100.000 pasien keluar Tabel 59

107 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 53.30 % Tabel 60

108 Length of Stay (LOS) di RS 6.32 Hari Tabel 60

109 Turn of Interval (TOI) di RS 5.54 Hari Tabel 60

C.3 Perilaku Hidup Masyarakat

110 Rumah Tangga ber-PHBS #REF! % Tabel 61

C.4 Keadaan Lingkungan

111 Rumah Sehat 44.49 % Tabel 62

112 Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes 55.52 % Tabel 63

113 Keluarga dengan sumber air minum terlindung 38.17 % Tabel 65

114 Keluarga memiliki Jamban Sehat 77.93 % Tabel 66

115 Keluarga memiliki Tempat Sampah Sehat 48.38 % Tabel 66

116 Keluarga memiliki Pengelolaan Air Limbah Sehat 45.47 % Tabel 66

117 TUPM Sehat 52.74 % Tabel 67

118 Institusi dibina kesehatan lingkungannya 58.50 % Tabel 68

D. SUMBERDAYA KESEHATAN

D.1 Sarana Kesehatan

119 Jumlah Rumah Sakit Umum 7.00 Tabel 70

120 Jumlah Rumah Sakit Khusus 1.00 Tabel 70

121 Jumlah Puskesmas Perawatan 38.00 Tabel 70

122 Jumlah Puskesmas non-Perawatan 48.00 Tabel 70

Page 150: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

L P L + P Satuan

ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran

123 Jumlah Apotek 37.00 Tabel 70

124 Sarkes yang memiliki laboratorium kesehatan 61.70 % Tabel 71

125 Sarkes yang memiliki 4 spesialis dasar 42.86 % Tabel 71

126 Jumlah Posyandu 1,624.00 Posyandu Tabel 72

127 Posyandu Aktif 35.04 % Tabel 72

128 Rasio posyandu per 100 balita 1.17 per 100 balita Tabel 72

129 Jumlah Desa Siaga 271.00 Desa Tabel 73

130 Desa Siaga Aktif 47.97 % Tabel 73

131 Jumlah Poskesdes 334.00 Poskesdes Tabel 73

D.2 Tenaga Kesehatan

132 Jumlah Dokter Spesialis 7.00 5.00 23.00 Orang Tabel 74

133 Rasio Dokter Spesialis 1.20 0.86 1.98 per 100.000 penduduk Tabel 74

134 Jumlah Dokter Umum 45.00 74.00 163.00 Orang Tabel 74

135 Rasio Dokter Umum 7.71 12.76 13.83 per 100.000 penduduk Tabel 74

136 Jumlah Dokter Gigi 6.00 34.00 61.00 Orang Tabel 74

137 Jumlah Bidan 185.00 612.00 797.00 Orang Tabel 75

138 Rasio Bidan per 100.000 penduduk 68.31 Tabel 75

139 Jumlah Perawat 267.00 693.00 1,306.00 Orang Tabel 75

140 Jumlah Perawat Gigi 7.00 16.00 23.00 Orang Tabel 75

141 Jumlah Tenaga Kefarmasian 16.00 102.00 123.00 Orang Tabel 76

142 Jumlah Tenaga Gizi 9.00 52.00 60.00 Orang Tabel 76

143 Jumlah Tenaga Kesmas 35.00 84.00 213.00 Orang Tabel 77

144 Jumlah Tenaga Sanitasi 30.00 27.00 75.00 Orang Tabel 77

145 Jumlah Tenaga Teknisi Medis 12.00 23.00 79.00 Orang Tabel 78

146 Jumlah Fisioterapis 7.00 16.00 25.00 Orang Tabel 78

D.3 Pembiayaan Kesehatan

147 Total Anggaran Kesehatan ########## Rp Tabel 79

148 APBD Kesehatan thd APBD Kab/Kota 7.83 % Tabel 79

149 Anggaran Kesehatan Perkapita 175,845.24 Rp Tabel 79

Page 151: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 1

LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,

DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

LUAS JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN

WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK

(km2) TANGGA TANGGA per km

2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Majene 947.84 26 14 40 151,107 31,261 4.83 159

2 Polewali Mandar 2,022.30 146 21 167 401,272 84,557 4.75 198

3 Mamasa 2,909.21 167 12 179 140,082 32,268 4.34 48

4 Mamuju 8,014.06 145 10 155 336,973 75,746 4.45 42

5 Mamuju Utara 3,043.75 59 4 63 134,303 31,680 4.24 44

JUMLAH (KAB/KOTA) 16,937.2 543 61 604 1,163,737 255,512 4.55 69

Sumber:Profil Dinas Kesehatan Kabupaten tahun 2011

7.39

JUMLAH

PENDUDUK

JUMLAH

NO KABUPATENDESA KELURAHAN DESA+KEL.

Page 152: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 2

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR,

RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN, DAN KECAMATAN

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN

0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 JUMLAH 0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 Majene 151,107 9,533 18,992 32,691 9,318 3,139 73,673 9,118 18,178 35,283 10,726 4,129 77,434 71.68 95.14

2 Polewali Mandar 401,272 22,643 52,101 84,848 27,248 8,780 195,620 21,541 49,444 92,001 30,636 12,030 205,652 70.95 95.12

3 Mamasa 140,082 8,013 19,391 31,430 9,193 3,062 71,089 7,471 18,205 30,578 9,379 3,360 68,993 73.84 103.04

4 Mamuju 336,973 21,869 42,094 82,384 21,896 5,170 173,413 20,294 39,347 80,236 19,023 4660 163,560 65.56 106.02

5 Mamuju Utara 134,303 9,195 16,464 34,666 8,215 1,654 70,194 8,891 15,472 32,297 6,188 1,261 64,109 65.06 109.49

JUMLAH (KAB/KOTA) 1,163,737 71,253 149,042 266,019 75,870 21,805 583,989 67,315 140,646 270,395 75,952 25,440 579,748 69.09 100.73

Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota

- Profil Kesehatan Kabupaten tahun 2011

Catatan : Jumlah kolom 3 = jumlah kolom 9 + jumlah kolom 15, yaitu sebesar: 1,163,737

RASIO

BEBAN

TANG

GUNGAN

RASIO

JENIS

KELAMIN

NO KECAMATANJUMLAH

PENDUDUK

Page 153: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 3

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR

PROVINSI

TAHUN

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN

1 2 3 4 5

1 0 - 4 71,253 9,118 80,371

2 5 - 9 0

3 10 - 14 0

4 15 - 19 0

5 20 - 24 0

6 25 - 29 0

7 30 - 34 0

8 35 - 39 0

9 40 - 44 0

10 45 - 49 0

11 50 - 54 0

12 55 - 59 0

13 60 - 64 0

14 65 - 69 0

15 70 - 74 0

16 75+ 0

Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota

- Sumber lain…... (sebutkan)

SULAWESI BARAT

2011

80,371JUMLAH 71,253 9,118

NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)

Page 154: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAHMELEK

HURUF% JUMLAH

MELEK

HURUF% JUMLAH

MELEK

HURUF%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Majene 53,986 44,569 82.56 58,712 48,776 83.08 112,698 93,345 82.83

2 Polewali Mandar #DIV/0! #DIV/0! 0 0 #DIV/0!

3 Mamasa #DIV/0! #DIV/0! 0 0 #DIV/0!

4 Mamuju #DIV/0! #DIV/0! 0 0 #DIV/0!

5 Mamuju Utara #DIV/0! #DIV/0! 0 0 #DIV/0!53,986 44,569 82.56 58,712 48,776 83.08 112,698 93,345 82.83

Sumber: …………… (sebutkan)

LAKI-LAKI PEREMPUANNO

JUMLAH (KAB/KOTA)

TABEL 4

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN

KECAMATAN

JUMLAH PENDUDUK USIA 10 KE ATAS

LAKI-LAKI + PEREMPUAN

Page 155: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 5

PERSENTASE PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERUSIA 10 TAHUN KE ATAS

MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DAN KECAMATAN

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN

TIDAK/

BELUM

PERNAH

SEKOLAH

TIDAK/

BELUM

TAMAT

SD/MI

SD/MISMP/

MTs

SMA/

SMK/

MA

AK/

DIPLO

MA

UNIVER

SITASJUMLAH

TIDAK/

BELUM

PERNAH

SEKOLAH

TIDAK/

BELUM

TAMAT

SD/MI

SD/MISMP/

MTs

SMA/

SMK/

MA

AK/

DIPLO

MA

UNIVER

SITASJUMLAH

TIDAK/

BELUM

PERNAH

SEKOLAH

TIDAK/

BELUM

TAMAT

SD/MI

SD/MISMP/

MTs

SMA/

SMK/

MA

AK/

DIPLO

MA

UNIVER

SITASJUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1 Majene - - 0 0 0 0 0 0 0 -

2 Polewali Mandar - - 0 0 0 0 0 0 0 -

3 Mamasa - - 0 0 0 0 0 0 0 -

4 Mamuju - - 0 0 0 0 0 0 0 -

5 Mamuju Utara - - 0 0 0 0 0 0 0 -

JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

Sumber : ………sebutkan

NO KABUPATEN

Page 156: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 6

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 1,696 47 1,743 1,605 34 1,639 3,301 81 3,382

2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 8,062 118 8,180

3 MAMASA 16 1,257 1 1,258 1,084 2 1,086 2,341 3 2,344

4 MAMUJU 29 3,236 45 3,281 3,365 34 3,399 6,601 79 6,680

5 MAMUJU UTARA 11 0 0 2,449 42 2,491

JUMLAH (KAB/KOTA) 86 6,189 93 6,282 6,054 70 6,124 22,754 323 23,077

ANGKA LAHIR MATI (DILAPORKAN) 14.8 11.4 14.0

Sumber: ………. (sebutkan)

Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS

MATIHIDUP +

MATI

LAKI-LAKI LAKI-LAKI + PEREMPUAN

HIDUP MATIHIDUP +

MATI

JUMLAH KELAHIRAN

NO KABUPATEN PUSKESMAS

HIDUP

PEREMPUAN

HIDUP MATIHIDUP +

MATI

Page 157: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 7

JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 28 6 34 13 3 16 41 9 50

2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 75 1 76

3 MAMASA 16 7 - 7 7 0 7 14 0 14

4 MAMUJU 29 39 3 42 48 2 50 87 5 92

5 MAMUJU UTARA 11 0 0 47 2 49

JUMLAH (KAB/KOTA) 86 74 9 83 68 5 73 264 17 281

12.0 1.5 13.4 11.2 0.8 12.1 11.6 0.7 12.3

Sumber: ………. (sebutkan)

Keterangan : Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi

PUSKESMAS

JUMLAH KEMATIAN

PEREMPUAN

BALITA ANAK

BALITABAYI

ANAK

BALITA

ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN)

BAYI BALITA

LAKI - LAKI + PEREMPUAN

BAYI ANAK

BALITABALITA

LAKI - LAKINO KECAMATAN

Page 158: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 8

JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAH KEMATIAN IBU

< 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn JUMLAH < 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn JUMLAH < 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn JUMLAH < 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 MAJENE 10 3,301 0 0 0 0 1 2 2 5 0 0 1 1 1 2 3 6

2 POLEWALI MANDAR 20 8,062 3 1 4 0 7 1 8 0 1 0 1 0 11 2 13

3 MAMASA 16 2,341 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5

4 MAMUJU 29 6,601 1 2 2 5 0 3 0 3 2 2 1 5 3 7 3 13

5 MAMUJU UTARA 11 2,449 0 0 1 1 0 1 2 3 0 0 1 1 0 1 4 5

22,754 1 5 4 10 1 13 5 19 2 3 3 8 4 21 12 42

ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 185

Sumber: ………. (sebutkan)

Keterangan:

- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas

- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi

KEMATIAN IBU BERSALIN KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU

JUMLAH (KAB/KOTA)

NO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH LAHIR

HIDUPKEMATIAN IBU HAMIL

Page 159: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 9

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

NO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH PENDUDUK

<15 TAHUN

JUMLAH KASUS AFP

(NON POLIO)

1 2 3 4 5

1 MAJENE 10 55,821 4

2 POLEWALI MANDAR 20 145,729 2

3 MAMASA 16 53,080 0

4 MAMUJU 29 42,094 0

5 MAMUJU UTARA 11 50,022 2

JUMLAH (KAB/KOTA) 346,746 8

AFP RATE (NON POLIO) 2.31

Sumber: …………….. (sebutkan)

Keterangan:

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di di RS

Catatan : Jumlah kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 3, yaitu sebesar:

JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) DAN AFP RATE (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Page 160: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 10

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 MAJENE 10 73,673 77,434 151,107 206 143 349 4 2 6 210 145 355 285 187 235 3 4 7

2 POLEWALI MANDAR 20 195,620 205,652 401,272 318 210 528 6 4 10 324 214 538 166 104 134 9 5 14

3 MAMASA 16 71,089 68993 140,082 26 25 51 0 0 0 26 25 51 37 36 36 0 0 0

4 MAMUJU 29 173,413 163,560 336,973 204 116 320 25 26 51 229 142 371 132 87 110 4 5 9

5 MAMUJU UTARA 11 70,194 64,109 134,303 55 31 86 3 1 4 58 32 90 83 50 67 2 1 3

JUMLAH (KAB/KOTA) 583,989 579,748 1,163,737 809 525 1,334 38 33 71 847 558 1,405 145 96 121 18 15 33

ANGKA INSIDENS PER 100.000 PENDUDUK 138.5 90.6 114.6 KEMATIAN PER 100.000 PENDUDUK 3.1 2.6 2.8

Sumber: …………….. (sebutkan)

Keterangan:

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

KECAMATAN PUSKESMAS KASUS BARU KASUS LAMA KASUS BARU +

KASUS LAMA

JUMLAH KASUS BARU TB PARU DAN KEMATIAN AKIBAT TB PARU MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

JUMLAH KASUS TB PARUPREVALENSI

(PER 100.000 PENDUDUK)

JUMLAH KEMATIAN

AKIBAT TB PARUNOJUMLAH PENDUDUK

Page 161: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 11

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 MAJENE 10 155 163 317 1,900 1,925 3,825 206 143 349 133 88 110

2 POLEWALI MANDAR 20 411 432 843 6,386 318 210 528 77 49 63

3 MAMASA 16 149 145 294 728 26 24 50 17 17 17

4 MAMUJU 29 364 343 708 135 90 225 186 140 326 51 41 46

5 MAMUJU UTARA 11 147 135 282 11 8 19 55 31 86 37 23 30

JUMLAH (KAB/KOTA) 1,226 1,217 2,444 2,046 2,023 11,183 791 548 1,339 64 45 55

Sumber: …………….. (sebutkan)

Keterangan:

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

TB PARU

ANGKA PENEMUAN KASUS

(CDR)BTA (+)NO KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAH PERKIRAAN

KASUS BARU KLINIS

Page 162: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 12

JUMLAH KASUS DAN KESEMBUHAN TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2010

L P L + P

JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 MAJENE 10 158 111 269 138 87.34 104 93.69 242 89.96 1 0.63 0 0.00 1 0.37 87.97 93.69 90.33

2 POLEWALI MANDAR 20 268 197 465 235 87.69 180 91.37 415 89.25 3 1.12 0 0.00 3 0.65 88.81 91.37 89.89

3 MAMASA 16 26 24 50 21 80.77 24 100.00 45 90.00 9 34.62 10 41.67 19 38.00 115.38 141.67 128.00

4 MAMUJU 29 132 70 202 128 96.97 70 100.00 198 98.02 6 4.55 3 4.29 9 4.46 101.52 104.29 102.48

5 MAMUJU UTARA 11 55 31 86 10 18.18 10 32.26 20 23.26 5 9.09 4 12.90 9 10.47 27.27 45.16 33.72

JUMLAH (KAB/KOTA) 86 639 433 1,072 532 83.26 388 89.61 920 85.82 24 3.76 17 3.93 41 3.82 87.01 93.53 89.65

Sumber: …………….. (sebutkan)

Keterangan:

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

L L + P

PENGOBATAN LENGKAP

L PNO KECAMATAN PUSKESMAS

TB PARU

BTA (+) DIOBATI ANGKA KESUKSESAN

(SUCCESS RATE/SR)P L + P

KESEMBUHAN

Page 163: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 13

PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 MAJENE 10 7,367 7,743 15,110 737 774 1,511 263 35.7 223 28.8 486 32.2

2 POLEWALI MANDAR 20 22,643 21,541 44,184 2,264 2,154 4,418 0 0.0 0 0.0 181 4.1

3 MAMASA 16 6,760 6,579 13,339 676 658 1,334 10 1.5 16 2.4 26 1.9

4 MAMUJU 29 17,177 16,133 33,310 1,718 1,613 3,331 397 23.1 342 21.2 739 22.2

5 MAMUJU UTARA 11 7,020 6,411 13,431 702 641 1,343 0 0.0 0 0.0 297 22.1

JUMLAH (KAB/KOTA) 60,967 58,407 119,374 6,097 5,841 11,937 670 11.0 581 9.9 1,729 14.5

Sumber: …………….. (sebutkan)

Keterangan:

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN

PENDERITANO KECAMATAN PUSKESMAS

PNEUMONIA PADA BALITA

PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI

L P L + P

Page 164: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 14

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 MAJENE 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 0 0 0 0 16 0 16 0 0 0

3 MAMASA 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 MAMUJU 29 0 0 0 0 0 0 241 389 630 0 0 0

5 MAMUJU UTARA 11 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0 259 389 648 0 0 0

Sumber: …………….. (sebutkan)

Ket: Jumlah kasus baru adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

JUMLAH KEMATIAN AKIBAT

AIDS

JUMLAH KASUS BARU HIV, AIDS, DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL LAINNYA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

KECAMATAN PUSKESMASINFEKSI MENULAR SEKSUAL

LAINNYAA I D S

JUMLAH KASUS BARU

NO H I V

Page 165: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 15

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 RSUD MAJENE 668 117 785 668 100.00 117 100.00 785 100.00 785 117.51 0 0.00 785 100.00

2 RSUD POLEWALI MANDAR 1,516 465 1,981 1,516 100.00 465 100.00 1,981 100.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

3 RSUD KAB MAMUJU 742 175 917 742 100.00 175 100.00 917 100.00 2 0.27 1 0.57 3 0.33

0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!

0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!

JUMLAH 2,926 757 3,683 2,926 100.00 757 100.00 3,683 100.00 787 26.90 1 0 788 21.40

Sumber: …………….. (sebutkan)

PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN

NO UNIT TRANSFUSI DARAH

DONOR DARAH

SAMPEL DARAH DIPERIKSA

L P

POSITIF HIV

L + P L P L + PJUMLAH PENDONOR

Page 166: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 16

KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 MAJENE 10 73,673 77,434 151,107 3,028 3,183 6,210 0 0 11,358 183

2 POLEWALI MANDAR 20 195,620 205,652 401,272 8,040 8,452 16,492 0 0 13,507 82

3 MAMASA 16 71,089 68,993 140,082 3,007 2,918 5,925 1,974 66 2,154 74 4,128 70

4 MAMUJU 29 173,413 163,560 336,973 7,127 6,722 13,850 9,327 131 9,098 135 18,425 133

5 MAMUJU UTARA 11 70,194 64,109 134,303 2,969 2,712 5,681 0 0 0 5,811 102

JUMLAH (KAB/KOTA) 583,989 579,748 1,163,737 24,171 23,987 48,158 11,301 46.8 11,252 46.9 53,229 110.5

Sumber: …………….. (sebutkan)

Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

P L + PLNO KABUPATEN PUSKESMASJUMLAH PENDUDUK

DIARE

JUMLAH PERKIRAAAN KASUSDIARE DITANGANI

Page 167: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 17

JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 MAJENE 10 2 3 5 6 2 8 8 5 13 5 2 7 15 12 27 20 14 34 28 19 47

2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 0 0 0 8 0 0 8 0 0 1 26 0 0 27 0 0 35

3 MAMASA 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 1 2 1 1 2

4 MAMUJU 29 0 0 0 2 0 2 2 0 2 1 1 2 10 1 11 11 2 13 13 2 15

5 MAMUJU UTARA 11 1 0 1 3 2 5 4 2 6 2 2 4 6 7 13 8 9 17 12 11 23

JUMLAH (KAB/KOTA) 3 3 6 11 4 23 14 7 29 8 5 14 32 21 79 40 26 93 54 33 122

ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK 9.25 5.69 10.48

Sumber: …………….. (sebutkan)

NO KECAMATAN PUSKESMASPausi Basiler (PB)/ Kusta kering

0-14 TAHUN ≥ 15 TAHUN

KASUS BARU

PB + MBMulti Basiler (MB)/ Kusta Basah

JUMLAH 0-14 TAHUN ≥ 15 TAHUN JUMLAH

Page 168: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 18

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 MAJENE 10 28 19 47 7 25.00 5 26.32 12 25.53 0.00 0.00 - 0.00

2 POLEWALI MANDAR 20 - - 35 - #DIV/0! - #DIV/0! 1 2.86 #DIV/0! #DIV/0! 4 11.43

3 MAMASA 16 1 1 2 - 0.00 - 0.00 - 0.00 0.00 0.00 - 0.00

4 MAMUJU 29 13 2 15 1 7.69 1 50.00 2 13.33 2 15.38 2 100.00 4 26.67

5 MAMUJU UTARA 11 12 11 23 3 25.00 2 18.18 5 21.74 2 16.67 0 0.00 2 8.70

JUMLAH (KAB/KOTA) 54 33 122 11 20.37 8 24.24 20 16.39 4 7.41 2 6.06 10 8.20

Sumber: …………….. (sebutkan)

LNO KECAMATAN PUSKESMAS

KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PENDERITA KUSTAPENDERITA KUSTA 0-14 TAHUN

L P L+P P L+P

CACAT TINGKAT 2

KASUS BARU

Page 169: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 19

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P L P L+P L P L+P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 8 5 13 21 14 35 29 19 48

2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 26 0 0 88 0 0 114

3 MAMASA 16 0 0 0 1 1 2 1 1 2

4 MAMUJU 29 4 0 4 15 13 28 19 13 32

5 MAMUJU UTARA 11 3 3 6 11 9 20 14 12 26

JUMLAH (KAB/KOTA) 15 8 49 48 37 173 63 45 222

ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 1.1 0.8 1.9

Sumber: …………….. (sebutkan)

NO KECAMATAN PUSKESMAS

KASUS TERCATAT

PB MB JUMLAH

Page 170: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 20

PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

KUSTA (PB) KUSTA (MB)

2010 2009

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 MAJENE 10 13 2 15 13 100 2 100 15 100 31 19 50 30 97 18 95 48 96

2 POLEWALI MANDAR 20 57 #DIV/0! #DIV/0! 10 18 279 #DIV/0! #DIV/0! 85 30

3 MAMASA 16 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 1 0 1 0 #DIV/0! 0 0

4 MAMUJU 29 0 2 2 2 #DIV/0! 0 2 100 8 4 12 8 100 4 100 12 100

5 MAMUJU UTARA 11 3 2 5 3 100 2 100 5 100 6 3 9 3 50 2 67 5 56

JUMLAH (KAB/KOTA) 16 6 79 18 112.5 4 66.7 32 40.5 46 26 351 41 89 24 92 150 43

Sumber: …………….. (sebutkan)

L + P

RFT MB

L PL P

PENDERITA PB PENDERITA MBNO KECAMATAN PUSKESMAS

RFT PB

L + P

Page 171: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 21

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAH KASUS PD3I

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 MAJENE 10 0 0 0 0 4 3 7 0 0 0 0 0 0 0 0

2 POLEWALI MANDAR 20 20 0 0 0 0 46 0 0 0 0 0

3 MAMASA 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0

4 MAMUJU 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 MAMUJU UTARA 11 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 22 0 4 3 7 0 0 46 0 1 0 1 0

CASE FATALITY RATE (%) 0 0 0

Sumber: …………….. (sebutkan)

JUMLAH KASUS MENING-

GAL

TETANUS (NON NEONATORUM) TETANUS NEONATORUM

JUMLAH KASUS MENING-

GAL

PERTUSISNO KECAMATAN PUSKESMASDIFTERI

JUMLAH KASUS MENING-

GAL

Page 172: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 22

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 MAJENE 10 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0

2 POLEWALI MANDAR 20 4 4 8 0 0 0 0 7 8 15

3 MAMASA 16 1 1 2 0 0 0 0 0 0 0

4 MAMUJU 29 0 0 0

5 MAMUJU UTARA 11 4 3 7 0 0 0 9 5 14

JUMLAH (KAB/KOTA) 10 8 18 0 0 0 0 16 13 29

CASE FATALITY RATE (%) 0.0

Sumber: …………….. (sebutkan)

