produktifitas
DESCRIPTION
Paper EkologiTRANSCRIPT
1. ALIRAN ENERGI
2. PRODUKTIVITAS
Manfaat utama dari energi matahari yang bisa sampai ke permukaan bumi adalah
untuk kepentingan tumbuhan hijau yang dalam proses kehidupan tumbuhan, dikenal dengan
istilah fotesintetis dan repirasi . Dalam proses fotosintesis , organisme autotrof memanfaatkan
50% dari radiasi matahari yang diterima dan diefesiensi pemanfaatan energi yang diserap
oleh autotrof kurang lebih 1% (Ondum, 1993). Tumbuhan hijau berfontosintesis selama
kurang lebih 10 jam per hari dalam waktu siang hari. Jika intensitas radiasi matahari dalam
kondisi maksimal, maka faktor yang menjadi pembatas efektivitas proses fotosintesis adalah
ketersedian air ,CO2 dan unsur hara lainnya dari lingkungan.
Di dalam setiap komunitas terdapat organisme yang mampu hidup maupun benda
mati yang menunjang proses kehidupan dimana merupakan kejadian yang mengubah bentuk
energi pada berbagai komponen. Salah satu proses tersebut dalah metabolisme. Hasil dari
kegiatan metabolisme adalah pertumbuhan dan penambahan Biomassa. Penimbunan
Biomassa itu disebut produksi (Odum, 1993). Produksi selama priode waktu tertentu disebut
produktivitas. Menurut Hardjosuwarno (1990), setiap komunitas atau bagian-bagian lain
dalam organisasi mahluk hidup memiliki produktivitas yang meliputi produktivitas sekunder
dan primer. Menurut Djumara (2007), di dalam suatu ekosistem dikenal adanya produsen dan
konsumen, sehingga juga dikenal adanya produktivitas oleh produsen dan produktivitas oleh
konsumen. Produktivitas pada produsen disebut produktivitas primer (dasar), sedangkan pada
konsumen disebut produktivitas sekunder.
2.1. Produktivitas Primer
Produktivitas primer adalah kecepatan tumbuhan mengubah energi cahaya menjadi
energi kimia dalam bentuk bahan organik yang dapat digunakan sebagai bahan pangan.
Produktivitas primer dapat di golongkan menjadi dua, antara lain.
1) Produktivitas primer kotor
Produktivitas primer kotor dalah kecepatan total fotosintesis atau total jumlah energi
terlambat oleh fotosintesis unit area per unit waktu disebut juga produktivitas primer kasar
(GPP). Tidak semua produktivitas disimpan sebagai bahan organik tetapi sebagian akan
digunakan oleh tumbuhan untuk proses respirasi sellulernya.
2) Produktivitas primer bersih
Produktivitas primer bersih (NPP) adalah kecepatan penyimpanan bahan organik dalam
jaringan tumbuhan sebagai kelebihan bahan organik yang sebagian telah dipakai untuk
respirasi tumbuhan selama proses pertumbuhan. Produktivitas primer bersih memiliki
kegunaan sangat penting untuk memahami sebuah ekosistem karena hal itu dapat
menggambarkan energi yang tersedia bagi seluruh komponen dalam rantai makanan
maupun jarring makanan.
Produktivitas komunitas bersih yaitu kecepatan penyimpanan bahan organik yang
tidak di gunakan oleh heterotrof selama atau musim pertumbuhan. Nilai produktivitas adalah
selalu berupa laju karbon atau aliran energi dan di nyatakan sebagai gram biomassa (atau
kalori). Berat kering material tumbuhan yang ada pada sembarang titik dalam waktu disebut
biomassa atau fitomassa. Nilai efesiensi adalah ratio energi output terhadap energi input pada
berbagai titik proses pertumbuhan. Terdapat tiga hal penting dalam nilai efesien, yaitu.
1) Efesien eksploitasi
Efesien eksploitasi berkaitan dengan kemampuan tumbuhan untuk memegat cahaya.
2) Efesiensi asimilasi (quantum yield)
Efesiensi asimilasi (quantum yield) berkaitan dengan kemampuan tumbuhan untuk
merubah radiasi yang terserap ke dalam fotosintetat dan di pengaruhi oleh resintensi hasil
asimilasi,CO2 , ketersediaan air dan cahaya, temperature dan lain-lain.
3) Efesiensi produksi
Efesiensi produksi merupakan kapasitas ukuran bersih untuk mengubah fotosintat ke
dalam pertumbuhan dan reproduktif biomassa dan tidak dipakai untuk proses respirasi.
