produktivitas primer perairan di waduk lahor ...repository.ub.ac.id/7592/1/qomariyah,...

100
i PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh: NUR QOMARIYAH NIM. 135080101111130 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 19-Dec-2020

20 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

i

PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR KABUPATEN

MALANG, JAWA TIMUR

SKRIPSI

Oleh:

NUR QOMARIYAH NIM. 135080101111130

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

ii

PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR KABUPATEN

MALANG, JAWA TIMUR

SKRIPSI

Sebagai salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan

di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh:

NUR QOMARIYAH NIM. 135080101111130

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

iii

Page 4: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

iv

IDENTITTAS TIM PENGUJI

Judul : PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR

KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

Nama Mahasiswa : Nur Qomariyah

NIM : 135080101111130

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

PENGUJI PEMBIMBING:

Pembimbing 1 : Dr. Ir. Muhammad Mahmudi, MS

Pembimbing 2 : Prof. Dr. Ir. Endang Yuli H, MS.

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

Dosen Penguji 1 : Prof. Ir. Yenny Risjani, DEA,Ph.D

Dosen Penguji 2 : Ir.Putut Widjarnako,MP.

Tanggal Ujian : 30 November 2017

Page 5: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillahirobbil’alamin, dalam melaksanakan laporan ini, tentunya

tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karenanya pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1 Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga

penulis bisa menuntut ilmu di Universitas tercinta ini dengan lancar, serta

diberikan-Nya kemudahan dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

2 Ibu (Sripah), Ayah (Muslikh), Kakak (Yasin), ketiga adik tercinta (Sakinah,

Purwati, Muslimin) dan seluruh kerabat atas dorongan yang kuat, memberi

semangat, restunya serta doa yang tiada hentinya untuk kebaikan penulis.

3 Bapak Dr. Ir. Muhammad mahmudi, MS. dan Ibu Prof. Dr. Ir. Endang yuli

H, MS., yang selalu menginspirasi penulis untuk menjadi pribadi yang lebih

baik dan lebih optimis, serta atas kesabarannya dalam membimbing

penulis menyelesaikan laporan skripsi ini.

4 Ibu Prof. Dr. Ir Yenny Risjani, DEA, Ph.D., selaku Dosen penguji I dan Ir.

Putut Widjarnako, MP., selaku Dosen Penguji II skripsi penulis yang

memberikan bimbingan serta pembenahan dalam penyempurnaan skripsi.

5 Segenap keluarga besar LKP2 (Lembaga Kajian dan Pengembangan

Profesi) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan keluarga besar UAKI

(Unit Aktivis Kerohanian Islam) Universitas Brawijarya. yang selalu

memberikan tempat terbaiknya untuk berproses, mengajarkan

kebersmaan, mengajarkan keteladanan dan ilmu yang tidak penulis

dapatkan di bangku kuliah.

6 Teman-teman di penjara suci (Pondok Pesantren Darul Hikmah Putri

Malang) yang selalu memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

Page 6: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

vi

7 Sahabat tercinta Hindun latifah, Rindy, Robi’, Tafana, Hakim, Catur

sugianto, Irvan, Febri, Diaz, Wirda, Niswa, Evi, dika, diki, fika dan fudla

yang selalu menjadi pengganggu, penghibur, penasihat dan selalu ada

untuk penulis.

8 Teman-teman FAM 13 yang selalu membantu dan berpartisipasi dalam

penelitian, serta terus memberikan semangat kepada penulis.

9 Teruntuk masa depan saya-siapapun anda-, terimakasih telah menjadi

motivasi bagi saya untuk menjadi lebih baik.

Malang, November 2017

Penulis

Page 7: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

vii

RINGKASAN

Nur Qomariyah. Produktivitas Primer Perairan Waduk Lahor Kabupaten Malang, Jawa Timur (di bawah bimbingan Dr.Ir.Mohammad mahmudi, MS. dan Prof.Dr.Ir. Endang yuli H., MS.

waduk merupakan salah satu perairan umum yang tergolong dalam perairan buatan yang dibuat dengan cara membendung badan sungai tertentu. Pembuatan waduk umumnya bertujuan untuk sumber air minum, PLTA, pengendali banjir, pengembangan perikanan darat, irigasi dan pariwisata (Ewuse, 1990). Pemanfaatan waduk akan menyumbang bahan organik dalam perairan. Bahan organik yang masuk kedalam perairan akan di dekomposisi menjadi nutrien dan fosfor. Penambahan beban nutrien kedalam perairan waduk dapat berpotensi terjadinya eutrofikasi (Novita et al.,2015).

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13-30 bulan juni 2017. Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah: Mengetahui produktivitas perairan Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur. Mendapatkan hasil produktivitas primer dan kelimpahan fitoplankton di Waduk Lahor, mendapatkan hasil klorofil-a, mendapatkan hasil hubungan produktivitas primer dengan klorofil-a, dan mendapatkan status trofik Waduk Lahor Kabupaten Malang. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dasar tentang produktivitas perairan Waduk Lahor Kabupaten Malang. Sehingga dapat di gunakan untuk menjaga kelestarian serta daya dukung perairan Waduk Lahor.

Materi yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah faktor fisika, kimia, dan biologi air. Parameter fisika meliputi suhu dan kecerahan. Sedangkan parameter kimia meliputi pH, Oksigen terlarut, nitrat, Orthofosfat, karbon dioksida. Parameter biologi meliputi klorofil-a, Produktivitas primer dan komunitas fitoplankton. Tempat pengambilan sampel dilakukan di Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur dengan menggunakan 4 titik sampling.

Hasil produktivitas primer bersih atau (NPP) parairan Waduk Lahor berkisar antara 154,28-253,39mgC/m2/Hari tergolong mesotrofik menuju eutrofik. Kelimpahan fitoplankton 14860-21630sel/ml tergolong eutrofik. Hasil perhitungan klorofil-a 10,39-13,85mg/l, menunjukkan eutrofik. Persamaan regresi Y= 1,4831x + 0,6642, terdapat hubungan antara produktivitas primer dengan klorofil-a. Dengan persamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran fisika, kimia perairan yaitu: suhu 27,5-28,50C, kecerahan 88,5-93 cm, pH 8, oksigen terlarut 6,89-10,24 mg/l, karbondioksida 7,5-7,9mg/l, nitrat 0,199-0,26mg/l. Orthofosfat 0,025-0,031mg/l tergolong eutrofik, total fosfor 0,171-0,208mg/l, tergolong dalam eutrofik, Hasil perhitungan Trophic State Indeks (TSI) di Waduk Lahor 63 dapat digolongkan dalam kategori eutrofik sedang. sedangkan

Penelitian produktivitas primer di waduk lahor ini mendapatkan disimpulkan bahwa : Hasil produktivitas primer bersih parairan Waduk Lahor terggolong kedalam perairan mesotrofik menuju eutrofik. Komposisi fitoplakton terdiri dari 4 divisi yaitu Cyanobacteria, Chlorophyta, Cyanophyta, Crysophyta. Dan terdiri dari 18 genus yaitu : Agmenelum, Anabaena, Microcystis, Phormidium, Oscillatoria, Mikrospora, Scenedesmus, Volvox, Chlorella, Gyrosigma, dan Staurastrum. Dengan indeks keanekaragaman sedang, dan belum terdapat dominasi. Klorofil-a di waduk lahor di golongkan dalam perairan eutrof. Hubungan produktivitas primer dengan klorofil-a R2 0,691 yang artinya produktivitas primer memiliki hubungan yang erat dengan klorofil-a. Status trofik Waduk Lahor tergolong eutrofik sedang.

Saran: penelitian tentang produktivitas primer perairan waduk lahor perlu dilakukan secara rutin satu bulan sekali atau 3 bulan sekali. karena produktivitas

Page 8: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

viii

primer perairan dapat dijadikan sebagai praduga tekanan ekologis yang terjadi di suatu perairan. selain itu dapat dijadikan sebagai penentu status trofik perairan yang nantinya di jadikan sebagai acuan untuk pengelolaan Waduk Lahor.

Page 9: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya yang

terlimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

SKRIPSI sebagai salah satu syarat kelulusan pada program S1, Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan dengan

judul “Produktivitas Primer Perairan Waduk Lahor Kabupaten Malang, Jawa

Timur”. Di dalam tulisan ini, diinformasikan tentang pokok-pokok bahasan yang

meliputi produktivitas primer Waduk Lahor Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa terwujudnya laporan SKRIPSI ini tidak lepas dari

kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi

yang membutuhkan.

Malang, Oktober 2017

Penulis

Page 10: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

x

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................... v

RINGKASAN ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

1. PENDAHULUAN .............................................. Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang .......................................... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah .................................... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan Penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined. 1.4 Manfaat Penelitian ..................................... Error! Bookmark not defined. 1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ............... Error! Bookmark not defined.

2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................... Error! Bookmark not defined. 2.1 Waduk ....................................................... Error! Bookmark not defined. 2.2 Produktivitas Primer .................................. Error! Bookmark not defined. 2.3 Fitoplankton ............................................... Error! Bookmark not defined.

2.3.1 Kelimpahan Fitoplankton ................ Error! Bookmark not defined. 2.3.2 Klorofil-a......................................... Error! Bookmark not defined.

2.4 Faktor Fisika Perairan ............................... Error! Bookmark not defined. 2.4.1 Suhu .............................................. Error! Bookmark not defined. 2.4.2 Kecerahan ..................................... Error! Bookmark not defined.

2.5 Faktor Kimia Perairan ................................ Error! Bookmark not defined. 2.5.1 Derajat keasaman (pH) .................. Error! Bookmark not defined. 2.5.2 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) ........... Error! Bookmark not

defined. 2.5.3 Karbon dioksida (CO2) ................... Error! Bookmark not defined. 2.5.4 Nitrat .............................................. Error! Bookmark not defined. 2.5.5 Ortofosfat ....................................... Error! Bookmark not defined. 2.5.6 Total fosfor ..................................... Error! Bookmark not defined.

2.6 Trophic State Index (TSI) .......................... Error! Bookmark not defined.

3. MATERI DAN METODE PENELITIAN ............. Error! Bookmark not defined. 3.1 Materi Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined. 3.2 Alat dan Bahan .......................................... Error! Bookmark not defined. 3.3 Metode Penelitian ...................................... Error! Bookmark not defined. 3.4 Sumber Data ............................................. Error! Bookmark not defined. 3.5 Lokasi Pengambilan Sampel ..................... Error! Bookmark not defined. 3.6 Prosedur Pengambilan dan Pengukuran Sampel .... Error! Bookmark not defined.

3.6.1 Pengukuran Produktivitas Primer ... Error! Bookmark not defined. 3.6.2 Suhu .............................................. Error! Bookmark not defined.

Page 11: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

xi

3.6.3 Kecerahan ..................................... Error! Bookmark not defined. 3.6.4 Derajad Keasaman (pH) ................ Error! Bookmark not defined. 3.6.5 Oksigen Terlarut (DO) .................... Error! Bookmark not defined. 3.6.6 Karbondioksida (CO2) .................... Error! Bookmark not defined. 3.6.7 Nitrat (NO3

-) ................................... Error! Bookmark not defined. 3.6.8 Orthofosfat (PO4

3-) ......................... Error! Bookmark not defined. 3.6.9 Total Fosfor .................................... Error! Bookmark not defined. 3.6.10 Klorofil-a......................................... Error! Bookmark not defined. 3.6.11 Prosedur Pengambilan FitoplanktonError! Bookmark not defined.

3.7 Analisa Data .............................................. Error! Bookmark not defined. 3.7.1 Trophic State Indeks (TSI) ............ Error! Bookmark not defined. 3.7.2 Indeks Dominasi dan Indeks keragaman Fitoplankton .......... Error!

Bookmark not defined. 3.7.3 Analisis Regresi Linier .................... Error! Bookmark not defined.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. Error! Bookmark not defined. 4.1 Keadaan Umum Lokasi Skripsi .................. Error! Bookmark not defined.

4.1.1 Stasiun 1 ........................................ Error! Bookmark not defined. 4.1.2 Stasiun 2 ........................................ Error! Bookmark not defined. 4.1.3 Stasiun 3 ........................................ Error! Bookmark not defined. 4.1.4 Stasiun 4 ........................................ Error! Bookmark not defined.

4.2 Produktivitas Primer .................................. Error! Bookmark not defined. 4.3 Fitoplankton ............................................... Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Komposisi Fitoplankton dan kelimpahan fitoplankton ............ Error! Bookmark not defined.

4.3.2 Indeks Keanekaragaman Fitoplankton dan Indeks Dominasi Fitoplankton ................................... Error! Bookmark not defined.

4.3.3 Klorofil-a......................................... Error! Bookmark not defined. 4.4 Hubungan Produktivitas Primer dengan Klorofil-a .. Error! Bookmark not defined. 4.5 Faktor Fisika, Kimia Perairan ..................... Error! Bookmark not defined.

4.5.1 Suhu .............................................. Error! Bookmark not defined. 4.5.2 Kecerahan ..................................... Error! Bookmark not defined. 4.5.3 Derajad Keasaman (pH) ................ Error! Bookmark not defined. 4.5.4 Oksigen terlarut .............................. Error! Bookmark not defined. 4.5.5 Karbondioksida (CO2) .................... Error! Bookmark not defined. 4.5.6 Nitrat .............................................. Error! Bookmark not defined. 4.5.7 Orthofosfat ..................................... Error! Bookmark not defined. 4.5.8 Total Fosfor .................................... Error! Bookmark not defined.

4.6 Tingkat Tropik Waduk Lahor Berdasarkan Trophic State Indeks (TSI)Error!

Bookmark not defined.

5. KESIMPULAN dan SARAN .............................. Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ............................................... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ........................................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .............................................. Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.

Page 12: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Stratifikasi kesuburan perairan sesuai TSI .......... Error! Bookmark not defined.

2. Alat dan bahan.................................................... Error! Bookmark not defined.

3. Hasil perhitungan produktivitas primer (mg C/m2/Hari) ....... Error! Bookmark not

defined.

4. Indeks keanekaragaman dan indeks dominasi fitoplankton Waduk Lahor .. Error!

Bookmark not defined.

5. Hasil pengukuran klorofil-a mg/m3 ...................... Error! Bookmark not defined.

6. Hasil perhitungan TSI ......................................... Error! Bookmark not defined.

Page 13: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alir rumusan masalah .............................. Error! Bookmark not defined.

2. Lokasi pengambilan sampel................................ Error! Bookmark not defined.

3. Lokasi pengambilan sampel stasiun 1 ................ Error! Bookmark not defined.

4. Lokasi pengambilan sampel stasiun 2 ................ Error! Bookmark not defined.

5. Lokasi pengambilan sampel stasiun 3 ................ Error! Bookmark not defined.

6. Lokasi pengambilan sampel stasiun 4 ................ Error! Bookmark not defined.

7. Kelimpahan Relatif Fitoplankton ......................... Error! Bookmark not defined.

8. Hubungan produktivitas primer dengan klorofil-a Error! Bookmark not defined.

9. Diagram hasil pengukuran suhu ......................... Error! Bookmark not defined.

10. Diagram hasil pengukuran kecerahan ............... Error! Bookmark not defined.

11. Diagram hasil perhitungan pH ........................... Error! Bookmark not defined.

12. Diagram hasil pengukuran oksigen terlarut ....... Error! Bookmark not defined.

13. Diagram hasil pengukuran karbondioksida ....... Error! Bookmark not defined.

14. Diagram hasil pengukuran nitrat ....................... Error! Bookmark not defined.

15. Diagram hasil perhitungan orthofosfat .............. Error! Bookmark not defined.

16. Diagram hasil perhitungan total fosfor ............... Error! Bookmark not defined.

Page 14: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Klasifikasi dan gambar fitoplankton ..................... Error! Bookmark not defined.

2. Tabel hasil perhitungan kelimpahan fitoplankton (N) .......... Error! Bookmark not

defined.

3. Kelimpahan fitoplankton dan kelimpahan relatif fitoplankton stasiun 1 ....... Error!

Bookmark not defined.

4. Kelimpahan fitoplankton dan kelimpahan relatif fitoplankton stasiun 2 ....... Error!

Bookmark not defined.

5. Kelimpahan fitoplankton dan kelimpahan relatif fitoplankton stasiun 3 ....... Error!

Bookmark not defined.

6. Kelimpahan fitoplankton dan kelimpahan relatif fitoplankton stasiun 4 ....... Error!

Bookmark not defined.

7. Tabel hasil perhitungan parameter fisika-kimia ... Error! Bookmark not defined.

8. Perhitungan TSI SD (kecerahan) ........................ Error! Bookmark not defined.

9. Tabel perhitungan TSI TP (total fosfor) ............... Error! Bookmark not defined.

10. Tabel perhitungan TSI Chlo (klorofil-a).............. Error! Bookmark not defined.

11. Tabel Hasil perhitungan TSI .............................. Error! Bookmark not defined.

12. Hasil regresi linier npp dan chlorofil-a ............... Error! Bookmark not defined.

13. perhitungan produktivitas primer ....................... Error! Bookmark not defined.

14. Foto penambilan sampel dan pengukuran sampel ........... Error! Bookmark not

defined.

Page 15: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

1

Page 16: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan tawar, salah satunya waduk menempati ruang yang lebih kecil

bila di bandingkan dengan lautan maupun daratan, namun demikian ekosistem

air tawar memiliki peranan penting karena merupakan sumber air rumah tangga

dan industri yang murah. Selain itu perairan tawar merupakan tempat

pembuangan yang mudah dan murah (Heddy dan Kurniati, 1994).

Waduk merupakan salah satu perairan tawar buatan yang di buat dengan

cara membendung beberapa sungai dengan berbagai tujuan tertentu, seperti

pencegah banjir, pembangkit listrik, untuk irigasi pertanian, untuk kegiatan

perikanan budidaya, perikanan tangkap dan untuk kegiatan pariwisata. Dengan

demikian maka waduk telah memberikan manfaat tersendiri bagi masyarakat

sekitar (Apridayanti, 2008).

Waduk mempunyai karakteristik yang berbeda dengan badan air lainnya.

Waduk menerima masukan air sungai terus menerus dari beberapa sungai,

sedangkan air sungai mengandung bahan organik dan bahan anorganik yang

dapat menyuburkan perairan waduk. Pada saat pengisian air terjadi dekomposisi

bahan organik berlebihan yang berasal dari perlakuan sebelum pengisian air

waduk. Dengan demikian jelas sekali bahwa semua perairan waduk akan

mengalami eutrofikasi setelah 1-2 tahun pengisian air, karena sebagai hasil

dekomposisi bahan organik. Eutrofikasi akan menyebabkan meningkatnya

produksi ikan sebagai kelanjutan dari tropik level organik dalam suatu ekosistem

(Wiadnya et al.,1993).