JUMLAH KASUS PD3I

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

CAMPAK

JUMLAH KASUSMENINGGAL

POLIO HEPATITIS BNO KECAMATAN PUSKESMAS

Page 173: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 23

JUMLAH KASUS DBD MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P L P L+P L P L+P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 1 0 1 0 0 0 0.0 0.0 0.0

2 POLEWALI MANDAR 20 3 3 6 0 0 0 0.0 0.0 0.0

3 MAMASA 16 0 0 0 0 0 0 0.0 0.0 0.0

4 MAMUJU 29 64 109 173 0 1 1 0.0 0.9 0.6

5 MAMUJU UTARA 11 84 61 145 4 0 4 4.8 0.0 2.8

JUMLAH (KAB/KOTA) 152 173 325 4 1 5 4.8 0.9 3.3

INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK 26.0 29.8 27.9

Sumber: …………….. (sebutkan)

Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

NO KECAMATAN MENINGGAL CFR (%)JUMLAH KASUSPUSKESMAS

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Page 174: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 24

PROVINSI

TAHUN

MALARIA

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 MAJENE 10 1,164 74 6.4 0 0 0 51 23 74 0 0 0 0.0 0.0 0.0

2 POLEWALI MANDAR 20 1,548 138 8.9 0 0 81 0 0 1,548 0 0 0 0.0 0.0 0.0

3 MAMASA 16 #DIV/0! 196 2,981 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! 0.0

4 MAMUJU 29 #DIV/0! 1,656 1,088 2,744 808 565 1,373 0 0 0 0.0 0.0 0.0

5 MAMUJU UTARA 11 4,612 883 19.1 0 0 548 523 360 883 0 0 0 0.0 0.0 0.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 7,324 1,095 15.0 1,656 1,088 3,569 1,382 948 6,859 0 0 0 0.0 0.0 0.0

ANGKA KESAKITAN (API) PER 1.000 PENDUDUK 5.9

Sumber: …………….. (sebutkan)

KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PENDERITA

DENGAN PEMERIKSAAN

SEDIAAN DARAH POSITIF

TANPA PEMERIKSAAN

SEDIAAN DARAH

NO KECAMATAN PUSKESMAS CFRMENINGGAL

DIPERIKSA POSITIF % POSITIF

SEDIAAN DARAH

Page 175: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 25

PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 MAJENE 10 0 0 0 0 0 0

2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 0 33

3 MAMASA 16 0 0 0 0 0 0

4 MAMUJU 29 0 0 0 0 0 0

5 MAMUJU UTARA 11 8 2 10 8 2 10

JUMLAH (KAB/KOTA) 8 2 10 8 2 43

ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA) 1 0 4

Sumber: …………….. (sebutkan)

Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

JUMLAH SELURUH KASUSKASUS BARU DITEMUKANNO KECAMATAN PUSKESMAS

PENDERITA FILARIASIS

Page 176: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 26

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 MAJENE 10 1,696 1,605 3,301 1,696 100.0 1,605 100.0 3,301 100.0 84 5.0 77 4.8 161 4.9

2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 8,062 #DIV/0! #DIV/0! 7,412 91.9 #DIV/0! #DIV/0! 225 3.0

3 MAMASA 16 1,257 1,084 2,341 1,213 96.5 1,120 103.3 2,333 99.7 6 0.5 4 0.4 10 0.4

4 MAMUJU 29 3,236 3,365 6,601 3,051 94.3 3,286 97.7 6,337 96.0 66 2.2 81 2.5 147 2.3

5 MAMUJU UTARA 11 0 0 2,449 #DIV/0! #DIV/0! 2,449 100.0 #DIV/0! #DIV/0! 47 1.9

JUMLAH (KAB/KOTA) 6,189 6,054 22,754 5,960 96.3 6,011 99.3 21,832 95.9 156 2.6 162 2.7 590 2.7

Sumber: ………. (sebutkan)

L

BAYI BARU LAHIR DITIMBANG

PNO KECAMATAN PUSKESMAS

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

P LL + P L + P

BBLRJUMLAH LAHIR HIDUP

Page 177: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 27

STATUS GIZI BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1 MAJENE 10 6,392 7,030 13,422 23 0.36 30 0.43 53 0.39 5,789 90.57 6,354 90.38 12,143 90.47 562 8.79 628 8.93 1,190 8.87 18 0.28

2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 27,134 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 769 2.83 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 24,519 90.36 #DIV/0! #DIV/0! 915 3.37 #DIV/0!

3 MAMASA 16 5,274 5,164 10,438 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 5 0.09

4 MAMUJU 29 11,820 12,940 24,760 0 0.00 0 0.00 0 0.00 10,903 92.24 12,014 92.84 22,917 92.56 895 7.57 889 6.87 1,784 7.21 22 0.19

5 MAMUJU UTARA 11 0 0 6,047 #DIV/0! #DIV/0! 72 1.19 #DIV/0! #DIV/0! 4,802 79.41 #DIV/0! #DIV/0! 1,140 18.85 #DIV/0!

JUMLAH (KAB/KOTA) 23,486 25,134 81,801 23 0.10 30 0.12 894 1.09 16,692 71.07 18,368 73.08 64,381 78.70 1,457 6.20 1,517 6.04 5,029 6.15 45 0.19

Sumber: ………. (sebutkan)

GIZI BAIK

L+PP L

GIZI LEBIH

LNO KECAMATAN PUSKESMAS BALITA DITIMBANG

BALITA

GIZI BURUK

L+P

GIZI KURANG

LL P PL+P

Page 178: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

STATUS GIZI BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

JUMLAH % JUMLAH %

27 28 29 30

18 0.26 36 0.27

#DIV/0! 163 0.60

3 0.06 8 0.08

37 0.29 59 0.24

#DIV/0! 33 0.55

58 0.23 299 0.37

BALITA

GIZI BURUK

L+PP

Page 179: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 28

MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

SULAWESI BARAT

2011

JUMLAH K1 % K4 % JUMLAHDITOLONG

NAKES% JUMLAH

MENDAPAT

YANKES%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 MAJENE 10 3653 4051 110.9 3104 85.0 3490 2986 85.6 3490 3,365 96.4

2 POLEWALI MANDAR 20 9,711 9,083 93.5 7,402 76.2 9,269 7,775 83.9 9,269 7,118 76.8

3 MAMASA 16 3388 3006 88.7 2370 70.0 3388 2341 69.1 3235 2,326 71.9

4 MAMUJU 29 8153 8149 100.0 6613 81.1 7782 6222 80.0 7782 6,450 82.9

5 MAMUJU UTARA 11 3249 3249 100.0 2488 76.6 2982 2023 67.8 2982 2,449 82.1

JUMLAH (KAB/KOTA) 28,154 27,538 97.8 21,977 78.1 26,911 21,347 79.3 26,758 21,708 81.1

Sumber: ………. (sebutkan)

IBU NIFAS

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS

PROVINSI

TAHUN

IBU BERSALIN

PUSKESMASNO KABUPATEN

IBU HAMIL

Page 180: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 29

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+

JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 MAJENE 10 3,653 3,650 99.9 2,796 76.5 309 8.5 127 3.5 186 5.1 3,418 93.6

2 POLEWALI MANDAR 20 9,711 6,092 62.7 4,770 49.1 622 6.4 276 2.8 40 0.4 5,708 58.8

3 MAMASA 16 3,388 2,152 63.5 1,736 51.2 83 2.4 38 1.1 30 0.9 1,887 55.7

4 MAMUJU 29 8,153 5,390 66.1 4,364 53.5 1,235 15.1 502 6.2 664 8.1 6,765 83.0

5 MAMUJU UTARA 11 3,249 3,249 100.0 2,197 67.6 0 - - 46 1.4 2,243 69.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 28,154 20,533 72.9 15,863 56.3 2,249 8.0 943 3.3 966 3.4 20,021 71.1

Sumber: …………….. (sebutkan)

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMILJUMLAH IBU

HAMILNO KECAMATAN PUSKESMAS

Page 181: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 30

JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3

MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

FE1 (30 TABLET) FE3 (90 TABLET)

JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8

1 MAJENE 10 3653 4,051 110.90 3,104 84.97

2 POLEWALI MANDAR 20 9711 9,083 93.53 6,761 69.62

3 MAMASA 16 3388 2,326 68.65 2,166 63.93

4 MAMUJU 29 8153 7,513 92.15 6,475 79.42

5 MAMUJU UTARA 11 3249 3,249 100.00 2,459 75.68

JUMLAH (KAB/KOTA) 28154 26,222 93.14 20,965 74.47

Sumber: ……………… (sebutkan)

KECAMATANJUMLAH

IBU HAMILNO PUSKESMAS

Page 182: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 31

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

S % L P L + P L P L + P S % S % S %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 MAJENE 10 3,653 731 468 64.1 1,696 1,605 3,301 255 241 496 126 49.4 98 40.7 224 45.2

2 POLEWALI MANDAR 20 9,711 1,942 1730 89.1 - - 8,062 - - 1,209 #DIV/0! #DIV/0! 700 57.9

3 MAMASA 16 3,388 677 321 47.4 1,257 1,084 2,341 189 163 351 34 18.0 56 34.4 90 25.6

4 MAMUJU 29 8,153 1,631 573 35.1 3,236 3,365 6,601 485 505 990 134 27.6 174 34.5 308 31.1

5 MAMUJU UTARA 11 3,249 650 427 65.7 - - 2,449 - - 367 #DIV/0! #DIV/0! 109 29.7

JUMLAH (KAB/KOTA) 28,154 5,631 3519 62.5 6,189 6,054 22,754 929 908 3,413 294 31.6 328 36.1 1,431 41.9

Sumber: ……………… (sebutkan)

L + PL P

BUMIL

KOMPLIKASI

KEBIDANAN

DITANGANI

JUMLAH DAN PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATUS RISIKO TINGGI/KOMPLIKASI DITANGANI

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

NO PUSKESMASKECAMATANJUMLAH

IBU HAMIL

JUMLAH LAHIR HIDUP

BUMIL

DENGAN

KOMPLIKASI

KEBIDANAN

PERKIRAAN NEONATUS

KOMPLIKASI

NEONATUS KOMPLIKASI DITANGANI

Page 183: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 32

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

BAYI ANAK BALITA (1-4 TAHUN) IBU NIFAS

L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S % S %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 MAJENE 10 1,588 1,733 3,321 1,124 70.8 1,250 72.1 2,374 71.5 5,461 6,056 11,517 4,606 84.344 5,134 84.775 9,740 84.571 3,365 3,365 100

2 POLEWALI MANDAR 20 8,717 #DIV/0! #DIV/0! 4,652 53.4 35,467 #DIV/0! #DIV/0! 26,743 75.402 9,269 7,640 82.425

3 MAMASA 16 1,527 1,552 3,079 642 42.0 685 44.1 1,327 43.1 6,955 6,762 13,717 4,836 69.533 4,164 61.579 9,000 65.612 3,235 2,341 72.365

4 MAMUJU 29 3,819 3,596 7,415 1,539 40.3 1,502 41.8 3,041 41.0 17,177 16,133 33,310 11,589 67.468 11,360 70.415 22,949 68.895 7,782 5,995 77.037

5 MAMUJU UTARA 11 1,543 1,411 2,954 0.0 0.0 1,602 54.2 5,477 5,000 10,477 0 0 8,657 82.629 2,998 2,449 81.688

JUMLAH (KAB/KOTA) 86 8,477 8,292 25,486 3,305 39.0 3,437 41.4 12,996 51.0 35,070 33,951 104,488 21,031 59.969 20,658 60.847 77,089 73.778 26,649 21,790 81.767

Sumber: ……………… (sebutkan)

NO KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAHL + PJUMLAH

MENDAPAT VIT A 2X

CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN IBU NIFAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

L P L + P

BAYI 6-11 BULAN MENDAPAT VIT A

VIT A

MENDAPAT JUMLAH

L P

Page 184: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 33

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

PESERTA KB AKTIF

MKJP

IUD % MOP % MOW %IM

PLAN% JUMLAH % SUNTIK % PIL %

KON

DOM %

OBAT

VAGINA%

LAIN

NYA% JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1 MAJENE 10 225 3.1 1 0.0 8 0.1 149 2.1 383 5.4 3,381 47.3 2,471 34.5 920 12.9 0 0.0 0 0.0 6,772 94.6 7,155 100.0

2 POLEWALI MANDAR 20 392 1.2 46 0.1 335 1.0 2,497 7.8 3,270 10.2 12,276 38.4 15,838 49.5 598 1.9 0 0.0 24 0.1 28,736 89.8 32,006 100.0