Produktivitas primer dapat dinyatakan dalam energi per satuan luas per satuan waktu
(J/mr/tahun), atau sebagai biomassa (berat) vegetasi yang ditambahkan ke ekosistem per
satuan luasan per satuan waktu (g/m2/tahun). Biomassa umumnya dinyatakan sebagai berat
kering bahan organik, karena molekul air tidak mengandung energi yang dapat digunakan,
dan karena kandungan air tumbuhan bervariasi dalam jangka waktu yg singkat. Produktivitas
primer suatu ekosistem hendaknya tidak dikelirukan dengan total biomassa dari autotrof
fotosintetik yg terdapat pada suatu waktu tertentu, yang disebut biomassa tanaman
tegakan (standing crop biomass). Secara garis besar produktivitas primer ekosistem alami
dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu:
1) Relatif tidak produktif, termasuk di dalamnya: lautan terbuka dan padang pasir.
Produktivitasnya lebih rendah dari 0,1 gram/m²/hari.
2) Produktivitas medium, meliputi: padang rumput semi kering, pantai laut, danau dangkal,
dan hutan di tanah kering. Harga produktivitasnya berkisar antara 1-10 gram/m²/hari.
3) Sangat produktiv, meliputi: estuaria, sistem koral, hutan lembab, paparan aluvial, dan
daerah pertanian yang intensif. Produktivitasnya antara 10-20 gram/m²/hari.
2.2. Produktivitas Sekunder
Produktivitas sekunder adalah kecepatan organisme heterotrof atau konsumen
mengubah energi kimia menjadi simpanan energi kimia baru. Konsumen dapat menggunakan
bahan organik yang tersimpan pada organisme autotrof (produsen) sebagai bahan makanan.
Dari bahan makanan tersebut konsumen mendapatkan energi yang akan dimanfaatkan untuk
melakukan aktivitas hidup dan disimpan dalam bentuk makanan cadangan. Misalnya: ayam
memakan biji jagung, berarti energi kimia yang tersimpan dalam biji jagung berpindah ke
ayam.
Perpindahan energi biasanya akan melepaskan sedikit energi dalam bentuk panas.
Sebagian energi kimia yang dimakan oleh ayam akan digunakan untuk kegiatan hidupnya dan
sebagian lagi akan disimpan dalam jaringan sebagai energi potensial berupa bahan makanan
cadangan. Kemudian ayam akan dimakan oleh ular dan selanjutnya ular akan dimakan oleh
burung elang. Burung elang akan mati lalu diuraikan oleh pengurai dan pengurai memperoleh
energi kimia terakhir yang terkandung pada tubuh burung elang yang mati.
Dengan demikian produktivitas sekunder akan menjadi berkurang pada saat terjadi
perpindahan energi dari satu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya, sehingga energi kimia
yang tersedia bagi konsumen tingkat tertinggi semakin berkurang. Artinya semakin pendek
suatu rantai makanan, semakin sedikit kehilangan energi yang dapat digunakan, sehingga
produktivitas sekunder makin besar.
Tabel. Produktivitas Primer Pada Beberapa Kelompok Komponen Vegetasi
Kelompok komponen Vegetasi Biomass(g/m2)
Produktivitas primer bersih
(g/m2,thn)
Pohon (bagian batang dan tajuk) 6.403 796Perdu (bagian batang dan tajuk) 158 61Semak dan herba (bagianbatang dan tajuk)
2 2
Pohon (bagian akar) 3.325 260Perdu (bagian akar) 305 73Semak dan herba (bagian akar)
1 4
Total 10.194 1.196
( Sumber : Odum, 1993)
2.3. Metode Pengukuran Produktivitas
Menurut Odum (1993), beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur
produktivitas antara lain.
1) Metode panen
Merupakan cara mengukur dengan memanen seluruh organ vegetasi secara pereodik
menurut periode waktu yang di pilih . hasil panen kemudian di ovenkan pada suhu 8000C
sampai pada suatu saat bobotnya konstan , dan bobot ini di nyatakan sebagai bobot kering
oven(g/m2/thn).
2) Mengukur oksigen
Metode di gunakan untuk menentukan produktivitas pada vegetasi perairan metode ini
menggunakan teknik botol terang dan gelap. Kedua botol tersebut di isi air dan danau pada
kedalaman tertentu, setelah itu di bawah ke laboratorium untuk penentuan kadar CO2 yang
terdapat pada air tersebut. Penurunan O2 pada botol yang gelap di sebabkan oleh kegiatan
respirasi dan peningkatan O2 dalam botol yang terang dengan penurunan O2 pada botol
yang gelap menyatakan produktivita kotor. Sehingga selisi antara O2 dalam botol terang
dengan botol gelap merupakan produktivitas bersih.