Page 17: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Bendungan Lahor dibangun tahun 1972, dan beroperasi sejak november

1977 merupakan bagian dari proyek pembangunan wilayah sungai brantas yang

dilaksanakan secara terpadu oleh Badan Pelaksana Induk Pembangunan

Wilayah Sungai Brantas. Waduk Lahor ini dialiri oleh tiga buah sungai yaitu

sungai Lahor, Sungai Leso, dan sungai Dewi. Waduk Lahor mampunyai luas 2,6

km2 atau 260 Ha, terletak kurang lebih 1,5 km disebelah utara proyek serbaguna

karangkates, dan kurang lebih 32 km disebelah selatan kota malang ke arah kota

blitar. Waduk ini menjadi salah satu inlet (daerah aliran masuk) dari waduk

sutami terbesar di Jawa Timur (Apridayanti, 2008).

sungai yang mengaliri Waduk Lahor menjadi salah satu media bagi

masuknya bahan organik dan anorganik yang berasal dari berbagai aktivitas di

sekitar waduk dan sungai-sungai tersebut. Beban masukan ini akan memicu

proses pengkayaan unsur hara (eutrofikasi). Dimana eutrofikasi ini menandakan

bahwa perairan mengalami kerusakan, karena eutrofikasi ini menyebabkan

terjadinya proses sedimentasi bahkan bisa sampai membentuk daratan baru

(Goldman and Horne, 1983).

Sumberdaya perairan waduk selain ikan dan tanaman air, juga terdapat

biota lain yang salah satunya adalah plankton. Plankton adalah organisme

mengapung yang pergerakannya tergantung pada arus (Odum, 1993).

Sedangkan menurut boney 1975 dalam Herawati (2003) plankton merupakan

organisme yang melayang dalam air laut atau tawar dan pergerakannya secara

pasif tergantung pada angin dan arus. Plankton terdiri dari tumbuhan mikroskopis

yang disebut fitoplankton.

Plankton, Khususnya fitoplankton telah lama digunakan sebagai indikator

kualitas air. Beberapa spesies tumbuh subur pada perairan eutropik walaupun

ada beberapa yang sensitif terhadap sampah organik dan kimia. Beberapa

spesies berasosiasi dengan tumbuhan berbahaya, kadang-kadang menghasilkan

Page 18: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

rasa dan bau yang tidak sedap atau bersifat racun. Karena siklus hidupnya yang

pendek, plankton cepat merespon perubahan lingkungan dan dapat menentukan

kualitas perairan. Fitoplankton diperairan sebagai produser primer dan dalam

trofik level menduduki tingkat yang pertama. Namun bila sampai blooming akan

merugikan organisme yang lainnya misalnya mematikan ikan dan hewan-hewan

lain karena kekurangan oksigen, meningkatnya racun dari amoniak dan

timbulnya gas H2S, selain itu juga dapat mengurangi daya guna perairan.

produksi fitoplankton bisa diwakili oleh nilai produktivitas primer.

Produktivitas primer adalah laju produksi karbon organik per satuan waktu yang

merupakan hasil penangkapan energi matahari oleh tumbuhan hijau untuk

diubah menjadi energi kima melalui fotosintesis (Odum dalam Asriana dan

Yuliana, 2012). Menurut Handayani (2015), perairan Waduk Lahor tergolong

perairan mesotrofik menuju eutrofik dengan nilai konsentrasi klorofil-a 4,92 µg/L

– 6,87 µg/L dan produktivtas peimer berkisar antara 2,209 g C/m2/hari – 2,708 g

C/m2/hari. sehingga perlu dilakukan adanya penelitian tentang produktivitas

primer perairan Waduk Lahor.

produktivitas primer sangat berguna untuk menentukan kesuburan

perairan, dimana pendugaan ini sangat diperlukan dalam pengelolaan perairan

waduk yang lestari. Pendekatan nilai produktivitas primer dalam penelitian ini

dilakukan dengan metode oksigen (botol gelap-terang). Yaitu mengukur nilai

oksigen yang dihasilkan dalam proses fotosintesis. Nilai ini cukup akurat dalam

penentuan produktivitas primer dan dalam penelitian ini metode oksigen mudah

digunakan karena metode ini dapat memberikan informasi berharga tentang

reaksi kimia dan biologi yang terjadi di air dan merupakan faktor penting dalam

mempengaruhi kehidupan akuatik serta kapasitas air untuk menerima bahan

organik tanpa menyebabkan gangguan perairan.

Page 19: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

1.2 Rumusan Masalah

Waduk Lahor menerima masukan air secara terus menerus dari sungai

yang mengalirinya. Air sungai ini mengandung bahan organik dan anorganik

yang di dapat dari kegiatan masyarakat di sekitar sungai seperti (penggunaan

sungai sebagai MCK, mendapat suplai limbah cair dari industri sekitar,

mendapatkan suplai dari limbah peternakan, dan mendapat suplai dari limbah

pertanian. Adanya kegiatan tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi

kualitas air maupun kondisi waduk karena sumber bahan organik maupun

anorganik masuk kedalam perairan waduk yang dapat menyebabkan terjadinya

pengkayaan nutrien (eutrofikasi) sehingga mengakibatkan adanya blooming dan

penurunan kualitas waduk. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka dapat

mempengaruhi produktivitas primer perairan waduk, oleh karena itu perlu

dilkukan penelitian terkait produktivitas primer perairan. Bagan alir rumusan

masalah dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan alir rumusan masalah a Secara garis besar di sekitar Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur

terdapat berbagai kegiatan manusia seperti kegiatan perikanan darat,

kegiatan pertanian, peternakan dan kegiatan pariwisata yang secara

(a)

(b)

(c) (d)

Aktivitas sekitar Waduk Lahor

Pertanian

Perikanan darat

Pariwisata

Dan lain-lain

Parameter fisika, kimia

dan biologi perairan

Produktivitas primer

peraairan Waduk Lahor

Kondisi fitoplankton

Page 20: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat pemanfaatan

air waduk baik sarana dan prasarana penunjang kegiatan maupun tempat

tampungan air sungai, sehingga akan menyebabkan adanya perubahan

kualitas air baik secara fisika, kimia dan biologi perairan.

b Perubahan kualitas air secara fisika dan kimia dapat mempengaruhi

parameter biologi perairan yaitu fitoplankton

c Perubahan kondisi biologis perairan terutama perubahan komposisi

fitoplankton dapat mempengaruhi terjadinya perubahan produktivitas primer

perairan Waduk Lahor yang terjadi dapat menentukan tingkat kesuburan

perairan Waduk Lahor Kabupaten Malang.

d Produktivitas primer perairan dapat dijadikan sumber dalam pengelolaan

sumberdaya perairan Waduk Lahor dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam

mengontrol aktivitas masyarakat di sekitar Waduk Lahor Kabupaten Malang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan hasil produktivitas primer perairan, kelimpahan

fitoplankton dan mendapatkan hasil parameter fisika-kimai perairan

Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur.

2. Mendapatkan hubungan antara produktivitas primer dengan klorofil-a di

Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur

3. Mendapatkan hasil dari stasus trofik perairan Waduk Lahor Kabupaten

Malang Jawa Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi informasi dasar tentang produktivitas

perairan Waduk Lahor Kabupaten Malang. Sehingga dapat di gunakan untuk

menjaga kelestarian serta daya dukung perairan Waduk Lahor.

Page 21: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksaanakan pada tanggal 13-30 bulan juni 2017.

Penelitian ini dilakukan di Waduk Lahor Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Kemudian di lanjutkan dengan analisis parameter kimia dan biologi di

Laboratorium Lingkungan dan Bioteknologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Brawijaya Malang dan Laboratorium Kimia Universitas

Muhammadiyah Malang.

Page 22: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Waduk

Air menutupi ± 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta

Km3. Air tedapat berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air

tawar terdapat di sungai, danau, air tanah dan air gunung es. Semua air di

daratan dihubungkan dengan siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinyu

(Effendi, 2003). Air tawar berasal dari dua sumber yaitu air permukaan dan air

tanah. Air yang berada di permukan meliputi air sungai, danau, waduk, rawa dan

badan air lainnya. Sedangkan Perairan permukaan di bagi menjadi dua bagian

yaitu perairan tergenang dan perairan mengalir. Perairan tergenang meliputi

danau, kolam, waduk (Effendi, 2003).

Perairan tawar, salah satunya adalah waduk yang menempati ruang lebih

kecil bila dibandingkan dengan lautan maupun daratan, namun demikian

ekosistem air tawar memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan

sumber air rumah tangga dan industri yang murah. Perairan air tawar merupakan

tempat pembuangan yang mudah dan murah (Heddy dan Kurniati, 1994). Waduk

merupakan salah satu perairan umum yang tergolong dalam perairan buatan

yang dibuat dengan cara membendung badan sungai tertentu. Pembuatan

waduk umumnya bertujuan untuk sumber air minum, PLTA, pengendali banjir,

pengembangan perikanan darat, irigasi dan pariwisata (Ewuse, 1990).

Pemanfaatan waduk akan menyumbang bahan organik dalam perairan.

Bahan organik yang masuk kedalam perairan akan di dekomposisi menjadi

nutrien dan fosfor. Penambahan beban nutrien kedalam perairan waduk dapat

berpotensi terjadinya eutrofikasi. Kondisi ini tidak akan baik jika diiringi dengan

Page 23: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

bertambah banyaknya populasi fitoplankton dan dapat berpotensi menurunkan

kualitas perairan waduk (Novita et al., 2015).

2.2 Produktivitas Primer

Kehidupan di suatu perairan di mulai dari keberadaan mikroorganisme

yang di sebut fitoplankton. Pada sistem rantai makanan fitoplankton mempunyai

peran yang sangat penting yaitu sebagai penghasil produktivitas primer, karana

fitoplankton memiliki klorofil. Produktivitas suatu perairan di tentukan oleh

kemampuan perairan mensintesa bahan-bahan organik dari bahan anorganik

(Hutabarat, 2000). Dalam proses ini bahan-bahan organik yang terkandung di

dalam air seperti H2O, CO2 dan yang lainnya akan diikat menjadi bahan-bahan

organik seperti gula, melalui proses fisikokimiawi dengan bantuan energi sinar

matahari (Erlina, 2006). Menurut Odum (1996), produktivitas primer perairan

berperan sebagai laju penyimpanan energi radiasi melalui aktivitas fotosintesis

dan kemosintesis dari organisme dalam bentuk bahan organik yang digunakan

sebagai pakan alami.

Produktivitas primer pada dasarnya sesuai dengan aktivitas fotosintesa dari

organisme autotrof yang mampu mentransformasikan karbondioksida menjadi

bahan organik dengan bantuan sinar matahari (Irawati, 2011). Aliran energi

dalam ekosistem perairan dimulai dengan fiksasi energi oleh fitoplankton melalui

proses fotosintesis (Sumich, 1994). Hasil proses fotosintesis dilakukan oleh

tumbuhan berklorofil yang disebut sebagai produktivitas primer. Fotosintesis

mempunyai peran penting dalam pengaturan metabolisme komunitas, sangat di

pengaruhi oleh intensitas matahari dan faktor temperatur. Laju fotosintesis

bertambah 2-3 kali lipat untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 100C (Michael

1994, dalam Barus 2004).

Page 24: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Produksi primer di perairan alami tergantung pada energi radiasi yang

terjadi yaitu pada intensitas dan kualitas cahaya, suplai karbon, suplai nutrien

dan trace elemen, biomassa, dan produser primer aktif, suhu dan pergerakan air

(Mahmudi, 2005). Tingkat produktivitas primer suatu perairan memberikan

gambaran apakah suatu perairan cukup produktif dalam menghasilkan biomassa

tumbuhan, terutama fitoplankton, termasuk oksigen yang dihasilkan dari proses

fotosintesis. Sehingga dapat mendukung perkembangan ekosistem suatu

perairan. (Hariyadi et al., 2010).

Produktivitas primer dapat di ukur dengan menggunakan metode Oksigen.

Dalam penggunaan metode oksigen, didasarkan atas terbentukknya oksigen

selama berlangsungnya proses fotosintesis. Diasumsikan bahwa dalam proses

fotosintesis jumlah oksigen setara dengan jumlah karbondioksida (CO2) yang

terpakai. Meskipun asumsi ini tidak terlalu tepat, tapi cara perhitungan karbon

yang terbentuk dari perubahan oksigen masih bisa digunakan. Secara sederhana

dalam reaksi fotosintesis sebagai berikut (Asriana dan Yuliana, 2012).

Menurut Reylonds, (1989) reaksi fotosintesis terdiri dari 2 reaksi yaitu:

reaksi gelap dan reaksi terang. Adapun reaksi terang adalah sebagai berikut:

Sedangkan reaksi gelap yaitu:

CO

Sehingga jika kedua reaksi tersebut diringkas menjadi:

Metode oksigen ditentukan dengan beberapa parameter produktivitas

primer sebagai berikut:

a) GPP (Gross Peimary Productivity) yaitu total fotosintesis atau total asimilasi

atau disebut dengan produktivitas primer kosong

2NADP + 3ADP+3P+2H2O+8e- 2NADPH + 3ATP + 3P + 2H+ + O2

CO2 + 2NADPH + 3ATP + 2H+ 1/6C6H12O6 + H2O +2NADP + 3ADP + 3P

H2O + CO2 + 8e- = 1/6 [C6H12O6] + O2

Page 25: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

b) NPP (Net Primary Produktivity) yaitu bahan organik yang disimpan dalam

jaringan setelah dikurangi dengan jumlah yang terpakai untuk respirasi

selama selang waktu tertentu.

c) R (respirasi) yaitu jumlah oksigen yang digunakan untuk proses respirasi

d) NCP (Net Community Production) atau disebut juga dengan NPP yaitu

dikurangi dengan konsumsi oksigen oleh organisme heterotrofik selama

periode tertentu.

Beberapa model perhitungan untuk menentukan besarnya laju produksi

primer melalui metode oksigen atau botol gelap terang. Besarnya laju respirasi,

produktivitas primer kotor, dan produktivitas primer bersih (Haryadi et al., 1992

dalam Asriana dan Yuliana, 2012).

a Laju respirasi (RES)

RES = kadar O2 pada botol inisial – kadar O2 pada botol gelap atau

R = I – D (mg O2/liter).

b Produktivitas primer kotor (GPP)

GPP = kadar O2 pada botol terang – kadar O2 pada botol gelap

GPP = L – D (mg O2/liter).

c Produksi primer bersih (NPP)

NPP = kadar O2 pada botol terang – kadar O2 pada botol inisial

NPP = L – I (mgO2/liter)

2.3 Fitoplankton

2.5.1 Kelimpahan Fitoplankton

Plankton yang merupakan tumbuhan mikroskopis disebut dengan

fitoplankton. Fitoplankton sebagian besar merupakan organisme autotropik dan

menjadi produsen primer dari bahan organik pada habitat akuatik. Komponen

lain dari plankton adalah binatang heterotropik yang disebut dengan zooplankton.

Page 26: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Sehingga fitoplankton merupakan base line dari jaring-jaring makanan pada

lingkungan perairan (Herawati, 2003). Plankton adalah bagian dari komunitas

mahluk hidup di perairan. Komunitas tumbuhan ini disebut dengan fitoplankton.

Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan penting dalam

ekosistem air, dengan adanya klorofil mampu melakukan fotosintesis (Sitorus,

2009).

Fitoplankton adalah organisme yang hidup melayang di perairan dan

merupakan organisme dominan yang menyediakan oksigen di perairan melalui

proses fotosintesis (Sitinjak, 2009). Secara umum fitoplankton merupakan

organisme uniseluler. Koloni fitoplankton terdiri dari sel individu yang biasanya

uniform. Beberapa dari green dan blue green algae merupakan filamenteus

algae sedangkan beberapa spesies diatom dan dinoflagellata mempunyai sel

yang berhubungan membentuk seperti rantai sel (Herawati, 1989).

plankton pada golongan fitoplankton mempunyai warna sebagian besar

berwarna hijau, karena adanya semacam klorofil, klorofil-a sampai dengan

klorofil-d. Sehingga jenis fitoplankton diberi nama atas dasar warnanya (sachlan,

1982). Sedangkan menurut Davis (1995), fitoplankton yang hidup di air tawar

maupun air laut terdiri dari lima kelompok besar (Phyllum) yaitu Chloropyta

(ganggang hijau), Cyanophyta (ganggang biru), Chrysophyta (ganggang coklat),

Pyrophyta dan euglenophyta.

Kehidupan Fitoplankton di perairan dipengaruhi oleh adanya unsur hara N

dan P yang ada diperairan. Unsur tersebut didapatkan dari limbah akibat ektivitas

manusia. Sehingga dapat meningkatkan unsur hara N dan P di perairan. Dimana

peningkatan unsur hara tersebut akan mempengaruhi kelimpahan dan komposisi

fitoplankton (Maizar, 2011). Pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton

dipengaruhi oleh kandungan dan jenis nutrien di dalam badan air. Kandungan

dan besarnya jenis kandungan nutrien sangat teergantung pada kelas atau jenis

Page 27: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

fitoplankton itu sendiri. (Peihler et al., 2004). Menurut Pomeroy (1999), laju

pertumbuhan fitoplankton akan sebanding dengan meningkatnya konsentrasi

nutrien hingga mencapai suatu konsentrasi yang saturasi.

Organisme perairan terutama fitoplankton memiliki tingkat respon yang

berbeda terhadap kondisi lingkungan periaran. Produktivitas fitoplankton di

pengaruhi oleh faktor lingkungan perairan dan apabila faktor lingkungan perairan

tidak mendukung dapat menyebabkan jumlah individu atau kelimpahannya

menurun. Baik tumbuhan makro di perairan tawar dan dilaut yang tumbuh di

dasar perairan (misalnya makro alga/seaweed) umumnya hanya menempati area

yang yang relatif sempit di dasar perairan dangkal, tetapi sebaliknya fitoplankton

menghuni seluruh perairan yang mendapat sinar (zona eufotik). karena itu

produktivitas perairan umumnya di dominasi oleh fitoplankton. (Asriana dan

Yuliana, 2012).

2.5.2 Klorofil-a

Klorofil-a adalah pigmen hijau dari tumbuhan, dapat isebut juga pigmen

aktif yang sangat penting dalam proses berlangsungnya fotosintesis. Klorofil-a

berperan sebagai penyerap cahaya yang menghasikan sintesis karbohidrat.

Sehingga apabila klorofil-a di perairan tinggi maka dapat mengakibatkan

tingginya kesuburan perairan (Marlian, 2016). Klorofil merupakan pigmen yang

paling umum terdaapat pada fitoplankton sehingga konsentrasi fitoplankton

sering dinyatakan dalam konsentrasi klorofil-a (Parson et al., 1984). Konsentrasi

klorofil-a di perairan dapat diwakili biomassa dari algae atau fitoplankton. Oleh

karena itu komposisi jenis fitoplankton sangat berpengaruh terhadap klorofil-a

diperairan (Effendi dan susilo, 1998).

Menurut Arinardi (1996), tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a

fitoplankton dapat digunakan sebagai petunjuk kelimpahan sel fitoplankton dan

Page 28: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

juga potensi organik suatu perairan. Klorofil-a dapat digunakan sebagai indikator

dari kelimpahan fitoplankton, sementara fitoplankton berhubungan dengan siklus

alami dari ketersediaan nutrien dan dengan input nitrat dan fosfat. Kandungan

klorofil-a fitoplankton di suatu perairan dapat digunakan sebagai ukuran

biomassa fitoplankton dan dijadikan petunjuk dalam melihat kesuburan perairan.