3 MAMASA 16 354 3.0 7 0.1 7 0.1 172 1.5 540 4.6 3,081 26.5 7,377 63.5 162 1.4 0 0.0 458 3.9 11,078 95.4 11,618 100.0

4 MAMUJU 29 114 1.0 0 0.0 24 0.2 342 2.9 480 4.1 4,215 36.0 6,250 53.3 772 6.6 0 0.0 0 0.0 11,237 95.9 11,717 100.0

5 MAMUJU UTARA 11 411 2.2 36 0.2 70 0.4 1,816 9.8 2,333 12.6 7,503 40.4 7,565 40.8 1,159 6.2 0 0 0 0 16,227 87.4 18,560 100.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 86 1,496 1.8 90 0.1 444 0.5 4,976 6.1 7,006 8.6 30,456 37.6 39,501 48.7 3,611 4.5 0 0.0 482 0.6 74,050 91.4 81,056 100.0

Sumber: ……………….. (sebutkan)

Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

MKJP +

NON

MKJP

%

MKJP

+ NON

MKJP

NO KECAMATAN PUSKESMASNON MKJP

Page 185: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 34

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

PESERTA KB BARU

MKJP

IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % SUNTIK % PIL % KONDOM %OBAT

VAGINA%

LAIN

NYA% JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1 MAJENE 10 7 0.7 1 0.1 4 0.4 36 3.5 48 4.7 565 54.8 372 36.1 46 4.5 0 0.0 0 0.0 983 95.3 1,031 100.0

2 POLEWALI MANDAR 20 40 1.0 5 0.1 36 0.9 242 6.2 323 8.2 1,305 33.2 2,186 55.7 110 2.8 0 0.0 2 0.1 3,603 91.8 3,926 100.0

3 MAMASA 16 65 7.3 3 0.3 0 0.0 53 6.0 121 13.6 255 28.7 510 57.3 4 0.4 0 0.0 0 0.0 769 86.4 890 100.0

4 MAMUJU 29 114 1.0 0 0.0 24 0.2 342 2.9 480 4.1 4,215 36.0 6,250 53.3 772 6.6 0 0.0 0 0.0 11,237 95.9 11,717 100.0

5 MAMUJU UTARA 11 99 1.3 20 0.3 11 0.1 659 8.8 789 10.5 2,803 37.4 2,766 36.9 1,131 15.1 0 0.0 0 0.0 6,700 89.5 7,489 100.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 325 1.3 29 0.1 75 0.3 1,332 5.3 1,761 7.0 9,143 36.5 12,084 48.2 2,063 8.2 0 0.0 2 0.0 23,292 93.0 25,053 100.0

Sumber: ……………….. (sebutkan)

Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

NON MKJPMKJP +

NON

MKJP

% MKJP

+ NON

MKJP

NO KECAMATAN PUSKESMAS

Page 186: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 35

JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

PESERTA KB BARU

JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8

1 MAJENE 10 27,724 1,031 3.7 7,155 25.8

2 POLEWALI MANDAR 20 59,542 3,926 6.6 32,006 53.8

3 MAMASA 16 14,679 890 6.1 11,618 79.1

4 MAMUJU 29 60,745 11,717 19.3 11,717 19.3

5 MAMUJU UTARA 11 26,232 7,489 28.5 18,560 70.8

JUMLAH (KAB/KOTA) 188,922 25,053 13.3 81,056 42.9

Sumber: …………….. (sebutkan)

PESERTA KB AKTIFJUMLAH PUSNO KECAMATAN PUSKESMAS

Page 187: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 36

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 MAJENE 10 1,696 1,605 3,301 1,696 100.0 1,605 100.0 3,301 100.0 1,664 1.0 1,576 98.2 3,240 98.2

2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 8,062 #DIV/0! #DIV/0! 7,468 92.6 #DIV/0! #DIV/0! 6,902 85.6

3 MAMASA 16 1,257 1,084 2,341 970 77.2 961 88.7 1,931 82.5 987 0.8 1,038 95.8 2,025 86.5

4 MAMUJU 29 3,236 3,365 6,601 3,002 92.8 3,286 97.7 6,288 95.3 2,435 0.8 2,728 81.1 5,163 78.2

5 MAMUJU UTARA 11 0 0 2,449 #DIV/0! #DIV/0! 2,344 95.7 #DIV/0! #DIV/0! 1,718 70.2

JUMLAH (KAB/KOTA) 6,189 6,054 22,754 5,668 91.6 5,852 96.7 21,332 93.8 5,086 0.8 5,342 88.2 19,048 83.7

Sumber: ………. (sebutkan)

JUMLAH BAYI LAHIR HIDUPNO KECAMATAN PUSKESMAS P L + P

KUNJUNGAN NEONATUS 3 KALI (KN LENGKAP)

P L + PL

KUNJUNGAN NEONATUS 1 KALI (KN1)

L

Page 188: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 37

CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 1,588 1,733 3,321 777 48.9 1,166 67.3 1,943 58.5

2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 8,717 #DIV/0! #DIV/0! 7,923 90.9

3 MAMASA 16 1,527 1,552 3,079 0 0.0 0 0.0 1,974 64.1

4 MAMUJU 29 3,819 3,596 7,415 3,636 95.2 3,740 104.0 7,376 99.5

5 MAMUJU UTARA 11 1,543 1,411 2,954 0 0.0 0.0 1,985 67.2

JUMLAH (KAB/KOTA) 8,477 8,292 25,486 4,413 52.1 4,906 59 21,201 83.2

Sumber: ………. (sebutkan)

P L + PLNO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH BAYI

KUNJUNGAN BAYI (MINIMAL 4 KALI)

Page 189: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 38

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

1 2 3 4 5 6

1 MAJENE 10 40 34 85.0

2 POLEWALI MANDAR 20 167 77 46.1

3 MAMASA 16 179 108 60.3

4 MAMUJU 29 155 132 85.2

5 MAMUJU UTARA 11 63 42 66.7

JUMLAH (KAB/KOTA) 604 393 65.1

Sumber: …………….. (sebutkan)

2009 41.11

2010 61.9

2011 65.6

CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

% DESA/KEL UCINO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH DESA/KEL DESA/KEL UCI

Page 190: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 39

CAKUPAN IMUNISASI DPT, HB, DAN CAMPAK PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

BAYI DIIMUNISASI

DPT1+HB1 DPT3+HB3 CAMPAK

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16.0 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1 MAJENE 10 1,588 1,733 3,321 0.0 0.0 3,434 103.4 0.0 0.0 3,331 100.3 0.0 0.0 3,438 103.5 #DIV/0! #DIV/0! -0.1

2 POLEWALI MANDAR 20 - - 8,717 #DIV/0! #DIV/0! 8,099 92.9 #DIV/0! #DIV/0! 7,934 91.0 #DIV/0! #DIV/0! 7,768 89.1 #DIV/0! #DIV/0! 4.1

3 MAMASA 16 1,527 1,552 3,079 0 0.0 0 0.0 2,931 95.2 0 0.0 0.0 2,814 91.4 0.0 0.0 2,815 91.4 #DIV/0! #DIV/0! 4.0

4 MAMUJU 29 3,819 3,596 7,415 3,593 94.1 3,237 90.0 6,830 92.1 3,555 93.1 3,150 87.6 6,705 90.4 3,573 93.6 3,218 89.5 6,791 91.6 0.6 0.6 0.6

5 MAMUJU UTARA 11 1,543 1,411 2,954 0.0 0.0 2,916 98.7 0.0 0.0 2,729 92.4 0.0 0.0 2,745 92.9 #DIV/0! #DIV/0! 5.9

JUMLAH (KAB/KOTA) 8,477 8,292 25,486 3,593 42.4 3,237 39.0 24,210 95.0 3,555 41.9 3,150 38.0 23,513 92.3 3,573 42.1 3,218 38.8 23,557 92.4 0.6 0.6 2.7

Sumber: …………….. (sebutkan)

L P L + P

DO RATE (%)

L P L + PL + P L P L + P

NO KECAMATANL P

PUSKESMASJUMLAH BAYI

Page 191: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 40

CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN POLIO PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

BAYI DIIMUNISASI

BCG POLIO3

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 MAJENE 10 1,588 1,733 3,321 - - 3,436 103.46 0 0 3,402 102.44

2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 8,717 #DIV/0! #DIV/0! 7,889 90.50 #DIV/0! #DIV/0! 7,896 90.58

3 MAMASA 16 1,527 1,552 3,079 0 - 0 - 2,627 85.32 0 0 0 0 2,794 90.74

4 MAMUJU 29 3,819 3,596 7,415 3,556 93 3,215 89 6,771 91.31 3,525 92.30 3202 89.04 6,727 90.72

5 MAMUJU UTARA 11 1,543 1,411 2,954 - - 2,828 95.73 0 0 2,871 97.19

JUMLAH (KAB/KOTA) 86 8,477 8,292 25,486 3,556 42 3,215 39 23,551 92.41 3,525 41.58 3202 38.62 23,690 92.95

Sumber: …………….. (sebutkan)

NO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH BAYI

P L + PL P L + P L

Page 192: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 41

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 1,588 1,733 3,321 911 57.4 1,147 66.2 2,058 62.0

2 POLEWALI MANDAR 20 - - 8,717 #DIV/0! #DIV/0! 2,780 31.9

3 MAMASA 16 1,527 1,552 3,079 - 0.0 - 0.0 1,031 33.5

4 MAMUJU 29 3,819 3,596 7,415 1,551 40.6 1,383 38.5 2,934 39.6

5 MAMUJU UTARA 11 1,543 1,411 2,954 0.0 0.0 1,038 35.1

JUMLAH (KAB/KOTA) 8,477 8,292 25,486 2,462 29.0 2,530 30.5 9,841 38.6

Sumber: ……………… (sebutkan)

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF

NO KECAMATANJUMLAH BAYI

PUSKESMAS L P L + P

Page 193: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 42

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 0 0 0 0 - 0 0.00 0.00 0.00

2 POLEWALI MANDAR 20 792 535 #DIV/0! #DIV/0! 67.55

3 MAMASA 16 0 0 0 0 - 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

4 MAMUJU 29 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

5 MAMUJU UTARA 11 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 792 0 - 535 #DIV/0! #DIV/0! 67.55

Sumber: ……………… (sebutkan)

NO

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI ANAK USIA 6-23 BULAN KELUARGA MISKIN

%KECAMATAN PUSKESMAS

ANAK 6-23 BULAN

DARI KELUARGA MISKIN MENDAPAT MP-ASI

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Page 194: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 43

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

ANAK BALITA (12-59 BULAN)

L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 5,779 6,010 11,789 3,262 56.4 4,891 81.4 8,153 69.2

2 POLEWALI MANDAR 20 35,467 #DIV/0! #DIV/0! 28,157 79.4

3 MAMASA 16 5,233 5,027 10,260 0 0.0 0 0.0 8,271 80.6

4 MAMUJU 29 13,358 12,537 25,895 12,081 90.4 12,730 101.5 24,811 95.8

5 MAMUJU UTARA 11 5,477 5,000 10,477 0.0 0.0 2,970 28.3

JUMLAH (KAB/KOTA) 29,847 28,574 93,888 15,343 51.4 17,621 61.7 72,362 77.1

Sumber: ………. (sebutkan)

CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

P L + P

MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)

LNO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH

Page 195: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 44

JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %JUMLA

H%

JUMLA

H%

JUMLA

H%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 MAJENE 10 7,367 7,743 15,110 6,392 86.8 7,030 90.8 13,422 88.8 4,209 65.8 4,683 66.6 8,892 66.2 193 3.0 256 3.6 449 3.3

2 POLEWALI MANDAR 20 22,643 21,541 44,184 0.0 0.0 27,134 61.4 #DIV/0! 19,040 #DIV/0! 19,040 70.2 #DIV/0! #DIV/0! 976 3.6

3 MAMASA 16 6,760 6,579 13,339 0.0 0.0 10,438 78.3 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 6,956 66.6 #DIV/0! #DIV/0! 442 4.2

4 MAMUJU 29 17,177 16,133 33,310 11,820 68.8 12,940 80.2 24,760 74.3 7,168 60.6 8,124 62.8 15,292 61.8 145 1.2 155 1.2 300 1.2

5 MAMUJU UTARA 11 7,020 6,411 13,431 0.0 0.0 6,046 45.0 #DIV/0! 4,148 #DIV/0! 4,148 68.6 #DIV/0! #DIV/0! 1,048 17.3

JUMLAH (KAB/KOTA) 60,967 58,407 119,374 18,212 29.9 19,970 34.2 81,800 68.5 11,377 62.5 35,995 180.2 54,328 66.4 338 1.9 411 2.1 3,215 3.9