3) Metode karbondioksida
Metode ini dilakuna dengan memanfaatkan gas selama fotosintesis atau pembebenasannya
selama respirasi yang di ukur dengan analisa gas infra merah atau dengan memasukan gas
melalui air Ba(OH)2 dan menitrasikannya, dengan melakukan eksperimen dalam kamar
terang dan gelap, kemudian dapat di keluarkan produksi bersih dan kotor di dalam suatu
kamar yang di terangi., fotosintesis dan respirasi berlangsung bersama dan CO2 yang
muncul dari kamar adalah gas atmosfer yang tisak terpakai di tambah gas yang berasal
dari respirasi bagian tumbuhan-tumbuhan di dalam kamar gelap, selama gas CO2 di
sebabkan oleh respiraso dengan demikian , produktivitas besih sama dengan produktivitas
kolor di kurang respirasi.
4) Metode klorofil
Hubungan antara klorofil total terhadap laju fotosintesis di kenal sebagai rasio asimilasi
atau laju produksi per gram klorofil jadi, rasio asimilasi merupakan perbandingan antara
bobot O2 yang di hasilkan per jam(gram/jam) di bagi dengan bobot klorofil (g).
Cara pengukuran produktivitas primer bersih adalah dengan pengukuran laju
fotosintesis bersih jaringan fotosintesis di kurangi laju repirasi jaringan nonfotosintesis.
Produktivitas primer bersih (NPP) di ukur dengan perhitungan pertubahan-perubahan
biomassa melalui waktu.
NPP=(Wt-1 – Wt ) + D + H
Dimana.
Wt-1 : adalah perbedaan biomassa antara dua waktu panen
D : adalah biomassa yang hilang karena dekomposisi
H : adalah Biomassa yang di makan oleh herbivora selama periode antara panenan
Produktivitas dapat di nyatakan sebagai g per m2 per tahun atau jika kandungan kalori
material di ketahui sebagai cal/m2/thn.
Analisis dimensi adalah cara lain perkiraan produktivitas dalam satuan dimana volume
tumbuhan individu sangat besar atau pertumbuhan kembali begitu lambat dan kerusakan luas
terjadi karena proses memanen dalam pot. Teknik ini di dasarkan pada beberapa parameter
yang mudah diukur seperti tinggi tumbuhan diameter setinggi dada atau volume tumbuhan
dapat di korelasi dengan biomassa. Produksi akar dan serasah sangat penting untuk di
perkirakaan dan diukur. Beberapa peneliti membagi biomassa atau produktivitas menurut
letaknya terhadap substrat yaitu biomassa di atas substrat (meliputi batang, helaian dan
pelepah daun) dan biomassa di bawah substrat meliputi akar, dan rhizome (Dedi, 2009).
Tunas-tunas fotosintetik pada tumbuhan merupakan organ penting untuk berproduksi. Namun
banyak hasil fotosintesis ditranslokasikan ke bawah tanah, di mana hasil fotosintesis tersebut
mendukung pertumbuhan akan dan disimpan. Menurut Mcnaughton dan Wolf (1998), siklus
tahunan biomassa tumbuhan di atas dan di bawah tanah mengarah kepada hubungan terbalik.
Selama musim pertumbuhan, ketika biomassa di atas tanah meningkat cepat, biomas di
bawah tanah umumnya cenderung menurun. Sedangkan pada akhir musim, biomassa di
bawah tanah umumnya meningkat kembali karena kelebihan produksi yang dihasilkan tunas-
tunas kemudian dipindahkan ke bawah.
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Menurut Jordan (1985) dalam Wiharto (2007), Jika produktivitas suatu ekosistem hanya
berubah sedikit dalam jangka waktu yang lama maka hal itu menandakan kondisi lingkungan
yang stabil, tetapi jika perubahan yang dramatis maka menunjukkan telah terjadi perubahan
lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di antara
organisme penyusun eksosistem. Menurut Campbell (2002), terjadinya perbedaan
produktivitas pada berbagai ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya faktor pembatas
dalam setiap ekosistem. Faktor yang paling penting dalam pembatasan produktivitas
bergantung pada jenis ekosistem dan perubahan musim dalam lingkungan. Produktivitas pada
ekosistem dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi struktur dan komposisi komunitas, jenis dan usia tumbuhan, serta
peneduhan sedangkan faktor eksternal meliputi cahaya, karbohidrat, air, nutrisi, suhu, dan
tanah, serta herbivora.
2.4.1.Faktor Eksternal
1) Suhu
Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan meningkat dari
wilayah kutub ke ekuator. Namun pada hutan hujan tropis, suhu bukanlah menjadi faktor
dominan yang menentukan produktivitas, tapi lamanya musim tumbuh. Adanya suhu yang
tinggi dan konstan hampir sepanjang tahun dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuhan
akan berlangsung lama, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas. Suhu secara
langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada produktivitas. Secara langsung suhu
berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintetis, sehingga tingginya
suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis. Sedangkan secara tidak langsung,
misalnya suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya
dapat mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton.
2) Cahaya
Cahaya merupakan sumber energy primer bagi ekosistem. Cahaya memiliki peran yang
sangat vital dalam produktivitas primer, oleh karena hanya dengan energy cahaya
tumbuhan dan fitoplankton dapat menggerakkan mesin fotosintesis dalam tubuhnya. Hal
ini berarti bahwa wilayah yang menerima lebih banyak dan lebih lama penyinaran cahaya
matahari tahunan akan memiliki kesempatan berfotosintesis yang lebih panjang sehingga
mendukung peningkatan produktivitas primer. Panjang gelombang dan intensitas cahaya
sangat berperan terhadap proses fotosintesis. Pada tumbuhan berklorofil gelombang
cahaya merah dan biru diserap , sedangkan gelombang cahaya hijau dipantulkan. Atau
tidak dapat dimanfaatkan dalam proses fotosintesis. Beda halnya pada tumbuhan yang
menyerap energi cahaya oleh pigmen coklat dan pigmen biru seperti pada ganggang, maka
cahaya hijau dapat diserap. Intensitas cahaya dapat menentukan jumlah energi yang dapat
menyerap energi cahaya dan mengubahnya menjadi gula dengan efisiensi 20% sedangkan
pada cahaya terang hanya 8%. Pada intensitas cahaya yang tinggi dapat merusak klorofil.
Apabila faktor yang diperlukan berada dalam keadan optimal, jumlah cahaya yang dipakai
sebanding dengan jumlah cahaya yang diserap (dengan jumlah klorofil yang ada).
Tumbuhan yang hidup pada habitat dengan intensitas cahaya tinggi akan teradaptasi
dengan mempunyai jaringan aktif untuk fotosintesis dengan proporsi tinggi. Sebaliknya
pada tumbuhan yang teradaptasi dengan cahaya lemah, jumlah jaringan aktif untuk
fotosintesis rendah atau jumlah klorofil rendah. Pengaruh intensitas cahaya pada tumbuhan
jenis C3 dan C4 berbeda, yang mana tanaman C3 merupakan tanaman yang jenuh cahay
pada intensitas yang jauh di bawah penyinaran matahari penuh sedangkan tanaman C4
intensitas cahaya mendekati penyinaran penuh. Tanman C3 merupakan tanaman yang
produk awal yang stabil berasal dari pengikatan atau fiksasi karbon yaitu 3-karbon asam
organik yang berasal dari proses karboksilasi dan pemecahan dari molekul aseptor 5-
karbon. Contoh tanaman C3 adalah tanaman pada umumnya. Tanaman C4 merupakan
tanaman yang produk awal yang stabil dari fotosintesis adalah 4-karbon asam organik
yang berasal dari proses karbosilaksi molekul aseptor 3-karbon. Contoh tanaman C4
adalah tanaman berpembuluh seperti rumput-rumputan. Laju produktivitas neto/bersih
pada tanaman C4 biasanya tinggi diatas tanaman C3. Pada ekosistem terestrial seperti
hutan hujan tropis memilik produktivitas primer yang paling tinggi karena wilayah hutan
hujan tropis menerima lebih banyak sinar matahari tahunan yang tersedia bagi fotosintesis
dibanding dengan iklim sedang (Wiharto, 2007). Sedangkan pada eksosistem perairan, laju
pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada ketersediaan cahaya dalam perairan.
Laju pertumbuhan maksimum fitoplankton akan mengalami penurunan jika perairan
berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.
3) Air, curah hujan dan kelembaban
Produktivitas pada ekosistem terrestrial berkorelasi dengan ketersediaan air. Air
merupakan bahan dasar dalam proses fotosintesis, sehingga ketersediaan air merupakan
faktor pembatas terhadap aktivitas fotosintetik. Secara kimiwi air berperan sebagai pelarut
universal, keberadaan air memungkinkan membawa serta nutrient yang dibutuhkan oleh
tumbuhan. Air memiliki siklus dalam ekosistem. Keberadaan air dalam ekosistem dalam
bentuk air tanah, air sungai/perairan, dan air di atmosfer dalam bentuk uap. Uap di
atmosfer dapat mengalami kondensasi lalu jatuh sebagai air hujan. Interaksi antara suhu
dan air hujan yang banyak yang berlangsung sepanjang tahun menghasilkan kondisi
kelembaban yang sangat ideal tumbuhan terutama pada hutan hujan tropis untuk
meningkatkan produktivitas. Menurut Jordan (1995) dalam Wiharto (2007), tingginya
kelembaban pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas mikroorganisme. Selain itu,
proses lain yang sangat dipengaruhi proses ini adalah pelapukan tanah yang berlangsung
cepat yang menyebabkan lepasnya unsure hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
Terjadinya petir dan badai selama hujan menyebabkan banyaknya nitrogen yang terfiksasi
di udara, dan turun ke bumi bersama air hujan. Namun demikian, air yang jatuh sebagai
hujan akan menyebabkan tanah-tanah yang tidak tertutupi vegetasi rentan mengalami
pencucian yang akan mengurangi kesuburan tanah. Pencucian adalah penyebab utama
hilangnya zat hara dalam ekosistem.
4) Nutrien
Tumbuhan membutuhkan berbagai ragam nutrient anorganik, beberapa dalam jumlah yang
relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan tetapi semuanya penting. Pada
beberapa ekosistem terrestrial, nutrient organic merupakan faktor pembatas yang penting
bagi produktivitas. Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient
spesifik atau nutrient tunggal tidak lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi. Nutrient
spesifik yang demikian disebut nutrient pembatas (limiting nutrient). Pada
banyak ekosistem nitrogen dan fosfor merupakan nutrient pembatas utama, beberapa bukti
juga menyatakan bahwa CO2 kadang-kadang membatasi produktivitas. Produktivitas di
laut umumnya terdapat paling besar diperairan dangkal dekat benua dan disepanjang
terumbu karang, di mana cahaya dan nutrient melimpah. Produktivitas primer persatuan
luas laut terbuka relative rendah karena nutrient anorganic khusunya nitrogen dan fosfor
terbatas ketersediaannya dipermukaan. Di tempat yang dalam di mana nutrient melimpah,
namun cahaya tidak mencukupi untuk fotosintesis. Sehingga fitoplankton, berada pada
kondisi paling produktif ketika arus yang naik ke atas membawa nitrogen dan fosfor
kepermukaan.
5) Tanah
Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah tropis disebabkan oleh
diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi yang dilangsungkan oleh
mikroorganisme tanah dan akar (respirasi tanah). Jika tanah dalam keadaan basah, maka
karbon dioksida (CO2) dari respirasi tanah beserta air (H2O) akan membentuk asam
karbonat (H2CO3 ) yang kemudian akan mengalami disosiasi menjadi bikarbonat (HCO3-)
dan sebuah ion hidrogen bermuatan positif (H+). Ion hidrogen selanjutnya dapat
menggantikan kation hara yang ada pada koloid tanah, kemudian bikarbonat bereaksi
dengan kation yang dilepaskan oleh koloid, dan hasil reaksi ini dapat tercuci ke bawah
melalui profil tanah (Wiharto, 2007). Hidrogen yang dibebaskan ke tanah sebagai hasil
aktivitas biologi, akan bereaksi dengan liat silikat dan membebaskan aluminium. Karena
aluminium merupakan unsur yang terdapat dimana-mana di daerah hutan hujan tropis,
maka alminiumlah yang lebih dominan berasosiasi dengan tanah asam di daerah ini. Sulfat
juga dapat menjadi sumber pembentuk asam di tanah. Sulfat ini dapat masuk ke ekosistem
melalui hujan maupun jatuhan kering, juga melalui aktivitas organisme mikro yang
melepaskan senyawa gas sulfur. Asam organik juga dapat dilepaskan dari aktivitas
penguraian serasah (Jordan, 1985 dalam Wiharto, 2007 ).
6) Herbivora
Menurut Barbour at al. (1987) dalam Wiharto (2007), sekitar 10 % dari produktivitas
vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh herbivora biofag. Persentase ini bervariasi menurut
tipe ekosistem darat. Namun demikian, menurut McNaughton dan Wolf (1998) bahwa
akibat yang ditimbulkan oleh herbivora pada produktivitas primer sangat sedikit sekali
diketahui. Bahkan hubunga antar herbivora dan produktivitas primer bersih kemungkinan
bersifat kompleks, di mana konsumsi sering menstimulasi produktivitas tumbuhan
sehingga meningkat mencapai tingkat tertentu yang kemudian dapat menurun jika
intensitasnya optimum.
2.4.2.Faktor Internal
1) Struktur dan Komposisi Komunitas
Struktur dan komposisi komunitas sangat menentukan produktivitas. Bentuk pohon, perdu
dan herba yang hidup pada habitat yang sama, akan menghasilkan produktivitas yang
berbeda.
2) Jenis dan Umur Tumbuhan
Perbedaan laju pertumbuhan diantara jenis-jenis yang berkompetisi dalam suatu ekosistem
merupakan kejadian yang alami, dengan demikian akan terjadi pula perbedaan
produktivitas pada fase pertumbuhan yang berbeda atau pada umur yang berbeda dari
suatu jenis yang sama. Tumbuhan akan mencapai produktivitas maksimal pada fase muda.
Ketika tubuh tumbuhan meningkat energi yang difiksasi lebih banyak digunakan untuk
mengelola tubuhnya. Produktivitas yang berlebih digunakan untuk membentuk
produktivitas bersih yang secara teratur menurun dalam masa pemasakan.
3) Peneduhan
Bentuk-bentuk geometri tumbuhan dan kerapatannya sangat berperan dalam menentukan
efisiensi ekosistemnya. Tumbuhan yang memiliki daun yang relatif lebar dan vertikal
dapat menghasilkan area aktif fotosintesis maksimum dan total peneduhannya rendah.
Informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer pada setiap
tanaman terjadi pada tingkatan yang spesifik, keadaan yang sama juga terjadi pada daun-
daun yang terisolasi. Dalam hal ini hanya memperhatikan salah satu faktor yang kompleks
yang mempengaruhi produktivitas primer yaitu struktur 3 dimensi dari suatu kanopi
vegetasi. Faktor struktural ini mempengaruhi efisiensi kanopi sebagai suatu penangkap
cahaya. Pada kanopi berdaun lebar sebagian cahaya tidak di serapdekat permukaan dan
tingkat kanopi yang lebih rendah terlindungi lebih banyak. Akibatnya fotosintesis bersih
cenderung terkonsentrasi di lapisan atas pada tipe kanopi berdaun lebar dan terkonsentrasi
dilapisan tengah pada tipe kanopi berdaun sempit. Posisi sudut daun mempengaruhi juga
kedalaman penetrasi cahaya ke dalam kanopi. Penetrasi cahaya akan lebih dalam bila
daunnya tegak. Tanaman padi yang memiliki geometri sudut daun atau kanopi vertikal dan
tipe berdaun sempit akan lebih efektif pada intensitas cahaya yang kuat dan ketika posisi
matahari rendah. Kanopi horizontal dari tipe berdaun lebar akan lebih efektif pada
intensitas cahaya rendah dan ketika matahari berada di atas kepala.
2.5. Proses-Proses Dasar Produktivitas
Produktivitas primer bersih ditentukan oleh perbedaan relatif dari hasil fotosintesis
dengan materi yang dimanfaatkan dalam proses respirasi. Berikut merupakan proses-proses
dasar yang terlibat dalam produktivitas,yaitu.
1) Proses Fotosintesis
Proses ini hanya memanfaatkan sebagian kecil energi cahaya yaitu sekitar 1-5% yang
diubah menjadi energi kimia dan sebagian besar dipantulkan kembali atau berubah
menjadi panas. Gula yang dihasilkan dalam fotosintesis dapat dimanfaatkan dalam proses
respirasi untuk menghasilkan ATP dan dapat dikonpersi menjadi senyawa organik lain
seperti lignin, selulosa, lemak, dan protein. Estimasi potensi produktivitas primer
maksimum dapat diperoleh dari efisiensi potensial fotosintetis. Energi cahaya yang
dipancarkan matahari ke bumi ± 7.000 kkal/m2/hari pada musim panas atau daerah tropis
dalam keadaan tidak mendung. Dari jumlah tersebut, sebanyak ± 2.735 kkal dapat
dimanfaatkan secara potensial untuk fotosintetis bagi tumbuhan. Sekitar 70% energi yang
tersedia berperan dalam perantara pembentukan pemindahan energi secara fotokhemis ke
fotosintesis. Dari total energy tersebut, hanya sekitar 28% diabsorbsi ke dalam bentuk
yang menjadi bagian dari pemasukan energy ke dalam ekosistem. Prinsipnya dibutuhkan
minimum 8 Einstein (mol quanta) cahaya untuk menggerakkan 1 mol karbohidrat. Secara
teoritis produktivitas primer bruto ekosistem dapat dihasilkan 635 kkal/m2/hari dan
sebanyak 165 g/m2/hari berubah ke massa bahan organik. Untuk keperluan respirasi
harian, tumbuhan menggunakan ± 25% dari produk organik. Dengan demikian produksi
netto yang diperoleh ekosistem ± 124 g/m2/hari. Estimasi hasil itu dapat diperoleh jika
cahaya maksimal, efisiensi maksimal dalam perubahan cahaya menjadi karbohidrat dan
respirasi minimum. Salah satu bukti catatan produktivitas bersih harian adalah sebesar 54
g/m2/hari pada ekosistem padang rumput tropis dengan radiasi cahaya yang tinggi.
2) Proses Respirasi
Pada kondisi optimum kecepatan fotosintesis dapat mencapai 30x dari respirasi terutama
pada tempat terendah cahaya matahari. Umumnya karbohidrat yang digunakan antara 10-
75% tergantung jenis dan usia tumbuhan.
2.6. Metode untuk Penentuan Produktivitas Primer
Cara–cara untuk menentukan produktivitas primer adalah sangat penting mengingat
proses ini memiliki arti ekologi yang sangat nyata. Sebagian besar pengukurannya di lakukan
secara tidak langsung , berdasarkan pada : jumlah substansi yang di hasilkan, atau jumlah
matrial yang di pakai, atau jumlah hasil sampingannya. Satu hal yang perlu di ingat bahwa
proses fotosintesis berada dalam keseimbangan dengan respirasi. Produktivitas harus diukur
selama waktu yang tepat , karena terdapat perbedaan metabolisme selama siang dan malam
hari. Perbedaan metabolisme juga terjadi antar musim, oleh sebab itu disarankan pengukuran
energi ini dalam skala tahunan. Beberapa cara penentuan produktivitas primer adalah sebagai
berikut :
1) Metode penuaian
Cara ini di tentukan berdasarkan berat pertumbuhan dari tumbuhan. Dapat dinyatakan
secara langsung berat keringnya atau kalori yang terkandung, tetapi keduanya dinyatakan
dalam luas dan priode waktu tertentu. Metode ini mengukur produktivitas primer bersih.
Metode penuaian ini sangat cocok dan baik pada ekosistem daratan, dan biasanya untuk
vegetasi yang sederhana. Tetapi dapat pula di gunakan untuk ekosistem lainya dengan
syarat tumbuhan tahunan predominan dan tidak terdapat rerumputan. Untuk ini paling baik
mencuplik produktivitas pada satu seri percontohan(cuplikan)selama satu musim tumbuh.
Metode ini merupakan metode paling awal dalam mengukur produktivitas primer. Caranya
adalah dengan memotong bagian tanaman yang berada diatas permukaan tanah, baik pada
tumbuhan yang tumbuh di tanah maupun yang didalam air. Bagian yang di potong
selanjutnya dipanaskan sampai seluruh airnya hilang atau beratnya konstan. Materi
tersebut ditimbang, dan prodiktivitas primer di nyatakan dalam biomassa per unit area per
unit waktu, misalnya sebagai gram berat kering/ m2 /tahun.metode ini menunjukkan
perubahan berat kering selama priode waktu tertentu. Metode penuian memeng tidak
cocok untuk mengukur produktivitas primer fitoplankton, karena ada beberapa kesalahan
misalnya perubahan biomasa yang terjadi tidak hanya diakibatkan oleh produktivitas tetapi
juga berkurangnya fitoplankton oleh hewan pada tropik diatasnya, atau mungkin jumlah
fitoplankton berubah karena gerakan air dan pengadukan. Metode penuaian ini sangat
sederhana, meskipun memiliki potensi kesalahan yang meliputi sistem akar harus
termasuk dalam perhitungan, begitu juga dengan adanya hewan herbivora.
2) Metode penentuan oksigen
Oksigen merupakan hasil sampingan dari fotosintesis, sehingga ada hubungan erat antara
produktifvitas dengan oksigan yang di hasilkan oleh tumbuhan. Tetapi harus di ingat
sebagian oksigen di manfaatkan oleh tumbuhan tersebut dalam proses respirasi, dan harus
di perhitungkan dalam penentuan produktivitas. Metode ini sangat cocok dalam
menentukan produktivitas primer ekosistem perairan, dengan fitoplankton sebagai
produsennya. Dua contoh air yang mengandung ganggang di ambil pada kedalaman yang
relatif sama. Satu contoh di simpan di dalam botol bening dan satunya lagi pada botol
yang di cat hitam. Kandungan oksigen dari kedua botol tadi sebelumnya ditentukan,
kemudian di simpan dalam air yang sesuai dengan kedalaman dan tempat pengambilan air
tadi. Kedua botol tadi di biarkan selama satu sampai 12 jam. Selama itu akan terjadi
perubahan kandungan oksigen di kedua botol tadi. Pada botol yang hitam terjadi proses
respirasi yang menggunakan oksigen, sedangkan pada botol yang bening akan terjadi baik
fotosintesis maupun respirasi. Diasumsikan respirasi pada kedua botol relatif sama.
Dengan demikian produktivitas pada ganggang dapat di tentukan. Metode ini memiliki
kelemahan, yaitu hanya dapat di lakukan pada produsen mikro dan asumsi respirasi pada
kedua botol tadi sama adalah kurang tepat.
3) Metode pengukuran karbondioksida
Karbondioksida yang di pakai dalam fotosintesis oleh tumbuhan dapat di
pergunakansebagai indikasi untuk produktivitas primer. Dalam hal ini seperti juga pada
metode penentuan oksigen proses respirasi harus di perhitungkan. Metode ini cocok untuk
tumbuhan darat dan dapat di pakai pada suatu organ daun, seluruh bagian tumbuhan dan
bahkan satu komunitas tumbuhan. Ada dua tehnik atau metode utama yaitu.