Kualitas perairan yang baik merupakan tempat hidup dan berkembang yang baik

bagi fitoplankton, karena kandungan klorofil-a fitoplankton itu sendiri dapat

dijadikan indikator tinggi rendahnya produktivitas perairan (Ardiwijaya, 2002).

Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a fitoplankton untuk seluruh perairan adalah 0,9

mg/m3. Nilai rata-rata musim timur sebesar 0,24 mg/m3. Sedangkan kandungan

klorofil-a pada musim barat sebesar 0,16mg/m3 (Nontji, 1984).

2.4 Faktor Fisika Perairan

2.5.1 Suhu

Suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu zat. Suhu merupakan

salah satu faktor fisika yang sangat penting di dalam air karena bersama-sama

dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis

air, densitas air, kejenuhan air, mempercepat reaksi kimia air, dan memengaruhi

jumlah oksigen terlarut di dalam air (Irianto, 2005 dalam Aliza, et al., 2013).

Suhu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk kedalam

perairan. Suhu berpengaruh pada kelarutan gas dan unsur-unsur dalam air,

selain itu suhu juga dapat mempengaruhi kondisi ekologi dan distribusi plankton.

Seiring dengan semakin besarnya sudut datang matahari, secara berkelanjutan

intensitas cahaya semakin kuat masuk ke kolom perairan. Hal ini sangat

berpengaruh terhadap aktivitas fitoplankton untuk memperbanyak diri, sehingga

pada kolom air yang mendapat penyinaran yang lebih banyak maka semakin

banyak pula kelimpahan fitoplanktonnya dari pada kedalaman yang lebih dalam

Page 29: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

(Sitorus, 2009). Menurut Effendi (2003), aktivitas mikroorganisme memerlukan

suhu optimum yang berbeda-beda. Akan tetapi proses dekomposi terjadi pada

kondisi udara yang hangat. Kecepatan dekomposisi bahan organik pada suhu

50C - 350C.

Suhu merupakan faktor yang berperan dalam kehidupan dan

pertumbuhan organisme. Menurut Raymont (1963), secara umum kisaran suhu

yang optimum bagi perkembangan plankton di daerah tropis adalah 25-320C.

Suhu perairan sangat berpengaruh pada hewan bentik, baik secara langsung

maupun melalui interaksi dengan faktor kualitas air yang lain. Selain itu suhu juga

sangat penting bagi kehidupan fitoplankton. Apabila suhu perairan terlalu tinggi

dapat merusak jaringan tubuh fitoplankton, sehingga proses fotosintesis akan

terganggu dan dapat mengakibatkan perairan terganggu. Variasi suhu perairan

akan menyebabkan toleransi suhu yang berbeda-beda bagi biota perairan

(Hutabarat, 2000).

Pengaruh suhu tak langsung adalah karena suhu akan memnentukan

struktur hidrologis suatu perairan tempat fitoplankton itu berada. Suhu sangat

menentukan berat jenis air, semakin rendah suhu air akan semakin tinggi berat

jenisnya. Sebaran vertikal suhu di perairan tropis, umumnya menunjukkan

adanya lapisan termoklin dimana suhu menurun dengan cepat terhadap

kedalaman. Suhu yang menurun dapat menyebabkan densitas air meningkat

juga. Dengan demikian akan terbentuk lapisan pegat yang memisahkan lapisan

atas yang hangat dan lapisan di bawahnya dingin. Sehingga lapisan hangat yang

di atas termoklin tidak dapat tercampur dengan lapisan di bawahnya. Adanya

lapisan ini dapat menghambat penenggelaman fitoplankton. Fitoplankton yang

berada di bawah termoklin dan zona eufotik tidak dapat tumbuh kecuali jika ada

sirkulasi vertikal yang dapat mengangkatnya kembali ke zona eufotik. (Asih et al.,

2013).

Page 30: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

2.5.2 Kecerahan

Ketersediaan cahaya dalam badan air sangat tergantung pada waktu

(harian, musiman, tahunan) dan tempat (letak geografis, kedalaman). Cahaya

matahari merupakan faktor yang sangat penting dalam perubahan produktivitas

primer, karena intensitas matahari akan semakin berkurang dengan

bertambahnya kedalaman suatu perairan sehingga hal ini juga akan

mempengaruhi laju fotosintesis fitoplankton. Nilai cahaya yang semakin

berkurang akan menyebabkan produktivitas perairan semakin rendah (Asriana

dan Yuliana, 2012) kecerahan dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang

akan menetukan tebalnya lapisan eufotik. Cahaya sangat penting karena cahaya

di perlukan oleh fitoplankton untuk melakukan fotosintesis (Effendi, 2003).

Kecerahan perairan dipengaruhi oleh bahan-bahan halus yang melayang

dalam perairan, baik berupa bahan organik (plankton, jasad renik, detritus)

maupun bahan anorganik (partikel lumpur dan pasir). Menurut Nybakken (1988)

kecerahan di pengaruhi zat-zat yang terlarut dalam perairan sehingga

berpengaruh pada penetrasi sinar matahari. Semakin tinggi nilai kecerahan

maka intensitas cahaya yang masuk kedalam perairan akan semakin besar.

2.5 Faktor Kimia Perairan

2.5.1 Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion dan

menunjukkan suasana air tersebut apakah bereaksi asam atau basa. Menurut

Yuliastuti (2011), fluktuasi pH dipengaruhi oleh adanya buangan limbah organik

dan anorganik ke perairan. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap

perubahan pH. Biota akuatik menyukai kisaran pH 7-8,5. Nilai pH mempengaruhi

proses biokimia perairan, seperti proses nitrifikasi akan berakhir apabila nilai pH

rendah (Effendi, 2003).

Page 31: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Derajat keasaman (pH) mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan biota

perairan sehingga pH dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai suatu

perairan sebagai lingkungan hidup (Odum, 1996). Air yang memiliki pH di atas 7

atau bersifat basa dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik yang

ada dalam perairan menjadi mineral-mineral yang dapat di asimilasi oleh

tumbuhan fitoplankton.

2.5.2 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Menurut Wardana (2004), Oksigen terlarut adalah kandungan oksigen

yang terlarut di dalam air kemudian dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk

mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah

menguap (ditandai dengan bau busuk). Semakin tinggi tingkat pencemaran

semakin rendah oksigen terlarutnya. Suatu perairan yang tingkat

pencemarannya rendah memiliki kadar oksigen >5 ppm (Salmin, 2005).

Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara harian dan musiman,

tergantung pada pencampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis,

respirasi dan banyaknya limbah yang masuk ke parairan (Effendi, 2003). Oksigen

sangat berpengaruh terhadap kehidupan perairan, seperti proses biogeokimia.

Hampir semua organisme perairan peka terhadap konsentrasi oksigen (Hauer

and Hill, 1996). Oksigen terlarut dalam air sangat penting untuk menunjang

pernafasan. Oksigen mempunyai pengaruh yang sangat menentukan dalam

siklus nitrogen yang membedakan proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Pada

umumnya oksigen terlarut memiliki distribusi vertikal yang akan menurun

beriringan dengan semakin meningkatnya kedalaman suatu perairan (Welch,

1952 dalam Santida, 2001).

Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terlarut di dalam air. Oksigen

yang terlarut dalam perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur

Page 32: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang baik. Sumber

oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfir,

arus atau aliran air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan

fitoplankton. (Novonty dan Olem, 1994).

Oksigen lebih banyak dihasilkan oleh fotosintesis alga yang terdapat pada

zona epilimnion, sedangkan pada perairan tergenang dangkal banyak di hasilkan

oleh aktivitas fotosintesis tumbuhan air. Keberadaan oksigen terlarut dipengaruhi

oleh suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen

berkurang dengan semakin meningkatnya suhu, ketinggian, dan berkurangnya

tekanan atmosfer (Sitorus, 2009).

Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air

disebabkan karena adanya zat pencemar yang dapat mengkonsumsi oksigen.

Zat pencemar tesebut terdiri dari bahan organik dan non orgnik yang berasal dari

berbagai sumber seperti kotoran (hewan dan manusia), sampah organik, limbah

industri dan limbah rumah tangga.

2.5.3 Karbon dioksida (CO2)

Karbondioksida merupakan gas yang sangat diperlukan bagi alga bentik

dalam proses fotosintesis. Karbondioksida yang berasal dari perairan yaitu dari

difusi udara, air hujan, air bawah tanah, proses dekomposisi bahan organik dan

respirasi (Arfiati, 2002). Karbondioksida merupakan produk respirasi yang

dilakukan oleh tanaman maupun hewan. Ketersediaan karbondioksida adalah

sumber utama untuk fotosintesis, dan menunjukkann adanya keterbalikan

dengan oksigen. Meski suhu merupakan faktor utama dalam regulasi konsentrasi

regulasi oksigen dan karbondioksida, tetapi hal ini tergantung pada fotosintesis

tanaman, respirasi dari semua jenis organisme, aerasi air, keberadaan gas-gas

lainnya dan oksidasi kimia yang mungkin terjadi (Goldman dan Horne, 1983).

Page 33: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Ketersediaan karbondioksida terlarut di air dapat bersumber dari tanah,

dekomposisi bahan organik, respirasi organisme air, senyawa kimia dalam air

maupun dari udara akan tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit (Subarijanti,

1983). Tumbuhan akuatik seperti alga, menyukai karbondioksida sebagai sumber

dari karbon dibandingkan dengan bikarbonat dan karbonat. Bikarbonat

sebenarnya dapat berperan sebagai sumber karbon. Namun dalam kloroplas

bikarbonat harus dikonversi terlebih dahulu menjadi karbondioksida dengan

bantuan enzim karbonik anhidrase (Boney, 1989 dalam Effendi, 2003).

2.5.4 Nitrat

Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan

nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat mudah larut dalam

air dan bersifat stabil. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan terjadinya

pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan.

Kadar nitrat yang lebih dari 0,2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi

perairan yang dapat menyebabkan pertumbuhan alge lebih cepat atau memicu

terjadinya blooming alge (Effendi, 2003).

Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di

perairan laut maupun perairan tawar (Boney, 1989). Nutrien digunakan dalam

beberapa proses seperti fotosintesis, sintesa protein dan penyusun gen serta

pertumbuhan organisme (Weaton, 1977 dalam Erlina, 2006). Keberadaan nitrat

selalu tersedia di ekosistem perairan dan melimpah dalam bentuk gas. Nitrogen

hadir dalam bentuk kombinasi dari amonia, nitrit, nitrat, urea dan senyawa

organik terlarut daalam jumlah yang sedikit. Dari seluruh kombinasi tersebut,

nitrat merupakan yang paling penting. Sel hidup mengandung sekitar 5% total

nitrogen dari berat keringnya. Ketersediaan dari berbagai bentuk nitrogen

tersebut dipengaruhi oleh varietas, kelimpahan dan nutrisi dari hewan maupun

Page 34: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

tanaman akuatik. Nitrogen sering menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan

tanaman (Goldman dan Horne, 1983).

Nitrat adalah sumber nitrogen dalam air laut maupun air tawar. Bentuk

kombinasi lain dari elemen ini bisa tersedia dalam bentuk amonia, nitrit dan

komponen organik. Kondisi elemen ini sering dimanfaatkan oleh fitoplankton

terutama kalau unsur nitrat terbatas. Nitrogen terlarut juga dapat dimanfaatkan

oleh blue-green algae dengan cara fiksasi nitrogen (Herawati, 1989).

2.5.5 Ortofosfat

Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat di manfaatkan secara

langsung oleh tumbuhan akuatik. Semua polifosfat mengalami hidrolisis

membentuk ortofosfat, hal ini di pengaruhi oleh adanya suhu, apabila suhu tinggi

maka perubahan polifosfat menjadi orthofosfat semakin cepat hal ini diikuti

dengan adanya penurunan pH. Perubahan ini lebih cepat terjadi pada air limbah

dari pada air bersih (Effendi, 2003).

Fosfor tidak dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan tanaman,

tidak seperti karbon, Oksigen, hidrogen dan nitrogen. Tapi fosfor merupakan

salah satu elemen pembatas baik ditanah maupun di perairan tawar, karena

fosfor sangat langka dan terkandung dalam batuan dengan jumlah yang sedikit

dan fosfor tidak memiliki bentuk gas dalam siklusnya sehingga tidak dapat di

fiksasi seperti nitrogen. (Goldman dan Horne, 1983).

Secara umum ada tiga bentuk fosfor di ekosistem akuatik, yaitu fosfat

terlarut,fosfor total terlarut dan fosfor partikulat. Fosfat di danau dalam bentuk

organik maupun anorganik. Bentuk anorganik fosfat sebagian besar adalah

ortofosfat dan sebagian lagi dalam bentuk monofosfat dan dihidrogen fosfat

(Goldman dan Horne, 1983).

Page 35: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

2.5.6 Total fosfor

Penyusun total fosfor yang terbesar adalah bahan organik fosfat terbesar

70% dalam bentuk partikulat. Partikulat memiliki massa jenis yang lebih besar

dari pada air sehingga mudah mengendap. Selain itu, fosfat juga dapat berikatan

dengan ion logam (FePO4) yang menyebabkan fosfat mengendap di sedimen.

Total fosfor akan terhidrolisis menjadi orthofosfat yang nantinya akan

dimanfaatkan oleh fitoplankton (Wetzel, 1983).

Menurut Liaw (1969) dalam Effendi (2003), berdasarkan kadar fosfor total

perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu perairan dengan tingkat kesuburan

rendah memiliki kadar fosfor total berkisar antara 0-0,02 mg/l, perairan dengan

kesuburan sedang memiliki kadar fosfor total berkisar antara 0,021-0,05 mg/l.

Dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi memiliki kadar fosfor total berkisar

antara 0,051-0,1. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam aktivitas

pertukaran energi dan organisme yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit

(mikronutrien). Sehingga fosfat berperan sebagai faktor pembatas bagi

pertumbuhan organisme. Peningkatan pertumbuhan alga dan tumbuhan air

lainnya secara cepat. Peningkatan yang dapat menyebabkan terjadinya

penurunan kadar oksigen terlarut diikuti dengan timbulnya kondisi anaerob yang

menghasilkan berbagai senyawa toksik misalnya metan, nitrit dan belerang

(Barus, 2001).

2.6 Trophic State Index (TSI)

Status trofik didefinisikan sebagai berat total bahan organik (biomassa)

dalam suatu perairan dilokasi dan waktu tertentu. Status trofik dipahami sebagai

respon biologis terhadap penambahan suatu nutrien. TSI merupakan dasar

penentuan status trofik/kesuburan perairan dengan menggunakan biomassa alga

(Carlson, 1977).

Page 36: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Trophic State Index (TSI) yang di kemukakan oleh Carlson (1977),

merupakan indeks yang dikembangkan untuk mengetahui tingkat kesuburan

perairan waduk berdasarkan beberapa parameter yang berpengaruh sehingga

memudahkan dalam mengetahui kondisi perairan Waduk.

TSI adalah indeks yang sederhana karena membutuhkan data yang

sedikit dan umumnya mudah dipahami. Pendugaan biomassa alga dilakukan

dengan melakukan pengukuran tiga parameter, yaitu klorofil-a, kedalaman

secchidisk, dan total fosfor. nilai TSI berkisar antara 0-100 (Carlson, 1977).

Stratifikasi kesuburan perairan sesuai dengan nilai TSI (Trophic State Indeks)

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Stratifikasi kesuburan perairan sesuai TSI

Skor Status trofik Keterangan

<30 Ultraoligotrofik

Kesuburan perairan sangat rendah. Air jernih, konsentrasi oksigen terlarut tinggi sepanjang tahun dan mencapai zona hypolimnion.

30-40 Oligotrofik

Kesuburan perairan rendah. Air jernih, kemungkinan adanya pembatasan anoksik pada zona hypolimnion secara periodik (DO : 0)

40-50 Mesotrofik

Kesuburan perairan sedang. Kecerahan air sedang, peningkatan perubahan sifat anoksik di zona hypolimnetik, secara estetika mendukung untuk kegiatan olahraga air.

50-60 Eutrofik ringan

Kesuburan perairan tinggi. Penurunan kecerahan air, zona hypolimnion bersifat anoksik, terjadi masalah tanaman air, hanya ikan-ikan yang mampu hidup di air hangat, mendukung kegiatan olahraga air tetapi perlu penanganan.

60-70

Eutrofik sedang

Kesuburan perairan yang tinggi. Didominasi oleh alga hijau-biru, terjadi penggumpalan alga hijau-biru, masalah tanaman air sudah ekstensif.

70-80 Eutrofik berat

Kesuburan perairan tinggi. Terjadi blooming algae, tanaman air membentuk lapisan seperti kondisi hypereurotrofik.

>80 Hypereutrofik

Kesuburan perairan sangat tinggi. Terjadi gumpalan alga, sering terjadi kematian ikan, tanaman air sedikit didominasi oleh alga.

Page 37: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

3. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah faktor fisika,

kimia, dan biologi air. Parameter fisika meliputi suhu dan kecerahan. Sedangkan

parameter kimia meliputi pH, Oksigen terlarut, nitrat, Orthofosfat, karbon

dioksida. Parameter biologi meliputi klorofil-a, Produktivitas primer dan komunitas

fitoplankton.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan dalam penelitian merupakan sebagai sarana pendukung

yang digunakan dalam pengambilan sampel dan menganalisis sample. Alat dan

bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Alat dan bahan

Parameter Unit Alat/metode Lokasi analisa

FISIKA

Suhu 0C Thermometer/Thermometri In situ

Kecerahan Cm Secchidisk In situ

KIMIA

pH - pH meter In situ

DO mg/l Titrasi/Wingkler In situ

CO2 mg/l Titrasi Laboratorium

NO3 mg/l Spektofotometer/spektofotometri Laboratorium

PO43- mg/l Spektofotometer/spektofotometri Laboratorium

Total fosfor mg/l Spektofotometer/spektofotometri Laboratorium

Biologi

Fitoplankton sel/ml plankton net, mikroskopis Laboratorium

Produktivitas primer

mg C/m2/Hari

Winkler/Botol gelap terang DO Insitu

Klorofil-a mg/m3 Aceton/spektofotometri/laptop Laboratorium

Page 38: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Survei

dilakukan dengan melakukan pengamatan untuk mendapatkan keterangan-

keterangan yang jelas terhadap suatu masalah tertentu secara meluas dan

berusaha mencari hasil yang segera dapat digunakan untuk suatu tindakan yang

sifatnya deskriptif yaitu melukiskan hal-hal yang mengandung fakta yang

fungsinya merumuskan dan melukiskan apa yang terjadi (Raharjo, 2010).