Sumber: ………. (sebutkan)

NO KECAMATAN PUSKESMASP

BALITA YANG ADALL+P L+P

BALITA

BGM

L+P L P

DITIMBANG BB NAIK

L P

Page 196: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 45

CAKUPAN BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

BALITA GIZI BURUK

L P L+P S % S % S %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 18 18 36 18 100.0 18 100.0 36 100.0

2 POLEWALI MANDAR 20 - - 163 #DIV/0! #DIV/0! 120 73.6

3 MAMASA 16 5 3 8 5 100.0 3 100.0 8 100.0

4 MAMUJU 29 22 37 59 22 100.0 37 100.0 59 100.0

5 MAMUJU UTARA 11 18 15 33 18 100.0 15 100.0 33 100.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 63 73 299 63 100.0 73 100.0 256 85.6

Sumber: ……………… (sebutkan)

P L + P

MENDAPAT PERAWATANNO KECAMATAN PUSKESMAS

LJUMLAH

Page 197: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 46

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT

L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 2,672 2,652 5,324 2,341 87.6 2,295 86.5 4,636 87.1

2 POLEWALI MANDAR 20 9,635 #DIV/0! #DIV/0! 2,938 30.5

3 MAMASA 16 387 #DIV/0! #DIV/0! 123 31.8

4 MAMUJU 29 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!

5 MAMUJU UTARA 11 1,981 1,788 3,769 1,019 51.4 1,016 56.8 2,035 54.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 4,653 4,440 19,115 3,360 72.2 3,311 74.6 9,732 50.9

CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT 72.2 74.6 50.9

Sumber: ………. (sebutkan)

CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAHMENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN

L P L + P

Page 198: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 47

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

MURID SD DAN SETINGKAT

L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 11,643 11,564 23,207 4,915 42.2 4,777 41.3 9,692 41.8

2 POLEWALI MANDAR 20 52,622 #DIV/0! #DIV/0! 25,143 47.8

3 MAMASA 16 14,574 13,685 28,259 12,979 89.1 12,483 91.2 25,462 90.1

4 MAMUJU 29 21,238 20,317 41,555 9,082 42.8 8,703 42.8 17,785 42.8

5 MAMUJU UTARA 11 9,935 10,130 20,065 2,735 27.5 2,804 27.7 5,539 27.6

JUMLAH (KAB/KOTA) 57,390 55,696 165,708 29,711 51.8 28,767 51.7 83,621 50.5

Sumber: ………. (sebutkan)

NO KECAMATAN PUSKESMAS

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

P L + PJUMLAH

MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN SESUAI STANDAR

L

Page 199: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 48

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P L % P % L+P %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 4,807 6,270 11,077 2,939 61.14 3,607 57.53 6,546 59.10

2 POLEWALI MANDAR 20 23,995 29,603 53,598 - - 27,598 51.49

3 MAMASA 16 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!

4 MAMUJU 29 18,047 17,928 35,975 13,533 74.99 12,531 69.90 26,064 72.45

5 MAMUJU UTARA 11 2,825 2,113 4,938 173 6.12 138 6.53 311 6.30

JUMLAH (KAB/KOTA) 49,674 55,914 105,588 16,645 33.51 16,276 29.11 60,519 57.32

Sumber: ………. (sebutkan)

JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN

USILA (60TAHUN+)

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

NO KECAMATAN PUSKESMAS

Page 200: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 49

SULAWESI BARAT

2011

MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I

JUMLAH %

1 2 3 4 5

1 RUMAH SAKIT UMUM 7 7 100.00

2 RUMAH SAKIT JIWA 0 0 #DIV/0!

3 RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA 0 0 #DIV/0!

4 PUSKESMAS PERAWATAN 86 33 38.37

5 SARANA YANKES.LAINNYA 11 4 36.36

JUMLAH (KAB/KOTA) 104 44 42.31

Sumber: ……………… (sebutkan)

PERSENTASE SARANA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I

NO SARANA KESEHATAN JUMLAH SARANA

PROVINSI

TAHUN

Page 201: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 50

JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KLB

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

YANG TERSERANG

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 MAJENE

Pertusis 4 5 6,194 6,509 12,703 4 3 7 0.06 0.05 0.06 0 1 1 - 33.33 14.29

0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

2 MAMUJU 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Diare 1 1 307 277 584 1 1 2 0.33 0.36 0.34 0 1 1 - 100.00 50.00

0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

3 MAMUJU UTARA 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Diare 4 6 8,063 55 #DIV/0! #DIV/0! 0.68 3 #DIV/0! #DIV/0! 5.45

DEMAM CHIKUNGUNYA 3 8 16,581 342 #DIV/0! #DIV/0! 2.06 0 #DIV/0! #DIV/0! -

CACAR AIR 1 1 2,009 27 #DIV/0! #DIV/0! 1.34 0 #DIV/0! #DIV/0! -

DBD 7 13 4,241 139 #DIV/0! #DIV/0! 3.28 4 #DIV/0! #DIV/0! 2.88

Sumber: ………………… (sebutkan)

JUMLAH

DESA

CFR (%)NO

JENIS KEJADIAN LUAR

BIASA

ATTACK RATE (%)JUMLAH PENDERITA JUMLAH KEMATIANJUMLAH PENDUDUK

TERANCAMJUMLAH

KEC

Page 202: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 51

DESA/KELURAHAN TERKENA KLB YANG DITANGANI < 24 JAM MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAHDITANGANI <24

JAM%

1 2 3 4 5 6 7

1 MAJENE 10 40 5 5 100.00

2 POLEWALI MANDAR 20 167 0 0 #DIV/0!

3 MAMASA 16 179 0 0 #DIV/0!

4 MAMUJU 29 155 0 0 #DIV/0!

5 MAMUJU UTARA 11 63 22 18 81.82

JUMLAH (KAB/KOTA) 604 27 23 85.19

Sumber: ………………….. (sebutkan)

DESA/KELURAHAN TERKENA KLB

NO PUSKESMASJUMLAH

DESA/KELURAHANKECAMATAN

Page 203: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 52

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

L P L + P L P L + P L P L + P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 MAJENE 10 63 51 114 962 1,564 2,526 0.1 0.0 0.0

2 POLEWALI MANDAR 20 1,278 1,488 #DIV/0! #DIV/0! 0.9

3 MAMASA 16 - 261 272 533 0.0 0.0 0.0

4 MAMUJU 29 27 85 112 598 896 1,494 0.0 0.1 0.1

5 MAMUJU UTARA 11 49 63 112 638 859 1,497 0.1 0.1 0.1

JUMLAH (KAB/ KOTA) 139 199 1,616 2,459 3,591 7,538 0.1 0.1 0.2

Sumber: …………… (sebutkan)

PENCABUTAN GIGI TETAP RASIO TUMPATAN/ PENCABUTAN

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

NO PUSKESMASKECAMATAN TUMPATAN GIGI TETAP

Page 204: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 53

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L + P L % P % L + P % L P L + P L % P % L + P %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1 MAJENE 10 191 36 18.8 148 77.5 11,643 11,564 23,207 1,870 16.1 1,925 16.6 3,795 16.4 1,215 1,135 2,350 635 52.3 599 52.8 1,234 52.5

2 POLEWALI MANDAR 20 378 - 0.0 306 81.0 52,643 #DIV/0! #DIV/0! 24,143 45.9 3,087 #DIV/0! #DIV/0! 2,085 67.5

3 MAMASA 16 #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! - ##### - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!

4 MAMUJU 29 165 43 26.1 88 53.3 10,422 9,592 20,014 2,410 23.1 2,059 21.5 4,469 22.3 1,354 1,331 2,685 1,222 90.3 1,243 93.4 2,465 91.8

5 MAMUJU UTARA 11 138 36 26.1 41 29.7 9,939 10,130 20,069 2,741 27.6 2,570 25.4 5,311 26.5 2,044 1,888 3,932 82 4.0 101 5.3 183 4.7

JUMLAH (KAB/ KOTA) 872 115 13.2 583 66.9 32,004 31,286 ###### 7,021 21.9 6,554 20.9 37,718 32.5 4,613 4,354 ##### 1,939 42.0 1,943 44.6 5,967 49.5

Sumber: …………… (sebutkan)

%

MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATANNO PUSKESMASKECAMATAN JUMLAH MURID SD/MI

UKGS (PROMOTIF DAN PREVENTIF)

JUMLAH

SD/MI

JUMLAH

SD/MI DGN

SIKAT GIGI

MASSAL

JUMLAH

SD/MI

MENDAPAT

YAN. GIGI

%

Page 205: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 54

PROVINSI SULAWESI BARAT

2011

PENYULUHAN KESEHATAN

JUMLAH SELURUH

KEGIATAN

PENYULUHAN

KELOMPOK

JUMLAH KEGIATAN

PENYULUHAN

MASSA

1 2 3 4 5

1 MAJENE 10 551 15

2 POLEWALI MANDAR 20 598 29

3 MAMASA 16 3097 0

4 MAMUJU 29 116310 0

5 MAMUJU UTARA 11 135 91

SUB JUMLAH I 120691 135

1 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 12 4

2 Rumah Sakit 6 2

JUMLAH (KAB/KOTA) 120709 141

Sumber: ……………. (sebutkan)

JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN

NO KECAMATAN PUSKESMAS

TAHUN

Page 206: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 55

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAH PESERTA JAMINAN KESEHATAN PRA BAYAR

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 MAJENE 10 73,673 77,434 151,107 0 0 0 0 0 0 80,932 12,455 0 0 55,900 0.0 0.0 37.0

2 POLEWALI MANDAR 20 195,620 205,652 401,272 6,546 0 152,804 0 0 0 159,350 0.0 0.0 39.7

3 MAMASA 16 71,089 68,993 140,082 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0 0.0 0.0

4 MAMUJU 29 173,413 163,560 336,973 3,262 3,868 7,130 0 0 0 57,854 65,498 123,352 7,253 12,169 19,422 68,369 81,535 149,904 39.4 49.9 44.5

5 MAMUJU UTARA 11 70,194 64,109 134,303 6,114 0 30,254 2,600 0 0 38,968 0.0 0.0 29.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 583,989 579,748 1,163,737 3,262 3,868 19,790 0 0 0 57,854 65,498 387,342 7,253 12,169 34,477 68,369 81,535 404,122

PERSENTASE (KAB/KOTA) 0.6 0.7 1.7 0.0 0.0 0.0 9.9 11.3 33.3 1.2 2.1 3.0 11.7 14.1 34.7 11.7 14.1 34.7

Sumber: ……………….. (sebutkan)

PUSKESMAS JAMSOSTEK ASKESKIN/JAMKESMAS LAINNYA JUMLAH

CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR MENURUT JENIS JAMINAN, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

%JUMLAH PENDUDUK

ASKESNO KECAMATAN

Page 207: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 56

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 MAJENE 10 80,932 #DIV/0! #DIV/0! 80,932 100.0 #DIV/0! #DIV/0! 84,998 105.0 #DIV/0! #DIV/0! 2,568 3.2

2 POLEWALI MANDAR 20 152,804 #DIV/0! #DIV/0! 152,804 100.0 #DIV/0! #DIV/0! 99,410 65.1 #DIV/0! #DIV/0! 288 0.2

3 MAMASA 16 97,513 #DIV/0! #DIV/0! - 0.0 #DIV/0! #DIV/0! 71,877 73.7 #DIV/0! #DIV/0! 191 0.2

4 MAMUJU 29 16,534 14,556 31,090 14,155 85.6 13,904 95.5 28,059 90.3 7,537 45.6 6,963 47.8 14,500 46.6 46 0.3 63 0.4 109 0.4

5 MAMUJU UTARA 11 30,254 725 #DIV/0! 869 #DIV/0! 1,594 5.3 #DIV/0! #DIV/0! 10,131 33.5 #DIV/0! #DIV/0! - 0.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 16,534 14,556 392,593 14,880 90.0 14,773 101.5 263,389 67.1 7,537 45.6 6,963 47.8 280,916 71.6 46 0.3 63 0.4 3,156 0.8

Sumber: ……………….. (sebutkan)

CAKUPAN PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

NO KECAMATAN PUSKESMAS

MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN)

MENDAPAT YANKES RAWAT JALANPELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 2 DAN STRATA

3)

DICAKUP ASKESKIN/JAMKESMASJUMLAH YANG ADA

PELAYANAN KESEHATAN DASAR

(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 1)

