produksi energi oleh mikroba
TRANSCRIPT
Produksi Energi oleh Mikroba (Respirasi, Fermentasi dan Fotosintesis)
Sel-sel bakteri seperti halnya sel semua organisme hidup, umumnya melakukan aktivitas
kehidupan untuk kelangsungan hidupnya. Semua sel membutuhkan suatu sumber energi.
Walaupun sangat beraneka ragam jenis substansi yang berperan sebagai sumber energi bagi
mikroorganisme, namun terdapat pola dasar metabolisme yang sangat sederhana yaitu terjadi
perubahan dari satu bentuk energi yang kompleks menjadi bentuk energi yang lebih sederhana,
sehingga dapat masuk ke dalam rangkaian metabolik.
Bakteri dapat mengubah zat kimia dan energi radiasi kebentuk yang berguna untuk
kehidupannya melalui proses respirasi, fermentasi dan fotosintesis. Dalam respirasi, molekul
oksigen adalah penerima elektron utama, sementara dalam fermentasi molekul bahan makanan
biasanya pecah menjadi dua bagian, dimana yang satu kemudian dioksidasi oleh yang lainnya.
Dalam fotosintesis, energi cahaya diubah menjadi energi kimia. Bagaimanapun, dalam semua
jenis sel dan tanpa menghiraukan mekanisme yang digunakan untuk mengekstrak energi, reaksi
tersebut diiringi oleh pembentukan Adenosine Triphosphate (ATP). ATP adalah perantara yang
umum (reaktan) baik dalam reaksi yang menghasilkan energi maupun reaksi-reaksi yang
membutuhkan energi dan pembentukannya memerlukan mekanisme dimana energi yang
tersedia dapat disalurkan kedalam reaksi biosintesis dari sel yang memerlukan energi.
1. Respirasi
Respirasi merupakan proses disimilasi, yaitu proses penguraian zat yang
membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam suatu senyawa organik. Dalam proses
ini, terjadi pembongkaran suatu zat makanan sehingga menghasilkan energi yang
diperlukan oleh organisme tersebut. Saat molekul terurai menjadi molekul yang lebih
kecil, terjadi pelepasan energi, reaksinya disebut eksorgenik. Respirasi merupakan salah
satu dari reaksi katabolik. Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen bebas, respirasi
dibedakan atas dua macam, yaitu:
a) Respirasi aerob, yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen bebas. Pada
proses ini, oksigen merupakan senyawa penerima hidrogen akhir. Respirasi
secara aerob, terjadi didalam sitoplasma dan berlangsung melalui empat tahap,
yaitu:
1a. Glikolisis
Glikolisis merupakan pengubahan glukosa menjadi piruvat dan
ATP tanpa membutuhkan oksigen. Proses glikolisis terdiri atas 10
tahap, yaitu:
• Tahap 1 : Glukosa yang masuk kedalam sel mengalami fosfolirasi
dengan bantuan enzim heksokinase dan menghasilkan glukosa 6-fosfat.
Untuk keperluan ini ATP diubah menjadi ADP agar diperoleh energi.
• Tahap 2 : Glukosa 6-fosfat diubah oleh enzim fosfoglukoisomerase
menjadi bentuk isomernya berupa fruktosa 6-fosfat.
• Tahap 3 : Dengan menggunakan energi hasil perubahan ATP menjadi
ADP, fruktosa 6-fosfat diubah oleh enzim fosfofruktokinase menjadi
fruktosa 1,6-bifosfat
• Tahap 4 : Enzim aldolase mengubah fruktosa 1,6-bifosfat menjadi
dihidroksiaseton fosfat dan gliseraldehida fosfat.
• Tahap 5 : Terjadi perubahan reaksi bolak balik antara dihidroksi aseton
fosfat dengan gliseraldehid fosfat sehingga akhirnya hanya gliseraldehid
fosfat saja yang digunakan untuk reaksi berikutnya.
• Tahap 6 : Melalui bantuan enzim triosofosfat dehidrogenase, terjadi
perubahan dari gliseraldehid fosfat menjadi 1,3-bifogliserat. Dalam tahap
ini juga terjadi transfer elektron sehingga NAD berubah menjadi NADH,
serta pengikatan fosfat anorganik dari sitoplasma.