3.4 Sumber Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber dan berbagai cara. Apabila diihat dari settingnya data dapat dikumpulkan

pada setting alamiah misalkan pada labolatorium dengan menggunakan metode

eksperimen, dengan menggunakan responden, pada seminar, diskusi dan lain-

lain. Apabila dilihat dari sumbernya metode pengambilan data dapat dibagi

menjadi metode pengambilan data secara primer dan sekunder (Sugiono, 2010).

a) Data Primer

Data primer adalah daya yang di kumpulkan secara langsung oleh peneliti

(petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya (Suryabrata, 2014). Menurut

Istianjo, 2005) data primer adalah data asli yang dikumpulkan oleh peneliti untuk

menjawab masalah penelitiannya secara khusus. Peneliti perlu melakukan

pengumpulan atau pengadaan data sendiri. Dalam data primer diperoleh data

langsung dari sumbernya.

b) Data Sekunder

Data sekunder biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen

misalnya data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai

produktivitas suatu perguruan tinggi, dan data mengenai persediaan pangan di

suatu daerah dan lain sebagainya (Suryabrata, 2014). Data sekunder merupakan

Page 39: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

data yang sudah ada. Data tersebut sudah dikumpulkan sebelumnya untuk

tujuan-tujuan yang tidak mendesak. Keuntungan dari data sekunder adalah

tersedia secara ekonomis dan mudah di dapat. Sedangkan kelemahan data

sekunder adalah tidak dapat menjawab secara keseluruhan masalah yang

sedang diteliti. Kelemahan lainnya adalah kurangnya akurasi karena data

sekunder dikumpukan oleh orang lain untuk tujuan tertentu dengan

menggunakan metode yang tidak diakui ( Soegoto, 2008).

3.5 Lokasi Pengambilan Sampel

Tempat pengambilan sampel akan dilakukan di Waduk Lahor Kabupaten

Malang Jawa Timur dengan mengg unakan 4 titik sampling yaitu npada stasiun 1

sampai stasiun 4. Lokasi pengambilan sampel dapat di lihat pada Gambar 2.

Pada stasiun 1 (S1) dilakukan pengambilan sampel di bagian teluk bagian

selatan waduk

Pada stasiun 2 (S2) dilakukan pengambilan sampel pada bagian dekat

arah inlet waduk

Pada stasiun 3 (S3) dilakukan pengambilan sampel pada bagian teluk

sebelah utara Waduk Lahor.

Pada stasiun 4 dilakukan pengambilan sampel di bagian pintu keluarnya air

waduk.

Page 40: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel

3.6 Prosedur Pengambilan dan Pengukuran Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan di perairan Waduk

Lahor. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari pada pukul 08.00 WIB-

selesai. Waktu pengambilan sampel fitoplankton tersebut disesuaikan dengan

waktu dimana fitoplankton naik ke permukaan perairan. Pengambilan sampel

pada penelitian ini termasuk dalam pengambilan sampel sesaat yang digunakan

untuk menunjukkan kondisi lingkungan pada waktu sampel diambil. Pengambilan

sampel kualitas air dan sampel fitoplankton dilakukan dua kali dengan selang

waktu pengambilan seminggu sekali. Hal ini dilakukan untuk memberikan

informasi terhadap kondisi pada saat penelitian sebagai bahan pertimbangan

dalam pemanfaatan waduk yang optimal.

Page 41: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

3.7.1 Pengukuran Produktivitas Primer

Prosedur pengukuran produktivitas primer dengan menggunakan botol gelap-

terang menurut Brower, (1990) adalah sebagai berikut:

a Menyiapkan 3 botol Winkler, 2 buah botol merupakan botol terang dan 1

botol gelap (dibungkus alumunium foil).

b Mengisi masing-masing botol dengan air sampel pada kedalaman yang

diinginkan dengan menggunakan water sampler.

c Menginkubasi botol terang dan botol gelap sesuai dengan kedalaman

selama 8 jam, sedangkan botol inisial dititrasi dengan cara menambahkan

2 ml MnSo4 dan 2 ml NaOH+KI. Dan mengkoocok sampai terbentuk

endapan berwarna coklat, menambahkan 1 ml H2SO4 dan mengkocok

sampai endapan larut, menambahkan 3-4 tetes amylum sampai berwarna

kuning, kemudian mentitrasi dengan menggunakan Na2S2O3 dann

mencatat sebagai kondisi O2 initial (I).

d Mentitrasi botol terang dan botol gelap yang telah diinkubasi selama 7

jam (dari jam 07;00-14;00).

e Menambahkan 1 ml H2SO4 dan mengocok sampai endapan larut.

f Menambahkan 3-4 tetes amylum sehingga berwarna kuning, lalu

melanjutkan dengan titrasi Na2SO3 sampai tidak berwarna.

Sampel yang telah diukur dicatat hasilnya dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

NP = Produktivitas primer bersih (mgO2/m3/jam)

LB = konsentrasi oksigen terlarut dalam botol terang (mg/l). IB = Konsentrasi oksigen terlarut dalam botol gelap (mg/l) T = lama waktu inkubasi (7 jam). 1000 = konversi dari l ke m3

,( ) ( )

Page 42: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

PQ = Konstanta fotosintesis (1,2) (Wetzel dan likens, 1979). Nilai Produksi oksigen bersih dikonversi menjadi karbon dengan cara

= Mg O2/l/jam x 0,375= mg C/ m3/jam

PP (produktivitas primer ) = mg C/m3/(7jam/24 jam)= mgC/m3/hari= mg C/m2/Hari

3.7.2 Suhu

Menurut Standart Nasional Indonesia (1990), pengukuran suhu dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Memasukkan thermometer Hg kedalam perairan dengan cara membelakangi

matahari

b. Menunggu 1-2 menit sampai air raksa dalam thermometer berhenti pada

skala tertentu.

c. Membaca skala pada saat thermometer masih dalam air, jangan sampai

tersentuh tangan pada bagian air raksa thermometer. Kemudian mencetet

hasilnya dengan skala 0C.

3.7.3 Kecerahan

Menurut SNI (1990), prosedur analisis kecerahan pada perairan adalah

sebagai berikut:

a. Menyiapkan secchi disk dan memasukkan secara perlahan kedalam perairan

sampai tidak nampak pertama kali.

b. Mencatat sebadai d1 kemudian memberi tanda dengan menggunakan karet

gelang pada d1.

c. Memasukkan kembali kedalam perairan sampai benar-benar tidak terlihat.

d. Menaarik pelan-pelan secchi disk sampai tampak pertama kali kemudian beri

tanda dengan karet gelang sebagai d2

e. Kemudian menghitung dengan menggunakan rumus:

Page 43: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

3.7.4 Derajad Keasaman (pH)

Menurut Subarjanti (2015), pengukuran pH dilakukan dengan

menggunakan pH paper. Adapun prosedur pengukurannya adalah :

Diambil sampai air sungai dengan wadah botol.

Dicelupkan pH paper kedalam sampel air.

Dikibas-kibaskan sampai setengah kering, supaya tepat mendapatkan warna

akhirnya.

Dicocokkan perubahan warnanya dengan kotak standar.

Dicatat warna apa yang sama dengan warna kotak standar dilihat berapa pH

tersebut dan dicatat hasilnya.

3.7.5 Oksigen Terlarut (DO)

Menurut SNI (1990), prosedur pengukuran oksigen terlarut adalah

sebagai berikut:

a. Mengukur dan mencatat volume botol DO yang akan digunakan.

b. Memasukkan botol DO kedalam air secara perlahan-lahan dengan posisi

miring dan diusahakan jangan sampai ada gelembung udara.

c. Menambahkan MnSO4 2 ml dan NAOH +KI 2 ml lalu bolak-balikkan botolnya

sampai homogen dan didiamkan selama kurang lebih 30 menit sampai

membentuk endapan coklat.

d. Membuang air yang bening di atas endapan, dan menambahkan 1-2 ml

H2SO4 dan menghomogenkan sampai endapan larut.

e. Menambahkan 3-4 tetes amylum, diaduk dan dititrasi dengan menggunakan

Na-thiosulfat 0,025 N sampai jernih. Mencatat volume titran.

f. Mengukur kadar oksigen yang terlarut dengan rumus sebagai:

Page 44: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Keterangan:

v : ml larutan Natrium Thiosulfat untuk titrasi N : Normalitas larutan Natrium thiosulfat V : Volume Botol DO 3.7.6 Karbondioksida (CO2)

Prosedur pengukuran karbondioksida (CO2) menurut Hariyadi et al (1992)

adalah sebagai berikut:

Masukkan 25 ml air sampel kedalam erlenmeyer, kemudian menambahkan 2

tetes indikator pp ( bila tidak ada perubahan warna segera dititrasi)

Menitrasi dengan menggunakan larutan Na2CO3 0,0454 N sampai warna

menjadi merah muda (pink) pertama kali

Menghitung kadar karbondioksida dengan rumus:

3.7.7 Nitrat (NO3

-)

Menurut APHA (1992), prosedur analisis nitrat pada perairan adalah

sebagai berikut:

a. Menyaring 25 ml sampel dengan kertas saring dan tuangkan kedalam cawan

porselin.

b. Memanaskan cawan porselen yang berisi sampel air dengan hot plate

sampai membentuk kerak.

c. Menambahkan 1 ml asam fenol disulfonik, aduk dengan spatula dan

mengencerkan dengan 10 ml aquades.

d. Menambahkan dengan meneteskan NH4OH (1:1) sampai terbentuk warna.

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

Page 45: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

e. Mengencerkan dengan aquades sampai 25 ml. Kemudian masukkan dalam

cuvet. Bandingkan dengan standart yang telah dibuat baik secara visual atau

dengan menggunakan spektofotometer (pada panjang gelombang 410µm).

3.7.8 Orthofosfat (PO4

3-)

Menurut APHA (1992), prosedur analisis orthofosfat pada perairan adalah

sebagai berikut:

a. Menuangkan 25 ml air sampel kedalam beaker glass dengan menggunakan

gelas ukur.

b. Menambah 1 ml ammonium molybdat- asam sulfat kedalam masing-masing

larutan standar yang telah dibuat dan dihomogenkan.

c. Menambah 2 tetes larutan SnCl2. Warna biru akan timbul 10-12 menit. Sesuai

dengan kadar fosfornya.

d. Menuangkan 25 ml air sampel kedalam erlenmayer berukuran 50ml.

e. Menambah 1 ml amonium molybdat dan 2 tetes SnCl2 lalu kocok.

f. Membandingkan warna biru air sampel dengan larutan standar atau dengan

spektofotometer (panjang gelombang 690 nm).

3.7.9 Total Fosfor

Menurut SNI (1999), prosedur pengukuran total fosfor dalam perairan

adalah sebagai berikut:

a Mengambil air sampel sebanyak 25 ml yang tidak disaring

b Menambahkan 1 tetes indikator pp (penol ptialin), bila berubah berwana

merah muda maka tambahkan 1 atau beberapa tetes asam sulfat (30%)

sampai warna merah muda hilang

c Menambahkan 4 ml K2S2O8 (Potassium persulfate) 5% (dibuat dengan

melarutkan 5gr Potassium persulfate dalam 100 ml aquadest, dan

mengaduknya dengan menggunakan sentrifuge selama ±2 jam).

Page 46: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

d Menambahkan 0,5 H2SO4 30% atau 2 tetes asam sulfat.

e Menutup erlenmayer dengan menggunakan alumunium foil dan

memasukkan kedalam autoclave pada 780-1.040 mmHg dan suhu 2500C

selama 30 menit, kemudian didinginkan.

f Menambahkan 1 tetes penol ptialin kemudian di titrasi dengan NaOH (8

gr/100 ml aquadest) sampai tidak berwarna. Menngukur sampel yang sudah

dinetralisir dengan gelas ukur

g Melakukan seperti pada prosedur pengukuran orthofosfat pada 25 ml sampel

air.

h Menghitung konsentrasi total fosfor (total-P) dengan persamaan berikut

Keterangan: P : konsentrasi P dari persamaan regresi atau grafik A : volume sampel yang sudah dititrasi 3.7.10 Klorofil-a

Menurut SNI (1990), pengukuran klorofil-a adalah sebagai berikut:

a. Memasang atau meletakkan filter pada alat saring (filter holder) kemudian

menyaring sampel air sebanyak 1,5 liter

b. Membilas dengan 10 ml larutan magnesiun karbonat, hisap kembali sampai

filter tampak kering.

c. Memasukkan filter hasil saringan kedalam tabung reaksi 15 ml, tambahkan

10 ml aceton 90%

d. Menggerus kertas filter dalam tabung reaksi sampai halus dengan

menambahkan aceton

e. Mensentrifuge tabung reaksi yang berisi kertas filter yang sudah dihaluskan

dengan putaran 400rpm selama 30-60 menit.

( )

Page 47: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

f. Memasukkan cairan bening kedalam cuvet 1 cm

g. Melihat absorbannya dengan spektofotometer pada panjang gelombang 740,

664, 647, ndan 630 nm.

h. Menghitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

E664 = absorban 664nm – absorban 750 E647 = absorban 647nm – absorban 750 E630 = absorban 630 nm – absorban 750 Vs = Volume sampel air yang disaring (liter) d = lebar diameter cuvet (1,10,15 cm)

3.7.11 Prosedur Pengambilan Fitoplankton

Menurut Herawati (1989) pengambilan sampel fitoplankton dilakukan

dengan menggunakan plankton net no 25 sebagai berikut :

1. Menyaring air sampel minimal 10 liter dengan plankton net no 25.

2. Mengambil sampel dengan kedalaman tertentu dengan menggunakan water

sampler atau timba.

3. Menambahkan larutan lugol.

4. Mengidentifikasi dengan menggunakan mikroskop perbesaran minimal 400x

untuk dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

5. Kemudian melanjutkan dengan mengamati jenis fitoplankton secara kualitatif

yaitu dengan cara sebagai berikut:

mengamati preparat fitoplankton dibawah mikroskop.

mengamati jenis fitoplankton pada tiap bidang pandang

memfoto tiap fitoplankton yang ditemukan.

melakukan identfikasi fitoplankton dengan menggunakan buku

presscott (1973).

*( ) ( ) ( )+

Page 48: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Kemudian mengamati fitoplankton secara kuantitatif yaitu dengan cara sebagai

berikut:

o Mengamati preparat fitoplankton di bawah mikroskop.

o Menghitung jumlah plankton pada setiap bidang pandang

o Mencatat data dan menghitung kelimpahan fitoplankton dengan

menggunakan Sedgwick Rafter Counting Cell

Keterangan: C = number of organisme counted L = length of each strip (cell length) (mm) D = depth of a strip (cell depth) (mm) W = widch of strip (grid image wicth) (mm) S = number of strip counted

3.7 Analisa Data

3.7.1 Trophic State Indeks (TSI)

Status kesuburan perairan dapat diketahui dengan metode carlson

throphic state index (TSI). Analisa TSI dilakukan dengan menguji beberapa

variabel, yaitu fisika, kimia dan biologi yang meliputi anka kecerahan, kandungan

total fosfor dan kandungan klorofil-a penentuan ketiga parameter tersebut

berdasarkan adanya keterkaitan yang erat dari masing-masing parameter .

(suryono, et al., 2010). Pengukuran parameter kualitas air, yaitu kecerahan, total

fosfor, dan klorofil-a untuk perhitungan TSI Carlson rata-rata. Perhitungan rata-

rata TSI (Carlson, 1977) adalah:

Jumlah organisme/ ml =

Page 49: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Kemudian persamaan di atas dapat disederhanakan untuk penggunaan sehari-

hari (Carlson, 1977) sebagai berikut:

Keterangan:

SD = Secchi disk (m) CHL = Klorofil-a (µg/l) TP = Total Fosfor (µg/l) 3.7.2 Indeks Dominasi dan Indeks keragaman Fitoplankton

A Indeks Keragaman

Indeks diersitas Shannon-Wiener adalah suatu perhitungan secara

matematik yang menggambarkan analisis informasi mengenai jumlah individu

serta berapa banyak jenis yang ada alam suatu komunitas. Menurut shannon-

weaver (1949), indeks keragaman fitoplankton di hitung dengan menggunakan

rumus:

TSI (SD) = 60 – 14,41 x Ln (SD) (m)

TSI (CHL) = 30,6 + 9,81 x Ln (CHL) (µg/l)

TSI (TP) =4,15 + 14,42 x Ln (TP) (µg/l)

dan

Rataan TSI = ( ) ( ) ( )

( ) (

)

( ) (

)

(

)

( ( ) ( ) ( )

)

Page 50: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Keterangan: H’ = Indeks diversitas Pi = Perbandingan antara jumlah suatu jenis dengan jumlah seluruh jenis (ni/N)

Berdasarkan indeks keragaman juga dapat ditentukan kriteria mutu kualitas

perairan Wilhm dan Dorris (1968) dalam Dahuri (1995). Apabila indeks

keanekaragaman >3 berarti tergolong dalam perairan tidak tercemar, perairan

termasuk tercemar sedang bila H’ 2, yang terakhir termasuk perairan tercemar

berat memiliki nilai H’ <1.

B Indeks Dominasi

Menurut Odum (1971), untuk mengetahui spesies-spesies tertentu yang

mendominasi suatu kominitas, digunakan indeks dominasi dengan rumus

sebagai berikut:

Keterangan:

C = indeks dominasi

ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total individu

Nilai C berkisar antara 0-1. Apabila nilai C mendekati nol berarti hampir

tidak ada individu yang mendominasi dan biasanya diikuti dengan nilai E

dominasi komunitas oleh jenis tertentu dan dicirikan oleh nilai E yang lebih kecil

(Odum, 1971). Indeks dominasi adalah keanekaragaman maksimal dalam suatu

komunitas. Nilai indeks dominasi berkisar antara 0-1, semakin besar nilainya

berarti penyebaran individu tiap jenis atau genera semakin merata dan tidak ada

spesies yang mendominasi, begitu juga sebaliknya.

H’=-∑

C = ∑( ) ∑( )

=

Page 51: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

3.7.3 Analisis Regresi Linier

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan produktivitas primer

dengan klorofil-a, produktivias primer dengan fitoplankton. (Mattjik dan

Sumertajaya, 2000). untuk mencari persamaan kurvi linier PP = a (Chlo)b dirubah

menjadi persamaan bentuk linier menjadi: log PP = log a + b log chloro.