(1) Metode ruang tertutup
Metode ini biasanya di gunakan untuk sebagian atau seluruh tumbuhan
kecil(herba,perdu pendek). Dua contoh di pilih dan di usahakan satu sama lainnya
relatif sama. Satu contoh di simpan dalam kontainer bening dan satunya lagi di
simpan dalam kontainer gelap(tertutup lapisan hitam). Udara dibiarkan keluar- masuk
pada keedua kontainer melalui pipa yang sudah di atur sedenikian rupa dan
mempergunakan pengisapan udara dengan kecepatan aliran udara tertentu.
Konsentrasi karbondioksida yang masuk dan keluar kontainer di pantau. Dengan cara
ini karbondioksida yang di pakai dalam fotosintesis dapat dihitung, yaitu sama dengan
jumlah yang di hasilkan dalam kontainerr gelap di tambah dengan jumlah yang di
pakai dalam kontainer bening /terang. Dalam kontainer gelap terdapat produksi
karbondioksida sebagai hasil respirasi,dan pada kontainer bening karbondioksida di
pakai dalam proses fotosintesis daan juga adanya produksi akibat adanya respirasi.
Metode ini juga memiliki kelemahan seperti pada metode dengan penentuan oksigen
dan meningkatnya suhu dalam kontainer (seperti rumah kaca)sehingga mempengaruhi
proses fotosintesis dan respirasi.
(2) Metode aerodinamika, metode ini maksudnya menutupi kelemahan – kelemahan pada
metode ruang tertutup. Karbondiaksida yang diukur diambil dari sensor yang di
pasang pada tabung tegak dalam komunitas, dan satunya lagi di pasang lebih tinggi
dari tumbuhan. Perubahan konsentrasi karbondioksida di atas dan didalam komunitas
dapat di pakai sebagai indikasi dari produktivitas. Pada malam hari konsentrasi
karbondioksida akan meningkat akibat terjadi respirasi, sedangkan pada siang hari
konsentrasi akan menurun akibat proses fotosintesis. Perbandingan konsentrasi ini
merupakan indikasi berapa banyak karbon dioksida yang di manfaatkan dalam
fotosintesis.
4) Metode radioaktif
Materi aktif yang dapat di identifikasi radiasinya di masukkan dalam sistem. Misalnya
karbon aktif (C14) dapat di introduksi melalui suplai karbondioksida yang nantinya di
asimilasikan oleh tumbuhan dan di pantau untuk mendapatkan perkiraa produktivitas.
Tehnik ini sangat mahal dan memerlukan peralatan yang canggih, tetapi memiliki
kelebihan dari metode lainya, yaitu dapat di pakai dalam berbagai tipe ekosistem tanpa
melakukan penghancuran terhadap ekosistem.
5) Metode penentuan klorofil
Produktivitas berhubungan erat dengan jumlah klorofil yang ada. Rasio asimilasi untuk
tumbuhan atau ekosistem adalah laju dari produktivitas pergram klorofil. Konsentrasi
klorofil dapat ditentukan berdasarkan cara yang sederhana, yaitu dengan cara
mengekstraksi pigmen tumbuhan. Mula–mula dilakukan pencuplikan daun dengan ukuran
tertentu. Untuk sampling fitoplankton dilakukan dengan pengambilan sampel air dalam
volume tertentu. Organisme selain fitoplankton harus di pisahkan dari sampel. Samel
selanjutnya di saring dengan menggunakan filter khusus fitoplankton pada pompa vakum
dengan tekanan rendah. Filter yang mengandung klorofil dilarutkan pada aseton 85% ,
kemudian dibiarkan semalam, dan selanjutnya di sentrifuse. Supernatannya dibuang dan
pelet yang mengandung klorofil di keringkan dan di timbang beratnya. Berat klorofil di
ukur dalam mg klorofil/unit area. Pengukuran klorofil juga bisa di lakukan dengan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 665 nm. Bila rasio asimilasi, kadar klorofil,
dan jumlah energi cahaya di ketahui, maka produktivitas primer kotor dapat diketahui.
Metode ini dapat di terapkan pada berbagai tipe ekosistem.
Gambar. Skematis Produktivitas (Dedi, 2009).
RUJUKAN:
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2002. Biologi (terjemahan) Edisi kelima Jilid 3.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dedi, S. 2009. Pertumbuhan, Produktivitas dan Biomassa, Fungsi dan Peranan.
http://web.ipb.ac.id/Dedi, (Online), diakses tanggal 25 Desember 2014.
Djumara, Noorsyamsa. 2007.Modul 3 Sumber Daya Alam Lingkungan Terbarukan dan Tidak
Terbarukan Diklat Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah (Environmental
Assesment and Management). Jakarta.
Hardjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Mcnaughton, S.J., L. L. Wolf. 1998. Ekologi Umum (terjemahan), Edisi kedua. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Ondum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press.
Wiharto, M. 2007. Produktivitas Vegetasi Hutan Hujan Tropis.