P L + PL P L + P L P L + P L

Page 208: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 57

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 MAJENE 10 - - 80,932 #DIV/0! #DIV/0! 607 0.8 #DIV/0! #DIV/0! 111 0.1

2 POLEWALI MANDAR 20 - - 152,804 #DIV/0! #DIV/0! 714 0.5 #DIV/0! #DIV/0! 100 0.1

3 MAMASA 16 - - 97,513 #DIV/0! #DIV/0! 281 0.3 #DIV/0! #DIV/0! 191 0.2

4 MAMUJU 29 16,534 14,556 31,090 206 1.2 228 1.6 434 1.4 15 0.1 30 0.2 45 0.1

5 MAMUJU UTARA 11 - - 30,254 #DIV/0! #DIV/0! 126 0.4 #DIV/0! #DIV/0! 128 0.4

JUMLAH (KAB/KOTA) 16,534 14,556 392,593 206 1.2 228 1.6 2,162 0.6 15 0.1 30 0 575 0.1

Sumber: ……………….. (sebutkan)

L P L + P

JUMLAH YANG ADA

MENDAPAT YANKES RAWAT INAP

CAKUPAN PELAYANAN RAWAT INAP MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

PELAYANAN KESEHATAN DASAR

(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 1)

L P L + P

PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 2 DAN STRATA 3)NO KECAMATAN PUSKESMAS

MASYARAKAT MISKIN DAN HAMPIR MISKIN

Page 209: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 58

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA

L P L+P L P L+P L P L+P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Kabupaten Majene 196,711 1,021 0

2 Kabupaten Polewali Mandar 339,540 1,343 451

3 Kabupaten Mamasa 127,281 1,002 54

3 Kabupaten Mamuju 50,897 63,452 114,349 0 0

4 Kabupaten Mamuju Utara 15,926 16,002 31,928 66 60 126 1 0 1

SUB JUMLAH I 66,823 79,454 809,809 66 60 3,492 1 0 506

1 RSUD MAJENE 17,832 4,662 0

2 RSUD POLEWALI MANDAR 37,760 9,095 0

3 RS Mamasa 738 706 1,444 161 190 351 1 1

4 RS Banua Mamasa 1,312 1,253 2,565 268 334 602 0

5 RSUD MAMUJU 10,277 10,661 20,938 1,473 0 0 0

6 RSUD MAMUJU UTARA 2,287 2,460 4,747 341 330 671 1 0 0

0 0 0

SUB JUMLAH II 14,614 15,080 85,286 770 854 16,854 1 1 1

1 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0

2 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0

3 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0

4 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0

0 0 0

SUB JUMLAH III 0 0 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 81,437 94,534 895,095 836 914 20,346 2 1 507

JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA 583,989 579,748 1,163,737 583,989 579,748 1,163,737

CAKUPAN KUNJUNGAN (%) 13.9 16.3 76.9 0.1 0.2 1.7

Sumber: ……………… (sebutkan)

NO SARANA PELAYANAN KESEHATAN

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN

RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH

Page 210: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 59

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 RS MAJENE 80 2,049 2,613 4,662 196 73 269 42 31 73 95.7 27.9 57.7 20.5 11.9 15.7

2 RS POLEWALI MANDAR 163 9,095 387 150 #DIV/0! #DIV/0! 42.6 #DIV/0! #DIV/0! 16.5

3 RSUD MAMASA 40 60 62 122 3 1 4 1 1 2 50.0 16.1 32.8 16.7 16.1 16.4

4 RS BANUA MAMASE 40 261 329 590 1 3 4 2 2 4 3.8 9.1 6.8 7.7 6.1 6.8

5 RS MAMUJU 102 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

6 RS MAMUJU UTARA 50 144 10 1 1 #DIV/0! #DIV/0! 69.4 #DIV/0! #DIV/0! 6.9

475 2,370 3,004 14,613 200 77 674 46 34 230 8.4 2.6 4.6 1.9 1.1 1.6

Sumber: ……………… (sebutkan)

Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta

JUMLAH

TEMPAT TIDUR

ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

KABUPATEN/KOTA

GDR NDRPASIEN KELUAR MATI PASIEN KELUAR

(HIDUP + MATI)

PASIEN KELUAR MATI

≥ 48 JAM DIRAWATNO NAMA RUMAH SAKITa

Page 211: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 60

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

PASIEN KELUAR

(HIDUP + MATI)

PASIEN KELUAR

MATI

PASIEN KELUAR

MATI ≥ 48 JAM

DIRAWAT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 RS MAJENE 80 4,662 269 73 24,583 84.2 5.3 1.0

2 RS POLEWALI MANDAR 163 9,095 387 150 39,446 66.3 4.3 2.2

3 RSUD MAMASA 40 122 4 2 497 3.4 4.1 115.6

4 RS BANUA MAMASE 40 590 4 4 1,566 10.7 2.7 22.1

5 RS MAMUJU 102 - - - 25,968 69.8 #DIV/0! #DIV/0!

6 RS MAMUJU UTARA 50 144 10 1 348 1.9 2.4 124.3

475 14613 674 230 92,408 53.3 6.3 5.5

Sumber: ……………… (sebutkan)

Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta

JUMLAH HARI

PERAWATANBOR LOS TOI

KABUPATEN/KOTA

INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

NONAMA RUMAH

SAKITa

JUMLAH

TEMPAT TIDUR

JUMLAH PASIEN

Page 212: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAHJUMLAH

DIPANTAU% DIPANTAU BER PHBS * %

1 2 3 4 5 6 7 8

1 MAJENE 10 31,261 2,100 6.7 920 43.8

2 POLEWALI MANDAR 20 88,939 38036 42.8 25,222 66.3

3 MAMASA 16 32,268 15,151 47.0 4,328 28.6

4 MAMUJU 29 75,746 9,489 12.5 8,842 93.2

5 MAMUJU UTARA 11 31,680 8,452 26.7 3,109 36.8

JUMLAH (KAB/KOTA) 259,894 73,228 28.2 42,421 57.9

Sumber ……

RUMAH TANGGA

TABEL 61

NO KECAMATAN PUSKESMAS

PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Page 213: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAH YANG

ADA

JUMLAH YANG

DIPERIKSA% DIPERIKSA

JUMLAH YANG

SEHAT

% RUMAH

SEHAT

1 2 3 4 5 6 7 8

1 MAJENE 10 31,843 26,915 84.5 14,466 53.7

2 POLEWALI 20 84,178 28,120 33.4 11,756 41.8

3 MAMASA 16 33,358 15,151 45.4 4,328 28.6

4 MAMUJU 29 75,746 9,489 12.5 8,842 93.2

5 MAMUJU UTARA 11 30,850 30,850 100.0 9,779 31.7

JUMLAH (KAB/KOTA) 255,975 110,525 43.2 49,171 44.5

Sumber: …………………….. (sebutkan)

TABEL 62

PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

NO KECAMATAN PUSKESMAS

RUMAH

Page 214: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 63

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

RUMAH/BANGUNAN DIPERIKSA

JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8

1 MAJENE 10 32,610 20,029 61.42 16,550 82.63

2 POLEWALI MANDAR 20 - - #DIV/0! - #DIV/0!

3 MAMASA 16 33,358 15,151 45.42 2,701 17.83

4 MAMUJU 29 71,093 - #DIV/0!

5 MAMUJU UTARA 11 30,850 1,084 3.51 884 81.55

JUMLAH ( KAB/KOTA) 167,911 36,264 21.60 20,135 55.52

Sumber: ........................... (sebutkan)

PERSENTASE RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIKNO PUSKESMASKECAMATAN

JUMLAH

RUMAH/BANGUNAN

YANG ADA

Page 215: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 64

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLA

H% JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 MAJENE 10 35,375 30,486 86.2 - 0.0 5,775 18.9 1 0.0 2,455 8.1 823 2.7 23 0.1 1,426 4.7 10,503 34.5

2 POLEWALI MANDAR 20 92,141 60,354 65.5 - 0.0 12,657 21.0 3675 6.1 23,667 39.2 20,304 33.6 - 0.0 51 0.1 60,354 100.0

3 MAMASA 16 33,358 15,029 45.1 0.0 2,977 19.8 - 0.0 310 2.1 685 4.6 - 0.0 - 0.0 3,972 26.4

4 MAMUJU 29 75,746 75,746 100.0 - 0.0 9,034 11.9 3729 4.9 33,718 44.5 12,615 16.7 - 0.0 16,026 21.2 75,122 99.2

5 MAMUJU UTARA 11 34,232 3,761 11.0 - 0.0 - 0.0 55 1.5 2,179 57.9 107 2.8 86 2.3 1,334 35.5 3,761 100.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 270,852 185,376 68.4 - 0.0 30,443 16.4 7,460 4.0 62,329 33.6 34,534 18.6 109 0.1 18,837 10.2 153,712 82.9

Sumber: ………………… (sebutkan)

NO KECAMATAN

PERSENTASE KELUARGA MENURUT JENIS SARANA AIR BERSIH YANG DIGUNAKAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

KEMASAN JUMLAH

JENIS SARANA AIR BERSIH

LEDENG SPT PAH LAINNYASGL MATA AIRPUSKESMAS

JUMLAH

KELUARG

A YANG

ADA

JUMLAH

KELUARGA

DIPERIKSA

SUMBER AIR

BERSIHNYA

%

KELUARG

A

DIPERIKSA

Page 216: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 65

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

1 MAJENE 10 30,486 0.0 19 0.1 5,718 18.8 - 0.0 1 0.0 - 0.0 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 5,738 18.8

2 POLEWALI MANDAR 20 92,144 0.0 51 0.1 12,657 13.7 - 0.0 - 0.0 23,667 25.7 281 0.3 - 0.0 0 21.7 20,023 34.5 31,791 #REF! 3,585 3.9 36,656 39.8

3 MAMASA 16 15,029 0.0 292 1.9 2,444 16.3 - 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 277 1.8 610 4.1 - 0.0 0.0 2,736 18.2

4 MAMUJU 29 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!

5 MAMUJU UTARA 11 19,951 0.0 4,144 20.8 - 0.0 0.0 55 0.3 9,957 49.9 881 4.4 72 0.4 4,620 23.2 222 1.1 - 0.0 0.0 15,037 75.4

JUMLAH (KAB/KOTA) 157,610 - 0.0 4,506 2.9 20,819 13.2 - 0.0 56 0.0 33,624 21.3 1162 0.7 72 0.0 4,897 3.1 20,855 13.2 31791 20.2 3,585 2.3 60,167 38.2

Sumber: ………………… (sebutkan)

PERSENTASE KELUARGA MENURUT SUMBER AIR MINUM YANG DIGUNAKAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

NO KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAH

KELUARGA

DIPERIKSA

SUMBER

AIR

MINUMNYA

AIR KEMASAN LAIN-LAINAIR ISI ULANG

SUMBER AIR MINUM KELUARGA KELUARGA

DENGAN SUMBER

AIR MINUM

TERLINDUNG

MATA AIR TAK

TERLINDUNGAIR SUNGAIAIR HUJAN

LEDING

METERAN

LEDING

ECERANPOMPA

SUMUR

TERLINDUNG

SUMUR TAK

TERLINDUNG

MATA AIR

TERLINDUNG

Page 217: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 66

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 MAJENE 10 35,375 31,606 89.3 11,712 37.1 11,216 95.8 31,016 87.7 18,714 60.3 13,515 72.2 29,422 83.2 15,703 53.4 9,547 60.8

2 POLEWALI MANDAR 20 92,141 45,722 49.6 41,293 90.3 29,097 70.5 45,722 49.6 58,691 128.4 31,966 54.5 45,722 49.6 31,923 69.8 20,641 64.7

3 MAMASA 16 33,358 - 0.0 #DIV/0! #DIV/0! 0.0 #DIV/0! #DIV/0! 0.0 #DIV/0! #DIV/0!

4 MAMUJU 29 75,746 75,746 100.0 37,436 49.4 30,964 82.7 75,746 100.0 28,281 37.3 11,723 41.5 75,746 100.0 29,171 38.5 9,179 31.5

5 MAMUJU UTARA 11 34,232 11,593 33.9 16,538 142.7 12,093 73.1 34,232 100.0 12,557 36.7 0.0 11,593 33.9 9,777 84.3 - 0.0

JUMLAH (KAB/KOTA) 270,852 164,667 60.8 106,979 65.0 83,370 77.9 186,716 68.9 118,243 63.3 57,204 48.4 162,483 60.0 86,574 53.3 39,367 45.5

Sumber: ………………… (sebutkan)