Keterangan: Y = produktivitas primer bersih (NPP) X = peubah bebas berupa klorofil-a α = interseps β = kemiringan

untuk mendapatkan nilai a dan b dapat menggunakan rumus sebagai

berikut:

keterangan: b = koefisien variabel x a = konstanta x = log klorofil-a y = log pp ̅ ̅ n = jumlah stasiun yang di teliti nilai a dari persamaan kurfi linier adalah nilai dari anti log a

Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui keeratan

dari peubah X terhadap Y. Kisaran nilai R2 yaitu antara 0-1. Jika nilainya lebih

besar dari 0,5 atau mendekati 1, maka dapat diartikan bahwa X memiliki peranan

terhadap Y, ditelaah dengan menggunakan sidik ragam regresi. Jika F-hitung

lebih besar dari F-tabel berarti peubah X memberikan pengaruh terhadap peubah

Y, demikian pula sebaliknyajika F-hitung lebih kecil dari Ftabel peubah X tidak

memberikan pengaruh terhadap peubah Y(Andriani, 2004)

∑ ∑ ∑

∑ ( )

a = ̅ ̅

Page 52: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Skripsi

Waduk Lahor adalah waduk sungai yang terbentuk karena

pembendungan sungai lahor dan sungai biru. Pembendungan waduk bertujuan

untuk pengendali banjir, pengairan, pembangkit tenaga listrik, perikanan

(keramba jaring apung), dan pariwisata (Lumbanbatu, 1979). Sedangkan

menurut Apridayanti (2008), Waduk Lahor merupakan bagian dari proyek

pembangunan wilayah sungai brantas yang dilaksanakan secara terpadu oleh

badan proyek brantas atau badan pelaksana induk pengembangan wilayah

sungai brantas.proyek ini dilaksanakan tahun 1972 dan berfungsi sejak bulan

november 1977.

Menurut Perum Jasa Tirta 1 (2004), Waduk Lahor menjadi salah satu inlet

(daerah aliran masuk) dari waduk sutami yang merupakan waduk terbesar di

Jawa Timur. Adapun daerah batasan-batasan Waduk Lahor dengan daerah

sekitarnya adalah sebelah utara merupakan desa jebuer dan desa ngadirejo,

sebelah timur merupakan sungai biru, sebelah selatan merupakan Desa Karang

Kates dan sebelah barat merupakan Desa Boro dan Kabupaten Blitar.

Kondisi lingkungan yang ada pada sekitar waduk terdapat banyak

aktivitas manusia, antara lain kegiatan pertanian, peternakan, pertanian dan

perikanan. Kegiatan perikanan yang ada pada Waduk Lahor terdiri dari keramba

jaring apung (KJA), jaring sekat, beranjang, penangkapan ikan dengan jaring

tebar dan pancing. Dari berbagai kegiatan yang ada di waduk, menggambarkan

bahwa Waduk Lahor memiliki peran penting terhadap perekonomian masyarakat

fyang ada di sekitar waduk. Lokasi stasiun pengambilan sample dapat dilihat

pada Gambar 3.

Page 53: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

4.5.1 Stasiun 1

Stasiun 1 merupakan daerah teluk sebelah selatan Waduk Lahor, daerah

ini jauh dari kegiatan perikanan darat akan tetapi dekat dengan pemukiman

masyarakat. Pengambilan sampel air dan fitoplankton terletak pada titik koordinat

808.962’S dan 112027.191’E.

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel stasiun 1

4.5.2 Stasiun 2

Stasiun dua merupakan daerah yang di aliri oleh sungai lahor, daerah ini

merupakan daerah yang dekat dengan pemukiman penduduk, dan lahan

pertanian. Kegiatan perikanan darat yang terdapat di stasiun dua adalah

penangkapan ikan dengan menggunakan jaring dan pancing. Pengambilan

sampel air dan fitoplankton terletak pada titik koordinat 808.760’S dan

112027.472’E

Gambar 2. Lokasi pengambilan sampel stasiun 2

Page 54: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

4.5.3 Stasiun 3

Stasiun 3 merupakan daerah teluk Waduk Lahor, dimana terdapat

kegiatan perhotelan di sekitar Waduk Lahor. Pengambilan sampel air,

pengukuran parameter fisika seperti suhu, kecerahan dan parameter kimia (pH)

terletak pada titik koordinat 808.555’S dan dan 112027.280’E. aktivitas manusia

lainnya yang terdapat di sekitar stasiun adalah perikanan dengan keramba jaring

apung (KJA) dan jaring sekat.

Gambar 3. Lokasi pengambilan sampel stasiun 3

4.5.4 Stasiun 4

Stasiun 4 merupakan bagian tengah Waduk Lahor yang merupakan

tempat Berkumpulnya semua masukan air, selain itu juga dekat dengan

pengeluaran air Waduk Lahor,daerah ini dekat dengan jalan raya. Pengambilan

sampel air dan fitoplankton terletak pada titik koordinat 808.726’S dan

112027.263’E. Aktivitas manusia yang terdapat di sekitar stasiun 4 adalah

kegiatan pariwisata. Kegiatan perikanan seperti keramba jaring apung (KJA),

jaring sekat tidak di temukan di stasiun 4

Page 55: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Gambar 4. Lokasi pengambilan sampel stasiun 4

4.2 Produktivitas Primer

Produktivitas primer diperairan secara mendasar pada aktivitas

fotosintesis dari organisme autotrof atau organisme fotosintesis yang dapat

mengubah karbondioksida menjadi bahan organik. Oleh karena itu pendugaan

produktivitas primer pada perairan alami didasarkan pada pengukuran aktivitas

fotosintesis yang utamanya dilakukan oleh alga. Pada rantai makanan

penurunan produktivitas primer perairan akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan ikan maupun organisme perairan lain (Sachlan, 1973).

Hasil rata-rata produktivitas primer bersih atau (NPP) parairan Waduk

Lahor berkisar antara 154,82-253,3mgC/m2/Hari. Dimana produktivitas primer

bersih terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 154,82 mgC/m2/Hari,

sedangkan produktivitas primer bersih tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu

sebesar 253,3 mgC/m2/Hari. Tingginya produktivitas primer pada stasiun 3 dapat

dihubungkan dengan hasil klorofil-a kerana klorofil-a merupakan pigmen paling

utama. Pigmen ini menjadi media berlangsungnya proses fotosintesis. Menurut

(Stewart, 1974 dan Krik, 1994), Klorofil-a adalah pigmen dasar yang terlibat

dalam penyerapan cahaya dan fotokimia pada algae, tumbuhan tingkat tinggi

dan bakteri fotosintesis. Sedangkan menurut Tambaru (2008), klorofil itu terdiri

atas 4 jenis utama yaitu klorofil-a, b, c dan d. Namun, klorofil-a merupakan

Page 56: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

pigmen fotosintesis utama organisme autotrof. Klorofil yang lain merupakan

pigmen tambahan yang berfungsi sebagai penyerap cahaya.

Produktivitas primer bersih (NPP) adalah besarnya senyawa karbon

organik selama proses fotosintesis dikurangi besarnya aktivitas total respirasi

pada waktu tertentu (Folkowski dan Raven, 1997). Besar/kecilnya produktivitas

primer perairan dapat mengindikasikan besar/kecilnya ketersediaan nutrien

terlarut perairan (Krismono dan Kartamihardja, 1995).

Menurut Mason (1981), perairan yang memiliki produktivitas antara 7-75

mgC/m2//Hari tergolong kedalam peraira yang oligotrofik, produktivitas perairan

dengan nilai antara 75-250 mgC/m2//Hari,tergolong mesotrofik dan produktivitas

primer antara 250-700 mgC/m2//Hari tergolong eutrofik, dan produktivitas primer

dengan nilai lebih dari 1000 mgC/m2//Hari tergolong hypotrofik. Dari pernyataan

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perairan Waduk Lahor Kabupaten

Malang Jawa Timur terggolong kedalam perairan mesotrofik menuju eutrofik.

Tabel 1. Hasil perhitungan produktivitas primer (mg C/m2/Hari)

stasiun Ulangan

rata-rata Keterangan 1 2

1 144,64 165 154,82 Mesotrofik

2 154,28 172,07 163,17 Mesotrofik

3 246,42 260,357 253,39 Eutrofik

4 175,71 166,39 171,05 Mesotrofik

4.3 Fitoplankton

4.1

4.2

4.3

4.5.1 Komposisi Fitoplankton dan kelimpahan fitoplankton

Komposisi fitoplakton pada Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur

terdiri dari 3 divisi yaitu Chlorophyta, Cyanophyta dan Crysophyta dan Terdiri

Page 57: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

dari 15 genus yaitu : Agmenelum, Anabaena, Microcystis, Phormidium,

Oscillatoria, Mikrospora, Scenedesmus, Volvox, Chlorella, Cleochaita, Nitchia,

cyclotella, Navicula, Gyrosigma, dan Staurastrum. Genus terbanyak di Waduk

Lahor Kabupaten Malang Jawa timur yaitu Chlorophyta. Menurut Boyd dan

Wynne (1985), Chlorophyta merupakan golongan terbesar dari alga dan

merupakan kelompok yang paling beragam, karena ada yang bersel tunggal,

berkoloni dan bersel banyak. Alga ini banyak terdapat di danau, kolam, dan

kebanyakan hidup di perairan tawar.

Kelimpahan fitoplankton di Waduk Lahor berkisar antara 13445-

18300sel/ml. Kelimpahan terendah terdapat pada stasiun 1. kelimpahan tertinggi

terdapat pada stasiun 3. Tingginya kelimpahan fitoplankton di stasiun 3 diduga

karena stasiun 3 terdapat kegiatan perikanan darat sehingga stasiun 3

menyumbang unsur hara yang dapat digunakan untuk pertumbuhan fitoplankton.

Kisaran kelimpahan fitoplankton dapat menunjukkan kesuburan perairan.

Menurut Subarijanti (1990) terdapat 3 jenis perairan berdasarkan kelimpahan

fitoplankton yaitu:

Perairan oligotrof merupakan perairan yang memiliki kesuburan rendah

yang ditandai dengan kelimpahan plankton antara 0-2000 sel/ml.

Perairan mesotrof merupakan perairan yang memiliki kesuburan sedang

yang ditandai dengan kelimpahan plankton antar 2000-14000 sel/ml.

Perairan eutrof merupakan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi yang

di tandai dengan kelimpahan plankton diatas 14000 sel/ml.

Sehingga jika dilihat dari kelimpahan fitoplankton maka Waduk Lahor Kabupaten

Malang tergolong dalam perairan eutrof.

Page 58: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Gambar 5. Kelimpahan Relatif Fitoplankton

4.3.1.1 Stasiun 1

Komposisi kelimpahan fitoplankton pada stasiun 1 terdiri dari 3 devisi dan

11 genus (dapat di lihat pada lampiran 7 dan gambar 7). Ketiga devisi tersebut

yaitu Chlorophyta, Cyanophyta, dan Chrysophyta. Devisi Chlorophyta terdapat

genus Microspora, Gyrosigma, Chlorella, Cleochaita dan Scenedesmus. Divisi

Cyanophyta terdapat genus yaitu Agmenelum, Microcystis, anabaena, dan

Merismopedia, pada devisi Chrysophyta terdapat 2 genus yaitu Nitzschia dan

Cylatella.

Kelimpahan total fitoplankton pada stasiun 1 sebesar 1mesotrof baik pada

minggu pertama maupun minggu ke 2. Stasiun satu devisi Chloropyta

mempunyai nilai total kelimpahan relatif sebesar 40% pada minggu pertama dan

41% pada minggu kedua, devisi Cyanophyta mempunyai total kelimpahan relatif

37% pada minggu pertama dan 35% di minggu kedua, sedangkan Chrysophyta

mempunyai kelimpahan relatif sebesar 23 pada minggu pertama dan 24%

minggu kedua.

Sehingga kelimpahan relatif tertinggi terdapat pada divisi Chlorophyta

dengan nilai kelimpahan 5460sel/ml, sedangkan kelimpahan relatif terendah

terdapat pada devisi Cyanophyta. Divisi Chlorophyta termasuk dalam kelimpahan

1 2 1 2 1 2 1 2

40 41 43 43 50 48 40 41

23 24 22 22 20 23 18 18

37 35 35 35 30 29 42 41

0

20

40

60

80

100

120

stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3 stasiun 4

kelim

pah

an r

elat

if (

%)

Astasiun

kelimpaahan relatif fitoplankton (%)

chlorophyta chrysophyta cyanophyta

Page 59: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

relatif tertinggi dikarenakan Chlorophyta merupakan komunitas plankton yang

mudah ditemukan di perairan tawar. Hal ini sesuai dengan Soetrisno (2002)

dalam Adawiyah (2011), bahwa biasanya Chlorophyta mudah ditemukan pada

komunitas plankton perairan tawar.

4.3.1.2 Stasiun 2

Komposisi kelimpahan fitoplankton pada stasiun 2 terdiri dari 3 devisi dan 11

genus (dapat di lihat pada lampiran 8 dan gambar 7). ketiga devisi tersebut yaitu

Chlorophyta, Cyanophyta, dan Chrysophyta. Devisi Chlorophyta terdapat genus

Microspora, Gyrosigma, Cleochaita, Chlorella, Staurastrum, Scenedesmus. Divisi

pada devisi Chrysophyta terdapat 2 genus yaitu Nitzschia, dan Cylatella,

sedangkan pada devisi Cyanophyta tedapat 5 genus yaitu Merismopedia

Agmenelum, Microcystis, Navicula dan anabaena. Kelimpahan total fitoplankton

pada stasiun dua sebesar 15330sel/ml pada minggu pertama dan 15710sel/ml di

minggu ke dua. Sehingga stasiun 2 digolongkan pada perairan eutrof jika dilihat

dari kelimpahan fitoplankton.

Pada stasiun 2 pada devisi Chloropyta mempunyai nilai total kelimpahan

relatif sebesar 50% pada minggu pertama dan minggu kedua, devisi Cyanophyta

mempunyai total kelimpahan relatif 35% pada minggu pertama dan minggu

kedua, sedangkan Chrysophyta mempunyai kelimpahan relatif 22% minggu

pertama dan minggu kedua 22%. Sehingga kelimpahan relatif tertinggi terdapat

pada divisi Chlorophyta. Tingginya kelimpahan relatif Chlorophyta dapat di

hubungkan dengan hasil orthofosfat yaitu 0,01-0,03.

Fosfat mempengaruhi penyebaran fitoplankton, Menurut Yollenweider

(1968). Fosfat dapat menjadi faktor pembatas baik secara parsial maupun

horizontal. Menurut Prowse (1946) dalam Kaswadji (1976), pada perairan yang

memiliki konsentrasi fosfat yang rendah (0,00-0,02 mg/l) akan didominasi oleh

Page 60: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

diatom, pada perairan dengan konsentrasi fosfat sedang (0,02-0,05) akan

dijumpai jenis Chlorophyceae yang berlimpah, dan pada perairan yang memiliki

konsentrasi fosfat tinggi (>0,10 mg/l) maka jenis Cyanophyceae menjadi

dominan.

4.3.1.3 Stasiun 3

Komposisi kelimpahan fitoplankton pada stasiun 3 terdiri dari 3 devisi dan

13 genus (dapat di lihat pada lampiran 9 dan gambar 7). Ketiga devisi tersebut

yaitu Chlorophyta, Cyanophyta, dan Chrysophyta. Devisi Chlorophyta terdapat 7

genus yaitu: Microspora, staurastrum, Gyrosigma, Cleochaita, Volvox, Chlorella

dan Scenedesmus. pada devisi Chrysophyta terdapat 2 genus yaitu Nitzschia

dan Cylatella, sedangkan pada devisi Cyanophyta tedapat 4 genus yaitu

Agmenelum, Microcystis, Merismopedia, dan anabaena. Kelimpahan total

fitoplankton pada stasiun 3 sebesar 17750sel/ml minggu pertama dan

18850sel/ml minggu kedua. Sehingga stasiun 3 digolongkan dalam perairan

eutrofik jika dilihat dari kelimpahan fitoplankton.

Pada stasiun 3 devisi Chloropyta mempunyai nilai total kelimpahan relatif

sebesar 50% pada minggu pertama dan 48% pada minggu kedua, devisi

Cyanophyta mempunyai total kelimpahan relatif 30% pada minggu pertama dan

29% di minggu kedua, sedangkan Chrysophyta mempunyai kelimpahan relatif

sebesar 20% pada minggu pertama dan 23% di minggu kedua. Sehingga

kelimpahan relatif tertinggi terdapat pada divisi Chlorophyta.

Chlorophyta merupakan fitoplankton yang paling banyak di temui di

perairan Waduk Lahor, jumlah genus Chlorophyta paling beragam dibandingkan

dengan divisi lain. Menurut Bellinger dan Sige (2010), Chlopyceae umumnya

banyak ditemukan di perairan tawar karena sifatnya mudah beradaptasi dan

cepat berkembang biak sehingga populasinya banyak ditemukan di perairan.

Page 61: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Menurut Boild dan Wynne (1985), Chlorophyta merupakan golongan dari

alga yang paling beragam, karena ada yang bersel tunggal, berkoloni dan bersel

banyak. Alga ini banyak terdapat di danau, kolam, dan kebanyakan hidup di

perairan tawar.

4.3.1.4 Stasiun 4

Komposisi kelimpahan fitoplankton pada stasiun 4 terdiri dari 3 devisi dan

14 genus (lihat pada lampiran 10 dan gambar 7). Ketiga devisi tersebut yaitu

Chlorophyta, Cyanophyta, dan Chrysophyta. Devisi Chlorophyta terdapat genus

Microspora, Gyrosigma, Cleochaita, Staurastrum, Chlorella dan Scenedesmus.

pada devisi Chrysophyta terdapat 2 genus yaitu Nitzschia, dan Cylatella,

sedangkan pada devisi Cyanobacteria tedapat 6 genus yaitu Agmenelum,

Microcystis, Phormidium, Merismopedia, Oscilatoria, dan anabaena. Kelimpahan

total fitoplankton pada stasiun 4 sebesar 18110sel/ml stasiun 1 dan stasiun 2.

sehingga pada stasiun 4 tergolong dalam perairan eutrofik jika dilihat dari hasil

kelimpahan fitoplankton.

Pada stasiun 1 pada devisi Chloropyta mempunyai nilai total kelimpahan

relatif sebesar 40% pada minggu pertama dan 41% pada minggu kedua, devisi

Cyanophyta mempunyai total kelimpahan relatif 42% pada minggu pertama dan

41% di minggu kedua, sedangkan Chrysophyta mempunyai kelimpahan relatif

sebesar 18% pada minggu pertama dan 18% di minggu kedua, Sehingga

kelimpahan relatif tertinggi terdapat pada divisi Chlorophyta dan Cyanophyta.

Pada stasiun 4 divisi terbanyak itu divisi Cyanophyta juga mempunyai

kelimpahan yang tinggi, tingginya kelimpahan relatif tersebut diduga karena

Cyanophyta tumbuh optimal pada periode tersebut. Pertumbuhan fitoplankton

yang optimum di duga karena adanya interaksi dengan kenaikan intensitas

cahaya dan suhu perairan. Menurut Fogg et al (1973), kenaikan intensitas

Page 62: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

cahaya dan suhu dapat mengakibatkan kenaikan laju pertumbuhan

Cyanobphyta. Cyanophyta untuk tetap bertahan hidup pada kondisi perairan

yang kekurangan unsur N, karena Cyanobphyta memiliki kemampuan untuk

melakukan proses fiksasi N2 bebas dari udara.

tingginya divisi Cyanophyta perlu di waspadai karena Cyanophyta

bersifat racun . Menurut Putri dan Sri (2013), jika suatu perairan di dominasi oleh

alga dari Cyanophyta seperti mycrocystis dan anabaena), bisa dikatakan bahwa

perairan tersebut merupakan perairan yang eutrofik. Cyanophyta telah lama

menjadi masalah kualitas air di danau dan waduk, akibat dari potensinya

menghasilkan racun dan kapasitasnya untuk mempengaruhi air minum. Kelas ini

memiliki potensi untuk tetap tumbuh dengan konsentrasi nutrien yang

berfluktuasi karena kemampuannya dalam menyimpan fosfor. Menurut Paerl et

al., (2003).