• Tahap 7 : Terjadi perubahan dari 1,3-bifogliserat menjadi 3-fosfogliserat
dengan bantuan enzim fosfogliserokinase. Pada tahap ini juga terjadi
pembentukan dua molekul ATP dengan menggunakan gugus fosfat yang
sudah ada pada reaksi sebelumnya.
• Tahap 8 : Terjadi perubahan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat
karena enzim fosfogliseromutase memindahkan gugus fosfatnya.
•Tahap 9 : Terjadi pembentukan fosfoenol piruvat (PEP) dan 2-
fosfogliserat dengan bantuan enzim enolase, sekaligus juga terjadi
pembentukan 2 molekul air.
• Tahap 10 : Terjadi perubahan fosfoenol piruvat (PEP) menjadi asam
piruvat dengan enzim piruvatkinase, serta terjadi pembentukan 2 molekul
ATP.
Dengan demikian, pada akhir glikolisis akan dihasilkan 2 molekul asam piruvat yang
berkarbon 3, 2 ATP dan 2 NADH dari setiap perubahan 1 molekul glukosa.
2a. Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat
Dekarboksilasi oksidatif asam piruvat berlangsung didalam mitokondria dan
merupakan reaksi kimia yang mengawali siklus krebs. Dalam peristiwaini
terjadi perubahan asam piruvat menjadi molekul asetil-KoA. Asetil KoA
merupakan senyawa berkarbon dua. Dalam dua peristiwa ini juga dihasilkan
satu molekul NADH untuk setiap pengubahan molekul asam piruvat menjadi
asetil-KoA.
3a. Siklus Krebs (Daur Asam Sitrat)
Kondisi aerob dalam organisme berlangsung pada dua tahapan berikutnya,
yaitu siklus krebs dan transpor elektron. Pada organisme eukariotik, proses ini
berlangsung pada matriks dalam mitokondira sedangkan pada prokariotik,
berlangsung dalam sitoplasma. Tahapan siklus krebs adalah sebagai berikut:
1b. Asam piruvat dari proses glikolisis, selanjutnya masuk ke siklus
krebs setelah bereaksi dengan NAD+ (Nikotinamida adenine
dinukleotida) dan ko-enzim A atau Ko-A, membentuk asetil Ko-A.
Dalam peristiwa ini, CO2 dan NADH dibebaskan. Perubahan
kandungan C dari 3C (asam piruvat) menjadi 2C (asetil ko-A).
2b. Reaksi antara asetil Ko-A (2C) dengan asam oksalo asetat (4C) dan
terbentuk asam sitrat (6C). Dalam peristiwa ini, Ko-A dibebaskan
kembali.
3b. Asam sitrat (6C) dengan NAD+ membentuk asam alfa ketoglutarat
(5C) dengan membebaskan CO2.
4b. Peristiwa berikut agak kompleks, yaitu pembentukan asam
suksinat (4C) setelah bereaksi dengan NAD+ dengan
membebaskan NADH, CO2 dan menghasilkan ATP setelah
bereaksi dengan ADP dan asam fosfat anorganik.
5b. Asam suksinat yang terbentuk, kemudian bereaksi dengan FAD
(Flarine Adenine Dinucleotida) dan membentuk asam malat (4C)
dengan membebaskan FADH2.
6b. Asam malat (4C) kemudian bereaksi dengan NAD+ dan
membentuk asam oksaloasetat (4C) dengan membebaskan NADH,
karena asam oksalo asetat akan kembali dengan asetil ko-A seperti
langkah ke 2 di atas.
Dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap kedua dalam respirasi aerob
yang mempunyai tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta membentuk
kembali oksaloasetat. Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus krebs selanjutnya. Dalam siklus
krebs, dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP.
Gambar Siklus Krebs
4a. Transpor Elektron
Pada dasarnya, transpor elektron merupakan peristiwa pemindahan elaktron
dari . Elektron tersebut berasal dari NADH dan FADH dari suatu substrat
ke substrat lain secara berantai disertai pembentukan ATP melalui proses
Fosforilasi okeidatif. Fosforilasi oksidatif merupakan proses penambahan
gugus posfat anorganik ke molekul ADP. Dalam transpor elektron, yang
menjadi penerima elektron terakhir adalah oksigen sehingga pada akhir
peristiwa ini terbentuk O. NADH dan FADH dalam transpor elektron
berfungsi sebagai senyawa pereduksi yangmenghasilkan ion hidrogen. Setiap
molekul NADH yang memasuki rantai transpor elektron akan menghasilkan 3
molekul ATP, dan setiap molekul FAD akan menghasilkan 2 molekul ATP.
b) Respirasi Anaerob (Fermentasi), Fermentasi adalah proses pembebasan energi tanpa oksigen. Ciri-ciri dari fermentasi adalah:
1. Terjadi pada organisme yang tidak membutuhkan oksigen
bebas.