PUSKESMASJUMLAH

KELUARGA

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

KELUARGA MEMILIKI SEHATKELUARGA

DIPERIKSA

KELUARGA

DIPERIKSA

PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

NO KECAMATAN SEHATKELUARGA

MEMILIKISEHAT

JAMBAN TEMPAT SAMPAH

KELUARGA

DIPERIKSA

KELUARGA

MEMILIKI

Page 218: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 67

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JU

MLA

H Y

G

AD

A

JU

MLA

H

DIP

ER

IKS

A

JU

MLA

H

SE

HA

T

% S

EH

AT

JU

MLA

H Y

G

AD

A

JU

MLA

H

DIP

ER

IKS

A

JU

MLA

H

SE

HA

T

% S

EH

AT

JU

MLA

H Y

G

AD

A

JU

MLA

H

DIP

ER

IKS

A

JU

MLA

H

SE

HA

T

% S

EH

AT

JU

MLA

H Y

G

AD

A

JU

MLA

H

DIP

ER

IKS

A

JU

MLA

H

SE

HA

T

% S

EH

AT

JU

MLA

H Y

G

AD

A

JU

MLA

H

DIP

ER

IKS

A

JU

MLA

H

SE

HA

T

% S

EH

AT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24

1 MAJENE 10 7 7 7 100.00 62 55 31 56.36 26 25 - - 351 286 163 56.99 446 373 201 53.89

2 POLEWALI MANDAR 20 8 4 4 100.00 491 220 112 50.91 26 23 2 8.70 933 561 321 57.22 1,458 808 439 54.332

3 MAMASA 16 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 0 0 #DIV/0!

4 MAMUJU 29 29 11 11 100.00 21 3 3 100.00 39 24 11 45.83 138 85 57 67.06 227 123 82 66.667

5 MAMUJU UTARA 11 6 6 4 66.67 47 47 6 12.77 16 16 - 15.00 15 15 - 84 84 10 11.905

JUMLAH (KAB/KOTA) 50 28 26 92.86 621 325 152 46.77 107 88 13 14.77 1,437 947 541 57.13 2,215 1,388 732 52.74

Sumber: …………………….. (sebutkan)

PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN (TUPM) SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

JUMLAH TUPM

NO PUSKESMAS

HOTEL PASAR TUPM LAINNYARESTORAN/R-MAKAN

KECAMATAN

Page 219: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLA

HDIBINA %

JUMLA

HDIBINA %

JUMLA

HDIBINA %

JUMLA

HDIBINA %

JUMLA

HDIBINA %

JUMLA

HDIBINA %

JUMLA

HDIBINA %

1 2 3 4 5 6 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 MAJENE 10 96 93 96.9 12 12 100.0 301 290 96.3 308 292 94.8 142 130 91.5 9 9 100.0 868 826 95.2

2 POLEWALI 20 143 143 100.0 51 46 90.2 770 447 58.1 748 508 67.9 378 270 71.4 820 208 25.4 2,910 1,622 55.7

3 MAMASA 16 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - - #DIV/0!

4 MAMUJU 29 335 271 80.9 #DIV/0! 563 418 74.2 570 301 52.8 224 111 49.6 - - #DIV/0! 1,692 1,101 65.1

5 MAMUJU UTARA 11 90 7 7.8 3 3 100.0 202 9 4.5 494 120 24.3 112 39 34.8 #DIV/0! 901 178 19.8

JUMLAH (KAB/KOTA) 664 514 77.4 66 61 92.4 1,836 1,164 63.4 2,120 1,221 57.6 856 550 64.3 829 217 26.2 6,371 3,727 58.5

TABEL 68

NO KECAMATAN

PERSENTASE INSTITUSI DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

JUMLAHSARANA LAINPERKANTORAN

Sumber: …………………….. (sebutkan)

PUSKESMASSARANA PENDIDIKAN SARANA IBADAH

INSTALASI

PENGOLAHAN AIR

MINUM

SARANA PELAYANAN

KESEHATAN

Page 220: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 69

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

NO NAMA OBAT SATUAN STOCK OBAT

PEMAKAIAN

RATA-RATA/

BULAN

TINGKAT

KECUKUPAN

(BULAN)

PERSENTASE

TINGKAT

KECUKUPAN1 2 3 4 5 6 7

1 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ml Btl 60 ml #DIV/0! #DIV/0!

2 Amoksisilin kapsul 500 mg Ktk @ 120 kap #DIV/0! #DIV/0!

3 Antasida DOEN tablet Btl @ 1000 tab #DIV/0! #DIV/0!

4 Antalgin tablet 500 mg Btl @ 1000 tab #DIV/0! #DIV/0!

5 Deksametason inj 5 mg/ml – 2ml Ktk @ 100 ampul #DIV/0! #DIV/0!

6 Dekstrometorfan Sirup 10 mg/5ml Btl 60 ml #DIV/0! #DIV/0!

7 Dekstrometorfan Tab 15 mg Btl @ 1000 tab #DIV/0! #DIV/0!

8 Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1ml Ktk @ 100 ampul #DIV/0! #DIV/0!

9 Gliserin Guaiakolat tab 100 mg Btl @ 1000 tab #DIV/0! #DIV/0!

10 Glukosa Larutan Infus 5 % steril Btl 500 ml #DIV/0! #DIV/0!

11 Ibuprofen tablet 200 mg Btl @ 100 tab #DIV/0! #DIV/0!

12 Kloramfenikol kapsul 250 mg Btl @ 250 Kapsul #DIV/0! #DIV/0!

13 Kotrimoksazol tablet 480 mg Btl @ 100 tab #DIV/0! #DIV/0!

14 Kotrimoksazol tablet 120 mg Btl @ 100 tab #DIV/0! #DIV/0!

15 Kotrimoksazol Sirup Btl 60 ml #DIV/0! #DIV/0!

16 Klorfeniramini Maleat tab 4 mg Tablet #DIV/0! #DIV/0!

17 Kloroquin tablet Tablet #DIV/0! #DIV/0!

18 Natrium Klorida Infus 0,9 % steril Btl 500 ml #DIV/0! #DIV/0!

19 Parasetamol Tablet 500 mg Btl @ 1000 tab #DIV/0! #DIV/0!

20 Ringer Laktat Infus steril Btl 500 ml #DIV/0! #DIV/0!

21 Vitamin B Kompleks Kapsul Btl @ 1000 Kapsul #DIV/0! #DIV/0!

22 Retinol 200.000 IU Btl @ 30 Kapsul #DIV/0! #DIV/0!

23 Tablet Tambah darah Ktk @ 30 Tablet #DIV/0! #DIV/0!

24 Multivitamin Sirup Botol #DIV/0! #DIV/0!

25 Garam Oralit Bungkus #DIV/0! #DIV/0!

26 OAT Kat 1 Pkt #DIV/0! #DIV/0!

27 OAT Kat 2 Pkt #DIV/0! #DIV/0!

28 OAT Kat 3 Pkt #DIV/0! #DIV/0!

29 OAT Kat Sisipan Pkt #DIV/0! #DIV/0!

30 OAT Kat Anak Pkt #DIV/0! #DIV/0!

31 Pyrantel Pamoat 125 mg tablet Btl @ 1000 Tablet #DIV/0! #DIV/0!

32 Salep 2-4 Pot #DIV/0! #DIV/0!

33 Infus set dewasa Kantong #DIV/0! #DIV/0!

34 Infus set anak Kantong #DIV/0! #DIV/0!

Sumber:

KETERSEDIAAN OBAT MENURUT JENIS OBAT

Page 221: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 69

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011KABUPATEN MAJENE

NO NAMA OBAT SATUAN STOCK OBAT

PEMAKAIAN

RATA-RATA/

BULAN

TINGKAT

KECUKUPAN

(BULAN)

PERSENTASE

TINGKAT

KECUKUPAN1 2 3 4 5 6 7

1 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ml Btl 60 ml 1,450 135 10.74 59.67

2 Amoksisilin kapsul 500 mg Ktk @ 120 kap 7,786 650 11.98 66.55

3 Antasida DOEN tablet Btl @ 1000 tab 539 40 13.48 74.86

4 Antalgin tablet 500 mg Btl @ 1000 tab 200 7 28.57 158.73

5 Deksametason inj 5 mg/ml – 2ml Ktk @ 100 ampul 36 2 18.00 100.00

6 Dekstrometorfan Sirup 10 mg/5ml Btl 60 ml 1,794 137 13.09 72.75

7 Dekstrometorfan Tab 15 mg Btl @ 1000 tab 715 19 38.65 214.71

8 Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1ml Ktk @ 100 ampul 183 2 91.50 508.33

9 Gliserin Guaiakolat tab 100 mg Btl @ 1000 tab 900 43 21.18 117.65

10 Glukosa Larutan Infus 5 % steril Btl 500 ml 1,500 71 21.13 117.37

11 Ibuprofen tablet 200 mg Btl @ 100 tab 738 55 13.42 74.55

12 Kloramfenikol kapsul 250 mg Btl @ 250 Kapsul 122 10 12.84 71.35

13 Kotrimoksazol tablet 480 mg Btl @ 100 tab 6,475 146 44.35 246.39

14 Kotrimoksazol tablet 120 mg Btl @ 100 tab 41 1 41.00 227.78

15 Kotrimoksazol Sirup Btl 60 ml 410 30 13.67 75.93

16 Klorfeniramini Maleat tab 4 mg Tablet 1,207 64 19.01 105.60

17 Kloroquin tablet Tablet 16 1 16.00 88.89

18 Natrium Klorida Infus 0,9 % steril Btl 500 ml 1,400 94 14.89 82.74

19 Parasetamol Tablet 500 mg Btl @ 1000 tab 1,172 62 19.06 105.87

20 Ringer Laktat Infus steril Btl 500 ml 6,700 367 18.26 101.42

21 Vitamin B Kompleks Kapsul Btl @ 1000 Kapsul 3,560 56 63.57 353.17

22 Retinol 200.000 IU Btl @ 30 Kapsul 20 2 12.50 69.44

23 Tablet Tambah darah Ktk @ 30 Tablet 911 19 48.20 267.78

24 Multivitamin Sirup Botol 1,340 234 5.74 31.88

25 Garam Oralit Bungkus 18,500 1,566 11.81 65.63

26 OAT Kat 1 Pkt 594 25 23.76 132.00

27 OAT Kat 2 Pkt 12 1 12.00 66.67

28 OAT Kat 3 Pkt - - - -

29 OAT Kat Sisipan Pkt - - - -

30 OAT Kat Anak Pkt 12 1 12.00 66.67

31 Pyrantel Pamoat 125 mg tablet Btl @ 1000 Tablet 110 9 12.22 67.90

32 Salep 2-4 Pot 5,280 220 24.00 133.33

33 Infus set dewasa Kantong 3,150 166 18.98 105.42

34 Infus set anak Kantong 1,725 48 35.94 199.65

Sumber: Kantor Instalasi Farmasi Kabupaten Majene

KETERSEDIAAN OBAT MENURUT JENIS OBAT

Page 222: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 70

JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

PEMILIKAN/PENGELOLA

KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 RUMAH SAKIT UMUM 7

2 RUMAH SAKIT JIWA -

3 RUMAH SAKIT BERSALIN 1

4 RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA -

5 PUSKESMAS PERAWATAN 38

6 PUSKESMAS NON PERAWATAN 48

7 PUSKESMAS KELILING 81

8 PUSKESMAS PEMBANTU 221

9 RUMAH BERSALIN 1

10 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 4

11 PRAKTIK DOKTER BERSAMA 2

12 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 73

13 PRAKTK PENGOBATAN TRADISIONAL -

14 POSKESDES 334

15 POSYANDU 1,624

16 APOTEK 37

17 TOKO OBAT 47

18 GFK 1 4 5

19 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL -

20 INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL -

-

Sumber: ……................ (sebutkan)

NO FASILITAS KESEHATAN

Page 223: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 71

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7

1 RUMAH SAKIT UMUM 7 7 1.00 3 42.86

2 RUMAH SAKIT JIWA 0 0 #DIV/0!

3 RUMAH SAKIT KHUSUS 0 0 #DIV/0!

4 LABKESDA 1 1 1.00 1 100.00

5 PUSKESMAS 86 50 58.14

JUMLAH (KAB/KOTA) 94 58 61.70

Sumber: ……………… (sebutkan)

NO SARANA KESEHATAN JUMLAH

SARANA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN LABKES DAN MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR

LABORATORIUM KESEHATAN 4 (EMPAT) SPESIALIS DASAR

Page 224: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 72

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 MAJENE 10 38 15.57 106 43.44 97 39.75 3 1.23 244 100.00 100 40.98