4.5.2 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Dominasi Fitoplankton

Sedangkan menurut Odum (1971), keanekaragaman fitoplankton di bagi

menjadi 3 yaitu:

H’<1 = keanekaragaman rendah

1<H’<3 = keanekaragaman sedang

H’>3 = keanekaragaman tinggi

Nilai C ( indeks dominasi fitoplankton) berkisar antara 0-1. Apabila nilai C

mendekati nol berarti hampir tidak ada individu yang mendominasi dan biasanya

diikuti dengan nilai E dominasi komunitas oleh jenis tertentu dan dicirikan oleh

nilai E yang lebih kecil (Odum, 1971).

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman fitoplankton pada stasiun 1

sebesar 2,105 dengan indeks dominasi (C) 0,136 yang berarti stasiun 1 memiliki

keanekaragaman sedang dan tidak terdapat dominasi. Pada stasiun 2 memiliki

Page 63: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

nilai indeks keanekaragaman sebesar 2,249 dengan indeks dominasi 0,121 yang

artinya stasiun 2 memiliki keanekaragaman sedang dan tidak terdapat dominasi.

Pada stasiun 3 mendapat indeks keanekaragaman fitoplankton sebesar 2,363

dengan ideks dominasi 0,10 yang artinya stasiun 3 memiliki keanekaragaman

sedang dan tidak terdapat dominasi. Pada stasiun 4 memiliki indeks

keanekaragaman sebesar 2, 453 dengan indeks dominasi 0,096 yang artinya

pada stasiun 4 memiliki indeks keanekaragaman sedang dan tidak terdapat

dominasi. Hasil keanekaragaman fitoplankton dan indeks dominasi fitplankton

dapat dilihat pada tabel 4. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada

stasiun 4 hal ini dikarenakan pada stasiun 4 memiliki genus terbanyak jika

dibandingkan dengan stasiun-stasiun yang lainnya.

Tabel 2. Indeks keanekaragaman dan indeks dominasi fitoplankton Waduk Lahor

stasiun H' C

1 2,105764 0,136985

2 2,249837 0,121741

3 2,363448 0,103819

4 2,453353 0,096738

Keanekaragaman fitoplankton berhubungan dengan keseragaman

fitoplankton hal ini sesuai dengan pernyataan Kerbs (1989), Keseragaman

rendah mengindikasikan bahwa ekosistem tersebut ada kecenderungan

dominasi jenis yang disebabkan adanya ketidak stabilan faktor-faktor lingkungan

dan populasi. Keseragaman sedang, dapat dikatakan bahwa ekosistem tersebut

dalam kondisi yang cukup baik, dimana penyebaran individu tiap jenis relatif

hampir seragam dan keseragaman tinggi dapat dikatakan bahwa ekosistem

tersebut dalam kondisi baik, dimana penyebaran individu tiap jenis relatif

seragam.

Page 64: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

4.5.3 Klorofil-a

Hasil rata-rata pengukuran klorofil-a berkisar antara 10,39-13,85 mg/m3.

hasil rata-rata pengukuran terendah pada stasiun 1 yaitu sebesar 10,39 mg/m3

hasil rata-rata pengukuran tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu sebesar 13,85

mg/m3 (dapat dilihat pada tabel 5). Tinggi rendahnya klorofil-a pada setiap

stasiun di duga karena penyebaran intensitas cahaya matahari tidak merata

sehingga terjadi proses fotosintesis yang berbeda-beda pula. Ketersediaan

nutrien dan intensitas cahaya matahari sangat mempengaruhi konsentrasi

klorofil-a pada suatu perairan. Apabila nutrien dan intensitas cahaya matahari

tersedia cukup, maka konsentrasi klorofil-a akan tinggi begitu pula sebaliknya.

Tabel 3. Hasil pengukuran klorofil-a mg/m3

Stasiun Ulangan

rata-rata 1 2

1 10,3 10,498 10,399

2 12,1 12,9 12,5

3 13,9 13,8 13,85

4 11,3 11,05 11,175

Perairan di daerah tropis umumnya memiliki konsentrasi klorofil yang

rendah karena keterbatasan nutrien dan kuatnya stratifikasi kolom perairan

sebagai akibat pemanasan bagian permukaan perairan yang terjadi sepanjang

tahun (Nuriya et al., 2010). Menurut Carlson (1977), status kesuburan perairan

didasarkan nilai klorofil-a dapat digolongkan menjadi 4 kategori antara lain: 0-

2,6 mg/m3 (oligotrofik), 2,6-7,3 mg/m3 (mesotrofik), 7,3-56 mg/m3 (eutrofik) dan

>56 (hypereutrofik). Berdasarkan pernyataan tersebut maka klorofil yang di

peroleh di Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur tergolong dalam

perairan eutrofik.

Page 65: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

4.4 Hubungan Produktivitas Primer dengan Klorofil-a

Berdasarkan hasil nilai regresi pada lampiran 12 dan gambar 11

didapatkan nilai a 0,6642 dan nilai b sebesar 1,4831 dengan nilai antilog dari a =

4, 615 maka didapatkan persamaan eksponensial produktivitas primer =

4,615(Chloro)1,4831x. Dengan nilai R2= 0,691. Dari persamaan tersebut diperoleh

grafik hubungan produktivitas primer dengan klorofil-a seperti pada gambar 11.

Persamaan linier diketahui dengan rumus Y = a + bx, maka didapat hasil Y=

1,4831x + 0,6642 artinya adalah setiap penambahan klorofil-a 1,4831 mg/m3,

maka akan menyebabkan kenaikan laju produktivitas primer sebanyak 0,6642.

Gambar 6. Hubungan produktivitas primer dengan klorofil-a

Hubungan produktivitas primer dengan klorofil-a yang dianalisis

menggunakan regresi linier, diperoleh hasil determinasi (R2) sebesar 0,691 dan

persamaan regresi yang artinya klorofil-a sangat mempengaruhi keberadaan

produktivitas primer. Dan produktivitas primer memiliki keeratan hubungan

dengan klorofil-a. Hal ini sesuai dengan pernyataan Andriani (2004), nilai

koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui keeratan dari peubah X

terhadap Y. Kisaran nilai R2 yaitu antara 0-1. Jika nilainya lebih besar dari 0,5

atau mendekati 1, maka dapat diartikan bahwa X memiliki peranan terhadap Y,

ditelaah dengan menggunakan sidik ragam regresi. Jika F-hitung lebih besar dari

F-tabel berarti peubah X memberikan pengaruh terhadap peubah Y, demikian

pp= 4,615 (Chloro)1,4831x R² = 0,691

2.15

2.2

2.25

2.3

2.35

2.4

2.45

1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5PP

(m

g C

/m 2

/Har

i)

Klorofil-a (mg/m3)

Page 66: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

pula sebaliknya jika F-hitung lebih kecil dari Ftabel peubah X tidak memberikan

pengaruh terhadap peubah Y.

4.5 Faktor Fisika, Kimia Perairan

Pengukuran kualitas air yang dilakukan adalah untuk mengetahui

produktivitas primer dan status trofik perairan Waduk Lahor, malang Jawa Timur.

Parameter fisika, kimia yang digunakan untuk mengetahui produktivitas perairan

dan status trofik yang terdapat di Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur

antara lain: suhu, kecerahan, pH, karbon dioksida (CO2), oksigen terlarut (DO),

nitrat (NO3-;), orthofosfat (PO4

3-), total fosfor. Adapun hasil pengukuran kualitas

air pada Waduk Lahor dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.5.1 Suhu

Hasil rata-rata pengukuran suhu di Waduk Lahor berkisar antara 27,5-

28,50C (dapat dilihat pada gambar 9). Suhu terendah terdapat di stasiun 1 dan 2

yaitu 27,50C sedangkan suhu tertinggi terdapat pada stasiun tiga dan empat

yaitu 28,5 0C. Menurut effendi (2003), nilai suhu yang baik untuk pertumbuhan

alga terutama dalam jenis diatom berkisar antara 20-310C Chlorophyceae

berskisar antara 30-350C sedangkan Chyanophyta lebih mampu bertoleransi

terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi. Hasil pengukuran suhu yang di

dapatkan di Waduk Lahor tersebut termasuk dalam kisaran suhu optimal untuk

kehidupan fitoplankton, yang nantinya fitoplankton menghasilkan produktivitas

primer perairan.

Page 67: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Gambar 7. Diagram hasil pengukuran suhu

Suhu dapat menjadi faktor penentu atau pengendali kehidupan flora dan

fauna perairan. Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan

kenaikan aktivitas biologi dan memerlukan lebih banyak oksigen di dalam

perairan. Hubungan antara suhu dan oksigen biasanya berkorelasi negatif

dimana setiap kenaikan suhu di dalam air akan menurunkan tingkat oksigen,

dengan demikian maka akan kemampuan organisme perairan dalam

memanfaatkan oksigen untuk berlangsungnya proses-proses biologi dalam

perairan (Asdak, 2004). Menurut Boyd, (1990) suhu mempunyai dampak yang

jelas terhadap proses kimia dan biologi perairan. Reaksi kimia dan biologi akan

meningkat seiring dengan kenaikan suhu perairan 100C. Sehingga organisme air

menggunakan oksigen terlarut 2 kali lebih banyak pada suhu 300C. Sehingga

hasil kenaikan suhu dapat mempengaruhi produktivitas primer suatu perairan.

4.5.2 Kecerahan

Hasil pengukuran kecerahan di Waduk Lahor berkisar antara 88,5-93 cm

(dapat dilihat pada gambar 10). Rata-rata Kecerahan terendah terdapat pada

stasiun 1 dan 2 yaitu sebesar 88,5 cm. Sedangkan hasil kecerahan tertinggi

terdapat pada stasiun 4 yaitu sebesar 93 cm. nilai kecerahan pada stasiun 1 dan

2 rendah diduga karena stasiun 1 merupakan daerah masuknya air waduk yang

membuat kekeruhan di stasiun 1 tinggi, sehingga cahaya matari yang masuk

kedalam perairan tidak maksimal. Sedangkan tingginya kecerahan pada stasiun

4 diduga karena bagian tengah waduk yang terbuka dan relatif tenang sehingga

cahaya yang masuk kedalam perairan lebih dalam.

26

26.5

27

27.5

28

28.5

29

29.5

1 2 3 4su

hu

(0 C

)

stasiun

suhu minggu 1

suhu minggu 2

Page 68: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Gambar 8. Diagram hasil pengukuran kecerahan

Menurut Effendi (2003), nilai kecerahan dinyatakan dalam meter. Nilai ini

sangat di pengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan

padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan penelitian.

Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.

Ketika kerapatan fitoplankton meningkat maka visibilitas suatu perairan

menurun, tetapi jika suatu perairan banyak mengandung detritus keruh maka

visibilitas secchidisk tidak dapat menggambarkan banyaknya fitoplankton di

perairan (Boyd, 1990).

4.5.3 Derajad Keasaman (pH)

Hasil rata-rata pengukuran pH di Waduk Lahor sebesar 8-8,5 (dapat

dilihat pada gambar 11). Menurut Effendi (2003), Bakteri pada umumnya akan

tumbuh dengan baik pada pH netral dan alkalis, sedangkan jamur lebih

menyukai pH rendah (dalam kondisi asam). Oleh karena itu, proses dekomposisi

bahan organik berlangsung lebih cepat pada kondisi pH netral dan alkalis.

(Barus, 2004).

84

86

88

90

92

94

96

1 2 3 4ke

cera

han

(cm

)

stasiun

kecerahan minggu 1

kecerahan minggu 2

Page 69: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

Gambar 9. Diagram hasil perhitungan pH

Fitoplankton dan tanaman air akan mengambil karbondioksida selama

proses fotosintesis berlangsung, sehingga mengakibatkan pH perairan menjadi

meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. Perairan dengan nilai

pH lebih kecil dari 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat

menyebabkan kematian mahluk hidup, sedangkan lebih dari 9,5 merupakan

perairan yang sangat basa dan menyebabkan kematian organisme perairan dan

mengurangi produktivitas perairan (Asriana dan Yuliana, 2012).

Menurut Boyd, (1990) pH di devinisikan sebagai negatif logaritma ion H+.

Secara sederhana pH menunjukkan asam atau basa suatu perairan. Air dengan

pH 7 tidak di anggap asam atau basa dapat di sebut sebagai pH perairan yang

netral. Perairan dengan pH di bawah 7 maka dapat disebut bahwa perairan

tersebut bersifat asam, tetapi apabila pH suatu perairan di atas 7 maka dapat di

katakan perairan yang bersifat basa. Sedangkan skala umum pH adalah 0-14.

pH perairan tawar biasanya mempunayai nilai pH 6-9.

4.5.4 Oksigen terlarut

Rata-rata hasil pengukuran oksigen terlarut di perairan Waduk Lahor

berkisar antara 6,89 -10,24 mg/l (dapat dilihat gambar 12). Hasil pengukuran

terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu sebesar 6,89 mg/l. Sedangkan oksigen

7.7

7.8

7.9

8

8.1

8.2

8.3

8.4

8.5

8.6

1 2 3 4

pH

stasiun

pH minggu 1

pH minggu 2

Page 70: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

terlarut tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 10,24 mg/l. Tingginya

oksigen terlarut pada stasiun satu diduga karena pada stasiun 1 jauh dari

kegiatan karamba jaring apung sehingga pemanfaatan oksigen oleh organisme

misalnya ikan, hanya sedikit. Sedangkan rendahnya oksigen terlarut pada

stasiun 3 juga dapat diduga karena pada stasiun 3 terdapat kegiatan masyarakat

sekitar seperti karamba jaring apung, yang memungkinkan untuk pemanfaatan

oksigen terlarut perairan meningkat karena di maksimalkan oleh ikan untuk

melakukan respirasi.

Gambar 10. Diagram hasil pengukuran oksigen terlarut

Menurut Boyd, (1990) kadar oksigen terlarut yang baik untuk perairan

adalah 5-15 mg/l. Tumbuhan air menghasilkan oksigen dalam proses fotosintesis

pada siang hari, sehingga pada siang hari oksigen terlarut lebih banyak. Waduk

lahor masih memiliki kadar oksigen yang baik.

Oksigen memegang peran penting sebagai indikator kualitas perairan,

Selain itu oksigen juga menentukan aktivitas biologis yang dilakukan oleh

organisme aerobik maupun anaerobik. peranan oksigen adalah untuk

mengoksidasi bahan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada

akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. (Salmin, 2005).

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4

DO

(m

g/l)

stasiun

DO minggu 1

DO minggu 2

Page 71: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

4.5.5 Karbondioksida (CO2)

Unsur hara karbon (C) merupakan unsur hara utama untuk penyusunan

bahan organik melalui proses fotosintesis. Sumber karbon dapat berasal dari

udara yang masuk ke perairan bersama-sama dengan air hujan (Sudaryanti,

1995). Pada dasarnya keberadaan karbondioksida dalam air terdapat dalam 3

bentuk yaitu bentuk gas karbondioksida bebas (CO2), ion bikarbonat (HCO3-), ion

karbonat (H2CO3) (Boney, 1989).

Hasil rata-rata pengukuran karbondioksida di perairan Waduk Lahor

Kabupaten Malang berkisar antara 7,5-7,9 mg/l. Dimana hasil pengukuran

karbondioksida terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu sebesar 7,45 mg/l,

sedangkan hasil tertinggi karbondioksida terdapat pada stasiun 2 yaitu sebesar

7,9 mg/l (dapat dilihat gambar 13).

Gambar 11. Diagram hasil pengukuran karbondioksida

Menurut Boyd, (1990) kadar karbon dioksida yang baik untuk perairan

adalah 1-10 mg/l. Setelah nitrogen dan fosfor, karbon dioksida merupakan unsur

selanjutnya yang membatasi produktivitas fitoplankton.

4.5.6 Nitrat

Hasil rata-rata pengukuran nitrat berkisar antara 0,199-0,271 mg/l (dapat

dilihat pada gambar 14). Hasil pengukuran terendah di dapatkan pada stasiun

dua yaitu sebesar 0,199 mg/l, Sedangkan hasil rata-rata tertinggi terdapat pada

stasiun tiga yaitu sebesar 0,271 mg/l. Tingginya kandungan nitrat pada stasiun

7.2

7.4

7.6

7.8

8

1 2 3 4

CO

2(m

g/l)

stasiun

CO2 minggu 1

CO2 minggu 2

Page 72: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

tiga diduga karena pada stasiun tiga terdapat kegiatan perikanan yang

kemungkinan menyumbangkan bahan organik kedalam perairan sehingga

mengakibatkan kandungan nitrat di perairan tinggi.

Gambar 12. Diagram hasil pengukuran nitrat

Menurut Boyd, (1990) kadar nitrat yang baik untuk perairan adalah 0,2-10

mg/l, nitrogen cenderung membatasi pertumbuhan fitoplankton selain fosfor dan

nutrien lainnya. Kandungan nitrat di waduk lahor masih baik, tetapi sedikit rendah

pada stasiun 3.

Nitrogen merupakan elemen yang melimpah pada sel makhluk hidup

setelah karbon, hidrogen, dan oksigen, yang mana nitrogen ini penting untuk

sebagian besar reaksi biokimiawi (Goldman dan Horne, 1983). Tanaman air dan

fitoplankton lebih mudah menggunakan nitrogen dalam bentuk nitrat, maka

semua nitrogen baru tersedia jika telah dalam bentuk nitrat, pembentukan nitrat

sangat tergantung pada adanya oksigen dan bakteri Nitrobacter yang bertugas

merubah nitrit menjadi nitrat secara aerob (Arfiati, 1992).

4.5.7 Orthofosfat

Hasil rata-rata pengukuran orthofosfat berkisar antara 0,025-0,033 mg/l

(dapat dilihat pada gambar 15). Hasil pengukuran orthofosfat terendah terdapat

pada stasiun 1 yaitu sebesar 0,025 mg/l. Sedangkan hasil rata-rata pengukuran

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

1 2 3 4

nit

rat

(mg/

l)

stasiun

nitrat minggu 1

nitrat minggu 2

Page 73: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

orthofosfat tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu sebesar 0,033 mg/l. Kadar

orthofosfat yang rendah pada stasiun satu diduga karena orthofosfat sudah

dimanfaatkan oleh fitoplankton.hal ini sesuai dengan pernyataan Horne dan

Goldman (1994), hampir semua jenis fitoplankton mengkonsumsi orthofosfat.

Konsumsi orthofosfat oleh fitoplankton digunakan untuk pertumbuhan dan

sisanya untuk disimpan didalam sel.

Gambar 13. Diagram hasil perhitungan orthofosfat

Menurut Effendi (2003) berdasarkan kadar orthofosfat perairan

diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: perairan oligotrofik memiliki kadar orthofosfat

berkisar antara 0,003-0,01 mg/l, perairan mesotrofik memiliki kadar orthofosfat

berkisar antara 0,011-0,03 mg/l, dan perairan eutrofik memiliki kadar orthofosfat

berkisar antara 0,031mg/l-0,1 mg/l. Sedangkan menurut Boyd, (1990) kandungan

fosfor yang baik untuk perairan adalah 0,005-0,2 mg/l. Berdasarkan pernyataan

tersebut maka perairan Waduk Lahor dapat digolongkan kedalam perairan

mesotrofik.

4.5.8 Total Fosfor

Hasil rata-rata pengukuran total fosfor berkisar antara 0,171-0,208 mg/l

(dapat dilihat pada gambar 16) hasil terendah didapatkan pada stasiun 3 yaitu

sebesar 0,171 mg/l. Sedangkan hasil rata-rata total fosfor tertinggi terdapat pada

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

0.035

0.04

0.045

1 2 3 4

ort

ho

fosf

at (

mg/

l)

stasiun

ortofosfat minggu 1

ortofosfat minggu 2

Page 74: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

stasiun 3 yaitu sebesar 0,208 mg/l. Tingginya kandungan fosfor pada stasiun 3

diduga karena mendapatkan sumbangan limbah domestik berupa sabun dan

detergen dari masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi

(2003), bahwa sumber alami fosfor diperairan adalah pelapukan batuan minerat,

misalnya flourapatite, hydroxylapatite, strengite. Selain itu fosfat juga berasal dari

limbah industri dan domestik, yakni fosfat yang berasal dari detergen.

Gambar 14. Diagram hasil perhitungan total fosfor

Menurut Effendi (2003), berdasarkan kadar fosfor total perairan

diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: perairan dengan tingkat kesuburan rendah

memiliki kadar fosfor total berkisar 0-0,02 mg/l, sedangkan perairan dengan

kesuburan sedang memiliki kadar fosfor total 0,021-0,05 mg/l, dan perairan

dengan tingkat kesuburan tinggi memiliki kadar fosfor total 0,051-0,1 mg/l.

Berdasarkan kandungan fosfor total perairan Waduk Lahor dapat di golongkan

kedalam perairan eutrofik.

4.6 Tingkat Tropik Waduk Lahor Berdasarkan Trophic State Indeks (TSI)

Status trofik didefinisikan sebagai berat total bahan organik (biomassa)

dalam suatu perairan di lokasi dan waktu tertentu. Status trofik dipahami sebagai

respon biologis terhadap penambahan nutrien. TSI merupakan dasar penentuan

status trofik (kesuburan perairan) dangan menggunakan biomassa alga. TSI

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

1 2 3 4

tota

l fo

sfo

r (m

g/l)

stasiun

total fosfor minggu 1

total fosfor minggu 2

Page 75: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

adalah indeks yang sederhana karena membutuhkan data yang sedikit dan

umumnya mudah dipahami. Pendugaan biomassa alga dilakukan dengan

melakukan pengukuran terhadap tiga parameter yaitu: klorofil-a, kedalaman

secchi disk, dan total fosfor. Nilai TSI berkisar 0-100 (Carlson, 1977). Adapun

hasil perhitungan TSI dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4. Hasil perhitungan TSI

stasiun minggu

1 minggu

2 rata-rata

keterangan

1 63,83 63,91 63,87 eutrofik sedang

2 63,47 63,63 63,55 eutrofik sedang

3 63,21 63,08 63,15 eutrofik sedang

4 63,98 63,97 63,98 eutrofik sedang

Hasil rata-rata perhitungan Trophic State Indeks (TSI) di Waduk Lahor

berkisar antara 63,14-63,98 (dapat dilihat pada Tabel 5) hasil rata-rata TSI

terendah terdapat pada stasiun 3 di yaitu sebesar 63,14 dan hasil TSI tertinggi

terdapat pada stasiun 4 yaitu sebesar 63,98. Menurut Carlson (1977), perairan

dengan nilai TSI <30 tergolong dalam perairan ultraoligotrofik, perairan dengan

nilai TSI 30-40 tergolong dalam perairan oligotrofik, perairan dengan nilai 40-50

tergolong dalam perairan mesotrofik, perairan dengan nilai TSI 50-60 tergolong

dalam perairan eutrofik ringan, perairan dengan nilai TSI 60-70 tergolong dalam

perairan eutrofik sedang, sedangkan perairan dengan nilai TSI 70-80 tergolong

dalam perairan eutrofik berat, dan perairan dengan nilai TSI >80 tergolong dalam

perairan hypereutrofik. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa perairan Waduk Lahor tergolong dalam perairan eutrofik

sedang.

Page 76: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

5. KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian produktivitas primer di waduk lahor ini mendapatkan disimpulkan

bahwa :

1 Produktivitas primer perairan Waduk Lahor terggolong kedalam perairan

mesotrofik menuju eutrofik. Komposisi fitoplakton terdiri dari 4 divisi yaitu

Cyanobacteria, Chlorophyta, Cyanophyta, Crysophyta. Dan terdiri dari 18

genus yaitu : Agmenelum, Anabaena, Microcystis, Phormidium,

Oscillatoria, Mikrospora, Scenedesmus, Volvox, Chlorella, Gyrosigma,

dan Staurastrum. Dengan kelimpahan fitoplankton 14860-21630sel/ml.

Dengan nilai indeks keanekaragaman 2,1-2,5 indeks dominasi 0,08-0,12

yang berarti belum terdapat dominasi, dan parameter fisika-kimia Waduk

Lahor masih dapat di toleransi oleh kehidupan fitoplankton.

2 Hubungan produktivitas primer dengan klorofil-a R2 0,691, dengan

persamaan linier Y= 1,4831x + 0,6642, yang artinya produktivitas primer

memiliki keeratan hubungan, karena memiliki nilai R2 lebih dari 0,5.

3 Status trofik Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur menurut TSI

(Trophic State Indeks) tergolong eutrofik sedang.

5.2 Saran

Penelitian tentang produktivitas primer perairan waduk lahor perlu

dilakukan secara rutin satu bulan sekali atau 3 bulan sekali. karena produktivitas

primer perairan dapat dijadikan sebagai praduga tekanan ekologis yang terjadi di

suatu perairan. selain itu dapat dijadikan sebagai penentu status trofik perairan

yang nantinya di jadikan sebagai acuan untuk pengelolaan Waduk Lahor.

Page 77: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

1

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. 2011. Diversitas Fitoplankton di Danau Tasikardi Terkait dengan Kandungan Karbondioksida dan Nitrogen. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negri Jakarta.

Aliza, D., Winaruddin dan L. W. Sipahutar. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air terhadap Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi dan Histopatologi Insang Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Medika Veterinaria. 7(2): 142-145.

Andriani. 2004. Analisis Hubungan Parameter Fisika-Kimia dan Klorofil-a dengan Produktivitas Primer Fitoplankton di Perairan Pantai Kabupaten Luwu. Sekolah Pasca sarjana Institut Teknologi Bogor.Bogor.

Apridayanti, E. 2006. Distribusi Vertikal Fitoplankton di Waduk Lahor Kabupaten Malang, Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan . Fakultas Perikanan Brawijaya, Malang.(Tidak di terbitkan).

Apridayanti,E. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur. tesis. Universitas Diponegoro.

APHA. 1992. Standart Method for The Examination of Water and Waste Water. 1st Edition. APHA, AWWA, WEF.Washington DC.

Ardiwijaya, R.R. 2002. Distribusi Horizontal Klorofil-a dan Hubungannya dengan Kandungan Unsur Hara serta Kelimpahan Fitoplankton di Teluk Semangka, Lampung. Skripsi. Program Studi MSP. FPIK. IPB. Bogor.

Arfiati, Musa M., dan Wiranti. 2002. Pendugaan Status Trofik dengan pendekatan Kelimpahan, Komposisi dan Produktivitas Primer Fitoplankton di Waduk Gondang Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 6 (1): 62-67.

Arinardi, O.H. 1996.Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan Tengah Indonesia. LIPI. Bogor.

Asdak. C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Aliran Sungai,Gajah Mada University Press, Jogjakarta.

Asriana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Primer. Bumi Aksara.Jakarta.

Barus, T.A.,2004. Pengantar Limnologi, Studi Tentang Ekosistem Sungai dan Danau, Jurusan Biologi, USU, Medan.

Bellinger, E. G., & Sigee, D.C. 2010. Freshwater Algae: Identification and Use as Bioindicatora. John Wiley & Sons Ltd. United Kingdom.

Boney, A,D. 1989. Phytoplankton. Edward Arnold Publisher Ltd. London.

Bold, H., C., dan M. J. Wynne. 1985. Introduction to The Aalgae, Prentice Hall, Inc. USA.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality In Ponds For Aquaqulture. Birmingham Publishing CO. Birmingham, Alabama: ix+482.

Carlson, R. E. 1977. A Thropic State Indeks For Lakes. Journal Limnology and Oceanography, 22 (2):361-369.

Page 78: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

2

Dahuri, R. 1994.Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Pesisir, Menuju Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan, Indonesia. Managemen Pesisir dalam Tropical Asia.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta.

Erlina, A. 2006.Kualitas Perairan di Sekitar BBPBAP Jepara Ditinjau dari Aspek Produktivitas Primer Sebagai Landasan Operasional Pengembengan Budidaya Udang dan Ikan. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Ewusie, I.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Davis, G.C. 1995. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State. University Press. USA.

Fogg, G. E., W.D.P. Stewart, P. Fay & A.E. Walsby. 1973. The Blue Green Algae. Academic Press, London.

Goldman, C.R. and A. J. Horne.1983. Limnology.MeGraw-Hill Book Company.United State of America. America.

Handayani, E.S. 2015. Pendugaan tingkat kesuburan perairan dan potensi perikanan dengan pendekatan produktivitas primer di Waduk LahorDesa Karang Kates kecamatan sumber pucung Kabupaten Malang Jawa Timur. Skripsi. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas brawijaya.

Hariyadi, S., E. M. Adiwilaga, T. Prartono, S. Hardjoamidjojo dan A. Damar. 2010. Produktivitas Primer Estuari Sungai Cisadane Pada Musim Kemarau. Limnotek (2010) 17 (1) : 49-57.

Hauer, F.R and A.J.Horne. 1996.Temperature, Light and Oxygen. Hauer F.R dan Lamberti G A (editor), Stream Ecology. Academic Press. San Diego.

Hutabarat, S. 2000. Produktivitas Perairan dan Plankton. Telaah Terhadap Ilmu Perikanan dan Kelautan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Herawati, E.Y.1989.Pengantar Planktonologi (Fitoplankton). NUFFIC, UNIBRAW/ LUW /FISH. Universitas Brawijaya. Malang.

Herawati. E.Y. 2003. Biologi and Ekologi Fitoplankton. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.

Heddy, S dan Kurniati, M. 1994. Prinsip- Prinsip Dasar Ekologi. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Horne, A.J. and Goldman, C.R. 1994. Limnology.2nd Edition. Singapore: Mc Graw-Hill. Co Press.

Irawati, N. 2011. Hubungan Produktivitas Primer Fitoplankton dengan Ketersediaan Unsur Hara Berbagai Tingkat Kecerahan di Perairan Teluk Kendari Sulawesi Tenggara. Tesis. Mayor Pengelolaan Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kaswadji, R. F., F. Widjajandan Y. Wardiatno. 1993. Produktivitas Primer dan Laju Pertumbuhan Fitoplankton di Perairan Pantai Bekasi. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 1(2) : 1-15.

Khaqiqoh,N., Purnomo, P. W. Dan Hendarto,B. 2014. Pola Perubahan Komunitas Fitoplankton di Sungai Banjir Kanal Barat Semarang Berdasarkan Pasang Surut. Diponegoro Journal Of Maquares, 3 (2) : 92-101.

Page 79: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

3

Krismono, A.S.N. dan Kartamihardja, S. 1995. Status Trofik Perairan Waduk Kedungombo Jawa Tengah , sebagai Dasar Pengelolaan Perikanan. Jurnal Perikanan Indonesia 1 (3): 26-35.

Lumbanbatu D. T.F. 1979. Aspek Biologi Reproduksi Jenis Ikan di Waduk Lahor, Jawa Timur. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor; Bogor. 169 h.

Mahmudi, M. 2005. Produktivitas Perairan. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.

Maizar, A. 2011. Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton di Waduk Selorejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Jurnal Kelautan. 4 (2).

Marlian, N. 2016. Aanalisis Distribusi Horizontal Klorofil-a Sebagai Indikator Tingkat Kesuburan Perairan di Teluk Meulaboh Aceh Barat Provinsi Aceh. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mason, C. F. 1981. Biology of Freshwater Pollution. Longman. New York.

Matjik A. A & Sumertajaya, I. M. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1. Bogor. Ipb Press.

Nontji, A. 1984. Biomasa dan Produktivitas Fitoplankton di Perairan Teluk Jakarta serta Implikasinya dengan Faktor-faktor Lingkungan. Disertasi. Institut Teknologi Bogor.

Novita, Kardiawan. S dan Tunjung. M.P. 2015. Penentuan Daya Dukung untuk Perikanan Alami (Studi Kasus: Situ Cilala, Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). 20(1).

Novonty, V., dan Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identivication, and Management of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold. New York.

Nybakken, J.M. 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis (diterjemahkan oleh H.M. Eidmar, Koesoebiono, D.G. bengen, M. Hutomo dan D. Sukardjo). Gramedia , Jakarta. 433 hal.

Nybaken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemah : Eidman,M., Koesbiono, Detrich G.B., Malikusworo, H. Dan Sukardjo,S. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Odum, E. P. 1971. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh T. Samingan. Hal: 433-443. Gajahmada University Press.

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Odum. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Putri, M.R.a. dan Sri, E. P. 2013. Variasi Kelimpahan Fitoplankton di Area Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Jatiluhur, Jawa Barat. Hal 349-360.

Peihler, M.F., Dyble J., P.H., Pinckney, J.L. dan Paerl, H.W. 2004. Effects of Modified Nutrient Concentrations and Ratios on The Structure an Function of The Native Phytoplankton Community in The Neuse River Estuary, Nort Carolina, USA. Aquatic Ecology. 36:371-385.

Pomeroy, L.R.1999. Food Web Connections: Link and Sinks. In Bell C.R., Brylinsky, M., Johnson-Green, P. (eds). Microbial Biosystems : New Frontiers. Proceedings of The 8th International Symposium on Microbial Ecology. Atlantic Canada Society for Microbelial Ecology, Halifax.Canada.

Page 80: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

4

Prescott, G. W.1973. How to Know the Ftresswater Algae. W. M. C. Brown Company Publiser, Dubuque, Lowa USA.

Raharjo, W. T. 2010. Strategi Meningkatkan Metodologi. Fakultas Teknik. Universitas Indonesia

Raymont, J,E.G. 1961. Plankton and Produktivity in The Ocean, 2nd Edition, Vol 1 Phyro. Pergamon Press. Oxford. England.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Direktorat Jendral Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta.101 Hlm.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana. XXX (3) : 21-26.

Shannon, C. And Weaver. 1949. The Mathematical Theory of Communication. The University of Illinois Press.

Standart Nasional Indonesia. 1990. Metode Pengukuran Kualitas Air. Jakarta. Dinas Pekerjaan Umum.

Sitinjak, F.R. 2009. Produktivitas Primer Fitoplankton pada Musim Kemarau Tahun 2008 di Muara Sungai Cisade, Kabupaten Tangerang, Banten. Skripsi. FPIK. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sitorus, M. 2009. Spektroskopi (Elusidasi Struktur Molekul Organik). Graha Ilmu. Yogyakarta.Hlm 78.

Subarjanti, H.U. 2015. Pengantar Ekologi Perairan. FPIK UB: Malang.

Sudaryanti, S. 1995. Eutrofikasi dan Metode Rehabilitasinya. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sukarmad, W. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik (Edisi Revisi). Bandung: Tarsito.

Suryabrata, S. 2014. Metodologi Penelitian. Rajawali Pers. Jakarta.

Suryani, D. 2015. Status Trofik dan Pencemaran Bahan Organik Waduk Lahor denagn metode Saprobic Index (SI) dan Tropic State Index (TSI). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang.

Sumich, J.L.1994. An Introduction to The Biology of Marine Life. Fifth Edition. Wm.C.Bown Company Publishers. USA.

Wardana, W. A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi) Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wiadnya, D. G., Sutini L., dan Lelono T.F. 1993. Menejemen Sumberdaya Perairan dengan Kasus Perikanan Tangkap di Jawa Timur. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang

Wetzel, R.G. 1983. Limonogy. Philadelphia: W.B. Sounders Company.

Yuliastuti, E. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringi Karanganyar dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Page 81: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

5

Yollenweider, R. A. 1968. Scientific Fundamentals of the Euthrophication of Lakes and Flushing Waters, with Particular Influence to Nitrogeneous ang Phosphorous as Factors in Eutrophication. OECD, Technical Report, Paris.

Page 82: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

6

LAMPIRAN

Lampiran 1. Klasifikasi dan gambar fitoplankton

Gambar foto perbesaran 400 x Gambar literatur (Google image, 2017)

Klasifikasi

Divisi : Cyanophyta

Class : Cyanobakteria

Order : Synechocales

Family : Merismopediaceae

Genus : Agmenelum

Divisi : Cyanophyta

Class : Cyanobacteria

Subclass : Nostocophycideae

Order : Nostocales

Family : Nostocaceae

Genus : Anabaena

Devisi : cyanophyta

Class : Cyanobacteria

Order : Synechoccales

Family: Merismopedieceae

Genos : Microcystis

Page 83: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

7

Divisi : Cyanophyta

Class : Cyanobacteria

Subclass : Oscillatoriophycideae

Order : Oscillatoriales

Family : Phormidiaceae

Genus : Phormidium

Divisi : Cyanophyta

Class : Cyanobacteria

Order : Oscillatoriales

Family : Oscillatoricae

Genus : Oscillatoria

Divisi : Clorophyta

Class : Chlorophyceae

Order : Microsporales

Family : Microsporaceae

Genus : Microspora

Divisi : Chlorophyta

Class : Clorophyceae

Order: Chlorococcales Family:Scenedesmaceae

Genus: Scenedesmus

Page 84: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

8

Divisi : chlorophyta

Class : Clorophyceae

Order: Naviculales

Family: Pleurosigmatacea

Genus:Gyrosigma

Divisi : Chlorophyta

Class : Clorophyceae

Order: Zygnematales

Family: desmidiaceae

Genus: staurastrum

Divisi : Chrysophyta

Class : Bacillariophyceae

Order: Bacilariales

Family: Coscinodiscaceae

Genus:Cyclotella sp

Divisi : Chrysophyta

Class : acillariophyceae

Order: Bacilariales

Family:Naviculaceae

Genus:Navicula

Page 85: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

9

Divisi : Chlorophyta

Class :

Order: Coleochatales

Family:

Genus:Chleochaeta

Divisi : Chrysophyta

Class :

Order: Pennales

Family: Nitzschiaceae

Genus: Nitzschia

Divisi : Chlorophyta

Class : Chlorophyceae

Order: Volvocaler

Family: Volvocaceae

Genus: Volvox

Divisi : Chlorophyta

Class : Chlorophyceae

Order: Clorococcales

Family: Oocystaceae

Genus:Chlorella

Phylum : Cyanophyta

Class : Chlorophyceae

Order: Chroococcales

Family: Crooccales

Genus: Merimopedia

Page 86: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

10

Lampiran 2. Tabel hasil perhitungan kelimpahan fitoplankton (N)

stasiun divisi jenis plankton ulangan

jumlah kotak ulangan N (sel/ml) rata-rata N

(sel/ml) KR pi=n/N ln pi

H'=-pi Ln Pi

C =Pi^2 1 2 1 2

1

Chlorophyta

Microspora 195 210 100 1950 2100 2025 15,1 0,151 -1,893 0,285 0,023

Gyrosigma 83 93 100 830 930 880 6,5 0,065 -2,726 0,178 0,004

cleochaita 200 213 100 2000 2130 2065 15,4 0,154 -1,873 0,288 0,024

chlorela 20 22 100 200 220 210 1,6 0,016 -4,159 0,065 0,000

scenedesmus 30 26 100 300 260 280 2,1 0,021 -3,872 0,081 0,000

SUBTOTAL 5280 5640 5460 40,6 0,406 -14,52 0,897 0,051

Chrysophyta nitzschina 90 99 100 900 990 945 7,0 0,070 -2,655 0,187 0,005

cyclatella 220 222 100 2200 2220 2210 16,4 0,164 -1,806 0,297 0,027

SUBTOTAL 3100 3210 3155 23,5 0,235 -4,461 0,483 0,032

Cyanophyta

agmenelum 219 220 100 2190 2200 2195 16,3 0,163 -1,812 0,296 0,027

Microcystis 219 219 100 2190 2190 2190 16,3 0,163 -1,815 0,296 0,027

merismopedia 15 15 100 150 150 150 1,1 0,011 -4,496 0,050 0,000

anabaena 30 29 100 300 290 295 2,2 0,022 -3,819 0,084 0,000

SUBTOTAL 4830 4830 4830 35,9 0,359 -11,94 0,725 0,054

TOTAL 13210 13680 13445 100,0 1,000 -30,92 2,106 0,137

2

Chlorophyta

Microspora 210 213 100 2100 2130 2115 13,6 0,136 -1,993 0,272 0,019

Gyrosigma 120 121 100 1200 1210 1205 7,8 0,078 -2,556 0,198 0,006

Cleochaita 250 255 100 2500 2550 2525 16,3 0,163 -1,816 0,295 0,026

staurastrum 14 21 100 140 210 175 1,1 0,011 -4,485 0,051 0,000

Chlorela 30 32 100 300 320 310 2,0 0,020 -3,913 0,078 0,000

scenedesmus 40 39 100 400 390 395 2,5 0,025 -3,671 0,093 0,001

SUBTOTAL 6640 6810 6725 43,3 0,433 -18,4 0,988 0,052

Chrysophyta Nitzschina 100 103 100 1000 1030 1015 6,5 0,065 -2,727 0,178 0,004

Cyclatella 230 233 100 2300 2330 2315 14,9 0,149 -1,903 0,284 0,022

Page 87: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

11

SUBTOTAL 3300 3360 3330 21,5 0,215 -4,630 0,462 0,027

Cyanophyta

agmenelum 220 221 100 2200 2210 2205 14,2 0,142 -1,951 0,277 0,020

Microcystis 225 227 100 2250 2270 2260 14,6 0,146 -1,927 0,281 0,021

Navicula 39 45 100 390 450 420 2,7 0,027 -3,610 0,098 0,001

merismopedia 15 16 100 150 160 155 1,0 0,010 -4,606 0,046 0,000

Anabaena 40 45 100 400 450 425 2,7 0,027 -3,598 0,099 0,001

SUBTOTAL 5390 5540 5465 35,2 0,352 -15,69 0,800 0,043

TOTAL 15330 15710 15520 100,0 1,000 -38,75 2,250 0,122

3

Chlorophyta

Microspora 230 239 100 2300 2390 2345 12,8 0,128 -2,055 0,263 0,016

Gyrosigma 120 127 100 1200 1270 1235 6,7 0,067 -2,696 0,182 0,005

Cleochaita 253 250 100 2530 2500 2515 13,7 0,137 -1,985 0,273 0,019

staurastrum 24 18 100 240 180 210 1,1 0,011 -4,468 0,051 0,000

chlorela 50 53 100 500 530 515 2,8 0,028 -3,570 0,100 0,001

volvox 150 155 100 1500 1550 1525 8,3 0,083 -2,485 0,207 0,007

scenedesmus 60 66 100 600 660 630 3,4 0,034 -3,369 0,116 0,001

SUBTOTAL 8870 9080 8975 49,0 0,490 -20,62 1,193 0,049

Chrysophyta Nitzschina 120 221 100 1200 2210 1705 9,3 0,093 -2,373 0,221 0,009

cyclatella 233 212 100 2330 2120 2225 12,2 0,122 -2,107 0,256 0,015

SUBTOTAL 3530 4330 3930 21,5 0,215 -4,480 0,477 0,023

Cyanophyta

agmenelum 223 221 100 2230 2210 2220 12,1 0,121 -2,109 0,256 0,015

merismopedia 20 29 100 200 290 245 1,3 0,013 -4,313 0,058 0,000

Microcystis 232 219 100 2320 2190 2255 12,3 0,123 -2,094 0,258 0,015

Anabaena 60 75 100 600 750 675 3,7 0,037 -3,300 0,122 0,001

SUBTOTAL 5350 5440 5395 29,5 0,295 -11,81 0,693 0,031

TOTAL 17750 18850 18300 100,0 1,000 -36,92 2,363 0,104

Chlorophyta

Microspora 220 209 100 2200 2090 2145 11,8 0,118 -2,133 0,253 0,014

Gyrosigma 110 99 100 1100 990 1045 5,8 0,058 -2,852 0,165 0,003

cleochaita 235 239 100 2350 2390 2370 13,1 0,131 -2,034 0,266 0,017

Page 88: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

12

4

chlorela 40 45 100 400 450 425 2,3 0,023 -3,752 0,088 0,001

staurastrum 90 99 100 900 990 945 5,2 0,052 -2,953 0,154 0,003

scenedesmus 50 45 100 500 450 475 2,6 0,026 -3,641 0,095 0,001

SUBTOTAL 7450 7360 7405 40,9 0,409 -17,36 1,021 0,038

Chrysophyta nitzschina 110 99 100 1100 990 1045 5,8 0,058 -2,852 0,165 0,003

cyclatella 221 223 100 2210 2230 2220 12,3 0,123 -2,099 0,257 0,015

SUBTOTAL 3310 3220 3265 18,0 0,180 -4,951 0,422 0,018

Cyanophyta

agmenelum 220 212 100 2200 2120 2160 11,9 0,119 -2,126 0,254 0,014

Microcystis 250 233 100 2500 2330 2415 13,3 0,133 -2,015 0,269 0,018

phormidium 105 126 100 1050 1260 1155 6,4 0,064 -2,752 0,176 0,004

oscilatoria 90 108 100 900 1080 990 5,5 0,055 -2,907 0,159 0,003

merismopedia 20 29 100 200 290 245 1,4 0,014 -4,303 0,058 0,000

anabaena 50 45 100 500 450 475 2,6 0,026 -3,641 0,095 0,001

SUBTOTAL 7350 7530 7440 41,1 0,411 -

17,744 1,010 0,040

TOTAL 18110 18110 18110 100,0 1,000 -40,06 2,453 0,097

Page 89: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

13

Lampiran 3. Kelimpahan fitoplankton dan kelimpahan relatif fitoplankton stasiun 1

stasiun divisi jenis plankton

ulangan N (sel/l)

1 2

N KR% N KR%

1

Chlorophyta Microspora 1950 14,76 2100 15,35

Gyrosigma 830 6,28 930 6,80

cleochaita 2000 15,14 2130 15,57

chlorela 200 1,51 220 1,61

scenedesmus 300 2,27 260 1,90

SUBTOTAL 5280 39,97 5640 41,23

Chrysophyta nitzschina 900 6,81 990 7,24

cyllatela 2200 16,65 2220 16,23

SUBTOTAL 3100 23,47 3210 23,46

Cyanophyta agmenelum 2190 16,58 2200 16,08

merismopedia 150 1,14 150 1,10

Microcystis 2190 16,58 2190 16,01

anabaena 300 2,27 290 2,12

SUBTOTAL 4830 36,56 4830 35,31

TOTAL

13210 100 13680 100

Page 90: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

14

Lampiran 4. Kelimpahan fitoplankton dan kelimpahan relatif fitoplankton stasiun 2

stasiun divisi jenis plankton

ulangan N (sel/l)

1 2

N KR% N KR%

2

Chlorophyta

Microspora 2100 13,70 2130 13,56

Gyrosigma 1200 7,83 1210 7,70

staurastrum 140 0,91 210 1,34

cleochaita 2500 16,31 2550 16,23

chlorela 300 1,96 320 2,04

scenedesmus 400 2,61 390 2,48

SUBTOTAL 6640 43,31 6810 43,35

Chrysophyta nitzschina 1000 6,52 1030 6,56

cyllatela 2300 15,00 2330 14,83

SUBTOTAL 3300 21,53 3360 21,39

Cyanophyta

agmenelum 2200 14,35 2210 14,07

Microcystis 2250 14,68 2270 14,45

navicula 390 2,54 450 2,86

merismopedia 150 0,98 160 1,02

anabaena 400 2,61 450 2,86

SUBTOTAL 5390 35,16 5540 35,26

TOTAL 15330 100 15710 100

Page 91: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

15

Lampiran 5. Kelimpahan fitoplankton dan kelimpahan relatif fitoplankton stasiun 3

stasiun divisi jenis plankton

ulangan N (sel/l)

1 2

N KR N KR

3

Chlorophyta

Microspora 2300 12,96 2390 12,68

Gyrosigma 1200 6,76 1270 6,74

cleochaita 2530 14,25 2500 13,26

staurastrum 240 1,35 180 0,95

chlorela 500 2,82 530 2,81

volvox 1500 8,45 1550 8,22

scenedesmus 600 3,38 660 3,50

SUBTOTAL 8870 49,97 9080 48,17

Chrysophyta nitzschina 1200 6,76 2210 11,72

cyllatela 2330 13,13 2120 11,25

SUBTOTAL 3530 19,89 4330 22,97

Cyanophyta

agmenelum 2230 12,56 2210 11,72

Microcystis 2320 13,07 2190 11,62

merismopedia 200 1,13 290 1,54

anabaena 600 3,38 750 3,98

SUBTOTAL 5350 30,14 5440 28,86

TOTAL 17750 100 18850 100

Page 92: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

16

Lampiran 6. Kelimpahan fitoplankton dan kelimpahan relatif fitoplankton stasiun 4

stasiun divisi jenis plankton

ulangan N (sel/l)

1 2

N KR% N KR%

4

Chlorophyta

Microspora 2200 11,89 2090 11,67

Gyrosigma 1100 5,95 990 5,53

cleochaita 2350 12,70 2390 13,34

staurastrum 900 4,86 990 5,53

chlorela 400 2,16 450 2,51

scenedesmus 500 2,70 450 2,51

SUBTOTAL 7450 40,27 7360 41,08

Chrysophyta nitzschina 1100 5,95 990 5,53

cyllatela 2210 11,95 2230 12,45

SUBTOTAL 3310 17,89 3220 17,97

Cyanophyta

agmenelum 2200 11,89 2120 11,83

Microcystis 2500 13,51 2330 13,01

phormidium 1260 6,81 1155 6,45

merismopedia 200 1,08 290 1,62

oscilatoria 1080 5,84 990 5,53

anabaena 500 2,70 450 2,51

SUBTOTAL 7740 41,84 7335 40,94

TOTAL 18500 100 17915 100

Page 93: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

17

Lampiran 7. Tabel hasil perhitungan parameter fisika-kimia

Stasiun minggu

ke

Parameter

suhu kecera

han pH CO2 DO nitrat PO4

-3 total fosfat

1

1 27 88 8 7,5 9,81 0,2 0,018 0,169

2 28 89 8 7,5 10,67 0,198 0,032 0,173

rata-rata 27,5 88,5 8 7,5 10,24 0,199 0,025 0,171

2

1 28 88 8 7,9 8,8 0,249 0,019 0,178

2 27 89 8 7,9 8,7 0,216 0,039 0,182

rata-rata 27,5 88,5 8 7,9 8,75 0,232

5 0,029 0,18

3

1 29 92 8,5 7,9 6,95 0,356 0,031 0,21

2 28 94 8,5 7,9 6,83 0,187 0,035 0,207

rata-rata 28,5 93 8,5 7,9 6,89 0,271

5 0,033 0,2085

4

1 29 93 8,5 7,9 8,95 0,298 0,021 0,19

2 28 89 8,5 7,8 9,627 0,225 0,041 0,196

rata-rata 28,5 91 8,5 7,85 9,288 0,261

5 0,031 0,193

Page 94: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

18

Lampiran 8. Perhitungan TSI SD (kecerahan)

Kecerahan minggu 1

(m) minggu 2

(m) ln sd minggu 1 ln sd minggu 2

tsi sd minggu 1

tsi sd minggu 2 minggu 1

(cm) minggu 2

(cm)

88 89,25 0,88 0,8925 -0,127833372 -0,113728765 61,84207888 61,63883151

88 88,5 0,88 0,885 -0,127833372 -0,122167634 61,84207888 61,76043561

93 88,5 0,93 0,885 -0,072570693 -0,122167634 61,04574368 61,76043561

91,77 94,25 0,9177 0,9425 -0,085884739 -0,05921936 61,23759909 60,85335097

Lampiran 9. Tabel perhitungan TSI TP (total fosfor)

Minggu stasiun Total P (mg/l)

microgram/l ln

microgram/l TSI TP

1 1

0,197 197,0833333 5,283626651 80,33989631

2 0,196 195,6944444 5,276554486 80,23791569

1 2

0,178 177,6388889 5,179752776 78,84203502

2 0,182 181,8055556 5,20293774 79,17636221

1 3

0,169 169,3055556 5,131705103 78,14918759

2 0,173 173,4722222 5,156017484 78,49977212

1 4

0,210 209,5833333 5,345121433 81,22665106

2 0,207 206,8055556 5,331779007 81,03425328

Page 95: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

19

Lampiran 10. Tabel perhitungan TSI Chlo (klorofil-a)

Stasiun

mikrogram /liter

ulangan ln kloro ulangan tsi kloro rata-rata

1 2 1 2 1 2

1 10300 10498 9,239899174 9,258940042 49,64989917 49,66894004 49,65941961

2 12100 12900 9,400960732 9,46498259 49,81096073 49,87498259 49,84297166

3 13900 13800 9,539644119 9,532423871 49,94964412 49,94242387 49,946034

4 11300 11050 9,332558005 9,310185707 49,742558 49,72018571 49,73137186

Page 96: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

20

Lampiran 11. Tabel Hasil perhitungan TSI

Stasiun minggu ke tsi kloro-a tsi (TP) tsi (SD) tsi carlson Keterangan

1 1 49,64 80,23 61,63 63,83333333

eutrofik sedang

2 49,66 80,23 61,84 63,91

rata-rata 49,65 80,23 61,735 63,87166667

2 1 49,81 78,84 61,76 63,47

eutrofik sedang

2 49,87 79,17 61,84 63,62666667

rata-rata 49,84 79,005 61,8 63,54833333

3 1 49,74 78,14 61,76 63,21333333

eutrofik sedang

2 49,72 78,49 61,04 63,08333333

rata-rata 49,73 78,315 61,4 63,14833333

4 1 49,74 81,2 61 63,98

Eutrofik sedang

2 49,72 81 61,2 63,97333333

rata-rata 49,73 81,1 61,1 63,97666667

Page 97: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

21

Lampiran 12. Hasil regresi linier npp dan chlorofil-a

Regression Statistics

Multiple R 0,831243958 R Square 0,690966517 Adjusted R

Square 0,536449776 Standard

Error 0,066433978

Observations 4

ANOVA

Df SS MS F

Significance F

Regression 1 0,019736129 0,019736129 4,471790641 0,168756042 Residual 2 0,008826947 0,004413473

Total 3 0,028563076

Coefficients

Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

A Intercept 0,6642 0,879431401 0,471924833

-2,585516349 3,913963474

-2,585516349 3,913963474

B X Variable 1 1,483067222 0,701326267 2,114660881 0,168756042

-1,534496156 4,500630601

-1,534496156 4,500630601

Anti log a= 4,615

Page 98: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

22

Lampiran 13. perhitungan produktivitas primer

stasiun minggu

ke I L D

mgO2/L mgO2/m3/hari mg C/m2/hari keterangan

R GPP NPP R GPP NPP R gpp npp

1

1 9,2 10,55 4,6 4,6 6,0 1,4 15771,4 17000,0 3857,1 591,4 637,5 144,6

mesotrofik 2 9,6 11,14 4,38 5,2 6,8 1,5 17897,1 19314,3 4400,0 671,1 724,3 165,0

rata-rata

9,4 10,845 4,49 4,9 6,4 1,4 16834,3 18157,1 4128,6 631,3 680,9 154,8

2

1 8,8 10,24 6,3 2,5 3,9 1,4 8571,4 11257,1 4114,3 321,4 422,1 154,3

mesotrofik 2 8,7 10,306 6,23 2,5 4,1 1,6 8468,6 11645,7 4588,6 317,6 436,7 172,1

rata-rata

8,75 10,273 6,265 2,5 4,0 1,5 8520,0 11451,4 4351,4 319,5 429,4 163,2

3

1 8,2 10,5 4,83 3,4 5,7 2,3 11554,3 16200,0 6571,4 433,3 607,5 246,4

eutrofik 2 8,5 10,93 4,46 4,0 6,5 2,4 13851,4 18485,7 6942,9 519,4 693,2 260,4

rata-rata

8,35 10,715 4,645 3,7 6,1 2,4 12702,9 17342,9 6757,1 476,4 650,4 253,4

4

1 8,95 10,59 6,5 2,5 4,1 1,6 8400,0 11685,7 4685,7 315,0 438,2 175,7

mesotrofik 2 9,627 11,18 7,15 2,5 4,0 1,6 8492,6 11514,3 4437,1 318,5 431,8 166,4

rata-rata

9,2885 10,885 6,825 2,5 4,1 1,6 8446,3 11600,0 4561,4 316,7 435,0 171,1

Page 99: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

23

Lampiran 14. Foto penambilan sampel dan pengukuran sampel

Page 100: PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DI WADUK LAHOR ...repository.ub.ac.id/7592/1/Qomariyah, Nur.pdfpersamaan eksponensial Produktivitas Primer = 4, 615 Chlo(1,4831x). Hasil rata-rata pengukuran

24