2. Tidak terjadi penyaluran elektron ke siklus krebs dan
transpor elektron.
3. Energi (ATP) yang terbentuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan
respirasi aerob yaitu 2 molekul ATP setiap mol glukosa.
4. Jalur yang ditempuh ialah glikolisis dan pembentukan alkohol
(fermentasi alkohol) dan pembentukan asam laktat.
5. Menghasilkan produk berupa asam-asam organik, alkohol dan gas.
6. Organisme anaerobik juga menghasilkan energi, yaitu melalui reaksi-
reaksi yang disebut fermentasi yang menggunakan bahan organik sebagai
donor dan akseptor elektron. Bakteri anaerobik fakultatif dan bakteri
anaerobik obligat menggunakan berbagai macam fermentasi untuk
menghasilkan energi. Misalnya pada bakteri Streptococus
lactismenggunakan fermentasi asam laktat untuk perolehan energi yaitu
dengan menguraikan glukosa menjadi asam laktat melalui proses
glikolisis, satu molekul glukosa diubah menjadi dua molekul asam piruvat
disertai dengan pembentukan dua NADH + .
2. Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat
makanan karbohidratyang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang
mengandung zat hijau daun atauklorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup
non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis bakteri.
Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon
dioksida dan air serta bantuan energi cahaya matahari.
Terjadi pada algae, tumbuhan dan beberapa prokariotik:
Terdiri atas 2 reaksi utama: Photophosphorylation (reaksi terang) dan fiksasi
karbon dioksida (reaksi gelap).
1. Photophosphorylation (Reaksi terang)
Pada reaksi terang, cahaya mengenai klorofil yang menyebabkan
elektron tereksitasi sehingga mempunyai energi lebih tinggi. Dalam satu
rangkaian reaksi kimia, energi tersebut akan diubah menjadi ATP dan
NADPH. Air akan terurai dan melepaskan oksigen sebagai satu produk
reaksi. ATP dan NADPH akan digunakan untuk membuat karbohidrat
pada reaksi gelap.
2. Fiksasi Karbon Dioksida (Reaksi Gelap)
Fiksasi karbon dikenal sebagai reaksi gelap. Enam molekul gas
asam arang masuk ke dalam sel melalui stomata dan akan diikat oleh
ribulosa bifosfat (RuBP). RuBP merupakan suatu senyawa berkarbon 5
yang akan diubah menjadi satu molekul gula. Peristiwa ini terjadi di dalam
stroma dan telah diperkenalkan oleh Melvin Calvin sehingga selanjutnya
dikenal dengan siklus calvin.
C. STRUKTUR ENZIM
Enzim merupakan substansi yang ada dalam sel dalam jumlah yang amat kecil dan
mampu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan proses-proses
seluler dan kehidupan. Nama lain dari enzim adalah fermen; nama enzim berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “dalam ragi”.
Keseluruhan bagian enzim yang disebut holoenzim tersusun atas dua komponen utama,
yaitu komponen protein (apoenzim) dan komponen nonprotein (gugus prostetik). Fungsi enzim
sangat ditentukan oleh gugus apoenzimnya karena pada bagian tertentu merupakan tempat
melekatnya substrat dan sekaligus tempat mereksikan substrat. Bagian pada gugus protein yang
berfungsi sebagai pusat katalitik enzim disebut sisi aktif. Komponen nonprotein (gugus prostetik)
dibedakan menjadi gugus kofaktor dan koenzim. Guguskofaktor tersusun atas zat anorganik yang
umumnya berupa logam, misalnya Cu, Fe, Mn, Zn, Ca, K dan Co. Gugus koenzim merupakan
senyawa organik nonprotein yang tidak melekat erat pada bagian protein enzim, contohnya
NAD, NADP dan koenzim A.
Ada dua tipe enzim, yaitu eksoenzim atau enzim ekstraseluler atau enzim di luar sel dan
endoenzim atau enzim intraseluler atau enzim di dalam sel. Fungsi utama dari eksoenzim adalah
melangsungkan perubahan-perubahan pada nutrien di sekitarnya sehingga memungkinkan
nutrien tersebut memasuli sel; dengan mengambil zat makanan yang ada di sekeliling sel.
Misalnya, enzim amilase menguraikan zat pati menjadi unit-unit gula yang lebih kecil.
Sedangkan fungsi endoenzim untuk mensintesis bahan seluler dan menguraikan nutrien untuk
menyediakan energi yang dibutuhkan oleh sel, misalnya heksokinase mengkatalisis fosforilase
glukosa dan heksosa (senyawa-senyawa gula sederhana) di dalam sel.
SIFAT ENZIM
Sebagai molekul zat yang mempunyai peranan besar dalam metabolisme, enzim memiliki
beberapa sifat penting, di antaranya sebagai berikut:
1)Enzim adalah Suatu Protein.
Ini terbukti karena enzim di dalam larutan membentuk suatu koloid. Keadaan ini akan
memungkinkan luasnya permukaan enzim sehingga bidang aktivitasnya juga besar.
2)Bekerja Secara Khusus (Spesifik)
Enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu dan tidak dapat mempengaruhi reaksi
lainnya. Sebagai contoh: di dalam usus rayap terdapat protozoa yang menghasilkan enzim
selulase sehingga rayap dapat hidup dengan makan kayu karena dapt mencerna selulosa (salah
satu jenis karbohidrat/polisakarida). Sebaliknya manusia tidak dapat mencerna kayu, meskipun
mempunyai enzim amilase, yaitu enzim yang dapat mencerna amilum/pati (yang juga
merupakan jenis polisakarida). Enzim amilase dan selulase masing-masing bekerja secara
khusus.
3)Enzim sebagai Katalisator.
Artinya sebagai zat yang mampu mempercepat reaksi kimia, tetapi enzim tidak ikut bereaksi.
Dengan demikian, enzim tidak diperlukan dalam jumlah yang banyak. Dalam jumlah sedikit
saja enzim telah menyelenggarakan suatu perubahan zat yang beribu-ribu kali lebih berat
daripada berat molekulnya sendiri. Contohnya, sebuah molekul enzim katalase mampu
mengubah 5 juta molekul H2O2 tanpa enzim itu mengalami perubahan.
4)Dapat digunakan Berulang Kali
Enzim dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi.
Meskipun dalam jumlah sedikit, adanya enzim dalam suatu reaksi yang dikatalisirnya akan
mempercepat reaksi, karena enzim yang telah bekerja dalam reaksi tersebut dapat digunakan
kembali.
5)Rusak oleh Panas
Enzim adalah suatu protein yang dapat rusak oleh panas disebut denaturasi. Kebanyakan enzim
rusak pada suhu di atas 50°C. Reaksi kimia akan meningkat dua kali lipat dengan kenaikan
suhu sebesar 10°C. Kenaikan suhu di atas suhu 50°C tidak dapat meningkatkan reaksi yang
dikatalisir oleh enzim, tetapi justru menurunkan atau menghentikan reaksi tersebut. Hal ini
disebabkan enzimnya rusak sehingga enzim tersebut tidak dapat bekerja. Demikian juga pada
suhu rendah, suhu rendah tidak merusak enzim tetapi hanya tidak aktif saja.
6)Dapat Bekerja Bolak-Balik
Umumnya enzim dapat bekerja secara bolak-balik. Artinya, suatu enzim dapat bekerja
menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja
menyusun senyawa-senyawa itu menjadi senyawa semula. Pada tumbuhan, proses fotosintesis
menghasilkan glukosa. Apabila glukosa yang dihasilkan dalam jumlah banyak, maka glukosa
tersebut diubah dan disimpan dalam bentuk pati. Pada saat diperlukan, misalnya untuk
pertumbuhan, pati yang disimpan sebagai cadangan makanan tersebut diubah kembali menjadi
glukosa.
Gambar Reaksi Bolak-balik Enzim
MEKANISME KERJA ENZIM
Reaksi enzimatis akan berlangsung apabila substrat tersedia dan bagian sisi aktif enzim
dalam keadaan kosong. Substrat akan memasuki bagian sisi aktif enzim dan bagian sisi aktif
tersebut akan mengalami perubahan bentuk dengan mengelilingi substrat. Kemudian
terbentuklah ikatan lemah enzim-substrat. Di dalam sisi aktif, substrat akan diubah menjadi
produk, selanjutbya akan dilepaskan dari enzim. Begitu seterusnya sampai bagian sisi aktif
tersebut dapat ditempati oleh substrat yang lain.
Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara:
1. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana keadaan
transisi terstabilisasi. Contohnya mengubah bentuk substrat menjadi konformasi keadaan transisi
ketika ia terikat dengan enzim.
2. Menurunkan energi dalam keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan
menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang berlawanan dengan keadaan
transisi.
3. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat sementara waktu
untuk membentuk kompleks enzim-substrat antara.
4. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama pada orientasi
yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini melibatkan destabilisasi keadaan dasar
dan kontribusinya terhadap katalis relatif kecil.
- Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua hipotesis, yaitu hipotesis gembok
dan anak kunci dan hipotesis kecocokan yang terinduksi.
a. Hipotesis Gembok dan Anak Kunci (Lock and Key)
Menurut hipotesis yang dikemukakan oleh Emil Fischer, bagian sisi aktif enzim
mempunyai bentuk spesifik dan tidak fleksibel. Suatu enzim hanya dapat ditempati
oleh substrat tertentu saja. Enzim dan substrat bergabung bersama membentuk
kompleks, seperti kunci yang masuk dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat
dapat bereaksi dengan energi aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas
dan melepaskan produk serta membebaskan enzim.
Gambar Hipotesis Gembok dan Anak Kunci (Lock and Key)
b. Hipotesis Induced Fit
Menurut hipotesis ini, bagian sisi aktif enzim bersifat fleksibel terhadap substrat yang
masuk. Apabila ada substrat yang masuk ke bagian sisi aktif, maka bagian ini akan
mengalami perubahan bentuk mengikuti substrat. Ketika produk sudah terlepas dari
kompleks, selanjutnya enzim tidak aktif menjadi bentuk yang lepas. Sehingga,
substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim tersebut.
Gambar Hipotesis Induced Fit
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM
Faktor-faktor yang berpengaruh pada kerja enzim adalah suhu, pH, zat penghambat (inhibitor),
konsentrasi substrat dan hasil akhir.
1) Suhu Peningkatan suhu
dapat meningkatkan kecepatan reaksi sampai batas suhu tertentu. Hal ini disebabkan jika
molekul bergerak lebih cepat, maka substrat akan berikatan lebih cepat pada sisi aktif.
Setelah melewati batas suhu tertentu, enzim akan mengalami denaturasi. Denaturasi adalah
perubahan struktur secara kimiawi karena terjadi gangguan pada ikatan hidrogen, ikatan
ionik dan ikatan lemah lainnya yang menyebabkan struktur enzim rusak. Jika kenaikan suhu
terus terus menerus, maka kemampuan kerja enzim menurun, bahkan berhenti. Demikian
pula jika terjadi penurunan suhu, maka enzim tidak bisa bekerja karena menjadi tidak aktif
pada suhu rendah (0°C atau di bawahnya), tetapi tidak rusak. Jika suhunya kembali normal
enzim mampu bekerja kembali. Setiap enzim mempunyai suhu optimum tertentu, yaitu suhu
yang paling baik untuk melangsungkan reaksi secara maksimal. Enzim bekerja optimal pada
suhu 30°C atau pada suhu tubuh.
Gambar Faktor Suhu yang Mempengaruhi Kerja Enzim
2) pH (Derajat Keasaman)
Enzim bekerja optimal pada pH tertentu, umumnya pada pH netral. Pada kondisi asam
atau basa, kerja enzim terhambat. Agar enzim dapat bekerja secara maksimal, pada
penelitian/percobaan yang menggunakan enzim, kondisi pH larutan dijaga agar tidak
berubah, yaitu dengan menggunakan larutan penyangga (buffer).
Gambar Faktor pH yang Mempengaruhi Kerja Enzim
3) Zat Penghambat (Inhibitor)
Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut inhibitor. Inhibitor merupakan senyawa
kimia yang bersifat menghambat kerja enzim. Zat tersebut memiliki struktur seperti
enzim yang dapat masuk ke substrat atau ada yang memiliki struktur seperti substrat
sehingga enzim salah masuk ke penghambat tersebut. Hambatan enzim dapat
dikelompokkan ke dalam tipe reversible (dapat balik) dan non-reversible (tidak dapat
balik). Inhibitor reversibel adalah zat penghambat yang tidak berkaitan secara kuat
dengan enzim, sedangkan inhibitor irreversible merupakan penghambat yang berkaitan
dengan sisi aktif enzim secara kuat sehingga tidak dapat terlepas.Hambatan reversible
dibagi menjadi inhibitor kompetitif dan non kompetitif.Inhibitor kompetitif merupakan
senyawa kimia yang menyerupai substrat yang dapat bereaksi dengan sisi aktif enzim.
Jika sisi aktif enzim sudah terisi oleh inhibitor kompetitif, maka substrat tidak dapat
berikatan dengan enzim. Untuk mengatasi hal ini, jumlah substrat harus ditingkatkan
sehingga substrat mempunyai kesempatan dalam bersaing memperebutkan sisi aktif
enzim. Inhibitor nonkompetitif merupakan senyawa kimia yang menghambat kerja enzim
dengan cara melekat pada bagian selain sisi aktif. Hal ini menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk enzim. Akibatnya bagian sisi aktif enzim sulit berikatan dengan
substrat dan enzim tidak dapat mengubah substrat menjadi produk.
Gambar Inhibitor Kompetitif dan Inhibitor Non Kompetitif
4) Konsentrasi Substrat
Jumlah substrat yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kerja enzim. Biasanya,
sel akan menambah jumlah enzim dengan cara melakukan sintesis enzim untuk
mengatasi hambatan tersebut.
5) Hasil akhir
Kerja enzim dipengaruhi hasil akhir. Hasil akhir yang menumpuk menyebabkan enzim
sulit “bertemu’ dengan substrat. Semakin menumpuk hasil akhir, semakin lambat kerja
enzim.
PERANAN DAN PENAMAAN ENZIM
Tatanama enzim telah diresmikan menurut Persetujuan Internasional dengan bantuan
“Commission of Enzymes of the International Union of Biochemistry”. Namun nama-nama
umum atau nama biasa masih tetap banyak digunakan karena sudah lazim dan mudah. Untuk
menamakan enzim digunakan akhiran -ase dan ini hanya digunakan untuk enzim tunggal. Untuk
penamaan suatu kompleks yang terdiri dari beberapa enzim didasarkan pada reaksi keseluruhan
yang dikatalisis olehnya menggunkaan sistem. Nama resmi atau nama sistematik dibentuk
menurut aturan-aturan yang pasti, memberikan petunjuk mengenai apa substratnya dan macam
reaksi yang dikatalisnya. Enzim dibedakan menjadi enam kelompok, yaitu : oksidoreduktase,
transferase, hidrolase, liase, isomerase dan ligase.
1. Oksidoreduktase
Reaksi katalitiknya adalah dalam reaksi transfer elektron (pemindahan elektron atau atom
hidrogen). Enzim ini terbagi menjadi enzim oksidase dan enzim reduktase.
Enzimoksidase terbagi menjadi kelompok kecil enzim dehidrogenase dan katalase.
Enzimdehidrogenase memegang peranan penting dalam pengubahan zat-zat organik
menjadi hasil-hasil oksidasi. Enzim katalase menguraikan hidrogen peroksida menjadi air
dan hidrogen.
2. Transferase
Enzim transferase mentransfer gugusan kimia fungsional (fosfat, amino, metil, dsb) dari
suatu substrat ke substrat lain. Reaksi pemindahan ini tidak menghasilkan energi, tetapi
mengubah substrat menjadi senyawa yang dapat dioksidasi atau menjadi senyawa yang
dapat digunakan untuk sintesis material sel. Salah satu enzim yang termasuk
dalamtransferase yakni enzim transaminase, yang berperan memindahkan gugusan amina
dari suatu asam amino ke suatu asam organik sehingga hasil terakhir berubah menjadi
suatu asam amino.
3. Hidrolase
Enzim hidrolase merupakan sekumpulan enzim yang menguraikan suatu zat dengan
pertolongan air, disebut hidrolase karena enzim ini menghidrolisis molekul-molekul besar
menjadi komponen-komponen kecil yang dapat digunakan.
Berdasarkan substrat yang diuraikan, enzim hidrolase dibagi atas kelompok kecil yakni
enzim karbohidrase, esterase dan proteinase.
a) Karbohidrase
yakin enzim-enzim yang menguraikan golongan karbohidrat. Misalnya:
Amilase, yakni enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi
maltosa (disakarida)
b) Esterase
yakni enzim-enzim yang memecah golongan ester. Misalnya:Lipase, yaitu
enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Fosfatase,
yaitu enzim-enzim yang menguraikan suatu ester hingga terlepas asam fosfat.
c) Proteinase
yakni enzim-enzim yang menguraikan golongan protein.
Misalnya: Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida menjadi asam
amino.Gelatinase, yakni enzim yang menguraikan gelatin. Renin, yaitu enzim
yang menguraikan kasein dari susu.
4. Liase
Mengkatalisis reaksi penambahan gugusan ikatan ganda pada molekul dan membuang
gugusan non-hidrolitik dengan meninggalkan ikatan ganda.
5. Isomerase
Enzim Isomerase berperan dalam reaksi isomerasi (pengubahan suatu senyawa menjadi
isomernya, misalnya senyawa yang memiliki atom-atom yang sama tetapi berbeda
struktur molekulnya).
6. Ligase
Enzim ligase berperan dalam reaksi penggabungan dua molekul menjadi satu molekul
atau pembentukan ikatan disertai pemecahan atau penambahan ATP (adenin triphosphat).
PENGENDALIAN ENZIM
Enzim bekerja secara serentak dan terkoordinasi sehingga semua kegiatan kimiawi dalam sel
menjadi saling terpadu. Salah satu akibatnya yang jelas adalah sel hidup membutuhkan dan
menguraikan bahan-bahan yang dibutuhkan bagi metabolisme dan pertumbuhan normal. Hal ini
mengisyaratkan adanya mekanisme pengendalian metabolisme selular yang tepat yang pada
akhirnya menyangkut pengendalian kegiatan enzim. Aktivitas enzim dapat diatur melalui 2 cara,
yaitu pengendalian katalis secara langsung dan pengendalian genetik.
Pengendalian langsung mekanisme katalitik itu terjadi dengan mengubah konsentrasi substrat
atau reaktan. Artinya, jika konsentrasi substrat bertambah, maka laju reaksi meningkat sampai
tercapai suatu nilai pembatas dan jika produk menumpuk maka laju reaksi menurun.
Pangendalian langsung melalui penggandengan dengan proses-proses lain, maksudnya adalah
pengaturan oleh ligan (molekul yang dapat terikat pada enzim) yang tidak ikut berperan dalam
proses katalitik itu sendiri. Ada berbagai macam pengendalian seperti itu, diantaranya:
1. Hambatan arus balik, ligan pengaturnya adalah produk akhir suatu lintasan metabolik yang
dapat menghentikan sintesisnya sendiri dengan cara menghambat aktivitas salah satu enzim pada
awal lintasan biosintetiknya.
2. Aktivasi prekursor, ligan pengaturnya merupakan prekursor pertama suatu lintasan.
3. Pengendalian yang berkaitan dengan energi, ligan pengaturnya adalah reaksi-reaksi yang
berkaitan dengan energi .
4. Sifat-sifat pengikatan enzim pengatur, tidak semua enzim merupakan enzim pengatur yang
aktivitasnya dapat dikendalikan secara langsung. Enzim tersebut dapat dipengaruhi oleh
metabolit pengatur. Enzim pengatur disebut enzim alosterik. Enzim yang berperan pada waktu
sel beradaptasi pada lingkungan yang berubah dalah induksi dan represi enzim.
Pengendalian genetis memiliki dua proses, yaitu induksi dan represi enzim. Untuk terjadinya
sintesis enzim dibutuhkan suatu induser, yaitu substansi berberat molekul rendah dan bisa berupa
substrat atau senyawa dari reaksi yang dikatalis oleh enzim yang bersangkuatan, prosesnya
disebut induksi.Bila substansi berberat molekul rendah baik produk ataupun senyawa yang
sekerabat bagi reaksi yang bersangkutan, berlaku sebagai korepressor dengan cara mencegah
sintesis enzim tersebut, disebut represi.