2 POLEWALI MANDAR 20 186 37.05 231 46.02 80 15.94 5 1.00 502 100.00 85 16.93

3 MAMASA 16 275 91.97 24 8.03 0 0.00 0 0.00 299 100.00 243 81.27

4 MAMUJU 29 294 75.00 70 17.86 21 5.36 7 1.79 392 100.00 28 7.14

5 MAMUJU UTARA 11 25 13.37 49 26.20 106 56.68 7 3.74 187 100.00 113 60.43

818 50.37 480 29.56 304 18.72 22 1.35 1624 100.00 569 35.04

1.17

Sumber: ……………………. (sebutkan)

KECAMATAN PUSKESMAS

RASIO POSYANDU PER 100 BALITA

JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

JUMLAH (KAB/KOTA)

POSYANDU

PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAHPOSYANDU AKTIF

NO

Page 225: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 73

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Majene 10 40 23 57.50 9 39.13 38 244

2 Polewali Mandar 20 167 65 38.92 45 69.23 69 502

3 Mamasa 16 179 33 18.44 33 100.00 35 299

4 Mamuju 29 155 131 84.52 29 22.14 171 392

5 Mamuju Utara 11 63 19 30.16 14 73.68 21 187

JUMLAH (KAB/KOTA) 604 271 44.87 130 47.97 334 1,624

Sumber: ………. (sebutkan)

DESA SIAGA DESA SIAGA AKTIFPOSYANDU

UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN

NO KECAMATAN

JUMLAH

DESA/

KELURAHANPOSKESDES

PUSKESMAS

Page 226: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 74

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

DR SPESIALIS a DOKTER UMUM

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 14 9 10 11

1 MAJENE - 2 1 3 2 1 3 - 2 2

2 POLEWALI MANDAR - 41 - - - 19

3 MAMASA - 6 7 13 6 7 13 - 1 1

4 MAMUJU - 19 32 51 19 32 51 3 17 20

5 MAMUJU UTARA - 8 9 17 8 9 17 2 6 8

- - - - - -

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - 35 49 125 35 49 84 5 26 50

1 RS Majene 3 3 2 4 6 2 7 9 3 3

2 RS Polewali Mandar 11 - - - - 2

RS Mamasa 1 - 1 2 2 4 3 2 5 1 1

RS Banua Mamasa - 1 2 3 1 2 3 -

RS Mamuju 6 2 8 4 13 17 10 15 25 3 3

RS Mamuju Utara - 1 4 5 1 4 5 1 1 2

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 7 5 23 10 25 35 17 30 47 1 8 11

SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 1 1

RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 1.2 0.9 2.0 7.7 12.8 13.8 8.9 13.6 11.3 1.0 5.9 5.2

INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - -

DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - 4 2 - 2 - - 1

DINAS KESEHATAN MAJENE - - - - - -

DINAS KESEHATAN POLMAN - 2 - - - 1

DINAS KESEHATAN MAMASA - - - - - -

DINAS KESEHATAN MAMUJU - - - - - -

DINAS KESEHATAN MAMUJU UTARA - 2 2 - 2 -

JUMLAH (KAB/KOTA) 7 5 23 45 74 163 54 79 134 6 34 61

Keterangan : a termasuk S3

b termasuk Dokter Gigi Spesialis

JUMLAH TENAGA MEDIS DI SARANA KESEHATAN

JUMLAH

Sumber: ……………… (sebutkan)

DOKTER GIGI b

NO UNIT KERJA

Page 227: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 75

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

BIDAN

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 MAJENE 28 104 132 1 2 3 36 90 126 15 21 36 52 113 165 3 10 13

POLEWALI MANDAR 62 139 201 4 197 - - - 201 -

MAMASA 24 39 63 3 9 12 35 140 175 38 149 187 -

MAMUJU 38 156 194 6 9 15 81 142 223 87 151 238 -

MAMUJU UTARA 23 102 125 4 4 17 52 69 20 18 38 41 70 111 3 3 6

- - - - - - - -

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 175 540 715 14 20 38 169 424 790 35 39 74 218 483 902 6 13 19

1 RS Majene 2 16 18 2 1 3 13 35 48 1 10 11 16 46 62 - 1 1

2 RS Polewali Mandar 6 14 20 4 107 - - - 111

3 RS Mamasa 1 1 2 1 19 - - - 20

RS Banua Mamasa 1 1 9 - - - 9

4 RS Mamuju 23 23 10 10 25 121 146 - 25 131 156 -

5 RS Mamuju Utara 16 16 1 2 3 4 25 29 4 4 5 31 36 1 2 3

pula Rumah Bersalin) - - - - - - - -

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 9 71 80 3 13 21 42 181 358 1 14 15 46 208 394 1 3 4

SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - 5 - - - 5 -

RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 68 45 119 112 1 3 2

INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - -

DINAS KESEHATAN 5 1 14 1 3 2 16 - - -

DINAS KESEHATAN MAJENE - - - - - - - -

DINAS KESEHATAN POLEWALI MANDAR 1 2 3 - 11 - - - 11 -

DINAS KESEHATAN MAMASA - - - - - - - -

DINAS KESEHATAN MAMUJU - - - - - - - -

DINAS KESEHATAN MAMUJU UTARA 1 1 2 1 1 2 1 3 1 1 3 2 5 - - -

JUMLAH (KAB/KOTA) 185 612 797 18 33 60 213 606 1,156 36 54 90 267 693 1,306 7 16 23

Sumber: ……………… (sebutkan)

Keterangan : a termasuk S2 dan S3

b termasuk SLTA

JUMLAHD-I PERAWATb

PERAWATPERAWAT GIGI

JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN

BIDAN DIII BIDANJUMLAHSARJANA KEPERAWATAN

a D-III PERAWATNO UNIT KERJA

Page 228: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 76

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

TENAGA GIZI

APOTEKERa SARJANA FARMASI

D-III FARMASI DAN

ASS APOTEKERD-IV/SARJANA GIZI

a DI DAN D-III GIZI

L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L+P L P L+P L P L+P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

1 MAJENE 1 6 7 - 1 3 4 2 9 11 1 1 2 10 10 1 11 12

POLEWALI MANDAR 5 - - - - 5 - - - - -

MAMASA 1 1 - 1 1 - 2 2 - - - - -

MAMUJU 14 14 - 1 5 6 1 19 20 2 4 6 4 10 14 6 14 20

MAMUJU UTARA 1 11 12 1 2 3 2 4 6 4 17 21 - 8 8 - 8 8

- - - - - - - - - - -

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 2 32 39 1 2 3 4 13 17 7 47 59 3 5 8 4 28 32 7 33 40

1 RS Majene - 7 7 - - - - 1 1 - 8 8 1 1 2 - 1 1 2

2 RS Polewali Mandar 4

3 RS Mamasa - 2 2 - - - - 2 2 - 4 4 - 1 1 1 8 8 1 9 9

4 RS Banua Mamasa 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - -

5 RS Mamuju 14 14 - 1 5 6 1 19 20 2 2 3 3 - 5 5

6 RS Mamuju Utara 2 8 10 2 4 6 4 12 16 8 24 32 - - 4 4 - 4 4

- - - - - - - - - - -

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 3 31 38 2 4 6 5 20 25 9 55 64 1 4 5 1 15 15 2 19 20

SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - -

RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 3 18 11 2 9 5

INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 4 4 - - 2 2 - - - -

DINAS KESEHATAN MAJENE - 2 2 - - - - 1 1 - -

DINAS KESEHATAN POLEWALI MANDAR - - - - - - - - - - -

DINAS KESEHATAN MAMASA 1 2 3 - - - - 1 1 2 2 -

DINAS KESEHATAN MAMUJU - - - - - - - - - - -

DINAS KESEHATAN MAMUJU UTARA - - - - - - - - - - -

JUMLAH (KAB/KOTA) 5 67 81 3 6 9 9 35 44 16 102 123 4 9 13 5 43 47 9 52 60

Sumber: ……………… (sebutkan)

Keterangan : a termasuk S2 dan S3

JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DAN GIZI DI SARANA KESEHATAN

NO UNIT KERJA JUMLAH JUMLAH

TENAGA KEFARMASIAN

Page 229: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 77

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

TENAGA KESMAS TENAGA

SANITASI

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 MAJENE 1 11 12 - - - 1 11 23 6 9 15

POLEWALI MANDAR 35 15 - - 50 17

MAMASA 4 4 8 - 4 4 8 -

MAMUJU 6 6 12 - 6 6 12 15 7 22

MAMUJU UTARA 6 16 22 - 6 16 22 -

- - 6 16 22 3 6 9

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 17 37 89 - - 15 23 53 137 24 22 63

1 RS Majene 4 6 10 - 4 6 10 1 - 1

RS Polewali Mandar 9 2 - - 11 1

RS Mamasa - 5 5 - 5 5 -

RS Mamuju 1 8 9 9 1 2 3

RS Mamuju Utara - - - - - -

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 5 14 28 - 5 7 4 11 35 2 2 5

SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - -

RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 4.6 11.0 14.8 4.5 4.1 5.8

Dinas Kesehatan 8 20 41 - - - 8 20 41 4 3 7

MAJENE 7 8 15 - - - 7 8 15 4 3 7

POLEWALI MANDAR - - 13 - - - - - 13 - - -

MAMASA 1 7 8 - - - 1 7 8 - - -

MAMUJU - - - - - - - - - - - -

MAMUJU UTARA - 5 5 - - - - 5 5 - - -

DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - -

JUMLAH (KAB/KOTA) 30 71 158 - 5 22 35 84 213 30 27 75

Sumber: ……………… (sebutkan)

Keterangan: a termasuk S2 dan S3

b termasuk D-I

JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI SARANA KESEHATAN

NO UNIT KERJA JUMLAH SARJANA KESMAS a

D-III KESMAS b

Page 230: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 78

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

ANALIS LAB. TEM & P.RONTG P.ANESTESI

L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 MAJENE 2 4 6 - - - - - - 2 4 6 1 4 5

2 POLEWALI MANDAR 20 - - 20 -

3 MAMASA 3 6 9 - - - -

4 MAMUJU 4 6 10 3 5 8 2 - 2 - -

5 MAMUJU UTARA 1 1 - - 1 1 1

- - - - -

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 10 16 46 3 5 8 2 - 2 2 4 27 2 4 6

1 RS Majene 2 2 4 1 4 5 - - - 3 6 9 - 2 2

RS Polewali Mandar 1 9 1 11 2

RS Mamasa 3 3 - - 3 2 2

RS Mamuju 2 8 10 3 5 8 2 - 2 7 13 20 4 4 8

RS Mamuju Utara 1 2 3 2 4 6 - 9 1 4 5

- - - - -

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 8 12 21 6 13 28 2 - 3 10 19 52 5 12 19

SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - -

RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 2.1 4.0 6.8 1.2 2.8 2.1

DINAS KESEHATAN -

Majene - - - - - - - - - - - - - - -

Polman 2 2

Mamasa -

Mamuju -

Mamuju Utara -

JUMLAH (KAB/KOTA) 18 28 67 9 18 36 4 - 5 12 23 79 7 16 25

Sumber: ……………… (sebutkan)

JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI SARANA KESEHATAN

TENAGA TEKNISI MEDISFISIOTERAPIS

JUMLAH NO UNIT KERJA

Page 231: Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011

TABEL 79

PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2011

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN

Rupiah %

1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:

1 APBD KAB/KOTA 164,263,245,060 80.27

a. Belanja Langsung 77,465,286,600.00

b. Belanja Tidak Langsung 86,797,958,460.34

2 APBD PROVINSI 11,883,027,270 5.81

a. Belanja Langsung 7,430,075,150.00

b. Belanja Tidak Langsung 4,452,952,120.00

3 APBN : 28,118,877,000 13.74

- Dana Dekonsentrasi - 0.00

- Dana Alokasi Khusus (DAK) 9,816,315,000 4.80

- ASKESKIN 5,054,513,000 2.47

- Jampersal 5,297,759,000 2.59

- BOK 7,950,290,000 3.89

- 0.00

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 372,468,540 0.18

GF ATM Malaria 276,271,540

GF ATM TB 96,197,000

DHS 2. Bansos 1,575,000,000

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN 0.00

204,637,617,870 100.0

2,096,533,229,330

7.83

175,845.24

Sumber: ……................ (sebutkan)

ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

TOTAL APBD KAB/KOTA

% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA

ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA

NO SUMBER BIAYA

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN